berapa tarif pajak penghasilan

22
Berapa Tarif Pajak Penghasilan Badan Usaha? Berapa tarif pajak penghasilan badan usaha? Bila Anda menanyakan ini, jawabannya ada pada: UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, UU. No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Ada tiga klasifikasi tarif yang berlaku bagi badan usaha yang penghasilan brutonya berbeda-beda. Pertama adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (peredaran brutonya) di bawah Rp4.8 Miliar. Kedua adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto atau (peredaran brutonya) di atas Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar. Ketiga adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (gross income-nya) lebih dari Rp50 Miliar. Jadi, ada tiga macam tarif pajak; besarnya tergantung dari berapa besar 'gross income' badan usaha Anda. Bila peredaran bruto atau 'gross income' usaha Anda di bawah Rp4.8 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 1 persen (1 %) dari Peredaran Bruto. Bila 'gross income' di atas Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar, tarif pajaknya adalah {0.25 - (0.6 Miliar/Gross Income)} dikali Penghasilan Kena Pajak (PKP). Bila 'gross income' di atas Rp50 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak. Bila disajikan dalam bentuk tabel, inilah ringkasan tarif pajak penghasilan untuk badan usaha. Tabel Tarif Pajak Penghasilan untuk Badan Usaha Penghasilan Kotor (Peredaran Bruto) (Rp) Tarif Pajak Kurang dari Rp4.8 Miliar 1% x Penghasilan Kotor (Peredaran Bruto) Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar {0.25 - (0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x PKP Lebih dari Rp50 Miliar 25% x PKP Sebelum Anda menentukan besar pajak badan usaha Anda, Anda perlu memahami apa yang dimaksud dengan Penghasilan Kena Pajak. Menurut Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan, UU No. 36 Tahun 2008, Penghasilan Kena Pajak adalah 'gross income' kurang biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan kotor badan usaha. Dengan kata lain, Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan kotor kurang biaya yang dikeluarkan. Penghasialan kotor adalah seluruh hasil dari penjualan dari produk dan jasa Anda termasuk bunga uang yang diperoleh dari bank atau apa saja yang sifatnya penghasilan. Sedangkan biaya adalah semua biaya yang Anda keluarkan untuk menghasilkan penghasilan kotor Anda. Ini termasuk gaji karyawan Anda, sewa gedung, telepon, internet, air listrik, dan juga biaya-biaya atas jasa yang Anda gunakan dari pihak lain. Semua yang termasuk pengeluaran masuk ke dalam biaya. Bila Anda kurangkan biaya dari penghasilan kotor Anda- itulah Penghasilan Kena Pajak Anda.

Upload: n-dah-wahyuningsih

Post on 16-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Berapa Tarif Pajak Penghasilan Badan Usaha?

Berapa tarif pajak penghasilan badan usaha? Bila Anda menanyakan ini, jawabannya ada pada:

UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,

UU. No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Ada tiga klasifikasi tarif yang berlaku bagi badan usaha yang penghasilan brutonya berbeda-beda. Pertama adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (peredaran brutonya) di bawah Rp4.8 Miliar.

Kedua adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto atau (peredaran brutonya) di atas Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar.

Ketiga adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (gross income-nya) lebih dari Rp50 Miliar.

Jadi, ada tiga macam tarif pajak; besarnya tergantung dari berapa besar 'gross income' badan usaha Anda.

Bila peredaran bruto atau 'gross income' usaha Anda di bawah Rp4.8 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 1 persen (1 %) dari Peredaran Bruto.

Bila 'gross income' di atas Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar, tarif pajaknya adalah {0.25 - (0.6 Miliar/Gross Income)} dikali Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Bila 'gross income' di atas Rp50 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak.

Bila disajikan dalam bentuk tabel, inilah ringkasan tarif pajak penghasilan untuk badan usaha.

Tabel Tarif Pajak Penghasilan untuk Badan Usaha

Penghasilan Kotor (Peredaran Bruto) (Rp) Tarif Pajak

Kurang dari Rp4.8 Miliar1% x Penghasilan Kotor

(Peredaran Bruto)

Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar {0.25 - (0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x PKP

Lebih dari Rp50 Miliar 25% x PKP

Sebelum Anda menentukan besar pajak badan usaha Anda, Anda perlu memahami apa yang dimaksud dengan Penghasilan Kena Pajak.

