down load hedonisme

26
1. Teori untilitarisme Teori untilitarisme mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya bahwa semua manusia mempunyai perasaan yang menyenangkan dan perasaan sakit. Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum dalam untilitarisme adalah didasari bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagian yang besar bila manghasilkan jumlah atau angka yang beser. Ada dua bentuk teori utilitarisme, yaitu : 1. Utilitarisme berdasar tindakan 2. Utilitarisme berdasar aturan Prinsip Utilitarisme berdasar tindakan adalah setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil atau tingkatan yang lebih besar. Utilitarisme berdasarkan aturan adalah modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik akan menghasilkan keuntungan yang maksimal. 2. Teori deontology Menurut Immanuel Kant (1724-1804), sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik, jika digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tetapi jika d’ gunakan dengan kehendak yang jahat, akan menjadi jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban. 3. Teori hedonisme Menurut Aristippos (433-355SM), sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan . Akan tetapi ada batas untuk mencari kesenangan. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik, dan tidak terbawa oleh kesenangan. 4. Teori eudemonisme Menurut filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) dalam buku Ethika Nikomakheia, bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. 2.studi kasus kebidanan 1. Seorang bidan menangani seorang ibu X primipara berusia 35 tahun. Bidan tersebut menggali informasi mulai dari riwayat kesehatan keluarga. Kehamilan Ibu X berusia 14 minggu dan ini kehamilan yang direncanakan. Pada akhir pertemuan Ibu X tersebut mengeluarkan pendapat tentang persalinannya. Ibu X menyatakan tentang persalinan SC sebagai pilihannya. Bidan

Upload: ani-martiningsih

Post on 29-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

wwww

TRANSCRIPT

Page 1: Down Load Hedonisme

1. Teori untilitarismeTeori untilitarisme mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya bahwa semua manusia mempunyai perasaan yang menyenangkan dan perasaan sakit. Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum dalam untilitarisme adalah didasari bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagian yang besar bila manghasilkan jumlah atau angka yang beser.Ada dua bentuk teori utilitarisme, yaitu :

1. Utilitarisme berdasar tindakan2. Utilitarisme berdasar aturan

Prinsip Utilitarisme berdasar tindakan adalah setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil atau tingkatan yang lebih besar. Utilitarisme berdasarkan aturan adalah modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.2. Teori deontologyMenurut  Immanuel Kant (1724-1804), sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik, jika digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tetapi jika d’ gunakan dengan kehendak yang jahat, akan menjadi jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban.3. Teori hedonismeMenurut Aristippos (433-355SM), sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan . Akan tetapi ada batas untuk mencari kesenangan. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik, dan tidak terbawa oleh kesenangan.4. Teori eudemonismeMenurut filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) dalam buku Ethika Nikomakheia, bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.2.studi kasus kebidanan1. Seorang bidan menangani seorang ibu X primipara berusia 35 tahun. Bidan tersebut menggali informasi mulai dari riwayat kesehatan keluarga. Kehamilan Ibu X berusia 14 minggu dan ini kehamilan yang direncanakan. Pada akhir pertemuan Ibu X tersebut mengeluarkan pendapat tentang persalinannya. Ibu X menyatakan tentang persalinan SC sebagai pilihannya. Bidan menjelaskan bahwa persalinan SC untuk kasus komplikasi. Bidan tersebut tidak melanjutkan diskusinya karena takut memberikan informasi yang salah dan terjadi konflik. Maka bidan menyarankan Ibu X untuk konsultasi ke dokter kandungan. Ada beberapa pertanyaan untuk bahan pertimbangan.

Haruskah bidan tersebut meneruskan diskusi tentang persalinan SC sebagai Pilihan? Menurut anda apakah keinginan Ibu X untuk SC harus dipenuhi? Harukah persalinan SC menjadi satu pilihan untuk beberapa ibu, padahal tanpa

indikasi?2. Seorang Ibu primigravida dengan umur kehamilan 27 minggu diperkirakan akan melahirkan bayi prematur. Di rumah sakit iya melakukan berbagai pemeriksaan, se[erti pemeriksaan servix, usapan vagina dan pemeriksaan urin. Ibu tersebut didiagnosis mengalami infeksi saluran kemih. Penyebab kemungkinan kelahiran prematur pada ibu tersebut ternyata Gonore dan Infeksi chlamydia. Sehingga pada hasil pemeriksaan vulva ibu terdapat sekret yang mukopurulent, tampak kotor, basah, lembab dan berbau, serta terdapat hiperemis didaerah sekitar vulva dan vagina. Kemudian setelah pemerilsaan, pada saat istirahat bidan yang memeriksa ibu tersebut pada sejawat bidan yang lain termaksud pada para mahasiswa calon bidan. Ada beberapa pertanyaan untuk menjadi bahan pertimbangan :

1. Apakah tindakan bidan tersebut melanggar kode etik.2. Bagaimana seharusnya tindakan bidan dalam menjamin privasi dan kerahasiaan klien

Page 2: Down Load Hedonisme

Cara menghadapi masalah etik1. Informed consent2.             Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan

untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed consent merupakan suatu proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981 PP No.8 tahun 1981.

3.             Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari keterbukaan akal pikiran dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan. Pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien.

4.          Dimensi informed consent5. 1)      Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku

memaksakan kehendak, memuat :6.         Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien7.         Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien8.         Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik9. 2)      Dimensi etik, mengandung nilai – nilai :10.         Menghargai otonomi pasien11.         Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau

dibutuhkan12.         Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran

rasional13.14.          Syarat sahnya perjanjian atau consent (KUHP 1320)15. 1)      Adanya kata sepakat16.             Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun

kekeliruan setelah diberi informasi sejelas – jelasnya.17. 2)      Kecakapan18.             Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu

mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila.19.             Bila pasien seorang anak yang berhak memberikan persetujuan adalah

orangtuanya, pasien dalam keadaan sakit tidak dapat berpikir sempurna sehingga ia tidak dapat memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri, seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada keluarganya dan persetujuan diberikan oleh pasien sendiri dan bidan gagal dalam melakukan tindaknnya maka persetujuan tersebut dianggap tidak sah.

20. Contoh kasus :21.             Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan hebat maka ia tidak

dapat berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan bidan dapat diberikan oleh suaminya. Bila tidak ada keluarga atau suaminya dan bidan memaksa ibu untuk memberikan persetujuan melakukan tindakan dan pada saat pelaksanaan tindakan tersebut gagal maka persetujuan dianggap tidak sah.

22.23.

Page 3: Down Load Hedonisme

24.25. 3)      Suatu hal tertentu26.             Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan

terinci.27. Contoh :28.             Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi nama, jenis

kelamin, alamat, nama suami atau wali. Kemudian yang terpenting harus dilampirkan identitas yang membuat persetujuan

29.30. 4)      Suatu sebab yang halal31.             Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang, tata tertib,

kesusilaan, norma dan hukum32. Contoh :33.             Abortus provocatus pada seorang pasien oleh bidan meskipun mendapatkan

persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati kedua belah pihak tetapi dianggap tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum

34.35.          Segi hukum informed consent36.       Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak

yaitu pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan ditandatangani kedua belah pihak maka persetujuan tersebut mengikat dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.

37.       Informed consent tidak meniadakan atau mencegah diadakannya tuntutan dimuka pengadilan atau membebaskan RS atau RB terhadap tanggungjawabnya bila ada kelalaian. Hanya dapat digunakan sebagai bukti tertulis adan adanya izin atau persetujuan dari pasien terhadap diadakannya tindakan.

