bab ii kajian teoritis dan pengajuan hipotesis 2.1...

26
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep Pajak Penghasilan Pajak Terutang Badan 2.1.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan sumber penerimaan karena termasuk pos yang sangat penting, bahkan bisa merupakan yang terpenting pada anggaran pendapatan pemerintah. Dan pajak bersama kebijakan fiskal lainnya, menjadi kebijakan pengatur perekonomian karena dari sudut yang bersifat makro, hal itu akan berdampak ekspansioner (memperbesar) dan kontaksional (memperkecil) terhadap pendapatan nasional dan dari sudut mikro, pajak merupakan semacam pembebanan tidak langsung atas barang publik serta eksternalitas dan dengan demikian mengarah kepada pemerataan dalam masyarakat. Agar sasaran ini dapat tercapai peraturan pajak harus mempunyai karakteristik kualitatif, yaitu sederhana dan menjamin rasa adil diantara wajib pajak. Zain (2003: 10) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggaraan pemerintahan. Waluyo dan Wirawan (2003: 5) mengemukakan ciri-ciri yang yang melekat pada pengertian pajak adalah: (1) 7

Upload: duongnguyet

Post on 28-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Konsep Pajak Penghasilan Pajak Terutang Badan

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan karena termasuk pos yang sangat

penting, bahkan bisa merupakan yang terpenting pada anggaran pendapatan

pemerintah. Dan pajak bersama kebijakan fiskal lainnya, menjadi kebijakan

pengatur perekonomian karena dari sudut yang bersifat makro, hal itu akan

berdampak ekspansioner (memperbesar) dan kontaksional (memperkecil)

terhadap pendapatan nasional dan dari sudut mikro, pajak merupakan semacam

pembebanan tidak langsung atas barang publik serta eksternalitas dan dengan

demikian mengarah kepada pemerataan dalam masyarakat. Agar sasaran ini dapat

tercapai peraturan pajak harus mempunyai karakteristik kualitatif, yaitu sederhana

dan menjamin rasa adil diantara wajib pajak.

Zain (2003: 10) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat

kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak

mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas

Negara untuk menyelenggaraan pemerintahan. Waluyo dan Wirawan (2003: 5)

mengemukakan ciri-ciri yang yang melekat pada pengertian pajak adalah: (1)

7

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

8

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan yang

sifatnya dapat dipaksakan; (2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah; (3) Pajak dipungut oleh negara

baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah; (4) Pajak diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih

terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment dan; (5) Pajak

mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Menurut Regar (2000: 26) mengatakan bahwa pajak adalah iuran kepada

negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang

langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

Sedangkan menurut Soemitro (2000: 56) yaitu: pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak

tanggung jawab anggota masyarakat wajib pajak sendiri yang dapat dipaksakan,

pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban

melakukan pemungutan pajak yang sesuai dengan ketentuan perpajakan dan

dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan-pembangunan

nasional dan pengeluaran rutin negara demi tercapainya pemerintahan yang baik.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

9

2.1.1.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian Penghasilan tercantum Undang-undang Nomor 36 tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan. Di dalam ketentuan tersebut disebutkan: Yang menjadi

Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam

bentuk apapun, termasuk:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

3) Laba usaha;

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya

karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

10

keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan

atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan;

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi;

h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

i. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

j. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

k. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

m. Premi asuransi;

n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

11

2.1.1.3 Subjek dan objek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang Pasal 17 Tahun 2008, Pasal 2 disebutkan bahwa

yang menjadi subjek pajak adalah:

1) Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di

luar Indonesi, dan warisan yang belum terdagi sebagi satu kesatuan,

menggantikan yang berhak. Kewajiban pajak subjektif warisan belum terbagi

dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut dan

berakhir pada saat warisan tersebut belum selesai dibagi.

2) Badan. Pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang

merupkan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk

reksadana.

3) Bentuk usaha tetap. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia

atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan

tidak berkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan

kegitan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. Tempat kedudukan manajemen.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

12

b. Cabang perusahaan.

c. Kantor perwakilan.

d. Gedung Kantor.

e. Pabrik.

f. Bengkel.

g. Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran

yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan.

h. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.

i. Proyek instalasi, konstruksi, perkebunan, atau kehutanan.

j. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain

sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan.

k. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukanya tidak

bebas.

l. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau

menanggung resiko di Indonesia.

