bab ii kajian teori 2.1 anggaran pendapatan belanja daerah...

25
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tanjung (2012: 89) berpendapat Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan perencanaan strategik yang dibuat. Anggaran pendapatan dan belanja daerah berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 15 ayat 3 berbunyi APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi distribusi dan stabilisasi. APBD menggambarkan segala bentuk kegiatan pemerintah daerah dalam mencari sumber-sumber penerimaan dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah dalam kurun waktu satu tahun. 10

Upload: ngodieu

Post on 19-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Tanjung (2012: 89) berpendapat Anggaran merupakan

pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi

rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur

dalam satuan rupiah dalam satuan rupiah, yang disusun menurut

klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 anggaran pendapatan dan

belanja daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran

merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan

perencanaan strategik yang dibuat.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah berdasarkan

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, tentang

pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 15 ayat 3 berbunyi

APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi

distribusi dan stabilisasi. APBD menggambarkan segala bentuk

kegiatan pemerintah daerah dalam mencari sumber-sumber

penerimaan dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan

untuk mencapai tujuan pemerintah dalam kurun waktu satu tahun.

10

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Mahsun, dkk (2012: 65) berpendapat jenis anggaran sektor

publik dibagi menjadi yaitu:

1) Anggaran operasional, yaitu anggaran yang berisi rencana

kebutuhan sehari-hari oleh pemerintah pusat/daerah untuk

menjalankan kegiatan pemerintahan.

2) Anggaran modal/investasi, merupakan anggaran yang berisi

rencana jangka panjang seperti Gedung, peralatan Kantor.

Asas umum pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

dalam Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menyatakan pengelolaan

keuangan daerah dikelola dengan tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan

dan manfaat untuk masyarakat. Maka dari itu anggaran pendapatan

pendapatan dan belanja daerah agar dapat memberikan konstribusi

positif.

2.2 Pendapatan Asli Daerah

Amanat Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, pendapatan

asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digalih di

daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah

daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah

untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.

Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang telah dikelola.

11

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Menurut Halim & Kusufi (2012: 101) pendapatan asli daerah

merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah. Pendapatan daerah dalam kerangka APBD/APBN

merupakan elemen penting bagi kemampuan pemerintah daerah dalam

melakukan kontrol terhadap alokasi sumber daya.

Darise (2009: 48) mengemukakan pendapatan asli daerah yang

selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendapatan asli daerah yang merupakan

sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat

menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk

penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang

setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang

luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan.

Untuk mengetahui potensi sumber-sumber pendapatan asli

daerah (PAD), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Simanjuntak,

2001) dalam Ladjin (2008) antara lain:

1) Kondisi awal suatu daerah. Kondisi ini tergantung pada Keadaan

struktur ekonomi dan sosial suatu daerah

2) Kemampuan masyarakat dalam membayar segala pungutan-

pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

12

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 dikatakan

bahwa provinsi maupun kabupaten/kota diberi kewenangan melakukan

pungutan-pungutan baru selain yang telah ditetapkan dalam Undang-

Undang tersebut, upaya meningkatkan pendapatan asli daerah.

Penetapan peraturan daerah diberi penegasan untuk menyesuaikan

tingkat kemampuan ekonomi dan dilarang menetapkan peraturan

daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu

lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor/impor.

Menurut Amri (2012: 28) dalam Halim & Ikbal (2012) beberapa

hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan, antara lain:

1) Meningkatkan basis data untuk mengidentifikasi kembali semua

wajib pajak

2) Menggiring wajib pajak untuk lebih taat membayar pajak dan

retribusi melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi atau

memberikan reward kepada wajib pajak yang taat

3) Perbaikan sistem akuntansi dalam proses penerimaan pendapatan,

sebab sangat rawan kebocoran pada dinas-dinas terkait

4) Meningkatkan sumber daya pegawai di dinas yang berhubungan

dengan pendapatan untuk memaksimalkan kinerja mereka.

Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 yang

merupakan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari:

1) Pajak daerah, 2) Retribusi daerah, 3) Hasil pengelolaan kekayaan

alam yang dipisahkan, 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

13

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

2.2.1 Pajak Daerah

Berdasarkan Undang‐Undang Nomor 28 tahun 2009

bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang‐undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar‐besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah daerah

mempunyai hak untuk mengenakan pungutan kepada

masyarakat, hal ini berdasarkan UUD Republik Indonesia tahun

1945 pasal 23 A menetapkan pajak dan pungutan lain yang

bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan

undang‐undang.