38.       Formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala akibat dari tindakan akan menjadi tanggung jawab pasien sendiri dan tidak menjadi tanggung jawab bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak mempunyai kekuatan hukum, mengingat seseorang tidak dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya atas kesalahan yang belum dibuat.

39.40.          Masalah yang lazim terjadi pada informed consent41.       Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan menjalani tindakan,

serta siapa yang berhak menandatangani.42.       Masalah wali yang sah. Timbul apabila pasien atauibu tidak mampu secar hukum

untuk menyatakan persetujuannya.43.       Masalah informasi yang diberikan, seberapa jauh informasi dianggap telah

dijelaskan dengan cukup jelas, tetapi juga tidak terlalu rinci sehingga dianggap menakut – nakuti.

44.       Dalam memberikan informasi apakah diperlukan saksi apabila diperlukan apakah saksi perlu menanda tanagani form yang ada. Bagaimana menentukan saksi ?

45.       Dalam keadaan darurat misal kasus perdarahan pada bumil dan kelaurga belum bisa dihubungi, dalam keadaan begini siapa yang berhak memberikan persetujuan, sementara pasien perlu segera ditolong.

46.47. 2.      Informed choice48.             Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan

tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya.

Page 4: Down Load Hedonisme

49.             Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993) bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya.

50.             Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.

51.52.53. Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :54.          Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan

dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan

55.          Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.

56. Bagaimana pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik57.             Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur dan dapat

dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain sebaiknya tatap muka.

58.             Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.

59.             Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka.

60.             Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah, propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin.

61.             Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.

62.Faham Kebahagiaan (Hedonisme)“Tingkahlakuatauperbuatanyangmelahirkankebahagiaandankenikmatan/kelezatan”.Adatigasudutpandangdarifahaminiyaitu(1)hedonismeindividualistik/egostikhedonismyangmenilaibahwajikasuatukeputusanbaikbagipribadinyamakadisebutbaik,sedangkanjikakeputusantersebuttidakbaikmakaitulahyangburuk;

2)hedonismerasional/rationalistichedonismyangberpendapatbahwakebahagianataukelezatanindividuituharuslahberdasarkanpertimbanganakalsehat;dan(3)universalistichedonismyangmenyatakanbahwayangmenjaditolokukurapakahsuatuperbuatanitubaikatauburukadalahmengacukepadaakibatperbuatanitumelahirkankesenanganataukebahagiaankepadaseluruhmakhluk.Paham EudaemonismePrinsippokokfahaminiadalahkebahagiaanbagidirisendiridankebahagiaanbagioranglain.

Page 5: Down Load Hedonisme

63. MenurutAristoteles,untukmencapaieudaemoniainidiperlukan4halyaitu(1)kesehatan,kebebasan,kemerdekaan,kekayaandankekuasaan,(2)kemauaan,(3)perbuatanbaik,dan(4)pengetahuanbatiniah

BAB IIPENERAPAN HEDONISME DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1. 1.      PENDAHULUANSepanjang sejarah barangkali tidak ada filsafat moral yang lebih mudah dimengerti dan akibatnya tersebar lebih luas seperti hedonisme. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani “hedone” yang berarti kesenangan. Dalam filsafat Yunani hedonisme sudah ditemukan oleh Aristippos dari Kyrene (sekitar 433-355 s.M), seorang murid Sokrates. Sokrates telah bertanya tentang tujuan terakhir bagi kehidupan manusia atau apa yang sungguh-sungguh baik bagi manusia, tapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan itu dan hanya mengeritik jawaban yang dikemukakan oleh orang lain.Aristippos menjawab : yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal ini terbukti karena sudah sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik akan kesenangan dan bila telah tercapai ia tidak mencari sesuatu yang lain lagi. Sebaliknya, ia selalu menjauhkan diri dari ketidaksenangan. Bagi Aristippos kesenangan itu bersifat badani belaka, karena hakikatnya tidak lain daripada gerak dalam badan. Mengenai gerak itu ia membedakan 3 kemungkinan yaitu :

Gerak yang kasar dan itulah ketidaksenangan, misalnya rasa sakit Gerak yang halus dan itulah kesenangan Tiada gerak merupakan keadaan netral misalnya saat kita tidur.

Aristippos menekankan lagi bahwa kesenangan harus dimengerti sebagai kesenangan actual, bukan kesenangan dari masa lampau dan kesenangan di masa mendatang. Sebab, hal-hal terakhir ini hanyalah ingatan akan atau antisipasi atas kesenangan. Yang baik dalam arti sebenarnya adalah kenikmatan kini dan disini. Jika kita melihat pandangan Aristippos ini sebagai keseluruhan , perlu kita simpulkan bahwa ia mengerti kesenangan sebagai badani, actual dan individual.Akan tetapi, ada batas untuk mencari kesenangan. Aristippos pun mengakui perlunya pengendalian diri, sebagaimana sudah diajarkan oleh gurunya, Sokrates. Dalam pada itu mengakui perlunya pengendalian diri tidak sama dengan meninggalkan kesenangan. Yang penting ialah mempergunakan kesenangan dengan baik dan tidak membiarkan diri terbawa olehnya, sebagaimana menggunakan kuda atau perahu tidak berarti meninggalkannya, tapi menguasainya menurut kehendak kita. Konon kepada teman-teman yang mengeritiknya karena hubungannya dengan seorang wanita penghibur kelas tinggi yang bernama Lais ia menjawab :”Saya memiliki Lais, ia tidak memiliki saya”.secara konsekwen ia berpendapat juga bahwa manusia harus membatasi diri pada kesenangan yang diperoleh dengan mudah dan tidak perlu mengusahakan kesenangan dengan susah payah serta kerja keras.Filsuf Yunani lain yang melanjutkan hedonisme adalah Epikuros (341-270 s.M), yang memimpin sebuah sekolah filsafat di Athena. Epikuros pun melihat kesenangan (hedone) sebagai tujuan kehidupan manusia. Menurut kodratnya setiap manusia mencari kesenangan, tapi pengertiannya tentang kesenangan lebih luas daripada pandangan Aristippos. Walaupun tubuh manusia merupakan “asas serta akar” segala kesenangan dan akibatnya kesenangan badani harus dianggap paling hakiki , namun Epikuros mengakui adanya kesenangan yang melebihi tahap badani. Dalam sepucuk surat ia menulis : “ bila kami mempertahankan bahwa kesenangan adalah tujuannya, kami tidak maksudkan kesenangan inderawi, tapi kebebasan dari nyeri dalam tubuh kita dan kebebasan dari keresahan dalam jiwa” (surat kepada Menoikeus). Tapi kesenangan rohani itu hanyalah bentuk yang diperhalus dari kesenangan badani. Ia juga tidak membatasi kesenangan pada kesenangan actual saja. Dalam menilai

Page 6: Down Load Hedonisme

kesenangan, menurut Epikuros kita harus memandang kehidupan sebagai keseluruhan termasuk juga masa lampau dan masa depan.3