2.1.1.4 Pajak Terutang Wajib Pajak Badan

Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan prinsip yang lazim,

demikian juga halnya dengan laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan

prinsip akuntansi, namun disesuiakn dahulu dengan keputusan-keputusan

peraturan perpajakan. Menurut Peraturan Perpajakan, penyesuaian dilakukan pada

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

13

biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan terhadap pendapatan. Dengan

demikian, perhitungan pajak terhutang wajib pajak badan adalah:

a. Menentukan laba bruto yang diperoleh yang diperoleh perusahan dalam suatu

tahun pajak.

b. Menentukan laba bruto dengan biaya-biaya yang menurut Peratuan Perpajakan

dapat dikurangkan.

c. Mengkoreksi kemungkinan pembebanan biaya yang bersifat

nenambah/mengurangi penghasilan kotor.

d. Hasil pengurangan biaya-biaya tersebut mempunyai laba netto sebelum pajak

atau disebut juga dengan laba kena pajak atau Penghasilan Kena Pajak (PKP).

PKP ini mempunyai dasar perhitungan besarnya pajak terhutang.

Dengan demikian bahwa perencanaan pajak mencakup hal-hal seperti

meminimalkan tarif pajak dan memaksimalkan biaya fiskal yang dapat

dikurangkan serta memaksimalkan penghasilan yang ditangguhkan atau

dikecualikan dari pengenaan pajak. Dengan mengacu pada buku Petunjuk

Pengisian SPT PPh yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Skema

Penghitungan PPh wajib pajak badan, yang mencakup pula perhitungan laba Kena

Pajak atau PKP menurut Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2008, adalah

sebagai berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

14

Tabel 1: Skema Perhitungan PPh Wajib Pajak

1.

2.

(-)

Jumlah seluruh penghasilan

Penghasilan yang tidak objek Pajak PEnghasilan

3.

4.

(=)

(-)

(+/-)

Penghasilan Brotu

Biaya fiskal dapat dikurangkan

(koreksi biaya fiskal tidak dapat dikurangkan)

5.

6.

7.

(=)

(-)

(-)

Penghasilan Netto

Kompensasi kerugian (bila ada)

Penghasilan tidak kena pajak (WP Perseorangan)

8.

9.

(=)

(x)

Penghasiln kena pajak

Taraf pasal 7

10.

11.

(=)

(-)

Pajak penghasilan terutang

Kredit pajak

12. (=) Pajak penghasilan lebih bayar/kurang bayar/nihil

Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan, item-item di atas dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Jumlah seluruh penghasilan

Yang dimaksud dengan penghasilan, sesuai dengan pasal 4 undang-undang

No.17 tahun 2008 adalah:

1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang

berasal dari Indonesia amupun dari luar Indonesia, yang dapt dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkuatn, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya.

Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di burs efek,

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

15

penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta

penghasilan tertentu lainnya, pengenan pajaknya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

2. Penghasilan yang ditangguhkan/dikecualikan pengenaan pajaknya

Penghasilan yang ditangguhkan/dikecualikan pengenaan pajaknya tercantum

pada pasal 4 atay (3) undang-undang No. 17 tahun 2008, yaitu yang tidak

termasuk sebagai objek pajak.

3. Penghasilan (laba) bruto. Penghailan bruto adalah jumlah seluruh penghasilan

sebelum dikurangi biaya-biaya.

4. Biaya Fiskal dapat dikurangkan. Biaya fiskla dapat dikurangkan adalah biaya-

biaya sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a s/d h undang-undang No. 17 tahun 2008.

5. Penghasilan (laba) netto. Penghasilan netto adalah penghasilan bruto

dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenalkan oleh ketentuan penrundang-

undangan perpajakan.

6. Kompensasi kerugian dan/atau penghasilan tidak kena pajak (bagi wajib pajak

perseorangan). Kompensasi kerugiann adalah rugi tahun sebelumnya sampai

dengan 5 tahun ke belakang berturu-turut dapat diperhitungkan sebagai

pengurangan laba netto sesuai pasal 6 ayat (2) Undang-undang No. 17 tahun

2000 adalah lapisan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

7. Penghasilan (laba) kena pajak. Penghasilan atau laba kena pajak adalah

penghasilan netto dikurangi kompensasi kerugian bagi badan usaha dan orang

pribadi dikurangi penghasilan tidak kena pajak.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

16

8. Tarif pajak. Tarif pajak adalah prosentase untuk menetapkan jumlah pajak

terutang, yaitu sesuai pasal 17 Undang-undang No.17 tahun 2008.

