perilaku hedonisme di kalangan mahasiswa

106
a PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial DIAJUKAN OLEH : 100901053 JOHAN SIMAMORA DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

a

PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

sosial

DIAJUKAN OLEH :

100901053

JOHAN SIMAMORA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

Page 2: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

i

ABSTRAK

Hedonisme merupakan kesenangan atau (kenikmatan). Mahasiswa pada

saat ini tak bisa lagi secara universal disebut kaum intelektual atau pembawa perubahan. Hedonisme telah merubah banyak sikap, tindakan dan paradigma berpikir kalangan mahasiswa dari yang akademisi menjadi apatis, lebih cenderung menyukai hal-hal duniawi dan kurang mempertimbangkan efek negatifnya terhadap aktifitas perkuliahan. Hedonisme telah merubah status mahasiswa dari akademisi menjadi apatis, menyukai hal-hal duniawi tanpa memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan perkuliahan. Disfungsi perilaku ini tak bisa dilepaskan atas pengaruh dari arus globalisasi sehingga kecenderungan sangat sulit ditahan. Aktivitas perkuliahan seharusnya mampu memberikan kesibukan kepada para mahasiswa sehingga minimnya waktu untuk terjebak terhadap perilaku menyimpang tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif perilaku dan gaya hidup hedonisme mahasiswa FISIP USU Medan. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan pedoman wawancara. Unit analisis penelitian meliputi informan kunci dan informan biasa, yang meliputi mahasiwa FISIP USU Medan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan perbandingan studi pustaka untuk mendapatkan kesimpulan penelitian yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa menurut pandangan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, gaya hidup hedonisme tidak menjadi masalah sepanjang tidak menyusahkan orang lain. Berbeda dengan kelompok mahasiswa yang hanya kuliah semata dan belum bekerja, perilaku gaya hidup hedonisme menurut pandangan mereka merupakan gaya hidup yang sudah diwariskan turun temurun dari orangtua. Alasan utama bergaya hidup hedonisme adalah karena sudah kebiasaan sejak kecil. Hal ini tentunya sesuai dengan fasilitas yang dimiliki orang tersebut. Tetapi ada juga mahasiswa yang memberi alasan bergaya hidup hedonisme karena sudah terlanjur terpengaruh teman, takut dinilai ketinggalan zaman dan takut kehilangan teman. Kata kunci : Perilaku sosial, Mahasiswa, Hedonisme

Page 3: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari

Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini yaitu : “PERILAKU

HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Deskriptif Pada

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas Sumatera

Utara)”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses

penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis mempersembahkan skripsi ini

kepada kedua orangtua yang tercinta Ayahanda HINSAR DEBATARAJA, S.Pd

dan Ibunda GANDA SAUR PITA HARIANJA, atas segala doa, dukungan, kasih

sayang dan pengorbanan mereka yang telah mereka berikan kepada penulis

sampai saat ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

dan reader skripsi ini.

Page 4: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

iii

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dosen Pembimbing dan wali

penulis yang telah membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Seluruh Dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis

menjalani perkuliahan.

5. Kak Feni Khairifa selaku Staf Administrasi di Departemen Sosiologi, dan Kak

Nurbaiti selaku Pegawai Pendidikan bagian Departemen Sosiologi, yang

selama ini membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

6. Kakak tersayang Merlin Yanti Simamora, S.S yang telah memberikan doa,

dukungan,dan semangatnya kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat tercinta M. Yamin, Hivo Heradini Lubis, Tri Quari

Handayani, Veby Veny Velecya Pane, Sonya Adelina Hutagalung, Natalia

Sinaga, Warren Stiffo dan Hening Kinasih atas semua dukungan dan bantuan

kalian selama ini, serta kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga

persahabatan kita tidak hanya sampai disini.

8. Teman-teman Sosiologi stambuk 2010 yang tidak bisa penulis ucapkan satu

persatu, terima kasih atas dukungan dan kenangan yang telah kita jalani selama

perkuliahan dan semoga hubungan kita semua tetap terus terjalin.

9. Teman-teman alumni SMA Budi Murni 2, Alm. Ontiara Lumban Gaol, Arma

Yanti, Amd, Intan Sitorus, Rezki dan Susan.

10. Semua informan yang telah membantu penulis dan telah bersedia meluangkan

waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam penyelesaian skripsi

ini.

Page 5: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

iv

11. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak

yang membutuhkan.

Penulis,

JOHAN SIMAMORA

Page 6: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ....………….....……………………....................... 1

1.2 Perumusan Masalah ………....................................………….…… 8

1.3 Tujuan Penelitian ....…………………………................................. 9 1.4 Manfaat Penelitian .……...…………………................................... 9 1.5 Definisi Konsep ........……...……………......................................... 10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 12

2.1 Perilaku Sosial Sebagai Suatu Paradigma ..................…..................... 12

2.2 Tatanan Nilai Dalam Masyarakat ...............................................….... 13

2.3 Gaya Hidup Pada Masyarakat Modern .............................................. 17

2.4 Sifat Hedonis Di Kalangan Mahasiswa .............................................. 23

BAB III : METODE PENELITIAN ................…….................................25

3.1 Jenis Penelitian .....………..……………............................................ 25

3.2 Lokasi Penelitian .........……….……….............................................. 25

3.3 Unit Analisis dan Informan ..………………........................... …… 26

3.3.1 Unit Analis………………………………………............... 26

3.3.2 Informan ……………….…………………….................... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……………………………............. 27

3.5 Interpretasi Data .………………………………………................. 28

3.6 Jadwal Kegiatan ….......................................................................... 29

3.7 Keterbatasan Penelitian……………………………........................ 30

Page 7: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

vi

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN.….......... 31

4.1 Deskripsi lokasi penelitian ......………………………................. .. 31

4.1.1 Sejarah FISIP USU…………………............................... ... 31

4.1.2 Program Studi .....…………………………….................. .. 40

4.1.3 Visi dan Misi FISIP USU .........................….………......... 42

4.1.4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ............................... 42

4.2 Karakteristik Informan .......................………………..................... 43

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur………….....….. 44

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin….....…. 44

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku…………....….... 45

4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama………………. 46

4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Tempat Tinggal…........ 46

4.2.6 Karakteristik Informan Berdasarkan Status Mahasiswa….… 47

4.2.7 Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua….47

4.2.8 Karakteristik Informan Berdasarkan Santunan Biaya……..…48

4.2.9 Karakteristik Informan Berdasarkan Pertemanan………....…48

4.3 Profil Informan Mahasiswa Hedonisme FISIP USU………..….….…49

BAB V: INTERPRETASI DATA ....……………………...........................64

5.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Perilaku Hedonisme di Kalangan Mahasiswa………………..……… 64

5.2 Bentuk-bentuk Gaya Hidup Mahasiswa Hedonisme ...................….. 73

5.2.1 Shopping Addiction (Kecanduan Berbelanja)........................ 73

5.2.2 Trend Membawa Mobil ......................................................... 77

Page 8: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

vii

5.3 Akibat Gaya Hidup Hedonisme ........................................................ 79

BAB VI : PENUTUP .............………..……………………………………. 83

6.1 Kesimpulan ………………………………………............................83

6.2 Saran ......………………………………………................................84

DAFTAR PUSTAKA ...……………………………...................................85

Page 9: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur……………….. 44

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelami……..…. 44

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku……………….... 45

Tabel 4.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama………………. 46

Tabel 4.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Tempat Tinggal……... 46

Tabel 4.6 Karakteristik Informan Berdasarkan Status Mahasiswa…… 47

Tabel 4.7 Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua... 47

Tabel 4.8 Karakteristik Informan Berdasarkan Santunan Biaya……… 48

Tabel 4.9 Karakteristik Informan Berdasarkan Pertemanan………..…..48

Page 10: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa Indonesia adalah generasi penerus bangsa yang memiliki masa-

masa kehebatan tersendiri, yang berbeda dengan masa anak-anak dan masa tua

atau lansia. Mahasiswa sebenarnya memiliki peranan yang sangat besar terhadap

bangsa ini. Karena mahasiswa merupakan sosok penerus bangsa dan generasi-

generasi yang membuat bangsa ini akan memiliki perubahan kearah yang lebih

baik. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh

statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan

calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang

sering kali syarat dengan berbagai predikat. Dari pendapat di atas-atas dijelaskan

bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon

intelektual. Tetapi pada saat ini mahasiswa seakan lupa siapa dirinya dan untuk

apa mereka dikuliahkan. Kaum minoritas berintelektual ini sebenarnya merupakan

tulang punggung pembangun bangsa dan negara menuju perubahan yang lebih

baik.

Di dalam sejarah bangsa indonesia, dimana peran utama dalam pergerakan

adalah mahasiswa seperti di saat kemerdekaan Indonesia yang tidak lepas dari

peranan kaum muda dan mahasiswa, peralihan orde lama ke orde baru dan yang

terakhir adalah reformasi 1998 yang meruntuhkan orde baru. Tetapi pemahaman

ini sangat jarang diketahui dan dipahami oleh seorang mahasiswa yang sering

menganggap pola pikir semacam ini sebagai pola pikir yang “Rumit”. Pada saat

Page 11: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

2

sekarang ini musuh yang dihadapi adalah seperti hedonisme dan apatisme. Paham-

paham seperti ini semakin tumbuh berkembang dalam diri mahasiswa dimana

para mahasiswa tersebut sedang berjuang atau dalam proses terhadap pencarian

jati dirinya. Bahkan sampai sekarang ini masih ada mahasiswa yang masih

bingung tentang jati dirinya dan kebingungan dalam menentukan arah hidup

selanjutnya. Mahasiswa yang kebingungan tersebutlah mayoritas banyak yang

terjebak dalam golongan hedonisme yang pasti berpusat pada hura-hura dan sifat

kosumtif yang berlebihan. Memenuhi kepuasaan duniawi seakan membudaya.

Menurut Marsuki (artikel website Edukasi Kompas), yang memiliki profesi

sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral Universitas Negeri Semarang,

mahasiswa Indonesia pada dasarnya memiliki wajah yang terlihat dalam realitas

diri dan sosial, diantaranya :

1. Idealis-konfrontatif, sifat ini memperlihatkan mahasiswa yang

cenderung aktif menentang kemapanan, seperti melalui

demonstrasi.

2. Idealis-realistis adalah sifat mahasiswa yang lebih kooperatif dalam

perjuangan menentang kemapanan.

3. Mahasiswa opotunis lebih cenderung mendukung pemerintah yang

tengah berkuasa.

4. Mahasiswa professional yakni mereka yang hanya berorientasi

pada kuliah atau belajar.

5. Mahasiswa rekreatif adalah mereka yang berorientasi pada gaya

hidup glamour dan bersenang-senang.

Page 12: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

3

Mahasiswa rekreatif sama dengan mahasiswa hedonis. Yang menjadi aktor

dibalik hedonis itu ialah globalisasi. Ia telah lama datang dalam kehidupan

manusia. Bahkan, dia telah mampu melahirkan suatu ketimpangan tujuan hidup

yang ditunjukkan melalui kebobrokan moral dan sikap serta tingkah laku orang

banyak. Di mana semakin terbukanya akses budaya yang dibangun oleh

kapitalisme, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap hasrat dan gaya

hidup seseorang, termasuk mahasiswa. Mahasiswa, dengan kondisi jiwa yang

masih sensitif dan masih sibuk untuk mencari-cari jati diri, telah lama menjadi

sasaran empuk yang menjanjikan bagi para elit ekonomi kapitalis. Pada saat

sekarang ini, di mana mahasiswa selalu mengikuti tren pasar, dapat kita lihat

bahwa sejatinya mahasiswa sudah diperbudak dan dijadikan mesin penghasil uang

bagi pasar. Sudah acap kali kita jumpai tempat-tempat hiburan malam seperti

diskotik, cafe, dan kemungkinan tempat-tempat prostitusi. Dari kesenangan serta

keindahan dunia yang ditawarkan tersebut telah melahirkan suatu penyakit baru

pada mahasiswa, yaitu hedonisme.

Hedonisme mempunyai makna sebagai perasaan peduli tidak peduli

terhadap lingkungan sekitar yang ada di luar komunitas mereka. Pencetus paham

hedonisme adalah Filsuf Epicurus (341-270 SM), yang berpendapat bahwa

kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan paling utama dalam hidup. Di

mana ditujukan untuk memenuhi ketenangan batin. Kalau manusia mempunyai

ketenangan batin, maka manusia mencapai tujuan hidupnya. Menurut filsuf

Aristipus of Cyrine (435-366 SM), kesenangan merupakan rasa dari watak yang

lemah lembut dan merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan.Kesenangan

tersebut dikendalikan oleh akal, namun melalui usaha “rasionalisasi” keadaan

Page 13: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

4

yang didasarkan atas upaya penyesuaian antara keinginan sebagai tujuan dengan

penyesuaian melalui pendekatan moral/etika terhadap nilai-nilai sosial dan

spiritual. Dibandingkan pada zaman dahulu, keadaan saat ini yang serba praktis

dan efisien, bisa membuat mahasiswa menjadi malas dan terlena akan keserba

praktisannya itu (http://id.wikepedia.org/wiki/hedonisme diakses pada tanggal 20

januari 2014 pukul 03.00 WIB).

Sejarah sudah membuktikan bahwa pelajar Indonesia adalah pelajar yang

kritis dan peka terhadap perubahan lingkungan. Tetapi pada Sekarang mahasiswa

agaknya seperti menjauh dari hakikatnya. Mahasiswa lebih suka terhadap tempat-

tempat yang mengarah hura-hura seperti bioskop, mall, yang menyuguhkan

hingar-bingar dunia masa sebagai produk kapitalis. Mahasiswa juga mau tidak

mau harus mengikuti pasar agar tidak dicap kolot dan ketinggalan zaman. Suatu

konsep budaya dimana yang menawarkan hidup indah dari pada kenyataannya,

yang menjauhkan mahasiswa dari sikap idealis yang seharusnya mereka miliki.

Dan pada saat ini mahasiswa telah diperbudak oleh budaya hedonisme. Ditambah

lagi dengan tidak adanya filterisasi yang kuat dan penanaman moral, agama dan

nilai-nilai sosial yang kuat, yang akan semakin mempurukkan mahasiswa jauh

kedalam keindahan yang masih semu.

Beragam jenis yang ada pada diri mahasiwa dan paling unik ialah tipe

mahasiswa hedonis. Mahasiswa hedonis tidak semuanya merupakan mahasiswa

yang memiliki ekonomi yang mapan atau menengah. Ada beberapa yang

merupakan mahasiswa yang pas-pasan ekonominya pun ada yang berupaya untuk

terikut dengan golongan ini. Sedikit terasa ganjil jika melihat seorang mahasiswa

yang memiliki ekonomi yang tidak mapan untuk ikut dalam aktivitas dan kegiatan

Page 14: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

5

yang dilakukan oleh mahasiswa hedonis tersebut dan ada juga, istilah lain dalam

kategori mahasiswa hedonis adalah kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang),

kunang-kunang (kuliah nagkring-kuliah nangkring), juga tak sedikit dari mereka

yang menjadi gemar berbelanja. Sebagian mahasiswa yang tidak tergolong dengan

mahasiswa hedonis menganggap mahasiswa tipe hedonis terlanjur dianggap jauh

dari tradisi yang sudah ada di perkuliahan terkadang mahasiswa hedonis kegiatan

kuliah hanyalah sekedar sebuah kegiatan singgahan. Mareka rela meninggalkan

jam kuliah demi mengunjungi mall dan nongkrong untuk beberapa lama

menghabiskan waktu dengan percuma. Tetapi dari beberapa pengamatan saya

sekilas, rata-rata mahasiswa hedonis merupakan sosok yang memiliki kepribadian

yang terbuka. Dan ada beberapa dari mereka yang memiliki hoby otomotif dan

yang lainnya, serta mereka melek teknologi.

Hal-hal yang seperti itulah yang identik dengan mahasiswa sekarang ini.

Sebenarnya dalam mencari kesenangan itu wajar saja asalkan jangan berlebihan.

Batas kelebihan itu dapat dilihat dan diukur dari batas kewajaran yang ada

dimasyarakat. Memang kita sebagai mahasiswa di mana terkadang jenuh atau

merasa hal yang bosan dan rumit dengan hal-hal yang terus dipenuhi dengan

agenda akademik. Tetapi kejenuhan dan kebosanan semacam itu dapat disalurkan

ke dalam hal-hal yang lebih positif dan berguna, seperti misalnya ikut andil dalam

organisasi sebagai ajang bersosialisasi. Di mana organisasi juga dapat membentuk

pola pikir dan pemahaman kita menjadi lebih kritis dan aktif dalam bentuk

menulis, membaca atau berdikusi. Relaksasi atau hiburan seperti pacaran,

berkaroke, nonton di bioskop, jalan-jalan bersama teman, itupun juga perlu untuk

menyegarkan pikiran agar tidak terlalu tertekan dan frustasi dengan aktivitas

Page 15: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

6

sehari-hari, hal itupun manusiawi dan wajar karena memang setiap orang butuh

sedikit hiburan tapi tetap kembali ke awal tadi, seorang mahasiswa harus mengerti

di mana batas-batas kewajaran dalam mencari kesenangan hidup duniawi dan

tetap berpegang teguh pada ajaran agama yang dianutnya.

Semua mahasiswa baik dari segala cabang keilmuan seharusnya menyadari

bahwa dia merupakan calon-calon pemimpin bangsa sebagai agent of change di

masyarakat bahkan dunia dan dapat resisten terhadap berbagai macam godaan

hedonisme yang berkembang pada saat ini. Mahasiswa yang sebagian sadar pasti

akan merasakan bahwa bangku kuliah yang dia jalani pada saat ini merupakan

“pendidikan yang nyata”, pendidikan yang penuh dengan warna dan pertarungan

di dalam pembentukan jati diri yang diukur dengan intelektualitas pola berpikir.

Mahasiswa yang baik juga sewajarnya mampu berpikir dan berpandangan secara

rasional-sistematis, tidak hanya dalam tindakan berpikir yang spontan tanpa

memikirkan akibat dan sebab yang akan terjadi nantinya atas tindakan yang

dipilihnya. Di mana contohnya kasus pencurian barang di suatu mall yang pelaku

nya adalah seorang mahasiswa,dimana dibalik itu semua dia ingin mendapatkan

sebuah barang untuk membentuk kepribadian dan bias dilihat oleh banyak orang.

Dimana tindakan yang harus dilakukan mahasiswa pada saat ini? Yang harusnya

berfikir secara kritis dan berintelektual? Yang ada hanya bagaimana mendapatkan

sesuatu hal dengan cara instan. Mahasiswa yang seharusnya up to date dengan

news atau isu-isu nasional saat ini pun terkadang sudah berlawan arah diamana

mareka malah hanya up to date dengan status di Twitter atau Facebook dan

jejaring sosial lainnya. Hal seperti inilah jika dipahami secara berulang kali

memang aneh namun merupakan sebuah realita dan keadaan yang ada saat ini.

