pembaruan melalui organisasi sosial keagamaan

18
MAKALAH Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dunia Islam (PPMDI) Dosen : Asep Gunawan, M.A. Disusun oleh: Eka Lusiandani Koncara Semester 5 Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakata 2 0 0 7

Upload: eka-l-koncara

Post on 10-Jun-2015

5.137 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Bagaimana perkembangan Islam dan pembaruannya melalui organisasi sosial keagamaan yang ada di Indonesia.Bagi yang butuh unduhan file ini, baik dalam bentuk ‘.doc’, ‘.docx’, ‘.rtf’, atau ‘.pdf’, dapat menghubungi alamat berikut:[email protected]

TRANSCRIPT

Page 1: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

MAKALAH Pembaruan Melalui Organisasi Sosial

Keagamaan di Indonesia Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern

Dunia Islam (PPMDI) Dosen : Asep Gunawan, M.A.

Disusun oleh: Eka Lusiandani Koncara

Semester 5 Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakata

2 0 0 7

Page 2: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

i

KATA PENGANTAR

Perjalanan dunia tidak pernah lepas dari perubahan. Waktu demi waktu yang terus melaju menghantarkan umat manusia kepada berbagai bentuk pembaruan. Pada setiap jaman, selalu muncul berbagai pemikiran baru yang senantiasa menambah khasanah kehidupan umat. Dunia Islam pun tidak terlepas dari berbagai langkah pembaruan pada setiap sisi kehidupannya. Sejak Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT hingga detik ini, berbagai perubahan selalu terjadi guna lebih menyempurnakan kehidupan agama yang paling sempurna ini. Banyak tokoh telah lahir dan berjasa dalam menyumbangkan pemikiran-pemikirannya dalam mencapai suatu perubahan menuju lebih baik.

Berbagai perubahan dan pembaruan yang terjadi di dunia Islam, juga sangat terasa di negara dengan umat muslim terbesar di dunia, Indonesia. Sepanjang perjalanan sejarah Indonesia, kita dapat menemukan bahwa negara ini pun tak pernah lepas dari roda pembaruan, yang juga tak lepas dari hasil pemikiran tokoh-tokoh Islam di Indonesia, dengan berbagai organisasi sosial keagamaan sebagai kendaraannya.

Dalam hal ini, penyusun merasa sangat tertarik untuk sedikit mengulas tentang perjalanan kehidupan beragama dan bernegara di Indonesia dengan berbagai perubahannya, yang terbentuk dari pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia, sehingga selalu dapat kita temukan berbagai bentuk pembaruan. Makalah yang menjadi media bahasa penyusun ini berjudul:

“Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia”.

Di sini penyusun berusaha membahas tentang bagaimana perjalanan kehidupan dunia Islam di Indonesia dengan berbagai perubahannya, melalui beberapa organisasi sosial keagamaan yang berdiri dan eksis di bumi tercinta ini.

Semoga bermanfaat.

Purwakarta, Nopember 2007 Penyusun

Page 3: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Pembaruan ........................................................................................ 1

B. Organisasi Sosial Keagamaan ........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Latar Belakang Pembaruan di Indonesia ......................................... 3

B. Organisasi Sosial Keagamaan Terbesar Di Indonesia ..................... 4

1. Muhammadiyah ............................................................................. 4

a. Sejarah ...................................................................................... 4

b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya ................................. 5

2. Nahdatul Ulama ............................................................................. 6

a. Sejarah ..................................................................................... 6

b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya ................................. 8

C. NU – Muhammadiyah dalam Pembaruan di Indonesia .................. 9

BAB III PENUTUP....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

Page 4: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. PEMBARUAN

Kata ”pembaruan” berasal dari kata dasar “baru”, yang selalu identik

dengan kata “modern”. Dengan demikian, kata “pembaruan” selalu

disamaartikan dengan “modernisasi”. Dalam masyarakat barat, modernisasi

mengandung arti fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah paham,

adat istiadat, dan institusi-institusi lama, untuk disesuaikan dengan suasana

baru yang diimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Modernisasi dalam kehidupan beragama di barat memiliki tujuan untuk

menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama dengan ilmu

pengetahuan dan falsafat baru (modern), di mana akhirnya malah

membawa kepada timbulnya paham sekularisme di masyarakat barat.