9. Pajak (PPh) terutang. Sesuai pasal 1 angka (9) undang-undang No. 16 tahun

2008, pajak terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam

masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

10. Kredit pajak. Sesuai pasa 1 angka (22) Undang-undang No. 16 tahun 2008.

Kredit pajak untuk pajak penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh

wajib pajak ditambah dengan pokok pajak yang terhutang dalam surat tagihan

pajak karena pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar,

ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak

atas penghasilan yang dibayar atau terhutang di luar negeri, dikurangi

pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, dikurangkan dari pajak yang

terutang.

11. Pajak penghasilan kurang/lebih bayar/nihil. Adalah pajak yang harus dibayar

oleh wajib pajak, apabila pajak yang terhutang untuk satu tahun pajak ternyata

lebih besar restitusi yang dapat dimintakan kembali, apabila lebih kecil dari

pada jumlah kredit pajak atau apabila pajak yang terhutang besarnya sama

dengan jumlah kredit pajak.

2.1.2 Konsep Revaluasi Aktiva Tetap

2.1.2.1 Pengertian Revaluasi Aktiva Tetap

Revaluasi aktiva tetap adalah suatu proses dari pihak perusahan untuk

menghitng atau menilai kembali suatu aktiva tetap/asset yang dimiliki oleh

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

17

perusahaan tersebut melalui Lembaga Penilai (appraisal campany) yang ditunjuk

oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan revaluasi tersebut, sebagai bagian

dalam rangka perhitungan penyusutan aktiva tersebut untuk tahun-tahun

berikutnya. Selisih harga perolehan dan akumulasi penyusutan yang menjadi nilai

buku, menjadi dasar pengurangan dari nilai revaluasi (hasil penilaian kembali

aktiva tetap) tersebut, yang pada akhirnya akan menjadi selisih lebih revaluasi dan

menjadi dasar perhitungan objek pajak PPh yang dikenakan tarif fina 10%. Sesuai

dengan pasa 19 ayat (1) Undang-undang No. 17 tahun 2008. Menteri Keuangan

diberi wewenang untuk menetapkan peraturan Revaluasi Aktiva Tetap. Yang

sebagaimana diatur dalam Keputusan Meneteri Keuangnan No.

486/KMK.03/2002, serat Tata Cata dan Prosedur Pelaksanaannya yang

dikeluarkan oleh Dirjen Pajak dalam Keputusan Dirjen Pajak Kep-519/PJ/2002

tanggal 2 Desemnber 2002.

2.1.2.2 Penggolongan Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam memperoleh nilai buku suatu aktiva tetap setiap tahunnya, maka

harus dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan masa manfaat aktiva yang

bersangkutan dan mengurangi saldo awal aktiva tetap dengan tarif penyusutan

berdasarkan metode yang digunakan oleh perusahaan sehingga difapat nilai uku

yang diharapkan untuk tanggal neraca. Dengan berdasarkan Undang-undang No.

17 tahun 2008 pasal 11 dan Keputusan Menteru Keuangan No. 79/KMK.04/2008

dapat diketahui penggolongan jenis-jenis harta berwujud (Aktiva Tetap) yang

akan disusutkan adalah sebagai berikut:

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

18

Tabel 2: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok I

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau

rotan termasuk meja, bangku, kursi,

almari, dan sejenisnya yang ukan

bagian dari bangunan

b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin

hitung, duplicator, mesin fotokopi,

mesin akunting, computer, printer,

scanner dan sejenisnya.

c. Perlengkapan lainnya seperti

amplifier, tape/cassette, vido

recorder, televise dan sejenisnya,

telepon seluler.

d. Sepeda motor, sepeda dan beca.

e. Alat perlengkapan khusus (tools)

bagi industri/jasa yang bersangkutan.

f. Alat dapur untuk memasak makanan

dan minuman.

g. Dies, jigs dan mould.

Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 79/KMK.04/2008

Tabel 3: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok II

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan logam termasuk

meja, bangku, kursi, almari dan

sejenisnya yang bukan merupakan

bagian dari bangunan. Alat pengatur

udara seperti AC, kipas angin dan

sejenisnya.

b. Mobil, sedan, bus, truk, speed boat

dan sejenisnya.

c. Container dan sejenisnya.

Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 138/KMK.03/2002

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

19

Tabel 4: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok III

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1.

2.

