bab ii tinjauan pustaka 2.1.piutang usaha 2.1.1...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Piutang Usaha 2.1.1. Pengertian Piutang Usaha Piutang merupakan segala bentuk tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya dapat dilakukan, dalam bentuk uang, barang maupun jasa. Sedangkan pengertian piutang untuk tujuan akuntansi adalah segala tagihan yang pelunasannya dengan menggunakan uang. Menurut Mulyadi (2002: 87) “Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa, yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok, piutang usaha, dan piutang non usaha. Menurut Skousen (2004: 479) “Secara umum istilah piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi untuk tujuan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai (kas). Piutang usaha umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal, perusahaan atau entitas, yaitu penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan

Upload: phungbao

Post on 15-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Piutang Usaha

2.1.1. Pengertian Piutang Usaha

Piutang merupakan segala bentuk tagihan atau klaim perusahaan kepada

pihak lain yang pelunasannya dapat dilakukan, dalam bentuk uang, barang

maupun jasa. Sedangkan pengertian piutang untuk tujuan akuntansi adalah segala

tagihan yang pelunasannya dengan menggunakan uang. Menurut Mulyadi (2002:

87) “Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa,

yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus

kegiatan perusahaan”.

Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok, piutang usaha,

dan piutang non usaha. Menurut Skousen (2004: 479) “Secara umum istilah

piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi

untuk tujuan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup

yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai

dengan diterimanya uang tunai (kas).

Piutang usaha umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari

piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal, perusahaan atau entitas, yaitu

penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat

diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan

sebagai wesel tagih (Notes Receivable). Piutang usaha umumnya merupakan

jumlah yang material di necaca dibandingkan dengan piutang non usaha.

Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa

kepada pihak luar seperti misalnya, piutang kepada karyawan, piutang penjualan

saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan

bunga. Piutang non usaha biasanya disajikan di neraca secara terpisah. Jika

piutang non usaha tersebut diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka

piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari

satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan

dilaporkan dibawah judul Investasi. Penyajian piutang di neraca menurut Mulyadi

(2002: 88)

a. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkiran dapat

ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca

dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya

piutang.

b. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus

dicantumkan pengungkapan di neraca bahwa saldo piutang tersebut adalah

jumlah bersih (netto).

c. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan

rinciannya di neraca

d. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada

tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar

e. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari

piutang usaha.

1.1.2. Penilaian Piutang Usaha

Secara teori, semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai

sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa mendatang. Oleh karena piutang

usaha berjangka pendek, biasanya ditagih dalam 30 hingga 90 hari. Bunganya

akan relatif lebih kecil dari jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari penilaian

piutang usaha pada nilai sekarang yang didiskontokan, piutang dilaporkan sebagai

nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini

berarti bahwa piutang usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi

piutang tak tertagih dan potongan dagang. Tujuannya adalah untuk melaporkan

piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan dapat

diterima secara tunai.

Menurut Reeves (2001:327) Terdapat dua metode akuntansi untuk

mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Metode penyisihan

(allowance method) membuat akun beban piutang tak tertagih dimuka sebelum

piutang tersebut dihapus. Prosedur lain yang dinamakan dengan metode

penghapusan langsung (direct write of method), mengakui beban hanya pada saat

piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi.

2.1.3 Pengelolaan Piutang

Pengendalian terhadap piutang harus diikuti dengan adanya suatu sistem

administrasi yang baik. Administrasi piutang umumnya membantu dalam

meminimalkan penyelewengan serta mempercepat dan mempermudah pelayanan

kepada pelanggan ataupun calon pelanggan. Menurut M. Samsul (1993: 350)

tujuan dari administrasi piutang adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi untuk penagihan tepat waktu.

2. Meyakinkan jumlah piutang itu memang benar atau terbukti.

3. Untuk mendapatkan dasar di dalam membuat penghapusan piutang.

4. Menentukan likuiditas, untuk mengelompokkan ke aktiva lancar atau aktiva

lain-lain.

