dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala...

40
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tetang Evaluasi Pengembangan Potensi Wisata Ancient Track One dengan Model CIPP di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar sudah pernah diadakan sebelumnya, yang berjudul Evaluasi Pengembangan Desa Budaya Kertalangu Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata oleh Panca (2016). Hasil penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternative di Kota Denpasar. Secara khusus, penelitian ini disusun untuk menjawab beberapa permasalahan pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar dilihat dari aspek konteks, input, proses dan produk; kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu; dan dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat dari pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar. Terkait dengan penelitian ini menggunakan tiga teori yang dipakai dalam pengkajiannya yakni teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata berkelanjutan, dan teori pengembangan destinasi pariwisata dengan model analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) dengan pendekatan kualitatif yang didukung juga oleh pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif yang didapat dari penyebaran kuesioner, diukur dengan menggunakan skala Guttman. Perhitungan hasil kuesioner dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan

Upload: others

Post on 26-Mar-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tetang Evaluasi Pengembangan Potensi Wisata Ancient Track

One dengan Model CIPP di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten

Gianyar sudah pernah diadakan sebelumnya, yang berjudul Evaluasi

Pengembangan Desa Budaya Kertalangu Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata

oleh Panca (2016). Hasil penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan

program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata

alternative di Kota Denpasar. Secara khusus, penelitian ini disusun untuk

menjawab beberapa permasalahan pelaksanaan program pengembangan Desa

Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar dilihat

dari aspek konteks, input, proses dan produk; kendala-kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu; dan

dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat dari

pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik

wisata alternatif di Kota Denpasar.

Terkait dengan penelitian ini menggunakan tiga teori yang dipakai dalam

pengkajiannya yakni teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata berkelanjutan,

dan teori pengembangan destinasi pariwisata dengan model analisis CIPP

(Context, Input, Process, Product) dengan pendekatan kualitatif yang didukung

juga oleh pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif yang didapat dari penyebaran

kuesioner, diukur dengan menggunakan skala Guttman. Perhitungan hasil

kuesioner dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan

Page 2: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

9

“Tidak”. Total jawaban “Ya” dibagi jumlah responden dikalikan 100%. Jumlah

jawaban memberikan Gambaran tanggapan responden terhadap kondisi

masyarakat Desa Kesiman Kertalangu sebagai akibat pelaksanaan program

pengembangan Desa Budaya Kertalangu.

Penelitian dilakukan di Desa Kesiman Kertalangu pada bulan April sampai

dengan bulan Juni 2015. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK

(Profil Desa Kesiman Kertalangu tahun 2014). Jumlah total responden adalah 97

orang yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Penentuan responden

berdasarkan teknik disproportional stratified random sampling dan penentuan

informan dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya

tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari aspek konteks, input, proses

dan produk dianalisis menggunakan analisis model evaluasi CIPP. Teknik analisis

deskriptif kualitatif digunakan untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu melalui

focus group discussion. Analisis ini juga digunakan untuk membahas dampak

ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat sebagai akibat

pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu yang diperoleh

dari hasil persebaran kuesioner.

Hasil dari penelitian ini Pertama, pelaksanaan program pengembangan Desa

Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau

dari aspek konteks menunjukkan bahwa pengembangan Desa Budaya Kertalangu

Page 3: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

10

bertujuan untuk melestarikan lingkungan dengan memasukkan konsep ekonomi

melalui kegiatan wisata. Ditinjau dari aspek input tampak bahwa ketersediaan

personil masih minim terutama ketersediaan tenaga tari dan tabuh. Ditinjau dari

aspek proses, tampak bahwa masih banyak program-program yang belum

terlaksana, salah satunya yaitu wisata air dan bahkan terhenti seperti program spa

relaksasi. Hanya 16 program yang terlaksana dari 45 item program. Ditinjau dari

aspek produk diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat masih rendah dan

pengelolaan potensi wisata masih perlu dikembangkan, meskipun tingkat

kunjungan wisatawan dapat dikatakan cukup banyak. Secara keseluruhan, Desa

Budaya Kertalangu sudah layak disebut sebagai daya tarik wisata karena kawasan

tersebut mempunyai apa yang disebut something to see, something to do dan

something to buy. Hanya saja masih ada fasilitas yang keberadaannya kurang

mendapat perhatian, salah satunya toilet. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pengelolaan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik

wisata alternatif di Kota Denpasar belum berjalan dengan optimal.

Kedua, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program

pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di

Kota Denpasar yaitu manajemen pengelolaan yang belum optimal terutama dalam

hal promosi dan pengelolaan kebersihan kawasan; terbatasnya anggaran yang

dialokasikan untuk pengembangan potensi wisata; dan koordinasi antar pihak

pengelola dan antara pihak pengelola dengan pihak Desa Kesiman Kertalangu

belum berjalan dengan baik.

Page 4: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

11

Ketiga, dampak pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya

Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari

aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dari 12 indikator, 8 indikator

menyatakan berpengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat Desa Kesiman

Kertalangu dan 4 indikator lainnya masih belum optimal. Atas kondisi ini,

pengembangan Desa Budaya Kertalangu sudah menerapkan prinsip-prinsip

pembangunan pariwisata berkelanjutan namun perlu dioptimalkan lagi.

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam model analisis dan pendekatan

yang digunakan, namun terkait lokasi penelitian memiliki perbedaan yakni

penelitian sebelumnya berlokasi di Desa Budaya Kertalangu, Kota Denpasar

sedangkan penelitian yang dilakukan ini terkait pengembangan potensi ancient

track one berada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan Kabupaten Gianyar

Penelitian terhadap Desa Wisata Bedulu pernah dilakukan oleh Mananda

(2012) ini memfokuskan pada Analisis Kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa

Wisata di Kabupaten Gianyar (Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran). Mananda

(2012) menyatakan bahwa Desa Bedulu layak sebagai desa wisata di Kabupaten

Gianyar. Hal ini karena pengembangan Desa Bedulu layak dikembangkan karena

memiliki potensi pasar dengan jumlah kunjungan wisatawan untuk tahun 2012

sebesar 544 orang per tahun, tahun 2013 (589 orang), tahun 2014 (650 orang),

tahun 2015 (736 orang) dan tahun 2016 (859 orang) terutama dengan adanya

kerjasama dengan Golden Kriss Tour and Travel dan Talisman Tour & Travel

yang turut memberikan kontribusi untuk mengirim wisatawan menginap dan

menikmati tour yang ditawarkan oleh Desa Wisata Bedulu.

