diskusi sistem inovasi drn
DESCRIPTION
sistem inovasi, sistem inovasi daerah, kebijakan inovasi, inovasi, kebijakan teknologi, dewan riset nasional, governanceTRANSCRIPT
I C T
I see Tthru
SISTEM INOVASI: PENDEKATAN DAN SISTEM INOVASI: PENDEKATAN DAN PENADBIRANPENADBIRAN
Tatang A. Taufik
BPPTBPPT
Diskusi Sistem Inovasi – DRN, 9 Maret 2006Diskusi Sistem Inovasi – DRN, 9 Maret 2006
I see T thru ICT
OUTLINEOUTLINE
1. INOVASI : Pengertian Perkembangan perspektif
2. SISTEM INOVASI
3. PENADBIRAN (GOVERNANCE) Kebijakan Inovasi Kelembagaan
4. ISU KEBIJAKAN INOVASI NASIONAL
5. AGENDA KEBIJAKAN INOVASI
I see T thru ICT
1. INOVASI1. INOVASI
I see T thru ICT
A. BEBERAPA DEFINISI INOVASIA. BEBERAPA DEFINISI INOVASI
Inovasi adalah aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau proses yang baru (lihat misalnya Clark dan Guy, 2001);
Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan kelembagaan pasar dan non-pasar (OECD, 1999);
Innovation is a locally driven process, succeeding where organizational conditions foster the transformation of knowledge into products, processes, systems, and services. (Malecki, 1997; Dikutip dari Jelinek dan Hurt, 2001).
Inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru; tindakan menggunakan sesuatu yang baru (Rosenfeld, 2002);
Inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru (the successful exploitation of a new idea; (Mitra, 2001 dan the British Council, 2000), atau dengan kata lain
Inovasi merupakan (“proses atau hasil”) mobilisasi pengetahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru;
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).
I see T thru ICT
B. ESENSI PENGERTIANB. ESENSI PENGERTIAN
“proses’ (dan/atau “hasil”) pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru.
proses di mana gagasan, temuan tentang produk atau proses diciptakan, dikembangkan dan berhasil disampaikan kepada pasar ~ pengertian “teknokratik”.
Kreativitas tentang perubahan (pembaruan, perbaikan) (Potensi) nilai komersial (nilai kegunaan/kemanfaatan).
Inovasi:Inovasi:
Inovasi produktif Inovasi produktif (productive innovation).(productive innovation).
Kata Kunci:Kata Kunci:
I see T thru ICT
C. INOVASIC. INOVASI
InovasiInovasi
Teknologis Jasa (Services)
Organisasional Barang (Goods)
ProsesProses ProdukProduk SistemSistem
Pengertian “Teknokratik”
I see T thru ICT
D. PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TENTANG INOVASID. PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TENTANG INOVASI
Technology Push:Technology Push:Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan
1960an – 1970an
Technology Push:Technology Push:Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan
1960an – 1970an
Riset Riset DasarDasar LitbangLitbangRiset Riset
TerapanTerapanManufaktur/Manufaktur/
ProduksiProduksiPenjualan/Penjualan/DistribusiDistribusi
Demand Pull:Demand Pull:Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan
1970an – 1980an
Demand Pull:Demand Pull:Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan
1970an – 1980an
““Permintaan”Permintaan”
Riset Riset TerapanTerapan
Riset Riset DasarDasar
Market Driven:Market Driven:Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran
1980an – . . . .
Market Driven:Market Driven:Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran
1980an – . . . .
Manufaktur/Manufaktur/ProduksiProduksiLitbangLitbang Penjualan/Penjualan/
DistribusiDistribusi
I see T thru ICT
E. MODEL INOVASI E. MODEL INOVASI CHAIN-LINKCHAIN-LINK
Riset – Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)
Kebutuhan Pasar
Analisis Persaingan
Invent
Pembuktian Konsep
Prototyping
Desain detail
Uji produk
Redesain
Produksi
Pasar
Distribusi
Dukungan klien
Siklus Pengembangan Produk
Proses Transfer (Beragam)
Sumber : Diadopsi dari Kline dan Rosenberg (1986).
I see T thru ICT
MODEL INOVASIMODEL INOVASISains Dasar
PengembanganTeknologi
Manufaktur Pemasaran Penjualan
Technology Push
Demand Pull
KebutuhanKonsumen
Pengembangan Manufaktur Penjualan
MODEL LINIER
Gagasan Baru
PengembanganGagasan Pengembangan
Teknologi Baru
PembuatanPrototipe
ManufakturPemasaran &
Penjualan
Pasar(Market Place)
Kebutuhan Masyarakat dan Pasar
Kemajuan Teknologi dan Produksi
MODEL INTERAKTIF
Sumber : Diadopsi dari Dodgson dan Bessant (1996).
F. ILUSTRASI PERKEMBANGAN PERSPEKTIF: MODEL F. ILUSTRASI PERKEMBANGAN PERSPEKTIF: MODEL INTERAKTIFINTERAKTIF
I see T thru ICT
G. BEBERAPA FENOMENA PENTINGG. BEBERAPA FENOMENA PENTING Inovasi seringkali bukan technology push (driven) atau demand pull (driven)
secara “hitam – putih” yang tegas, namun lebih merupakan proses di antaranya dan kombinasi keduanya.
