doing quantitative field research in management accounting

13
Seminar Akuntansi Manajemen Dibuat oleh: Refivia Audie Calcarina 041414253013 Doing Quantitative Field Research In Management Accounting By Shannon W. Anderson, and Sally K. Widener Abstract Bab ini memberikan panduan praktis tentang penelitian akuntansi manajemen yang berhubungan dengan desain dan pelaksanaan studi lapangan yang menggunakan analisis data kuantitatif untuk menguji atau membangun teori. Peneliti membahas tujuan umum melakukan penelitian lapangan dan memberikan gambaran singkat mengenai keberhasilan dan kegagalan dari penelitian lapangan di bidang akuntansi manajemen saat ini. Penulis kemudian beralih untuk tidak ''melakukan'' penelitian lapangan kuantitatif, melainkan membahas pertimbangan praktis terkait dengan peran teori, pemilihan lokasi, identifikasi data, pengumpulan, dan penyusunannya. Akhirnya, penulis memikirkan kembali bagaimana caranya mengubah praktek penelitian lapangan untuk mengatasi beberapa kritikan dari penelitian lapangan sebelumnya. 1. Introduction Akuntansi manajemen merupakan ''proses identifikasi, mengukur, mengumpulkan, menganalisis, menyiapkan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi yang membantu manajer memenuhi tujuan organisasi '' (Horngren et al, 2002: G6). Informasi yang dihasilkan oleh hasil kerja akuntansi manajemen adalah '’…panduan bagi manajemen untuk bertindak, memotivasi perilaku, dan mendukung serta menciptakan nilai-nilai budaya yang diperlukan untuk mencapai strategis, taktis, dan tujuan operasi organisasi ''(Atkinson et al, 2001: 577). Pernyataan-pernyataan tersebut memberikan petunjuk sejauh mana akuntansi manajemen

Upload: lely2014

Post on 04-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

resume jurnal Doing Quantitative Field Research in Management Accounting By Shannon W. Anderson, and Sally K. Widener

TRANSCRIPT

Seminar Akuntansi Manajemen

Dibuat oleh:

Refivia Audie Calcarina 041414253013

Doing Quantitative Field Research In Management Accounting

By Shannon W. Anderson, and Sally K. Widener

Abstract

Bab ini memberikan panduan praktis tentang penelitian akuntansi manajemen yang

berhubungan dengan desain dan pelaksanaan studi lapangan yang menggunakan analisis data

kuantitatif untuk menguji atau membangun teori. Peneliti membahas tujuan umum

melakukan penelitian lapangan dan memberikan gambaran singkat mengenai keberhasilan

dan kegagalan dari penelitian lapangan di bidang akuntansi manajemen saat ini. Penulis

kemudian beralih untuk tidak ''melakukan'' penelitian lapangan kuantitatif, melainkan

membahas pertimbangan praktis terkait dengan peran teori, pemilihan lokasi, identifikasi

data, pengumpulan, dan penyusunannya. Akhirnya, penulis memikirkan kembali bagaimana

caranya mengubah praktek penelitian lapangan untuk mengatasi beberapa kritikan dari

penelitian lapangan sebelumnya.

1. Introduction

Akuntansi manajemen merupakan ''proses identifikasi, mengukur, mengumpulkan,

menganalisis, menyiapkan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi yang membantu

manajer memenuhi tujuan organisasi '' (Horngren et al, 2002: G6). Informasi yang dihasilkan

oleh hasil kerja akuntansi manajemen adalah '’…panduan bagi manajemen untuk bertindak,

memotivasi perilaku, dan mendukung serta menciptakan nilai-nilai budaya yang diperlukan

untuk mencapai strategis, taktis, dan tujuan operasi organisasi ''(Atkinson et al, 2001: 577).

Pernyataan-pernyataan tersebut memberikan petunjuk sejauh mana akuntansi manajemen

dibangun secara social. Terdapat beberapa aturan untuk bagaimana akuntansi manajemen

harus dilakukan, akan tetapi sebenarnya akuntansi manajemen terjadi dalam perusahaan

tertentu, pada titik waktu tertentu, untuk memenuhi kebutuhan unik, untuk pengendalian

manajemen, dan mendukung pengambilan keputusan.

