doc

79
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH /US$ DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Ana Ocktavia 3351402505 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Upload: muin1503

Post on 24-Jun-2015

338 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Doc

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH /US$

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

DI BURSA EFEK JAKARTA

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Ana Ocktavia

3351402505

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: Doc

SARI

Ana Ocktavia. 2007. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005. Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 69 h. Kata Kunci: Nilai Tukar Rupiah/US$, Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Harga

Saham Gabungan

IHSG merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik mikro maupun makroekonomi. Diantara faktor makroekonomi yang mempunyai peranan penting dalam pergerakan IHSG adalah Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI. Namun, kebenaran argument ini masih perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian agar diperoleh jawaban yang akurat.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah variabel-variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005?, (2) Apakah variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005?, (3) Apakah variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI secara bersama-sama terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005, (2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ secara parsial terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005, (3) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005.

Populasi penelitian ini adalah indeks harga seluruh saham yang ada di BEJ yang terdaftar dari 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005. Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel sehingga diperoleh 36 sampel. Ada 3 (tiga) variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) Indeks Harga Saham Gabungan, (2) Nilai Tukar Rupiah/US$, dan (3) Tingkat Suku Bunga SBI. Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang dikumpulkan secara time series yang diambil berdasarkan studi pustaka maupun dengan mengakses www.jsx.co.id dan

Page 3: Doc

www.bi.go.id. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, (2) Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, dan (3) Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil tersebut berdasarkan pada taraf kepercayaan 95 %.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Nilai Tukar Rupiah/US$ danTingkat Suku Bunga SBI merupakan faktor yang sangat berperan dalam perubahan Indeks Harga Saham Gabungan. Adanya pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan periode tahun 2003-2005 perlu diperhatikan oleh para investor agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para investor, perusahaan/emiten, pemerintah maupun bagi peneliti selanjutnya. Investor sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI yang dapat dimanfaatkan untuk memprediksi IHSG di BEJ yang kemudian untuk mengambil keputusan investasi. Perusahaaan perlu mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya beban perusahaan yang dapat diakibatkan oleh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI sehingga dalam pelaksanaannya nanti manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam rangka menarik investor di pasar modal. Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor makroekonomi (Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) melalui kebijakan-kebijakan yang diambil, yang selanjutnya untuk menarik minat investor baik domestik maupun asing di Bursa Efek Jakarta. Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini bisa dijadikan dasar dan juga bisa dikembangkan secara luas lagi dengan mengambil faktor-faktor ekonomi yang lain, selain Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI.

Page 4: Doc

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Persetujuan Pembimbing ................................................................................. ii

Pengesahan Kelulusan ..................................................................................... iii

Pernyataan ........................................................................................................ iv

Motto Dan Persembahan ................................................................................. v

Prakata .............................................................................................................. vi

Sari ..................................................................................................................... ix

Daftar Isi ........................................................................................................... xi

Daftar Tabel ...................................................................................................... xv

Daftar Gambar ................................................................................................. xvi

Daftar Lampiran ............................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ....................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8

2.1. Nilai Tukar (Kurs) .................................................................... 8

2.1.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah...................................... 8

Page 5: Doc

2.1.2. Penentuan Nilai Tukar .................................................. 8

2.1.3. Sistem Kurs Mata Uang ............................................... 9

2.1.4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia ................................................................... 11

2.2. Tingkat Suku Bunga ................................................................. 12

2.3. Sertifikat Bank Indonesia(SBI) ................................................ 15

2.3.1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia ........................... 15

2.3.2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia .............. 15

2.3.3. Dasar Hukum Sertifikat Bank ...................................... 16

2.3.4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia ....................... 16

2.4. Indeks Harga Saham ................................................................ 17

2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................ 19

2.6. Kerangka Pikir dan Hipotesis .................................................. 22

2.6.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................... 22

2.6.2. Hipotesis ....................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26

3.1. Populasi Dan Sampel ............................................................... 26

3.1.1. Populasi ........................................................................ 26

3.1.2. Sampel .......................................................................... 26

3.2. Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel ....................... 27

3.2.1. Identifikasi Variabel ..................................................... 27

3.2.2. Definisi Operasional Variabel ...................................... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 28

Page 6: Doc

3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 29

3.4.1. Model dan Teknik Analisis Data .................................. 29

3.4.2. Pengujian Asumsi Klasik ............................................. 29

3.4.3. Analisis Regresi ........................................................... 32

3.4.4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................... 32

3.5.5. Koefisien Korelasi Parsial (r2) ..................................... 33

3.5. Pengujian Hipotesis .................................................................. 34

3.5.1. Uji F ............................................................................. 35

3.5.2. Uji t .............................................................................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 37

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................ 37

4.1.1. Bursa Efek Jakarta ........................................................ 37

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian ................................................... 40

4.2.1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ...................... 40

4.2.2. Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs) ................................... 42

4.2.3. Tingkat Suku Bunga SBI ............................................. 43

4.3. Analisis Data ............................................................................. 44

4.3.1. Uji Statistik Deskriptif ................................................. 44

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik .............................................. 45

4.3.3. Analisis Regresi ........................................................... 49

4.3.4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................... 50

4.3.5. Koefisien Korelasi Parsial (r2) ..................................... 51

4.3.6. Pengujian Hipotesis ...................................................... 52

Page 7: Doc

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 55

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 58

5.1. Kesimpulan .............................................................................. 58

5.2. Saran Dan Keterbatasan ........................................................... 59

5.3. Implikasi Kebijakan ................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62

LAMPIRAN

Page 8: Doc

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................... 21

Tabel 2.2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian ............................................... 22

Tabel 4.1. Data Perkembangan IHSG Di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005 ........................................................................... 41

Tabel 4.2. Data Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/US$ Di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005 ....................................... 42 Tabel 4.3. Data Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005 ....................................... 43 Tabel 4.4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif .................................................... 44

Tabel 4.5. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 45

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda .................................... 49

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Regresi ................................................................ 50

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Regresi ................................................................ 51

Page 9: Doc

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta ..................................................................... 24 Gambar 3.1. Statistik d Durbin-Watson .............................................................. 30

Gambar 4.1. Hasil Uji Durbin-Watson ............................................................... 46

Gambar 4.2. Grafik Scatterplot ........................................................................... 47

Gambar 4.3. Uji Normalitas ................................................................................ 48

Gambar 4.4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis 1........................ 52

Gambar 4.5. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis 2........................ 53

Gambar 4.6. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis 3........................ 54

Page 10: Doc

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Perkembangan IHSG, Nilai Tukar Rupiah/US$ Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005 ........................................................................ 64 Lampiran 2 Output Deskriptif Dan Regresi SPSS 13.0 ................................... 65

Lampiran 3 Tabel F dan t ................................................................................ 69

Page 11: Doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar

terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan

ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight)

bukan hanya merupakan dampak merosotnya nilai rupiah atau tingginya inflasi

dan rendahnya suku bunga di suatu negara, tetapi karena tidak tersedianya

alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut, atau pada saat yang

sama, investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh

lebih tinggi. Keadaan ini terjadi sebagai konsekuensi dari terbukanya pasar saham

terhadap investor asing.

Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan

terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang dimulai

tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilar-pilar perekonomian nasional

Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besar-besaran (rush) oleh

deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight). Tingkat suku

bunga yang mencapai 70 % dan depresiasi nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar

AS sebesar 500 % mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu.

Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas sampai ke pasar

Page 12: Doc

modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan

kerugian yang cukup signifikan bagi investor. Bagaimana tidak, jika saham yang

dijual dengan harga hanya Rp 10,- per lembar dan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) pernah turun sampai di bawah 300.

Namun, bila melihat indikator ekonomi beberapa tahun terakhir ini, gejala

pemulihan kepercayaan masyarakat mulai tampak. Pada September 2004, IHSG

mencapai 820,1 dan sampai Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Ini

merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat IHSG pada tahun 2001,

2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang

periode bulan Januari-Juli 2006, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) terus menerus

berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan.

Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat

menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) BEJ yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11

Mei 2006 di level 1.553,062 (www.jsx.co.id).

IHSG merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum.

Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya

jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu,

seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal.

Dalam penelitiannya, Lee (1992) telah ditemukan bahwa perubahan tingkat bunga

(interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham.