Menurut pasal 1 ayat 1 peraturan pemerintah RI Nomor 65

tahun 2001 tentang pajak daerah, yang selanjutnya disebut

pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau

badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah. Keberadaan pajak daerah harus ditentukan target yang

diperoleh pada setiap tahunnya, yang bertujuan untuk

memaksimalkan realisasi penerimaan pajak daerah itu sendiri

14

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

karena pajak daerah akan optimal ssebagai konstribusi PAD

apabila realisasinya dapat melebihi target yang ditentukan

(Fitriyani, 2013).

Pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pajak yang

dipungut oleh provinsi dan pajak yang dipungut oleh

kabupaten/kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun

2009 pajak yang dikelola pemerintah provinsi terdiri dari:

1) Pajak kendaraan bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

2) Bea balik nama kendaraan bermotor

Pajak bea balik nama merupakan atas penyerahan hak

milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua

pihak atau sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual

beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan

kedalam badan usaha.

3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas

penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

4) Pajak air permukaan

Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan

dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan

15

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

adalah semua air yang ada di permukaan, tidak termasuk

air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.

5) Pajak rokok

Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang

dipungut oleh pemerintah.

Tanjung (2012: 104) menjelaskan akun pendapatan pajak

daerah digunakan untuk mencatat pendapatan yang berasal

dari pajak daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan sesuai

dengan peraturan daerah dan dapat dipungut serta disetorkan

ke kas daerah dalam tahun anggaran berjalan seperti dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006, yaitu:

1) Pajak hotel

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Pasal 1 butir 20 dan 21, Pajak Hotel adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas

penyedia penginapan/peristrahatan yang mencakup motel,

wisma pariwisata, dan lain-lain.

2) Pajak restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang

disediakan oleh restoran. Restoran adalah tempat penyedia

makanan atau minum.

16

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

3) Pajak hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

Hiburan adalah segala tempat keramaian yang dinikmati

dengan biaya.

4) Pajak reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Sedangkan reklame sendiri adalah suatu media yang

bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersial.

5) Pajak penerangan jalan

Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas

penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri

maupun diperoleh dari sumber lain.

6) Pajak mineral bukan logam dan bebatuan

Pajak mineral bukan logam dan bebatuan adalah pajak atas

kegiatan pengambilan bukan logam an bebatuan, baik dari

sumber alam di dalam permukaan atau diluar permukaan

bumi untuk dimanfaatkan. Pajak mineral dan bebatuan

adalah pengganti dari pajak pengambilan bahan

pengambilan Golongan C sesuai yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan UU Nomor 34

Tahun 2000.

17

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

7) Pajak parkir

Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat

parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan

dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai

suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

kendaraan bermotor.

8) Pajak air bawah tanah

Pajak air bawah tanah adalah pajak ataas pengambilan dan

atau pemanfaatan air tanah. Air bawah tanah diartikan

sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan

di bawah permukaan tanah.

9) Pajak sarang burung walet

Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan

pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak

kabupaten/kota yang baru diterapkan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009.

10) Pajak bumi dan bangunan perkotaan dan pedesaan

Pajak bumi dan bangunan disingkat PBB di perkotaan dan

pedesaan adalah pajak atas bumi dan bangunan yang

dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi

atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk

kegiatan perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

18

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan disingkat

BPHTB adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang

mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan

oleh orang pribadi atau badan.

Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran

pajak akan menjadikan menunjang program pembangunan

pemerintah karena pajak program dapat terbantu dan

hendaknya penerimaan pendapatan yang dikelola oleh

pemerintah terutama pajak daerah seluruhnya untuk

kepentingan daerah.

2.2.2 Retribusi Daerah

Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi,

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan (UU Nomor 28 Tahun 2009). Retribusi

daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah

satu sumber pendapatan asli daerah, diharapkan menjadi salah

satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan serta

pembangunan daerah oleh pemerintah untuk meningkatkan

dan memajukan kesejahteraan hidup masyarakat.

