digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · web...

100
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden nomer 19 tahun 2016 tentang kenaikan tarif BPJS kesehatan di kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif, dan dasar penelitin terjun langsung dalam mengumpulkan data dengan teknik wawancara. Hal ini dimasukkan guna untuk mengetahui adanya pengaruh dalam peraturan presiden nomer 16 tahun 2016 tentang kenaikan tarif pembayaran BPJS di masyarakat hususnya di kabupaten jember. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan atas iuran bulana yang di tetapkan oleh presiden tahun 2016 masih sangat minim terutama para pengguna yang jarang menggunakan fasilitas jaminan kesehatan. Kata kunci : Peraturan Presiden, Kenaikan Tarif Kesahatan.

Upload: vunhan

Post on 30-Jan-2018

234 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden nomer 19 tahun 2016 tentang kenaikan tarif BPJS kesehatan di kabupaten Jember.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif, dan dasar penelitin terjun langsung dalam mengumpulkan data dengan teknik wawancara. Hal ini dimasukkan guna untuk mengetahui adanya pengaruh dalam peraturan presiden nomer 16 tahun 2016 tentang kenaikan tarif pembayaran BPJS di masyarakat hususnya di kabupaten jember.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan atas iuran bulana yang di tetapkan oleh presiden tahun 2016 masih sangat minim terutama para pengguna yang jarang menggunakan fasilitas jaminan kesehatan.

Kata kunci : Peraturan Presiden, Kenaikan Tarif Kesahatan.

Page 2: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

ABSTRACT

This study aims to determine the implementation of the presidential decree

number 19 in 2016 on a rate increase of social security health agency in the

district jember.

Kind used research in this research is descriptive research tife through a

qualitative approach , and basic research directly involved in collecting data by

interview .It is included in order to determine the effect of the presidential decree

number 16 in 2016 about the increase rate of payment of social security agencies

in the community hususnya in Jember district .

From the results of this study indicate that the level of compliance on a flat

monthly fee set by the president in 2016 is still very low , especially those users

who rarely use social security facilities.

Keywords : a presidential decree , the rate increase health

Page 3: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Animo masyarakat Jawa Timur untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan di

Provinsi Jawa Timur terus meningkat. Saat ini, jumlah peserta BPJS Kesehatan

mencapai 21,4 juta dari total penduduk Jawa Timur sekitar 38 juta jiwa.

BPJS Kesehatan Devisi Regional 7 Jawa Timur, telah merilis data,

mayoritas dari kepesertaan ini adalah peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI),

termasuk peserta Jamkesda yang sudah terintegrasi dengan program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Dari 38 kabupaten di Jawa Timur, 13 di antaranya

mengintegrasikan Jamkesda ke JKN. Ditargetkan semua kabupaten terintegrasi di

2016. Namun, kepatuhan peserta, khususnya peserta bukan penerima upah

(PBPU) atau peserta mandiri di provinsi ini masih fluktuatif.

Sistem Jaminan Sosial Nasional Merupakan Program Negara Yang

Bertujuan Memberikan Kepastian Perlindungan Dan Kesejahteraan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Sebagaimana Diamanatkan Dalam Undang-Undang Dasar 1945,

Yaitu: Dalam Pasal 28 H Ayat (1), Ayat (2) Dan Ayat (3) Dan Pasal 34 Ayat (1)

Ayat (2) Dan Melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor

X/Mpr/2001, Dimana Presiden Ditugaskan Untuk Membentuk Sistem Jaminan

Sosial Nasional Dalam Rangka Memberikan Perlindungan Sosial Bagi

Masyarakat Yang Lebih Menyeluruh Dan Terpadu.

Jaminan Sosial ini Merupakan Satu Bentuk Sistem Perlindungan Sosial.

Rys (2011) Menyatakan Perlindungan Sosial Lazimnya Dipahami Sebagai

Intervensi Terpadu Oleh Berbagai Pihak Untuk Melindungi Individu, Keluarga,

Atau Komunitas dari berbagai resiko kehidupan sehari-hari yang mungkin terjadi,

atau untuk mengatasi berbagai dampak guncangan ekonomi, atau untuk

memberikan dukungan bagi kelompok-kelompok rentan di masyarakat. Sistem

perlindungan sosial yang bersifat formal dapat dikelompokkan dalam beberapa

Page 4: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Bentuk Yaitu (I) Bantuan Sosial (Social Assistance), (Ii) Tabungan Hari Tua

(Provident Fund), (Iii) Asuransi Sosial (Social Assurance), (Iv) Tanggung Jawab

Pemberi Kerja (Employer’s Liability) (Kertonegoro, 1982).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka telah ditetapkan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Sjsn) Sebagai

Wujud Komitmen Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial

Nasional, Selanjutnya Ditindaklanjuti Dengan Membentuk Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (Bpjs) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. hal ini juga berkait dengan

Keputusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Perkara Nomor 007/Puu-Iii/2005.

pembentukan badan penyelenggara jaminan sosial (bpjs) juga akan

melahirkan transformasi kelembagaan dari beberapa perusahaan persero yang

selama ini ada, yaitu: pt. jamsostek (persero), pt. taspen (persero), pt. asabri

(persero) dan pt. askes (persero), menjadi badan penyelenggara jaminan sosial

(bpjs), yang berubah status menjadi badan hukum publik. selain itu badan

penyelenggara jaminan sosial selanjutnya akan dilaksanakan oleh 2 (dua) badan

penyelenggara jaminan sosial (bpjs), yaitu badan penyelenggara jaminan sosial

(bpjs) kesehatan dan badan penyelenggara jaminan sosial (bpjs) Ketenagakerjaan.

Transformasi Badan-Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tersebut Akan

Dilanjutkan Dengan Pengalihan Peserta, Program, Aset Dan Liabilitas, Pegawai,

Serta Hak Dan Kewajiban

Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

nasional. Pemerintah sebagai instansi tertinggi yang bertanggungjawab atas

pemeliharaan harus pula memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan penyediaan

sarana pelayanan kesehatan.

Badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan bahwa kesehatan

merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga

tertuang dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 selanjutnya

disingkat dengan (UUD NRI) dan Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan selanjutnya disingkat dengan (UUK), menetapkan bahwa setiap orang

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga

Page 5: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan

negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi

penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu

pemerintah mengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak januari 2005 program ini menjadi

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PJPKM) Yang populer

dengan nama Askeskin. Pada tahun 2008 program askeskin ini di ubah namanya

menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan

kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah

tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal

34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut

dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya

masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan

mekanisme Asuransi Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna

memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta

dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap

pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN,

pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang

kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima

pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi

pegawai BUMN dan swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk

Page 6: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan

telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal

dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin

(JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi

Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan

tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas).

Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program

jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK

Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan

program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran

JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta

Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan

Kesehatan Nasional dikelola dengan prinsip :

1. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran

maka akan terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu

yang sakit, yang kaya membantu yang miskin

2. Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan

mencari untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana

amanat, sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk

kepentingan peserta.

