dinamika kriteria penetapan awal bulanrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/ai...

121
DINAMIKA (Studi Terhadap Diajukan kepada F Syara PROG ( A H FAK UN KRITERIA PENETAPAN AWAL BU KAMARIAH p Organisasi Kemasyarakatan Persatua Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi S at Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: AI SITI WASILAH NIM. 1111044100067 GRAM STUDI HUKUM KELUARGA H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) KULTAS SYARIAH DAN HUKUM NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M ULAN an Islam) Salah Satu

Upload: votuyen

Post on 27-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANKAMARIAH

(Studi Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AI SITI WASILAH

NIM. 1111044100067

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1437 H/2015 M

DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANKAMARIAH

(Studi Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AI SITI WASILAH

NIM. 1111044100067

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1437 H/2015 M

DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANKAMARIAH

(Studi Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AI SITI WASILAH

NIM. 1111044100067

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1437 H/2015 M

Page 2: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

ii

Page 3: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

iii

Page 4: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

iv

Page 5: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

v

ABSTRAK

Ai Siti Wasilah. 1111044100067. “Dinamika Kriteria Penetapan Awal BulanKamariah (Studi Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam).”Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah danHukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015, xii halaman + 96 halaman + 12halaman lampiran.

Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapanawal bulan Kamariah, dan mengeluarkan penetapan selain ketetapan pemerintahadalah Persatuan Islam atau yang dikenal dengan Persis. Perlu diketahui bahwa dalammasalah penetapan awal bulan Kamariah, pada awalnya Persis menganut mazhabHisab, namun ternyata selama setengah abad almanak Persis beredar dikalanganummat Persis selalu mengalami perubahan atau pergantian metode dan kriteriapenetapan awal bulan Kamariah. Berangkat dari sinilah penulis mencoba menelaahbagaimana pemikiran atau metode yang digunakan Persis serta dalil hukumnya dalammenetapkan awal bulan Kamariah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode serta dalil yangdigunakan oleh Persatuan Islam (Persis) dalam menetapkan awal bulan Kamariah,serta mengetahui apa saja yang menjadi faktor perubahan dan pergantian kriteria awalbulan Kamariah yang digunakan oleh Persis. Metode penelitian yang digunakanadalah metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Sumberpenelitian terdiri dari data primer berupa hasil wawancara dengan Dewan Hisab danRukyat Persis dan data sekundernya adalah seluruh dokumen berupa buku, tulisan,hasil wawancara, dan makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian.Obyek dalam penelitian ini adalah Dewan Hisab dan Rukyat Persis. Teknikpengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitianlapangan berupa wawancara, dan observasi.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis maka dapat diambilkesimpulan bahwa metode yang digunakan oleh Persis ialah metode hisab, sesuaidengan pemahaman ahli hisabnya Persis (KH. Abdurrahman). Kriteria penetapanawal bulan Kamariah yang digunakan oleh Persis sudah mengalami beberapa kaliperubahan, diantaranya: Ijtima’ Qoblal Ghurub, Wujudul Hilal Muhammadiyah,Wujudul Hilal di seluruh Indonesia, Imkanur Rukyat versi MABIMS, Imkanur Rukyatversi LAPAN. Faktor yang mempengaruhi perubahan kriteria tersebut ialah faktorinternal dan eksternal yang bersifat ijtihad di Jam’iyah Persis. Kalender Persis daritahun 1434 H sampai sekarang sudah menggunakan kriteria Imkanur Rukyat ahliastronomi (LAPAN 2010).Kata Kunci : Kamariah, Persatuan Islam (Persis), Ijtima’ Qoblal

Ghurub, Wujudul Hilal, Wujudul Hilal di seluruhIndonesia, Imkanur Rukyat versi MABIMS, ImkanurRukyat versi LAPAN.

Pembimbing : Dra. Hj. Maskufa, M.A.Daftar Pustaka : 1976-2013 M

Page 6: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حیم

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

senantiasa memberi rahmat, taufik, hidayah dan ‘inayahnya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Dinamika Kriteria Penetapan Awal

Bulan Kamariah (Studi Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan

Islam), dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Syariah

(S.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa penulis sanjungkan kepada

Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para

pengikutnya yang telah membawa Islam dan mengembangkannya hingga

sekarang ini.

Selama proses dan perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah

mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Penulis

menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis

secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan

bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis sampaikan banyak

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

staf jajaran Dekan Fakultas dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

vii

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Arip Purkon, S.HI., M.A., Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Hj. Maskufa, M.A., Dosen Pembimbing skripsi yang tak pernah lelah

membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran-

saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Afwan Faizin, M.A., Dosen Pembimbing akademik yang selama menjalani

aktifitas di kampus selalu memberikan motivasi dan dukungan serta dorongan

agar selalu bekerja dan berusaha maksimal demi menggapai impian.

5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pemberitahuan, pemahaman dan

pelayanan selama melaksanakan studi.

6. Seluruh staf karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta staf

karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan buku, jurnal, dan lain sebagainya yang bisa dijadikan sumber

oleh penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Syarief Ahmad Hakim, selaku Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat Persatuan

Islam (Persis) yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan observasi dan wawancara selama penulis mengadakan

penelitian.

8. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta Ayahanda H. Salman Pahad, yang

telah ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan selalu menjadi

inspirasi penulis dalam penulisan sekripsi ini. Demikian pula, Ibunda tercinta

Page 8: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

viii

Hj. Nurjannah, yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang untuk penulis,

yang tiada henti-hentinya mendoakan agar penulis menjadi wanita yang tegar

dalam menghadapi cobaan hidup dan menjadi kebanggaan keluarga. Aamiin.

9. Untuk kakak dan kakak iparku tersayang: Mamay Rohmayati, Hj. Enung

Hadiati, H. Abdul Wahid Mujahid, SKM, Erni Nurbayati, S.Farm. Apt,

Ahmad Muhaemin, Mujahidin, H. Oma Sukma, Lia Mega Mulia, SKM,

Wawan Setiawan, S.Ag, yang dengan ikhlas mendo’akan, memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis. Semua keponakan-keponakanku:

Muhammad Yusuf Kurniawan, Ai Teni Murhatani, Arrafi Hadi Sukma, Abdul

Hamid Fauzi, Alif Al-Farishi Mujahid, Ilham Khairul Azzam, Abdul Wahab

Mubarok, Najwa Khaira Nurfadila, Ghaly Shidiq Al-Farishi, yang selalu

memberikan hiburan kepada penulis ketika sedang menghadapi kendala.

10. Teruntuk Chaidar Alif, S.Sy yang selalu memberikan semangat dan motivasi,

serta mendengarkan keluh kesah penulis. Untuk sahabat-sahabatku: Juniarti

Harahap, S.Sy, Vemi Zauhara, Nadia Nur Syahida, Zahrotul Kamilah, S.Sy,

Ulfah Abdullah, Aida Makbullah Suti Halwan, Weely, Kicky Mayanti, dan

teman-teman kosan yang selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis

selama penyusunan skripsi tiada hentinya memberikan semangat, motivasi dan

dukungan kepada penulis dikala penulis sedang terpuruk dalam penyusunan

skripsi.

11. Kawan-kawan seperjuangan Keluarga Besar Peradilan Agama kelas A dan B,

Administrasi Keperdataan Islam Angkatan 2011, dan seluruh kader PMII

cabang Ciputat khususnya PMII Komfaksyahum yang telah memberikan

Page 9: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

ix

warna serta pengalaman dalam menjalani perkuliahan selama ini. Serta semua

pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan

terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

Akhirnya tiada kata yang paling berharga kecuali ycapan

Alhamdulillah atas Rahmat dan Karunia serta Ridha-Nya dan ucapan

terimakasih penulis kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian

skripsi ini. Penulis hanya mampu berdo’a semoga Allah menerima sebagian

amal kebaikan dan membalasnya dengan balasan yang lebih baik.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi

sempurnanya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan para pembaca umumnya. Aamiin.

Jakarta, 02 Oktober 2015

Penulis

Page 10: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 9

E. Metode Penelitian .................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 15

BAB II TINJAUAN TEORITIS HISAB RUKYAT

A. Pengertian Hisab Rukyat .......................................................... 17

B. Landasan Hukum Hisab Rukyat .............................................. 24

C. Sejarah Singkat dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyat

di Indonesia .............................................................................. 33

Page 11: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

xi

D. Persoalan Seputar Penetapan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia ................................................................................... 41

BAB III GAMBARAN UMUM PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

A. Sejarah Singkat Persis .............................................................. 45

B. Sejarah Almanak Persis ........................................................... 53

BAB IV DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULAN

KAMARIAH PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

A. Metode, Dasar Hukum dan Landasan Yuridis Hisab Rukyat

Persis dalam Menentukan Awal Bulan Kamariah ................... 59

B. Faktor yang Melatar Belakangi Perubahan Kriteria Awal

Bulan Kamariah Persis ............................................................. 74

C. Aplikasi Metode Imkanur Rukyat Ahli Astronomi (LAPAN

2010) di Kalender Persis .......................................................... 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 91

B. Saran-saran ............................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Pokok Almanak Islam tahun 1434 H ............................................... 79

Tabel 2 Data Pokok Almanak Islam tahun 1435 H ............................................... 82

Tabel 3 Data Pokok Almanak Islam tahun 1436 H ............................................... 84

Page 12: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

xii

Tabel 4 Data Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah tahun 1436 H, 1437 H

antara Persis dengan Pemerintah ............................................................................ 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 98

Surat Mohon Kesediaan Menjadi Dosen Pembimbing Skripsi

Surat Permohonan Data/Wawancara

Surat Keterangan Wawancara

Transkip Wawancara

Dokumentasi Wawancara

Page 13: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia dalam menjalankan

ibadahnya selalu berhubungan dengan waktu, seperti: shalat, puasa ramadhan,

zakat fitrah, ibadah haji, penetapan awal bulan Kamariah dan lain sebagainya.

Ada dua benda angkasa yang mempengaruhi waktu-waktu tersebut, yakni

Matahari dan Bulan,1 dan untuk menetukan waktu-waktu tersebut diperlukan

suatu cabang ilmu pengetahuan yang memuat suatu rumus atau metode-metode

tertentu, yakni ilmu hisab atau Ilmu Falak.2

Ilmu Falak menempati kedudukan yang sangat penting sebagai alat atau

ilmu bantu yang berfungsi memberikan kemudahan dan sekaligus ketepatan

dalam melaksanakan syari’at Islam. Dengan ilmu falak, segala sesuatu mengenai

keluar dan masuknya waktu-waktu shalat dapat diketahui dengan akurat.3 Begitu

pula dalam penentuan awal bulan Kamariah khususnya bulan Ramadhan (kapan

hari pertama wajib berpuasa), penentuan awal bulan Syawal sebagai hari ‘Idul

Fitri dan awal bulan Zulhijjah sebagai ibadah haji yang sering menjadi kontroversi

di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia, sehingga peranan ilmu ini

menjadi menonjol.

1 Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Jakarta: Al-Ghuraba, 2008), cet. Ke-1, h. v.

2 Ilmu Falak merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langitseperti matahari, bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya dengan tujuan untukmengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yanglain. Lihat Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada, 2008), cet. Ke-2, h. 1.

3 Ibrahim Salamun, Ilmu Falak Cara Mengetahui Awal Bulan, Awal Tahun, Musim,Kiblat dan Perbedaan Waktu, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2003), h. ix.

Page 14: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

2

Penentuan awal bulan Kamariah merupakan salah satu lahan ilmu hisab

rukyat yang lebih kerap diperdebatkan dibanding dengan lahan-lahan lain seperti

penentuan arah kiblat dan penentuan waktu shalat. Menurut Ibrahim Husein,

persoalan ini dikatakan sebagai persoalan klasik nan aktual. Klasik, karena

persoalan ini sudah mendapatkan perhatian dan pemikiran yang cukup mendalam

serta serius dari para pakar hukum Islam (fuqaha’) sejak masa-masa awal Islam,

dan dikatakan aktual, karena setiap tahun selalu muncul dan mengandung polemik

terutama menjelang bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah, persoalan ini selalu

mengundang polemik berkenaan dengan pengaplikasian pendapat-pendapat

tersebut, sehingga nyaris mengancam persatuan dan kesatuan umat.4

Perdebatan ini terjadi disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap

ayat-ayat al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad SAW serta disebabkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan awal bulan Kamariah. Hal

inilah yang menjadi akar dari lahirnya perbedaan aliran dan mazhab dalam

penetapan awal bulan Kamariah, sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan

oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah yang berbunyi:

ي عليكم فاكمل ة شعبان ثالثني صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فان غم 5)رواه البخاري مسلم(وا عد

Artinya: “Berpuasalah kamu karena melihat hilal (tanggal) dan berbukalah(berlebaranlah) kamu karena melihat hilal. Bila kamu tertutup oleh mendungmaka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tiga puluh hari” (HR. BukhariMuslim)

4 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyat Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalamPenentun Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 2.

5 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari buku II, Penerjemah Amiruddin, dkk, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2006), cet. ke-2, h. 56.

Page 15: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

3

Ketika terjadi perbedaan dalam memahami dan memenuhi perintah hadits

tersebut, tidak sedikit masyarakat luas pada umumnya beranggapan bahwa sumber

keragaman tersebut hanya perbedaan antara hisab (perhitungan astronomis) dan

rukyat (pengamatan bulan). Saat ini permasalahannya tak sesederhana itu lagi.

Perdebatannya pun tidak lagi terbatas antara penganut hisab dan rukyat,

melainkan antara penganut hisab dengan hisab, atau rukyat dengan rukyat.6

Penentuan awal bulan Kamariah khususnya bulan Ramadhan, Syawal, dan

Zulhijjah di Indonesia memang sangat menarik untuk dikaji. Meskipun penetapan

awal bulan Kamariah sudah diserahkan kepada Departemen Agama, namun sejak

dahulu selalu terjadi perbedaan pendapat, baik antara pemerintah dengan suatu

organisai kemasyarakatan maupun antar organisasi kemasyarakatan itu sendiri.

Hal ini terlihat dalam beberapa kasus munculnya dua hari raya, seperti yang

terjadi pada tahun 1985, 1992, 1993, 1994, 1998, 2002, 2006, 2007, 2008. Bahkan

berdasarkan perhitungan ahli hisab, kasus tersebut akan terulang lagi pada tahun

2016, 2019, dan 2020 M.7

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa perbedaan penentuan awal bulan

Kamariah, terutama penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha tidak

sepenuhnya karena perbedaan di kalangan hisab ataupun kalangan rukyat, karena

6 BJ. Habibie, Rukyat dengan Teknologi Upaya Mencari Kesamaan Pandangan tentangPenentuan Awal Ramadhan dan Syawal, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), cet. Ke-1, h. 79.

7 Susiknan Azhari, Pemikiran Hisab di Indonesia: Problema Menuju Solusi, (JurnalPenelitian Agama, No. 18 th. VII), h. 143.

Page 16: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

4

terdapat kelompok yang berpedoman pada kelompok hisab dan kelompok rukyat.8

Selain itu, perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya kriteria yang berbeda-beda,

baik antara ahli rukyat maupun antara ahli hisab itu sendiri.

Perbedaan penentuan awal bulan ini pun kerap kali terjadi di organisasi

Islam di Indonesia, yang terbagi ke dalam beberapa mazhab, diantaranya:

1. Mazhab rukyat yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam

terbesar di Indonesia (NU);

2. Mazhab hisab dengan sponsor utama Muhammadiyah;

3. Mazhab imkanur rukyat yang dimunculkan oleh Pemerintah;9

4. Mazhab Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010) oleh Persatuan Islam

(PERSIS), serta berbagai organisasi kemasyarakatan Islam lainnya.

Organisasi kemasyarakatan Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU)

berkesimpulan bahwa penetapan-penetapan awal bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan

awal Zulhijjah yaitu dengan ru’yah al-hilal bi al-fi’li atau istikmal. Sedangkan

kedudukan hisab hanyalah sebagai pembantu dalam melaksanakan rukyat.10

Muhammadiyah, organisasi kemasyarakatan terbesar kedua, menegaskan bahwa

di dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan melalui Majelis Tarjih

menggunakan hisab wujud al-hilal (milad al-hilal). Kendatipun demikian,

Muhammadiyah menyatakan “apabila ahli hisab menetapkan bahwa (tanggal)

8 Wahyu Widiana, “Penentuan Awal Bulan Qamariyah dan Permasalahannya diIndonesia”, dalam Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim, ed., Hisab Rukyat danPerbedaannya, (T. tt., Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama,Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agam dan Diklat Keagamaan, DepartemenAgama RI, 2004), h. 5.

9 Ahmad Rofiq, “Mungkinkah Hisab dan Rukyah Dipersatukan?”, h. xiv.

10 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 110.

Page 17: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

5

bulan belum tampak, atau sudah wujud tetapi belum kelihatan, padahal

kenyataannya ada orang yang melihat pada malam itu juga, Majelis Tarjih

memutuskan bahwa rukyatlah yang muktabar.” Karena itulah, Muhammadiyah

lebih mengidentifikasikan dirinya sebagai mazhab hisab.11

Dengan keadaan yang beragam tersebut, Kementrian Agama berusaha

mempersatukan sistem-sistem yang telah dipergunakan. Kementrian Agama

berusaha mengembangkan sistem rukyat yang berpadukan hisab, dan sistem hisab

yang berpadukan rukyat. Hasilnya, dalam banyak kasus perbedaan tersebut dapat

berhasil dihilangkan atau setidak-tidaknya terkurangi atau dapat diminimalisirkan.

Meskipun demikian, dalam beberapa kasus perbedaan tersebut tidak dapat

teratasi.

Menurut penelitian awal yang penulis lakukan, Persatuan Islam

merupakan salah satu organisasi tertua yang berdiri di Indonesia sejak tahun 1923

H yang berpusat di Bandung, dalam penentuan awal bulan Kamariah Persatuan

Islam menggunakan hisab hakiki dan tidak menggunakan rukyat, karena hisab

hakiki dianggap sudah bisa menggantikan rukyat.12 Setelah itu hisab yang

digunakan oleh Persatuan Islam adalah hisab wujudul hilal (mirip dengan yang

digunakan oleh Muhammadiyah sekarang). Pada saat itu kriteria wujudul hilal

Persatuan Islam, ialah awal bulan hijriah dapat ditetapkan jika setelah ijtima di

seluruh wilayah Indonesia “saat magrib posisi bulan harus berada di atas ufuk”,

ternyata saat maghrib setelah ijtima bulan tidak selalu terbenam mengikuti

matahari, atau adakalanya saat maghrib setelah ijtima, bulan terbenam mendahului

11 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyat, h. xv.

12 www.persatuanislam.or.id diakses pada tanggal 15 Juni 2015 pada pukul 13:45 WIB.

Page 18: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

6

matahari, saat itu dasar hukum wujudul hilal tidak dijelaskan dengan tegas.

Meskipun kriteria wujudul hilal sangat sederhana dan relatif mudah, akan tetapi

tidak didukung argumen ilmiah dan dalil yang qat’i, hanya berdasarkan

ijtihadiyah.13

Karena berbagai kekurangan hisab wujudul hilal tersebut, Persatuan Islam

kemudian menggunakan hisab hakiki dengan kriteria imkanur rukyat, karena

hisab imkanur rukyat mempunyai landasan dalil yang kuat serta berdasarkan

argumentasi ilmiah yang teruji. Awalnya hisab imkanur rukyat yang digunakan

Persis menggunakan kriteria kesepakatan MABIMS, tetapi kriteria MABIMS

tersebut banyak digugat, maka sejak tahun 2008 sudah tidak digunakan lagi oleh

Persis. Penolakan Persis terhadap kriteria MABIMS tersebut karena kesepakatan

MABIMS lebih menonjol sebagai “kompromi politis” bukan atas dasar prinsip

ilmiah, apalagi dalam banyak kasus kriteria tersebut bertentangan dengan hasil

pengamatan empirik di lapangan. Oleh karena itu, saat ini Persis cenderung

menggunakan kriteria yang dirumuskan oleh Prof. Dr. T. Djamaluddin (astronom

senior LAPAN). Kriteria hisab Imkanur Rukyat Persis saat ini adalah: awal bulan

hijriyah dapat ditetapkan jika setelah terjadi ijtima, posisi bulan pada waktu

ghurub (terbenam matahari) di wilayah Indonesia sudah memenuhi syarat: beda

13 M. Iqbal Santoso, ”Hisab Imkanur Rukyat Kriteria Awal Bulan Hijriyyah PersatuanIslam”, artikel diakses pada 11 Januari 2015 dari https://pemudapersisjabar.com//hisab-imkanur-rukyat-kriteria-awal-bulan-hijriyyah-persatuan-islam.html.

Page 19: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

7

tinggi antara bulan dan matahari minimal 4 derajat, dan jarak busur antara bulan

dan matahari minimal sebesar 6.4 derajat.14

Melihat pemikiran serta pengaplikasian sistem perhitungan dan metode

hisab rukyat yang digunakan oleh Persatuan Islam (Persis), penulis tertarik untuk

mengangkat fenomena tersebut menjadi sebuah penelitian dengan mengambil

judul “DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH

(Studi Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Kriteria penetapan awal bulan Kamariah yang dikenal dikalangan

ormas-ormas Islam Indonesia sangatlah beragam. Agar permasalahan dalam

penelitian skripsi ini tidak meluas, maka dalam penelitian ini, penulis

memfokuskan dan membatasi pada dinamika kriteria penetapan awal bulan

Kamariah yang dipegang oleh ormas Persatuan Islam (Persis) mengenai

perubahan kriteria awal bulan Kamariah dari tahun ke tahun.

2. Perumusan Masalah

Dari permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai

berikut:

1) Bagaimana metode dan dasar hukum yang digunakan oleh Persatuan Islam

(Persis) dalam penetapan awal bulan Kamariah?

