bahan spiritual care

54
Spirituality PERAWATAN SPIRITUAL DALAM PANDANGAN ISLAM Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS (Staf Pengajar Bagian Keperawatn Klinik, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran) PENDAHULUAN Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk dan struktur yang paling sempurna dibanding mahluk-mahluk lainnya (QS, 95:4). Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal, dan dengan akal itulah manusia bisa bernalar dan mengembangkan peradaban. Dengan kelebihan potensi akal yang dimiliki manusia, manusia juga dibebani tugas yang lebih berat dibanding mahluk lainnya yaitu untuk beribadah kepada Allah sang Pencipta (QS, 51:56). Amanah ibadah yang diemban manusia adalah sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatul fil-ardy) dan sebagai pemelihara bumi (riayatul ardy). Tugas ini merupakan tugas yang berat, dan manusia akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Untuk menjalankan tugas yang berat manusia perlu mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya secara baik. Selain akal, potensi manusia lainnya adalah fisik (jasad) dan ruuh. Ketiga komponen; fisik, ruuh, dan akal tersebut masing-masing memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar tercapai keseimbangan dalam hidup manusia. Orang yang cenderung hanya memperhatikan aspek fisik saja maka banyak yang terjebak pada kehidupan yang materialistik yang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kebendaan

Upload: siti-maria-ulfa

Post on 16-Nov-2015

236 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

bahaaaan

TRANSCRIPT

SpiritualityPERAWATAN SPIRITUAL DALAM PANDANGAN ISLAMKusman Ibrahim, S.Kp., MNS(Staf Pengajar Bagian Keperawatn Klinik, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran)PENDAHULUANAllah SWT menciptakan manusia dalam bentuk dan struktur yang paling sempurna dibanding mahluk-mahluk lainnya (QS, 95:4). Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal, dan dengan akal itulah manusia bisa bernalar dan mengembangkan peradaban. Dengan kelebihan potensi akal yang dimiliki manusia, manusia juga dibebani tugas yang lebih berat dibanding mahluk lainnya yaitu untuk beribadah kepada Allah sang Pencipta (QS, 51:56). Amanah ibadah yang diemban manusia adalah sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatul fil-ardy) dan sebagai pemelihara bumi (riayatul ardy). Tugas ini merupakan tugas yang berat, dan manusia akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Untuk menjalankan tugas yang berat manusia perlu mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya secara baik.Selain akal, potensi manusia lainnya adalah fisik (jasad) dan ruuh. Ketiga komponen; fisik, ruuh, dan akal tersebut masing-masing memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar tercapai keseimbangan dalam hidup manusia. Orang yang cenderung hanya memperhatikan aspek fisik saja maka banyak yang terjebak pada kehidupan yang materialistik yang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kebendaan (materi) sebagai ukuran dari suatu keberhasilan. Disisi lain, yang mengutamakan akal atau pikiran pun akan terjebak pada rasionalisme yang hanya menerima sesuatu yang bisa dijangkau oleh akal pikirannya. Sehingga tidak jarang, kelompok ini tidak percaya adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Kelompok berikutnya yang lebih mengutamakan ruuh semata sehingga sampai pada kehidupan yang melepaskan dunia dan hanya mengejar ketenangan diri dengan berkontemplasi dan terhindar dari kehidupan masyarakat pada umumnya. Ajaran Islam menganjurkan agar ketida aspek tersebut dijalankan secara seimbang (tawazun), proporsional, dan harmonis. Agar tercapai keseimbangan yang harmonis antara fisik, akal, dan ruuh diperlukan pengenalan yang mendalam akan ketiga aspek tersebut dan selanjutnya adalah memberikan perawatan yang sesuai karakteristik dan kebutuhannya.Perhatian terhadap kebutuhan spiritual telah dinyatakan secara eksplisit dalam kesepakatan lokakarya nasional keperawatan sejak tahun 1983. Namun jika dilihat penerapannya dalam asuhan keperawatan pada klien, maka kita akan kesulitan untuk mencari bukti-bukti otentik bagaimana pelayanan ini diberikan oleh para perawat. Disisi lain, jika dilihat dalam kurikulum pendidikan perawat di Indonesia, muatan aspek spiritual klien pun sedikit sekali bobotnya sehingga tidak mampu memberikan bekal yang memadai bagi para calon tenaga keperawatan. Hal ini nampaknya mungkin disebabkan karena minimnya referensi tentang keperawatan spiritual. Literature tentang keperawatan spiritual sebagian besar berdasar pada konteks budaya barat yang bersumber pada filosofi sekularistik. Sedangkan aspek spiritual seseorang banyak dipengaruhi oleh keyakinan, nilai-nilai, sosial, budaya, pengalaman, dan konteks masyarakat atau siatuasi krisis dimana orang itu berada.Orang yang hidup dalam tataran budaya Sunda yang mayoritas beragama Islam, akan berbeda dalam memaknai spiritualnya dibanding dengan orang yang hidup dalam budaya lain dengan keyakinan yang berbeda. Oleh karenanya pemenuhan kebutuhan spiritual bersifat unik untuk setiap individu. Kondisi penyakit yang sedang diderita atau situasi kritis yang menimpa klien, akan berpengaruh terhadap persepsi pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kontak