aktivitas mentoring organisasi keagamaan kampus …

154
AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS DALAM PERSPEKTIF SOCIAL LEARNING THEORY ALBERT BANDURA PADA ORGANISASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: SAVIRA NIM: 11150110000041 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURURAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN

KAMPUS DALAM PERSPEKTIF SOCIAL LEARNING THEORY

ALBERT BANDURA PADA ORGANISASI LEMBAGA

DAKWAH KAMPUS (LDK)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SAVIRA

NIM: 11150110000041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURURAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 3: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 4: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 5: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

i

ABSTRAK

Nama : Savira

NIM : 11150110000041

Judul Skripsi : Aktivitas Mentoring Organisasi Keagamaan Kampus Perspektif

Social Learning Theory Albert Bandura Pada Organisasi Lembaga

Dakwah Kampus (LDK).

Pembimbing : Pak Yudhi Munadi, S.Ag, M.Ag

Prodi : Pendidikan Agma Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Ilmu Keguruan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas mentoring organisasi

LDK dalam perspektif Social Learning Theory Albert Bandura. jenis penelitian yang

digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Teknik

pengumpulan data menggunakan angket tertutup, wawancara dan dokumentasi.

Responden berjumlah 32 orang mahasiswi dengan teknik simple random sampling.

Hasil pnelitian menunjukan bahwa aktivitas mentoring pespektif social learning

theory sudah baik. Menti memperhatikan materi yang disampaikan mentor dengan

cara melihat, bertanya dan mendengar materi yang diberikan. Menti menyimpan

materi mentoring dengan cara mencatat dibuku catatan masing-masing dan mencoba

untuk menyampaikan apa yang diapat dari mentor kepada teman yang lain.

Pembentukan perilaku menti berawal dari sadar sebagai anggota LDK, dan

menjadikan kode etik yang dibuat oleh LDK sebagai prinsip mereka untuk

berperilaku muslimah. Menti mendapat motivasi dari luar dan dari dalam, motivasi

dari luar dari teman dan orangtua, sedangakan motivasi dari dalam adalah keinginan

untuk memperluas ilmu agama.

Keywords : Mentoring, Social Learning Theory, LDK

Page 6: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

ii

ABSTRACT

Name : Savira

NIM : 11150110000041

Skripsi Tittle : Mentoring Aktivities on campus religious

organization perspective social learning Theory

Albert Bandura Organization (LDK))

Under the guidance : Yudhi Munadi, S.Ag, M.Ag

Study Program : Islamic Religious Education

The purpose of this study was to determine the LDK organization’s mentoring

activities in the perspective of Albert Bandura’s social learning theory. The type of

the research used is descriptive qualitative with qualitative methods. Data collection

techniques using closed questionnaires, female student with simple random. The

results of the study show that the social perspective delivered by the mentor by

seeing, asking and listening to the material provided. Stop storing mentoring material

by taking notes in each note and trying to convey what wasreceived from the mentor

to another friend. Formation of stopping behavior starats from being aweir as a

member of LDK, and creating a code of ethics created by LDK as their principle for

Muslim behavior: stopping to get motivation from outside and from inside, external

motivation from friends and parents: while the inner motivation in the desire to

expand religous knowladge

Keywords: Mentoring, Social Learning Theory, LDK

Page 7: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

iii

Page 8: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat-Mu Tuhan Semesta Alam dengan

segala Keberkahan yang Kau berikan, dari segala Nikmat Sehat biak jasmani maupun

rohani, nikmat Islam, Iman serta Ihsan, nikmat panjang umur dan keberkahan lainnya

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, karena sangat banyak. Sholawat serta

salam penulis haturkan kepada junjungan penulis, panutan penulis, dan Nabi penulis

yang paling Mulia di sisi-Nya yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya serta keturunannya.

Alhamdulillah, telah selesai skripsi saya untuk memenuhi syarat mendapat

gelar sarjana Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini penulis tidak sendiri, banyak pihak-pihak

yang membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih

penulis haturkan, kepada :

1. Ayah saya Bapak Salim Alattas, dan Ibunda saya yaitu Ibu Syifa Assegaf atas

dukungan serta kasih sayangnya yang diberikan kepada saya. Dan selalu

mendukung saya dalam proses penelesain skripsi ini. Terimakasih atas do’a-

do’a yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan saya dalam perkuliahan.

2. Drs. Abdul Haris, M.Ag sebagai ketua program studi Pendidikan Agma Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Drs. Rusdi Jamil sebagai sekertasis program studi Pendidikan Agma Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Yudhi Munadi, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu

memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk skripsi saya.

5. Anggota Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

membantu saya dalam proses pengambilan data di lapangan.

Jakarta, 22 Mei 2019

SAVIRA

Page 9: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. i

LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 9

D. Manfaat dan Tujuan Penelitian .............................................................. 10

BAB II KAJIAN TEORITIS ........................................................................... 11

A. Aktivitas Mentoring ............................................................................... 11

a. Pengertian Aktivitas ......................................................................... 11

b. Pengertian Mentoring ....................................................................... 11

c. Pengertian Aktivitas Mentoring ....................................................... 12

B. Organisasi Keagamaan ........................................................................... 12

a. Pengertian Organisasi ....................................................................... 12

b. Pengertian Keagamaan ..................................................................... 13

c. Pengertian Organisasi Keagamaan ................................................... 14

C. Hakikat Belajar ....................................................................................... 14

a. Pengertian Belajar ............................................................................ 14

D. Teori Belajar Sosial ................................................................................ 14

Page 10: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

vi

a. Pengertian Belajar Sosial ................................................................. 14

b. Konsep Belajar Sosial ...................................................................... 16

c. Faktor yang Berproses dalam Belajar Sosial .................................... 24

d. Prinsip Belajar Sosial ....................................................................... 24

e. Ciri-Ciri Belajar Sosial ..................................................................... 25

f. Jenis-Jenis Belajar Sosial ................................................................. 25

E. Biografi Albert Bandura ......................................................................... 27

F. Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 28

G. Kerangka Berpikir .................................................................................. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 30

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................... 30

B. Metode Penelitian ................................................................................... 30

C. Unit Analisis .......................................................................................... 30

D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 34

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 37

A. Sejarah Organisasi LDK UIN Jakarta .................................................... 37

B. Visi dan Misi LDK UIN Jakarta ............................................................ 38

C. Aktivitas Mentoring Organisasi LDK .................................................... 38

D. Aktivitas Mentoring Organisasi LDK Perspektif

Social Learning Theory Albert Bandura ................................................. 49

E. Pembahasan ............................................................................................ 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 59

A. Kesimpulan ............................................................................................ 59

B. Saran ....................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61

LAMPIRAN ...................................................................................................... 6

Page 11: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

vii

DAFTAR TABEL

3.1 Populasi

3.2 Instrumen

4.1 Memperhatikan saat mentor sedang menjelaskan materi keagamaan

4.2 Mendengarkansaatmentor menjelaskan materi keagamaan

4.3 Mencatat hal-hal penting ketika mentor menjelaskan materi keagamaan

4.4 Bertanya setelah mentor menjelaskan materi keagamaan

4.5 Menyampaikan materi keagamaan dengan baik dan mudah dipahami.

4.6 Menyimpan materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor.

4.7 Menyampaikan materi keagamaan kepada orang lain

4.8 Mendapat hukuman jika melanggar aturan

4.9 Memberikan timbal balik atas peraturan yang diberikan

4.10 Menyepakati aturan yang dibuat oleh organisasi

4.11 Memelihara aturan yang berlaku di organisasi

4.12 Menaati kontrak legal yang telah dilegalkan

4.13 Memiliki prinsip etika yang dianut oleh organisasi

4.14 Meyakini materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor

4.15 Yakin dapat penilaian yang bagus dari mentor

4.16 Yakin dengan mengikuti mentoring saya mendapatkan pahala

4.17 Berkomitmen untuk terus mengikuti mentoring mentoring

Page 12: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen

2. Data Responden

3. Hasil Uji Reliabilitas dan Hasil Uji Validitas

4. Data Mentah

5. Transkip Wawancara

6. Foto-Foto

Page 13: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama proses pendidikan berlangsung, tentunya pendidikan memerlukan

tempat untuk mencapai apa yang ada dalam tujuan pendidikan. Tempat yang

dimaksud dalam pendidikan ialah lingkungan pendidikan, lingkungan sangat

mempengaruhi bagaimana manusia itu berkembang. Lingkungan yang dimaksud

secara umum ada tiga, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat luas, ini sering

disebut dengan tripusat pendidikan. Berdasarkan ciri-ciri tripusat pendidikan

tersebut, pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka ketiganya sering dibedakan

sebagai pendidikan formal, infomal dan pendidikan non formal. Pendidikan yang

terjadi dalam lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar disebut

dengan pendidikan informal, sedangkan pendidikan yang sengaja dirancang dan

dilaksanakan dengan aturan-aturan ketat seperti harus berjenjang,

berkesinambungan, itu disebut dengan pendidikan formal. Sedangkan pendidikan

dilingkungan masyarakat seperti kursus, kelompok belajar yang tidak

bersyaratkan berjenjang dan berkesinambungann, serta dengan aturan yang

longgar itu yang disebut dengan pendidikan nonformal.1 Di dalam UU RI No. 2

Tahun 1989 tentang Sisdiknas (beserta peraturan pelaksanaanya) yang menata

kembali pendidikan di Indonesia, termasuk lingkungan pendidikan. Sisdiknas

membedakan dua jalur pendidikan yakni jalur pendidikan sekolah dan jalur

pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah jalur pendidikan yang

dilakukan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang,

sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan yang

diselenggarakan di luar sekolah melului kegiatan belajar mengajar yang harus

berjenjang, baik yang dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan, meliputi

pendidikan keluarga, pendidikan prasekolah, kursus, kelompok belajar dan

sebagainya.2

1 Umar Tirtaraharja dan S L La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2005), h. 163 2Ibid, h. 164

Page 14: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

1

Didalam lingkungan pendidikan diantaranya lingkungan perguruan tinggi atau

pendidikan tinggi, pendidikan tinggi merupakan lanjutan pendidikan menengah yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan

kesenian.Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut

perguruan tinggi yang berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut,

universitas. Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah

fakultas yang menyelenggarakan pendidikan kademik dan profesional dalam

sekelompok disiplin ilmu.3Universitas sering diistilahkan dengan kampus (campus).

Kampus adalah ruang kehidupan semua komponen perguruan tinggi, kampus

bukanlah suatu ruang vakum atau steril. Kampus adalah habitat mahasiswa yang

terlibat program pendidikan antara 3 hingga 4 tahun bahkan ada yang lebih. Kampus

tidak hanya identik dengan ruang kelas, laboratorium, ruang perpustakaan, kampus

memiliki lingkungan yang luas, ia meliputi ruang kehidupan organisasi

kemahasiswaan dan arena pergaulan, baik yang bernuansa akademik maupun yang

bernuansa akademik maupun yang bernuansa hobi, pengembangan bakat, bahkan

hura-hura.4Salah satu universitas Negeri di Indonesia ialah Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN). UIN merupakan salah satu universitas Islam yang

bertempat di Ciputat Tangerang Selatan, UIN memiliki visi yaitu menjadi universitas

kelas dunia dengan keunggulan integrasi keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan.

dan misinyayang khas ialah tidak ada terjadi pemisahan ilmu umum dan ilmu agama.5

Di dalam sebuah lembaga pendidikan khususnya di perguruan tinggi tentunya

memiliki sebuah wadah untuk menyalurkan minat dan bakat mahasiswanya, Dalam

bahasa akademis, lingkungan kampus terdiri dari kegiatan kurikuler dan non-

3 H Zahra Idris dan H Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, 1992, ) h. 54 4 IR. Hermif dan Hermit, Fun Di Kampus Impian (Kiat-Kiat Belajar Efektif dan

Menyenangkan di Pergruan Tinggi), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 45 5 www.uinjkt.ac.id, diakses pada hari: Rabu, 23 Oktober 2019.

Page 15: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

3

kulikuler atau ekstrakulikuler.6Kegiatan kurikrler sifatnya wajib diikuti setiap

mahasiswa, sebab kegiatan ini langsung atau tidak dikaitkan dengan kewajiban

matakuliah yang diambil, sedangkan kegiatan non-kulikuler atau ekstrakurikuler

bersifat optional atau pilihan. Kegiatan nonkulikuler atau ekstrakulikuler difasilitasi

pengelola perguruan tinggi untuk mengembangkan bakat dan hobi kita. Kegiatan non

kulikuler juga dimaksudkan untuk mengembangkan aspek kepribadian dan sisi

kemanusiaan (humaniora) mahasiswa.

UIN memiliki komitmen tinggi untuk memfasilitasi tumbuh berkembangnya

berbagai aktivitas kemahasiswaaan yang mampu menunjang prestasi akademis.

Aktivitas kemahasiswaan dapat di bidang seni, olahraga, dan kelompok-kelompok

studi lainnya. Kegiatan diluar ruang kelas telah menjadi bagian integral UIN untuk

menghasilkan manusia yang siap berkompetisi di era globalisasi. UIN memiliki

kebijakan (policy) untuk menumbuhkembangkan kemandirian pengelolaan organisasi

mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan merupakan laboratorium dunia nyata dimana

mahasiswa nantinya akan masuk setelah mereka menyelesaikan masa studinya di

UIN. Oleh karena itu, otonomi dan kemandirian pengelolaan organisasi dilihat

sebagai bagian dari proses pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning)

yang sangat berguna bagi para mahasiswa.7Dalam rangka menunjang pembinaan

mahasiswa yang berdasarkan program Tridharma Perguruan Tinggi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memfasilitasi mahasiswa untuk membentuk student government.

Student government terdiri atas lembaga-lembaga kemahasiswaan tingkat

Universitas, Fakultas, dan Jurusan/Program Studi di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selain itu terdapat pula Unit-unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

yang bergerak dalam satu bidang tertentu. Lembaga-lembaga kemahasiswaan tersebut

adalah, Senat Mahasiswa Universitas (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa

(DEMA), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di kampus UIN Syarif

6IR. Hermif dan Hermit, Fun Di Kampus Impian (Kiat-Kiat Belajar Efektif dan

Menyenangkan di Pergruan Tinggi), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 46 7www.uinjkt.ac.id, diakses pada hari: Rabu, 23 Oktober 2019.

Page 16: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

4

Hidayatullah Jakrata terdapat lima belas UKM, diantaranya Lembaga Dakwah

Kampus (LDK), Himpunan Qori Qori;ah (HIQMA), Teater Syahid, Paduan Suara

Mahasiswa (PSM), Lembaga Pers Mhasiswa (INSTITUT), Pramuka, Resimen

Mahasiswa (MENWA), Federasi Olahraga Mahasiswa, Komunitas Musik

Mahasiswa, Koperasi Mhasiswa (KOPMA), Kelompok Mahasiswa Pecinta

ingkungan Hidup (RANITA), Komunitas Mahasiswa Fotografi (KMF), Bahasa

Foregn Language Assosiation (BAHASA FLAT).8

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Jakarta merupakan salah satu

organisasi intra keagamaan maka peranan organisasi keagamaan pada umumnya

sangat penting karena berkaitan erat dengan keyakinan keagamaan. Karena semua

organisasi keagamaan mempunyai keinginan untuk melestarikan keyakinan agama

anggotanya, maka organisasi tersebut menyediakan program pendidikan yang

memeliki tujuan secara umum, antara lain, a) mengajarkan keyakinan serta praktek-

praktek keagamaan dengan memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi

mereka, b) mengajarkan kepada mereka tingkah laku dan prinsip moral yang sesuai

dengan keyakinan agamanya, c) memberikan model bagi perkembangan watak.9LDK

memiliki visi dan misi yang telah ditetapkan, visi LDK yaitu “Terciptanya insan-

insan dakwah yang memiliki kekohan spiritualitas, intelektualitas dan solidaritas

dengan etos profesionalisme menuju kampu yang islami dalam rangka mewujudkan

kharu ummah” Sedangkan Misi LDK yaitu “ Tarbiyah Madal Hayah (Pendidikan

Sepanjang Hidup), amal Shaleh (Perbuatan Yang Baik), Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

(memerintahkan yang baik dan mencegah yang munkar, khidmatul ummah

(pengabdian masyarakat), wihdatul ummah dan ukhwah islamiyah (persatuan umat

dan ukhwah islamiyah).

LDK merupakan salah satu wadah bagi para mahasiswa untuk

mengembangkan spiritualitas, intelektualitas dan solidaritas dalam rangka menuju

8Ibid,. 9 Umar Tirtaraharja dan S L La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),

h. 182

Page 17: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

5

kampus yang islami. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) terbuka bagi seluruh

mahasiswa/i UIN yang ingin memperdalam ilmu keagamaan. LDK memiliki

beberapa kegiatan dan beberapa acara, diantaranya ketika mahasiswi mendaftarkan

diri sebagai anggota LDK, maka akan diseleksi terlebih dahulu dan akan ditanya

keseriusanya dalam mengikuti organisasi LDK, proses perekrutan untuk menjadi

anggota resmi LDK dinamakan Ekspresi (Eksplorasi Potensi Diri Islami). lalu setelah

proses seleksi itu selesai, maka akan dilantik sebagai anggota resmi LDK.10 Anggota

LDK nantinya akan diberi pembekalan agar menjadi anggota yang sesuai dengan visi

dan misi LDK. Selain itu, dalam organisasi LDK memiliki beberapa kegiatan

diantaranya ialah atifitas mentoring, mentoring merupakan program yang paling

utama dalam organisasi LDK. Aktivitas mentoring wajib hukumnya bagi anggota

LDK, aktivitas mentoring adalah sebuah kegiatan sharing ilmu agama dari seorang

mentor kepada anggotanya, dengan proses pembelajaran mengobrol santai, dengan

adanya mentoring anggota LDK akan belajar. Dalam aktifitas mentoring pada

Organisasi LDK memiliki aturan yang kompleks dan teratur, karena aktifitas

mentoring merupakan kegiatan yang paling utama dan terpenting, maka dalam

organisasi LDK terdapat jenjang khusus bagi para mahasiswa yag telah dilantik

menjadi anggota LDK untuk mengikuti kegiatan mentoring. Mentor atau orang yang

megajarkan dan membimbing pada aktifitas mentoring disebut dengan Mentor.

Mentor pada aktfitas mentoring juga diseleksi dan diberi pembekalan oleh pembina

LDK, setiap satu bulan sekali ada kegiatan evaluasi bagi para mentor, selain itu ada

silabus yang telah dibuat oleh pembina LDK.11 untuk anggota mentoring yang akan

melakukan aktifitas mentoring maka, akan dibuat perkelompok yang telah diatur oleh

pembina LDK.12

10 Hasil Wawancara kepada Rahma Mevilianti salah satu alumni menti LDK fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10 Febuari 2020, pkl: 11.00 WIB 11 Hasil Wawancara kepada Riska Nurmailia ketua putri LDK di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 10 Febuari, pkl: 14.00 WIB 12Hasil wawancara kepada Shofi Hidayatullah Akbar salah satu mentor LDK fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 Oktober 2019, pkl: 11.00 WIB

Page 18: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

6

Mentoring merupakan salah satu cara belajar outdor, tempat yang digunakan

untuk melakukan aktifitas mentoring untuk waktu yang digunakan dalam pelaksanaan

mentoring itu relatif dan fleksibel tergantung kesepakatan antara mentor dan menti.

Menti merupakan sebutan untuk anggota LDK yang mengikuti kegiatan mentoring.

Mentoring akan berlangsung terus menerus tidak hanya ketika menjadi seorang

mahasiswi UIN saja, melainkan proses mentoring akan berlanjut terus sampai mereka

lulus dan seterusnya, tergantung mereka (menti) yang menentukan apakah ingin terus

atau cukup sampai mereka lulus saja. Maka dari itu mentoring pada organisasi LDK

sering dijuluki sebagai “jantungnya LDK”.13

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwasanya mentoring merupakan salah

satu proses pembelajaran, maka belajar merupakan penambahan pengetahuan, dan

menurut definisi terakhir belajar merupakan perubahan perilaku berkat pengalaman

dan latihan.14 Seseorang dapat dikatakan belajar apabila dapat terbentuknya perilaku

yang tampak dari hasil belajar. Teori belajar yang lebih menekankan kepada

perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon

ialah teori belajar behaviorisme.15 Menurut teori behaviorisme tingkah laku manusia

dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan.16 Namun teori belajar

perilaku mengalami perluasan teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang

dikenal dengan teori belajar sosial atau social learning theory yang mencoba

menyerap paham fungsionalisme, yaitu mengkaji manusia secara utuh.17 Teori ini

menjelaskan bagaimana individu belajar dari orang lain dengan teknik belajar

observasional. Teori ini menjelaskan tentang belajar dalam latar belakang alamiah.

Lingkungan sekitar memberikan kesempatan yang luas kepada individu untuk

memperoleh keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui pengamatan

13 Hasil Wawancara kepada Susi Suliswati salah satu menti pada organisasi LDK di fakultas

Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 11 Febuari 2020, pkl: 13.00 WIB

14Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Bandung:Jemmans), h.39

16 Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran,

Jurnal Nusantara Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 1. 2016, h. 64 17 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 22

Page 19: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

7

kepada tingkah laku model dan konsekuensinya.18 Social learning theory yang

dicetuskan oleh Albert Bandura memiliki konsep utamanya yaitu modelling,

modelling juga dikenal dengan belajar observasional, menurut Bandura belajar

observasional tidak membutuhkan respon nyata atau penguatan.19 Bandura

menekankan bahwa pemodelan merupakan dasar untuk berbagai tingkah laku

individu. Individu memperoleh respon yang menyenangkan dan tidak menyenangkan

dari mengamati orang lain disekitarnya. Menurut teori belajar sosial, melihat saja

menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, Berdasarkan pola perilaku tersebut,

selanjutnya Albert Bandura mengklasifikasikan secara rinci dasar kognitif dari

tindakan proses belajar dapat dilihat dari empat tahap yaitu, Atensi (perhatian),

retensi, pembentukan perilaku dan motivasi.

Penelitian sebelumnya adalah Jurnal dari Social Learning Theory dan Perilaku

Agresif Anak Dalam Keluarga oleh Qurrotul Ainiyah penelitian ini menjelaskan

bagaimana seorang individu memiliki kualitas dalam dirinya, yang proses

pembentukan kepribadian secara behavioral yang menekankan pentingnya

lingkungan sosial. Dan keluarga merupakan upaya pembentukan perilaku individu

yang bersifat personal. Disini peneliti ingin meneruskan penelitian sebelumnya,

namun berbeda, Pada penelitian kali ini peneliti tertarik dengan teori social learning

Albert Bandura karena social learning theory tidak hanya dapat diterapkan di

lingkungan keluarga dan sekolah saja, namun social learning theory dapat juga di

kaitkan dengan organisasi intra di kampus, lalu social leraning theory merupakan

perluasan dari teori behaviorisme, karena teori behaviorisme hanya menekankan pada

stimulus dan respon tidak menjelaskan tahapan-tahapan dalam merubah tingkah laku,

objek yang dikaji dalam teori behaviorime adalah hewan, sedangkan dalam social

learning objek yang dikaji seutuhnya ialah manusia, namun disini peneliti melakukan

penelitian pada mahasiswi, dimana usia perkembangan individu mempengaruhi faktor

18 Alizamar, Teori Belajar dan Pembelajaran; Implementasi dalam bimbingan Kelompok

Belajar di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Media Akademi, 2006), h. 99 19 B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 360

Page 20: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

8

sosialnya, maka peneliti akan meneliti tentang Aktivitas Mentoring Organisasi

Keagamaan Kampus Dalam Perspektif Social Learning Theory Albert Bandura

Pada Organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK)).