2) Faktor apa yang melatar belakangi perubahan kriteria awal bulan

Kamariah Persatuan Islam (Persis)?

14 M. Iqbal Santoso, ”Hisab Imkanur Rukyat Kriteria Awal Bulan Hijriyyah PersatuanIslam”, artikel diakses pada 11 Januari 2015 dari https://pemudapersisjabar.com//hisab-imkanur-rukyat-kriteria-awal-bulan-hijriyyah-persatuan-islam.html.

Page 20: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

8

3) Bagaimana aplikasi metode Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN

2010) dalam kalender Persis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan menganalisis latar belakang dan perumusan masalah tersebut

maka penelitian ini bertujuan:

1) Mengetahui metode dan dasar hukum yang digunakan oleh Persatuan

Islam (Persis) dalam menetapkan awal bulan Kamariah.

2) Mengetahui faktor yang melatar belakangi perubahan kriteria awal bulan

Kamariah Persatuan Islam (Persis).

3) Mengetahui pengaplikasian metode Imkanur Rukyat ahli astronomi

(LAPAN 2010) dalam kalender Persis.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini memuat antara lain:

a. Untuk Penulis: memberikan wawasan kepada penulis, dalam rangka

memanfaatkan ilmu yang sedikit mengenai metode, dasar hukum serta

kriteria penetapan awal bulan Kamariah yang digunakan oleh Persatuan

Islam (Persis).

b. Untuk kalangan akademis: seperti mahasiswa dan pengamat akademis

dengan adanya skripsi ini memberikan hasil penelitian guna memperkaya

khazanah kemajemukan metode awal bulan Kamariah tanpa mengabaikan

sikap kritis dan selektif dalam ilmu falak di Fakultas Syari’ah dan Hukum

Page 21: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menambah literature kepustakaan

khususnya mengenai organisasi kemasyarakatan Persatuan Islam (Persis).

c. Untuk masyarakat: memberikan informasi mengenai kriteria serta metode

penetapan awal bulan Kamariah menurut perspektif Persatuan Islam

(Persis), NU, Muhammadiyah, serta ormas-ormas lainnya.

D. Review Studi Terdahulu

Setelah penulis melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah yang

bertema tentang penentuan awal bulan Kamariah di Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum, penulis menemukan tiga skripsi yang berkaitan. Tiga skripsi

yang berkaitan akan dikemukakan oleh penulis secara ringkas untuk mengetahui

sisi perbedaan dengan skripsi penulis, antara lain:

No Identitas Substansi Pembeda

1. Muadz Junizar, KajianTentang Penentuan AwalBulan QamariyahMenurut Persis, ProgramStudi Ahwal Asy-Syakhsiyyah, FakultasSyari’ah, Institut AgamaIslam Negeri SunanKalijaga Yogyakarta,2001.

Skripsi ini membahasbahwa dalampenyusunan kalenderHijriyah yangdimulai pada tahun1422/1423 H, Persismenggunakankriteria ImkanurRukyat denganberlandaskan kepadahadits NabiMuhammad sawtentang pelaksanaanawal puasa karenamelihat hilal(Ramadhan) danberlebaran karenamelihat hilal (bulanSyawal).

Disini penulismembahas bahwasejak tahun 1434 Hdalam penyusunankalender HijriyahPersis menggunakankriteria ImkanurRukyat ahli astronomi(LAPAN 2010)dengan kriteria: tinggibulan minimal 4° danjarak elongasi antarabulan dan matahariminimal 6,4°.

2. H. Rohmat, PenentuanAwal Bulan QamariyahMenurut

Hasil penelitian inimembahas kriteriapenetapan awal bulan

Disini penulismembahas dinamikakriteria penetapan

Page 22: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

10

Muhammadiyah,Program Pascasarjana,Fakultas Syari’ah,Institut Agama IslamNegeri Raden IntanLampung, 2015.

Kamariah yangdigunakan olehMuhammadiyahialah wujudul hilaldenganmenggunakanprinsip: Ijtimak(konjungsi) telahterjadi sebelummatahari terbenam(Ijtima’ QablalGhurub).

awal bulan Kamariahyang dipakai olehPersatuan Islam(Persis) dari tahun ketahun, diantaranya:Ijtima’ QablalGhurub, WujudulHilal, Wujudul Hilaldi seluruh wilayahIndonesia, ImkanurRukyat MABIMS,dan pada saat iniImkanur Rukyat ahliastronomi (LAPAN2010).

3. Arrikah Imeldawati,Studi Analisis MetodeHisab Awal BulanKamariah Dalam KitabSair Al-Kamar, ProgramStudi Ahwal Al-Syakhsiyyah, FakultasSyari’ah, Institut AgamaIslam Negeri WalisongoSemarang, 2010.

Dalam kitab Sair al-Kamar memakaimetode yang dinukildari kitab fathu al-rauf al-mannan yangmetodenyamengambil data daritabel-tabel yang telahada. Metodeperhitungan dalamkitab sair al-kamartermasuk dalam hisabhakiki bi al-taqribkarena masihberpangkal padadata-data Zaij UlughBeik, sama dengankitab sullam al-nayyiroin, dan fathual-rauf al-mannan.

Dalam menetapkanawal bulan KamariahPersis memakaikriteria ImkanurRukyat ahli astronomi(LAPAN 2010)dengan menggunakanmetode hisabephemeris, danperhitungannyadengan softwareaccurate time 5.3.

Didin Syawaludin,Pemahaman KriteriaWujud al-Hilal di PDPersis Cianjur dalamTinjuan Syar’i danAstronomi, ProgramMagister, Institut AgamaIslam Negeri Walisongo,2012

PD Persis Cianjurdalam menetapkanawal bulan Kamariahmasih menggunakankriteria Wujud al-hilal, padahal secarainstitusi Persismenggunakankriteria MABIMS.Hal ini terjadi karenatidak tepatnya

Pada saat ini dalammenetapkan awalbulan KamariahPersis menggunakankriteria ImkanurRukyat ahli astronomi(LAPAN 2010) danberlaku untuk seluruhJamiyah Persis.Kriteria tersebutditetapkan untuk

Page 23: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

11

memaknai kata Ra’adari hadits-haditstentang rukyat yangmengakibatkanbanyak permasalaha.

menyatukanperbedaan pendapatmengenai kriteriaawal bulan Kamariahdikalangan JamiyahPesis.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ialah dengan memakai pendekatan

yuridis sosiologis. Penelitian yuridis sosiologis adalah suatu penelitian yang

didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena atau kejadian yang

terjadi dilapangan.15 Sehingga dapat menggambarkan secara mendalam

terhadap masalah yang diteliti,16 dengan melakukan metode kualitatif, seperti

observasi dimana peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka

langsung dan berinteraksi dengan data-data di tempat penelitian.17

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif

kualitatif, yakni bertujuan untuk mengetahui apa yang terjadi dilingkungan

yang akan diteliti,18 hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang

baik, jelas, dan dapat memaparkan hasil-hasil penelitian yang bersumber dari

dokumen tertulis berupa almanak Persis serta hasil wawancara yang

15 Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo, 2001), h. 26.

16 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya,(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003), cet. Ke-6, h. 20.

17 Syamsudin dan Vismala S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 73.

18 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2008), h. 174.

Page 24: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

12

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dinamika kriteria penetapan awal

bulan Kamariah yang dipakai oleh Persatuan Islam (Persis).

2. Sumber Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang berhubungan

dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Sumber data yang penulis

gunakan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang penulis dapatkan dari petugas atau

sumber pertamanya.19 Data tersebut penulis dapatkan dari almanak Islam

Persis dan hasil wawancara dengan Dewan Hisab dan Rukyat Persis serta

data-data atau dokumen yang berkaitan dengan Persatuan Islam (Persis).

Data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan

dengan masalah yang dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah seluruh literatur yang berhubungan dengan

ilmu falak secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan

informasi tambahan pada judul yang diangkat dalam skripsi ini, yaitu:

buku, kitab, hasil penelitian, majalah, artikel, dan lain sebagainya.

c. Data tersier

Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan dan menelaah

beberapa literatur buku-buku ilmiah, kamus, ensiklopedia ataupun internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

19 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2007), h. 37.

Page 25: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

13

Sebagai tindak lanjut dalam rangkat memperoleh data sebagaimana

diharapkan, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan dua teknik

penelitian, diantaranya:

a. Penelitian kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis

mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya

dengan penulisan skripsi ini, yang berupa almanak atau kalender Hijriyah

Persatuan Islam dari tahun 1434 H, 1435 H, 1436 H, 1437 H, surat

keputusan Dewan Hisab dan Rukyat Persis, buku, artikel, jurnal, skripsi,

surat kabar, dan lain sebagainya. Hal yang dilakukan dalam melaksanakan

penelitian kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip,

menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam

memenuhi data penelitian ini.

b. Penelitian lapangan (field research), dalam hal ini untuk mendapatkan

data-data dan informasi tentang dinamika kriteria penetapan awal bulan

Kamariah yang dipakai Persis, penulis langsung turun kelapangan pada

obyek penelitian yaitu Dewan Hisab dan Rukyat Persis, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.20

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data yaitu dengan cara tanya jawab secara langsung dengan

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 205.

Page 26: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

14

menggunakan instrumen pengumpulan data. Wawancara ini

dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi dari pihak terkait

yaitu Dewan Hisab dan Rukyat Persatuan Islam (Persis).

2) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung pada kalender Hijriyah Persis tahun 1434 H,

1435 H, 1436 H, 1437 H, dan Surat Keputusan Dewan Hisab Rukyat

Persis tentang penetapan awal bulan Kamariah, yang kemudian

dianalisis sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, data lapangan dan

bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.21 Analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis

dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan tentang profil organisasi

kemasyarakatan Persatuan Islam (Persis), bagaimana cara organisasi

kemasyarakatan tersebut menentukan awal bulan Kamariah dan bagaimana

dinamika perubahan kriteria awal bulan Kamariah Persatuan Islam, serta

bagaimana pengaplikasian metode Imkanur Rukyat ahli astronomi

(LAPAN 2010) yang digunakannya saat ini.

5. Teknik Penulisan

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.244.

Page 27: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

15

Adapun dalam tehnik penulisan pada skripsi ini menggunakan

tehnik dasar dalam penulisan karya ilmiah yang dalam hal ini berpedoman

kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami dan mempelajari skripsi ini, maka

disini penulis akan menjelaskan mengenai sistematika penulisan laporan

penelitian, dimana penelitian ini terdiri dari lima bab dengan rancangan sebagai

berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi

terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang tinjauan teoritis hisab rukyat, yang meliputi

pengertian hisab rukyat, landasan hukum hisab rukyat, sejarah singkat dan

perkembangan pemikiran hisab rukyat di Indonesia, dan persoalan seputar

penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia.

Bab III merupakan gambaran umum mengenai Persatuan Islam, yang

meliputi sejarah singkat Persatuan Islam, dan Sejarah Almanak Persatuan Islam.

Bab IV merupakan bab analisis penulis mengenai dinamika kriteria

penetapan awal bulan Kamariyah Persatuan Islam, yang meliputi metode, dasar

hukum dan landasan yuridis hisab rukyat Persis dalam menentukan awal bulan

Kamariah, faktor yang melatarbelakangi perubahan kriteria awal bulan Kamariah

Page 28: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

16

Persis, dan aplikasi kriteria Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010) di

kalender Persis.

Bab V merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Page 29: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG HISAB RUKYAT

A. Pengertian Hisab Rukyat

Sebelum penulis mendeskripsikan prihal hisab rukyat secara mendalam,

terlebih dahulu penulis menjelaskan apa makna hisab rukyat secara etimologis

maupun terminologis. Karena seringkali kalimat “hisab rukyat” disebutkan dalam

pembahasan penetapan awal bulan Kamariah, namun kalimat tersebut terasa

kurang mengena tatkala tidak diketahui pengertian yang sesungguhnya

berdasarkan penelitian empiris. Pada dasarnya kalimat “hisab rukyat” terdiri dari

dua kata, yaitu: “hisab” dan “rukyat”.

1. Pengertian Hisab

Secara etimologi “hisab” identik dengan ilmu hitung (aritmatik).1

Sementara “hisab” (حساب) merupakan kata masdar dari kata kerja (fi’il

madhi) “hasaba” ( حسابا -يحسب -حسب ( .

Kata “al-hisab” (الحساب) dapat bermakna “al-‘add” (الع دد) yang

mempunyai arti menghitung.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

1 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), cet,ke-14, h. 262.

2 Kamus Munjid, (Bairut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 132.

Page 30: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

18

“hisab” mempunyai arti aneka ragam, antara lain: hitungan, perhitungan,

perkiraan.3

Dalam al-Qur’an kata hisab banyak digunakan untuk menjelaskan hari

perhitungan (yaumul hisab) dimana Allah akan memperhitungkan dan

menimbang semua amal dan dosa manusia dengan adil. Kata hisab muncul

dalam al-Qur’an sebanyak 37 kali yang semuanya berarti perhitungan dan

tidak memiliki penggunaan definisi yang kabur.4

Secara terminologis hisab berarti penentuan awal bulan Kamariah yang

didasarkan kepada perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi.5 Sistem

ini dapat menetapkan awal bulan jauh sebelumnya, sebab tidak bergantung

kepada terlihatnya hilal pada saat matahari terbenam menjelang masuknya

tanggal satu.

Pada dasarnya perhitungan dengan cara hisab ini berasal dari revolusi

(berputarnya) bulan terhadap bumi dalam satu tahun penuh (354-355 hari).

Dalam sistem penanggalan Kamariah bulan mengelilingi bumi dalam satu

tahun terdapat 354 hari tahun basithah6 atau 355 hari tahun kabisat.7 Sistem

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2008), cet. Pertama edisi ke-4, h. 503.

4 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas Publitica,2007), h. 120.

5 Tim Penyusun, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, (Jakarta: Depag RI,1994/1995), h. 7.

6 Tahun Basithah adalah tahun pendek, dimana sistem penanggalan kamariah jumlah haridalam satu tahun berjumlah 345 hari. Sebagai krierianya bahwa tahun tersebut tahun basithah yaitujumlah hari dalam bulan zulhijjahnya terdapat 29 hari, sebagaimana perhitungan biasanya.

7 Tahun Kabisat merupakan kebalikan dari tahun Basithah, dimana jumlah hari terdapat355 hari dalam satu tahun. Sebagai kriterianya bahwa tahun tersebut tahun kabisat yaitu jumlahhari dalam bulan zulhijjahnya terdapat 30 hari.

Page 31: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

19

penanggalan ini populer dengan sebutan sistem kamariah, lunar sistem, atau

tahun candra.8

Dikalangan umat Islam ilmu falak dan ilmu faraid dikenal dengan ilmu

hisab, karena kegiatan yang menonjol dalam keduanya adalah menghitung.

Namun di Indonesia ketika disebutkan ilmu hisab maka yang dimaksud adalah

ilmu falak.9

Secara bahasa (etimologi), Falak artinya orbit atau lintasan benda-

benda langit, dalam al-Qur’an di sebutkan kata falak ini sebanyak dua kali

yang masing-masing ayat tersebut mengartikannya sebagai “garis edar” atau

“orbit”; hal tersebut dijelaskan di dalam QS. Yasin (36): 40

وكل في فـلك يسبحون ◌ ها أن تدرك القمر وال الليل سابق النـهار ال الشمس يـنبغي ل (36: 40)

Artinya: “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan danmalampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar padagaris edarnya.” (Q.S Yasin: 40)

Dan QS. Al-Anbiya’ (21): 33

(33 :21)كل في فـلك يسبحون ◌ وهو الذي خلق الليل والنـهار والشمس والقمر

Artinya: “Dan dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari danbulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”(Q.S al-Anbiya’: 33)

Sehingga ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-

benda langit, khususnya bumi, bulan dan matahari, pada orbitnya masing-

8 Depag RI, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, h. 1.

9 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, (Jakarta: ProyekPembinaan Badan Peradilan Islam, 1981), h. 14.

Page 32: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

20

masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda-benda langit antara satu

dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi

ini.10

Pengertian di atas sejalan dengan yang di definisikan oleh Susiknan

Azhari yaitu “Ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda

langit, seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit

lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu

serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.” Dalam literatur-

literatur klasik ilmu falak biasa disebut dengan Ilmu al-Hai’ah, Ilmu Hisab,

Ilmu Rosd, Ilmu Miqat dan Astronomi.11

Ilmu falak atau ilmu hisab pada garis besarnya ada dua macam yaitu

‘ilmiy dan ‘amaliy. Ilmu falak ‘ilmiy yaitu ilmu yang membahas teori dan

konsep benda-benda langit, sedangkan ilmu falak ‘amaliy adalah ilmu yang

melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit

antara satu dengan yang lainnya. Ilmu falak ‘amaliy inilah yang oleh

masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.12

Menurut Ahmad Izzuddin idealnya dalam penamaan Ilmu Falak ini

ditinjau dari kerja ilmiahnya, yaitu disebut Ilmu Hisab Rukyah, tidak disebut

ilmu hisab (saja), karena pada dasarnya ilmu ini menggunakan dua

10 Muhyiddin Khazim, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: BuanaPustaka, 2004), cet. ke-I, h. 3.

11 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet.ke-I, h. 55.

12 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, h. 4.

Page 33: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

21

pendekatan kerja ilmiahnya dalam mengetahui waktu-waktu ibadah dan

posisi benda-benda langit, yakni pendekatan hisab (perhitungan) dan

pendekatan rukyah (observasi) benda-benda langit.13

Hisab tidak hanya proses menghitung dengan rumus ataupun

mencocokkan pola-pola saja, namun mencakup analisis numeris mengenai

model-model, persamaan-persamaan, rumus-rumus serta pola-pola numeris

sifat-sifat benda.

2. Pengertian Rukyat

Kata “rukyat” secara etimologi merupakan masdar dari kata kerja (fi’il

madhi) “Raa ) رؤیة- رؤبا- رأبا-یرى-رأى ) dan kata bendanya رأبا berarti melihat

dengan akal (rasional), رؤبا berarti melihat dalam tidur (mimpi), dan رؤیة

yang artinya melihat dengan mata kepala.14 Dalam ungkapan lain adalah

observasi. Sedangkan pengertian asli dalam Bahasa Arab Rukyat bisa berarti

melihat dengan mata dan bisa juga melihat dengan hati (orang Indonesia

menyebutnya sebagai rukyat bilfi’li atau rukyat bil’ilmi). Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata rukyat berarti penglihatan, pengamatan.15 Sedangkan

dalam khazanah fiqih, kata rukyat lazim disertai dengan kata hilal sehingga

menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat bulan baru.16

13 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyah Praktis dan SolusiPermasalahannya), (Semarang: Komala Grafika, 2006), h. 1.

14 Kamus Munjid, (Bairut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 243.

15 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1187.

16 Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), cet. ke-II, h. 149.

Page 34: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

22

Secara terminologis kata “rukyat” adalah melihat hilal pada saat

matahari terbenam tanggal 29 Kamariah. Jika hilal berhasil dirukyat maka

sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru. Kalau tidak maka

malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan

digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari.17

Sedangkan dalan Kamus Besar Bahasa Indonesia “rukyat” adalah

melihat bulan tanggal satu untuk menentukan hari permulaan dan penghabisan

bulan Ramadhan,18 atau dengan istilah lain “rukyatul hilal” adalah melihat

bulan untuk menentukan mulai masuknya bulan Ramadhan dan masuknya

bulan Syawal; rukyat.19

Arti rukyat secara istilah, kaitannya dalam penentuan awal bulan

Kamariah mengalami berbagai perkembangan sesuai dengan fungsi dan

kepentingan penggunaannya.

Semua pengertian rukyat adalah melihat hilal pada saat matahari

terbenam pada akhir bulan Sya’ban atau Ramadhan dalam rangka menentukan

awal bulan Kamariah berikutnya. Jika pada saat matahari terbenam tersebut

hilal dapat dilihat maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal

satu bulan baru, sedangkan jika hilal tidak tampak maka malam itu dan

17 Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: ProyekPembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981), h. 15.

18 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1187.

19 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1187.

Page 35: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

23

keesokan harinya merupakan tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung, atau

dengan kata lain di istikmalkan (disempurnakan) menjadi tiga puluh hari.20

Dalam perkembangan selanjutnya, “melihat hilal” tersebut tidak hanya

dilakukan pada akhir bulan Sya’ban dan Ramadhan saja, namun juga pada

bulan-bulan lainnya terutama menjelang awal-awal bulan yang ada kaitannya

dengan waktu pelaksanaan ibadah atau hari-hari besar Islam. Bahkan untuk

kepentingan pengecekan hasil hisab.21

Jika kita lihat dari segi sarana yang dipergunakan semula pelaksanaan

rukyat hanya dilakukan dengan mata telanjang, tanpa alat, dan hanya melihat

kearah ufuk bagian barat, tidak tertuju pada posisi tertentu. Dari keadaan

seperti ini timbul istilah rukyah bil’aini atau rukyah bilfi’li. Namun, setelah

kebudayaan manusia semakin maju, maka pelaksanaan rukyatpun secara

berangsur dilengkapi dengan sarana serta berkembang terus menuju

kesempurnaan sesuai dengan perkembangan teknologi.

Rukyat merupakan metode ilmiah yang klasik dan besar manfaatnya.

Galileo Gailei, besar jasanya dalam memajukan ilmu pengetahuan setelah ia

menemukan metode observasi sebagai metode ilmiah yang paling efektif.

Namun jauh sebelum itu Nabi Muhammad Saw telah bersabda: “berpuasalah

kamu dengan melihat hilal, jangan berpuasa sebelum melihat hilal...”, dari

segi ilmu pengetahuan hadits tersebut mendorong kita untuk lebih banyak

melakukan observasi (melihat). Dengan metode “melihat” dari jarak jauh, ahli

20 Departemen Agama, Pedoman Tehnik Rukyat, (Direktoral Jenderal PembinaanKelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam: 1994), h. 1.

