disertasi - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/4144/1/disertasi fahrina...tabel 4.7...
TRANSCRIPT
0
MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN PONDOK PESANTREN
DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
DI PROVINSI RIAU
DISERTASI
OLEH:
FAHRINA YUSTIASARI LIRIWATI
NIM: DMP.17.183
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020 M
0
1
2
3
1
MOTTO
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. ( QS Al-Qashash ayat 77 )1
1 Departemen Agama RI, Al Qur‟an Terjemah (Jakarta: Lautan Lestari, 2010) hal. 394
2
PERSEMBAHAN
Disertasi Ini Kupersembahkan Kepada:
Mamak yang tercinta (Fatimah Mulita)
Bapak yang terhormat (Syarifuddin)
Mamak Mertua yang tercinta ( Hj. Indo’ Umming)
Bapak Mertua yang terhormat (H. Ambo’ Era)
Suami yang terkasih (Muhammad Rafai, S.E.I, M.E)
Anak-Anakku yang Tersayang
(Najla Izzaty Salamy El-Fa’i & Sakinah Arafah An-Najwa El-Fa’i)
Keluarga Besar H. Muhammad Ali & Hj. Talha
3
ABSTRAK
Fahrina Yustiasari Liriwati, Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Provinsi Riau, Disertasi, Manajemen Pendidikan Islam/Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, diharapkan terangkatnya gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti. Informasi didapat melalui purposive sampling berdasarkan dengan kebutuhan penelitian. Subjek penelitian terdiri dari tiga orang pimpinan pondok pesantren (Pimpinan Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, dan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian manajemen kewirausahaan pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah secara manajerial, ketiga pondok pesantren mendelegasikan manajemen kewirausahaannya kepada orang yang ditunjuk oleh pimpinan pondok pesantren. Selain itu, mereka membuat badan, bidang atau unit kerja yang spesifik mengurusi kewirausahaan yang ada.
Model Pemberdayaan Ekonomi masyarakat yang dilakukan ketiga pondok pesantren di provinsi Riau yaitu Pondok pesantren Khairul Ummah memilih unit usaha laundry sebagai media pemberdayaan ekonomi masyarakat. Unit usaha laundry ini merupakan kegiatan pemberdayaan perempuan berbasis pesantren dengan nama kelompok usaha ibu laundry, pondok pesantren Al-Amin Dumai melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dibidang budidaya jamur tiram dan pelatihan dan pengolahan produk budidaya jamur tiram sedangkan model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru melalui pembelajaran life skills berupa pelatihan otomotif di Komunitas Balai Latihan Kerja Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.
Kontribusi manajemen kewirausahaan pondok pesantren di provinsi Riau dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah terletak pada dua aspek yaitu aspek materil dan aspek moril, pada aspek materil yaitu; 1. pembiayaan operasional lembaga dan pondok pesantren, 2. pembangunan dan perawatan sarana prasarana pondok pesantren, 3. kesejahteraan hidup santri dan masyarakat. Sedangkan pada aspek moril yaitu; 1. memberikan pengalaman kewirausahaan kepada para santri, 2. pembelajaran bagi santri dan masyarakat untuk berwirausaha, 3. hubungan harmonis antara pondok pesantren dan masyarakat, 4.menjadi contoh pesantren entrepreneurship berbasis masyarakat.
Kata Kunci : Manajemen, Kewirausahaan, Pemberdayaan Masyarakat
4
ABSTRACT Fahrina Yustiasari Liriwati, Entrepreneurship Management in Islamic Boarding Schools in Community Economic Empowerment in Riau Province, Dissertation, Islamic Education Management / Postgraduate UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020 The research approach used is a qualitative approach, it is hoped that the lifting of the picture of quality, social reality and perceptions of the target researchers. Information obtained through purposive sampling based on research needs. The research subjects consisted of three leaders of Islamic boarding schools (Islamic Boarding School Chairman Khairul Ummah, Indragiri Hulu Regency, Islamic Boarding School Al-Amin Dumai Boarding Schools, and Boarding School Al-Mujtahadah Islamic Boarding School Pekanbaru). Data collection techniques carried out by observation, interview and documentation. The results of entrepreneurship management research in Islamic boarding schools in community economic empowerment is managerial, the three boarding schools delegate their entrepreneurial management to people appointed by the head of the boarding school. In addition, they create a specific agency, field or work unit to take care of the existing entrepreneurship. The Community Economic Empowerment Model conducted by the three Islamic boarding schools in Riau province, namely the Khairul Ummah Islamic boarding school, chose the laundry business unit as a medium for community economic empowerment. This laundry business unit is an Islamic boarding school based women's empowerment activity with the name of the mother laundry group, Al-Amin Dumai Islamic boarding school conducting community economic empowerment activities in the field of oyster mushroom cultivation and training and processing of oyster mushroom cultivation products while the model of community economic empowerment is carried out in Islamic boarding schools Al-Mujtahadah Pekanbaru through learning life skills in the form of automotive training at the Al-Mujtahadah Islamic Boarding School Work Training Community in Pekanbaru. The contribution of entrepreneurship management in Islamic boarding schools in Riau province in community economic empowerment lies in two aspects, namely the material aspect and the moral aspect, in the material aspect namely; 1. operational funding for institutions and boarding schools, 2. construction and maintenance of infrastructure for boarding schools, 3. welfare of students and community life. While on the moral aspect, namely; 1. provide students with entrepreneurial experience, 2. learning for students and the community to be entrepreneurs, 3. harmonious relationships between boarding schools and the community, 4. be an example of community-based boarding schools entrepreneurship.
Keywords: Management, Entrepreneurship, Community Empowerment
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji dan syukur penulis haturkan
kepada Rabb, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, nikmat dan
kekuatan dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini yang
merupakan salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar Doktor
dalam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Disertasi ini berjudul “Manajemen Kewirausahaan Pondok
Pesantren dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Provinsi (Studi
Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai, dan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru).
Penulis menyadari, dalam proses penyusunan disertasi ini penulis
mengalami berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dan
dukungan dari banyak pihak, akhirnya disertasi ini dapat penulis
selesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Kementerian Agama Republik Indonesia di Jakarta atas
penyelenggaraan program beasiswa 5000 Doktor.
2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri SS, M.Ag selaku Direktur
Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Badarussyamsi, MA selaku Wakil Direktur Pascasarjana
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, MA selaku Promotor yang telah
memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian Disertasi ini.
6
6. Bapak Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd selaku co-promotor yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian Disertasi ini.
7. Kepada Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.
8. Kepada Pimpinan Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu, Pondok Pesantren Al-Amin Dumai dan Pimpinan
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, beserta majelis guru
dan santri.
9. Kepada Kepala Kesbangpol Kota Pekanbaru, Kota Dumai dan
Kabupaten Indragiri Hulu
10. Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Riau
11. Kepada seluruh Civitas Akademika STAI Auliaurrasyidin Tembilahan -
Riau.
12. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2017/2018 program
5000 Doktor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
13. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian disertasi ini.
Penulis berharap semoga Disertasi ini dapat bermanfaat terutama
bagi penulis sendiri, bagi para praktisi pendidikan khususnya bidang
kajian Manajemen Pendidikan Islam serta dapat dijadikan salah satu
rujukan bagi peneliti lainnya.
Jambi, Juni 2020
Penulis
FAHRINA YUSTIASARI LIRIWATI NIM. DMP. 17. 183
7
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN LOGO …………………………………………………………. ii
HALAMAN NOTA DINAS ………………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS DISERTASI ……………. v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………. vii
ABSTRAK ………………………………………………………………….. viii
ABSTRACT ………………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xvi
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah………………………………………… 20 C. Fokus Penelitian……………………………………........... 20 D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian……………………….. 21 Bab II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG
RELEVAN
A. Landasan Teori……………………………………………. 23 1. Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren……. 23 2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat……………….. 90 B. Penelitian yang Relevan………………………………….. 124 Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……………………………………. 130 B. Situasi Sosial Dan Subjek Penelitian……………………. 131 C. Jenis dan Sumber Data…………………………………... 136 D. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 137 E. Teknik Analisa Data……………………………………….. 142 F. Uji Keterpercayaan Data………………………………….. 144 G. Rencana dan Waktu Penelitian………………………….. 147
8
Bab IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu………………………………………........
158 2. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai…………………… 174 3. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru……… 188 B. Temuan Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian 1. Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren a. Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu………………………………………........
200 b. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai…………………… 216 c. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru……… 234 2. Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat a. Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu……………………………………………
246 b. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai………………….. 255 c. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru……… 270 3. Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok
Pesantren Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
a. Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu……………………………………………
286
b. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai………………….. 293 c. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru……… 304 Bab V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………. 308 B. Implikasi…………………………………………………….. 309 C. Rekomendasi………………………………………………. 313 D. Saran………………………………………………………... 314 E. Kata Penutup………………………………………………. 315 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Sistem Pemberdayaan Masyarakat 114
Tabel 3.1 Jumlah Pondok Pesantren Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Riau
133
Tabel 3.2 Daftar Nama Pondok Pesantren Sebagai Lokasi
Penelitian
135
Tabel 3.3 Rencana Dan Waktu Penelitian 148
Tabel 4.1 Kota dan Kabupaten di Provinsi Riau 154
Tabel 4.2 Profil Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu
165
Tabel 4.3 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Khairul Ummah
Indragiri Hulu
170
Tabel 4.4 Profil Pondok Pesantren Al-Amin Dumai 181
Tabel 4.5 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai 183
Tabel 4.6 Jenjang Pendidikan Formal Di Pondok Pesantren Al-Amin
Dumai
185
Tabel 4.7 Jenjang Pendidikan Non Formal Di Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai
186
Tabel 4.8 Kitab-Kitab Yang Diajarkan Di Pondok Pesantren Al-Amin
Dumai
187
Tabel 4.9 Profil Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru 197
Tabel 4.10 Struktur Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru 198
Tabel 4.11 Manajemen Kewirausahaan Di Pondok Pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
214
Tabel 4.12 Manajemen Kewirausahaan Di Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai
230
Tabel 4.14 Manajemen Kewirausahaan Di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
245
10
Tabel 4.15 Nama - Nama Pondok Pesantren Yang Mengikuti Pelatihan
Life Skill Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
256
Tabel 4.16 Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
292
Tabel 4.17 Jenis - Jenis Jamur Tiram 299
Tabel 4.18 Tata Kelola Sistem Budidaya Jamur Tiram Di Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai
303
Tabel 4.19 Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
303
Tabel 4.20 Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat
307
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perencanaan yang Baik 34
Gambar 2.2 Langkah-Langkah Pengorganisasian 36
Gambar 2.3 Skema Fungsi Manajemen 39
Gambar 2.4 Proses Kreatifitas Kewirausahaan 42
Gambar 2.5 Model Proses Kewirausahaan 45
Gambar 2.6 Tingkah Laku Kewirausahaan 64
Gambar 2.7 Model Pemberdayaan (Emprowerment) 98
Gambar 2.8 Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat 108
Gambar 2.9 Hubungan Investasi, Bisnis dan Kesejahteraan
Masyarakat
115
Gambar 2.10 Hubungan Aktivitas Ekonomi dan Kesejahteraan
Masyarakat
117
Gambar 2.11 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 119
Gambar 3.1 Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 138
Gambar 3.2 Metode Pengumpulan Data yang akan ditempuh oleh
Peneliti
Gambar 3.3 Lingkaran Pengumpulan Data Menurut Creswel 140
Gambar 3.4 Analisa Data dalam Penelitian Kualitatif 141
Gambar 4.1 Arti dan Lambang Provinsi Riau 155
Gambar 4.2 Peta Provinsi Riau 157
Gambar 4.3 Peta Kabupaten Indragiri Hulu 158
Gambar 4.4 Pondok Pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu 160
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Khairul Ummah
Indragiri Hulu
171
Gambar 4.6 Peta Kota Dumai 175
Gambar 4.7 Pondok Pesantren Al-Amin Dumai 177
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai 184
Gambar 4.9 Peta Kota Pekanbaru 189
Gambar 4.10 Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru 191
12
Gambar 4.11 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru
199
Gambar 4.12 Peneliti Bersama Pimpinan Pondok Pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
208
Gambar 4.13 Peneliti Didepan Mini Market Daarul Barokah Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai
219
Gambar 4.14 Peneliti Bersama Santri Menunjukkan Produk Olahan
Jamur Tiram Dipondok Pesantren Al-Amin Dumai
223
Gambar 4.15 Pembukaan Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Di Balai
Latihan Kerja Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru
240
Gambar 4.16 Kegiatan Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Di Balai
Latihan Kerja Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru
242
Gambar 4.17 Peneliti Bersama Pimpinan Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
244
Gambar 4.18 Peneliti Bersama Pengurus Unit Usaha Laundry Putri Di
Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri
Hulu
252
Gambar 4.19 Peneliti Bersama Ibu-Ibu Laundry Di Pondok Pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
253
Gambar 4.20 Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Pondok
Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
254
Gambar 4.21 Jamur Tiram Di Rumah Jamur Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai
257
Gambar 4.22 Peneliti Bersama Pengelola Rumah Jamur Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai
258
Gambar 4.23 Peneliti Membungkus Jamur Tiram yang baru dipanen
bersama Santri
265
Gambar 4.24 Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai
268
13
Gambar 4.25 Model Peberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Pondok
Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
284
Gambar 4.26 Peneliti Bersama Santri Di Pondok Pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
287
Gambar 4.27 Papan Penyerahan Bantuan Rumah Jamur Dari Bank
Indonesia Tahun 2017 Untuk Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai
294
Gambar 4.28 Peneliti Berada Di Rumah Jamur Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai
295
Gambar 4.29 Produk Olahan Jamur Tiram Di Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai
302
Gambar 4.30 Peserta Pelatihan Life Skill di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
306
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akar sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari pesantren. Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua dan
dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang mengandung makna
keaslian Indonesia (indigenous).2 Pesantren memiliki kontribusi dalam
mewarnai perjalanan sejarah bangsa ini. Kontribusi ini tidak hanya
berkaitan dengan aspek pendidikan semata, tetapi juga berkaitan dengan
bidang-bidang lain dalam skala yang lebih luas.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama di
Indonesia yang ada dan mendukung keberlangsungan sistem pendidikan
nasional. Selama ini tidak diragukan lagi kontribusinya dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak kader-kader
intelektual yang siap untuk mengapresiasikan potensi keilmuannya di
masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan munculnya para tokoh
pemimpin yang berkaliber nasional maupun internasional yang lahir dari
pesantren.
Secara historis, pesantren merupakan basis pertahanan bangsa
dalam melawan penjajah untuk mewujudkan kemerdekaan. Oleh karena
itu, pesantren berfungsi sebagai pencetak kader bangsa yang benar-
benar patriotik; kader yang rela mati demi memperjuangkan bangsa,
sanggup mengorbankan seluruh waktu, harta bahkan jiwanya.3
Menilik dari usia pondok pesantren maka dapat dikatakan bahwa
pondok pesantren telah menjadi milik budaya bangsa Indonesia dalam
dunia pendidikan dan telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
2Ahmad Mutohar dan Nurul Anam, Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam dan
Pesantren, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) hal. 178 3Muhammad Ali anwar, Manajemen Kelembagaan Pondok Pesantren; Strategi Dan
Pengembangan Di tengah Modernisasi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Ilmu, 2017) hal. V
1
2
Pesantren muncul sebagai sebuah komunitas kehidupan yang memiliki
kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas - aktivitas kreatif yang
menggunakan pendidikan alternatif yang menggabungkan pendidikan dan
pengajaran dalam pembangunan komunitas.
Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik dan kyai
adalah lima elemen dasar tradisi pesantren. Di Indonesia, orang biasanya
membedakan kelas-kelas pesantren dalam tiga kelompok, yaitu pesantren
kecil dengan jumlah santri biasanya di bawah 1.000 orang dan
pengaruhnya pada tingkat kabupaten, pesantren menengah dengan
jumlah santri 1.000 – 2.000 dan pengaruhnya dari beberapa kabupaten,
dan pesantren besar biasanya memiliki santri lebih dari 2.000 orang yang
berasal dari berbagai kabupaten dan provinsi.4
Ada lima klasifikasi tentang tingkat keanekaragaman pranata
komponen suatu pesantren, yaitu :
1. Pondok Pesantren Salaf/Klasik : yaitu Pondok pesantren yang
didalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan
sorongan) dan sistem klasikal (madrasah) salaf.
2. Pondok pesantren semi berkembang; yaitu pondok pesantren
yang didalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan
sorongan) dan sistem klasikal (madrasah) swasta dengan
kurikulum 90 % agama dan 10 % umum.
3. Pondok pesantren berkembang; yaitu pondok pesantren seperti
semi berkembang, hanya saja sudah lebih bervariasi dalam
bidang kurikulumnya, yakni 70 % agama dan 30 % umum.
Disamping itu juga diselenggarakan madrasah SKB Tiga
Menteri dengan penambahan diniyah.
4. Pondok Pesantren Khalaf/Modern; yaitu seperti pondok
pesantren berkembang, hanya saja sudah lebih lengkap
lembaga pendidikan yang ada di dalamnya, antara lain
4Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya
mengenai masa depan Indonesia) Edisi Revisi, ( Jakarta : LP3Es, 2011 ) hal. 79
3
diselenggarakan sekolah umum dengan penambahan diniyah
(praktek membaca kitab salaf), perguruan tinggi umum maupun
agama, bentuk koperasi dan dilengkapi dengan pembelajaran
bahasa Arab dan Inggris
5. Pondok pesantren ideal; yaitu sebagaimana bentuk pondok
pesantren modern hanya saja lembaga pendidikan yang ada
lebih lengkap, terutama bidang keterampilan yang meliputi
pertanian, teknik, perikanan, perbankan dan benar-benar
memperhatikan kualitasnya dengan tidak menggeser ciri khusus
kepesantrenannya yang masih relevan dengan kebutuhan
masyarakat/perkembangan zaman.5
Eksistensi pondok pesantren telah lama mendapat pengakuan dari
masyarakat. Kiprah pesantren cukup besar dalam ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa serta memberikan sumbangsih yang cukup signifikan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Selain itu, pesantren bisa dipandang
sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan mental, lembaga dakwah
dan paling populer adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang
mengalami romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan
internal maupun eksternal.
Kemampuan pesantren untuk survive hingga kini merupakan
kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Hal ini sangat beralasan, sebab di
tengah derasnya arus globalisasi, dunia pesantren masih konsisten
dengan kitab kuning (kitab Klasik) yang merupakan elemen dasar dari
tradisi pesantren. Doktrin-doktrin dalam kitab kuning yang senantiasa
merujuk pada Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi sebagai sumber utama yang
menjiwai kehidupan pesantren.
Pesantren tumbuh dari bawah atas kehendak masyarakat yang
terdiri dari kyai, santri dan masyarakat sekitar. Di antara mereka, kyai
memiliki peranan paling dominan dalam mewujudkan sekaligus
5M.Ridwan Nashir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren
Ditengah Arus Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 ) hal. 88
4
mengembangkan pesantren. Sementara santri dan masyarakat luas
berperan dalam mendukung dan mengembangkan pesantren.
Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan
yang besar jumlahnya dan luas penyebarannya di berbagai pelosok tanah
air telah banyak berperan membentuk manusia Indonesia yang religius.
Peran pesantren di masa lalu tampak paling menonjol dalam hal
menggerakkan, memimpin dan melakukan perjuangan mengusir penjajah.
Dikalangan umat Islam sendiri, tampaknya pesantren telah dianggap
sebagai model institusi pendidikan yang memiliki keunggulan baik dari
segi tradisi keilmuannya maupun dari sisi transmisi dan internalisasi
moralitas umat Islam.
Hingga saat ini, tradisi pesantren tetap tenang dengan keanggunan
dan keberagaman keunikannya. Usia yang sudah setua masuknya Islam
di Indonesia tidak menjadi kendala baginya untuk terus melanjutkan dan
memperjuangkan cita-cita luhurnya; berjuang dan berkarya, membina
masyarakat, mendidik generasi-generasi muslim Indonesia supaya
menjadi manusia-manusia yang beriman dan berilmu, cerdas, terampil
dan berakhlak mulia.6
Sepanjang abad ke-18 sampai abad ke-20, nama pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam semakin dirasakan keberadaannya
oleh masyarakat luas sehingga kemunculan pesantren ditengah-tengah
masyarakat selalu direspons positif oleh masyarakat sehingga jumlah
pesantren di Indonesia menjadi ribuan. Keberadaan pondok pesantren
dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya saling mempengaruhi. Sebagian besar pesantren berkembang
dari adanya dukungan masyarakat. Pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat
untuk masyarakat. 7
6Baddrut Tamam, Pesantren Nalar Dan Tradisi, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015)
hal. 17 7M. Bahri Gazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, ( Jakarta : Prasati, 2003 ) hal. 14
5
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tetap istiqamah
dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu
agama (tafaqquh fi al-din) dan lembaga dakwah Islamiyah yang ikut serta
mencerdaskan bangsa. Agar pesantren dapat tetap eksis dan survive
serta tetap mampu memainkan peran yang dikehendaki untuk melahirkan
sumber daya manusia unggul yang dapat mengantisipasi perubahan yang
serba cepat, sekaligus dapat meningkatkan kualitas peran dan
kontribusinya terhadap kemajuan dan kesejahteraan bangsa, menjawab
berbagai persoalan dan tantangan yang semakin kompleks, maka
diantara bidang yang mendesak untuk dicermati sekaligus dibenahi dari
dunia pesantren.
Untuk tetap aktif, sudah barang tentu, lembaga pesantren harus
melakukan serangkaian transformasi yang disebut dinamisasi dan
modernisasi, tak terkecuali dengan pesantren-pesantren yang terdapat di
Provinsi Riau. Oleh sebab itu, seiring perubahan zaman pondok
pesantren perlu lebih diberdayakan dan diperkuat lagi. Sehingga para
santrinya diharapkan lebih memiliki mental untuk berkompetisi ketika
mereka telah menyelesaikan studinya di pesantren. Salah satu hal
penting yang harus diberdayakan adalah potensi jiwa
kewirausahaan/entrepreneurship para santri.
Pondok pesantren dan kemandirian ekonomi dalam upaya
pengembangan pesantren adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Kemandirian ekonomi adalah salah satu jawaban untuk menghadapi
kompetisi di era global. Sejak lahir dan terus berkembang sesuai dengan
percaturan kesejarahan, pondok pesantren selalu mandiri. Dengan
kekuatan yang dimilikinya, pesantren mempunyai potensi untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat terutama dalam bidang ekonomi.
Karena melakukan pemberdayaan ekonomi merupakan bentuk dakwah bil
hal dan sekaligus mengimplementasikan ilmu-ilmu yang dimilikinya
6
secara konkrit (aplikatif). Pesantren yang secara langsung bersentuhan
dengan umat bisa menjadi media pemberdayaan dibidang ekonomi.8
Ajaran Islam sangat mendorong kewirausahaan bagi umatnya,
Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar bekerja dan beramal,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al-Jumu‟ah ayat 10
yaitu:
Artinya :
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62 : 10)9
Ayat diatas jelas memberikan satu anjuran agar umat Islam bekerja
mencari karunia Allah SWT di dunia, namun hal itu juga harus dibarengi
dengan niat bahwa semua yang dilakukan oleh manusia harus dilandasi
dengan selalu ingat (berdzikir) kepada Allah SWT, agar apa yang mereka
lakukan senantiasa mendatangkan keuntungan, baik berupa keuntungan
materi maupun keuntungan mendapatkan ridho dan pahala dari Allah
SWT.
Allah SWT memberikan kemudahan kepada manusia untuk
memakmurkan bumi. Allah SWT menyeru manusia untuk berkecimpung
di dunia ekonomi, bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh
sehingga menjadi anggota yang bekerja dalam sebuah masyarakat, baik
untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain.
Dari tafsir Al-Qur‟an surah Al-Jumu‟ah ayat 10, umat manusia
diperintah untuk mencari karunia Allah SWT. Berdasarkan penjelasan dari
potongan ayat tersebut, Allah SWT ingin agar umatnya mencari apa yang
8Mohammad Nadzhir, Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren, dalam Jurnal
Economica, Volume VI/Edisi 1/ Tahun 2015 9Al-Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Lautan Lestari, 2010) hal 554
7
mereka butuhkan dengan bekerja, mencari ilmu pengetahuan, dan lain-
lain dan tidak hanya berdiam diri dalam rumah dan menunggu rezeki itu
datang kepada kita dan dari ayat tersebut pula kita diajarkan untuk selalu
disiplin dalam menunaikan ibadah wajib seperti sholat, dan selalu giat
dalam bekerja dan belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam ayat ini pula
Allah SWT memerintahkan umatnya untuk melakukan keseimbangan
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat mendatang. Kita
dibolehkan mengejar kehidupan dunia, tapi tidak boleh terlena sehingga
lupa pada kehidupan akhirat. Hal ini karena kerja yang kita lakukan telah
diniatkan semata hanya untuk mencari ridha Allah SWT, sehingga jika ada
panggilan untuk ibadah kepada-Nya, tidak boleh enggan mengerjakannya.
Dalam keadaan apapun baik tidur, berdiri, dan lain-lain kita harus
senantiasa mengingat Allah, dalam mencari karunia-Nya kita harus
menginggat Allah SWT dan tidak melakukan hal yang tidak di ridhai oleh-
Nya. Dengan demikian, Allah SWT pula akan meluaskan rezeki kepada
kita dan memberikan keberuntungan yang berlipat ganda.10
Sementara itu Rasulullah Muhammad SAW memberikan tuntunan,
bahwa salah satu cara yang paling baik dan utama untuk mencukupi
kebutuhan hidup adalah lewat hasil pekerjaan dan usaha sendiri.
Hal itu sebagaimana sabda beliau:
عى رسل الله عل الله ع را هى أى أكل هى عى الهقدام ر ض سلم قال ها أكل أحد طعاها قط خ
)أخرج التخر( السلام كاى أكل هى عهل د د عل الله دا إى ت عهل د
Artinya :
“Dari Miqdam ra. Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: Seseorang yang makan dari hasil usahanya sendiri, itu lebih baik. Sesungguhnya Nabi Daud as makan dari hasil usahanya sendiri.” (H. R. Al-Bukhori)11
10
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith Jilid 3, (Jakarta: Gema Insani, 2013) hal.387 11
Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhori, Matan Al-Bukhori Masykul: Bihasyiyah al-Sindi, juz.2 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), hal. 6
8
Dalam ajaran Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha
mendapatkan rezeki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya. Islam
juga mengajarkan kepada manusia bahwa Allah SWT maha pemurah
sehingga rezekiNya sangat luas. Bumi dan semua isinya diciptakan
sebagai lapangan kehidupan manusia untuk berusaha mencapai dan
memenuhi kebutuhan diri dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini
tertuang dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 29 yaitu :
Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.(QS 2 : 29)12
Pentingnya wirausaha sebagai salah satu alternative untuk
mengembangkan perekonomian, idealnya, kewirausahaan jangan hanya
dikembangkan di dunia usaha, kampus-kampus atau sekolah, tetapi juga
di pondok pesantren, termasuk beberapa pondok pesantren yang terdapat
di Provinsi Riau. Peran penting yang membuat nilai plus dalam pelatihan
kewirausahaan di lingkungan pesantren ialah karena mereka tidak hanya
mendapatkan ilmu-ilmu wirausaha akan tetapi juga mendapatkan nilai-
nilai keislaman serta suri tauladan yang didapat selama menjadi santri di
pondok pesantren. Hal tersebut dapat menjadi modal bagi para santri
untuk berwirausaha.
Pelatihan kewirausahaan merupakan salah satu langkah terpenting
untuk membangun dan mengembangkan ekonomi bangsa Indonesia.
Salah satu masalah mendasar yang hingga kini menjadi tantangan
terbesar bangsa Indonesia adalah masalah pembangunan ekonomi.
Padahal pembangunan ekonomilah yang akan memberikan pertumbuhan
12
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Lautan Lestari, 2010), hal. 5
9
dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Dalam hal ini, problem yang
dihadapi bangsa Indonesia adalah seiring bertambahnya sumber daya
manusia malah justru mengakibatkan bertambah banyak pula
pengangguran.
Oleh sebab itu, untuk membangun ekonomi Indonesia semakin
dirasakan pentingnya peran wirausahawan, karena pembangunan akan
lebih berhasil jika ditunjang oleh para wirausahawan yang sukses dalam
usahanya. Sebab, dari peran wirausahan inilah akan terbentuk lapangan-
lapangan kerja yang variatif. Dalam upaya membuka lapangan kerja baru,
maka diperlukan pelatihan kewirausahaan bagi beberapa komponen
masyarakat, khususnya di kalangan para santri.
Wirausaha dalam konteks pondok pesantren adalah seorang
pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem kegiatan suatu
lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain. Sebagian besar
pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di
pesantren akan datang dari kyai yang memiliki jiwa wirausaha. Wirausaha
adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam
pertualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan menerima
tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana
dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik
dalam mengerjakan pekerjaan. Kyai yang memiliki jiwa wirausaha pada
umumnya mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan
dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik
berarti tujuan disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki.
Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin jelas peluang untuk
meraihnya.
Dengan demikian, kyai yang berjiwa wirausaha harus memiliki
tujuan yang jelas dan terukur dalam mengembangkan pesantrennya.
Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi,
tujuan dan sasarannya dikembangkan kedalam indikator yang lebih terinci
10
dan terukur untuk masing-masing aspek atau dimensi. Dari indikator
tersebut juga dapat dikembangkan menjadi program dan sub-program
yang lebih memudahkan implementasinya dalam pengembangan pondok
pesantren.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang pro rakyat atau
pro masyarakat memiliki peran sebagai pemberdayaan masyarakat salah
satunya dari aspek ekonomi. Pemberdayaan merupakan salah satu aspek
manajemen untuk mengoptimalkan kinerja organisasi, lebih efektif dam
efisien dalam mewujudkan tujuan. Berkenaan dengan pemberdayaan ini
Allah SWT telah menggambarkan dalam surat Ali-Imran ayat 110 sebagai
berikut :
Artinya :
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS 3 :110)13
Ayat diatas menunjukkan akan adanya pemberian wewenang
kepada`manusia dari Tuhannya untuk menebarkan kebaikan dengan
beramal ma‟ruf nahi mungkar. Semakin banyak manusia melakukan amar
ma‟ruf nahi mungkar makin semakin tinggi derajat manusia disisi Tuhan-
Nya maupun hamba-Nya. Hal ini tentu saja menunjukkan eksistensi
manusia itu sendiri terhadap lingkungannya.
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari
kata “power” yang berarti “kekuasaan” atau “keberdayaan”. Karenanya ide
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
13
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Lautan Lestari, 2010 ) hal. 64
11
orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka.14
Istilah pemberdayaan, juga dapat diartikan sebagai upaya
memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan
masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan
pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-
keinginannya, termasuk aksebilitasnya terhadap sumber daya yang terkait
dengan pekerjaannya, aktivitas sosialnya dan lain-lain.15
Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan)
untuk menyampaikan pendapat dan memenuhi kebutuhannya, pilihan-
pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola
kelembagaan masyarakat secara bertanggung jawab demi perbaikan
kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti
perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat
dalam arti :
1) Perbaikan Ekonomi, terutama kecukupan pangan
2) Perbaikan kesejahteraan social (pendidikan dan kesehatan)
3) Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
4) Terjaminnya keamanan
5) Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut
dan kekhawatiran.16
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
14
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Pembangunan kesejahteraan Sosial dan pekerjaan Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2017) hal. 57 15
Totok Mardikanto, Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Persfektif Publik, Bandung : Alfabeta, 2017) hal. 28. 16
Ibid, hal. 28
12
keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan
dan memandirikan masyarakat.17
Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah
proses sekaligus tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan ekonomi adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah (kondisi ekonominya) dalam masyarakat. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai, dan konsep mengenai tujuan pemberdayaan ini seringkali
digunakan sebagai indicator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah
proses. Pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan memberi
kekuasaan pada pihak kedua (sasaran pemberdayaan) agar menjadi
mampu dalam bidang ekonomi.
Untuk meningkatkan perekonomian Islam memberikan motivasi
pada pemeluknya untuk bekerja keras dan mempunyai etos kerja yang
tinggi, karena Islam pada hakekatnya adalah agama yang mengajarkan
dan menganjurkan umatnya untuk meraih kekayaan hidup baik secara
material maupun spiritual. Anjuran tersebut paling tidak tercermin dalam
dua dari lima rukun Islam yaitu Zakat dan Haji. Kedua pelaksanaan rukun
Islam ini mensyaratkan adanya kekayaan atau kecukupan yang bersifat
materi. Jika pelaksanaan zakat dan ibadah haji memerlukan kecukupan
material itu, lantas mencari materi menjadi wajib hukumnya. Dengan kata
lain, rukun Islam mewajibkan umatnya untuk berkecukupan secara
material. Rasulullah SAW sendiri juga menegaskan bahwa “tangan diatas
lebih baik daripada tangan dibawah” atau lebih baik memberi dari pada
meminta.
Al-Qur‟an juga menjelaskan untuk bekerja keras dan mengajarkan
pentingnya umat Islam untuk bekerja dan memikirkan ekonominya.
Diantaranya dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashash ayat 77 yaitu :
17
Ibid, hal. 30
13
Artinya :
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS 28 : 77)18
Islam tidak menginginkan umatnya berada dalam kemiskinan,
karena akibat kemiskinan dan ketimpangan sosial bisa menyebabkan
munculnya penyimpangan akidah. Kemiskinan juga bisa menyebabkan
orang tergelincir dalam akhlak dan moralitas tercela. Karena suara perut
dapat mengalahkan suara nurani. Lilitan kesengsaraanpun bisa
mengakibatkan seseorang meragukan nilai-nilai agama.
Pondok pesantren memiliki kepedulian dengan masyarakat
sekitarnya serta memiliki visi bagi pemberdayaan masyarakat baik
dibidang spiritual maupun perekonomian. Bersinergi dengan masyarakat
dan lembaga-lembaga pemerintah ataupun non pemerintah, merupakan
upaya yang senantiasa dikembangkan oleh pihak pondok pesantren.19
Pondok Pesantren memiliki upaya-upaya untuk memberdayakan
masyarakat disekitarnya, baik dari segi kemiskinan keimanan dan
ekonomi. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Balad ayat 8 – 16 menjelaskan
tentang pemberdayaan yaitu :
18
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Lautan Lestari, 2010 ) hal. 394 19
Setyorini Pradiyati dkk, Pola Pemberdayaan Masyarakat melalui Pondok Pesantren, (Jakarta : Ditjen kelembagaan Departemen Agama RI, 2003 ) hal. 22
14
Artinya :
“ Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi Makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.” ( Qs 90 : 8 – 16 )20
Pesantren dalam melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat,
paling tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Kegiatan yang dilaksanakan harus terarah dan menguntungkan
pesantren dan masyarakat sekitar terutama masyarakat yang
lemah
b. Pelaksanaannya dilakukan oleh pesantren dan masyarakat
sendiri
c. Karena pesantren dan masyarakat yang lemah sulit untuk
bekerja sendiri-sendiri akibat kurang berdaya, maka upaya
pemberdayaan ekonomi pesantren menyangkut pula
pengembangan kegiatan usaha bersama (cooperative) dalam
kelompok yang spesifik terkait dengan unit-unit usaha yang bisa
diberdayakan kaum santri.
d. Menggerakkan partisipasi masyarakat sekitar untuk saling
membantu dalam rangka kesetiakawanan sosial. Dalam hal ini
20
Al- Qur‟an dan Terjemahannya, hal. 594
15
termasuk keikutsertaan orang-orang setempat yang telah
maju.21
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang pro rakyat atau
pro masyarakat seharusnya memberdayakan masyarakat tidak hanya dari
segi ukhrawi (spiritual) akan tetapi juga yang bersifat keduniawian seperti
wirausaha, agrobisnis pesantren berbasis masyarakat dan lain
sebagainya. Di Provinsi Riau sendiri masih tergolong sedikit pesantren
yang berbasis wirausaha yang memberdayakan masyarakat dalam
memperlancar kurikulum kewirausahaannya, seperti yang terdapat di
beberapa pondok pesantren di Provinsi Riau.
Berdasarkan hasil grand tour yang dilakukan peneliti di pondok
Pesantren yang ada di Provinsi Riau yaitu di Pondok Pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, dan
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru banyak keunggulan yang
dapat diamati dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
sebagai berikut :
Pertama, Pondok Pesantren Khairul Ummah terletak di Jalan
Jendral Sudirman Desa Batu Gajah Air Molek, Kecamatan Pasir Penyu,
Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Pondok pesantren ini berdiri
pada tanggal 17 Juli 1995 dibawah Yayasan Islam Indragiri (YASIIN) yang
didirikan oleh Alm.KH. Munashir Jufri, dan menjadi pimpinan pondok dari
tahun 1995 sampai tahun 2005. Selanjutnya dari tahun 2005 hingga
sekarang dipimpin oleh KH. Muhammad Mursyid, M.Pd.I. 22
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti lakukan terlihat bahwa
pondok pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu juga merupakan
pesantren berbasis wirausaha. Pondok Pesantren Khairul Ummah
memiliki beberapa unit usaha yaitu :
1) memiliki perkebunan kayu gaharu sebanyak 120 pohon,
21
Mohammad Nadzhir, Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren, Jurnal Economica, Volume VI edisi 1, Tahun 2015 22
Pondok Pesantren Khairul Ummah, Cahaya Dilangit Pesantren: Refleksi Dua Dasawarsa Pondok Pesantren Khairul Ummah), (Pekanbaru : Ilalang Print, 2015 ) hal. 3
16
2) perkebunan sawit seluas 20 hektar,
3) tambak ikan lele sebanyak 30 kolam dengan 9.000 ekor bibit
lele, dan koperasi pondok pesantren.23
4) Selain itu pondok pesantren bermitra dengan penjahit lokal
untuk pengadaan baju seragam santri setiap tahunnya 600
orang santri baru.
5) Unit Usaha Laundry pondok pesantren yang melibatkan ibu-ibu
di sekitar pesantren.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan pondok pesantren
KH. Muhammad Mursyid, M.Pd.I salah satu bentuk usaha yang secara
langsung melibatkan masyarakat adalah usaha loundry sebanyak 67 ibu-
ibu laundry dengan penghasilan perorang dari 1,5 juta – 2 juta perbulan.
Usaha Loundry ini sudah dilakukan sejak tahun 2010 dengan alasan
bahwa semakin bertambahnya jumlah santri yaitu 1.526 orang, tentu
membutuhkan air yang banyak dalam hal mencuci pakaian. Oleh karena
itu pondok pesantren Khairul Ummah menjadikan hal ini sebagai peluang
usaha untuk bermitra dengan masyarakat setempat. 24
Kedua, Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, dari hasil observasi
awal peneliti di lapangan, terlihat bahwa Pondok Pesantren Al-Amin
Dumai di bawah pimpinan Kyai Zainal Abidin, S.Pd.I yang berdiri sejak
tahun 2004. Beralamat di Jalan Prof. M.Yamin Bagan Keladi Dumai Barat
provinsi Riau merupakan pondok pesantren yang berbasis wirausaha dan
merupakan pusat pelatihan kewirausahaan untuk setiap pondok
pesantren yang ada di Provinsi Riau. Pondok pesantren Al-Amin Dumai
memiliki beberapa Unit usaha yaitu :25
1) Pengelolaan Mini Market Darul Barokah sejak tahun 2005 –
Sekarang. Pengelolaan mini market ini awalnya terbentuk sejak
tahun 2005 yang berupa kantin, kemudian seiring
berkembangnya usaha tersebut pemerintah kota Dumai
23
Observasi di pondok pesantren Khairul Ummah tanggal 28 Juli 2018 24
Wawancara MM, tanggal 29 Juli 2018 25
Observasi di pondok pesantren Al-Amin Dumai tanggal 15 September 2018
17
membantu melalui Bansos pada tahun 2013, sehingga
diresmikan Mini Market Darul Barokah.
2) Pengelolaan unit usaha Jamur Tiram sejak Tahun 2014 –
Sekarang. Pengelolaan Usaha jamur Tiram terus berkembang
dengan adanya permintaan dari konsumen. Tahun 2017
pengelolaan Jamur Tiram mendapat bantuan tambahan 1 Unit
Rumah Jamur dari Bank Indonesia.
3) Pengelolaan unit usaha Depot Air Minum Isi Ulang sejak Tahun
2012 – Sekarang. Pendirian Unit Usaha Depot Air Minum Isi
Ulang ini melalui investasi seorang guru pesantren.
Pengelolaan depot air minum isi ulang ini sangat dirasakan
manfaatnya terutama dilingkungan pesantren. Saat ini masih
diperuntukan untuk intern Pesantren
4) Pengelolaan unit usaha Konveksi sejak tahun 2014 - Sekarang.
Unit usaha jasa konveksi ini sejak tahun 2007 dengan modal 1
mesin jahit. Seiring dengan berkembangnya usaha jasa
tersebut pada tahun 2014 melalui program kementerian
Koperasi dan UKM mendapat bantuan peralatan mesin jahit dan
pelatihan bagi santri. Pada Tahun 2017 bekerjasama dengan
PT. Energi Sejahtera Mas Dumai untuk pengadaan seragam
karyawan 300 pasang dan juga pengadaan seragam santri.
5) Pengelolaan Unit Pengolahan Makanan (Home Industry) Sejak
Tahun 2006 – Sekarang. Berdasarkan wawancara dengan
ustad Sumariyanto sebagai pengelola/penanggung jawab
Rumah jamur bahwa pengelolaan Unit Usaha Pengelolaan
Makanan sudah memproduksi berbagai inovasi produk
makanan diantaranya berbagai olahan keripik dendeng daun
ubi, keripik daun papaya, keripik jamur tiram, keripik wortel,
18
keripik cabe, abon jamur tiram dan olahan lele seperti bakso
dan produk olahan lainnya.26
6) Pengelolaan Biogas sejak Tahun 2011-Sekarang. Pengelolaan
biogas ini untuk memanfaatkan kotoran 20 ekor sapi bantuan
dinas Perternakan provinsi Riau tahun 2008. Manfaatnya
digunakan untuk kompor dan penerangan serta pupuk. Sejak
Tahun 2015 biogas hanya dimanfaatkan untuk pupuk padat dan
pupuk cair saja yang digunakan untuk kebutuhan pertanian
pesantren.
7) Peternakan berupa 20 ekor sapi dan 15 ekor kambing dengan
melibatkan kelompok tani yang beranggotakan dari masyarakat
sekitar pondok pesantren Al-Amin Dumai.
8) Pengelolaan Pupuk Organik (Pupuk padat dan Pupuk cair).
Kegiatan ini berawal adanya peternakan sapi di pesantren dan
kelompok tani, sehingga ini mendorong pihak pesantren untuk
mengelola limbah sapi menjadi bermanfaat dengan dijadikan
Pupuk Organik baik Padat maupun cair. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pimpinan pondok Pesantren Al-amin Kiyai
Zainal Abidin, Usaha ini dimulai tahun 2008 sejak pesantren
memiliki 20 ekor sapi, tapi masih fokus dengan pupuk padat.
Dalam tempo 4 tahun, sejak 2008 hingga 2011 pesantren sudah
mampu mensuplay kebutuhan pupuk padat kurang lebih 650
ton, hasil kerjasama antar pesantren, pemerintah kota dumai
dan kelompok pertanian. Pupuk Cair organik untuk akar dan
buah sebagai hasil fermentasi baru diluncurkan bulan Agustus
2018 dengan merk Pupuk Cair Organik Al-Amin. 27
Ketiga, Berdasarkan grand tour peneliti di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru dibawah pimpinan Prof.Dr.H.Akhmad
Mujahiddin, MA yang juga merupakan orang nomor satu di UIN Sultan
26
Wawancara US, tanggal 19 September 2018 27
Wawancara ZA, tanggal 19 September 2018
19
Syarif Kasim Riau. Dalam pengembangannya pondok pesantren
Al-Mujtahadah mengembangkan program mencetak ulama yang memiliki
kualifikasi hafiz Qur‟an, menguasai kitab kuning dan penguasaan bahasa
Arab dan Inggris dengan baik. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah berdiri
diatas tanah seluas 12.500 M2 juga merupakan pondok pesantren
berbasis wirausaha.
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah merupakan sebagai komunitas
balai latihan kerja (BLK) dibidang otomotif di provinsi Riau dan memiliki
gedung pelatihan balai kerja yang setiap tahunnya secara bergiliran siswa
dari Sekolah Menengah Kejuruan propinsi Riau untuk praktek magang
dan pelatihan otomotif yang bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja
Provinsi Riau.28
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah juga memiliki perkebunan jambu
madu dan sirsak seluas 2 hektar dan pengelolaan koperasi pesantren.29
Dunia wirausaha menjadi salah satu aspek yang dapat membantu
untuk bisa survive dalam era ini. Menjadi keniscayaan apabila semua
pihak mengulik apa saja yang bisa membantu mempersiapkan sumber
daya unggul dalam dunia wirausaha. Salah satunya adalah lembaga
pendidikan pesantren dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat
sekitarnya. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis melihat bahwa
hal ini sangat penting diangkat dalam sebuah karya ilmiah secara serius,
untuk mengetahui “Mengapa manajemen kewirausahaan pondok
pesantren berhasil dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di
provinsi Riau”? Adapun judul yang diangkat dalam disertasi ini yaitu:
“Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Provinsi Riau” (Studi pada
Pondok Pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu, Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai, dan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru).
28
Observasi di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru tanggal 18 September 2018 29
Observasi di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru tanggal 18 September 2018
20
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu :
1. Bagaimana manajemen kewirausahaan pondok pesantren di
Provinsi Riau ?
2. Bagaimana model pemberdayaan ekonomi masyarakat
yang dilakukan pondok pesantren di Provinsi Riau ?
3. Sejauh mana kontribusi manajemen kewirausahaan
pondok pesantren di Provinsi Riau dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat ?
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada manajemen kewirausahaan pondok
pesantren dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di Pondok
Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai, dan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Provinsi Riau. Sasaran yang hendak dicapai adalah kyai/mudir, pengurus
pondok, ustadz/ustazah, santri, dan tenaga pengajar, staf dinas
kementerian Agama bidang Pondok Pesantren Kabupaten Kota serta
orang-orang yang kompeten lainnya yang memiliki relevansi dengan
masalah penelitian.
Begitu banyaknya fenomena-fenomena dan masalah yang
terindikasi dan ditemui pada pondok pesantren diatas dan untuk
memudahkan fokus penelitian bagi peneliti dengan segala keterbatasan
dan kemampuan baik dari segi waktu, tenaga dan biaya, maka spesifik
fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk melihat, memahami, dan menganalisis manajemen
kewirausahaan pada pondok pesantren di Provinsi Riau.
2. Untuk melihat, memahami, dan menganalisis model
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan pondok
pesantren di Provinsi Riau.
21
3. Untuk melihat, memahami, dan menganalisis kontribusi
manajemen kewirausahaan pondok pesantren di Provinsi Riau
dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, menghasilkan dan
menciptakan hal-hal sebagai berikut :
a. Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren di Provinsi Riau
b. Model Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan
Pondok Pesantren di Provinsi Riau
c. Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren di
Provinsi Riau dalam Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
2. Kegunaan penelitian, penelitian ini diharapkan berguna
secara:
a. Teoritis
1. Mengembangkan konsep dan kajian yang lebih mendalam
tentang manajemen kewirausahaan pada pondok pesantren
dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di Provinsi Riau,
sehingga diharapkan dapat menjadi dasar dan pendorong
dilakukannya penelitian yang sejenis tentang masalah
tersebut.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang Manajemen Pendidikan Islam (MPI) dan
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
manajemen kewirausahaan pada pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi Riau.
3. Melahirkan pengembangan teori baru tentang manajemen
kewirausahaan pada pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi Riau.
22
b. Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan,
khususnya tentang dalam manajemen kewirausahaan
pada pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat di Provinsi Riau.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran
dan masukan kepada Kantor Kementerian Agama Provinsi
Riau tentang dalam manajemen kewirausahaan pada
pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat di provinsi Riau.
3. Memberikan informasi dan alternatif solusi kepada para
kyai dan stake holder tentang dalam manajemen
kewirausahaan pada pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonimi masyarakat di provinsi Riau.
4. Hasil kajian penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk meneruskan
penelitian yang berhubungan dengan dalam manajemen
kewirausahaan pada pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi Riau.
23
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren
a. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung oleh
sumber-sumber daya lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan.30 Gareth R. Jones menjelaskan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber
daya manusia dan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien dan efektif.31
Banyak ahli memberikan pengertian tentang manajemen,
diantaranya sebagai berikut :
Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah suatu seni karena
untuk melakukan suatu pekerjaan dibutuhkan keterampilan khusus.
Menurut Horold dan Cyril O. Donnel, Manajemen adalah usaha untuk
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. G.R Terry
mengatakan bahwa`manajemen merupakan suatu proses khas yang
terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya.
James A.F.Stoner mendefenisikan manajemen sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Lawrence A. Appley dan Oey Liang Lee
menjelaskan bahwa sebagai seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat
strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain untuk melaksanakan
30
M.Anton, Athoillah, Dasar-dasar Manajemen, ( Bandung : Pustaka Setia, 2017 ) hal. 14 31
Gareth R. Jones., Jennifer M. George., Essentials of Contemporary Management, New York: McGraw-hill, p. 5
23
24
suatu aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.32
Manajemen secara terminologi sebagaimana dikemukakan oleh
Fridreck Taylor adalah “management, the art of management is defined as
knowing exactly what you want to do, and the seeing that they do in the
said in the bestand cheapest way.33 Manajemen adalah seni yang
ditentukan untuk mengetahui dengan sungguh-sungguh apa yang ingin
kamu lakukan dan mengawasi bahwa mereka mengerjakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang semudah-mudahnya.
Dimek menyebutkan bahwa : management is knowing where you
want to go, what shall you must avoid, what the forces are with you must
deal. And how to handle your ship, and your crew effectively and
withoutwaste. In the process of gitting there.34 Sedangkan Monday
mengartikan manajemen sebagai “the process of getting thing done
through the effort of other people”.35 Manajemen adalah suatu disiplin ilmu
untuk mengetahui kemana arah yang dituju, kesukaran apa yang harus
dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang harus dijalankan. Dan bagaimana
memimpin para guru dan staf secara efektif tanpa adanya pemborosan
dalam proses mengerjakannya.
Semua pengertian tentang manajemen diatas secara esensial
mengandung persamaan mendasar, yaitu bahwa dalam manajemen
terdapat aktivitas yang saling berhubungan baik dari segi sisi
fungsionalitasnya maupun dari tujuan yang ditargetkan sebelumnya.
Manajemen dibutuhkan oleh semua orang, kelompok, organisasi,
dan lain sebagainya untuk mengatur dan merencanakan segala hal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan
koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan,
32
Anton Athoillah, Op.Cit, hal. 16 33
Fridreck Taylor, Scientifiq Management, Happer And Breos, (New York, 1974) p. 2 34
Dimeck, The Excuite in action, ( New York, Harpen and Bross, 1954) p. 10 35
Monday, RW. Sharpin and Flippo, Management concept and practies, ( Boston: allyn and Bacon, 1988) p.9
25
pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Jadi, pada dasarnya manajemen adalah upaya mengatur segala
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana yang terdapat di
dalam surat As-Sajadah ayat 5 – 6 yaitu :
Artinya :
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. ( QS 32 : 5-6)36
Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 3 dan ayat 31 juga
menjelaskan tentang makna manajemen yaitu :
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? ( Qs 10 : 3 )37
Allah SWT memberi kabar bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah
Rabb semesta alam dan sesungguhnya Allah SWT menciptakan langit
dan bumi dalam enam hari, seperti hari-hari dunia ini. Pendapat lain
mengatakan bahwa tiap satu hari sama dengan seribu tahun dari hari-hari
36
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Lautan Lestari, 2010) hal. 415 37
Ibid, hal. 208
26
dunia, setelah itu Allah SWT bersemayam di atas „Arsy yang merupakan
makhluk yang paling agung dan merupakan atap seluruh makhluk.
Kalau orang kafir merasa heran atas diturunkannya Al-Qur'an
kepada nabi Muhammad SAW, maka apakah mereka tidak merasa heran
dengan penciptaan langit dan bumi serta segala isinya, Allah SWT maha
kuasa menurunkan Al-Qur'an kepada nabi Muhammad, sebagaimana dia
maha kuasa menciptakan langit dan bumi. Sesungguhnya Tuhan kamu
dialah Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi yang terbentang luas,
dalam enam masa untuk memberikan pelajaran kepada manusia bahwa
segala sesuatu perlu proses, melalui perencanaan yang matang dan
dikerjakan secara maksimal.
Jika Allah SWT menghendaki, maka dia maha kuasa menciptakan
keduanya dalam sekejap. Setelah sempurna masa penciptaan langit dan
bumi, kemudian dia bersemayam di atas 'arsy, singgasana untuk
mengatur segala urusan makhluk-Nya. Tidak ada yang dapat memberi
syafaat, yakni pertolongan pada hari kiamat untuk mendapat keringanan
atau terbebas dari azab Allah SWT kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah
Allah SWT, zat yang maha agung, Tuhanmu yang memelihara dan
membimbingmu, maka sembahlah dia, karena hanya dia yang berhak
disembah, jangan mempersekutukan dia dengan apa pun. Apakah kamu
tidak mengambil pelajaran dari kesempurnaan penciptaan langit dan bumi
beserta isinya' semuanya tunduk, patuh, dan bertasbih kepada Allah SWT,
Tuhan pengatur segala urusan.
Setelah dijelaskan bahwa Allah SWT pencipta langit dan bumi, dan
hanya dia yang berhak disembah, lalu pada ayat ini dijelaskan tentang
kepastian datangnya hari kiamat. Pada hari tersebut, hanya kepada-Nya,
yakni kepada Allah SWT kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji
Allah SWT yang benar dan pasti tidak sedikit pun diragukan lagi.
Sesungguhnya dialah yang maha kuasa memulai penciptaan makhluk,
kemudian mengulanginya, yakni menghidupkannya kembali pada hari
kebangkitan, agar dia dapat memberi balasan kepada orang-orang yang
27
beriman dan mengerjakan kebajikan dengan balasan yang adil sesuai
yang mereka kerjakan. 38
Artinya :
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS 10 : 31)39
Setelah dijelaskan bahwa Tuhan sembahan orang kafir kelak di
akhirat akan lenyap dan tidak mampu memberi perlindungan kepada
penyembahnya, lalu diperintahkan kepada nabi, katakanlah wahai nabi
Muhammad SAW kepada orang-orang kafir, siapakah yang memberi
rezeki kepadamu dari langit seperti hujan dan cahaya matahari, dan
rezeki dari bumi seperti tumbuhan yang beraneka ragam, atau siapakah
yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, seperti ayam dari telur,
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, seperti telur dari ayam, dan
siapakah yang mengatur segala urusan di alam raya ini sehingga berjalan
dengan sangat teratur 'maka mereka akan menjawab Allah SWT.
Jika demikian jawaban mereka, maka katakanlah, wahai nabi
Muhammad SAW mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya' zat yang
maha pemberi rezeki, pencipta pendengaran dan penglihatan, yang kuasa
menghidupkan dan mematikan, dan maha pengatur alam raya, maka
itulah Allah SWT, dialah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada
setelah kebenaran itu melainkan kesesatan, yakni siapa pun yang tidak 38
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al Misbah Volume 10”, (Jakarta: Lentera Hati, 2012) hal.404 39
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Ibid, hal. 212
28
berkenan mengikuti kebenaran, maka yang ada tinggal kesesatan. Maka
mengapa kamu berpaling dari kebenaran.40
Adanya kata “Yudabbiru” yang berarti mengatur, mengurus, me-
manage, mengarahkan, membina, merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi. Dari kata yudabbiru muncul kata tadbir yang berarti
pengaturan. Dalam bahasa manajemen, kata pengaturan ini dapat
disamakan dengan kata pengorganisasian yang didalamnya mencakup
uraian tentang berbagai kegiatan atau program dan sekaligus membagi-
baginya sesuai dengan sumber daya manusia yang ada, waktu yang
tersedia dan lain sebagainya.41
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti
kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam. Namun, karena manusia
yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka
dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya
sebagaimana Allah SWT mengatur alam ini.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya
melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya agar tujuan
bersama bisa dicapai secara efektif, efisien, dan produktif. Dalam proses
kegiatan manajemen terdapat fungsi-fungsi pokok yang harus dilakukan
oleh seorang manajer. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah langkah awal sebelum melakukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Secara filosofis, dalam kegiatan kehidupan
sehari-hari sebenarnya kita selalu penuh dengan perencanaan. Akan
tetapi sering tidak disadari bahwa kita telah melakukan perencanaan.
Sebagai contoh, “besok kita mau ke mana? Akan mengerjakan apa?
Bagaimana caranya?” adalah suatu pertanyaan untuk perencanaan.
40
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al Misbah Volume 10”, (Jakarta: Lentera Hati, 2012) hal.450 41
Abudin Nata, Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur‟an ( Jakarta : Kencana, 2016 ) hal. 266
29
Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 3 Allah SWT berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? ( QS Yunus : 3 )42
Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa Allah SWT telah mengatur
dan merencanakan kehidupan ini dengan konsep yang tak bisa diubah
dengan semena-mena. Sesuatu yang telah terkonsep tersebut sudah
menjadi ketentuan Allah SWT, tinggal bagaimana manusia menjalankan
dan mematuhi apa yang telah Allah perintahkan bagi umat manusia.
Apapun yang terjadi di dunia ini jauh hari telah Allah SWT rencanakan.
Setiap organisasi memiliki sasaran yang akan dicapai, baik yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, fungsi
perencanaan dilakukan pada awal kegiatan yang dilakukan organisasi.
Menurut George R. Terry perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang
digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan,
karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.43
Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah yang perlu
dilakukan yaitu :
1) Menetapkan sasaran atau perangkat tujuan. Langkah ini
berkaitan dengan kebutuhan organisasi dan tujuan yang hendak
42
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hal. 208 43
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Angkasa, 2008), hal.17
30
dicapai. Dalam penentuan tujuan, disusun pula prioritas utama
dan sumber daya yang dimiliki sehingga memudahkan
pelaksanaan rencana.
2) Menentukan keadaan, situasi dan kondisi sekarang. Situasi
sekarang perlu diperhatikan sebelum perencanaan dibuat
kemudian diukur menurut kemampuan organisasi dari seluruh
komponen yang sistematik.
3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat.
Memperkuat semua faktor yang mendukung terlaksananya
perencanaan dan meminimalisir semua faktor yang akan
menghambat, demikian pula dengan antisipasi terhadap
gangguan yang akan datang secara tidak diduga.
4) Mengembangkan rencana dan menjabarkannya.
Pengembangan rencana dan penjabarannya harus dipahami
oleh seluruh pelaksana kegiatan sehingga memudahkan
tercapainya sasaran dan tujuan.44
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan
datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut mencakup
proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik
secara alamiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.
Tentang perencanaan ini Allah SWT juga telah berfirman dalam
surat al-Hasyr ayat 18 bahwa:
44
Anton Athoillah, Op.Cit, . hal. 108
31
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59 : 18 )45
Salah satu sifat orang munafik adalah menyatakan beriman kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya secara lisan, padahal mereka bukan orang
beriman sehingga nasib mereka di akhirat kekal di dalam neraka. Pada
ayat ini Allah SWT mengingatkan orang beriman agar benar-benar
bertakwa kepada Allah SWT dan memperhatikan hari esok, akhirat.
Wahai orang-orang yang beriman! kapan dan di mana saja kamu berada
bertakwalah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh melakukan
semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya; dan
hendaklah setiap orang siapa pun dia memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok, yakni untuk hidup sesudah mati, di akhirat
dengan berbuat kebaikan atas dasar iman, ditopang dengan ilmu dan hati
yang ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah SWT, sebab hidup di
dunia ini sementara, sedangkan hidup di akhirat itu abadi; dan
bertakwalah kepada Allah SWT dengan menjaga hubungan baik dengan
Allah SWT, manusia dan alam. Sungguh, Allah SWT maha teliti sekecil
apapun juga terhadap apa yang kamu kerjakan sehingga semua yang
kamu lakukan berada dalam pengetahuan Allah SWT.
Allah SWT mengingatkan orang beriman dengan berfirman, 'dan
janganlah kamu, wahai orang-orang beriman seperti orang-orang yang
lupa kepada Allah SWT, tidak menyadari bahwa Allah SWT senantiasa
mengawasi manusia dalam kehidupan ini sehingga Allah SWT
menjadikan mereka, karena pola hidup mereka yang hanya mencari
kepuasaan, kelezatan, dan kenikmatan duniawi tanpa mempertimbangkan
kebutuhan hidup sesudah mati, manusia yang lupa akan diri sendiri, yakni
manusia yang tercabut dari akar kemanusiaannya. Mereka itulah,
45
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Op.Cit, hal. 548
32
manusia yang lupa kepada Allah SWT dan lupa kepada diri sendiri adalah
orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang bergelimang dosa dan
perbuatan keji.46
Perencanaan memerlukan pemikiran yang cerdas. Setiap
perencanaan harus dapat memilih dan menentukan alternatif mana yang
terbaik sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Merencanakan berarti
memikirkan dan membuat langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan kerja nyata direalisasikan. Melalui perencanaan, dapat
diketahui kapan pelaksanaan dilakukan, kapan selesainya, dan siapa saja
yang terlibat di dalamnya.
Untuk menyusun suatu perencanaan yang baik, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
a) Jelas visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai
b) Objektif, rasional dan menantang
c) Mempunyai dasar tujuan pencapaian yang jelas
d) Fleksibel, sesuai dengan perubahan lingkungan dan tidak boleh
baku
e) Disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan individu, kelompok
dan organisasi serta tantangan dan ancaman lingkungan
f) Dapat dimplementasikan secara nyata, jangan sampai rencana
tinggal rencana atau rencana diatas kertas saja.
Perencanaan yang baik meliputi hal-hal sebagai berikut;
1) Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan
adalah baik. Standar baik dalam agama Islam adalah yang sesuai
dengan ajaran Islam. Kita tidak boleh melakukan sebuah
perencanaan untuk melakukan kegiatan usaha yang dilarang
dalam Islam.
2) Dipastikan bahawa sesuatu yang dilakukan memiliki banyak
manfaat. Manfaat ini bukan sekedar untuk orang yang melakukan
perencanaan, melainkan juga untuk orang lain.
46
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2013) hal.256
33
3) Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa
yang akan dilakukan. Untuk merencanakan, seorang manajer
harus banyak mendengar dan membaca agar ia dapat
mempertanggung-jawabkan segala sesuatu yang dilakukannya.
4) Dilakukan studi banding (benchmark). Benchmark adalah
melakukan studi terhadap praktik terbaik dari perusahaan sejenis
yang telah sukses menjalankan bisnisnya. Kita perlu melihat
pengalaman orang lain, mengapa mereka sukses? Apa yang
mereka lakukan? Bagaimana mereka melakukan sebuah
perencanaan?.
5) Dipikirkan prosesnya. Proses seperti apa yang akan dilakukan?
Apakah proses itu tetap? Seperti apa hasil dan proses yang
direncanakan itu?.47
47
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan ( Bandung: Pustaka Setia, 2013) hal.65
34
Gambar 2.1 Perencanaan yang Baik
Perencanaan juga dapat meminimalkan kegiatan-kegiatan yang
tidak produktif sehingga dapat menghemat biaya, tenaga dan waktu.
Selain itu pula, perencanaan dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan
serta mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah sejumlah kegiatan
yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan
tidak dapat dilepaskan dari unsur pelaksanaan dan pengawasan termasuk
pemantauan, penilaian, dan pelaporan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah suatu proses menghubungkan orang-
orang yang terlibat dalm organisasi tertentu dan menyatu-padukan tugas
dan fungsinya dalam organisasi. Dalam proses pengorganisasian
dilakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
terperinci berdasarkan bagian dan bidangnya masing-masing sehingga
Perencanaan yang baik
Didasarkan pada sebuah keyakinan
yang dilakukan itu baik
Dipastikan bahwa sesuatu yang
dilakukan banyak manfaatnya
Dipikirkan prosesnya
Didasarkan pada ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan apa yang
akan dilakukan
Dilakukan studi banding (benchmark)
35
terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang sinergitas, koperatif yang
harmonis dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama.48
Prinsip pengorganisasian adalah kebermaknaan, keluwesan dan
kedinamisan. Dan pengorganisasian perlu dilakukan dalam urutan
kegiatan dan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Sedangkan kegiatan pengorganisasian mencakup:
a) Membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok.
b) Membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan
pengelompokan tersebut.
c) Menetapkan wewenang di antara kelompok atau unit-unit
organisasi.49
Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi manajemen yang
menggabungkan sumber daya manusia dan bahan melalui struktur formal
dari tugas dan kewenangan. Hasil dari proses pengorganisasian adalah
organisasi (organization) adalah sekelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama.
Boone dan Kurzt dalam Nana Herdian menggambarkan langkah-
langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu sebagai berikut :
48
Anton Athoillah, Op.Cit, hal. 111 49
George R. Terry, Loc.Cit, hal. 17
36
Gambar 2.2 Langkah-langkah Pengorganisasian
3. Pelaksanaan (Actuating)
Actuating adalah kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan
agar para pekerja melakukan tugas dan kewajibannya. Para pekerja
sesuai dengan keahlian dan proporsinya segera melaksanakan rencana
dalam aktivitas yang konkret yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan, dengan selalu mengadakan komunikasi, hubungan
kemanusiaan yang baik, kepemimpinan yang efektif, memberikan
1. Menentukan aktivitas kerja khusus yang diperlukan
untuk mengimplementasikan rencana dan mencapai
tujuan
2. Mengelompokkan aktivitas kerja kedalam pola logis
atau struktur
3. Menyerahkan aktivitas ke posisi dan orang yang
spesifik serta mengalokasikan sumber daya yang
dibutuhkan
4. Mengoordinasikan aktivitas dari kelompok dan individu
yang berbeda
5. Mengevaluasi hasil dari proses pengorganisasian
37
motivasi, membuat perintah dan instruksi serta mengadakan supervisi,
dengan meningkatkan sikap dan moral anggota kelompok kelompok. 50
Dalam actuating terdapat hal-hal sebagai berikut :
a) Penetapan saat awal pelaksanaan rencana kerja
b) Pemberian contoh tata cara pelaksanaan kerja dari pimpinan
c) Pemberian motivasi para pekerja untuk segera bekerja sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
d) Pengkomunikasikan seluruh arah pekerjaan dengan semua unit
kerja
e) Pembinaan para pekerja
f) Peningkatan mutu dan kualitas kerja
g) Pengawasan kinerja dan moralitas pekerja.51
Pelaksanaan (actuating) adalah fungsi manajer yang amat penting.
