dispepsia fix
DESCRIPTION
jytjTRANSCRIPT
PORTOFOLIO KASUS
Nama Peserta : dr. Atika Andriani Putri
Nama Wahana: RSUD PANTURA MA SENTOT
Topik: Sindrom Dispepsia
Tanggal (kasus) :
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Bariani
Tempat Persentasi : RSUD PANTURA MA SENTOT
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Perempuan, 55 tahun, mengeluh sakit di ulu hati
Tujuan: Menegakkan diagnosis Sindrom Dispepsia dan melakukan terapi yang tepat
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: Ny. A No.Registrasi: XXXX
Nama klinik IGD RSUD Asembagus
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Gambaran Klinis
Pasien datang dengan keluhan sakit di ulu hati sejak ± 1 minggu yang lalu dan meningkat sejak
± 3 hari ini. Pasien sebelumnya sering telat makan. Sakit ini berkurang setelah makan. Keluhan
disertai mual, kembung, sering sendawa-sendawa, sakit kepala tetapi tidak mengalami muntah.
Pasien memiliki kebiasaan makan pasien selalu memakan makanan yang pedas-pedas, karena
jika tidak pedas nafsu makan pasien hilang.
2. Riwayat pengobatan: Pasien berobat ke puskesmas dan di berikan obat tablet tetapi tidak
ada perubahan
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Pasien mengalami sakit seperti ini sejak usia 40 tahun
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
5. Riwayat pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Pasien tinggal bersama suami dan anaknya.
7. Lain - Lain
Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD RSUD Asembagus pada tanggal 5 Januari 2015.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 86 x/menit Suhu : 37,40C
Tekanan darah : 130/80 mmhg Respirasi : 18x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala : Nyeri tekan kepala (-), rambut tidak mudah dicabut, alopecia -.
Wajah : Nyeri tekan sinus -.
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+, diameter pupil
3mm/3mm.
Telinga : Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen +/+, sekret -/-,
Membran timpani intak/intak.
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum (-), mukosa hiperemis -.
Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Dada :
1. Paru
I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), tertinggal (-), pectus excavatum (-),
pectus carinatum(-), spider nevi (-), sikatriks (-).
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A: Sp vesikuler +/+, Rh-/-, Wh-/-
2. Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di SIC 5 2jari medial linea midklavikula kiri
P: Batas jantung kiri di SIC 5 2jari medial linea midklavikula kiri, batas jantung
kanan di ICS 5 linea sternalis kanan.
A: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen :
I : Abdomen datar, caput medusa (-), sikatriks (-), venektasi -.
A : Bising usus +, 6 kali per menit.
P : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, nyeri tekan regio epigastrium (+), nyeri tekan suprapubik (-),
hepar dan lien tidak teraba, H/L: tidak teraba besar
Ekstremitas: CRT <2", Tidak ada edema, akral hangat
PEMERIKSAAN LAB :
Tidak dilakukan
Daftar Pustaka:
1. Djojoningrat, Dharmika.2009. Dispepsia Fungsional dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi ke-5,p 529-33. Jakarta: Internal Publishing
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Tarigan, Pengarapen. 2009. Tukak Gaster dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I.
Edisi ke-5. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
4. Dikutip dari http://payayat.blogspot.com/2011/11/anatomi-lambung.html. Tanggal 15
Desember 2012
5. Rani A, Soegondo S, Nasir A, Wijaya I. 2009. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta : Interna Publishing
6. Mansjoer, Triyani, Savitri, Wardhani, Setiowulan. 1999. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 1. Edisi Ke-3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
7. Hirlan.2009. Gastritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I. Edisi ke-5.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Hasil Pembelajaran
1. Menegakkan Diagnosis Sindrom Dispepsia
2. Memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap kasus Sindrom Dispepsia
3. Pencegahan serta Prognosis Sindrom Dispepsia
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
SUBJEKTIF
Seorang perempuan datang dengan keluhan sakit di ulu hati sejak ± 1 minggu yang lalu
dan meningkat sejak ± 3 hari ini. Pasien sebelumnya sering telat makan. Sakit berkurang jika
setelah makan. Keluhan disertai mual, kembung ada, sering sendawa-sendawa, sakit kepala
tetapi tidak mengalami muntah. Pasien memiliki kebiasaan makan pasien selalu memakan
makanan yang pedas-pedas, karena jika tidak pedas nafsu makan pasien hilang. Pasien sering
membeli obat maag di warung dekat rumah. Pasien sering berobat ke puskesmas, karena
tidak ada perubahan pasien berobat ke RSUD Asembagus.