Page 5: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

12

Dari hasil penelitian, bahwa analisis pesaing yang digunakan dalam

parameter penelitian ini t diketahui bahwa harga dan manajemen dari Desa Wisata

Bedulu lebih murah dibanding ketiga pesaing yakni Desa Wisata Mas, Desa Bona

dan Desa Kendran. Strategi-strategi yang diperoleh antara lain: Strategi penetapan

lokasi atau outlet dilakukan untuk mengenalkan produk Desa Wisata Bedulu

kepada calon wisatawan, Strategi harga yang digunakan oleh Desa Wisata Bedulu

adalah metode cost plus pricing dengan menetapkan margin yang diinginkan oleh

Desa Wisata dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing,

Product growth strategies dimana Desa Wisata Bedulu memiliki beberapa produk

jasa yang berkualitas lebih baik atau berbeda dengan produk lain, dengan tujuan

agar memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar dengan menarik

pelanggan yang berbeda, melakukan offensive strategy merupakan strategi yang

lebih menitik beratkan pada usaha perubahan untuk mencapai tingkat yang lebih

baik, melakukan training dibidangnya masing-masing di mana Desa Wisata

Bedulu selalu melakukan pelatihan terhadap karyawan untuk memberikan standar

pelayanan yang berkualitas dengan cepat dengan harga yang murah dan

merancang proses kerja yang efisien dan efektif yang mengacu pada SOP

(standard operating procedures).

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Mananda (2012) terletak

pada objek yang diteliti yaitu lokasi penelitian serta potensi yang dimiliki oleh

Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam menunjang kegiatan pariwisata di

Kabupaten Gianyar. Penelitian Mananda (2012) fokus penelitiannya terletak pada

analisis kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa Wisata, sedangkan penelitian ini

Page 6: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

13

berfokus pada evaluasi pengembangan potensi wisata Ancient Track One Desa

Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif di Kabupaten

Gianyar.

Penelitian yang terkait dengan pengembangan tracking juga dilakukan oleh

Robert dan Eryurt (2013) dalam jurnal internasional Annual Digital Journal On

Research in Convervation And Cultural Heritage yang berjudul “Culture Routes

in Turkey”. Dalam penelitiannya Robert dan Eryurt (2013) pengembangan

pariwisata di Negara Turkey memberikan kesempatan dalam pengembangan

wisata di Pegunungan KaÇkar atau Pontic Range dan situs arkeologi di GÖbekli

Tape.

Kunjungan wisatawan ke negara Turki pada tahun 2012 menempati urutan

ke 6 dalam jumlah kunjungan wisatawan internasional dari seluruh dunia dengan

jumlah total sebanyak 35,7 juta. Dalam penelitian ini bahwa kebudayaan

masyarakat menjadi salah satu keunikan yang terdapat dalam kegiatan tracking di

wilayah Pegunungan KaÇkar atau Pontic Range dan situs arkeologi di GÖbekli

Tape. Perkembangan tracking yang cukup besar dari tahun 1999 hingga 2013

maka pihak pemerintah Negara Turkey meluncurkan sebuah aplikasi dalam

perangkat iphone sebagai salah satu panduan untuk melakukan aktivitas tracking.

Aplikasi tersebut juga membantu wisatawan dalam halnya menggunakan sistem

GPS, peta topografi, data, foto dan deskripsi fasilitas serta atraksi yang terdapat

sepanjang perjalanan tracking.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert dan

Eryurt (2013) adalah sama-sama meneliti potensi dalam pengembangan tracking

Page 7: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

14

dalam menunjang aktivitas wisata namun perbedaan dalam penelitian ini terkait

dengan lokasi peneltian serta mengevaluasi kegiatan wisata tracking Ancient

Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata

alternatif di Kabupaten Gianyar.

Bastemur (2011) dengan judul penelitian “A New Destination For

Alternative Tourism; Lycian Way” dalam jurnal Internasional Proceedings of the

International Conference on Tourism (Icot 2011) Tourism in an Era of

Uncertainty. Lycia adalah sebuah peradaban yang terletak antara kota Fethiye dan

Kota Antalya Bays atau yang lebih dikenal sebagai Teke Peninsula di Negara

Turki. Pada tahun 1999, daerah ini dibuka untuk umum sebagai rute wisata

tracking untuk wisata alternatif.

Lycian adalah rute tracking yang biasanya dilakukan sebagai kegiatan

wisata minat khusus. Dibutuhkan sekitar satu bulan untuk perjalanan rute tracking

ini. Musim terbaik untuk melakukan kegiatan tracking adalah pada saat

musimsemi dan musim gugur. Terutama April-Mei atau September Oktober

merupakan bulan yang baik untuk melakukan kegiatan wisata tracking tersebut.

Kegiatan selama perjalanan tracking tersebut antara lain melihat keindahan

burung langka, bersepeda, berenang, wisata paralayang, arung jeram atau

menunggang kuda. Sepanjang jalan, beberapa akomodasi dapat ditemui seperti,

hotel, homestay, hostel dan wisma.

Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai informasi yang

dikumpulkan dari survei literatur, dan menggunakan analisis statisti, sehingga

diperlukan waktu selama 35 hari untuk mewawancarai dengan masyarakat lokal

Page 8: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

15

dan wisatawan yang berkunjung ke rute Lycian. Hasil penelitian dengan rumusan

masalah Apa jenis kegiatan yang akan Anda lakukan saat Anda tracking di rute

Lycian?. Sebanyak 58% dari respoden datang ke wilayah tersebut hanya tracking,

25% adalah untuk berenang tempat yang berbeda, 20% adalah untuk scuba-diving

dan pariwisata kecelakaan, 31% adalah untuk survei flora dan fauna, 28% adalah

untuk melihat burung langka, 25% adalah untuk wisata budaya, berjalan di kota

tua, 22% adalah untuk olahraga panjat tebing, 23% dari responden adalah untuk

kegiatan lain seperti, parasailing, bersepeda dan wisata camping. Selain itu 67%

responden dari yang disurvei merasa sangat puas, 21% dari responden yang puas

dan 4% dari tidak puas. Ketika alasan ketidakpuasan diminta untuk 4% dari

wisatawan, jawaban mereka umumnya tentang keberadaan akomodasi.

Pengembangan wisata tracking di Lycian sudah mengalami peningkatan

yang cukup baik, diharapkan perlunya perbaikan sarana fasilitas akomodasi,

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan melakukan promosi, harus

adanya studi lanjutan terkait pengembangan wisata tracking di Lycian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

terletak dengan jenis kegiatan wisatanya namun dalam Pengembangan Potensi

Wisata Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan hanya

membutuhkan waktu yang singkat dan berbeda dengan rute wisata tracking di

Lycian, Turkey

Suryasih (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Merancang

Tinggalan Prabu Udayana di Desa Pekraman Kutri Sebagai Desa Wisata

memfokuskan peneltiannya terkait dengan pengembangan potensi salah satu

Page 9: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

16

tinggalan Prabu Udayana yaitu Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Pekraman

Kutri dan upaya pelestarian serta pemanfaatannya sebagai desa wisata.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryasih (2014) menyatakan Desa

Pekraman Kutri layak dikembangkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten

Gianyar. Hasil dari penelitian ini adalah Potensi fisik yang dimiliki Desa

Pekraman Kutri adalah pertama,di sebelah timur mengalir Tukad Pakerisan dan di

sebelah barat mengalir Tukad Petanu, seperti diketahui kedua sungai tersebut dari

hulu hingga hilir banyak terdapat tinggalan-tinggalan arkeologis dan diprediksi

sebagai pusat peradaban Bali di masa lampau, kedua letak Desa Pekraman Kutri

dan Pura Bukit DarmaDurga Kutri yang sangat strategis di pinggir jalan protokol,

dekat dengan Kota Gianyar dan merupakan pariwisata, ketiga keindahan

panorama Pura Bukit Darma Durga Kutri jika seorang wisatawan begitu

memasuki area Pura maka akan merasakan suatu pemandangan yang tidak mereka

duga sebelumnya. Letak pura dipinggir jalan raya, akan tetapi keindahan dan

keagungan pura seperti berada di suatu area yang jauh dari keramaian, keempat,

Pura Bukit Dharma Durga Kutri memiliki puluhan arca tinggalan

arkeologis,aneka macam pepohonan dan beberapa satwa seperti burung dan

biawak, kelima Desa Pekraman Kutri sebagai bagian dari desa Buruwan dan

Kecamatan Blahbatuh sebagai satu kesatuan, memiliki keunggulan karena di desa

Buruan dan Kecamatan Blahbatuh banyak terdapat sentra kerajinan, Puri

Blahbatuh dan daya tarik wisata lainnya.