21 Departemen Agama, Pedoman Tehnik Rukyat, h. 2.

Page 36: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

24

astronomi dapat menentukan susunan rasi atau suatu tata surya, mereka dapat

mengukur besarnya bintang-bintang, mengukur jarak, bahkan dapat mengukur

berat benda langit dengan kesalahan yang relatif kecil. Betapa penting dan

bermanfaatnya metode ini.22

Hisab rukyat merupakan dua kata yang saling berkaitan, keduanya

mempunyai arti yang saling terkolerasi antara yang satu dengan yang lainnya.

Hisab rukyat merupakan media dalam hal penentuan awal bulan kamariah.

Namun, secara fungsional terdapat perbedaan yang mendasar, dimana hisab

sebagai media penetapan awal bulan Kamariah dengan menggunakan

perhitungan, sementara rukyat lebih mengacu ke dalam penglihatan mata

secara dhahir (mata telanjang) dalam mengobservasi hilal.

B. Landasan Hukum Hisab Rukyat

Segara garis besar ada dua metode dalam menentukan awal bulan

Kamariah khususnya pada bulan-bulan yang ada kaitannya dengan ibadah seperti

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, yaitu metode rukyat dan metode hisab.

Metode rukyat inilah yang pertama kali digunakan oleh umat Islam sejak masa

Nabi Muhammad SAW.

Adapun landasan digunakannya hisab dan rukyat dalam penentuan awal

bulan Kamariah berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadits Nabi, sebagai berikut:

1. Landasan Dalam al-Qur’an

Adapun ayat-ayat yang dijadikan acuan dalam menentukan awal bulan

Kamariah antara lain:

22 Departemen Agama, Pedoman Tehnik Rukyat, h. 19.

Page 37: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

25

a. Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2): 189

(2:189)

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit.Katakanlah: “itu adalah (petunjuk) waktu bagi manusia dan (bagi ibadah)haji, dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapikebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamuberuntung.” (Q.S. Al-Baqarah: 189)

Dalam firman Allah di atas dapat diketahui bahwa bulan sabit

(hilal) dapat dijadikan pedoman waktu untuk manusia (umat Islam) dalam

ibadah-ibadahnya, seperti penentuan awal bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan

Idul Adha.23 Ayat ini dijadikan dasar oleh mazhab rukyat sebagai metode

dalam menetapkan awal bulan Kamariah.

b. Firman Allah Swt dalam surat Yunus (10): 5

(10:5)

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulanbercahaya dan ditetapkan manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagiperjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun danperhitungan (waktu).” (QS. Yunus: 5)

23 Abdul Karim Kassim, Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan Dengan Rukyatdan Hisab, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, tth), h. 150.

Page 38: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

26

Ayat diatas merangkum kata wa qaddarahu yang artinya dan

ditetapkannya dan al-hisaba yang artinya perhitungan (waktu) dijadikan

dasar bahwa posisi kedudukan dan saat hilal itu dapat dihitung, karena

Allah menganjurkan manusia untuk mengetahui waktu dan

mendayagunakan kemampuan inteleknya sebagai mahluk cerdas.24

c. Firman Allah Swt dalam Surat al-Isra’ (17): 12

(17:12)

Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, laluKami jadikan tanda siang itu terang agar kamu mencari karunia dariTuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun danperhitungan.” (QS. Al-Isra’: 12)

Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa ayat tersebut

menerangkan tentang susunan dan hukum yang berlaku diruang angkasa

yang juga menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT dalam

mengatur alam semesta dengan harmonis. Dengan ayat ini pula manusia

dapat memahami manfaat dari sinar matahari dan cahaya bulan, malam

untuk beristirahat dan siang hari untuk mencari penghidupan (bekerja) dan

melakukan perjalanan. Juga ditetapkan pada masing-masing benda langit

itu garis edar masing-masing sehingga memudahkan manusia dalam

menghitung dan mengetahui bilangan tahun, bulan, hari dan seterusnya

yang pada akhirnya manusia dapat membuat perencanaan-perencanaan

24 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, h. 121.

Page 39: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

27

bagi diri, keluarga, dan masyarakat dalam menjalani hidup dan

kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan hamba Allah SWT.25

Selanjutnya, dengan ayat ini manusia berdasarkan pada adanya

peredaran bulan dan matahari yang tetap dan harmonis dapat mengetahui

perhitungan tahun, bulan, dan hari. Manusia juga dapat melakukan

perhitungan terhadap waktu shalat, waktu berpuasa, berhari raya, dan

waktu pelaksanaan haji sehingga kewajiban-kewajiban agama itu dapat

dilaksanakan tepat waktu.26

d. Firman Allah Swt dalam Surat Al-Baqarah (2): 185

(2:185)

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagaipetunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itudan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapadiantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu. Makahendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Ayat di atas menjelaskan bahwa cara melaksanakan puasa adalah

dengan mengetahui dirinya menyaksikan hilal atau rukyatul hilal karena

syahida dalam ayat itu bermakna melihat atau menyaksikan. Muhammad

25 Maskufa, Ilmu Falak, h. 153.

26 Maskufa, Ilmu Falak, h. 154.

Page 40: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

28

Ali As-Sayis menjelaskan dalam tafsirnya bahwa term syahida itu

mempunyai dua makna yaitu hadir di bulan Ramadhan dan menyaksikan

bulan dengan akalnya dan pengetahuannya. Hadir disini dimaknai sebagai

mengetahui hadirnya bulan Ramadhan yakni dengan jalan rukyat.27

Sedangkan, menurut golongan hisab kata syahida dalam ayat di atas bisa

diartikan melihat dengan keyakinan tidak hanya dengan mata kepala.28

e. Firman Allah Swt dalam Surat at-Taubah (9): 36

(9:36)

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belasbulan dalam ketetapan Allah, diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi.”(QS. al-Taubah: 36)

Ayat ini menjelaskan tentang satu tahun terdiri dari 12 bulan,

dengan demikian dalam kalender Islam satu tahun terdiri dari 12 bulan.

Sampai pada aras ini para ulama bersepakat bulat tak ada perbedaan.

Beberapa ayat di atas merupakan dasar yang menjadi pijakan

hukum syar’i oleh kelompok-kelompok tertentu yang menjadikan hisab

dan rukyat sebagai media dalam menetapkan awal bulan Kamariah. Ayat-

ayat lain yang mengandung makna serupa masih banyak lagi, yang tidak

mungkin penulis paparkan satu per satu mengingat keterbatasan.

Diantaranya yang terdapat dalam surah Al-An’am ayat 96-97, al-Nahl ayat

27 Maskufa, Ilmu Falak, h. 151.28 Abdul Karim Kassim, Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan Dengan Rukyat

dan Hisab, h. 7.

Page 41: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

29

16, al-Hijr ayat 16, al-Anbiya ayat 33, al-Rahman ayat 5 dan 33, dan surat

Yasin ayat 38, 39 dan 40.

2. Landasan dalam Hadits

Adapun hadits-hadits yang berhubungan dengan hisab rukyat antara

lain berbunyi sebagai berikut:

قال ابو القسم : او قال , قال النيب صلى اهللا عليه وسلم : هريرة رضي اهللا عنه يـقول عن ايب ة شع , صلى اهللا عليه وسلم بان صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فان غمي عليكم فاكملوا عد

29)رواه البخاري(ثالثني

Artinya: “Dari Abu Hurairah R.A. berkata, Nabi SAW, bersabda atau betkata(Abu Hurairah) , bersabda Abul Qasim saw. “Puasalah kamu ketika melihathilal dan berbukalah ketika melihat hilal, apabila hilal tidak terlihat olehmumaka sempurnakan bilangan Sya’ban tiga puluh hari.” (HR. Bukhari)

Hadits di atas menetapkan bahwa mengawali berpuasa dan berhari

raya hendaklah dengan rukyat. Mereka (golongan hisab) memahami rukyat

dalam arti melihat dengan ilmu dan akal (rukyat bil ilmi).30

31)رواه مسلم(فصوموا واذا رأيـتموه فأفطروا فان غم عليكم فاقدرواله اذا رأيـتموا الـهالل

Artinya: “Bila kamu melihat hilal, maka berpuasalah, dan bila kamu melihathilal maka berbukalah. Bila hilal itu tertutup awan maka kira-kirakanlah ia”(Diriwayatkan oleh Muslim)

Kalimat “faqdurulah” pada hadits di atas dimaknai oleh kalangan

penganut hisab sebagai kira-kirakanlah yaitu dengan jalan hisab. Diperkuat

juga oleh pendapat Mithraf bin Abdullah (kibaruttabi’iin), Abdul Abbas bin

29 Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Buku II, PenerjemahAmiruddin, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), cet. ke-2, h. 56.

30 Maskufa, Ilmu Falak, h. 155.

31 Al-Imam Abu Husain Muslim bin al-Hijaaji al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim,(Beirut: Darul Kitab al-‘Araby, tth), h. 421.

Page 42: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

30

Suraji, Ibnu Qutaibah dan lainnya, mengatakan makna “faqdurulah” ialah

perkiraan hilal itu berdasarkan dengan hisab.32

Sementara bagi kalangan penganut rukyat kalimat tersebut masih

mujmal sedangkan hadits dengan teks “... faakmiluu’idata Sya’ban

tsalaatsiina” adalah mufasar. Maka yang mujmal harus dibawa ke yang

mufasar. Jadi makna faqdurulah dalam hadits itu adalah istikmal, yaitu bila

rukyat tidak berhasil maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban itu 30 hari.33

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته : أن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال , عن ايب هريرة رضي اهللا عنه ي عليكم فاكملوا العدد 34)رواه مسلم(فان غم

Artinya: “Dari Abu Hurairah R.A. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW.,bersabda “Puasalah kamu tatkala melihat hilal dan berbukalah tatkalamelihat hilal, bila hilal tidak terlihat olehmu maka sempurnakan bilangan.”(HR. Muslim)

Lafadz-lafadz: فان غم dan ي علیكم فان غم dalam hadits di atas

mengandung makna bahwa jika hilal tidak terlihat atau terhalang walaupun

berada di atas ufuk maka hilal dianggap tidak atau belum wujud. Artinya

posisi hilal zaman Rasul tidak hanya berada di atas ufuk mar’i saja tetapi hilal

dapat terlihat sebagai cahaya pertama yang dipantulkan bulan setelah ijtima’.

Berdasarkan hadits-hadits di atas, penetapan awal bulan Kamariah

khususnya awal bulan Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah adalah dengan

jalan rukyatul hilal yaitu melihat secara langsung hilal sesaat setelah matahari

32 Abdul Karim Kassim, Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan Dengan Rukyatdan Hisab, h. 45.

33 Maskufa, Ilmu Falak, h. 155.

34 Al-Imam Abi Husain Muslim bin al-Hijaaji al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,(Beriut: Dar al-Fikr, 1991), Juz I, h. 472.

Page 43: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

31

terbenam pada hari ke 29 atau dengan jalan istikmal yakni menggenapkan

bilangan bulan itu menjadi 30 hari manakala rukyat yang dilakukan itu tidak

berhasil.35

Jadi, menurut kelompok rukyat bil fi’li yang disebut hilal itu adalah

“cahaya” yang dipantulkan bulan setelah ijtima’, pada saat maghrib terlihat

berupa garis lengkung putih. Sedangkan menurut kelompok Wujudul Hilal,

hilal didefinisikan sebagai “posisi bulan” setelah ijtima’ dan pada saat

maghrib berada di atas ufuk mar’i walau belum terlihat berupa garis lengkung

putih.

3. Pendapat Ulama Mengenai Penetapan Awal Bulan Kamariah

Awal bulan Kamariah memang harus ditetapkan, karena hal ini erat

kaitannya dengan pelaksanaan ibadah yang harus kita lakukan. Dasar

penetapan awal bulan Kamariah dalam al-Qur’an dan hadits yang sudah

dipaparkan di atas, ada beberapa kalangan fuqaha yang berbeda pendapat

dalam menafsirkan dasar hukum tersebut, diantaranya:

a. Jumhur Ulama (Hanafi, Maliki, dan Hambali) berpendirian bahwa

penetapan awal bulan Kamariah harus berdasarkan rukyat. Menurut Hanafi

dan Maliki apabila terjadi rukyat disuatu negeri maka rukyat tersebut

berlaku untuk semua daerah atau wilayah kekuasaannya. Sedangkan

menurut Hambali, rukyat tersebut berlaku untuk seluruh dunia Islam.

b. Sebagian aliran dari golongan Syafi’i berpendirian sama dengan Jumhur,

yakni awal Ramadhan tersebut ditetapkan berdasarkan rukyat.

35 Maskufa, Ilmu Falak, h. 152.

Page 44: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

32

Perbedaannya dengan Jumhur ialah bahwa menurut golongan ini apabila

terjadi rukyat didalam suatu negeri maka rukyat tersebut hanya berlaku

untuk daerah/wilayah yang berdekatan dengannya, tidak berlaku untuk

daerah/wilayah yang jauh. Kriteria dekat disini ialah yang satu

mathla’/sama mathla’nya. Golongan ini berpegang kepada hadits kuraib.

Dan menurut golongan ini penetapan rukyat tersebut harus dilakukan oleh

qadli/pemerintah.

c. Sebagian ahli fiqh mazhab Syafi’i berpendirian bahwa penetapan awal

bulan Kamariah tersebut dilakukan berdasarkan hisab. Golongan ini bisa

bekerjasama dengan golongan kedua, karena golongan kedua

menggunakan mathla’, disamping itu mereka masih dalam satu lingkaran

mazhab, dimana kelompok ketiga ini terdiri dari pemuka-pemuka mazhab

Syafi’i sendiri.36

Tegasnya dalam mazhab Syafi’i ada yang berpegang kepada rukyat

semata, tidak membenarkan campur tangan hisab sebagaimana pendapat

Jumhur dan ada yang berpegang kepada hisab Imkanur Rukyat.

Persis dalam memahami dasar hukum penetapan awal bulan Kamariah

tidak mengikuti mazhab manapun, karena pada dasarnya Persis tidak

bermazhab, dalam menetapkan awal bulan Kamariah Persis langsung

mentalfiq kepada sumber aslinya yaitu tafsir al-Qur’an dan syara’ hadits

36 Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji , Selayang Pandang Hisab Rukyat,(Jakarta: Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 31.

Page 45: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

33

tentang awal bulan Kamariah dalam artian mengambil mana sistem yang

sesuai dengan pemahaman Persis.37

Perbedaan pendapat dalam memahami dasar hukum penetapan awal

bulan Kamariah apakah hilal itu harus ditetapkan berdasarkan rukyat ataukah

hisab tidak perlu kita perdebatkan, karena pada dasarnya antara dua

pandangan saling mengisi dan saling melengkapi serta dapat disatukan.

Apalagi kalau dalam hal ini penetapan itu telah dilakukan oleh qadhi atau

pemerintah.

C. Sejarah Singkat dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyat di Indonesia

Berbicara mengenai sejarah dan perkembangan pemikiran hisab rukyat

yang berkembang di Indonesia ini, tentunya tidak lepas dari sejarah Islam itu

sendiri di Indonesia, karena hisab rukyat merupakan suatu fan ilmu yang erat

kaitannya dengan Islam itu sendiri terutama dalam hal ibadah-ibadah yang

mempunyai waktu tersendiri. Dalam sejarah Islam di Indonesia sendiri terdapat

dua periode yang mendapat perhatian khusus, yaitu periode masuknya Islam di

Indonesia dan periode reformisme pada abad ke-20.38

Sejak jaman kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam

sudah terlibat dalam pemikiran hisab, dimana para raja menggunakan kalender

Hijriyah sebagai kalender resmi. Namun setelah adanya penjajahan Belanda di

Indonesia terjadi pergeseran penggunaan kalender resmi pemerintah. Semula

37 Wawancara pribadi dengan Bapak Syarief Ahmad Hakim, tanggal 08 Oktober 2015 diJakarta.

38 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi AnalisisPemikiran Saadoeddin Djambek), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), cet. ke-I, h. 9.

Page 46: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

34

kalender Hijriyah di ubah menjadi kalender Masehi (Miladiyyah).39 Meskipun

demikian, umat Islam tetap menggunakan kalender Hijriyah, terutama di daerah-

daerah kerajaan Islam. Tindakan ini tidak dilarang oleh Pemerintah Kolonial

bahkan penetapannya diserahkan kepada penguasa kerajaan-kerajaan Islam yang

masih ada, terutama penetapan terhadap hari-hari yang berhubungan dengan

persoalan peribadatan, seperti tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah.

Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa pada masa penjajahan persoalan

penentuan awal bulan yang berkaitan dengan peribadatan diserahkan kepada

kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada. Lalu setelah Indonesia

memproklamirkan kemerdekaannya, secara berangsur-angsur mulai diadakan

perubahan, dan setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 2 Januari

1946, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur (termasuk penetapan 1

Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah) diserahkan kepada Departemen Agama.

Wewenang ini tercantum dalam penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 2/Um,

7/Um, 9/Um, dan dipertegas dengan Keputusan Presiden No. 25 tahun 1946, No.

148 tahun 1968 dan No. 10 tahun 1971.40

Pengaturan hari-hari libur termasuk tanggal 1 Ramadhan, Idul Fitri dan

Idul Adha itu berlaku untuk seluruh Indonesia. Namun demikian perbedaan masih

belum dapat dihindari sama sekali karena adanya dua pendapat yang mendasarkan

tanggal satu bulan Kamariah masing-masing dengan hisab, dan dengan rukyat.

39 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab Rukyatdengan Mazhab Hisab), (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), cet. ke-I, h. 48.

40 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi AnalisisPemikiran Saadoeddin Djambek), h. 12.

Page 47: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

35

Melihat fenomena tersebut pemerintah mendirikan Badan Hisab Rukyat

yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Pada dasarnya kehadiran

Badan Hisab Rukyat untuk menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyyah

khususnya dalam beribadah. Dalam hal ini Departemen Agama selalu berusaaha

untuk mempertemukan faham para ahli hisab dan rukyat dalam masyarakat

Indonesia terutama di kalangan ulama-ulamanya dengan mengadakan

musyawarah-musyawarah, konperensi-konperensi untuk membicarakan hal-hal

yang mungkin menimbulkan pertentangan di dalam menentukan hari-hari besar

Islam, terutama penentuan awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Kalau

dapat disatukan, dan kalau ternyata tak dapat berhasil diusahakan untuk

menetralisir, jangan sampai menimbulkan pertentangan-pertentangan dikalangan

masyarakat luas.

Musyawarah tersebut dilakukan setiap tahun, pada tanggal 12 Oktober

1971 diadakan musyawarah dimana waktu itu terjadi perbedaan pendapat

mengenai jatuhnya tanggal 1 Ramadhan 1391 H. Dalam musyawarah ini

perbedaan-perbedaan dapat dinetralisir dan dapat meniadakan ketegangan-

ketegangan di kalangan masyarakat. Dan yang lebih penting lagi pada

musyawarah ini Menteri Agama didesak untuk mengadakan Lembaga Hisab dan

Rukyat.41

Musyawarah pada tahun berikutnya diadakan pada tanggal 20 Januari

1972, dalam menghadapi tanggal 1 Dzulhijjah 1972/1391 yang juga terdapat

perbedaan. Musyawarah inipun dapat meredakan suasana pertentangan dan

41 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, h. 23.

Page 48: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

36

selanjutnya para peserta mengulangi desakannya lagi supaya didirikan Lembaga

Hisab dan Rukyat. Musyawarah ini diikuti oleh ormas-ormas Islam, Pusroh

ABRI, Lembaga Meteorologie dan Geofisika, Planetarium, IAIN, dan dari

Departemen Agama.42

Untuk membentuk Lembaga Hisab dan Rukyat Departemen Agama

menunjuk team perumus yang terdiri dari lima orang yaitu:

a. A. Wasit Aulawi, M.A (dari Departemen Agama)

b. H. Z. A. Noeh (dari Departemen Agama)

c. H. Sa’aduddin Djambek (dari Departemen Agama)

d. Drs. Susanto (dari Lembaga Meteorologie dan Geofisika)

e. Drs. Santoso Nitisastro (dari Planetarium).43

Setelah mengadakan beberapa kali pertemuan maka dalam rapat tanggal

23 Maret 1972 team Perumus mengambil keputusan sebagai berikut:

a. Bahwa tujuan dari Hisab dan Rukyat ialah mengusahakan bersatunya ummat

Islam dalam menentukan tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Zulhijjah.

b. Bahwa setatus daripada Lembaga Hisab dan Rukyat ini adalah Resmi

(Pemerintah) dan berada dibawah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam dan berkedudukan di Jakarta.

c. Bahwa tugas dari Lembaga Hisab dan Rukyat ini adlah memberikan advis

dalam hal penentuan permulaan tanggal bulan Kamariah kepada Menteri

Agama.

42 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, h. 23.

43 Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji , Selayang Pandang Hisab Rukyat, h.51.

Page 49: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

37

d. Bahwa keanggotaan Lembaga Hisab dan Rukyat ini terdiri dari 1 Anggota

tetap (inti) yang mencerminkan 3 unsur, diantaranya:

1) Unsur Departemen Agama;

2) Unsur ahli-ahli Falak/Hisab;

3) Unsur ahli Hukum Islam/Ulama.44

Pelantikan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama dilaksanakan

pada waktu menjelang bulan puasa. Oleh karena itu dalam waktu 2 hari setelah

pelantikan badan Hisab dan Rukyat sudah mulai mengadakan kegiatannya dalam

rangka menghadapi bulan Ramadhan tahun 1391 H. Dari data yang diterima

mengenai tinggi hilal pada waktu matahari terbenam dan hasil perhitungan-

perhitungan ormas-ormas Islam dapat diambil kesimpulan bahwa hilal masih

dibawah ufuk. Sehingga dalam rapatnya badan hisab, memutuskan tidak usah

melakukan rukyat karena hilal tidak mungkin terlihat, dan akhirnya

mengistikmalkan bulan Sya’ban 30 hari.

