diksi dalam retorika agus harimurti yudhoyono …

12
41 DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO SEBAGAI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA (DICTION IN AGUS HARIMURTI YUDHOYONO’S RHETORIC AS THE GOVERNOR CANDIDATE OF SPECIAL CAPITAL REGION OF JAKARTA) Irfariati Balai Bahasa Provinsi Riau Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru 28293 Telepon: (0711) 316006 Pos-el: [email protected] Tanggal naskah masuk: 16 Desember 2016 Tanggal revisi akhir: 17 Mei 2017 Abstract AS a former TNI soldier then decided to participate in political battles for the election of Governor of DKI, Agus Harimurti Yudhoyono is clever at using rhetoric and having extensive vocabulary. Agus Harimurti Yudhoyono has a high ability to choose precisely which word is the most harmonious to represent his intentions or ideas, he is also able to use the word firmly, effectively, politely, and meaningful connotation. The purpose of this study is to describe the use of diction of Agus Harimurti Yudhoyono rhetoric when delivered a speech in the exposure of the vision, mission, and his outstanding programs as a candidate for Governor of Jakarta. This research used qualitative descriptive method by applying discourse analysis technique. This study showed that exposure speeches of vision, mission, and flagship programs of Agus Harimurti Yudhoyono as a candidate for Governor of Jakarta used connotation diction, denotation diction, scientific diction, popular diction, special diction, general diction, abstract diction, concrete diction, and jargon diction. Keywords: diction, rhetoric, Agus Harimurti Yudhoyono’s speech Abstrak SEBAGAI seorang mantan prajurit TNI yang memutuskan untuk ikut dalam pertarungan politik pemilihan Gubernur DKI ternyata Agus Harimurti Yudhoyono pandai beretorika dan luas kosakatanya. Agus Harimurti Yudhoyono memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya serta menggunakan kata-kata dengan tegas, efektif, santun, dan bermakna konotasi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono dalam menyampaikan pidato pemaparan visi misi serta program-program unggulan sebagai calon Gubernur DKI. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis wacana. Penelitian ini menunjukkan bahwa pidato pemaparan visi misi serta program-program unggulan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI menggunakan diksi konotasi, denotasi, ilmiah, populer, khusus, umum, abstrak, diksi konkret, dan diksi jargon. Kata kunci: diksi, retorika, pidato Agus Harimurti Yudhoyono

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

IrfarIatI: Diksi Dalam RetoRika agus ...

41

DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO SEBAGAI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA

(DICTION IN AGUS HARIMURTI YUDHOYONO’S RHETORIC AS THE GOVERNOR CANDIDATE OF SPECIAL CAPITAL REGION OF JAKARTA)

IrfariatiBalai Bahasa Provinsi Riau

Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru 28293Telepon: (0711) 316006

Pos-el: [email protected]

Tanggal naskah masuk: 16 Desember 2016Tanggal revisi akhir: 17 Mei 2017

Abstract

As a former TNI soldier then decided to participate in political battles for the election of Governor of DKI, Agus Harimurti Yudhoyono is clever at using rhetoric and having extensive vocabulary. Agus Harimurti Yudhoyono has a high ability to choose precisely which word is the most harmonious to represent his intentions or ideas, he is also able to use the word firmly, effectively, politely, and meaningful connotation. The purpose of this study is to describe the use of diction of Agus Harimurti Yudhoyono rhetoric when delivered a speech in the exposure of the vision, mission, and his outstanding programs as a candidate for Governor of Jakarta. This research used qualitative descriptive method by applying discourse analysis technique. This study showed that exposure speeches of vision, mission, and flagship programs of Agus Harimurti Yudhoyono as a candidate for Governor of Jakarta used connotation diction, denotation diction, scientific diction, popular diction, special diction, general diction, abstract diction, concrete diction, and jargon diction.

Keywords: diction, rhetoric, Agus Harimurti Yudhoyono’s speech

Abstrak

Sebagai seorang mantan prajurit TNI yang memutuskan untuk ikut dalam pertarungan politik pemilihan Gubernur DKI ternyata Agus Harimurti Yudhoyono pandai beretorika dan luas kosakatanya. Agus Harimurti Yudhoyono memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya serta menggunakan kata-kata dengan tegas, efektif, santun, dan bermakna konotasi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono dalam menyampaikan pidato pemaparan visi misi serta program-program unggulan sebagai calon Gubernur DKI. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis wacana. Penelitian ini menunjukkan bahwa pidato pemaparan visi misi serta program-program unggulan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI menggunakan diksi konotasi, denotasi, ilmiah, populer, khusus, umum, abstrak, diksi konkret, dan diksi jargon.

Kata kunci: diksi, retorika, pidato Agus Harimurti Yudhoyono

Page 2: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

42

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dalam benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya (Uchjana, 1984:11). Dalam proses penyampaian pikiran atau perasaan itu diperlukan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi yang paling sering digunakan adalah bahasa karena mampu menerjemahkan dengan baik pikiran seseorang kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai orang-orang yang sulit mengungkapkan maksudnya dan miskin variasi bahasanya. Namun, ada juga orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobral perbendaharaan katanya, tetapi tidak ada isi yang tersirat di balik kata-kata itu (Goriys Keraf, 2006:23). Tidak semua orang pandai memilih kata-kata yang tepat, lengkap, dan sesuai yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu memiliki makna yang sama bagi semua orang. Maka dalam komunikasi diperlukan pilihan kata atau diksi yang tepat agar pesan atau informasi yang ingin disampaikan dapat diterima secara benar dan efektif.