Potensi non fisik adalah pertama tradisi, adat-istiadat yang terikat sebagai

satu kesatuan sebagai desa pekraman, kedua nilai kolektivitas yang tinggi antara

Page 10: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

17

warga Desa Pekraman Kutri, ketiga sumberdaya budaya dan sumber daya sosial

dimiliki sebagai aset pariwisata, keempat keinginan kuat warga desa pakraman

Kutri untuk mendukung desa wisata dan kelima pemerintah Kabupaten Gianyar

memiliki fokus terhadap pengembangan pariwisata. Upaya merancangan desa

pekraman Kutri sebagai desa wisata dengan ikon tinggalan Prabu Udayana dan

permaisurinya yaitu Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Buruan Kecamatan.

Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dapat terlaksana jika potensi wisata baik fisik

maupun non fisik diidentifikasi dan nantinya dikemas sebagai heritage tourism.

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan kunci pendekatan yang digunakan

untuk dapat mendorong dalam pengembangan secara berkelanjutan. Desa wisata

mungkin bukan satu-satunya pilihan, namun melalui desa wisata akan sangat

memberikan manfaat secara langsung bagi pelestarian Pura Bukit Dharma Durga

Kutri dan manfaat ekonomi bagi warga masyarakatnya.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Suryasih (2014) terletak

pada objek yang diteliti yaitu lokasi penelitian serta potensi yang dimiliki oleh

Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam menunjang kegiatan pariwisata di

Kabupaten Gianyar. Penelitian Suryasih (2014) fokus penelitiannya terletak pada

upaya merancang Peninggalan Prabu Udayana di Desa Pakraman Kutri Sebagai

Desa Wisata, sedangkan penelitian ini berfokus pada evaluasi pengembangan

potensi wisata Ancient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai

salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

Beberapa hasil penelitian lain yang juga dianggap relevan dengan penelitian

ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putra (2005), Choirinnisa (2010), dan

Page 11: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

18

Gautama (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2005) bertujuan untuk

mengevaluasi perkembangan kawasan pariwisata Lovina di Kabupaten Buleleng

untuk menuju pariwisata bekelanjutan.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan data hasil

penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa fisik, ekonomi, sosial dan budaya mengalami kemunduran

sehingga berdampak pada menurunnya perekonomian masyarakat. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian Putra (2005) yaitu sama-sama melakukan evaluasi

terhadap perkembangan suatu destinasi.Perbedaan penelitian ini terletak pada

objek yang diteliti.Penelitian Narendra dilakukan di Kawasan Pantai Lovina di

Buleleng, sedangkan penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Bedulu dan Desa

Buruan, Kabupaten Gianyar.

Evaluasi terhadap pengembangan destinasi juga dilakukan oleh Choirinnisa

(2010). Dalam penelitiannya, Choirinnisa, menerapkan evaluasi ex-ante (pre-

programme) terhadap aspek fisik dan kelembagaan program pengembangan

destinasi Percandian Muaro Jambi. Evaluasi tersebut dilakukan sebelum

implementasi sebuah program.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pendahuluan terhadap

aspek fisik dan kelembagaan program pengembangan destinasi Percandian Muaro

Jambi. Ada dua kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan program

pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi yaitu pertama, kualitas

Percandian Muaro Jambi sebagai destinasi wisata dan kedua, aspek kelembagaan

dari organisasi-organisasi yang menangani program pengembangan destinasi

Page 12: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

19

Percandian Muaro Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif untuk memberikan deskripsi dan

analisis terhadap kelayakan aspek fisik dan kelembagaan Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata dengan menggunakan evaluasi pendahuluan. Data yang

terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis successive

approximation yang membandingkan antara data temuan dan teori untuk

menjelaskan kesenjangan yang terjadi pada suatu realitas sosial.

Penelitian yang dilakukan Choirinnisa (2010), menunjukkan bahwa

pengembangan percandian Muaro Jambi perlu disertai dengan peningkatan

kualitas amenitas dan kemudahan akses karena keduanya masih dianggap menjadi

masalah bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Percandian Muaro Jambi.

Secara kelembagaan, kecakapan organisasi-organisasi yang mengelola program

pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi sudah cukup layak, namun

terdapat permasalahan dari sisi kuantitas dan kualitas SDM dan belum

berkembangnya usaha penunjang pariwisata berskala kecil, menengah dan besar.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Choirinnisa (2010) adalah

melakukan evaluasi terhadap program pengembangan suatu destinasi.

Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan teknik analisis datanya.

Penelitian Choirinnisa (2010) lebih fokus pada aspek fisik dan kelembagaannya

sebelum program dilaksanakan yang dianalisis dengan teknik successive

approximation dan penelitian ini lebih fokus pada aspek pengembangan potensi

wisata yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dengan konversi data

melalui skala guttman.

Page 13: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

20

Oka (2011), juga melakukan evaluasi perkembangan destinasi evaluasi

dilakukan terhadap perkembangan wisata bahari di Pantai Sanur. Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa terjadi perubahan motivasi wisatawan untuk melakukan

kegiatan wisata bahari, terjadi pencemaran lingkungan, serta terjadinya

permasalahan sosial. Evaluasi dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang

menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di Pantai Sanur,

meneliti karakteristik Pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari dan

menganalisis langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata bahari

berkelanjutan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis

deskriptif kualitatif dengan peneliti sebagai alat penelitiannya. Artinya penelitian

ini mengunakan instrumen kunci dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan

metode observasi, menyebarkan lembar pertanyaan terstruktur serta wawancara

mendalam (in-depth interview).

2.2 Konsep

Ada lima konsep yang akan dijelaskan pada subbab ini yaitu, Potensi dan

daya tarik wisata, Desa Wisata, Wisata Alternatif, dan Wisata Purbakala (Heritage

Tourism) dan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) yang

uraian dari masing-masing konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Konsep Potensi Wisata dan Daya Tarik Wisata

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah

daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Potensi wisata

adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat

Page 14: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

21

dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan

untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya

Pendit (1999: 21).

Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan: Pasal 1 Ayat 5 menyatakan bahwa Daya Tarik Wisata adalah

segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sementara dalam Bab I, pasal 10,

disebutkan kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan

ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan sumber daya alam, daya dukung

lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pada

Pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa Daya Tarik Wisata (DTW) adalah “segala

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”

Daya tarik merupakan fokus utama dari industri pariwisata (Ismayanti,

2010). Daya tarik wisata harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungan

dan kesinambungannya terjamin. Daya tarik wisata dapat dikelompokkan ke

dalam dua bagian yaitu: pertama, daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna; dan kedua, daya tarik

Page 15: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

22

wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, seni

budaya dan tempat hiburan.

Menurut Sunaryo (2013:35), terkait dengan daya tarik wisata dapat dibagi

menjadi tiga jenis yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya

tarik wisata minat khusus. Daya tarik wisata alam adalah sumber daya alam yang

berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami

maupun setelah ada usaha budi daya. Pada umumnya daya tarik ini lebih banyak

berbasis pada keindahan dan keunikan yang tersedia di alam. Potensi daya tarik

wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan yaitu flora dan fauna, keunikan

dan kekhasan ekosistem, gejala alam dan budidaya sumber daya alam.

Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang berbasis pada hasil

karya dan hasil cipta manusia seperti museum, peninggalan sejarah, upacara

adat,seni pertunjukan dan kerajinan. Daya tarik wisata khusus adalah daya tarik

wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada akativitas

pemenuhan keinginan wisatawan secara spesifik. Wisata ini lebih diutamakan

pada wisatawan yang mempunyai minat atau motivasi khusus seperti berburu,

mendaki gunung, arung jeram, agrowisata, pengamatan satwa tertentu dan

aktivitas-aktivitas wisata minat khusus lainnya yang biasanya terkait dengan hobi

atau kegemaran wisatawan.

Suwantoro (2004:36), menyatakan bahwa daya tarik suatu objek wisata

didasarkan atas beberapa hal di antaranya adanya sumber daya yang dapat

menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang

tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau spesifikasi yang

Page 16: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

23

bersifat langka, adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para

wisatawan yang hadir serta objek wisata yang mempunyai daya tarik yang tinggi

baik alam maupun budaya.

Daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam

pengembangan destinasi pariwisata. Jackson (dalam Pitana dan Gayatri,

2005:101), menyatakan perkembangan suatu daerah menjadi destinasi wisata

dipengaruhi oleh beberapa hal penting, di antaranya: Attractive to client (menarik

untuk klien), Facilities and attractions (fasilitas dan atraksi), Geographic location

(lokasi geografis), Transport link (transportasi), Political stability (stabilitas

politik), Healthy environment (lingkungan yang sehat), No government restriction

(tidak ada larangan atau batasan pemerintah).

Dari ketujuh unsur tersebut, atraksi atau daya tarik merupakan faktor yang

utama yang didukung oleh faktor-faktor lain. Atraksi dalam hal ini daya tarik

merupakan komponen yang sangat vital. Seperti yang diungkapkan oleh Gunn

(dalam Pitana dan Gayatri, 2005:102);

the attractions represent the most important reasons for travel todestinations

Atraksi atau daya tarik memegang peranan yang sangat penting, oleh karena

itu suatu tempat wisata (destinasi) harus memiliki keunikan yang bisa menarik

wisatawan. Fasilitas-fasilitas pendukung lainnya juga harus dipenuhi sehingga

wisatawan menjadi betah dan rela menghabiskan waktu di tempat tersebut.

Pembangunan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh pemerintah, badan

usaha maupun perseorangan maka dapat dikatakan bahwa daya tarik dan daya

tarik wisata adalah Segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang

Page 17: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

24

merupakan daya tarik agar orang mau berkunjung (Yoeti, 1997 : 161-3). Adapun

hal-hal tersebut antara lain:

(1) Benda-benda yang tersedia di alam (natural amenities) berupa iklim,

berbentuk pemandangan alam, flora, fauna, hutan belukar, sumber air

mineral, pusat-pusat kesehatan seperti air panas.

(2) Hasil ciptaan manusia (man made supply) berupa peninggalan sejarah,

kebudayaan dan keagamaan.

(3) Tata cara hidup masyarakat (the way of life) berupa adat istiadat, dan

kebiasaan hidup masyarakat (Yoeti, 2008:242).

Ada lima syarat yang harus dipenuhi oleh suatu daerah atau daya tarik

tujuan wisata menurut Yoeti, (2008:242). yaitu:

(1) Something to see

Daerah atau tempat tersebut harus ada daya tarik dan daya tarik wisata yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh daerah lain atau daya tarik khusus untuk dapat

dilihat atau dinikmati oleh wisatawan.

(2) Something to do

Selain banyak dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas

rekreasi atau sesuatu yang dapat dilakukan di tempat tersebut.

(3) Something to buy

Tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping) terutama

barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat, selain itu juga tersedia pula sarana-

sarana pendukung atau pembantu lainnya.

Page 18: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

25

(4) Something to Share

Sebuah kegiatan atraksi wisata yang dilakukan oleh wisatawan berdampak

kepada informasi serta pengalaman yang mereka dapatkan sehingga hal tersebut

dapat diinformasikan yang tentu berguna bagi wisatawan lainnya

(5) Something to Learn

Sebagai media pembelajaran baru sehingga memberikan informasi atau

pengalaman yang lebih kepada wisatawan terhadap suatu objek atau daya tarik

wisata yang dikunjungi

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah

segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik

orang untuk berkunjung sehingga yang di dapatkan ketika berkunjung ialah

keindahan dan kelestarian alamnya maupun keindahan budaya sejarah di Desa

Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar.

2.2.2 Konsep Pariwisata Alternatif

Pariwisata alternatif merupakan pariwisata yang kegiatannya peduli

terhadap alam, sosial-budaya dan masyarakat serta adanya interaksi dan berbagi

pengalaman anatar wisatawan dengan masyarakat lokal (Smith & Eadington,

1992:167). Kegiatan pariwisata ini muncul akibat dampak pariwisata masal

terhadap kerusakan lingkungan alam, sosial-budaya dan tidak memperhatikan

keberlanjutan dari destinasi itu sendiri. Dalam kegiatannya pariwisata alternatif

memiliki tujuan dalam pengembangan diantaranya (Suansri dalam Damanik,

2006:82):

Page 19: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

26

a. Menciptakan kesadaran wisatawan dengan masyarakat lokal tentang

konservasi sumber daya alam, rencana pemanfaatan sumber daya

wisata secara berkelanjutan dan membangun kriteria pencegahan

dampak negatif lingkungan.

b. Menciptakan rasa bangga masyarakat lokal terhadap budayanya.

c. Mendistribusikan keuntungan wisata secara adil dan merata sehingga

pendapatan masyarakat mengalami peningkatan

d. Menjamin partisipasi masyarakat lokal dalam pariwisata,

mengembangakan kemampuan mereka untuk mengelola usaha wisata

dan menjadi pemandu wisata.

