perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan nilai ...... · perbedaan nilai ape antara...

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GILDA DITYA ASMARA G0008102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: doquynh

Post on 17-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

GILDA DITYA ASMARA

G0008102

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Perbedaan Nilai APE antara Pekerja Pembuat Batu –

Bata dan Petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul

Gilda Ditya Asmara, NIM: G0008102, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 12 April 2012

Pembimbing Utama

Nama : Dr. Edy Surjanto, dr., Sp.P (K) NIP : 19501104 197511 1 001 ( ______________________ )

Pembimbing Pendamping

Nama : Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P NIP : 19570315 198312 1 002 ( ______________________ )

Penguji Utama

Nama : Prof. Dr. Suradi, dr., Sp. P (K), MARS NIP : 19470521 197609 1 001 ( ______________________ )

Penguji Pendamping

Nama : Arif Suryawan, dr. NIP : 19580327 198601 1 001 ( ______________________ )

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr.,M.Kes

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 12 April 2012

Gilda Ditya Asmara

NIM. G0008102

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Gilda Ditya Asmara, G0008102, 2012. Perbedaan Nilai APE antara Pekerja Pembuat Batu – Bata dan Petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Kemajuan di bidang industri akan memberikan dampak berupa peningkatan polutan. Di antara berbagai gangguan pernafasan akibat lingkungan kerja, debu dan asap merupakan salah satu sumber gangguan pernafasan yang paling utama. Industri pembuatan batu – bata merupakan salah satu sektor industri yang banyak menghasilkan polusi udara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara pekerja pembuat batu – bata dan petani di Desa sitimulyo piyungan bantul. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Subjek yang digunakan adalah pekerja industri pembuatan batu - bata dan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Data diperoleh dari pengukuran langsung nilai arus puncak ekspirasi menggunakan Mini Wright Peak Flow Meter. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov dan uji Mann Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Hasil penelitian pada 33 sampel pekerja industri pembuatan batu – bata dan 33 petani di Desa Sitimulyo didapatkan nilai APE rata – rata untuk tenaga kerja industri pembuatan batu – bata adalah 441 L/menit atau 75,30% terhadap nilai APE prediksi dan kelompok petani adalah 483 L/menit atau 82,01% terhadap nilai APE prediksi. Kemudian melalui uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,015 (p < 0,05). Dari data tersebut menunjukkan ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai arus puncak ekspitasi pekerja industri pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Simpulan Penelitian: Didapat simpulan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai arus puncak ekspirasi pekerja industri pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul. Kata kunci : APE, pekerja batu – bata, petani

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Gilda Ditya Asmara, G0008102, 2012. The Difference of PEFR Value between Brick Making Workers and Farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Background: Progress in the industry field will impact the environment in the form of an increasing pollutants. Among a variety of respiratory problems caused by the work environment, dust and smoke are the most sources of respiratory disorders. Brick making industry is one of the industrial sectors that produce a lot of air pollution. This study aims to analyze the difference in value between the peak expiratory flow of brick making industry’s workers and farmers in the village Sitimulyo Piyungan bantul. Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in February 2012 in Sitimulyo Piyungan Bantul. The subjects were brick making workers and farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul. Data was collected by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. Data was collected by directed meaurement with mini wright peak flow meter. Data was analyzed using one sample Kolmogorov-Smirnov and Mann Whitney test through SPSS 17.00 for Windows. Results: The results on research with 33 samples of brick making industry’s workers and 33 farmers in the Sitimulyo obtained average peak ekspiration flow rate value for brick making industry’s workers is 441 L/min or 75.30% of the predicted value of peak ekspiration flow rate and the farmers group was 483 L/min or 82.01% of the predicted value of peak ekspiration flow rate. Then through the Mann-Whitney test obtained p = 0.015 (p < 0.05). From these data showed there is statistically significant difference between the peak ekspiration flow rate value of brick making industry’s workers and farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul. Conclusion: There is a statistically significant difference between the peak ekspiration flow rate value of brick making industry’s workers and farmers in Sitimulyo Piyungan Bantul.

Keywords: PEFR, brick making worker, farmer

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PRAKATA

Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Nilai APE antara Pekerja Pembuat Batu – Bata dan Petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada: 1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD- KR- FINASIM , selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Dr. Edy Surjanto, dr., Sp.P (K) dan Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P (K).

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Suradi, dr., Sp. P (K), MARS selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran dan banyak bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Arif Suryawan, dr. selaku pembimbing akademik dan penguji skripsi atas bimbingan dan dukungan kepada peneliti.

5. Muthmainah, dr.,M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

6. Kepala Desa Sitimulyo Piyungan Bantul izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

7. Ayah, ibu, dan adik yang telah memberikan doa, bantuan, dan motivasi yang begitu besar untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Salma Nusaiba, Fahmi Wahyu Rakhmanda, Annisa Setiawati, Gerry Febrian Rizaldi, Maythia Pratiwisitha, Arifatun Nisa, Wildan Syamsudin Fahmy, dan rekan seperjuangan di BEM FK UNS, LKMI FK UNS, dan Pendidikan Dokter 2008 FK UNS atas segala kerjasama dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surakarta, September 2012 Peneliti

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ...... 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ..... 4

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... ..... 5

1. Sistem Pernafasan ......................................................................... 5

a. Mekanisme Pernafasan .............................................................. 6

2. Mekanisme Pertahanan Paru ...................................................... 7

3. Gangguan Paru pada Lingkungan Kerja ....................................... 9

4. Tes Fungsi Paru ........................................................................... 11

. a. Kapasitas Vital ......................................................................... 12

b. Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik .................................... 13

c. Arus Puncak Ekspirasi ............................................................. 14

5. Pembuatan Batu – Bata ............................................................... 16

a. Proses Pembuatan Batu – Bata ................................................. 16

b. Polusi Industri Pembuatan Batu – Bata.................................... 18

B. Kerangka Pemikiran .................................... ................................... 20

C. Hipotesis ..................................................................................... ..... 22

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...............................................................................23

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... ..... 23

C. Subjek Penelitian .............................................................................23

D. Teknik Sampling ............................................................................. 24

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

E. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 26

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................................... 26

G. Rancangan Penelitian ....................................................................... 29

H. Alat dan Bahan Penelitian............................................................ .... 30

I. Cara Kerja ........................................................................................ 30

J. Teknik Analisis Data ........................................................................ 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 32

BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ..... 37

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................... 40

B. Saran ................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ........... 41

LAMPIRAN ...................................................................................................... 44

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur pada Kelompok Pekerja

Pembuat Batu – Bata dan Kelompok Petani .......................................... 33

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan Pekerja Pembuat Batu –

Bata dan Kelompok Petani ..................................................................... 33

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Pembuat

Batu – Bata dan Kelompok Petani ......................................................... 34

Tabel 4. Rata - Rata Presentase APE terhadap Nilai Prediksi pada Pekerja

Pembuat Batu – Bata dan Kelompok Petani .......................................... 35

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ............................... 44

Lampiran 2. Data Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi pada Pekerja

Pembuat Batu – Bata .................................................................. 45

Lampiran 3. Data Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi pada

Kelompok Petani ........................................................................ 46

Lampiran 4. Hasil Analisis Bivariat ................................................................ 47

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Udara merupakan komponen lingkungan yang dibutuhkan bagi

kelangsungan hidup manusia. Sumber pembakaran utama yang diperlukan

dalam pernafasan manusia adalah melalui kandungan oksigen dalam udara.