Menurut Enre (1988:101), diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990:45) yang menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.

Pilihan kata menjadi syarat mutlak karena dapat menunjukkan kemampuan dan tingkat kecerdasan seseorang. Seorang pemimpin yang luas kosakatanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya serta menggunakan kata-kata yang efektif, santun, dan bermakna konotasi sehingga pendengar dapat mengartikan sendiri kalimat-kalimat yang diberikan. Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat ia mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosakata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata. Dengan penguasaan bahasa yang sempurna, termasuk pilihan kata yang tepat dalam beretorika, kepercayaan akan sosok pemimpin yang diharapkan akan timbul dengan sendirinya walaupun apa yang disampaikan itu hanya janji-janji tanpa ada kelanjutan untuk direalisasikan.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan, penulis akan membahas diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI periode 2017–2022. Cagub dengan nomor urut 1 ini melakukan pidato politik sebagai penanda dimulainya kampanye. Pidato Agus Harimurti Yudhoyono ini sebenarnya merupakan pidato ketiga setelah memutuskan untuk mengikuti pemilihan calon Gubernur DKI. Pidato pertama diucapkan ketika ia memutuskan untuk berhenti sebagai prajurit TNI, kemudian pidato kedua diucapkan ketika pengambilan nomor urut pasangan calon di KPU. Pidato tanpa teks Agus Harimurti Yudhoyono dalam memaparkan visi-misi sekaligus program-program unggulan yang berapi-api membuat semangat pendukung yang hadir menggelora. Penampilan Agus di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, mampu membuat para pendukungnya semakin jatuh hati. Mengenakan jas hitam trendi, mantan Danyon 203/Arya Kemuning itu tampil

Page 3: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

IrfarIatI: Diksi Dalam RetoRika agus ...

43

elegan. Teriakan seribuan orang yang hadir tak henti-hentinya berkumandang.

1.2 MasalahBerkenaan dengan latar belakang yang telah

dipaparkan, penulis dapat merumuskan masalah pokok yang menjadi prioritas analisis dalam tulisan ini, yaitu bagaimanakah penggunaan diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI?

1.3 TujuanSesuai dengan rumusan masalah, tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih kompleks bagaimana penggunaan diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI.

1.4 Metode Penelitian ini dilakukan dari tanggal 1

November sampai dengan 1 Desember 2016 di Balai Bahasa Riau, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman pidato politik Agus Harimurti Yudhoyono di Ballroom Djakarta Theater, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, pada tanggal 30 Oktober 2016, yang diunggah melalui internet kemudian ditranskripsikan. Data tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis wacana untuk memperoleh deskripsi tentang penggunaan diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono dalam menyampaikan pidato politiknya sebagai calon Gubernur DKI.

Penelitian tentang diksi juga pernah penulis buat sebelumnya dengan judul “Diksi dalam Retorika Anas Urbaningrum” (2013), dan juga dua penelitian lain tentang diksi dalam pidato yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian berjudul “Analisis Diksi dan Gaya Bahasa terhadap Pidato Soekarno Tanggal 1 Juni 1945” dilakukan oleh Purwanta (2010), Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian lain berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa dalam Pidato Presiden Soeharto”

dilakukan oleh Agustin (2008) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

2. Kerangka Teori Keraf (2006:22–23) menyatakan bahwa

pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Pilihan kata tidak hanya mengacu pada kata-kata mana yang akan dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Selanjutnya, Keraf menurunkan tiga simpulan utama mengenai diksi, yaitu sebagai berikut.a. Pilihan kata atau diksi mencakup

pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat.

b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa. Adapun pembagian jenis-jenis diksi

menurut Keraf (2006:89–108) adalah sebagai berikut.a. Denotasi adalah konsep dasar yang

didukung oleh suatu kata (makna itu pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.

b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi , dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.

Page 4: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

44

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52

c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindra manusia.

d. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau diindra secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindra. Kata-kata konkrit menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.

e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.

f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada objek yang khusus.

g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah.

h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.

i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.

j. Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.

k. Kata indra adalah penggunaan kata yang menyatakan pengalaman yang dicerap oleh pancaindra.

3. Hasil dan PembahasanAgus Harimurti lahir di tengah keluarga

dengan latar belakang pengabdian militer. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah putra sulung dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristiani Herawati. Bahkan, ayahnya, SBY, adalah putra dari R. Soekotjo, seorang prajurit. Sementara itu, ibunya, Ani Yudhoyono, adalah putri dari Sarwo Edhi Wibowo, tokoh militer Indonesia (pahlawan

nasional). Usai lulus dari SMPN 5 Bandung, AHY pun masuk SMA Taruna Nusantara Magelang pada tahun 1994. Penatarama 1, pendiri peleton PKS (patroli keamanan sekolah) serta Ketua OSIS SMA Taruna Nusantara ini lulus dengan predikat terbaik pada tahun 1997 dan meraih medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas. Prestasi itu semakin membulatkan tekad AHY untuk mengikuti jejak ayahnya masuk Akademi Militer Magelang.

Aktivitasnya yang menonjol dalam setiap kegiatan taruna dan prestasinya di bidang kepribadian, akademik, dan jasmani, dengan meraih penghargaan Tri Sakti Wiratama pada tingkat I dan II membuat AHY terpilih menjadi Komandan Resimen Korps Taruna Akademi Militer pada tahun 1999. Pemegang bas drum Genderang Seruling Canka Lokananta Akmil ini akhirnya lulus dengan predikat terbaik dan meraih penghargaan pedang Tri Sakti Wiratama serta medali Adhi Makayasa pada Desember 2000. AHY lulus terbaik Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan lulus terbaik Kursus Combat Intel pada tahun 2001. Terinspirasi jejak ayahnya, AHY pun bergabung dengan Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Pada tahun 2002, ketika menjabat Komandan Peleton di Batalion Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak, jajaran Brigif Linud 17 Kostrad, AHY diberangkatkan ke Aceh untuk melakukan Operasi Pemulihan Keamanan.

Membaca buku adalah suatu keharusan bagi AHY, sebagaimana halnya berolahraga dan mengasah kepemimpinan lapangan. Prinsip itulah yang setidaknya mendorong dirinya untuk mengikuti pendidikan master di Singapura pada tahun 2005. AHY pun lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak atas gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University. Selama tinggal di Singapura, AHY juga terlibat dalam berbagai kegiatan, baik sebagai observer pada kegiatan Shangri-la Dialogue maupun pada kegiatan Asia Pacific Program, serta menjadi peserta pada forum The Asean 100 Leadership, dan juga menjadi peserta forum Asean Leadership ketiga di Malaysia pada tahun 2006.

Atas seizin Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Darat serta atasan langsungnya, beberapa kali ia juga memenuhi undangan

Page 5: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

IrfarIatI: Diksi Dalam RetoRika agus ...

45

Universi tas Katol ik Parahyangan yang berkolaborasi dengan Universitas Giessen Jerman untuk mengikuti kegiatan International Summer Course pada tahun 2008 dan 2009 dan menjadi observer pada kegiatan The Pacific Armies Management Seminar. Pada tahun 2008 AHY diminta kontribusinya oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk bergabung dalam tim kecil guna merealisasikan gagasan Presiden SBY dalam rangka pendirian Universitas Pertahanan. Walaupun terdiri atas beberapa orang saja, tim ini mampu mewujudkan terbentuknya Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) setelah melalui proses penyiapan yang cukup panjang selama kurang lebih satu tahun. Peran aktifnya dalam pembentukan Universitas Pertahanan ini membuat waktu AHY di pasukan tersita sehingga ia pun dipindahtugaskan ke Kementerian Pertahanan sebagai Kepala Seksi Amerika di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan. Usai sukses membantu seniornya mewujudkan terbentuknya Unhan, AHY diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi program master di Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Pengabdian AHY antara lain di Aceh, terpilih sebagai komandan tim khusus (dan timsus) dan ia berhasil melakukan tugasnya dengan baik guna melumpuhkan para pemberontak separatis. Seiring dengan operasi tempur dan menyadari pentingnya fungsi media bagi keberhasilan operasi militer, Korem Teuku Umar mendirikan media center, dan AHY ikut berperan di dalamnya sebagai Public Information Officer (PIO). Setahun setelah kembali dari Aceh, AHY mendapatkan kepercayaan sebagai Pasiops di Yonif Linud 305/ Tengkorak, usai mengikuti Kursus Pasiops di Pusat Pendidikan Infanteri Pusat Kesenjataan Infanteri Bandung dengan predikat lulus terbaik. Saat perang 34 hari berkecamuk antara Israel dan Hezbollah di Lebanon Selatan pada medio 2006, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mengirimkan pasukan perdamaian bila gencatan senjata terjadi. Ketika itu AHY berangkat ke daerah konflik yang masih rawan berkobar sebagai bagian dari Kontingen Garuda XXIII-A pada November 2006. Sebagai Pasiops Batalion Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A, AHY tidak hanya melakukan tugas pokoknya, lebih dari itu, perwira yang memiliki prinsip “think big, do small, do now” ini, bersama

dengan para perwira lainnya, di bawah arahan dansatgas dan para perwira senior, juga berhasil memenangkan hati dan pikiran rakyat Lebanon melalui program Smart Car yang diadopsi dari gagasan Ibu Negara. Dengan bertambahnya pengalaman lapangan, AHY pun mendapat promosi sebagai Komandan Kompi (danki) di Yonif Linud 305/Tengkorak pada tahun 2007. Kemampuan lapangan AHY diapresiasi Panglima Divif 1 Kostrad sebagai danki terbaik di jajaran Divisi Infanteri 1 Kostrad pada tahun 2008.