Beberapa pengertian diatas, secara umum memiliki kesamaan yang

merupakan terjemahan lebih lanjut dari pariwisata alternatif. Oleh karena itu,

kegiatan pariwisata alternatif mampu memenuhi syarat tersebut apabila:

1. Secara ekologis alternatif, yaitu pengembangan dan pembangunan

pariwisata di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan tidak

menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu,

konservasi sumber daya pariwisata yang ada harus diupayakan untuk

dilindungi sumberdaya alam, sosial-budaya dan lingkungan dari efek

mass tourism.

2. Secara sosial dapat diterima, dengan mengacu kepada kemampuan

masyarakat lokal dalam mengembangkan Ancient Track One di Desa

Wisata Bedulu dan Desa Buruan untuk menyerap aktivitas pariwisata

tanpa menimbulkan konflik sosial.

Page 20: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

27

3. Secara kultural pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata

Bedulu dan Desa Buruan. Konsep yang dikembangkan dengan adanya

Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dapat

diterima oleh masyarakat lokal serta mampu beradaptasi dengan

budaya wisatawan yang cukup berbeda (tourist culture).

4. Secara ekonomis menguntungkan, artinya pengembangan Ancient

Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan yang diperoleh

dari kegiatan atraksi wisata tersebutr mampu mensejahterakan

masyarakat lokal.

2.2.3 Konsep Desa Wisata

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi,

dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan

masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku

(Nuryanti,1993:89). Penetapan suatu desa sebagai desa wisata harus memiliki

persyaratan-persyaratan antara lain memiliki objek-objek yang menarik untuk

ditawarkan (attractions), mudah dijangkau dengan alat transportasi

(accessibilities), dan tersedia sarana pariwisata (amenities) seperti akomodasi,

restoran atau rumah makan sehingga perlu adanya dukungan dari masyarakat dan

aparat desa, serta keamanan desa tersebut terjamin.

Desa Wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam

atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan

belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat (Inskeep, 1991:75).

Maksud dari pengertian di atas adalah Desa Wisata merupakan suatu tempat yang

Page 21: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

28

memiliki ciri dan nilai tertentuyang dapat menjadi daya tarik khusus bagi

wisatawan dengan minat khusus terhadap kehidupan pedesaan. Hal ini

menunjukkan bahwa daya tarik utama dari sebuah Desa Wisata adalah kehidupan

warga desa yang unik dan tidakdapat ditemukan di perkotaan.

“Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional,

often remote villages and learn about village life and the local

environment.”(Inskeep, 1991:75).

Pengembangan desa wisata diharapkan benar-benar mencerminkan

suasana pedesaan. Oleh karena itu, konsep penggalian produk desa wisata

diarahkan pada pengembangan interaksi budaya dari manusia ke manusia, dan

dari manusia kealam desa. Dengan demikian, beragam atraksi wisata yang dapat

dikembangkan antara lain kegiatan persawahan, ladang, kegiatan kesenian desa,

kegiatan olah raga, kegiatan upacara, dan kegiatan-kegiatan lain seperti meditasi,

pembangunan rumah, serta kegiatan adat lainnya.

Dari berbagai definisi tersebut, pengembangan desa wisata lebih

memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh suatu desa. Dalam penyediaan fasilitas

wisata juga harus mencerminkan lingkungan pedesaan. Akan tetapi,

pengembangan suatu desa wisata bukan hanya menyajikan potensi desa

sebagadaya tarik wisata. Aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat lokal juga harus mendapat perhatian. Masyarakat sebagai bagian dari

struktur suatu desa memiliki peran penting dalam keberlanjutan desa wisata.

Dalam pengembangan desa wisata masyarakat seringkali tidak diberikan

kesempatan untuk berpartisipasi, sehingga kurang memberikan apresiasi.

Kehidupan tradisional dengan berbagai tradisi unik menjadi daya tarik unggulan

Page 22: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

29

dalam pengembangan beberapa desa wisata. Sebagai daya tarik wisata memang

kehidupan tradisional eksistensinya perlu dijaga dan dilestarikan. Namun disisi

lain, perkembangan jaman akan dapat mempengaruhi nilai ketradisionalan.

2.2.4 Konsep Wisata Situs Purbakala (Heritage Tourism)

Sebagaian besar situs dan tinggalan arkeologi yang menjadi objek dan

daya tarik wisata di Bali kini berada di dalam area pura. Tinggalan arkeologi

tersebut dapat dikatakan sebagai living monument sehingga pemeliharaan dan

pelestariannya dilakukan secara rutin dan berkesinambungan oleh masyarakat

setempat atau pengemong pura bersangkutan (Ardika, 2007:39-40).

Atraksi utama dalam wisata heritage adalah konteks (setting) kesejarahan

dan kearifan lokal. Heritage bisa bersifat kongkrit (tangible heritage) seperti:

pemandangan alam, tempat-tempat tinggalan arkeologi, pengetahuan dan

pengalaman hidup sampai sekarang. Heritage juga bersifat abstrak (intangible

heritage), seperti cerita rakyat (folklores), bahasa, tradisi, nilai-nilai yang diwarisi

oleh suatu kelompok masyarakat (Isdaryono, 2013:67-68)

Pasal 4, ayat 2 dalam Kode Etik Pariwisata Dunia antara lain menyebutkan

bahwa kegiatan dan kebijakan pariwisata wajib diarahkan dalam rangka

penghormatan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi dan budaya, yang harus

dilindungi dan diserahkan kepada genersi penerus. Dalam pasal 5, ayat 1, kode

etik tersebut dinyatakan pula bahwa penduduk setempat harus diikutsertakan

dalam kegiatan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka usakan.

Penelitian ini terkait dengan wisata situs purbakala dimana wisatawan baik

domestik dan mancanegara dapat mengetahui peninggalan arkeologi di Desa

Page 23: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

30

Wisata Bedulu dan Desa Buruan yang dikemas dalam kegiatan atraksi wisata

tracking dari Objek Wisata Goa Gajah hingga Pura Bukit Dharma Durga Kutri

dengan nama kegiatan ancient track one dengan memiliki 12 potensi wisata situs

purbakala.

2.2.5 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

Konsep CBT (Community Based Tourism) berkaitan erat dengan

sustainable tourism development (pembangunan pariwisata berkelanjutan).

Keduanya memberikan pengutamaan pada manfaat pembangunan bagi

masyarakat, khususnya manfaat ekonomi, sosial budaya dan lingkungan (Richards

dan Hall, 2000:1).

Istilah CBT (Community Based Tourism) pertama kali muncul tahun 1990-

an, bersamaan dengan konsep pro-poor tourism (pariwisata pro-orang miskin),

rural tourism (pariwisata perdesaan), dan istilah lainnya yang dimaksudkan untuk

membantu pembangunan masyarakat tertinggal secara ekonomi (Moscrado,

2008:39)

Prinsip dasar CBT (Community Based Tourism) adalah membuka ruang

dan peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif

dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik di daerahnya sehingga mereka

ikut mendapatkan share serta menjaga sumber daya pariwisatanya. Mitchell dan

Ashley, (2010:54) menyatakan bahwa tujuan utama CBT (Community Based

Tourism) adalah melibatkan komunitas untuk “fully owning and operating

tourism facilities” dimana pengelolaannya fasilitas dimiliki langsung oleh

masyarakat setempat.

