bab i - muhlisin personal's site | hidup · web viewdalam konteks pembarua pendidikan, ada...

28
BAB I PEMBARUAN PENDIDIKAN Sebuah Tuntutan A. Mengapa Perlu Pembaruan Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan, oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Nasional yang diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif dan terhadap perubahan zaman. Memasuki abad ke- 21 ini, keadaan sumber daya manusia kita sangat tidak kompetitif, menurut catatan Human Development Report tahun 3003 versi UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada diurutan 112. Indonesia jauh berada dibawah Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58), Brunai (31), Korsel (30), Singapira (28). Interbational Education Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada diurutan 38 dari 39 Negara yang disurvei. Sementara itu, Third Matemathics and science study (TIM 55), lembaga yang mengukur hasil pendidikan didunia, melaporkan bahwa kemampuan mamtematika siswa SMP kita berada diurutan ke- 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan LPA siswa SMP kita berada diurutan ke- 32 dari 38 negara. Jadi PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PENERAPANNYA DALAM KBK Dr. Nur Hadi, Dkk.

Upload: dinhtruc

Post on 03-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I

PEMBARUAN PENDIDIKAN

Sebuah Tuntutan

A. Mengapa Perlu Pembaruan

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan, oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Nasional yang diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif dan terhadap perubahan zaman.

Memasuki abad ke- 21 ini, keadaan sumber daya manusia kita sangat tidak kompetitif, menurut catatan Human Development Report tahun 3003 versi UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada diurutan 112. Indonesia jauh berada dibawah Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58), Brunai (31), Korsel (30), Singapira (28). Interbational Education Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada diurutan 38 dari 39 Negara yang disurvei. Sementara itu, Third Matemathics and science study (TIM 55), lembaga yang mengukur hasil pendidikan didunia, melaporkan bahwa kemampuan mamtematika siswa SMP kita berada diurutan ke- 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan LPA siswa SMP kita berada diurutan ke- 32 dari 38 negara. Jadi keadaan pendidikan kita memang memprihatinkan. Untuk itu, pembaruan pendidikan harus terus dilakukan.

Dalam konteks pembarua pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus konfrehensif dan renponsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keragaman keperluan dan kemajuan tegnologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokud pembaruan pendidikan Indonesia.

B. Pembaruan Dalam Bidang Kurikulum

Berbagai usaha telah dilakuakan DEPDIKNAS untuk mempernaiki mutu pendidikan Nasional. Salah satunya adalah berbasis kompetensi (KBK), sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yang cenderung content-based. Penyempurnaan kurikulum memang harus dilakuakan untuk merespons tutuntan terhadap kehidupan kehidupan berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah. Diera yang aka datang, fungsi pendidikan diperluan mencakup hak asasi manusia yang mendasar, modal ekonomi, sosial dan politik; alat pemberdayaan kelompok yang kurang beruntung , landasa budaya damai dan sebagai jalan utama menuju masyarakat belajar sepanjang hayat.

Atas dasar pemikiran diatas, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi, agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu Nasional dan internasional. Sistem pendidikan nasional harus dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, tegnologi, dan seni serta program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi.

Dilihat dari tujuannya, kurikulum berbasis kompetensi ini ingin memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi siswa. Dengan KBK akan dibawa memasuki kawasan pengetahuan maupun penerapan pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran. Selama ini hasil pendidikan hanya nampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkatan hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya.

Tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam subtansi materinya.

C. Megapa Pembelajaran Kontekstual

Pola pikir sentralistik, dan uniformistk mewarnai pengemasan dunia pendidikan kita keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarky-birokrasi. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermana jika anak mengalami sendiri apa yang dialaminya, bukan mengetahui -nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan kontekstual (contextual teaching abd learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu.

Alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangka sekarang ini:

a. penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan.

b. penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan buku pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.

c. penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat.

d. penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial politik dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.

e. Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.

D. Apakah Pemdekatan Konstektual Itu

Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Kontekstual hanyalah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif danbermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

BAB II

HAKIKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Latar Belakang

Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yangmereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.

Selain teori progresivisme John Dewey, teori kognitif melatar belakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.

Melalui landasan konstruktivisme CTLdipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL siswa diharapkan belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan berdifat non-obyektif, temporer dan selalu berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar.

Hakikat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informas baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama danmemperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi teori konstruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena itulah strategi ini disebut pengajaran yang terpusat pada siswa (student-centered intruction).

Dalam pandangan konstruktivistik, kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan pembelajaran ini menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktifitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham ini menolak pandangan behavioristik.

B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang dinegara-negara maju dengan berbagai nama. Di Negeri belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistic Matematics Education (RME), yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contekstual Teaching an Learning (CTL) yang intinya membantu guru ubtuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Sementara itu di Michigan juga berkembang Bonnected Matematics Project (MP) yang bertujuan mengintregasikan ide matematika kedalam konteks kehidupan nyata denga harapan siswa dapat memahami apa yang dupelajarinya dengan baik dan mudah.

Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk m