direktorat jenderal asia pasifik dan afrika … ditjen aspasaf 2017.pdf · kemanusiaan di myanmar,...
TRANSCRIPT
1
DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Abad 21 diramalkan banyak pihak sebagai milik kawasan Asia Pasifik dan Afrika.
Kawasan ini diprediksi menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dunia menyaingi Eropa
dan Amerika serta dengan pengaruh global yang semakin kuat.
Kecenderungan tersebut juga terefleksikan dalam dinamika kawasan Asia Pasifik dan
Afrika serta lingkungan strategis yang diciptakannya vis a vis Indonesia. Indonesia sangat
berkepentingan dengan terpeliharanya stabilitas dan momentum pertumbuhan kawasan ini
mengingat lebih dari 75% total nilai perdagangan Indonesia berasal dari Asia Pasifik dan
Afrika. Kawasan ini juga menyumbangkan lebih dari 76% FDI (Foreign Direct Investment)
dan 68% wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Indonesia juga sangat
berkepentingan atas terpeliharanya lingkungan politik dan keamanan yang kondusif serta
suasana kerja sama yang konstruktif di kawasan ini yang merupakan lingkaran terdekat
politik luar negeri Indonesia. Di sisi lain, kawasan ini juga memiliki potensi kerawanan yang
cukup tinggi mengingat adanya berbagai konflik yang belum terselesaikan, termasuk krisis
kemanusiaan di Myanmar, overlapping claim di Laut Cina Selatan, konflik di Timur Tengah
dan krisis nuklir di Semenanjung Korea.
Upaya diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017
menyeimbangkan respon atas perkembangan lingkungan strategis yang ada dan upaya
memajukan agenda nasional bidang kebijakan luar negeri, terutama kerja sama maritim,
penjagaan integritas wilayah, perluasan pasar ekspor Indonesia, dan sentralitas Indonesia
dalam perdamaian dan kemanan di kawasan.
Tahun 2017 juga merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Periode 2015-2019. Capaian kinerja selama tahun 2017
berperan sebagai titik hubung yang mengkoneksikan visi jangka menengah dengan capaian
target pada fase akhir RENSTRA. Secara keseluruhan, capaian kinerja tahun 2017
menunjukan hasil yang baik dan bahkan melampaui target yang telah ditetapkan.
Capaian kinerja pada tahun 2017 tentunya tidak terlepas dari kerja sama dan kerja
keras seluruh jajaran pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika serta semua
pihak terkait lainnya. Untuk itu, saya menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya.
Melalui Laporan Kinerja ini diharapkan terbentuk pemahaman yang utuh serta
gambaran yang menyeluruh atas pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan yang berkelanjutan.
KATA PENGANTAR
Jakarta, 19 Maret 2018
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Desra Percaya
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
+
Sebagai bagian pelaksanaan tugas Kementerian Luar Negeri, Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika telah menetapkan visi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yakni
“Terwujudnya Wibawa Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika guna
Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai negara maritim untuk Kepentingan Rakyat” yang
selanjutnya dijabarkan dalam 4 (empat) misi yang saling berkaitan sekaligus merefleksikan
tema-tema prioritas berupa (i) Memperkuat peran Indonesia dalam kerjasama bilateral dan
regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk memajukan kepentingan nasional; (ii)
Meningkatkan diplomasi ekonomi dan maritim di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; (iii)
Mendorong tindak lanjut kerja sama Indonesia dengan negara-negara dan organisasi
regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang didukung oleh seluruh pemangku
kepentingan nasional; dan (iv) Memperkuat organisasi, manajemen dan kualitas sumber
daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
Sepanjang tahun 2017 Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah
menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam kerangka upaya peningkatan perdagangan,
investasi dan pariwisata Indonesia dengan mitra di kawasan; kerjasama untuk mendukung
pengembangan konektivitas, infrastruktur, serta ekonomi maritim nasional; percepatan
penyelesaian proses delimitasi perbatasan; kerjasama keamanan lintas batas dan
pengembangan ekonomi wilayah perbatasan; intensifikasi dialog bilateral dan peningkatan
saling percaya termasuk melalui multitrack engagement; memajukan peran Indonesia dalam
resolusi konflik, penjagaan stabilitas, serta penguatan perdamaian di kawasan; dan
mendorong engagement pihak terkait di lingkup domestik dalam memanfaatkan serta
mengimplementasikan komitmen kerjasama internasional yang telah disepakati Indonesia
dengan mitra-mitra di kawasan. Selain itu, sepanjang tahun 2017 telah ditindaklanjuti
sebanyak 61 kesepakatan kerja sama bilateral dan 8 prakarsa/rekomendasi Indonesia pada
forum kerja sama intrakawasan. Implementasi dari kesepakatan serta
prakarsa/rekomendasi kerja sama internasional tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
menciptakan nilai manfaat yang dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai tolok ukur dalam proses pencapaian visi dan misi serta tujuan, pada tahun
2017 Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menetapkan 19 buah indikator kinerja utama
(IKU) beserta targetnya yang mencakup aspek-aspek manajemen/reformasi birokrasi, fungsi
diplomasi, serta penggalangan dukungan stakeholder di dalam dan luar negeri.
Secara keseluruhan, pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
telah berhasil melampaui target-target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 120%
(setara batas atas capaian pada sistem pengukuran kinerja instansi pemerintah).
IKHTISAR
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
Ringkasan tingkat capaian tahun 2017 pada masing-masing IKU tersaji sebagai
berikut:
RINGKASAN EKSEKUTIF iv
Dinamika kawasan Asia Pasifik dan Afrika melahirkan tuntutan respon dan
kebutuhan inisiatif intervensi yang tidak selalu sama dari masa ke masa. Meskipun tidak
sepenuhnya comparable, capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada
tahun 2017 konsisten dengan trend peningkatan selama 5 tahun terakhir.
Dalam pelaksanaan tugas, ditemui berbagai tantangan dalam upaya pencapaian
sasaran-sasaran strategis. Untuk mengatasinya, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
mengupayakan perbaikan ke dalam sekaligus peningkatan koordinasi dengan mitra terkait
sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, seiring dengan konsep
yang dikedepankan Kementerian Luar Negeri yakni “diplomasi yang membumi” dan
“diplomasi untuk rakyat”.
Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2013 - 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 0
BAB I PENDAHULUAN
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 1
A. Latar Belakang
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah mengamanatkan kepada setiap institusi publik untuk menyusun dan
menyajikan Laporan Kinerja (LKj) atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan
anggaran negara yang telah dialokasikan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika sebagai salah satu Satuan Kerja di Kementerian Luar Negeri telah melakukan
penyusunan LKj tahun 2017.
Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2017
dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, serta sebagai salah satu alat untuk
mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika.
Landasan yuridis formal penyusunan LKjDirektorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrikatahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025;
8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
11. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
12. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara
Republik Indonesia;
13. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri;
14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
15. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Luar Negeri.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 2
B. Tugas dan Fungsi
Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, pada Bab IV Pasal 152 menyatakan
bahwa Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mempunyai Tugas “menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelengaraan hubungan luar negeri dan
politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan
Afrika”.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan
antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan
antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan
hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral,
intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan hubungan
luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan
dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyelenggaraan
hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral,
intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, Bab IV Pasal 154
disebutkan bahwa Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika terdiri
atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika;
b. Direktorat Asia Tenggara;
c. Direktorat Asia Timur dan Pasifik;
d. Direktorat Asia Selatan dan Tengah;
e. Direktorat Timur Tengah;
f. Direktorat Afrika; dan
g. Direktorat Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika.
Adapun bagan struktur organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika adalah
sebagai berikut:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 3
D. Aspek Strategis Organisasi
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika merupakan salah satu unsur di
Kementerian Luar Negeri yang menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada
lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika. Dalam
menjalankan peran tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa
mempertimbangkan berbagai aspek strategis yang ada, baik dalam ruang lingkup eksternal
maupun internal. Hal ini dinilai penting artinya, mengingat aspek strategis tersebut akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, sasaran dan kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dari sisi eksternal, kawasan Asia Pasifik dan Afrika merupakan wilayah dengan
dinamika politik, keamanan, ekonomi dan sosial budaya yang sangat kompleks. Kondisi
tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap implementasi politik luar negeri Indonesia
di kawasan. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia harus dapat merumuskan dan
melaksanakan kebijakan luar negerinya secara tepat, sehingga dapat memperkuat pengaruh
Indonesia di kawasan serta meraih manfaat sebesar mungkin bagi perekonomian dan
kesejahteraan rakyat. Dalam konteks tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
menjalankan peran yang sangat strategis dalam mengemban misi politik luar negeri RI di
kawasan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan luar negeri RI di berbagai bidang.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 4
Dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika secara umum memiliki
pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan situasi global. Adanya pergeseran
karakteristik kepemimpinan beberapa negara di kawasan dengan munculnya para
technocrat leaders telah menyebabkan perubahan kebijakan politik di berbagai bidang,
termasuk dalam tataran hubungan antarnegara. Dari sisi keamanan, konflik dan ketegangan
di kawasan masih terjadi dan selalu berakibat pada tragedi kemanusiaan, antara lain: konflik
di Suriah, Yaman, Irak, Afghanistan, Darfur, Mali dan Republik Afrika Tengah, termasuk pula
di kawasan Asia Tenggara, seperti yang terjadi di Rakhine State, Myanmar, dan di Marawi,
Filipina. Disamping itu, potensi konflik dan berbagai permasalahan bilateral di kawasan juga
masih terus berlangsung. Beberapa diantaranya adalah sengketa teritorial di Laut China
Selatan, proliferasi nuklir di Semenanjung Korea, instabilitas politik di Timur Tengah, serta
kejahatan lintas batas negara (illegal migrant, perdagangan obat-obat terlarang), terorisme,
dan lain sebagainya.
Apabila ditinjau dari segi peluang ekonomi, kawasan Asia Pasifik dan Afrika
merupakan wilayah yang sangat strategis, khususnya bagi kepentingan Indonesia. Lebih dari
75% total nilai perdagangan Indonesia berasal dari kawasan ini. Selain itu, kawasan ini juga
menyumbangkan lebih dari 76% FDI (Foreign Direct Investment) dan 68% wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, potensi pasar kawasan Asia
Pasifik dan Afrika yang mencapai total sekitar 75% penduduk dunia, serta keberadaan
negara-negara pasar non-tradisional juga tentunya menjadi peluang positif yang dapat
dimanfaatkan oleh Indonesia. Hal ini menempatkan kawasan Asia Pasifik dan Afrika menjadi
basis yang penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Keberadaan
faktor tersebut tentunya akan sangat mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika, terutama dalam mengakses berbagai peluang kerja sama yang ada dengan
negara-negara di kawasan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan.
Dalam konteks kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika, diplomasi ekonomi mengacu kepada kepentingan pertumbuhan ekonomi
nasional yang inklusif. Kerja sama dan kemitraan strategis yang telah dibangun perlu
dimanfaatkan secara optimal demi kepentingan nasional Indonesia, melalui berbagai fora
internasional, antara lain: Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan kerja sama
subregional Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area
(BIMP-EAGA). Disamping itu, sejalan dengan aspirasi Indonesia sebagai negara maritim,
diplomasi ekonomi dimaksud juga perlu untuk digalakkan, salah satunya melalui forum
Indian Ocean Rim Association (IORA). Kerja sama perekonomian dengan sejumlah negara
anggota IORA memiliki potensi yang besar dan perlu didorong, mengingat potensi
sumbangannya yang cukup besar bagi kepentingan nasional Indonesia. Dalam hal ini,
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tentunya memegang peranan penting bagi
keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia tersebut.
Dilihat dari perkembangan situasi nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
kurun waktu lima tahun terakhir masih cenderung stabil. Disamping itu, para pelaku
ekonomi internasional juga telah mengakui berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, baik di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika, maupun dunia. Hal ini tentunya akan semakin
mempermudah upaya menarik minat para counterparts di negara-negara kawasan Asia
Pasifik dan Afrika untuk mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan. Sejalan
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 5
dengan hal tersebut, posisi Indonesia sebagai salah satu dari negara demokrasi terbesar di
dunia, penerapan good governance, serta situasi keamanan yang relatif kondusif juga akan
memberikan kontribusi positif dalam upaya meningkatkan konektivitas dan memperkuat
pengaruh Indonesia di kawasan. Namun demikian, tentunya masih terdapat pula beberapa
agenda yang perlu menjadi perhatian dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi dengan
negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, antara lain pembenahan infrastruktur,
serta upaya mempromosikan kerja sama internasional untuk meningkatkan minat dan
respon mitra bisnis Indonesia.
Sementara itu, dari sisi internal, pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika untuk tahun 2017 akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM).
Jumlah SDM yang memadai dan profesional akan sangat membantu pelaksanaan tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Sehubungan dengan itu, kegiatan
peningkatan wawasan, keahlian dan keterampilan SDM, serta pengadaan sarana prasarana
yang menunjang, merupakan salah satu kegiatan yang mendapat prioritas pada Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, perangkat jabatan di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika tersusun atas jabatan struktural dan kelompok jabatan fungsional.
Pada tahun 2017, sejumlah 45 dari 58 pos jabatan struktural telah terisi. Adapun pada
kelompok jabatan fungsional, dari 271 formasi yang tersedia, baru terisi 118 jabatan.
Meskipun jumlah SDM yang tersedia masih di bawah tingkat ideal, namun diupayakan
mengatasi tantangan yang ada dengan optimalisasi tenaga serta fleksibilitas dalam
pembagian tugas (job distribution).
Pelaksanaan kegiatan organisasi juga didukung oleh pengaturan arus instruksi
kerja standar yang telah dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika nomor 1381/SK/RO/04/2017S/04 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)
Mikro Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Hal ini berkontribusi pada peningkatan
efisiensi pelaksanaan kegiatan.
Secara umum, berdasarkan dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri harus dapat melaksanakan
kebijakan luar negeri secara tepat, sehingga dapat meraih manfaat ekonomi dan politik
sebesar mungkin bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dalam
hal ini, dengan mempertimbangkan aspek strategis eksternal dan internal tersebut,
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sebagai salah satu Satuan Kerja Eselon I di
lingkungan Kementerian Luar Negeri memiliki peran yang sangat strategis dalam
mengemban misi politik luar negeri RI di kawasan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan
kebijakan luar negeri RI di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika juga tentunya senantiasa bekerjasama dan bersinergi dengan berbagai
Kementerian/Lembaga terkait, serta Perwakilan RI di negara-negara kawasan Asia Pasifik
dan Afrika, sebagai “perpanjangan tangan” Pemerintah RI di luar negeri.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 6
A. Rencana Strategis 2015-2019
Perencanaan Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2016
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) tahun 2015-2019 mencakup
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis yang telah diterjemahkan dengan grafik Balanced
Scored Card sebagai berikut :
Dukungan pihak-pihak yang berkepentingan dalam negeri
Diplomasi
Sta
keh
old
er
Inte
rnal
Bu
sin
ess P
rocess
Learn
ing
& G
row
th
S1. Kepemimpinan dan peran Indonesia yang
berpengaruh di kawasan Aspasaf
S2. Dukungan diplomasi di kawasan Aspasaf untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional
B3. Dukungan dan komitmen nasional
yang tinggi atas kesepakatan
internasional di kawasan Aspasaf
B1. Diplomasi maritimpolkam dan perbatasan yang kuat di kawasan
Aspasaf
B2. Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
kuat di Kawasan Aspasaf
Anggaran
L4. Pengelolaan
Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Ditjen
Aspasaf
SDM
L1. Implementasi Talent
Management di Ditjen Aspasaf
Organisasi dan Lingkungan Kerja
L2. Organisasi dan tata kelola yang baik
di Ditjen Aspasaf
L3. Peningkatan Engagement
Pegawai di Ditjen Aspasaf
KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Stakeholder: pemegang kepentingan yang memiliki hak dan kepentingan dalam sebuah sistem, diantaranya: Presiden, DPR, MPR, K/L, Pemda, LSM, Pemprov,
WNI/BHI. Perwakilan Asing, Media, Akademisi, Diaspora, LSM, WMN, Organisasi Internasional
Peta Strategi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
KEMENTERIAN LUAR NEGERI
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 7
Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diri Bangsa
sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat
1. Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai negara
maritim dalam kerja sama internasional untuk memajukan
kepentingan nasional
2. Memantapkan peran Kementerian Luar Negeri sebagai penjuru
pelaksana hubungan luar negeri dengan dukungan dan peran aktif
seluruh pemangku kepentingan nasional
3. Mewujudkan kapasitas Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan
RI yang mumpuni
Terwujudnya Wibawa Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai negara maritim untuk
Kepentingan Rakyat
1. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama bilateral dan
regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk memajukan
kepentingan nasional
2. Meningkatkan diplomasi ekonomi dan maritim di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika
3. Mendorong tindak lanjut kerja sama Indonesia dengan negara-
negara dan organisasi regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
yang didukung oleh seluruh pemangku kepentingan nasional
4. Memperkuat organisasi, manajemen dan kualitas Sumber Daya
Manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat
VISI KEMLU
MISI KEMLU
VISI DITJEN ASPASAF
MISI DITJEN ASPASAF
SASARAN STRATEGIS
DITJEN ASPASAF
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 8
Program Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2017
adalah “Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri
serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika”,
yang kemudian dijabarkan menjadi Peningkatan Hubungan dan
Politik Luar Negeri melalui kerja sama di berbagai bidang di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan oleh 7 Eselon II,
sebagai berikut:
o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan
Afrika;
o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan
Asia Selatan dan Tengah;
o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan
Asia Timur dan Pasifik;
o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan
Asia Tenggara;
o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan
Timur Tengah;
o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui
Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Asia Pasifik
dan Afrika;
o Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
PROGRAM DAN KEGIATAN
o Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan
Asia Pasifik dan Afrika
o Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional
o Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika
o Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika
o Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas
kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
o Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika
o Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika
o Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika
o Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
SASARAN PROGRAM
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 9
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Renstra Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2015-2019 selanjutnya
menjadi referensi dalam menetapkan dokumen perencanaan tahunan, yaitu Rencana Aksi
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017. Berdasarkan dokumen Rencana Aksi
tersebut dan disesuaikan dengan DIPA tahun 2017 yang telah ditetapkan, Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menyusun Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara dokumen PK Tahun 2017 dengan
PK periode sebelumnya. Dokumen PK Tahun 2013-2016 mengevaluasi tingkat capaian
kinerja dari segi pelaksanaan program/kegiatan internal (internal business process), yaitu:
“Peningkatan Peran Indonesia Di Kawasan Asia Pasifik Dan Afrika”, dengan indikator utama
berupa: “Persentase Kesepakatan Kerja Sama yang Ditindaklanjuti” dan “Persentase
Prakrasa/Rekomendasi pada Forum Kerja Sama Intrakawasan yang Ditindaklanjuti”.
Sementara itu, PK Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017 disusun dengan
basis balanced scorecard (BSC) dan merupakan turunan (cascading) dari PK Kementerian
Luar Negeri. Komponen evaluasi capaian kinerja pada PK Tahun 2017 tidak hanya
difokuskan pada internal business process, namun juga pada perspektif stakeholders dan
faktor pengembangan kapasitas internal organisasi (learning and growth).
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Tahun Anggaran 2017
Kode SS
Sasaran Program Kode IKU
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
(1) (2) (3) (4) (5)
Stakeholders
S1 Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
S1.1 Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum regional Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
60%
S2 Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional
S2.1 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
29
S2.2 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia
16
S2.3 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia
20
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 10
Kode SS
Sasaran Program Kode IKU
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
(1) (2) (3) (4) (5)
Internal Business Process
B1 Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
B1.1 Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
25
B1.2 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan polkam yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
80%
B2 Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
B2.1 Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
28
B2.2 Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
66
B2.3 Jumlah promosi Trade Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
47
B2.4 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
80%
B3 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
B3.1 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindak lanjuti oleh stakeholder dalam negeri
80%
B3.2 Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri
80%
Learning & Growth
L1 Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
L1.1 Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
50%
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 11
Kode SS
Sasaran Program Kode IKU
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
(1) (2) (3) (4) (5)
L2 Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
L2.1 Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu
85
L2.2 Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
76
L3 Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
L3.1 Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
3
L4 Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
L4.1 Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
98%
L4.2 Persentase temuan BPK yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
100%
L4.3 Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
100%
C. Program dan Kegiatan
Perjanjian Kinerja Tahun 2017 di atas merupakan rujukan bagi pelaksanaan program
dan kegiatan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017. Adapun program
yang ditetapkan untuk tahun 2017 adalah: “Program Pemantapan Hubungan dan Politik
Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika”, yang
kemudian dijabarkan menjadi kegiatan Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri
melalui kerja sama di berbagai bidang di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan
oleh 7 Eselon II, sebagai berikut:
1. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Afrika; 2. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Selatan dan Tengah; 3. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur dan Pasifik; 4. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Tenggara; 5. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Timur Tengah; 6. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama Intrakawasan
Asia Pasifik dan Afrika; 7. Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 11
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 12
A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017
Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil melaksanakan
berbagai kegiatan sebagai perwujudan dari diplomasi ekonomi, diplomasi maritim, politik,
keamanan dan perbatasan, diplomasi sosial dan budaya, dukungan dan komitmen nasional
atas kesepakatan internasional di kawasan, serta upaya-upaya untuk meningkatkan peran
Indonesia di dunia internasional. Keberhasilan tersebut sekaligus mengindikasikan
tercapainya target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja Tahun 2017.
Pada tataran bilateral, kiprah diplomasi ekonomi, sosial dan budaya, diwujudkan
melalui penandatanganan kesepakatan kerja sama dalam berbagai bidang, antara lain:
energi, minyak bumi, gas alam dan sumber daya mineral, pertanian dan perikanan,
perdagangan dan investasi, budaya dan pariwisata, pendidikan, serta perbankan dan proyek
pembangunan. Diplomasi ekonomi juga diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan berbagai
kegiatan untuk mempromosikan potensi Trade, Tourism, and Investment (TTI) Indonesia di
negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika, baik melalui business forum and gathering,
familiarization trip, business mission and connection, economic dialogue, serta trade mission
and expo. Sementara itu, dari segi diplomasi maritim, politik, keamanan dan perbatasan,
telah disepakati beberapa perjanjian kerja sama bilateral, antara lain: memerangi illegal
fishing, memajukan tata kelola perikanan berkelanjutan, serta menjaga pertahanan dan
keamanan di daerah perbatasan.
Sepanjang tahun 2017, Indonesia juga telah secara aktif memainkan peranan penting
dalam upaya untuk mengatasi konflik sebagai wujud diplomasi kemanusiaan. Salah satu
diantaranya adalah upaya diplomasi kemanusiaan Indonesia di Rakhine State Myanmar yang
diwujudkan dengan inisiatif langkah 4+1 yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri kepada
Daw Aung San Suu Kyi pada saat kunjungan ke Myanmar tanggal 4 September 2017. Sebagai
tindak lanjut kunjungan tersebut, Indonesia telah mengirimkan bantuan kemanusiaan,
antara lain: berupa makanan, pakaian, obat-obatan, dan tenda untuk pengungsi di
Bangladesh berjumlah 74 ton dan untuk masyarakat di Rakhine State sejumlah 20 ton.
