d:majalah fokus pengawasantahun 2004fp nomor 3...

63
1 AUDITOR JABATAN FUNGSIONAL YANG MENANTANG Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2004

Upload: ngohuong

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

1

AUDITOR

JABATAN FUNGSIONAL

YANG MENANTANG

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2004

Page 2: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Daftar Isi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2

Fokus Pengawasan

Diterbitkan oleh Proyek PenyebaranPengertian dan Kesadaran PengawasanMelalui Jalur Agama (PPKPMJA)Inspektorat Jenderal Departemen Agama RI Tahun 2004

Dewan Penyunting: Pembina: Slamet RiyantoPengarah: Masyhuri AM, S. Saidi, AhmadGhufron, Chamdi Pamudji, Abdul HalimPenanggung jawab: AhmedKetua: Muhaimin LuthfieSekretaris: Nur ArifinAnggota: Mudjimah, Ali Hadiyanto,Abdul Malik, Ahmad Zainuddin, ArifNurrawiTata Usaha: Aris Krido Halim, M.Machfudz, Sugina, Jumhadi

Alamat Redaksi: Inspektorat Jenderal Departemen Agama,Jalan M.H. Thamrin No.6, Jakarta 10340 Telp. (021) 3192-4509, 3193-0565Telefax: (021) 314-0135, 3192-6803 e-mail: [email protected] Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Surat Pembaca . . . . . . . . . . . . . . . 3Editorial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4Fokus Utama- Mengenal jabatan fungsional . . . 5- Profil ideal . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7- Problematika seputar . . . . . . . . . 9- Pemberantasan KKN . . . . . . . . . 12Opini- Strategi pengumpulan . . . . . . . . 15- Pengembangan profesi . . . . . . . 19- Pengawasan dengan . . . . . . . . 21- Kendala riil Auditor . . . . . . . . . . 25- Kasus kepegawaian . . . . . . . . . . 28- Strategi melaksanakan . . . . . . . . 33PPA- Kiat-kiat pemberantasan . . . . . . 37Randang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39EYD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42Teknologi Informasi . . . . . . . . . . 47AMO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52Hikmah- Shalat dalam perjalanan . . . . . . 56Renungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59Relaksasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62

Dewan Penyunting menerimaartikel yang ditulis dengan

bahasa Indonesia yang baikdan benar, diutamakan dalam

bentuk soft copy.

Keterangan Cover:...................................................................................................................................................................................

Page 3: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Surat Pembaca

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 3

FP Semakin OK

Sebagai pembaca dan pemerhatisetia Fokus Pengawasan, saya me-nyampaikan salut pada tim redaksiyang terus menerus melakukan pe-nyempurnaan. Sebagaimana kita ke-tahui bahwa pada edisi kedua FP ha-dir dengan kemasan yang lebih baik,terbukti dari penggunaan kertas yangsemakin berkualitas di samping isinyayang semakin beragam.

Semoga FP maju terus di masayang akan datang dan saya berharapFP dapat terbit secara kontinu. Na-mun demikian, redaksi FP dapat jugamemuat liputan kegiatan-kegiatan pen-ting di lingkungan Itjen Depag.

Asri, Depok

Tambah RubrikSetelah mengikuti perkembangan

FP selama dua edisi, saya mengusul-kan untuk membuka kolom khususrubrik menyangkut masalah peng-aduan masyarakat yang sedang dita-ngani Itjen Depag.

Hal ini menurut saya penting kare-na semakin banyaknya kasus-kasuspengaduan dari masyarakat yang dita-ngani Itjen Depag. Dengan begitu kita

dapat mengetahui sejauhmana keber-hasilan dan kekurangannya dalam me-nangani pengaduan masyarakat.

M. Arief, Jepara

Wawancara Saya ingin bertanya, apakah FP

hanya memuat tulisan perorangan be-rupa analisis dan opini saja?. Dari duaedisi FP, saya belum membaca beritayang bersumber dari wawancara. Pa-dahal Itjen merupakan tempat "bersa-rangnya" para auditor yang tentunyamemiliki banyak pengalaman di bidangpengawasan.

Rosmiati, Lapangan Banteng

Hasil cetakan FP Kami mengucapkan terima kasih

karena telah menerima FP edisi kedua.Melalui FP kami semakin mengetahuimasalah-masalah pengawasan khu-susnya di lingkungan DepartemenAgama. Namun ada hal teknis yangsedikit mengganggu kami saat mem-baca edisi kedua yaitu majalah yangkami terima sebagian besar hurufnyatidak jelas karena tinta hasil cetakankurang baik. Semoga hal ini menjadiperhatian redaksi.

Jawaban redaksi :Terimakasih atas tanggapan dan

koreksinya semoga harapan Anda da-pat kami wujudkan.

Adapun saran kritik akan menjadibahan perbaikan untuk edisi menda-tang agar lebih baik lagi.

Page 4: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Editorial

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 4

Ada istilah yang sangat populersejak era reformasi bergulir, ya-itu 'pemberantasan KKN' dan

good governance. Dua istilah itu men-jadi sangat akrab di telinga kita, karenamasyarakat tidak henti-hentinya me-nyuarakan tuntutan pemberantasanKKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)dan perwujudan good governance.

Lembaga pengawasan yang me-miliki peran controlling terhadap bi-rokrasi pemerintah secara otomatismenjadi sorotan publik. Sebab melaluilembaga inilah masyarakat menaruhharapan tuntutannya terpenuhi. Meng-hadapi hal ini tentunya kinerja peng-awasan menghadapi tantangan yangsemakin berat. Masyarakat cukupsederhana dalam membuat indikatorkeberhasilan pengawasan, yaitu apa-bila KKN dapat dihapuskan dan ter-wujudnya good governance. Tata ke-pemerintahan yang baik (good gover-nance) diukur dengan tingkat keberha-silan pemerintah menerapkan trans-paransi, partisipasi, dan akuntabilitasdalam mengelola negara.

Berbagai langkah untuk mening-katkan profesionalitas auditor sebagaiSDM pengawasan telah dilakukan. An-

tara lain adalah dengan beralihnya ja-batan auditor dari jabatan strukturalmenjadi jabatan fungsional. Denganperubahan ini diharapkan terjadi pe-ningkatan kualitas SDM pengawasan.Hal ini karena dengan menjadi jabatanfungsional, seorang auditor tidak bisahanya berpangku tangan menungguwaktu untuk kenaikan pangkat.Sebaliknya dia harus aktif dan kreatifmengumpulkan kum angka kredituntuk kenaikan pangkat.

Masalah pengumpulan kum angkakredit ternyata juga menjadi tantangantersendiri bagi auditor. Sebab berda-sarkan Keputusan Menpan Nomor 19Tahun 1996 seorang auditor paling la-ma dalam kurun waktu 6 tahun harustelah dapat mengumpulkan kum angkakredit untuk kenaikan pangkat. Apabilahal ini tidak dapat dipenuhi, pembe-basan sementara dari auditor terpaksaharus diterima. Dalam kurun waktu pa-ling lama 3 tahun masa pembebasansementara seorang auditor harus da-pat mengumpulkan kum angka kredituntuk kenaikan pangkat. Bila ternyatatetap tidak dapat memenuhi, maka diasudah tidak dapat diangkat lagisebagai auditor.

Namun tantangan internal terse-but tidak seberapa dibanding tantang-an eksternal menghadapi tuntutan ma-syarakat untuk melakukan pemberan-tasan KKN dan perwujudan good go-vernance. Menyikapi tantangan ini se-orang auditor harus benar-benar dapatmelakukan tugasnya secara profesio-nal dan independen. Dan di sinilahpermasalahannya.3(na)

Page 5: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 5

MENGENAL JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

Pengukuran keberhasilan atau indikator kinerja jabatan fungsional adalahkenaikan pangkat pejabat yang bersangkutan sebagai bukti kenaikan angkakredit. Makin sering kenaikan pangkat (minimal 2 tahun), berarti kinerjanya

lebih baik dari pada pejabat yang terlambat kenaikan pangkatnya Untukjabatan fungsional tertentu sampai pada batas maksimal waktu tidak naik

pangkat harus bibebaskan sementara dari jabatannya.

Sejak berlakunya Kep. MENPANNo. 19/1996, Kep. Bersama Ke-pala BKN, Sekjen BPK dan

Kepala BPKP No.10/1996, No. 49/SK-/S/1996 dan Kep-386/K/1996, jabatanpemeriksa yang semula jabatan struk-tural berubah menjadi jabatan fungsio-nal Auditor.

Konsekuensi dari jabatan fungsio-nal adalah kenaikan pangkatnya de-ngan angka kredit yang wajib dipenuhipaling lama dalam kurun waktu 6tahun. Apabila tidak dipenuhi, pembe-basan sementara dari jabatan fung-sional sudah menanti, yaitu turundahulu menjadi staf. Kondisi ini harusdijalani paling lama 3 tahun. Apabiladalam kurun waktu 3 tahun persyarat-an angka kredit tidak dapat dipenuhi,maka habislah kesempatan untuk di-angkat kembali dalam jabatan Auditor(pasal 27 ayat (1) dan pasal 29 ayat(1) Kep. Menpan 19/1996).

Angka kredit dapat diberikan bilaPejabat Fungsional Auditor (PFA) telahselesai bertugas dengan menunjukkanbukti fisik yang menyatakan bahwa pe-nugasan yang dilaksanakan telahmemperoleh sesuatu hasil.

Untuk memenuhi Kum (kumulatif

angka kredit), banyak peluang yangharus dicermati, digali dan dilaksana-kan, dari unsur pendidikan, pengawas-an (pelaksanaan), pengembangan pro-fesi dan unsur penunjang, dengan per-bandingan yang seimbang (80:20). Ka-lau hanya mengandalkan tugas peng-awasan (audit), sulit untuk mengum-pulkan kum dimaksud, sebab kesem-patannya sangat terbatas. Hal ini terja-di karena kondisi anggaran pengawas-an masih cukup memprihatinkan.

Langkah-langkah efisien yangperlu dicermati agar waktu tidak terbu-ang percuma antara lain, hindari pe-numpukan pekerjaan purna tugaspengawasan, karena makin lama di-tunda pekerjaan makin tidak tertanga-ni, setiap ada kesempatan pendidikandan seminar/diskusi upayakan untukmengikutinya, setiap temuan dan hasilaudit supaya dianalisis dan berikan so-lusinya yang pada akhirnya bisa di-kembangkan menjadi karya ilmiah se-bagai pengembangan profesi yangkaitannya dengan komponen Kum bagiAuditor.

Pengembangan jabatan fungsio-nal adalah kegiatan individual yangmandiri. Artinya perkembangan karir-

Page 6: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 6

nya tergantung dari aktivitas individuuntuk melaksanakan kegiatan peng-awasan yang langsung dinilai denganangka kredit yang bersifat konkrit.Makin banyak kegiatan yang dijalanimakin banyak angka kredit (Kum) yangdikumpulkan yang berarti makin cepatmendapatkan kenaikan pangkat(minimal 2 tahun).

Jabatan fungsional berbeda de-ngan jabatan struktural, sebab penilai-an kinerja jabatan struktural terletakpada atasannya, kenaikan pangkatminimal 4 tahun, sangat dipengaruhipenilaian pimpinan yang sifatnyaabstrak dan kadang-kadang subyektif.

Angka kreditUntuk mendapatkan kumulatif mi-

nimal angka kredit yang diperlukan,seorang auditor harus menempuh ber-bagai langkah strategis. Dilihat sepin-tas, nilai angka kredit yang diperolehdari hasil kegiatan relatif kecil, tetapiberagam. Oleh karena itu kerajinan,ketelitian, dan kreativitas sangat diper-lukan, sebab kalau tidak segera me-mulai berkreasi dikhawatirkan dalam 6tahun kum tidak terkumpul.

Seorang auditor harus menyiap-kan berbagai perlengkapan bahan/-komponen angka kredit, misalnya:blanko-blanko, peraturan-peraturanyang terkait, kalkulator, pedoman ang-ka kredit PFA, Surat Tugas, KonsepSPMK dan sebagainya.

Kalau hanya mengandalkan kegi-atan audit di lapangan seorang auditorakan sulit memenuhi kum yang dimin-ta, sebab frekuensi kegiatan audit ma-sih belum mencukupi untuk pengum-pulan angka kredit.

Peluang pengawasan yang cukupproduktif adalah: penyusunan pedo-man/juklak pengawasan, pemutakhiranpedoman (termasuk penyempurnaanperaturan yang telah ada), menelaahperaturan perundang-undangan,melaksanakan penyuluhan pe-ngawasan, dan sebagainya yang ber-tujuan membuat ketentuan yang belumada atau mengkaji ketentuan yang su-dah tidak relevan lagi. Semua kegiatanini bermuara pada pengawasan.

Di samping hal tersebut, seorangauditor juga perlu memasang targettertentu, misalnya setiap 2 (dua) tahunbisa naik pangkat/jabatan, atau palinglambat 4 (empat) tahun bisa naik pang-kat. Oleh karena itu perlu dibuatrencana/jadwal pencapaian kum, bera-pa kum/angka kredit yang harus dica-pai setiap tahunnya. Semua kegiatanyang dapat dinilai dengan angka kreditpenuh adalah kegiatan yang terkait de-ngan pengawasan, terutama dari unsurutama yaitu: pendidikan, audit danpengembangan profesi.

Agar auditor tidak merugi dalampenugasan disesuaikan dengan peran-/kedudukan yang seharusnya dalamtim, atau setidak-tidaknya satu tingkatdi bawah yang seharusnya sehinggabisa dinilai dengan angka kredit. Untukitu setiap Surat Tugas Audit yangdikeluarkan oleh Irjen, ditindak lanjutidengan Surat Tugas Inspektur atasnama Irjen, untuk menyesuaikan peranauditor dalam tim yang sebenarnya.3(Ahmad Ghufron)

Page 7: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 7

Profil Ideal Seorang Auditor

Auditor adalah pegawai negeri si-pil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak se-

cara penuh oleh pejabat yang berwe-nang untuk melaksanakan pengawas-an, antara lain melakukan audit.

Audit adalah kegiatan menghim-pun, meneliti, membandingkan danmenilai bukti yang terukur guna mem-pertimbangkan dan melaporkan tingkatkesesuaian dari bukti yang terukur ter-sebut dengan kriteria yang telah dite-tapkan yang dilakukan oleh seseorangyang kompeten dan independen.

Untuk menjadi auditor, apalagitipe auditor ideal, tentunya perlu me-menuhi standar profesionalitas, objek-tivitas, dan integritas. Untuk sampaikepada kondisi tersebut tidaklah mu-dah, karena auditor diharuskan mele-wati tahapan pendidikan dan pelatihantertentu yang semuanya bermuarapada peningkatan profesionalisme.

Profil RiilJabatan auditor dapat dikatakan

merupakan jabatan baru di lingkup bi-rokrasi pemerintah. Memang sebelum-nya sudah dikenal adanya jabatan pe-meriksa yang berada pada jalur struk-tural, sedangkan auditor merupakanjabatan fungsional.

Dengan perubahan jalur tersebutjelas akan mempunyai konsekuensipada adanya beberapa tugas, fungsidan tanggung jawab auditor, antaralain: 1)Kewajiban mengumpulkan ang-ka kredit untuk kenaikan pangkat;2)Kewajiban mengikuti pendidikan danpelatihan penjenjangan; 3)Auditor di-

harapkan mempunyai kecakapan pro-fesional; 4)Auditor harus mempunyaiintegritas dan objektivitas yang tinggi;5)Memiliki perilaku sebagai seorangauditor.

Untuk menuju pada kondisi terse-but, seorang auditor harus memperha-tikan, memahami dan menerapkan tu-gas, fungsi dan tanggung jawab, sertadapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Memang tidak mudah untuksampai pada kondisi tersebut meng-ingat jabatan auditor yang ada saat inisebenarnya merupakan peralihan (in-passing) dari jabatan pemeriksa.

Sudah tentu belum semua kondisidiatas dapat terpenuhi oleh para audi-tor saat ini. Pemenuhan kondisi terse-but akan berjalan secara gradual de-ngan tetap memperhatikan sisi pro-fesionalisme auditor.

Profil demikian merupakan profilyang eksis pada saat ini dengan sega-la kelebihan dan kekurangannya. Ten-tunya apa yang diinginkan yaitu se-orang auditor yang ideal, yang mampumemenuhi kondisi ideal sebagaimanadisebutkan di atas.

Profil IdealUntuk menuju pada sosok/profil

seorang auditor yang ideal harus me-menuhi kriteria/standar, antara lain:mempunyai kecakapan profesional, in-tegritas dan objektivitas yang tinggi,serta memiliki perilaku sebagai se-orang auditor.

Kondisi ideal tersebut pada masayang akan datang diharapkan dapatdiimplementasikan memenuhi standar

Page 8: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 8

profesionalisme auditor. Untuk urgensitersebut, ada beberapa hal yang harusdiperhatikan oleh auditor, yaitu:

Pertama, perilaku auditor. Dalamkonteks ini ada tiga hal penting yangharus diperhatikan: a)Perilaku auditorsesuai dengan tuntutan organisasi.Auditor wajib menaati segala peraturanperundang-undangan yang berlakudan melaksanakan tugas kedinasanyang dipercayakan dengan penuh pe-ngabdian, kesadaran dan tanggungjawab. Jadi seorang auditor harusmemberi contoh yang baik dalam me-naati dan melaksanakan peraturanperundang-undangan dan berusahaagar setiap peraturan perundang--undangan yang berlaku ditaati olehmasyarakat. Selain itu auditor harusmemiliki semangat pengabdian yangtinggi kepada organisasinya, memilikikeahlian yang diperlukan dalam tugas-nya, memiliki integritas yang tinggi,yakni kepribadian yang dilandasi unsurjujur, berani, bijaksana dan bertang-gung jawab sehingga menimbulkan ke-percayaan dan rasa hormat. Danselalu mempertahankan objektivitasdalam melaksanakan tugasnya, wajibmenyimpan rahasia jabatan, rahasianegara dan rahasia objek yangdiperiksa.

b)Perilaku auditor dalam interaksidengan sesama auditor. Dalam bertu-gas auditor wajib menggalang kerjasa-ma yang sehat dengan sesama audi-tor, di mana harus saling menghargaisetiap pendapat dari rekannya, salingpercaya, mengerti perasaan sesamaauditor, dan menekan rasa iri hati.

c)Perilaku auditor dalam interaksidengan Auditan. Terhadap Auditan,

auditor harus mampu menjalin inter-aksi yang sehat, harus mampu men-ciptakan iklim kerja yang baik, wajibmenggalang kerjasama yang sehat.

Kedua, kecakapan profesional.Seorang auditor harus bertindak profe-sional. Auditor dikatakan memiliki ke-cakapan profesional jika ia mampu me-laksanakan audit yang ditugaskan ke-padanya sesuai dengan standar audityang berlaku. Jika auditor dalam tu-gasnya menggunakan tenaga ahli lain,selain audit akuntansi, ia tetap ber-tanggung jawab atas hasil pekerjaantenaga ahli tersebut.

Ketiga, tanggung jawab terhadapAuditan. Informasi yang diperoleh sela-ma audit tidak boleh diungkapkan ke-pada pihak lain, kecuali atas ijinauditan. Namun untuk kepentingan hu-kum bila diperlukan, auditor dapatmengungkapkan informasi tentangauditan tanpa harus mendapat ijin dariauditan terlebih dahulu.

Keempat, tanggung jawab kepadarekan seprofesi. Auditor pada prinsip-nya harus bertanggung jawab pada di-rinya dan juga sesama auditor. Hal inimengandung makna bahwa dalamkaitan tugas-tugas sebagai seorangauditor harus saling mengingatkan,membimbing, dan mengoreksi auditorlainnya, harus memiliki rasa kebersa-maan dan rasa kekeluargaan di antarasesama auditor.

Memang untuk menjadi seorangauditor perlu tahapan yang harus dila-lui. Dengan kata lain bahwa tingkatantahapan tersebut sebenarnya merupa-kan langkah menuju sosok/profilauditor yang ideal (auditor yang profe-sional). 3 (Melia Fauziah)

Page 9: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 9

PROBLEMATIKA SEPUTARJABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

Sudah hampir 4 tahun sejak terbit-nya KMA No. 1 Tahun 2001, ja-batan fungsional auditor eksis.

Selama itu pula berbagai tugas danfungsi, kegiatan pengawasan sertapermasalahan menyatu dalam perja-lanan waktu. Mungkin tidak terasa darisegi waktu, namun mungkin dapat di-rasakan oleh para auditor dalam halteknis operasionalnya.

Dalam rentang waktu tersebut, su-dah dapat diagendakan beberapa per-masalahan yang sekiranya perlu untukmendapat perhatian mengingat ur-gensinya bagi masa depan auditor dantugas-tugas pengawasan. Diskursuspermasalahan seputar jabatan fung-sional auditor harus dicermati sebagaisebuah kebutuhan dan bukan untukmencari sensasi. Untuk itu setiapmasalah yang muncul sebaiknya men-jadi pemicu bagi para auditor untukbersama-sama memikirkannya danmencari solusi yang sebaik-baiknya.

Masalah tugas dan fungsiDalam KMA No. 1 Tahun 2001 se-

benarnya sudah diatur mengenai tugasdan fungsi auditor, namun memangbelum secara eksplisit, karena apayang disebutkan pada pasal 641 dan642 sebenarnya lebih mengarah padaInspektur Regional.

Pada pasal 641 disebutkan bahwaInspektur Regional I, II, III, IV dan Vmempunyai tugas pengawasan di bi-dang kepegawaian, keuangan, per-lengkapan, tugas umum dan pembang-

unan berdasarkan kebijakan teknisyang ditetapkan oleh Inspektur Jen-deral. Selanjutnya dalam rangka tugassebagaimana pasal 641, masing--masing Inspektur Regional menye-lenggarakan fungsi, antara lain me-nyangkut penginventarisasian peratur-an perundang-undangan, penyiapanrancangan dan penyusunan programpengawasan, penyusunan norma, pe-ngujian dan penilaian hasil pengawas-an, serta pengusutan kebenaran lapor-an/pengaduan.

Tugas dan fungsi yang disebutkandi atas, meskipun untuk Inspektur Re-gional, namun secara tidak langsungadalah juga untuk para auditor. Hal iniberarti bahwa para auditor sebenarnyajuga melaksanakan tugas dan fungsi-nya sesuai dengan keahliannya seba-gaimana tertera dalam pasal 644 ayat(1) “Kelompok Tenaga Fungsional ter-diri dari sejumlah tenaga fungsionalyang terbagi dalam berbagai kelompoksesuai dengan bidang keahliannya”.

