makalah bahasa indonesia ( hedonisme di lingkungan stba pia) - bab 4

21
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Dalam memperoleh hasil penelitian tentang hedonisme di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan, telah dilakukan penelitian dalam upaya menemukan atau menelusuri substansi dari permasalahan yang terkait dengan strategi komunikasi organisasi. Adapun hasil penelitian merupakan data yang diolah berdasarkan teknik analisis data. Sedangkan cara penulis memperoleh data didasarkan pada instrumen penelitian seperti pengisian angket/kuesioner oleh individu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan yang dianggap layak memberi informasi terkait dengan judul penelitian. Adapun pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap materi pendukung hedonisme, faktor- faktor pendorong hedonisme dan ideologi hedonisme itu sendiri. Selanjutnya dari data yang diperoleh tentang strategi komunikasi organisasi pada obyek penelitian tersebut, secara otomatis menjadi muatan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang terkait langsung dengan pandangan individu yang ada di

Upload: agnes-yodo

Post on 28-Jul-2015

224 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dalam memperoleh hasil penelitian tentang hedonisme di lingkungan

Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan, telah

dilakukan penelitian dalam upaya menemukan atau menelusuri substansi dari

permasalahan yang terkait dengan strategi komunikasi organisasi. Adapun hasil

penelitian merupakan data yang diolah berdasarkan teknik analisis data.

Sedangkan cara penulis memperoleh data didasarkan pada instrumen penelitian

seperti pengisian angket/kuesioner oleh individu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing

Persahabatan Internasional Asia Medan yang dianggap layak memberi informasi

terkait dengan judul penelitian.

Adapun pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai pandangan individu yang

ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia

Medan terhadap materi pendukung hedonisme, faktor-faktor pendorong

hedonisme dan ideologi hedonisme itu sendiri. Selanjutnya dari data yang

diperoleh tentang strategi komunikasi organisasi pada obyek penelitian tersebut,

secara otomatis menjadi muatan pembahasan dalam penulisan skripsi ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang

terkait langsung dengan pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah

Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap hedonisme.

Sesuai dengan tingkat kebutuhan pembahasan terhadap data yang penulis peroleh

dari hasil penelitian, maka penulis akan memilih hasil pengisian kuesioner

penelitian oleh individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing

Persahabatan Internasional Asia Medan. Ini dimaksudkan agar pembahasan tidak

dilakukan berulang-ulang dan dapat mengetahui secara jelas berapa proporsi suatu

kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu pernyataan yang

diajukan.

Angket/kuesioner disebarkan terhadap 20 responden. Tabel di bawah ini

memperlihatkan komposisi mereka berdasarkan tingkatan klasifikasi individu di

Page 2: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

16

Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan pada T.A.

2014 (tabel 4.1).

Tabel 4.1Sebaran Populasi dan Responden Berdasarkan Tingkatan Klasifikasi

No. Tingkatan Klasifikasi Jumlah Populasi Jumlah Responden

1. Staf dan Fungsionaris 14 2

2. Dosen S1 Sastra Cina dan

Sastra Inggris

48 6

3. Mahasiswa S1 Sastra Cina 818 10

4. Mahasiswa S1 Sastra Inggris 157 2

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar populasi berasal dari mahasiswa/i

jurusan Sastra Cina karena jurusan/program studi tersebut terdiri dari kelas A, B,

dan C sebanyak 818 orang mahasiswa, dan diikuti jurusan Sastra Inggris 157

orang, dosen S1 Sastra Cina dan Sastra Inggris 48 orang, staf dan fungsionaris 14

orang.

1. Materi, hal dan kegiatan yang mendukung hedonisme

Tabel 4.2Jawaban Responden Mengenai Frekuensi Kunjungan ke

Pusat Perbelanjaan dan Cafe

No. Pernyataan > 3 kali /

minggu

2-3 kali /

minggu

2-3

kali /

bulan

6-10

kali /

tahun

< 6

kali /

tahun

Jumlah

1. Frekuensi

shopping.

0 2 11 6 1 20

% 0 10 55 30 5 100

2. Kunjungan

ke café.

3 8 6 3 0 20

% 15 40 30 15 0 100

Page 3: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

17

Orang 3 10 17 9 1 40

% 7,5 25 42,5 22,5 2,5 100

Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai

frekuensi kunjungan ke pusat perbelanjaan dan cafe, seperti terlihat pada tabel 4.2

di atas, dapat diuraikan bahwa 55% responden melakukan kegiatan shopping

sebanyak 2 sampai 3 kali per bulan dan 0% responden melakukan kegiatan

shopping lebih dari 3 kali per minggu. Sedangkan 42,5 % responden mengunjungi

cafe sebanyak 2 sampai 3 kali per bulan dan 2,5% responden mengunjungi cafe

kurang dari 6 kali per tahun.