B. Batasan Masalah

Untuk memperjelas topik penelitian dalam skripsi ini, maka penulis akan

membatasi masalah pada aktivitas mentoring organisasi LDK dalam perspektif

social learning theory Albert Bandura. Di dalam social learning theory terdapat

empat tahapan seseorang dapat belajar sosial, diantara empat tahapan itu adalah

atensi (perhatian), retensi (menyimpan), pembentukan perilaku dan motivasi

(penggerak). Adapun yang akan diteliti ialah aktivitas mentoring dalam empat

tahapan social learning theory Albert Bandura yaitu atensi (perhatian kepada

materi yang disampaikan oleh mentor), retensi (menyimpan materi yang

disampaikan oleh mentor), pembentukan perilaku (implementasi dari yang di

dapat selama aktivitas mentoring) dan motivasi (penggerak individu untuk

melakukan apa yang didapat). Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswi

organisasi LDK di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

C. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan mayor research

question, sebagai berikut:

1. Bagaimana aktifitas mentoring mahasiswi LDK di FITK perspektif Social

Learning theory Albert Bandura?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka dibawah ini adalah pertanyaan

minor research question yang dibangun berdasarkan tahapan social learning

Albert Bandura, terdapat empat komponen teori social learning Atensi, retensi,

pembentukan perilaku, motivasi. sebagai berikut:

Page 21: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

9

1. Gejala atensi apa yang muncul pada aktifitas mentoring mahasiswi LDK di

FITK UIN Jakarta?

2. Gejala retensi apa yang terjadi pada aktifitas mentoring mahasiswi LDK di

FITK UIN Jakarta?

3. Bagaimana proses pembentukan perilaku pada aktifitas mentoring mahasiswi

LDK di FITK UIN Jakarta?

4. Bagaimana motivasi tumbuh pada mahasiswi LDK di FITK UIN Jakarta?

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak, diantaranya ialah:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian secara empirik proses mentoring dalam teori belajar sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis, yakni memberikan sumbangan pengetahuan tentang social

learing theory Albert Bandura dalam proses pembelajaran

b. Bagi pendidik/ mentor yakni untuk mengetahui sejauh mana peserta

didik/menti memperhatikan hingga terbentuknya perilaku proses

pembelajaran.

c. Bagi peserta didik/ menti yakni memberikan masukan untuk lebih baik lagi

dalam proses pembelajaran

E. Tujuan Penelitan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tahapan dalam social learning theory Albert Bandura yang

diimplementasikan pada aktivitas mentoring di organisasi Lembaga

Dakwah Kampus.

2. Mengetahui bahwasanya mentoring merupakan salah satu belajar sosial.

3. Menjelaskan proses mentoring dalam kajian social learning theory Albert

Bandura.

Page 22: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Aktivitas Mentoring

1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau

rohani, menurut Anton M. Mulyono aktivitas ialah sebuah kegiatan atau

keaktifan.1 Aktivitas adalah sebuah kegiatan atau keaktifan atau segala sesuatu

kegiatan yang dilakukan baik secara maupun non fisik2.

Jadi, aktivitas adalah suatu kegiatan yang bersifat mengikat yang dilakukan

secara berulang dan terus menerus untuk mencapai kebutuhan setiap individu.

2. Pengertian Mentoring

Mentoring adalah perilaku- perilaku atau proses yang dipolakan dengan mana

seseorang bertindak sebagai penasihat kepada orang lain. Istilah mentoring digunakan

bukan hanya dalam dunia pendidikan saja, melainkan dunia bisnis, medis dan lan-

lain. Dalam dunia pendidikaan mentoring merupakan salah satu metode untuk proses

pembelajaran. mentoring juga diartikan: “Mentoring might have been described as

the a ctivitie sconducted by a person (thementor) for another person (thementee) .A

mentor might use a variety of approaches, eg, coaching, training, discussion,

counseling, etc.”(Mentoring diartikan sebagai aktifitas yang dilakukan oleh seorang

mentor terhadap mentee (peserta mentoring). Di dalam mentoring dapat

1 Nur Hikmah, Jurnal Kefektifan Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap

Kualitas Pembelajaran IPA, Vol. 4, 2012, h. 20 2 Universitas Sunan Ampel Surabaya, www. http://digilib.unila.ac.id/493/11/BAB%20II.pdf,

diakses pada: 15 November 2019.

Page 23: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

10

mempergunakan berbagai pendekatan diantaranya: pembinaan, pelatihan,

diskusi, bimbingan dan lain-lain). Selain pengertian tersebut, mentoring juga

diartikan sarana bagi seseorang yang ingin belajar untuk menjadi lebih dewasa,

dimana di dalam proses mencapai kedewasaan tersebut, diperlukan adanya

bimbingan arahan dari seorang yang disebut mentor.3

Jadi, mentoring adalah sebuah sarana yang dilakukan individu kepada

individu lain, dengan cara individu satu menjadi menti (peserta mentoring)

sedangakan indiviu lain sebagai mentor (penasehat) untuk membimbing menjadi

lebih dewasa atau dengan tujuan lain tergantung tujuan mentoring masing-

masing.

3. Pengertian Aktivitas Mentoring

Sebagaimana telah dijelaskan di atas pengertian aktivitas dan pengertian

mentoring secara terpisah, maka penulis akan menyimpulkan pegertian dari

aktivitas mentoring. Aktivitas mentoring adalah sebuah kegiatan yang dilakukan

secara mengikat setiap inividu dengan ketentuan waktu yang berbeda sebagai

sarana untuk pembelajaran, dimana salah seorang individu sebagai mentor

(penasehat) sedangkan individu lain sebagai menti (peserta mentoring) pada

tempat yang telah disepakati keduanya.

B. Organisasi Keagamaan

1. Pengertian organisasi

Organisasi berasal dari kata organon, dalam bahasa Yunani berarti alat.

Dalam bahasa Inggris yakni organization bentuk infinitifnya adalah organize

yang artinya mengatur menyusun bagian-bagian yang berhubungan satu sama

lain, yang tiap-tiap bagian mempunyai fungsi tersendiri sesuai kapasitasnya. Ada

beberapa macam pengertian organisasi, menurut para ahli, antara lain, Schein

mengatakan bahwa organisasi adalah suatu kordinasi rasional kegiatan sejumlah

3Tatang Romansyah, Implementasi Kegiatan MentoringKeagamaan DalamPembinaan

Karakter Islami, Jurnal UINsgd, vol.II. No.1. 2017/1438 H. h. 66

Page 24: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

11

orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan

fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab, organisasi juga memiliki

struktur, tujuan dan saling berhubungan satu sama lain tergantung pada

komunikasi manusia dalam mengkordinasi aktivitas dalam organisasi tersebut.

Wright mengatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari

aktivitas yang dikordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan

bersama.4Chester I Barnard dalam bukunya The Executive Function,

mengemukakan :Organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih.

Menurut James D Mooney mengatakan Organisasi ialah setiap kerjasama untuk

mencapai tujuan bersama. Dimock mengemukakan Organisasi adalah perpaduan

secara sistematis bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan membentuk

suatu kesatuan yang bulat atau kewenangan, koordinasi, pengawasan dalam

mencapai tujuan yang ditetukan. Jadi, organisasi adalah perpaduan secara

sistematis bagian-bagian yang salig berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan

yang buat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha

mncapai tujuan yang telah ditentukan.5

Jadi, organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tugas atau

pekerjaan tertentu untuk mecapai tujuan bersama.

2. Pengertian keagamaan

Agama sendiri diambil dari bahasa sansekrta yang artiya “tidak kacau”.

Agama diambil dari dua suku kata yaitu “A” yang berarti tidak dan “gama yang

berarti “kacau”6. Istilah agama dalam kajian sosioantropologis adalah terjemahan

dari kata religion yang artinya berkaitan dengan kepercayaan dan upacara ritual

yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok masayarakat.7

4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), h. 24 5 Jamal Ma’Mur Asmani, Tips Sakti Membangun Organisasi Sekolah (Panduan Lengkap dan

Praktis bagi pelaku Dunia Pendidikan), (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), h. 17-18 6Universitas Sunan Ampel Surabaya, http://digilib.uinsby.ac.id/13302/57/Bab%202.pdf,

diakses pada 15 November 2019. 7 Amri Marzali, Agama dan Kebudayaan, Jurnal Departemen Antropologi dan Sosiologi, Vol.

1, 2016, h. 60

Page 25: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

12

3. Pengertian Organisasi Keagamaan

Organisasi adalah suatu kordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk

mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi

melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab, organisasi juga memiliki struktur,

tujuan dan saling berhubungan satu sama lain tergantung pada komunikasi

manusia dalam mengkordinasi aktivitas dalam organisasi tersebut. Sedangkan

agama jka diartikan dengan makna adalah suatu aturan yang mengikat manusia

dengan tujuan tidak menyebabka kekacauan anatr manusia.

Jadi, dari pemaparan di atas tentang pengertian organisasi, pengertian

kegamaan, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi keagamaan adalah

perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang erbadan hukum

mauun yang tidak erbadan hukum yang berfungsi sebagai saana partisipasi

masyarakat dalam lingkup agama tertentu.

C. Hakikat belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through

exprien expreching). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat

tetapi lebih luas lagi dari itu yaitu mengalami. Pendapat lain mengtakan bahwa

belajar adalah suatu perubahan tingah laku, hanya berbeda cara atau usaha

pencaaiannya.8

Menurut Nasution belajar adalah perubahan dalam sistem saraf atau

hubungan tertentu dalam sistem urat saraf sebagai hasil respon terhadap stimulus.

Belajar adalah penambahan pengetahuan, dan menurut definisi terakhir belajar

merupakan perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.9Jadi, belajar

8 Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013. h. 27-28

9Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Bandung:Jemmans), h.39

Page 26: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

13

adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk menambah

pengetahuan dan ilmu pengetahuan agar dapat merubah tingkah laku seseorang.

D. Teori Belajar Sosial

1. Pengertian Belajar Sosial

Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang

tradisional, teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969) yang mencoba

menyerap paham fungsionalisme, yaitu mengkaji manusia secara utuh.10Teori ini

menjelaskan tentang belajar dalam latar belakang alamiah. Lingkungan sekitar

memberikan kesempatan yang luas kepada individu untuk memperoleh

keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui pengamatan kepada

tingkah laku model dan konsekuensinya. Studi yang dilakukan Bandura

menunjukan peranan model tingkah laku dalam belajar yang menghasilkan

tingkah laku prososial dan antisosial, peran model dalam mengubah tingkah laku,

serta mengidentifikasi proses dan kondisi bagaimana individu belajar untuk

memperoleh tingkah laku yang lebih kompleks. Tingkah laku tersebut dapat

dipelajari melalui pengamatan terhadap tindakan orang lain (belajar imitasi).11

Jadi, belajar sosial lebih lengkap dibanding teori belajar sebelumnya yaitu teori

belajar perilaku, yang mana teori belajar sosial ini memberikan kesempatan bagi

indivdu untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui hal-hal yang mereka

amati dan mereka sukai, sehingga akan mempengaruhi perilaku mereka

kedepannya.

Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi

memberikan lebih banyak dampak isyarat pada tingkah laku dan proses

kepribadian internal. Jadi, dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan

penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan kognitif internal untuk

10 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 22 11Alizamar, Teori Belajar dan Pembelajaran; Implementasi dalam bimbingan Kelompok

Belajar di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Media Akademi, 2006), h. 99

Page 27: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

14

memahami bagaimana ia belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial,

“manusia itu tidak didorong oleh keinginan minat dari dalam dan juga tidak

“dipaksakan” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Namun fungsi psikologi

diterangkan dalam interaksi yang kuntinue dan timbal balik dari kepribadian dan

lingkungan sekitar.12Menurut pandangan belajar sosial, tingkah laku dan

lingkungan keduanya dapat diubah dan tidak satupun diantara keduanya

merupakan faktor penentu utama terhadap terjadinya perubahan tingkah laku.

Oleh karena itu Bandura dalam Gedler (1991) dan Ratna Wilis D (2011)

menjelaskan hubungan segitiga yang saling terkait antara tingkah laku (T),

lingkungan (L) dan kondisi internal pribadi (P) dalam belajar. Misalnya setelah

individu mengikuti pelatihan tertentu, tingkah laku individu dapat mengaktifkan

reaksi lingkungan yang baru, reaksi ini menghasilkan rasa percaya diri individu,

dan menjadi perantara timbulnya tingkah laku tertentu pada masa yang akan

datang. Hubungan ketiga faktor tersebut diistilahkan dengan determinisme

resiprokal. Yang memperlihatkan adanya pengaruh (effect) yang disebabkan oleh

kejadian dan bukan oleh oleh faktor penyebab luar yang sudah ada

sebelumnya.Jadi, dalam pembentukan tingkah laku individu, bukan hanya faktor

kepribadian saja, melainkan ad tiga faktor yang saling berhbungan satu sama ain,

yaitu lingkungan, personal dan tingkah laku indivdu itu sendiri.

2. Konsep Teori Belajar Sosial

Konsep utamaa teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura cukup

berpengaruh dalam penyelenggaraan pembelajaran dalam dunia dan institusi

pendidikan. Konsep utama teori belajar sosial, antara lain:13

a. Pemodelan(modelling)

12Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 22 13Alizamar, Teori Belajar dan Pembelajaran; Implementasi dalam bimbingan Kelompok

Belajar di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Media Akademi, 2006), h. 99

Page 28: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

15

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yait Neil Miller dan John

Dollard dalam laporan hasil eksperimenya mengatakan bahwa peniruan

(imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru orang lain.

Proses belajar tersebut dinamakan “social learning/pembelajaran sosial”.

Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia telah merasa memperoleh

tambahan ketika meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika tidak

menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari

melalui peniruan maupun penyajian. Menurut Bandura, perlakuan seseorang

adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Pandangan

ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan,

dalam teori ini beliau teah menjalankan kajian bersama Walter terhadap

perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul,

mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit dalam video.

Setelah menonton video anak-anak ini melihat patung tersebut, mereka

meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam

video.14

Pemodelan juga dikenal dengan belajar observasional. Istilah imitasi

atau belajar observasional sering disamaartikan, akan tetapi menurut Bandura

harus dibedakan anatara dua konsep tersebut, menurutnya belajar

observasional mungkin menggunkan imitasi atau mungkin juga tidak, misal,

anda melihat pengedara mobil yang menabrak tiang, kemungkinan anda tidak

ikut mengendarai mobil dengan menabrak tiang, melainkan anda berbelok ke

kiri untu menghindarinya, ini berarti anda belajar dari observasi anda, kata

Bandura sesuatu yang ada pelajari adalah informasi yang informasi tersebut

akan ditindak secara kogniitif dan anda bertindak brdasar informasi itu demi

kebaikan diri anda, jadi belajar observasional lebih komplek dibanding imitasi

14 Lafudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 125

Page 29: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

16

sedehana, yang hanya menirukan tindakan orang lain. Belajar observasional

menurutnya terjadi sepanjang waktu. Setelah kapasitas untuk belajar

observasional berkembang penuh, seseorang akan belajar dari apa yang

mereka saksikan, menurut Bandura belajar observasional tidak membutuhkan

respon nyata atau penguatan.15Bandura menekankan bahwa pemodelan

merupakan dasar untuk berbagai tingkah laku individuu. Individu memperoleh

respon yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dari mengamati orang

lain disekitarnya.Misal, seorang mahasiswa selalu datang terlambat masuk

kelas karena teman-temanya terlambat merupakan dari hasil belajar

pemodelan.16

Menurut teori belajar sosial, melihat saja menggunakan gambaran

kognitif dari tindakan, Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya

Bandura mengklasifikasikan secara rinci dasar kognitif dari tindakan proses

belajar dapat dilihat dari empat tahapyaitu:17

1) Fase atensi/perhatian (Attention)

Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian

pada suatu model. Dalam teori Bandura model adalah apa saja yang

menyampaikan informasi seperti orang, film, televisi, pameran, gambar

atau instruksi.18 Berbagai karakteristik model juga akan mempengaruhi

sejauh mana mereka akan diperhatikan. Beberapa riset menyatakan bahwa

model akan lebih sering diperhatikan jika mereka sama dengan pengamat

yakni jenis kelaminya sama, usianya sama dan sebagainya, orang yang

dihormati atau memiliki status tinggi, memiliki kemampuan lebih,

15B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 360 16 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 99 17 Lafudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 126

Page 30: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

17

dianggap kuat dan atraktif. Proses perhatian menentukan apa diamati

secara selektif dalam banyaknya pengaruh pemodelan ke mana seseorang

terpapar dan apa yang diekstraksi darinya eksposur. Dalam kelompok

sosial apa pun beberapa individu cenderung melakukannya perintah

perhatian lebih besar dari yang lain. Perilaku yang dimodelkan bervariasi

dalam keefektifannya. Beberapa bentuk pemodelan sangat bermanfaat

secara intrinsik bahwa mereka memegang perhatian orang-orang dari

segala usia untuk waktu yang lama periode. Ini sama sekali tidak

diilustrasikan daripada di televisi pemodelan. Selain itu, kapasitas

pengamat untuk memproses informasi mengatur seberapa besar mereka

akan mendapat manfaat dari pengalaman yang diamati.19

Dalam pembelajaran guru bertindak sebagai model bagi siswanya

agar siswanya memperhatikan bagian penting dalam pembelajaran.20

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat

mempelajarinya, subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga

diri, sikap dan lain-lain yang dimiliki.21

Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian materi yang menarik,

memberikan penekanan-penekanan penting atau dengan

mendemonstrasikan sebuah kegiatan. Proses pembelajaran merupakan

suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Dalam proses pembelajaran

akhir-akhir ini dicetetukan pendekatan pembelajaran yang diterapkan

agar siswa itu berpartisipasi aktif, berikut ini adalah beberapa tahapan

pendekatan pembelajaran yaitu mengamati/melihat materi, mencatat

19Albert Bandura, Social Learning Theory, (Amerika: Printed In The United States of

Amerika, 1977), h. 24 20 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 77 21 Lafudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 126

Page 31: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

18

materi, serta mengasosiasikan data yang dibutuhkan, dan

mengkomunikasikan kepada orang lain22. Menurut Bandura dan Walters

dalam buku “Sosial Learning & Personality Development” menekankan

bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat

dipelajari.23 Pada fase atensi/perhatian ini seorang menti atau siswa dapat

melakukannya dengan menyimak apapun yang disampaikan mentor atau

guru dengan cara melihat materi, mendengarkan materi yang disampaikan

dengan mentor atau guru, mencatat materi keagamaan yang penting, dan

bertanya kepada mentor atau guru hal-hal yang tidak dimengerti. Ini

sesuai dengan proses pembelajaran yang sedang di terapkan pada masa

saat ini, dimana siswa atau menti dituntut untuk melakukan active

learning.

2) Fase retensi/mengingat (Retention)

Menurut Bandura bahwa retentional process (proses retensional)

dimana informasi disimpan secara simbolis melui dua cara, secara

imajinal dan secara verbal. Simbol yang disimpan secara imajinatif adalah

gambaran tentang hal-hal yang dialami model, yang dapat diambil dan

dilaksanakan lama setelah belajar observasional. Sedangkan secara verbal

adalah proses kognitif yang kebanyakan yang mengatur perilaku terutama

adalah konseptual ketimbang imajinal. Karena fleksibilitas simbol yang

luar biasa, kerumitan perilaku dapat ditangkap dengan kata-kata. Setelah

informasi disimpan secara kognitif, ia dapat mengambil kembali, diulangi

dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional. Menurut

Bandura peningkatan kapasitas simbolisasi inilah yang memampukan

manusia untuk mempelajari banyak perilaku untuk observasi. Simbol-

22 Sufairoh, Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran K-13, Jurnal Pendidikan

Profesional, Vol. 5, no.3 2016, h. 117 23Ibid, h. 126

Page 32: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

19

simbol yang disimpan ini memungkinkan terjadinya delayed modelling

(modeling yang ditunda) yakni kemampuan menggunakan informasi lama

setelah informasi itu diamati.24

Menurut Gredler fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah

laku model dan menyimpan kode-kode itu dalam ingatan (memori jangka

panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang

diamati menjadi kode memori. Arti penting dari kode ini adalah bahwa si

pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang

diamati ketika model tidak hadir kecuali apabila tingkah laku itu dikode

dan disimpan dalam ingatan untuk digunakan pada waktu kemudian.

Pengamat yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem

ingatanya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila

diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga

merupakan bagian terpenting dalam proses belajar.25Untuk memastikan

terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan waktu

pelatihan yang memungkinkan siswa siswa mengulang keterampilan baru

secara bergiliran, baik secara fisik maupun mental. Misalnya mereka

dapat memvisualisasikan sendiri tahap-tahap yang didemonstrasikan

dalam menggunakan busur atau penggaris sebelum benar melakukanya.

Dalam fase ini dikarenakan proses retensi itu abstrak dan tidak dapat

digambarkan, maka pada fase ini dapat dilakukan oleh siswa atau menti

ialah dengan cara mentor atau guru menyampaikan materi, lalu, menti

atau siswa menyimpan materi, menti atau siswa menceritakan kepada

teman dan menti atau siswa dapat mempraktikan materi yang di dapat

dari mentor atau guru tersebut.

24 B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 364-365 25Ibid, h. 126

Page 33: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

20

3) Fase reproduksi(Reproduction)/ Pembentukan perilaku

Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkahlaku, subjek juga

dapat menunjukan kemampuanya atau menghasilkan apa yang telah

disimpanya dalam bentuk tingkah laku. Dalam fase ini kode kode dalam

memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku

yang baru diamati. Derajat ketelitian yang tertinggi dalam belajar

mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti pengulangan

secara mental. Fase reproduksi diengaruhi oleh tingkat perkembangan

individu. Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah

komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai pengamat . Pada fase ini

juga si model hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek

yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang salah dalam penampilan.

Fase reproduksi atau behavioral production process (proses

pembentukan perilaku) menentukan sejauh mana hal-hal yang dipelajari

akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa. Menurut Bandura,

simbol yang didapat dari modelling akan bertindak sebagai templete

(cetakan) sebagai pembanding tindakan. Selama proses latihan individu

mengamati perilaku dia sendiri dan membandingkanya dengan

representasi kognitif dari pengalaman si model. Setiap diskrepansi antara

perilaku seseorang itu dengan perilaku model akan menimbulkan

tindakan korektif. Proses ini terus berlangsung sampai ada kesesuaian

yang sudah memuaskan antara perilaku pengamat dan model.26Adapun

untuk tahapan pembentukan perilaku, peneliti mengutip teori moral

development oleh Lawrence Kohlberg yang memiliki enam tahapan,

keenam tahapan ini menjadi tiga tingkat yang masing-masing tahapanya

terdiri dari dua tahap. Ketiga tahap itu antara lain adalah tingkat

prakonvensional, konvensional dan pasca konvensional. Tingkat pertama

26B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 364-365

Page 34: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

21

yaitu prakonvenional terdiri dari tahap 1 yaitu orientasi dan hukuman,

tahap 2 yaitu orientasi relativis instrumental, tahap ini sering di sebut

sebagai hubungan timbal balik antar individu. Tingkat kedua yaitu

konvensional terdiri dari tahap 3 yaitu kesepakatan antar pribadi, tahap 4

yaitu pemeliharaan tata aturan sosial yang telah dibuat. Sedangkan,

tingkat terahir adalah pasca konvensional, yang terdiri dari tahap 5 yaitu

kontrak sosial legalitis, perjanjian tertulis legal dan tahap 6 adalah prinsip

etika.27

4) Fase motivasi

Dalam teori Bandura, penguatan memiliki 2 fungsi utama, pertama ia

menciptakan ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak

seperti model yang diliatnya diperkuat untuk aktivitas tertentu, maka mereka

akan diperkuat juga. Kedua ia bertindak sebagai intensif untuk menejemahkan

belajar ke kinerja. Jadi dalam teori Bandura penguatan dan hukuman penting

tetapi karena alasan yang berbeda dengan teoretisi penguatan lainnya.28 Dalam

hal ini motivasi sebagai penggerak individu untuk bertingkahlaku, motivasi

mendorong individu dan meyakinkan individu. Motivasi dapat ditingkatkan

melalui penekanan-penekanan pada tujuan awal yang ditetapkan. Menurut

teori Bandura yang dikutip oleh Pajares, motivasi sangat berhubungan erat

dengan self efficacy atau keyakinan diri, tanpa memperhatikan keyakinan itu

benar secara objektif atau tidak. Dengan demikian, perilaku dapat diprediksi

melalui self efficicay yang dirasakan. Keyakinan kemampuan seseorang dapat

membantu menentukan hasil yang dirasakan, karena individu memiliki

27 Fatma Laili Khirun Nada, Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg

Dalam Dinamika Pendidikan Karakter, Vol. 8, No. 2, 2013, Jurnal STAIN Kudus, Jawa Tengah,

Indonesia 28 Ibid, h. 366

Page 35: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

22

confident dalam mengantisipasi hasil yang sukses. Misalnya, pembelajar

confident dalam hasil kemampuan menulis maka berpotensi untuk nilai tinggi,

begitupun sebaliknya jika pembelajar tidak confident dengan kemampuan

menulisnya maka berpotensi untuk nilai yang rendah. Jadi, self efficacy yang

tinggi membantu individu untuk memotivasi bahwa mereka mampu mengatasi

segala hal.29 Maka, dapat dideskripsikan bahwasanya keyakinan terbagi

menjadi dua yaitu, keyakinan dari dalam individu dan keyakinan dari luar

individu.