Penyerahan bantuan kemanusiaan Indonesia bagi
pengungsi Rakhine State, Myanmar,
21 September 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 13
Pelaksanaan diplomasi kemanusiaan oleh Pemerintah Indonesia juga disinergikan
dengan upaya penyampaian bantuan oleh organisasi kemasyarakatan Indonesia, yaitu:
Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM). Sinergi tersebut antara lain
terwujud dalam bentuk bantuan bangunan sekolah bagi anak-anak Myanmar yang
diresmikan oleh Menteri Luar Negeri RI pada tanggal 21 Januari 2017 dan program
Humanitarian Assistance for Sustainable Community (HASCO) yang diluncurkan pada 31
Agustus 2017 dengan empat bidang, yaitu: pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi
dan peningkatan kapasitas.
Seiring dengan meningkatnya tantangan yang dihadapi dalam bidang keamanan,
yang antara lain ditunjukan dengan krisis keamanan di Marawi City Filipina, Indonesia juga
telah berinisiatif mengaktifkan forum trilateral bersama Malaysia dan Filipina untuk
memberantas dan mengatasi penyebaran terorisme di kawasan. Implementasi dari
kesepakatan trilateral tersebut adalah aktivitas patroli bersama, yaitu: trilateral maritime
patrol di Tarakan, Indonesia, 19 Juni 2017; trilateral air patrol di Subang, Malaysia, 12
Oktober 2017; dan trilateral port visit di Tawi-tawi, Filipina, 15 November 2017.
Menlu RI, Retno L.P. Marsudi pada saat peresmian gedung sekolah bantuan
masyarakat Indonesia yang dikoordinir oleh Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU), salah satu
anggota Aliansi Lembaga Kemanusiaan Indonesia (ALKI) untuk masyarakat Rakhine State, Myanmar,
21 Januari 2017
Penyerahan bantuan kemanusiaan Indonesia bagi
pengungsi Rohingya di Bangladesh,
Dhaka, 14 September 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 14
IORA Leader's Summit, Jakarta, 5 - 7 Maret 2017
Keberhasilan diplomasi Indonesia di dunia internasional terlihat dari beberapa
prakarsa/rekomendasi yang diterima pada forum intra dan antarkawasan, antara lain: Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC); Indian Ocean Rim Association (IORA); Pacific Islands
Forum (PIF), Asian Parliamentary Assembly (APA); Coral Triangle Initiative on Coral Reefs,
Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Forum; serta Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-
Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Disamping itu, Indonesia juga berhasil
menjadi chair dan fasilitator/host dari berbagai pertemuan internasional. Posisi tersebut
memiliki arti strategis dalam upaya mempromosikan agenda nasional dan kontribusi
terhadap penyelesaian isu-isu global.
Terkait peningkatan dukungan dan komitmen nasional atas kebijakan luar negeri
dan kesepakatan internasional, telah ditindaklanjuti sebanyak 62 kesepakatan kerja sama
bilateral dan 8 prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja sama intra dan
antarkawasan. Implementasi kesepakatan dan prakarsa/rekomendasi kerja sama dimaksud
merupakan capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, sebagaimana yang
telah ditetapkan melalui Indikator Kinerja Utama. Berbagai upaya tindak lanjut oleh
stakeholders tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat ekonomi,
keuangan, dan pembangunan yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Salah satu capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang
mendukung agenda nasional terkait poros maritim Indonesia adalah berbagai kerja sama
intra dan antarkawasan yang antara lain diwujudkan melalui forum Indian Ocean Rim
Association (IORA). Peningkatan kerja sama terkait poros maritim Indonesia tersebut
merupakan momentum yang sangat strategis di tengah keketuaan Indonesia pada forum
IORA. Kerja sama strategis melalui forum IORA difokuskan pada enam bidang, yaitu:
keamanan maritim, budaya perikanan dan perairan, energi, manajemen resiko bencana,
teknologi dan ilmu pengetahuan, pariwisata dan pertukaran budaya.
Dalam konteks keketuaan Indonesia pada forum IORA, sepanjang tahun 2017 telah
dilaksanakan berbagai pertemuan sebagai berikut:
1. IORA Leader's Summit, Jakarta, 5 - 7 Maret 2017 Konferensi Tingkat
Tinggi (Leaders’
Summit) IORA
diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 7
Maret 2017.
Pertemuan dihadiri
oleh 8 Kepala
Negara/Pemerintahan,
7 Wakil Kepala
Negara/Pemerintahan,
13 Menteri/Pejabat
Setingkat Menteri
negara anggota, mitra
wicara, 3 perwakilan
organisasi
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 15
internasional (ASEAN, FAO, UNESCO) dan 1 negara tamu (Myanmar). KTT IORA 2017
merupakan Pertemuan Tingkat Tinggi IORA pertama sejak IORA berdiri tahun 1997.
Pertemuan ini juga sekaligus memperingati 20 tahun berdirinya IORA.
Rangkaian KTT IORA didahului oleh Pertemuan Pejabat Tinggi (CSO) pada 5 Maret
2017 dan Pertemuan Tingkat Menteri (COMM) pada 6 Maret 2017. CSO membahas
finalisasi IORA Concord dan sepakat mengubah penamaannya menjadi Jakarta
Concord. Jakarta Concord disetujui. COM juga mengadopsi 2 dokumen akhir, yakni
IORA Action Plan untuk tahun 2017 – 2021 dan Declaration on Preventing and
Countering Terrorism and Violent Extremism.
KTT IORA dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan dihadiri oleh seluruh negara anggota,
mitra dialog, organisasi internasional dan tamu undangan lainnya. Pada persidangan,
khususnya sesi plenary, persidangan dipimpin secara bergantian oleh Presiden RI,
Presiden Afrika Selatan dan Perdana Menteri Australia.
Jakarta Concord, sebagai outcome document pertemuan, secara resmi disahkan oleh
para pemimpin IORA. Dokumen tersebut ditandatangani oleh seluruh Kepala
Negara/Pemerintahan yang hadir. Dengan penandatanganan Jakarta Concord, para
pemimpin IORA berkomitmen untuk memperkuat kerja sama yang telah terbentuk
selama ini.
2. The 3rd IORA Blue Economy Core Group (BECG) Workshop, Mauritius, 9 - 11 April 2017. Pertemuan ke-3 Blue Economy
Core Group (BECG) Workshop
yang mengangkat tema
“Environmental Sustainability
and the Blue Economy in the
Indian Ocean Rim Region”.
Pada pertemuan tersebut,
Indonesia menekankan
pentingnya tindak lanjut
inisiatif Blue Economy,
sebagaimana dimandatkan
juga pada Jakarta Concord.
Disamping itu, disampaikan
pula upaya konkret Pemri
dalam implementasi konsep
Blue Economy, dengan best
practices pengembangan perikanan dan budi daya ikan berkelanjutan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Disampaikan pula persiapan the 2nd IORA Ministerial Blue Economy
Conference, serta pokok-pokok Jakarta Declaration yang akan menjadi dokumen akhir
konferensi.
The 3rd IORA Blue Economy Core Group (BECG) Workshop, Mauritius, 9 - 11 April 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 16
3. The 1st IORA Workshop on Sustainable Tourism Destination, Mauritius, 1 - 6 Mei 2017.
Workshop pertama di bidang Sustainable Tourism Destination di IORA membahas isu-
isu terkait pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan, termasuk peluang dan
tantangan yang dihadapi serta pembahasan proyek-proyek terkait sustainable tourism
destination management.
Indonesia melakukan sharing best practice dengan negara-negara anggota IORA
terkait:
a. Prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menjadi prioritas
Pemri; dan
b. Pemanfaatan keterlibatan host communities dalam pembangunan pariwisata di Desa
Pemuteran, Bali, melalui revitalisasi lingkungan.
Pada forum tersebut, prakarsa/usulan Indonesia diterima sebagai salah satu proyek
potensial untuk prioritas manajemen pariwisata, yakni: Capacity-building on
Sustainable Tourism Destination, Observatory and Certification.
4. The 7th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting, Bali, 2 - 3 Agustus 2017.
Pertemuan 7th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting dilaksanakan
di Bali pada tanggal 2 – 3 Agustus 2017, dan merupakan pertemuan IORA terakhir
yang diselenggarakan Indonesia pada masa keketuaan periode 2015-2017. Pertemuan
dihadiri oleh 21 negara anggota, specialized agencies (Regional Centre for Science and
Transfer of Technology/RCSTT) dan Chair of Indian Ocean Studies (CIOS).
The 1st IORA Workshop on Sustainable Tourism Destination, Mauritius, 1 - 6 Mei 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 17
Pertemuan menyepakati sejumlah hal pokok sebagai berikut:
a. Amandemen IORA Charter :
- Perubahan Charter diperlukan untuk memuat hasil-hasil KTT IORA, khususnya
IORA Action Plan.
- Diharapkan amandemen Charter lebih bersifat fleksibel untuk dapat
mengantisipasi perkembangan IORA ke depan.
- Proses perubahan harus melibatkan seluruh anggota IORA.
b. Pemilihan Sekretaris Jenderal IORA periode 2018 - 2021:
- Troika IORA (Indonesia, Afrika Selatan dan Australia) dibantu incumbent Sekjen
IORA akan melakukan proses seleksi kepada para kandidat Sekjen
- Sekretrariat IORA akan memperbaharui kriteria pemilihan kandidat untuk
kemudian disirkulasi ke negara anggota guna mendapat tanggapan.
The 7th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting, di Bali, 2 - 3 Agustus 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 18
6. IORA Outreach Program
Sebagai upaya untuk memperkuat kerja sama dengan civitas akademika melalui
kegiatan diseminasi informasi mengenai hubungan dan kerja sama luar negeri,
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika melakukan sejumlah outreach program,
khususnya dalam rangka diseminasi hasil-hasil keketuaan Indonesia di forum IORA.
Tujuan dari program adalah untuk meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan
mengenai perkembangan kerja sama IORA serta memahami berbagai potensi kerja
sama yang dapat dikembangkan melalui peran Indonesia di IORA.
Outreach program tersebut dilaksanakan dengan beberapa universitas/perguruan
tinggi di Indonesia, sebagai berikut:
a. Universitas Sriwijaya, 14 Agustus 2017 dengan tema “Peran Indonesia di IORA dan
Organisasi Regional Lainnya di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika dalam Rangka
Mencapai Tujuan Nawa Cita”;
b. Universitas Jember, 30 Oktober 2017 dengan tema “IORA dan Pemberdayaan
Hubungan Historis Nusantara dan Timur Tengah: Menterjemahkan Kedekatan
Sejarah menadi Peluang Strategis”;
c. Universitas Islam Malang, 1 November 2017 dengan tema “IORA dan Masa Depan
Hubungan Indonesia-Timur Tengah”;
d. Universitas Lampung, 13 November 2017 dengan tema “IORA dan Peran Indonesia
sebagai Maritime Gateway Timur Tengah ke Pasifik”;
e. Universitas Airlangga, 15 November 2017 dengan tema “Indonesia-Australia
Relations: Challenges and the Way Forward – Potensi Perluasan Kerja Sama
Ekonomi, Sosial Budaya RI-Australia dalam Kerangka Kerja Sama Kemaritiman
Bilateral dan Regional IORA”;
f. Universitas Sumatera Utara, 27 November 2017 dengan tema “Indonesia dalam
Kerja Sama Regional IORA dan APEC: Manfaat, Peran dan Proyeksi ke Depan.”
Outreach program dengan Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, 14 Agustus 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 19
5. Maritime Safety and Security Programme, Semarang, 14 - 21 Agustus 2017.
Sebagai bagian dari tindak lanjut IORA Action Plan, Indonesia mengadakan “The
Maritime Safety and Security Programme” di Semarang pada tanggal 14 – 21 Agustus
2017. Program tersebut merupakan kerja sama Kementerian Luar Negeri dengan
Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC).
Tujuan pelaksanaan program adalah untuk meningkatkan kapabilitas dan
pengetahuan para penegak hukum dalam penanganan kejahatan maritim, memperkuat
hubungan kerja sama antar lembaga penegak hukum dan mengembangkan jejaring
antar sesama penegak hukum. Program tersebut juga sebagai forum untuk pertukaran
pengalaman di antara para penegak hukum, disamping untuk pengembangan jejaring.
Dengan mempertimbangkan posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim yang
terletak di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta sesuai amanat Jakarta
Concord, maka
program
tersebut juga
mengundang
keikutsertaan
negara/organisa
si regional dari
kawasan Pasifik.
Program
tersebut diikuti
oleh 13 peserta
dari negara
anggota IORA
(Australia,
Bangladesh,
Comoros, India,
Indonesia,
Malaysia,
Mauritius,
Mozambique,
Oman, Somalia,
South Africa, Sri Lanka, dan Tanzania) dan Sekretariat IORA. Sebagai invited guests,
program tersebut juga diikuti oleh negara anggota MSG (Fiji, Solomon Islands, Timor-
Leste), dan Sekretariat MSG.
Para peserta program menyampaikan sejumlah rekomendasi, termasuk perlunya
pengembangan kerangka terkait keselamatan dan keamanan maritim di kawasan,
termasuk identifikasi common concern dan langkah-langkah yang dapat diterapkan.
Kerangka tersebut dapat berfungsi sebagai blueprint pengembangan strategi regional
untuk meningkatkan kerja sama di bidang tersebut.
Maritime Safety and Security Programme, Semarang, 14 - 21 Agustus 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 20
6. The 17th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, 14-20 Oktober 2017. Indonesia menyerahkan estafet keketuaan IORA kepada Afrika Selatan secara resmi
dalam The 17th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM) yang diselenggarakan di
Durban tanggal 14 - 20 Oktober 2017. Pertemuan dibuka oleh Wakil Menteri Luar
Negeri RI, Dr. A.M. Fachir. Dalam pertemuan tersebut, dilakukan pembahasan terkait
komitmen negara-negara anggota IORA dalam penanganan isu-isu global, antara lain:
persamaan gender dan penguatan ekonomi kaum wanita; keamanan maritim dan
regional, blue economy, peningkatan inovasi dan penciptaan lapangan kerja serta
pembangunan ekonomi berkelanjutan.
7. Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, Situbondo, 22 - 27 November 2017.
Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management dilaksanakan oleh
Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan
pada tanggal 22 – 27 November 2017 di Balai Pelatihan Budidaya Air Payau (BPBAP)
Situbondo dan Banyuwangi. Program ini dihadiri oleh 17 peserta dari 15 negara
anggota IORA yaitu Bangladesh, Uni Comoros, India, Kenya, Madagaskar, Malaysia,
Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania dan
Thailand. Fokus program adalah pada proses budidaya ikan kerapu, salah satu
komoditas ekspor yang bernilai tinggi.
The 17th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, 14 - 20 Oktober 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 21
Tujuan utama workshop adalah peningkatan kapasitas para ahli perikanan negara-negara anggota IORA melalui transfer informasi dan keahlian serta sharing best practices untuk memajukan sekaligus menghadapi tantangan yang dihadapi sektor perikanan budidaya. Selain itu, para peserta diharapkan dapat memperkuat kerja sama melalui pembangunan jejaring.
Workshop
merupakan
implementasi
dari hasil KTT
IORA,
utamanya
IORA Action
Plan. Workshop ini juga merupakan salah satu voluntary commitments Indonesia yang
disampaikan pada The 2nd IORA Ministerial Blue Economy Conference di Jakarta, 8 – 10
Mei 2017. Kegiatan workshop terdiri dari diskusi kelas, praktek laboratorium,
kunjungan ke Keramba Jaring Apung (KJA), kunjungan ke pembenihan kerapu serta ke
pusat pengalengan.
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Namun demikian, disadari masih terdapat kendala dalam memenuhi target output yang
disebabkan berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Peserta dari Negara Anggota IORA mengunjungi keramba jarring apung di Situbondo, salah satu program Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management,
Situbondo, 22 - 27 November 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 22
B. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2017
Dalam rangka menjamin tercapainya sasaran strategis agar lebih optimal, maka
Kementerian Luar Negeri melakukan penambahan dan penyempurnaan beberapa indikator
kinerja utama (IKU) yang digunakan pada periode sebelumnya. Penyesuaian yang dilakukan
diantaranya Perubahan IKU dan Target IKU serta Penetapan IKU Baru. Perubahan IKU
tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor:
84/B/RO/I/2017/01 Tahun 2017 tanggal 31 Januari 2017 tentang Perubahan Peta Strategi
dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Luar Negeri Tahun 2017. Dengan demikian,
pengukuran tingkat capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
pada tahun 2017 dilakukan dengan menggunakan IKU yang berbasis balanced scorecard
(BSC) dan merupakan turunan (cascading) dari IKU Kementerian Luar Negeri. Dengan
demikian, terdapat perbedaan signifikan antara IKU Tahun 2017 dengan IKU Tahun 2016.
Pada tahun 2016, rumusan IKU yang digunakan hanya meliputi perspektif internal
business process dengan sasaran strategis “Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas
kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika”, yaitu:
1. Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti;
2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang
ditindaklanjuti.
Sementara itu, rumusan IKU tahun 2017 meliputi komponen penilaian berdasarkan
perspektif pemangku kepentingan (stakeholders), pelaksanaan program/kegiatan internal
(internal business process), serta pengembangan kapasitas internal organisasi (learning and
growth), sebagai berikut:
1. Sasaran strategis berdasarkan perspektif stakeholders:
a. Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika,
diukur dengan IKU: Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum regional
Kawasan Asia Pasifik dan Afrika.
b. Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan
Peningkatan Pembangunan Nasional Dukungan diplomasi di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional,
diukur dengan IKU:
- Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai
target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia;
- Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai
target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia;
- Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai
target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia.
2. Sasaran strategis berdasarkan perspektif internal business process:
a. Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika,
diukur dengan IKU:
- Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika;
- Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan
polkam yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 23
b. Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika, diukur dengan IKU:
- Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika;
- Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika;
- Jumlah promosi Trade Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik
dan Afrika;
- Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan
budaya yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika.
c. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU:
- Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika yang ditindak lanjuti oleh stakeholder dalam negeri;
- Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan
dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh
stakeholders dalam negeri.
3. Sasaran strategis berdasarkan perspektif learning and growth:
a. Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika,
diukur dengan IKU: Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan.
b. Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika, diukur dengan IKU:
- Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu;
- Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika;
c. Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika,
diukur dengan IKU: Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika.
d. Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU:
- Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika;
- Persentase temuan BPK yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika;
- Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
IKU Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tersebut telah ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Nomor 1500/SK/RO/05/2017/04 tentang
Perubahan Peta Strategi/Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017
Dengan demikian, secara detail capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika tahun 2017 dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 24
Ta
be
l 3
.1 C
ap
aia
n K
ine
rja
Dit
jen
Asi
a P
asi
fik
da
n A
frik
a T
ah
un
20
17
Kem
luDi
tjen
Aspa
saf
S1
Kepe
mim
pina
n In
done
sia
yang
ber
peng
aruh
di
Kaw
asan
Asia
Pas
ifik d
an
Afrik
a
S1.1
Pers
enta
se ke
pem
impi
nan
Indo
nesia
pada
foru
m re
giona
l Kaw
asan
Asia
Pasif
ik da
n Af
rika
79,7
3%60
%
(Jum
lah
pert
emua
n ya
ng
dipi
mpi
n In
done
sia ÷
Jum
lah
pert
emua
n ya
ng
dise
paka
ti un
tuk d
ipim
pin
oleh
Indo
nesia
) x 1
00%
100%
166,
67%
120%
Lapo
ran
Delri
, res
olus
i, kep
utus
an,
pres
iden
tial/c
hairm
an st
atem
ent,
kert
as p
osisi
, sta
tem
ent D
elri.
S2.1
Jum
lah
nega
ra a
kred
itasi
di ka
was
an
Asia
Pas
ifik d
an A
frika
yang
men
capa
i
targ
et p
enin
gkat
an n
ilai p
erda
gang
an
deng
an In
done
sia
4829
Jum
lah
nega
ra a
kred
itasi
di w
ilaya
h As
ia P
asifi
k dan
Afrik
a de
ngan
peni
ngka
tan
nila
i
perd
agan
gan
deng
an
Indo
nesia
min
imal
3%
7726
5,52
%12
0%
Data
Nila
i Per
daga
ngan
yang
di
terb
itkan
Kem
enda
g dan
BPS
sert
a
lem
baga
stat
istik
resm
i di n
egar
a
akre
dita
si.
32
S2.3
Jum
lah
nega
ra a
kred
itasi
di ka
was
an
Asia
Pas
ifik d
an A
frika
yang
men
capa
i
targ
et p
enin
gkat
an ju
mla
h w
isata
wan
man
cane
gara
ke In
done
sia
5120
Jum
lah
nega
ra a
kred
itasi
di w
ilaya
h As
ia P
asifi
k dan
Afrik
a de
ngan
peni
ngka
tan
jum
lah
wisa
taw
an m
anca
nega
ra
ke In
done
sia m
inim
al 5
%
840
%40
%Da
ta P
ublik
asi o
leh
Bada
n Pu
sat
Stat
istik
dan
Kem
ente
rian
Pariw
isata
Jum
lah
nega
ra a
kred
itasi
di w
ilaya
h As
ia P
asifi
k dan
Afrik
a d
enga
n
peni
ngka
tan
nila
i inve
stas
i
asin
g ke
Indo
nesia
min
imal
3%
3723
1,25
%
Data
Pub
likas
i ole
h Ba
dan
Koor
dina
si
Pena
nam
an M
odal
(BKP
M) d
an
inst
ansi/
lem
baga
terk
ait d
enga
n
pena
nam
an m
odal
di n
egar
a
akre
dita
si.
S2
Duku
ngan
dip
lom
asi d
i
kaw
asan
Asia
Pas
ifik d
an
Afrik
a un
tuk M
ewuj
udka
n
Peni
ngka
tan
Pem
bang
unan
Nasio
nal
S2.2
Jum
lah
nega
ra a
kred
itasi
di ka
was
an
Asia
Pas
ifik d
an A
frika
yang
men
capa
i
targ
et p
enin
gkat
an n
ilai in
vest
asi a
sing
ke In
done
sia
1612
0%
Real
isasi
Ditje
n
Aspa
saf
Data
Duk
ung
Stak
ehol
ders
Kode
SS
Sasa
ran
Prog
ram
Kode
IKU
Indi
kato
r Kin
erja
Uta
ma
(IKU)
Targ
et
Form
ulas
i Kin
erja
Bata
s Tol
eran
si
Capa
ian
Capa
ian
Ditje
n
Aspa
saf
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 25
Kem
luD
itje
n A
spas
af
B1.
1
Jum
lah
kese
paka
tan
hasi
l per
undi
ngan
dipl
om
asi m
arit
im d
an p
olk
am d
i
kaw
asan
Asi
a Pa
sifi
k da
n A
frik
a
5425
Jum
lah
kese
paka
tan
hasi
l
peru
ndin
gan
di b
idan
g
dipl
om
asi m
arit
im,
polk
am d
an p
erba
tasa
n
4417
6%12
0%
Rec
ord
s o
f D
iscu
ssio
n (R
oD
), Jo
int
Stat
emen
t, D
ecla
rati
on,
Jo
int
Co
mm
uniq
ue, L
ette
r o
f In
tent
,
Cha
irm
an's
No
te, M
emo
rand
um o
f
Und
erst
andi
ng, E
xcha
nge
of
No
tes,
Cha
irm
an's
Sta
tem
ent,
Sum
mar
y
Rec
ord
, Agr
eed
Min
utes
, Tre
aty,
Min
utes
of
Mee
ting
.