Menurut Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan, UU No. 36 Tahun 2008, Penghasilan Kena Pajak adalah 'gross income' kurang biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan kotor badan usaha. Dengan kata lain, Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan kotor kurang biaya yang dikeluarkan. Penghasialan kotor adalah seluruh hasil dari penjualan dari produk dan jasa Anda termasuk bunga uang yang diperoleh dari bank atau apa saja yang sifatnya penghasilan.

Sedangkan biaya adalah semua biaya yang Anda keluarkan untuk menghasilkan penghasilan kotor Anda.   Ini termasuk gaji karyawan Anda, sewa gedung, telepon, internet, air listrik, dan juga biaya-biaya atas jasa yang Anda gunakan dari pihak lain. Semua yang termasuk pengeluaran  masuk ke dalam biaya.

Bila Anda kurangkan biaya dari penghasilan kotor Anda- itulah Penghasilan Kena Pajak Anda.

Setelah Anda mendapatkan angka pengahasilan kena pajak ini, barulah Anda dapat menghitung berapa besar dari pajak badan usaha Anda. Anda menggunakan besar tarif yang saya sebutkan di atas.

Page 2: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha

Halaman ini disajikan contoh perhitungan pajak penghasilan badan usaha, yang dapat berguna bagi Anda.  Di sini hanya disajikan kalkulasi sederhana. Pada faktanya, perhitungan pajak relatif rumit kalau semua faktor seperti biaya, penyusutan, bunga uang di bank, royalty, pajak atas pembelian barang mewah, pajak impor, dll  diperhitungkan.

Pada perhitungan di halaman ini, diasumsikan bahwa badan usaha tidak mengimpor barang dari luar negeri, tidak menaman modal usaha ke badan usaha lain atau sebagai pemilik saham di badan usaha lain, dan tidak ada royalty. Ibaratnya, badan usaha hanya menjual produk atau jasa kepada orang lain dan membayar biaya-biaya untuk memperoleh penghasilan kotornya.

Perhitungan Bila Penghasilan Kotor Kurang dari Rp4.8 Miliar

Mari kita mulai. Misalkan di tahun 2013, PT. Adil Makmur memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp2 Miliar. Maka besar pajak penghasilan PT. Adil Makmur adalah Rp2 Miliar x1 % = Rp20 juta. Cukup sederhana perhitungannya.

Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2013, PT. Adil Makmur telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp10 juta dan pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp2 juta. Maka, pajak penghasilan terhutang PT. Adil Makmur adalah Rp20 juta - Rp10 juta - Rp2  juta = Rp8 juta. Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Adil Makmur ke Kas Negara atas pajak penghasilan badan usaha di tahun 2013. Tentu, pajak ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat.

Dalam bentuk tabel, berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Adil Makmur. 

No. Keterangan Rp

1 Penghasilan Kotor 2.000.000.000

2 Kredit Pajak PPh 21 10.000.000

3 Kredit Pajak PPh 23 2.000.000

4 Pajak Penghasilan Badan (1% x (1) 20.000.000

5 Pajak Penghasilan Terhutang ((4)-(2)-(3)) 8.000.000

Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Bila Penghasilan Kotor Lebih dari 

Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar

Bagaimana kalau penghasilan bruto dari sebuah badan usaha di atas Rp4.8 Miliar? Karena penghasilan bruto di atas Rp4.8 Miliar, maka tarif badan usaha berbeda dan perhitungan pajaknya juga berbeda.

Misalkan PT. Sentosa Abadi memperoleh penghasilan kotor di tahun 2013 sebesar Rp10 Miliar, dan Penghasilan Kena Pajak adalah Rp3 Miliar, maka besar pajak PT. Sentosa Abadi menggunakan formula berikut:(0.25 - (0.6 Miliar/Gross Income)) dikali Penghasilan Kena Pajak.(0.25 - (0.6 Miliar/10 Miliar)) x 3 Miliar = Rp570 juta (19%)

Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2013, PT. Sentosa Abdi telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar, Rp200 juta dan PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta. Maka, pajak penghasilan terhutang PT. Sentosa Abadi adalah Rp570 juta - Rp200 juta - Rp100 juta = Rp270 juta. Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Sentosa Abadi ke Negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2013. Tentu, ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat.

Dalam bentuk tebal, berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Sentosa Abadi.