Desain pekerjaan akuntansi manajemen adalah menjadi panduan bagi prinsip-prinsip

ekonomi, walaupun dalam konteks sosial merupakan perusahaan dan bersifat tidak tetap

sehingga manajemen akuntansi mengusulkan ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, psikologi,

dan ilmu politik, dimana disiplin ilmu tersebut menawarkan penjelasan yang meyakinkan

untuk diamati dalam praktek. Oleh karena itu tidak mengejutkan bagi peneliti akuntansi

manajemen bahwa untuk memahami fenomena sosial yang kompleks memerlukan interaksi

substansial langsung dengan organisasi atau anggota organisasinya.

Pada zaman dahulu menjadi hal yang biasanya bagi jurnal penelitian akuntansi dalam

mempublikasikan penelitian matematika secara elegan, akan tetapi pada solusi ekonomi yang

optimal untuk berbagai permasalahan akuntansi manajemen, solusi tersebut biasanya diakui

tidak praktis dan memiliki biaya yang tinggi dalam implementasinya. Menurunnya biaya

teknologi informasi telah mempercepat beberapa perubahan dan inovasi pada akuntansi

manajemen namun sedikit perubahan ini telah diantisipasi oleh penelitian literature

sebelumnya.

Berbagai metode penelitian telah memfasilitasi tujuan akuntansi manajemen dan hal

tersebut bukan yang dimaksudkan penulis dalam chapter ini untuk mendukung penggunaan

metode riset lapangan. Penulis mengasumsikan bahwa terdapat kesepakatan yang luas pada

nilai dari pembelajaran akuntansi manajemen dalam konteks organisasi dan sosialnya (e.g.,

Hopwood, 1983; Kaplan, 1983, 1984) membuktikan bertambahnya penggunaan

metode penelitian lapangan (Merchant & Van der Stede, 2005). Selain itu penulis juga tidak

memiliki tujuan untuk menyediakannya untuk organisasi tertentu. Peneliti tidak membatasi

jumlah perusahaan yang dipelajari di lapangan. Tentu saja penulis mempercayai bahwa

perbedaan kasus literature manajemen dan isi penelitian lapangan secara eksplisit

diasumsikan bahwa perusahaan merupakan unit analisis yang tepat.

2. Quantitative Field Research: Meaning and Purpose

2.1. What Do We Mean by Field Research?

Setiap penulis memiliki definisi yang berbeda tentang penelitian lapangan. Birnberg et

al (1990) mendefinisikan penelitian lapangan di hubungkan dengan “…pengaturan alami

yang tidak dibuat untuk tujuan tertentu atau tujuan utama ketika melakukan penelitian”.

Ferreira & Merchant’s (1992) mendefinisikan penelitian lapangan sebagai penelitian yang

mensyaratkan peneliti lapangan mengalami kontak langsung dan mendalam dengan anggota

organisasi dan projek penelitian lapangan akan diinformasikan berdasarkan pengetahuan

yang muncul dari kontak yang sedag berlangsung antara peneliti dengan organisasinya.

Penelitian lapangan juga mengharuskan peneliti lapangan untuk mengandalkan wawancara

dan observasi langsung sebagai sumber data primer, dimana pekerjaan lapangan ini

digunakan untuk menyempurnakan survey melalui surat atau meningkatka interprestasi dari

temuang yang tidak memenuhi syarat. Studi lain membedakan antara penelitian lapangan

dengan penelitian yang mirip dengannya yaitu penelitian studi kasus yang didasarkan pada

jumlah organisasi yang terlibat (Eisenhardt, 1989; Hagg & Hedlund, 1979). Namun terdapat

pandangan yang lain yang lebih luas dimana memandang penelitian lapangan sebagai sesuatu

yang sangat penting untuk untuk mengembangkan hipotesis dan membangun teori, namun

dengan alat lain yang lebih efektif untuk menguji teori (e.g., Yin, 2003). Walaupun para

peneliti menghindari pengujian teori dalam definisinya tentang penelitian lapangan, namun

telah ditemukan bahwa untuk penelitian lapangan dalam akuntansi manajemen yang telah

dipublikasikan sebagian besar menyatakan tujuan umumnya adalah mengembangkan teori

(Ferreira & Merchant :1992, 24).

