doing quantitative field research in management accounting
DESCRIPTION
resume jurnal Doing Quantitative Field Research in Management Accounting By Shannon W. Anderson, and Sally K. WidenerTRANSCRIPT
Seminar Akuntansi Manajemen
Dibuat oleh:
Refivia Audie Calcarina 041414253013
Doing Quantitative Field Research In Management Accounting
By Shannon W. Anderson, and Sally K. Widener
Abstract
Bab ini memberikan panduan praktis tentang penelitian akuntansi manajemen yang
berhubungan dengan desain dan pelaksanaan studi lapangan yang menggunakan analisis data
kuantitatif untuk menguji atau membangun teori. Peneliti membahas tujuan umum
melakukan penelitian lapangan dan memberikan gambaran singkat mengenai keberhasilan
dan kegagalan dari penelitian lapangan di bidang akuntansi manajemen saat ini. Penulis
kemudian beralih untuk tidak ''melakukan'' penelitian lapangan kuantitatif, melainkan
membahas pertimbangan praktis terkait dengan peran teori, pemilihan lokasi, identifikasi
data, pengumpulan, dan penyusunannya. Akhirnya, penulis memikirkan kembali bagaimana
caranya mengubah praktek penelitian lapangan untuk mengatasi beberapa kritikan dari
penelitian lapangan sebelumnya.
1. Introduction
Akuntansi manajemen merupakan ''proses identifikasi, mengukur, mengumpulkan,
menganalisis, menyiapkan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi yang membantu
manajer memenuhi tujuan organisasi '' (Horngren et al, 2002: G6). Informasi yang dihasilkan
oleh hasil kerja akuntansi manajemen adalah '’…panduan bagi manajemen untuk bertindak,
memotivasi perilaku, dan mendukung serta menciptakan nilai-nilai budaya yang diperlukan
untuk mencapai strategis, taktis, dan tujuan operasi organisasi ''(Atkinson et al, 2001: 577).
Pernyataan-pernyataan tersebut memberikan petunjuk sejauh mana akuntansi manajemen
dibangun secara social. Terdapat beberapa aturan untuk bagaimana akuntansi manajemen
harus dilakukan, akan tetapi sebenarnya akuntansi manajemen terjadi dalam perusahaan
tertentu, pada titik waktu tertentu, untuk memenuhi kebutuhan unik, untuk pengendalian
manajemen, dan mendukung pengambilan keputusan.
Desain pekerjaan akuntansi manajemen adalah menjadi panduan bagi prinsip-prinsip
ekonomi, walaupun dalam konteks sosial merupakan perusahaan dan bersifat tidak tetap
sehingga manajemen akuntansi mengusulkan ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, psikologi,
dan ilmu politik, dimana disiplin ilmu tersebut menawarkan penjelasan yang meyakinkan
untuk diamati dalam praktek. Oleh karena itu tidak mengejutkan bagi peneliti akuntansi
manajemen bahwa untuk memahami fenomena sosial yang kompleks memerlukan interaksi
substansial langsung dengan organisasi atau anggota organisasinya.
Pada zaman dahulu menjadi hal yang biasanya bagi jurnal penelitian akuntansi dalam
mempublikasikan penelitian matematika secara elegan, akan tetapi pada solusi ekonomi yang
optimal untuk berbagai permasalahan akuntansi manajemen, solusi tersebut biasanya diakui
tidak praktis dan memiliki biaya yang tinggi dalam implementasinya. Menurunnya biaya
teknologi informasi telah mempercepat beberapa perubahan dan inovasi pada akuntansi
manajemen namun sedikit perubahan ini telah diantisipasi oleh penelitian literature
sebelumnya.