No. Keterangan Rp

1 Penghasilan Kotor 10.000.000.000

2 Pengeluaran (Biaya) 7.000.000.000

3 Penghasilan Kena Pajak (PKP) (1-2) 3.000.000.000

4 Kredit Pajak PPh 21 200.000.000

5 Kredit Pajak PPh 23 100.000.000

Page 3: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

6 Pajak Penghasilan Badan (.25 - (600.000.000/10.000.000.000)) x (3) 570.000.000

7 Pajak Penghasilan Terhutang ((6)-(4)-(5)) 270.000.000

Perhitungan Bila Penghasilan Kotor Lebih dari Rp50 Miliar

Bagaimana kalau penghasilan bruto dari badan usaha adalah Rp70 Miliar? Karena penghasilan bruto  di atas Rp50 Miliar, maka tarif badan usaha adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak.

Misalkan PT. Nyiur Hijau memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp70 Miliar, dan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp28 Miliar, maka besar pajak PT. Nyiur Hijau adalah 25% x Rp28 Miliar = Rp7 Miliar

Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2013, PT. Nyiur Hijau telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp2 Miliar dan PPh Pasal 23 sebesar Rp1 Miliar. Maka, pajak penghasilan terhutang PT. Nyiur Hijau adalah Rp7 Miliar - Rp2 Miliar - Rp1 Miliar = Rp4 Miliar. Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Nyiur Hijau ke Negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2013. Tentu, ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat.

Dalam bentuk tabel, berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Nyiur Hijau.

No. Keterangan Rp

1 Penghasilan Kotor 70.000.000.000

2 Pengeluaran (Biaya) 42.000.000.000

3 Penghasilan Kena Pajak (PKP) (1-2) 28.000.000.000

4 Kredit Pajak PPh 21 2.000.000.000

5 Kredit Pajak PPh 23 1.000.000.000

6 Pajak Penghasilan Badan (25% x (3) 7.000.000.000

7 Pajak Penghasilan Terhutang ((6)-(4)-(5)) 4.000.000.000

Page 4: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Pengertian Peredaran Bruto Wajib Pajak Badan Dalam Perhitungan SPT Tahunan PPh Badan

Pengertian Peredaran Bruto Wajib Pajak Badan Dalam Perhitungan SPT Tahunan PPh Badan :

Pengertian Peredaran Bruto bagi Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2014 memiliki dua pengertian, yaitu : Peredaran Bruto berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, adalah sebagai berikut :Peredaran Bruto adalah  penghasilan atau omzet atau penghasilan bruto dari usaha, tidak termasuk :

Page 5: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

1. penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas (khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi). 

2.  penghasilan selain dari usaha atau penghasilan luar usaha/penghasilan lain-lain.3.  penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan.4.  penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.5.  penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan yang bukan objek pajak penghasilan.   

Peredaran Bruto berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 digunakan

Page 6: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

untuk perhitungan PPh Badan sebagai berikut :

1.  Peredaran Bruto dengan pengertian tersebut diatas digunakan untuk melihat apakah Peredaran Bruto Tahun Pajak 2013 berjumlah tidak melebihi Rp.4.800.000.000,- 2.  Apabila Peredaran Bruto Tahun Pajak 2013 berjumlah tidak melebihi  Rp.4.800.000.000,- ,  maka perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa pajak Januari sampai dengan Desember 2014 dihitung sebagai PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu sebesar 1 % dari Peredaran Bruto tersebut diatas dengan Kode Jenis

Setoran Pajak  411128-420 (PPh Pasal 4 ayat 2).         

Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor

Page 7: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, adalah sebagai berikut :Peredaran Bruto adalah  Semua penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, meliputi :

1.  Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan Final.2. Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan Tidak Bersifat Final.3.  Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan.       

Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU Nomor  36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Page 8: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Penghasilan digunakan untuk perhitungan PPh Badan sebagai berikut :

1.  Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak  penghasilan digunakan untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan Badan yang terutang bagi Wajib Pajak Badan yang tidak termasuk dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 untuk masa pajak Januari sampai dengan Desember 2014.  