Sementara itu dalam artikel yang ditulis oleh Moradoglu, et al. (2000),

dikemukakan bahwa penelitian tentang perilaku harga saham telah banyak

Page 13: Doc

dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan variabel makroekonomi, diantaranya

Chen et al. (1986), Geske and Roll (1983), dan Fama (1981). Hasil penelitian

mereka mengatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh fluktuasi

makroekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan antara lain;

tingkat inflasi, tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga

minyak.

Ajayi dan Mougoue (1996) juga menggunakan variabel makroekonomi nilai

tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham

dan nilai tukar pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu kanada, Perancis,

Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan

menggunakan bivariate error correction model. Hasil penelitian mereka

menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai tukar dan harga saham (pasar

modal dan pasar uang). Hasil ini kemudian didukung juga oleh Sudjono (2002)

serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.

Selanjutnya Gupta (2000) yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan

menggunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan

kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. Hasil ini bertolak

belakang dengan Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menemukan bahwa nilai

tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Saadah dan

Panjaitan (2006) kembali menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang

signifikan antara harga saham dan nilai tukar.

Page 14: Doc

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dimana masih menunjukkan hasil

yang kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai

variabel makroekonomi apakah yang sebenarnya berpengaruh terhadap IHSG dari

perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Oleh karena itu, dalam skripsi

peneliti mengambil judul “ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR

RUPIAH/US$ DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2003-

2005”.

1.2. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup dari penelitian ini mencakup bidang ilmu pengetahuan

ekonomi akuntansi, khususnya yang membahas tentang pasar modal yang

didalamnya mencakup variabel makroekonomi yang terdiri dari nilai tukar rupiah

dan tingkat suku bunga SBI, serta IHSG. Dimana dalam penelitian ini, nilai tukar

Rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI sebagai variabel independen dan IHSG

sebagai variabel dependen.

Peneliti menggunakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dengan alasan

bahwa selama ini Dolar AS merupakan mata uang internasional (paling stabil) di

dunia. Selain itu, Dolar AS merupakan mata uang internasional yang terkuat,

sehingga banyak negara ataupun perusahaan yang melakukan transaksi dengan

menggunakan mata uang ini (Dolar AS).

Meskipun mulai tahun 1999 muncul mata uang baru yaitu Euro, yang

merupakan mata uang tunggal Eropa, tetap keberadaan belum bisa menggeser

dominasi Dolar AS. Dan untuk kalangan Indonesia sendiri, Euro saat ini juga

Page 15: Doc

belum begitu popular, walaupun dengan terjadinya invasi AS ke Irak yang

ternyata cukup menggoyahkan stabilitas Dolar AS (bahkan sempat melemah

dibanding dengan Euro), tetapi keberadaan Euro belum bisa menggeser

kedudukan Dolar AS sebagai mata uang internasional yang paling stabil, yang

juga digunakan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang ada di negara

ini dalam melakukan transaksi. Jadi dengan kondisi seperti ini, peneliti lebih

memfokuskan materi penelitiannya terhadap Dolar AS dari pada mata uang lain

(termasuk Euro).

Variabel independen kedua adalah SBI. SBI merupakan salah satu variabel

makroekonomi yang keberadaannya berpotensi mempengaruhi kegiatan

perdagangan di lantai bursa yang tercermin dari besaran IHSG. IHSG sendiri

merupakan salah satu indikator pasar modal yang sering kali dijadikan acuan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan di bursa efek, untuk

mengetahui apakah bursa dalam kondisi yang bullish atau bearish.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian yang penulis

ambil adalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel-variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat

Suku Bunga SBI secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek

Jakarta tahun 2003-2005.

2. Apakah variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Indeks

Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005.

Page 16: Doc

3. Apakah variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Indeks

Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Bertolak pada latar belakang permasalahan diatas maka tujuan dari

diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independen Nilai

Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI secara bersama-sama

terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek

Jakarta tahun 2003-2005.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen Nilai Tukar

Rupiah/US$ secara parsial terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham

Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen Tingkat Suku

Bunga SBI secara parsial terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham

Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama

investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan

keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Page 17: Doc

1. Bagi Investor dan Emiten

Bagi investor dan emiten yang tercatat di BEJ, hasil dari penelitian ini

dapat membantu mereka dalam menentukan apakah akan menjual, membeli,

ataukah menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan perubahan

kurs rupiah terhadap dollar AS dan tingkat suku bunga SBI. Karena kesalahan

dalam menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal,

akan berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat

mengalami kerugian apabila kurs rupiah/US$ dan suku bunga SBI memang

benar-benar berpengaruh terhadap IHSG.

2. Bagi Pemerintah

Dengan diketahuinya dampak dari kurs rupiah/US$ dan tingkat suku

bunga SBI terhadap IHSG, maka pemerintah dapat membuat kebijakan-

kebijakan yang berkenaan dengan kurs rupiah/US$ dan tingkat suku bunga

SBI sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan

ditangani dengan sebaik-baiknya.

3. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat membuka cakrawala baru.

Bahwa faktor-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja

bursa saham, jadi tidak hanya faktor-faktor internal bursa itu sendiri saja.

Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini bisa dijadikan dasar

dan juga bisa dikembangkan secara luas lagi dengan mengambil faktor-faktor

ekonomi yang lain, selain kurs rupiah dan suku bunga SBI.

Page 18: Doc

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Nilai Tukar (Kurs)

2.1.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as the

amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the

price of one currency in items of another currency.

Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah

harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan

nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.

Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,

dan lain sebagainya.

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di

pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati

untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing

khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar

modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

2.1.2. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu

(Madura, 1993):

Page 19: Doc

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi

seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara,

ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara

penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita

politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau

turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita

sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2.1.3. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang

berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan

oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas

moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs

mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan

sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah.

Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini

Page 20: Doc

cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya

untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana

otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat

tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena

otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi

pergerakan kurs.

2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara

mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau

sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner

dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata

uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi

sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi

hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang

menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu

negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik

dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu

tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur

penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs

tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan

terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan

tajam.

Page 21: Doc

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama

negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan

sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan

stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam

sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam

“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai

perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang

berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang

mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang

berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara

mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini

dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak

terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan

berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

2.1.4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar,

yaitu:

1. Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut

sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya

dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga

Page 22: Doc

kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan

intervensi aktif di pasar valuta asing.

2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang

mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan

dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini,

pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs

bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan

intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.

3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin

melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan

cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk

menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan

mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange

rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga

dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap

rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.

2.2. Tingkat Suku Bunga

Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga

adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah

jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat

harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Samuelson dan

Page 23: Doc

Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah biaya untuk meminjam

uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam.

Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan

tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan

investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun

tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun

dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan

menderita capital loss atau gain.

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini

merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini

menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat

inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga,

kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu

periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan,

usaha dagang, atau sumber daya.

Unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi :

1. Syarat jatuh tempo

Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman

terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka pendek

Page 24: Doc

biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-surat berharga

jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jangka pendek.

2. Risiko

Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara

lainnya sangat bersifat spekulatif. Obligasi-obligasi dan tagihan-tagihan

pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan kekuatan

pajak dari pemerintah. Unsur-unsur ini dapat dipercaya karena bunga

pinjaman pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah terdapat

pada pinjaman atas kredit-kredit perusahaan yang kondisinya baik. Sedangkan

investasi yang berisiko mempunyai peluang gagal atau tidak dibayar yang

sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut.

3. Likuiditas

Aktiva akan disebut “likuid“ apabila dapat ditukarkan dengan kas secara

cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar

surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah,

dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai sekarangnya. Aktiva-

aktiva tidak likuid termasuk aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang

berkembang baik.

4. Biaya-biaya administrasi, waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk

administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan

biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per

tahun lebih besar dari tingkat bunga lainnya.

Page 25: Doc

2.3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral,

salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu

pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.

Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang

terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto,

Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI

dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank

Indonesia (SBI).

2.3.1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan

Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang

selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek.

2.3.2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai

Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang

giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI

diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Page 26: Doc

2.3.3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank

Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23

Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta

Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16

Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.

2.3.4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan

untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100

miliar.

3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan

kelipatan Rp 50 juta.

4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true

discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.

Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %.

7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).