Berbagai metode penelitian telah memfasilitasi tujuan akuntansi manajemen dan hal
tersebut bukan yang dimaksudkan penulis dalam chapter ini untuk mendukung penggunaan
metode riset lapangan. Penulis mengasumsikan bahwa terdapat kesepakatan yang luas pada
nilai dari pembelajaran akuntansi manajemen dalam konteks organisasi dan sosialnya (e.g.,
Hopwood, 1983; Kaplan, 1983, 1984) membuktikan bertambahnya penggunaan
metode penelitian lapangan (Merchant & Van der Stede, 2005). Selain itu penulis juga tidak
memiliki tujuan untuk menyediakannya untuk organisasi tertentu. Peneliti tidak membatasi
jumlah perusahaan yang dipelajari di lapangan. Tentu saja penulis mempercayai bahwa
perbedaan kasus literature manajemen dan isi penelitian lapangan secara eksplisit
diasumsikan bahwa perusahaan merupakan unit analisis yang tepat.
2. Quantitative Field Research: Meaning and Purpose
2.1. What Do We Mean by Field Research?
Setiap penulis memiliki definisi yang berbeda tentang penelitian lapangan. Birnberg et
al (1990) mendefinisikan penelitian lapangan di hubungkan dengan “…pengaturan alami
yang tidak dibuat untuk tujuan tertentu atau tujuan utama ketika melakukan penelitian”.
Ferreira & Merchant’s (1992) mendefinisikan penelitian lapangan sebagai penelitian yang
mensyaratkan peneliti lapangan mengalami kontak langsung dan mendalam dengan anggota
organisasi dan projek penelitian lapangan akan diinformasikan berdasarkan pengetahuan
yang muncul dari kontak yang sedag berlangsung antara peneliti dengan organisasinya.
Penelitian lapangan juga mengharuskan peneliti lapangan untuk mengandalkan wawancara
dan observasi langsung sebagai sumber data primer, dimana pekerjaan lapangan ini
digunakan untuk menyempurnakan survey melalui surat atau meningkatka interprestasi dari
temuang yang tidak memenuhi syarat. Studi lain membedakan antara penelitian lapangan
dengan penelitian yang mirip dengannya yaitu penelitian studi kasus yang didasarkan pada
jumlah organisasi yang terlibat (Eisenhardt, 1989; Hagg & Hedlund, 1979). Namun terdapat
pandangan yang lain yang lebih luas dimana memandang penelitian lapangan sebagai sesuatu
yang sangat penting untuk untuk mengembangkan hipotesis dan membangun teori, namun
dengan alat lain yang lebih efektif untuk menguji teori (e.g., Yin, 2003). Walaupun para
peneliti menghindari pengujian teori dalam definisinya tentang penelitian lapangan, namun
telah ditemukan bahwa untuk penelitian lapangan dalam akuntansi manajemen yang telah
dipublikasikan sebagian besar menyatakan tujuan umumnya adalah mengembangkan teori
(Ferreira & Merchant :1992, 24).
Dari berbagai definisi di atas penulis sepakat dengan Birnberg et al. (1990) dan
Ferreira & Merchant(1992) yang menyatakan bahwa peneliti lapangan harus memiliki kontak
langsung dan mendalam dalam pengaturan alaminya dengan anggota organisasi. Penulis
tidak memberikan batasan tempat penelitian yaitu dari jumlah organisasi yang dipelajari di
lapangan. Selain itu penulis mempercayai bahwa perbedaan yang telah dibuat dalam literature
manajemen antara penelitian studi kasus dan penelitian lapangan mengisyaratkan asumsi
yang berisi bahwa perusahaan merupakan unit analisis yang tepat.
2.2. What Do We Mean by Quantitative Field Research?
Webster’s New College Dictionary (2001) mendefinisikan kuantitatif sebagai berikut:
a. Mampu untuk diungkapkan atau diekspresikan ke dalam ukuran kuantitas
b. Saling berhubungan atau peka terhadap pengukuran
c. Berhubungan dengan suatu jumlah yang diukur
Jadi penelitian lapangan kuantitatif dapat didefinikan sebagai penelitian lapangan
yang menggunakan data yang diukur dan dinyatakan secara numeric. Namun definisi ini
tidak relevan dengan tujuan penulis. Untuk alas an yang sama bahwa sulit untuk dibayangkan
jika penelitian lapangan kuantitatif tanpa adanya data kualitatif berupa hasil pengamatan
praktek dari peneliti dan hasil diskusinya dengan manajer dimana seperti halnya sesuatu
dikatakan tidak biasa jika menemukan penelitian lapangan kualitatif dalam akuntansi
manajemen yang tidak mempertimbangkan data akuntansi numeric.