3. Keterbukaan, kehati – hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang

berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangan

4. Portabilitas, Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah

tempat tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara

Republik Indonesia tetap dapat mempergunakan hak sebagai peserta

JKN

Page 7: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

5. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta

sehingga dapat terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan

kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan

penyelenggaraan program.

6. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana

titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik – baiknya

demi kepentingan peserta.

7. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta. 

Prinsip pelaksanaan program JKN di atas, maka kepesertaan bersifat

wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling

singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta JKN

terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non Penerima

Bantuan Iuran (Non PBI). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012

tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan

bahwa:

1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri

Sosial setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan

lembaga terkait.

2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan

oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

statistik (BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk

dijadikan data terpadu.

3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut

provinsi dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah

nasional PBI Jaminan Kesehatan

4. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan

Kesehatan sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS

Kesehatan.

Page 8: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang datanya

mengacu pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS dan dikelola oleh

Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana

terjadi kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS, maka

Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013 yang 

memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk mengusulkan peserta

pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah peserta yang diganti. Adapun

peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah meninggal, merupakan

PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak diketahui keberadaannya,

atau peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya. Disamping itu, sifat dinamis

kepesertaan ini juga menyangkut perpindahan tingkat kesejahteraan peserta,

sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar sebagai peserta Jamkesmas saat ini

tidak lagi masuk ke dalam BDT.

Penduduk Indonesia berdasarkan sensus pada tahun 2010 sebanyak

237.556.363 jiwa, data kementrian kesehatan tahun 2010 menunjukan bahwa

penduduk Indonesia yang telah memiliki jaminan kesehatan adalah 60,24℅ atau

sejumlah 14.179.507 jiwa, dan 39,76℅ atau 95.376.856 penduduk belum

mempunyai jaminan kesehatan (bps.go.id).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS kesehatan adalah badan

hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bgi

seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga asing yang bekerja paling singkat 6

bulan di Indonesia. Peserta BPJS terdiri dari peserta bantuan iur (PBI) yang terdiri

dari fakir miskin serta orang tidak mampu, dan golongan non PBI atau peserta

dari peralihan ASKES (UU BPJS, 2011).

Page 9: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Pengalihan program ini meliputi 6 hal yaitu pelaksanaan koordinasi dan

simulasi dalam proses pengalihan program jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan,

pelaksanaan sosialisasi jaminan kesehatan nasional, penyelesaian pembayaran

terhadap klaim fasilitas pelayanan kesehatan yang telah memberikan pelayanan

kesehatan kepada peserta jamkesmas, pendayagunaan verifikator independen

jamkesmas menjadi sumberdaya manusia yang diperlukan BPJS kesehatan sesuai

kualifikasi, pemanfaatan teknologi aplikasi verifikasi klaim dan sistem pelaporan

pelaksanaan jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan dan, pengalihan data

kepesertaan penerima jamkesmas tahun 2013 ke dalam BPJS kesehatan sebagai

peserta penerima bantuan iuran (www.depkes.go.id)

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat indonesia. Peran strategis ini di peroleh karena Rumah

Sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat tehnologi dan padat pakar (Aditama,

2003).

Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, akan berpengaruh

terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, di

samping itu menyelenggarakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit juga banyak

disorot oleh masyarakat mengenai kinerja tenaga- tenaga kesehatan selain

masyarakat juga mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan

kesehatan terutama pelayanan keperawatan. Di Rumah Sakit, sumber daya

manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah

perawat, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat

dinilai sebagai indicator baik apa buruknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit.

Sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan BPJS, keluarga peserta

seringkali mengeluh kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Mereka menganggap bahwa pasien yang menjadi peserta jamkesmas mendapat

pelayanan dan perlakuan yang berbeda dengan pasien lain di beberapa Rumah

Sakit, baik yang di rawat maupun yang hanya berobat.

Page 10: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin melalui program jamkemas belum optimal. Lembaga Swadaya

Masyarakat itu menyatakan, meski hasil survey menunjukkan sebagian peserta

jamkesmas (83,2%) menyatakan puas dengan pelayanan kesehatan yang di

berikan, namun masih ada peserta yang tidak puas denga pelayanan Dokter (5%),

perawat (4,7%,) dan petugas kesehatan (4,7%). Hasil observasi ICW

menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas belum

baik jika di lihat berdasarkan panjangnya antrian berobat, sempitnya ruang tunggu

dan lamanya peserta dalam menunggu waktu operasi. Beberapa peserta

jamkesmas mengeluhkan kekecewaan yang berkaitan dengan rumitnya proses

administrasi untuk mengurus persyaratan jamkesmas, sikap perawat dan dokter

yang tak ramah, lamanya waktu menunggu tindakan-tindakan medis atau operasi

dan fasilitas ruang rawat yang terbatas, bahkan berita penolakan terhadap pasien

jamkesmas sering terdengar (Tempo, 2009).

Dari temuan survey CRC (Citizen Report Cards) Tahun 2010 yang

dilakukan ICW terhadap 989 pasien miskin pemegang kartu jamkesmas,

jamkesda, gakin dan SKTM pada 19 Rumah Sakit pemerintah dan swasta di

Jabotabek, sebagian pasien miskin pemegang kartu jamkesmas, jamkesda, gakin

dan SKTM (70%) masih mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit. Keluhan tersebut

antara lain terkait dengan pelayanan administrasi, perawat, sarana dan prasarana,

uang muka, obat, biaya dan layanan Rumah Sakit lainnya, karena hal tersebut

sangat erat kaitannya dengan implikasi kefluktuatifan tingkat kepatuhan peserta

BPJS Kesehatan.

Per tanggal 1 April 2016, BPJS Kesehatan menaikkan tariff nya menurut

peraturan presiden no 19 tahun 2016. Berdasarkan apa yang dipaparkan diatas,

penulis tertarik untuk meneliti dengan judul: Implementasi Peraturan Presiden No

19 Tahun 2016 mengenai kenaikan tarif BPJS Kesehatan di Kabupaten Jember.

Page 11: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu:

1. Bagaimanakah implementasi Peraturan Presiden No 19 Tahun 2016

mengenai kenaikan tarif BPJS Kesehatan di Kabupaten Jember ?

2. Bagaimanakah kepatuhan peserta BPJS Kesehatan terkait Peraturan

Presiden No 19 Tahun 2016 mengenai kenaikan tarif BPJS Kesehatan

di Kabupaten Jember ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan implementasi Peraturan Presiden No 19 Tahun

2016 mengenai kenaikan tarif BPJS Kesehatan di Kabupaten Jember.