8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = ------------------------------------------------ 360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]

Page 27: Doc

2.4. Indeks Harga Saham

Saat ini di Bursa Efek Jakarta (BEJ) terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, sebagai

berikut (www.jsx.co.id):

1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing-

masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta

Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan

saham preferen yang tercatat di BEJ.

3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.

Semua perusahaan yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan)

sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEJ

yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).

4. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa

kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai

likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari

saham-saham tersebut.

5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah

Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM (Danareksa Investment

Management) terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk

dalam JII.

6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukkan bagi

perusahaan dengan track record yang baik.

Page 28: Doc

7. Indeks Papan Pengembang (Development Board Index/DBX), untuk

mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi

persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek.

Disamping itu Papan Pengembang diperuntukkan bagi perusahaan yang

mengalami restrukturisasi atau pemulihan performa.

Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya

menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian

karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham

preferen yang tercatat di BEJ.

Indeks Harga Saham Gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1

April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di

Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham preferen.

Anoraga dan Piji (2001: 100-104) mengatakan, secara sederhana yang

disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk

membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan

indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham

dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau

kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.

Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga

saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu

yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan

waktu berlaku merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan

waktu dasar.

Page 29: Doc

Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang

terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan

dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang

biasanya menunjukkan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan

dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan

indeks harga saham yang mengalami penurunan.

Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan

rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001: 102):

IHSG = 100xHoHt

∑∑

Dimana :

∑ Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

∑ Ho : Total harga semua saham pada waktu dasar

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang

lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan

berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan

sebagai referensi untuk saling melengkapi.

Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu:

1. Lee (1992)

Lee (1992) telah menemukan bahwa perubahan tingkat bunga (interest

rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham.

Page 30: Doc

2. Ajayi dan Mougoue (1996)

Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar

pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu Kanada, Perancis, Jerman, Italia,

Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate

error correction model. Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan yang

signifikan antara kedua pasar tersebut (pasar modal dan pasar uang).

3. Gupta (2000)

Gupta (2000) yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan

menggunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada

hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham.

4. Sudjono (2002)

Dengan menggunakan metode VAR (Vector Auto Regression) dan ECM

(Error Correction Model) ditemukan bahwa variabel ekonomi makro yang

direfleksikan dengan nilai rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap indeks harga saham.

5. Sitinjak dan Kurniasari (2003)

Mereka menyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dolar terhadap

rupiah) naik satu satuan berarti akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG)

saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada saat kondisi pasar sedang

bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish, indikator pasar saham dan

indikator pasar uang secara bersama-sama berpengaruh positif. Terutama pada

indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk mempengaruhi pasar saham.

Page 31: Doc

6. Sa'adah dan Panjaitan (2006)

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode VAR (Vector Auto

Regression) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan

antara harga saham dengan nilai tukar.

Berdasarkan uraian di atas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat

dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Tahun Variabel Sampel/Model

Penelitian Hasil

Penelitian Lee 1992 - Return Saham

- Tingkat Bunga - Inflasi - Indeks Harga Saham

Regresi Tingkat Bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Ajayi dan Mougoue

1996 - Nilai Tukar - Harga Saham

Hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar di 8 negara maju

Ada hubungan yang signifikan antara pasar modal dan pasar uang.

Gupta 2000 - Tingkat Bunga - Nilai Tukar - Harga Saham

Regresi Tidak ada kausalitas antara ketiga variabel tersebut.

Sudjono 2002 - IHSG - Tingkat Bunga deposito - SBI - Jumlah Uang Beredar - Nilai Tukar Rupiah - Inflasi

VAR (Vector Auto Regression) dan ECM (Error Correction Model)

Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Sitinjak dan Kurniasari

2003 - SBI - IHK - Kurs - Pasar Saham

Non-linear Combination

Kurs berpengaruh signifikan negatif dan SBI berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham.

Sa'adah dan Panjaitan

2006 - IHSG - Nilai Tukar

VAR (Vector Auto Regression)

Tidak ada interaksi dinamis antara harga saham dan nilai tukar.

Sumber: data sekunder yang telah diolah.

Page 32: Doc

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian–

penelitian sebelumnya adalah:

Tabel 2.2.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

dengan Penelitian Terdahulu

Persamaan Perbedaan • Variabel yang digunakan

berdasarkan penelitian–penelitian sebelumnya yaitu antara variabel-variabel makroekonomi (nilai tukar rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI) dengan indeks harga saham gabungan (IHSG).

• Jangka waktu penelitian selama 3 (tiga) tahun dari tahun 2003-2005.

• Teknik analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

2.6. Kerangka Pikir dan Hipotesis

2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 2 (dua) variabel makroekonomi

yang diduga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Bursa Efek Jakarta. Adapun variabel makroekonomi yang diprediksikan

berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai tukar

Rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI.

Berdasarkan uraian di atas, hubungan masing-masing variabel independen

(variabel makroekonomi) terhadap IHSG dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hubungan Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap IHSG

Page 33: Doc

Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat

mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal.

Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan

dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri,

terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak

langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena

menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan

berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan memburuknya

neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa.

Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor

terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak

negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital

outflow.

Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan

berdampak pada perusahaan-perusahaan go public yang menggantungkan

faktor produksi terhadap barang-barang impor. Besarnya belanja impor dari

perusahaan seperti ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya

laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan

anjlok.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ajayi

dan Mougoue (1996), Sudjono (2002), serta Sitinjak dan Kurniasari (2003)

telah membuktikan bahwa nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga

saham.

Page 34: Doc

2. Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG

Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan

(emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga

potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang atau

tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun dan

selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Hal ini telah dibuktikan oleh Lee

(1992) maupun Sitinjak dan Kurniasari bahwa tingkat bunga berpengaruh

signifikan terhadap indeks harga saham.

Atas dasar analisis tersebut maka pengaruh dari masing-masing variabel

tersebut terhadap IHSG dapat digambarkan dalam model paradigma seperti

ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Model Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ Dan Tingkat Suku Bunga

SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta

Nilai Tukar Rupiah/US$

Tingkat Suku Bunga SBI

IHSG

Page 35: Doc

Berdasarkan model pada Gambar 2.1. tersebut menunjukkan bahwa variabel

independen terdiri dari Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1) dan Tingkat Suku Bunga

SBI (X2) dan variabel dependennya IHSG (Y).

2.5.2. Hipotesis

Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo

berarti lemah, kurang atau di bawah dan thesis berarti teori, proposisi, atau

pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan atau

dugaan yang sifatnya masih sementara (Hasan, 2003: 140).

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Diduga bahwa variabel-variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1)

dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara bersama-sama mempunyai

pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-

2005.

H2 : Diduga bahwa variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1) secara

parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek

Jakarta tahun 2003-2005.

H3 : Diduga bahwa variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara

parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek

Jakarta tahun 2003-2005.

Page 36: Doc

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

3.1.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 55).

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah kurs rupiah/US$ dan tingkat

suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Karena yang menjadi obyek

penelitian adalah IHSG, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

indeks harga seluruh saham yang ada di BEJ yang terdaftar dari 1 Januari 2003

sampai 31 Desember 2005.

3.1.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2005: 55). Sementara penentuan sampel dalam

penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik

penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel (n) selama periode

tahun 2003-2005 tahun sebanyak 36 sampel.

Page 37: Doc

3.2. Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel yang terdiri dari 1 (satu)

variabel dependen dan 2 (dua) variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu IHSG (Y), sedangkan variabel independen terdiri atas Nilai

Tukar Rupiah/US$ (X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2). Hubungan antara

kedua variabel tersebut adalah naik turunnya variabel dependen yang dipengaruhi

oleh perilaku variabel independen yang artinya apabila salah satu variabel

independen berubah maka akan mengakibatkan variabel dependen juga berubah.

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat

didefinisikan sebagai berikut:

1. Nilai Tukar Rupiah/US$

Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar AS yang

ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$ 1 = Rp 9.000,-

artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan rupiah maka

nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar

Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2003-Desember 2005.

2. Tingkat Suku Bunga SBI

Tingkat suku bunga SBI adalah ukuran keuntungan investasi berupa

sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal

yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal.

Page 38: Doc

Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil

adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2003-Desember 2005.

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di

BEJ dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan adalah dalam satu

satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sejak Januari

2003-Desember 2005.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi,

yaitu pengumpulan data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah

penelitian baik dari sumber dokumen atau buku-buku, koran, majalah, dan lain-

lain.