Dari penyataan di atas membuat penulis mempertimbangkan penelitian yang
mengubah data kualitatifnya menjadi data numerik (misalnya, coding dari transkrip
wawancara) untuk selanjutnya dianalisis menggunakan statistik. Dengan kata lain, meskipun
penulis membatasi memperhatikan penulis pada penelitian yang menggunakan metode
statistik dari analisis data numeriknya,namun penulis tidak membatasi dirinya pada dasar
sumber data numeric. Penulis mempertimbangkan tiga sumber data numeriknya sebagai
berikut:
1. Measured data yaitu data numeric otentik pada dokumen asli yang tersedia di organisasi
atau individu (misalnya catatan perusahaan yang digunakan dalam penelitian lapangan
oleh Banker et al., 2000)
2. Latent data yang berasal dari measured data (e.g., as in Ittner et al.,1997)
3. Latent data yang diukur melalui intervensi peneliti yang terdiri dari:
a. Data wawancara yang dikodekan (Abernethy & Lillis, 1995)
b. Data survey (Epstein & Widener, 2005)
c. Kode observasi (Anderson et al., 2002)
Penulis membedakan berbagai sumber dari data numeric karena data-data tersebut
berhubungan dengan tingkat perbedaan yang tipis yang menjadi tantangan pada penelitian
lapangan.
2.3. The Use of Quantitative Data Analysis to Achieve Different Purposes
Tujuan dari penelitian lapangan baik kualitatif maupun kuantitatif yang diorientasikan
berdasarkan datanya adalah untuk menggambarkan sebuah praktek, membangun teori, atau
menguji hipotesis (Yin, 2003). Perkembangan saat ini dalam membangun pengetahuan
melibatkan pengamatan dan deskripsi yang cermat diikuti oleh pengembangan teori dan
kemudian menguji teori tersebut pada setting yang berbeda untuk menentukan apakah teori
tersebut relavan atau tidak. Berikut ini penulis mempertimbangkan penggunaan analisis data
kuantitatif untuk penelitian lapangan dengan tujuan yang berbeda.
a. Menggambarkan praktek akuntansi manajemen
Penelitian yang menggambarkan proses pembuatan computer adalah contoh dari dari
penelitian lapangan deskriptif. Grafis yang menunjukkan data numeric sering kali menjadi
penting untuk menggambarkan berbagai praktek akuntansi manajemen Patell (1987)
b. Mengembangkan teori
Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori seringkali mengikuti satu
pendekatan grounded theory dengan cara mengkonversi data kualitatif menjadi respon
yang berupa kode numeric untuk analisis kuantitatif (Glaser & Strauss, 1967). Anderson
(1995b) and Abernethy & Lillis (1995)
c. Menguji teori
Penelitian lapangan yang menguji teori sering menggunakan analisis kuantitatif untuk
menentukan apakah kecenderungan sentral dalam data numeric yang luas konsisten atau
tidak konsisten dengan yang diprediksi oleh teori. 10 data dapat dikumpulkan dengan
berbagai metode seperti survey, wawancara, atau dari data arsip dan harus ditindaklanjuti
dengan tindakan berupa kontak langsung dengan anggota yang penting dalam organisasi (
Anderson & Young, 1999; Foster & Gupta, 1990, Anderson et al., 2002, Anderson, 1995a;
Anderson & Lanen, 2002; dan Moers, 2005)
Atkinson & Shaffir (1998: 63) menyatakan bahwa untuk menguji teori pada penelitian
lapangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Keadaan yang diuji harus konsisten dengan asumsi atau aksioma yang mendasari teori.
2. Pengujian harus mendefinisikan dan memberikan alas an yang jelas baik hasil penelitian
tersebut mendukung atau bertentangan dengan teori.
3. Pengujian harus objektif dengan memberikan probabilitas yang wajar sehingga dapat
mengungkapkan bukti yang dapat mengkonfirmasi atau menentang teori.
