download laporan akhir masa tugas drn periode 2009-2011

83

Upload: dohuong

Post on 12-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011
Page 2: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

i

LAPORAN AKHIR MASA TUGAS

DEWAN RISET NASIONAL

PERIODE 2009-2011

Page 3: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

ii

KATA PENGANTAR

DRN adalah lembaga non struktural yang dibentuk oleh pemerintah untuk

menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Dewan ini bertugas

merumuskan arah dan prioritas utama pembangunan iptek serta memberikan berbagai

pertimbangan bagi penyusunan kebijakan strategis pembangunan nasional iptek.

Pada periode 2009 – 2011, DRN beranggotakan 100 ahli pada berbagai

bidang dan dari berbagai latar belakang / kalangan, yaitu para Akademisi, Pebisnis

dan Pemerintah (Academician, Business and Government / ABG). Dalam

melaksanakan tugas seluruh anggota dibagi ke dalam 8 Komisi Teknis (Komtek), yaitu:

(i) Komtek Ketahanan Pangan, (ii) Komtek Energi, (iii) Komtek Teknologi dan

Manajemen Transportasi, (iv) Komtek Teknologi Informasi dan Komunikasi, (v) Komtek

Teknologi Pertahanan dan Keamanan, (vi) Komtek Teknologi Kesehatan dan Obat,

(vii) Komtek Sains Dasar, dan (viii) Komtek Sosial Kemanusiaan.

DRN 2009-2011 mempunyai Fokus Tugas yang diatur melalui Keputusan

Menteri Riset dan Teknologi Nomor 001/M/Kp/I/2010, dan dalam rangka

mengoptimalisasi peran DRN untuk mendukung Program Kementerian Riset dan

Teknologi dalam penguatan Sistem Inovasi nasional (SINas), maka dikeluarkan

Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Nomor 76/M/Kp/II/2011 tentang Fokus Tugas

Dewan Riset Nasional 2009 – 2011. Adapun fokus tugas DRN terdiri dari :

1) Membantu Menteri dalam merumuskan arah dan prioritas utama pembangunan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan penyusunan Agenda Riset Nasional; 2) Memberikan

berbagai pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan Kebijakan Strategis

Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek), Sistem Inovasi Nasional

(SINas), dan kebijakan strategis ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya; 3)

Pemantauan umum perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional; 4)

Penegakan norma ilmiah riset nasional; 5) Pengusulan penerima penghargaan riset

kepada Menteri.

Dalam kerangka Fokus Tugas DRN 2009-2011 itulah berbagai kegiatan

dilakukan seperti: a) Penyusunan Agenda Riset Nasional 2010-2014; b) Memberikan

masukan berupa berbagai pertimbangan antara lain: tentang Pendanaan Litbang

Alternatif untuk Penguatan SINas, Dukungan Iptek dalam MP3EI, Upaya tentang

pemenuhan hak Anggota DRN, Materi tentang Revitalisasi DRN, Usulan Keanggotaan

DRN 2012-2014; c) Melaksanakan Pemantauan Umum Perkembangan Iptek berupa

pertimbangan dan rekomendasi dari ke-8 Komisi Teknis, Pengembangan Open Method

of Research Coordination / OMRC, Koordinasi dan kemitraan dengan lembaga-

lembaga nasional termasuk DRD di berbagai daerah maupun dengan lembaga

internasional seperti OECD, World Bank dan Forum Implementasi Hasil Riset untuk

pengentasan kemiskinan di lingkungan ASEAN (iBoP Asia); d) beberapa kegiatan

terkait Penegakan Norma Ilmiah Riset, serta e) beberapa kegiatan terkait Pengusulan

Penerima Penghargaan Riset, dan lain-lain.

Berbagai kegiatan tentunya diharapkan dapat dilanjutkan sehingga

berkesinambungan oleh DRN 2012-2014, sehingga hal-hal yang telah dirintis dapat

diselesaikan lebih tuntas. Beberapa kegiatan lagi membutuhkan pengelolaan terus

Page 4: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

iii

menerus seperti perangkat OMRC, kemitraan dengan DRD dan lembaga-lembaga

lainnya. Juga diharapkan dapat dilakukan peningkatan kualitas staf Sekretariat DRN

agar pelaksanaan tugas-tugasnya di masa mendatang dapat berjalan lebih baik lagi.

Akhirnya, tentu dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut banyak hal-

hal yang kurang berkenan, untuk itu pada kesempatan ini dimohonkan maaf yang

sebesar-besarnya. Tidak lupa pada kesempatan ini dihaturkan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua DRN Prof. Dr. Ir. Andrianto

Handojo, Wakil Ketua DRN Ir. Betti Alisjahbana, para Ketua Komisi Teknis DRN,

seluruh pihak atas sumbang fikir kepakaran, juga bagi dedikasi tak kenal lelah para

anggota Tim Asistensi serta untuk Kepala dan staf Sekretariat DRN.

Semoga Laporan Akhir Masa Tugas ini dapat bermanfaat sebagai masukan

bagi pelaksanaan tugas-tugas DRN Periode 2012-2014.

Jakarta, 15 Desember 2011

Sekretaris Dewan Riset Nasional

Dr. Ir. Tusy A. Adibroto, MSi

Page 5: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv I PENDAHULUAN 1

1.1 Tugas Dewan Riset Nasional (DRN) 2009-2011 1

1.2 Organisasi Dewan Riset Nasional (DRN) 2009-2011 1

II PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No. 001/M/Kp/I/2010 (BUTIR 1 & 2)

4

2.1 Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014 4 2.1.1 Penyusunan Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014 4 2.1.2 Sosialisasi Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014 8 2.2 Pengelolaan Program Insentif Riset Tahun 2009-2010 9 2.2.1 Penyusunan Produk Target dalam Pedoman Program Insentif Riset 9 2.2.2 Sosialisasi Program Insentif Riset 11 2.2.3 Seleksi 12 2.2.4 Pemantauan 14

2.2.5 Evaluasi 15 III PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No.

76/M/Kp/II/2011 (BUTIR 2)

16 3.1 Masukan Tentang Revitalisasi DRN 16 3.2. Masukan tentang Pendanaan Litbang dalam Rangka Penguatan

Sistem Inovasi Nasional (SINas)

17 3.3 Masukan tentang Dukungan Iptek dalam MP3EI 19 3.4 Upaya Pemenuhan Hak Anggota DRN 20 3.5 Usulan Keanggotan DRN Periode 2012-2014 21

IV PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No. 76/M/Kp/II/2011 (BUTIR 3)

23

4.1 Pemantauan Perekembangan Iptek: Hasil Kegiatan Komisi Teknis DRN 2009-2011

23

4.2 Pengawalan Implementasi ARN Melalui Open Method of Reseach Coordination (OMRC)

42

4.3 Koordinasi Kemitraan Riset Antar Lembaga Tingkat Nasional: Kemitraan DRN-DRD

50

4.4 Koordinasi Kemitraan Riset Antar Lembaga Tingkat Nasional: Dewan Pupuk Indonesia

52

4.5 Koordinasi Kemitraan Riset Antar Lembaga Tingkat Internasional 53 4.5.1 Pertemuan OECD dan DRN 53 4.5.2 Pertemuan World Bank dan DRN 53 4.5.3 Kegiatan Jejaring International iBoP Asia Project 53

Page 6: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

v

V PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No.

76/M/Kp/II/2011 (BUTIR 4 & 5)

56 5.1 Penegakan Norma Ilmiah Riset 56 5.2 Penganugerahan Iptek 56

VI KAJIAN DRN 57 6.1 Kemitraan Dalam Sistem Inovasi Nasional 57 6.2 Jejaring Riset Pusat dan Daerah 59 6.3 Transformasi Penelitian ke Dalam Inovasi 60 6.4 Peranan Iptek Menjawab Pemanasan Global 61 6.5 Interaksi Peneliti dan Industri dalam Rangka Implementasi Hasil Riset 62 6.6 Peran DRD dalam Penguatan Sistem Inovasi 63 6.7 Iptek untuk Adaptasi Perubahan Iklim: Kajian Kebutuhan Tema Riset

Prioritas

65 6.8 Pengembangan Pusat Keunggulan Maritim Selat Malaka Menuju

Masyarakat Berbasis Pengetahuan

67

V PENUTUP 69

Page 7: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

1

I PENDAHULUAN

1.1 Tugas Dewan Riset Nasional (DRN) 2009-2011

UU No 18 tahun 2002 Pasal 19 menyatakan bahwa untuk mendukung Menteri dalam

merumuskan arah, prioritas utama, dan kerangka kebijakan pemerintah di bidang penelitian,

pengembangan, dan penerapan Iptek, pemerintah membentuk Dewan Riset Nasional (DRN) yang

beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan Iptek. DRN adalah lembaga yang dibentuk oleh

pemerintah untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Peraturan Presiden No. 16 Tahun

2005 tentang Dewan Riset Nasional Pasal 4, menyatakan bahwa Dewan Riset Nasional (DRN)

mempunyai tugas : [1] membantu Menteri dalam merumuskan arah dan prioritas utama

pembangunan iptek; [2] memberikan berbagai pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan

kebijakan strategis nasional ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selanjutnya, dalam melaksanakan tugasnya, Keputusan Menteri Riset dan Teknologi

No. 001/M/Kp/I/2010 mengamanatkan Fokus Kegiatan Dewan Riset Nasional 2009-2011 adalah:

1) Penyusunan Agenda Riset Nasional (ARN); 2) Pengawalan implementasi ARN melalui instrumen-

instrumen berikut: a) Pengelolaan substansi Program Riset Insentif, b) Kerjasama penelitian,

pengembangan dan penerapan iptek diantara ABG (Academician, Business, Government), c)

Koordinasi kemitraan kegiatan riset iptek antar lembaga di tingkat nasional maupun internasional; 3)

Pemantauan umum perkembangan iptek; 4) Penegakan norma ilmiah riset; dan 5 ) Pengembangan

sistem dan pengusulan penerima penghargaan riset.

Untuk mengoptimalisasi peran DRN dalam mendukung Program Kementerian Riset dan

Teknologi dalam penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka dikeluarkan Keputusan Menteri

Riset dan Teknologi Nomor 76/M/Kp/II/2011 tentang Fokus Tugas Dewan Riset Nasional 2009

– 2011 sebagai berikut : 1) Membantu Menteri dalam merumuskan arah dan prioritas utama

pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi dan penyusunan Agenda Riset Nasional; 2)

Memberikan berbagai pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan Kebijakan Strategis

Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek), Sistem Inovasi Nasional (SINas), dan

kebijakan strategis ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya; 3) Pemantauan umum perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi nasional; 4) Penegakan norma ilmiah riset nasional; 5) Pengusulan

penerima penghargaan riset kepada Menteri.

1.2 Organisasi Dewan Riset Nasional (DRN)

DRN merupakan lembaga non struktural dan bukan merupakan suatu badan pelaksana.

Karena merupakan sebuah dewan maka segala keluarannya merupakan produk yang dihasilkan

dari kegiatan bersama sebagai hasil pemikiran dan pertimbangan kolektif.

Dalam melaksanakan tugasnya, DRN membentuk Komisi Teknis, Badan Pekerja, dan

Panitia Adhoc. DRN 2009-2011 terdiri atas 100 orang Anggota yang secara bersama-sama

merupakan DRN Paripurna, dan pada Sidang Paripurna I tahun 2009 setelah pengukuhan oleh

Menristek, para anggota memilih Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris serta para Ketua Komisi Teknis.

Hasil dari pemilihan adalah Andrianto Handojo sebagai Ketua DRN, Betti Alisjahbana sebagai Wakil

Ketua, dan Tusy A. Adibroto sebagai Sekretaris DRN 2009-2011. Sidang yang selanjutnya dipimpin

oleh Ketua DRN terpilih menyepakati bahwa susunan Komisi Teknis/ Komtek DRN 2009-2011 masih

seperti DRN periode 2006-2009 yaitu [1] Komisi Teknis Ketahanan Pangan, [2] Komisi Teknis

Page 8: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

2

Energi, [3] Komisi Teknis Teknologi dan Manajemen Transportasi, [4] Komisi Teknis Teknologi

Informasi dan Komunikasi, [5] Komisi Teknis Teknologi Pertahanan dan Keamanan, [6] Komisi

Teknis Teknologi Kesehatan dan Obat, di tambah dengan dua bidang [7] Komisi Teknis Sains

Dasar, dan [8] Komisi Teknis Sosial Kemanusiaan.

Komisi Teknis Sains Dasar dimaksudkan untuk memberikan landasan teoretik bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, inovasi dan budaya ilmiah di sebuah bangsa. Demikian

pula, berbagai kegiatan pemanfaatan teknologi dan inovasi dapat menjadi sumber inspirasi bagi

pengembangan sains dasar itu sendiri, yang pada gilirannya membuka jalan bagi temuan terapan

yang lebih baru. Penguatan dan pengembangan sains dasar, oleh karenanya, berperanan kunci

dalam menjamin keberlanjutan dari upaya pemanfaatan teknologi dan peningkatan daya saing

industri.

Sedangkan Komisi Teknis Sosial Kemanusiaan dimaksudkan untuk memperkaya dan

memperkuat dimensi sosial dan kemanusiaan dalam pemanfaatan hasil riset. Pengembangan ilmu

sosial dan kemanusiaan ini mencakup aspek sosial, budaya, hukum, ekonomi dan keberlanjutan

lingkungan. Penguatan dimensi sosial dan kemanusiaan tersebut diharapkan dapat memberikan

landasan kemasyarakatan dan kemanusiaan bagi pembangunan iptek bangsa secara

berkesinambungan, dan pencapaian peradaban Indonesia yang terkemuka, dengan menjunjung

tinggi nilai kemanusiaan universal.

Komisi Teknis yang terbentuk segera melakukan rapat untuk memilih Ketua dan Wakil

Ketua Komisi serta menyiapkan rencana kerja Komisi Teknis. Bersama-sama dengan para Ketua

Komisi Teknis, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris merupakan DRN Badan Pekerja. Adapun para Ketua

Komisi Teknis adalah: [1] Benyamin Lakitan sebagai Ketua Komtek Ketahanan Pangan, [2] Hudi

Hastowo sebagai Ketua Komtek Energi, [3] Indrayati Subagio sebagai Ketua Komtek Teknologi dan

Manajemen Transportasi, [4] Ashwin Sasongko sebagai Komtek Teknologi Informasi dan

Komunikasi, [5] Agus Susarso sebagai Ketua Komtek Teknologi Pertahanan dan Keamanan, [6]

Amin Soebandrio sebagai Ketua Komtek Teknologi Kesehatan dan Obat, [7] Bambang Setiaji

sebagai Ketua Komtek Sains Dasar, dan [8] Roosmalawati Rusman sebagai Komtek Sosial

Kemanusiaan

Komisi Teknis merupakan komisi yang berisikan Anggota DRN dengan kepakaran teknis

tertentu. Penentuan anggota Komisi Teknis DRN dilakukan dari usulan DRN periode 2005-2008 dan

telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 013/M/kp/I/2009

tentang Anggota Dewan Riset Nasional (DRN) Periode 2009-2011. Setelah keluarnya Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, bidang prioritas pengembangan

iptek yang tadinya enam bidang menjadi tujuh bidang yaitu ditambah dengan Material Maju.

Berdasarkan hasil rapat Badan Pekerja Bidang Prioritas Material Maju disepakati untuk ditangani

oleh Komisi Teknis Sains Dasar.

Selanjutnya, Peraturan Presiden No 16 Tahun 2005 Pasal 14, menyatakan bahwa dalam

melaksanakan tugasnya, Dewan Riset Nasional dibantu oleh Sekretariat. Sekretariat tersebut

dilaksanakan oleh satu unit kerja yang berada di lingkungan kantor dan ditetapkan oleh Menteri

Riset dan Teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

melaksanakan tugasnya, Sekretariat secara fungsional bertanggung jawab kepada Dewan Riset

Nasional.

Page 9: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

3

Gambar 1 Skema Organisasi DRN dan Sekretariat DRN

Pada awalnya organisasi Sekretariat DRN sesuai dengan Kepmen No.

07/M/PER/VII/2006 terdiri dari: a) Subbagian Tata Usaha; b). Subbagian Persidangan dan

Hubungan Antar Lembaga. Adanya reorganisasi Kementerian Riset dan Teknologi pada Tahun

2010 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi

No.03/M/PER/VI/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan Teknologi,

tanggal 10 Juni 2010; Pasal 9 menyatakan bahwa: Biro Perencanaan mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi, penyusunan,monitoring dan evaluasi program dan anggaran,

dukungan administrasi kerjasama luar dan dalam negeri, serta ketatausahaan Dewan Riset

Nasional. Sesuai Pasal 24, Bagian Tata Usaha Dewan Riset Nasional mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan sidang dan sosialisasi hasil sidang Dewan Riset Nasional,

merupakan unit kerja yang bertugas sebagai Sekretariat DRN, yang menyelenggarakan fungsi: a)

pelaksanaan penyiapan bahan sidang Dewan Riset Nasional; dan b) pelaksanaan penyiapan

bahan sosialisasi hasil sidang Dewan Riset Nasional.

KETUA

WK. KETUA

SEKRETARIS

KOMISI

KOMISI

KOMISI

KOMISI

KOMISI

KOMISI

KOMISI

KOMISI

KA BAG TU DRN

KA. SUB. BAG PENYIAPAN BAHAN

SOSIALISASI

KA. SUB. BAG PENYIAPAN

BAHAN SIDANG

Non Struktural/ Fungsional Struktural / Administratif

KAROREN KRT

SESMENRISTEKK

Page 10: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

4

II PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No.

001/M/Kp/I/2010 (BUTIR 1 DAN 2)

2.1 Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014

2.1.1 Penyusunan Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014

Fokus tugas pertama dari Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor

001/M/Kp/I/2010 tentang Fokus Kegiatan Dewan Riset Nasional 2009-2011 yaitu Penyusunan

Agenda Riset Nasional (ARN).

Gambar 2 Dokumen Agenda Riset Nasional 2010-2014

Agenda Riset Nasional disusun dengan memperhatikan landasan ideologi UUD 1945 dan

Pancasila, serta perundang-undangan di bidang pembangunan Iptek dan kebijakan-kebijakan sektor

pembangunan yang berlaku. Secara umum, landasan perundang-undangan yang digunakan adalah

UU 18/2002 tentang Sistem Nasional Iptek dan UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang 2005-2025 serta Instruksi Presiden no:4 Tahun 2003 tentang Perumusan dan

Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek; Peraturan Pemerintah no : 20

Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh

Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan; Peraturan Pemerintah No: 41

Tahun 2006 tentang perizinan melakukankegiatan dan pengembangan bagi kegiatan penelitian dan

pengembangan bagi lembaga asing, Peraturan Pemerintah No:35 Tahun 2007 tentang alokasi

sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi dan

difusi teknologi, Peraturan Pemerintah No:48 Tahun 2009 tentang pelaksanaan kegiatan penelitian,

pengembangan dan penerapan Iptek beresiko tinggi dan berbahaya. Di samping itu, juga diacu

dokumen-dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014, Kebijakan Strategis

Nasional Iptek serta Prioritas Presiden, Program Prioritas Pembangunan Kabinet Indonesia

Bersatu II dan Kontrak kinerja Menristek.

Page 11: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

5

Gambar 3 Struktur Kebijakan Iptek 2010 – 2014 sebagai Rujukan

Penyusunan Agenda Riset Nasional 2010 – 2014.

Proses penyusunan ARN 2010-2014, diawali dengan mencari butir-butir penting dalam

pengembangan iptek yang disusun oleh DRN periode 2005-2008. Harapan disusunnya butir-butir

penting tersebut adalah untuk menjaga keberlanjutan dengan ARN 2006-2009. Dengan mengacu

butir-butir penting tersebut pada awal tahun 2009 dilakukan kegiatan pengayaan masukan dari

pemangku kepentingan iptek melalui lokakarya berbagai Komisi Teknis DRN. Selanjutnya

dirumuskan rancangan ARN 2010-2014 melalui rapat-rapat Komisi Teknis DRN dengan merujuk

pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 yang terdapat 6

bidang fokus. Setelah Presiden terpilih dilantik, dan Pemerintahan baru telah terbentuk, maka

rancangan ARN 2010-2014 kemudian diselaraskan dengan dokumen perencanaan yang baru. Oleh

karenanya, Komisi Teknis DRN melakukan rapat untuk melakukan penyelarasan ARN dengan

menggunakan rancangan RPJMN 2010-2014 yang disusun oleh Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Bappenas dan merujuk pada rancangan Kebijakan Strategis Nasional

(Jakstranas) Iptek 2010-2014 yang disusun oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Dengan

mempertimbangkan Kontrak Kinerja Menteri Riset dan Teknologi maka rancangan ARN 2010-2014

disesuaikan lagi.

Selain itu, adanya Pidato Presiden dihadapan Masyarakat Iptek Indonesia di Serpong pada

10 Januari 2010, maka rancangan ARN 2010-2014 yang telah berisikan agenda riset beserta

narasinya disempurnakan lagi dengan memasukkan unsur-unsur harapan pemerintah terhadap

iptek dan arah umum kebijakan iptek sesuai dengan visi misi Presiden. ARN 2010-2014 terdiri dari 7

Bidang Fokus sesuai dengan jumlah bidang Fokus dalam RPJMN 2010-2014, dimana Bidang Fokus

Fokus Prioritas

KIB II

UU No. 17/2007 RPJPN

2005 - 2025

Kontrak Kinerja

Menristek

RPJMN 2010 - 2014

Buku Putih 2005 - 2025

Jakstranas Iptek 2010 - 2014

ARN 2010 - 2014

INPRES No. 4/2003

PP No.48/2009 PP No.20/2005 PP No. 41/2006 PP No.35/2007

UU No. 18/2002 SISNAS IPTEK

UUD - 1945

Tema Riset Tema Riset Tema Riset

Kebijakan Pembangunan Sektor:

Perundang-undangan

Kebijakan Menteri

Perkembangan Global

Page 12: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

6

Material Maju disiapkan oleh Komisi Teknis Sains Dasar DRN. Sedang Komisi Teknis Sosial

Kemanusiaan DRN mewarnai semangat pembangunan iptek yang tercantum dalam ARN yaitu:

penanggulangan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan wawasan lingkungan pada agenda

riset di setiap bidang fokus. .Rancangan inilah setelah disetujui dalam rapat Badan Pekerja DRN

diserahkan pada Menteri Riset dan Teknologi sebagai rekomendasi. Untuk selanjutnya ditetapkan

sebagai Lampiran 2 dari Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor

193/M/Kp/IV/2010 tentang Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi 2010-2014.

Gambar 4 Keterkaitan Bidang Fokus dan Faktor Keberhasilan

Penyusunan Agenda Riset Nasional merupakan upaya yang memperhatikan keterkaitan

antar bidang fokus yang secara keseluruhan diintegrasikan oleh dua faktor Pendukung Keberhasilan

yaitu faktor Sains Dasar dan faktor Sosial Kemanusiaan. Faktor Pendukung Keberhasilan sangat

menentukan keberhasilan pembangunan iptek nasional yang dikembangkan untuk: (i) memperkuat

basis keilmuan dari ke tujuh bidang fokus; dan (ii) memperkuat dimensi sosial dan kemanusiaan dari

ke tujuh bidang fokus; dan (iii) mempererat keterkaitan lintas-disiplin dan lintas-bidang di antara ke

tujuh bidang fokus tersebut.

Dalam ARN 2010-2014 terkandung semangat pembangunan iptek yang ditekankan pada

kemanfaatan dan kontribusi hasil-hasil iptek pada pembangunan nasional yang pada dasarnya

adalah untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat

khususnya juga terkait dengan: a) pengentasan kemiskinan (pro-poor technology), b) kesadaran

akan potensi kelautan yang sedemikian besar mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan

serta, c) dilaksanakannya pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Pengembangan Iptek di Indonesia diharapkan dapat memenuhi berbagai tujuan yaitu a)

membangun kemandirian bangsa guna menciptakan sistem pertahanan keamanan; b) mendorong

pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mengurangi

pengangguran dan angka kemiskinan, serta memajukan kesejahteraan umum; c) mempercepat

FokuKetahanan

Pangan

Fokus Teknologi

Pertahanan & Keamanan

FokusTeknologi dan Manajemen Transportasi

FokusTeknologi

Kesehatan dan

Fokus

Energi

FokusTeknologi

Informasi dan Komunikasi

Penguatan Dimensi Sosial dan Kemanusiaan

Tujuan Pembangunan Iptek dalam RPJMN/RPJPN

Fokus Material Maju

Penguatan Sains Dasar

Obat

Page 13: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

7

tercapainya kemajuan bangsa dan kesejahteraan kehidupan rakyat melalui pelayanan teknologi bagi

publik maupun melalui keikut-sertaan masyarakat; dan d) menciptakan pembangunan berkelanjutan

dalam rangka menangani masalah lingkungan global seperti pemanasan global, perubahan iklim

dan kerusakan lingkungan hidup. Untuk itu perlu dibangun sebuah sistem yang mengatur hubungan

antara unsur-unsur yang mampu menyediakan iklim yang mendorong inovasi yang dikenal sebagai

sebuah Sistem Inovasi Nasional.

Dijelaskan pula, sistem inovasi yang dikembangkan hendaknya sesuai dengan karakteristik

sosial budaya setempat sehingga akan menyuburkan proses peningkatan nilai tambah bisnis dan

ekonomi (added value) pada berbagai tingkatan sejak lokal, regional, maupun nasional, menguatkan

nilai terintegrasi (integrated value), memperbesar modal sosial (social capital) bagi pemajuan sosial

budaya dalam masyarakat, yang secara timbal-balik dapat memperkuat sistem inovasi.

Gambar 5 Struktur Pokok Sistem Inovasi

Sistem inovasi yang kuat dapat berperan dalam berbagai aspek, antara lain: memenuhi

kebutuhan pelayanan; meningkatkan standar hidup; menciptakan dan memperluas kesempatan

kerja, membentuk dan meningkatkan keunggulan daya saing; meningkatkan produktivitas dan

mendukung pertumbuhan ekonomi; menciptakan dan memperluas pasar (daerah, nasional dan

internasional).

Kehadiran ARN diharapkan dapat berfungsi sebagai: (i) media untuk berinteraksi dan

berkoordinasi antara berbagai pelaku iptek dan inovasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja

secara kolektif; dan (ii) wahana untuk mengarahkan kegiatan penelitian, pengembangan,

penyebarluasan, dan pemanfaatan iptek menuju pemecahan permasalahan pembangunan bangsa.

Fungsi di atas diharapkan berlaku luas, sehingga ARN dapat menjadi acuan riset secara nasional.

Dalam pelaksanaannya, ARN telah menjadi kriteria utama pada aktivitas Insentif Kementerian Riset

dan Teknologi, sehingga selanjutnya diharapkan lembaga riset dengan menggunakan sumber

pendanaan manapun seharusnya menggunakan ARN sebagai acuan dalam menyusun program

lembaga.

Selain itu, diharapkan ARN menjadi rujukan bagi daerah dalam menyusun Agenda Riset

Daerah, sehingga terjadi sinkronisasi perencanaan riset di tingkat daerah dan nasional. Dalam era

otonomi daerah ini, tentunya daerah dalam menyusun ARD mengacu ARN dengan tetap

memperhatikan potensi daerah masing-masing dan dalam kerangka visi misi kepala daerah yang

terpilih.

Page 14: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

8

2.1.2 Sosialisasi Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014

Agar pemangku kepentingan Iptek di Indonesia mengetahui instrument kebijakan iptek,

terutama ARN 2010-2014, maka dilaksanakan sosialisasi ARN pada berbagai kegiatan termasuk di

daerah. Sosialisasi ARN dengan berbagai stakeholders dilaksanakan baik dalam bentuk tatap muka

(seminar,lokakarya,dll) maupun melalui moda lainnya (media massa, press conference, tulisan di

media cetak, dll) dilakukan sepanjang tahun 2010.

Sosialisasi dilakukan antara lain pada:

1. Jakarta, 11 Pebruari 2010: Sarasehan Puslitbang Jalan dan Jembatan Kementerian

Pekerjaan Umum.

2. Surabaya, 24 Februari 2010: Pentingnya Pembentukan DRD di Daerah

3. Jayapura, 23 Maret 2010: Penyusunan Jakstrada dan ARD Papua

4. Padang, 6 April 2010: Kebijakan Strategis Daerah Iptek Sumbar

5. Medan, 8 April 2010: Acara Pelantikan DRD Sumatera Utara

6. Jakarta, 13 April 2010: Acara Pengukuhan DRD Prov DKI Jakarta 2010-2012

7. Jakarta, 22 April 2010: Business Incubator Center Forum

8. Kota Palangkaraya, 27 April 2010: Workshop Penyusunan Agenda Riset Daerah,

9. Padang, 7 Mei 2010: Mekanisme Kerja DRN dan Gambaran Dewan Riset Daerah

10. Jakarta, 11 Mei 2010: Forum Komunikasi Kelitbangan

11. Jakarta, 23 Mei: 2010: Acara Innovation Talk

12. Medan, 25 Juli 2010: Kebijakan Strategis Daerah Iptek Sumut Tahun 2011-2014

13. Jakarta, 21 Oktober 2010: Penyusunan Agenda Riset Daerah

14. Serang, 29 Oktober 2010: Penyusunan Agenda Riset Daerah

15. Pekanbaru, 14 Januari 2011: Rapat koordinasi Dewan Riset Daerah Riau

16. Jakarta, 8 Februari 2011: Peran DRD dalam Pembangunan Iptek Daerah

17. Jakarta, 10 Mei 2011: Revitalisasi FKK dalam Pengembangan Iptek Nasional

18. Manokwari, 28 Juni 2011: Pentingnya DRD untuk Meningkatkan Nilai tambah dalam

Pengembangan Sumberdaya Lokal yang Berkelanjutan di Daerah

19. Yogyakarta, 19 Juli 2011: Penerapan Konsep SINas dan SIDa dalam Mendukung

Pertumbuhan Ekonomi Nasional

20. Jakarta, 23 Juli 2011: Agenda Riset Nasional Bidang Sosial Budaya

21. Medan, 25 Juli 2011: Penyusunan Kebijakan Strategis Pembangunan Iptek Sumut Tahun

2011 – 2014

22. Palangkaraya, 30 September 2011: Acara Pengukuhan DRD Kalimantan Tengah

Sosialisasi juga dilakukan melalui pemuatan softcopy ARN 2010-2014 dalam situs

www.drn.go.id maupun www.ristek.go.id , dan buku ARN 2010-2014 yang dicetak dan keping

cakram (compact disc-CD) ARN dikirimkan ke berbagai lembaga /Instansi litbang, pemda, perguruan

tinggi dan badan usaha/industri terkait.