1. 2.      PANDANGAN TERHADAP HEDONISME1. KESENANGAN DAN KETIDAKSENANGAN

Dalam hedonisme terkandung kebenaran yang mendalam : manusia menurut kodratnya mencari kesenangan dan berupaya menghindari ketidaksenangan. Psikologi modern –khususnya psikologi yang memamfaatkan psikoanalisis Sigmund Freud memperlihatkan bahwa kecendrungan manusia itu bahkan terdapat pada taraf tak sadar. Seringkali manusia mencari kesenangan tanpa diketahuinya (bandingkan paham libido pada Freud). Tidak bisa disangkal , keinginan akan kesenangan  merupakan suatu dorongan yang sangat mendasar dalam hidup manusia. Tapi disini perlu dikemukakan sebuah catatan kritis yang pertama , apakah manusia selalu mencari kesenangan ? Apakah manusia menurut kodratnya mencari kesenangan dalam arti bahwa ia tidak lagi manusia (tapi malaikat atau apa..), jika ia tidak mencari kesenangan ? Apa tidak mungkin juga manusia yang membaktikan seluruh hidupnya demi kebaikan orang lain, dengan nilai murni dan tanpa pamrih? Tentu saja para hedonis selalu bisa mengatakan bahwa mencari kesenangan adalah motivasi terakhir. Jika kita melihat ibu Teresa dari Kalkuta beserta rekan-rekannya membaktikan hidupnya dengan melayani orang yang paling menderita dan miskin, para hedonis bisa saja mengatakan bahwa mereka pada akhirnya melakukan hal itu untuk mencari kesenangan, untuk dipuji khalayak ramai, untuk meraih hadiah Nobel (dan ternyata ia berhasil) atau sekurang-kurangnya untuk memperoleh kebahagiaan kekal di Surga sebagai pahala atas segala jerih payahnya di bumi ini. Atau para hedonis bisa menegaskan bahwa membantu orang lain selalu juga menyenangkan , karena “lebih baik memberi daripada menerima”. Orang yang sanggup memberi selalu berada dalam posisi yang lebih menyenangkan . tetapi apakah itu seluruhnya benar ? Apakah orang seperti ibu Teresa berbuat baik hanya selama dan sejauh mana perbuatannya membawa kesenangan? Apakah kesenangan betul-betul motivasi terakhir hidupnya? Sulit untuk membuktikan ketidakbenaran para hedonis. Kita yakin mereka tidak benar bukan karena suatu kekurangan logis dalam argumentasinya, melainkan karena pandangan mereka tidak cocok dengan pengalaman hidup kita. Kita menerima kemungkinan sikap altruistic yang murni, biarpun barangkali jarang tercapai.

2. HEDONISME TERDAPAT LONCATAN YANG TAK DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN

Dari anggapan bahwa kodrat manusia adalah mencari kesenangan , ia sampai pada menyetarafkan kesenangan dengan moralitas yang baik. Secara logis hedonisme harus membatasi diri pada suatu etika deskripsi saja (pada kenyataannya kebanyakan manusia membiarkan tingkah lakunya dituntun oleh kesenangan), dan tidak boleh merumuskan suatu etika normatif (yang baik secara moral adalah mencari kesenangan). Jika manusia memang cenderung kepada kesenangan , apa yang membuktikan hal itu tentang kualitas etisnya? Jika manusia cenderung kepada kesenangan, apa yang menjamin kecenderungan itu baik juga? Ada yang memperoleh kesenangan dengan menyiksa atau malah membunuh orang lain, yaitu mereka yang disebut kaum sadis. Para hedonis tidak bisa menyingkirkan kenyataan itu dengan menandaskan : tapi perbuatan seperti itu akan dihukum dan karena itu akan disertai ketidaksenangan. Sebab, banyak perbuatan jahat tidak diketahui dan akibatnya tidak dihukum. Karena itu kesenangan saja tidak cukup untuk menjamin sifat etis suatu perbuatan.

3. KONSEPSI YANG SALAH TENTANG KESENANGANPara hedonis menpunyai konsepsi yang salah tentang kesenangan. Mereka berpikir bahwa sesuatu adalah baik, karena disenangi. Akan tetapi. Kesenangan tidak merupakan suatu perasaan yang subjektif belaka tanpa acuan objektif apapun. Sebenarnya kesenangan adalah

Page 7: Down Load Hedonisme

pantulan subjektif dari sesuatu yang objektif. Sesuatu tidak menjadi baik karena disenangi, tapi sebaliknya kita merasa senang karena memperoleh atau memiliki sesuatu yang baik.4Kita menilai sesuatu sebagai baik karena kebaikannya yang intrinsic, bukan karena kita secara subjektif belaka menganggap hal itu baik. Jadi, kebaikan dari apa yang menjadi objek kesenangan mendahului dan diandalkan oleh kesenangan itu. Dalam hal ini James Rachels memberi sebuah contoh yang jelas”andaikan saja saya mempunyai seorang sahabat . saya senang sekali dengan dia, karenan berulang kali saya mengalami keramahan, perhatian dan kebaikan hatinya terhadap saya. Saya pikir, belum pernah saya mempunyai seorang sahabat  sebaik dia. Tapi pada kenyataannya dan tanpa saya mengetahuinya , yang disebut sahabat itu terus menerus membohongi saya, menipu saya dan menjelekkan nama baik saya. Lalu timbul pertanyaan : Apakah saya sungguh sungguh senang dengan dia? Tentu tidak. Kesenangan saya dengan dia tidak lebih daripada sebuah ilusi saja, suatu dunia khayalan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sesuatu tidak menjadi baik karena disenangi , tapi saya dijadikan senang karena memiliki sesuatu yang betul betul baik.

4. HEDONISME DAN EGOISME Jika dipikirkan secara konsekuen, hedonisme mengandung suatu egoisme, karena hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri saja. Itulah keberatan keempat terhadap hedonisme. Yang dimaksudkan dengan egoisme disini adalah egoisme etis atau egoisme yang mengatakan bahwa saya tidak mempunyai kewajiban moral membuat sesuatu yang lain daripada yang terbaik bagi diri saya sendiri. Egoisme etis mempunyai prinsip : saya duluan, orang lain belakangan saja. Tapi prinsip itu sulit untuk dipertahankan. Apa yang membuat saya menjadi begitu istimewa? Mengapa saya membutuhkan lebih banyak atau hal hal lebih baik daripada orang lain ? Egoisme etis harus ditolak karena bertentangan dengan prinsip persamaan: semua manusia harus diperlakukan dengan cara sama, selama tidak ada alasan untuk perlakuan berbeda. Jika dua pasien pada waktu yang sama tiba di rumah sakit, yang satu pasien gawat, yang lain pasien biasa, maka ada alasan untuk melayani pasien gawat dulu dan baru kemudian pasien biasa. Jika dua anak muda ikut dalam tes masuk perguruan tinggi dan yang satu memperoleh nilai bagus sedangkan yang kedua mendapat nilai jelek, maka ada alas an juga untuk perlakuan yang berbeda, yaitu menerima yang pertama dan menolak yang kedua. Tapi jika tidak ada alasan untuk perlakuan yang berbeda, dua oran harus diperlakukan dengan cara yang sama. Saya tidak bias menuntut bahwa sayalah yang didahulukan, jika tidak ada alasan yang relevan.PENERAPAN DAN DAMPAK HEDONISME DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI 