Konsep “sesuai bidang keahlian-nya” akan lebih sesuai jika diartikanbahwa setiap auditor bertanggungja-wab pada bidang-bidang yang ada se-lama ini, yaitu kepegawaian, keuang-an, perlengkapan, tugas umum danpembangunan. Kondisi ini ternyata da-lam realitanya berbeda, karena seba-gai auditor ternyata diharapkan dapatmenguasai bidang-bidang tersebut.

Realita tersebut merupakan masa-lah riil yang harus dicari solusinya,agar jangan sampai berlarut-larut, ka-

Page 10: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 10

rena akan berdampak kurang baik.Alternatif solusi yang dapat dipaparkanuntuk masalah tersebut adalah:

Pertama, Konsep seorang auditormenguasai bidang-bidang yang adaadalah ideal, namun harus dibarengipula dengan peningkatan profesiona-lisme. Jika justru penguasaan kelimabidang ada kecenderungan tidak akanoptimal, maka perlu dikaji kembaliuntuk kepentingan yang lebih luas.

Kedua, Penguasaan auditor padabidang-bidang terkait, yaitu tugasumum dengan kepegawaian, serta ke-uangan dengan perlengkapan danpembangunan. Secara praktis, setiapauditor mungkin dapat bergantian me-nangani bidang-bidang terkait dimak-sud. Dapat juga beralih ke bidang lain-nya, misalnya setelah dari tugas umumdan kepegawaian mungkin mendalamikeuangan, perlengkapan dan pem-bangunan secara bertahap. Untuk ur-gensi tersebut jelas perlu waktu yangrelatif lama.

Ketiga, Apabila alternatif 1 dan 2ternyata mempunyai kontribusi yangmungkin belum sesuai keinginan ma-yoritas auditor, maka peningkatan pro-fesionalisme akan lebih tepat sesuaidengan bidang yang ada saat ini.

Masalah angka kreditTanggal 31 Desember 2003 ada-

lah batas waktu bagi setiap auditoruntuk dinilai angka kreditnya. Masa inidapat dikatakan sebagai upaya pemu-tihan, karena untuk pertama kalinya di-laksanakan penilaian angka kredit. Se-telah itu penilaian angka kredit bagiauditor akan dilaksanakan secara rutinpada akhir Juli dan Desember setiap

tahunnya.Bicara mengenai angka kredit me-

rupakan "ruh" bagi auditor, karenaakan berkorelasi pada kenaikan pang-kat yang berarti tugas dan tanggung ja-wabnya semakin berat. Adapun untukjumlah angka kredit pada dasarnyaakan sangat bergantung pada jumlahaktivitas pokok (pendidikan dinas, ke-giatan pengawasan dan pengembang-an profesi) dan aktivitas penunjang.

Untuk memperoleh angka kreditriil dapat dikatakan membutuhkan wak-tu, tenaga, pikiran, dan bahkan finan-sial. auditor harus mandiri untuk dapatmencapai suatu perolehan angkakredit tertentu.

Berkaitan dengan angka kredit,setiap auditor harus berpedoman padaKeputusan Menteri Negara Pendaya-gunaan Aparatur Negara No. 19 Tahun1996 tentang Jabatan FungsionalAuditor dan Angka Kredit, KeputusanBersama Kepala BAKN, SekretarisJenderal Bepeka dan Kepala BPKPNomor: 10 Tahun 1996, Nomor:4 9 / S K / S / 1 9 9 6 d a n N o m o r :Kep-386/K/1996 tentang Petunjuk Pe-laksanaan Jabatan Fungsional Auditordan Angka Kreditnya, serta KeputusanKepala BPKP Nomor: Kep-595/K/1996tentang Petunjuk Teknis PelaksanaanJabatan Fungsional Auditor dan AngkaKreditnya dalam Pelaksanaan Inpas-sing/Penyesuaian bagi Aparat Peng-awasan Fungsional Pemerintah di luarBPKP.

Dari hasil penilaian tanggal 31Desember 2003 oleh Tim Penilai Ang-ka Kredit, dimana Penetapan AngkaKredit (PAK) masing-masing auditorditandatangani oleh Inspektur Jenderal

Page 11: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 11

Dep. Agama, dapat dikatakan bahwaternyata para auditor harus terus be-kerja keras, karena angka kredit ada-lah inti dari setiap tugas/ kegiatanpengawasan yang diemban auditor.

Ada beberapa hal urgen yang ki-ranya perlu menjadi perhatian bersa-ma, khususnya antara Tim PenilaiAngka Kredit dengan auditor yangdinilai, yaitu:

Pertama, Antara Tim Penilai Ang-ka Kredit (TPAK) dan setiap auditoryang dinilai harus ada kesepahamanmengenai suatu kegiatan/aktivitas (kri-teria untuk dapat dinilai atau memper-oleh angka kredit) berdasarkan Kep.Menteri PAN No. 19 Tahun 1996, se-hingga ada kepastian dalam menilaibagi Tim Penilai Angka Kredit dan au-ditor akan merasa pasti dengan angkakredit yang diperoleh dari suatu kegiat-an/aktivitas.

Kedua, Semangat setiap auditoruntuk mengumpulkan angka kredit di-harapkan akan terus bertambah de-ngan dukungan dan koordinasi yangbaik antarsesama auditor, antara au-ditor dengan Tim Penilai Angka Kredit,dan auditor dengan para pejabat dilingkungan Inspektorat Jenderal Dep.Agama.

Ketiga, Diversifikasi kegiatan/-aktivitas yang mempunyai implikasipada angka kredit dapat terus dilaksa-nakan (dikembangkan) sesuai dengankebutuhan riil auditor. Tidak hanya ter-batas di lingkungan intern saja, akantetapi dapat dijangkau di lingkunganekstern Inspektorat Jenderal Dep.Agama.

Keempat, Adanya sosialisasi yang

cukup intensif dan berkesinambungan(berkaitan dengan pembinaan bagiauditor), baik dari para pejabat di Ins-pektorat Jenderal Dep. Agama padaumumnya maupun dari Tim PenilaiAngka Kredit pada khususnya.

Dari keempat hal urgen tersebut,ada 2 masalah penting yang harusmendapat perhatian seksama Pimpin-an, Tim Penilai Angka Kredit dan au-ditor:

Pertama, Tingkat pencapaian ang-ka kredit auditor secara profesionaldan proporsional dapat dibarengi de-ngan ketepatan waktu peniliaian,sehingga tidak akan mempengaruhiwaktu kenaikan pangka.

Kedua, Upaya diversifikasi kegiat-an dari auditor dapat dibarengi dengankepastian perolehan angka kredit.Langkah yang ditempuh antara lain so-sialisasi intensif dari Pimpinan dan TimPenilai Angka Kredit, maupun upayalainnya yang berkenaan dengan masa-lah seputar angka kredit auditor. 3 (ArifNurrawi)

foto

Page 12: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 12

PEMBERANTASAN KKNDAN INDEPENDENSI AUDITOR

Sejak reformasi bergulir tuntutanmasyarakat agar dilibatkan da-lam pengelolaan negara sema-

kin menguat. Hal ini ditandai dengansemakin menguatnya tuntutan terha-dap aparatur negara untuk mewujud-kan good governance. PemberantasanKKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)merupakan agenda tuntutan yang pa-ling sering mengemuka. Untuk mewu-judkan hal ini masyarakat menuntutpemerintah agar menjalankan roda pe-merintahan secara transparan, partisi-patif, dan akuntabel.

Dengan kondisi ini unsur peng-awasan menghadapi tantangan sema-kin berat. Sebab untuk melakukanpemberantasan KKN dan mewujudkanpemerintahan yang transparan, par-tisipatif, dan akuntabel peran peng-awasan benar-benar sangat menentu-kan.

Pengawasan tidak bisa dilakukanhanya menjadi kegiatan rutinitas. Ori-entasi 'kegiatan' apa yang harus dila-kukan harus diubah menjadi orientasi'hasil' apa yang harus didapatkan.Berkaitan dengan tuntutan masyarakatdi atas, 'hasil' yang diharapkan daripengawasan adalah KKN terhapus dibumi pertiwi ini dan pemerintah dapatmenerapkan asas transparansi, partisi-patif, dan akuntabel dalam menjalan-kan roda pemerintahan. Ini berarti bah-wa 'hasil' tersebut menjadi indikatorkeberhasilan pengawasan.Artinya, wa-lau kegiatan pengawasan terus dilaku-kan bahkan frekuensi ditingkatkan, na-

mun apabila tingkat KKN negeri ini ma-sih saja tinggi berarti pengawasanbelum berhasil.

Berdasarkan hal ini, sebenarnyayang menjadi tantangan terberat audi-tor saat ini adalah pemberantasanKKN. Mengapa? Karena KKN sudahmenggurita menjadi penyakit kronisbangsa. Hampir di semua lini pemerin-tahan terjadi perilaku KKN. Bahkanorang sudah menganggap KKN halyang wajar. Sebaliknya perilaku antiKKN justru dianggap tidak wajar. Initerjadi terutama di sektor pelayananmasyarakat.

Ambil saja contoh pelayanan pen-catatan nikah di KUA, pelayanan peng-urusan KTP, pelayanan pengurusanSIM, pelayanan pengurusan sertifikattanah, dan lain-lainnya. Orang yangmelakukan perilaku KKN di sini misal-nya dengan memberi tambahan uanguntuk biaya pengurusan melebihi per-aturan agar urusan lancar dianggapwajar, bahkan dianggap sudah semes-tinya. Sebaliknya, orang yang bersiku-kuh mengikuti aturan justru dianggaptidak wajar dan bodoh. Kelihatannyaaneh terutama bagi orang-orang yangberagama, tapi itulah realita yangterjadi.

Menghadapi kondisi ini unsurpengawasan sudah semestinya men-cari strategi yang lebih canggih agardapat mengemban tugas dan fungsi-nya. Untuk menetapkan strategi terse-but perlu diketahui lebih dahulu faktor-faktor yang menghambat keberhasilan

Page 13: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 13

pengawasan dalam menjalankan pe-rannya.

Faktor internal dan eksternal Pada dasarnya ada dua faktor

yang menjadi masalah bagi auditor,yaitu faktor internal dan faktor ekster-nal. Faktor internal adalah hal-hal yangberkaitan dengan tingkat indepensidan profesionalitas auditor dalam men-jalankan tugas dan fungsinya. Seorangauditor yang tidak memiliki kapabelitasdi bidang pengawasan akan kesulitandalam menjalankan tugas dan fungsi-nya. Ibaratnya, seorang sopir tidak me-miliki kemampuan standar sebagai so-pir. Bukan saja dia tidak dapat menja-lankan tugasnya, namun dia bahkanakan membahayakan bagi orang lain.

Independensi juga menjadi ma-salah internal auditor. Untuk menjalan-kan perannya seorang auditor harusmampu bersikap independen. Apabilahal ini tidak dapat dilakukan, bukansaja dia tidak dapat menjalankan tugasdan fungsinya dengan baik, bahkandia bisa jadi malah melegitimasi danmembangun KKN baru.

Oleh karena itu pembinaan danpengendalian auditor menjadi hal yangpenting untuk mengatasi masalah in-ternal ini. Dan itulah sebabnya makajabatan auditor yang dulu merupakanjabatan struktural diubah menjadi jaba-tan fungsional. Akibatnya kenaikanpangkatnya tergantung dengan 'angkakredit'. Apabila angka kredit dipenuhiseorang auditor baru dapat naik pang-kat. Sebaliknya, apabila auditor tidakdapat memenuhi angka kredit, diaakan tertunda kenaikan pangkatnya,bahkan bisa di'stafkan' lagi.

Faktor kedua adalah faktor ekster-nal. Yaitu semua masalah yang mun-cul bagi auditor yang berasal dari luarpribadi auditor. Dampak yang diaki-batkan dari faktor eksternal ini adalahseorang auditor tidak dapat menjalan-kan tugas dan fungsinya secaraindependen dan profesional. Yanglebih sering menjadi sasaran adalahindependensi auditor. Artinya masalaheksternal seringkali muncul dalamrangka mengganggu independensiseorang auditor. Faktor eksternal ter-utama berasal dari auditan dan atasanauditor.

Pengaruh auditan terhadap audi-tor agar tidak menindak penyeleweng-an yang dilakukannya biasanya berupapemberian 'hadiah-hadiah' kepadaauditor. Mereka memberikan pelaya-nan yang berlebihan, bahkan kalauperlu menyiapkan 'amplop khusus'untuk auditor. Tujuannya jelas, yaituagar auditor tidak dapat menjalankantugasnya secara independen, sehing-ga mereka aman. Sebenarnya terha-dap godaan eksternal ini sangat ter-gantung tingkat kepribadian auditor.Apabila faktor internal auditor baik,maka seorang auditor tidak akan tergo-da sehingga tetap dapat menjalankantugasnya secara independen danprofesional.

Faktor eksternal yang sering men-jadi masalah berat bagi auditor adalahdatang dari atasan auditor. Seorangauditor seringkali tidak dapat berkutikmenghadapi hal ini. Mungkin bisa sajadi lapangan dia dapat melakukan tu-gas secara independen. Namun ketikaproses penyelesaian tindak lanjut hasilaudit, seorang auditor tidak dapat ber-

Page 14: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Fokus Utama

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 14

buat banyak ketika menghadapi pe-nyelesaian masalah yang tidak inde-penden.

Yang dimaksud dengan 'atasanauditor' adalah seluruh pejabat strukturyang berada di atas auditor. Misalnyaatasan langsung dari lembaga peng-awasan yang bernama InspektoratJenderal adalah Menteri. Biasanyapengawasan sulit menjalankan fungsi-nya secara independen dan profesio-nal bila bertabrakan dengan 'kepen-tingan' pimpinan departemen.

Lembaga pengawasan langsung dibawah presiden

Melihat kondisi tersebut pernahmuncul gagasan dari sebagian masya-rakat agar lembaga pengawasan ber-ada langsung di bawah presiden. Tuju-annya agar lebih memiliki independen-si dan "gigi" dalam melakukan peng-awasan pada seluruh aparatur peme-rintah.

Akhir-akhir ini wacana tersebutmulai bergulir kembali. Hal ini terjadikarena sebagian masyarakat menilailembaga pengawasan yang ada seka-rang dianggap belum mampu menja-lankan tugas dan fungsinya melakukanpemberantasan KKN secara signifikan.

Wujud lembaga pengawasanlangsung di bawah presiden yang per-nah diusulkan tersebut adalah BadanAudit Pemerintah (BAP). SDMnya ber-asal dari kumpulan seluruh SDM Ins-pektorat Jenderal dan BPKP. Kedudu-kan lembaga pengawasan ini setaradengan menteri.

Adalagi wacana yang lebih radi-kal. Seluruh lembaga pengawasan in-

ternal pemerintah seperti InspektoratJenderal dan BPKP dibubarkan. Lem-baga pengawasan cukup eksternalpemerintah, yaitu BPK-RI (Badan Pe-meriksa Keuangan RI). Semua SDMInspektorat Jenderal dan BPKP ditam-pung ke BPK-RI. Tugas dan fungsinyaadalah untuk mengawasi dan mengon-trol roda pemerintahan.

Namun demikian, tidak sedikityang tidak setuju terhadap wacana ter-sebut. Menurut kelompok ini apabilalembaga pengawasan berada di luardepartemen, apalagi di luar pemerin-tah, hal ini akan menyebabkan paraSDM pengawasan semakin kurangmemahami kondisi internal departe-men.

Apapun wujudnya, yang jelas lem-baga pengawasan memiliki tugas yangtidak ringan dalam pemberantasanKKN dan perwujudan good gover-nance di bumi pertiwi ini. Tantanganyang cukup berat ini semoga dapat di-atasi, sehingga masalah pemberan-tasan KKN dan perwujudan good go-vernance bukan sekedar slogan danimpian belaka. Akan tetapi dapat men-jadi sesuatu yang nyata. Semoga.3(Nur Arifin)

foto

Page 15: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 15

STRATEGIPENGUMPULAN ANGKA KREDIT AUDITOR

Oleh Akhmad Ghufron

Auditor adalah jabatan fungsional.Sebagaimana jabatan fungsionalyang lain 'angka kredit' merupa-

kan istilah yang akrab bagi paraauditor. Kenaikan pangkat bagi auditorberarti kenaikan angka kredit bagiauditor. Angka kredit merupakan 'ke-butuhan pokok' untuk dapat naik pang-kat. Oleh karena itu seorang auditorperlu memiliki strategi dalam mengum-pulkan angka kredit.

Persiapan AwalAda beberapa hal yang perlu di-

cermati dalam persiapan awal untukkegiatan pengawasan. Pertama, SuratTugas Pimpinan. Surat tugas dapatberasal dari Irjen atau Inspektur Regio-nal. Penulisan posisi auditor sebagaiapa harus jelas, sesuaikan dengan ke-dudukan dalam tim, apakah sebagaianggota, ketua atau pengendali.

Sebagaimana diketahui, bahwaangka kredit dalam jabatan fungsionalauditor dinilai berdasarkan norma ha-sil, sesuai dengan jenjang jabatan atauperan PFA (Pejabat Fungsional Audi-tor). Apabila memberikaan tugas padaauditor tidak sesuai dengan keduduk-an dalam tim dapat berakibat kerugianbagi auditor. Dalam pasal 9 Kep. Men-pan No. 19/1996, dijelaskan sebagaiberikut. 1) Auditor Ahli yang melaksa-nakan kegiatan setingkat lebih tinggiangka kredit yang diperolehnya sebe-sar 110% dari angka kredit butir ke-giatan yang seharusnya. 2) Auditor

Ahli yang melaksanakan kegiatansetingkat lebih rendah, angka kredityang diperolehnya sebesar 90% dariangka kredit butir kegiatan yangseharusnya.

Dengan klausul pasal 9 tersebut,pejabat Auditor Ahli yang melaksana-kan kegiatan dua tingkat lebih rendahdari yang seharusnya (misal AuditorAhli Madya seharusnya kedudukan da-lam Tim sebagai Pengendali Teknis,ternyata ditugaskan sebagai anggota),maka tidak mendapat angka kredit.Untuk mengatasai hal tersebut, SuratTugas yang dibuat Irjen bisa ditindaklanjuti dengan Surat Tugas Inspekturatas nama Irjen, yang menempatkanAuditor sesuai dengan kedudukan da-lam Tim, atau setidak-tidaknya satutingkat di bawah yang seharusnya.

Kedua, Penyusunan Program Ker-ja Pengawasan termasuk jadwal ke-giatan, yang merupakan bagian darikegiatan pengawasan. Program kerjadan penjadwalan harus disusun de-ngan cermat, sesuaikan dengan realitadi lapangan. Penyusunan program me-rupakan satu paket (bagian) dari pe-laksanaan pengawasan/pemeriksaan(audit), yang lama waktunya kurang le-bih dihitung 3 hari untuk angka kredit.

Ketiga, blanko-blanko yang diper-lukan (blanko kegiatan auditor yangdiisi terlebih dahulu sebagai pancing-an, blanko PAK, blanko Surat Pernya-taan Kegiatan). Pengumpulan blanko

Page 16: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 16

dan persiapan bahan lainnya merupa-kan bagian dari penyusunan program,seperti tersebut di atas.

Keempat, kalkulator, sebagai ba-han untuk menghitung angka kredit,sebab tanpa kalkulator sulit menghi-tungnya, akan memakan waktu yangsangat lama. Kalkulator tidak hanya di-perlukan bagi auditor yang mengauditkeuangan dan IKN saja, tetapi auditorlainnyapun memerlukan, terutamaberkaitan dengan perhitungan jumlahangka kredit.

Kelima, buku pinter, yaitu petun-juk praktis angka kredit jabatan auditorbaik yang ditulis oleh penulis sendirimaupun oleh Tim Itjen. Ini diperlukanuntuk memudahkan penerapan besar-nya nilai angka kredit.Buku pinter ataupedoman lainnya, diperlukan untukstandar angka kredit yang diperlukan(misalnya: berapa jumlah angka kredityang diberikan untuk kegiatan auditordalam pelaksanaan tugas).

Keenam, peraturan-peraturan, se-bagai dasar pemeriksaan, pedomantemuan dan bahan pembinaan. Per-aturan-peraturan diperlukan sebagaidasar hukum acuan pemeriksaan, apa-kah hasil temuan melanggar ketentuanatau tidak.

Ketujuh, bekal akomodasi yangmatang, harus cukup untuk transpor-tasi berangkat dan pulang (PP), cukupuntuk penginapan dan cukup untukmakan minum.

Pendidikan dan LatihanKegiatan pendidikan dan latihan

dibedakan dalam 3 hal kegiatan, yaitupendidikan formal, diklat kedinasan,dan pelatihan. Pertama, pendidikan

formal. Pendidikan formal bisa dihitungdengan angka kredit dari unsur utama,apabila ada kaitannya dengan tugas-tugas pengawasan, yang dimulai dariSLTA/D1= 25, SM/D3 = 50, S1/D.4=75, S2 =100 dan S3/DR = 150. Jenis(kualifikasi) pendidikan formal yang se-suai dengan bidang tugas PFA yangbersangkutan ditetapkan oleh Kepala/-Pimpinan Unit Organisasi masing-masing, setelah mendapat persetujuaninstansi pembina.

Apabila pendidikan formal tidakada kaitannya dengan tugas-tugaspengawasan hanya dihargai nilai 5 dariunsur penunjang. Oleh karena itu jikamasih menekuni kegiatan pengawasansebagai auditor, untuk mengikuti pen-didikan harus dilihat relevansinya de-ngan pengawasan.

Kedua, diklat kedinasan. Diklatkedinasan sebagai kegiatan unsur uta-ma, merupakan pendidikan nonformal,oleh karena itu penghargaannya/nilai-nya tergantung lamanya jam, yang di-nilai dari: 30-80 jam = 1 (satu), 81 -160 jam= 2 (dua),161- 480 jam = 3(tiga),481- 640 = 6 (enam), 641-960 =9 (sembilan), lebih dari 960 jam = 15(lima belas). Angka kredit dari kegiatanmengikuti diklat kedinasan serta mem-peroleh STTPL dapat diberikan apabilasesuai dengan bidang tugasnya danditugaskan oleh Pimpinan Unit Organi-sasi. Diklat di luar kedinasan dapat di-berikan angka kredit apabila ditugas-kan oleh Pimpinan dan bertujuan untukmeningkatkan kemampuan dan wa-wasan PFA sesuai dengan bidang tu-gasnya.