Semua usaha kelompok memerlukan pelaksanaan kalau menginginkan
usaha itu berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Pelaksanaan
adalah kegiatan pimpinan untuk membimbing, menggerakkan, mengatur
segala kegiatan yang tidak diberikan dalam melaksanakan kegiatan
usaha.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan atau controlling disebut juga pengendalian yaitu
mengadakan pemantauan dan koreksi sehingga bawahan dapat
melakukan tugasnya dengan benar sesuai tujuan semula.52Controlling
mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan
dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan
penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki agar
tujuan-tujuan dapattercapai dengan baik.53
50
Anton Thoillah, Op.Cit, hal. 116 51
Ibid, hal. 116 52
Badrudin, Op.Cit, hal. 17 53
George R. Terry, Op.Cit, hal. 18
38
Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan
yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Pengawasan dalam ajaran Islam terbagi menjadi dua hal yaitu:
Pertama, control yang berasal dari diri sendiri, yang bersumber dari
tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Seseorang yang yakin bahwa
Allah SWT pasti mengawasi hamba-Nya, ia akan bertindak hati-hati.
Dalam Al-Qur‟an disebutkan surat Al-Mujadillah ayat 7 yaitu:
Artinya ;
tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.( Qs 58 : 7 )54
Pengawasan yang paling efektif yang berasal dari dalam diri sendiri,
intinya adalah menghadirkan Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Pengawasan akan lebih efektif jika sistem pengawasan
tersebut juga dilakukan dari luar diri sendiri. Sistem pengawasan itu dapat
terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan
dengan penyelesaian tugas yang didelegasikan, kesesuaian anatara
penyelesaian tugas dan perencanaan tugas.55
Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai
tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, 54
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Lautan Bestari, 2010) hal. 675 55
Nana Herdiana Abdurrahman, manajemen Bisnis syariah dan kewirausahaan ( Bandung : Pustaka ) hal. 137
39
pengawasan mengandung makna pula sebagai: “pengamatan atas
pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk
menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan peraturan” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan
dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan,
sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya”.
Dengan demikian peranan pengawasan ini sangat menentukan
baik atau buruknya pelaksanaan suatu rencana. pengawasan juga dapat
didefenisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu
standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Dari defenisi diatas, manajemen dapat disederhanakan ke dalam
empat fungsi dasar, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling),
seperti tersaji dalam skema proses dibawah ini:
Gambar 2.3 : Skema Fungsi Manajemen56
Feedback
Jadi yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja yang melibatkan proses perencanaan, pengorganisasian
56
Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2015) hal. 27
Perencanaan
(planning)
Pengorganisasian
(Organizing) Pelaksanaan
(actuating)
Pengawasan
(Controlling)
40
dan pengawasan agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara
sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat, dan lengkap
sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan
efisien.
b. Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam
bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam
bahasa Belanda. Sedangkan dalam bahasa Indonesia dengan nama
kewirausahaan. Kata Entreprenuer berasal dari bahasa perancis yaitu
entreprendre yang berarti petualang, pengambil resiko, kontraktor,
pengusaha dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya. 57
Entreprendre secara harfiah berarti mengambil langkah memasuki
suatu aktivitas tertentu atau menyambut tantangan. Jadi pada makna kata
entrepreneur itu terdapat tiga hal penting, yaitu; creativity-innovation,
opportunity creation dan calculated risk-taking. Jika entrepreneur itu
dimengerti dalam tiga hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa setiap
manusia terlahir sebagai entrepreneur dengan potensi kreatif-inovatif,
pencipta peluang yang handal dan pengambil resiko yang berani. 58
Istilah wiraswasta muncul sekitar pertengahan tahun 1970-an
sebagai padanan kata entrepreneur. Kata wiraswasta atas wira, swa dan
sta. Wira berarti luhur, utama, keteladanan, jiwa ksatria (berani karena
benar) atau jiwa besar (mau mengalah demi kebaikan); swa berarti sendiri
atau mandiri; sedangkan sta berarti berdiri. Entrepreneur sebagai sebuah
istilah yang hampir sepadan dengan wiraswasta pertama kali dikemukan
oleh Richard Cantillon pada awal abad XVIII. Istilah tersebut awalnya
berhubungan dengan suatu fungsi pokok dalam hal penanggungan resiko
tanpa jaminan, artinya seseorang mengerjakan suatu proyek dan
57
Made Dharmawati, Kewirausahaan, ( Jakarta : Rajawali Press, 2016 ) hal. 4 58
Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Islam Dan Kearifan Lokal, ( Jakarta : Diadit Media Press, 2011) hal. 75
41
menanggung resiko dalam pelaksanaannya terutama dalam resiko
keuangan. 59
Kewirausahaan adalah proses memulai suatu bisnis baru, biasanya
dalam menjawab peluang yang muncul. Seorang entrepreneur mengejar
peluang dengan mengubah, merombak, mengganti atau memperkenalkan
produk atau layanan baru.60 Kata wirausaha berkaitan dengan kegiatan
usaha atau kegiatan bisnis pada umumnya. Wirausahawan adalah
seseorang yang memiliki kemampuan menilai peluang-peluang usaha
(bisnis) dan mengkombinasikan berbagai macam sumber daya
(resources) yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk
meraih keuntungan di masa depan. Wirausaha pada hakekatnya adalah
sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam
mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.61
Kewirausahaan adalah perubahan stuktur dalam bidang ekonomi.
Inovasi para wirausahawan dilakukan dengan kombinasi baru.62 Intinya
seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha
dan memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya.
Roh kewirausahaan adalah kreativitas. Kreativitas didefenisikan
secara berbeda-beda. Namun demikian semua mengacu pada
kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang baru. Produk kreatif lahir dari
proses kreatif yang identik dengan tipe berpikir divergen yang berusaha
melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan
menjadi menjadi suatu produk atau pemikiran baru. Proses kreatif itu
merentang dari; pengumpulan informasi, inkubasi, iluminasi,
verifikasi/evaluasi dan aplikasi.63
59
Agus Siswanto, The Power Of Islamic Entrepreneurship : Energi Kewirausahaan Islami, (Jakarta : Amzah, 2016) hal. 34 60
Stephen P. Robbins - Mary Coultr, Alih Bahasa Bob Sabran, Manajemen Jilid 2 ( Jakarta : Erlangga, 2016 ) hal. 239 61
Ibid, hal. 29. 62
Mark Casson, Alih bahasa Benri Sjah, Entrepreneuship: Teori, Jejaring, Sejarah ( Jakarta : Rajawali Press, 2016) hal. 6 63
Fadlullah, Op.cit. hal 78
42
Gambar 2.4
Proses Kreatifitas Kewirausahaan
Kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari kualitas respons
seseorang terhadap masalah yang dihadapinya. Sejauh manakah ia
memiliki keunikan dan berbeda dari kebanyakan orang dalam upaya
pemecahan masalah.
Untuk mengetahui perkembangan pendapat para ahli tentang
entrepreneurship, Robert D.Hisrich dan Michael P. Peters yang dikutip
Buchari Alma memformulasikan secara singkat dan padat tentang
gambaran perkembangan teori dan defenisi wirausaha atau entrepreneur
sebagai berikut :
1) Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis yang kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi between taker
(pengambil) atau go-between (perantara)
2) Pada pertengahan, istilah entrepreneur berarti aktor atau orang
yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar.
3) Pada abad XVII, entrepreneur diartikan sebagai orang yang
menanggung resiko untung-rugi dalam mengadakan kontrak
pekerjaan bersama pemerintah dengan menggunakan harga
tetap (fixed price).
LIMA TAHAPAN PROSES KREATIF
PERSIAPAN INKUBASI ILUMINASI VERIFIKASI APLIKASI
Mendefinisikan
masalah, tujuan
atau tantangan,
pengumpulan
informasi
Mencerna fakta-
fakta dan
mengolahnya
dalam pikiran
Mendesak
kepermukaanga
gasan-gagasan
muncul
Memastikan
apakah solusi itu
benar-benar
memecahkan
masalah
Mengambil
langkah-langkah
untuk menindak
lanjuti solusi
tersebut
43
4) Pada Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan bahwa
entrepreneur sebagai orang yang menanggung resiko berbeda
dengan orang yang memberi modal.
5) Pada tahun 1797, Bedeau menyatakan bahwa wirausaha ialah
orang yang menanggung resiko, merencanakan supervise,
mengorganisasikan dan memiliki.
6) Pada tahun 1803, Jean Baptiste Say menyatakan adanya
pemisahan antara keuntungan untuk entrepreneur dan
keuntungan untuk pemilik modal.
7) Pada tahun 1876, Francis Walker membedakan orang yang
menyediakan modal dan menerima bunga dengan orang yang
menerima keuntungan karena keberhasilannya memimpin
usaha.
8) Pada tahun 1934, Joseph Schumpeter mengemukakan bahwa
entrepreneur adalah seorang innovator dan mengembangkan
teknologi.
9) Pada tahun 1961, David McClelland menyatakan bahwa
entrepreneur adalah seseorang yang energik dan membatasi
resiko.
10) Pada tahun 1964, Peter Drucker berpendapat bahwa
entrepreneur adalah orang yang mampu memanfaatkan
peluang.
11) Pada tahun 1975, Albert Shapero mengartikan entrepreneur
dengan seseorang yang memiliki, mengorganisasi mekanisme
social dan ekonomis serta menerima resiko kegagalan
12) Pada tahun 1980, Karl Vesper membedakan entrepreneur
dengan ahli ekonomi, psikolog, pebisnis dan politikus.
13) Pada tahun 1983, Gifford Pinchot berpandangan bahwa
intrapreneur adalah seorang entrepreneur dari dalam organisasi
yang sudah ada atau organisasi yang sudah berjalan.
44
14) Pada tahun 1985, Robert Hisrich berpendapat bahwa
entrepreneur adalah proses menciptakan sesuatu yang berbeda
dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaga; menanggung
resiko keuangan, kejiwaan dan social serta menerima balas
jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadi.64
Peter F Drucker dalam Kasmir mengatakan bahwa kewirausahaan
merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.65 Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang
wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Sementara itu, Zemmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan
dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).66
Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas, artinya
untuk menciptakan sesuatu diperlukan suatu kreativitas dan jiwa innovator
yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa inovator tentu
berpikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih
baik dari sebelumnya.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan
kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya
kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu
yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi
tersebut pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat
banyak.
64
Buchari Alma, Kewirausahaan, ( Bandung: Alfabeta, 2004) cet-7, hal. 23 65
Kasmir, Kewirausahaan, ( Jakarta : Rajawali Press, 2011 ) hal. 20 66
Ibid, hal. 20
45
Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini
digambarkan oleh Bygrave dalam Buchari menjadi urutan langkah berikut
ini :
Gambar 2.5
Model Proses Kewirausahaan67
1. Proses Inovasi
Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah
keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan
menanggung resiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman.
Adanya inovasi yang berasal dari diri seseorang akan medorong
dia mencari pemicu kearah memulai usaha. Sedangkan faktor
environment mendorong inovasi adalah adanya peluang,
pengalaman dan kreativitas.
2. Proses Pemicu
Faktor personal yang mendorong Triggering Event artinya yang
memicu seseorang untuk terjun kedunia bisnis adalah:
Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang
Adanya pemutusan hubungan kerja dan tidak ada pekerjaan
lain
67
Buchari Alma, Kewirausahaan, ( Bandung: Alfabeta, 2017) hal 10
Innovation (Inovasi)
Implementation ( Pelaksanaan)
Triggering Event (Pemicu)
Growth (Pertumbuhan)
46
Dorongan karena faktor usia
Keberanian menanggung resiko
Dan komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis.
Faktor-faktot environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis
adalah :
Adanya persaingan dalam dunia kehidupan
Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya
tabungan, modal, warisan, lokasi yang strategis
Mengikuti latihan-latihan atau incubator bisnis
Kebijakan pemerintah misalnya fasilitas kredit, bimbingan
usaha yang dilakukan dinas tenaga kerja.
3. Proses Pelaksanaan
Faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis
sebagai berikut :
Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara
total
Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan,
pembantu utama
Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis
Adanya visi, pandangan yang juah kedepan guna memcapai
keberhasilan
4. Proses Pertumbuhan
Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor organisasi antara
lain:
Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha
sehingga semua rencana dan pelaksanaan operasional
berjalan produktif
Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang
kompak
Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah
membudaya
47
Adanya produk yang dibanggakan atau keistimewaan yang
dimiliki misalnya kualitas makanan, lokasi usaha,
manajemen dan sebagainya.
Menurut Kasmir, secara sederhana arti wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi
rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. 68
Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari,
memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan. Resiko kerugian merupakan hal biasa karena
mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan,
semakin besar pula keuntungan resiko kerugian yang bakal dihadapi,
semakin besar pula peluang keuntungan yang diraih. Tidak ada istilah rugi
selama seseorang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan
penuh perhitungan. Inilah yang disebut jiwa wirausaha. Jiwa
kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan
mengelola usaha secara professional.69
Wirausaha atau entrepreneur sebagai pelaku dari aktivitas
kewirausahaan secara spesifik memiliki ciri-ciri pribadi dan watak yang
signifikan dengan tuntutan atau konsekuensi dari aktivitas kewirausahaan.
Ciri-ciri itu adalah:
Memiliki visi
Memiliki komitmen
Percaya diri
Disiplin
Siap mengambil resiko
Memperdulikan konsumen dan
Memiliki kreativitas70
68
Kasmir, Kewirausahaan, ( Jakarta : Raja Wali Press, 2011 ) hal 19 69
Ibid, hal. 16-17 70
Agus Siswanto, Op.cit, hal. 42
48
Selain ciri-ciri diatas, ada satu aspek lain yang juga terkait sangat
erat, yakni masalah mentalitas. Berikut ini penjelasan mengenai
mentalitas yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha yaitu :
Komitmen Kuat, keteguhan hati dan kegigihan
Seorang wirausaha memiliki komitmen yang kuat dan kegigihan
dalam setiap langkah usahanya. Tanpa itu ia tidak akan bisa
bersaing didunia usaha, apalagi ingin memerangi sebuah
kompetisi bisnis
Kemauan untuk berhasil dan tumbuh
Mental wirausaha sejati adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk maju dan berkembang. Sikap ingin maju
dibuktikan dengan kesungguhannya dalam melakukan inovasi-
inovasi bisnis
Beorientasi pada peluang bisnis dan target
Seorang wirausaha memiliki naluri yang kuat dalam melihat
sebuah peluang. Ketika melihatnya ia segera menerapkan
strategi untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut.
Tanggung jawab
Mentalitas seorang wirausaha sejati tampak dari sikapnya
terhadap usahanya tersebut. Ia akan bertanggung jawab
terhadap segala resiko yang harus diambilnya dalam
menjalankan usaha.
Tekun dan sabar dalam menghadapi umpan balik
Umpan balik dan berbagai pihak oleh seorang wirausaha
dijadikan pemicu bagi keberhasilannya. Ia tidak akan
memandang bahwa hal tersebut adalah tantangan. Sebaliknya
hal tersebut adalah peluang yang harus dimanfaatkan.
Berani mengambil dan mengkalkulasi resiko
Resiko dalam berwirausaha akan selalu ada. Oleh karena itu,
seorang wirausaha harus siap untuk menghadapinya. Lebih dari
itu, ia mampu untuk mengatur resiko tersebut.
49
Tidak terlalu memperdulikan status dan kekuasaan
Bagi wirausaha sejati, kekuasaan dan kekayaan bukanlah
tujuan utama. Ia lebih melihat proses dan kepuasan yang ia
peroleh ketika sebuah usaha berhasil. Selain itu, kepuasan
karena mampu memberikan lapangan kerja kepada orang lain
merupakan kepuasan yang tidak bisa digantikan.
Integritas
Seorang wirausaha memiliki integritas yang tinggi dalam setiap
langkah-langkah usaha yang dilakukannya. Ia memiliki
komitmen yang tinggi dan siap dalam menghadapi tantangan
yang ada. Ia tidak mau melakukan hal-hal yang dapat
mengurangi nilai integritas dirinya terutama dalam usaha
bisnisnya. 71
Menurut pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk
berwirausaha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia karena keberadaannya sebagai khalifah dimuka bumi
dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang
lebih baik. Dalam Islam, anjuran untuk berusaha dan giat bekerja sebagai
bentuk realisasi dari kekhalifahan manusia, sebagaimana yang tercermin
dalam Al Qur‟an surat Al-Jumu‟ah ayat 10 yaitu:
Artinya:
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung. (QS. 62 : 10)72
71
Ibid, hal 45 72
Departemen Agama, Al Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta: Salim, 2011),hal. 555.
50
Apabila telah ditunaikan shalat, maka jika kamu mau, maka
bertebaranlah dimuka bumi unutuk tujuan apapun yang dibenarkan Allah
SWT, karena karunia Allah SWT sangat banyak dan tidak mungkin kamu
dapat mengambil seluruhnya, dan ingatlah Allah banyak-banyak jangan
sampai kesungguhan kamu mencari karunia-Nya itu melengahkan kamu.
Berdzikirlah dari saat ke saat dan disetiap tempat dengan hati atau
bersama lidah kamu supaya kamu beruntung memperoleh apa yang kamu
dambakan.73
Adapun keterkaitan ayat ini dengan kewirausahaan bahwa ayat ini
menganjurkan seorang muslim tidak boleh bermalas-malasan dalam
mencari rezeki untuk memenuhui kebutuhan hidupnya, karena perintah
agar selesai sholat bertebaran di muka bumi mencari rezeki yang
diungkapkan dalam bentuk “amr” atau perintah, mengandung arti segera,
kecuali waktu untuk istirahat dan waktu untuk sholat.
Konsep beruntung dalam Islam memiliki tiga dimensi waktu, yaitu
untung dalam jangka pendek (dunia), untung dalam jangka menengah
(alam kubur) dan untung dalam jangka panjang (akhirat). Oleh karena itu,
berbisnis seharusnya tidak berhenti untuk bisnis itu sendiri, bukan pula
sekedar mencari uang tetapi sekaligus sebagai ibadah. Itulah sebabnya
bahwa kesungguhan dalam mengerjakan shalat atau menunaikan puasa
dibulan Ramadhan seharusnya sama semangatnya dalam
usaha/berbisnis.
Posisi bekerja dalam Islam sebagai salah satu kewajiban bagi umat
islam. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan ikhlas maka bekerja itu
bernilai ibadah. Dengan bekerja tidak saja menghidupi diri sendiri, tetapi
juga menghidupi orang-orang yang ada dalam tanggungan dan bahkan
bila sudah berkecukupan dapat memberikan sebagian dari hasil kerjanya
untuk menolong orang lain yang memerlukannya.74 Islam memberikan
keleluasan untuk menjalankan usaha atau bisnis apapun sepanjang itu
73
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2008), hal. 230. 74
Ma‟ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syariah (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hal. 23.
51
tidak termasuk dalam kategori yang diharamkan oleh syariat Islam, dalam
konteks ini berarti semua yang dilakukan oleh manusia termasuk dalam
berwirausaha akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Ajaran Islam sangat mendorong entrepreneurship bagi umatnya,
Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar bekerja dan beramal,
sebagaimana firman Allah:
Artinya:
dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 9 : 105)75
Etos kerja pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam
tentang manusia karena etos kerja adalah bagian dari proses eksistensi
diri manusia dalam lapangan kehidupan yang amat luas dan kompleks.
Dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 30 -33 menjelaskan;
75
Al Quran dan Terjemahannya, Op. Cit., hal. 204.
52
Artinya :
(30)ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (31). dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(32). mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, (33). Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" ( QS 2 : 30-33)76
Dan dalam surat Hud ayat 61 juga dijelaskan;
Artinya :
dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." ( Qs 11 : 61 )77
76
Al-Qur‟an dan Terjemahannya ( Jakarta : Lautan Bestari, 2010) hal. 17 77
Al-Qur‟an dan Terjemahannya ( Jakarta : Lautan Bestari, 2010) hal. 287
53
Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa manusia diangkat oleh Allah SWT
menjadi wakil-Nya dimuka bumi agar manusia dapat memakmurkannya.
Dalam konteks ini, konsep khalifah tidak dilihat dari sudut pandang politik,
tetapi lebih pada realisasi eksistensi diri (individualitas) manusi dalam
berbagai bidang kehidupannya. Konsep khalifah pada prinsipnya terletak
pada kemampuan seseorang dalam membangun pengetahuan
konseptual sehingga dengan konseptualnya itu manusia dipilih menjadi
khalifah ketimbang lainnya (malaikat dan jin), untuk meneruskan proses
penciptaan dimuka bumi seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat
Al-Fathir ayat 1 yaitu;
Artinya :
segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Qs 35 : 1)78
Etos kerja adalah rajutan nilai-nilai yang membentuk kepribadian
seseorang dalam bekerja. Etos kerja pada hakikatnya dibentuk dan
dipengaruhi oleh sistem nilai-nilai yang dianut oleh seseorang dalam
bekerja, yang kemudian membentuk semangat yang membedakannya
antara yang satu dan yang lainnya.
Bekerja merupakan bagian yang penting dalam ibadah maka
bagaimana bekerja atau bagaimana cara mencari uang dan harta juga
harus sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Islam memandang penting
semua itu agar manusia lebih mudah menjalankan bentuk-bentuk ibadah
lainnya seperti untuk memberi nafkah keluarga, menyantuni anak yatim
dan kaum dhua‟fa, membayar zakat dan naik haji. Dengan demikian
78
Al-Qur‟an dan Terjemahannya ( Jakarta : Lautan Bestari, 2010) hal. 345
54
bercita-cita menjadi kaya dan bekerja keras sebagai aktualisasinya
termasuk ibadah.
Semangat bekerja keras dan kemandirian yang merupakan inti dari
kewirausahaan telah digambarkan dalam ajaran Islam. Setidaknya
terdapat beberapa ayat al-Qur‟an maupun hadis yang dapat menjadi
rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian.
تر، عل اله سلم قال ل الله صل الله عل الع عى عتد الله اتى عهر: اى رس دق ذكر الص
الد الع ل، ر هى الد الس الهسأل: الد العلا خ ا ه ائل. ) اخرج التخار ل الس الس ق، لا اله
) السائ هسلم
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda di atas mimbar, ketika menyebut-nyebut sedekah, menahan diri dari meminta sedekah dan meminta-minta, tangan yang di atas (pemberi), lebih baik dari tangan dibawah (penerima). Tangan yang di atas itu penderma, sedang tangan yang dibawah peminta. (Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim dan Nasaai)79
Bekerja keras merupakan hal yang penting dari kewirausahaan.
Prinsip kerja keras dalam kewirausahaan merupakan langkah nyata yang
harus dilakukan agar dapat menghasilkan kesuksesan, tetapi harus
melalui proses yang penuh dengan tantangan atau resiko. Penghargaan
Rasulullah terhadap perdagangan sangat tinggi, bahkan beliau sendiri
adalah seorang aktivis perdagangan manca negara yang sangat andal,
serta dikenal luas di Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah, dan kota-kota
perdagangan lain dijazirah Arab.80 Teladan dari Rasulullah SAW sebagai
seorang wirausaha dapat dijadikan aset yang sangat berharga dalam
konsep kewirausahaan yang berbasis syariah. Nilai-nilai kejujuran, dapat
dipercaya, kecerdasan, dan komunikatif merupakan pilar utama yang
harus dimiliki oleh seorang wirausaha.
79
Hafizh Al Mundziry, Sunan Abu Daud (Semarang: Asy-Syifa‟, 1992), hal. 441 80
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Islamic Marketing Management (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 34
55
Sebagai pelaku bisnis dan juga seorang rasul, Nabi Muhammad
SAW tidak henti-hentinya menghimbau umatnya untuk berwirausaha guna
mencari rezeki Allah SWT yang halal. Islam mengajarkan bahwa rezeki
tidak ditunggu tapi dicari bahkan dijemput. Allah SWT menurunkan rezeki
sesuai dengan usaha yang dilakukan manusia sesuai prinsip bisnis
universal, yaitu amanah atau terpercaya, disamping mengetahui dan
memiliki keterampilan bisnis yang baik dan benar. Oleh karena itu
seberapa besar manusia mencurahkan pikiran dan tenaga, sebesar itu
pula curahan rezeki yang dikaruniakan oleh Allah.
Kemauan keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh. Orang-orang atau bangsa yang berhasil ialah
yang mau bekerja keras, tahan menderita, dan berjuang memperbaiki
nasibnya. Disamping kerja keras yang terus-menerus dilakukan dalam
kaitan dengan “pencarian dan berusaha” berdasarkan ridha-Nya, tentu
kesemuanya akan dikembalikan kepada-Nya, karena hidup dan mati,
takdir dan rezeki merupakan kekuasaan absolut diluar instrumen
rasionalitas manusia. Prestasi yang bernilai disisi Allah adalah proses
kerja seseorang.
Secara garis besar setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan
dalam konteks tujuan kewirausahaan dalam Islam, yaitu mendatangkan
kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan. Dengan kata lain
bekerja keras dalam konsep Islam bukan berarti dibolehkan dengan
sebebas-bebasnya. Islam telah memberikan batasan-batasan yang harus
dihindari agar tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Dengan demikian, wirausaha sejati adalah mereka yang memiliki
visi dan komitmen untuk menjalankan bisnisnya dan siap menghadapi
resiko. Selain itu, ia juga selalu berinovasi untuk kemajuan usahanya.
Dalam Al-Qur‟an dijelaskan tentang jiwa/mental berwirausaha yaitu surat
Al-Jumuah ayat 9-11 :
56
Artinya :
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beliyang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezeki. (QS 62 : 9-11 )81
Dalam surat Al-Qhashas ayat 77 juga menjelaskan tentang semangat
berwirausaha yaitu ;
Artinya :
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ( Qs 28 : 77 )82
Tentang keterkaitan ayat-ayat tersebut dengan kewirausahaan
ialah menjelaskan tentang mental atau jiwa yang mandiri, kerja keras ,
81
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Op.cit, hal. 554 82
Ibid, hal 394
57
tidak bermalas-malasan sebagaimana dalam Surat Al-jum‟ah ayat 9-11
dan pentingnya mempunyai pandangan yang jauh ke depan, mempunyai
program, perencanaan, dan tujuan yang jelas dalam hidup ini
sebagaimana dalam surat Al-Qashash ayat 77.
Dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan tentang semangat bekerja
dan tidak menunda – nunda.
لدا كأك اكي ف ل : سلن توكث فقاالله عل االله صل ل اسرخذ ل : أالله ع قااض رتي عور اعي
ح ، إذا لصثااهست فلا تظر ل : إذا أالله ع قاض رتي عور ى اكا، عاتر سثل أ غرة
كهي حاك لو خذ هي صحتك لورضك ء ، لوسااصثحت فلا تظر أ
ر (لثخا) را ا
Artinya :
dari Ibnu Umar ra mengatakan: Rasulullah saw memegang pundak saya dan mengatakan: Jadilah di dunia seperti orang asing atau musafir, dan Ibnu Umar ra ra mengatakan: Jika anda pada waktu sore jangan menunggu pagi hari , dan jika Anda pada pagi hari jangan menunggu waktu soredan gunakanlah waktu sehat Anda sebelum waktu sakit Anda dan gunakan waktu hidup Anda untuk kematianmu (Hadits Riwayat Bukhari). 83 Bagi seorang entrepreneur/pengusaha keterampilan teknis itu
bukan yang paling penting, karena bisa ditutupi dengan mengangkat
karyawan yang memiliki keahlian dibidangnya. Akan tetapi, yang paling
penting adalah kemampuan dalam melihat peluang usaha serta
kemampuan dalam merealisasikan penglihatannya ke sebuah jaringan
kerja yang konkret, seperti gunung kapur yang ada di Pacitan, dengan
kemampuan melihat peluang maka digali potensinya dengan menjadikan
batu kapur yang mahal harganya.
Sesungguhnya Allah SWT telah melapangkan bumi dan
menyediakan banyak fasilitas agar manusia dapat berusaha mencari
sebagian rezeki yang disediakan-Nya bagi keperluan manusia
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Mulk ayat 14 dan surat
Al-A‟raf ayat 10 yaitu;
83
Imam an-Nawawi, Riyadusholihin, Jiddah : Darul Al-Qiblah ats-tsaqafah al-Islamiyah, 1990, No hadits : 574, hal. 247,
58
Artinya :
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. ( QS 67 : 15 )84
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS 7 : 10 )85
Jadi, sebenarnya seorang entrepreneur/pengusaha tidak harus
mengetahui tentang pola model industry yang berkembang seperti IOS
9002, ISO 9004 dan forcesting. Sebab, pola ilmu pengetahuan yang bisa
dipelajari melalui buku. Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana
seorang entrepreneur/pengusaha mampu melihat peluang yang kemudian
diwujudkan dalam sistem jaringan bisnis, sebab peluang kerja merupakan
satu-satunya solusi dalam mengatasi kemiskinan yang melanda bangsa
ini.
Sebab, menjadi pengusaha/entrepneur pada dasarnya dapat
diciptakan dan diproses serta dikembangkan, bukan bakat bawaan,
warisan genetik atau takdir. Jika mengamati pada sebagian besar
pengusaha yang sukses terdapat beberapa ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kemampuan Intuisi
Seorang entrepneur/pengusaha sebenarnyaditentukan oleh
kemampuan dalam melihat peluang bisnis dan kesempatan usaha yang
tidak bisa dilihat orang lain pada umumnya. Kemampuan ini tidak 84
Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta : Lautan Bestari, 2010) hal. 532 85
Ibid, hal. 176
59
ditentukan oleh kapasitas otak yang bersifat akademik dan biasanya
dibentuk oleh proses pendidikan formal yang ada, tetapi kedalaman dan
ketajaman krativitas (ketajaman intuisi) sehingga melahirkan gagasan dan
terobosan bisnis yang orisinil, cerdas serta menantang.
2. Kepemimpinan yang efektif
Ketajaman instuitif dalam melihat peluang bisnis kemudian diolah
dalam realitas empirik menjadi serangkaian tindakan yang terencana dan
terkontrol, sehingga langkah-langkah yang strategis dijalaninya secara
konsisten pada realitas kerja yang menguntungkan dan menggembirakan.
Untuk mewujudkan pola kepemimpinan yang efektif maka seorang
pengusaha/entrepreneur menampilkan perannya yang simpatik serta
mampu meyakinkan terhadap subordinatnya bahwa apa yang ingin
dicapai adalah keinginan bersama.
3. Penuh Inovasi
Jiwa seorang pengusaha/entrepreneur selalu diliputi oleh semangat
inovasi, ini merupakan elemen kejiwaan yang selalu mengacu untuk
menemukan hal-hal baru yang lebih baik, lebih efesien, lebih nyaman,
lebih murah dan lebih bermanfaat.
4. Tanggap terhadap perubahan
Hakikat kehidupan adalah perubahan. Jika ada keabadian maka
perubahan itu adalah keabadian karena pada kenyataannya kita tidak
pernah menemukan sesuatu dalam kehidupan ini yang tidak mengalami
perubahan. Oleh karena itu, seorang pengusaha/entrepreneur selalu
mengamati perubahan dan memanfaatnya untuk menemukan peluang-
peluang baru dalam bisnisnya.
5. Bekerja cerdas
Bagi seorang pengusaha/entrepreneur bekerja sebenarnya lebih
bersentuhan dengan kecerdasan kreativitasnya. Oleh karena itu, kerja
keras tidak tercermin pada kekerasan otot serta kekuatan fisiknya.
Bekerja keras secara fisik ditinggalkannya, sebaliknya ia terlibat total
60
dalam bekerja cerdas, bukan working hard melainkan working smart. Ia
mampu bekerja efektif dan efesien dengan hasil yang maksimal.
6. Mempunyai visi ke depan
Seorang pengusaha/entrepreneur adalah seorang visioner. Visinya
dirumuskan dalam gambaran masa depan yang obsesif sehingga seluruh
hidupnya melebur dalam diri masa depan yang jauh yang dirumuskan
pada langkah-langkah operasional yang konkret.
7. Fokus pada peluang dan kesempatan
Seorang entrepreneur memulai bisnisnya dengan mengutamakan pada
penglihatan atas peluang dan kesempatan yang ada didepan mata
sehingga usaha bisnis yang dirintisnya memperoleh ruang gerak yang
mantap dan dapat memperkuat posisinya kedepan.86
Untuk itu, yang diperlukan sekarang adalah bagaimana dapat
menciptakan sistem pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan
ketujuh karakter diatas dapat dikembangkan secara efektif dan
berkelanjutan sehingga pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat
berkembang secara mantap dalam suatu gerakan yang terpadu.
Menurut Bygrave mengemukakan bahwa wirausahawan yang
berhasil dengan istilah 10D, yaitu:
1. Dream. Seorang wirausahawan mempunyai visi bagaimana
keinginannya terhadap masa depan, pribadi dan bisnisnya dan
yang paling penting adalah mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan impiannya tersebut.
2. Decisiveness. Seorang wirausahawan adalah orang yang tidak
bekerja lambat. Ia membuat keputusan secara cepat dengan
penuh perhitungan. Kesepatan dan ketepatan dalam mengambil
keputusan merupakan faktor kunci (key factor) dalam
kesuksesan bisnisnya.
86
Moh. Ali Aziz ed, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat ( Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Akasara, 2009) hal 43
61
3. Doers. Begitu seorang wirausaha membuat keputusan, ia
langsung menindaklanjutinya. Ia melaksanakan kegiatannya
secepat mungkin yang ia sanggupi, artinya tidak menunda-nuda
kesempatan yang dapat dimanfaatkan.
4. Determination. Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya
dengan penuh perhatian. Rasa tanggungjawabnya tinggi dan
tidak mudah menyerah, walaupun ia dihadapkan pada halangan
atau rintangan yang tidak mungkin diatasi.
5. Dedication. Dedikasi seorang wirasuaha terhadap bisnisnya
sangat tinggi. Kadang-kadang ia rela mengorbankan hubungan
kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk
sementara. Bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7
hari dalam seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya
dipusatkan untuk kegiatan bisnisnya.
6. Devotion. Devotion berarti kegemaran. Ketika seorang
wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya, dia akan mencintai
pekerjaan dan produk yang dihasilkannya.
7. Details. Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor
kritis terperinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil
tertentu yang dapat menghambat kegiatan usahanya.
8. Destiny. Seorang wirausaha bertanggungjawab terhadap tujuan
yang hendak dicapainya.
9. Dollars. Wirausahawan tidak mengutamakan mencapai
kekayaan. Ia menganggap ukuran suksesnya adalah
mendapatkan laba/bonus/hadiah.
10. Distribute. Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan
kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.
Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang kritis dan mau
diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis.87
87
Nana Herdiana Abdurahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, (Bandung : Pustaka Setia, 2013 ) hal. 186
62
c. Manajemen Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah setiap kegiatan manusia dalam
menciptakan sumber daya dari posisi yang produktivitas dan hasilnya
rendah kepada posisi dan produktivitas yang tinggi serta mempunyai
resiko.88
Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang.
Wirausaha dan kewirausahaan termasuk istilah baru di Indonesia. Secara
historis, konsep kewirausahaan ini dicetuskan pertama kali pada abad ke-
18 di Perancis oleh Richard Cantillon. Pada periode yang sama, di Inggris
juga sedang terjadi revolusi industri yang melibatkan sejumlah wirausaha.
Selanjutnya gagasan kewirausahaan ini dibahas secara lebih mendalam
oleh Joseph Schumpeter, seorang ahli ekonomi Jerman pada tahun
1911.89
Secara ringkas Cynthia L. Greene mendefinisikan wirausaha yaitu
orang yang memiliki, mengoperasikan, dan berani mengambil resiko
dalam sebuah usaha bisnis.90 Sedangkan secara lebih luas Hebert dan
Link dalam Alvaro Cuervo, Domingo Ribeiro dan Salvador Roig
mensintesiskan antara definisi dan fungsi dari wirausaha kedalam dua
belas poin, yaitu orang yang mengambil resiko dari keadaan yang tidak
menentu, penyedia modal keuangan, inovator, pembuat keputusan,
pemimpin industri, manajer dan pengawas, koordinator sumber-sumber
ekonomi, pemilik badan usaha, pegawai dari faktor produksi, kontraktor,
arbitrageur, dan orang yang mengalokasikan sumber daya kepada
penggunaan alternatif.91
Ada tiga istilah dalam kewirausahaan, yaitu entrepreneur (orang
yang melakukan atau seorang wirausaha), entrepreneurship (proses aksi
88
Ibid hal. 147 89
Agus Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 23. 90
Cyinthia L. Greene, 21st Century Business Entrepreneurship, 2nd Edition (United States: Pre-Press PMG, 2011), hal. 4. 91
Alvaro Cuervo, et. al, Entrepreneurship: Concepts, Theory and Perspective (Heidelberg: Springer, 2007), hal. 24-25.
63
dari kewirausahaan), dan enterprise (obyek yang menjadi usaha).92 Kata
“entrepreneur” pada dasarnya berasal dari kata “entreprende”, artinya “to
undertake” yang berarti menjalankan atau melakukan.93 Secara esensi
pengertian euntrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan,
wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas yang
menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan.94
Menurut Peter Van Der Sijde kewirausahaan adalah sesuatu yang
dipelajari seseorang disaat orang tersebut menjalankannya.95 Adapun
menurut kasmir kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal
menciptakan kegiatan usaha.96 Kemampuan menciptakan memerlukan
adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan
inovasi pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat
banyak.Menurut David McClelland entrepreneur adalah seseorang yang
penuh semangat dan energik serta pengambil resiko yang moderat.
Sementara Peter Drucker mendifinisikan entrepreneur adalah seseorang
yang memaksimalkan peluang.97
Manusia secara alamiah memiliki keterampilan bertahan hidup
dan kemampuan itu akan berkembang jika tidak terbelenggu dan
diberikan peluang oleh lingkungan. Berwirausaha melibatkan dua unsur
pokok yaitu 1). Peluang dan 2) Kemampuan menanggapi peluang.
Peluang adalah faktor ekternal baik lingkungan fisik (sumber daya alam
dan tekonologi) maupun lingkungan sosial. Sedangkan kemampuan
menganggapi peluang adalah faktor internal yang dapat dilatih melalui
rangkaian kegiatan pendidikan. Pendidikan kewirausahaan bertujuan
92
Havinal Veerabhadrappa, Management and Entrepreneurship (New Delhi: New Age International, 2008), hal. 107. 93
Mile Terziovski, Energizing Management through Innovation and Entrepreneurship: European Research and Practice (New York: Routledge, 2009), hal. 1. 94
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kewirausahaan (Jakarta: Tp, 2013), hal. 16. 95
Peter Van Der Sijde, dkk., Teaching Entrepreneurship: Cases for Educational and Training (Heidelberg: Physica-Verlag, 2008), hal. 1. 96
Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 21 97
Supriyanto, Op. Cit.., hal. 5
64
mengembangkan keingintahuan alamiah, mengembangkan kecerdasan
jamak, melatih kecakapan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah
kehidupan nyata mereka sehari-hari, menyesuaikan diri dengan kemajuan
teknologi serta memberi manfaat bagi upaya meningkatkan kualitas hidup
diri, masyarakat dan bangsanya.
Bertitik tolak dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkah
laku kewirausahaan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma tertentu
yang diperoleh dari agama, latar belakang budaya dan kebiasaan yang
berlaku dimasyarakat. Rangkaian kausal pendidikan yang menghasilkan
tingkah laku entrepreneur dapat digambarkan dalam bentuk berikut:
Gambar 2.6
Tingkah Laku Kewirausahaan
Dalam Al-Qur‟an pengungkapan perdagangan (kewirausahaan)
ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah, ba‟a dan syira‟. Salah satunya
dalam surah Fathir ayat 29 yaitu :
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. (QS. 35 : 29)98
98
Al Quran dan Terjemahannya, Op. Cit., hal.438
Nilai-nilai
ideologis
Kegiatan
pembelajaran
berwawasan
kewirausahaa
n
Need of
Achievement Tingkah laku
kewirausahaan
65
Rasulullah SAW juga menegaskan dalam haditsnya yang
diriwayatkan Rifa‟ah bin Rafi‟ al-Bazar dan Hakim:
جل تد أفضل قال: "عهل الر الكسب أطب أ سلم أ ل الله صل الله عل سئل رس كل ت ر". هتر
) را رع اتى راف التزار الحاكم(
Artinya:
Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang paling baik: Rasulullah ketika itu menjawab: pekerjaan yang dilakukan dengan tangan seseorang sendiri dan setiap jual beli (berwirausaha) yang diberkati (jual beli yang jujur tanpa di iringi kecurangan). (HR. Rifa‟ah bin Rafi‟ al-Bazar)99
Bagi setiap muslim, kewirausahaan bukanlah fenomena baru,
namun fenomena lama yang telah dijalankan oleh panutan umat muslim,
yaitu Rasulullah SAW. Beliau secara gamblang menjelaskan kepada
umatnya, baik melalui sabdanya maupun melalui praktek secara
langsung. Ada lima peran penting yang diemban oleh Rasulullah SAW
yaitu sebagai Rasul, kepala negara, panglima perang, kepala rumah
tangga dan seorang pebisnis.
Karir bisnis nabi Muhammad SAW dimulai ketika beliau masih
berusia 12 tahun. Beliau ikut pamannya berdagang ke Syam (Suriah),
sejak itulah nabi Muhammad SAW melakukan semacam kerja magang.
Beliau menyadari bahwa pamannya bukanlah orang kaya, namun memiliki
beban keluarga yang cukup besar. Oleh karena itu, nabi Muhammad
muda berpikiran untuk ikut meringankan beban pamannya dengan
berdagang. Profesi Nabi Muhammad menjadi pedagang ini telah dimulai
lebih awal daripada yang telah dikenal umum dengan perantara modal
dari Khadijah. Ketika merintis karirnya tersebut beliau memulai dengan
berdagang kecil-kecilan di kota Makkah. Beliau membeli barang-barang
dari satu pasar kemudian menjualnya kepada orang lain.
99
Badruddin Al-Aini Al-Hanafi, Umdatul Qari Syarhu Sahih Al-Bukhari(Digital Library, al maktabah al-syamilah al-isdar al-sani, 2005), XVII/289.
66
Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manager
perdagangan para investor berdasarkan upah dan bagi hasil. Para pemilik
modal waktu itu semakin banyak yang membuka peluang kemitraan
dengan Muhammad. Salah satunya adalah khadijah yang menawarkan
kemitraan berdasarkan bagi hasil. Dalam hal ini khadijah bertindak
sebagai pemodal sementara Muhammad sebagai pengelola. Pada
akhirnya khadijah mengangkat Muhammad sebagai manajer kepusat
perdagangan habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah
mendatangkan keuntungan baginya dan investornya, karena tidak
satupun jenis bisnis yang dikelolanya mendapat kerugian.
Setelah menikah, Muhammad semakin memperlebar sayap
bisnisnya, namun sekarang beliau bertindak sebagai seorang manager,
sekalian mitra dalam usaha istrinya. Untuk menjalankan bisnisnya beliau
melakukan perjalanan keberbagai pusat perdagangan diseluruh penjuru
negerinya dan negeri tetangga.
Dalam melaksanakan bisnis-bisnisnya tersebut beliau memperkaya
diri dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia
lainnya sehingga penduduk makkah mengenal Muhammad sebagai
seorang yang terpercaya. Kurang lebih selama 28 tahun Nabi Muhammad
SAW menjalankan usaha dagang ke Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania
dan kota-kota dijazirah arab lainnya. Dengan demikian di usia muda Nabi
Muhammad SAW sudah menjadi pedagang internasional, karena wilayah
perdagangannya meliputi hampir seluruh jazirah arab.
Jauh sebelum Frederick W. Taylor dan Henry Fayol mengangkat
prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi Muhammad SAW
sudah mengimplementasikan nilai-nilai manajemen dalam kehidupan dan
praktek bisnisnya. Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin
mendapat pembenaran akademisi dipenghujung abad ke-20 atau awal
abad ke-21. Prinsip bisnis modern seperti tujuan pelanggan, pelayanan
yang unggul, kompetensi, efisiensi, transparansi, semuanya telah menjadi
gambaran pribadi dan etika bisnis Nabi Muhammad SAW ketika masih
67
muda. Adapun prinsip yang melatarbelakangi keberhasilan nabi
Muhammad SAW dalam berwirausaha adalah Shiddiq, Amanah, dan
Fathanah.
Kewirausahaan adalah belajar sambil bekerja, akan tetapi
kewirausahaan mungkin lebih dari sekedar bekerja sambil belajar.
Meskipun demikian, dalam kewirausahaan antara teori dan praktik adalah
saling terikat dan saling terjalin satu dengan yang lain. Oleh karena itu,
berdasar pada lingkaran pembelajaran maka ada empat fase yang saling
berhubungan, yaitu: a. Pengalaman nyata, b. Menyatakan pengalaman
dalam tingkah laku,c. Konseptualisasi, d. Mempraktikkan apa yang
diperoleh dari belajar.100
Berdasarkan dari definisi yang diungkapkan oleh para pakar di atas
maka dapat ditarik benang merahnya bahwa kewirausahaan adalah suatu
sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta
sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan
merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya,
bercipta, berkarya, bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegiatan usahanya.
Wirausahawan yang sukses pada umumnya adalah mereka yang
memiliki kompetensi yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan,
keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta
tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan.101
Berdasarkan konsep manajemen dan kewirausahaan di atas, maka
dapatlah didefenisikan bahwa manajemen kewirausahaan adalah
pendayagunaan potensi ekonomis secara kreatif, inovatif dan dengan
keberanian menghadapi resiko untuk mendapatkan laba yang berguna
mensukseskan program dalam suatu organisasi.
100
Peter Van Der Sijde, Loc. Cit., hal. 1. 101
Muhammad Anwar, Pengantar Kewirausahaan: Teori dan Aplikasi ( Jakarta : Kencana, 2017 ) hal 46
68
d. Fungsi Manajemen Kewirausahaan
Dalam konsep manajemen kewirausahaan hal yang perlu dilakukan
dalam setiap kegiatan perlu memperhatikan fungsi-fungsi
manajemen,yaitu :
a. Fungsi perencanaan yaitu suatu konsep manajemen dalam
wirausaha dalam menentukan kegiatan yang telah ditetapkan
yaitu meliputi apa yang dikerjakan (what), siapa yang
mengerjakan (who), kapan harus dikerjakan (when), dimana itu
harus dikerjakan (where) dan bagaimana dikerjakan (how).
b. Fungsi Pengorganisasian yaitu suatu konsep manajemen dalam
wirausaha dalam menentukan kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu dalam suatu kelompok, melalui cara mengelompokan
kegiatan, menentukan siapa yang akan memimpin kelompok
tersebut, menyerahkan wewenang dan tugas untuk
melaksanakan kegiatan kepada paa pemimpin dan menentukan
hubungan antar kegiatan kelompok dengan kelompok lain.
c. Fungsi Pergerakan yaitu suatu konsep manajemen dalam
wirausaha dalam mendorong semangat kerja bawahaan,
mengarahkan aktivitas bawahan, mengorganisasi beberapa
aktivitas bawahan menjadi kompak sehingga sesuai dengan
rencana dan tujuan.
d. Fungsi Pengawasan yaitu suatu konsep manajemen dalam
wirausaha untuk menentukan pengendalian kegiatan
membandingkan antara kegiatan pelaksanaan dengan standar
standar yang telah direncanakan, serta melakukan pencatatan
akan hasil - hasil yang diperoleh guna penyediaan data bagi
perencanaan yang akan datang.102
102
http://masbrox.blogspot.co.id/2012/09/konsep-manajemen-dalamwirausaha.html, diakses12 September 2017.
69
Untuk kesuksesan dalam mengembangkan usaha, baik usaha itu
milik individu ataupun organisasi, sekecil apapun usaha yang dibangun
seorang wirausahawan membutuhkan manajemen. Manajemen
kewirausahaan membutuhkan kebijakan dan praktek di empat bidang
utama, yaitu :
1) Organisasi harus dibuat menerima inovasi dan bersedia
melihat perubahan sebagai peluang, bukan ancaman.
Kebijakan dan praktik diperlukan untuk menciptakan iklim
wirausaha.
2) Pengukuran sistematis atau setidaknya penilaian kinerja
perusahaan sebagai pengusaha dan innovator adalah wajib.
Pengukuran akan bermanfaat baik bagi usaha yang
dikembangkan maupun bagi individu atau organisasi yang
menjalankan usaha sebagai pembelajaran untuk meningkatkan
kinerja
3) Manajemen kewirausahaan membutuhkan pertolongan praktik-
praktik spesifik ke struktur organisasi, untuk mengulur waktu
dan mengeloladan untuk kompensasi, insentif dan
penghargaan
4) Ada beberapa “tidak” hal-hal yang tidak dilakukan dalam
pengelolaan kewirausahaan. 103
Islam sendiri menganjurkan untuk berwirausaha dalam memenuhi
segala kebutuhan hidup di dunia ini. Keterlibatan kaum muslimin,
khususnya para aktifis da‟wah (da‟i), dalam dunia bisnis bukanlah suatu
fenomena baru. Sejarah mencatat, da‟wah Islam masuk kali pertama ke
nusantara ini dibawa oleh para da‟i dari benua seberang yang diutus oleh
kekhalifahan Utsmaniyah, yang juga pembisnis ulung. Rasulullah SAW
sendiri terlibat dalam urusan bisnis selama belasan tahun untuk mem-
back up kegiatan da‟wahnya. Islam memang menganjurkan umatnya
103
Peter F. Druker, Inovation and Entrepreneurship Canada, harper Collin, tt) hal 150
70
untuk melakukan kegiatan berwirausaha, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 29, Allah SWT berfirman:
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesama mu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”( Qs 4:29).104
Sebenarnya dalam Islam kita dituntut untuk berwirausaha, karena
dengan mengembangkan wirausaha ini mampu menjadikan umat yang
mandiri dibidang penghasilan tanpa bertopang kepada orang lain, dan
untuk menjadi seorang wirausaha tentu tidak semudah membalikkan
telapak tangan, butuh proses dan belajar secara terus menerus serta
dituntut untuk menjadi orang yang berpikir secara kreatif dan inovatif serta
bekerja keras.
e. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tetap
istiqomah dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat pendalaman
ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan lembaga dakwah Islamiyah serta
ikut serta mencerdaskan bangsa telah diakui oleh masyarakat, dibuktikan
dengan keberhasilannya dalam mencetak tokoh-tokoh agama, pejuang
bangsa serta tokoh masyarakat, baik dimasa pra-kemerdekaan, setelah
kemerdekaan maupun zaman sekarang. Ini merupakan bukti nyata
bahwa pondok pesantren telah banyak memberikan kontribusi dalam
membangun bangsa Indonesia.105
104
Al Qur‟an dan Terjemahannya, Op. Cit., hal. 84. 105
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005 ) hal 1
71
Pesantren menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
“asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji. Akar kata
pesantren berasal dari dari kata “santri”, yaitu istilah yang ada awalnya
digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di lembaga
pendidikan tradisional. 106
Pesantren secara etimologi berasal dari kata santri yang mendapat
awalan pe- dan akhiran –an sehingga menjadi pe-santria-an yang
bermakna kata “shastri” yang artinya murid. Kata “shastri” yang dalam
bahasa india berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau
seorang sarjana ahli kitab-kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal
dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku suci agama atau
buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Pendapat lain mengatakan, kata
santri berasal dari kata cantri (bahasa sansekerta) yang berarti orang
yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh
Perguruan Taman Siswa dalam system asrama yang disebut
Pawiyatan.107
Menurut pendapat para ilmuwan, istilah pondok pesantren adalah
merupakan dua istilah yang mengandung satu arti. Orang jawa
menyebutnya “pondok” atau “pesantren”. Sering pula menyebut sebagai
pondok pesantren. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian
asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang
terbuat dari bambu atau berasal dari bahasa Arab “funduq” artinya asrama
besar yang disediakan untuk persinggahan. Sekarang lebih dikenal
dengan nama pondok pesantren. Di Sumatera Barat dikenal dengan
nama surau, sedangkan di Aceh dikenal dengan nama rangkang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan keagamaan
yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam
serta melatih para santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau sebagai
106
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri ( Yogyakarta : Pustaka Setia, 2011 ) hal 22 107
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2012), hal. 62
72
suatu tempat dimana para santri belajar pada seorang kyai untuk
memperdalam atau memperoleh ilmu-ilmu agama Islam yang diharapkan
nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi kehidupan di dunia
maupun di akhirat.
Zamakhasyari Dhofier menyebutkan pesantren itu terdiri dari lima
unsure pokok yaitu : Kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-
kitab Islam Klasik.108 Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang
dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren
dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Peran Kyai begitu sentral
dalam dunia pesantren.
Masing-masing elemen akan diuraikan secara singkat sebagai
berikut :
1. Kyai
Kyai memiliki peran yang paling essensial dari suatu pesantren. Ia
seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa
pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada
kemampuan pribadi kyainya.
Menurut asal-usulnya, perkataan Kyai dipakai untuk ketiga jenis
gelar yang saling berbeda yaitu : 1). Sebagai gelar kehormatan bagi
barang-barang yang dianggap keramat seperti: Kyai Garuda Kencana
yang dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton
Yogyakarta. 2). Gelar Kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3). Gelar yang diberikan oleh Masyarakat kepada seorang ahli gama
Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan
kitab-kita Islam Klasik kepada santrinya. 109
2. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional dimana santrinya tinggal bersama dan belajar
dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang dikenal dengan
108
Zamakhsyar Dhofier, Op.Cit, hal. 80 109
Dhofier, Ibid, hal 93
73
sebutan “kyai”. Asrama untuk para santri berada dalam lingkungan
komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga
menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.
Pondok tempat tinggal santri merupakan elemen paling penting dari
tradisi pesantren, tapi juga penopang utama bagi pesantren untuk terus
berkembang. Meskipun keadaan pondok sangat sederhana dan penuh
sesak, namun anak-anak santri yang berasal dari pedesaan dan baru
pertama kali meninggalkan desanya untuk melanjutkan pelajaran disuatu
wilayah yang baru tidak perlu mengalami kesukaran dalam tempat tinggal
atau penyesuaian diri dengan lingkungan social yang baru. 110
3. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepatuntuk mendidik
santri, terutama dalam praktik sholat lima waktu. Khutbah dan sholat
jum‟at dan pengajaran kita-kitab Klasik. Kedudukan masjid sebagai pusat
pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalitas
dari sistem pendidikan Islam tradisional.
Dengan kata lain, kesinambungan sistem pendidikan Islam yang
berpusat pada masjid sejak masjid Qubba didirikan dekat Madinah pada
masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar dalam sistem pesantren.
Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. 111
4. Santri
Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan
sebuah pesantren, karena langkah pertama dalam tahap-tahap
membangun pesantren adalah harus ada murid yang datang untuk belajar
dari seorang alim.
Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan
santri mukim. 1). Santri Mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari
110
Ibid, hal 80 111
Ibid, hal 85
74
daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim
yang paling lama tinggal di pesantren biasanya merupakan satu kelompok
tersendiri yang memang bertanggung jawab mengurusi kepentingan
pesantren sehari-hari. 2). Santri Kalong yaitu murid-murid yang berasal
dari desa-desa disekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam
pesantren. Untuk mengikuti pelajaran dipesantren, mereka bolak-balik dari
rumahnya sendiri.112
5. Kitab – Kitab Islam Klasik
Kitab-kitab islam Klasik dikarang para ulama terdahulu, termasuk
pelajaran macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa
Arab. Di kalangan pesantren, Kitab-Kitab Islam Klasik sering disebut Kitab
Kuning oleh karna warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna
kuning.
Menurut Dhofier, pada masa lalu pengajaran kitab-kitab klasik,
terutama karangan-karangan ulama yang menganut paham Syafi‟I yang
merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam
lingkungan pesantren. Tujuan utamanya ialah untuk mendidik calon-calon
ulama. Sekarang, kitab-kitab klasik yang diajarkan dipesantren dapat
digolongkan ke dalam delapan kelompok jenis pengetahuan:1. Nahwu
(syntac) dan shorof (morfologi); 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir;
6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh
dan balaghah.
Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks
yang terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadist, tafsir, fiqh, usul fiqh
dan tasawuf. Kesemuanya dapat juga digolongan kedalam tiga kelompok
tingkatan, yaitu. 1. Kitab dasar; 2. Kitab tingkat menengah, 3. Kitab tingkat
tinggi.113
Menurut Imam Zarkasyi, secara definitive mengartikan pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok,
112
Ibid, hal 89 113
Ibid, hal. 87
75
dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang
menjiwainya dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang
diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.114
Pengertian pondok pesantren menurut Imam Zarkasyi lebih
komprehensif karena mempunyai beberapa kelebihan dari defenisi
lainnya, yakni: 1).Pesantren harus berbentuk asrama, 2).Fungsi Kyai
sebagai central figure (uswatun hasanah) yang berperan sebagai guru
(mua‟llim), pendidik (murabbi) dan pembimbing (mursyid), 3). Masjid
sebagai pusat kegiatan dan 4). Materi yang diajarkan tidak sebatas pada
kitab kuning saja.
Dilihat dari asal-usulnya, pesantren memiliki akar tradisi yang
sangat kuat dilingkungan masyakarat Indonesia, sebab pesantren
merupakan salah satu symbol budaya pendidikan asli Indonesia. Secara
historis sistem pendidikan pesantren berakar pada tradisi pendidikan
keagamaan semasa agama Hindu dan Budha berkembang di Indonesia.
Sejak awal abad ke -13, Islamisasi yang berlangsung di nusantara telah
mentransformasikan budaya pendidikan tersebut menjadi bentuk pondok
pesantren.115
Adapun karakteristik pendidikan yang dianut oleh suatu pesantren
adalah;
1) Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kyainya. Kyai
sangat memperhatikan para santrinya. Hal ini dimungkinkan karena
sama-sama tinggal dalam satu kompleks dan sering bertemu baik
disaat belajar maupun dalam pergaulan sehari-hari.
2) Kepatuhan santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa
menentang kyai, selain tidak sopan juga dilarang agama; bahkan
tidak memperoleh berkah karena durhaka kepada guru.
114
Amir Hamzah Wirosukarto, et.al. KH.Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pesantren Modern, ( Ponorogo, Gontor Press, 2011) hal.5 115
Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit, hal 18
76
3) Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam
lingkungan pesantren. Hidup mewah hampir tidak pernah
didapatkan di pesantren.
4) Kemandirian amat terasa di pesantren. Para santri mencuci
pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya sendiri dan
memasakpun sendiri.
5) Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwah)
sangat mewarnai pergaulan di pesantren. Ini disebabkan selain
kehidupan yang merata dikalangan santri, juga karena mereka
harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sama, seperti sholat
berjamaah, membersihkan masjid dan ruang belajar bersama.
6) Disiplin sangat dianjurkan di pesantren. Pagi-pagi antara pukul
04.30 wib kyai membangunkan santri untuk sholat subuh
berjamaah. Pembinaan disiplin sejak masa belajar di pesantren
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap para santri;
terutama pembentukan kepribadian dan moral keagamaan.
7) Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan merupakan salah
satu segi pendidikan yang diperoleh santri selama di pesantren. Ini
merupakan pengaruh kebiasaan tahajud dimalam hari, dan latihan-
latihan spiritual lainnya.
8) Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar
rantai tranmisi pengetahuan yang diberikan kepada santri-santri
yang berprestasi. Ini menandakan restu kyai kepada santrinya
untuk mengajarkan sebuah teks kitas setelah dikuasai penuh.116
Perlu dicatat bahwa ciri-ciri diatas merupakan gambaran pokok
pesantren dalam bentuk masih murni, yaitu pesantren tradisional.
Sementara dinamika dan kemajuan zaman telah mendorong terjadinya
perubahan terus menerus pada sebagian besar pesantren.
116
Samsul Nizar, Sejarah Sosial Dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Di Nusantara, ( Jakarta : Kencana, 2013) Hal 128
77
Tujuan pesantren berawal pada misi utama keberadaan pesantren
itu sendiri, yang dilandasi oleh ruh keislaman dan juga untuk memenuhi
perintah Allah SWT yang telah dinyatakan dalam Al-Qur‟an surat
At-taubah ayat 122 yaitu:
Artinya :
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS 9 : 122)117
Berdasarkan semangat diatas, dakwah pesantren ditentukan agar
para santri yang belajar di pesantren benar-benar kukuh dalam
mendalami ajaran agama Islam (tafaqquh fi al-din) dan berjuang untuk
menegakkan ajaran agama Islam dalam membangun masyarakat masing-
masing. Dengan kata lain, tujuan keberadaan pesantren ditengah-tengah
masyarakat adalah untuk memelihara, mengembangkan, menyiarkan
serta mempertahankan kelangsungan agama Islam melalui pendidikan
agama Islam.118
f. Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Kronologi munculnya usaha ekonomi pesantren dimulai dari
kebutuhan pesantren untuk menghidupi dirinya (survive) dan dalam
rangka mengembangkan peran atau perluasan mandat (wider mandate)
pesantren sebagai bentuk pengabdian ke masyarakat. Aktivitas ekonomi
117
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hal. 237 118
Mohamad Mustari, Peranan Pesantren dalam Pembangunan Pendidikan Masyarakat Desa ( Yogyakarta : Multi Press, 2011) hal. 30
78
pesantren ini dimotivasi dan didasari oleh nilai ilahi dan insani demi
terwujudnya kesuksesan dunia dan akhirat. 119
Seiring dengan pertumbuhan pesantren yang begitu pesat, maka,
potensi ekonomi yang ada dalam pesantren juga begitu besar. Dengan
kemampuan manajemen yang baik, usaha produktif yang dikembangkan
dapat meningkatkan kemandirian keuangan pesantren. Harapannya,
pesantren dapat menjadi salah satu sarana pendidikan yang terjangkau
oleh masyarakat namun tetap tidak mengorbankan kualitasnya.120
Mengacu pada peran dan fungsi pondok pesantren dalam usahanya
membangun sosial ekonomi umat ada 3 problem krusial. Tiga persoalan
krusial inilah yang kemudian menopang lancar tidaknya upaya
pengembangan ekonomi pondok pesantren, seperti: 121
Persoalan sumber daya manusia (human resources).
Persoalan ini terkait erat dengan kemampuan membaca potensi
ekonomi yang kemudian memunculkan ide-ide baru terkait dengan jenis
aktivitas ekonomi.
Persoalan kapasitas kelembagaan (institutional capacity)
Persoalan ini akan berkaitan dengan sistem dan tata kerja. Seperti
bagaimana posisi lembaga unit ekonomi dengan pesantren, serta
mekanisme dan prosedur dalam melaksanakan tata administrasi dan
manajemennya.
Persoalan jaringan (networking).
Persoalan ini menyangkut bagaimana memaksimalkan network yang
berasal dari popularitas kyai, jaringan santri alumni pondok pesantren,
serta jaringan pondok dengan masyarakat sekitar.
119
Abdul Mu‟in, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren ( Jakarta: Prasasti, 2015) hal.279.
120 Slamet Widodo, “Agribisnis Pesantren Sebagai Upaya Pengembangan UMKM &
Kewirausahaan di Pedesaan,” dalam Seminar Nasional Revitalisasi Peran UMKM dalam Pembangunan Melalui Penguatan Sektor Agroindustri, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 23 November 2011.
121 Abdul Muin, Op.cit, hal.5
79
Pesantren memiliki peran strategis dalam pengembangan ekonomi
masyarakat. Pertama, sebagian besar atau hampir 90% pesantren berada
di daerah pedesaan.. Kedua, latar belakang status sosial ekonomi orang
tua santri sebagian besar (80%) rendah. Ketiga, pesantren merupakan
lembaga sosial, sehingga pengembangan ekonomi umat dapat efektif
melalui pesantren.122
Tujuan yang ingin dicapai dalam mencetak kader-kader
pemberdayaan masyarakat, seperti yang ditetapkan oleh pondok
pesantren adalah:
Menumbuh kembangkan jiwa wirausaha dikalangan santri dan
masyarakat;
Menumbuh-kembangkan sentra dan unit usaha yang berdaya saing
tinggi;
Membentuk Lembaga Ekonomi Mikro berbasis nilai Islam;
Mengembangkan jaringan ekonomi dan pendanaan di pesantren
baik horisontal maupun vertikal. 123
Pesantren, pada kenyataannya adalah lembaga potensial untuk
bergerak ke arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan yang
dimilikinya. Jika pesantren tidak bergerak, maka pesantren hanya akan
menjadi penonton di era yang akan datang, ketika lembaga ekonomi
mikro bergerak ke arah kemajuan.
Dalam menghadapi tantangan zaman, pesantren melakukan
diversifikasi peran, yakni tidak hanya mengembangkan aspek kognitif
keilmuan, tetapi juga aspek psikomotrik keahlian kecakapan hidup (life
skill). Dewasa ini, banyak pesantren yang terlibat dalam pengembangan
sektor perekonomian seperti bidang pertanian, peternakan, perikanan,
kelautan, kehutanan, pertokoan, koperasi, BMT dan home industri.124
122
Yusuf dan Suwito, Model Pengembangan Ekonomi Pesantren, (Purwekerto, STAIN Purwekerto Press, 2010), Hal.18 123
Ibid, hal. 25 124
Lukman Fauroni, Menggerakkan Ekonomi Syariah Dari Pesantren, (Yogyakarta: Forum Pengkajian Pendidikan dan Pesantren Yogyakarta, 2017), hal. 23.
80
Dimasa mendatang, pesantren memiliki tantangan dalam
menghadapi Globalisasi yang menjadi realitas keseharian, Pesantren
harus mampu mencari solusi yang benar-benar mencerahkan sehingga
dapat menumbuh kembangkan kaum santri yang memiliki wawasan luas
dan mampu beradaptasi dengan modernisasi kehidupan. Pada sisi lain,
dapat menghantarkan masyarakat menjadi komunitas yang menyadari
tentang persoalan yang dihadapi dan mampu mengatasi dengan penuh
kemandirian dan keadaban.125
Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan pesantren
dari pesantren tradisional menuju pesantren modern, serta menjadikan
pesantren yang berkolaborasi terhadap entitas bisnis pada pesantren
yang ada. Pesantren saat ini dituntut untuk melakukan aktivitas bisnis
guna menghidupi pesantren sebagai self financing atau self supporting.126
Bisnis merupakan sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi,
konstruksi, distibusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan
pemerintahan yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan
barang dan jasa kepada konsumen. Sehingga, dapat dikatakan bisnis
merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.127
Pilihan aktivitas ekonomi (bisnis) ditentukan oleh kemampuan
pengelola pesantren membaca, mendefinisikan, memanfaatkan, dan
mengorganisasikan resources, kondisi geografis, kondisi sosiokultural,
baik internal maupun eksternal. Jenis-jenis usaha ekonomi yang dapat
dikembangkan pada pesantren umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam
4 kelompok besar, yaitu:
Agrobisnis (pertanian, perikanan dan perkebunan)
Jasa ( KBIH, percetakan, Lazis, BMT, Koperasi)
Perdagangan (pertokoan, agen penjualan)
125
Abu „Ala , Peran Pesantren Dalam Transformasi Sosial, dalam Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: LKIS Printing, 2016) hlm. 8.