Selanjutnya rancangan ARN 2010-2014 yang sudah disusun pada tahun 2009 menjadi

acuan dalam menyusun Produk Target pada Pedoman Program Insentif Riset pada tahun 2009

yang pelaksanaan risetnya dilakukan pada tahun 2010. Dokumen ARN 2010-2014 digunakan

sebagai acuan dalam menyusun Produk Target pada Pedoman Program Insentif Riset pada tahun

2010 yang pelaksanaan risetnya dilakukan pada tahun 2011.

Page 15: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

9

2.2 Pengelolaan Program Insentif Riset Tahun 2009-2010

Pengelolaan substansi Program Insentif Riset dilakukan DRN dimulai pada tahun 2009

seperti tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi No. 110/M/Kp/X/2009

tentang Penetapan Proposal Program Insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk

Dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010, bahwa proposal

yang dibiayai dalam keputusan tersebut merupakan hasil seleksi dan rekomendasi dari Dewan Riset

Nasional (DRN). Kemudian diterbitkan Keputusan Menteri Riset dan Teknologi No. 001/M/Kp/I/2010

tentang Fokus Kegiatan Dewan Riset Nasional 2009-2011 butir kedua yaitu Pengawalan

Implementasi ARN melalui instrumen: pengelolaan substansi Program Riset Insentif, kerjasama

penelitian, pengembangan dan penerapan iptek diantara ABG (Academician, Business,

Government). DRN mengelola Insentif Riset dari aspek substansi yang dilaksanakan mulai tahun

2009 dan 2010 dengan menyiapkan Pedoman Program Insentif yang risetnya dilaksanakan tahun

2010-dan 2011.

Penyelenggaraan Insentif Riset disamping sebagai instrumen kebijakan yang diluncurkan

untuk menjalankan misi KRT dalam memberikan kesempatan dan memotivasi kegiatan penelitian,

pengembangan, dan penerapan iptek , juga merupakan salah satu upaya untuk implementasi

Agenda Riset Nasional (ARN). Oleh karena itu, penyusunan buku pedoman insentif riset juga

mengacu pada dokumen ARN 2010 – 2014, dimana tercantum tema-tema riset unggulan dan

produk target dari masing-masing bidang fokus. Melalui dokumen tersebut ditekankan agar

implementasi ARN dapat berkontribusi terhadap pengembangan Sistem Inovasi Nasional,

khususnya pemanfaatan hasil riset bagi kepentingan pembangunan nasional. Untuk itulah jaringan

kerjasama atau kolaborasi menjadi kata kunci yaitu : a) kerjasama diantara penghasil riset dan

pengguna hasil riset melalui pola kemitraan yang dimulai sejak penelitian direncanakan ; maupun b)

kerjasama diantara para periset yang saling memperkuat kompetensi sehingga hasil riset yang

diperoleh menjadi lebih baik.

Mekanisme yang dikembangkan untuk memenuhi keinginan tersebut dilakukan dengan

pendekatan baru dikenal dengan pendekatan semi top down, yaitu riset – riset yang diusulkan tidak

lagi berdasarkan keinginan peneliti saja, akan tetapi telah disiapkan berbagai topik unggulan yang

dikenal sebagai Produk Target – berupa barang/ jasa/ sistem/ prosedur - yang dilengkapi dengan

beberapa kegiatan riset yang ditawarkan kepada para peneliti.

2.2.1 Penyusunan Produk Target dalam Pedoman Program Insentif Riset

Penyusunan Pedoman Program Insentif sesuai dengan komitmen Kementerian Negara

Riset dan Teknologi untuk menata ulang pengelolaan Program Insentif dengan pendekatan baru

yaitu pola semi top-down, yang pelaksanaan substantifnya dilakukan oleh Dewan Riset Nasional

(DRN). Pola tersebut dimaksudkan agar kegiatan riset lebih berorientasi kepada pencapaian

rencana pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikenal sebagai Produk Target.

Pada tahun 2009 Produk Target mengacu pada Butir-butir Penting Agenda Riset Nasional (ARN)

2010-2014, sedang untuk Tahun 2010 Produk Target mengacu pada ARN 2010-2014.

Produk Target disusun sesuai dengan dokumen rencana pembangunan ilmu pengetahuan

dan teknologi (iptek), yaitu dalam 7 (tujuh) bidang fokus / prioritas : (1) ketahanan pangan, (2)

energi, (3) teknologi dan manajemen transportasi, (4) teknologi informasi dan komunikasi, (5)

teknologi pertahanan dan keamanan, (6) teknologi kesehatan dan obat, serta (7) material maju.

Disamping itu, sesuai dengan ARN 2010 – 2014, maka ke-7 bidang fokus tersebut diintegrasikan

Page 16: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

10

dengan 2 faktor Pendukung Keberhasilan yaitu faktor sain dasar dan faktor sosial kemanusiaan

yang dalam buku Pedoman Insentif Riset ini sebagai Faktor ke-8 dan Faktor ke-9. Selanjutnya,

aktivitas riset iptek untuk setiap bidang fokus tersebut diprioritaskan kepada Produk Target seperti

telah disampaikan terdahulu. Produk Target adalah produk/ layanan (berupa

barang/jasa/sistem/prosedur) yang hendak dicapai dalam rangka mendukung inovasi teknologi,

berorientasi pada antara lain: [a] kebutuhan (demand driven), [b] memperhatikan pengguna

teknologi (masyarakat, industri dan pemerintah), [c] bagaimana digunakan dan siapa pengguna,

serta [d] memperhatikan pendekatan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and

Time-bound). Dengan demikian, kegiatan riset yang diusulkan harus mempunyai keluaran yang

mendukung terwujudnya Produk Target tersebut.

Oleh karena itu agar hasil dari Insentif Riset dapat memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya maka, Produk Target disusun dengan memperhatikan sisi pengguna yang meliputi: [a]

Pemerintah : revitalisasi industri strategis, pengadaan barang dan jasa, alutsista hankam, [b]

Masyarakat (pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan masyarakat / rumah tangga misalnya :

air, energi), [c] Industri : meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Kebijakan program insentif diwujudkan dalam empat jenis riset, yaitu (1) Insentif Riset

Dasar, (2) Insentif Riset Terapan, (3) Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi, serta (4)

Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek. Namun, proposal untuk kegiatan-kegiatan riset

hilir yang terkait dengan Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi serta Percepatan Difusi dan

Pemanfaatan Iptek akan mendapat prioritas.

Gambar 6 Buku Program Pedoman Insentif Riset 2009 dan 2010

Dalam mengawal untuk memastikan terwujudnya produk target dalam suatu kurun

waktu tertentu, disusun suatu mekanisme pengawalan Produk Target, antara lain ditentukannya

Koordinator produk target yang salah satu tugasnya untuk mengharmonisasi proposal dari topik

Produk Target yaitu pakar/ ahli yang kompeten. Hal lain adalah perlunya lembaga yang ditunjuk

sebagai leader agent yaitu lembaga yang mengatur dan menentukan beberapa topik dan lembaga

yang mengerjakan riset Produk Target dan bertanggungjawab dalam terwujudnya produk target.

Dengan demikian, kegiatan riset yang diusulkan harus mempunyai keluaran yang mendukung

terwujudnya produk target tersebut.Para pelaku riset iptek dipersilahkan memilih judul dari daftar

topik kegiatan riset tersebut untuk kemudian mengajukan proposalnya. Pada Pedoman Program

Page 17: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

11

Riset Insentif Tahun 2009 ditawarkan 50 produk target dengan 293 topik kegiatan riset Fokus Bidang

: Ketahanan Pangan (46 topik), Energi (58 topik), Transportasi (14 topik), Teknologi Informasi &

Komunikasi (41 topik), Pertahanan & Keamanan (63 topik), Kesehatan & Obat(72 topik). Sedang

pada Pedoman Riset Insentif Tahun 2010 ditawarkan 66 produk target dengan 244 topik kegiatan

riset Fokus Bidang : Ketahanan Pangan (24 topik), Energi (24 topik), Transportasi (32 topik),

Teknologi Informasi & Komunikasi 16 topik), Pertahanan & Keamanan (30 topik), Kesehatan & Obat

(61 topik, Sains Dasar (21 topik), Sosial Kemanusiaan (18 topik).

Gambar 7 Skema Proses Registrasi dan Seleksi

2.2.2 Sosialisasi Program Insentif Riset

Materi sosialisasi Program Insentif Riset merupakan satu paket yang terdiri dari Kebijakan

Program Insentif (termasuk kebijakan semi top down) dari Kementerian Riset dan Teknologi

(KRT) yang disampaikan oleh Pejabat KRT, Panduan Program Insentif (termasuk Produk

Target) disampaikan oleh DRN, dan penjelasan tentang administrasi dan Keuangan (termasuk

pendaftaran online dan termin pencairan anggaran) disampaikan oleh Sekretariat Program

Insentif Riset KRT. Sebelum melaksanakan kegiatan sosialisasi di berbagai lembaga dan daerah

dilaksanakan pertemuan seluruh personil yang terlibat dalam sosialisasi Program Insentif yang

dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi yang lengkap dan komprehensif bagi

petugas pelaksana, sehingga diperoleh persepsi yang seragam diantara personil. Untuk tahun

2009 tempat sosialisasi dilakukan di LPNK dan Perguruan Tinggi yang pada tahun 2008

mendapatkan dana yang relatif besar (lebih dari 6 proposal). Sedang untuk tahun 2010 dilakukan

Penyusunan

Data Reg-E Registrasi

Elektronik

Proposal

Dibiayai

Pengumuman Short-List

dan Penyusunan

Proposal

Seleksi Presentasi

Pemeriksaan

Kelengkapan

Admnistrasi

Seleksi Administrasi

Data Reg-E dan

Kesesuaian dengan Produk

Target

Tolak

Page 18: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

12

juga sosialisasi di Bappeda/ Balitbang Provinsi yang terpilih, antara lain di Yogyakarta pada 5

Mei 2010 dan di Bandarlampung pada 11 Mei 2010.

Gambar 8 Sosialisasi Insentif Riset di Bappeda Provinsi Lampung

Sesuai dengan Pedoman Insentif Riset, maka proses pengajuan proposal berawal dengan

pengumuman undangan proposal kepada para peneliti / masyarakat, dan untuk penyebar-luasan

informasi ini didukung dengan kegiatan sosialisasi yang diikuti dengan tahapan pendaftaran secara

elektronik (on-line). Untuk pendaftaran on-line ini, peneliti harus mengikuti petunjuk dan

melaksanakan isian proposal sesuai dengan petunjuk yang diberikan pada pengumuman. Buku

Pedoman Insentif Riset juga dapat diunduh dari website DRN dan KRT agar menjadi acuan utama

untuk pendaftaran, seleksi, pelaksanaan riset, pemantauan dan evaluasi.

2.2.3 Seleksi

A. Seleksi Administrasi dan kesesuaian dengan Produk Target

Merupakan seleksi awal dengan kriteria admininistrasi yang sudah tercamtum pada Pedoman

Program Insentif Riset, dilaksanakan oleh Sekretariat Program Insentif Riset KRT. Seleksi

administratif diberlakukan untuk seluruh proposal yang masuk melalui pendaftaran elektronik / on-

line yang dalam hal ini berupa proposal short list. Seleksi dilakukan dengan melihat / memeriksa

apakah proposal short list telah lengkap terisi dan terisi dengan benar.. Disamping itu, proposal

diperiksa apakah judul proposal sudah sesuai dengan produk target yang ditawarkan. Proses

seleksi ini dilakukan secara on-line.

B. Seleksi Proposal Online

Tahap seleksi ini melibatkan berbagai pakar yang relevan. Seleksi ini adalah seleksi untuk

proposal yang telah dinyatakan lulus seleksi administratif. Seleksi online merupakan tahapan

pengelolaan substantif yang terdiri dari penentuan kriteria seleksi dan penentuan Tim Penilai.

Kriteria seleksi dirumuskan melalui rapat Badan Pekerja DRN untuk mengerucutkan proposal

yang masuk agar diperoleh proposal yang dapat mewujudkan produk target. Untuk itu, DRN

melalui bantuan Komisi Teknis (Komtek) dari 9 bidang fokus menentukan dan mengundang pakar

yang relevan untuk dapat menyelesaikan tugas seleksi substantif, dimana penilaian difokuskan

pada materi proposal yang terdiri dari Abstrak, Tujuan dan signifikasi, Out-line, Efek dari

diseminasi hasil riset/ kegiatan bagi industri, ekonomi dan masyarakat Indonesia, dan Bentuk

luaran. Proses seleksi dilakukan secara on-line ataupun off-line oleh para pakar yang relevan di

masing-masing bidang fokus.Tim Penilai disusun oleh Komisi Teknsi DRN agar Tim Penilai

Page 19: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

13

memiliki kemampuan akademik dan memahami kebijakan Program Insentif Riset dalam

mewujudkan Produk Target dan berorientasi pemanfaatan hasil riset. Setiap proposal dinilai oleh

tiga orang Penilai. Hasil seleksi online merupakan suatu urutan ranking, dan dibahas di Badan

Pekerja untuk dirumuskan proposal yang lolos seleksi (short list) dan selanjutnya diusulkan ke

Kementerian Riset dan Teknologi.

C. Desk Evaluation

Desk evaluation merupakan seleksi terhadap proposal lengkap yang diperuntukkan pada

proposal yang lolos seleksi online. Seleksi ini dilaksanakan untuk mengetahui lebih komprehensif

terhadap proposal yang disusun dengan melakukan presentasi dihadapan Tim Penilai. Seperti

pada seleksi online, maka kriteria desk evaluation dirumuskan oleh Badan Pekerja DRN dan Tim

Penilai disusun oleh Komisi Teknis DRN. Hasil seleksi merupakan ranking dan melalui

pembahasan di Badan Pekerja DRN untuk kemudian diusulkan kepada Kementerian Riset dan

Teknologi. Hasil desk evaluation merupakan usulan untuk proposal yang mendapat pembiayaan,

dan setelah melalui proses penyesuaian anggaran dan rapat Pimpinan pada KRT dikeluarkan

Keputusan Menristek tentang proposal yang dibiayai

Tabel 1 Jumlah proposal registrasi dan dibiayai insentif riset tahun 2010

No. Bidang Jumlah proposal registrasi Jumlah prioposal yang

dibiayai

1 Ketahanan Pangan 1247 105

2 Kesehatan dan Obat 678 107

3 Energi 542 73

4 Transportasi 163 29

5 TIK 394 48

6 Pertahanan dan

Keamanan

221 65

Total 3245 427

Tabel 2 Jumlah proposal registrasi dan dibiayai insentif riset tahun 2011

No. Bidang Jumlah proposal registrasi Jumlah prioposal yang

dibiayai

1 Ketahanan Pangan 1578 55

2 Kesehatan dan Obat 528 68

3 Energi 467 42

4 Transportasi 203 27

5 TIK 284 26

6 Pertahanan dan

Keamanan

160 34

7 Material Maju 200 13

8 Sains Dasar 286 14

9 Sosial Kemanusiaan 443 9

Total 4149 288

Page 20: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

14

2.2.4 Pemantauan

Pemantauan terhadap kegiatan riset yang mendapat dana insentif riset KRT dilaksanakan

pada program yang sedang berjalan. Pemantauan dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

pekerjaan agar dapat mewujudkan produk target meliputi: a) kesesuaian antara perencanaan dan

kegiatan riset yang dilaksanakan, b) kemajuan substansi dan administrasi, c) untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi baik substansi maupun administrasi. Pemantauan dilakukan minimal

sekali dalam satu tahun, sekitar bulan ke enam atau ke tujuh dari tahun berjalan. Aktivitas

pemantauan dilakukan secara internal oleh Lembaga Penerima Insentif Riset (biasanya Lembaga

Penelitian Perguruan Tinggi) dengan memeriksa dan menilai laporan kemajuan kegiatan, atau

secara in-situ, ataupun melalui presentasi untuk selanjutnya pada beberapa kota dan lembaga

terpilih dilakukan juga pemantauan oleh Tim Pemantau terdiri dari KRT dan DRN yang datang ke

berbagai lembaga di berbagai kota.

Gambar 9 Presentasi Pemantauan Insentif

Riset

Gambar 10 Kunjungan Lapangan Tim DRN

dan KRT pada Evaluasi Insentif

Riset

Lembaga Pener ima Insent if Riset waj ib memperhatikan urutan pelaksanaan aktivitas

riset tersebut. Panduan atau catatan pemantauan disiapkan oleh Badan Pekerja DRN, Tim

Pemantau dari Pusat diusulkan oleh Komisi Teknis, agar dapat memberikan arahan terhadap

kegiatan riset agar hasil riset sesuai dengan proposal yang diajukan; dalam rangka mewujudkan

produk target. Bahan untuk pemantauan adalah laporan tengah tahun dari Lembaga Penerima dan

Tim Pemantau datang dan mendengarkan presentasi di Perguruan Tinggi dan LPNK yang relatif

besar jumlahnya. Tim Pemantau dari DRN dan KRT didukung Tim Pelaksana / Pendamping akan

mengadakan komunikasi, analisa, dan verifikasi tentang hasil pemantauan internal bersama dengan

lembaga penerima insentif riset. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut Tim Pemantau membuat

catatan dan rekomendasi atas hasil pemantauan internal. Rekomendasi ini penting, khususnya

untuk riset yang sifatnya lanjutan.

Page 21: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

15

Gambar 11 Laporan Pemantauan Insentif

Riset

Gambar 12 Laporan Evaluasi Insentif

Riset

2.2.5 Evaluasi

Aktivitas ini ditujukan untuk mengevaluasi hasil dan capaian aktivitas riset pada

akhir tahun berjalan. Seperti halnya pemantauan, evaluasi dilakukan tahap pertama secara

internal oleh Lembaga Penerima Insentif Riset dengan memeriksa dan menilai laporan kemajuan,

atau secara in-situ, ataupun mendengarkan presentasi oleh periset.

Seperti pada pemantauan, panduan atau catatan evaluasi disiapkan oleh Badan Pekerja

DRN, Tim Evaluasi dari DRN dan KRT diusulkan oleh Komisi Teknis dan bersama dengan Tim

Pamantauan, didukung Tim Pelaksana / Tim Pendamping akan mengadakan komunikasi, verifikasi

dan evaluasi tentang hasil evaluasi internal bersama dengan lembaga penerima insentif.

Berdasarkan hasil pemantauan tersebut Tim Evaluasi membuat catatan dan rekomendasi atas hasil

pemantauan internal. Rekomendasi ini penting, khususnya untuk riset yang sifatnya lanjutan.

Page 22: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

16

III PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No. 76/M/Kp/II/2011 (BUTIR 2)

3.1 Masukan Tentang Revitalisasi DRN

DRN sebagai lembaga non-struktural yang diharapkan menjadi ‘think tank’ dalam rangka

meningkatkan kinerja pembangunan iptek nasional telah mengalami dinamika pasang-surut yang

menarik untuk dijadikan pelajaran . Pada periode awal 80-an, DRN dibentuk dalam rangka

membantu dan bertanggung jawab kepada Menristek, tetapi anggotanya diangkat oleh Presiden

atas usulan Menristek selaku Ketua DRN. Walaupun tugasnya membantu Menristek, namun DRN

sendiri diketuai oleh Menristek (Keppres 1/1984). Sedangkan pada periode 1999-2004 DRN

langsung bertanggungjawab kepada Presiden.

Dengan diberlakukannya Perpres 16/2005, Posisi DRN kembali mengalami perubahan.

Anggota DRN pada periode 2005-2008 di tetapkan oleh Menristek, sedangkan ketua, wakil ketua,

dan sekretaris dipilih langsung dari anggota DRN dan ditetapkan melalui Sidang Pleno DRN.

Namun untuk periode selanjutnya (2009-2001), keanggotaan DRN diusulkan oleh DRN untuk

ditetapkan oleh Menristek. Tugas DRN antara lain mendukung Menristek dalam merumuskan arah,

prioritas, dan kebijakan strategis pembangunan iptek nasional.

DRN pada posisi saat ini dirasakan belum mempunyai peran dan kontribusi yang signifikan

terhadap pembangunan iptek. Hal ini tidak berarti bahwa kinerja DRN periode 2009-2011 belum

optimal, tetapi lebih disebabkan karena DRN saat ini masih miskin fungsi, keterbatasan

kewenangan, dan kurang optimalnya sumberdaya yang dikelola.

DRN sebagai lembaga non-struktural yang bertugas membantu dan bertanggung jawab

kepada Menristek membuka fleksibilitas untuk dilakukan restrukturisasi organisasinya agar lebih

efektif dan produktif dalam mengemban tugas yang diamanahkan.

Untuk itu berdasarkan kesepakatan rapat Badan Pekerja DRN dibentuk Tim Adhoc yang

terdiri atas Benyamin Lakitan/ Ketua Komisi Teknis Ketahanan Pangan (sebagai Ketua Tim); Ashwin

Sasongko/ Ketua Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Betti Alisjahbana/ Wakil

Ketua DRN yang menghasilkan Laporan Revitalisasi DRN.

Pemahaman kontekstual Pasal 2 ayat (2) Perpres 16/2005 tentang DRN sebagai lembaga

independen harus didudukkan secara proporsional. Penetapan pemerintah untuk DRN membantu

Menristek dan pembiayaan operasional DRN bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) mengisyaratkan bahwa DRN merupakan lembaga non-struktural yang jelas

berafiliasi pada pemerintah. Namun demikian, secara substansial DRN harus secara independen

memberikan masukan bagi Menristek dalam merumuskan arah, prioritas utama, dan kebijakan

strategis pembangunan iptek. Independensi DRN bermakna bahwa DRN harus bebas dari

kepentingan pribadi atau golongan tertentu, sebaliknya harus sepenuhnya mengusung kepentingan

bangsa dan negara.

Sebagai hasil dari rapat Badan Pekerja DRN yang membicarakan masukan Laporan Tim

Adhoc tentang Revitalisasi DRN diusulkan agar: [1] DRN menempati posisi yang memungkinkan

untuk menjalin koordinasi dengan badan litbang pada berbagai kementerian dan lembaga lainnya;

[2] DRN dapat menjalankan fungsi promotor, komunikator, dan intermediator di bidang riset bersama

(berpadanan) dengan KRT; dan [3] perlu dipertimbangkan penataan kembali kelembagaan dan

manajemen riset yang dibiayai APBN oleh KRT (misalnya melalui ‘Kebijakan Satu Pintu’).

Gagasan DRN ini tentu masih perlu diuji viabilitasnya. Namun demikian, gagasan ini telah

membuka cakrawala pemikiran baru sebagai alternatif dalam upaya bersama untuk merevitalisasi

Page 23: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

17

peran dan fungsi DRN agar dapat secara positif dan nyata berkontribusi dalam pembangunan iptek

nasional. Paling tidak ada 2 konsideran yang patut dipertimbangkan, yakni: [1] dinamika politik di

era demokratisasi saat ini sangat berbeda dengan kondisi pada era Orde Baru dimana ‘Kebijakan

Satu Pintu’ pernah diterapkan; dan [2] DRN bukan tumpuan satu-satunya dalam pembangunan

iptek, sehingga perlu dicermati terlebih dahulu peran dan fungsi kelembagaan iptek lainnya yang

saat ini masih diakui eksistensinya.

Keberhasilan upaya revitalisasi DRN akan memerlukan paling tidak dua prasyarat utama,

yakni: [1] kewenangan yang didukung regulasi yang tegas dan [2] sumberdaya yang dikelola

sebanding dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

Berdasarkan telaah yang dilakukan oleh Tim Adhoc DRN , maka beberapa butir rekomendasi

utama dapat disampaikan sebagai berikut:

[1] DRN saat ini tergolong miskin fungsi dengan kewenangan yang sangat terbatas dan dukungan

sumberdaya yang kurang optimal, sehingga peran dan kontribusi DRN secara nyata dalam

pembangunan iptek masih sangat terbatas. Untuk meningkatkan peran DRN tersebut, maka

perlu dilakukan revitalisasi lembaga DRN.

[2] Upaya revitalisasi DRN tersebut dapat mencakup restrukturisasi agar lebih kompatibel dengan

kebijakan nasional iptek untuk melakukan perkuatan SINas, penataan kembali komposisi

keanggotaannya agar lebih seimbang keterwakilan antara pengembang dan pengguna

teknologi, dan penyesuaian kembali produk-produk regulasi agar ekosistem yang kondisif bisa

terbangun.

[3] Revitalisasi perlu dilakukan dalam dua fase, dimana fase pertama dilakukan segera selama

periode 2009-2011 untuk diimplementasikan pada periode tugas selanjutnya (2011-2014);

sedangkan fase kedua diawali dengan penyesuaian produk regulasi untuk landasan bagi

pembentukan DRN dengan fungsi yang lebih ideal (revitalized DRN).

[4] Revitalisasi fase pertama dilakukan berbasis pada peraturan perundang-undangan yang saat ini

berlaku dengan tanpa keharusan melakukan revisi produk legislasi yang ada, dan difokuskan

pada upaya restrukturisasi dan penyesuaian komposisi keanggotaan; sedangkan revitalisasi

fase kedua difokuskan pada upaya membentuk DRN dengan peran yang lebih signifikan dan

proyeksi kontribusi yang lebih nyata terhadap pembangunan iptek, yang (mungkin) memerlukan

revisi peraturan perundang-undangan.

[5] Tugas pokok DRN di masa yang akan datang direkomendasikan mencakup: [1] membangun

basis data iptek yang akurat, komprehensif, dan mutakhir; [2] memberikan informasi tentang

perkembangan dan ketersediaan teknologi nasional; [3] mengidentifikasi kebutuhan dan

persoalan teknologi di dalam negeri; [4] membantu menetapkan prioritas riset sesuai dengan

kebutuhan (demand-driven), dan berbasis potensi sumberdaya nasional; dan [5] membantu

mengawal investasi pemerintah untuk pembangunan iptek, agar secara konsisten fokus pada

prioritas yang telah ditetapkan.

3.2 Masukan tentang Pendanaan Litbang Alternatif dalam Rangka Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas)

Pembangunan Bidang Iptek, sebagaimana disebutkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, diarahkan untuk penguatan sistem inovasi

nasional (SINas). Upaya memperkuat SINas telah dilakukan baik melalui penguatan sumberdaya,

penguatan kelembagaan, maupun penguatan jejaring iptek. Namun kenyataan menunjukan bahwa

Page 24: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

18

kemajuannya masih belum seperti yang diharapkan. Pada tataran konseptual, Sistem Inovasi

Nasional (SINas) dinilai sudah cukup baik, namun pada tataran implementasi masih menghadapi

permasalahan. Kelemahan pada tahap implementasi SINas terutama disebabkan kurangnya

keberpihakan penentu kebijakan yang diindikasikan dengan masih rendahnya alokasi anggaran

R&D, yaitu hanya 0,8 % dari APBN atau sekitar 0.16% dari PDB (data tahun 2011).

Untuk memberi masukan kepada Pemerintah c.q. Menristek, DRN mengadakan

lokakakarya dengan topik “Pendanaan Litbang Alternatif Dalam Rangka Penguatan SINas” pada 25

Oktober 2011 dengan pembicara dari Komisi VII DPR RI, Deputi Sumber Daya Iptek KRT, dan

Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT; dengan mengundang peserta dari berbagai lembaga

terkait antara lain: Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Bappenas, BUMN, Kemendikbu, KRT, KIN,

Bank Indonesia, BPPT, LIPI, PT. Bahana Pembiayaan Usaha Indonesia, PT Permodalan Nasional

Madani, KADIN, BIC.

Upaya yang perlu dilakukan untuk memperbesar peluang peningkatan ketersediaan

anggaran R&D baik yang berasal dari APBN maupun non APBN antara lain adalah dengan

meningkatkan komunikasi yang lebih efektif yang bersifat ‘win-win’ berdasarkan tugas pokok dan

fungsi masing-masing antara KRT, LPNK, dan Perguruan Tinggi (sebagai pengguna anggaran

R&D), dengan DPR; salah satu contoh misalnya program – program yang dapat meningkatkan

elektabilitas anggota Dewan di daerah pemilihannya.

Rekomendasi kebijakan yang dirumuskan dalam dalam lokakarya tersebut terkait dengan

pendanaan litbang dalam penguatan sistem inovasi nasional adalah:

1. Untuk menghindarkan terjadinya hambatan operasional dalam kegiatan R&D akibat sistem

penganggaran yang dianggap kurang fleksibel dengan kegiatan R&D, diperlukan penataan

sistem anggaran yang didasarkan pada pengertian bahwa R&D adalah investasi, bukan

expenditure. Untuk itu perlu komunikasi yang efektif dengan lembaga yang berperan dalam

sistem audit keuangan nasional seperti BPK untuk mendapat masukan agar secara

komprehensif berbagai aspek terkait dapat diakomodasikan dalam Sistem Perencanaan

Anggaran Nasional.