Tabel 4.3Jawaban Responden Mengenai Alasan Pemilihan Barang Branded dan

Penerimaan Uang Ilegal

No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah

3. Individu cenderung memilih

barang branded karena gengsi.

5 8 4 3 0 20

% 25 40 20 15 0 100

4. Individu cenderung memilih

barang branded karena alasan

kualitas.

7 7 4 2 0 20

% 35 35 20 10 0 100

5. Individu cenderung memilih

barang branded karena design

yang menarik.

4 6 8 2 0 20

% 20 30 40 10 0 100

6. Individu cenderung memilih

barang branded karena

kebutuhan investasi.

2 6 8 3 1 20

% 10 30 40 15 5 100

7. Individu cenderung memilih

barang branded karena ingin

7 4 5 2 2 20

Page 4: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

18

memiliki hubungan pertemanan

dengan orang yang berasal dari

kelas sosial yang lebih tinggi.

% 35 20 25 10 10 100

8. Uang Anda tidak mencukupi

untuk membeli barang tersebut

dan pada saat itu anda

ditawarkan uang illegal untuk

membeli barang tersebut dan

Anda setuju untuk

menerimanya.

0 0 5 6 9 20

% 0 0 25 30 45 100

Orang 25 31 34 18 12 120

% 20,

8

25,8 28,3 15 10 100

Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai

frekuensi kunjungan ke pusat perbelanjaan dan cafe, seperti terlihat pada tabel 4.3

di atas, dapat diuraikan bahwa 40% responden setuju bahwa individu cenderung

memilih barang branded karena gengsi, 70% responden setuju dan sangat setuju

bahwa individu cenderung memilih barang branded karena alasan kualitas, 50%

responden setuju dan sangat setuju bahwa individu cenderung memilih barang

branded karena design yang menarik, 40% responden kurang setuju bahwa

individu cenderung memilih barang branded karena kebutuhan investasi, 55%

responden setuju dan sangat setuju bahwa individu cenderung memilih barang

branded karena ingin memiliki hubungan pertemanan dengan orang yang berasal

dari kelas sosial yang lebih tinggi, serta 75% responden tidak setuju dan sangat

tidak setuju untuk menerima uang ilegal jika ingin membeli barang yang sangat

diinginkan.

Page 5: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

19

Tabel 4.4Jawaban Responden Mengenai Jumlah Gadget yang Dimiliki

No. Pernyataan Lebih

dari 3

3 2 1 Tidak

Ada

Jumlah

9. Banyaknya

jumlah gadget

yang dimiliki.

3 6 9 2 0 20

% 15 30 45 10 0 100

Orang 3 6 9 2 0 20

% 15 30 45 10 0 100

Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai

jumlah gadget yang dimiliki seperti terlihat pada tabel 4.4 di atas, dapat diuraikan

bahwa 15% responden memiliki lebih dari 3(tiga) buah gadget, 30% responden

memiliki 3(tiga) buah gadget, 45% responden memiliki 2(dua) buah gadget, 10%

responden memiliki 1 (satu) buah gadget, dan 0% responden tidak memiliki

gadget.

Tabel 4.5Jawaban Responden Mengenai Kegunaan Gadget, Alasan Pemilihan Gadget,

dan Barang Asli

No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah

10. Gadget sangat penting bagi

kehidupan manusia dan

fitur-fitur yang ada dalam

gadget dapat digunakan

secara efektif, membantu

meringankan pekerjaan.

5 6 5 4 0 20

% 25 30 25 20 0 100

11. Design yang menarik

menjadi prioritas individu

dalam membeli gadget baru.

4 9 4 3 0 20

Page 6: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

20

% 20 45 20 15 0 100

12. Tren menjadi prioritas

individu dalam membeli

gadget baru.

5 9 4 2 0 20

% 25 45 20 1 0 100

13. Fitur gadget yang sesuai

kebutuhan menjadi prioritas

individu dalam membeli

gadget baru.

4 8 5 3 0 20

% 20 40 25 15 0 100

14. Harga gadget menjadi

prioritas individu dalam

membeli gadget baru.

4 8 5 3 0 20

% 20 40 25 15 0 100

15. Kualitas gadget menjadi

prioritas individu dalam

membeli gadget baru.