Energi yang diperlukan manusia untuk melaksanakan semua aktifitas, diperoleh

dari pembakaran zat makanan dengan menggunakan oksigen. Setiap hari,

jumlah udara yang keluar masuk saluran pernafasan sekitar 10 m3. Hal ini

berarti, organ pernafasan terpapar secara terus-menerus oleh partikel-partikel

yang terdapat dalam udara, termasuk partikel berbahaya yang mengganggu

kesehatan. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang,

terutama terhadap alat pernafasan ( Khumaidah, 2009 ).

Kemajuan bidang Industri di Indonesia memberikan berbagai dampak

yang sangat positif bagi masyarakat Indonesia. Meluasnya lapangan pekerjaan

dan angka pendapatan masyarakat merupakan dampak yang bisa dirasakan.

Kualitas hidup masyarakat juga akan mengalami peningkatan seiring dengan

mudahnya mengakses fasilitas - fasilitas hidup lainnya. Di lain pihak kemajuan

di bidang industri tersebut disertai dengan peningkatan polutan. Perkembangan

di bidang industri merupakan sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran

yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Alsagaf, 2004).

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Di antara berbagai gangguan kerja akibat lingkungan kerja, debu dan

asap merupakan salah satu sumber gangguan yang paling banyak terhirup dalam

kehidupan sehari - hari. Dalam kondisi tertentu, debu dan asap merupakan

bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya

mengeluarkan debu dan asap, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan

kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat

menimbulkan keracunan umum ( Depkes, 2002 ).

Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran napas akibat

debu dapat disebabkan oleh debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk,

konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Di samping itu,

faktor individual yang meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan

fisiologi saluran napas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia

perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparan, jenis pabrik, lamanya

paparan, paparan dari sumber lain. Pola aktivitas sehari-hari dan faktor penyerta

yang potensial seperti umur, jenis kelamin, etnis, kebiasaan merokok dan faktor

alergen (Khumaidah, 2006).

Industri batu - bata merupakan salah satu industri masyarakat yang

menghasilkan banyak polusi. Polusi timbul dari pembakaran kayu dan sekam

padi sebagai bahan bakar utama. Bahan - bahan utama dalam proses pembuatan

batu - bata mengandung debu. Bahan utama pembuatan batu - bata yang

berpotensi menghasilkan debu adalah sekam (serbuk gergaji) dan batu kapur.

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Polusi udara yang dihasilkan oleh bahan pencemar pada industri

pembuatan batu – bata menyebabkan adanya gangguan pada paru manusia.

Polusi tersebut memicu reaksi inflamasi yang dapat mengakibatkan gangguan

saat ekspirasi. Hambatan pada saat ekspirasi dapat diukur dengan pengukuran

Arus Puncak Ekspirasi. Gangguan pada proses ekspirasi akan menimbulkan

perbedaan pada nilai arus puncak ekspirasi. Nilai arus puncak ekspirasi yang

terukur ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai arus puncak ekspirasi prediksi

dan didapatkan presentase tingkat penurunan arus puncak ekspirasi.

Pemeriksaan gangguan pernafasan bisa dilakukan dengan pengukuran

kapasitas vital paksa, volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, dan pemeriksaan

arus puncak ekspirasi. Pengukuran presentase nilai arus puncak ekpirasi

merupakan metode yang mudah dan praktis untuk mengetahui adanya gangguan

pernafasan. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti ingin mengetahui

perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara tenaga kerja industri pembuatan

batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara pekerja pembuat

batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul ?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara pekerja

industri pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Piyungan

Bantul.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara warga masyarakat yang

memiliki profesi sebagai pekerja pembuat batu – bata dengan petani di Desa

Sitimulyo Piyungan Bantul.

2. Manfaat Praktis:

a. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi para tenaga kerja

industri pembuatan batu - bata untuk lebih memperhatikan kesehatan paru

dan meningkatkan motivasi untuk lebih menjaga kesehatan paru.

b. Penelitian Selanjutnya

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk

pengembangan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam terkait efek

dari polusi pada industri pembuatan batu - bata.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sistem Pernafasan

Pernafasan Internal mengacu kepada reaksi metabolisme intrasel yang

menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama oksidasi molekul - molekul

nutrien penghasil energi. Pernafasan eksternal mencakup berbagai langkah

yang terlibat dalam pemindahan O2 dan CO 2 antara lingkungan eksternal dan

jaringan. Sistem pernafasan dan sirkulasi berfungsi bersama - sama untuk

melaksanakan pernapasan eksternal.

Sistem pernafasan melaksanakan pertukaran udara antara atmosfer dan

paru melalui proses ventilasi. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dalam paru

dan darah dalam kapiler paru berlangsung melalui dinding kantung udara,

atau alveolus, yang sangat tipis. Saluran pernapasan menghantarkan udara

dari atmosfer ke bagian paru tempat pertukaran gas tersebut berlangsung.

Paru terletak di dalam koartemen toraks yang tertutup, yang volumenya dapat

diubah - ubah oleh aktivitas kontraktil otot - otot pernafasan (Sherwood,

2001).

Udara masuk melalui hidung melewati nasofaring , oralfaring masuk ke

trakhea, ke percabangan trakhea (bronchus), kemudian masuk ke

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

percabangan bronchus (bronchiolus) dan udara berakhir pada ujung

bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (alveoli) dan pertukaran

udara terjadi di alveoli.

Pernafasan manusia dibedakan atas pernafasan dada dan pernafasan

perut. Pernafasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian

juga untuk pernafasan perut.

a. Mekanisme pernafasan dada yaitu :

1) Fase inspirasi pernafasan dada

Mula - mula otot antartulang rusuk (muskulus intercostalis

eksternal) berkontraksi. Kemudian tulang rusuk terangkat. Paru-

paru mengembang dan tekanan udara dalam paru-paru menjadi

lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar. Hingga akhirnya udara

luar masuk ke paru-paru.