Sebulan kemudian yaitu tanggal 14 Oktober 1972 Badan Hisab

mengadakan rapatnya yang kedua, membicarakan tentang akan datangnya 1

Syawal 1392 H dalam rapat kedua ini, sama seperti rapat ke satu Badan Hisab dan

Rukyat menerima catatan dari ormas-ormas, lembaga-lembaga dan perseorangan

yang semuanya sepakat bahwa bulan sudah mungkin untuk dirukyat.45

Tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun 1395 H. penetapan 1 Ramadhan, 1

Syawal juga dapat berjalan dengan lancar, tidak mengalami kesulitan-kesulitan.

44 Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji , Selayang Pandang Hisab Rukyat, h.51.

45 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, h. 26.

Page 50: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

38

Pada tanggal 5 s.d Juli 1974 Ditjen Bimas Islam menyelenggarakan Musyawarah

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama yang mengambil kesimpulan-

kesimpulan, yaitu; menyambut baik prakarsa Menteri Agama untuk merintis

hubungan kerja sama dengan Malaysia dan Singapura di bidang hisab dan rukyat.

Kemudian, pada tanggal 9 s.d 11 Juli 1974 diadakan musyawarah Hisab dan

Rukyat antar Negara Malaysia, Singapura, dan Indonesia di Jakarta. Hasil dari

musyawarah tersebut antara lain: Badan Hisab dan Rukyat Indonesia bekerjasama

dengan Malaysia, Singapura dalam bidang hisab dan rukyat, saling memberikan

informasi mengenai hisab dan rukyat, kaidah-kaidah dan istilah-istilah falak

syar’i, kerjasama tersebut hendaknya dapat dikembangkan di negara-negara

Islam.46

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, pada tanggal 26 April 1976

telah mengirimkan surat kepada para ulama-ulama dan cerdik pandai di bidang

hisab di Indonesia untuk memohon kesediaan mereka menyampaikan perhitungan

dan data hisab tanggal 1 Syawal 1397 H (1977) dan tanggal 10 Zulhijjah 1397 H

(1997). Data perhitungan tersebut dijadikan bahan dalam musyawarah hisab dan

rukyat yang diselenggarakan Direktoral Jendral Bimbingan Masyarakat Islam

tanggal 9 s.d 11 Maret 1977 di Jakarta.47

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama dalam upaya meminimalisir

perbedaan diantara ahli hisab dan ahli rukyat diadakanlah musyawarah yang

melibatkan ulama-ulama ahli hisab dan rukyat serta ormas-ormas Islam tentang

kriteria Imkan al-rukyat di Indonesia pada tanggal 24 s.d 26 Maret 1998,

46 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, h. 27.

47 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, h. 28.

Page 51: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

39

kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Imkan al-rukyat antara Pimpinan

Ormas Islam, MUI, dan Pemerintah pada hari senin, 28 September 1998 di

Jakarta, yang memutuskan:

Menetapkan:

1. Penentuan awal bulan Kamariah didasarkan pada sistem Hisab Hakiki Tahkiki

dan atau Rukyat.

2. Penentuan awal bulan Kamariah yang terkait dengan pelaksanaan ibadah

mahdhah yaitu awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah di tetapkan dengan

mempertimbangkan hisab hakiki tahkiki dan rukyat.

3. Kesaksian rukyat dapat diterima apabila ketinggian hilal mencapai 2 derajat

dan jarak ijtima’ ke ghurub matahari minimal 8 jam.

4. Kesaksian hilal dapat diterima, apabila ketinggian hilal kurang dari 2 derajat,

maka awal bulan ditetapkan berdasarkan istikmal.

5. Apabila ketinggian hilal mencapai 2 derajat atau lebih, maka awal bulan dapat

ditetapkan.

6. Kriteria Imkan al-rukyat tersebut di atas akan dilakukan penelitian lebih

lanjut.

7. Menghimbau kepada seluruh pimpinan Ormas Islam mensosialisasikan

keputusan ini.

8. Dalam pelaksanaan itsbat, pemerintah mendengar pendapat-pendapat dari

ormas-ormas Islam dan para ahli.48

48 Depag RI, Jurnal Hisab Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal PembinaanKelembagaan Agama Islam, 2000), h. 79-85.

Page 52: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

40

Setiap tahun Badan Hisab dan Rukyat selalu mengadakan musyawarah

bersama ulama-ulama ahli hisab, ormas-ormas Islam, lembaga-lembaga, serta

perseorangan untuk membahas mengenai penetapan awal bulan Kamariah

khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, 1 Zulhijjah. Tujuan dari

musyawarah tersebut ialah untuk menggali dan membahas masalah hisab dan

rukyat sehubungan dengan penentuan awal tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1

Zulhijjah. Selalu ada perbedaan pendapat dalam musyawarah tersebut, meskipun

bebeda kriteria, hasil perhitungan dan lain sebagainya. Badan Hisab dan Rukyat

selalu mencoba untuk meminimalisir perbedaan tersebut supaya tidak adanya

perpecahan antara umat Islam di Indonesia.

D. Persoalan Seputar Penetapan Awal Bulan Kamariah di Indonesia

Penentuan awal bulan Kamariah penting artinya bagi umat Islam sebab

selain untuk menentukan hari-hari besar juga yang lebih penting adalah untuk

menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan dan Dzulhijjah, karena masalah ni

menyangkut masalah “wajib ain” bagi setiap umat Islam, yaitu kewajiban

menjalankan ibadah puasa dan haji.

Kita sering mengalami adanya perbedaan dalam memulai dan mengakhiri

puasa Ramadhan serta perbedaan berhari raya. Perbedaan ini baik dikalangan

umat Islam Indonesia maupun antar umat Islam Indonesia dengan umat Islam di

luar negeri, seperti Malaysia atau Saudi Arabia. Perbedaan tersebut tidak jarang

menimbulkan keresahan, bahkan menimbukan adanya pertentangan fisik

dikalangan umat Islam. Perbedaan seperti ini merugikan persatuan dan ukhuwah

umat Islam khususnya umat Islam Indonesia.

Page 53: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

41

Perbedaan penetapan awal bulan Kamariah ini, khususnya di Indonesia

merupakan suatu hal yang sangat wajar. Karena di Indonesia terdapat dua

pemikiran besar yang secara institusi selalu disimbolkan pada dua organisasi

kemasyarakatan Islam di Indonesia yang sangat sulit untuk disatukan. Nahdlatul

Ulama’ menganut mazhab Rukyat, sedangkan Muhammadiyah menganut mazhab

hisab. Begitu juga dengan Persatuan Islam (Persis) juga menggunakan hisab dan

rukyat dalam menentukan awal bulan Kamariah. Hanya saja Persis memakai

kriteria ahli astronomi (LAPAN 2010) dalam penetapan awal bulan Kamariah

sehingga walaupun memakai hisab dan rukyat namun banyak kemungkinan tidak

mendahului hasil sidang isbat, seperti yang sering terjadi di Muhammadiyah.

Ada beberapa hal yang menjadikan perbedaan penetapan awal bulan

Kamariah, diantaranya:

a. Perbedaan antara hisab dan rukyat

Dalam penentuan awal bulan terdapat kelompok masyarakat yang

berpedoman pada hisab dan kelompok yang berpedoman pada rukyat. Kedua

kelompok ini sangat sulit untuk disatukan karena mempunyai argumen fiqh

yang berbeda satu sama lain. Dalam kenyataannya, perbedaan tersebut tidak

selamanya menimbulkan perbedaan dalam memulai puasa dan hari raya.

Bahkan cenderung sedikit kasus perbedaan yang dipicu oleh perbedaan

kelompok hisab rukyat ini.

Berdasarkan kasus yang tercatat di Direktorat Pembinaan Peradilan

Agama, sejak tahun 1962 M ada kesimpulan bahwa; jika ahli hisab sepakat

menyatakan hilal di bawah ufuk, maka tidak pernah ada yang melaporkan

Page 54: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

42

bahwa hilal berhasil dirukyat. Sebaliknya, jika ahli hisab sepakat bahwa hilal

di atas ufuk, maka hampir selalu dilaporkan hilal bisa diobservasi (dirukyat).49

b. Perbedaan di kalangan ahli hisab

Perbedaan di kalangan ahli hisab bermuara pada dua hal, pertama

karena bermacam-macamnya sistem dan referensi hisab, dan kedua karena

berbeda-beda kriteria hasil hisab yang dijadikan pedoman.50

Selain berbeda-beda dalam menggunakan sistem hisab, para ahli hisab

pun berbeda dalam menerapkan kriteria hasil hisab. Sebagian berpedoman

pada Ijtima’ qoblal ghurub, sebagian berpegang pada posisi hilal di atas ufuk.

Yang berpegang pada posisi hilal di atas ufuk juga berbeda-beda. Ada yang

berpendapat pada wujudul hilal, ada yang berpedoman pada imkan al-rukyah,

dan ada yang berpedoman pada rukyat bil fi’li.

c. Perbedaan di kalangan ahli rukyat

Di kalangan ahli rukyat belum satu kata dalam menetapkan mathla’

tentang batasan wilayah berlakunya hasil rukyat suatu tempat. Ada yang

menganggap hasil rukyat suatu tempat hanya berlaku untuk satu wilayah

hukum (negara). Pemikiran ini terkenal dengan Rukyat Fi Wilayatil Hukmi

sebagaimana pemikiran yang selama ini dipegang oleh Nahdlatul Ulama

secara institusi. Sebagiannya lagi berpendapat bahwa rukyat suatu tempat

berlaku untuk seluruh dunia. Pemikiran inilah yang terkenal dengan Rukyat

49 Wahyu Widiana, Sambutan dalam Buku Menggagas Fiqh Astronomi (telaah HisabRukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya), (Bandung: Kaki Langit, 2005), h. x.

50 Wahyu Widiana, Sambutan dalam Buku Menggagas Fiqh Astronomi (telaah HisabRukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya), h. xi.

Page 55: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

43

Internasional atau Rukyat Global. Perbedaan ini berimbas pada perbedaan

mengawali puasa dan berhari raya.51

Kasus seperti ini banyak terjadi jika Saudi Arabia dikabarkan telah

berhasil rukyat, maka Indonesia akan terpengaruh dengan informasi hasil

rukyat tersebut.52

d. Perbedaan di luar teknis hisab rukyat

Penyebab diluar teknis hisab rukyat tersebut antara lain adalah adanya

pemahaman fiqh yang berbeda. Sebagian menghendaki agar Idul Adha di

Indonesia mengikuti penetapan hari wukuf di Saudi Arabia, sedangkan yang

lainnya menghendaki agar penetapan Idul Adha di Indonesia berdasarkan

keadaan di Indonesia. Faktor lain di luar teknis hisab rukyat adalah sulitnya

melakukan kesepakatan tentang pedoman penentuan awal bulan Kamariah

yang dapat mengikat semua fihak.53

Perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam menentukan awal bulan

Kamariah karena banyaknya sistem dalam hisab dan permasalahan dalam

pelaksanaan rukyat, maka pantaslah jika sering timbul perbedaan dalam penetapan

1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijjah. Hal ini akan menjadi lebih parah lagi

jika setiap kelompok yang berpegang pada sistem dan pendapatnya sendiri

51 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab Rukyatdengan Mazhab Hisab), h. 76-77.

52 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab Rukyatdengan Mazhab Hisab), h. 76-77.

53 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab Rukyatdengan Mazhab Hisab), h. xii.

Page 56: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

44

mengumumkan sendiri-sendiri hasil penetapannya tanpa koordinasi, baik dengan

kelompok lainnya atau dengan Kementrian Agama.

Page 57: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

45

BAB III

GAMBARAN UMUM PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

A. Sejarah Singkat Persis

1. Sejarah Kelahiran Persis

Tampilnya jam’iyyah Persatuan Islam (Persis) dalam pentas sejarah di

Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru

dalam gerakan pembaruan Islam. Persatuan Islam (Persis) lahir sebagai

jawaban atas tantangan dari kondisi umat Islam yang tenggelam dalam

kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke dalam kehidupan mistisisme

yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, musyrik,

rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat islam terbelenggu oleh penjajahan

kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya Islam.

Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan

“reformasi” Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual,

mempengaruhi masyarakat Islam Indonesia untuk melakukan pembaharuan

Islam. Lahirnya Persis diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan

penelaahan agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan

H. Muhammad Yunus,1 dan kesadaran akan kehidupan berjamaah,

berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan

semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru

dengan ciri dan karakteristik yang khas.

1 Howard M. Federspiel, Persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, JudulAsli, Persatuan Islam; Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Penerjemah; Yudian W.Asmin dan H. Afandi Mochtar, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), h. 14-15.

Page 58: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

46

Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar

1242 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi

nama “Persatuan Islam” (Persis).2 Nama Persis ini diberikan dengan maksud

untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga

untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-

cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam,

persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Falsafah ini didasarkan

kepada firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron (103): “Dan

berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (undang-undang/aturan Allah

seluruhnya dan janganlah kamu bercerai berai.” Serta sebuah hadits Nabi

Saw, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Kekuatan Allah itu bersama al-

jama’ah”. Firman Allah dan hadits Nabi tersebut menjadi motto Persis dan

menjadi lambang Persis dalam lingkatan bintang bersudut dua belass buah

yang di bagian tengahnya tertera tulisan Persatuan Islam, ditulis memakai

huruf Arab melayu.3

2. Tujuan dan Aktifitas Persis

Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al-

Qur’an dan Sunnah. Hal ini dilakukan dengan berbagai macam aktifitas

diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh,

khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren),

menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas

2 Qanun Asasi, Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam (Persis), BabI Pasal I No. 1 dan 2, (Bandung, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), 2005), h. 6.

3 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam PembinaanHukum Islam di Indonesia), (Bandung; Tafakur, 2006), h. 66.

Page 59: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

47

keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah terlaksananya syariat Islam

secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Persis melaksanakan berbagai

kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren

Persis pada tanggal 4 Maret 1936, dari pesantren Persis ini kemudian

berkembang berbagai lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal

(Taman kanak-kanan) hingga perguruan tinggi. Kemudian menerbitkan

berbagai buku, kitab-kitab, dan majalah antara lain majalah Pembela Islam

(1929), majalah al-Fatwa (1931), majalah al-Lissan (1935), majalah at-Taqwa

(1937), majalah berkala al-Hikam (1939), majalah Aliran Islam (1948),

majalah Risalah (1962), majalah berbahasa Sunda (Iber), serta berbagai

majalah yang diterbitkan di cabang-cabang Persis lainnya.4 Selain pendidikan

dan penerbitan majalah, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian

dan diskusi yang banyak digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pemimpin

Pusat Persis maupun permintaan dari cabang-cabang Persis, undangan-

undangan dari organisasi Islam lainnya, serta masyarakat luas.

3. Kepemimpinan Persis

Kepemimpinan Persis periode pertama (1923-1942) berada di bawah

pimpinan H. Zamzam, H. Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan

Muhammad Natsir yang menjalankan roda organisasi pada masa penjajahan

kolonial Belanda, dan menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan

ide-ide dan pemikirannya.

4 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam PembinaanHukum Islam di Indonesia), h. 73-74.

Page 60: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

48

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945 H), ketika semua

organisasi Islam dibekukan, para pimpinan dan anggota Persis bergerak

sendiri-sendiri menentang usaha Niponisasi dan pemusyrikan ala Jepang

hingga menjelang proklamasi kemerdekaan Pasca kemerdekaan. Persis mulai

melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali sistem organisasi yang telah

dibekukan selama pendudukan Jepang. Melalui reorganisasi tahun 1941,

kepemimpinan Persis dipegang oleh para ulama generasi kedua diantaranya

KH. Muhammad Isa Anshari sebagai ketua umum Persis (1948-1960 H),5

Pada masa ini Persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil.

Pemerintah Republik Indonesia sepertinya mulai tergiring ke arah demokrasi

terpimpin yang dirancang oleh Presiden Soekarno dan mengarah pada

pembentukan negara dan masyarakat dengan ideologi Nasionalis, Agama,

Komunis (Nasakom).

Setelah berakhirnya periode kepemimpinan K.H. Muhammad Isa

Anshary, kepemimpinan Persis dipegang oleh K.H.E. Abdurahman (1962-

1983 H) yang dihadapkan pada berbagai persoalan internal dalam organisasi

maupun persoalan eksternal dengan munculnya berbagai aliran keagamaan

yang menyesatkan seperti aliran pembaharu Isa Bugis, Islam Jama’ah, Darul

Hadits, Inkarus Sunnah, Syi’ah, Ahmadiyyah dan faham sesat lainnya.6

5 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam PembinaanHukum Islam di Indonesia), h. 77.

6 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam PembinaanHukum Islam di Indonesia), h. 79.

Page 61: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

49

Kepemimpinan K.H.E. Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A. Latif

Muchtar, MA. (1983-1997) dan K.H. Shiddiq Amien (1997-2009) yang

merupakan proses regenerasi dari tokoh-tokoh Persis kepada eksponen

organisasi otonom kepemudaannya (Pemuda Persis). Pada masa ini terdapat

perbedaan yang cukup mendasar, jika pada awal berdirinya Persis muncul

dengan isu-isu kontroversial yang bersifat gebrakan shock therapy, pada masa

ini Persis cenderung ke arah low profile yang bersifat persuasuve edukatif

dalam menyebarkan faham-faham al-Qur’an dan Sunnah.7

Setelah K.H. Shiddiq Amien meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober

2009, kepemimpinan Persis digantikan oleh Prof. Dr. K.H. Maman

Abdurrahman yang menjabat dari tahun 2010-2015. Prof. Dr. K.H. Maman

Abdurrahman bertekad membangun Persis sebagai pemersatu umat Islam

dengan berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah. Persis tetap memberi

perhatian pada tatacara beribadah yang sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah.

Cara itu, menurut dia mampu mengatasi berbagai konflik yang berpotensi

memecah belah umat Islam.8

7 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam PembinaanHukum Islam di Indonesia), h. 79.

8 Abdul Aziz, Islam 4 All (Doing the Right Thing and Doing it Right), (Cianjur; 29September 2010), h. 2.

Page 62: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

50

Page 63: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

51

Page 64: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

52

Page 65: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

53

B. Sejarah Almanak Persis

Dari catatan yang ada diperoleh informasi bahwa sejak tahun 1960-an

Persis telah membuat almanak Islam khususnya untuk keperluan anggota dan

sispatisan Persis, namun sayang informasi tersebut tidak menyebutkan tahun

berapa hijrah almanak yang dibuat pertama kalinya itu. Almanak tersebut dibuat

oleh perorangan yaitu al-Ustadz K.H.E. Abdurrahman yang pada waktu itu telah

menjadi ketua umum Persis hasil referendum tahun 1962 di Bandung, pasca

Muktamar VII (2-5 Agustus 1962) di Bangil. Pada tahun-tahun berikutnya beliau

dibantu oleh muridnya yang sangat berminat kepada ilmu hisab yaitu Ali Ghazali,

namun pada pertengahan tahun 1970-an K.H.E. Abdurrahman menyerahkan tugas

pembuatan almanak Persis tersebut kepada al-Ustadz Ali Ghazali adapun beliau

hanya berperan sebagai korektor saja.9

Pada saat itu buku yang dijadikan rujukan untuk membuat kalender hanya

Sullamun Nayyiroin karangan Muhammad Manshur bin Abdul Hamid ad-

Dumairi, Jakarta. Selanjutnya pada awal tahun 1980-an ditambah dengan buku

Fathu Roufil Manan karangan Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid,

Semarang dan Khulashatul Wafiyah karangan Zubair Umar al-Jailani, Salatiga.

Dengan diangkatnya ustadz Ali Ghazali sebagai anggota tersebar di Badan Hisab

dan Rukyat Departemen Agama sejak tahun 1973 dan menjadi anggota tetap pada

periode berikutnya, maka beliau sering mengikuti pelatihan-pelatihan hisab dan

rukyat yang diadakan Depag sampai tingkat mahir (advance). Dari sinilah

9 www.persatuanislam.or.id diakses pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 13:45 WIB.

Page 66: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

54

terbukanya cakrawala pengetahuan ilmu hisab beliau sampai beliau menguasai

berbagai aliran hisab yang berkembang di Indonesia.10

Namun penguasaan ustadz Ali Ghazali terhadap berbagai sistem hisab di

atas tidak diimbangi dengan pemahaman beliau dalam menentukan kriteria

penentuan awal bulan Kamariah, karena dari semenjak almanak Persis dibuat

sampai awal tahun 1990-an beliau masih berpegang kepada kriteria Ijtima’ Qoblal

Ghurub sebagai mana yang diwarisi dari guru beliau, yaitu K.H.E. Abdurrahman.

Hal ini terbukti dengan peristiwa berbedanya 1 Ramadhan 1411 H antara almanak

Persis dengan kalender resmi pemerintah cq Departemen Agama.

Menurut almanak Persis, 1 Ramadhan 1411 H jatuh pada hari Ahad

tanggal 17 Maret 1991 sedangkan dalam almanak pemerintah jatuh pada hari

Senin tanggal 18 Maret 1991. perbedaan ini menggugah perhatian Kasubdit IV

Direktorat Peradilan Agama Departemen Agama yang membidangi hisab dan

rukyat dan sumpah jabatan pada waktu itu, yaitu Drs. Wahyu Widiana, MA. untuk

meluruskan kesalahan kriteria ijtima’ qoblal ghurub yang dipegang Persis selama

ini. Dengan ditemani beberapa stafnya beliau pergi ke kantor Pimpinan Pusat

Persis di Bandung untuk menjelaskan posisi hilal awal Ramadhan tahun tersebut.