19

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Pernyataan Siahaan (2005: 5) dalam Sinaga (2009)

“Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada

negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara

bagi penduduknya secara perorangan.” Jasa tersebut dapat

dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar

retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 retribusi terbagi

menjadi 3 (tiga) yaitu:

1) Retribusi jasa umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atau jasa yang

disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis

retribusi umum meliputi pelayanan kesehatan,

persampahan, biaya cetak KTP & akta catatan sipil,

pemakaman, parkir, pasar, pengujian kendaraan bermotor,

pemeriksaan alat pemadam kebakaran, penggantian biaya

cetak peta, penyedotan kakus, pengolahan limbah cair,

pelayanan tera ulang, pelayanan pendidikan, pengendalian

menara telekomunikasi.

2) Retribusi jasa usaha

Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan

oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip

20

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat

disediakan oleh swasta, meliputi pemberian pelayanan

dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal. Retribusi jasa

usaha meliputi pemakaian kekayaan daerah, pasar

grosir/toko dan lain-lain.

3) Retribusi perizinan tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan

tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin

kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengatran, pengendalian dan pengawasan

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber

daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu

guna melindungi kepentingan umum, dan menjaga

kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu terdiri

dari izin tempat penjualan minimuman berlkohol, izin

gangguan, izin trayek, izin usaha perikanan (Rivai, 2013).

2.2.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan

Untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan rumah tangga

daerah yang relatif cukup besar, maka kepada daerah juga

diberikan sumber-sumber pendapatan berupa hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sesuai dengan

aturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pengelolaan

21

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

kekayaan daerah tersebut berasal dari perusahaan daerah

yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang modal

seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan. Yang termasuk

dalam jenis pendapatan ini yaitu deviden atau bagian laba yang

diperoleh oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang

dibagikan bagi pemegang saham, dalam hal ini merupakan

pendapatan bagi Pemerintah daerah

Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan menurut Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 pasal

26 terdiri dari:

1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD;

2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/BUMN; dan

3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta atau kelompok usaha masyarakat.

2.2.4 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59

Tahun 2007 pasal 26 ayat 4, berbunyi lain‐lain PAD yang sah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disediakan untuk

22

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk

dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri

dari: 1) Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan,

2) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah

yang tidak dipisahkan, 3) Jasa giro, 4) Bunga deposito, 5)

Penerimaan atas tuntutan ganti rugi dan 6) penerimaan komisi

atau potongan maupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh

daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing.

2.3 Belanja Daerah

Pesatnya pembangunan daerah yang menyangkut

perkembangan kegiatan fiskal yang membutuhkan alokasi dana dari

pemerintah daerah mengakibatkan pembiayaan pada pos belanja yang

terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan

membutuhkan tersedianya dana yang besar pula untuk kegiatan

tersebut. Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus

dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah menjadi

tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah (Setiawan,

2010).

23

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Berlandaskan dari Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2006

bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas

umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban

daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh daerah. Untuk meningkatkan belanja

daerah maka perlu ditingkatkan pendapatan asli daerah yang dimiliki

serta perlunya rencana keuangan jangka panjang yang mengacu pada

efisiensi dan efektivitas program dan perencanaan,dengan

memperhatikan sumber dana yang terbatas dan disisi lain pengeluaran

yang harus dibiayai semakin besar.

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksaan urusan

pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota

yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan

dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan

urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan serta usaha

mengembangkan sistem jaminan sosial.

Menurut Mahsun (2012: 97) alokasi belanja daerah terdiri dari

dua komponen utama yaitu:

24

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

1) Belanja tidak langsung

Belanja tidak langsung dapat dikatakan belanja yang dianggarkan

daerah terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program

dan kegiatan daerah. Adapun Belanja tidak langsung antara lain:

a. Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk

gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan

kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja bunga merupakan belanja untuk pembayaran bunga

utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal

outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek,

jangka menengah, dan jangka panjang.

c. Belanja subsidi merupakan belanja untuk bantuan biaya

produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual

produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh

masyarakat banyak.

d. Belanja hibah merupakan belanja untuk pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang, dan/atau jasa kepada pemerintah atau

pemerintah daerah lainnya, dan kelompok

masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan

peruntukannya.

e. Bantuan sosial merupakan belanja untuk pemberian bantuan

dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat.

25

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

f. Belanja bagi hasil merupakan belanja untuk dana bagi hasil

yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada

Kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan

pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

g. Bantuan keuangan merupakan belanja untuk bantuan

keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi

kepada kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan

pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau

peningkatan kemampuan keuangan.

h. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang

sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti

penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak

diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang

telah ditutup.