terlama dengan klien, perlu memahami bagaimana memberikan asuhan keperawatan spiritual klien sesuai dengan latar belakang sosial budaya dan nilai-nilai serta keyakinan klien.SPIRITUAL DALAM LITERATURE KEPERAWATANIstilah spiritual berasal dari kata Latin; spiritus, spirit, yang berarti napas, udara, angin atau yang menyebabkan hidupnya seseorang (Dombeck, 1995). Spiritual merupakan sumber kekuatan vital yang memotivasi, mempengaruhi gaya hidup, perilaku, dan hubungan seseorang dengan yang lainnya (Goldberg, 1998). Konsep spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika menghadapi situasi krisis, stress emosiaonal, penyakit fisik atau kematian.Dalam konteks budaya barat, tidak semua orang yang ingin mencari jati diri, pemberdayaan diri, dan aktualisasi diri harus melalui agama tertentu. Mereka bisa mencarinya melalui cara-cara lain. Menurut Wright (1999), spiritualitas dapat dilihat sebagai perpaduan nilai-nilai yang mempengaruhi proses interaksi seseorang dengan dunia sekitarnya, sedangkan agama merupakan jalan (dalam bentuk praktik ritual dan keyakinan) untuk menuju tuhan-tuhan yang diyakininya Dalam konsep ini, dapat dilihat adanya perbedaan antara konsep spiritualitas dan agama. Spiritual dipandang sebagai konsep yang lebih luas dibanding agama, karena orang yang tidak memeluk suatu agama pun pada dasarnya memiliki kebutuhan spiritual. Keyakinan spiritual tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan jiwa seseorang (Fowler dalam Kozier dkk., 1991).Agar konsep spiritual ini bisa dikaji untuk merumuskan intervensi yang tepat, beberapa ilmuwan keperawatan menjabarkan konsep spiritual kedalam beberapa dimensi, seperti; Stool (dalam Taylor, 2002) membagi dimensi spiritual menjadi konsep tentang Tuhan, sumber kekuatan dan harapan, praktik keagamaan, hubungan antara keyakinan dengan praktik kesehatan, sedangkan Dossey (dalam Taylor, 2002), membagi dimensi spiritual menjadi makna dan tujuan hidup, kekuatan dari dalam, dan keterkaitan (interconnections). Dari dimensi-dimensi tersebut dikembangkan instrument untuk menilai atau mengkaji kondisi spiritual klien. Misalnya,spiritual well-being scaleyang dikembangkan oleh Ellison dan Palotzian (Kozier dkk, 1991),spiritual assessment scaledari OBrien (1989).Hasil pengkajian spiritual akan membantu dalam memformulasikan diagnosa keperawatan spiritual yang relevan dengan kondisi klien. Beberapa diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan spiritual adalahspiritual distressyang meliputispiritual pain, spiritual alienation, spiritual anxiety, spiritual guilt, spiritual anger, dan spiritual despair(OBrien dalam Kozier dkk, 1991).Penelitian pun terus dilakukan untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Beberapa intervensi yang disebut dalam literature diantaranya: Mendengarkan aktif (Active listening) Bibliotherapy (membaca buku-buku spiritual) Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa Menunjukan sikap penerimaan, menghargai, dan tidak menghakimi Membangun hubungan saling percaya Menunjukan sikap empati, peka, rendah hati, dan komitmen Memfasilitasi ekspresi pikiran, perasaan Memfasilitasi meditasi Memfasilitasi praktik keagamaan Memnggenggam tanga, sentuhan Memberikan harapan, keyakinan Mendengarkan musik Menghadirkan diri Merujuk pada petugas rohani Komunikasi teapeutik Klarifikasi nilai (terutama berhubungan dengan spiritual)Meskipun konsep spiritualitas dalam keperawatan terus dikembangkan, namun dalam pelaksanaannya di klinis terdapat beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut diantaranya:Faktor personal, Perawat memandang kebutuhan spiritual pasien sebagai urusan peribadi atau keluarga atau tanggungjawab pemuka agama (Ustad, Pastur, Pendeta) bukan tanggungjawab perawat Perawat merasa malu, kurang percaya diri, dantidak nyaman dengan spiritualitasnya sendiri Perawat merasa tidak merasa nyaman berhadapan dengan situasi yang menyebabkan spiritual distress seperti kematian, penderitaan, duka cita.Faktor pengetahuan, Perawat kurang cukup bekal pengetahuan tentang spiritualitas dan keyakinan agama yang berlainan Perawat keliru mengartikan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan psikososial Perawat memiliki sedikit pengetahuan tentang spiritual dan perawatan spiritual Masih terbatasnya kepustakaan dan riset tentang intervensi keperawatan spiritualFaktor lingkungan/institusi/ dan situasi, Tidak cukup waktu untuk memberikan perawatan spiritual karena harus merawat kebutuhan pasien lainnya Kebijan institusi yang kurang mendukung, seperti tidak adanya SOP atau pedoman pelayanan spiritual Kondisi lingkungan yang kurang kondusif untuk pemberian perawatan spiritual seperti tehnologi tinggi, bising, dan tidak terjaminnya privacy.ISLAM DAN KESEHATAN SPIRITUALIslam adalahad-diinyang universal mencakup seluruh aspek kehidupan. Para ulama memandang bahwa ajaran Islam memiliki tujun untuk memelihara lima hal utama yaitu agama, jiwa(nafs), akal, kehormatan (keturunan), dan kesehatan (Shihab, 1992). Islam memandang sehat dalam konteks yang menyeluruh(holistic sense), jika suatu bagian tubuh sakit maka bagian tubuh lainnya pun akan merasakan sakit. Komponen sehat yang baik tidak hanya sehat fisik(jasad),melainkan juga sehat mental(nafs),sosial, dan spiritual(ruuh).Bagi seorang muslim, sehat dipandang