4. Pengujian harus mendefinisikan dan mengukur artifak secara akurat untuk variable-
variabel teori tersebut.
3. Twenty Years of Management Accounting Field Research: Accomplishments
and Shortcomings
Selama 20 tahun terakhir penelitian lapangan pada akuntansi manajemen telah
memberikan banyak kontribusi diantaranya:
a. Penelitian akuntansi manajemen akan dapat melihat fenomena organisasi yang menarik
secara mendalam karena penelitian lapangan seperti layaknya “mencari jarum dalam
tumpukan jerami” Hopwood (1983: 302), Kaplan (1983, 1984)
b. Penelitian lapangan merupakan cara yang paling efektif untuk penelitian yang
mengembangkan inovasi pada akuntansi manajemen, Kaplan (1983, 1984)
c. Penelitian lapangan y dalam akuntansi manajemen ang telah diterbitkan mengarah pada
pengembangan pertanyaan menarik yang biasanya dihubungkan dengan perkembangan
dan inovasi dalam prakteknya dan sebagian besar penelitian menunjukkan peningkatan
kearah pengembangan teorinya, Ferreira & Merchant (1992), (Bruns & Kaplan, 1987) dan
Young (1999).
d. Penelitian lapangan telah menghasilkan pengetahuan baru yang dilihat dari adanya revisi
buku teks akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan adanya lima bidang utama inovasi
dalam praktek akuntansi manajemen berdasarkan hasil penelitian dilapangan, Merchant &
Van der Stede (2005)
Meskipun telah banyak kontribusi yang diberikan oleh penelitian lapangan dalam
akuntansi manajemen, bukan berarti penelitian lapangan tidak memiliki kelemahan.
Kelemahan-kelemahan dari penelitian lapangan yaitu:
1. Ferreira & Merchant (1992)
a. Penelitian lapangan terbatas pada atribut penelitiannya, karena kurangnya desain,
penyajian data, dan interprestasi data yang keliru khususnya untuk penelitian lapangan
kualitatif karena sifat dari data, metode analisis dan proses publikasinya tergantung
pada persepsi peneliti,
b. Tidak memadai untuk dihubungkan dengan literatur penelitian sebelumnya.
2. Shields (1997) dan Young (1999),
Metode penelitian lapangan frekuensi penggunaannya rendah, dimana dari 152 artikel
yang diterbitkan selama tahun 1990-1996 hannya 10 artikel yang menggunakan metode
penelitian lapangan. Penyebab dari rendahnya publikasi dibidang penelitian lapangan
dikarenakan keterampilan peneliti yang tidak memadai untuk melakukan penelitian
lapangan, sedikitnya rekan dari penelitian lapagan yang dijadikan dasar umpan balik dan
rekan untuk berkolaborasi, panjangnya waktu siklus penelitian terbentur dengan
pendeknya waktu yang dimiliki oleh peneliti, terbatasnya akses ke lokasi penelitian, dan
editorial yang bias terhadap penelitian lapangan.
3. Bennis & O'Toole (2005: 99)
Menyoroti keterbatasan peneliti dibidang penelitian lapangan karena disebabkan oleh
manajemen pendidikan yang gagal membentuk komunitas riset yang sesuai. Mahasiswa
ketika melakukan riset menggunakan waktu yang sangat singkat untuk menemukan
masalah yang sebenarnya sehingga hasil dari riset mereka tidak mencerminkan cara kerja
bisnis yang sebenarnya.
4. Key Decisions, Choices, and Contributions of Quantitative Field Research
4.1. Role of Theory
Beberapa peneliti mengemukakan pendapatnya tentang peran teori pada penelitian
lapangan yang bertujuan untuk membangun teori sebagai berikut:
a. Untuk membangun teori penelitian dimulai dengan ide yang tidak memiliki teori dan tidak
memiliki hipotesa untuk mengujinya, Eisenhardt (1989: 536)
b. Peran teori pada penelitian lapangan bersifat dinamis yaitu hanya sekedar sebagai bahan
pertimbangan tanpa ada tendensi agar ide yang diteliti sesuai dengan teorinya namun
peneliti harus berfikiran tebuka untuk menemukan teori baru (Baxter & Chua, 1998;
Shields, 1997).