Dari berbagai definisi di atas penulis sepakat dengan Birnberg et al. (1990) dan

Ferreira & Merchant(1992) yang menyatakan bahwa peneliti lapangan harus memiliki kontak

langsung dan mendalam dalam pengaturan alaminya dengan anggota organisasi. Penulis

tidak memberikan batasan tempat penelitian yaitu dari jumlah organisasi yang dipelajari di

lapangan. Selain itu penulis mempercayai bahwa perbedaan yang telah dibuat dalam literature

manajemen antara penelitian studi kasus dan penelitian lapangan mengisyaratkan asumsi

yang berisi bahwa perusahaan merupakan unit analisis yang tepat.

2.2. What Do We Mean by Quantitative Field Research?

Webster’s New College Dictionary (2001) mendefinisikan kuantitatif sebagai berikut:

a. Mampu untuk diungkapkan atau diekspresikan ke dalam ukuran kuantitas

b. Saling berhubungan atau peka terhadap pengukuran

c. Berhubungan dengan suatu jumlah yang diukur

Jadi penelitian lapangan kuantitatif dapat didefinikan sebagai penelitian lapangan

yang menggunakan data yang diukur dan dinyatakan secara numeric. Namun definisi ini

tidak relevan dengan tujuan penulis. Untuk alas an yang sama bahwa sulit untuk dibayangkan

jika penelitian lapangan kuantitatif tanpa adanya data kualitatif berupa hasil pengamatan

praktek dari peneliti dan hasil diskusinya dengan manajer dimana seperti halnya sesuatu

dikatakan tidak biasa jika menemukan penelitian lapangan kualitatif dalam akuntansi

manajemen yang tidak mempertimbangkan data akuntansi numeric.

Dari penyataan di atas membuat penulis mempertimbangkan penelitian yang

mengubah data kualitatifnya menjadi data numerik (misalnya, coding dari transkrip

wawancara) untuk selanjutnya dianalisis menggunakan statistik. Dengan kata lain, meskipun

penulis membatasi memperhatikan penulis pada penelitian yang menggunakan metode

statistik dari analisis data numeriknya,namun penulis tidak membatasi dirinya pada dasar

sumber data numeric. Penulis mempertimbangkan tiga sumber data numeriknya sebagai

berikut:

1. Measured data yaitu data numeric otentik pada dokumen asli yang tersedia di organisasi

atau individu (misalnya catatan perusahaan yang digunakan dalam penelitian lapangan

oleh Banker et al., 2000)

2. Latent data yang berasal dari measured data (e.g., as in Ittner et al.,1997)

3. Latent data yang diukur melalui intervensi peneliti yang terdiri dari:

a. Data wawancara yang dikodekan (Abernethy & Lillis, 1995)

b. Data survey (Epstein & Widener, 2005)

c. Kode observasi (Anderson et al., 2002)

Penulis membedakan berbagai sumber dari data numeric karena data-data tersebut

berhubungan dengan tingkat perbedaan yang tipis yang menjadi tantangan pada penelitian

lapangan.

2.3. The Use of Quantitative Data Analysis to Achieve Different Purposes

Tujuan dari penelitian lapangan baik kualitatif maupun kuantitatif yang diorientasikan

berdasarkan datanya adalah untuk menggambarkan sebuah praktek, membangun teori, atau

menguji hipotesis (Yin, 2003). Perkembangan saat ini dalam membangun pengetahuan

melibatkan pengamatan dan deskripsi yang cermat diikuti oleh pengembangan teori dan

kemudian menguji teori tersebut pada setting yang berbeda untuk menentukan apakah teori

tersebut relavan atau tidak. Berikut ini penulis mempertimbangkan penggunaan analisis data

kuantitatif untuk penelitian lapangan dengan tujuan yang berbeda.

a. Menggambarkan praktek akuntansi manajemen

Penelitian yang menggambarkan proses pembuatan computer adalah contoh dari dari

penelitian lapangan deskriptif. Grafis yang menunjukkan data numeric sering kali menjadi

penting untuk menggambarkan berbagai praktek akuntansi manajemen Patell (1987)

b. Mengembangkan teori

Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori seringkali mengikuti satu

pendekatan grounded theory dengan cara mengkonversi data kualitatif menjadi respon

yang berupa kode numeric untuk analisis kuantitatif (Glaser & Strauss, 1967). Anderson

