dispepsia
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
PORTOFOLIO
DISPEPSIA
Presentan
Dr. Vera Liza Effriani
Pendamping
Dr. Christiawaty
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
RSUD EMBUNG FATIMAH
2014
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Vera Liza Effriani
No. ID dan Nama Peserta: RSUD Embung Fatimah
Topik : Dispepsia
Tanggal Kasus : 26-7-2014
Nama Pasien : Tn. R Nomor RM : 97001
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Christiawaty
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pasien bayi laki-laki usia 2 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan
BAB encer sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Tujuan : Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata
laksana dari diare akut dehidrasi ringan
Bahan
Bahasan :
Tinjauan
Pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
Membahas :
Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data
Pasien
Nama : Tn. R No. Reg: 97001
Nama Klinik : RSUD Embung Fatimah Telp : (0778) 364119 Terdaftar sejak :
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- Pasien muntah > 4x sejak pagi, pasien masih merasa mual hingga sekarang.
- Nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk sehingga merasa sesak
- Diare, batuk, pilek dan demam tidak ada.
- Setiap masuk makanan sejak pagi pasien muntah, kemarin pasien makan hanya satu
kali karena banyak pekerjaan
- BAB dan BAK biasa.
2. Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit saat ini
5. Riwayat Pekerjaan : Karyawan PT
6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : -
Lain-lain:
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tensi : 130 / 90 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Suhu : 37 0C
Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik
Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor, diameter pupil
2 mm, refleks cahaya +/+, mata cekung -/-
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada :
Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada
Pa : fremitus kiri = kanan
Pe : sonor
A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung I : Iktus tidak terlihat
Pa : Iktus teraba 2 jari medial ICS V
Pe : batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung reg, irama teratur, bising tidak ada
Abdomen I : tidak membuncit
A : Bising Usus (+) Normal
Pa : supel, turgor kulit baik, Nyeri tekan epigastrium ( + )
Pe : timpani
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik ( CRT ) <2” / <2”
Diagnosis Kerja : Dispepsia
Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 12 gr/dl
Leukosit : 7800 /mm3
Ht : 37 %
Trombosit : 235.000/mm3
Daftar Pustaka :
1. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga.
Jakarta.: 488-491
2. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159
3. Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It.
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspepsia.html,
Desember 2006
4. Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.
http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001
5. Sawaludin, Diding. 2005. Nyeri Ulu Hati yang Berulang. http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehatan.htm, 9 Oktober 2005
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis dispepsia.
2. Identifikasi etiologi dari dispepsia.
3. Mekanisme perjalanan penyakit dispepsia.
4. Penanganan dispepsia di Rumah Sakit.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif :
- Pasien muntah > 4x sejak pagi, pasien masih merasa mual hingga sekarang.
- Nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk sehingga merasa sesak.
- Diare, batuk, pilek dan demam tidak ada.
- Setiap masuk makanan sejak pagi pasien muntah, kemarin pasien makan hanya satu
kali karena banyak pekerjaan
- BAB dan BAK biasa.
Objektif :
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tensi : 130 / 90 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Suhu : 37 0C
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik
Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2
mm, refleks cahaya +/+, mata cekung -/-
Mulut : Mukosa mulut dan bibir tidak tampak kering
Abdomen I : tidak membuncit
A : Bising Usus (+) Normal
Pa : supel, turgor kulit baik
Pe : timpani
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik ( CRT ) <2” / <2”
Assesment :
A. Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinisyang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan.
Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia
terbagi dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ
tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang
empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila
tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi
(teropong saluranpencernaan).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari
nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau
cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang
tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu,
ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya
(Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
B. Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis,
tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Gambar 1. Infeksi bakteri H. Pylori
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik,
digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :
a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat
kenyang.
c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus
maupun dispepsia mirip dismotilitis.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus
dengan kelainan organik (Panchmatia, 2010).
C. Manifestasi Klinis
a. Nyeri perut (abdominal discomfort),
b. Rasa perih di ulu hati,
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah,
d. Nafsu makan berkurang,
e. Rasa lekas kenyang,
f. Perut kembung,
g. Rasa panas di dada dan perut,
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
Pathway
E. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding
lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam
lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat
DISPEPSIA
Respon mukosa lambung
Eksfeliasi (Pengelupasan)
Nyeri
Nyeri epigastrium b/d iritasi pd mukosa lambung
Perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus Vagus)
↑ Produksi HCL di lambung
Mual, muntah, anoreksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Merokok
Stress
Kopi & alkohol
Sel epitel kolumner (-) prduksinya
HCL kontak dengan mukosa gaster
DISPEPSIA Fungsional
vaso dilatasi mukosa gaster
Dispepsia Organik
Kecemasan b/d perubahan status
kesehatan
Perubahan keseimbngan cairan
& elektrolit b/d adanya mual&
muntah
menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya
muntah darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita
pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah
ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker
lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker
lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko
kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi.
a. Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan
serius. Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus
peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan
ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO)
(Davey,Patrick, 2006).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa
organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan
bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi
diindikasikan terutama pada pasien dengan keluhan yang muncul pertama kali pada
usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah,
disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan
komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi
direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan
sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia
organik atau fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk
mengetahui keadaan patologis mukosa lambung (Wibawa, I Dewa Nyoman, 2006).
c. DPL : Anemia mengarahkan keganasan
d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
(Pierce.A.Grace & Neil.R.Borley, 2006)
e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah
lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan
parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna
maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas
(Schwartz, M William, 2004).
G. Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi
terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik sebagai
kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan besar didasari
kelainan organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan alarm adalah:
1. Disfagia,
2. Penurunan Berat Badan (weight loss),
3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia defisiensi
besi,atau fecal occult blood),
4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).
Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk
menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD (gastroesophageal
reflux disease), atau keganasan.
H. Pencegahan
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena
sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.
Plan :
Diagnosis : Dispepsia
Pengobatan :
- Saat di Rumah Sakit :
Injeksi Ranitidin 1 ampul
Injeksi Ondencentron 4 mg
Injeksi Ketorolac 1 ampul
- Obat Untuk di Rumah :
Musin sirup 3 x 1 c ac
Na diclofenac 2 x 1tablet
Pendidikan :
- Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab
dyspepsia dan penatalaksanaan awal yang tepat.
- Memberikan edukasi tentang pola makan yang baik.
Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan spesialis penyakit dalam untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk.