dispepsia

35
Disusun oleh: Lia Pradita Pembimbing: Dr. Didiet pratignyo Sp.PD DISPEPSIA

Upload: liia-pradita

Post on 19-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Page 1: DISPEPSIA

Disusun oleh:Lia Pradita

Pembimbing:Dr. Didiet pratignyo Sp.PD

DISPEPSIA

Page 2: DISPEPSIA

DEFINISI

DISPEPSIA adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, banyak flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada

Gejala ini bisa akut, intermiten atau kronis.

(buku ajar IPD)

Page 3: DISPEPSIA

DISPEPSIA DEFINISI

sindrom klinik yang disebabkan oleh beberapa penyakit saluran cerna bagian atas

- Rasa nyeri/sakit, dan discomfort ulu hati, bersifat episodik dan persisten, akut/kronik fungsional dan organik

Page 4: DISPEPSIA

Centered implies that the pain or discomfort is mainly in or around the midline.

Pain in the right or left hypochondrium is not considered to be representative of dyspepsia

Page 5: DISPEPSIA

SPECTRUM OF DYSPEPSIA

Page 6: DISPEPSIA

KLASIFIKASI

Berdasarkan pengertian disppesia

Dispepsia organikDispepsia non

organik

Page 7: DISPEPSIA

Dispepsia organik : bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagi penyebabnya

Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional atau DNU, bila tidak jelas penyebabnya.

Page 8: DISPEPSIA

KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya :

1. Kelainan organik Gangguan dalam lumen saluran cerna

Gastritis Ulkus peptikum Keganasan

Gangguan hepato – bilier Hepatitis Kolesistitis Kolelitiasis Keganasan Disfungsi sphincter Odii

Kelainan pankreas Pankreatitis Keganasan

Page 9: DISPEPSIA

2. Kelainan sistemik Diabetes melitus Penyakit tiroid Gagal ginjal Kehamilan

3. Obat-obatan Anti inflamasi non steroid Teofilin Digitalis Antibiotik

4. Gangguan fungsional Dispepsia fungsional Sindrom kolon iritabel

Page 10: DISPEPSIA

ETIOLOGI DISPEPSIA

Tabel 1. penyebab dispepsia

Esofago—gastro-duodenal Tukak peptik, gastritis kronis, gastritis NSAID,keganasan

Obat-obatan NSAID, teofilin, digitalis, antibiotik

Hepato-bilier Hepatitis, kolesistitis, kolelitiasis, keganasan, disfungsi spingter Odii

Pankreas Pankreatitis, keganasan

Penyakit sistemik lain Diabetes melitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, kehamilan, ,PJK.

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, IBS

Page 11: DISPEPSIA

PATOFISIOLOGI

Proses patofisiologis yang paling banyak dan potensial berhubungan dengan dispepsia :Hipersekresi asam lambungInfeksi Helicobacter pyloriDismotilitas gastrointestinalHiperensitivitas viseral

Page 12: DISPEPSIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PATOFISIOLOGI

Asam lambung Pepsin Refluks cairan empedu Nikotin OAINS Kortikosteroid Helicobacter pylori

Aliran darah mukosa Sel epitel permukaan Prostaglandin Fosfolipid/surfaktan Musin/mucus Bikarbonat Motilitas Inpermeabilitas Mukosa terhadap H+ Regulasi pH intra sel

Faktor agresifFaktor Defensif

(1) Hipersekresi asam dan pepsin

Page 13: DISPEPSIA

a) Peran asam pada sindrom dispepsiaPeran asam masih kontroversialTerutama berkaitan dengan penyakit : ulkus peptikum,

GERD, gastrinoma, dan gastritis hipersekretorik hiperplastik

Hipersekresi asam lambung ion H+ banyak berdifusi ke dalam mukosa lambung perangsangan nyeri perut

