dominansi apikal

11
DOMINANSI APIKAL LAPORAN PRAKTIKUM Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan Yang dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Balqis, S.Pd., M.Si. Oleh: Kelompok 2 Off B / Pendidikan Biologi 1. Fitri Cahyaningsih (110341421540) 2. Happy Kamala Rizqi (110341421543) 3. Hosnul Khotimah (110341421555) 4. Mutiara Solihatun (110341421536) 5. Wahida Rahmadani F. (309342417630) 6. Zuhri Firdaus (109341417206) The Learning University UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: enchiem-unlimiteddepression

Post on 05-Dec-2014

613 views

Category:

Documents


52 download

TRANSCRIPT

Page 1: DOMINANSI APIKAL

DOMINANSI APIKAL

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan

Yang dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Balqis, S.Pd., M.Si.

Oleh:

Kelompok 2

Off B / Pendidikan Biologi

1. Fitri Cahyaningsih (110341421540)

2. Happy Kamala Rizqi (110341421543)

3. Hosnul Khotimah (110341421555)

4. Mutiara Solihatun (110341421536)

5. Wahida Rahmadani F. (309342417630)

6. Zuhri Firdaus (109341417206)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGIMaret 2013

Page 2: DOMINANSI APIKAL

A. Topik : Dominansi Apikal

B. Tujuan :

a. Untuk mengetahui pengaruh dominansi apikal terhadap pertumbuhan tunas lateral

b. Untuk mengetahui pengaruh auksin terhadap dominansi apikal

C. Hasil Pengamatan

Hari Tunas Lateral yang tumbuh pada pot

pot I pot II pot III

1 Tumbuhan I : 0

Tumbuhan II : 0

Tumbuhan III : 0

Tumbuhan I : 1

Tumbuhan II : 2

Tumbuhan III : mati

Tumbuhan I : 1

Tumbuhan II : 3

Tumbuhan III : 0

2 Tumbuhan I : 0

Tumbuhan II :0

Tumbuhan III : 0

Tumbuhan I : 2

Tumbuhan II : 2

Tumbuhan III : mati

Tumbuhan I : 2

Tumbuhan II : 4

Tumbuhan III : 0

3 Tumbuhan I : 0

Tumbuhan II : 0

Tumbuhan III : 0

Tumbuhan I : 2

Tumbuhan II : 2

Tumbuhan III : 0

Tumbuhan I : A : 2

B : 2

Tumbuhan II : 4

Tumbuhan III : 4

4 Tumbuhan I : 0

Tumbuhan II : 0

Tumbuhan III : 0

Tumbuhan I : 2

Tumbuhan II : 2

Tumbuhan III : mati

Tumbuhan I : A : 2

B : 2

Tumbuhan II : 4

Tumbuhan III : 4

Jumlah 0 4 12

D. Analisa Data

Pada pengamatan dominansi apikal, tanaman yang digunakan adalah tanaman cabai yang

dibagi dalam tiga perlakuan antara lain tanaman A dibiarkan tumbuh apa adanya, tanaman B

dipotong tunas apikalnya, dan tanaman C dipotong tunas apikalnya lalu bekasnya diberi lanolin

yang mengandung auksin 0,01%. Pada tanaman A, pengamatan pertama, tidak terdapat tunas

lateral yang tumbuh meskipun kondisi tanaman segar. Hal ini diduga karena tidak dipotongnya

Page 3: DOMINANSI APIKAL

pucuk dari tanaman. Pada tanaman B, kondisi tanaman segar dan terdapat tunas lateral yang

tumbuh. Tunas lateral yang tumbuh pada tanaman B berjumlah 3 yaitu pada tanaman B1 terdapat

1 tunas lateral yang letaknya pada ketiak nomor 1 dari atas sedangkan pada tanaman B2 terdapat

2 tunas lateral yaitu tunas ke-1 dan tunas ke-2. Tumbuhan cabai pada B3 ditemukan dalam

keadaan sudah mati. Pada tanaman C, kondisi tanaman layu.Hal ini disebabkan pada hari

sebelumnya tumbuhan tidak disiram tetapi setelah disiram esoknya tumbuhan kembali menjadi

segar. Tunas lateral yang tumbuh pada tanaman C ini berjumlah 4 tunas. Pada tanaman

C1,tumbuh 1 tunas lateral pada ketiak nomor 2, pada tanaman C2 tumbuh 3 tunas pada ketiak

nomor 1, 2, dan 3 sedangkan pada tanaman C3 tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh.

