perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan nilai ...... · perbedaan nilai ape antara...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
GILDA DITYA ASMARA
G0008102
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan Judul : Perbedaan Nilai APE antara Pekerja Pembuat Batu –
Bata dan Petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul
Gilda Ditya Asmara, NIM: G0008102, Tahun: 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 12 April 2012
Pembimbing Utama
Nama : Dr. Edy Surjanto, dr., Sp.P (K) NIP : 19501104 197511 1 001 ( ______________________ )
Pembimbing Pendamping
Nama : Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P NIP : 19570315 198312 1 002 ( ______________________ )
Penguji Utama
Nama : Prof. Dr. Suradi, dr., Sp. P (K), MARS NIP : 19470521 197609 1 001 ( ______________________ )
Penguji Pendamping
Nama : Arif Suryawan, dr. NIP : 19580327 198601 1 001 ( ______________________ )
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr.,M.Kes
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 12 April 2012
Gilda Ditya Asmara
NIM. G0008102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Gilda Ditya Asmara, G0008102, 2012. Perbedaan Nilai APE antara Pekerja Pembuat Batu – Bata dan Petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Kemajuan di bidang industri akan memberikan dampak berupa peningkatan polutan. Di antara berbagai gangguan pernafasan akibat lingkungan kerja, debu dan asap merupakan salah satu sumber gangguan pernafasan yang paling utama. Industri pembuatan batu – bata merupakan salah satu sektor industri yang banyak menghasilkan polusi udara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara pekerja pembuat batu – bata dan petani di Desa sitimulyo piyungan bantul. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Subjek yang digunakan adalah pekerja industri pembuatan batu - bata dan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Data diperoleh dari pengukuran langsung nilai arus puncak ekspirasi menggunakan Mini Wright Peak Flow Meter. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov dan uji Mann Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Hasil penelitian pada 33 sampel pekerja industri pembuatan batu – bata dan 33 petani di Desa Sitimulyo didapatkan nilai APE rata – rata untuk tenaga kerja industri pembuatan batu – bata adalah 441 L/menit atau 75,30% terhadap nilai APE prediksi dan kelompok petani adalah 483 L/menit atau 82,01% terhadap nilai APE prediksi. Kemudian melalui uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,015 (p < 0,05). Dari data tersebut menunjukkan ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai arus puncak ekspitasi pekerja industri pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Simpulan Penelitian: Didapat simpulan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai arus puncak ekspirasi pekerja industri pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Kata kunci : APE, pekerja batu – bata, petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Gilda Ditya Asmara, G0008102, 2012. The Difference of PEFR Value between Brick Making Workers and Farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Background: Progress in the industry field will impact the environment in the form of an increasing pollutants. Among a variety of respiratory problems caused by the work environment, dust and smoke are the most sources of respiratory disorders. Brick making industry is one of the industrial sectors that produce a lot of air pollution. This study aims to analyze the difference in value between the peak expiratory flow of brick making industry’s workers and farmers in the village Sitimulyo Piyungan bantul. Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in February 2012 in Sitimulyo Piyungan Bantul. The subjects were brick making workers and farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul. Data was collected by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. Data was collected by directed meaurement with mini wright peak flow meter. Data was analyzed using one sample Kolmogorov-Smirnov and Mann Whitney test through SPSS 17.00 for Windows. Results: The results on research with 33 samples of brick making industry’s workers and 33 farmers in the Sitimulyo obtained average peak ekspiration flow rate value for brick making industry’s workers is 441 L/min or 75.30% of the predicted value of peak ekspiration flow rate and the farmers group was 483 L/min or 82.01% of the predicted value of peak ekspiration flow rate. Then through the Mann-Whitney test obtained p = 0.015 (p < 0.05). From these data showed there is statistically significant difference between the peak ekspiration flow rate value of brick making industry’s workers and farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul. Conclusion: There is a statistically significant difference between the peak ekspiration flow rate value of brick making industry’s workers and farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul.
Keywords: PEFR, brick making worker, farmer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PRAKATA
Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Nilai APE antara Pekerja Pembuat Batu – Bata dan Petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada: 1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD- KR- FINASIM , selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Dr. Edy Surjanto, dr., Sp.P (K) dan Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P (K).
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Suradi, dr., Sp. P (K), MARS selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran dan banyak bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Arif Suryawan, dr. selaku pembimbing akademik dan penguji skripsi atas bimbingan dan dukungan kepada peneliti.
5. Muthmainah, dr.,M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
6. Kepala Desa Sitimulyo Piyungan Bantul izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.
7. Ayah, ibu, dan adik yang telah memberikan doa, bantuan, dan motivasi yang begitu besar untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Salma Nusaiba, Fahmi Wahyu Rakhmanda, Annisa Setiawati, Gerry Febrian Rizaldi, Maythia Pratiwisitha, Arifatun Nisa, Wildan Syamsudin Fahmy, dan rekan seperjuangan di BEM FK UNS, LKMI FK UNS, dan Pendidikan Dokter 2008 FK UNS atas segala kerjasama dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surakarta, September 2012 Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ...... 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ..... 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... ..... 5
1. Sistem Pernafasan ......................................................................... 5
a. Mekanisme Pernafasan .............................................................. 6
2. Mekanisme Pertahanan Paru ...................................................... 7
3. Gangguan Paru pada Lingkungan Kerja ....................................... 9
4. Tes Fungsi Paru ........................................................................... 11
. a. Kapasitas Vital ......................................................................... 12
b. Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik .................................... 13
c. Arus Puncak Ekspirasi ............................................................. 14
5. Pembuatan Batu – Bata ............................................................... 16
a. Proses Pembuatan Batu – Bata ................................................. 16
b. Polusi Industri Pembuatan Batu – Bata.................................... 18
B. Kerangka Pemikiran .................................... ................................... 20
C. Hipotesis ..................................................................................... ..... 22
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...............................................................................23
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... ..... 23
C. Subjek Penelitian .............................................................................23
D. Teknik Sampling ............................................................................. 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
E. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 26
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................................... 26
G. Rancangan Penelitian ....................................................................... 29
H. Alat dan Bahan Penelitian............................................................ .... 30
I. Cara Kerja ........................................................................................ 30
J. Teknik Analisis Data ........................................................................ 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 32
BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ..... 37
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ........... 41
LAMPIRAN ...................................................................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur pada Kelompok Pekerja
Pembuat Batu – Bata dan Kelompok Petani .......................................... 33
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan Pekerja Pembuat Batu –
Bata dan Kelompok Petani ..................................................................... 33
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Pembuat
Batu – Bata dan Kelompok Petani ......................................................... 34
Tabel 4. Rata - Rata Presentase APE terhadap Nilai Prediksi pada Pekerja
Pembuat Batu – Bata dan Kelompok Petani .......................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ............................... 44
Lampiran 2. Data Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi pada Pekerja
Pembuat Batu – Bata .................................................................. 45
Lampiran 3. Data Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi pada
Kelompok Petani ........................................................................ 46
Lampiran 4. Hasil Analisis Bivariat ................................................................ 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Udara merupakan komponen lingkungan yang dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup manusia. Sumber pembakaran utama yang diperlukan
dalam pernafasan manusia adalah melalui kandungan oksigen dalam udara.