1. A.    PENGARUH POSITIF HEDONISMEBiarpun pada dasarnya  setiap kesenangan bisa dinilai baik , namun itu tidak berarti bahwa setiap kesenangan harus dimamfaatkan juga. Dalam hal ini pentinglah perbedaan yang diajukan Epikuros antara tiga macam keinginan  yaitu : keinginan alamiah yang perlu (seperti makanan), keinginan alamiah yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), dan keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan). Hanya keinginan macam pertama yang harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menghasilkan kesenangan paling besar. Karena itu Epikuros menganjurkan semacam “pola hidup sederhana”. Orang bijaksana akan berusaha sedapat mungkin terlepas dari keinginan. Dengan demikian manusia akan mencapai ataraxia, ketenangan jiwa atau keadaan jiwa seimbang yang tidak membiarkan diri terganggu oleh hal-hal lain. Ataraxia begitu penting bagi Epikuros, sehingga ia menyebutnya juga tujuan kehidupan manusia (disamping kesenangan). Ataraxia berperanan bagi jiwa, seperti kesehatan bagi badan. Orang bijaksana yang memperoleh ketenangan jiwa itu akan berhasil

Page 8: Down Load Hedonisme

mengusir segala macam ketakutan (untuk kematian, dewa-dewa dan suratan nasib), menjauhkan diri dari kehidupan politik dan menikmati pergaulan dengan sahabat-sahabat.5B. PENGARUH NEGATIF HEDONISME         a. MASYARAKAT YANG MATERIALISTIK DAN KONSUMERISME.Manusia mempunyai berbagai keinginan di dalam dirinya, yang diantaranya adalah keinginan atau kecenderungan kepada spiritual, keadilan, membantu kepada sesama dan kesenangan kepada keindahan. Dengan kata lain, Tuhan telah mengaruniakan kepada manusia kecenderungan kepada keindahan dan kecenderungan untuk memiliki kecantikan. Dengan begitu manusia akan berbuat untuk memiliki kehidupan materi dan spiritual yang lebih baik. Amat disayangkan, sebagian orang terlalu berlebihan dalam memandang keindahan sehingga terperosok ke dalam lembah hedonisme. Hedonisme berarti berlebih-lebihan dalam mencintai keindahan dan penyimpangan dari daya tarik alami ini. Imam Ali as menyebut tiga tanda bagi orang yang berlebihan dalam hal memanfaatkan karunia dan kenikmatan Allah. Pertama: Memakan apa yang tidak sesuai baginya, kedua mengenakan pakaian yang tidak seharusnya, dan ketiga membeli yang tidak pantas untuk dirinya.Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang terjerat ke dalam gaya hedonisme yang sebagiannya akan kami bahas pada kesempatan ini.Biasanya kecenderungan kepada hedonisme berpangkal pada kepribadian seseorang. Misalnya, kesombongan dan egoisme adalah penyebab kecenderungan seseorang kepada kehidupan mewah. Orang sombong akan selalu membanggakan kekayaan dan kedudukan yang dimilikinya untuk menunjukkan keunggulannya atas orang lain.Persaingan tidak sehat untuk menunjukkan kemewahan terkadang menimbulkan perasaan dengki dan iri. Mereka mengira bahwa cara menunjukkan kelebihan atas orang lain adalah dengan cara bersaing seperti ini. Orang yang hedonis memandang rendah kepada orang lain. Pandangan ini sudah barang tentu akan menyebabkan timbul jurang yang dalam antara mereka dengan orang lain. Dalam mengumpul harta dan barang-barang mewah mereka akan dikuasai oleh sifat ketamakan, dan orang seperti ini tidak akan bersedia memberikan harta mereka kepada orang lain.Penyebab lain penyakit hedonisme ialah, kepribadian tidak sempurna yang dimiliki oleh seseorang. Dari pandangan psikologi, orang yang cenderung kepada kemewahan berusaha menutupi kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu dan spiritual. Pada sebagian kasus, kita menyaksikan orang-orang kaya yang tidak tahu bagaimana membelanjakan hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan barang-barang mewah dan pakaian-pakaian yang mahal.Faktor penting lainnya adalah, pandangan materialis dan cinta dunia. Orang yang tidak  beriman kepada alam akhirat dan tidak memperdulikan nilai-nilai moral seperti kesederhanaan, kedermawanan dan persahabatan, tidak akan memikirkan nasib orang lain. Mereka tenggelam dalam kemewahan hidup.Ada pula faktor luar yang menjadi penyebab kecenderungan kepada kemewahan, antara lain adalah budaya masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam sebuah masyarakat yang memiliki budaya hidup mewah, kecenderungan kepada kemewahan akan menguasai seluruh anggota masyarakat. Dalam hal ini, kemewahan para pejabat dan tokoh masyarakat akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada gaya kehidupan ini.Di era kontemporer ini iklan yang terdapat di berbagai sarana media ikut membantu menciptakan budaya hedonisme. Media-media ini dalam banyak kasus mengiklankan produk-produk yang sebenarnya tidak diperlukan. Iklan-iklan ini pula meninggalkan berbagai dampak psikologis terhadap para pemirsa.Tuhan mengaruniakan nikmat yang tidak terhingga untuk digunakan oleh manusia dalam kehidupan, dan Allah memerintahkan manusia untuk mengunakannya nikmat dan karunia ini secara benar dan adil serta tidak melanggar hak orang lain.6

Page 9: Down Load Hedonisme

Dengan demikian, hedonisme berarti keluar dari aturan ilahi dan menyimpangkan karunia Allah dan hak orang lain.Orang yang hedonis, tidak hanya dikecam karena sikapnya yang memubazirkan anugerah Allah saja, tetapi ia dikecam juga karena dia menutup kesempatan berkembangnya nilai-nilai kebaikan seperti infak, kemanusiaan dan kedermawanan, serta menyebabkan berkembangnya kemiskinan dan ketidak-adilan dalam masyarakat serta meruntuhkan nilai-nilai spiritualitas.Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme. Pertama, lenyapnya kekayaan, meningkatnya jurang antar miskin dan kaya, berkembangnya kemiskinan, kebangkrutan dan hutang di tengah masyarakat kecil. Ibnu Khaldun sejarawan dan sosiolog muslim dalam hal ini berkata: Sejauh mana sebuah masyarakat tenggelam dalam hedonisme, sejauh itulah mereka akan mendekati batas kehancuran. Proses kehancuran akan terjadi karena hedonisme secara perlahan akan menyebabkan kemiskinan masyarakat dan negara. Sejauh mana hedonisme mewabah, sejauh itu pulalah kemiskinan akan menyebar di tengah masyarakat.Di pihak lain, membuang-buang harta untuk membeli barang-barang mahal yang hanya dimaksudkan untuk berbangga-bangga, perlahan-lahan akan menyeret sebuah negara kepada pihak asing. Hal inilah yang terjadi saat ini dunia. Banyak negara dunia yang bergantung kepada Barat yang setiap waktu memasarkan produk-produk baru untuk dikonsumsi.Meskipun pekerjaan, usaha dan jerih payah untuk mencari harta, dapat mengantarkan seseorang dan masyarakatnya kepada kemajuan dan hal ini didukung oleh agama Islam, namun jangan sampai hal itu menjerumuskan kita ke lembah hedonisme dan kemewahan. Sebab, hal itu akan membawa kerugian dan menghalangi manusia untuk sampai kepada tujuan hidup yang sebenarnya. Untuk itu, harus dibedakan antara kecenderungan ke arah keindahan yang merupakan tuntutan fitrah manusia dengan hedonisme yang akan menyeret ke kemewahan dan kesombongan.b.MUNCULNYA HEDONISME INSTANCaleg pemalsu ijazah, masyarakat pembeli gelar (akademis), plagiator skripsi dan tesis, pembobolan bank dan pengemplangan utang (uang rakyat), kleptokrasi habis-habisan, pola terabas perebutan kekuasaan dan seterusnya jika diteliti lebih dalam bermuara pada satu hal: sebuah budaya bangsa yang dinamakan dengan pola hidup jalan pintas. Intinya, ada yang mau terhormat, mau kaya raya, mau berkuasa, dan seterusnya, tetapi dalam tempo sesingkat-singkatnya (dan segampang-gampangnya).Pola hidup atau budaya jalan pintas ini seolah sudah menjadi penyakit bangsa ini, yaitu semacam sikap untuk mengambil jalan atau cara paling cepat dan praktis tanpa mempertimbangkan proses. Pendeknya, orang serba mau enak dengan cepat, tak mau repot. Ciri manusia Indonesia yang “suka main terabas” ini pernah dipopulerkan Mochtar Lubis. Selain itu, menurut Machiavelli, kebiasaan tujuan menghalalkan cara (the ends justify the means) telah menjadi senjata keseharian demi mendukung kelancaran pola jalan pintas tersebut. Pola hidup yang buruk dan dekil itu berakar pada dua sikap mental bangsa, yakni (1) sikap anti-aktualisasi diri dan (2) sikap yang pro hedonisme instan.Sikap anti-aktualisasi diri adalah sikap hidup yang tidak lagi menjalani hidup demi makna hakiki hidup itu sendiri, hidup sebagai sebuah panggilan, yang konsekuensinya adalah sebuah keyakinan bahwa hidup tak lain sebuah tanggung jawab terhadap kehidupan itu sendiri. Menurut Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya adalah mereka yang membaktikan dan mempersembahkan hidupnya pada “panggilan” hidup tertentu yang dianggap bermakna, baik itu pekerjaan, tugas, profesi maupun status diri. Minat dan daya hidupnya menjadi besar, karenanya mereka akan dan selalu menjalankan fungsi hidupnya, bekerja dengan keras serta memenuhi kewajiban dengan hati dan cinta, menjalani semuanya dengan nikmat, nyaman, menggairahkan dan penuh sukacita.Proses aktualisasi diri merupakan proses penemuan dan pengembangan (terus- menerus) jati diri serta mekar semerbaknya potensi terbesar dan terdalam manusiawi. Manusia yang