Walaupun inovasi muncul sebagai kejadian (event) yang mengubah sesuatu secara signifikan, inovasi bukan merupakan kejadian sesaat dan/atau tidak terjadi/muncul dengan sendirinya. Inovasi merupakan suatu proses.
Inovasi lebih merupakan proses kompleks dan dinamis (dan adakalanya terkesan sporadis) yang sering menunjukkan paradoks. Walaupun inovasi didorong oleh kompetisi (persaingan), inovasi tidak berkembang tanpa kerjasama (co-operation), adakalanya bahkan antara perusahaan yang saling bersaing. Inovasi tak lagi semata hanya bergantung pada bagaimana perusahaan, perguruan tinggi dan para pembuat kebijakan bekerja, namun pada bagaimana mereka bekerjasama.
Inovasi merupakan proses pembelajaran sosial (social learning). Para inovator dan adopters (pengguna) sama-sama perlu melalui proses belajar, baik menyangkut isu teknis maupun kemanfaatan dan hal penting lain, serta membutuhkan “interaksi” yang efektif bagi keberhasilan inovasi.
Iklim persaingan yang sehat memberikan tekanan persaingan yang efektif dalam mendorong kebutuhan akan inovasi dan keberhasilannya akan semakin bergantung pada bagaimana berbagai elemen penting, baik pelaku usaha, lembaga litbang, perguruan tinggi dan pembuat kebijakan berkolaborasi. Di sisi lain, sifat inovasi (iptek atau litbang) yang mengandung “barang publik/public goods” (setidaknya “sebagian”) berpotensi membawa kepada “kegagalan pasar” (market failures). Karenanya, intervensi tertentu seringkali dipandang perlu untuk mendorongnya.
I see T thru ICT
H. BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999)H. BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999)
Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar.
Inovasi bergantung pada kemajuan saintifik. Inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbang. SDM
merupakan faktor yang sangat kunci. Produksi barang dan jasa semakin knowledge-intensive, tetapi tak selalu berarti lebih R&D intensive.
Perusahaan merupakan aktor utama, tetapi tidak bertindak sendiri.
Semakin penting untuk dipahami:
Inovasi pada dasarnya merupakan hasil dari KEWIRAUSAHAAN, KREATIVITAS INTELEKTUAL,
DAN UPAYA KOLEKTIF.
I see T thru ICT
I. FAKTOR PENDORONG PENTINGI. FAKTOR PENDORONG PENTING
Perkembangan/kemajuan teknologi (technical novelty).
Perubahan kebutuhan/keinginan atau “selera” konsumen.
Perubahan dalam segmen pasar atau kemunculan segmen pasar yang baru.
Tekanan persaingan yang semakin ketat. Perubahan atas faktor produksi (kelangkaan relatif)
dan faktor ekonomi tertentu (misalnya nilai tukar mata uang).
Peraturan/kebijakan pemerintah.
I see T thru ICT
J. PERGESERAN PANDANGAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKANJ. PERGESERAN PANDANGAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Cara Pandang Era Implikasi KebijakanSebagai residual (faktor ”marjinal”) pertumbuhan/ kemajuan (model-model pertumbuhan neo-klasik dan sebelumnya).
Era di mana inovasi belum memperoleh perhatian khusus (terutama masa sebelum 1960an).
Tidak/belum ada upaya khusus intervensi.
Inovasi sebagai proses sekuensial linier (pineline linear model).
Era Technology push (tahun 1960an – tahun 1970an).
Tekanan kebijakan pada sisi penawaran sangat dominan (supply driven).
Kebijakan sains/riset sangat dominan. Kebijakan teknologi/iptek mulai berkembang.
Era Demand pull (1970an – 1980an).
Tekanan kebijakan pada sisi permintaan sangat dominan (demand driven).
Kebijakan teknologi dan/atau kebijakan iptek berkembang, namun yang bersifat satu arah/sisi (one-side policy) masih dominan.
Inovasi dalam kerangka pendekatan sistem proses interaktif-rekursif (feedback loop/chain link model) dari kompleksitas dan dinamika pengembangan (discovery, invensi, litbang maupun non litbang), pemanfaatan, dan difusi serta pembelajaran secara holistik.
Era Sistem Inovasi (1980an – sekarang).
Kebijakan inovasi, dengan kerangka pendekatan sistem.
Kebijakan inovasi merupakan proses pembelajaran yang perlu diarahkan pada pengembangan sistem inovasi yang semakin mampu beradaptasi.
Kebijakan inovasi tak lagi hanya menjadi ranah monopoli Pemerintah ”Pusat,” tetapi juga Pemerintah ”Daerah.”
I see T thru ICT
2. SISTEM INOVASI2. SISTEM INOVASI
I see T thru ICT
A. SISTEM INOVASI: Beberapa DefinisiA. SISTEM INOVASI: Beberapa Definisi
Freeman (1987): jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang interaksinya memprakarsai, mengimpor (mendatangkan), memodifikasi dan mendifusikan teknologi-teknologi baru.