2) Fase ekspirasi pernafasan dada.

Otot antartulang rusuk relaksasi sehingga tulang rusuk menurun dan

paru-paru menyusut. Tekanan udara dalam paru-paru lebih besar

dibandingkan dengan tekanan udara luar. Udara keluar dari paru-

paru.

b. Mekanisme pernafasan perut yaitu :

1) Fase inspirasi pernafasan perut

Sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi. Terdapat perubahan

posisi dari melengkung menjadi mendatar. Paru-paru mengembang

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sehingga tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil

dibandingkan tekanan udara luar. Udara masuk ke paru-paru.

2) Fase Ekspirasi pernafasan perut

Otot diafraghma relaksasi sehingga posisi difraghma berubah dari

mendatar kembali melengkung. Paru-paru mengempis dan tekanan

udara di paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar.

Udara keluar dari paru-paru (Saragih, 2010).

2. Mekanisme Pertahanan Paru

Jenis dan ukuran partikel akan sangat mempengaruhi respon sistem

pertahanan paru. Ketika partikel terhirup bersama dengan udara pernafasan

maka partikel dengan ukuran yang lebih besar akan menempel pada saluran

pernafasan bagian atas. Sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih kecil

akan terbuang bersama udara ekspirasi atau masuk terus masuk hingga

alveolus. Hal ini disebabkan oleh adanya percabangan pada saluran

pernafasan. Percabangan pada saluran pernafasan akan mengubah kecepatan

dan momentum partikel di saluran pernafasan sehingga partikel yang lebih

besar akan cenderung menempel pada dinding saluran pernafasan

(Thurlbeck, 1995).

Lubang hidung dan nasofaring berfungsi sebagai sawar fisik terhadap

partikel – partikel yang berukuran lebih besar dari 10µm. Partikel – partikel

tersebut akan melekat dalam rambut dan mukus. Sedangkan partikel –

partikel yang lebih kecil akan masuk ke dalam alveoli (Ward, 2008). Partikel

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

– partikel di dalam alveoli akan segera di fagositosis oleh makrofag dan

selanjutnya partikel tersebut akan dikeluarkan melalui transpor mukosilier.

Gerakan otot pernafasan dan rekoil elastik akan membantu pengeluaran

partikel melalui sistem mukosilier (Thurlbeck, 1995).

Epitel respiratori dilapisi oleh lapisan mukus gelatinosa setebal 5-10µm.

Silia pada sel – sel epitel berdenyut secara sinkron dan membawa partikel

serta debris seluler ke arah rongga mulut. Waktu yang diperlukan mukus dari

bronkus besar mencapai faring kurang lebih 40 menit dan dari bronkus

respiratorius ke bronkiols perlu beberapa hari. Transpor mukosilier dapat

mengalami penurunan akibat rokok, polutan, anestetik dan infeksi, serta pada

fibrosis kistik. Transpor mukosilier yang berkurang dapat menyebabkan

infeksi respirasi yang secara rekuren merusak paru (Ward, 2008).

Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan difagositosis oleh

makrofag. Debu toksik seperti silika akan merangsang terbentuknya

makrofag baru. Selanjutnya makrofag baru akan mengalami autolisis saat

menfagositosis debu silika. Kejadian ini akan terjadi berulang – ulang

sehingga terjadi destruksi makrofag. Destruksi makrofag yang terus -

menerus akan membentuk jaringan ikat kolagen. Paru kemudian menjadi

kaku sehingga menimbulkan gangguan paru restriktif (Yulaekhah, 2007).

Makrofag terletak di saluran pernafasan, alveoli dan interstisium paru.

Makrofag merupakan sumber utama sitokin, kemokin dan mediator inflamasi

lainnya. Makrofag dan sel epitel mensekresikan kemokin dan sitokin

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sehingga terjadi imflamasi lokal dan akumulasi neutrofil. Makrofag memiliki

peran penting di dalam respon inflamasi akut dan kronik. Meskipun

makrofag dapat dihasilkan di dalam paru, tetapi jumlahnya tidak cukup

adekuat untuk melawan infeksi. Sel dendritik membantu makrofag sehingga

dapat memfagositosis debu dan partikel (Moldoveanu, 2009).

3. Gangguan Paru pada Lingkungan Kerja

Penyakit paru lingkungan adalah berbagai jenis penyakit paru yang

terjadi akibat individu - individu yang hidup di area lingkungan tertentu dan

menghirup udara yang sudah tercemari oleh bahan - bahan yang berbahaya

bagi kesehatan (beberapa macam gas, partikel, bahan - bahan toksis, berbagai

macam debu dan sebagainya). Lingkungan tertentu tadi termasuk tempat

kerja bagi para pekerja suatu pabrik di mana pabrik tersebut mengeluarkan

bahan - bahan yang mencemari lingkungan kerja. Penyakit paru tertentu dan

mempunyai ciri di mana penyakit tersebut mengalami eksaserbasi atau

memberat saat individu berada di tempat kerja dan berkurang atau hilang saat

meninggalkan tempat kerja disebut penyakit paru kerja. Misalnya, serangan

asma bronkial selalu timbul saat individu berada di tempat kerja dan hilang

(berkurang) setelah meninggalkan tempat tersebut disebut asma kerja

(occupational asthma) (Rahmatullah, 2007).

Penyakit ini disebut juga dengan penyakit paru akibat kerja

(Occupational Lung Disease). Inhalasi berbagai debu akan menghasilkan dua

fenomena yang utama pada paru, yakni menyebabkan pneumokoniosis dan

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kemudian menimbulakan penyakit paru interstisial. Gejala – gejala gangguan

paru pada lingkunga kerja pada umumnya meliputi gangguan restriktif paru,

antara lain cepat lelah, sesak nafas pada waktu bekerja ringan, berkurangnya

kapasitas kerja (Rab, 2010).

Bentuk fisik agen polutan yang dapat ditemui di udara lingkungan

tempat kerja dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok besar yaitu

kelompok yang bukan partikel dan kelompok yang berbentuk partikel.

Kelompok yang bukan partikel antara lain mencakup gas, uap, cairan, dan

pelarut. Sedangkan kelompok yang berbentuk partikel antara lain mencakup

debu, fume, asap, kabut dan serat (Moeljosoedarmo, 2008).

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau

spasme laring (pengehentian bernafas). Kalau zat – zat ini menembus ke

dalam paru – paru, dapat terjadi bronkitis toksik, edema paru atau

pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar

rendah dengan meningkatkan sekresi mukus, suatu mekanisme yang khas

pada bronkitis dan juga terlihat pada perokok tembakau.