3. Faktor-Faktor yang Berproses dalam Belajar Sosial

Faktor adalah sebab timbulnya perilaku meniru mode, berikut ini ada

empat faktor, antara lain:

a. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat

b. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean

simbolik

c. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,

keakuratan umpan balik

d. Motivasi mencakup dorongan dari luar dan penghargaan diri sendiri30

4. Prinsip-Prinsip Belajar Sosial

Berikut ini adalah prinsip yang harus diperhatikan model dalam pemodelan

Albert Bandura, yaitu:

a. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara

simbolik kemudian melakukanya. Proses mengingat akan lebih baik

dengan cara perilaku yang ditiru dituangan dalam kata-kata, tanda atau

gambar daripada hanya melihat saja.

29Abd Mukhid, Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya terhadap

Pendidikan), Jurnal Tadris, Vol. 4, Tahun 2009, h. 110 30Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013), h. 40, 41

Page 36: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

23

b. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai

yang dimilikinya.

c. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut

disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai dan manfaat.31

5. Ciri-Ciri Belajar Sosial

Berikut ini adalah ciri-ciri Belajar Sosial Albert Bandura yaitu:

a. Unsur belajar utama ialah perhatian dan peniruan

b. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan

lain-lain

c. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan

guru sebagai model

d. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan

penguatan yang positif

e. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan dan

tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan

yang positif.32

6. Jenis-Jenis Belajar Sosial

a. Peniruan langsung, yaitu fase dimana seseorang seeorang memodelkan

atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu

keterampilan itu dilakukan. Contoh: meniru gaya perilaku yang disukai

b. Peniruan tak langsung, yaitu melalui imajinasi atau perhatan secara

tidak langsung. Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku,

memperhatikan guru mengajari rekannya.

c. Peniruan gabungan, yaitu menggabungkan tingkah laku yag berlainan

yaitu peniruan langsung dan tak langsung. Conth: pelajar meniru gaya

gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya

31 Lafudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 129 32Ibid, h. 127

Page 37: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

24

d. Peniruan sesaat, yaitu tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk

situasi tertentu saja. Contoh: Meniru pakaian gaya di TV

e. Peniruan berkelanjutan, yaitu tingkah laku boleh ditojolkan dalam

situasi apapun. Contoh: Pelajar mengikuti gaya bahasa gurunya.33

E. Biografi Albert Bandura

Albert Bandura lahir di Mundare Northen Alberta Kanada, pada 4 Desember

1925. Masa kecil dan remajanya juga didesa kecil dan juga mendapatkan pendidikan

disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of Britsh

Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master psikolog pada

tahun 1951 dan setahun kemudian da mendapat gear Doktor (Ph.D) dari University of

Lowa. Bandura menyelesaikan progrram doktornya dalam bidang psikologi klinik,

setelah lulus beliau bekerja di Stanfrod University pada tahun 1969-1970, dia sempat

di Center for the advanced study in behavioral sciences. Bandura kini menjabat

sebagai David Star Jordan of Social Science di fakultas psikologi di Universitas

Stanford. Diantara penghargaan yang diterimanya ialah Guggenheim Fellowshi, 1972,

Distinguished Scientist Award dari divisi 12 American Phschological

Associationpada tahun 1972, Distinguished Scientist Achievment Award fsti

California Phschological Society pada tahun 1974, James McKeen Cattell Award

pada tahun 1977 dan James McKeen Catell Fellow award dari American

Phschological Society pada tahun 2003-2004, selain itu Bandura menjabat berbagai

posisi di beberapa masyarakat ilmiah dan menjadi anggota dean editor untuk sekitar

17 jurnal ilmiah.34

Beliau melakukan penelitian dalam pendekatan teori pembelajaran untuk

meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada tahun 1964

33Lefudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), hlm. 128 34 B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 356

Page 38: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

25

Bandura diangkat menjadi proesor dan seterusnya menerima anugrah American

Phschological Assosiation untuk Distinguished scientific pada tahun 1980. Pada

tahun berikuttnya Bandura bertemu dengan Robert Sears dan beajar tentang pengaruh

keluarga dan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah

mulai meneliti tentang agresi pebeajaran sosial dan Richat Walters, muridnya yang

pertama mendapat gelar Doctor sebagai asistenya. Bnadura berpendapat, walaupun

prinsip belajar cuku untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,

rinsip itu hars memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh

paradigma behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran,

pemahaman dan evaluasi.35

F. Penelitian Yang Relevan

1. Penulis mengutip dari Jurnal yang berjudul Social Learning Theory dan

Perilaku Agresif Anak Dalam Keluarga oleh Qurrotul Ainiyah, dalam jurnal

ini dapat disimpulakan pertama, bahwa social learning theory yaitu teori

tentang belajar dan pembentukan kepribadian secara behavioral yang

menekankan pentingnya lingkungan sosial jika individu memiliki ini maka

akan terbentuknya kualitas individu itu sendiri. Kedua, keluarga merupakan

upaya pembentukan perilaku individu yang bersifat personal. Ketiga, social

learning dapat membentuk kepribadian individu sebagai pembentukan

karakter penerus bangsa yang peka terhadap sosial36

2. Penulis mengutip dari skripsi Yang Berjudul “Implementasi Social Learning

Theory Albert Bandura Dalam Pembelajaran Fikih Di Mts. di Paria

Kabupaten Wajo”. Dalam skripsi yang dituliskan oleh Ahmad Muhaimin

dapat disimpulkan bahwa penerapan social learnig theory Albert Bandura

35Lefudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 122 36 Qurrotul Ainiyah, Social Learning Theory dan Perilaku Agresif Anak dalam Keluarga,

Jurnal Al-Ahkam Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 2017. h. 102

Page 39: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

26

dengan konsep modelling sudah diterapkan dalam sekolah terrsebut meski

tidak tercantum dan tertulis langsung dalam perangakat pembelajaran namun

sudah dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah menerapkan keempat

aspek prinsip modelling. Faktor pendukung dalam penerapan social learning

theory adalah fasilitas yang mendukung, namun faktor penghambatnya ialah

kurangnya perhatian siswa pada proses atensi.37

3. Penulis mengutip dari tesis yang berjudul “Perilaku Menyontek Dalam

Kajian Teori Kognitif Sosial Albert Bandura (Studi Pada Siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Tegineng, Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2015/206).

Dalam tesis yang dituliskan oleh Sabar Prayogo dapat disimpulkan

bahwasanya pertama, lingkungan kelas dapat mempengaruhi perilaku

menyontek siswa, kedua, meniru model (dalam hal ini siswa) dapat menjadi

penyebab perilaku menyontek tersebut. Ketiga, pengalaman menyontek di

masa lalu menjadikan penyebab siswa melakukan hal yang sama.38

G. Kerangka Berpikir

Pendidikan memerlukan tempat untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan,

kampus merupakan salah satu lingkungan pendidikan.39 Kampus memiliki tempat

untuk mengembangkan minat dan bakat mahasiswanya, melalui sebuah organisasi

untuk mahasiswa dapat belajar.40 Didalam sebuah organisasi terdapat kegiatan inti

untuk memfasilitasi mahasiswa untuk belajar, belajar sendiri memiliki banyak teori

yang dikemukakan beberapa tokoh, diantaranya Albert Bandura yang megemukakan

37 Ahmad Muhaimin, Implmentasi Social Learning Theory Albert Bandura Dalam

Pembelajaran Fikih Di Mts. Ddi Paria Kabupaten Wajo, Skripsi Pada Universitas Islam Negeri Alaudin

Makassar,2018, h. 1 38 Sabar Prayogo, Perilaku Menyontek Dalam Kajian Teori Kognitif Social Albert Bandura

(Studi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tegineneng Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran

Tahun Pelajaran 2015/2016, Tesis, Universitas Bandar Lampung, 2016. 39Umar Tirtaraharja dan S L La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),

h. 163 40IR. Hermif dan Hermit, Fun Di Kampus Impian (Kiat-Kiat Belajar Efektif dan

Menyenangkan di Pergruan Tinggi), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 46

Page 40: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

27

social learning theory. Didalam social learning theory terdapat empat tahapan untuk

menilai bagaimana mahasiswa itu dapat belajar sosial. Empat tahapan itu tediri dari

fase atensi, fase retensi, fase pembentukan perilaku dan fase motivasi.

Disini peneliti menghubungkan bagaimana mahasiswa itu belajar di organisasi

dengan kegiatan yang disebut dengan mentoring dengan perspektif social learning

theory Albert Bandura, yang akan membuktikan bahwasanya social learning theory

dapat digunakan bukan hanya pembelajaran di dalam kelas, melainkan pembelajaran

dimana saja dapat menggunakan social learning theory. Dalam social learning theory

Albert Bandura terdapat tahapan yang memudahkan peneliti untuk mengembangkan

proses pembelajaran pada saat aktivitas mentoring.

Page 41: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kampus satu UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Jl I. H Djuanda Jl. Ir H. Juanda No.95, Cemp.

Putih, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15412. Waktu yang digunakan

dalam peneitian ini ialahbulan September hingga selesai.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan

penelitian lapangan. Penelitian deskriptif diakukan untuk memperoleh gambaran

situasi atau informasi tentang gejala atau temuan di lapangan pada saat penelitian

dilakukan. Setelah data diperoleh, kemudian data dianalisis.1

C. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi anggota LDK di

kampus satu pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penentuan unit dengan cara simple random sampling (pengambilan sampel

secara acak).

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian yang terdiri dari benda, hewan,

tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang

memiliki karakteristik di suatu penelitian.2 Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswi anggota LDK di kampus satu pada fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang akan dijabarkan

dalam tabel sebagai berikut:

1 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 34. 2 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan.(Jakarta: Rineka Cipta. 2010). h. 118

Page 42: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

29

Tabel 3.1

No Fakultas Jumlah Mahasiswi

1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan 233

Jumlah 233

2. Sample

Sample adalah bagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.3

Menurut Gay, Mills dan Airasian untuk penelitian metode deskriptif, minimal 10%

dari populasi.4 Suharisimi Arikunto mengatakan dalam bukunya jika populasi

lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10%-15%.5 Sehubungan dengan data

populasi diatas, maka sample dalam penelitian ini sebanyak 32 responden.

Pengambilan sample ini dilakukan dengan teknik sampling Simple Random

Sampling, pemilihan teknik inisimple (sederhana) karena penentuan kelompok

setiap fakultas di kampus satu telah diatur oleh pembina LDK bagian mentoring.

D. Instrumen Penelitian

Tabel 3.2

Konsep Aspek Indikator Sumber

Data

Teknik

pengambilan data

Tahapan

Social

Learning

1. Fase Atensi a. 1.1 Melihat

materi

keagamaan

b. 1.2

Mendengar

Menti

(Anggota

yang

- Angket

- Wawancara

3Sukardi, Metodologi Penelitan Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya), (Jakarta: PT Bumi

Aksara), h. 54 4Idrus Alwi, Kriteria Empirik Dalam Menentukan Ukuran Sampel Pada Pengujian Hiipotesis

Statistika Dan Analisis Butir, Jurnal Formatif, ISSN 2088-315, 2018. h. 141 5 Suharisimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2009,) h. 85

Page 43: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

30

Theory

Albert

Bandura

materi

keagamaan

c. 1.3 menulis

atau

mencatat

materi

keagamaan

d. 1.4 Bertanya

materi

keagamaan

mengikuti

mentoring)

2. Fase Retensi a. 2.1

Penyampaian

Materi

keagamaan

oleh mentor

b. 2.2

Menyimpan

Materi

keagamaan

c. 2.3

Penyampaian

materi

keagamaan

oleh menti

Menti

(Anggota

yang

mengikuti

mentoring)

- Angket

- Wawancara

3. Fase

Pembentukan

Perilaku

a. 3.1

Hukuman

dan

kepatuhan

b. 3.2

Hubungan

timbal balik

c. 3.3

Kesepakatan

antara

pribadi

d. 3.4

Memelihara

tata aturan

e. Kontrak

sosial

legalistis

Menti

(Anggota

yang

mengikuti

mentoring)

- Angket

- Wawancara

Page 44: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

31

f. 3.5 Prinsip

etika

4. Fase

Motivasi

a. 4.1 Perasaan

yakin/sikap

optimis

b. 4.2 Memiliki

komitmen

Menti

(Anggota

yang

mengikuti

mentoring)

- Angket

- Wawancara

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket (kuesioner)

Teknik pengambilan data pertama adalah angket, dalam penelitian ini jenis

skala yang digunakan ialah skala Likert. Karena skala likert ialah skala yang

digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan peneliti dengan

cara mengajukan pertanyaan, kemudian responden diminta memberikan jawaban

atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan.6 Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan empat alternatif jawaban yaitu, Sangat setuju, setuju, tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Peneliti menggunakan hanya empat alternatif jawaban

karena jika ditambahkan “netral” atau kategori tengah, sehingga menjadi lima

alternatif maka dikhawatirkan responden memilih untuk netral atau kategori

tengah, maka peneliti tidak akan memperoleh informasi pasti. Jumlah pernyataan

dalam angket ini adalah 17 butir, dimana 17 tersebut terbagi dalam empat tahapan

sosial learning. Tujuan dari angket dalam penelitian ini untuk mengkategorikan

data melalui angka.

2. Wawancara

Teknik pengambilan data kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur, wawancara terstruktur ialah wawancara yang

6Ibid, h. 146

Page 45: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

32

pelaksanaanya ketika bertatatap muka dengan responden menggunakan pedoman

wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu.7 Tujuan peneliti mengambil data

dengan wawancara pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses

mentoring sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan peneliti dari hasil analisis

skor pada instrumen angket.

3. Dokumentasi

Teknik pengambilan data ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi adalah pada teknik ini peneliti memperoleh informasi dari berbagai

macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat.8

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil gambar dan dokumen terkait pada

kegiatan mentoring mahasiswi pada organisasi LDK di Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan. Tujuanya adalah sebagai bukti bahwasanya penelitian ini nyata dan

benar adanya.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap akhir dari pengumpulan data, setelah data

terkumpul maka data diolah atau dianalisis. Pada penelitian ini menggunakan

deskriptif kualitatif, maka alat ukur menggunakan skala likert, skala likert

memiliki gradasi dari negative hingga positive, peneliti membuat pertanyaan-

pertanyaan kepada responden sehingga setiap item-item dalam pengukuran diberi

bobot nilai etiap jawaban 1 hingga 4, selanjutnya nilai dari alternatif jawaban

dijumlahkan melalui empat kategori pembobotan, maka setelah mengetahui hasil

data dari kuesioner tersebut selanjutnya dilakukan menggunakan perhitungan

statitistik.9

Selanjutnya, untuk menganalisis data kualitatif diawali dengan

pengumpulan data terlebih dahulu dilapangan dengan sumber data berupa hasil

7Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya), Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2003,, h. 80 8 Op.Cit, h. 81 9 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 190

Page 46: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

33

wawancara, dokumentasi.10. Menurut Miles dan Huberman membagi tiga tahapan

dalam menganalisis data kualitatif yaitu kodifikasi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Berikut ini akan dijelaskan pengertian ketiga tahapan

tersebut dan akan dijelaskan pula bagaimana cara peneliti melakukanya. Tahap

pertama yaitu kodifikasi data, pada tahap ini merupakan pengkodingan data, yang

dimaksud pengkodingan data ialah peneliti memberikan nama terhadap hasil

peneltian. Cara yang dilakukan peneliti pada tahap pertama ini ialah memindahkan

hasil rekaman wawancara yang peneliti rekam ke dalam transkip wawancara,

setelah itu peneliti membaca kembali hasil rekaman tersebut, dan menandai

dengan warna yang berbeda pada setiap hasil wawancara tersebut, dengan begitu,

peneliti dapat mengidentifikasi mana data yang sekianya penting dan mana data

yang tidak penting. Tahap kedua setelah kodifikasi data ialah tahap penyajian data

adalah tahap lanjutan setelah kodifikasi data, pada tahap ini peneliti menyajikan

temuan penelitian berupa kategori atau pengelompokan. Miles dan Huberman

mengajurkan untuk pada tahap ini menggunakan matrik atau diagram untuk

menyajikan hasil peelitian, yang merupakan temuan penelitian. Mereka tidak

mengajurkan untuk cara narative untuk menjabarkan tema karena dalam

pandangan mereka penyajian data dalam diagram lebih efektif. Pada tahap ini

peneliti mengelompokan data dan membuat tabel temuan, namun peneliti tetap

menuiskanya secara narative. Tahap terakhir dalam menganalisis data kualitatif

ialah penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan dilakukan tahap akhir setelah

data dikumpul, dan dianalisis.11

10Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33 Januari – Juni

2018, h. 87 11 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 178-

179

Page 47: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang aktivititas mentoring perspektif social learning theory

Albert Bandura pada organisasi LDK akan dibahas pada bab ini. Data-data berikut

ini adalah data hasil dari wawancara dan angket tertutup. Berikut ini hasil penelitian

di lapangan.

A. Sejarah organisasi LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada tanggal 28 Mei 1996 Mahasiswa IAIN dari lima Fakultas dilantik

sebagai pengurus LDK SYAHID periode 1996-1997 pelantikan dipimpin oleh SMI

(Senat Mahasiswa Institut) Sdr. Thobib El-Hasyr sekaligus menandai LDK Syahid di

lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketua SMI saat, Muhammad Ali adalah

salah satu memberikan jalan bagi berdirinya LDK Syahid di dalam forum peradaban

di dalam forum Majlis Perwakilan Mahasiswa Institut (MPMI) saat itu mensolidkan

LDK dimulai di Lembaga ekstra kampus Fikratussalam yang bergerak di bidang

dakwah. Selanjutnya dibentuk tim kecil yang bertugas mempersiapkan berdirinya

LDK Syahid, baik persiapan konstitusi maupunpersiapan teknis.

Seiring berjalanya waktu LDK Syahid terus mengalami perkembangan dan

semakin luasnya lahan dakwah yang hasrus di digarap oleh kadernya. Salah satu

bentuk ekspansi dakwah LDK Syahid untuk mewadahi harakah dakwah tingkat

fakultas maka dibentukalah Komisarat Dakwah Lembaga Dakwah Kampus

(KOMDA LDK) yang berdiri masing-masing di fakultas. Tepatnya tahun 2003

lahirlah namanya KOMDA FITK sebagai wadah untuk mengelola di tingkat fakultas

sekaligus sebagai perpanjangan tangan LDK Syahid tingkat fakultas. Dan ini

merupakan keniscayaan ketika dakwah semakin meluas maka diperlakukan

keteraturan yang harus menjalankan itu semua, komda dalam hal ini bergerak di

tingkatas fakultas.

Page 48: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

35

B. Visi dan Misiorganisasi LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Visi LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah “Terciptanya insan-insan dakwah yang memiliki kekokohan spiritualitas,

intelektualitas, dan solidaritas dengan etos profesionalisme menujun kampus yang

islami dalam rangka menunjukan khairu ummah.

Misi (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah

bertanggung jawab dalam menjalankan amanah, meningkatkan pera dan kualitas

kader, menjalin koordinasi dengan BPH pusat dan anggota LDKS FITK, aspiratif,

responsif dan inspiring, memperkokoh ruhyah dan memperkuatu ukhwah islamiyah,

membudayakan 8s (senyum, sapa, salam, sopan, santun, semangat, sabar, dan saling

mengingatkan), mensyiarkan islam dengan cara yang menarik, berusaha

meningkatkan ekonomi mandiri dan produktif.

C. Aktivitas Mentoring Organisasi LDK Perspektif Social Learning Theory

Tabel 4.1

memperhatikan saat mentor sedang menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 1 1 3,12%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 7 21 21,88%

Sangat Setuju 4 24 96 75%

Jumlah 32 117 100%

Skor Rata-rata 117: 32= 3,65

Tabel 4.1 yang menunjukan bahwa memperhatikan saat mentor sedang

menjelaskan materi. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan

Page 49: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

36

dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 24 atau 75% menti menyatkan sangat

setuju memperhatikan mentor saat menjelaskan materi keagamaan, 7 atau 21,88%

menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 1 orang atau 3,12% sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan memperhatikan mentor

saat menjelaskan materi keagamaan adalah 3,65. Skor ini pada interval 3,31-4,0 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.2

Mendengarkan saat mentor menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 9 27 28,12%

Sangat Setuju 4 23 92 71,88%

Jumlah 32 119 100%

Skor Rata-Rata 119 : 32 = 3,4

Tabel 4.2 yang menunjukan bahwa Mendengarkan saat mentor menjelaskan

materi keagamaan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan

dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 23 atau 71,88% menti sangat setuju, lalu 9

atau 28,12% menti setuju, 0 menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan memperhatikan mentor

saat menjelaskan materi keagamaan adalah 3,4. Skor ini pada interval 3,31-4,0 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.3

Mencatat hal-hal penting ketika mentor menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak 1 0 0 0%

Page 50: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

37

Setuju

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 21 63 65,62%

Sangat Setuju 4 11 44 34,38%

Jumlah 32 107 100%

Skor Rata=Rata 107:32 = 3,34

Tabel 4.3 yang menunjukan bahwa Mencatat hal-hal penting ketika mentor

menjelaskan materi keagamaan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32

responden dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 11 atau 34,38% , lalu 21

atau 65,62% menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 0 sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan Mencatat hal-hal penting

ketika mentor menjelaskan materi keagamaan adalah 3,34. Skor ini pada interval

3,31-4,0 yang menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.4

Bertanya setelah mentor menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 23 69 71,88

Sangat Setuju 4 9 36 28,12

Jumlah 32 105 100%

Skor Rata-Rata 105 : 32 = 3,28

Tabel 4.4 yang menunjukan bahwa bertanya setelah mentor menjelaskan materi

keagamaan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 9% atau 28,12% sangat setuju , lalu 23 atau 71,88%

menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 0 sangat tidak setuju.

Page 51: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

38

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan Mencatat hal-hal penting

ketika mentor menjelaskan materi keagamaan adalah 3,28. Skor ini pada interval

2,51-3,30 yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.5

Menyampaikan materi keagamaan dengan baik dan mudah dipahami.