sebagai anugrah Allah yang harus disyukuri. Oleh karenanya, memelihara kesehatan merupakan amanah yang harus ditunaikan sebagai wujud syukur kepada Allah.Kebanyakan manusia lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek kesehatan fisik, dibanding aspek kesehatan lainnya, padahal kesehatan komponen lainnya sama pentingnya dengan kesehatan fisik bahkan dampaknya lebih berat ketimbang aspek fisik. Misalnya, sakit fisik atau jasad akan berakhir ketika ajal tiba, namun ruhani yang sakit akan terbawa konsekuensinya sampai kehidupan akhirat. Dengan demikian kesehatan ruhani sebenarnya merupakan esensi dari kesehatan hidup seseorang.Istilah spiritual identik dengan istilahruuh(ruhani) atausoul. Para Ulama Islam lebih merekomendasikan menggunakan istilahruuh(ruhani) sebagaimana tersebut dalam Al Quran, ketimbang istilahspiritualatausoulyang berakar pada keyakinan Yahudi-Nashrani. Manusia dapat mengetahui hal-hal yang bersifat fisik-material dengan proses pengenalan melalui panca indra yang dimilikinya. Proses pengenalan ini melahirkan suatu pengetahuan tentang suatu fenomena fisik atau material. Untuk hal-hal yang immateri, seperti halnya ruuh, manusia tidak dapat mengandalkan panca indra karena proses pengindraan sangatlah terbatas. Hakikat yang sesungguhnya dari ruuh hanyalah Allah yang tahu, sebagaimana Allah SWT berfirman: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruuh. Katakanlah; ruuh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS 17:85).Manusia tidak bisa mengetahui secara nyata bagaimana sebenarnya ruuh, cara yang terbaik untuk mengetahui ruuh ini adalah melalui wahyu atau informasi yang diberikan Allah, karena Allah yang menciptakan ruuh dan Allah lah yang mengetahui secara pasti hakikat ruuh tersebut. Ruuh dijelaskan oleh beberapa ulama sebagai substansi yang halus dari manusia, merupakan kebalikan jasad, bersifat tinggi, suci, memiliki daya. Menurut Al-ghazali, ruuh merupakan penggerak jasad yang mampu berfikir, mengingat, dan mengetahui. Ruuh inilah yang kelak akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah.Perkembangan Spiritual (Ruuh)Dalam konsepsi Islam, ruuh ditiupkan kedalam janin yang dikandung oleh ibu ketika usia kehamilan mencapai 120 hari. Hal ini berdasar pada sebuah hadits:Sesungguhnya awal kejadian seseorang diantara kamu (yaitu sperma dan ovum) berkumpul dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian menjadi segumpal darah selama itu (juga), lalu menjadi segumpal daging selama itu (juga). Kemudian Allah mengutus malaikat; setelah Allah meniupkan ruuh kedalamnya, maka malaikat itu diperintahkan-Nya menulis empat kalimat, lalu malaikat itu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau sengsaranya (HR Bukhari dan Muslim)Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya Ruuh (ciptaan-Nya) dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur (QS 32:9)Dengan ditiupkannya ruuh, berarti kehidupan janin sudah dimulai. Ketika janin itu lahir menjadi seorang bayi, ruuh masih dalam keadaan fitrah, sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan:Setiap bayi yang terlahir itu dalam keadaan suci (fitrah), orangtuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nashrani, atau MajusiKondisi fitrah sebenarnya merupakan kondisi dasar dari ruhani yang sehat. Fitrah seseorang adalah untuk mengabdi pada penciptanya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam perkembangan selanjutnya fitrah ini bisa tercemari oleh perilaku-perilaku manusia akibat beriteraksi dengan lingkungan termasuk didalamnya unsur-unsur syaithoniah atau dorongan akan berbuat inkar terhadap pencipta-Nya. Islam diturunkan adalah untuk mengembalikan dan menjaga manusia agar tetap pada fitrahnya. Firman Allah SWT:Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitral Allah, (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS 30:30)Dalam Al-Quran, ada beberapa istilah lain yang menurut para ulama memiliki esesnsi sama dengan ruuh, yaitunafs(jiwa), danqalb(hati) (Kasule, 2005). Nafs merupakan gabungan antara ruuh dan jasad, yang yang kedudukannya labil bisa cenderung pada kebaikan atau pada kejahatan. Allah SWT berfirman:Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan merugilah orang-orang yang mengotorinya (QS 91:7-10)Ada tiga tingkatan nafs yang disebutkan dalam Al-Quran, yaitu:1. Nafs ammarahyang lebih besar kecenderungannya pada hal yang buruk, hedonis, dan syahwat (QS 12:53). Sisi positif nafs ini adalah sebagai potensi untuk kehidupan biologis dan bertahan hidup di dunia2. Nafs Lawwamahyang cenderung pada penyesalan diri tetapi belum dapat memperbaikinya, menyalahkan diri, penasaran, merasa lebih, tidak mudah percaya (QS 75:2). Sisi positif dari nafs ini adalah sebagai gerbang kesadaran dan taubat, pintu keyakinan dan optimisme.3. Nafs Muthmainah(QS 89: 27-28), cenderung pada ketenangan, kedamaian, kepuasan dan keharmonisan diri. Tingkat ini merupakan tingkat perkembangan jiwa yang paling tinggi, karena sudah menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan akan kembali kepada Allah untuk menjalani kehidupan yang kekal di akhirat.Selain nafs, hati pun dapat berubah-ubah kecenderungannya, bahkan dapat menjadi pusat(central)bagi bagian tubuh lainnya. Dalam sebuah hadits disebutkan:Dalam tubuh manusia, ada segumpal daging. Apabila