5. Sebagai kontrol terhadap saldo buku besar piutang.

Piutang merupakan salah satu elemen modal kerja yang selaludalam

keadaan berputar. Dimana periode perputaran piutang dimulai pada saat kas

dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan, kemudian persediaan dijual secara

kredit sehingga menimbulkan piutang , dan piutang berubah kembali menjadi kas

saat diterima pelunasan piutang dari pelanggan. Bambang Riyanto (2011)

Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang

tergantung kepada syarat pembayaranny , berarti makin lama modal terikat pada

piutang yang berarti bahwatingkat perputarannya selama periode tertentu adalah

makin rendah.

Fungsi Pengelolaan Piutang adalah cara untuk mengendalikan piutang

dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan anggaran yang sudah ditetapkan dan

terhindar dari berbagai penyimpanan dana kas Bambang Riyanto (2011). Dalam

pengendalian piutang dibutuhkan suatu usaha untuk mengawasi setiap

perkembangan yang terjadi baik dari jumlah atau kuantitasnya, waktu, maupun

keadaan debitur. Selain hal tersebut, perusahaan perlu menetapkan kebijakan

piutang yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi

masalah piutang perusahaan. Untuk melaksanakan pengendalian kredit atas dana

yang tertanam pada piutang, maka manajer harus memperhatikan beberapa faktor

yang perlu dipertimbangkan oleh manajer perusahaan. Menurut Lukman

Syamsuddin (2007: 257), syarat kredit yang perlu diperhatikan oleh pihak manajer

antara lain :

1. Biaya-biaya administrasi

Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan, maka

berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak dapat

dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut juga akan

semakin besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat, maka jumlah

penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugas-tugas itu pun

akan semakin kecil dan tugas-tugas itu pun akan semakin sedikit. Dengan

demikian, dapat diperkirakan bahwa pelunasan standar kredit yang lebih ketat

akan mengurangi biaya-biaya administrasi.

2. Investasi dalam piutang

Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu. Semakin

besar piutang, semakin besar pula biayanya (carrying cost), demikian pula

sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang digunakan,

maka rata-rata jumlah piutang akan mengecil. Perubahan rata-rata piutang

dikaitkan dengan perubahan standar kredit disebabkan oleh faktor perubahan

volume penjualan dan perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang.

Perlunakan standar kredit diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan

sedangkan standar kredit yang diperketat akan menurunkan volume penjualan.

3. Kerugian piutang (Bad debt expanses)

Probabilitas resiko kerugian piutang atau bad debt expanses akan semakin

meningkat dengan perlunakan standar kredit, dan akan menurun bilamana

standar kredit di perketat.

4. Volume penjualan

Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan.

Bilamana standar kredit yang diperlunak maka diharapkan akan dapat

meningkatkan volume penjualan, sedangkan sebaliknya yang diterapkan di

mana perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat

diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun.

2.1.4. Kebijaksanaan Fungsi Pengelolaan Piutang

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam hal kebijaksanaan

piutang menurut Gunawan Adisaputra (2003: 64) dalam Hartati (2010), antara

lain:

1. Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus digunakan mengurusi piutang,

yang mana tugasnya meliputi:

a. Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit.

b. Menyeleksi calon debitur.

c. Membukukan transaksi kredit yang terjadi.

d. Melakukan penagihan piutang.

e. Membukukan piutang.

f. Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut usianya

masing-masing.

g. Membuat analisa dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk

investasi.

h. Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang.

i. Membuat laporan tentang Fungsi Pengelolaan Piutang baik para

pengambil keputusan tentang piutang.

2. Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk digunakan sebagai

pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang, yang meliputi:

a. Penentuan plafond kredit untuk berbagai jenis/tingkatan debitur.

b. Penentuan jangka waktu kredit.

c. Pedoman melakukan seleksi calon kerja debitur.

d. Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat dibenarkan

sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang ragu-ragu.

e. Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk administrasi piutang.

3. Penentuan kriteria untuk mengukur efisiensi Fungsi Pengelolaan Piutang

Berbagai kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator efisiensi Fungsi

Pengelolaan Piutang, antara lain:

a. Tingkat perputaran piutang.

b. Persentase piutang yang tak tertagih

c. Biaya Fungsi Pengelolaan Piutang, yang terdiri dari:

1. Biaya modal

2. Biaya adminstrasi piutang

3. Biaya piutang yang tak tertagih

Biaya ini berbeda dari waktu ke waktu karena:

1. Perbedaan jumlah langganan yang harus dilayani

2. Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus dikelola

3. Perbedaan fungsi piutang atau penjualan kredit dari waktu ke waktu

berhubungan dengan adanya perbedaan kondisi dan situasi ekonomi secara

umum.

4. Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan.

2.2. Konsep Pengendalian Intern

2.2.1. Arti Penting Pengendalian Intern

Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-

masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional

perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan

Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan

mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aset

perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang

disajikan akurat dan meyakinkan, bahwa hukum serta peraturan telah diikuti.

Metode pemrosesan merupakan sarana yang digunakan oleh sebuah sistem untuk

mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi. Metode ini dapat

bersifat manual dan komputerisasi. Pengendalian internal memberikan jaminan

yang memadai bahwa:

1. Aset dilindungi dan digunakan untuk mencapai tujuan usaha

2. Informasi bisnis akurat

3. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan

Pengendalian internal dapat melindungi aset dari pencurian, penggelapan,

penyalahgunaan, atau penempatan aset pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu

pelanggaran paling serius terhadap pengendalian internal adalah penggelapan oleh

karyawan. Penggelapan oleh karyawan (employee fraud) adalah tindakan

disengaja untuk menipu majikan demi keuntungan pribadi. Penipuan tersebut bisa

mengambil bentuk mulai dari pelaporan beban yang berlebihan untuk ongkos

perjalanan agar mendapat penggantian yang lebih besar dari kantor hingga

penyelewengan jutaan dolar melalui tipuan yang rumit.

Informasi bisnis yang akurat diperlakukan demi keberhasilan usaha.

Penjagaan aset dan informasi yang akurat sering berjalan seiring. Sebabnya adalah

karena karyawan yang ingin menggelapkan aset juga perlu menutupi penipuan

tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi.

Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku

serta standar pelaporan keuangan. Contoh-contoh dari standar serta peraturan

tersebut meliputi ketentuan mengenai lingkungan hidup, syarat-syarat kontrak,

peraturan keselamatan, dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally

accepted principles-GAAP).

Arti penting pengendalian intern telah diakui oleh berbagai literatur

professional selama bertahun-tahun. Sebuah publikasi dari AICPA pada tahun

1947 berjudul Internal Control, menyebutkan faktor-faktor berikut sebagai

pendorong atas semakin luasnya pengekuan tentang pengendalian intern:

a. Lingkup dan besarnya perusahaan sudah menjadi sedemikian kompleks dan

meluas sehingga manajemen tidak mungkin lagi memimpin perusahaan secara

langsung. Untuk mengatasi hal itu, manajemen harus mengandalkan pada

sejumlah laporan dan analisis agar dapat mengendalikan perusahaan secara

efektif.

b. Pengecekan dan review yang melekat pada suatu system pengendalian intern

yang baik, akan dapat melindungi perusahaan dari kelemahan manusiawi dan

mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.

c. Ditinjau dari segi auditing, system pengendalian itern yang berlaku pada

perusahaan klien akan sangat bermanfaat dalam membatasi lingkup audit.

Dengan adanya keterbatasan waktu dan besarnya honorarium audit, pada

umumnya tidaklah praktis bagi auditor untuk melakukan audit, tanpa

mengandalkan pada sistem pengendalian intern yang berlaku pada perusahaan

klien.

COSO memandang pengendalian internal merupakan suatu proses yang

dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan kerja lainnya,

yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian

tujuan dalam hal-hal berikut:

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku

c. Efektivitas dan Efisiensi Operasi.

Pengendalian internal berada dalam proses manajemen dasar, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Pengendalian bukanlah sesuatu yang

ditambahkan dalam proses manajemen tersebut, akan tetapi merupakan bagian

integral dalam proses tersebut. Konsep-konsep dasar yang terkandung dalam

definisi di atas adalah sebagai berikut:

a. Pengendalian Intern adalah suatu proses. Ini berarti bahwa pengendalian intern

merupakan cara mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian intern

terdiri dari serangkaian tindakan yang melekat dan terintegrasi dalam

infrastruktur suatu usaha.

b. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan

hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga

orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan

komisaris, manajemen, serta personil lainnya.

c. Pengendalian intern hanya diharapkan memberikan keyakinan memadai,

bukannya keyakinan penuh, bagi manajemen dan dewan komisaris satuan

usaha karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh

sistem pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan

manfaat yang bersangkutan dengan penetapan pengendalian tersebut.

d. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam

berbagai hal yang satu sama lain tumpang tindih yaitu pelaporan keuangan,

kesesuaian, dan operasi.