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 18 54 56,25

Sangat Setuju 4 14 56 43,75

Jumalh 32 110 100%

Skor Rata-Rata 110 : 32 = 3,43

Tabel 4.5 yang menunjukan bahwa menyampaikan materi keagamaan dengan

baik dan mudah dipahami. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32

responden dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 14 atau 43,75% menti

sangat setuju, lalu 18 atau 56,25% menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 0

sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,43

menyampaikan materi keagamaan dengan baik dan mudah dipahami. Skor ini pada

interval 3,31-4,0 yang menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.6

Menyimpan materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor

Jawaban Nilai Bobot F S P

Page 52: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

39

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 3 6 9,38%

Setuju 3 22 66 68,75%

Sangat Setuju 4 7 28 21,87%

Jumlah 32 100 100%

Skor Rata-Rata 100 : 32 = 3,12

Tabel 4.6 yang menunjukan bahwa menyimpan materi keagamaan yang

disampaikan oleh mentor. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden

dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,87% menti sangat setuju, lalu

22 atau 68,75% menti setuju, 3 atau 9,38% menti tidak setuju dan 0 sangat tidak

setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,12 menyimpan

materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30

yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.7

Menyampaikan materi keagamaan kepada orang lain

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 2 4 6,25%

Setuju 3 24 72 75%

Sangat Setuju 4 6 24 18,75%

Jumlah 32 100 100%

Skor Rata-Rata 100 : 32 = 3,12

Tabel 4.7 yang menunjukan bahwa Menyampaikan materi keagamaan kepada

orang lain. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

Page 53: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

40

dibawah ini menunjukan bahwa 6 atau 18,75% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 2 atau 6,25% menti tidak setuju dan 0 sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,12 menyimpan

materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30

yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.8

Mendapat hukuman jika melanggar aturan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 1 1 3,12%

Tidak Setuju 2 8 16 25%

Setuju 3 19 57 59,38%

Sangat Setuju 4 4 16 12,5%

Jumlah 32 90 100%

Skor Rata-Rata 90 : 32 = 2,81

Tabel 4.8 yang menunjukan bahwa mendapat hukuman jika melanggar

aturan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 4 atau 12,5% menti sangat setuju, lalu 19 atau

59,38% menti setuju, 8 atau 25% menti tidak setuju dan hanya 1 atau 3,12% sangat

tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan mendapat hukuman jika

melanggar aturan adalah 2,81 . Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.9

Memberikan timbal balik atas peraturan yang diberikan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0 %

Page 54: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

41

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 24 72 75%

Sangat Setuju 4 7 28 21,88%

Jumlah 32 102 100%

Skor Rata-Rata 102 : 32 = 3,18

Tabel 4.9 yang menunjukan bahwa mendapat hukuman jika melanggar

aturan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,88% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,18 mendapat

hukuman jika melanggar aturan Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.10

Menyepakati aturan yang dibuat oleh organisasi

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 24 72 75%

Sangat Setuju 4 7 28 21,88%

Jumlah 32 102 100%

Skor Rata-Rata 102 : 32 = 3,18

Tabel 4.10 yang menunjukan bahwa menyepakati aturan yang dibuat oleh

organisasi. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,88% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Page 55: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

42

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,18 mendapat

hukuman jika melanggar aturan Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.11

Memelihara aturan yang berlaku di organisasi

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 23 69 71,88%

Sangat Setuju 4 8 32 25%

Jumlah 32 103 100%

Skor Rata-Rata 103 : 32 = 3,21

Tabel 4.11 yang menunjukan bahwa Memelihara aturan yang berlaku di

organisasi. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 8 atau 25% menti sangat setuju, lalu 23 atau 71,88%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,21 Memelihara

aturan yang berlaku di organisasi. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.12

Menaati kontrak legal yang telah dilegalkan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 24 72 75%

Page 56: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

43

Sangat Setuju 4 7 28 21,88%

Jumlah 32 102 100%

Skor Rata-Rata 102 : 32 = 3,18

Tabel 4.12 yang menunjukan bahwa menaati kontrak legal yang telah

dilegalkan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,88% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,18 menaati

kontrak legal yang telah dilegalkan. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.13

Memiliki prinsip etika yang dianut oleh organisasi

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 23 69 71,88%

Sangat Setuju 4 8 32 25%

Jumlah 32 103 100%

Skor Rata-Rata 103 : 32 = 3,21

Tabel 4.13 yang menunjukan bahwa menaati kontrak legal yang telah

dilegalkan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 8 atau 25% menti sangat setuju, lalu 23 atau 71,88%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Page 57: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

44

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,21 menaati

kontrak legal yang telah dilegalkan. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.14

Meyakini materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 2 4 6,26%

Setuju 3 25 75 78,12%

Sangat Setuju 4 5 20 15,62%

Jumlah 32 99 100 %

Skor Rata-Rata 99 : 32 = 3,09

Tabel 4.14 yang menunjukan bahwa Meyakini materi keagamaan yang

disampaikan oleh mentor. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden

dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 5 atau 15,62% menti sangat setuju, lalu

25 atau 78,12% menti setuju, 2 atau 6,26% menti tidak setuju dan 0 menti sangat

tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,09 Meyakini

materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30

yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.15

Yakin dapat penilaian yang bagus dari mentor

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 3 6 9,37%

Page 58: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

45

Setuju 3 26 78 81,25%

Sangat Setuju 4 3 12 9,38%

Jumlah 32 96 100%

Skor Rata-Rata 96 : 32 = 3

Tabel 4.15 yang menunjukan bahwa yakin dapat penilaian yang bagus dari

mentor. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 3 atau 9,38% menti sangat setuju, lalu 26 atau

81,25% menti setuju, 3 atau 9,37% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak

setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3 yakin dapat

penilaian yang bagus dari mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.16

Yakin dengan mengikuti mentoring saya mendapatkan pahala

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 17 51 53,12%

Sangat Setuju 4 14 56 43,76%

Jumlah 32 109 100%

Skor Rata-Rata 109 : 32 = 3,40

Tabel 4.16 yang menunjukan bahwa Yakin dengan mengikuti mentoring saya

mendapatkan pahala. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan

dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 14 atau 43,76% menti sangat setuju, lalu

Page 59: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

46

17 atau 53,12% menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat

tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,40 Yakin dengan

mengikuti mentoring saya mendapatkan pahala. Skor ini pada interval 3,31- 4,0 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.17

Berkomitmen untuk terus mengikuti mentoring

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 13 39 40,62%

Sangat Setuju 4 18 72 56,26%

Jumlah 32 113 100%

Skor Rata-Rata 113 : 32 = 3,53

Tabel 4.17 yang menunjukan bahwa berkomitmen untuk terus mengikuti

mentoring. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 18 atau 56,26% menti sangat setuju, lalu 13 atau

40,62% menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak

setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,53 berkomitmen

untuk terus mengikuti mentoring. Skor ini pada interval 3,31- 4,0 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori sangat baik.

D. Aktivitas Mentoring Organisasi LDK Perspektif Social Learning Theory

Albert Bandura

Setelah diketahui aktivitas mentoring LDK UIN Syarif perspektif social

learning Theory Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dinyatakan baik, maka peneliti akan

Page 60: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

47

mendeskripsikan bagaimana proses yang melatarbelakangi predikat baik tersebut.

Berikut ini akan dideskripsikan bagaimana aktivitas mentoring pada empat tahapan

yang terdapat di dalam teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) Albert

Bandura. Tahapan nya sebagai berikut:

a. Fase Atensi

Pada fase atensi/perhatian ini seorang menti melakukannya dengan

menyimak apapun yang disampaikan mentor dengan cara melihat materi,

mendengarkan materi yang disampaikan dengan mentor, mencatat materi

keagamaan yang penting, dan bertanya kepada mentor hal-hal yang tidak

dimengerti.1

Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan oleh para informan 1, informan

2, informan 3, informan 4 dan infoman 5 pada fase atensi ini bahwa mereka

melihat materi keagamaan diantaranya mereka menyebutkan materi

Syahadatain, Ma’rifatul Rosul, Ma’rifatullah, bakat manusia, kisah para

sahabat, pemerintahan pada zaman sahabat nabi, sifat-sifat para nabi, sifat

manusia, Senyum sapa salam, urgensi syahadatain, ukhwah islamiyah dll,2

mereka mendapat materi yang berbeda dari setiap mentor karena mengikuti

jenjang mereka pada semester berapa, seperti informan 3 dia merupakan menti

semester satu, maka dia mendapat materi mentoring materi awal dan masih

materi dasar.3 Selanjutnya mendengar penjelasan mentor, semua informan

mendengar penjelasan mentor ketika mentoring mereka mendengarkan

dengan fokus dan mencatat hal-hal penting pada materi, informan 1, 2, dan 5

1 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Ameliani, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta,

bulan Desember 2019. 2 Hasil Wawancara kepada informan 1, 2, 4 dan 5 ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN

Jakarta , bulan Desember 2019. 3 Hasil Wawancara kepada informan 3 (Ameliani) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Jakarta, bulan Desember 2019.

Page 61: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

48

mereka mencatat di buku khusus mentoring,4 sedangkan infoman 3 mencatat

di memo handphone.Informan 4 mencatat hanya mencatat kata-kata motivasi

yang diberikan mentor kepadanya, karena katanya kata-kata motivasi itu

sangat bagus. Untuk cara bertanya semua informan hanya memanggil mentor

pada saat sesi tanya jawab, kata informan 3, karena ruang mentoring

berbentuk lingkaran kecil maka dengan mudah ia bertanya hanya memanggil

“ka, saya bertanya...”5 . Semua informan pernah bertanya kepada mentor

apabila ada hal yang tidak mereka mengerti, informan 1 mengatakan bahwa ia

bertanya pertanyaan sesuai materi terlebih dahulu, kemudian ia bertanya di

luar materi, ia bertanya di luar materi karena ia mendengar ceramah di Tv,

menonton You Tube, dan membaca internet. Pertanyaan yang pernah diajukan

informan 1, Bagaimana wanita sholat di masjid?, pertanyaan yang pernah

diajukan informan 2, “batasan sholat yang harus ditutupi? Informan 3 lupa

pernah bertanya apa, informan 4 bertanya “akhwat yang naik ojek online

dengan ikhwan itu hukumnya bagaimana?, informan 5 bertanya ‘Bagaimana

peran pemuda muslim di masyarakat”?6

Pada fase ini terdapat hambatan yang dialami para menti, karena

terkadang jika ingin fokus atau memperhatiakan mentor/guru yang sedang

menjelaskan materi tentu terdapat gangguan, baik gangguan dari luar maupun

gangguan dari dalam. Informan 1, 2, 3, 4, 5 mengatakan gangguan paling

utama ialah suasana berisik, karena tempat mentoring yang di luar ruangan

membuat mereka gagal fokus, menurut informan 5 ia merupakan tipe belajar

auditif, dimana tipe belajar ini sangat rentan apabila mendengar suara berisik

4 Hasil Wawancara kepada informan 1, 2, dan 5 ( Ellya Rahmah, Maulidia Nur Afra, Mega

Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan Desember 2019. 5 Hasil Wawancara kepada informan 3 dan 4 ( Ellya Ameliani, Maulidia Nur Afra, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Jakarta, bulan Desember 2019 6 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019.

Page 62: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

49

dari luar.Selanjutnya yang menghambat menti untuk memperhatikan mentor

ialah dalam diri mereka, menurut informan 2 dan 4 ia suka merasa ngantuk

ketika mentor sedang menjelaskan materi.7

b. Fase Retensi

Fase retensi atau fase dimana menti menyimpan materi apa yang didapat

dari mentor. Mentor menyampaikan materi, menti menyimpan materi, menti

menceritakan kepada teman dan menti mempraktikan apa yang di dapat dari

mentor.

Pada fase ini mentor menyampaikan materi dengan tahapan hampir sama

keseluruhan mentor yaitu dengan penjelasan dari informan1, 2, 3, 4 dan 5

yaitu dengan cara mentor membuka mentoring dengan menunjuk salah satu

menti untuk jadi MC kemudian MC membuka mentoring dengan membaca

tilawah bersama-sama, lalu kultum salah satu menti (menti yang ditunjuk

minggu lalu telah ditunjuk oleh mentor), lalu MC mempersilahkan mentor

untuk menyampaikan materi keagamaan dengan cara penjelasan

menggunakan sumber buku mentoring yang telah disiapkan. Setelah itu

adanya sesi tanya jawab, lalu terakhir adalah penutup yang ditutup oleh MC.

Ada tambahan dari informan 2 bahwasanya ketika proses penyampaian materi

mentor menyampaikanya dengan metode cerita, dimana ketika ingin

membahas satu tema maka mentor mempersilahkan menti untuk bercerita

terlebih dahulu apa yang mereka dapat dari beberapa tempat kajian, maka

nanti pembahasan itu akan dikaji bersama-sama, menurut informan 2 dengan

metode cerita dapatmenarik perhatian menti, sehingga dapat mudah diingat

dalam long term memory.

Cara menti untuk menyimpan apa yang didapat dari mentor, menurut

innforman 1, 2, 3, 4 dan 5 mereka semua mencatat hal-hal yang dianggap

7 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019

Page 63: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

50

penting, dan berguna untuk dirinya dan apabila mereka lupa akan materi yang

didapat mereka akan membuka catatan kembali. Setelah mereka menyimpan

apa yang didapat mereka (informan 1, 2, 4, dan 5) menceritakan apa yang

didapat kepada teman dengan cara mereka sendiri. Informan 3 belum pernah

menceritakan kepada teman, karena informan 3 adalah mahasisiwi baru jadi

informan 3 belum mengenal banyak teman, hanya kenal teman sekelasnya

saja, itupun temen sekelasnya kebanyakan ikut mentoring, “ujarnya”.

Informan 2 menceritakan materi yang didapat dengan cara ngobrol santai,

sedangkan informan 4 tidak menceritakan secara langsung, namun informan 4

menegur temannya yang berperilaku tidak sesuai dengan yang didapat dan

informan 4 memberitahu apa yang didapat dari mentoring. Informan 1 dan

informan 5 meceritakan materi tidak dengan ngobrol dan menegur teman

melainkan dengan cara menunjukan perilaku baik (sesuai materi yang

diajarkan) kepada teman, karena menurut informan 1 dan informan 5 dengan

berperilaku baik, maka teman akan mengikuti. Semua informan mempraktikan

apa yang didapat dari materi yang sudah dijelaskan mentor.8

c. Fase Pembentukan Perilaku

Setelah menti memperhatikan dan menyimpan materi keagamaan, hal itu

dapat membentuk perilaku mereka. Pembentukan perilaku memiliki tahapan

sesuai teori yang digunakan, diantaranya, adanya hukuman dalam mentoring

tujuan dari hukuman sendiri ialah untuk menjadikan mansuisa itu disiplin

untuk menaati perturan, hukuman merupakan langkah awal pembentukan

perilaku. Menurut informan 1, 2, 3, 4, dan 5 dalam aktivitas mentoring tidak

terdapat hukuman, mentor tidak memberikan poin-poin hukuman secara jelas

dan rinci.9 Menurut salah satu informan yaitu informan 4 sebagai seorang

menti harusnya mengetahui apa saja aturan yang ada di mentoring, karena dari

8 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019. 9 Ibid.

Page 64: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

51

awal perkenalan sudah dijelaskan dan di mentoring sendiri memang tidak ada

hukuman secara tertulis, melainkan kita harus tahu diri aja bagaimana

bersikap sebagai menti LDK.10

Setelah itu bagaimana individu melakukan hubungan timbal balik, setelah

menti mendapat pengetahuan dari organisasi melalui aktivitas mentoring,

tentunya menti memberikan sesuatu kepada organisasi, menurut informan 1

hingga informan 5 mereka memberikan kontribusi di LDK berupa membantu

mensukseskan acara di LDK, mereka menjadi panitia dan membantu sesama

anggota untuk mensukseskan acara di LDK, karena mereka bukan hanya

sebagai menti saja, mereka juga sebagai anggota tetap LDK yang membantu

LDK bilamana ada acara.

Setelah terbentuk dalam diri individu berkontribusi untuk organisasinya,

maka selanjutnya bagaimana perilaku itu menjadi prinsip yang mereka pegang

sampai kapanpun, dan nantinya akan menjadi ciri khas mereka sebagai

anggota LDK, sehingga ketika orang lain melihat perilakunya, maka oranglain

akan langsung tahu bahwasanya dia adalah anggota LDK. Seperti diketahui

bersama bahwasanya setiap organisasi memiliki kode etik (peraturan yang

mengikat anggotanya), begitupun LDK, LDK memiliki kode etik diantaranya

ialah

1. Etika berkomunikasi, dengan cara membatasi interaksi dengan lawan

jenis, tujuanya agar tidak saling memandang satu sama lain. Jika

berkomunikasi dengan ikhwan tidak boleh berdua, minimal harus ada

dua ahwat dan satu ihwan. Tidak boleh pacaran sesama anak LDK.

Apabila ada ihwan LDK yang sedang jalan, maka ahwat tidak boleh

mendahuluinya.

10 Hasil Wawancara kepada informan 4 ( Maulida Nur Afra), semester 5, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan Desember 2019.

Page 65: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

52

2. Etika berpakaian, harus menutup aurat dengan ketentuan memakai

hijab menutupi dada, memakai kaos kaki, memakai rok, memakai

daleman krudung, memakai manset.

Dari beberapa kode etik di atas, maka informan 1 hingga informan 5

memiliki prinsip etika yaitu membatasi obrolan dengan lawan jenis, pakaian

syar’i, dengan jilbab panjang tertutup hingga dibawah dada, berusaha selalu

memakai rok.11

d. Fase Motivasi

Seperti diketahui bersama bahwasanya motivasi adalah sesuatu yang dapat

membangkitkan semangat. Motivasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu

motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi intenal adalah motivasi dari

dalam individu, sedangkan motivasi eksternal motivasi dari luar individu.

Dalam teori social learning motivasi terbagi kedalam keyakinan dan

komitmen. Peneliti mendeskripsikan keyakinan terbagi menjadi dua yaitu,

keyakinan dari dalam individu dan keyakinan dari luar individu.

Berikut ini adalah motivasi yang dimiliki oleh informan 1, informan 2,

informan 3, informan 4 dan informan 5. Semua informan mengatakan

bahwasanya motivasi internal mereka ialah ingin memperdalam pengetahuan

agama. Ada tambahan dari informan 4 dan informan 5 bahwasanya motivasi

internal lainnya adalah sebagai pengingat mereka dikala iman mereka sedang

turun, karena kata informan 4 dan 5 iman itu tidak selamanya naik, kadang

iman suka turun, kadang juga suka males dalam beribadah, tapi dengan

adanya mentoring sebagai penginga dikala kita sedang lalai. Selain motivasi

internal, ada juga motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar, motivasi dari

luar semua informan adalah ustadz, orangtua, dan motivasi eksternal yang

11 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019.

Page 66: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

53

paling utama adalah teman LDK yang terus menyemangati untuk tetap ikut

mentoring.12

Bentuk komitmen menti LDK FITK yang diwakili oleh kelima informan

mengatakan bahwasanya mereka akan tetap bertahan di mentoring LDK

hingga lulus.13 Bahkan informan 4 mengatakan bahwasanya akan tetap

mengikuti mentoring sampe ia tua, ia juga memiliki cita-cita untuk dapat

mengikuti forum LDK Nasional.14

E. Pembahasan

Aktivitas mentoring sebuah organisasi keagamaan merupakan salah satu bentuk

proses belajar bagi mahasiswi. Seperti diketahui bersama bahwasanya belajar

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk menambah

pengetahuan dan ilmu pengetahuan agar dapat merubah tingkah laku seseorang.

Banyak teori yang menjelaskan sudut pandang belajar, salah satunya adalah teor

belajar sosial oleh Albert Bandura. Teori ini menjelaskan tentang belajar dalam latar

belakang alamiah. Lingkungan sekitar memberikan kesempatan yang luas kepada

individu untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui

pengamatan kepada tingkah laku model dan konsekuensinya.15 Teori belajar sosial ini

memiliki empat tahapan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

proses aktivitas mentoring organisasi LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tahapan teori belajar sosial. Berikut ini adalah hasil analisis keempat tahapan teori

belajar sosial.

a. Fase Atensi

12 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta, bulan Desember 2019. 13 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019. 14 Hasil Wawancara kepada informan 4 ( Maulida Nur Afra) semester 5, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bula Desember 2019. 15 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 22

Page 67: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

54

Menurut Albert Bandura melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari

tindakan. Fase pertama dalam teori belajar sosial adalah memberikan perhatian

pada suatu model. Dalam teori Bandura model adalah apa saja yang

menyampaikan informasi seperti orang, film, televisi, pameran, gambar atau

instruksi.16 Dalam penelitian ini model atau teladan yang dimaksud adalah

seorang mentor. Pada fase atensi ini adalah fase dimana seorang menti

memperhatikan apa saja materi yang disampaikan oleh mentor. Berdasarkan

hasil angket dari menti LDK menunjukan bahwa mereka memperhatikan saat

mentor menjelaskan materi keagamaan dengan skala interval 3,1-3,7 dengan

predikat baik.

Menti memperhatikan mentor dapat dibuktikan dengan mengetahui materi

apa saja yang sudah dipelajarinya, mendengarkan mentor saat mentor

menjelaskan dengan tidak membaca buku keagamaan ketika mentor sedang

menjelaskan, bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti dan menti selalu

mencatat materi-materi penting ketika mentoring.

Adapun hambatan yang ditemukan pada fase ini adalah ketika

memperhatikan mentor, menti terganggu dengan suasana berisik, dikarenakan

tempat mentoring yang diluar ruangan dan dirinya sendiri suka mengantuk jika

mentor menjelaskan materi. Maka solusi yang harus dilakukan ialah hindari

tempat yang ramai, aktivitas mentoring lebih baik di dalam ruangan, untuk

mentor lebih baik membuat metode pembelajaran yang asyik sehingga menti

tidak mengantuk ketika mentoring.

b. Fase Retensi

Fase retensi merupakan fase kedua setelah atensi, setelah menti

memperhatikan lalu menti menyimpan materi yang didapat dari mentor.

Menurut Bandura bahwa retentional process (proses retensional) dimana

16 Albert Bandura, Social Learning Theory, (Amerika: Printed In The United States of

Amerika, 1977), h. 24

Page 68: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

55

informasi disimpan secara simbolis melui dua cara, secara imajinal dan secara

verbal. Setelah informasi disimpan secara kognitif, ia dapat mengambil

kembali, diulangi dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar sosial.17 Menti

yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatanya. Ini

membolehkan menti melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau

diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian

terpenting dalam proses belajar.18 Berdasarkan hasil angket menti LDK

menyatakan bahwa mereka menyimpan materi yang didapat dari mentor dengan

skala interval 3,1-3,7 dengan predikat baik.

Pada fase retensi ini mentor menyampaikan meteri keagamaan dengan cara

pembelajaran pada umumnya, yaitu diawali pembukaan, pembacaan ayat suci

alqur’an, penjelasan materi, sesi tanya jawab dan penutup. Menti menyimpan

materi dari mentor dengan mencatat di buku catatan khusus mentoring. Setelah

mendapat materi dari mentor, menti menyampaikan kepada teman-teman

sebaya nya dengan cara mengobrol santai.

c. Fase Pembentukan Perilaku

Pada fase pembentukan perilaku atau behavioral production process

menentukan sejauh mana hal-hal yang dipelajari akan diterjemahkan ke dalam

tindakan atau performa. Menurut Bandura selama proses latihan individu

mengamati perilaku dia sendiri dan membandingkanya dengan representasi

kognitif. Ini berarti selama proses mentoring menti memperhatikan perilaku

mentor yang akhirnya menti akan berperilaku seperti mentornya. dengan

menggunakan observasi diri dan koreksi diri.19 Tahapan fase pembentukan

perilaku peneliti mengutip teori moral development Lawrence Kohlberg, dalam

17 Lafudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 126 18 Ibid, h. 126 19 B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 364-365

Page 69: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

56

teori ini terdapat enam tahapan, keenam tahapan ini menjadi tiga tingkat yang

masing-masing tahapanya terdiri dari dua tahap. Tahapan pembentukan

perilaku adalah hukuman, hubungan timbal balik, kesepakatan antar pribadi,

memelihara aturan,, kontrak sosial legalistik dan prinsip etika. Berdasarkan

hasil angket menti LDK menyatakan bahwa pada fase ini mereka mendapat

predikat baik dengan skala 3,1-3,7.