Selain itu pengumpulan data juga dilakukan secara studi pustaka, yaitu

metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan jalan mencari,

membaca dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang dibaca dari

sumber tertentu (Marzuki, 2000: 58-62). Dalam studi pustaka penelitian ini

dilakukan dengan membaca dan mencatat referensi yang ada di perpustakaan

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro, Bank Indonesia, dan Pojok BEJ Undip.

Page 39: Doc

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Model dan Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) terhadap IHSG, penelitian ini

menggunakan teknik analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis

model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) dengan model

dasar sebagai berikut:

Dimana:

Y = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

α = konstanta

X1 = Nilai Tukar Rupiah/US$

X2 = Tingkat Suku Bunga SBI

β1, β2 = koefisien regresi parsial untuk X1, X2

ε = disturbance error (faktor pengganggu/residual)

3.4.2. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menentukan ketepatan model regresi perlu dilakukan pengujian atas

beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi sebagai berikut:

1. Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005: 91), uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas variabel bebas

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ε

Page 40: Doc

(independen). Model regresi yang baik seharusnya bebas multikolinearitas

atau tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Uji Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya

(2) Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1

atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas pada data yang akan diolah.

2. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) Ghozali (2005: 95-96).

Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan

statistik d dari Durbin-Watson (DW test) dimana angka-angka yang

diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang diperoleh dari tabel

DW batas bawah), dU (angka yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4- dL

dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi autokorelasi,

sebaliknya jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi (+/-). Statistik d

Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1.

Statistik d Durbin-Watson

0

H0 ditolak

Bukti autokorelasi positif

H0 diterima

Tidak ada autokorelasi

Daerah keragu-raguan

4- dL 4- dU 2dU dL 4

Daerah keragu-raguan

H0 ditolak

Bukti autokorelasi negatif

Page 41: Doc

3. Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain Ghozali (2005: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dalam penelitian ini, dengan melihat grafik Plot antara nilai

prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu

SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan

ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisis yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas

adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 42: Doc

4. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali (2005:

110). Sedangkan dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.4.3. Analisis Regresi

Setelah model regresi terbebas/lulus dari uji asumsi klasik maka model

regresi layak dipakai dan kemudian dilakukan analisis regresi. Analisis ini

digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh variabel independen (Nilai

Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) terhadap variabel dependen

IHSG di Bursa Efek Jakarta.

3.4.4. Penentuan Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Algifari (2000: 45-48) menyatakan bahwa koefisien determinasi adalah salah

satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan

pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisen determinasi menunjukkan prosentase

variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang

dihasilkan. Misalnya, nilai-nilai (sering juga menggunakan simbol R2) pada suatu

persamaan regresi yang menunjukkan hubungan pengaruh variabel Y (variabel

dependen dan variabel X (variabel independen) dari hasil perhitungan tertentu

Page 43: Doc

adalah 0,85. Artinya adalah variasi nilai Y yang dapat dijelaskan oleh persamaan

regresi yang diperoleh adalah 85 % sisanya yaitu 15 % variasi variabel Y

dipengaruhi oleh variabel lain yang berada di luar persamaan (model).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Adjusted R2 untuk mengukur

besarnya konstribusi variabel X terhadap variasi (naik turunnya) variabel Y.

Pemilihan Adjusted R2 tersebut karena adanya kelemahan mendasar pada

penggunaan koefisien determinasi (R2). Kelemahannya adalah bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu

variabel independen maka R2 pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena

itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada

saat mengevaluasi. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila jumlah

variabel independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2002: 45).

3.4.5. Koefisien Korelasi Parsial (r2)

Dalam uji regresi linear berganda dapat dianalisis besarnya koefisien

korelasi parsial (r2). Koefisien korelasi parsial (r2) digunakan untuk mengukur

derajat hubungan antara tiap variabel independen (X) terhadap variabel dependen

(Y) secara parsial (Sudjana, 2002: 35).

Page 44: Doc

3.5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dirumuskan di muka dengan menggunakan alat bantu Statistics Package for

Social Science 13.0 (SPSS 13.0). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh kurs rupiah /US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di BEJ

periode tahun 2003-2005.

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengujian Hipotesis 1 dengan Uji F, digunakan untuk mengetahui apakah

variabel-variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1) dan Tingkat Suku

Bunga SBI (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan

terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005.

2. Pengujian Hipotesis 2 dengan Uji t, digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1) secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-

2005.

3. Pengujian Hipotesis 3 dengan Uji t, digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-

2005.

Page 45: Doc

3.5.1. Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis

H0; μ = 0 : Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di BEJ

H1;μ ≠ 0 : Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI

berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di BEJ

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan, α = 5 %

3. Membuat keputusan

Jika Fhitung < Ftabel, maka maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika Fhitung > Ftabel, maka maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika signifikansi F > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika signifikansi F < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

4. Membuat kesimpulan

Page 46: Doc

3.5.2. Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel

independen (Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) terhadap

IHSG di BEJ untuk periode tahun 2003-2005.

Langkah-langkah adalah sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis

H0; μ = 0 : Nilai Tukar Rupiah/US$ tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ

H2; μ≠ 0 : Nilai Tukar Rupiah/US$ berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ

H0; μ= 0 : Tingkat Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ

H3;μ≠ 0 : Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap

IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan, α = 5%

3. Membuat keputusan

Jika thitung < ttabel, maka maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika thitung > ttabel, maka maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika signifikansi t > 0,05, maka Ho diterima dan H2,3 ditolak.

Jika signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak dan H2,3 diterima.

4. Membuat kesimpulan

Page 47: Doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Bursa Efek Jakarta

Bila dikaji lebih lanjut pasar modal di Indonesia bukan merupakan hal

baru. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak

Pemerintahan Hindia Belanda mendirikan bursa efek di Batavia pada tanggal 14

Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereneging Voor de Effectenhandel.

Dengan berkembangnya bursa efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925

Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di

Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena pecahnya Perang Dunia II, maka

Pemerintah Hindia Belanda menutup bursa efek di Batavia pada tanggal 10 Mei

1940.

Pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), bursa efek diaktifkan

kembali. Diawali dengan diterbitkannya Obligasi Pemerintah Republik Indonesia

tahun 1950, kemudian disusul dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat

tentang bursa Nomor 13 tanggal 01 September 1951. Undang-Undang Darurat itu

kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 15 tahun 1952. Pada saat

itu penyelenggaraan bursa diserahkan pada Perserikatan Perdagangan Uang dan

Efek-efek (PPUE) dan Bank Indonesia (BI) ditunjuk sebagai penasihat. Kegiatan

bursa kembali terhenti ketika pemerintah Belanda meluncurkan program

nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah Belanda pada tahun 1956.

Page 48: Doc

Program nasionalisasi ini disebabkan adanya sengketa antara pemerintah

Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat, dan sekarang bernama Papua,

yang mengakibatkan larinya modal usaha ke luar negeri.

Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Suharto secara resmi membuka

pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan Go Public-nya PT. Semen

Cibinong. Pada tahun itu juga pemerintah memperkenalkan Badan Pelaksana

Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai usaha untuk menghidupkan pasar modal.

Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring

dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta yang mencapai puncak

perkembangannya pada tahun 1990.

Pada tanggal 13 Juli 1991 bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa

Efek Jakarta yang selanjutnya disebut dengan nama BEJ dan menjadi salah satu

bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi BEJ ini

mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar

Modal.

Tahun 1995 adalah tahun dimana BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei

1995 BEJ meluncurkan Jakarta Automatic Trading System (JATS), sebuah sistem

perdagangan manual otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual.

Dalam sistem perdagangan manual di lantai bursa terlihat dua (2) deret antrian,

yang satu untuk antrian beli dan yang satu untuk antrian jual, yang cukup panjang

untuk masing-masing sekuritas dan kegiatan transaksi dicatat di papan tulis. Oleh

karena itu, setelah otomasi ini yang sekarang terlihat di lantai bursa adalah

jaringan komputer-komputer yang digunakan pialang atau broker dalam

Page 49: Doc

bertransaksi. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan

frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan

transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000 BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat atau Secriples

Trading dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari

peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, serta untuk mempercepat proses

penyelesaian transaksi. Tahun 2002 BEJ juga mulai menerapkan perdagangan

jarak jauh atau Remote Trading sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisien

pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Saham yang dicatatkan di BEJ adalah saham yang berasal dari berbagai

jenis perusahaan yang go public, antara lain dapat berupa saham yang berasal dari

perusahaan manufaktur, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa dan lain-lain.