Stimulasi saluran nafas berulang menyebabkan penebalan dinding

bronki, meningkatkan sekresi mukus, merendahkan ambang refleks

penyempitan dan batuk, meingkatkan kerentanan terhadap infeksi pernafasan

dan gejala – gejala asmatik. Debu – debu organik dapat merangsang suatu

respons imun dengan penyempitan saluran nafas yang reversibel, namun

kadang – kadang menyebabkan penyempitan menetap pada individu yang

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

rentan (WHO, 1993).

Masa kerja memiliki peran dalam terjadinya gangguan faal paru pada

tenaga kerja. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kumendong

(2012) pada tenaga kerja industri mebel di C.V. Sinar Mandiri Kota Bitung

menunjukkan bahwa presentase pekerja dengan kapasitas paru normal lebih

banyak pada tenaga kerja dengan masa kerja ≤ 5 tahun sebanyak 70,8%

dibanding dengan lama kerja > 5 tahun sebanyak 66,7 %. Penelitian ini

menunjukkan pengaruh lama paparan serbuk kayu terhadap kapasitas paksa

ekspirasi pada 1 detik pertama. Objek penelitian dibagi menjadi 2 kategori

paparan yaitu lama paparan < 5 tahun dan > 5 tahun. Penelitian tersebut

menggambarkan bahwa timbulnya gangguan akibat paparan lebih signifikan

pada lama paparan > 5 tahun. Pada orang dewasa sehat luas permukaan

parunya adalah 90 m2 dan akan mengisap kira – kira 8,5 m3 udara dalam 8

jam kerja/hari (Harrianto, 2010).

4. Tes Fungsi Paru

Penilaian yang akurat mengenai defek dalam aliran udara, volume paru,

dan pertukaran gas sangat penting dalam penegakan berbagai diagnosis

gangguan paru. Kisaran normal berbagai tes fungsi paru sangat luas dan

penting untuk membandingkan nilai yang diukur dengan nilai prediksi

berdasarkan usia, tinggi badan, dan jenis kelamin sesorang berdasarkan

normogram standar (Ward, 2008).

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Pemeriksaan fungsi paru secara rutin sangat dianjurkan bagi tenaga

kerja. Alat yang direkomendasikan untuk digunakan yaitu spirometer karea

pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis, mudah dibawa, akurasi

tinggi, cukup sensitif, tidak invasi dan mampu memberi sejumlah informasi

yang tepat. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui Volume tidal,

volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, Kapasitas paru total,

kapasitas vital, dan kapasitas inspirasi (Mengkidi, 2006).

Pemeriksaan fungsi paru yang sering dilakukan yaitu :

a. Kapasitas Vital (KV)

Kapasitas vital adalah volume udara maksimal yang dihembuskan

setelah inspirasi maksimal. Berdasarkan fase yang diukur Kapasitas

vital dibedakan menjadi dua macam, yaitu kapasitas vital inspirasi dan

kapasitas vital ekspirasi. Kapasitas vital inspirasi adalah kapasitas vital

yang diukur hanya pada saat inspirasi dan kapasitas vital ekspirasi

adalah kapasitas vital yang diukur hanya pada saat ekspirasi. Kapasitas

vital paksa adalah pengukuran kapasitas vital yang dilakukan dengan

cara subjek diharuskan melakukan aktifitas pernafasan dengan

kekuatan maksimal. Sedangkan pada kapasitas vital subjek tidak perlu

melakukan aktifitas pernafasan dengan kekuatan penuh.

Pada orang normal tidak ada perbedaan antara kapasitas vital

paksa dan kapasitas vital, sedangkan pada kelainan obstruksi terdapat

perbedaan. Kapasitas vital merupakan refleksi dari kemampuan

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

elastisitas atau jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks.

Kapasitas vital yang menurun merupakan kekakuan jaringan paru atau

dinding toraks, sehingga dapat dikatakan komplians paru atau dinding

toraks mempunyai korelasi dengan penurunan kapasitas vital. Pada

kelainan obstruksi ringan kapasitas vital hanya mengalami penurunan

sedikit atau mungkin normal (Mengkidi, 2006).

b. Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik (VEP1)

Volume ekspitasi paksa dalam 1 detik adalah besarnya volume

udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi

pertama pada orang normal berkisar 4 - 5 detik dan pada detik pertama

orang normal dapat mengeluarkan udara pernafasan sebesar 80% dari

nilai kapasitas vital. Fase detik pertama merupakan fase yang lebih

penting daripada fase - fase berikutnya. Adanya obstruksi pernafasan

didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut.

Interpretasi ini tidak didasarkan atas besarnya volume pada detik

pertama tersebut tetapi pada perbandingan dengan kapasitas vital paksa

(kvp) nya. Bila VEP1/KVP kurang dari 75% berarti abnormal.

Pada pennyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema

terjadi pengurangan VEP1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas

vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio VEP1/KVP

kurang dari 75% (Mengkidi, 2006).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Arus Puncak Ekspirasi (APE)

APE adalah aliran udara ekspirasi terbesar yang didapat setelah

dengan melakukan hembusan paksa setelah melakukan inspirasi

maksimal. APE dapat diukur menggunakan alat mini wright peak flow

meter maupun spirometer. Variasi nilai presentase APE dipengaruhi

oleh umur, tinggi badan, jenis kelamin, ras dan aktivitas merokok.

Angka normal nilai APE pada pria dewasa adalah 500-700 L/menit

dan pada wanita dewasa adalah 380-500 L/menit (Mengkidi, 2006).

Ada 3 macam presentase APE:

1) APE sesaat

Nilai ini didapatkan dari nilai tiupan pada waktu yang tidak

tertentu. Presentase APE ini berguna untuk mengetahui adanya

obstruksi pada saat itu dan mengetahui derajat obstruksi bila telah

diketahui nilai standar normalnya (Rahayu, 2009).

2) APE tertinggi

Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE tertinggi setelah

melakukan evaluasi tiupan pada pagi dan sora hari selama 2

minggu dalam keadaan stabil (Rahayu, 2009).

3) APE variasi harian

Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE selama 2 minggu.

Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai APE antara lain :

1) Umur

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Faal paru akan meningkat volumenya sejak masa anak – anak dan

akan mencapai maksimal pada usia 19 – 21 tahun. Setelah itu

nilai faal paru akan terus menurun sesuai dengan bertambahnya

umur. Peningkatan umur akan meningkatkan kerentanan

seseorang terhadap gangguan saluran pernafasan (Rahayu, 2009).

2) Jenis kelamin

Sesudah usia remaja seorang anak laki – laki menunjukkan

kapasitas faal paru yang lebih besar daripada perempuan.