Page 24: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

31

Melihat prinsip dasar tersebut maka dapat disimpulkan jika masyarakat

setempat menikmati keuntungan (benefit) atau insentif ekonomi dari pengelolaan

usaha wisata di daerahnya, mereka akan memiliki tanggung jawab moral untuk

melestarikan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang menjadi bagian

utama dari daya tarik wisata tersebut.

Terkait dengan definisi CBT (Community Based Tourism) maka dalam

penelitian ini diharapkan pelibatan masyarakat yang berada di Desa Wisata

Bedulu dan Desa Buruan dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan potensi

ancient track one, sehingga memperoleh tujuan serta harapan dimana segala

pengelolaan dan potensi yang ada dapat rasakan langsung oleh masyarakat di desa

tersebut.

2.3 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang dianggap

relevan dan mampu memecahkan permasalahan sebagaimana dirumuskan pada

Bab I yaitu Teori Evaluasi, Teori Pembangunan Pariwisata dan Teori

Pengembangan Pariwisata.

2.3.1 Teori Evaluasi

Evaluasi terkadang sering diartikan secara sempit dan bahkan tidak tepat.

Masih banyak yang memandang evaluasi itu hanya didasarkan pada kegiatan-

kegiatan atau program yang dianggap menonjol. Salah satu kesalahan yang

terjadi, misalnya evaluasi hanya dipandang sebagai sekedar penilaian semata.

Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai suatu objek,

menilai suatu objek, dan membandingkannya dengan kriteria, standar dan

Page 25: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

32

Objek risetevaluasi:KebijakanProgramProyekKinerjaSDMSistemOrganisasiManajemenLain-lain

Kriteria:ManfaatEfektifitasEfisiensiKesesuaian

Standar:KualitasKuantitas

Indikator:DampakHasil,

Hasil RisetEvaluasi:Informasi objek risetevaluasi dalamkaitannya dengankriteria, standar danindikatornya

Daya Guna RisetEvaluasi:

PengambilanKeputusan MengenaiObjek Riset Evaluasi

indikator (Lamsuri dkk, 2011). Konsep evaluasi menurut Lamsuri dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1Riset Evaluasi

(Sumber: Wirawan dalam Lamsuri dkk, 2011)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006

tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan, evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi

masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan

standar. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti

apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan

rencana pembangunan di masa yang akan datang.

Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada

berbagai tahapan yang berbeda yaitu Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante),

Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going) dan evaluasi pada tahan pasca-

pelaksanaan (ex-post). Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi

dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk

DibandingkanDengan

Page 26: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

33

memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan

cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan

pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan

pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post) yaitu evaluasi

yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk

melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi

masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Ada beberapa hal yang merupakan

pokok-pokok pengertian evaluasi di antaranya mencakup: pertama, evaluasi

merupakan suatu kegiatan untuk mengamati dan menganalisis suatu keadaan,

peristiwa, gejala alam, atau sesuatu objek; kedua, membandingkan segala sesuatu

yang diamati dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah diketahui dan atau

miliki; dan ketiga, melakukan penilaian atas segala sesuatu yang diamati,

berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang dilakukan.

Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan

pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan

pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya.Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post) yaitu evaluasi yang

dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat

apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah

pembangunan yang ingin dipecahkan.

Page 27: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

34

Ada beberapa hal yang merupakan pokok-pokok pengertian evaluasi di

antaranya mencakup: pertama, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk

mengamati dan menganalisis suatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau sesuatu

objek; kedua, membandingkan segala sesuatu yang diamati dengan pengalaman

atau pengetahuan yang telah diketahui dan atau miliki; dan ketiga, melakukan

penilaian atas segala sesuatu yang diamati, berdasarkan hasil perbandingan atau

pengukuran yang dilakukan. Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang

telah dikemukakan, dalam penelitian ini, evaluasi yang dimaksud yaitu sebuah

proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mengamati dan menganalisis suatu

keadaan untuk diketahui sejauhmana pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan,

kendala-kendala yang dihadapi serta dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari

pelaksanaan kegiatan tersebut.

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari sistem manajemen.

Adanya evaluasi ini, maka akan diketahui bagaimana kondisi suatu objek yang

dievaluasi baik dari program, pelaksanaan maupun hasilnya. Kegiatan evaluasi

merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan

program. Tujuan evaluasi harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang

telah dinyatakan dalam perencanaan programnya. Seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya, tujuan evaluasi adalah untuk melihat seberapa jauh tujuan porgram

yang telah dapat dicapai, dan seberapa jauh telah terjadi penyimpangan dalam

pelaksanaan program dibanding dengan perencanaannya.

Penjelasan terhadap evaluasi di suatu kegiatan, dapat dilakukan dengan

menerapkan beberapa jenis model evaluasi. Tayibnapis, 2008 (dalam Mardikanto

Page 28: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

35

dan Soebiato, 2013:91), mengemukakan bahwa model evaluasi ada beberapa

macam di antaranya model evaluasi CIPP (context, input, process, product),

evaluasi model UCLA, model Brinkerhoff, model stake atau model countenance.

Model CIPP (context, input, process, product) membagi evaluasi menjadi

empat macam yaitu context evaluation to server planning decision, input

evaluation structuring decision, process evaluation to serve implementing

decision, dan product evaluation to serve recycling decision. Evaluasi model

UCLA, diperkenalkan oleh Alkin, 1969:51 yang membagi evaluasi menjadi lima

macam yaitu System Assessment, Programme Planning, Programme

Implementation, Programme Improvement, dan Programme Certification.

Model Brinkerhoff, diperkenalkan oleh Brinkerhoff & C.s, (1983:131)

dimana mengemukakan tiga golongan evaluasi yaitu fixed and emergent

evaluation, formative vs sumative evaluation, dan esperimental dan Quasi

experimental design vs natural/unobstrusive inquiry. Model Stake atau model

Contenance, yang menekankan dua dasar evaluasi yaitu desciption dan judgement

serta adanya tiga tahap program yaitu antecedents (context), transaction (process)

dan outcomes (output).

Penelitian ini, menggunakan model evaluasi yaitu model evaluasi CIPP

(context, input, process, product). Model evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel

Stufflebeam, 2003:57. Model ini banyak digunakan oleh para evaluator karena

model evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi

lainnya. Model evaluasi ini dalam perkembangannya telah disempurnakan dan

Page 29: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

36

digunakan oleh berbagai disiplin ilmu. Stufflebeam, 2003 (dalam Zhang, dkk,

2011:61) menyebutkan bahwa:

CIPP (context, input, process, product) evaluation models is acomprehensive framework for conducting formative and summativeevaluations of projects, personnel, products, organizations, and evaluationsystems

Model evaluasi CIPP (context, input, process, product) merupakan kerangka

kompreherensif untuk melakukan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap

proyek, personil, produk, organisasi maupun evaluasi sistem. Taylor (dalam

Mardikanto, 2013:89) menyebutkan bahwa evaluasi formatif adalah evaluasi yang

dilaksanakan terhadap program atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum

program atau kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Evaluasi sumatif merupakan

kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan.