126 Lukman Fauroni, op.cit, hal. 24
127 Ibid, hal.24
81
Industri, (depot air minum)128
Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam
melaksanakan kegiatan bisnis di pesantren adalah sebagai berikut:
Menganalisis kebutuhan subjek sasaran ekonomi (need
assessment).
Melakukan analisis potensi sumber daya manusia dalam kegiatan
bisnis di pesantren.
Memetakan kebutuhan dan potensi untuk dijadikan sebagai
rancangan program yang memadai.
Melaksanakan program dengan memperhatikan jaringan kerja
(Networking) yang telah dimiliki pesantren.
Melakukan evaluasi kinerja.129
Pengembangan bidang ekonomi pondok pesantren dimaksudkan
untuk menopang kemandirian pesantren secara kelembagaan pada satu
sisi dan menyiapkan kecakapan hidup bagi para santrinya. Pesantren
yang tumbuh di Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan bisnis di
lingkungan pesantren. Setiap pesantren memiliki aktivitas bisnis yang
mendukung sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Berikut
merupakan bentuk pengelolaan bisnis pada sebagian pesantren di
Indonesia:130
1. Pesantren Sidogiri
Pesantren Sidogiri Pasuruan telah berhasil melakukan pengembangan
aneka usaha hingga mempunyai aset 15 Milliar di bawah koordinasi
Koperasi Pondok Pesantren. Aset ini disumbangkan melalui usaha-usaha
percetakan, aneka pertokoan seperti toko buku, toko sarung dan busana
muslim, produksi air minum mineral merk santri yang produksi
perbulannya telah mencapai 25 ribu pak atau 1.000.000 gelas. Asset ini
128
Yusuf dan Suwoto, Op.cit, hal.268 129
Ibid, hal.268 130
Lukman Faurono, Op.cit, hal. 28
82
belum termasuk BMT MMU yang telah mencapai 20 Milliar. Secara garis
besar, Koppontren Sidogiri terbagi menjadi dua sasaran, yaitu:
Sasaran utama komunitas santri
Jenis usaha adalah toko kitab dan serba ada, dan warung makan
Sasaran terhadap Masyarakat
Jenis usaha adalah toko serba ada, toko kebutuhan pokok (sembako),
percetakan dan stationary, pertanian dan perkebunan, warpostel, mini
market, dan lain-lain.131
2. Pesantren Al-Ittifaq
Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq di Ciwidey Bandung telah berhasil
menjadi pesantren penghasil aneka sayur mayur dan setiap hari
memasoknya ke berbagai supermarket di Bandung, Bogor, Depok, dan
Jakarta. Pesantren melibatkan seluruh santri dalam proses produksinya
dan tidak memungut biaya atas seluruh biaya pendidikan di pesantren.
Ada beberapa jenis usaha yang dikembangkan di pesantren Al Ittifaq, di
antaranya pertanian, agrobisnis, peternakan, perikanan, dan koperasi
pondok pesantren. Akan tetapi usaha ekonomi yang paling menonjol
adalah di bidang agribisnis. 132
3. Pesantren Al-Amin
Pesantren Al-Amin Prenduan Sumenep telah berhasil
mengembangkan usaha bahari dengan produk berbagai aneka industri
ikan laut yang dilakukan melalui usaha mandiri dan kerja sama dengan
masyarakat nelayan dan juga para alumni yang sudah berhasil sebagai
pengusaha pengolahan ikan laut. 133
4. Pesantren Darul Hijrah
Bidang usaha Pesantren Darul Hijrah Kalimantan Selatan adalah
mengadakan kegiatan perikanan air tawar dengan berbagai usaha antara
lain pengadaan bibit ikan, pembesaran ikan konsumsi, penanaman jati,
karet, pisang, dan agrowisata. Dalam rangka pengembangan usaha, 131
Ibid, hal. 24 132
Ibid, hal.23 133
Ibid, hal.28
83
pesantren Darul Hijrah bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan
Kelautan Banjarbaru, Kelompok Tani Pengelola Tambak Kalimantan
Selatan, PT Pupuk Kaltim, dan IPB.
5. Pesantren Hidayatullah
Pesantren Hidayatullah Balikpapan Kalimantan Timur memiliki
berbagai jenis usaha ekonomi sebagai penopang bagi keberlangsungan
aktivitas yayasan dalam menjalankan misi tarbiyah dan dakwahnya, yaitu:
peternakan sapi, peternakan ayam, perkebunan jeruk, budidaya ikan, dan
Baitul Maal.134
Mekanisme pengelolaan bisnis keseluruhan berada dibawah naungan
yayasan. Seluruh bidang usaha harus menyetor infaq ke yayasan melalui
Bendahara. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk membiayai
biaya operasional yayasan. Khususnya di bidang pendidikan dan
pemeliharaan sarana prasarana yayasan, serta gaji para guru (ustadz).
6. Pesantren Darul Arafah
Pesantren Darul Arafah Medan, memiliki berbagai jenis usaha
ekonomi yang dikembangkan, antara lain: perkebunan cokelat, budidaya
ikan tawar, penanaman kayu mindy, pembibitan kelapa sawit, peternakan
unggas, penggemukan sapi, perkebunan kelapa, budidaya jagung unggul,
waserda, kantin santri, jahit pakaian, laundry, percetakan pesantren.
Namun, dalam hal pengelolaan usaha, tidak melibatkan santri. Oleh
karena itu terdapat karyawan khusus dalam menjalankan kegiatan usaha.
Secara umum, kegiatan perekonomian pesantren yang ada
memberlakukan kedua prinsip sebagai berikut:135
a. Pelaksanaan kegiatan unit usaha berbasis Learning By Doing.
Dalam mengelola unit usaha, seluruh staff/ asatidz belajar mengelola
dengan praktik langsung di lapangan secara sunguh-sungguh. Dengan
demikian, akan tercipta pengalaman dari apa yang telah dilakukan.
134
Ibid, hal.24 135
Ahmad Suharto, Profil Pondok Pesantren Modern Gontor, (Ponorogo, Darussalam Press, 2011) hal.8
84
Pengalaman serta arahan dari senior menjadikan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi pengelolaan unit usaha
b. Implementasi Pelaksanaan Prinsip Self Berdrying System
Pengelolaan unit usaha dilandasi atas keinginan pondok dalam
memenuhi kebutuhan santri yang ada. Serta memaksimalkan keuntungan
agar sirkulasi ekonomi berputar untuk kepentingan pondok.
Kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh
yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Pondok pesantren
sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupannya
kepada bantuan pihak lain.
Pesantren merupakan salah satu bukti keberhasilan sejarah
dimana lembaga pendidikannya sangat mengakar ditengah-tengah
masyarakat. Hubungan antara pesantren dengan masyarakat merupakan
hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme (saling menguntungkan).136
Untuk melakukan proses interaksi hubungan pesantren dengan
masyarakat ada beberapa prinsip dan pendekatan yang dilakukan oleh
pihak pesantren dan pihak masyarakat, yaitu :
a) Keterpaduan (intergrating), yakni Pimpinan pondok, guru,
masyarakat dan keluarga merupakan satu kesatuan yang utuh
yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
b) Berkesinambungan (continuiting), yakni suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Pesantren seharusnya memberi
informasi secara terus-menerus dan masyarakat ikut dalam
pembentukan publik opinion agar image masyarakat tetap baik
terhadap pesantren.
c) Menyeluruh (coverage) yaitu penyajian fakta-fakta kepada
masyarakat mengenai semua aspek kehidupan pesantren,
dimulai dari kehidupan keagamaan sampai pada kehidupan
ekonomi.
136
Kaspul Anwar US, Kepemimpinan Pesantren; Menawarkan Model Kepemimpinan Kolektif dan Responsif, (Jambi : Sulthan Thaha Press, 2011) hal 91
85
d) Sederhana (simplicity) ialah informasi yang diberikan secara
sederhana, yaitu informasi dengan kata-kata yang mudah
dimengerti dengan rasa persahabatan.
e) Kontruktif (contructiveness), ialah informasi yang dapat
membentuk pendapat umum yang positif terhadap pesantren
f) Kesesuaian (adaptability) ialah informasi-informasi yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya di pesantren
g) Luwes (flexibility) program yang sewaktu-waktu mampu
menerima perubahan yang akan terjadi pada waktu yang akan
datang.137
Adapun pendekatan yang perlu diperhatikan adalah pendekatan
secara persuasif, yaitu pendekatan yang teratur dan perlahan-lahan yang
disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Atas dasar itu maka ada
beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu :
a) Pertemuan dari hati ke hati dari pihak pondok ataupun
masyarakat
b) Mengadakan kunjungan timbal balik
c) Memberikan laporan kemajuan belajar pada orang tua
d) Pertemuan Kelompok
e) Tukar-menukar Pengalaman
f) Mengadakan diskusi bersama.138
Eksistensi pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren di
Indonesia diakui berdasarkan Dalam UU No.18 tahun 2019 tentang
pesantren, pada bagian keenam pasal 43-46 menjelaskan pesantren
dalam fungsi pemberdayaan masyarakat yaitu:
Pasal 43 menjelaskan bahwa Pesantren menyelenggarakan fungsi
pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan pesantren dan masyarakat.
137
Kaspul Anwar, Op.cit, , hal. 92 138
Ibid, hal. 93
86
Pasal 44 menjelaskan bahwa Dalam menyelenggarakan fungsi
pemberdayaan masyarakat, pesantren melaksanakan aktivitas dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang mandiri dan memiliki
keterampilan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan.
Pasal 45 menjelaskan bahwa Pemberdayaan Masyarakat oleh
pesantren dilaksanakan dalam bentuk:
a) Pelatihan dan praktik kerja lapangan;
b) Penguatan potensi dan kapasitas ekonomi pesantren dan
masyarakat;
c) Pendirian koperasi, lembaga keuangan dan lembaga usaha mikro,
kecil dan menengah;
d) Pendampingan dan pemberian bantuan pemasaran terhadap
produk masyarakat;
e) Pemberian pinjaman dan bantuan keuangan;
f) Pembimbingan manajemen keuangan, optimalisasi, dan kendali
mutu;
g) Pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan;
h) Pemanfaatan dan pengembangan teknologi industry dan/atau;
i) Pengembangan program lainnya.
Pasal 46 menjelaskan bahwa;
1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memberikan dukungan
dan fasilitas ke pesantren dalam melaksanakan fungsi
pemberdayaan masyarakat.
2) Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berupa:
a) Bantuan keuangan;
b) Bantuan sarana dan prasarana;
c) Bantuan teknologi; dan/atau;
d) Pelatihan keterampilan.
3). Dukungan dan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah pusat dan
87
pemerintah daerah dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.139
Pesantren terus berkembang mengikuti lintasan sejarah kehidupan
dengan tetap mempertahankan independensinya dan konsistensinya
dalam memainkan peran sebagai lembaga pendidikan dan pemberdayaan
sosial, dan dalam tataran yang lebih luas, pesantren juga berperan
sebagai benteng pengawal moral khususnya berkenaan dengan
terjaganya tradisi pesantren yang luhur dengan nilai- nilai keteladanan,
baik yang ditunjukan oleh figur kyai ataupun nilai-nilai agama yang
diajarkan di pesantren. Walhasil, semua paparan diatas dapat
dikategorikan sebagai potensi pesantren yang bisa dikembangkan secara
optimal, sehingga menjadi institusi yang berperan aktif dalam
memberdayakan masyarakat.
Pesantren memiliki akar sosio-historis yang cukup kuat sehingga
membuatnya mampu menduduki posisi yang relatif sentral dalam dunia
masyarakat dan sekaligus bertahan ditengah berbagai gelombang
perubahan.140
Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sangat mengakar
di masyarakat. Sebagai lembaga yang telah mengakar dan telah menjadi
bagian sosio-kultural masyarakat, pesantren memiliki peluang sebagai
salah satu penggerak ekonomi.
Dewasa ini banyak pesantren yang mengembangkan konsep
kewirausahaan dan kemandirian bagi pemberdayaan perkembangan
santri kedepan. Konsep tersebut dituangkan dalam program-program
kewirausahaan, antara lain :
a. Mini Market
Pesantren yang notabene tempat tinggal santri dalam menimba
ilmu agama, mempunyai peluang uasaha untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari santri melalui Mini Market. Kebutuhan
139
Undang-Undang No.18 Tahun 2019 tentang Pesantren. 140
Amin Hadari, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Kompleksitas Global, ( Jakarta ; IRD Press, 2004) hal. 195
88
akan mudah diperoleh santri tanpa harus keluar lokasi
pesantren. Adanya mini market merupakan sarana
pembelajaran bagi santri dalam bidang entrepreneurship.
b. Koperasi Pesantren (Kopontren)
Koperasi Pesantren adalah badan usaha yang beranggotakan
santri dan guru dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
berdasarkan asas kekeluargaan.
c. Klinik Konsultasi Rumah Tangga
Setiap manusia tentu tidak pernah luput dari masalah. Berbagai
cara dilakukan oleh setiap orang dalam menghadapi
masalahnya, salah satu usahanya yaitu datang ke kyai untuk
meminta petuah agar penyelesaian masalah tidak keluar dari
jalan Allah SWT. Seperti halnya konsultan pada umumnya
dalam memberikan bimbingan kepada kliennya, klien tersebut
memberikan imbalan tertentu kepada konsultan. Hal ini yang
membedakan antara kyai dan konsultan dalam memberikan
jasa bimbingan kepada masyarakat yakni keikhlasan dalam
memberi bantuan. Pemberian bantuan tidak berupa uang tetapi
berupa bantuan bahan bangunan untuk perbaikan kelas, pagar,
gedung ataupun masjid.
d. Agrobisnis
Lokasi pesantren yang kebanyakan didesa berpeluang besar
untuk mengembangkan agrobisnis. Sebuah harapan demi
tumbuh dan majunya agrobisnis dipedasaan tengah disemai
pemerintah. Santri dibekali jiwa entrepreneurship melalui
program agrobisnis. 141
Salah satu unsur terpenting dalam pesantren yaitu adanya kyai.
Kyai merupakan sosok paling berperan dalam pesantren. Dalam diri kyai
141
Jazim Hamidi – Mustafa Lutfi, Entrepreneurship Kaum Sarungan, ( Jakarta : Khalifa, 2010 ) hal. 157
89
menyatu beberapa kemampuan, diantaranya sebagai perancang
(designer), pendiri dan pemegang (developer) dan sekaligus seorang
pemimpim dan pengelola (leader and manager) pesantren.
Keberadaan seorang kyai entrepreneur sebagai pemimpin
pesantren, ditinjau dari tugas dan fungsinya, dapat dipandang sebagai
fenomena kepemimpinan yang unik dan mandiri. Dikatakan unik, karena
kyai sebagai sosok pemimpin lembaga pendidikan Islam, tidak sekedar
bertugas menyusun kurikulum, membuat peraturan tata tertib, merancang
sistem evaluasi, melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu agama di lembaga yang diasuhnya. Namun kyai juga
bertugas sebagai Pembina, pendidik umat dan sebagai pemimpin
masyarakat.
Dikatakan mandiri, karena seorang kyai mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan pesantren atas usaha-usaha yang dilakukannya
serta mampu menciptakan dunia kerja di pesantren. Usaha-usaha
tersebut merupakan salah satu modal pengembangan pesantren.
Disamping itu, diharapkan akan tertanam jiwa entrepreneurship pada diri
santri ketika keluar dari pesantren sehingga ketika terjun kedunia
masyarakat, mereka tidak merasa bingung untuk mencari pekerjaan,
bahkan justru bisa menciptakan lapangan kerja baru.
Peranan yang jelas tentang kyai dan kemampuannya memimpin
pesantren dapat dirumuskan seperti yang berikut;
a) Mampu merumuskan nilai-nilai dasar pengembangan masyarakat
yang diakui agama dan masyarakat. Misalnya sikap kebersamaan.
b) Mampu mebuat pola penglibatan normative, terutama dalam
mengamalkan ajaran keagamaan bagi warga pesantren khususnya
dan mereka bertanggung jawab terhadap status diri dan
lingkungannya dengan mengikuti teladan kehidupan dari kyai
tersebut.
90
c) Mampu mendorong tingkah laku kurang baik menjadi lebih baik
daripada santri sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam
komunitas yang sama.
d) Kyai berperan besar dalam mengubah para santrinya menjadi lebih
dalam memahami tentang Islam. Mereka juga dapat menyandang
gelar kyai sebagaimana guru mereka dikemudian hari.142
2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga/kekuatan, proses, cara, perbuatan memberdayakan.
Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti
pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dai
perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan eropa. Konsep
pemberdayaan mulai muncul sekitar decade tahun 1970-an dan kemudian
berkembang terus hingga kini bersamaan dengan makin merebaknya
pemikiran dan aliran postmodernisme.
Istilah empowerment yang berasal dari kata daya (power). Daya
dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat
dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia merupakan
sebuah konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan
power dengan pembagian kesejahteraan.143
Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan. Pemberdayaan
mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih
142
Mohamad Mustari, Peranan Pesantren Dalam Pembangunan Pendidikan Masyarakat Desa,(Yogyakarta : Multi Press, 2011) hal. 50 143
Aprillia Theresia dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, ( Bandung : Alfabeta, 2015) hal.93
91
keberdayaannya, oleh karena itu pemberdayaan sangat jauh dari
konotasi ketergantungan.
Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Berdaya suatu kondisi atau keadaan yang mendukung
adanya kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan adakah suatu upaya
meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu
masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, hasrat
dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan
diri secara mandiri.144
Secara bahasa, kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu
syarikat yang bermakna pembentukan suatu kelompok atau golongan
atau kumpulan. Dalam bahasa Inggris , pergaulan hidup disebut social,
hal ini ditujukan dalam pergaulan hidup kelompok manusia terutama
dalam kelompok masyarakat.
Secara umum, masyarakat adalah sekelompok orang/manusia
yang hidup bersama yang mempunyai tempat tinggal/daerah tertentu
untuk jangka waktu yang lama dimana masing-masing anggotanya saling
berinteraksi. Interaksi yang dimaksudkan berkaitan dengan sikap, tingkah
laku dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur
dalam suatu tata tertib/peraturan perundang-undangan tertentu yang
disebut hukum adat.145
Selanjutnya Soerjono Soekanto menjelaskan tentang istilah
community yang diterjemahnya sebagai masyarakat setempat yang
menunjukkan pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Anggota
masyarakat dalam suatu kelompok , baik kelompok itu besar maupun
kecil, hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut
dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama.146
144
Maskuri Bakri, Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan RRA dan PRA ( Surabaya : Visi Press Media, 2017 ) hal. 18 145
Abdullah Idi, Sosiologi Penduduk; Individu, Masyarakat dan Pendidik, ( Jakarta: Rajawali Press, 2011) hal.38 146
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : raja wali Press, 2012) hal.132
92
Dengan paparan tersebut tentang masyarakat dapat disimpulkan
bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama
tinggal disatu tempat atau daerah tertentu dengan mempunyai aturan
tertentu tentang tata cara hidup mereka menuju satu tujuan yang sama
dengan menghasilkan sebuah kebudayaan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan
masyarakat, lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.
Konsep pemberdayaan dapat dilihat dari tiga sisi yaitu; Pertama,
pemberdayaan dengan menciptakan suasana atau iklim yang
berkembang. Kedua, pemberdayaan untuk memperkuat potensi ekonomi
atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka memperkuat potensi
ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat
kesehatan serta akses terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi,
seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar. Ketiga,
pemberdayaan melalui pengembangan ekonomi rakyat dengan cara
melindungi dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang
serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju
dengan yang belum berkembang.147
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat terlepas dari
perangkap kemiskinan maupun keterbelakangan. Dengan demikian
pemberdayaan dapat dikatakan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat baik dibidang ekonomi, social
budaya, politik dan lain sebagainya.
Keterbelakangan dan kemiskinan yang muncul dalam proses
pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pemilikan atau
akses pada sumber-sumber power. Proses historis yang panjang
menyebabkan terjadinya power dispowement, yakni peniadaan power
pada sebagian masyarakat, akibatnya masyarakat tidak memiliki akses
yang memadai terhadap akses produktif yang umumnya dikuasai oleh
147
Moh. Ali Aziz dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat : Paradigma Aksi Metodologi (Yogyakarta : PT.LKiS Pelangi Akasara, 2009) hal.171
93
mereka yang memiliki power. Pada gilirannya keterbelakangan secara
ekonomi menyebabkan mereka makin jauh dari kekuasaan.
Begitulah lingkaran setan itu terus berputar. Oleh karena itu,
pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu
kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan
masyarakat dalam struktur ekonomi dan kekuasaan.
Menurut Sumodiningrat dalam Aprillia bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat
perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun
pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang
saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan
pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.148
Pemberdayaan Masyarakat (community empowerment) adalah
perwujudan capacity building masyarakat yang bernuansa pada
pemberdayaan sumber daya manusia melalui pengembangan
kelembagaan pembangunan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat
pedesaan dengan pembangunan sistem ekonomi rakyat, sarana
prasarana serta pembangunan 3-P yaitu:
a. Pendampingan yang dapat menggerakkan partisipasi
total masyarakat.
b. Penyuluhan dapat merespon dan memantau ubah-
ubahan yang terjadi di masyarakat.
c. Pelayanan yang berfungsi sebagai unsure pengendali
ketepatan distribusi aset sumber daya fisik, non fisik
yang diperlukan masyarakat.149
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, sangat mutlak
ditingkatkan penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan
masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan hak-hak ekonomi,
148
Ibid, hal. 94 149
Ibid, hal. 19
94
sosial dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat.
Permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek
ekonomi adalah:
a) Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk
memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya masyarakat
kecil dalam mengembangkan kegiatan usaha ekonomi kompetitif.
b) Kurangnya penciptaan akses masyarakat terhadap input sumber
daya ekonomi berupa lokasi berusaha, lahan usaha, informasi
pasar dan teknologi produksi.
c) Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun
organisasi ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan posisi
tawar dan daya saingannya.
Ditinjau dari aspek sosial, permasalahan dalam pemberdayaan
masyarakat adalah;
a) Kurangnya upaya yang dapat mengurangi pengaruh lingkungan
social-budaya yang mengukung masyarakat pada kondisi
structural.
b) Kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan
pengetahuan dan keterampilan termasuk informasi.
c) Kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi
sosial yang dapat menjadi sarana interaksi sosial.
d) Belum mantapnya kelembagaan yang dapat memberikan
pertahanan dan perlindungan bagi masyarakat yang terkena
dampak krisis ekonomi.
e) Belum berkembangnya kelembagaan yang mampu
mempromosikan asas kemanusiaan, keadilan, persamaan hak, dan
perlindungan bagi masyarakat rentan.
Permasalahan pokok pemberdayaan masyarakat ditinjau dari
aspek politik adalah;
95
a) Kuatnya peran pemerintah dan organisasi politik yang tidak
disadari justru telah menekan hak dan kemandirian masyarakat.
b) Pembatasan hak masyarakat dalam menyampaikan hak pendapat.
c) Keterbatasan untuk mengembangkan organisasi masyarakat.
d) Kurangnya akses masyarakat dalam pengambilan keputusan public
yang menyangkut kehidupan masyarakat.150
Tantangan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
bagaimana membangun kelembagaan social-ekonomi yang mampu
memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan lapangan
kerja dan pendapatan yang layak, martabat dan eksistensi pribadi,
kebebasan menyampaikan pendapat, berkelompok dan berorganisasi
serta berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik.
Menurut Khan dalam Maskuri mengemukan bahwa pemberdayaan
merupakan hubungan antar personil yang berkelanjutan untuk
membangun kepercayaan antara karyawan dan manajemen, antara
masyarakat dan pemerintah, sedangkan menurut Byays dan Rue
mengemukakan bahwa pemberdayaan merupakan bentuk desentralisasi
yang melibatkan pemberian tanggung jawab pada bawahan dalam
membuat keputusan.
Pemberdayaan Masyarakat pada hakikatnya memiliki dua makna
pokok, yakni : 1) meningkatkan kemampuan masyarakat ( to give ability or
enable) melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program
pembangunan agar kondisi kehidupan masyarakat dapat mencapai
tingkat kemampuan yang diharapkan, dan 2) meningkatkan kemandirian
masyarakat melalui pemberian wewenang secara proporsional kepada
masyarakat dalam pengambilan keputusan (to give authority) dalam
rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri. Hal ini
menunjukan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat berarti
memampukan dan memandirikan masyarakat.
150
Moh. Ali Aziz Dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi, ( Yogyakarta : PT.Lkis Pelangi Aksara, 2009) Hal 76
96
Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam
pembangunan berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap
anggota masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan
dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan dapat menikmati hasil-
hasil pembangunan secara proposional.
Dari defenisi tersebut dapat diambil beberapa hal penting tentang
pengertian pemberdayaan, yakni meliputi :
1) Pemberian tanggungjawab dan wewenang
2) Menciptakan kondisi saling percaya antar pemerintah dan
masyarakat
3) Adanya employee invlopment yaitu melibatkan stake holders
dalam pengambilan keputusan.
Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat
secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi
dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk
menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses
terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap
teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.
Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan
satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat
dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta
meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses
pembangunan nasional.
b. Model – Model Pemberdayaan
1. Model Program Padat Karya Agribisnis (PPKA)
Model bantuan ini lebih bersifat konsumtif bagi tenaga kerja buruh,
namun sekaligus juga untuk mendorong munculnya wirausaha-
wirausaha kecil dipedesaan. Model ini sifatnya kemitraan antara
97
tenaga buruh di pedesaan dan pedagang/pengusaha agribisnis
kecil di pedesaan. Tenaga buruh mendapat kesempatan untuk
bekerja dengan upah harian yang memadai dengan menggarap
lahan-lahan tidur atau lahan-lahan yang tidak tergarap, sedangkan
pedagang/pengusaha mendapat bahan dagangan dari hasil usaha
tersebut.
2. Model Pembinaan Kelompok Usaha Produktif
Salah satu kendala serius dalam upaya mengentaskan kemiskinan
petani dan nelayan miskin adalah karena tingginya perilaku
konsumtif. Pengubahan perilaku ke arah yang lebih produktif
memerlukan ketekunan dan upaya-upaya yang kontiniu.
3. Model SPAKU-Ponpes
Model sentra pengembangan agribisnis komoditi unggulan
(tanaman) – (SPAKU) yang melibatkan pondok pesantren sebagai
agent of change. Para petani berkelompok membentuk kelompok
usaha bersama agribisnis (KUBA) sehingga usaha tani yang
dilakukan mencapai skala ekonomi.
4. Model Kelompok Perguliran Bantuan Ternak
Pemberian bantuan bibit sapi potong diberikan kepada kelompok
peternak yang dibentuk oleh para anggota masyarakat. Perguliran
bibit ternak diatur diantara anggota kelompok masyarakat.
5. Model Koperasi Agroindustri (KOPAGI)
Koperasi ini membina para anggotanya untuk membentuk
kelompok usaha bersama agroindustri (terutama pengolahan hasil-
hasil pertanian) dengan memanfaatkan kredit murah bagi para
anggota koperasi. Dalam pembinaan manajemen dan inovasi
teknologi, KOPAGI menjalin kerjasama dengan lembaga-
lembaga/instansi terkait seperti BLKI, Litbang, Perguruan Tinggi,
Dinas terkait untuk melaksanakan diklat bagi anggota. Dalam hal
pemasaran, dilakukan kerjasama dengan pusat pertokoan seperti
waserda, supermarket dan kios. Aktivitas-aktivitas ekonomi
98
tersebut disinergikan dalam bentuk kawasan industri milik
masyarakat.
6. Model Lembaga Keuangan Mikro bagi Dhuafa
Lembaga keuangan ini menyediakan kredit khusus untuk dhuafa
yang telah memiliki usaha di sektor non produksi pertanian,
bertujuan mendorong usaha berdasarkan bidangnya tanpa banyak
ikut mencampuri usaha yang dilakukan. Lembaga keuangan
bertujuan memberikan pelayanan kredit dengan mudah dengan
arah penggunaan yang dikehendaki oleh nasabah.
7. Model Bantuan Hibah Bersaing
Model bantuan hibah ini lebih bersifat konsumtif atau untuk
investasi sumber daya manusia yang dampaknya berjangka
panjang (pendidikan dan kesehatan). Pemberian bantuan hibah
harus benar-benar bersaing, artinya harus sampai kepada
kelompok orang-orang dhuafa yang benar-benar paling
membutuhkan. Pemilihan kelompok sasaran dilakukan dengan
pendekatan partisipasi, melibatkan karang taruna atau kelompok
dasa wisma setempat. 151
Khan menawarkan sebuah model pemberdayaan yang dapat
dikembangkan dalam sebuah organisasi untuk menjamin keberhasilan
proses pemberdayaan organisasi sebagaimana digambarkan berikut :
Gambar 2.7
Model Pemberdayaan (Emprowerment)152
151
Moh.Ali Aziz, Op.cit, hal 83 152
Maskuri Bakri, Pemberdayaan Masyarakat:Pendekatan RRA Dan PRA (Surabaya : Visi Pres Media, 2017) Hal 21
1. Desire
6. Communication 5. Accountability 4. Credibility
3. Confident 2. Trust
99
Penjelasan mengenai model dan tahapan-tahapan dalam
pemberdayaan pada gambar diatas adalah sebagai berikut:
1. Desire
Pemberdayaan tahap pertama adalah tahap desire
(pendelegasian) yaitu dimana adanya pendelegasian dari pihak
manajemen dalam hal ini pemerintah mendelegasikan dan
melibatkan masyarakat antara lain: 1) masyarakat diberi
kesempatan untuk mengidentifikasikan permasalahan yang
sedang berkembang, 2) pemerintah memperkecil directive
personality dan memperluas keterlibatan masyarakat, 3)
pemerintah mendorong terciptanya persfektif baru dan
memikirkan kembali strategi kerja, 4) pemerintah
mengembangkan keahlian dan melatih masyarakat untuk
mengawasi sendiri (self control).
2. Trust
Tahap Trust (membangun kepercayaan) yaitu dimana adanya
keinginan dari manajemen dalam hal ini pemerintah untuk
membangun kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.
Tindakan yang termasuk dalam tahap ini antara lain:
1) pemerintah memberi kesempatan atas penggunaan sumber
daya yang mencukupi bagi masyarakat, 2) pemerintah
menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi bagi
masyarakat dalam menyelesaikan pekerjaannya, 3) pemerintah
menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan
masyarakat, 4) pemerintah menyediakan akses informasi yang
cukup.
3. Confident
Tahap ketiga adalah tahap confident (saling percaya) yaitu
dimana adanya tindakan yang dapat menimbulkan rasa saling
percaya diantara pemerintah dan masyarakat dengan
100
menghargai terhadap kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat. Tindakan yang termasuk dapat menimbulkan
confident adalah : 1)pemerintah mendelegasikan tugas kepada
masyarakat, 2) pemerintah menggali ide dan saran dari
masyarakat, 3) pemerintah memperluas tugas dan membangun
jaringan dengan masyarakat 4) pemerintah menyediakan jadwal
pelatihan dan mendorong penyelesaian yang baik.
4. Credibility
Tahap keempat adalah credibility yaitu tahap dimana adanya
keinginan dari pihak manajemen dalam hal ini pemerintah untuk
menjaga kredibilitas dengan cara pemberian penghargaan dan
pengembangan masyarakat, yang termasuk dalam tindakan ini
adalah : 1) pemerintah memandang bahwa masyarakat sebagai
partner yang sangat strategis dalam mengembangkan
pembangunan nasional, 2) pemerintah memperkenalkan inisiatif
masyarakat untuk melakukan perubahan melalui partisipasinya,
3) pemerintah membantu menyelesaikan perbedaan dalam
penentuan tujuan dan proritas.
5. Accountability
Tahap kelima adalah tahap accountability yaitu keinginan dari
pihak manajemen dalam hal ini pemerintah untuk meminta
pertanggung jawaban masyarakat, hal ini sebagai sarana
evaluasi terhadap prestasi kerja masyarakat dalam
menyelesaikan dan tanggung jawab terhadap wewenang yang
diberikan, yang termasuk dalam tindakan ini adalah :1)
pemerintah menggunakan jalur training dalam mengevaluasi
prestasi masyarakat, 2) pemerintah memberikan saran dan
bantuan kepada`masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya, 3)
pemerintah menyediakan periode dan waktu pemberian
feedback atau menambah bantuan.
101
6. Communication
Tahap keenam adalah tahap communication yaitu dimana
kegiatan dari pihak manajemen dalam hal ini pemerintah
mengadakan komunikasi yang saling terbuka untuk
menciptakan suatu keadaan yang saling memahami antara
masyarakat dan pemerintah. Keterbukaan ini dapat terwujud
dengan adanya kritik dan saran terhadap hasil dan prestasi
yang dilakukan masyarakat, yang termasuk dalam tahap ini
adalah: 1) pemerintah menetapkan kebijakan open door
communication, 2) pemerintah menyediakan waktu untuk
mendapatkan informasi dan mendiskusikan permasalahan
secara terbuka, 3) pemerintah menciptakan kesempatan untuk
corss training.153
Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu kunci pokok
keberhasilan pembangunan nasional. Dengan pemberdayaan
masyarakat, berarti masyarakat dilibatkan secara aktif dalam
pembangunan. Ini sesuai dengan konteks pembangunan daerah yang
menekankan pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dengan demikian, masyarakat dilibatkan sejak dari awal pada saat
perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan melestarikan hasil
pembangunan.
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah untuk :
a) Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya
dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan
b) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan
153
Ibid, hal 20-24
102
menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan
melalui pengubahan struktur.
Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan)
untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-
pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola
kelembagaan masyarakat secara bertanggung jawab demi perbaikan
kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti
perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat
baik dalam arti;
1) Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan
2) Perbaikan kesejahteraan social (pendidikan dan kesehatan)
3) Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
4) Terjaminnya keamanan
5) Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut
dan kekhawatiran.154
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayan adalah
memampukan dan memandirikan ekonomi masyarakat.
Ekonomi adalah bidang kegiatan manusia yang berkaitan dengan
usaha pemenuhan kebutuhan dasar hidup agar dapat menjalani
kehidupannya secara layak dan bermartabat. Dalam skala yang besar,
negarapun didirikan untuk kesejahteraan hidup warganya, dengan
melakukan pembangunan ekonomi yang terencana. Negara berkewajiban
untuk melindungi warganya agar dapat hidup sejahtera, melepaskan
warganya dari lilitan kemiskinan. Salah satu peran Negara untuk
154
Aprillia Theresia dkk, Op.cit. hal.117
103
mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah lewat pengelolaan
ekonomi secara aktif. 155
Ekonomi secara bahasa berasal dari kata oikos dan nomos yang
berarti mengatur rumah tangga. Dari pengertian tersebut dapat diartikan
bahwa ekonomi mengatur rumah tangga yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup melalui kegiatan atau aktifitas ekonomi.156
Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam mengelola kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi
barang dan jasa dengan sumber daya produktif yang terbatas, dengan
tujuan memenuhi kebutuhan manusia sebaik-baiknya. Ekonomi
berpangkal dari dua kenyataan mendasar, kebutuhan manusia yang tak
terbatas dan sumber daya ekonomi terbatas, dan bersifat alternatif
sehingga memerlukan pertimbangan apa yang diperoleh dan apa yang
harus dikorbankan. Pada dasarnya masing-masing subjek ekonomi
(produsen, konsumen, dan pemilik faktor produksi) bebas mengurus
kepentingannya sendiri-sendiri dan berusaha memaksimalkan
pendapatannya.157
Islam sebagai agama Allah, mengatur kehidupan manusia baik
kehidupan di dunia maupun akhirat. Perekonomian adalah bagian dari
kehidupan manusia, maka tentulah hal ini ada dalam sumber yang mutlak
yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunnah, yang menjadi panduan dalam menjalani
kehidupan. Kedudukan sumber yang mutlak ini menjadikan Islam sebagai
suatu agama yang istimewa dibandingkan dengan agama lain sehingga
dalam membahas perspektif ekonomi Islam segala bermuara pada aqidah
Islam berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.158
Dalam upaya memberdayakan masyarakat tersebut dapat dilihat
dari tiga sisi, yaitu;
155
Musa asy‟arie, Dialektika Islam: Etos Kerja Dan Kemiskinan, (Yogyakarta ; LESFI, 2016) hal 100 156
Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, (Yogyakarta, UII Press, 2014), hal. 55. 157
T.Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yokyakarta: Kanisius, 2013), hal, 11. 158
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana, 2015), hal, 3
104
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi
yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan
akses kedalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah, oleh karena kekurang-berdayaan dalam menghadapi yang kuat.
Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam proses pemberdayaan masyarakat. 159
Menurut Suharto, pelaksanaan pencapaian tujuan pemberdayaan
dapat diterapkan melalui lima pendekatan pemberdayaan, yaitu;
Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.
Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari
sekat-sekat kultural dan structural yang menghambat.
Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu
menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan
diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.
159
Aprillia Theresia dkk, op.cit, hal 120
105
Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok-
kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat,
menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi
tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah. Pemberdayaan
harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan
dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang
semakin lemah dan terpinggirkan.
Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok
dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin
keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang
memperoleh kesempatan berusaha.160
Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola
pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat
adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk
merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah
mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan
untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasal dari pemerintah
maupun pihak amil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi
masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.
Tiga pilar yang harus diperlukan dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta dan
masyarakat yang hendaknya menjalin hubungan kemitraan yang selaras.
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian tersebut meliputi
160
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Social ( Bandung : Refika Aditama, 2017 ) hal. 68
106
kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada
pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk mencapai
kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses.
Ada dua upaya agar pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa
dijalankan, diantaranya pertama, mempersiapkan pribadi masyarakat
menjadi wirausaha. Karena kiat Islam yang pertama dalam mengatasi
masalah kemiskinan adalah dengan bekerja. Dengan memberikan bekal
pelatihan, akan menjadi bekal yang amat penting ketika akan memasuki
dunia kerja.
Agama Islam juga menginspirasi dan mendorong manusia untuk
membebaskan dirinya dari kemiskinan dan kefakiran dalam berbagai
dimensinya. Bahkan Al-Qur‟an mengatakan bahwa kefakiran atau
kemiskinan adalah janji syaitan, seperti yang dijelaskan dalam surat
Al-Baqarah ayat 268 yaitu :
Artinya :
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS 2 : 268 )161
Bentuk pemberdayaan yang kedua, adalah dengan pendidikan.
Kebodohan adalah pangkal dari kemiskinan, oleh karenanya untuk
mengentaskan kemiskinan dalam jangka panjang adalah dari sektor
pendidikan, karena kemiskinan ini kebanyakan sifatnya turun-menurun,
dimana orang tuanya miskin sehingga tidak mampu untuk menyekolahkan
anaknya, dan hal ini akan menambah daftar angka kemiskinan kelak di
161
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Ibid hal 45
107
kemudian hari.
Bentuk pemberdayaan di sektor pendidikan ini dapat disalurkan
dua cara, pertama pemberian beasiswa bagi anak yang kurang mampu,
dengan diberikannya beasiswa otomatis menguangi beban orang tua
dan sekaligus meningkatkan kemauan belajar, kedua, penyediaan
sarana dan prasarana, proses penyalurannya adalah dengan
menyediakan proses tempat belajar formal atau pun non formal, atau
paling tidak dana yang di salurkan untuk pendidikan ini selain untuk
beasiswa juga untuk pembenahan fasilitas sarana dan prasarana belajar,
karena sangat tidak mungkin menciptakan seorang pelajar yang
berkualitas dengan sarana yang minim.
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya pemihakan, penyiapan
dan perlindungan untuk menjadikan rakyat berdaya, yang dimaksud
rakyat berdaya adalah rakyat yang mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri, mereka yang bisa menghasilkan dan menikmati produk
yang dihasilkan. Mereka harus bisa menikmati apa yang telah mereka
hasilkan. Dalam konteks ekonomi, menikmati berarti konsumsi (demand),
sedangkan menghasilkan berarti produksi (supply). Masyarakat yang
berdaya berarti mampu mengikuti hukum alam-mampu bertahan secara
mandiri (survival life), mampu mengikuti mekanisme alam-mampu meniru
sifat dan kemuliaan Allah SWT sepanjang hidupnya untuk mencapai
kesempurnaan dan mampu mengikuti mekanisme pasar-mampu memiliki
produk yang bisa dipertukarkan sebagai sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagai tabungan masa depan.162
Dalam Al-Qur‟an surat Arra‟du ayat 11 menjelaskan tentang
makna pemberdayaan yaitu:
162
Gunawan dan Ari Wulandari, Membangun Indonesia dari Desa, ( Yogyakarta : Media Pressindo, 2016) hal 97
108
Artinya bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS 13:11)163
Pemberdayaan dapat pula dimaknai dari kata empowerment, yaitu
upaya memberi daya, memberi kekuatan atau suatu power agar rakyat
dapat hidup dengan benar, maksud hidup dengan benar adalah hidup
yang menggunakan prinsip dasar Kerja-Untung-Menabung.164
Gambar 2.8
Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat
Setiap orang yang sudah memiliki prinsip Kerja - Untung -
Menabung harus mampu mengelola penghasilannya dengan baik,
sehingga mampu memiliki tabungan. Pengelolaan keuangan yang baik
163
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Ibid hal 176 164
Ibid, hal. 98
Kerja - Untung-
Tabung
Pengelolaan
Keuangan
Tabungan
sebagai Sumber
Pertumbuhan
109
akan membuat seseorang bisa merencanakan, mengalokasikan dan
menambah penghasilannya. Tabungan berfungsi sebagai sumber
pertumbuhan. Orang miskin yang memiliki tabungan akan menjadi kaya
dan sebaliknya orang kaya yang tidak memiliki tabungan akan menjadi
miskin. Mereka yang memiliki tabungan bisa mengalokasikan
tabungannya untuk investasi yang akan berkembang sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraannya.
Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola
pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan. Bentuk yang tepat
sasaran dalam pemberdayaan adalah dengan memberikan kesempatan
kepada kelompok masyarakat kelas bawah untuk merencanakan dan
melaksanakan program pembangunan yang telah ditentukan. Beberapa
bentuk pola pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu;
1. Bantuan Modal.
Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat tuna
daya adalah permodalan. Pemberian bantuan modal ini dilakukan melalui
bantuan usaha baru mikro, usaha kecil dan usaha menengah untuk
mendapatkan akses di lembaga keuangan.
2. Bantuan Pembangunan Prasarana.
Usaha mendorong produktivitas dan tumbuhnya usaha, tidak akan
memiliki arti penting bagi masyarakat, jika hasil produksinya tidak dapat
dipasarkan atau dapat dijual hanya dengan harga yang rendah. Oleh
sebab itu komponen penting dalam usaha pemberdayaan di bidang
ekonomi adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran.
Tersedianya prasarana pemasaran dan transportasi dari lokasi produksi
ke pasar akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan
meningkatkan penerimaan petani, pengusaha mikro, pengusaha kecil dan
pengusaha menengah. Artinya dari sisi pemberdayaan ekonomi maka
pembangunan prasarana pendukung sangat strategis.
110
3. Bantuan pendampingan.
Pendampingan masyarakat tuna daya memang perlu dan penting.
Tugas utama pendampingan adalah memfasilitasi proses belajar dan
menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik usaha mikro, usaha
kecil, usaha menengah dan usaha besar.
4. Penguatan kelembagaan
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah pada mulanya
dilakukan melalui pendekatan individual, jika pendekatan individual belum
memberikan hasil yang memuaskan maka dilakukan pendekatan
kelompok. Melalui kelompok, akan dapat membangun kekuatan untuk
menentukan distribusi.
5. Penguatan kemitraan usaha
Pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi adalah penguatan
bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang
kecil dan menengah. Dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang
besar dan menengah. Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada
keterkaitan antara yang besar dengan yang menengah dan kecil. Sebab
hanya dengan keterkaitan produksi yang adil, efesiensi akan terbangun.
Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan
dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi, masing-masing pihak
akan diberdayakan.165
c. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang
memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi
kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Strategi pemberdayaan masyarakat, pada dasarnya
mempunyai tiga arah, yaitu :
165
Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, ( Yogyakarta: Teras, 2010) hal.3
111
Pertama, pemihakan dan pemberdayaan, masyarakat, Kedua,
pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan
pembangunan yang mengembangkan peran serta masyarakat. Ketiga,
modernisasi melalui penjaminan arah perubahan struktur social ekonomi
(termasuk didalamnya kesehatan), budaya, politik yang bersumber pada
partisipasi masyarakat.
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan
dengan strategi sebagai berikut :
1) Menyusun instrument pengumpulan data. Dalam kegiatan ini
informasi yang diperlukan dapat berupa hasil penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, referensi yang ada
dari temuan dari pengamatan lapangan
2) Membangun pemahaman, komitmen untuk mendorong
kemandirian individu, keluarga dan masyarakat.
3) Mempersiapkan sistem informasi, mengembangkan sistem
analisis, intervensi, monitoring dan evaluasi pemberdayaan
individu, keluarga dan masyarakat.166
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu pelimpahan atau
pemberian kekuatan (power) yang akan menghasilkan hierarki kekuatan
dan ketiadaan kekuatan, seperti yang dikemukakan Simon bahwa
pemberdayaan merupakan suatu aktivitas refleksi, suatu proses yang
mampu diinisiasikan dan dipertahankan hanya oleh agen atau subyek
yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri (self-determination).
Sulistiyani menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pem-
berdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan
dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau
kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemam-
166
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Persfektif Kebijakan Publik, ( Jakarta : Alfabeta, 2017) hal. 168-169
112
puan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
berdaya.167
Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang
dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau
memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis,
menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan
sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan
sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami
oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif serta
sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kemandirian masyarakat
dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses belajar. Masyarakat yang
mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan memperoleh
daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses
pengambilan keputusan secara mandiri. Berkaitan dengan hal ini, bahwa
keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandiriannya dapat
dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Menurut Schuler, hashemi dan Riley dalam Edi Suharto
menjelaskan indikator pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu;
1) Evaluasi positif terhadap kontribusi ekonomi dirinya
2) Keinginan memiliki kesempatan ekonomi yang setara
3) Keinginan memiliki kesamaan hal terhadap sumber yang
ada pada rumah tangga dan masyarakat
167
Kesi Widjajanti, Model Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, Hlm.15-27
113
4) Akses terhadap pelayanan keuangan mikro
5) Akses terhadap pendapatan
6) Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumah
tangga
7) Akses terhadap pasar
8) Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta
keuntungan yang dihasilkannya
9) Kontrol atas asset produktif dan kepemilikan keluarga
10) Mampu memberi gaji terhadap orang lain
11) Bertindak sebagai model peranan bagi orang lain terutama
dalam pekerjaan publik.168
Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif
masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan.
Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah
dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses sumber
daya produktif atau masyarakat yang terpinggirkan dalam pembangunan.
Tujuan akhir dari proses pemberdayaan masyarakat adalah untuk
memandirikan warga masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup
keluarga dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya.
Dalam konteks pemberdayaan ekonomi untuk penguatan
masyarakat dalam mendapatkan gaji/upah yang memadai, untuk
memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan sehingga
memperoleh peningkatan hasil secara ekonomi. Pemberdayaan dibidang
ekonomi merupakan upaya untuk membangun daya masyarakat dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
168
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Social ( Bandung : Refika Aditama, 2017 ) hal.65
114
Tabel 2.1 Indikator Sistem Pemberdayaan Masyarakat169
Sub – system Indikator
Kebijakan Sifat (sentralistis/desentralisasi)
Proses perumusan (partisipatif masyarakat)
Pihak yang dilibatkan dalam perumusan
(birokrasi, akademisi, pelaku bisnis,
kelompok masyarakat dan lain-lainl)
Kelembagaan Ragam Kelembagaan (pemerintah, swasta,
masyarakat)
Efektivitas kelembagaan
Sumber pembiayaan yang diperlukan
Ketenagaan Mutu/kualifikasi SDM
Pengalaman Kerja
Pembiayaan (PNS, Swasta, Swadaya
masyarakat)
Penyelenggaraan Sistem kerja
Metode
Materi
Perlengkapan (mutu dan kelengkapan)
Kinerja SDM
Sarana/prasarana Kelengkapan
Kecukupan
Mutu
Pembiayaan
Pembiayaan Pemerintah (APBN, APBD, BLM, Hibah,
Modal bergulir dan lainnya
Swasta (sponsor, kerjasama)
Swadaya Masyarakat
Pengawasan/Pengendalian Sifat (partisipatif)
Yang dilibatkan
Waktu (periode, berkala)
Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan dan atau
memfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki aksesibilitas
terhadap sumber daya, yang berupa modal, teknologi, informasi, jaminan
169
Aprillia Theresia, Op.cit, hal. 308
115
pemasaran dan lain-lain agar mereka mampu memajukan dan
mengembangkan usahanya sehingga memperoleh perbaikan pendapatan
serta perluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan
kesejahteraan masyakarat.
Kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari aktivitas ekonomi
yang terjadi di masyarakat tersebut. Aktivitas ekonomi akan menghasilkan
nilai tambah ekonomi maupun nilai tambah sosial di masyarakat. Nilai
tambah tersebut antara lain berupa dihasilkannya barang dan jasa,
kesempatan kerja, pemanfaatan asset, surplus usaha maupun nilai
tambah social adalah sumber utama pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, main tinggi aktivitas ekonomi di suatu
daerah, makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut
dan sebaliknya. Setiap aktivitas ekonomi diawali dengan aktivitas
investasi. Dengan demikian, pemerintah perlu proaktif untuk
memanfaatkan setiap peluang investasi menjadi kenyataan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 2.9
Hubungan Investasi, Bisnis dan Kesejahteraan Masyarakat170
Di era otonomi dan globalisasi ekonomi yang berjalan secara
serempak saat ini, pemerintah kabupaten dituntut untuk lebih proaktif dan
170
Hendry Faizal Noor, Investasi, Pengelolaan Keuangan, dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat ( Jakarta : Mitra wacana Media, 2014 ) hal. 259
Pemerintah perlu identifikasi
keunggulan sumber daya untuk
mendorong investasi di masing-
masing daerah
Pemerintah perlu mendorong aktivitas
ekonomi dan bisnis di masing-masing
daerah sesuai dengan potensi dan
keunggulan yang dimilikinya
Kegiatan
Investasi Kesejahteraan
masyarakat Meningkatkan
116
kreatif dalam membangun daerahnya masing-masing. Disamping itu,
otonomi daerah yang berlangsung saat ini telah membawa tantangan
sekaligus peluang bagi setiap daerah kabupaten/kota untuk membangun
daerahnya secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Salah satu indikator penting dari kesejahteraan masyarakat adalah
makin banyaknya pilihan barang dan jasa untuk dipilih sebagai alat
pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Proses kegiatan ekonomi di
masyarakat dimulai dari adanya kebutuhan konsumsi barang dan jasa
(demand), yang diikuti oleh timbulnya peluang usaha untuk memproduksi
barang dan jasa tersebut (supply) di masyarakat secara terus menerus
yang terjadi secara berurutan.171
Untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dituntut
kreativitas dari masing-masing pemerintah baik pusat maupun daerah
guna mencari berbagai terobosan yang legal dan halal yang dapat
meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, maka
pemerintah mempunyai tugas untuk mempromosikan berbagai peluang
investasi yang ada kepada masyarakat agar`aktivitas ekonomi meningkat
sehingga kesejahteraan masyarakat juga dapat ditingkatkan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar hubungan aktivitas ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
171
Ibid, hal. 253
117
Gambar 2.10
Hubungan Aktivitas Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Program Pemerintah
Dalam kaitan pemberdayaan ekonomi masyarakat berarti segala
kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan
pendidikan.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan
factor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran,
penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai dan
penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu
berdiri sendiri untuk mengatasi masalah-masalah mereka sendiri,
meningkatkan kualitas hidup, mencapai kesejahteraan dan memperbaiki
kedudukannya dalam masyarakat.
d. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan
yang berbasis masyarakat (people centered development). Terkait
dengan hal ini pembangunan, apapun pengertian yang diberikan
terhadapnya selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan
mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi maupun social
Kesejahteraan
Masyarakat Meningkat
Meningkatnya Income
Masyarakat
Mendorong Permintaan
Pasar
Pertambahan
Lowongan Pekerjaan Pertumbuhan Investasi
118
budayanya. Mengacu pada konsep tersebut maka tujuan pemberdayaan
meliputi upaya perbaikan sebagai berikut;
1. Perbaikan pendidikan (better education) dalam artian
pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk
pendidikan yang lebih baik. Perbaikan pendidikan dilakukan
melalui pemberdayaan. Perbaikan pendidikan mampu
menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.
2. Perbaikan aksesbilitas (better accesbility), dengan tumbuh dan
berkembangnya semangat belajar seumur hidup diharapkan
akan memperbaiki aksesbilitas terutama tentang aksesbilitas
dengan sumber informasi/inovasi, sumber pembiayaan,
penyedia produk dan peralatan, lembaga pemasaran.
3. Perbaikan tindakan (better action), dengan bekal perbaikan
pendidikan dan perbaikan aksebilitas dengan beragam sumber
daya yang lebih baik diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan
yang semakin lebih baik.
4. Perbaikan kelembagaan (better institution), dengan perbaikan
kegiatan/tindakan yang dilakukan diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan termasuk pengembangan jejaring kemitraan
usaha.
5. Perbaikan usaha (better business), perbaikan pendidikan
(semangat belajar), perbaikan aksebilitas dan perbaikan
kelembagaan diharapkan akan memperbaiki bisnis yang
dilakukan.
6. Perbaikan pendapatan (better income), dengan terjadinya
perbaikan bisnis yang dilakukan diharapkan akan dapat
memperbaiki pendapatan yang diperolehnya termasuk
pendapatan keluarga dan masyarakat.
7. Perbaikan lingkungan (better environment), perbaikan
pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik
119
dan social) karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan
oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.
8. Perbaikan kehidupan (better living), tingkat pendapatan dan
keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat
memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluargadan
masyarakat.
9. Perbaikan masyarakat (better community), keadaan kehidupan
yang baik yang didukung oleh lingkungan (fisik dan social) yang
lebih baik diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat
yang lebih baik pula.
Gambar 2.11
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
BETTER
EDUCATION
(5) BETTER
INCOME
(1) BETTER
ACCESSIBILITY
(3) BETTER
INSTITUTION (7) BETTER
LIVING
(4) BETTER
BUSINESS (6) BETTER
ENVIRONMENT
(8) BETTER
COMMUNITY
(2) BETTER
ACTION
120
Terkait dengan tujuan pemberdayaan masyarakat selalu merujuk
pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu hidup manusia,
baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial budaya.
Dalam pemberdayaan ada kondisi dimana masyarakat secara
umum memiliki kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam
kesempatan, kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku
saling membantu dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Upaya
pemberdayaan membutuhkan dukungan dari berbagi pihak, baik
pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Pemberdayaan yang
dilakukan memiliki dampak keberdayaan masyarakat untuk keluar dari
hambatan struktural, sehingga masyarakat yang berdaya ini nantinya
dapat mengaktualisasikan potensi diri dan kapasitasnya untuk
menghadapi tantangan eksternal sebagai dampak dari pembangunan.
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat tersebut menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
meningkatkan masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya dan
memperkuat kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti mempunyai kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas
kehidupannya.
Berdasarkan beberapa kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu agar masyarakat berdaya
dan mempunyai pengetahuan serta keterampilan yang digunakan dalam
kehidupan untuk meningkatkan pendapatan, memecahkan permasalahan
yang dihadapi, dan mengembangkan sistem untuk mengakses sumber
daya yang diperlukan.
121
e. Mekanisme Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Menurut Kartasasmita dalam Abdul Rahmat bahwa dalam
pemberdayaan, dasar pandangannya adalah bahwa upaya yang
dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat. Secara praktis upaya yang
merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi
ekonomi masyarakat ini akan meningkatkan produktivitasnya, sehingga
baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam sekitar
keberadaaanya dapat ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian
masyarakat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan
dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis.172
Pendekatan utama yang dipergunakan dalam pemberdayaan
masyarakat adalah pendekatan partisipatif. Dalam pendekatan ini
masyarakat tidak dijadikan sebagai objek pembangunan sebagaimana
lazimnya selama ini akan tetapi masyarakat dijadikan subjek yang ikut
menentukan sukses tidak program yang dilaksanakan.
Sebagai subjek masyarakat memiliki otoritas untuk merencanakan
sendiri dan menentukan pilihan-piliannya. Mereka dilibatkan secara aktif
dalam pengambilan keputusan sejak perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian hingga pemanfaatan hasil. Proses pemberdayaan melalui
aktivitas sebagai berikut;173
1. Pembentukan kelompok
Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun
kolektif. Namun pemberdayaan yang berkaitan dengan ekonomi,
kemampuan individu yang senasib untuk saling berkumpul dalam suatu
kelompok dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif. Dalam
kelompok terjadi suatu dialog yang menumbuhkan dan memperkuat
kesadaran dan solidaritas kelompok. Individu saling belajar
172
Abdul Rahmat dan Sriharini, Manajemen Profetik; Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren Alam (Gorontalo: Ideas Publishing, 2018) hal.114 173
Ibid, hal.115
122
mendefenisikan masalah, menganalisanya serta merancang suatu solusi
dalam memecahkan masalah tersebut.
2. Pendampingan
Dalam proses mendefinisikan masalah, menganalisa serta
merancang sebuah kegiatan kelompok memerlukan pendamping yang
berfungsi sebagai penstimulir atau pendorong yang dapat meyakinkan
kelompok akan potensi yang mereka miliki. Pendamping bertugas
menyertai proses pembentukan penyelenggaraan kelompok sebagai
fasilitator, komunikator ataupun dinamisator. Pendamping berfungsi
sebagai pemancing daya masyarakat sebelum akhirnya masyarakat dan
kelompok yang berperan sendiri dalam mengatasi masalah yang mereka
hadapi.
3. Perencanaan Kegiatan
Pada tahap perencanaan kegiatan peran aktif anggota kelompok
untuk dapat menentukan bidang usaha yang dapat digarap sesuai dengan
kemampuan agar dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dalam
perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat terdapat prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan antara lain; 1) prinsip kepercayaan. Dalam prinsip
ini, masyarakat diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan jenis
kegiatan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, masalah yang
dihadapi dan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat tersebut.
2) prinsip kebersamaan dalam kegotongroyongan. Pada prinsip ini
program yang diciptakan harus menumbuhkan kebersamaan, kegotong
royongan, kesetiakawanan dan kemitraan diantara setiap anggota
kelompok. 3) prinsip kemandirian. Prinsip ini menekankan program yang
dapat mendorong rasa percaya diri bahwa masyarakat mampu untuk
menolong dirinya. Program yang dipilih harus bermanfaat dalam
meningkatkan taraf hidup anggota kelompok dan harus berkembang
secara berkesinambungan, sehingga pada saatnya tidak lagi diperlukan
bantuan.
123
Terdapat empat tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
meliputi beberapa bidang antara lain;
a) Bina manusia
Bina manusia merupakan upaya yang pertama dan utama yang
harus diperhatikan dalam mengupayakan pengembangan masyarakat.
Hal ini dilandasi oleh pemahaman bahwa tujuan pembangunan adalah
untuk memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan manusia.
b) Bina usaha
Bina usaha menjadi suatu upaya penting dalam setiap
pengembangan, sebab, bina manusia yang tanpa memberikan dampak
dan manfaat bagi perbaikan kesejahteraan khususnya ekonomi tidak akan
laku dan bahkan menambah kekecewaan.
c) Bina Lingkungan
Hal ini dinilai penting karena pelestarian lingkungan akan sangat
menentukan keberlanjutan kegiatan utamanya yang terkait dengan
tersedianya bahan baku.
d) Bina kelembagaan
Hal ini penting karena dengan tersedianya dan efektivitasnya
kelembagaan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bina
manusia, bina usaha dan bina lingkungan. Dengan bina kelembagaan
yang baik diharapkan jejaring kemitraan usaha berjalan lancar.174
Dengan berdasarkan pada teori diatas, bahwa untuk
memberdayakan ekonomi masyarakat, memerlukan proses yang panjang,
dengan melalui beberapa tahapan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan.
Beberapa tahapan kegiatan tersebut antara lain; pelatihan usaha
pemagangan, penyusunan proposal, permodalan, pendampingan, jejaring
bisnis dan sebagainya.
Begitu pula pondok pesantren yang ingin berhasil dalam
mengembangkan aktivitasnya dalam rangka pemberdayaan ekonomi
174
Aziz Muslim, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat ( Yogyakarta: Samudera Biru, 2012) hal.29
124
terhadap masyarakatnya, maka pondok pesantren tersebut perlu
menyusun beberapa program pembinaan yang dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan kegiatan sebagaimana disebutkan diatas. Progam
tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya
berkesinambungan.
B. Penelitian yang Relevan
Masalah pesantren sudah sering ditulis baik dalam bentuk buku,
jurnal maupun berupa penelitian. Bahwa ada kesamaan, yaitu sama-sama
membahas pondok pesantren, sedangkan perbedaan hasil penelitian
terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan penulis, yaitu:
1. Disertasi
a. Disertasi dari Supriyanto
Disertasi dengan judul Pemberdayaan Ekonomi Komunitas
Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Ekonomi : ( Studi Multi
Situs di Pesantren Sidogiri dan Pesantren Paras Gempal Jawa
Timur). Hasil Penelitian yaitu Pesantren merupakan lembaga
pendidikan agama yang memiliki peran multi fungsi, baik agen
perubahan sosial, agen pemberdayaan ekonomi masyarakat
maupun penjaga nilai budaya tertentu. Keunikan inilah yang
menyebabkan pesantren dianggapsebagai sub kultur dari
masyarakat Indonesia. Meskipun dengan kultur dan latar
belakang yang hampirsama, setiap pesantren memiliki tingkat
kemajuan yang berbeda, termasuk peran sertanya dalam
pemberdayaan ekonomi. Fenomena pemberdayaan ekonomi
menarik untuk dikaji secara mendalam dari persfektif pendidikan
ekonomi sebab pesantren adalah bagian penting dari
pembangunan pendidikan dan pembangunan ekonomi secara
nasional di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menginduksi, mensintesis dan
menemukan makna pemberdayaan ekonomidi pondok
pesantren dalam persfektif pendidikan ekonomi di pondok
125
pesantren Sidogiri Pasuruan dan pondok pesantren Paras
Gempal Banyuwangi Jawa Timur, sehingga akan ditemukan
makna pemberdayaan ekonomi pesantren yang dapat
digunakan sebagai model dan pola pemberdayaan ekonomi
oleh komunitas sosial pada umumnya dan pesantren lain pada
khususnya.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan
rancangan dan model perbandingan lintas situs. Metode
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam,
observasi partisipatif dan analisis isi dokumen.175
b. Disertasi Heru Setiawan
Disertasi dengan judul Kompetensi Kewirausahaan Kepala
Sekolah dalam menciptakan kemandirian Sekolah Menengah
Kejuruan di Provinsi Jambi.Hasil penelitian yaitu kepala sekolah
sukses dalam menguasai kompetensi kewirausahaan sekolah
dalam menciptakan kemandirian sekolah dengan sikap inovatif,
kreatif, pantang menyerah, pekerja keras, punya spirit dalam
melaksanakan tupoksinya serta kepemilikan jiwa
kewirausahaan dalam mengelola kewirausahaan sekolah
dengan membuat bussines center yang menyediakan berbagai
kebutuhan siswa, guru dan orang yang berada disekitar
lingkungan sekolah sehingga mampu memenuhi kebutuhan
warga sekolah dan sebagai sumber belajar siswa untuk
menjadi siswa yang mempunyai skill serta mandiri. 176
175
Supriyanto, Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Ekonomi : ( Studi Multi Situs di Pesantren Sidogiri dan Pesantren Paras Gempal Jawa Timur). Disertasi, Tahun 2011. Program Studi Pendidikan Ekonomi. UIN Malang 176
Heru Setiawan, Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam menciptakan kemandirian Sekolah Menengah Kejuruan di Provinsi Jambi. Disertasi, Tahun 2018, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
126
c. Disertasi Cory Gardenhour
Judul disertasi Teacher‟s perceptions of Empowerment in their
work environment as measured by the pscychological
empowerment Instrument. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui persepsi guru tentang pemberdayaan
terhadap diri mereka. Instrumen pemberdayaan psikologis
digunakan untuk mensurvei sampel. Penelitian ini mendukung
gagasan pemberdayaan guru dapat dipengaruhi oleh sturktur
organisasi, hubungan komunikasi, resolusi konflik, emosional
kecerdasann, motivasi, kepuasan kerja dan kepemimpinan
trasnformasional. Temuan menunjukkan bahwa guru yang
berpengalaman sering tampil lebih tinggi tingkat pemberdayaan
daripada guru yang baru tampil. Temuan ini juga menunjukkan
bahwa jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak banyak
mempengaruhi pemberdayaan guru disekolah mereka.177
d. Disertasi Valerie D. Squire-Kelly
Judul disertasi The Relationship between Teacher
empowerment and Student Achievement. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara pemberdayaan guru dan siswa
berprestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara pemberdayaan guru dan siswa
berprestasi. Peserta dalam penelitian ini diikut sertakan dalam
School Participant Empowerment Scale (SPES), skala ini
mengukur pemberdayaan guru pada enam dimensi yaitu
pengambilan keputusan, pertumbuhan porfesional, status, self-
efficacy, otonomi dan dampaknya. SPES dibagikan kepada
para guru di lima sekolah menengah di Georgia. Tingkat respon
untuk penelitian ini adalah 85,2 %. Hasil penelitian menunjukan
177
Cory Gardenhour, Teacher‟s perceptions of Empowerment in their work environment as measured by the pscychological empowerment Instrument, Disertasi, Tahun 2008, Universitas Negeri Tennesse Timur.