B1.
2
Pers
enta
se p
raka
rsa/
reko
men
dasi
Indo
nesi
a bi
dang
kem
arit
iman
dan
polk
am y
ang
dite
rim
a pa
da f
oru
m
regi
ona
l di k
awas
an A
sia
Pasi
fik
dan
Afr
ika
87,2
5%80
%
(Jum
lah
prak
arsa
/rek
om
enda
si
Indo
nesi
a ya
ng d
iter
ima
di
bida
ng k
emar
itim
an,
polk
am d
an p
erba
tasa
n ÷
Jum
lah
prak
arsa
/rek
om
enda
si
Indo
nesi
a ya
ng
disa
mpa
ikan
di b
idan
g
kem
arit
iman
, po
lkam
dan
perb
atas
an) x
100
%
96,3
%12
0,37
%12
0%
Lapo
ran
Del
egas
i RI (
Del
ri),
Pres
iden
tial
/Cha
irm
an S
tate
men
t,
Stat
emen
t D
elri
, Do
kum
en S
idan
g
Join
t St
atem
ent,
Rep
ort
of
the
Mee
ting
, Sum
mar
y o
f D
iscu
ssio
n,
Sum
mar
y R
eco
rd, J
oin
t C
om
mun
ique
,
Agr
eed
Min
utes
, Dec
lara
tio
n, k
erta
s
posi
si D
elri
, Sug
gest
ed P
oin
t o
f
Inte
rven
tio
n, A
gree
men
ts,
Mem
ora
ndum
of
Und
erst
andi
ng, P
lan
of
Act
ion,
Wo
rk P
lan,
Tre
aty,
Cha
rter
,
Med
ia R
elea
se, J
oin
t Pr
ess
Stat
emen
t
B2.
1
Jum
lah
kese
paka
tan
di b
idan
g ek
ono
mi,
sosi
al d
an b
uday
a di
kaw
asan
Asi
a
Pasi
fik
dan
Afr
ika
203
28
Jum
lah
kese
paka
tan
di
bida
ng e
kono
mi,
sosi
al
dan
buda
ya d
i Dir
ekto
rat
Asi
a Pa
sifi
k da
n A
frik
a
7526
7,86
%12
0%
Rec
ord
s o
f D
iscu
ssio
n (R
oD
), N
aska
h
Kese
paka
tan,
Dip
lom
atic
No
tes,
Jo
int
Stat
emen
t, D
ecla
rati
on,
Jo
int
Co
mm
uniq
ue, L
ette
r o
f In
tent
,
Cha
irm
an's
No
te, M
emo
rand
um o
f
Und
erst
andi
ng, E
xcha
nge
of
No
tes,
Sum
mar
y R
eco
rd, A
gree
d M
inut
es,
Trea
ty, M
inut
es o
f M
eeti
ng, L
apo
ran
Perw
akila
n R
I, D
atab
ase
kebi
jaka
n
perd
agan
gan,
Nas
kah
yang
disa
mpa
ikan
ole
h B
PPK
yang
dim
uat
di b
erba
gai m
edia
ber
baha
sa a
sing
B2
Dip
lom
asi E
kono
mi,
Sosi
al
dan
Bud
aya
yang
kua
t di
kaw
asan
Asi
a Pa
sifi
k da
n
Afr
ika
B2.
2
Jum
lah
data
eco
nom
ic in
telli
genc
e
nega
ra a
tau
wila
yah
akre
dita
si d
i
kaw
asan
Asi
a Pa
sifi
k da
n A
frik
a
112
66
Jum
lah
data
eco
nom
ic
inte
llige
nce
nega
ra a
tau
wila
yah
akre
dita
si d
i
kaw
asan
Asi
a Pa
sifi
k da
n
Afr
ika
6910
4,55
%10
4,55
%La
pora
n Pe
rwak
ilan
RI
Inte
rna
l Bu
sin
ess
Pro
cess
Rea
lisas
i Dit
jen
Asp
asaf
Cap
aian
Dit
jen
Asp
asaf
Dat
a D
uku
ng
Bat
as T
ole
ran
si
Cap
aian
B1
Dip
lom
asi m
arit
im d
an
polk
am y
ang
kuat
di
kaw
asan
Asi
a Pa
sifi
k da
n
Afr
ika
Ko
de
SSSa
sara
n P
rogr
amK
od
e IK
UIn
dik
ato
r K
iner
ja U
tam
a (I
KU
)
Targ
et
Form
ula
si K
iner
ja
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 26
Kem
luDi
tjen
Aspa
saf
B2.3
Jum
lah
prom
osi T
rade
Tou
rism
and
Inve
stm
ent
(TTI
) di k
awas
an A
sia P
asifi
k
dan
Afrik
a
8947
Jum
lah
prom
osi T
rade
,
Trou
rism
, and
Inve
stm
ent
(TTI
)
5411
4,89
%11
4,89
%La
pora
n TT
I
B2.4
Pers
enta
se p
raka
rsa/
reko
men
dasi
Indo
nesia
di b
idan
g ek
onom
i, so
sial d
an
buda
ya y
ang
dite
rima
pada
foru
m
regi
onal
di k
awas
an A
sia P
asifi
k da
n
Afrik
a
89%
80%
(Jum
lah
prak
arsa
/rek
omen
dasi
Indo
nesia
yan
g di
terim
a di
bida
ng e
kono
mi,
sosia
l
dan
buda
ya ÷
Jum
lah
prak
arsa
/rek
omen
dasi
Indo
nesia
yan
g
disa
mpa
ikan
di b
idan
g
ekon
omi,
sosia
l dan
buda
ya) x
100
%
100%
125%
120%
Lapo
ran
Dele
gasi
RI (D
elri)
,
Pres
iden
tial/C
hairm
an S
tate
men
t,
Stat
emen
t Del
ri, D
okum
en S
idan
g
Join
t Sta
tem
ent,
Repo
rt o
f the
Mee
ting,
Sum
mar
y of
Disc
ussio
n,
Sum
mar
y Re
cord
, Joi
nt C
omm
uniq
ue,
Agre
ed M
inut
es, D
ecla
ratio
n, k
erta
s
posis
i Del
ri, S
ugge
sted
Poi
nt o
f
Inte
rven
tion,
Agr
eem
ents
,
Mem
oran
dum
of U
nder
stan
ding
, Pla
n
of A
ctio
n, W
ork
Plan
, Tre
aty,
Cha
rter
,
Med
ia R
elea
se, J
oint
Pre
ss S
tate
men
t
B3.1
Pers
enta
se k
esep
akat
an k
erja
sam
a
bila
tera
l di k
awas
an A
sia P
asifi
k da
n
Afrik
a ya
ng d
itind
ak la
njut
i ole
h
stak
ehol
der
dala
m n
eger
i
79%
80%
(Jum
lah
kese
paka
tan
kerja
sam
a ya
ng
ditin
dakl
anju
ti ÷
Jum
lah
kese
paka
tan
yang
aka
n
ditin
dakl
anju
ti) x
100
%
95,3
1%11
9,14
%11
9,14
%
Reka
pitu
lasi
doku
men
dar
i tin
dak
lanj
ut k
esep
akat
an b
erda
sark
an
lapo
ran
pert
emua
n/ke
giat
an, b
rafa
ks
perw
akila
n, su
rat d
ari/k
epad
a K/
L
tekn
is, p
erny
ataa
n pe
rs, l
iput
an
med
ia, p
idat
o pe
jaba
t
B3.2
Pers
enta
se p
raka
rsa/
reko
men
dasi
pada
foru
m k
erja
sam
a in
trak
awas
an d
an
anta
rkaw
asan
Asia
Pas
ifik
dan
Afrik
a
yang
diti
ndak
lanj
uti o
leh
stak
ehol
ders
dala
m n
eger
i
82,5
0%80
%
(Jum
lah
real
isasi
prak
arsa
/rek
omen
dasi
Indo
nesia
di F
orum
Kerja
sam
a In
trak
awas
an
dan
anta
rkaw
asan
yan
g
ditin
dakl
anju
ti ÷
Jum
lah
renc
ana
prak
arsa
/rek
omen
dasi
Indo
nesia
di F
orum
Kerja
sam
a In
trak
awas
an
dan
anta
rkaw
sam
yan
g
ditin
dakl
anju
ti) x
100
%
100%
125%
120%
Reka
pitu
lasi
prak
arsa
yan
g di
terim
a
dan
ditin
dakl
anju
ti be
rdas
arka
n
lapo
ran
pert
emua
n/ke
giat
an, b
rafa
ks
perw
akila
n, su
rat d
ari/k
epad
a K/
L
tekn
is, p
erny
ataa
n pe
rs, l
iput
an
med
ia, p
idat
o pe
jaba
t
Bata
s Tol
eran
si
Capa
ian
Form
ulas
i Kin
erja
B3
Real
isasi
Ditje
n
Aspa
saf
Capa
ian
Ditje
n
Aspa
saf
Data
Duk
ung
Duku
ngan
dan
kom
itmen
nasio
nal y
ang
tingg
i ata
s
kese
paka
tan
inte
rnas
iona
l
di k
awas
an A
sia P
asifi
k da
n
Afrik
a
Kode
SS
Sasa
ran
Prog
ram
Kode
IKU
Indi
kato
r Kin
erja
Uta
ma
(IKU
)
Targ
et
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 27
Ke
mlu
Dit
jen
Asp
asa
f
L1
Imp
lem
en
tasi
Ta
len
t
Ma
na
ge
me
nt
di D
ire
kto
rat
Jen
de
ral A
sia
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
L1.1
Pe
rse
nta
se p
eja
ba
t d
i Dir
ekt
ora
t
Jen
de
ral A
sia
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
ya
ng
tela
h m
em
en
uh
i sta
nd
ar
kom
pe
ten
si
jab
ata
n
75
%
(da
ri s
elu
ruh
pe
jab
at
Ke
mlu
)
50
%
(da
ri s
elu
ruh
pe
jab
at
Dit
jen
Asp
asa
f)
[Ju
mla
h P
eja
ba
t (E
selo
n I
s.d
. II
) d
i lin
gku
nga
n
Dir
ekt
ora
t Je
nd
era
l Asi
a
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
ya
ng
tela
h m
em
en
uh
i
kom
pe
ten
si ja
ba
tan
÷
Jum
lah
Pe
jab
at
(Ese
lon
I
s.d
. II
) d
i lin
gku
nga
n
Dir
ekt
ora
t Je
nd
era
l Asi
a
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
] x
10
0%
37
,50
%7
5%
75
%La
po
ran
Ha
sil A
sess
me
nt
L2.1
Nila
i Re
form
asi
Bir
okr
asi
Ke
me
nlu
85
85
Nila
i Re
form
asi
Bir
okr
asi
Ke
me
nlu
ole
h K
eM
EN
PA
N
da
n R
B
77
,44
91
,11
%9
1,1
1%
Lap
ora
n I
nd
eks
Re
form
asi
Bir
okr
asi
da
ri K
em
en
teri
an
PA
N d
an
RB
L2.2
Nila
i eva
lua
si A
KIP
Dir
ekt
ora
t Je
nd
era
l
Asi
a P
asi
fik
da
n A
frik
a
75
(AK
IP K
em
lu)
76
(AK
IP D
itje
n
Asp
asa
f)
Nila
i Eva
lua
si A
KIP
Dit
jen
Asp
asa
f7
6,6
10
0,7
9%
10
0,7
9%
Lap
ora
n H
asi
l Eva
lua
si A
KIP
Dit
jen
Asp
asa
f d
ari
In
spe
kto
rat
Jen
de
ral
L3
Pe
nin
gka
tan
En
ga
ge
me
nt
Pe
gaw
ai d
i Dir
ekt
ora
t
Jen
de
ral A
sia
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
L3.1
Ind
eks
en
ga
ge
me
nt
pe
gaw
ai d
i
Dir
ekt
ora
t Je
nd
era
l Asi
a P
asi
fik
da
n
Afr
ika
3
(da
ri s
elu
ruh
pe
gaw
ai K
em
lu)
3
(da
ri s
elu
ruh
pe
gaw
ai D
itje
n
Asp
asa
f)
Ind
eks
Ha
sil S
urv
ey
En
gage
me
nt
Pe
gaw
ai
Dit
jen
Asp
asa
f
3,4
71
15
,67
%1
15
,67
%K
ue
sio
ne
r, L
ap
ora
n H
asi
l Su
rve
y
L4.1
Pe
rse
nta
se r
ea
lisa
si a
ngg
ara
n d
an
rea
lisa
si k
ine
rja
di D
ire
kto
rat
Jen
de
ral
Asi
a P
asi
fik
da
n A
frik
a
95
%
(da
ri a
ngg
ara
n
da
n k
ine
rja
Ke
mlu
)
98
%
(da
ri a
ngg
ara
n d
an
kin
erj
a D
itje
n
Asp
asa
f)
(50
% x
Re
alis
asi
An
gga
ran
) +
(5
0%
x
Re
alis
asi
Kin
erj
a)
10
1,4
2%
10
3,4
9%
10
3,4
9%
SP2
D, M
on
ito
rin
g d
an
eva
lua
si
an
gga
ran
da
n B
ap
pe
na
s, L
ap
ora
n
Kin
erj
a (
LKj)
Tri
wu
lan
an
, Ap
lika
si e
-
Kin
erj
a, M
atr
iks
Info
rma
si K
ine
rja
L4.2
Pe
rse
nta
se t
em
ua
n B
PK
ya
ng
dit
ind
akl
an
juti
di D
ire
kto
rat
Jen
de
ral
Asi
a P
asi
fik
da
n A
frik
a
10
0%
(Ju
mla
h t
em
ua
n B
PK
ya
ng
dit
ind
akl
an
juti
÷ T
ota
l
tem
ua
n B
PK
) x
10
0%
10
0%
10
0%
10
0%
Lap
ora
n K
eu
an
gan
, La
po
ran
Ha
sil
Pe
me
riks
aa
n B
PK
da
n A
PIP
L4.3
Pe
rse
nta
se d
oku
me
n r
en
can
a k
erj
a d
an
an
gga
ran
Dir
ekt
ora
t Je
nd
era
l Asi
a
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
ya
ng
sesu
ai d
en
gan
kete
ntu
an
pe
ratu
ran
pe
run
da
ng-
un
da
nga
n
10
0%
(Ju
mla
h d
oku
me
n r
en
can
a
kerj
a d
an
an
gga
ran
ya
ng
dis
usu
n s
esu
ai d
en
gan
kete
ntu
an
pe
ratu
ran
pe
run
da
ng-
un
da
nga
n ÷
To
tal d
oku
me
n r
en
can
a
kerj
a d
an
an
gga
ran
ya
ng
dis
usu
n)
x 1
00
%
10
0%
10
0%
10
0%
RK
A-K
/L (
TW
IV
), R
en
Ja (
TW
II)
,
Re
nSt
ra, P
K (
TW
I),
Dis
bu
rse
me
nt
Pla
n
(TW
I),
Re
nca
na
Aks
i (T
W I
)
25
42
,31
%
13
3,8
1%
12
0,0
0%
Da
ta D
uk
un
gS
asa
ran
Pro
gra
mK
od
e I
KU
Ind
ika
tor
Kin
erj
a U
tam
a (
IKU
)
Ta
rge
t
Form
ula
si K
ine
rja
Op
ini B
PK
: W
aja
r
Ta
np
a
Pe
nge
cua
lian
(WT
P)
L4
Pe
nge
lola
an
An
gga
ran
ya
ng
Op
tim
al d
an
Aku
nta
be
l di
Dir
ekt
ora
t Je
nd
era
l Asi
a
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
Re
alis
asi
Dit
jen
Asp
asa
f
L2
Org
an
isa
si d
an
ta
ta k
elo
la
yan
g b
aik
di D
ire
kto
rat
Jen
de
ral A
sia
Pa
sifi
k d
an
Afr
ika
BA
TA
S T
OLE
RA
NS
I R
AT
A-R
AT
A C
AP
AIA
N K
INE
RJA
DIT
JEN
AS
PA
SA
F T
AH
UN
20
17
Ba
tas
To
lera
nsi
Ca
pa
ian
TO
TA
L C
AP
AIA
N K
INE
RJA
DIT
JEN
AS
PA
SA
F T
AH
UN
20
17
RA
TA
-RA
TA
CA
PA
IAN
KIN
ER
JA D
ITJE
N A
SP
AS
AF
TA
HU
N 2
01
7
Ca
pa
ian
Dit
jen
Asp
asa
f
Lea
rnin
g a
nd
Gro
wth
Ko
de
SS
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 28
Dalam tabel Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017
di atas, apabila realisasi melebihi target yang telah ditetapkan, maka nilai persentase capaian
kinerja mengikuti ketentuan angka maksimum indeks capaian IKU sebesar 120%. Demikian
pula dengan nilai rata-rata capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun
2017.
Berdasarkan hasil perbandingan riil antara realisasi dan target untuk masing-
masing IKU, total capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada
tahun 2017 adalah sebesar 2.542,31%, atau dengan rata-rata capaian kinerja sebesar
133,81%. Mengikuti ketentuan indeks maksimal (batas toleransi capaian) IKU, maka
rata-rata capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017
mencapai 120%. Capaian kinerja pada tabel tersebut di atas telah sesuai dengan klaim
capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam aplikasi e-monev.
C. Analisis Pencapaian Sasaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Dalam Rencana Strategis tahun 2015 – 2019, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika telah menetapkan Sasaran Strategis yang hendak dicapai, yaitu “Peran Indonesia di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat”. Berdasarkan tabel capaian kinerja
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 mencapai rata-rata maksimum 120%. Hal ini
menunjukkan bahwa capaian kinerja diplomasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
pada tahun 2017 telah berhasil mendukung upaya peningkatan peran Indonesia di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika.
Pencapaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun
2017 sebesar 120% dapat dilihat dari analisa pencapaian masing-masing IKU sebagai
berikut:
1. SASARAN STRATEGIS
(S.1)
: KEPEMIMPINAN INDONESIA YANG BERPENGARUH DI
KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Mengacu kepada pedoman Peta Strategi dan Manual Indikator Kinerja Utama (IKU)
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang merupakan turunan (cascading) dari Peta
Strategi dan Manual IKU Kementerian Luar Negeri, “Kepemimpinan Indonesia”
didefinisikan sebagai kedudukan atau peran Indonesia yang memimpin atau mengarahkan
pada forum regional dan multilateral, misalnya sebagai chair, co-chair, host, co-host, member
of bureau dan keberhasilan pencalonan Indonesia pada Organisasi Internasional (OI).
IKU S.1.1 : PERSENTASE KEPEMIMPINAN INDONESIA PADA FORUM
REGIONAL KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Sepanjang tahun 2017, Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika terus berupaya mendorong peningkatan peran dan pengaruh Indonesia melalui
kepemimpinan di berbagai fora internasional. Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 29
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika berinisiatif dan memanfaatkan posisi Indonesia sebagai chair
dan host dari berbagai pertemuan internasional untuk mempromosikan agenda nasional dan
kontribusi Indonesia pada penyelesaian tantangan global di arena politik, ekonomi,
perubahan iklim dan lingkungan hidup, maritim, maupun pembangunan berkelanjutan.
Tabel 3.2 Capaian IKU S.1.1 Tahun 2017
IKU S.1.1 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase Kepemimpinan
Indonesia pada forum regional
kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Jumlah pertemuan yang dipimpin
Indonesia 16
Jumlah pertemuan yang disepakati
untuk dipimpin oleh Indonesia 16
Realisasi 100%
Target 60%
Capaian 166,67%
Batas Toleransi Capaian 120%
Dari target sebanyak 16 pertemuan pada forum regional kawasan Asia Pasifik
dan Afrika, Indonesia menjadi chair dan host dari 16 pertemuan, atau dengan realisasi
100% dari target 60% (capaian maksimal 120%). Beberapa capaian tersebut antara lain:
a. Host The 2nd MSG Police Ministers’ Meeting (MSG PMM), Jakarta, 13 – 14 Maret
2017
Melalui langkah-langkah diplomasi aktif, usulan Indonesia untuk menjadi host The 2nd
MSG Police Ministers’ Meeting (MSG PMM) diterima bulat. Pertemuan terselenggara dengan
sukses di Jakarta pada tanggal 13 – 14 Maret 2017.
Working Group on Regional Security
Strategy (WGRSS) dalam 2nd MSG Police Ministers’
Meeting (2nd MSG PMM) di Jakarta, 13 – 14
Maret 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 30
b. Host The 1st MSG Regional Security Strategy Working Group yang
diselenggarakan di Bandung tanggal 23 – 24 Oktober 2017
Indonesia juga terpilih menjadi tuan rumah The 1st MSG Regional Security Strategy
Working Group yang diselenggarakan di Bandung tanggal 23 – 24 Oktober 2017. Pertemuan
tersebut menyepakati Strategi Keamanan Regional untuk penanganan tindak kejahatan
berupa penyelundupan senjata, cybercrime, penyelundupan obat-obatan terlarang dan
terorisme.
c. Chair dan host IORA Leader’s Summit, Jakarta, 5-7 Maret 2017
Sejalan visi sebagai poros maritim dunia, Indonesia mampu menarik perhatian para
mitra di kawasan untuk bekerjasama lebih erat dalam bidang kelautan dengan menjadi tuan
rumah dan chair pada IORA Leader's Summit yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 5 - 7
Maret 2017. Format Konferensi Tingkat Tinggi dengan kehadiran para Kepala Pemerintah
negara-negara anggota IORA merupakan yang pertama sejak organisasi tersebut berdiri
tahun 1997.
Indonesia memimpin diskusi yang berlangsung dalam tema ‘’Strengthening Maritime
Cooperation for a Peaceful, Stable and Prosperous Indian Ocean’’ yang dikaitkan dengan
beragam isu di kawasan termasuk keamanan maritim, manajemen perikanan, penanganan
bencana alam dan bantuan kemanusiaan, people-to-people exchange, perdagangan dan
investasi, serta pariwisata.
The 1st MSG Regional Security Strategy Working Group, Bandung, 23 – 24 Oktober 2017
The Prime Minister of Australia, The Hon Malcolm Turnbull MP, during press statement in IORA Leader’s Summit, Jakarta, 7 March 2017:
“I welcome President Widodo’s Jakarta Concord. This provides a roadmap for IORA’s future work and reaffirms our shared commitment to building peace, stability and prosperity in our region. The Concord is an important
statement of our shared values and objectives across the Indian Ocean.” (Official statement translated in Bahasa Indonesia, Tempo.co)
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 31
d. Chair dan host The 7th IORA Bi-Annual Meeting of the Committee of Senior
Officials yang diselenggarakan di Bali tanggal 2 - 3 Agustus 2017
Dalam rangkaian kegiatan IORA, Indonesia menggelar The 7th IORA Bi-Annual Meeting
of the Committee of Senior Officials yang diselenggarakan di Bali tanggal 2 - 3 Agustus 2017.