2. Penguatan Sistem Inovasi Nasional selayaknya tidak mengandalkan sepenuhnya pada

anggaran pemerintah (APBN dan APBD). Kontribusi pendanaan dari dunia usaha terutama

sektor industri yang menjadi prioritas/ andalan sebagai pengguna inovasi adalah sangat penting.

Untuk itu diperlukan mekanisme yang jelas tentang alokasi peran, hak dan kewajiban, reward

dan kompensasi dan sebagainya, sehingga menjadi aturan yang dapat dipraktekkan

(practicable).

3. Untuk memperlancar proses difusi inovasi yang melibatkan lembaga R&D sebagai penghasil dan

industri sebagai pengguna, serta lembaga intermediasi sebagai penghubung, perlu penyamaan

persepsi di antara para pihak, bahwa inovasi adalah kegiatan kolaborasi bukan transaksi,

sehingga dalam skema pendanaan menjadi jelas mana yang bersifat komersial dan yang non

komersial.

4. Skema pembiayaan seperti Corporate Social Responsibility (CSR), Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) dan aneka skema pembiayaan lainnya, dapat menjadi sumber pembiayaan

alternatif bagi lembaga R&D. Untuk dapat memanfaatkan dana tersebut, maka peneliti/

perekayasa dan institusi masing-masing harus cukup ulet, inovatif, dan mampu meyakinkan

penyandang dana tentang portofolio bisnis yang dikerjasamakan.

5. Program insentif untuk peningkatan kegiatan R&D perlu terus dilaksanakan dengan

memanfaatkan pengalaman yang pernah dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi

Page 25: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

19

seperti Program Start Up Capital , Inkubator Bisnis, Asuransi Teknologi bagi Perusahaan Pemula

Berbasis Teknologi (PPBT), maupun Program Kemitraan / Bina Lingkungan (PKBL) yang

dicanangkan Kementerian BUMN kepada BUMN yang memperoleh laba.

6. Perlu payung bersama dalam bentuk program nasional yang menjadi “flagship” untuk

mengembangkan technopreneurship dan dilaksanakan bersama secara sinergis antara

Kementerian Ristek sebagai pengendali program dan LPNK sebagai pelaksana di lapangan

serta dunia usaha dari BUMN dan swasta nasional sebagai pengguna. Pelaksanaan program

tersebut harus dikelola secara baik dan dapat diandalkan dalam kerangka penerapan Sistem

Inovasi Nasional untuk mendukung keberhasilan Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

3.3 Masukan Tentang Dukungan Iptek Dalam Masterplan Perluasan Dan Percepatan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Visi MP3EI adalah “Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan

12 besar dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi

tinggi yang inklusif dan berkelanjutan”. Untuk itu MP3EI diarahkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan PDB yang ditahun 2010 adalah US$700 milyar

menjadi lebih dari US$4 triliun ditahun 2025. Dalam rangka pencapaian VISI dan peningkatan PDB

tersebut telah dicanangkan penguatan SDM dan Iptek sebagai pilar ketiga dari kerangka desain

MP3EI, sehingga peran Iptek menjadi sangat penting untuk menuju ekonomi berbasis inovasi.

Sesuai dengan peningkatan PDB tersebut direncanakan peningkatan anggaran untuk penelitian dan

pengembangan (R&D). Dalam inisiatif inovasi dicanangkan konsep 1:747, yaitu [a] anggran R&D

menjadi 1% di tahun 2014 atau 2015, [b] dapat mendukung 7 langkah ekosistem inovasi, [c] melalui

4 wahana percepatan pertumbuhan ekonomi, dan [d] menuju 7 visi inovasi 2025. Pertumbuhan

R&D menjadi 1% dari GDP diharapkan akan dapat menjadikan pemicu efisiensi ekonomi di tahun

2015, berikutnya akan menjadi 2% ditahun 2020 sehingga sudah mampu menjadi pemicu inovasi.

Untuk selanjutnya diarahkan menjadi 3% dari GDP sebagai keberlanjutan pengembangan.

Arti dari peningkatan anggaran tersebut memberikan lahan pada bidang iptek untuk

membuat langkah-langkah kongkrit dalam menuju perekonomian bangsa berbasis inovasi. Sesuai

dengan koridor ekonomi utama yang ada dalam MP3EI, iptek yang dibutuhkan adalah sesuai

dengan prioritas dan keunggulan di masing-masing koridor. Untuk itu diperlukan Pusat Unggulan

(center of excellent) untuk setiap koridor sesuai dengan kegiatan utamanya.

Dalam pembentukan Pusat Unggulan bukan hanya melakukan kegiatan riset saja, tetapi

sudah harus melangkah kepada tindak lanjut kegiatan riset untuk masuk ke industri, untuk itu

penting adanya inkubator didalam pusat unggulan yang sudah melibatkan pihak industri. Dalam hal

ini peran semua yang terkait sangat penting, karena dukungan ( BUMN, Swasta atau FDI) baik dari

segi teknis (spesifikasi) maupun anggaran akan sangat menentukan keberhasilan hasil riset menjadi

produk yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Juga peran pemerintah untuk memberikan regulasi

yang kondusif bagi hasil-hasil riset menuju pengguna akan sangat menentukan.

Untuk memberikan masukan pada Pemerintah c.q. Menristek, DRN mengadakan lokakarya dengan topik ”Penguatan Pilar SDM dan Iptek dalam Mendukung MP3EI” pada tanggal 1 Desember 2011 dengan Pembicara dari KP3EI/ Kadiv Komunikasi Publik dan Promosi, Ditjen Pendidikan Tinggi-Kemendikbud, Deputi Relevansi dan Produktivitas Iptek KRT, dan DRN. Adapun peserta yang diundang berasal dari berbagai lembaga terkait seperti KRT, KADIN, KIN, Bappenas, Ketua-Ketua DRD, LPNK, LPK, dan DRN.

Rekomendasi yang dihasilkan disampaikan adalah :

Page 26: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

20

1. Kedudukan penguatan SDM dan Iptek menjadi pilar ke -3 dalam kerangka desain MP3EI,

merupakan kesempatan untuk pengembangan Iptek dalam negeri, untuk itu Lembaga litbang dan

perguruan tinggi perlu proaktif dengan membuat program yang lebih konkrit dalam mendukung

MP3EI.

2. Proyek dan anggaran untuk daftar investasi infrastruktur sudah ditetapkan, untuk itu komunitas

Iptek perlu berusaha untuk dapat berperan serta dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

3. Pembentukan Pusat Unggulan (Center of Excellent) di setiap koridor sesuai dengan keunggulan

di masing-masing koridor. Pembentukan tersebut dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan

prioritas dan anggaran yang tersedia. Untuk itu perlu segera dibentuk road-map pembentukan

Center of Excellent.

4. Pentingnya lembaga inkubator berada dalam Center of Excellent yang dapat menjembatani hasil

kegiatan riset menjadi produk yang dapat diterima oleh pengguna.

5. Untuk suksesnya Sistem Inovasi Nasional 1:747, anggaran untuk Iptek direncanakan 1% dari

PDB di tahun 2015 dan akan menjadi 3% ditahun 2025. Untuk itu diperlukan rencana kerja yang

lebih rinci (blue print) dalam setiap tahunnya agar sejalan dengan kenaikan anggaran dapat

ditunjukkan pula peningkatan hasil karya yang bermanfaat bagi perkembangan ekonomi sehingga

mulai menuju pada ekonomi berbasis inovasi.

6. Bidang Kesehatan dan Obat hendaknya dapat dimasukkan dalam kegiatan ekonomi utama

7. Kegiatan riset yang mendukung MP3EI hendaknya mendapatkan insentif pajak dan kemudahan-

kemudahan lainnya sehingga menarik minat pemangku kepentingan terkait.

3.4 Upaya Pemenuhan Hak Anggota Dewan Riset Nasional

Perpres Nomor 16 Tahun 2005 tentang Dewan Riset Nasional, mengatur kelembagaan,

organisasi, keanggotaan, tugas, dan pembiayaan DRN; tetapi tidak satupun ayat yang mengatur

hak anggota DRN. Dalam satu kesatuan revitalisasi DRN, selayaknya akan diupayakan pemenuhan

hak anggota DRN. Untuk itu dibentukTim Adhoc DRN yang menangani upaya pemenuhan hak

Anggota DRN.

Mengacu pada aturan keuangan negara yang berlaku, bahwa ketentuan yang berkaitan

dasar pembelanjaan di luar Satuan Biaya Umum yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan, maka

dapat diterbitkan regulasi tentang hak anggota DRN atas persetujuan Menteri Keuangan melalui

Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Usulan besaran hak anggota DRN diusulkan oleh Menteri Negara Riset dan

Teknologi,dengan memperhatikan tugas atau job description atas nama Ketua, Wakil Ketua,

Sekretaris, dan Anggota DRN. Dengan mempertimbangkan bahwa, DRN mempunyai tugas memberi

masukan ke Menteri, maka sebaiknya dasar hukum penetapan hak anggota sebaiknya (kalau ada)

disesuaikan dengan hak anggota Lembaga Non Struktural yang sepadan dengan DRN. Dengan

memperhatikan waktu penyusunan Perpres, maka yang paling dekat dengan Perpres No. 16/2005

adalah Lemhanas; dengan honor anggota Rp 5 500 000 .Merujuk pada Standar Biaya Umum Tahun

2011 (Kepmenkeu N0. 100/PMK.02/2010), bahwa : honor anggota pelaksana kegiatan yang

ditetapkan dengan Keputusan Presiden sebesar Rp 1 500 000 (100%) dan honor anggota

pelaksana kegiatan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri sebesar Rp 750 000 (50%); maka

dapat diusulkan honor anggota DRN yang mempunyai tugas member masukan ke Menteri sebesar

50% dari honor anggota Lemhanas (Rp 5 500 000) =Rp 3 500 000,-

Page 27: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

21

Dalam perjalanan upaya tersebut, rancangan besaran hak anggota DRN setelah diusulkan

Menteri Negara Riset dan Teknologi ke Menteri Keuangan, untuk dikeluarkan izin prinsip berkenaan

hak anggota DRN. Walaupun demikian, dari usulan hak anggota DRN sebesar Rp 3 500 000 per

bulan, telah dikeluarkan izin prinsip dari Menteri Keuangan sebesar Rp 750 000. Dan akhir tahun

2011, disusun rancangan Perpres berkenaan dengan hak anggota DRN, dan sedang dalam proses

paraf oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Keuangan dan Menteri PAN dan RB.

3.5 Usulan Keanggotaan DRN Periode 2012 - 2014

Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi No. 89/M/Kp/V/2005, menyatakan bahwa

keanggotaan DRN periode 2009-2011 terhitung mulai tanggal 31 Desember 2011 dinyatakan telah

berakhir.

Mempertimbangkan Peraturan Dewan Riset Nasional No. 1/DRN/PER/VII/2007 tentang

Tata kerja dan Tata Cara Pelaksanaan Dewan Riset Nasional Pasal 7 tentang persyaratan

keanggotaan DRN yaitu:

a. warga negara Indonesia;

b. beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berumur minimal 35 (tiga puluh lima) tahun;

e. mempunyai kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya tamat program sarjana S1 atau yang

sederajat;

f. menguasai sekurang-kurangnya 1 (satu) bahasa asing secara aktif;

g. memiliki keahlian, kepakaran, dan kompetensi di bidang iptek;

h. secara nyata terbukti menaruh perhatian terhadap pembangunan iptek;

i. mempunyai waktu untuk melaksanakan tugas-tugas DRN.

Maka dilakukan serangkaian kegiatan untuk menjaring calon Anggota DRN periode 2012-2014.

Seperti diketahui, terkait dengan usulan revitalisasi DRN pada fase pertama, diarahkan

pada upaya pembagian Komisi Teknis yang dapat mengakomodasi perkembangan dan prioritas

bidang teknologi yang sesuai dengan kebutuhan nasional. Selain itu, juga dilakukan penyesuaian

komposisi anggota selain untuk menyeimbangkan keterwakilan dari komunitas pengembang,

pengguna teknologi dan lembaga penunjang; juga diarahkan agar aktor-aktor utama dari sektor

pembangunan dapat lebih efektif berperan.

Serangkaian rapat Komisi Teknis dan rapat Badan Pekerja menyepakati bahwa Komisi

Teknis DRN berjumlah 7 dengan nama sesuai dengan nama bidang fokus RPJMN 2010-2014, yaitu:

[1] Ketahanan Pangan, [2] Energi, [3] Teknologi Informasi dan Komunikasi, [4] Teknologi dan

Manajemen Transportasi, [5] Teknologi Pertahanan dan Keamanan, [6] Teknologi Kesehatan dan

Obat, [7] Material Maju.

Disepakati bahwa setiap Komisi Teknis beranggotakan 7 orang yang masing-masing

memiliki kompetensi: [1] intermediasi pengembang-pengguna, [2] regulasi dan kebijakan publik, [3]

relevansi teknologi, [4] kapasitas adopsi pengguna, [5] kebutuhan teknologi nasional, yang

memberikan kontribusi dalam kebijakan penguatan sistem inovasi nasional dan didukung [6] sains

dasar - untuk memperkuat basis keilmuan, [7] sosial kemanusiaan - untuk mendukung implementasi

dari pemanfaatan hasil riset.

Page 28: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

22

Disepakati pula untuk setiap Komisi Teknis 1-7 akan dipilih 5 orang; sedangkan khusus

untuk Komisi Sains Dasar dan Sosial Kemanusiaan dari nama-nama yang diajukan akan dipilih

masing-masing 1 orang untuk masuk dalam Komisi 1-7. Dengan demikian nantinya anggota DRN

akan berjumlah 49 orang, ditambah 1 orang yang dicadangkan menjadi ketua sehingga seluruhnya

berjumlah 50 anggota (sebagai perbandingan, DRN periode 2009-2011 beranggotakan 100 orang).

Sebagai hasil rapat Badan Pekerja tersebut, saat ini telah diusulkan 15 nama dari setiap

Komisi Teknis kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi untuk dipilih menjadi 7 nama dan

selanjutnya akan ditetapkan sebagai Anggota DRN Periode 2012-2014.

Page 29: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

23

IV PELAKSANAAN FOKUS TUGAS BERDASARKAN KEPMEN No. 76/M/Kp/II/2011 (BUTIR 3)

Dalam rangka melaksanakan kegiatan koordinasi internal dan pengambilan keputusan

DRN menyelenggarakan rapat Badan Pekerja yang diselenggarakan hampir tiap bulan sekali,

dengan menghadirkan Pimpinan DRN para Ketua Komisi Teknis, yang selanjutnya ditindaklanjuti

dengan rapat Komisi Teknis.

4.1 Pemantauan Perkembangan Iptek : Hasil Kegiatan Komisi-Komisi Teknis DRN 2009-2011

4.1.1 Ketahanan Pangan

Kegiatan Dewan Riset Nasional, khususnya Komisi Teknis Ketahanan Pangan selama kurun waktu 2009 – 2011, terdiri dari kegiatan rutin berupa rapat komisi teknis, lokakarya / FGD, penyelengaraan seleksi insentif riset, penyusunan Agenda Riset Nasional, dan perumusan rekomendasi kebijakan mengenai isu-isu di bidang pangan yang sedang berkembang. Rapat rutin komtek pangan pada umumnya dilaksanakan untuk membahas substansi yang bersifat teknis administratif, sedangkan workshop atau FGD dilakukan untuk membahas isu-isu strategis di bidang pangan yang berkaitan dengan pengembangan riset dan teknologi.

Berdasarkan urutan kegiatan, maka pada tahun 2009, kegiatan utama komtek pangan difokuskan pada penyeleksian proposal insentif riset TA 2010, yang proses penyeleksiannya dimulai pada Bulan Mei 2009. Penyeleksian dilakukan secara bertahap, mulai dari seleksi administratif, seleksi subtansi untuk memperoleh “short list” dan seleksi melalui presentasi. Kegiatan ini berakhir hingga bulan November 2009. Kegiatan selanjutnya adalah penyusunan Agenda Riset Nasional 2010-2014. Penyusunan agenda riset nasional tersebut dilakukan melalui rapat-rapat rutin dan konsinyering yang diikuti oleh anggota komisi teknis pangan yang berlangsung pada akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2010. Draft yang tersusun selanjutnya dikomunikasikan dengan pihak yang berkepentingan dan selanjutnya dibahas bersama komtek lain di DRN untuk disinkronisasikan. Buku Agenda Riset Nasional 2010-2014 merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh anggota DRN periode 2009-2011.

Kegiatan pada tahun 2010, disamping melakukan kegiatan rapat rutin, komtek pangan juga berperan dalam kegiatan penyeleksian proposal insentif riset untuk tahun anggaran 2011. Proses seleksi pada tahun 2010 dilakukan dalam dua tahap yaitu seleksi substansi dan seleksi melalui presentasi. Selain itu komtek pangan menyelenggarakan beberapa kali workshop yang membahas tentang Strategi Peningkatan Adopsi Teknologi Pangan pada bulan Agustrus 2010, dan Strategi Peningkatan Adopsi Teknologi Untuk Lahan Sub Optimal, Industri Pedesaan dan Produksi Perikanan pada bulan November 2010. Hasil diskusi tersebut sangat bermanfaat bagi perumusan kebijakan adopsi teknologi di sektor pertanian dan pangan.

Pada tahun 2011 diselenggarakan Lokakarya Penguatan Jejaring Riset dalam rangka Peningkatan Riset Unggulan Daerah yang diselenggarakan pada bulan Mei 2011. Beberapa rumusan yang diperoleh dari lokakarya antara lain adalah proses pemanfaatan hasil riset oleh pengguna perlu melewati tahap pengenalan dan adopsi yang prosesnya tidak sesederhanya yang diperkirakan. Hasil riset untuk meningkatkan nilai tambah berbagai produk pertanian ekspor, ternyata belum mampu mengubah “kebiasaan” eksportir menjual komoditas masih dalam bentuk bahan mentah, bukan dalam bentuk produk olahan yang bernilai-tambah tinggi. Pembangunan iptek tidak bisa dilakukan lagi secara parsial tetapi harus terintegrasi dalam satu sistem pembangunan ekonomi bangsa. Dengan demikian topik-topik riset tidak lagi hanya untuk memenuhi rasa keingintahuan peneliti semata (curiosity-driven research), tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan nyata dari para penggunanya (demand-driven research).

Kegiatan Komtek Pangan pada tahun 2011 secara khusus menmbahas tentang revitalisasi Dewan Riset Nasional dan Keterkaitan antara kegiatan Riset dengan MP3EI. Untuk meningkatkan

Page 30: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

24

kinerja DRN, maka komposisi keanggotaan DRN Pengusulan calon anggota DRN selayaknya memperhatikan perimbangan antara penyedia teknologi (akademisi / peneliti), dan pengguna teknologi (masyarakat tani dan pelaku agribisnis). Selain itu, anggota DRN berfungsi memberikan masukan kepada Menristek yang memiliki program utama Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas), dengan demikian calon anggota DRN harus dapat melihat aspek-aspek dalam SINas, khususnya bidang pangan dan pertanian.

Keterkaitan antara kegiatan riset dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) secara khusus dibahas pada akhir tahun 2011. Hal ini dilakukan mengingat bahwa Iptek dan SDM merupakan salah satu dari tiga pilar penyelenggaraan MP3EI sehingga mempunyai peran penting. Dalam penyusuna ARN dan program-program DRN ke depan, perlu di pastikan bahwa kesemuanya selaras dengan MP3EI. Rekomendasi untuk DRN yang akan datang

(1) Program dan kegiatan Komtek Pangan perlu tetap diarahkan pada tujuan pembangunan bidang

pangan sesuai RPJMN 2010-2014, yaitu peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi

pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian,

peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam.

Peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto sektor pertanian sebesar 3,7% per tahun dan

indeks nilai tukar petani sebesar 115-120 pada 2014. Selain itu perlu juga difokuskan pada

upaya memberikan dukungan dalam implementasi MP3EI. (2) Nomenklatur Komisi Teknis Ketahanan Pangan perlu dievaluasi agar dapat menangani isu-isu

penting di bidang pertanian non pangan seperti komoditi karet, sawit, atsiri, dan pertanian non

pangan lainnya. Untuk itu nama komisi ini dapat diubah manjadi Komisi Teknis Pangan dan

Pertanian (Food and Agriculture). (3) Komposisi keanggotaan DRN selayaknya memperhatikan perimbangan antara penyedia

teknologi (akademisi / peneliti), dan pengguna teknologi (masyarakat tani dan pelaku agribisnis),

dan pembuat kebijakan (government) . Selain itu, anggota DRN berfungsi memberikan masukan

kepada Menristek yang memiliki program utama Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas),

dengan demikian calon anggota DRN harus dapat melihat aspek-aspek dalam SINas, khususnya

bidang pangan dan pertanian.

Gambar 13 Suasana Rapat Komtek Ketahanan Pangan

Page 31: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

25

4.1. 2 Energi

Ada beberapa isu terkait dengan bidang energi, yaitu ketahanan energi dan energi

keberlanjutan untuk penyediaan energi, serta konservasi energi untuk pemanfaatan/penggunaan

energi. Ketahanan energi sangat penting bagi pembangunan saat ini karena merupakan pilar utama

bagi ketahanan ekonomi, ketahanan budaya, dan kemandirian industri. Sementara energi

berkelanjutan, selain untuk menjamin ketersediaan energi (internal), juga untuk merespon dinamika

perubahan energi global (eksternal). Hal ini bisa terkait dengan isu lingkungan, seperti pemanasan

global, perubahan iklim, dan pencemaran udara. Jadi pengembangan energi berkelanjutan memiliki

tiga dimensi yang saling terkait, yakni ketahanan energi domestik, pertumbuhan ekonomi, dan aspek

lingkungan hidup.

Di sisi penggunaan energi, Indonesia merupakan negara yang sangat boros dalam hal

pemakaian energi. Pemakaian energi yang boros ini di indikasikan dengan intensitas pemakaian

energi yang tinggi. Di bidang industri, intensitas pemakaian energi yang tinggi akan mengurangi

daya saing produksi. Untuk itu, program konservasi dan efisiensi energi memegang peranan penting

untuk mengatasi masalah pemakaian energi yang boros tersebut. Program ini, selain dapat

meningkatkan daya saing produksi juga merupakan pilar energi berkelanjutan. Peningkatan efisiensi

pengunaan energi dan pengembangan energi yang berkelanjutan memungkinkan Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan energi nasional yang semakin meningkat tanpa harus mengorbankan masa

depan generasi penerus.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam memiliki potensi yang sangat

besar untuk perkembangan berbagai energi baru dan terbarukan. Berbagai jenis sumber energi baru

dan terbarukan yang dimiliki Indonesia antara lain: (a) energi panas bumi; (b) energi angin; (c) energi

surya (matahari); (d) tenaga air termasuk mikro, mini dan piko hidro; (e) energi laut, termasuk

gelombang dan arus laut (f) biofuels, termasuk biodiesel dan bioethanol; (g) biomasa dan biogas; (h)

nuklir; (i) hidrogen dan fuel-cell; (j) coal bed methane; dan (k) batubara peringkat rendah (untuk

bahan bakar cair dan gas). Namun, meski memilki potensi yang berlimpah, pemanfaatan sumber-

sumber energi baru dan terbarukan secara umum masihlah sangat rendah (sekitar 4%). Pada hal,

dalam Kebijakan Energi Nasional, dengan mengacu pada Perpres No. 5 tahun 2006; perencanaan

energi Indonesia menargetkan penggunaan energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 harus

mencapai 17 persen.

Guna mengoptimalkan pemanfataan energi baru dan terbarukan, beberapa hal yang perlu

diperhatikan, antara lain:

a. Selain aspek teknis, perlu memperhatikan aspek sosial. Karena banyak teknologi yang secara

teknis telah siap namun sulit diimplementasikan karena faktor sosial. Misalnya, salah satu pilihan

sebagai penyediaan tenaga listrik guna memenuhi permintaan yang terus meningkat dengan

pesat di Indonesia adalah melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Berdasarkan pengalaman

dari negara-negara maju, teknologi PLTN dalam keadaan operasi normal mempunyai keunggulan

(relatif aman, ekonomis, dan bersih/ramah lingkungan). Namun di Indonesia masih sulit

direalisasikan karena persepsi yang diterima masyarakat masih negatif. Jadi, tidak kalah penting

adalah sosialisasi pada masyarakat, sehingga PLTN bisa diterima dengan baik.

b. Memperhatikan keekonomian teknologi yang dikembangkan. Secara umum, banyak energi baru

dan terbarukan masih kurang kompetitif. Sehingga perlu insentif atau dipilih teknologi dan

tempat/cara pengembangan yang tepat. Misalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Skala

Kecil dan Pembangkit Listrik dari Biomassa, secara umum kurang ekonomis kalau dikembangkan

Page 32: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

26

di daerah-daerah yang mempunyai sumber energi murah seperti batubara dan gas. Namun cukup

jika digunakan untuk mensubstitusi Pembangkit Listrik Tenaga Disel didaerah terpencil yang

mempunyai sumber panasbumi atau banyak potensi biomassa.

c. Dukungan regulasi dan kebijakan yang implementatif. Secara tertulis telah banyak regulasi yang

bagus. Namun sulit diimplementasikan, karena tidak dibarengi dengan kebijakan yang tepat.

Misalnya, pemerintah telah menyediakan insentif untuk Bahan Bakar Nabati, tetapi disisi lain

subsidi terhadap BBM masih tinggi. Sehingga, BBN tetap kurang bersaing. Bahan baku Bahan

Bakar Nabati ada jutaan kiloliter tapi dipakai Pertamina hanya sedikit karena ternyata alat

pencampurnya kurang (kurangnya kebijakan yang bisa mendorong hal tersebut).

d. Selain penggunaan sumber energi terbarukan, pemerintah Indonesia juga dapat memberikan

berbagai insentif untuk penghematan energi atau penggunaan peralatan yang hemat energi.

Secara umum, untuk memperoleh penghematan yang signifikan perlu investasi yang cukup

besar. Meskipun secara keekonomian jangka panjang cukup menarik, namun karena perlu

investasi besar di awal kurang menarik bagi pengembang/industri yang mempunyai dana

terbatas.

e. Memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kegiatan ekonomi di

daerah penghasil sumber energi.

Agar riset dapat membantu percepatan terimplementasinya Energi Baru dan Terbarukan

serta efisiensi energi sesuai dengan target, maka DRN (Komtek Energi) perlu meningkatkan peran

dalam hal: [1] Mendorong adanya roadmap di setiap klaster energi dan peta potensi EBT yang rinci

dan akurat di setiap lokasi; [2] Mendorong riset yang berorientasi pada produk target dan site

spesific yang dapat dikembangkan untuk memberikan nilai tambah; [3] Memperkuat riset non teknis

yang mampu mendorong terimplementasinya riset - riset atau teknologi – teknologi yang telah

berhasil secara teknis; [4] Mendorong sinkronisasi di Kelitbangan Energi Baru dan Terbarukan,

Kemenristek memberi rekomendasi teknologi dari hasil riset mulai riset dasar sampai dengan tingkat

difusi. Kemenperin berperan di area pabrikasi alat Energi Baru dan Terbarukan, sementara

Kementerian ESDM berperan di area pengembangan. Seharusnya Kementerian ESDM mampu

menjembatani antara Kemenristek dan Kemenperin

Sejalan dengan Sistem Inovasi Nasional dan Daerah, bahwa inovasi nasional maupun

daerah tersebut perlu dipantau agar dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka anggota DRN

yang akan datang perlu mempertimbangkan untuk: [1] menunjuk pusat-pusat unggulan kegiatan

utama litbang mengacu pada ARN (yang telah disesuaikan dengan MP3EI) sebagai simpul

pelaksanaan sistem inovasi, baik di pusat maupun daerah, [2] menugaskan kelompok-kelompok

teknis DRN memantau kesesuaian pelaksanaan kegiatan pada pusat-pusat unggulan tsb terhadap

target yang tertera pada ARN, [3] memberikan supervisi pada pusat-pusat unggulan, [4] senantiasa

mempertimbangkan perkembangan iptek global terhadap kemampuan iptek nasional sehingga tetap

mampu untuk menumbuh-kembangkan sistem inovasi nasional dan daerah, [5] melakukan kajian

terhadap perkembangan kebutuhan pasar untuk pengembangan sistem inovasi, [6] mengefektifkan

keanggotaan DRN yang berasal dari berbagai entitas sehingga benar-benar dapat mewujudkan

sistem inovasi nasional dan daerah sehingga benar-benar dapat mendukung realisasi kegiatan yang

pro poor, pro job, pro growth, dan pro environment.

Page 33: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

27

Gambar 14 Suasana Rapat Komtek Energi

4.1.3 Transportasi

Dewasa ini persoalan transportasi dalam bentuk kemacetan lalu lintas sudah menjadi

persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh setiap orang. Kalau masih disebut kemacetan lalu lintas

artinya lalu lintas masih berjalan walaupun tersendat, tetapi kalau sudah disebut sebagai

kemandekan lalu lintas maka itu berarti lalu lintas sudah berhenti, tidak bergerak, alias macet total.

Hal ini bukan tidak mungkin terjadi, dengan peningkatan populasi kendaraan bermotor yang berkisar

10% per tahun (di DKI Jakarta) dibandingkan dengan luas/panjang jalan yang hampir tidak pernah

bertambah setiap tahunnya, maka diperkirakan dalam waktu 2-3 tahun lagi Jakarta sudah akan

macet total.

Jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain [1] pemborosan BBM Rp. 14,7 trilyun/tahun

(Bappenas, 2009), [2] pemborosan biaya operasi kendaraan 17,2 trilyun/tahun (Dishub, 2010), [3]

kerugian waktu produktif warga negara sekitar Rp 9.7 trilyun/th, [4] kerugian di sektor kesehatan

antara lain karena stres atau faktor polutan asap yang keluar saat kemacetan dan terhirup oleh

warga sebanyak Rp 5,8 trilyun/th, [5] kecepatan rata-rata kendaraan di Jakarta hanya bisa mencapai

8,3 kilometer per jam.

Sebenarnya sejak 2 dekade yang lalu telah banyak dilakukan berbagai studi tentang

transportasi seperti ITSI (1990), Jakarta Mass Transit Study (1992), Transport Network Planning and

Regulation (1993), Consolidated Network Planning (1993), JUTSI (1996), Study on Integration

Transportation Master Plan for Jabodetabek I dan II (2001 dan 2004), serta berbagai workhop dan

seminar dengan rekomendasi yang sangat baik. Rekomendasi dari hasil studi, workshop, seminar

juga sudah diakomodasikan dalam sebuah rencana induk (master plan). Tetapi kenyataannya

kemacetan lalu lintas masih belum ada tanda-tanda teratasi, tetapi justru lebih mengarah ke kondisi

yang sebaliknya. Oleh karena itu patut ditengarai bahwa rekomendasi hasil studi tidak

terimplementasi dengan baik, sehingga tidak menjadi solusi bagi pemecahan persoalan di lapangan.

Dari fenomena di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persoalannya bukan terletak pada

kurangnya jumlah kajian transportasi, tetapi lebih pada implementasi hasil studi (master plan).

Contoh kebijakan transportasi yang sudah lama diusulkan namun belum terimplementasi dengan

baik adalah pembangunan MRT dan pembangunan jalan tol di samping beberapa kebijakan

transportasi yang lain baik yang bersifat fisik maupun non-fisik seperti penerapan traffic restraint

berupa road pricing. Banyak hal yang menjadi penyebab dari kesulitan implementasi ini yang dapat

ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek legal, pendanaan, kelembagaan, SDM, sosial, ekonomi,

politis, dll, atau bisa juga kombinasi dari beberapa aspek tersebut. Untuk mengukur keberhasilan

sebuah implementasi kebijakan banyak tolok ukur yang bisa dipakai, tetapi satu hal yang paling

Page 34: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

28

penting adalah meningkatnya mobilitas masyarakat yang merupakan indikator dari tingginya

intensitas kegiatan ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Pemerintah juga telah mencanangkan 17

langkah strategis mengatasi kemacetan di Jakarta yang melibatkan beberapa stakeholder untuk

mengantisipasi kemandegan transportasi tahun 2014.

Guna mempercepat dan memberikan arahan pembangunan ekonomi Indonesia,

Pemerintah telah menyusun Materplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) 2011 – 2025, yang merupakan upaya hilirisasi produk Indonesia, agar dapat

meningkatkan added value dari produksi bahan mentah menjadi produk bahan jadi.

Untuk mendukung hal tersebut terdapat 3 (tiga) strategi utama atau dikenal dengan tiga

pilar utama yaitu [1] Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia, [2] Penguatan Konektivitas

Nasional dan [3] Mempercepat Kemampuan Iptek Nasional

Konektivitas sebagai bentuk dari peningkatan aksesibilitas diharapkan mampu untuk

mendorong pertumbuhan tinggi yang inklusif dengan elemen utama :

• Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan pertumbuhan

berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman,

• Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat

pertumbuhan melalui inter-modal supply chain systems,

• Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur dan pelayanan dasar dalam

menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif).

Konektivitas merupakan hal yang penting dalam mengembangkan wilayah serta

hubungannya dengan wilayah lainnya. Untuk itu perlu dibangun “daya tarik” suatu wilayah/daerah

sehingga terjadi interaksi ekonomi yang saling menguntungkan dengan daerah-daerah lain di

sekitarnya,. Konektivitas difokuskan pada [1] integrasi moda transportasi, [2] Efisiensi/mengurangi

biaya transport, [3] kesetaraan (fisik dan komoditi) antar koridor.

Rekomendasi yang diberikan Komtek Teknologi dan Manajemen Transportasi adalah sebagai berikut: 1. Menjadikan Angkutan Umum Massal sebagai backbone sistem transportasi perkotaan (terutama

Kereta Api untuk kota raya) dengan memperhatikan: a) Sustainability; b) Priority; c) Unique; d)

Dedicated; e) Integrated; f) Technology. Adapun hal-hal yang harus diperlukan adalah: a) Strong

Political Support; b) Financing; c) Public Private Partnership; d) Legal and Institutional.

2. Diperlukan kelembagaan/institusi yang bertanggung jawab terhadap sinkronisasi kluster

(koridor), juga terkait dengan beban pendanaan untuk pembangunan infrastruktur, mengurus

aset yang ada serta yang akan dibangun. Basic infrastructure masih harus menjadi beban dan

tanggung jawab Pemerintah sehingga perlu dilakukan : [1] Revisi regulasi terkait; [2] Ukuran

kapasitas/daya dukung wilayah maksimum dalam perencanaan wilayah/transportasi; [3] Tinjauan

aturan-aturan yang mendukung, bukan yang kontradiktif/menghambat dengan alasan PAD; [4]

Infrastruktur dipadukan dengan kegiatan ekonomi

3. Diperlukan keterpaduan antara sistem transportasi dengan sistem logistik, dalam rangka

mendukung [1] ketahanan pangan, [2] energi, [3] pelestarian lingkungan, [4] pemilihan moda,

pengendalian dan penggunaan kendaraan, [5] peningkatan mobilitas masyarakat.

4. Untuk Anggota DRN periode 2012 – 2014 diharapkan mampu untuk mengupas lebih rinci

tentang [1] pohon masalah dalam rangka identifikasi akar permasalahan pada bidang teknologi

Page 35: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

29

dan manajemen transportasi, [2] technology foresight, [3] peningkatan peran iptek yang

diperlukan untuk mengatasi permasalahan, khususnya yang terkait dengan MP3EI dalam

melakukan revisi terhadap Agenda Riset Nasional (ARN) 2010 - 2014.

Gambar 15 Suasana Diskusi Komtek Teknologi dan Manajemen Transportasi

4.1.4 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Mengacu pada Perpres No. 16 tahun 2005, salah satu tugas DRN adalah membantu

Menristek dalam merumuskan arah dan prioritas utama pembangunan Iptek. Dalam kerangka tugas

tersebut, Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi periode 2009-2011 merumuskan ARN

bidang fokus TIK untuk kurun waktu 2010-2014.

Pada ARN 2010-2014, prioritas utama kegiatan riset bidang TIK terbagi dalam 5 (lima)

kategori yaitu (1) Infrastruktur TIK yang terdiri dari telekomunikasi berbasis Internet Protocol (IP) dan

penyiaran multimedia berbasis digital, (2) Aplikasi TIK yang terdiri dari aplikasi perangkat lunak dan

framework atau platform perangkat lunak berbasis open source, (3) Konten yang berupa teknologi

digital untuk industri kreatif, (4) Device yang merupakan piranti untuk mendukung TIK, (5) Manusia

untuk pengembangan dan pendayagunaan TIK.

Selain itu, TIK juga berfungsi sebagai enabler yang merupakan dasar berbagai aplikasi

dalam banyak aspek untuk meningkatkan produktivitas kerja, kecerdasan pengambilan keputusan,

efektivitas komunikasi, serta kualitas kehidupan masyarakat. Kegairahan masyarakat luas dalam

menggunakan aplikasi TIK akan mendorong tumbuhnya industri layanan dibidang lain (seperti

informasi dan layanan di bidang transportasi, kesehatan dll), produk TIK dan daya kreativitas serta

inovasi (seperti multimedia creative digital), sehingga membuka lapangan kerja dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pertumbuhan industri TIK juga ikut mendorong tumbuhnya

kemampuan ilmu dan teknologi bangsa Indonesia. Pada ARN 2010-2014 fungsi TIK sebagai enabler

dimasukkan ke dalam masing-masing bidang fokus yang bersesuaian. Hal ini dilakukan mengingat

fungsi TIK sebagai enabler ini sangat beragam dan cukup banyak dan dilakukan oleh

peneliti/perekayasa dari berbagai bidang ilmu.

Diantara isu nasional penting yang berkaitan dengan bidang fokus TIK adalah program

migrasi dari sistem penyiaran TV analog ke sistem penyiaran TV digital sebagai upaya untuk

mengantisipasi era digitalisasi serta konvergensi TIK dan penyiaran. Selain itu isu penting lainnya

adalah implementasi Broadband Wireless Access (BWA) di Indonesia sebagai upaya meningkatkan

penetrasi telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan teknologi yang sesuai

dengan kondisi geografis Indonesia.

Kedua isu penting tersebut sudah tercantum dalam salah satu prioritas utama kegiatan riset

bidang TIK di dalam ARN 2010-2014 yaitu Infrastruktur TIK yang terdiri dari 2 tema riset berikut : (1)

Page 36: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

30

telekomunikasi berbasis Internet Protocol (IP); dan (2) penyiaran multimedia berbasis digital. Kedua

tema riset ini sebelumnya juga sudah tercantum dalam ARN 2006-2009.

Dalam rangka mengimplementasikan tema riset penyiaran multimedia berbasis digital

melalui instrumen berupa program insentif riset, maka salah satu produk target dari program insentif

riset adalah sistem penyiaran berbasis TV digital. Hal ini dilakukan untuk merangsang munculnya

penelitian dan pengembangan produk-produk untuk mendukung migrasi TV digital. Dalam beberapa

tahun terakhir, beberapa riset terkait dengan produk target tersebut telah dilaksanakan dengan

pendanaan dari program insentif riset KRT. Diantaranya adalah riset yang dilakukan di LIPI

mengenai pemancar siaran TV digital, serta riset yang dilakukan di BPPT mengenai konten dan

middleware pada siaran TV digital.

Di sisi lain, sejalan dengan ARN, juga sudah dikeluarkan beberapa regulasi terkait migrasi

TV digital oleh Kementerian Kominfo, seperti Peraturan Menteri Kominfo No

27/P/M.KOMINFO/8/2008 tentang Ujicoba Lapangan Penyelenggaraan Siaran Televisi Digital.

Ujicoba ini sudah dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak yaitu industri broadcaster, lembaga

litbang serta kementerian terkait.

Masih sejalan dengan ARN, beberapa industri manufaktur dalam negeri berpartisipasi

dalam memproduksi set top box untuk mendukung ujicoba penyiaran TV digital. Kerjasama antara

industri dengan lembaga litbang dan regulator juga terbentuk dalam kerangka menentukan standard

perangkat yang akan digunakan dalam sistem penyiaran TV digital di Indonesia.

Kegiatan-kegiatan diatas yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mendukung migrasi TV

digital sudah dicantumkan dalam ARN. Beberapa riset dilakukan berdasarkan arahan langsung dari

DRN melalui instrumen program insentif riset. Sedangkan kegiatan lainnya dilakukan oleh berbagai

pihak sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dan sejalan dengan ARN. Hal ini

menunjukkan bahwa ARN yang sudah disusun memetakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang

harus dilakukan. Untuk itu ARN perlu terus didukung oleh seluruh pihak agar arah penelitian dan

pengembangan sejalan dengan regulasi dan selanjutnya membangun sinergi dengan industri terkait.

Terkait dengan isu implementasi BWA di Indonesia, maka DRN merangsang munculnya

penelitian dan pengembangan produk-produk untuk mendukung implementasi BWA dengan cara

memasukkan kegiatan BWA sebagai kegiatan dari produk target telekomunikasi berbasis IP pada

program insentif riset. Seperti kita ketahui bahwa teknologi BWA merupakan salah satu trend

teknologi kedepan yang cocok untuk meningkatkan penetrasi telekomunikasi di Indonesia sesuai

dengan kondisi geografisnya. Untuk itu penelitian dan pengembangan ke arah Fixed BWA dan

Mobile BWA sudah dicantumkan dalam produk target program insentif riset agar penelitian dan

pengembangan mengenai BWA bisa difasilitasi. Beberapa riset terkait sudah dilakukan oleh

Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang melalui skema pendanaan program insentif riset.

Selain itu, regulasi tentang BWA sudah dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo. Beberapa

operator dalam negeri saat ini dalam proses untuk mengimplementasikan BWA sebagai tindak lanjut

dari dibukanya kanal frekuensi oleh Kementerian Kominfo untuk implementasi BWA. Beberapa

industri manufaktur dalam negeri juga melakukan pengembangan perangkat BWA dan sudah

menghasilkan produk yang siap digunakan untuk implementasi BWA di Indonesia.

Berdasarkan pengalaman selama ini, kerjasama yang lebih erat antara regulator, lembaga

litbang serta industri sangat diperlukan untuk menjamin suksesnya implementasi BWA di Indonesia.

Dalam hal ini ARN bisa dijadikan acuan untuk memberikan arah pengembangan teknologi BWA

kedepan.

Page 37: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

31

Kedua contoh isu penting berskala nasional di atas menunjukkan pentingnya merumuskan

arah dan prioritas utama pembangunan Iptek yang diwujudkan dalam ARN.

Pada ARN 2010-2014, Tema Riset Unggulan untuk bidang fokus TIK adalah Teknologi

Digital untuk Industri Kreatif. Indonesia mempunyai SDM yang mampu untuk mengembangkan

perangkat lunak maupun produk kerajinan, seni dan budaya yang dikembangkan berbantuan TIK

dan menjadi produk dalam media digital. Dengan dicanangkannya Ekonomi Kreatif sebagai salah

satu tumpuan pembangunan perekonomian Indonesia, pemberdayaan Industri Kreatif menjadi

penting untuk terwujud.

Salah satu contoh implementasi tema riset unggulan dalam ARN 2010-2014 ini adalah

pendirian Pusat Komunitas Kreatif di Kabupaten Lombok Utara (NTB) yang merupakan kerjasama

Kementerian Kominfo dengan Pemprov NTB dan diresmikan pada tanggal 17 Desember 2010 yang

lalu. Pusat Komunitas Kreatif ini menyediakan sarana dan prasarana TIK sebagai alat bantu akses

terhadap pengembangan talenta dan potensi kreativitas masyarakat. Selain itu juga bertujuan untuk

memberikan pendampingan teknis pada kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat

khususnya masyarakat UKM dalam rangka memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bisnis

secara elektronik.

Selain melaksanakan tugas merumuskan ARN bidang fokus TIK, Komtek TIK juga

melakukan upaya-upaya untuk mendekatkan hasil-hasil penelitian dengan dunia industri. Dalam

kerangka tersebut, telah dilakukan beberapa kegiatan seperti lokakarya dengan tujuan agar

outcomes setelah proyek penelitian berakhir dapat didata menjadi informasi yang siap

disebarluaskan sehingga berguna untuk membuka peluang pemanfaatan hasil penelitian yang lebih

memasyarakat dan lebih banyak dengan terbangunnya kerjasama dengan industri.

Sampai saat ini, komunikasi antara pemberi dana dengan para penerima dana program

penelitian belum dilakukan dengan intensif setelah pembiayaan penelitian berakhir sehingga

pemanfaatan hasil penelitian tersebut belum optimal dan belum dapat ditunjukkan ke masyarakat.

Informasi mengenai potensi pemanfaatan hasil-hasil penelitian sangat berguna untuk

disebarluaskan ke masyarakat sebab : a) Merupakan pertanggungjawaban bahwa pembiayaan yang

sudah dilakukan tidak terbuang sia-sia; b) Membuka peluang industrialisasi dan pemanfaatan lain

yang lebih luas; c) Membuka peluang untuk penelitian lanjutan yang baru tanpa harus mulai dari nol

(« reinventing the wheel »).

Dalam upaya membangun kerjasama dengan industri, Komtek TIK juga telah merintis

komunikasi dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia. Untuk itu telah dilakukan

pertemuan antara Komtek TIK dengan Komite Tetap Riset dan Teknologi TIK (Komtap TIK – KADIN)

dalam rangka merintis komersialisasi hasil-hasil riset. Sebagai tindaklanjut pertemuan tersebut, dari

DRN sudah disampaikan daftar hasil riset bidang fokus TIK untuk kemudian oleh Komtap TIK –

KADIN akan disampaikan kepada industri pada saat pertemuan rutin dengan asosiasi-asosiasi yang

ada di Indonesia. Diharapkan nantinya bisa ditemukan mitra industri yang membutuhkan hasil riset

terkait. Kerjasama yang sudah dirintis ini dirasa perlu untuk dilanjutkan dan ditingkatkan lagi di masa

mendatang.

Dari hasil diskusi yang dilakukan, juga tidak tertutup kemungkinan sudah adanya kerjasama

secara langsung antara lembaga litbang dengan industri tanpa melalui DRN maupun KADIN. Dalam

hal ini sebaiknya DRN secara proaktif melakukan pendataan dan pemantauan kerjasama yang

sudah terjadi. Hal ini juga bisa dijadikan bahan evaluasi dalam rangka menyusun strategi untuk

meningkatkan kerjasama antara lembaga litbang dan industri.

Page 38: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

32

Mengingat teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang dengan sangat pesat,

sehingga topik kegiatan yang ada perlu terus diperbaharui agar bisa mengakomodir perkembangan

teknologi tersebut. Beberapa perkembangan mutakhir di dalam negeri dan di dunia perlu mendapat

perhatian agar bisa diantisipasi dengan baik.

Diantara yang perlu mendapat perhatian serius adalah terkait dengan cyber security.

Perkembangan TIK yang sangat pesat selain berdampak positif juga menimbulkan kekhawatiran

akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan diantaranya berupa cybercrime. Secara lebih luas

dikenal istilah cyber security yang menyangkut keamanan di dunia maya. Saat ini cyber security

menjadi perhatian yang serius bagi perusahaan-perusahaan besar di dunia dan terlihat dari

besarnya anggaran untuk cyber security yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang

jumlahnya sangat signifikan dibandingkan dengan belanja IT perusahaan.

Pada skala negara, Amerika telah meminta agar dunia mengadopsi Budapest Convention

on Cybercrime yang dikeluarkan oleh Council of Europe. Ini menjadi bagian dari kebijakan Amerika

dalam mengatur cyber space. Pada bulan Juli 2011, Departemen Pertahanan Amerika

mengumumkan bahwa cyber space setara dengan land, sea and outer space artinya setiap

penyerangan pada cyber space dapat diretaliasi pada space yang lain berupa serangan

konvensional. Di sisi lain, Rusia dan China telah mengirim surat kepada Sidang Umum PBB pada

bulan September 2011 yang lalu meminta supaya setiap negara mengelola cyber space masing-

masing dengan membuat international code of conduct untuk internet.

Penelitian dan pengembangan mengenai cyber security saat ini belum masuk dalam ARN,

tetapi perlu mendapat perhatian yang serius untuk mengantisipasi perkembangannya yang sangat

cepat.

Perkembangan lain di dunia maya adalah munculnya kebutuhan akan digital preservation

seperti bagaimana membereskan arsip-arsip digital dari orang yang sudah mati. Hal ini untuk

mengantisipasi jumlah arsip digital di dunia maya yang sangat besar seperti bisa dilihat dari sangat

besarnya jumlah video yang diupload ke youtube.

Penelitian dan pengembangan mengenai digital preservation perlu mendapat perhatian

dalam penyusunan ARN kedepan.

Dalam topik kegiatan TIK dalam ARN 2010-2014 untuk mendukung MP3EI sudah dilakukan

analisis dimana seluruh topik kegiatan dapat mendukung program utama dan kegiatan ekonomi

utama MP3EI. Dari analisis tersebut terlihat bahwa apa yang direncanakan sebagai topik kegiatan

dalam ARN sudah mengarah untuk perkembangan teknologi dan perkembangan perekonomian

bangsa.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan terkait perkembangan di dalam negeri adalah sebagai

berikut : 1) Perlu diantisipasi dampak dari implementasi e-KTP di Indonesia. Penelitian dan

pengembangan yang terkait perlu digalakkan agar e-KTP bisa dimanfaatkan secara optimal; 2) Perlu

disusun strategi untuk meningkatkan jumlah SDM di bidang TIK yang bersertifikat; 3) DRN bisa

berkontribusi mengarahkan riset-riset kedepan untuk menunjang MP3EI. Dengan demikian

diharapkan bisa meningkatkan TKDN pada proyek-proyek terkait MP3EI.

Page 39: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

33

Gambar 16 Suasana Diskusi Komtek Teknologi Informasi dan Komunikasi

4.1.5 Pertahanan dan Keamanan

Menyadari kebutuhan dan tantangan menguasai teknologi hankam, kuncinya tergantung

dari political will Pemerintah, DPR, pengguna, dan pelaku riset, apakah perlu meraih kemandirian

bangsa dan negara terhadap aspek ketergantungan produk teknologi negara lain?.

Indonesia pernah mengalami keadaan pahit ketika beberapa negara maju melakukan

embargo penjualan produk dan komponen alutsistanya. Disisi lain berbagai isu utama yang terjadi

dibidang teknologi hankam saat ini antara lain : (1) Belanja teknologi hankam dalam negeri sangat

rendah, karena dengan alasan kualitasnya belum handal belum handal orientasi pengguna alutsista

cenderung membeli peralatannya ke luar negeri ; (2). Kesiapan industri hankam dalam negeri untuk

memproduksi produk alutsista masih kurang ; (3). Kesiapan kita dalam penguasaan dan penerapan

teknologi hankam masih kurang ; (4). Transfer teknologi yang perlu kita peroleh tidak dimanfaatkan

dengan baik, karena negara pembuat teknologi enggan memberikan teknologinya dan SDM kita

belum siap menerima teknologinya ; (5) Kegiatan riset di dalam negeri belum berorientasi dan fokus

untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi pengguna, masih untuk kepentingan individuAdanya

keterbatasan kemampuan SDM menyerap teknologi ; (6). Adanya ketidaklancaran pelaksanaan

kebijakan pemerintah terhadap Keppres 54/2010, masih ditemukan hambatan di lapangan ; (7).

Adanya ketidak berpihakan pengguna, menggunakan produk dalam negeri, dengan alasan kualitas

kemampuannya tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dan operasional. Pemerintah sudah berupaya

melaksanakan keberpihakan terhadap produk lokal antara lain melalui : Penerapan kandungan lokal

TKDN, skema pembiayaan produk dalam negeri (PDN), tetapi hasilnya masih belum

menggembirakan,

Pihak industri belum berani melakukan investasi peralatan produksi alut sista, karena

belum ada jaminan dari pihak pemerintah tentang kepastian membeli produk alut sista di dalam

negeri secara multiyears.

Solusi mengatasi semua isu dan kendala di atas antara lain : (1). Menumbuhkembangkan

konsorsium riset ; (2). Meningkatkan berbagai proyek riset nasional termasuk pemberian insentif ; (3)

Menumbuhkan berbagai pusat unggulan riset teknologi inti ; (4) Mengembangkan Skema PDN

melalui acuan ARN, MP3EI dan KKIP.; (5) Diperlukan adanya roadmap teknologi dan roadmap

produk ; (6). Penyesuaian ARN 2010-2014 terhadap MP3EI dan KKIP. perlu ditindaklanjuti ; (7)

khususnya investasi yang dilakukan Industri harus ada ketegasan bagian mana yang harus

dikembangkan, mengingat resources sangat terbatas.; (8). Merencanakan SDM, yang kompeten,

mengembangkan sarana fasiltas laboratorium uji ; (9). Penyediaan pendanaan yang cukup ; (10)

Mendirikan centre of excellent

Page 40: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

34

Dimasa depan perlu mengantisipasi pemanfaatan teknologi nir awak dan teknologi robotik

untuk mendukung kebutuhan operasi TNI di wilayah perbatasan dan daerah rawan konflik dengan

biaya yang murah.

.

Gambar 17 Suasana Rapat Komtek Teknologi Pertahanan dan Keamanan

4.1.6 Kesehatan dan Obat

Penyusunan ARN 2010-2014 dilakukan melalui serangkain pembahasan dalam rapat Komtek

dan FGD bersama stake holder, khususnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kemenkes, industri farmasi, industri jamu, industri alat kesehatan dan para peneliti bidang

kesehatan. Pertemuan membahas isu-isu pokok dan kebijakan bidang kesehatan yang didasarkan

pada dokumen-dokumen strategis yang ada, seperti RPJMN, Sistem Kesehatan Nasional (SKN),

Renstra Kemenkses, Jakstranas Iptek dan Buku Putih Iptek Kesehatan dan Obat. Selain itu dibahas

pula pekembangan iptek kesehatan dunia dan nasional yang dikaitkan dengan penyelesaian

permasalahan nasional bidang kesehatan dan pembangunan industri kesehatan.

Berdasarkan arah kebijakan umum riset bidang fokus pembangunan kesehatan dan obat

tahun 2010—2014, maka prioritas pengembangan dan pemanfaatan teknologi kesehatan dan obat

difokuskan pada program riset prioritas, yaitu penerapan iptek untuk :

(1) Program Riset Perbaikan Gizi Masyarakat (Gizi) menuju pencapaian gizi seimbang dan tumbuh

kembang anak dalam rangka menjaga kualitas manusia Indonesia.

(2) Program Riset Pengembangan bahan baku obat (Bahan Baku Obat) untuk memperkuat

struktur industri bahan baku farmasi nasional agar secara bertahap dan berkesinambungan

dapat mengurangi kebutuhan impor.

(3) Program riset pengembangan obat tradisional (Obat Tradisional) untuk meningkatkan

pemanfaatan jamu dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui penelitian

berbasis pelayanan (saintifikasi jamu) dan pemanfaatan sumberdaya hayati Indonesia menjadi

produk obat herbal (obat herbal terstandar, dan fitofarmaka) yang mempunyai nilai tambah,

berkualitas dan berdaya saing tinggi.

(4) Program Riset Penerapan Bioteknologi dan Biologi Molekuler (Biotek Kesehatan) untuk

menghasilkan biofarmasi yang mempunyai khasiat preventif, kuratif dan paliatif, seperti vaksin,

obat terapeutik dan alat diagnostik melalui pendekatan bioteknologi, rekayasa genetik dan

protein rekombinan.

Page 41: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

35

(5) Program Riset Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Pengendalian Penyakit &

Penyehatan Lingkungan) melalui deteksi dini, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,

pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan.

(6) Program Riset Penguasaan Teknologi Alat Kesehatan dan Instrumen Kedokteran (Alat

Kesehatan/Kedokteran) yaitu teknologi produksi dan perawatan alat kesehatan/kedokteran

untuk mengurangi ketergantungan impor serta kemandirian operasional dan perawatannya.

Dalam rangka mendukung Sistem Inovasi Nasional (SIN), pelaksanaan program prioritas

iptek kesehatan dan obat memperhatikan pula aspek penguatan kelembagaan iptek dengan

melibatkan semua unsur kelembagaan iptek (perguruan tinggi, lembaga litbang dan badan usaha),

serta mendorong penguatan sumberdaya dan jaringan iptek.

Beberapa catatan dan masukan Komtek Kesehatan dan Obat terkait dengan revitalisasi

DRN sebagai berikut : [1] Masih terdapat ketidaksamaan persepsi terhadap posisi, peran, tugas dan

fungsi DRN, baik dikalangan masyarakat luas maupun diantara anggota DRN sendiri; [2] DRN

dinegara lain sangat kuat, sedangkan DRN Indonesia dibawah Menristek dan berdasarkan Perpres

16/2005 DRN tidak memiliki kewenangan yang kuat, hanya sebatas advisor Menristek; [3] Harapan

masyarakat dan anggota DRN bahwa lembaga ini memiliki kewenangan yang kuat, seperti AIPI

(pembentukannya berdasarkan UU). DRN seharusnya memiliki peran promotor, komunikator dan

intermediator dibidang riset dan bertanggung jawab langsung terhadap Presiden; [4] Seharusnya

kedudukan DRN berdasarkan Keppres dan langsung bertanggungjawab kepada Presiden; [5] Perlu

diperjelas pembagian tugas dan fungsi DRN dan AIPI; [6] Masukan DRN selama ini kurang atau

bahkan tidak didengar; [7] Seberapa jauh ARN dijadikan acuan oleh lembaga lain, sehingga jika

diperlukan melakukan reposisi organisasi dan evaluasi keanggotaan DRN; [8] Posisi DRN mungkin

bertambah kuat jika memiliki fungsi financing untuk kegiatan riset nasional; [9] DRN terlalu

didominasi oleh pemerintah, perlu penambahan komponen Business agar agenda riset dapat

memberikan kontribusi; [10] Ketua Komtek sebaiknya adalah Kabalitbang Kementrian terkait; [11]

Saat ini sedang disusun Sistem Riset Kesehatan Nasional, DRN mungkin perlu juga membahas

masalah ini; [12], sebelum revitalisasi DRN dijalankan perlu dibuat naskah akademis terlebih dahulu

Perkembangan ilmu psikoneuroimunologi mendekonstruksi pemahaman ini, dengan

mengatakan bahwa terdapat interrelasi antara fikiran dan kesehatan tubuh/kemampuan tubuh

menyembuhkan penyakit (mind-body medicine).