Page 10: Down Load Hedonisme

menjalankan proses aktualisasi diri tidak emosional- reaktif-subyektif mampu melihat dan menyikapi permasalahan secara bening-obyektif serta memandang hidup apa adanya tanpa memaksakan persepsi dan keinginan egonya sendiri.7Jelaslah kini, budaya atau pola hidup jalan pintas sangat anti-aktualisasi diri, yang justru mengebiri jati diri itu sendiri, mereduksi potensi-potensi terdalam dan terbesar manusiawi.Adapun sikap pro hedonisme instan adalah sikap hidup yang terobsesi oleh segala macam kenikmatan (duniawi) dan bersifat seketika serta sesaat. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memerlukan “kenikmatan-kenikmatan” (baca: reward) dalam hidupnya setelah ia mengusahakan sesuatu atau menjalankan sebuah fungsi hidup.Namun, ketika orientasi perburuan kenikmatan itu sudah bersifat obsesif, persoalannya menjadi lain. Sikap pro hedonisme instan, sampai batas tertentu, terpengaruh oleh sikap pertama, sikap anti-aktualisasi diri. Tereduksinya potensi-potensi terdalam manusiawi menyebabkan manusia kehilangan kapasitas kesadaran (diri) dalam menyikapi dan mengejar kenikmatan dalam hidupnya.Merujuk Nuttin, seorang tokoh psikologi humanistis, ada tiga lapis kesadaran manusia. Pertama, lapis kesadaran psikobiologis, sebuah lapis kesadaran yang bersifat sensasional dan terfokus pada pengalaman indriawi. Contoh sederhana adalah munculnya kesadaran manusia untuk makan karena distimulasi oleh perihnya perut yang lapar keroncongan.Kedua, lapis kesadaran psikososial, sebuah lapis kesadaran yang membuat manusia sadar bahwa dirinya (dan juga orang lain) memiliki pusat kesadaran masing-masing dan karenanya memberikan keunikan (uniqueness) serta juga keterasingan (loneliness). Dari kondisi inilah lahir kebutuhan untuk bersosialisasi dan berbagi. Kegagalan terhadap pemenuhan kebutuhan ini bisa membuat manusia tertekan dan frustrasi.Ketiga, lapis kesadaran transendental, sebuah lapis kesadaran yang mengacu kepada dimensi-dimensi di luar batas manusiawi tentang mistery of life. Kondisi inilah yang membuat manusia melakukan transendensi diri untuk menguak semua misteri kehidupannya, dimensi hidup yang kompleks, mencari eksistensi diri lewat beragam upaya pengembangan diri, ilmu pengetahuan, filsafat, dan religiositas.Ketiga lapis kesadaran itu akan bersinergi dalam situasi-situasi stabil dan normal. Misalnya, orang yang makan dan minum, pada satu momentum tertentu, bisa sebagai upaya mengenyangkan perut lapar, bersosialisasi, namun sekaligus ketertundukan kepala oleh rasa syukur, haru sekaligus sukacita atas kemurahan hati Tuhan.Sikap pro hedonisme instan yang serba sensasi(onal), seketika, sesaat, hanya berada di lapis kesadaran psikobiologis, lapis terendah kesadaran manusiawi. Jadi singkatnya, sikap-sikap anti-aktualisasi diri serta pro hedonisme instan sebagai dasar pola hidup atau budaya jalan pintas tampaknya sangat menghegemoni kehidupan kita semua, masyarakat Indonesia.Berbagai contoh di awal tulisan mengisyaratkan hal itu secara eksplisit. Secara prinsip, semuanya itu dilakukan dalam rangka upaya kita (manusia) mendapatkan berbagai peak experiences dalam kehidupan. Peak experiences (pengalaman-pengalaman puncak) merupakan kebutuhan hakiki manusia untuk terus-menerus mendaki puncak eksistensinya.Nah, pola hidup jalan pintas adalah upaya untuk mencapai berbagai pengalaman puncak, namun bersifat segmental, sepotong-sepotong, sesaat, meaningless, dan bahkan sesungguhnya tidak manusiawi. Adapun pencapaian pengalaman puncak yang seharusnya dicapai secara esensial adalah komprehensif dan berkesinambungan, melalui proses aktualisasi diri, serta integral dan meaningful, melalui lapis kesadaran transendental.Sampai di sini terlihat jelas, betapa budaya atau pola jalan pintas dalam menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara selama ini sangat kontradiktif dengan prinsip pemenuhan kebutuhan akan pengalaman puncak melalui aktualisasi diri dan fungsionalisasi kesadaran transendental. Padahal tanpa semuanya itu, kita sebagai individu warga negara,

Page 11: Down Load Hedonisme

ataupun kolektif sebagai bangsa, tak akan pernah mampu menguak batas- batas tertinggi kapasitas manusiawi, sulit menyentuh berbagai misteri kehidupan yang kaya dengan hakikat kehidupan, mustahil mendaki tangga-tangga tertinggi eksistensi manusiawi.8Pada ujungnya, terjadilah semua kontradiksi kondisi dan fakta kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia. Katanya kita adalah bangsa yang besar, kenyataannya kita tetap bangsa yang kerdil oleh berbagai ketidakadilan, penindasan, dan ketidakmerdekaan. Katanya kita adalah bangsa yang kaya, tetapi faktanya kita adalah bangsa yang melarat, rakyat tergusur-gusur, pengangguran kececeran, dan kampiun utang. Katanya kita adalah bangsa yang luhur, tetapi kondisi keseharian justru berkata, kita bangsa yang culas, bopeng oleh korupsi, “manajemen maling”, dan lainnya yang serba buruk.Kebesaran, kekayaan, serta keluhuran memerlukan masyarakat yang mempunyai sikap (mental) penuh aktualisasi diri serta dikuasai lapis kesadaran transendental dalam kehidupan dan dalam berkarya. Saat ini kita adalah bangsa yang kerdil, melarat, serta culas, akibat pola hidup jalan pintas.Republik Indonesia namanya-negeri tercinta ini-mau hidup seribu tahun lagi, setidaknya! Dan itu memerlukan masyarakat yang penuh aktualisasi diri dan selalu memiliki kesadaran transendental. Negeri ini bukannya tempat persinggahan sementara semacam diskotik yang dipenuhi orang- orang maniak pesta pora dengan cara-cara seenaknya atau tempat orang melampiaskan hasrat-hasrat primitif hedonisme instannya.