Energi yang diperlukan manusia untuk melaksanakan semua aktifitas, diperoleh
dari pembakaran zat makanan dengan menggunakan oksigen. Setiap hari,
jumlah udara yang keluar masuk saluran pernafasan sekitar 10 m3. Hal ini
berarti, organ pernafasan terpapar secara terus-menerus oleh partikel-partikel
yang terdapat dalam udara, termasuk partikel berbahaya yang mengganggu
kesehatan. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang,
terutama terhadap alat pernafasan ( Khumaidah, 2009 ).
Kemajuan bidang Industri di Indonesia memberikan berbagai dampak
yang sangat positif bagi masyarakat Indonesia. Meluasnya lapangan pekerjaan
dan angka pendapatan masyarakat merupakan dampak yang bisa dirasakan.
Kualitas hidup masyarakat juga akan mengalami peningkatan seiring dengan
mudahnya mengakses fasilitas - fasilitas hidup lainnya. Di lain pihak kemajuan
di bidang industri tersebut disertai dengan peningkatan polutan. Perkembangan
di bidang industri merupakan sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran
yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Alsagaf, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Di antara berbagai gangguan kerja akibat lingkungan kerja, debu dan
asap merupakan salah satu sumber gangguan yang paling banyak terhirup dalam
kehidupan sehari - hari. Dalam kondisi tertentu, debu dan asap merupakan
bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya
mengeluarkan debu dan asap, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan
kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat
menimbulkan keracunan umum ( Depkes, 2002 ).
Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran napas akibat
debu dapat disebabkan oleh debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk,
konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Di samping itu,
faktor individual yang meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan
fisiologi saluran napas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia
perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparan, jenis pabrik, lamanya
paparan, paparan dari sumber lain. Pola aktivitas sehari-hari dan faktor penyerta
yang potensial seperti umur, jenis kelamin, etnis, kebiasaan merokok dan faktor
alergen (Khumaidah, 2006).
Industri batu - bata merupakan salah satu industri masyarakat yang
menghasilkan banyak polusi. Polusi timbul dari pembakaran kayu dan sekam
padi sebagai bahan bakar utama. Bahan - bahan utama dalam proses pembuatan
batu - bata mengandung debu. Bahan utama pembuatan batu - bata yang
berpotensi menghasilkan debu adalah sekam (serbuk gergaji) dan batu kapur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Polusi udara yang dihasilkan oleh bahan pencemar pada industri
pembuatan batu – bata menyebabkan adanya gangguan pada paru manusia.
Polusi tersebut memicu reaksi inflamasi yang dapat mengakibatkan gangguan
saat ekspirasi. Hambatan pada saat ekspirasi dapat diukur dengan pengukuran
Arus Puncak Ekspirasi. Gangguan pada proses ekspirasi akan menimbulkan
perbedaan pada nilai arus puncak ekspirasi. Nilai arus puncak ekspirasi yang
terukur ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai arus puncak ekspirasi prediksi
dan didapatkan presentase tingkat penurunan arus puncak ekspirasi.
Pemeriksaan gangguan pernafasan bisa dilakukan dengan pengukuran
kapasitas vital paksa, volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, dan pemeriksaan
arus puncak ekspirasi. Pengukuran presentase nilai arus puncak ekpirasi
merupakan metode yang mudah dan praktis untuk mengetahui adanya gangguan
pernafasan. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti ingin mengetahui
perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara tenaga kerja industri pembuatan
batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara pekerja pembuat
batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul ?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui adanya perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara pekerja
industri pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan
Bantul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara warga masyarakat yang
memiliki profesi sebagai pekerja pembuat batu – bata dengan petani di Desa
Sitimulyo Piyungan Bantul.
2. Manfaat Praktis:
a. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi para tenaga kerja
industri pembuatan batu - bata untuk lebih memperhatikan kesehatan paru
dan meningkatkan motivasi untuk lebih menjaga kesehatan paru.
b. Penelitian Selanjutnya
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk
pengembangan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam terkait efek
dari polusi pada industri pembuatan batu - bata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sistem Pernafasan
Pernafasan Internal mengacu kepada reaksi metabolisme intrasel yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama oksidasi molekul - molekul
nutrien penghasil energi. Pernafasan eksternal mencakup berbagai langkah
yang terlibat dalam pemindahan O2 dan CO 2 antara lingkungan eksternal dan
jaringan. Sistem pernafasan dan sirkulasi berfungsi bersama - sama untuk
melaksanakan pernapasan eksternal.
Sistem pernafasan melaksanakan pertukaran udara antara atmosfer dan
paru melalui proses ventilasi. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dalam paru
dan darah dalam kapiler paru berlangsung melalui dinding kantung udara,
atau alveolus, yang sangat tipis. Saluran pernapasan menghantarkan udara
dari atmosfer ke bagian paru tempat pertukaran gas tersebut berlangsung.
Paru terletak di dalam koartemen toraks yang tertutup, yang volumenya dapat
diubah - ubah oleh aktivitas kontraktil otot - otot pernafasan (Sherwood,
2001).
Udara masuk melalui hidung melewati nasofaring , oralfaring masuk ke
trakhea, ke percabangan trakhea (bronchus), kemudian masuk ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
percabangan bronchus (bronchiolus) dan udara berakhir pada ujung
bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (alveoli) dan pertukaran
udara terjadi di alveoli.
Pernafasan manusia dibedakan atas pernafasan dada dan pernafasan
perut. Pernafasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian
juga untuk pernafasan perut.
a. Mekanisme pernafasan dada yaitu :
1) Fase inspirasi pernafasan dada
Mula - mula otot antartulang rusuk (muskulus intercostalis
eksternal) berkontraksi. Kemudian tulang rusuk terangkat. Paru-
paru mengembang dan tekanan udara dalam paru-paru menjadi
lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar. Hingga akhirnya udara
luar masuk ke paru-paru.
