dinamika kimia laut

21
Dinamika Kimia Laut : Salinitas Air Laut dan Sedimen Dasar Laut Andika Wijaya Kusuma 3307100081 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya PENDAHULUAN Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara sistem secara keseluruhan. Dinamika kimia laut adalah segala sesuatu yang menjadi ciri laut berkaitan dengan komposisi bahan kimia mulai dari air laut dan dasar dari laut itu sendiri, dimana komposisi tersebut terbentuk beberapa tahun lamanya akibat dari berbagai proses kimia dan terus berkembang berkaitan dengan perubahan lingkungan. Seperti kita ketahui, kondisi alam di seluruh dunia, baik flora, fauna, tanah, iklim sangat bervariasi. Semua gejala alam saling mempengaruhi satu sama lain. Demikian juga dengan unsur garam yang bukan hanya yang ada di laut

Upload: andika-wijaya-kusuma

Post on 29-Jun-2015

1.227 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dinamika Kimia Laut

Dinamika Kimia Laut : Salinitas Air Laut dan Sedimen Dasar Laut

Andika Wijaya Kusuma

3307100081

Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya

PENDAHULUAN

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak,

berkembang dan dapat menyesuaikan secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga

berarti adanya interaksi dan interdependensi antara sistem secara keseluruhan. Dinamika

kimia laut adalah segala sesuatu yang menjadi ciri laut berkaitan dengan komposisi bahan

kimia mulai dari air laut dan dasar dari laut itu sendiri, dimana komposisi tersebut

terbentuk beberapa tahun lamanya akibat dari berbagai proses kimia dan terus

berkembang berkaitan dengan perubahan lingkungan.

Seperti kita ketahui, kondisi alam di seluruh dunia, baik flora, fauna, tanah, iklim

sangat bervariasi. Semua gejala alam saling mempengaruhi satu sama lain. Demikian

juga dengan unsur garam yang bukan hanya yang ada di laut tapi garam yang ada di

darat. Begitu pula dengan sedimen yang memiliki berbagai proses terjadinya berkaitan

dengan pengendapan bahan-bahan kimia yang berasal dari pelapukan berbagai sumber.

Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik

dan partikel-partikel tak terlarut. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan

memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati

memiliki kadar garam sekitar 30%. Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki

kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling

tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari

Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi

Page 2: Dinamika Kimia Laut

terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar

garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.

Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas,

kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum)

beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap

cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat

ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas)

dan tekanan osmosis. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida

(55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan

sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan

florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-

gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.

Zat-zat kimia yang terbentuk dari berbagai proses pelapukan itu lama-lama akan

terdekomposisi dan mengendap menjadi sedimen di dasar laut.

METODOLOGI PENULISAN

Tahap Pengumpulan Data

Bahasan ini ditulis berdasarkan sumber-sumber terpercaya yang didapatkan oleh

penulis, dimana hal tersebut diperoleh dari internet yang merupakan dunia pengetahuan

yang tidak asing lagi di zaman modern seperti ini.

Dalam mencari data-data yang dibutuhkan, sebelumnya penulis telah menentukan

topik yang akan diangkat dalam kajian ini, dengan begitu proses pencarian data di

internet dapat dikerucutkan menjadi suatu fokus tersendiri sehingga tercipta suatu

efisiensi waktu. Data-data yang diambil berupa artikel, laporan, maupun jurnal ilmiah

baik itu dalam bentuk word document, pdf, maupun html yang kesemuanya

berkesesuaian sebagai bahan referensi penulisan kajian ini.

Tahap Penulisan

Adapun dalam pengerjaannya, bukan berarti dilakukan pengutipan secara

langsung dari sumber-sumber terkait yang telah diperoleh, melainkan melalui suatu

Page 3: Dinamika Kimia Laut

mekanisme pemahaman pada tiap sumber yang kemudian ditulis dan dituangkan kembali

ke dalam kajian ini dengan menggunakan gaya, bahasa serta pemikiran penulis sendiri

secara mandiri.

PEMBAHASAN

A. SALINITAS AIR LAUT

1. Pengertian

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan

garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil

sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam

sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air

dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai

5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman

dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk

mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan

dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan

klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada

satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini

mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.