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan terakhir yang diselenggarakan Indonesia dalam
kerangka keketuaan pada IORA periode 2015-2017. Pertemuan dihadiri oleh 21 negara
anggota, specialized agencies (Regional Centre for Science and Transfer of Technology/RCSTT)
dan Chair of Indian Ocean Studies (CIOS).
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Duta Besar Desra Percaya,
menjadi Chair pada The 7th IORA Bi-annual
Committee of Senior Officials (CSO) Meeting, Bali, 2 - 3 Agustus 2017
Presiden Joko Widodo menjadi Chair pada IORA Leader's Summit, Jakarta, 5 - 7 Maret 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 32
e. Chair The 17th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, 14-20
Oktober 2017.
Indonesia yang diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr. A.M. Fachir, menjadi
chair dalam pertemuan The 17th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM) yang
diselenggarakan di Durban pada tanggal 14-20 Oktober 2017. Dalam forum tersebut,
dilakukan serah terima keketuaan IORA secara resmi dari Indonesia kepada Afrika Selatan.
Pertemuan dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI yang memaparkan refleksi
berbagai capaian yang diraih selama keketuaan Indonesia, utamanya pelaksanaan KTT IORA
yang mencetuskan Jakarta Concord dan IORA Action Plan. Dalam kaitan tersebut, IORA
berperan untuk memperkuat arsitektur regional yang menciptakan iklim aman dan damai;
serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang seimbang. Pertemuan
mengadopsi Durban Communique, yang antara lain memuat komitmen implementasi Action
Plan guna mewujudkan visi Jakarta Concord.
f. Host Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, Situbondo,
22 - 27 November 2017.
Sebagai salah satu wujud kontribusi pada pembedayaan ekonomi masyarakat pesisir
negara-negara IORA, Indonesia berinisiatif sebagai host Workshop on Marine Aquaculture and
Fish Health Management yang diselenggarakan di Situbondo tanggal 22 - 27 November 2017
dan diikuti oleh 17 peserta dari 15 negara anggota IORA. Workshop diisi dengan pelatihan
budidaya kerapu serta sharing best practices untuk memajukan sekaligus menghadapi
tantangan yang dihadapi sektor perikanan budidaya.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr. A.M. Fachir, menjadi Chair pada The 17th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, 14-20 Oktober 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 33
Salah satu tantangan dalam pencapaian IKU S.1.1 adalah kondisi dan perkembangan
dalam negeri yang kurang kondusif, antara lain dengan adanya bencana alam yang terjadi di
Indonesia sepanjang tahun 2017. Kondisi tersebut menyebabkan tertundanya atau
terjadinya pembatalan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan, sehingga menyebabkan
realisasi kegiatan pada tahun berjalan menjadi berkurang atau relatif kecil.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
senantiasa melakukan komunikasi dengan negara-negara mitra dalam rangka persiapan
pelaksanaan maupun pengaturan kegiatan yang akan diselenggarakan, termasuk
penjadwalan kembali dan/atau penggantian lokasi kegiatan dalam hal terjadi permasalahan
yang disebabkan karena faktor di luar dugaan.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika perlu
meningkatkan koordinasi baik dengan unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Luar
Negeri, Perwakilan RI, Kementerian/Lembaga atau instansi terkait lainnya maupun dengan
negara mitra, terutama dalam hal perencanaan kegiatan untuk tahun-tahun yang akan
datang dan monitoring kegiatan, sehingga memudahkan dalam proses pelaksanaan kegiatan
guna optimalisasi capaian kinerja.
2. SASARAN STRATEGIS
(S.2)
: DUKUNGAN DIPLOMASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK
DAN AFRIKA UNTUK MEWUJUDKAN PENINGKATAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
Kegiatan diplomasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika diarahkan agar tidak saja memproyeksikan kepentingan politik luar negeri Indonesia
ke panggung internasional, namun juga membawa dampak positif dalam peningkatan
Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, di Situbondo, 22 - 27 November 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 34
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, kinerja diplomasi
dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat luas di tanah air.
Pencapaian sasaran strategis S.2 Dukungan diplomasi untuk mewujudkan
peningkatan pembangunan nasional diukur dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama,
yaitu:
Tabel 3.3 Capaian S.2 Tahun 2017
No IKU S.2 Target Realisasi Capaian
1 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia (IKU S.2.1)
29 negara 77 negara 265,52%
2 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia (IKU S.2.2)
16 negara 37 negara 231,25%
3
Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (IKU S.2.3)
20 negara 8 negara 40%
Total Capaian S.2 536,77%
Rata-rata Capaian S.2 178,92%
Batas Toleransi Rata-rata Capaian S.2 120%
Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis S.2
Dukungan diplomasi untuk mewujudkan peningkatan pembangunan nasional
mencapai maksimum 120%.
IKU S.2.1 : JUMLAH NEGARA AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN
AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN NILAI
PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA
IKU peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia (IKU S.2.1) diturunkan ke
dalam capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, yaitu: “Jumlah negara
akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai perdagangan dengan
Indonesia minimal 3%”.
Tabel 3.4 Capaian IKU S.2.1 Tahun 2017
IKU S.2.1 Target Realisasi Capaian
Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
29 negara 77 negara 265,52%
Batas Toleransi Capaian IKU S.2.1 120%
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 35
Berdasarkan data statisik dalam tabel di bawah, pada tahun 2017, jumlah negara
akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
minimal 3% untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika adalah sebesar 77 negara dari
target 29 negara (capaian maksimal 120%), atau sekitar 160% dari target yang
ditetapkan Kementerian Luar Negeri sebanyak 48 negara.
Tabel 3.5 Perbandingan Peningkatan Nilai Perdagangan Indonesia
dengan Negara Mitra di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika *
Tahun 2016 dan 2017
No. Negara Jan-Okt 2016
(Dalam Ribu USD) Jan-Okt 2017
(Dalam Ribu USD) Peningkatan
1 Bhutan 126,9 632 398,18
2 Liberia 17.999,40 85.734,40 376,32
3 Kepulauan Marshall 12.013,20 51.258,20 326,68
4 Tajikistan 521,3 2.196,00 321,22
5 Gabon 65.630,30 274.560,10 318,34
6 Uzbekistan 7.533,00 26.493,10 251,7
7 Bahrain 60.872,20 178.581,30 193,37
8 Uni Comoros 3.472,60 10.055,40 189,57
9 Kazakhstan 15.956,70 40.886,90 156,24
10 Iran 221.315,10 537.710,10 142,96
11 Togo 48.915,00 116.464,80 138,1
12 Cape Verde 396,6 906,5 128,57
13 Gambia 19.804,30 44.330,50 123,84
14 Mozambik 33.694,20 75.064,70 122,78
15 Somalia 32.964,60 67.447,50 104,61
16 Oman 195.250,70 398.951,20 104,33
17 Cook Islands 885,5 1.722,50 94,51
18 Swaziland 2.078,90 3.922,40 88,68
19 Mongolia 8.412,60 15.598,80 85,42
20 Madagaskar 87.435,70 161.380,60 84,57
21 Pantai Gading 85.452,20 156.150,80 82,73
22 Afghanistan 10.061,60 16.953,80 68,5
23 Sao Tome and Principe 762,9 1.276,10 67,27
24 Mauritania 52.368,50 87.025,30 66,18
25 Senegal 50.183,80 82.652,10 64,7
26 Sudan 60.263,60 99.184,00 64,58
27 Malawi 14.237,30 23.264,20 63,4
28 Botswana 145,1 236,5 63,03
29 Uganda 19.214,40 30.940,20 61,03
30 Burundi 462,4 739,4 59,9
31 Guinea Bissau 2.536,40 3.986,00 57,15
32 Nauru 239,2 371,4 55,3
33 Laos 8.429,30 12.924,50 53,33
34 Kiribati 1.512,00 2.309,00 52,71
35 Tunisia 51.325,40 76.943,40 49,91
36 India 10.359.023,70 14.845.783,10 43,31
37 Irak 72.650,00 103.987,10 43,13
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 36
No. Negara Jan-Okt 2016
(Dalam Ribu USD) Jan-Okt 2017
(Dalam Ribu USD) Peningkatan
38 Kenya 183.542,90 252.795,90 37,73
39 Suriah 20.060,70 27.096,90 35,07
40 Myanmar 589.624,40 778.266,80 31,99
41 Kepulauan Solomon 11.099,20 14.536,30 30,97
42 Vanuatu 3.032,90 3.929,70 29,57
43 Persatuan Emirat Arab 2.398.958,60 3.082.343,10 28,49
44 Pakistan 1.661.769,20 2.133.699,30 28,4
45 Palestina 1.520,90 1.911,80 25,7
46 Bangladesh 1.104.162,60 1.378.264,40 24,82
47 Tiongkok 37.405.089,00 46.554.541,60 24,46
48 Angola 235.838,40 289.879,10 22,91
49 Filipina 4.976.949,20 6.066.186,40 21,89
50 Korea Selatan 11.225.889,20 13.593.942,50 21,09
51 Malaysia 11.638.080,40 14.011.733,70 20,4
52 Kamboja 366.796,20 441.576,20 20,39
53 Tanzania 198.723,50 237.891,10 19,71
54 Yordania 213.325,50 253.984,40 19,06
55 Kaledonia Baru 8.214,40 9.744,60 18,63
56 Selandia Baru 832.487,50 969.228,40 16,43
57 Mauritius 41.420,60 47.190,80 13,93
58 Tonga 2.465,40 2.808,60 13,92
59 Vietnam 4.935.776,70 5.594.981,70 13,36
60 Sri Lanka 250.586,90 283.177,00 13,01
61 Arab Saudi 3.394.024,10 3.832.768,10 12,93
62 Kamerun 79.567,20 89.764,40 12,82
63 Sierra Leone 21.187,60 23.903,20 12,82
64 Jepang 23.816.497,50 26.816.240,60 12,6
65 Benin 173.810,80 195.622,70 12,55
66 Singapura 21.517.262,90 24.079.142,00 11,91
67 Papua New Guinea 150.359,20 168.082,10 11,79
68 Thailand 11.757.092,20 13.043.800,70 10,94
69 Lebanon 63.456,90 68.980,80 8,71
70 Afrika Selatan 860.374,90 933.669,50 8,52
71 Hong Kong SAR 3.162.488,60 3.427.829,40 8,39
72 Nigeria 1.250.691,00 1.324.230,20 5,88
73 Timor Leste 185.536,50 195.513,20 5,38
74 Kuwait 380.388,90 400.696,90 5,34
75 Ghana 95.838,10 100.887,70 5,27
76 Libya 59.707,40 62.378,10 4,47
77 Australia 6.914.593,10 7.201.055,00 4,14
Sumber: website Kementerian Perdagangan (diakses tanggal 9 Januari 2018)
(* Nilai Perdagangan yang digunakan merupakan data Neraca Perdagangan RI dengan negara mitra
Untuk mengukur capaian peningkatan nilai perdagangan Indonesia dengan negara
mitra di kawasan Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 tidak dapat menggunakan data
perdagangan periode 1 tahun (Januari-Desember 2017), mengingat data yang tersedia pada
waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2018 hanya meliputi periode
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 37
Januari-Oktober 2017. Diperkirakan data perdagangan periode Januari-Desember 2017 baru
akan tersedia sekitar bulan Maret 2018.
Beberapa capaian nyata dari diplomasi ekonomi RI di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika antara lain:
1. Kontrak pembelian 1 unit pesawat buatan Indonesia (CN235-
220M Multi Purpose) produksi PT. Dirgantara Indonesia oleh
Angkatan Udara Senegal (senilai USD 28 juta) pada bulan Juni
2017. Kontrak tersebut merupakan kontrak pembelian pesawat
CN-235 ketiga yang dilakukan oleh Senegal.
2. Penjualan produk PT DI pada tahun 2017 juga terealisasi ke
Thailand yang membeli 2 unit NC 212i dan rencana delivery
pada tahun 2019 dengan nilai USD 13 juta per pesawat.
3. Kontrak pembelian 50 gerbong kereta api tipe Broad Gauge (BG) buatan
Indonesia, produksi PT.
Industri Kereta Api
(INKA) oleh
Bangladesh pada
tanggal 24 Juni 2017.
Penandatanganan kontrak dilakukan oleh Direktur Utama PT. INKA, Agus Purnomo dengan Director General Rolling Stock yang mewakili Bangladesh Railway, Md. Shamsuzzaman,
disaksikan oleh Menteri Perkeretaapian Bangladesh, Md. Mazibul Hoque, di Bangladesh, 24 Juni 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 38
Dalam pencapaian IKU S.2.1, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi, antara lain:
a. Masih rendahnya motivasi para pelaku usaha untuk mengikuti kegiatan promosi
perdagangan di negara-negara pasar prospektif, karena adanya faktor
keterbatasan informasi yang dimiliki terkait potensi di negara-negara tersebut
serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan promosi
perdagangan di luar negeri.
b. Penerapan hambatan tarif dan non-tarif oleh negara mitra.
c. Belum terjalinnya kerja sama perbankan RI dengan beberapa negara di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika, sehingga menyulitkan para pengusaha di kedua negara
dalam proses penyelesaian transaksi perdagangan.
d. Belum tersedianya skema pembiayaan ekspor impor yang efektif bagi
stakeholders kedua negara.
e. Biaya logistik perdagangan yang masih tinggi.
Untuk mengatasi tantangan yang sifatnya jangka pendek, Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika senantiasa meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan Perwakilan RI
di luar negeri guna mengoptimalkan pemanfaatan market intelligence sebagai sumber data
dan informasi bagi para pengusaha nasional terkait berbagai potensi yang ada di negara-
negara pasar prosfektif. Selain untuk identifikasi peluang pasar, data tersebut juga dapat
digunakan stakeholders sebagai bahan masukan dalam pengembangan produk, mengetahui
hambatan perdagangan serta sistem jaringan logistik dan distribusi di negara akreditasi.
Dalam mengatasi tantangan yang bersifat jangka panjang, Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika akan mengupayakan berbagai langkah solutif ke depan, antara lain:
a. Mengintensifkan koordinasi dan kerja sama dengan Perwakilan RI serta
stakeholders terkait lainnya untuk peningkatan jumlah pelaksanaan program
promosi yang terpadu dan bersinergi, baik antarkementerian pemerintah,
maupun sektor pelaku usaha dan pelaku ekspor melalui pameran dagang, misi
dagang, instore promotion, serta buying mission. Salah satu kegiatan promosi
yang perlu ditingkatkan adalah pameran dagang berskala internasional yang
dilaksanakan di dalam negeri (seperti: Trade Expo Indonesia), sehingga dapat
diikuti oleh lebih banyak lagi pelaku usaha nasional dengan biaya yang relatif
lebih murah.
b. Mendorong dan menggalakkan secara berkesinambungan berbagai upaya
pembangunan pusat-pusat promosi produk potensi ekspor Indonesia di luar
negeri (misalnya: Indonesia Trading House dan House of Indonesia), baik yang
dilakukan oleh pemerintah melalui Perwakilan RI maupun melalui kerjasama
dengan pihak swasta.
c. Mendorong dilaksanakannya negosiasi terkait regulasi perdagangan bilateral
dengan negara mitra pada berbagai pertemuan di tingkat Pemerintahan. Selain
itu, akan diupayakan pula penjajakan kerja sama perdagangan dalam format
Preferential Trade Agreement (PTA) atau Free Trade Agreement (FTA) dengan
negara mitra.
d. Mendorong pembentukan kerja sama perbankan yang kuat antara RI dengan
negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, melalui rapat koordinasi dan
forum lainnya.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 39
e. Mendorong pembentukan dan implementasi skema pembiayaan yang efektif,
termasuk Penugasan Khusus Ekspor dan Counter Trade.
f. Mendorong pembentukan kerja sama pelayaran dan pengapalan barang antar
perusahaan logistik RI dengan negara mitra, kerja sama sea ports serta
pembentukan Bonded Logistic Centers.
IKU S.2.2 : JUMLAH NEGARA AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN
AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN NILAI INVESTASI
ASING KE INDONESIA
Ukuran capaian IKU terkait peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia (IKU S.2.2)
adalah: “Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan
nilai investasi asing ke Indonesia minimal 3%”.
Tabel 3.6 Capaian IKU S.2.2 Tahun 2017
IKU S.2.2 Target Realisasi Capaian
Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia
16 negara 37 negara 231,25%
Batas Toleransi Capaian IKU S.2.2 120%
Pada tahun 2017, jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
yang mencapai target dimaksud adalah sebanyak 37 negara dari target 16 negara
(capaian maksimal 120%), atau sekitar 115% dibandingkan target Kementerian Luar
Negeri sebanyak 32 negara.
Tabel 3.7 Perkembangan Realisasi Investasi Asing (FDI) Dari Negara-Negara di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Tahun 2016 dan 2017
No. Negara
Q3 2016 Q3 2017 Peningkatan
Nilai Investasi
Jumlah Proyek
Nilai Investasi
Jumlah Proyek
Nilai Investasi
Jumlah Proyek
1 Cook Islands 0,03 3 1 3 3.233,33% 0,00%
2 Brunei Darussalam 0,68 21 5,8 15 752,94% -28,57%
3 India 37,76 335 270,9 369 617,43% 10,15%
4 Yaman 0,75 7 2,4 21 220,00% 200,00%
5 Saudi Arabia 0,94 37 3 34 219,15% -8,11%
6 Philipina 24,16 40 68,7 30 184,35% -25,00%
7 Seychelles 47,33 93 130,3 91 175,30% -2,15%
8 Australia 145,66 542 315,2 542 116,39% 0,00%
9 Korea Selatan 743,81 1.944 1.366,50 2.26 83,72% 16,26%
10 Afrika Selatan 0,94 7 1,7 8 80,85% 14,29%
11 Pakistan 4,3 29 7,6 25 76,74% -13,79%
12 R.R. Tiongkok 1.589,79 1.205 2.737,40 1.465 72,19% 21,58%
13 Yordania 1,54 17 2,2 18 42,86% 5,88%
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 40
No. Negara
Q3 2016 Q3 2017 Peningkatan
Nilai Investasi
Jumlah Proyek
Nilai Investasi
Jumlah Proyek
Nilai Investasi
Jumlah Proyek
14 Tanzania 0,07 1 0,1 1 42,86% 0,00%
15 Mauritius 560,67 172 779,6 181 39,05% 5,23%
16 Mauritania 0 2 3,5 3 - 50,00%
17 Sri Lanka 0 2 3,4 4 - 100,00%
18 Guinea 0 1 1,5 6 - 500,00%
19 Senegal 0 1 0,6 2 - 100,00%
20 Libya 0 1 0,4 1 - 0,00%
21 Maroko 0 4 0,1 5 - 25,00%
22 Marshall Island - - 2,8 14 - -
23 Suriah - - 2,4 6 - -
24 Kazakhstan - - 1 5 - -
25 Myanmar - - 0,6 3 - -
26 Burkina Faso - - 0,4 4 - -
27 Siera Leone - - 0,4 4 - -
28 Bangladesh - - 0,2 8 - -
29 Kamboja - - 0,2 1 - -
30 Pantai Gading - - 0,1 1 - -
31 Timor Leste - - 0,1 1 - -
32 Fiji - - 0,1 1 - -
33 Niger - - 0,1 1 - -
34 Maladewa - - 0 2 - -
35 Djibouti - - 0 2 - -
36 Namibia - - 0 1 - -
37 Somalia - - 0 1 - -
Keterangan: P: Jumlah Proyek Investasi I: Nilai Investasi (Dalam Juta Dollar AS) -Data yang tersedia adalah data periode Kuartal ke-3 (Januari-September) -Nilai Investasi 0 berarti nilainya kurang dari USD 100 ribu Sumber: BKPM (diakses tanggal 9 Januari 2018)
Untuk mengukur capaian peningkatan nilai investasi dari negara mitra di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia pada tahun 2017 tidak dapat menggunakan data
investasi periode 1 tahun (Januari-Desember 2017), mengingat data yang tersedia pada
waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2018 hanya meliputi periode
kwartal ke-3 (Januari-September 2017). Diperkirakan data investasi periode Januari-
Desember 2017 baru akan tersedia sekitar bulan Maret 2018.
Beberapa capaian nyata dari diplomasi RI untuk meningkatkan jumlah FDI dari
negara-negara mitra di kawasan Asia Pasifik dan Afrika antara lain:
1. Kerja sama investasi RI-Singapura pada proyek
pembangunan Kendal Industrial Park (KIP), Jawa Tengah, dengan
niilai investasi US$ 360 juta dan dapat menyerap tenaga kerja
sebanyak 1.709 orang.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 41
2. Pada kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia 1-3
Maret 2017, telah dicapai komitmen investasi Arab
Saudi dalam bentuk Proyek Refinery Development
Master Plan di Cilacap senilai US$ 6 milyar. Selain itu,
Saudi Fund for Development berkomitmen menjalin
kerja sama pembiayaan pembangunan senilai US$ 1
milyar. Selain, itu dalam Forum Bisnis Indonesia-Arab
Saudi di sela-sela kunjungan, telah menghasilkan
transaksi senilai Rp. 2,8 triliun. Dalam kunjungan ini juga ditandatangani 11
kesepakatan kerja sama RI-Arab Saudi.
Kendal Industrial Park seluas
2.700 ha di Semarang, Jawa Tengah
Presiden Joko Widodo dan Raja
Arab Saudi, Salman bin
Abdulaziz, dalam kunjungan ke
Indonesia, Bogor, 1-3 maret 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 42
3. Sebagai hasil kunjungan Emir Qatar ke Indonesia, 17-18 Oktober 2017, kedua
negara berkomitmen,
antara lain untuk
meningkatkan kerja
sama di bidang
infrastruktur,
pariwisata, pelabuhan
dan bandara. Selain itu,
kunjungan telah
membuahkan hasil
nyata berupa investasi
Qatar di sektor energi
senilai lebih dari US$ 1
miliar untuk proyek
pembangunan
Pembangkit Listrik
Tenaga Gas Uap
(PLTGU) Sumatera
Bagian Utara
(Sumbagut) 134 berkapasitas 800 MW dan floating storage regasification
kerja sama Nebras Power (Qatar) dengan PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB)
dan PLN, serta investasi Nebras Power (Qatar) dalam bentuk pemilikan
saham PT. Paiton Energy sebesar 35,5% atau sebesar US$ 1,3 miliar.
Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam
pencapaian target IKU S.2.2 antara lain: masih terdapatnya stigma negatif dari para investor
di negara akreditasi terhadap kondisi, iklim dan kebijakan invetasi Indonesia. Disamping itu,
masih terdapatnya persoalan tumpang tindih regulasi nasional juga menjadi salah satu faktor
penghambat pertumbuhan investasi.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
bekerjasama dengan Perwakilan RI, Kementerian/Lembaga terkait melalui Indonesia
Investment Promotion Center (IIPC), serta stakeholders lainnya untuk lebih mengintensifkan
dan meningkatkan penyelenggaraan kegiatan promosi investasi Indonesia, khususnya
kepada potential investors di luar negeri. Melalui kegiatan promosi tersebut, dilakukan pula
diseminiasi informasi terkait sektor-sektor utama investasi di Indonesia serta
perkembangan iklim dan reformasi kebijakan di Indonesia yang mendukung investasi.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan koordinasi antara para pemangku kepentingan, khususnya
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah terkait guna mencegah adanya
tumpang tindih regulasi dalam bidang investasi. Seiring dengan hal tersebut,
akan diupayakan untuk mendorong percepatan review atas Perjanjian Promosi
dan Proteksi atas Penanaman Modal Asing (P4M), sehingga jaminan keamanan
dan proteksi hukum yang diberikan kepada investor asing dapat berimplikasi
positif pada ekonomi nasional di masa mendatang.
Presiden Joko Widodo
dan Emir Qatar, Syekh
Tamim bin Hamad Al
Thani, dalam kunjungan ke
Indonesia, Bogor, 18 Oktober
2017
Emir of Qatar, His Highness the Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani:
“The agreement signed between the two
countries to complete the follow-up of the
topics that have been agreed upon,
expressing optimism for positive results”
(Gulf Times, October 19, 2017)
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 43
b. Meningkatkan kerja sama antara para pemangku kepentingan terkait dalam
upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan promosi yang sifatnya terintegrasi
antara sektor investasi, perdagangan dan pariwisata (trade, tourism and
investment – TTI) serta budaya dan kuliner Indonesia, termasuk melibatkan
Pemerintah Daerah dan sektor swasta lainnya.
c. Meningkatkan kerja sama dengan Perwakilan RI untuk menggalakkan
pelaksanaan promosi investasi secara “door-to-door” kepada investor potensial
di negara akreditasi. Kegiatan ini selain untuk promosi investasi juga bertujuan
untuk dapat memperoleh feed back secara spesifik dari masing-masing investor
potensial terkait sektor yang dituju, kendala yang mungkin dihadapi di lapangan
serta upaya penyelesaiannya, serta kemungkinan perlunya fasilitasi business
matchmaking dengan stakeholders di Indonesia.
d. Mendorong pembentukan kesepakatan perlindungan investasi kedua pihak di
masing-masing negara melalui rapat koordinasi dan dialog dengan para
pemangku kepentingan terkait.
IKU S.2.3 : JUMLAH NEGARA AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN
AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN JUMLAH
WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA
Capaian IKU terkait peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (IKU
S.2.3) dirumuskan sebagai: “Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5%”.
Tabel 3.7 Capaian IKU S.2.3 Tahun 2017
IKU S.2.3 Target Realisasi Capaian
Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
20 negara 8 negara 40%
Pada tahun 2017, jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
minimal 5% mencapai 8 negara dari target 20 negara (capaian 40%), atau sebesar
15,7% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 51 negara.
Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dari Kawasan Aspasaf Bulan Januari-Oktober 2016 dan Januari-Oktober 2017
No. Kebangsaan Jan – Okt 2016 Jan – Okt 2017 Pertumbuhan
1. Tiongkok 1,221,422 1,770,098 44.92%
2. India 301,964 396,515 31.31%
3. Oman 10,799 13,969 29.35%
4. Korea Selatan 290,134 327,818 12.99%
5. Philipina 124,386 136,247 9.54%
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 44
No. Kebangsaan Jan – Okt 2016 Jan – Okt 2017 Pertumbuhan
6. Thailand 83,959 90,272 7.52%
7. Bahrain 1,903 2,011 5.68%
8. Jepang 434,352 458,714 5.61% Sumber: Kementerian Pariwisata (diakses tanggal 9 Januari 2018)
Untuk mengukur capaian peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari
negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia pada tahun 2017 tidak dapat
menggunakan data periode 1 tahun (Januari-Desember 2017), mengingat data yang tersedia
pada waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2018 hanya meliputi periode
Januari-Oktober 2017. Diperkirakan data jumlah wisatawan mancanegara dari negara-
negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang berkunjung ke Indonesia periode Januari-
Desember 2017 baru akan tersedia sekitar bulan Maret 2018.
Dalam pencapaian IKU S.2.3, tantangan yang dihadapi antara lain:
a. Kurangnya pembuatan media informasi promosi pariwisata Indonesia (misalnya
brosur, DVD) dalam bahasa setempat selain bahasa Inggris.
b. Belum dikenalnya daerah-daerah tujuan wisata “beyond Bali” oleh wisatawan
mancanegara secara umum sebagai keragaman destinasi wisata Indonesia.
c. Sinergi dan koordinasi antara pemangku kepentingan dalam promosi pariwisata
juga masih relatif kurang, sehingga masih terdapat kegiatan promosi yang
dilakukan secara terpisah oleh pemerintah daerah dan pihak swasta dengan
tema promosi yang berbeda-beda. Kondisi tersebut menyebabkan rancangan
booth serta tema promosi yang kurang terintegrasi sebagai kesatuan “Promosi
Indonesia”.
d. Perkembangan penggunaan teknologi media sosial oleh wisatawan mancanegera
dalam perjalanan wisata belum diimbangi dengan pemanfaatan aplikasi media
sosial untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, seperti facebook, twitter,
youtube, blog, dan lain sebagainya.
e. Masih mahalnya biaya penerbangan menuju Indonesia, khususnya dari negara-
negara mitra yang belum memiliki penerbangan langsung ke Indonesia atau
belum terdapat kerja sama antar maskapai penerbangan dengan Indonesia.
f. Adanya berbagai kejadian yang mengancam keamanan, seperti tindakan
terorisme, serta faktor force majeure berupa bencana alam yang terjadi di
beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia, antara lain: banjir (di Jawa Tengah
dan Yogyakarta), puting beliung (siklon Tropis Cempaka yang menimbulkan
cuaca ekstrem di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok), tanah longsor,
gempa bumi (gempa di Poso, Sulawesi Tengah yang menyebabkan ditutupnya
tempat wisata Danau Tambing), gelombang pasang/abrasi serta letusan gunung
api (letusan Gunung Agung di Bali). Kondisi tersebut telah menyebabkan
beberapa negara mengeluarkan travel warning yang berdampak negatif
terhadap upaya pencapaian target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia.
Dalam upaya mengatasi tantangan yang dihadapi, Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika senantiasa bekerjasama dan berkoordinasi dengan Perwakilan RI dan
Kementerian/Lembaga terkait untuk:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 45
a. Menyampaikan masukan dan saran kepada pemangku kepentingan, terkait
promosi wisata, baik dalam bentuk peningkatan familiarization trip ke Indonesia
bagi awak media, travel writer dan tour operator, serta pengemasan paket-paket
wisata nasional yang menarik dengan harga kompetitif.
b. Pembuatan media informasi promosi (misalnya brosur, DVD) dalam bahasa
Inggris dan bahasa setempat.
c. Menggencarkan promosi pariwisata melalui berbagai media sosial terkini,
termasuk aplikasi Quick Response (QR) Code sebagai pengganti brosur cetak,
sehingga dengan media yang lebih sederhana dapat memuat informasi yang
lebih banyak dan dapat menjangkau lebih banyak wisatawan potensial.
d. Menyebarluaskan informasi mengenai upaya-upaya Pemri untuk meningkatkan
keamanan melalui berbagai media, disamping melakukan pendekatan kepada
Perwakilan negara mitra di Jakarta untuk dapat menurunkan status travel
warning yang dikeluarkan.
Selain itu, diupayakan pula berbagai langkah solutif antara lain:
a. Mendorong pelaksanaan kegiatan promosi pariwisata terintegrasi yang
mencakup Trade, Tourism, and Investment (TTI) dengan sistem tematik yang
disesuaikan dengan perkembangan waktu dan kecenderungan kebutuhan
konsumen. Untuk itu, perlu diupayakan kegiatan riset dan pengumpulan data
market intelligence yang aplikatif guna mengetahui pergerakan trend kebutuhan
wisata dari potential tourists di negara akreditasi. Diharapkan kegiatan promosi
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan melibatkan lebih banyak
lagi pemangku kepentingan terkait.
b. Meningkatkan kerja sama dengan para stakeholders terkait untuk menggalakkan
revitalisasi serta penambahan infrastruktur pendukung pariwisata seperti hotel
dan layanan kesehatan, sarana dan prasarana penunjang wisata lainnya.
c. Mendorong penambahan perjanjian bebas visa dengan negara-negara yang
dinilai memiliki potensi besar sebagai penyumbang wisatawan.
d. Mendorong terbentuknya kerja sama antar maskapai penerbangan (code
sharing) dan mendorong kemungkinan penambahan jadwal dan pengadaan rute
penerbangan langsung ke Indonesia.
3. SASARAN STRATEGIS
(B.1)
: DIPLOMASI MARITIM, POLKAM DAN PERBATASAN
YANG KUAT DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil melaksanakan
berbagai kegiatan sebagai perwujudan dari diplomasi maritim, polkam dan perbatasan yang
kuat. Kiprah diplomasi tersebut dapat dilihat dari telah disepakatinya beberapa perjanjian
kerjasama, antara lain: memerangi illegal fishing, memajukan tata kelola perikanan
berkelanjutan, penerapan blue economy, serta menjaga pertahanan dan keamanan di daerah
perbatasan.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 46
Pencapaian sasaran strategis B.1 Diplomasi maritim, polkam dan perbatasan
yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 2 (dua) Indikator Kinerja
Utama, yaitu:
Tabel 3.9 Capaian B.1 Tahun 2017
No IKU B.1 Target Realisasi Capaian
1 Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.1.1)
25 44 176%
2
Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan polkam yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.1.2)
80% 96,3% 120,37%
Total Capaian B.1 296,37%
Rata-rata Capaian B.1 148,19%
Batas Toleransi Rata-rata Capaian B.1 120%
Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis B.1
Diplomasi maritim, polkam dan perbatasan yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika mencapai maksimum 120%.
IKU B.1.1 : JUMLAH KESEPAKATAN HASIL PERUNDINGAN DI
BIDANG KEMARITIMAN, POLKAM DAN PERBATASAN DI
KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Capaian IKU B.1.1 Jumlah kesepakatan hasil perundingan di bidang kemaritiman,
polkam dan perbatasan di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.10 Capaian IKU B.1.1 Tahun 2017
IKU B.1.1 Target Realisasi Capaian
Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
25 44 176%
Batas Toleransi Capaian IKU B.1.1 120%
Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang diplomasi maritim,
polkam dan perbatasan adalah sebanyak 44 naskah dari target 25 naskah (capaian
maksimum 120%), atau sekitar 81,5% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 54
naskah. Beberapa naskah kesepakatan tersebut antara lain:
a. Persetujuan antara RI-Afrika Selatan mengenai pembebasan visa bagi pemegang
paspor diplomatik dan paspor dinas, Jakarta, 8 Maret 2017.
b. Persetujuan antara RI-Republik Angola mengenai pembebasan visa bagi
pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas, Jakarta, 11 April 2017.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 47
c. Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kelautan dan perikanan,
Jakarta, 1 Maret 2017.
d. Record of Discussion antara RI-India terkait Penetapan Batas ZEE RI-India, New
Delhi, 1-2 Juni 2017.
e. Deklarasi Bersama RI - Filipina tentang Pembukaan Jalur Konektivitas Laut
Bitung - Davao di Manila, 28 April 2017.
f. Record of Discussion Pertemuan Teknis ke-10 Perundingan Penetapan
Perbatasan ZEE RI - Viet Nam di Jakarta, 16-17 November 2017.
g. MoU between the Lao National Commission for Drug Control and the National
Narcotics Board of the Republic of Indonesia on the Cooperation in Controlling
Narcotic Drugs, Psychotropic Substances, Their Precursors and Chemicals, and
Drug Abuse, Jakarta, 12 Oktober 2017.
h. Joint Declaration on Maritime Cooperation between The Government of Australia
and The Government of The Republic of Indonesia, Sydney, 26 Februari 2017.
i. Grant Agreement Indonesia – Afghanistan untuk pembangunan klinik kesehatan
di Indonesia Islamic
Center (IIC) Kabul, 6
November 2017.
Hibah pembangunan
klinik tersebut
sebesar Rp. 16 miliar
merupakan salah
satu wujud nyata
dukungan Indonesia
pada proses
perdamaian,
rekonsiliasi dan
pembangunan di
Afghanistan.
Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, bersama Menlu Afghanistan, Salahuddin Rabbani dalam penandatanganan Grant Agreement Indonesia – Afghanistan untuk
pembangunan klinik kesehatan di IIC, Kabul, 6 November 2017
Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, bersama Menteri
Hubungan Eksternal Angola, Georges Rebelo
Pinto Chikoti, dalam penandatanganan
Persetujuan RI-Angola, Jakarta, 11 April 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 48
Dalam pencapaian IKU B.1.1, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menghadapi
tantangan, antara lain:
a. Tidak terlaksananya perundingan yang telah direncanakan karena tidak adanya
respon dari negara mitra atas usulan Indonesia
b. Lamanya waktu negosisasi, pembahasan pertukaran draft kesepakatan, serta
finalisasi kesepakatan. Proses finalisasi yang memakan waktu relatif lama
disebabkan karena kesulitan dalam menyamakan pandangan antara Indonesia
dengan para negara mitra, serta proses konsolidasi yang alot dengan para
pemangku kepentingan dalam negeri, baik di tingkat nasional maupun daerah
yang turut memperlambat disepakatinya posisi Indonesia.
c. Adanya perubahan prioritas, geopolitik dan pergantian pemerintahan di negara
mitra yang menyebabkan batalnya pembentukan kesepakatan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut:
a. Melakukan komunikasi secara intensif melalui Kedutaan Besar RI di Negara
Mitra atau Kedutaan Besar Negara Mitra di Jakarta untuk mendapatkan
komitmen dilaksanakannya perundingan bilateral serta untuk menyamakan
persepsi atas program-program kerja sama yang akan disepakati.
b. Mengintensifkan pelaksanaan negosisasi bilateral dan pertemuan dengan negara
mitra terkait dalam upaya mempercepat proses finalisasi kesepakatan.
c. Apabila terjadi pembatalan pembentukan kesepakatan, diupayakan untuk
mendorong pelaksanaan pembahasan berbagai kesepakatan kerja sama baru
dengan negara mitra dalam koridor kepentingan nasional Indonesia di bidang
maritim, polkam dan perbatasan.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
melakukan berbagai upaya, antara lain:
a. Mengintensifkan komunikasi informal kepada negara mitra serta bekerjasama
dengan berbagai stakeholders terkait untuk dapat mendorong dilaksanakannya
negosiasi dan pertemuan pada tingkat pejabat tinggi kedua negara, sehingga
proses finalisasi kesepakatan dapat dilaksanakan lebih cepat.
b. Mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi internal dengan stakeholders dalam
negeri guna penetapan posisi Pemerintah Republik Indonesia dan secara
konsisten berupaya untuk memastikan substansi perjanjian internasional sesuai
dengan kepentingan nasional serta peraturan perundang-undangan.
IKU B.1.2 : PERSENTASE PRAKARSA/REKOMENDASI INDONESIA
BIDANG KEMARITIMAN, POLKAM DAN PERBATASAN
YANG DITERIMA PADA FORUM REGIONAL DI KAWASAN
ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Capaian IKU B.1.2 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman,
polkam dan perbatasan yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 49
Tabel 3.11 Capaian IKU B.1.2 Tahun 2017
IKU B.1.2 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase
prakarsa/rekomendasi
Indonesia bidang kemaritiman,
polkam dan perbatasan yang
diterima pada forum regional di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Jumlah prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima di bidang
kemaritiman, polkam dan perbatasan
26
Jumlah prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang disampaikan di bidang
kemaritiman, polkam dan perbatasan
27
Realisasi 96,3%
Target 80%
Capaian 120,37%
Batas Toleransi Capaian 120%
Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang kemaritiman,
polkam dan perbatasan yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik
dan Afrika mencapai 96,3% dari target 80% (capaian maksimum 120%), atau dengan
jumlah realisasi 26 prakarsa/rekomendasi dari target sebanyak 27 prakarsa/rekomendasi.
Beberapa prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut antara lain:
a. Usulan Indonesia disambut baik dan dijadikan pokok bahasan dalam diskusi
pada Senior Officials’ Meeting (SOM) IORA di KTT IORA, Jakarta, 5-7 Maret 2017.
Prakarsa yang disampaikan antara lain: (1) kerjasama di bidang pengembangan
blue ocean economy (2) budidaya sumber-sumber kelautan (3) keamanan dan
pengamanan kemaritiman dari ancaman non-tradisional termasuk terorisme,
people smuggling.
b. Usulan Indonesia dalam kerja sama di bidang kemaritiman serta pengamanan
dan keamanan wilayah Samudera Hindia diterima dengan baik pada Council of
Ministers Meeting (COMM) di KTT IORA, Jakarta, 5-7 Maret 2017.
c. Pada pertemuan Asian Parliamentary Assembly (APA) 1st Executive Council
Meeting yang dilaksanakan tanggal 30 September - 4 Oktober 2017 di Phnom
Penh – Kamboja, usulan/rekomendasi Indonesia diadopsi menjadi kesepakan
forum. Usulan dimaksud yaitu: menambahkan operating paragraph pada 3
resolusi (Resolution on Good Governance, Resolution on Goood Parliamentary
Practice, Resolution on Asian Parliaments' Unwavering Support for the Palestinian
People), dan rekomendasi Indonesia untuk mencari mekanisme kontribusi yang
paling sesuai untuk masing-masing anggota pada Resolution Planning APA
Budget.
d. Lebih lanjut, pada pertemuan Sidang Pleno ke-10 Asia Parliamentary Assembly
(APA) di Istanbul tanggal 20-25 November 2017, Indonesia berhasil
mengegolkan usulan tentang: (i) komitmen penyelesaian target sustainable
development goals (SDGs), dan (ii) keterwakilan perempuan dalam Parlemen
dan pekerja migran. Rekomendasi Indonesia yang diterima pada forum APA
tersebut tertuang dalam Istanbul Declaration sebagai outcome document.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 50
e. Pada pertemuan The 13th Pre-Senior Officials' Meeting (Pre-SOM 13) dan The
13th Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF)
Senior Officials' Meeting (SOM 13) di Manila tanggal 27 - 30 November 2017,
usulan/inisiatif Indonesia yang diterima sebagai kesepakatan bersama yakni:
Indonesia sebagai Chair Marine Protected Area (MPA) Technical Working Group
(TWG) sekaligus sebagai Co-Chair Threatened Species TWG periode 2018-2020.
Pertemuan juga menerima usulan Indonesia agar pada tahun 2018 Indonesia
menjadi tuan rumah (i) MPA Regional Exchange (REX), Q2 di Raja Ampat, (ii)
Governance Working Group (CMWG dan FRWG) Meeting April 2018, (iii) CCA Blue
Carbon Training, Q3 di Bali, serta (iv) Our Ocean Conference, 29-31 Oktober 2018
di Bali.
Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam
pencapaian target IKU B.1.2 antara lain: kurang optimalnya respon dari negara mitra
terhadap usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum regional di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika. Selain itu, implementasi kesepakatan regional oleh negara anggota tidak
berjalan/tercapai secara maksimal karena kondisi di masing-masing negara.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
senantiasa melakukan upaya pendekatan dan koordinasi kepada pihak-pihak dan negara-
negara terkait guna mempromosikan usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia sehingga
dapat diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
berupaya mengintensifkan pertemuan informal dan formal dalam rangka mempertemukan
mutual understanding atas national interest dengan negara mitra. Pertemuan akan
diupayakan untuk dapat dilaksankan 6-12 bulan sebelum pelaksanaan Forum Regional.
4. SASARAN STRATEGIS
(B.2)
: DIPLOMASI EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA YANG
KUAT DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Wujud keberhasilan diplomasi ekonomi, sosial dan budaya sepanjang tahun 2017
dapat dilihat dari kesepakatan perjanjian kerjasama yang meliputi beberapa bidang, antara
lain: energi, pembiayaan proyek pembangunan, perbankan, pertanian dan perikanan,
pendidikan dan pelatihan diplomatik, kesehatan, energi (minyak, gas bumi dan mineral),
ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian dan perikanan, perdagangan dan investasi,
budaya dan pariwisata, kesehatan dan pendidikan, perbankan, serta UKM dan pembiayaan
proyek pembangunan.
Perwujudan diplomasi ekonomi juga dilaksanakan melalui berbagai kegiatan untuk
mempromosikan potensi trade, tourism, and investment (TTI) Indonesia di negara-negara
kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Untuk mendukung penyelenggaraan promosi TTI tersebut,
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mengkoordinir dan bekerjasama dengan
Perwakilan RI untuk menyediakan data economic intelligence guna memberikan gambaran
terkait peluang pasar yang ada di negara akreditasi.
Sejalan dengan hal tersebut, diplomasi juga terus dilaksanakan secara aktif melalui
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 51
berbagai fora internasional, khususnya di tingkat intra dan antarkawasan guna
memperjuangkan kepentingan ekonomi dan pembangunan Indonesia.
Pencapaian sasaran strategis B.2 Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang
kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 4 (empat) Indikator Kinerja
Utama, yaitu:
Tabel 3.12 Capaian B.2 Tahun 2017
No IKU B.2 Target Realisasi Capaian
1 Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.1)
28 75 267,86%
2 Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.2)
66 69 104,55%
3 Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.3)
47 54 114,89%
4
Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.4)
80% 100% 125%
Total Capaian B.2 612,30%
Rata-rata Capaian B.2 153,08%
Batas Toleransi Rata-rata Capaian B.2 120%
Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis B.2
Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
mencapai maksimum 120%.
IKU B.2.1 : JUMLAH KESEPAKATAN DI BIDANG EKONOMI, SOSIAL
DAN BUDAYA DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Capaian IKU B.2.1 Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.13 Capaian IKU B.2.1 Tahun 2017
IKU B.2.1 Target Realisasi Capaian
Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
28 75 267,86%
Batas Toleransi Capaian IKU B.2.1 120%
Realisasi jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 52
sebanyak 75 naskah kesepakatan dari target sebanyak 28 naskah (capaian maksimal
120%), atau dengan persentase sebesar 36,95% dari target Kementerian Luar Negeri
sebanyak 203 naskah. Beberapa naskah kesepakatan tersebut antara lain:
a. MoU Kerja Sama Bank Indonesia dan Bank Markazi Jomhouri Iran, 27 Februari
2017
b. MoU Kerja Sama Kelautan dan Perikanan RI - Srilanka, Jakarta, 8 Maret 2017.
c. MoU Kerja Sama Pendidikan antara RI - Republik Islam Afghanistan, Jakarta, 5
April 2017.
d. MoU Kerjasama Energi, khususnya Minyak dan Gas Bumi antara Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral RI dengan Kementerian Perminyakan India,
Jakarta, 20 April 2017.
e. Memorandum Saling Pengertian tentang Kontribusi Pendanaan Arab Saudi
untuk Pembiayaan Proyek Pembangunan antara Pemerintah Republik Indonesia
dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, Jakarta, 1 Maret 2017.
f. Memorandum Saling pengertian Kementerian Luar Negeri RI dan Departemen
Hubungan Internasional dan Kerja Sama Republik Afrika Selatan mengenai
kerjasama Pendidikan dan pelatihan Diplomatik, Jakarta, 8 Maret 2017.
g. Memorandum Saling pengertian Kementerian Luar Negeri RI dan Departemen
Hubungan Internasional dan Kerja Sama Republik Afrika Selatan mengenai
rencana aksi kemitraan strategis Indonesia-Afrika Selatan 2017-2021, Jakarta, 8
Maret 2017.
h. Persetujuan Umum antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Republik Angola tentang Kerjasama Ekonomi, Ilmiah, Teknik dan Kebudayaan,
Jakarta, 11 April 2017.
i. MoU RI - Filipina di bidang Pertanian, Filipina, 28 April 2017.
j. Memorandum of understanding between the Ministry of Health of the democratic
Republic of Timor Leste and the Ministry of Health of the Republic of Indonesia,
Jenewa, 24 Mei 2017.
k. Nota Kesepahaman antar Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan
Kementerian, Pengembangan Pedesaan dan Maritim, Serta Penangggulangan
Bencana Nasional Republik Fiji, 9 Agustus 2017.
l. MoU between the Ministery of Energy and Mineral Resources of the Republic of
Indonesia and The
National Energy
Administration of
The People's
Republic of China
on Energy
Cooperation,
Jakarta, 13
November 2017.