2) Fase ekspirasi pernafasan dada.
Otot antartulang rusuk relaksasi sehingga tulang rusuk menurun dan
paru-paru menyusut. Tekanan udara dalam paru-paru lebih besar
dibandingkan dengan tekanan udara luar. Udara keluar dari paru-
paru.
b. Mekanisme pernafasan perut yaitu :
1) Fase inspirasi pernafasan perut
Sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi. Terdapat perubahan
posisi dari melengkung menjadi mendatar. Paru-paru mengembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
sehingga tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan udara luar. Udara masuk ke paru-paru.
2) Fase Ekspirasi pernafasan perut
Otot diafraghma relaksasi sehingga posisi difraghma berubah dari
mendatar kembali melengkung. Paru-paru mengempis dan tekanan
udara di paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar.
Udara keluar dari paru-paru (Saragih, 2010).
2. Mekanisme Pertahanan Paru
Jenis dan ukuran partikel akan sangat mempengaruhi respon sistem
pertahanan paru. Ketika partikel terhirup bersama dengan udara pernafasan
maka partikel dengan ukuran yang lebih besar akan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas. Sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih kecil
akan terbuang bersama udara ekspirasi atau masuk terus masuk hingga
alveolus. Hal ini disebabkan oleh adanya percabangan pada saluran
pernafasan. Percabangan pada saluran pernafasan akan mengubah kecepatan
dan momentum partikel di saluran pernafasan sehingga partikel yang lebih
besar akan cenderung menempel pada dinding saluran pernafasan
(Thurlbeck, 1995).
Lubang hidung dan nasofaring berfungsi sebagai sawar fisik terhadap
partikel – partikel yang berukuran lebih besar dari 10µm. Partikel – partikel
tersebut akan melekat dalam rambut dan mukus. Sedangkan partikel –
partikel yang lebih kecil akan masuk ke dalam alveoli (Ward, 2008). Partikel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
– partikel di dalam alveoli akan segera di fagositosis oleh makrofag dan
selanjutnya partikel tersebut akan dikeluarkan melalui transpor mukosilier.
Gerakan otot pernafasan dan rekoil elastik akan membantu pengeluaran
partikel melalui sistem mukosilier (Thurlbeck, 1995).
Epitel respiratori dilapisi oleh lapisan mukus gelatinosa setebal 5-10µm.
Silia pada sel – sel epitel berdenyut secara sinkron dan membawa partikel
serta debris seluler ke arah rongga mulut. Waktu yang diperlukan mukus dari
bronkus besar mencapai faring kurang lebih 40 menit dan dari bronkus
respiratorius ke bronkiols perlu beberapa hari. Transpor mukosilier dapat
mengalami penurunan akibat rokok, polutan, anestetik dan infeksi, serta pada
fibrosis kistik. Transpor mukosilier yang berkurang dapat menyebabkan
infeksi respirasi yang secara rekuren merusak paru (Ward, 2008).
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan difagositosis oleh
makrofag. Debu toksik seperti silika akan merangsang terbentuknya
makrofag baru. Selanjutnya makrofag baru akan mengalami autolisis saat
menfagositosis debu silika. Kejadian ini akan terjadi berulang – ulang
sehingga terjadi destruksi makrofag. Destruksi makrofag yang terus -
menerus akan membentuk jaringan ikat kolagen. Paru kemudian menjadi
kaku sehingga menimbulkan gangguan paru restriktif (Yulaekhah, 2007).
Makrofag terletak di saluran pernafasan, alveoli dan interstisium paru.
Makrofag merupakan sumber utama sitokin, kemokin dan mediator inflamasi
lainnya. Makrofag dan sel epitel mensekresikan kemokin dan sitokin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sehingga terjadi imflamasi lokal dan akumulasi neutrofil. Makrofag memiliki
peran penting di dalam respon inflamasi akut dan kronik. Meskipun
makrofag dapat dihasilkan di dalam paru, tetapi jumlahnya tidak cukup
adekuat untuk melawan infeksi. Sel dendritik membantu makrofag sehingga
dapat memfagositosis debu dan partikel (Moldoveanu, 2009).
3. Gangguan Paru pada Lingkungan Kerja
Penyakit paru lingkungan adalah berbagai jenis penyakit paru yang
terjadi akibat individu - individu yang hidup di area lingkungan tertentu dan
menghirup udara yang sudah tercemari oleh bahan - bahan yang berbahaya
bagi kesehatan (beberapa macam gas, partikel, bahan - bahan toksis, berbagai
macam debu dan sebagainya). Lingkungan tertentu tadi termasuk tempat
kerja bagi para pekerja suatu pabrik di mana pabrik tersebut mengeluarkan
bahan - bahan yang mencemari lingkungan kerja. Penyakit paru tertentu dan
mempunyai ciri di mana penyakit tersebut mengalami eksaserbasi atau
memberat saat individu berada di tempat kerja dan berkurang atau hilang saat
meninggalkan tempat kerja disebut penyakit paru kerja. Misalnya, serangan
asma bronkial selalu timbul saat individu berada di tempat kerja dan hilang
(berkurang) setelah meninggalkan tempat tersebut disebut asma kerja
(occupational asthma) (Rahmatullah, 2007).
Penyakit ini disebut juga dengan penyakit paru akibat kerja
(Occupational Lung Disease). Inhalasi berbagai debu akan menghasilkan dua
fenomena yang utama pada paru, yakni menyebabkan pneumokoniosis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kemudian menimbulakan penyakit paru interstisial. Gejala – gejala gangguan
paru pada lingkunga kerja pada umumnya meliputi gangguan restriktif paru,
antara lain cepat lelah, sesak nafas pada waktu bekerja ringan, berkurangnya
kapasitas kerja (Rab, 2010).
Bentuk fisik agen polutan yang dapat ditemui di udara lingkungan
tempat kerja dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok besar yaitu
kelompok yang bukan partikel dan kelompok yang berbentuk partikel.
Kelompok yang bukan partikel antara lain mencakup gas, uap, cairan, dan
pelarut. Sedangkan kelompok yang berbentuk partikel antara lain mencakup
debu, fume, asap, kabut dan serat (Moeljosoedarmo, 2008).
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau
spasme laring (pengehentian bernafas). Kalau zat – zat ini menembus ke
dalam paru – paru, dapat terjadi bronkitis toksik, edema paru atau
pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar
rendah dengan meningkatkan sekresi mukus, suatu mekanisme yang khas
pada bronkitis dan juga terlihat pada perokok tembakau.