Pertambangan selain minyak

dan gas

Permintalan, pertenunan dan

pendelupan

Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang

pertambangan termasuk mesin-mesin

yang mengolah produk pelican.

a. Mesin yang yang

mengolah/menghasilkan produk-

produk tekstil (misalnya kain katun,

sutra, serat-serat buatan, wol dan

bulu hewan lainnya, lena rami,

permadani, kain-kain, tule)

b. Masin untuk yang preparation,

bleaching, dyeing, printing, finishing,

texturing, packaging dan sejenisnya

Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 138/KMK.03/2002

Tabel 5: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok IV

No. Jenis Usaha Jenis Harta

1 Konstruksi c. Mesin berat untuk konstruksi

Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 138/KMK.03/2002

2.1.2.3 Tujuan dan Prosedur Pelaksanaan

Tujuan dari Revaluasi Aktiva Tetap adalah agar perusahaan dapat

menyehatkan keuangannya, sehingga lebih mencerminkan kemapuan dan nilai

perusahaan yang sebenarnya. Menurut Suandy (2003: 44) menguraikan bahwa

revaluasi aktiva tetap bagi perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Perhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekati harga

pokok yang wajar.

2. Meningkatkan struktur modal sendiri, artinya perbandingan antara pinjaman

(debt) dengan midal sendiri (equity) atau debt to equity ratio (DER) menjadi

membaik. Dengan mambaiknya DER perusahaan dapat menarik dana baik

melalui pinjaman dari pihak ketiga atau melalui emisi saham.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

20

3. Pembayaran PPh atas selisih penilaian kembali aktiva tetap sebesar 10% yang

bersifat final apakah cukup manarik bagi perusahaan untuk melakukan

revaluasi.

Sesuai dengan pasal 19 ayat (1) Undang-undang No. 17 tahun 2008.

Menteri Keungan diberi wewenang untuk menetapkan peraturan tentang

Revaluasi Aktiva Tetap. Berdasarkan Undang-undang tersebut, Menteri Keungan

telah menerbitkan Keputusan No. 486/KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002,

serta Tata Cara dan Prosedur Pelaksanaanya yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak

dalam Keputusan Dirjen Pajak Kep-519/PJ/2002 tanggal 2 Desember 2002.

Menurut Gunadi (1998: 128) menguraikan bahwa syarat bai perusahaan

(wajib pajak) untuk dapat melakukan Revaluasi Aktiva Tetap adalah:

1. Wajib pajak badan dalam negeri yang telah memenuhi semua kewajiban pajak

sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukan revaluasi.

Yang dimaksud dengan kewajiban pajak disini adalah PPh, PPn, PPmMB, dan

PBB yang terutang untuk masa sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi

dan telah dilunasi oleh wajib pajak.

2. Wajib pajak yang telah melakukan revaluasi sebelum lewat jangka waktu 5

tahun.

Lebih lanjut Gunadi (1998: 130) menguraikan kriteri aktiva tetap yang

dapat di revaluasi:aktiva tetap yang dapat di revaluasi adalah semua aktiva tetap

berwujud, seperti: tanah, bangunan, mesin, serat perlatan lainnya yang masuk

dalam kelompok 2,3,4 untuk aktiva bukan bangunan. Selai itu, aktiva tersebut

harus memiliki syarat:

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

21

1. Telah dimiliki oleh wajib pajak lebih dari 5 tahun.

2. Terletak atau berada di Indonesia.

3. Masih digunakan di Indonesia untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan.

4. Tidak bermaksud untuk dijual atau untuk dialihkan (bukan persediaan barang

dagangan).

5. Untuk seluruh aktiva memenuhi syarat di atas dan tidak boleh dilakukan untuk

sebagian aktiva.

6. Tidak dapat dilakukan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu:

a. 5 tahun setelah dilakukan penilaian kembali untuk aktiva berupa tanah

dan/atau bangunan.

b. 3 tahun setelah dilakukan penilaian kembali dapat dilakukan penilaian

kembali untuk aktiva lainnya.

7. Aktiva yang telah dinilai kembali tidak dapat dilakukan penilaian kembali

kecuali tanah.

Sebagai dasar untuk menentukan nilai aktiva tetap yang dilakukan

revaluasi adalah harga/nilai pasar wajar dari aktiva yang bersangkutan

berdasarkan perhitungan menurut Lembaga Penilai yang diakui oleh pemerintah.