baik daging tersebut, maka baiklah tubuhnya, dan apabila buruk daging tersebut, maka buruklah tubuhnya. Ketahuilah daging itu adalah hati (qolb)Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk suatu fungsi tertentu, sedangkan sakitnya anggota badan menyebabkan tidak berfungsinya anggota badan tersebut atau terjadi ketidakstabilan. Hati secara dzahir memiliki fungsi tersendiri, namun tidak ada bukti ilmiah yang menyangkal bahwa hati juga memiliki fungsi spiritual. Fungsi spiritual hati adalah untuk mengenal Penciptanya, mencintai-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ketika fungsi ini tidak berjalan, maka dapat dipastikan hati pun sedang dalam kondisi sakit. Manifestasi penyakit hati yang bisa dilihat dapat berupa; takabur dan sombong(al-kibr wa al-ghurur), ingin dipuji(al-riya), hasad, berburuk sangka, pemarah, bakhil, dan cinta dunia (kekuasaan, harta, jabatan, keluarga) melebihi cintanya kepada Allah.ISLAM, HEALING, DAN CARINGKonsepsi Islam terhadap spiritualitas berbeda dengan konsepsi barat yang membedakan spiritual dengan agama. Dalam pandangan Islam, aspek spiritual dan agama(ad-diin)tidak dapat dipisahkan. Konsepad-diinmerupakan payung dari spiritualitas. Dalam konteks Islam, tidak ada spiritualitas tanpa keyakinan, ajaran, dan amal agama. Agama merupakan sistem hidup(way of life)yang memberikan jalan spiritual untuk keselamatan dunia dan akhirat (Rassool, 2000). Seorang muslim tidak mungkin mencapai derajat spiritual yang tinggi tanpa menjalankan agamanya secara benar. Menurut Kasule (2005), hal ini bisa dijelaskan melalui tiga dasar pokok agama(usul ad-diin)yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Islam berarti penyerahan diri kepada Sang Pencipta, merupakan tahap awal dan bersifat dzahir (bisa dilihat), selanjutnya tahap yang lebih tinggi yaitu Iman yang merupakan sikap bathiniah/hati. Ihsan merupakan tingkat tertinggi dari keyakinan seorang muslim yang merupakan perpaduan antara keyakinan dan amal perbuatan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:Ihsan itu adalah beribadahlah kamu kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia melihatmuMenurut para ulama, ihsan inilah merupakan kondisi tertinggi dari keyakinan spiritual. Seorang muhsin, haruslah ia beriman, seorang mumin haruslah dia Islam, tapi tidak semua muslim beriman, apalagi sampai pada tahap ihsan.Islam sebagaiDiinyang komprehensif(syamil dan muttakamil)meliputi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk juga sehat dan kesembuhan. Islam memberikan tuntunan bagaimana mencapai kesembuhan yang hakiki ketika ditimpa sakit. Allah SWT berfirman:dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (QS 26:80)Sehat dan sakit bagi seorang muslim bisa dipandang sebagai ujian atau kifarat bagi dosa-dosa yang telah dilakukan, dan semua yang terjadi tidak luput dari kehendak Allah SWT. Sehingga dalam mencari kesembuhan pun harus dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, karena hakikat kesembuhan adalah dari Allah SWT. Dokter, perawat, petugas kesehatan, obat, dan pihak lainnya hanyalah perantara(instrument)bagi kesembuhan dari Allah.Healingberbeda denganCureatauRecovery. Cure dan recovery lebih menekankan pada penyebuhan dan pemulihan fisik seseorang setelah mengalami sakit. Healing lebih mengacu pada proses pemulihan fungsi kehidupan secara totalitas dan holistik dari individu setelah mengalami suatu penyakit atau stress. Healing bukan hanya meliputi aspek fisik tapi juga aspek emosional, sosial, kultural, dan spiritual. Sehingga dalam konsepsi Islam, healing ini bisa dipandang sebagai upaya dakwah yang menyeru serta membimbing manusia kejalan Allah dengan hikmah (ilmu) dan cara-cara yang baik, hingga manusia tersebut mengingkari dari thagut dan beriman kepada Allah yang mengeluarkan dari kegelepan jahiliyah ke cahaya Islam. Oleh karenanya perawat ruhani Islam, pada hakikatnya juga seorang dai yang yang membantu proses penyembuhan secara totalitas baik pada tingkat individu maupun masyarakat.Aspek caring yang menurut Watson diartikan sebagai kesadaran penuh perawat untuk membangun hubungan professional perawat-klien yang terapetik yang meliputi unsur-unsurtrust, touch, presence, love, compassion, empathy, dan competence.Dalam konteks Islam, membangun hubungan caring dengan klien harus didasarkan pada nas atau ayat yang diturunkan Allah SWT. Dalam hal ini, berarti segala aktvitas pelayanan kepada klien didasarkan pada niat yang ikhlas untuk semata-mata beribadah kepada Allah, bukan hanya hubungan kontrak professional yang bersifat jasa atau komersial. Caring merupakan manifestasi fitrah (wujud asli) dari refleksi terhadap kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya yang mengajarkan menyayangi yang lemah, membesarkan hati yang sedang menderita sakit, serta menyelamatkan kehidupan dan tidak berbuat kerusakan. Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah keinginan untuk bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk beristiqomah di jalan yang benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat (Rassool, 2000).PERAWATAN SPIRITUAL DALAM PERSPEKTIF ISLAMPerawatan spiritual atau ruhani dalam pandangan para ulama Islam merupakan proses berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia. Islam mengajarkan bagaimana manusia menjalani kehidupan dari mulai menyiapkan generasi penerus yang masih berupa janin didalam kandungan, kemudian lahir sebagai seorang bayi, menjadi anak, dan tumbuh menjadi dewasa, sampai menjelang ajal tiba. Dengan melaksanakan ajaran Islam secara totalitas sesuai tuntunan Quran dan Sunnah Rasul, maka manfaat yang diperoleh adalah diantaranya terpeliharanya kesehatan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.Mengingat manusia pada awalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tujuan perawatan spiritual Islam adalah bagaimana mengembalikan manusia kedalam fitrahnya agar bisa mengenal Tuhannya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun, kerena kehidupan manusia tidaklah steril dari kotoran atau penyakit, maka metoda yang dianjurkan para ulama dalam menjaga kefitrahan diri dalah dengan melakukan penyucian jiwa(Tazkiyat an-nafs).Tazkiyah merupakan dasar untuk peningkatan dan pengembangan keperibadian. Tazkiyah juga merupakan proses panjang, proaktif, perjuangan yang sulit dalam mengembalikan kedudukan manusia kedalam kontrak semula antara mahluk dan Khalik (Allah). Allah SWT berfirman:..Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri, Dan kepada Allahlah tempat kembali (QS 35:18)Memperbaiki, dan meneguhkan akidah, ibadah, menghindari hal-hal yang dilarang, senantiasa mengingat kekuasaan Yang Maha Pencipta, dan mentafakuri segala ciptaan Allah, merupakan jalan tazkiyah yang dapat meningkatkan kepribadian, berahkak kharimah, asertif, dan percaya diri. Hidup ditengah-tengan lingkungan yang sarat dengan nilai kebenaran dan keshalihan sangat diperlukan untuk memotivasi penyucian jiwa. Islam adalah agama amal, mencapai tazkiyah pun melalui amal perbuatan yang nyata.Dalam kondisi seseorang sedang ditimpa musibah berupa sakit, maka Islam memberikan bimbingan bagaimana mensikapi sakit dengan senatiasa berhusnudzan kepada Allah, berserah diri kepada Allah, mengingat Allah (dizkr), sabar, berdoa dan berupaya dengan jalan yang diridhai Allah. Perawat yang sehari-hari merawat klien yang sakit sangat berperan dalam memberikan bimbingan ruhani sesuai batas kemampuan atau berupaya memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ruhiyah bagi pasien yang sedang sakit. Beberapa intervensi yang bisa dikembangkan oleh perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan ruhiyah kliennya adalah diantaranya dengan mengucapkan salam kepada klien, menunjukan sikap ramah, kasih saying, perhatian, mendoakan klien, memberikan tausiah, meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan klien, memfasilitasi kegitan ibadah klien, menghadirkan petugas kerohanian, memberikan bimbingan sakaratul maut, serta menata kondisi lingkungan yang kondusif untuk terpenuhinya kebutuhan ruhiyah klien. PENUTUPPemenuhan kebutuhan spiritual merupakan fitrah insani bagi semua orang, tidak hanya bagi mereka yang beragama, namun juga pada mereka yang tidak secara resmi berafiliasi pada aagama tertentu. Mengingat kebutuhan spiritual bersifat uniq dan intangible (abstrak), maka sangat besar adanya perbedaan cara pandang bagi berbagai individu atau kelompok masyarakat. Bagi klien muslim, kebutuhan spiritual hendaknya dipenuhi dalam konteks ajaran Islam yang tidak memisahkan aspek agama dengan aspek spiritual. Dengan demikian, tidak semua paradigma perawatan spiritual yang dikemukakan dalam literature bisa diterapkan kepada klien, namun perlu untuk disesuaikan dengan latar belakang budaya, nilai-nilai, keyakinan, agama, serta kondiri klien yang kita rawat. Bagi perawat muslim sendiri, nampaknya perlu menggali lebih dalam bagaimana konsep perawatan spiritual yang islami serta penerapannya dalam asuhan keperawatan. Wallahualam bishawab.DAFTAR PUSTAKA1. Departemen Agama RI. (2004). Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV Penerbit 3-Art2. Elizabeth Johnson Taylor. (2002).Spiritual Care, Nursing Theory, Research, and Practice.Prentice Hall: New Jersey3. G. Golberg. (1998). Connection: an exploration of spirituality in nursing care.Journal of Advanced Nursing; 27, 836-8424. G. Hussein Rassool. (2000). The Crescent and Islam: Healing, Nursing and The Spiritual Dimension. Some Considerations Toward An Understanding of The Islamic Perspectives On Caring.Journal of Advanced Nursing; 32(6), 1476-14845. H. Isep Zainal Arifin. (2004).Terapi Rohani Islam Sebagai Alternatif Pengobatan. Makalah. Tidak dipublikasikan6. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (1994).Sistem Kedokteran Nabi, diterjemahkan oleh HS Agil Husin Al Munawar dan Abd. Rahman Umar. Semarang: Dina Utama Semarang7. B.Kozier, G. Erb, R. Oliveri. (1991).Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice. California: Addison Wesley8. M.B. Dombeck. (1995). Dream-telling: A maens of spiritual awareness.Holistic Nursing Practice. 9(2), 37-479. M. Quraish Shihab. (1992). Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan10. Muzammil H. Siddiqi. (2003).Spiritual Diseases: Remedy. Islam Dialogue. Available in http://www.islamonline.net11. Omar Hasan Kasule. (2005).Spiritual, Ruuh, Nafs, Qolb, and Care in Islamic Perspective. Personal correspondence.12. Said bin Muhammad Daib Hawwa. (2005).Intisari Ihya Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa, diterjemahkan oleh Aunur Rafiq Shaleh Tahmid. Jakarta: Robbani Press