Proses pembentukan perilaku yang dilakukan pada proses mentoring LDK

terdapat enam tahapan dalam teori moral development. Sebagai seorang

anggota organisasi tentunya setiap anggota wajib menaati aturan yang berlaku

di organisasi, LDK memiliki peraturan yang legal dan menti LDK wajib

menaati aturan yang telah ada di LDK. Namun, ketika aktivitas mentoring

berlangsung tidak ada peraturan khusus yang mengikat ketika mentoring.

Menurut menti LDK karena sudah dewasa dan sudah tau mana yang baik dan

tidak baik, maka tidak perlu lagi adanya peraturan yang mengikat ketika

aktivitas mentoring. Begitupun hukuman, karena tidak adanya hukuman yang

mengikat tentunya tidak ada hukuman yang mengikat atau hukuman yang legal

karena melanggar aturan.

LDK memiliki kode etik yang dijadikan sebagai ciri khas anggotanya.

Diantara kode etik yang dibuat oleh LDK, namun ada beberapa yang sudah

melekat di menti LDK kode etik tersebut sekarang telah menjadi prinsip

beretika menti yaitu membatasi obrolan dengan lawan jenis, pakaian syar’i,

dengan jilbab panjang tertutup hingga dibawah dada, berusaha selalu memakai

rok.

d. Fase Motivasi

Menurut teori Bandura yang dikutip oleh Pajares, motivasi sangat

berhubungan erat dengan self efficacy atau keyakinan diri, tanpa

memperhatikan keyakinan itu benar secara objektif atau tidak. Dengan

demikian, perilaku dapat diprediksi melalui self efficicay yang dirasakan.

Keyakinan kemampuan seseorang dapat membantu menentukan hasil yang

Page 70: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

57

dirasakan, karena individu memiliki confident dalam mengantisipasi hasil

yang sukses. Misalnya, pembelajar confident dalam hasil kemampuan menulis

maka berpotensi untuk nilai tinggi, begitupun sebaliknya jika pembelajar tidak

confident dengan kemampuan menulisnya maka berpotensi untuk nilai yang

rendah. Jadi, self efficacy yang tinggi membantu individu untuk memotivasi

bahwa mereka mampu mengatasi segala hal.20 Namun pada fase ini dapat

diringkas menjadi perasaan yakin dan sikap optimis serta memiliki komitmen.

Berdasarkan hasil angket diperoleh skala 3,1-3,7 dengan predikat baik. Maka

skap optimis dan komitmen menti LDK baik.

Motivasi yang terkuat yang dirasakan oleh menti LDK motivasi dari

dalam dirinya karena baginya mentoring adalah sebagai pengingat mereka

untuk selalu ingat kepada Allah SWT pengingat ibadah dikala iman sedang

turun, selain itu motivasi dari dalam lain ialah ingin menambah pengetahuan

keagamaan. Banyak yang mendukung dari pihak luar untuk terus mengikuti

mentoring, diantaranya teman se-LDK dan orangtua. Komitmen yang mereka

miliki juga sangatlah kuat, mereka ingin tetap mengikuti mentoring hingga

tingkan Nasional, karena setelah level mahasiswi, maka nanti akan ada forum

LDK Nasional, mereka berambisi untuk ikut di mentoring forum LDK

Nasional.

20 Abd Mukhid, Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya terhadap

Pendidikan), Jurnal Tadris, Vol. 4, Tahun 2009, h. 110

Page 71: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

34

F. Visi dan Misiorganisasi LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Visi LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah “Terciptanya insan-insan dakwah yang memiliki kekokohan spiritualitas,

intelektualitas, dan solidaritas dengan etos profesionalisme menujun kampus yang

islami dalam rangka menunjukan khairu ummah.

Misi (Lembaga Dakwah Kampus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah

bertanggung jawab dalam menjalankan amanah, meningkatkan pera dan kualitas

kader, menjalin koordinasi dengan BPH pusat dan anggota LDKS FITK, aspiratif,

responsif dan inspiring, memperkokoh ruhyah dan memperkuatu ukhwah islamiyah,

membudayakan 8s (senyum, sapa, salam, sopan, santun, semangat, sabar, dan saling

mengingatkan), mensyiarkan islam dengan cara yang menarik, berusaha

meningkatkan ekonomi mandiri dan produktif.

G. Aktivitas Mentoring Organisasi LDK Perspektif Social Learning Theory

Tabel 4.1

memperhatikan saat mentor sedang menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 1 1 3,12%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 7 21 21,88%

Sangat Setuju 4 24 96 75%

Jumlah 32 117 100%

Skor Rata-rata 117: 32= 3,65

Tabel 4.1 yang menunjukan bahwa memperhatikan saat mentor sedang

menjelaskan materi. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan

dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 24 atau 75% menti menyatkan sangat

Page 72: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

35

setuju memperhatikan mentor saat menjelaskan materi keagamaan, 7 atau 21,88%

menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 1 orang atau 3,12% sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan memperhatikan mentor

saat menjelaskan materi keagamaan adalah 3,65. Skor ini pada interval 3,31-4,0 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.2

Mendengarkan saat mentor menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 9 27 28,12%

Sangat Setuju 4 23 92 71,88%

Jumlah 32 119 100%

Skor Rata-Rata 119 : 32 = 3,4

Tabel 4.2 yang menunjukan bahwa Mendengarkan saat mentor menjelaskan

materi keagamaan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan

dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 23 atau 71,88% menti sangat setuju, lalu 9

atau 28,12% menti setuju, 0 menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan memperhatikan mentor

saat menjelaskan materi keagamaan adalah 3,4. Skor ini pada interval 3,31-4,0 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.3

Mencatat hal-hal penting ketika mentor menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Page 73: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

36

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 21 63 65,62%

Sangat Setuju 4 11 44 34,38%

Jumlah 32 107 100%

Skor Rata=Rata 107:32 = 3,34

Tabel 4.3 yang menunjukan bahwa Mencatat hal-hal penting ketika mentor

menjelaskan materi keagamaan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32

responden dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 11 atau 34,38% , lalu 21

atau 65,62% menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 0 sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan Mencatat hal-hal penting

ketika mentor menjelaskan materi keagamaan adalah 3,34. Skor ini pada interval

3,31-4,0 yang menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.4

Bertanya setelah mentor menjelaskan materi keagamaan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 23 69 71,88

Sangat Setuju 4 9 36 28,12

Jumlah 32 105 100%

Skor Rata-Rata 105 : 32 = 3,28

Tabel 4.4 yang menunjukan bahwa bertanya setelah mentor menjelaskan materi

keagamaan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 9% atau 28,12% sangat setuju , lalu 23 atau 71,88%

menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 0 sangat tidak setuju.

Page 74: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

37

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan Mencatat hal-hal penting

ketika mentor menjelaskan materi keagamaan adalah 3,28. Skor ini pada interval

2,51-3,30 yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.5

Menyampaikan materi keagamaan dengan baik dan mudah dipahami.

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 0 0 0%

Setuju 3 18 54 56,25

Sangat Setuju 4 14 56 43,75

Jumalh 32 110 100%

Skor Rata-Rata 110 : 32 = 3,43

Tabel 4.5 yang menunjukan bahwa menyampaikan materi keagamaan dengan

baik dan mudah dipahami. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32

responden dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 14 atau 43,75% menti

sangat setuju, lalu 18 atau 56,25% menti setuju, 0 menti tidak setuju dan hanya 0

sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,43

menyampaikan materi keagamaan dengan baik dan mudah dipahami. Skor ini pada

interval 3,31-4,0 yang menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.6

Menyimpan materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor

Jawaban Nilai Bobot F S P

Page 75: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

38

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 3 6 9,38%

Setuju 3 22 66 68,75%

Sangat Setuju 4 7 28 21,87%

Jumlah 32 100 100%

Skor Rata-Rata 100 : 32 = 3,12

Tabel 4.6 yang menunjukan bahwa menyimpan materi keagamaan yang

disampaikan oleh mentor. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden

dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,87% menti sangat setuju, lalu

22 atau 68,75% menti setuju, 3 atau 9,38% menti tidak setuju dan 0 sangat tidak

setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,12 menyimpan

materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30

yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.7

Menyampaikan materi keagamaan kepada orang lain

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 2 4 6,25%

Setuju 3 24 72 75%

Sangat Setuju 4 6 24 18,75%

Jumlah 32 100 100%

Skor Rata-Rata 100 : 32 = 3,12

Tabel 4.7 yang menunjukan bahwa Menyampaikan materi keagamaan kepada

orang lain. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

Page 76: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

39

dibawah ini menunjukan bahwa 6 atau 18,75% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 2 atau 6,25% menti tidak setuju dan 0 sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,12 menyimpan

materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30

yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.8

Mendapat hukuman jika melanggar aturan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 1 1 3,12%

Tidak Setuju 2 8 16 25%

Setuju 3 19 57 59,38%

Sangat Setuju 4 4 16 12,5%

Jumlah 32 90 100%

Skor Rata-Rata 90 : 32 = 2,81

Tabel 4.8 yang menunjukan bahwa mendapat hukuman jika melanggar

aturan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 4 atau 12,5% menti sangat setuju, lalu 19 atau

59,38% menti setuju, 8 atau 25% menti tidak setuju dan hanya 1 atau 3,12% sangat

tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan mendapat hukuman jika

melanggar aturan adalah 2,81 . Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.9

Memberikan timbal balik atas peraturan yang diberikan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0 %

Page 77: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

40

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 24 72 75%

Sangat Setuju 4 7 28 21,88%

Jumlah 32 102 100%

Skor Rata-Rata 102 : 32 = 3,18

Tabel 4.9 yang menunjukan bahwa mendapat hukuman jika melanggar

aturan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,88% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,18 mendapat

hukuman jika melanggar aturan Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.10

Menyepakati aturan yang dibuat oleh organisasi

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 24 72 75%

Sangat Setuju 4 7 28 21,88%

Jumlah 32 102 100%

Skor Rata-Rata 102 : 32 = 3,18

Tabel 4.10 yang menunjukan bahwa menyepakati aturan yang dibuat oleh

organisasi. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,88% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Page 78: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

41

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,18 mendapat

hukuman jika melanggar aturan Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.11

Memelihara aturan yang berlaku di organisasi

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 23 69 71,88%

Sangat Setuju 4 8 32 25%

Jumlah 32 103 100%

Skor Rata-Rata 103 : 32 = 3,21

Tabel 4.11 yang menunjukan bahwa Memelihara aturan yang berlaku di

organisasi. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 8 atau 25% menti sangat setuju, lalu 23 atau 71,88%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,21 Memelihara

aturan yang berlaku di organisasi. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.12

Menaati kontrak legal yang telah dilegalkan

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 24 72 75%

Page 79: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

42

Sangat Setuju 4 7 28 21,88%

Jumlah 32 102 100%

Skor Rata-Rata 102 : 32 = 3,18

Tabel 4.12 yang menunjukan bahwa menaati kontrak legal yang telah

dilegalkan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 7 atau 21,88% menti sangat setuju, lalu 24 atau 75%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,18 menaati

kontrak legal yang telah dilegalkan. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.13

Memiliki prinsip etika yang dianut oleh organisasi

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 23 69 71,88%

Sangat Setuju 4 8 32 25%

Jumlah 32 103 100%

Skor Rata-Rata 103 : 32 = 3,21

Tabel 4.13 yang menunjukan bahwa menaati kontrak legal yang telah

dilegalkan. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 8 atau 25% menti sangat setuju, lalu 23 atau 71,88%

menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak setuju.

Page 80: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

43

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,21 menaati

kontrak legal yang telah dilegalkan. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.14

Meyakini materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 2 4 6,26%

Setuju 3 25 75 78,12%

Sangat Setuju 4 5 20 15,62%

Jumlah 32 99 100 %

Skor Rata-Rata 99 : 32 = 3,09

Tabel 4.14 yang menunjukan bahwa Meyakini materi keagamaan yang

disampaikan oleh mentor. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden

dan dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 5 atau 15,62% menti sangat setuju, lalu

25 atau 78,12% menti setuju, 2 atau 6,26% menti tidak setuju dan 0 menti sangat

tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,09 Meyakini

materi keagamaan yang disampaikan oleh mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30

yang menunjukan menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.15

Yakin dapat penilaian yang bagus dari mentor

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 3 6 9,37%

Page 81: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

44

Setuju 3 26 78 81,25%

Sangat Setuju 4 3 12 9,38%

Jumlah 32 96 100%

Skor Rata-Rata 96 : 32 = 3

Tabel 4.15 yang menunjukan bahwa yakin dapat penilaian yang bagus dari

mentor. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 3 atau 9,38% menti sangat setuju, lalu 26 atau

81,25% menti setuju, 3 atau 9,37% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak

setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3 yakin dapat

penilaian yang bagus dari mentor. Skor ini pada interval 2,51-3,30 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori baik.

Tabel 4.16

Yakin dengan mengikuti mentoring saya mendapatkan pahala

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 17 51 53,12%

Sangat Setuju 4 14 56 43,76%

Jumlah 32 109 100%

Skor Rata-Rata 109 : 32 = 3,40

Tabel 4.16 yang menunjukan bahwa Yakin dengan mengikuti mentoring saya

mendapatkan pahala. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan

dari tabel dibawah ini menunjukan bahwa 14 atau 43,76% menti sangat setuju, lalu

Page 82: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

45

17 atau 53,12% menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat

tidak setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,40 Yakin dengan

mengikuti mentoring saya mendapatkan pahala. Skor ini pada interval 3,31- 4,0 yang

menunjukan menti LDK dalam kategori sangat baik.

Tabel 4.17

Berkomitmen untuk terus mengikuti mentoring

Jawaban Nilai Bobot F S P

Sangat Tidak

Setuju

1 0 0 0%

Tidak Setuju 2 1 2 3,12%

Setuju 3 13 39 40,62%

Sangat Setuju 4 18 72 56,26%

Jumlah 32 113 100%

Skor Rata-Rata 113 : 32 = 3,53

Tabel 4.17 yang menunjukan bahwa berkomitmen untuk terus mengikuti

mentoring. Peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada 32 responden dan dari tabel

dibawah ini menunjukan bahwa 18 atau 56,26% menti sangat setuju, lalu 13 atau

40,62% menti setuju, 1 atau 3,12% menti tidak setuju dan 0 menti sangat tidak

setuju.

Hasil skor rata-rata (mean) menti yang menyatakan adalah 3,53 berkomitmen

untuk terus mengikuti mentoring. Skor ini pada interval 3,31- 4,0 yang menunjukan

menti LDK dalam kategori sangat baik.

H. Aktivitas Mentoring Organisasi LDK Perspektif Social Learning Theory

Albert Bandura

Setelah diketahui aktivitas mentoring LDK UIN Syarif perspektif social

learning Theory Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dinyatakan baik, maka peneliti akan

Page 83: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

46

mendeskripsikan bagaimana proses yang melatarbelakangi predikat baik tersebut.

Berikut ini akan dideskripsikan bagaimana aktivitas mentoring pada empat tahapan

yang terdapat di dalam teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) Albert

Bandura. Tahapan nya sebagai berikut:

e. Fase Atensi

Pada fase atensi/perhatian ini seorang menti melakukannya dengan

menyimak apapun yang disampaikan mentor dengan cara melihat materi,

mendengarkan materi yang disampaikan dengan mentor, mencatat materi

keagamaan yang penting, dan bertanya kepada mentor hal-hal yang tidak

dimengerti.21

Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan oleh para informan 1, informan

2, informan 3, informan 4 dan infoman 5 pada fase atensi ini bahwa mereka

melihat materi keagamaan diantaranya mereka menyebutkan materi

Syahadatain, Ma’rifatul Rosul, Ma’rifatullah, bakat manusia, kisah para

sahabat, pemerintahan pada zaman sahabat nabi, sifat-sifat para nabi, sifat

manusia, Senyum sapa salam, urgensi syahadatain, ukhwah islamiyah dll,22

mereka mendapat materi yang berbeda dari setiap mentor karena mengikuti

jenjang mereka pada semester berapa, seperti informan 3 dia merupakan menti

semester satu, maka dia mendapat materi mentoring materi awal dan masih

materi dasar.23 Selanjutnya mendengar penjelasan mentor, semua informan

mendengar penjelasan mentor ketika mentoring mereka mendengarkan

dengan fokus dan mencatat hal-hal penting pada materi, informan 1, 2, dan 5

21 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Ameliani, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Jakarta, bulan Desember 2019. 22 Hasil Wawancara kepada informan 1, 2, 4 dan 5 ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN

Jakarta , bulan Desember 2019. 23 Hasil Wawancara kepada informan 3 (Ameliani) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Jakarta, bulan Desember 2019.

Page 84: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

47

mereka mencatat di buku khusus mentoring,24 sedangkan infoman 3 mencatat

di memo handphone.Informan 4 mencatat hanya mencatat kata-kata motivasi

yang diberikan mentor kepadanya, karena katanya kata-kata motivasi itu

sangat bagus. Untuk cara bertanya semua informan hanya memanggil mentor

pada saat sesi tanya jawab, kata informan 3, karena ruang mentoring

berbentuk lingkaran kecil maka dengan mudah ia bertanya hanya memanggil

“ka, saya bertanya...”25 . Semua informan pernah bertanya kepada mentor

apabila ada hal yang tidak mereka mengerti, informan 1 mengatakan bahwa ia

bertanya pertanyaan sesuai materi terlebih dahulu, kemudian ia bertanya di

luar materi, ia bertanya di luar materi karena ia mendengar ceramah di Tv,

menonton You Tube, dan membaca internet. Pertanyaan yang pernah diajukan

informan 1, Bagaimana wanita sholat di masjid?, pertanyaan yang pernah

diajukan informan 2, “batasan sholat yang harus ditutupi? Informan 3 lupa

pernah bertanya apa, informan 4 bertanya “akhwat yang naik ojek online

dengan ikhwan itu hukumnya bagaimana?, informan 5 bertanya ‘Bagaimana

peran pemuda muslim di masyarakat”?26

Pada fase ini terdapat hambatan yang dialami para menti, karena

terkadang jika ingin fokus atau memperhatiakan mentor/guru yang sedang

menjelaskan materi tentu terdapat gangguan, baik gangguan dari luar maupun

gangguan dari dalam. Informan 1, 2, 3, 4, 5 mengatakan gangguan paling

utama ialah suasana berisik, karena tempat mentoring yang di luar ruangan

membuat mereka gagal fokus, menurut informan 5 ia merupakan tipe belajar

auditif, dimana tipe belajar ini sangat rentan apabila mendengar suara berisik

24 Hasil Wawancara kepada informan 1, 2, dan 5 ( Ellya Rahmah, Maulidia Nur Afra, Mega

Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan Desember 2019. 25 Hasil Wawancara kepada informan 3 dan 4 ( Ellya Ameliani, Maulidia Nur Afra, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Jakarta, bulan Desember 2019 26 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta, bulan Desember 2019.

Page 85: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

48

dari luar.Selanjutnya yang menghambat menti untuk memperhatikan mentor

ialah dalam diri mereka, menurut informan 2 dan 4 ia suka merasa ngantuk

ketika mentor sedang menjelaskan materi.27

f. Fase Retensi

Fase retensi atau fase dimana menti menyimpan materi apa yang didapat

dari mentor. Mentor menyampaikan materi, menti menyimpan materi, menti

menceritakan kepada teman dan menti mempraktikan apa yang di dapat dari

mentor.

Pada fase ini mentor menyampaikan materi dengan tahapan hampir sama

keseluruhan mentor yaitu dengan penjelasan dari informan1, 2, 3, 4 dan 5

yaitu dengan cara mentor membuka mentoring dengan menunjuk salah satu

menti untuk jadi MC kemudian MC membuka mentoring dengan membaca

tilawah bersama-sama, lalu kultum salah satu menti (menti yang ditunjuk

minggu lalu telah ditunjuk oleh mentor), lalu MC mempersilahkan mentor

untuk menyampaikan materi keagamaan dengan cara penjelasan

menggunakan sumber buku mentoring yang telah disiapkan. Setelah itu

adanya sesi tanya jawab, lalu terakhir adalah penutup yang ditutup oleh MC.

Ada tambahan dari informan 2 bahwasanya ketika proses penyampaian materi

mentor menyampaikanya dengan metode cerita, dimana ketika ingin

membahas satu tema maka mentor mempersilahkan menti untuk bercerita

terlebih dahulu apa yang mereka dapat dari beberapa tempat kajian, maka

nanti pembahasan itu akan dikaji bersama-sama, menurut informan 2 dengan

metode cerita dapatmenarik perhatian menti, sehingga dapat mudah diingat

dalam long term memory.

Cara menti untuk menyimpan apa yang didapat dari mentor, menurut

innforman 1, 2, 3, 4 dan 5 mereka semua mencatat hal-hal yang dianggap

27 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta, bulan Desember 2019

Page 86: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

49

penting, dan berguna untuk dirinya dan apabila mereka lupa akan materi yang

didapat mereka akan membuka catatan kembali. Setelah mereka menyimpan

apa yang didapat mereka (informan 1, 2, 4, dan 5) menceritakan apa yang

didapat kepada teman dengan cara mereka sendiri. Informan 3 belum pernah

menceritakan kepada teman, karena informan 3 adalah mahasisiwi baru jadi

informan 3 belum mengenal banyak teman, hanya kenal teman sekelasnya

saja, itupun temen sekelasnya kebanyakan ikut mentoring, “ujarnya”.

Informan 2 menceritakan materi yang didapat dengan cara ngobrol santai,

sedangkan informan 4 tidak menceritakan secara langsung, namun informan 4

menegur temannya yang berperilaku tidak sesuai dengan yang didapat dan

informan 4 memberitahu apa yang didapat dari mentoring. Informan 1 dan

informan 5 meceritakan materi tidak dengan ngobrol dan menegur teman

melainkan dengan cara menunjukan perilaku baik (sesuai materi yang

diajarkan) kepada teman, karena menurut informan 1 dan informan 5 dengan

berperilaku baik, maka teman akan mengikuti. Semua informan mempraktikan

apa yang didapat dari materi yang sudah dijelaskan mentor.28

g. Fase Pembentukan Perilaku

Setelah menti memperhatikan dan menyimpan materi keagamaan, hal itu

dapat membentuk perilaku mereka. Pembentukan perilaku memiliki tahapan

sesuai teori yang digunakan, diantaranya, adanya hukuman dalam mentoring

tujuan dari hukuman sendiri ialah untuk menjadikan mansuisa itu disiplin

untuk menaati perturan, hukuman merupakan langkah awal pembentukan

perilaku. Menurut informan 1, 2, 3, 4, dan 5 dalam aktivitas mentoring tidak

terdapat hukuman, mentor tidak memberikan poin-poin hukuman secara jelas

dan rinci.29 Menurut salah satu informan yaitu informan 4 sebagai seorang

menti harusnya mengetahui apa saja aturan yang ada di mentoring, karena dari

28 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019. 29 Ibid.

Page 87: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

50

awal perkenalan sudah dijelaskan dan di mentoring sendiri memang tidak ada

hukuman secara tertulis, melainkan kita harus tahu diri aja bagaimana

bersikap sebagai menti LDK.30

Setelah itu bagaimana individu melakukan hubungan timbal balik, setelah

menti mendapat pengetahuan dari organisasi melalui aktivitas mentoring,

tentunya menti memberikan sesuatu kepada organisasi, menurut informan 1

hingga informan 5 mereka memberikan kontribusi di LDK berupa membantu

mensukseskan acara di LDK, mereka menjadi panitia dan membantu sesama

anggota untuk mensukseskan acara di LDK, karena mereka bukan hanya

sebagai menti saja, mereka juga sebagai anggota tetap LDK yang membantu

LDK bilamana ada acara.