CIPP merupakan singkatan dari context, input, process dan product.

Keempat model evaluasi tersebut merupakan satu rangkaian yang utuh tetapi

dalam pelaksanaannya seorang evaluator tidak harus menggunakan

keseluruhannya. Hal yang menjadi unik dari model tersebut adalah pada

setiaptahap evaluasi terdapat perangkat pengambilan keputusan dan operasi

sebuah program.

Wirawan (2012), menguraikan keempat aspek model CIPP(context, input,

process, product) sebagai berikut :

1) Evaluasi konteks (Context)

Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Dengan

kata lain evaluasi konteks (context evaluation) memberikan informasi bagi

Page 30: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

37

pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan

dilaksanakan.

2) Evaluasi masukan (Input)

Merupakan evaluasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi

bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia, sarana dan fasilitas

yang dimiliki serta alternatif-alternatif strategi yang harus

dipertimbangkan untuk mencapai suatu program.

3) Evaluasi proses (Process)

Evaluasi ini digunakan untuk melihat apakah pelaksanaan program

sudahsesuai dengan strategi yang telah dilaksanakan.

4) Evaluasi produk (Product)

Evaluasi ini merupakan evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian

tujuan. Tahap evaluasi ini bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan

dan menilai pencapaian program.

Penelitian ini, teori evaluasi model CIPP (context, input, process, product)

digunakan untuk memberikan Gambaran tentang pelaksanaan pengembangan

potensi wisata ancient track one di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai

salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar. Pelaksanaan tersebut sudah

sejalan atau menyimpang dari kegiatan yang telah ditetapkan dan pelaksanaan

pengembangan potensi wisata tracking melihat sudah terealisasi atau belum, maka

dapat diketahui dengan analisis melalui teori ini.

Page 31: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

38

2.3.2 Teori Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan adalah sebuah proses dan sistem pembangunan

pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya

alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang akan datang.

Pada prinsipnya, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang

aktivitasnya tetap memperhatikan keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan

ekonomi agar pariwisata tersebut terus berlanjut. Maka pengelolaannya harus

memberikan keuntungan secara ekonomi bagi seluruh pihak terkait baik itu

pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat setempat.

Pariwisata berkelanjutan merupakan terjemahan lebih lanjut dari

pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan, menurut The World

Commissions for Environmental and Development (WCED) didefinisikan

sebagai:

meeting the needs of the present, without compromising the ability of futuregenerations to meet their own needs

Pembangunan berkelanjutan menurut pemahaman WCED merupakan

pembangunan yang dapat “menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang

tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi

kebutuhan mereka sendiri” (Arida, 2009:16).

Ada beberapa kriteria atau syarat yang harus dipenuhi agar kegiatan wisata

dianggap berkelanjutan (Sunaryo, 2013:40) yaitu pertama, mampu berlanjut

secara lingkungan yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan efek negatif

bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi merupakan kebutuhan yang

Page 32: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

39

harusdiupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek

negatifkegiatan wisata (environmentally sustainable).

Kedua, secara sosial dan kultural dapat diterima yaitu mengacu kepada

kemampuan masyarakat lokal untuk menyerap aktivitas pariwisata tanpa

menimbulkan konflik sosial dan masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan

budaya wisatawan yang cukup berbeda (socially and culturally acceptable).

Ketiga, secara ekonomis menguntungkan dan layak, artinya keuntungan

yang diperoleh dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (economically viable). Keempat, memanfaatkan teknologi yang layak

atau pantas untuk diterapkan di wilayah lingkungan tersebut (technologically

appropriate).

Secara ringkas, pemahaman mengenai kegiatan pariwisata berkelanjutan

dapat diGambarkan ke dalam model ilustrasi sebagai berikut:

Gambar 2.2Model ilustrasi parameter sustainable development

(Sumber: Sunaryo, 2013:45)

Page 33: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

40

Ilustrasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembangunan pariwisata

berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha menjamin agar sumber daya

alam, sosial dan budaya dengan menggunakan teknologi yang pantas

dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat

dinikmati untuk generasi yang akan datang. Seperti yang disebutkan dalam

Piagam Pariwisata Berkelanjutan, bahwa Pembangunan pariwisata berkelanjutan,

adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara

ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Sunaryo,

2013:58). Pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi

untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan,

pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.

Penelitian ini, mengaplikasikan teori pembangunan pariwisata

berkelanjutan untuk menganalisis kendala-kendala yang terjadi sebagai akibat

pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan.

Konsep yang dikembangkan dengan adanya Ancient Track One di Desa Wisata

Bedulu dan Desa Buruan merupakan bentuk dari pariwisata alternatif dengan

menerapkan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata budaya berbasis kerakyatan

dan berkelanjutan.

2.3.3 Teori Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata

mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara

langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.

Page 34: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

41

Pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata,

agar menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial, maka harus memiliki

tiga syarat (Mariotti, 1985 dan Yoeti, 1987 dalam Sunaryo, 2013), yaitu: pertama,

daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan “Something to see”.

Maksudnya, destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang bisa

dilihat oleh wisatawan, di samping itu juga harus mempunyai atraksi wisata yang

dapat dijadikan sebagai “entertainments” bila orang datang untuk

mengunjunginya.

Kedua, daerah tersebut juga harus mempunyai “something to do”.

Artinya, harus disediakan juga beberapa fasilitas rekreasi atau amusements dan

tempat serta wahana yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas

seperti olahraga, kesenian maupun kegiatan yang lain yang dapat membuat

wisatawan menjadi betah tinggal lebih lama. Ketiga, daerah tersebut juga harus

mempunyai“something to buy”. Di tempat tersebut harus tersedia barang-barang

cinderamata (souvenir) seperti halnya kerajinan rakyat setempat yang bisa dibeli

wisatawan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

Keempat, “something to share” dimana daerah juga memiliki sebuah

kegiatan atraksi yang menyuguhkan pengalaman kepada wisatawan sehingga ada

keinginan kembali (repeat) ke objek atau daya tarik yang mereka kunjungi serta

yang Kelima, “something to learn” daerah atraksi sebagai media pembelajaran

baru sehingga memberikan informasi atau pengalaman yang lebih kepada

wisatawan terhadap suatu objek atau daya tarik tersebut.

Page 35: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

42

Menurut Rev Ron O’Grady (dalam Suwantoro, 2004), pengembangan

pariwisata harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

1) Decision making about the form of tourism in any place must be made inconsultation with the local people and be acceptable to them.

2) A reasonable share of the profits derived from tourism must return to thepeople.

3) Tourism must be based on sound enviromental and ecological principles, besensitive to local cultural and religious traditions and should not place anymembers of the host community in a position of inferiority.

4) The number of tourism visiting any area should not be such that they overshelmthe local population and deny the posibility of genuine human encounter.