(1995b) and Abernethy & Lillis (1995)

c. Menguji teori

Penelitian lapangan yang menguji teori sering menggunakan analisis kuantitatif untuk

menentukan apakah kecenderungan sentral dalam data numeric yang luas konsisten atau

tidak konsisten dengan yang diprediksi oleh teori. 10 data dapat dikumpulkan dengan

berbagai metode seperti survey, wawancara, atau dari data arsip dan harus ditindaklanjuti

dengan tindakan berupa kontak langsung dengan anggota yang penting dalam organisasi (

Anderson & Young, 1999; Foster & Gupta, 1990, Anderson et al., 2002, Anderson, 1995a;

Anderson & Lanen, 2002; dan Moers, 2005)

Atkinson & Shaffir (1998: 63) menyatakan bahwa untuk menguji teori pada penelitian

lapangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Keadaan yang diuji harus konsisten dengan asumsi atau aksioma yang mendasari teori.

2. Pengujian harus mendefinisikan dan memberikan alas an yang jelas baik hasil penelitian

tersebut mendukung atau bertentangan dengan teori.

3. Pengujian harus objektif dengan memberikan probabilitas yang wajar sehingga dapat

mengungkapkan bukti yang dapat mengkonfirmasi atau menentang teori.

4. Pengujian harus mendefinisikan dan mengukur artifak secara akurat untuk variable-

variabel teori tersebut.

3. Twenty Years of Management Accounting Field Research: Accomplishments

and Shortcomings

Selama 20 tahun terakhir penelitian lapangan pada akuntansi manajemen telah

memberikan banyak kontribusi diantaranya:

a. Penelitian akuntansi manajemen akan dapat melihat fenomena organisasi yang menarik

secara mendalam karena penelitian lapangan seperti layaknya “mencari jarum dalam

tumpukan jerami” Hopwood (1983: 302), Kaplan (1983, 1984)

b. Penelitian lapangan merupakan cara yang paling efektif untuk penelitian yang

mengembangkan inovasi pada akuntansi manajemen, Kaplan (1983, 1984)

c. Penelitian lapangan y dalam akuntansi manajemen ang telah diterbitkan mengarah pada

pengembangan pertanyaan menarik yang biasanya dihubungkan dengan perkembangan

dan inovasi dalam prakteknya dan sebagian besar penelitian menunjukkan peningkatan

kearah pengembangan teorinya, Ferreira & Merchant (1992), (Bruns & Kaplan, 1987) dan

Young (1999).

d. Penelitian lapangan telah menghasilkan pengetahuan baru yang dilihat dari adanya revisi

buku teks akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan adanya lima bidang utama inovasi

dalam praktek akuntansi manajemen berdasarkan hasil penelitian dilapangan, Merchant &

Van der Stede (2005)

Meskipun telah banyak kontribusi yang diberikan oleh penelitian lapangan dalam

akuntansi manajemen, bukan berarti penelitian lapangan tidak memiliki kelemahan.

Kelemahan-kelemahan dari penelitian lapangan yaitu:

1. Ferreira & Merchant (1992)

a. Penelitian lapangan terbatas pada atribut penelitiannya, karena kurangnya desain,

penyajian data, dan interprestasi data yang keliru khususnya untuk penelitian lapangan

kualitatif karena sifat dari data, metode analisis dan proses publikasinya tergantung

pada persepsi peneliti,

b. Tidak memadai untuk dihubungkan dengan literatur penelitian sebelumnya.

2. Shields (1997) dan Young (1999),

Metode penelitian lapangan frekuensi penggunaannya rendah, dimana dari 152 artikel

yang diterbitkan selama tahun 1990-1996 hannya 10 artikel yang menggunakan metode

penelitian lapangan. Penyebab dari rendahnya publikasi dibidang penelitian lapangan

dikarenakan keterampilan peneliti yang tidak memadai untuk melakukan penelitian

lapangan, sedikitnya rekan dari penelitian lapagan yang dijadikan dasar umpan balik dan

rekan untuk berkolaborasi, panjangnya waktu siklus penelitian terbentur dengan

pendeknya waktu yang dimiliki oleh peneliti, terbatasnya akses ke lokasi penelitian, dan

editorial yang bias terhadap penelitian lapangan.