2. Untuk mendeskripsikan tingkat kepatuhan peserta BPJS Kesehatan

terkait Peraturan Presiden No 19 Tahun 2016 mengenai kenaikan tarif

BPJS Kesehatan di Kabupaten Jember.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap bahwa penilitian ini dapat digunakan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis:

a) Dapat mengasah kepekaan terhadap isu yang berkembang di dunia

sosial dan politik

b) Dapat menjadikan karya tulis ilmiah ini menjadi tolok ukur

kemampuan memecahkan masalah

c) Dapat menciptakan kesadaran berpartisipasi politik dalam

kesehariannya

d) Dapat menerapkan dan mengamalkan ilmu pemerintahan yang telah

dimiliki untuk masyarakat.

Page 12: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2. Manfaat praktis:

a) Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan dan titik tolak bagi

peneliti yang ingin mengembangkan teori-teori pemerintahan yang

berkaitan dengan pelayanan public.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

memperkuat strategi dalam menyikapi kepatuhan peserta BPJS

Kesehatan baik mandiri maupun non mandiri.

Page 13: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan

implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan

Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang

saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan

Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70)

mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa”.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi

bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh

karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek

berikutnya yaitu kurikulum. Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum

menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau

seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan

melakukan perubahan. Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-

pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses.

Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan

untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan

dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain

tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang

berbeda. Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman

(2004) menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi

itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses

Page 14: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan

program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode

pengajaran yang diugunakan. Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman

(2002) menekankan pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini

lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi

pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang

direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program

yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-

pengalaman guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka

penyempurnaan program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-

diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap

selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.

Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang

implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi

dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program

yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum

desain (dokumentasi).

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah

kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan

sepenuhnya.Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat

oleh seorangInsinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas

kalkirnya makaimpelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan

yang telah dibuattadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng

atau tidak sesuai denganrancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak

sama dengan hasilrancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang

telah di buat karenarancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan

telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi

kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah

direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan

keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadiapabila yang dilaksanakan

bertolak belakang atau menyimpang dari yang telahdirancang maka terjadilah

Page 15: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.Rancangan kurikulum dan

impelemntasi kurikulum adalah sebuah sistem danmembentuk sebuah garis lurus

dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam artiimpementasi mencerminkan

rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain

yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai intikurikulum untuk

memahami perancangan kuirkulum dengan baik dan benar.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan

implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan

Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang

saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan

Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70)

mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.” Pengertian-

pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan

mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi

suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena

itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya

yaitu kurikulum.

Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan

proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan

harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan. Dalam konteks

implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di atas

memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses,

suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau

harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar

dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu

mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda. Dalam kaitannya dengan

pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004) menjelaskan bahwa

pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum

Page 16: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini

adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program,

mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran

yang digunakan.

Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman (2002) menekankan pada

fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada

interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang

melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber

baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan

hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru. Interaksi antara

pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan program,

pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk

memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses

penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap. Sedangkan pendekatan

ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang implementasi sebagai bagian dari

program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti

perkembangan dan megadopsi program-program yang sudah direncanakan dan

sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah

kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan

sepenuhnya.Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat

oleh seorangInsinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas

kalkirnya makaimpelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan

yang telah dibuattadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng

atau tidak sesuai denganrancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak

sama dengan hasilrancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang

telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit

dan telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi

kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah

direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan

keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadiapabila yang dilaksanakan

Page 17: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

bertolak belakang atau menyimpang dari yang telahdirancang maka terjadilah

kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.Rancangan kurikulum dan

impelemntasi kurikulum adalah sebuah sistem danmembentuk sebuah garis lurus

dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam artiimpementasi mencerminkan

rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain

yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai intikurikulum untuk

memahami perancangan kuirkulum dengan baik dan benar.

Berikut adalah model skema implementasi:

Gambar 2.1 : Skema model implementasi

Page 18: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2.2 Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara

bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan

kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan

hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya

suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan

hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang

diinginkan.

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses

pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi

berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya

berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme

politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan

eksplisit.

Sering diperdebatkan apa perbedaan antara kebijakan dengan

kebijaksanaan. Ini terjadi, karena dua kata ini, kebijakan dan kebijaksanaan, sama-

sama belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam pengertian kedua kata

ini masih belum disepakati penggunaannya. Namun, menurut Zaenuddin Kabai,

kebijakan adalah formalisasi dari sebuah kebijaksanaan, mengingat seringnya kata

kebijakan digunakan pada lingkungan-lingkungan formal (organisasi atau

pemerintahan). Menarik juga untuk memperhatikan pengertian kebijakan yang

dikemukakan oleh beberapa ahli atau organisasi berikut ini:

1. Menurut  Lasswell (1970): kebijakan adalah sebagai suatu program

pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a

projected program of goals values and practices).

2. Menurut  Anderson (1979): kebijakan adalah serangkaian tindakan

yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh

para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of

problem or matter of concern).

Page 19: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

3. Menurut  Heclo (1977): kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja

dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

4. Menurut  Eulau (1977): kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan

oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka

yang membuat dan melaksanakan kebijakan.

5. Menurut  Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu taktik

atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

6. Menurut  Friedrik (1963): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang

diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu

dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta

kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam

upaya mencapai tujuan.

7. Menurut  Budiardjo (1988): kebijakan adalah sekumpulan keputusan

yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha

memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

8. Menurut  Carter V. Good (1959): kebijakan adalah sebuah

pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian

terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan

perencanaan yang bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam

pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.

9. Menurut  Indrafachrudi (1984): kebijakan adalah suatu ketentuan pokok

yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi

atau pengelolaan.

10. Menurut Carl Friedrich: Kebijakan adalah suatu tindakan yang

mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan

adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang

untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

11. Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar

pedoman (untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program

mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

Page 20: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

12. Menurut KBBI: Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan,

kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan

sebagainya).

13. Menurut Anderson: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai

tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk

memecahkan suatu masalah.

Menurut Musto padidjaja: Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi

yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau

untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat

dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang

harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana

kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah

ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun

dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum public

yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang

asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di indonesia. (UU No.24 tahun 2011

tentang BPJS).

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) BPJS (Badan

Penyelengaraan

JaminanSosial) Kesehatan adalah Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial yang

dibentuk pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan untuk masyarakat.

1. BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Kesehatan adalah

pengganti layanan kesehatan dari PT.ASKES dan juga

PT.JAMSOSTEK.

2. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Kesehatan adalah

program SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) yang di khususkan

untuk pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia yang

menitikberatkan kepada pemerataan pelayanan kesehatan.

Page 21: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

3. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Kesehatan adalah

program untuk semua masyarakat tanpa terkecuali.

4. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Kesehatan memiliki 2

jenis, yaitu DPI (Dots Per Inch) dan non DPI (Dots Per Inch). Dimana

anggota DPI (Dots Per Inch) iuran dibayarkan oleh pemerintah,

sedangkan non DPI (Dots Per inch) iuran membayar sendiri

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang di selenggarakan dengan menggunakan

mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak di berikan kepada

setiap orang yang membayar iur atau iurannya dibayar oleh pemerintah.(UU

No.40 tahun 2004 tentang SJSN).