Penandatanganan MoU RI-Filipina di bidang pertanian, disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte,
Filipina, 28 April 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 53
Dalam pencapaian IKU B.2.1, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menghadapi
tantangan, antara lain:
a. Tidak terlaksananya perundingan yang telah direncanakan karena tidak adanya
respon dari negara mitra atas usulan Indonesia
b. Lamanya waktu negosisasi, pembahasan pertukaran draft kesepakatan, serta
finalisasi kesepakatan. Proses finalisasi yang memakan waktu relatif lama
disebabkan karena kesulitan dalam menyamakan pandangan antara Indonesia
dengan para negara mitra, serta proses konsolidasi yang alot dengan para
pemangku kepentingan dalam negeri, baik di tingkat nasional maupun daerah
yang turut memperlambat disepakatinya posisi Indonesia.
c. Adanya perubahan prioritas, geopolitik dan pergantian pemerintahan di negara
mitra yang menyebabkan batalnya pembentukan kesepakatan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut:
a. Melakukan komunikasi secara intensif melalui Kedutaan Besar RI di Negara
Mitra atau Kedutaan Besar Negara Mitra di Jakarta untuk mendapatkan
komitmen dilaksanakannya perundingan bilateral serta untuk menyamakan
persepsi atas program-program kerja sama yang akan disepakati.
b. Mengintensifkan pelaksanaan negosisasi bilateral dan pertemuan dengan negara
mitra terkait dalam upaya mempercepat proses finalisasi kesepakatan.
c. Apabila terjadi pembatalan pembentukan kesepakatan, diupayakan untuk
mendorong pelaksanaan pembahasan berbagai kesepakatan kerja sama baru
dengan negara mitra dalam koridor kepentingan nasional Indonesia di bidang
ekonomi, sosial dan budaya.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
melakukan berbagai upaya, antara lain:
a. Mengintensifkan komunikasi informal kepada negara mitra serta bekerjasama
dengan berbagai stakeholders terkait untuk dapat mendorong dilaksanakannya
negosiasi dan pertemuan pada tingkat pejabat tinggi kedua negara, sehingga
proses finalisasi kesepakatan dapat dilaksanakan lebih cepat.
b. Mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi internal dengan stakeholders dalam
negeri guna penetapan posisi Pemerintah Republik Indonesia dan secara
konsisten berupaya untuk memastikan substansi perjanjian internasional sesuai
dengan kepentingan nasional serta peraturan perundang-undangan.
IKU B.2.2 : JUMLAH DATA ECONOMIC INTELLIGENCE NEGARA ATAU
WILAYAH AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN
AFRIKA
Capaian IKU B.2.2 Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi
di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 54
Tabel 3.14 Capaian IKU B.2.2 Tahun 2017
IKU B.2.2 Target Realisasi Capaian
Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
66 69 104,55%
Batas Toleransi Capaian IKU B.2.2 104,55%
Sepanjang tahun 2017, telah dikumpulkan sebanyak 69 data economic
intelligence dari negara/wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, atau
dengan capaian sebesar 104,55% dari target sebanyak 66 data. Kinerja Ditjen Aspasaf
tersebut berkontribusi untuk pencapaian kinerja Kementerian Luar Negeri sebesar 61,6%
dari target 112 data.
IKU B.2.3 : JUMLAH PROMOSI TRADE TOURISM AND INVESTMENT
(TTI) DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Capaian IKU B.2.3 Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 55
Tabel 3.15 Capaian IKU B.2.3 Tahun 2017
IKU B.2.3 Target Realisasi Capaian
Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
47 54 114,89%
Batas Toleransi Capaian IKU B.2.3 114,89%
Jumlah kegiatan promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) yang telah
dilaksanakan pada tahun 2017 sebanyak 54 kegiatan dari 47 kegiatan (capaian
114,89%), dengan kontribusi sebesar 60,67% dari target Kementerian Luar Negeri
sebanyak 89 kegiatan. Beberapa kegiatan tersebut antara lain:
a. Fasilitasi kegiatan promosi TTI dalam kunjungan misi bisnis delegasi Tur Afrika
ke-1 Menlu RI ke Afrika Selatan, 6-7 Februari 2017.
b. Fasilitasi promosi ekspor produk furniture melalui The 14th Mebel Expo
Uzbekistan di Uzexpocenter, Tashkent, 1 Maret 2017.
c. Promosi TTI melalui kegiatan Bisnis Forum Indonesia - Arab Saudi, Jakarta, 3
Maret 2017.
d. Fasilitasi promosi ekspor
consumer goods pada
Pameran The 17th World
Food Uzbekistan, Tashkent,
29-31 Maret 2017.
e. Fasilitasi promosi
pariwisata Indonesia
dalam Kazakhstan
International Tourism Fair,
Kazakhstan, 19-21 April
2017.
Menteri Luar Negeri, Retno L.P. Marsudi, dalam
pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional
Afrika Selatan, Maite Nkoana-Mashabane,
Cape Town, Afrika Selatan, 6 Februari 2017
Business Matchmaking dalam promosi pariwisata Indonesia pada Kazakhstan International Tourism Fair, 19-21 April 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 56
f. Fasilitasi kegiatan promosi TTI dalam kunjungan Menlu RI beserta delegasi
bisnis RI ke Nigeria, 3-6 Juni 2017.
g. Fasilitasi kegiatan promosi TTI dalam kunjungan misi bisnis delegasi Tur Afrika
ke-2 Menlu/Wamenlu RI ke Ethiopia, 11-13 Juni 2017.
h. Promosi TTI melalui kegiatan ‘’Indonesia-Middle East Annual Gathering on
Economy’’, Bandung, 8 - 10 Oktober 2017.
i. Business Gathering bekerjasama dengan KADIN dalam rangka promosi
perdagangan dan investasi dengan pengusaha dan investor Timur Tengah, di
BSD, Tangerang Selatan, Banten, 10 Oktober 2017.
j. Pelaksanaan Familiarization Trip Dep Magazine Vietnam ke Jakarta, Yogyakarta,
dan Bali, 4-11 Maret 2017
Menteri Luar Negeri membuka Indonesia-Nigeria Business Forum pada rangkaian kunjungan Africa Tour ke-2 “Indonesia means business with Africa”,
Lagos-Nigeria, 3 Juni 2017
Indonesia-Middle East Annual Gathering on Economy, Bandung, 8-10 Oktober 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 57
k. Promosi TTI melalui kegiatan Kunjungan Tim Indonesia Business Connection
(IBC) ke Timor-Leste, 17 - 20 Mei 2017.
l. Fasilitasi kegiatan promosi peluang investasi di Indonesia dalam Collective call of
Business Leader antara Presiden RI dengan 30 CEO perusahaan Jepang, pada
kesempatan kunjungan resmi Perdana Menteri Jepang ke Indonesia, Jakarta, 15-
16 Januari 2017.
Dalam pencapaian IKU B.2.3 tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
menghadapi tantangan, antara lain:
a. Jumlah pengusaha Indonesia yang ikut serta dalam kegiatan promosi TTI tidak
memenuhi kuota. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih adanya stigma
yang belum melihat beberapa negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika sebagai
pasar potensial.
b. Pembatalan acara pameran oleh pihak penyelenggara setempat, dikarenakan
dinamika situasi politik dan keamanan negara penyelenggara yang kurang
kondusif.
c. Masih rendahnya motivasi para pelaku usaha untuk mengikuti kegiatan promosi
perdagangan di negara-negara pasar prospektif, karena adanya faktor
keterbatasan informasi yang dimiliki terkait potensi di negara-negara tersebut
serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan promosi
perdagangan di luar negeri.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
bekerjasama dengan Perwakilan RI di luar negeri dan stakeholders terkait mengupayakan
berbagai langkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kegiatan forum bisnis untuk memberikan sosialisasi kepada dunia
usaha nasional mengenai potensi dan peluang ekspor ke negara-negara di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika, khususnya ke pasar prosfektif (non-tradisional).
b. Terkait pembatalan acara promosi/pameran TTI oleh pihak penyelenggara
setempat, diupayakan untuk mendorong pihak penyelenggara untuk
menjadwalkan ulang kegiatan pameran/promosi atau mengarahkan anggaran
kegiatan promosi TTI ke event pameran/promosi TTI lainnya.
c. Meningkatkan kerja sama dengan Kementerian/Lembaga dan instansi terkait
guna mengupayakan sponsorship bagi UKM untuk mengikuti kegiatan promosi.
d. Mengoptimalkan pemanfaatan market intelligence sebagai sumber data dan
informasi bagi para pengusaha nasional terkait berbagai potensi yang ada di
negara-negara pasar prosfektif.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
melakukan berbagai upaya sebagai berikut:
a. Mengintensifkan koordinasi dan kerja sama dengan Perwakilan RI serta
stakeholders terkait lainnya untuk peningkatan jumlah pelaksanaan program
promosi, khususnya promosi perdagangan yang terpadu dan bersinergi, baik
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 58
antarkementerian pemerintah, maupun sektor pelaku usaha dan pelaku ekspor
melalui pameran dagang, misi dagang, instore promotion, pembangunan pusat-
pusat promosi produk potensi ekspor Indonesia di luar negeri (misalnya:
Indonesia Trading House dan House of Indonesia), serta buying mission. Salah satu
kegiatan promosi yang perlu ditingkatkan adalah pameran dagang berskala
internasional yang dilaksanakan di dalam negeri (seperti: Trade Expo Indonesia),
sehingga dapat diikuti oleh lebih banyak lagi pelaku usaha nasional dengan biaya
yang relatif lebih murah.
b. Meningkatkan kerja sama antara para pemangku kepentingan terkait dalam
upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan promosi yang sifatnya terintegrasi
antara sektor investasi, perdagangan dan pariwisata (trade, tourism and
investment – TTI) serta budaya dan kuliner Indonesia, termasuk melibatkan
Pemerintah Daerah dan sektor swasta lainnya. Promosi TTI tersebut dilakukan
dengan sistem tematik yang disesuaikan dengan perkembangan waktu dan
kecenderungan kebutuhan konsumen.
c. Meningkatkan kerja sama dengan Perwakilan RI untuk menggalakkan
pelaksanaan promosi TTI secara “door-to-door” kepada konsumen potensial di
negara akreditasi. Kegiatan ini selain untuk promosi TTI juga bertujuan untuk
dapat memperoleh feed back secara spesifik dari masing-masing konsumen
potensial, khususnya terkait kemungkinan perlunya fasilitasi business
matchmaking dengan stakeholders terkait di Indonesia, serta kendala yang
mungkin dihadapi di lapangan, sehingga dapat diupayakan penyelesaiannya.
IKU B.2.4 : PERSENTASE PRAKARSA/REKOMENDASI INDONESIA DI
BIDANG EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA YANG
DITERIMA PADA FORUM REGIONAL DI KAWASAN ASIA
PASIFIK DAN AFRIKA
Capaian IKU B.2.4 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi,
sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.16 Capaian IKU B.2.4 Tahun 2017
IKU B.2.4 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase
prakarsa/rekomendasi
Indonesia bidang ekonomi,
sosial dan budaya yang diterima
pada forum regional di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika
Jumlah prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima di bidang
ekonomi, sosial dan budaya
32
Jumlah prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang disampaikan di bidang
ekonomi, sosial dan budaya
32
Realisasi 100%
Target 80%
Capaian 125%
Batas Toleransi Capaian 120%
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 59
Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial
dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
adalah sebesar 100% dari target sebesar 80% (capaian maksimal 120%), yaitu dengan
realisasi 32 prakarsa/rekomendasi dari target 32 prakarsa/rekomendasi. Beberapa
prakarsa/ rekomendasi tersebut antara lain:
a. Pada pertemuan APEC Economic Leaders Week (AELW) / KTT APEC ke - 25 yang
dilaksanakan di Danang-Vietnam, tanggal 6 - 11 November 2017,
prakarsa/inisiatif/rekomendasi Indonesia di bidang ekososbud yang diterima,
antara lain: dampak negatif illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF);
tindak lanjut Deklarasi Lima mengenai Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik
(FTAAP); pembangunan konektivitas di daerah terpencil; pemberdayaan petani
dan nelayan untuk ketahanan pangan; internasionalisasi UMKM; dan
pembangunan sumber daya manusia di era digital.
b. Pada pertemuan The 56th APEC Telecommunications and Information Working
Group Meeting (TELWG - 56) yang dilaksanakan di Bangkok-Thailand tanggal 10-
15 Desember 2017, Indonesia menyampaikan perkembangan regulasi dan
kebijakan yang telah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika
dalam mendorong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di
Indonesia. Adapun rekomendasi Indonesia yang diterima berupa kerja sama
pembangunan infrastruktur dan layanan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
c. Pada Symposium on Priorities for APEC 2018 and APEC Informal Senior Officials
Meeting (ISOM) yang dilaksanakan di Port Moresby-Papua New Guinea tanggal
5-6 Desember 2017, prakarsa/inisiatif/rekomendasi Indonesia di bidang
ekososbud yang diterima, antara lain: melanjutkan dan mendorong isu kerja
sama pembangunan pedesaan secara holistik dan fasilitasi akses pasar produk
pertanian untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
APEC Economic Leaders Week (AELW) KTT APEC ke-25, Danang-Viet Nam, 6-11 November 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 60
d. Pada Konsultasi Publik Indonesia - Australia Relations “Challenges and the Way
Forward - Potensi Perluasan Kerja Sama Ekonomi, Sosial - Budaya RI-Australia
dalam kerangka Kerja Sama Kemaritiman Bilateral dan Regional (IORA)” yang
dilaksanakan di Surabaya tanggal 14-16 November 2017, prakarsa/inisiatif/
rekomendasi Indonesia dalam bidang sosial budaya yang diterima, antara lain:
(i) Mendorong antusiasme dan semangat mahasiswa untuk menjadi pemimpin
masa depan; (ii) menyampaikan peluang peningkatan transaksi perdagangan
dengan Australia; (iii) mendapatkan masukan terkait upaya mendorong
information sharing dan penelitian dengan Australia.
e. Pada Pertemuan Tingkat Menteri Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-
Philippines - East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) ke-21, di Tarakan,
Kalimantan Utara pada tanggal 30 November - 3 Desember 2017, prakarsa
Indonesia dalam bidang ekososbud yang diterima, yaitu: usulan Priority
Infrastructure Projects (PIPs) dalam bidang pariwisata, konektivitas,
perdagangan, investasi, dan pendidikan yang termuat dalam Implementation
Blueprint 2017-2025 untuk mewujudkan BIMP-EAGA Vision 2025.
Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam
pencapaian target IKU B.2.4 antara lain: kurang optimalnya respon dari negara mitra
terhadap usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum regional di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika. Selain itu, dihadapi pula tantangan yang berasal dari rendanya partisipasi
Pemerintah Daerah dan swasta lokal dalam penanganan proyek serta adanya kendala
pendanaan.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
senantiasa melakukan upaya pendekatan dan koordinasi kepada pihak-pihak dan negara-
negara terkait guna mempromosikan usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia sehingga
dapat diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Kementerian Luar
Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika bersama dengan Kementerian
BIMP-EAGA 21st Ministerial Meeting, Tarakan, Kalimantan Utara,3 Desember 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 61
Koordinator Bidang Perekonomian mendorong koordinasi dan partisipasi aktif Pemerintah
Daerah dan swasta lokal untuk berperan aktif dalam kerja sama ekonomi sub-regional.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
berupaya mengintensifkan pertemuan informal dan formal dalam rangka mempertemukan
mutual understanding atas national interest dengan negara mitra. Pertemuan akan
diupayakan untuk dapat dilaksankan 6-12 bulan sebelum pelaksanaan Forum Regional.
5. SASARAN STRATEGIS
(B.3)
: DUKUNGAN DAN KOMITMEN NASIONAL YANG TINGGI
ATAS KESEPAKATAN INTERNASIONAL DI KAWASAN
ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Segala bentuk kesepakatan internasional antara Indonesia dengan negara mitra, baik
dalam konteks kerja sama bilateral maupun prakarsa/rekomendasi nasional yang terwujud
melalui fora intra dan antarkawasan tentunya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat
ekonomi, keuangan serta pembangunan yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Untuk itu, diperlukan berbagai upaya tindak lanjut dan implementasi riil hasil-hasil
keepakatan kerja sama serta prakarsa/rekomendasi nasional tersebut oleh para pemangku
kepentingan (stakeholders), khususnya di dalam negeri.
Pencapaian sasaran strategis B.3 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi
atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 2
(dua) Indikator Kinerja Utama, yaitu:
Tabel 3.17 Capaian B.3 Tahun 2017
No IKU B.3 Target Realisasi Capaian
1
Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri (IKU B.3.1)
80% 95,31% 119,14%
2
Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri (IKU B.3.2)
80% 100 125%
Total Capaian B.3 244,14%
Rata-rata Capaian B.3 122,07%
Batas Toleransi Rata-rata Capaian B.3 120%
Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis B.3
Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika mencapai maksimum 120%.
Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam
pencapaian target sasaran strategis B.3 antara lain:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 62
a. Perubahan kebijakan di tingkat nasional maupun daerah akibat adanya
perubahan kepemimpinan. Salah satu di antara perubahan kebijakan tersebut
adalah terjadinya perubahan nomenklatur pada sejumlah Kementerian yang
menghambat upaya tindak lanjut kesepakatan kerja sama bilateral maupun
regional.
b. Ketidaksiapan Kementerian/Lembaga teknis, Pemerintah Daerah serta
stakeholders terkait lainnya dalam pelaksanaan kesepakatan yang telah dicapai
secara bilateral maupun regional. Salah satu di antaranya adalah ketidaksiapan
data dari Pemerintah Daerah di Indonesia untuk mendukung tindak lanjut
kesepakatan kerja sama dalam bidang ekonomi dan investasi asing di daerah.
c. Kurangnya komitmen Kementerian/Lembaga teknis terkait, Pemerintah Daerah
serta stakeholders lainnya dalam menindaklanjuti kesepakatan kerja sama yang
telah dicapai secara bilateral maupun regional.
d. Ketidakjelasan penjuru/focal point di beberapa daerah dalam memfasilitasi
minat kerja sama, terutama di bidang ekonomi.
e. Keterbatasan anggaran dan SDM di Kementerian/Lembaga terkait, koordinasi
antar Kementerian/Lembaga yang masih lemah serta prioritas yang berbeda.
f. Kurangnya diseminasi informasi kesepakatan kerja sama yang telah dicapai
secara bilateral maupun regional kepada para stakeholders terkait.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
senantiasa melakukan berbagai upaya, antara lain:
a. Meningkatkan pertemuan dan komunikasi dengan Kementerian/Lembaga terkait
melalui rapat interkementerian dalam rangka penguatan koordinasi.
b. Bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk meningkatkan sinergi
dan integrasi program kerja yang sudah dan akan dilaksanakan, khususnya yang
terkait dengan tindak lanjut kesepakatan kerja sama yang telah dicapai secara
bilateral maupun regional.
Sebagai langkah solutif ke depan, perlu diupayakan berbagai langkah, antara lain:
a. Pembentukan forum komunikasi/koordinasi khusus antara Kementerian Luar
Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dengan stakeholders terkait
sebagai wadah untuk melakukan diseminasi dan pembaruan informasi mengenai
kesepakatan kerja sama yang telah dicapai secara bilateral maupun regional.
Melalui forum tersebut, dapat dilakukan pula monitoring rencana tindak lanjut
kesepakatan kerja sama serta evaluasi terhadap realisasinya secara periodik.
b. Peningkatan kapasitas SDM, khususnya di Kementerian Luar Negeri c.q.
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sebagai focal point dalam
memfasilitasi upaya tindak lanjut kesepakatan kerja sama.
IKU B.3.1 : PERSENTASE KESEPAKATAN KERJA SAMA BILATERAL DI
KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG
DITINDAKLANJUTI OLEH STAKEHOLDERS DALAM NEGERI
Capaian IKU B.3.1 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 63
Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.18 Capaian IKU B.3.1 Tahun 2017
IKU B.3.1 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase kesepakatan kerja
sama bilateral di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika yang
ditindaklanjuti oleh stakeholders
dalam negeri
Jumlah kesepakatan kerja sama yang
ditindaklanjuti 61
Jumlah kesepakatan kerja sama yang
akan ditindaklanjuti 64
Realisasi 95,31%
Target 80%
Capaian 119,14%
Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri adalah sebesar 95,31%
dari target sebesar 80% (capaian 119,14%), yaitu dengan realisasi 61 kesepakatan dari
target 64 kesepakatan. Beberapa tindak lanjut/implementasi kesepakatan tersebut oleh
stakeholders dalam negeri, antara lain:
a. Terjalinnya kerja sama antara PT. Transnusa Aviation Mandiri dengan Air Timor
dalam pembukaan rute penerbangan Kupang-Dili melalui kerja sama charter
flight. Penerbangan tersebut secara resmi dibuka pada tanggal 15 Desember
2017. Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari Air
Transport Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and
the Government of the Democratic Republic of Timor-Leste, Dili 27 Juli 2010.
b. Terjalinnya kerjasama antara beberapa perusahaan Indonesia dengan
perusahaan Nigeria, antara lain: PT Wijaya Karya dengan lima perusahaan Afrika
Selatan (Glowax, Maubane Fapital (Pty) Ltd, Shirdo Trading, Bols /NAFCOC) yang
tertarik dengan sektor konstruksi, pergudangan, properti, pengolahan limbah
dan pertambangan; PT. Charoen Pokphand bekerja sama dengan tiga potensial
partner (Afrigrow, Afriholding (Pty) Ltd dan International Trade and
Jumpa Pers Wakil Menteri Transportasi dan Komunikasi Timor Leste, Inacio Moreira
(tengah) didampingi Presiden Direktur TransNusa Aviation
Mandiri, Juvenile Jodjana (kedua dari kanan), dan
Direktur Air Timor, Fransisco de Iliveira (paling kiri)
Dili, 15 Desember 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 64
Commodities, Otto Mbanglala) dalam menjajaki peluang ekspor produk daging
dari Afsel ke Indonesia; Rainbow Roof Group dengan perusahaan distributor
Richard Zulu asal Afrika Selatan; PT Sungai Budi dan PT Musim Mas bekerja
sama dengan Advance Cash and Carry untuk ekspor soap noodle; serta PT Gajah
Tunggal bekerja sama dengan distributor produk ban motor di Afrika Selatan.
Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari Trade
Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the
Government of the Republic of South Africa, Cape Town, 20 November 1997.
c. Terjalinnya kerja sama antara Indonesia Exim Bank dengan tiga perusahaan
rekanan potensial di Nigeria dalam bidang fasilitasi pembiayaan. Kerja sama
tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari Agreement between the
Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Federal
Republic of Nigeria on Economic and Technical Cooperation, Jakarta, 21 Desember
2000.
d. Terjalinnya kerja sama antara Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dengan
beberapa perguran tinggi di Sudah (di bawah koordinasi Menteri Pendidikan
Tinggi Sudah). Kerja sama diwujudkan dengan pengiriman 5 orang dosen dan
guru besar Sudan untuk mengajar mahasiswa S2 dan S3 dalam bidang Bahasa
Arab, ilmu Al-Qur'an dan ekonomi Islam di UIN Malang. Pengiriman dilakukan
sejak tahun 2015 sampai Juni 2017. Kerja sama tersebut merupakan tindak
lanjut/implementasi dari MoU between the Government of the Republic of
Indonesia and the Government of the Republic of the Sudan concerning
Cooperation on Education and Religious Affairs, Jakarta, 15 October 2001.
e. Terlaksananya trilateral maritime patrol di Tarakan, Indonesia, 19 Juni 2017;
trilateral air patrol di Subang, Malaysia, 12 Oktober 2017; dan trilateral port visit
di Tawi-tawi, Filipina, 15 November 2017. Patroli tersebut merupakan tindak
lanjut dari Trilateral Cooperative Arrangement Indonesia-Malaysia-Filipina, yang
ditandatangani di Jakarta, 14 Juli 2016.
Satgas Trilateral Maritime Patrol Indonesia-Malaysia-
Filipina melaksanakan Tactical Floor Game (TFG) di Gleadak Kapal Helly KRI
dr. Soeharso (SHS)-990 pada 17 Juni 2017, dalam
rangka memantapkan persiapan patroli bersama,
Tarakan, Indonesia
Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, dalam Peresmian Trilateral Maritime Patrol Indomalphi di Tarakan, Kalimantan Utara, 19 Juni 2017:
“…launching ini jadi garis awal dan momentum bersejaran untuk ketiga negara, dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja sama pertahanan di masa yang akan datang, dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan”
(Detik News, 22 Juni 2017)
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 65
IKU B.3.2 : PERSENTASE PRAKARSA/REKOMENDASI PADA FORUM
KERJA SAMA INTRAKAWASAN DAN ANTARKAWASAN
ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG DITINDAKLANJUTI
OLEH STAKEHOLDERS DALAM NEGERI
Capaian IKU B.3.2 Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama
intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh
stakeholders dalam negeri, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.19 Capaian IKU B.3.2 Tahun 2017
IKU B.3.2 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase
prakarsa/rekomendasi pada
forum kerja sama intrakawasan
dan antarkawasan Asia Pasifik
dan Afrika yang ditindaklanjuti
oleh stakeholders dalam negeri
Jumlah realisasi prakarsa/rekomendasi
Indonesia di forum kerja sama
intrakawasan dan antarkawasan yang
ditindaklanjuti
8
Jumlah rencana prakarsa/rekomendasi
Indonesia di forum kerja sama
intrakawasan dan antarkawasan yang
ditindaklanjuti
8
Realisasi 100%
Target 80%
Capaian 125%
Batas Toleransi Capaian 120%
Prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja sama intrakawasan dan
antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam
negeri adalah sebesar 100% dari target sebesar 80% (capaian maksimum 120%),
yaitu dengan realisasi 8 prakarsa/rekomendasi dari target 8 prakarsa/rekomendasi.
Beberapa tindak lanjut/
implementasi prakarsa/
rekomendasi tersebut oleh
stakeholders dalam negeri, antara
lain:
a. Prakarsa/rekomendasi
Indonesia pada KTT
Pacific Islands Forum
(PIF) ke-48 di Apia,
Samoa, tanggal 4 – 8
September 2017, untuk
memperkuat
constructive engagement
antara negara anggota Penandatanganan Letter of Intent Kerja Sama Riset antara Maluku Corner dengan Mitra Lembaga Riset University of the South Pacific (USP) dan Fiji
National University (FNU), Suva, 18 November 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 66
PIF dengan Indonesia dalam berbagai sektor selaku Mitra Wicara di PIF.
Prakarsa tersebut ditindaklanjuti melalui kerja sama riset antara lembaga riset
Maluku Corner (MC) di Universitas Padjadjaran, Universitas Pattimura,
Universitas Khairun dan Parahyangan Center for International Studies
Universitas Katolik Parahyangan dengan University of the South Pacific dan Fiji
National University. Sepanjang tahun 2017, telah dilakukan 2 kali kunjungan
dosen ahli/peneliti Indonesia ke Fiji, yaitu pada bulan November dan Desember
2017. Kerja sama penelitian meliputi komparasi bidang pertanian, kehutanan
dan maritim antara Indonesia bagian timur dan Pasifik, kajian kebijakan
strategis Pasifik dalam menghadapi isu lingkungan dan bencana alam, serta
kajian perkembangan demokratisasi di Pasifik. Kerja sama dengan dua
universitas ternama di Pasifik tersebut terbentuk dengan dukungan dari Ditjen
Aspasaf berkolaborasi dengan KBRI Suva.
b. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara dan Balai Taman Nasional Kayan
Mentarang (TNKM) telah melaksanakan kegiatan promosi green ecotourism
“Visit The Heart of Borneo” dalam The 11th Heart of Borneo (HOB) Trilateral
Meeting, Tarakan, 11 - 12 Oktober 2017 sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Kegiatan promosi tersebut menampilkan informasi potensi green ecotourism
Indonesia, antara lain: keanekaragaman flora, fauna, budaya dan wisata alam
serta hasil kerajinan dan mempamerkan produk unggulan masyarakat Indonesia
di sekitar kawasan seperti anyaman rotan, manik, beras adan, garam gunung dan
gula tebu. The 11th HOB Trilateral Meeting dihadiri oleh 3 negara yaitu Brunei
Darussalam, Indonesia, dan Malaysia. Kegiatan tersebut merupakan tindaklanjut
dari prakarsa/rekomendasi Indonesia terkait dengan Green Ecotourism and
Destination Development in HoB, yang merupakan salah satu hasil pertemuan The
1st Meeting of the Heart of Borneo (HOB) Technical Committee on Joint Projects
and Activities, Malaysia, 19 - 20 Juli 2016.
Promosi Green Ecotourism Indonesia “Visit The Hearth of Borneo” dalam The 11th Hearth of Borneo Trilateral Meeting,
Tarakan, 11-12 Oktober 2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 67
6. SASARAN STRATEGIS
(L.1)
: IMPLEMENTASI TALENT MANAGEMENT DI DIREKTORAT
JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan pencapaian kinerja
organisasi adalah sumber daya manusia (SDM) yang dalam hal ini adalah seluruh jajaran
aparatur pelaksana di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Untuk itu, SDM
harus dikelola dengan optimal, terutama dari segi kompetensinya dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.
Setiap aparatur pelaksana pada prinsipnya harus memiliki kecakapan, dedikasi,
keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tanggung jawab dan posisinya dalam
organisasi. Namun demikian, seiring dinamika tantangan tugas di lapangan yang semakin
besar, maka tuntutan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pagawai juga
semakin tinggi. Oleh karena itu, Ditjen Aspasaf senantiasa melakukan berbagai upaya talent
management berupa pembinaan, motivasi dan pengembangan potensi serta kompetensi SDM
yang dimiliki guna dapat memenuhi kriteria kondisi internal yang mencakup unsur
pengetahuan, keterampilan, interpesonal dan intrapersonal yang mampu menunjang
pencapaian kinerja organisasi secara optimal.
Tujuan penerapan talent management adalah untuk menciptakan Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika menjadi sebuah organisasi berkelanjutan yang memiliki kinerja tinggi
dan memenuhi tujuan serta sasaran strategis dan operasional yang telah ditetapkan sejalan
dengan pencapaian visi dan misi Kementerian Luar Negeri secara umum. Keberhasilan
implementasi talent management di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
(sasaran strategis L.1) diukur dengan indikator “Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetisi jabatan” (IKU L.1.1) sebagai berikut:
Tabel 3.20 Capaian IKU L.1.1 Tahun 2017
IKU L.1.1 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase pejabat di Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan
Jumlah pejabat (eselon I dan II) di
lingkungan Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika yang telah
memenuhi kompetensi jabatan
3
Jumlah pejabat (eselon I dan II) di
lingkungan Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika
8
Realisasi 37,5%
Target 50%
Capaian 75%
Selama tahun 2017, “Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan” sebesar 37,5% dari target
50% (capaian 75%), atau dengan realisasi 3 orang pejabat dari target 8 orang pejabat.
Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian IKU L.1.1, antara lain:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 68
a. Adanya standar kompetensi jabatan baru pada setiap jenjang jabatan di
Kementerian Luar Negeri yang mulai diterapkan pada awal tahun 2017. Standar
kompetensi jabatan baru tersebut sesuai dengan tugas dan fungsi, proses bisnis,
peta jabatan dan analisa jabatan berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Luar Negeri. Dengan demikian, assessment pemenuhan standar
kompetensi jabatan untuk setiap pejabat eselon I dan II di lingkungan Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika hanya dapat dilakukan untuk pejabat yang baru
ditunjuk/dilantik pada tahun 2017, yaitu sebanyak 3 orang pejabat. Kondisi
tersebut menyebabkan realisasi yang lebih kecil dari target yang telah
ditetapkan sebanyak 8 orang pejabat.
b. Implementasi talent management tersebut hanya diterapkan untuk pejabat
eselon I dan II, dan belum diterapkan untuk seluruh pegawai di Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
akan melakukan upaya antara lain: meningkatkan koordinasi intensif dengan Biro Sumber
Daya Manusia - Kementerian Luar Negeri terkait dengan hasil assessment standar
kompetensi jabatan untuk setiap aparatur pelaksana yang telah diangkat/ditunjuk sebagai
pejabat eselon I dan II di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan
meningkatkan koordinasi dengan Biro SDM dan Biro Perencanaan dan Organisasi untuk:
a. Menyempurnakan peta jabatan dan standar kompetensi jabatan yang ada.
b. Menjajaki kemungkinan penerapan assessment kompetensi jabatan untuk
aparatur pelaksana selain unsur pimpinan eselon I dan eselon II. Ruang lingkup
assessment tersebut dapat diterapkan secara bertahap, dimulai dari pejabat
eselon III, serta pejabat eselon IV, pejabat fungsional dan para pelaksana pada
tahun-tahun selanjutnya.
Penyempurnaan peta jabatan dan standar kompetensi jabatan, serta pelaksanaan assessment
pada seluruh pegawai dinilai penting mengingat keterkaitannya dengan kualitas dan
kompetensi aparatur pelaksana sebagai suatu agregat yang bernilai strategik bagi
peningkatan kinerja serta keunggulan kompetitif organisasi.
7. SASARAN STRATEGIS
(L.2)
: ORGANISASI DAN TATA KELOLA YANG BAIK DI
DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Suatu organisasi pemerintah dinilai dapat mewujudkan good governance apabila
seluruh komponen dan proses di dalamnya dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
kewajaran, transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab dan kemandirian. Oleh karena itu,
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika secara berkesinambungan terus melakukan
berbagai upaya pembenahan dan penataan kembali sistem kelembagaan serta aparatur
sesuai prinsip good governance. Upaya tersebut pada akhirnya diharapkan dapat mendukung
keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 69
Pencapaian sasaran strategis L.2 Organisasi dan tata kelola yang baik di
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 2 (dua) Indikator Kinerja
Utama, yaitu:
Tabel 3.21 Capaian L.2 Tahun 2017
No IKU L.2 Target Realisasi Capaian
1 Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri (IKU L.2.1)
85 77,44 91,11%
2 Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (IKU L.2.2)
76 76,60 100,79%
Total Capaian L.2 191,9%
Rata-rata Capaian L.2 95,95%
Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis L.2
Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mencapai 95,95%.
IKU L.2.1 : NILAI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LUAR
NEGERI
Sebagai salah satu unit kerja eselon I di Kementerian Luar Negeri, pencapaian
sasaran strategis “Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika” dinilai menggunakan indikator kinerja “Nilai reformasi birokrasi
Kementerian Luar Negeri”. Capaian IKU L.2.1 Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar
Negeri dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.22 Capaian IKU L.2.1 Tahun 2017
IKU L.2.1 Target Realisasi Capaian
Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri
85 77,44 91,06%
Capaian IKU L.2.1 91,11%
Pada tahun 2017, Kementerian Luar Negeri memperoleh nilai reformasi
birokrasi sebesar 77,4 dengan capaian 91,11% dari target nilai sebesar 85. Nilai
tersebut menunjukkan keberhasilan pelaksanaan program reformasi birokrasi Kementerian
Luar Negeri dalam rangka mewujudkan good governance.
Tantangan utama yang dihadapi dalam pencapaian target IKU L.2.1 antara lain:
a. Belum adanya kesesuaian antara struktur organisasi dengan SDM yang ada
(masih adanya jabatan yang belum terisi), sehingga beberapa fungsi tertentu
dalam organisasi belum berjalan secara optimal. Kondisi tersebut pada
gilirannya akan mempengaruhi kinerja organisasi.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 70
b. SOP Mikro yang ada saat ini masih bersifat generik dan belum dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk pelaksanaan suatu kegiatan (daily activities) Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sifatnya lebih teknis. Disamping itu, belum
terdapat mekanisme evaluasi pelaksanaan SOP Mikro.
c. Sistem e-government belum digunakan secara menyeluruh dan terintegrasi
dalam organisasi.
d. Terkait penataan sistem manajemen SDM, assessment belum mencakup seluruh
pegawai. Selain itu, pemberian tunjangan kinerja belum didasarkan pada capaian
kinerja individu.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, diperlukan berbagai upaya dan langkah
solutif ke depan, antara lain:
a. Meningkatkan penataan dan penguatan organisasi untuk mewujudkan
kesesuaian antara struktur organisasi dengan SDM yang ada. Kekurangan SDM
memiliki implikasi yang cukup signifikan dalam pencapaian target kinerja
organisasi. Dalam jangka pendek, dapat dilakukan optimalisasi SDM yang ada
untuk mencapai target kinerja. Namun demikian, untuk jangka panjang,
diperlukan adanya upaya perekrutan untuk memenuhi kesenjangan antara
ketersediaan SDM dengan bezetting yang ada.
b. Melaksanakan evaluasi SOP secara periodik dan menindaklanjuti hasil evaluasi
tersebut.
c. Meningkatkan penerapan/penggunaan e-governement yang terintegrasi dalam
organisasi.
d. Meningkatkan penataan Sistem Manajemen SDM, antara lain melalui
pelaksanaan assessment bagi seluruh pegawai serta penerapan sistem tunjangan
kinerja yang berbasis pada capaian kinerja individu.
e. Meningkatkan akuntabilitas, monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja melalui
suatu mekanisme pemantauan kinerja, pengumpulan data kinerja secara
terpadu, serta evaluasi kinerja internal secara periodik dan berkesinambungan.
IKU L.2.2 : NILAI EVALUASI AKIP DIREKTORAT JENDERAL ASIA
PASIFIK DAN AFRIKA
Penilaian terhadap implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) di dalam organisasi merupakan salah satu bentuk transparansi akuntabilitas kinerja
kepada publik. Evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dilaksanakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri melalui monitoring dan penilaian terhadap 5
(lima) komponen dasar manajemen kinerja yang meliputi: Perencanaan Kinerja, Pengukuran
Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal dan Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi.
Dalam hal ini, dilakukan evaluasi terhadap dokumen AKIP, seperti: Rencana Strategis
(Renstra), Indikator Kinerja Utama (IKU), Perjanjian Kinerja (PK), Laporan Kinerja (LKj),
Rencana Aksi, Realisasi Rencana Aksi dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Nilai yang
digunakan pada tahun 2017 merupakan hasil evaluasi terhadap dokumen AKIP Tahun
Anggaran 2016, mengingat evaluasi AKIP satu tahun anggaran dilaksanakan pada awal
semester II tahun berikutnya.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 71
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
memperoleh nilai AKIP Tahun 2016 sebesar 76,6 atau dengan kategori penilaian BB
(Sangat Baik). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap kualitas dokumen AKIP
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai nilai 76,2 poin. Adapun rincian hasil penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.23 Hasil Evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Tahun 2016
No. Komponen yang Dinilai Bobot Nilai Tahun 2016
1. Perencanaan Kinerja 30% 24,20
2. Pengukuran Kinerja 25% 18,13
3. Pelaporan Kinerja 15% 10,42
4. Evaluasi Kinerja 10% 6,35
5. Capaian Kinerja 20% 17,50
Nilai Hasil Evaluasi 100% 76,60
Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB
Sumber : Surat Dinas Inpektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri Nomor 03349/PW/10/2017/68/11 tertanggal 16 Oktober 2017 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja pada Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri
Dengan demikian, capaian IKU L.2.2 Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar
Negeri dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.24 Capaian IKU L.2.2 Tahun 2017
IKU L.2.2 Target Realisasi Capaian
Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
76 76,60 100,79%
Capaian IKU L.2.2 100,79%
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika memperoleh nilai AKIP sebesar 76,6, atau dengan capaian 100,79% dari target nilai sebesar 76.
Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam
pencapaian target IKU L.2.2 antara lain:
a. Belum dilakukannya reviu Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) secara
berkala.
b. Penetapan target kinerja belum sepenuhnya berorientasi pada outcome.
c. Perencanaan kegiatan dan anggaran yang belum sepenuhnya sesuai dengan
realisasi.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 72
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
melakukan berbagai upaya dan langkah solutif ke depan, antara lain:
a. Reviu Dokumen RENSTRA akan dijadwalkan secara berkala untuk meninjau
kembali sasaran dan tujuan organisasi yang sekiranya perlu disesuaikan,
terutama dengan adanya perubahan pada Peta Strategi dan Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang berbasis balanced scorecard (BSC) serta kebijakan Pimpinan
lainnya.
b. Menetapkan rumusan IKU Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang
berbasis balanced scorecard (BSC). IKU Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika tersebut merupakan cascading dari IKU Kementerian Luar Negeri. Dengan
demikian, diharapkan penetapan target kinerja pada periode berikutnya lebih
berorientasi pada hasil (outcome).
c. Mematangkan/meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran
untuk memperkecil gap antara rencana dan realisasi.
8. SASARAN STRATEGIS
(L.3)
: PENINGKATAN ENGAGEMENT PEGAWAI DI
DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Engagement pegawai merupakan suatu kondisi dimana pegawai cenderung merasa
puas dengan hasil pekerjaannya serta merasa memiliki keterlibatan, komitmen, keinginan
berkontribusi dan rasa memiliki (ownership) yang tinggi terhadap organisasi. Dalam hal ini,
engagement pegawai sangat diperlukan tidak hanya untuk memberikan kepuasan kerja,
namun juga untuk menumbuhkan semangat, rasa saling percaya diri (trust), loyalitas serta
kebanggan terhadap pekerjaan dan organisasi. Dengan adanya peningkatan engagement,
diharapkan setiap pegawai dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam mendukung
pencapaian kinerja organisasi.
Pencapaian Sasaran Strategis L.3 Peningkatan engagement pegawai di
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan IKU L.3.1 Indeks
engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
IKU L.3.1 : INDEKS ENGAGEMENT PEGAWAI DI DIREKTORAT
JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
Pengukuran indeks dilakukan melalui survei kepada seluruh pegawai Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan oleh Biro Sumber Daya Manusia. Survei
tersebut bertujuan untuk:
a. Menilai tingkat kepuasan pegawai terhadap kapasitas organisasi.
b. Menilai tingkat kontribusi dari setiap pegawai di lingkungan Ditjen Asia Pasifik
dan Afrika terhadap kinerja organisasi.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat engagement dengan karakteristik
individu setiap pegawai.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 73
d. Menggali informasi mengenai faktor-faktor penghambat dan pendorong tingkat
engagement pegawai.
e. Merumuskan strategi employee engagement yang efektif guna meningkatkan
kinerja organisasi.
Dalam survei tersebut, data diperoleh dari “self-assessment” pegawai atas kinerjanya.
Masukan pegawai Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tentang kinerja tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan tingkat kepuasan pegawai guna mengidentifikasi tingkat
engagement pegawai secara keseluruhan dan individual.
Survei engagement pegawai dilaksanakan secara online pada tanggal 14 November
2017 s/d 6 Desember 2017 dengan target seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Luar
Negeri. Adapun tingkat partisipasi responden dari Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
yang mengisi kuesioner secara lengkap berjumlah 64 pegawai atau 8,15% dari jumlah
populasi sebanyak 785 pegawai Kementerian Luar Negeri yang melakukan pengisian survei.
Berdasarkan survei yang dilakukan, nilai indeks engagement pegawai terhadap
kapasitas organisasi sebesar 3,47 atau dengan capaian 115,67% dari target yang telah
ditetapkan sebesar 3 poin. Nilai indeks engagement Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika tersebut lebih tinggi dari rata-rata nilai indeks engagement Kementerian
Luar Negeri secara umum sebesar 3,44 poin.
Tabel 3.25 Capaian IKU L.3.1 Tahun 2017
IKU L.3.1 Target Realisasi Capaian
Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
3 3,47 115,67%
Capaian IKU L.3.1 115,67%
Tantangan utama yang dihadapi dalam pencapaian IKU L.3.1 antara lain:
a. Belum adanya data pembanding terhadap hasil survei, mengingat pengisian
survei bersifat self-asessment. Hal tersebut dinilai akan berdampak pada
objektivitas hasil survei.
b. Masih terdapatnya beberapa faktor yang berdampak negatif terhadap tingkat
kepuasan pegawai, antara lain: stress kerja yang relatif tinggi, pola
pengembangan karir serta sisitem pendidikan yang belum optimal.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu dilakukan upaya dan langkah solutif
ke depan, antara lain:
a. Pengadaan data pembanding dari hasil penilaian kinerja oleh atasan langsung by
system atau menggunakan data sekunder sejenis, seperti realisasi/capaian target
indikator kinerja dari masing-masing pegawai. Dengan demikian, diharapkan
dapat diperoleh analisa hasil survei yang lebih objektif.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 74
b. Mempertahankan dan meningkatkan dimensi yang telah dinilai baik, serta
mendorong upaya tindak lanjut dan perbaikan terhadap variabel yang menjadi
kendala peningkatan tingkat kepuasan pegawai, antara lain:
Variabel Penghambat
Tindak Lanjut
Stress Kerja Menyusun analisis beban kerja (ABK) dan menganalisis jabatan sesuai job desc, tanggung jawab dan kedudukannya, serta peningkatan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan
Pengembangan Karir
Menyusun pola karir (career plan) yang jelas dan setara untuk setiap kelompok pegawai
Diklat Menyusun Training Need Analysis (TNA) dan Individual Development Plan (IDP), sehingga Diklat sesuai dengan kebutuhan pegawai/pengembangan karir dan tujuan organisasi
Dalam merumuskan kebijakan perbaikan di atas, agar dapat memperhatikan
tingkat kepuasan, capaian kinerja dan level engagement pada setiap kategori
(unit kerja, jabatan Kemenlu, jabatan ASN, gender, tingkat pendidikan, usia, masa
kerja PNS dan masa kerja ASN).