1. c.               HEDONISME DAN KAPITALISME GLOBALKapitalisme, bila ditinjau dari asal-usulnya, merupakan bapak dari imperialisme dan kakek dari globalisasi ekonomi, politik, ideologi, hukum dan budaya. Sebagai generasi pertama kapitalisme, imperialisme mencaplok wilayah-wilayah di luar teritorinya dengan menggunakan kekerasan, yang melahirkan kolonialisme. Sesuai karakter bapaknya, imperialisme menguras semua kekayaan alam daerah yang menjadi koloninya, meski harus memberantas semua penghalangnya dengan senjata. Ketika tindakan kasar dan tidak manusiawi dikutuk banyak pihak dan dianggap ketinggalan zaman, generasi kedua kapitalisme lahir dan diberi nama globalisasi. Dengan keadaban yang lebih meningkat, keturunan lebih lanjut kapitalisme yang tetap rakus pada keuntungan maksimal tersebut, menggarap korbannya lewat kebudayaan.Kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak disertai dengan hal yang sama dalam bidang kehidupan moral, etika dan spiritual. Bahkan, bidang ini makin rapuh dibawa arus materialisme, hedonisme, pragmatisme dan peradaban modern. Perkembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata melahirkan masalah disharmonis antara pemenuhan tujuan duniawi dan rohani. Masalah disharmonis ini sangat serius, bahkan melahirkan krisis integrasi diri dan budaya. Peradaban dunia modern yang diwarnai dengan pola pikir dan gaya hidup yang rasionalitas, materialistis, hedonis dan pragmatis ternyata belum mampu memberikan kebahagiaan yang sejati. Jawaban yang diberikan oleh ilmu pengetahuan, sains dan teknologi bersifat parsial, temporal dan lokal, belum mampu holistik dan komprehensif.Degradasi moral, keimanan, etika dan spiritual terasa makin tak terbendung. Temuan-temuan di bidang sains dan teknologi hanyalah sebagai instrumen, bukan tujuan. Sebagai sesuatu yang bebas nilai produk intelektualitas, sangat bergantung kepada manusia yang menggunakannya.Dari pengamatan selama bertahun-tahun, bagi Rubag, kehendak setan justru lebih mendominasi tindakan manusia. Kekacauan yang menjurus ke tindakan “serigala makan serigala” terus berlanjut dan semakin menghebat, sementara berbagai jenis sains dan teknologi dikembangkan secara maksimal dan ajaran agama pun dikumandangkan tak henti-

Page 12: Down Load Hedonisme

henti. Lucunya, pembunuhan oleh manusia atas manusia terus berlangsung, bahkan di antaranya dilakukan atas nama Tuhan.Kehendak bebas, kata Fromm, merupakan kerinduan umat manusia yang teramat dalam di era kontemporer ini. Liberalisme ekonomi, demokrasi politik, otonomi religius dan individualisme dalam kehidupan pribadi adalah prinsip-prinsip yang mereka ingin wujudkan. Kerinduan terhadap kebebasan yang berkesan kontradiktif dengan prinsip-prinsip kebebasan menciptakan bentuk-bentuk penjajahan baru. Karena, hubungan antara kerinduan dan prinsip bersifat ambivalen atau ambigu, sehingga ketika keluar dari sarang macan, mereka masuk ke kandang buaya.9Banyak orang kemudian tidak siap menerima kebebasan yang gigih diperjuangkannya, karena terburu masuk perangkap konsumerisme dan hedonisme. Korupsi, kriminalitas dan prostitusi yang melahirkan berbagai varian, yang bagi Rubag merupakan kehendak setan, seperti yang difatwakan Luther, menjadi warna mencolok kehidupan manusia pascamodern yang menganut budaya postmodernisme (postmo).Rubag tertarik pandangan kaum posmodernis yang mengatakan bahwa mereka tidak punya sejarah, karena sejarah bagi mereka dimulai hari ini. Karena itu, mereka tidak mau mengingat kejadian-kejadian masa lampau yang menurut mereka terlalu rumit untuk dipikirkan. Mereka juga tak tertarik memikirkan isu-isu masa depan, sebab mereka lebih menikmati masa sekarang yang abadi. Sejarah, mitologi dan buku-buku suci yang mengandung teks terlalu panjang, bagi para pengikut nabi Postmo Lyotard atau Baudrillard, adalah narasi besar yang cuma memberatkan pikiran dan tidak cocok lagi dipakai pandangan hidup.Hedonisme dan konsumerisme lalu dijadikan kredo, sedangkan mal, swalayan, konser musik dan cafe dipilih sebagai pusat perayaan ritual mereka. Lalu, khotbah yang mereka percaya dan ikuti saran serta nasihatnya hanya televisi, internet dan radio, karena ketiganya menyajikan narasi-narasi kecil, berupa sinetron, infotainment dan iklan, yang diselingi irama pop, rock dan dangdut. Dari ketiga berhala baru itu, mereka menyerap gaya hidup glamour yang bersemboyan, “Karena bersenang-senanglah aku ada!” untuk mendekonstruksi semboyan kaum Cartesian, “Karena berpikirlah aku ada!” Amnesia sejarah akibat konsumerisme dan hedonisme menyebabkan lahirnya apatisme atau paham yang tidak peduli atas apa pun yang terjadi. Apalagi masa depan bangsa dan negara. Menggelembungnya jumlah Golput sebanyak 34,5 juta orang dan swingging voters yang mendongkrak perolehan suara parpol baru yang jelas belum punya ideologi pada Pemilu 2004 lalu, merupakan indikasi signifikan atas apatisme tersebut.Konsumerisme dan hedonisme yang disebarkan kapitalisme global lewat berbagai cara, bagi Rubag, seakan-akan sudah mendarah daging bagi masyarakat, khususnya kalangan berpangkat dan berduit. Iklan-iklan menggoda, kata Wahyu Wibowo, mirip seperti nenek sihir yang datang setiap saat di sekitar masyarakat. Setelah menebar mantra-mantra lalu menghilang, namun segera diganti aktor dan aktris ganteng dan cantik pemain sinetron sabun, yang di sekujur tubuhnya juga menempel balutan iklan. Dari sandal atau sepatu hingga jepitan rambut, dari kutek hingga ikatan gigi, merupakan semiotika konsumerisme yang merangsang orang berduyun-duyun mengunjungi mall, shopping center, dan swalayan. Teknologi dan desain yang dimodifikasi setiap saat membuat para konsumen membeli karena keinginan, bukan kebutuhan. Semua dibeli bukan karena belum punya, namun karena yang dimiliki dirasa ketinggalan zaman dan untuk ”jaim” atau jaga imej, si dompet harus dikuras.