3. Bennis & O'Toole (2005: 99)

Menyoroti keterbatasan peneliti dibidang penelitian lapangan karena disebabkan oleh

manajemen pendidikan yang gagal membentuk komunitas riset yang sesuai. Mahasiswa

ketika melakukan riset menggunakan waktu yang sangat singkat untuk menemukan

masalah yang sebenarnya sehingga hasil dari riset mereka tidak mencerminkan cara kerja

bisnis yang sebenarnya.

4. Key Decisions, Choices, and Contributions of Quantitative Field Research

4.1. Role of Theory

Beberapa peneliti mengemukakan pendapatnya tentang peran teori pada penelitian

lapangan yang bertujuan untuk membangun teori sebagai berikut:

a. Untuk membangun teori penelitian dimulai dengan ide yang tidak memiliki teori dan tidak

memiliki hipotesa untuk mengujinya, Eisenhardt (1989: 536)

b. Peran teori pada penelitian lapangan bersifat dinamis yaitu hanya sekedar sebagai bahan

pertimbangan tanpa ada tendensi agar ide yang diteliti sesuai dengan teorinya namun

peneliti harus berfikiran tebuka untuk menemukan teori baru (Baxter & Chua, 1998;

Shields, 1997).

Jika penelitian lapangan bertujuan untuk menguji teori maka peran teori pada

penelitian tersebut yaitu

a. Teori menjadi penentu berhasil atau tidaknya penelitian, dimana keberhasilan penelitian

tergantung pada hubungan antara teori dengan pengujian yang dilakukan. Disini teori

berfungsi sebagai:

- Pengatur penelitian agar sesuai dengan unit analisisnya

- Dasar identifikasi variable kunci dan informan utama

- Dasar penentu bentuk tes empirisnya

b. Teori sebagai unsure dinamis dalam penelitian lapangan. Elemen dinamis yang dimaksud

bukan muncul pada saat pemilihan teori itu sendiri melainka pada tahap awal penelitian

dimana peneliti harus berhati-hati untuk dapat memahami hubungan antara proses

organisasi dengan teori yang dipilih.

c. Teori sebagai alat ukur dimana keberhasilan penelitian lapangan tergantung pada

ketepatan peneliti menentukan variable yang diukur dapat merepresentasikan variable dari

teori.

4.2. Site Selection

Memilih lokasi yang cocok untuk menguji teori pada penelitian lapangan kuantitatif

dilakukan bersama-sama dengan praktisnya untuk memastikan bahwa data yang ada

memungkinkan untuk hipotesis yang diajukan dapat diuji. Urutan untuk memilih lokasi yaitu

1. Mengidentifikasi peluang lokasi penelitian yang memungkinkan bagi peneliti untuk

mendapat akses

2. Mencari data

3. Memilih teori untuk menguji hipotesis (umumnya tidak dianjurkan).

Naïf jika menganggap urutan di atas dapat dibalik prosesnya karena dalam prakteknya

peneliti selalu mengidentifikasi sifat lokasi yang ideal terlebih dahulu kemudian dilanjutkan

dengan melakukan negosiasi untuk dapat masuk ke lokasi yang telah dipilih untuk

mendapatkan seluruh data yang butuhkan oleh peneliti. Namun dibeberapa penelitian

lapangan dimungkinkan bagi peneliti untuk mendapatkan data laten melalui metode

wawancara, observasi langsung dan survey. Jika peneliti memutuskan untuk menggunakan

data arsip dari perusahaan maka pemilihan lokasi harus dievaluasi kembali dengan

menyesuaikan bahwa data yang dibutuhkan tersebut tersedia diperusahaan.

Jadi peneliti yang memilih penelitian lapangan kuantitatif harus mempertimbangkan

berbagai faktor ketika memilih lokasi yang tepat termasuk didalamnya mempertimbangkan

ketersediaan data, perusahaan yang tepat untuk diteliti, unit analisis yang sesuai, dan apakah

analisis statistik yang memadai kemungkinan akan diperoleh untuk menguji teori. Untuk

penelitian lapangan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori, pemilihan lokasi harus

dilakukan dengan hati-hati sehingga dapat memenuhi kondisi pertama dan ketiga dari urutan

yang harus dilakukan ketika memilih lokasi penelitian. Atkinson & Shaffir (1998)

menyatakan bahwa syarat agar pengujian teori di lapangan sukses maka kondisi pengujian

(yaitu, setting dan unit analisis) harus konsisten dengan aksioma teori, dan pengujian

menyediakan probabilitas yang wajar untuk menyakinkan dapat mengkonfirmasi teori atau

menentang teori.

