distres spiritual
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Distres Spiritual
1/12
DISTRES SPIRITUAL
Yang berhubungan dengan diagnosis penyakit terminal
DEFINISI
Perasaan terpisah atau terasing dari tradisi atau nilai kagamaan karena
ketidakmampuan pasien untuk menerima penyakit terminalnya dengan keyakinan
religius atau spiritual.
PENGKAJIAN
Status budaya, meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, kewarganegaraan,
ras, suku bangsa; sikap terhadap keschatan dan penyakit; kebiasa- an,
praktik, dan ritual kesehatan
Status keluarga, meliputi status perkawinan; peran keluarga, meliputi
perasaan pasien bahwa kematiannya akan membuat peruba- han fungsi
keluarga; komunikasi keluarga; kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebu- tuhan fisik dan emosional pasien; pentingnya identifikasi kcagamaan
bagi anggota keluarga; sejauh mana agama menetapkan sistem nilai, norma,
dan perbuatan; pola koping
Status psikologis, meliputi perubahan nafsu makan, tingkat energi, motivasi,
higiene, crtra diri, pola tidur; hasrat seksual; dampak kondisi medis
(diagnosis, gejala, prognosis, kronologi penyakit); perubahan gaya hidup
dan kemampuan pasien dalam memenuhi tujuan hidup; makna kondisi
medis bagi pasien; perubahan hidup, meliputi awitan eksaserbasi kondisi
medis, perasaan tanggung jawab terhadap kondisi, manifestasi penyakit dan
derajat gangguan fungsi: Brief Psychiatric Rating Scale, Mini Mental Status
Examination.
Status sosial, meliputi menarik diri, kurang kontak mata, suka mengganggu,
respons tidak sesuai, penurunan kemampuan berfungsi dalam peran sosial
dan pekerjaan
Status spiritual, meliputi agama yang dianut, persepsi terhadap praktik
keyakinan dan keagamaan saat ini, kcpcrcayaan spiritual yang terkait
dengan distres saat ini, perubahan praktik spiritual, hubungan antara
-
7/30/2019 Distres Spiritual
2/12
kcpcrcayaan spiritual dan kehidupan schari-hari (pengaruh penguatan dan
penolakan hidup), kebutuhan spiritual yang tidak tcrpenuhi (maksuitdan
tujuan, rasa cinta dan hubungan, mcmaafkan); menangis, fanatisme, putus
asa, menarik diri
BATASAN KARAKTERISTIK
Marah terhadap Tuhan, gcreja, atau pemuka agama sebagai respons
terhadap diagnosis penyakit terminal dan manifestasinya
Tawar-menawar dengan Tuhan sebagai suatu tahap duka cita adaptif
Kepercayaan bahwa keyakinan atau kcagamaan bcrperan penting dalam
memberikan arti dan tujuan hidup
Perubahan pola tidur atau praktik spiritual
Ungkapan tentang perlunya maksud dan tujuan, rasa cinta dan memiliki,
penyembuhan dan pemulihan.
Kegagalan kepercayaan religius dalam mem bantu melakukan koping
terhadap penyakit
Diagnosis medis yang berhubungan (dipilih)
Semua diagnosis penyakit terminal yang baru, seperti AIDS, sklerosis amiotrofik
lateral, kanker, penyakit jantung, ginjal, atau paru stadium lanjut :
Hasil yang diharapkan
- Pasien mengidentifikasi kepercayaan spiritual atau religius yang
menimbulkan perasaan distres terhadap kondisinya. (1,2)
- Pasien mengeksplorasi kepercayaan spiritual atau religiusnya bersama
penasihat kcagamaan yang dipercaya. (3,4)
- Pasien membuat keputusan secara sadar untuk menguatkan, memodifikasi,
atau menolak kepercayaan tcrsebut. (4)
- Pasien mengidentifikasi aspek positif dan negatif dalam penggunaan
keyakinan untuk mengartikan sakit. (5,6)
-
7/30/2019 Distres Spiritual
3/12
- Pasien mengevaluasi tingkat keyakinan yang dapat membantunya
melakukan koping terhadap penyakit. (7,8)
- Pasien mcneiitukan penasihat spiritual atau religius yang dipercaya atau,
bila tidak tersedia, sumber lain yang sesuai untuk mem- bantunya
mengeksplorasi tentang penggunaan keyakinan yang meraaknai
pengalaman. (9)
Intervensi dan rasional
1. Secara aktif, dengarkan ungkapan pikiran pasien tentang masalah
spiritual. Pengakuan adanya masalah spiritual akan memvalidasi
pentingnya masalah tersebut.