Pada pengamatan kedua, tanaman A masih dalam kondisi segar. Dari ketiga tanaman

yaitu tanaman A1, A2, dan A3 sama-sama tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pada tanaman

perlakuan B, kondisi tanaman juga masih segar. Tunas lateral pada tanaman B1 tumbuh sebanyak

2 tunas yaitu pada ketiak ke-1 dan ke-2. Pada tanaman B2, tunas lateral yang tumbuh menjadi

sebanyak 2 tunas yaitu pada ketiak ke-1 dan ke-2 yang ukurannya bertambah besar dari ukuran

semula. Pada tanaman B3, tunas lateral mati dan tidak ada tunas baru yang tumbuh. Pada

perlakuan ketiga yaitu tanaman C, kondisi tanaman masih segar. Pada tanaman C1 tumbuh 2

tunas lateral yaitu pada ketiak ke-1 dan ke-2. Pada tanaman C2, jumlah tunas lateral yang tumbuh

adalah 4 tunas pada ketiak ke-1, ke-2,ke-3,dan ke4 dengan ukuran yang semakin besar dari

ukuran pengamatan pertama.

Pada pengamatan untuk ketiga kalinya, tanaman pada perlakuan pertama yaitu tanaman A

kondisinya masih segar dan tetap tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pada tanaman

perlakuan kedua yaitu tanaman B, kondisi tanaman masih segar dan tunas lateral yang tumbuh

pada tanaman B1 dan B2 tetap tumbuh dengan baik seperti pada pengamatan kedua. Pada

tanaman C kondisi tanaman segar dan mulai tumbuh tunas lateral baru. Pada tanaman C1 terdapat

2 tanaman yaitu tanaman a dan tanaman b dengan tunas lateral yang tumbuh masing-masing

pada ketiak ke-1 dan ke-2. Pada tanaman C2, keempat tunas lateral yang tumbuh semakin besar.

Dan pada tanaman C3, baru tumbuh tunas lateral berjumlah 4 tunas pada ketiak ke-1, ke-2, ke-3,

dan ke-4.

Pada pengamatan keempat, ketiga tanaman perlakuan dalam kondisi segar. Tanaman

pada perlakuan A masih tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan tunas lateral. Pada

Page 4: DOMINANSI APIKAL

tanaman perlakuan B, tidak terdapat tunas lateral baru. Kedua tunas lateral yang tumbuh pada

tanaman B1 dan B2 tumbuh semakin besar. Pada tanaman perlakuan C, juga tidak terdapat

pertumbuhan tunas yang baru. Semua tunas lateral yang telah tumbuh sebelumnya semakin

tumbuh besar.

E. Pembahasan

Hormon tumbuhan (fitohormon) adalah zat kimia yang berperan dalam proses

pertumbuhan tumbuhan. Fitohormon mempengaruhi bentuk tumbuhan, pembentukan biji, dan

pembentukan organ-organ tumbuhan. Terdapat 5 kelas utama dalam hormon tumbuhan yaitu

asam absisat, auksin, sitokinin, etilen, dan giberelin. Salah satu hormon yang berperan dalam

pertumbuhan memanjang adalah hormon auksin. Auksin terdapat di meristem apikal dan dapat

menyebabkan terjadinya dominansi apikal (Dahlia, 2010).

Dominansi apikal adalah persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal

pertumbuhannya. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat

samapi jarak tertentu dari pucuk. Thiman dan Skoog menunjukkan bahwa dominansi apikal

disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas

lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu

tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang

dekat dengan pucuk (Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan, 2013).

Hubungan antara auksin dengan dominansi apikal pada suatu tanaman telah dibuktikan

pada suatu penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pucuk tanaman dibuang

sehingga tumbuh tunas di ketiak daun. Pemotongan pada pucuk daun dan ujung tanaman diberi

blok agar yang mengandung auksin. Ternyata tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun.

Hal ini membuktikan bahwa auksin di apikal menghambat tumbuhnya tunas lateral (Dahlia,

2010). Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya dapat merangsang dan

menghambat pertumbuhan, Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel.

Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk apikal tanaman. (Wattimena,

1998).

Page 5: DOMINANSI APIKAL

Hasil pengamatan pada percobaan kali ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan

hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas. Tanaman pada perlakuan A yaitu tanaman yang

dibiarkan tumbuh apa adanya. Setelah beberapa kali dilakukan pengamatan ternyata tidak

terdapat tunas lateral yang tumbuh sama sekali. Peristiwa ini menunjukkan bahwa telah terjadi

dominansi apikal dimana hormon auksin yang diproduksi di meristem apikal tunas apikal

berkadar cukup tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral. Berbeda dengan

perlakuan B dan C dimana pada kedua tanaman perlakuan tersebut terdapat tunas lateral yang

tumbuh. Pemotongan tunas apikal tanaman menyebabkan produksi auksin berhenti sehingga

rendahnya kadar auksin pada tunas lateral mampu membuat tunas lateral tumbuh.