Kapasitas vital rata – rata pria dewasa muda adalah kurang lebih

adalah 4,6 liter dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter

(Antaruddin, 2003).

3) Ras

Ras kulit hitam memerlukan koreksi pada hasil faal parunya bila

dibandingkan dengan orang kulit putih karena ukuran thoraks

kulit hitam lebih kecil daripada orang kulit putih. Di Indonesia

belum didapatkan data – data antropologis yang menerangkan

adanya perbedaan anatomis antara ukuran rongga dada dari

berbagai suku bangsa

4) Tinggi Badan

Tinggi badan memiliki korelasi positif dengan nilai APE sehingga

semakin tinggi seseorang maka akan nilai APE nya akan

bertambah.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

5) Infeksi saluran pernafasan

Adanya riwayat infeksi saluran nafas berat pada anak – anak

menyebabkan penurunan faal paru dan keluhan respirasi waktu

dewasa (Alsagaf, 2004).

6) Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan faktor utama yang dapat mempercepat

penurunan faal paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan

struktur jalan nafas maupun parenkim paru. Perubahan struktur

nafas jalan nafas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar

mukus (Antaruddin, 2003).

5. Pembuatan Batu – Bata

a. Proses pembuatan batu bata

Bahan dasar pembuat batu - bata adalah Lempung (tanah liat). Lempung

adalah tanah hasil pelapukan batuan keras seperti : basalt (sebagai batuan

dasar), andesit dan granit (batu besi). Lempung sangat tergantung pada jenis

batuan asalnya. Umumnya batuan keras akan memberikan pengaruh warna

pada lempung, seperti merah, sedangkan granit akan memberikan warna

lempung menjadi putih. Lempung disebut juga sebagai batuan sedimen

(endapan), karena pada umumnya setelah terbentuk dari batuan keras,

lempung akan diangkut oleh air dan angin, diendapkan dalam suatu tempat

yang lebih rendah. Lempung merupakan bahan alam yang sangat penting

bagi manusia. Bagian luar dari lempung disebut tubuh tanah. Pada tubuh

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tanah ini terdapat sisa akar tumbuhan dan bahan organik lainya yang

membusuk, sehingga memberi warna abu-abu kehitaman pada lempung.

Ketebalan lempung ini mencapai 0,25 sampai 0,5 m.

Di Indonesia pada pembuatan batu bata merah dan genteng pada

umumnya menggunakan lempung alluvial, karena sawah-sawahnya rata-rata

mengandung lempung alluvial dan jarang sekali menggunakan lempung

marin.

Tanah liat memiliki komposisi kimia sebagai berikut:

1) Silika (SiO2), Silika dalam bentuk sebagai kuarsa jika memiliki

kadar yang tinggi akan menyebabkan tanah liat menjadi pasiran dan

mudah slaking, kurang plastis dan tidak begitu sensitif terhadap

pengeringan dan pembasahan.

2) Alumina (Al2O3), terdapat dalam mineral lempung, feldspar dan

mika. Kadar alumina yang tinggi akan memperlebar jarak

temperature sintering.

3) Fe2O3, komponen besi ini dapat menguntungkan atau merugikan,

tergantung jumlahnya dan sebar butirannya. Makin tinggi kadar

besi tanah liat, makin rendah temperatur peleburan tanah liat.

Mineral besi yang berbentuk kristal engan ukuran yang besar dapat

menyebabkan cacat pada permukaan produknya seperti pada batu

bata atau keramik.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) CaO (kapur) terdapat dalam tanah liat dalam bentuk batu kapur.

Bertindak sebagai pelebur bila temperatur pembakarannya

mencapai lebih dari 11000C.

5) MgO, terdapat dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat. Dapat

meningkatkan kepadatan produk hasil pembakaran.

6) K2O dan Na2O, Alkali ini menghasilkan garam-garam larut setelah

pembakaran, dapat menyebabkan penggumpalan kolorid dan dalam

pembakaran dapat bertindak sebagai pelebur yang baik.

7) Organik, bahan-bahan yang bertindak sebagai protektor koloid dan

menaikkan keplastisan, misalnya : humus, bitumen dan karbon

(Siregar, 2010).

b. Polusi industri pembuatan batu – bata.

Polusi yang dihasilkan oleh industri pembuatan batu – bata berasal

dari proses pembakaran. Bahan bakar yang digunakan industri

pembuatan batu – bata adalah sekam padi dan bubuk gergaji. Sekam

padi memiliki kandungan silika hingga 16,98%. Kandungan silika yang

tinggi ini menyebabkan aroma khas dari pembakaran batu – bata

(Sihotang, 2009).

Abu hasil pembakaran batu – bata juga masih memiliki kandungan

silika yang cukup tinggi. Proses pembakaran yang masih menggunakan

teknologi tradisional menyebabkan hasil pembakaran batu – bata masih

kurang sempurna sehingga menyebabkan asap hitam pekat di area

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sekitar tempat pembakaran batu - bata. Partikel debu yang berasal dari

abu sisa pembakaran batu – bata juga masih memiliki kandungan silika

yang cukup tinggi (Siregar, 2010).

Debu silika mampu memberikan efek toksis pada makrofag.

Makrofag akan mengalami disintegrasi dan mengaktifkan makrofag

yang lain. Bila makrofag baru memfagositosis partikel debu silika tadi,

maka makrofag tersebut akan mengalami proses serupa dan seterusnya.

Banyaknya makrofag yang rusak menyebabkan penurunan daya tahan

tubuh (Rahmatullah, 2007).

Debu sekam dan abu hasil pembakaran batu – bata yang menempel

di permukaan saluran nafas akan melekat pada permukaan mukosa

saluran nafas. Kemudian paru akan memberikan respons berupa

inflamasi dan fagositosis terhadap debu tadi. Dinding saluran nafas akan

mengalami penebalan dan otot – otot saluran pernafasan akan

mengalami hipertrofi sehingga saluran pernafasan menjadi sempit.

Penyempitan saluran nafas akan menyebabkan hambatan pada arus

ekspirasi. Hambatan pada arus ekspirasi dapat dilihat dari nilai Arus

Puncak Ekspirasi (Ward, 2008).

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

B. Kerangka Pemikiran

Desa Sitimulyo merupakan desa sentra industri pembuatan batu – bata.