2. Bantu pasien mengidentifikasi konflik antara kepercayaan spiritual atau
religius dan diagnosis penyakit terminal. Contoh, pasien mungkin
berkata, "Kalau Tuhan mengerti aku dan menginginkan yang terbaik
untukku, Dia tidak akan membiarkan aku mengalami penyakit terminal."
Nilai dan kepercayaan yang membantu di tnasa lalu tidak akan lama
manfaatnya bagi pasien bila menghadapi penyakit terminal.
3. Tanyakan kepada pasien apakah ia ingin mendiskusikan keluhan
spiritual dertgan rohatiiwan yang dipilihnya untuk dapat meng- akses
sumber perawatan dari ahli spiritual.
4. Bila pasien memilih untuk berkonsultasi pada penasihat religius, atur
pertemuan dan jelaskan kepada kedua bclah pihak tentang pentingnya
mengklarifikasi kepercayaan spiritual atau religius untuk membantu
pasienmenguatkan, memodifikasi. atau menolak kepercayaan.
5. Bantu pasien mengidentifikasi cara-cara positif dan negatif dalam
menggunakan kepercayaan untuk mcmaknai pengalaman terminal guna
membantunya mengevaluasi sejauh mana kepercayaan membantu atau
menghalangi kemampuan koping.
6. Jelaskan tahap berduka dan karakteristik emosi scrta perilaku pada
masing-masing tahap untuk membantu pasien menyadari bahwa
pengalamannva adalah normal.
-
7/30/2019 Distres Spiritual
4/12
7. Bantu pasien menyusun rencana yang menggunakan keyakinan untuk
mening- katkan kemampuan koping terhadap penyakit terminal. Contoh,
anjurkan membaca bacaan/ doa, mengunjungi tempat ibadah,
mengunjungi anggota gereja, atau aktivitas lain. Peren- canaan tersebut
melibatkan pasien dalam menerima diagnosis dan melakukan koping
terhadap efek jangka panjang penyakitnya.
8. Izinkan pasien untuk mengungkapkan marah kepada Tuhan. Gunakan
tcknik mendengar aktif untuk memberikan kesem- patan kepada pasien
untuk mengeluarkan perasaan, atau sarankan ia untuk memukul bantal
atau menggunakan benda yang aman untuk mengurangi ketegangan.
9. Dorong pasien untuk torus mengikuti dialog yang berarti dengan
penasihat spiritual yang dipilih. Bila penasihat spiritual pribadi tidak
ada, rekomendasikan ke sumber spiritual di komunitas untuk mendorong
eksplorasi tentang bagaimana keyakinan memaknai pengalaman sakit.
Dokumentasi
- Pernyataan pasien tentang konflik antara kepercayaan spiritual atau
religius dan diagnosis penyakit terminal
- Observasi keputusan pasien untuk menguatkan, mejnodifikasi, atau
menolak kepercayaan religius
- Tahap duka cita adaptif sesuai yang di- tunjukkan oleh perilakunya
- Intervensi untuk membantu pasien mengidentifikasi cara yang positif dan
negatif dalarn menggunakan keyakinan untuk memaknai pengalaman
sakit
- Respons pasien terhadap intervensi keperawatan
- Evaluasi masing-masing hasil yang diharapkan.
-
7/30/2019 Distres Spiritual
5/12
DISTRES SPIRITUAL
Yang berhubungan dengan terpisah dari ikatan keagamaan dan budaya
Definisi
Terpisah atau terasing dari tradisi atau nilai keagamaan.