Page 17: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 17

Ketiga, pelatihan. Kegiatan pelati-han adalah kegiatan yang mengutama-kan praktek daripada teori untuk me-ningkatkan kemampuan dan keteram-pilan bidang pengawasan. Pelatihantermasuk kegiatan yang dapat dinilaidengan angka kredit sebagai sub un-sur pengembangan profesi dari unsurutama. Besarnya nilai penghargaanbagi peserta pelatihan tergantungjabatan Auditor dan fungsi dalam pe-latihan (peserta atau pemrasaran)yang dihitung perhari.

Peran dalam latihan, akan me-nentukan nilai angka kredit yang dibe-rikan. Untuk peserta nilainya 50 % daripemrasaran, misalnya: gol III/a-III/b(Auditor Ahli Pertama/Auditor Pelaksa-naan Lanjutan) mengikuti pelatihan se-bagai peserta dapat dinilai 0,076 danjika sebagai pemrasaran dapat dinilai0,152 perhari.

Kegiatan baik formal/nonformalmaupun pelatihan, bukti fisiknya beru-pa Ijazah/Surat Tanda Tamat Bela-jar/Piagam/Sertifikat yang dikeluarkanoleh pejabat/lembaga yang berwe-nang, tidak perlu dinyatakan denganSurat Pernyataan atasan langsungnya,sebagai pelengkap dari Ijazah/-Piagam/Sertifikat/Tanda Lulus adalahSurat Tugas Pimpinan atau Izin bela-jar/Tugas belajar, yang diberikan olehpejabat yang berwenang sebagai dia-tur dalam KMA. 129/1992 jo SE, Sek-jen Dep. Agama No. B.II/2/Kp.02.3-/48/1997. Tanpa Surat Perintah/Tugasdari pimpinannya atau Izin/Tugasbelajar dari pejabat yang berwenang,dianggap liar. Disamping ijazah/-piagam/sertifikat untuk bukti fisik masihdiperlukan Surat Pernyataan Me-

lakukan Kegiatan dan laporan pelak-sanaan PKS (Pelatihan di kantorSendiri).

Penggerakan, pembinaan, danpelaksanaan pengawasan

Kegiatan penggerakan, pembina-an, dan pelaksanaan pengawasanadalah kegiatan inti (eksen) dari peng-awasan, antara lain berupa: menyusunpedoman, melaksanaan pemeriksaan,penelitian, pemantauan, pemaparan,membuat laporan dsbnya. Sebagaiunsur utama yang nilainya 80% (de-ngan pengembangan profesi).

Disini yang akan dibahas adalahkegiatan audit. Khusus untuk kegiatanpelaksanaan berupa audit operasional,audit khusus dan audit akuntabilitasini, sudah termasuk persiapan (menyu-sun rencana kegiatan dan jadwal) 3hari, pelaksanaan (tergantung berapalamanya dilapangan), dan pelaporandihitung 5 hari atau 3 hari, dihargai ni-lai perjam dan dalam satu hari samadengan 7,30 jam. Besarnya penghar-gaan/nilai tergantung kedudukannya/fungsinya dalam tim, apakah sebagaianggota (untuk Auditor Trampil semua-nya berfungsi sebagai anggota danuntuk Auditor Ahli Pertama gol III/a danIII/b), Ketua Tim (Auditor Ahli Muda golIII/c dan III/d), Pengendali Teknis(Auditor Ahli Muda gol III/c dan III/d,atau Auditor Ahli Madya gol IV/a s.d.IV/c), Pengendali Mutu (Auditor AhliMadya gol IV/a s.d. IV/c, atau AuditorAhli Utama gol IV/d dan IV/e.

Begitu juga kegiatan-kegiatanpengawasan lainnya meliputi persiap-an, pelaksanaan dan pelaporan, yangharus diselesaikan dalam waktu yang

Page 18: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 18

ditentukan. Bukti fisik dari kegiatan iniadalah Surat Perintah Tugas dari pim-pinan, rencana kegiatan dan jadwal,Kertas Kerja Pengawasan/Audit (KKP/-KKA), STL- LHP/UHP dan PernyataanPelaksanaan kegiatan oleh pimpinan(Inspektur yang bersangkutan). Hasiltemuan audit/pemeriksaan bisa dikem-bangkan menjadi tulisan berupa karyailmiah, yang dipublikasikan sebagai ke-giatan pengembangan profesi, ataubisa diseminarkan sebagai pemakalah(unsur penunjang).

Berdasarkan lampiran Kep.Men-pan No.19/1996, kedudukan Auditordalam tim, adalah: a) Auditor Trampil(III/a s.d. III/d), kedudukan dalam timsebagai Anggota Tim. b) Auditor AhliPratama (III/a s.d III/b), kedudukandalam tim sebagai Anggota Tim, kalauditugaskan sebagai Ketua Tim angkakreditnya 110 % dari yang seharusnya.c) Auditor Ahli Muda (III/c dan III/d),kedudukan dalam tim sebagai KetuaTim atau sebagai Pengendali Teknis,kalau ditugaskan sebagai AnggotaTim, angka kreditnya 90 % dari yangseharusnya. d) Auditor Ahli Madya(IV/a s.d. IV/c), kedudukan dalam timsebagai Pengendali Teknis dan seba-gai Pengendali Mutu. Apabila ditugas-kan sebagai ketua Tim, angka kredit-nya 90 % dari yang seharusnya. e)Auditor Ahli Utama (IV/d dan IV/e), ke-dudukan dalam tim sebagai Pengen-dali Mutu. Apabila ditugaskan sebagaiKetua Tim sulit untuk dinilai angka kre-ditnya, sebab dua tingkat dibawahyang seharusnya. Kalau mau ditolelir,angka kreditnya adalah 90 % X AuditorAhli Muda sebagai Ketua Tim.

Untuk menempatkan Auditor se-

suai dengan peranan/kedudukannyadalam tim, atau setidak-tidaknya satutingkat di bawah yang seharusnya, ma-ka perlu strategi penugasan oleh Ins-pektur atas nama Inspektur Jenderal,dengan memperhatikan surat tugasInspektur Jenderal, agar para Auditortidak dirugikan dalam pelaksanaankegiatan yang dikaitkan dengan angkakredit.

Makin lama pemeriksaan di la-pangan karena memang ingin menda-patkan hasil yang maksimal, yang kua-litas, makin banyak angka kredit yangdidapatkan (setiap hari dihargai 7 jam30 menit). Untuk itu hilangkan perasa-an harus cepat selesai, hilangkan pe-rasaan yang penting memeriksa, hi-langkan perasaan SPPD oriented, teta-pi hasil oriented.

Di lapangan jangan terpaku padapemeriksaan dengan mencari-cari ada-nya pelaksanaan tugas yang tidak se-suai ketentuan (nantinya akan terke-san mencari-cari kesalahan), tapi jugapembagian pengalaman/ilmu dengancara pembinaan. Bukti fisik/dokumenyang diperlukan dalam kegiatan peng-awasan (penggerakan, pembinaan danpelaksanaan pengawasan) adalahSurat Tugas dari Irjen, Kartu Penuga-san Kegiatan Pengawasan, Surat Per-nyataan Melakukan Kegiatan Peng-awasan, Dokumen yang menunjukanhasil kegiatan pengawasan (Programkerja dengan jadwalnya, Kertas KerjaAudit dan Laporan Hasil Pengawasan),dan Dokumen lainnya bila dianggapperlu.3

Page 19: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 19

PENGEMBANGAN PROFESI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

Pengembangan profesi diperlukansebagai unsur utama dari kegiat-an pengawasan untuk menda-

patkan angka kredit. Ada beberapabentuk pengembangan profesi. Perta-ma, membuat karya tulis/karya ilmiahbidang pengawasan. Yaitu suatu karyatulis yang membahas suatu pokok ba-hasan, menuangkan gagasan, analisismasalah dan saran pemecahannya.Angka kredit untuk kegiatan ini diberi-kan apabila memenuhi kriteria penilai-an karya tulis/karya ilmiah. Bukti fisikyang diperlukan adalah: Surat Pernya-taan Melakukan Kegiatan (SPMK),buku/majalah/makalah/guntinganmedia yang asli (foto copy disahkan),dan Surat Keterangan dari pihak pe-nyelenggara.

Kedua, menerjemahkan/menya-dur buku. Yaitu mengalihbahasakan,menerjemahkan secara bebas denganmeringkas, menyederhanakan ataumengembangkan tulisan bidang peng-awasan. Bukti fisik yang diperlukanadalah: SPMK, hasil saduran/terje-mahan yang asli (buku/majalah/maka-lah dan lainnya).

Ketiga, berpartisipasi secara aktifdalam penerbitan buku bidang peng-awasan, baik sebagai redaktur/editoratau sebagai pengurus. Angka kreditdapat diberikan apabila auditor berpar-tisipasi aktif.Bukti fisik yang diperlukanadalah: SPMK, dan buku/majalah yangasli atau surat keterangan yangmemuat peranan/jabatan PFA yangbersangkutan.

Keempat, melakukan pelatihan dikantor sendiri (PKS), adalah suatu pro-ses belajar untuk memperoleh dan me-ningkatkan kemampuan dan keteram-pilan dengan lebih mengutamakanpraktek daripada teori. Angka kreditdapat diberikan apabila materi-materiyang dibahas terkait dengan penga-wasan.

Kelima, berpartisipasi secara aktifsebagai penyaji dalam pemaparan(ekpose) draf/pedoman/modul/fatwa dibidang pengawasan, baik dalam forumintern maupun ekstern. Angka kreditdapat diberikan apabila diselenggara-kan oleh unit pengawasan atau instan-si yang bergerak dalam bidang peng-awasan atau diselenggarakan untukmendukung pengembangan profesipengawasan. Bukti fisik yang diperlu-kan adalah: SPMK, undangan, fotocopi daftar hadir, draf, pedoman, mo-dul/fatwa yang dipaparkan.

Keenam, melakukan studi ban-ding, merupakan kegiatan penggunaanwaktu dan pikiran dengan memban-dingkan untuk meperoleh ilmu. Angkakredit untuk kegiatan tersebut dapat di-berikan, apabila kegiatannya bertujuanuntuk mendukung pengembangan pro-fesi pengawasan. Bukti fisik/dokumenyang diperlukan adalah: SPMK, fotocopi surat tugas studi banding daripimpinan dan resume hasilnya.

Untuk menampung tulisan-tulisanilmiah dari auditor sebagai kegiatanpengembangan profesi, perlu dihidup-kan lagi majalah pengawasan resmi

Page 20: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 20

yang sudah mempunyai ISSN, yang di-terbitkan oleh Inspektur Jenderal De-partemen Agama.

Kegiatan Penunjang Kegiatan/unsur penunjang bagi

auditor adalah kegiatan yang mendu-kung pelaksanaan tugas auditor, yangbisa dipenuhi untuk kenaikan pang-kat/jabatan sebanyak-banyaknya 20%,sedangkan unsur utama sekurang--kurangnya 80%.Unsur penunjang initidak harus dilaksanakan, manakalaunsur utama sudah 100 %, jadi sifat-nya tambahan untuk mendongkrakperolehan angka kredit.

Pertama, mengajar/melatih padadiklat pegawai yang diselenggarakanoleh instansi pembina. Angka kreditdapat diberikan apabila kegiatanmengajar/melatih pada diklat pegawaidiselenggarakan oleh instansi pembinaatau yang ditunjuk oleh instansi pembi-na. Bukti fisik yang diperlukan adalah:SPMK penunjang, foto copi surat daripenyelenggara yang disertai jadwaldan jumlah jam.

Kedua, mengikuti konferensi/se-minar/lokakarya bidang pengawasan.Angka kredit kegiatan konferensi/semi-nar/lokakarya diberikan apabila dilaku-kan dalam lingkup bidang pengawasanatau memperluas cakrawala peng-awasan. Bukti fisik bagi kegiatan terse-but adalah: SPMK penunjang, salinansyah sertifikat dan surat penugasan.

Ketiga, menjadi anggota profesidalam organisasi yang kegiatannyamengkhususkan pada keahlian ter-tentu yang tidak dapat dikerjakan olehsemua orang. Angka kredit yang dapatdiberikan, apabila organisasi tersebut

adalah organisasi profesi/keahlianyang beranggotakan individu yang me-miliki keahlian dan diakui oleh instansipembina/pemerintah. Bukti fisiknya:SPMK, salinan syah/foto copi kartuanggota, surat keputusan organisasiprofesi.

Keempat, menjadi anggota tim pe-nilai. Yaitu anggota tim penilai angkakredit jabatan fungsional auditor yangdiangkat oleh pejabat yang berwe-nang. Angka kredit dapat diberi-kan,apabila telah bertugas sekurang-kurangnya satu tahun. Bukti fisik yangdiperlukan adalah: SPMK, salinan sahSK sebagai tim penilai.

Kelima, memperoleh tanda jasa.Angka kredit dapat diberikan, apabilatanda kehormatan tersebut dari Pe-merintah RI/Negara Asing/organisasiilmiah/organisasi profesi dalam pe-ngabdian kepada Nusa, Bangsa danNegara. Bukti fisiknya, berupa SPMK,salinan sah piagam penghargaan.

Keenam, memperoleh kesarjana-an lainnya yang tidak ada kaitannyadengan pengawasan. Angka kredit di-berikan, apabila memperoleh kesarja-naan dengan mendapat izin/tugas be-lajar dari pejabat yang berwenang.Bukti fisiknya: SPMK, surat izin/tugasbelajar, salinan sah ijasah sarjana.

Ketujuh, menjadi anggota dalamkepanitiaan intra atau antarinstansi pe-merintah. Angka kredit diberikan apa-bila kepanitiaan tersebut dibentuk olehinstansi pemerintah untuk satu kalikepanitiaan dalam satu tahun anggar-an. Bukti fisiknya, berupa SPMK, SuratPenugasan Kepanitiaan. 3(AkhmadGhufron)

Page 21: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 21

PENGAWASAN DENGAN PERSPEKTIF GENDER

oleh Mudjimah

Naskah ini ditulis ketika suasanamenjelang pemerintahan barudengan Presiden hasil pilihan

rakyat melalui pemilihan umum yangdemokratis sedang hangat-hangatnyadibicarakan. Rekaan calon anggota ka-binet menjadi topik utama perbincang-an masyarakat pemerhati perkem-bangan perpolitikan di tanah air, baikmereka itu berkompeten ataupun tidak.

Pada suatu obrolan ringan di ling-kup aktifis perempuan di DepartemenAgama, muncul lontaran pertanyaan"mungkinkah Menteri Agama dijabatoleh seorang perempuan? Aneka ja-waban dapat kita dengarkan antaralain; "sangat mungkin" jawab seorangrekan dengan optimis yang mencirikanbetapa gigihnya ia selama ini memper-juangkan keadilan dan kesetaraangender di lingkungannya. Jawaban lainbernada keraguan bahwa DepartemenAgama belum dapat dipimpin olehseorang perempuan. Pendapat terak-hir ini dikuatkan dengan alasan bahwa,para ulama (Kyai) yang menjadi stake-holders Departemen Agama sebagianberpendapat menolak kepemimpinanwanita.

Gambaran lain tentang kepemim-pinan wanita (pucuk pimpinan satuanorganisasi) dalam arti puncak karir, pe-nulis dapatkan melalui angket terha-dap 30 orang pejabat perempuan padatahun 1999. Hasil angket menunjukkanhampir 85 % menyatakan "tidak mung-

kin" wanita menduduki pucuk pimpinanorganisasi pada sebuah departemen,dengan alasan yang bervariasi. Kodratperempuan adalah mengurus rumahtangga menjadi alasan urutan pertama,berikutnya secara berurutan adalahperempuan lebih bersifat emosional,kelemahan fisik, dan alasan lain yangkurang spesifik.

Meskipun kepemimpinan perem-puan bukanlah tujuan utama perjuang-an pemberdayaan perempuan, tetapipemikiran tentang hal tersebut dapatdijadikan simbol kesetaraan dan ke-adilan gender. Dari gambaran tersebutdi atas menunjukkan betapa upayapemberdayaan perempuan dalamrangka gender mainstreaming masihdisikapisetengah hati baik di kalanganperempuan maupun lingkungannya.

Keadaan ini boleh jadi disebab-kan pemahaman yang bias dan kurangproporsional tentang gender berkaitandengan kodrat dan peran sosialnya,makna kesetaraan, serta pemahamanagama yang berbeda.

Konsepsi dan Kebijakan tentangGender

Tidak ada perbedaan derajat ma-nusia di sisi Allah kecuali kadar ketak-waannya, sebagaimana firman Allah"…Sesungguhnya orang yang palingmulia di sisi Allah ialah orang yang pa-ling takwa…" (Q.S. 49 : 13). Dalamkonteks perlindungan atas hak milik,

Page 22: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 22

Allah berfirman "… Bagi orang laki-lakiada bagian dari apa yang mereka usa-hakan, dan bagi orang perempuan adabagian dari apa yang mereka usaha-kan, … (Q.S. 4:32). Dalam pembinaanakhlak Allah berfirman "Barangsiapayang mengerjakan amal saleh, baiklaki-laki maupun perempuan dalam ke-adaan beriman maka sesungguhnyaakan Kami berikan kepadanya kehi-dupan yang baik…” ( Q.S. 16 : 97).

Ketiga ayat tersebut menunjuk-kan bahwa konsep Islam tentang kese-taraan dan keadilan gender secara te-gas difirmankan, dan penghormatanIslam terhadap kaum perempuan sa-ngat tinggi dibanding pandangan ma-syarakat terhadap kaum perempuanpada masa pra Islam. Secara jelas dantegas dapat dipahami bahwa tidak adapembedaan antara laki-laki dan pe-rempuan dalam kedudukan dan ke-merdekaan peran sesuai dengan pilih-annya di masyarakat (berkarya).

Adapun kebijakan yang bersifatglobal untuk perjuangan kesetaraangender telah bergulir sejak tahun 1948pada Deklarasi HAM di PBB. Deklarasitersebut memberi aspirasi kepada ge-rakan feminis untuk memperjuangkanhak-hak perempuan (all human beingare born free and equal in dignity andright), dan pada tahun 1952 hak politikdan ekonomi perempuan diadopsi diPBB. Gerakan penyetaraan gender te-rus bergulir di badan dunia tersebut,yang dilanjutkan dengan berbagai per-temuan, antara lain konferensi diMoskow (1975) dengan menghasilkanWoman In Development (WID), Nairobi(1985) menghasilkan pembentukanlembaga PBB untuk perempuan

dengan program Woman and Develop-ment (WAD). Konferensi di Wina(1990) menyetujui gender and deve-lopment (GAD) dengan strategi gendermainstreaming (pengarusutamaangender), dan Cairo (1994) tentang per-lindungan hak reproduksi perempuan,dan Beijing (1995) tentang keprihatin-an terhadap masalah perempuan.

Kebijakan pada tingkat nasionaltentang kesetaraan gender ditetapkanmelalui beberapa ketentuan perun-dangan yaitu; pertama Undang-undang(UU) No. 7 tahun 1984 tentang Pe-ngesahan Konvensi Mengenai Peng-hapusan Segala Bentuk DiskriminasiTerhadap Wanita, kedua UU No. 25tahun 2000 tentang Propenas tahun2000-2004 yang mengakomodasikanprogram pengarusutamaan gender,ketiga Inpres No.9 tahun 2000 tentangPengarusutamaan Gender, keempatpada lingkup Departemen Agama de-ngan KMA No. 58 tahun 2002 tentangPembentukan Tim Koordinasi Peng-arusutamaan Gender di LingkunganDepartemen Agama.

Secara konseptual dan yuridisperjuangan kesetaraan gender mem-punyai landasan yang kokoh untuktetap eksis, tetapi bagaimana impli-kasinya di lapangan terutama dalampelaksanaan pengawasan di Departe-men Agama kiranya perlu kita kaji danperhatikan sebagaimana mestinya.

Keadilan dan Kesetaraan Genderdalam Pengawasan

Gender secara sederhana dapatdipahami sebagai hasil konstruksi bu-daya mengenai peluang, peran, dantanggung jawab laki-laki dan perempu-

Page 23: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 23

an di masyarakat. Sedangkan pengawasan merupa-

kan salah satu fungsi manajemen yangdalam arti sempit adalah pemeriksaan,pelaksanaannya berbentuk rangkaiankegiatan yang dilakukan secarasistematis agar seluruh unsur organi-sasi (departemen) melaksanakan tu-gas dan fungsinya sesuai dengan ren-cana dan peraturan perundang-un-dangan yang berlaku.

Pengawasan dengan perspektifgender adalah pelaksanaan peng-awasan yang mengadopsi konsep dankebijakan tentang gender yang padahakikatnya adalah keadilan dan kese-taraan gender (KKJ). Komponen peng-awasan setidaknya meliputi sistem,sumber daya manusia (SDM), sasa-ran/substansi, dan obyek pengawasan.

Apakah penetapan komponentersebut sudah merespon konsep KKJ,artinya konsep kesetaraan gender di-laksanakan secara konsekwen padakegiatan pengawasan, dapat kita cer-mati dari pelaksanaan pengawasanselama ini.

Berdasarkan pengalaman empirikdan penelaahan tehadap kebijakan,pengawasan yang dilaksanakan padaInspektorat Jenderal Departemen Aga-ma sebagian besar telah dilaksanakantanpa bias gender, kecuali sebagiankecil yang masih tertinggal. Secaraanalitis historis kita mencoba mencer-mati berbagai kebijakan tentang peng-awasan selama ini.

Pertama, pada tataran sistempengawasan berbentuk kebijakan ter-tulis baik, yang diadopsi dari ketentuanumum (nasional) maupun yang ditetap-kan secara internal, tidak menunjukkan

bias gender. Artinya, tidak ditemukanpembedaan/diskriminasi antara laki--laki dan perempuan pada materi per-aturan perundang-undangan sejakUndang-undang, Peraturan Pemerin-tah, Keputusan Presiden, KeputusanMenteri, Petunjuk Pelaksanaan sampaidengan Petunjuk Teknis/Tata Cara pe-meriksaan.

Kedua, pada tataran SDM, terda-pat beberapa keragaman titik pandangdalam aspek SDM antara lain; a). As-pek perekrutan/hiring dan pengem-bangan. Pada aspek ini hampir seluruhproses hiring SDM dan pengembangan(pendidikan dan pelatihan) baik padatenaga fungsional maupun strukturaltidak ada kesenjangan gender.

b).Aspek penugasan terdapatperubahan secara gradual. Pada awalberdirinya Inspektorat Jenderal Depar-temen Agama tahun 1975 -1984 pega-wai perempuan hanya diberi peranyang lebih rendah dibanding rekanprianya pada tingkat pendidikan yangrelatif sama. Pada tahun 1985 terdapatperubahan yang signifikan denganpengangkatan 3 orang pejabat struktu-ral perempuan di antara 140 jabatansetingkat dan pada tahun-tahun beri-kutnya pengangkatan pegawai perem-puan pada jabatan struktural terendahdan menengah cukup menggembira-kan.