AHY pun melengkapi keterampilan militernya dengan mengikuti kursus Scuba Divers di TNI Angkatan Laut. Pada tahun yang sama, AHY mendapatkan banyak penugasan khusus, dalam mengikuti kursus Scuba Divers TYNI-AL di Kepulauan Seribu, 2008. AHY juga memperoleh penghargaan sebagai komandan kompi terbaik di jajaran divisi Infanteri 1 Kostrad, 2008 Latihan Gabungan TNI Yudha Siaga di Sangata, serta Latihan Gabungan Cobra Gold yang diselenggarakan oleh USPACOM di Thailand. Usai melalui seleksi yang tidak mudah, AHY pun diterima sebagai mahasiswa bidang Public Administration dan lulus dengan predikat sangat memuaskan pada tahun 2010. Usai terpilih sebagai peserta The Young Future Defence Leader Workshop, yang digagas Kementerian Pertahanan, AHY pun ditugasi kembali ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira di Fort Benning. Penugasan pendidikan ini dimanfaatkan dengan baik oleh AHY untuk menunjukkan tingkat profesionalisme perwira TNI di mata negara maju. Ia terpilih sebagai lulusan terbaik dan berhak atas sejumlah penghargaan dari sekolah tersebut. Akhirnya pada 23 September 2016 ini memutuskan keluar dari TNI yang telah menempa dan membesarkan nama serta dirinya untuk memenuhi panggilan hati guna membangun Jakarta ke arah yang lebih baik.

Sebagai seorang yang baru terjun ke dunia politik, ternyata AHY sudah mahir berpidato atau beretorika. AHY lebih memilih untuk berpidato tanpa naskah pada saat memaparkan visi-misi sekaligus program-program unggulan jika nanti terpilih menjadi Gubernur DKI. Berpidato dengan cara ini dianggap paling baik karena antara orang yang berpidato dan hadirin

Page 6: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

46

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52

terjadi personal contact atau kontak pribadi, dan AHY menyadari betul hal itu. Ada keuntungan yang diperoleh AHY ketika berpidato tanpa naskah ini, yaitu hadirin yang ada di Ballroom Djakarta Theater tempat diadakannya acara, serta penonton di rumah yang sedang menyaksikan acara lewat siaran televisi menaruh kepercayaan penuh kepadanya karena apa yang dikatakannya adalah pencetusan dari ide atau pemikirannya sendiri didukung oleh bukti-bukti yang dimiliki.

Meskipun berpidato tanpa naskah, AHY tetap dapat menyampaikan maksudnya dengan paparan yang tegas, jelas, lugas, terstruktur tanpa lari atau melenceng dari topik, tujuan, dan tema. Sebagai seorang yang biasa bergelut di dunia militer, AHY ternyata mahir beretorika. AHY memang dituntut untuk dapat menyembunyikan atau tidak menampilkan rasa kecewa, sedih, kesal, dan marah ketika sedang berpidato, dan itu dilaksanakannya dengan baik. Walaupun semua rasa tersebut yang dirasakannya terkait berbagai sindiran pedas, cemoohan, komentar yang dianggap menjatuhkan, dan opini-opini yang dibangun oleh lawan untuk merusak citra dirinya, ditambah lagi dengan keadaan Jakarta sekarang yang banyak konflik horizontal serta isu-isu sara yang sedang berkembang, ia tetap tampil dengan sikap tegas, bijaksana, wajah tenang, bahasa yang baik, dan santun, serta ekspresi yang wajar.

3.1 Diksi DenotasiAHY menggunakan diksi denotasi untuk

menghindari interpretasi lain yang mungkin timbul atas gagasan yang disampaikan. Oleh karena itu ia memilih diksi dan konteks yang relatif bebas interpretasi, seperti petikan:

“Namun, kita harus jujur masih banyak permasalahan serius yang harus diatasi serta masih banyak pula kekurangan dan ketertinggalan yang harus kita kejar dan penuhi 5 hingga10 tahun mendatang”.

“Saya dan Ibu Sylvi berpendapat, Jakarta yang ingin kita wujudkan adalah Jakarta yang makin maju, makin aman, makin adil, makin bermartabat, dan makin sejahtera”.

“Saya juga menginginkan berdirinya SMA unggulan, Boarding School, sekolah asrama yang gratis untuk siswa keluarga miskin”.

D i k s i p e r m a s a l a h a n m e r u p a k a n diksi denotatif karena kata tersebut tidak mengandung makna kias sehingga dapat dengan

mudah dipahami oleh pendengar dan tidak menimbulkan kerancuan makna. Pendengar memahami dengan baik bahwa permasalahan juga dapat berarti persoalan. Diksi berpendapat pada petikan di atas juga dapat dengan mudah dipahami oleh pendengar karena tidak menimbulkan makna ganda sehingga kata ini tergolong dalam diksi denotatif. Makna kata berpendapat adalah beranggapan. Adapun kata menginginkan pada petikan di atas dapat dengan mudah dipahami oleh pendengar karena juga tidak menimbulkan makna ganda sehingga kata ini tergolong dalam diksi denotatif. Kata menginginkan dalam kalimat tersebut, ketika berdiri sendiri, tetap memiliki arti yang sama dengan ketika ia berada dalam satu kalimat. Makna kata menginginkan adalah menghendaki dan mengharapkan berdirinya SMA Unggulan tersebut.

3.2 Diksi KonotasiDiksi konotasi yang digunakan dalam

pidato AHY ini bukan untuk membingungkan pemahaman pendengar karena timbul makna kias, melainkan untuk menarik perhatian dan lebih mengarah pada pemahaman yang utuh. Hal itu tampak pada petikan berikut,

“Bahkan, saya melihat banyak “bom waktu”, yang kalau dibiarkan akan berbahaya bagi kehidupan masyarakat Jakarta yang kita cintai bersama ini. Oleh karena itu, keadaan yang belum baik itu, masalah yang bisa membikin Jakarta makin buruk itu, bahkan “bom-bom waktu” itu, tidak boleh kita biarkan, dan harus kita atasi, dan carikan jalan keluarnya”.