127
bahwa korelasi Pearson dihitung untuk menentukan hubungan
antara guru pemberdayaan dan prestasi siswa. Temuan
menunjukan tidak adanya korelasi yang signifikan secara
statistic antara (salah satu enam dimensi guru pemberdayaan)
dan prestasi siswa.178
2. Jurnal Internasional
a. Jurnal Internasional Siswanto, Arnamu, Margono Setiawan
dan Umar Nimran.
Jurnal Internasional Journal of business dan ilmu perilaku Vol 3
No. 2 Februari 2013, hal 42 dengan judul Entrepreneurial
Motivation in Pondok Pesantren. Penelitian ini mengkaji tentang
motivasi kewirausahaan di pondok pesantren. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengeksplorasi motivasi kewirausahaan di
pondok pesantren sidogiri. Peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
lingkungan eksternal dan internal sebagai motif yang
mendorong pengembangan bisnis dan aktivitas kewirausahaan.
Lingkungan eksternal seperti kondisi tertindas rentenir yang
berimplikasi pada kesengsaraan membawa kepekaan sosial.
Lingkungan internal mendorong pengembangan kegiatan
kewirausahaan di pondok pesantren dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan santri, memperoleh konsumsi dari
sumber halal. Oleh karena itu mereka mengambil tindakan
dalam bentuk bisnis dan kewirausahaan syariah ramah
lingkungan.179
178
Valerie D. Squire-Kelly, The Relationship between Teacher empowerment and Student Achievement, Disertasi, tahun 2012. Georgia Southern University 179
Siswanto, Arnamu, margono Setiawan dan Umar Nimran, Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren Jurnal Internasional Journal of business dan ilmu perilaku Vol 3 No. 2 Februari 2013, hal 42 Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren.
128
b. Jurnal Internasional Fadila Grine
Jurnal Internasional Nusantara Islam Vol.2 No.1 Tahun 2014
halaman 54-68 dengan judul Empowerment Muslim Women
Though Executive Coaching and Mentoring. Penelitian ini
mengkaji tentang peran dan pengaruh pembinaan eksekutif dan
mentoring melalui pemberdayaan perempuan muslim dalam
meningkatkan tingkat kontribusi mereka. Penelitian lebih lanjut
menyoroti peran dan pentingnya pembinaan di bidang yang
relevan dengan keluarga dan social. Penelitian ini bertujuan
untuk membangun sejumlah konsep dasar dan criteria yang
berlaku untuk menjadi dasar pembinaan dan mentoring dari
perspektif Islam terutama hal-hal yang berkaitan dengan
pembangunan wanita muslim di dunia Islam pada umumnya
dan Arab Saudi pada khususnya. Hasil Penelitian menunjukan
bahwa coaching telah membuktikan keberhasilan dalam
meningkatkan roda kemajuan dan terus menuerus melakukan
pembangunan di masyarakat Barat. Sebagai seorang wanita
muslim yang tinggal di Barat untuk waktu yang cukup lama,
belajar coaching, mentoring dan berlatih dalam mengajar dan
pendidikan sambil terus berlatih.180
c. Jurnal Internasional Yadi Janwari
Internasional Journal of Islam Nusantara, Vol 1, No.1 tahun
2013 dengan judul Entrepreneurship of Traditionalists Muslim at
Tasikmalaya, West Java. Penelitian ini mengkaji tentang
entrepreneurship muslim tradisional di Tasikmalaya Jawa Barat.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa perkembangan
kewirausahaan di Tasikmalaya dibagi dalam 3 periode, yakni
periode pertama, benih dari periode kewirausahaan yang
muncul beriringan dengan gerakan ekonomi yang dibuat Trade
180
Fadila Grine, Empowerment Muslim Women Though Executive Coaching and Mentoring Jurnal Internasional Nusantara Islam Vol.2 No.1 Tahun 2014 halaman 54-68
129
Union of Islam (Serikat Dagang Islam), periode kedua,
pelembagaan kewirausahaan dengan pendirian usaha kecil
pada industri kerajinan dan periode ketiga adalah periode
dimana kewirausahaan menjadi faktor utama dalam
menggerakan perekonomian. Selama periode ini, pertumbuhan
kewirausahaan berjalan dengancepat dan menjadi dasar bagi
kehidupan masyarakat. Pada waktu bersamaan kewirausahaan
pada periode ini adalah pertumbuhan ekonomi karakteristik
disbanding daerah lain di Jawa Barat. 181
d. Jurnal Internasional Feti Fatimatuzahraoh, Oekan S.
Abdoellah, dan Sunardi.
International Multidisciplinary Journal, Vol 3, No. 2 Mei 2015 hal.
257-274 dengan judul The potential of pesantren in sustainable
Rural Development. Penelitian ini mengambil studi kasus
pesantren Buntet di desa Mertapa Kulon, Cirebon. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui potensi pesantren Buntet
dalam pembangunan pedesaan berkelanjutan. Kajian lapangan
menunjukkan bahwa organisasi mampu memobilisasi
masyarakat sektar dan membuat perubahan ketika lembaga ini
dalam fase kesadaran sosial saling ketergantungan dimana
lembaga tersebut mampu memenuhi criteria meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang masalah social dihadapi dan
memiliki program atau solusi dalam menangani masalah ini.
Hasil penelitiannya Pesantren Buntet memiliki potensi dalam
pembangunan berkelanjutan dalam hal kegiatan yang meliputi
sosial, ekonomi, dan lingkungan.182
181
Yadi Janwari, Entrepreneurship of Traditionalists Muslim at Tasikmalaya, West Java, Internasional Journal of Islam Nusantara, Vol 1, No.1 tahun 2013 Entrepreneurship of Traditionalists Muslim at Tasikmalaya, West Java 182
Feti Fatimatuzahraoh, Oekan S. Abdoellah, dan Sunardi, The potential of pesantren in sustainable Rural Development, International Multidisciplinary Journal, Vol 3, No. 2 Mei 2015 hal. 257-274.
130
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah cara sistematis dan terorganisir untuk mencari
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan secara
teoritis. Sistematis diperlukan karena adanya prosedur dan langkah
tertentu yang harus ditempuh oleh seorang peneliti. Artinya ada sejumlah
hal dalam sebuah proses penelitian yang harus dilakukan untuk menjamin
jawaban terhadap pertanyaan yang akurat berdasarkan panduan
penulisan karya ilmiah disertasi.
Penelitian Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi Riau menggunakan
pendekatan kualitatif. Creswel memaknai penelitian kualitatif berupa
metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang
dianggap berasal dari masalah sosial dengan melibatkan upaya-upaya
penting seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur mengumpulkan
data yang spesifik dari partisipan.183 Pendekatan penelitian adalah cara-
cara terstruktur, terencana dan terprosedur untuk melakukan sebuah
penelitian ilmiah dengan memadukan semua potensi dan sumber yang
telah disiapkan. Pendekatan penelitian sangat ditentukan oleh paradigma
penelitian, yaitu suatu cara pandang yang telah dipilih oleh peneliti.
Penelitian disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan
bercorak kualitatif. Menurut Creswel dalam Mukhtar menyebutkan bahwa
karakter utama dalam penelitian kualitatif adalah: pertama penelusuran
masalah dan pengembangan secara detail terpusat pada satu fenomena
tertentu. Kedua teori dan peraturan yang digunakan menjadi sandaran
dalam merumuskan masalah. Ketiga dalam merumuskan masalah dan
pertanyaan penelitian serta tercapainya tujuan penelitian secara umum,
183
Creswell, Jhon W. Terjemahan Achmad Fawaid, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 4.
131
ditentukan oleh pengalaman langsung peneliti berpartisipasi dalam sosial
pada studi pendahuluan grand tour hingga proses penelitian yang
dilaksanakan. Keempat pengumpulan data bertolak pilihan kata yang
sederhana. Kelima analisis data yang dideskripsikan dan tema-tema yang
ditampilkan dalam analisis diinterpretasikan menjadi makna.184
Prosedur kualitatif menurut Creswel menunjukkan pendekatan yang
berbeda untuk penyelidikan ilmiah dari pada metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kualitatif menggunakan asumsi-asumsi filosofis yang berbeda,
strategi penyelidikan dan metode pengumpulan data, analisis dan
interpretasi. Meskipun proses serupa, prosedur kualitatif mengandalkan
data teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam analisis data
dan menarik pada strategi yang beragam penyelidikan.185
Melalui pendekatan kualitatif ini maka peneliti mengharapkan
terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas social dan persepsi
sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal. Dalam penelitian
kualitatif ini peneliti mengupayakan agar kehadiran peneliti tidak merubah
situasi dan perilaku orang yang diteliti yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara.
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian
1. Situasi Sosial (Social Setting)
Situasi sosial menurut Sugiono adalah tempat dimana situasi sosial
tersebut akan diteliti.186 Situasi sosial atau tempat yang ditetapkan untuk
melakukan penelitian. Situasi sosial secara langsung mengarahkan
peneliti berada dalam sebuah rumah, peneliti benar-benar fokus pada
situasi di dalam rumah yang diteliti. Untuk dapat menggambarkan situasi
sosial yang sesungguhnya perlu ditentukan setting penelitian, dengan
membagi situasi sosial menjadi tempat penelitian, aktor penelitian dan
184
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta Selatan: Referensi GP. Press Group, 2013), hal. 84-85. 185
Creswell, John W. Op.cit, hal. 162. 186
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabet, 2012), hal. 399.
132
aktivitas penelitian. Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang
ditetapkan untuk melakukan penelitian. Karena penelitiannya adalah
penelitian (riset) sosial atau lingkungan manusia atau budaya. Situasi
sosial secara langsung mengarahkan seorang peneliti seperti layaknya
peneliti berada dalam sebuah rumah.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. 187 Dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya
tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ketempat lain
pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada
kasus yang dipelajari.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai nara sumber atau partisipan, informan, teman dan guru
dalam penelitian. Sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasi secara representatif (mewakili) agar apa yang akan
dipelajari dari sampel tersebut kesimpulanya dapat diberlakukan untuk
populasi. Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang telah
diperoleh akan memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesuai
dengan karakteristik populasi. Dibawah tabel mengenai populasi dari
Pondok Pesantren di Provinsi Riau.
187
Sugiyono, Ibid, hal 297
133
Tabel 3.1: Jumlah Pondok Pesantren Menurut Kabupaten/ Kota
di Provinsi Riau Tahun 2019.188
No.
Kabupaten/Kota
Ibu Kota Jumlah
1. Indragiri Hulu Rengat 9
2. Indragiri Hilir Tembilahan 40
3. Kampar Kampar 44
4. Kuantan Singingi Taluk Kuantan 6
5. Bengkalis Bengkalis 21
6. Pelalawan Kerinci 6
7. Siak Siak 13
8. Rokan Hulu Pasir Pangarayan 20
9. Rokan Hilir Bagan Siapi-api 11
10. Kota Pekanbaru Pekanbaru 22
11. Kota Dumai Dumai 10
12. Kepulaun Meranti Selat Panjang 16
Jumlah 218
Tabel 3.1 dapat dilihat jumlah Pondok Pesantren menurut
kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Riau, jumlah Pondok Pesantren ada
sebanyak 218 yang tersebar di 12 Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau.
Jumlah pondok pesantren terbanyak adalah berada di kabupaten Kampar
yaitu berjumlah 44 pondok pesantren.
Pada tahap awal peneliti berperan sebagai peserta pasif. Setelah
peneliti diterima baik oleh pihak - pihak di Pondok Pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok Pesantren Al-Amin Dumai,
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, tersebut, secara bertahap
peneliti mulai diterima sebagai orang dalam sehingga peneliti dapat
berperan secara aktif. Pada tahap awal peneliti tidak melakukan interaksi
188
Sumber: Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Riau Tahun 2019
134
dengan aktor-aktor tetapi hanya mengamati apa dan bagaimana mereka
melakukan kegiatan-kegiatan akademik dan kegiatan lainnya. Setelah
diterima, barulah peneliti ikut melakukan beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh aktor. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dan
wawancara dengan orang yang dianggap memiliki informasi yang relevan
dengan masalah penelitian ini. Selanjutnya data yang didapat
dikumpulkan dari dokumen dan catatan seperti interuksi, laporan,
keputusan-keputusan dan dokumen lainnya.
Pertimbangan menetapkan situasi sosial yaitu peneliti bukan
bagian dari situasi sosial yang diteliti, situasi sosial dapat didatangi kapan
pun oleh peneliti untuk mendapatkan informasi melalui purposive sampling
data dan proses elaborasi data. Situasi sosial memiliki informasi atau data
yang sesuai dengan judul dan masalah peneliti yang mungkin dapat
dikumpulkan. Unsur purposive sampling diambil berdasarkan dengan
kebutuhan dengan pertimbangan standar manajemen kewirausahaan di
pondok pesantren di provinsi Riau.
Dipilihnya tempat atau setting di tiga pondok pesantren di provinsi
Riau yaitu adalah sebagai lokasi penelitian tentunya mempunyai beberapa
pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan alasan tersebut yaitu:
1. Berdasarkan pertimbangan efektifitas dan efisiensi kerja peneliti.
2. Permasalahan yang ada pada penelitian ini belum diteliti oleh peneliti
sebelumnya.
3. Ketersediaan akses data untuk penelitian yang berjudul manajemen
kewirausahaan pondok pesantren dalam pemberdayaaan ekonomi
masyarakat di provinsi Riau.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang berada dalam situasi sosial
yang ditetapkan sebagai pemberi informasi dalam sebuah penelitian atau
dikenal dengan informen.189 Subjek penelitian adalah orang yang berada
dalam situasi sosial atau budaya yang ditetapkan sebagai pemberi
189
Sugiyono, Op.Cit. hal. 189.
135
informasi dalam penelitian atau disebut juga informen. Dinamakan
sebagai subjek penelitian karena dalam proses penelitian kualitatif
penelitiannya dilakukan secara terpusat pada sudut orang yang diteliti.
Subjek adalah mereka yang telah ditetapkan atau mereka yang dimintai
informasi secara bergulir dan bergilir sehingga data membesar dan
meluas. Dibawah ini akan disebutkan sampel penelitian sesuai kebutuhan
penelitian ini dengan pertimbangan Manajemen Kewirausahaan pondok
pesantren di Provinsi Riau yaitu:
Tabel 3.2 : Daftar Nama Pondok Pesantren sebagai Lokasi Penelitian
No Kab/ Kota Nama Pondok Pesantren
1 Kabupaten Indragiri Hulu Khairul Ummah
2 Kota Pekanbaru Al-Mujtahadah
3 Dumai Al – Amin
Tabel 3.2 Menunjukan tiga nama pondok pesantren sebagai
sampel penelitian dengan menerapkan manajemen kewirausahaan
pondok pesantren. Adapun pertimbangan menetapkan infomen (subjek
penelitian) ini adalah mereka yang relatif paham tentang masalah dan
penelitian yang akan dilakukan, mereka yang mengerti tentang situasi
sosial yang menjadi lokasi penelitian, mereka mau berbagi informasi ilmu
dan pengetahuan, mereka juga yang bertanggung jawab atas kebenaran
informasi yang diberikan kepada peneliti dalam penelitian ini.
Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian merupakan sesuatu
yang kedudukannya sangat sentral, berada dan diamati oleh peneliti.
Tidak selamanya keinginan peneliti terpenuhi, hal ini disebabkan karena
adanya kendala, waktu dan dana peneliti yang terbatas, terpaksa
membatasi banyaknya subjek penelitian disesuaikan dengan kemampuan
yang ada pada diri peneliti. Subjek penelitian kualitatif ini, penelitiannya
dilakukan secara terpusat pada sudut subjek yang diteliti.
Subjek penelitian terdiri dari tiga orang pimpinan pondok pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu yang bernama KH.Muhammad
136
Mursyid, M.Pd.I, pimpinan pondok pesantren yaitu pimpinan pondok
pesantren Al-Amin Dumai yang bernama Kiyai Zainal Abidin, S.Pd.I, dan
pimpinan pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru yang bernama
Prof.Dr.KH.Ahmad Mujahidin, MA.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Ada dua jenis sumber data dan metode pengumpulan data, dua hal
tersebut yaitu:
Pertama data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh
peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial dan
diperoleh dari tangan pertama atau subjek (informen) melalui proses
wawancara.190 Data primer adalah data penelitian yang diperoleh melalui
berbagai macam cara yaitu dengan observasi, wawancara pada Pondok
Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, pondok pesantren
Al-Amin Dumai, Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.
Kedua data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua
atau ketiga. Data sekunder dikenal juga dengan data pendukung atau
pelengkap data utama yang digunakan oleh peneliti.191 Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, dokumentasi sebuah
lembaga seperti: biro pusat statistik (BPS), lembaga atau institusi. Dalam
penelitian ini data sekunder di dapat dari kementerian agama provinsi
Riau, kementerian agama Kabupaten Indragiri Hulu, Kementerian Agama
Kota Pekanbaru dan Kementerian Agama Kota Dumai.
Adapun data sekunder yang diinginkan oleh penulis adalah
pertama data sejarah tiga pondok pesantren di provinsi Riau, kedua data
geografis tiga pondok pesantren di provinsi Riau, ketiga struktur
organisasi tiga pondok pesantren di provinsi Riau, keempat keadaan guru
di pondok pesantren di provinsi Riau, kelima sarana dan prasarana yang
190
Sugiyono, Op.cit. 195. 191
Loc. Cit. 198.
137
ada di pondok pesantren di provinsi Riau, keenam visi dan misi pondok
pesantren di provinsi Riau, ketujuh bentuk unit usaha pondok pesantren di
provinsi Riau.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Adapun yang menjadi sumber data untuk mendapatkan informasi
penelitian terdiri dari: pertama sumber data berupa manusia: maka
diperoleh dari informan yaitu tiga orang pimpinan pondok pesantren di
provinsi Riau. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan. Kedua sumber data berupa dokumen yang berkaitan
dengan penelitian, berupa arsip, dokumen resmi, brosur, buku panduan,
data profil pesantren, program pesantren, program pimpinan pesantren,
laporan bulanan, laporan tahunan dan dokumen lainnya yang ada di
pondok pesantren di provinsi Riau.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan Data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.192 Dalam penelitian kualitatif, peneliti sangat mengandalkan
hasil penelitiannya melalui observasi yang didukung oleh wawancara dan
dokumentasi yang dikumpulkan di lapangan. Metodenya seperti gambar
dibawah ini:
192
Sugiyono. Loc.cit, hal, 308
138
Gambar 3.1: Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
Adapun metode pengumpulan data yang akan ditempuh oleh
peneliti adalah melalui:
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.193 Observasi yaitu pengamatan melibatkan
semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, perasa).
Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik.
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrumen
yang dapat digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan pengamatan.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain: ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi yaitu untuk
menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab
pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia dan evaluasi yaitu
mengetahui pengukuran terhadap aspek tertentu.
Creswel mengemukakan observasi kualitatif merupakan observasi
yang di dalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati
perilaku dan aktifitas individu-individu dilokasi penelitian. Dalam
193
Ibid, hal, 310
D
A
T
A
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
139
pengamatan ini peneliti merekam mencatat baik dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti. Para
peneliti dapat terlibat dalam peran yang beragam mulai dari partisipan
hingga partisipan utuh.194 Observasi dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif ada tiga model, yaitu:
a. Observasi partisipan yaitu metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan di mana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian
responden.
b. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau
pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya
dalam mengamati suatu objek.
c. Observasi kelompok tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan
secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Observasi yang penulis lakukan disini adalah observasi partisipan
yaitu dimana yang menjalankan penelitian terjun langsung dan
berkecimpung bersama objek penelitian (responden) yang akan diteliti.
Dengan demikian diharapkan bahwa data yang diperoleh peneliti dari
informan lebih sahih terutama yang berkaitan masalah manajemen
kewirausahaan pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat di provinsi Riau. Observasi ini dilakukan dengan
menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk memudahkan
dan membantu peneliti dalam memperoleh data, panduan tersebut
dikembangkan dan diperbaharui selama peneliti berada dilokasi
penelitian.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi
langsung lokasi penelitian, guna mangamati secara langsung dan
mencatat peristiwa yang terjadi di Pondok Pesantren Khiarul Ummah
194
Creswel, John W. Op. Cit. hal. 267.
140
Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok Pesantren Al - Amin Dumai, Pondok
Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru Provinsi Riau
2. Wawancara.
Creswel menyebutkan dalam wawancara kualitatif peneliti melakukan
face to face intervieuw (wawancara berhadap-hadapan) dengan
partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon atau terlibat dalam
focus group interviuew. Pertanyaan yang dibutuhkan pertanyaan bersifat
umum, tidak terstruktur dan bersifat terbuka (open ended) yang dirancang
untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.195
Peneliti ingin melakukan wawancara ditempat penelitian dengan cara
pengambilan data melalui wawancara secara lisan langsung dengan
sumber datanya, baik melalui tatap muka atau lewat telephone. Jawaban
responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti. Wawancara
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam penelitian ini subjek
yang akan diwawancarai adalah tiga pimpinan Pondok Pesantren (Pondok
Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai, Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru Provinsi
Riau) yang memungkinkan untuk menjawab semua permasalahan dalam
penelitian ini.
Gambar 3.2 : Metode Pengumpulan Data Yang Akan Ditempuh
Oleh Peneliti
195
Creswel, John W. Op. Cit. hal. 267.
Observasi
Dokumentasi
wawancara
141
3. Dokumentasi.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, sketsa dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan meode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.196
Dokumentasi yang akan peneliti ambil yaitu pengambilan data melalui
dokumen tertulis maupun elektronik dari Pondok Pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok Pesantren Al - Amin Dumai,
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru Provinsi Riau berupa
dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang lain.
Aktifitas pengumpulan data dilakukan seperti gambar berikut ini:
Gambar 3.3 : Lingkaran Pengumpulan Data Menurut Creswel
Gambar 3.3 mengenai pengumpulan data menurut Creswel adalah
dimulai dengan cara 1. Menentukan tempat penelitian, 2. Memperoleh
akses dan membangun hubungan. 3. Memilih sampling purposif. 4.
196
Sugiyono, Op.cit, hal 329
1. Menentukan Tempat
2. Memperoleh Akses dan
Membangun Hubungan
3. Sampling Prsposif
4. Mengumpulkan Data 5. Merekam
Informasi
6. Memecahkan Persoalan Lapangan
7. Mennyimpan Data
142
Mengumpulkan data. 5. Merekam informasi. 6 Memecahkan persoalan di
lapangan. 7 menyimpan data.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman tentang permasalahan yang diteliti dan
menyajikanya sebagai suatu temuan bagi orang lain. Analisis data terdiri
dari sejumlah komponen melibatkan usaha memaknai data yang berupa
teks atau gambar. Untuk itu peneliti terus mempersiapkan data tersebut
untuk dianalisis, melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam
pemahaman akan data tersebut (sejumlah peneliti kualitatif lebih suka
membayangkan tugas ini layaknya mengguliti lapisan kulit bawang).197
Analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian.198 Analisis data yang akan dilakukan dalam
penelitian ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:199
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis, langkah ini
melibatkan transkrip wawancara, mengscaning materi, mengetik data
lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam
jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.
2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah informasi yang
diperoleh direfleksikan maknanya secara keseluruhan.
3. Menganalisis lebih detail dengan mengcoding data. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen tulisan sebelum
memaknai. Tahap ini melibatkan beberapa proses yaitu mengambil
data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses
pengumpulan, mengsegmentasi kalimat atau gambar tersebut ke
dalam kategori-kategori.
197
John W. Creswell, Research Design ..., Loc. Cit. hal. 274. 198
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 245. 199
Creswell, John W. Research Design ..., Ibid. hal. 275-284.
143
4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori dan tema-tema yang akan di analisis.
5. Deskripsikan tema-tema ini untuk penyajian kembali dalam bentuk
narasi/ laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah
dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil
analisis.
6. Interpretasi data yaitu memaknai data yang sudah dikumpulkan
dilokasi penelitian. Interpretasi/ pemaknaan bisa berupa pertanyaan-
pertanyan baru yang perlu dijawab.
Gambar 3.4 : Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif
Menghubungkan Tema-Tema/ Deskripsi
Mencoding Data (Tangan Atau Komputer)
Membaca Keseluruhan Data
Mengolah Dan Mempersiapkan Data Untuk
Dianalisis
Data Mentah (Transkipsi, Data Lapangan,
Gambar Dan Sebagainya)
Menvalidasi
Keakuratan
Informasi
Tema-tema Deskripsi
Menginterpretasi Tema-Tema/ Deskripsi-
Deskripsi
144
F. Uji Keterpecayaan Data
Pemeriksaan keabsahan data merupakan fokus yang sangat
menentukan dalam penelitian kualitatif. Untuk mendapat kepercayaan
data, maka dilakukan teknik perpanjangan keikutsertaan, kecerminan
pengamat dan trianggulasi. Berikut penjelasannya:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan ini menuntut peneliti untuk terjun
langsung ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang untuk
mendeteksi dan memperhitungkan distorsi (penyimpangan) yang mungkin
akan merusak data, baik distorsi peneliti secara pribadi, maupun distorsi
yang ditimbulkan oleh responden; baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Dengan demikian, melalui perpanjangan keikutsertaan ini
peneliti dapat menentukan distorsi yang terjadi dalam penelitian sehingga
peneliti dapat mengatasi hal ini.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas dan sebagaimana
diketahui bahwa penelitian yang direncanakan dilaksanakan enam bulan,
dan dikarenakan peneliti khawatir akan terjadinya distorsi baik yang
berasal dari peneliti sendiri maupun yang distorsi yang berasal dari
responden, maka dianggap perlu menambah masa penelitian secara tidak
resmi.200 Melalui teknik ini penulis meningkatkan frekuensi dan intesitas
di lokasi penelitian dengan senantiasa berada di lokasi guna menyelami
budaya setting dan lokasi peneliti, pada di luar lingkungan penulis
berusaha melakukan interaksi dengan subyek penelitian untuk lebih
menguji informasi yang diperoleh.
2. Ketekunan Pengamatan
Teknik ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-
ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dalam hal ini peneliti akan berusaha mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap
200
Ibid., hal. 328.
145
faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian. Kemudian melakukan
penelaahan secara rinci sampai pada suatu titik sehingga ada pada
pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor-faktor
yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.
3. Triangulasi
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
percakapan atau sebagai pembanding data itu untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data yang telah dikumpulkan.201 Dalam
penelitian kualitatif deskriptif, triangulasi adalah cara yang ditempuh untuk
melakukan verifikasi sepanjang penelitian dilakukan hingga data di-
analisis dan dilaporkan ditulisan. Dengan kata lain triangulasi adalah
proses pengujian kebenaran data. Tanpa triangulasi data laporan
penelitiannya hanya biasa saja dan tidak bermakna. Triangulasi adalah
proses penemuan dan melahirkan makna yang sesungguhnya dari
sebuah penelitian.202
Miles dan Huberman dalam Mukhtar mengatakan bahwa langkah-
langkah triangulasi data tersebut adalah sebagai berikut203 :
a. Teknik menyamakan makna yang dilakukan dengan perhitungan,
memperhatikan pola, melihat kelogisannya, mengelompokkannya,
membuat perumpamaan, memilih konsep atau tema, menarik
kesimpulan khusus ke umum, penentuan faktor, memperhatikan
hubungan antar konsep atau variabel, menemukan konsep atau
variabel penyela, membangun rangkaian logis mengenai bukti,
membuat pertalian konseptual/teoritis (benang merah).
b. Teknik menguji dan memastikan temuan dilakukan dengan memeriksa
kerepresentatifan, memeriksa pengaruh peneliti, memeriksa bobot dan
bukti, membuat pertentangan/perbandingan, memeriksa makna segala
sesuatu yang diluar, menggunakan kasus yang ekstrim, menyingkirkan
201
Mukhtar, Op.Cit., hal. 137. 202
Ibid, hal. 137. 203
Ibid, hal. 138-140.
146
hubungan palsu, membuat reflikasi temuan, mencari penjelasan
tandingan, memberi bukti yang negatif, mendapat umpan balik dari
informan
c. Teknik dokumentasi dan pemeriksaan data atau informasi dilakukan
dengan verifikasi data yang diperoleh dari berbagai sumber dan
memperjelas prosedur data dan temuan yang diperoleh.
Triangulasi berarti membandingkan atau mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Hal ini di capai dengan cara:
Membandingkan data pengamatan dan hasil wawancara
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan pribadi.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
Membandingkan keadaan perspektif seorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
bertalian.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud
untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di
lapangan tentang manajemen kewirausahaan pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat dari sumber hasil observasi,
wawancara maupun melalui dokumentasi sehingga dapat
dipertanggungjawabkan seluruh data yang diperoleh di lapangan dalam
penelitian tersebut.
4. Konsultasi Pembimbing
Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau
keabsahan yang merupakan suatu proses di mana seorang peneliti
mengekspos serta mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperolehnya
kepada dosen pembimbing, dengan melakukan suatu diskusi dan
konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek
147
penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui teknik ini, peneliti
dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif, serta dapat
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengembangkan dan
menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis
yang muncul.
G. Rencana dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai
dengan Juni 2019 dan tempat lokasi penelitian adalah pondok pesantren
yang berada di Provinsi Riau, ada tiga sampel Pondok Pesantren Al-Amin
Dumai, Pondok Pesantren Al-Mujtahada Pekanbaru, Pondok Pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu.
Pembuatan proposal penelitian bulan Januari - Desember 2017.
Bimbingan Proposal dari bulan Januari – Oktober 2018 Menunggu jadwal
ujian proposal direncanakan bulan November - Desember 2018,
pelaksanaan seminar proposal pada tanggal 21 Desember 2018.
Perbaikan hasil ujian proposal direncanakan akhir bulan Agustus sampai
Desember 2018. Pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dimulai
awal bulan Januari sampai Juni 2019 dan selesai sampai verifikasi dan
analisis data diperkirakan pertengahan bulan Juli 2019. Penulisan hasil
penelitian direncanakan pada akhir bulan Juli 2019, selesai sampai
perbaikan dan seminar hasil penelitian rencana pertengahan bulan
September 2019. Pelaksanaan seminar hasil pada tanggal 29 Oktober
2019. Perbaikan diperkirakan akhir bulan November 2019. Sedangkan
ujian tertutup dan terbuka dan rencana di bulan Januari - Juni 2020.
Adapun Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
148
Tabel 3.3
Rencana dan Waktu Penelitian
NO KEGIATAN
Tahun 2017 – 2020
Jan
-
Des
2017
Agus
-
Des
2018
Jan
-
Maret
2019
April
-
Sept
2019
Okt
-
Des
2019
Jan
-
Juni
2020
1. Pembuatan Proposal
2. Menunggu Jadwal
Ujian Proposal
3.
Perbaikan Hasil
Ujian Proposal
4. Pengumpulan Data
5.
Verifikasi Dan
Analisis Data
6.
Penulisan Hasil
Penelitian
7.
Perbaikan
8. Seminar Hasil
Penelitian
9.
Ujian Tertutup dan
Terbuka
149
Demikianlah rencana penelitian dan waktu penelitian yang
dirancang oleh penulis, rancangan penelitian adalah suatu kesatuan,
rencana terinci dan spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisis
dan menginterpretasi data. Tujuan pembuatan rancangan penelitian
adalah untuk menguji atau menemukan ilmu pengetahuan, membantu
mengatasi atau memecahkan masalah yang dihadapi oleh penulis dalam
penelitian ini.
150
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Dewasa ini, lembaga pesantren telah tumbuh dan berkembang
sedemikian pesat menjadi pusat pendidikan yang begitu masif dan variatif.
Jika dulu kembaga pesantren selalu diasosiasikan sebagai pusat
pembelajaran kitab-kitab klasik abad pertengahan, maka tidak demikian
untuk masa sekarang. Seiring dengan gelombang pembaruan yang terjadi
di dunia pesantren, banyak perubahan mendasar telah dilakukan oleh
kebanyakan pesantren di Indonesia untuk memenuhi tuntutan perubahan
zaman. Lembaga pesantrenpun menjadi terdiversifikasi, mengalami
metamarfosis sedemikian ekspansif dari pesantren salaf menjadi
pesantren khalaf, dari pesantren ma‟hadi ke pesantren madrasi, bahkan
dari pesantren diniyah menjadi pesantren yang terintegrasi dengan
lembaga pendidikan Islam formal. 204
Pesantren dan masyarakat mempunyai pertautan yang erat satu
sama lain yang tidak dapat diabaikan. Pertautan ini menimbulkan
pengaruh satu sama lain berdasarkan situasi serta hal-hal yang akan
dihadapinya. Ditinjau dari kedudukannya sebagai institusi yang
mempunyai berbagai jenis dan peranan, pesantren berpotensi besar dan
memberi sumbangan yang tidak diragukan lagi untuk mencapai
pembangunan bangsa dan mewujudkan masyarakat adil makmur, baik
secara materil maupun spiritual. 205
Peranan pesantren dalam pemberdayaan masyarakat secara
umum yaitu sebagai berikut ;
1. Sebagai institusi pendidikan yang bercorak Islam, pesantren
menjadi pusat pembinaan mental spiritual keislaman.
204
Masdar Hilmy, Pendidikan Islam Dan Tradisi Ilmiah ( Malang : Madani, 2016), hal. 83 205
Mohamad Mustari, Ekonomi Pesantren ( Bekasi, Lintang Publishing, 2012) hal. 13
150
151
2. Nilai keagamaan yang dilaksanakan oleh pesantren memiliki
potensi besar untuk mengubah sumber daya manusia dan
masyarakat sekitarnya dari masyarakat pasif kepada
masyarakat yang proaktif.
3. Tradisi keilmuan yang dimiliki pesantren mempunyai peranan
penting dalam usaha memajukan sebuah masyarakat. Mereka
yang berilmu menjadi pembimbing masyarakat ke arah cita-cita
yang menjadi tujuan bersama, yaitu kesejahteraan hidup.
4. Semangat solidaritas sosial dan hidup bersama yang dimiliki
pesantren menjadi landasan moral untuk membangunkan
masyarakat melalui kerjasama antara pemerintah dengan
pesantren untuk menggerakkan ekonomi masyarakat disekitar
pesantren.
5. Sumber daya manusia yang bermutu menjadi penentu
kemajuan pesantren pada masa depan. Semakin tinggi mutu
pendidikan di pesantren, semakin tinggi mutu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, pada hakikatnya
keadaan ini dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.206
Pondok pesantren merupakan produk sejarah yang telah berdialog
dengan zamannya masing-masing yang memiliki karakteristik berlainan
baik menyangkut sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomi maupun
sosio-religius. Pondok pesantren merupakan salah satu cikal bakal dan
pilar pendidikan di Indonesia, selain pendidikan umum dan madrasah.
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang telah terbukti
berperan penting dalam melakukan transmisi ilmu-ilmu keagamaan di
masyarakat.
Pemerintah Provinsi Riau sangat intens memperhatikan pondok-
pondok pesantren yang ada di provinsi Riau yang pertumbuhan begitu
pesat sehingga saat ini jumlahnya mencapai 218 pondok pesantren
yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Di era modern saat ini banyak
bermacam sistem yang dipakai untuk memajukan pondok pesantren, ada
yang mengutamakan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi program
206
Ibid, hal. 23
152
unggulan dan ada juga menjadikan program tahfizh Al-Qur‟an menjadi
program unggulan.
Pesantren sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam tradisional
karena pesantren sebagai lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi
dan melestarikan tradisi, budaya, tatanan kehidupan Islami dalam proses
pendidikan kepada santrinya. Pola umum pendidikan pesantren adalah
sebagai berikut ;1) hubungan akrab antar kiyai dan santri, 2) tradisi
ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kiyai, 3) pola hidup
sederhana (zuhud), 4). Kemandirian, 5). berkembang tradisi tolong-
menolong dan suasana persaudaraan, 6). disiplin yang ketat, 7.) berani
menderita untuk mencapai tujuan dan 8). kehidupan dengan tingkat
religiusitas yang tinggi.207
Sebagai lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan, pesantren
telah terbukti menjadi pusat pendidikan dan menjadi barometer
pertahanan moralitas umat sehingga mampu melakukan perubahan ke
arah transformasi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Pesantren dapat
mengadaptasi perubahan dan tantangan sosial masyarakat baik konteks
lokal, nasional maupun global.
Dalam pengembangan masyarakat, pesantren melakukan empat
hal. Pertama, melakukan upaya-upaya pembebasan dan penyadaran
masyarakat dari kondisi kehidupan sosial yang menghimpit seperti
kemiskinan. Kedua, menggerakkan partisipasi dan etos swadaya
masyarakat dengan memposisikan pesantren sebagai fasilitator.
Masyarakat didorong untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi dan bagaimana mengurai solusi-solusinya. Ketiga, pesantren
mendidik dan menciptakan pengetahuan. Keempat, pesantren
mempelopori cara-cara memecahkan permasalahan kehidupan sosial
kemasyarakatan.208 Pesantren merupakan lembaga sosial yang hidup,
207
Zainal Arifin, Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam (Yogyakarta : FKIP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018) hal. 23 208
Jurnal Inferensi, R Lukman Fauroni, Model Pemberdayaan Ekonomi Ala Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung , Vol. 5, No. 1, Juni 2011.
153
yang motif tujuan dan usaha-usahanya bersumber pada agama.
Pesantren merupakan lembaga ortodoksi Islam yang tumbuh dan
berkembang atas cita agama Islam dan selalu mengajarkan dan
mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam dalam keseluruhan aktivitasnya
Sebagai lembaga sosial keagamaan dan kemasyarakan, pesantren
mempunyai peran multi fungsi. Tiga peran utama pesantren meliputi
fungsi sebagai lembaga keagamaan, lembaga pendidikan dan lembaga
pengembangan kemasyarakatan. Hanya saja, realitas kapasitas
kelembagaan pesantren yang berbeda-beda menyebabkan karakter
kemandirian yang dibangunnya berbeda-beda sesuai proses dan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pesantren.
Pesantren selalu berproses bersama masyarakat dan berkarakter
sosial kemasyarakatan sebagai center of excellence bagi pembinaan
potensi dan pelayanan sosial bersama masyarakat di sekitarnya. Atas
karakter itulah Van dan Berg, Hurgronje dan Geerzt, menyimpulkan
bahwa pesantren betul-betul berpengaruh kuat dalam membentuk dan
memelihara kehidupan sosial, kultural, politik dan keagamaan, terutama di
masyarakat pedesaan.209
Dalam bab IV hasil penelitian ini, akan diuraikan tentang hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian disajikan dari
data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Keseluruhan data ini memberikan jawaban tentang manajemen
kewirausahaan pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat di provinsi Riau.
Sebelum peneliti menguraikan tentang manajemen kewirausahaan
pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi
Riau, peneliti akan menjelaskan tentang profil provinsi Riau.
Secara etimologi kata Riau berasal dari bahasa Portugis, Rio
berarti Sungai. Pada tahun 1514 M terdapat sebuah ekspedisi militer
209
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai masa depan Indonesia) Edisi Revisi, (Jakarta : LP3ES, 2011) hal.16
154
Portugis menelusuri sungai Siak, dengan tujuan mencari lokasi sebuah
kerajaan yang diyakini meraka ada pada kawasan tersebut dan sekaligus
mengajar pengikut Sultan Mahmud Syah yang melarikan diri setelah
kejatuhan Malaka.
Pada awal abad ke-16. Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental
mencatat bahwa kota-kota pesisir timur Sumatera antara Arcat (Aru dan
Rokan) hingga Jambi merupakan pelabuhan Raja-Raja Minangkabau.
Dimasa ini pula banyak pengusaha Minangkabau yang mendirikan
kampung-kampung pedagang disepanjang Sungai Siak, Kampar, Rokan
dan Indragiri. Satu dari sekian banyak kampung yang terkenal adalah
Senapelan yang kemudian berkembang menjadi Pekanbaru.210 Provinsi
Riau terdiri dari 10 kabupaten dan 2 Kota.
Tabel 4.1
Kota Dan Kabupaten Di Provinsi Riau211
No Kabupaten/Kota Ibu Kota Jumlah
Kecamatan
Jumlah
Kelurahan/Desa
Luas
Wilayah
1 Indragiri Hilir Tembilahan 20 193 13.789,37
2 Indragiri Hulu Rengat 14 194 8.198,26
3 Kuantan Singingi Taluk Kuantan 12 209 5.202,16
4 Pelalawan Pangkalan Kerinci 12 118 12.404,14
5 Siak Sri Indrapura Siak 14 113 8.233,57
6 Kampar Bangkinang 20 245 10.928,20
7 Rokan Hilir Bagan Siapi-Api 13 121 8.961,43
8 Rokan Hulu Pasir Pangarayan 16 151 7.229,78
9 Meranti Selat Panjang 6 73 3.707,84
10 Bengkalis Bengkalis 13 175 12.044,23
11 Pekanbaru Pekanbaru 12 58 633,01
12 Dumai Dumai 5 32 1.727,385
210
Dokumentasi, Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Riau 211
Dokumentasi, Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Riau
155
Gambar 4.1
Arti dan Lambang Provinsi Riau
Lambang daerah provinsi Riau berbentuk perisai dan terbagi atas empat
bagian yaitu;
Rantai yang berjumlah 45 buah mata rantai yang melingkari
seluruh lambing
Padi dan kapas yang berjumlah 7 dan 8
Lancang kuning (perahu layar) dengan laut yang bergelombang
lima
Keris berhulu Kepala Burung Serindit didalam lambang daerah
ditulis kata “ RIAU” denga warna merah.
Warna lambang yang dipakai adalah hijau, kuning dan putih disamping
sedikit mempergunakan warna hitam dan merah.
Arti lambang daerah provinsi Riau yang terdiri dari empat bagian itu
mempunyai arti;
1) Mata rantai tak terputus yang berjumlah 45 melambangkan
persatuan bangsa dan diproklamirkan pada tahun 1945, yaitu tahun
proklamasi Republik Indonesia.
2) Padi dan kapas berarti kemakmuran (sandang pangan), padi 17
butir dan 8 bunga kapas mengingatkan pada tanggal proklamasi 17
bulan 8 (Agustus).
3) Lancang kuning mengandung arti kebesaran rakyat Riau,
sedangkan sogok lancing berkepala ikan melambangkan bahwa
Riau banyak menghasilkan ikan dan mempunyai sumber-sumber
156
penghidupan dari laut. Gelombang lima lapis melambangkan
pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
4) Keris berhulu kepala burung Serindit melambangkan
kepahlawanan rakyat Riau berdasarkan pada kebijaksanaan dan
kebenaran.212
Provinsi Riau secara geografis membentang dari lereng Bukit
Barisan sampai ke Laut Cina Selatan dan terletak pada posisi 1015‟ LS -
4045‟ LU atau antara 100003‟ – 109019‟ BT Greenwich dan 60 50‟ – 10 45‟
BB Jakarta. Provinsi Riau memiliki luas 107.932,71 KM2 dengan
persentase luas daratan sebesar 80.11% dan lautan/perairan seluas
19,89%. Hal ini berbalik ketika provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih
merupakan bagian dari provinsi Riau, dimana lautan lebih luas dari
daratan. Didaerah daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai
yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan, yaitu
Sungai Siak (+/- 300 KM) dengan kedalaman 8-12 M, Sungai Rokan (+/-
400 KM) dengan kedalaman 6-8 M, Sungai Kampar (+/- 400 KM) dengan
kedalaman +/- 6 M dan Sungai Indragiri (+/- 500 KM) dengan kedalaman
6-8 M. Sungai-sungai tersebut membelah dari pegunungan dataran tinggi
Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Malaka dan Laut Cina.213
Adapun batas-batas provinsi Riau bila dilihat posisinya dengan
negara tetangga dan provinsi lainnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Singapura dan Selat Malaka
Sebelah Selatan : ProvinsiJambi dan Selat Berhala
Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Laut Cina
Selatan
Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera
Utara214
212
Ibid, hal 13 213
Data Dokumentasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Riau Tahun 2012 214
Dokumentasi, Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Riau
157
Gambar 4.2
Peta Provinsi Riau
Provinsi Riau memiliki pulau-pulau yang cukup banyak, baik kecil
maupun besar, baik yang bernama maupun yang belum bernama dan
baik yang berpenghuni maupun yang belum berpenghuni, diantaranya
743 pulau yang sudah mempunyai nama sedangkan yang lainnya belum
mempunyai nama. Sebagian besar pulau-pulau kecil yang terhampar di
Laut Cina Selatan belum dihuni penduduk.
Sedangkan pulau-pulau yang terdapat sepanjang pantai Riau
Daratan berhadapan dengan muara sungai – sungai besar seperti ; Pulau
Lalang, Rupat, bengkalis, Padang, Ransang, Tebing Tinggi, Penyalai,
Serampang, Muda, Pancung, Kateman dan lain-lain. Daerah Riau
beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1700-
3000 mm pertahun dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.215
Adapun yang menjadi lokasi sampel penelitian adalah 3
kabupaten/kota dan tiga pondok pesantren yang ada di provinsi Riau,
yaitu 1). Pondok pesantren Khairul Ummah di Kabupaten Indragiri Hulu,
2). Pondok pesantren Al-Amin di Kota Dumai. 3). Pondok pesantren
Al-Mujtahadah di Kota Pekanbaru.
215
Dokumentasi, Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Riau
158
1. Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri
Hulu
Sebelum membahas tentang pondok pesantren Khairul Ummah,
peneliti akan membahas tentang profil kabupaten Indragiri Hulu secara
singkat.
Kabupaten Indragiri Hulu merupakan salah satu kabupaten di
provinsi Riau yang letaknya sangat strategis karena berada pada jalur
jalan datar Lintas Timur Pulau Sumatera dan akses untuk ke Pulau
Batam, Singapura dan Malaysia dari daerah ini tidak sulit. Kabupaten
Indragiri Hulu terletak antara 0 0 Lintang Utara sampai dengan 1020 menit
Lintang Selatan, serta 102 derajat 10 menit Bujur Timur dan 102 derajat
48 menit Bujur Barat dengan luas wilayah 8.198. 26 Km. Adapun batas-
batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Barat : Kabupaten Kuantan Singingi
Sebelah Timur : Kabupaten Indragiri Hilir
Sebelah Utara : Kabupaten Pelalawan
Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Tebo, Provinsi Jambi
Gambar 4.3
Peta Kabupaten Indragiri Hulu
159
Di bidang pemerintahan, kabupaten Indragiri Hulu beribukota
Rengat dengan pusat pemerintahan terletak di Pematang Reba yang
berjarak 15 KM dari Rengat. Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai 14
kecamatan dan 194 kelurahan dan desa. Jarak antara kabupaten Indragiri
Hulu dengan Kota Pekanbaru adalah 159 Km.216
Berikut ini adalah nama-nama pondok pesantren (PP) di
Kabupaten Indragiri Hulu, yaitu :
1) Pondok pesantren Modern Syamsudin, Jalan pesantren Buluh
Rampai Kecamatan Siberida, kabupaten Indragiri Hulu.
2) Pondok pesantren Khairul Ummah217
3) Pondok pesantren Nurul Huda
4) Pondok pesantren Shirotul Huda
5) Pondok pesantren Darul Huda
6) Pondok pesantren Al-Muslimah
7) Pondok pesantren Tebu Ireng 4 Al-Islah
8) Pondok pesantren Asy-Syaakiriin
9) Pondok pesantren Al-Islam
Pondok pesantren yang akan peneliti dalami adalah pondok
pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
a. Deskripsi Lokasi Pondok pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu.
Secara geografis pondok pesantren Khairul Ummah terletak di
Jalan Jendral Sudirman Desa Batu Gajah Air Molek, Kecamatan Pasir
Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Lokasi pondok pesantren
terletak diantara pemukiman penduduk, dimana warga penduduk disekitar
rata-rata melakukan usaha perkebunan karet dan kelapa sawit.
Keberadaan pondok pesantren yang dekat dengan pemukiman penduduk
memungkinkan bagi santri untuk belajar bersosialisasi, berinteraksi secara
216
Dokumentasi, Biro Adminsitrasi perekonomian Sekda Prov.Riau 217
Pondok pesantren yang menjadi sampel penelitian
160
langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat yang ada disekitar
pondok pesantren. 218
Berdasarkan hasil observasi tersebut diatas, penulis memandang
bahwa letak pembangunan Pondok pesantren Khairul Ummah sangat
strategis dan memenuhi persyaratan dalam membangun gedung sekolah
yang baik. Mudah dijangkau dan tidak jauh dari pusat kota kecamatan
serta jauh dari kebisingan. Lokasi di sekitar pondok pesantren adalah
perkebunan, baik perkebunan karet maupun perkebunan sawit sedangkan
yang berdekatan dengan rumah-rumah warga desa Batu Gajah adalah
sebelah timur. Udara di sekitar masih bersih dan jauh dari polusi, dengan
demikian pondok pesantren Khairul Ummah akan menjadi madrasah
masa depan yang lebih modern, apalagi dengan luas lahan yang dimiliki
yaitu 28 Hektar.219
Gambar 4.4
Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
218
Observasi, Pondok Pesantren Khairul Ummah Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu, 26 Februari 2019 219
Observasi, Pondok Pesantren Khairul Ummah Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu, 26 Februari 2019
161
Pondok pesantren Khairul Ummah dapat ditempuh sekitar 1 jam
dengan mengendarai mobil atau sepeda motor dari ibu kota kabupaten
Indragiri Hulu. Pondok pesantren ini berdiri pada tanggal 17 Juli 1995
dibawah Yayasan Islam Indragiri (YASIIN) yang didirikan oleh Alm.KH.
Munashir Jufri, dan menjadi pimpinan pondok dari tahun 1995 sampai
tahun 2005. Selanjutnya dari tahun 2005 hingga sekarang dipimpin oleh
KH. Muhammad Mursyid, M.Pd.I.
Berawal dari keinginan Almarhum KH.Munashir Jufri dimasa
hidupnya, dimana beliau ingin merintis berdirinya sebuah pondok
pesantren di Indragiri Hulu. Gagasan tersebut mencuat setelah gagasan
sebelumnya yakni ingin mendirikan sekolah menengah umum unggul di
Pekanbaru gagal. Beliau sadar bahwa menjelang zaman globalisasi abad
XXI, akan ada persaingan untuk berebut unggul dalam hal kualitas
sumber daya manusia. Oleh sebab itu perlu adanya bibit-bibit unggul yang
ditempa disuatu sekolah khusus. Namun gagasan tersebut tidak
mendapat respon dari kalangan yang diharapkan mampu merealisasikan
cita-cita tersebut.
Setelah itu dalam benaknya muncul untuk merintis sebuah
lembaga pendidikan, yang merupakan cikal bakal berdirinya Pondok
Pesantren Khairul Ummah (PPKU). Pendidikan yang memadukan
pengetahuan umum dengan pengetahuan agama yang akan menjadi
bekal bagi santri menghadapi tantangan zaman yang makin canggih, yaitu
Pondok Pesantren. Masalah itu beliau bawa ke dalam forum diskusi
dengan teman-temannya yang berasal dari daerah Indragiri Hulu yang
tinggal di Pekanbaru. Tersusunlah pokok-pokok pikiran mengenai pondok
pesantren Khairul Ummah yang berdiri dibawah naungan Yayasan Islam
Indragiri Hulu (YASIIN).
Yayasan YASIIN (Yayasan Islam Indragiri Hulu) secara resmi
berdiri pada tahun 1990 dengan dikeluarkannya Akta Notaris No.30 tahun
1990, tertanggal 18 september 1990. Tujuan utama didirikannya yayasan
ini adalah untuk melayani kepentingan umat Islam yang seluas-luasnya.
162
YASIIN dimotori oleh 3 orang yakni Drs. H.Syamsul, H.Sudirman, BA dan
M.Rasyid, BA yang langsung melakukan pengurusan Akta Notaris
pembentukan yayasan. Ketiga orang tersebut bertindak atas nama
Ruchiyat Saefudin (Bupati kala itu), Drs.Sanusi Lubis, Drs. Syamsul
Efendi Siregar sera Drs. Bustami M.Lipsi.220
Guna mematangkan konsep dirinya Pondok Pesantren Khairul
Ummah, maka dibentuklah suatu tim yang terdiri dari: Drs.H.Muhtar
Samad, Prof.Drs.H.Ali Imran, Drs.H.Mujtahid Thalib, Drs.H.Samad Thaha,
H.Raja Rusli, H.M.Yunus, H.Nazarudin dan KH. Munashir Jufri. Pokok-
pokok pikiran tersebut diajukan kepada bupati Indragiri Hulu ( H.Ruchiyat
Saefuddin). Berkali-kali konsep tersebut didiskusikan dihadapan para
pejabat dan pemuka masyarakat Indragiri Hulu, yang dipimpin langsung
oleh Bupati yang sekaligus adalah Ketua Umum Yayasan Islam Indragiri
Hulu.
Dalam pertemuan bulan oktober 1994 yang dihadiri oleh Bupati dan
Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hulu, Kepala Dinas dan Jawatan,
Pengurus YASIIN, unsur – unsur ulama dan tokoh masyarakat, Ketua
Forum Komunikasi Tokoh dan Cendikiawan Indragiri Hulu (FKTCI) dari
Pekanbaru, serta tim penggagas berdirinya pondok pesantren Khairul
Ummah, tercapai kata sepakat untuk mendirikan pondok pesantren di
desa Batu Gajah, Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.
Setelah pertemuan berakhir, KH.Munashir Jufri dan H.Raja Rusli
segera pergi kelokasi untuk menyaksikan dari dekat lahan yang
dipersiapkan untuk pondok pesantren dimaksud. Lahan tersebut seluas
+/- 8 HA yang ditumbuhi puluhan pohon rambutan. Dan beberapa
bangunan yang dulunya pernah digunakan sebagai kantor dan
perumahan dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Indragiri Hulu.
Keadaan bangunan dan tanah pekarangannya pada waktu itu kurang
terawat dan banyak ditumbuhi oleh semak belukar.
220
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2019
163
Pada bulan desember 1994 Bupati menerbitkan Surat Keputusan
yang ikut ditandatangani juga oleh wakil ketua DPRD Kabupaten Indragiri
Hulu tentang penyerahan Aset tanah, Bangunan dan Perumahan yang
semula dipakai Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Indragiri
Hulu di Batu Gajah, Air Molek lalu diserahkan kepada Yayasan Islam
Indragiri Hulu (YASIIN).
Hingga akhir hidupnya, KH.Munashir Jufri dikenang sebagai
seorang yang memiliki totalitas yang tinggi dibidang pendidikan. Pondok
pesantren Khairul Ummah yang berdiri sekarang merupakan warisan
zaman bukti seorang tokoh pendidikan bernama KH.Munashir Jufri yang
secara tulus ingin memajukan kampung halaman melalui wadah
pendidikan bernama pesantren.
Pemberian nama “Khairul Ummah” terhadap pesantren memiliki
nilai yang istimewa. Bukan hanya dari tujuan yang diinginkan, tapi
memang apa yang menjadi visi dan misi dari para pendiri tersebut,
disesuaikan dan benar-benar memiliki dalil naqli yang kuat. Sehingga
tujuan untuk menjadi umat yang terbaik ditengah masyarakat benar-benar
menjadi sebuah keharusan yang tak bisa ditawar. Ini sangat penting
dipahami oleh generasi penerus, agar cita-cita mulia para pendirinya bisa
selalu diteruskan oleh mereka yang akhirnya diberikan amanah untuk
melanjutkan perjuangan memajukan dan mengembangkan pesantren.221
Secara tersurat, nama “Khairul Ummah” terdapat dalam Al-Qur‟an
surah Ali Imran ayat 110.
221
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu
164
Artinya:
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ( Qs 3:110)222
Ayat ini menyebutkan dengan jelas kepada manusia tentang siapakah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Inilah visi yang ingin
dibentuk dari pondok pesantren ini. Menjadi umat terbaik bagi seluruh
manusia bisa diwujudkan dengan mencetak dan membina generasi muda
Islam yang robbani, penuh dengan nilai-nilai akhlak yang qur‟ani. Tak
hanya pada kemanfaatan internal yang dirasakan langsung oleh santri,
kiprah pondok pesantren pun diperluas dengan mencoba memberikan
manfaat kepada masyarakat sekitar. Sehingga kehadiran pesantren
ditengah-tengah masyarakat benar-benar akan menjadi cahaya dan
wadah pelayanan yang dibutuhkan oleh umat dan masyarakat.
Guna mendukung terlaksananya sebuah visi yang mulia menjadi
“Khaira Ummah” tersebut, maka dirumuskan pula beberapa misi penting
yang bisa dilakukan untuk mewujudkan cita-cita besar sebagai ummat
terbaik. Misi tersebut tercantum dalam 4-H, yakni :
1) Head (kepala) yang harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) sejalan dengan pembinaan intelektual
2) Heart (kalbu) yang harus diisi dengan iman dan takwa (imtaq)
sejalan dengan pembinaan spiritual (ruhiyah)
3) Hands (tangan) yang harus dilatih dengan keterampilan dan kerja
yang bermanfaat sejalan dengan pembinaan kapabilitas santri (soft
skill)
222
Al-Qur‟an dan Terjemahannya ( Jakarta : Lautan Bestari ) hal. 64
165
4) Health (kesehatan jasmani dan rohani) sejalan dengan pembinaan
fisik (jasadiyah) sehingga mampu memikul tugas sebagai
khalifatullah fil ardh.223
b. Keadaan Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu
Pondok pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
dibawah pimpinan KH.Muhammad Mursyid, M.Pd.I. Pondok pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu beralamat di Jalan Jendral
Sudirman Desa Batu Gajah Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri
Hulu provinsi Riau. Telp; (0769) 442260, email:
[email protected]. Dengan identitas sebagai berikut :
Tabel 4.2 Profil Pondok Pesantren Khairul Ummah224
1. Nama Pondok Pesantren : Pondok pesantren Khairul Ummah
2. Nama Pimpinan : KH.Muhammad Mursyid, M.Pd.I
3. Nomor Statistik : 121214020014
4. Alamat Sekolah : Jl. Jend. Sudirman Batu Gajah-Air Molek
Desa : Batu Gajah
Kecamatan : Pasir Penyu
Kabupaten : Indragiri Hulu
Propinsi : Riau
Kode Pos : 29352
Telepon & Faksimili : (0769) 41600
5. Nama Yayasan : Yayasan Islam Indragiri Hulu
6. Status Pondok : Terdaftar
7. Tokoh Pendiri : Alm KH. Munashir Jufri
8. Status Madrasah : Swasta
9. Tahun Pendirian : 1995
10. Tipe Pondok Pesantren : Khalafiah
Dari identitas diatas, semenjak tahun 1995 sampai tahun 2020
berarti sudah 25 tahun pondok pesantren Khairul Ummah kabupaten
223
Data Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah tahun 2019 224
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu
166
Indragiri Hulu berdiri. Saat ini dibawah pimpinan KH.Muhammad Mursyid,
M.Pd.I yang dimulai pada tanggal 05 Oktober 2005. Sebagai generasi
kedua yang memimpin pondok pesantren, KH. Muhammad Mursyid yang
juga akrab disapa ustadz Mursyid bercita-cita melanjutkan impian para
generasi perintis pondok pesantren untuk tetap eksis menjadi wadah
pendidikan yang mampu mencetak generasi dakwah yang handal
ditengah masyarakat.
Untuk melanjutkan pengembangan pondok pesantren,
KH.Muhammad Mursyid merumuskan sebuah visi dan misi mewujudkan
pondok pesantren Khairul Ummah bukan hanya menjadi pondok
pesantren yang mampu bersaing ditingkat lokal dan nasional, namun juga
sampai ke tingkat internasional. Visi misi yang mulia itupun dipersiapkan
dengan melakukan berbagai pembenahan sistem pengelolaan pesantren,
sistem pendanaan yang lebih pasti, sistem manajemen pendidikan santri
dan para guru serta upaya-upaya lain yang dianggap perlu dikembangkan
diawal-awal dirinya diangkat sebagai pimpinan pondok pesantren.
Beberapa kebijakan awal yang ia lakukan terkait pengembangan
pada fase pondok pesantren, diantaranya adalah sebagai berikut :225
1. Memprioritaskan Aspek Ibadah
Saat pertama kali menjejakkan kaki ditanah Indragiri Hulu
sebagai pengemban amanah memimpin pondok pesantren, hal
pertama yang dilakukan KH.Muhammad Mursyid adalah
meluruskan niat dan mengajak setiap individu di pesantren ini
untuk lebih memperhatikan aspek ibadah. Meluruskan niat
sebagai modal awal untuk bekerja menyelesaikan hal-hal besar.
Hal ini bukan hanya untuk diri pribadi, tetapi ia tularkan pada
setiap individu yang ada dipesantren. Modal utama kita bekerja
adalah bagaimana kedekatan yang kita bangun dengan Allah
SWT bisa terjalani dengan baik. Soal rezeki itu soal sebab
akibat.
225
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Februari 2019
167
2. Peningkatan Pembangunan Infrastuktur
Penyelesaian pembangunan masjid di pondok pesantren
Khairul Ummah dilakukan pada fase ini. Jika sebelumnya
difungsikan dengan kondisi seadanya, maka pada masa
kepemimpinan KH.Mursyid, penyelesaian pembangunan masjid
menjadi hal utama yang diprioritaskan. Pembangunan umat
dimulai dari masjid, oleh karena itulah keberadaan sebuah
masjid di lingkungan pondok pesantren mutlak dibutuhkan.
Selain masjid, pembangunan beberapa ruang kelas juga
dilakukan, bangunan-bangunan lama diperbaiki sehingga lebih
terlihat bagus dan juga bangunan lain yang dirasakan penting
pembangunannya.
3. Merangkul Banyak Pihak Untuk Berinvestasi Akhirat
Sebuah pesantren sebagai lembaga pendidikan yang menjadi
milik masyarakat tidak bisa dibangun hanya dengan saku satu
orang. Oleh karena itulah pesantren membuka seluas-luasnya
kesempatan bagi banyak pihak untuk berinvestasi akhirat
menyalurkan dana bantuan. Sejauh ini telah banyak pihak yang
berperan memajukan pesantren mulai dari donator, wali murid,
pemerintah daerah dan sebagainya.
4. Upaya Membangun Sistem yang Positif
Sebagai pemimpin pesantren, KH.Mursyid juga berupaya
membangun sistem yang akan membuat pengelolaan sebuah
lembaga pendidikan bertahan lama, tidak berkiblat pada figure
tertentu yang akan membuat sistem terputus jika sosok yang
difigurkan telah tiada. KH.Mursyid mengatakan kepada para
guru di pesantren, hendaklah para guru bekerja karena niat
yang ikhlas semata-mata bekerja mengembangkan pendidikan
dipesantren untuk Allah SWT semata. Karena Allah-lah yang
akan menilai kerja-kerja hambaNya sekaligus membalasNya
dengan bentuk kebaikan-kebaikan didunia dan akhirat.
5. Mengembalikan Peran Pesantren yang sesungguhnya
Sebuah lembaga pendidikan pesantren memiliki kurikulum plus
yang lebih lengkap dibandingkan pendidikan umum. Hal ini
jelas tujuan utamanya adalah untuk perbaikan akhlak bagi para
santri. Para santri di didik di pesantren diharapkan mampu
menjadi pribadi yang unggul, tidak hanya piawai dalam
pendidikan umum, tetapi lebih dari itu terbina akhlaknya. Inilah
yang diharapkan dari pesantren. Pendidikan santri diawali dari
gurunya. Akhlak guru akan ditularkan pada para santri, oleh
168
karena itu pembangunan akhlak para guru diupayakan. Guru
yang direkrut diharapkan sebagai pribadi yang benar-benar
menjadi contoh bagi para santri.
6. Pemberdayaan Ekonomi Santri
Sebuah pesantren yang baik tidak hanya dirasakan manfaatnya
dalam hal pendidikan, namun juga dala hal pemberdayaan
ekonomi yang digalakkan pihak pesantren. Melalui Lembaga
Amil Zakat yang dimiliki pesantren, setiap siswa dibantu untuk
bisa menghasilkan uang guna membiayai pendidikan. Santri
yang ada di pesantren tidak hanya mendapatkan pelayanan
pendidikan yang berkarakter, namun juga diberi kesempatan
untuk melakukan pemberdayaan ekonomi pribadi melalui
program-program yang diadakan pesantren. Seperti kegiatan
berkebun, tambak ikan lele dan berbagai kegiatan yang bernilai
ekonomi dan bermanfaat untuk santri.
7. Kemanfaatan Pesantren Untuk Masyarakat
Idealnya sebuah pesantren bukan hanya memberikan
kebermanfaatan untuk internal masyarakat pesantren, secara
lebih luas peran pesantren yang paling didambakan ummat
adalah menjadi salah satu wadah pelayanan bagi kepentingan
ummat secara luas. Oleh karena itu pondok pesantren Khairul
Ummah mengambil beberapa peran penting terhadap nilai
kebermanfaatan di masyarakat. Pihak pesantren membuka
seluas-luasnya bagi masyarakat yang membutuhkan
penceramah bisa menghubungi pihak pesantren untuk mengisi
pengajian. Selain itu pesantren berkolaborasi dengan
masyarakat dalam hal pemberdayan ekonomi dengan
membuka usaha laundry yang melibatkan masyarakat eksternal
pesantren. Pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu telah
berhasil dalam memberdayakan ekonomi masyarakat melalui
model pemberdayaan perempuan berbasis pondok pesantren
yaitu pemberdayaan terhadap ibu-ibu dengan usaha laundry
secara bertahap dan berkesinambungan dan sinergis dalam
naungan pesantren serta kekuatan jaringan antar elemen yang
kokoh.
8. Peningkatan Kesejahteraan Guru dan Karyawan
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pengelola pesantren
dibawah pimpinan KH.Mursyid adalah upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan. Hingga 2
dasawarsa pesantren kesejahteraan guru dan karyawan cukup
169
diperhatikan. Gaji yang dterima diatas UMR. Hal ini tidak lepas
dari semakin baiknya sistem keuangan yang dimiliki pesantren
dan derasnya bantuan banyak pihak yang dirangkul pihak
pimpinan untuk sama-sama berinvestasi akhirat memajukan
pondok pesantren Khairul Ummah.