SPIRITUAL1.PengertianSpiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti bernafas atau angin. Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999).

Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Potter & Perry, 1999)

Menurut Burkhardt (1993) dalam Hamid (1999) spiritual meliputi aspek sebagai berikut:a.Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahuib.Menemukan arti dan tujuan hidupc.Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen terhadap sesuatu atau seseorang, sementara agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi (Hamid, 1999)

2.Karakteristik1.Hubungan dengan diri sendiriKekuatan dalam dan self reliencea.Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)b.Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)2.Hubungan dengan alamHarmonia.Mengetahui tentang alam, iklim, margasatwab.Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam), mengabdikan dan melindungi alam3.Hubungan dengan orang lainHarmoni/ Suportifa.Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balikb.Mengasuh anak, orang tua dan orang sakitc.Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)Tidak harmonisa.Konflik dengan orang lainb.Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi4.Hubungan dengan KetuhananAgamis atau tidak agamisa.Sembahyang/ berdoa/ meditasib.Perlengkapan keagamaana.Bersatu dengan alam

3.Perkembangan spirituala.Bayi dan todler (1-3 tahun)Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan yang mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan kususnya orangtua. Bayi dan todler belum memiliki rasa bersalah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah yang mempengaruhi citra diri mereka.b.PrasekolahSikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.anak pra sekolah belajar dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan apa yang diajarkan.c.Usia sekolahAnak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada mas pubertas, anak akan sering kecewa karena mereka mulai menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan meneruskan atau melepaskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya pada orang tua. Remaja dengan orang tua berbeda agama akan memutuska memilih pilihan agama yang dianutnya atau tidak memilih satupun dari agama orangtuanya.d.DewasaKelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang diajarkan padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk mendidik anakya.e.Usia pertengahanUsia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang di yakini oleh generasi muda.