Terdapat masa kelam bagi peja-bat perempuan karena ada pembatas-an penugasan secara diskriminatif ya-itu pada tahun-tahun 1991-1993 mes-kipun secara perlahan pembatasan ter-sebut diperlonggar dan akhirnya hilangsama sekali. Kendala yang dapat di-kenali dan dapat dirasakan pada faktor

Page 24: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 24

SDM terutama dalam pengembangankarir adalah pemahaman yang biastentang kodrat perempuan baik padasebagian pejabat perempuan maupunlingkungannya, kepercayaan diri yangrelatif masih rendah jauh di bawahkemampuannya di kalangan pejabatperempuan, dan pemberian ke-percayaan yang kurang terhadap pe-gawai/pejabat perempuan dalam penu-gasan tertentu. Kendala tersebut dapatdisinyalir dalam ilustrasi pada awaltulisan ini. Pemahaman yang bias inisedikit demi sedikit dapat terkikismelalui berbagai sosialisasi/diklatpengarusutamaan gender d ilingkungan Departemen Agama danKe me n t e r i an Pemberdaya a nPerempuan.

Ketiga, pada penetapan sasarandan objek pengawasan/audit masihterdapat sedikit bias, yakni KMA No.58 tahun 2002 tentang PembentukanTim Koordinasi PengarusutamaanGender (PUJ) di Lingkungan Departe-men Agama, yang seharusnya dilaksa-nakan tingkat propinsi dan kabupaten,tidak ditetapkan sebagai sasaran audit.Hal ini mengakibatkan perjuangan ke-setaraan gender di daerah tidak memi-liki daya dorong secara manajerial.

Keempat, pada penetapan objekaudit hampir seluruhnya bernuansagender kecuali penetapan pada satusatuan organisasi auditan yang dari ta-hun ke tahun luput dari jangkauan pe-tugas perempuan tanpa diketahui ala-sannya.

Dalam rangka merealisasikankonsep dan kebijakan pengawasan de-ngan perspektif gender, perlu dirumus-

kan strategi untuk mencapai keadilandan kesetaraan gender. Pertama,strategi pembinaan SDM, bertujuanuntuk membangun kesadaran tentangKKJ bagi pejabat/pegawai InspektoratJenderal melalui sosialisasi PUJsecara berkesinambungan serta pem-berian kepercayaan terhadap peja-bat/pegawai perempuan setara denganmitra sejajar pria secara proporsional.Kedua, strategi pemantapan sasarandan objek audit, dengan menetapkanprogram pengarusutamaan genderyang fokusnya adalah pemberdayaanperempuan sebagai sasaran audit.Implikasi dari penetapan sasarantersebut adalah bahwa seluruh satuanorganisasi di lingkungan DepartemenAgama wajib melaksanakan programPUJ/pemberdayaan perempuan di ling-kungannya. Pada penetapan objekaudit dilaksanakan tanpa membatasi/-membedakan antara pegawai/pejabatlaki-laki dan perempuan, kecuali jikapejabat perempuan uzur karena kod-ratnya (hamil, melahirkan, menyusui).

Jika pihak manajemen sudah me-laksanakan kebijakan pengawasan de-ngan perspektif gender. Tantanganpertama bagi para perempuan adalahmenaikkan kesadaran dan kepercaya-an diri sebagai pejabat publik, mening-katkan kompetensi diri, mampu me-ngemukakan gagasan-gagasan yangberguna bagi kebijakan publik. Jikatantangan ini dapat dilewati maka se-cara simultan kebijakan pengawasanyang responsif gender dapat terl-aksana dengan baik. Insya Allah.3

Page 25: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 25

KENDALA RIIL AUDITORDALAM PENGUMPULAN ANGKA KREDIT

Oleh Arif Nurrawi

Dengan terbitnya KMA No. 1 Ta-hun 2001, seluruh jabatan Irbandan Pemeriksa di lingkungan

Inspektorat Genderal Dep. Agama res-mi beralih ke jabatan fungsional Audi-tor. Suatu jabatan baru yang berbedadengan jabatan sebelumnya, baik darisegi administrasi, substansi, maupunteknis operasionalnya.

Langkah pertama pada Juli 2001adalah in-passing seluruh Irban danPemeriksa ke jabatan Auditor. Sejakitu pula setiap Auditor mempunyai ke-wajiban yang secara praktis berbeda.Mungkin dari segi substansi dan teknisoperasional masih ada kesamaan de-ngan Irban/Pemeriksa, hanya pada pa-radigma audit saja yang berubah daripendekatan pemeriksaan kepada pen-dekatan pembinaan.

Perubahan mendasar justru padasisi administratif, yaitu adanya kewajib-an bagi setiap Auditor untuk mengum-pulkan angka kredit dari setiap kegiat-an yang dilaksanakan, apakah kegiat-an pokok/utama atau kegiatan penun-jang. Angka kredit ini nantinya dipergu-nakan sebagai syarat untuk kenaikanpangkat/golongan.

Pengumpulan Angka Kredit danKendalanya

Secara sepintas memang mudahmenafsirkan pengumpulan angka kre-dit, namun akan terasa sulit ketika di-realisasikan. Letak kesulitan mungkin

ada pada metode dan kuantitas angkakredit yang harus dikumpulkan. Untuksisi kualitas mungkin masih perlu per-baikan secara terus menerus meng-ingat Auditor adalah suatu jabatanbaru bagi setiap pegawai Itjen Dep.Agama yang sebelumnya bernama Ir-ban/Pemeriksa ini.

Bicara metode, maka tidak lepasdari ketentuan yang ada mengenai ja-batan fungsional Auditor. Dalam Kepu-tusan MENPAN No. 19 Tahun 1996 joKep. Menpan No. 17 Tahun 2002 ten-tang Jabatan Fungsional Auditor danAngka Kreditnya telah secara panjanglebar diuraikan menyangkut metodepengumpulan angka kredit.

Para Auditor dapat secara jelasmengetahui batasan, unsur kegiatan,sub unsur kegiatan dan butir-butir ke-giatan bernilai kredit yang memangsudah ditetapkan secara jelas di dalamkeputusan/peraturan tersebut. Setelahsuatu kegiatan dilaksanakan misalnya,maka Auditor harus mengumpulkansurat tugas, surat pernyataan melaksa-nakan tugas, dan bukti fisik kegiatan(ijasah/piagam/laporan).

Kelemahan dari sisi metodemungkin dapat diatasi dengan secarakontinu mempelajari substansi dariKep. MENPAN No. 19 Tahun 1996.Namun ternyata masih ada kendalalain, yaitu perbedaan persepsi auditormengenai pernyataan tertentu yangtertuang dalam keputusan tersebut.

Page 26: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 26

Kondisi ini jelas kurang kondusif, kare-na berimbas khususnya pada tingkatpencapaian angka kredit (dari sisikuantitas).

Untuk itu perlu ada pembahasanlebih mendalam mengenai hal-hal sub-stansial yang melibatkan Unsur Pim-pinan, Tim Penilai Angka Kredit danpara Auditor. Dalam pembahasan ter-sebut harus ada kata sepakat yangprofesional dan proporsional. Profesio-nal bermakna segala sesuatunya dipu-tuskan berdasarkan fakta dan realita,sedangkan proporsional adalah bahwasemua hasil penetapan angka kreditharus diambil secara musyawarah. Se-mua penilaian/pembahasan selanjut-nya dituangkan dalam PAK yang ditan-datangani oleh Inspektur GenderalDep. Agama.

Adapun kelemahan kedua, yaitumenyangkut kuantitas angka kredityang dikumpulkan seyogyanya harusmendapat perhatian intens mengingathal tersebut akan berpengaruh padawaktu/masa kenaikan pangkat. Di-upayakan jangan sampai masuk waktukenaikan pangkat reguler (4 tahun).Idealnya semakin cepat angka kreditterkumpul, maka akan mempercepatkenaikan pangkat. Di sinilah sebe-narnya sisi keuntungan jabatan fung-sional. Namun apakah para Auditorsudah dapat mengimplementasikankondisi ideal tersebut.

Sejak kenaikan pangkat denganmenggunakan angka kredit memangada sebagian Auditor yang sudah bisanaik pangkat, khususnya dari III/d keIV/a. Namun ada pula yang seharus-nya menurut perhitungan waktu sudahnaik pangkat, sementara angka kredit-

nya belum terpenuhi. Bahkan ada pulayang angka kreditnya belum memenu-hi persyaratan pangkat/golongan ter-tentu, dengan kata lain Auditor terse-but masih mempunyai utang angkakredit untuk memenuhi batasan pang-kat/golongan yang dipersyaratkan.Misalnya, seorang Auditor dengan ja-batan Auditor Ahli Pertama (III/b) de-ngan angka kredit (PAK) 137, makayang bersangkutan harus melengkapi13 angka kredit lagi untuk dapat me-menuhi syarat yang ditentukan padalevel kenaikan pangkat III/b, yaitu 150.

Alternatif Solusi Jabatan fungsional Auditor pada

satu sisi sebenarnya memang meng-untungkan, antara lain dari segi kena-ikan pangkat dengan angka kredit. Na-mun sebaliknya jika perolehan angkakreditnya tidak progresif, dipastikan ke-naikan pangkatnya akan terlambatatau bahkan terhambat.

Bagaimanapun saat ini setiap Au-ditor harus secara aktif mengumpulkanangka kredit yang berarti Auditor harusterus menghitung tingkat pencapaianangka kredit setiap saat. Jumlah angkakredit sebenarnya berbanding lurus(linier) dengan jumlah kegiatan yangada. Artinya adalah bahwa denganjumlah kegiatan yang terus bertambah,maka angka kredit Auditor diharapkanakan dapat terus bertambah pula.

Secara riil, sesuai kondisi saat ini,jika setiap Auditor hanya mengandal-kan dari tugas-tugas rutin an sich (au-dit komprehensif, DDTK, penyusunanlaporan, dan lain sebagainya) yangjumlahnya terbatas, maka dapat dipre-diksikan akan menemui kesulitan da-

Page 27: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 27

lam pemenuhan jumlah angka kreditsemaksimal mungkin, apalagi untukkeperluan kenaikan pangkat. Untuk itu,setiap Auditor diharapkan dapat me-ncari alternatif/terobosan lain, selainkegiatan/aktivitas rutin tersebut.

Di sinilah sebenarnya tantanganriil Auditor, bagaimana menjawabnya,akan sangat tergantung pada diri seti-ap Auditor. Secara prinsip jabatan iniadalah mandiri yang membutuhkankreativitas dan sistem kerja dimanismandiri. Dengan berbekal pengalamanyang ada sebenarnya para Auditorsiap menjawab tantangan-tantanganitu. Kini saatnya hal tersebut dibuktikanoleh para Auditor.

Untuk menumbuhkan suatu kreati-vitas, memang bukanlah sesuatu yangmudah mengingat tingkat kemandirianindividu Auditor akan berbeda-beda.Namun dengan posisi riil saat ini,tampaknya sudah merupakan suatukeharusan kolektif bahwa setiapAuditor diharapkan dapat terus man-diri. Tentunya konsep yang sesuai de-ngan situasi dan kondisi saat ini ada-lah berdasarkan konsep saling mem-butuhkan (mutualisma)

Untuk menuju ke arah tersebutmembutuhkan suatu sistem kerja yangkondusif. Artinya arah kebijaksanaanpengawasan diharapkan dapat memo-tivasi kerja Auditor. Hal ini antara laindengan terpenuhinya kebutuhan pe-menuhan angka kredit dari berbagaidisiplin tugas pengawasan, tidak ha-nya terpaku pada tugas-tugas rutinyang sudah ada saat ini.

Dalam kaitan ini perlu adanya du-

kungan riil dari segenap Pimpinanakan "nasib" Auditor dengan segalasuka dan dukanya. Apalagi dengan pa-radigma baru audit yang lebih meng-arah pada aspek pembinaan ke-timbang aspek pemeriksaan. Namunsemua berpulang pada setiap Auditor,karena tidak dapat dipaksakan. Se-muanya harus murni muncul dan tum-buh dari diri Auditor sendiri.

Dengan demikian untuk dapatsampai pada kondisi demikian, ada 3hal urgen yang sangat dibutuhkan saatini oleh Auditor dalam kaitan tugas-tugas pengawasan:

Pertama, Terus memantapkankonsep potensi mandiri diselaraskandengan kebutuhan riil sebagai seorangAuditor. Hal ini mensyaratkan setiapAuditor agar dapat menggali potensidiri (inner pottention) secara kontinuseiring dengan rutinitas tugas-tugaspengawasan.

Kedua, Setiap Auditor diharapkandapat memodifikasi (mendiversifikasidan mengekstensifikasi) kegiatan/-program yang mempunyai potensi ang-ka kredit untuk menambah akumulasiangka kredit (kum).

Ketiga, Ada dukungan dan kebi-jakan dari Pimpinan yang lebih meng-arahkan pada pola karir Auditor secaraproporsional.

Memang jabatan Auditor masihperlu banyak peningkatan, khususnyaterkait dengan angka kredit. Namunada baiknya semua perlu dicoba, kare-na jika menjadi beban maka yang akanmerugi Auditor sendiri. Semogasemuanya berlancar lancar.3

Page 28: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 28

KASUS KEPEGAWAIAN DAN PENANGANANNYA

Oleh Mufham Al-amin

Kasus-kasus kepegawaian ka-dang terus berjalan begitu sajasecara aman dan tertutup atau

bahkan dirahasiakan sehingga infor-masi mengenai kasus tersebut tidaksampai ke pimpinan unit pengawasan,atau bila sampai ke unit pengawasansudah tidak sesuai dengan fakta yangsebenarnya. Sedangkan untuk mela-kukan audit terhadap kasus kepega-waian diperlukan validitas data dan in-formasi yang lengkap dan akurat.

Agar kegiatan audit terhadap ka-sus kepegawaian dapat berjalan lancardan efektif perlu adanya perencanaanyang matang, namun sering mendapathambatan disebabkan informasi dandata-data mengenai kasus tersebutkurang lengkap atau bila ada pengadu-an kasus dari sumber yang sengajadisamarkan dengan alasan keamananjiwa. Untuk mendapatkan hasil yangmemadai perlu diinventarisir dan di-buat skala prioritas disesuaikan de-ngan permasalahannya. Namun sa-ngat disayangkan pengaduan/informa-si yang datang datanya terkadangkurang lengkap dan kurang akurat.

Sebagian pengaduan yang masukke Inspektorat Genderal mengenai ka-sus kepegawaian keadaannya sepertigambaran tersebut bahkan cenderungemosional. Pengaduan atau laporan

semacam ini bisa dikategorikan seba-gai surat kaleng walaupun kemung-kinan ada benarnya. Untuk itu dalammenangani masalah tersebut harus se-lektif dan memprioritaskan masalah/-kasus yang harus diselesaikan melaluiaudit khusus dengan harapan dapatmenemukan solusinya sesuai denganketentuan dan peraturan.

Dalam buku Norma Pemeriksaanbab II huruf B menyebutkan antaralain:1)Pekerjaan pemeriksaan harusdirencanakan sebaik-baiknya; 2)Parapelaksana pemeriksaan harus diawasidan dibimbing dengan sebaik-baiknya;3)Ketaatan kepada peraturan perun-dang-undangan harus ditelaah dandinilai secukupnya; 4)Bukti yang cu-kup, kompeten dan relevan harus di-peroleh sebagai landasan yang layakuntuk menyusun pertimbangan, kesim-pulan, pendapat serta saran tindak lan-jut.

Atas dasar tersebut, audit kasuskepegawaian dilakukan dengan peren-canaan sebaik-baiknya sesuai denganprosedur yang telah ditetapkan sehing-ga diharapkan dapat mencapai sasar-an yang tepat dan efektif. Hal ini se-suai dengan tanggung jawab auditoratas tugas yang diembannya.

Kasus kepegawaian merupakansalah satu sasaran audit khusus, yang

Page 29: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 29

lazim direalisir sebagai reaksi atasadanya laporan/pengaduan baik se-cara lisan maupun tertulis dari mediamassa atau laporan langsung.

Fakta dan MasalahMasalah kepegawaian sering di-

hadapkan pada hal-hal yang bersifatpsikologis dan manusiawi, karena ber-hadapan dengan orang secara lang-sung. Oleh karena itu di dalam mela-kukan audit terhadap kasus kepega-waian dibutuhkan ketelitian, kecermat-an dan kesabaran di dalam mengung-kap permasalahan yang timbul. Demi-kian halnya audit terhadap kasus ke-pegawaian yang rumit, karena belumada pola baku tentang model audit ter-hadap kasus. Hal ini disebabkan sa-ngat tergantung pada situasi, kondisidan hasil pengembangan temuan auditdi lapangan. Masalah yang harus di-pertimbangkan antara lain:

Pertama, Situasi adalah menyang-kut keadaan alam auditan. Hal ini turutmempengaruhi kelancaraan jalannyaaudit. Sering terjadi audit terhadap ka-sus kepegawaian mengalami hambat-an karena situasi alam sekitarnya ku-rang mendukung, seperti sulitnyatransportasi, kondisi geografi tempattinggal yang jauh dsb

Kedua, Kondisi dan masalah.Kondisi dimaksud berkaitan dengankondisi auditan termasuk di dalamnyaadalah pelaku kasus, pimpinan instan-si dan pejabat atau staf di sekitarnyayang seharusnya turut mendukung ke-lancaran jalannya audit. Yang ber-sangkutan biasanya berusaha untuk

menghindar dari tuduhan perbuatanmelanggar hukum dengan cara me-nunda-nunda pemanggilan untuk di-audit. Atau pada saat audit dia mem-berikan keterangan yang berbelit-belitsehingga menyulitkan dan memper-lambat proses audit.

Di sisi lain pimpinan instansi ataupejabat lainnya juga turut serta senga-ja merahasiakan atau menutup-nutupi.Seorang pimpinan yang menyayangibawahannya biasanya cenderung me-nutup-nutupi dan merahasiakannya.Dia mempunyai alasan masih sangupmembina dan memperbaikinya. Bagiteman-teman sejawat baik ia sesamapejabat atau staf sering kali merasasegan atau bahkan takut terhadap te-mannya yang sedang bermasalah apa-lagi melaporkannya. Kondisi seperti inisering menjadi hambatan jalannyaaudit terhadap kasus kepegawaian ter-utama dalam mengkonfirmasi datadatayang telah dihimpun sebelumnya, se-hingga untuk mencari kebenaran da-ta-data tersebut memerlukan waktulama dan memerlukan banyak informa-si dari para saksi.

Oleh karena itu sebelum melaku-kan audit terhadap kasus kepegawaianharus memperoleh datadata terlebihdahulu yang lengkap dan akurat. Da-ta-data tersebut dapat diperoleh daribeberapa sumber seperti pengaduan,laporan, informasi dari masyarakatatau media massa, dll. Setelah di-lakukan audit, ternyata ada data yangtidak sesuai dengan informasi/ke-terangan dari yang bersangkutan atausaksi-saksinya. Dari sini auditor harus

Page 30: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 30

berusaha mengembangkannya lagidengan cara mencari sumber lain yangdapat dipercaya.

Kondisi seperti ini sering memper-lambat proses audit karena auditorharus dapat membuktikan kebenaransecara meyakinkan bahwa ia benar--benar melanggar peraturan yang ber-laku. Apa yang menyulitkan lagi adalahjika yang bersangkutan mengalami sa-kit hingga tidak dapat memberikan ke-terangan yang tepat. Sesuai denganperaturan yang berlaku auditor tidakdapat melanjutkan audit. Sebab orangyang sedang sakit dikhawatirkan dapatmemberikan keterangan yang salah.Ini juga merupakan salah satu hambat-an dalam audit karena auditor harusmenunggu sampai yang bersangkutansehat kembali sehingga dapat membe-rikan keterangan secara benar.

Ketiga, Keadaan yang diinginkan.Sesuai dengan tujuan audit bidang ke-pegawaian adalah untuk meyakinibahwa pelaksanaan tugas pokok danfungsi kepegawaian telah sesuai de-ngan program dan rencana kegiatanserta peraturan yang berlaku secaraefektif, efisien dan ekonomis.

Oleh karena itu agar kegiatan au-dit terhadap kasus kepegawaian da-pat berjalan lancar, perlu ditempuhlangkah sebagai berikut:

Pertama, prosedur audit dilakukandengan perencanaan yang matangdan mengikuti peraturan/ketentuanyang berlaku dengan mempertajamanalisis data-data yang diperoleh me-ngenai kasus kepegawaian yang akandiperiksa. Hal ini akan memudahkan

dan memperlancar pelaksanaan audit,dalam mengangkat permasalah yangditemukan.

Kedua, data mengenai kasus ke-pegawaian diteliti dan dianalisa lebihdahulu secara cermat agar kelak sam-pai di lapangan diharapkan tidak jauhmenyimpang sehingga target auditsesuai dengan rencana.

Ketiga, Pimpinan instansi secarapsikologis (biasanya) berusaha melin-dungi bawahannya. Namun jika ba-wahannya melakukan tindakan indisip-liner sebagai pimpinan instansi harusbersikap transparan, koordinatif, dantegas sesuai dengan peraturan yangberlaku demi tegaknya disiplin pega-wai. Jika tidak, dikhawatirkan terjadianggapan bahwa pimpinan tidak bijak-sana, berlaku KKN dan akan menjadicontoh yang kurang baik bagi pejabatdan staf lainnya.

Keempat, Menggali informasi ter-hadap rekan sejawat dan bila diperlu-kan kepada anggota keluarga dan te-tangga terdekat.

Analisis Masalah Di dalam masalah kepegawaian

ada tiga kategori pelanggaran disiplinyaitu: ringan, sedang dan berat. Pe-langgaran disiplin ringan biasanya biladilakukan oleh seorang pegawai negerihanya mengakibatkan sanksi ringanmisalnya berupa teguran lisan atau ter-tulis. Pelanggaran disiplin sedang biladilakukan oleh seorang PNS biasanyahanya mengakibatkan sanksi sedangseperti penurunan gaji berkala untukpaling lama satu tahun. Sedangkan

Page 31: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 31

pelanggaran disiplin berat, seperti per-buatan amoral, melakukan tindakan pi-dana. Bila dilakukan oleh PNS akanmengakibatkan sanksi berat misalnyapemberhentian dengan hormat tidakatas permintaan sndiri atau bahkanmungkin pemberhentian tidak denganhormat.