Diksi bom waktu menimbulkan interpretasi yang berbeda dari makna kata yang sebenarnya. Frasa bom waktu pada kalimat di atas mempunyai makna masalah yang terjadi dalam masyarakat dan belum dapat diselesaikan oleh pemerintah akan dapat memicu terjadinya konflik karena sudah menumpuk dan membuat masyarakat menjadi apatis kepada pemerintah. Jika sudah menggunung, sewaktu-sewaktu jika ada sedikit saja pemicunya, masalah itu dapat dipastikan akan meledak seperti bom waktu. Diksi tersebut memiliki daya retoris karena mampu menggiring pendengar untuk meyakini apa yang dituturkan oleh pembicara. Ketika diksi tersebut berdiri sendiri, dia memiliki arti yang berbeda dengan ketika diksi tersebut berada dalam satu kalimat.

Page 7: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

IrfarIatI: Diksi Dalam RetoRika agus ...

47

“Tanggal 22 September 2016, usai Shalat Istikharah saya berdialog dengan Tuhan Yang Maha Besar; “Ya Allah, apakah ini sebuah godaan akan kekuasaan ataukah sebuah panggilan tugas yang suci?”.

Diksi tugas yang suci memiliki makna pengorbanan diri AHY yang mundur sebagai prajur i t TNI yang te lah membesarkan namanya dan memutuskan untuk maju sebagai calon Gubernur DKI untuk memajukan, menyejahterakan, dan memperjuangkan hak-hak warga DKI yang tertindas dan diperlakukan tidak adil selama ini serta untuk pemerataan pembangunan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan.

“Kita harus tahu, dewasa ini wajah Jakarta seperti apa? Permasalahan dan tantangan yang kita hadapi juga seperti apa? Saya ajak kita untuk memotret wajah Jakarta saat ini.”

Diksi wajah Jakarta menimbulkan interpretasi yang berbeda dari makna kata yang sebenarnya. AHY ingin menegaskan atau menggarisbawahi bahwa wajah Jakarta yang dimaksud adalah situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya Jakarta saat ini yang mengalami penurunan seperti pertumbuhan ekonomi yang melambat, kemiskinan yang meningkat, daya beli rakyat yang menurun, pengangguran meningkat, serta konflik SARA yang sedang berkembang.

3.3 Diksi AbstrakPenggunaan diksi abstrak oleh AHY

didasarkan pada anggapan bahwa pendengar sudah cukup memiliki pengetahuan sebelumnya untuk memaknai apa yang disampaikan. Data berikut ini menunjukkan penggunaan diksi abstrak dalam pidato AHY.

“Hari ini kita bersatu dalam doa, harapan, dan cita-cita, untuk menyongsong hari esok yang lebih baik. Ya, kita hadir di sini, karena kita ingin bersama-sama melakukan perubahan”.

“Kini, sebagian masyarakat menempatkan Luar Batang sebagai salah satu titik perlawanan terhadap ketidakadilan dan kesenjangan sosial”.

“Benar bahwa Jakarta harus terus berkembang, tetapi pada saat yang sama kita wajib memastikan agar warganya bisa hidup aman, adil, sejahtera, dan makmur. Tidak boleh lagi ada warga Jakarta yang takut terhadap pemerintahnya sendiri atau khawatir diperlakukan dengan tidak adil. Pembangunan Jakarta haruslah untuk rakyat, bukan untuk segelintir golongan saja.”

“Jakarta masa depan, harus anti terhadap semua bentuk penindasan dan kekerasan. Jakarta harus menjadi kota yang berciri keadilan, kebebasan, dan kesetaraan.

Jakarta harus menjadi kota yang penuh toleransi dan harmoni”.

“…agar anak cucu kita dan juga dunia, tahu kepahlawanan dan perjuangan besar bangsa Indonesia di masa silam”.

“Program 2 adalah pengurangan pengangguran dan penciptaan lapangan kerja”.

Diksi abstrak yang muncul pada petikan di atas adalah kata doa, harapan, cita-cita, perubahan, perlawanan, ketidakadilan, kesenjangan sosial, aman, adil, sejahtera, makmur. Seluruh kata tersebut tergolong diksi abstrak karena sama-sama mempunyai referen berupa konsep, bukan objek yang dapat diamati. Dengan menggunakan diksi abstrak penutur mengganggap bahwa pendengar sudah cukup memiliki pengetahuan sebelumnya untuk memaknai apa yang disampaikan. Kata-kata pembangunan, penindasan, kekerasan, keadilan, kebebasan, kesetaraan, kepahlawanan, perjuangan besar, dan pengangguran pada petikan di atas juga mempunyai referen berupa konsep yang tidak dapat diamati atau diindra sehingga kata-kata tersebut dapat dimasukkan ke dalam kategori diksi abstrak.

3.4 Diksi KonkretPenggunaan diksi konkret dalam pidato

AHY bertujuan untuk menghindari kesulitan yang mungkin dialami oleh pendengar untuk memahami gagasan yang disampaikan. Berikut ini petikan diksi konkret dalam pidato AHY.