Kedua badan tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk

memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan

program jaminan yang bertujuan untuk memberi kepastian perlindungan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program

jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS

memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.

Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan

sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut

secara transparan.

Page 22: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2.2.1. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam penyelenggaraan program BPJS ini adalah :

1. Undang – Undang

a) UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN

b) UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS

2. Peraturan Pemerintah

a) PP No. 90 Tahun 2013 tentang pencabutan PP 28/2003 tentang

subsidi dan iuran pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi

kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun.

b) PP No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

c) PP No. 86 Tahun 2013 tentang tata cara pengenaan sanksi

administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara

dan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja dan penerima

bantuan iuran dalam penyelenggaraan jaminan sosial.

d) PP No. 87 Tahun 2013 tentang tatacara pengelolaan aset jaminan

sosial kesehatan.

e) Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang perubahan atas perpres no. 12

Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.

f) Perpres No. 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan

program jaminan sosial.

g) Perpres No. 108 Tahun 2013 tentang bentuk dan isi laporan

pengelolaan program jaminan sosial.

h) Perpres No. 107 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan tertentu

berkaitan dengan kegiatan operasional kementerian pertahanan,

TNI, dan Kepolisian NRI.

i) Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.

Page 23: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2.2.2. Pengertian BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum public

yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang

asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di indonesia. (UU No.24 tahun 2011

tentang BPJS).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang di selenggarakan dengan menggunakan

mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak di berikan kepada

setiap orang yang membayar iur atau iurannya dibayar oleh pemerintah.(UU

No.40 tahun 2004 tentang SJSN).

Kedua badan tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk

memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan

program jaminan yang bertujuan untuk memberi kepastian perlindungan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program

jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS

memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.

Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan

sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut

secara transparan.

Page 24: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2.2.3. Tugas BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas

untuk:

1.  Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.

2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.

3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.

4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.

5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.

6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan

sesuai dengan

7. Ketentuan program jaminan sosial.

8. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan

sosial kepada peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan

pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk

menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan dana jaminan Sosial,

pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas

penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan

keterbukaan informasi.

Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti

menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

Page 25: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2.2.4. Fungsi BPJS

UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN

diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip

ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4

program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan

pensiun, dan jaminan kematian.

Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan

secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar

peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai

apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit

akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk

menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun,

mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan

derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang

penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.

Page 26: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan

kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

Dalam pasal 5 ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 disebutkan fungsi BPJS

adalah :

1. Berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

2. Berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan kecelakaan

kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun dan

jaminan hati tua

2.2.5. Wewenang BPJS

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas BPJS

berwenang:

1. Menagih pembayaran Iuran.

2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,

solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.

4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang

ditetapkan oleh Pemerintah.

5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.

6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja

yang tidak memenuhi kewajibannya.

Page 27: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi

kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program jaminan sosial.

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran

dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,

kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi

administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai

badan hukum publik.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santunan

kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

2.2.6 Prinsip BPJS

Prinsip dasar BPJS adalah sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh UU

SJSN Pasal 19 ayat 1 yaitu jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

Maksud prinsip asuransi sosial adalah :

1. Kegotongroyongan antara si kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,

yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah.

2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selaktif.

3. Iuran berdasarkan presentase upah atau penghasilan.

4. Bersifat nirlaba.

Page 28: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Sedangkan prinsip ekuitas adalah kesamaan dalam memperoleh

pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terikat dengan besaran iuran yang

dibayarkan. Kesamaan memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan

finansial ke pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dan masuk dalam program pemerintah pada

tahun 2014.

2.2.7 Tujuan

Tujuan dari jaminan kesehatan bagi masyarakat adalah:

Tujuan sebuah negara adalah menciptakan kesejahteraan kepada seluruh

rakyatynya. Dalam hal ini, maka Indonesia membentuk penyelenggaraan jaminan

social yaitu BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial). Yang dimana tujuan

dari Institut ini memberikan jaminan terpunuhinya kebutuhan dasar hidup yang

layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

Sebelum BPJS tertentu, beberapa program jaminan social telah tebentuk,

seperti Jaminan social Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang mencakup tentang

jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemeliharaan

kesehatan,jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi

tenaga kerja. Selanjutnya Jaminan untuk pegawi Negeri yaitu TASPEN

( Tabungan dan Asuransi Pegawai Negri) dan ASKES ( Asuransi Keseshatan dan

untuk Prajurut Tentara Nasional Indinesia ( TNI ), anggota Kepolisian Republik

Indonesia (POLRI) dan PNS Kementian Pertahanan /TNI / Polri beserta

keluarganya telah dilaksanakan Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Indonesia

(ASABRI).

Namun Sebagian besar masyarakat belum memperoleh perlindungan yang

memadai dengan program-program diatas. Perlu adanya sasaran yang lebih luas

lagi dan manfaat yang lebih besar pada setiap peserta.Oleh karena itu, di

bentuklah BPJS yang diharapkan menjadi penyempurna dari program – program

jaminan social tadi. Yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Page 29: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Dengan adanya BPJS Kesehatan ini pelayanan medis bisa lebih jeli dan

teliti mengidentifikasi masalah pasien dan melakukan tindakan/pemeriksaan

sesuai dengan indikasinya, karena BPJS membiayai sesuai dengan diagnosa

penyakit dan telah dihitung pemeriksaan yang dilakukan sesuai indikasi. Namun,

dampak dari BPJS ini adalah ke dokter juga, yaitu penetapan biaya yang sesuai

belum ditentukan.

Sejalan dengan BPJS yang sekarang sedang hangatnya di perbincangkan,

yang merupakan agenda unggulan dari Presiden baru kita Jokowi,yatitu KIS

(Kartu Indonesia Sehat) dimana KIS dan BPJS mempunyai tujuan yang sama

hanya cakupan peserta KIS lebih besar dari Jumlah peserta JKN. JKN (jaminan

Kesehatan Niasioanal ) merupakan program yang dikelolah oleh BPJS

sebelumnya.Peserta KIS merupakan peserta yang termasuk dalam daftar JKN,

hanya KIS menambah cakupannya yaitu peserta Penyandang MAsalah

Kesejahteraan Sosial dan bayi baru lahir dari orang tua peserta PBI (Penerima

Bantuan Iuran).

Perluasan manfaat KIS, sinergis dan terintegrasinya pelayanan kesehatan

perorangan dengan promotif,preventif, skrining yang diatur lebih lanjut secara

teknis. KIS dapat dikatakan sebagai penyempurna bagi BPJS, sehingga

diharapkan adanya sinkronisasi antara BPJS dan KIS, sesuai dengan perkataan

Puan Maharani, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

“KIS itu adalah sebuah system, sedangkan BPJS adalah sebuah badan yang

mengelolah system”. Namun, penerapan KIS ini belum diketahui pasti, apakah

berjalan baik seperti BPJS yang hampir 1 tahun telah berjalan.