Lundvall (1992): elemen dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu sistem nasional yang mencakup elemen-elemen dan hubungan-hubungan bertempat di atau berakar di dalam suatu batas negara. Pada bagian lain ia juga menyampaikan bahwa sistem inovasi merupakan suatu sistem sosial di mana pembelajaran (learning), pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi (exploring) merupakan aktivitas sentral, melibatkan interaksi antara orang/masyarakat dan reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif melalui pengingatan (remembering).
I see T thru ICT
B. SISTEM INOVASI: Beberapa DefinisiB. SISTEM INOVASI: Beberapa Definisi
Nelson dan Rosenberg (1993): Sistem inovasi merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama memainkan peran penting dalam mempengaruhi kinerja inovatif (innovative performance).
Metcalfe (1995): Sistem inovasi merupakan sistem yang menghimpun institusi-institusi berbeda yang berkontribusi, secara bersama maupun individu, dalam pengembangan dan difusi teknologi-teknologi baru dan menyediakan kerangka kerja (framework) di mana pemerintah membentuk dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan untuk mempengaruhi proses inovasi. Dengan demikian, ini merupakan suatu sistem dari lembaga-lembaga yang saling berkaitan untuk menciptakan, menyimpan, dan mengalihkan (mentransfer) pengetahuan, keterampilan dan artifacts yang menentukan teknologi baru.
Himpunan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar di suatu negara yang mempengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan difusi teknologi (OECD, 1999).
I see T thru ICT
C. REVIEW : PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN C. REVIEW : PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN INOVASIINOVASI
Sistem Inovasi : suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.
Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan : Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap “simpul”
(fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi; Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan
antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem); dan
Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.
I see T thru ICT
Sistem Pendidikan dan Litbang
Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Pendidikan Tinggi dan Litbang
Litbang Pemerintah
Sistem Industri
Perusahaan Besar
UKM “Matang/ Mapan”
PPBT
IntermediariesLembaga Riset
Brokers
Konsumen (permintaan akhir)Produsen (permintaan antara)
Permintaan (Demand)
Framework ConditionsKondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
PerbankanModal Ventura
Supra- dan Infrastruktur KhususHKI danInformasi
Dukungan Inovasi dan Bisnis
Standar danNorma
Potensi jangkauan kebijakan publik …
Catatan : RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development)PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.
AlamiahSDA (Natural Endowment)
Budaya• Sikap dan nilai• Keterbukaan terhadap
pembelajaran dan perubahan
• Kecenderungan terhadap Inovasi dan kewirausahaan
• Mobilitas
Kebijakan Ekonomi• Kebijakan ekonomi makro• Kebijakan moneter• Kebijakan fiskal• Kebijakan pajak• Kebijakan perdagangan• Kebijakan persaingan
Kebijakan Industri/ Sektoral Kebijakan Keuangan
Sistem Politik
Pemerintah
Penadbiran (Governance)
Kebijakan RPT
Kebijakan Promosi & Investasi
Infrastruktur Umum/ Dasar
D. SKEMATIK GENERIK SISTEM INOVASID. SKEMATIK GENERIK SISTEM INOVASI
I see T thru ICT
E. SISTEM INOVASI: ESENSI PENGERTIANE. SISTEM INOVASI: ESENSI PENGERTIAN
Pengertian istilah “sistem inovasi” pada dasarnya meliputi konteks “inovasi dan difusinya.”
Kata “sistem” dalam istilah sistem inovasi menunjukkan cara pandang yang secara sadar memperlakukan suatu kesatuan menyeluruh (holistik) dalam konteks “inovasi dan difusi.”
Terdapat lima tekanan perhatian yang diberikan pada bahasan tentang sistem inovasi, yaitu:1. Basis sistem sebagai tumpuan bagi proses inovasi beserta
difusi inovasi.2. Aktor dan/atau organisasi (lembaga) yang relevan dengan
perkembangan inovasi (dan difusinya), seperti misalnya pelaku bisnis, perguruan tinggi, lembaga litbang, pembuat kebijakan.
3. Kelembagaan, hubungan/keterkaitan dan interaksi antar pihak yang mempengaruhi inovasi dan difusinya.
4. Fungsionalitas, yaitu menyangkut kegunaan/peran kunci dari elemen, interaksi dan proses inovasi dan difusi.
5. Aktivitas, yaitu menyangkut upaya/proses atau tindakan penting dari proses inovasi dan difusi.
I see T thru ICT
Sistem Pendidikan dan Pelatihan
Sumber : OECD (1999).
Konteks Ekonomi Makro dan Regulasi
Infrastruktur Komunikasi
Pengelolaan dan Keuangan Korporasi
Kondisi Pasar Produk dan Faktor
KINERJA NEGARAPertumbuhan, penciptaan kerja, daya saing
Kapasitas Inovasi Nasional
Sis
tem
Ino
vasi
Dae
rah
Ko
nd
isiK
laster Ind
ustri
Jaringan Inovasi Global
Sistem Inovasi Nasional
Kapabilitas & Jaringan
Perusahaan
Science system
Lembaga Litbang
lain
Lembaga Pendukung
Pengembangan, difusi & pemanfaatan pengetahuan
F. SISTEM INOVASI (OECD)F. SISTEM INOVASI (OECD)
I see T thru ICT
G. SISTEM INOVASI (OECD, 1999):G. SISTEM INOVASI (OECD, 1999):Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan yang secara bersama yang secara bersama Mempengaruhi Kondisi-kondisi bagi Inovasi yang Mempengaruhi Kondisi-kondisi bagi Inovasi yang BerhasilBerhasil
Inovasi semakin bergantung pada interaksi yang efektif antara basis sains dan sektor bisnis.