Beliau menyampaikan data hilal awal Ramadhan 1411 H menurut hisab

kontemporer, yaitu sebagai berikut: ijtima’ terjadi pada hari Sabtu, 16 Maret 1991,

pukul 15:12:03 WIB, maghrib di Sabang pukul 18:50:04 WIB dengan ketinggian

10 Persatuan Islam, Almanak Islam (1408-1429), (Bandung: Risalah Press, 1987-2008), h.13.

Page 67: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

55

hilal -0° 22’ 56”, maghrib di Merauke pukul 17:12:03 WIT dengan ketinggian

hilal -2° 53’ 43”.11

Dari data yang ada memang ijtima’ telah terjadi pada hari Sabtu, 16 Maret

1991, pada pukul 15:12:03 WIB. Bagi yang berpegang kepada ijtima’ qoblal

ghurub seperti almanak Persis, malam itu dan esok harinya sudah masuk tanggal 1

Ramadhan 1411 H, tetapi ternyata pada saat maghrib di seluruh wilayah Indonesia

hilal masih di bawah ufuk, oleh karena itu kalender pemerintah menetapkan

tanggal 1 Ramadhan 1411 H jatuh pada hari berikutnya, yaitu hari Senin, 18

Maret 1991.12 Kemudian beliau menjelaskan kenapa tidak setiap ijtima’ terjadi

sebelum maghrib hilal sudah di atas ufuk.

Namun setelah peristiwa di atas almanak Persis tidak serta merta dirubah

berdasarkan kriteria wujudul hilal tetapi kriteria ini baru dipakai dalam almanak

1416 H, artinya selama 5 tahun kesalahan tersebut dibiarkan. Menurutnya hal

tersebut masih dapat dipahami karena ust. Ali Ghazali yang seorang diri belum

mampu meyakinkan Dewan Hisbah yang masih menghormati kriteria peninggalan

KHE. Abdurrahman sebagai guru dan panutan mereka. Adapun yang dijadikan

markaz untuk kriteria ini adalah kota Bandung, artinya kalau pada saat maghrib di

kota Bandung hilal sudah di atas 0° dari ufuk mar’i atau matahari lebih dulu

terbenam dari pada terbenam bulan, maka malam itu dan keesokan harinya

ditetapkan tanggal 1 bulan baru hijriyah dan diberlakukan untuk seluruh wilayah

11 Syarief Ahmad Hakim, Sekilas Sejarah Almanak Persis, (Jakarta: tp, 2013), h. 1.

12 Badan Hisab dan Rukyah, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Depag RI, 1988/1999), h.98.

Page 68: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

56

Indonesia, meskipun ada kota atau daerah lain yang posisi hilalnya masih di

bawah ufuk.13

Dengan semakin bertambahnya usia ust. Ali Ghazali dan semakin banyak

masalah yang berkaitan dengan hisab dan rukyat, maka pada muktamar ke XI (2-4

September 1995) di Jakarta dibentuklah Dewan Hisab dan Rukyat. Dimana tugas

lembaga ini memberi masukan kepada PP Persis tentang masalah hisab dan rukyat

disamping tugas pokoknya membuat almanak Islam. Badan ini dipimpin oleh KH.

Ali Ghazali dengan staf dan anggotanya yang berjumlah empat orang. Namun

dalam pembuatan almanak masih dipegang oleh ust. Ali Ghazali sendiri.

Pada muktamar XII (9-11 September 2000) di Jakarta terbentuklah taskil

Dewan Hisab dan Rukyat baru dengan beberapa tambahan orang sebagai anggota,

tetapi ketuanya masih dipegang ust. Ali Ghazali. Dengan masuknya anggota baru

membawa implikasi positif untuk perkembangan Dewan. di antaranya ada wacana

tentang keabsahan kriteria wujudul hilal. Sesuai dengan latar pendidikan dan

lingkungan pergaulannya, anggota baru tersebut berpendapat bahwa kriteria

wujudul hilal itu tidak sesuai dengan tuntunan syar’i, yang sesuai dengan tuntunan

syar’i menurut pendapat mereka adalah kriteria imkanur ru’yah. Kedua pendapat

ini terus menjadi problem internal DHR PP Persis yang tidak bisa disatukan,

sehingga akhirnya pada akhir tahun 2000, PP Persis berinisiatif untuk

13 Persatuan Islam, Pedoman Jam’iyah Persatuan Islam, (Bandung: Persis Press, 2002),h. 22.

Page 69: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

57

mendiskusikan masalah ini dengan mengundang Dewan Hisbah, DR. T,

Djamaluddin dari LAPAN dan DR. Mudji Raharto dari ITB.14

Musyawarah tersebut menghasilkan dua diktum keputusan, yaitu: Pertama,

Almanak Persis didasarkan kepada kriteria wujudul hilal. Kedua, hilal tersebut

sudah positif di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan ini merupakan thoriqotul

jam’i (jalan tengah) dari dua pendapat yang bertentangan, karena di kalangan

Dewan Hisbah pun terpecah menjadi dua kelompok, dimana kelompok pertama

tetap ingin mempertahankan kriteria wujudul hilal sebagaimana yang berjalan

selama ini, tetapi kelompok yang kedua berpendapat bahwa kriteria imkanur

ru’yah lah yang sesuai dengan tuntunan syar’i sesuai dengan dalil-dalil yang

mereka dapatkan.

Almanak Persis 1421 H dan 1422 H dibuat berdasarkan kriteria ini sampai

muncul keputusan baru untuk menggunakan kriteria imkanur ru’yah pada tahun

2002. Beralihnya kriteria Wujudul Hilal ke Imkanur Rukyat versi MABIMS

merupakan hasil musyawarah Dewan Hisab dan Ru’yat dengan Dewan Hisbah PP

Persis pada awal tahun 2002 di Bandung. Almanak tahun 1423 H sampai tahun

1433 H mengunakan kriteria Imkanur Rukyat versi MABIMS.15

Adanya kritikan dari para ahli astronomi dan juga pihak lain terhadap

kriteria imkanur rukyah versi MABIMS tentang batasan: ketinggian hilal, jarak

busur bulan-matahari dan umur hilal yang terlalu minim menyebabkan DHR

Persis mengkaji ulang kriteria tersebut dan melakukan pengkajian terhadap hasil

14 Persatuan Islam, Qanun Asasi-Qanun Dakhili Program Jihad 2005-2010, (Bandung:Persis Press, 2005), h. 7.

15 Syarief Ahmad Hakim, Sekilas Sejarah Almanak Persis, (Jakarta: tp, 2013), h. 3.

Page 70: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

58

penelitian ahli astronomi terhadap hilal yang paling muda yang teramati oleh alat

optik.

Atas dasar pemikiran di atas maka Persis pada tanggal 31 Maret 2012 telah

merubah kriteria imkanur rukyah versi MABIMS menjadi kriteria imkanur rukyat

ahli astronomi (LAPAN 2010) dengan alasan telah teruji secara ilmiyah.

Kemudian kriteria ini mulai diterapkan dalam penyusunan almanak 1434 H.

Kriteria astronomi yang ditetapkan Persis adalah awal bulan hijriyyah ditetapkan

jika setelah terjadi ijtima, posisi bulan pada waktu ghurub (terbenam matahari) di

wilayah Indonesia sudah memenuhi syarat: Beda tinggi antara bulan dan matahari

minimal 4ᵒ, dan Jarak busur antara bulan dan matahari minimal sebesar 6,4ᵒ.16

Konsekuensi dari penggunaan kriteria di atas menyebabkan adanya perbedaan

antara almanak Persis dengan kalender Pemerintah.

Perubahan kriteria penetapan awal bulan Kamariah yang digunakan oleh

Persis disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini, dan dilandaskan dengan

argumen yang kuat serta adanya sikap kritis dari anggota Dewan Hisab dan

Rukyat Persis. Kriteria penetapan awal bulan Kamariah versi asli astronomi

(LAPAN 2010) yang digunakan oleh Persis mengikuti penelitian Mr. Odeh yang

mengatakan bahwa jarak elongasi yang dapat dilihat minimal sebesar 6,4°. Dewan

Hisab dan Rukyat Persis tidak menutup kemungkinan pada suatu hari nanti akan

merubah lagi kriteria penetapan awal bulan Kamariahnya.

16 Syarief Ahmad Hakim, Sekilas Sejarah Almanak Persis, h. 4.

Page 71: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

59

BAB IV

DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULAN

KAMARIAH PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

A. Metode, Dasar Hukum dan Landasan Yuridis Hisab Rukyat Persis dalam

Menentukan Awal Bulan Kamariah

1. Metode Hisab Rukyat Persatuan Islam (Persis) dalam Menentukan Awal

Bulan Kamariah

Dalam menetapkan awal bulan Kamariah Nabi Muhammad telah

memberikan petunjuk dengan haditsnya yaitu dengan terlihatnya hilal, hal ini

disepakati oleh semua ulama maupun semua ormas yang ada di Indonesia,

namun kriteria hilal itu sendiri ternyata terjadi sebuah perbedaan persepsi

dalam mengartikan ‘melihat’, yang sampai sekarang belum bisa tersatukan,

apakah ‘melihat’ dengan mata atau bisa diartikan ‘melihat’ dengan ilmu,

sehingga muncul dua pendapat besar yaitu dengan ‘rukyat dan dengan hisab’,

dan ini adalah suatu hal yang wajar karena termasuk masalah ijtihadiyah.

Metode hisab rukyat Persatuan Islam (Persis) dalam menetapkan awal

bulan Kamariah ialah dengan hisab, itu artinya Persis memaknai ‘melihat’,

tidak hanya melihat dengan mata kepala saja melainkan bisa melihat dengan

ilmu yaitu ilmu hisab. Hal ini mengikuti seorang ahli hisab Persis sendiri yaitu

KH. Abdurrahman. Persis pertamakalinya menerbitkan Almanak pada tahun

1962 M, dan baru kemudian pada saat melakukan mu’tamar pada tahun 1995,

Page 72: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

60

Persis diketuai oleh Siddiq Amien dan berdirilah Dewan Hisab Rukyat

(DHR).1

Berbeda dengan Muhammadiyah yang pemikirannya dalam hal

penetapan awal bulan Kamariah ini tertuang dalam keputusan majlis tarjih di

Pencongan Wiradesa Pekalongan pada tahun 1972. Dan Nahdlatul Ulama

(NU) yang secara formal pemikiran hisab rukyatnya tertuang dalam keputusan

Muktamar NU ke-27 di Situbondo 1984, Munas alim ulama di Cilacap 1987

dan rapat kerja Lajnah Falakiyah NU di Pelabuhan Ratu 1992.2

Adapun kriteria yang dipakai Persis mulai tahun 2000 M adalah Imkan

Al-Rukyat (kemungkinan hilal dapat dilihat) yang artinya pergantian bulan itu

ditentukan dengan hasil hisab dan posisi hilal atau ketinggian hilal sekian

derajat dari ufuk, sama seperti yang dipakai oleh Pemerintah yang dalam hal

ini adalah Departemen Agama.

Kriteria yang dipakai oleh Persis mengalami beberapa perubahan, pada

awalnya Persis menggunakan Kriteria Ijtima’ Qoblal Ghurub, yaitu ketika

ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam maka besoknya ditetapkan tanggal

bulan baru. Kriteria ini pada saat Ketua Dewan Hisab Rukyat Persis di pegang

oleh KH. Abdurrahman dengan menggunakan kitab rujukan Sullamun

Nayyirain, berlangsung dari tahun 1962-1970 M.3 Periode berikutnya beliau

1 Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab danRukyat PP Persis) di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2015.

2 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab Rukyatdengan Mazhab Hisab), (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), h. 94.

3 Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab danRukyat PP Persis) di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015.

Page 73: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

61

digantikan oleh muridnya yaitu KH. A Ghazali, kriteria yang digunakan masih

Ijtima’ Qoblal Ghurub dengan menggunakan kitab rujukan Sullamun

Nayyirain, Fathu Raufil Manan, Khulashatul Wafiyah, kriteria ini berlangsung

dari tahun 1970-1995 M, namun karena KH. A Ghazali merasakan adanya

ketidak tepatan dengan kriteria itu akhirnya mengadakan pertemuan dengan

semua pengurus dan anggota Dewan Hisab Rukyat dan menghasilkan kriteria

baru yaitu Wujud al-hilal seperti yang di pakai oleh Muhammadiyah yaitu

wujud al-hilal disebagian wilayah Indonesia dengan menggunakan kitab

rujukan Khulashatul Wafiyah yang berlangsung dari tahun 1996-1999 M.4

Kemudian pada tahun 2000 s/d 2001 M kriteria itu berubah lagi

menjadi Wujud al hilal diseluruh wilayah Indonesia yaitu diseluruh wilayah

Indonesia harus positif atau wujud walaupun kenyataannya mungkin tidak

nampak ketika di rukyat.5 Perubahan ini merupakan hasil ijtihad beliau,

sebagaimana yang pernah diungkapkannya bahwa Bandung itu bukan

Indonesia dan Indonesia itu bukan Bandung. Lebih lanjut beliau mengatakan

bahwa seharusnya puasa dan lebarannya orang Islam itu setelah hilal wujud di

tempat mereka bukan karena sudah wujudnya hilal di tempat lain.6 Kriteria ini

menggunakan kitab rujukan Ephemeris Hisab Rukyat yang dihisab oleh

Dewan Hisab dan Rukyat Persis.

4 Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab danRukyat PP Persis) di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015.

5 Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab danRukyat PP Persis) di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015.

6 Syarief Ahmad Hakim, Almanak Persis Antara Cita dan Realita, (Jakarta: November2011), h. 3.

Page 74: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

62

Kriteria di atas (wujud al hilal) diseluruh wilayah Indonesia dapat

diposisikan seperti ihtiyaty dalam awal waktu-waktu shalat wajib, ihtiyaty

maksudnya penambahan 1 sampai 2 menit pada awal waktu shalat, supaya

waktu shalat tersebut bisa dijadikan pedoman untuk muslim yang bermukim

disebelah barat dari pusat kota. Karena ketika menghitung awal waktu shalat

data geografis yang dijadikan acuan adalah pusat kotanya, sehingga hasil dari

perhitungan tersebut hanya bisa diberlakukan dari pusat kota ke arah timur.

Tanpa ada ihtiyati berarti muslim yang berada diwilayah barat melakukan

shalat sebelum waktunya, tentu saja hukumnya tidak sah. Oleh karena itu bagi

muslim yang ada disebelah timur lebih baik sabar menunggu 1 sampai 2 menit

untuk melakukan shalat atau berbuka puasa daripada saudara kita disebelah

barat batal puasanya dan shalatnya gara-gara mengikuti kita. Hal ini kiranya

dapat dijadikan sebagai latar belakang terbentuknya kriteria tersebut, yaitu

membelokkan garis ketinggian hilal 0 derajat kearah barat jika garis tersebut

memotong suatu daerah atau wilayah dalam satu kekuasaan hakim, artinya

muslim diwilayah bagian barat mengikuti awal bulannya muslim sebelah

timur.7

Semenjak tahun 2000 M dan setelah DHR diketuai oleh KH. M.

Abdurrahman KS. Kriteria itu diganti lagi, karena dianggap kurang akurat

yaitu Persis memakai Kriteria yang dipakai Pemerintah dalam hal ini

Departemen Agama yaitu Imkan al-rukyat atau Kriteria MABIMS, yaitu:

1) Tinggi (irtifa’) hilal minimal 2°

7 Syarief Ahmad Hakim, Kriteria Wujudul Hilal dan Imkan al-Rukyat Dalam TinjauanSyara’, Makalah disampaikan dalam acara Muthala’ah dan Mubahasah PW Pemuda Persis DKIJakarta, di Masjid al-Husaini, Johar baru, Ahad, 26 Agustus 2007, h. 8.

Page 75: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

63

2) Selisih Azimuth matahari dan bulan minimal 3° (jarak horizontal bulan-

matahari)

3) Umur bulan minimal 8 jam dihitung sejak ijtima’ sampai matahari

terbenam.

Bergantinya satu kriteria ke kriteria lain yang dilakukan oleh Persis ini

menunjukkan bahwa metode dalam menetapkan awal bulan Kamariah ini

terutama awal bulan Syawal, Ramadhan, Dzulhijjah adalah bersifat Ijtihadiy,

dan kebenaran dari hasil ijtihad adalah relatif. Kebenaran muthlak hanya Allah

yang tau tetapi orang yang berijtihad dan orang-orang yang mengikutinya

meyakini kebenaran suatu keputusan ijtihad itu berdasarkan dalil-dalil syari’ah

dan empirik yang di peroleh.

Beralihnya kriteria persis dari Wujudul Hilal ke Imkanur rukyat versi

MABIMS ini bukan tanpa alasan, melainkan ada beberapa hal yang menjadi

pertimbangan. Diantaranya; dari segi sumber dalil yang dijadikan landasan

untuk penentuan awal bulan Kamariah wujudul hilal ini hanya berdasarkan al-

Qur’an saja. Adapun hadits-hadits yang menjelaskan tentang praktek

penentuan awal bulan Kamariah pada masa rasul tidak dijadikan landasan

hukum. Pergantian kriteria tersebut merupakan hasil musyawarah Dewan

Hisab dan Rukyat dengan Dewan Hisbah PP Persis pada awal tahun 2002 di

Bandung. Maka Almanak tahun 1423 H sampai tahun 1433 H menggunakan

kriteria ini. Kriteria ini dihisab oleh Dewan Hisab Rukyat dan Rukyat Persis

dengan menggunakan buku rujukan Ephemeris Hisab Rukyat.

Page 76: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

64

Adanya kritikan dari para ahli astronomi dan juga pihak lain terhadap

kriteria Imkanur Rukyat versi MABIMS tentang batasan: ketinggian hilal,

jarak busur bulan-matahari dan umur hilal yang terlalu minim menyebabkan

DHR Persis mengkaji ulang kriteria tersebut dan melakukan pengkajian

terhadap hasil penelitian ahli astronomi terhaadap hilal yang paling muda yang

teramati oleh alat optik.

Atas dasar pemikiran di atas maka Persis pada tanggal 31 Maret 2012

telah merubah kriteria Imkanur Rukyat versi MABIMS menjadi kriteria

Imkanur Rukyat ahli Astronomi (LAPAN 2010) dengan alasan telah teruji

secara ilmiah. Kemudian kriteria ini mulai diterapkan dalam penyusunan

almanak 1434 H. Kriteria astronomi yang ditetapkan Persis adalah awal bulan

Kamariah ditetapkan jika setelah ijtima, posisi bulan pada waktu ghurub

(terbenam matahari) di wilayah Indonesia sudah memenuhi syarat, sebagai

berikut:

1) Beda tinggi antara bulan dan matahari minimal 4°

2) Jarak busur antara bulan dan matahari minimal sebesar 6,4°.8

Kriteria Imkanur rukyat astronomi ini masih digunakan sampai

sekarang, kriteria tersebut dihisab oleh Dewan Hisab dan Rukyat Persis

dengan menggunakan software rujukan Accurate Times 5.3.

Menurut penulis hisab yang digunakan oleh Persis ini sudah termasuk

hisab yang mutakhir, karena Persis menggunakan hisab Ephemeris, yang

datanya selalu terbaru dan tersedia dalam setiap jam. Disamping hisab

8 Syarief Ahmad Hakim, Sekretaris Dewan Hisab Rukyat PP Persis, Metode PenentuanAwal Bulan Kamariah di Persatuan Islam (Persis), makalah ini dipresentasikan di AuditoriumH.M. Rasyidi Kemenag RI tahun 2014, h. 10.

Page 77: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

65

ephemeris ini tergolong hisab kontemporer, hisab ephemeris ini telah diakui

keakurasiannya sehingga termasuk salah satu hisab yang dipakai oleh

Departemen Agama dalam menetapkan awal bulan Kamariah. Sehingga dapat

dikatakan pula bahwa metode hisab yang digunakan oleh Persis ini merupakan

metode yang bisa digunakan untuk penetapan awal bulan Kamariah dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Kriteria yang digunakan oleh Persis adalah suatu kriteria yang cukup

aman dari adanya perbedaan. Kriteria Imkanur Rukyat ahli Astronomi (LAPAN

2010) yang digunakan oleh Persis memiliki kriteria; beda tinggi antara bulan

dan matahari minimal 4° dan jarak busur antara bulan dan matahari minimal

sebesar 6.4°.

Seiring perkembangan waktu dan teknologi tidak menutup

kemungkinan Persis ini akan merubah kembali kriteria hisabnya, seperti yang

disampaikan oleh Syarief Ahmad Hakim selaku Sekretaris Dewan Hisab dan

Rukyat PP Persis bahwasanya kriteria yang digunakan oleh Persis bukan

kriteria yang tetap karena bisa saja sewaktu-waktu berubah sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan zaman.