7 6 4 3 0 20

% 35 30 20 15 0 100

16. Barang asli selalu lebih baik

daripada barang imitasi.

3 4 8 4 1 20

% 15 20 40 20 5 100

Orang 32 52 35 20 1 140

% 22,8 37,1 25 14,3 0,7 100

Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai

kegunaan gadget, alasan pemilihan gadget, dan barang asli, seperti terlihat pada

tabel 4.5 di atas, dapat diuraikan bahwa 55% responden setuju dan sangat setuju

bahwa gadget sangat penting bagi kehidupan manusia, 65% responden setuju dan

sangat setuju bahwa design yang menarik menjadi prioritas individu dalam

membeli gadget baru, 70% responden setuju dan sangat setuju bahwa tren

menjadi prioritas individu dalam membeli gadget baru, 15% responden tidak

setuju bahwa fitur gadget yang sesuai kebutuhan menjadi prioritas individu dalam

Page 7: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

21

membeli gadget baru, 60% responden setuju dan sangat setuju bahwa harga

gadget menjadi prioritas individu dalam membeli gadget baru, 65% responden

setuju dan sangat setuju bahwa kualitas gadget menjadi prioritas individu dalam

membeli gadget baru, serta 25% responden tidak setuju dan sangat tidak setuju

bahwa barang asli selalu lebih baik daripada barang imitasi.

2. Paham/ Ideologi Hedonisme

Tabel 4.6Jawaban Responden Mengenai Paham/Ideologi Hedonisme

No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah

17. Individu yang suka

mengikuti tren merupakan

penganut paham hedonisme.

4 5 7 3 1 20

% 20 25 35 15 5 100

18. Seseorang akan dihantui

oleh rasa minder jika tidak

mengikuti tren.

5 3 6 4 2 20

% 25 15 30 20 10 100

19. Penyuluhan tentang

hedonisme wajib dilakukan

oleh pemerintah Indonesia.

4 9 4 3 0 20

% 20 45 20 15 0 100

20. Paham hedonisme

merupakan malapetaka bagi

kehidupan manusia.

6 9 3 2 0 20

% 30 45 15 10 0 100

21. Gaya hidup yang hedonis

mencerminkan kesuksesan

karier suatu individu atau

kelompok.

10 6 4 0 0 20

% 50 30 20 0 0 100

Page 8: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

22

22. Paham hedonisme

membawa dampak negatif

bagi masyarakat Indonesia

(khususnya remaja).

7 9 4 0 0 20

% 35 25 20 20 0 100

Orang 36 41 28 12 3 120

% 30 34,1 23,3 10 2,5 100

Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai

paham/ideologi hedonisme, seperti terlihat pada tabel 4.6 di atas, dapat diuraikan

bahwa 25% responden setuju bahwa individu yang suka mengikuti tren

merupakan penganut paham hedonisme, 40% responden setuju dan sangat setuju

bahwa seseorang akan dihantui oleh rasa minder jika tidak mengikuti tren, 65%

responden setuju dan sangat setuju bahwa penyuluhan tentang hedonisme wajib

dilakukan oleh pemerintah Indonesia, 10% responden tidak setuju bahwa paham

hedonisme merupakan malapetaka bagi kehidupan manusia, 80% responden

setuju dan sangat setuju bahwa gaya hidup yang hedonis mencerminkan

kesuksesan karier suatu individu atau kelompok, serta 40% responden kurang

setuju dan tidak setuju bahwa paham hedonisme membawa dampak negatif bagi

masyarakat Indonesia (khususnya remaja).

Tabel 4.7Jawaban Responden Mengenai Faktor Pendorong Hedonisme

No. Pernyataan SS S KS TS STS Jumlah

23. Mudahnya proses apply

kartu kredit mendorong

perkembangan

hedonisme.

3 8 5 2 2 20

% 15 40 25 10 10 100

24. Peraturan di lingkungan

pendidikan formal

secara tidak langsung

3 5 9 3 0 20

Page 9: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

23

turut berkontribusi

dalam menghambat

berkembangnya paham

hedonisme.

% 15 25 45 15 0 100

25. Hedonisme merupakan

akar dari tindakan

kriminal yang marak

terjadi.

4 9 4 3 0 20

% 20 45 20 15 0 100

26. Dikelilingi oleh orang-

orang yang menganut

paham hedonisme

menyebabkan individu

tersebut ikut menganut

paham hedonisme di

masa depan.