Pasar yang lebih kompetitif dan perubahan iptek yang semakin cepat mendorong perusahaan-perusahaan berinovasi semakin cepat pula.
Jaringan dan kolaborasi antar perusahaan kini semakin penting dibanding dengan di masa lampau, dan semakin melibatkan jasa layanan yang semakin sarat pengetahuan (knowledge-intensive).
Usaha kecil dan menengah (UKM), terutama “perusahaan pemula (baru) berbasis teknologi/PPBT” (new technology-based firms/NTBFs) mempunyai peran yang semakin penting dalam pengembangan dan difusi teknologi baru.
Globalisasi ekonomi membuat sistem inovasi berbagai negara menjadi semakin saling bergantung (interdependent).
I see T thru ICT
H. SISTEM INOVASI (Meyer-Stamer, 1998):H. SISTEM INOVASI (Meyer-Stamer, 1998):Tekanan pada Kapabilitas TeknologiTekanan pada Kapabilitas Teknologi
1. Keterampilan produsen meniru dan berinovasi.2. Kondisi ekonomi, politik, administratif dan hukum yang
mempengaruhi ada-tidaknya insentif bagi berkembangnya kapabilitas teknologi.
3. Dukungan langsung, baik lembaga pemerintah ataupun non pemerintah (tergantung tingkat pembangunan, keadaan persaingan, dan karakteristik cabang teknologi di negara yang bersangkutan).
4. Dukungan tak langsung, seperti misalnya sistem pendidikan.
Kapabilitas teknologi: kapasitas untuk memahami komponen teknologi dalam pasar, melakukan penilaian, memilih teknologi yang dibutuhkan, memanfaatkannya, menyesuaikan dan memperbaikinya, serta mengembangkan teknologi tersebut. Secara umum, kapabilitas teknologi dipengaruhi oleh:
I see T thru ICT
I. SISTEM INOVASI:I. SISTEM INOVASI:Fungsi Sistem (Fungsi Sistem (Johnson dan Jacobson, 2001)Johnson dan Jacobson, 2001)
1. Menciptakan pengetahuan baru.
2. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.
3. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.
4. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).
5. Memfasilitasi formasi pasar.
I see T thru ICT
J. SISTEM INOVASI:J. SISTEM INOVASI: Aktivitas dalam Sistem ( Aktivitas dalam Sistem (Liu dan White, 2001)Liu dan White, 2001)
Melakukan kajian tentang sistem inovasi dengan menelaah “aktivitas” dalam sistem, yang terkait dengan “penciptaan (creation), difusi, dan eksploitasi inovasi teknologi dalam suatu sistem.” Mereka berfokus pada bagaimana aktivitas mendasar (fundamental activities) dari proses inovasi diorganisasikan, didistribusikan, dan dikoordinasikan.
Menekankan bahwa aktivitas tersebut lebih dari sekedar sistem litbang, termasuk input terhadap riset dan penggunaan dari output riset.
Beberapa aktivitas mendasar tersebut adalah:
1. Riset (dasar, pengembangan, dan rekayasa);
2. Implementasi (manufaktur);
3. Penggunaan akhir/end-use (pelanggan dari produk atau output proses);
4. Keterkaitan/linkage (menyatukan pengetahuan yang saling komplementatif); dan
5. Pendidikan.
I see T thru ICT
K. SISTEM INOVASI:K. SISTEM INOVASI: Beberapa Perkembangan Beberapa Perkembangan
1980an – 1990an, menyangkut isu-isu: inovasi dan pembangunan ekonomi, pembelajaran (learning), infrastruktur iptek dan
perilaku perusahaan, analisis tingkat makro dan meso, dan cakupan nasional dan fitur sistem.
Model Triple Helix (Etzkowitz dan Leydesdorff, 2000; dan Leydesdorff dan Etzkowitz, 1998)
I see T thru ICT
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Etzkowitz dan Leydesdorff (2000).
Pemerintah Industri
Akademia
Tri-literal networkTri-literal network dan Organisasi dan Organisasi
HybridHybrid
Hubungan/interaksi antar kelembagaan
dalam “pusaran spiral” sebagai “proses transisi tanpa akhir dan
dinamis”
L. SISTEM INOVASI: Model Skematik L. SISTEM INOVASI: Model Skematik Triple HelixTriple Helix
I see T thru ICT
M. SISTEM INOVASI:M. SISTEM INOVASI: Dari Konteks “Nasional” ke “Daerah” ~ MengapaDari Konteks “Nasional” ke “Daerah” ~ Mengapa
Kesadaran bahwa kedekatan spasial (spatial proximity) memudahkan banyak pihak untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan yang tacit dan kapasitas untuk pembelajaran secara lebih terlokalisasi.
Inovasi (selain berupa hal yang lebih bersifat teknokratik, juga organisasional dan institusional) sering terjadi dalam konteks institusional, politis, dan sosial tertentu yang mendukung, yang biasanya bersifat erat dengan lingkungan lokalitas tertentu.