9. Visi Pesantren 2020, Menuju Khairul Ummah „Go Internasional‟
Melihat perkembangan pondok pesantren dari masa kemasa ,
bukanlah menjadi hal yang muluk-muluk saat pimpinan pondok
KH.Mursyid merumuskan visi pesantren 2020 menuju Khairul
Ummah “go Internasional”. Visi pesantren yang mulia ini
tentunya tetap mengacu pada tujuan awal berdirinya pondok
pesantren ini, yakni sesuai dengan namanya “Khairul Ummah”
sebaik-baik umat yang membawa guna bagi orang lain, bukan
hanya ditingkat lokal dan nasional namun juga internasional.
c. Struktur Organisasi Pondok pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu226
Susunan Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan Islam
Indragiri Hulu (YASIIN) Pondok Pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu
Pembina :
1) Drs. H.Mujtahid Thalib
2) H.Harman Harmaini, SH.MH
3) KH.Muhammad Mursyid, M.Pd.I
Pengurus :
1) Ketua Yayasan : Drs. H.Abd.Kadir
2) Sekretaris Yayasan : H. Darlis Usman, S.Pd, M.Si
3) Bendahara Yayasan : Fathurrahman
Pengawas :
1) H. Sudirman, M.KAS, BA
2) Dr. H.Ari Sandyavitri
3) H. Mazwar Per
226
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah, Februari 2019
170
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten
Indragiri Hulu yaitu:
Tabel 4.3
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu
1. Pimpinan : KH.Muhammad Mursyid, M.Pd.I
2. Sekretaris : Ustad Tono Siswanto, s.Ag, M.Si
3. Bendahara : Ustazah Rifqi Rifandi, S.Pd.I
4. Kepala Bidang Santri : Ustad Yarno Eko Saputra
5. Kepala Bidang Rumah Tangga
dan Pengembangan Usaha
Pesantren
: Ustad Muhammad Syafaat, S.H.I
6. Kepala Bidang Kesantrian : Ustad Edi Setiawan, S.Pd
7. Kepala SDIT : Ustad Syafriadi, S.Pd.I
8. Kepala M.Tsanawiyah : Ustad Eko Purwanto, S.Pd.I
9. Kepala M.Aliyah : Ustazah Drs. Su‟udin Nuhron,
M.Pd.I
10. Kepada Pengembangan Minat
dan Bakat
: Ustad Ahmad Fajar Kurnia, S.Pd
11. Kepala Organisasi Santri : Ustad Peri Susilo, S.Kom
171
Gambar 4.5
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu
Pimpinan
KH.Muhammad Mursyid, M.Pd.I
Sekretaris
Tono Siswanto, S.Ag, M.Si
Bendahara
Rifqi Rifandi, S.Pd.I
Kepala M.Aliyah Drs. Su’udi Nuhron, M.Pd.I
Kepala M.Tsanawiyah Eko Purwanto,S.Pd.I
Kepala SDIT Syafriadi, S.Pd.I
Kabid.RT dan Pengemb.Usaha Muhammad Syafaat, S.H.I
Kabid.Kesantrian Edi Setiawan, S.Pd
Kasi. Pengemb.Minat dan Bakat Ahmad Fajar Kurnia, S.Pd
Kasi Organisasi Santri Peri Susilo, S.Kom
GURU
SANTRI
172
Berdiri diatas tanah seluas 28 hektar yang merupakan tanah hibah
dari Pemerintah daerah Indragiri Hulu, Pondok Pesantren Khairul Ummah
memiliki jenjang pendidikan yakni ; Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT),
Madrasah Tsanawiyah (Akreditasi A), madrasah Aliyah (Akreditasi A).
Jumlah lokal belajar ada saat ini sebanyak 32 ruang.227
Memiliki kantor pimpinan, kantor majelis guru, ruang pustaka,
ruang keterampilan, ruang computer, asrama guru, asrama santri dan
bangunan lain seperti koperasi pesantren, gudang, dapur dan juga masjid
seluas 1.296 M2.
Hingga tahun 2019 jumlah guru dan karyawan tercata sebanyak
170 orang. Jumlah santri laki-laki sebanyak 562 santri dan perempuan
480 santri. Dengan komposisi santri MA sebanyak 368 santri, MTS 674
santri dan SDIT sebanyak 484 santri. Sehingga total santri
keseluruhannya sebanyak 1.526 santri.228
Adapun program khusus pondok pesantren Khairul Ummah
diantaranya;
1) Tahfizhul Qur‟an
2) Khattil Qur‟an
3) Muhadatsah
4) Muhadarah
5) Bahasa Arab
6) Bahasa Inggris
7) Pencak Silat
8) Pengembangan Soft Skill
9) Komputer dan Internet
10) Marawis
11) Drum Band
12) Pertanian
227
Observasi, Pondok Pesantren Khairul Ummah Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu, 26 Februari 2019 228
Dokumentasi pondok pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Februari 2019
173
Sedangkan pelajaran Kitab yang diselenggarakan di pondok
pesantren Khairul Ummah diantaranya;
1) Riyadusholihin
2) Ta‟limul Muta‟alim
3) Nahwu
4) Shorof
5) Tafsir
6) Hadist
7) Fiqih
8) Ushul Fiqh
9) Tarikhul Islam
10) Masailul Fiqhiyah
11) Ibadah Amaliyah229
229
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu
174
2. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
Sebelum membahas tentang pondok pesantren Al-Amin Dumai,
peneliti akan membahas tentang profil kota Dumai secara singkat.
Kota Dumai merupakan sebuah dusun kecil di pesisir timur provinsi
Riau. Dumai merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Bengkalis.
Diresmikan sebagai kota pada tanggal 20 April 1999 dengan Undang-
undang No.16 Tahun 1999 dimana status Dumai sebelumnya adalah kota
Administratif. Pada awal pembentukan wilayah administrasi pemerintahan,
kota Dumai hanya memiliki 3 wilayah kecamatan, 13 kelurahan dan 9
desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat
kepadatan 83,85 jiwa/km2.230
Dulu, Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang sepi, berada
dipesisir Timur provinsi Riau, Indonesia. Kini, Dumai yang kaya dengan
minyak bumi itu, menjelma menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat
ramai sejak tahun 1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari
singgah dan merapat dipelabuhan. Kilang-kilang minyak yang tumbuh
menjamur disekitar pelabuhan menjadikan kota Dumai pada malam hari
gemerlapan bak permata berkilauan.
Kekayaan kota Dumai yang lain adalah keanekaragaman tradisi.
Ada dua tradisi yang sejak lama berkembang dikalangan masyarakat
Dumai yaitu tradisi tulisan dan lisan. Salah satu tradisi lisan yang sangat
populer didaerah ini adalah cerita-cerita rakyat yang dituturkan turun
temurun. Sampai saat ini, kota Dumai masih menyimpan sejumlah cerita
rakyat yang digemari dan memiliki fungsi moral yang amat penting bagi
kehidupan masyarakat, misalnya sebagai alat pendidikan, pengajaran
moral, hiburan dan sebagainya. Salah satu cerita rakyat yang masih
berkembang di Dumai adalah Legenda Putri Tujuh. Cerita legenda ini
mengisahkan tentang asal-muasal nama Kota Dumai.
Kota Dumai merupakan salah satu kota di provinsi Riau, dengan
nama ibukotanya yaitu Dumai. Kota Dumai berada dipesisir pantai pulau
230
Dokumentasi Biro Administrasi Perekonomian Sekda Provinsi Riau
175
Sumatera sebelah timur. Wilayah Dumai berada pada posisi antara
1010.23”.37‟ – 1010.9”.13‟ bujur timur dan 10.23”.23‟ – 10.24”23‟ lintang
utara.
Dumai terdiri dari lima kecamatan dengan luas wilayah 1.727,385
Km2. Batas-batas wilayah kota Dumai bersebelahan dengan wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Rupat.
Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Bukit Batu,
Kabupaten Bengkalis
Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Mandau dan
kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis
Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Tanah Putih dan
kecamatan Bangko, kabupaten Rokan Hilir.231
Gambar 4.6
Peta Kota Dumai
Posisi Dumai juga berdekatan dengan dua negara yaitu Singapura
dan Malaysia. 232 Berikut nama-nama pondok pesantren yang terdapat di
kota Dumai, yaitu :
231
Dokumentasi Biro Administrasi Perekonomian Sekda Provinsi Riau 232
Dokumentasi Biro Administrasi Perekonomian Sekda Provinsi Riau
176
1) Pondok Pesantren Al-Furqan
2) Pondok Pesantren Baiturrahman
3) Pondok Pesantren Al –Imam Abi Yazid Al-Basthomiy
4) Pondok Pesantren Hidayatullah
5) Pondok Pesantren Baitul Qur‟an
6) Pondok Pesantren Al-Imam Asy-Syafi‟i
7) Pondok Pesantren Al-Amin233
Pondok pesantren yang akan peneliti dalami adalah pondok
pesantren Al-Amin Dumai, yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Deskripsi lokasi pondok pesantren Al-Amin Dumai
Keberadaan Yayasan Al-Amin Dumai, tidak terlepas dari aktivitas
dakwah Islamiyah yang digagas dan dirintis oleh Kiyai Zainal Abidin sejak
tahun 2000, beliau membuka pengajian kecil (majelis taklim) di
Kelurahan Bagan Keladi Kecamatan Dumai Kota Dumai dengan sistem
khalaqah. Jumlah santri dan jama‟ah Kiyai Zainal Abidin dari tahun-
ketahun semakin banyak, maka muncul ide untuk mendirikan pondok
pesantren, yang mendapat dukungan dari masyarakat. Pada tahun 2004
didirikan pondok pesantren salafiyah pertama di Desa bagan Keladi,
yang diberi nama Pondok pesantren Al-Amin, setingkat madrasah
ibtidaiyah (MI), yang berlokasi di Desa Bagan Keladi Kecamatan Dumai
Barat.234
Seiring dengan aktivitas dakwahnya, beliau menyampaikan
gagasan mendirikan pondok pesantren permanen kepada para jama‟ah,
dan mendapat dukungan besar dari masyarakat. Pada tahun 2002
gedung madrasah permanen mulai dibangun, yang berlokasi di komplek
pondok pesantren yang sekarang, di sebelah barat Dumai. Pada tahun
2004 lembaga pondok pesantren diresmikan, dengan nama Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai. Pondok pesantren ini membuka jalur
pendidikan formal, yaitu Madrasah Tsanawiyah Al-Amin. Lembaga
233
Pondok Pesantren yang menjadi sampel penelitian 234
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
177
pondok pesantren ini kemudian menjadi yayasan, dengan nama Yayasan
Pondok Pesantren Al-Amin Dumai.
Di bawah kepemimpinan Kyai Zainal Abidin, Pondok Pesantren
Al-Amin Dumai semakin berkembang lebih baik. Pendidikan formal
dikembangkan.Pada tahun 2006 dibuka Madrasah Aliyah Al-Amin.
Didirikan juga Madrasah tsanawiyah, Raudatul Atfhal dan Madrasah
Ibitidaiyah Selain menambah pendidikan formal, pendidikan nonformal
juga dikembangkan, berupa Diniyah Awwaliyah, dan Pengajian Kitab
Kuning.
Yayasan Pendidikan Al-Amin Dumai berlokasi di Kelurahan Bagan
Keladi Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai. Letaknya strategis, berada
di pusat kelurahan dan pusat kecamatan. Akses untuk menuju ke lokasi
mudah. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, terletak dengan batas-batas
sebagai berikut:
a) Sebelah utara adalah dibatasi oleh pemukiman penduduk dan
areal persawahan.
b) Sebelah timur dibatasi oleh areal persawahan.
c) Sebelah selatan dibatasi oleh pemukiman penduduk.
d) Sebelah barat adalah dibatasi oleh pemukiman penduduk.235
Gambar 4.7
Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
235
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
178
Pondok Pesantren Al-Amin merupakan Lembaga yang bergerak
pada pendidikan Pondok Pesantren dan Pendidikan Umum. Untuk
mewujudkan berdirinya Lembaga tersebut, maka dibentuklah Yayasan
Al-Amin dengan Akte Notaris Nomor 39 tanggal 30 September 2011 yang
dikeluarkan oleh Notaris H.Ismail, SH. Untuk mewujudkan Kegiatan
Lembaga perlu dipenuhinya berbagai kebutuhan dengan Sarana
Prasarana sebagai berikut :
Kantor Yayasan PP Al-Amin Dumai
Gedung Sekolah ( RA, SDIT, MTs, MA ) beserta sarana dan
prasarananya.
Asrama Pondok Pesantren (santri)
Rumah Jamur Tiram
Unit Pengembangan Usaha dan Koperasi Pondok Pesantren
Dapur Umum
Mushalla236
Ruang Lingkup kegiatan dari PP Al-Amin Dumai perlu diketahui
oleh berbagai kalangan dan sekaligus menjadi rujukan dari berbagai
kebijakan dan aktifitas, oleh karena itu Visi, Misi dan Tujuan Pondok
Pesantren ini disusun sebagai berikut :
Visi : “Terwujudnya manusia yang cerdas dan sejahtera dalam bingkai
nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan agar dapat menjadi rahmat bagi
semesta alam (rahmatan lil alamin)”.
Misi :
Membina, mengembangkan dan memberdayakan potensi-
potensi sosial dan keagamaan melaluipendidikan.
Membina dan memberi suri teladan kepada masyarakat melalui
program-program pemberdayaan sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
Mendorong terciptanya keharmonisan sosial dan alamnya
dengan bersandar pada nilai-nilai ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan.237
236
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 237
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
179
Untuk mencapai visi dan misi, Pondok pesantren Al-Amin Dumai
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan merujuk pada
ruang lingkup keagamaan, kesosialan dan kemasyarakatan.
Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Berperan aktif dalam membangun karakter yang relijius di
dalam kehidupan bermasyarakat melalui majelis taklim serta
majelis pendidikan baik formal maupun nonformal.
b) Mengembangkan ruang lingkup aktifitas syi‟ar yang toleran
dalam bermasyarakat dan bernegara.
c) Menyelenggarakan bentuk-bentuk kegiatan kewirausahaan
dan pemberdayaan masyarakat sebagai penegasan
eksistensi yayasan yang merupakan wadah sosial
keummatan.
d) Membangun silaturahmi dan kerjasama dengan semua pihak
yang dipandang dapat memberikan kontribusi untuk
kemajuan yayasan danmasyarakat.
e) Meletakkan proses pendidikan sebagai pondasi utama dalam
kerangka kemanusian dan kehidupan sosial serta mampu
mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa dengan
melakukan pengembangan dan peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan formal dan non-formal.238
Untuk menjalankan seluruh komponen yang sudah
dirumuskan, sebagaimana disebutkan di atas, maka diperlukan
kepengurusan yang berkompeten, maka dari itu, berikut ini adalah
beberapa orang yang dipasrahi oleh pengasuh untuk mengelola Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai:
Pimpinan Pondok Pesantren : Kiyai W.Zainal Abidin, S.Pd.I
Wakil Pimpinan : Ustad Anwar Sholeh
Koperasi, Diklat dan Pengembangan Ekonomi Pesantren : Nyai
Muqni‟ah assa‟idah, S.Pd.I
Bendahara : Ustazah Eliana, S.Pd.I
Sekretaris : Ustad Supandi239
238
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 239
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
180
Hingga tahun 2019, jumlah santri yang menetap di Pondok
Pesantren Al-Amin berjumlah 275 santri. Jumlah ini berasal dari Siswa
MTs dan MA yang menetap di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai. Namun,
hal ini belum termasuk santri kalong, bukan mukim dari rumah masing-
masing.
Pondok pesantren Al-Amin merupakan satu-satunya pondok
pesantren Salafiyah yang ada di kota Dumai yang menitik beratkan
pendidikan pada dua hal yaitu pendidikan akhlakul karimah dan
pendidikan life skill. Untuk mempercepat pelaksanaan prioritas
pembangunan pondok pesantren Al-Amin Dumai mengembangkan
kegiatan usaha Ekonomi pondok pesantren sudah dimulai sejak tahun
2005 yang dipimpin oleh Kiyai W.Zainal Abidin, S.Pd.I, yang berbentuk
kantin pondok dengan modal seadanya dan terus berkembang setiap
tahunnya dengan berbagai macam usaha hingga saat ini.
Pondok pesantren Al-Amin Dumai merupakan lembaga pendidikan
agama yang ikut mencerdaskan bangsa melalui pembinaan akhlak dan
keterampilan, berupaya membekali agar santri dan masyarakat setelah
yang menamatkan pendidikannya atau setelah mengikuti diklat atau
magang di pondok pesantren Al-Amin dapat memiliki ilmu, berakhlak
mulia, berbudaya dan mandiri. Ada 12 pesantren yang telah mengadakan
kerjasama dalam bentuk pelatihan atau magang.
Pada tahun 2018 sudah terlaksana 3 angkatan pelatihan dengan
dana mandiri dengan peserta 54 orang dari 8 pesantren. Selain itu pondok
pesantren Al-Amin dumai juga menerima kegiatan magang, pada tahun
2019 ini diikuti oleh 75 peserta dari 4 pesantren selama 2 bulan dan 6
bulan, dan kegiatan studi banding sebanyak 200 orang dari 5 pesantren
se-Riau. Program pelatihan life skills ini berupa pelatihan budidaya jamur
tiram dan pengolahan produk jamur tiram dan pembekalan beberapa
181
keahlian untuk memiliki jiwa kewirausahaan baik dari aspek intelektual,
emosional dan spiritual.240
b. Keadaan pondok pesantren Al-Amin Dumai
Pondok Pesantren Al-Amin Dumai dibawah pimpinan Kyai W.
Zainal Abidin, S.Pd.I yang beralamat di Jl. Prof. M. Yamin No. 45 RT. 01
Kelurahan Bagan Keladi Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi
Riau, dengan identitas sebagai berikut :
Tabel 4.4
Profil Pondok Pesantren Al-Amin Dumai241
1. Nama Pondok Pesantren : Al-Amin
2. No. Piagam PP : Kd.04.14/04/PP.007/PONTREN/2005
3. No.Statistik PP : 51.03.14.72.0007
4. Nama Yayasan : Yayasan Al-Amin Dumai
5. Ketua Yayasan : H.Kasiarudin, SH
6. Akta Notaris : No.39 tanggal 30 September 2011
Notaris H.Ismail, SH
7. SK.MENHUMHAM : No.AHU – 8773.AH.01.04 Tahun 2011
NPWP : 03.140.599.6-212.000
8. Alamat PP : Jln.Prof.Yamin No.45 RT 01 Bagan
Keladi Kecamatan Dumai Barat Kota
Dumai
9. No.Tel/Wa : 0823310996848
Email : [email protected]
Web : www.ponpesalamindumai.com
10. Tahun Berdiri : 2004
11. Status Tanah : HIbah dan Milik Sendiri
12. Total Luas Tanah : 145.553,65 M2
240
Observasi di Pondok pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 241
Data Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Tahun 2019
182
13. Status Bangunan : Milik Sendiri
14. Jumlah santri : 275 Orang
15. Jumlah Guru dan
Pengurus
: 35 Orang
16. Nomor Rekening Ponpes : BRI Cabang Dumai 0159-01-023536-
506
17. Mengelola Pendidikan : DTA, RA/TK, MI/SD, /Wustha/MTs,
MA/SMA dan Paket C ( khusus bagi
putus sekolah
18. Mengelola Kegiatan
Usaha
: Budidaya jamur Tiram, Depot Air
Minum, Mini Market, Home Industri,
Pupuk Kompos, Perternakan (BIOGAS),
Perikanan, Pertanian, Konveksi,
Informatika Teknologi Komputer dan
Simpan Pinjam BMT Kopontren Al-Amin
19. Mengelola Kegiatan
Pelatihan
: Diklat Kewirausahaan Kemandirian
Ekonomi
20. Kegiatan Pendampingan : Pendampingan pertanian, Pasca panen
dan konveksi
c. Struktur Organisasi Pondok pesantren Al-Amin Dumai
Keberadaan struktur organisasi dalam sebuah lembaga
(organisasi), dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas
Pembagian tugas (job discription) di dalam jajaran kepengurusan,
sehingga memudahkan pola kerja, alur komando dan koordinasi bagi
semua unsur pelaksana organisasi. Dengan begitu tidak terjadi tumpang
tindih (over lapping) dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Apabila
pola dan alur kerja sesuai dengan struktur organisasi yang telah
ditetapkan, tentu akan memberikan hasil yang optimal serta mekanisme
kerja akan berjalan secara efektif dan efisien.
Pondok Pesantren Al-Amin Dumai mempunyai struktur organisasi
183
yang mempunyai tanggungjawab masing-masing. Pengasuh pondok
pesantren adalah Kiyai W. Zainal Abidin S.Pd.I. Adapun struktur
organisasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai yaitu:
Tabel 4.5
Susunan Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai242
1. Pimpinan : Kyai W. Zainal Abidin, S.Pd.I
2. Wakil Pimpinan : Ustad Anwar Sholeh
3. Sekretaris : Ustad Supandi
4. Wakil Sekretaris : Ustad Perjuangan Tambak
5. Bendahara : ustazah Eliana, S.Pd.I
6. Wakil Bendahara : Ustazah Vidiah rani, S.Pd
7. Bagian Kepegawaian : Ustad Buyung Ruslan Abdullah
8. Bagian Pendidikan dan
Pengasuhan
: Ustad Sihol Siahaan
9. Bagian Pengembangan
potensi santri
: Ustadzah Bismi Hayati, S.Si
10. Bagian Koperasi, Diklat dan
pengembangan ekonomi
pesantren
: Nyai Muqni‟ah Assa‟idah, S.Pd.I
11. Bagian Zakat, Infaq,
Shadaqoh dan wakaf
: Ustazah Nur Aida, S.Pd
12. Bagian Dakwah : Ustaz Wahid Nasrullah, S.Pd.I
13. Bagian Humas dan Sosial : Ustad Asril, S.Ag
14. Bagian sarana dan prasarana : Ustad Heriyanto
15. Bagian Hukum dan Advokasi : Ustad ahmad Joni, SH
242
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
184
Gambar 4.8
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai243
243
Data Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Tahun 2019
Ketua Yayasan Al-Amin Dumai
H.Kasiarudin, SH Pimpinan Al-Amin Dumai
Kiyai W.Zainal Abidin, S.Pd.I
Wakil Pimpinan
Anwar Sholeh
Sekretaris
Supandi Bendahara
Eliana, S.Pd.I
Wk.Bendahara
Vidiah Rani, S.Pd
Wk.sekretaris
Perjuangan Tambak
Kabag.Pend.Pengasuhan (cabang)
Anwar Sholeh Kabag. Pend dan Pengasuhan (Induk)
Sihol Siahaan
Kepala MA
Sihol Siahaan
Kepala Mts
Vidiah Rani,S.Pd
Kepala MI
Sayin, S.Pd.I
Kepala TK
Eliana, S.Pd.I
SANTRI
Kurikulum Pendidikan
Nur Aida, S.Pd.I
Organisasi Santri
Bismi Hayati, S.Si
185
d. Bidang Kegiatan Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
1. Bidang Dakwah dan Keummatan
Dalam bidang ini, Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
mengembangkan beberapa jenis kegiatan, yaitu;
a) Majelis taklim / pengajian umum secara berkala oleh
pengasuh yayasan.
b) Pengumpulan zakat,infaq dan sadaqoh dari jama‟ah, berupa
dana (uang).
c) Santunan kepada anak yatim, fakir miskin dan orang tua
jompo.
d) Kegiatan bakti sosial berupa penghijauan, pembangunan
jalan rintisan, pembangunan sarana irigasi, dan sunatan
masal.
2. Bidang Pendidikan dan Pesantren
a). Mengembangkan Pendidikan Formal
Sampai dengan sekarang, Pondok pesantren Al-Amin
Dumai telah dapat mengembangkan beberapa jenjang satuan pendidikan
formal. Keseluruhan jenjang pendidikan formal diselenggarakan pada pagi
hari (pukul 07.00 – 14.00 wib).
Tabel 4.6
Jenjang Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
No Jenjang Pendidikan Tahun
Berdiri
Jumlah Santri/
Siswa
Nama Kepala
Madrasah
L P
1 TK Al-Amin 2010 15 10 Eliana, S.Pd.I
2 M.Ibtidaiyah Al-Amin 2007 15 20 Sayin, S.Pd.I
3 M.Tsanawiyah Al-Amin 2006 75 80 Vidiah Rani, S.Pd
4 M.Aliyah Al-Amin 2009 75 75 Sihol Sihaan
Jumlah 180 185
186
b). Mengembangkan Pendidikan Non Formal
Untuk mengembangkan pengetahuan keagamaan para santri, PP
Al-Amin Dumai disamping mengembangkan jalur pendidikan formal juga
mengembangkan jalur pendidikan non formal.Waktu penyelenggaraan
pendidikan non formal dilaksanakan pada sore dan malam hari.
Tabel 4.7
Jenis Pendidikan Non Formal
di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai244
No.
Jenis
Pendidikan Non
Formal
Tahun
Dibuka
Jumlah
Santri
Nama
Ketua
Pengelola
Sistem /
Metode
Pembelajaran L P
1. Pendidikan
Diniyah
2005 15 20 Nur Aida, S.Pd - Klasikal
- Sorongan
2. Pengajian
Kitab Kuning
2012 75 80 Anwar Sholeh Sorongan
3. Pengajian Dasar Al-
Al-Qur‟an
(Metode Iqra‟)
2007 15 10 Leni Lestiani Klasikal
4. Tahfiz 2016 75 75 Bismi Hayati, S.Si Hafalan
5. Majelis
Taklim
2002 Nyai Muqniah assa‟diah, S.Pd.I Pengajian
umum
244
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Tahun 2019
187
Tabel 4.8
Kitab-kitab yang diajarkan
di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai245
No. Kelompok Kitab Nama Kitab
1. Kitab Nahwu - Syarah Dahlan
- Syeh Khalid
- Asymawi
- Mutammimah
- IbnuAgil
- Hudari
- Syarah Baikuniah
- Katarun Nada‟
- Azhari
2. Kitab Sharef - Kailani
- Talhis,dll.
3. Kitab Fiqih - Fathul Qarib
- Fathul Mu‟in
- Bujaerimi
- Ikna‟
4. Kitab Hadist
- Muhtarul Ahadist
- Riadus Shalihin
- Arba‟in Nawawi
5. Kitab Tauhid - Kipayatul Awam
- Matan Sanusiah
- Tijanuddarari
- Tanwirul Kulub
- Aspuriah
- Tambihul Gapilin
6. Kitab Adab - Ta‟lim Muta‟alim
- Duratun Nasihin
- Baikuniah.
245
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Tahun 2019
188
3. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Sebelum membahas tentang pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru, peneliti akan membahas tentang profil kota pekanbaru secara
singkat. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan
yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin.
Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi
perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ketempat
pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang
terletak ditepi muara sungai Siak.
Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya
melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat
dengan perkembangan Kerajaan Siak Indrapura. Semenjak Sultan Abdul
Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya
di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan.
Diperkirakan istana tersebut terletak di Masjid Raya sekarang. Sultan
Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di
Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut
kemudian dilanjutkan oleh purtanya Raja Muda Muhammad Ali ditempat
baru yaitu sekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada hari selasa tanggal 21 Rajab 1204 H/23 Juni
1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima
Puluh, tanah datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya
menjadi “Pekan Baharu” selanjutnya diperingati sebagai hari lahir kota
Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan
mulai populer sebutan “Pekan Baharu”, yang dalam bahasa sehari-hari
disebut Pekanbaru.246
246
Dokumentasi, Biro Administrasi perekonomian Sekda prov Riau.
189
Gambar 4.9
Peta Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru berada hampir ditengah pulau Sumatera atau
pada posisi jajaran Bukit Barisan. Total luas wilayah kota ini 633,01 m2,
secara administrative pemerintah kota Pekanbaru dikepalai oleh Walikota.
Kota Pekanbaru terbagi menjadi 12 kecamatan dengan 58 desa atau
kelurahan. Kota Pekanbaru secara berkelanjutan dilengkapi dengan
infrastruktur/fasilitas umum yang semakin baik. Dengan tersedianya
transportasi darat, laut dan udara, kota-kota besar dan Negara-negara
tetangga dapat dijangkau melalui bandara Sultan Syarif Kasim II.
Pelabuhan kapal dan ferry di sungai Siak dan jaringan jalan raya yang
menghubungkan Kota Pekanbaru dengan seluruh kota-kota di pulau
Sumatera bahkan Jakarta sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia.247
Berikut nama-nama pondok pesantren yang terdapat di kota
Pekanbaru, yaitu :
1) Pondok pesantren Teknologi Riau
2) Pondok pesantren Al-Ikhwan
3) Pondok pesantren Hidayatullah Pekanbaru
4) Pondok pesantren Al-Furqon
247
Dokumentasi, Biro Administrasi perekonomian Sekda prov Riau
190
5) Pondok pesantren Putri Ummu Sulaim
6) Pondok pesantren Umar bin Khatab Riau
7) Pondok pesantren Tahfidz Qur‟an Al-Kahfi
8) Pondok pesantren Darul Qur‟an was Sunnah
9) Pondok pesantren Al-Uswah
10) Pondok pesantren Al-Baidha‟
11) Pondok pesantren Darul Taukhid al-Maktub
12) Pondok pesantren Al-Kifayah
13) Pondok pesantren Baitul Qur‟an Riau
14) Pondok pesantren Ummul Quro
15) Pondok pesantren Tahfizh Al-Quds
16) Pondok pesantren Al-Kautsar
17) Pondok pesantren Al-Mujtahadah248
18) Pondok pesantren Al-Munawarah
19) Pondok pesantren Ibnu Katsir
20) Pondok pesantren Al-Ikhwan
21) Pondok pesantren Diniyah Puteri
22) Pondok pesantren Aar - Rahmi
23) Pondok pesantren Darel Hikmah
Pondok pesantren yang akan peneliti dalami adalah pondok
pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
a. Deskripsi Lokasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Ditengah – tengah keramaian kota Pekanbaru kecamatan
marpoyan damai berdirilah sebuah bangunan induk Pondok pesantren
Al-Mujtahadah yang didirikan oleh seorang putra terbaik Riau Prof. Dr.KH.
Akhmad Mujahidin, MA pada tahun 2012. Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah didirikan bertujuan untuk menciptakan generasi muda
Islam yang Tafaqquh fiddin beriman dan bertaqwa, memiliki Ilmu
248
Pondok Penelitian yang menjadi sampel penelitian
191
Pengetahuan, memiliki wawasan yang luas serta terampil, profesional dan
mandiri.
Keberadaan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah mendapat
dukungan positif dari masyarakat luas dan dari pemerintah kota baik
secara moril maupun material sehingga mengalami kemajuan yang
mengembirakan. Semenjak berdiri, Pondok Persantren Al-Mujtahadah
telah mengeluarkan alumni + 156 orang alumni yang tersebar di berbagai
daerah khususnya Propinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat, Lampung,
Jambi, Bengkulu, dan seluruh Nusantara pada umumnya.
Gambar 4.10
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah di kelola oleh Yayasan
Pendidikan Islam Al-Mujtahadah. Yayasan ini bergerak dalam bidang
pendidikan dengan mengelola sekolah formal jenjang Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI). Program jangka panjang, Yayasan,
Pendidikan Islam Al-Mujtahadah akan mengembangkan Lembaga
Pendidikan kepesantrenan di beberapa daerah, juga pembinaan terhadap
Pondok Pesantren alumni dalam wadah Forum Pondok Pesantren
192
Al-Mujtahadah dengan + 15 Pondok Pesantren Alumni Binaan yang
tersebar di berbagai daerah.249
Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru didirikan Prof. Dr. KH.
Akhmad Mujahidin, MA. Seorang kiai muda, nyentrik, dan kharismatik. Ia
juga merupakan seorang rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan
Syarif Kasim Riau. Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, merupakan guru besar
Ekonomi Islam UIN Suska Riau. Beliau lahir di Malang Jawa Timur pada
tanggal 6 Juni 1971. Ada banyak faktor mencapai keberhasilan. Mulai dari
pengalaman, kerja keras, dan ketabahan ikut menentukan. Ada juga
banyak kendala yang menghadang. Siapapun paham tak ada jalan mudah
untuk mencapainya. Setiap orang juga tentu pernah menghadapi
hambatan dan ujian dalam merealisasikan semua impiannya. Namun,
hanya mereka yang tabah dan terujilah yang akan berhasil melewati
masa-masa berat dan menderita itu.
Seorang profesor dan kiyai muda karena usianya baru 48 tahun.
Bicaranya tegas, lugas dan tentu pekerja keras. Pergaulan luas membuat
banyak ide dan gagasan “aneh” mengalir deras. Membuat banyak orang
kagum dan mengapresiasi cukup positif. Pergaulan dari kalangan kiai,
pejabat, pengusaha hingga politikus membuat kiai muda ini semakin
matang dalam bertindak dan berbuat.
Pesantren ini berdiri diatas tanah seluas 12.500 M2 yang
dikhidmatkan kepada umat Islam. Inspirasi pendirian pesantren ini,
dilhami dari sebuah kekhawatiran dan keprihatinan masa depan
pesantren di Indonesia. Percepatan ekonomi dan kuatnya arus
modernitas akan menggerus eksistensi pesantren, jika kedepan dunia
pesantren tidak melakukan reorientasi visi, misi dan paradigma pesantren
sesuai dengan kehendak masyarakat.
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah ini memiliki visi dan misi sebagai
berikut:
249
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 20 April 2019
193
A. Visi dan Misi250
VISI :
“Menjadi pusat keilmuan dalam mempersiapkan dan mengembangkan
sumber daya manusia berkualitas serta berhias iman dan takwa.”
MISI :
Mewujudkan keunggulan dalam pengembangan ke Islaman.
Meningkatkan sumber daya pendidik dan kependidikan yang
professional.
Mewujudkan proses belajar mengajar yang berbasis keagamaan.
Mewujudkan lingkungan pendidikan yang kreatif, edukatif, religius
dan akuntabel.
Mengembangkan seni budaya yang relevan menuju kebudayaan
lokal, nasional dan internasional.
B. Motto
I : Inovatif
D : Disiplin
E : Edukatif
A : Akuntabel
L : Loyalitas
Indikator INOVATIF
Selalu berorientasi kedepan untuk meraih yang terbaik ditingkat
lokal maupun global.
Selalu menyikapi perubahan yang terjadi dengan bijak.
Kreatif.
Memiliki inovasi dalam bekerja.
Tidak pernah berhenti untuk menambah pengetahuan.
Indikator DISIPLIN
Memiliki kesadaran yang tinggi dalam keimanan dan
ketakwaan.
Memiliki kesadaran yang tinggi pada tugas dan tanggung
jawab.
Memiliki etika moral yang tinggi.
Mampu menjalankan tugas sesuai tupoksi serta instruksi kerja
Dinas Kepala Sekolah, dan guru
250
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
194
Indikator EDUKATIF
Beriorientasi pada suksesnya penyelenggaraan pendidikan.
Mampu menjadi contoh yang mendidik.
Memiliki wawasan pendidikan yang luas dan baik.
Mampu menjadi panutan dan mampu menjalin kerjasama yang
baik dengan masyarakat.
Indikator AKUNTABEL
Memiliki organisasi yang tersusun dan solid diberbagai
tingkatan.
Memiliki manajemen keuangan yang baik dan bertanggung
jawab.
Menerapkan pola keterbukaan dalam pengelolaan manajemen.
Memiliki kinerja yang baik.
Indikator LOYALITAS
Memiliki kesetiaan terhadap sekolah dan lingkungannya serta
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap Kepala Sekolah,
Guru, Karyawan dan Teman.
C. Tujuan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Membina dan mengembangkan kondisi kelembagaan sehat
dan kondusif sebagai upaya menumbuhkembangkan
kreatifitas, peningkatan etos kerja dan profesionalisme civitas
akademik.251
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru merupakan bagian
integral dari Sistem Pendidikan Nasional yang harus dikembangkan
dan ditingkatkan kualitas Pendidikan maupun pelatihan kerja di
Indonesia, sebagai pendidikan yang berlatarbelakang keagamaan
pesantren akan mengembangkan para santri untuk mampu bekerja dan
mempunyai kompetensi kerja yang sedang dikembangkan di Pondok
Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru. Pembangunan Komunitas Balai
Latihan Kerja (BLK) adalah memberikan sarana dan prasarana bagi
masyarakat sekitar pondok pesantren maupun santri yang kurang
mampu dan memperluas pendidikan dengan mewujudkan santri
pondok pesantren yang mempunyai ketrampilan di dunia kerja. 251
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
195
Dalam mewujudkan tujuan tersebut harus didukung oleh penunjang
yang memadai yaitu adanya workshop pelatihan kerja. Prasarana
tersebut penting adanya dalam memajukan kualitas siswa. Program ini
sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang
Pendidikan Pasal 109 menyatakan bahwa siswa memiliki hak dalam
memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diamanatkan dalam
Pembukaan UUD 1945, bahwa;”Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian”.
Pembangunan Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) ini bertujuan yaitu :
Mempercepat percapaian Visi dan Misi Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
Membantu santri pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
dan Masyarakat sekitar memperoleh ketrampilan kerja yang
layak dan mempunyai lingkungan yang mendukung bagi proses
pelatihan kerja bagi para santri.
Membantu santri pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
maupun masyarakat sekitar dalam memperoleh kesempatan
pelatihan kerja.
Meningkatkan motivasi santri pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru sehingga tidak ada potensi potensi yang menjurus
kepada terorisme maupun radikalisme.
Meningkatkan efesiensi, aktifitas dan transformasi manajemen
kelembagaan sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Mewujudkan lulusan yang berkualitas, cerdas dan komprihensif
selaras dengan dinamika perkembangan jaman.
Meningkatkan implementasi dan pengembangan produk lulusan
sebagai bentuk dalam upaya pemberdayaan masyarakat
Berikut ini adalah nama-nama yang ada di PP. Al-Mujtahadah
Pekanbaru sekaligus dengan tugas dan jabatannya:
Pimpinan PP. Al-Mujtahadah : Prof. Dr. KH.Akhmad Mujahidin, MA.
196
Sekretaris : Ustad Riko Rusdi
Bendahara : Ustazah Hj. Siti Samsiyah
Kepala Bidang Pemberdayaan dan pengembangan ekonomi
pesantren : Ustad Amril Akmal
Kegiatan pendidikan dan kepesantrenan di PP. Al-Mujtahadah
Pekanbaru menjadi dua program; rutin dan temporal. Kegiatan rutin
kepesantrenan ini umumnya, diikuti oleh para santri yang berdomisili
(mondok) di PP. Al-Mujtahadah Pekanbaru. Mulai dari menghafal
Al-Qur‟an, ngaji kitab kuning, dan program-program pendidikan lainnya.
Sedangkan, kegiatan pesantren temporal adalah kegiatan yang diadakan
dalam jangka waktu yang ditentukan. Program kegiatan ini berisikan
tentang; Kursus Baca Tulis Al Qur‟an, Praktek Fiqh, dan Tafsir al Qur‟an.
Kegiatan ini diasuh oleh para pakar di bidang masing-masing.
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan nasional yang harus dikembangkan dan
ditingkatkan kualitas layanan pendidikannya untuk memenuhi peningkatan
kualitas pendidikan menengah atas sebagai sebuah pesantren yang
menjunjung tinggi rasa nasionalisme mempunyai tanggung jawab moral
maupun spiritual untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya
untuk mendukung pembangunan nasional juga dapat berintegrasi dengan
sistem pelatihan kerja nasional.
197
b. Keadaan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Tabel 4.9
Profil Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
1. Nama Pondok Pesantren : Al-Mujtahadah
3. No.Statistik PP : 5121471002019
4. Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Islam
Al-Mujtahadah
5. Pimpinan Pondok : Prof. Dr.KH.Akhmad Mujahidin, MA
7. SK.MENHUMHAM : No.Ahu-01.ah.01.04 Tahun 2012
8. Alamat : Jalan Handayani Gg.Ros No.61
marpoyan Damai Pekanbaru – Riau
10. Tahun Berdiri : 2012
11. Status Tanah : Milik Sendiri
12. Status Gedung : Milik Sendiri
13. Luas tanah : 12.500 M2
14. Jumlah santri : 257 Orang
15. Jumlah Guru dan Pengurus : 35 Orang
16. Lahan Percadangan : 200.000 M2 (20 ha) di Desa Lipat Kain
Kabupaten Kampar
17. Mengelola Pendidikan : M.Ibtidaiyah – STAI Al-Mujtahadah
18. Mengelola Kegiatan Usaha : Koperasi Pesantren, Perkebunan
lengkeng, jamu madu, sayuran
hidroponik dan sirsak
19. Mengelola Kegiatan Pelatihan : Pelatihan Otomotif di Balai Latihan Kerja
198
c. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
yaitu;
Tabel 4.10
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
1. Pimpinan : Prof.Dr.KH.Akhmad Mujahidin, MA
2. Sekretaris : Ustad Rico Rusdi
3. Bendahara : Ustazah Hj. Siti Syamsiyah
4. Kepala Bidang Santri : Ustad Yarno Eko Saputra
5. Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Ekonomi Pesantren
: Ustad Amril Akmal
6. Kepala Bidang Keagamaan : Ustad Habibi
7. Kepala M.Ibtidaiyah : Ustazah Hermaliza, S.Pd
8. Kepala M.Tsanawiyah : Ustad Nurwahid Ihsanudin, MA
9. Kepala M.Aliyah : Ustazah Juliana Dian Komala Sari, S.Pd
10. Ketua STAI : Ustad Nurwahid Ihsanudin, MA
199
Gambar 4.11
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru – Riau
Pimpinan
Prof. Dr.KH. Ahmad Mujahidin, MA
Sekretaris
Rico Rusdi Bendahara
Hj. Siti Samsiyah
Kepala M.Aliyah Juliana Dian Komala sari, S.Pd
Kepala M.Tsanawiyah Nurwahid Ihsanudin, MA
Kepala SD/MI Hermiza, S.Pd
Kabid.Ekonomi Pesantren Amril Akmal
Kabid.Kesantrian Yarno Eka saputra
Kabid.Keagamaan Habibi
GURU
SANTRI
Ketua STAI Nurwahid Ihsanudin, MA
200
B. TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data yang peneliti temukan melalui observasi,
wawancara dan penelusuran dokumentasi, berikut peneliti paparkan hasil
yang berkenaan dengan manajemen kewirausahaan pondok pesantren
dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi Riau, yaitu :
1. Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren Di Provinsi
Riau
a. Pondok Pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu
- Perencanaan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Khairul
Ummah
Perencanaan kegiatan kewirausahaan di pondok pesantren Khairul
Ummah, penulis melakukan wawancara dengan pimpinan pondok
pesantren Khairul Ummah pada tanggal 22 Februari 2019 sebagai
berikut.
“Dalam program kegiatan kewirausahaan di pondok pesantren
Khairul Ummah saya telah merencanakan kegiatan tersebut
dengan mengadakan pertemuan atau rapat untuk membahas
program unit usaha apa saja yang harus dibuat dalam kegiatan itu.
Rapat itu membahas program-program yang direncanakan
diantaranya program di bidang budi daya ikan lele, perkebunan
kayu gaharu, sawit, dan unit usaha laundry. Tujuan saya
mengadakan kegiatan kewirausahaan adalah supaya santri-santri
mempunyai keterampilan yang bisa dibawa ke masyarakat,
disamping santri dibekali dengan ilmu agama, santri juga dibekali
dengan skiil dan keterampilan. Dengan adanya keterampilan dan
skiil, maka santri akan bisa memberikan manfaat untuk
masyarakat”.252
Untuk mencari keabsahan data peneliti juga mewawancarai ustad
Muhammad Syafa‟at sebagai kepala bidang Rumah Tangga dan
pengembangan usaha Khairul Ummah pada tanggal 24 Februari 2019
menjelaskan sebagai berikut:
252
Wawancara dengan MM pada tanggal 26 Februari 2019 Februari 2019 di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
201
“Sebelum pelaksanaan program kegiatan kewirausahaan pondok
pesantren Khairul Ummah, setiap awal tahun kami para guru dan
pimpinan mengadakan rapat membahas program-program apa
saja yang harus dibuat dalam program kegiatan kewirausahaan
tersebut”.253
Dari pendapat diatas dapatlah diketahui bahwa perencanaan dalam
program unit usaha pondok pesantren sudah ada direncanakan,
perencanaan tersebut dibuat sebelum pelaksanaan program kegiatan
tersebut dilaksanakan, dengan adanya perencanaan dalam kegiatan itu
akan mempermudah pelaksanaan kegiatan tersebut.
- Pengorganisasian Kewirausahaan di Pondok Pesantren
Khairul Ummah
Pengorganisasian yang dibuat dalam manajemen kewirausahaan
di pondok pesantren Khairul Ummah antara lain dengan dibentuknya tim
atau pengurus yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut seperti
penanggung jawab dalam bidang perkebunan, bidang perikanan, unit
usaha laundry. Pondok pesanten Khairul Ummah mengangkat guru yang
mengurus kegiatan kewirausahaan.
Untuk mengetahui pengorganisasian kewirausahaan di pesantren
Khairul Ummah peneliti melakukan wawancara dengan pimpinan ponpes
Khairul Ummah pada tanggal 22 Februari 2019 sebagai berikut :
“Pada tahap pengorganisasian dibidang budidaya lele, perkebunan kayu gaharu, sawit dan unit usaha laundry maka kami membentuk tim atau pengurus yang bertanggung jawab mengurus bidang tersebut adalah ditunjuklah ustazah Siti Aida, S.Si sebagai penanggung jawab dalam unit usaha laundry bagi santri putri dan ustaz Habibullah sebagai penanggung jawab unit usaha laundry bagi santri putra”.254
253
Wawancara dengan MS pada tanggal 26 Februari 2019 di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 254
Wawancara dengan MM pada tanggal 22 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
202
Dalam manajemen kewirausahaan di pondok pesantren Khairul
Ummah, peneliti lebih fokus mendalami unit usaha laundry karena bagi
pesantren melihat ini sebagai celah bisnis. Mengingat tidak selamanya
pesantren mengandalkan bantuan pemerintah atau sumbangan dari
santri, banyak pesantren yang mulai membuka berbagai macam unit
usaha sebagai media pengumpul pundi-pundi pembangunan, seperti:
koperasi pondok pesantren, kantin santri, toko kitab, hingga laundry.
Untuk mencari keabsahan data peneliti juga mewawancarai
ustazah Siti Aida yang merupakan pengurus unit usaha laundry santri
putri di pesantren Khairul Ummah pada tanggal 24 Februari 2019
menjelaskan sebagai berikut;
“Pada tahap pengorganisasian unit usaha laundry sudah dibentuk
tim atau pengurus yang menanggung jawab masing-masing dari
unit usaha laundry tersebut. Pengurus unit usaha landry yang
menanggung jawab mengelompokkan santri putri dan putra untuk
pembagian pakaian dengan ibu-ibu laundry. Dengan masing-
masing ibu laundry mengurus 10 – 15 orang santri dengan perhari
maksimal 3 lembar pakaian yang disetorkan”.255
- Pelaksanaan Kewirausahaan di pondok pesantren Khairul
Ummah
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan unit usaha laundry di
pondok pesantren Khairul Ummah penulis melakukan wawancara dengan
pimpinan ponpes Khairul Ummah pada tanggal 22 Februari 2019 sebagai
berikut:
“Dalam pelaksanaan program unit usaha laundry dilaksanakan sesuai dengan rencana. Dengan pembagian setiap ibu-ibu laundry yang mengurus 10 – 15 orang santri maka mereka setiap harinya berhubungan langsung dengan ibu laundry yang mengurus pakaian-pakaian mereka yang diantar setiap sore jam 16.00 wib. Santri mengantar pakaian kotor dan ibu laundry mengantarkan pakaian bersih. Hal tersebut berlanjut setiap harinya selama mereka di pondok pesantren”.256
255
Wawancara dengan SA pada tanggal 24 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah di Air Molek Indragiri Hulu 256
Wawancara dengan MM pada tanggal 22 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
203
Untuk mencari keabsahan data peneliti juga mewawancarai ustad
Habibullah sebagai pengurus unit laundry santri putra pada tanggal 25
Februari 2019 menjelaskan sebagai berikut:
“Kami melaksanakan unit usaha laundry berdasarkan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Dalam pelaksanaan unit usaha
laundry tersebut yang bertanggung jawab adalah Ustazah Aida
untuk pengelola santri putri dan saya (Habibullah) untuk pengelola
santri putra. Setiap sore jam 16.00 wib ibu-ibu laundry berkumpul di
aula pesantren untuk menyerahkan pakaian bersih dan para santri
berkumpul untuk mengambil pakaian bersih dan menyerahkan
pakaian kotor mereka dengan maksimal 3 lembar per-hari.
Pembayaran uang santri dilakukan pada penanggung jawab unit
usaha laundry di setiap awal bulan”.257
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan unit usaha laundry penulis
melakukan wawancara dengan salah satu ibu-ibu laundry pada tanggal 25
Februari 2019 sebagai berikut;
“Dalam melaksanakan usaha laundry ini saya merasakan manfaat
berupa meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga kami. Kami
mendapatkan pemasukan setiap bulan dari pengelola unit usaha
laundry pesantren. Setiap harinya saya mengantarkan pakaian
bersih pada sore hari ke pesantren dan mengambil pakaian kotor
dari santri dan langsung saya cuci dalam mesin cuci dan besok
pagi saya menjemurnya. Kegiatan ini kami lakukan bersamaan
dengan mengurus pekerjaan rumah seperti memasak dan
mengurus anak”.258
Untuk memperjelas informasi di atas penulis melakukan observasi
pada tanggal 25 dan 26 Februari 2019. Hasil observasi yang penulis amati
dalam kegiatan unit usaha laundry ini adalah kegiatan pengelolaan unit
usaha laundry berjalan dengan baik dimana pada setiap sore hari jam
16.00 wib, aula pesantren dipenuhi oleh ibu-ibu laundry yang jumlahnya
mencapai 67 orang untuk menyerahkan pakaian bersih kepada santri.
257
Wawancara dengan HB pada tanggal 25 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 258
Wawancara dengan AM pada tanggal 25 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
204
Unit usaha laundry ini sangat memberikan manfaat kepada ibu-ibu
disekitar pesantren karena menambah kesejahteraan ekonomi mereka.
Unit usaha laundry memberikan hubungan simbiosis mutualisme karena
santri juga merasakan manfaatnya yaitu santri hanya fokus pada belajar
tanpa perlu memikirkan mencuci pakaian mereka. Selain itu juga di
pesantren juga merasakan manfaat berupa penghematan air dan listrik
serta pemasukan dana dari pengelolaan unit usaha laundry.259
Berdasarkan wawancara dengan salah satu santri di PP Khairul
Ummah menjelaskan bahwa:
“Baju yang saya laundrykan adalah baju-baju seragam sekolah,
perlengkapan sholat seperti mukena, sajadah, kain dan baju tidur,
untuk pakaian dalam tetap kami yang mencucinya, setiap kami juga
dibatasi dengan maksimal 3 lembar perhari yang diserahkan
dengan ibu laundry. Dengan adanya usaha laundry di pondok
pesantren ini saya bisa lebih fokus belajar. Baju-baju yang dicuci
oleh Ibu laundry sangat bersih dan wangi, saya merasakan ibu
laundry seperti ibu kedua bagi saya”.260
Untuk mengetahui informasi yang lebih akurat penulis melakukan
observasi pada tanggal 22 - 27 Februari 2019. Adapun hasil pengamatan
penulis adalah bahwa kegiatan unit usaha laundry yang dilaksanakan
sejak tahun 2010 memberikan dampak meningkatnya perekonomian ibu-
ibu yang bergabung dalam usaha laundry ini. Ibu-ibu yang bergabung
dalam unit usaha laundry yang sebelumnya mereka sebagai buruh karet,
pedagang sayur dan pedagang makanan kecil kini setelah mereka
bergabung dalam unit usaha laundry mereka lebih banyak waktu dirumah
bersama keluarga karena pekerjaan mencuci mereka lakukan pada sore
hari dan besok pagi langsung mereka jemur. Ibu-ibu yang bergabung
dalam unit usaha laundry telah memiliki mesin cuci pribadi sehingga
259
Observasi di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu, Februari 2019 260
Wawancara dengan santri yang bernama MY di Pondok Pesantren Khairul Ummah pada tanggal 28 Februari 2019
205
pekerjaan bisa dikerjakan sambil memasak dan mengurus anak.261
- Pengawasan kewirausahaan di pondok Pesantren Khairul
Ummah
Untuk mengetahui pengawasan kegiatan unit usaha laundry di
pesantren Khairul Ummah penulis melakukan wawancara dengan
pimpinan pesantren Khairul Ummah pada tanggal 22 Februari 2019
sebagai berikut:
“Untuk melaksanakan pengawasan kegiatan unit usaha laundry
diperlukan pengawasan yang baik. Bentuk pengawasan yang
dibuat di pesantren Khairul Ummah adalah dengan meninjau
langsung proses unit usaha laundry tersebut, selain meninjau
kegiatan tersebut saya mengevaluasi program kegiatan yang
dilaksanakan sekali dalam 6 bulan, jika ada kendala saya
mengajak para pengelola dan ibu-ibu laundry untuk mencari jalan
terbaik menyelesaikan permasalahan ini”.262
Untuk memperjelas informasi di atas penulis melakukan observasi
pada tanggal 25 dan 26 Februari 2019. Hasil observasi yang penulis amati
dalam kegiatan unit usaha laundry adalah pengawasan yang diberikan
pengelola kepada ibu-ibu laundry berupa kinerja dari ibu-ibu laundry
tersebut dalam mencuci pakaian santri dan pengawasan dalam hal
pembayaran gaji ibu-ibu laundry.263
Untuk mengetahui informasi yang lebih akurat penulis melakukan
observasi pada tanggal 25 - 28 Februari 2019. Adapun hasil pengamatan
penulis adalah berupa pengawasan dari kinerja ibu-ibu laundry dan
setoran pembayaran uang bulanan laundry dari santri.264
Poin penting yang akan dipaparkan dan digali pada sub-tema ini
adalah terkait dengan manajemen kewirausahaan yang dibangun oleh
261
Observasi di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu, Februari 2019 262
Wawancara dengan MM pada tanggal 22 Februari 2019 di di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 263
Observasi di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu, Februari 2019 264
Observasi di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu, Februari 2019
206
pondok pesantren. Concern dari kata manajemen pada bagian ini
bermakna, bagaimana proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan serta pengambilan keputusan akibat
adanya permasalahan dalam setiap pelaksanaan programnya. Poin-poin
ini akan dipaparkan berdasarkan penjelasan para nara sumber yang
sudah ditentukan. KH.Muhammad Mursyid sebagai Pimpinan Pesantren
Khairul Ummah Indragiri Hulu (selanjutnya disingkat PP. Khairul Ummah)
menegaskan bahwa:
“Disaat, pendiri pondok pesantren ini, merasa ada yang perlu
dirubah; dari paradigma pengelolaan pendidikan pondok pesantren.
Waktu itu, saya merasa selama ini pondok pesantren hanya
menjadi sarana bersama untuk transmisi tradisi dan ilmu agama
saja. Tidak pernah dilihat potensi ekonominya. Akhirnya, kyai
mendirikan unit-unit usaha pondok pesantren ini dilandaskan pada
pengembangan ekonomi tersebut. Oleh karenanya, saya sudah
mendelegasikan seluruh kewenangannya, kepada para pengurus,
baik itu pengelolaan pendidikan ataupun kewirausahaannya”.265
Pada kesempatan yang lain, dalam sebuah wawancara dengan
sekretaris pengurus pondok Pesantren Ustad Tono Siswanto, S.Ag
memang menegaskan bahwa keberadaan PP. Khairul Ummah
kedepannya menjadi pesantren entrepreneursip yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat, beliau juga menjelaskan bahwa dalam proses
tata kelola unit usaha, semuanya didelegasikan kepada para ahli di
bidang masing-masing. Serta pastinya, para ahli itu diharapkan bisa
mengembangkan pondok pesantren yang didirikannya.266
Sekedar untuk memperlihatkan apa yang diungkapkan Ustad Tono
Siswanto, S.Ag di atas, perlu kiranya penulis tampilkan nama-nama
penanggung jawab tata kelola organisasi di masing-masing bidang yaitu;
KH. Muhammad Mursyid, M.Pd.I sebagai Pimpinan
Pondok Pesantren.
265
Wawancara dengan MM pada tanggal 26 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 266
Wawancara dengan TS pada tanggal 28 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
207
Ustad Tono Siswanto, S.Ag, M.Si, sebagai sekretaris
pengasuh pondok pesantren.
Ustad Rifqi Rifandi, S.Pd.I sebagai bendahara pondok
pesantren,
Ustad Muhammad Syafaat, S.H.I Kepala bidang rumah
tangga dan pengembangan usaha.
Para pembantu KH.Muhammad Mursyid inilah yang lebih banyak
memaparkan kepada peneliti tentang aktivitas kewirausahaan, termasuk
didalamnya sistem manajemen yang ada dipondok pesantren.
KH. Muhammad Musyid selaku pimpinan pondok pesantren, menegaskan
bahwa corak manajemen yang dikelola di dalam pondok pesantren
bisa dikategorikan sebagai manajemen modern.267
Dalam artian, dia juga menambahkan tata kelola pesantren
diamanahkan kepada orang-orang yang profesional, capable dalam
bidang masing-masing, dan memiliki gagasan yang banyak tentang
pengelolaan pondok pesantren dan kewirausahaan yang ada. Ustad Tono
Siswanto, mengatakan bahwa:
“Prosedurnya pondok pesantren ini dikelola melalui sistem
perencanaan yang dilakukan bersama. Setelah dirumuskan,
barulah diimplementasikan. Proses pengimplementasiannya
dipasrahkan kepada bidang-bidang yang sudah ada. Apakah itu
bidang pendidikan, kewirausahaan, atau kepesantrenan. Nantinya,
kita akan evaluasi bersama. Apakah ada kemajuan, keberhasilan,
Setelah itu, kita juga mengupayakan dan mengusahakan
bagaimana semuanya sesuai dengan visi dan misi pondok
pesantren.”268
Di atas, adalah paparan riil tata kelola dan pendelegasian kewenangan
secara umum tentang pondok pesantren. Khusus pada bidang
kewirausahaan. Ustad Muhammad Syafaat, S.H.I mengatakan bahwa:
267
Observasi di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu, Februari 2019 268
Wawancara dengan TS pada tanggal 26 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
208
“Kewirausahaan adalah tuntutan model hidup hari ini. Menurut
saya, melalui berwirausaha semua orang akan dapat bertahan
hidup, Maka dari itu, kyai disini bukan sekedar mengenalkan
bagaimana membuat produk jualan tapi menanamkan juga kepada
para santri untuk bisa hidup berwirausaha. Pimpinan, sangat
memahami bagaimana cara hidup berwirausaha di masyarakat.”269
Visi PP.Khairul Ummah adalah Mewujudkan Ummat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah
yang mungkar, serta beriman kepada Allah SWT. Untuk mencapai visi
tersebut maka dibuatlah misi yaitu :
1. Head (kepala) yang harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) sejalan dengan pembinaan intelektual
2. Heart (kalbu) yang harus diisi dengan iman dan takwa (imtaq)
sejalan dengan pembinaan spiritual (ruhiyah)
3. Hands (tangan) yang harus dilatih dengan keterampilan dan kerja
yang bermanfaat sejalan dengan pembinaan kapabilitas santri (soft
skill)
4. Health (kesehatan jasmani dan rohani) sejalan dengan pembinaan
fisik (jasadiyah) sehingga mampu memikul tugas sebagai
khalifatullah fil ardh.270
Gambar 4.12
Peneliti bersama Pimpinan Pondok Pesantren Khairul Ummah
269
Wawancara dengan MS pada tanggal 28 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 270
Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu, Februari 2019
209
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Pondok Pesantren Khairul
Ummah tersebut, maka didirikan 2 lembaga Formal yang di bawah
naungan Departeman Agama, yaitu : Madrasah Aliyah yang didirikan
pada tanggal 24 April 1995 dan Madrasah Tsanawiyah yang didirikan
pada tanggal 15 Juli 1996 dan yang menjadi Kepala Madrasah pertama
adalah dirangkap oleh Pimpinan Pondok Pesantren Khairul Ummah. Pada
awal berdirinya, Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Khairul
Ummah menerima siswa-siswi baru sebanyak 43 orang, terdiri-dari 20
siswa dan 23 siswi. Dan dalam perkembangannya jumlah siswa dan siswi
yang memasuki Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren dari tahun
ketahun semakin meningkat.271
Visi Pondok Pesantren Khairul Ummah yang diambil dari
Al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 110 yaitu;
Artinya :
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ( Qs 3 : 110)272 Berpedoman pada surat Ali Imran ayat 110 tersebut pondok
pesantren Khairul Ummah berkeinginan agar para santri menjadi santri
yang terbaik dengan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kepada
kemungkaran dengan diwujudkan dalam misi 4H (Head, Heart, Hands,
271
Observasi Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu, Februari 2019 272
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Lautan Lestari, 2010) hal 64
210
Health) Pondok Pesantren Khairul Ummah, sesungguhnya visi dan misi
tersebut terdapat kesesuaian dengan Tujuan Pendidikan Nasional kita,
sebagaimana yang disebutkan dalam Undang - Undang Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut:
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”273
Di samping itu, misi Pondok Pesantren Khairul Ummah yang
dijabarkan dengan 4H (Head, Heart, Hands, Health), terdapat kesesuaian
dengan aspek-aspek tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang
disebutkan dalam buku Filsafat Pendidikan Islam sebagai berikut:
”Aspek-aspek tujuan pendidikan Islam meliputi empat hal, yaitu: (1) tujuan
jasmaniah (andaf al- jismiyyah), (2) tujuan rohaniah (andaf al- ruhiyyah),
(3) tujuan akal (andaf al-aqliyyah), dan tujuan sosial (andaf al-
ijtima‟iyyah).274 Sedangkan misi Pondok Pesantren Khairul Ummah bila
dihubungkan dengan ranah tujuan pendidikan Islam, maka hal tersebut
sudah memenuhi ranah tujuan pendidikan Islam, yaitu meliputi domain
kognitif, afektif, dan psikomotorik.275
Dasar Pemikiran lahirnya Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Khairul Ummah Batu Gajah Air Molek
Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu, dilatar belakangi
karena adanya tantangan global yang umumnya dihadapi oleh dunia
Pendidikan Islam, yaitu :
Globalisasi di bidang budaya, etika, dan moral yang didukung
oleh kemajuan dibidang tekhnologi, transportasi, dan informasi,
atau bisa disebut 3T (Telekomunikasi, Transportasi, dan
273
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan ( Direktorat Jendral Pendidikan Islam : Jakarta, 2007 ), hal. 8 274
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya ( Kalam Mulia : Jakarta, 2009 ), hal.129 275
Ibid, hal.132
211
Teknologi). Para peserta didik saat ini sudah mengenal
berbagai sumber pesan pembelajaran, baik yang terkontrol
maupun yang tidak terkontrol yang bisa memmpengaruhi
budaya, etika, dan moral peserta didik.
Krisis moral dan etika yang melanda kehidupan bangsa
Indonesia dalam berbagai tataran administratif pusat maupun
daerah dan dalam berbagai sektor, baik negara maupunswasta.
Eskalasi konflik yang berlatar belakang kepentingan politik,
organisasi, kelompok, dan lain sebagainya. Yang di satu sisi
merupakan dinamika sosial, akan tetapi di sisi lain mengancam
harmoni dan integrasi sosial.
Stigma keterpurukan bangsa yang berakibat pada kurangnya
rasa percaya diri, yang disebabkan adanya krisis
multidimensional yang ada di Negara kita, dan juga posisi mutu
pendidikan dan SDM yang masih rendah, serta angka
pengangguran yang masih tinggi.276
Untuk menghadapi perkembangan zaman sangat diperlukan
pengenalan pendidikan agama sejak usia dini kepada anak-anak.
Disebabkan oleh karena perkembangan zaman selain membawa dampak
positif, juga dapat memberikan dampak negatif yang perlu diwaspadai
terutama bagi generasi muda Indonesia. Di lain pihak selain pendidikan
yang berasal dari keluarga, lembaga pendidikan baik itu formal maupun
non formal, merupakan jalur utama dan jalur yang sangat efektif dalam
memberikan pendidikan kepada generasi muda. Jadi pengenalan
pendidikan agama melalui jalur lembaga pendidikan tertentu merupakan
langkah yang efektif dalam menghadapi perkembangan zaman.
Pengenalan tersebut salah satunya dapat dilaksanakan dengan
cara membangun madrasah-madrasah, mulai dari madrasah tingkat
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dalam satu
kompleks, sehingga lingkungan yang tercipta dapat terkontrol dan agamis,
selain itu pendidikan yang tercipta juga selalu berkesinambungan. Upaya
pembangunan sistem pendidikan tersebut haruslah dengan cara
276
Dokumentasi, Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu, Februari 2019
212
pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan relevansi program serta hasil pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan dan peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Khairul Ummah
yang didirikan pada tahun 1996, termasuk salah satu Madrasah
Tsanawiyah swasta di Kabupaten Indragiri Hulu yang sudah terakreditasi
pada tahun 2007 dengan Nilai Akreditasi A.277
Untuk menunjukkan identitas kepesantrenannya, PP Khairul
Ummah juga mengupayakan kegiatan-kegiatan khas pesantren. Mulai dari
pengajaran dan penghafalan Al-Qur‟an (Tahfizul Qur‟an). Pengajian kitab
kuning. Praktek Khutbah dan pendalaman-pendalaman keilmuan
keIslaman lainnya.Ustad Tono Siswanto menegaskan:
“Kita disini ada satu kegiatan yang diasuh langsung oleh kyai,
Pengajian ini, awalnya, diperuntukkan kepada santri. Namun, akhir-
akhir ini, banyak masyarakat yang ingin terlibat didalamnya.
Akhirnya, kami juga membentuk pengajian bersama dengan
masyarakat untuk kegiatan ini.”278
Peneliti akan membahas secara khusus terkait bagaimana tata
kelola unit usaha ini. Yakni proses dan prosedur usaha ibu-ibu laundry
yang menjadi fokus unit usaha yang peneliti bahas lebih dalam . Namun,
untuk melengkapi paparan data sesuai dengan instrumen yang sudah
ditulis sebelumnya, ada satu topik lagi yang perlu dijelaskan oleh PP.
Khairul Ummah yaitu terkait tantangan atau kendala yang dihadapi dalam
proses pengembangan kewirausahaan ini. Berikut ini adalah beberapa
jawaban para pemangku kewenangan yang ada di PP. Khairul Ummah.