7 5 4 4 0 20

% 35 25 20 20 0 100

Orang 17 27 22 12 2 80

% 21,25 33,75 27,5 15 2,5 100

Berdasarkan data hasil kuesioner untuk jawaban responden mengenai faktor

pendorong hedonisme, seperti terlihat pada tabel 4.7 di atas, dapat diuraikan

bahwa 55% responden setuju dan sangat setuju bahwa semakin mudahnya proses

apply kartu kredit mendorong perkembangan hedonisme, 65% responden setuju

dan sangat setuju bahwa peraturan yang dibuat dan harus ditaati di lingkungan

pendidikan formal secara tidak langsung turut berkontribusi dalam menghambat

berkembangnya paham hedonisme, 65% responden setuju dan sangat setuju

bahwa hedonisme merupakan akar dari tindakan kriminal yang marak terjadi,

serta 40% responden kurang setuju dan tidak setuju bahwa individu yang

dikelilingi oleh orang-orang yang menganut paham hedonism menyebabkan

individu tersebut ikut menganut paham hedonisme di masa depan.

Page 10: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

24

B. Pembahasan Penelitian

Dari tabel 4.3, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden,

jumlah individu di lingkungan Sekolah Tinggi Persahabatan Internasional Asia

Medan berpendapat bahwa individu cenderung memilih barang branded karena

gengsi, alasan kualitas dan ingin hubungan pertemanan dengan orang yang berasal

dari kelas sosial yang lebih tinggi sebanyak lebih dari 10 orang responden

(>50%). Sedangkan yang berpendapat bahwa individu cenderung memilih barang

branded karena gengsi, alasan investasi dan design yang menarik sebanyak

masing-masing 8 responden (40%) dan 10 responden (50%). Hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat belum sepenuhnya memiliki pandangan positif mengenai

kepemilikan barang branded yang selalu menjurus ke arah hedonisme. Sewaktu

kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham hedonisme

mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.

Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi

kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan

dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.

Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman

positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih

mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.

(Burhanuddin Salam 1997:81) 1.

Dari tabel 4.4 , hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden,

jumlah individu di lingkungan Sekolah Tinggi Persahabatan Internasional Asia

Medan yang memiliki gadget sebanyak 20 orang responden (100%). Berdasarkan

keseluruhan hasil analisis statistik, maka dapat dikatakan bahwa secara umum

motivasi kepemilikan gadget didasarkan pada berbagai faktor, seperti efektifitas,

design, tren, fitur, harga dan kualitas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Cicerno dalam Bertrand Russell (2004: 372), bahwa ciri-ciri

hedonisme adalah mengejar modernitas fisik, karena orang tersebut berpandangan

bahwa memiliki barang- barang berteknologi tinggi adalah kebanggaan 2.

1 Burhanuddin Salam, loc. cit.

2 Bertrand Russel, loc. cit.

Page 11: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

25

Dari tabel 4.5, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden, lebih

dari 50% responden berpendapat bahwa individu cenderung membeli gadget baru

berdasarkan design, tren, fitur yang membantu meringankan pekerjaan manusia,

harga dan kualitas. Pada masa sekarang, gadget sudah menjadi barang yang wajib

dimiliki oleh manusia di zaman sekarang seperti halnya senjata di masa lampau

dan kepemilikan gadget yang berdasarkan pada tren telah menuntut setiap orang

untuk berganti gadget serta digolongkan sebagai kegiatan yang berasaskan paham

hedonisme. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Poespoprodjo bahwa, “Hedonisme merupakan salah satu teori etika yang paling

tua, paling sederhana, paling kebenda-bendaan, dan dari abad ke abad selalu kita

temukan” (1999:60) 3.

Sedangkan tren merupakan kata kunci yang sangat berpengaruh terhadap

hedonisme, sesuai dengan hasil survei dalam tabel 4.6. Tidak bisa dipungkiri

bahwa kecenderungan mengikuti tren mutakhir dalam kehidupan sehari-hari

ternyata menimbulkan kepuasan sendiri bagi yang melakukannya. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cicerno dalam Russell (2004:

372) bahwa hedonisme mendorong timbulnya relativitas kenikmatan di atas rata-

rata yang tinggi. Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah

masuk ke tataran kenikmatan atau dapat disebut enak, namun baginya itu tidak

enak. Hedonisme juga membuat individu tersebut berusaha memenuhi banyak

keinginan- keinginan spontan yang muncul. Dalam penjabaran benteng penahan

kesenangan yang sangat sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu

harus segera dipenuhi 4.