Istilah psikoneuroimunologi sendiri telah diperkenalkan sejak lama oleh Dr. Robert Ader, pada tahun

1975, yang bekerja pada divisi kedokteran prilaku dan psikososial, Universitas New York –

Rochester. Saat ini ilmu psikoneuroimunologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan

komunikasi multi-arah diantara sistem syaraf, sistem endokrin dan sistem imun, serta implikasinya

terhadap kesehatan tubuh. Disisi lain, agama sendiri telah banyak menyinggung kondisi fikiran dan

psikis manusia yang dapat memberikan dampak yang merugikan bagi manusia, seperti sifat iri,

dengki, amarah, dan kurang bersyukur, yang perlu dihindari dengan mengembangkan perilaku

positif dan transenden. Kekayaan kearifan agama yang dapat menjadi bahan kajian bagi ilmu

psikoneuroimunologi. Perkembangan ilmu ini tentu akan memberikan sumbangan berharga bagi

ilmu kedokteran konvensional serta kurikulum pendidikannya.

Penyelarasan ARN 2010-2014 dengan MP3EI, Komtek Kesehatan dan Obat

menyelenggarakan Diksusi Terbatas dengan mengundang perwakilan dari Balitbangkes, Kemenkes,

Industri Alat Kesehatan, Industri Farmasi dan Industri Jamu. Beberapa kesimpulan yang dapat

dirumuskan antara lain :

Page 42: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

36

1. Bidang Kesehatan tidak disebutkan dalam 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi (jenis

industri) utama. Dapat dikatakan Industri Kesehatan tidak tercantum dalam MP3EI: [a] Hanya ada

satu kaitan antara Industri Kesehatan dan MP3EI adalah terkait dengan Inovasi, yang dirumuskan

sebagai Inisiatif Inovasi 1-747; [b] Perlu dukungan komunitas Iptek dalam mengelaborasi lebih

jauh pilar ketiga MP3EI; [c] Bidang Kesehatan tidak terakomodir dalam MP3EI; [d] Dalam MP3EI

pembangunan dilihat sebagai output/produk, tanpa mempertimbangkan proses dan terlalu

didasarkan pada resource based policy, dan kurang pada knowledge based policy; [e] Hanya

mengadalkan dana APBN untuk pembangunan industri kesehatan berbasis inovasi pasti tidak

cukup; [f] ARN Kesehatan dan Obat 2010-2014 dan MP3EI tidak ada keterkaitan. Meskipun ada

beberapa topik riset dalam ARN yang mendukung pengembangan industri kesehatan; [g] DRN

mengusulkan ke Menko Perekonomian tentang pembangunan industri kesehatan dalam MP3EI

yang selain beroreintasi resource based economy (industri jamu), juga berorientasi knowledge

based economy (industri obat, vaksin dan instrumen kedokteran). Karena MP3EI sudah di

sahkan, maka diusulkan dalam bentuk Adendum dari dokumen MP3EI.

2. Penguatan Pilar Ketiga MP3EI Bidang Kesehatan: [a] Dana Riset perlu diupayakan mencapai 1%

GDP; [b] Jumlah S2 dan S3 dengan kompetensi yang dibutuhkan harus ditingkatkan dengan

perencanaan yang matang; [c] Program pendirian Science Park untuk bidang kesehatan dan obat

dapat mengambil pola Contract Reseach Laboratory, agar mampu berdiri sendiri dan

mengundang minat swasta untuk investasi; [d] Pemberian Double Tax (Incentive) bagi industri

yang melakukan R&D; [e] Konsistensi dalam kebijakan S&T; [f] Dalam Inisiatif 1-747 kesehatan

masuk dalam industri kebutuhan dasar. Perlu dijabarkan lebih lanjut hingga ke rencana aksi; [g]

Perlu dilakukan elaborasi strategi penguatan inovasi : inisiatif 1-747; [h]QW KIN : Vaksin (anti

diare, polio, H5N1, DPT, hepatitis), Biofarmasetik h-EPO, Farmasetik (spt, amoksisilin,

antimalaria, derivat kurkumin, akstrak flavonoid, anti osteoporosis); [i] BBO harus berbasis

biodiversity dan cultural diversity.

3. MP3EI dan SINas Bidang Kesehatan: [1] ARN 2010 – 2014 : sudah cukup mengatisipasi

kebutuhan dan perkembangan iptek kesehatan; [2] Dalam MP3EI selain kluster ekonomi

diperlukan, National Inovation System, Global Inovasion network, dan Regional Inovation

Network; [3] Ekosistem Inovasi Indonesia masih lemah, khususnya dalam pembiayaan,

kepemimpinan dan kebijakan. Hal ini tidak sejalan dengan perkembangan kultural dan

pendidikan yang mendukung perkembangan S&T; [4] President directive Y = f(C,L,T), bahwa

keberhasilan pembangunan selain ditentukan oleh cost dan labor, juga oleh penguasaan

technology; [5]Visi Presiden 2025 : swasembada pangan, obat, air bersih dan energi.

4. Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan: [1] World Competitiveness = [ C(asset) x C(process) ] Internasionalisasi; [2] New emerging markets : Asia and Latin Amerika; [3] Perlu memperhatikan evolusi

Industri farmasi nasional; [4] Regional and national healthcare cost akan terus meningkat; [5]

Health industry will plays important rolle in economy; [6] Trend : Individualized therapy (protein

based drug/proteomic/genomic): a) Prospect : Convent. Medicine, Herbal Medicine, Biotech

Product/Biologics; b) Dont reinvent the wheel : kolaborasi/aliansi dengan Cina & India, khususnya

untuk small mollecule drug; c)Fokus utama pada pada natural medicine, Biopharmaceutical,

Stem Cell, Telemedicine, Mobile and Home Health Monitoring, Nano devices.

Page 43: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

37

5. Usulan Kegiatan Ekonomi Utama Bidang Kesehatan

No Kelompok Produk Produk Koridor Kaitan dengan SD Wilayah 1. Bahan Baku Obat

Konvensional Amoksisilin Artemisinin

Jawa Industri Farmasi, Pusat Unggulan dan SDM

Herbal Bahan baku simplisia dan ekstrak

Jawa, Sumatra, Kalimanta, Sulawesi.

Industri dan Tanaman Obat, Pusat Unggulan dan SDM

OHT dan Fitofarmaka

Biofarmasi Vaksin Jawa Industri Biofarma Eksipien Turunan pati Sumatra, Jawa Industri Pati, Pusat Unggulan

dan SDM 2. Kosmetika Vit dan minyak

lemak Sumatera Sawit

Poliskarida Bali dan Maluku Rumput Laut 3. Alat Kesehatan USG Jawa Industri elektronika,

informatika dan kesehatan Telemedisin Jawa Biosensor Jawa

Gambar 18 Suasana Diskusi Komtek Teknologi Kesehatan dan Obat

4.1.7 Sains Dasar

Kegiatan Dewan Riset Nasional, khususnya Komisi Teknis Sains Dasar selama kurun

waktu 2009-2011, terdiri dari kegiatan rutin berupa rapat komisi teknis, Workshop/FGD (Focussing

Group Discussion), kunjungan kerja dalam rangka seminar/temu wicara/pertemuan tahunan,

persiapan dan penyelenggaraan seleksi insentif riset, penyusunan Agenda Riset Nasional, dan

perumusan rekomendasi kebijakan mengenai isu-isu di bidang Sains Dasar yang sedang

berkembang. Rapat rutin komtek Sains Dasar pada umumnya dilaksanakan untuk membahas

substansi yang bersifat teknis administratif dan isu-isu terkini di bidang Sains Dasar, sedangkan

workshop/FGD dan kunjungan kerja dilakukan untuk membahas isu-isu strategis di bidang Sains

Dasar yang berkaitan dengan pengembangan riset dan teknologi.

Pada tahun 2009, kegiatan utama komtek Sains Dasar difokuskan pada persiapan dan

penyeleksian proposal insentif riset Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010. Persiapan

penyelenggaraan insentif riset dimulai dengan penyusunan produk target dan penyusunan Buku

Pedoman Pelaksanaan Insentif Riset Tahun 2010 yang proses persiapannya dimulai pada Bulan

Page 44: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

38

Januari 2009 dan berakhir pada pertengahan bulan April 2009 dengan tersusunya Draft Buku

Pedoman. Penyeleksian prososal Insentif Riset dimulai pada Bulan Mei dan dilakukan secara

bertahap, mulai dari seleksi administratif, seleksi substansi untuk memperoleh short list dan seleksi

melalui presentasi. Kegiatan ini berakhir hingga bulan November 2009. Kegiatan selanjutnya adalah

penyusunan Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014. Penyusunan ARN tersebut dilakukan melalui

rapat-rapat rutin dan dilanjutkan dengan workshop Penyusunan Butir-butir ARN Bidang Fokus

Material Maju yang diikuti anggota Komtek Sains Dasar dan para pakar material maju yang

dilakukan pada bulan Oktober 2009. Selanjutnya diadakan konsinyering yang diikuti oleh anggota

komisi teknis Sains Dasar yang berlangsung pada akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2010. Draft

ARN yang tersusun selanjutnya dikomunikasikan dengan pihak yang berkepentingan (LPD, LPNK,

Industri, Perguruan Tinggi) dan selanjutnya dibahas bersama komtek lain di DRN untuk

disinkronisasikan. Buku Agenda Riset Nasional 2010-2014 merupakan salah satu produk yang

dihasilkan oleh anggota DRN periode 2009-2011. Ada tiga kali kunjungan kerja yang dilakukan

Komtek Sains Dasar selama tahun 2009. Pertama dilakukan dalam rangka Dialog Refleksi 3 Tahun

Semburan Lumpur Lapindo yang dilakukan di Kelurahan Mindi Kecamatan Porong Kabupaten

Sidoarjo Jawa Timur pada tanggal 26 Mei 2009. Kedua dilakukan dalam rangka mengikuti Workshop

Nasional Kars yang membahas tentang Kars untuk Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan. Workshop

diselenggarakan di Museum Kars Indonesia Desa Gebang Harjo, Kecamatan Pracimantoro,

Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 25 Juni 2009. Ketiga dilakukan dalam

rangka Pertemuan Tahunan Forum Nanoteknologi Asia Pasifik (Asia Nano Forum) yang

diselenggarakan di Institute of Physicis, Academia Sinica, Taiwan pada tanggal 8-9 Oktober 2009.

Kegiatan pada tahun 2010, di samping melakukan kegiatan rapat rutin, komtek Sains

Dasar juga berperan dalam kegiatan persiapan dan penyeleksian proposal insentif riset Kementerian

Riset dan Teknologi untuk tahun anggaran 2011. Persiapan dilakukan dengan penyusunan produk

target bidang Sains Dasar dan bidang fokus Material Maju berdasarkan ARN 2010-2014 serta

penyusunan Buku Pedoman. Sedangkan proses seleksi pada tahun 2010 dilakukan dalam dua

tahap yaitu seleksi substansi dan seleksi melalui presentasi. Selain itu komtek Sains Dasar

menyelenggarakan Workshop Sains Dasar dengan tema Menghilirkan Riset Sains Dasar yang

diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 21-22 April 2010. Hasil diskusi tersebut sangat

bermanfaat bagi upaya-upaya menghilirkan riset sains dasar. Institusi Sains Dasar/MIPA haruslah

berstruktur sebagai organisasi yang mandiri dan mempunyai komponen yang berfungsi saling

mendukung. Pengertian “mandiri” dalam konteks ini adalah jika subsidi yang diberikan kepada MIPA

hanya minimal, maka MIPA masih dapat tumbuh dan produktif. Model ini berlaku juga untuk

penguatan institusi unsur MIPA baik Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, maupun Kebumian dan

Keantariksaan. Elemen keunggulan dari model ini adalah: [1] Sains Dasar MIPA berfungsi sebagai

pisau bermata dua, yaitu menguatkan inti dari ilmu dasar (basic sciences) serta mendukung

dan/atau mengembangkan terapan (applied sciences); [2] kemampuan “pisau bermata dua” terletak

pada bidang-bidang strategis yang perlu dipelihara dan diperkuat pertumbuhannya. Temuan bidang

ilmu strategis tersebut adalah analisis, teori medan, biokimia, fisiologi, mikrobiologi, dst. Melalui

kekuatan tersebut, dapat dilakukan hal-hal berikut: [1] mengembangkan ilmu induk bersama-sama

dengan terapannya dalam suatu keterpaduan untuk menumbuhkuatkan institusi; [2] perkembangan

ilmu Sains Dasar/MIPA seperti ditarik dan diulurkannya “tentakel gurita”, di mana selalu ke dalam

memperkuat ilmu dasarnya dan jika ada peluang atau tantangan terapan “menjulur keluar” untuk

melakukan problem solving dan merintis jalan ke hilir; [3] terkait dengan ilmu geologi yang sejak

tahun 1960 telah 'hijrah' ke Konsorsium Teknik, sehingga sulit untuk dikembangkan sebagai sebuah

Page 45: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

39

ilmu pengetahuan di Indonesia, perlu ada upaya pengambil-alihan perannya agar permasalahan

keilmuan geologi bisa segera diselesaikan. Upaya ini dipandang penting agar sebagian besar rakyat

Indonesia mau mengenali lagi atas lingkungan tempat tinggalnya yang berada dalam jalur

kebencanaan.

Pada tahun 2010, Komisi Teknis Sains Dasar melakukan satu kali kunjungan kerja dalam

rangka Pertemuan Tahunan Forum Nanoteknologi Asia Pasifik (Asia Nano Forum), EU-South East

Asia Workshop on Materials Research for Environmental and Health Application, dan The 5th

International Workshop on Advanced Material Science And Nanotechnology (IWAMSN2010) yang

diselenggarakan di Hanoi, Vietnam pada tanggal 8-12 November 2010.

Pada tahun 2011 di samping rapat rutin Komtek Sains Dasar, telah diselenggarakan pula

Workshop Sains Dasar bertemakan “Menghilirkan Riset Sains Dasar dan Pengetahuan Kebumian”

yang diselenggarakan di Manado pada tanggal 24-25 Mei 2011. Beberapa rumusan penting yang

dihasilkan adalah [1] Potensi kelapa di seluruh Indonesia sangat besar. Perlu upaya untuk

mengembangkannya bagi kesejahteraan masyarakat. Riset MIPA harus bisa menghilirkan sehingga

bisa bermanfaat bagi pengguna teknologi (masyarakat); [2] Indonesia merupakan Negara yang

dilalui oleh potensi gempa yang cukup besar sehingga pengetahuan kebumian perlu dipahami oleh

setiap warga Negara agar siap menghadapi bencana geologi yang akan terjadi; [3] Indonesia sangat

tergantung pada cadangan BBM dan gas bumi , semakin tipisnya cadangan bahan bakar fosil

mengakibatkan harus mencari energi alternatif, di antaranya energi baru dan energi baru terbarukan

(EBT). Potensi energi ini cukup besar, misalnya panas bumi yang pemakaiannya baru 4%. [4] Setiap

produk riset harus bisa dihilirkan sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh pengguna teknologi.

Sistem inovasi menghendaki hasil-hasil riset dari penghasil/pengembang teknologi dapat

dimanfaatkan oleh pengguna teknologi. Upaya untuk menguatkan SINas, KRT melakukan di

antaranya melalui pengembangan pusat-pusat unggulan iptek di 7 bidang fokus dan 28 tema riset.

[5] Pemanasan global khususnya akibat pengaruh La Nina dan El Nino telah dan sedang terjadi

pada lingkup global, regional, dan lokal, dampaknya telah dirasakan, di antaranya ketidakteraturan

musim, pencairan kutub utara, dan kenaikan muka laut. Perlu ada upaya untuk mengatasinya

melalui riset-riset kebumian yang lebih terarah; [6] Semua aspek kehidupan memerlukan peran

matematika. Perlu revitalisasi agar matematika mudah dan menyenangkan; [7] Salah satu strategi

penghiliran riset sains dasar melalui pemetaan permasalahan dan potensi SDA. Lalu melakukan

riset yang sesuai dengan kebutuhan sehingga hasilnya bisa didiseminasikan.

Kegiatan Komtek Sains Dasar pada tahun 2011 secara khusus membahas tentang

revitalisasi Dewan Riset Nasional dan Keterkaitan antara kegiatan Riset dengan MP3EI. Untuk

meningkatkan kinerja DRN, maka komposisi keanggotaan DRN mulai dari pengusulan calon

anggota DRN selayaknya memperhatikan perimbangan antara penyedia teknologi

(akademisi/peneliti), dan pengguna teknologi (industri/ masyarakat/pemerintah). Oleh karena

anggota DRN berfungsi memberikan masukan kepada Mennegristek yang memiliki program utama

Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka calon anggota DRN harus dapat melihat aspek-

aspek dalam SINas. Sesuai dengan amanat Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014,

pencalonan anggota DRN pun harus memperhatikan 7 bidang fokus pembangunan Iptek. Oleh

karena itu, calon anggota yang diusulkan Komtek Sains Dasar untuk keanggotaan DRN mendatang

diperuntukkan Komisi Teknis Material Maju dan pakar Sains Dasar di 7 Komisi Teknis. Komtek Sains

Dasar akan dihilangkan pada keanggotaan DRN mendatang.

Keterkaitan antara kegiatan riset pada ARN 2010-2014 dengan program Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) secara khusus dibahas pada

Page 46: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

40

akhir tahun 2011. Hal ini dilakukan mengingat bahwa Iptek dan SDM merupakan salah satu dari tiga

pilar penyelenggaraan MP3EI sehingga mempunyai peran penting. Dalam penyusunan ARN dan

program-program DRN ke depan, perlu di pastikan bahwa kesemuanya sejalan dengan MP3EI.

Di samping itu, untuk membakukan kelompok kegiatan riset telah dilakukan kodifikasi

bidang riset. Komisi Teknis Sains Dasar telah membuat kodifikasi kelompok kegiatan riset untuk

bidang Sains Dasar/MIPA dan Material Maju.

Rekomendasi untuk DRN yang akan datang

1) Berdasarkan hasil kajian tentang Revitalisasi DRN, Komisi Teknis Sains Dasar akan dihilangkan

pada organisasi DRN mendatang. Meskipun Pakar di bidang Sains Dasar masih terwakili di

masing-masing komisi teknis yang akan dibentuk, namun jika kelompok Sains Dasar tidak

terwadahi dalam satu kamar, tidak menutup kemungkinan tidak akan ada lagi yang akan

mengurusi Sains Dasar secara khusus. Terlebih jika dikaitkan dengan Instruksi Presiden Nomor

4 Tahun 2003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis

Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mewajibkan Menteri Negara

Riset dan Teknologi memberikan perhatian secara khusus kepada aspek-aspek di antaranya

penguatan kapasitas penelitian dan pengembangan yang merupakan landasan fundamental bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan penguatan penguasaan ilmu-ilmu dasar.

Sehingga bila komisi teknis Sains Dasar dihilangkan, maka diusulkan agar ada wadah khusus

yang menangani Sains Dasar. Misalnya, kalau di DPR, ada penggunaan istilah-istilah Komisi

dan Fraksi, mungkin untuk DRN, selain komisi teknis juga ada Majelis atau Forum.

2) Komisi Teknis Sains Dasar mengamati sejak tahun 2009-2011 tak ada satupun produk yang

dihasilkan Komisi Teknis menjadi produk DRN. Selama ini, Sidang Paripurna DRN hanya

dijadikan sebagai sarana pembekalan anggota dan “temu kangen” dari para anggotanya.

Sehingga di keanggotaan DRN mendatang, sebaiknya penyelenggaraan Sidang Paripurna DRN

dijadikan sebagai salah satu sarana untuk pengambilan keputusan penting DRN. Bahan

pengambilan keputusan berdasarkan rekomendasi dari masing-masing komisi Teknis atau

Majelis/Komisi.

3) Komposisi keanggotaan DRN mendatang selayaknya memperhatikan perimbangan antara

penghasil/pengembang teknologi (akademisi/peneliti), pengguna teknologi

(industri/masyarakat/pemerintah), dan pembuat kebijakan (pemerintah). Tugas DRN adalah

memberikan masukan kepada Mennegristek. Karena Program Utama Kementerian Riset dan

Teknologi adalah Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka calon anggota DRN harus

mempunyai wawasan/kemampuan untuk mengembangkan SINas.

4) Kodifikasi kegiatan riset yang telah disusun oleh masing-masing Komisi Teknis, perlu dikaji ulang

sebelum diterapkan dalam pengaplikasiannya.

Gambar 19 Suasana Diskusi Komtek Sains Dasar

Page 47: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

41

4.1.8 Sosial Kemanusiaan

Berbagai kegiatan Komisi Teknis Sosial Kemanusiaan sesuai Fokus Tugas DRN

berdasarkan Kepmen Ristek No.001/M/Kp/I/2010 yang diperbaharui oleh Kepmen Ristek No.

76/M/Kp/II/2011 telah dilakukan sejak penyusunan Agenda Riset Nasional 2010-2014, Rapat-Rapat

Komisi Teknis yang mendiskusikan berbagai topik terkait pengembangan iptek khususnya

Penguatan Sistem Inovasi Nasional, menyelenggarakan Lokakarya yang juga mengundang pakar

luar negeri seperti Prof. dr.Tony Saich dari Harvard University dan banyak hal-hal lainnya lagi.

Dalam lokakrya yang bertajuk “ Meningkatkan Daya Saing Bangsa Indonesia melalui

Transformasi Kelembagaan” beberapa butir-butir penting diskusi dapat disampaikan sebagai berikut:

• Argumen bahwa kekuatan pasar tidak akan menghasilkan hasil yang optimal dan intervensi

negara diperlukan untuk mempromosikan industrialisasi. Dengan melemahnya fondasi teoritis

dan empiris untuk solusi yang berbasis pasar, pendapat bahwa kegagalan negara selalu lebih

jelek daripada kegagalan pasar, perlu dipertimbangkan kembali oleh negara yang akan dan

sedang melakukan industrialisasi. Institusi-institusi publik yang berhubungan dengan

industrialisasi yang diprakarsai oleh negara diusulkan untuk difungsikan kembali. Pemikiran ini,

tidak sejalan dengan aliran neoklasik yang berasumsi bahwa pasar berfungsi dan mensyaratkan

peran minimal pemerintah.

• Dengan memperhatikan tingkat pembangunan yang telah dicapai dan kecenderungan yang

terjadi di tataran teori yang mendasari kebijakan industri seperti yang telah diuraikan di atas,

pilihan yang rasional dalam situasi ini adalah re-industrialisasi yang diarahkan dan

dikordinasikan oleh negara. Jika industrialisasi merupakan penyebab pertumbuhan – seperti

yang diimplikasikan oleh teori pertumbuhan – maka deindustrialisasi dapat menuju ke penurunan

pertumbuhan (‘growth slowdown’) dan keseimbangan pada tingkat pendapatan yang rendah.

Pilihan untuk melakukan industrialisasi yang dikordinasi negara, tentu saja mempunyai

konsekwensi tertentu terhadap kebijakan yang ada. Namun Indonesia harus mengupayakan

pembangunan ekonomi yang cukup untuk dapat menghasilkan kesempatan kerja dan

mengurangi kemiskinan. Untuk ini, kemajuan lebih lanjut dalam industrialisasi adalah perlu.

Berbagai tantangan mungkin akan dihadapi saat mempromosikan kembali industrialisasi sebagai

kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi, akan tetapi ini harus dihadapi. Jika tidak, maka tidak

ada lompatan untuk keluar dari perangkap “negara berkembang”. Dengan re-industrialisasi

berarti kita kembali menempatkan pembangunan industri sebagai cara penting dalam

memecahkan masalah ekonomi dan sosial. Artinya, memposisikan sektor ini sebagai agen

pembangunan.

• Aspek-aspek industrialisasi tidak boleh dianggap sebagai langkah-langkah yang bersifat tersendiri

(‘discrete steps’). Pabrik-pabrik dan sektor-sektor yang dibangun harus saling memperkuat.

Tahapan pembangunannya jelas dan terukur dan ada kebijakan yang konsisten di setiap

tahapannya. Ini adalah kerangka pembangunan industri yang dapat mendukung pencapaian

tujuan pembangunan ekonomi secara bekelanjutan. Jika berjalan mulus, hasilnya adalah basis

kemandirian ekonomi yang mendasar yang pada gilirannya nanti akan memperkuat ketahanan

bangsa yang kokoh dan berkelanjutan. Untuk keluar dari perangkap negara sedang berkembang

dan menjadi kuat dalam berkompetisi, konsensus yang diperlukan adalah membentuk sektor

industri Indonesia menjadi mesin pertumbuhan yang mampu mendorong pembangunan yang

berkelanjutan, melalui re-industrialisasi. Kita perlu kembali ke proses dimana ada peran

pemerintah dalam mengkoordinasi proses industrialisasi. Dengan re-industrialisasi berarti kita

kembali menempatkan pembangunan industri sebagai cara penting dalam memecahkan

Page 48: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

42

masalah ekonomi dan sosial. Artinya, memposisikan sektor ini sebagai agen pembangunan.

Proses industrialisasi yang dikoordinasi negara memerlukan adanya kendali dari pemerintah

pusat.

• Sebuah program industrialisasi tidak hanya harus mendapatkan komitmen dari pemimpin negara

tapi juga mensyaratkan adanya keterlibatan masyarakat luas. Pemerintah lokal harus terlibat

disini. Langkah penting harus ditujukan kepada usaha untuk mendapatkan dukungan luas dari

masyarakat dan ini hanya akan diperoleh jika program jangka panjang seperti industrialisasi

memiliki legitimasi di tingkat politik yang paling tinggi, artinya ada konsensus disini.

• Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJP (Pasal 6 ayat 1), menegaskan bahwa

RPJP Nasional adalah acuan dalam penyusunan RPJP Daerah, namun ketentuan pada ayat 2

pasal ini, memberi dasar yang kuat bagi Kepala Daerah untuk membuat RPJP Daerah sesuai

dengan visi Kepala Daerahnya masing-masing, dan RPJP Nasional cukup diperhatikan saja

(ayat 3, Pasal 6). UU ini tidak mengatur secara tegas bagaimana menyatukan visi, misi, arah,

dan tujuan RPJP Nasional dan Daerah. RPJP 2005-2025 yang ditetapkan menjadi acuan dalam

pembangunan di semua tingkatan pemerintahan, di semua sektor ini, berpotensi hanya menjadi

sebuah “ketetapan” tanpa ada wujud nyatanya di tingkat praktis.

• Keinginan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional secara menyeluruh, bertahap, dan

berkelanjutan melalui RPJP ini akan sulit untuk diwujudkan. Sistem yang terbentuk di era

desentralisasi tidak mendukung filosofi yang menjadi dasar pengembangan rencana

pembangunan jangka panjang tersebut. Undang-undang tentang RPJP ini juga memberi ruang

untuk terjadinya “inkonsistensi” karena tidak ada saluran politik bagi RPJM Nasional yang

memuat Visi, Misi dan Program Presiden untuk mendapatkan “konsensus nasional” sebagai

Garis Besar Haluan Negara, yang dapat menjadi acuan bagi siapapun yang menjadi Presiden

RepubIik Indonesia.

Adopsi kebijakan industri sebagai strategi pembangunan harus dihubungkan dengan keputusan

politik. Strategi tersebut harus dipimpin oleh otoritas politik yang mempunyai kekuasaan penuh

sehingga mampu menempatkan kebijakan industri pada puncak kebijakan ekonomi.

Gambar 20 Suasana Diskusi Komtek Sosial Kemanusiaan

4.2 Pengawalan Implementasi ARN Melalui Open Method Of Research Coordination (OMRC)

Gagasan pengembangan Open Method Of Research Coordination (OMRC) berawal dari

hasil pemetaan kegiatan riset yang dilakukan tahun 2006 dan 2007 dalam rangka pemantauan

Page 49: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

43

implementasi Agenda Riset Nasional (ARN) 2006-2009, yang mana teridentifikasi adanya gambaran

kegiatan riset yang memiliki potensi kolaborasi.

Sumber: diolah sendiri

Gambar 21 Ilustrasi Potensi Kolaborasi untuk Riset dengan Topik Bio-fuel dari Kelapa Sawit

Dari Gambar di atas terlihat bahwa pada tahun 2007, ada sebelas (11) judul riset yang

terkait topik Biofuel dengan total biaya Rp. 15,2 M yang dilakukan oleh sembilan (9) lembaga yaitu;

1) Balai Penelitan Biotek LRPI, 2) Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 3) ITB, 4) LIPI, 5) BPPT, 6) PT.

Buatan Guna Indonesia, 7) Balai Besar Logam dan Mesin, 8) Balitbangda Sumatera Selatan, dan 9)

Bappeda Kalimantan Barat. Dari data yang terkumpul terlihat adanya potensi kolaborasi riset

sedangkan lembaga-lembaga tersebut melakukan penelitiannya masing-masing dan tidak

terkoordinasi. Padahal jika diperhatikan dari setiap judul penelitian, masing-masing lembaga telah

melakukan riset yang ternyata dapat memenuhi spektrum riset hulu-hilir yaitu sejak riset dengan

topik kloning gen (riset dasar) sampai dengan riset untuk perancangan pabrik biodiesel (riset hilir),

yang jika dikoordinasikan tentu dapat menghasilkan luaran yang lebih signifikan.

Mulailah terpikir untuk mencari cara agar koordinasi riset dapat terwujud agar hasil-hasil

riset dapat dituntaskan sampai tahapan konkrit dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan. Dari

literatur yang ada ternyata untuk mencapai tahap koordinasi dibutuhkan beberapa tahapan yaitu: a)

connected, saling mengetahui; b) communicated, saling berinteraksi; c) collaborated, setelah saling

kenal setuju untuk bekerjasama; dan d) coordinated, yaitu sampai tahap membuat SoP untuk

pelaksanaan kerjasama tersebut.