Perusahaan jasa dapat berupa jasa keuangan maupun jasa non keuangan.

Perusahaan jasa keuangan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

keuangan. Perusahaan ini terdiri dari dua kategori yaitu perbankan dan perusahaan

jasa keuangan non bank.

Perusahaan-perusahaan go public yang tercatat pada PT. BEJ

diklasifikasikan menurut sektor industri yang telah ditetapkan oleh PT. BEJ yang

disebut dengan JASICA (Jakarta Stock Exchange Industry Classification).

Terdapat 9 (sembilan) sektor industri berdasarkan klasifikasi PT. BEJ, yaitu:

1. Sektor Pertanian (Agriculture),

2. Sektor Pertambangan (Mining),

3. Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemicals),

Page 50: Doc

4. Sektor Aneka Industri (Miscellaneous Industry),

5. Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Indusry),

6. Sektor Properti dan Real Estate (Property and Real Estate),

7. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Tranportasi (Infrastructure, Utillities and

Transportation),

8. Sektor Keuangan (Finance),

9. Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi (Trade, Service, and Investment).

Klasifikasi sektor industri perusahaan publik ini sangat bermanfaat dalam

menganalisis perkembangan saham-saham perusahaan publik dari sektor terkait.

Cara pandang saham dari perspektif klasifikasi sektor industri merupakan suatu

cara yang populer dan dipakai luas baik oleh pemodal institusional maupun

individu.

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) variabel yang akan dianalisis,

dimana ketiga variabel yang dimaksud dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu

variabel dependen adalah IHSG, sedangkan variabel independen yang digunakan

adalah Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs) dan Tingkat Suku Bunga SBI.

4.2.1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham membandingkan perubahan harga saham dari waktu

ke waktu. Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukkan perubahan situasi

pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif

ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan, sedangkan

Page 51: Doc

yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta

Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan

saham preferen yang tercatat di BEJ.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan IHSG di Bursa Efek

Jakarta untuk periode tahun 2003-2005 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Data Perkembangan IHSG Di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005

IHSG Bulan

2003 2004 2005 Januari 388.44 752.93 1045.44 Pebruari 399.22 761.08 1073.83 Maret 398.00 735.67 1080.17 April 435.04 783.41 1080.17 Mei 494.78 733.99 1088.17 Juni 497.81 732.40 1122.37 Juli 508.70 756.98 1182.30 Agustus 530.86 746.76 1050.09 September 599.84 819.82 1079.27 Oktober 629.05 860.35 1058.26 Nopember 617.08 977.77 1017.73 Desember 679.30 1000.23 1162.63

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa IHSG selama 3 (tiga) tahun selalu

mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa

pasar saham di Indonesia sangat aktif dan dapat memberikan daya tarik tersendiri

bagi investor dalam negeri maupun investor asing.

Page 52: Doc

4.2.2. Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs)

Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar (kurs) rupiah adalah

harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah/US$

merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang

Dolar AS. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas

di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati

untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing

khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar

modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan Nilai Tukar Rupiah/US$

pada Bank Indonesia untuk periode tahun 2003-2005 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Data Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/US$ Pada Bank Indonesia Periode 2003-2005

Rp/US$ Bulan

2003 2004 2005 Januari 9376 8941 9665 Pebruari 9405 8947 9760 Maret 9408 9087 9980 April 9175 9161 10070 Mei 8779 9710 9995 Juni 8785 9915 10213 Juli 9005 9668 10319 Agustus 9035 9828 10740 September 8889 9670 10810 Oktober 8995 9590 10590 Nopember 9037 9518 10535 Desember 8965 9790 10330

Sumber: Lampiran 1

Page 53: Doc

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama 3 (tiga) tahun harga US$ 1,-

oleh rupiah selalu mengalami kenaikan/bertambah mahal. Hal ini

mengindikasikan bahwa nilai rupiah/US$ mengalami penurunan yang signifikan

sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investai di pasar modal.

4.2.3. Tingkat Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang

Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

waktu pendek. Sedangkan suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar

per unit waktu. Jadi, tingkat suku bunga SBI jumlah bunga yang harus dibayar

dibayar per unit waktu untuk SBI.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI

pada Bank Indonesia periode tahun 2003-2005 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Data Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Pada Bank Indonesia Periode 2003-2005

SBI Bulan

2003 2004 2005 Januari 0.1269 0.0786 0.0742 Pebruari 0.1224 0.0748 0.0743 Maret 0.114 0.0742 0.0744 April 0.1106 0.0733 0.077 Mei 0.1044 0.0732 0.0795 Juni 0.0953 0.0734 0.0825 Juli 0.091 0.0736 0.0849 Agustus 0.0891 0.0737 0.0951 September 0.0866 0.0739 0.1 Oktober 0.0848 0.0741 0.11 Nopember 0.0849 0.0741 0.1225 Desember 0.0831 0.0743 0.1275

Sumber: Lampiran 1

Page 54: Doc

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Tingkat Suku Bunga SBI selama

tahun 2003 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 12,69 %

menjadi 8,31 %, selama tahun 2004 Suku Bunga SBI dapat dikatakan stabil pada

kisaran 7,3 % - 7,4 % sedangkan selama tahun 2005 kembali terjadi kenaikan

yang cukup signifikan yaitu dari 7,42 % menjadi 12,75 % atau kembali lagi

seperti pada awal tahun 2003. Perubahan tingkat suku bunga yang tidak stabil ini,

selanjutnya akan mempengaruhi keinginan investor untuk mengadakan investasi,

misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada

tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya),

sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss

atau capital gain.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Uji Statistik Deskriptif

Pada pengujian deskriptif ini untuk menguji seberapa besar nilai mean,

standar deviasi, nilai minimum, median dan maksimum. Tujuan dari statistik

deskriptif ini untuk mengetahui seberapa besar keakuratan data dan penyimpangan

pada data tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

36 388.44 1182.30 802.2206 250.2954736 8779.00 10810.00 9602.3889 586.4148436 .0732 .1275 .088506 .017536636

IHSGKURSSBIValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber : Lampiran 2

Page 55: Doc

Dari tabel 4.4. menunjukkan bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari

pada nilai rata-rata (mean) untuk semua variabel penelitian. Hal ini berarti semua

variabel penelitian tersebut memiliki sebaran data yang normal (baik).

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik

4.3.2.1. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas artinya ada hubungan linier yang sempurna di

antara beberapa atau semua variabel independen. Uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi atas variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen.

Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat

dari besarnya angka VIF seperti terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF

Kurs 0,977 1,024

SBI 0,977 1,024

Sumber : Lampiran 2

Jika mengacu pada Ghozali (2005: 92) maka tidak terdapat

multikolinieritas pada model dalam penelitian ini, yang ditunjukkan

dengan nilai VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1 sehingga

model regresi layak dipakai untuk memprediksi IHSG di BEJ berdasar

Page 56: Doc

masukan variabel Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga

SBI.

4.3.2.2. Uji Autokorelasi

Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji

Durbin Watson (DW-test). Hasil regresi dengan level of significant 0,05

(α=0,05) dengan sejumlah variabel bebas (k=2) dan banyaknya data

(n=36).

Berdasarkan hasil hitung, nilai Durbin-Watson (DW-test) adalah

sebesar 1,655 sedangkan dalam DW-tabel untuk k=2 dan n=36, besarnya

DW-tabel; dL (DW batas bawah) = 1,26; dU (DW batas atas) = 1,49; 4-dU

= 2,51; dan 4-dL= 2,74; maka dapat disimpulkan bahwa DW-test terletak

pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1.

Hasil Uji Durbin-Watson

Sesuai dengan Gambar 4.1. menunjukkan bahwa DW-test berada

di daerah penerimaan H0 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

autokorelasi positif maupun negatif. Berdasarkan hasil tersebut maka

0

H0 diterima

Tidak ada autokorelasi

Daerah keragu-raguan

2,74 2,51 21,49 1,26 4

Daerah keragu-raguan

1,655

H0 ditolak

Bukti autokorelasi positif

H0 ditolak

Bukti autokorelasi negatif

Page 57: Doc

model analisis bebas dari adanya autokorelasi dan dapat digunakan

untuk memprediksi IHSG berdasar masukan variabel Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI.