Page 16: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

7

Mahasiswa pada saat ini tak bisa lagi secara universal disebut kaum

intelektual atau pembawa perubahan. Hedonisme telah merubah banyak di antara

mahasiswa tersebut dari yang akademisi menjadi apatis,menyukai hal-hal duniawi

tanpa memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan perkuliahan. Disfungsi

perilaku ini tak bisa dilepaskan atas pengaruh dari arus globalisasi sehingga

kecenderungan sangat sulit ditahan. Aktivitas perkuliahan seharusnya mampu

memberikan kesibukan kepada para mahasiswa sehingga minimnya waktu untuk

terjebak terhadap perilaku menyimpang tersebut.

Fenomena mahasiswa yang terjadi pada era globalisasi saat ini telah terlihat

bahwa arus globalisasi masuk dengan cepatnya. Tanpa adanya sebuah pemahaman

yang kuat dan penanaman di bidang moral, agama dan nilai-nilai yang

mendukung terhadap pertumbuhan mental yang kuat, kita akan terjerumus di

dalamnya.Era globalisasi saat ini mengancam penerus bangsa seperti mahasiswa

membuat sebuah dilema di dunia akademisi. Mahasiswa banyak yang terlena dan

mengabaikan akan tugas utama yang seharusnya mareka lakukan dan selesaikan,

dan ada juga terpengaruh oleh media massa, dimana mareka sudah terjebak untuk

mengikuti apa yang sedang terbaru dalam perkembangan yang terjadi di bidang

fashion atau gaya hidup lainnya.

Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada masyarakat juga

membawa perubahan pada nilai yang terdapat dalam suatu masyarakat (Elly, 2011

: 139-149). Misalnya, adanya perbedaan penilaian bagi mahasiswa yang memiliki

gaya hidup hedon ataupun yang biasa disebut dengan mahasiswa hedonisme.

Seperti yang sebelumnya telah diuraikan, kehidupan hedonisme di kalangan

mahasiswa mempengaruhi perilaku mereka, bahkan dianggap menyimpang bagi

Page 17: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

8

sebagian masyarakat. Oleh karena itu, penulis mengangkat topik mengenai

perilaku hedonisme dikalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan, ketika

praobservasi penulis melihat bahwa gaya hidup pada mahasiswa hedonisme

mempengaruhi tingkah laku mereka dilingkungan perkuliahan ataupun di luar

lingkungan perkuliahan. Selain itu, penulis disuguhi dengan pemandangan

aktivitas dari beberapa mahasiswa yang sedang diskusi di bawah pohon, belajar

diperpustakaan, berkumpul di koridor, bercengkrama di kantin/lobby/kelas, ketika

berada di lokasi perkuliahan FISIP USU.

1.2 Perumusan Masalah

Universitas Sumaterea Utara (USU) adalah salah satu perguruan tinggi negri

ternama di Kota Medan. Kota Medan sendiri merupakan salah satu kota terbesar

di Indonesia. Sebagai salah satu universitas ternama, kita akan disuguhi dengan

lokasi, fasilitas, dan beberapa fakultas yang terdapat di USU. Salah satunya adalah

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sesuai dengan latar belakang

masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hedonisme di

kalangan mahasiswa?

2. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku hedonisme di kalangan

mahasiswa?

Page 18: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas tujuan penulisan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa hedonisme.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk

perilaku sosial mahasiswa hedonisme dan akibat dari

hedonisme tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan kajian ilmiah

dan memperluas cakrawala pengetahuan terkait kajian perilaku sosial,

kehidupan hedonisme terutama di kalangan mahasiswa serta dampak dari

kehidupan hedonisme, bagi mahasiswa dan akademis umumnya terutama

bagi mahasiswa sosiologi yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

Serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan

masyarakat yang melakukan penelitian dengan topik yang sama.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa agar lebih

bisa menghadapi arus globalisasi serta memberikan pandangan dan pengetauan

terhadap mahasiswa agar bisa memilih hal-hal dan tindakan-tindakan yang bisa

mendapatkan prestasi dan akademik yang baik.

Page 19: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

10

1.5 Definisi Konsep

Penelitian ini mengangkat topik perilaku sosial di kalangan mahasiswa hedonisme

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran

ganda pada kemudian hari maka penelitian ini perlu dibuat defenisi konsep.

Konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian agar

tidak terlalu melebar dan lari dari sasaran utama, untuk menjelaskan maksud dan

konsep-konsep yang terdapat dalam proposal penelitian. Adapun yang digunakan

sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain adalah:

1. Perilaku Sosial adalah tingkah laku yang terdapat dalam kehidupan

masyarakat, di mana pusat perhatian ada diantara hubungan

individu dengan lingkungannya (George, 2003 :71-72).

2. Mahasiswa adalah individu yang terdaftar dalam suatu lembaga

pendidikan formal yakni perguruan tinggi baik negri atau

perguruan tinggi swasta dan turut serta dalam pengambilan peran

dalam masyarakat.

3. Gaya hidup konsumtif adalah pola penggunaan ruang, waktu, dan

objek yang khas kelompok masyarakat tertentu (Hening, 2010 : 23-

24). Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari sekelompok

manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup menunjukkan

bagaimana orang mengkordinir kehidupan pribadinya, kehidupan

masyarakat, perilaku di depan umum dan upaya membedakan

statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya

hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu

Page 20: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

11

yang memiliki karakteristik, kekhususan dan tata cara dalam

kehidupan suatu masyarakat tertentu. Karakteristik, kekhususan

dan tata cara yang dimaksudkan dalam hal ini, adalah sifat yang

berada dalam di seseorang, sehingga mempengaruhi tingkah laku

dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa secara tidak biasa.

Dengan kata lain, setiap orang memiliki cara tersendiri dalam

mengonsumsi dan mempergunakan suatu barang dan jasa. Gaya

hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang

secara kasat mata, yang menandai sistem nilai, serta sikap terhadap

diri sendiri dan lingkungannya.

4. Hedonisme adalah suatu paham yang berlandaskan azas

kebahagiaan bagi pelaku sosial (individu maupun kelompok),

dengan berusaha menghindari kesedihan dan berupaya untuk

mencapai kebahagiaan yang diinginkan.

Page 21: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Sosial Sebagai Suatu Paradigma

Paradigma perilaku sosial yang berbeda dengan paradigma fakta sosial dan

paradigma defenisi sosial. Menurut Skinner (George, 2003 :69-72), paradigma

definisi sosial dan fakta sosial memiliki sifat sulit untuk dijelaskan secara rasional.

Setiap realita dan fenomena yang terdapat pada kedua paradigma tersebut, tidak

mudah untuk dipecahkan dengan kerasionalan pikiran manusia. Skinner menyebut

persoalan ini dengan istilah “mistik”. Hal ini dikarenakan, paradigma fakta sosial

memiliki struktur sosial dan pranata sosial yang menjadi obyek studi. Ketika

terjadi suatu rangsangan atau stimulus dari luar diri, keberadaan paradigma

defenisi sosial merupakan sebagai penyelidik bagi hal-hal yang terjadi dalam

pemikiran manusia berupa “tanggapan kreatif”. Jadi, bagi Skinner, paradima

perilaku sosial merupakan obyek studi sosiologis yang konkrit-realistis (kelihatan

dan terdapat peluang untuk terjadi pengulangan).

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan

antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas :

1. Beragam obyek sosial.

2. Beragam obyek non-sosial.

Paradigma ini, memiliki prinsip untuk menguasai hubungan antara individu

dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non-sosial.

Dapat ditarik kesimpulan secara singkat, bahwa pada intinya paradigma perilaku

sosial merupakan tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya

Page 22: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

13

dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam

faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Dalam paradigma ini, interaksi adalah media terjadi perubahan tingkah laku

dalam lingkungan aktor,di mana hubungan fungsional terjadi pada proses tersebut.

Hanya saja, pada paradigma ini, sifatnya lebih mekanik, yakni kurang memiliki

kebebasan, dibandingkan dengan paradigma lain, seperti paradigma defenidi

dodial yang lebih dapat menginterpretasikan stimulus yang diterima dan

paradigma fakta sosial lebih kepada norma-norma, nilai-nilai, serta struktur sosial

yang terdapat pada tingkah laku.

2.2 Tatanan Nilai Dalam Masyarakat

Pada hakikatnya, nilai mengarah kepada perilaku dan pertimbangan

seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah atau

benar dalam suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Horton

dan Hunt (Elly, 2011 : 119), yakni nilai merupakan gagasan tentang apakah

pengalaman itu berarti atau tidak. Menurut mereka, nilai merupakan bagian

terpenting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah jika harmonis atau

selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana

tindakan tersebut dilakukan. Adapun Huky mengemukakan beberapa ciri nilai

sosial yang selain ada beberapa persamaan tetapi juga terdapat perbedaan, namun

memiliki substansi yang sama, diantaranya :

1. Merupakan konstruksi masyarakat yangterbentuk melalui

interaksi sosial para anggota masyarakat.

Page 23: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

14

2. Dapat diteruskan dan diimbaskan dari satu orang ke orang yang

lain atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya melalui

berbagai macam proses sosial seperti kontak sosial,

komunikasi, interaksi, difusi, adaptasi, adopsi, akulturasi dan

asimilasi.

3. Dapat memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial. nilai yang demikian

ini adalah nilai yang disetujui, diterima secara sosial dan

menjadi dasar bagi setiap tindakan dan tingkah laku baik secara

pribadi, kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan.

4. Merupakan asumsi-asumsi abstrak yang didalamnya terdapat

konsesnsus sosial tentang harga relative dari objek di dalam

kehidupan sosial.

5. Nilai yang dicapai dan dijadikan sebagai pedoman kehidupan

sosial dan dijadikan sebagai milik bersama adalah berasal dari

proses belajar, yaitu melalui sosialisasi semenjak seseorang

dalam fase kanak-kanak hingga fase dewasa.

6. Antara nilai satu dan nilai lainnya terdapat hubungan

keterkaitan dan membentuk pola-poladan sistem sosial.

7. Memiliki nilai yang beragam tergantung pada faktor

kebudayaan yang berlaku di dalam kehidupan kelompok sosial,

sehingga antara kelompok sosial satu dan kehidupan kelompok

sosial lainnya terdapat perbedaan akan tetapi antara nilai sosial

Page 24: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

15

yang satu dan nilai sosial lainnya ada kemungkinan proses

difusi, akuturasi dan asimilasi.

8. Selalu memberikan pilihan dari sistem-sistem yang ada, sesuai

dengan tingkatan kepentingannya.

9. Masing-masing nilai dapat memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap orang perorangan dan masyarakat sebagai

keseluruhan.

10. Melibatkan emosi atau perasaan.

11. Dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dalam

masyarakat baik secara positif maupun secara negatif.

Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada masyarakat juga

membawa perubahan pada nilai yang terdapat dalam suatu masyarakat (Elly, 2011

: 139-149). Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan membawa pengaruh pada

perubahan mekanisme kontrol dan sanksi yang berlaku didalamnya. Walaupun,

nilai-nilai dan norma-norma sosial memilki nilai stabil, dalam arti keberadaannya

akan dipertahankan oleh penganutnya, namun tidak dipungkiri bahwa keberadaan

nilai-nilai dan norma-norma sosial ternyata juga memiliki daya tahan tertentu.

Akan tetapi, tata kesopanan mulai tergeser dengan perilaku yang lebih

liberal yang menggeser keberadaan konsep kesopanan itu sendiri. Tayangan acara

yang didominasi sinetron mutakhir yang acap kali memperlihatkan artis-artis

berpaakaian relative terbuka sedikit banyak menyebabakan batas-batas toleransi

masyarakat terpengaruh ikut longgar. Perubahan nilai mempengaruhi sikapn

masyarakat sendiri dalam menanggapi arus perubahan tersebut, yaitu :

Page 25: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

16

1. Masyarakat konservatif adalah masyarakat yang memiliki

keteguhan terhadap pola-pola kelakuan yang ada dan anti

perubahan. Kelompok ini biasanya diwakili oleh kelompok

agamawan, orang-orang tua yang biasanya memiliki sikap

kekecewaan terhadap segaala macam bentuk perubahan.

Mereka selalu merindukan dan ingin mengembalikan keadaan

pada zaman masa lalu.

2. Masyarakat radikal adalah kelompok yang selalu menghendaki

perubahan secara frontal dan biasanya memilki kekecewaan

terhadap keberadaan nilai-nilai dan norma-norma yang

dianggap mandek.

Perubahan sosial yang ditandai oleh adanya perubahan pada lembaga sosial

titik fokus dari perubahan itu adalah perubahan nilai-nilai dan norma-norma. Pada

intinya kehidupan masyarakat tidak terdapat nilai-nilai dan norma-norma sosial,

sebaliknya tidak akan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berdiri tanpa ada

masyarakat pendukungnya. Nilai dan norma sosial merupakan hasil kesepakatan

di dalam kehidupan masyarakat yang antara masyarakat yang satu dan masyarakat

lainnya terdapat karakter sosiokultural yang berbeda-beda. Inilah yang

mengakibatkan timbulnya perbedaan konsep nilai-nilai dan norma sosial yang

berlaku di masing-masing kelompok. Kehidupan masyarakat yang baik adalah

kehidupan masyarakat yang memilki komitmen nilai-nilai dan norma-norma

sebagai patokan untuk menjadi manusia-manusia yang beradab. Konsep tentang

sesuatu yang baik beserta pedoman untuk mencapai konsep tersebut yang

bermoral adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ideal beserta

Page 26: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

17

kepatuhan akan norma-norma sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan ideal

tersebut. Oleh karena itu, jika terjadi perubahan, maka yang terpenting adalah arti

dan tujuan dari perubahan itulah yang terpenting. Perubahan yang baik adalah

perubahan yang direncanakan dengan seperangkat tujuan yang jelas, yaitu

pembangunan.

2.3 Gaya Hidup Pada Masyarakat Postmodern

Di era globalisasi saat ini, manusia tidak hanya sekedar sebagai pelaku

ekonomi primer, sekunder dan tersier biasa. Akan tetapi hampir dalam ketiga

kebutuhan utama tersebut, manusia harus mengontrol setiap kegiatan ekonomi

mereka. Namun, tidak jarang kita melihat, bahwa sebagian individu mengonsumsi

secara berlebih dan memiliki barang dan jasa yang berbeda sesuai dengan

kebutuhannya. Manusia tidak bisa lepas sebagai konsumen utama dalam setiap

proses kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk hidup

yang terus maju dalam pencapaian kebutuhan, untuk kelangsungan hidupnya.

Sebagai konsumen, manusia akan mengalami porubahan sosial, terutama dalam

tingkah laku dalam kehidupannya. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (Tatik,

2008 : 5), hal tersebut merupakan perilaku konsumen, di mana konsumen secara

langsung melakukan tindakan dalam hal mendapatkan, mengkonsumsi dan

menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan

mengikuti tindakan tersebut.

Dari sisi pemenuhan kebutuhan, konsumen memilih jenis kebutuhan yang

disesuaikan dengan gaya hidup mereka. Gaya hidup menunjukkan pada

bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk

Page 27: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

18

maupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternative dalam satu

kategori jenis produk yang ada, berdasarkan perspektif ekonomi. sedangkan

melihat dari perspektif pemasaran, tampak jelas bahwa konsumen yang memiliki

gaya hidup yang sama akan mengelompokkan dengan sendrinya ke dalam satu

kelompok berdasarkan apa yang mereka minati untuk menghabiskan waktu

senggang dan bagaimana mereka membelanjakan uangnya. Seiring dengan

perkembangan waktu, gaya hidup terus mengalami perubahan baik di masyarakat

yang masih tradisional sampai kepada masyarakat modern, terutama pada

masyarakat postmodern. Bagi pemilik modal, perubahan gaya hidup merupakan

kesempatan bagi mereka untuk menciptakan inovasi baru seperti produk-produk

dan menyesuaikan produknya sesuai dengan gaya hidup pasar yang dituju (Tatik,

2008 : 73).

Menurut Kamar, istilah postmodernitas menunjuk pada suatu epos, jangka

waktu, zaman atau masa, sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era

modern dalam suatu pemahaman sejarah. Postmodernisme sebagai bagian dari era

globalisasi, mengarahkan manusia kepada budaya yang baru. Perkembangan

postmodernisme tidak hanya bengarahkan pada sisi budaya, akan tetapi

intelektual, artistik dan akademik secara spesifik (Mike, 2005 : 87-103).

Postmodernisme menunjuk pada satu produk budaya (dalam seni, arsitektur dan

sebagainya) yang terlihat berbeda dengan produk budaya manusia modern. Jadi,

definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya baru, serta

tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial (Nanang, 2011: 112). Menurut

Gidden (Mike, 2005 : 69), budaya postmodern dapat dihubungkan dengan

pilihannya dengan strategi menengah yang mencoba untuk melebihi dualitas

Page 28: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

19

objektifisme dan relativisme melalui perkembangan ‘ontologi potensial’ sebagai

bagian dari teori strukturasinya.

Bagi Vattimo (Mike, 2005 : 80), menekankan bahwa postmodern tidak

hanya difahami sebagai yang mengartikan suatu perpecahan sejarah yang

menunjuk pada suatu gerakan di atas modernitas. Postmodernime melibatkan

berbagai gagasan mengenai epoch postmetafisik dan epoch postmodern, dengan

penolakkan terhadap ide para modernis tentang perkembangan sejarah, atau titik

pandang yang menyatukan yang dapat dihadapkan pada sejarah. Akibatnya selalu

ada akhir dari sejarah dan baru sekarang inilah kita dapat mengakui dan

menerimanya. Kritik postmodernisme dan penolakkan atas meta-naratif

modernitas yang kesemuanya mencoba untuk memasukkan pengertian tentang

koherensi dan daya meyakinkan dalam sejarah, menjauhkan kita dari

universalisasi menuju kekhususan pengetahuan lokal.

Modernisme merupakan tahap awal yang dilalui sebelum memasuk ibabak

awal postmodern. Hal ini dikemukakan oleh Smart (George, 2007 : 629) ketika

membedakan tiga pendirian pemikiran mengenai postmodern, diantaranya :

1. Pendirian yang ekstrem menyatakan bahwa masyarakat modern

telah terputus dan sama sekali telah digantikan oleh masyarakat

postmodern.

2. Pendirian yang menyatakan bahwa meski telah terjadi

perubahan, postmodernisme muncul dan terus berkembang

bersama dengan modernism.

3. Pendirian Smart sendiri yang lebih memandang modernism dan

postmodern sebagai zaman.