Stimulasi saluran nafas berulang menyebabkan penebalan dinding
bronki, meningkatkan sekresi mukus, merendahkan ambang refleks
penyempitan dan batuk, meingkatkan kerentanan terhadap infeksi pernafasan
dan gejala – gejala asmatik. Debu – debu organik dapat merangsang suatu
respons imun dengan penyempitan saluran nafas yang reversibel, namun
kadang – kadang menyebabkan penyempitan menetap pada individu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
rentan (WHO, 1993).
Masa kerja memiliki peran dalam terjadinya gangguan faal paru pada
tenaga kerja. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kumendong
(2012) pada tenaga kerja industri mebel di C.V. Sinar Mandiri Kota Bitung
menunjukkan bahwa presentase pekerja dengan kapasitas paru normal lebih
banyak pada tenaga kerja dengan masa kerja ≤ 5 tahun sebanyak 70,8%
dibanding dengan lama kerja > 5 tahun sebanyak 66,7 %. Penelitian ini
menunjukkan pengaruh lama paparan serbuk kayu terhadap kapasitas paksa
ekspirasi pada 1 detik pertama. Objek penelitian dibagi menjadi 2 kategori
paparan yaitu lama paparan < 5 tahun dan > 5 tahun. Penelitian tersebut
menggambarkan bahwa timbulnya gangguan akibat paparan lebih signifikan
pada lama paparan > 5 tahun. Pada orang dewasa sehat luas permukaan
parunya adalah 90 m2 dan akan mengisap kira – kira 8,5 m3 udara dalam 8
jam kerja/hari (Harrianto, 2010).
4. Tes Fungsi Paru
Penilaian yang akurat mengenai defek dalam aliran udara, volume paru,
dan pertukaran gas sangat penting dalam penegakan berbagai diagnosis
gangguan paru. Kisaran normal berbagai tes fungsi paru sangat luas dan
penting untuk membandingkan nilai yang diukur dengan nilai prediksi
berdasarkan usia, tinggi badan, dan jenis kelamin sesorang berdasarkan
normogram standar (Ward, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pemeriksaan fungsi paru secara rutin sangat dianjurkan bagi tenaga
kerja. Alat yang direkomendasikan untuk digunakan yaitu spirometer karea
pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis, mudah dibawa, akurasi
tinggi, cukup sensitif, tidak invasi dan mampu memberi sejumlah informasi
yang tepat. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui Volume tidal,
volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, Kapasitas paru total,
kapasitas vital, dan kapasitas inspirasi (Mengkidi, 2006).
Pemeriksaan fungsi paru yang sering dilakukan yaitu :
a. Kapasitas Vital (KV)
Kapasitas vital adalah volume udara maksimal yang dihembuskan
setelah inspirasi maksimal. Berdasarkan fase yang diukur Kapasitas
vital dibedakan menjadi dua macam, yaitu kapasitas vital inspirasi dan
kapasitas vital ekspirasi. Kapasitas vital inspirasi adalah kapasitas vital
yang diukur hanya pada saat inspirasi dan kapasitas vital ekspirasi
adalah kapasitas vital yang diukur hanya pada saat ekspirasi. Kapasitas
vital paksa adalah pengukuran kapasitas vital yang dilakukan dengan
cara subjek diharuskan melakukan aktifitas pernafasan dengan
kekuatan maksimal. Sedangkan pada kapasitas vital subjek tidak perlu
melakukan aktifitas pernafasan dengan kekuatan penuh.
Pada orang normal tidak ada perbedaan antara kapasitas vital
paksa dan kapasitas vital, sedangkan pada kelainan obstruksi terdapat
perbedaan. Kapasitas vital merupakan refleksi dari kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
elastisitas atau jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks.
Kapasitas vital yang menurun merupakan kekakuan jaringan paru atau
dinding toraks, sehingga dapat dikatakan komplians paru atau dinding
toraks mempunyai korelasi dengan penurunan kapasitas vital. Pada
kelainan obstruksi ringan kapasitas vital hanya mengalami penurunan
sedikit atau mungkin normal (Mengkidi, 2006).
b. Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik (VEP1)
Volume ekspitasi paksa dalam 1 detik adalah besarnya volume
udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi
pertama pada orang normal berkisar 4 - 5 detik dan pada detik pertama
orang normal dapat mengeluarkan udara pernafasan sebesar 80% dari
nilai kapasitas vital. Fase detik pertama merupakan fase yang lebih
penting daripada fase - fase berikutnya. Adanya obstruksi pernafasan
didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut.
Interpretasi ini tidak didasarkan atas besarnya volume pada detik
pertama tersebut tetapi pada perbandingan dengan kapasitas vital paksa
(kvp) nya. Bila VEP1/KVP kurang dari 75% berarti abnormal.
Pada pennyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema
terjadi pengurangan VEP1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas
vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio VEP1/KVP
kurang dari 75% (Mengkidi, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Arus Puncak Ekspirasi (APE)
APE adalah aliran udara ekspirasi terbesar yang didapat setelah
dengan melakukan hembusan paksa setelah melakukan inspirasi
maksimal. APE dapat diukur menggunakan alat mini wright peak flow
meter maupun spirometer. Variasi nilai presentase APE dipengaruhi
oleh umur, tinggi badan, jenis kelamin, ras dan aktivitas merokok.
Angka normal nilai APE pada pria dewasa adalah 500-700 L/menit
dan pada wanita dewasa adalah 380-500 L/menit (Mengkidi, 2006).
Ada 3 macam presentase APE:
1) APE sesaat
Nilai ini didapatkan dari nilai tiupan pada waktu yang tidak
tertentu. Presentase APE ini berguna untuk mengetahui adanya
obstruksi pada saat itu dan mengetahui derajat obstruksi bila telah
diketahui nilai standar normalnya (Rahayu, 2009).
2) APE tertinggi
Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE tertinggi setelah
melakukan evaluasi tiupan pada pagi dan sora hari selama 2
minggu dalam keadaan stabil (Rahayu, 2009).
3) APE variasi harian
Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE selama 2 minggu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai APE antara lain :
1) Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Faal paru akan meningkat volumenya sejak masa anak – anak dan
akan mencapai maksimal pada usia 19 – 21 tahun. Setelah itu
nilai faal paru akan terus menurun sesuai dengan bertambahnya
umur. Peningkatan umur akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap gangguan saluran pernafasan (Rahayu, 2009).
2) Jenis kelamin
Sesudah usia remaja seorang anak laki – laki menunjukkan
kapasitas faal paru yang lebih besar daripada perempuan.