Penduduk Desa Sitimulyo sebagian besar bermata pencaharian sebagai pembuat

batu – bata sehingga banyak terdapat gubuk – gubuk tempat pembuatan batu -

Desa Sitimulyo

Sentra Industri Pembuatan Batu - Bata

Asap pembakaran batu - bata

Tenaga kerja indsutri pembuatan

batu - bata

Petani

Penebalan dinding saluran nafas

Penebalan dinding saluran nafas

Obstruksi Saluran nafas Obstruksi saluran nafas

Penurunan nilai Arus Puncak Ekspirasi

Penurunan nilai Arus Puncak Ekspirasi

Bandingkan

- Sekam padi - Abu hasil

pembakaran batu - bata

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

bata. Pembuatan batu – bata memerlukan proses pembakaran agar menghasilkan

struktur batu – bata yang lebih awet dan lebih kuat. Pembakaran batu – bata akan

menghasilkan polusi berupa asap. Asap yang dihasilkan akan mencemari udara

di sekitar tempat pembuatan batu – bata.

Beberapa penduduk Desa Sitimulyo bermata pencaharian sebagai petani.

Sawah – sawahnya berada di sekitar tempat pembuatan batu – bata sehingga

secara tidak langsung para petani ikut menghirup asap hasil pembakaran batu –

bata dalam jumlah kecil. Partikel – partikel asap pembakaran batu – bata dan

pestisida yang terhirup oleh petani akan memicu terjadinya penebalan dinding

saluran nafas dan reaksi imunologis saluran pernafasan. Saluran nafas kemudian

akan menyempit dan terjadi obstruksi. Terjadinya obstruksi saluran nafas akan

menurunkan nilai arus puncak ekspirasi.

Tenaga kerja industri pembuatan batu – bata tidak hanya terpapar oleh asap

pembakaran batu – bata dalam secara langsung tetapi juga terkena dampak polusi

yang ada di dalam gubug tempat pembakaran batu – bata. Selain asap

pembakaran batu – bata, sumber polusi yang dapat mengganggu kesehatan paru

adalah abu hasil pembakaran batu – bata dan debu sekam padi. Partikel – partikel

tersebut kemudian akan memicu penebalan dinding saluran nafas dan selanjutnya

akan terjadi penurunan nilai arus puncak ekspirasi.

Nilai arus puncak ekspirasi antara petani dan tenaga kerja industri pembuatan

batu – bata selanjurnya akan dibandingkan dan dilakukan uji statistik dengan uji

beda

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara tenaga kerja industri

pembuatan batu – bata dengan petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan

Bantul.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan

pendekatan potong lintang. Pada penelitian ini peneliti hanya mengukur atau

mengamati variabel – variabel yang diteliti dan tidak memberikan perlakuan

kepada subjek penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan potong

lintang (cross sectional). Peneliti melakukan pengukuran variabel pada waktu

yang sama.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra industri batu - bata di Desa Sitimulyo

Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah tenaga kerja pembuatan batu -

bata dan petani di sekitar tempat pembuatan batu - bata di Desa Sitimulyo

Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta, dengan kriteria sebagai

berikut :

1. Kriteria inklusi

a. Jenis kelamin laki - laki

b. Usia 19 - 45 tahun

c. Masa Kerja lebih dari 5 tahun

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

d. Bersedia ikut penelitian dengan persetujuan lisan atau tulisan.

2. Kriteria eksklusi

a. Memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya yang dapat menimbulkan

penyakit/gangguan saluran napas.

b. Mempunyai penyakit paru

c. Menderita penyakit gangguan saluran pernapasan akut

d. Sedang dalam masa terapi kortikosteroid

e. Sebagai perokok aktif dan peminum alkohol

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampling diambil secara purposive sampling, dengan pemilihan

subjek berdasarkan atas ciri - ciri atau sifat tertentu yang sesuai dengan

karakteristik populasi (Arief, 2004).

Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi yang akan

diamati dan diukur peneliti (Murti, 2006). Penentuan besar sampel pada penelitian

ini menurut dengan rumus yang dikembangkan oleh Snedecor dan Cochran

sebagai berikut (Budiarto, 2004) :

Keterangan :

n = besarnya sampel

p = perkiraan prevalensi yang diteliti

q = 1 - p

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Zα = simpangan rata - rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan α

dimana α = 0,05 sehingga nilai Zα = 1,96.

d = kesalahan sampling yang masih dapat ditolerir..

Dalam penelitian ini karena belum diketahui proporsi variabel penting dalam

penelitian maka diambil proporsi yang terbesar yaitu 50% (p = 0,5). Kesalahan

sampling yang masih dapat ditolerir adalah 10 % sehingga dengan rumus di atas

maka sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Rumus di atas berlaku untuk populasi tak terhingga, sedangkan untuk

populasi terbatas, misal kurang dari 10.000 maka rumus tersebut dilakukan

koreksi sebagai berikut (Budiarto, 2004) :

Keterangan :

nk = besarnya sampel setelah koreksi

n = besarnya sampel sebelum koreksi

N = besarnya populasi

Besarnya populasi pada penelitian ini adalah 50 orang tenaga kerja sentra

industri batu - bata. Maka jumlah sampel menjadi :

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Jadi pada penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran sampel sebanyak 33

tenaga kerja pabrik batu - bata dan 33 petani.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Tenaga Kerja Industri Pembuatan Batu – Bata dan

Petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata.

2. Variabel terikat : Nilai Arus Puncak Ekspirasi

3. Variabel luar :

a. Terkendali : umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan, kebiasaan

merokok.

b. Tidak Terkendali : status gizi (nutrisi), penyakit saluran napas, debu

udara.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas :

a. Tenaga Kerja Industri Pembuatan batu – bata.

Tenaga kerja industri pembuatan batu – bata merupakan orang – orang

yang memiliki mata pencaharian utama sebagai pembuat batu – bata.

Orang – orang tersebut bekerja secara penuh di tempat pembuatan batu

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

– bata sehingga terpapar polusi industri pembuatan batu – bata secara

langsung.

b. Petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata.

Petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata adalah petani yang

memiliki area persawahan di sekitar tempat pembuatan batu – bata.

Petani terpapar secara tidak langsung oleh polusi yang dihasilkan oleh

pembakaran batu – bata.

2. Variabel terikat : Nilai Arus Puncak Ekspirasi

Besarnya aliran udara tertinggi pada saat manusia melakukan ekspirasi

maksimal.

a. Alat ukur : Mini Wright Peak Flow Meter.

b. Satuan : presentase

c. Skala Pengukuran : Rasio

3. Variabel luar terkendali

a. Umur

Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang

tahun terlahir saat penelitian dilakukan.

1) Alar Ukur : Kuesioner

2) Satuan : Tahun

3) Skala Pengukuran : Rasio

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah sifat keadaan laki - laki atau perempuan.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Skala Pengukuran : Nominal

c. Ras

Ras adalah penggolongan bangsa berdasarkan ciri - ciri fisik rumpun

bangsa.