Pemerintah telah mempecayakan perusahaan penilai (appraisal company) untuk

menghitung nilai pasar wajar menurut prosedur, standar penilaian dan tanggung

jawab serta integrasi dari perusahaan penilai. Dalam hal ini penilaian yang

dilakukan oleh lembaga penilai ternyata tidak wajar, maka Direktur Jenderal

Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar wajar aktiva tersebut.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

22

2.1.2.4 Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan

Menurut Mardiasmo (2011: 159) bahwa untuk menghitung besarnya

penysusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan

Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:

a. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 4 tahun.

b. Kelompok 2: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 8 tahun.

c. Kelompok 3: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 16 tahun.

d. Kelompok 4: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 20 tahun.

2. Harta berwujud yang berupa bangunan

Harta berwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Permanen. Masa manfaatnya 20 tahun

b. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan

yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.

Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight

line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak

diperkenankan untuk memilih salah satu untuk melakukan penyusutan. Metode

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

23

garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap

berwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan dipergunakan

untuk kelompok harta berwujud bukan banguna saja.

Tabel 6: Pengelompokan Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutannya

(Menurut UU Perpajakan)

Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Depresiasi

Garis Lurus Saldo Menurun

1. Bukan Bangunan

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

4 tahun

8 tahun

16 tahun

20 tahun

25%

12.5%

6.25%

5%

50%

25%

12.5%

10%

2. Bangunan

Permanen

Tidak Permanan

20 tahun

10 tahun

5%

10%

-

-

Sumber: Mardiasmo (2011: 160

2.1.2.5 Revaluasi Aktiva Teteap Berdasarkan Standar Akuntansi Keunagan

Revaluasi aktiva tetap dalam akuntansi pada umumnya tidak

diperkenankan kecuali ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah, misalnya

peraturan perpajakan. Dalam PSAK 16 16 (2007: 102) disebutkan bahwa:

penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena standar

akuntansi keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau

harga pertukaran. Penimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan

ketentuan pemerintah. Dalam hal ini, laporan keuangan harus menjelaskan

mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva

tetap serta pangaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan

perusahaan. Selisih revaluasi dengan nilai buku (nilaui tercatat) aktiva tetap

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

24

dibukukkan dalam akun modal dengan nama “selisih penialaian kembali aktiva

tetap”.

Revaluasi atau pernyataan kembali (restatement) aktiva dan kewajiban

menimbulkan kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi defenisi

penghasilan dan beban, menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan

dan penurunan ini tidak dimaksudkkan dalam laporan laba rugi. Sebagai

alternative pos ini dimasukkan ke dalam ekiutas sebagai penyesuaian

pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

2.1.2.6 Selisih Lebih Akibat Revaluasi Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-

Undang Pajak

Selisih revaluasi adalah selisih antara nilai baru aktiva tetap setelah

dilakukan revaluasi dengan nilai buku aktiva secara fiscal sebelum penilaian

kembali. Atas selisih lebih tersebut dikenakan tarif PPh 10% final (Surat

Keputusan Menteri Keungan RI No. 486/KMK.03/2002, pasal 5 ayat (1). Untuk

menghitung besarnya PPh terutang dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Jika tidak ada sisa kerugian yang secara fiscal masih dapat dikompensasikan,

maka selisih lebih revaluasi merupakan dasar penghitungan pajak yang harus

dibayar.

2. Jika ada kerugian tahun-tahun sebelumnya yang secara fiskla masihdapat

dikompensasi,maka selisih lebih revaluasi tersebut harus dikompensasi

terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tersebut, dan apabila ada kelebihan

merupakan dasar perhitungan pajak yang harus dibayar.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

25

Yang dimaksud dengan kerugian fiskal adalah jumlah kerugian yang telah

dikeluarkan melalui Surat Ketetapan oleh KPP. Dalam hal KPP belum

menetapkan kerugian fiskal tersebut, maka kerugian fiskal dihitung atas dasar

lapoan keuangan wajib pajak. Apabila setelah dilakukan Pemeriksanaan oleh KPP

ternyata kerugian fiskal tersebut berbeda dengan kerugian yang sebagaimana

dalam laporan keuangan wajib apajak, maka akan diadakan Koreksi atas PPh

terhitung.

Perlakuan PPh atas selisih lebih revaluasi dibukukan dalam perkiraan

tersendiri”Selisih Penilaian Kembali Aktiva” dan termasuk kelompok modal. Bagi

para pemegang saham yang menerima saham bonus akibat pencatatan tambahan

modal saham, tidak dikenakan PPh. Perkiraan ini dapat juga digunakan sebagai

tambahan modal cadangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rully Walun

Dyatmoko tahun 2009 dengan judul penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap

Berwujud Terhadap Revaluasi Aktiva Tetap Berwujud pada PT. Wijaya Karya

Beton. Objek penelitian adalah Revaluasi Aktiva Tetap Berwujud dan Revaluasi

Aktiva Tetap Berwujud., hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa, revaluasi aktiva tetap berwujud yang dilakukan PT.