4.Konsep kesehatan spiritual.a.SpiritualitasKonsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih: Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan,realitas eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.1)Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.2)Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.3)Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal (dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau yang tertinggi) (Potter & Perry, 2009)4)Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa agama.5)Spritualitas melibatkanrealitas eksistensi(arti dan tujuan hidup).6)Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai keindahan dan harga pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; Vilagomenza, 2005)7)Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan Park, 2004).8)Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009).Beberapa individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa spiritual bukan merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik menemukan arti hidup dalam pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup mereka.b.Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995)1)Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar2)Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan3)Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik dan menghadapi kematianc.Konsep kesejahteraan spiritual (spiritual well-being) (Gray,2006; Smith, 2006):1)Dimensi vertikal. Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa kekuasaan tertinggi2)Dimensi horizontal. Hubungan positif individu dengan orang lain

5.Hubungan antara spiritual kesehatan dan sakitKeyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami:1)Menuntun kebiasaan sehari-hariPraktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.2)Sumber dukunganPada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama.3)Sumber konflikPada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan

6.Manifestasi perubahan fungsi spirituala.Verbalisasi distressIndividu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.b.Perubahan perilakuPerubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.

C.ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL

1.PengkajianPengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif. Aspek spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula (Mcsherry dan Ross, 2002)Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalaha)Alifiasi nilai;Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak, Jenis partisipasi dalam kegiatan agamab)Keyakinan agama dan spiritual; Praktik kesehatan misalnya diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama,strategi koping

Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi tujusn dan arti hidup, Tujuan dan arti kematian, Kesehatan dan arti pemeliharaan serta Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain

2.Diagnosa Keperawatana)Distress spiritualb)Koping inefektifc)Ansietasd)Disfungsi seksuale)Harga diri rendahf)Keputusasaan

3.Perencanaan1.Distress spiritual b.d anxietasDefinisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologisNOC :a.Menunjukkan harapanb.Menunjukkan kesejahteraan spiritual:-Berarti dalam hidup-Pandangan tentang spiritual-Ketentraman, kasih sayang dan ampunan-Berdoa atau beribadah-Berinteraksi dengan pembimbing ibadah-Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataanc.Klien tenangNIC :-Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama-Tentukan konsep ketuhanan klien-Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien-Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan-Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan-Kolaborasi dengan pastoral2.Koping inefektif b.d krisis situasiDefinisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersediaNOC:-Koping efektif-Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif-Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif-Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasiNIC :-Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya-Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal-Peningkatan koping:nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran dirinilai dampak situasi kehidupan terhadap peranevaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusanAnjurkan klien menggunakan tehnik relakssiBerikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai-Libatkan sumber sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan

D.PelaksanaanDilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

E.EvaluasiEvaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai apabila klien ( Hamid, 1999)1.Mampu beristirahat dengan tenang2.Menyatakan penerimaan keputusan moral3.Mengekspresikan rasa damai4.Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka5.Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas6.Menunjukkan prilaku lebih positif7.Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

DAFTAR PUSTAKADochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004,Nursing Interventions Clasification (NIC),Mosby: St. Louis, MissouriDoenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C.,Rencana Asuhan Keperawatan,EGC: JakartaHamid, A, Y., 1999,Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan,Widya medika: JakartaNurjanah, I, 2010,Intans Screening Diagnoses Assesment (ISDA),Mocomedia: YogyakartaNurjanah, I, 2004,Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia: YogyakartaNANDA, 2007,Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification2007-2008, PhiladelphiaNANDA, 2010,Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010, EGC: JakartaPotter, P. A., Perry, A. G., 1999,Fundamental Keperawatan, Salemba medika: JakartaSue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004,Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby: St. Louis, MissouriTaylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011,Fundamental of Nursing The art and Sience of Nursing Care, lippincott

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianPeran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannyadalam sistem (ZaidinAli , 2002,).Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untukmenjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup mereka yang dianggapbenar. Agama sangat menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas ini adalah petugasKemanusiaan yang sangat mulia.Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan. Saat ini institusi pendidikan keperawatan sedang menjamur, sebagian besar mengaku ingin mencetak tenaga siap pakai, terampil dan memiliki akhlak. Karena tujuannya termasuk mencetak tenaga keperawatan yang berakhlak maka mata kuliah agama tentu saja menjadi wajib mendapat perhatian. Hal ini tentu saja adalah hal yang baik, karena kita semua tentu tidak mau keperawatan diisi oleh orang-orang yang bermental rusak. Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya. Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah? Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.Hak dan kewajiban perawat dengan pasien1.Kewajiban petugas keperawatana)Melaksanakan tugas sesuai dengan tugas sumpah jabatanb)Memberikan pelayanan dengan baikc)Menetapkan tariff yang terjangkau oleh masyarakatd)Mengusahakan keringanan biayae)Melindungi pasien dari sasaran propaganda agama lain2.Hak petugas keperawatana)Mendapatkan gaji dan honorb)Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah setempatc)Mendapatkan perlindungan hukumd)Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.