Page 29: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

20

Dampak dari modernisasi itu sendiri membawa perubahan terhadap

masyarakat tradisional, ditandai dengan masuknya teknologi dan media massa.

Serta membentuk sistem startifikasi di dalam masyarakat. Pada masyarakat

modern telah terjadinya pergeseran dalam peluang hidup di berbagai strata sosial.

Masyarakat modern mengalami proses diferensiasi dalam kelas sosial. Ketika

sistem stratifikasi sosial terbentuk, maka kita tidak dapat memungkiri bahwa

terbentuk juga gengsi sosial di dalam masyarakat. Gengsi sosial atau prestise

dapat diwujudkan dalam berbagai cara pada masyrakat modern. Gengsi sosial

tidak hanya sekedar dari cara berpakaian atau melalui berbagai atribut yang

melekat di dalam diri seseorang, tetapi juga melalui bahasa yang dipakai dalam

berkomunikasi, tempat rekreasi, tempat belanja, tempat makan, serta merek baju

yang digunakan (Nanang, 2011: 96).

Jameson (Mike, 2005 : 124), secara tepat menyebutkan postmodern sebagai

logika budaya kapitalisme baru dan menganalisis cara-cara di mana perubahan-

perubahan budaya seperti postmodernisme ‘mengekspresikan logika yang lebih

mendalam’ sistem sosial ‘ konsumen baru atau kapitalis multinasional’. Kita tidak

bisa memungkiri, melalui paham kapitalisme, barang-barang semakin banyak

diproduksi dan ditawarkan kepada konsumen dan terbentuk gaya hidup bagi

masyarakat postmodern. Ini dikarenakan, setiap barang yang diproduksi

menawarkan kebahagiaan secara material kepada konsumen serta kemapanan.

Namun, tidak semua masyarakat mampu mengonsumsi semua barang-barang

yang diproduksi oleh kaum kapitalis. Menurut Baudrillard, ini dikarenakan setiap

individu dalam suatu masyarakat mengalami diferensiasi, diskriminasi sosial dan

Page 30: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

21

di setiap organisasi struktural akan mendasarkan pada penggunaan dan distribusi

harta kekayaan (Hening, 2010 : 12).

Posmodernitas menurut Baudrillard adalah dunia yang penuh dengan simbol

dan citra. Termasuk dalam konsumsi. Ketika orang mengkonsumsi, maka yang

dikonsumsi sebenarnya bukan nilai barang, namun citra atas barang tersebut. Citra

atas suatu barang yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bagaimana barang

tersebut dapat mempengaruhi diri individu atau kelompok ketika

menggunakannya, dengan kata lain membawa status bagi orang yang

memakainya. Dalam pandangan Baudrillard, kapitalisme akhir memanfaatkan

mesin hasrat tersebut untuk terus membelenggu masyarakat dalam jerat

konsumerisme. Praktik-praktik konsumsi selanjutnya menjadi gaya hidup

masyarakat. Konsumsi menjadi cara pandang (baru) masyarakat.

Menurut Baudrillard, masyarakat konsumsi merupakan konsep kunci dalam

pemikirannya untuk menunjukkan gejala konsumerisme yang sangat luar biasa

dan telah menjadi bagian dari gaya hidup manusia modern melalui yang menjadi

objek konsumsi, yakni barang dan jasa. Masyarakat konsumsi menjadi topik

diskusi oleh Baudrillard dengan melihat dampak dari globalisasi yang semakin

meluas di seluruh dunia. Terjadinya globalisasi, dipicu oleh adanya sistem

kapitalisasi di berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik,

pendidikan dan lain sebagainya. Namun, dalam pembahasan kali ini paham

kapitalisme diangkat berdasarkan sektor ekonomi, yang mempengaruhi pangsa

pasar di dunia (Nanang, 2011 : 130).

Bourdieu menghubungkan konsumsi dengan simbol-simbol sosial dalam

masyarakat. Dalam pandangannya produk konsumsi, merupakan simbol status dan

Page 31: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

22

kelas sosial seseorang. Musik klasik misalnya, hanya dinikmati orang-orang

tertentu (biasanya dari kelas atas). Konsumsi dibentuk oleh ide, simbol, selera,

yang kemudian secara tidak langsung maupun tidak menciptakan pembedaan

dalam masyarakat. Bourdieu (Mike, 2005 : 107) menyatakan bahwa pencarian

mereka akan perbedaan melalui gaya hidup, kehidupan yang sesuai dengan mode

dan ekspresif, menjadikan dapat ditemukannya sikap yang khas oleh hampir setiap

orang, demikian juga permainan yang khas serta kekayaan batin yang sebelumnya

merupakan cirri dari kaum intelektual.

Terkait dengan konsumsi yang terbentuk dari kapitalisasi, maka kita

membahas mengenai startifikasi sosial. Startifikasi sosial membahas lapisan yang

terbentuk akibat konstruksi sosial. Di dalam startifikasi sosial, terbentuk

pembagian lapisan atau yang pada umumnya disebut pembagian kelas.

Masyarakat yang berada dalam kelas sosial yang berbeda cenderung mempunyai

sikap dan perilaku yang berbeda, sebaliknya mereka yang berada dalam kelas

sosial yang sama cenderung mempunyai persamaan sikap dan. Di Indonesia, kelas

sosial dibagi menjadi tiga, yakni :

1. Kelas sosial atas, yang terdiri dari :

a. Atas atas

b. Atas menengah

c. Atas bawah

2. Kelas menengah, yang terdiri dari :

a. Kelas menengah

b. Kelas pekerja

3. Kelas bawah, yang terdiri dari :

Page 32: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

23

a. Kelas bawah

b. Kelas bawah bawah

Pembagian ini menggambarkan bahwa kelas sosial memiliki sifat yang

berjenjang, ada yang paling rendah, mengah dan tinggi. Kelas sosial bawah

dikelompokkan lagi berdasarkan tingkat kemiskinananya yang

pengelompokkannya didasarkan pada kebijakkan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas hidup kelas sosial kelompok ini.

Namun, setiap individu ataupun kelompok dapat mengalami perubahan

posisi kelas. Hal ini menyatakan bahwa kelas sosial bersifat dinamis. Di mana

dalam segi ekonomi, konsumen dapat berubah menjadi lebih tinggi (naik) atau

lebih rendah (turun), yang disesuaikan dengan pola konsumsi dan gaya hidup

(Tatik, 2008 : 262-265). Lapisan kelas juga terjadi di kalangan mahasiswa.

Namun, dalam penelitian ini, lapisan kelas sosial yang terdapat dikalangan

mahasiswa dilihat dari segi gaya hidup dan pergaulan mereka. Sisi kehidupan

mereka yang dilihat dari segi keuangan mahasiswa yang menjadi dasar posisi

kelas yang ditempati.

2.4 Sifat Hedonisme di Kalangan Mahasiswa

Hedonisme merupakan kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir

hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata

kesenangan menjadi kebahagiaan. bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu

adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga

bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada

kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat. Menurut

Page 33: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

24

Hirschman dan Holbrook (jurnal Kusumahati) manfaat hedonis adalah manfaat-

manfaat yang noninstrumental, memberikan pengalaman, emosi dan perasaan.

Sedangkan menurut Engel, kebutuhan manfaat hedonis meliputi tanggapan

subyektif, kesenangan, angan-angan,dan pertimbangan estetis. Sedangkan

menurut Babin, suatu manfaat dapat digolongkan kepada manfaat hedonis ketika

manfaat tersebut memberikan rangsangan intrisik, kesenangan, penghargaan diri.

Sifat hedonisme pada mahasiswa dapat terbentuk dari interaksi dengan

lingkungan baik yang memiliki gaya hedonisme maupun gaya hidup biasa,

diantaranya :

1. Hidup mahasiswa hedonisme lebih cenderung untuk memilih

bersenang-senang.

2. Lebih memprioritaskan kesenangan duniawi dibandingkan

dengan intelektual.

3. Hidup berfoya-foya yang dilandasi dengan gaya hidup mereka,

bahkan terkadang tidak mempertimbangkan keuangan, seperti

nongkrong di cafe, kehidupan gemerlap malam (clubbing),

shopping, menggunakan gadget, termasuk dalam jaringan

komunitas sosial, dan lain sebagainya.

4. Pada umumnya mahasiswa hedonisme mengikuti

perkembangan dari globalisasi, seperti fashion dan teknologi.

Istilah lain yang sering digunakan adalah up date, untuk saat

ini.

Page 34: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai

pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang di dapat dari

apa yang diamati. Adapun studi kasus tipe deskriptif dapat melacak urutan

peristiwa hubungan antar pribadi,

menggambarkan subbudaya dan menemukan fenomena kunci (Robert K, 2003 :

5). Pendekatan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan

tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin

sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Dengan demikian peneliti akan

memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai fenomena mahasiswa

hedonisme.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP USU, jalan Dr. Sofyan Medan.

Alasan peneliti memilih judul ini adalah :

1. Peneliti cukup mengetahui suasana atau kondisi yang ada di kampus FISIP

USU dikarenakan peneliti adalah salah satu mahasiswa FISIP USU yang

masih aktif, sehingga memuddahkan si peneliti dalam mengambil data

Page 35: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

26

kerana kemudahan mengambil data adalah hal yang terpenting dan

signifikan dalam sebuah penelitian.

2. Peneliti melihat bahwa beberapa mahasiswa yang berada di kampus FISIP

USU sudah menjadi bagian atau tergolong sebagai mahasiswa hedonisme.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian biasanya yang

menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut

sebagai informan atau responden (Hamidi, 2010 : 59). Dalam penelitian ini yang

menjadi unit analisisnya adalah mahasiswa FISIP USU yang masih aktif

perkuliahan yang termasuk dalam kategori mahasiswa hedonisme.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,

2007 : 76). Dalam penelitian ini, penentuan informan dilakukan secara purposive

sampling, yakni :

1. Mahasiswa masih aktif perkuliahan di FISIP USU.

2. Mahasiswa FISIP USU yang memiliki kendaraan roda dua atau roda

empat.

3. Mahasiswa FISIP USU yang memiliki gadget.

4. Mahasiswa FISIP USU yang mengikuti tren fesyen.

Page 36: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

27

5. Mahasiswa FISIP USU yang sering melakukan pembicaraan seputar

pergaulan mahasiswa dan perkembangan zaman.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data

yaitu :

1. Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari informan penelitian di

lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan:

a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun

secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang

digunakan peneliti adalah metode observasi partisipan. Metode observasi

partisipan hampir sama dengan observasi langsung di mana, melalui

pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat

peristiwa sedang berlangsung(Nawawi, 2006: 67). Metode observasi

langsung ini digunakan jika informan tidak dapat menjelaskan mengenai

tindakan yang ia lakukan atau karena ia tidak ingin menjelaskan mengenai

tindakannya. Oleh karena itu, data dari metode observasi langsung

diharapkan dapat menjadi penunjang data dari metode wawancara. Data

yang diperoleh dari observasi ini adalah untuk melihat kondisi geografis

lokasi penelitian.

b. Wawancara mendalam adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancari,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,2005 :

Page 37: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

28

126). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan apabila ada beberapa hal

yang membutuhkan penjelasan sumber data secara khusus. Hal ini

dilakukan untuk menggali informasi mengenai permasalahan penelitian

lebih mendalam. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan

kepada informan secara spesifik dengan panduan interview guide.

Wawancara dengan interview guide dilakukan denganmelakukan tanya

jawab oleh peneliti dengan informan mengikuti pedoman pertanyaan yang

telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Nawawi,

2006:101). Data yang diperoleh dari wawancara mendalam yaitu berupa

pengetahuan informan mengenai gaya hidup perempuan karir serta

pengaruhnya dalam pemilihan persalinan.

2. Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun

bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini

dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari

artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet, buku ataupun sumber lainnya

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari

hasil wawancara, observasi, angket maupun dari dokumentasi. Data tersebut

semua umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu

diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari studi

kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan keterkaitannya

dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan

Page 38: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

29

yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan

pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian.

Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk

kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan

kesimpulan-kesimpulan.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Obsevasi 2. ACC Judul V 3. Penyusunan

Proposal Penelitian

V V

4. Seminar Proposal Penelitian

V

5. Revisi Proposan Penelitian

V

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

V

7 Operasional Penelitian

V

8 Bimbingan V V V V 9 Penulisan

Laporan Akhir V

10 Sidang Meja hijau

V

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman

yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Selain itu terkait

dengan instrumen wawancara mendalam. Kendala lain adalah keterbatasan waktu

saat melakukan wawancara dengan informan, karena informan sarat kesibukan

Page 39: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

30

masing-masing. Karena informan yang diteliti adalah sebagain besar sudah

bekerja, yang kesibukannya kadang pagi sampai malam, seperti itu juga pelajar

yang diwawancari selain belajar mereka juga bekerja membantu pekerjaan rumah

mereka. Selain itu keterbatasan waktu karena wawancara dapat dilakukan pada

saat ada kegiatan dari para pemuda-pemudinya. Dan yang menjadi masalah lain

adalah banyak anggota yang dulunya aktif, sekarang sudah meninggalkan

lingkungan karena faktor pekerjaan dan menikah.

Terlepas dari permasalahan dengan teknis penelitian dan kendala di

lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan

lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan

dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi

buku atau jurnal mengenai sosiologi lingkungan yang sedikit dikuasai oleh

peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha melakukan semaksimal mungkin

agar data dan tujuan yang ingin dicapai.

Page 40: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

31

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke

sembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Prakarsa pendirian

FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi

dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum pada tahun

1979. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang

Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan

Fakultas Hukum pada tahun 1979. Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh

Drs. M. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr. AP. Parlindungan, S.H, M.Solly

Lubis, S.H dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal tersebut Rektor

USU Dr. AP Parlindungan, S.H memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP.

Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan

Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk

mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1

Juli 1980. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima

mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan

jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai

tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof.

Dr. AP Parlindungan,SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU,

Page 41: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

32

dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas

Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan tidak

dilaksanakan di Fakultas Hukum USU.

Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang

sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7

April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Biro Rektor

yang sekarang merupakan gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan

Masyarakat merupakan ‘embrio’ (cikal bakal) berdirinya FISIP USU. Berkat

perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun

kemudian tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

nomor 36 tahun 1982 tanggal 7 September 1982. Dalam Surat Keputusan tersebut

dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang

merupakan fakultas ke- 9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan

Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU.

Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk

mengusulkan Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Masyarakat. Melalui utusan tersebut diangkatlah Saudara Drs. M. Adham

Nasution menjadi Ketua Jurusan. Pada tahun 1982, terbitlah Surat Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, tanggal 7 September 1982

Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam surat

keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang

terakhir di USU.Sehubungan dengan itu maka Jurusan Ilmu Pengetahuan

Page 42: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

33

Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya

menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut otomatis

menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada waktu itu mahasiswa yang kuliah di FISIP

USU belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan, karena ketentuan jurusan yang akan

dibuka di FISIP USU belum ada. Saat ini FISIP USU berada di Jl. Dr. A. Sofian

No. 1 Kampus USU. Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan berseberangan

dengan Fakultas Pertanian USU. Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat

Fakultas Hukum USU ditetapkan menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, maka secara otomatis pula Drs. M. Adham Nasution

sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya dan pada FISIP USU yang

baru berdiri belum mempunyai Dekan.

Dalam rangka pengembangan FISIP USU tersebut, maka dibentuklah satu

panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor

USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19 Oktober 1982. tujuan dari pembetukan

panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang akan memimpin FISIP USU.

Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M. Adham Nasution

sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU.

Kemudian pada tanggal 1 Maret 1983 terbitlah Surat Keputusan Rektor

tentang Pengangkatan saudara Drs. M. Adham Nasution sebagai pPejabat

Sementara Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83. sedangkan

Pejabat Sementara Para Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya

adalah :

1. Pembantu Dekan I : T. Daoed Ahmad, S.H.

2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution

Page 43: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

34

3. Pembantu Dekan III : Dra. Nurlela Ketaren

Pada Tahun Akademi 1982/1983 jumlah mahasiswa yang diterima pada

FISIP USU adalah sebanyak 73 orang. Pada tanggal 7 April 1983 kegiatan

administarsi FISIP USU dipindahkan ke Gedung Biro Rektor USU Lantai I, yang

sekarang merupakan Gedung Pusat Komputer yang terletak di Jalan Universitas

Kampus USU. Pada bulan Oktober 1983 FISIP USU yang untuk pertama kalinya

melantik sebanyak 24 orang sarjana muda dari mahasiswa angkatan 1980/1981.

Sedangkan pelantikannya diadakan di Gelanggang Mahasiswa Jalan Universitas

Kampus USU Medan.

Sesuai dengan perkembangannya sebagai suatu fakultas, FISIP USU

mengusulkan agar dapat membuka beberapa jurusan. Pada tahun 1983

berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah Fakultas di lingkungan USU,

disebutkan bahwa FISIP USU terdiri dari lima jurusan yaitu:

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Namun demikian, pembukaan kelima jurusan tersebut dilakukan secara

bertahap hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara. Mengingat juga terbatasnya jumlah tenaga pengajar

(dosen) yang ada, dan terbatasnya disiplin ilmu yang dimiliki dosen pada masing-

Page 44: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

35

masing jurusan, maka jurusan yang pertama dibuka adalah Jurusan Ilmu

Administrasi dan Ilmu Komunikasi. Bagi mahasiswa angkatan 1980/1981 yang

sebelumnya tidak memiliki jurusan sampai semester VI, maka pada semester VII

mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari dua jurusan yang ada.

Berdasarkan kedua jurusan yang telah dibuka pada FISIP USU, maka melalui

SIPENMARU, FISIP USU menambah jumlah penerimaan mahasiswa. Adapun

jumlah mahasiwa yang diterima pada Tahun Akademik 1983/1984 yaitu

sebanya 74 orang. Setelah tiga tahun berdiri yaitu pada tahun 1983 Drs M. Adham

Nasution yang sebelumnya adalah sebagai Pejabat Sementara Dekan, diangkat

menjadi Dekan FISIP USU yang pertama berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 77121/C.I/83 dengan

masa periode 1983-1986. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan fakultas

menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut :

1. Pembantu Dekan I : Dra. Arnita Zainuddin

2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution

3. Pembantu Dekan III : Drs. Arifin Siregar

Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.

4/K. Tahun 1982 Drs. M. Adham Nasution diangkat sebagai Guru Besar pertama

pada FISIP USU. Melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi (P3T) di

USU, maka pada tahun 1984 gedung FISIP USU telah selesai dibangun di Jalan

Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU. Dengan selesainya gedung baru tersebut,

maka pada tanggal 18 Agustus 1984 baik itu kegiatan perkuliahan maupun

kegiatan administrasi yang menunjang pendidikan dan pengajaran dipindahkan ke

gedung baru tersebut. Pada Tahun Akademik 1984/1985 mahasiswa yang diterima

Page 45: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

36

melalui SIPENMARU berjumlah 71 orang pada dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu

Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi.