Setelah terbentuk dalam diri individu berkontribusi untuk organisasinya,

maka selanjutnya bagaimana perilaku itu menjadi prinsip yang mereka pegang

sampai kapanpun, dan nantinya akan menjadi ciri khas mereka sebagai

anggota LDK, sehingga ketika orang lain melihat perilakunya, maka oranglain

akan langsung tahu bahwasanya dia adalah anggota LDK. Seperti diketahui

bersama bahwasanya setiap organisasi memiliki kode etik (peraturan yang

mengikat anggotanya), begitupun LDK, LDK memiliki kode etik diantaranya

ialah

3. Etika berkomunikasi, dengan cara membatasi interaksi dengan lawan

jenis, tujuanya agar tidak saling memandang satu sama lain. Jika

berkomunikasi dengan ikhwan tidak boleh berdua, minimal harus ada

dua ahwat dan satu ihwan. Tidak boleh pacaran sesama anak LDK.

Apabila ada ihwan LDK yang sedang jalan, maka ahwat tidak boleh

mendahuluinya.

30 Hasil Wawancara kepada informan 4 ( Maulida Nur Afra), semester 5, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan Desember 2019.

Page 88: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

51

4. Etika berpakaian, harus menutup aurat dengan ketentuan memakai

hijab menutupi dada, memakai kaos kaki, memakai rok, memakai

daleman krudung, memakai manset.

Dari beberapa kode etik di atas, maka informan 1 hingga informan 5

memiliki prinsip etika yaitu membatasi obrolan dengan lawan jenis, pakaian

syar’i, dengan jilbab panjang tertutup hingga dibawah dada, berusaha selalu

memakai rok.31

h. Fase Motivasi

Seperti diketahui bersama bahwasanya motivasi adalah sesuatu yang dapat

membangkitkan semangat. Motivasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu

motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi intenal adalah motivasi dari

dalam individu, sedangkan motivasi eksternal motivasi dari luar individu.

Dalam teori social learning motivasi terbagi kedalam keyakinan dan

komitmen. Peneliti mendeskripsikan keyakinan terbagi menjadi dua yaitu,

keyakinan dari dalam individu dan keyakinan dari luar individu.

Berikut ini adalah motivasi yang dimiliki oleh informan 1, informan 2,

informan 3, informan 4 dan informan 5. Semua informan mengatakan

bahwasanya motivasi internal mereka ialah ingin memperdalam pengetahuan

agama. Ada tambahan dari informan 4 dan informan 5 bahwasanya motivasi

internal lainnya adalah sebagai pengingat mereka dikala iman mereka sedang

turun, karena kata informan 4 dan 5 iman itu tidak selamanya naik, kadang

iman suka turun, kadang juga suka males dalam beribadah, tapi dengan

adanya mentoring sebagai penginga dikala kita sedang lalai. Selain motivasi

internal, ada juga motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar, motivasi dari

luar semua informan adalah ustadz, orangtua, dan motivasi eksternal yang

31 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019.

Page 89: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

52

paling utama adalah teman LDK yang terus menyemangati untuk tetap ikut

mentoring.32

Bentuk komitmen menti LDK FITK yang diwakili oleh kelima informan

mengatakan bahwasanya mereka akan tetap bertahan di mentoring LDK

hingga lulus.33 Bahkan informan 4 mengatakan bahwasanya akan tetap

mengikuti mentoring sampe ia tua, ia juga memiliki cita-cita untuk dapat

mengikuti forum LDK Nasional.34

I. Pembahasan

Aktivitas mentoring sebuah organisasi keagamaan merupakan salah satu bentuk

proses belajar bagi mahasiswi. Seperti diketahui bersama bahwasanya belajar

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk menambah

pengetahuan dan ilmu pengetahuan agar dapat merubah tingkah laku seseorang.

Banyak teori yang menjelaskan sudut pandang belajar, salah satunya adalah teor

belajar sosial oleh Albert Bandura. Teori ini menjelaskan tentang belajar dalam latar

belakang alamiah. Lingkungan sekitar memberikan kesempatan yang luas kepada

individu untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui

pengamatan kepada tingkah laku model dan konsekuensinya.35 Teori belajar sosial ini

memiliki empat tahapan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

proses aktivitas mentoring organisasi LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tahapan teori belajar sosial. Berikut ini adalah hasil analisis keempat tahapan teori

belajar sosial.

e. Fase Atensi

32 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah

Saepurohma, Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta, bulan Desember 2019. 33 Hasil Wawancara kepada lima informan ( Ellya Rahmah, Muthi’ah Sihadillah Saepurohma,

Maulidia Nur Afra, Mega Kusumawati) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bulan

Desember 2019. 34 Hasil Wawancara kepada informan 4 ( Maulida Nur Afra) semester 5, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, bula Desember 2019. 35 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 22

Page 90: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

53

Menurut Albert Bandura melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari

tindakan. Fase pertama dalam teori belajar sosial adalah memberikan perhatian

pada suatu model. Dalam teori Bandura model adalah apa saja yang

menyampaikan informasi seperti orang, film, televisi, pameran, gambar atau

instruksi.36 Dalam penelitian ini model atau teladan yang dimaksud adalah

seorang mentor. Pada fase atensi ini adalah fase dimana seorang menti

memperhatikan apa saja materi yang disampaikan oleh mentor. Berdasarkan

hasil angket dari menti LDK menunjukan bahwa mereka memperhatikan saat

mentor menjelaskan materi keagamaan dengan skala interval 3,1-3,7 dengan

predikat baik.

Menti memperhatikan mentor dapat dibuktikan dengan mengetahui materi

apa saja yang sudah dipelajarinya, mendengarkan mentor saat mentor

menjelaskan dengan tidak membaca buku keagamaan ketika mentor sedang

menjelaskan, bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti dan menti selalu

mencatat materi-materi penting ketika mentoring.

Adapun hambatan yang ditemukan pada fase ini adalah ketika

memperhatikan mentor, menti terganggu dengan suasana berisik, dikarenakan

tempat mentoring yang diluar ruangan dan dirinya sendiri suka mengantuk jika

mentor menjelaskan materi. Maka solusi yang harus dilakukan ialah hindari

tempat yang ramai, aktivitas mentoring lebih baik di dalam ruangan, untuk

mentor lebih baik membuat metode pembelajaran yang asyik sehingga menti

tidak mengantuk ketika mentoring.

f. Fase Retensi

Fase retensi merupakan fase kedua setelah atensi, setelah menti

memperhatikan lalu menti menyimpan materi yang didapat dari mentor.

Menurut Bandura bahwa retentional process (proses retensional) dimana

36 Albert Bandura, Social Learning Theory, (Amerika: Printed In The United States of

Amerika, 1977), h. 24

Page 91: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

54

informasi disimpan secara simbolis melui dua cara, secara imajinal dan secara

verbal. Setelah informasi disimpan secara kognitif, ia dapat mengambil

kembali, diulangi dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar sosial.37 Menti

yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatanya. Ini

membolehkan menti melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau

diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian

terpenting dalam proses belajar.38 Berdasarkan hasil angket menti LDK

menyatakan bahwa mereka menyimpan materi yang didapat dari mentor dengan

skala interval 3,1-3,7 dengan predikat baik.

Pada fase retensi ini mentor menyampaikan meteri keagamaan dengan cara

pembelajaran pada umumnya, yaitu diawali pembukaan, pembacaan ayat suci

alqur’an, penjelasan materi, sesi tanya jawab dan penutup. Menti menyimpan

materi dari mentor dengan mencatat di buku catatan khusus mentoring. Setelah

mendapat materi dari mentor, menti menyampaikan kepada teman-teman

sebaya nya dengan cara mengobrol santai.

g. Fase Pembentukan Perilaku

Pada fase pembentukan perilaku atau behavioral production process

menentukan sejauh mana hal-hal yang dipelajari akan diterjemahkan ke dalam

tindakan atau performa. Menurut Bandura selama proses latihan individu

mengamati perilaku dia sendiri dan membandingkanya dengan representasi

kognitif. Ini berarti selama proses mentoring menti memperhatikan perilaku

mentor yang akhirnya menti akan berperilaku seperti mentornya. dengan

menggunakan observasi diri dan koreksi diri.39 Tahapan fase pembentukan

perilaku peneliti mengutip teori moral development Lawrence Kohlberg, dalam

37 Lafudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama,

2012), h. 126 38 Ibid, h. 126 39 B.R Hergenhanh dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning Edisi Ketujuh, (Jakarta:

Kecana Prenada Media Group, 2010), h. 364-365

Page 92: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

55

teori ini terdapat enam tahapan, keenam tahapan ini menjadi tiga tingkat yang

masing-masing tahapanya terdiri dari dua tahap. Tahapan pembentukan

perilaku adalah hukuman, hubungan timbal balik, kesepakatan antar pribadi,

memelihara aturan,, kontrak sosial legalistik dan prinsip etika. Berdasarkan

hasil angket menti LDK menyatakan bahwa pada fase ini mereka mendapat

predikat baik dengan skala 3,1-3,7.

Proses pembentukan perilaku yang dilakukan pada proses mentoring LDK

terdapat enam tahapan dalam teori moral development. Sebagai seorang

anggota organisasi tentunya setiap anggota wajib menaati aturan yang berlaku

di organisasi, LDK memiliki peraturan yang legal dan menti LDK wajib

menaati aturan yang telah ada di LDK. Namun, ketika aktivitas mentoring

berlangsung tidak ada peraturan khusus yang mengikat ketika mentoring.

Menurut menti LDK karena sudah dewasa dan sudah tau mana yang baik dan

tidak baik, maka tidak perlu lagi adanya peraturan yang mengikat ketika

aktivitas mentoring. Begitupun hukuman, karena tidak adanya hukuman yang

mengikat tentunya tidak ada hukuman yang mengikat atau hukuman yang legal

karena melanggar aturan.

LDK memiliki kode etik yang dijadikan sebagai ciri khas anggotanya.

Diantara kode etik yang dibuat oleh LDK, namun ada beberapa yang sudah

melekat di menti LDK kode etik tersebut sekarang telah menjadi prinsip

beretika menti yaitu membatasi obrolan dengan lawan jenis, pakaian syar’i,

dengan jilbab panjang tertutup hingga dibawah dada, berusaha selalu memakai

rok.

h. Fase Motivasi

Menurut teori Bandura yang dikutip oleh Pajares, motivasi sangat

berhubungan erat dengan self efficacy atau keyakinan diri, tanpa

memperhatikan keyakinan itu benar secara objektif atau tidak. Dengan

demikian, perilaku dapat diprediksi melalui self efficicay yang dirasakan.

Keyakinan kemampuan seseorang dapat membantu menentukan hasil yang

Page 93: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

56

dirasakan, karena individu memiliki confident dalam mengantisipasi hasil

yang sukses. Misalnya, pembelajar confident dalam hasil kemampuan menulis

maka berpotensi untuk nilai tinggi, begitupun sebaliknya jika pembelajar tidak

confident dengan kemampuan menulisnya maka berpotensi untuk nilai yang

rendah. Jadi, self efficacy yang tinggi membantu individu untuk memotivasi

bahwa mereka mampu mengatasi segala hal.40 Namun pada fase ini dapat

diringkas menjadi perasaan yakin dan sikap optimis serta memiliki komitmen.

Berdasarkan hasil angket diperoleh skala 3,1-3,7 dengan predikat baik. Maka

skap optimis dan komitmen menti LDK baik.

Motivasi yang terkuat yang dirasakan oleh menti LDK motivasi dari

dalam dirinya karena baginya mentoring adalah sebagai pengingat mereka

untuk selalu ingat kepada Allah SWT pengingat ibadah dikala iman sedang

turun, selain itu motivasi dari dalam lain ialah ingin menambah pengetahuan

keagamaan. Banyak yang mendukung dari pihak luar untuk terus mengikuti

mentoring, diantaranya teman se-LDK dan orangtua. Komitmen yang mereka

miliki juga sangatlah kuat, mereka ingin tetap mengikuti mentoring hingga

tingkan Nasional, karena setelah level mahasiswi, maka nanti akan ada forum

LDK Nasional, mereka berambisi untuk ikut di mentoring forum LDK

Nasional.

40 Abd Mukhid, Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya terhadap

Pendidikan), Jurnal Tadris, Vol. 4, Tahun 2009, h. 110

Page 94: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dijabarkan hasil data penelitian tentang aktivitas mentoring

organisasi LDK perspektif Social Learning Theory Albert Bandura, maka pada

bab V ini akan diberikan kesimpulan serta saran.

A. Kesimpulan

Pada umumnya aktivitas mentoring yang dilakukan di organisasi LDK sudah

sesuai dengan teori belajar sosial learning Albert Bandura. Namun ada hambatan

di dalamnya yang mereka sudah deskrispsikan dan beberapa dari mereka sudah

menyebutkan solusi yang harus dilakukan. Aktivitas mentoring organisasi LDK

perspektif social learning theory dapat dijabarkan ebagai berikut :

1. Kategori Aktivitas mentoring organisasi LDK perspektif social learning

theory

a. Fase atensi/fase perhatian para menti tergolong sangat baik

b. Fase retensi/menyimpan materi para menti tergolong baik

c. Fase pembentukan perilaku/reproduksi para menti tergolong baik

d. Fase motivasi para menti tergolong baik

2. Proses mentoring mahasiswi organisasi LDK dalam tahapan social

learning theory

a. Dalam pembelajaran guru atau mentor bertindak sebagai model bagi

siswanya agar menti atau siswanya memperhatikan bagian penting

dalam pembelajaran. Model yang dimaksud ialah bagaimana guru atau

mentor pada saat proses pembelajaran ialah menyampaikan materi

pembelajaran, agar siswa atau menti mengerti apa yang dipelajarinya.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga

penilaian. Dalam proses pembelajaran akhir-akhir ini dicetetukan

pendekatan pembelajaran yang diterapkan agar siswa itu berpartisipasi

aktif. Dalam hal ini termasuk keada tahap pertama dari social learning

Page 95: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

58

theory Albert Bandura yaitu fase atensi, maka pada fase atensi menti

memperhatikan materi yang disampaikan mentor dengan cara melihat

materi yang diberikan, mendengarkan mentor saat menyampaikan

materi, bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti dan mencatat

hal-hal penting saat mentoring.

b. Proses selanjutnya setelah memperhatikan materi yang didapat dari

mentor atau guru ialah retensional process dimana informasi disimpan

secara simbolis melui dua cara, secara imajinal dan secara verbal.

Dalam hal ini proses penyimpanan yang dilakukan menti saat

dilapangan ialah dengan menyimpan materi mentoring dengan cara

mencatat dibuku catatan masing-masing dan mencoba untuk

menyampaikan apa yang didapat dari mentor kepada teman yang lain

dengan cara menceritakan kepada teman.

c. Setelah mengetahui dan menyimpan materi yang didapat, maka

seorang siswa/menti akan mengimplementasikanya dengan perilaku.

Pada tahap ini kode kode dalam memori membimbing penampilan

yang sebenarnya dari tingkah laku yang diamati. Dalam hal ini

tentunya memiliki proses atau tahapan agar apa yang didapat dapat

diimplementasikanya dengan baik dan benar. Proses pembentukan

perilaku menti berawal dari sadar sebagai anggota LDK, menaati

peraturan tertulis LDK dan menjadikan kode etik yang dibuat oleh

LDK sebagai prinsip mereka untuk berperilaku muslimah.

d. Motivasi sebagai penggerak individu untuk bertingkahlaku, motivasi

mendorong individu dan meyakinkan individu. Motivasi dapat

ditingkatkan melalui penekanan-penekanan pada tujuan awal yang

ditetapkan. Motivasi sangat berhubungan erat dengan self efficacy atau

keyakinan diri. self efficacy yang tinggi membantu individu untuk

memotivasi bahwa mereka mampu mengatasi segala hal. Maka, dapat

dideskripsikan bahwasanya keyakinan terbagi menjadi dua yaitu,

keyakinan dari dalam individu dan keyakinan dari luar individu.

Dalam hal ini motivasi yang terbentuk pada menti atau siswa yaitu

Page 96: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

59

mereka mendapat motivasi dari luar dan dari dalam, motivasi dari luar

dari teman dan orangtua, sedangakan motivasi dari dalam adalah

keinginan untuk memperluas ilmu agama.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa saran

dari penulis yang penulis tujukan kepada beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi mentor/ pendidik

a. Tempat untuk mentoring di dalam ruangan agar tidak terganggu

dengan kebisingan suasana luar

b. Metode pembelajaran dalam mentoring agar lebih menarik lagi.

c. Waktu untuk pelaksanaan mentoring tidak di siang hari

2. Bagi menti/ peserta mentoring

a. Datang tepat waktu saat mentoring

b. Lebih fokus lagi saat mentoring

c.Pengaturan waktu tidur yang baik, agar saat mentoring tidak mengantuk

3. Bagi Organisasi LDK

a. Buat peraturan mentoring secara tertulis, agar lebih disiplin.

Page 97: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

60

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.

Ainiyah, Qurrotul. Social Learning Theory dan Perilaku Agresif Anak dalam

Keluarga, Jurnal Al-Ahkam Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 2017.

Albert Bandura, Social Learning Theory, Amerika: Printed In The United States

of Amerika, 1977.

Alizamar, Teori Belajar dan Pembelajaran; Implementasi dalam bimbingan

Kelompok Belajar di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Media Akademi, 2006.

Alwi, Idrus. Kriteria Empirik Dalam Menentukan Ukuran Sampel Pada Pengujian

Hiipotesis Statistika Dan Analisis Butir, Jurnal Formatif, ISSN 2088-315,

2018.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru), Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Asmani, Jamal Ma’Mur. Tips Sakti Membangun Organisasi Sekolah (Panduan

Lengkap dan Praktis bagi pelaku Dunia Pendidikan), Jogjakarta: DIVA

Press, 2012.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga,

2011.

Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya: Usana Offset

Printing, 1999.

Hamalik, Omar. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013.

Hermit, dan IR. Hermif. Fun Di Kampus Impian (Kiat-Kiat Belajar Efektif dan

Menyenangkan di Pergruan Tinggi), Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007.

Hikmah, Nur. Jurnal Kefektifan Penerapan Model Problem Based Learning

Terhadap Kualitas Pembelajaran IPA, Vol. 4, 2012

http://digilib.uinsby.ac.id/13302/57/Bab%202.pdf, (Pada Tanggal 15 November

2019, pkl: 12.01).

http://www.uinjkt.ac.id, (Pada Tanggal 23 Oktober 2019, pkl: 13.30).

http://digilib.unila.ac.id/493/11/BAB%20II.pdf, (Pada tanggal 15 November 2019

pkl 13,45).

Page 98: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

61

http://digilib.uinsby.ac.id/13302/57/Bab%202.pdf, (Pada Tanggal 15 November 2019, pkl:

12.01).

Jamal, H Zahra Idris dan H Lisma. Pengantar Pendidikan 2, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1992.

Lafudin. Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode Pembeajaran,Yogyakarta: CV

Budi Utama, 2012.

Lestari, Anisa. Efek Tayangan Indo Beuty Vlogger Di Situs Youtube terhadap Perilaku Imitasi

Mahasiswi, Skripsi, Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Marzali, Amri. Agama dan Kebudayaan, Jurnal Departemen Antropologi dan Sosiologi, Vol. 1,

2016

Muhaimin, Ahmad. Implmentasi Social Learning Theory Albert Bandura Dalam Pembelajaran

Fikih Di Mts. Ddi Paria Kabupaten Wajo, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Alaudin

Makasar, 2018.

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.

Mukhid, Abd. Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya terhadap

Pendidikan), Jurnal Tadris, Vol. 4, Tahun 2009.

Nada, Fatma Laili Khirun. Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg Dalam

Dinamika Pendidikan Karakter, Vol. 8, No. 2, 2013, Jurnal STAIN Kudus, Jawa Tengah,

Indonesia.

Nasution, Harun, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung:Jemmans. 2017.

Nahar, Novi Irwan. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran, Jurnal

Nusantara Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 1. 2016.

Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2013.

Olson, B.R Hergenhanh dan Matthew H. Theories Of Learning Edisi Ketujuh, Jakarta: Kecana

Prenada Media Group, 2010.

Rijali, Ahmad. Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33 Januari – Juni 2018.

Page 99: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

62

Rolina, Nelva. Keluarga Sebagai Sumber Belajar Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Suatu

Tinjauan Menurut Sosial Kognitif Theory Albert Bandura), Majalah Ilmiah Pembelajaran

nomor 2, Vol. 2 Oktober 2006.

Romansyah, Tatang. Implementasi Kegiatan Mentoring Keagamaan Dalam Pembinaan

Karakter Islami, Jurnal UIN sgd, vol.II. No.1. 2017/1438H.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur), Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2014.

Sarbira. Menerawang Perguruan Tinggi di Era Globalisai, Jurnal Cakrawala Pendidikan, no. 1,

1997.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Sukardi. Metodologi Penelitan Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya), Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Sulo, Umar Tirtaraharja dan S L La. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Page 100: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

LAMPIRAN

Nama :

................................................................................................................

Semester :

................................................................................................................

DAFTAR PERNYATAAN

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SS S TS STS

FASE ATENSI

1

Saya memperhatikan saat

mentorsedang menjelaskan materi

keagamaan

2 Saya mendengarkansaatmentor

menjelaskan materi keagamaan

3 Saya mencatat hal-hal penting ketika

mentor menjelaskan materi keagamaan

4 Saya bertanyasetelah mentor

menjelaskan materi keagamaan.

FASE RETENSI

5

Mentor menyampaikan materi

keagamaan dengan baik dan mudah

dipahami.

I. Pengantar

1. Angket ini dipergunakan hanya sebagai data penelitian untuk

mengetahui aktivitas mentoring perspektif Social Learning Theory.

2. Partisipasi anda memberikan informasi sangat kami harapkan

II. Tata Cara pengiian Angket

1. Tulis nama lengap dan semester anda

2. Pilihlah jawaban yang sebenar-benarnya sesuai keadaan anda

3. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda

4. Satu pertanyaan hanya boleh diisi dengan satu jawaban

Page 101: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

6 Saya menyimpan materi keagamaan

yang disampaikan oleh mentor.