Jika penelitian lapangan bertujuan untuk menguji teori maka peran teori pada
penelitian tersebut yaitu
a. Teori menjadi penentu berhasil atau tidaknya penelitian, dimana keberhasilan penelitian
tergantung pada hubungan antara teori dengan pengujian yang dilakukan. Disini teori
berfungsi sebagai:
- Pengatur penelitian agar sesuai dengan unit analisisnya
- Dasar identifikasi variable kunci dan informan utama
- Dasar penentu bentuk tes empirisnya
b. Teori sebagai unsure dinamis dalam penelitian lapangan. Elemen dinamis yang dimaksud
bukan muncul pada saat pemilihan teori itu sendiri melainka pada tahap awal penelitian
dimana peneliti harus berhati-hati untuk dapat memahami hubungan antara proses
organisasi dengan teori yang dipilih.
c. Teori sebagai alat ukur dimana keberhasilan penelitian lapangan tergantung pada
ketepatan peneliti menentukan variable yang diukur dapat merepresentasikan variable dari
teori.
4.2. Site Selection
Memilih lokasi yang cocok untuk menguji teori pada penelitian lapangan kuantitatif
dilakukan bersama-sama dengan praktisnya untuk memastikan bahwa data yang ada
memungkinkan untuk hipotesis yang diajukan dapat diuji. Urutan untuk memilih lokasi yaitu
1. Mengidentifikasi peluang lokasi penelitian yang memungkinkan bagi peneliti untuk
mendapat akses
2. Mencari data
3. Memilih teori untuk menguji hipotesis (umumnya tidak dianjurkan).
Naïf jika menganggap urutan di atas dapat dibalik prosesnya karena dalam prakteknya
peneliti selalu mengidentifikasi sifat lokasi yang ideal terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan melakukan negosiasi untuk dapat masuk ke lokasi yang telah dipilih untuk
mendapatkan seluruh data yang butuhkan oleh peneliti. Namun dibeberapa penelitian
lapangan dimungkinkan bagi peneliti untuk mendapatkan data laten melalui metode
wawancara, observasi langsung dan survey. Jika peneliti memutuskan untuk menggunakan
data arsip dari perusahaan maka pemilihan lokasi harus dievaluasi kembali dengan
menyesuaikan bahwa data yang dibutuhkan tersebut tersedia diperusahaan.
Jadi peneliti yang memilih penelitian lapangan kuantitatif harus mempertimbangkan
berbagai faktor ketika memilih lokasi yang tepat termasuk didalamnya mempertimbangkan
ketersediaan data, perusahaan yang tepat untuk diteliti, unit analisis yang sesuai, dan apakah
analisis statistik yang memadai kemungkinan akan diperoleh untuk menguji teori. Untuk
penelitian lapangan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori, pemilihan lokasi harus
dilakukan dengan hati-hati sehingga dapat memenuhi kondisi pertama dan ketiga dari urutan
yang harus dilakukan ketika memilih lokasi penelitian. Atkinson & Shaffir (1998)
menyatakan bahwa syarat agar pengujian teori di lapangan sukses maka kondisi pengujian
(yaitu, setting dan unit analisis) harus konsisten dengan aksioma teori, dan pengujian
menyediakan probabilitas yang wajar untuk menyakinkan dapat mengkonfirmasi teori atau
menentang teori.
4.3. Data Identification, Collection, and Preparation
4.3.1. Overview of Data
Penulis mendefinisikan measured data sebagai data asli yang ada di dalam organisasi
dan digunakan oleh manajemen sebelum kedatangan peneliti. Contoh measured data pada
akuntansi manajemen meliputi seluruh catatan akuntansi (misalnya, biaya, anggaran, varians)
dan measured data untuk kinerja individu atau organisasi (baik keuangan dan non keuangan).