BAB IIEUDEMONISME

  

Page 13: Down Load Hedonisme

Eudemonisme merupakan salah satu filsafat moral selain hedonisme dan yang lainnya. Eudemonisme berasal dari kata “ Eudaimonia” yang berarti kebahagiaan. Pandangan ini berasal dari filsuf Yunani besar, Aristoteles (384-322 s.M). Dalam bukunya , Ethika Nikomakheia, ia mulai dengan menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan juga, dalam setiap perbuatan kita ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Seringkali kita mencari suatu tujuan untuk mencapai suatu tujuan lain lagi. Misalnya, kita minum obat untuk bisa tidur dan kita tidur untuk dapat memulihkan kesehatan. Timbul pertanyaan apakah ada juga tujuan yang dikejar karena dirinya sendiri dan bukan karena sesuatu yang lain lagi ; apakah ada kebaikan terakhir yang tidak dicari demi sesuatu yang lain lagi. Menurut Aristoteles, semua orang akan menyetujui bahwa tujuan tertinggi ini – dalam terminology modern kita bisa mengatakan : makna terakhir hidup manusia – adalah kebahagiaan (eudaimonia). Tapi jika semua orang mudah menyepakati kebahagiaan sebagai tujuan terakhir hidup manusia, itu belum memerlukan semua kesulitan, karena dengan kebahagiaan mereka mengerti banyak hal yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa kesenangan adalah kebahagiaan, ada yang berpendapat bahwa uang dan kekayaan adalah inti kebahagiaan dan ada pula yang menganggap status sosial atau nama baik sebagai kebahagiaan. Tapi Aristoteles beranggapan bahwa semua hal itu tidak bisa diterima sebagai tujuan terakhir. Kekayaan misalnya paling-paling bisa dianggap tujuan untuk mencapai suatu tujuan lain. Karena itu masih tetap tinggap pertanyaan : apa itu kebahagiaan?.Menurut Aristoteles, seseorang mencapai tujuan terakhir dengan menjalankan fungsinya dengan baik. Tujuan terakhir pemain suling adalah main dengan baik. Tujuan terakhir tukang sepatu adalah membikin sepatu yang baik. Nah, jika manusia menjalankan fungsinya sebagai manusia dengan baik, ia juga mencapai tujuan terakhirnya atau kebahagiaan. Apakah fungsi yang khas bagi manusia itu ? apakah keunggulan manusia, dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain ? Aristoteles menjawab : akal budi atau rasio. Karena itu manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan secara paling baik kegiatan-kegiatan rasionalnya. Dan tidak cukup ia melakukan demikian beberapa kali saja, tap[I harus sebagai suatu sikap tetap. Hal itu berarti bahwa kegiatan-kegiatan rasional itu harus dijalankan dengan disertai keutamaan. Bagi Aristoteles ada dua macam keutamaan : keutamaan intelektual dan keutamaan moral. Keutamaan intelektual menyempurnakan langsung rasio itu sendiri. Dengan keutamaan-keutamaan moral ini dibahas Aristoteles dengan panjang lebar. Keutamaan seperti keberanian dan kemurahan hati merupakan pilihan yang dilaksanakan oleh rasio. Dalam hal ini rasio menentukan jalan tengah antara dua ekstrem yang berlawanan. Atau dengan kata lain, keutamaan adalah keseimbangan antara “kurang “ dan “terlalu banyak”. Misalnya, keberanian adalah keutamaan yang memilih jalan tengah antara sikap gegabah dan sikap pengecut; kemurahan hati adalah keutamaan yang mencari jalan tengah antara kekikiran dan pemborosan. Keutamaan yang menentukan jalan tengah itu oleh Aristoteles di sebut phronesis (kebijaksanaan praktis). Phronesis menentukan apa yang bisa dianggap sebagai keutamaan dalam suatu situasi konkret. Karena itu keutamaan ini merupakan inti seluruh kehidupan moral.Sekali lagi perlu ditekankan bahwa tidaklah cukup kita kebetulan atau satu kali saja mengadakan pilihan rasional yang tepat dalam perbuatan kita sehari-hari. Baru ada keutamaan jika kita bisa menentukan jalan tengah di antara ekstrem-ekstrem itu dengan suatu sikap tetap. Menurut Aristoteles, manusia adalah baik dalam srti moral, jika selalu mengadakan pilihan-pilihan rasional yang tepat dalam perbuatan-perbuatan moralnya dan mencapai keunggulan dalam penalaran intelektual. Orang seperti itu adalah bahagia. Kebahagiaan itu akan disertai kesenangan juga, walaupun kesenangan tidak merupakan inti yang  sebenarnya dari kebahagiaan. 

Page 14: Down Load Hedonisme

TINJAUAN KRITIS Pemikiran Aristoteles tentang etika tentu lebih kompleks dan berisi daripada yang sempat diuraikan di atas. Kami terutama menguraikan pemikirannya tentang keutamaan dan itupun hanya secara singkat. Memang benar, pemikiran tentang keutamaan adalah bagian paling menarik dalam etikanya. Tapi ajarannya mempunyai kelemahan juga. Salah satu kelemahan adalah bahwa daftar keutamaan yang disebut olehnya tidak merupakan hasil pemikiran Aristoteles saja tapi mencerminkan pandangan etis dari masyarakat Yunani pada waktu itu dan lebih khusus lagi mencerminkan golongan atas dalam masyarakat Athena tempat Aristoteles hidup. Dan ternyata tidak bisa diharapkan juga ia akan menyajikan daftar keutamaan yang berlaku selalu dan dimana-mana. Pasti ada sejumlah keutamaan yang berlaku agak umum. Tapi di samping itu setiap kebudayaan dan setiap periode sejarah akan memiliki keutamaan-keutamaan sendiri, yang belum tentu sama dalam kebudayaan atau periode sejarah lain. Kerendahan hati, misalnya, merupakan keutamaan yang berasal dari tradisi lain dan belum bisa diharapkan dalam pembahasan Aristoteles. Suka bekerja keras merupakan contoh lain tentang keutamaan yang tidak mungkin ditemukan pada Aristoteles. Malah ia memandang rendah pekerjaan fisik, sesuai dengan pandangan Yunani pada waktu itu.Keberatan lain menyangkut pemikiran Aristoteles tentang keutamaan sebagai jalan tengah antara sua ekstrem. Aristoteles menjelaskan hal itu dengan sebuah analisis bagus dan tajam tentang keberanian, misalnya. Tapi soalnya adalah apakah keutamaan selalu merupakan jalan tengah antara “kurang’ dan “terlalu banyak”. Aristoteles sendiri mengalami kesulitan dengan keutamaan seperti pengendalian diri. Perbuatan seperti makan terlalu banyak, jelas bertentangan dengan keutamaan pengendalian diri. Tapi jika orang makan kurang daripada apa yang dianggap perlu , apakah perbuatannya melanggar keutamaan itu juga ? rupanya sulit mengatakan demikian. Perbuatan seperti berpuasa justru dianggap suatu perbuatan terpuji dan pelaksanaan keutamaan pengendalian diri. Aristoteles sendiri mengakui bahwa praktis tidak ada manusia yang tak acuh terhadap makanan, sehingga segi “kurang” di sini sulit ditunjukkan.Tadi sudah dijelaskan bahwa pemikiran Aristoteles diwarnai suasana eliter karena terutama mencerminkan golongan atas dalam mesyarakat Yunani waktu itu. Bisa ditambah lagi bahwa pada Aristoteles kita sama sekali belum melihat paham hak manusia, apalagi persamaan hak semua manusia. Malah ia membenarkan secara rasional lembaga perbudakan, karena ia berpendapat bahwa beberapa manusia menurut kodratnya adalah budak. Suatu pandangan menurut orang modern justru tidak etis. Tapi keberatan ini tidak perlu terlalu ditekankan, karena kita tidak bisa mengeritik seseorang karena dia anak dari zamannya. Kita tidak bisa menghukum filsuf Yunani kuno ini, karena belum termasuk zaman modern.Etika Aristoteles dan khususnya ajarannya tentang keutamaan tidak begitu berguna untuk memecahkan dilemma-dilema moral besar yang kita hadapi sekarang ini. Pemikirannya tidak membantu banyak dalam mencari jalan keluar bagi masalah-masalah moral penting di zaman kita, seperti misalnya risiko penggunaan tenaga nuklir, reproduksi artificial, percobaan medis dengan embrio dan sebagainya. Disini kita membutuhkan pertimbangan –pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pandangan Aristoteles tentang keutamaan lebih cocok untuk menilai kadar moral seseorang berdasarkan perbuatan-perbuatannya, termasuk juga hidup moralnya sebagai keseluruhan.TIGA KUNCI HIDUP YANG BAHAGIA           Apakah rahasia hidup yang bahagia itu? Banyak orang yang mengidentikkan kebahagiaan dengan segala sesuatu yang berada di luar kita, seperti harta benda yang kita miliki. Apakah Anda akan berbahagia jika mempunyai rumah yang indah, mobil mewah,