Oleh karena itu kasus-ksus kepe-gawaian yang dapat dilakukan auditkhusus hanyalah kasus yang dianggapberat karena berkaitan atau melibatkanbeberapa hal seperti datadatamengenai kasus, saksi-saksi yangharus dimintai keterangan, kemung-kinan adanya ancaman fisik bagiauditor karena ancaman fisik ini da-tangnya selalu tidak terduga. Ini me-mang perlu kewaspadaan dan antisi-pasi sebelumnya dalam melihat ke-mungkinan-kemungkinan yang akanterjadi di luar dugaan. Demikian ini me-rupakan salah satu hambatan dalammelakukan audit terhadap kasus-kasuskepegawaian.

Kendala lain yang sifatnya eksternyaitu disebut dengan pihak ketiga. Pi-hak ketiga ini bisa atasan langsung,pimpinan instansi, atau teman-temansejawat. Sebagai atasan langsungatau pimpinan instansi biasanya mem-punyai alasan karena menyayangi ba-wahannya sehingga mereka tidaksegan-segan untuk melindunginya. Ba-gi teman sejawat biasanya ada rasasegan terhadap teman sendiri. Para te-man sejawat ini biasanya berusahamerahasiakan aib temannya hanya ka-rena merasa segan atau takut. Olehkarena itu ia berusaha menutupi apala-

gi untuk melaporkannya kepada pihakyang berwajib/berwenang tentu tidakberani.

Kondisi lapangan atau auditan,berkaitan dengan saksisaksi yangperlu dimintai keterangan yang bukanpegawai negeri, seperti orang tua, iste-ri/suami, saudara, tetangga/teman dimana di antara mereka tentu ada yangdiperlukan sebagai saksi untuk dimin-tai keterangan. Di antara mereka tem-pat tinggalnya berjauhan sedangkantransportasinya sulit, atau memerlukanbiaya lebih banyak dan cukup mema-kan waktu, misalnya harus melalui per-airan (sungai/laut), kendaraan adanyahanya pada waktu-waktu tertentu, danjarak tempuhnya memerlukan waktulama.

Pemecahan MasalahSebagaimana disebutkan di atas

bahwa audit terhadap kasus kepega-waian memerlukan kehati-hatian, ketel-itian dan analisis yang tajam, meng-ingat yang menjadi sasaran audit ada-lah kasus kepegawaian di mana sifat-nya lebih sensitif dan psikologis. Untukdapat mencapai maksud tersebut perluadanya pembinaan yang intensif terha-dap para auditor kepegawaian gunamenyeragamkan persepsi dan mem-pertajam analisis. Sehingga dalam me-lakukan audit nantinya dapat meng-ungkap permasalahan yang didugasebelumnya serta dapat membuat ska-la prioritas terutama kasus-kasus yangmenonjol dan memenuhi syarat untukdilakukan audit khusus.

Agar dalam audit terhadap kasus

Page 32: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 32

kepegawaian dapat mencapai sasaransecara efektif perlu dilakukan lang-kah-langkah sebagai berikut ;

Pertama, Membuat perencanaanaudit secara matang dimaksudkanagar audit dapat berjalan lancar dandapat mencapai sasaran secara efek-tif, termasuk di dalam perencanaan iniadalah menghimpun dan mengolahdata, membuat prediksi mengenai si-tuasi dan kondisi auditan dengan caramenghimpun dan mengolah data,mencari informasi dan membuat petawilayah.

Kedua, Bagi pimpinan instansi ha-rus bersikap tegas sesuai dengan per-aturan yang berlaku sebagai cerminpenegakan disiplin pegawai, karenadia adalah orang pertama yang akanditeladani dan ditiru oleh bawahannya.Terlebih lagi jika ada bawahannyayang bermasalah, berbuat indisiplinermaka pimpinan harus bertindak tegas,mengambil tindakan sesuai denganperaturan yang berlaku. Jika pimpinantetap melindungi orang bersalah tentuini akan menjadi contoh yang tidakbaik bagi pegawai lainnya.

Ketiga, Selain pimpinan instansiyang harus transparan, juga bila adateman atau pejabat terkait lainnya, biladimintai keterangan juga harus berse-dia memberi keterangan apa adanya,secara transparan agar masalahynyadapat diselesaikan dengan baik..

KesimpulanDari uraian di atas dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut: Pertama,perencanaan audit terhadap kasus

kepegawaian harus dilakukan secaramatang agar kegiatan audit dapat ber-jalan lancar dan efektif. Kedua, tingkatketajaman analisis auditor kepegawai-an masih belum seragam seluruhnyadisebabkan perbedaan persepsi satusama lain. Ketiga, kasus kepegawaianhanya diprioritaskan pada kasus-kasusyang tergolong berat dan sedang.

Keempat, sikap pimpinan biasa-nya selalu menyayangi bawahannya,sehingga bila ada bawahannya yangmelanggar disiplin selalu dirahasiakan.Kelima, Selain itu teman sejawat ataupejabat terkait juga sering turut melin-dunginya hanya karena takut atau se-gan. Keenam, kondisi demikian ini se-ring menjadi hambatan melakukanaudit terhadap kasus kepegawaianyang tergolong berat sedang.

SaranSatu, perlu ada peningkatan pem-

binaan yang intensif terhadap auditorkepegawaian agar dapat lebih mem-pertajam analisis dan menyamakanpersepsi mereka;

Dua, Perencanaan audit harus di-lakukan secara lebih matang agar ke-giatan audit dapat berjalan lancar danefektif;

Tiga, Semua pejabat baik itu pim-pinan instansi, pejabat terkait atau te-man sejawat harus transparan dan ju-jur dalam memberikan keteranganyang diminta oleh auditor agar tidakmenyulitkan dalam menjalankanaudit.3

Page 33: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 33

STRATEGI MELAKSANAKAN FRAUD AUDIT

Oleh Drs. H. Habuddin

Genderang perang terhadap ko-rupsi, kolusi dan nepotisme(KKN) telah dibunyikan bertalu-

talu, oleh semua orang dari berbagailapisan, termasuk koruptor, juga ikutmeneriakan pemberantasan KKN.

KKN telah menyebabkan keterpu-rukan bangsa, membuat rakyat menja-di menderita namun tidak sedikit orangberpesta pora menikmati kekayaan,bergelimang harta di atas penderitaanorang lain. Tidaklah mudah menang-kap seorang koruptor.Banyak yang di-sangka melakukan tindak pidana ko-rupsi tapi kemudian dibebaskan kare-na tidak cukup bukti, Begitu pula yangberdasarkan hasil audit seseorang di-nyatakan melakukan korupsi namun ti-dak dikenakan sanksi, malah tidak se-dikit yang dilindungi.

Mengapa hal ini banyak terjadi?Adakah yang salah dalam melakukanaudit atau penegakan aturan hukumdan aparatnya yang perlu dibenahi?.Modus operandi semakin canggih, se-hingga sulit dideteksi, dan adanya ko-lusi dengan pihak aparat penegak hu-kum dan dengan auditor membuat ke-jahatan semakin rapi tersembunyi. Un-tuk mengungkap hal yang tersembunyiini perlu ada cara yang harus diguna-kan melalui fraud audit.

PengertianFraud audit merupakan disiplin il-

mu audit yang relatif baru dibandingdengan audit keuangan, audit kepatuh-an dan audit operasional. Fraud auditadalah suatu audit yang melibatkanpendekatan dan metodologi proaktifuntuk membahas kecurangan melaluipendeteksian dengan menggunakanteknik-teknik audit yang diperlukan.

Fraud dalam kamus Inggris-Indo-nesia berarti penipuan, kecuranganatau penggelapan. Menurut WJSPurwodarminto dalam Kamus Indone-sia berarti tidak jujur, tidak lurus hati, ti-dak adil dan keculasan. Fraud menurutbuku Etik dan Fraud dalam AuditBPKP adalah penipuan yang disengajadilakukan yang menimbulkan kerugiantanpa disadari oleh pihak yangdirugikan dan menimbulkan keun-tungan bagi pelaku.

Fraud yang akan dibahas disiniadalah bentuk pelanggaran hukum/-aturan yang terjadi karena suatu reka-yasa, penyalahgunaan wewenang,penggelapan dan tipu muslihat.

Auditing adalah suatu proses sis-tematik untuk mengumpulkan danmengevaluasi bukti-bukti secara ob-jektif mengenai asersi-asersi tentangberbagai tindakan dan kejadian untukmenentukan tingkat kesesuaian antarakondisi dengan kriteria dan menyam-paikan hasilnya kepada pihak yangberkompeten.

Menurut Kell dan Bayton ada be-berapa tipe audit yang dapat dikelom-

Page 34: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 34

pokan menjadi 3 kategori, yaitu: a. Fi-nancial statement audit yaitu menca-kup pengumpulan data dan evaluasibukti laporan keuangan suatu entitasdengan memberikan opini sesuai prin-sip-prinsip akuntansi; b. Complianceaudit (kepatuhan) yaitu pengumpulandan evaluasi bukti untuk menentukanapakah kegiatan suatu entitas sesuaidengan peraturan perundang-undang-an yang berlaku; c. Operational audityaitu meliputi pengumpulan dan eva-luasi bukti mengenai kegiatan opera-sional organisasi yang dirancang untukmenilai efisiensi, efektivitas dan keeko-nomisan dari prosedur operasi mana-jemen.

Konsep dasar audit Menurut Mautz dan Sharof teori

auditing ada lima (5) konsep dasar,yaitu:

Pertama, Independence, berartibebas dari pengaruh, tidak dikendali-kan atau tidak tergantung kepada pi-hak lain termasuk pemberi penugasan.Sikap independen auditor pada dasar-nya sangat tergantung pada diri au-ditor sendiri, auditor yang jujur akanselalu berupaya secara nyata untukbertindak objektif, sikap independendapat dirasakan oleh auditor itu sendirisedang orang lain hanya melihat darisikap dan tindakan nyata, misalnyamenolak penugasan bila terdapat hu-bungan istimewa antara auditor de-ngan auditan, menolak penugasan ka-rena kurang menguasai atau memilikikemampuan untuk memahami aktivitasyang akan yang akan diaudit misalnyatidak memahami kejahatan di bidangkomputer.

Kedua, kehati-hatian dan kecer-matan. Dalam auditing auditor harusbertanggung jawab atas pelaksanaandan hasil audit, kehati-hatian dapat dili-hat dan ditandai dengan: a)Merenca-nakan langkah-langkah yang akan di-lakukan dan mengendalikan pelaksa-naan audit; b)Menggunakan kemam-puan pengetahuan yang dimilki danbelajar dari pengalaman; c)Memiliki ke-ahlian yang dituntut dalam kegiatanaudit; d)Waspada terhadap setiap ke-mungkinan penyimpangan dan tidakragu-ragu; e)Seksama dalam melaksa-nakan tugas dan mengambil keputus-an dengan mempertimbangkan ke-mungkinan resiko: f)Mengevaluasi tin-dakan dan putusannya dengan hake-kat yang ingin dicapai.

Adapun kecermatan ditandai de-ngan syarat: a.)Memiliki pengetahuanfilosofis dan praktek auditing; b.)Memi-liki tingkat pelatihan, pengalaman danketerampilan yang cukup; c.)Memilikikemampuan mengenali indikasi pe-nyimpangan; d.)Mengikuti perkem-bangan modus operandi dan caramendeteksi.

Ketiga, Ethical conduct. Bagaima-na etika perilaku yang ideal dalam me-lakukan audit, dalam Buku PedomanUmum Pemeriksaan tahun 1992mengungkap peraturan perilaku peme-riksaan meliputi hubungan antara peri-laku auditor dengan teman sejawat,atasannya, obrik dan masyarakat. Se-jalan dengan pedoman tersebut belumada penjabaran lebih lanjut yangmengatur tentang perilaku auditor se-cara keseluruhan. Secara umum etikayang seharusnya adalah sesuai de-ngan kode etik aparat pemerintah.

Page 35: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 35

Di lingkungan Dep. Agama telahditetapkan kode etik auditor sesuaiKep. Irjen No. 34/1996 yaitu: a)Bertak-wa kepada Tuhan YME dengan menja-lankan ajaran agama yang dianutnya;b)Setia kepada Pancasila dan UUD1945; c)Memahami dan menghayatiPanca Prasetya Korpri; d)Setia dantaat pada sumpah pegawai, sumpahjabatan; e)Berlaku jujur, adil, penuhtanggung jawab dan berdedikasi tinggi;f)Menjaga nama baik korps pemeriksadan memelihara hubungan baik dalamtim; g)Menghindari tindakan penya-lahgunaan wewenang; h)Menjaga danmemelihara integritas dan objektifitas;i)Disiplin waktu dan disiplin kerja;j)Bekerja sebagai ibadah.

Keempat, pembuktian. Auditor ti-dak boleh mendasarkan persepsi da-lam mengangkat suatu temuan audit.pengumpulan dan evaluasi bukti auditmerupakan salah satu tahap pentingpada setiap kegiatan audit, pembukti-an bertujuan untuk mendapatkan ke-benaran berdasarkan fakta.

Pada fraud audit bukti yang diper-oleh diharapkan dapat membantu danmendukung alat bukti guna penyidikanoleh penyidik yang akan memproseslebih lanjut, di samping untuk mendu-kung simpulan audit dan merekomen-dasi apabila ditemukan penyimpanganyang berakibat adanya kerugian nega-ra. Dalam hal menetapkan besarnyakerugian negara harus berdasarkanbukti yang nyata dan tidak dibenarkandengan teknik uji petik, oleh karena itualat bukti yang diperoleh harus cukup,relevan, kompeten dan material.

Kelima, Penyajian yang layak(Fair Presentation). Konsep dasar ini

menuntut adanya informasi yang tidakmemihak dan tidak bias, meskipun pe-nugasan fraud audit berkaitan denganpengungkapan adanya unsur melawanhukum atau pelanggaran hukum, audi-tor tidak boleh memihak kepada nega-ra atau sebaliknya membela pelaku.Informasi yang diungkap harus berda-sarkan fakta dan tidak menimbulkanpenafsiran yang berbeda.

Konsepsi dasar auditing sebagai-mana diuraikan di atas tidak berdirisendiri melainkan saling mendukung,tanggung jawab untuk memperolehbukti yang cukup, relevan, kompetendan material akan menghasilkan lapor-an audit yang sesuai dengan fakta. De-mikian pula sikap independen jugaakan menghasilkan informasi yangtidak memihak.

Tahapan Fraud AuditDalam melakukan fraud audit ada

tahapan yang harus dilakukan, yaitu:Pertama, Pesiapan dan perenca-

naan. Setiap kegiatan audit harus di-awali dengan persiapan dan perenca-naan, hanya fraud audit lebih ditekan-kan pada sikap hati-hati dan indepen-den serta arif karena sering ada konflikkepentingan antara auditor denganaudit. Dalam menunjuk petugas fraudharus dipertimbangkan yaitu: a)penga-laman; b)integritas, kemauan, keuletandan keberanian; c)independen; d)tidakada hubungan istimewa antara auditordan auditan.

Kedua, Membuat PKA. Dalam me-nyusun PKA fraud audit: a.)Auditor ha-rus memahami betul permasalahanyang akan diaudit, oleh karena itu per-lu ditetapkan sasaran, ruang lingkup

Page 36: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

O p i n i

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 36

dan waktu audit; b.)Menyusun strategidan langkah audit; c.)Apabila ada per-ubahan ruang lingkup dan waktu harusada surat perpanjangan audit.

Ketiga, Pelaksanaan audit.a.)Pembicaraan pendahuluan denganauditan untuk menjelaskan tujuan auditdan mendapat informasi tambahanserta menciptakan suasana yang da-pat menunjang kelancaran tugas;b.)Fraud audit sulit dilakukan secarategas dalam program audit karena sa-ngat tergantung dengan situasi kondisidan hasil pengembangan investigasi,oleh karena itu dituntut kreatifitas. Un-tuk mengungkapkan suatu peristiwaatau kejadian maka harus menjawabminimal sebanyak 7 pertanyaan:1.)Apa yang telah terjadi; 2.)Siapayang melakukan; 3.)Dimana perbuatanitu dilakukan; 4.)Kapan dilakukan;5.)Dengan apa perbuatan itu dila-kukan; 6.)Bagaimana dilakukan/modusoperandi; 7.)Mengapa perbuatan ituterjadi;

Ketiga, Investigasi. Suatu kegiat-an yang dilakukan untuk memperolehbukti dengan menggunakan prosedurdan teknik audit. Untuk dapat melaku-kan investigasi dengan baik, maka di-perlukan: 1.)Pengetahuan yang baiktentang permasalahan yang akan di-audit; 2.)Siapa orang-orang yang akandiaudit dan siapayang diperiksa terle-bih dahulu; 3.)Menyusun pertanyaan--pertanyaan penting; 4.)Menyiapkanbahan-bahan untuk konfrontasi; 5.)Pe-ngetahuan tentang orang/pribadi orangyang diaudit; 6.)Tempat dan waktu.

Dalam melaksanakan inventigasiperlu diperhatikan: Agar pelaku mudah

diarahkan untuk mengaku maka perlumengumpulkan bahan dan bukti yangdiperlakukan. Alat bukti menurutKUHAP Pasal 184: 1.)Keterangan sak-si; 2.)Keterangan saksi ahli; 3.)SuratPentunjuk; 4.)Keterangan/pengakuanterdakwa.

Keterangan/pengakuan terdakwasaja tidak cukup untuk membuktikanmelainkan harus disertai dengan alatbukti yang lainnya. Bukti dalam audit:1.)Klarifikasi; 2.)Hasil pengujian fisik;3.)Dokumentasi; 4.)Observasi; 5.)Ta-nya jawab/wawancara; 6.)Pelaksanaanulang; 7.)Prosedur analisa.

Laporan Hasil AuditLaporan adudit merupakan alat

formal auditor untuk mengkomunikasi-kan suatu simpulan yang diperolehtentang hasil auditnya kepada pihakyang berkepentingan. Sampai saat inibelum ada standar yang secara khu-sus untuk laporan fraud audit, atau au-dit khusus. Standar umum bahwa la-poran harus dibuat secara tertulis se-gera setelah berakhirnya pelaksanaanaudit. Laporan disampaikan kepada pi-hak yang berwenang bersifat rahasia.Hasil audit fraud jika mengandung un-sur tindak pidana maka laporan terse-but juga diperlukan oleh pihak aparatpenegak hukum.3

Page 37: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

P P A

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 37

KIAT-KIAT PEMBERANTASAN KKNOLEH INSPEKTORAT GenderAL DEP. AGAMA

Dengan telah ditetapkannyaprogram 100 hari pertama olehPresiden RI Susilo Bambang

Yudhoyono dan Wapres M. JusufKalla, jajaran birokrasi pemerintah darilini atas sampai bawah tentunya diha-rapkan mempersiapkan diri seoptimalmungkin untuk mensukseskan prog-ram tersebut. Hal ini berlaku pula un-tuk jajaran Dep. Agama cq InspektoratGenderal.

Sebagai sebuah program yangmemerlukan kerja kolektif dan kompre-hensif, keberhasilan yang dicapai nan-tinya juga merupakan hasil kerja samadan untuk kepentingan bersama yangdapat dinikmati secara bersama-sama.

Untuk konteks pemberantasanKKN oleh Inspektorat Genderal Dep.Agama jelas sebagai suatu kerja berat,namun sangat mulia. Sudah lama se-benarnya kondisi ideal terciptanyaclean government dan good governan-ce didambakan oleh setiap insan dilingkungan Dep. Agama. Saat ini ada-lah saat yang sangat tepat untuk me-realisasikannya dengan upaya yangsungguh-sungguh.

Sudah lama Inspektorat GenderalDep. Agama menerapkan konsep auditpada setiap tugas pengawasan.Paradigma audit yang lebih menekan-kan aspek pembinaan belum lama di-implementasikan. Hal ini merupakansuatu langkah baik dan kemajuan yangsangat signifikan. Untuk itu patut terusdidukung para Auditor khususnya padasaat melaksanakan tugas-tugas audit.

Dengan konsep pembinaan ini,maka setiap Auditor juga dituntut mam-

pu sebagai konsultan manajemen,yaitu memberikan advise/pendapat/-input berharga yang diharapkan dapatturut memecahkan suatu masalahketika audit dilaksanakan. Berat danringan suatu masalah untuk dipecah-kan akan sangat dipengaruhi pula olehkeahlian dan pengalaman seorangAuditor dalam bertugas.

Dengan konsepsi peran sebagaikonsultan manajemen sebenarnyajuga sudah dapat dikatakan sebagaitransisi menuju peran sebagai katalisa-tor. Peran ini justru yang sudah banyakdipergunakan saat ini oleh para Au-ditor (secara umum). Dengan peransebagai katalisator, maka seorang Au-ditor tidak hanya akan sebatas mem-berikan input/saran semata, akan teta-pi juga diharapkan turut serta (mem-bantu) menuntaskan suatu masalah ji-ka memang dimungkinkan ke arah itu.

Dalam kaitan tersebut, setiap Au-ditor didorong untuk terus mening-katkan mutu SDM agar lebih profe-sional. Salah satu kegiatan yang adaseperti halnya Sosialisasi PPA yangbaru saja dilaksanakan. Sudah lamakebijakan tersebut eksis, namun barusaat ini sosialisasi untuk Auditor di-laksanakan. Meskipun dari segi waktudapat dikatakan terlambat, namun apayang lebih utama adalah bagaimanakelanjutannnya secara sinergik untukpara Auditor khususnya. Jangan hanyaterhenti sebatas sosialisasi an sich.

Adanya perubahan dari konsepPPKPMJA ke PPA sebenarnya meru-pakan suatu langkah awal yang baik.Gagasan dari Inspektur Genderal De-partemen Agama, Bapak Drs. H.Slamet Riyanto, M.Si. ini sekilas seder-hana, namun justru mengandung mu-

Page 38: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

P P A

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 38

atan yang mendalam. Substansi padaPPKPMJA dan PPA, sebenarnya su-dah bergeser, dan hal ini sesuai untukkondisi saat ini. Konsep PPKPMJA le-bih pada faktor sosialisasi, dan imple-mentasi diserahkan pada pihak yangmenerima materi PPKPMJA, sedang-kan PPA lebih dari itu. PPA tidak sajasebatas sosialisasi saja, namun jugamerupakan kebutuhan saat tugas--tugas pengawasan dilaksanakan, yaitusebagai sebuah pendekatan (peng-awasan dengan pendekatan agama).

Dalam konteks ini, maka PPAsebenarnya merupakan suatu pende-katan yang bersifat operasional, disamping sebagai sebuah pendekatanpreventif.