“Saya yakin, untuk rakyat dan Jakarta yang lebih baik, pihak eksekutif dan legislatif memiliki komitmen yang sama”.

Petikan di atas mengandung diksi konkret berupa kata eksekutif dan legislatif. Dikatakan diksi konkret karena rujukan yang dimiliki kata tersebut berupa objek yang dapat diamati atau diserap oleh pancaindra manusia. Sebagai diksi konkret, kata tersebut menyajikan informasi dengan tepat kepada pendengar sehingga tidak mungkin menimbulkan salah paham. Ketika penutur mengucapkan kata eksekutif sudah pasti merujuk kepada Gubernur DKI, tidak ada kemungkinan para pendengar akan membayangkan atau memikirkan gubernur daerah lain. Demikian juga halnya ketika penutur mengucapkan kata legislatif, sudah dapat dipastikan merujuk kepada DPRD DKI, tidak ada kemungkinan para pendengar

Page 8: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

48

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52

akan membayangkan atau memikirkan DPRD daerah lain. Dengan menggunakan diksi konkret tersebut, penutur mampu menghindari timbulnya salah paham atau kebingungan pendengar dalam memaknainya.

3.5 Diksi UmumPenggunaan diksi umum oleh AHY dalam

pidato penyampaian program dan visi-misinya bukan untuk mempersulit tercapainya titik temu antara pembicara dan pendengar karena diksi umum yang digunakan adalah sebagai pengantar untuk gagasan-gagasan yang dijelaskan pada kalimat atau paragraf selanjutnya.

“Program ini meliputi penambahan transportasi publik dan manajemen lalu lintas untuk mengurangi kemacetan. Bagi saya ada sejumlah hal yang dapat kita lakukan dengan serius untuk mengurangi kemacetan. Yang pertama kita kurangi atau batasi penggunaan kendaraan pribadi di lalu lintas jalan raya, secara bersamaan kita tingkatkan jumlah dan kualitas public transportation, transportasi publik di jalan raya. Yang ketiga kita harus tambah ruas-ruas jalan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.”

“Berikutnya pelayanan publik yang cepat, berkualitas, dan murah”.

“Yang berikutnya Bapak Ibu sekalian, pengembangan wisata kota, zona PKL dan kesenian, kerajinan dan kuliner Betawi, termasuk batik Betawi”.

Frasa yang dicetak miring pada petikan di atas merupakan diksi umum karena kata-kata tersebut memiliki ruang lingkup yang luas dan dapat mencakup banyak hal. Frasa transportasi publik memiliki makna luas tentang semua jenis transportasi umum yang ada, begitu juga halnya dengan frasa pelayanan publik yang memiliki makna luas tentang semua jenis pelayanan umum yang ada di masyarakat.

Dengan menggunakan diksi umum yang memiliki beberapa kemungkinan makna, penutur mengajak pendengar untuk lebih mencerna lagi apa yang dituturkannya. Diksi umum berupa kata kuliner Betawi memiliki beberapa kemungkinan makna karena memiliki ruang lingkup yang luas. Beberapa kemungkinan makna yang dimiliki kata tersebut adalah Kuliner Betawi yang mana? Jenisnya apa?Makanan atau minuman?

3.6 Diksi KhususPenggunaan diksi khusus pada pidato AHY

dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan

timbulnya salah paham dan untuk memberi sugesti yang jauh lebih tajam dan mendalam, seperti petikan berikut.

“Satu hal lagi yang penting adalah pengurangan dana operasional gubernur hingga 30 %”.

“Sifat adil bagi pemimpin Jakarta juga harus tercermin dalam semangat dan kepekaannya untuk menghormati semua golongan dan semua etnis, serta menaungi dan mengayomi semua umat beragama”.

Diksi umum untuk kata dana tersebut adalah anggaran dan bujet. Kata dana tersebut dianggap lebih spesifik untuk menyampaikan pesan yang berarti pemasukan dan pengeluaran uang. Kata dana mengandung penekanan yang berbeda dan lebih tajam jika dibandingkan dengan kata bujet.

Kata mengayomi pada petikan di atas merupakan diksi khusus memiliki daya retoris. Kata mengayomi mampu memperdalam pesan yang disampaikan. Kata mengayomi berarti melindungi. Dengan menggunakan diksi khusus, pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar dapat terwakili dengan tepat. Kata mengayomi juga memberi sugesti yang jauh lebih kuat dan meyakinkan.

“Saya mengunjungi kawasan Luar Batang di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara”.

Diksi mengunjungi dianggap lebih spesifik untuk menyatakan makna menyaksikan secara langsung. Tuturan tersebut akan menjadi umum jika penutur menggunakan kata lawatan. Kata mengunjungi mempunyai nilai emotif yang berbeda, spesifik, dan lebih tajam jika dibandingkan dengan kata lawatan.

3.7 Diksi IlmiahPenggunaan diksi ilmiah pada pidato AHY

didasarkan pada konteks dan suasana tempat pidato tersebut disampaikan. Pidato penyampaian visi misi dan program-program unggulan sebagai calon Gubernur DKI dilaksanakan di Ballroom Djakarta Theater, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat sehingga AHY banyak menggunakan diksi ilmiah dalam tuturannya, seperti pada petikan berikut:

“Untuk itu, saya hadir di sini untuk mengawali kerja lapangan, memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta, agar kelak tidak ada lagi warga Jakarta yang termarginalkan meski pembangunan fisik dan infrastruktur dilakukan.”