Sedangkan data laten merupakan data yang ada namun tak terlihat dalam organisasi, nama
tersebut akan nampak setelah peneliti menggunakan alat ukur tertentu. data laten pada
akuntansi Manajemen dapat berupa data yang diperoleh peneliti bersumber dari measured
data.
Data laten juga mencakup data yang harus digali oleh peneliti atau diungkapkan
melalui pengukuran langsung melalui intervensi peneliti. Contoh intervensi pengukuran
meliputi: wawancara, observasi langsung, dan survei. Dengan pendekatan ini, peneliti
berusaha untuk mengukur konstruksi sistematis laten yang tidak mudah diakses. Tidak seperti
measured data, pada data laten yang berasal dari measured data, data laten yang peneliti
membawa cahaya dapat diubah dengan intervensi pengukuran peneliti.
Berdasarkan data pada table 1 menunjukkan bahwa beberapa penelitian menggunakan
dua jenis data yaitu measured data dan survey. Untuk tingkatan yang lebih rendah beberapa
penelitian menggabungkan jenis datanya berupa measured data kuantitatif dengan data
survey. Masalah yang timbul dari pemilihan jenis data ini adalah apakah jenis data yang
dipilih dapat digunakan untuk “triangulasi” dan dapat menguatkan tingkat validitas variable
tertentu. Atkinson & Shaffir (1998: 61) mengidentifikasi ada strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan validitas sebuah konstrak yaitu dengan menggunakan lebih satu jenis
data yang digunakan sehingga dapat mendukung kesimpulan yang sama melalui triangulasi.
Misalnya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Davila dan Wouters (2005). Mereka
menggunakan metode wawancara dan measured data berupa arsip untuk meneliti praktek
penganggaran. Analisis data yang mereka lakukan dimulai dengan membahas proposisi
mereka menggunakan deskripsi sebagai bukti kualitatifnya. Deskripsi tersebut
menggambarkan proses penganggaran dan penganggaran organisasi. Selanjutnya mereka
menambahkan ananlisis kualitatif tersebut dengan analisis kuantitatif yang bersumber dari
measured data berupa arsip sebagai bukti statistic dari proposisi mereka.
Beberapa contoh penelitian lapangan yang menggunakan berbagai sumber data
terbukti dapat meningkatkan kredibilitas hasilnya. Seperti yang dikemukakan oleh Foster &
Sjoblom (1996: 56) yang membahas penggunaan beberapa metode menyatakan bahwa ''
Penggunaan tiga metode penelitian memungkinkan kita untuk meningkatkan keandalan dan
untuk mengembangkan platform yang lebih kaya untuk melakukan penelitian lebih lanjut
dengan kualitas yang lebih baik."
4.3.2. Collecting Measured Data in the Field Setting
Meskipun peneliti tidak terlibat dalam pembangunan measured data, peneliti masih
memiliki peran yang penting dalam mengumpulkan dan menyiapkan database yang sesuai
untuk digunakan. Peran penting peneliti dalam mengumpulkan dan
Menyiapkan data mencakup:
1. Isi (jumlah data)
Ketika data yang diperoleh berupa arsip dari catatan akuntansi, peneliti biasanya harus
tetap membuat pilihan dari database yang berukuran besar untuk mengukur potensial data.
Meskipun godaan untuk '' mengambil asal-asalan '' muncul, namun yang perlu diingan
adalah hal tersebut akan menyebabkan hilangnya kehati-hatian peneliti untuk pengukuran
yang penting.
2. Struktur data
Peneliti harus memastikan apakah data yang diperoleh dari perusahaan tidak berubah-ubah
dari waktu ke waktu. Untuk itu diperlukan analisis longitudinal dimana peneliti harus
mampu memperoleh data yang dapat dibandingkan pada waktu yang berbeda-beda. Hal ini
dilakukan untuk memberikan kepastian bahwa data yang diambil bersifat penting dan
tidak berubah.
3. Penggunaan dan visibility data
Peneliti harus memastikan bahwa penggunaan data tidak berubah dari waktu ke waktu.