Kapasitas vital rata – rata pria dewasa muda adalah kurang lebih
adalah 4,6 liter dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter
(Antaruddin, 2003).
3) Ras
Ras kulit hitam memerlukan koreksi pada hasil faal parunya bila
dibandingkan dengan orang kulit putih karena ukuran thoraks
kulit hitam lebih kecil daripada orang kulit putih. Di Indonesia
belum didapatkan data – data antropologis yang menerangkan
adanya perbedaan anatomis antara ukuran rongga dada dari
berbagai suku bangsa
4) Tinggi Badan
Tinggi badan memiliki korelasi positif dengan nilai APE sehingga
semakin tinggi seseorang maka akan nilai APE nya akan
bertambah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Infeksi saluran pernafasan
Adanya riwayat infeksi saluran nafas berat pada anak – anak
menyebabkan penurunan faal paru dan keluhan respirasi waktu
dewasa (Alsagaf, 2004).
6) Kebiasaan Merokok
Merokok merupakan faktor utama yang dapat mempercepat
penurunan faal paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur jalan nafas maupun parenkim paru. Perubahan struktur
nafas jalan nafas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar
mukus (Antaruddin, 2003).
5. Pembuatan Batu – Bata
a. Proses pembuatan batu bata
Bahan dasar pembuat batu - bata adalah Lempung (tanah liat). Lempung
adalah tanah hasil pelapukan batuan keras seperti : basalt (sebagai batuan
dasar), andesit dan granit (batu besi). Lempung sangat tergantung pada jenis
batuan asalnya. Umumnya batuan keras akan memberikan pengaruh warna
pada lempung, seperti merah, sedangkan granit akan memberikan warna
lempung menjadi putih. Lempung disebut juga sebagai batuan sedimen
(endapan), karena pada umumnya setelah terbentuk dari batuan keras,
lempung akan diangkut oleh air dan angin, diendapkan dalam suatu tempat
yang lebih rendah. Lempung merupakan bahan alam yang sangat penting
bagi manusia. Bagian luar dari lempung disebut tubuh tanah. Pada tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tanah ini terdapat sisa akar tumbuhan dan bahan organik lainya yang
membusuk, sehingga memberi warna abu-abu kehitaman pada lempung.
Ketebalan lempung ini mencapai 0,25 sampai 0,5 m.
Di Indonesia pada pembuatan batu bata merah dan genteng pada
umumnya menggunakan lempung alluvial, karena sawah-sawahnya rata-rata
mengandung lempung alluvial dan jarang sekali menggunakan lempung
marin.
Tanah liat memiliki komposisi kimia sebagai berikut:
1) Silika (SiO2), Silika dalam bentuk sebagai kuarsa jika memiliki
kadar yang tinggi akan menyebabkan tanah liat menjadi pasiran dan
mudah slaking, kurang plastis dan tidak begitu sensitif terhadap
pengeringan dan pembasahan.
2) Alumina (Al2O3), terdapat dalam mineral lempung, feldspar dan
mika. Kadar alumina yang tinggi akan memperlebar jarak
temperature sintering.
3) Fe2O3, komponen besi ini dapat menguntungkan atau merugikan,
tergantung jumlahnya dan sebar butirannya. Makin tinggi kadar
besi tanah liat, makin rendah temperatur peleburan tanah liat.
Mineral besi yang berbentuk kristal engan ukuran yang besar dapat
menyebabkan cacat pada permukaan produknya seperti pada batu
bata atau keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) CaO (kapur) terdapat dalam tanah liat dalam bentuk batu kapur.
Bertindak sebagai pelebur bila temperatur pembakarannya
mencapai lebih dari 11000C.
5) MgO, terdapat dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat. Dapat
meningkatkan kepadatan produk hasil pembakaran.
6) K2O dan Na2O, Alkali ini menghasilkan garam-garam larut setelah
pembakaran, dapat menyebabkan penggumpalan kolorid dan dalam
pembakaran dapat bertindak sebagai pelebur yang baik.
7) Organik, bahan-bahan yang bertindak sebagai protektor koloid dan
menaikkan keplastisan, misalnya : humus, bitumen dan karbon
(Siregar, 2010).
b. Polusi industri pembuatan batu – bata.
Polusi yang dihasilkan oleh industri pembuatan batu – bata berasal
dari proses pembakaran. Bahan bakar yang digunakan industri
pembuatan batu – bata adalah sekam padi dan bubuk gergaji. Sekam
padi memiliki kandungan silika hingga 16,98%. Kandungan silika yang
tinggi ini menyebabkan aroma khas dari pembakaran batu – bata
(Sihotang, 2009).
Abu hasil pembakaran batu – bata juga masih memiliki kandungan
silika yang cukup tinggi. Proses pembakaran yang masih menggunakan
teknologi tradisional menyebabkan hasil pembakaran batu – bata masih
kurang sempurna sehingga menyebabkan asap hitam pekat di area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sekitar tempat pembakaran batu - bata. Partikel debu yang berasal dari
abu sisa pembakaran batu – bata juga masih memiliki kandungan silika
yang cukup tinggi (Siregar, 2010).
Debu silika mampu memberikan efek toksis pada makrofag.
Makrofag akan mengalami disintegrasi dan mengaktifkan makrofag
yang lain. Bila makrofag baru memfagositosis partikel debu silika tadi,
maka makrofag tersebut akan mengalami proses serupa dan seterusnya.
Banyaknya makrofag yang rusak menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh (Rahmatullah, 2007).
Debu sekam dan abu hasil pembakaran batu – bata yang menempel
di permukaan saluran nafas akan melekat pada permukaan mukosa
saluran nafas. Kemudian paru akan memberikan respons berupa
inflamasi dan fagositosis terhadap debu tadi. Dinding saluran nafas akan
mengalami penebalan dan otot – otot saluran pernafasan akan
mengalami hipertrofi sehingga saluran pernafasan menjadi sempit.
Penyempitan saluran nafas akan menyebabkan hambatan pada arus
ekspirasi. Hambatan pada arus ekspirasi dapat dilihat dari nilai Arus
Puncak Ekspirasi (Ward, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Kerangka Pemikiran
Desa Sitimulyo merupakan desa sentra industri pembuatan batu – bata.