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Hasil : Indonesia Asli dan bukan indonesia asli

3) Skala pengukuran : Nominal

d. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan sampel merokok minimal satu

batang rokok perhari sampai tahun terakhir penelitian dilakukan. Derajat

merokok dapat dihitung berdasarkan indeks Brinkman, yaitu jumlah

batang rokok yang dihisap perhari dengan lama merokok (tahun).

Pembagiannya yaitu ringan (0 - 200), sedang (200 - 400), dan berat (>

400).

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Skala pengukuran : Rasio

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

G. Rancangan Penelitian

Sentra Industri Pembuatan Batu - Bata

Desa Sitimulyo

Petani di sekitar Industri Pembuatan Batu – Bata

di Desa Sitimulyo

Sampel Tenaga Kerja Industri Pembuatan Batu

– Bata di Desa Sitimulyo

Pengukuran Nilai APE Pengukuran Nilai APE

Analisis data dengan uji beda uji t

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

H. Alat dan Bahan Penelitian :

1. Mini Wright Peak Flow Meter

2. Kapas dan alat alkohol 75% ( sterilisasi )

3. Tabel prediksi nilai normal APE.

4. Alat ukur tinggi badan.

5. Kuesioner.

I. Cara Kerja

1. Memilih sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Tinggi badan sampel penelitian diukur dengan berdiri tegak dan tanpa alas

kaki.

3. Pemeriksaan APE :

a. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dalam keadaan berdiri tegak.

b. Skala pengukuran pada alat harus dibuat nol (kalibrasi).

c. Sampel penelitian diajarkan manuver meniup yang benar.

Sampel penelitian menghirup udara sebanyak - banyaknya dengan

cepat kemudian meletakkan alat pada mulut dan katupkan bibir di

sekitar mothpiece, udara dikeluarkan dengan tenaga maksimal (secara

cepat dan kuat) segera setelah bibir dikatupkan dan pastikan tidak ada

kebocoran. Memberi aba - aba yang keras dan jelas agar sampel

penelitian dapat melaksanakan dengan baik.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

d. Pemeriksaan dilakukan 3 kali dan diambil nilai yang tertinggi

(Menaldi, 2001).

4. Baca hasil pemeriksaan APE (nilai APE ukur) pada peak flow meter

(dalam L/menit).

5. Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian, dibaca nilai APE

prediksi pada tabel nilai normal APE.

6. Persentase nilai APE diukur terhadap APE prediksi :

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini diuji dengan uji normalitas One

Sample Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Selanjutnya

dilakukan uji beda 2 kelompok tidak berpasangan untuk menguji hipotesis

dengan menggunakan uji Independent t test jika data memiliki distribusi

normal dan Mann Whitney test jika data tidak memiliki distribusi normal.

Pengolahan pada data ini menggunankan program SPSS 17 for Windows.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Desa Sitimulyo,

Kecamatan Piyungan Bantul. Subjek penelitian adalah pekerja pembuat batu -

bata dan petani di sekitar tempat pembuatan batu – bata di Desa Sitimulyo.

Penelitian ini sudah mendapat izin dari perangkat desa setempat dan warga

bersedia mengikuti dengan sukarela. Pengambilan data dilakukan saat pekerja

pembuat batu - bata bekerja dan petani bekerja di siang hari dan saat perkumpulan

warga melalui rapat RT.

Pada penelitian ini menggunakan 66 orang sampel penelitian. Sebanyak 33

orang merupakan pekerja pembuat batu - bata dan 33 orang yang lain merupakan

pertani di sekitar tempat pembuatan batu - bata. Seluruh sampel penelitian

berjenis kelamin laki – laki. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pekerja

pembuat batu - bata berjenis kelamin laki – laki sehingga memudahkan dalam

pengambilan sampel dan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi faal paru manusia.

Dari pengambilan data dan pengisian kuesioner data diri pada pekerja

pembuat batu - bata dan kelompok petani diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur pada kelompok

pekerja pembuat batu -bata dan kelompok petani.

Umur Pekerja Pembuat Batu – Bata Kelompok petani

Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%)

21 – 25 6 18 5 15

26 – 30 7 22 9 27

31 – 35 9 27 9 27

36 – 40 6 18 4 13

41 – 45 5 15 6 18

Jumlah 33 100 33 100

Dari tabel 1 dapat dilihat sampel pekerja pembuat batu - bata terbanyak adalah

pada rentang usia 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 9 orang (27%), sedangkan untuk

kelompok petani terbanyak adalah pada rentang usia 26 – 30 tahun (27%) dan 31

– 35 tahun (27%).

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan tinggi badan pada pekerja pembuat

batu – bata dan kelompok petani.

Tinggi

Badan(cm)

Pekerja pembuat batu - bata Kelompok Petani

Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%)

150 – 155 10 30 8 24

156 – 160 10 30 7 22

161 – 165 4 13 8 24

166 – 170 9 27 10 30

Jumlah 33 100 33 100

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dari tabel 2 dapat dilihat sampel pekerja pembuat batu – bata terbanyak

memiliki tinggi badan antara 150 – 155 cm (30%) dan 156 – 160 cm (30%).

Sedangkan pada kelompok petani didapatkan sebagian besar memiliki tinggi

badan antara 166 – 170 cm (30%).

Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan masa kerja pada pekerja pembuat batu

– bata dan kelompok petani.

Masa Kerja

(tahun)

Pekerja pembuat batu - bata Kelompok Petani

Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%)

5 – 10 17 52 16 49

11 - 15 8 24 8 24

16 - 20 6 18 8 24

>20 2 6 1 3

Jumlah 33 100 33 100

Dari tabel 3 didapatkan masa kerja sampel penelitian sebagian besar memiliki

masa kerja antara 5 hingga 10 tahun pada kelompok pekerja pembuat batu - bata.

Sedangkan pada kelompok petani sebagian besar sampel memiliki masa kerja 5 –

10 tahun.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 4. Rata – rata presentase APE terhadap nilai prediksi pada pekerja

pembuat batu - bata dan kelompok petani.

Kelompok Rata - rata nilai

APE ukur (L/menit)

Rata – rata presentase APE ukur terhadap APE

prediksi(%)

__ X±SD

Pekerja Pembuat

Batu Bata 441 75,30 75,30±11,99

Petani 483 82,01 82,01±9,62

Dari tabel 4 didapatkan bahwa rata – rata presentase nilai arus puncak

ekspirasi pada pekerja pembuat batu - bata lebih rendah daripada kelompok

petani.