4.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menentukan heteroskedastisitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang

diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya)

yang telah di-studentized seperti dalam Gambar 4.2.

Gambar 4.2.

Grafik Scatterplot

Scatterplot

Dependent Variable: IHSG

Regression Standardized Predicted Value

2.01.51.0.50.0-.5-1.0-1.5-2.0

Reg

ress

ion

Stud

entiz

ed R

esid

ual

3

2

1

0

-1

-2

-3

Sumber: Lampiran 2

Dari grafik scatterplot tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada

Page 58: Doc

sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak

dipakai untuk memprediksi IHSG berdasarkan masukan variabel Nilai

Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI.

4.3.2.4. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi variabel dependen dan variabel independen

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik

adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Berdasarkan

sampel data (n = 36), keadaan tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.3.

Gambar 4.3.

Uji Normalitas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: IHSG

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Exp

ecte

d C

um P

rob

1.00

.75

.50

.25

0.00

Sumber: Lampiran 2

Dari Gambar 4.3., terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa model

Page 59: Doc

regresi terdistribusi normal. Dengan demikian model regresi layak

digunakan untuk memprediksi IHSG berdasarkan masukan variabel

Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI.

4.3.3. Analisis Regresi

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan

sebelumnya maka diperoleh hasil pengolahan data dengan paket program

komputer statistik SPSS 13.0 yang tampak pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6.

Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Coefficientsa

-2097.023 359.682 -5.830 .000.355 .037 .832 9.502 .000 .856 .977 1.024

-5760.406 1249.399 -.404 -4.611 .000 -.626 .977 1.024

(Constant)KURSSBI

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: IHSGa.

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut :

Y = - 2097,023 + 0,355 X1 – 5760,406 X2 + ε

Dimana:

Y : IHSG (Indeks harga Saham Gabungan)

X1 : Nilai Tukar Rupiah/US$

X2 : Tingkat Suku Bunga SBI

ε : disturbance error (faktor pengganggu/residual)

Page 60: Doc

Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar -2097,023. Hal ini

berarti bahwa tanpa adanya rasio Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku

Bunga SBI akan terjadi perubahan IHSG sebesar -2097,023. Selanjutnya koefisien

regresi Nilai Tukar Rupiah/US$ sebesar 0,355 dan bertanda positif, hal ini berarti

bahwa setiap perubahan Nilai Tukar Rupiah/US$ satu persen dengan asumsi

variabel lainnya tetap maka perubahan IHSG akan mengalami perubahan sebesar

0,355 % dengan arah yang sama. Sedangkan Tingkat Suku Bunga SBI

mempunyai koefisien regresi sebesar 5760,406 dan bertanda negatif, berarti setiap

perubahan Tingkat Suku Bunga SBI satu persen dengan asumsi variabel lainnya

tetap maka perubahan IHSG akan mengalami perubahan sebesar 5760,406 %

dengan arah yang berlawanan.

4.3.4. Koefisien Determinasi (Adjusted R²)

Berdasarkan output SPSS 13.0 nampak bahwa pengaruh secara bersama-

sama 2 (dua) variabel independen (Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku

Bunga SBI) terhadap IHSG seperti ditunjukkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7.

Hasil Perhitungan Regresi

Model Summary b

.868a .753 .738 128.12372 1.655Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), SBI, KURSa.

Dependent Variable: IHSGb.

Sumber: Lampiran 2

Page 61: Doc

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa % dari variasi

variabel dependen (IHSG) dijelaskan oleh variasi dari variabel independen

(perubahan Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI). Nilai

koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,738, berarti variasi variabel Nilai

Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI dalam menjelaskan variasi

variabel IHSG adalah sebesar 73,8 % dan sisanya 26,2 % dijelaskan oleh faktor

lain yang tidak siteliti. Nilai Adjusted R² untuk IHSG yang besar akan membuat

model regresi semakin tepat dalam memprediksi IHSG di bursa Efek Jakarta.

Dengan melihat kemampuan model dalam menjelaskan variasi perubahan

nilai variabel IHSG, maka model persamaan regresi linier berganda tersebut dapat

dinyatakan baik untuk dijadikan sebagai penaksir nilai variabel IHSG yang akan

datang. Untuk meyakinkan keakuratan model persamaan regresi, maka model

persamaan regresi tersebut perlu diuji dengan pengujian hipotesis.

4.3.5. Koefisien Korelasi Parsial (r2)

Koefisien korelasi parsial (r2) digunakan untuk mengukur derajat

hubungan antara tiap variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)

secara parsial. Nilai koefisien korelasi parsial (r2) dapat dilihat dalam correlations

partial sesuai Tabel 4.6. Koefisien korelasi parsial (r2) untuk Nilai Tukar

Rupiah/US$ sebesar 0,856, berarti variabel Nilai Tukar Rupiah/US$ secara parsial

mempunyai kekuatan pengaruh terhadap IHSG sebesar 85,6 %. Sedangkan

Tingkat Suku Bunga SBI sebesar 0,626, berarti variabel Tingkat Suku Bunga SBI

secara parsial mempunyai kekuatan pengaruh terhadap IHSG sebesar 62,6 %.

Page 62: Doc

4.3.6. Pengujian Hipotesis

4.3.6.1. Pengujian Hipotesis 1

Tabel 4.8.

Hasil Perhitungan Regresi ANOVA b

1650956 2 825478.062 50.286 .000a

541717.6 33 16415.6862192674 35

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SBI, KURSa.

Dependent Variable: IHSGb.

Sumber: lampiran 2

Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan uji F seperti dalam Tabel

4.8.. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah variabel independen

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05)

dan degree of freedom (k-1) dan (n-k), dihasilkan nilai Ftabel sebesar

3,285. Nilai Fhitung dalam Tabel 4.8. sebesar 50,286 sehingga nilai Fhitung

lebih besar dari Ftabel (50,286 > 3,285). Nilai signifikansinya juga sebesar

0,000 (sig. < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti

bahwa secara bersama-sama variasi variabel-variabel independen (Nilai

Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variasi variabel dependen IHSG. Dengan

demikian Hipotesis 1 yang menyatakan “Diduga bahwa variabel-variabel

independen Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI

(X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap

IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005” diterima.

Page 63: Doc

Gambar 4.4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis 1

4.3.6.2. Pengujian Hipotesis 2

Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan uji t seperti terlihat

dalam Tabel 4.6. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Nilai Tukar Rupiah/US$ secara parsial terhadap IHSG di di Bursa efek

Jakarta. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of

freedom (n-k) = 33 diperoleh ttabel sebesar 2,034. Dari perhitungan

dengan paket program komputer statistik SPSS 13.0 dihasilkan thitung

sebesar 9,502 sehingga thitung lebih besar dari ttabel (9,502 > 2,034). Nilai

signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar

0,000 sehingga menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti bahwa

variasi variabel Nilai Tukar Rupiah/US$ secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variasi IHSG di Bursa Efek Jakarta

sehingga hipotesis 2 yang menyatakan “Diduga bahwa variabel

independen Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1) secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun

2003-2005” diterima.

3,285 50,286

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

Page 64: Doc

Gambar 4.5. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis 2

4.3.6.3. Pengujian Hipotesis 3

Pengujian hipotesis 3 dilakukan dengan uji t seperti terlihat

dalam Tabel 4.6. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial terhadap IHSG di di Bursa efek

Jakarta. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of

freedom (n-k) = 33 diperoleh ttabel sebesar 2,034. Dari perhitungan

dengan paket program komputer statistik SPSS 13.0 dihasilkan thitung

sebesar 4,611 (bertanda negatif) sehingga thitung lebih besar daripada ttabel

(4,611 > 2,034). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari

0,05 yaitu sebesar 0,000 sehingga menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini

berarti bahwa variasi variabel Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi IHSG di Bursa Efek

Jakarta sehingga hipotesis 3 yang menyatakan “Diduga bahwa variabel

independen Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun

2003-2005” diterima.