Hipersekresi asam lambung peradangan mukosa kerusakan mukosa, sub mukosa dan lapisan yang lebih dalam lagi ulkus peptikum

b) PepsinHipersekresi pepsin terjadi bila terdapat hipersekresi asam

lambungHipersekresi pepsin peradangan mukosa kerusakan

mukosa, sub mukosa dan lapisan yang lebih dalam lagi ulkus peptikum

Page 14: DISPEPSIA

(2) InflamasiInfeksi Helicobacter pylori (Hp) : penyebab terbanyak a). Respon imun non spesifik- sel fagosit (neutrofil dan makrofag) → respon imun yang segera dan bersifat non spesifik- dihasilkan sitokin sebagai mediator pro inflamasi dan lipid bioaktif seperti platelet aggrevating factor (PAF) dan leukotrien B4 (LTB-4) yang menginduksi adhesi, kemotaksis dan degranulasi sel neutrofil.

Page 15: DISPEPSIA

b). Respon imun spesifik- mekanisme imunitas selular dan humoral yang spesifik - infiltrasi sel plasma dan limfosit T yang meningkat- sel T helper (CD 4+) mempunyai peran yang menentukan- 2 tipe utama sel T helper (Th) yaitu Th1 dan Th2- Limfosit Th1 mensekresi Il-2 dan interferon G. Respon limfosit Th1 ini tidak dapat mengeliminasi kuman Hp tapi mengakibatkan kerusakan sitotosik pada sel epitel- sel Th2 menghasilkan IL-4, IL-5 dan IL-10 yang membantu aktivasi sel B dan produksi antibodi Ig A dan Ig M - Ig A : mencegah pemaparan antigen, menghambat

penempelan bakteri dan menetralisasi toksin- Ig G : mengaktivasi komplemen secara efektif

Page 16: DISPEPSIA

(3) Hormon gastrointestinal

beratnya gejala dispepsia sesuai dengan peningkatan kadar hormon gastrointestinal : gastrin, kolesistokinin (CCK) dan somatostatin

penderita dispepsia dengan infeksi Hp memiliki kadar gastrin yang lebih tinggi

Lokasi organ tempat bekerjanya hormon gastrointestinal :- Lambung : gastrin dan somatostatin- Duodenum/jejenum: sekretin, kolesistokinin (CCK),Glucose-dependent insulinotropi peptide, somatostatin dan motilin- Ileum/kolon: enteroglukagon, peptida YY (PYY), neurotensin, somatostatin- Pankreas: Insulin, glukagon, polipeptida pankreas, somatostatin

Page 17: DISPEPSIA

(4) Persyarafan dan neurotransmitter

a) Sistem syaraf parasimpatis dan simpatis

sistem syaraf parasimpatis (nervus vagus) : menstimulasi motilitas saluran cerna dengan menggunakan asetil kolin sebagai neurotransmiter utama dan pleksus mienterikus sebagai neuron perantara

sistem simpatis bekerja dengan menurunkan aktivitas saluran cerna melalui adrenalin sebagai neurotransmiternya.

Page 18: DISPEPSIA

GASTER NERVES

Page 19: DISPEPSIA

b) Sistem syaraf enterik (enteric nervous system = SSE)

di dinding saluran cerna, terdiri dari pleksus mienterikus dan pleksus submukosa

bekerja langsung pada otot polos usus melalul neurotransmitter yang dilepaskannya.

c) Neurotransmiter

Asetil kolin dan tahikinin kontraksi otot polos usus Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) dan Nitrit Oxide relaksasi otot

polos usus Gastrin release peptide Opioid peptide Metencephalin Somatostatin GABA Serotonin (5-Hidroksi Triftamin)

Page 20: DISPEPSIA

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis di klasifikasikan menjadi beberapa subklinis berdasarkan pada keluhan yang mencolok atau paling dominan :

Bila nyeri ulu hati yang paling dominan dan disertai nyeri pada malam hari dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti ulkus (ulcer like dyspepsia)

Bila kembung, mual, cepet kenyang,merupakan keluhan yang sering di kemukakan di kategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti dismotilitas(dysmotility like dyspepsia)