Proses pembelajaran yang terlokalisasi (localized learning process) sangat erat terkait dengan (ditentukan/dipengaruhi oleh) sehimpunan kelembagaan daerah/setempat (termasuk misalnya keberadaan organisasi yang memperkuat jaringan, dan berkembangnya kualitas interaksi dan kolaborasi serta kebijakan daerah yang mendukung).
Pembelajaran yang terlokalisasi terfasilitasi oleh sehimpunan kelembagaan daerah yang serupa. Ini misalnya karena lebih kuatnya dukungan kelembagaan (dalam arti luas) dalam mengembangkan agenda bersama (common agenda) dan kolaborasi yang meningkatkan kapasitas untuk bertindak (collective/joint action). Ini tentu sangat penting dalam mendorong sinergi positif dan eksternalitas ekonomi.
I see T thru ICT
N. SISTEM INOVASI:N. SISTEM INOVASI: Dari Konteks “Nasional” ke “Daerah” ~ MengapaDari Konteks “Nasional” ke “Daerah” ~ Mengapa (lanjutan)
Inovasi merupakan proses sosial, yang sangat dipengaruhi oleh interaksi antar pihak. Hubungan, jaringan dan kedekatan sosial umumnya lebih kuat pada tataran setempat (yang lebih terlokalisasi). Situasi demikian tentu sangat penting bagi perkembangan atau penguatan modal sosial (social capital), termasuk dalam bentuk hubungan dan rasa saling percaya, komunikasi dan interaksi yang produktif, budaya berpikir terbuka, dan sebagainya.
Perusahan yang berklaster di suatu daerah memiliki kesamaan budaya daerah yang memudahkan proses pembelajaran. “Warisan budaya” (cultural heritage) yang positif dan kecenderungan sifat path dependence tentang pengetahuan/teknologi dan inovasi turut mempengaruhi proses interaksi yang lebih intensif di tingkat “lokal”.
Dalam konteks daya saing, keunggulan global semakin ditentukan/dipengaruhi oleh keunggulan lokal. Seperti diungkapkan oleh Porter, bahwa: “keunggulan daya saing yang bertahan lama dalam suatu ekonomi global akan semakin terletak pada ”hal-hal yang bersifat lokal”, yaitu pengetahuan (knowledge), hubungan, dan motivasi, yang tidak dapat (sulit) disaingi oleh para pesaing jauh (distant rivals).”
I see T thru ICT
O. SID: Suatu PerspektifO. SID: Suatu Perspektif
Klaster Industri 1-A
Klaster Industri 2-C
Klaster Industri 3-B
Klaster Industri 1-Z
Klaster Industri:
Kla
ster
Ind
ust
ri 3
Kla
ster
Ind
ust
ri 1
Sektor I
Sektor II
Sektor III
DaerahC
DaerahA
SID SID
Sistem Inovasi Nasional
SID : Sistem Inovasi Daerah.
I see T thru ICT
3. PENADBIRAN INOVASI3. PENADBIRAN INOVASI(INNOVATION GOVERNANCE)(INNOVATION GOVERNANCE)
I see T thru ICT
A. REVIEW : PENGERTIAN KEBIJAKAN INOVASIA. REVIEW : PENGERTIAN KEBIJAKAN INOVASI
Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan : Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap
“simpul” (aktor/fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi;
Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem); dan
Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan horisontal antar- aktor/fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan aktor/fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.
I see T thru ICT
B. ILUSTRASI KETERKAITAN KEBIJAKANB. ILUSTRASI KETERKAITAN KEBIJAKANBAGI KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI BAGI KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI
Kebijakan Pendidikan Pengetahuan dan
Keterampilan Kreativitas Profesionalisme Kewirausahaan
Kebijakan Ekonomi Makro Moneter Fiskal Perdagangan
Kebijakan Industri Investasi Perpajakan - Subsidi Insentif Regulasi - Deregulasi
Kebijakan Litbang Kebijakan Daerah
Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif, Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan
Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif, Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan
Kebijakan Inovasi
Perbaikan Bisnis yang Ada
Perkembangan Investasi
Perkembangan Bisnis Pemula yang Inovatif
Kebijakan Sains Kebijakan Teknologi
I see T thru ICT
Kar
akte
rist
ik
Pen
gar
uh
/Dam
pak
Tatanan Kelembagaan(Institutional Setting)
Lingku
p
Tujuan
EksplisitEksplisit
ImplisitImplisit
Faktor Faktor KontekstualKontekstual
Sisi Obyek/Aktor yang Dipengaruhi
Sisi Penyediaan
(Supply Side)
Sisi Permintaan
(Demand Side)
Bidang Keterkaitan
(Linkage Area)