B. Analisis Data

Data yang diperoleh diuji dengan uji normalitas One Sample Kolmogorov –

Smirnov test terhadap presentase APE antara pekerja pembuat batu - bata dengan

kelompok petani didapatkan nilai p = 0.200 dan p = 0.03. Hasil uji normalitas

pada kelompok pekerja pembuat batu - bata menunjukkan bahwa sebaran data

normal (p > 0,05) sedangkan pada kelompok petani didapatkan sebaran data tidak

normal (p < 0,05). Sehingga dilakukan uji non-parametrik dengan menggunakan

uji statistik Mann-Whitney. Dari hasil uji statistik Mann-Whitney didapatkan hasil

p = 0,015 (p < 0,05). Sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara presentase APE pada pekerja pembuat batu - bata dengan

kelompok petani.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 37

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian kali ini sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang

pertama adalah kelompok tenaga kerja batu – bata yang sudah bekerja lebih dari 5

tahun dan kelompok yang kedua adalah kelompok petani yang sudah bekerja lebih

dari 5 tahun. Kedua kelompok tersebut merupakan warga masyarakat di Desa

Sitimulyo dan sekitarnya. Jumlah sampel dari masing – masing kelompok adalah 33

orang. Subjek penelitian seluruhnya berjenis kelamin laki – laki karena sebagian

besar tenaga kerja industri pembuatan batu – bata berjenis kelamin laki – laki.

Proses pembuatan batu – bata hampir seluruhnya dikerjakan dengan proses

tradisional dan berupa industri rumah tangga. Tenaga kerja pembuatan batu – bata

adalah biasanya berupa anggota keluarga. Industri ini bersifat turun - temurun. Proses

yang digunakan untuk pembuatan batu – bata merupakan ketrampilan yang

diturunkan oleh orangtua kepada anak cucunya. Sehingga seringkali dijumpai desa

atau kelurahan yang menjadi pusat pembuatan batu – bata. Salah satunya adalah Desa

Padangan, Kecamatan Piyungan, Bantul

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan batu – bata adalah tanah liat,

tanah, dan air. Bahan bakar digunakan untuk melakukan pembakaran batu – bata yang

sudah dicetak dan dikeringkan. Bahan bakar yang sering digunakan adalah sekam dan

kayu bakar. Sumber utama dari polusi yang dihasilkan oleh industri pembuatan batu –

bata adalah dari pembakaran sekam dan kayu bakar. Pemilihan sekam dan kayu bakar

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

sebagai bahan bakar utama dari pembuatan batu – bata disebabkan oleh harganya

yang murah.

Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa tenaga kerja industri pembuatan batu

– bata akan memiliki nilai presentase Arus Puncak Ekspirasi (APE) yang lebih rendah

daripada kontrol. Dari hasil penelitian didapatkan nilai arus puncak ekspirasi pada

tenaga kerja industri batu – bata hanya sebesar 75,30% sedangkan nilai rata - rata arus

puncak ekspirasi pada kelompok kontrol 82,01%. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa dari 33 kelompok sampel tenaga kerja pada industri pembuatan batu – bata

sebanyak 18 orang memiliki nilai APE di bawah 80% dari nilai APE prediksi dan

sebanyak 15 orang memiliki nilai APE lebih dari 80% nilai APE prediksi. Sedangkan

hasil penlitian pada 33 kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang

memiliki nilai APE kurang dari 10% nilai APE prediksi dan sebanyak 23 orang

memiliki nilai APE di atas 80% dari nilai APE prediksi. Hasil analisis statistik

menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan nilai p = 0,015 (p < 0,05). Dengan

demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai APE pada tenaga kerja

industri pembuatan batu – bata dengan warga desa yang tidak berprofesi sebagai

tenaga kerja industri pembuatan batu - bata.

Sumber polusi utama dalam proses pembuatan batu – bata berasal dari proses

pembakaran. Kadar silika yang tinggi pada sekam dapat menyebabkan adanya sesak

nafas yang disebabkan oleh obstruksi paru. Sisa dari pembakaran tadi juga

menghasilkan abu yang juga mengandung silika dalam jumlah besar. Pada saat proses

pembakaran pada suhu rendah terjadi maka partikel – partikel silika akan ikut

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

terbawa ke udara. Debu sisa pembakaran juga masih mengandung silika dalam

jumlah yang sangat tinggi. Adanya jumlah partikel debu silika yang tinggi

menyebabkan aroma khas pada lingkungan sekitar industri batu – bata.

Silika memiliki struktur kristal yang secara mikroskopis terlihat tajam –

tajam. Bentuk ini menyebabkan silika menjadi partikel yang sangat iritatif. Ukuran

partikel ini kurang dari satu mikron dan bila terhirup saluran respirasi akan

mengendap di ujung akhir dari saluran respirasi (Sihotang, Dian, 2009).

Adanya deposit silika dalam mukosa paru akan menyebabkan terpicunya

mekanisme imunologis. Silika sebagai zat asing dalam paru manusia akan

menimbulkan respons inflamasi pada saluran respirasi manusia. Respon inflamasi

dapat berupa kontraksi otot polos pada saluran nafas, hipersekresi mukus, dan

penebalan dinding saluran respirasi. Respon inflamasi tersebut akan menyebabkan

penyempitan saluran napas (obstruksi) sehingga akan terjadi kesulitan dalam proses

respirasi normal (Rahmatullah, 2007). Kesulitan dalam proses respirasi tersebut

paling tampak pada saat fase ekspirasi. Volume udara yang dihembuskan saat

ekspirasi menjadi tidak maksimal. Gangguan pada fase ekspirasi tersebut akan

tampak saat dilakukan pengukuran nilai Arus Puncak Ekspirasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Paramita (2010) yang meneliti tentang adanya perbedaan arus puncak ekspirasi antara

polisi satlantas dengan polisi bagian administrasi. Dari hasil penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa polisi satlantas memiliki nilai arus puncak ekspirasi yang

lebih rendah daripada polisi pada bagian administrasi.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN NILAI ...... · PERBEDAAN NILAI APE ANTARA PEKERJA PEMBUAT BATU - BATA DAN PETANI DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 40

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai APE pada tenaga kerja industri

pembuatan batu – bata lebih rendah dibandingkan nilai APE pada kelompok

kontrol. Rata – rata presentase nilai APE pada tenaga kerja industri pembuatan

batu – bata adalah 75,30% sedangkan pada kelompok kontrol adalah 82,01%.

2. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai arus puncak

ekspirasi yang signifikan antara tenaga kerja industri pembuatan batu – bata

dengan petani di sekitar industri pembuatan batu - bata. Dari hasil uji Mann

Whitney didapatkan p = 0.015 (p < 0.05).

B. Saran

Tenaga kerja pada industri batu – bata sebaiknya membiasakan diri menggunakan

masker atau alat pelindung diri lainnya untuk mengurangi jumlah paparan polusi.