Penduduk Desa Sitimulyo sebagian besar bermata pencaharian sebagai pembuat
batu – bata sehingga banyak terdapat gubuk – gubuk tempat pembuatan batu -
Desa Sitimulyo
Sentra Industri Pembuatan Batu - Bata
Asap pembakaran batu - bata
Tenaga kerja indsutri pembuatan
batu - bata
Petani
Penebalan dinding saluran nafas
Penebalan dinding saluran nafas
Obstruksi Saluran nafas Obstruksi saluran nafas
Penurunan nilai Arus Puncak Ekspirasi
Penurunan nilai Arus Puncak Ekspirasi
Bandingkan
- Sekam padi - Abu hasil
pembakaran batu - bata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
bata. Pembuatan batu – bata memerlukan proses pembakaran agar menghasilkan
struktur batu – bata yang lebih awet dan lebih kuat. Pembakaran batu – bata akan
menghasilkan polusi berupa asap. Asap yang dihasilkan akan mencemari udara
di sekitar tempat pembuatan batu – bata.
Beberapa penduduk Desa Sitimulyo bermata pencaharian sebagai petani.
Sawah – sawahnya berada di sekitar tempat pembuatan batu – bata sehingga
secara tidak langsung para petani ikut menghirup asap hasil pembakaran batu –
bata dalam jumlah kecil. Partikel – partikel asap pembakaran batu – bata dan
pestisida yang terhirup oleh petani akan memicu terjadinya penebalan dinding
saluran nafas dan reaksi imunologis saluran pernafasan. Saluran nafas kemudian
akan menyempit dan terjadi obstruksi. Terjadinya obstruksi saluran nafas akan
menurunkan nilai arus puncak ekspirasi.
Tenaga kerja industri pembuatan batu – bata tidak hanya terpapar oleh asap
pembakaran batu – bata dalam secara langsung tetapi juga terkena dampak polusi
yang ada di dalam gubug tempat pembakaran batu – bata. Selain asap
pembakaran batu – bata, sumber polusi yang dapat mengganggu kesehatan paru
adalah abu hasil pembakaran batu – bata dan debu sekam padi. Partikel – partikel
tersebut kemudian akan memicu penebalan dinding saluran nafas dan selanjutnya
akan terjadi penurunan nilai arus puncak ekspirasi.
Nilai arus puncak ekspirasi antara petani dan tenaga kerja industri pembuatan
batu – bata selanjurnya akan dibandingkan dan dilakukan uji statistik dengan uji
beda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara tenaga kerja industri
pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan
Bantul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan
pendekatan potong lintang. Pada penelitian ini peneliti hanya mengukur atau
mengamati variabel – variabel yang diteliti dan tidak memberikan perlakuan
kepada subjek penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan potong
lintang (cross sectional). Peneliti melakukan pengukuran variabel pada waktu
yang sama.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sentra industri batu - bata di Desa Sitimulyo
Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah tenaga kerja pembuatan batu -
bata dan petani di sekitar tempat pembuatan batu - bata di Desa Sitimulyo
Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta, dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Jenis kelamin laki - laki
b. Usia 19 - 45 tahun
c. Masa Kerja lebih dari 5 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Bersedia ikut penelitian dengan persetujuan lisan atau tulisan.
2. Kriteria eksklusi
a. Memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya yang dapat menimbulkan
penyakit/gangguan saluran napas.
b. Mempunyai penyakit paru
c. Menderita penyakit gangguan saluran pernapasan akut
d. Sedang dalam masa terapi kortikosteroid
e. Sebagai perokok aktif dan peminum alkohol
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampling diambil secara purposive sampling, dengan pemilihan
subjek berdasarkan atas ciri - ciri atau sifat tertentu yang sesuai dengan
karakteristik populasi (Arief, 2004).
Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi yang akan
diamati dan diukur peneliti (Murti, 2006). Penentuan besar sampel pada penelitian
ini menurut dengan rumus yang dikembangkan oleh Snedecor dan Cochran
sebagai berikut (Budiarto, 2004) :
Keterangan :
n = besarnya sampel
p = perkiraan prevalensi yang diteliti
q = 1 - p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Zα = simpangan rata - rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan α
dimana α = 0,05 sehingga nilai Zα = 1,96.
d = kesalahan sampling yang masih dapat ditolerir..
Dalam penelitian ini karena belum diketahui proporsi variabel penting dalam
penelitian maka diambil proporsi yang terbesar yaitu 50% (p = 0,5). Kesalahan
sampling yang masih dapat ditolerir adalah 10 % sehingga dengan rumus di atas
maka sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
Rumus di atas berlaku untuk populasi tak terhingga, sedangkan untuk
populasi terbatas, misal kurang dari 10.000 maka rumus tersebut dilakukan
koreksi sebagai berikut (Budiarto, 2004) :
Keterangan :
nk = besarnya sampel setelah koreksi
n = besarnya sampel sebelum koreksi
N = besarnya populasi
Besarnya populasi pada penelitian ini adalah 50 orang tenaga kerja sentra
industri batu - bata. Maka jumlah sampel menjadi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Jadi pada penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran sampel sebanyak 33
tenaga kerja pabrik batu - bata dan 33 petani.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Tenaga Kerja Industri Pembuatan Batu – Bata dan
Petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata.
2. Variabel terikat : Nilai Arus Puncak Ekspirasi
3. Variabel luar :
a. Terkendali : umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan, kebiasaan
merokok.
b. Tidak Terkendali : status gizi (nutrisi), penyakit saluran napas, debu
udara.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas :
a. Tenaga Kerja Industri Pembuatan batu – bata.
Tenaga kerja industri pembuatan batu – bata merupakan orang – orang
yang memiliki mata pencaharian utama sebagai pembuat batu – bata.
Orang – orang tersebut bekerja secara penuh di tempat pembuatan batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
– bata sehingga terpapar polusi industri pembuatan batu – bata secara
langsung.
b. Petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata.
Petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata adalah petani yang
memiliki area persawahan di sekitar tempat pembuatan batu – bata.
Petani terpapar secara tidak langsung oleh polusi yang dihasilkan oleh
pembakaran batu – bata.
2. Variabel terikat : Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Besarnya aliran udara tertinggi pada saat manusia melakukan ekspirasi
maksimal.
a. Alat ukur : Mini Wright Peak Flow Meter.
b. Satuan : presentase
c. Skala Pengukuran : Rasio
3. Variabel luar terkendali
a. Umur
Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang
tahun terlahir saat penelitian dilakukan.
1) Alar Ukur : Kuesioner
2) Satuan : Tahun
3) Skala Pengukuran : Rasio
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah sifat keadaan laki - laki atau perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Alat ukur : Kuesioner
2) Skala Pengukuran : Nominal
c. Ras
Ras adalah penggolongan bangsa berdasarkan ciri - ciri fisik rumpun
bangsa.