Sp
esif
ik
Fu
ng
sio
nal
Har
us s
emak
in je
las
exit
polic
y -n
ya
Dampak
Fungsi dan Variabel Sistem Inovasi
Fungsi, Aktivitas dan Aktor Sistem Inovasi
Tujuan Kebijakan
Isu Kebijakan
Agenda Strategis
C. KERANGKA PEMETAAN INSTRUMEN KEBIJAKAN INOVASIC. KERANGKA PEMETAAN INSTRUMEN KEBIJAKAN INOVASI
I see T thru ICT
D. SIN: Elemen Esensial “Generik”D. SIN: Elemen Esensial “Generik”
1. Daya dukung pihak penyedia;
2. Daya serap pihak pengguna;
3. Kelembagaan antarmuka (interface) dan keterkaitan para pihak yang saling menguntungkan;
4. Infrastruktur yang terspesialisasi;
5. Pendanaan/pembiayaan inovasi dan/atau pendanaan/pembiayaan berisiko;
6. Kebijakan yang mendukung.
I see T thru ICT
E. ORGANISASI PENADBIRAN INOVASI E. ORGANISASI PENADBIRAN INOVASI (INNOVATION (INNOVATION GOVERNANCE)GOVERNANCE)
Tingkat 1Kebijakan lintas bidang tingkat tinggi
Tingkat 1Kebijakan lintas bidang tingkat tinggi
Tingkat 2Koordinasi yang berpusat pada misi kementerian
Tingkat 2Koordinasi yang berpusat pada misi kementerian
Tingkat 3Koordinasi & pengembangan kebijakan yang lebih rinci
Tingkat 3Koordinasi & pengembangan kebijakan yang lebih rinci
Tingkat 4Pelaku riset dan inovasi
Tingkat 4Pelaku riset dan inovasi
Pemerintah Dewan kebijakan
Dewan Riset dan Akademi
Badan Badan Teknologi dan Teknologi dan
InovasiInovasi
Badan-badan Program
Pendukung
Produsen:Perusahaan,Pertanian,
Rumah sakit, dsb.Perguruan
Tinggi
Lembaga Litbang
Kontraktor Program
Departemen/Kementerian Industri, dll.
Departemen/Kementerian
Riset dan Teknologi
Departemen/Kementerian
Sektoral lainnya
I see T thru ICT
F. MENGAPA PERLU PERAN “PEMERINTAH” DALAM SISTEM F. MENGAPA PERLU PERAN “PEMERINTAH” DALAM SISTEM INOVASIINOVASI
Kegagalan Pasar (Market Failures); Kegagalan Pemerintah (Government Failures); Kegagalan Sistemik (Systemic Failures).
Termasuk: Dukungan aktivitas inovatif (litbang + 6 aktivitas inovatif ~ Frascati Manual) Memahami kegagalan yang berkembang dalam sistem inovasi; Memberikan advis kepada pembuat kebijakan (advisory); Menyuarakan “isu” urgen (advocacy); Mendorong perbaikan penadbiran inovasi dan kebijakan inovasi; Mendorong proses pembelajaran dalam sistem inovasi. Fungsi publik tertentu untuk mendorong perkembangan sistem inovasi
(berkembangnya fungsi-fungsi dalam sistem inovasi secara efektif dan efisien).
Perlu “aktor” yang berperan dalam meningkatkan upaya efektif agar SI “berfungsi” semakin baik
I see T thru ICT
G. ILUSTRASI KERAGAMAN PENADBIRAN KEBIJAKAN G. ILUSTRASI KERAGAMAN PENADBIRAN KEBIJAKAN “VERTIKAL” DI BEBERAPA NEGARA “VERTIKAL” DI BEBERAPA NEGARA
Sumber : Arnold, et al. (2004, 2003).
Desain kebijakan
Desain program
Manajemenprogram
Administrasiprogram
M = Kementerian yang bertanggung jawab atas kebijakan teknologi dan inovasi
State
SEN-TER
MB
elan
da
Se
kto
rS
wa
sta
M
Ing
gri
s
M
Kan
ada
M
Se
mi-
pu
blik
Den
mar
k
NR
C
M
No
rweg
ia
TE
KE
S
M
Fin
lan
dia
En
terp
rise
Irel
an
d
M
Irla
nd
ia
VIN
NO
VA
M
Sw
edia
I see T thru ICT
H. ILUSTRASI BATASAN ANTARA BADAN/ORGANISASIH. ILUSTRASI BATASAN ANTARA BADAN/ORGANISASI
Negara Riset Dasar/Terapan Litbang/Inovasi Pengembangan Bisnis
Kanada 3 Dewan Riset Canadian Foundation for Innovation Industry Canada, pelaku setempat
Denmark 6 Dewan RisetDanish Research Agency
MSTI(tidak ada badan terpisah)
Min Economic & Business Affairs
Finlandia Academy of Finland TEKES TEKES/Ministry of Industry
Irlandia 2 Dewan RisetScience Foundation Ireland
Enterprise Ireland Enterprise IrelandIDA Ireland
Norwegia RCN RCN Innovation Norway
Belanda NWO STW, SENTER SENTER
Swedia Swedish Research Council VINNOVA NUTEK/ALMI
Inggris 7 Dewan Riset tidak ada badan terpisah tidak ada badan terpisah
I see T thru ICT
I. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SINI. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SIN
Industri
Perguruan Tinggi
Amerika Serikat
Pemerintah
Industri
FokusRiset Dasar
Riset Terapan
Pengembangan Produk & Proses
Teknologi Industri Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pendanaan
Lembaga Nasional dan Lab. Nasional
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Jawahar (2002).