2. Dasar Hukum Hisab Rukyat Persatuan Islam (Persis) Dalam

Menentukan Awal Bulan Kamariah

Adapun dalil atau dasar hukum yang digunakan oleh Persis dalam

menetapkan awal bulan Kamariah sama seperti dasar hukum yang digunakan

ormas lainnya ataupun pemerintah. Hanya saja penafsiran yang berbeda

sehingga menghasilkan pemahaman yang berbeda pula, antara lain:

Page 78: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

66

a) QS. Al-Baqarah (2): 189

(2:189)

Artinya:“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlahBulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah)haji, dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya,akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa, danmasuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalahkepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 189)

Ayat ini mengandung pengertian bahwa hilal 9bulan sabit muda)

dapat dijadikan pedoman waktu untuk manusia, terutama dalam

melaksanakan ibadah haji harus dijadikan acuan miqat zamani. Mengenai

kapan, bagaimana, kearah mana kita melihat hilal, ayat ini tidak

membicarakannya.

b) QS. Yaasiin (36) 39-40

(36:39) (36:40)

Artinya:“Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilahsehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah diasebagai bentuk tandan yang tua. Tidakklah mungkin bagi mataharimendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang danmasing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaasiin: 39-40)

Saadoeddin Djambek dalam bukunya Hisab Awal Bulan

menjelaskan tentang ayat ke-39 surat Yaasiin tersebut menjadi petunjuk

bahwa kembalinya bentuk bulan seperti tandan tua sebagai awal

pergantian bulan Hijriyah. Bentuk bulan seperti itu dapat dilihat dari bumi

Page 79: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

67

menjelang dan setelah bulan mati (Ijtima’), untuk mengetahui bulan sabit

yang mana yang dimaksud dalam ayat ini, maka ayat selanjutnya

menerangkan “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan (mengejar)

bulan.”9

Ayat di atas memberikan isyarat kepada kita atas perjalanan

bulanan bulan dan perjalanan tahunan matahari, yang arahnya sama-sama

dari barat ke timur. Bulan menempuh setiap hari 13° dan matahari 1°,

sehingga bulan lebih cepat (12°), dan tidak ada kemungkinan bagi

matahari mengejar, apalagi mendahuluinya.10

c) QS. Yunus (10): 5

(10:5)

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulanbercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulanitu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Diamenjelaskan tanda-tanda (kebesarannya) kepada orang-orang yangmengetahui.” (QS. Yunus: 5)

d) QS. Al-Taubat (9): 36

(9:36)

Artinya:“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belasbulan dalam ketentuan Allah pada waktu Dia menciptakan langit danbumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama

9 Saadoe’ddin Djambek, Hisab Awal Bulan, (Jakarta: Tintamas, 1976), h. 10.

10 Saadoe’ddin Djambek, Hisab Awal Bulan, h. 11.

Page 80: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

68

yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yangempat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimanamereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allahbeserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Taubah: 36)

e) Hadits riwayat Bukhari

قال ابو القسم : او قال , قال النيب صلى اهللا عليه وسلم : ول عن ايب هريرة رضي اهللا عنه يـق ة شعبان , صلى اهللا عليه وسلم ي عليكم فاكملوا عد صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فان غم

11)رواه البخاري(ثالثني

Artinya: “Dari Abu Hurairah R.A. berkata: Nabi SAW, bersabda atauberkata (Abu Hurairah), bersabda Abul Qosim saw. “Puasalah kamuketika melihat hilal dan berbukalah ketika melihat hilal, apabila hilaltidak terlihat olehmu maka sempurnakan blangan Sya’ban tiga puluhhari.” (HR. Bukhari)

f) Hadits riwayat Bukhari

هما ال : انه دكر رمضان فـقال , عن النيب صلى اهللا عليه وسلم , عن ابن عمر رضي اهللا عنـرواه (فان اغمي عليكم فاقدرواله , تصوموا حيت تـرو اهلالل وال تـفطروا حيت تـروه

12)البخاري

Artinya: “Dari Ibnu Umar R.A., dari Nabi SAW. Sesungguhnya Nabimenyebut (bulan) Ramadhan, maka dia bersabda, Jangan kamu berpuasasehingga kamu melihat hilal, dan janganlah berbuka hingga kamumelihatnya, apabila hilal tertutup olehmu maka perkirakanlah.” (HR.Bukhari)

g) Hadits riwayat Muslim

صوموا لرؤيته وأفطروا : أن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال , عن ايب هريرة رضي اهللا عنه ي عليكم فاكملوا العدد 13)رواه مسلم(لرؤيته فان غم

11 Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Buku II, PenerjemahAmiruddin, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), cet. ke-2, h. 56.

12 Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Juz II, h.34.

13 Al-Imam Abi Husain Muslim bin al-Hijaaji al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,(Beriut: Dar al-Fikr, 1991), Juz I, h. 472.

Page 81: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

69

Artinya: “Dari Abu Hurairah R.A. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW.,bersabda “Puasalah kamu tatkala melihat hilal dan berbukalah tatkalamelihat hilal, bila hilal tidak terlihat olehmu maka sempurnakanbilangan.” (HR. Muslim)

h) Hadits riwayat Abu Dawud

فـقدمت الشام، : ية بالشام، قال عن كريب، أن أم الفضل بنت احلارث، بـعثته إىل معاو لة اجلمعة، مث ق دمت فـقضيت حاجتـها، واستهل علي رمضان وأنا بالشام، فـرأيت اهلالل ليـ

هما، مث ذكر اهلالل فـقال المدينة يف آخر الشهر، فسألين عبد اهللا بن عباس رض : ي اهللا عنـلة اجلمعة، فـقال : مىت رأيـتم اهلالل؟ فـقلت نـعم، ورآه الناس، : أنت رأيـته؟ فـقلت : رأيـناه ليـ

لة السبت، فال نـزال نصوم حىت نكمل لكنا رأيـناه ليـ : " وصاموا وصام معاوية، فـقال ال، هكذا أمرنا رسول : أو ال تكتفي برؤية معاوية وصيامه؟ فـقال : ثالثني، أو نـراه، فـقلت

نسائى وأمحد والبيهقي رواه مسلم وأبوداود والرتمذي وال(عليه وسلم اهللا صلى اهللا 14)والدرقطىن وإبن خزمية

Artinya:“Dari Kureb; sesungguhnya Ummul Fadhal binti Al Haritsmenyeru kepada Kureb ke Muawiyah di Syam, Kureb berkata; aku telahsampat di Syam terus menyelesaikan hajatnya Ummul Fadhal, dankelihatan hilal Ramadhan kepadaku, sedang aku di Syam, aku melihathilal pada malam Jum’at. Selanjutnya aku datang di Madinah pada akhirbulan (Ramadhan), maka Abdullah bin Abbas tanya kepadaku. Abdullahbin Abbas membicarakan soal hilal (seraya bertanya; kapan kamu(Kureb) dan teman-temanmu melihat hilal? Maka aku jawab, kita melihathilal hari jum’at. Maka Abdullah bertanya lagi; kamu sendiri melihathilal? Maka jawab Kureb; ya.. dan orang-orang juga melihat hilal danberpuasa dan Muawiyah juga berpuasa). Maka Abdullah bin Abbasberkata; tapi kita melihat hilal pada malam sabtu, maka kita selaluberpuasa sehingga bertakmil (menyempurnakan) tiga puluh hari. Aku(Kureb) bertanya: apakah kamu (Abdullah) tidak cukup mengikutirukyahnya Muawiyah di Syam dan puasanya? Abdullah bin Abbasmenjawab; Tidak, demikian inilah perintah Rasulullah saw.” (HR. AbuDawud)

Dari hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim di atas Persis

menafsirkan kata faqdurulahu dengan “hitunglah” yang pelaksanaannya

14 Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ab Al-Sajstaani, Sunan Abi Dawud, (Beirut: Daar AlFikr, tt), h. 540

Page 82: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

70

adalah dengan hisab.15 Dari pemahaman di ataslah yang menjadikan

pemikiran Persis ini berbeda dengan Jumhur Ulama’, mazhab rukyat

(Nahdlatul Ulama) mengartikan faqdurulahu dengan “istikmal”

(menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari) dengan dalil itu

ditafsirkan dengan hadits lain yang secara visual jelas dan menyebutkan

menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari.

Kemudian hadits yang diriwayatkan dari Kuraib dipahami oleh

Persis atas berlakunya hasil hisab itu sendiri, yang mana apabila salah satu

diantara tempat yang menjadi wilayatul hukmi untuk melaksanakan rukyat

hilal yaitu Pelabuhanratu dan Sabang sudah menunjukkan keberadaan hilal

maka dari kedua tempat tersebut yang diambil tinggi hilal yang mendekati

kriteria Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010).

Dari beberapa penjelasan dasar hukum di atas baik al-Qur’an

maupun al-Hadits, yang menjadi penyebab perbedaan dikalangan ormas-

ormas Islam di Indonesia ialah penafsiran ayat al-Qur’an dan Hadits

tersebut. Sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman, metode serta

kriteria dalam menetapkan awal bulan Kamariah di setiap ormas Islam.

Sesungguhnya pada jaman dahulu yaitu masa Nabi dan sahabat

belum berkembang bahkan belum menguasai tentang ilmu hisab, sehingga

suatu hal yang wajar bila dalam menentukan awal bulan Kamariah dengan

metode yang sangat sederhana yaitu dengan melihat bulan dan dengan

menyempurnakan bilangan bulan (istikmal) bila bulan terhalang untuk

15 Syarief Ahmad Hakim, Kriteria Wujudul Hilal dan Imkanur Rukyat menurut Syar’i,(Jakarta: tp, 2007), h. 10

Page 83: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

71

dilihat, namun di era sekarang sudah berbeda dengan dulu, sekarang ilmu

hisab yang dapat memastikan keberadaan bulan, sehingga hisab

merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan

awal bulan Kamariah.

Dari beberapa ayat al-Qur’an yang dijadikan dalil oleh Persis

dalam penetapan awal bulan Kamariah, tidak secara tegas ayat-ayat di atas

menunjukkan bahwa penetapan awal bulan Kamariah dengan hisab, hanya

ayat-ayat tersebut memberikan isyarat bahwa bulan dan matahari bisa

dijadikan pedoman dalam menetapkan waktu-waktu beribadah. Dengan

kata lain bahwa apa yang ditunjukkan dalam al-Qur’an tersebut masih

umum atau masih global, sehingga munculah hadits hisab rukyat yang

sudah tidak asing lagi, yaitu:

ي عليكم فاقدرواله صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فان غم

Dan hadits-hadits yang sejenis dengan ini yang mungkin

menggunakan redaksi yang agak sedikit berbeda namun mempunyai

maksud dan tujuan yang sama. Hadits inilah yang memperjelas keglobalan

yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut.

Persis beranggapan dengan adanya hadits tersebut maka nampak

bahwa yang dimaksudkan dalam al-Qur’an di atas dan yang lebih

mendekati kebenaran adalah dengan rukyat, bukan dengan hisab. Karena

dengan adanya kata fain ghumma kata rukyat dalam hadits di atas

seharusnya diartikan melihat dengan mata kepala bukan dengan ilmu (ilmu

hisab), karena bila diartikan melihat dengan ilmu (hisab), maka tidak akan

Page 84: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

72

pernah ada kata fain ghumma, karena ada dan tidak adanya mendung tidak

akan pernah berpengaruh dengan hisab atau dengan kata lain hisab tidak

akan pernah terhalangi. Sedangkan hadits di atas meskipun dengan redaksi

yang berbeda selalu disertai dengan kata fain ghumma atau fain ughbiya.

Namun demikian, bukan berarti metode yang digunakan Persis ini

tidak dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan awal bulan Kamariah,

terutama bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yang sering

menimbulkan perbedaan. Dengan kriteria Imkanur Rukyat Astronomi yang

digunakan dalam hisabnya Persis ini menjadikan metode hisabnya lebih

mendekati metode Imkanur Rukyat Pemerintah. Meskipun begitu bukan

berarti Persis mengesampingkan hasil perhitungan hisab, hisab sangat

penting untuk memandu dalam melaksanakan rukyat dengan

menggunakan sistem perhitungan yang terbaru.

3. Landasan Yuridis Kriteria Awal Bulan Kamariah Persatuan Islam

(Persis)

Almanak Persatuan Islam (Persis) ini didasarkan kepada dua Surat

Keputusan sebagai berikut:

1) Surat Keputusan Bersama Dewan Hisab dan Rukyat dan Dewan Hisbah

Nomor 005/PP-C.1/A.3/2012 dan Nomor 019/PP-C/A.2/2012 tentang

Kriteria Hisab Imkanur Rukyat, Memutuskan:

Page 85: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

73

a. Kriteria Hisab Imkanur Rukyat Harus didasarkan pada prinsip

visibilitas hilal yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Kriteria Hisab Imkanur Rukyat yang dimaksud pada poin kesatu pada

saat ini adalah: awal bulan hijriyyah bisa ditetapkan jika di wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia posisi bulan pada waktu ghurub

(terbenam matahari) setelah terjadinya ijtima:

Beda tinggi antara bulan dan matahari minimal 4 derajat, dan

Jarak sudut (elongasi) antara bulan dan matahari minimal 6,4

derajat.

c. Apabila terjadi kekeliruan dalam surat keputusan ini, maka akan

diadakan perbaikan seperlunya.

2) Hasil Musyawarah Dewan Hisab dan Rukyat Nomor 003/PP-C.1/A.3/2011

tentang Menyikapi Perbedaan 1 Syawal 1432 H, Memutuskan:

a. Bahwa kita tetap berpegang kepada almanak Islam 1432 H hasil

perhitungan Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis, yaitu 1 Syawal 1432

H jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011.

b. Apabila berdasarkan hasil rukyat, pemerintah menetapkan tanggal 1

Syawal jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, maka hasil rukyat

tersebut dapat kita terima dengan syarat kesaksian lebih dari satu

tempat dan dibuktikan dengan citra visual hilal.

Page 86: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

74

c. Apabila dua syarat di atas tidak terpenuhi, maka kita tetap pada

almanak yang telah dibuat.16

B. Faktor yang Melatar Belakangi Perubahan Kriteria Awal Bulan Kamariah

Persis

Perubahan kriteria awal bulan Kamariah yang digunakan oleh Persis

selama setengah abad ini sudah mengalami beberapa kali perkembangan. Faktor

yang mempengaruhi perubahan kriteria tersebut diantaranya: pada awalnya Persis

hanya menggunakan hisab hakiki dan tidak menggunakan rukyat, karena hisab

hakiki dianggap sudah bisa menggantikan rukyat. Dengan bersadarkan kepada

Ijtima qobla ghurub yaitu awal bulan ditetapkan jika ijtima terjadi sebelum

maghrib tapi bila ijtima terjadi setelah maghrib maka dilakukan istikmal. Dasar

hukumnya adalah penafsiran terhadap lafadz “manzil” dalam Q.S Yunus: 5 dan

QS. Yaasiin: 39, yang ditafsirkan bahwa ijtima adalah manzilah awal bulan

(munculnya hilal). Akan tetapi, Dewan Hisab dan Rukyat berkeyakinan bahwa

hisab dan rukyat memiliki kedudukan yang sama dalam penetapan awal bulan

hijriyyah. Karena selain hisab memiliki dasar dalil yang kuat dalam al-Qur’an,

rukyat juga merupakan sunnah di’liyyah Rasulullah yang tidak bisa dihilangkan,

tidak aada dalil dan alasan yang kuat untuk menghapuskan rukyat. Rukyat juga

sangat diperlukan untuk menguji akurasi kesahihan hasil hisab, sehingga

berdasarkan pengujian rukyat tersebut hisab bisa disempurnakan. Oleh karena itu,

16 Hasil sidang Dewan Hisab dan Rukyat Persis di atas telah dikukuhkan menjadi SuratKeputusan Bersama dengan Dewan Hisbah pada sidang hari Sabtu, 31 Agustus 2013, pukul 10:30WIB di PP Persis, Bandung dan selanjutnya ditetapkan menjadi keputusan PP Persis melalui RapatPimpinan Tasykil PP Persis pada hari Sabtu, 31 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB di PP Persis,Bandung.

Page 87: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

75

DHR beristinbat bahwa penetapan awal bulan Hijriyyah dengan hisab dan rukyat,

sah untuk melaksanakan ibadah.

Selanjutnya hisab yang digunakan Persatuan Islam berkembang menjadi

hisab wujudul hilal (mirip dengan yang digunakan oleh Muhammadiyah

sekarang), kriteria wujudul hilal Persis saat itu, adalah awa bulan Hijriyah dapat

ditetapkan jika setelah ijtima diseluruh wilayah Indonesia “saat maghrib poisisi

bulan harus berada di atas ufuk”, pada kenyataannya saat maghrib setelah ijtma

bulan tidak selalu terbenam mengikuti matahari, atau adakalanya saat maghrib

setelah ijtima, bulan terbenam mendahului matahari, saat itu dasar hukum wujudu;

hilal tidak dijelaskan dengan tegas. Oleh karena itu, walaupun kriteria wujudul

hilal sangat sederhana dan relatif mudah, tetapi tidak didukung argumen ilmiah

dan dalil yang qath’i, tetapi hanya berdasarkan ijtihadiyah. Selain itu, kriteria

wujudul hilal mempunyai kelemahan yaitu variabelnya terlalu disederhanakan,

hanya mengandalkan variabel ijtima dan irtifa saja serta mengabaikan faktor atau

variabel lain yang berpengaruh pada penampakan hilal.

Karena berbagai kekurangan hisab wujudul hilal tersebut, Persatuan Islam

kemudian menggunakan hisab hakiki dengan kriteria Imkanur Rukyat, karena

hisab imkanur rukyat punya landasan dalil yang kuat serta berdasarkan

argumentasi ilmiah yang teruji. Hisab Imkanur-rukyat merupakan upaya

menghisab kapan bulan berubah wujud menjadi hilal atau kapan bentuk bulan

tampak menyerupai urjunil qadim seperti yang digambarkan dalam QS. Yaasiin

ayat 39. Awalnya hisab Imkanur Rukyat yang digunakan Persis menggunakan

kriteria kesepakatan MABIMS, tetapi kriteria MABIMS tersebut banyak digugat,

Page 88: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

76

Persis beranggapan bahwa kriteria tersebut lebih menonjol sebagai “kompromi

politis” bukan dasar prinsip ilmiah, apalagi dalam banyak kasus kriteria tersebut

bertentangan dengan hasil pengamatan empirik di lapangan.

Kemudian saat ini Pesis menggunakan kriteria Imkanur Rukyat ahli

astronomi (LAPAN 2010) karena dirumuskan berdasarkan data empirik, yaitu

data hasil pengamatan hilal puluhan tahun oleh astronom profesional yang

dihimpun dari berbagai belahan dunia serta telah mengalami beberapa pengujian

dan penyempurnaan.

Dari pemaparan di atas perubahan kriteria penetapan awal bulan

Kamariah Persis didasari oleh berbagai faktor, diantaranya: ditemukannya dalil

atau penemuan astronomi yang sudah teruji secara ilmiah dan sudah dilakukan

penelitian terhadap data-data empirik tersebut. Selain itu dengan semakin

berkembangnya IPTEK selain mengembangkan Hisab Imkanur Rukyat Persatuan

Islam juga akan terus mengembangkan teknik dan dokumentasi rukyat, yaitu

dengan penggunaan teknologi dan alat bantu rukyat serta dokumentasinya,

sehingga hasil rukyat bisa diuji keabsahannya. Bagi Persatuan Islam, rukyat juga

tidak hanya digunakan untuk penentuan awal bulan semata, tetapi akan

dikembangkan untuk menguji keabsahan hisab awal waktu shalat, gerhana dan

bayangan arah qiblat. Dalam pelaksanaannya Persis menjalin kerjasama dengan

berbagai pihak yang memiliki kepedulian tentang pengembangan teknologi hisab

dan rukyat.

Sampai saat ini rukyat masih tetap perlu dilakukan selain karena sunnah

Rasul, tetapi karena masih adanya variabel lain yang belum dimasukkan dalam

Page 89: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

77

hisab, misalnya faktor cuaca dan kecerlangan langit yang tidak mudah untuk

dihisab. Sementara itu teknologi observasi perlu terus dikembangkan sehingga

dapat mengenali hilal dengan akurat meskipun cahayanya masih lemah. Teknologi

rukyat juga diperlukan untuk membantu agar kesalahan rukyat bisa diminimalisir

dan diperoleh hasil rukyat yang optimal dan akurat.

Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pemahaman seseorang yang

semakin luas pada saat ini, faktor utama atas perubahan kriteria awal bulan

Kamariah Persis disebabkan oleh dinamika pemahaman dari anggota Dewan

Hisab dan Rukyat Persis yang dipengaruhi oleh faktor internal di Jam’iyah Persis

dan juga faktor eksternal.17 Yang menjadi faktor internal dalam perubahan kriteria

tersebut ialah perbedaan pemahaman yang dianut oleh Jam’iyah Persis, sebagian

Jam’iyah masih mengikuti hisab wujudul hilal, namun sebagian Jam’iyah lainnya

sudah mengikuti kriteria hisab Imkanur Rukyat Persis yang terbaru yaitu Imkanur

Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010). Perbedaan tersebut menimbulkan

terganggunya keutuhan Jam’iyah Persis. Selain itu, meskipun Persis sudah

menetapkan almanak Islam untuk Jam’iyah Persis, akan tetapi pada prakteknya

masih ada sebagian dari Jam’iyah tidak mengikuti almanak Persis tersebut dan

memutuskan untuk melaksanakan hari raya sesuai dengan keputusan Pemerintah.

Sedangkan, faktor eksternal yang menjadi dasar perubahan kriteria awal

bulan Kamariah Persis karena adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak

mengenai kriteria awal bulan yang digunakan oleh Persis, ditemukannya

kelemahan kriteria tersebut, serta adanya penemuan baru yang menjelaskan bahwa

17 Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim, di Jakarta pada tanggal 13 Juni2015.

Page 90: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

78

hilal dapat dilihat dengan dengan kriteria seperti apa. Oleh karena itu, seiring

dengan perkembangan IPTEK, Persis merubah kriteria awal bulan Kamariah

dengan pemahaman ahli astronomi yaitu T. Djamaludin (LAPAN 2010) dengan

menggunakan data yang berubah-ubah dalam tiap detiknya dan sudah melalui

pengujian data empirik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Perubahan kriteria awal bulan Kamariah didasari dengan adanya keinginan

kesatuan pikiran, gerak langkah dan pola tindakan di Jam’iyah Persis yang telah

memenuhi relung hati dan pikiran tokoh-tokoh Persis sejak dulu, hal ini tercermin

dari adanya berbagai regulasi (aturan yang senantiasa diperbaharui) di bidang

dakwah, tarbiyah, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sejak dulu sampai

sekarang, tak terkecuali dalam bidang aqidah dan ibadah, yang semua aturan itu

harus dijadikan pedoman dan dilaksanakan oleh segenap anggota Persis.