Page 50: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

44

Tahapan Awal Berproses Advanced

Connected Mengetahui Berkenalan Bertukar alamat

kontak

Communicated Berbagi

informasi

Diskusi interaktif Muncul ‘trust’

Collaborated Bertukar ide/

alat

Setuju bekerjasama

(MoU)

Kegiatan bersama

Coordinated Sepakat dg SoP Evaluasi bersama Bersinergi

Gambar 22 Proses terbentuknya proses kerjasama alamiah

Tahap selanjutnya, dikembangkan rencana pembuatan database berbagai hasil riset dalam

rangka para periset saling mengetahui dan mengenal, mengacu pada OMC-Open Method of

Coordination, metode yang diadopsi dari Uni Eropa. OMC (metode koordinasi yang melibatkan

berbagai negara anggota Uni Eropa untuk suatu tujuan yang disepakati bersama), diadopsi menjadi

Open Method of Research Coordination (OMRC). OMRC merupakan upaya pelaksanaan koordinasi

yang bersifat terbuka, dimana setiap pihak yang terlibat tetap berpegang pada tugas pokok, fungsi

dan wewenang masing-masing, bersifat sukarela (voluntary) dan bertumpu pada pertukaran

(sharing) data, informasi dan pengetahuan (knowledge). OMRC dilengkapi dengan fungsi social

network dalam rangka memenuhi empat tahapan berkoordinasi seperti disebutkan di atas.

Dikembangkan software berbasis website / portal sebagai tool untuk melakukan koordinasi

dalam penyelenggaraan kegiatan penelitian dan pengembangan dengan metode OMRC. Media ini

berperan: [a] Sebagai wahana pertukaran data dan informasi antar berbagai pelaku Iptek; [b]

Sebagai arena pemantauan kegiatan-kegiatan riset yang tersebar; [c] Sebagai wahana bertemunya

pihak penghasil dan pengguna hasil riset; [d] Sebagai wahana bagi periset untuk menawarkan

teknologi yang telah dihasilkan; [e] Wahana bagi pengguna yang membutuhkan informasi

pengembangan suatu teknologi; [f] Untuk mencari dengan menindaklanjuti menjadi suatu yang

konkrit berbagai potensi kolaborasi.

Data dan informasi yang tercantum dapat menjadi acuan para pelaku Iptek untuk

mengetahui: [1] apa yang sedang dilakukan, pernah dijalankan dan bagaimana hasilnya, [2] siapa

dan dimana riset dilakukan, serta; [3] kebutuhan masyarakat /dunia usaha yang dapat dicarikan

solusinya melalui program-program riset.

Untuk memutakhirkan data (up dating data) kegiatan riset yang diperoleh pada kegiatan

pemetaan tahun 2006-2009, pada tahun 2010 dilakukan pengumpulan data dari LPK, LPNK dan

beberapa daerah terpilih antara lain Sumatera Selatan dan NTB. Data yang dikumpulkan dengan

format data sistem OMRC meliputi: lembaga, satker (satuan kerja), Kota, Propinsi, No. Telepon,

Email, Bidang Prioritas, Bidang Cross Cutting, Program, Peneliti Utama, Kegiatan ARN, Kode ARN,

Judul Riset, Abstrak, Keyword, Tujuan, Lokasi Riset, Potensi Kolaborasi, Kendala Riset, Anggaran

Riset, Sumber Dana, Sumber Daya Manusia (SDM), Infrastruktur, Mitra, Output, Outcome. Kuantitas

dan kualitas data yang terkumpul bervarisi, tetapi masih banyak data tidak lengkap atau kualitas

Page 51: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

45

data rendah. Ketidakseragaman data yang terkumpul memperlihatkan bahwa: [1] data kegiatan riset

belum mendapat perhatian dari lembaga litbang, [2] belum adanya keseragaman data riset dari

lembaga litbang.

Gambar 23 Muka web www.omrc-drn.or.id

Gambar 24 Buku User Guide OMRC

• Sistem Pengumpulan Data dan Keunggulan OMRC

Gambar 25 Sistem Informasi OMRC

• Pengisian data kegiatan riset: anggota periset melakukan login pada halaman website OMRC –

DRN, dan mengisi data kegiatan riset.

• Permintaan teknologi oleh pengguna: Member (calon pengguna teknologi) mengisi data

permintaan teknologi (technology request)

• Pencarian Data Penelitian atau Permintaan Teknologi: User (seluruh jenis keanggotaan)

memasukkan kata kunci (keyword), judul, memilih kategori kelompok atau sub kelompok

teknologi, ataupun berdasarkan kriteria lainnya. Sistem akan mencari dan menampilkan link

halaman data sesuai dengan kriteria yang telah diisi atau dipilih oleh user

Page 52: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

46

Gambar 18 Alur pengisian data kegiatan riset

oleh anggota Periset

Gambar 19 Pengisian data permintaan teknologi

oleh anggota Pengguna Hasil Riset

Gambar 20 Pencarian data penelitian atau permintaan teknologi pada database

• Keunggulan OMRC

Gambar 21 Skema AMT (Automatic technology Matching) mempertemukan periset denagn

pengguna hasil riset

Manfaat yang diperoleh adalah: [a] untuk mencapai tujuan bersama baik untuk

menindaklanjuti suatu potensi kolaborasi antar para periset maupun antara periset dengan

pengguna, [b] pada area kebijakan yang masih memerlukan konsensus bersama, [c] dalam rangka

pembelajaran dan adopsi praktik terbaik.

OMRC juga dapat menjadi sarana pembelajaran kolektif (collective learning) sehingga riset yang

dilakukan secara terkoordinasi/ kolaborasi riset dapat menghasilkan berbagai produk inovasi

teknologi dan kompetensi yang mampu berkontribusi pada kegiatan perekonomian nasional dan

kesejahteraan masyarakat.

Page 53: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

47

Karena karakter OMRC yang bersifat sukarela, baik dalam keanggotaan, kuantitas dan

kualitas data riset, pelaksanaan diskusi online, maupun pemanfaatan OMRC sendiri; maka

diperlukan penyebarluasan dan sosialiasi OMRC ke para pemangku kepentingan iptek nasional.

Untuk itu, dalam setiap forum atau pertemuan DRN dengan para pemangku kepentingan iptek selalu

disosialisasikan sistem informasi OMRC.

Hal-hal yang harus diperhatikan demi keberhasilan OMRC:

1. Partisipasi stakeholders; sangat penting dalam pembaruan data dan keberlanjutan sistem,

identifikasi/pendataan instrumen kebijakan iptek, adopsi praktik terbaik, pemanfaatan wahana

komunikasi terbuka.

2. Internet portal merupakan salah satu sarana koordinasi, walaupun demikian tetap diperlukan

koordinasi konvensional lainnya misalnya diskusi (komunikasi offline), workshop, dan lain-lain.

• Sosialisasi OMRC

Dalam rangka menyosialisasikan gagasan pengembangan OMRC dan upaya menarik

minat periset dan pemangku kepentingan iptek lainnya di daerah dilakukan beberapa kunjungan ke

daerah, antara lain:

1. Palembang, 31 Mei 2011, Sosialisasi OMRC di Sumatera Selatan.

2. Surabaya, 6 Juni 2011, Pengembangan Instrumen Koordinasi Riset

3. Semarang, 10 Juni 2011, Sosialisasi OMRC di Balitbang Prov Jawa Tengan

4. Palangkaraya, 22 Juni 2011, Pengembangan Instrumen Koordinasi Riset

5. Makassar, 27 Juni 2011, Pengembangan Instrumen Koordinasi Riset sebagai upaya

Pengembangan Iptek

6. Kupang, 22 Juli 2011, Pengembangan Instrumen Koordinasi Riset sebagai Bagian Upaya

Pengembangan Iptek

• Tindaklanjut Potensi Kolaborasi di OMRC

Sebagai tindak-lanjut implementasi fungsi OMRC, DRN telah menyelenggarakan forum

diskusi kelompok sebagai bentuk komunikasi off-line OMRC. Adapun tema diskusi yaitu “Obat

Herbal Antikanker”. Pemilihan tema ini didasarkan pada database OMRC, khususnya dari program

insentif riset KRT tahun 2010 dan 2011, dimana kegiatan obat herbal antikanker adalah salah satu

tema yang dominan, yaitu 141 kegiatan riset. Forum diskusi Obat Herbal Antikanker dihadiri sekitar

50 peserta, yang berasal dari tiga unsur ABG (Academician, Business and Government) yaitu

industri famasi, industri jamu, rumah sakit kanker, para peneliti, dan dari kalangan pemerintah (KRT

dan BPOM).

Adapun hasil forum diskusi kelompok dapat dirangkum antara lain sebagai berikut:

1. Aktivitas riset tentang obat herbal antikanker, merupakan tema riset di bidang Kesehatan yang

banyak diminati oleh peneliti. Hasil-hasil penelitianya sudah begitu banyak. Saat ini produk obat

herbal antikanker yang sudah dapat dipasarkan kebanyakan masih dalam bentuk jamu, yaitu

sebanyak 219, sementara itu dalam bentuk obat herbal terstandar baru 3 jenis dan dalam bentuk

fitofarmaka belum ada.

2. Meskipun demikian, potensi pengembangan obat herbal antikanker di Indonesia sangat tinggi,

karena jumlah peneliti yang bekerja di bidang ini cukup tinggi (lebih dari 250 periset), potensi

sumber daya hayati khususnya jumlah tanaman obat (lebih dari 7.000) dan sarana prasarana

riset yang makin lengkap.

Page 54: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

48

3. Permasalahan besar yang dihadapi para periset untuk mendapatkan produk obat antikanker

dalam bentuk fitofarmaka (obat yang telah terbukti secara preklinis dan klinis), adalah: (i)

lamanya waktu yang dibutuhkan (lebih dari 30 tahun), (ii) resiko gagal yang cukup tinggi, dan (iii)

biaya yang besar. Permasalahan lain yang ada selama ini adalah masih belum membudayanya

peneliti melindungi hasil risetnya (mematenkan), dan bahkan banyak hasil riset luar negeri yang

telah mematenkan produk-produk asal Indonesia dan bahkan telah memasarkannya (contoh

curcumin / kunyit untuk obat peningkatan daya ingat).

4. Disarankan, riset obat herbal antikanker lebih difokuskan untuk pengobatan paliatif (perawatan

kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh/ holistik untuk meningkatkan kualitas

hidup penderita kanker) dimana produk herbal yang diproduksi berfungsi sebagai ajuvan,

meningkatkan daya tahan/ immunitas dan atau nutraseutikal, dari pada untuk untuk

memproduksi obat kanker / fitofarmaka.

5. Pengembangan obat herbal di Indonesia terkesan lambat oleh karena berbagai peraturan

standardisasi pemerintah (BPOM), sementara itu membiarkan produk-produk herbal luar negeri

terus membanjiri pasar domestik. Sementara itu, peran pengawasan BPOM memang hanya

terfokus terhadap produk-produk dalam negeri.

6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan herbal antikanker (BPOM): (i) Ketersedian

bahan baku dan kelanjutannya / kelestariannya, (ii) Standardisasi bahan uji, (iii) Kemanfaatan

lebih besar daripada toksik, (iv) Riwayat penggunaan secara tradisional, (v) Kombinasi herbal,

dan (vi) Perlindungan terhadap subjek.

7. Dalam melaksanakan riset, ternyata kerjasama para peneliti dengan industri sudah dilakukan,

misalnya BPPT dengan RS Kanker Dharmais, PT Jamu Jago, PT Nyonya Meneer, UI dengan

PT Nyonya Meneer. Meskipun demikian kerjasama dan koordinasi perlu terus ditingkatkan.

8. Untuk mendukung riset obat herbal antikanker, forum merekomendasikan sebagai berikut:

(i) pengembangan database yang terkait dengan obat herbal dari hulu (tanaman) hingga hilir

(produk),

(ii) strategi arah riset jangka pendek/ menengah yaitu riset yang memberikan dukungan ilmiah

pada jamu yang secara imperis telah digunakan,

(iii) dukungan pemerintah untuk insentif dan kebijakan arah penelitian, kebijakan untuk

mendorong produk dalam negeri yang merupakan hasil riset anak bangsa,

(iv) fasilitas riset secara terpadu, dimana dapat memfasilitasi kegiatan riset dari hulu ke hilir

(v) dengan semaraknya riset obat herbal antikanker, perlu dideklarasikan tahun kebangkitan

obat herbal antikanker,

(vi) OMRC dapat terus dikembangkan sebagai pusat database yang prestigious seperti Scopus,

PubMed atau Science Direct versi Indonesia yang sekaligus berperan sebagai intermediasi

untuk kolaborasi.

Page 55: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

49

Gambar 22 Diskusi Obat Herbal Antikanker

Diharapkan forum komunitas obat herbal antikanker ini dapat lebih sering berkomunikasi agar

harapan-harapan seperti yang menjadi hasil rekomendasi diskusi dapat terlaksana.

• Dukungan OMRC bagi Implementasi hasil riset dalam MP3EI

Dari telaahan terhadap data OMRC dan MP3EI diperoleh kesimpulan bahwa:

a) Keterkaitan antara data OMRC dengan Program Utama MP3EI: 60.32% berarti dukungan data

kegiatan riset yang terdapat dalam OMRC sudah lebih dari 60%, dimana kontribusi terbesar dari

dukungan kegiatan riset adalah data insentif Ristek yang mencapai 91.64%;

b) Keterkaitan data OMRC dengan Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI: 49.84%;

c) Keterkaitan data OMRC dengan Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI di masing-masing koridor

75.61%. Artinya dapat disimpulkan bahwa kegiatan riset yang dilakukan selama ini secara

kuantitatif sudah mendukung MP3EI, terutama kegiatan yang ada pada Insentif Riset KRT.

d) Keterkaitan dengan Proyek yang ada dalam daftar investasi infrastruktur MP3EI: 2.56%. Hal ini

karena kegiatan riset memang tidak masuk proyek yang sangat berorientasi segera

dilaksanakan, sedangkan kegiatan riset adalah investasi dan mempunyai implikasi masa depan.

Disini dapat dilihat manfaat dari data yang ada pada OMRC. Hasil telaahan yang

ditindaklanjuti dengan Lokakarya “Pilar Penguatan SDM dan Iptek dalam Mendukung MP3EI” pada

1 desember yang lalu dimana kesimpulannya antara lain harapan terhadap kontribusi masukan dari

DRN adalah: 1) melakukan pemetaan kebutuhan dan kesiapan iptek; 2) informasi klaster teknologi

unggulan; 3) melakukan upaya capacity building dalam membuat perencanaan, regulasi, public

policy. Selain itu, 4) DRN juga diharapkan dapat berkontribusi dalam pembuatan blue print iptek

2012-2025 sejalan dengan anggaran menuju 3% di tahun 2025.

• Keberlanjutan OMRC

Untuk keberlanjutan sistem informasi OMRC, diperlukan pengembangan kelembagaan

khususnya dalam rangka pengelolaan data dan informasinya. Sebagai bahan pertimbangan,

disampaikan usulan struktur manajemen pengelolaan OMRC sebagai berikut:

Gambar 23 Usulan Manajemen Pengelolaan OMRC

Untuk kemudahan pengelolaan diusulkan agar manajemen pengelolaan teknis OMRC

dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama operasi (KSO) dengan instansi pemerintah lainnya, seperti

Page 56: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

50

misalnya IPTEKnet. Dalam kerjasama tersebut, aspek administrasi (Perencanaan, Keuangan,

Sosialisasi, Promosi), Helpdesk dan Konten Informasi tetap ditangani oleh DRN, sedangkan yang di

serahkan pengelolaannya pada pihak lain adalah pengelolaan perangkat keras dan perangkat lunak.

Agar dapat memperkaya konten OMRC, perlu dipertimbangkan untuk melakukan

kerjasama dengan pengelola situs web yang mengumpulkan data iptek seperti Potensi, Garuda

sehingga dapat dilakukan pertukaran data diantara situs-situs tersebut secara otomatis dan cepat.

Mengingat bahwa sumber dana negara untuk alokasi biaya pengelolaan situs web pada

umumnya sangat terbatas, maka patut dipertimbangkan untuk mengusahakan sumber dana lain,

misalnya adalah dengan menjadikan industri sebagai sponsor.

4.3 Koordinasi Kemitraan Riset Antar Lembaga Tingkat Nasional: Kemitraan DRN-DRD

Lembaga yang menjadi mitra bestari dari DRN dalam pengembangan iptek adalah Dewan

Riset Daerah (DRD). DRD dibentuk oleh Pemerintah Daerah dengan tugas memberikan masukan

kebijakan yang berkiatan dengan pengembangan iptek di daerah seperti yang tercantum dalam

Pasal 20 UU No 18 Tahun 2002. Karena mempunyai tugas yang sama, dan dengan memperhatikan

UU No 32 Tahun 2004, maka hubungan DRN dan DRD adalah berbentuk kemitraan koordinatif

fungsional.

Sejak terbitnya UU 18/2002 sampai akhir tahun 2011, ada 26 Provinsi telah membentuk

Dewan Riset Daerah (DRD). Ada beberapa Provinsi yang belum membentuk, terutama Provinsi

pemekaran, antara lain: NAD, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara,

Paupu Barat dan Bali. Provinsi Bali saat ini memiliki lembaga yang mempunyai tugas seperti DRD.

Gambar 24 Lokakarya Penguatan Hubungan Kemitraan DRN dan DRD 14 Desember 2010

Dalam rangka mencari bentuk kemitraan DRN-DRD yang terbaik, dilakukan beberapa lokakarya

yang mengundang DRD dan Balitbang dari berbagai daerah yang dilaksanakan pada 14 Desember

2010, dan 15 Juni 2011.

Sebagai hasil dari beberapa lokakarya,disepakati beberapa hal sebagai berikut:

1) Permasalahan DRD di Daerah: [a] eksistensi kelembagaan badan litbang, akibat beberapa

peraturan, peranan lembaga litbang menjadi mengambang, [b] Lembaga Non Struktural kurang

mendapat perhatian; persoalan utama di daerah adalah yang selalu dibicarakan adalah

persoalan struktural, sehingga lembaga-lembaga non struktural seperti DRD menjadi lemah; [c]

Iptek-Riset-Inovasi dianggap hanya tugas Perguruan Tinggi; [d] wadah dalam struktur organisasi

terlalu ketat / kaku, terutama berkaitan PP 41 Th. 2007 tentang organisasi perangkat daerah,

dimana banyak lembaga litbang yang ditarik ke Bappeda. Sehingga akan tidak mudah adanya

Page 57: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

51

koordinasi antara Bappeda dan DRD. Kemudian, saat ini struktur juga terlalu runcing; [e] UU No.

18 Th. 2002 belum dijadikan acuan dalam penyusunan kelembagaan daerah.

2) Peluang untuk memantapkan Posisi DRD :[a] inovasi dan pengembangan Iptek bersifat lintas

sektor, sehingga dapat masuk melalui sektor terkait dalam diseminasi iptek; [b] pembangunan

iptek adalah wajib, sehingga harus masuk ke dalam Renstrada; [c] Kemenristek adalah pembina

pengembangan iptek di daerah, sehingga DRD dapat menjadi mediator; sebaiknya dikeluarkan

PP tentang pengembangan iptek dengan mencantumkan litbang dan DRD sebagai pelaku

utama.

3) Fungsi DRN dan DRD sebenarnya adalah sebagai Fasilitator, Intermediator dan Regulator.

Ketiga Fungsi ini harus semakin diperkuat terutama dalam Regulasi.

4) Diperlukan adanya penegasan koordinasi antara DRN dan DRD. Terdapat hubungan-hubungan

koordinasi DRN-DRD, antara lain: [a] hubungan fungsional yaitu DRN melakukan kemitraan

dengan DRD, sehingga DRD dapat bekerja secara profesional, [b] hubungan program yaitu DRN

mensosialisasikan dan mendorong agar DRD mengacu prioritas-prioritas riset yang tercantum

dalam Agenda Riset Nasional (ARN).

5) Adanya usulan dari DRD-DRD dan para mitra DRD (Balitbang, Bappeda) untuk membentuk

suatu Forum Dewan Riset di Indonesia. Forum ini dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat

jejaring / kemitraan institusi Dewan Riset, baik Dewan Riset Nasional (DRN) di tingkat nasional,

maupun DRD Provinsi dan DRD Kabupaten / Kota di tingkat daerah berdasarkan tugas, fungsi

dan perannya dalam peningkatkan iptek nasional. Dalam forum ini dapat dilakukan komunikasi,

koordinasi dan sharing pengalaman antara Dewan-Dewan Riset dan para mitranya di Indonesia.

Untuk meningkatkan kemitraan DRN –DRD dalam penguatan sistem inovasi, direncanakan

lokakarya pada 14 Desember 2011 dengan tema “Integrasi Sistem Inovasi Daerah dalam Dokumen

Perencanaan Pembangunan Daerah”

Beberapa kegiatan kemitraan DRN-DRD antara lain berupa kunjungan DRN ke forum /

acara yang diadakan oleh DRD yang diharapkan dapat merupakan sarana dalam penguatan jejaring

DRN DRD, seperti:

• DRN menghadiri pelantikan DRD Provinsi Banten, DRD Sumatera Barat, DRD Riau, DRD

Sumatera Utara, dan DRD Kota Palangkaraya sekaligus memberikan informasi hal

kelembagaan iptek baik pusat maupun daerah, dan pengelolaan DRN sebagai pembelanjaran

bagi DRD.

• Berkomunikasi dengan Bappeda Provinsi Lampung untuk mengetahui perkembangan terkini

DRD Lampung dan mengikuti lokakarya yang diselenggarakan untuk itu.

• Dilakukan penjajakan juga untuk pembentukan DRD Provinsi Bangka Belitung

• Kerjasama antara DRN dan DRD Sumatera Selatan dan DRD NTB dalam pengumpulan data

riset yang akan masuk dalam database OMRC DRN.

• Adanya kunjungan Bappeda Jawa Barat ke DRN untuk melakukan diskusi hal pemberdayaan

DRD Jabar.

• Mengikuti diskusi yang berlangsung di Bappeda DKI antara DRD DKI dan DRN untuk

selanjutnya dalam suatu forum DRN Ketua DRD DKI menjadi narasumber.

• Melakukan komunikasi dengan DRD Jawa Tengah yang sudah berlangsung lama dan baik,

dimana DRD Provinsi Jateng beberapa kali diajukan menjadi acuan untuk studi banding bagi

daerah yang mempunyai DRD baru.

Page 58: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

52

• Pembentukan DRD DIY pada tahun 2010, diawali dengan kunjungan Ketua DRN ke Pemerintah

Provinsi DIY.

• Mengikuti diskusi yang dilakukan di Bappeda Kabupaten Sleman

• DRN diundang oleh DRD Kota Malang untuk menghadiri pelantikan dan memberikan informasi

hal kelembagaan iptek. Dilanjutkan dengan kunjungan ke DRD Jawa Timur .

• Jalinan DRN dan DRD Kalimantan Timur tetap terjaga dengan saling tukar fikiran dan

menyelenggarakan lokakarya dengan topik tentang daerah perbatasan.

• Bappeda Provinsi Sulawesi Utara berkunjung ke DRN dalam rangka membahas permasalahan

DRD Sulut.

• DRD Sulawesi Tengah diundang hadir dalam forum perkelapaan yang diselenggarakan Komtek

Sains Dasar, karena dikenal sebagai provinsi penghasil kelapa.

• Kunjungan Sekretaris DRN ke Maluku dalam rangka pembentukan DRD, yang menghasilkan

pembentukan DRD Maluku yang dimotori sendiri oleh Wakil Gubernur Maluku.

• Kunjungan Ketua DRN ke Sumatera Utara dalam rangka menghadiri pameran hasil-hasil

kerjasama DRD Sumut dengan Balitbangda Sumut.

4.4 Koordinasi Kemitraan Kegiatan Riset Antar Lembaga Tingkat Nasional: Dewan Pupuk

Indonesia - DPI

Pada 17 Maret 2009 dilaksanakan nota kesepahaman antara DRN dengan DPI (Dewan

Pupuk Indonesia (DPI) adalah untuk pengembangan kebijakan pemanfaatan program dalam rangka

peningkatan pendayagunaan sumberdaya alam sebagai bahan baku pupuk dan energy yang ramah

lingkungan. DPI merupakan organisasi independen yang bersifat nirlaba, dan berperan sebagai

mitra strategis pemerintah dalam mengoptimalkan peran industri pupuk di Indonesia, dalam

mendukung ketahanan pangan maupun pembangunan nasional.

Nota Kesepahaman tersebut diharapkan juga mencakup LPNK di lingkungan Kementerian

Riset dan Teknologi, menggaris bawahi kerjasama dalam hal sosialisasi dan diseminasi produk

litbang dan teknologi yang terkait dengan bidang pertanian dan ketahanan pangan, khususnya

bidang pupuk dan pemupukan. Disamping itu, kerjasama dilakukan dalam hal perumusan program

riset, pengkajian, dan perekayasaan dalam pengembangan teknologi perpupukan, ketahanan

pangan dan pengembangan energi baru dan terbarukan. Menteri Negara Riset dan Teknologi waktu

itu, menyampaikan dukungannya atas nota kesepahaman ini.

Sebagai tindaklanjut dari Nota Kesepahaman ini telah dilakukan rapat di kantor DPI pada

Gambar 25 Kunjungan Dewan Riset Daerah (DRD) ke Dewan Riset Nasional (DRN)

Page 59: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

53

tanggal 24 April 2009, dimana disepakati untuk memanfaatkan dana Program Insentif Riset dari KRT

guna mendukung implemntasinya.

4.5 Koordinasi Kemitraan Kegiatan Riset Antar Lembaga Tingkat Internasional

Agar perkembangan iptek nasional tidak ketinggalan dengan perkembangan iptek global,

maka dilakukan komunikasi antar kelembagaan DRN dengan lembaga-lembaga sejenis pada

tataran regional.

4.5.1 Pertemuan OECD dan DRN

Pada tanggal 3 Mei 2010 datang delegasi OECD yang terdiri dari wakil negara-negara

Perancis, Korea Selatan, Singapura, Jepang dan Spanyol; diterima oleh Ketua DRN. Disampaikan

oleh Ketua DRN bahwa DRN tidak khusus mengkaji sistem inovasi, tetapi melalui kegiatannya dapat

membantu untuk memperbaiki sistem inovasi. Disampaikan juga tentang masih adanya kendala

utama pengembangan Iptek di Indonesia antara lain mismatch antara penelitian dengan kebutuhan

industri, kurangnya koordinasi, dan keterbatasan dana. Juga masih perlu ditingkatkan manajemen

kebijakan iptek di Indonesia serta implementasinya di berbagai lembaga. Tak lupa juga dijelaskan

tentang upaya mengembangkan perangkat koordinasi OMRC. Menurut delegasi OECD, Perancis

juga melakukan tinjauan Inovasi di Chili, Afrika Selatan, China, selain Indonesia.

4.5.2 Pertemuan World Bank dan DRN

World Bank menjajaki kemungkinan kerjasama dengan stakeholder riset di Indonesia,

termasuk pemerintah sebagai pemegang kebijakan. Hal ini tercermin dari kunjungan yang dilakukan

World Bank pada pertengahan Mei 2010. Delegasi World Bank juga mendatangi berbagai

kementerian seperti Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Riset dan Teknologi. Hal

tersebut dilakukan untuk mempelajari lansekap riset di Indonesia, delegasi World Bank langsung

ditemui oleh Ketua dan Sekretaris DRN.

Ketua DRN memberikan gambaran pengelolaan program Insentif yang sedang dilakukan,

dimana DRN berperan serta dalam menentukan 244 topik kegiatan riset. Juga dijelaskan peran dari

DRN dalam menyusun Produk Target dan Topik Kegiatan riset. Konsep Produk Target menarik

perhatian delegasi World Bank, kebetulan salah satu dari mereka adalah penanggung jawab dalam

pengembangan riset sehingga menawarkan bantuan jika diperlukan untuk pengembangan sistem

yang sudah ada ini.

Juga disampaikan, sebagai Negara kepulauan yang besar, hampir setiap provinsi di

Indonesia telah memiliki Dewan Riset Daerah (DRD). Tugas utama dari DRD antara lain menyusun

Agenda Riset Daerah yang merupakan acuan dari kegiatan riset daerah.

Koordinasi dengan lembaga riset internasional lainnya juga sudah dilakukan, yaitu

koordinasi dengan Belanda, Taiwan, Jerman, dan Turki.

4.5.3 Kegiatan Jejaring Internasional Innovation for The Base of the Pyramid (iBoP) Asia Project

• Keterlibatan DRN dalam iBoP Asia

Salah satu persoalan bangsa Indonesia adalah masih tingginya tingkat kemiskinan, yakni

sekitar 13% dari total penduduk. Presiden Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono di Puspiptek-

Serpong, 20 Januari 2010 lalu menyampaikan bahwa teknologi harus didedikasikan untuk

Page 60: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

54

pengentasan kemiskinan yang juga sejalan dengan tujuan Millennium Development Goals. Isu

tersebut kemudian dituangkan di dalam naskah Agenda Riset Nasional 2010-2014 sebagai salah

satu dari tiga (3) Semangat Pembangunan Iptek yaitu Iptek untuk Pengentasan Kemiskinan.

Untuk itu Dewan Riset Nasional terlibat aktif dalam program yang dikenal dengan

Innovation for the Base of the Pyramid Asia atau iBoP Asia. Program tersebut meliputi: a) Kegiatan

Tahap Pertama berupa pemberian insentif riset untuk inovasi atau penelitian yang berpihak pada

pengentasan kemiskinan; dan b). Tahap kedua, lebih kepada upaya untuk meningkatkan fungsi dari

Dewan Riset di negara-negara ASEAN terkait upaya pengentasan kemiskinan dengan memfasilitasi

pertukaran informasi, pengalaman, dan pembelajaran. iBoP Asia bekerjasama dengan fasilitasi dari

IDRC Kanada.