Sebagaimana halnya di barat, di dunia Islam pun muncul berbagai

pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam

dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dengan jalan demikian, para pemimpin Islam

modern berharap agar dapat membawa umat Islam kepada kemajuan.

Dalam perkembangannya, kata modernisasi pun mulai diterjemahkan

menjadi “At-Tajdid” dalam Bahasa Arab, yang berarti “pembaruan”.

B. ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN

Organisasi adalah suatu wadah yang terbentuk dari sekumpulan/

kelompok orang yang saling mengenal dan bekerjasama secara sistematis

demi mencapai tujuan yang sama. Dalam Bahasa Arab, kita mengenal kata

organisasi dengan “jama’ah”. Sosial adalah istilah untuk aktifitas interaksi

individu dengan individu lainnya dalam ruang lingkup kehidupan yang

lebih luas (masyarakat). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

organisasi sosial keagamaan adalah suatu wadah bagi kelompok individu

Page 5: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 2

yag saling berinteraksi dalam kehidupan beragama di masyarakat yang

bekerjasama secara sistematis guna mencapai suatu tujuan yang sama.

Banyak sekali organisasi sosial keagamaan yang bermunculan di

negeri ini, dengan mengusung visi dan misinya masing-masing. Tiap

organisasi menawarkan berbagai bentuk perubahan dan pembaruan

menurut versinya masing-masing. Pada umumnya, organisasi sosial

keagamaan terbentuk karena adanya keinginan yang kuat dalam suatu

kelompok untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan format kehidupan

yang baru seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bersamaan dengan itu, muncullah berbagai pemikiran-pemikiran baru,

yang kemudian menjadi landasan dalam kehidupan organisasi tersebut.

Dari pemikiran-pemikiran baru inilah, kemudian berkembang suatu gaya

hidup dan ideologi baru di komunitas-komunitas masyarakat tertentu, yang

kemudian disebut sebagai hasil pemikiran modern.

Intinya, suatu pemikiran baru dalam kehidupan beragama tidak akan

terealisasi tanpa adanya organisasi keagamaan yang mendukung pemikiran

tersebut, serta organisasi keagamaan pun tidak akan terbentuk tanpa

adanya pemikiran-pemikiran baru, dan apabila demikian, maka kehidupan

masyarakat agama tidak akan mampu bertahan dalam kompetisi kehidupan

beragama di masyarakat. Karena, untuk menjadi kuat, umat harus bersatu

dan terus berusaha beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi

di dunia sekitarnya.

Di Indonesia, telah lahir dan berkembang banyak organisasi sosial

keagamaan yang berperan besar dalam pembaruan kehidupan masyarakat

muslim, bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya. Di antaranya,

terdapat dua organisasi besar Islam di Indonesia yang sampai saat ini tetap

eksis dalam kehidupan beragama dan berbangsa, yaitu Nahdatul Ulama dan

Muhammadiyah.

Page 6: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pembaruan di Indonesia

Pembaruan di Dunia Islam Arab dipelopori oleh Muhammad Abdul

Wahab pada sekitar tahun 1703 yang berasal dari Nejed, Saudi Arabia.

Pembaruan terjadi pada berbagai aspek keagamaan, terutama di bidang

akhlaq dan ilmu pengetahuan hampir di seluruh wilayah timur tengah

hingga awal abad ke-20. Melalui proses pembaruan ini, sudah barang tentu

akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru dari berbagai tokoh-tokoh

intelektual muslim, hingga terbentuk pula beragam organisasi sosial

keagamaan yang mewadahi hasil pemikiran tersebut.