I see T thru ICT
J. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SINJ. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SIN
Industri
Max Planck Gesellschaft
Jerman
Pemerintah
Industri
FokusRiset Dasar
Riset Terapan
Pengembangan Produk & Proses
Teknologi Industri Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pendanaan
Mission oriented National Research Centres
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Jawahar (2002).
Perguruan Tinggi
Fraun Hofer Gesellschaft
I see T thru ICT
K. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam K. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SINSIN
Industri
Perguruan Tinggi
Jepang
Pemerintah
Industri
FokusRiset Dasar
Riset Terapan
Pengembangan Produk & Proses
Teknologi Industri Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pendanaan
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Jawahar (2002).
Lembaga-lembaga Nasional(Tsukuba Science Park)
I see T thru ICT
L. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam L. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SINSIN
Joint Venture dan
UKM
Akademi Sains, Lembaga, dan Lab. Nasional, dan Perguruan Tinggi
China
Pemerintah
Industri
FokusRiset Dasar
Riset Terapan
Pengembangan Produk & Proses
Teknologi Industri Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pendanaan
Industri
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Jawahar (2002).
Kementerian dan Lembaga-lembaga Provinsi
BUMN dan BUMD
I see T thru ICT
M. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga M. CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SINdalam SIN
Perusahaan-perusahaan Industri(UKM)
AcademicSinica
Taiwan
Pemerintah
Industri
FokusRiset Dasar
Riset Terapan
Pengembangan Produk & Proses
Teknologi Industri Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pendanaan
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Jawahar (2002).
Perguruan Tinggi
Industrial Technology Research Institute
SeluruhnyaInstitute for Information Industry (III)Metal Industry Devpt. Centre (MIDC )Bio-Technology Devpt. Centre (BDC)
Science based Industrial Park(Host for Hi-Tech industries)
I see T thru ICT
N.CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam N.CONTOH ILUSTRATIF: Peta Peran Lembaga dalam SINSIN
Perusahaan-perusahaan Multinasional (MNCs)
Perguruan Tinggi(NUS & NTV)
Singapura
Pemerintah
Industri
FokusRiset Dasar
Riset Terapan
Pengembangan Produk & Proses
Teknologi Industri Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pendanaan
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Jawahar (2002).
Lembaga Pengembangan Teknologi Nasional
Science Parks
I see T thru ICT
Menko Ekonomi
DPR
Depkeh & HAM
DRN
10 BUMNIS (dulu) :1. PT. DI2. PT. PAL3. PT. PINDAD4. PT. K. STEEL5. PT. INKA6. Perum Dahana7. PT. INTI8. PT. BHARATA9. PT. BBI10. PT. LEN
BUMN Keuangan
BUMN lain
Dep/ Kementerian
Lain
Lembaga Litbang Departemen
Balitbang Industri
Balitbangtan
LPND Ristek
BPPT
LAPAN
BSN
BAKOSURTANAL
LIPI
BATAN
BAPETEN
Pusat, Balai/ UPT
BPTP, Balai/UPT
Pusat, Balai/ UPT
Depkeu
AIPI
Perguruan Tinggi
Swasta
Lembaga Litbang Swasta
Depdiknas
Balitbang Diknas
Perg. Tinggi Negeri
Lemlitbang Departemen
Lain
Pusat, Balai/ UPT
PRESIDEN
PUSPIPTEK
Menko & Dep./ Kementerian Lain
KPP/ BAPPENAS
Kementerian BUMN D
ep/
Kem
ente
ria
n L
ain
KRT
O. KELEMBAGAAN DALAM SISTEM INOVASIO. KELEMBAGAAN DALAM SISTEM INOVASI
Sumber : Taufik (2005).
I see T thru ICT
Keb
ijak
an,
Pro
gra
m,
Ke
gia
tan
dan
Org
anis
asi
ser
ta
Jari
ng
an d
i L
ua
r D
aera
h,
Na
sio
nal
& I
nte
rnas
ion
al
Keterangan:Instruksi, Sumber Daya
Saran (Advis) / Pelaporan
Hasil
Koordinasi dan Integrasi Horisontal (Kerjasama)
Instruksi, Sumber Daya, Saran/ Pelaporan, Hasil, Koordinasi dan Integrasi Horisontal & Vertikal (Kerjasama)
Tingkat 4Pelaku litbang/ inovasi
Tingkat 4Pelaku litbang/ inovasi
Tingkat 1Kebijakan lintas bidang tingkat tinggi
Tingkat 1Kebijakan lintas bidang tingkat tinggi
Tingkat 2Koordinasi yang berpusat pada misi Perangkat Daerah (Badan/Dinas/ Kantor, dll.)
Tingkat 2Koordinasi yang berpusat pada misi Perangkat Daerah (Badan/Dinas/ Kantor, dll.)
Tingkat 3Koordinasi Implementasi
Tingkat 3Koordinasi Implementasi
Gubernur/ Bupati/Walikota
DPDS
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Produsen
Perguruan Tinggi
Lembaga Litbang/
UPTD, dll.
