distosia bahu tugas bulina

14
DISTOSIA BAHU Paper ini di susun untuk salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan yang di berikan oleh Lina Haryani,SST Oleh : Erika Irawanie ( D3E613002) Nur’aini ( D3E613007) Risma Pertiwi ( D3E613009 ) AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN

Upload: risma-pertiwi

Post on 19-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

distosia bahu

TRANSCRIPT

DISTOSIA BAHU Paper ini di susun untuk salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan yang di berikan oleh Lina Haryani,SST

Oleh :Erika Irawanie ( D3E613002)Nuraini ( D3E613007)Risma Pertiwi ( D3E613009 )

AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGINBANDUNG2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Kompresi bimanual internal dan eksternal ini berdasar pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan kamipun berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.Semoga paper sederhana ini dapat dipahami oleh semua pembacanya dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun semuanya.

Bandung, 06 Desember 2014

Penulis,

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus publis. Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisianterior posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis.Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk kedalam panggul.Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam 10,8 11,3 Kg (Lewellpyn, 2001).

Bab 2Isi

2.1 Distosia Bahu

Distosia bahu adalah suatu keadaan yang memerlukan tambahan manuver obstetrik karena jika dilakukan dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi ( Prawirohardjo, 2009)

2.2 PatofisiologiSetelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.2.3 EtiologiDistosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

2.4 Komplikasia) Komplikasi pada IbuDistosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena atonia uteri, rupture uteri, atau karena laserasi vagina dan servik yang merupakan risiko utama kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978; Parks dan Ziel, 1978)b) Komplikasi pada BayiDistosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang signifikan. Kecacatan pleksus brachialis transien adalah cedera yang paling sering, selain itu dapat juga terjadi fraktur klavikula, fraktur humerus, dan kematian neonatal

2.5 Faktor-Faktor yang menyebabkan distosia

FAKTOR TEMUANDIAGNOSIS

Jalan Lahir

Palpasi luar menunjukkan bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul Diameter anteriorposterior lebih kecil dari normal atau pintu atas panggul berbentuk segitiga . Promontorium sangat menonjol

Kesempitan pintu ataspanggul

Dinding samping panggul menyempit dan Krista iliaka sangat menonjol Arcus pubis kurang dari 90

Kesempitan panggultengah

Bayi Taksiran berat badan bayi sangat ekstrim Makrosomia

Presentasi muka (bagian terbawah) Presentasi muka

Dagu berada di belakang dan dasar panggul .Mentoposterior persistens

Sutura sagitalis melintang dengan parietal tertahan dipromontorium .Asinklitismus

Teraba tangan atau lengan disamping kepala atau bokong .Presentasi majemuk

Teraba rusuk dan atau lengan dengan posisi kepala di lateral Letak lintang

Bahu pada posisi anteroposterior dan tertahan pada dasar panggul Distosia bahu

Tenaga ekspulsi Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi Ibu tidak mampu atau tak dapat membuat posisi efektif untuk mengedan

Inersia uteri Ibu kelelahan

Lingkaran konstriksi Disproporsi feto-pelvik

2.6 Faktor Risiko a) Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional (Keller, dkk)b) Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kelahiran doistosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 g.c) Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besard) Ibu dengan obesitase) Multiparitasf) Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah usia 42 mingu.g) Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) di antara 42 wanita (Smith dkk., 1994)h) Cephalopelvic disproportionThe American College of Obstetrician and Gynecologist (1997,2000) meninjau penelitian-penelitian yang diklasifikasikan menurut metode evidence-based yang dikeluarkan olehthe United States Preventive Sevice Task Force, menyimpulkan bahwa :a) Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah karena tidak ada metode yang akurat untuk mengidentifikasi janin mana yang akan mengalami komplikasi ini.b) Pengukuran ultrasonic untuk memperkirakan makrosomia memiliki akurasi yang terbatas.c) Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas kecurigaan makrosomia bukan merupakan strategi yang beralasan.d) Seksio sesarea elektif dapat dibenarkan pada wanita non-diabetik dengan perkiraan berat janin lebih dari 5000 g atau wanita diabetik yang berat lahirnya diperkirakan melebihi 4500 g.

2.7 Diagnosis Distosia Bahu

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:1.Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.2.Kepala bayi sudah lahir, tetapi menekan vulva dengan kencang.3.Dagu tertarik dan menekan perineum4.Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di cranialsimfisis pubis (Prawirohardjo, 2009)

2.8PencegahanUpaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara :1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.4. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).

2.9 Penatalaksanaan

1) Buat episiotomi yang adekuat untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan memberikan jarak untuk manipulasi.2) Meminta ibu untuk memfleksikan kedua pada nya setinggi mungkin kea rah dada. Minta asisten untuk mendorong lutut ibu yang fleksi kearah dada dengan kuat.

3) Dengan memakai sarung tangan yang steril atau yang di disinfeksi tingkat tinggi Lakukan traksi ke bawah yang kuat dan berkelanjutan pada kepala janin untuk memindahkan bahu anterior ke bawah simfisis pubis.Catatan : Hindari traksi yang berlebihan pada kepala janin karena tindakan ini dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis . Minta asisten untuk memberikan tekanan suprapublik ke bawah secara bersamaan untuk membantu pelahiran bahu .Catatan : jangan memberikan tekanan pada fundus. Tindakan ini berdampak lebih lanjut pada bahu dan dapat menyebabkan ruptur uterus.

Jika bahu tetap tidak lahir1) Masukan satu tangan ke dalam vagina di sepanjang punggung bayi .2) Berikan tekanan pada bahu anterior searah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengurangi diameter bahu,3) Jika perlu, berikan tekanan pada bahu posterior searah sternum.

Jika bahu tetap tidak lahir walaupun tindakan di atas telah di lakukan.1) Masukan satu tangan ke dalam vagina.2) Pegang humerus lengan posterior dan dengan mempertahankan fleksi lengan pada siku, ayunkan lengan melewati dada. Tindakan ini memberi ruang bagi bahu anterior untuk pindah ke bawah simfisis pubis.

Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :

1. Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.2. Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.

Bab 3Penutup

Kesimpulan

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi ( Prawirohardjo, 2009)Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:1.Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.2.Kepala bayi sudah lahir, tetapi menekan vulva dengan kencang.3.Dagu tertarik dan menekan perineum4.Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di cranialsimfisis pubis (Prawirohardjo, 2009)

DAFTARPUSTAKA

Cunningham, F. Gary. 2005.Obstetri Williams Ed. 21 Vol. 1. Jakarta : EGC.Depkes RI. 2004.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan ReproduksiSaifudin, Abdul Bari .2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, JakartaYayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoWinkjosastro, H. 1999.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoMochtar R. 1998.Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. Jakarta : EGCYulianti D . buku saku manajemen komplikasi kehamilan dan persalinan.Jakarta : Buku penerbit kedokteran EGC ;2003.p167-169.