Pembaruan di negara-negara Timur Tengah ini, meluas hingga ke

Indonesia. Di antara pengaruh dari pembaruan di Timur Tengah tersebut di

Indonesia, adalah lahirnya tokoh-tokoh pembaru Islam yang semula

menimba ilmu di Timur Tengah kepada Syekh Ahmad Khatib Al-

Minangkabawi, seorang ulama Indonesia yang mendapat kedudukan mulia

dikalangan masyarakat dan pemerintahan Arab. Mereka antara lain adalah

Syekh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), Syekh Daud

Rasyidi, Syekh Jamil Jambik, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Organisasi dan

kelembagaan Islam modern pun bermunculan, baik yang bersifat politik,

ekonomi, maupun sosial.

Beberapa pemikiran cendikiawan muslim luar negeri juga banyak

berpengaruh pada perkembangan pembaruan di Indonesia. Beberapa di

antara mereka adalah Syekh Muhammad Abduh yang berasal dari Mesir

dan Syekh Jamaludin al-Afghani dari Afganistan.

Pendapat Syekh Muhammad Abduh yang paling berpengaruh di

Indonesia antara lain: pertama, menurut beliau pintu ijtihad belum tertutup

dan yang kedua adalah bahwa kemunduran umat Islam seluruh dunia

adalah karena umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam itu sendiri.

Page 7: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 4

Maka umat Islam harus segera kembali kepada ajaran Islam yang murni,

yaitu Al-Qur’an dan sunah.

Pengaruh pemikiran Syekh Jamaludin al-Afghani tidak sebesar

pengaruh Syekh Muhammad Abduh. Di antara pemikiran beliau ialah

bahwa kemunduran umat Islam adalah karena tidak adanya persatuan di

kalangan umat Islam itu sendiri. Justru umat Islam malah sering berperang

dengan sesamanya.

B. Organisasi Sosial Keagamaan Terbesar di Indonesia

1. Muhammadiyah

a. Sejarah

Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal

18 Nopember 1912 (8 Dzulhijah 1330 H) di Kauman, Yogyakarta.

Nama Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yang berarti

rasul terakhir, yang kemudian ditambah ya nisbah dan ta

marbuthah yang menunjukkan penyifatan. Dengan demikian,

Muhammadiyah berarti gerakan yang mempunyai sifat Nabi

Muhammad SAW.

Beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya Muhammadiyah,

antara lain:

1) K.H. Ahmad Dahlan melihat bahwa umat Islam di Indonesia

tidak memegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Banyak

amal-amalan yang dilakukan masyarakat yang dipengaruhi

hal-hal yang tidak dibenarkan syari’at, seperti pengaruh

Hindu.

2) Lembaga-lembaga pendidikan agama saat itu dinilai kurang

efisien. Pendidikan pesantren yang ada tidak lagi sesuai

dengan tuntutan jaman. Di lain pihak, pendidikan Belanda

yang memiliki metode yang lebih modern, bersifat sekuler.

Page 8: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 5

Muhammadiyah ingin berusaha menggabungkan kedua

sistem pendidikan tersebut.

3) Kemiskinan banyak menimpa umat Islam di Indonesia.

Muhammadiyah ingin berusaha memperbaiki nasib rakyat

kecil.

4) Banyaknya misi penyebaran Agama Kristen melalui lembaga-

lembaga pendidikan di masyarakat. Muhammadiyah ingin

mencegah keberlangsungan hal ini.

5) Kurangnya pemahaman umat Islam terhadap ajaran Islam

sehingga timbul fanatisme yang sempit, taklid buta, dan

berfikir secara dogmatis.

b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya

KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman-Yogyakarta dengan

nama Muhammad Darwis pada tahun 1868. Beliau pergi haji dan

bermukim di Mekkah untuk menimba ilmu agama pada tahun

1888. Pada tahun 1902, beliau kembali ke tanah air dan

mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1909,

beliau bergabung dengan perkumpulan Budi Utomo dan masuk

organisasi Jam’iat al-Khair pada tahun 1910 serta Sarekat Islam

pada tahun 1911. Beliau mendirikan dan kemudian memimpin

organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912, hingga beliau wafat

pada tanggal 23 Februari 1923 di Kauman-Yogyakarta.

Ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran bagi KH. Ahmad

Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah. Inilah yang

kemudian disebut sebagai Ide Dasar KH. Ahmad Dahlan, yaitu

sebagai berikut:

1) Dalam bidang aqidah, pandangan KH. Ahmad Dahlan sejalan

dengan pandangan dan pemikiran ulama salaf.

2) Dalam perspektif KH. Ahmad Dahlan, beragama adalah

beramal. Artinya, beragama itu berkarya dan berbuat sesuatu,

Page 9: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 6

bekerja dalam berbagai segi kehidupan, serta melakukan

tindakan hanya karena Allah SWT sesuai dengan Al-Qur’an

dan sunnah.

3) Menurut KH. Ahmad Dahlan, sumber pokok hukum Islam

adalah Al-Qur’an dan sunnah. Jika dari keduanya tidak

ditemukan kaidah hukum yang eksplisit, hukum ditentukan

berdasarkan penalaran dengan menggunakan kemampuan

berpikir logis serta ‘ijma dan qiyas.

4) Dalam pandangan KH. Ahmad Dahlan, terdapat lima jalan

untuk memahami Al-Qur’an, yaitu mengerti artinya,

memahami maksudnya, introspeksi diri, manjauhi larangan

dan menjalankan kewajiban yang telah diketahui, serta tidak

mencari ayat lain sebelum isi ayat sebelumnya dikerjakan.

5) KH. Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata

adalah wujud konkrit dari hasil penerjemahan Al-Qur’an.

Organisasi adalah wadah dari tindakan nyata tersebut. Untuk

itu, umat Islam harus memperluas dan mempertajam

kemampuan akal pikiran dengan ilmu mantiq.

6) Sesuai dengan dasar pemikiran bahwa seseorang itu perlu

suka dan gembira, maka orang harus yakin akan adanya

bahaya dan mati. Lupa akan kematian adalah bahaya yang

jauh lebih besar dari kematian itu sendiri.

7) Kunci persoalan hidup adalah peningkatan kualitas hidup

dan kemajuan yang sedang berkembang dalam tatanan hidup

masyarakat. Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan berpesan agar

umat Islam harus menjadi intelektual yang bertaqwa.

8) Generasi muda perlu dibina dengan jalan interaksi langsung,

dan untuk itu KH. Ahmad Dahlan mendirikan kepanduan

yang selanjutnya diberi nama Hizbul Wathan (HW).

Page 10: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 7

9) Strategi menghadapi perubahan sosial akibat modernisasi

adalah merujuk kembali kepada Al-Qur’an, menghilangkan

sikap fanatisme, dan taklid.

2. Nahdatul Ulama

a. Sejarah

Nahdatul Ulama (Kebangkitan Ulama), didirikan pada tanggal 31

Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya. Dua tokoh yang

memprakarsai berdirinya organisasi yang dikenal dengan

sebutan NU ini adalah KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-

1947) dan KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971).

Latar belakang didirikannya NU adalah adanya tindakan Ibnu

Sa’ud, sebagai penguasa Wahabi, yang ingin membersihkan

praktik-praktik keagamaan yang dianggap menyeleweng dari

ajaran Islam. Sebagian besar ulama Indonesia menyetujui

tindakan Ibnu Sa’ud tersebut. Sedangkan ulama-ulama

tradisional tidak menyetujui hal tersebut. Karena posisi yang

tidak menguntungkan dan dengan maksud ingin tetap

mempertahankan praktik keagamaan tradisional, seperti ajaran

empat madzhab, para ulama tradisional akhirnya membentuk

Komite Merembuk Hijaz, yang kemudian diubah namanya

menjadi Nahdatul Ulama.