4.3. Data Identification, Collection, and Preparation

4.3.1. Overview of Data

Penulis mendefinisikan measured data sebagai data asli yang ada di dalam organisasi

dan digunakan oleh manajemen sebelum kedatangan peneliti. Contoh measured data pada

akuntansi manajemen meliputi seluruh catatan akuntansi (misalnya, biaya, anggaran, varians)

dan measured data untuk kinerja individu atau organisasi (baik keuangan dan non keuangan).

Sedangkan data laten merupakan data yang ada namun tak terlihat dalam organisasi, nama

tersebut akan nampak setelah peneliti menggunakan alat ukur tertentu. data laten pada

akuntansi Manajemen dapat berupa data yang diperoleh peneliti bersumber dari measured

data.

Data laten juga mencakup data yang harus digali oleh peneliti atau diungkapkan

melalui pengukuran langsung melalui intervensi peneliti. Contoh intervensi pengukuran

meliputi: wawancara, observasi langsung, dan survei. Dengan pendekatan ini, peneliti

berusaha untuk mengukur konstruksi sistematis laten yang tidak mudah diakses. Tidak seperti

measured data, pada data laten yang berasal dari measured data, data laten yang peneliti

membawa cahaya dapat diubah dengan intervensi pengukuran peneliti.

Berdasarkan data pada table 1 menunjukkan bahwa beberapa penelitian menggunakan

dua jenis data yaitu measured data dan survey. Untuk tingkatan yang lebih rendah beberapa

penelitian menggabungkan jenis datanya berupa measured data kuantitatif dengan data

survey. Masalah yang timbul dari pemilihan jenis data ini adalah apakah jenis data yang

dipilih dapat digunakan untuk “triangulasi” dan dapat menguatkan tingkat validitas variable

tertentu. Atkinson & Shaffir (1998: 61) mengidentifikasi ada strategi yang dapat digunakan

untuk meningkatkan validitas sebuah konstrak yaitu dengan menggunakan lebih satu jenis

data yang digunakan sehingga dapat mendukung kesimpulan yang sama melalui triangulasi.

Misalnya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Davila dan Wouters (2005). Mereka

menggunakan metode wawancara dan measured data berupa arsip untuk meneliti praktek

penganggaran. Analisis data yang mereka lakukan dimulai dengan membahas proposisi

mereka menggunakan deskripsi sebagai bukti kualitatifnya. Deskripsi tersebut

menggambarkan proses penganggaran dan penganggaran organisasi. Selanjutnya mereka

menambahkan ananlisis kualitatif tersebut dengan analisis kuantitatif yang bersumber dari

measured data berupa arsip sebagai bukti statistic dari proposisi mereka.

Beberapa contoh penelitian lapangan yang menggunakan berbagai sumber data

terbukti dapat meningkatkan kredibilitas hasilnya. Seperti yang dikemukakan oleh Foster &

Sjoblom (1996: 56) yang membahas penggunaan beberapa metode menyatakan bahwa ''

Penggunaan tiga metode penelitian memungkinkan kita untuk meningkatkan keandalan dan

untuk mengembangkan platform yang lebih kaya untuk melakukan penelitian lebih lanjut

dengan kualitas yang lebih baik."

4.3.2. Collecting Measured Data in the Field Setting

Meskipun peneliti tidak terlibat dalam pembangunan measured data, peneliti masih

memiliki peran yang penting dalam mengumpulkan dan menyiapkan database yang sesuai

untuk digunakan. Peran penting peneliti dalam mengumpulkan dan

Menyiapkan data mencakup:

1. Isi (jumlah data)

Ketika data yang diperoleh berupa arsip dari catatan akuntansi, peneliti biasanya harus

tetap membuat pilihan dari database yang berukuran besar untuk mengukur potensial data.

Meskipun godaan untuk '' mengambil asal-asalan '' muncul, namun yang perlu diingan

adalah hal tersebut akan menyebabkan hilangnya kehati-hatian peneliti untuk pengukuran

yang penting.