Pada bulan Februari tahun 1985 FISIP USU berhasil mecetak alumni pertamanya

sebanyak 10 orang terdiri dari 3 orang Jurusan Ilmu Komunikasi atas nama

Suwardi Lubis, Mukti Sitompul, dan Ahmad Daud Siregar. Sedangkan 7 orang

dari Jurusan Ilmu Administrasi yaitu atas nama Zakaria, Marlon Sihombing,

Ridwan Rangkuti, Rasyudin Ginting, Tunggul Sihombing, Henry Lubis, dan

Panca Ria Sembiring. Pelantikan terhadap kesepuluh orang ini diadakan pada 8

Maret1985 di Gedung Perkuliahan FISIP USU. Jumlah keseluruhan alumni yang

dihasilkan FISIP USU pada tahun 1985 adalah sebanyak 36 orang terdiri dari 25

orang Jurusan Ilmu Administrasi dan 11 orang Jurusan Ilmu Komunikasi. Pada

Tahun Akademik 1985/1986, karena kedua jurusan tersebut dianggap sudah

mapan, maka pada tahun akademik ini dibuka pula Jurusan Ilmu Kesejahteraan

Sosial. Pada Tahun Akademik 1985/1986 FISIP USU melakukan kerjasama

dengan Departemen Dalam Negeri yaitu dalam rangka pendidikan lanjutan bagi

pegawai Depdagri yang memiliki Ijazah Sarjana Muda sebagai mahasiswa Tugas

Belajar untuk mengikuti perkuliahan pada jenjang strata-I atau Sarjana.

Pada tahun pertama FISIP USU menerima mahasiswa Tugas Belajar sebanyak 26

orang. Kemudian pada Tahun Akademik 1986/1987 FISIP USU menambah lagi

dua jurusan yaitu Jurusan Sosiologi dan Jurusan Antropologi. Mahasiswa Jurusan

Antropologi yang diterima adalah mahasiswa pindahan dari Fakultas Sastra USU

berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 163/PTO5/SK/Q.86 tanggal 14

Mei 1986. Dalam perpindahan ini semua kegiatan administrasi dan

kemahasiswaan yang terdaftar di Jurusan Antropologi pada Fakultas Sastra USU

Page 46: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

37

dipindahkan ke FISIP USU, kecuali mahasiswa yang sedang menyelesaikan

skripsi dan mengikuti perkuliahan pada semester VIII, mereka tetap mengikuti

perkuliahan di Fakultas Sastra USU sampai selesai pendidikannya.

Pada Tahun Akademik 1986/1987jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU

sebanyak 375 orang terdiri dari 333 orang mahasiswa Reguler dan 42 orang

mahasiswa Tugas Belajar. Setelah menjalani periode pertama yaitu tahun 1983-

1986 sebagai Dekan FISIP USU, maka pada tahun 1986 tersebut Prof. M. Adham

Nasution diusulkan kembali menjadi Dekan FISIP USU. Selanjutnya melalui

Surat Keputusan Mendikbud Nomor 79511/A.2/C/1986, tanggal 23 Oktober 1986

mengangkat kembali Prof. M. Adham Nasution sebagai Dekan FISIP USU untuk

kedua kalinya yaitu periode 1986-1989. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan

Fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut:

Pembantu Dekan I : Nurhaina Burhan, S.H

Pembantu Dekan II : Drs. Armyn Sipahutar

Pembantu Dekan III : Dra. Irmawati Soeprapto

Pada Tahun Akademi 1987/1988 FISIP USU telah memiliki lima jurusan yaitu

llmu Administrasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sosiologi, dan

Antropologi. Jumlah mahasiswa yang diterima pada Tahun Akademik 1987/1988

adalah sebanyak 205 orang. Terdiri dari 161 orang mahasiswa Reguler dan 44

orang mahasiswa Belajar.

Pada tahun 1987 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak 91 orang

terdiri dari 51 orang Jurusan Ilmu Admnistrasi, 15 orang Jurusan Ilmu

Komunikasi, dan 25 orang Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pada Tahun

akademik 1988/1989 FISIP USU menerima mahasiswa sebanyak 241 orang yang

Page 47: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

38

terdiri dari 197 orang mahasiswa Reguler dan 44 orang mahasiswa Belajar.

Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 1988 adalah sebanyak 125

orang. Pada Tahun Akademik 1989/1990 FISIP USU menerima mahasiswa

sebanyak 207 orang yang kesemuanya adalah mahasiswa Reguler.

Jumlah alumni FISIP USU pada tahun 1989 adalah 141 orang. Pada tahun 1990,

masa periode jabatan Dekan untuk yang kedua kalinya sudah berakhir. Hal ini

sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jabatan Dekan hanya maksimal

selama 2 periode. Pada proses pemilihan Dekan selanjutnya, FISIP USU melalui

senat melakukannya secara voting. Dari hasil voting tersebut, yang terpilih

menjadi Dekan adalah Dr. Asma Affan, MPA, yang selanjutnya untuk diusulkan

ke Mendikbud atas rekomendasi Rektor. Berdasarkan Surat Keputusan

Mendikbud Nomor 20208/A2.I.2/C/1990, tanggal 14 Maret 1990 diangkatlah

saudara Dr. Asma Affan, MPA sebagai Dekan FISIP USU masa periode 1990-

1993. pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para

pembantunya yaitu sebagai berikut :

Pembantu Dekan I : Drs. Rahim Siregar, M.A

Pembantu Dekan II : Dra. Arnita Zainuddin

Pembantu Dekan III : Drs. Siswo Suroso

Pada Tahun Akademik1990/1991 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU

adalah sebanyak 233 orang. Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU tahun

1990 adalah sebanyak 135 orang.

Pada Tahun Akademik 1991/1992 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU

sebanyak 237 orang. Pada tahun 1991 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU

sebanyak 108 orang. Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor

Page 48: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

39

520931/A2.I2/C/1993 tanggal 20 Agustus 1993, maka Drs. Amru Nasution

diangkat sebagai Dekan FISIP USU untuk masa periode 1993-1996. Pada periode

ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya sebagai berikut

:

Pembantu Dekan I : Dra. Nurwida Nuru

Pembantu Dekan II : Dra. Irmawati Soeprapto

Pemabntu Dekan III : Drs. Sakhyan Asmara

Setelah 3 tahun masa jabatan Dekan FISIP USU, maka tahun 1996 dibentuklah

Panitia Pemilihan Calon Dekan yang baru. Dari hasil rapat Senat yang

dilaksanakan ternyata Drs. Amru Nasution diusulkan kembali sebagai calon

tunggal masa periode 1996-1999. Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud

Nomor Universitas Sumatera Utara51141/A2.I2/KP/1996 tanggal 23 September

1996 Drs. Amru Nasution diangkkat kembali sebagai Dekan FISIP USU, dengan

menunjuk para pembantunya:

Pembantu Dekan I : Dra. Nurwida Nuru

Pembantu Dekan II : Drs. Subilhar, MA

Pembantu Dekan III : Drs. Sakhyan Asmara

Pada tahun 1999 masa jabatan Dekan FISIP USU tlah berakhir. Drs. Amru

Nasution sebagai Dekan tidak dapat lagi mencalonkan diri untuk ketiga kalinya.

Melalui Rapat Senat FISIP USU, ternyata yang terpilih sebagai Dekan FISIP USU

adalah Drs. Subilhar, MA yang selanjutnya diusulkan ke Mendikbud atas

rekomendasi Rektor. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor

1998/JO5/KP/1999 tanggal 9 Desember, Drs. Subilhar, MA diangkat sebagai

Dekan FISIP USU masa periode 1999-2003. Dalam perkembangan selanjutnya

Page 49: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

40

pada tahun 2001/2002 FISIP USU mengusulkan kembali agar menambah jurusan

yang baru yaitu Jurusan Ilmu Politik Berdasarkan Surat Izin Direktur Jendral

Pendidikan Tinggi Nomor 2809/D/T/2001 tanggal 30 agustus 2001 dibukalah

jurusan tersebut. Melalui rapat senat tanggal 25 April 2001 FISIP USU kembali

mengusulkan ke Rektor USU agar FISIP USU membuka program baru yaitu

Program Extension yang berada di bawah naungan masing-masing jurusan yang

ada di FISIP USU.

Struktur Pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara yang terbaru, adalah :

Dekan : Prof.Dr.Badaruddin, M.Si

Pembantu Dekan I : Drs.Zakaria, MSP

Pembantu Dekan II : Dra. Rosmiani, MA

Pembantu Dekan III : Drs. Edward, MSP

Yang periode sebelumnya dipimpin oleh:

Dekan : Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA

Pembantu Dekan I : Drs. Humezi, MA

Pembantu Dekan II : Drs. Mukti Sitompul, M.Si

Pembantu Dekan III : Drs. Burhanuddin Harahap, M.Si

4.1.2 Program Studi

Pada tahun 1983 dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan dna

Kebudayaan RI Nomor 0535/0/83 tentang Jenis dan Jumlah pada Fakultas -

Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, disebutkan bahwa FISIP USU

mempunyai 5 (lima) jurusan dengan urutan sebagai berikut :

Page 50: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

41

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Pada tahun Akademik 1995/1996, FISIP USU membuka Program Diploma I (DI)

dan Program Diploma II (DII), bekerjasama dengan Direktorat Jendral Pajak.

Pada Tahun ajaran 2000/2001 program DI Administrasi Perpajakan tidak

menerima mahasiswa baru lagi, dengan jumlah alumni FI seluruhnya adalah 153

orang. Pada tahun akademik 2001/2002 telah dibuka Program Studi Ilmu Politik

berdasarkan SK No.616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima sejumlah 60

mahasiswa.

Selanjutnya seiring dengan perkembangan waktu, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara menambah jurusan menjadi 12 (dua

belas ) jurusan dengan urutan sebagai berikut :

1. Program D3 :

a. Administrasi Perpajakan

2. Program S1 :

a. Ilmu Administrasi Negara

b. Ilmu Politik

c. Antropologi Sosial

d. Ilmu Kesejahteraan Sosial

e. Sosiologi

f. Ilmu Komunikasi

Page 51: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

42

g. Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

3. Program S2 :

a. Studi Pembangunan

b. Ilmu Komunikasi

c. Sosiologi

4. Program S3 :

a. Studi Pembangunan

4.1.3 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

a. Visi yang diemban FISIP USU adalah menjadi pusat pendidikan dan rujukan

bidang ilmu sosial di Asia Tenggara.

b. Misi yang diemban FISIP USU adalah menghasilkan alumni yang mampu

bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset, dan studi ilmu – ilmu sosial.

4.1.4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU

Tujuan:

Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi yang bernaung di bawah Universitas

Sumatera Utara mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademika dan atau profesional yang mampu menerapkan,

mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan dan keterampilan

tinggi, disertai budi yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia sesuai

dengan falsafah.

Page 52: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

43

2. Mengembangkan dan menebarkan ilmu pengetahuan serta mengupayakan

penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan

memperkaya kebudayaan nasional sesuai dengan Pancasila.

Tugas: Menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut

diatas dengan berpedoman pada:

1. Tujuan pendidikan nasional

2. Kaedah, moral dan etika ilmu pengetahuan

3. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa

pribadi.

Fungsi:

1. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran

2. Melakssanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya

ilmu pengetahuan sosial

3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat

4. Melaksanakan kegiatan pelaksanaan adminstratif

4.2 Karakteristik Informan

Informan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ini, yang

merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi yang

diperlukan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan

mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:

Page 53: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

44

4.2.1 Karakteristik Informan berdasarkan Umur

Tabel 4.1

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

No Kategori Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

1 < 20 tahun 3 orang 15

2 20-22 tahun 14 orang 70

3 > 22 tahun 3 orang 15

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.1 dari 20 informan penelitian, 3 orang (15.0%)

berusia dibawah 20 tahun, 14 orang (70.0%) berumur antara 20-22 tahun dan 3

orang (15.0%) berumur di atas 22 tahun, sehingga mayoritas informan berumur

antara 20-22 tahun (70.0%).

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Perempuan 12 60

2 Laki-laki 18 40

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Page 54: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

45

Berdasarkan pada tabel 4.2 dari 20 informan penelitian Ditinjau dari faktor jenis

kelamin, 12 orang (60.0%) adalah perempuan dan 8 orang (40.0%) adalah laki-

laki. Dengan demikian, mayoritas informan adalah perempuan (60.0%).

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

Tabel 4.3

Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Batak 4 20

2 Melayu 5 25

3 Jawa 7 35

4 Aceh 4 20

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.3 dari 20 informan penelitian ada 4 orang suku

Batak (20.0%), 5 orang (25.0%) Melayu, 7 orang (35.0%) suku Jawa, dan 4 orang

(20.0%) suku Batak. Dengan demikian, mayoritas informan adalah suku Jawa

(35.0%).

Page 55: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

46

4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

Tabel 4.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Katolik 2 10

2 Kristen 2 10

3 Islam 16 80

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.4 dari 20 informan penelitian 2 orang (10.0%)

beragama Katolik, 2 orang (10.0%) beragama Kristen dan 16 orang (80.0%)

beragama Islam. Dengan demikian, mayoritas informan adalah beragama Islam

(80.0%).

4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Tempat Tinggal

Tabel 4.5

Karakteristik Informan Berdasarkan Tempat Tinggal

No Tempat Tinggal Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kost 9 45

2 Keluarga 11 55

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Page 56: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

47

4.2.6 Karakteristik Informan Berdasarkan Status Mahasiswa

Tabel 4.6

Karakteristik Informan Berdasarkan Status Mahasiswa

No Status Mahasiswa Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kuliah 9 45

2 Kuliah sambil bekerja 11 55

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.6 dari 20 informan penelitian 9 orang (45.0%)

hanya kuliah semata dan 11 orang (55.%) kuliah sambil bekerja. Dengan

demikian, mayoritas informan kuliah sambil bekerja (55.0%).

4.2.7 Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan OrangTua

Tabel 4.7

Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

No Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persentase (%)

1 PNS 9 45

2 WIRASWASTA 11 55

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.7 dari 20 informan penelitian 2 orang (10.0%)

memiliki orangtua yang bekerja sebagai PNS, 3 orang (15.0%) memiliki orangtua

yang bekerja sebagai wiraswasta dan 15 orang (75.0%) memiliki orangtua yang

Page 57: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

48

bekerja sebagai wiraswasta. Dengan demikian, mayoritas informan memiliki

orangtua bekerja wirawasta (75.0%).

4.2.8 Karakteristik Informan Berdasarkan Santunan Biaya

Tabel 4.8

Karakteristik Informan Berdasarkan Santunan Biaya

No Santunan Biaya Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Rp.2-3 Juta 5 25

2 >Rp.3 juta 15 75

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.8 dari 20 informan penelitian 5 orang (25.0%)

mendapat santunan sekitar Rp 2-3 juta per bulan dan 15 orang (75.0%) mendapat

santunan lebih dari Rp 3 juta per bulan. Dengan demikian, mayoritas informan

mendapat santunan lebih dari Rp 3 juta per bulan (75%).

4.2.9 Karakteristik Informan Berdasarkan Pertemanan

Tabel 4.9

Karakteristik Informan Berdasarkan Pertemanan

No Pertemanan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tidak ada 9 45

2 Ada 11 55

Total 20 100

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Page 58: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

49

Berdasarkan tabel 4.9 dari 20 informan penelitian 9 orang (45.0%) tidak

membuat kelompok kelompok pertemanan tertentu, dan 11 orang (55.%)

membuat kelompok pertemanan baik berdasarkan kesamaan latar belakang suku,

agama maupun gaya hidup yang sama. Dengan demikian, mayoritas informan ada

membuat kelompok pertemanan (55.0%).

4.3 Profil Informan Mahasiswa Hedonisme FISIP USU

1. Acha Silitonga

Acha adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen Administrasi Bisnis

tahun 2010, yang beralamat kompleks Tasbi. Ia lahir di Medan tanggal 20

Desember 1992 yang telah berumur sekitar 21 tahun. Acha adalah masyarakat asli

suku Batak Toba. Saat ini ia memiliki pendapatan per bulannya berkisar Rp

2.500.000,00 dan itu hasil dari orangtua Acha yang bekerja sebagai pengusaha.

Samapai saat ini ia belum memiliki pekerjaan sampingan. Dari hasil wawancara,

Acha berusaha meminjam uang dengan teman, jika keuangannya tidak dapat

menutupi kebutuhannya selama sebulan.

Untuk hal pertemanan, Acha mengakui bahwa ia sedikit selektif dalam memilih

teman. Ia lebih memilih teman yang gaul dan tipe sosialita. Bersama dengan

teman-temannya, ia pernah tidak masuk kuliah dikarenakan pernah buat janji

dengan teman-temannya untuk ngumpul bersama dengan mereka. Selama

seminggu ia dan teman-teman bisa bolos 2x. Namun, untuk urusan jalan-jalan

mereka melakukannya setiap hari. Dalam pemilihan tempat untuk jalan, Acha

juga agak selektif, ia lebih memilih tempat yang gaul, nyaman dan full AC.

Page 59: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

50

Bahkan sering sekali berpindah-pindah tempat karena sudah bosan. Hal yang

paling sering dilakukan adalah gosip dengan teman kalau sudah pada ngumpul.

Walaupun demikian, ia tetap tidak melupakan hubungannya dengan keluarga,

karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan kekerabatan.

Keluarga sering mengingatkan kepadanya untuk tetap berhemat dan memiliki

batasan pergaulan.

Acha memiliki pasangan yang mengerti tentang dirinya. Disaat ekonomi acha

sudah merosot, sering kali pasangan nya memberikan materi yang dibutuhkan

untuk acha. Jalinan hubungan mareka baru memasuki waktu yang masih

dikategorisasikan seumur jagung, namun gaya pacaran mareka sudah cukup luas.

Sehingga untuk memenuhi dunia hedonisme nya acha sudah didorong oleh

pasangannya dengan cara memberikan sejumlah materi dan barang-barang yang

diinginkan dan diperlukan oleh acha.

Keluarga memberikan izin jika, Acha ingin pergi jalan-jalan dengan teman.

Karena kesukaannya pergi ke tempat-tempat nongkrong, teknologi dan

penampilan, Acha mengakui bahwa ia adalah seorang mahasiswa yang up to date

dengan tempat nongkrong, teknologi dan fashion yang terkait sebagai tempat jalan

yang bagus untuk anak muda. Sedangkan untuk gaya hidup hedonisme sendiri,

Acha merasa bagus-bagus saja memandang mereka.