Kontraktor Program
Badan/Dinas/ Kantor
Sektoral
Badan/Dinas/ Kantor Lintas
Sektor
Organisasi Perangkat
Daerah lainnya
DPRD
DRD Tim AhliTim/Gugus Tugas
Asisten, Ka. Bappeda &Ka. Perangkat Daerah tertentu
Konsumen
Litbang Swasta/Non-pemerintah
P. “STRUKTUR ORGANISASI” PENADBIRAN P. “STRUKTUR ORGANISASI” PENADBIRAN (GOVERNANCE)(GOVERNANCE) KEBIJAKANKEBIJAKANDI DAERAH DI DAERAH
I see T thru ICT
4. TANTANGAN DAN ISU KEBIJAKAN 4. TANTANGAN DAN ISU KEBIJAKAN INOVASIINOVASI
I see T thru ICT
A. TANTANGAN KEBIJAKAN INOVASIA. TANTANGAN KEBIJAKAN INOVASI
Merumuskan konsep KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI (INNOVATION POLICY FRAMEWORK) yang menjadi acuan bersama, diterjemahkan ke dalam tindakan dengan sasaran
yang jelas dan terukur, secara konsisten diimplementasikan, dipantau dan dievaluasi, serta diperbaiki secara terus-menerus.
Proses dan produk kebijakan inovasi yang baik pada dasarnya merupakan proses dan produk
pembelajaran
I see T thru ICT
B. KRITERIA KEBIJAKANB. KRITERIA KEBIJAKAN
1. Efektivitas.
2. Efisiensi.
3. Memiliki daya bangkitan yang signifikan (significant leveraging effects).
4. Kelayakan cakupan (adequacy of scope).
5. Memenuhi kaidah pasar (conforming to the market mechanisms).
6. Konsistensi.
7. Koherensi.
8. Keterbukaan dan akuntabilitas.
9. Komitmen kebijakan.
I see T thru ICT
C. TIGA DIMENSI PENTING KEBIJAKAN INOVASIC. TIGA DIMENSI PENTING KEBIJAKAN INOVASI
Dimensi ”penadbiran kebijakan” (policy governance), bahwa kebijakan inovasi dapat ditentukan pada beragam tataran (lokal, daerah, nasional dan internasional), di mana koherensi dan komplementasi satu dengan lainnya sangatlah penting.
Dimensi sektoral di mana terdapat beragam faktor yang akan memberikan pengaruh umum serupa walaupun dengan tingkat yang berbeda dan pengaruh yang mungkin bersifat spesifik sektor. Karenanya, respons kebijakan yang dikembangkan perlu mempertimbangkan hal ini.
Interaksi dengan bidang kebijakan lainnya, di mana kebijakan inovasi seringkali perlu diimplementasikan melalui kebijakan lainnya (mis.: selain kebijakan litbang/kebijakan teknologi). Karenanya, konsepsi inovasi dan sistem inovasi perlu semakin ”lekat/terpadu” dalam beragam kebijakan terkait lainnya.
I see T thru ICT
D. ISU KOORDINASI - KOHERENSI KEBIJAKAN INOVASID. ISU KOORDINASI - KOHERENSI KEBIJAKAN INOVASI
Fragmentasi “sektoral”; Dikotomi “Pusat/Nasional” – “Daerah”; Tumpang-tindih dan inkonsistensi antar
“bidang/ aspek”; Perkembangan sistem pemerintahan; Kebutuhan proses pembelajaran kebijakan
yang lebih baik; Kebutuhan respons kebijakan yang cepat,
tepat, dan terkoordinasi atas dinamika perubahan dan tantangan.
I see T thru ICT
E. ISU KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM E. ISU KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DI INDONESIAINOVASI DI INDONESIA
1. Kelemahan kerangka umum.
2. Kelemahan kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi UKM.
3. Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama difusi inovasi (termasuk praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang).
4. Persoalan budaya inovasi.
5. Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi dan sosial.
6. Tantangan global.
I see T thru ICT
5. AGENDA KEBIJAKAN INOVASI5. AGENDA KEBIJAKAN INOVASI
I see T thru ICT
A. PERTIMBANGAN KERANGKA KEBIJAKAN INOVASIA. PERTIMBANGAN KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI
Beberapa aspek pertimbangan agenda :1. Tema kebijakan inovasi yang mendasar
(fundamental) dan luas;
2. Bersifat universal bagi konteks nasional dan daerah serta kondisi sektoral/industrial pada umumnya di Indonesia;
3. Bidang-bidang yang saling berkaitan dan bersifat cross-cutting issues;
4. Merupakan faktor kunci (sangat penting) bagi prakarsa-prakarsa berdasarkan situasi saat ini dan antisipasi ke depan;
5. Dapat menjadi agenda kolaboratif pada tataran nasional dan daerah.
I see T thru ICT
B. HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASIB. HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASI
1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.
2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.
3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang.
4. Mendorong budaya inovasi.5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.
6. Penyelarasan dengan perkembangan global.
4
5
1
62
3
I see T thru ICT
C. ILUSTRASI PRAGMATISASI DARI RPJM 2004-2009C. ILUSTRASI PRAGMATISASI DARI RPJM 2004-2009
Bab-bab Lain
Bab-bab Lain
Bab 22 RPJM 2004 - 2009
Program Penelitian dan
Pengembangan lmu Pengetahuan
dan Teknologi
Program Difusi dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Program Penguatan
Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Program Peningkatan
Kapasitas Iptek Sistem Produksi
4
5
1
62
3
Kerangka Kebijakan Inovasi