Sekretaris DRN dipilih sebagai salah satu anggota Project Advisory Committee (PAC) dan

kemudian dipilih sebagai Ketua PAC iBoP Asia untuk tahun 2010-2011.

Keterlibatan DRN pada iBoP Asia antara lain:

a. Terlibat dalam seleksi proposal riset khususnya proposal yang berasal dari Indonesia (total

kegiatan penelitian yang didanai oleh iBoP Asia adalah 26 yang berasal dari 4 negara ASEAN).

b. Menyelenggarakan forum diskusi tanggal 29 Mei 2009 di Gedung BPPT Lt. 3 bagi penerima

insentif riset iBoP untuk TA 2009 yang berasal dari Indonesia.

c. Membantu penyelenggaraan Forum Inovasi yang pertama, yaitu forum yang mempertemukan

inovator-inovator yang mendapatkan insentif riset iBoP Asia dengan masyarakat ilmiah yang

dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2010 di Hotel Sahid, Jakarta.

d. Membantu penyelenggaraan Innovation Talk di Kampus Universitas Indonesia Depok, sebuah

forum terbatas yang mempertemukan stakeholder riset khususnya akademisi dengan inovator

dari Indonesia yang mendapat hibah riset iBoP Asia.

e. Mengikuti workshop 26-27 Oktober 2010 di Manila, Filipina.

Bentuk dukungan DRN juga dilakukan dalam bentuk sosialisasi meliputi:

a. Pembuatan tulisan berupa newsletter dan mengangkat seorang Communication Officer wakil dari

Indonesia yang berasal dari staf Sekretariat DRN.

b. Publikasi Brosur iBoP Asia yang berbahasa Indonesia

c. Launching jejaring iBoP Asia untuk Indonesia dalam Forum Inovasi 3 Maret 2010.

d. Upaya untuk menjangkau khalayak yang lebih luas dilakukan dengan membangun sebuah sub

halaman dalam website DRN.

Page 61: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

55

Rencana Program iBoP tahap II merupakan kelanjutan dengan mengambil pelajaran dan

pengalaman dari iBoP tahap I (2008-2011). Keterlibatan DRN antara lain mengikuti workshop

Persiapan Tahap ke-2 di Manila 26 April 2011

Untuk tahap dua, hal yang akan dilakukan:

1. Mencari mekanisme yang efektif dan efisien bagi Dewan Riset untuk menjalankan perannya

dalam rangka memfasilitasi terbentuknya lingkungan kondusif untuk riset, khususnya terkait riset

bagi upaya pengentasan kemiskinan/untuk BoP.

2. Peningkatan koordinasi antar Dewan Riset di lingkungan ASEAN.

Adapun keluaran tahap II (2012-2014) yang diharapkan:

1. Peningkatan Kerangka Kelembagaan termasuk strategi untuk memasukkan isu sosial khususnya

pengentasan kemiskinan pada kegiatan-kegiatan riset dan inovasi.

2. Terselenggaranya kolaborasi yang saling komplementer dan keterkaitan yang efektif antara

masing-masing Dewan Riset di ke-4 negara ASEAN.

3. Menyiapkan dukungan untuk penyesuaian kebijakan pemerintah termasuk aspek pendanaan dan

pasar modal yang berpihak untuk riset-riset bagi penduduk miskin (for, with, and at the BoP).

4. Terselenggaranya kolaborasi multistakeholder antara pemerintah, akademisi, inovator, moda

ventura, social enterprise, industri, perusahaan swasta dalam rangka kegiatan inovasi untuk

pengentasan kemiskinan

5. Peningkatan “information gateway” untuk diseminasi kebijakan informasi dan secara regional

meningkatkan komplementaritas diantara berbagai tingkatan pemerintahan dan aktor inisiatif

untuk inovasi bagi upaya pengentasan kemiskinan.

Gambar. 27 Brosur iBoP Indonesia

Gambar. 26 Halaman iBoP Asia dalam

website www.drn.go.id

Page 62: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

56

V PELAKSANAAN FOKUS TUGAS

BERDASARKAN KEPMEN No. 76/M/Kp/II/2011 (BUTIR 4 dan 5)

5.1 Penegakan Norma Ilmiah Riset

Dalam rangka melaksanakan fokus tugas penegakan norma riset ilmiah, DRN melalui Ketua dan beberapa anggota DRN terlibat aktif dalam memberikan rekomendasi kriteria seleksi baik berkaitan dengan substansi kriteria maupun kontribusi kriteria dalam kelulusan; serta memberikan saran Penilaian dan wahana komunikasi bagi Tim Penilai Program Insentif Riset Kementerian Riset dan Teknologi.

DRN juga menjadi Tim Penilai dalam proses akreditasi Komite Nasional Akreditasi Pranata Penellitian dan Pengembangan (KNAPPP) yang menilai kesesuaian suatu laboratorium dari segi peralatan dan pengorganisasian. DRN juga terlibat dalam seleksi terhadap proposal riset Kementerian Riset dan Teknologi yang merupakan kerjasama dengan luar negeri, antara lain dengan Belanda, Jerman, Perancis.

5.2 Penganugerahan Iptek

Dalam pengusulan penganugerahan iptek, DRN melalui Ketua dan beberapa anggota DRN diundang sebagai Tim Juri dalam seleksi calon penerima anugerah iptek, baik yang diberikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi maupun lembaga iptek lainnya. Untuk tugas penganugerahan iptek di lingkungan KRT, diawali dengan mempelajari dan mencermati portofolio dari calon yang dapat meliputi prestasi dalam inovasi termasuk produk yang dikreasikan. Sebagai Tim Juri juga melakukan site visit terhadap nominator penerima anugerah, antara lain (Bali dan Palembang). Penganugerahan iptek dilakukan untuk memberikan apresiasi terhadap para pemangku kepentingan

Gambar. 27 Workshop 27 Oktober 2010 di Manila

Gambar. 26 Forum Inovasi iBoP Asia 3 Maret 2010 di Jakarta

Page 63: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

57

yang telah berhasil dalam mengembangkan budaya inovasi. Kementerian Riset dan Teknologi memberikan: [1] Anugerah Iptek Prayogasala (Pranata Litbang), [2] Anugerah Iptek Labdhakretya (Kreativitas dan Inovasi),[3] Anugerah Iptek Budhipura (Pemerintah Kabupaten/Kota), [4] Anugerah Iptek Widyasilpawijana (Peneliti dan Perekayasa), [5] Anugerah Iptek Widyamaheswara (Tokoh Panutan Iptek). Anugerah diberikan untuk menghargai keberhasilan dalam berkreasi dan berinovasi, agar tumbuh kembangnya budaya masyarakat yang kondusif bagi pertumbuhan Sistem Inovasi Nasional. Budaya yang dimaksud mencerminkan nilai-nilai iptek yang obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri.

Selain itu, pada tahun 2011, DRN mengusulkan kepada Kementerian Riset Teknologi untuk mempertimbangkan Dr. Surono (Anggota Komisi Teknis Sains Dasar) sebagai calon penerima Anugerah Iptek Widyamaheswara, karena kepakaran dan keterlibatan yang bersangkutan yang sangat intensif dalam berbagai kejadian bencana gunung berapi sehingga sebagai salah satu contoh, dapat meminimalisasi korban bencana gunung Merapi di Yogyakarta; melalui pendekatan early warning system.

VI KAJIAN DRN

Dalam rangka menyebarluaskan berbagai pengetahuan yang terkait dengan

pengembangan iptek kepada komunitas iptek dan masyarakat luas, khususnya dalam rangka

pengembangn iptek dan penguatan Sistem Inovasi, DRN 2009-2011 melakukan berbagai kajian

dengan topik-topik seperti disampaikan di bawah ini:

Page 64: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

58

Gambar 28 Buku – Buku yang diterbitkan DRN 2009-2011

6.1 Kemitraan Dalam Sistem Inovasi Nasional

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Lima tantangan dan kecenderungan universal (globalisasi, kemajuan iptek, ekonomi

berbasis pengetahuan, ekonomi jaringan, dan faktor lokal-lokasional) akan terus berkembang secara

dinamis. Kelima hal tersebut beserta konteks spesifik nasional dan daerah di Indonesia semakin

menuntut adanya kemitraan yang efektif antar berbagai pihak dalam penguatan sistem inovasi di

Indonesia. Dalam mendukung kesuksesan pembangunan sistem inovasi, harus terjalin adanya

keterkaitan (linkages), kemitraan (partnership), jaringan (networking) dan interaksi serta sinergi

positif.

Penguatan sistem inovasi sangatlah penting dalam meningkatkan daya saing. Salah satu

ukuran daya saing yang dinilai sangat penting adalah produktivitas. Produktivitas juga

mengindikasikan hubungan antara input dengan output, pengaruh “teknologi” terhadap

perkembangan ekonomi, dan sangat penting dalam upaya meningkatkan standar hidup

(kesejahteraan rakyat). Perkembangan inovasi sangatlah menentukan pertumbuhan produktivitas,

baik pada tataran mikro, meso, maupun makro.

Kemitraan iptek sebagai salah satu bentuk aliansi strategis sangat menentukan

perkembangan sistem inovasi. Untuk dapat mencapai kemajuan dan perkembangan sistem inovasi

sesuai dengan pencapaian tujuan pembangunan, maka pengembangan kemitraan iptek harus

didorong agar sistem inovasi semakin adaptif terhadap dinamika perubahan yang berkembang .

Dalam rangka memperkuat kemitraan iptek tersebut, diperlukan strategi yang dirumuskan

atas dasar prinsip-prinsip kemitraan iptek, baik prinsip dasar kemitraan, prinsip bersama dalam

kemitraan, prinsip bagi setiap pihak yang bermitra, maupun prinsip bagi pihak pemerintah. Strategi

itu selanjutnya dapat dipakai sebagai kesepakatan/konsensus acuan bagi para pemangku

kepentingan yang hendak menjalin kemitraan. Suatu kemitraan dalam suatu jaringan pada dasarnya

bersifat dinamis dan adaptif, di mana jaringan ini dapat selalu berkembang seiring dengan

berjalannya waktu.

Page 65: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

59

Mengembangkan diri atas hasil/prestasi yang diperoleh

Mendorong lembaga yang kuat, integritas dan komitmen

Menyelaraskan kepentingan dan membangun proses partisipatif

Memperlakukan kolaborasi secara strategis

Menyediakan keterampilan profesional yang tepat

Mengorganisasikan untuk membangun hubungan yang lama/langgeng

Membangun intensi (maksud dan tujuan) yang jelas dan memelihara konsistensi

Mengelola/mengembangkan kekayaan intelektual yang efektif

Menggunakan praktik yang baku/standar dan mengkomunikasikannya secara reguler

Melakukan peningkatan kapasitas yang relevan

Memandang aktivitas inovatif sebagai aktivitas lintas-disiplin dan lintas pelaku

Prinsip bagi Setiap Pihak yang Bermitra

Menetapkan visi dan tujuan bersama secara bersama-sama

Membangun kepeloporan/kepemimpinan

Berbagi informasi; mengembangkan jaringan

Berbagi tanggung jawab

Menciptakan akuntabilitas, transparansi, demokrasi dan keadilan

Memantau dan mengevaluasi kolaborasi

Menerapkan hasil

Meningkatkan kapasitas iptek

Berbagi “penghargaan/keberhasilan”secara adil

Mendiseminasikan hasil

Prinsip Bersama dalam Kemitraan Iptek

Memberikan dampak sinergi positif

Saling memerlukan Saling menguntungkan

Saling memperkuat Saling percaya dan saling menghormati

Prinsip Dasar Kemitraan Iptek

Gambar 29 Ilustrasi Keterkaitan Prinsip Kemitraan Iptek

Hasil kajian dengan topik Kemitraan dalam Sistem Inovasi Nasional menyimpulkan antara lain:

• Pada prinsipnya, keberhasilan suatu kemitraan akan ditentukan oleh beberapa faktor kunci

keberhasilan, yaitu: [1] potensi nilai yang diperoleh dari bermitra, [2] rasa saling percaya di antara

pihak yang bermitra, [3] niat baik (good will), komunikasi yang efektif dan komitmen yang tinggi,

[4] sumber daya, kapabilitas/keterampilan, dan manajemen yang tepat, [5] insentif yang memadai

dan komitmen dari manajemen puncak, [6]iklim (termasuk kebijakan pemerintah dan organisasi

para mitra) dan budaya organisasi yang mendukung.

• Koordinasi dalam kemitraan ini juga harus didukung oleh adanya kebijakan yang efektif, baik dari

pemerintah pusat maupun daerah, dalam rangka mewujudkan sistem inovasi nasional dan

daerah yang kuat dan adaptif.

• Hubungan sinergis antara pemerintah pusat dan daerah juga harus terus ditingkatkan dalam

pengembangan kemitraan iptek dalam kerangka penguatan sistem inovasi di Indonesia.

Penguatan sistem inovasi nasional (SINas) tidak dapat dilepaskan dari urgensi penguatan sistem

inovasi daerah (SIDa) dan sistem inovasi tekno-industri, karena SIDa dan sistem inovasi tekno-

industri merupakan bagian integral dari SINas. Salah satu pijakan penting dalam kaitan ini adalah

kesepakatan, komitmen dan konsistensi dalam mengimplementasikan kerangka kebijakan

inovasi, sebagai acuan bersama untuk diadaptasi dan diimplementasikan oleh pemerintah (pusat

maupun daerah) dan para pemangku kepentingan lainnya.

• Adanya kemitraan sinergis dalam penguatan sistem inovasi dari semua pihak yang

berkepentingan, maka proses evolutif penguatan SIDa, sistem inovasi tekno-industri dan SINas

diharapkan dapat dipercepat dan berhasil dengan baik. Percepatan tersebut dapat dilakukan

Page 66: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

60

apabila upaya penguatan sistem inovasi beserta pengembangan kemitraan menjadi suatu

gerakan pembangunan di Indonesia .

6.2 Jejaring Riset Pusat dan Daerah

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 Pasal 10 ayat 3, ada enam hal yang menjadi urusan

Pemerintah Pusat, yaitu: a) politik luar negeri; b) pertahanan; c) keamanan; d) yustisi; e) moneter

dan fiskal nasional; dan f) agama. Karena riset tidak termasuk ke dalam urusan pemerintah pusat,

maka riset dikategorikan ke dalam urusan bersama, yaitu Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk itu

diperlukan adanya kolaborasi kedua belah pihak dalam pelaksanaan dan pengembangannya.

Koordinasi merupakan kata kunci dan sekaligus permasalahan yang dihadapi dalam

membangun iptek nasional. Sampai saat ini mekanisme koordinasi yang dibangun oleh pelaku-

pelaku iptek nasional masih sangat lemah, terutama antar lembaga pusat dengan daerah maupun

antar lembaga iptek daerah. Karena itu untuk membangun koordinasi yang kuat antar lembaga iptek

nasional, diperlukan adanya kemitraan yang baik antar lembaga iptek nasional. Dalam hal ini

lembaga-lembaga iptek baik di pusat maupun daerah, harus menjadi aktor yang proaktif dalam

setiap langkah koordinasi untuk melaksanakan pembangunan iptek secara nasional.

Kajian ini menyoroti berbagai hal yang terkait dengan pembentukan jejaring riset pusat dan

daerah yakni dimulai dari perlunya koherensi kebijakan. Integrasi atau koherensi kebijakan dapat

dicapai secara vertikal (antar tingkatan) dan horisontal (pada tingkatan yang sama). Dua kebijakan

disebut terintegrasi apabila tujuan, sasaran, prosedur dan instrumennya saling terkait secara

eksplisit. Koherensi horisontal berarti koherensi antar kebijakan pada masing-masing tingkatan

(lokal, nasional, dan internasional). Koherensi vertikal mengintegrasikan instrumen, institusi dan

organisasi antar skala. Juga didiskusikan bahwa, koherensi organisasi memerlukan koordinasi antar

organisasi misalnya sekretariat pada tingkatan yang berbeda. Koherensi institusi membutuhkan

sinergi dan meminimalisasi konflik antar aturan baik formal maupun informal yang diadopsi oleh

berbagai organisasi. Diperlukan upaya untuk mendorong berkembangnya koherensi kebijakan pada

berbagai tataran. Upaya demikian tentu perlu dikembangkan bersama oleh berbagai pihak (para

pemangku kepentingannya). Perlunya usaha bersama dalam mendorong koherensi kebijakan.

Berdasarkan hasil studi ini, faktor-faktor yang sangat mempengaruhi (mendorong) terjadinya

jejaring antara lembaga (baik pusat maupun daerah) adalah sebagai berikut : [1] program bersama,

[2] dokumen acuan bersama, [3] biaya kerjasama, [4] kontinuitas pelaksanaan program. [5] informasi

kemampuan teknologi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat terjadinya jejaring antar lembaga

riset di pusat dan daerah antara lain : [1] tidak adanya atau kurangnya sarana untuk forum

koordinasi antar elemen iptek; [2] tidak adanya program riset bersama di daerah; [3] tidak adanya

program riset bersama antar pusat dan daerah.

Untuk terjadinya jejaring diperlukan adanya beberapa syarat, yakni : [1] adanya dokumen

pelaksananaan riset yang disusun serta disepakati dan diacu oleh seluruh elemen iptek nasional.

Dokumen tersebut, secara formal bisa berupa ARN; [2] ARN tersebut merupakan sebuah dokumen

resmi negara yang disusun di bawah koordinasi Kementerian Negara yang bertanggungjawab

mengembangkan iptek dan inovasi; [3] isi dari ARN tersebut berupa program-program payung yang

melibatkan berbagai aspek riset bagi program prioritas nasional yang telah ditentukan; [4] untuk

Page 67: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

61

setiap program payung, dibuat program insentif kompetitif dengan proposal yang dibuat oleh para

peneliti secara lintas instansi pusat dan daerah; [5] proposal program tersebut berlaku multi years

dengan batas waktu maksimal ditentukan oleh pemerintah; [6] untuk pelaksanaan riset antar

lembaga di daerah dapat dibuat analog dengan model nasional, dalam lingkup daerah.

Untuk menjalankan syarat tersebut, terlebih dahulu harus ditetapkan dan disepakati visi

nasional, yang akan menjadi pengikat yang kuat bagi tujuan pembangunan, baik di pusat maupun di

daerah. Dengan adanya visi nasional yang jelas, ARN dan ARD akan menjadi faktor yang sangat

menentukan bagi terjadinya proses jejaring antar lembaga riset, baik di pusat maupun di daerah.

6.3 Transformasi Penelitian ke Dalam Inovasi

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

‘Inovasi’ bukan istilah yang baru. Tetapi dalam satu dekade belakangan ini istilah tersebut tampaknya mengalami pembaruan makna. Inovasi sering menjadi tema pembahasan dalam pertemuan-pertemuan multipihak yang melibatkan para pelaku usaha, pembuat kebijakan, akademisi dan praktisi. Bagi pihak tertentu, inovasi dimaknai sebagai cara-cara baru dalam melakukan bisnis yang menjawab harapan para pelanggan, di tengah persaingan usaha yang makin ketat. Bagi pihak yang lain, inovasi dikaitkan dengan eksplorasi hasil-hasil penelitian untuk tujuan komersial ataupun tujuan sosial. Bagi pihak yang lain lagi, inovasi dikaitkan dengan sasaran-sasaran kebijakan makro-ekonomik dan program peningkatan daya saing industrial.

Meski digunakan dengan pemaknaan yang bervariasi, inovasi telah membuka ruang dialog yang mempertemukan pihak-pihak, yang secara tradisional bekerja dalam ‘dunia-dunia’ yang terpisah. Inovasi membuka ruang bagi pembicaraan mengenai harapan-harapan yang baru, mengenai peluang-peluang yang baru, dan mengenai hasil-hasil yang lebih baik. Bagi bangsa Indonesia, para pelaku usaha, para pembuat kebijakan dan para akademisi/peneliti merupakan komponen-komponen bangsa yang disatukan oleh kebangsaan Indonesia. Tetapi, profesionalitas yang dipegang oleh masing-masing komponen bangsa tersebut tidak jarang menimbulkan ‘dunia-dunia’ yang relatif terpisah satu dari yang lain. Modernisme memang menekankan spesialisasi dan pembedaan peranan. Tetapi pembicaraan-pembicaraan mengenai inovasi menyarankan bahwa spesialisasi dan pembedaan peranan tidak harus disertai dengan keterpisahan. Interaksi antara lembaga-lembaga atau pelaku-pelaku dengan peranan-peranan yang berbeda merupakan sumber pembelajaran yang penting untuk mencapai hasil-hasil yang lebih baik.

Buku ini tidak membahas inovasi dalam konteks persaingan perusahaan-perusahaan

ataupun dalam konteks kebijakan makro-ekonomik. Pembahasan dalam buku ini berfokus pada interaksi antara ‘dunia di dalam laboratorium’ dan ‘dunia di luar laboratorium’ atau, dengan perkataan lain, antara penelitian iptek di ‘hulu’ dan pemanfaatan iptek di ‘hilir’. Fokus bahasan tersebut bersesuaian dengan aspek-aspek tertentu dari ‘sistem inovasi nasional’ dan ‘relasi triple-helix’; topik-topik yang kini menjadi sentral dalam literatur di bidang innovation studies. Hasil yang disajikan dalam buku ini merupakan sebuah konrtibusi untuk literatur tersebut.

Melalui bahan yang disajikan dalam buku ini penulis ingin menyampaikan pesan bahwa para akademisi dan peneliti di Indonesia sanggup berkontribusi bagi kemajuan bangsa, lebih dari apa-apa yang sudah dicapai saat ini. Hanya saja, untuk menghasilkan kontribusi yang lebih signifikan diperlukan adanya interaksi yang lebih erat antara ‘dunia di dalam laboratorium’ dan ‘dunia di luar laboratorium’. Bila apa-apa yang sudah dicapai oleh para akademisi/peneliti dianggap, oleh sebagian pihak, belum cukup berarti, ini bukan sebuah alasan untuk menyatakan bahwa penelitian itu tidak atau kurang penting. Tidak ada bangsa maju mana pun, di Barat maupun di Timur, yang berhasil meraih kemajuannya tanpa didukung oleh kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang tidak sungguh-sungguh mengupayakan kemajuan ilmu

Page 68: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

62

pengetahuan dan teknologi akan terperbelenggu oleh kebodohan dan ketakberdayaan, yang dapat berujung pada frustasi sosial, praktik korupsi yang meluas dan konflik horizontal. Sejumlah bangsa-bangsa terbelakang kini mengalami situasi seperti itu.

Gambar 30 Proses Iptek dalam mendorong inovasi menjadi

6.4 Peranan Iptek Menjawab Pemanasan Global

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Persepsi pihak-pihak terkait perubahan iklim sangatlah beragam, tergantung pada

pemahaman seseorang/institusi yang dipengaruhi oleh beragam translasi, mulai dari pengukuran,

pembuatan model simulasi, penandatanganan kesepakatan-kesepakatan, konvensi, serta melalui

media massa. Untuk menjembatani hal tersebut, maka diperlukan suatu penelitian mengenai

pewacanaan perubahan iklim dan bagaimana isu tersebut dikontruksikan. Riset ini penting untuk

dilakukan sehingga pada akhirnya didapat suatu pemahaman mengenai bagaimana permasalahan

perubahan iklim dapat disinergikan dengan rencana pembangunan nasional Indonesia.

Persoalan perubahan iklim secara garis besar dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

mitigasi dan adaptasi. Mitigasi berkaitan dengan penurunan emisi sedangkan adaptasi berkaitan

dengan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

Dua persolaan diatas tidak dapat dipisahkan karena hal itu merupakan satu kesatuan.

Persoalan pemanasan global dan perubahan iklim, yang merupakan hasil konvensi internasional

tentang perubahan iklim, disebabkan oleh emisi penggunaan energi dan degradasi hutan.

Page 69: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

63

Gambar 31 Skema relasi terkait perubahan iklim

Persoalan perubahan iklim sebenarnya adalah persoalan perilaku manusia sehari-hari

dalam beraktivitas, termasuk didalamnya perilaku manusia dalam penggunaan teknologi.

Penggunaan teknologi sangat dibutuhkan demi kelancaran aktivitas tersebut seperti kendaraan

bermotor, penggunaan perlatan elektronik yang membutuhkan energy listrik.

Tantangan terbesar dalam menyikapi persoalan perubahan iklim adalah bagaimana

merubah perilaku masyarakat melalui iptek. Salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap perubahan iklim adalah energi, baik itu transportasi, industri maupun rumah tangga.

Sektor energi sebaiknya menjadi leading sector dalam mitigasi terhadap perubahan iklim

karena emisi dari pembakaran energi fosil dituding menjadi salah satu sebab utama terjadinya

pemanasan global. Riset tentang energi terbarukan menjad sangat penting dalam hal ini. Untuk

sektor-sektor lainnya, terutama pada sektor-sektor yang menggunakan energi fosil, dilakukan riset

pengembangan dan/atau modifikasi teknologi yang digunakan oleh industri dan masyarakat saat ini

mengikuti sektor energi. Hal ini sekaligus melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Untuk sektor pertanian dan kelautan serta perikanan yang lebih merasakan dampak

terhadap perubahan iklim perlu dilakukan penelitian terhadap bagaimana petani dan nelayan dapat

beradaptasi terhadap perubahan iklim secara lebih intensif lagi. Begitu pula dengan infrastuktur fisik,

apakah ada pengaruh dari perubahan iklim.

Selain itu juga perlu dilakukan pengembangan iptek untuk pemantauan lingkungan,

termasuk cuaca, di Indonesia, mengingat pemantauan terhadap kondisi lingkungan di Indonesia

sangat lemah karena salah satunya adalah keterbatasan teknologi.

6.5 Interaksi Peneliti dan Industri dalam Rangka Implementasi Hasil Riset

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) membutuhkan beberapa aspek dasar. Salah

satunya adalah komunikasi dan interaksi yang efektif di antara elemen-elemen SINas. Pemerintah,

pelaku bisnis dan akademisi merupakan tiga elemen penting dalam kesinambungan SINas. Interaksi

dan komunikasi baik antara periset dengan pengguna hasil riset/industri maupun antar periset

tersebut masih sangat minim, yang dapat mengakibatkan tidak terciptanya aliran informasi sebagai

pencetus munculnya inovasi baru.

Page 70: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

64

Kendala dalam berkomunikasi yang terjadi merupakan akibat dari berbagai situasi antar

lain: [1] masing-masing komponen inovasi yaitu lembaga penelitian maupun pengguna hasil

mempunyai “bahasa” yang sulit dimengerti oleh pihak lainnya, misalnya akademisi menggunakan

bahasa ilmiah sedangkan praktisi menggunakan bahasa praktis. Selain itu komponen kerja dalam

triple-helix yaitu pemerintah menggunakan bahasa birokratis yang tidak mudah direalisasikan baik

dari segi praktis maupun penelitian ilmiah; [2] adanya proses kelitbangan yang cukup rumit,

misalnya industri biasanya langsung ingin berhubungan dengan periset, sementara lembaga

penelitian biasanya diwakili oleh pihak manajer; [3] dukungan pemerintah terhadap lembaga

intermediasi masih kurang juga kurangnya insentif yang kondusif dalam mengelola proses inovasi,

kurangnya arahan bidang riset yang tegas dan fokus, serta kebijakan-kebijakan pendukung lainnya.

Upaya mencapai koordinasi yang baik antar para periset maupun antara periset –

pengguna hasil riset perlu diperkuat dengan pembentukan unit / lembaga yang mengelola hal

tersebut baik di tingkat lokal / unit maupun untuk tingkat yang lebih luas yang dikenal sebagai

lembaga intermediasi. Unit / Lembaga tersebut dapat mengusahakan kegiatan intermediasi dengan

2 cara yaitu : [1] intermediasi On-line : menyediakan sarana yang merupakan kegiatan pengenalan

hasil – hasil inovasi antara periset melalui media (website) walaupun melalui media lainnya seperti

majalah dan lain – lain; [2] intermediasi Off-line : melalui roadshow untuk menjaring investor dan

calon pengguna hasil riset.

Untuk itu dalam rangka meningkatkan interaksi periset dengan industri maupun antar para

periset, perlu dikembangkan suatu instrumen yang dapat menjadi dasar suatu kerjasama yang

dimulai dari pertukaran informasi. Saat ini sedang dikembangkan oleh Dewan Riset Nasional (DRN)

instrumen yang dimaksud yang dikenal sebagai Open Method of Research Coordination/OMRC

(Metode Koordinasi Riset Terbuka). OMRC mengandung 3 atribut yaitu : a) materi / informasi yang

dipertukarkan, b) cara berkoordinasi (karena secara berkala informasi yang ada akan dianalisis oleh

Tim yang disiapkan untuk dapat menentukan tahapan dan cara koordinasi yang terbaik untuk setiap

topik yang akan dilaksanakan), dan c) tata cara koordinasi dan kolaborasi yaitu antara lain prosedur,

komitmen, hubungan antar lembaga.

Selain itu dibutuhkan strategi pencapaian yang meliputi : [1] perlunya reformasi birokrasi

untuk perencanaan yang sifatnya nasional yang memperhatikan aspek interaksi dan komunikasi

diiringi komitmen yang kuat dari pemerintah untuk secara berkelanjutan mendukung interaksi yang

terjadi serta tindaklanjutnya; [2] perlunya arahan bidang riset yang fokus dan tegas serta konsisten

dilaksanakan secara bertahap dari pemerintah tentang bidang – bidang riset yang diprioritaskan

untuk kemudian diikuti perencanaan sinergis antara para periset dan pengguna; [3] perlunya

disiapkan mekanisme komunikasi secara nasional (yang juga melibatkan daerah) yang

mengarahkan kegiatan – kegiatan riset; [4] perlunya kebijakan – kebijakan pendukung seperti pada

aspek fiskal dan pendidikan yang dilaksanakan secara bertahap dan konsisten; [5] perlu komitmen

pendanaan yang sesuai baik dari pemerintah maupun pihak industri sampai suatu rencana dan

kerjasama riset menghasilkan suatu produk yang berdaya saing terwujud.