Jika konsep PPKPMJA (yang su-dah dikenal sejak 1984) dikorelasikandengan hasil-hasil audit selama ini,maka akan diketahui bahwa ternyatakontribusinya belum memuaskan, ka-rena masih saja terjadi KKN di ling-kungan Dep. Agama. Bahkan masya-rakat selalu menyoroti Dep. Agama,mengapa masih ada KKN didalamnya.Lalu, bagaimana bila konsep PPA mu-lai diimplementasikan akankah samahasilnya dengan sebelumnya. Ada ba-iknya dibuktikan untuk kemudian seti-ap tahunnya dievaluasi. Dengan katalain, bahwa apapun konsepsi yangmempunyai kontribusi positif terhadapupaya pemberantasan KKN perlu didu-kung dengan sebaik-baiknya.

Sebagai bagian dari Dep. Agama,Inspektorat Genderal harus terus men-coba mencari formula yang sekiranyadapat diimplementasikan, khususnyaberkenaan dengan upaya pemberan-tasan KKN di lingkungan Dep. Agama.Dari penjelasan singkat di atas, adabeberapa input yang dapat juga seba-gai kiat untuk Itjen Dep. Agama dalam

rangka pemberantasan KKN di ling-kungan Dep. Agama :

Pertama, paradigma baru audityaitu konsep kemitraan dan pembina-an perlu terus dikembangkan menujukonsep sebagai katalisator. Hal ini se-benarnya lebih merupakan faktor kebu-tuhan riil saat ini yang diselaraskandengan upaya pemberantasan KKNoleh Inspektorat Genderal Dep. Aga-ma.

Kedua, Kebijakan Pimpinan, se-perti halnya dengan PPA, diupayakansubstansinya yang dapat mendukungupaya pemberantasan KKN di ling-kungan Dep. Agama. Misalnya padakonsep PPA saat ini ada perlu lebih di-fokuskan lagi pada upaya riil, yaitu se-bagai sebuah pendekatan dalam peng-awasan berbasis pada agama.

Ketiga, Konsep KIS (koordinasi,integrasi dan sinkronisasi) secara in-ternal (di lingkungan InspektoratGenderal Dep. Agama) perludisinergikan secara optimal denganKIS secara eksternal, khususnya padainsti tusi yang terkait upayapemberantasan KKN, sepert iKejaksaan Agung, Kepolisian danKPK.

Demikian pemikiran kami berke-naan dengan adanya program 100 haripertama pemerintah saat ini. Input--input yang dipaparkan InsyaAllah da-pat bermanfaat bagi InspektoratGenderal Dep. Agama, khususnyadalam turut mengupayakan pemberan-tasan KKN di lingkungan Dep. Agama.

Apa yang diutarakan dalam pemi-kiran ini masih bersifat parsial, danperlu pengembangan lebih lanjut. Na-mun InsyaAllah dapat bermanfaat bagiseluruh komponen yang melaksanakantugas-tugas pengawasan. Amin.3 (Arif)

Page 39: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Randang

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 39

KEPUTUSANKEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

NOMOR KEP-13.00.00-125/K/1997TENTANG

PETUNJUK TEKNIS KETENTUANPELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

DAN ANGKA KREDITNYADI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Menimbang : a. bahwa ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional Auditorsebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Bersama KepalaBadan Administrasi Kepegawaian Negara, SekretarisGenderal Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala BadanPengawasan Keuangan Dan Pembangunan Nomor 10Tahun 1996, Nomor 49/SK/S/1996, dan Nomor KEP-386/K/1996 tanggal 6 Juni 1996 perlu diketahui, dihayatidan dilaksanakan oleh Auditor di lingkungan Aparat Peng-awasan Fungsional Pemerintah dan pihak-pihak yangterkait;

b. bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu menetap-kan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelak-sanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 tentang We-wenang Pengangkatan, Pemindahan, dan PemberhentianPegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1975Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3058) jo.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1991 (LembaranNegara Tahun 1991 Nomor 27, Tambahan Lembaran Nega-ra Nomor 3437);

Page 40: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Randang

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 40

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Per-aturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaan Negara Tahun1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor3098), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir de-ngan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1993 (Lem-baran Negara Tahun 1993 Nomor 21);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Peng-angkatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3156),jo. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1991 (LembaranNegara Tahun 1991 Nomor: 28, Tambahan LembaranNegara Nomor 3438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentangJabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;

6. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang BadanPengawasan Keuangan Dan Pembangunan;

7. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang BadanAdministrasi Kepegawaian Negara;

8. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1994 tentangSusunan Organisasi Departemen Sebagaimana Telah DuaPuluh Enam Kali Diubah Terakhir dengan KeputusanPresiden Nomor 2 Tahun 1996;

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor 19/1996 tentang Jabatan Fungsional AuditorDan Angka Kreditnya;

10. Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian NegaraNomor 02 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan KenaikanPangkat Pegawai Negeri Sipil Secara Langsung;

11.Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawai-an Negara, Sekretaris Genderal Badan Pemeriksa Ke-uangan, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan DanPembangunan, Nomor 10 Tahun 1996, Nomor49/SK/S/1996, dan Nomor KEP-386/K/1996 tanggal 6 Juni1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan FungsionalAuditor Dan Angka Kreditnya.

Page 41: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Randang

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 41

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGANDAN PEMBANGUNAN TENTANG PETUNJUK TEKNISKETENTUAN PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONALAUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA DI LINGKUNGANAPARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH.

Pertama

Petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan jabatan fungsionalAuditor dan angka kreditnya di lingkungan Aparat PengawasanFungsional Pemerintahan adalah sebagaimana tersebut dalamlampiran keputusan ini.

Kedua

Lampiran Keputusan sebagaimana dimaksud dalam pasalpertama, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dariKeputusan ini.

Ketiga

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalamkeputusan ini, maka akan diadakan peninjauan dan perbaikansebagaimana mestinya.

Keempat

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 05 Maret 1997

KEPALA BADAN PENGAWASANKEUANGAN AN PEMBANGUNAN

ttd

DRS SOEDARJONONIP 0600287

Page 42: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

E Y D

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 42

PENULISAN UNSUR SERAPAN SESUAI EYDDalam perkembangannya, ba-

hasa Indonesia menyerap unsur daripelbagai bahasa lain, baik dari bahasadaerah maupun dari bahasa asingseperti Sanskerta, Arab, Portugis,Belanda, Cina maupun Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya,unsur pinjaman dalam bahasa Indone-sia dapat dibagi atas dua golongan be-sar. Pertama, unsur pinjaman yang be-lum sepenuhnya terserap kedalam ba-hasa Indonesia, seperti: reshuffle,shuttle, cock, I’exploitation de l’hommepar l’homme. Unsur-unsur ini dipakaidalam konteks bahasa Indonesia, te-tapi pengucapannya dan penulisannyadisesuaikan dengan kaidah bahasaIndonesia.

Dalam hal ini diusahakan agarejaannya hanya diubah seperlunya se-hingga bentuk Indonesianya masih da-pat dibandingkan dengan bentuk asal-nya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagiunsur serapan itu sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi apaal palbaal baloctaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasidengan e

aerobe aerobaerodinamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi ehaemoglobin hemoglobinhaematite hematit

ai tetap aitrailer trailercaisson kaison

ua tetap ua

uadiogram uadiogramuatotroph uatotroftuatomer tuatomerhydrualic hydrualikcuastic kuastic

c dimuka a, u, o, dan konsonanmenjadi k

calomel kalomelconstruktion konstruksicubic kubikcoup kupclassification klasifikasicrystal kristal

c dimuka e, I, oe, dan y menjadi scentral sentralcent sencybernetics sibernetikacirculation sirkulasicylinder silindercoelom selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadik

accomodation akomodasiacculturation akulturasiacclimatization aklimatisasiaccumulation akumulasiacclamation aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ksaccent aksenaccesory aksesori

cch dan ch di muka a, o, dankonsonan menjadi k

saccharin sakarincharisma karismacholera kolerachromosome kromosomtechnique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi sechelon eselon

Page 43: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

E Y D

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 43

machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi ccheck cekChina Cina

c (Sansekerta) menjadi scabda sabdacastra sastra

e tetap eeffect efekdescription deskripsisyntetis sintetis

ea tetap eaidealist idealishabeas habeas

ee (Belanda) menjadi estratosfeer stratosfersysteem sistem

ei tetap eieicosane eikosaneidentic eidentikeinsteinium einsteinium

eo tetap eostereo stereogeometry geometrizeolite zeolit

eu tetap euneutron neutroneugenol eugenoleuropium europium

f tetap ffanatic fanatikfactor faktorfossil fosil

gh menjadi gsorghum sorgum

gue menjadi ge

igue igegigue gige

i pada awal suku kata di muka vokaltetap i

iambus iambusion ioniota iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya ipolitiek politikriem rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan ivariety varietaspatient pasienefficient efisien

kh (Arab) tetap khkhusus khususakhir akhir

oe (oi Yunani) menjadi eoestrogen estrogenoenology enologifoetus fetus

oo (Belanda) menjadi okomfoor komporprovoost propos

oo (Inggris) menjadi ucartoon kartunproof prufpool pul

oo (vokal ganda) tetap oozoology zoologicoordination koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya ugouverneur gubernurcoupon kuponcontour kontur

ph menjadi f

Page 44: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

E Y D

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 44

phase fasephysiology fisiologispectrogaph spektograf

ps tetap pspseudo pseudopsychiantry psikiatripsychosomatic psikomatik

pt tetap ptpterosaur pterosaurpteridology pteridologiptyalin ptialin

q menjadi kaquarium akuariumfrequency frekuensiequator ekuator

rh menjadi rrhapsody rapsodirhombus rombusrhythm ritme

sc di muka a, o, u, dan konsonanmenjadi sk

scandium skandiumscotopia skotopiascutella skutelasclerosis sklerosisscriptie skripsi

sc dimuka e,i, dan y menjadi sscenography senografiscintillation sintilasiscyphistoma sifistoma

sch di muka vokal menjadi skschema skemaschizophrenia skizofreniascholasticism skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya sratio rasioaction aksipatient pasien

th menjadi ttheocracy teokrasiorthography ortografithrombosis trombosismethode metode

u tetap uunit unitnucleolus nukleolusstructure strukturinstitute institut

ua tetap uadualisme dualismeaquarium akuarium

ue tetap uesuede suedduet duet

ui tetap uiequinox ekuinoxconduite konduite

uo tetap uofrluorescein fluoreseinquorum kuorumquota kuota

uu menjadi uprematuur prematurvacuum vakum

v tetap vvitamin vitamintelevision televisicavalry kavaleri

x pada awal tetap xxanthate xantatxenon xenonxylophone xilofon

x pada posisi lain menjadi ksexecutif eksekutiftaxi taksiexudation aksudasi

Page 45: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

E Y D

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 45

xc di muka e dan i menjadi ksexception eksepsiexcess aksesexcision eksisiexciation aksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonanmenjadi ksk

excavation ekskavasiexcursive ekskursifwxclusive eksklusif

y tetap y jika lafalnya yyakitori yakitoriyangonin yangoninyen yenyuan yuan

y menjadi i jika lafalnya iyttrium itriumdynamo dinamopropyl propilpsychology psikologi

z tetap zzenith zenithzirconium zirkoniumzodiac zodiakzygote zigot

Konsonan ganda menjadi tunggalkecuali kalau dapat membingungkan.Misalnya:

gabbro gabroaccu akieffect efekcommission komisiferrum ferumsalfeggio salfegio

Tetapi:mass massa

Catatan:1. Unsur pungutan yang sudah lazimdieja secara Indonesia tidak perlu lagi

diubah.Misalnya:kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel.

2. Sekalipun dalam ejaan disempurna-kan huruf q dan x diterima sebagai ba-gian abjad bahasa Indonesia, unsuryang mengandung kedua huruf itu diin-donesiakan menurut kaidah yang ter-urai di atas. Kedua huruf itu diperguna-kan dalam penggunaan tertentu sajaseperti dalam pembedaab nama danistilah khusus.

Di samping pegangan untukpenulisan unsur serapan tersebut diatas, berikut ini didaftarkan jugaakhiran-akhiran asing serta penyesu-aiannya dalam bahasa Indonesia.Akhiran itu diserap sebagai bagiankata yang utuh. Kata seperti standari-sasi, efektif, dan implementasi diserapsecara utuh di samping kata standar,efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -atadvocaat advokat

-age menjadi -asepercentage persentaseetalage etalase

-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda)menjadi -al

structural, structureel strukturalnormal, normaal normal

-ant menjadi -anaccountant akuntaninformant informan

-archy, -archie (Belanda) menjadi -arkianarchy, anarchie anarkioligarchy, oligarchie oligarki

-ary, -air (Belanda) menjadi -erprimary, primair primersecondary, secundair sekunder

Page 46: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

E Y D

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 46

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi,-si

action, actie aksi

-eel (Belanda) menjadi -elideeel ideelmaterieel materielmoreel morel

-ein tetap -eincasein kaseinprotein protein

-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda)menjadi -ik, ika

logic,logica logikaphyics, physica fisikadialetics, dialektica dialektikatechnique, techniek teknik

-ical, -isch (Belanda) menjadi -iseconomical, economisch ekonomispractical, practisch praktislogical, logisch logis

-ile, -iel menjadi -ilpercentile, percentiel persentilmobile, biel mobil

-ism, -isme (Belanda) menjadi -ismemoderism, modernisme

modernismecommunism, communisme

komunisme

-ist menjadi -ispublicist publisisegoist egois

-ive, -ief (Belanda) menjadi -ifdescriptive, descirptief

deskriptif

demonstrative, demonstratiefdemonstratif

-logue menjadi -logcatalogue katalogdialogue dialog

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logitechnology, technologie teknologiphysiology, physiologie fisiologianalogy, analogie analogi

-loog (Belanda) menjadi -loganaloog analogepiloog analog

-oid, oide (Belanda) menjadi -oidhominoid, hominoide hominoidanthropoid, anthropoide anthropoid

-oir(e) menjadi -oartrotoir trotoarrepertoire repertoar

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -irdirector, directuer direkturinspector, inspecteur inspekturamateur amatirformateur formatur

-or tetap -ordictator diktatorcorrector korektor

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tasuniversity, universiteit universitasquality, kwaliteit kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -urstructure, struktuur strukturpremature, pematuur prematur

3 (fei,ia,nk,ns)

Page 47: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Teknologi Informasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 47

SIMHP: Business Vision Oleh Ahmed

Itjen Depag mempunyai tugas meng-awasi kinerja auditan yang berada dibawah naungan Departemen Aga-

ma. Kegiatan pengawasan yang dila-kukan ada dua macam, yaitu audit danpemantauan. Audit adalah kegiatanyang dilakukan oleh auditor terhadapauditan untuk mengecek pelaksanaankinerja auditan di bidang tugas danfungsi, keuangan dan inventaris ke-kayaan negara, sumber daya manusia,dan kegiatan pembangunan. Kegiatanini menghasilkan laporan hasil audit(LHA) dan saran tindak lanjut (STL).

Hasil kedua, STL, merupakan tin-dakan rekomendasi yang perlu dilak-sanakan oleh auditan agar dapat me-ningkatkan kinerja organisasi. Pe-mantauan adalah kegiatan yang dila-kukan oleh pejabat sekretariat untukmemantau pelaksanaan STL. Untukmempermudah pemantauan kegiatanpengawasan oleh pejabat Itjen Depagyang berada di pusat serta untuk mem-perlancar kinerja pengawasan, ItjenDepag menggunakan Sistem InformasiManajemen Hasil Pengawasan(SIMHP). Sistem ini tidak hanya meng-akomodasi keperluan pegawai Itjendalam melaksanakan kegiatan peng-awasan, namun juga membantu mere-ka dalam memantau kegiatan pendu-kung yang mengiringi kegiatan peng-awasan.

SIMHP & peningkatan kinerjaSIMHP membuka peluang bagi

Itjen Depag dalam memperbaiki kinerja

sumberdaya manusia dan penggunaansumberdaya lainnya pada prosespengawasan. Selain itu SIMHP jugaberpotensi dalam meningkatkan citraItjen Depag di mata masyarakat seba-gai lembaga pemerintah yang bertugasuntuk mengawasi kinerja lembaga--lembaga yang berada di bawahnaungan Departemen Agama. Hal inididasarkan atas permasalahan yangsering timbul, yaitu ketidaktepatanwaktu penyelesaian LHA dan laporanhasil pemantauan (LHP) oleh auditoratau pejabat pemantau yang melaku-kan tugas. Ketidak tepatan waktu pe-nyelesaian LHA dan LHP mempenga-ruhi:1. Pejabat pengambilan keputusan di

Itjen Depat, yaitu Irjen dan Sekre-taris;

2. Pejabat Sekretariat Itjen Depagyang bertugas mengakomodasiproses pengawasan, baik auditmaupun pemantauan;

3. Para auditor dan pejabat peman-tau yang akan melaksanakan tu-gas para periode selanjutnya.

Akibat yang ditimbulkan adalah:1. Para pejabat pengambilan kepu-

tusan tidak dapat memperolehgambaran yang obyektif tentangkinerja tugas pengawasan yangtelah dilakukan Itjen Depag, se-hingga mengalami kesulitan da-lam mempertanggungjawabkankinerja Itjen pada pimpinan Depagdan masyarakat.

2. Para pejabat Sekretariat Itjen

Page 48: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Teknologi Informasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 48

Depag kesulitan dalam membagialokasi tugas pengawasan danmenentukan kompetensi staf-staftugas pengawasan, baik auditormaupun pemantau.

3. Para auditor atau pejabat peman-tau yang akan bertugas mengala-mi kesulitan dalam memperolehprofil yang obyektif tentang audit-an, karena profil tersebut dipenga-ruhi oleh hasil kinerja auditor ataupejabat pemantau periode se-belumnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlu-kan solusi, yaitu:1. Sistem informasi berbasis internet

yang menyediakan fasilitas untukmembuat intisari LHA dan LHP,sehingga pejabat pengambilankeputusan dapat mengetahui ki-nerja pengawasan secara lang-sung dan membuat laporan yangaktual.

2. Sistem informasi yang menyedia-kan fasilitas untuk membuat lapor-an kinerja Itjen secara garis besarbagi pejabat pengambilan ke-putusan Itjen.

3. Sistem informasi yang menyedia-kan fasilitas untuk membuat agre-gasi hasil audit dan hasil peman-tauan yang lalu sebagai dasarproses pengawasan selanjutnya.

4. Sistem informasi yang menyedia-kan fasilitas untuk mempermudahtugas Sekretariat Itjen Depag dal-am memantau alokasi tugaspengawasan dan akomodasi yangharus dikeluarkan berkaitan de-ngan tugas pengawasan.

SIMHP = pengintegrasi informasiSIMHP adalah sistem informasi

berbasis internet yang mengintegrasi-kan informasi proses pengawasan mu-lai dari pendataan masalah, pembuat-an program pengawasan, penyusunantim pengawasan, pembuatan surat tu-gas, pembuatan SPPD, peminjamanfasilitas pengawasan, pembuatan inti-sari LHA dan LHP, pembuatan laporanuntuk kepentingan ekspos dan bahanstudi banding, pembuatan laporan ek-sekutif untuk pengambilan keputusan,sampai pembuat berita kinerja peng-awasan untuk masyarakat. Dengan de-mikian, SIMHP merupakan jalan keluarterhadap kelemahan yang sering di-hadapi, antara lain:1. Pemantauan keadaan kegiatan

pengawasan yang sedang dilak-sanakan sulit dilakukan dengansegera.

2. Penyiapan informasi hasil agrega-si laporan kegiatan pengawasanmemakan waktu lama.

3. Pemantauan kegiatan yangmengakomodasi kegiatan peng-awasan sulit dilakukan dengansegera.

4. Pembagian kerja kegiatan peng-awasan sesuai dengan kompeten-si staf dan pejabat Itjen sulit dila-kukan dengan tepat karena catat-an pengalaman kerja telah dilaluioleh staf sangat kurang.

SIMHP vs paperless officeKemampuan utama SIMHP ada-

lah kemampuan pengiriman informasitentang hasil pengawasan yang dilaku-kan pada auditan secara aktual de-ngan toleransi waktu keterlambatan

Page 49: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Teknologi Informasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 49

pembuatan laporan seminimal mung-kin. Selain itu SIMHP diharapkan se-bagai tonggak permulaan pelaksanaanpaperless office. Namun karena keter-batasan kemampuan Itjen dalam ber-adaptasi dengan hasil terapan tekno-logi informasi selama ini, implementasiSIMHP disesuaikan dengan keadaanItjen. Artinya, penerapan SIMHP untukmenunjang paperless office harus di-tangguhkan, karena implementasi sis-tem dengan kemampuan seperti ini da-pat mengubah cara kerja organisasisecara drastis. Oleh karena itu SIMHPyang dikembangkan akan berfungsisebagai komplemen pada sistem yangtelah berjalan di lingkungan Itjen.

Dengan pengembangan SIMHP,diharapkan proses pelaporan keadaanauditan di daerah dapat dipercepat.Dengan demikian tujuan Itjen untukmeningkatkan kinerja pejabat dan staf-nya dari segi kecepatan dapat terca-pai. Selain itu pengembangan sistemini diharapkan akan mempermudahpengawasan penggunaan sumberdayaItjen dalam melakukan kegiatan peng-awasan.

SIMHP & efisiensiKegiatan pengawasan melibatkan

sekitar 200 orang. ImplementasiSIMHP tidak akan mengurangi jumlahtenaga yang diperlukan dalam kegiat-an ini, karena fungsi yang dilakukanoleh tenaga yang dilibatkan saat ini ti-dak dapat digantikan oleh sistem danjumlah tenaga yang diperlukan meru-pakan jumlah dari set yang minimal.

Dalam penghematan waktu, pene-rapan SIMHP pada kegiatan peng-awasan tidak dapat dikatakan sebagai

telah menghemat waktu operasi, kare-na saat ini SIMHP hanya berfungsi se-bagai pemantau atas kegiatan peng-awasan. Namun dengan implementasiSIMHP informasi yang diperlukan olehpejabat di tingkat manajemen dapat di-siapkan tanpa harus menunggu penye-lesaian pembuatan dokumen resmi.Dalam kegiatan pendukung peng-awasan, penyiapan informasi dapat di-pangkas waktunya dari minimal satuhari menjadi 30 menit, dengan asumsikegiatan pendukung pengawasan se-perti pembuatan surat dapat diselesai-kan dalam waktu 30 menit. Sedangkandalam kegiatan pengawasan, penyiap-an informasinya dapat dipangkas wak-tunya dari satu minggu hingga satu bu-lan menjadi satu hingga dua hari.Jumlah satu hingga dua hari adalahasumsi waktu yang diperlukan olehauditor dalam membuat intisari LHA.

SIMHP akan digunakan pada dualingkungan penggunaan yang berbeda,yaitu lingkungan indoor dan outdoor.Bagian SIMHP yang akan digunakandalam lingkungan indoor adalah fa-silitas SIMHP yang mengakomodasikegiatan pendukung pengawasan, mu-lai dari pencatatan masalah atau peng-aduan masyarakat, pembuatan prog-ram pengawasan, pembuatan surat tu-gas dan SPPD, dan kegiatan peng-awasan yang dilaksanakan dalam ling-kungan Itjen, misalnya penyelesaianakhir LHA. Sedangkan bagian SIMHPyang digunakan pada lingkungan out-door adalah fasilitas SIMHP yangmengakomodasi kegiatan dalam pro-ses audit yang dilaksanakan olehauditor, seperti membuat intisari LHAdan upload file LHA.

Page 50: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Teknologi Informasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 50

Platform sistem yang digunakansaat ini adalah proprietory, yaitu Micro-soft Windows yang terdiri atas bebera-pa kondisi yang bervariasi. Beberapaentitas platform ini tersedia secara le-gal. Itjen Depag mencanangkan komit-men untuk menghormati undang-undang hak atas kekayaan intelektual(HAKI) sebagaimana disebut dalamDokumen Perencanaan Strategis Sis-tem Informasi 2003-2008. Karena ituItjen menggunakan platform sistemdan aplikasi yang tersedia secara opensource jika tidak dapat memperolehplatform atau aplikasi berlisensi. Seba-gai langkah awal penerapan komitmenini, SIMHP dibangun di atas platformLinux.

Aplikasi yang digunakan dalamkegiatan pengawasan di luar SIMHPadalah aplikasi perkantoran (officeapplication). SIMHP tidak akan terin-tegrasi dengan aplikasi tersebut. Na-mun khusus untuk mendukung kegiat-an auditor dan pemantau, SIMHP me-nyediakan fasilitas pengiriman file haslaudit yang dibuat dengan mengguna-kan aplikasi perkantoran.

Engineering objectivesSIMHP dimaksudkan untuk mem-

permudah dalam mencapai beberapasasaran berikut:1. Inventarisasi masalah atau peng-

aduan masyarakat agar mudah di-tindaklanjuti dan mempermudahproses penelusuran asal pem-buatan program pengawasan.

2. Pemantauan kegiatan pendukungpengawasan yaitu partisipasi stafdan pejabat dalam kegiatan peng-awasan dan kelancaran kegiatan

yang dilakukan oleh Itjen.3. Pemantauan terhadap kinerja

pengawasan yang sedang ber-langsung. Prestasi kinerja peng-awasan yang dilaksanakan olehstaf dan pejabat diperbaiki, kare-na selama ini prestasi yang dica-pai dapat menurunkan kredibilitasItjen seperti pimpinan Itjen tidakdapat memberikan gambaranyang lengkap tentang kinerja dankeadaan kegiatan pengawasanyang dilakukan dalam periode ter-tentu akibat keterlambatan lapor-an kegiatan pengawasan. LHAdan LHP seharusnya dapat sele-sai ketika sedang berada di lokasiauditan. Kecepatan penyampaianinformasi melalui SIMHP akanmemberikan kemudahan pimpin-an Itjen dalam memantau kinerjapengawasan sekaligus memacukinerja staf dan pejabat yang ter-libat.

4. Pemantauan kondisi unit kerjayang diawasi, karena melalui pe-nerapan SIMHP dapat dipantaukondisi unit kerja yang sedang di-awasi dengan mudah dan dapatdengan segera memberikan la-porannya jika diperlukan.

5. Pembuatan dan penyampaian in-formasi kinerja pengawasan yangdilaksanakan Itjen. Selama ini pe-nyiapan informasi kinerja peng-awasan memakan waktu lamadan melalui proses yang agak ru-mit, karena harus melakukanpengumpulan data kegiatan peng-awasan dan melakukan analisisdatanya. Dengan pemanfaatan in-formasi kegiatan pengawasan

Page 51: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Teknologi Informasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 51

yang tersimpan dalam SIMHP dankemampuan sistem tersebut da-lam melakukan agregasi informa-si, pimpinan Itjen dapat menyiap-kan informasi yang diperlukan de-ngan mudah dan cepat.

BatasanBatasan yang harus dipenuhi da-

lam SIMHP adalah:1. Sistem dapat diakses dari daerah.2. Sistem mudah digunakan oleh

staf dan pejabat yang belum per-nah atau jarangan berinteraksi de-ngan komputer atau teknologi se-jenis.

3. Kemampuan aplikasi minimal da-pat mengakomodasi pemantauanproses dalam kegiatan pengawas-an.

4. Sistem menggunakan standarkode yang telah dibakukan olehItjen Depag.

Ukuran kualitas yang harus dipe-nuhi oleh SIMHP adalah:1. Sistem dapat diakses dari daerah

dalam waktu relatif singkat.2. Sistem dapat diakses oleh 2 hing-

ga 4 tim audit yang sedang bera-da di luar Itjen.

3. Sistem dapat bekerja selama 24jam sehari dan 7 hari seminggu.

4. Sistem dapat digunakan denganmudah, semudah staf mengguna-kan aplikasi komputer yang telahdigunakannya di lingkungan Itjen.

5. Sistem kebal (fault tolerant) terha-dap kesalahan penggunaan sis-tem yang tidak fatal, seperti kesa-lahan pemberian masukan.

Saat ini SIMHP telah siap diopera-sikan, hanya saja belum dimanfaatkanoleh pengguna, utamanya auditor. Un-tuk menjaga availabilitas komputer,komputer server disimpan dalam ruangbebas debu dengan tingkat suhu 20°Cdengan tingkat humidity kurang dari40%. Lingkungan harus bebas petiruntuk menjamin availabilitas sistem,karena server terhubung denganperangkat telekomunikasi.3

Page 52: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Administrasi, Manajemen, Organisasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 52

IKLIM KOMUNIKASIORGANISASI

Oleh Ispawati Asri

Suatu organisasi merupakan sis-tem kerja yang melibatkan ber-bagai komponen yang saling

berinteraksi dan saling tergantung.Komponen utama yang paling menen-tukan sistem tersebut adalah adanyakesiapan sumber daya manusia, yaitukemampuan manusia dalam menggu-nakan potensi yang ada pada dirinyasecara optimal untuk mencapai tujuanbersama yang ditetapkan oleh organi-sasi itu sendiri. Dalam proses waktu,kemampuan yang dimiliki oleh ma-sing-masing individu itu akan mengala-mi perkembangan selaras dengan apayang mereka peroleh di dalam ling-kungan kerjanya.

Beberapa organisasi selalu diha-dapkan pada persoalan mengenai keti-daksiapan sumber daya manusia yangdimilikinya. Persoalan sumber dayamanusia tersebut tidak bisa dilepaskandengan penanganan pada aspek hu-man relations. Dalam arti sempit hu-man relations merupakan komunikasipersuasif yang dilakukan oleh sese-orang kepada orang lain secara tatapmuka dalam situasi kerja dan dalamorganisasi kekaryaan dengan tujuanuntuk menggugah kegairahan dan ke-giatan bekerja dengan semangat kerjayang produktif dengan perasaan baha-gia dan puas hati.

Upaya pimpinan di dalam pe-ngembangan sumber daya manusia

melalui berbagai bentuk komunikasiyang persuasif dan penciptaan iklimkerja yang memungkinkan segenapkaryawan dapat mengembangkan diri-nya diharapkan dapat menopang lajuperkembangan organisasi.

Apabila dilihat secara mikro padamasing-masing individu itu melekat be-ragam nilai-nilai kehidupan yang diya-kini kebenarannya dan normal sosialbudaya yang beragam bentuknya.Nilai-nilai dan norma sosial budayatersebut secara langsung akan turutmembentuk pola sikap dan perilakuseseorang. Orientasi terhadap nilaidan norma seperti ini terbawa pula da-lam lingkungan pekerjaannya, dimanakondisi seperti itu akan membentuk ka-dar dalam motivasi kerja dan kebutuh-an yang diinginkan dan diharapkandapat terpenuhinya pekerjaannya. Se-bagai contoh dalam budaya Sunda di-kenal adanya nilai yang berkenandengan orientasi kerja yang menyata-kan bahwa kerja itu mempunyai termi-nologi untuk mengabdi, sedangkanpada masyarakat Jawa 'ngawulo' me-rupakan suatu orientasi kerja yangmengarah pada upaya pencapaiankepuasan batiniah dan lebih mengarahkepada pengabdian kepada tuannyadengan tidak menghiraukan imbalanmaterialnya.

Iklim komunikasi harus diciptakandan dibentuk dalam organisasi agar

Page 53: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Administrasi, Manajemen, Organisasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 53

sejalan dengan produktivitas yang ting-gi dan pengetrapan strategi organisasiyang efektif. Jika iklim komunikasi or-ganisasi merupakan iklim terbuka danmendorong karyawan untuk meng-ungkapkan ketidakpuasan dan per-hatiannya tanpa rasa takut akan ada-nya pembalasan maka ketidakpuasandan perhatian itu dapat ditanganisecara positif. Iklim keterbukaan ter-cipta jika karyawan memiliki keyakinanyang tinggi dan percaya pada ke-adilan, keputusan dan tindakan mana-jerial.

Dengan demikian dapat dikatakanbahwa realitas organisasi sebenarnyamerupakan penggabungan dari reali-tas sosial dan psikologis anggotanya.Di mana masing-masing individu me-miliki orientasi nilai maupun normal so-sial yang tidak selalu sama dan senan-tiasa akan terjadi tarik menarik. Nilai--nilai dan norma tersebut akan memba-wa konsekuensinya pada beragamnyamotivasi kerja dan orientasi kebutuhanserta tingkat kepuasan kerjanya.

Adanya kesesuaian antara harap-an-harapan yang diinginkan di dalamtempat kerjanya dengan kenyataanyang diterima oleh seorang karyawandapat dijadikan tolok ukur pemenuhankebutuhan atau pencapaian kepuasankerja. Sedangkan ketidaksesuaian an-tara harapan dan kenyataan sepertiinilah yang terus menjadi persoalanyang cukup rumit, terutama yang di-alami oleh beberapa organisasi ang-gotanya.

Menciptakan iklim komunikasiyang terbuka dan keyakinan serta ke-percayaan sangat tergantung padanilai dan tujuan manajemen. Iklim ko-

munikasi kelihatannya membutuhkankesungguhan tujuan top manajemenuntuk memperlakukan karyawan seca-ra wajar, serta adanya tujuan organi-sasi yang memenuhi dan mengintegra-sikan kebutuhan dan tujuan karyawanserta organisasi. Tidak saja para kar-yawan ataupun seorang pimpinan ataupara eksekutif yang pada dasarnya ia-lah manusia yang juga mempunyai ba-nyak kesulitan dalam berkomunikasi.

Setiap pimpinan harus mengatasidua macam hambatan komunikasi,yaitu: 1)Eksternal: Pimpinan harus me-ngatasi hambatan-hambatan komuni-kasi antara nggota masyarakat dengankantor yang dipimpinnya; 2)Internal:Pimpinan terutama sangat prihatintentang kesulitan-kesulitan komunikasiantarsesama anggota dalam organisa-sinya.

Dalam hal ini organisasi dapat di-pandang sebagai kelompok-kelompokyang saling tergantung. Kelompokorang-orang ini misalnya berada dalambagian yang berbeda namun berada disatu lantai. Pada umumnya bila tidakada urusan istimewa atau khusus,orang berkomunikasi dengan orangyang paling dekat tempat duduknya.

Sangat sulit mencari salah satuaspek pekerjaan seorang pemimpinmaupun karyawan yang tidak berkaitandengan komunikasi. Berbagai masalahserius timbul apabila perintah kelirudimengerti, ketika olokan ringan dalamkelompok kerja menimbulkan ke-marahan, atau ketika peringatan infor-mal oleh kepala bagian tidak disampai-kan dengan benar. Setiap situasiseperti itu disebabkan oleh kegagalansalah satu aspek selama berlangsung-

Page 54: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Administrasi, Manajemen, Organisasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 54

nya proses komunikasi. Begitu pulasebaliknya, apakah bawahan dalamhal menyampaikan pesan kepadaatasannya ditanggapi secara baik, res-pons yang diberikan apakah sesuaidengan tujuan yang diinginkannyaatau mengena di benak bawahannyadan apakah komunikasi itu berjalan se-cara efektif apa tidak.

Hal itulah yang sering terjadi da-lam pekerjaan sehari-hari dimana ke-gagalan orang berkomunikasi mempu-nyai dampak yang negatif dan tidak di-kehendaki bagi keduanya. Dengan de-mikian pola komunikasi yang terbukaharus diciptakan di dalam organisasiitu sendiri.

Komunikasi OrganisasiSalah satu unsur organisasi me-

nunjukkan bahwa komunikasi dapat di-ibaratkan sebagai darah yang membe-rikan kehidupan kepada struktur orga-nisasi, karena masuk dalam semuabagian organisasi dan menghubung-kan seluruh kegiatan-kegiatannya. Ko-munikasilah yang memungkinkanorang membentuk organisasi. Mengko-ordinir kegiatan mereka untuk menca-pai tujuan bersama, tetapi komunikasiitu tidak hanya menyampaikan infor-masi atau mentransfer makna saja.

Komunikasi mengandung arti pro-ses transaksional dimana orang mem-bentuk makna dan mengembangkanharapan mengenai apa yang sedangterjadi di sekitar mereka dan antaramereka satu sama lain melalui pertu-karan simbol, merupakan penyampai-an informasi melalui struktur hierarki.Dengan demikian komunikasi sebagaiproses informasi dari satu orang ke

orang lain. Satu-satunya cara menca-pai manajemen dalam organisasi ada-lah melalui proses komunikasi. Komu-nikasi dari pimpinan ke bawahan mem-punyai lima fungsi dasar: 1)Instruksimengenai pekerjaan; 2)Informasi di-rancang untuk memberi pemahamanmengenai tugas dalam hubungannyadengan tugas-tugas organisasi lain-nya; 3)Informasi tentang prosedur danpraktek organisasi; 4)Umpan balik(feedback) kepada bawahan mengenaipelaksanaan pekerjaan; dan 5)Infor-masi mengenai masalah-masalah yangbersifat ideologis tentang tujuan orga-nisasi sehingga dapat dikembangkanrasa akan missi dan keterikatan.

Fungsi komunikasi adalah mem-bangun harapan sesama, hubunganantara pribadi apa yang diharapkandan apa yang dipenuhi. Komunikasiantara orang-orang yang berposisi se-derajat atau yang arahnya horizontalmempunyai tiga fungsi dasar: 1)Untukmemberi dukungan sosio emosionalatau membantu agar semua pihak da-lam keadaan baik; 2)Memungkinkankoordinasi antara orang-orang yangberposisi sederajat dalam proses pe-kerjaan sehingga mereka dapat melak-sanakannya secara efisien; 3)Menye-barkan letak pengontrolan dalam or-ganisasi, atau meluaskan letak wewe-nang dan tanggung jawab.

Adanya peran komunikasi sebagaipenggerak suatu organisasi, tak terle-pas dari fungsi utama pimpinan seba-gai pengembang dan pemelihara ko-munikasi. Intinya dalam perkembanganorganisasi tergantung kepada interaksimanusia dalam berkomunikasi untuksaling melayani dan bekerjasama guna

Page 55: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Administrasi, Manajemen, Organisasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 55

mencapai tujuan yang dikehenda-ki.Komunikasi bukan hanya semata--mata digunakan dalam memberikaninstruksi kepada bawahan melainkanlebih dari itu, yaitu menginformasikansetiap perubahan di dalam organisasiyang melibatkan setiap pekerja dalampengambilan keputusan. Berkomunika-si secara terbuka juga sangat diperlu-kan karena dimaksudkan untuk me-ngurangi adanya konflik dalam mana-jemen yang sering kali terjadi akibatkurang pemahaman para pekerja ter-hadap kejadian-kejadian di sekitar per-usahaan yang menyangkut masalahpekerjaan.

Iklim OrganisasiIklim organisasi juga biasanya di-

hubungkan dengan kepuasan kerja(job satisfaction). Iklim organisasi yangkhusus menyangkut masalah komuni-kasi antaranggota organisasi disebutiklim komunikasi. Iklim komunikasimencakup persepsi karyawan atauanggota organisasi mengenai kualitashubungan dan komunikasi dalam orga-nisasi serta derajat keterlibatan danpengaruh. Ada lima unsur iklim komu-nikasi yang ideal, yakni:

Pertama, daya dukung (sup-portiveness). Para bawahan mempu-nyai persepsi bahwa hubungan komu-nikasi mereka dengan atasan akanmembantu mereka untuk membangundan mempertahankan harga diri dankeyakinan akan pentingnya diri.

Kedua, keterlibatan dalam peng-amblian keputusan. Kompleksitas si-

kap secara umum yang mencirikan ik-lim kebebasan dari para karyawanatau anggota untuk melakukan komu-nikasi ke atas secara berpengaruh.

Ketiga, kepercayaan, percaya diridan kredibilitas. Sejauh mana sum-ber-sumber pesan dan/atau peristiwakomunikasi dinilai dapat dipercaya.

Keempat, keterbukaan dan kete-rusterangan. Adapun bentuk hubunganitu (misalnya antara atasan-bawahan,antara yang berposisi sederajat atauantara bawahan-atasan), terdapat ke-terbukaan dan keterus terangan dalampenyampaian dan penerimaan pesan.

Kelima, tujuan prestasi yang ting-gi. Derajat kejelasan dalam mengko-munikasikan tujuan-tujuan kegiatan ke-pada para anggota organisasi.

Terdapat lima (5) faktor yang sa-ling mendukung dalam menciptakan ik-lim komunikasi dalam organisasi, yaitu:1)Dukungan; 2)Kepercayaan; 3)Par-tisipasi dalam pengambilan keputusan;4)Keterbukaan; 5)Tujuan kinerja tinggi.

Secara ideal, iklim dan ling-kungan organisasi yang baik di matapara anggotanya akan meningkatkansaling ketergantungan dalam organisa-si. Hubungan yang bersifat penuh per-sahabatan akan mempengaruhi per-tumbuhan organisasi dan para anggo-tanya secara positif, sedangkan hu-bungan yang penuh dengan permu-suhan dan kecurigaan akan memberi-kan dampak negatif.3

Page 56: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Hikmah

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 56

Shalat dalam PerjalananTerjemahan Bab Shalat Musafir dari Kitab Al Muhadzdzab Jilid I hal. 101-105

(Syeikh Imam Abi Ishaq Ibrahim bin Ali Ibnu Yusuf Al Fairuz Abadiy Asysyairozy)

Diperbolehkan untuk meringkas(mengqashar) shalat dalam perja-lanan sebagaimana firman Allah

SWT S: 4: 101, "Dan apabila kamu beper-gian di muka bumi ini maka tidaklah me-ngapa kamu mengqashar) sembahyang-(mu), jika kamu takut diserang orang-orangkafir...”

Tsa’labah bin Umayyah bertanyakepada Umar ra tentang firman Allahtersebut, dengan penekanan pada “jikakamu takut diserang orang-orang kafir...”padahal kondisi saat itu dalam keadaanaman, maka Umar ra berkata, "saya heransebagaimana yang engkau herankan." Ma-ka Tsa'labah bertanya kepada RasulullahSAW tentang hal ini, dan Rasulullah SAWbersabda, "Ini adalah shadaqah yang telahdishadaqahkan Allah SWT kepada kaliansemua, maka terimalah shadaqah itu.”

Mengqashar sholat ini diperbolehkanhanya dalam waktu dhuhur, ashar dan isya'sesuai dengan ijma' (kesepakatan) umat.Hal ini juga berlaku pada perjalanan air(laut) sebagaimana telah diperbolehkanuntuk perjalanan darat.

1) Tidak diperbolehkan mengqashar shalatkecuali dalam perjalanan yang mencapaidua hari, yaitu empat burud, setiap burudterdiri empat farsakh, jadi perjalanan yangdibolehkan mengqashar shalat yang sudahmencapai enam belas farsakh (± 76,80 kmmenurut K.H. M. Anwar penerjemah FathulQarib). Sebagaimana yang telah diriwayat-kan oleh Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra,bahwa mereka melakukan shalat duarakaat (qashar) dan tidak puasa (dalam bu-lan Ramadhan) ketika melakukan

perjalanan yang mencapai empat burudatau lebih. Kemudian Atho' bertanyakepada Ibnu Abbas, "Bolehkah sayamengqashar shalat bila melakukanperjalanan ke Arafah?" Maka Ibnu Abbasmenjawab, "Tidak". Maka Atho' bertanyalagi, " Bagaimana kalau ke Mina?" IbnuAbbas menjawab, "Tidak, kecuali keJeddah, Asafan dan Thaif."Dalam hal ini ada beberapa pendapat:a) Imam Malik rahimahullah berkata, "Anta-ra Thaif, Makkah, Jeddah dan Asafan men-capai jarak empat burud, karena per-jalanan yang mencapai jarak tersebut akanmenjumpai masyaqah yang berat, dan per-jalanan yang kurang dari jarak tersebut be-lum dijumpai masyaqah yang berat."b) Imam Syafi'I rahimahullah berkata,"Saya lebih menyukai untuk tidak meng-qashar shalat dalam masa perjalanan yangkurang dari tiga hari, hal ini untuk menghin-dari khilafiah. (perbedaan)"c) Sedangkan Imam Abu Hanifah rahima-hullah berkata, "Tidak boleh mengqasharshalat kecuali dalam jarak perjalanan yangmencapai tiga hari."

2) Apabila terdapat dua jalan yang menujuke suatu negeri, di mana jalan yang satumemenuhi syarat untuk mengqashar shalat(masafatul qashri) dan jalan yang lain tidakmemenuhi syarat (tidak mencapaimasafatul qashri). Maka apabila ada orangyang sengaja mengambil jalan yangmemenuhi syarat qashar tersebut, ada duaqaul:a) Pertama, dalam Imla' Imam Syafi'Iberkata baginya boleh mengqashar shalatkarena sudah mencapai masafatul qashri,

Page 57: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Hikmah

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 57

seakan-akan tidak ada jalan lain yang lebihdekat.b) Kedua, dalam Kitab Al Umm ImamSyafi'i berkata bahwa baginya tidakdiperbolehkan mengqashar shalat, karenaia sengaja memanjang-manjangkan jaraktempuh agar dapat mencapai masafatulqashri, sebagaimana orang yang menem-puh jarak yang dekat tetapi dipanjang--panjangkan jaraknya (direkayasa) sehing-ga benar-benar menjadi jarak yang jauh.