2. Struktur data

Peneliti harus memastikan apakah data yang diperoleh dari perusahaan tidak berubah-ubah

dari waktu ke waktu. Untuk itu diperlukan analisis longitudinal dimana peneliti harus

mampu memperoleh data yang dapat dibandingkan pada waktu yang berbeda-beda. Hal ini

dilakukan untuk memberikan kepastian bahwa data yang diambil bersifat penting dan

tidak berubah.

3. Penggunaan dan visibility data

Peneliti harus memastikan bahwa penggunaan data tidak berubah dari waktu ke waktu.

Dan visibility data nampak pada data yang dikumpulkan. Misalnya ketika akan mengukur

kualitas suatu prodak selama ini secara konsisten diukur dengan besarnya biaya lembur

karyawannya yang bersumber dari laporan top manajer, yang sebelumnya digunakan pada

manajemen tingkat bawah. Hal ini mungkin dapat dikatakan memenuhi konsistensi

visibility data selama periode yang pilih datanya terhubung langsung dengan kompensasi

lembur tersebut.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jika data yang bersumber dari arsip tidak

berhubungan langsung dengan proses menghasilkan data maka data tersebut tidak mungkin

dapat mengcover masalah dan dapat menghambat pengujian empirisnya.

4.3.3. Collecting Survey Data in the Field Setting

Banyak hal yang memberatkan pada survey dengan surat, namun pada survey yang

dilakukan langsung ke lapangan bukan berarti tanpa hambatan. Terdapat beberapa masalah

dalam prakteknya ketika peneliti harus mempertimbangkan waktu, validitas dan respon yang

bias.

a. Timing (waktu)

Jika survey yang dipilih untuk mengumpulkan data dilapangan maka peneliti juga harus

mempertimbangkan waktu yang berhubungan dengan pekerjaan lainnya. Misalnya

peneliti memutuskan untuk menggabungkan waktu survey dengan wawancara, mana yang

lebih dahulu dilakukan? Haruskah survey terlebih dahulu kemudian diikuti dengan

interaksi yang lebih personal dengan informan atau sebaliknya? Penelitian yang

didominasi berbasis survey lebih memilih untuk menginformasikan waktu surveynya saat

dilakukan wawancara. Hal ini diharapkan ketika melakukan wawancara terlebih dahulu

dapat dilakukan pengaturan tempat survey bersama informan sesuai dengan keinginan

peneliti sehingga para responden survey telah “siap” untuk memberikan tanggapan yang

efisien, (Ferreira & Merchant, 1992). Namun dalam prosesnya hal tersebut tidak dapat

mencukupi data jika hanya dilakukan satu kali. Diperlukan aktivitas wawancara dan

survey untuk mendapat data yang lengkap, McGowan & Klammer (1997). Namun ada

kalanya antara wawancara dan survey salah satunya dilakukan lebih sering dibandingkan

yang lainnya. Misalnya untuk pe neliti harus melakukan wawancara secara berulang-ulang

untuk memastikan kesediaan data sebelum akhinya dilakukan survey, Selto et al. (1995)

b. Construct validity

Konsep lain yang menghubungkan antara survey dan wawancara adalah dengan

menggunakan survey dan wawancara untuk mengukur data yang berbeda. Misalnya untuk

mengetahui strategi perusahaan lebih tepat jika melakukan wawancara dengan para CEO,

namun jika ingin mengetahu system pengendalian manajemen akan lebih tepat jika

menggunakan survey, Davila (2005).

c. Response bias (respon yang bias)

Urutan pengumpulan data dapat mempengaruhi respon dan rentan terhadap bias yang

tidak diinginkan. Dengan melakukan survei terlebih dahulu, wawancara dapat dilakukan

lebih efisien karena responden sudah memahami maksud peneliti. Wawancara dapat

menggantikan pertanyaan terbuka pada saat survei. Namun jka peneliti mencakup konsep

survey yang kompleks, akan lebih tepat jika yang dilakukan pertama kali adalah

wawancara sebagai sarana untuk membangun membangun bersama konsep-konsep kunci.

Selanjutnya survei dapat digunakan untuk memperoleh pendapat responden yang

berhubungan dengan konsep-konsep tersebut dengan jaminan bahwa kesalahan

pengukuran dapat dikurangi. Survey juga dapat digunakan untuk memperkuat data arsip

sehingga kebutuhan peneliti untuk menyusun validitas konstrak dengan data survey dan

measured data dapat dipenuhi.