Page 30: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2.2.8 Manfaat BPJS

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non

spesialistik mencakup:

a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promotif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama

h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan

kesehatan mencakup:

a. Rawat jalan, meliputi:

i. Administrasi pelayanan

ii. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter

spesialis dan sub spesialis

iii. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

iv. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

v. Pelayanan alat kesehatan implant

Page 31: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

vi. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi

medis

vii. Rehabilitasi medis

viii. Pelayanan darah

ix. Peayanan kedokteran forensik

x. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

b. Rawat Inap yang meliputi: 

i. Perawatan inap non intensif

ii. Perawatan inap di ruang intensif

iii. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

2.2.9 Kepesertaan

Peserta BPJS (UU SJSN 2004) adalah sebagai berikut :

1. Peserta PBI jaminan kesehatan terdiri atas orang yang tergolong fakir

miskin dan orang tidak mampu

2. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu yang terdiri atas :

a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu :

i. Anggota TNI Dan POLRI

ii. Pegawai Negeri Sipil

iii. Pejabat Negara

iv. Pegawai pemerintah non pegawai negeri

v.  Pegawai Swasta

vi. Pegawai yang tidak termasuk salah satu di atas yang menerima

upah.

Page 32: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

b. Pegawai bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu :

i. Pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri

ii. Pekerja yang tidak termasuk point pertama yang bukan penerima

upah

iii. Warga Negara Asing yang bekerja dan tinggal di Indonesia paling

singkat 6 bulan.

c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, terdiri dari :

i. Investor

ii. Pemberi kerja

iii. Penerima pension

iv. Veteran

v. Perintis kemerdekaan

vi. Bukan pekerja yang tidak termasuk salah satu diatas yang mampu

membayar iuran.

d. Penerima pensiun terdiri atas :

i. PNS yang berhenti dengan hak pension

ii. Anggota TNI dan POLRI yang berhenti dengan hak pension

iii. Pejabat negara yang berhenti dengan hak pension

iv. Penerima pensiun selain point di atas

v. Janda, duda atau yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana

dimaksud pada point di atas yang mendapat hak pensiun.

e. Anggota keluarga bagi keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi :

i. Istri atau suami yang sah dari peserta.

ii. Anak kandung, anak tiri dan / atau anak angkat yang sah dari

peserta dengan kriteria :

Page 33: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

iii. Anak yang tidak atau belum pernah menikah atau tidak

mempunyai penghasilan sendiri.

iv. Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun bagi yang

masih melanjutkan pendidikan formal.

2.2.10 Pelayanan BPJS

Jenis Pelayanan, Ada dua jenis pelayanan yang diperoleh peserta BPJS, yaitu

berupa pelayanan kesehatan atau medis serta akomodasi dan ambulan ( non

medis). Ambulan diberikan pada pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan

kondisi tertentu yang ditetapkan bpjs.

Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis

pakai sesuai dengan kebutuhan medis.

2.2.11 Kelebihan BPJS

1. Murah.

Murah bukan berarti murahan dengan hanya premi perbulan untuk

kelas 1 59 ribu kelas 2 49.500 kelas 3 25.000 anda sudah bisa di cover

puluhan penyakit,rawat inap,pembedahan obat dan lain sebagainya,dari

hasil berita tetangga saya yang sering cuci darah puas karena gratis,ada

juga cerita teman saya yang istrinya melahirkan dan biaya nol alias

gratis

2. Wajib.

Kenapa wajib karena di undang undang sudah ada dan bersifat

wajib artinya jika anda ikut asuransi swasta maka anda juga harus

asuransi bpjs kesehatan.

Page 34: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

3. No medical check up.

Nah jika anda mendaftar di asuransi kesehatan swasta lain,anda

akan kena medical cek up terlebih dahulu jika anda terkena penyakit

kritis dan sudah berumur diatas 40 tahun maka premi anda akan

menjadi mahal bahkan malah pengajuan polis anda bisa di tolak,nah di

bpjs di umur berapapun boleh mendaftar dan tanpa medical cek up

bahkan bayi yang masih dalam kandungan saja bisa di daftarkan.

4. Berani jamin seumur hidup.

Mungkin hanya bpjs yang berani menanggung proteksi peserta

hingga seumur hidup asuransi yang lain paling maksimal 100 tahun

itupun kami belum pernah dapat testimoni atau kabar ada asuransi yang

berani menanggung hingga umur 100 tahun

5. No pre Existing

Nah jika di asuransi swasta jika sebelumnya anda sudah terkena

penyakit kronis tapi tetap mendaftar itu bisa ditolak kalaupun tidak

nanti premi mahal bahkan polis di tolak kalaupun juga berbohong nanti

juga anda akan susah klaim dana anda ketika sakit dan bisa di anggap

pembohongan,nah di bpjs

12. Kelemahan BPJS

1. Metode berjenjang

Nah jika di asuransi lain anda bisa langsung ke berobat ke

rumahsakit yang bekerja sama atau rekanan,maka kalau di bpjs anda

harus ke faskes 1,biasanya klinik atau puskesmas setelah di faskes 1

dapat rujukan baru anda ke rumah sakit yang bekerja sama dengan

bpjs,sebenarnya langsung ke rumah sakit bisa tapi ada prosedurnya

seperti kritis atau kecelakaan dan lain sebagainya namun jika anda yang

biasa pakai asuransi swasta pasti akan mengeluh dengan prosedur

seperti ini.

Page 35: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

2. Hanya Indonesia

Perlindungan asuransi bpjs hanya melindungi di indoensia berbeda

dengan asuransi swasta sebelah yang bisa melindungi dan rumah sakit

yang bekerja sama hingga seluruh dunia

3. Antri Sana Sini

Untuk pendaftaran dan pengubahan data di kantor bpjs antrian

kadang tidak terbendung contohnya saja hari senin silahkan anda lihat

di kantor bpjs antrian lumayan banyak tidak cukup disitu saja jika anda

berobat ke rumah sakit dan sudah dapat rujukan dari faskes 1 antrian

berobat di rumah sakit juga banyak,boleh dibuktikan

4. Jarang Dapat Kelas 1

Nah saat mengurus istri saya yang melahirkan saya coba gunakan

BPJS selain untuk mereview juga menilai bagaimana sistemnya dan

hasilnya saya hanya dapat kelas 3 padahal kelas bpjs saya bukan 3

itupun kata rumah sakit kelas 3 hanya tinggal 1 kamar,begitu juga cerita

dari teman teman saya gak ada yang dapat kelas 1 kalau berobat

menggunakan bpjs,heran saya,mungkin memang kamar penuh atau

jawab sendiri saja ya.