2,034 9,502

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

Page 65: Doc

Gambar 4.6. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Hipotesis 3

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa nilai

Fhitung lebih besar dari Ftabel (50,286 > 3,285) dan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama Nilai Tukar Rupiah/US$

(X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara bersama-sama mempunyai

pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Jakarta tahun

2003-2005. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggabungan variabel Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI relevan digunakan untuk memprediksi

IHSG di masa yang akan datang. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2)

sebesar 0,738 juga menunjukkan bahwa kontribusi Nilai Tukar Rupiah/US$ (X1)

dan Tingkat Suku Bunga SBI dalam menjelaskan variansi IHSG sebesar 73,8 %

dan sisanya 26,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Meskipun

hasil tersebut bertolak belakang dengan Gupta (2000) yang menyimpulkan bahwa

tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham.

Namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sitinjak dan Kurniasari (2003)

dimana mereka menyimpulkan bahwa kurs berpengaruh signifikan negatif dan

SBI berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham. Persamaan ataupun

-4,611 -2,034

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

Page 66: Doc

perbedaan hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena Gupta (2000)

menggunakan data sebelum terjadinya krisis moneter di Indonesia (1993-1997),

sedangkan Sitinjak dan Kurniasari (2003) serta penelitian ini menggunakan data

setelah krisis moneter/sedang dalam masa pemulihan krisis moneter (1999-

Sekarang). Sehingga antara pasar uang dan pasar modal di Indonesia saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Setelah diuji secara parsial, Nilai Tukar Rupiah/US$ mempunyai pengaruh

yang sangat signifikan terhadap IHSG karena nilai thitung > ttabel (9,502 > 2,034)

dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian Ajayi dan Mougoue (1996) yang menunjukkan

adanya hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar di 8 (delapan)

negara maju (Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan

Amerika Serikat). Demikian juga penelitian Sudjono (2002), memiliki pendapat

yang senada bahwa variabel ekonomi makro yang direfleksikan dengan nilai

rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar akan

memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar

negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak

langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, yang

selanjutnya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan

memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan

devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor

terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif

terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital outflow.

Page 67: Doc

Kemudian bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak pula pada

perusahaan-perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap

barang-barang impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan seperti ini bisa

mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya

dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok. Begitu pula sebaliknya,

jika nilai rupiah meningkat maka besarnya belanja impor dari perusahaan seperti

ini bisa menurunkan biaya produksi, serta meningkatkan laba perusahaan. Dan

akhirnya harga saham pun meningkat.

Tingkat Suku Bunga SBI juga mempunyai pengaruh yang sangat signifikan

terhadap IHSG karena nilai thitung > ttabel (4,611 > 2,034) dan nilai signifikansinya

juga lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Kesimpulan ini mempertegas

penelitian Lee (1992) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menyimpulkan

bahwa Tingkat Bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Berdasarkan hasil tersebut berarti kenaikan tingkat suku bunga dapat

meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk memenuhi kewajiban/utang

kepada bank sehingga dapat menurunkan laba perusahaan dan akhirnya harga

saham pun turun. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan

dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai

bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Sedangkan

sebaliknya, jika tingkat suku bunga turun, maka beban perusahaan pun menurun

sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan yang akhirnya dapat meningkatkan

pembagian jumlah dividen kas kepada investor, kemudian harga saham

perusahaan pun meningkat.

Page 68: Doc

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Dari penelitian mengenai analisis pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan

Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek

Jakarta tahun 2003-2005 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. Hal ini ditunjukkan dari

besarnya nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (50,286 > 3,285) dan signifikansi

sebesar 0,000.

2. Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar

Rupiah/US$ terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta

periode 2003-2005. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai thitung lebih besar

dari ttabel (9,502 > 2,034) dan signifikansi sebesar 0,000.

3. Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Suku

Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta

periode 2003-2005. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai thitung lebih besar

dari ttabel (4,611 > 2,034) dan signifikansi sebesar 0,000.

4. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,738, berarti variasi

variabel Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI dalam

Page 69: Doc

menjelaskan variasi variabel IHSG adalah sebesar 73,8 % dan sisanya 26,2 %

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak siteliti.

5.2. Saran dan Keterbatasan

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan

melalui hasil penelitian ini baik kepada investor, perusahan maupun untuk

pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Investor sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia karena dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk

memprediksi IHSG di BEJ yang kemudian untuk mengambil keputusan yang

tepat sehubungan dengan investasinya.

2. Perusahaaan sebelum melakukan kebijakan seperti ekspor atau impor, harus

mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

beban perusahaan yang dapat diakibatkan oleh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan

Tingkat Suku Bunga SBI sehingga dalam pelaksanaannya nanti manajemen

perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam rangka menarik investor di

pasar modal.

3. Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor makroekonomi (Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) melalui kebijakan-kebijakan yang

diambil, yang selanjutnya untuk menarik minat investor baik domestik

maupun asing di Bursa Efek Jakarta.

4. Adanya keterbatasan faktor makroekonomi yang digunakan sebagai dasar

untuk memprediksi IHSG hanya terbatas pada Nilai Tukar Rupiah/US$ dan

Page 70: Doc

Tingkat Suku Bunga SBI, diharapkan dalam penelitian selanjutnya untuk

memperhatikan pengaruh faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan

IHSG.

5. Adanya keterbatasan dalam pengambilan periode penelitian yang hanya 3

tahun, diharapkan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dapat

memperpanjang periode penelitian agar hasil yang diperoleh dapat lebih

merefleksikan pergerakan IHSG di BEJ secara historikal.

6. Selain itu penulis juga mengakui masih banyak keterbatasan yang dimiliki.

Keterbatasan itu antara lain referensi yang dimiliki penulis belum begitu

lengkap untuk menunjang proses penulisan penelitian ini, sehingga terjadi

banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun justifikasi masalah yang

diajukan.

5.3. Implikasi Kebijakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor makroekonomi (Nilai

Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI) sangat relevan digunakan untuk

memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta. Sisi

positif dari hasil penelitian ini adalah mempertegas hasil penelitian sebelumnya

yang menyebutkan bahwa variabel independen (Nilai Tukar Rupiah/US$ dan

Tingkat Suku Bunga SBI) dapat dimasukkan ke dalam model regresi untuk

memprediksi IHSG. Bahkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI sangat signifikan berpengaruh pada

level kurang dari 1 % (0,000). Hal ini juga diperkuat dengan kekuatan prediksi

dari Adjusted R2 sebesar 73,8 %.

Page 71: Doc

Sisi positif berikutnya dari hasil penelitian ini dibandingkan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya adalah periode pengamatan yang relatif baru

yaitu setelah perusahaan-perusahaan tersebut mengalami krisis yang terjadi di

Indonesia tahun 1997.

Implikasi bagi penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan justifikasi

metode penelitian terutama periode pengamatan ataupun jumlah sampel yang

diteliti. Namun demikian hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan

kontribusi kepada para investor minimal dapat menambah referensi dalam

pengambilan keputusan investasi. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan

dapat mendorong penelitian yang lebih lanjut mengenai topik ini pada Bursa Efek

Jakarta.

Page 72: Doc

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri dkk. 1998. Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta.

Ajayi, R.A dan M. Mougoue. 1996. On The Dynamic Relation Between Stock

Prices and Exchange Rate. Journal Of Finance Research. 19:193-207. Algifari. 2000. Analisis Statistik Untuk Bisnis Dengan Regresi, Korelasi, dan Non

Parametrik. Edisi Pertama. Yogyakarta: STIE YKPN. Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto. 2004. Analisis Pengaruh Nilai Tukar

Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. III No.5.

Fabozzi, E.J. and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and

Instrument. Upper Saddle River New Jersey. Fama, E.F. dan K.R. French. 1992. The Cross Section Of Expected Stock Returns.

Journal Of Finance. 47:427-465. Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Gupta, Jyoti P., Alain Chevalier and Fran Sayekt. 2000. The Causality Between

Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The Case Of The Jakarta Stock Exchange. Working Paper Series. EFMA 2000.Athens.

Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif).

Jakarta:Bumi Aksara. Kuncoro,Mudrajad 1996. Manajemen Keuangan Internasional.Yogyakarta:BPFE.

Lee, SB. 1992. Causal Relations Among Stock Return, Interest Rate, Real Activity, and Inflation. Journal Of Finance,47:1591-1603.

Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express.

Page 73: Doc

Marzuki. 1995. Metodologi Riset. Yogyakarta:Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Muradoglu, G., Fatma Taskin, and Iike Bigan.2000. Causality Between Stock

Returns and Macroeconomic Variables in Emerging Markets. Russian and East European Finance and Trade. 36:35-53.