Kandungan garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut. Karena

mengandung garam, titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada 00C (air laut

yang bersalinitas 35 %o titik bekunya -1,90C), sementara kerapatannya meningkat

sampai titik beku (kerapatan maksimum air murni terjadi pada suhu 40C). Sifat ini

sangat penting sebagai penggerak pertukaran massa air panas dan dingin,

memungkinkan air permukaan yang dingin terbentuk dan tenggelam ke dasar

sementara air dengan suhu yang lebih hangat akan terangkat ke atas. Sedangkan

titik beku dibawah 00C memungkinkan kolom air laut tidak membeku. Sifat air

Page 4: Dinamika Kimia Laut

laut yang dipengaruhi langsung oleh salinitas adalah konduktivitas dan tekanan

osmosis.

Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan

bahwa halida-halida terutama klorida adalah anion yang paling banyak dari

elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan

dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau

permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan.

Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan

didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap “Copenhagen

water”, air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978,

oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit

Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL

standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu

sama dengan 35 gram garam per liter larutan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas

Kadar garam air laut di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh suhu, curah

hujan dan luas laut itu sendiri.

Amplitudo suhu.

Amplitudo suhu secara sederhana diartikan sebagai: perbedaan antara

suhu tinggi (panas) dengan suhu rendah (dingin). Di daerah yang memiliki

perbedaan suhu yang besar seperti daerah subtropis, gurun pasir, dan daratan

luas, proses pelapukan batuan sangat tinggi. Unsur garam dan unsur-unsur

lainnya: Natrium, Magnesium, sulfur dan unsur mineral lain, banyak terdapat

dalam batuan.

Bila batuan mengalami pelapukan maka unsur-unsur tadi menjadi

terurai dan berserakan di permukaan bumi. Dan ini bila terangkut ke laut,

maka laut di daerah itu akan mengalami penambahan unsur mineral termasuk

mineral garam. Di daerah yang memiliki suhu panas, juga memiliki tingkat

penguapan yang tinggi. Kita tahu bahwa dalam proses penguapan, unsur-

Page 5: Dinamika Kimia Laut

unsur garam tidak ikut menguap karena yang menguap hanya airnya saja

(H2O), sehingga di daerah ini kadar garam air lautnya tinggi.

Curah Hujan

Curah hujan akan sangat mempengaruhi perbandingan antara volume

air dan mineral garam. Semakin banyak penambahan air (murni) semakin

rendah kadar garam, sebaliknya semakin banyak penambahan unsur garam

maka semakin tinggi kadar garamnya.

Analogi sederhana: Ambil 1 sendok makan garam, masukkan ke dalam

segelas air. Jika ditambah lagi garamnya maka airnya semakin terasa asin.

Jika air yang ditambahkan, maka rasanya semakin tawar. Nah dari analogi

tersebut bisa disimpulkan: Semakin tinggi curah hujan di suatu daerah, maka

semakin rendah kadar garam air lautnya.

Luas laut.

Laut yang sempit umumnya memiliki kadar garam yang lebih tinggi

dibandingkan lautan luas. Di antara lautan luas ada yang memiliki kadar

garam tinggi, yaitu di daerah Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan

(daerah Subtropis Utara dan Subtropis Selatan). Ini terjadi karena di daerah ini

dilewati angin yang kering dan panas sehingga tingkat penguapannya tinggi.

Laut yang luas memiliki arus air yang luas juga, karena tidak ada

penghalang berupa daratan. Arus laut semakin luas, maka kemungkinan

terjadinya perpindahan dan percampuran kandungan air semakin luas juga.

Daerah laut yang kadar garamnya tinggi akan mengalir ke daerah yang kadar

garamnya rendah (hukum alam). Nah bila lokasi laut dekat dengan Lautan

luas atau samudra, maka kadar garamnya cenderung lebih rendah

dibandingkan laut yang tertutup atau dikelilingi daratan. Contoh Laut Merah

di semenanjung Arab memiliki kadar garam yang tinggi karena Laut tersebut

dikelilingi daratan. atau Laut Mati yang merupakan laut dengan kadar garam

tertinggi di dunia.

Page 6: Dinamika Kimia Laut

Penguapan

Makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka

salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan

air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.

Banyak Sedikitnya Sungai Yang Bermuara Di Laut Tersebut

Makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas

laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara

ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

3. Sebaran Salinitas di Laut

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola

sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah

sekitar kuala dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain

merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif lebih ringan  dan air laut yang

lebih berat, juga pengadukan air sangat menentukan.