Waktu anda sakit misalnya jantung anda bisa daftar bpjs dan asal syarat

lengkap 99% di terima Nah itulah beberapa kelebihan bpjs dibanding asuransi

swasta,walaupun masih baru bpjs juga selalu berusaha untuk memperbaiki dan

membuat terobosan yang membantu masyarakat indonesia,prinsip gotong royong

seperti yang sehat menolong yang sakit cocok untuk lidah orang indonesia karena

gotong royong sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Sistem Jaminan Sosial Nasional Merupakan Program Negara Yang Bertujuan

Memberikan Kepastian Perlindungan Dan Kesejahteraan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Sebagaimana Diamanatkan Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Yaitu:

Dalam Pasal 28 H Ayat (1), Ayat (2) Dan Ayat (3) Dan Pasal 34 Ayat (1) Ayat (2)

Dan Melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/Mpr/2001,

Dimana Presiden Ditugaskan Untuk Membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional

Page 36: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Dalam Rangka Memberikan Perlindungan Sosial Bagi Masyarakat Yang Lebih

Menyeluruh Dan Terpadu.

Jaminan Sosial Ini Merupakan Satu Bentuk Sistem Perlindungan Sosial. Rys

(2011) Menyatakan Perlindungan Sosial Lazimnya Dipahami Sebagai Intervensi

Terpadu Oleh Berbagai Pihak Untuk Melindungi Individu, Keluarga, Atau

Komunitas Dari Berbagai Resiko Kehidupan Sehari-Hari Yang Mungkin Terjadi,

Atau Untuk Mengatasi Berbagai Dampak Guncangan Ekonomi, Atau Untuk

Memberikan Dukungan Bagi Kelompok-Kelompok Rentan Di Masyarakat.

Sistem Perlindungan Sosial Yang Bersifat Formal Dapat Dikelompokkan Dalam

Beberapa Bentuk Yaitu (I) Bantuan Sosial (Social Assistance), (Ii) Tabungan Hari

Tua (Provident Fund), (Iii) Asuransi Sosial (Social Assurance), (Iv) Tanggung

Jawab Pemberi Kerja (Employer’s Liability) (Kertonegoro, 1982).

Sehubungan Dengan Hal Tersebut, Maka Telah Ditetapkan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Sjsn) Sebagai

Wujud Komitmen Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial

Nasional, Selanjutnya Ditindaklanjuti Dengan Membentuk Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (Bpjs) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Hal Ini Juga Berkait Dengan

Keputusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Perkara Nomor 007/Puu-Iii/2005.

Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Juga Akan

Melahirkan Transformasi Kelembagaan Dari Beberapa Perusahaan Persero Yang

Selama Ini Ada, Yaitu: Pt. Jamsostek (Persero), Pt. Taspen (Persero), Pt. Asabri

(Persero) Dan Pt. Askes (Persero), Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(Bpjs), Yang Berubah Status Menjadi Badan Hukum Publik. Selain Itu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Selanjutnya Akan Dilaksanakan Oleh 2 (Dua)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs), Yaitu Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (Bpjs) Kesehatan Dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

Ketenagakerjaan. Transformasi Badan-Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Tersebut Akan Dilanjutkan Dengan Pengalihan Peserta, Program, Aset Dan

Liabilitas, Pegawai, Serta Hak Dan Kewajiban

Page 37: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian studi kasus yang digunakan adalah penelitian deskriptif melalui

pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti

transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-

lain. Dalam penelitian kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan

dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman

jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata. pendekatan kualitatif, yaitu

penelitian yang menggunakan data pokok yang berbentuk kalimat, gambar, dan

sebagainya. Dengan definisi tersebut, maka penelitian kualitatif deskriptif menjadi

acuan peneliti untuk menghasilkan data-data baru.

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif yang berusaha memberikan gambaran sekaligus menerangkan

fenomena-fenomena yang ada sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dari keadaan yang ada di masyarakat pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya sesuai dengan permasalahan

penelitian. Berkaitan dengan judul penelitian, yang termasuk dalam gejala-gejala

sosial yang ada bersifat deskiptif kualitatif, sehingga penelitian ini menggunakan

jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yang umunya berangkat

dari pertanyaan why atau how. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan peneliti

dengan studi kasus, karena permasalahan yang diteliti lebih sesuai apabila

menggunakan studi kasus. Bogdan dan Biklen (1982) menjelaskan studi kasus

merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu subjek atau satu

tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.

Page 38: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Metode ini digunakan karena:

1. Metode kualitatif lebih mudah menggambarkan keadaan dan menyesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya apabila berhadapan langsung dengan kehidupan nyata.

2. Metode ini juga lebih peka dan lebih dimengerti karena peneliti

mempelajari fenomena yang terjadi dengan jalan mengumpulkan data

berupa cerita rinci dari informan.

3. Informasi detail karena sesuai dengan pandangan responden/informan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati fenomena yang terjadi dan yang

lebih difokuskan kembali ke area kerja BPJS Kesehatan cabang Jember. Peneliti

terjun langsung dalam mengumpulkan data, dan tidak bisa dimanipulasi, karena

fenomena yang terjadi memang benar – benar ada pada wilayah kerja BPJS

Kesehatan cabang Jember.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, sumber data yang diperoleh berdasarkan hasil data

tertulis karena bersifat naratif dan deskriptif. Jenis data tertulis teridiri atas hasil

wawancara. Serta dari pihak luar (eksternal) meliputi informasi dari media massa

yang berkaitan dengan judul (majalah, artikel, dan berita lain yang disiarkan

melalui media massa).

Menurut McMillan & Schumacher (2003) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian

yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus

penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan

memberikan berbagai informasi dari informan yang diperlukan selama proses

penelitian Informan yang diteliti dalam penelitian ini terdapat beberapa informan

yang terbagi menjadi dua, yaitu:

Page 39: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

1. Informasi Kunci (Key Informant)

Informasi Kunci (Key Informant) yaitu informan yang memiliki

berbagai pokok informasi yang diperlukan dalam penelitian atau

informan yang memberi informasi secara mendalam dalam permasalahan

yang diteliti. Informan kunci ini diantaranya dia yang menguasai atau

memahami sesuatu yang menjadi pusat penelitian, sehingga sesuatu itu

bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati. Dalam penelitian ini, yang

menjadi key informant adalah Sofia. Beliau adalah pengguna jaminan

kesehatan BPJS kesehatan selama lebih dari satu tahun. Beliau memiliki

sakit yang sangat sering kambuh dan mengharuskannya menggunakan

BPJS Kesehatan di setiap bulannya. Sofia lahir di Jember 32 tahun lalu

danertempat tinggal di kelurahan Sumbersari – Jember dengan

penghasilan sebagai penjual nasi bungkus.

2. Informan Kedua (second informant)

Informan Kedua (second informant) yaitu informan yang sama

pentingnya dengan informan kunci, sama-sama memberikan informasi

penting yang turut mendukung berhasilnya penelitian. Informan kedua

membantu melengkapi berbagai informasi yang telah disampaikan

informan kunci. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai informan

kedua yaitu Anggun Aulia. Beliau adalah bagian hubungan masyarakat

(Humas) BPJS Kesehatan cabang Jember. Beliau sudah bekerja hampir 2

tahun di kantor tersebut.