Sa’adah, Siti dan Yunia Panjaitan. 2006. Interaksi Dinamis Antara Harga Saham

Dengan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.pp:46-62.

Santoso, Singgih dan Flandy Tjiptono. 2004. Riset Pemasaran: Konsep dan

Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputer. Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikator-

indikator Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditijau Dari Pasae Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjono. 2002. Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham di BEJ dengan Metode VAR (Vector Autoregression) dan ECM ( Error Correction Model). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 2. no. 3.

Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Website Bank Indonesia. www.bi.go.id

Website Jakarta Stock Exchange. www.jsx.co.id

Page 74: Doc

Lampiran 1

DATA PERKEMBANGAN IHSG, NILAI TUKAR RUPIAH/US$ DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI

DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2003-2005

Tahun Variabel Bulan 2003 2004 2005

Januari 388.44 752.93 1045.44 Pebruari 399.22 761.08 1073.83 Maret 398.00 735.67 1080.17 April 435.04 783.41 1080.17 Mei 494.78 733.99 1088.17 Juni 497.81 732.40 1122.37 Juli 508.70 756.98 1182.30 Agustus 530.86 746.76 1050.09 September 599.84 819.82 1079.27 Oktober 629.05 860.35 1058.26 Nopember 617.08 977.77 1017.73

IHSG

Desember 679.30 1000.23 1162.63 Januari 9376 8941 9665 Pebruari 9405 8947 9760 Maret 9408 9087 9980 April 9175 9161 10070 Mei 8779 9710 9995 Juni 8785 9915 10213 Juli 9005 9668 10319 Agustus 9035 9828 10740 September 8889 9670 10810 Oktober 8995 9590 10590 Nopember 9037 9518 10535

Nilai Tukar Rupiah/US$

Desember 8965 9790 10330 Januari 0.1269 0.0786 0.0742 Pebruari 0.1224 0.0748 0.0743 Maret 0.114 0.0742 0.0744 April 0.1106 0.0733 0.077 Mei 0.1044 0.0732 0.0795 Juni 0.0953 0.0734 0.0825 Juli 0.091 0.0736 0.0849 Agustus 0.0891 0.0737 0.0951 September 0.0866 0.0739 0.1 Oktober 0.0848 0.0741 0.11 Nopember 0.0849 0.0741 0.1225

Tingkat Suku Bunga SBI

Desember 0.0831 0.0743 0.1275

Page 75: Doc

Lampiran 2

Output Deskriptif Dan Regresi SPSS 13.0

Descriptives

Descriptive Statistics

36 388.44 1182.30 802.2206 250.2954736 8779.00 10810.00 9602.3889 586.4148436 .0732 .1275 .088506 .017536636

IHSGKURSSBIValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Regression

Descriptive Statistics

802.2206 250.29547 369602.3889 586.41484 36

.088506 .0175366 36

IHSGKURSSBI

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 .771 -.277.771 1.000 .152

-.277 .152 1.000. .000 .051

.000 . .189

.051 .189 .36 36 3636 36 3636 36 36

IHSGKURSSBIIHSGKURSSBIIHSGKURSSBI

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

IHSG KURS SBI

Variables Entered/Removedb

SBI, KURSa . EnterModel1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: IHSGb.

Output Deskriptif Dan Regresi SPSS 13.0 (Lanjutan)

Page 76: Doc

Lampiran 2

Model Summaryb

.868a .753 .738 128.12372 1.655Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), SBI, KURSa.

Dependent Variable: IHSGb.

ANOVAb

1650956 2 825478.062 50.286 .000a

541717.6 33 16415.6862192674 35

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SBI, KURSa.

Dependent Variable: IHSGb.

Coefficientsa

-2097.023 359.682 -5.830 .000.355 .037 .832 9.502 .000 .856 .977 1.024

-5760.406 1249.399 -.404 -4.611 .000 -.626 .977 1.024

(Constant)KURSSBI

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: IHSGa.

Coefficient Correlationsa

1.000 -.152-.152 1.000

1560999 -7.078-7.078 .001

SBIKURSSBIKURS

Correlations

Covariances

Model1

SBI KURS

Dependent Variable: IHSGa.

Page 77: Doc

Lampiran 2

Output Deskriptif Dan Regresi SPSS 13.0 (Lanjutan)

Collinearity Diagnosticsa

2.974 1.000 .00 .00 .00.024 11.101 .02 .02 1.00.002 40.558 .98 .98 .00

Dimension123

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant) KURS SBIVariance Proportions

Dependent Variable: IHSGa.

Residuals Statisticsa

418.3399 1168.1123 802.2206 217.18696 36-1.768 1.685 .000 1.000 36

27.79679 56.27605 35.99697 8.61713 36

407.8429 1186.6107 801.6567 217.03954 36-267.8189 326.7144 .0000 124.40919 36

-2.090 2.550 .000 .971 36-2.158 2.838 .002 1.025 36

-285.4782 404.8129 .5638 138.95029 36-2.293 3.215 .004 1.070 36

.675 5.780 1.944 1.505 36

.000 .642 .041 .106 36

.019 .165 .056 .043 36

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: IHSGa.

Page 78: Doc

Lampiran 2

Output Deskriptif Dan Regresi SPSS 13.0 (Lanjutan)

Charts

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: IHSG

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Expe

cted

Cum

Pro

b

1.00

.75

.50

.25

0.00

Scatterplot

Dependent Variable: IHSG

Regression Standardized Predicted Value

2.01.51.0.50.0-.5-1.0-1.5-2.0

Reg

ress

ion

Stud

entiz

ed R

esid

ual

3

2

1

0

-1

-2

-3

Page 79: Doc

Lampiran 3

Tabel F dan t

DF F_1 F_2 F_3 t_5 t_2.5 1 161.4476 199.5 215.7073 6.3138 12.7062 2 18.5128 19 19.1643 2.92 4.3027 3 10.128 9.5521 9.2766 2.3534 3.1824 4 7.7086 6.9443 6.5914 2.1318 2.7764 5 6.6079 5.7861 5.4095 2.015 2.5706 6 5.9874 5.1433 4.7571 1.9432 2.4469 7 5.5914 4.7374 4.3468 1.8946 2.3646 8 5.3177 4.459 4.0662 1.8595 2.306 9 5.1174 4.2565 3.8625 1.8331 2.2622 10 4.9646 4.1028 3.7083 1.8125 2.2281 11 4.8443 3.9823 3.5874 1.7959 2.201 12 4.7472 3.8853 3.4903 1.7823 2.1788 13 4.6672 3.8056 3.4105 1.7709 2.1604 14 4.6001 3.7389 3.3439 1.7613 2.1448 15 4.5431 3.6823 3.2874 1.7531 2.1314 16 4.494 3.6337 3.2389 1.7459 2.1199 17 4.4513 3.5915 3.1968 1.7396 2.1098 18 4.4139 3.5546 3.1599 1.7341 2.1009 19 4.3807 3.5219 3.1274 1.7291 2.093 20 4.3512 3.4928 3.0984 1.7247 2.086 21 4.3248 3.4668 3.0725 1.7207 2.0796 22 4.3009 3.4434 3.0491 1.7171 2.0739 23 4.2793 3.4221 3.028 1.7139 2.0687 24 4.2597 3.4028 3.0088 1.7109 2.0639 25 4.2417 3.3852 2.9912 1.7081 2.0595 26 4.2252 3.369 2.9752 1.7056 2.0555 27 4.21 3.3541 2.9604 1.7033 2.0518 28 4.196 3.3404 2.9467 1.7011 2.0484 29 4.183 3.3277 2.934 1.6991 2.0452 30 4.1709 3.3158 2.9223 1.6973 2.0423 31 4.1596 3.3048 2.9113 1.6955 2.0395 32 4.1491 3.2945 2.9011 1.6939 2.0369 33 4.1393 3.2849 2.8916 1.6924 2.0345 34 4.13 3.2759 2.8826 1.6909 2.0322 35 4.1213 3.2674 2.8742 1.6896 2.0301 36 4.1132 3.2594 2.8663 1.6883 2.0281 37 4.1055 3.2519 2.8588 1.6871 2.0262 38 4.0982 3.2448 2.8517 1.686 2.0244 39 4.0913 3.2381 2.8451 1.6849 2.0227 40 4.0847 3.2317 2.8387 1.6839 2.0211