2) Belanja langsung

Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

daerah. Adapun Belanja langsung terdiri atas:

a. Belanja pegawai, yaitu pengeluaran honor/upah dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah

26

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

b. Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran

pembelian/pengadaan barang jasa yang nilai manfaatnya

kurang dari 1 (satu) tahun atau pemakaian jasa dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah

c. Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukakan yang

dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau

pembangunan aset tetap berwujud yang memiliki nilai manfaat

lebih dari 1 (satu) tahun untuk digunakan dalam pemerintahan,

seperti dalam bentuk tanah, peralatan, mesin, gedung,

bangunan dan jalan, irigasi, jaringan dan aset tetap lainnya.

Nilai pembelian/pengadaan dan pembangunan aset tetap

berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal daerah hanya

sebesar harga beli/bangun aset. Belanja modal memiliki

peranan penting karena memiliki masa manfaat jangka panjang

untuk memberikan pelayanan kepada publik. Sehingga

pemerintah pusat sebaiknya memberikan kegiatan atau

program yang lebih banyak kepada pemerintah daerah agar

program tersebut dapat mensejahterakan dan memajukan

pemerintah daerah (Nuarisa, 2013).

2.4 Pembiayaan Daerah

Mahsun, dkk (2012: 99) mengatakan transaksi pembiayaan

daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

27

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi semua transaski keuangan

untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus yang dirinci

menurut urusan pemerintah daerah (Darise, 2008: 142).

Jenis-jenis pembiayaan daerah terdiri dari:

1) Penerimaan pembiayaan, semua penerimaan yang ditujukan untuk

menutup defisit APBD mencakup:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya

(SiLPA)

b. Pencairan dana cadangan

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Penerimaan pinjaman daerah

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan

f. Penerimaan piutang daerah.

2) Pengeluaran pembiayaan, semua pengeluaran yang ditujukan

untuk menfaatkan surplus APBD mencakup:

a. Pembentukan dana cadangan

b. Penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah

c. Pembayaran pokok utang, dan

d. Pemberian pinjaman daerah

2.5 Kajian Penelitian yang relevan

Penelitian yang berkaitan dengan PAD terhadap alokasi belanja

daerah telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini

28

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu antara lain

Panggabean, (2009) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli

daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota Tamosir. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan pajak daerah,

retribusi daerah, dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah

berpengaruh positif terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba

Tamosir dan secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah berpengaruh positif terhadap alokasi

belanja daerah Kabupaten Kota Tamosir. Peneliti juga melakukan

penelitian lebih jauh tentang pendapatan asli daerah sesuai penelitian

yang dilakukan peneliti terdahulu yang telah dilakukan Rahmawaty,

(2010) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah dan

dana alokasi umum terhadap alokasi belanja daerah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum

berpengaruh positif terhadap belanja daerah.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu disalah satu

variabel penelitiannya tentang pendapatan asli daerah yang diteliti oleh

Ardhani (2011), judul penelitian pengaruh pertumbuhan ekonomi,

pendapatan asli daerah, dana alokasi khusus, dana alokasi umum

terhadap belanja modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum

dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran

belanja modal.

29

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Penelitian lebih jauh mengenai penerimaan pendapatan asli

daerah kaitanya terhadap belanja daerah yakni penelitian yang

dilakukan Nungraeni, (2011) judul penelitian analisis pengaruh dana

alokasi umum, dana alokasi khusus dan pendapatan asli daerah

terhadap prediksi belanja daerah pada pemerintah daerah

Kabupaten/Kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

DAU, DAK dan PAD berpengaruh terhadap belanja daerah dengan lag

1 tahun. Hasil penelitian membuktikkan dana alokasi umum, dana

alokasi khusus dan pendapatan asli daerah merupakan faktor yang

signifikan terhadap APBD pemerintah daerah Kabupaten/Kota di

Indonesia. Penelitian lain yaitu Rivai, (2013) dengan judul penelitian

pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana

alokasi khusus terhadap belanja daerah pada pemerintah daerah

Provinsi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan

pengujian statistik diperoleh PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja daerah di Provinsi

Gorontalo.