Dan visibility data nampak pada data yang dikumpulkan. Misalnya ketika akan mengukur
kualitas suatu prodak selama ini secara konsisten diukur dengan besarnya biaya lembur
karyawannya yang bersumber dari laporan top manajer, yang sebelumnya digunakan pada
manajemen tingkat bawah. Hal ini mungkin dapat dikatakan memenuhi konsistensi
visibility data selama periode yang pilih datanya terhubung langsung dengan kompensasi
lembur tersebut.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jika data yang bersumber dari arsip tidak
berhubungan langsung dengan proses menghasilkan data maka data tersebut tidak mungkin
dapat mengcover masalah dan dapat menghambat pengujian empirisnya.
4.3.3. Collecting Survey Data in the Field Setting
Banyak hal yang memberatkan pada survey dengan surat, namun pada survey yang
dilakukan langsung ke lapangan bukan berarti tanpa hambatan. Terdapat beberapa masalah
dalam prakteknya ketika peneliti harus mempertimbangkan waktu, validitas dan respon yang
bias.
a. Timing (waktu)
Jika survey yang dipilih untuk mengumpulkan data dilapangan maka peneliti juga harus
mempertimbangkan waktu yang berhubungan dengan pekerjaan lainnya. Misalnya
peneliti memutuskan untuk menggabungkan waktu survey dengan wawancara, mana yang
lebih dahulu dilakukan? Haruskah survey terlebih dahulu kemudian diikuti dengan
interaksi yang lebih personal dengan informan atau sebaliknya? Penelitian yang
didominasi berbasis survey lebih memilih untuk menginformasikan waktu surveynya saat
dilakukan wawancara. Hal ini diharapkan ketika melakukan wawancara terlebih dahulu
dapat dilakukan pengaturan tempat survey bersama informan sesuai dengan keinginan
peneliti sehingga para responden survey telah “siap” untuk memberikan tanggapan yang
efisien, (Ferreira & Merchant, 1992). Namun dalam prosesnya hal tersebut tidak dapat
mencukupi data jika hanya dilakukan satu kali. Diperlukan aktivitas wawancara dan
survey untuk mendapat data yang lengkap, McGowan & Klammer (1997). Namun ada
kalanya antara wawancara dan survey salah satunya dilakukan lebih sering dibandingkan
yang lainnya. Misalnya untuk pe neliti harus melakukan wawancara secara berulang-ulang
untuk memastikan kesediaan data sebelum akhinya dilakukan survey, Selto et al. (1995)
b. Construct validity
Konsep lain yang menghubungkan antara survey dan wawancara adalah dengan
menggunakan survey dan wawancara untuk mengukur data yang berbeda. Misalnya untuk
mengetahui strategi perusahaan lebih tepat jika melakukan wawancara dengan para CEO,
namun jika ingin mengetahu system pengendalian manajemen akan lebih tepat jika
menggunakan survey, Davila (2005).
c. Response bias (respon yang bias)
Urutan pengumpulan data dapat mempengaruhi respon dan rentan terhadap bias yang
tidak diinginkan. Dengan melakukan survei terlebih dahulu, wawancara dapat dilakukan
lebih efisien karena responden sudah memahami maksud peneliti. Wawancara dapat
menggantikan pertanyaan terbuka pada saat survei. Namun jka peneliti mencakup konsep
survey yang kompleks, akan lebih tepat jika yang dilakukan pertama kali adalah
wawancara sebagai sarana untuk membangun membangun bersama konsep-konsep kunci.
Selanjutnya survei dapat digunakan untuk memperoleh pendapat responden yang
berhubungan dengan konsep-konsep tersebut dengan jaminan bahwa kesalahan
pengukuran dapat dikurangi. Survey juga dapat digunakan untuk memperkuat data arsip
sehingga kebutuhan peneliti untuk menyusun validitas konstrak dengan data survey dan
measured data dapat dipenuhi.