Page 9: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

IrfarIatI: Diksi Dalam RetoRika agus ...

49

“Kedua, Gubernur mendatang bisa mengubah paradigma pembangunan Jakarta yang berlaku saat ini, menjadi paradigma Jakarta sebagai ruang kehidupan yang bermartabat, dimana pembangunan dilaksanakan secara adil, berimbang dan inklusif”.

“Program yang terakhir, program ke-10 adalah Peningkatan Kualitas Pemerintahan dan Birokrasi. Program ini meliputi pembangunan good governance dan birokrasi yang responsif, pencegahan dan penyalahgunaan makna diskresi oleh pemimpin, penjagaan hubungan yang sehat dan produktif antara gubernur dan DPRD”.

Pada contoh tersebut terdapat penggunaan kata-kata ilmiah, yaitu kata termarginalkan, paradigma, inklusif, birokrasi, responsif, dan diskresi. Kata-kata tersebut bukan termasuk kata populer yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Penutur menggunakan kata tersebut dengan memperhatikan sasaran atau pendengar pidatonya, yakni kalangan media, pemerhati politik, akademisi, serta pejabat. Kata-kata tersebut barangkali akan dihindari jika pendengar pidatonya adalah masyarakat awam. Penggunaan kata-kata ilmiah tersebut memiliki daya retoris, yakni mampu meninggikan status sosial, baik penutur maupun petuturnya.

3.8 Diksi PopulerPenggunaan diksi populer pada pidato

AHY dimaksudkan agar informasi dan gagasan yang disampaikannya dapat dipahami oleh para pendengarnya yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Data berikut ini menunjukkan penggunaan diksi populer.

“Apakah pemimpinnya taat hukum dan undang-undang?”

“Tadi, sudah saya jelaskan keadaan Jakarta dewasa ini termasuk tantangan dan permasalahannya”.

Diksi taat pada petikan tersebut merupakan diksi populer dan memiliki daya retoris. Kata taat merupakan kata yang sudah dikenal dan biasa digunakan oleh masyarakat umum karena itu tergolong dalam diksi populer. Kata taat mempunyai makna patuh, tunduk. Selanjutnya, diksi dewasa ini juga termasuk kata yang sudah umum digunakan dalam masyarakat yang memiliki makna lain, yaitu saat ini atau sekarang.

“Jika rakyat memberikan mandat kepada saya sebagai gubernur, saya akan menjalankan 3 hal tersebut”.

Kata mandat termasuk diksi populer, dikenal luas, dan digunakan masyarakat umum dalam komunikasi sehari-hari yang memiliki

makna kuasa, wewenang, instruksi, dan perintah. Dengan menggunakan kata yang sudah dikenal oleh semua lapisan masyarakat, diharapkan pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar tepat seperti yang diinginkan oleh penutur ketika menggunakan diksi populer berupa kata mandat.

“Kalau penduduk Jakarta mau bekerja keras, dan dipimpin oleh pemimpin yang visioner, Jakarta yang maju, modern, dan ramah lingkungan itu insyaallah akan bisa kita wujudkan”.

“Memori ke detik-detik peristiwa pengambilan keputusan untuk ikut dalam Pilkada DKI ini hadir kembali”.

Selanjutnya, diksi modern memiliki makna lain, yaitu terbaru, mutakhir, canggih, dan kekinian yang penggunaannya sudah dikenal luas oleh semua lapisan masyarakat. Demikian juga diksi memori memiliki makna lain, yaitu kenangan dan ingatan yang populer dan penggunaannya sudah dikenal luas dan umum di masyarakat.

3.9 Diksi JargonPenggunaan diksi jargon pada pidato AHY

didasarkan pada anggapan bahwa pendengar sebelumnya sudah cukup memiliki pengetahuan umum bidang hukum untuk memaknai apa yang disampaikan. Data berikut ini menunjukkan penggunaan diksi jargon dalam pidato AHY.

“Kepada masyarakat sering dipertontonkan penegakan hukum yang tebang pilih. Tajam ke bawah, tumpul ke atas”.

Kalimat tajam ke bawah, tumpul ke atas tersebut mengandung makna penegakan hukum yang terjadi sekarang ini tidak adil dan tidak berimbang. Hukum hanya berlaku untuk rakyat kecil saja, tetapi hukum untuk pejabat, orang kaya, terpandang, dan berpengaruh tidak akan sama dengan rakyat biasa. Bisa jadi mereka kebal hukum karena pengaruh kekuasaan tersebut. Sebagai contoh seorang ibu yang mencuri setandan pisang untuk makan anak-anaknya yang kelaparan bisa dijerat dengan hukuman satu tahun penjara, sedangkan pejabat yang korupsi miliaran rupiah juga dituntut satu tahun penjara.