4.3.4. Collecting Interview Data in the Field Setting

Penulis tertarik pada data wawancara yang di beri kode, kemudian merubahnya

menjadi data yang memiliki ukuran kuantitatif dan dapat digunakan statistic untuk

analisisnya. Oleh karena itu, penulis mempertimbangkan data wawancara dari perspektif

yang sempit dan menggambarkan melalui dua contoh dalam literature akuntansi. Pengkodean

data yang berasal dari hasil wawancara menghadapi masalah validitas data. Seharusnya

pengkodean yang dilakukan pada data wawancara dilakukan oleh coders independen

sehingga dapat meningkatkan reliabilitas data tersebut, Davila (2005).

Sebaliknya ketika peneliti menggunakan data wawancara untuk membuat data

numeric, maka peneliti harus menyediakan pembaca (readers) dengan roadmap dari skema

pengkodeannya. Hal ini membantu mengurangi kepercayaan yang mutlak dari pembaca

(readers) yang menempatkan diri sebagai peneliti. Bagian penting lainnya dari kesalahan

pengukuran adalah bahwa pengkodean data kualitatif selalu subjektif sehingga cenderung

dilakukan oleh peneliti dengan bias baik selama wawancara maupun ketika pengkodean data,

Lilis (1999). Hurber dan Power (1985) mengidentifikasi 4 sumber bias (informasi tidak

akurat) dalam data wawancara yaitu:

1. Responden memiliki motivasi untuk memberikan informasi yang bias

2. Hasi dari persepsi dan pengetahuan yang terbatas dari responden

3. Informan tidak memiliki informasi yang memadai

4. Peneliti tidak menimbulkan informasi yang benar

Metode wawacara adalah teknik yang sangat baik untuk mengumpulkan data laten

yang dapat diterima untuk analisis kuantitatif. Sayagnya hal tersebut tidak sepenuhnya

berhasil, karena banyak peneliti mengeksploitasi jenis data ini meskipun data tersebut dapat

berguna untuk membangun validitas konstruk, menghasilkan temuan melalui triangulasi, dan

mengukur variable yang tidak didefinisikan dengan baik.

4.3.5. Summary of Data Identification, Collection, and Preparation

Jick (1979) menyajikan diskusi yang menarik dan informatif dari berbagai bentuk

triangulasi dan bagaimana mencampur data kualitatif dan kuantitatif. Jick (1979: 602)

menyatakan, '' Ada tradisi yang berbeda dalam literatur tentang metode penelitian ilmu sosial

yang menganjurkan penggunaan beberapa metode.'' Peneliti kuantitatif didesak untuk

menarik pengamatan kualitatif untuk memvalidasi dan menginterpretasikan hasil, dan

memperjelas Temuan yang tak terduga (Jick, 1979). Peneliti ingin mendesak penelitian di

lapangan untuk mendorong amplop pada penggunaan beberapa metode (yaitu, data arsip

diukur, data survei, dan data wawancara). Alih-alih menggunakan beberapa metode

sederhana untuk melengkapi gambar, peneliti juga berusaha untuk mendapatkan langkah-

langkah untuk setiap konstruk pada lebih dari satu sumber.

5. Conclusion and Personal Observations

Dari seluruh uraian dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Penelitian lapangan memiliki potensi untuk membuat kontribusi yang signifikan untuk

bidang akuntansi manajemen (Hopwood, 1983; Kaplan, 1983, 1984; Young, 1999).

b. Penelitian lapangan menawarkan kesempatan bagi para akademisi untuk masuk ke dalam

suatu organisasi dan mendapatkan pengetahuan langsung tentang praktek dan proses

organisasi.

c. Tujuan penting dalam penelitian lapangan meliputi mempelajari sesuatu yang bersifat

asing, memberikan bukti dari sampel-kecil, dan menyelidiki anomali dan inovatif dalam

prakteknya(Shields, 1997).

d. Definisi penelitian lapangan menyediakan bagi peneliti lapangan seperangkat data dalam

konteks yang alami.

Atkinson & Shaffir (1998: 47) menunjukkan bahwa penelitian yang dirancang

dengan baik dapat mengembangkan atau menguji teori '' menjadi sesuatu yang menarik''

dalam literatur akuntansi manajemen dan Young (1999) mencatat bahwa penelitian lapangan

sangat cocok untuk tujuan ini.