Pengurus pertama Nahdatul Ulama adalah KH. Hasyim Asy’ari

(Raisul Akbar), KH. Dahlan (Wakil Raisul Akbar), KH. Abdul

Wahab Hasbullah (Katib Awwal), KH. Abdul Halim (Katib Sani),

dan KH. M. Alwi, KH. Ridwan, KH. Said, KH. Bisri, Abdullah

Ubaid, Nahrawi, Amin, serta Masyhur sebagai A’wan (anggota).

Anggaran Dasar NU 1927 menyebutkan tujuan untuk

memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu dari

Page 11: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 8

empat madzhab dan melakukan kegiatan yang menguntungkan

para anggotanya dalam bentuk:

1) Memperkuat persatuan antar sesama ulama yang masih setia

terhadap ajaran-ajaran madzhab.

2) Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis buku/kitab yang

diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam.

3) Penyebaran ajaran-ajarna Islam yang sesuai dengan tuntunan

madzhab empat.

4) Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki

organisasinya.

5) Membantu pembangunan masjid, langgar, dan pondok

pesantren.

6) Membantu mengurusi anak-anak yatim piatu dan fakir

miskin.

b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya

KH. Hasyim Asy’ari di kalangan masyarakat dan organisasi Islam,

bukan saja sangat sentral, tetapi menjadi tipe utama seorang

pemimpin. Beliau lahir di Jombang-Jawa Timur pada tahun 1871,

dan mulai belajar di Mekkah pada tahun 1892. Pada tahun 1899,

beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa

Timur, dan mendirikan Nahdatul Ulama pada tahun 1926. Sejak

itu, beliau menjabat sebagai Rais Am NU hingga tahun 1947.

Pada tahun 1939, beliau juga mendirikan Majelis Ulama ‘Ala

Indonesia. Beliau menjabat sebagai Kepala KUA Shumubu

wilayah Jawa dan Madura pada tahun 1944, dan kemudian

menjadi Ketua Masyumi pada tahun 1945. Beliau wafat di

Tebuireng, Jombang pada tahun 1947 dan dianugerahi sebagai

Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh pemerintah Republik

Indonesia pada tahun 1964. Semasa hidupnya, selain berjuang

mengembangkan Islam melalui pesantren dan organisasi sosial

Page 12: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 9

keagamaan, beliau pun aktif dalam mengorganisasi perjuangan

politik melawan kolonial. Bahkan, pada masa pendudukan

Jepang beliau pernah ditahan selama 6 bulan karena dianggap

menentang.

Orientasi pemahaman dan pemikiran keislaman KH. Hasyim

Asy’ari sangat dipengaruhi oleh seorang guru utama, yaitu Syekh

Mahfudz at-Tarmidzi yang menganut tradisi Syekh Nawawi.

Dasar pemikiran yang digunakan oleh KH. Hasyim Asy’ari adalah

sebagai berikut:

1) KH. Hasyim Asy’ari menganut aqidah Ahlus Sunnah wal

Jama’ah dan bermadzhab kepada empat imam madzhab.

2) KH. Hasyim Asy’ari tidak setuju dengan kebebasan berpikir

dan mengabaikan madzhab dalam urusan agama.

3) Ijtihad para imam madzhab sangat menentukan dalam

memahami Al-Qur’an dan sunnah.

4) Penafsiran Al-Qur’an dan sunnah secara langsung tanpa

mempelajari kitab-kitab para ulama besar hanya akan

menghasilkan pemahaman yang keliru.

5) Kyai sebagai figur yang mempunyai kedudukan tinggi.

6) Pesantren sebagai tempat yang paling utama dalam

membentuk akhlaq manusia.

C. Muhammadiyah – NU dalam Pembaruan di Indonesia

Lahirnya kedua organisasi sosial keagamaan ini memberikan

pengaruh yang sangat besar terhadap pembaruan kehidupan beragama di

Indonesia. Bahkan hingga detik ini pun, pemikiran demi pemikiran terus

ditetaskan oleh para cendikiawan NU dan Muhammadiyah demi mengikuti

perkembangan jaman dan kondisi situasi kemasyarakatan yang ada.

Page 13: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 10

Secara garis besar, prinsip dasar kaum pembaru Islam dapat

ditelusuri kepada sedikitnya dua untai yang saling berkaitan. Yang pertama

adalah seruan untuk kembali kepada skripturalisme (kitab suci Al-Qur’an)

dengan menekankan autoritas Al-Qur’an dan sunnah dalam menentukan

substansi ajaran. Untai kedua, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari untai pertama adalah upaya untuk melakukan reinterpretasi ajaran-

ajaran Islam melalui pemahaman-pemahaman baru sesuai dengan tuntutan

dunia modern.

Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah adalah dua organisasi massa

Islam yang paling berpengaruh, bukan saja di Indonesia, melainkan juga di

dunia Islam. Keduanya merupakan anak kandung ibu pertiwi yang “berjenis

kelamin” sama, yakni sama-sama aktif menggiatkan dakwah Islam dan

sama-sama mengklaim memiliki anggota puluhan juta umat Islam. Begitu

banyak kesamaan di antara kedua ormas Islam ini sehingga sulit sekali

dicari perbedaannya kecuali hanya sebatas furu’iyah (yang kecil-kecil dan

sama sekali tidak signifikan). Akan tetapi, perbedaan tersebut seakan

dibesar-besarkan. Sehingga banyak ditemukan apa yang kita sebut dengan

“fanatisme golongan”. Ikhtilaf (perbedaan) ini sebetulnya sudah menjadi

sunnatullah bagi setiap makhluk-Nya. Tidak dapat dibayangkan apabila

seluruh makhluk di muka bumi ini diciptakan sama rata, dengan pola pikir

yang sama pula.

Mengapa NU dan Muhammadiyah berbeda? Menurut Abd. Rohim

Ghazali dalam bukunya Dua yang Satu, ada dua akar persoalan yang terkait

satu sama lain, pertama, Muhammadiyah lahir dengan membawa semangat

tajdid (pembaruan) yang bercorak purifikasi: mencoba “membersihkan”

ajaran Islam dari unsur budaya lokal yang dianggapnya sebagai TBC

(takhayul, bid’ah, dan churafat). Gagasan tajdid Muhammadiyah dengan

manggusur TBC ini bisa dipahami karena KH. Ahmad Dahlan, pendiri

organisasi ini, hidup dalam masyarakat yang bercorak kegamaan ganda:

sinkretik dan tradisional. Mengapa TBC ini harus diberantas? Karena

Page 14: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 11

beban-beban kultural inilah yang dianggap dapat menghambat kemajuan

umat Islam. Di sini, dalam batas-batas tertentu, dalam gerakan purifikasi

yang diikuti dengan menggalakkan pendidikan modern, Muhammadiyah

memang terbukti mampu melakukan transformasi sosial. Akan tetapi, hal

ini membawa dampak kultural yang harus dibayar. Jika praktik takhayul

dan khurafat menjadi bagian dari Islam sinkretik, maka bid’ah adalah

bagian dari Islam tradisional. Muhammadiyah tampak berusaha

membersihkan keduanya sekaligus. Di sinilah gesekan antara

Muhammadiyah dan NU tak bisa dihindarkan karena kalangan nahdiyinlah

yang berusaha mempertahankan unsur-unsur budaya lokal yang dianggap

bisa memperkaya aplikasi ajaran-ajaran Islam. Dalam konteks ini, walau

banyak yang meragukan, tampaknya kelahiran NU pada tahun 1926

merupakan antitesis dari gerakan Muhammadiyah yang telah berdiri sejak

tahun 1912.