6.6 Peran Dewan Riset Daerah (DRD) dalam Penguatan Sistem Inovasi

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Kementerian Riset dan Teknologi, sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) 2010-2014, mempunyai arah kebijakan dalam

menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang

Page 71: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

65

kondusif. Tujuan akhir dari arah kebijakan ini disesuaikan dengan tema besar yaitu Penguatan

SINas dan SIDa. Oleh karena itu, SINas dan SIDa dapat diwujudkan melalui beberapa hal, antara

lain: [1] Kelembagaan iptek yang efektif, [2] Sumberdaya iptek yang kuat, [3] Jaringan antar

kelembagaan iptek yang saling memperkuat (mutualistik), [4] Relevansi dan produktivitas iptek yang

tinggi, dan [5] Pendayagunaan iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kelima faktor penguatan SIDa dan SINas tersebut tentunya tidak terlepas dari peran

Dewan Riset dalam memberikan arahan tentang prioritas riset di tingkat nasional dan tingkat daerah

(provinsi dan kabupaten / kota). Arahan ini diterjemahkan dalam bentuk penelitian-penelitian oleh

institusi-institusi yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Keberadaan lembaga Dewan Riset di Indonesia di tingkat nasional, yaitu Dewan Riset Nasional

(DRN), menuntut terbentuknya jaringan iptek yang semakin luas dan kompleks dan dapat berperan

lebih besar dalam rangka mewujudkan iptek sebagai pendukung perkembangan perekonomian,

peningkatan daya saing dan kemajuan peradaban bangsa.

Di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten / kota), terdapat lembaga Dewan Riset Daerah

(DRD). Berdasarkan Undang-Undang No 18 tahun 2002, tugas pokok DRD ada tiga hal yaitu: [a]

memberikan masukan kepada Pemerintah daerah untuk menyusun arah, prioritas, serta kerangka

kebijakan Pemerintah daerah di bidang iptek;[b] mendukung Pemerintah daerah melakukan

koordinasi di bidang iptek dengan daerah-daerah lain; [c] mewakili daerah di DRN ( Perpres No

16/2005 tentang DRN ). Belum semua DRD menjalankan ketiga amanat di atas. Hal ini sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah mekanisme penyelenggaraan masing-

masing DRD yang berimbas kepada pola hubungan DRD tersebut dengan mitra-mitranya termasuk

dengan DRN. Di sisi lain, adanya faktor kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja suatu DRD

dalam hal mekanisme penyelenggaraan DRD dan pola hubungan DRD dengan mitra-mitra

strategisnya di daerah masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan adanya arahan mekanisme

penyelenggaraan dan interaksi DRD dengan para mitranya.

Sumber: Retnaningsih (20110

Gambar 32 Konsep SIDa Sumatera Selatan

Page 72: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

66

Mitra DRD yang utama pada umumnya adalah Balitbangda dan Bappeda karena erat kaitannya

dengan kegiatan perencanaan penelitian dan pengembangan (litbang) di daerah. Meski demikian,

DRD perlu juga membangun relasi dengan institusi dan organisasi lain, baik lembaga pemerintah,

sektor privat maupun organisasi non-pemerintah. Sebagai contoh, DRD Sumatera Selatan

berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Interaksi ini akan berdampak positif terutama dalam masalah

pendanaan yang seringkali dikeluhkan oleh DRD-DRD lainnya.

Selain itu, koordinasi dan komunikasi antara DRD dengan mitra utamanya di tingkat

nasional, yaitu DRN, sangat penting dilakukan secara berkesinambungan untuk dapat menyamakan

persepsi, visi, misi, serta strategi pembangunan iptek nasional. Melalui kedudukan DRD di DRN,

akses untuk koordinasi dan komunikasi dapat dilakukan secara lebih sistematis. Untuk mendukung

terjadinya koordinasi dan komunikasi tersebut, DRN perlu membangun suatu arahan mekanisme

kerja yang jelas dan dapat dilaksanakan oleh seluruh DRD.

Kajian ini juga mengelaborasi mekanisme penyelenggaraan DRD dan interaksi antara DRD

dengan para mitranya mendukung penguatan SIDa. Juga dilihat peran DRD dalam memberikan

rekomendasi, diharapkan rekomendasi – rekomendasi yang diusulkan terkait banyak membahas

mengenai permasalahan – permasalahan aktual yang membumi dan berupa problem solving

permasalahan yang ada.

Selain itu, DRD juga harus memperluas jejaring relasi di daerahnya masing - masing. Tidak

hanya bekerja sama dengan lembaga penelitian, namun juga dengan berbagai jenis institusi dan

organisasi seperti institusi keuangan yang dapat membantu pembiayaan kegiatan, atau lembaga

pemerintahan dan organisasi swasta yang menunjang kegiatan DRD. DRD juga perlu melakukan

pemetaan terhadap kompetensi daerahnya, yaitu keunggulan apa yang menjadi nilai lebih daerah

dan produk – produk unggulan daerah. Dari pemetaan ini, DRD dapat melakukan rekomendasi

kebijakan untuk mendukung dari sisi penguatan iptek yang memadai.

Lebih lanjut, diusulkan segera dibentuk organisasi jejaring antara Dewan Riset seluruh

Indonesia, yang terdiri dari para anggota DRN, DRD – DRD Provinsi, dan DRD – DRD Kabupaten /

Kota. Organisasi ini diharapkan menjadi wadah saling bertukar pikiran antara anggota Dewan Riset

dalam memajukan peran Dewan Riset di Indonesia, terutama dalam meningkatkan Sistem Inovasi

Nasional (SINas) dan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Indonesia.

6.7 Iptek untuk Adaptasi Perubahan Iklim: Kajian Kebutuhan Tema Riset Prioritas

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Ancaman perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global merupakan problem yang

harus segera diantisipasi termasuk dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama ini

kita sering terfokus pada upaya mitigasi, padahal Indonesia sebenarnya termasuk negara yang tidak

terkena kewajiban menurunkan emisi GRK, serta rentan dalam menerima dampak perubahan iklim.

Namun kita masih kurang dalam memberikan perhatian pada upaya adaptasi termasuk dalam

pengembangan iptek adaptasi perubahan iklim.

Pendekatan adaptasi perubahan iklim di Indonesia memang bersifat sektoral. Namun

demikian mengingat permasalahan perubahan iklim adalah kompleks dan tidak dapat diantisipasi

melalui satu sektor tertentu saja, maka kata kuncinya adalah perlunya koordinasi dan pelaksanaan

program yang bersifat lintas sektoral.

Masalah kebutuhan akan keamanan pangan akan sangat terkait erat dengan pemenuhan

gizi untuk mencegah malnutrisi. Ini berarti riset-riset pangan alternatif harus diarahkan untuk

Page 73: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

67

mendapatkan pangan dengan kandungan gizi yang tinggi. Demikian pula riset untuk pengelolaan

sumberdaya air termasuk pengolahan air adalah juga dalam rangka peningkatan kesehatan

masyarakat dan keamanan pangan. Kemudian riset-riset terkait upaya perlindungan fisik pantai atas

kenaikan paras muka laut adalah juga untuk memproteksi sumberdaya lahan yang potensial sebagai

sumberdaya pangan. Perlindungan pantai baik fisik dan non fisik merupakan bagian dari

pengelolaan kawasan pantai yang akan meningkatkan kesehatan masyarakat pesisir misal dengan

menekan salinitas air, mencegah berkembangnya vektor penyakit maupun peningkatan sanitasi

lingkungan secara keseluruhan. Contoh keterkaitan ini juga bisa bersifat tidak langsung, seperti

perlindungan terhadap terumbu karang atau penerapan terumbu karang buatan akan meningkatkan

atau memulihkan kembali potensi perikanan, ini berarti menunjang keamanan pangan dan

pemenuhan gizi masyarakat.

Guna mengatasi permasalahan yang ada dirumuskan rekomendasi antara lain; [a] Perlu

adanya koordinasi substansi riset; [b] Perlu adanya penggalangan pendanaan internasional untuk

kerjasama riset perubahan Iklim di Indonesia; [c] Membangun suatu lembaga infrastruktur yang

mengkoordinasi pengadaan dan pemanfaatan infrastruktur riset perubahan iklim,; [d] Dalam jangka

pendek perlu dibuat mekanisme koordinasi yang dilengkapi infrastruktur serta berbagai instrumen

penunjang (misal basis data bersama) yang dapat digunakan juga sebagai penunjang kerjasama

atau negosisasi iklim di tingkat internasional; [e] Dalam jangka menengah perlu dibangun pusat-

pusat pembelajaran masyarakat (learning center) guna mengefektifkan diseminasi metode adaptasi

bagi masyarakat yang rentan terkena dampak perubahan iklim bekerjasama dengan organisasi non-

pemerintah yang telah memiliki sistem dan jejaring berbasis masyarakat; [f] Dalam jangka panjang,

seluruh riset maupun kerekayasaan adaptasi perubahan iklim harus terintegrasi dengan program

kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat (community based disaster risk reduction) sebagai

satu kesatuan strategi adaptasi.

Suatu konsep jejaring dalam riset adaptasi perubahan iklim dan diseminasi hasil-hasil

risetnya dapat diilustrasikan dalam Gambar 33.

Gambar 33 Konsep Jejaring Arus Informasi dan Diseminasi Hasil Riset Adaptasi Perubahan Iklim

Internet based

Pusat Informasi Adaptasi Perubahan Iklim

(DNPI)

Media Komunikasi

(mis. OMRC-DRN)

Media Komunikasi

(mis. Radio komunitas, internet dll.)

Kel. Nelayan

LAPAN

Kel. PetambakPemkot/

Pemkab

Balitbang Kementerian

Kel. Petani

Univer-sitas

LIPI

BPPT

Komunitas rentan

BMKG LSM/NGO

Internet based

Pusat Informasi Adaptasi Perubahan Iklim

(DNPI)

Media Komunikasi

(mis. OMRC-DRN)

Media Komunikasi

(mis. Radio komunitas, internet dll.)

Kel. Nelayan

LAPAN

Kel. PetambakPemkot/

Pemkab

Balitbang Kementerian

Kel. Petani

Univer-sitas

LIPI

BPPT

Komunitas rentan

BMKG LSM/NGO

Page 74: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

68

6.8 Pengembangan Pusat Keunggulan Maritim Selat Malaka Menuju Masyarakat Berbasis

Pengetahuan

Secara ringkas isi dari buku hasil kajian tersebut di atas sebagai berikut:

Wilayah yurisdiksi dan pengelolaan di kawasan Selat Malaka yang dimiliki Indonesia

sangatlah luas, dimana daratan pesisir dan kepulauannya mencapai 250.000 km2 ditambah sabuk 4

mil laut dari garis pantai, Indonesia menghadapi tantangan terberat dibandingkan kedua

tetangganya, dalam kemampuan dan kapasitas institusionalnya serta kemampuan keuangan

publiknya, untuk mengendalikan perubahan sosial ekologi di sepanjang pesisir timur Sumatra dan

kepulauannya dengan baik.

Warga di sepanjang sabuk pesisir Sumatera dan Kepulauan Riau saat ini berada dalam

keadaan yang jauh dari ideal. Pusat-pusat produksi sektor primer di wilayah tersebut secara umum

masih bergantung pada moda perburuhan sektor ekstraktif yang sulit diandalkan untuk memenuhi

syarat keselamatan dan keamanan sosial. Pusat-pusat permukiman yang ada sekarang di

sepanjang dataran rendah di pesisir timur Sumatera dapat dikatakan bersifat pedesaan atau semi-

urban.

Munculnya konsentrasi rerantai ekonomi di Kepulauan Riau bagian barat dalam waktu dua

setengah dekade ini, diwakili terutama oleh pulau Batam, dan sekarang akan diikuti oleh rencana

pengembangan untuk Pulau Bintan dan Pulau Karimun, memberikan pelajaran mengenai potensi

sekaligus keterbatasan dari strategi investasi integratif.

Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan terpenting dari fokus spasial PKM-SM

memerlukan sebuah model perancangan perubahan yang mampu menciptakan vektor positif.

Dengan kendala skala ruang dan keterbatasan kemampuan integrasi pengelolaan perubahan saat

ini, prakarsa belajar menuju masyarakat berbasis pengetahuan harus dimulai dengan sebuah

praktek pengelolaan perubahan dengan moda bagi peran, sumber daya dan resiko yang

memungkinkan pengambilan keputusan dan pengerahan energi oleh jejaring kesatuan-kesatuan

belajar setempat.

Pusat belajar institusional PKM-SM dalam wujud Learning Management Unit (LMU) perlu

melakukan Knowledge Management (KM) agar organisasi ini tetap mampu mengelola perubahan

dan memberikan masukan yang cerdas dan tepat khususnya dalam dinamika rerantai ekonomi-

sosial-ekologi di Selat Malaka. Secara diagramatis proses KM dalam agenda PKM-SM disampaikan

dalam Gambar 34.

Pengelolaan pengetahuan terdiri atas berbagai strategi dan praktek yang digunakan dalam

sebuah organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, menghadirkan, mendistribusikan dan

mengadopsi wawasan dan pengalaman. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa kunci utama

berjalannya knowledge sharing process dalam PKM-SM adalah dengan meningkatkan infrastruktur

TIK serta dukungan administratif lainnya dari instansi pemerintah.

Inti mekanisme dalam PKM-SM adalah produksi informasi dan pengetahuan, berbagi pengetahuan

dan alirannya serta mediasi dalam dinamika jejaring khususnya terkait perubahan-perubahan ketiga

rerantai ekonomi-sosial-ekologi di Selat Malaka untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan

pengambilan keputusan. Berbagai pola dan mekanisme kerja dalam pusat belajar dapat dibangun

dengan mengambil contoh yang sudah ada. Sebagai gambaran, mekanisme berbagi pengetahuan

dan peran tiap komunitas bisa dilihat dalam Gambar 35.

Page 75: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

69

K n o w le d g e

C y c le

O rg a n iz a t io n

S to ra g e

A c c e s s

T ra c k in g

M e a s u r in g

S h a r in g

T ra n s f e r L e a rn in g

C re a t io n

C a p t u re

E x te rn a l &

In te rn a l

S e n s in g

U s e

D u k u n g a n A d m in is t ra t i f

In f r a s t ru k tu r

A g e n d a B e la ja r

P K M -S M L M U

K n o w le d g e

C y c le

O rg a n iz a t io n

S to ra g e

A c c e s s

T ra c k in g

M e a s u r in g

S h a r in g

T ra n s f e r L e a rn in g

C re a t io n

C a p t u re

E x te rn a l &

In te rn a l

S e n s in g

U s e

D u k u n g a n A d m in is t ra t i f

In f r a s t ru k tu r

A g e n d a B e la ja r

P K M -S M L M U

Internet based

PKM-SM Center

(BP Batam)

Media Komunikasi

Media Komunikasi

Kel. Nelayan

Kadin, Bank

Poltek BatamPemkot/

Pemkab

Pemprov Kepri

Kel. Warga

KEK BBK

Pemprov Riau

UNRI

DRD Kota/Kab. DRD

ProvinsiBKPM

Internet based

PKM-SM Center

(BP Batam)

Media Komunikasi

Media Komunikasi

Kel. Nelayan

Kadin, Bank

Poltek BatamPemkot/

Pemkab

Pemprov Kepri

Kel. Warga

KEK BBK

Pemprov Riau

UNRI

DRD Kota/Kab. DRD

ProvinsiBKPM

Gambar 34 Siklus KM Mendukung Fungsi

PKM-SM Center

Gambar 35. Diagram Alir Informasi Komunitas dalam

PKM-SM

Beberapa rekomendasi tindak lanjut untuk PKM-SM adalah sebagai berikut; [1] Perintisan

pusat belajar institusional beserta jejaringnya, yang melibatkan beberapa institusi pemerintah

khususnya yang berwenang dalam penataan ruang, kegiatan ekonomi, lingkungan hidup dan

pendidikan; [2] Sejak awal PKM-SM didesain sebagai bentuk knowledge based society dengan key

enabler-nya adalah komunikasi, untuk itu pengembangan jejaring pada butir a) di atas perlu

didukung insfrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan media komunikasi lain seperti

radio komunitas untuk menjangkau kalangan warga yang belum tersentuh atau tidak terbiasa

dengan TIK; [3] Sebagai langkah awal perlu dibentuk task force yang mempersiapkan dan mengkaji

aturan lintas sektor, mengembangkan materi belajar serta aktif mengikuti berbagai konferensi atau

seminar terkait Selat Malaka termasuk yang diselenggarakan negara tetangga; [4] Untuk test case

kesiapan sumberdaya manusia dan infrastrukturnya dalam pengelolaan pusat belajar, task force

perlu merintis sebuah kerjasama dalam program skala kecil dan praktis sifatnya dengan beberapa

institusi pendidikan tinggi dan lembaga riset di wilayah Selat Malaka seperti Dewan Riset Daerah,

Universitas Riau dan Politeknik Batam’ [5] Dalam jangka menengah, pusat belajar PKM-SM perlu

berkolaborasi dengan beberapa lembaga riset internasional seperti di Asia dan Eropa untuk agenda-

agenda riset yang paling mendesak bagi aparat pemerintah di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau; [6]

Melalui dukungan Badan Pengusahaan Batam atau Politeknik Batam selaku calon host bagi pusat

belajar PKM-SM perlu dirintis penerbitan berkala untuk mempromosikan agenda PKM-SM bagi para

pembaca dari berbagai latar belakang.

Page 76: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

70

V PENUTUP

Demikian Laporan Pelaksanaan Kegiatan DRN Periode 2009 – 2011 ini disiapkan dan dibukukan

yang ditujukan untuk kesinambungan aktivitas di DRN Periode 2012-2014 baik bagi hal-hal yang

bersifat umum maupun dalam rangka dukungan pelaksanaan oleh Sekretariat DRN. Tentu saja

masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang terkait dengan Kesekretariatan,

yang diharapkan dapat ditingkatkan di masa – masa mendatang.

Page 77: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

71

Page 78: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

72

LAMPIRAN:

KEANGGOTAAN DRN PERIODE 2009-2011

Ketua DRN : Prof. Dr. Ir. Andrianto Handojo Wakil Ketua DRN : Ir. Betti Alisjahbana Sekretaris DRN : Dr. Ir. Tusy A. Adibroto, MSi

1. Anggota DRN Komisi Teknis Ketahanan Pangan

No

N a m a

Instansi

1. Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan (Ketua) Kementerian Riset dan Teknologi 2. Prof. Dr. Ir. H. Roedhy Poerwanto, MSc

(Wakil Ketua) Institut Pertanian Bogor

3. Dr. Ir. Bambang Setiadi (Anggota) Badan Standardisasi Nasional 4. Ir. Thomas Darmawan Tjokronegoro

(Anggota) Dunai Usaha

5. Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, MS (Anggota)

Institut Pertanian Bogor

6. Prof. Dr. Ir. Hasbi (Anggota)

Universitas Sriwijaya

7. Prof. Dr. Ir. Widjang Herry Sisworo (Anggota)

Badan Tenaga Nuklir Nasional

8. Dr. Ir. M. Indah Ginting, MM (Anggota) Pengadilan Perikanan Medan 9. Dr. Ir. Hermen Malik, MSc (Anggota) Universitas Bengkulu

10. Dr. Ir. Agus Hartoko, MSc (Anggota) Universitas Diponegoro 11. Prof. Dr. Ir. John Haluan (Anggota) Institut Pertanian Bogor 12. Ir. Yusuf Akhyar Sutaryono, PhD

(Anggota) Universitas Mataram

13. Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan /Ex Officio (Anggota)

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

14. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Pertanian

Page 79: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

73

2. Anggota DRN Komisi Teknis Energi

No

N a m a

Instansi

1. Dr. Hudi Hastowo (Ketua) Bandung Badan Tenaga Nuklir Nasional 2. Dr. Ir. Suryadarma (Wakil Ketua) PT Pertamina Geotermal Energi 3. Dr. Achiar Oemry (Anggota) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 4. Dr. Ir. As Natio Lasman (Anggota) Badan Pengawas Tenaga Nuklir 5. Wilson W. Wenas,Ph.D (Anggota) Institut Teknologi Bandung 6. Dr. Ir. Martin Djamin (Anggota) Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi 7. Dr. Ir. Tatang H.Soerawidjaja (Anggota) Institut Teknologi 8. Dr. Ir. M. Faizal, DEA (Anggota) Universitas Sriwijaya 9. Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji (Anggota) Institut Teknologi Bandung

10. Suripno Marto Saputro, MT (Anggota) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

11. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

3. Anggota DRN Komisi Teknis Teknologi dan Manajemen Transportasi

No

N a m a

Instansi

1. Dr. Ir. Indrayati Soebagio (Ketua) PT Advance Technology Indonesia 2. Ir.Prasetyo Hatmodjo, ME (Wakil Ketua) PT Mass Rapid Transit Jakarta 3. Dr. Ir. Iman E.Enoch (Anggota) Badan Usaha 4. Ir. Roos Diatmoko (Anggota) PT INKA 5. Dr. Ir. Tusy A.Adibroto (Anggota) Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi 6. Dr. Ir. Hermanto Dardak, M.Sc (Anggota)

Kementerian Pekerjaan Umum

7. Ir.H.Harijogi,MBA, M.Sc. (Anggota) Kementerian Perhubungan 8. Ir.Rudy Hermawan Karsaman, M.Sc.,

Ph.D (Anggota) Institut Teknologi Bandung

9. Prof. Dr. Carunia M. Firdusy, M.A (Anggota)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

10. Ir. M. Nur Hidayat, M.Eng. (Anggota) Swasta 11. Ir. Taufik Adiwiyanto (Anggota) BLU Trans Jakarta 12. Prof. Ir. Suyono Dikun,M.Sc. Ph.D, IPM

(Anggota) Universitas Indonesia

13. Ir. Harun al-Rasyid S. Lubis, M.Sc (Eng), Ph.D (Anggota)

Institut Teknologi Bandung

14. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Perhubungan

Page 80: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

74

4. Anggota DRN Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi

No

N a m a

Instansi

1. Dr. Ir. Ashwin Sasongko (Ketua) Kementerian Komunikasi dan Informasi 2. Dr. Ir. Agus Hartanto (Wakil Ketua) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 3. Dr.Ir. Armein Z. R. Langi, M.Sc (Anggota) Institut Teknologi Bandung 4. Dr. Ing Tindjaja Soetadji (Anggota) PT Datamation 5. Prof. Dr. Engkos Koswara Natakusumah,

M.Sc. (Anggota) Kementerian Riset dan Teknologi

6. Dr. Ir. Marzan A. Iskandar (Anggota) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

7. Ir. Said Firman (Anggota) PT INTI 8. Prof. Ir. Abdullah Alkaff, M.Sc., Ph.D

(Anggota) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

9. Ir. Betti Alisjahbana (Anggota) PT. Quantum Business Int. 10. Dr. Ir. Eko K. Budiardjo, M.Sc (Anggota) Universitas Indonesia 11. Dr. Ir. Inggriani Liem (Anggota) Institut Teknologi Bandung 12. Dr. Ir. Idwan Suhardi (Anggota) Kementerian Riset dan Teknologi 13. Prof. Richardus Eko Indrajit (Anggota) Perbanas 14. Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Komunikasi dan Informasi / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Komunikasi dan Informasi

5. Anggota DRN Komisi Teknis Teknologi Pertahanan dan Keamanan

No

N a m a

Instansi

1. Ir. Agus Susarso, M.Eng.Sc, MM (Ketua) Lemhanas 2. Ir. Adik A. Soedarsono, MSIE, Ph.D

(Wakil Ketua) PT Pindad

3. Prof. Dr. Ir. Andrianto Handojo (Anggota) Institut Teknologi Bandung 4. Dr. Ninok Leksono (Anggota) Universitas Multi Media 5. Darman Mappangara, M.Eng.Sc.

(Anggota) PT LEN

6. Prof. Dr. Ir. Muljowidodo Kartidjo (Anggota)

Institut Teknologi Bandung

7. Dr. Ir. Waspada Kurniadi, M.Sc (Anggota) PT Dahana 8. Dr. Ir. Teguh Rahardjo (Anggota) Kementerian Riset dan Teknologi 9. Marsma TNI Ir. Istiyadi (Anggota) Universitas Nurtanio

10. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Pertahanan

11. Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD / Ex Officio (Anggota)

TNI AD

12. Kepala Dinas Penelitian dan TNI AL

Page 81: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

75

Pengembangan TNI AL / Ex Officio (Anggota)

13. Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU / Ex Officio (Anggota)

TNI AU

14. Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan POLRI / Ex Officio (Anggota)

POLRI

6. Anggota DRN Komisi Teknis Teknologi Kesehatan dan Obat

No

N a m a

Instansi

1. Prof. dr. Amin Soebandrio, Sp. MK, Ph.D (Ketua)

Kementerian Riset dan Teknologi

2. Prof. Dr. Wahono Sumaryono, Apt (Wakil Ketua)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

3. Dr. Charles Saerang (Anggota) Gabungan Pengusaha Jamu 4. Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Ed.Sc., Ph.D

(Anggota) Universitas Gadjah Mada

5. Prof. dr. Sultana Mh. Faradz, Ph.D (Anggota)

Kementerian Riset dan Teknologi

6. Prof. Dr. Umar A. Jenie, Apt. (Anggota) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 7. Prof. Dr. dr. Suhartono Taat Putra, MS.

(Anggota) Universitas Airlangga

8. Prof. Dr. dr. Handoko Kalim, Sp.PD.KR (Anggota)

Universitas Brawijaya

9. Dr. Ir. Listyani Wijayanti (Anggota) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

10. Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D(Anggota) Universitas Hasanudin 11. dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D (Anggota) PT Kalbe Farma 12. Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Kesehatan / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Kesehatan

7.Anggota DRN Komisi Teknis Sains Dasar

No

N a m a

Instansi

1. Prof. Dr. A. H. Bambang Setiaji (Ketua) Universitas Gadjah Mada 2. Prof. Dr. Masbach RT Siregar (Wakil

Ketua) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

3. Dr. Paulus Agus Winarso (Anggota) Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika

4. Dr. Surono (Anggota) Badan Geologi 5. Prof. Dr. Edy Soewono(Anggota) Institut Teknologi Bandung

Page 82: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

76

6. Dr. Adi Pancoro (Anggota) Institut Teknologi Bandung 7. Prof. Dr. Inneke Rumengan (Anggota) Universitas Airlangga 8. Rianto Ahmadi Djojosugito, Ph.D

(Anggota) PT Allianze Life Indonesia

9. Prof. Dr. Syamsa Ardisasmita (Alm) (Anggota)

Kementerian Riset dan Teknologi

8. Anggota DRN Komisi Teknis Sosial Kemanusiaan

No

N a m a

Instansi

1. Dr. Roosmalawati Rusman (Ketua) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2. Prof. Mayling Oey Gardiner, Ph.D (Wakil

Ketua) PT Insan Withasana Sejahtera

3. Dr. Sonny Yuliar (Anggota) Institut Teknologi Bandung 4. Dr. Ninasapti Triaswati (Anggota) Universitas Indonesia 5. Ir. Y. W. Junardy (Anggota) Institut Teknologi Bandung 6. Dr. Daniel Sparringa (Anggota) Sekretariat Negara 7. Dr. Ikrar Nusa Bhakti (Anggota) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 8. Dedy Nur Hidayat, Ph.D (Alm) (Anggota) Universitas Indonesia 9. Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Perdagangan / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Perdagangan

10 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perindustrian / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Perindustrian

11 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Dalam Negeri

12 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM / Ex Officio (Anggota)

Kementerian Hukum dan HAM

Page 83: Download Laporan Akhir Masa Tugas DRN Periode 2009-2011

77

Tim Asistensi DRN 2009-2011

No

N a m a

Komisi Teknis

1. Dr. Iding Chaidir Ketahanan Pangan 2. Dr. Agus Nurrohim Energi 3. Sinung Nugroho,MT Teknologi dan Manajemen Transportasi 4. Dr. Hary Budiarto

Ir. Irwan Rawal Husdi, M.Eng Teknologi Informasi dan Komunikasi

5. Ir. Adrian Zulkifli Teknologi Pertahanan dan Keamanan 6. Dr. rer.nat. Chaidir, Apt. Teknologi Kesehatan dan Obat 7. Dr. Yohan Sains Dasar 8. Dra. Louise Hutauruk Sosial Kemanusiaan

Sekretariat DRN 2009-2011

Kepala Bagian Tata Usaha DRN

Ka. Subbag. Penyiapan Bahan Sidang DRN

Ka. Subbag. Penyiapan Bahan Sosialisasi DRN

Staf Profesional

Staf Sekretariat

:

:

:

:

:

Hartaya, MT

Sunar, MPA

Nurseha, S.Pd.

1. Prof. Dr. SuyantoPawiroharsono

2. Lucky Lukman Hakim, MM

3. Irsan Aditama Pawennei, M.Sc.

1. Ellia Dariah, S.Sos

2. Makmir Sembiring

3. Rina Widiyaningsih, S.Pt.

4. Syarif Budiman, S.Kom

5. Tiktik Dewi Sartika, S.Si.

6. Trimono Harmanto

7. Udin Saputra