Pengkajian
- Status budaya, meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, kewarganegaraan, ras,
suku bangsa; sikap terhadap kesehatan dan penyakit; kebiasaan, praktik, dan
ritual kesehatan
- Status keluarga, meliputi status perkawinan; peran keluarga, meliputi
perasaan pasien bahwa kematiannya akan membuat perubahan fungsi
keluarga; komunikasi keluarga; kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional pasien; pentingnya identifikasi keagamaan
bagi anggota keluarga; sejauh mana agama menetapkan sistem nilai, norma,
dan perbuatan; pola koping
- Status psikologis, meliputi perubahan nafsu makan, tingkat energi, motivasi,
higiene, citra diri, pola tidur; hasrat seksual; dampak kondisi medis
(diagnosis, gejala, prognosis, kronologi penyakit); perubahan gaya hidup dan
kemampuan pasicn dalam memenuhi tujuan hidup; makna kondisi medis bagi
pasien; perubahan hidup, meliputi awitan eksaserbasi kondisi medis, perasaan
tanggung jawab terhadap kondisi, manifestasi penyakit dan derajat gangguan
fungsi; Brief Psychiatric Rating Scale, Mini Mental Status Examination.
- Status sosial, meliputi menarik diri, kurang kontak mata, suka mengganggu,
respons tidak sesuai, penurunan kemampuan berfungsi dalam peran sosial
dan pekeijaan
- Status spiritual, meliputi agama yang dianut, persepsi terhadap praktik
keyakinan dan keagamaan saat ini, kepercayaan spiritual yang terkait dengan
distres saat ini, perubahan praktik spiritual, hubungan antara kepercayaan
spiritual dan kehidupan sehari-hari (pengaruh penguatan dan penolakan hidup),
kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi (maksud dan tujuan, rasa cinta dan
hubungan, memaafkan); menangis, fanatisme, putus asa, menarik diri
-
7/30/2019 Distres Spiritual
6/12
Batasan karakteristik
- Menanyakan makna eksistensi diri
- Menanyakan makna penderitaan
- Mencari bantuan spiritual
- Tampak marah kepada Tuhan
- Tampak mengalami penurunan atau mcnolak untuk berpartisipasi dalam
praktik kcagamaan yang biasa dilakukan
- Tampak mcngalihkan marah terhadap pemuka agama
- Mengungkapkan keluhan secara verbal tentang makna hidup dan kematian
atau sistem kepercayaan
- Menyatakan konflik internal tentang kepercayaan
Diagnosis medis yang bernubungan (dipilih)
Diagnosis ini dapat terjadi pada semua pasien rawat inap, bergantung pada faktor
individu dan lingkungan.
Hasil yang diharapkan+
- Pasien menyampaikan konflik tentang kepercayaan.(1,2)
- Pasien mengidentifikasi sumber konflik spiritual. (3,4)
- Pasien menentukan segala bantuan spiritual yang diperlukan. (5,6,7)
- Pasien mendiskusikan kepercayaan yang berkaitan dengan praktik
keagamaan. (8,9)
- Pasien mengidentifikasi teknik koping untuk mengatasi ketidaknyamanan
spiritual. (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
- Pasien mengungkapkan kenyamanan spiritual. (3,4,5,6,7,8,9)
Intervensi dan rasional
10. Dengarkan isyarat yang menunjukkan perasaan pasien ("Mengapa Tuhan
melakukan ini padaku?" atau "Tuhan menghukumku"). Mendengar aktif
menunjukkan perhatian terhadap pasien dan memungkinkan perawat
untuk mendengar pesan penting yang mengindikasikan distres spiritual.
-
7/30/2019 Distres Spiritual
7/12
11. Lakukan pendekatan kepada pasien dengan eara yang tidak menghakimi
untuk berfokus pada perasaan pasien, tanpa menilai mereka benar atau
salah, baik atau buruk.
12. Kenali keluhan spiritual pasien dan dorong untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan untuk menibantu membangun hubungan terapeutik.
13. Bantu pasien mendefinisikan dalam istilah konkret tentang masalah yang
mengakibatkan konflik internal. Ini merupakan langkah pertama dalam
menyusun strategi untuk mengatasi konflik.
14. Atur kunjungan rohaniwan, bila memungkinkan, sehingga dapat
menggunakan sumber spiritual dari ahli agama untuk membantu pasien.
15. Dorong pasien untuk tetap melakukan prak- tik keagamaan
selama.hospitalisasi; lakukan apa pun yang diperlukan untuk
memudahkannya. Contoh :
a. Bila pasien biasa membaca kitab suci dan tidak metnilikinya, bantu
untuk memperolehnya.
b. Bila seorang pria Yahudi menggunakan yarmulke, izinkan ia untuk
tetap menggunakannya bila memungkinkan.
c. Apabila makanan tertentu dilarang atau diperlukan, sesuai tradisi
keagamaan pasien, upayakan untuk mengomunikasikan kebutuhan
tersebut ke bagian gizi dan pastikan bahwa kebutuhan tersebut
dipenuhi.