1. Pertama adalah perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat,

terjadi di mana air tawar merupakan lapisan yang tipis di permukaan

sedangkan di bawahnya terdapat air laut. Ini bisa ditemukan di depan

muara sungai yang alirannya kuat sedangkan pengaruh pasang-surut

kecil. Nelayan atau pelaut di pantai Sumatra yang dalam keadaan

darurat kehabisan air tawar kadang-kadang masih dapat menyiduk air

tawar di lapisan tipis teratas dengan menggunakan piring, bila berada

di depan muara sungai besar.

2. Kedua, adalah perairan dengan stratifikasi sedang. Ini terjadi karena

adanya gerak pasang-surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan

pada kolom air hingga terjadi pertukaran air secara vertikal. Di

permukaan, air cenderung mengalir keluar sedangkan air laut merayap

masuk dari bawah. Antara keduanya terjadi percampuran. Akibatnya

garis isohalin (=garis yang menghubungkan salinitas yang sama)

Page 7: Dinamika Kimia Laut

mempunyai arah yang condong ke luar. Keadaan semacam ini juaga

bisa dijumpai di beberapa perairan estuaria di Sumatra.

3. Ketiga, di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula

melakukan pengadukan di lapisan atas hingga membentuk lapisan

homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung intensitas

pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut

sampai ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga

biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat

(discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang

menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya.

4. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi

ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan

massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara

lain dengan mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan

salinitas minimum dengan metode inti (core layer method).

5. Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis

hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara

tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi

tropis, yaitu daerah antara 23,50 – 400LU atau 23,50 – 400 LS), salinitas

di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya

evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter

harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik

terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di

permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya

presipitasi (curah hujan).

4. Penentuan Nilai Salinitas

Ciri yang paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang

adalah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut

bermacam-macam garam, yang paling utama adalah garam natrium korida (NaCl)

yang sering pula disebut garam dapur. Selain garam-garam korida, di dalam air

Page 8: Dinamika Kimia Laut

laut terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya.

Dalam literatur oseanologi dikenal istilah salinitas (acapkali pula disebut kadar

garam atau kegaraman) yang maksudnya ialah jumlah berat semua garam (dalam

garam) yang terlarutdalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00

(per mil, gram per liter).

Ada berbagai cara menentukan salinitas, baik secara kimia maupun fisika.

Secara  kimia untuk menentukan nilai salinitas dilakukan dengan cara menghitung

jumlah kadar klor dalam sample air laut. Hal ini dilakukan karena sangat susah

untuk menentukan salinitas senyawa terlarut secara keseluruhan. Oleh sebab itu

hanya dilakukan peninjauan pada komponen terbesar yaitu klorida (Cl).

Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion

klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida.

Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan

klorida.

Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram

bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah

menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua

bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan

klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium

berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S

(o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah

bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35

gram garam di dalam satu kilogram air laut. Persamaan tahun 1902 di atas akan

memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan

hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel

air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun

1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar

hubungan antara klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang

dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus: S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo)

(1969) Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan

hasil yang sama dengan definisi sebelumnya.

Page 9: Dinamika Kimia Laut

Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan

salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan.

Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity Scale

(Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas.

“Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari

konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan satu

standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian massa

KCl adalah 0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama. Rumus dari

definisi ini adalah: S = 0.0080 – 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 –

7.0261 K2 + 2.7081 K5/2.

Sebagai catatan: dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai

rasio, maka satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35 dalam

satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan “psu” dalam menuliskan

harga salinitas, yang merupakan singkatan dari “practical salinity unit”. Karena salinitas

praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan, jadi penggunaan satuan

“psu” sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak diperlukan. Kemudian

untuk menghitung nilai salinitas secara fisik adalah ini untuk menentukan salinitas

melalui konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih menggunakan prinsip

konduktivitas. Salah satu alat yang paling popular untuk mengukur salinitas dengan

ketelitian tinggi ialah salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik.