Bila tidak ada keluhan bersifat dominan dikategorikan sebagai dispepsia non-spesifik

Page 21: DISPEPSIA

DIAGNOSISA. Anamnesis

Keluhan utama : mual, nyeri ulu hati, perasaan cepat kenyang atau penuh, kembung, muntah dan sering bersendawa

Keluhan tambahan : Penurunan berat badan Sulit menelan Perdarahan

Page 22: DISPEPSIA

B. Pemeriksaan fisikBiasanya normalTapi bila terjadi muntah-muntah yang hebat tanda-tanda

dehidrasi sampai syokPenyakit yang sudah berlangsung lama BB kurang dari

normal (under weight)

C. Pemeriksaan penunjang Endoskopi saluran cerna bagian atas dan biopsi,

pemeriksaan terhadap adanya infeksi helicobacter pylori, pemeriksaan fungsi hati, amilase dan lipase, fosfatase alkali dan gamma GT, USG abdomen.

Page 23: DISPEPSIA

TERAPI FARMAKOLOGI

Antasida H2 blocker Proton pump inhibitor Obat golongan sitoproteksi : sukralfat,misoprostol Metoklopramid Domperidon Cisapride Agonis motilin

Page 24: DISPEPSIA

1. Antasida Bekerja dengan menetralisir asam lambung dalam

tempo 15 menit Tidak diserap ke dalam sirkulasi sistemik Komposisisi : kombinasi garam magnesium dan

garam alumunium, atau hanya alumunium hidroksida

Indikasi : dispepsia fungsional, ulkus peptikum, ulkus duodeni, refluks gastroesofagus

Kontra indikasi : garam magnesium tidak boleh digunakan pada penderita gangguan ginjal

Page 25: DISPEPSIA

2. Antagonis reseptor H-2

Indikasi : dispepsia fungsional, pencegahan ulkus peptikum atau ulkus duodeni berulang, refluks gastroesofagus, pre anestesi untuk pencegahan pneumonia aspirasi

a) Simetidin : 2 X 400 mg, selama 6 minggu

b) Ranitidin : 2 X 150 mg, selama 4 – 8 minggu

c) Famotidin :1 X 40 mg, 2 X 20 mg, selama 4 – 8 minggu

d) Roksatidin : 1 X 150 mg, 2 X 75 mg, selama 4 – 8 minggu

e) Nizatidine : ulkus duodenum atau ulkus lambung : 1 X 300 mg (malam hari) atau 2 X 150 mg selama 8 mingguGERD : 2 X 150 mg selama 12 mingg

Page 26: DISPEPSIA

3. Inhibitor pompa proton Indikasi : terapi Helicobacter pylori, ulkus duodenum, ulkus

peptikum, refluks gastroesofagus, pencegahan kekambuhan ulkus,

a) Omeprazole Ulkus duodenum : 1 X 20 mg, 2 – 4 minggu Ulkus peptikum : 1 X 20 mg, 4 – 8 minggu Refluks gastroesofagus : 1 X 20 mg, 4 – 8 minggu

b) Lansoprazol

c) Pantoprazol Ulkus duodenum : 1 X 40 – 80 mg, 2 minggu Ulkus peptikum : 1 X 40 – 80 mg, 4 minggu

Page 27: DISPEPSIA

4. Golongan prokinetik Indikasi : mual, muntah, baik karena gangguan pengosongan

lambung maupun karena migrain dan kemoterapi, esofagitis refluks, gangguan motilitas saluran cerna, dyspepsia

a) Metoklopramid Kontra indikasi : ileus obstruktif, perforasi usus dan

hipersensitif Dosis : mual dan muntah 8 X 10 mg, selama 3 hari Kemoterapi : 1 mg/kg BB IV (selama 30 menit) 1 mg/kg BB

tiap 3 jam, 3 X

b) Domperidon : mual dan muntah 4 X 10 mg, maksimal 4 X 20mg

c) Cisaprid : 3 X 5 – 10 mg

Page 28: DISPEPSIA

5. Golongan sitoprotektora) Sukralfat Sebagian besar (97 %) tidak diserap di saluran cerna dan

dikeluarkan melalui tinja dalam bentuk yang tidak berubah Bekerja secara multifaktorial, berikatan dengan albumin,

fibrinogen serta protein lainnya yang terdapat di mukosa yang rusak sehingga sukralfat terikat lebih kuat pada mukosa yang rusak daripada mukosa yang normal