Wijaya Karya Beton terhadap pajak penghasilan badan menguntungkan karena

pajak penghasilan badan yang harus dibayar berkurang sehingga beban

perusahaan dalam membayar pajak penghasilan berkurang. Berdasarkan

kesimpulan di atas, peneliti mengimplementasikan bahwa perusahaan sebaiknya

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

26

melakukan revaluasi karena pajak pengahasilan badan berkurang akibat dari

meningkatnya total beban penyusutan aktiva tetap sehngga perusahaan dapat

melakukan penghematan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa, tahun 2006 dengan judul

penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Pajak Penghasilan

Terutang Pada Perusahaan Tegel Indah Cemerlang Malang”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Estimasi selisih beban penyusutan fiskal tersebut digunakan

sebagai menambah/mengurangi pajak penghasilan terutang perusahaan apabila

tidak dilakukan revaluasi, sehingga akan diperoleh jumlah pajak penghasilan yang

akan dibayar oleh perusahaan. Dari hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa

dalam jangka pendek jumlah pajak penghasilan terutang akan mengalami

penurunan yang cukup signifikan apabila melakukan revaluasi aktiva tetap pada

tahun pertama. Sehingga PPh yang harus dibayar akan berkurang. Tetapi dalam

jangka panjang akibat revaluasi terhadapa estimasi pembanyaran Pph terutang

pengaruhnya kecil sekali. Tetapi kewajaran laporan keuangan akan lebih akurat.

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengimplikasiakan bahwa

sebaiknya Perusahaan Tegel Indah Cemerlang Malang sebelum mengambil suatu

keputusan , dalam ini keputusan mengenai revaluasi aktiva tetap, sebaiknya pihak

perusahaan perlu membuat suatu pertimbangan-pertimbangan, baik untuk pendek

maupun untuk jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan

perusahaan.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wahyu Kusuma

Wardani, tahun 2006 dengan judul penelitian “Revaluasi Aktiva Tetap dan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

27

Pengaruhnya Pada Pajak Penghasilan yang Terutang Pada CV. Setia Kawan

Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat selisih yang

menguntungkan yaitu naiknya Aktiva Tetap adalah jika membandingkannya

(berkenaan dengan nilai tukar rupiah yang disebabkan karena perubahan

moneter). Sedangkan untuk melihat bahwa Pajak Penghasilan setelah revaluasi

lebih menguntungkan adalah jika membandingkan Pajak Penghasilan sebelum

direvaluasi dengan Pajak Penghasilan Setelah direvaluasi. Hasil Perhitungan

dengan menggunakan Revaluasi Aktiva Tetap yang dilakukan maka terdapat

perbedaan pada neraca dan laba rugi, yaitu adanya kenaikan pada nilai Aktiva

Tetap menjadi RP 11.056.802.317,22 dan pada modal usaha berubah menjadi Rp

30.594.153,67. Sedangkan untuk Administrasi dan Umum berubah menjadi Rp

2.065.343.000,00. Sehingga keuntungan yang didapat setelah revaluasi sebesar Rp

24.601.730,03. Dari hasil analisis penggunaan Revaluasi Aktiva Tetap, sesuai

dengan tolok ukur yang digunakan, maka Aktiva Tetap yang lebih besar secara

ekonomi dapat menguntungkan; dan pajak Penghasilan setelah Revaluasi lebih

menguntungkan. Berdasarkan hipotesis diatas, penulis dapat menyarankan bahwa

sebaiknya CV. Setia Kawan Tulungagung lebih sering melakukan Revaluasi

untuk Aktiva Tetap dalam pengaruhnya yang lebih menguntungkan pada Pajak

Penghasilan yang terutang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat paa tabel berikut:

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

28

Tabel 7: Penelitian Terdahulu

Nama

Penelitian Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Rully Walun

Dyatmoko,

2009

Pengaruh Revaluasi

Aktiva Tetap Berwujud

Terhadap Pajak

Penghasilan Badan

pada PT. Wijaya Karya

Beton

Revaluasi Aktiva

Tetap Berwujud

dan Pajak

Penghasilan Badan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa, revaluasi aktiva tetap berwujud

yang dilakukan PT. Wijaya Karya Beton

terhadap pajak penghasilan badan

menguntungkan karena pajak penghasilan

badan yang harus dibayar berkurang

sehingga beban perusahaan dalam

membayar pajak penghasilan berkurang.

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti

mengimplementasikan bahwa perusahaan

sebaiknya melakukan revaluasi karena

pajak pengahasilan badan berkurang akibat

dari meningkatnya total beban penyusutan

aktiva tetap sehngga perusahaan dapat

melakukan penghematan pajak.

Mustofa,

2006

Pengaruh Revaluasi

Aktiva Tetap Terhadap

Pajak Penghasilan

Terutang Pada

Perusahaan Tegel Indah

Cemerlang Malang

- Revaluasi Aktiva

Tetap

- Pajak Penghasilan

Terutang

Untuk mengetahui pengaruh revaluasi

aktiva tetap terhadap pajak penghasilan

terutang perusahaan, dihitung beban

penyusutan fiskal aktiva tetap yang

direvaluasi untuk alternatif dilakukan

revaluasi dan tidak dilakuakan revaluasi

aktiva tetap. Estimasi selisih beban

penyusutan fiskal tersebut digunakan

sebagai menambah/mengurangi pajak

penghasilan terutang perusahaan apabila

tidak dilakukan revaluasi, sehingga akan

diperoleh jumlah pajak penghasilan yang

akan dibayar oleh perusahaan. Dari hasil

analisis tersebut, dapat diketahui bahwa

dalam jangka pendek jumlah pajak

penghasilan terutang akan mengalami

penurunan yang cukup signifikan apabila

melakukan revaluasi aktiva tetap pada

tahun pertama. Sehingga Pph yang harus

dibayar akan berkurang. Tetapi dalam

jangka panjang akibat revaluasi terhadapa

estimasi pembanyaran Pph terutang

pengaruhnya kecil sekali. Tetapi kewajaran

laporan keuangan akan lebih akurat.

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis

dapat mengimplikasiakan bahwa sebaiknya

Perusahaan Tegel Indah Cemerlang

Malang sebelum mengambil suatu

keputusan , dalam ini keputusan mengenai

revaluasi aktiva tetap, sebaiknya pihak

perusahaan perlu membuat suatu

pertimbangan-pertimbangan, baik untuk

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

29

pendek maupun untuk jangka panjang,

sehingga keputusan yang diambil tidak

merugikan perusahaan.

Fitria

Wahyu

Kusuma

Wardani,

2006

Revaluasi Aktiva Tetap

dan Pengaruhnya Pada

Pajak Penghasilan yang

Terutang Pada Cv. Setia

Kawan Tulungagung

- Revaluasi Aktiva

Tetap

- Pajak Penghasilan

yang Terutang

Untuk menentukan bahwa terdapat selisih

yang menguntungkan yaitu naiknya Aktiva

Tetap adalah jika membandingkannya

(berkenaan dengan nilai tukar rupiah yang

disebabkan karena perubahan moneter).

Sedangkan untuk melihat bahwa Pajak

Penghasilan setelah revaluasi lebih

menguntungkan adalah jika

membandingkan Pajak Penghasilan

sebelum direvaluasi dengan Pajak

Penghasilan Setelah direvaluasi. Hasil

Perhitungan dengan menggunakan

Revaluasi Aktiva Tetap yang dilakukan

maka terdapat perbedaan pada neraca dan

laba rugi, yaitu adanya kenaikan pada nilai

Aktiva Tetap menjadi RP

11.056.802.317,22 dan pada modal usaha

berubah menjadi Rp 30.594.153,67.

Sedangkan untuk Administrasi dan Umum

berubah menjadi Rp 2.065.343.000,00.

Sehingga keuntungan yang didapat setelah

revaluasi sebesar Rp 24.601.730,03. Dari

hasil analisis penggunaan Revaluasi Aktiva

Tetap, sesuai dengan tolok ukur yang

digunakan, maka Aktiva Tetap yang lebih

besar secara ekonomi dapat

menguntungkan; dan pajak Penghasilan

setelah Revaluasi lebih menguntungkan.

Berdasarkan hipotesis diatas, penulis dapat

menyarankan bahwa sebaiknya CV. Setia

Kawan Tulungagung lebih sering

melakukan Revaluasi untuk Aktiva Tetap

dalam pengaruhnya yang lebih

menguntungkan pada Pajak Penghasilan

yang terutang.