Artikel Yang Perlu Diketahui : Artikel Tentang PPh BadanReferensi : Pasal 17 dan 31 E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh) PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan Dari

Page 9: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal 31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

Pengertian Peredaran Bruto Wajib Pajak Badan Dalam Perhitungan SPT Tahunan PPh Badan Untuk Tahun Pajak 2013

Pengertian Peredaran Bruto bagi Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2013 memiliki dua pengertian, yaitu : Peredaran Bruto berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, adalah sebagai berikut :Peredaran Bruto adalah  penghasilan dari usaha, tidak termasuk :

1. penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.2. penghasilan selain dari usaha atau penghasilan luar usaha/penghasilan lain-lain.

Page 10: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

3. penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan.4. penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.5. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak/bukan objek pajak.

Peredaran Bruto berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 digunakan untuk perhitungan PPh Badan sebagai berikut :

1. Peredaran Bruto dengan pengertian tersebut diatas digunakan untuk melihat apakah Peredaran Bruto Tahun Pajak 2012 berjumlah tidak melebihi  Rp.4.800.000.000,- atau melebihi.2.  Apabila Peredaran Bruto Tahun Pajak 2012 berjumlah tidak melebihi  Rp.4.800.000.000,- , maka

Page 11: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa pajak Juli sampai dengan Desember 2013 dihitung sebagai PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu sebesar 1 % dari Peredaran Bruto tersebut diatas.

Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, adalah sebagai :Peredaran Bruto adalah  Semua penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, meliputi :

1. Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan Final.2. Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan Tidak Bersifat Final.3. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan  digunakan untuk perhitungan PPh Badan sebagai berikut :

Page 12: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

1. Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan  digunakan untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan Badan yang terutang bagi Wajib Pajak Badan yang tidak termasuk dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 untuk masa pajak Januari sampai dengan Desember 2013.2. Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan  digunakan untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan Badan yang terutang bagi Wajib Pajak Badan yang termasuk dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 untuk masa pajak Januari sampai dengan Juni 2013.

Cara perhitungan Pajak Penghasilan Badan dengan Peredaran Bruto berdasarkan Pasal 17 dan 31E UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan adalah sama dengan perhitungan

Page 13: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2010, 2011 dan 2012.Referensi : Pasal 17 dan 31 E UU no.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Surat Edaran Dirjend Pajak No.66/PJ./2010tentang Penegasan atas pelaksanaan UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Pengertian Peredaran Bruto Wajib Pajak Badan Dalam Perhitungan SPT Tahunan PPh Badan Untuk Tahun Pajak 2010, 2011 dan 2012  Dalam perhitungan PPh Badan untuk SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2012, Tahun Pajak 2011, dan Tahun Pajak 2010 pengenaan tarif pajak Pasal 17 dan 31E UU No.36 Tahun 2008 adalah berdasarkan

Page 14: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

besarnya Peredaran Bruto Wajib Pajak Badan yang bersangkutan.Pengertian Peredaran Bruto/Omzet/Pendapatan tersebut adalah :Semua penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, meliputi :1. Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan Final2. Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan Tidak Bersifat Final3. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajakPenghasilan tersebut adalah penghasilan dari usaha pokoknya saja tidak termasuk penghasilan luar usaha/penghasilan lain-lain.

Contoh :Untuk Tahun Pajak 2012 PT.Maju Jaya Selalu memiliki kegiatan usaha sebagai berikut :

Page 15: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

1. Peredaran Usaha Bruto/Pendapatan Bruto/Omzet Bruto dari Usaha Percetakan selama tahun 2012 adalah sebesar Rp.3.000.000.000,-2. Peredaran Usaha Bruto/Pendapatan Bruto/Omzet Bruto dari Usaha Jasa Konstruksi selama tahun 2012 adalah sebesar Rp.1.500.000.000,-3. Pada bulan Mei Tahun 2012 PT.Maju Jaya Selalu mendapatkan Dividen dari PT.Muara Mesin Abadi senilai Rp.1.000.000.000,- (penyertaan modal 40 %)

Maka peredaran usaha bruto/pendapatan bruto/omzet bruto PT.Maju Jaya Selalu untuk Tahun Pajak 2012 adalah sebesar  :

a.     Peredaran Usaha Bruto Usaha Percetakan (non final)        =  3.000.000.000

b.     Peredaran Usaha Bruto Jasa Konstruksi (Final)                  =  1.500.000.000

c.     Pendapatan dari Dividen (bukan objek pajak)                      =  1.000.000.000   +

Page 16: Berapa Tarif Pajak Penghasilan

Total Peredaran Usaha Bruto                                              =  5.500.000.000