2. In In situmorang

In in situmorang adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen

Administrasi Bisnis tahun 2010, telah berumur sekitar 21 tahun. In in adalah asli

suku Batak. Saat ini ia memiliki pendapatan per bulannya berkisar Rp

Page 60: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

51

3.500.000,00 dari orangtua in in yang bekerja sebagai pengusaha. Ia belum

memiliki pekerjaan sampingan. Dari hasil wawancara, in in berusaha

menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran. Untuk mengatur

keuangannya, ia merasa terbantu adanya kereta, sehingga bisa meminimalisikan

biaya pengeluaran. Sehingga bila ada sisa, dapat saya tabung. In in juga

menuturkan bahwa ia sering juga bolos tergantung dosennya, kalau buat ngantuk

mendingan keluar. Itu pun tidak setiap hari tidak masuk kuliah dari kuliah.

Biasanya kalau uda bolos bersama dengan teman-temannya, mereka langsung

mencari lokasi yang tepat. Akan tetapi pergaulannya tidak membuat indeks

prestasinya buruk. Ia mampu mendapatkan IP di atas tiga koma.

Ketika ditanyai seputar hubungan pertemanan,

In in mengakui bahwa ia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan

mahasiswa lainnya yang gaya hidupnya bukan seperti dirinya, seperti diskusi dan

belajar bersama. Walaupun ia memiliki aktivitas perkuliahan dan pergaulan

pertemanan sesama mahasiswa, ia tetap tidak melupakan hubungannya dengan

keluarga, karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan

kekerabatan. Hubungan yang terjalin diantara ia dan keluarga sangat harmonis dan

kadang juga mau liburan sekeluarga keluar kota. Dengan terciptanya hubungan

yang baik diantara keluarga, ia dapat berkomunikasi dengan keluarga tentang hal

yang terkait dengan perkuliahan dan pergaulan bahkan pengelolaan uang saku.

Orangtua selalu mengingatkan agar hemat.

In in merupakan mahasiswa yang bekerja sambil kuliah. Dimana dia acap kali

sering melontarkan waktu kuliahnya. Dia harus membagi waktunya untuk

berkuliah dan bekerja serta memenuhi nafsu yang mengarah ke hedonisme. In in

Page 61: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

52

sudah memiliki pendapatan yang cukup untuk seukuran mahasiswi. Dimana ia

rela atau gampang sekali mengeluarkan materi untuk membeli barang –barang

yang ia inginkan serta hang-out dengan teman-teman sekelompoknya.

Dalam persoalan pergaulan, orangtua in in tetap memberikan arahan dan

kepercayaan, tetapi tetap memberikan batasan. Keluarga memberkan izin jika, in

in ingin pergi jalan-jalan dengan teman. Dalam seminggu in in bisa keluar dengan

teman-teman setiap hari dan menghabiskan waktu bersama untuk makan dan foto-

foto di tempat yang uda ditentukan. Dari hasil wawancara, in in mengakui bahwa

uang saku selama sebulan terkadang tidak cukup, oleh karena itu ia terkadang

meminjam uang kepada teman, itu pun kalau benar-benar sudah rest. Pergi jalan-

jalan (hang out) kebanyakkan tidak terencana. Dari hasil wawancara, in in

mengakui bahwa ia adalah seorang mahasiswa yang up to date dengan teknologi

dan fashion dalam berpenampilan. Tidak jarang ia sering membeli barang-barang

yang menunjang penampilannya. Untuk persoalan mahasiswa yang hedonisme, ia

tidak ingin mengomentari terlalu banyak. Ya biasa aja tiukan hak mereka mau

apayang mereka lakkukan, selagi itu nyaman buat mereka. Sehingga In in

mengatakahan bahwa dengan hedonism dia bisa menikmati masa muda yang tidak

dating 2 kali.

3. Ricky Malber Sihaloho

Ricky Malber Sihaloho adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen

Administrasi Bisnis tahun 2010, yang beralamt di jalan Berdikari No. 6. Ia lahir di

P. Siantar tanggal 10 Maret 1992 yang telah berumur sekitar 22 tahun. Ricky

adalah masyarakat asli Batak Toba. Saat ini ia memiliki pendapatan per bulannya

Page 62: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

53

berkisar Rp 1.500.000,00 dari orangtuanya yang bekerja sebagai PNS. Secara

jujur Ricky berusaha dapat menyeimbangkan antara pendapatan dengan

pengeluaran. Ketika ditanyai seputar hubungan pertemanan, Ricky mengakui

selektif dalam memilih teman. Ia lebih memilih teman yang smart, berpendapatan

menengah dan bisa diandalkan. Selain itu Ricky juga lebih banyak memberi jarak,

saya hanya ingin berbicara dengan teman yang saya anggap itu butuh. Ia jhuga

tidak melupakan hubungannya dengan keluarga. Walupun komunikasi terlihat

jarang, tetapi ia tidak melupakannya untuk menjalin hubungan kekerabatan.

Dengan terciptanya hubungan yang baik diantara keluarga, ia dapat

berkomunikasi dengan keluarga tentang hal yang terkait dengan perkuliahan dan

pergaulan bahkan pengelolaan uang saku. Akan tetapi pergaulannya tidak

membuat indeks prestasinya buruk. Ia mampu mendapatkan IPK yang baik,

bahkan menjadi andalan diantara temannya dalam belajar. Dimana ricky memiih

teman sesuai dengan suku, latar belakang, dan lain-lain yang dianggap nya sama

dengan kepribadian nya dan nyaman untuk diajak hang-out dan hal-hal yang

bertemakan hedonis. Untuk hal kegiatan kemahasiswaan ia tidak terlalu

mengikutinya, baginya itu hanya buang-bunag waktu.

Dalam persoalan pergaulan, orangtua Ricky tetap memberikan arahan dan

kepercayaan, tetapi tetap memberikan batasan. Keluarga memberikan izin jika,

Ricky ingin pergi jalan-jalan dengan teman. Dalam seminggu Ricky bisa keluar

dengan teman-teman setiap hari dan menghabiskan waktu bersama untuk makan,

bersenang-senang, ngobrol berbicata tentang perkembangan fashion, teknologi

dan perkuliahan S2. Dari hasil wawancara, Ricky mengakui bahwa uang saku

selama sebulan terkadang tidak cukup, oleh karena itu ia terkadang meminjam

Page 63: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

54

uang kepada teman. Ricky termasuk salah satu mahasiswa yang pemboros. Ia

merasa harus membeli barang baru. Tidak tanggung-tanggung ia rela

mengeluarkan biaya sebesar 700rb/bulan.

4.Albert H F Simanungkalit

Albert H F Simanungkalit adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen

Politik tahun 2010, yang tinggal di alamat Jalan Sembada Ujung No. 14 Medan. Ia

lahir di tanggal 14 Agustus 1992 yang telah berumur sekitar 22 tahun. Albert

adalah masyarakat asli suku Batak. Saat ini ia memiliki pendapatan per bulannya

berkisar Rp 2.000.000,00 yang berasal dari orangtua sepenuhnya. Dari hasil

wawancara, Albert berbeda dengan yang lain. Ia lebih sering menghemat biaya

pengeluarannya.

Untuk hal pertemanan sendiri Albert mengakui bahwa ia juga bukan tipe Bersama

dengan teman-temannya, ia pernah tidak masuk kuliah dikarenakan pernah buat

janji dengan teman-temannya untuk ngumpul bersama dengan mereka. Selama

seminggu ia dan teman-teman bisa bolos 2x. Namun, untuk urusan jalan-jalan

mereka melakukannya setiap hari. Dalam pemilihan tempat untuk jalan, Albert

juga agak selektif, ia lebih memilih tempat yang gaul, nyaman dan full AC.

Bahkan sering sekali berpindah-pindah tempat karena sudah bosan. Hal yang

paling sering dilakukan adalah gosip dengan teman kalau sudah pada ngumpul.

Walaupun demikian, ia tetap tidak melupakan hubungannya dengan keluarga,

karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan kekerabatan.

Keluarga sering mengingatkan kepadanya untuk tetap berhemat dan memiliki

batasan pergaulan.

Page 64: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

55

Albert ialah salah satu mahasiswa yang gemar sekali gonta-ganti kendaraan

pribadinya. Dimana ia selalu diberikan kesempatan oleh orang tuanmya untuk

memenuhi hobby nya tersebut. Albert sering sekali ikut dalam acara-acara

perkumpulan mobil yang berada di daerah medan. Di sisi lain, albert menuturkan

ia sering memperlihatkan mobilnya kepada teman-temannya. Albert juga

menuturkan dengan gonta-ganti mobil yang ia gunakan dalam keseharian, dia

gampang sekali untuk mendapatkan pasangan yang ia inginkan.

Dari pihak keluarga Albert tidak melarang Albert untuk pergi keluar jalan dengan

teman-temannya. Albert memiliki kebebasan untuk itu. Albert secara jujur

mengatakan bahwa ia merupakan mahasiswa hedonis. Sehingga ia tidak merasa

asing dengan mahasiswa lain yang hedonis. Albert sesungguhnya memiliki

ketertarikkan akan dunia fashion dan teknologi. Oleh karena itu, ia lebih sering

membeli baju yang bekas pakai. Selain keunikkan juga karena ia lebih barangnya

cukup satu-satu barang. Sedangkan untuk teknologi sendiri, Albert lebih senang

membeli yang merek tidak asli, bukan karena harganya lebih terjangkau tetapi

biar bisa ganti-ganti.

5.Arumdhani

Arumdhani adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen Administrasi

Niaga tahun 2010, yang tinggal di alamat Jalan Letda Sujono No 125/10C. Ia lahir

di Kota Baru tanggal 25 September 1992 yang telah berumur sekitar 21 tahun.

Arumdhani adalah masyarakat asli suku aceh. Saat ini ia memiliki pendapatan per

bulannya berkisar Rp 1.500.000,00 dari bulanan dari orangtua Arumdhani yang

bekerja sebagai pengusaha. Arumdhani berusaha dapat mengatur pendapatannya

Page 65: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

56

secara baik, agar tidak terjadi kekurangan sampai akhir bulan, karena Arumdhani

adalah salah satu mahasiswi yang memiliki gaya hidup yang hedonis dan tipe

pemilih dalam memilih teman bergaul. Arumdhani juga menuturkan bahwa ia

tidak pernah bolos. Akan tetapi pergaulannya tidak membuat indeks prestasinya

buruk. Ia mampu mendapatkan IPK di atas tiga koma. Bahkan dari hasil

wawancara, Arumdhani juga mengikuti organisasi dalam perkuliahan. Jika,

kampus melaksanakan kegiatan yang membawa naungan ke organisasian biasanya

Arumdhani selalu mengikuti kegiatan tersebut karena ia merupakan salah satu

pengurus organisasi di kampus, seperti pemilihan gubernur kampus. Dari hal ini,

dapat kita ketahui, walaupun Arumdhani mengikuti keorganisasian, ia mampu

berprestasi juga.

Ketika ditanyai seputar hubungan pertemanan, Arumdhani mengakui bahwa ia

memiliki hubungan yang biasa saja dengan mahasiswa lainnya yang gaya

hidupnya bukan seperti dirinya. Dengan adanyan pertemanan yang bisa membuat

adanya terpengaruh dengan hal-hal hedonism yang tanpa disadarinya sudah ikut

kedalam golongan tersebut. Walaupun ia memiliki aktivitas perkuliahan dan

pergaulan pertemanan sesama mahasiswa, ia tetap tidak melupakan hubungannya

dengan keluarga, karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan

kekerabatan. Dengan terciptanya hubungan yang baik diantara keluarga, ia dapat

berkomunikasi dengan keluarga tentang hal yang terkait dengan perkuliahan dan

pergaulan bahkan pengelolaan uang saku.

Dalam persoalan pergaulan, orangtua Arumdhani tetap memberikan arahan dan

kepercayaan, tetapi tetap memberikan batasan. Keluarga memberikan izin jika,

Arumdhani ingin pergi jalan-jalan dengan teman. Dalam seminggu Arumdhani

Page 66: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

57

bisa keluar dengan teman-teman setiap hari dan menghabiskan waktu bersama

untuk makan dan foto-foto di tempat yang uda ditentukan. Dari hasil wawancara,

Arumdhani mengakui bahwa uang saku selama sebulan terkadang tidak cukup,

oleh karena itu ia terkadang meminjam uang kepada teman. Pergi jalan-jalan

(hang out) kebanyakkan tidak terencana. dan dari hasil wawancara, Arumdhani

mengakui bahwa ia adalah seorang mahasiswa yang up to date dengaan teknologi

dan fashion dalam berpenampilan. Tidak jarang ia sering membeli barang-barang

yang menunjang penampilannya.

6.Mentari Silalahi

Mentari Silalahi adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen

Administrasi Bisnis tahun 2010, yang tinggal di alamat Jalan Berdikari No. 36

Medan.Ia lahir di Pematang Siantar tanggal 8 Juni 1992 yang telah berumur

sekitar 21 tahun. Mentari adalah masyarakat asli suku Batak. Saat ini ia memiliki

pendapatan per bulannya berkisar Rp 3.000.000,00 dari orangtua mentari. Mentari

berusaha dapat mengatur pendapatannya secara baik, agar tidak terjadi

kekurangan sampai akhir bulan, karena Mentari adalah salah satu mahasiswi yang

memiliki gaya hidup yang hedonis dan tipe pemilih. Mentari lebih memilih teman

yang sosialita.

Ketika ditanyai seputar hubungan pertemanan, mentari mengakui bahwa ia

memiliki hubungan yang cukup dekat dengan mahasiswa lainnya yang gaya

hidupnya bukan seperti dirinya, seperti diskusi dan belajar bersama. Walaupun ia

memiliki aktivitas perkuliahan dan pergaulan pertemanan sesama mahasiswa, ia

tetap tidak melupakan hubungannya dengan keluarga, karena ini merupakan hal

Page 67: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

58

terpenting dalam menjalin hubungan kekerabatan. Hubungan yang terjalin

diantara ia dan keluarga sangat harmonis dan kadang juga mau liburan sekeluarga

keluar kota. Dengan terciptanya hubungan yang baik diantara keluarga, ia dapat

berkomunikasi dengan keluarga tentang hal yang terkait dengan perkuliahan dan

pergaulan bahkan pengelolaan uang saku. Orangtua selalu mengingatkan agar

hemat.

Dalam persoalan pergaulan, orangtua Mentari tetap memberikan arahan dan

kepercayaan, tetapi tetap memberikan batasan. Keluarga memberkan izin jika,

Mentari ingin pergi jalan-jalan dengan teman. Dalam seminggu Mentari bisa

keluar dengan teman-teman setiap hari dan menghabiskan waktu bersama untuk

makan dan foto-foto di tempat yang uda ditentukan. Dari hasil wawancara,

Mentari mengakui bahwa uang saku selama sebulan terkadang tidak cukup, oleh

karena itu ia terkadang meminjam uang kepada teman, itu pun kalau benar-benar

sudah rest. Pergi jalan-jalan (hang out) kebanyakkan tidak terencana. Dari hasil

wawancara, Mentari mengakui bahwa ia adalah seorang mahasiswa yang up to

date dengan teknologi dan fashion dalam berpenampilan. Tidak jarang ia sering

membeli barang-barang yang menunjang penampilannya. Untuk persoalan

mahasiswa yang hedonisme, ia tidak ingin mengomentari terlalu banyak. Ya biasa

aja tiukan hak mereka mau apayang mereka lakkukan, selagi itu nyaman buat

mereka. Dengan gaya dan penampilan yang diciptakan oleh mentari, ia ingin agar

teman-temannya bisa melihatnya sebagai mahasiswa yang bisa dikatakan sebagai

mahasiswa yang up to date dengan penampilan, dan agar bisa mempertahankan

harga dirinya.

Page 68: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

59

7.Vivien

Vivien adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen Administrasi Bisnis

tahun 2012, yang tinggal di alamat Medan, Jalan Sekip . Ia lahir di Medan tanggal

20 Juni 1994 dan saat ini telah berumur sekitar 20 tahun.Saat ini ia memiliki

pendapatan per bulannya berkisar Rp 3.000.000 Oleh karena itu, ia berusaha dapat

mengatur pendapatannya secara baik, agar tidak terjadi kekurangan sampai akhir

bulan, karena vivien adalah salah satu mahasiswi yang memiliki gaya hidup yang

hedonis namun bukan tipe pemilih dalam memilih teman bergaul. In In

merupakan salah satu mahasiswa yang mendapatkan IPK terbaik. Ia menuturkan

bahwa mahasiswa yang hedonisme mampu berprestasi.

Ketika ditanyai seputar hubungan pertemanan, vivien mengakui bahwa ia

memiliki hubungan yang biasa saja dengan mahasiswa lainnya yang gaya

hidupnya bukan seperti dirinya. Walaupun ia memiliki aktivitas perkuliahan dan

pergaulan pertemanan sesama mahasiswa, ia tetap tidak melupakan hubungannya

dengan keluarga, karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan

kekerabatan. Dengan terciptanya hubungan yang baik diantara keluarga, ia dapat

berkomunikasi dengan keluarga tentang hal yang terkait dengan perkuliahan dan

pergaulan bahkan pengelolaan uang saku.

Dalam persoalan pergaulan, orangtua vivien tetap memberikan arahan dan

kepercayaan, tetapi tetap memberikan batasan.keluarga vivien memang berasal

dari keluarga yang mampu/ berada. Sehingga sejak kecil vivien sudah dibiasakan

dengan gaya hidup hedonisme. Keluarga memberikan izin jika, ia ingin pergi

jalan-jalan dengan teman. Dalam seminggu In In bisa keluar dengan teman-teman

setiap hari dan menghabiskan waktu bersama untuk makan, mall, café dan karoke.

Page 69: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

60

8.Try Astuti

Try Astuti adalah seorang mahasiswa stambuk 2011 dari jurusan Administrasi

Bisnis FISIP USU suku Jawa. Ia lahir di Medan pada tanggal 25 Februari 2014

dan beralamat di Jalan Damar 16, No 4 Simalingkar. Saat ini Try tinggal dengan

ibunya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pendapatannya selama sebulan

bekisar Rp 400.000,00 dari orangtua. Try tidak memiliki pekerjaan sampingan

selain sebagai ibu rumah tangga. Dari hasil wawancara, Try mengemukakan

bahwa ia merupakan seseorang yang dapat mengatur pendapatannya dengan baik.

Di dalam menjalin pertemanan di perkuliahan, Try lebih memilih teman yang

memiliki ketulusan hati dan loyalitas. Ia juga sering melakukan perjalan ke luar

kota dengan teman-teman. Kalau di dalam kota ia lebih sering pergi ke warung-

warung kopi, studio dan jus kophi. Untuk pengkategorian tempat hang out pun ia

lebih memilih tempat yang nyaman dan bisa dijadikan tempat untuk mengobrol

dengan teman, main kartu serta sharing. Ketika ditanyai mengenai mahasiswa

hedonisme, Try tidak terlalu mempersoalkan itu. Itu dapat terjadi tergantung

pribadinya masing-masing. Try Astuti memang termasuk orang yang hedonis.