Memiliki efek antibakterial dan dapat memperkuat pertahanan mukosa

Komposisi : sucrose octasulphate dan polyalumunium hydroxide Indikasi : ulkus duodenum, ulkus lambung, tukak stress

(profilaksis) Ulkus duodenum/peptikum : 2 X 2 gram, selama 6 minggu Profilaksis ulkus : 2 X 1 gram, selama 2 tahun Profilaksis tukak stress : 4 X 1 gram per NGT Efek samping : konstipasi, mulut kering Kemasan : tablet 500 dan 1000 mg

Page 29: DISPEPSIA

6. Antibiotika

a) Amoksisilin : 2 X 1000 mg, selama 1 minggu

b) Klaritromisin : 2 X 500 mg, selama 1 minggu

c) Tetrasiklin : 4 X 250 mg, selama 2 minggu

d) Metronidazol : 3 X 500 mg, selama 1 - 2 minggu

e) Bismuth

Mempunyai efek anti diare, anti peptik dan anti bakterial yang selektif

Mekanisme kerja : menghambat pertumbuhan kuman, memperlambat motilitas lambung dan usus, memperpanjang waktu transit, meningkatkan sekresi mucus : 4 X 120 mg, selama 4 minggu

Efek samping : mual, muntah

Page 30: DISPEPSIA

PENGOBATAN UNTUK ERADIKASI KUMAN HELICOBACTER PYLORI

Sesuai konsensus kelompok studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI) :a. Terapi tripel selama 1 atau 2 minggu Proton Pump Inhibitor (PPI) + Amoksilin + Klaritromisin PPI + Metronidazol + Klaritromisin PPI + Metronidazol + Tetrasiklin (bila alergi terhadap Klaritromisin)

b. Terapi kuadripel selama 1 atau 2 minggub.1. Jika gagal dengan terapi kombinasi 3 obat, dianjurkan : Bismuth + PPI + Amoksilin + Klaritromisin, atau Bismuth + PPI + Metronidazol + Klaritromisin

b.2. Untuk daerah yang resistensi tinggi terhadap Klaritromisin, maka dapat digantikan dengan :

Bismuth + PPI + Metronidazol + Tetrasiklin

Page 31: DISPEPSIA

Dosis masing-masing obat :

PPI (Omeprazol 20 mg, Lansoprazol 30 mg dan Pantoprazol 40 mg) : 2 X 1/hari

Amoksilin : 2 X 1000 mg/hari Klaritromisin : 2 X 500 mg/hari Metronidazol : 3 X 500 mg/hari Tetrasiklin : 4 X 250 mg/hari Bismuth : 4 X 120 mg/hari

Page 32: DISPEPSIA

Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)

Menghindari stress Stop merokok & alkohol Stop kafein (stimulan asam lambung) Menghindari makanan dan minuman soda Menghindari makan malam

Terapi non farmakologi

Page 33: DISPEPSIA

TUJUAN DIET LAMBUNG

MEMBERIKAN MAKANAN DAN

CAIRAN SECUKUPNYA

TANPA MEMBERATKAN

LAMBUNG

MENCEGAH DAN

MENETRALKAN SEKRESI ASAM

LAMBUNG YANG

BERLEBIHAN

Page 34: DISPEPSIA

PORSI KECIL

MUDAH CERNA

CAIRAN CUKUP

RENDAH SERAT

TIDAK MENGANDUNG BUMBU YANG “TAJAM”

SYARAT DIET

Page 35: DISPEPSIA

TERIMA KASIH