Sumber: Olahan Data 2012

2.3 Kerangka Pemikiran

Revaluasi dapat merupakan penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan

karena nilai aktiva tetap dianggap tidak lagi mencerminkan nilai yang

sesungguhnya. Revaluasi dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan nilai

aktiva tetap. Nilai wajar yang digunakan dalam menerapkan model revaluasi

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

30

ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tentukan nilai pasar

aktiva yang bersangkutan, (2) jika tidak mendapat nilai pasar aktiva yang

bersangkutan, tentukan nilai pasar aktiva sejenis, dan (3) jika tidak terdapat nilai

pasar aktiva sejenis, lakukan penilaian dengan menggunakan teknik-teknik

penilaian yang diterima secara umum, atau dengan menggunakan jasa penilai

independen.

Adanya pelaksanaan revaluasi aktiva tetap akan memberikan dampak

pada pajak penghasilan terutang khususnya pada perusahan, karena pajak

penghasilan merupakan merupakan salah satu pajak langsung yang dipungut

pemerintah pusat atau merupakan pajak negara. Sebagai pajak langsung maka

beban pajak tersebut menjadi tanggungan wajib pajak yang bersangkutan dalam

arti bahwa beban pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain

dengan cara memasukkan beban pajak ke dalam kalkulasi harga jual. Sebagai

pajak langsung, pajak penghasilan dipungut secara periodik terhadap kumpulan

penghasilan yang diperoleh atau yang diterima oleh wajib pajak selama satu tahun

pajak. Dengan demikian, maka dengan adanya revaluasi aktiva tetap akan

mengurangi pajak pengasilan terutang suatu perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Penelitian ini akan menggambarkan

bagaimana pengaruh revaluasi aktiva tetap terhadap pajak penghasilan terutang

badan. Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka di atas, maka secara

skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

31

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Permasalahan Penelitian Berdasarkan fenomena dan Kesediaan teoritis serta studi empiris tentang revaluasi

aktiva tetap dan pajak penghasilan terutang pada PT. Sinar Karya Gorontalo, menunjukkan bahwa dengan melakukan revaluasi terhadap aktiva tetap akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap pendapatan yang diterima setelah pajak. Dengan demikian, maka mengingat pentingnya revaluasi untuk mengurangi pajak penghasilan terutanga, di satu sisi dan penghematan pengeluaran pajak bagi operasional perusahaan sehari-hari. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai revaluasi aktiva tetap untuk mengurangi pajak penghasilna terutangmaka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memformulasikan judul penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap terhadap Pajak Penghasilan Terutang Badan pada PT. Sinar Karya Cahaya Kota Gorontalo”

Dasar Teori Revaluasi aktiva tetap adalah suatu proses dari pihak

perusahan untuk menghitng atau menilai kembali suatu

aktiva tetap/asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut

melalui Lembaga Penilai (appraisal campany) yang

ditunjuk oleh pemerintah untuk melkukan kegiatan

revaluasi tersebut, sebagai bagian dalam rangka

perhitungan penyusutan aktiva tersebut untuk tahun-tahun

berikutnya.

Sedangkan pajak penghasilan terutang merupakan

Penghasilan tercantum Undang-undang Nomor 36 tahun

2008 tentang Pajak Penghasilan. Di dalam ketentuan

tersebut disebutkan: Yang menjadi Objek Pajak adalah

penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama

dan dalam bentuk apapun

Penelitian Terdahulu 1. Rully Walun Dyatmoko (2009) dengan judul

penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap

Berwujud Terhadap Pajak Penghasilan Badan pada

PT. Wijaya Karya Beton”

2. Mustofa (2006) dengan judul penelitian “Pengaruh

Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Pajak

Penghasilan Terutang Pada Perusahaan Tegel Indah

Cemerlang Malang”.

3. Fitria Wahyu Kusuma Wardani (2006) dengan

judul penelitian “Revaluasi Aktiva Tetap dan

Pengaruhnya Pada Pajak Penghasilan yang

Terutang Pada CV. Setia Kawan Tulungagung

Diduga Revaluasi Aktiva Tetap Berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan Terutang Badan

Variabel X: Revaluasi Aktiva Tetap

Variabel Y:

Pajak Penghasilan

Terutang Badan

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.ung.ac.id/2204/5/2012-2-62201-241408063-bab2-05022013010642.pdfpembebanan tidak langsung atas barang publik serta

32

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: terdapat pengaruh revaluasi aktiva

tetap terhadap pajak penghasilan terutang badan pada PT. Sinar Karya Cahaya

Kota Gorontalo.