Page 15: Down Load Hedonisme

penghasilan yang berlimpah, dan pasangan hidup dan anak-anak yang tampan dan cantik? Mungkin Anda akan mengatakan ‘’ya.’’ Tapi,percayalahitu tidak akan berlangsung lama. Kebahagiaan yang disebabkan hal-hal di luar kita adalah kebahagiaan semu. Kebahagiaan itu akan segera hilang begitu Anda berhasil memiliki barang tersebut. Anda melihat kawan Anda membeli mobil mewah, handphone yang canggih, atau sekadar baju baru. Anda begitu ingin memilikinya.Anehnya, begitu Anda berhasil memilikinya, rasa bahagia itu segera hilang. Anda merasa biasa-biasa saja. Bahkan, Anda mulai melirik orang lain yang memiliki barang yang lebih bagus lagi daripada yang Anda miliki. Anda kembali berangan-angan untuk memilikinya. Demikianlah seterusnya. Dan Anda tidak akan pernah bahagia.Budha Gautama pernah mengatakan, ‘’Keinginan-keinginan yang ada pada manusia-lah yang seringkali menjauhkan manusia dari kebahagiaan.’’ Ia benar. Kebahagiaan adalah sebuah kondisi tanpa syarat. Anda tidak perlu memiliki apapun untuk berbahagia. Ini adalah sesuatu yang sudah Anda putuskan dari awal. Coba katakan pada diri Anda sendiri, ‘’Saya sudah memilih untuk bahagia apapun yang akan terjadi.’’ Anda akan merasa bahagia walaupun tidak memiliki harta yang banyak, walaupun kondisi di luar tidak sesuai dengan keinginan Anda. Semua itu tidak akan mengganggu karena Anda tidak menempatkan kebahagiaan Andadisana. Kebahagiaan yang hakiki terletak di dalam diri Anda sendiri. Intikebahagiaan ada pada pikiran Anda. Ubahlah cara Anda berpikir dan Anda akan segera mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin. Ada tiga pikiran yang perlu senantiasa Anda tumbuhkan. Saya mendapatkan gagasan mengenai tiga kunci kebahagiaan ini setelah merenungkan arti tasbih, tahmid dan takbir yang kita ucapkan tiap hari tapi sering tanpa makna yang mendalam. Saya kira ajaran seperti ini bukan hanya kita temukan dalam Islam saja, tetapi juga dalam ajaran agama yang lain.Kunci pertama kebahagiaan adalah rela memaafkan. Coba renungkan kata subhanallah. Tuhanlah yang Maha Suci, sementara manusia adalah tempat kesalahan dan kealpaan. Kesempurnaan manusia justru terletak padaketidaksempurnaannya. Dengan memahami konsep ini, hati Anda akan selalu terbuka untuk memaafkan orang lain.Seorang dokter terkenal Gerarld Jampolsky menemukan bahwa sebagian besar masalah yang kita hadapi dalam hidup bersumber dari ketidakmampuan kita untuk memaafkan orang lain. Ia bahkan mendirikan sebuah pusat penyembuhan terkemuka di Amerika yang hanya menggunakan satu metode tunggal yaitu, rela memaafkan!Kunci kedua adalah bersyukur. Coba renungkan kata alhamdulillah. Orang yang bahagia adalah orang yang senantiasa mengucapkan alhamdulillah dalam situasi apapun. Ini seperti cerita seorang petani miskin yang kehilangan kuda satu-satunya. Orang- orang di desanya amat prihatin terhadap kejadian itu, namun ia hanya mengatakan, alhamdulillah.Seminggu kemudian kuda tersebut kembali ke rumahnya sambil membawa serombongan kuda liar. Petani itu mendadak menjadi orang kaya. Orang-orang di desanya berduyun-duyun mengucapkan selamat kepadanya, namun ia hanya berkata, alhamdulillah.Tak lama kemudian petani ini kembali mendapat musibah. Anaknya yang berusaha menjinakkan seekor kuda liar terjatuh sehingga patah kakinya. Orang-orang desa merasa amat prihatin, tapi sang petani hanya mengatakan, alhamdulillah. Ternyata seminggu kemudian tentara masuk ke desa itu untuk mencari para pemuda untuk wajib militer.Semua pemuda diboyong keluar desa kecuali anak sang petani karena kakinya patah. Melihat hal itu si petani hanya berkata singkat, alhamdulillah. Cerita itu sangat inspiratif karena dapatmenunjukkan kepada kita bahwa apa yang kelihatannya baik, belum tentu baik. Sebaliknya, apa yang kelihatan buruk belum tentu buruk. Orang yang bersyukur tidak terganggu dengan apa yang ada di luar karena ia selalu menerima apa saja yang ia hadapi.Kunci ketiga kebahagiaan adalah tidak membesar- besarkan hal-hal kecil. Coba renungkan kalimat Allahu akbar. Anda akan merasa bahwa hanya Tuhanlah yang Maha Besar dan

Page 16: Down Load Hedonisme

banyak hal-hal yang kita pusingkan setiap hari sebenarnya adalah masalah-masalah kecil. Masalah-masalah ini bahkan tidak akan pernah kita ingat lagi satu tahun dari sekarang.Penelitian mengenai stres menunjukkan adanya beberapa hal yang merupakan penyebab terbesar stres, seperti kematian orang yang kita cintai, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Hal- hal seperti ini bolehlah Anda anggap sebagai hal yang ‘’agak besar.’’ Tapi, bukankah hal-hal ini hanya kita alami sekali-sekali dan pada waktu-waktu tertentu? Kenyataannya, kebanyakan hal-hal yang kita pusingkan dalam hidup sebenarnya hanyalah masalah-masalahkecil.