3) Apabila ada orang yang melakukanperjalanan menuju suatu negari yang jaraktempuhnya mencapai masafatul qashri,tetapi orang tersebut sudah berniat, apa-bila di tengah perjalanan ia bertemu de-ngan budaknya atau temannya ia akankembali, maka baginya tidak diperbolehkanuntuk mengqashar shalat karena ia tidakmemutuskan untuk bepergian.

4) Dan apabila seseorang berniat untukmelakukan perjalanan ke suatu negeri ke-mudian ingin melanjutkan ke negeri yanglain, maka dalam hal ini dianggapmelakukan dua perjalanan dan tidakdiperbolehkan mengqashar shalat sehing-ga salah satu dari jarak tempuh tersebutmencapai masafatul qashri.

5) Apabila sebuah perjalanan yang men-capai jarak tempuh tiga hari, maka meng-qashar shalat lebih afdhal dari pada me-nyempurnakan (itmam). Sebagaimana te-lah diriwayatkan oleh 'Imron bin Khushoinbeliau berkata, "Saya pernah menuanaikanibadah haji bersama Rasulullah SAW danketika itu Belau melakukan shalat duarakaat-dua rakaat (mengqashar), dan sayajuga melakukan bepergian bersama AbuBakar ra beliaupun demikian (melakukanshalat dua rakaat), saya juga melakukanbepergian bersama Umar ra beliaupundemikian (melakukan shalat dua rakaat),saya juga melakukan bepergian bersamaUtsman ra beliaupun demikian (melakukan

shalat dua rakaat), dan hal ini terjadi sam-pai enam tahun (enam kali musim haji) ke-mudian Rasulullah baru menyempurnakanshalatnya ketika di Mina." Langkah Ra-sulullah SAW ini adalah lebih utama.

Namun apabila orang meninggalkanqashar (itmam), maka itu juga boleh. Halini sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyahra, beliau berkata, "Saya bepergian bersa-ma Rasulullah SAW untuk tujuan ibadahUmrah pada bulan Ramadhan, ketika ituRasul berbuka (tidak berpuasa) dan sayatetap puasa, kemudian Rasul mengqasharshalat dan saya tetap menyempurnakan(itmam)." Maka saya berkata kepada Ra-sulullah SAW, " Ya Rasul, Engkau berbukasementara saya tetap puasa dan Engkaumengqashar shalat sementara saya tetapitmam." Maka Rasulullah SAW bersabda,"Bagus engkau Aisyah sesungguhnyaqashar itu hanya sekedar meringankan,yang diperbolehkan bagi orang dalam be-pergian, dan boleh untuk meninggalkannyasebagaimana mengusap khuf tiga kali."

6) Dan tidak diperbolehkan mengqasharshalat kecuali dalam perjalanan yang bu-kan untuk maksiat. Maka apabila beper-giannya untuk maksiat seperti bepergianuntuk melakukan perampokan/begal (qath'ithariq) dan memerangi/ untuk membunuhorang Islam, maka baginya tidak diboleh-kan untuk mengqashar shalat dan tidakmendapatkan kemurahan (rukhshah) apa--apa dari rukhshah-rukhshahnya seorangmusafir. Karena sesungguhnya rukhshahtidak diberikan kepada segala sesuatuyang berhubungan dengan kemaksiatan,sebab dengan diberikannya rukfshah bagiorang yang bepergian untuk maksiat.,maka ini berarti telah membantu/terlibatmelakukan kemaksiatan.

7) Tidak diperbolehkan mengqasharshalat kecuali telah meninggalkan tempatmukimnya (iqamah), sesuai dengan firman

Page 58: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Hikmah

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 58

Allah SWT S:4:101 di atas. Dalam ayat ter-sebut dapat dipahami bahwa qashar ber-kaitan erat dengan bepergian (dlarbu filardli).

8)Apabila ada seorang penduduk sebuahnegara/kota, maka baginya tidak bolehmengqashar shalat sampai ia meninggal-kan/berpisah dengan bangunan-bangunan(simbol-simbol) kota itu, dan apabila ia te-lah bertemu dengan pagar-pagar pemba-tas kebun-kebun (batas wilayah) dan telahterpisah dengan simbol-simbol kota itumaka boleh mengqashar shalat, karenakeberadaan kebun-kebun itu bukan bagiandari kota.

9) Apabila seseorang berada dalamsebuah desa yang berdekatan dengandesa laindan ketika ia telah meninggalkandesanya itu baginya boleh mengqasharsholat.

Abul Abbas telah berkata, "Apabilaada ada dua buah desa yang berdekatandan keduanya seperti satu desa, makadalam keadaan wilayah yang demikiantidak diperbolehkan mengqashar shalatsehingga antara desa yang satu denganyang lain terpisah menurut pendapat yangpertama karena salah satu dari dua desatersebut terpisah dari yang lain.”

10) Dan bagi para penghuni perkemahan(ahli khiyam), maka apabila keadaan per-kemahan itu berkumpul maka tidak diper-bolehkan mengqashar shalat sehingga ter-pisah antara yang satu dengan yang lain.

11) Dan apabila perkemahan itu salingterpisah antara yang satu dengan yanglain, maka boleh mengqashar shalat. Apa-bila jarak terpisahnya itu dekat antara yangsatu dengan yang lain, Imam Syafi'iberkata dalam Kitab Al Buwaithy,

Apabila ahli khiyam itu ingin pergi dari se-

buah negara/kota dan akan bermukim disuatu tempat sampai mereka berkumpuldan kemudian pergi lagi, maka bagimereka tidak boleh mengqashar shalat,karena mereka tidak memutuskan untukbepergian. Tetapi apabila mereka berkata,"kami akan menunggu dua atau tiga haridan seandainya tidak berkumpul makakami akan melanjutkan perjalanan. Dalamkondisi yang demikian mereka bolehmenhgqashar shalat, karena mereka telahmemutuskan untuk melakukan bepergian.

12) Tidak diperbolehkan mengqasharshalat sehingga orang yang melakukanshalat itu semua rukun shalat berada da-lam kondisi bepergian (dalam perjalanan).Apabila seseorang dalam sebuah kapal(perahu) ketika takbiratul ihram kapal ter-sebut masih berada di tempat (daerah mu-kim), kemudian kapal tersebut berjalan se-hingga kondisi shalatnya menjadi dalamperjalanan, maka baginya tidak bolehmengqashar shalatnya, demikian juga apa-bila seseorang dalam kapal (perahu) ketikatakbiratul ihram masih dalam posisi di per-jalanan kemudian sampailah kapal tersebutdi tempat mukimnya atau tempat yang di-niatkan untuk mukim, maka harus me-nyempurnakan shalatnya (itmam). Karenakondisi tersebut berkumpul antara dua ke-cenderungan yaitu kecenderungan qashardan itmam. Dalam hal yang demikian makadimenangkan yang itmam. 3

foto

Page 59: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Renungan

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 59

Mata Kepala, Mata Hati, dan Mata UangOleh Nurman Kholis

"Kedua mata saya tidak bisa meli-hat. Pada mulanya hanya sebelah. Na-mun, lambat-laun menular ke matayang lainnya. Saya pun berkali-kaliberobat ke dokter baik di Sukabumimaupun kota lainnya. Hasil pemeriksa-an mereka menyatakan, kedua matasaya sangat sulit untuk berfungsi kem-bali. Namun, saya tetap merasa opti-mis, kedua mata saya akan berfungsikembali.”

Ungkapan di atas meluncur darimulut seorang pemuda kepada sayapada bulan Ramadhan empat tahunyang lalu. Ia mengalami kebutaan, se-telah meneteskan obat mata yang su-dah kadaluwarsa. Setelah menghabis-kan banyak biaya namun kedua mata-nya tak kunjung sembuh, akhirnya iaberserah diri kepada Allah. Dalam ke-sehariannya ia isi dengan membacaayat Kursy sekian kali. Atas ijin Allah,lambat-laun, kedua matanya kembalidapat melihat meskipun masih re-mang-remang. Alhamdu lillah.

Demikian kisah seorang hambaAllah yang berjuang sekuat tenaga un-tuk melepaskan diri dari kegelapanmenuju terang benderang. Apa yang iaalami menunjukkan betapa nikmatnyaterang dan betapa tersiksanya dalamkeadaan gelap. Karena itu, kita dapatmerasakan indahnya hidup ini denganadanya mata di kepala dan cahaya disekeliling kita. Namun, keduanya ha-nya dapat menerangi alam jasmani.

Mata kepala dan cahaya matahariatau cahaya lampu tidaklah cukup bagi

kita yang sedang melakukan perjala-nan secara ruhani untuk mendapatkankebahagiaan di dunia dan akhirat ke-lak. Mengapa demikian? Sebab, dalamperjalanan ruhani ini, ada makhluk lainyang iri kepada kita selaku manusia,keturunan Adam dan Hawa. Allah ber-firman: "Hai anak Adam, janganlah se-kali-kali kamu dapat ditipu oleh syetansebagaimana ia telah mengeluarkankedua ibu bapakmu dari surga, iamenanggalkan keduanya pakaiannyauntuk memperlihatkan kepada kedua-nya auratnya. Sesungguhnya ia danpengikut-pengikutnya melihat kamudari satu tempat yang kamu tidak bisamelihat mereka". ( Al A'raf: 27).

Agar selamat dalam perjalanan ru-hani ini hingga dapat berjumpa denganAllah dan pulang kembali ke surga,Allah memberikan din (agama) danakal. Agama ini dibawa oleh para ra-sul sejak Nabi Adam as hingga NabiMuhammad saw agar manusia ber-serah diri (Islam) kepada Allah danselamat di dunia hingga akhirat.

Karena itu Imam Al Ghazali meng-ibaratkan, akal seperti mata dan aga-ma seperti cahaya. Berdasarkan per-umpamaan ini, manusia yang meng-amalkan ajaran agama namun tidakmenggunakan akalnya seperti orangbuta berada di tempat yang terang. Se-baliknya, manusia yang hanya meng-gunakan akalnya tanpa mengikutiajaran agama seperti orang yang ber-mata normal berada di tempat yanggelap. Dengan demikian, keduanya te-

Page 60: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Renungan

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 60

tap berada dalam kegelapan sehinggatidak tahu ke mana arah untuk melang-kah.

Imam Al Ghazali sendiri merupa-kan sosok manusia yang mengamal-kan ajaran agama dan menggunakanakalnya dengan baik dan benar dalammenjalankan ajaran agama tersebut.Karena itu mata hati beliau mampumelihat apa yang akan terjadi bila ma-nusia tidak menggunakan dinar (uangemas) dan dirham (uang perak) dalamberjual-beli. Hal ini sebagaimana yangbeliau nyatakan pada bab Syukur da-lam jilid IV kitab Ihya Ulumuddin yangditulis 10 abad yang silam. Menurutbeliau, sebagian dari nikmat-nikmatAllah adalah penciptaan dinar dan dir-ham. Dengan kedua mata uang inimaka dunia pun menjadi tegak. Berda-sarkan pandangan Imam Al Ghazalitersebut, bila dinar dan dirham hilangdari peredaran maka dunia pun menja-di hilang keseimbangannya denganterjadinya berbagai bencana.

Sebelum jatuhnya kekhilafahan Is-lam pada tahun 1924, dinar digunakanuntuk barang-barang yang dianggapmahal sedangkan dirham untukbarang-barang yang cukup berharga.1 dinar (koin emas seberat 4,25 gram)pada umumnya dapat ditukar denganseekor kambing, 1 dirham (koin perakseberat 3 gram) dengan seekor ayam,2 dinar (koin emas seberat 8,50 gram)dengan dua ekor kambing, 2 dirham(koin perak seberat 6 gram) dengandua ekor ayam, dan seterusnya.

Sedangkan untuk barang-barangyang murah digunakan uang yang ter-buat selain dari emas dan perak seper-ti membeli garam dengan uang besi,

sayur dengan uang tembaga dansebagainya. Dengan demikian, pertu-karan tersebut berlangsung secara adilberdasarkan kecenderungan dan ke-sepakatan penjual dan pembeli.

Imam Al Ghazali juga menjelas-kan beberapa contoh ketidakadilanatau kezaliman dalam berjual-beli.Menurut beliau, orang yang membelirumah dengan kain atau kuda dengantepung, maka hal ini merupakan per-tukaran yang tidak seimbang. Namun,sejak abad ke-19, rumah, kuda, hutan,sekian ton emas, dan seluruh kekaya-an di dunia ini dapat ditukar denganhanya setumpuk kertas yang bertulis-kan dolar dan yang lainnya.

Sekian hektar hutan pun menjadigundul setelah ditukar dengan kertas-kertas tersebut. Akibatnya, Banjir,longsor, gempa bumi, kemarau datangsilih berganti dan suhu udara punterasa semakin panas. Seperti yangterjadi di Indonesia, menurut MarwahDaud Ibrahim dalam Silaknas ICMIyang saya hadiri di Pontianak, 24-26Januari 2003, saat ini setiap tahunnyadua juta hektar hutan di Indonesiamusnah dan kini diperkirakan hanyatinggal 60 juta hektar. Hal ini memung-kinkan Indonesia menjadi padang pasirsebelum tahun 2045.

Demikian akibat berlangsungnyajual beli secara tidak adil seperti mem-beli atau menukar setumpuk kertasdolar dengan seluruh isi alam ini. Per-tukaran tersebut merupakan salah satubentuk riba yang dilarang oleh Allah (AlBaqoroh: 275). Menurut Ibnu Taimiyah,riba adalah adanya tambahan dengancara yang bathil dalam hutang piutangatau jual beli.

Page 61: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Renungan

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 61

Keadaan manusia yang menya-makan riba dengan jual beli sudah di-lihat mata hati Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. 15 abad yang silambeliau bersabda, "Sungguh akan da-tang suatu masa, saat itu manusiamenghalalkan riba dengan menyebutjual beli". (HR. Ibnul Qoyyim dalamkitab Ighatsatul Lahfan Jilid II), "Sung-guh akan datang suatu masa, saat itumanusia tidak ada seorang pun yangtidak memakan riba, jika ada yang ti-dak memakan riba, ia pun akan ter-kena debunya. (HR. Abu Dawud danIbnu Majah) dan “Apabila riba telahmerata di seluruh negeri, berarti mere-ka telah menghalalkan azab Allah ter-hadap diri mereka sendiri” (H.R.Muslim). Namun, beliau juga memberi-tahukan salah satu jalan keluar darilautan riba tersebut. Beliau bersabda,"Akan datang suatu masa, saat itu ti-dak ada barang berharga yang ber-manfaat kecuali dinar dan dirham.”(H.R. Imam Ahmad bin Hanbal).

Adanya kezaliman dengan diber-lakukannya uang kertas tersebut ke-mudian disadari beberapa tokoh kaumMuslimin. Dinar dan dirham pun kem-bali diberlakukan sejak tahun 1992 diSpanyol, Jerman, Afrika Selatan, danUni Emirat Arab. Pemberlakuan kem-bali kedua mata uang ini dipeloporiSyekh Abdulqadir As-Sufi, ulama kela-hiran Skotlandia dan mantan penulisnaskah pada TV BBC London.

Karena itu setelah bertemu de-ngan Syekh Abdulqadir pada tahun2001, mantan Perdana Menteri Malay-sia Mahathir Mohamad mensosialisasi-

kan pemberlakuan kembali dinar dandirham di berbagai forum. Dalam salahsatu kunjungannya ke Arab Saudi yangdijuluki negara petro dolar (minyakdolar) beliau pun menyatakan agarminyak jangan ditukar dengan uangkertas dolar namun dengan emas.(muslim-affairs.com).

Sedangkan menurut Sugiharto(kini Menteri Negara BUMN) dalamsambutan tertulisnya selaku Koordina-tor Presidium Forum Penggerak Dinar-Dirham Indonesia (Forindo), pember-dayaan pemahaman akan pentingnyadinar dan dirham sebagai CommunityCurrrency menjadi sangat vital mana-kala masyarakat kita sedang meng-alami penurunan taraf dan kualitas ke-sejahteraan hidup dikarenakan krisismoneter.

Pernyataan tersebut beliau sam-paikan pada seminar dengan tema"Dinar Emas Sebagai Alat Pembayar-an Perdagangan Bilateral dan Pertu-karan Dinar-Dirham antara Indone-sia-Malaysia" yang saya hadiri di Ja-karta, 17 Desember 2003. Seminar inimerupakan follow up dari SilaknasICMI di Pontianak, 24-26 Januari 2003dengan tema "Dinar: Solusi Keluar dariHimpitan Dolar". Pembukaan Silaknasini juga dihadiri Menko Kesra JusufKalla (kini wapres), Said Agil Al Muna-war (saat itu Menag), dan Malik Fajar(saat itu Mendiknas).

"Selamat berjuang untuk member-lakukan kembali mata uang yang se-suai dengan mata kepala dan matahati". Amiiin….Allah… Allah…Allah…Wallahu a'lam bis-showab.

Page 62: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Relaksasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 62

Nama Saya Michael

Rombongan auditor tiba di Pa-pua. Mereka menyewa sebuah mobilkijang menuju Kanwil Dep. Agama dikota itu. Tiba-tiba ketua tim berinisiatif,"Bagaimana kalau kita cari penginapandulu, masih pukul 06.00 Wit. Kita keKanwil pukul 08.00 Wit.

Usul ketua tim disepakati anggotatim. Tapi kemana mereka cari peng-inapan?. Salah seorang auditor berta-nya pada supir.Auditor: "Mas, di mana ada penginap-an? Tolong antar kami ke sana."Supir: "O iya Pak, nanti saya antar.Tapi sebaiknya kita kenalan dulu,nama saya Michael bukan Thomas."

noens, Tangerang

Kepalamu mana ?

Husein Hutasuhut seorang audi-tor bidang keuangan sedang memerik-sa Kusumo, bendaharawan rutin kan-depag Sukoharjo, Jawa Tengah.Husein : Bisa saya lihat buku kas?Kusumo : Injih, siap.Husein : Apakah atasanmu seringmemeriksa buku kas?Kusumo : Pak Kepala (maksudnyakepala kantor) pernah periksa tapi su-dah lama.Husein : Kalau begitu, nanti sayarekomendasikan ke atasanmu untukmelakukan pemeriksaan kas minimaltiga bulan sekali.Kusumo : Tapi pak, menurut PakKepala tidak terdapat kesalahan dalampembukuan ini.Husein : Iya, menurut aturan yang

berlaku atasan langsung harusmemeriksa buku kas tiga bulan sekalidan melakukan pembinaan.Kusumo : Kalau begitu nanti sayabilang ke Pak Kepala. . . . .(Belum selesai Kusumo dengan kali-matnya, Husein memotong dengankesal) ”Aku tanya kau, bukan PakKepala. Kalau begitu kepalamu sajabawa sini.”Kusumo : Ini Pak. Kepala saya maudiapakan? (Kusumo membungkuk danmenyodorkan kepalanya ke arahHusein)

@rie, Banten

Jangan dimakan

Andi Hasnah adalah salah se-orang kepala sub di bagian pelaporan.Saat dia melakukan pemantauan kekanwil Depag Yogyakarta, dia me-nyempatkan diri mengunjungi salahseorang adiknya yang kebetulan mem-peristeri perempuan Jogya dan tinggaldi sekitar Candi Borobudur. Pada saatmakan malam, tidak lupa sang adikipar menghidangkan masakan istime-wa khas Jogya, yaitu sayur gudeg. Adik ipar : Monggo mbak yu, makandulu.Ibu ka.sub : Iya, saya memang sudahlapar. Seharian mantau di kanwil, tidaksempat makan siang.Adik ipar : Kebetulan kalo gitu, sayasudah siapkan makanan khas Jogya.

Mereka tampaknya menikmatimakan malam sambil melepas rindu,maklum meski bersaudara kandungtapi mereka jarang ketemu. Tapisayangnya sayur gudeg bikinan adik

Page 63: D:MAJALAH FOKUS PENGAWASANTahun 2004FP Nomor 3 …e-dokumen.kemenag.go.id/files/r2L8G7ja1310632846.pdfDaftar Isi Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 2 Fokus Pengawasan Diterbitkan

Relaksasi

Fokus Pengawasan, Nomor 3 Tahun 1 Triwulan III 63

ipar tidak disentuh karena ibu ka.subtidak menyukai sayuran.Adik ipar : Monggo mbak yu tambahlagi. Ini jangan dimakan loh. (adik iparsambil mengangkat mangkuk berisisayur gudeg. Ternyata jangan dalambahasa Jawa berarti sayur )Ibu ka.sub : O iya, jangan khawatir.Saya pasti tidak makan kok, sayamemang tidak suka sayur. (Ibu ka.subjangan tersinggung dong!)

Fei,

Si Kabayan Belajar SholatSaat beranjak dewasa, Si Kaba-

yan mulai belajar sholat. Ia pun men-jadi sering ke masjid. Meskipun tahusebelum sholat harus berwudhu, iamendahulukan belajar tata cara sholatterlebih dahulu. Menurutnya, tata carasholat lebih susah dari pada wudhu.

Pada suatu hari, sebelum khut-bah Jum'at dimulai, Si Kabayan mela-kukan sholat di tengah-tengah jama'ahyang hampir memenuhi masjid. Meski-pun membuang angin berkali-kali, SiKabayan meneruskan sholatnya hing-ga selesai. Jama'ah yang berada di se-belahnya pun langsung menegur siKabayan. Jama'ah : "Kabayan! Kamu sholatnyabatal. Tadi kamu buang angin berkali-kali. Kamu engga tahu kalau buangangin membatalkan sholat?."Kabayan : Biarin. Sebelum sholat,saya engga berwudhu dulu kok. Sayakan masih belajar. Nah...sekarangsaya baru mau wudhu untuk sholatyang beneran. he.he.

Kholis, Sukabumi

Rindu,

Ketika malam menjelangkesendirian ini terasa menyakitkanDada ini membuncah

Ketika pagi datangHanya tangis yang adaRindu ini terasa mengguncang

Ya Rabb...Betapa hanya padaMu aku mengaduHanya padaMu aku berserah diriSampaikan rindu ini pada RasulMuMuhammad...

f. erlina

CUEK

Kala dalam kesendiriandan kau merasa asingKala dalam keramaiandan kau merasa sepi..........cuekMaka kau akan terbebas

Kala dalam kedukaandan kau merasa sendiriKala dalam tekanandan kau merasa bersalah...........cuekMaka kau akan terbebas

Kala dalam kesukaandan kau merasa hampaKala dalam kecemburuandan kau merasa marah...........cuekMaka kau akan terbebas

Isfa, Bulukumba