Makin besar salinitas, makin besar pula daya hantar listriknya. Selain itu telah pula

dikembangkan pula alat STD (salinity-temperature-depth recorder) yang apabila

diturunkan ke dalam laut dapat dengan otomatis membuat kurva salinitas dan suhu

terhadap kedalaman di lokasi tersebut.

B. SEDIMEN DASAR LAUT

1. Pengertian

Dalam kehidupan sehari-hari kata sedimen banyak sekali pengertiannya disini

diterangkan tentang beberapa pengertian sedimen dan sedimentasi. Dalam kaitannya

dengan sedimen dan sedimentasi bebrapa ahli mendefinisikan sedimen dalam

beberapa pengertian. Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan,

mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan

diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh airdan juga termasuk didalamnya

Page 10: Dinamika Kimia Laut

material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk

larutan kimia. Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai

akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan

hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang

terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.

Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan

sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material

pembentuk  atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan

pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut

dalam.

Angin merupakan alat transportasi penting untuk memindahkan materi

langsung ke laut. Lempung pelagis yang ada di laut dibawa terutama oleh tiupan

angin (aeolian). Ukuran lempung ini < 20 µm. daerah lintang rendah menjadi daerah

yang berpotensi dengan debu. Total debu yang di bawa angin ke laut adalah 108 ton

per tahun. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dengan sedimen yang dibawa oleh

sungai, sebesar 1,5 X 1010 ton per tahun. Sedimen juga terdapat di dataran tubir,

tetapi hampir semua berada di sepanjang pinggiran benua termasuk mineral-mineral

lempung yang dominan yang diperoleh dari suspensi flokulasi di mulut sungai dan

estuari. Jadi, jumlah sedimen terigen sungai pada lempung pelagis relatif dapat

berkurang terhadap kontribusi aeolian.

Komponen utama debu yang terbawa angin adalah kuarsa dan mineral

lempung. Pada skala global, jumlah masuknya materi Vulkanologi ke sedimen laut

dalam adalah kecil. Letusan besar dapat mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah

yang banyak dengan ketinggian 15-50 km, dan partikel terkecil berukuran 1-<1µm

dapat tetap terapung selama beberapa bulan. Selama waktu tersebut partikel dapat

bergerak mengelilingi bumi bersama angin lintang  tinggi dan menyebabkan kondisi

cuaca tidak lazim: saat matahari terbit panasnya luar biasa materi berukuran 1-20 µm

sangat jarang berada di kedalaman 10 km. materi ini akan jatuh di daerah yang

jauhnya ratusan hingga ribuan km dari tempat letusan dalam beberapa hari atau

minggu. Dari proses tersebut terbentuklah lapisan abu vulkanik yang berbeda dan

Page 11: Dinamika Kimia Laut

dapat digunakan dalam korelasi penimbunan sedimen pelagis untuk lokasi-lokasi

yang terpisah jauh.(Agus Supangat dan Umi Muawanah).

2. Macam-macam Sedimen

Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber

yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan

material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut

melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus

laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.

2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa

organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-

bahan organik yang mengalami dekomposisi.

3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi

kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air

laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen

jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.

4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber

dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini

dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai

partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa

merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.

Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus

berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat.

Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin

banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun

demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan

angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah

yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.

(Sugeng Widada : )

Page 12: Dinamika Kimia Laut

Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger

kembali ke Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil

pengukuran selama ekspedisi laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan.

Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger

adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang

dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.

Sedimen laut dalam dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan

Sedimen Biogenik Pelagis.

1. Sedimen Biogenik Pelagis  

Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri

atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu

berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur

organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk

‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi  kontinue di

dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan

sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan

kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,

keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk

menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman

dulu.

2.  Sedimen Terigen Pelagis

Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-

materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai

ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran

grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh

bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang

mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen

pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau

tempat asalnya.

Page 13: Dinamika Kimia Laut

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Salinitas Air Laut. http://oseanografi.blogspot.com. diakses

tanggal 7 Nopember 2010

Anonim. 2007. TentangSedimen. http://dhamadharma.wordpress.com. diakses

tanggal 7 Nopember 2010

Anonim. Dasar Laut. http://file.upi.edu. diakses tanggal 7 Nopember 2010

Budiono,Eno. 2009. Mengapa Kadar Air Laut Berbeda-beda.

http://www.khususpendidikan.co. diakses tanggal 7 Nopember 2010