1) Alat ukur : Kuesioner
2) Hasil : Indonesia Asli dan bukan indonesia asli
3) Skala pengukuran : Nominal
d. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan sampel merokok minimal satu
batang rokok perhari sampai tahun terakhir penelitian dilakukan. Derajat
merokok dapat dihitung berdasarkan indeks Brinkman, yaitu jumlah
batang rokok yang dihisap perhari dengan lama merokok (tahun).
Pembagiannya yaitu ringan (0 - 200), sedang (200 - 400), dan berat (>
400).
1) Alat ukur : Kuesioner
2) Skala pengukuran : Rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
G. Rancangan Penelitian
Sentra Industri Pembuatan Batu - Bata
Desa Sitimulyo
Petani di sekitar Industri Pembuatan Batu – Bata
di Desa Sitimulyo
Sampel Tenaga Kerja Industri Pembuatan Batu
– Bata di Desa Sitimulyo
Pengukuran Nilai APE Pengukuran Nilai APE
Analisis data dengan uji beda uji t
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
H. Alat dan Bahan Penelitian :
1. Mini Wright Peak Flow Meter
2. Kapas dan alat alkohol 75% ( sterilisasi )
3. Tabel prediksi nilai normal APE.
4. Alat ukur tinggi badan.
5. Kuesioner.
I. Cara Kerja
1. Memilih sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Tinggi badan sampel penelitian diukur dengan berdiri tegak dan tanpa alas
kaki.
3. Pemeriksaan APE :
a. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dalam keadaan berdiri tegak.
b. Skala pengukuran pada alat harus dibuat nol (kalibrasi).
c. Sampel penelitian diajarkan manuver meniup yang benar.
Sampel penelitian menghirup udara sebanyak - banyaknya dengan
cepat kemudian meletakkan alat pada mulut dan katupkan bibir di
sekitar mothpiece, udara dikeluarkan dengan tenaga maksimal (secara
cepat dan kuat) segera setelah bibir dikatupkan dan pastikan tidak ada
kebocoran. Memberi aba - aba yang keras dan jelas agar sampel
penelitian dapat melaksanakan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Pemeriksaan dilakukan 3 kali dan diambil nilai yang tertinggi
(Menaldi, 2001).
4. Baca hasil pemeriksaan APE (nilai APE ukur) pada peak flow meter
(dalam L/menit).
5. Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian, dibaca nilai APE
prediksi pada tabel nilai normal APE.
6. Persentase nilai APE diukur terhadap APE prediksi :
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini diuji dengan uji normalitas One
Sample Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Selanjutnya
dilakukan uji beda 2 kelompok tidak berpasangan untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan uji Independent t test jika data memiliki distribusi
normal dan Mann Whitney test jika data tidak memiliki distribusi normal.
Pengolahan pada data ini menggunankan program SPSS 17 for Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Desa Sitimulyo,
Kecamatan Piyungan Bantul. Subjek penelitian adalah pekerja pembuat batu -
bata dan petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata di Desa Sitimulyo.
Penelitian ini sudah mendapat izin dari perangkat desa setempat dan warga
bersedia mengikuti dengan sukarela. Pengambilan data dilakukan saat pekerja
pembuat batu - bata bekerja dan petani bekerja di siang hari dan saat perkumpulan
warga melalui rapat RT.
Pada penelitian ini menggunakan 66 orang sampel penelitian. Sebanyak 33
orang merupakan pekerja pembuat batu - bata dan 33 orang yang lain merupakan
pertani di sekitar tempat pembuatan batu - bata. Seluruh sampel penelitian
berjenis kelamin laki – laki. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pekerja
pembuat batu - bata berjenis kelamin laki – laki sehingga memudahkan dalam
pengambilan sampel dan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi faal paru manusia.
Dari pengambilan data dan pengisian kuesioner data diri pada pekerja
pembuat batu - bata dan kelompok petani diperoleh hasil sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur pada kelompok
pekerja pembuat batu -bata dan kelompok petani.
Umur Pekerja Pembuat Batu – Bata Kelompok petani
Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%)
21 – 25 6 18 5 15
26 – 30 7 22 9 27
31 – 35 9 27 9 27
36 – 40 6 18 4 13
41 – 45 5 15 6 18
Jumlah 33 100 33 100
Dari tabel 1 dapat dilihat sampel pekerja pembuat batu - bata terbanyak adalah
pada rentang usia 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 9 orang (27%), sedangkan untuk
kelompok petani terbanyak adalah pada rentang usia 26 – 30 tahun (27%) dan 31
– 35 tahun (27%).
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan tinggi badan pada pekerja pembuat
batu – bata dan kelompok petani.
Tinggi
Badan(cm)
Pekerja pembuat batu - bata Kelompok Petani
Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%)
150 – 155 10 30 8 24
156 – 160 10 30 7 22
161 – 165 4 13 8 24
166 – 170 9 27 10 30
Jumlah 33 100 33 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari tabel 2 dapat dilihat sampel pekerja pembuat batu – bata terbanyak
memiliki tinggi badan antara 150 – 155 cm (30%) dan 156 – 160 cm (30%).
Sedangkan pada kelompok petani didapatkan sebagian besar memiliki tinggi
badan antara 166 – 170 cm (30%).
Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan masa kerja pada pekerja pembuat batu
– bata dan kelompok petani.
Masa Kerja
(tahun)
Pekerja pembuat batu - bata Kelompok Petani
Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%)
5 – 10 17 52 16 49
11 - 15 8 24 8 24
16 - 20 6 18 8 24
>20 2 6 1 3
Jumlah 33 100 33 100
Dari tabel 3 didapatkan masa kerja sampel penelitian sebagian besar memiliki
masa kerja antara 5 hingga 10 tahun pada kelompok pekerja pembuat batu - bata.
Sedangkan pada kelompok petani sebagian besar sampel memiliki masa kerja 5 –
10 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4. Rata – rata presentase APE terhadap nilai prediksi pada pekerja
pembuat batu - bata dan kelompok petani.
Kelompok Rata - rata nilai
APE ukur (L/menit)
Rata – rata presentase APE ukur terhadap APE
prediksi(%)
__ X±SD
Pekerja Pembuat
Batu Bata 441 75,30 75,30±11,99
Petani 483 82,01 82,01±9,62
Dari tabel 4 didapatkan bahwa rata – rata presentase nilai arus puncak
ekspirasi pada pekerja pembuat batu - bata lebih rendah daripada kelompok
petani.