4.3.4. Collecting Interview Data in the Field Setting
Penulis tertarik pada data wawancara yang di beri kode, kemudian merubahnya
menjadi data yang memiliki ukuran kuantitatif dan dapat digunakan statistic untuk
analisisnya. Oleh karena itu, penulis mempertimbangkan data wawancara dari perspektif
yang sempit dan menggambarkan melalui dua contoh dalam literature akuntansi. Pengkodean
data yang berasal dari hasil wawancara menghadapi masalah validitas data. Seharusnya
pengkodean yang dilakukan pada data wawancara dilakukan oleh coders independen
sehingga dapat meningkatkan reliabilitas data tersebut, Davila (2005).
Sebaliknya ketika peneliti menggunakan data wawancara untuk membuat data
numeric, maka peneliti harus menyediakan pembaca (readers) dengan roadmap dari skema
pengkodeannya. Hal ini membantu mengurangi kepercayaan yang mutlak dari pembaca
(readers) yang menempatkan diri sebagai peneliti. Bagian penting lainnya dari kesalahan
pengukuran adalah bahwa pengkodean data kualitatif selalu subjektif sehingga cenderung
dilakukan oleh peneliti dengan bias baik selama wawancara maupun ketika pengkodean data,
Lilis (1999). Hurber dan Power (1985) mengidentifikasi 4 sumber bias (informasi tidak
akurat) dalam data wawancara yaitu:
1. Responden memiliki motivasi untuk memberikan informasi yang bias
2. Hasi dari persepsi dan pengetahuan yang terbatas dari responden
3. Informan tidak memiliki informasi yang memadai
4. Peneliti tidak menimbulkan informasi yang benar
Metode wawacara adalah teknik yang sangat baik untuk mengumpulkan data laten
yang dapat diterima untuk analisis kuantitatif. Sayagnya hal tersebut tidak sepenuhnya
berhasil, karena banyak peneliti mengeksploitasi jenis data ini meskipun data tersebut dapat
berguna untuk membangun validitas konstruk, menghasilkan temuan melalui triangulasi, dan
mengukur variable yang tidak didefinisikan dengan baik.
4.3.5. Summary of Data Identification, Collection, and Preparation
Jick (1979) menyajikan diskusi yang menarik dan informatif dari berbagai bentuk
triangulasi dan bagaimana mencampur data kualitatif dan kuantitatif. Jick (1979: 602)
menyatakan, '' Ada tradisi yang berbeda dalam literatur tentang metode penelitian ilmu sosial
yang menganjurkan penggunaan beberapa metode.'' Peneliti kuantitatif didesak untuk
menarik pengamatan kualitatif untuk memvalidasi dan menginterpretasikan hasil, dan
memperjelas Temuan yang tak terduga (Jick, 1979). Peneliti ingin mendesak penelitian di
lapangan untuk mendorong amplop pada penggunaan beberapa metode (yaitu, data arsip
diukur, data survei, dan data wawancara). Alih-alih menggunakan beberapa metode
sederhana untuk melengkapi gambar, peneliti juga berusaha untuk mendapatkan langkah-
langkah untuk setiap konstruk pada lebih dari satu sumber.
5. Conclusion and Personal Observations
Dari seluruh uraian dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Penelitian lapangan memiliki potensi untuk membuat kontribusi yang signifikan untuk
bidang akuntansi manajemen (Hopwood, 1983; Kaplan, 1983, 1984; Young, 1999).
b. Penelitian lapangan menawarkan kesempatan bagi para akademisi untuk masuk ke dalam
suatu organisasi dan mendapatkan pengetahuan langsung tentang praktek dan proses
organisasi.
c. Tujuan penting dalam penelitian lapangan meliputi mempelajari sesuatu yang bersifat
asing, memberikan bukti dari sampel-kecil, dan menyelidiki anomali dan inovatif dalam
prakteknya(Shields, 1997).
d. Definisi penelitian lapangan menyediakan bagi peneliti lapangan seperangkat data dalam
konteks yang alami.
Atkinson & Shaffir (1998: 47) menunjukkan bahwa penelitian yang dirancang
dengan baik dapat mengembangkan atau menguji teori '' menjadi sesuatu yang menarik''
dalam literatur akuntansi manajemen dan Young (1999) mencatat bahwa penelitian lapangan
sangat cocok untuk tujuan ini.