Padahal, menurut Gus Dur, banyak yang tidak mengetahui bahwa

kakeknya, KH. Ahmad Bisri Sansuri, seorang ahli fiqih dari NU, apabila

terjadi ribut-ribut soal hukum agama, sebelum sidang NU, selalu, kalau

bukan beliau yang ke Yogyakarta, maka Kiai Hadjid (dari Majelis Tarjih

Muhammadiyah) yang ke Jombang. Mereka berdua ini sama: kitabnya

sama, pemahamannya pun sama. Mereka tukar menukar pendapat sampai

berhari-hari. Sekarang, kita baru seminar sehari saja sudah lari.

Bagaimanapun, perbedaan NU-Muhammadiyah yang kemudian

dibesar-besarkan ini, tidaklah seharusnya terjadi, karena seperti telah

diuraikan bahwa NU dan Muhammadiyah sebetulnya memiliki banyak

sekali kesamaan, dan kesamaan yang paling utama ialah sama-sama

melakukan dakwah dan jihad guna mencapai Islam yang lebih sempurna.

Cak Nur mengatakan bahwa perbedaan yang terjadi pada tubuh NU dan

Muhammadiyah hanyalah pada metodologi dan substansi dakwahnya saja.

Dikatakannya bahwa NU memiliki lebih banyak substansi tetapi kurang

Page 15: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 12

metodologi. Sebaliknya Muhammadiyah punya banyak metodologi tetapi

kekurangan substansi.

Seiring berjalannya waktu, banyak sekali perubahan yang terjadi,

terutama dengan kedua organisasi sosial keagamaan ini. Keduanya mulai

terlihat akrab, bukan hanya dalam kehidupan sosial masyarakat, tetapi juga

dalam kehidupan politik. NU-Muhammadiyah di tingkat atas kini menjadi

kekuatan yang satu. Keduanya mulai berusaha untuk saling mengisi satu

sama lain. Rubrik Resonansi Republika 23 Mei 1996 menampilkan tulisan M.

Amien Rais yang berjudul “Muhammadiyah-NU”. Ada enam alhamdulillah

dalam tulisan tersebut. Alhamdulillah pertama, ditujukan pada hubungan

dan kerjasama yang baik antara pengasuh dan guru-guru di sebuah panti

asuhan Muhammadiyah di Tuban dengan aktivis dan orang-orang NU

lainnya. Alhamdulillah kedua, dipujikan bagi tumbuhnya kerjasama yang

baik antara aktivis Muhammadiyah di Muntilan dengan Gerakan Pemuda

Anshor setempat dalam hal pengurusan hewan kurban dan panti asuhan.

Alhamdulillah ketiga, ditujukan atas kejadian 60% penyandang dana panti

asuhan di di Cabang Muhammadiyah Kaliangkrik-Magelang, adalah warga

NU. Alhamdulillah keempat, untuk kejadian di pesantren Hafalan dan

Pemahaman Al-Qur’an di lingkungan Universitas Muhammadiyah Jember,

yang ternyata tiga kiai yang mengajar di situ adalah ulama NU.

Alhamdulillah kelima, untuk makin berkurangnya pertentangan-

pertentangan di masyarakat yang berkaitan dengan masalah khilafiyah

‘ubudiyah. Dan Alhamdulillah yang keenam, diperuntukan bagi kenyataan

bahwa warga dari kedua organisasi besar umat Islam ini makin piawai

dalam mempraktikkan ukhuwah islamiyah.

Muhammadiyah dan NU tak ragu lagi adalah organisasi terbesar di

Indonesia. Sebagian pengamat bahkan mengklaim bahwa keduanya

merupakan organisasi kaum muslim terbesar di seluruh dunia Islam. Dan

lebih dari itu, keduanya sekaligus menjadi organisasi tertua, yang

eksistensinya tidak pernah terputus sejak dilahirkan.

Page 16: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 13

Klaim kebesaran kedua organisasi ini tentu tidak terlalu berlebihan.

Lihatlah Muhammadiyah dengan segenap perangkat anak-anak

organisasinya. Lalu lihat pula medan yang digarapnya. Ke mana pun kita

menoleh, tak ayal lagi akan terlihat papan nama Muhammadiyah, dari

Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, Universitas, hingga klinik-klinik.