7

Saya menyampaikan materi

keagamaan kepada orang lain

FASE PEMBENTUKAN PERILAKU

8 Saya mendapat hukuman jika

melanggar aturan

9 Saya memberikan timbal balik atas

peraturan yang diberikan

10 Saya menyepakati aturan yang dibuat

oleh organisasi

11 Saya memelihara aturan yang berlaku

di organisasi

12 Saya menaati kontrak legal yang telah

dilegalkan

13 Saya memiliki prinsip etika yang

dianut oleh organisasi

FASE MOTIVASI

14 Saya meyakini materi keagamaan yang

disampaikan oleh mentor

15 Saya yakin dapat penilaian yang bagus

dari mentor

16 Saya yakin dengan mengikuti

mentoring saya mendapatkan pahala

17 Saya berkomitmen untuk terus

mengikuti mentoring mentoring

Mahasiswi Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Nama Semester

1 Diti Meidifa Sembilan

Page 102: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

2 Mega Kusumawati Tujuh

3 Indri Dwi Lestari Sembilan

4 Adisti Sesaria Sembilan

5 Nia Sembilan

6 Putri Fita Kasmi Tiga

7 Riska Safitri Tiga

8 Asti Damayanti Tiga

9 Dwi Sarifathul Tujuh

10 Dwika Yuniarti Tujuh

11 Norhasanah Tujuh

12 Fitriyani Lima

13 Dhika Ayu Permatasari Tiga

14 Yunita Tri Lestar Tujuh

15 Tut Nyadin Tujuh

16 Riska Nurlita Tujuh

17 Rabiatul Adawiyah Tiga

18 Nada Fatiyyah Azkia Tiga

19 Rohayatun Lima

20 Jihan Mutiara Fatin Lima

21 Yuka Fatma Heriyuni Tiga

22 Fatmi Azzahra Tiga

23 Galuh Wilujeng Nugraheni Tiga

Page 103: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

24 Azzah Mahmudah Tiga

25 Indah Fadhilah Tiga

26 Maulidina Rahayu Tiga

27 Angely Fiqhlylia Nabila Tiga

28 Mellyana Fitriah Lima

29 Asih Inpriawati Ningtias Sembilan

30 Mutiara Indah Ayu Tujuh

31 Aniyah Kholisoh Qoni’ah Tiga

32 Rahmah Adilla Daeng Pratty Satu

INFORMAN

No Nama Semester

1 Ellya Rahmah 3

2 Muthi’ah Sihadillah Saepurohman 9

3 Ameliani 1

4 Maulidia Nur Afra 5

5 Mega Kusumawati 7

Hasil Uji Reabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Page 104: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

,897 ,908 15

Page 105: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Hasil Uji Validitas Instrumen

Correlations

x1 x2 x3 x6 x7 x8 x9 x10 x11

x1 Pearson

Correlatio

n

1 ,45

9**

,35

7*

-

,02

1

,03

7 ,023

,02

5

-

,20

8

-

,05

1

Sig. (2-

tailed)

,00

8

,04

5

,91

1

,84

0 ,902

,89

0

,25

4

,78

4

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x2 Pearson

Correlatio

n

,45

9** 1

,45

3**

,39

1*

,41

2* ,399*

,44

9*

,13

4

,27

8

Sig. (2-

tailed)

,00

8

,00

9

,02

7

,01

9 ,024

,01

0

,46

5

,12

3

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Page 106: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

x3 Pearson

Correlatio

n

,35

7*

,45

3** 1

,71

8**

,29

0 ,558**

,49

3**

,29

6

,39

8*

Sig. (2-

tailed)

,04

5

,00

9

,00

0

,10

7 ,001

,00

4

,10

1

,02

4

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x6 Pearson

Correlatio

n

-

,02

1

,39

1*

,71

8** 1

,56

9** ,622**

,70

0**

,47

8**

,52

1**

Sig. (2-

tailed)

,91

1

,02

7

,00

0

,00

1 ,000

,00

0

,00

6

,00

2

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x7 Pearson

Correlatio

n

,03

7

,41

2*

,29

0

,56

9** 1 ,260

,55

3**

,05

8

-

,01

3

Sig. (2-

tailed)

,84

0

,01

9

,10

7

,00

1

,150 ,00

1

,75

4

,94

4

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Page 107: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

x8 Pearson

Correlatio

n

,02

3

,39

9*

,55

8**

,62

2**

,26

0 1

,53

3**

,48

4**

,58

8**

Sig. (2-

tailed)

,90

2

,02

4

,00

1

,00

0

,15

0

,00

2

,00

5

,00

0

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x9 Pearson

Correlatio

n

,02

5

,44

9*

,49

3**

,70

0**

,55

3** ,533** 1

,35

5*

,45

0**

Sig. (2-

tailed)

,89

0

,01

0

,00

4

,00

0

,00

1 ,002

,04

6

,01

0

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x1

0

Pearson

Correlatio

n

-

,20

8

,13

4

,29

6

,47

8**

,05

8 ,484**

,35

5* 1

,72

4**

Sig. (2-

tailed)

,25

4

,46

5

,10

1

,00

6

,75

4 ,005

,04

6

,00

0

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Page 108: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

x1

1

Pearson

Correlatio

n

-

,05

1

,27

8

,39

8*

,52

1**

-

,01

3

,588** ,45

0**

,72

4** 1

Sig. (2-

tailed)

,78

4

,12

3

,02

4

,00

2

,94

4 ,000

,01

0

,00

0

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x1

2

Pearson

Correlatio

n

-

,01

3

,40

3*

,41

7*

,64

7**

,32

3 ,650**

,45

3**

,50

7**

,59

5**

Sig. (2-

tailed)

,94

2

,02

2

,01

8

,00

0

,07

2 ,000

,00

9

,00

3

,00

0

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x1

3

Pearson

Correlatio

n

,01

9

,42

7*

,48

9**

,72

4**

,38

3* ,608**

,55

1**

,50

4**

,57

7**

Sig. (2-

tailed)

,91

7

,01

5

,00

4

,00

0

,03

0 ,000

,00

1

,00

3

,00

1

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Page 109: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

x1

4

Pearson

Correlatio

n

-

,01

3

,40

3*

,41

7*

,64

7**

,32

3 ,402*

,59

2**

,30

9

,48

4**

Sig. (2-

tailed)

,94

2

,02

2

,01

8

,00

0

,07

2 ,023

,00

0

,08

5

,00

5

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x1

5

Pearson

Correlatio

n

,01

9

,42

7*

,21

7

,43

6*

,51

3** ,371*

,55

1**

,12

5

,36

5*

Sig. (2-

tailed)

,91

7

,01

5

,23

3

,01

3

,00

3 ,037

,00

1

,49

7

,04

0

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

x1

6

Pearson

Correlatio

n

-

,11

4

,28

0

,42

6*

,63

0**

,36

9* ,454**

,65

2**

,25

6

,46

9**

Sig. (2-

tailed)

,53

4

,12

1

,01

5

,00

0

,03

7 ,009

,00

0

,15

7

,00

7

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Page 110: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

x1

7

Pearson

Correlatio

n

-

,22

8

,16

1

,15

2

,32

1

,29

1 ,265

,29

8

,10

6

,23

7

Sig. (2-

tailed)

,21

0

,38

0

,40

6

,07

3

,10

6 ,143

,09

7

,56

4

,19

2

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Su

m

x

Pearson

Correlatio

n

,00

6

,20

9

-

,05

6

,29

6

,26

4 ,143

,27

8

,03

6

,16

9

Sig. (2-

tailed)

,97

6

,25

1

,76

1

,10

0

,14

4 ,435

,12

3

,84

3

,35

6

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Correlations

x12 x13 x14 x15 x16 x17 Sumx

x1 Pearson Correlation -,013 ,019 -,013 ,019 -,114 -,228 ,006

Sig. (2-tailed) ,942 ,917 ,942 ,917 ,534 ,210 ,976

Page 111: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

N 32 32 32 32 32 32 32

x2 Pearson Correlation ,403* ,427* ,403* ,427* ,280 ,161 ,209

Sig. (2-tailed) ,022 ,015 ,022 ,015 ,121 ,380 ,251

N 32 32 32 32 32 32 32

x3 Pearson Correlation ,417* ,489** ,417* ,217 ,426* ,152 -,056

Sig. (2-tailed) ,018 ,004 ,018 ,233 ,015 ,406 ,761

N 32 32 32 32 32 32 32

x6 Pearson Correlation ,647** ,724** ,647** ,436* ,630** ,321 ,296

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,013 ,000 ,073 ,100

N 32 32 32 32 32 32 32

x7 Pearson Correlation ,323 ,383* ,323 ,513** ,369* ,291 ,264

Sig. (2-tailed) ,072 ,030 ,072 ,003 ,037 ,106 ,144

N 32 32 32 32 32 32 32

x8 Pearson Correlation ,650** ,608** ,402* ,371* ,454** ,265 ,143

Page 112: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,023 ,037 ,009 ,143 ,435

N 32 32 32 32 32 32 32

x9 Pearson Correlation ,453** ,551** ,592** ,551** ,652** ,298 ,278

Sig. (2-tailed) ,009 ,001 ,000 ,001 ,000 ,097 ,123

N 32 32 32 32 32 32 32

x10 Pearson Correlation ,507** ,504** ,309 ,125 ,256 ,106 ,036

Sig. (2-tailed) ,003 ,003 ,085 ,497 ,157 ,564 ,843

N 32 32 32 32 32 32 32

x11 Pearson Correlation ,595** ,577** ,484** ,365* ,469** ,237 ,169

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,005 ,040 ,007 ,192 ,356

N 32 32 32 32 32 32 32

x12 Pearson Correlation 1 ,933** ,564** ,515** ,653** ,467** ,313

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,003 ,000 ,007 ,081

N 32 32 32 32 32 32 32

Page 113: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

x13 Pearson Correlation ,933** 1 ,654** ,598** ,613** ,448* ,253

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,010 ,162

N 32 32 32 32 32 32 32

x14 Pearson Correlation ,564** ,654** 1 ,654** ,653** ,623** ,436*

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,013

N 32 32 32 32 32 32 32

x15 Pearson Correlation ,515** ,598** ,654** 1 ,472** ,598** ,370*

Sig. (2-tailed) ,003 ,000 ,000 ,006 ,000 ,037

N 32 32 32 32 32 32 32

x16 Pearson Correlation ,653** ,613** ,653** ,472** 1 ,472** ,468**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,006 ,006 ,007

N 32 32 32 32 32 32 32

x17 Pearson Correlation ,467** ,448* ,623** ,598** ,472** 1 ,393*

Sig. (2-tailed) ,007 ,010 ,000 ,000 ,006 ,026

Page 114: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

N 32 32 32 32 32 32 32

Sumx Pearson Correlation ,313 ,253 ,436* ,370* ,468** ,393* 1

Sig. (2-tailed) ,081 ,162 ,013 ,037 ,007 ,026

N 32 32 32 32 32 32 32

Page 115: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

DATA MENTAH

NO X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17

1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3

2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4

6 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

7 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4

8 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3

9 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

11 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

12 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

13 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 4

14 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4

15 4 4 3 3 4 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 4 4

16 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

17 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4

18 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

19 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4

21 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4

22 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

Page 116: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

23 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4

24 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

25 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3

26 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

27 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3

29 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3

30 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

31 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Page 117: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

TRANSKIP WAWANCARA

Informan 1

Menti

semester 3 Hasil Wawancara Temuan

Fase Atensi

Pertanyaan Materi keagamaan apa saja

yang kamu dapatkan setelah

memperhatikan penjelasan

mentor?

Jawaban Materi tentang Syahadatain,

Ma’rifatul Rosul, Ma’rifatullah,

materi-materi lain seperti sholat

dan materi-materi mendekati itu

Materi keagamaannya

antara lain

Syahadatain,

Ma’rifatul Rosul,

Ma’rifatullah,

Pertanyaan Buku apa yang kamu baca saat

mentor menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Tidak ada buku yang dibaca,

saya hanya mendengarkan

penjelasan saja dari mentor,

tetapi saya biasanya mendengar

ceramah-ceramah ustadz lain,

maka terkadang saya kaitkan

dengan materi mentoring,

terkadang juga saya membaca

dari intenet.

Tidak membaca buku

keagamaan, hanya

mendengarkan

penjelasan mentor saja

Pertanyaan Apa saja yang mengambat atau

menggangu kamu saat mentor

menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Posisi mentoring beda-beda

kak, ada yang di audit, ada yang

di fatulloh itu pun waktunya

berbeda, kalo tempat saya

Tempat dan waktu

mentoring

Page 118: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

terganggu dengan keramaian,

jadi terganggu. Dan kedua

waktu kalo sore saya ada

asrama kak jadi agak terganggu,

karena jika asrama itu wajib

sholat berjamaah tepat waktu

jadi kadang saya suka telat

untuk sholat berjamaah

Pertanyaan Apakah kamu mencatat hal

penting terkait materi

keagamaan yag mentor

jelaskan, jika iya materi apa

saja yang kamu catat?

Jawaban Ya saya mencatat di buku

catatan kecil atau buku diary

(buku harian) kak, saya

mencatat hal yang penting saja,

seperti arti dari syahadatain,

hanya arti saja, penjelasan

hanya di dengarkan saja, dan

pertanyaan dari temen yang

saya tidak tau

Mencatat di buku diary

(buku harian), materi

penting saja yang

dicatat

Pertanyaan Dimana kamu mencatat hal-hal

penting tersebut?

Jawaban Di buku diary (buku harian)

Pertanyaan Bagaimana kamu bertanya

dengan mentor saat ada hal

yang kamu tidak mengerti?

Jawaban Karena lingkungan mentoring

kecil, maka Saya hanya

memanggil mentor saja, ka saya

ingin bertanya, ‘bagaimana kalo

wanita haid apakah boleh

masuk masjid’? lalu selanjutnya

saling sharing mentor dengan

Dengan memanggil

mentor lalu

melontarkan

pertanyaan

Page 119: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

menti dan akhirnya menemukan

kata mufakat.

Pertanyaan Pertanyaan apa yang pernah

kamu ajukan kepada mentor?

Jawaban ‘bagaimana kalo wanita haid

apakah boleh masuk masjid’?

Bagaimana wanita sholat di

masjid? Pertanyaan yang

diajukan kadang tidak sesiau

dengan tema

Seputar wanita

Fase Retensi

Pertanyaan Bagaimana cara mentor

menyampaikan materi

keagamaan?

Jawaban Pertama, pembukaan dengan

cara mentor menunjuk salah

satu menti untuk menjadi MC

di mentoring, lalu baca ayat

qur’an 3 ayat, lalu mentor

memulai menyampaikan materi

‘hari ini kita bahas materi ini’

lalu mentor menjelaskan materi

10-15 menit, lalu sesi tanya

jawab (sesuai tema) setelah itu

diluar tema. Lalu Mc menutup

mentoring. Kalo saya nunjuk

tangan sendiri tidak ditunjuk

mentor.

pembukaan dengan

MC (salah satu menti),

penyampaian materi

oleh mentor, sesi tanya

jawab, dan terakhir

penutupan

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menyimpan materi keagamaan

yang telah disampaikan

mentor?

Jawaban Saya menyimpan materi

pertanyaan yang aku tidak tau

dan menurutku aku baru tau,

Melihat buku catatan

Page 120: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

dan aku buka buku catatanku.

Tidak pernah ada ujian

mentoring.

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menceritakan apa yang telah

kamu dapat kepada teman yag

lain?

Jawaban Tidak pernah cerita kepada

teman, paling kalo ada temen

yang berbuat aneh baru aku

kasih tau saja untuk

memperbaiki perilaku mereka.

Menegur dengan materi yang

aku ingat saja

Tidak pernah cerita

kepada teman, hanya

menegur teman

Pertanyaan Apakah kamu mempraktekan

apa yang kamu dapat dari

penjelasan mentor?

Jawaban Insyaallah saya mempraktekan

apa yang saya dapat, tapi saya

lebih ke materi yang

pengetahuan saja, saya kurang

mempraktikan.

Fase

Pembentukan

Perilaku

Pertanyaan Hukuman apa yang kamu dapat

ketika kamu melanggar

peraturan?

Jawaban Tidak ada hukuman di

mentoring, karena mentornya

baik. Dikelompok saya tidak

ada ketentuan hukuman karena

tidak ada kesepakatan antar

mentor dan menti

Page 121: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan Kontribusi apa yang kamu

berikan kepada organisasi

Jawaban Saya ikut acara, saya sebagai

panitia tim untuk mensukseskan

acara

Menjadi panitia, jika

LDK mengadakan

acara

Pertanyaan Apa saja hambatan kamu dalam

menaati peraturan dan

bagaimana solusi untuk

mengatasinya?

Jawaban Amalan-amalan yang menuntut

saya untuk bergerak setiap

minggunya, seperti sholat duha

tidak boleh tidak solat, karena

mentor memiliki data untuk

ibadah setiap minggu.

Hambatan saya iman saya naik

turun, gak menentu, kadang

rajin kadang malas

Pertanyaan Prinsip etika apa saja yang

kamu anut sebagai anggota

organisasi?

Jawaban Berinteraksi dengan lawan jenis

yang bukan mahrom, tidak

boleh ngobrol dengan lawan

jenis, tapi kalo saya membatasi

obrolan dengan lawan jenis,

pakain saya syar’i, dengan

jilbab panjang tertutup hingga

dibawah dada, makeup

sebatasnya tidak berlebihan,

agar mencerminkan muslimah

Membatasi diri dengan

lawan jenis,

menggunakan pakaian

syar’i, dan makeup

tidak berlebihan

Fase

Motivasi

Page 122: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

internal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Jawaban Untuk menambah ilmu agama

dan menambah banyak teman

menambah ilmu agama

dan menambah banyak

teman

Pertanyaan Bagaimana bentuk komitmen

kamu terhadap organisasi?

Jawaban Iya, tapi saya tidak tau

komitmen saya seperti apa, tapi

kurang begitu kokoh kak. Saya

pengen mencari lembaga

keislaman yang kental, jadi

saya memilih LDK karena

keislaman kental.

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

eksternal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Jawaban Ustad saya menyarankan untuk

ikut LDK, teman-teman LDK

saya mendukung saya

mendukung kalo saya ikut

montoring, orangtua

mendukung tapi orangtua

menasehati untuk berhati-hati.

Ustad, teman LDK dan

orangtua

Informan 2

Menti

Semester 9 Hasil Wawancara Temuan

Fase Atensi

Page 123: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan

Materi keagamaan apa saja yang kamu

dapatkan setelah memperhatikan

penjelasan mentor?

Jawaban

Bakat manusia, kisah para sahabat,

pemerintahan pada zaman sahabat nabi,

sifat-sifat para nabi, sifat manusia, sifat

rosul, reproduksi wanita dikaitkan

dengan rumus matematika

Bakat manusia,

kisah para

sahabat,

pemerintahan

pada zaman

sahabat nabi,

sifat-sifat para

nabi, sifat

manusia, sifat

rosul,

reproduksi

wanita

Pertanyaan Buku apa yang kamu baca saat mentor

menjelaskan materi keagamaan?

Jawaban

Saya tidak membaca buku ketika mentor

menjelaskan, biasanya sebelum

mentoring dimulai minggu sebelumnya

sudah dikasih tau untuk perwakilan yang

kultum, jadi untuk mempersiapkan

kultum nanti kita baru persiapkan tema

yang telah ditetapkan. Saya biasanya

mempersiapkan kultum saya dengan

membaca internet dan mendengar

ceramah ustadz di tv.

tidak membaca

buku ketika

mentor

menjelaskan.

Pertanyaan

Apa saja yang mengambat atau

menggangu kamu saat mentor

menjelaskan materi keagamaan?

Jawaban

Suasana mentoring, karena kita diluar

maka kadang ada suara-suara berisik,

jadi kadang itu terganggu

Suasana/tempat

mentoring

Pertanyaan Apakah kamu mencatat hal penting

terkait materi keagamaan yag mentor

Page 124: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

jelaskan, jika iya materi apa saja yang

kamu catat?

Jawaban Mencatat hal-hal yang bagi saya penting Hal-hal penting

Pertanyaan Dimana kamu mencatat hal-hal penting

tersebut?

Jawaban

Buku catatan khusus mentoring, dan

mentor mewajibkan membawa buku

catatan khusus mentoring

Buku catatan

khusus

mentoring

Pertanyaan

Bagaimana kamu bertanya dengan

mentor saat ada hal yang kamu tidak

mengerti?

Jawaban

Saya biasanya langsung memanggil ka

saya ingin nanya, saya langsung

mngajukan pertanyaan saya.

memanggil ka

saya ingin

nanya

Pertanyaan Pertanyaan apa yang pernah kamu ajukan

kepada mentor?

Jawaban

Batasan sholat yang harus ditutupi, saya

bertanya, apakah telapak tangan masuk

ke batasan aurat, terus saya bertanya

bagaimana niat-niat sholat, antara lain:

jama, qoshor.

Aurat dalam

sholat, niat-niat

sholat

Fase Retensi

Pertanyaan Bagaimana cara mentor menyampaikan

materi keagamaan?

Jawaban

Diskusi terbuka yang diiringi cerita atau

ksiah-kisah Nabi zaman dahulu, setelah

bercerita ada sesi tanya jawab

Diskusi dengan

cerita kisah

Pertanyaan

Bagaimana cara kamu menyimpan materi

keagamaan yang telah disampaikan

mentor?

Page 125: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Jawaban

Kalo saya lebih suka menyimpan cerita

yang diberikan mentor, karena dengan

cerita saya lebih mudah mengingatnya.

Karena saya lebih suka mendengar. Bagi

menti yang tidak hadir biasanya saya

merekam untuk mereka yang tidak hadir

dan di kirim ke grup whatsapp.

Melalui cerita

yag diberikan

mentor

Pertanyaan

Bagaimana cara kamu menceritakan apa

yang telah kamu dapat kepada teman yag

lain?

Jawaban

Ngobrol santai bersama teman secara

tidak sengaja sambil gosip, tiba-tiba

kadang suka nyangkut tentang akhirat,

tentang padang mahsyar, nah kadang aku

ceritain tuh materi yang aku dapat tapi

aku cerita yang aku tau dan aku inget

saja kepada teman-teman, aku cerita

tidak menyebutkan aku tau karena aku

dapat dari hasil mentoring tidak

demikian, aku hanya lebih ngobrol aja

saling sharing. Dan kadang kalo lagi

cerita kaya tiba-tiba sedih aja, karena

kadang aku juga lalai sholat gitu. Aku

tidak pernah menegur temanku yang

berbuat menyimpang, malah terkadang

aku yang berbuat menyimpang itu.

Ngobrol santai

bersama teman

Pertanyaan Apakah kamu mempraktekan apa yang

kamu dapat dari penjelasan mentor?

Jawaban

Ya, saya berusaha mempraktekan, yang

sudah saya praktikan dari mentor adalah

saya melakukan puasa sunnah, sholat

sunnah, tilawah, hafalan surah-surah.

Ya, saya

berusaha

mempraktekan,

saya

melakukan

puasa sunnah,

sholat sunnah,

tilawah, hafalan

surah-surah.

Page 126: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Fase Pembentukan Perilaku

Pertanyaan Hukuman apa yang kamu dapat ketika

kamu melanggar peraturan?

Jawaban

Tidak ada hukuman dalam mentoring,

tetapi jika kita tidak hadir mentoring

mentor selalu menegur, dan alasan harus

jelas.

Tidak ada

hukuman

Pertanyaan Kontribusi apa yang kamu berikan

kepada organisasi

Jawaban

Aktif di kegiatan dengan ikut

berkontribusi di kepanitiaan LDK jika

LDK sedang buat acara aku jadi panitia

untuk mensukseskan acara tersebut.

Menjadi panitia

acara LDK

Pertanyaan

Apa saja hambatan kamu dalam menaati

peraturan dan bagaimana solusi untuk

mengatasinya?

Jawaban

Peraturan mentoring tidak tertulis, karena

mentor selalu datang tepat waktu, jadi

hambatan aku ialah suka datang telat

ketika mentoring, aku suka telat karena

teman mempengaruhi aku, kadang kalo

janjian sama teman di luar LDK suka

ngaret, jadi aku ikutan ngaret. Selain

tepat waktu, kadang suka ada acara

berbarengan dengan mentoring, kadang

juga aku suka ketiduran

Solusinya untuk datang tepat waktu

adalah siap-siap 1 jam sebelum jam

mentoring. Solusi untuk ketiduran adalah

buat alarem.

Datang suka

terlambat, suka

ada acara

berbarengan

dan ketiduran.

Pertanyaan Prinsip etika apa saja yang kamu anut

sebagai anggota organisasi?

Jawaban Memakai kaos kaki setiap hari, memakai

rok selalu, membatasi pergaulan dengan

Memakai kaos

kaki setiap hari,

Page 127: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

lawan jenis, saling menegur sesama jenis

dengan salam, menanyakan kabar sesama

jenis. (berbasa-basi terlebih dahulu). Di

LDK terdapat kode etik, mengucapkan

salam sesama akhwat, tidak boleh

menyapa ikhwan jika ketemu sedang

sendiri, tapi jika sedang berdua atau

bertiga dengan akhwat boleh menyapa

ikhwan. Jika jalan dan bertemu dengan

ikhwan harus berjalan dibelakang ikhwan

tidak boleh mendahului ikhwan, tidak

boleh pulang malam jika tidak ada

kegiatan di kampus maka jam 6 udah

harus pulang, namun jika ada kegiatan

maka maksimal jam 10 malam sudah

pulang, jika bertemu akhwat lain, maka

ditegur temanya agar disuruh pulang, tapi

jika ikhwan yang melihat ahwat ditegur

tapi secara halus, tapi itu perturan di

LDK saja tidak jadi prinsip ku, karena

bagiku terlalu lama jika demikian. Aku

juga gak menerapkan yang pulang

malam tersebut, karena bagiku aku juga

ada kegiatan untuk rapat pramuka, jadi

gak bisa menerapkan hal tersebut.

memakai rok

selalu,

membatasi

pergaulan

dengan lawan

jenis, saling

menegur

sesama jenis

dengan salam

Fase Motivasi

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi internal

kamu untuk tetap ikut mentoring?

Jawaban

Menambah wawasan keagamaan yang

lebih luas, merasa rajin sholat, mentoring

menambah keluarga baru karena mereka

merangkul aku kaya keluarga baru

Menambah

wawasan

keagamaan dan

menambah

keluarga baru

Pertanyaan Bagaimana bentuk komitmen kamu

terhadap organisasi?

Jawaban Karena saya sudah semester sembilan,

jadi saya udah dilepas jadi keanggotaan

Ingin tetap ikut

mentoring

Page 128: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

dan kepengurusan. Karena maksimal itu

sampai semester tujuh. Jadi komiten

untuk kepengurusan sudah selesai,

namun komitmen untuk mentoring saya

tetap ikut mentoring selama saya masih

ada waktu di Ciputat

selama masih

ada di kampus.

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi eksternal

kamu untuk tetap ikut mentoring?

Jawaban

Disuruh abiku dengan adanya pertanyaan

setiap pulang kuliah, jadi aku termotivasi

untuk selalu ikut mentoring, lalu

temanku mendukungku.

Ayah, teman

Informan 3

Menti

Semester 1 Hasil Wawancara Temuan

Fase Atensi

Pertanyaan Materi keagamaan apa saja yang

kamu dapatkan setelah

memperhatikan penjelasan

mentor?

Jawaban Senyum sapa salam, urgensi

syahadatain, ukhwah islamiyah.

Senyum sapa salam,

urgensi syahadatain,

ukhwah islamiyah.

Pertanyaan Buku apa yang kamu baca saat

mentor menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Tidak ada buku yang saya baca,

saya hanya membaca internet dan

mendengar ceramah ustadz di TV

sebelum mentoring

membaca internet

dan mendengar

ceramah ustadz di TV

Page 129: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan Apa saja yang mengambat atau

menggangu kamu saat mentor

menjelaskan materi keagamaan?

Jawaban Whatsapp di handphone, suasana

berisik dari luar, orang lewat

Whatsapp dan

suasana

Pertanyaan Apakah kamu mencatat hal

penting terkait materi keagamaan

yag mentor jelaskan, jika iya

materi apa saja yang kamu catat?

Jawaban Ya saya Mencatat materi, materi

urgensi, materi ukhwah, yang saya

catat yang penting saja, poin-poin

materi yang saya gatau saja

Ya saya Mencatat

materi, materi

urgensi, materi

ukhwah

Pertanyaan Dimana kamu mencatat hal-hal

penting tersebut?

Jawaban Di binder, di memo handphone,

saya belum punya buku khusus

mentoring

Di binder, di memo

handphone

Pertanyaan Bagaimana kamu bertanya dengan

mentor saat ada hal yang kamu

tidak mengerti?

Jawaban Biasa aja, saya panggil saja, “ka”

karena di lingkaran kami sedikit

jadi terlihat

panggil saja, “ka”

Pertanyaan Pertanyaan apa yang pernah kamu

ajukan kepada mentor?

Jawaban Saya bertanya diluar materi kak,

tapi saya pernah nanya tapi lupa.

Fase Retensi

Pertanyaan Bagaimana cara mentor

menyampaikan materi

keagamaan?

Page 130: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Jawaban Pertama, salam selanjutnya

penentuan MC dari perwakilan

menti, tilawah, penyampaian

materi oleh mentor, sesi tanya

jawab, penutup

salam selanjutnya

penentuan MC dari

perwakilan menti,

tilawah, penyampaian

materi oleh mentor,

sesi tanya jawab,

penutup

Pertanyaan Bagaimana cara kamu menyimpan

materi keagamaan yang telah

disampaikan mentor?

Jawaban Ditulis dibinder materinya Dengan tulisan

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menceritakan apa yang telah kamu

dapat kepada teman yag lain?

Jawaban Saya belum pernah menceritakan

ke teman yang lain materi yang

saya dapat, karena kalo saya

mentoring itu bersama teman

sekelas, jadi karena saya baru

kenal dengan temen sekelas jadi

saya belum pernah ceritain.

Pertanyaan Apakah kamu mempraktekan apa

yang kamu dapat dari penjelasan

mentor?

Jawaban Insyaallah saya praktekin, sedikit-

sedikit pernah. Aku

mempraktekan ukhwah islamiyah

dengan cara mengakrabkan diri

dengan teman-teman, saling tegur

sapa, senyum, salam.

mempraktekan

ukhwah islamiyah

dengan cara

mengakrabkan diri

dengan teman-teman,

saling tegur sapa,

senyum, salam.

Fase Pembentukan Perilaku

Pertanyaan Hukuman apa yang kamu dapat

ketika kamu melanggar peraturan?

Page 131: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Jawaban Tidak ada hukuman di mentoring

Pertanyaan Kontribusi apa yang kamu berikan

kepada organisasi

Jawaban Belom ada kontribusi, karena saya

baru jadi maba

Pertanyaan Apa saja hambatan kamu dalam

menaati peraturan dan bagaimana

solusi untuk mengatasinya?

Jawaban Belom ada hambatan

Pertanyaan Prinsip etika apa saja yang kamu

anut sebagai anggota organisasi?

Jawaban Belom ada prinsip etika, karena

saya belum diberi tau peraturan di

LDK, nanti siang baru akan diberi

tau peraturannya.

Fase Motivasi

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

internal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Jawaban Kepengen dari diri sendiri aja gitu,

mentoring sebagai pengingat diri

untuk tetap taqwa, menambah

ilmu agama

pengingat diri untuk

tetap taqwa,

menambah ilmu

agama

Pertanyaan Bagaimana bentuk komitmen

kamu terhadap organisasi?

Jawaban Saya ingin tetap di LDK hingga

lulus nanti, tetap jalin silaturahmi

antar anak LDK

Saya ingin tetap di

LDK hingga lulus

nanti

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

eksternal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Page 132: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Jawaban Temen sekelas, kaka LDK Temen sekelas, kaka

LDK

Informan 4

Menti

Semester 5 Hasil Wawancara Temuan

Fase Atensi

Pertanyaan Materi keagamaan apa saja

yang kamu dapatkan setelah

memperhatikan penjelasan

mentor?

Jawaban Banyak yang saya dapet,

diantaranya adalah ukhwah

islamiyah, toleransi beragama,

urgensi syahadat

ukhwah islamiyah,

toleransi beragama,

urgensi syahadat

Pertanyaan Buku apa yang kamu baca saat

mentor menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Kalo saya fokus mendengarkan

mentor saat menjelaskan, saya

tidak membaca buku

Pertanyaan Apa saja yang menghambat

atau menggangu kamu saat

mentor menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Kalo saya mentoringnya sore

pas selesai mata kuliah, jadi

saya ngantuk kena angin.

Ngantuk

Pertanyaan Apakah kamu mencatat hal

penting terkait materi

keagamaan yag mentor

Page 133: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

jelaskan, jika iya materi apa

saja yang kamu catat?

Jawaban Iya saya mencatat hal-hal

penting, yang saya catet kata-

kata motivasi yang mentor

berikan. Karena kata-kata itu

yang membuat saya jadi rajin

mentoring, Jadi saya tuh butuh

banget mentoring

Pertanyaan Dimana kamu mencatat hal-hal

penting tersebut?

Jawaban Di buku Buku

Pertanyaan Bagaimana kamu bertanya

dengan mentor saat ada hal

yang kamu tidak mengerti?

Jawaban Nanya aja sih, nanti ada sesi

tanya jawab setelah mentor

menjelaskan, saat mentor

menjelaskan disimak, saat

mentor buka sesi lalu kita

tanya di sesi tersebut. Cara

nanya nya itu langsung panggil

saja sebut nama mentornya.

Nanya aja dengan

memanggil mentor

Pertanyaan Pertanyaan apa yang pernah

kamu ajukan kepada mentor?

Jawaban Saya nanya tentang akhwat

yang naik ojek online dengan

ikhwan itu hukumnya

bagaimana? Saya bertanya

dengan yang bersinggungan

dengan kehidupan sehari-

sehari yang menurut saya

membingungkan, jadi kita

perlu diskusikan dengan

mentor, mentor disini

akhwat yang naik ojek

online dengan ikhwan itu

hukumnya bagaimana?

Page 134: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

fungsinya untuk mengayomi

menti-mentinya.

Fase Retensi

Pertanyaan Bagaimana cara mentor

menyampaikan materi

keagamaan?

Jawaban Dibuka salam dengan MC

(perwakilan menti), fungsi MC

untuk melatih menti berani

untuk jadi MC kecil-kecilan,itu

juga sebagai pembelajaran

juga. Lalu tilawah, sehabis

tilawah menti terus ada

kultum, lau mentor

menjelaskan materi, lalu ada

sesi tanya jawab atau sesi

sharing seputar agama,

mangkanya diperbolehkan

nanya diluar topik yang

dibicarakan, karena istilah sesi

tanya jawab bisa disebut

dengan sharing. Lalu penutup

Salam

Tilawah

Kultum menti

Penjelasan mentor

Tanya Jawab

Penutup

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menyimpan materi keagamaan

yang telah disampaikan

mentor?

Jawaban Disimpan baik-baik diingatan,

yang paling saya inget dan

simpen itu kata-kata motivasi,

yang membuat aku jadi selalu

semangat, aku juga suka

mencatat hal-hal penting kata-

kata mentor. Meurutku kalo

ketika kita nyatet itu otomatis

inget dengan apa yang dicatat,

jadi bagiku cukup dengan

mencatat saja, tidak perlu

Mencatat

Page 135: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

direkam di hp atau media yang

lain.

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menceritakan apa yang telah

kamu dapat kepada teman yag

lain?

Jawaban Karena aku udah pernah dapet

materi urgensi syahadatain jadi

aku cerita aja biasa ke temen-

temen LDK. Kadang kalo

materinya gak teori banget

yang butuh praktek, kaya

ukhwah, ta’aruf, saya

menyampaikan itu dengan

perilaku saya saja, saya tidak

cerita ke temen yang non

LDK, tetapi kalo temen LDK

saya sampaikan dengan teori

yang saya dapet dari mentor.

saya tidak cerita ke

temen yang non LDK,

tetapi kalo temen LDK

saya sampaikan dengan

teori yang saya dapet dari

mentor.

Pertanyaan Apakah kamu mempraktekan

apa yang kamu dapat dari

penjelasan mentor?

Jawaban Salah satu materi yang sering

saya praktekan ialah materi

ukhwah, karena cara pertama

dari materi itu adalah ta’aruf,

cara saya ta’aruf atau saling

mengenal, yah saya kenalan

dulu biar tau, kaya dengan

maba itu, aku suruh tulis

biodata pribadi, setelah itu aku

suruh mereka bacain, biar

mereka tau identitas diri

mereka dan aku tuh jadi kenal

sama mereka. Lalu 5s.

Fase Pembentkan Perilaku

Page 136: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan Hukuman apa yang kamu

dapat ketika kamu melanggar

peraturan?

Jawaban Tidak ada hukuman yang

dilegalkan, lebih ke tau diri aja

gitu kan udah dewasa

bagaimana berperilaku

muslimah, jadi sesuai mereka

sendiri aja jadi gak ada

hukuman

Tidak ada hukuman

Pertanyaan Kontribusi apa yang kamu

berikan kepada organisasi

Jawaban Saya pengurus LDK, jadi

panitia acara, saya sebagai

divisi keputrian LDK FITK,

dan hari ini udah mau lengser

kepengurusanya.

Saya pengurus LDK, jadi

panitia acara, saya

sebagai divisi keputrian

LDK FITK

Pertanyaan Apa saja hambatan kamu

dalam menaati peraturan dan

bagaimana solusi untuk

mengatasinya?

Jawaban Gak ada peraturan yang

mengikat. Jadi gak ada

hambatan dan solusi

Pertanyaan Prinsip etika apa saja yang

kamu anut sebagai anggota

organisasi?

Jawaban Jaga jarak dengan ikhwan,

menjaga pandangan dengan

ikhwan, di LDK itu akhwat

dan ihwan dibatasi, karena

dengan dibatasi kita masih bisa

juga untuk berkomunikasi.

Berpakaian menutup aurat,

akhwat tidak boleh pulang

Jaga jarak dengan

ikhwan, menjaga

pandangan dengan

ikhwan, Berpakaian

menutup aurat, akhwat

tidak boleh pulang

malam lewat dari jam 8.

Saling sapa

Page 137: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

malam lewat dari jam 8. Saling

sapa anak LDK dan non LDK

ngucap salam dengan cipika

cipiki.

Fase Motivasi

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

internal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Jawaban Diingatkan selalu untuk selalu

ingat Allah SWT, jadi

menurutku mentoring

merupakan salah satu wadah

dimana kita dapat ngecas iman

kita, karena tiap pekan kadang

ngerasa iman kita menjadi

down banget, turun banget,

suka males sholat, dengan

adanya mentoring kita dapat

membangkitkan semangat

beribadah. Menambah

wawasan agama

Sebagai pengingat

menaikan iman,

menambah wawasan

agama

Pertanyaan Bagaimana bentuk komitmen

kamu terhadap organisasi?

Jawaban Saya udah 100 persen

komitmen untuk tetap di LDK

dan saya akan tetap di LDK

bahkan saya ingin meningkat

di Forum LDK Nasional sse

Indonesia, sampe kapanpun

aku akan tetap ikut LDK.

100 persen komitmen

untuk tetap di LDK dan

saya akan tetap di LDK

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

eksternal kamu untuk tetap

ikut mentoring?

Page 138: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Jawaban Temen-temen sepermentoran

suka ngajak mentoring, mentor

karena suka mmberikan

motivasi, orangtua

mendukung.

Temen-temen

sepermentoran, mentor,

orangtua

Informan 5

Menti

Semester 7 Hasil Wawancara Temuan

Fase Atensi

Pertanyaan Materi keagamaan apa saja

yang kamu dapatkan setelah

memperhatikan penjelasan

mentor?

Jawaban Materi dasar ka, diantaranya

ma’rifatullah bagaimana

mengenal Allah, iman, ihsan

dan Islam, manusia, kondisi

masyarakat dalam tinjauan

Yusuf Qordowi, sikap terhadap

orangtua, peran manusia di

masyarakat

ma’rifatullah, iman,

ihsan dan Islam,

manusia, kondisi

masyarakat dalam

tinjauan Yusuf Qordowi,

sikap terhadap orangtua,

peran manusia di

masyarakat

Pertanyaan Buku apa yang kamu baca saat

mentor menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Mentor tidak pernah ngasih

patokan harus baca buku apa,

mentor memberi kebebasan

setiap mentoring, tapi setiap

pertemuan mentoring selalu

ditanya sudah baca buku apa.

Materi untuk setiap pertemuan

tidak dikasih tau, jadi pas hari

Page 139: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

H mentoring baru dikasih tau

materinya. Paling saya sebelum

mentoring sukanya liat youtibe

paling yang saya yakini itu

benar saja seperti Habib Umar,

ustad Hadi Hidayat,

BuyaYahya dan pengajian

mingguan dirumah biasanya

saya suka dengerin

ceramahnya.

Pertanyaan Apa saja yang mengambat atau

menggangu kamu saat mentor

menjelaskan materi

keagamaan?

Jawaban Ngantuk, suasana berisik

soalnya mentoring kan outdoor

jadi suara berisik, banyak orang

lewat, karena saya tipe

belajarnya auditif jadi mudah

terganggu dengan suara berisik.

Ngantuk, suasana berisik

Pertanyaan Apakah kamu mencatat hal

penting terkait materi

keagamaan yag mentor

jelaskan, jika iya materi apa

saja yang kamu catat?

Jawaban Iya saya mencatat kalo mentor

ngejelasin dan saya paham

dengan materinya, yang saya

catat poin-poin pentingnya saja.

Materi yang dicatatadalah

materi ma’rifatullah bagaimana

mengenal Allah, iman, ihsan

dan Islam, manusia, kondisi

masyarakat dalam tinjauan

Yusuf Qordowi.

Iya saya mencatat yang

saya catat poin-poin

pentingnya saja.

Page 140: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan Dimana kamu mencatat hal-hal

penting tersebut?

Jawaban Memo handphone, buku yang

saya bawa saja, saya tidak

punya buku khusus mentoring

Memo handphone, buku

Pertanyaan Bagaimana kamu bertanya

dengan mentor saat ada hal

yang kamu tidak mengerti?

Jawaban Nanya aja, karena ada sesi

tanya jawab, hanya memanggil

nama kknya ja langsung

sebutkan pertanyaan.

Nanya aja, karena ada

sesi tanya jawab

Pertanyaan Pertanyaan apa yang pernah

kamu ajukan kepada mentor?

Jawaban Lupa kak, tapi materi yang saya

inget pernah saya tanyakan

ialah bagaimana peran kita

sebagai pemuda muslim di

masyarakat, pertanyaan itu

muncul karena dari tempat

tinggal saya sendiri. Saya

sebagai anak muda, dan

dimasyarakat kadang

bertemunya dengan orang-

orang lebih tua diatas kita, jadi

bagaimana cara mengingatkan

kepada mereka gitu aja sih ka.

bagaimana peran kita

sebagai pemuda muslim

di masyarakat

Fase Retensi

Pertanyaan Bagaimana cara mentor

menyampaikan materi

keagamaan?

Jawaban Pertama mentor menunjuk

salah satu menti untuk jadi MC,

terus Mc membuka mentoring,

lalu tilawah setelah itu kultum

MC

Tilawah

Page 141: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

salah satu menti, setelah itu

mentor menyampaikan materi,

lalu sesi tanya jawab dan

sharing, terahir penutup.

Biasanya sebelum masuk

materi mentor menanyakan

kabar menti, bagaimana

kuliahnya, lebih ke pertanyaan

pribadi, untuk biar gak tegang

psikologisnya. Baru masuk ke

pelajaran, istilahnya apresepsi

sebelum mulai pemblajaran.

Kultum

Mentor penyampaian

materi

Sesi tanya jawab

Penutup

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menyimpan materi keagamaan

yang telah disampaikan

mentor?

Jawaban Dicatat, karena dicatat jadi saya

inget selalu apa yang saya catat

Dicatat

Pertanyaan Bagaimana cara kamu

menceritakan apa yang telah

kamu dapat kepada teman yang

lain?

Jawaban Saya tidak pernah menceritakan

materi mentoring ke teman

sejurusan saya, karena menurut

saya teman jurusan saya udah

lebih paham dari saya, karena

saya jurusan PAI, jadi saya

anggap mereka lebih pintar dari

saya, paling saya hanya

menceritakan gak secara

langsung, paling kalo lagi

ngobrol aja kalo nyerempet ke

materi saya jelaskan lewat

cerita saja santai sambil ngobrol

ringan saja. Kadang kalo temen

nanya aja apa aja sih materi

Page 142: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

mentoring yang di dapat. Saya

lebih ke pengimplementasian

materi mentoring saja, kaya

kalo saya sholat dhuha, kadang

teman melihat saya sholat

dhuha dan mereka ahirnya ikut,

saya bukan tipe orang yang

suka ngajak atau dakwah gitu

ka, jadi ya hanya sekedar

perilaku saya saja.

Pertanyaan Apakah kamu mempraktekan

apa yang kamu dapat dari

penjelasan mentor?

Jawaban Yaa saya mempraktekan hasil

dari mentoring saya

mempraktekan amalan

yaumiyah, seprti sholat sunnah,

sholat wajib tepat waktu, sholat

dhuha 5 kali dalam seminggu,

infaq, baca buku, ini setiap

minggu ditanyain sama mentor,

jadi yang saya sering praktekan

hal tersebut.

saya mempraktekan

amalan yaumiyah, seprti

sholat sunnah, sholat

wajib tepat waktu, sholat

dhuha 5 kali dalam

seminggu, infaq, baca

buku

Fase Pembentkan Perilaku

Pertanyaan Hukuman apa yang kamu dapat

ketika kamu melanggar

peraturan?

Jawaban Tidak ada hukuman mentoring,

paling hanya ditegur doang

dengan mentor. Karena mereka

memposisikan diri mentor

sebagai teman bukan sebagai

guru, biar kita tuh nyaman gitu,

jadi tidak saling menggurui.

Page 143: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

Pertanyaan Kontribusi apa yang kamu

berikan kepada organisasi

Jawaban Masih bertahan di organisasi.

Ikut kepengurusan LDK

Ikut kepengurusan LDK

Pertanyaan Apa saja hambatan kamu dalam

menaati peraturan dan

bagaimana solusi untuk

mengatasinya?

Jawaban Untuk istiqomah dateng, saya

tuh males kadang dateng

mentoring, karena waktu ituada

re-schedule mentoring, ga ada

yang cocok waktu

mentoringnya, jadi saya tuh

malesnya.

Solusinya menghubungi mentor

ada gak jadwal yang lain.

Males dateng mentoring.

Solusinya menghubungi

mentor ada gak jadwal

yang lain.

Pertanyaan Prinsip etika apa saja yang

kamu anut sebagai anggota

organisasi?

Jawaban Berawal dari kode etik LDK,

cara berkomunikasi jaga jarak

lawan jenis, berpakaian syar’i

menutup dada, pake kaos kaki,

lebih baik menggunakan rok,

pake manset, pake ciput

Diantara kode etik LDK maka

yang saya anut sebagai prinsip

etika saya menutup data

krudungnya, pake rok, saya

berusaha pake selalu pakai kaos

kaki dan memakai manset kalo

emang baju saya berwarna

cerah. Saya juga jaga jarak

dengan lawan jenis, karena

menutup data

krudungnya, pake rok,

saya berusaha pake

selalu pakai kaos kaki,

jaga jarak dengan lawan

jenis, tegur sapa sesama

ahwat (5s)

Page 144: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

menurut saya itu baik bagi saya

untuk menjaga dari nafsu

syahwat. Tegur sapa sesama

ahwat (5s). Prinsip saya selama

menurut saya baik akan saya

lakukan.

Fase Motivasi

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

internal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Jawaban Karena kebutuhan diri, untuk

menjaga keimanan dan

istiqomah dalam berbuat baik.

Menambah wawasan

keagamaan

Penjagaan keimanan

agar stabil gak turun,

Menambah wawasan

keagamaan

Pertanyaan Bagaimana bentuk komitmen

kamu terhadap organisasi?

Jawaban Gak nyampe 100% ikut LDK,

saya ikut LDK paing hanya

sampe aku lulus saja, dan

awalnya tuh pengen nambah

pengalaman, nambah ilmu.

saya ikut LDK paing

hanya sampe aku lulus

saja

Pertanyaan Apa yang menjadi motivasi

eksternal kamu untuk tetap ikut

mentoring?

Jawaban Teman LDK Teman

Page 145: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …

FOTO – FOTO

Page 146: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 147: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 148: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 149: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 150: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 151: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 152: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 153: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …
Page 154: AKTIVITAS MENTORING ORGANISASI KEAGAMAAN KAMPUS …