Konsentrasi optimal auksin untuk pertumbuhan tunas lateral jauh lebih rendah daripada

kebutuhannya untuk pemanjangan batang. Aliran auksin dari tunas apikal menuju dasar tanaman

diperkirakan untuk mempertahankan konsentrasi auksin dalam mencegah pertumbuhan tunas

lateral. Penghentian produksi auksin dengan pemotongan tunas mampu mengurangi penyediaan

auksin pada daerah lateral dan dengan demikian dapat mengurangi peluang untuk pencegahan

pertumbuhan tunas lateral (Hopkins, 2008). Konsentrasi auksin yang cukup tinggi ini akan

menghambat aktivitas enzim isopentil transfuse yang merupakan katalisator pembentukan

sitokinin, sehingga sintesis sitokinin dihambat. Keseimabangan konsetrasi sitokinin yang rendah

dan auksin yang tinggi akan menghambat diferensiasi sel pada nodus untuk membentuk

primordial cabang dan secara tidak langsung akan berakibat menghambat pertumbuhan tunas

lateral. hal ini dinamakan direct theory of auksin. (Salisbury, 1992).

Pada dasarnya, mekanisme kerja auksin yaitu menginisiasi pemanjangan sel dengan

mempengaruhi pengendoran dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membrane

plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim

tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hydrogen rantai molekul selulosa

penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara

osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material

dinding sel dari sitoplasma (Dahlia, 2010).

Tunas-tunas yang tumbuhan pada bagian ketiak daun akan terkorelasi jarak dengan

meristem apikal. Tunas lateral yang dekat dengan ujung batang tetap dorman. Jika meristem

apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung

Page 6: DOMINANSI APIKAL

konsentrasinya dan jenis jaringan dimana IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda

adalah pusat-pusat sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport kebagian bawah batang

sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup kuat

dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang menjadi cabang

(Suwasono Heddy, 1983). IAA disini adalah lanolin yang bertidak seperti auksin. Pada tanaman

C yang diberi lanolin pertumbuhan lateralnya lebih cepat dan lebih banyak hal ini disebabkan

cukupnya konsentrasi auksin yang ditambah dengan lanolin sehingga tunas lateral yang tumbuh

merata.

F. Kesimpulan

1. Apabila terdapat pengaruh dominansi apikal maka pertumbuhan tunas lateral terhambat

2. Apabila kandungan auksin pada pucuk batang cukup maka pertumbuhan tunas lateral semakin

baik

G. Evaluasi

1. Adakah perbedaan pertumbuhan tunas lateral antara ktiga tanaman tersebut?

Ada, pada tanaman yang tunas apikalnya tidak dipotong tunas lateral tidak tumbuh. Untuk

tanaman yang tunas apikalnya dipotong tunas lateral tumbuh dan untuk tanaman yang tunas

lateralnya dipotong dan di olesi dengan lanolin tunas lateral yang tumbuh banyak.

2. Apa yang menyebabkan perbedaan antara ketiga tanaman tersebut?

Penyebabnya adalah kandungan auksin pada pucuk batang. Jika konsentrasi auksin tinggi maka

akan menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tanaman A yang pucuknya tidak dipotong

kandungan auksinnya terlalu tinggi sehingga tunas lateral tidak tumbuh. Tanaman B kandungan

auksinnya cukup sehingga menunjang pertumbuhan tunas lateral dan pada tanaman C adanya

lanolin yang bersifat seperti auksin membantu pertumbuhan tunas lateral.

3. Sampai tunas lateral yang keberapa dari atas dapat dilihat pengaruh domiunansi apikal?

Pada tunas lateral kedua yang dapat dilihat pengaruh dominansi apikalnya. Karena adanya

daerah pembentukan sel dan perpanjangan serta pembesaran sel. Serta adanya hormone auksin

yang dapat menghambat pertumbuhan lateral yang mendukung dominansi apikal.

Page 7: DOMINANSI APIKAL

Daftar Pustaka

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press.

Heddy, Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta.

Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA: The

University of Western Ontario.

Salisbury F.D, Ross C. W. 1992. Fisiologi tumbuhan jilid I edisi IV alih bahasa Luqman RR dan

Sumaryono. Bandung:ITB Press

Wattimena G.A. 1998. Zat pengatur Tubuh Tanaman. Bogor. Pusat Antar Universitas Bogor.