2.2 Tujuan KeperawatanPeran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan. Pada peran ini perawat diharapkan mampu.1.Memberikan pelayaran keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.2.Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan sugnifican dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.2.3 Konsep Agama dalam Keperawatan1.Peran Keperawatan dalam IslamIslam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Quran untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Quran ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Quran adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang."Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (al-Baqarah:: l95).Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran KristenAgama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan.2.Perkembangan keperawatan dalam Agama BudhaAgama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan perawat.3.Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.

BAB 3PEMBAHASAN3.1 Perspektif KeperawatanMengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504). Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan individu yang membutuhkannya.Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja profesional dan tidak materialistis.Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.3.2 Mulianya Profesi PerawatPerintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan.Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya.Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya.Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai Nightingale dalam Islam.3.3 Kesiapan Mengabdi MasyarakatSekarang sejumlah akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina mahasiswanya yang berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut disambut gembira, sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan pedalaman masih sangat kurang.Pertama, hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang sebenarnya.Kedua, dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin timbul. Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan pelajaran bagi segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih hati-hati dan cermat dalam melakukan pekerjaan. Agama menggariskan beberapa sikap waspada yang perlu direnungi bagi para perawat. Sayyid Sabiq mengatakan, dalam memberikan perawatan medis, hendaknya paramedis menjalankan tugas sesuai bidang keahliannya.Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah satu indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini baru berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh karenanya, para perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di masyarakat dapat dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik mencegah daripada mengobati.3.4 Kaidah dan Etika 5 Agama di Indonesia yang Berhubungan dengan Kesehatan

a. IslamKeinginan tersebut semakin menguat setelah penulis membaca buah pikir seorang intelektual terkemuka dan kontroversial asal Mesir, Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa peradaban Barat yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang disembunyikannya dan tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-sumber tak terekspos adalah rasialisme yang terpendam dalam kesadaran Barat. Rasialisme inilah yang menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat diklaim sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia. Sikap rasial ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung oleh Barat beberapa dasawarsa yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme, dan zionisme. Namun demikian, terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat berasal dari Cina (Nedham), India (Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama (Toynbee) (Hassan Hanafi, 2000).Selama seribu tahun, peradaban Islam telah membentang dari Andalusia, Spanyol hingga ke Selatan Cina. Dari abad ke-7 dan seterusnya, para sarjana telah membangun ilmu pengetahuan dari tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya. Pergulatan mereka dengan pengetahuan kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada gilirannya membuat terobosan besar yang membuka jalan bagi gerakan Renaissance di Barat pada abad selanjutnyaSelain pasien mendapatkan obat-obatan secara gratis dan diperlakukan dengan baik. Di rumah sakit Ahmad ibn Thulun ini didirikan pula sebuah perpustakaan medis besar yang lengkap, sarana kebersihan seperti kamar mandi dibuat secara terpisah antara laki-laki dan wanita. Begitu pula dengan pasien yang mengalami gangguan mental (gila) ditempatkan dalam ruang yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian yang cukup besar pada perkembangan ilmu jiwa.Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat.Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.b. Kristen Protestan dan Katolik

Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki persamaan walaupun agama yang dijadikan kepercayaan tersebut memiliki perbedaan.Pada hakikatnya setiap agama akan mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan yang sama.Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan optimal. Karena menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak dulu gereja telah secara aktif mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Dari situ kemudian muncullah keinginan untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan langkah bersama. Setelah melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan kesehatan Kristen, pada tahun 1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini, Sekretariat PELKESI berada di RS PGI Cikini, Jakarta.PELKESI memiliki visi mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera Allah bagi semua orang. Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual.c. HinduMenurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini, menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari kelompok kitab Upa Veda.Sementara kitab Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.d. BudhaBuddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.Keseluruhan terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana) dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya.Dengan begitu apabila tubuh ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena mempunyai beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan, (2). Harga diri yang terluka, (3). Iri hati, (4). Kebencian, (5). Kekuatiran (Ruth Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi).Tri Ratna adalah obyek penghormatan tertinggi dalam agama Buddha yang merujuk pada Buddha (sebagai pendiri agama Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha), dan Sangha (siswa Buddha yang telah memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha).e. Kong Hu CuSecara teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme pencapaian hidup abadi/bersatu dengan alam semesta. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme, menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit.Kalau ditanya mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara Jingkhe mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit (Buddha).Pada abad ke-10 sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah satu adanya maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan klenteng dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi .

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanPeran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu pemahamaan tentamg peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dengan demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit.4.2 SaranPerawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran agama.Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dariPeranan Agama Dalam Keperawatan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.Demikianlah penjelasan tentang Peranan Agama Dalam Keperawatan, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bgi kita semua.