C. Aplikasi Metode Imkanur Rukyat Ahli Astronomi (LAPAN 2010) di

Kalender Persis

Persis dalam menetapkan awal bulan Kamariah membuat almanak Islam

sendiri sesuai dengan kriteria yang terbaru yaitu Imkanur Rukyat ahli astronomi

(LAPAN 2010). Kriteria yang dipakai oleh Persis dalam menetapkan awal bulan

Kamariah ialah sebagai berikut:

a. Telah terjadi ijtima’ sebelum ghurub matahari,

b. Beda tinggi, matahari bulan minimal 4°

c. Jarak elongasi matahari bulan minimal 6,4

Mengenai tempat untuk merukyat hilal, Pelabuhanratu dan Sabang

menjadi pilihan Persis. Dari dua tempat tersebut dipilih mana yang lebih besar

Page 91: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

79

tinggi hilalnya untuk kemudian ditetapkan awal bulan Kamariahnya. Berikut

penulis paparkan almanak Persis dari tahun 1434, 1435, 1436 H:

Data Pokok Almanak Islam 1434 H

Bulan Waktu Ijtima(WIB)

Pelabuhan Ratu SubangTinggiHilal Elongasi

TinggiHilal Elongasi

Muharram

Rabu14 Nov 201205:08 WIB 6°29'57" 6°31'23"

Shafar

Kamis13 Des 201215:42 WIB 0°59'34" 2°20'56"

Rabi'ul Awal

Sabtu12 Jan 201302:44 WIB 6°08'25' 9°26'45"

Rabi'ul Akhir

Ahad10 Feb 201314:20 WIB -0°13'33" 5°35’27”

Jumadil Awal

Selasa12 Maret 2013

02:51 WIB 5°46’17” 8°23’33”

Jumadil Akhir

Rabu10 April 2013

16:35 WIB -01°27’20” 2°42’51”

Rajab

Jum’at10 Mei 201307:28 WIB 3°45’11” 3°56’31”

Sya'ban

Sabtu8 Juni 201322:56 WIB +08°08’57’ 08°17’54”

Ramadhan

Senin8 Juli 201314:14 WIB 0°45’58” 4°34’24”

Syawal

Rabu7 Agt 201304:51 WIB 4°15’49” 7°18’48”

Dzulqa'dah

Kamis5 Sept 201318:36 WIB +09°09’28” 11°14’58”

Dzulhijjah

Sabtu5 Okt 201307:34 WIB 3°39’48” 4°51’28”

Page 92: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

80

Tabel 1

Dalam menetapkan awal bulan Kamariah yang selalu menjadi perhatian

ialah awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah karena berkaitan dengan

ibadahnya umat Islam. Penjelasan mengenai awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah pada almanak 1434 H sebagai berikut:

1. Ramadhan 1434 H

Ijtima’ akhir Sya’ban 1434 H. pada hari Senin, 8 Juli 2013, pukul 14:14

WIB.

Di Pelabuhanratu tinggi hilal waktu Maghrib 0° 45’ 58” dan jarak sudut

Bulan-Matahari 4° 34’ 24”.

Senin, 8 Juli 2013, Saat maghrib (malam Selasa) di wilayah Indonesia

hilal ghair imkanur ru’yah, maka bulan Sya’ban 1434 digenapkan 30

hari (istikmal) dan 1 Ramadhan 1434 H ditetapkan Rabu, 10 Juli 2013

M.

2. Syawal 1434 H

Ijtima’ akhir Romadhan 1434 H. pada hari Rabu, 7 Agustus 2013, pukul

4:51 WIB.

Di Pelabuhanratu tinggi hilal waktu maghrib 4° 15’ 49” dan jarak sudut

Bulan-Matahari 7° 18’ 48”.

Rabu, 7 Agustus 2013, saat maghrib (malam Kamis) di wilayah Indonesia

hilal sudah imkanur ru’yah, maka 1 Syawwal 1433 H. ditetapkan Kamis, 8

Agustus 2013 M.

3. Dzulhijjah 1434 H

Page 93: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

81

Ijtima’ akhir Dzulqa’dah 1434 H. pada hari Sabtu, 5 Oktober 2013, pukul

7:34 WIB.

Di Pelabuhanratu tinggi hilal waktu maghrib 3° 39’ 48” dan jarak sudut

Bulan-Matahari 4° 51’ 28”.

Sabtu, 5 Oktober 2013, saat maghrib (malam Ahad) di wilayah Indonesia

hilal ghair imkanir ru’yah, maka bulan Dzulqa’dah 1434 H digenapkan

30 hari (istikmal) dan 1 Dzulhijjah 1434 H. ditetapkan Senin, 7

Oktober 2013 M.

Dari data di atas antara almanak Persis dengan takwim standar Kemenag

RI tidak terjadi perbedaan dalam menetapkan awal bulan Ramadhan dan Syawal

tahun 1434 H, akan tetapi dalam penetapan awal bulan Dzulhijjah terjadi

perbedaan, hal ini dikarenakan hilal yang berhasil dirukyat pada ijtima’ akhir

Dzulqa’dah belum memenuhi kriteria Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN

2010) yang digunakan oleh Persis. Tanggal 1 Dzulhijjah menurut Pemerintah

jatuh pada tanggal 6 Oktober 2013, sedangkan menurut Persis jatuh pada tanggal

7 Oktober 2013 (hasil istikmal).

Data Pokok Alamanak Islam tahun 1435 H

BulanWaktu Ijtima

(WIB)

Pelabuhan Ratu SubangTinggiHilal Elongasi

TinggiHilal Elongasi

Muharram

Ahad3 Nov 201319:50 WIB -2°01'27" 2°03'54"

Page 94: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

82

Shafar

Selasa3 Des 20137:22 WIB 5°59'27" 6°14'42"

Rabi'ulAwal

Rabu1 Jan 201418:14 WIB -0°41'40' 4°38'52"

Rabi'ulAkhir

Jum’at31 Jan 20144:39 WIB 6°24'25" 8°55’12”

JumadilAwal

Sabtu1 Maret 201415:00 WIB 0°05’05” 4°11’15”

JumadilAkhir

Senin31 Maret 2014

1:45 WIB 7°39’06” 8°24’11”

Rajab

Selasa29 April 2014

13:14 WIB 1°05’16” 2°10’25”

Sya'ban

Kamis29 Mei 2014

1:20 WIB 7°32’22” 8°19’30”

Ramadhan

Jum’at27 Juni 201425:08 WIB 0°43’50” 4°41’43”

Syawal

Ahad27 Juli 20145:42 WIB 4°03’32” 6°45’33”

Dzulqa'dah

Senin25 Agst 201421:13 WIB -3°17’12” 4°44’35”

Dzulhijjah

Rabu24 Sept 201413:14 WIB 0°44’35” 2°06’56”

Tabel 2

Sesuai dengan data di atas, berikut penjelasan mengenai penetapan awal

bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah tahun 1435 H menurut Persis:

1. Ramadhan 1435 H

Ijtima’ akhir Sya’ban 1435 H. pada hari Jum’at, 27 Juni 2014, pukul 15:08

WIB.

Page 95: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

83

Saat maghrib di Pelabuhanratu beda tinggibulan-matahari 0° 43’ 50” dan

jarak sudut Bulan-Matahari 4° 41’ 43”.

Jum’at, 27 Juni 2014, Saat maghrib (malam Sabtu) di wilayah Indonesia

hilal belumm imkanur ru’yah, maka 1 Ramadhan 1435 H. ditetapkan

Ahad, 29 Juni 2014 M.

Bayang-bayang mengarah kiblat terjadi pada tanggal 16 Juli 2013, pukul

16:27 WIB.

2. Syawal 1435 H

Ijtima’ akhir Ramadhan 1435 H. pada hari Ahad, 27 Juli 2014, pukul 5:42

WIB.

Saat maghrib di Pelabuhanratu beda tinggi bulan-matahari 4° 03’ 32” dan

jarak sudut Bulan-Matahari 6° 45’ 33”.

Ahad, 27 Juli 2014, saat maghrib (malam Senin) di wilayah Indonesia

hilal sudah imkanur ru’yah, maka 1 Syawwal 1435 H. ditetapkan Senin,

28 Juli 2014 M.

3. Dzulhijjah 1435 H

Ijtima’ akhir Dzulqa’dah 1435 H. pada hari Rabu, 24 September 2014,

pukul 13:14 WIB.

Saat maghrib di Pelabuhanratu beda tinggi bulan-matahari 0° 44’ 35” dan

jarak sudut Bulan-Matahari 2° 06’ 56”.

Rabu, 24 September 2014, saat maghrib (malam Kamis) di wilayah

Indonesia hilal belum imkanur ru’yah, maka 1 Dzulhijjah 1435 H.

ditetapkan Jum’at, 26 September 2014 M.

Page 96: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

84

Penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzuhijjah tahun 1435 H

antara Persis dengan Pemerintah, terjadi perbedaan, diantaranya: penetapan awal

Ramadhan dan Dzulhijjah, hal ini terjadi karena belum terpenuhinya kriteria yang

dipakai oleh Persis sehingga Persis mengistikmalkan bulan Sya’ban dan

Dzulqa’dah menjadi 30 hari. Akan tetapi penetapan tanggal 1 Syawal tahun 1435

H antara Persis dengan Pemerintah tidak terjadi perbedaan, tinggi hilal serta jarak

elongasi pada ijtima’ akhir Ramadhan 1435 H sudah memenuhi kriteria penetapan

awal bulan Kamariah Persis. Almanak Islam 1435 H ini didasarkan kepada dua

surat keputusan, yaitu: surat keputusan bersama Dewan Hisab dan Rukyat dan

Dewan Hisbah No. 005/PP-C.1/A.3/2012 dan No. 019/PP-C.1/A.2/2012, dan hasil

musyawarah Dewan Hisab dan Rukyat No. 003/PP-C.1/A.3/2013 tentang

menyikapi perbedaan 1 Syaw 1432 H.

Data Pokok Almanak Islam tahun 1436 H

Bulan Waktu Ijtima(WIB)

Pelabuhan Ratu SubangTinggiHilal Elongasi

TinggiHilal Elongasi

Muharram

Jum’at24 Okt 201404:57 WIB 5°42'25" 5°52'50"

Shafar

Sabtu22 Nov 201419:32 WIB -0°29'59" 3°26'04"

Rabi'ulAwal

Senin22 Des 2014

8:36 WIB 5°00'07' 6°38'47"

Rabi'ulAkhir

Selasa20 Jan 201520:14 WIB -2°23'16" 5°16’32”

JumadilAwal

Kamis19 Feb 2015

6:47 WIB 5°11’11” 6°54’49”JumadilAkhir

Jum’at20 Maret 2015 -0°00’55” 1°11’51”

Page 97: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

85

16:36 WIB

Rajab

Ahad19 April 2015

1:57 WIB 8°55’45” 8°55’45”

Sya'ban

Senin18 Mei 201511:13 WIB 3°35’57” 5°03’56”

Ramadhan

Selasa16 Jun 201521:05 WIB -1°50’43” 5°25’21”

Syawal

Kamis16 Juli 20158:24 WIB 3°28’04” 5°55’23”

Dzulqa'dah

Jum’at14 Agst 201521:53 WIB -3°24’47” 4°33’26”

Dzulhijjah

Ahad13 Sept 201513:41 WIB 0°41’46” 1°53’47”

Muharram1437

Selasa13 Okt 2015

7:06 WIB 4°38’16” 4°39’59”Tabel 3

Dari data pokok almanak Islam tahun 1436 H di atas, berikut penjelasan

mengenai penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah:

1. Ramadhan 1436 H

Ijtima’ akhir Sya’ban 1436 H. pada hari Selasa, 16 Juni 2015, pukul 21:05

WIB.

Saat maghrib di Pelabuhanratu beda tinggi bulan-matahari-1° 50’ 43” dan

jarak sudut Bulan-Matahari 5° 25’ 21”.

Selasa, 16 Juni 2015, Saat maghrib (malam Rabu) di wilayah Indonesia

hilal belum imkanur ru’yah, maka 1 Ramadhan 1436 H. ditetapkan

Kamis, 18 Juni 2015 M.

Page 98: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

86

Bayang-bayang mengarah kiblat terjadi pada tanggal 16 Juli 2015, pukul

16:27 WIB.

2. Syawal 1436 H

Ijtima’ akhir Ramadhan 1436 H. pada hari Kamis, 16 Juli 2015, pukul

8:24 WIB.

Saat maghrib di Pelabuhanratu beda tinggi bulan-matahari 3° 28’ 04” dan

jarak sudut Bulan-Matahari 5° 55’ 23”

Kamis, 16 Juli 2015, saat maghrib (malam Jum’at) di wilayah Indonesia

hilal belum imkanur ru’yah, maka 1 Syawal 1436 H. ditetapkan Sabtu, 18

Juli 2015 M.

3. Dzulhijjah 1436 H

Ijtima’ akhir Dzulqa’dah 1436 H. pada hari Ahad,13cSeptember 2015,

pukul 13:41 WIB.

Saat maghrib di Sabang beda tinggi bulan-matahari 0° 41’ 46” dan jarak

sudut Bulan-Matahari 1° 53’ 47”

Ahad, 13 September 2015, saat maghrib (malam Senin) di wilayah

Indonesia hilal belum imkanur ru’yah, maka 1 Dzulhijjah 1436 H.

ditetapkan Selasa, 15 September 2015 M.

4. Muharram 1437 H

Ijtima’ akhir Dzulhijjah 1436 H. pada hari Selasa, 13 Oktober 2015, pukul

7:06 WIB.

Saat maghrib di Sabang beda tinggi bulan-matahari 4° 38’ 16” dan jarak

sudut Bulan-Matahari 4° 39’ 59”.

Page 99: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

87

Selasa, 13 Oktober 2015, (malam Rabu) di wilayah Indonesia hilal belum

imkanur ru’yah, maka 1 Muharram 1437 H. ditetapkan Kamis, 15

Oktober 2015 M.

Dari penjelasan di atas antara almanak Persis dengan takwin standar

Kemenag RI terjadi beberapa perbedaan, diantaranya:

Tabel 4

Pada almanak Islam tahun 1436 H terjadi perbedaan penetapan tanggal 1

Syawal antara Persis dengan Pemerintah, hal ini dikarenakan hasil dari ijtima’ akhir

Ramadhan belum memenuhi batas minimal kriteria awal bulan Kamariah Persi.

Mengingat hal tersebut mungkinkah 1 Syawal 1436 H Persis bersamaan dengan

Pemerintah? Kemungkinan itu sangat sulit terwujud mengingat:

a. Dua data posisi hilalnya belum mencapai batas minimal

1. Beda tinggi bulan matahari = 3°28’04” (minimal 4°

2. Jarak sudut bulan matahari = 5°55’23’ (minimal 6,4°)

b. Kondisi cuaca di Indonesia yang tidak mendukung

1. Kelembaban yang tinggi

Awal Bulan Pemerintah PERSIS Keterangan

Muharram

1436 H

Sabtu,

25 Okt 2014

Ahad,

26 Okt 2014

Beda tinggi >4°; Elongasi<6,4°

Syawal

1436 H

Jum’at,

17 Juli 2015

Sabtu,

18 Juli 2015

Beda tinggi<4°; Elongasi<6,4°

Muharram

1437 H

Rabu,

14 Okt 2015

Kamis,

15 Okt 2015

Beda tinggi >4°; Elongasi<6,4°

Page 100: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

88

2. Polusi udara yang parah

Dengan demikian awal Syawal 1436 H, ditetapkan oleh Persis dalam

kalender Persis yaitu pada hari Sabtu 18 Juli 2015. Akan tetapi ketika sidang isbat

pimpinan Persis sepakat menetapkan tanggal 1 Syawal 1436 H sama dengan

Pemerintah yaitu tanggal 17 Juli 2015. Hal ini berdasarkan kepada:18

1. Landasan empiris

Adanya keberhasilan melihat awal Syawal 1434 H di Makassar yang

dibuktikan dengan foto dan video padahal beda tinggi bulan-matahari masih di

bawah 4° yang berhasil di rukyat oleh Agus Trino PJ dan Muhammad

Zainuddin Arifin dari Bosscha ITB di atas atap Mall GTC Makassar (5°10’07”

LS dan 119°23’25” BT) dengan menggunakan alat Teleskop William Optic

dilengkapi dengan kamera CCD dan filter inframerah. Terlihat pada pukul

18:11 WITA atau sekitar 5 menit setelah matahari terbenam.

Berdasarkan software Accurate Times 5.3.8 saat itu beda tinggi bulan-

matahari adalah 3°40’40” dan jarak sudut bulan matahari adalah 7°04’04”.

2. Landasan Yuridis

Surat edaran PP Persis No. 1314/H.2-C.3/PP/2013 menyatakan:

a. Bahwa Pimpinan Pusat Persis berpegang kepada almanak Islam 1434 H

hasil perhitungan Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis, yaitu 10 Dzulhijjah

1434 H jatuh pada hari Rabu, 16 Oktober 2013.

b. Apabila berdasarkan hasil rukyat, pemerintah menetapkan tanggal 1

Dzulhijjah 1434 H jatuh pada hari Ahad, 7 Oktober 2013 maka hasil

18 Syarief Ahmad Hakim, Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah Persis, Makalahdisampaikan pada Pengajian PC. Persis Bogor Tengah di Masjid Adz-Dzikraa, Ahad 4 Ramadhan1436 H/21 Juni 2015 M.

Page 101: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

89

rukyat tersebut dapat kita terima dengan syarat kesaksian lebih dari satu

tempat dan dibuktikan dengan citra visual hilal.

c. Apabila dua syarat di atas tidak terpenuhi, maka Pimpinan Pusat Persis

tetap kembali kepada almanak yang telah dibuat oleh DHR PP Persis.

d. Untuk selanjutnya, PP Persis akan mengumumkan hari dan tanggal Idul

Adha 1434 H setelah menunggu hasil sidang itsbat, Kemenag RI.

Dalam penyusunan kalender harus disesuaikan dengan kriteria

Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010) yaitu; tinggi hilal minimal 4°

dan jarak elongasi 6,4°, kedua kriteria tersebut harus terpenuhi secara

keseluruhan. Oleh karena penerapan kriteria tersebut bersifat kumulatif,

apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak terpenuhi maka Persis

menggunakan ijtima’ untuk menetapkan awal bulan Kamariah.

Dari penjelasan di atas kalender Persis sudah sesuai dengan aplikasi

metode Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010) akan tetapi pada

prakteknya ada beberapa penetapan awal bulan Kamariah yang masih

mengikuti Pemerintah, seperti tanggal 1 Syawal 1436 H. Menurut Pimpinan

Persis dalam sidang itsbat penetapan 1 Syawal 1436 H mengatakan bahwa

apabila hasil rukyat Persis diterima oleh Pemerintah maka Persis akan berhari

raya sesuai dengan hasil sidang itsbat. Jadi, setiap tahun Dewan Hisab dan

Rukyat Persis akan menyusun almanak Islam sesuai dengan perhitungan

kriteria Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010) namun tidak menutup

kemungkinan perbedaan hasil perhitungan dalam kalender tersebut tidak

dilaksanakan oleh Persis, karena Persis setiap menetapkan awal bulan

Page 102: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

90

Kamariah khususnya Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah akan mengikuti

sidang itsbat terlebih dahulu dan menyampaikan hasil rukyat hilalnya.

Page 103: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menganalisis kriteria penetapan awal bulan Kamariah yang

digunakan oleh Persatuan Islam (Persis), maka penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

Dalam menetapkan awal bulan Kamariah Persatuan Islam (Persis)

menggunakan metode hisab, sesuai dengan pemahaman ahli hisabnya Persis (KH.

Abdurrahman) yaitu hisab Sullam Al-Nayyiroin, namun sesuai dengan

perkembangan dan akurasi data yang dapat dipercaya saat ini Persis menggunakan

hisab Ephemeris. Kriteria awal bulan Kamariah Persis mengalami beberapa kali

perubahan diantaranya: Ijtima’ Qoblal Ghurub, Wujudul Hilal, Wujudul Hilal

diseluruh wilayah Indonesia, Imkanur Rukyat versi MABIMS, dan Imkanur Rukyat

ahli astronomi (LAPAN 2010). Dasar hukum dalam menetapkan awal bulan

Kamariah yang digunakan oleh Persatuan Islam (Persis) tercantum dalam al-

Qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang awal bulan Kamariah.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya perubahan kriteria penetapan

awal bulan Kamariah Persis dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal di

Jam’iyah Persis. Faktor internal tersebut ialah perbedaan pemahaman kriteria

yang dianut oleh Jam’iyah Persis yang menimbulkan terganggunya keutuhan

Jam’iyah Persis. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi faktor perubahan

kriteria ialah adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak mengenai kriteria awal

bulan yang digunakan oleh Persis, selain itu perkembangan IPTEK pada saat ini

Page 104: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

92

mempengaruhi perubahan kriteria awal bulan Kamarian Persis. Seiring

berkembangnya zaman Persis tidak menutup kemungkinan akan merubah kembali

kriteria untuk menetapkan awal bulan Kamariah.

Dalam menyusun kalender hijriyah tahun 1434 H, 1435 H, dan 1436 H

Persis sudah mengaplikasikan Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010),

namun pada prakteknya ketika ada perbedaan penetapan awal bulan Kamariah

khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah Persis tetap menunggu hasil sidang

itsbat dengan Pemerintah.

B. Saran-saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka diajukan beberapa saran

yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Untuk seluruh organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang ada di Indonesia

yang biasanya mengeluarkan ketetapan sendiri dalam menentukan awal bulan

Kamariah selain ketetapan Pemerintah, seperti Nahdlatul Ulama’,

Muhammadiyah, Persatuan Islam dan Hisbut Tahrir, terutama menjelang awal

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, hendaknya menunggu hasil sidang itsbat

Departemen Agama baru mengumumkan kepada anggotanya masing-masing

bagaimana ketetapan ormas tersebut. Sehingga tidak lagi terjadi perbedaan

berhari raya Idul Fitri, Ramadhan, Idul Adha yang dapat memecah-belah

persatuan umat Islam di Indonesia. Sebaiknya perbedaan tersebut menjadi

ilmu dan warna tersendiri bagi seluruh umat muslim di Indonesia.