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 86 x/menit Suhu : 37,40C
Tekanan darah : 130/80 mmhg Respirasi : 18x/menit
2. Status Generalis
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+)
3. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
ASSESMENT
Seorang pasien datang ke IGD Asembagus dengan keluhan utama sakit di ulu hati. Dan di
diagnosis dengan Sindroma Dispepsia. Diagnosis di tegakkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis di dapatkan nyerit di ulu hati sejak ± 1 minggu yang lalu dan meningkat
sejak ± 3 hari ini. Pasien sebelumnya sering telat makan, sakit ini berkurang jika setelah
makan, mual ada, kembung ada, sering sendawa-sendawa ada, kebiasaan makan pasien selalu
memakan makanan yang pedas-pedas. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan di
epigastrium, dan pemeriksaan lainnya normal.
Dari riwayat penyakit pasien telah menderita penyakit seperti ini sejak usia 40 tahun, dan
telah sering berobat ke Puskesmas dan rumah sakit. Pasien sering dibawa ke Rs karena sakit
perut di ulu hati, dokter mengatakan pasien menderita penyakit maag yang sudah lama,
pasien disarankan dirujuk untuk teropong lambung , namun pasien menolak. Pasien saat itu
diberikan obat injeksi dan dipulangkan.
Pencetus awalnya penyakit pasien ini adalah karena kebiasaan sering makan telat sejak
usia muda dan kebiasaannya suka makan makanan yang pedas. Dimana ini semua akan
merangsang pembentukan asam lambung sehingga akan menyebabkan kerusakan dari
mukosa lambung, akibatnya munculah gejala sindrom dispepsia.
Pada saat sekarang penyakitnya kambuh lagi disebabkan karena beberapa hari sebelumnya
pasien telat makan. Ditambah lagi usia pasien saat ini adalah 55 tahun, dimana pada usia tua
barier pertahanan lambung sudah menipis, sehingga lebih sensitif terhadap asam lambung.
Diagnosis banding dari pasien ini adalah tidak ada karena dari gejala yang dikeluhkan
sudah bisa di tegakkan penyakit pasien adalah sindrom dispepsia. Jika dikaji lagi dari keluhan
yang lebih dominan berupa keluhan sakit di ulu hati maka bisa diduga bahwa sindroma
dispepsia yang diderita pasien lebih ke arah tipe ulkus. Namun untuk menentukan apakah ini
gastritis atau sudah terjadi ulkus peptikum maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu
endoskopi dan pemeriksaan H. pilory. Pasien ini seharusnya dirujuk karena berdasarkan
algoritma sindroma dispepsia di masyarakat jika pasien berusia >45 tahun atau usia < 45
tahun disertai dengan alarm symptoms maka pasien dirujuk untuk pemeriksaan dan
tatalaksana lanjutan.
Pada pasien ini diberikan pengobatan medikamentosa omeprazol dan antasida.
Berdasarkan literatur kalau pasien menderita sindrom dispepsia ec.gastritis karena H.pilory
maka pengobatannya adalah golongan PPI di tambah amoksisilin. Disini tidak diberikan
karena yang sekarang belum tentu akibat H.pilory.
Untuk pencegahannya agar tidak kambuh lagi adalah hindari makan makanan yang
mengandung gas seperti kol, lobak dan nangka, hindari makan makanan yang pedas-pedas,
makan secara teratur dengan porsi kecil namun sering, hindari stres dan kelelahan kemudian
pasien diminta segera ke rumah sakit jika sakit ulu hatinya bertambah parah, muntah darah,
buang air besar berdarah, berat badan turun, dan sulit menelan.
PLAN :
Diagnosis klinis : Sindrom Dispepsia
Pengobatan :
1. Farmakologis :
- Inj Ranitidin 1 amp/iv
- Antasida tab 3 x 1 tab ac
- Omeprazol tab 2x20 mg pc
- Vitamin B complex 3x1 tab
2. Non Farmakologis :
Edukasi
- Hindari makan makanan yang mengandung gas seperti kol, lobak dan nangka
- Hindari makan makanan yang pedas-pedas, makanan berlemak dan kopi
- Makan secara teratur
Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini akan kambuh jika pasien stres,
atau tidak patuh dengan nasehat dokter
- Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini agar pasien patuh untuk
berobat
Kuratif :
- Istirahat dan
- Diet yang ketat (makan secara teratur, porsi kecil tapi sering dan rendah
lemak)
Konsultasi / Rujukan :
Pasien diharapkan konsul ke dokter spesialis Penyakit Dalam dan untuk dilakukan
pemeriksaan Endoskopi.
Asembagus, 8 Februari 2015
Peserta Pendamping
( dr. Feby Wulansari ) (dr. Sindiana)