B. Analisis Data
Data yang diperoleh diuji dengan uji normalitas One Sample Kolmogorov –
Smirnov test terhadap presentase APE antara pekerja pembuat batu - bata dengan
kelompok petani didapatkan nilai p = 0.200 dan p = 0.03. Hasil uji normalitas
pada kelompok pekerja pembuat batu - bata menunjukkan bahwa sebaran data
normal (p > 0,05) sedangkan pada kelompok petani didapatkan sebaran data tidak
normal (p < 0,05). Sehingga dilakukan uji non-parametrik dengan menggunakan
uji statistik Mann-Whitney. Dari hasil uji statistik Mann-Whitney didapatkan hasil
p = 0,015 (p < 0,05). Sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara presentase APE pada pekerja pembuat batu - bata dengan
kelompok petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian kali ini sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang
pertama adalah kelompok tenaga kerja batu – bata yang sudah bekerja lebih dari 5
tahun dan kelompok yang kedua adalah kelompok petani yang sudah bekerja lebih
dari 5 tahun. Kedua kelompok tersebut merupakan warga masyarakat di Desa
Sitimulyo dan sekitarnya. Jumlah sampel dari masing – masing kelompok adalah 33
orang. Subjek penelitian seluruhnya berjenis kelamin laki – laki karena sebagian
besar tenaga kerja industri pembuatan batu – bata berjenis kelamin laki – laki.
Proses pembuatan batu – bata hampir seluruhnya dikerjakan dengan proses
tradisional dan berupa industri rumah tangga. Tenaga kerja pembuatan batu – bata
adalah biasanya berupa anggota keluarga. Industri ini bersifat turun - temurun. Proses
yang digunakan untuk pembuatan batu – bata merupakan ketrampilan yang
diturunkan oleh orangtua kepada anak cucunya. Sehingga seringkali dijumpai desa
atau kelurahan yang menjadi pusat pembuatan batu – bata. Salah satunya adalah Desa
Padangan, Kecamatan Piyungan, Bantul
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan batu – bata adalah tanah liat,
tanah, dan air. Bahan bakar digunakan untuk melakukan pembakaran batu – bata yang
sudah dicetak dan dikeringkan. Bahan bakar yang sering digunakan adalah sekam dan
kayu bakar. Sumber utama dari polusi yang dihasilkan oleh industri pembuatan batu –
bata adalah dari pembakaran sekam dan kayu bakar. Pemilihan sekam dan kayu bakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sebagai bahan bakar utama dari pembuatan batu – bata disebabkan oleh harganya
yang murah.
Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa tenaga kerja industri pembuatan batu
– bata akan memiliki nilai presentase Arus Puncak Ekspirasi (APE) yang lebih rendah
daripada kontrol. Dari hasil penelitian didapatkan nilai arus puncak ekspirasi pada
tenaga kerja industri batu – bata hanya sebesar 75,30% sedangkan nilai rata - rata arus
puncak ekspirasi pada kelompok kontrol 82,01%. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa dari 33 kelompok sampel tenaga kerja pada industri pembuatan batu – bata
sebanyak 18 orang memiliki nilai APE di bawah 80% dari nilai APE prediksi dan
sebanyak 15 orang memiliki nilai APE lebih dari 80% nilai APE prediksi. Sedangkan
hasil penlitian pada 33 kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang
memiliki nilai APE kurang dari 10% nilai APE prediksi dan sebanyak 23 orang
memiliki nilai APE di atas 80% dari nilai APE prediksi. Hasil analisis statistik
menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan nilai p = 0,015 (p < 0,05). Dengan
demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai APE pada tenaga kerja
industri pembuatan batu – bata dengan warga desa yang tidak berprofesi sebagai
tenaga kerja industri pembuatan batu - bata.
Sumber polusi utama dalam proses pembuatan batu – bata berasal dari proses
pembakaran. Kadar silika yang tinggi pada sekam dapat menyebabkan adanya sesak
nafas yang disebabkan oleh obstruksi paru. Sisa dari pembakaran tadi juga
menghasilkan abu yang juga mengandung silika dalam jumlah besar. Pada saat proses
pembakaran pada suhu rendah terjadi maka partikel – partikel silika akan ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
terbawa ke udara. Debu sisa pembakaran juga masih mengandung silika dalam
jumlah yang sangat tinggi. Adanya jumlah partikel debu silika yang tinggi
menyebabkan aroma khas pada lingkungan sekitar industri batu – bata.
Silika memiliki struktur kristal yang secara mikroskopis terlihat tajam –
tajam. Bentuk ini menyebabkan silika menjadi partikel yang sangat iritatif. Ukuran
partikel ini kurang dari satu mikron dan bila terhirup saluran respirasi akan
mengendap di ujung akhir dari saluran respirasi (Sihotang, Dian, 2009).
Adanya deposit silika dalam mukosa paru akan menyebabkan terpicunya
mekanisme imunologis. Silika sebagai zat asing dalam paru manusia akan
menimbulkan respons inflamasi pada saluran respirasi manusia. Respon inflamasi
dapat berupa kontraksi otot polos pada saluran nafas, hipersekresi mukus, dan
penebalan dinding saluran respirasi. Respon inflamasi tersebut akan menyebabkan
penyempitan saluran napas (obstruksi) sehingga akan terjadi kesulitan dalam proses
respirasi normal (Rahmatullah, 2007). Kesulitan dalam proses respirasi tersebut
paling tampak pada saat fase ekspirasi. Volume udara yang dihembuskan saat
ekspirasi menjadi tidak maksimal. Gangguan pada fase ekspirasi tersebut akan
tampak saat dilakukan pengukuran nilai Arus Puncak Ekspirasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Paramita (2010) yang meneliti tentang adanya perbedaan arus puncak ekspirasi antara
polisi satlantas dengan polisi bagian administrasi. Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa polisi satlantas memiliki nilai arus puncak ekspirasi yang
lebih rendah daripada polisi pada bagian administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai APE pada tenaga kerja industri
pembuatan batu – bata lebih rendah dibandingkan nilai APE pada kelompok
kontrol. Rata – rata presentase nilai APE pada tenaga kerja industri pembuatan
batu – bata adalah 75,30% sedangkan pada kelompok kontrol adalah 82,01%.
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai arus puncak
ekspirasi yang signifikan antara tenaga kerja industri pembuatan batu – bata
dengan petani di sekitar industri pembuatan batu - bata. Dari hasil uji Mann
Whitney didapatkan p = 0.015 (p < 0.05).
B. Saran
Tenaga kerja pada industri batu – bata sebaiknya membiasakan diri menggunakan
masker atau alat pelindung diri lainnya untuk mengurangi jumlah paparan polusi.