Namun, ia masih dalam taraf penghematan. Di dalam menjalankan kegiatan

hedonisnya dia acap kali sering tidak masuk jadwal perkuliahan sehingga dia

kewalahan ketika adanya tugas.

9.Rahmi Khairunisak

Rahmi Khairunisak adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen

Administrasi Niaga tahun 2010, yang tinggal di alamat Grand Medaline. Ia lahir

di Lhoksemawe tanggal 14 Februari 1992 yang telah berumur sekitar 22 tahun.

Page 70: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

61

Rahmi adalah masyarakat asli suku aceh. Saat ini ia memiliki pendapatan per

bulannya berkisar Rp 2.000.000,00 dan itu hasil dari pekerjaan sampingannya

sebagai penyiar radio dan ditambah lagi dari bulanan dari orangtua Rahmi yang

bekerja sebagai PNS. Dari hasil wawancara, Rahmi berusaha dapat mengatur

pendapatannya secara baik, agar tidak terjadi kekurangan sampai akhir bulan,

karena Rahmi adalah salah satu mahasiswi yang memiliki gaya hidup yang

hedonis dan tipe pemilih dalam memilih teman bergaul. Rahmi juga menuturkan

bahwa ia sering bolos seminggu 2 kali bersama dengan teman-temannya. Akan

tetapi pergaulannya tidak membuat indeks prestasinya buruk. Ia mampu

mendapatkan IPK di atas tiga koma. Bahkan dari hasil wawancara, Rahmi juga

mengikuti organisasi dalam perkuliahan. Jika, kampus melaksanakan kegiatan

yang membawa naungan ke organisasian biasanya Rahmi selalu mengikuti

kegiatan tersebut karena ia merupakan salah satu pengurus organisasi di kampus,

seperti pemilihan gubernur kampus. Dari hal ini, dapat kita ketahui,walaupun

Rahmi mengikuti keorganisasian, ia mampu berprestasi juga.

Ketika ditanyai seputar hubungan pertemanan, Rahmi mengakui bahwa ia

memiliki hubungan yang biasa saja dengan mahasiswa lainnya yang gaya

hidupnya bukan seperti dirinya. Walaupun ia memiliki aktivitas perkuliahan dan

pergaulan pertemanan sesama mahasiswa, ia tetap tidak melupakan hubungannya

dengan keluarga, karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan

kekerabatan. Dengan terciptanya hubungan yang baik diantara keluarga, ia dapat

berkomunikasi dengan keluarga tentang hal yang terkait dengan perkuliahan dan

pergaulan bahkan pengelolaan uang saku.

Page 71: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

62

Dalam persoalan pergaulan, orangtua Rahmi tetap memberikan arahan dan

kepercayaan, tetapi tetap memberikan batasan. Keluarga memberkan izin jika,

Rahmi ingin pergi jalan-jalan dengan teman. Dalam seminggu Rahmi bisa keluar

dengan teman-teman setiap hari dan menghabiskan waktu bersama untuk makan

dan foto-foto di tempat yang uda ditentukan. Dari hasil wawancara, Rahmi

mengakui bahwa uang saku selama sebulan terkadang tidak cukup, oleh karena itu

ia terkadang meminjam uang kepada teman. Pergi jalan-jalan (hang out)

kebanyakkan tidak terencana. dan dari hasil wawancara, Rahmi mengakui bahwa

ia adalah seorang mahasiswa yang up to date dengaan teknologi dan fashon dalam

berpenampilan.Rahmi memang memiliki nafsu berbelanja hingga berlebihan.

Tidak jarang ia sering membeli barang-barang yang menunjang penampilannya.

10.Dwi Putri Masitha

Putri Masitha adalah salah satu mahasiswa FISIP USU departemen Ilmu Politik

tahun 2010, yang tinggal di alamat Medan, Jalan Amal luhur komp. Dwikora. Ia

lahir di Lhoksumawe tanggal 30 Januari 1992 dan saat ini telah berumur sekitar

22 tahun. Saat ini ia memiliki pendapatan per bulannya berkisar Rp 2.000.000

Oleh karena itu, ia berusaha dapat mengatur pendapatannya secara baik, agar tidak

terjadi kekurangan sampai akhir bulan, karena putri adalah salah satu mahasiswi

yang memiliki gaya hidup yang hedonis namun bukan tipe pemilih dalam memilih

teman bergaul. Putri merupakan salah satu mahasiswa yang mendapatkan IPK

terbaik. Ia menuturkan bahwa mahasiswa yang hedonisme mampu berprestasi.

Disaat ditanyai seputar hubungan pertemanan, Putri mengakui bahwa ia memiliki

hubungan yang biasa saja dengan mahasiswa lainnya yang gaya hidupnya bukan

Page 72: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

63

seperti dirinya. Walaupun ia memiliki aktivitas perkuliahan dan pergaulan

pertemanan sesama mahasiswa, ia tetap tidak melupakan hubungannya dengan

keluarga, karena ini merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan

kekerabatan. Dimana putri memang berasal dari keluarga yang mapan. Dimana

orang tua nya ialah Polri. Sehingga dari kecil memang putrid sudah dibiasakan

dengan hal-hal yang berbaur dengan hedonisme. Saat ini putrid difasilitasi

kendaraan yaitu roda empat. Agar orang tuanya tidak mengkhawatirkan disaat

putrid berpergian dalam menjalankan aktivitas perkuliahan. Dengan terciptanya

hubungan yang baik diantara keluarga, ia dapat berkomunikasi dengan keluarga

tentang hal yang terkait dengan perkuliahan dan pergaulan bahkan pengelolaan

uang saku.

Page 73: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

64

BAB V

INTERPRETASI DATA

5.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hedonisme di kalangan

Mahasiswa

Mahasiswa sebagai bagian dari remaja tentunya tidak terlepas dari perilaku

remaja pada umumnya termasuk perilaku atau gaya hidup hedonisme. Bahkan

generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja pada

umumnya termasuk mahasiswa. Paham ini mulai merasuki kehidupan mereka

bahkan mereka sangat antusias dan tertarik terhadap gaya hedonisme ini. Daya

pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat muncullah fenomena

baru akibat paham ini. Fenomena yang tumbuh subur dewasa ini adalah

kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan

tanpa harus bekerja keras. Julukan remaja yang gaul dan funky baru melekat bila

mampu memenuhi standar trend saat ini yaitu minimal harus mempunyai

handphone, serta model berpakaian dan dandanan yang selalu mengikuti mode.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang mampu menyesuaikan

diri terhadap perubahan lingkungannya termasuk remaja. Remaja merupakan

individu yang mudah berubah akibat adanya modernisasi. Hal ini dikarenakan

remaja berada pada masa transisi dari kehidupan anak-anak ke masa dewasa yang

ditandai dengan perubahan dan perkembangan yang pesat baik dari segi fisik

maupun psikis (Monks dkk, 1999). Dapat dikatakan bahwa perjalanan masa

kanak-kanaknya telah mengantar kesebuah pintu usia remaja menjadi sosok

individu yang berbeda berdasarkan perasaan dan cara pandang baru terhadap

Page 74: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

65

lingkungannya (Fillah, 2003). Hedonisme terjadi karena adanya perubahan

perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki kesenangan. Gaya hidup

hedonis membuat para mahasiswa perlahan telah banyak mengalami disorientasi.

Hingga pada akhirnya hal-hal personal akan moral terposisikan pada urutan yang

tidak diutamakan. Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan

masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah

budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat berpengaruh

pada pembentukan sikap mental para remaja. Tapi sayangnya kadang semua hal

itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir mereka dalam menyikapi berbagai

persoalan.Banyak diantara para remaja yang melarikan diri dari masalah dengan

berhura-hura.Kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan di

kalangan remaja.

Berdasarkan hasil observasi langsung maupun wawancara mendalam yang

dilakukan terhadap beberapa informan, ada beberapa alasan mendasar mengapa

mahasiswa mengikuti gaya hidup hedonisme. Dengan kata lain, ada beberapa

faktor penyebab mengapa mahasiswa mengembangkan gaya hidup hedonisme.

Alasan pertama adalah keinginan menikmati masa muda. Hal ini terungkap dari

hasil wawancara dengan seorang informan, In In situmorang (21 tahun) :

”.... ya, selagi muda, ingin menikmatinya. Itu aja. Apalagi udah jumpa sama teman satu kelompok, waduh, rasanya nggak afdol kalau nggak jalan sama, makan dan enjoy bersama, apalagi di luar kota. Asyik deh, walau nggak kuliah, rasanya nikmat terus. Pokoknya, kalau ada masalah, diurus aja, biar tetap lulus, jadi orangtua tetap percaya, nggak dikira main-main di kampus (Hasil wawancara tanggal 12 Juni 2014).

Singkatnya, ada kelompok mahasiswa yang mengikuti gaya hidup hedonisme

dengan alasan ingin menikmati masa muda. Mereka benar benar ingin menikmati

Page 75: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

66

masa muda baik di dalam kampus maupun di luar kampus sehingga untuk

melanggengkan tujuan mencari kenikmatan tersebut, mereka membentuk

kelompok kelompok khusus dengan ketentuan anggota memiliki beberapa kriteria

yang melambangkan kesamaan persepsi, opini, image, selera dan gaya hidup.

Ketentuan ini tentunya akan semakin mempermudah mereka untuk saling

berkomunikasi satu dengan lainnya.

Alasan lainnya adalah adanya kesamaan latarbelakang seperti daerah asal yang

sama, suku, agama, hobby dan kebiasaan yang sama, serta kriteria pertemanan

atau kelompok persahabatan yang sama, membuat mahasiswa cenderung bergaul

dengan mereka yang bergaya hidup hedonisme. Hal ini terungkap dari hasil

wawancara dengan salah seorang informan kunci, Ricky (22 tahun) :

”.... ya mulanya gabung-gabung aja gitu, tapi lama-lama jadi senang juga ngikuti gaya mereka karena memang dalam kelompok kami berteman, ada banyak persamaan, seperti suku sama, agama sama, jadi makin mudah aja nyambung, nggak mesti gini, gitu, jadi betul-betul enjoy, nikmat, senang, dan funky. Apalagi, teman-teman juga pada dukung, yang satu punya ini, yang lain punya itu, jadi kalau gabung, komplit banget. Mungkin kesamaan itulah yang membuat kami memiliki keinginan untuk bergaya hidup seperti mereka. Karena gaya hidup seperti itu sangat penting untuk mempertahankan harga diri. (Hasil wawancara dengan informan, 14 Juni 2014 jam 15.30 WIB).

Hasil wawancara tersebut di atas memaparkan bahwa munculnya gaya

hidup hedonisme sangat dipengaruhi oleh faktor kesamaan latar belakang hidup

seperti daerah asal yang sama, suku, agama dan selera pribadi yang sama.

Kesamaan dalam latar belakang ini ternyata sangat efektif membentuk rasa

pertemanan yang tinggi dan solid, sehingga untuk menjaga loyalitas dan

solidaritas pertemanan, mau tak mau harus mengikuti gaya hidup hedonisme yang

Page 76: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

67

diperlihatkan oleh beberapa anggota kelompok. Misalnya, anggota dengan latar

belakang suku Aceh dan beragama Islam memiliki kecenderungan untuk

bergabung dengan kelompok dengan latar belakang suku Aceh dan agama Islam.

Kesamaan simbol simbol latarbelakang ini menurut mereka justru akan semakin

mempermudah komunikasi sekaligus untuk memperlihatkan solidaritas

pertemanan satu sama lainnya.

Apalagi untuk kelompok suku tertentu, seperti Batak, kekentalan

persahabatan sangat menonjol lewat kebiasaan sehari hari, khususnya dikalangan

mahasiswa yang tinggal bersama keluarga di kota Medan. Hal ini tentunya

berbeda dengan mahasiswa cost yang tinggal jauh dari orangtua mereka yang

umumnya ada di luar kota. Mahasiswa yang tinggal di kota Medan bersama

dengan orangtua biasanya membentuk kelompok pertemanan yang sudah

terbina lama dari SMA dan juga karena faktor faktor lain yang membuat

kelompok mereka merasa dekat satu sama lain.

Alasan lain mengapa mahasiswa senang dengan gaya hidup hedonisme,

adalah karena gaya hidup hedonisme sudah merupakan kebiasaan hidup sejak

kecil dalam keluarga. Hal ini erat kaitannya dengan orientasi hidup mereka yang

selalu mengarah kepada kesenangan, kenikmatan atau menghindari perasaan-

perasaan tidak enak atau membosankan. Kebiasaan hidup mereka sejak kecil

dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk model pakaian yang variatif,

berbagai pilihan jenis kenderaan roda dua dan empat yang selalu tersedia sampai

kebiasaan makan yang terkesan mewah dan konsumtif. Bagi mereka, gaya hidup

hedonisme merupakan gaya hidup yang sudah diwariskan turun temurun dari

orangtua. Dengan kata lain, gaya hidup hedonisme merupakan gaya hidup yang

Page 77: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

68

sejak kecil mereka lakukan sesuai dengan fasilitas yang mereka miliki. Hal ini

terungkap dari hasil wawancara dengan seorang informan kunci berinitial Putri

masitha (22 tahun) ;

”....ya, gimana, memang saya udah biasa hidup seperti itu, sejak kecil malah. Kayaknya nggak ada masalah, anggota keluarga yang lain juga hidupnya seperti itu. Nggak pamer, cuma udah biasa, mau pakai mobil ini, mobil itu, mau pulang sore atau malam, yang penting, semua urusan lancar, nggak peduli uang habis, yang penting senang, funky. Prinsip saya gitu, jadi nggak melulu kuliah aja, nanti jadi mumet. Pergaulan juga penting, makanya kita harus mau berkorban, menyisihkan dana untuk sekedar membeli kenyamanan dan kenikmatan. Yang penting ada keseimbangan. Gitu aja...”(Hasil wawancara tanggal 16 Juni 2014 jam 17.30 WIB).

Hasil wawancara tersebut di atas mengungkapkan bahwa kebiasaan hidup

mewah dalam keluarga dengan segala fasilitas pendukung sangat memungkinkan

seseorang untuk bergaya hidup hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan

kesenangan, kenikmatan dan untuk menghindari kebosanan. Bahkan untuk

mendapatkan tujuan tersebut, mereka siap membayar harga. Prinsip inilah yang

membuat pelaku hedonisme semakin tumbuh subur dikalangan mahasiswa

tertentu. Sulit diterima akal sehat tetapi itulah kenyataan. Sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian mahasiswa memiliki status kuliah sambil

bekerja, tetapi mereka dengan status kuliah saja juga mendapat santunan dan

fasilitas yang memungkinkan mereka hidup bersenang senang, foya-foya seperti

halnya dengan fasilitas santunan dana yang cukup tinggi setiap minggunya.

Ditambah lagi dengan fasilitas mobil bahkan sangat sedikit diantara mereka yang

menggunakan motor untuk bepergian mengikuti aktifitas perkuliahan di kampus.

Page 78: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

69

Inilah yang memudahkan mereka untuk bergaya hidup hedonisme baik di

lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Sebagian besar orangtua mereka bekerja sebagai wiraswasta dengan

penghasilan yang tidak terbatas setiap bulannya, oleh karena itu, mereka sebagai

anak biasanya juga akan mendapat santunan dana setiap minggu atau bulan

dengan jumlah yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan kebutuhan mahasiswa

pada umumnya. Inilah yang membuat mereka sangat siap melakoni gaya hidup

hedonisme setiap harinya, tanpa adanya kontrol orangtua atau keluarga.

Alasan berikutnya mengapa seseorang bergaya hidup hedonisme adalah

terkait dengan harga diri. Mereka meyakini bahwa harga diri harus dipertahankan

sekalipun dengan mengorbankan banyak biaya untuk menampilkan gaya gaul dan

funky yang dapat membuat orang lain menjadi segan dan hormat. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan seorang informan, Mentari silalahi (23 tahun)

berikut ini :

”.....bagi saya masalahnya bukan soal boros atau tidak, tergantung pada apa yang ingin kita capai. Terus terang, bagi saya, harga diri itu sangat penting, berapapun harganya. Misalnya, dengan teman-teman sekelompok, saya nggak mau kalau mereka terus terusan traktir saya. Saya juga harus melakukan hal yang sama sekalipun makannya mewah, karena bergaul itu harus take and give, nggak boleh bertepuk tangan sebelah. Nanti, teman kita nggak ada, atau bisa-bisa remeh melihat kita kalau kita tebal muka terus terusan dibayarin orang. Persahabatan pun bisa berakhir, ya kan...”.

Dengan penjelasan tersebut di atas, jelas bahwa harga diri adalah salah

satu motif yang melatarbelakangi mereka sehingga berperilaku hedonisme

khususnya didepan sesama mahasiswa. Mereka tidak menghambur-hamburkan

Page 79: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

70

uang begitu saja, tetapi mereka memiliki satu tujuan yakni mempertahankan inage

dan harga diri sekalipun dengan harga mahal. Mereka juga mengungkapkan

bahwa ada masa dan kondisi tertentu yang membuat mereka mengeluarkan dana

besar untuk memperlihatkan kepada sesama mahasiswa bahwa mereka bukanlah

anggota masyarakat biasa, mereka berasal dari keluarga have yang patut

diperhitungkan orang lain, termasuk oleh dosen. Itulah asumsi mereka sehingga

dengan berani dan terang-terangan mereka memperlihatkan gaya hedonismenya,

bukan lagi secara sembunyi sembunyi melainkan secara terus terang dengan

keyakinan bahwa gaya mereka itu akan meningkatkan harkat dan harga diri

mereka didepan mahasiswa dan orang lain. Bagi mereka, harga diri dapat dibina

dan dikembangkan misalnya melalui penampilan mereka berpakaian, jenis

kenderaan yang mereka pergunakan setiap harinya, semakin sering gonta ganti

mobil, semakin meningkatkan harga diri mereka. Itulah persepsi yang

membuat mereka gandrung mendalami gaya hidup hedonisme.

Tetapi ada juga mahasiswa yang memberi alasan bergaya hidup hedonisme

karena sudah terlanjur terpengaruh teman, takut dinilai ketinggalan zaman dan

takut kehilangan teman. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap informan, Arumdhani (22 tahun) :

”...ya, jujur aja, tadinya saya nggak open, tapi karena teman-teman banyak yang begitu, jadinya tergoda juga. Memang, tidak harus, tapi secara pribadi, saya takut kehilangan teman, takut dibilang ketinggalan zaman, akhirnya saya mau juga. Sekarang, udah pada kadung, sulit menghentikannya. Ya, gimana, diterusin ajalah, nanti biarlah waktu sendiri yang menjawab. Yang penting sekarang kita bisa tetap PD, beli ini dan itu, jadi teman-teman tidak pandang sebelah”.