Untuk memberikan kerangka atau struktur yang perlu dipertimbangkan

oleh banyak pengendalian intern dalam upaya mencapai tujuan satuan usaha,

COSO merumuskan lima komponen pengendalian intern yang saling berkaitan

adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor lingkungan

pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan

entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan

otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan

orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board.

2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk

mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan

dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.

3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-

kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk

membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.

4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem yang

memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar informasi yang

diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.

5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau,

proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini

dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang

terpisah atau kombinasi dari keduanya.

Dalam teori akuntansi dan organisasi pengendalian intern atau kontrol

intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya

manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu

organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern

merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber

daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan

mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik

yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak (seperti reputasi atau hak

kekayaan intelektual seperti merek dagang).

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Sistem Pengendalian Internal, antara

lain:

a. Menurut Mulyadi (2002: 181), menyatakan bahwa, “Sistem Pengendalian

Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,

manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan

memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan

keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas

dan efisiensi operasi”

b. Menurut Niswonger Warren Reeve Fees (2000: 183), “Pengendalian Internal

(internal control) merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva

dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan

memastikanbahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana

mestinya.”

c. Dalam arti sempit yang di kemukakan oleh Baridwan (1998: 97),

”Pengendalian Internal merupakan pengecekan penjumlahan, baik

penjumlahan mendatar (cross footing) maupun penjumlahan menurun

(footing). Dalam arti yang luas, pengendalian internal tidak hanya meliputi

pekerjaan pengecekan tetapi juga meliputi semua alat-alat yang dipergunakan

manajemen untuk mengadakan pengawasan.

Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, kita dapat

memahami bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri dari

kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk

memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu

yang saling berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap

kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan-

tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya

penggelapan (fraude) baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

2.2.2. Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan pertama dirancangnya pengendalian intern dari segi pandang

manajemen ialah untuk dapat diperolehnya data yang dapat dipercaya, yaitu jika

data lengkap, akurat, unik, dan reasonable, dan kesalahan-kesalahan data yang

dideteksi. Tujuan berikutnya adalah dipatuhinya kebijakan akuntansi, yang akan

dicapai jika data yang diolah tepat waktu, penilaian, klasifikasi, dan pisah batas

waktu terjadinya transaksi akuntansi tepat. Tujuan selanjutnya adalah asset, yaitu

dengan adanya otorisasi, distribusi output, data valid dan diolah serta disimpan

secara aman.

Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan

telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini seringkali

disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian internal

entitas tersebut. Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam

merancang pengendalian internal yang efektif:

1. Reliabilitas pelaporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk

menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya.

Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun professional untuk

memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan

persyaratan pelaporan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah

memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.

2. Efisiensi dan efektifitas operasi. Pengendalian dalam perusahaan akan

mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk

mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari

pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan non keuangan

yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan

keputusan.

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan. Section 404 mengharuskan semua

perusahaan public mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan

pengendalian internal atas laporan keuangan.

Menurut Sanyoto (2007: 259) Suatu pengendalian intern yang baik dalam

perusahaan dapat memberikan keuntungan sangat berarti bagi perusahaan itu

sendiri, karena:

a. Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi,

sehingga akan menghasilkan laporan yang benar.

b. Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan

penggelapan-penggelapan.

c. Kegiatan organisasi akan dapat dilaksanakan dengan efisien

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan,

e. Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian substantive atas

bahan bukti/data yang cukup besar oleh akuntan publik.

Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, kita dapat

memahami bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri dari

kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk

memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu

yang saling berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap

kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan-

tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya

penggelapan (fraude) baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

2.2.3. Karakteristik dan Keterbatasan Pengendalian Internal

2.2.3.1. Karakteristik Pengendalian Internal

Pengendalian Internal yang baik memiliki karakteristik yang meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1) suatu rencana organisasi yang memungkinkan adanya pemisahan

pertanggungjawaban fungsi secara tepat,

2) suatu sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat untuk

memungkinkan Accounting Control, yang memadai terhadap aktiva, hutang,

pendapatan dan biaya,

3) praktek yang sehat diikuti dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap

bagian organisasi, dan

4) kualitas pengamat yang cocok dengan tanggungjawabnya.

Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya pengendalian internal

yang efektif. Rencana organisasi, sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang

tepat, praktek yang sehat serta kualitas pengamat yang cocok harus terintegrasi

dengan baik dalam pelaksanaan tugasnya. Kelancaran pekerjaan akan

memudahkan pengendalian internal terlaksana dalam mencapai tujuan

2.2.3.2. Keterbatasan Pengendalian Internal

Salah satu konsep dasaryang telah disebutkan adalah bahwa pengendalian

intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan

komisaris sehubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.Alasannya adalah

karena keterbatasan bawaan (inherent limitations) pada setiap struktur

pengendalian intern perusahaan.

Keterbatasan yang terdapat dalam pengendalian internal dapat

mengakibatkan tujuan dari pengendalian internal tidak akan tercapai.

Keterbatasan-keterbatasan tersebut menurut Mulyadi (2002: 181) adalah:

a. Kesalahan dalam pertimbangan

Kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau

dalam melaksanakan tugas rutin yang biasanya dilakukan oleh manajemen

atau personel lain. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh tidak memadainya

informasi yang diterima, keterbatasan waktu, dan tekanan lain.

b. Gangguan

Adanya kekeliruan dalam memahami perintah, terjadinya kesalahan karena

kelalaian dan perubahan yang bersifat sementara atau permanent dalam

personil atau dalam sistem dan prosedur yang diterapkan.

c. Kolusi

Kerja sama antara pihak-pihak yang terkait, yang mana seharusnya antara

pihak-pihak tersebut saling mengawasi, tetapi malah saling bekerja sama

untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang dibuat baik secara sengaja maupun

tidak sengaja.

d. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan

semata-mata untuk kepentingan pribadinya sehingga pengendalian internal

tidak berfungsi secara baik.

e. Biaya lawan manfaat

Biaya yang telah dikeluarkan untuk penerapan pengendalian internal tidak

boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari adanya penerapan pengendalian

internal tersebut.

Perlu diingat bahwa sistem pengendalian intern yang terbaik adalah bukan

struktur pengendalian yang seketat mungkin secara maksimal, sistem

pengendalian intern juga memiliki keterbatasan-keterbatasan.

Adapun kelemahan atau keterbatasan yang melekat pada sistem

pengendalian intern menurut Sanyoto (2007: 253) yaitu sebagai berikut:

1. Persekongkolan.

Pengendalian intern mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari

sejauh mungkin, misalnya dengan mengharuskan giliran bertugas, larangan

dalam menjalankan tugas-tugas yang bertentangan oleh mereka yang

mempunyai hubungan kekeluargaan, keharusan mengambil cuti dan

seterusnya. Akan tetapi pengendalian intern tidak dapat menjamin bahwa

persekongkolan tidak terjadi.

2. Perubahan

Struktur pengendalian intern suatu organisasi harus selalu diperbaharui sesuai

dengan kondisi dan tekhnologi

3. Kelemahan Manusia

Banyak kebobolan terjadi pada saat pengendalian intern yang secara teoritis

sudah baik. Hal tersebut dapat terjadi karena melemahnya pelaksanaan yang

dilakukan oleh personil yang bersangkutan. Oleh karena itu personil yang

paham dan kompeten untuk menjalankannya merupakan salah satu unsure

terpenting dalam pengendalian intern.

4. Azas Biaya Manfaat

Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaannya.Biaya

untuk mengendalikan hal-hal tertentu mungkin melebihi kegunaannya, atau

manfaat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan (cost benefit

analysis).

2.3.Penelitian Terdahulu

Tabel 1 : Penelitian Terdahulu

Sumber : Data diolah, 2012

Variabel Peneliti Objek

Penelitian Hasil

Analisis

Pengendalian Intern

Piutang Usaha Pada PT. SFI Medan

Dian Hartati

Universitan

Sumatra Utara

PT. SFI Medan 1. Secara keseluruhan, pengendalian intern terhadap

piutang usaha pada PT. SFI medan berjalan cukup

efektif, dimana manajemen perusahaan sudah menerapkan konsep dasar dan prinsip-prinsip

pengendalian intern, namun disisi lain terdapat

beberapa prosedur yang belum mencerminkan konsep pengendalian intern.