2. Perbedaan penetapan awal bulan Kamariah yang terjadi, sebenarnya bukan

semata-mata karena perbedaan metode hisab dan metode rukyat saja.

Page 105: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

93

Melainkan sebenarnya timbul perbedaan antara hisab sendiri dan rukyat itu

sendiri, masih ada hal-hal yang belum disepakati. Perbedaan kriteria bukan

menjadi alasan untuk memutuskan ukhuwah diantara ormas satu dengan yang

lainnya.

3. Karena ilmu hisab dan ilmu falak merupakan ilmu yang masih langka, maka

marilah kita pelihara dan kita kembangkan ilmu hisab ini, sehingga semua

masyarakat di Indonesia mengetahuinya, karena ilmu ini sangat bergunam,

penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari seperti waktu shalat dan

arah qiblat, dan juga dalam setiap bulan dan tahun seperti bulan-bulan yang

ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah wajib.

Page 106: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

94

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anulkarim.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.

Azhari, Susiknan. Ensiklopedi Hisab Rukyah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Azhari, Susiknan. Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi AnalisisPemikiran Saadoeddin Djambek). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002.

Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama. Almanak Hisab Rukyah. Jakarta: ProyekPembinaan Badan Peradilan Islam. 1981.

Bukhari (al), Muhammad ibn Isma’il. Shahih Bukhari. Beirut: Dar al-Fikr. tt.

Syamsudin dan Vismala S. Damaianti, Vismala S dan Syamsudin. MetodePenelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006.

Depag RI. Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Badan Hisab dan Rukyat. 1988/1999.

Depag RI. Jurnal Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal PembinaanKelembagaan Agama Islam. 2000.

Depag RI. Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah. Jakarta: 1994.

Depag RI. Pedoman Tehnik Rukyat. Direktoral Jenderal Pembinaan KelembagaanAgama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam: 1994.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Djambek, Saadoeddin. Hisab Awal Bulan,. Jakarta: Tintamas. 1976.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2008.

Federspiel, Howard M. Persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia AbadXX. Penerjemah Yudian W. Asmin dan H. Afandi Mochtar. Yogyakarta:Gajah Mada University Press. 1996.

Page 107: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

95

Fuad Yusuf, Choirul dan Bashori A. Hakim. Hisab Rukyat dan Perbedaannya. T.tp., Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama,Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama dan DiklatKeagamaan, Departemen Agama RI. 2004.

Habibie, BJ. Rukyat dengan Teknologi Upaya Mencari Kesamaan Pandangantentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal. Jakarta: Gema InsaniPress. 1994.

Ibnu Hajar Al-Asqalani. Fathul Baari Buku II. Penerjemah Amiruddin, dkk.Jakarta: Pustaka Azzam. 2006.

Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyat Menyatukan NU dan Muhammadiyahdalam Penentun Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Jakarta:Erlangga. 2007.

Izzuddin, Ahmad. Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyah Praktis dan SolusiPermasalahannya). Semarang: Komala Grafika. 2006.

Izzuddin, Ahmad. Fiqh Hisab Rukyat di Indonesia (Upaya Penyatuan MazhabRukyat dengan Mazhab Hisab). Yogyakarta: Logung Pustaka. 2003.

Jayusman, “Isyarat Penentuan Awal Bulan Kamariyah dalam Al-Quran;Mencermati Perbedaan Kriteria dan Metode Penetapan Awal BulanKamariyah di Indonesia,” Al-Dzikra, Vol. 5, No. 9. 2011.

Kamiluddin, Uyun. Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalamPembinaan Hukum Islam di Indonesia). Bandung; Tafakur. 2006.

Kamus Munjid. Bairut: Dar al-Masyriq. 1986.

Kassim, Abdul Karim. Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan DenganRukyat dan Hisab. Bandung: PT. Al-Ma’arif, tt.

Khazim, Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BuanaPustaka. 2004.

Maskufa. Ilmu Falak Teori dan Praktek. Jakarta: Gaung Persada. 2008.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawir. Surabaya: Pustaka Progresif.1997.

Page 108: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

96

Naisaburi (al), Abi Husain Muslim bin al-Hijaaji al-Qusyairi. Shahih Muslim.Beriut: Dar al-Fikr. 1991.

Naisaburi (al), Abu Husain Muslim bin al-Hijaaji al-Qusyairi. Shahih Muslim.Beirut: Darul Kitab al-‘Araby. tt.

Qanun Asasi, Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam(Persis). Bandung, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). 2005.

Sajstaani (al), Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ab. Sunan Abi Dawud. Beirut:Dar al-Fikr. tt.

Saksono, Tono. Mengkompromikan Rukyat dan Hisab. Jakarta: AmythasPublicita. 2007.

Salamun, Ibrahim. Ilmu Falak Cara Mengetahui Awal Bulan, Awal Tahun,Musim, Kiblat dan Perbedaan Waktu. Surabaya: Pustaka Progresif. 2003.

Sanapiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya.Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003.

Setyanto, Hendro. Membaca Langit. Jakarta: Al-Ghuraba. 2008.

Soekanto, Soejono. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:Raja Grafindo. 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. 2004.

Sulaiman bin Al Asy’ab Al-Sajstaani, Abu Dawud. Sunan Abi Dawud. Beirut:Daar Al Fikr. tt.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. 2007.

Widiana, Wahyu. Sambutan dalam Buku Menggagas Fiqh Astronomi (telaahHisab Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya). Bandung:Kaki Langit. 2005.

Jurnal dan Internet

Abdul Aziz, Abdul. Islam 4 All (Doing the Right Thing and Doing it Right).Cianjur; 29 September 2010.

Page 109: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

97

Azhari, Susiknan. Pemikiran Hisab di Indonesia: Problema Menuju Solusi. JurnalPenelitian Agama, No. 18. VII.

Persatuan Islam. Almanak Islam (1408-1429). Bandung: Risalah Press. 1987-2008.

Persatuan Islam. Pedoman Jam’iyah Persatuan Islam. Bandung: Persis Press.2002.

Persatuan Islam. Qanun Asasi-Qanun Dakhili Program Jihad 2005-2010.Bandung: Persis Press. 2005.

Santoso, M. Iqbal. Hisab Imkanur Rukyat Kriteria Awal Bulan HijriyyahPersatuan Islam, artikel diakses pada 11 Januari 2015 darihttps://pemudapersisjabar.com//hisab-imkanur-rukyat-kriteria-awal-bulan-hijriyyah-persatuan-islam.html.

Syarief Ahmad Hakim. Almanak Persis Antara Cita dan Realita. Jakarta: tp,2011.

Syarief Ahmad Hakim. Kriteria Wujudul Hilal dan Imkan al-Rukyat DalamTinjauan Syara’. Jakarta: 2007.

Syarief Ahmad Hakim. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah di PersatuanIslam (Persis). Jakarta: Kemenag RI. 2014.

Syarief Ahmad Hakim. Sekilas Sejarah Almanak Persis. Jakarta: 2013.

www.persatuanislam.or.id.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab danRukyat PP Persis) di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2015.

Wawancara dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab dan RukyatPP Persis) di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015.

Wawancara dengan Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris Dewan Hisab dan RukyatPP Persis) di Jakarta pada tanggal 08 Oktober 2015.

Page 110: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan
Page 111: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan
Page 112: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

SURAT KETERANGANNomor:008/PP-C.3/D.1/2015

Ketua Dewan Hisab dan Rukyat Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) yang berkedudukan di Bandung,

dengan ini menerangkan bahwa:

NO NAMA NIM FAKULTAS /JURUSAN

1 AI SITI WASILAH 1111044100067 SYARIAH / AKHWAL SYAKHSIYAH

Talah melakukan wawancara ke saudara Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis di Pesantren Persis 69,

Utan Kayu, Matraman, Kota Jakarta Timur pada tanggal 13 Juni 2015 dan 8 Oktober 2015.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 10 Oktober 2015

H. M. Iqbal SantosoNIAT : 12088

الرأیةوالحسابھیئة

اإلسالمىاإلتحادجمعیة

إندونیسیاباندونج

DEWAN HISAB DAN RUKYATPIMPINAN PUSATPERSATUAN ISLAM (PERSIS)Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2 BandungTlp. (022) 4220704, Fax. 4220702, Kode Pos 40117

تفرقواوالجمیعاهللابحبلواعتصموا

SURAT KETERANGANNomor:008/PP-C.3/D.1/2015

Ketua Dewan Hisab dan Rukyat Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) yang berkedudukan di Bandung,

dengan ini menerangkan bahwa:

NO NAMA NIM FAKULTAS /JURUSAN

1 AI SITI WASILAH 1111044100067 SYARIAH / AKHWAL SYAKHSIYAH

Talah melakukan wawancara ke saudara Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis di Pesantren Persis 69,

Utan Kayu, Matraman, Kota Jakarta Timur pada tanggal 13 Juni 2015 dan 8 Oktober 2015.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 10 Oktober 2015

H. M. Iqbal SantosoNIAT : 12088

الرأیةوالحسابھیئة

اإلسالمىاإلتحادجمعیة

إندونیسیاباندونج

DEWAN HISAB DAN RUKYATPIMPINAN PUSATPERSATUAN ISLAM (PERSIS)Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2 BandungTlp. (022) 4220704, Fax. 4220702, Kode Pos 40117

تفرقواوالجمیعاهللابحبلواعتصموا

SURAT KETERANGANNomor:008/PP-C.3/D.1/2015

Ketua Dewan Hisab dan Rukyat Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) yang berkedudukan di Bandung,

dengan ini menerangkan bahwa:

NO NAMA NIM FAKULTAS /JURUSAN

1 AI SITI WASILAH 1111044100067 SYARIAH / AKHWAL SYAKHSIYAH

Talah melakukan wawancara ke saudara Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis di Pesantren Persis 69,

Utan Kayu, Matraman, Kota Jakarta Timur pada tanggal 13 Juni 2015 dan 8 Oktober 2015.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 10 Oktober 2015

H. M. Iqbal SantosoNIAT : 12088

الرأیةوالحسابھیئة

اإلسالمىاإلتحادجمعیة

إندونیسیاباندونج

DEWAN HISAB DAN RUKYATPIMPINAN PUSATPERSATUAN ISLAM (PERSIS)Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2 BandungTlp. (022) 4220704, Fax. 4220702, Kode Pos 40117

تفرقواوالجمیعاهللابحبلواعتصموا

SURAT KETERANGANNomor:008/PP-C.3/D.1/2015

Ketua Dewan Hisab dan Rukyat Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) yang berkedudukan di Bandung,

dengan ini menerangkan bahwa:

NO NAMA NIM FAKULTAS /JURUSAN

1 AI SITI WASILAH 1111044100067 SYARIAH / AKHWAL SYAKHSIYAH

Talah melakukan wawancara ke saudara Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis di Pesantren Persis 69,

Utan Kayu, Matraman, Kota Jakarta Timur pada tanggal 13 Juni 2015 dan 8 Oktober 2015.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 10 Oktober 2015

H. M. Iqbal SantosoNIAT : 12088

الرأیةوالحسابھیئة

اإلسالمىاإلتحادجمعیة

إندونیسیاباندونج

DEWAN HISAB DAN RUKYATPIMPINAN PUSATPERSATUAN ISLAM (PERSIS)Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2 BandungTlp. (022) 4220704, Fax. 4220702, Kode Pos 40117

تفرقواوالجمیعاهللابحبلواعتصموا

Page 113: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

TRANSKIP WAWANCARA

A. Indentitas Narasumber

Nama Lengkap : Syarief Ahmad Hakim

Jabatan di Persis : Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis

Hari/Tanggal : Rabu, 25 Maret 2015 dan Sabtu, 13 Juni 2015

Waktu : Pukul 15.00 – 16.00 WIB

B. Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Dewan Hisab dan Rukyat Persis?

Dewan Hisab dan Rukyat Persis berdiri dikarenakan semakin

bertambahnya usia ust Ghazali sehingga sering sakit-sakitan, sementara

persoalan yang harus dihadapi berkaitan dengan hisab rukyat semakin banyak.

2. Bagaimana sejarah berdirinya Dewan Hisab dan Rukyat Persis?

Dengan semakin bertambanhnya usia ust. Ali Ghazali dan semakin

banyak masalah berkaitan dengan hisab dan rukyat, maka pada muktamar ke

XI (2-4 September 1995) di Jakarta dibentuklah Dewan Hisab dan Rukyat.

Badan ini dipimpin oleh KH. Ali Ghazali dengan staf dan anggotanya yang

berjumlah empat orang. Namun dalam pembuatan almanak masih dipegang

oleh ust Ali Ghazali sendiri.

Pada muktamar XII (9-11 September 2000) di Jakarta terbentuklah

taskil Dewan Hisab dan Rukyat baru dengan beberapa tambahan orang

sebagai anggota, tetapi ketuanya masih dipegang ust Ali Ghazali. Dengan

masuknya anggota baru membawa implikasi positif untuk perkembangan

dewan, diantaranya ada wacana tentang keabsahan kriteria wujudul hilal.

Page 114: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

Sesuai dengan latar pendidikan dan lingkungan pergaulannya, anggota baru

tersebut berpendapat bahwa kriteria wujudul hilal itu tidak sesuai dengan

tuntutan syar’i, yang sesuai dengan tuntutan syar’i menurut pendapat mereka

adalah kriteria imkanur rukyat. Kedua pendapat ini terus menjadi problem

internal DHR PP Persis yang tidak bisa disatukan, sehingga akhirnya pada

akhir tahun 2000, PP Persis berinisiatif untuk mendiskusikan masalah ini

dengan mengundan Dewan Hisbah, Dr. T. Djamaluddin dari LAPAn dan Dr.

Mudji Raharto dari ITB.

Musyawarah tersebut menghasilkan dua diktum keputusan, yaitu:

pertama, almanak Persis didasarkan kepada kriteria wujudul hilal. Kedua,

hilal tersebut sudah positif diseluruh wilayah Indonesia. Keputusan ini

merupakan thoriqotul jam’i (jalan tengan) dari dua pendapat yang

bertentangan, karena dikalangan Dewan Hisbah pun terpecah menjadi dua

kelompok, dimana kelompok pertama tetap ingin mempertahankan kriteria

wujudul hilal sebagaimana yang berjalan selama ini, tetapi kelompok yang

kedua berpendapat bahwa kriteria imkanur rukyatlah yang sesuai dengan

tuntutan syar’i sesuai dengan dalil-dalil yang mereka dapatkan.

3. Apa saja wewenang dan tugas dari Dewan Hisab dan Rukyat Persis?

Dewan Hisab dan Rukyat Persis memiliki wewenang dan tugas untuk

memberikan masukan kepada PP Persis tentang masalah hisab dan rukyat

disamping tugas pokoknya membuat almanak Islam.

4. Apa dasar hukum yang dijadikan oleh Dewan Hisab dan Rukyat Persis dalam

menentukan pergantian kriteria awal bulan Kamariah?

Page 115: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

Berdasarkan al-Qur’an dan Hadits tentang awal bulan Kamariah,

diantaranya: ar-Rahman ayat 5, al-An’am ayat 96, Yunus ayat 5, Yaasiin ayat

38, 39, 40, at-Taubah ayat 36, al-Baqarah ayat 189 serta hadits-hadits shahih

lainnya. Perbedaan penentuan awal bulan Kamariah hanya berbeda

pemahaman memahami al-Qur’an dan hadits tentang awal bulan Kamariah

serta berbedanya kriteria yang digunakan.

Pergantian kriteria awal bulan Kamariah Persis didasarkan kepada

adanya kritikan dari para ahli astronomi dan juga pihak lain terhadap kriteria

Imkanur Rukyat versi MABIMS tentang batasan: ketinggian hilal, jarak busur

bulan-matahari dan umur hilal yang terlalu minim menyebabkan DHR Persis

mengkaji ulang kriteria tersebut dan melakukan pengkajian terhadap hasil

penelitian ahli astronomi terhadap hilal yang paling muda yang teramati oleh

alat optik.

Atas dasar pemikiran di atas maka Persis pada tanggal 31 Maret 2012

telah merubah kriteria Imkanur Rukyat versi MABIMSnya menjadi kriteria

Imkanur Rukyat astronomis dengan alasan telah teruji secara ilmiah.

Kemudian kriteria ini mulai diterapkan dalam penyusunan almanak 1434 H.

Kriteria astronomi yang ditetapkan Persis adalah awal bulan hijriyyah

ditetapkan jika setelah terjadi ijtima, posisi bulan pada waktu ghurub

(terbenam matahari) di wilayah Indonesia sudah memenuhi syarat; beda tinggi

antara bulan dan matahari 4°, dan jarak busur antara bulan dan matahari

minimal sebesar 6,4°.

Page 116: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

5. Dalam menafsirkan ayat al-Qur’an dan hadits tentang awal bulan Kamarian

para mazhab memiliki pemahaman tersendiri. Oleh karena itu, Persis

mengikuti mazhab yang mana, dan apa alasannya?

Dalam menafsirkan dasar hukum tentang awal bulan Kamariah Persis

tidak mengikuti mazhab manapun, Persis langsung melihat kepada tafsir dan

syara’ asli al-Qur’an dan Hadits tersebut. Karena pada dasarnya Persis tidak

bermazhab dalam masalah apapun.

6. Dari segi sejarahnya metode apa saja yang digunakan oleh Persis dalam

menentukan awal bulan Kamariah?

Metode yang digunakan oleh Persis dalam menentukan awal bulan

Kamariah telah mengalami beberapa kali perubahan, diantaranya:

a. Metode yang pertama kali dipakai oleh Persis ialah Ijtima’ Qoblal Ghurub

dengan rujukan Sullamun Nayyirain.

b. Metode kedua yang dipakai oleh Persis ialah Wujudul Hilal (sama dengan

yang dipakai oleh Muhammadiyah saat ini) dengan rujukan kitab

Khulashatul Wafiyah.

c. Metode ketiga yang dipakai oleh Persis ialah Wujudul Hilal untuk seluruh

wilayah di Indonesia dengan menggunakan buku rujukan Ephemeris

Hisab Rukyat.

d. Metode keempat yang dipakai oleh Persis ialah Imkanur Rukyat versi

MABIMS (sama dengan Pemerintah) dengan menggunakan buku rujukan

Ephemeris Hisab Rukyat.

Page 117: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

e. Metode kelima, yang sampai sekarang masih dipakai oleh Persis ialah

Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN 2010) dengan menggunakan

software Accurate Times 5.3.

7. Bagaimana dinamika perubahan kriteria awal bulan Kamariah Persis?

Perubahan dinamika kriteria awal bulan Kamariah Persis didasari

adanya keinginan kesatuan pikiran, gerak langkah dan pola tindakan di

Jam’iyah Persis. Setelah setengah abad almanak Persis beredar di ummat

Persis ternyata telah mengalami beberapa kali perubahan kriteria penentuan

awal bulan Kamariahnya, diantaranya:

a. Dari tahun 1960 s.d 1970:

Kriteria yang dipakai: Ijtima’ Qoblal Ghurub

Kitab rujukan: Sullamun Nayyirain

Yang menghisab: Ust. E. Abdurrahman (Ketua Umum Persis tahun

1962-1983)

b. Dari tahun 1970 s.d 1980

Kriteria yang dipakai: Ijtima’ Qoblal Ghurub

Kitab rujukan: Sullamun Nayyirain, Fathu Raufil Manan

Yang menghisab: Ust. Ali Ghazaly

c. Dari tahun 1980 s.d 1995

Kriteria yang dipakai: Ijtima’ Qoblal Ghurub

Kitab rujukan: Fathu Raufil Manan, Khulashatul Wafiyah

Yang menghisab: Ust. Ali Ghazaly

d. Dari tahun 1996 s.d 1999

Page 118: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

Kriteria yang dipakai: Wujudul Hilal

Kitab rujukan: Khulashatul Wafiyah

Yang menghisab: Ust. Ali Ghazaly

e. Dari tahun 2000 s.d 2001

Kriteria yang dipakai: Wujudul hilal untuk seluruh Indonesia

Buku rujukan: Ephemeris Hisab Rukyat

Yang menghisab: Dewan Hisab dan Rukyat Persis

f. Dari tahun 2002 s.d 2012

Kriteria yang dipakai: Imkanur Rukyat versi MABIMS

Buku rujukan: Ephemeris Hisab Rukyat

Yang menghisab: Dewan Hisab dan Rukyat Persis

g. Dari tahun 2013 s.d sekarang

Kriteria yang digunakan: Imkanur Rukyat ahli astronomi (LAPAN

2010)

Software rujukan: Accurate Times 5.3

Yang memproses: Dewan Hisab dan Rukyat Persis.

8. Perubahan metode yang digunakan dipengaruhi oleh faktor apa saja?

Perubahan metode tersebut dipengaruhi oleh dinamika pemahaman

dari anggota Dewan Hisab dan Rukyat Persis yang telah dipengaruhi oleh

faktor internal di Jam’iyah Persis dan juga faktor eksternal.

9. Apa buku astronomi atau kalender astronomi yang digunakan oleh Persis

dalam proses hisab?

Page 119: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan
Page 120: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

Gambar 1 dan 2 Bersama Bapak Syarief Ahmad Hakim (Sekretaris DHR Persis)

Gambar 3 Proses wawancara di Pesantren Persis Matraman

Page 121: DINAMIKA KRITERIA PENETAPAN AWAL BULANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30110/1/AI SITI...Salah satu ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan

Gambar 4 Pak Syarief menunjukan kalender Persis

Gambar 5 Pak Syarief menjelaskan kalender Persis tahun 1436 H