9. SASARAN STRATEGIS
(L.4)
: PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL DAN
AKUNTABEL DI DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK
DAN AFRIKA
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa berupaya untuk mewujudkan
pengelolaan keuangan yang optimal dan akuntabel mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, hingga dilakukannya evaluasi. Aspek optimalisasi dicapai melalui
penyerapan anggaran yang maksimal serta terpenuhinya target kinerja yang telah
ditetapkan. Sementara itu, aspek akuntabilitas dipenuhi melalui penerapan prinsip good
governance dalam pelaksanaannya, antara lain: keterbukaan, beriorientasi pada hasil,
profesionalitas, proporsionalitas, serta monitoring keuangan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) yang bebas dan mandiri.
Melalui kegiatan pengelolaan keuangan yang optimal dan akuntabel, kebutuhan
pendanaan kegiatan dapat direncanakan dengan baik, diupayakan pengadaannya, digunakan
untuk membiayai pelaksanaan kegiatan secara efektif dan efisien, serta dibukukan dan
dilaporkan secara transparan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Dalam
konteks tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika memiliki aparatur pelaksana
dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang financial management
untuk menjalankan sistem keuangan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 75
Pencapaian sasaran strategis L.4 Pengelolaan anggaran yang optimal dan
akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 3 (tiga) Indikator
Kinerja Utama, yaitu:
Tabel 3.26 Capaian L.4 Tahun 2017
No IKU L.4 Target Realisasi Capaian
1 Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (IKU L.4.1)
98% 95,02% 96,96%
2 Persentase temuan Badan Pemeriksa Keuangan yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (IKU L.4.2)
100% 100% 100%
3
Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (IKU L.4.3)
100% 100% 100%
Total Capaian L.4 296,96%
Rata-rata Capaian L.4 98,99%
Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis L.4
Pengelolaan anggaran yang optimal dan akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik
dan Afrika mencapai 98,99%.
D. Analisis Perbandingan Capaian Sasaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika Periode 2016-2017
Capaian kinerja tahun 2017 tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan
capaian kinerja pada periode sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indikator kinerja yang digunakan dalam penilaian capaian kinerja pada tahun 2017, yang
berbasis pada balanced scorecard (BSC). Namun demikian, perbandingan dapat dilakukan
apabila capaian kinerja tahun 2017 dinilai menggunakan indikator kinerja yang sama dengan
periode sebelumnya.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, IKU yang digunakan pada tahun
2015-2016 hanya meliputi perspektif internal business process dengan sasaran strategis
“Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika”, yaitu:
1. Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti oleh stakeholders
dalam negeri;
2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang
ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri.
Dengan demikian, perbandingan capaian kinerja tahun anggaran 2016 dan 2017
dapat dilihat pada tabel berikut:
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 76
Tabel 3.31 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016-2017
IKU Komponen Formulasi Kinerja
Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah Target Realisasi Capaian Jumlah Target Realisasi Capaian
Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti
Jumlah realisasi kesepakatan kerja sama yang ditindaklanjuti/ diimplementasikan
103
90% 101,98% 113,31%
61
80% 95,31% 119,14% Jumlah rencana kesepakatan kerja sama yang akan ditindaklanjuti/ diimplementasikan
101 64
Persentase prakarsa/ rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti.
Jumlah realisasi prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti/ diimplementasikan
11
90% 100% 111,11%
8
80% 100% 125% Jumlah rencana prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti/ diimplementasikan
11 8
NILAI RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 112,21% 122,07%
Adapun perbandingan capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (dengan menggunakan IKU yang sama pada periode
2015-2017) dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.1 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2013-2017
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifk
dan Afrika menunjukkan nilai persentase lebih dari 100%. Dengan demikian, Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika secara umum telah memenuhi target kinerja dalam
meningkatkan kerja sama di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi regional
di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa penerapan sistem
akuntabilitas kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berjalan semakin
baik dan terdapat keterkaitan yang jelas antara proses perencanaan kinerja, pelaksanaan
kegiatan, evaluasi dan monitoring kegiatan, serta pelaporan kinerja.
2013 2014 2015 2016 2017
110.62%103.88%
139.16%
112.21% 122.07%
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 77
E. Analisis Perbandingan Capaian Sasaran Periode 2017 dengan target sasaran
dalam Renstra Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2015-2019,
Target Kementerian Luar Negeri Tahun 2017 dan RPJMN 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-tiga (2015-2019)
disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi dan Program Aksi Pemerintah RI yang
implementasinya dirangkum dalam bentuk sembilan agenda prioritas nasional (Nawa Cita).
Salah satu agenda dalan Nawa Cita adalah “Menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara”,
dengan beberapa sub-agenda, antara lain:
a. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif;
b. Menguatkan jati diri sebagai negara maritim;
c. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama global dan regional.
Sasaran, arah kebijakan dan strategi untuk masing-masing sub-agenda tersebut,
antara lain:
a. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif, difokuskan antara lain pada:
- Menguatnya diplomasi maritim,
- Penyelesaian masalah perbatasan darat dan laut serta Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) dengan negara tetangga,
- Pelaksanaan doktrin Poros Maritim Dunia.
b. Menguatkan jati diri sebagai negara maritim, difokuskan antara lain pada:
- Meningkatkan operasi keamanan dan keselamatan di laut dan wilayah
perbatasan,
- Memperkuat kelembagaan keamanan laut,
- Intensifikasi dan ekstensifikasi operasi bersama,
- Pengelolaan sumber daya kelautan maritim bagi kesejahteraan rakyat,
- Mengintensifkan penegakan hukum dan pengendalian Illegal, Unreported and
Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak di laut.
c. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama global dan regional, difokuskan
antara lain pada:
- Menguatkan diplomasi ekonomi Indonesia dalam forum bilateral dan regional
- Peningkatan diplomasi politik yang seiring dengan target diplomasi ekonomi.
- Meningkatkan kerja sama ekonomi internasional di tingkat bilateral dan
regional
- Meningkatkan peran aktif dan kepemimpinan Indonesia di tingkat regional
dan global.
Berpedoman pada RPJMN tersebut, Kementerian Luar Negeri telah menyusun
Rencana Strategis (RENSTRA) yang akan dicapai selama periode 2015-2019. Terkait dengan
sub-bidang politik luar negeri, terdapat beberapa agenda priortas, antara lain: penanganan
perbatasan, penguatan diplomasi ekonomi, serta peningkatan peran Indonesia dalam kerja
sama global. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah terwujudnya kepemimpinan dan peran
Indonesia dalam kerja sama internasional.
Untuk mendukung tercapainya agenda sub-bidang politik luar negeri yang ada dalam
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 78
RENSTRA Kementerian Luar Negeri (cascading dari RPJMN 2015-2019), Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika telah menyusun RENSTRA 2015-2019 yang menjabarkan program
dan kegiatan yang dilaksanakan untuk periode lima tahun dengan fokus pada kawasan Asia
Pasifik dan Afrika. Program yang ditetapkan adalah “Program Pemantapan Hubungan dan
Politik Luar Negeri serta Optimalisasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika” untuk
mencapai sasaran “Peran Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang
Meningkat”.
Perbandingan Capaian Sasaran Periode 2017 dengan target sasaran dalam Renstra
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2015-2019
Tahun 2017 merupakan salah satu periode pencapaian RENSTRA Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika. Selama paruh periode RENSTRA tersebut, Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika senantiasa mengoptimalkan pelaksanan program dan kegiatannya untuk
pencapaian target sasaran yang telah ditetapkan. Penjabaran program, sasaran strategis,
indikator serta perbandingan target capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen
RENSTRA Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2015-2019 dengan realisasinya
pada tahun 2015-2017 adalah sebagai berikut*:
Tabel 3.32 Tabel Perbandingan Target Capaian Kinerja
sesuai RENSTRA 2015-2019 dengan Realisasinya
*Catatan: capaian kinerja tahun 2017 diklasifikasikan berdasarkan IKU yang sama dengan IKU tahun 2015-2016
Grafik 3.2 Trend Target dan Realisasi IKU Persentase Kesepakatan Kerja Sama
Bilateral yang Ditindaklanjuti
Grafik 3.3 Trend Target dan Realisasi IKU Persentase Prakarsa/Rekomendasi
Indonesia pada Forum Kerja Sama Intrakawasan yang Ditindaklanjuti
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 79
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa realisasi kinerja untuk IKU
Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti dan IKU Persentase
Prakarsa/Rekomendasi Indonesia pada Forum Kerja Sama Intrakawasan yang
Ditindaklanjuti telah melampaui target yang ditetapkan dalam dokumen RENSTRA
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2015-2019. Hal ini menunjukkan semakin
optimalnya kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika hingga paruh periode
RENSTRA.
Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun
2017 dengan Target Realisasi Kementerian Luar Negeri Tahun 2017
Adapun perbandingan realisasi kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Tahun 2017 dengan target realisasi Kementerian Luar Negeri tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.33 Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
Tahun 2017 dengan Target Realisasi Kementerian Luar Negeri Tahun 2017
S1
Kepemimpinan Indonesia
yang berpengaruh di
Kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
S1.1
Persentase kepemimpinan Indonesia
pada forum regional Kawasan Asia
Pasifik dan Afrika
79,73%
(Jumlah pertemuan yang
dipimpin Indonesia ÷
Jumlah pertemuan yang
disepakati untuk dipimpin
oleh Indonesia) x 100%
100%
S2.1
Jumlah negara akreditasi di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai
target peningkatan nilai perdagangan
dengan Indonesia
48
Jumlah negara akreditasi
di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika dengan
peningkatan nilai
perdagangan dengan
Indonesia minimal 3%
77
32
S2.3
Jumlah negara akreditasi di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai
target peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia
51
Jumlah negara akreditasi
di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika dengan
peningkatan jumlah
wisatawan mancanegara
ke Indonesia minimal 5%
8
Jumlah negara akreditasi di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai
target peningkatan nilai investasi asing
ke Indonesia
S2.2
Dukungan diplomasi di
kawasan Asia Pasifik dan
Afrika untuk Mewujudkan
Peningkatan Pembangunan
Nasional
S2
Indikator Kinerja Utama (IKU)Kode IKU
37
Jumlah negara akreditasi
di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika dengan
peningkatan nilai investasi
asing ke Indonesia
minimal 3%
Jumlah negara akreditasi
di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika dengan
peningkatan nilai investasi
asing ke Indonesia
minimal 3%
37
Realisasi Ditjen
Aspasaf 2017
Stakeholders
Kode SS Sasaran Program Formulasi KinerjaRealisasi Ditjen
Aspasaf 2017
Target Kemenlu
2017
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 80
B1.1
Jumlah kesepakatan hasil perundingan
diplomasi maritim dan polkam di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika
54
Jumlah kesepakatan hasil
perundingan di bidang
diplomasi maritim,
polkam dan perbatasan
44
B1.2
Persentase prakarsa/rekomendasi
Indonesia bidang kemaritiman dan
polkam yang diterima pada forum
regional di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
87,25%
(Jumlah
prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima di
bidang kemaritiman,
polkam dan perbatasan ÷
Jumlah
prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang
disampaikan di bidang
kemaritiman, polkam dan
perbatasan) x 100%
96,3%
B2.1
Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi,
sosial dan budaya di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika
203
Jumlah kesepakatan di
bidang ekonomi, sosial
dan budaya di Direktorat
Asia Pasifik dan Afrika
75
B2
Diplomasi Ekonomi, Sosial
dan Budaya yang kuat di
kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
B2.2
Jumlah data economic intelligence
negara atau wilayah akreditasi di
kawasan Asia Pasifik dan Afrika
112
Jumlah data economic
intelligence negara atau
wilayah akreditasi di
kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
69
Realisasi Ditjen
Aspasaf 2017Kode SS Sasaran Program Kode IKU Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target Kemenlu
2017Formulasi Kinerja
B1
Diplomasi maritim dan
polkam yang kuat di
kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
Internal Business Process
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 81
B2.3
Jumlah promosi Trade Tourism and
Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik
dan Afrika
89
Jumlah promosi Trade,
Trourism, and Investment
(TTI)
54
B2.4
Persentase prakarsa/rekomendasi
Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan
budaya yang diterima pada forum
regional di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
89%
(Jumlah
prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima di
bidang ekonomi, sosial
dan budaya ÷ Jumlah
prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang
disampaikan di bidang
ekonomi, sosial dan
budaya) x 100%
100%
B3.1
Persentase kesepakatan kerja sama
bilateral di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika yang ditindak lanjuti oleh
stakeholder dalam negeri
79%
(Jumlah kesepakatan
kerjasama yang
ditindaklanjuti ÷ Jumlah
kesepakatan yang akan
ditindaklanjuti) x 100%
95,31%
B3.2
Persentase prakarsa/rekomendasi pada
forum kerja sama intrakawasan dan
antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika
yang ditindaklanjuti oleh stakeholders
dalam negeri
82,50%
(Jumlah realisasi
prakarsa/rekomendasi
Indonesia di Forum
Kerjasama Intrakawasan
dan antarkawasan yang
ditindaklanjuti ÷ Jumlah
rencana
prakarsa/rekomendasi
Indonesia di Forum
Kerjasama Intrakawasan
dan antarkawsam yang
ditindaklanjuti) x 100%
100%
Kode SSRealisasi Ditjen
Aspasaf 2017Formulasi Kinerja
Target Kemenlu
2017Indikator Kinerja Utama (IKU)Kode IKUSasaran Program
B3
Dukungan dan komitmen
nasional yang tinggi atas
kesepakatan internasional
di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 82
*Target Kemenlu 2017 merupakan hasil revisi target realisasi dalam RENSTRA Kementerian Luar Negeri tahun 2015-2019
L1
Implementasi Talent
Management di Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika
L1.1
Persentase pejabat di Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang
telah memenuhi standar kompetensi
jabatan
75%
(dari seluruh
pejabat Kemlu)
[Jumlah Pejabat (Eselon I
s.d. II) di lingkungan
Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika yang
telah memenuhi
kompetensi jabatan ÷
Jumlah Pejabat (Eselon I
s.d. II) di lingkungan
Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika] x 100%
37,50%
L2.1 Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu 85
Nilai Reformasi Birokrasi
Kemenlu oleh KeMENPAN
dan RB
77,44
L2.2Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika
75
(AKIP Kemlu)
Nilai Evaluasi AKIP Ditjen
Aspasaf76,6
L3
Peningkatan Engagement
Pegawai di Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika
L3.1
Indeks engagement pegawai di
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika
3
(dari seluruh
pegawai Kemlu)
Indeks Hasil Survey
Engagement Pegawai
Ditjen Aspasaf
3,47
L4.1
Persentase realisasi anggaran dan
realisasi kinerja di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika
95%
(dari anggaran
dan kinerja
Kemlu)
(50% x Realisasi
Anggaran) + (50% x
Realisasi Kinerja)
101,42%
L4.2
Persentase temuan BPK yang
ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika
(Jumlah temuan BPK yang
ditindaklanjuti ÷ Total
temuan BPK) x 100%
100%
L4.3
Persentase dokumen rencana kerja dan
anggaran Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan
(Jumlah dokumen rencana
kerja dan anggaran yang
disusun sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan ÷
Total dokumen rencana
kerja dan anggaran yang
disusun) x 100%
100%
L4
Pengelolaan Anggaran yang
Optimal dan Akuntabel di
Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan AfrikaOpini BPK: Wajar
Tanpa
Pengecualian
(WTP)
Target Kemenlu
2017Formulasi Kinerja
Learning and Growth
L2
Organisasi dan tata kelola
yang baik di Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika
Realisasi Ditjen
Aspasaf 2017Indikator Kinerja Utama (IKU)Kode IKUSasaran ProgramKode SS
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 83
Dari tabel tersebut, realisasi kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
secara umum memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pencapaian realisasi kinerja
Kementerian Luar Negeri. Beberapa realisasi kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik pada
tahun 2017 bahkan melebihi target Kementerian Luar Negeri, antara lain untuk IKU: Jumlah
negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia dan Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia.
Capaian Sasaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017 yang
Mendukung Pencapaian Sasaran Nasional dalam RPJMN Tahun 2015-2019
Salah satu agenda prioritas nasional dalam RPJMN 2015-2019 adalah
“memperkuat jati diri Indonesia sebagai negara maritim”. Untuk mendukung agenda
prioritas Pemerintah RI tersebut, Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia
Pasifik dan Afrika telah berhasil menginisiasi terlaksananya berbagai program kerja sama
maritim di kawasan, khususnya melalui momentum strategis keketuaan pada forum Indian
Ocean Rim Association (IORA) dengan fokus untuk menjadikan Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika melalui
forum IORA sepanjang tahun 2017 adalah dihasilkannya berbagai perjanjian kerja
sama strategis dan konsolidasi kelembagaan yang meliputi berbagai bidang, antara
lain: countering terrorism and violent extremism, blue economy, pengembangan
perikanan berkelanjutan, pengembangan pariwisata berkelanjutan, persamaan
gender dan penguatan ekonomi kaum wanita, keamanan maritim, serta pembangunan
ekonomi berkelanjutan.
Disamping itu, wujud nyata dari pencapaian target sasaran, arah kebijakan dan
strategi untuk sub-agenda dalam RPJMN 2015-2019 “Melaksanakan politik luar negeri yang
bebas aktif” adalah dengan dihasilkannya beberapa perjanjian/kesepakatan antara
Indonesia dengan negara mitra, antara lain:
a. Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kelautan dan perikanan,
Jakarta, 1 Maret 2017;
b. Record of Discussion antara RI-India terkait Penetapan Batas ZEE RI-India, New
Delhi, 1-2 Juni 2017;
c. Deklarasi Bersama RI - Filipina tentang Pembukaan Jalur Konektivitas Laut
Bitung - Davao di Manila, 28 April 2017;
d. Record of Discussion Pertemuan Teknis ke-10 Perundingan Penetapan
Perbatasan ZEE RI - Viet Nam di Jakarta, 16-17 November 2017.
F. Analisa Efisiensi Sumber Daya
Sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, perangkat jabatan di Direktorat Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika tersusun atas jabatan struktural dan kelompok jabatan fungsional.
Pada tahun 2017, sejumlah 45 dari 58 pos jabatan struktural telah terisi. Adapun pada
kelompok jabatan fungsional, dari 271 formasi yang tersedia, baru terisi 118 jabatan.
Meskipun jumlah SDM yang tersedia masih di bawah tingkat ideal, namun diupayakan
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 84
mengatasi tantangan yang ada dengan optimalisasi tenaga serta fleksibilitas dalam
pembagian tugas (job distribution).
Pelaksanaan kegiatan organisasi juga didukung oleh pengaturan arus instruksi kerja
standar yang telah dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
nomor 1381/SK/RO/04/2017S/04 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Mikro
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Hal ini berkontribusi pada peningkatan efisiensi
pelaksanaan kegiatan.
Dalam jangka menengah dan jangka panjang, diharapkan efektivitas SDM dapat
semakin meningkat sejalan dengan terbukanya kesempatan pelatihan teknis profesi dan
pengayaan pemahaman substantive/konseptual yang dapat diikuti oleh pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 84
BAB IV PENUTUP
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 85
A. Kesimpulan
Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil mencapai
seluruh sasaran yang ditetapkan di dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2017. Hal ini
dapat dilihat dari sisi fisik pelaksanaan kegiatan, dimana rata-rata tingkat capaian sasaran
kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 mencapai maksimum
120%. Tingginya nilai capaian tersebut tentunya menandakan bahwa secara umum kinerja
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika selama tahun anggaran 2017 telah berjalan secara
optimal.
B. Tantangan Utama
Tantangan utama yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya pada tahun 2017, antara lain:
1. Hambatan dalam melakukan sinkronisasi program kerja antara Ditjen Aspasaf
dengan Kementerian/Lembaga dan stakeholders terkait lainnya yang disebabkan
oleh adanya perbedaan program kerja prioritas, sehingga terdapat kesulitan dalam
melakukan koordinasi terkait kegiatan yang dilaksanakan. Hal tersebut juga
berdampak pada rendahnya komitmen K/L terkait dalam proses finalisasi draft
maupun tindak lanjut dokumen kesepakatan.
2. Ketidaksesuaian jadwal terkait pelaksanaan kegiatan-kegiatan pertemuan antara
Pejabat Tinggi RI dengan Pejabat Tinggi di negara mitra.
3. Dinamika perubahan situasi dan kondisi politik, ekonomi dan sosial, serta keamanan
di negara mitra yang menyebabkan terhambatnya proses finalisasi dokumen
perjanjian kerjasama.
4. Masih terdapat stigma negatif terhadap negara-negara pasar non-tradisional,
khususnya di kawasan Afrika dari K/L atau stakeholders terkait yang berdampak
pada kurang optimalnya diplomasi RI ke Afrika dan negara-negara pasar non-
tradisional lainnya.
5. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesenjangan
antara jumlah kebutuhan pegawai dengan bezetting yang ada.
C. Upaya Mengatasi Tantangan
Menghadapi berbagai tantangan di atas, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan koordinasi terkait sinkronisasi Program Kerja Prioritas K/L
di bawah supervisi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dengan
adanya keselarasan Program Kerja Prioritas, diharapkan pula dapat meningkatkan
komitmen K/L terkait dalam pelaksanaan kegiatan, khususnya dalam proses
finalisasi draft maupun tindak lanjut dokumen kesepakatan.
LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 86
2. Direktorat Jenderal Asia pasifik dan Afrika secara konsisten melakukan koordinasi
dengan Perwakilan negara mitra terkait dalam upaya penjadwalan ulang kegiatan
yang tertunda pada periode mendatang.
3. Melakukan kegiatan prioritas baru lainnya (new initiatives) yang belum terdapat
dalam Rencana Aksi tahun 2017 sesuai dengan arahan Pimpinan sebagai pengganti
kegiatan yang tidak dapat terlaksana dikarenakan berbagai faktor hambatan.
4. Mendorong peningkatan koordinasi dengan K/L terkait, Perwakilan RI di negara-
negara pasar non-tradisional, serta para stakeholders terkait lainnya, untuk dapat
mengoptimalkan pelaksanaan diplomasi RI dengan fokus pada pemanfaatan potensi
negara-negara pasar non-tradisional tersebut untuk kepentingan nasional.
5. Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia yang ada dalam melaksanakan program dan
kegiatan yang telah direncanakan, berdasarkan pada skala prioritas dan sesuai
dengan arahan Pimpinan.
== o0o ==