Demikian kolosalnya kelembagaan yang dimiliki organisasi ini, sehingga

angka pasti sekolah Muhammadiyah di seluruh nusantara sulit diperoleh.

Sejak awal, organisasi ini cenderung menjauhi kancah politik. Ia lebih

memusatkan pada purifikasi Islam, dakwah, pendidikan dan penyantunan

sosial lainnya. Kemudian palingkan pandangan ke NU. Kita akan melihat

banyaknya pesantren yang bernaung di bawahnya. Organisasi yang oleh

Deliar Noer digolongkan sebagai tradisionalis, ternyata tidak pernah layu

pula dalam arus modernisasi Indonesia yang demikian kencang dalam

beberapa dasawarsa terakhir. NU sama sekali tidak canggung dengan

politik. Ia dengan lincah bermain di panggung politik Indonesia.

Konsekuensinya, sering sekali NU lupa pada kegiatan pendidikan dan

dakwah, sehingga sedikit sekali kita menemukan sekolah, rumah sakit, atau

pusat pelayanan umum yang dimiliki organisasi ini.

Eksistensi NU dan Muhammadiyah yang saling melengkapi di

Indonesia saat ini, membentuk pendapat bahwa maju mundurnya salah

satu organisasi bukan lagi dilihat secara simplistis dalam kerangka

organisasi masing-masing, tetapi dalam kerangka umat secara keseluruhan.

Fastabiq al-Khairat…

Page 17: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 14

BAB III

PENUTUP

Pembaruan (tajdid) dalam kehidupan umat Islam merupakan

keharusan guna mempertahankan keutuhan dan eksistensi umat dalam

perjalanan hidup manusia yang penuh dinamika. Perubahan selalu hadir

dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan umat Islam harus mampu

menghadapinya. Tajdid adalah bentuk adaptasi umat Islam terhadap

keadaan sosial mayarakat yang terus berkembang.

NU dan Muhammadiyah, sebagai organisasi sosial kemasyarakatan

terbesar di negara ini, hadir untuk mengakomodir serta membimbing umat

dalam proses adaptasi ini. Dengan adanya kedua organisasi ini di Indonesia,

sebagian besar masyarakat muslim Indonesia memiliki pegangan dalam

menghadapi berbagai perubahan yang ada.

NU-Muhammadiyah adalah sama. Mereka sama-sama berdakwah

dan berjuang untuk kepentingan umat dalam menghadapi modernisasi.

Perbedaan yang ada selama ini hanyalah perbedaan kecil yang dibesar-

besarkan. Tetapi di masa sekarang, NU-Muhammadiyah dapat

menunjukkan dan membuktikan bahwa umat Islam Indonesia masih

bersatu dan ukhuwah islamiyah masih terjalin erat. Dengan saling mengisi,

umat Islam akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai perubahan di masa

sekarang dan masa depan.

Demikian makalah kami:

“Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia“

Page 18: Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan

Semester 5 Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien

Purwakarta

Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia 15

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, 1975, Pembaruan dalam Islam - Sejarah Pemikiran dan

Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang

Rohim Ghazali, Abd, 2000, Dua yang Satu – Muhammadiyah dalam

Sorotan Cendikiawan NU, Bandung: Mizan

Rohim Ghazali, Abd, 1999, Gus Dur dalam Sorotan Cendikiawan

Muhammadiyah, Bandung: Mizan

Azra, Azyumardi, 2001, Menuju Masyarakat Madani – Gagasan,Fakat,

dan Tantangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murodi, 1995, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3 MTs, Semarang: Toha

Putra

Margiono; Latifah; Anwar, Junaidi, 2004, Agama Islam Kelas 2 SMA,

Jakarta: Yudhistira

Wahid, Abbas; Suratno, 2006, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII MA,

Solo: Tiga Serangkai