Tindakan tersebut menunjukkan perhatian, penerimaan, dan dukungan
untuk pasien.
16. Komunikasikan dan kolaborasikan dengan pendeta pasien atau rohaniwan
rumah sakit, bila memungkinkan, untuk memberikan perawatan yang
konsisten dan menyediakan data yang lebih komplet.
17. Atur supaya pasien memiliki benda di samping tempat tidur yang
memberikan kenyamanan spiritual (Injil, serban, gambar, patung, rosario).
Benda spiritual tersebut secara signifikan dapat memengaruhi
kemampuan pasien untuk menurunkan konflik.
-
7/30/2019 Distres Spiritual
8/12
18. Berikan privasi selama pasien dikunjungi oleh pendeta atau rohaniwan
rumah sakit untuk menunjukkan respek terhadap hubungan pasien dengan
rohaniwan.
-
7/30/2019 Distres Spiritual
9/12
Dokumentasi
- Ungkapan keluhan pasien tentang masalah spiritual, baik langsungatau
tersirat
- Observasi tentang distres spiritual atau kesejahteraan pasien
- Intervensi yang di lakukan untuk. meningkatkan kenyamanan spiritual
- Observasi respons pasien terhadap intervens
- Evaluasi masing-masing hasil yang diharapkan.
RESIKO DISTRES SPIRITUAL
Definisi
Berisiko terpisah dari ikatan religius dan kultural.
Pengkajian
- Riwayat kesehatan, meliputi penyakit debilitas (contoh, artritis reumatoid);
penyakit terminal; kanker rekuren; kondisi yang mengubah citra tubuh(contoh, luka bakar, jaringan parut); kckambuhan atau pemburukan penyakit
neurologis (contoh, sklerosis multipel); alkoholisme, depresi, penyalahgunaan
obat; cedera traumatik mayor.
- Dampak penyakit, ccdera, atau disabilitas yang dialami saat ini terhadap gaya
hidup
- Status spiritual, keyakinan yang dianut, kepercayaan, praktik keagamaan;
hubungan dengan pemuka agama (pendeta, kyai, rabi); kepercayaan tentanghidup, mati, penderitaan.
- Status psikologis, meliputi perscpsi tentang diri, citra tubuh, kemampuan
mengatasi masalah, mekanisme koping; sumber dukungan (keluarga,
pasangan, tcman, pemberi asuhan); perscpsi terhadap diagnosis medis atau
masalah kesehatan (kemajuan, keparahan, prognosis, pilihan penanganan);
reaksi terhadap penyakit, ccdera atau disabilitas; citra diri, alam perasaan,
perilaku, motivasi, tingkat energi; stresor (keuangan, pekerjaan, perselisihan
-
7/30/2019 Distres Spiritual
10/12
perkawinan atau pasangan, kehilangan karena kematian atau perpisahan);
pengungkapan dukacita; perubahan pola tidur
- Status keluarga, meliputi status sosio-ekonomi; kualitas hubungan; pola
komunikasi, metode pcnyelesaian konflik; kemampuan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan sosial pasien; tujuan keluarga.
Faktor risiko
- Perubahan kemampuan untuk melakukan praktik religius karena
penyakit atau hospitalisasi
- Gangguan sistem kepercayaan
- Kurang dukungan yang berkenaan dengan kepercayaan dan praktik
religius
- Kehilangan nafsu makan, gangguan pola tidur, perubahan pola latihan
fisik dan pola makan
- Baru saja mengalami peristiwa yang mengancam jiwa (seperti cedera
traumatik atau luka bakar yang parah) yang mengakibatkan disabilitas.
- Pernyataan yang mcngindikasikan keraguan dan kchampaan spiritual
- Kepercayaan dan praktik religius yang kuat
Diagnosis medis yang bernubungan (dipilih)
Penyakit metastatik lanjut, penyakit ginjal stadium akhir, cksaserbasi atau
kekambuhan sklerosis multipel, infark miokard, kekambuhan kanker,
penyakit terminal, gangguan kejang tak terkontrol.