2. Lingkungan Pengendalian terhadap Piutang usaha

PT. SFI Medan sudah berjalan dengan efektif, hal ini ditandai salah satunya dengan penerapan SOP

(Standard Operating Procedures) pada divisi

collection. 3. Penentuan resiko terhadap piutang usaha pada PT.

SFI Medan kurang efektif karena fungsi yang

melakukan penagihan piutang tidak diasuransikan oleh perusahaan.

4. Informasi dan komunikasi mengenai piutang usaha

telah diterapkan cukup efektif baik informasi yang disampaikan oleh manajemen kepada bawahannya

maupun informasi yang berasal dari karyawan

kepada manajemen. Pengaruh sistem

pengendalian intern

piutang terhadap kelancaran

penerimaan piutang

pada koperasi karyawan omedata

(kko)

Saputri Utami

UPI

Koperasi Karyawan

Ome data

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positive antara sistem pengendalian

intern piutang dengan kelancaran penerimaan piutang sebesar r = 0,391. besarnya pengaruh

sistem pengandalian intern piutang terhadap

kelancaran penerimaan piutang sebesar 15,3%, sedangkan sisanya 84,7% dipengaruhi oleh factor-

faktor lain seperti sistem pembayaran piutang yang

di potong langsung dari gaji karyawan melalui payroll pada PT. Omedata Electronics, dan faktor

internal dari anggota KKO

Analisis sistem pengendalian intern

atas Fungsi

Pengelolaan Piutang usaha pada

PT. PLN (Persero)

unit pelayanan dan jaringan Blitar

Setyo Maruli Puspitasari

PT. PLN (Persero) unit pelayanan dan jaringan

Blitar

1. Setyo Maruli Hasil analisis yang dilakukan penulis pada PT PLN (Persero) Unit Pelayanan dan

Jaringan Blitar, prosedur Fungsi Pengelolaan

Piutang usaha telah dlakukan dengan cukup baik tetapi ada kelemahan yaitu terdapat perangkapan

fungsi pada bagian kasir. Dilihat dari tingkat

perputaran piutangnya, tahun 2004 sebanyak 13,27 kali, tahun 2005 sebanyak 15,01 kali dan tahun

2006 sebanyak 10,98 kali. Sedangkan dilihat dari

periode pengumpulan piutangnya tahun 2004 adalah 27,13 hari, tahun 2005 adalah 23,98 hari dan

tahun 2006 adlah 32,79 hari.

2. Perusahaan secara umum sudah efisien namun masih ada yang harus dibenahi. Sedangkan dilihat

dari tingkat perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang antara tahun 2004-2006 rata-

rata sudah efisien. Agar terjadi pengelolaan yang

efisien perlu dilakukan pemisahan fungsi yang jelas, penambahan jumlah karyawan, dan

menyeleksi calon pelanggan dan KUD dengan

selektif.

2.4. Kerangka Pikir

Piutang usaha suatu perusahaan pada umumnya merupakan bagian

terbesar dari aktiva lancar serta bagian terbesar dari total aktiva perusahaan.

Oleh karena itu pengendalian intern terhadap piutang usaha ini sangat penting

diterapkan. Kecurangan dalam suatu siklus kerja sangat sering terjadi sehingga

dapat merugikan perusahaan. Kecurangan yang mungkin terjadi pada bagian

piutang usaha adalah tidak mencatat pembayaran dari debitur dan mengantongi

uangnya, menunda pencatatan piutang dengan melakukan cash lapping,

melakukan pembukuan palsu atas mutasi piutang, dan lain sebagainya.

Pengendalian intern merupakan salah satu cara yang digunakan dalam

mengantisipasi kecurangan. Pengendalian intern perusahaan merupakan suatu

rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi, menjaga aset, memberikan informasi yang akurat,

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan (Hartati,

2009).

Secara umum, sistem pengendalian intern merupakan bagian dari masing-

masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional

perusahaan atau organisasi tertentu. Setiap Perusahaan yang berhadapan langsung

dengan masyarakat sebagai konsumen tidak dapat menghindarkan diri dari resiko

piutang termasuk PDAM Kabupaten Gorontalo. Untuk itu diperlukan Sistem

Pengendalian Intern sebagai prosedur dan pedoman operasional perusahaan.

Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Intern

untuk mengarahkan operasi perusahaan agar tidak terjadi penyalahgunaan

sistem.Pada perusahaan yang lingkup dan besarnya sedemikian kompleks dan luas

seperti PDAM Kabupaten Gorontalo, manajer tidak mugkin memimpin

perusahaan secara langsung. Karena sebagai perusahaan klien yang konsumennya

tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Gorontalo otomatis manajer membutuhan

laporan dan analisis dari kepala-kepala unit yang bertanggung jawab pada masing-

masing wilayah tersebut.

Pengecekkan dan review yang melekat pada Sistem Pengendalian Intern

jika dilakukan secara efetif akan dapat melindungi perusahaan dari kelemahan

manusia dan mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.

Dilihat dari segi auditing, sistem pengendalian intern sangat bermanfaat dalam

membatasi lingkup audit terutama yang berkaitan dengan keterbatasan waktu dan

honorarium auditor.

Agar Fungsi Pengelolaan Piutang usaha di PDAM Kabupaten Gorontalo

efektif dan efisien, maka sistem pengendalian intern yang diharapkan dapat

melaksanakan hal sebagai berikut:

1. Adanya laporan dan analisis dari pimpinan-pimpinan unit perusahaan ke

tingkat manajer perusahaan

2. Pengecekan dan review secara berkala, peiode, dan berkelanjutan oleh manajer

perusahaan kepada unit-unit perusahaan.

3. dan distribusi tugas dengan keputusan waktu kerja yang jelas dan terkukur.

4. Honorarium auditor yang menunjang dan memuaskan

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Permasalahan Penelitian

Berdasarkan Fenomena dan kajian teoritis secara singkat,

permasalahan penelitian ini adalah :

Apakah penerapan SPI dapat meningkatkan Fungsi

pengelolaan piutang usaha pada PDAM Kabupaten

Gorontalo?

Dasar Teori :

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang,

barang, atau jasa, yang dapat diterima dalam jangka

waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan

perusahaan (Mulyadi 2002).

SPI adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan

komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain

untuk memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan

keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi (Mulyadi

2002:181)

Suatu pengendalian intern yang baik dalam perusahaan

dapat memberikan keuntungan sangat berarti bagi

perusahaan itu sendiri (Sanyoto 2007:259)

Peneliti Terdahulu :

1.Dian Hartati analisis pengendalian

intern piutang usaha, menyatakan secara

keseluruhan pengendalian intern terhadap

piutang usaha pada PT SFI Medan

berjalan cukup efektif dimana

manejemen perusahaan sudah

menerapkan konsep dasar dan prinsip-

prinsip pengendalian intern, namun disisi

lain terdapat beberapa prosedur yang

belum mencerminkan konsep

pengendalian intern.

2.Setyo Maruli Puspitasari analisis

system pengendalian intern atas

pengelolaan piutang usaha pada PT PLN

Blitar, hasil analisis membuktikan pada

PT PLN Blitar prosedur pengelolaan

piutang usaha telah dilakukan dengan

cukup baik.

3.Agus (Fak.Ekonomi Unika Atmajaya)

analisa pengendalian intern atas

penjualan, piutang dan penerimaan kas

pada PT Prestasi Pelumasindo Unggul,

menyatakan secara keseluruhan

pengendalian intern yang dilakukan oleh

PT Prestasi pelumasindo Unggul sudah

cukup baik

Pengaruh Penerapan SPI terhadap Fungsi Pengelolaan

Piutang

Pengujian Hipotesis

2.5. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2008: 84) bahwa Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Selanjutnya oleh Sedermayanti dan Hidayat

(2003: 108) Hipotesis Merupakan asumsi/perkiraan/dugaan sementara mengenai

suatu hal atau permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya dengan

menggunakan data/fakta atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang

falid dan variable dengan menggunakan cara yang sudah ditentukan. Sehubungan

dengan penelitian ini, maka Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini,

yakni Diduga penerapan SPI dapat berpengaruh terhadap fungsi Pengelolaan

Piutang usaha.