Pimpinan Pondok Pesantren Khairul Ummah menjelaskan:
“Kendalanya masih berkutat pada pengaturan Sumber Daya
Manusia yang ada disini. Pertama, harus diakui dulu, bahwa kami
bukan perusahaan yang sedang menjalankan bisnis. Kami pondok 277
Observasi di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu, Februari 2019 278
Wawancara dengan TS pada tanggal 28 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
213
pesantren yang didalamnya sedang mengembangkan unit laundry
dan unit usaha lainnya. Maka memilih dan memilah peran ini yang
cukup menjadi kendala. Kedua, adalah persoalan kekuatan
finansial yang kami miliki. Contoh sederhananya, di bidang
perbankan itu jarang sekali yang sangat mendukung kami. Ketiga,
karena ini ada di pondok pesantren, perluasan kemitraan kadang-
kadang juga menjadi kendala.”279
Sekretaris Pengasuh Pondok Pesantren Khairul Ummah mengatakan:
“Kalau menurut saya, kendalanya hanya sedikit. Tidak signifikan.
Karena kami masih tahap belajar. Mungkin, nantinya kalau sudah
menjadi brand yang besar. Kendala yang terkait pembagian peran
santri, pengurus, kyai, dan pemangku tata kelola lainnya, itu bisa
terjadi. Setahu saya, santri mengaji, bekerja, belajar, dan
beristirahat itu sudah terjadwal dengan cukup baik.Kami bisa
membagi waktunya. Kami juga sudah memberikan keleluasaan
bagi santri yang ingin mengerjakan tugas-tugasnya. Jadi, tidak ada
kendala yang besar dalam hal ini.”280
Pengurus unit usaha Laundry Pondok Pesantren Khairul Ummah
menjelaskan;
“Kalau terkait unit usaha laundry kami masih sebatas pada
pemberdayaan ibu-ibu di sekitar pondok pesantren yang
bergabung dalam unit usaha ini. Ibu-ibu laundry yang bergabung
berjumlah 67 orang yang menangani masing-masingnya 10-15
orang santri.”281
Tema terakhir dari cara berfikir manajerial adalah sistem evaluasi
pada keseluruhan yang sudah diimplementasikan dari visi, misi, program,
dan kerangka capaian yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, pada
bagian ini, peneliti juga menanyakan bagaimana proses pengawasan
yang dilaksanakan di PP. Khairul Ummah.
279
Wawancara dengan MM pada tanggal 26 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 280
Wawancara dengan TS pada tanggal 28 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu 281
Wawancara dengan SA pada tanggal 28 Februari 2019 di pondok pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu
214
Pimpinan PP. Khairul Ummah menjabarkan beberapa proses
pengawasan yang secara simultan dilakukan di tempatnya. Menurutnya,
pengawasan dilakukan melalui beberapa tahapan.Tahap pertama ada di
seluruh bidang. Setelah itu, mereka membawanya ke rapat bulanan. Dari
rapat bulanan ini jika dirasa diperlukan untuk melibatkan kyai agar
mendapatkan solusi terbaiknya, maka dimungkinkan dibawa kepada rapat
Yayasan dan langsung dipandu oleh kyai. Dia juga menegaskan bahwa
hampir setiap bulan ada rapat evaluasi, apakah itu di tingkat paling bawah
hingga pada tingkatan yang paling atas.
Tabel 4.11
Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu
Dari penjelasan dan data yang peneliti dapatkan, bahwa pondok
pesantren Khairul Ummah ini memang menjadikan identitasnya sebagai
salah satu pondok pesantren yang mengembangkan kewirausahaan. Oleh
karena itu dibutuhkan pemimpin yang memahami konsep manajemen
secara utuh. Dengan kondisi dan identitas ini, maka secara manajerial
pondok pesantren Khairul ummah membentuk dua divisi yang penting
Rekrutment Orang-Orang
yang profesional di Bidang Masing-Masing
Pendelegasian kewenangan dalam bentuk pembuatan program-program kegiatan Kewirausahaan.
Pelibatan Santri dan masyarakat dalam proses produksi unit usaha sebagai penanaman nilai kewirausahaan.
Restrukturisasi
Kewenangan Pesantren; dari Kyai Centris ke Profesionalisme Centris; dalam bentuk Kepala bidang Kewirausahaan Pondok Pesantren.
Pelaksanaan tugas dan wewenang pengurus di bidang unit usaha pesantren.
Pembentukan Identitas Pondok Pesantren
Penentuan Visi dan Misi Pondok Pesantren
Pengawasan
dilakukan bersama
dengan segenap
Pengurus Yayasan
dan Pesantren di
segala bidang yang
sudah ditunjuk.
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengawasan
215
secara structural yaitu bidang pendidikan dan bidang unit usaha
pesantren.
Pondok pesantren Khairul Ummah melibatkan orang-orang yang
professional di bidangnya masing-masing. Selain itu adalah mengikut
sertakan para santrinya menjadi bagian dari unit usaha yang sedang
digelutinya. Hal ini menambah pengetahuan bagi santri untuk menjadi
pengusaha yang sukses. Keikut sertaan santri dan masyarakat dalam unit
usaha pesantren menunjukan citra bahwa pondok pesantren Khairul
Ummah menjadi pesantren entrepreneurship berbasis masyarakat.
216
b. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
- Perencanaan Kewirausahaan Pondok Pesantren Al-Amin
Perencanaan merupakan persiapan-persiapan pelaksanaan suatu
tujuan yang biasanya mencakup berbagai kegiatan seperti merumuskan
langkah-langkah kegiatan, menentukan kebutuhan yang diikuti oleh
penentuan strategi, pencapaian tujuan dan kemudian penentuan program
guna melaksanakan strategi tertentu.
Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka
tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan
dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan
kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik dan
program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan
keputusan secara ilmiah Perencanaan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Al-Amin berangkat dari hasil pemikiran mendasar dari tokoh
pendirinya, yaitu Kiyai W.Zainal Abidin, S.Pd.I. Beliau memiliki konsep
pemikiran kemandirian dalam pengelolaan dan pendanaan pesantren,
tidak bergantung sepenuhnya pada pemerintah. Konsep kemandirian
yang digagasnya adalah menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dapat
dijadikan sumber dana untuk membiayai pengelolaan pesantren.282
Perencanaan memiliki kedudukan terpenting dalam manajemen
karena merupakan basis bagi fungsi-fungsi pengorganisasian,
pengembangan sumber daya manusia, pengarahan dan serta
pengawasan. Perencanaan merupakan “navigasi” dari seluruh proses
manajemen. Tanpa perencanaan tidak akan ada arah tepat yang dijadikan
rujukan dari seluruh unsur dinamis dalam suatu organisasi. Perencanaan
merupakan basis untuk arahan, kerjasama, dan penyesuaian secara
cerdas.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak pondok
pesantren terkait dengan perencanaan kewirausahaan yakni:
282
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019
217
“Unit usaha yang telah dapat dikembangkan sebagai sumber dana
terutama di sektor budidaya perikanan, peternakan, pertanian dan
perkebunan. Di sektor budidaya perikanan, beliau membangun dan
mengembangkan budidaya ikan lele Sedangkan di sektor pertanian
dan perkebunan, dilakukan dengan membuka aeral budidaya
jambu madu, cabe merah, buncis, dan budidaya jamur tiram”.283
Di samping untuk mengembangkan sosial ekonomi masyarakat
yang didakwahinya. Kiyai Zainal Abidin, tidak saja mengembangkan
sumber dana bagi pesantren, tetapi juga mengedepankan dakwah bi al-
hal kepada jama‟ahnya melalui sistem gotong royong dengan melibatkan
masyarakat.284
Pada kesempatan yang sama kembali Ustad Supandi menjelaskan
bahwa: “Gagasan pemikiran dan pola pengembangan sosial ekonomi
pesantren yang dicetuskan dan dilaksanakan oleh Kyai Zainal Abidin,
merupakan cikal bakal kewirausahaan di pondok pesantren Al-Amin. Pada
masanya, unit-unit usaha pesantren lebih diperluas lagi, lebih banyak
jenisnya”.285 Kemudian pada hari yang sama dan waktu yang berbeda,
ustad Anwar Sholeh menambahkan bahwa:
“Kiyai W.Zainal Abidin mengembangkan beberapa macam unit
usaha Pondok Pesantren Al-Amin, yang diharapkan dapat dijadikan
sumber pengembangan pondok pesantren ke depan, yaitu meliputi
bidang : (1) pertanian berupa perkebunan cabe merah, jambu
madu, budi daya jamur tiram; (2) peternakan (sapi dan kambing);
(3) perikanan berupa budi daya ikan lele; (4) koperasi pondok
pesantren/mini market pesantren”.286
Kemudian Ustad Anwar Sholeh menjelaskan ketika diwawancarai
sebagai berikut:
283
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019 284
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 285
Wawancara dengan SP di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019 286
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019
218
“Unit-unit usaha tersebut telah dapat menjadi sumber pendanaan
pengembangan pondok pesantren walaupun belum seperti yang
diharapkan. Ada beberapa unit-unit usaha yang belum dapat
dikembangkan secara optimal, bahkan beberapa unit usaha
tersebut ada terbengkalai, tidak terurus lagi. Berbagai kendala
menjadi penghambat pengembangannya, antara lain yang sangat
menonjol adalah lemahnya manajemen, kurangnya sumber daya
manusia, dan kurangnya sumber dana”.287
Dengan segala kekurangan yang ada, saat ini pihak pondok
pesantren Al-Amin, tetap meneruskan ide cemerlang dan
mengembangkan kewirausahan tersebut. Beberapa unit usaha yang
sempat terbengkalai dan kurang terurus, dibenahi dan terus
dikembangkan, seperti peternakan sapi dan kambing, pembuatan pupuk
dan biogas. Walaupun saat ini belum dapat memberi kontribusi yang
besar (optimal) sebagaimana diharapkan terhadap perkembangan pondok
pesantren, jenis-jenis kewirausahaan tersebut memberi harapan sebagai
sumber pembiayaan ke depannya.288
- Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kewirausahaan di
pondok pesantren Al-Amin Dumai
Pondok Pesantren Al-Amin Dumai memiliki beberapa unit usaha
yang sedang berkembang yaitu ;
• Bidang peternakan berupa 20 ekor sapi dan 15 ekor kambing
dengan melibatkan kelompok tani yang beranggotakan dari
masyarakat sekitar pondok pesantren
• Bidang pertanian dan perkebunan berupa perkebunan cabe merah
keriting, jambu madu, buncis dan budi daya jamur tiram
• Bidang perikanan berupa budidaya ikan lele dengan melibatkan
kelompok tani yang beranggotakan dari masyarakat sekitar pondok
pesantren
• Mini market Daarul Barokah
287
Wawancara dengan AS di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019 288
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019
219
• Diklat dan pengembangan pelatihan ekonomi pesantren melalui
pelatihan budidaya jamur tiram dan pengolahan produk olahan
jamur tiram.289
Gambar 4.13
Peneliti didepan Mini Market Daarul Barokah PP Al-Amin Dumai
Keberhasilan suatu organisasi, ditentukan oleh kemampuan
pimpinan organisasi itu menetapkan strategi yang tepat dalam
menjalankan organisasinya dan memanfaatkan lingkungan, dengan
memilih pengorganisasian sumber daya internal yang tepat. Ketepatan
strategi yang diterapkan pimpinan suatu organisasi, didasarkan pada
pemikiran strategic yang dimilikinya dengan pengalaman
pembelajarannya dalam situasi lingkungan yang terus berubah. Bentuk-
bentuk strategi yang digunakan dalam pengembangan setiap unit usaha
di pondok pesantren Al-Amin, fokus di dalam bagaimana
pengorganisasian serta pelaksanaan pesantren dalam mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu;
1). Peternakan
Nyai Muqniah selaku kepala Bagian Koperasi, Diklat dan
pengembangan ekonomi pesantren, ketika diwawancara menyatakan
bahwa “Struktur organisasi pada unit kewirausahaan ini dipimpin oleh
seorang koordinator yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pesantren, sebagai
289
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019
220
perpanjangan tangan pondok pesantren. Kepala bagian dibantu oleh
seorang ketua kelompok tani yang terdapat di masing-masing kandang
kolektif sebagai atasan langsung dari para pemelihara ternak (peternak).
Ketua kelompok dipilih dari salah satu peternak yang bergabung dalam
kelompok tani”.290
Kiyai W.Zainal Abidin kembali menambahkan saat diwawancara
bahwa:
“Unit kewirausahaan bidang peternakan (sapi dan kambing)
dikelola dengan sistem bagi hasil (pemeliharaannya oleh orang lain
dari anggota kelompok tani dan bagi hasil anak ternak/sapi)
dengan pola pengelolaan kandang kolektif dan perguliran. Kandang
kolektif disediakan oleh yayasan, sekaligus selaku pemilik.
Pengguliran anakan sapi dilakukan oleh ketua koordinator dan
ketua kelompok peternak atas persetujuan pesantren. Pengguliran
dapat dilakukan di tempat semula (masyarakat sekitar kandang
kolektif semula) atau dikembangkan dilokasi lainnya dengan
membuat kandang kolektif baru untuk memberdayakan masyarakat
setempat. Sedangkan koordinator peternakan, diupah (digaji) oleh
pesantren. Koordinator, ketua kelompok dan peternak juga
diberikan Tunjangan Hari Raya oleh pesantren, yang bentuknya
ditentukan oleh pesantren”.291
Hewan ternak yang dimiliki oleh pesantren terdiri dari sapi dan
kambing. Dimana jumlah kandang untuk sapi terdiri dari 2 kandang yang
jumlah sapi keseluruhan sebanyak 20 ekor sapi dan jumlah kandang
kambing terdiri dari 2 (dua) kandang yang jumlah kambingnya 15 ekor
kambing. Dari pengakuan Kiyai Zainal Abidin saat diwawancara, saat
penjualan hewan ternak, hasil penjualannya itu diserahkan ke pesantren
guna untuk menambah dana pesantren dalam perluasan unit usaha
pesantren.292
290
Wawancara dengan MA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019 291
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019 292
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019
221
2). Pertanian
Struktur organisasi pada unit kewirausahaan pertanian dan
perkebunan seperti perkebunan cabe merah, jambu madu, buncis dan
budi daya jamur tiram ini juga sama seperti pada unit usaha peternakan di
atas yakni dipimpin oleh seorang koordinator lapangan yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pesantren, sebagai perpanjangan tangan pesantren. Lalu
Nyai Muqniah selalu kepala bidang Bagian Koperasi, Diklat dan
pengembangan ekonomi pesantren saat diwawancara menjelaskan
“Koordinator lapangan bertugas untuk menentukan penggarap atau
penyewa lahan pertanian. Unit kewirausahaan bidang pertanian dilakukan
dengan sistem bagi hasil dan sewa.293
Pada kesempatan dan tempat yang sama, Ustad Anwar Sholeh
yang selaku koordinator unit usaha pertanian saat diwawancara
menambahkan bahwa: “Pada sistem bagi hasil ini pesantren memberikan
modal kepada penggarap sebagai biaya pengerjaan. Hasil panen
kemudian dibagi tiga, satu bagian untuk pengembalian modal, satu
bagian untuk bagian pesantren dan satu bagian untuk bagian penggarap.
Sedangkan untuk masa tanam pada musim kemarau, lahan pertanian
milik pesantren tersebut dikelola dengan sistem sewa. Besarnya sewa
lahan ditentukan oleh pesantren, dan sewanya masuk sepenuhnya ke
dalam kas pesantren. Dana yang yang diperoleh tersebut kemudian
dikelola oleh pesantren untuk kepentingan pengembangan unit usaha
pesantren”.294
3). Perikanan
Unit usaha perikanan budi daya ikan lele dikelola dan
dikembangkan secara swakelola oleh pesantren dengan melibatkan
kelompok tani yang berasal dari masyarakat sekitar pondok pesantren.
Sama seperti unit usaha pertanian, struktur organisasi pada unit
293
Wawancara dengan MA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019 294
Wawancara dengan AS di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 17 Maret 2019
222
kewirausahaan ini dipimpin oleh seorang koordinator lapangan yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh pesantren, sebagai perpanjangan tangan
pesantren. Koordinator lapangan bertugas untuk menentukan penjaga,
pekerja dan penggarap.
Lalu ustad Anwar Sholeh ketika diwawancara oleh peneliti
menjelaskan:
“Unit kewirausahaan perikanan terdiri dari unit usaha budi daya
ikan lele yang dikelola oleh koordinator lapangan, penjaga dan
pekerja. Mereka ini, seperti pada unit usaha pertanian, digaji oleh
pesantren. Sedangkan tata kelola budi daya ikan lele dilakukan
dengan sistem bagi hasil. Dana yang yang diperoleh tersebut
kemudian dikelola oleh pesantren untuk kepentingan
pengembangan unit usaha pesantren”.295
4). Mini Market Daarul Barokah
Unit usaha ini ini dijalankan dengan dua sistem model kemitraan
dengan pihak ketiga. Mini Market Daarul Barokah dikelola secara
swakelola. Pengelolanya terdiri dari seorang manager dan beberapa
orang karyawan. Hasil keuntungan dari penjualan di mini market Daarul
Barokah dimanfaatkan untuk operasional pesantren secara umum. 296
5). Diklat dan pengembangan pelatihan ekonomi pesantren melalui
pelatihan budidaya jamur tiram dan pengolahan produk olahan jamur
tiram.
Diklat dan pelatihan budidaya jamur tiram dan pengolahan produk
jamur tiram merupakan agenda tahunan pondok pesantren Al-Amin
Dumai yang dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2019 sampai dengan
30 Maret 2019 yang dikuti oleh 4 pondok pesantren di Riau dengan
masing-masing pondok pesantren mengutus 15 – 25 orang santri untuk
pelatihan life skill (magang).
295
Wawancara dengan AS di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 17 Maret 2019 296
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
223
Pelatihan life skills budidaya jamur tiram dilakukan agar santri
dapat memahami produk dari olahan jamur tiram berupa kerupuk jamur,
abon jamur, krispi jamur dan olahan lainnya yang berbahan dasar jamur,
yang diinginkan oleh pasar. Pelatihan dilakukan secara langsung di rumah
jamur sambil mempraktekkan teknik budidaya. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan keterampilan kepada santri.297
Gambar 4.14
Peneliti bersama santri memegang produk Olahan Jamur Tiram
di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
- Pengawasan Kewirausahaan di pondok pesantren Al-Amin
Dalam pengembangan kewirausahan dari pada suatu organisasi
selain melakukan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang
tepat serta pelaksanaan yang sesuai dengan rencana, itu tidak sempurna,
karena selain yang tiga hal tersebut yang paling penting dilakukan adalah
pengontrolan atau pengawasan. Dengan melakukan pengawasan dari
setiap pelaksanaan yang sudah direncanakan baru kemudian melakukan
evaluasi dari apa yang ditemukan dalam pelaksanaan.
Adapun bentuk-bentuk kepengawasan pondok pesantren Al-Amin
terhadap setiap unit usaha yang dimiliki sebagai berikut:
297
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
224
1). Pertanian
Unit usaha bidang pertanian ustad Anwar Sholeh selaku koordinator
bidang pertanian saat diwawancara menjelaskan bahwa:
Untuk unit usaha petanian, pesantren menunjuk salah seorang
ketua kelompok. Ketua kelompok ini yang melakukan pengawasan
rutin, yang hasilnya disampaikan kepada koordinator lapangan.
Koordinator lapangan melakukan pengawasan melekat minimal satu
kali sebulan, dan khusus untuk pertanian berkoordinasi dengan
ketua kelompok termasuk dalam pembagian hasil panen dan
penentuan penggarap atau penyewa lahan pertanian. Hasil atau
temuan disampaikan kepada dewan pengurus pesantren.
Sidak Dewan Pengurus pesantren sewaktu-waktu bila dibutuhkan.
Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan pengawas,
termasuk hal-hal yang disampaikan oleh koordinator juga menjadi
materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus dilakukan
minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan kepada Kiyai.
Melakukan audit internal oleh pesantren. Ketua dewan Pengurus
menugaskan Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu
tahun sekali. Hasil audit dilaporkan kepada Kiyai.298
2). Peternakan
Sedangkan untuk unit usaha bidang peternakan dilakukan
pengawasan dengan cara;
• Pengawasan rutin setiap hari yang dilakukan oleh penjaga
dan/atau ketua kelompok peternak. Bila ada masalah yang
dihadapi atau ada hal-hal penting yang ditemukan, disampaikan
kepada koordinator. Koordinator melakukan pengawasan ke setiap
kandang kolektif dan berkomunikasi langsung dengan ketua
kelompok dan peternak, dilakukan minimal dua kali dalam sebulan.
Hasil temuan dan hal-hal penting yang dianggap urgen kemudian
disampaikan oleh koordinator kepada pengurus pesantren.
• Sidak Dewan Pengurus pesantren sewaktu-waktu bila dibutuhkan.
Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan pengawas,
termasuk hal-hal yang disampaikan oleh koordinator juga menjadi
materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus dilakukan
minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan kepada kyai.
298
Wawancara dengan AS di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019
225
• Melakukan audit internal oleh pesantren. Ketua Dewan Pembina
dan/atau Dewan Pengurus pesantren menugaskan Dewan
Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali. Hasil
audit dilaporkan kepada kyai.299
3). Perikanan
Untuk unit usaha perikanan dilakukan pengawasan dengan cara;
• Menunjuk penjaga di masing-masing unit usaha perikanan, yang
bertugas untuk melakukan pengawasan setiap hari. Koordinator
lapangan melakukan pengawasan melekat minimal satu kali sebulan,
dan berkoordinasi dengan penjaga termasuk penentuan waktu
panen dan penjualan hasil panen. Hasil atau temuan disampaikan
kepada dewan pengurus pesantren.
• Selanjutnya sidak Dewan Pengurus pesantren sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk hal-hal yang disampaikan oleh koordinator juga
menjadi materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus
dilakukan minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan kepada
dewan pembina dan melakukan audit internal oleh pesantren. Ketua
Dewan Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan
Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali.
Hasil audit dilaporkan kyai.300
4). Mini Market Darul Barokah
Untuk unit usaha mini market Darul barokahini, model pengawasan yang
dengan cara ;
• Pada masing-masing unit usaha ditunjuk manager sebagai
pengelola dan pengawas rutin. Hasil dan hal-hal penting
disampaikan kepada dewan pengurus pesantren.
• Sidak Dewan Pengurus pesantren sewaktu-waktu bila dibutuhkan.
Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan pengawas,
termasuk hal-hal yang dilaporkan oleh manager juga menjadi
materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus dilakukan
minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan kepada dewan
pembina. Melakukan audit internal oleh pesantren. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus pesantren menugaskan
299
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Maret 2019 300
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Maret 2019
226
Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali.
Hasil audit dilaporkan kepada kiyai.301
5). Diklat dan pengembangan pelatihan ekonomi pesantren melalui
pelatihan budidaya jamur tiram dan pengolahan produk olahan jamur
tiram.
Untuk pengawasan dalam diklat dan pelatihan budidaya jamur
tiram dilakukan dengan cara yaitu;
• Pada masing-masing unit usaha ditunjuk manager sebagai
pengelola dan pengawas rutin. Hasil dan hal-hal penting
disampaikan kepada dewan pengurus pesantren.
• Sidak Dewan Pengurus pesantren sewaktu-waktu bila dibutuhkan.
Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan pengawas,
termasuk hal-hal yang dilaporkan oleh manager juga menjadi
materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus dilakukan
minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan kepada dewan
pembina. Melakukan audit internal oleh pesantren. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus pesantren menugaskan
Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali.
Hasil audit dilaporkan kepada kyai.302
Berbeda dengan kondisi yang ada di pondok pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu dan pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru, penjelasan pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin Dumai,
(selanjutnya disingkat PP. Al-Amin), mengindikasikan bahwa proses
kewirausahaan dilakukan pra-pondok pesantren ini didirikan. Dia
menegaskan:
“Kami itu sudah menggeluti dunia usaha sebelum pondok pesantren ini dibangun. Keluarga saya sejak kecil memang sudah menjadi petani.Tapi, ya itu, semua dikerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun. Jadi, setiap hasil panen itu, kami sisihkan sebagian keuntungannya untuk membangun dan mendirikan pesantren ini”.303
301
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Maret 2019 302
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 303
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019
227
Seiring dengan bertambah unit usaha yang digeluti, mulai dari
aktivitas pra dan pasca produksi, ada banyak orang yang dilibatkan pula.
Oleh sebab itulah, saat ini, PP. Al-Amin Dumai menyerahkan proses
kewirausahaan pondok pesantren kepada Nyai Muqni‟ah Assa‟idah
sebagai Kepala Bidang Koperasi, Diklat dan Pengembangan Ekonomi
Pondok pesantren. Kepada peneliti dia menyebutkan bahwa:
“Secara garis besar, tata pengelolaan usaha di bawah naungan
pondok pesantren ini dilakukan secara bersama. Kami, selaku
pengurus disini, dipasrahi kyai untuk menentukan apa yang bisa
dilakukan pengurus, santri, dan alumni. Umumnya, mereka yang
berada dibawah koordinasi kami memiliki tugas masing-masing.
Posisi kyai adalah pemangku kebijakan tertinggi kalau ingin
mengadakan atau melaksanakan kegiatan-kegiatan unit usaha
yang baru.”304
Dia juga menegaskan bahwa seluruh proses manajerial
bermuara akhir pada kebijaksanaan kyai, sebagai pemegang hak progatif
penentu kebijakan. Dalam bahasa lain, apapun hasil rapat para anggota
bagian usaha PP.Al-Amin, akan tetap dikonsultasikan dan
dipertimbangkan oleh kyai. Apapun, tegas Nyai Muqni‟ah, kyai tetap
menjadi pemimpin seluruh aktivitas pondok pesantren. Ungkapan Nyai
Muqni‟ah di atas, memantapkan bahwa posisi kiai sebagai pemimpin
pondok pesantren tidak tergantikan, dan penentu. Tapi, dia juga
menegaskan:
“Ini bukan berarti keseluruhannya kyai terlibat aktif. Tidak juga
semuanya dikonsultasikan. Tapi, hanya sebagian besarnya yang
berurusan dengan kegiatan yang membutuhkan dana besar dan
strategis saja.”305
Jauh lebih spesifik terkait manajemen kewirausahaan, peneliti juga
menanyakan bagaimana hubungan pengurus pondok pesantren,
pengelola kegiatan kewirausahaan, dan para santri yang sedang
304
Wawancara dengan MA Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada 16 Maret 2019 305
Wawancara dengan MA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019
228
menimba ilmu di PP. Al-Amin. Pimpinan PP. Al-Amin menjawabnya
dengan lugas.
“Santri tetap mengaji dan ditugaskan untuk pembelajaran dan
pengajian, pesantren pengurus pesantren tetap, Sedangkan, bagi
mereka yang menjadi pengurus dan bisnis, mereka dari luar, ada
alumni, dan sebagian memang sudah mengabdi lama di pesantren.
Jadi, mereka mengurus apa yang sudah menjadi tugasnya.”306
Jawaban Kiyai Zainal Abidin diamini oleh Nyai Muqni‟ah, bahwa hubungan
tiga elemen penting yang ada di PP. Al-Amin ini disinergikan melalui
proses yang berpisah-pisah. Dalam pengertian yang sederhana, seluruh
elemen ini bekerja sesuai dengan Tupoksinya masing-masing, melalui
satu kesatuan tujuan yang sama; yakni, mengembangkan PP. Al-Amin.
Tugas para santri, sebagaimana niat awalnya, adalah untuk mengaji,
menimba ilmu, dan mencari barokah. Sedangkan pengurus pondok
pesantren berfungsi untuk memberikan fasilitas pembelajaran dengan
baik kepada seluruh santri. Sedangkan, Kepala bidang koperasi, diklat
dan pengembangan ekonomi pesantren ini bertugas untuk hal-hal yang
berhubungan dengan unit-unit usaha-usaha, yang kontribusinya juga
diperuntukkan kepada pondok pesantren juga.307
Hal berbeda diungkapkan oleh pimpinan pondok pesantren, dia
menganggap proses hubungan santri, pengurus, dan kepala bagian
usaha sangat erat. Pasalnya, ketiganya memiliki simbiosis mutualisme
dan saling membantu satu sama lain. Hanya saja, yang digaris bawahi
adalah perbedaan ruang kerja semata. Tapi, secara kegiatan bisa
dilakukan bersama.
Secara observasional, dikala peneliti hadir pada siang hari,
kondisi PP. Al-Amin memang terlihat sepi. Para santri sedang bersekolah
di lembaga formal yang disediakan pesantren. Para pengurus juga
sedang berada di Kantor Pesantren. Adapun, mereka yang di Unit Bisnis
306
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15 Maret 2019
307 Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Maret 2019
229
Usaha Pesantren, sedang memproduksi beberapa produk yang harus
dipasarkan di hari itu.
Manajemen kewirausahaan di PP. Al-Amin Dumai ini.Pertama,
Peranan kyai, atau pengasuh di PP. Al-Amin, mendelegasikan
kewenangan sepenuhnya kepada para pengurus. Kedua, terwujudnya
sistem perencanaan yang memadai. Dari visi, misi, dan program
kewirausahaan, Ketiga, adanya integrasi program antara pondok
pesantren dengan lembaga pendidikan formal yang ada di bawah
naungan pondok pesantren. Keempat, ada keterpisahan secara struktural
antara pengelola unit usaha pesantren dengan pengurus yang mengurusi
bidang pendidikan di pondok pesantren.308
Dalam tata laksananya, unit usaha ini berisikan setidaknya enam
orang yang terbagi sebagai sekretaris, bendahara, dan bagian-bagian
struktural lainnya. Hanya saja, usaha yang dijalankan di PP. Al-Amin
Dumai banyak pada aspek produksi dan penjualan hasil pertanian secara
langsung kepada para pedagang. Sebagai sebuah catatan temuan, para
santri di PP. Al-Amin tidak banyak terlibat dalam proses wirausaha ini.
Para santri terkonsentrasi untuk mendalami keilmuan agama, atau belajar
di lembaga-lembaga formal yang ada di Pondok Pesantren Al-Amin.
Wirausaha ini sepenuhnya dikelola oleh pengurus pesantren dan
masyarakat sekitar pesantren.309
Dengan kata yang lebih sederhana, manajemen kewirausahaan
akan mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan,
dan pengawasan terkait dengan usaha yang ada di bawah naungan
pondok pesantren. Tabel berikut akan menggambarkan manajemen
kewirausahaan yang ada di PP. Al-Amin Dumai.
308
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Maret 2019 309
Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Maret 2019
230
Tabel 4.12
Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
Sistem tata kelola hasil agrobisnis di PP. Al-Amin juga cukup
sederhana. Hal ini dikarenakan tidak banyak usaha produksi hasil
pertanian yang diolah. Hasil pertaniannya langsung dijual. Nyai Muqni‟ah
mengatakan bahwa :
“Kami disini murni mengoptimalkan hasil pertanian itu untuk dijual.
Baru beberapa bulan terakhir ini, kami sedang berusaha untuk
Penentuan visi
dan misi pondok
pesantren yang
dicanangkan
secara rinci
dalam kegiatan
pesantren
Penentuan unit
usaha yang akan
dikembangkan
pesantren
Kewenangan yang
diberikan kepada
pengurus
berdasarkan aspek
profesionalitas kerja
Ada keterpisahan
secara stuktural
antara pengurus unit
usaha dengan
pengurus bidang
pendidikan
Pada masing-
masing unit usaha
ditunjuk manager
sebagai pengelola
dan pengawas
rutin. Hasil dan
hal-hal penting
disampaikan
kepada dewan
pengurus
pesantren
Adanya integrasi
program unit usaha
pesantren dengan
lembaga pendidikan
formal yang ada
dibawah naungan
pesantren
Pelaksanaan sesuai
dengan pembagian
kewenangan
pengurus unit usaha
pesantren Perencanaan
Pelaksanaan
Pengorganisasian
Pengawasan
231
membuat produk-produk yang bisa dijual dan harganya lebih baik
dibandingkan dijual mentahnya ke masyarakat.”310
Dia menambahkan produk-produk yang sedang diuji coba dipromosikan
dan dipasarkan adalah keripik daun singkong, keripik daun papaya,
kerupuk jamur tiram, abon jamur tiram, kerupuk wortel, kerupuk cabe dan
kerupuk kulit singkong.
Peneliti juga menanyakan bagaimana proses produksi beberapa
hasil pertanian yang dihasilkan tersebut. Menurut Nyai Muqni‟ah,
Proses produksinya dijalankan secara manual. Artinya, mengandalkan
manusia murni. Seperti keripik daun singkong, keripik daun papaya,
kerupuk jamur tiram, abon jamur tiram, kerupuk wortel, kerupuk cabe dan
kerupuk kulit singkong mulai dari budidaya, pengolahan, penjemuran,
penggorengan, dan pembungkusan dilakukan oleh santri dan masyarakat
yang ada di sekitar pondok pesantren. Menurut Nyai Muqni‟ah, santri
diikutkan membantu proses produksi ini. Begitu halnya dengan produk
berbagai kerupuk. Semuanya dilakukan oleh masyarakat dan pengurus
unit usaha yang ada di PP. Al-Amin.
Penjelasan Kiyai Zainal Abidin juga menunjukkan bahwa dirinya
lebih senang hasil pertaniannya dijual secara langsung tanpa harus
diolah kembali. Hal ini beliau inginkan karena proses pengolahan
tersebut membutuhkan waktu lagi.
Beliau menjelaskan kepada peneliti :
“Kalau saya, pada waktu rapat pengurus pesantren, mengusulkan
kepada semua pengelola unit usaha pondok pesantren untuk tidak
mengembangkan pada proses produksi. Karena hasil produksi itu
membutuhkan waktu lagi kan, belum lagi proses penjualannya.
Ditambah lagi, kan, itu membutuhkan dana lagi. Ya kalau laku,
kalau tidak bagaimana? Apakah mau pesantren merugi?Ini sudah
saya sampaikan. Tapi, rupanya, Nyai Muqni‟ah berusaha
meyakinkan saya, dan berjanji tidak akan merugi. Dia akan
membuktikan. Rupanya, memang ya, dari beberapa tahun terakhir
310
Wawancara dengan MA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019
232
kita memiliki pemasukan yang bertambah dibandingkan
sebelumnya. Makanya, kali ini, unit usaha itu mau dikembangkan
lebih banyak lagi.”311
Nyai Muqni‟ah tidak menampik bahwa ada ketidaksepakatan
pengasuh untuk mengembangkan pengelolaan pondok pesantren melalui
membentuk produksi hasil pertanian berbasis hal-hal yang baru. Namun,
menurut dia, kyai waktu itu tidak mengetahui strategi yang sedang
disusun untuk mengembangkan proses itu. Dia menceritakan asal muasal
ide dan strategi pemasaran yang dikembangkannya:
“Awalnya, saya membaca sejarah pengembangan pondok
pesantren Al-Ittifaq di Bandung, mereka menyebutkan bahwa ada
potensi ekonomi pesantren dari dua sudut pandang; pertama
adalah kekuatan ukhuwah Islamiyah dan juga sumber daya alam
yang dimiliki pondok pesantren. Nah, dari situlah, saya ingin
mengembangkan sebuah bisnis ini. Sumber Daya Alam kita sudah
punya.yang kedua ini tentang Ukhuwah Islamiyah. Bagaimana
caranya. Akhirnya, saya meminta beberapa pengurus pesantren
untuk kumpul, kemudian merumuskan bagaimana caranya
membangun ukhuwah ini. Kunjungan kami ke pesantren Al-Ittifaq
banyak mengajarkan bahwa disitu itu juga menfungsikan beberapa
alumninya untuk mengembangkan usahanya. Dari situ kita
memikirkan apa yang mudah dikembangkan. Pertama, itu
Budidaya Jamur Tiram. Tujuannya kan untuk oleh-oleh khas
Dumai, khususnya, bagi wali santri yang memondokkan anaknya.
Kedua, olahan kerupuk ada variasi rasanya menjadi oleh-oleh
khas Al-Amin ini. Ternyata hasilnya memuaskan. Alumni, Wali
Santri, dan para santri menganggap produk ini enak.”312
Setelah menceritakan hadirnya gagasan tersebut, Nyai Muqni‟ah,
kemudian menjelaskan strategi pemasaran yang dilakukan untuk
mengukuhkan dan mengembangkan produk bisnis tersebut. Dia
mengatakan bahwa strategi pertama adalah memperkenalkan produk
produk pertanian itu kepada para wali santri. Bahkan, menurutnya, di
311
Wawancara dengan ZA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal Maret 2019
312Wawancara dengan MA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret
2019
233
masa-masa awal beberapa produk itu digratiskan untuk dicicipi kepada
tamu kyai. Pasca proses promosi pengenalan, pengurus kemudian
memproduksinya secara masal. Hasilnya, cukup memuaskan. Tidak
lama setelah dijual di mini market Darul barokah, keripik daun singkong,
keripik daun papaya, kerupuk jamur tiram, abon jamur tiram, kerupuk
wortel, kerupuk cabe dan kerupuk kulit singkong itu langsung habis.
Kesuksesan itu menambah semangat seluruh pengurus untuk lebih
banyak memproduksi kerupuk-kerupuk lainnya.Akhirnya, produk tersebut
bisa merambah ke pasar yang lebih luas. Ketua Unit Usaha pesantren
menyatakan:
“Kalau hari ini sudah hampir 30-an toko di sekitar dan bahkan di
daerah kota Dumai yang bisa kami ajak untuk menjajakan hasil
produk kami ini. Dengan ini, pastinya, kyai sudah tidak akan
meragukan apa yang kami lakukan sudah. Makanya, kerjasama
dengan beberapa toko ini mau kita kembangkan sehingga bisa
mencapai seluruh kota Dumai. dan, kemungkinan kami juga perlu
mencari strategi pemasaran yang baru agar nantinya bisa lebih
diterima. Tidak selalu mengandalkan para alumni atau wali santri
yang ada di sini.”313
Kyai Zainal Abidin memang sudah tidak mempersoalkan lagi
apa yang akan dan ingin dilakukan oleh para pengurus yang ada di Unit
Usaha PP Al-Amin. Bagi beliau, yang terpenting adalah seluruh usaha ini
dilakukan agar dapat membantu dan memajukan seluruh proses
operasional yang ada di pesantren. Serta, bisa menjadi, manfaat bagi
seluruh masyarakat, khususnya, di daerah pondok pesantren Al-Amin
Dumai.314
313
Wawancara dengan MA di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 16 Maret 2019
314 Observasi di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
234
3. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Pesantren mempunyai peran yang sangat menentukan tidak hanya
bagi perkembangan suatu bangsa. Pesantren yang mampu mendukung
pem-bangunan nasional yakni pesantren yang mampu mengembangkan
potensi para santrinya, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan
problem kehidupan sosial.
Manajemen sebuah lembaga pondok pesantren dalam upaya
pemberdayaan santri perlu mengadakan usaha-usaha operasional yang
konsepsional dan strategis sehingga mampu mempersiapkan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas yang siap berlaga di era globalisasi yang
penuh dengan kompetensi.
Pesantren sebagai lembaga yang mempunyai sifat kemandirian,
pesantren tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.Perpautan yang
erat antara keberadaan pesantren dan masyarakat sekitar adalah
merupakan juga sendi-sendi penyelesaian berbagai kesenjangan sosial.315
Tujuan pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kekuasaan,
uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa
belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan. Di
antara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri
sendiri dan membina diri agar tidak mengantungkan sesuatu kepada
orang lain kecuali kepada Tuhan. 316
Manajemen di pondok pesantren pada dasarnya sudah ada,
karena manajemen itu hampir terdapat pada semua aktivitas manusia,
antara lain; dikantor pemerintah, perusahaan, sekolah, madrasah maupun
di pondok pesantren, karena manajemen adalah usaha untuk mencapai
tujuan melalui kegiatan orang lain. Sebagaimana yang dikemukakan
bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan sertamencapai sasaran
315
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai masa depan Indonesia) Edisi Revisi, ( Jakarta : LP3Es, 2011 ) hal. 95 316
Ibid, hal. 65
235
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
lainnya.317
Dalam kaitannya dalam pendidikan keterampilan pondok pesantren
secara finansial dan bisnis pondok pesantren juga harus bisa menata
manajemen aset, finansial, sumber daya manusia hingga pranata
organisasi untuk tetap bertahan dalam iklim perubahan global, misalnya
pondok pesantren harus memiliki sumber pemasukan finansial sendiri dan
dapat berdiri mandiri walau tanpa bantuan pemerintah maupun
masyarakat.
Hal ini menjadi sangat penting untuk menunjang kemandirian
pesantren dan juga sebagai upaya untuk mengembangkan jiwa
enterprenuership santri yang ada dipondok pesantren, sehingga mereka
memiliki modal hidup dan berkeluarga kelak dan dengan model seperti itu
pesantren bisa menjadi elemen penting untuk membangun kemandirian
bangsa dan menciptakan santri yang baik secara akhlaq, berdaya secara
akal, pekerja keras dan mandiri.
Dalam pembinaan santri yang memiliki jiwa entrepreneur, internal
pesantren juga bisa untuk mengembangkan masyarakat sekitar, dengan
cara membangun relasi saling menguntungkan dengan masyarakat
sekitar pondok. Hal tersebut apabila memberikan pelatihan bidang usaha
atau membangun kemitraan bisnis dengan masyarakat, khususnya
golongan remaja sehingga mereka tidak menganggur yang akhirnya
berpotensi untuk menciptakan kemudhorotan, jadi pesantren tidak hanya
memberikan pencerahan moral dan keagamaan tapi juga sampai tahap
menata kehidupan santri dan masyarakat sehingga keberadaan pesantren
akan menjadi berkah.
Pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru - Riau merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang selain mengembangkan pendidikan
agama melalui madrasah dan pengkajian kitab kuning, juga
melaksanakan pendidikan formal dengan segala jenis dan jenjang, yakni
317
Terry Dasar-dasar Manajemen.(Jakarta: Bumi Aksara, 2010) hal. 26
236
Madrasah Ibtidaiyah Al-Mujtahadah, Madrasah Tsanawiyah
Al-Mujtahadah, Madrasah Aliyah Al-Mujtahadah dan STAI
Al-Mujtahadah.318
Dengan hasil observasi menunjukkan bahwa dalam memanjemen
pondok pesantren Al-Mujtahadah yang dikelola oleh Prof. Dr. KH. Ahmad
Mujahidin, MA. Dalam pengelolaan pendidikan formal diserahkan pada
masing-masing pimpinan tiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat
Madrasah Ibtidaiyah hingga Sekolah Tinggi Agama Islam dan beberapa
unit usaha pondok pesantren yang dikelola oleh Ustad Rico Rusdi dan
semua unit usaha itu dikerjakan oleh para santri-santri pondok pesantren
Al-Mujtahadah.319
Tegasnya selain menjalankan tugas utamanya sebagai kegiatan
pendidikan Islam yang bertujuan regenerasi ulama, Pondok pesantren
telah menjadi pusat kegiatan pendidikan yang konsisten dan relatif
berhasil menanamkan semangat kemandirian, kewirausahaan, semangat
berdikari yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Pesantren giat berusaha dan bekerja secara independen tanpa
menggantungkan nasib pada orang lain atau lembaga pemerintah swasta.
Secara kelembagaan pesantren telah memberikan tauladan, contoh riil
dengan mengaktualisasikan semangat kemandirian melalui usaha-usaha
yang konkret dengan didirikannya beberapa unit usaha ekonomi mandiri
pesantren. Secara umum pengembangan berbagai usaha ekonomi di
pesantren dimaksudkan untuk memperkuat pendanaan pesantren, latihan
bagi para santri, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan formal yang memuat
pelajaran-pelajaran umum dalam kegiatan belajar mengajarnya
menyebabkan gerak langkah Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru semakin luwes dan fleksibel dalam melihat prospek dan
tantangan masa depan. Kenyataan ini membuat Pondok Pesantren
318
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 319
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
237
Al-Mujtahadah Pekanbaru terbilang sebagai salah satu lembaga
pendidikan agama yang menyuguhkan berbagai alternatif bagi para santri
untuk menjadi wirausahawan.320
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru juga melatih santri-
santri dari luar pondok pesantren untuk memiliki jiwa enterpreneur seperti;
pelatihan otomotif dibawah naungan Balai Latihan Kerja (BLK) yang
dimiliki pondok pesantren, perkebunan sayuran hidroponik dan jambu
madu serta koperasi pesantren. Unit-unit usaha tersebut menjadi wahana
pembelajaran keterampilan bagi para santri. Khususnya bagi santri dapat
dijadikan, sebagai bekal bagi dirinya agar mampu menjadi pendidik
agama bagi masyarakat sekitarnya sambil praktek berwirausaha.321
- Perencanaan kewirausahaan di pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
Dalam pengembangan pendidikan entrepeuner, visi pondok
pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru adalah menjadi pusat keilmuan
dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
berkualitas serta berhias iman dan takwa. Untuk mencapai visi tersebut,
misi lembaga ini adalah menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi
pada mutu, baik secara keilmuan maupun secara moral, sehingga dapat
mencetak sumber daya manusia yang bertafaqquh-fiddin dengan
berlandaskan iman dan takwa serta nilai-nilai akhlakul karimah. Maka
tujuan pendidikan yang diselenggarakan di pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru ini adalah terbentuknya sumber daya manusia
yang beriman dan bertakwa dengan keseimbangan yang terpadu antara
pengetahuan dunia dan akhirat, iman dan ilmu, serta ilmu dan amal.322
Menyadari pentingnya fungsi perencanaan dalam penentuan suatu
tujuan pendidikan sekaligus menentukan cara dan penggunaan sumber
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
secara efektif dan efisien, maka dalam penyusunan perencanaan program
320
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 321
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 322
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
238
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru diantaranya 1) melibatkan
orang-orang yang berkompeten dan atau orang-orang yang dapat
membantu kelancaran pelaksanaan program pesantren, antara lain: (a)
Kyai, (b) Pengurus pondok, (c) Litbang Yayasan, Koordinator Bidang
Perekonomian, (d) Kepala Bidang Pendidikan Yayasan, dalam hal ini
adalah para kepala sekolah dari semua jenis dan jenjang pendidikan yang
ada di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, (e) Instansi
pemerintah maupun swasta, (f) Pakar atau tenaga ahli di bidang usaha
yang direncanakan. 2) memberikan pilihan kepada santri untuk memilih
sesuai minat dan bakat dan 3) memberikan fasilitas yang memadai. 323
Hal ini dibenarkan oleh Ustad Rico Rusdi dalam wawancara
sebagai berikut:
“benar apa yang dikatakan oleh Kyai, dalam rangka merencanakan
santri yang berguna bagi masyarakat kelak salah satu progam
unggulan di pondok ini adalah jiwa wirausaha yang dikembangkan
dalam diri santri. Salah satu rencana yang dilakukan oleh pondok
adalah melibatkan orang-orang yang berkompeten dalam bidang
atau progam yang telah ada dalam kurikulum pondok. Baik
kurikulum formal maupun non formal. Salah satu bentuk
perencanaan yang dilakukan pondok adalah pembibitan alumni
senior untuk bisa mengajarkan ilmu-ilmu yang telah didapat
dipondok. Selain itu juga kerjasama dengan instansi pemerintah
atau swasta dalam bimbingan jiwa wirausaha, seperti pelatihan,
workshop dan jenis kerjasama yang lain”324
Perencanaan yang dilakukan pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru dalam mengelola kegiatan wirausaha santri menggunakan
beberapa model pendekatan perencanaan, pertama, pengembangan
Sumber Daya Manusia, kedua, pengelolaan bakat dan minat santri dan
ketiga, penyediaan fasilitas penunjang kegiatan kewirausahaan.
323
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 324
Wawancara dengan RR di pondok pesantren al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019
239
- Pengorganisasian Kewirausahaan Di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru merupakan lembaga
yang ada dibawah naungan yayasan pendidikan Islam Al-Mujtahadah
Pekanbaru Riau. Salah satu komponen yang diterapkan di Pondok
Pesantren Al-Mujtahadah adalah manajemen berbasis entrepeuner.Salah
satu fungsi manajemen adalah pengorganisasian agar sebuah organisasi
berjalan sesuai dengan visi yang diharapkan.Pengorganisasian yang
dilakukan pondok pesantren Al-Mujtahadah dalam pengembangan
entrepeuner santri adalah pengembangan pusat-pusat kelembagaan yang
terkait dengan pengembangan jiwa wirausaha melalui Balai Latihan Kerja.
“Prof. Dr. KH. Ahmad Mujahidin sebagai pengasuh Pondok
Pesantren Al-Mujtahadah benar-benar memiliki kemampuan yang
mumpuni dalam kepemimpinan.Beliau mampu mendayagunakan segenap
sumber daya yang ada sedemikian rupa. Para ustadz, segenap pengurus,
dan tata usaha digerakkan secara efektif, dan hubungan baik antar
mereka dibina sehingga tercipta suasana kerja yang kondusif,
menggairahkan dan produktif dengan didasari keikhlasan yang tinggi
semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT”325
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan membagi tugas
kepada orang yang terlibat dalam organisasi. Pengorganisasian juga
berfungsi untuk mengatur sistem kerjasama yang jelas siapa menjalankan
apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, dan memfokuskan sumber
daya pada tujuan. Salah satu prinsip pengorganisasian adalah terbaginya
semua tugas dalam berbagai unsur organisasi secara profesional dan
proporsional, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah
membagi habis dan menstruktur tugas-tugas ke dalam komponen
organisasi. Pengorganisasian juga mengatur mekanisme kerja organisasi,
sehingga dengan pengaturan tersebut dapat menjamin tujuan yang
ditentukan.
325
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
240
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan membagi tugas
kepada orang yang terlibat dalam organisasi. Pengorganisasian juga
berfungsi untuk mengatur sistem kerjasama yang jelas siapa menjalankan
apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, dan memfokuskan sumber
daya pada tujuan. Jadi pengorganisasian kewirausahaan di Pondok
pesantren Al-Mujtahadah dilakukan melalui kegiatan pembagian tugas
oleh pengasuh, penjadwalan kegiatan pondok pesantren yang meliputi
kegiatan life skill.326
Gambar 4.15
Pembukaan Pelatihan life skill bidang otomotif di Balai latihan
Kerja Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
- Pelaksanaan Kewirausahaan di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
Pelaksanaan adalah kegiatan pimpinan untuk membimbing,
menggerakkan, mengatur segala kegiatan dalam melaksanakan kegiatan.
Langkah-langkah yang dilakukan di pondok pesantren Al-Mujtahadah
dalam pelaksanaan kewirausahaan yaitu Langkah pertama adalah Figur
kepemimpinan. Kepemimpinan yang ada di pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru sangat tergantung pada figur seorang
pimpinan. Dimana pimpinan adalah penentu kebijakan yang membawa
326
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
241
konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan dengan warga pondok
pesantren maupun kepada hubungan kemitraan.
Kebijakan pimpinan pondok pesantren yang melaksanakan
integrasi kurikulum pesantren dengan pendidikan formal mampu
menjadikan perubahan terhadap figur sentral seorang pengasuh yang
mana perannya dahulu lebih cenderung bersifat otoriter, sarat komando
sementara sekarang lebih terbuka terhadap perubahan dan kebutuhan
zaman. Oleh karena itu dengan figur kepemimpinan pengasuh yang
seperti ini maka mampu memberikan dampak positif terhadap kemudahan
dalam pelaksanaan pemberdayaan santri dan alumni yang ada
dilingkungan pesantren Al-Mujtahadah.327
Lebih lanjut langkah kedua dalam pelaksanaan (actuating)
terhadap sebuah kebijakan yang ada di sebuah organisasi adalah dengan
melibatkan orang-orang yang ahli dibidangnya. Maka dari itu
Prof.Dr.KH.Ahmad Mujahidin sebagai pimpinan pondok pesantren
Al-Mujtahadah menunjuk beberapa keanggotaan serta memberikan
kebebasan penuh terhadap tim ahli yang memang mumpuni dalam
bidangnya untuk melaksanakan pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan
kewirausahaan di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru dengan
kegiatan pelatihan wirausaha, pertanian sayuran hidroponik dan kegiatan
wirausaha lainnya.
Langkah ketiga dalam pelaksanaan (actuating) terhadap sebuah
kebijakan yang ada disebuah organisasi adalah memberikan otoritas
kewenangan kepada element organisasi. Lebih lanjut pemberian otoritas
kewenangan yang dilakukan oleh pimpinan di pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru adalah dengan cara memberikan kebebasan
kepada masing-masing lembaga (aktifitas pondok pesantren, madrasah
diniyah maupun pendidikan formal) untuk melaksanakan kegiatannya
secara independent terbukti dengan dibentuknya struktural lembaga yang
ada di bawah naungan pondok pesantren Al-Mujtahadah tentunya
327
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
242
kesemuanya ini tidak terlepas dari pengaruh dan otoritas seorang
pimpinan.
Langkah terakhir yang biasanya dilakukan dalam pelaksanaan
(actuating) sebuah kebijakan yang ada di sebuah organisasi adalah
memberikan inspirasi dengan kepercayaan terhadap mereka untuk
mencapai sasaran. Lebih lanjut pemberian inspirasi yang dilakukan oleh
pimpinan pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru dalam
pengembangan jiwa entrepeuner santri adalah dengan cara memberikan
motivasi, wejangan-wejangan, mengarahkan, membina serta memberikan
kepercayaan penuh dalam melaksanakan kegiatan operasional untuk
mencapai suatu tujuan pesantren. Keberhasilan pondok pesantren dalam
melaksanakan apa yang telah direncanakan perlu didukung oleh
kemampuan kepemimpinan seorang kyai dalam menggerakkan seluruh
personalia Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru untuk mengelola
pondok pesantren agar berkembang maju dari waktu ke waktu.
Gambar 4.16
Kegiatan Pelatihan Life Skill di bidang otomotif di Balai Latihan
Kerja Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
243
Prof.Dr. KH.Ahmad Mujahidin sebagai pengasuh Pondok
Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru benar-benar memiliki kemampuan
yang mumpuni dalam kepemimpinan. Lebih lanjut dalam pelaksanaan
yang dilakukan pimpinan pondok pesantren dalam pendidikan
kewirausahaan, pondok pesantren berusaha untuk memberikan
kebebasan terhadap masing-masing lembaga baik itu aktifitas pondok
pesantren, madrasah diniyah maupun pendidikan formal untuk
menerapkan kurikulum yang akan diberlakukan dalam aktifitas keseharian
santri.328
- Pengawasan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang berguna untuk
mengetahui seberapa jauh rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
dapat tercapai. Pengawasan itu dapat membantu pemimpin untuk
mengukur efektivitas perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan
yang terjadi di lapangan, serta dapat membantu pemimpin untuk
mengambil tindakan atau keputusan yang akurat sebagai kebutuhan
organisasi.
Berkaitan erat dengan penerapan manajemen kewirausahaan
maka pengawasan merupakan suatu hal yang penting karena
pengawasan ini dapat berfungsi sebagai pengendalian sebuah laju
kegiatan terhadap lembaga-lembaga yang ada dilingkungan pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru baik itu kegiatan murni pesantren ataupun
kegiatan wirausaha santri. Pimpinan pesantren dalam melakukan
pengawasan harus terus dijalankan agar gerak dan lajunya sebuah
lembaga tetap sesuai dengan harapan dan visi, misi pondok pesantren.
Lebih lanjut peneliti akan mencoba mengemukakan hasil wawancara
peneliti dengan Prof. Dr. KH.Ahmad Mujahidin selaku pengasuh pondok
pesantren Al-Mujtahadah yang menyatakan bahwa:
328
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
244
“mengenai masalah pengawasan terhadap kegiatan yang ada di lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan pondok pesantren baik itu mengenai aktifitas harian pondok, madrasah diniyah dan sekolah formal biasanya saya menentukan pertemuan selama 6 bulan sekali ataupun biasanya melakukan pelaporan tentang perkembangan lembaga selama satu bulan sekali selain itu semua, yang sering saya lakukan adalah dengan berkunjung secara langsung kemasing-masing lembaga dengan tujuan untuk mengetahui proses kegiatan yang ada”329 Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan pondok
pesantren terhadap semua element lembaga yang ada di pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru sudah diterapkan semaksimal mungkin baik itu
ketika dilihat dari model pengawasan langsung yang dilakukan oleh
pengasuh sebagai pimpinan pondok pesantren maupun ketika dilihat dari
rapat bulanan atau rapat 6 bulan sekali yang diterapkan dilingkungan
pondok pesantren dengan tujuan sebagai evaluasi kinerja dari masing-
masing lembaga sehingga dapat dijadikan barometer untuk
perkembangan kegiatan sebuah lembaga dimasa yang akan datang.330
Gambar 4.17
Peneliti bersama Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah331
329
Wawancara dengan AM di PP Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 330
Observasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 331
Dokumentasi di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019
245
Tabel 4.14
Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru
PERENCANAAN PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN PENGAWASAN
- Melibatkan orang-
orang yang
berkompeten
- Memberikan pilihan
kepada santri untuk
memilih sesuai
bakat dan minat
- Penyediaan fasilitas
unit usaha yang
memadai
- Pembagian tugas
oleh pengasuh
- Penjadwalan
kegiatan pondok
pesantren yang
meliputi kegiatan life
skill.
- Figur
kepemimpinan
pengasuh
- Memberikan
otoritas
kewenangan
kepada masing-
masing lembaga
untuk
mengembangkan
kegiatannya
- Memberikan
inspirasi dengan
kepercayaan untuk
mencapai sasaran
- Mengukur dan
menilai
kegiatan-
kegiatan atas
dasar tujuan
dan standar
yang ditetapkan
246
2. Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
a. Pondok Pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu.
Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan yang berkembang
di masyarakat memiliki peran penting dalam membina dan meningkatkan
pemberdayaan dan transformasi masyarakat, terutama pemberdayaan
terhadap kaum perempuan. Upaya pemberdayaan berangkat dari asumsi
bahwa potensi yang ada dalam diri seorang manusia harus dikembangkan
sehingga upaya pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun,
mendorong, memberikan motivasi serta membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki dengan kesadaran untuk mengembangkan. Salah
satu potensi yang ada ialah menjadi wirausaha. Maka dari itu pesantren
juga dapat menjadi lembaga untuk mengembangkan potensi wirausaha
masyarakat diantaranya kaum perempuan.
Wirausaha perempuan merupakan bentuk implementasi
perempuan dalam aktivitas kewirausahaan secara total, mampu
menghadapi resiko dan mampu mengidentifikasi peluang di lingkungan
mereka untuk mengolah sumber daya dengan baik sehingga bisa
menciptakan daya saing.332 Fenomena wirausaha perempuan melalui
kegiatan tersebut mampu memberikan dampak di bidang ekonomi dan
memberdayakan sumber daya secara efektif, kontribusi mereka memiliki
prospek untuk pertumbuhan ekonomi.
Peran penting wirausaha perempuan saat ini meliputi beberapa
alasan sebagai berikut; pertama, banyaknya diskriminasi perempuan di
pasar tenaga kerja, maka peluang untuk menciptakan pekerjaan bagi
dirinya sendiri dan orang lain dengan memanfaatkan pengalaman
keterampilan dan pelatihan yang didapat. kedua, sebagai alternative
dalam memberikan kesempatan untuk perempuan mencapai
keseimbangan antara kerja dan tanggung jawab keluarga guna
meningkatkan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan keluarga, ketiga,
332
Anggadwita dan dhewanto, Women‟s Entrepreneurial Intentions In Micro And Small Enterprices In Indonesia, journal of administrative and business studies, 2015, hal. 248
247
untuk mendapatkan peran aktif serta otonomi dalam perekonomian dan
kehidupan melalui pendirian usaha kecil yang dimiliki oleh perempuan.
keempat, dengan menjadi wirausaha perempuan membantu dalam usaha
memberantas diskriminasi yang kerap terjadi terhadap perempuan.
kelima, memberikan teladan untuk generasi muda yang ingin
menunjukkan terobosan gagasan inovatif dalam mengaktualisasikan diri
dibidang pekerjaan. 333
Konsep pemberdayaan perempuan terdiri dari tiga hal yaitu;
a. membangun kemampuan perempuan (capacity building); b. perubahan
budaya yang berpihak kepada perempuan (culture change);
c.penyesuaian struktural yang berpihak kepada perempuan (structural
adjustment). 334
Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mengatasi
hambatan guna mencapai pemerataan atau persamaan bagi laki-laki dan
perempuan pada setiap proses pembangunan. Pemberdayaan
perempuan adalah upaya pemampuan perempuan untuk memperoleh
akses dan control terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial dan
budaya agar perempuan dapat mengatur dirinya dan meningkatkan rasa
percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam
memecahkan masalah sehingga mampu membangun kemampuan dan
konsep diri.
Pesantren merupakan lembaga sosial yang hidup yang berpotensi
kuat sebagai motor penggerak dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Pesantren Khairul Ummah Indragiri Hulu telah berhasil dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat sebagai perluasan misi pesantren
melalui model pemberdayaan perempuan berbasis pondok pesantren
yaitu pemberdayaan terhadap ibu-ibu laundry secara bertahap dan
333
Prasetyani dan Purusa, Studi Empiris Wirausaha Perempuan Di Surakarta; Factor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi, Hambatan dan Keberhasilan Usaha, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis, 2016, hal.119 334
Sofia, Kontruksi Model Kewirausahaan Social (Social Entrepreneurship) Sebagai Gagasan Inovasi Social Bagi Pembangunan Perekonomian, Journal Pemberdayaan, 2015. hal.23
248
berkesinambungan dan sinergis dalam naungan pesantren serta kekuatan
jaringan antar elemen yang kokoh.
Sebagai lembaga sosial keagamaan dan kemasyarakatan,
pesantren mempunyai peran multi fungsi. Tiga peran utama pesantren
meliputi fungsi sebagai lembaga keagamaan, lembaga pendidikan dan
lembaga pengembangan kemasyarakatan. Hanya saja, realitas kapasitas
kelembagaan pesantren yang beda-beda menyebabkan karakter
kemandirian yang dibangunnya berbeda-beda sesuai proses dan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pesantren. Pesantren
selalu berproses bersama masyarakat dan berkarakter sosial
kemasyarakatan sebagai center of excellence bagi pembinaan potensi
dan pelayanan social bersama masyarakat disekitarnya.
Terkait dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesantren
terdapat dua pengertian, Pertama pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesantren dapat berarti pemberdayaan ekonomi pesantren itu sendiri
secara internal. Kedua, pemberdayaan ekonomi masyarakat bersama
pesantren. Ini berarti pesantren berperan aktif sebagai agen of change
yang berupaya mengubah kondisi ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dalam konteks pembangunan ekonomi masyarakat berbasis
pesantren, pesantren berarti sebagai penggerak masyarakat sekitarnya
untuk mencari potensi ekonomi yang mungkin bisa dikembangkan untuk
kepentingan bersama dan demi kemajuan bersama. Dalam menjalankan
rencana usaha-usaha ekonomi masyarakat, pesantren membuka
partisipasi semua elemen masyarakat sekitarnya untuk memberikan suara
dan pandangannya tentang peluang usaha ekonomi apa yang mungkin
bisa diberdayakan dan sekaligus strategi pengembangannya untuk tujuan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pesantren.
Ada beberapa keuntungan dalam kegiatan pengembangan
pemberdayaan ekonomi masyarakat bersama pesantren yaitu, Pertama
terjadinya pemberdayaan keterampilan berkegiatan ekonomi masyarakat
bersama pesantren yang berpotensi memberikan lapangan pekerjaan
249
anggota masyarakat sekitar pesantren dan komunitas pesantren itu
sendiri sehingga menjadi upaya memutus mata rantai kemiskinan. Kedua,
Komunitas pesantren menjadi lebih dekat dengan masyarakatnya.
Keduanya bersatu padu, tidak hanya dalam memajukan pengetahuan
keagamaan Islam, tetapi juga pengembangan ekonomi masyarakat.
Pondok pesantren Khairul Ummah, memilih bisnis usaha laundry
sebagai media bagi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan unit usaha laundry merupakan kegiatan pemberdayaan
perempuan berbasis pondok pesantren. Model pemberdayaan perempuan
berbasis pesantren dengan nama Kelompok Usaha Ibu Laundry (KUIL) ini
diharapkan menjadi solusi dari permasalahan ketidakmampuan ekonomi
masyarakat yang diukur dengan angka pendapatan rata-rata.335
Kegiatan jasa mencuci pakaian sering dikenal dengan istilah
Laundry. Kegiatan laundry ini awalnya hanya untuk pangsa pasar
terbatas seperti laundry untuk para tamu yang menginap di hotel.
Demikian pula didaerah perkotaan, ada laundry yang mengkhususkan
secara eksklusif untuk jenis pakaian mahal atau jas. Namun semakin
banyaknya ketersediaan mesin cuci dengan harga yang relatif
terjangkau, disertai munculnya teknologi baru seperti alat pengering yang
membuat pakaian tidak perlu lagi dijemur (apalagi pada waktu musim
hujan) maka jasa laundry dapat melakukan dengan investasi modal yang
tidak terlalu besar.
Pekerjaan mencuci dan menyeterika pakaian seringkali menjadi
urusan yang merepotkan dan banyak menyita waktu sehingga
membutuhkan bantuan orang lain. Apabila pakaian tidak ditangani setiap
harinya, pakaian akan menumpuk menjadi bau dan bisa menjadi rusak.
Dari pada hal ini terjadi, mereka pasti akan berfikir untuk menggunakan
jasa laundry. Praktis tidak banyak menyita waktu, serta tenaga.
Pergeseran gaya hidup, pola fikir dan tuntutan kehidupan yang semakin
335
Observasi Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Indragiri Hulu, Februari 2019
250
meningkat ini ternyata menumbuhkan peluang bisnis berupa jasa
pencucian dan seterika.336
Usaha laundry dipandang cukup menguntungkan, hal ini ditandai
dengan munculnya usaha laundry yang tumbuh subur. Pendataan jumlah
usaha laundry sulit didapat karena pengusaha laundry jarang mengurus
izin usahanya. Usaha laundry muncul pada saat seseorang melihat
peluang bisnis dilingkungan padat penduduk yang sibuk bekerja ataupun
menempuh pendidikan. Banyaknya usaha laundry menunjukkan usaha
ini diminati oleh sebagian masyarakat karena modalnya relative kecil dan
prosesnya udah terutama untuk mencuci baju harian. Hampir setiap
perempuan dewasa bahkan laki-laki memiliki keahlian dalam hal cuci-
mencuci tersebut, perbedaannya pada tingkat keahlian agar cucian tidak
mudah sobek, warna tetap cemerlang, wangi, halus serta terlihat rapi
saat pakaian dikenakan.
Pekerjaan cuci-mencuci bisa dilakukan dirumah, tidak harus
menyewa tepat khusus untuk itu, sehingga memiliki peluang bisnis yang
menarik. Pekerjaan ini bisa menjadi pekerjaan sampingan bagi para ibu
rumah tangga apabila mampu melihat peluang bisnis dilingkungan
tempat tinggalnya. Usaha laundry merupakan jasa cuci pakaian yang
dimungkinkan memberikan nilai positif kepada pelanggannya karena bisa
meringankan pekerjaan rutinitasnya. Jasa ini merupakan peluang bisnis
yang menguntungkan bagi sebagian orang.