Penelitian lainnya yang berkaitan tentang PAD yang diteliti oleh

Fitriyani (2013), judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah

terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo studi kasus Kantor Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Hasil penelitiannya

membuktikan pendapatan asli daerah mempengaruhi 57,7% variasi

perubahan alokasi jumlah belanja daerah Kabupaten Boalemo selama

30

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Tahun 2007-2012 sedangkan sisanya sebesar 42,3% perubahan

alokasi belanja daerah Kabupaten Boalemo dipengaruhi variabel lain.

Penelitian yang relevan di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3: Kajian Penelitian Yang Relevan

NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

Panggabean (2009)

Pengaruh pendapatan asli

daerah terhadap belanja

daerah Kabupaten Tamosir

Secara simultan dan parsial pajak

daerah, retribusi daerah, dan lain-lain

PAD yang sah berpengaruh positif

Rahmawaty (2010) Pengaruh pendapatan asli

daerah dan dana alokasi

umum terhadap alokasi

belanja daerah

Pendapatan asli daerah dan dana

alokasi umum berpengaruh positif

terhadap belanja daerah.

Ardhani (2011) Pengaruh pertumbuhan

ekonomi, pendapatan asli

daerah, dana alokasi

khusus, dana alokasi

umum terhadap belanja

modal

Pertumbuhan ekonomi, pendapatan

asli daerah, dana alokasi umum dan

dana alokasi khusus berpengaruh

positif terhadap anggaran belanja

modal.

Rivai (2013) Pengaruh pendapatan asli

daerah, dana alokasi

umum dan dana alokasi

khusus terhadap belanja

daerah pada pemerintah

daerah Provinsi Gorontalo

PAD, DAU dan DAK berpengaruh

secara signifikan terhadap

peningkatan jumlah belanja Daerah di

Provinsi Gorontalo.

Fitriyani (2013) Pengaruh pendapatan asli

daerah terhadap belanja

daerah Kabupaten

Boalemo studi kasus

Kantor Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset

Daerah

Pendapatan asli daerah berpengaruh

terhadap belanja daerah. Pendapatan

asli daerah mempengaruhi 57,7%

variasi perubahan alokasi jumlah

belanja daerah Kabupaten Boalemo

selama tahun 2007-2012 sedangkan

sisanya sebesar 42,3% perubahan

alokasi belanja daerah Kabupaten

Boalemo dipengaruhi variabel lain.

Sumber: Data Olahan, 2014

31

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

2.6 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

dinyatakan bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dibiayai

melalui APBD. Anggaran daerah adalah suatu rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan

perencanaan strategik yang dibuat. Pendapatan daerah adalah hak

pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan

bersih dalam periode tahun bersangkutan. Berdasarkan ketentuan

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pendapatan daerah bersumber

dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain

pendapatan pendapatan asli daerah.

Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas

umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban

daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah terdiri atas: belanja

langsung dan belanja tidak langsung. Penelitian ini merupakan suatu

kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian

yang mendahuluinya. Kerangka berfikir merupakan model konseptual

tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah penting.

32

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka

pemikiran seperti pada gambar berikut:

Diduga penerimaan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Alokasi belanja daerah

Penerimaan PAD

Permasalahan Penelitian Berdasarkan Fenomena dan Kesediaan Teoritis serta studi empiris tentang

penerimaan pendapatan asli daerah, dan alokasi belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul penelitian “Pengaruh penerimaan PAD terhadap alokasi belanja daerah pada pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara”

Dasar Teori Pendapatan asli daerah

adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan (Darise, 2009: 48).

Alokasi belanja daerah terdiri dari dua komponen utama yaitu: 1) Belanja langsung merupakan

belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah.

2) Belanja tidak langsung dapat dikatakan belanja yang dianggarkan daerah terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah (Mahsun, 2012: 97).

Penelitian Terdahulu 1. Panggabean (2009), hasil

penelitian secara simultan dan parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif.

2. Rahmawaty (2010), hasil penelitian pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah.

3. Ardhani (2011), hasil penelitian Pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran belanja modal.

4. Rivai (2013), hasil penelitian PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja daerah di Provinsi Gorontalo.

5. Fitriyani (2013), hasil penelitian menunjukkan pendapatan asli darah berpengaruh terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo.

33

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ...eprints.ung.ac.id/7176/5/2013-2-2-62201-921410150-bab2-20032014105433.pdfdaerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang

diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang

diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Sugiyono,

(2009: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang

telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang ingin dibangun

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penerimaan pendapatan asli

daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah pada pemerintah

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

34