Hasil yang diharapkan+
- Pasicn mendiskusikan kepercayaan religiusnya saat ini. (1,2,3,4,5)
- Pasien mendiskusikan efek penyakit, cedera, atau disabilitas terhadap
kepercayaan dan praktik spiritual. (3,4,5,7).
- Pasien menggunakan teknik koping yang sehat untuk mempertahankan
kesejahteraan spiritual. (5,6,7)
- Pasien mengungkapkan perasaan kesejahteraan spiritual. (7,8,9)
-
7/30/2019 Distres Spiritual
11/12
- Pasien didukung dalam upayanya mengikuti secara spiritual dalam
melakukan koping terhadap penyakit, cedera, atau disabilitas. (5,6,7,8,9)
- Pasien mcnghubungi anggota keluarga, pasangan, kyai, pendeta, rabi,
atau yang lainnya untuk mendapatkan bantuan. (10,11)
Intervensi dan rasional
1. Kaji arti pentingnya spiritual dalam kehidupan pasien dan dalam koping
terhadap penyakit. Perhatikan partisipasi pasien dalam ritual dan praktik
keagamaan serta keinginan pasien untuk mendiskusikan kepercayaan
spiritual. Kaji dampak penyakit, cedera, atau disabiiitas terhadap
pandangan spiritual fiasien.
Pengkajian yang akurat tentang arti spiritual bagi pasien diperlukan
sebelum melalaikan intervensi.
2. Kaji keinginan pasien untuk membantu koping terhadap masalah spiritual
untuk menentukan sejauh mana pasien termotivasi untuk membicarakan
keluhan spiritual dan terbuka untuk menerima bantuan dari orang lain.
3. Ungkapkan keinginan untuk mendiskusikan spiritualitas bila pasien
menghendaki untuk mengurangi isolasi dan membuat masalah spiritual
menjadi terbuka.
4. Dorong pasien untuk membicarakan kepercayaan dan praktik religius.
Dengarkan . secara aktif ketika pasien membicarakan keluhan
spiritualnya untuk mettumbuhkan diskusi terbuka.
5. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan
pengalaman yang mengancam jiwanya saat ini untuk membantunya
mengklarifikasi dan melakukan koping terhadap perasaannya.
6. Komunikasikan kepada pasien bahwa Anda menerima ungkapan keluhan
spiritualnya, walaupun perasaannya marah dan negatif,. untuk
meyakinkan pasien bahwa perasaannya benar.
7. Tunjukkan kesediaan untuk berdoa bersama pasien, bila ia menghendaki,
untuk memberikan dukungan spiritual.
-
7/30/2019 Distres Spiritual
12/12
8. Pertahankan perilaku yang tidak menghakimi. Pertahankan percakapan
berfokus pada nilai spiritual pasien untuk mempertahankan nilai
terapeutik interaksi Anda dengan pasien.
9. Berikan kontinuitas praktik religius pasien (contoh, bantu ia mendapatkan
benda ritual dan menghormati pembatasan diet, bila mungkin) untuk
menunjukkan dukungan dan menyampaikan kepedulian dan penerimaan
terhadap pasien.
10. Atur kunjungan oleh rohaniwan, bila memungkinkan, untuk memberikan
dukungan kemampuan spiritual terhadap pasien. Berikan privasi selama
kunjungan.
11. Kolaborasi dengan rohaniwan atau rohaniwan rumah sakit dalam
menyusun rencana untuk mengintegrasikan intervensi spiritual dalam
perawatan pasien untuk men jamin kontinuitas perawatan.
Dokumentasi
- Pernyataan pasien mengenai kepercayaan dan praktik religius
- Pernyataan pasien yang mengindikasikan efek krisis saat ini terhadap
pandangan spiritual
- Pernyataan pasien tentang ritual dan praktik yang dapat membantu
mempertahankan kesejahteraan spiritual
- Pernyataan pasien yang mengindikasikan keefektifan intervensi untuk
meningkatkan kesejahteraan spiritual
- Kunjungan oleh penasihat spiritual yang dipilih
- Rujukan tambahan ke pemuka agama atau rohaniwan rumah sakit
- Evaluasi masing-masing hasil yang diharapkan