Model Kelompok Usaha Ibu Laundry ini adalah sebuah model
inovatif dalam upaya pemberdayaan perempuan melalui kelompok usaha
laundry yang terdiri ibu-ibu rumah tangga usia produktif yang memiliki
keinginan untuk maju dan berkembang dari kondisi yang terpuruk menjadi
lebih baik terutama dari segi ekonomi.
Pengurus Unit usaha Laundry pondok pesantren Khairul Ummah
menjelaskan:
336
Erick Namara, 101 Peluang Bisnis Sampingan Bagi Karyawan, ( Yogyakarta: Media Press, 2010) hal. 45
251
“Unit usaha laundry di pondok pesantren Khairul Ummah yang
melibatkan 67 orang ibu-ibu dengan masing-masing ibu-ibu laundry
bertanggung jawab untuk menangani 10 - 15 orang santri.Unit
usaha laundry yang dikembangkan oleh pesantren ini memiliki
karakteristik yang khas yaitu pemberdayaan perempuan berbasis
pondok pesantren. Ibu-Ibu yang bergabung dalam bisnis usaha
laundry bukan hanya mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi
tetapi mereka juga mendapatkan pembinaan rohani yang dilakukan
pesantren melalui pengajian rutin setiap sore rabu”337
Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu ibu laundry
yaitu ibu zubaidah yang sudah ikut bergabung sejak tahun 2010
menjelaskan bahwa:
“Unit usaha laundry di pondok pesantren Khairul Ummah sangat
banyak memberikan manfaat bagi pemasukan ekonomi keluarga
kami, karena sejak bergabung dalam unit usaha laundry ini kami
bisa ikut membantu membiayai keuangan keluarga, selain itu
pekerjaan laundry ini bisa dilakukan dirumah tanpa harus
meninggalkan anak-anak dan pekerjaan rumah.”338
Usaha laundry bisa dijadikan pekerjan sampingan bagi ibu rumah
tangga, juga bisa sebagai pekerjaan utama bagi pengusaha, karena
selain caranya relative mudah dan modal usaha juga tidak terlalu besar,
tetapi keuntungan cukup besar, sehingga sangat tepat dikembangkan
sebagai upaya meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan keluarga.
Dalam aktivitas usaha laundry ada bentuk standar operasionalnya
dengan system sebagai berikut;
Pemberian nomor dan penembakan top pin
Pemisahan pakaian yang mudah luntur
Penggabungan pakaian
337
Wawancara dengan SA Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu Pada Tanggal 27 Februari 2019 338
Wawancara dengan ZB (Ibu-Ibu Laundry) Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu Pada Tanggal 27 Februari 2019
252
Setelah proses pencucian maka dilanjutkan dengan proses
pengeringan. Pakaian yang keluar dari mesin cuci telah kering 80%, untuk
proses selanjutnya pakaian dikeringkan menggunakan tenaga matahari
agar dapat kering 100 %. Setelah proses pengeringan dilakukan, proses
seterika pakaian merupakan bagian terpenting dalam penggarapan
proses laundry. Setelah proses seterika selesai dilanjutkan dngan proses
penyemprotan pewangi dan pengepakan. Setelah proses packing,
dilanjutkan pemberian nama, nomor nota dan jumlah pakaian dengan
spidol. 339
Gambar 4.18
Peneliti Bersama Pengurus Unit Usaha Laundry Santri Putri
Menurut KH. Muhammad Mursyid sebagai pimpinan pondok
pesantren, tujuan unit usaha pesantren adalah memberdayakan
masyarakat dan bukan semata mencari keuntungan. Unit usaha pondok
pesantren merupakan salah satu sarana utama untuk memberdayakan
masyarakat agar terbebas dari kefakiran dan kekufuran. Dalam rukun
Islam hanya Syahadat saja yang tidak memerlukan biaya dan uang. Azas
kekeluargaan merupakan sikap yang menonjol dalam perilaku bisnis di
pesantren ini. Kekeluargaan disini bukan bermakna berdasarkan
hubungan darah, melainkan ikatan bathin dan komitmen yang telah
339
Observasi Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 28 Februari 2019
253
dibangun antara pesantren, pemerintah, alumni pesantren dan
masyarakat disekitarnya.340
Gambar 4.19
Peneliti bersama ibu-ibu laundry
Pondok pesantren Khairul Ummah memposisikan aspek ekonomi
tidak lepas dari ibadah. Semua sektor usaha dijadikan ladang ibadah.
Dengan model pemberdayaan masyarakat dapat menumbuhkan dan
menimbulkan dampak positif kepada santri dan masyarakat.
Pengembangan masyarakat dalam bidang apapun, pada akhirnya harus
dilakukan secara terencana dan terprogram secara baik dan
kesinambungan. Dengan pola itulah, model pemberdayaan ekonomi
masyarakat di pesantren Khairul Ummah dapat disebut sebagai model
pemberdayaan perempuan berbasis pondok pesantren, sehingga hasilnya
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya peran pesantren untuk ikut serta dalam
memberdayakan perempuan adalah sebuah hal yang patut dikembangkan
saat ini. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam bukan hanya
sekedar mencetak guru ngaji atau ahli agama namun harus bisa menjadi
pioneer dalam wirausaha masyarakat, saah satunya adalah wirausaha
340
Wawancara dengan MM Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 28 Februari 2019
254
yang dilakukan langsung oleh perempuan. Seperti dalam sejarah bahwa
ibunda Khadijah ra sebagai ummul mukminin dan istri tercinta Rasulullah
saw adalah seorang entrepreneur kaya raya, meskipun berstatus sebagai
seorang janda namun tetap semnagat dalam berwirausaha, dan
hasilnya dipertemukan dengan nabi Muhammad saw yang menjadikannya
istri dan sahabat dalam perjuangan dakwah Islam.
Gambar 4. 20
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Di Pondok pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu
Dari bagan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pondok pesantren Khairul Ummah sebagai pesantren yang
mampu melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
unit usaha pondok pesantren yaitu unit usaha laundry yang
dirintis sejak tahun 2007. Unit usaha laundry dikembangkan
pondok pesantren dengan pertimbangan semakin
bertambahnya jumlah santri dan penghematan sumber listrik
dan air.
2. Pondok pesantren Khairul Ummah, memilih bisnis usaha
laundry yang berjumlah 67 orang ibu-ibu rumah tangga yang
bergabung sebagai media bagi pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Kegiatan bisnis usaha laundry merupakan kegiatan
pemberdayaan perempuan berbasis pondok pesantren. Model
pemberdayaan perempuan berbasis pesantren dengan nama
Kelompok Usaha Ibu Laundry (KUIL) ini diharapkan menjadi
solusi dari permasalahan ketidakmampuan ekonomi
masyarakat yang diukur dengan angka pendapatan rata-rata.
PESANTREN
Unit usaha
Laundry Masyarakat Kesejahteraan
Hidup
255
3. Masyarakat dalam makna disini adalah ibu-ibu rumah tangga
yang terlibat dalam unit usaha laundry yang berdomisili disekitar
pondok pesantren. Ibu-ibu yang berminat untuk bergabung
dalam usaha laundry pondok pesantren dengan cara membuat
lamaran kepada pihak pengurus unit usaha laundry, jika
memenuhi persyaratan mereka akan dipanggil untuk
diwawancara dan dinyatakan diterima untuk bergabung dalam
unit usaha laundry pondok pesantren Khairul Ummah Indragiri
Hulu.
4. Kesejahteraan hidup merupakan sebuah kondisi dimana indvidu
memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain,
dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah
lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan
yang kompatibel dengan kebutuhannya. Dengan bergabungnya
ibu-ibu rumah tangga dalam unit usaha laundry, mereka
berharap akan memberikan penambahan penghasilan ekonomi
yang berdampak bagi kesejahteraan hidup keluarga mereka.
256
b. Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
Kehadiran kewirausahaan di tengah-tengah para santri dengan
tujuan untuk mengadakan perubahan sikap mental dan perilaku yang
bermanfaat dan memberikan bekal agar mampu berdiri atas kemampuan
sendiri untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Pelaksanaan
pemberdayaan ekonomi perlu diwujudkan dengan langkah-langkah
strategi yang diarahkan secara langsung pada santri dan masyarakat
untuk berwirausaha. Kegiatan l Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di
PP.Al-Amin Dumai dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu;
Pelatihan Usaha Budidaya dan Pengolahan produk Jamur Tiram
Permodalan
Pendampingan
Pemasaran
A. Pelatihan
1. Pelatihan Usaha Budidaya Jamur Tiram
Sosialisasi dan koordinasi kepada penanggung jawab pondok
pesantren dimaksudkan untuk memberitahukan kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-Amin
Dumai pada tanggal 25 Januari 2019 sampai dengan 30 Maret 2019 yang
dikuti oleh 4 pondok pesantren di Riau dengan masing-masing pondok
pesantren mengutus 15 – 25 orang santri untuk pelatihan life skills.
Tabel 4.15
Nama Pondok Pesantren Yang Mengikuti Pelatihan Life Skill
Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai341
NO NAMA PONDOK
PESANTREN
ASAL
KABUPATEN
JUMLAH
SANTRI
1 Anwarul Ulum Indragiri Hilir 25 orang
2 Ittihadul Muslimin Siak 15 orang
3 Al-Kautsar Pekanbaru 15 orang
4 Al-Furqan Dumai 20 orang
341
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
257
Pelatihan life skill teknik budidaya jamur tiram dilakukan agar santri
dapat memahami produk dari olahan jamur tiram berupa kerupuk jamur,
abon jamur, krispi jamur dan olahan lainnya yang berbahan dasar jamur,
yang diinginkan oleh pasar dan dapat melakukan budidaya jamur tiram
sesuai dengan keinginan pasar. Pelatihan dilakukan secara langsung di
rumah jamur sambil mempraktekkan teknik budidaya. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan keterampilan kepada santri.
Jamur tiram merupakan salah satu makanan yang cukup digemari
di Indonesia. Perkembangan dan pertumbuhan yang berlangsung cepat
dan rendahnya biaya produksi serta perawatan pada jamur tiram
memungkinkan untuk dibudidayakan secara luas. Diperkirakan pada
tahun 2019, dengan asumsi kenaikan pasar sekitar 5 % pertahun, maka
kebutuhan jamur tiram untuk wilayah Indonesia akan mengalami kenaikan
menjadi 21.900 ton/tahun. Padahal, kemampuan petani untuk
menyediakan baru sekitar 10.000-12.500 ton/tahun. Dari informasi
tersebut sudah jelas bahwa prospek budidaya jamur tiram ini sangat
baik.342
Jamur tiram merupakan salah satu sumber protein nabati yang
cukup tinggi dengan kandungan asam amino esensial yang beragam.
Tingginya kandungan gizi yang terdapat pada jamur tiram menjadi hal
yang mendasari perlunya verifikasi produk olahan jamur tiram, agar jamur
tiram semakin memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Gambar 4.21
Jamur Tiram di Rumah Jamur Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
342
Piryadi, Modul Pelatihan Budidaya Jamur Tiram, ( Jakarta: Agromedia Pustaka, 2019) hal.58
258
Jamur tiram merupakan satu jenis jamur yang cukup mudah
dibudidayakan. Dikalangan masyarakat, budidaya jamur tiram ini sudah
tidak asing lagi didengar bahkan di seluruh Indonesia khususnya Riau,
karena produksi budidaya jamur tiram ini tidak terlalu sulit
dikembangkan bagi masyarakat yang sudah paham, hasil wawancara
dengan sumariyanto, beliau selaku pengelola budi daya jamur tiram
mengatakan bahwa: usaha budidaya jamur tiram ini sangat mudah
dikembangkan terutama di dataran tinggi bagian tropis dan hasil dari
budidaya ini juga sangat memuaskan dan menjanjikan. Selain itu jamur
tiram ini juga mengandung protein sampai 30% dan gizi dari jamur ini
juga tinggi, jenis jamur ini juga mudah di cerna oleh tubuh.343
Gambar 4.22
Peneliti Bersama pengelola Rumah Jamur di Pondok
Pesantren Al-Amin Dumai
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
membudidayakan jamur tiram sebagai berikut:
Sebelum pembuatan baglog untuk media tanam diutamakan
pemilihan bibit yang bagus dan berkualitas, setelah bibit dipilih diamkan 343
Wawancara dengan SM Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 12 Maret 2019
259
selama satu minggu jika bibit tumbuh dengan cepat maka bibit tersebut
dikatagorikan berkualitas. Kemudian membuat baglog untuk 100 media
tanam budidaya jamur butuh 80 kg serbuk kayu bekas gergaji, 3 kg
kapur 10-15 kg bekatul, semua bahan itu dicampur sampai merata,
kemudian tamabah air sekitar 60 persen dari keseluruhan bahan. Cara
mengetahui media sudah tercambur rata dengan baik uji dengan
menggenggam air tidak keluar dan tidak pecah.
a.Proses fermentasi
Proses fermentasi ini adalah proses awal setelah selesai
membuat media tanam, sebelum menanam bibit proses fermentasi
didiamkan selama 5-10 hari tergantung kondisi. Hal ini bertujuan agar
proses pelapukan terjadi pada media tanam. Selama proses fermantasi,
suhu media tanam akan meningkat drastis mencapai 70 derajat celcius.
Dalam setiap hari harus melakukan pembalikan pada media tanam
untuk meratakan proses pelapukan. Proses fermentasi berguna untuk
membunuh jamur liar yang yang bisa menganggu pertumbuhan jamur
tiram tersebut.344
b. Proses Sterilisasi (Pembersihan Kuman)
Hasil wawancara pengelola rumah jamur mengatakan setelah
proses fermentasi selesai, maka kemudian media tanam dimasukan
kedalam drom, kemudian dipadatkan hingga terbentuk seperti botol
kemudian bagian atas plastik atau leher kantong plastik dipasangi ring,
disumbat dengan kapas kemudian dipasang penutup baglog sehingga air
tidak masuk kedalam. Setelah itu mulailah kukus baglog tersebut dengan
drom, proses ini harus mempunyai panas uap air dengan suhu sekitar 95
sampai 110 drajat selcius selama 8-10 jam.345
344
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 345
Wawancara SM Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 12 Maret 2019
260
c. Proses Pemindahan Bakteri dari Satu Tempat Ketempat
yang Lain (Inokulasi)
Hasil wawancara dengan pengelola rumah jamur, beliau
mengatakan memindahkan bibit atau bakteri kedalam media tanam harus
teliti jika tidak maka pertumbuhan jamur tersebut tidak stabil dan bahkan
miris benih tersebut tidak bisa tumbuh, dan sebelum memindahkan bakteri
ke dalam baglog atau media tanam alangkah baiknya mengecek
keseterilannya, supaya pertumbuhannya lebih maksimal dan cepat
berkembang.346
d. Proses Pemeraman
Hasil wawancara dengn pengelola rumah jamur mengatakan
pemeraman ini dilakukan di dalam ruangan yang suhunya 24-29 derajat
selcius dengan kelembapan 90-100%, dan disertai adanya cahaya dan
siklus udara yang masuk selama 1-2 jam. Menunggu proses pemeraman
ini membutuhkan waktu selama 15-30 hari, setelah 15 hari biasanya benih
sudah penuh, apabila benih sudah memenuhi baglog maka sudah siap
dipindahkan ke kumbung, apabila benihnya tersebut tidak memenuhi
baglog maka dikhawatirkan pemeraman ini gagal. Apabila proses ini gagal
maka jelas panennya juga gagal. Pengelola rumah jamur mengatakan jika
benih tidak penuh selama hari yang sudah ditentukan atau diprediksikan
berarti ada kesalahan yang terjadi saat pemindahan benih kedalam media
tanam. Sehingga benih tersebut tidak penuh dan hasilnya gagal.347
e. Rumah Jamur (Kubung)
Hasil wawancara, pengelola rumah jamur mengatakan setelah
benih yang diperam sudah penuh dalam mulut baglog kemudian
dipindahkan kerumah jamur atau sering disebut kumbung jamur.
pengalaman beliau dalam membuat rumah jamur berupa rak-rak yang di
buat dari bambu dan ditutup seperti rumah yang mampu menghindari
jamur dari sinar matahari terlalu lama, dan tempatnya harus standar
346
Wawancara SM Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 12 Maret 2019 347
Wawancara SM Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 12 Maret 2019
261
sehingga jamur yang akan tumbuh nanti subur dan bagus. Setelah itu
mulut atau leher baglog yang sudah penuh dilubangi dengan kawat atau
silet yang sudah dipanaskan dan yang bersih, lubang itu nanti akan
menjadi tempat tumbuhnya buah jamur, setelah itu menunggu jamur
menembus plastik selama 1-2 bulan. Setelah selama pertengahan akhir
dua bulan jamur sudah mulai tumbuh membesar dan dan sudah mulai
dipanen.348
f. Panen dan Pemasaran
Sumariyanto mengatakan setiap jamur yang sudah dipanen dan
dipetik akan segera dipasarkan, pemasaran biasanya dengan diantar
sendiri kepasar tersebut dan sebagian ada yang mengambil sendiri
ketempat panennya. Dari beberapa hasil wawancara peneliti
menyimpulkan bahwa budidaya jamur tiram merupakan suatu usaha
yang tingkat pemasarannya memiliki nilai ekonomi tinggi dan
memberikan peluang besar bagi keluarga dan masyarakat yang
membudi dayakannya.
Dari hasil wawancara di atas peneliti juga menyimpulkan bahwa
ternyata pembudidaya jamur tiram ini harus maksimal dalam melakukan
langkah-langkah dan memindahkan benih, karena itu adalah salah satu
faktor kegagalan budidaya ini berkembang atau tidaknya. Dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi yang peneliti lakukan itulah
tahapan-tahapan atau proses yang dilakukan dalam membudidayakan
jamur tiram di pondok pesantren Al-Amin Dumai. Dari proses
pengamatan yang peneliti lakukan banyak manfaat dan ilmu kajian
yang bisa kita ambil dari penelitian ini, salah satunya adalah kita sudah
mengetahui cara membudidayakan jamur tiram tersebut jika nanti suatu
saat ada minat maupun keinginan untuk membangun suatu usaha
maka usaha ini cocok dengan penambahan pendapatan ekonomi, dan
usaha ini akan lebih cocok lagi dibangun oleh santri-santri yang gemar
348
Wawancara SM Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 12 Maret 2019
262
berbisnis, usaha ini bisa menjadi peluang besar untuk membuat
perubahan agar hidup lebih sejahtera.
2. Pelatihan Kewirausahaan Pengolahan Produk Jamur Tiram
Pelatihan pengolahan produk jamur tiram ini dimaksudkan agar
sasaran mampu menganeka-ragamkan bentuk produk jamur tiram yang
dapat dijual kepada konsumen dan juga meningkatkan nilai tambah jamur
tiram. Produk olahan jamur tiram yang dilatihkan kepada santri sasaran
adalah produk yang dapat dijual pada usaha warung makan berbahan
dasar jamur tiram. Untuk itu dipilih olahan jamur tiram menjadi abon jamur
tiram, jamur tiram saus tiram, dan kerupuk jamur tiram. Pelatihan
kewirausahaan pengolahan produk jamur tiram dilakukan di pondok
pesantren Al-Amin Dumai.349
Pelatihan pengolahan dilakukan agar santri sasaran mampu
melakukan pengolahan mulai dari persiapan pengolahan sampai dengan
pengemasan produk olahan jamur tiram. Pelatihan dilakukan dengan
melibatkan santri sasaran secara langsung dalam semua tahapan
pengolahan jamur tiram yang dipandu oleh pelatih dan dibantu oleh
beberapa santri senior pondok pesantren Al-Amin Dumai. Setelah proses
pengolahan selesai, santri sasaran dilatih untuk menghitung biaya pokok
produk olahan pangan yang dihasilkan, dan didiskusikan harga jual
produk tepat untuk produk tersebut. Santri juga diajak untuk
mendiskusikan varian produk yang dapat dijual kepada konsumen dengan
memanfaatkan olahan jamur tiram tersebut.350
Melalui pelatihan ini, setiap peserta diberikan pemahaman konsep-
konsep kewirausahaan. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberi
wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual. Semangat dan wawasan
dapat dibentuk melalui pelatihan usaha, sehingga dapat melihat peluang-
peluang usaha yang masih sangat terbuka. Setelah adanya pelatihan
usaha santri di pondok pesantren Al-Amin Dumai maka mereka telah
349
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 350
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
263
memiliki jenis keterampilan tertentu dan memiliki pemahaman terhadap
konsep kewirausahaan. Dari pelatihan usaha ini santri dapat memperbaiki
dan meningkatkan pengetahuan tentang kewirausahaan yang nantinya
dapat menunjang perkembangan pondok pesantrennya masing-masing.351
B. Permodalan
Pemberian bantuan modal merupakan bantuan dalam
meningkatkan pemberdayaan ekonomi santri untuk perkembangan
usahanya. Berdasarkan wawancara peneliti dengan pimpinan pondok
pesantren Al-Amin Dumai yaitu;
“Bantuan modal untuk pemberdayaan ekonomi santri sebagian
besar dari pihak pondok pesantren yang mengikuti pelatihan
budidaya usaha jamur tiram secara mandiri dan sebagian berasal
dari para donatur.”352
Dengan adanya bantuan modal dari pondok pesantren yang
mengikuti pelatihan maupun bantuan dana dari luar bisa meningkatkan
pemberdayaan ekonomi santri melalui budidaya jamur tiram.
Pembangunan usaha melalui pembinaan modal diharapkan akan mampu
untuk meningkatkan wirausaha selama ini kurang baik. Untuk
mendapatkan dukungan keuangan yang cukup stabil, perlu mengadakan
hubungan kerjasama yang disalurkan melalui kemitra usahaan lainnya.353
Penambahan modal dari lembaga keuangan, sebaiknya diberikan
bukan untuk modal awal tetapi untuk modal pengembangan. Dalam
konteks membuka usaha, peranan uang dalam bentuk modal, hampir
pasti menjadi kebutuhan utama dan modal merupakan suatu hal yang
mutlak tidak bisa dihindari dalam membuka usaha.
351
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019 352
Wawancara dengan ZA Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 10 Maret 2019 353
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
264
C. Pendampingan
Dalam rangka pemberdayaan ekonomi santri tidak hanya
melakukan pelatihan yang harus dilakukan pondok pesantren Al-Amin,
apabila dengan hanya dengan pelatihan saja hal ini sangat sulit untuk
direalisasikan secara nyata oleh karena itu perlu adanya pendampingan
secara langsung kepada para santri. Tahap pendampingan sebenarnya
tidak harus diberikan, hanya karena biasanya pelaku usaha tidak dapat
mengendalikan usahanya, maka perlu pendampingan. Pendampingan
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut;
a. Peningkatan Ekonomi Santri Dalam Wirausaha
Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks.
Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan
dari kehidupan masyarakat, sebagian demi sebagian tradisi yang ada
akan bergeser atau bahkan mungkin hilang sama sekali karena digantikan
oleh pola kehidupan baru pada masa mendatang yang diperkirakan akan
semakin kompleks.
Kecenderungan pola kehidupan yang muncul dipermukaan dewasa
ini, ditunjang oleh laju perkembangan teknologi dan arus gelombang
kehidupan global yang sulit atau tidak mungkin dibendung, hal ini
mengisyaratkan bahwa kehidupan masa mendatang akan menjadi syarat
pilihan yang rumit. Situasi kehidupan semacam itu tentunya dapat
menyebabkan manusia menjadi serba bingung atau bahkan larut kedalam
situasi baru tanpa memiliki ketahanan hidup yang memadai.
Pengembangan jiwa kewirausahaan dimaksudkan sebagai proses belajar
dengan tujuan membantu masyarakat dalam rangka memperluas
pengetahuan serta kecakapan demi mendapatkan pengetahuan dan
kecakapan baru untuk mencapai kesejahteraan hidup secara lebih efektif.
Beberapa langkah pengembangan kewirausahaan adalah:
pertama, menjaga konsisten sikap kewirausahaan yang telah terbentuk;
kedua, membina tumbuhnya usaha-usaha baru perluasan usaha yang
sudah ada; ketiga, memperluas akses-akses pasar; keempat,
265
memperluas akses terhadap sumber permodalan dan kemampuan modal
organisasi dan manajemen; kelima, meningkatkan dan memanfaatkan
kemitraan.
Melihat betapa pentingnya wirausaha, maka alangkah baiknya para
santri di pondok pesantren di provinsi Riau menjadi generasi penerus
bangsa ini, dibimbing dan diarahkan serta difasilitasi untuk mendalami
wirausaha. Sejalan dengan hal itu, pondok pesantren Al-Amin sebagai
lembaga yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan
ekonomi, berupaya memberikan jalan keluar bagi dilema yang dihadapi
para santri yang dibina agar menjadi manusia yang mandiri. Pimpinan
PP.Amin menjelaskan bahwa;
“Bagi para santri memiliki kegiatan yang terkait dengan bidang
wirausaha, kegiatan ini bermanfaat untuk pembelajaran bagi para
santri dalam bidang wirausaha, kegiatan ini pada dasarnya
bertujuan untuk melatih dalam bidang wirausaha agar nantinya bisa
mandiri.”354
Gambar 4.23
Peneliti membungkus Jamur Tiram yang baru di panen
bersama santri di pondok pesantren Al-Amin Dumai
Pada dasarnya para santri yang mengikuti praktek wirausaha
awalnya memang tidak diberi materi khusus mengenai materi-materi yang
berkaitan dengan wirausaha, namun hal ini langsung dilibatkan untuk ikut
354
Wawancara dengan ZA Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 10 Maret 2019
266
pelaksanaan praktek wirausaha, sehingga hal ini perlu adanya pelatihan
dan juga pendampingan selama menjalankan praktek wirausaha. Selama
menjalankan praktek wirausaha ini para santri diberi pembinaan dan
pengarahan oleh tenaga pendamping yang berpengalaman. Para santri
diajari tata cara melayani konsumen dan tata cara dalam berdagang dan
lain-lain.
Adanya praktek wirausaha selain bermanfaat bagi santri juga
bermanfaat bagi pondok pesantren Al-Amin itu sendiri. Hal ini terbukti dari
hasil praktek wirausaha yang dilakukan oleh para santri bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pondok pesantren Al-Amin. Hal ini
menjadikan pondok pesantren Al-Amin lebih maju dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
b. Pemberian Motivasi dan Kerja Santri
Pada dasarnya kehendak para santri untuk bekerja pada jenis
pekerjaan tentu akan selalu dilandasi oleh motivasi. Keberadaan motivasi
bisa bersifat individual maupun kolektif, motivasi inilah yang menyebabkan
perbedaan jenis pekerjaan yang dipilih oleh setiap santri. Dengan kata lain
kehidupan pondok pesantren yang bekerja dalam bidang pemberdayaan
ekonomi santri didorong oleh rasa tanggungjawab untuk melestarikan dan
mengembangkannya sebagaimana yang dijelaskan oleh pimpinan PP Al-
Amin Dumai;
“Agar para santri mempunyai motivasi berwirausaha dan mampu
bergerak yang menuntut untuk berbuat kearah pencapaian
tujuan.”355
Untuk memberikan wawasan yang lebih baik menyeluruh dan
aktual sehingga dapat menumbuhkan motivasi, mendorong dan
membimbing para santri dalam mengembangkan usahanya.
355
Wawancara dengan ZA Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 10 Maret 2019
267
Dari wawancara peneliti dengan para informan, dapat disimpulkan
bahwa terdapat tiga motivasi utama yang menyebabkan pondok
pesantren Al-Amin sebagai wadah dalam pemberdayaan ekonomi santri
yaitu :
Pertama, karena penghasilan yang diterima relatif dapat mencukupi
kebutuhan pondok pesantren walaupun tidak lebih.
Kedua, motivasi santri bekerja mengembangkan keterampilan yang sudah
ada cukup untuk memasuki dunia kerja.
Ketiga, aspek ekonomi menjadi alasan bagi para santri untuk menekuni
pekerjaan praktek kewirausahaan.356
D. Pemasaran
Pemasaran merupakan hal yang sangat penting di sebuah usaha
pemberdayaan ekonomi santri melalui budidaya jamur tiram. Pasar disini
tidak berarti berupa tempat saja, seperti pasar modern atau pasar
tradisional, tetapi juga bisa berupa lapisan masyarakat, seperti golongan
ekonomi kuat atau golongan ekonomi lemah.
Begitupun dengan pemberdayaan ekonomi yang dilaksanakan oleh
pondok pesantren Al-Amin, dalam pelaksanaan wiraswasta santri diberi
kebebasan dalam menentukan pengelolaan dan pemasaran dan juga
untuk menciptakan taktik atau tindakan pelaksanaan. Bahwa pemasaran
jamur tiram yang para santri lakukan dengan cara mengantarkan
langsung kepada pelanggan di pasar dan ada juga mengambil langsung
pondok pesantren Al-Amin Dumai.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan kewirausahaan budidaya
jamur tiram di pondok pesantren Al-Amin Dumai, sampai dengan akhir
kegiatan Maret 2019 belum dapat menghasilkan jamur tiram secara
maksimal, yang disebabkan karena kelembaban udara yang belum
memenuhi syarat tumbuh jamur tiram. Usaha untuk meningkatkan
kelembaban telah dilakukan, namun belum dapat mencapai tingkat
356
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
268
kelembaban yang optimal bagi pertumbuhan jamur tiram diperkirakan
pada bulan November atau pada musim penghujan, jamur tiram di rumah
jamur (kobong) dapat tumbuh dengan baik, sehingga menunjukkan
keberhasilan peningkatan keterampilan santri dalam produksi jamur tiram.
Pelatihan kewirausahaan pengolahan jamur tiram mampu membangkitkan
motivasi santri untuk berwirausaha.
Gambar 4.24
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Pondok Pesantren
Al - Amin Dumai
Dari bagan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu;
1) Pondok pesantren Al-Amin Dumai merupakan pesantren yang
mengembangkan kewirausahaan untuk kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat berupa pelatihan life skill pada santri dalam
bentuk budi daya dan pengolahan produk jamur tiram.
2) Unit usaha budidaya jamur tiram merupakan ciri khas pondok
pesantren Al-Amin Dumai yang mulai dirintis sejak tahun 2014.
Pengelolaan budidaya jamur tiram terus berkembang dan pada
tahun 2017 mendapat bantuan tambahan 1 unit rumah jamur dari
Bank Indonesia. Jamur tiram sendiri merupakan tumbuhan organik
yang kaya akan kandungan gizi dan sangat berkhasiat untuk tubuh
PESANTREN
Unit usaha
Budidaya
Jamur Tiram
Melalui
Pelatihan
usaha jamur
Tiram dan
pengolahan
produk
jamur tiram
Santri dan
masyarakat
Kesejahteraan
Hidup
269
manusia. Selain budidaya jamur tiram, juga dilakukan proses
pengolahan produk berbahan dasar jamur tiram seperti kerupuk
jamur, abon jamur, jamur krispy dan keripik jamur.
3) Kegiatan pelatihan dan pendampingan kewirausahaan jamur tiram
di pondok pesantren Al-Amin Dumai melibatkan santri yang berasal
dari 4 kabupaten di provinsi Riau, mereka mengikuti pelatihan
selama 2 bulan terhitung dari tanggal 25 Januari – 30 Maret 2019.
4) Dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan tersebut santri dan
masyarakat diajak mengenal kemampuan dan
mengembangkannya sikap mental kewirausahaan melalui unit
usaha budidaya jamur agar dapat mengembangkannya secara
penuh dalam kehidupan sehingga terwujudnya kesejahteraan hidup
warga masyarakat.
270
c. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
Secara historis, pesantren semula merupakan pendidikan agama
yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di negara ini pada abad
ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin
teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian yang telah
merumuskan kurikulumnya, yakni pengajaran tentang ilmu-ilmu agama
Islam. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat
menginap bagi para santri, yang kemudian disebut pesantren. Meski
bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan ini
merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga
pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Namun zaman telah berubah, banyak tokoh pesantren yang
memandang bahwa peran dan fungsi pesantren tidak lagi bisa
dipertahankan hanya dengan berkutat dengan subkultur mereka yang
hanya mengfokuskan pada hanya pengetahuan agama semata. Sebab,
sebagaimana institusi pendidikan keagamaan lain, pesantren juga tidak
bisa kedap terhadap perubahan (change) dan pembaharuan (reform).
Untuk tetap aktif, lembaga pesantren harus melakukan serangkaian
transformasi yang disebut dinamisasi dan modernisasi, tak terkecuali
dengan pesantren-pesantren yang terdapat di Provinsi Riau.
Oleh sebab itu, seiring perubahan zaman pondok pesantren perlu
lebih diberdayakan dan diperkuat lagi. Sehingga para santrinya
diharapkan lebih memiliki mental untuk berkompetisi ketika mereka telah
menyelesaikan studinya di pesantren. Salah satu hal penting yang harus
diberdayakan adalah potensi jiwa kewirausahaan/entrepreneurship para
santri.
Pelatihan kewirausahaan merupakan salah satu langkah terpenting
untuk membangun dan mengembangkan ekonomi bangsa Indonesia.
Salah satu masalah mendasar yang hingga kini menjadi tantangan
terbesar bangsa Indonesia adalah masalah pembangunan ekonomi.
Padahal pembangunan ekonomi yang akan memberikan pertumbuhan
271
dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Dalam hal ini, problem yang
dihadapi bangsa Indonesia adalah seiring bertambahnya sumber daya
manusia malah justru mengakibatkan bertambah banyak pula
pengangguran. Oleh sebab itu, untuk membangun ekonomi Indonesia
semakin dirasakan pentingnya peran wirausahawan, karena
pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh para wirausahawan
yang sukses dalam usahanya. Sebab, dari peran wirausahan inilah akan
terbentuk lapangan-lapangan kerja yang variatif.
Dalam upaya membuka lapangan kerja baru, maka diperlukan
pelatihan kewirausahaan bagi beberapa komponen masyarakat,
khususnya di kalangan para santri. Dalam rangka untuk membangkitkan
semangat berwirausaha dan menggali potensi, bakat dan minat para
santri dalam hal wirausaha inilah pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru membuka peluang untuk mengikuti pembelajaran life skills
(kecakapan hidup) berbasis kewirausahaan.
Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru memiliki program-program yang diadakan untuk
mengembangkan potensi. Hasil penelitian akan menunjukan perencanaan
Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru dalam merencanakan pembelajaran life skills berbasis
kewirausahaan, proses pelaksanaan pembelajaran life skills berbasis
kewirausahaan, yang diselenggarakan Komunitas Balai Latihan Kerja
(BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru. Berikut uraian
pemaparan wawancara yang dilakukan dengan pengelola, pengajar dan
peserta didik:
a. Persiapan
Pembelajaran Life Skills berbasis kewirausahaan diawali dari
penyusunan perencanaan kurikulum pembelajaran untuk menentukan
target yang hendak dicapai, identifikasi keadaan masyarakat sekitar,
identifikasi peserta didik, menentukan pendidik, persiapan materi, jadwal,
persiapan lokasi dan alat – alat yang dibutuhkan. Persiapan-
272
persiapan pembelajaran dibuat untuk mempermudah digapainya target
output.
Dalam melaksanakan program diperlukan pencermatan identifikasi
kebutuhan, pencermatan menentukan tutor, menjaring peserta didik,
menyiapkan kurikulum, pelaksanaan terkonsep dan evaluasi Kalender
pendidikan memudahkan dalam menjalankan program-program
Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru.
Hal ini serupa dengan keterangan yang disampaikan ustad Rico
Rusdi selaku salah satu pengelola life skills Komunitas Balai Latihan
Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, yaitu perlu
banyak persiapan sebelum melaksanakan satu program, dari penyiapan
kurikulum, tutor hingga alat-perlengkapannya. Hal-hal lain seperti jadwal
(kalender pendidikan), modul atau buku pegangan. Kurikulum mengacu
pada kurikulum pemerintah yang disesuaikan dengan keadaan.357
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan persiapan-persiapan
yang dilakukan sebelumnya. Komponen-komponen dalam pelaksanaan
pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan meliputi:
1). Peserta didik/Warga Belajar
Peserta didik merupakan objek sasaran pengembangan dan
pemberdayaan, disini pengelola Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK)
pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru menyampaikan peserta didik
memiliki usia produktif dan berkeinginan untuk memperbaiki
kehidupannya. Warga belajar atau biasa disebut juga murid Komunitas
Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
adalah Laki-laki atau perempuan yang mengikuti program - program
yang diselenggarakan BLK dan selanjutnya mengikuti pola pembelajaran
357
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019
273
interaksi yang berlangsung di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK)
pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.
Program-program tersebut ditujukan kepada peserta didik program
kesetaraan dan masyarakat umum yang memiliki usia produktif. Pada
pelaksanaannya peserta didik kesetaraan banyak terlibat aktif dengan
pertimbangan peserta didik program kesetaraan dapat memiliki
kecakapan hidup yang bisa diaplikasikan setelah lulus dari BLK. Hal ini
sesuai dengan wawancara dengan Ustad Rico Rusdi selaku pengelola
Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru, yaitu :
Program-program life skills di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru diperuntukan bagi peserta didik Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru yang terdiri dari peserta program kesetaraan dan masyarakat umum yang memiliki usia produktif, dalam artian mereka masih berusia dibawah 30 tahun, terkadang ada yang meminta dilonggarkan namun program ini dilakukan supaya peserta didik mendapatkan keterampilan dan setelah lulus sudah siap dalam dunia kerja maupun siap berwirausaha.358
Dari beberapa keterangan dapat disimpulkan bahwa peserta didik
yang mengikuti life skills Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok
pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru berasal dari peserta didik
kesetaraan, masyarakat umum, sedangkan dilihat dari asal kecamatannya
peserta didik datang dari berbagai wilayah di provinsi Riau, namun juga
ada beberapa dari luar provinsi Riau. Program-program tersebut ditujukan
kepada peserta didik program kesetaraan dan masyarakat umum. Pada
pelaksanaannya peserta didik kesetaraan banyak terlibat aktif dengan
pertimbangan peserta didik program kesetaraan dapat memiliki
kecakapan hidup yang bisa diaplikasikan setelah lulus dari Komunitas
Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.
358
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujatahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019
274
2). Pendidik/Tutor life skills
Tutor atau pengajar untuk life skills berasal dari beberapa latar
belakang, meskipun demikian untuk menambah daya pikat program
sebagian pengajar merupakan lulusan program Komunitas Balai Latihan
Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru yang sudah
mahir dan tidak jarang memiliki usaha dirumahnya.
Pendidik atau pengajar dalam berbagai pelatihan di Komunitas
Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
terdiri dari akademisi, praktisi, maupun pemerintah instansi terkait. Mereka
akan dihubungi oleh pamong baik bertemu langsung ataupun melalui
pesawat telpon. BLK memiliki berbagai chanel sehingga dalam pemilihan
pendidik pun dilakukan secara selektif. Pemilihannya tergantung dengan
program yang diambil. Pengajar secara umum memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik, mampu menyampaikan materi pada peserta
didik dengan penuh kesabaran, mengingat peserta didik di Komunitas
Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
memiliki beragam latar belakang. Peserta didik akan paham, mampu
menerima keterampilan apabila pengajar berkompeten.
3) Tujuan
Tujuan dilaksanakan pembelajaran life skills adalah untuk
memberikan pengetahuan baik teori maupun praktek pada peserta didik,
hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ustad Rico Rusdi selaku
salah satu pengelola “Program-program ini dimaksudkan untuk
memberikan bekal pengetahuan kepada peserta didik baik teori maupun
praktek sehingga setelah melalui program ini mereka dapat menggunakan
apa yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari, syukur-syukur
berlanjut hingga membuka usaha, sukses menjadi wirausaha”.359
359
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019
275
Hal senada disampaikan Oleh Surya Putra salah satu peserta didik
“Saya mengikuti program ini supaya bisa memiliki keterampilan, bisa mengisi hari-hari luang saya untuk kegiatan yang bermanfaat, menambah pengalaman, menambah kenalan, kan bisa untuk mempermudah kalau-kalau besok membuka usaha. Disamping itu keterampilan kan semua bermanfaat dan berguna, apalagi kalau dalam berumah tangga, tentunya kan lebih mudah bila bisa melakukan banyak hal tanpa harus tergantung dengan orang lain”360 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran life skills berbasis kewirausahaan yaitu membekali peserta
didik baik pengetahuan teori maupun praktek, untuk kemudahan dan
perbaikan kehidupan peserta didik pada waktu yang akan datang.
4) Metode
Metode yang dipakai dalam pembelajaran life skills meliputi
penyampaian teori melalui ceramah, Tanya jawab, dan praktek.
Pelaksanaannya classical dan pendidik bersikap fleksibel dalam
terlaksananya proses, hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak
Mahmud Mansur, selaku pamong/pendidik, yaitu
“Pelaksanaan pembelajaran life skills didahului teori, metode ceramah untuk mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik dilanjutkan dengan praktek, saat praktek pendidik mengusahakan tetap pembelajaran secara classical namun seringkali satu dengan lainnya berbeda kemampuan sehingga untuk mengejar ketersampaian ilmu maka terpaksa dilakukan secara personal, namun ini terbatas untuk kasus-kasus yang agak sulit, kalau yang mudah jelas tidak”361
Hal senada disampaikan juga oleh Iwan Setiawan salah satu peserta
didik
“Pembelajaran seperti biasanya diawali perkenalan, teori dilanjutkan praktek. Kurang lebih seperti itu, setiap peserta didik saling membantu bila ada kesulitan namun bila mana hal yang sulit
360
Wawancara SP di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 03 April 2019 361
Wawancara MM di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 04 April 2019
276
yang dihadapi, kami juga bertanya kepada pendidik, lagian pendidiknya juga enak-enak kok. Santai dalam pembelajaran dan mudah dimengerti apa yang disampaikan”.362
Berdasarkan beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
metode yang digunakan dalam pembelajaran life skills berbasis
kewirausahaan adalah ceramah, tanya jawab dan praktek.
5) Media
Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Materi yang akan disampaikan menentukan media apa
yang sesuai, sehingga peserta didik mampu memahami secara lebih
mudah. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan apa yang akan
disampaikan, hal itu untuk mempermudah peserta didik menangkap apa
yang disampaikan pendidik. Alat atau atau media yang digunakan adalah
papan tulis, buku/modul, gambar-gambar, LCD jika dibutuhkan presentasi
dan alat sesuai life skills yang diajarkan.
Hal senada disampaikan oleh bapak Mahmud Mansur yaitu;
“media yang sering digunakan pendidik adalah papan tulis(white board), snowman ,alat-alat pendukung seperti LCD, gambar, peraga, hingga alat atau mesin yang diexplorasi.363 Hal senada disampaikan oleh Budiman, salah satu peserta didik
yang mengikuti program life skills, Saat belajar pendidik menerangkan
dipapan tulis, kadang juga menggunakan LCD saat mengajar teori dan
saat praktek, kami melakukan dengan alat-alat yang tersedia di Komunitas
Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.364
6) Kurikulum
Penyusunan kurikulum mengacu pada landasan edaran pemerintah
yang selajutnya disesuaikan melalui musyawarah, hal ini sesuai dengan
362
Wawancara IS di pondok pesantren Al- Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 03 April 2019 363
Wawancara MM di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 04 April 2019 364
Wawancara BD di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 03 April 2019
277
yang disampaikan ustad Rico Rusdi pengelola life skills Komunitas Balai
Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
“Kurikulum berpedoman pada pemerintah, selanjutnya dalam perjalanannya ada kendala-kendala, evaluasi dari kendala yang dijumpai dijadikan rujukan untuk menyesuaikan (ditambah/dikurangi). Selanjutnya dilihat apakah masih relevan dengan dunia usaha dan industry saat ini atau tidak. Kurikulum kan uraian dari program, didalamnya ada kalender academic/pelaksanaan, hal-hal yang ditempuh untuk mencapai tujuan, strategi-strategi, upaya-upaya yang dilaksanakan. selanjutnya kurikulum difungsikan untuk memudahkan menjalankan pembelajaran. Kurikulum dibentuk melalui musyawarah mempertemukan yang berkepentingan, dengan demikian peserta didik akan menerima pembelajaran yang memiliki kurikulum yang fleksibel, pembelajaran mudah dipahami.365
7) Materi
Pamong melakukan analisis terhadap kebutuhan untuk
menentukan materi apa yang akan dilaksanakan, berapa jumlah
pembelajaran dilaksanakan. termasuk kesesuaian dengan kebutuhan di
provinsi Riau. Peserta didik memiliki beberapa potensi sehingga BLK pun
telah melakukan beberapa program sesuai potensi peserta didik dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Peserta didik diperbolehkan
mengikuti beberapa bidang yang diminati. Seperti penuturan salah satu
peserta didik yaitu;
“Program-program di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru yaitu pelatihan life skills dibidang otomotif. sebagian memang sesuai dengan apa yang diminati peserta didik sehingga mereka antusias mengikuti kegiatan.366 Pelatihan dan pendampingan ini dilakukan 3 tahap. Untuk tahap
pertama dilakukan kurang lebih selama 7 (tujuh), bulan yaitu 24 April – 30
November 2018 untuk pelatihan mekanik junior sepeda motor yang diikuti
365
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019 366
Wawancara IS di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 03 April 2019
278
oleh 25 peserta. Dan tahap kedua pada tanggal 10 Januari – 20 februari
2019 yang diikuti oleh 20 orang peserta dari kalangan pemuda-pemuda
dikawasan sekitar di Marpoyan Damai untuk mengikuti pelatihan otomotif.
Diharapkan, dengan mengikuti pelatihan otomotif tersebut dapat
meningkatkan kreatifitas, kemandirian dan perekonomian masyarakat
sekitar pesantren. Paket pelatihan otomotif itu adalah bentuk perhatian
pemerintah pusat kepada warga Marpoyan Damai melalui pondok
pesantren Al-Mujtahadah dan tahap ketiga pada tanggal 08 Mei – 31 Mei
2019 untuk pelatihan service sepeda motor yang diikuti oleh 16 orang
peserta. Instruktur dan narasumber ini menghadirkan dari Tim Balai
Latihan Kerja Provinsi Riau dan Guru-guru professional dari SMK jurusan
lokomotif di Pekanbaru.Tim ini sudah sangat profesional dalam
mendampingi pemberdayaan masyarakat, seperti melakukan
pendampingan pelatihan mekanik dan service sepeda motor.367
8) Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan oleh pendidik rata-rata menggunakan
modul atau power point yang telah disusun pendidik dari rumah yang telah
disesuaikan materinya dengan kurikulum dan poin-pon yang perlu dicapai.
Namun tetap tidak menutup kemungkinan menggunakan modul yang
diterbitkan oleh pemerintah, hal ini sesuai pernyataan dari ustad Rico
Rusdi, pengelola life skills yaitu: “pendidik menyusun power point atau
modul sendiri sebelum memberikan pembelajaran, sebagian memang
sebelum praktek harus ada hal-hal yang mesti diketahui untuk
mempermudah jalannya pembelajaran dan untuk menghindari hal-hal
yang tak diinginkan”.368
9) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan akan terlaksana dengan
baik dengan beberapa hal yang ditempuh di Komunitas Balai Latihan
Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru meliputi”
367
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, April 2019 368
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019
279
a). Identifikasi
Alokasi waktu pembelajaran didasarkan waktu yang paling
memungkinkan untuk peserta didik bisa banyak hadir. Dalam
pembelajaran diharapkan peserta didik secara kontinyu hadir. Seperti
yang diungkapkan ustad Rico yaitu kita berusaha secara persuasive agar
peserta didik hadir kontinyu.
b). Penyadaran bersama akan perbaikan hidup
Peserta didik sebagian berasal dari provinsi Riau rata-rata telah
memiliki target atau harapan setelah menempuh pelatihan. Namun baik
dari pengelola, tutor, pendidik tetap selalu menyemangati mereka agar
tetap memiliki optimis dalam hidup sehingga peserta didik di masa
mendatang lebih mandiri dengan keterampilan yang diperoleh dari
pelatihan Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru. Selanjutnya peserta didik setelah lulus
diharapkan dari program tersebut dapat lebih siap menghadapi
persaingan baik di dunia kerja maupun di dunia usaha.
Bagi peserta didik paling utama adalah perbaikan nasib adalah
tujuannya, masuk dan mengikuti pelatihan sebagai salah satu usaha untuk
mencapai itu. Peserta didik berbeda-beda dalam menyikapi hal tersebut,
karena memang memiliki beragam latar belakang, mereka ada yang
bekerja dirumah dan ada pula bekerja dengan orang lain. Tidak hanya
latar belakang yang berbeda Keinginan peserta didik berbeda-beda, ada
yang sekedar mengisi waktu ada juga yang memang murni ingin
menghendaki memiliki keterampilan tersebut, sehingga ini menjadi
aktifitas utama.
Mereka yang dari luar daerah biasanya pendatang yang mengadu
nasib sambil menempuh pendidikan di kesetaraan Komunitas Balai
Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru. Pada
umumnya mereka menghendaki setelah menempuh pendidikan dan
280
pelatihan di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-
Mujtahadah Pekanbaru mereka memiliki kehidupan yang lebih baik. 369
c). Keselarasan waktu
Berjalan dengan lancar ketika satu, dua program berjalan
sesuai dengan perencanaan dan ketepatan pengambilan waktunya.
Bahwa pengaturan pelaksanaan program dilakukan oleh
pengelola/pamong mendasarkan pada penjadwalan life skills.
Pelaksanaaan program butuh perencanaan yang matang sehingga hasil
sesuai dengan harapan, dari penentuan program apa yang sesuai dengan
masyarakat, persiapan pengajar, hingga sarana dan prasarana.370
d) Penguasaan kecakapan Personal dengan Penyampaian
kisah sukses
Program akan berhasil hingga akhir bila pelaksanaan program
berjalan dengan lancar untuk kelancaran program perlu digali alasan
terkuat peserta didik mengikuti pembelajaran life skills dan potensi input
program di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru.
Salah satunya melalui penyampaian kisah sukses. Banyak peserta
didik yang telah membangun bisnis mandiri dan sudah memiliki beberapa
cabang. Beragam kisah sukses kedepan akan dijadikan buku/clipping
sebagai penyemangat untuk peserta didik yang memilih dijalur pendidikan
ini.
e) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli
Pelaku usaha dalam hal ini praktisi yang dipilih Komunitas Balai
Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, mereka
akan berinteraksi dengan peserta didik langsung sehingga dari interaksi
tersebut ada manfaat. Diantaranya pelaku usaha sering menawarkan
peluang untuk kerjasama bagi peserta yang memiliki potensi. Hal ini
369
Observasi di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 05 April 2019 370
Observasi di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 05 April 2019
281
sesuai dengan wawancara dengan Bapak Mansur, selaku
pendidik/pamong
“Kemarin ada yang menawari peserta didik laki-laki, kalau mau buka usaha akan dimodali oleh pelaku usaha yang kebetulan adalah narasumber. Ia tinggal berangkat saja, masalah tempat dan peralatan sudah dicukupkan”.371 f) Penilaian kompetensi
Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-
Mujtahadah Pekanbaru menilai hasil kompetensi, dalam hal ini karya yang
sudah dihasilkan peserta didik life skills dinilai.
g) Pendampingan usaha
Pendidik menyampaikan pentingnya memiliki ketrampilan di zaman
sekarang dan menuturkan beberapa peserta didik yang telah sukses
setelah memiliki kemampuan/ketrampilan yang didapatkan dari pelatihan
life skills di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru. Pengajar memberikan gambaran daerah
provinsi Riau dimasa mendatang akan membutuhkan banyak orang yang
memiliki keterampilan.
10) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan pembelajaran life skills
dipilih yang sesuai, Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok
pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru menggunakan gedung khusus untuk
pelatihan-pelatihan life skills yang sifatnya singkat dan tidak memerlukan
alat khusus atau memerlukan alat khusus namun masih memungkinkan
untuk pelatihan acara ditempat itu, hal ini seperti yang diungkapkan oleh
ustad Rico Rusdi
“Pelaksanaan paling sering di gedung Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, gedung BLK sebagai tempat pertemuan meskipun siang sedikit gerah
371
Wawancara MM di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 04 April 2019
282
namun tempat ini termasuk tempat yang cukup representative bisa menampung peserta yang lumayan banyak. 372 11). Sumber Pendanaan
Pelaksanaan program life skills yang diselenggarakan
menggunakan beberapa sumber pendanaan, sesuai disampaikan oleh
ustad Rico Rusdi yaitu;
“Operasional sehari-hari berasal dari APBD, sedangkan APBN yang pusat hanya alat-alat praktek, kemarin ada pembelajaan LCD satu, Leptop satu sama printer”.373
Hal senada disampaikan oleh bendahara pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru yaitu;
“Pendanaan program-program berasal dari APBD dan APBN, APBD mengcover sebagian rutinitas harian sedangkan APBN sifatnya pendanaan dan pengadaan alat-alat pendukung pelaksanaan program. Sehingga kurang lebih bisa dkatakan bahwa anggaran program ini lebih banyak ditutup dari APBD”.374 c. Evaluasi
Pengelola Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru memberikan gambaran bahwa lulusan
Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru harus mampu bersaing, minimal setara dengan kemampuan
lulusan sekolah formal. Lulusan kesetaraan yang pada awalnya
merupakan kelompok belajar kecil pada tingkat akar rumput kedepan
diharapkan akan menjadi kelompok belajar yang lebih progresif, yang
tidak hanya akademis semata namun memiliki kemahiran dalam bidang
keterampilan yang diselenggarakan Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK)
pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.
372
Wawancara UR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019 373
Wawancara UR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019 374
Wawancara SS di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 04 April 2019
283
“Menurut ustad Rico Rusdi Keterampilan kecakapan hidup untuk membekali masyarakat, khususnya peserta didik di Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru dengan skill yang langsung pakai. Pelaksanaannya langsung berorientasi pada kebutuhan dan potensi masyarakat, sedangkan evaluasi atau penilaian dapat diambil dari tes tertulis yang bisa disebut post tes atau dari hasil pekerjaannya, yang paling sering ialah pengujian keterampilan diakhir program. Rata-rata lulus semua, 30 peserta lulus 30, 20 peserta lulus 20, kecuali ada yang mengundurkan diri atau berhalangan karena ada alasan jelas”.375 Life skills dilaksanakan untuk membekali masyarakat sehingga
akan nada perbaikan kehidupan. Hal lain juga diharapkan peserta
didiknya setelah lulus menjadi manusia-manusia unggul yang memiliki
kepekaan social, kualitas akademis yang setara formal, kualitas
ketrampilan serta mampu berkomunikasi dengan santun. Untuk itu
evaluasi program yang ditempuh melalui beberapa poin. Hal ini sesuai
yang disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren Al-Mujtahadah yaitu;
“Pembelajaran life skills yang terdiri dari pra, proses dan evaluasi pembelajaran ini diharapkan mampu membuat output (lulusan) Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru yang memiliki ketrampilan/kemahiran, juga memiliki akhlak yang baik. Ada dua hal yang dilakukan yaitu menguji pemahaman dan hasil karya (Praktek), untuk program life skills tidak seperti program lain, yang ikut lulus dan dapat sertifikat”376
Hal senada juga disampaikan ustad Rico Rusdi yaitu; “Peserta didik setidaknya bisa menggunakan keterampilan sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang. Memiliki keterampilan akan memudahkan melakukan satu, dua hal. Selanjutnya untuk mengetahui akan nada uji keterampilan praktek yang biasanya ditempuh setelah mencapai akhir program.377 Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi Program
life skills yang ditargetkan memiliki peserta didik yang mampu menjadi
375
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019 376
Wawancara AM di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 04 April 2019 377
Wawancara RR di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 02 April 2019
284
pengusaha dan memiliki keterampilan yang memadai sehingga ketika
sudah selesai mengenyam pendidikan peserta didik mampu mandiri dan
mengurangi pengangguran yaitu:
a. Teori (Post Tes)
Seperti ujian teori pada umumnya peserta mengerjakan soal-soal yang
disampaikan untuk mengukur pemahaman mereka namun tak menutup
kemungkinan dilakukan melalui penugasan.
b. Hasil Praktek
Hasil praktek biasanya langsung diamati sekaligus dengan pelaksanaan.
Peserta memiliki kemampuan yang berbeda-beda.378
Dari proses pelatihan dan pendampingan tersebut, maka
diharapkan dapat terealisasi solusi permasalahan sebagaimana
disebutkan di awal, yakni menjembatani persoalan yang dihadapi atau
bakal dihadapi para santri terutama dalam hal perekonomian atau mata
pencaharian. Model pemberdayaan yang dilakukan pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru adalah dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 4.25
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
378
Observasi di pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru pada tanggal 05 April 2019
Terciptanya
santri alumni
yang mandiri
dalam
berwirausaha
meningkatnya
kesejahteraan
ekonomi
Persoalan lapangan kerja
Perkembangan kebutuhan masyarakat
Kemajuan teknologi
Pelatihan
life
skills
Langkah
Pemberdayaan
Rencana
Kegiatan
285
Dari bagan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut;
Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru memandang bahwa
persoalan lapangan kerja, perkembangan kebutuhan masyarakat dan
kemajuan teknologi merupakan alasan utama untuk melakukan
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembelajaran life skills
berupa pelatihan otomotif dengan melibatkan santri-santri dari luar pondok
pesantren Al-Mujtahadah, siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan dan
alumni siswa Sekolah Menengah Atas/sederajat untuk bergabung dalam
pelatihan life skill berupa pelatihan mekanik dan service sepeda motor,
Pelatihan dan pendampingan ini dilakukan 3 tahap. Untuk tahap pertama
dilakukan kurang lebih selama 7 (tujuh), bulan yaitu 24 April – 30
November 2018 untuk pelatihan mekanik junior sepeda motor yang diikuti
oleh 25 peserta.
Dan tahap kedua pada tanggal 10 Januari – 20 februari 2019 yang
diikuti oleh 20 orang peserta dari kalangan pemuda-pemuda dikawasan
sekitar pondok pondok pesantren Al-Mujtahadah untuk mengikuti
pelatihan otomotif, dan tahap ketiga pada tanggal 08 Mei – 31 Mei 2019
untuk pelatihan service sepeda motor yang diikuti oleh 16 orang peserta.
Instruktur dan narasumber ini menghadirkan dari TIM Balai Latihan Kerja
Provinsi Riau dan Guru-guru profesional dari SMK jurusan lokomotif di
Pekanbaru.
Pelatihan life skills ini dalam rangka untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan para santri, pelatihan ini juga dikemas dalam rangka untuk
menciptakan peserta alumni Balai Latihan Kerja yang akan membuka
lapangan pekerjaan setelah lulus dari pelatihan tersebut akan tercipta
alumni yang mandiri dalam berwirausaha untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
286
3. Kontribusi Kewirausahaan Pondok Pesantren Di Provinsi Riau
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
a. Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri
Hulu
Pada bagian ini fokus peneliti adalah hal-hal yang berhubungan
dengan kolaborasi identitas pondok pesantren dan manajemen
kewirausahaan pondok pesantren yang dikembangkannya. Sekaligus
pula, seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh dunia usaha pondok
pesantren ini kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di pondok
pesantren Khairul Ummah fenomena yang terekam jelas adalah
kesamaan identitas antara pondok pesantren dengan usaha yang
dijalankan. Unit usaha yang sedang berkembang di pondok pesantren
Khairul Ummah adalah unit usaha laundry pesantren yang melibatkan ibu-
ibu rumah tangga yang tinggal disekitar pesantren. Unit usaha laundry ini
mulai dirintis sejak tahun 2010 dengan jumlah santri saat ini mencapai
1.526 orang, dengan jumlah santri putra sebanyak 744 orang dan santri
putri 782 orang. Dengan komposisi santri Madrasah Aliyah sebanyak 368
santri dan santri Madrasah Tsanawiyah sebanyak 674 orang serta santri
tingkat Sekolah Dasar Islam terpadu (SDIT) berjumlah 484 orang yang
tidak mondok.379
Mayoritas santri yang tinggal untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah
dan Madrasah Aliyah adalah perantauan dari berbagai daerah dengan
kondisi perekonomian menengah keatas. Fenomena maraknya santri
yang mulai tergantung dengan kehadiran laundry ini bisa dibuktikan dari
jumlah santri yang mengikuti jasa laundry makin bertambah.
Pada awalnya laundry hadir sebagai bisnis sampingan yang
mendukung sebuah instansi, lembaga atau bidang usaha lainnya, seperti :
rumah sakit, panti kompo, pusat rehabilitas, dan sebagainya. Sifatnya
yang eksklusif membuat laundry saat itu hanya dinikmati oleh kalangan
tertentu. Kalaupun bersifat komersil, itu hanya sebatas mitra usaha
379
Data Dokumentasi Pondok Pesantren Khairul Ummah, Februari 2019
287
industrial seperti, pabrik, restoran, hotel dan kantor dimana segmentasi
dari usaha ini bukanlah masyarakat secara luas. Namun sejak laundry
diperkenalkan dengan sistem yang lebih merakyat, laundry ternyata
mampu merebut perhatian santri yang mayoritas adalah orang-orang
perantauan. Santri-santri yang menggunakan jasa laundry, pada
umumnya datang dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke
atas. Bukan masalah bagi mereka untuk menyisihkan Rp 110.000,-
dalam sebulan untuk biaya laundry. Berdasarkan wawancara dengan
salah satu santri di Pondok Pesantren Khairul Ummah menjelaskan
bahwa:
“Baju yang saya laundrykan itu baju-baju seragam sekolah dan perlengkapan sholat seperti mukena, jilbab dan pakaian tidur untuk pakaian dalam tetap kami yang mencucinya, setiap kami juga dibatasi dengan maksimal 3 lembar per-hari yang diserahkan dengan ibu laundry.380 Aspek lain yang menjadi pertimbangan santri untuk menggunakan
jasa laundry ini adalah kondisi air yang tersedia di pesantren dan ibu-ibu
laundry menggunakan mesin cuci yang berkualitas tinggi sehingga tidak
merusak pakaian yang dicuci serta laundry juga menggunakan obat-
obatan khusus untuk merawat pakaian sehingga warna pakaian tersebut
tetap terpelihara dan wangi.381
Gambar 4.26
Peneliti Bersama Santri Putri Pondok Pesantren Khairul Ummah
380
Wawancara dengan MY di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 28 Februari 2019 381
Observasi di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 28 Februari 2019
288
Udara panas siang hari tidak mengurangi semangat seorang ibu
laundry yang peneliti kunjungi kediamannya. Di sudut ruangan berukuran
4X5 meter ini telah menumpuk sejumlah pakaian kotor dari para santri.
Sambil menunggu putaran dari mesin cuci yang berada di sisi lain
ruangan ini berhenti, perempuan berusia 40 tahun ini tidak lantas berdiam
diri saja. Ia menyambi waktu luang yang ada dengan menyetrika
setumpuk pakaian bersih yang sudah kering. Ibu aminah mengaku sudah
6 tahun menekuni pekerjaannya sebagai pengelola jasa laundry di
pesantren.382
“saya tertarik usaha laundry soalnya modalnya hanya sabun dan air. Sudah itu, gak berat dipikiran, Apalagi disinikan daerah pondok, jadi lumayan menjanjikan juga.” Begitulah penuturan ibu Aminah ditengah kesibukannya.383 Merebaknya usaha laundry saat ini, bukan hanya dilatar belakangi
oleh santri yang dinilai semakin dinamis saja, melainkan dari kaca mata
ekonomi, laundry sebagai industri informal yang mulai dilirik banyak pihak.
Dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Aminah terhadap
rata-rata keuntungan bersih yang diambil dari bisnis usaha laundry ini
adalah saya menerima 15 orang santri dengan total penghasilan yang
saya terima dari pesantren adalah Rp 1.500.000,- karena setiap santri
menyetor Rp 110.000,- ke pengurus unit laundry dan Rp 10.000,
dimasukan dalam kas pengurus. Modal sabun perbulan Rp 500.000,- dan
modal air (PDAM) sekitar Rp 500.000,- jadi keuntungan bersih bisa kami
tabung sekitar Rp 500.000,- s/d Rp 300.000,- perbulan.384
Pengembangan Pondok Pesantren Khairul Ummah tidak bisa
dipisahkan dari pada kegiatan unit usaha yang dijalankannya. Hal ini
diungkapkan langsung oleh sekretaris pimpinan pondok pesantren
Khairul Ummah:
382
Observasi Kerumah Ibu Aminah (Salah Satu Ibu Laundry ) Yang Bergabung Di PP Khairul Ummah, Februari 2019 383
Wawancara dengan AM Di Rumah Kediaman Beliau Pada Tanggal 26 Februari 2019 384
Wawancara dengan AM Di Rumah Kediaman Beliau Pada Tanggal 26 Februari 2019
289
“Sebenarnya, pengembangan pondok pesantren dengan unit
usaha pondok pesantren merupakan bagian yang tak terpisahkan
Pelajaran dan kandungan yang ada di dalamnya juga berbasis
pada orientasi wirausaha. Jadi, pengembangan ini bukan serta
persoalan bisnis unit usaha semata. Melainkan juga hal-hal yang
berkaitan dengan bekal yang diberikan kepada para santri di
kehidupan selanjutnya”.385
Tanggapan senada diungkapkan oleh Kepala bidang kesantrian
Ustad Edi Setiawan S.Pd bahwa pengembangan pesantren melalui unit-
unit usaha pesantren ini tujuannya untuk kemandirian pondok pesantren
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu juga, menjadi bekal
para santri untuk mendalami dunia usaha. Pada akhirnya, santri
mendapatkan ilmu akhirat melalui pendalaman dan kajian keagamaan.