Mengembangkan sebuah destinasi pariwisata, seorang perencana (tourism

planner) paling tidak harus memperhatikan dua lingkup pengembangan yang

saling melengkapi, yaitu lingkup pengembangan spasial dan tingkatan

pengembangan dari destinasi tersebut. Memperhatikan lingkungan pengembangan

spasial dalam pengertian ini adalah seorang perencana pengembangan destinasi

harus memahami dan memperhatikan latar belakang kontekstual dan lingkungan

makro dari destinasi yang akan dikembangkan menurut Sunaryo, (2013:168)

Secara visual, strategi pengembangan destinasi yang berbasis pada

kesesuaian dengan lingkungan makro dalam pengembangan kepariwisataan dapat

diilustrasikan dalam Gambar 2.3 berikut ini:

Gambar 2.3Strategi Kesesuaian Destinasi dengan Lingkup Makro

Sunaryo, (2013)

TheDestinastion

Strategy

MacroEnvironment

IndustryEnvironment

Page 36: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

43

Keberhasilan tingkat pengembangan destinasi didasarkan pada beberapa

aspek yaitu pengembangan suatu destinasi harus dapatditerima oleh masyarakat

lokal dan bahkan keterlibatannya sangat diharapkan. Keterlibatan dimaksud lebih

pada pemanfaatan tenaga lokal dalam setiap kegiatan sehingga masyarakat lokal

merasakan dampak ekonomi dari pengembangan destinasi tersebut.Selain itu,

pengembangan tersebut harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan yang ada.

Jangan sampai pengembangan destinasi malah memberikan efek negatif terhadap

lingkungan alam yang ada termasuk lingkungan sosial masyarakat sekitar.

Kondisi ini tentu dapat dijadikan indikator akan keberhasilan

pengembangan suatu destinasi. Sebagaimana disampaikan oleh Suwantoro (2004),

bahwa pengembangan destinasi dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa

kriteria kelayakan, yaitu kelayakan finansial, kelayakan sosial ekonomi regional,

layak teknis, dan layak lingkungan.

Kelayakan finansial berarti kelayakan ini menyangkut perhitungan

secarakomersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan keuntungan

dan kerugian sudah harus diperkirakan dari awal dan berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang telah digunakan. Kelayakan sosial

ekonomi regional dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan

destinasi ini mampu memberikan dampak sosial ekonomi secara regional. Artinya

dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, dapat

meningkatkan penerimaan sektor yang lain seperti pajak, perindustrian dan

perdagangan, pertanian dan lain-lainnya. Dalam hal ini, tidak hanya semata-mata

komersial tetapi juga memperhatikan dampak secara lebih luas.

Page 37: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

44

Layak teknis artinya pengembangan destinasi ini harus dapat

dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada.

Begitu halnya dengan layak lingkungan, artinya analisis mengenai dampak

lingkungan dapat digunakan sebagai acuan kegiatan pengembangan suatu

destinasi.

Pengembangan destinasi yang menyebabkan rusaknya lingkungan harus

dihentikan pembangunannya. Pengembangan destinasi bukanlah merusak

lingkungan namun harus dapat besinergi serta dapat memanfaatkan sumber daya

alam untuk kebaikan manusia dan meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga

menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia

dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhan.

Teori ini digunakan untuk menganalisis layak atau tidaknya

pengembangan ancient track one di Desa Wisata Bedulu disebut sebagai daya

tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar. Hal ini mengacu pada potensi yang

dimiliki oleh Desa Wisata Bedulu dengan adanya pengembangan ancient track

one yang belum dimiliki oleh desa-desa lainnya di Kabupaten Gianyar

2.4 Model Penelitian

Guna menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,

memerlukan sebuah model penelitian atau kerangka konsep berpikir. Penelitian

ini diawali dengan pemahaman bahwa pariwisata di Bali merupakan salah satu

sektor unggulan selain sektor pertanian dan sektor industri kecil dan menengah.

Pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata berbasis budaya. Namun,

pengembangan pariwisata di Bali pada umumnya cenderung dilakukan semata-

Page 38: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

45

mata untuk kepentingan ekonomi dan mengabaikan kelestarian lingkungan

dankepentingan masyarakat lokal.

Melihat kondisi tersebut, setiap daerah berupaya untuk mengembangkan

pariwisata alternatif. Berbagai wisata alternatif muncul untuk menjamin

keberlanjutan pariwisata itu sendiri. Salah satunya yaitu upaya yang dilakukan

oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dalam bukunya yang berjudul

“Gianyar Historical and Archaeological Guide To The Pakerisan and Petanu

Rivers” berupaya mengembangkan Ancient Track One (Tracking Situs Budaya) di

Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata alternatif di

Kabupaten Gianyar dan diharapkan mampu menjadi daya tarik wisata unggulan.

Pada kenyataannya, dalam perkembangannya kondisi fisik dan lingkungan

sekitar tracking ini dapat dikatakan kurang terawat dan belum mampu

berkembang dengan optimal. Terdapat fasilitas-fasilitas yang terbengkalai dan

tidak termanfaatkan kembali maka untuk itulah perlu dilakukan evaluasi kembali

terkait pengembangan tracking tersebut.

Melihat permasalahan tersebut, maka digunakanlah konsep untuk

memberikan batasan terhadap penelitian ini. Konsep yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu, konsep potensi wisata dan daya tarik wisata, konsep desa

wisata, konsep wisata purbakala (heritage tourism) dan pariwisata berbasis

masyarakat (community based tourism). Teori yang digunakan untuk menjawab

dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini yaitu teori-teori yang

dianggap relevan diantaranya teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata

berkelanjutan dan teori pengembangan destinasi pariwisata.

Page 39: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

46

Mengacu pada teori tersebut, maka diharapkan pengembangan potensi

Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai wisata

alternatif di Kabupaten Gianyar yang dianalisis dengan model CIPP (Context,

Input, Process, Product) dapat dievaluasi dengan jelas. Selain itu, kendala-

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembangan Ancient Track One di

Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan program pengembangan tracking ini, maka akan didapatkan suatu

rekomendasi yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan Desa Wisata

Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata alternatif di Kabupaten

Gianyar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diGambarkan kerangka konsep

atau model penelitian mengenai evaluasi pengembangan potensi wisata ancient

track di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif

di Kabupaten Gianyar, seperti pada Gambar 2.4. berikut ini

Page 40: dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan · 2017. 4. 1. · kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (P rofil Desa Kesiman

47

Gambar 2.4Model Penelitian

Pariwisata Alternatif

EvaluasiPengembangan

Ancient Track OneWisata Tracking

Situs Budaya DesaWisata Bedulu dan

Desa Buruan

Wisata Tracking SitusBudaya Desa Wisata

Bedulu dan Desa Buruan

Konsep:Konsep Potensi

Wisata Dan DayaTarik WisataKonsep Desa WisataKonsep Daya Tarik

Wisata AlternatifKonsep Wisata Situs

Budaya (HeritageTourism)Konsep Pariwisata

BerbasisMasyarakat(Community BasedTourism)

Teori:Teori EvaluasiTeori

PembangunanPariwisataBerkelanjutanTeori

PengembanganDestinasiPariwisata

Kendala-kendalapengembangan

PelaksanaanPengembangan

Hasil Penelitian

Rekomendasi

Analisis