dkm_saya guru di kuadran berapa

Upload: khoirul-anam

Post on 14-Jul-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SAYA TIPE GURU YANG MANA?Guru ini adalah seorang guru yang rajin, dia datang lebih awal dibanding kebanyakan guru-guru lainnya. Kalau guru pada umumnya hadir beberapa menit (atau bahkan beberapa detik) sebelum jam pelajaran dimulai, guru ini hadir 20 menit sebelum pembelajaran dimulai. Begitu pula dengan jam kepulangannya, kalau guru-guru pada umumnya pulang nyaris bersamaan dengan jam kepulangan berbunyi, guru ini berdiam dulu di kelas untuk memastikan semua muridnya pulang semua. Kalau guru pada umumnya berusaha menghindar untuk mendapat tugas dari kepala sekolah, guru ini dengan sukrela bersedia menerima tugas dari kepala sekolah. Lebih dari itu dia selalu berusaha untuk mengerjakannya sebaik mungkin. Guru ini sesekali rela hadir jauh lebih awal untuk memberi pelajaran tambahan kepada sekian banyak muridnya yang masih merasa sulit dalam menerima pelajaran yang disampaikannya. Sesekali pula dia pulang jauh lebih lama dari jam kepulangan biasanya karena ingin menyelasaikan tugas yang diberikan kepala sekolah kepadanya. Tambahan pelajaran yang diberikannya untuk membantu siswa yang mengalmi kesulitan mata pelajaran yang diampunya tidak banyak membantu, karena prestasi siswanya tetap tidak lebih baik. Begitu juga dengan tugas yang diberikan kepala sekolah kepadanya, hampir selalu perlu perbaikan karena hasil pekerjaannya masih belum sesuai dengan yang diinginkan kepala sekolah. Guru ini memiliki keinginan kuat untuk memberikan yang terbaik yang dimilikinya, namun kompetensi yang dimilikinya belum mendukung keinginannya. Pada umumnya guru yang bertipe seperti ini adalah guru baru, mereka mempunyai idealisme bagaimana sebaiknya menjadi guru namun belum mempunyai kemampuan yang cukup untuk mewujudkan idenya. Kurangnya pengalaman ini, sering berbanding lurus dengan kurangnya kompetensi yag seharusnya dimiliki seorang guru. Sebagai sebuah renungan, apakah saya guru yang setipe dengan guru ini? Dia sudah lama menjadi guru, pelatihan-pelatihan keguruan sudah pernah diikutinya di awal-awal dia menjadi guru. Siswa-siswi biasanya merasa nyaman ketika dia mengajar, sehingga gelar-gelar sebagai guru favorit dari siswa sudah biasa didengarnya. Gelar guru teladan dan juara sebagai guru yang inovatif tingkat kabupten sudah pernah diraihnya. Dia memang mempunyai kemampuan di atas guru-guru yang lain, pengalamannya sangat mendukung kepiawaiannya sebagai seorang guru. Perjalanan panjang tidak selalu mengantarkan orang lebih baik dari tahun sebelumnya, dia adalah seorang guru yang tidak dapat menjadikan masa lalu pengantar menuju yang lebih baik. Pengalaman suksesnya, justeru telah menjadikan dia menutup diri untuk mendapat sesuatu yang baru dari orang lain. Perkembangan terbaru tentang pembelajaran, dinilai sebagai sesuatu yang mengada-ada, hanya bersifat teoritis dan tidak mungkin untuk diterapkan. Dia hadir ke sekolah dengan perasaan berat untuk memenuhi kewajiban mengajarnya dan datang tepat waktu serta pulang juga tepat waktu (sehingga tidak ada waktu untuk memberikan perhatian kepada muridnya yang bermasalah). Pemenuhan tugas dilakukannya secara minimalis, artinya hanya sekedar memenuhi tugas.

Pada saat rapat, diapun hadir memenuhi undangan rapat, dan ketika dimintai pendapat diapun mau menyumbangkan pemikirannya. Dia cenderung kritis dalam memberi masukan, namun dengan tujuan agar dia tidak mendapat tugas tambahan diluar tugas mengajar. Dia adalah guru yang memiliki kemampuan mengajar baik, namun kurang memiliki kesetiaan terhadap tugas dan organisasinya. Sebagai sebuah renungan, apakah saya guru yang setipe dengan dia? Mungkin tidak terlalu berlebihan jika saya mengatakan guru itu sebagai orang yang keliru memilih guru sebagai profesi. Hampir setiap hari terlambat datang ke sekolah, dan selalu terdapat alasan atas keterlambatannya. Hari Senin pagi ada tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya, hari Selasa control ke dokter, hari Rabu mengantar anaknya ke sekolah, hari Kamis merasa kurang enak badan, hari Jumat mengantar suami ke bandara, dan masih sekian banyak penjelasan atas keterlambatannya yang meminta kepala sekolah untuk memahaminya. Guru itu sudah menjadi langganan terlambat menyerahkan tugas yang diberikan kepala sekolah, selain terlambat, tugasnya pun masih belum sesuai dengan yang diharapkan kepala sekolah. Ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas keguruanpun sudah diketahui oleh rekan-rekannya sesama guru. Guru itu menjadi salah satu bahan gosip murid-muridnya, karena cara menjelaskannya yang kurang nyaman, karena sering datang terlambat, karena suka marah dalam mengajar, dan sering bercerita tentang kesuksesannya berjualan (walau cerita ini tidak terkait dengan materi pelajaran yang disampaikannya). Bahkan pernah terjadi, guru itu diminta menyerahkan nilai hasil UTS (Ujian Tengah Semester) oleh wakil kepala sekolah (wakasek) bagian kurikulum, karena raport tengah semester mau dibagikan. Guru itupun menyerahkan nilai yang diminta oleh wakasek, padahal lembar jawaban UTS siswanya masih berada di meja wakasek belum dikoreksi. Guru itu memang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi guru dan tidak memiliki keinginan kuat untuk menjadi guru. Sebagai sebuah renungan, apakah saya guru yang setipe dengan guru itu?