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penggunaan

Page 10: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

50

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52

diksi dalam retorika Agus Harimurti Yudhoyono dalam menyampaikan visi-misi dan program-program unggulan sebagai calon Gubernur DKI.(1) Agus Harimurti Yudhoyono lebih banyak

menggunakan diksi abstrak daripada diksi konkret dalam pidatonya. Hal ini menandakan bahwa Agus Harimurti Yudhoyono lebih memilih kata yang mempunyai referen berupa konsep daripada kata yang mem punyai referen berupa objek yang dapat diamati. Agus Harimurti Yudhoyono menganggap bahwa pendengar sebelumnya sudah cukup memiliki pengetahuan untuk memaknai apa yang disampaikannya. Dengan menggunakan diksi abstrak, beliau berharap pidatonya lebih menarik sehingga dapat menimbulkan keinginan pendengar untuk tetap mendengarkan.

(2) Dalam segi penggunaan diksi khusus dan diksi umum, Agus Harimurti Yudhoyono lebih banyak menggunakan diksi khusus daripada diksi umum. Hal ini berarti Agus Harimurti Yudhoyono lebih memilih kata yang memiliki ruang lingkup yang sempit agar gagasan yang ingin disampaikannya lebih spesifik. Dengan menggunakan diksi khusus daripada diksi umum, diharapkan tujuan tuturan dapat lebih terarah dalam penyampaiannya kepada pendengar.

(3) Agus Harimurti Yudhoyono terbukti lebih banyak menggunakan diksi denotatif dalam pidatonya. Agus Harimurti Yudhoyono lebih banyak memilih untuk menggunakan diksi yang di dalamnya hanya mengandung suatu konsep dasar, tanpa ada tambahan nilai rasa dengan tujuan agar pembaca dapat menerima pesan yang disampaikan

dengan tepat seperti yang diinginkannya. Namun, Agus Harimurti Yudhoyono juga membumbui pidatonya dengan beberapa diksi konotatif untuk membuat tuturannya lebih menarik dan tidak menjemukan.

(4) A g u s H a r i m u r t i Y u d h o y o n o menyeimbangkan menggunakan diksi ilmiah dan diksi populer dalam pidatonya. Penutur memperhatikan sasaran atau pendengar pidatonya, yakni kalangan media, pol i t ikus, pemerhat i pol i t ik , akademisi, serta pejabat.

(5) A g u s H a r i m u r t i Yu d h o y o n o j u g a menggunakan diksi jargon menjadikan pidatonya lebih menarik dengan asumsi pendengar sebagai penerima pesan dapat mencernanya karena termasuk jargon yang sering dipakai dalam masyarakat.

4.2 SaranBerkaitan dengan penelitian lanjut,

hendaknya penelitian ini bisa dijadikan pijakan dan acuan sehingga akan didapatkan hasil yang lebih maksimal dari penelitian sebelumnya. Pembahasan mengenai diksi dalam retorika, baik pada aspek kebahasaan maupun aspek lain seperti aspek penalaran, etika, dan materi atau isi dapat diperdalam dan diperluas lagi. Berkaitan dengan penggunaan diksi dalam retorika oleh pejabat publik, hal itu hendaknya mendapat perhatian yang lebih khusus karena penataan bahasa yang baik dan tepat mampu memikat perhatian, mempersuasi pendengar, dan menjadikan tuturan lebih efektif serta pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan secara tepat dan benar.

Daftar PustakaAgustin, Dwi Ningwang. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa dalam Pidato Presiden Soeharto. (http://

pasca.uns.ac.id/?p=643, diakses 5 maret 2013).Cleanth Brooks and Robert Penn Warren. 1972. Modern Rethoric. New York: Harcourt Brace

Jovanivic.Diksi: Pengertian dan Macam-macamnya. 2012. (http://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/

diksi-pengertian-dan-macam-macamnya/, diakses 15 Maret 2013).Diksi dan Gaya Bahasa. 2012. (http://viajustitia.wordpress.com/2012/09/20/diksi-dan-gaya-bahasa/ ,

diakses 15 Maret 2013).

Page 11: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

IrfarIatI: Diksi Dalam RetoRika agus ...

51

Enre, Fachruddin Ambo. 1988. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan.

Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Reke Sarasin.Mulyana, Dedy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Widyamartaya. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.Purwanta, Heru. 2010. Analisis Diksi dan Gaya Bahasa terhadap Pidato Soekarno Tanggal 1 Juni

1945. (http://pasca.uns.ac.id/?p=643, diakses 15 Maret 2013).Sugiharto, Indra Bagus. 2012. Macam-Macam Diksi pada Bahasa Indonesia. (http://

indirabagussugiharto.blogspot.com/2012/11/macam-macam-diksi-pada-bahasa-indonesia.html, diakses 15 Maret 2013).

http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi, diakses 15 Maret 2013.http://www.biografiku.com/2016/09/biografi-dan-profil-agus-harimurti-yudhoyono.html, diakses 5

November 2016.https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Harimurti_Yudhoyono, diakses 10 November 2016.http://news.detik.com/berita/d-3332908/pidato-politik-agus-yudhoyono-yang-membakar-semangat-

pendukungnya, diakses 5 November 2016.https://mediajakarta.com/pidato-politik-agus-harimurti-yudhoyono-paparkan-10-program-

unggulan/, diakses 5 November 2016.http://biografiparatokohdunia.blogspot.co.id/2016/09/profil-dan-biografi-agus-harimurti.html,

diakses 5 November 2016.

Page 12: DIKSI DALAM RETORIKA AGUS HARIMURTI YUDHOYONO …

52

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 41–52