Page 80: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

71

Takut kehilangan teman tentunya sangat memotivasi mereka untuk

berusaha keras membangun kelompok pertemanan setidaknya memasuki

kelompok pertemanan yang sudah terbentuk dikalangan teman temannya

mahasiswa. Takut kehilangan teman ini biasanya terjadi dikalangan mahasiswa

dengan tingkat ekonomi menengah ke atas,sebab mereka memiliki persepsi

bahwa lebih baik berteman dengan kelompok menengah ke atas daripada

kelompok ekonomi rendah alias anak cost. Tidak dapat disangkal bahwa banyak

mahasiswa yang berusaha keras memasuki kelompok pertemanan yang menjadi

favoritnya, sekalipun hal itu menelan biaya tinggi.

Jelas bahwa banyak alasan yang menyebabkan seseorang melakukan gaya hidup

hedonisme, ada prestise tersendiri yang lahir dari gaya hidup tersebut sehingga

gaya hidup hedonisme tumbuh subur dikalangan mahasiswa tertentu. Gaya

hedonisme yang terjadi akibat takut kehilangan pertemanan ini juga erat kaitannya

dengan gaya hidup hedonisme untuk mencari sensasi gaul dan funky.

Berbeda halnya bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu

atau hanya sekedar berkecukupan. Sehingga tidak mengherankan, adanya muncul

gaya berpacaran dikalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa khususnya mahasiswi

yang ingin terjun ataupun merasakan bagaimana dengan gaya hidup hedonisme,

sementara mareka berasal dari keluarga yang sederhana. Dengan memilih dan

memilah pasangan yang mareka rasakan cukup untuk sebagai pendapatan mareka

agar bisa mengikuti gaya hidup hedonisme. Hal ini terungkap dari hasil

wawancara dengan seorang informan kunci Acha Silitonga, 22 tahun) :

”..... pengennya sih bisa gaul dan funky...tapi nggak gampang. Kita harus punya modal, mau harap orangtua, dah nggak

Page 81: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

72

mungkin. Ya, pandai-pandai dong, kalau nggak mau dicuekin, kita harus ramah... habis, mereka punya, kita nggak. Ya, udah ambil jalan pintas aja. Pilah – pilih pasangan yang mapan dong, yang bisa jadi bank nya kita-kita. Yang penting, TST aja....

Hasil wawancara tersebut di atas mengungkapkan bahwa bagi kelompok

mahasiswa tertentu, hanya agar bisa mengikuti gaya hidup hedonisme mareka rela

apa saja mareka berikan atau kata lain mareka memiliki cara berfikir yang tidak

sewajarnya mahasiswi. Agar bisa mengikuti gaya hidup hedonisme mareka

memiliki senjata sebagai perempuan dan lebih terkhusus dengan predikat mareka

sebagai mahasiswi. Mareka sangat cerdik dalam pemilihan pasangan, bagaimana

dan siapa yang sesuai dengan pilihan mareka. Mulai dari yang memiliki ekonomi

yang mapan, memilliki pekerjaan yang sudah ada jabatannya. Agar dari situlah

mareka bisa mengikuti dan ingin mendapatkan sebuah nilai dari mahasiswa

lainnya bahwa mareka pun bisa mengikuti gaya hidup hedonisme meskipun

mareka berasal dari keluarga yang sederhana.

. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan seorang informan wanita,

Mentari Silalahi (22 tahun) :

”...... Lho, yang perlu kan kita, makanya kitalah yang aktif, jangan bersifat menunggu, nanti nggak dapat bagian. Tapi, harus tetap dijaga agar tidak terkesan murahan, karena umumnya laki-laki nggak suka kalau kita terang-terangan. Jadi halus aja, nanti mereka pasti tertarik. Itu pengalaman saya, ya, nggak usah munafik lah.. kalau nggak,darimana biaya saya sehari hari....”

Itulah salah satu jawaban seorang mahasiswi yang memiliki pasangan pria

yang mapan dan yang memiliki jiwa royalitas terhadap dirinya. Tak heran, jika

hari demi hari semakin banyak mahasiswa yang melakukan praktek serupa

Page 82: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

73

dengan kepuasan tersendiri baik dari segi finansial maupun dari kesenangan

lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 6

(enam) alasan utama mengapa mahasiswa bergaya hidup hedonisme yang kini

marak berkembang di lingkungan kampus. Alasan pertama adalah keinginan

untuk menikmati masa muda. Alasan kedua adalah adanya kesamaan kriteria

pertemanan atau kelompok persahabatan. Alasan ketiga adalah karena kebiasaan

sejak kecil dalam keluarga dan lingkungan dan alasan keempat adalah untuk

mempertahankan harga diri. Alasan kelima adalah karena sudah terlanjur

terpengaruh, takut kehilangan teman atau dianggap ketinggalan zaman dan alasan

keenam adalah mereka pada umumnya tergiur dengan kehidupan yang gaul dan

funky meskipun dengan mengorbankan diri untuk mendapatkan uang yang

mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan penampilan bergaya hedonisme,

gaul dan funky tersebut. Ini merupakan suatu fenomena yang sudah berkembang

lama dikalangan mahasiswa perguruan tinggi.

5.2 Bentuk-bentuk Perilaku Hedonisme di kalangan Mahasiswa

Ada beberapa bentuk gaya hedonisme yang cukup menonjol dikalangan

mahasiwa Fisip USU, antara lain, shopping addiction dikalangan mahasiswi dan

kebiasaan bawa mobil mewah dikalangan mahasiswa untuk mendapatkan cewek

buat jadi pacar.

5.2.1 Shopping addiction (Kecanduan berbelanja)

Gaya hidup shopping addiction adalah bagian dari gaya hidup konsumtif.

bahwa gaya hidup konsumtif adalah suatu perilaku yang ditandai oleh adanya

Page 83: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

74

kehidupan mewah dan berlebihan. Perilaku konsumptif jug dapat ditunjukkan

dalam penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal, yang memberikan

kepuasan dan kenyamanan fisik. Perilaku konsumptif juga menggambarkan

adanya pola hidup yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk

memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.

Pusat perbelanjaan moderen seperti Mall, hypermarket dan lain

sebagainya, serta hal-hal yang sejenisnya sebenarnya adalah ajakan bagi anak

muda khususnya remaja untuk memasuki suatu budaya yang disebut dengan

budaya hedonis (Nurfatoni, 2008). Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya

remaja yang melakukan pembelian karena didorong oleh faktor ketidakpuasan

terhadap sesuatu yang telah dimiliki dan atas adanya desakan perkembangan

mode yang terjadi disekelilingnya. Seiring berkembangnya pusat perbelanjaan dan

tempat hiburan tersebut maka gaya hidup pada remaja sedikit banyak akan

terpengaruhi.

Dalam melakukan aktivitas berbelanja (shopping), keputusan membeli

seorang remaja termasuk mahasiswi yang mengalami kecenderungan berperilaku

shopping addiction diduga dibentuk melalui variabel eksternal (reinforcement)

maupun variabel internal (proses kognitif). Kedua faktor kendali tersebut

merupakan bagian dari locus of control. Internal locus of control adalah faktor

pengendali atas diri yang merupakan akibat dari perilaku dan tindakannya

sendiri, sedangkan external locus of control merupakan faktor pengendali atas diri

yang berada di luar kontrol dirinya, seperti kekuasaan orang lain, kesempatan,

dan nasib (Pinasti, 2011). Faktor konformitas sangat mendukung mahasiswa untuk

berperilaku konsumtif karena mahasiswa cenderung meniru perilaku tokoh yang

Page 84: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

75

diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai

tokoh idolanya. Mahasiswa juga cenderung memakai dan mencoba produk yang

ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut. Oleh karena itu,

produk apapun yang dipakai oleh tokoh idolanya maka akan menjadi

pertimbangan besar bagi mahasiswa terhadap produk yang akan dipakainya.

Remaja seperti mahasiswa, umumnya membeli sesuatu tidak berdasarkan

kebutuhan, akan tetapi lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan psikologis.

Artinya, berbelanja (shopping) tidak hanya sekedar untuk mendapatkan produk

yang dinginkan, melainkan berbelanja (shopping) telah menjadi suatu aktivitas

yang sifatnya rekreasi untuk mendapatkan kepuasan, berupa motif-motif sosial

dan personal (Ekowati, 2009)

Pola hidup hedonisme yang erat dengan gaya hidup mewah, boros dan

selalu memakai barang-barang bermerk luar negeri terkesan jauh dari kata

sederhana dan hemat. Salah satu model gaya hidup hedonisme yang menonjol

dikalangan mahasiswa Fisip USU Medan adalah gaya shopping yang berlebihan.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang informan, Rahmi

khairunnisak (22 tahun) :

“….terus terang aja, saya nggak pernah PD makai baju murahan, walau kesannya boros dan konsumptif, rasanya sangat malu. Tapi, semuanya kan ada baiknya. Dengan pakaian yang mahal dan rapi, kita jadi PD, dan harga diri kita terasa meningkat. Itu makanya, saya selalu shopping pakaian yang bagus, dan mahal-mahal, tidak perduli harganya, yang penting kualitasnya, sehingga puas….”

Dari penjelasan hasil wawancara tersebut di atas terlihat bahwa pada

umumnya mahasiswi yang bergaya hidup hedonisme menyadari bahwa perilaku

Page 85: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

76

shopping yang mereka lakukan sudah menjurus kecanduan (addiction), tetapi

tetapi dilakukan untuk meningkatkan harga diri. Hal ini terjadi karena mereka

meyakini bahwa penampilan dan model pakaian yang berkualitas dapat

meningkatkan harga diri. Harga diri yang bersumber dari diri sendiri merupakan

pengalaman sadar atas kehidupan yang dipandang sebagai pernyataan utuh atas

kompetisi sadar atas kehidupan yang dipandang sebagai pernyataan utuh atas

kompetisi diri (self-competence) dan penghargaan diri (self-worth) berdasarkan

realita yang ada (Reasoner, 2004).

Alasan lain mengapa mahasiswi begitu antusias untuk bergaya hedonisme

khususnya dalam berbelanja (shopping) adalah karena adanya dukungan keuangan

baik karena statusnya yang sudah bekerja maupun dari santunan orangtua. Hal

ini terlihat dari penjelasan hasil wawancara dengan seorang informan, Vivien (20

tahun) berikut ini :

”.....ya, awalnya biasa-biasa saja. Tetapi, setelah memasuki tahun ke-2, perkuliahan, saya mulai merasakan adanya sikap diskriminatif beberapa teman. Bahkan diantaranya ada yang mandang remeh melihat saya. Akhirnya, saya putuskan untuk bekerja. Sejak itulah, penampilan saya mulai berubah. Saya tidak lagi hidup menyendiri, saya gabung dengan beberapa kelompok di kampus, sehingga mau tak mau, saya juga harus mengikuti gaya hidup mereka, karena nuansa harga diri di kelompok itu sangat terasa. Jadi, kalau kita mau PD, kita harus ikuti gaya teman lainnya. Sejak itulah gaya hedo saya semakin berkembang .....” (Hasil wawancara tanggal 21 Juni 2014).

Hasil wawancara tersebut di atas membuktikan bahwa gaya shopping

diyakini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri dan

harga diri. Bahkan, ada pula sekelompok mahasiswi yang mengganggapnya

sebagai cara menghindari stress. Apalagi stress tersebut dipicu oleh faktor faktor

Page 86: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

77

tertentu yang menurut mereka dapat diatasi dengan mudah. Hal ini terungkap

dari penjelasan yang diberikan seorang informan biasa dalam sebuah wawancara

mendalam untuk mengetahui aspek aspek gaya hidup shopping yang sudah

berkembang luas dikalangan mahasiswa Fisip USU Medan, seperti dikemukakan

berikut ini :

”....ya, mahasiswa itu kan ada kelompok-kelompoknya..., dan setiap anggota kelompok pasti berusaha untuk menjaga harga diri masing masing, misalnya dengan cara mengajak makan bersama di tempat tertentu yang tergolong mewah, atau melalui penampilan berpakaian yang setara dengan anggota lain sehingga ada kesamaan performance antar anggota. Dengan begitu, orang lain atau anggota kelompok tetap segan dan hormat dengan kita. Itulah harga yang harus kita bayar agar kita kelihatan gaul dan funky...” (Hasil wawancara tanggal 24 Juni 2014).

Hasil wawancara tersebut di atas menegaskan bahwa gaya hedonisme yang

berkembang pesat dikalangan mahasiswa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti

gaya shopping addiction yang demikian nyata, misalnya, untuk menjaga harga

diri, mahasiswi biasanya enggan berbelanja di kedai atau toko biasa, minimal

mereka menghabiskan uangnya di toko toko swalayan (department store). Hal ini

biasanya mereka lakukan untuk menjaga harga diri dan meningkatkan percaya

diri.

5.2.2 Trend Membawa Mobil

Jika gaya shopping addiction berkembang dikalangan mahasiswi, maka

gaya membawa mobil (car driving) justru dominan diperlihatkan oleh kalangan

mahasiswa sebagai salah satu wujud hedonisme yang berkembang. Itulah

sebabnya, ada fenomena dikalangan mahasiswa yang sangat menonjol seperti

Page 87: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

78

gonta ganti kenderaan. Meskipun demikian, alasan dan tujuan mereka

memperlihatkan gaya membawa mobil tersebut adalah untuk menjaga harga diri,

untuk mencari perhatian dari kalangan mahasiswi yang akan dijadikan sebagai

pacarnya. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan seorang informan,

Albert Simanungkalit(22 tahun) ;

“… kalau ke kampus nggak bawa mobil, rasanya kurang PD aja. Makanya, saya senang gonta ganti mobil, ada rasa solidaritas berteman yang tidak bisa dibeli dengan uang semata. Apalagi, habis kuliah, kita ajak mereka ke satu tempat tertentu, dan disana kita enjoy, makan dan bebas mau lakukan apa saja. Biasanya, teman teman satu kelompok umumnya pada senang dan enggan menolaknya. Makanya hubungan kita tetap langgeng, bahkan udah lama…… toh, nggak ada masalah, yang penting gaul dan funky....” (Hasil wawancara tanggal 25 Juni 2014).

Salah satu contoh yang faktual adalah adanya istilah kalo mau dapet cewek

buat jadi pacar mesti bawa mobil. Bagaimana halnya nasib mahasiswa lain yang

indekost dimana mereka hanya dijatah bulanan secara terbatas oleh orang tua

mereka, itupun kalau kiriman datangnya tepat waktu atau bagaimana dengan saya

yang pulang-pergi kuliah naik bus kota. Inilah salah satu efek negatif dari gaya

hidup hedonisme di lingkungan kampus.

Sebenarnya, gaya hidup hedonisme seperti tersebut di atas sudah tidak

asing lagi bagi kalangan mahasiwa tertentu. Tetapi, gaya hidup hedonisme

tersebut masih merupakan momok bagi kelompok mahasiswa lain yang tidak

menyukai gaya hidup seperti itu. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan

seorang informan biasa, Cipta Cindy (18 tahun) :

“…bisa rusak masa depan kita…. bayangin aja, apa yang mereka lakukan tiap hari, ntah dari mana saja uang mereka. Kuliah tidak

Page 88: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

79

serius, maunya yang enak saja, habis kuliah, jalan-jalan kemana saja mereka mau, kadang sampai nggak pulang. Yang parahnya, ada juga teman yang ikut-ikutan, beli smartphone meski nggak sanggup, biar dibilang gaul dan funky. Entah jadi apa nantinya mereka, nggak habis pikir......(Hasil wawancara tanggal 26 Juni 2014)

Informasi yang diperoleh lewat wawancara tersebut mengungkapkan bahwa

banyak kelompok mahasiswa yang hidup dengan gaya hedonisme, tetapi banyak

juga mahasiswa yang masih murni dan belum terpengaruh gaya hedonisme.

Biasanya kelompok mahasiswa ini selalu membentuk kelompok tersendiri baik

yang berbasis agama, suku atau simbol simbol persahabatan lainnya yang

bertujuan untuk memperkokoh status kemahasiswaan mereka yang jauh dari

gaya hidup hedonisme.

5.3 Akibat Gaya Hidup Hedonisme

Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme. Pertama,

lenyapnya kekayaan, meningkatnya jurang antar miskin dan kaya berkembangnya

kemiskinan, kebangkrutan dan hutang di tengah masyarakat kecil. Di pihak lain,

membuang-buang harta untuk membeli barang-barang mahal yang hanya

dimaksudkan untuk berbangga-bangga. Beberapa dampak negatif yang dialami

seseorang yang telah terjerumus kedalam gaya hidup hedonisme antara lain

adalah individualisme, matrealistis, pemalas, pergaulan bebas, konsumtif,

mentalitas instant, boros, kriminalitas, egois dan tidak bertanggungjawab. Orang

yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan

orang lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak

begitu. Manusia merupakan mahluk sosial. Matrealistis adalah merupakan bagian

Page 89: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

80

dari hedonisme, yang dimana mereka merasa tidak puas dengan apa yang sudah di

milikinya. Dan selalu iri jika melihat orang lain. Malas merupakan akibat yang di

timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu menyia-nyiakan waktu. Manusia

yang tidak menghargai waktu. Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam

pergaulan bebas yang dimana mereka selalu selalu berada dalam dunia malam.

Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.

Hedonisme cenderung konsumtif karena menghabiskan uang untuk

membeli barang-barang hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari

kebutuhan. Kurangnya kesadaran dalam mempergunakan waktu, komunitas, dan

pergaulan. Menghambur-hamburkan uang untuk membeli bernbagai barang yang

tidak penting, hanya untuk sekedar pamer merk/ barang mahal. Dalam paham

hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena orang

yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar

hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan

akibatnya.

Hedonisme cenderung mengarah kepada sifat mementingkan diri sendiri

(egois), tanpa memperdulikan orang lain dan tidak bertanggungjawab. Menjadi

individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti

menyia-nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja, berfoya-foya,

dan tidak disiplin, merasa sok kaya, sok gaul, ingin terlihat fashionable, narsis

berlebihan, lebih memerlukan gaya dari otak, diskriminatif, kreatifitas rendah dan

tidak berpikir jauh ke depan .Menurut hasil pengamatan penulis maupun dari

hasil wawancara mendalam yang dilakukan, salah satu akibat yang paling

menonjol dari gaya hidup hedonisme ini adalah tingginya biaya hidup yang

Page 90: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

81

harus dipenuhi dan jika tidak terpenuhi, terjadinya gangguan perilaku secara

individu seperti hilangnya rasa percaya diri, perilaku negatif seperti kebiasaan

menjual barang barang rumah tangga, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui

lebih jauh tentang efek gaya hidup hedonisme ini, dilakukan interview tambahan

kepada informan biasa Elsha Pasaribu, 22 tahun :

”Ya, tentunya tidak baik, apapun alasannya dan siapapun yang melakukannya, yang ada hanya unsur negatifnya. Bayangin aja kalau semua mahasiswa boros begitu, pasti mereka nggak pernah maksimal untuk lulus. Bisa saja mereka juga menggunakan fasilitasnya untuk memuluskan segala urusannya di kampus, termasuk kelulusan mata kuliah. Tak bisa dibayangkan kalau ini terjadi”. Ada kelompok kelompok mahasiswa yang begitu santai merespon segala sesuatu, ini kan akibat gaya hidup hedonisme itu. (Hasil wawancara dengan informan biasa tanggal 18 Juni 2014).