Sekaligus, mendapatkan pelajaran dan pengalaman untuk berwirausaha
setelah menyelesaikan dunia pendidikan disini. Jadi, pada intinya,
menurut dia, pengembangan pondok pesantren melalui dunia usaha
merupakan sebuah keharusan, apalagi menghadapi dunia modern. Dia
juga menambahkan sebuah cerita masa lalu tentang dunia pesantren. Dia
mendeskripsikan:
“Kalau kita membaca sejarah pesantren dahulu pasti bisa
menyaksikan bagaimana santri itu selain mengaji, juga kesawah,
mengembala kambing, dan berada di dapur memasak, dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Itu sudah menandakan bahwa dunia
pesantren tidak hanya menyediakan ilmu agama saja tapi,
ketahanan dan keterampilan hidup. Itulah, yang menurut saya,
sedang ditanamkan oleh KH. Muhammad Mursyid kepada santri
yang sedang mondok disini”.386
Serupa tapi tak sama narasinya diungkapkan Pimpinan PP. Khairul
Ummah. Kyai Mursyid, begitu dia akrab disapa, mengatakan:
385
Wawancara dengan TS Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 26 Februari 2019 386
Wawancara dengan ES Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 27 Februari 2019
290
“Pastinya simbiosis mutualisme. Kenapa demikian, karena pertama, pondok pesantren memiliki keunggulan secara basis masa. Pondok pesantren itu merupakan lembaga yang masih dan sangat dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini. Kedua, hal terpenting dari usaha adalah membutuhkan kepercayaan yang penuh dari para pelanggan. Dengan model ini, maka pesantren bisa menjadi ruang untuk mempromosikan unit usaha yang dilakukannya. Begitu sebaliknya, kalau bisnis yang dilakukan sukses, maka usaha tersebut bisa memberikan kontribusi yang sangat banyak bagi pondok pesantren. Baik itu dalam bentuk dana atau biaya atau bidang-bidang lainnya. Oleh sebab itulah, pengembangan unit usaha menjadi keharusan, untuk kemajuan pondok pesantren. Di saat pondok pesantren, khususnya Khairul Ummah ini, dipercaya dan dianggap sukses oleh masyarakat dalam tata kelola kepesantrenan dan usahanya, maka secara otomatis akan membuat dunia usaha ini menjadi lebih mudah dikembangkan.”387
Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar kontribusi
manajemen kewirausahaan ini untuk pengembangan pondok pesantren?
Para nara sumber dalam penelitian ini bersepakat bahwa kontribusinya
sangat besar. Hanya saja, berapakah nominal yang diberikan dunia
usaha terhadap pondok pesantren. Jawaban ini hanya peneliti dapatkan
dari Pimpinan PP. Khairul Ummah. Dia mengatakan:
“Saya kira sebagaimana yang sudah saya sampaikan sebelumnya.
Pasti ada. Kami disini menjalankan unit usaha ini untuk
pengembangan pesantren juga. Biasanya, kami membagi laba dari
aktivitas unit usaha ini untuk pondok pesantren. Bahkan, insya
Allah, kita sedang menabung untuk membangun beberapa
kompleks lagi untuk asrama santri.”34
Pengurus Unit Usaha laundry menyebutkan bahwa nominal yang
disumbangkan oleh kelompok Ibu-Ibu laundry ini kepada Pondok
Pesantren Khairul Ummah dengan potongan senilai Rp 10.000,- perbulan
setiap 1 orang santri.
387
Wawancara dengan MM di pondok pesantren Khairul Ummah pada tanggal 28 Februari 2019
291
“Saya kira kyai dan para pengurus sudah memikirkan kemana uang
itu akan diperuntukkan dan bisa kroscek nanti ke Bendahara
kemana arah uang yang kita sumbangkan.”388
Kepala Bidang Rumah Tangga dan pengembangan usaha pesantren tidak
merisaukan berapa yang disumbangkan. Dia hanya menceritakan bahwa:
“Sepengetahuan saya pribadi, pendanaan pondok pesantren ini
sebagian berasal dari santri dan dunia usaha. Meskipun, juga ada
uang pendaftaran disini. Gaji guru dan pengelolaan, perawatan
pondok, pengadaan sarana prasarana, dan lain sebagainya itu,
Jadi, dengan demikian, kontribusi dunia usaha sangat besar
kepada pondok pesantren.”389
Bendahara PP. Khairul Ummah juga membenarkan adanya kontribusi
besar yang diberikan usaha laundry ini kepada pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Dia mengatakan :
“Bentuknya bermacam-macam ada yang berbentuk temporal, ada
yang rutin juga. Yang rutin itu biasanya dikalkulasi dalam sistem
per-bulan. Ada juga dalam bentuk temporal. Misalnya, pondok
pesantren membutuhkan dana untuk kegiatan. Biasanya, kepala
bidang usaha itu mempersiapkan dana-dana khusus yang bisa
disumbangkan kepada pondok pesantren. Kalau jumlahnya saya
kira itu tidak pasti. Kadang mencukupi. Kadang yayasan juga
menggali melalui sumber-sumber pembiayaan lainnya.”390
Kepada Bendahara PP. Khairul Ummah pula peneliti
menanyakan proses pengalokasian dana-dana yang didapat dari dunia
usaha. Dia mengatakan bahwa mayoritas dana yang didapat habis
diperuntukkan untuk pengadaan dan perawatan sarana pondok
pesantren. Selain itu, hal yang banyak menghabiskan dana adalah
kegiatan pendidikan. Ini dikarenakan para santri tidak banyak dimintai
biaya kegiatan. Jadi, menurut Bendahara PP. Khairul Ummah uang usaha
388
Wawancara dengan Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 25 Februari 2019 389
Wawancara dengan ES PP. Khairul Ummah Pada Tanggal 27 Februari 2019 390
Wawancara dengan RR Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 28 Februari 2019
292
yang didapat untuk operasionalisasi pondok pesantren secara
menyeluruh.
Selain peruntukan operasionalisasi pondok pesantren. Ada hal unik
di akhir wawancara dengan Pimpinan PP. Khairul Ummah. Dia
mengatakan bahwa :
“Dana itu kita peruntukkan untuk investasi jangka panjang. artinya,
kita sedang menabung untuk proses pengembangan usaha
lainnya. Nantinya, mudah-mudah bisa berjalan dengan baik, kami
ingin mendirikan perguruan tinggi. Perguruan Tinggi Pondok
Pesantren yang di dalamnya menyediakan lapangan kerja bagi
para santrinya. Lahan yang dibutuhkan sedang kita usahakan
untuk pembebasannya. Insya Allah, nanti kita akan memiliki
perguruan tinggi enterpreneur yang nantinya bisa mewadahi para
santri membangun dunia usaha. Jadi, sebagian uang usaha kita
hari ini, sebagiannya untuk ditabung. Insya Allah berhasil, mohon
do‟a restunya.”391
Dari paparan data ini jelas sudah hubungan simbiosis
mutualisme antara unit usaha pondok pesantren dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh pondok pesantren Khairul
Ummah. Namun, yang perlu jadi catatan peneliti bahwa peneliti tidak
dapat mengakses nominal angka kontribusi dunia usaha terhadap pondok
pesantren. Kendati demikian, hal ini tidak mengurangi subtansi proses
penelitian ini.
Tabel 4.16
Kontribusi Manajemen Kewirausahaan pondok pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu Dalam Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat
NO KONTRIBUSI MATERIAL
1 Pembiayaan Operasional Pondok pesantren
2 Pembangunan dan perawatan sarana prasarana pondok pesantren
3 Penyejahteraan kehidupan ekonomi masyarakat
391
Wawancara dengan MM Di Pondok Pesantren Khairul Ummah Pada Tanggal 27 Februari 2019
293
b. Pondok pesantren Al-Amin Dumai
Perbedaan antara Pondok Pesantren Khairul Ummah dengan
Pondok Pesantren Al-Amin terdapat pada bagian ini; Jika Pondok
pesantren Khairul Ummah memberikan separuh keuntungan unit usaha
kepada pengelolaan dan perawatan pondok pesantrennya, di PP. Al-Amin
hasil usaha terdistribusi menjadi beberapa kluster. Pasalnya, PP. Al-Amin
selain memiliki asrama atau tempat pemondokan, juga memiliki beberapa
lembaga formal sehingga uang hasil usaha harus bisa dibagi secara
merata. Dalam konteks ini, pengasuh PP. Al-Amin menjelaskan
sebagaimana berikut ini:
“Usaha dan lahan yang kami miliki ini merupakan sumber utama
pondok pesantren dalam menjalankan dan mengembangkan
seluruh potensinya. Dananya berasal dari banyak pihak, baik itu
perorangan atau organisasi pemerintah dan dana yang dari usaha
yang kita lakukan ini.”392
Bendahara pondok pesantren Al-Amin menjelaskan kepada peneliti
secara terpisah. Dia mengatakan bahwa 50% dana keuntungan dari unit
usaha diperuntukan untuk operasionalisasi PP.Al-Amin dan lembaga
formal yang ada di dalamnya. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusinya sangat signifikan. Dari 50% dana yang didapatkan,
semuanya disebar secara merata di lembaga formal di bawah
naungan PP. Al-Amin.
Secara garis besar, pengembangan unit usaha PP. Al-Amin selain
bidang pertanian, peternakan, perikanan, mini market dan pelatihan
budidaya Jamur tiram, juga membuat produk hasil pertanian berupa
kerupuk jamur tiram, kerupuk daun singkong, kerupuk daun papaya,
kerupuk kulit singkong, kerupuk wortel dan abon jamur. Sistem produksi
hasil pertanian ini masih secara manual dan tradisional.
PP Al-Amin Dumai menjadikan jamur tiram sebagai icon pesantren
392
Wawancara dengan ZA di pondok pesantren Al-Amin Dumai pada tanggal 15Maret 2019
294
karena budidaya jamur tiram yang dikembangkan sejak tahun 2014 makin
meningkat hasil panennya bahkan pada tahun 2017 pondok pesantren
Al-Amin Dumai mendapatkan bantuan rumah jamur dari Bank Indonesia.
Oleh karena itu budidaya jamur tiram dan pelatihan pengolahan produk
jamur tiram menjadi agenda rutin tahunan di PP. Al-Amin Dumai.393
Gambar 4.27
Papan Penyerahan Bantuan Rumah Jamur Dari Bank Indonesia
Untuk Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tahun 2017
Keberadaan jamur tiram merupakan potensi yang luar biasa dari
alam sekitar yang dapat dikonsumsi dengan baik dan sehat. Oleh sebab
itu, dalam perkembangannya dengan menggunakan daya kreativitas dan
inovasi, jamur tiram ini juga dapat dijadikan atau dikelola menjadi camilan
yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara luas. Memanfaatkan atau
mengelola jamur tiram menjadi berbagai bentuk makanan ringan
merupakan sebuah usaha dalam rangka mewujudkan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Salah satu jamur yang paling populer adalah jamur
tiram yang berwarna putih bersih dan rasanya juga mendekati rasa daging
ayam sehingga banyak orang yang suka dengan jamur ini. Peneliti
menggambarkan tentang budidaya jamur tiram yang dikembangkan di
pondok pesantren Al-Amin Dumai yaitu;
393
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
295
Gambar 4.28
Peneliti Saat Berada Di Rumah Jamur PP Al-Amin Dumai
a. Jamur Tiram
1. Sejarah Budidaya Jamur Tiram
Pada awalnya, pemenuhan kebutuhan manusia terhadap jamur
konsumsi hanya mengandalkan kemurahan alam. Dengan cara seperti ini,
jumlah jamur yang didapat sangat terbatas dan hanya pada musim
tertentu bisa diperoleh. Di Indonesia, jamur hanya tumbuh secara alami
pada musim hujan. Inisiatif membudidayakan jamur konsumsi dilakukan
saat kebutuhannya terus meningkat, sedangkan persediaan di alam
semakin terbatas. Berkat pengamatan dan ketelitian mempelajari cara
hidupnya, manusia berhasil membudidayakan jamur konsumsi untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap saat.
Dalam sejarah pembudidayaan jamur konsumsi, Prancis dikatakan
sebagai pionir atau pelopornya. Sekitar tahun 1650-an seorang petani
Prancis berhasil menanam jamur champingnon dipekarangan rumahnya
dengan hasil yang cukup memuaskan. Dari prancis, budidaya jamur
menyebar kebeberapa negara di Eropa seperti Inggris, Jerman, Hongaria,
Denmark, dan bahkan ke Amerika serikat. Sampai tahun 1920-an, Prancis
mencatat diri sebagai produsen jamur champingnon terbesar di dunia.
Di Indonesia, budidaya jamur konsumsi, terutama champingnon,
baru dimulai sekitar tahun 1969 oleh sebuah perusahaan swasta nasional
yang bergerak di bidang agrobisnis. Perusahaan ini memilih dataran tinggi
296
Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, sebagai tempat pembudidayaan jamur
champingnon dengan produksi mencapai ribuan ton perbulan. Sebagian
besar hasil budi daya jamur secara modren tersebut diekspor dalam
bentuk kalengan ke beberapa negara.
Setelah jamur champingnon, kemudian berturut-turut
dibudidayakan jamur merang, kuping, dan tiram sebagai komoditas
ekonomi bernilai jual tinggi. khusus jamur merang banyak dibudidayaka
petani secara tradisional sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lama-
kelamaan, kegiatan pembudidayaan jamur konsumsi menciptakan sebuah
pekerjaan baru dibidang pertanian. Membudidayakan jamur konsumsi,
khususnya kuping, merang, dan tiram, mendatangkan keuntungan yang
sangat menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil maupun besar, hal
ini tidak terlepas dari tingginya permintaan dan nilai jual ketiga jamur
tersebut.394
2. Pengertian jamur tiram
Jamur tiram adalah jenis tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya
tumbuhan mempunyai hijau daun (crolofil), sehingga mampu memenuhi
sendiri kebutuhan karbohidratnya melalui proses foto sintesis. Namun,
jamur tidak memiliki klorofil, sehingga kebutuhan karbohidratnya harus
dipenuhi luar. Karena itu, jamur harus hidup secara saprofitik dan
parasitik. Saprofitik yaitu hidup pada sisa makhluk lain yang sudah mati,
misalnya pada tumpukan sampah, serbuk gergajian kayu, ataupun pada
batang kayu yang sudah lapuk. Sedangkan parasitik adalah hidup pada
jasad makhluk lain, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia
yang masih hidup. Kehadiran jamur tersebut biasanya menjadi penyebab
penyakit atau gangguan.395
Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak saat lembab,
dan tepinya bergelombang. Warna jamur tiram ini ada beberapa macam,
ada yang putih, abu-abu, coklat dan merah. Di Indonesia jenis yang paling
394
Parjimo dan Agus Andoko, Budidaya Jamur Kuping, Tiram, Dan Merang, (Jakarta: Agromedia, 2013), hal,14. 395
Unus Suriawiria, Budi Daya Jamur Tiram, ( Yogyakarta : Kanisius, 2011), hal. 11.
297
banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Satu buah jamur tiram
putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang banyak
jumlahnya. Didalam bilah-bilah tersebut terdapat bagian yang disebut
basidia. Diujung basisia ini terdapat kantong yang berisi banyak spora
atau disebut juga basidiospore, spora berfungsi untuk berkembang biak.
Sel-sel spora yang bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada
titi-titik pertemuan percabangan misileum terbentuk bintik kecil yang
disebut dengan pin head atau calon tubuh buah jamur yang akan
berkembang menjadi jamur dewasa.396
Dari sekian banyak jenis jamur, jamur tiram termasuk dalam
katagori jamur yang sering dikonsumsi. Oleh karena itu banyak petani
yang membudidayakannya. Untuk melakukan budidaya jamur tiram
ternyata tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan. Hal penting yang
perlu diperhatikan adalah lingkungannya. Pada habitat aslinya, jamur
tiram dapat tumbuh di area dataran tinggi. Saat ini, jamur tiram lebih
banyak diproduksi di Jawa Barat, Jawa barat memproduksi 10 ton jamur
tiram setiap harinya dan mayoritas dipasarkan dalam bentuk segar
dengan tujuan pemasarannya kota-kota besar Bila dibandingkan dengan
jenis jamur lainnya, jamur tiram sudah lebih dikenal masyarakat. Oleh
karena itu masyarakat sudah terbiasa mengonsumsinya. Hal ini membuat
kebutuhan pasar akan jamur tiram menjadi luas dan permintaan akan
produk jamur tiram, dalam bentuk segar maupun olahannya, terus
meningkat.
3. Perkembangan Jamur Tiram
Berdasarkan warna tubuh buahnya, jamur tiram dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu jamur tiram putih, jamur tiram merah, dan jamur tiram coklat.
Namun jenis jamur yang sering di budidayakan adalah jamur tiram putih.
Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha agribisnis yang memiliki
peluang bisnis yang cukup besar karena dalam 10 tahun terakhir nilai
396
Isnaen Wiardani, Budidaya Jamur Konsumsi, Menangguk Untung Dari Budidaya Jamur Tiram dan Jamur Kuping, (Yogyakata: Lily Publisher, 2010), hal, 6.
298
ekonomis jamur tiram putih terus meningkat, jamur tiram putih dikenal
sebagai jamur yang mudah dibudidayakan.397
4. Kandungan Gizi Jamur Tiram
Dalam dunia pertanian, jamur tiram termasuk komoditas sayuran
yang budidayanya tidak menggunakan pupuk organik dan relatif tidak
terkontaminasi oleh pastisida karena sifatnya yang dapat menyerap racun
sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan mengandung bahan kimia
didalamnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Sains Kementrian Industri Thailand, diketahui bahwa jamur tiram
mengandung 5,94 persen protein, 50,59 persen karbohidrat, 1, 56 serat,
0,17 persen lemak. Dan memiliki 12,40 mg Vitamin C dan B.
Dibandingkan dengan daging ayam, kandungan gizi jamur tiram masih
lebih komplet sehingga tidak salah bila jamur ini dikerap sebagai bahan
pangan masa depan. Jamur tiram ini juga aman dikonsumsi karena
kandungan logamnya jauh diambang batas yang ditetapkan oleh Fruit
Product and Prevention of Food Adulteration Act tahun 1954.398
Sebagai makanan, jamur tiram termasuk sebagai sayuran yang
mudah dimasak dan diolah sesuai dengan selera, minsalnya olahan
makanan seperti capcay, martabak telur, pepes, rendang, abon, bistik,
botok, rendang, sate bakar, sup, dan yang sudah lazim dijumpai adalah
jamur yang dicampur dengan mie ayam. Selain dikonsumsi sebagai
bahan makanan, jamur tiram juga berkhasiat sebagai obat, terutama
untuk mengobati penyakit lever, diabetes, amnesia, kolestrol tinggi, serta
sebagai anti viral dan anti kanker.
Beberapa manfaat jamur tiram antara lain:
Jamur tiram dapat menjadi sumber protein alternatif karena
mengandung 9 asam amino esensial. Bila dibandingkan denagn
bahan makan lain.
397
Syammahfuz Chazali dan Putri Sekar Pratiwi, Usaha Jamur Tiram Skala Rumahan, (Yogyakarta: Gramedia, 2011), ha, 6-8. 398
Ibid, hal.10
299
Jamur tiram dapat dijadikan sebagai suplemen bagi para pelaku
diet. Hal ini karena jamur tiram mengandung serat berupa
lignoselulosa yang sangat baik bagi pencernaan.
Selain sebagai sumber protein alternatif, jamur tiram juga dapat
juga dijadikan sebagai makanan alternatif yang baik, khususnya
bagi para penganut vegetarian dan penderita kolestrol tinggi,
kandungan gizi jamur setara dengan kandungan gizi pada daging,
tetapi jamur tidak mengandung kolestrol jahat.
Kandungan senyawa pluran dalam dalam jamur tiram dipercaya
berkhasiat sebagai anti tumor dan antioksidan.
Jamur tiram merupakan jamur yang banyak jenisnya. Jamur tiram
putih hanyalah satu dari sembilan jenis jamur tiram yang dikenal.
Perbedaan antara jenis satu dengan yang lain adalah dari warna tubuh
buahnya, mulai putih, kecoklatan, keabu-abuan, dan lain-lain.
Tabel 4.17 Jenis-Jenis Jamur Tiram399
Nama Jenis Nama Umum Warna Tubuh Buah
Pleurotus citrinopiletus Golden oyster Kuning keemasan, kunig
terang
Pleurotus cystidious Abalone, Putih kemerahan
Pleurotus djamor Tababg ngunguit Unggu, kemerahan
Pleurotus eryngii King oyster Kebiruan
Pleurotus euosmus Terragon oyster Kecoklatan
Pleurotus flabellatus Red oyster Merah jambu
Pleurotus floridae White oyster Putih bersih400
Pleurotus ostreatus Supa liat Putih, putih kekuning-
kuningan, putih ke abu-
abuan
Pleurotus pulmonarius Indian oyster Putih abu-abu
399
Ryan Yudistian, S.P.. Budi Daya Jamur Tiram Putih Untuk Pemula (Bandung : P.T Pribumi Mekar, 2016), Hal. 7 400
Jenis Jamur Tiram Yang Dibudidayakan Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
300
b. Lingkungan Tumbuh
Hal yang paling di perhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah
pemilihan lokasi.Jamur memerlukan kondisi kondisi lingkungan yang
sesuai agar tumbuh optimal, diantaranya adalah suhu (22-28OC),
kelembapan (60-70 %) dan cahaya atau penyinaran (60-70 %).
Lingkungan tumbuh jamur tiram putih mencakup juga ketinggian tempat
ideal untuk ketinggian antara 30-1.200 dan yang paling baik adalah
ketinggian 700 mdpl.401
c. Media Tumbuh
Jamur tiram termasuk jamur kayu, tempat hidupnya menempel
pada kayu atau tumbuh dengan media kayu. Maka pertumbuhan jamur
tiram sebaiknya dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram
dialam. Serbuk gergaji dari limbah kayu penggergajian kayu yang biasa
tidak terpakai dapat dimanfaatkan karena kecocokannya.
Bahan baku yang digunakan sebagai media dalam budi daya jamur tiram
yaitu: serbuk gergaji, bekatul sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan
protein, kapur (CaCo3).
d. Pemasaran
Pemasaran jamur tiram pada umumnya di pasar-pasar tradisional,
biasanya di jual sendiri atau pun dititipkan kepada pedagang yang ada di
pasar. Untuk memasuki pasar modern atau supermarket biasanya harus
melalui kontrak terlebih dahulu. Budidaya jamur termasuk usaha kecil
menengah tapi justru yang menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi
nasional. Di samping itu, produk jamur tiram ada berbagai macam sub-
usaha dan turunannya, misalnya:
1) Produksi bibit jamur 2) Produksi jamur tiram segar 3) Produk-produk olahan: krupuk jamur, kripik jamur, abon
jamur, sate jamur, dan lain-lain.
401
Http://Dolananjamur.Blogspot.Com/2010/07/Kenapa-Memilih-Budidaya-Jamur-Tiram.Html Diakses Tanggal 2 Februari 2019
301
4) Kompos dan pakan ternak dari sisa baglog produksi 5) Tempat Wisata Jamur402
e. Perincian Modal Tetap
Berikut adalah ilustrasi perhitungan biaya untuk budidaya jamur
tiram berdasarkan wawancara dengan pengelola Jamur Tiram Sumarianto
yaitu:
Diasumsikan budidaya sebanyak 5000 baglog. Biaya pembuatan
kumbung = Rp. 3.000.000,- (bisa dipakai untuk 6 musim atau 2 tahun)=
Rp. 500.000,- per musim tanam. Pembelian 5000 baglog =
Rp. 5.000.000,- Upah pegawai 4 bulan = Rp. 1.000.000,- Total
Investasi = Rp.6.000.000,- permusim. Persentase kegagalan dari 5000
baglog sebesar 10% = 500 baglog, ini adalah kegagalan maksimal karena
biasanya penjual bibit jamur tiram yang terpercaya akan mengganti
baglog dengan yang baru bila terjadi kegagalan baglog diatas 10%.1
baglog dengan berat 1.4 kg bisa menghasilkan jamur 0.42-0.56 kg,
Kita ambil yang terendah, yaitu 0.42 kg jamur tiram segar per-
baglog supaya tidak berekspektasi terlalu tinggi dan timbul kekecewaan
nantinya.
Produksi jamur = 4.500 baglog x 0.42 kg = 1,890 kg
Harga jamur per-ons = Rp. 4.000,- untuk daerah Dumai
Total omset = 1,890 kg x Rp. 4.000,- = Rp. 7.560.000,-
Keuntungan permusim = Rp. 7.560.000,- (-) Rp. 6.000.000,- =
Rp. 1.560.000,- dengan asumsi yang dipakai adalah hasil panen
terendah dan kita tidak terlalu banyak mengeluarkan waktu dan tenaga
karena pemeliharaan maupun pemasaran sudah dikerjakan orang lain.403
Kalau ingin hasil yang lebih besar dan memuaskan, tentunya harus
sedikit kerja keras lagi untuk berusaha memotong jalur pemasaran
langsung ke pasar atau swalayan atau bahkan bisa langsung ke
402
Ibid, Http://Dolananjamur.Blogspot.Com/2010/07/Kenapa-Memilih-Budidaya-Jamur-Tiram.Html Diakses Tanggal 2 Februari 2019 403
Wawancara dengan SM, Pengelola Budidaya Jamur Tiram Pondok Pesantren Al-Amin Dumai Pada Tanggal 12 Maret 2019
302
konsumen tanpa melalui agen lagi. Tentunya akan memperoleh harga
yang jauh lebih tinggi, mungkin bisa mencapai Rp. 8.000,- atau bahkan
bisa diatas Rp. 10.000,-.
Gambar 4.29
Produk Olahan Jamur Tiram di PP Al-Amin Dumai
Begitu pula sistem marketing produk olahan jamur tiram juga
masih menggunakan sistem yang tradisional. PP. Al-Amin
mengoptimalkan relasi dan kedekatan pondok pesantren dengan alumni,
wali santri, dan masyarakat. Tipe ini, memang menjadi ciri khas pesantren
yang sedang mengembangkan proses usahanya. Sama seperti
manajemen kewirausahaan pondok pesantren, pengelolaan bisnis di
bidang pertanian ini tidak bisa dikelola dengan ala kadarnya, dalam
prosesnya membutuhkan pendekatan, dan penanganganan yang spesifik.
Oleh sebab itulah, tabel berikut menggambarkan temuan peneliti di
lapangan terkait dengan tata kelola olahan produk pertanian yang ada di
PP. Al-Amin Dumai:
303
Tabel 4.18404
Tata kelola Sistem Agrobisnis PP. Al-Amin
Lahan Pertanian Di
Sekitar Pesantren
Produksi Hasil
Pertanian
Strategi Pemasaran Di
Dalam dan Luar Pesantren
Pembibitan
Penanaman
Perawatan
Pemupukan
Dan lain-lain
Penumbukan
Penjemuran
Penggorengan
Pengemasan
Dan lain-lain
Relasi
Alumni
Wali Santri
Pameran
Masyarakat
Kendati memiliki sistem manajemen kewirausahaandan hanya
bertumpu pada sumber daya alam yang dimilikinya tetapi kontribusi
materil sangat mendominasi di PP. Al-Amin. Data dilapangan
menunjukkan sebagaimana tabel berikut yaitu:
Tabel 4.19
Kontribusi Manajemen Kewirausahaa PP.Al-Amin Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
No NO KONTRIBUSI MATERIAL
1 Membiayai proses biaya operasional kegiatan pendidikan formal dan non-
formal yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Al-Amin Dumai
2 1) Pemenuhan kebutuhan makan santri sehari-hari, karena sebagian dari
hasil pertanian juga digunakan untuk pengepulan dapur umum pesantren.
404
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Amin Dumai, Maret 2019
304
c. Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru - Riau
Bentuk kontribusi pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru
terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan dalam bentuk
pembelajaran life skills. Malik Fajar mengatakan bahwa life skills adalah
kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam
bidang akademik. Sementara itu team Broad Base Education
mendefinisikan bahwa life skills adalah kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan
kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya.405
Life skills merupakan kecakapan hidup yang penting dimiliki
seseorang dalam melanjutkan eksistensi kehidupan dalam rangka
mengaktualisasi diri Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26
ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa
pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) adalah “pendidikan
yang memberikan kecakapan personal, sosial, intelektual dan
kecakapan vocasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Selanjutnya
diterangkan bahwa program life skills atau pendidikan kecakapan hidup
diimplementasikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan
luar sekolah (PLS).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan life skills
(Kecakapan Hidup) adalah kemampuan memadukan aspek intelektual
dan sosial sebagai upaya memenuhi kebutuhan untuk menuju hidup
yang berkualitas.
Pembelajaran life skills adalah pembelajaran yang mengantarkan
manusia menjadi manusia yang memiliki kecakapan baik kecakapan
sosial maupun kecakapan yang bersifat fisik untuk bekerja guna
meningkatkan taraf hidup.406 Pembelajaran life skills (kecakapan hidup)
ialah proses memaksimalkan pengetahuan, kemampuan atau
kemahiran dalam mengerjakan sesuatu untuk mengembangkan potensi
405
Muhammad Rakib, Model Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Administrasi Publik, Volume 6 No. 1 Thn. 2016 406
Sudjana, Pendidikan Non Formal, ( Bandung: Falah production, 2014) hal 154
305
dimiliki sehingga ada perubahan sikap, tingkah laku menuju hidup yang
berkualitas
Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru juga melatih santri-
santri dari luar pondok pesantren untuk memiliki jiwa enterpreneur seperti;
pembelajaran life skills berupa pelatihan otomotif dibawah naungan Balai
Latihan Kerja (BLK) yang dimiliki pondok pesantren, perkebunan sayuran
hidroponik dan jambu madu serta koperasi pesantren. Unit-unit usaha
tersebut menjadi wahana pembelajaran keterampilan bagi para santri.
Khususnya bagi santri dapat dijadikan, sebagai bekal bagi dirinya agar
mampu menjadi pendidik agama bagi masyarakat sekitarnya sambil
praktek berwirausaha.407
Pembelajaran life skills berupa pelatihan otomotif. Pelatihan dan
pendampingan ini dilakukan 3 tahap. Untuk tahap pertama dilakukan
kurang lebih selama 7 (tujuh), bulan yaitu 24 April - 30 November 2018
untuk pelatihan mekanik junior sepeda motor yang diikuti oleh 25 peserta.
Dan tahap kedua pada tanggal 10 Januari - 20 februari 2019 yang
diikuti oleh 20 orang peserta dari kalangan pemuda-pemuda dikawasan
sekitar pondok pesantren Al-Mujtahadah untuk mengikuti pelatihan
otomotif. Diharapkan, dengan mengikuti pelatihan otomotif tersebut dapat
meningkatkan kreatifitas, kemandirian dan perekonomian masyarakat
Marpoyan Damai. Paket pelatihan otomotif itu adalah bentuk perhatian
Pemerintah Pusat kepada warga Marpoyan Damai melalui Pondok
pesantren Al-Mujtahadah.
Dan tahap ketiga pada tanggal 08 Mei - 31 Mei 2019 untuk
pelatihan service sepeda motor yang diikuti oleh 16 orang peserta.
Instruktur dan narasumber ini menghadirkan dari TIM Balai Latihan Kerja
Provinsi Riau dan Guru-guru professional dari SMK jurusan lokomotif di
Pekanbaru. Tim ini sudah sangat professional dalam mendampingi
407
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, Pada Tanggal 14 April 2019
306
pemberdayaan masyarakat, seperti melakukan pendampingan pelatihan
mekanik dan service sepeda motor.408
Pembelajaran pelatihan life skills adalah pembelajaran yang
mengantarkan manusia menjadi manusia yang memiliki kecakapan baik
kecakapan sosial maupun kecakapan yang bersifat fisik untuk bekerja
guna meningkatkan taraf hidup..409
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran life skills (kecakapan hidup) ialah proses memaksimalkan
pengetahuan, kemampuan atau kemahiran dalam mengerjakan sesuatu
untuk mengembangkan potensi dimiliki sehingga ada perubahan sikap,
tingkah laku menuju hidup yang berkualitas.
Gambar 4.30
Peserta Pelatihan Life Skills di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah
Kewirausahaan terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi
masyarakat Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumber daya manusia, penciptaan peluang berusaha
yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis
usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga
dan sistem pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat.
Pemerintah terus memberikan bantuan kepada pesantren-
pesantren agar para santri dan alumninya bisa diterima pasar kerja atau
408
Wawancara dengan RR di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, Pada Tanggal 20 April 2019 409
Sudjana, Pendidikan Non Formal, ( Bandung: Falah production, 2014) hal 154
307
bisa mengembangkan wirausaha.Salah satu yang disediakan adalah
kemudahan akses untuk mengikuti pendidikan maupun pelatihan vokasi
bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK). Pemerintah menyiapkan
banyak sekali program pelatihan life skill.
Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Mujtahadah yang di
motori Prof. DR. KH. Akhmad Mujahidin. MA, membuka kesempatan
untuk pemuda-pemuda yang berada di kawasan Marpoyan Damai
mengikuti pelatihan otomotif. Diharapkan, dengan mengikuti pelatihan
otomotif selama 40 hari yang dilaksanakan pada bulan Januari dan
Februari 2019 dapat meningkatkan kreatifitas, kemandirian dan
perekonomian masyarakat Marpoyan Damai. Pelatihan otomotif itu
adalah bentuk perhatian Pemerintah Pusat kepada warga Marpoyan
Damai melalui Pondok pesantren Al Mujtahadah.410
Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru – Riau adalah berupa Kontribusi Moril yang
memberikan pengalaman lebih bagi para santri Pembelajaran bagi para
santri untuk berwirausaha melalui pembelajaran life skills berupa pelatihan
otomotif yang diperoleh dari Balai Latihan Kerja (BLK) di pondok
pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru.
Tabel. 4.20
Kontribusi Manajemen Kewirausahaan PP. Al-Mujtahadah Pekanbaru
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
NO KONTRIBUSI MORIL
1 Memberikan pengalaman lebih kepada para santri
2 Pembelajaran bagi para santri dan masyarakat untuk berwirausaha
3 Hubungan harmonis antara pondok pesantren dan masyarakat
4 Menjadi contoh pesantren entrepreneurship berbasis masyarakat
410
Observasi Di Pondok Pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, Pada Tanggal 02 April 2019
308
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai Manajemen
Kewirausahaan Pondok Pesantren dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat di Provinsi Riau (Studi di Pondok pesantren Khairul Ummah
Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok pesantren Al-Amin Dumai dan Pondok
pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru,) dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Manajemen Kewirausahaan pondok pesantren di Pondok pesantren
Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, pondok pesantren Al-Amin
Dumai dan Pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru provinsi
Riau, mengoperasikan pola manajemen yang hampir sama. Kyai di
tiga pondok pesantren ini mendelegasikan sebagian kewenangannya
kepada orang-orang yang ditunjuk dan diberi kewenangan untuk
mengelola unit usaha yang dinaungi oleh pondok
pesantren.Perbedaannya hanya terletak pada unit usaha yang
dijalankan masing-masing pondok pesantren.
2. Pesantren merupakan lembaga sosial yang hidup yang berpotensi
kuat sebagai motor penggerak dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang
dilakukan Pondok Pesantren Di Provinsi Riau (Studi di di Pondok
pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, pondok
pesantren Al-Amin Dumai dan Pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru) yaitu; Pondok pesantren Khairul Ummah, memilih bisnis
usaha laundry sebagai media bagi pengembangan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Kegiatan bisnis usaha laundry merupakan
kegiatan pemberdayaan perempuan berbasis pondok pesantren.
Model pemberdayaan perempuan berbasis pesantren dengan nama
Kelompok Usaha Ibu Laundry Sedangkan pondok pesantren Al-Amin
Dumai melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat di
308
309
bidang pertanian budidaya jamur tiram dan pelatihan olahan produk
budidaya jamur tiram, dan model pemberdayaan ekonomi masyarakat
yang dilakukan pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru melalui
pembelajaran life skills berupa pelatihan otomotif di Balai Latihan
Kerja (BLK) pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru – Riau.
3. Kontribusi Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren Di Provinsi
Riau (Studi di pondok pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri
Hulu, Pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru, pondok pesantren
Al-Amin Dumai) dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ialah
pada 2 aspek yaitu aspek materil dan aspek moril, pada aspek materil
yakni; a. Pembiayaan operasional lembaga dan pondok pesantren,
b. pembangunan dan perawatan sarana-prasarana pondok pesantren,
c. kesejahteraan hidup santri dan masyarakat. Ketiganya merupakan
hasil kontribusi materil yang diberikan unit usaha yang dikelola pondok
pesantren.Sedangkan pada aspek moril yakni; a. Memberikan
pengalaman lebih kepada para santri, b. Pembelajaran bagi para santri
dan masyarakat untuk berwirausaha, c. Hubungan harmonis antara
pondok pesantren dan masyarakat, d. Menjadi contoh pesantren
entrepreneurship berbasis masyarakat.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teori
Penelitian ini memberikan Implikasi teori yaitu memperkuat dan
menyempurnakan teori dari teori G.R Terry mengatakan
bahwa`manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya, dan Teori Peter
Van Der Sijde bahwa kewirausahaan adalah sesuatu yang dipelajari
seseorang saat orang tersebut menjalankannya. Sedangkan Khan
menawarkan sebuah model pemberdayaan yang dapat dikembangkan
dalam sebuah organisasi untuk menjamin keberhasilan proses
310
pemberdayaan yaitu : 1). Desire (pendelegasian), 2). Trust (membangun
kepercayaan), 3).Confident (saling percaya) 4).Credibility (menjaga
kredibilitas), 5). Accountability (pertanggungjawaban), 6).Cummunication
(komunikasi).
Dari kerangka konseptualisasi teori diatas, maka manajemen
kewirausahaan pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat harus melakukan perubahan-perubahan yang cukup
signifikan, baik dari sisi sumber daya manusia, sistem manajerial, dan
optimalisasi perananan teknologi dalam implementasinya. Adapun
temuan empirik di lapangan sebagaimana yang sudah dipaparkan pada
pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa pondok pesantren Khairul
Ummah, pondok pesantren Al-Amin Dumai dan pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru yaitu;
pertama; memiliki konsep manajemen kewirausahaan pondok
pesantren yang detail yakni mulai dari proses perencanaan berwujud visi,
misi, program dan sasaran yang ingin dicapai, kedua: Pimpinan pondok
pesantren mendelegasikan sebagian kewenangan yang dimiliki kyai
kepada orang yang memiliki latar belakang pengetahuan dan kemampuan
yang memadai dibidang kewirausahaan, ketiga: Pondok pesantren Khairul
Ummah, pondok pesantren Al-Amin dan pondok pesantren Al-Mujtahadah
Pekanbaru memiliki unit-unit usaha pesantren yang sangat bagus,
keempat: Berdasarkan sistem pengawasan, pondok pesantren Khairul
Ummah, pondok pesantren Al-Amin dan pondok pesantren
Al-Mujtahadah Pekanbaru memiliki sistem pengawasan yang cukup baik.
Kelima: unit usaha yang dikembangkan di tiga pondok pesantren
memberikan kontribusi positif bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Temuan dari penelitian mengenai manajemen kewirausahaan
pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat berakhir
dengan melahirkan pengembangan teori, yang selanjutnya peneliti
tuliskan dalam bentuk bagan sebagaimana berikut:
311
PONDOK
PESANTREN
- 1) PRODUK
BERKUALITAS 2) BISNIS
JARINGAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
MODEL TEORI
PENGEMBANGAN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN PONDOK PESANTREN
DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI PROVINSI RIAU
INPUT
MANAJEMEN
KEWIRAUSAHAAN
PROSES
ALUMNI
SANTRI
IBU-IBU
LAUNDRY
KELOMPOK
TANI
OUT PUT
PEMERINTAH
OUTCAME
SEKTOR SWASTA MASYARAKAT
PERENCANAAN
PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN
PENGAWASAN
Unit Usaha Pesantren yaitu: 1) Unit Usaha Laundry 2) Budidaya Jamur Tiram 3) Balai Latihan Kerja
Pondok Pesantren
312
Model manajemen kewirausahaan pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat dari sisi konsfigurasi prosesnya yaitu
input, proses, output dan outcome serta aspek subjek-subjek yang terlibat
dan hubungan-hubungan didalamnya dapat digambarkan sebagai berikut;
Dari konfigurasi diatas, pada tataran input yaitu aktivitas unit usaha
bermula dari pondok pesantren yang melakukan usaha ekonomi.
Pesantren sebagai lembaga sosial ekonomi berinisiatif mengembangkan
entitas unit usaha pondok pesantren dengan mendorong unit-unit usaha
pondok pesantren menjadi jaringan bisnisnya. Pada tataran proses yaitu
proses dan dinamika pengembangan manajemen kewirausahaan
pesantren dilakukan secara bahu-membahu dalam kepemimpinan
pesantren meliputi kyai, pengurus, santri, alumni, ibu-ibu laundry,
kelompok tani, pihak swasta, pemerintah dan masyarakat.
Manajemen kewirausahaa pondok pesantren mengoperasikan pola
manajemen yang hampir sama, kyai mendelegasikan sebagian
kewenangan kepada orang-orang yang ditunjuk dan diberi kewenangan
untuk mengelola unit usaha pondok pesantren yaitu Unit usaha laundry,
budidaya jamur tiram dan Balai Latihan Kerja komunitas pesantren melalui
pembelajaran life skills berupa pelatihan pelatihan otomotif. Pesantren
memiliki hubungan erat dengan pihak-pihak lain seperti ibu-ibu laundry,
santri, kelompok tani dan alumni antar mereka terjadi perpaduan simbiosis
mutualisme kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan sehingga
berdampak pada tataran output yaitu bisnis jaringan dan produk
berkualitas yang secara otomatis berdampak pada tataran outcome yaitu
meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Paparan keseluruhan hasil penelitian ini mengukuhkan temuan
keberadaan dan pengalaman model manajemen kewirausahaan yang
telah berjalan secara sistematik di tiga pondok pesantren tersebut.
Keberhasilan manajemen kewirausahaan pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat mengandung esensi dan implikasi
bagi tercapainya nilai tambah pesantren dalam memberikan kepuasan
313
kepada masyarakat yang dapat melahirkan komunitas sosial entrepreneur
yaitu saling pengertian, kepercayaan dan budaya kerjasama yang
merupakan bentuk paling penting yang dapat menguatkan kemitraan
ekonomi. Dengan demikian model manajemen kewirausahaan pondok
pesantren memiliki implikasi yang lebih luas pada aspek jangkauan
pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Temuan model ini membawa implikasi bahwa kekuatan ikatan
hubungan masyarakat dan pesantren mempunyai potensi besar bagi
pemberdayaan ekonomi umat. Pesantren memiliki peran sangat besar
terutama dalam hal pendidikan moral, pembinaan watak serta nilai-nilai
kepribadian. Pesantren berperan pula dalam pengembangan bisnis
kewirausahaan berdasarkan keimanan dan amal sholeh sehingga
menciptakan keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual serta
antara kepentingan individu dan masyarakat yang berdampak langsung
bagi pengembangan dan perluasan pengentasan kemiskinan.
2. Implikasi Praktis
Manajemen kewirausahaan pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat di provinsi Riau dapat ditingkatkan
dengan adanya dukungan lebih dari pemerintah daerah dan dukungan
dari pihak swasta. Hal ini akan sangat mendukung kemajuan proses
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dengan adanya dukungan tersebut maka pihak pondok pesantren
akan lebih bersemangat dalam menjalankan kegiatan kewirausahaan
dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kegiatan kewirausahaan ini
akan sangat bermanfaat bagi pondok pesantren dan masyarakat karena
memberikan hubungan simbiosis mutualisme bagi kedua pihak.
Pesantren semakin mengembangkan kegiatan kewirausahaannya dan
masyarakat semakin meningkat kesejahteraan ekonominya.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian disertasi ini, peneliti
merekomedasikan kepada beberapa pihak yang terkait yaitu;
314
1. Bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama Republik
Indonesia melalui Kementerian Agama Provinsi Riau bagian
pendidikan madrasah dan pesantren yang merupakan
perpanjangan tangan pemerintah, bahwa sebagai masukan untuk
melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis
pesantren dengan cara memberikan perhatian terhadap pondok
pesantren dalam mengembangkan unit-unit usaha yang dimiliki
pesantren sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Pihak pimpinan pondok pesantren direkomendasikan sekiranya
semakin banyak mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak
yang saling menguntungkan baik dari pihak pemerintah ataupun
pihak swasta agar dapat mengembangkan unit-unit usaha pondok
pesantren. Selain itu juga hendaknya pemberdayaan ekonomi
masyarakat berbasis pesantren ini dilakukan lebih panjang
waktunya, mengingat jadwal belajar santri cukup padat dan
masing-masing pesantren memiliki jadwal yang berbeda-beda dan
ada program pendampingan lanjutan, sebab, perlu lebih dilakukan
secara intensif, terutama dalam hal pengemasan dan pemasaran
barang produksi.
3. Pihak Masyarakat direkomendasikan sekiranya dengan pihak
pondok pesantren mengadakan kerjasama dalam egiatan
kewirausahaan yang sangat bermanfaat bagi pondok pesantren
dan masyarakat karena memberikan hubungan simbiosis
mutualisme bagi kedua pihak. Pesantren semakin
mengembangkan kegiatan kewirausahaannya dan masyarakat
semakin meningkat kesejahteraan ekonominya.
D. Saran
1. Bagi pemerintah yaitu pihak Kementerian Agama Provinsi Riau,
khususnya Kementerian Agama Kabupaten sekiranya
memberikan perhatian lebih terhadap pondok pesantren yang
sedang mengembangkan unit-unit usahanya. Memberikan
315
bantuan penganggaran baik fisik maupun non-fisik dalam
memajukan unit-unit usaha pondok pesantren.
2. Bagi pondok pesantren, sekiranya pihak pondok pesantren
menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai dalam
pengembangan unit-unit usaha pondok pesantren agar tercipta
suasana pondok pesantren yang aman, nyaman dan kondusif.
Memberikan pembiayaan atau pendanaan untuk unit-unit usaha
pondok pesantren yang sedang berkembang.
3. Bagi masyarakat, sekiranya masyarakat yang memiliki dana
dapat memberikan dukungan berupa bantuan sarana dan
prasarana yang dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan
unit-unit usaha pondok pesantren. Masyarakat dapat terlibat
langsung dalam proses pengembangan unit-unit usaha pondok
pesantren sehingga masyarakat yang lemah secara ekonomi
merasakan kontribusi dari pemberdayaan ekonomi masyarakat
berbasis pesantren berupa meningkatnya kesejahteraan hidup.
4. Bagi peneliti sekiranya untuk penelitian manajemen
kewirausahaan pondok pesantren dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang lebih lanjut perlu dilakukan dengan
melibatkan seluruh komponen yang berkaitan erat dengan
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kepada peneliti lain agar
kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan atau rujukan dalam menyelesaikan masalah yang
sama.
E. Kata Penutup
Disertasi manajemen kewirausahaan pondok pesantren dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat studi (Pondok Pesantren Khairul
Ummah Kabupaten Indragiri Hulu, Pondok pesantren Al-Amin Dumai
dan pondok pesantren Al-Mujtahadah Pekanbaru) memberikan
gambaran secara mendalam tentang hakikat dari seorang pemimpin
316
dalam mengelola unit-unit usaha pondok pesantren sehingga dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat.
Akhirnya dengan mengucapkan Alhamdulillah Rabbil „Alamin
penulis dapat menyelesaikan penyusunan disertasi ini dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan waktu dan jadwal yang telah direncanakan.
Dalam penelitian dan penulisan disertasi ini tentunya masih terdapat
kekurangan baik secara teknis maupun dari materi yang dipaparkan,
untuk itu diharapkan kepada semua pihak memberikansumbang saran
yang konstruktif demi kesempurnaan disertasi ini kedepannya.
Semoga disertasi ini ada manfaatnya untuk peneliti maupun bagi
orang lain, menjadi bahan kajian teoritis dan praktis bagi peneliti
selanjutnya, dapat diterapkan di pondok pesantren dengan harapan
mampu menjadikan pemberdayaan pondok pesantren entrepreneuship
berbasis masyarakat.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan secara moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini dan semoga Allah SWT selalu
memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua.
AamiiinYaa Rabbal‟alamin.
Jambi, Juni 2020
Penulis
Fahrina Yustiasari Liriwati
NIM.DMP.17.183
312
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Lautan Lestari, 2010
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta: Kencana,
2016
Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhori, Matan Al-Bukhori Masykul:
Bihasyiyah al-Sindi, juz.2, Beirut: Dar al-Fikr, tt
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan
Pesantren, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Abdullah Idi, Sosiologi Penduduk; Individu, Masyarakat dan Pendidik,
Jakarta: Rajawali Press, 2011
Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim,
2015
Abdul Mu‟in, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren
Jakarta: Prasasti, 2015
Abu „Ala, Peran Pesantren Dalam Transformasi Sosial, dalam
Pembaruan Pesantren, Yogyakarta: LKIS Printing, 2016
Abdul Rahmat dan Sriharini, Manajemen Profetik; Model Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Pesantren Alam Gorontalo: Ideas
Publishing, 2018
Achmad Toto Purnomo dan Djoko Agus Purwanto, Pelatihan Budidaya
Jamur Tiram Sebagai Program Pemberdayaan Santri Di
Pesantren Annur Fatmah, Desa Belim Kabupaten Mojokerto,
Jurnal Layanan Masyarakat, Vol.1(1): 10 - 20
Ahmad Suharto, Profil Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo:
Darussalam Press, 2011
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri.
Yogyakarta: Pustaka Setia, 2011
Ahmad Mutohar dan Nurul Anam, Manifesto Modernisasi Pendidikan
Islam dan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
313
Agus Siswanto, The Power Of Islamic Entrepreneurship: Energi
Kewirausahaan Islami, Jakarta: Amzah, 2016
Alam terkembang dan Sugiarti, Cahaya Dilangit Pesantren, Indragiri Hulu:
Pondok pesantren Khairul Ummah, 2015
Amir Hamzah Wirosukarto, et.al. KH.Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis
Pesantren Modern, Ponorogo: Gontor Press, 2011
Amin Hadari, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan
Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004
Anggadwita dan Dhewanto, Women‟s Entrepreneurial Intentions In Micro
And Small Enterprices In Indonesia, journal of administrative
and business studies, 2015
Aprillia Theresia dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, Bandung:
Alfabeta, 2015
A.Halim dkk, Manajemen Pesantren, Yogyakarta : LKis Yogyakarta, 2005
A.Malik, Inovasi Kurikulum Bebasis Lokal di Pesantren, Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008
Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta: Teras,
2010
Aziz Muslim, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta:
Samudera Biru, 2012
Baddrut Tamam, Pesantren Nalar Dan Tradisi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015
Badrudin, Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2017
Buchari Alma, Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta, 2017
Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi, Pasca Sarjana IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, Tahun 2017
Cory Gardenhour, Teacher‟s perceptions of Empowerment in their work
environment as measured by the pscychological
empowerment Instrument, Disertasi, Tahun 2008,
Universitas Negeri Tennesse Timur.
314
Darsono Prawironegoro, Kewirausahaan Abad 21, Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2017
Dimeck, The Excuite in action, New York: Harpen and Bross, 1954
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat; Kajian
Strategis Pembangunan kesejahteraan Sosial dan pekerjaan
Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama, 2017
Erick Namara, 101 Peluang Bisnis Sampingan Bagi Karyawan,
Yogyakarta: Media Press, 2010
Fadila Grine, Empowerment Muslim Women Though Executive Coaching
and Mentoring Jurnal Internasional Nusantara Islam Vol.2
No.1 Tahun 2014
Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Islam Dan Kearifan
Lokal, Jakarta: Diadit Media Press, 2011
Feti Fatimatuzahraoh, Oekan S. Abdoellah, dan Sunardi, The potential of
pesantren in sustainable Rural Development, International
Multidisciplinary Journal, Vol 3, No. 2 Mei 2015
Fridreck Taylor, Scientifiq Management, Happer And Breos, New York,
1974
Gareth R. Jones., Jennifer M. George., Essentials of Contemporary
Management, New York: McGraw-hill
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Angkasa,
2008
George R.Terry, Asas-asas Manajemen, alih bahasa Dr. Winardi,
Bandung: PT.Alumni, 2012
Gunawan dan Ari Wulandari, Membangun Indonesia dari Desa.
Yogyakarta: Media Pressindo, 2016
Imam an-Nawawi , Riyadlu ash-sholikhin,. Jiddah: Daaru al-qiblah li ats-
tsaqafah al-Islamiyyah, 1990
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, akarta:
Bumi Aksara, 2013
315
Heru Setiawan, Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dalam
Menciptakan Kemandirian Sekolah Menengah Kejuruan Di
Provinsi Jambi. Disertasi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi Tahun 2018
Herdi Salioso, Kota Dumai Pantai Timur Sumatera, Pekanbaru: UNRI
Press, 2003
Hendry Faizal Noor, Investasi, Pengelolaan Keuangan, dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2014
Indragiri Hulu dalam Angka 2014, BAPEDDA dan Litbang Kabupaten
Indragiri Hulu, 2015
Imam Bawani dkk, Pesantren Buruh Pabrik: Pemberdayaan Buruh Pabrik
Berbasis Pendidikan Pesantren, Yogyakarta: LKis
Yogyakarta, 2011
Isnaen Wiardani, Budidaya Jamur Konsumsi, Menangguk Untung Dari
Budidaya Jamur Tiram dan Jamur Kuping, Yogyakarta: Lily
Publisher, 2010
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Entrepreneurship Kaum Sarungan,
Jakarta: Khalifa, 2010
Jhon W. Creswell,. Terjemahan Achmad Fawaid, Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014
Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Press, 2011
Kaspul Anwar US, Kepemimpinan Pesantren; Menawarkan Model
Kepemimpinan Kolektif dan Responsif, Jambi: Sulthan
Thaha Press, 2011
Kesi Widjajanti, Model Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ekonomi
Pembangunan,Volume 12, Nomor 1, Juni 2011
Kaelan, Metodologi Penelitian Kualitatif Interdisipliner, Yogjakarta:
Paradigma, 2012
316
Lukman Fauroni, Menggerakkan Ekonomi Syariah dari Pesantren,
Yogyakarta: Forum Pengkajian Pendidikan dan Pesantren,
2017
Masdar Hilmy, Pendidikan Islam Dan Tradisi Ilmiah, Malang: Madani,
2016
Muhammad Ali Anwar, Manajemen Kelembagaan Pondok Pesantren;
Strategi dan Pengembangan Ditengah Modernisasi
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2017
Muhammad Anwar, Pengantar Kewirausahaan: Teori dan Aplikasi .
Jakarta: Kencana, 2017
M.Anton, Athoillah, Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia,
2017
Made Dharmawati, Kewirausahaan, Jakarta: Rajawali Press, 2016
M. Ridwan Nashir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok
Pesantren Ditengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press. 2009
Maskuri Bakri, Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan RRA dan PRA .
Surabaya: Visi Press Media, 2017
Moh. Ali Aziz ed, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: PT.
LKiS Pelangi Akasara, 2009
Musa asy‟arie, Dialektika Islam: Etos Kerja Dan Kemiskinan. Yogyakarta:
LESFI, 2016
Mark Casson, Alih bahasa Benri Sjah, Entrepreneuship: Teori, Jejaring,
Sejarah, Jakarta: Rajawali Press, 2016
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta Selatan:
Referensi GP. Press Group, 2013
M. Bahri Gazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: Prasati,
2003
317
Muhammad Rakib, Model Pemberdayaan Masyarakat, Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Makassar Jurnal Administrasi
Publik, Volume 6 No. 1 Thn. 2016
Mohammad Nadzhir, Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pesantren,
dalam Jurnal Economica, Volume VI/Edisi 1/Tahun 2015
Mohamad Mustari, Peranan Pesantren dalam Pembangunan Pendidikan
Masyarakat Desa, Yogyakarta: Multi Press, 2011
Mohamad Mustari, Ekonomi Pesantren, Bekasi, Lintang Publishing, 2012
Monday, RW. Sharpin and Flippo, Management concept and practies,
Boston: allyn and Bacon, 1988
Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, Yogyakarta: UII Press, 2014.
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, tt
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2011
Nana Herdiana Abdurahman, Manajemen Bisnis Syariah dan
Kewirausahaan, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Kencana, 2015
Peter F. Druker, Inovation and Entrepreneurship, Canada, Harper Collin, tt
Prasetyani dan Purusa, Studi Empiris Wirausaha Perempuan Di
Surakarta; Factor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi,
Hambatan dan Keberhasilan Usaha, Jurnal Penelitian
Ekonomi dan Bisnis, 2016,
Piryadi, Modul Pelatihan Budidaya Jamur Tiram, Jakarta: Agromedia
Pustaka, 2019
Profil Daerah Provinsi Riau tahun 2012: Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Riau Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
R Lukman Fauroni, Model Pemberdayaan Ekonomi Ala Pesantren
Al-Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung, Jurnal Inferensi,
Vol. 5, No. 1, Juni 2011
318
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Kalam Mulia:
Jakarta, 2009
Rochmat Koswara, Manajemen Pelatihan Life Skill Dalam Upaya
Pemberdayaan Santri Di Pondok Pesantren, Jurnal
Empowerment, Vol. 04 No. 01 Februari 2014
Ryan Yudistian, S.P. Budi Daya Jamur Tiram Putih Untuk Pemula
Bandung: P.T Pribumi Mekar, 2016
Rizal Muttaqin, Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis
Pesantren, Jurnal Ekonomi syariah Indonesia, Volume I,
No.2 Desember 2011
Riau Business Guide; Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah
Pemerintah Provinsi Riau, 2016
Samsul Nizar, Sejarah Sosial Dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam
Di Nusantara, Jakarta: Kencana, 2013
Siswanto, Arnamu, Margono Setiawan dan Umar Nimran, Entrepreneurial
Motivation in Pondok Pesantren Jurnal Internasional Journal
of business dan ilmu perilaku Vol 3 No. 2 Februari 2013,
Syammahfuz Chazali dan Putri Sekar Pratiwi, Usaha Jamur Tiram Skala
Rumahan, Yogyakarta: Gramedia, 2011
Sudjana, Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Production, 2014
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press,
2012
Sofia, Kontruksi Model Kewirausahaan Social (Social Entrepreneurship)
Sebagai Gagasan Inovasi Social Bagi Pembangunan
Perekonomian, Journal Pemberdayaan, 2015
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008
Suwardi dkk, Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1959-2002, Pekanbaru:
Badan kesejahteraan Sosial Provinsi Riau, 2004
319
Supriyanto, Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Pesantren dalam
Perspektif Pendidikan Ekonomi: (Studi Multi Situs di
Pesantren Sidogiri dan Pesantren Paras Gempal Jawa
Timur). Disertasi, Tahun 2011. Program Studi Pendidikan
Ekonomi. UIN Malang
Setyorini Pradiyati dkk, Pola Pemberdayaan Masyarakat melalui Pondok
Pesantren, Jakarta: Ditjen kelembagaan Departemen
Agama RI, 2003
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D Bandung: Alfabet, 2012
Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018
Stephen P. Robbins - Mary Coultr , Alih Bahasa Bob Sabran, Manajemen
Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2016
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Persfektif Publik, Bandung: Alfabeta, 2017
T.Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Yogyakarta: Kanisius, 2013
Undang-Undang No.18 Tahun 2019 tentang Pesantren.
Unus Suriawiria, Budi Daya Jamur Tiram, Yogyakarta: Kanisius, 2011
Valerie D. Squire-Kelly, The Relationship between Teacher empowerment
and Student Achievement, Disertasi, Georgia Southern
University: Tahun 2012.
Wisnu Indrajit dan Soimin, Pemberdayaan Masyarakat dan
Pembangunan, Malang: Intrans Publishing, 2014
Yadi Janwari, Entrepreneurship of Traditionalists Muslim at Tasikmalaya,
West Java, Internasional Journal of Islam Nusantara, Vol 1,
No.1 tahun 2013 Entrepreneurship of Traditionalists Muslim
at Tasikmalaya, West Java
Yusuf dan Suwito, Model Pengembangan Ekonomi Pesantren,
Purwekerto: STAIN Purwokerto Press, 2010
320
Zainal Arifin, Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Yogyakarta: FKIP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi pandangan Hidup Kyai dan
Visinya mengenai masa depan Indonesia) Edisi Revisi,
Jakarta: LP3ES, 2011
321
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Fahrina Yustiasari Liriwati, lahir di Tembilahan
pada tanggal 02 Januari 1983. Anak dari
Syarifuddin dan Fatimah Mulita dan Istri dari
Muhammad Rafai HA, M.E dan ibunda dari 2
bidadari sholehah Najla Izzaty Salamy El-Fa‟i dan
Sakinah Arafah Annajwa El-Fa‟i. ia menempuh
pendidikan formal di : SDN 001 Tembilahan Kota,
SLTPN 01 Tembilahan Hulu, SMKN 01 Tembilahan
Hilir dan pernah merasakan dunia pesantren di
Tahfizh Quran Al-Mubarak Tahtul Yaman Jambi Tahun 2001. Kemudian
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi STAI Auliaurrasyidin
Tembilahan Tahun 2002-2006 dan meraih Magister Manajemen
Pendidikan Islam di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2009-
2011. Sejak Tahun 2011 hingga sekarang mengabdikan diri sebagai
Dosen Tetap di kampus tercinta STAI Auliaurrasyidin Tembilahan. Saat ini
sedang menjalani pendidikan Doktoral di UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Tahun 2017 melalui Program Beasiswa 5000 Doktor dari Kementerian
Agama Republik Indonesia. Adapun karya-karya yang telah dipublikasikan
yaitu :
1) Buku dengan Judul Pesantren, Pemikiran, Kontribusi dan
Perkembangannya, No ISBN 978-602-6-7851-38, Penerbit Salim
Media Indonesia, Jambi, Tahun 2016
2) Buku dengan Kumpulan Kisah Penyejuk Qalbu, No. ISBN 978-602-
0-9922-28 Penerbit Truss Media, Yogyakarta Tahun 2016
3) Buku Pendidikan Hukuman, ISBN 978-602-6785-69-5, Penerbit
Salim Media Indonesia, Jambi Tahun 2017
4) Buku Pendidikan Karakter Keluarga Islami, ISBN 978-602-6785-70-
1 Penerbit Salim Media Indonesia, Jambi Tahun 2017
5) Buku Jurus Sakti Menulis Skripsi dalam 30 Hari, ISBN 978-602-
5724-04-6, Penerbit Salim Media Indonesia, Jambi Tahun 2018
6) Buku Gender dan Globalisasi, ISBN 978-602-5318-83-2, Penerbit
Pustaka Nurja, Jawa Timur, Tahun 2019
7) Jurnal Internasional, Transformational Of Leadership and School
Management Behavior In Realizing Leadership School In SMAN 3
Palembang Sumatera Selatan Indonesia, IOSR Journal of Reseach
& Method in Education (IOSR-JRME), e-ISSN : 2370-7388, p-ISSN
: 2320 – 737 X Volume 8, Issue 5 Ver.III ( Sept – Oct 2018), PP 51-
56. www.iosrjournals.org
322
8) International Juornal Of Research Granthaalayah, Management Of
Pondok Pesantren Entrepreneurship Ini Empowerment Of
Community Economi In Riau Province, ISSN- 2350, Index
Copernicus Value, Doi : 10.5281/Zenodo.3733056.
Http://Www.Granthaalayah.Com, Vol.8 ( Iss3) ; March 2020
9) Buku Profesi Keguruan, ISBN 978-602-53188-4-9, Penerbit
Pustaka Nurja, Probolinggo, Tahun 2019
10) Manajemen Pendidikan; Paradigma, Quo Vadis dan Best Practice,
ISBN 978-623-234-029-9, Penerbit Ideas Publishing, Gorontalo,
Tahun 2019
11) Metodologi Penelitian; Pendekatan Multidisipliner, ISBN 978-623-
234-038-1, Penerbit Ideas Publishing, Gorontalo, Tahun 2020
12) Menjadi Kepala Sekolah Profesional Era Revolusi 4.0, ISBN 978-
623-7707-15-8, Penerbit Zahir Publishing, Yogyakarta, Tahun 2020
13) Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren ( Membangun
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat), ISBN 9-786239-322014,
Penerbit Buku Literasiologi Provinsi Bengkulu Tahun 2020.
Seminar yang pernah diikuti :
1) Pemakalah pada Pekan Ilmiah Olahraga dan Seni (PIOS) ke – V
PTAIS Kopertais wilayah XII Riau – Kepri Tahun 2015
2) Seminar Nasional Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jawa Timur
Tahun 2015
3) International Seminar On Islamic Education 2017 (ISIE 2017)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jawa
Timur April Tahun 2017
4) Inter Islamic University Cooperation Of Indonesia (IIUC) by
Muhammadiyah University of Palangkaraya in collaboration with
IIUC and Kyungdong University of South Korea April Tahun 2017
5) International Conference on Islamic University : Distinctions and
Contributions ( ICIU 2017 ) UIN Antasari BanjarMasin, Kalimantan
Selatan, Indonesia Agustus 2017
6) Seminar Nasional Pendidikan “Implementasi Kurikulum 2013 dalam
Pendidikan Abad 21 yang Berkemajuan” Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, November 2017.
7) International Islamic Research Form 2017 ( IIRF 2017 ) November
2017 di IAIN Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia
323
8) International Seminar “ Empowering Islamic Studies for Global
Issues” University of Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 29 November
2017
9) Seminar Nasional “Optimalisasi Pendidikan Karakter“ UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, 30 November 2017
10) International Conference on Education and Islamic Culture, IAIN
Samarinda tanggal 15 Februari 2018. Kalimantan Timur
11) Seminar dan Lokakarya The 1st annual Conference on Islamic
Education Management (ACIEM), Universitas Islam Negeri Sunan
Kali Jaga Yogyakarta, 24 - 26 April 2018
12) Konferensi Nasional Inovasi Pendidikan, Universitas Al-Asyariah
Mandar Sulawesi Barat, Tanggal 09 September 2018
13) Inter Islamic University Cooperation Of Indonesia (IIUC) by Sultan
Agung Islamic University collaboration with IIUC, Semarang
Tanggal 20 -21 September 2018
14) Seminar Nasional “Memperkuat Status Hukum MPR dan MPRS
dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia” Badan
Pengkajian MPR RI bekerjasama dengan Universitas Islam Sultan
Agung Semarang, Tanggal 22 September 2018
15) International Seminar Postgradute of the Islamic state University
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Tanggal 13 November 2018
16) Seminar Nasional Pendidikan dengan Tema “ Meningkatkan
Literasi Pendidikan dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0,
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, Tanggal 12 Januari
2019
17) Seminar dan Lokakarya The 2nd Annual Conference on Islamic
Education Management (ACIEM), IAIN Manado, Tanggal 24 - 26
April 2019
18) International Seminar Prince of Songkla University Pattani Campus
– Thailand, Tanggal 04 November 2019
19) Seminar Penyelidikan Pascasiswazah ASEAN Kedua 2019
Universitas Pendidikan Sultan Idris Malaysia, Tanggal 06
November 2019
324
Organisasi yang pernah diikuti :
1) Bendahara Remaja Masjid Agung Al-Huda Tahun 2000-2014
2) Pengurus Bidang Pemberdayaan Wanita Masjid Agung Al-Huda
Tahun 2006-2014
3) Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017 –
Sekarang
4) Bendahara Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama (ISNU) Indragiri Hilir
Tahun 2019 – Sekarang
5) Perkumpulan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (PPMPI)
Tahun 2017 - Sekarang