Lebih dari 70% responden berpendapat bahwa hedonisme merupakan

malapetaka dan membawa dampak negatif bagi masyarakat. Tidak bisa

dipungkiri, bahwa paham hedonisme mengandung segmen negatif di antara

pemikiran masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan

Jeremy Bentham dalam Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli

(2012:299) bahwa sewaktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan

Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru

3 Poespoprodjo, loc. cit., Filsafat Moral. (Yogyakarta : Pustaka Grafika), hal. 604 Bertrand Russel, op. cit., hal. 372

Page 12: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

26

hedonisme5. Sehingga 65% responden setuju bahwa peyuluhan tentang hedonisme

wajib dilakukan oleh pemerintah Indonesia, karena sebenarnya hedonisme sebagai

suatu sikap introspektif hidup berdasarkan mengambil kesenangan diri sendiri dan

kenikmatan orang lain, tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain (Onfray dalam

Caspar Melville, 2007:1) 6.

Hedonisme sebagai suatu paham yang sangat cepat berkembang ternyata

mendorong dan menjadi faktor penyebab terjadinya berbagai peristiwa dalam

masyarakat. Memang harus diakui, bahwa banyak tindakan manusia terdorong

oleh cenderung untuk mencapai kepuasan. Bahkan ada ahli psikologi yang

berpendapat bahwa semua tindakan itu berdasarkan atas cenderung yang tak

terdasari, ialah cenderung untuk mencapai kepuasan semata, yang disebutnya

libido seksual (Sigmun Freud), atau cenderung untuk mencapai kepuasan dalam

kekuasaan (adler). Walaupun teori ini sekarang tidak diterima oleh psikologi lain,

akan tetapi tetaplah benar, bahwa cenderung mencari kepuasan itu masih

merupakan suatu (bukan satu-satunya) faktor yang mendorong manusia untuk

bertindak (Poedjawiyatna 1990:44) 7.

Sesuai pendapat di atas, dapat diketahui dari tabel 4.7 bahwa karena

terdorong oleh kepuasan untuk mencapai sesuatu, membuat sekelompok individu

rela menempuh cara apapun (termasuk melakukan tindakan kriminal) untuk

mencapai tujuannya. Sebanyak 55% responden setuju bahwa semakin mudahnya

proses apply kartu kredit mendorong perkembangan hedonisme. Mudahnya proses

pembuatan kartu kredit, membuat sekelompok individu tidak melakukan

perhitungan dalam membeli barang karena pembayaran dilakukan setelah jangka

waktu tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aristoteles (Kenyowati,

2004:8) bahwa tercapainya kebahagiaan mesti menjadi tujuan kehidupan manusia

dan bahwa oleh karena itu manusia hendaknya hidup dengan suatu cara yang

mendekatkannya pada kebahagiaan tersebut. Cara tersebut ialah menggunakan

kartu kredit tanpa berpikir panjang ketika berbelanja. Etika yang membuat

pencaharian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasar disebut eudemonisme

(dari kata Yunani, ‘eudaimonia’, yaitu kebahagiaan). Pertimbangan yang

5 Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli , loc. cit., hal. 2996 Caspar Melville, loc. cit., “Atheism à la mode”, https://newhumanist.org.uk/1421, 20077 Poedjawiyatna, loc. cit., hal. 44

Page 13: MAKALAH BAHASA INDONESIA ( HEDONISME DI LINGKUNGAN STBA PIA) - BAB 4

27

mendasari etika kebahagiaan itu mudah dimengerti: kebahagiaan adalah tujuan

pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengatasinya. Orang yang sudah bahagia,

tidak memerlukan apa-apa lagi. Tampaknya masuk akal kalau kehidupan

diarahkan pada usaha untuk mencapai kebahagiaan. Berbeda seperti yang

dimaksud oleh Aristoteles, bapak peletak dasar filsafat etika. Baginya,

eudaimonia merupakan suatu keadaan obyektif. ‘Eudaimonia’ berarti mempunyai

jiwa (‘daimon’) dalam keadaan baik 8.

Berdasarkan pendapat di atas, tekanan utama paham hedonisme dan faktor-

faktor pendorong berkembangnya paham hedonisme menuntut setiap individu

untuk dapat lebih menelaah setiap aspek hedonisme dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan hedonisme pada dasarnya adalah menciptakan kebahagiaan, sehingga

perlu diperhatikan metode yang ditempuh dalam mencapai kebahagiaan tersebut.

8 Aristoteles, loc. cit.