Hasil wawancara tersebut di atas membuktikan bahwa gaya hidup

hedonisme memberi efek negatif yang luas bukan saja bagi mahasiswa yang

membiasakan diri dengan gaya hidup hedonisme tersebut, tetapi juga bagi

mereka yang terpengaruh dengan gaya hidup mereka.

Efek negatif lainnya yang sering terjadi dikalangan mahasiswa dengan

gaya hidup hedonisme adalah adanya kecenderungan untuk tidak masuk kuliah

bila sudah bertemu dengan sesama teman yang bergaya hidup hedonisme. Hal

ini terungkap dari hasil wawancara dengan seorang informan,Try Astuti 21

tahun) :

”.....ya, kalau mau cerita efek negatif, harus saya akui pasti ada. Yang paling sering saya lakukan bersama teman sesama kelompok adalah tidak mengikuti program kuliah meskipun sama-sama hadir di kampus. Sementara teman-teman ada dalam ruangan, kami juga sering pergi ke satu tempat tertentu dan bahkan sering pula ke luar kota. Nanti, sorenya barulah kami datang lagi ke

Page 91: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

82

kampus untuk mendapatkan informasi perkembangan yang ada di fakultas...”

Penjelasan tersebut di atas menegaskan bahwa salah satu efek negatif

yang sangat merugikan mahasiswa maupun orangtua adalah kebiasaan bolos

tidak masuk kuliah. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan,

diperoleh penjelasan tambahan bahwa mereka sudah biasa melakukan hal-hal

seperti itu dan mereka tidak pernah merasa tertinggal dari teman-teman kuliah

lainnya yang rajin mengikuti program perkuliahan. Sepertinya mereka sudah

meyakini bahwa segala persoalan tentu ada solusinya.

”....ya, nggak mau ambil pusing lah, yang penting kita enjoy bersama. Kalau mau lulus, ya minta bantu aja. Jangan sampai tidak lulus, jadi orangtua nggak hilang percaya pada kita. kalau sampai nggak percaya, biaya sehari-hari juga menjadi macet.

Hal ini tentunya menggambarkan betapa jauhnya sudah mahasiswa

tersebut melangkah akibat efek negatif yang ditimbulkan gaya hidup hedonisme

yang mereka kembangkan sendiri. Mereka sendiri sebenarnya sadar akan efek

negatif yang timbul dari gaya hidup hedonisme ini, tetapi mereka sudah terlanjur

jauh dan dalam sehingga sulit menarik diri dan menghentikan segala tindak

tanduk yang berhubungan dengan gaya hedonisme ini. Apalagi, tingkah laku

mereka terbungkus rapi oleh nama besar ”Universitas Sumatera Utara Medan”,

yang tentunya memberi image yang membuat mahasiswa universitas atau

perguruan lain menjadi agak grogi menghadapi mereka.

Page 92: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

83

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan tentang

perilaku hedonisme dikalangan mahasiswa Fisip USU Medan, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, gaya hidup hedonisme

tidak menjadi masalah sepanjang tidak menyusahkan orang lain. Jadi

bagi kelompok mahasiswa yang kuliah sambil bekerja ini, gaya hidup

hedonisme tidak menjadi masalah sepanjang tidak menganggu orang

lain.

2. Berbeda dengan perilaku gaya hidup hedonisme yang sudah lazim

dijalani oleh kelompok mahasiswa yang hanya kuliah semata dan

belum bekerja, tetapi juga senang dengan gaya hidup hedonisme.

Bagi mereka, gaya hidup hedonisme merupakan gaya hidup yang

sudah diwariskan turun temurun dari orangtua. Dengan kata lain,

gaya hidup hedonisme merupakan gaya hidup yang sejak kecil mereka

lakukan sesuai dengan fasilitas yang mereka miliki.

3. Alasan utama bergaya hidup hedonisme adalah karena sudah kebiasaan

sejak kecil. Hal ini tentunya sesuai dengan fasilitas yang dimiliki

orang tersebut. Tetapi ada juga mahasiswa yang memberi alasan

bergaya hidup hedonisme karena sudah terlanjur terpengaruh teman,

takut dinilai ketinggalan zaman dan takut kehilangan teman.

Page 93: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

84

6.2 Saran

Mengingat hasil penelitian belum memberikan gambaran maksimal

tentang perilaku hedonisme dikalangan mahasiswa Fisipol USU Medan, maka

penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada pimpinan Fisip USU Medan, disarankan untuk lebih

memperhatikan perilaku hedonisme mahasiswa dengan memberikan

ceramah dan bimbingan agar mahasiswa dapat menghindari perilaku

hedonisme yang sangat merugikan tersebut.

2. Kepada mahasiswa Fisip USU Medan, disarankan untuk lebih giat

mengontrol perilaku hedonisme sehingga tidak sampai menimbulkan

dampak negatif yang merugikan baik bagi mahasiswa itu sendiri

maupun bagi orang lain.

3. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis

dengan skala penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil

penelitian yang lebih akurat dan reliable.

Page 94: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

85

DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. (2007). Penelitaian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media. Featherstone, Mike. (2005). Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta

: Pustaka Pelajar. Martono, Nanang. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif klasik,

Modern,Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Monk, F. J., dkk. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang

Sosial.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ritzer, George. (2011). Sosiologi Ilmu Pengetahun Berparadigma Ganda. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada. Suryani, Tatik. (2008). Perilaku Konsumen : Implikasi Strategi Pemasaran.

Yogyakarta : Graha Ilmu. Yin, Robert K. (2003). Studi Kasus (Desain dan Mode). Jakarta: Rajawali Pers. Jurnal

Ekowati, T. (2009). Compulsive Buying : Tinjauan Pemasar dan Psikolog.

Segmen Jurnal Manajemen dan Bisnis No. 08 Januari 2009. Diakses

melalui http://ejournal.umpwr.ac.id tanggal 4 Maret 2013.

Kusumahati, Halida dan Dahlan Fanani, dkk. Pengaruh Manfaat Utilitarian dan

Hedonis Produk Terhadap Keputusan Perpindahan Merek (Brand Switching) Dari Ponsel Global Ke Smartphone Blackberry (Survei Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang). Fakultas Imu Administrasi. Universitas Brawijaya. Malang.

Mardiana Pambudy, Ninuk. (2012). Gaya Hidup Suka Mengonsumsi dan Meniru :

Beranikah Berinovasi. Jakarta : Prisma.

Page 95: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

86

SSE Seda, Francisia. (2012). Kelas Menengah Indonesia : Gambaran Umum Konseptual. Jakarta : Prisma.

Artikel Website http://edukasi.kompas.com/read/2011/09/28/20021925/Inilah.Lima.Wajah.Mahasi

swa.Indonesia diakses pada tanggal 28 Januari 2014 pukul 12.30 WIB.

http://politik.kompasiana.com/2013/06/20/-peran-pemuda-dan-mahasiswa-

membangun-kehidupan-politik-yang-cerdas-pada-pemilu-2014-570589.html

diakses pada tanggal 28 Januari 2014 pukul 13.00 WIB.

http://smi-semarang.blogspot.com/2010/10/gaya-hidup-dan-perilaku-

konsumtif.html diakses pada tanggal 28 Januari 2014 pukul 13.20 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme di akses pada tanggal 20 Januari 2014 pukul 03.03 WIB.

Putri, Karina Purnomo. (2009). Hubungan Natara Konsep Diri dan Gaya Hedonis Pada Remaja. Universitas Katholik Soegijapratana. Semarang. Diambil dari

Jurnal Website

http://eprints.unika.ac.id/2800/1/05.40.0006_Karina_Purnomo_Putri.pdf diakses pada tanggal 25 Januari 2014 pukul 12.10 WIB.

Rachmawanti, Veronika. (2009). Hubungan Antara Hedonic Shopping Value,

Positive Emotion dan Perilaku Impulse Buying Pada Konsumen Ritel. Safitri, Dewi. (2011). Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Single

Bekerja (Studi Deskriptif Di Kalangan Perempuan Bekerja Di Komplek TASBI, Kel. Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30584 diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 08.00 WIB.

Nama Tidak Diketahui. BAB II : Gejala Shoppaholic di Kalangan Mahasiswa.

Diambil dari http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas-desain/desain-komunikasi-visual/2010/jbptunikompp-gdl-sagitaamal-22809/3-unikom-s-i.pdf/ori/3-unikom-s-i.pdf diakses pada tanggal 25 Januari 2014 pukul 12.15 WIB.

Page 96: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

87

Nama Tidak Diketahui. Tinjauan Pustaka Gaya Hidup Hedonis Dengan Penelitian Terdahulu. Diambil dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/631/jbptunikompp-gdl-friescella-31510-8-unikom_f-i.pdf diakses pada tanggal 25 Januari 2014 pukul 12.00 WIB.

Extra Intisari.2013. Seputar Dunia Profesi. Jakarta : PT Intisari Mediatama. Majalah

Arifin, Z. dan Rahayu I. T. (2007). Hubungan Antara Orientasi Religius, Locus of

Control dan Psychoogical Well-Being Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Jurnal

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Diakses

melalui http://ejournal.uin-malang.ac.id tanggal 22 Januari 2013.

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Edwards, E. A. (1993). Development of a New Scale Measuring Compulsive

Buying Behavior.

Michigan: Michigan University Dept. Diakses melalui www.afcpe.org tanggal 22

Januari 2013.

Gerald, V. (2013). Fenomena Konsumtif Kelas Menengah Indonesia. (Online),

(http://www.shnews.co), diakses tanggal 5 Agustus 2013.

Herminarto Sofyan, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Kemahasiswaan, Makalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Hotpascaman. (2010). Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan

Konformitas Pada Remaja. Skripsi. Univeritas Sumatera Utara. Diakses

melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream tanggal 6 Maret 2013

Page 97: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

88

Hurlock, E. B. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo (1999). Psikologi

Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

Erlangga.

Japarianto, E. dan Sugiharto, S. (2011). Pengaruh Shopping Life Style dan

Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High

Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 6, 1, April 2011. Diakses

melalui http://repository.petra.ac.id 4 Maret 2013.

Kotler, P. (2001). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta Erlangga.

Kresnawan, J. D. (2010). Hubungan Antara Locus of Control Dengan Strategi

Coping Pada Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang. Skripsi.

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Diakses

melalui http://lib.uin-malang.ac.id tanggal 8 Juli 2013.

Mangkunegara, A. (2005). Perilaku Konsumen. Bandung: Refika Aditama.

Martha, S. H. dan Setyawan, I. (2010). Correlation Among Self-Esteem with A

Tendency Hedonist Lifestyle of Students At Diponegoro University. Jurnal.

Diakses melalui http://www.eprints.undip.ac.id tanggal 27 Januari 2013.

Masmuadi, A. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecenderungan

Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Diakses melalui http://psychology.uii.ac.id tanggal 6 Maret 2013.

Moeljosoedjono, H. K. (2008). Attachment Style Pada Wanita yang Mengalami

Shopping Addiction. Skripsi. Universitas Indonesia. Diakses melalui

http://digilib.ui.ac.id tanggal 7 Januari 2013.

Page 98: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

89

Papalia, D. E., dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan)

Edisi Kesembilan. Boston: McGraw-Hill.

Pinasti, W. (2011). Pengaruh Self-Efficacy, Locus of Control, dan Faktor

Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Diakses melalui http://repository.uinjkt.ac.id tanggal 7 Juni 2013.

Rahma, F. A. dan Reza M. (2013). Hubungan Antara Pembentukan Identitas

Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise Pada Remaja.

Character, 01, 03, Tahun 2013. Diakses melalui

(http://ejournal.unesa.ac.id), tanggal 5 Agustus 2013.

Rema, D. (2012). 7 Alasan Mengapa Wanita Suka Berbelanja. (Online),

(http://www.wolipop.detik.com), diakses tanggal 1 Februari 2013.

Salam, B. (2002). Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. C.I. Jakarta:

Rineka Cipta.

Santoso, E. (2005). Pengaruh Motivasi, Komitmen Organisasi dan Locus of

Control Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Menjelang Merger di PT

Amarta Karya). Thesis. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id tanggal 22

Januari 2013.

Santrok, J. W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sari, T. Y. (2009). Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body Image

Pada Remaja Putri.Skripsi. Diakses melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream tanggal 4 Maret 2013.

Page 99: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

90

Sholihah, N. A. dan Kuswardani, I. (2011). Hubungan Antara Gaya Hidup

Hedonis dan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif

Terhadap Ponsel Pada Remaja. Jurnal Psikohumanika, 4, 1. Diakses

http://psikohumanika.setiabudi.ac.id tanggal 26 Februari 2013.

Siregar. (2010). Shopping Disorders. Majalah Gogirl.

Wardhani, M. D. (2009). Hubungan Antara Konformitas dan Harga Diri Dengan

Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Skripsi. Universitas

Negeri Surabaya. Diakses melalui http://eprints.uns.ac.id tanggal 7

Agustus 2013.

Widawati, L. (2011). Analisis Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control”

Pada Konsumen di Carrefour Bandung. Mimbar. XXVII, 2 (Desember

2011), 125-132. Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Bandung.

Diakses melalui http://mimbar.lppm.unisba.ac.id tanggal 5 Maret 2013.

Ancok, Djamaludin. 2004. Psikologi Terapan : mengupas dinamika kehidupan

umat manusia. Yogyakarta : Darussalam Offset

David Chaney. Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Terj. Nuraeni. Yogyakarta : Jalasutra. 2003

Elizabeth B, Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga L. Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Rahayu, Siti. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Page 100: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

91

Ainiyuwanisa, Perilaku Konsumtif Pada Remaja Terhadap Chatting, Sumber Internet :

http://aniyuwanisa.wordpress.com/2009/11/15/perilaku-konsumtif-pada-remaja-terhadap-chatting-tugas-ii/ tanggal 27 des 7:30

Rifki, Muhammad. Remaja dan Konsumerisme.

http://www.sosbud.kompasiana.com, diakses 11 November 2011, pukul 22.40 WIB.

Siska Purkasih, Masalah Konsumerisme di Kalangan Remaja,

http://www.siskapurkasih.blogspot.com, diakses 11 November 2011, pukul 22.40 WIB

___, Indikator Perilaku Konsumtif. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter%20II.pdf. Akses 27 Desember 2011, pukul 20.08 WIB.

Sonsaka, Mastur. Remaja dalam kubangan Konsumerisme, http://www.mastursonsaka.wordpress.com, diakses 11 november 2011, pukul 22.40 WIB

Page 101: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

92

PROFILE INFORMAN

1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Agama : 5. Suku : 6. Departemen/stambuk : 7. Pendapatan :

1. apakah anda tinggal bersama orang tua (keluarga)? Atau menyewa kamar (kost-an)? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

2. Apakah pekerjaan orang tua anda? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

3. Apakah anda memiliki pekerjaan sampingan? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

4. Menurut anda, apakah sejauh ini pendapatan anda sebanding dengan gaya hidup anda? Bagaimana anda menngatur pendapatan dan pengeluaran anda? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

5. Adakah perkelompokan yang anda buat dalam keseharian di perkuliahan? Jawab ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

6. Apakah anda sering merelakan/ absen masuk kuliah, demi untuk keluar jalan- jalan bersama teman anda? Dan seberapa sering jika dihitung perminggu? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Page 102: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

93

7. Apa yang mendasari anda sehingga bisa mengikuti gaya hidup hedonis? Apakah ada motivasi dibalik itu semua? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

8. Bagaimana dengan perkembangan nilai/ indeks prestasi yang anda dapatkan selama perkuliahan ini? __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

9. Apakah anda mengikuti sebuah organisasi kampus ? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

10. Apakah anda mengikuti perkembangan kampus selama ini? Seperti kalau ada pemilihan gubernur di fakultas, dan acara acara kampus lainnya? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

11. Bagaimana hubungan yang terjalin antara anda dengan keluarga ? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

12. Apakah anda sering berkomunikasi dengan keluarga tentang hal perkuliahan dan hal yang bukan perkuliahan? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

13. Adakah orang tua anda mengingatkan anda untuk berhemat dan disiplin dalam keuangan anda? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

14. Adakah keluarga memberikan batasan- batasan tentang pergaulan? Atau apakah anda diberikan kebebasan? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________

Page 103: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

94

________________________________________________________________________________________________________

15. Dalam jangka waktu seminggu ada berapa kali anda pergi jalan- jalan bersama teman anda? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

16. Kemanakah anda sering pergi menghabiskan waktu tersebut? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

17. Adakah penngkategorian anda dalam pemilihan tempat untuk hang out tersebut? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

18. Apakah yang anda lakukan di tempat anda menghabiskan waktu tersebut? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

19. Berapa lama anda berada di tempat tersebut? Apakah anda berpindah tempati dari tempat yang lain ke tempat lainnya? Dan apa alasannya? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

20. Didalam kelompok / kumpulan teman- teman anda, apakah anda selalu merencanakan agar setiap pulang kuliah harus hang out? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

21. Apakah anda selalu up tu date tentang tempat-tempat baru di kota medan ini? Misalkan pusat mall, café, dan lainnya? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

22. Apakah anda selalu up to date tentang barang- barang branded terbaru? Dan adakah pemilhan barang yang akan anda gunakan?

Page 104: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

95

Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

23. Apakah anda selalu up tu date dengan tekhnologi sekarang? Seperti smartphone dan lainnya? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

24. Apakah anda selalu memperhatikan penampilan untuk berkuliah? Jawab_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Page 105: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

96

LAMPIRAN FOTO

Kegiatan salah satu informan dengan teman sekelompoknya di sebuah café yang terletak di pusat perbelanjaan, dimana aktivitas ini mareka lakukan sehabis waktu perkuliahan

Kegiatan salah satu informan, dimana tepat pada saat itu ada teman sekelompoknya

sedang berulang tahun, dan mareka merayakannya di sebuah café.

Salah satu informan beserta keluarganya, dimana informan tersebut memang berasal

dari keluarga yang memiliki ekonomi yang mapan.

Page 106: PERILAKU HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

97

salah satu informan sedang menikmati makan malam bersama keluarganya.

Salah satu informan yang saya dapatkan, dengan sedikit memperlihatkan beragam jenis barang bermerk yang dikenakan nya.

Inilah beragam jenis gadget koleksi milik salah satu informan