3. Informan Tambahan.

Informan Tambahan/Pendukung yaitu informan yang mempunyai

informasi tambahan, dan dapat melengkapi hasil data dari informan

kunci. Informan tambahan ini berdasarkan rekomendasi dari informan

kunci. Informan tambahan dari pengguna BPJS kesehatan yang aajarang

menggunakan layanan kesehatan dari jaminan BPJS Kesehatan

dikarenakan hanya menjadikan nya sebagai langkah antisipatif saat

kondisi sakit.

Page 40: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan kunci,

informan kedua dan informan tambahan dengan menggunakan teknik Purposive

Sampling yang merupakan teknik sampling dengan menentukan kriteria yang

tepat pada informannya. Teknik ini paling banyak dipakai ketika peneliti tidak

banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang

yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Pengambilan sampel untuk

suatu populasi dapat dilakukan dengan cara mencari contoh sampel dari populasi

yang kita inginkan, kemudian dari sampel yang didapat dimintai partisipasinya

untuk memilih komunitasnya sebagai sampel lagi, seterusnya hingga jumlah

sampel yang diinginkan terpenuhi.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data dan informasi, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data primer dan sekunder yang terdiri sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)

Teknik wawancara dalam Moeleong (2000), merupakan teknik

pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrument yaitu

berupa pedoman wawancara. Peneliti menggunakan teknik wawancara

dengan mewawancari langsung informan / narasumber dengan

berdasarkan masalah yang akan diteliti.

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun

berdasarkan dimensi perjalanan dalam memilih menggunakan jaminan

kesehatan BPJS kesehatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi

subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar

yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara

yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini

adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi

pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari

pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara

dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan

selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun

berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara

Page 41: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta

pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang

dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak

memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah

wawancara selesai.

Peneliti selanjutnya memilih subjek yang sesuai dengan

karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara

dilaksanakan, peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk

diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti

membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan

tempat untuk melakukan wawancara.

Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis diatas.

2. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode

observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat

memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat

dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah

observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi

subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat

memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Menurut Patton dalam (Poerwandari, 1998) tujuan observasi

adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang

berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna

kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang

diamati tersebut.

Page 42: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Menurut Patton dalam (Poerwandari, 1998) salah satu hal yang

penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal

yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil

observasi menjadi data penting karena:

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks

dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka,

berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan

mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek

penelitian sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal

yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek

penelitian secara terbuka dalam wawancara.

e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap

introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan

pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat

dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

f. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi

mendukung untuk kelengkapan data dalam proses penelitian.

Dokumnetasi adalah teknik kedua dan terakhir dalam pengumpulan

data yang bersifat tercetak. Teknik ini bertujuan untuk melengkapi

data-data tambahan serta mendukung berhasilnya penelitian seperti,

buku-buku, artikel, ataupun berita yang terkait.

Page 43: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau

dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang

terkait dengan objek penelitian (Bungin, 2007).

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan data-data sekunder yang terkait dengan permasalahan

penelitian. Data-data sekunder disini berhubungan dengan gambaran

umum para karyawan Radio Prosalina Fm, dan dalam kegiatan

wawancara dengan subjek peneliti.

4. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi pustaka

untuk mendukung kelengkapan data dalam proses penelitian. Studi

pustaka adalah teknik terakhir yang di pakai oleh peneliti untuk

mengumpulkan berbagai sumber informasi sehingga data-data yang

dibutuhkan lengkap. Studi pustaka bersifat tercetak (printed) seperti

buku-buku dan tulisan-tulisan. Peneliti mendapatakan mulai dari artikel

hingga karya ilmiah yang berkaitan dengan tema dan judul yang diambil.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yang dapat berupa kata-kata, kalimat, atau narasi, baik yang diperoleh

dari hasil wawancara maupun observasi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian

ini disusun dan di analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif.

Sugiyono (2005) menjelaskan, analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain.

Page 44: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowcart, dan sejenisnya. Peneliti menganalisa data ke

dalam beberapa tahap antara lain:

1. Mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya.2. Data-data yang di dapat kemudian disusun berdasarkan rumusan

masalah dan tujuan.

3. Data yang telah dikumpulkan dan di susun kemudian diinterpretasikan.

4. Berdasarkan analisa dan penafsiran yang dibuat, ditarik kesimpulan

serta saran untuk kebijakan.

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada wilayah kerja BPJS Kesehatan cabang jember dan lebih terfokus pada pengguna jaminan kesehatan BPJS Kesehatan dalam lingkup kota Jember.

Page 45: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

Merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh

pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun

PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan

Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama

Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember2013. Untuk BPJS

Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari2014, sedangkan BPJS

Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli2014.

Gambar 4.1 Logo Jaminan Kesehatan Nasional

BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang

dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak

tanggal 1 Januari2014.

Page 46: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

4.1.2 Sejarah Singkat BPJS Kesehatan

1. 1968 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas

mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima

Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan

membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI

yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK),

dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A.

Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.

2. 1984 - Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan

kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional,

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984

tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,Penerima

Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya.

Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan

penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti.

3. 1991 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,

kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola

Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis

Kemerdekaan beserta anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan

diizinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan

badan lainnya sebagai peserta sukarela.

4. 1992 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status

Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan

pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada

Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada

peserta dan manajemen lebih mandiri.

5. 2005 PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui

Departemen Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor

56/MENKES/SK/I/2005, sebagai Penyelenggara Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM/ASKESKIN).

Page 47: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

a. Dasar Penyelenggaraan :

i. UUD 1945

ii. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan

iii.UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

iv. Keputusan MenteriKesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004

dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005,

b. Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :

i. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan asas

gotong royong sehingga terjadi subsidi silang.

ii. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.

iii.Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan

secara terstruktur dan berjenjang.

iv. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.

v. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada

peserta.

vi. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan

mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.

c. 2014 - Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero)

berubah nama menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang

no. 24 tahun 2011 tentang BPJS.

4.1.3 Kepesertaan wajib

Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di

Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS.Ini sesuai

pasal 14 UU BPJS.

Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota

BPJS.Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib

mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan

ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin,

iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.

Page 48: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal,

namun juga pekerja informal.Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS

Kesehatan.Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai

dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.

Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara

bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah

memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi

menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis

penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.

4.1.4 Dasar hukum

1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial.

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 5

4.2 Iplementasi Perpres No 19 Tahun 2016

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tugas dan fungsi Jaminan

Kesehatan Nasional dengan BPJS Kesehatan ada sedikit perbedaan, Mulai 1

Januari 2014 sistem Jaminan Sosial terbaru atau JKN (Jaminan Kesehatan

Nasional) resmi diberlakukan. Namun masih banyak warga yang belum tahu apa

itu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan dan JKN. Berikut ini

adalah pertanyaan-pertanyaan dari warga yang masih bingung soal JKN dan

BPJS.

 JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan

sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan

sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan. Bagaimana

dengan rakyat miskin? Tidak perlu khawatir, semua rakyat miskin atau PBI

(Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya oleh pemerintah. Sehingga

Page 49: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

tidak ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk memeriksakan penyakitnya ke

fasilitas kesehatan.

Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial. BPJS ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai

PT Askes. Begitupun juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari

Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Antara JKN dan BPJS tentu berbeda.

JKN merupakan nama programnya, sedangkan BPJS merupakan badan

penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan

Sosial Nasional).

Menurut Humas BPJS kesehatan, Anggun, “BPJS saat ini lebih dikenal

sebagai penggantinya askes, tapi banyak juga kok yang menggunakan bpjs

kesehatan apalagi di Jember banyak rumahsakit yang biasa menjadi rujukan dari

rumah sakit di daerah kayak Banyuwangi, Bondowoso sama Lumajang”

(Wawancara dengan Anggun, Mei 2016).

Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia

akan dijamin kesehatannya. Dan juga kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali

juga masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu

yang ditanggung pemerintah.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 jenis Iuran dibagi

menjadi:

1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh

Pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan

tidak mampu). 

2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS,

Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai

negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong

langsung dari gaji bulanan yang diterimanya. 

Page 50: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau

pekerja mandiri) dan Peserta bukan Pekerja (investor, perusahaan,

penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak

yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta

yang bersangkutan. 

Untuk jumlah iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

Upah yang terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan

Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri akan dipotong sebesar 5 persen dari

gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 3 persen dibayar oleh pemberi kerja,

dan 2 persen dibayar oleh peserta.

Tapi iuran tidak dipotong sebesar demikian secara sekaligus. Karena

secara bertahap akan dilakukan mulai 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2015 adalah

pemotongan 4 persen dari Gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 4 persen

dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5 persen dibayar oleh Peserta. 

Namun mulai 1 Juli 2015, pembayaran iuran 5 persen dari Gaji atau Upah

per bulan itu menjadi 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1 persen oleh

Peserta.

Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar

kemampuan dan kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:

1. Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per

bulan

2. Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per

bulan

3. Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per

bulan

Page 51: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan

apabila ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari

total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran

iuran Jaminan Kesehatan ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan

dengan Peraturan Presiden.

1. Untuk peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran)

a. Pekerja penerima upah ( PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara,

Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta, akan

mendapatkan pelayanan kelas I dan II

b. Pekerja bukan penerima upah (Pekerja di luar hubungan kerja atau

pekerja mandiri, karyawan swasta) akan mendapatkan pelayanan

kelas I, II dan III sesuai dengan premi dan kelas perawatan yang

dipilih.

c. Bukan pekerja (investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran,

perintis kemerdekaan serta janda, duda, anak yatim piatu dari veteran

atau perintis kemerdekaan. Termasuk juga wirausahawan, petani,

nelayan, pembantu rumah tangga, pedagang keliling dan sebagainya)

bisa mendapatkan kelas layanan kesehatan I, II, dan III sesuai

dengan premi dan kelas perawatan yang dipilih.

2. Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu yang dibayarkan

preminya oleh pemerintah mendapatkan layanan kesehatan kelas III

 Direktur Kepersertaan BPJS, Sri Endang Tidarwati mengatakan bahwa

sistem pelayanan BPJS akan lebih baik karena didukung oleh SDM yang banyak

dan terlatih. Sementara bila semua data lengkap dan seluruh isian dalam formulir

sudah terisi dengan baik, pihak BPJS (Badan penyelenggara Jaminan Sosial)

mengklaim prosedur pendaftaran menjadi peserta JKN (Jaminan Kesehatan

Nasional) cukup 15 menit.

Page 52: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

 Menteri Kesehatan menyampaikan, bila ada satu RS yang dokternya

galak, maka pasien ini boleh pindah ke RS yang memiliki dokter yang ramah dan

melayani dengan baik. Menkes mengatakan, lama-lama jumlah pasien di dokter

galak tersebut akan berkurang. Sementara dokter yang melayani dengan baik dan

gembira, jumlah pasien dan pendapatannya meningkat.

 Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk

pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.

Seperti misalnya untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta

JKN akan mendapatkan pelayanan:

1. Penyuluhan kesehatan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai

pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri

pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak.

3. Keluarga Berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi

dan tubektomi

4. Skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk

mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko

penyakit tertentu.

5. Jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialisis (gagal ginjal).

 Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur mengatakan bahwa Anda bisa

datang ke kantor BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kemudian

melakukan hal berikut:

1. Mengisi formulir pendaftaran

2. Pembayaran premi

Anda akan diberikan virtual account atau kode bank untuk

pembayaran premi pertama yang bisa dilakukan melalui ATM atau

bank terdekat yang saat ini sudah bekerjasama yaitu bank BRI, BNI dan

Mandiri.

Page 53: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Untuk biaya premi peserta mandiri dengan perawatan kelas 3,

sebulan hanya Rp 25.500 per orang, untuk perawatan kelas II sebulan

Rp 42.500 per orang dan perawatan kelas I sebesar Rp 59.500 per

orang.

Adapun besaran premi pada kelompok pekerja sebesar 5 persen

dari gaji pokoknya, 2 persen dibayarkan oleh yang bersangkutan dan 3

persen dibayarkan oleh perusahaan tempat pekerja bekerja.

Tabel 4.1

Pembayaran Premi

PT. Askes

BPJS

Kelas Perawatan Biaya Perawatan Per Orang

Perawatan Kelas I Rp 59.500 Per Orang

Perawatan Kelas II Rp 42.5000 Per Orang

Perawatan Kelas III Rp 25.500 Per Orang

Sumber ; BPJS

3. Mendapat kartu BPJS Kesehatan yang berlaku di seluruh Indonesia.

Menurut Anggun, kartu BPJS juga saat ini sudah banyak yang

menggunakan, sekitar 30% yang belum mendaftarkan diri.

Setelah membayar premi, nantinya Anda akan mendapat kartu

BPJS Kesehatan yang menjadi bukti bahwa Anda merupakan peserta

JKN. Saat ini fasilitas kesehatan yang dimiliki pemerintah otomatis

melayani JKN. Sementara fasilitas kesehatan milik swasta yang dapat

melayani JKN jumlahnya terus bertambah. Hanya tinggal sekitar 30

Page 54: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

persen saja yang belum bergabung (Wawancara dengan Anggun, Mei

2016).

Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan kesempatan

kepada swasta untuk berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas

kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

a. Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas

kesehatan tingkat pertama (Puskesmas) yang ditetapkan oleh BPJS

Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan

kabupaten/kota setempat.

b. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya peserta

berhak memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan.

c. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas

kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, kecuali berada di

luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta

terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

 Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur menambahkan, bila sudah aktif

menjadi peserta, alur pelayanan menggunakan pola rujukan berjenjang yang

dimulai dari sistem layanan primer hingga tersier.Ia mengatakan, layanan primer

terdiri atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik pratama (klinik swasta).

Jadi nanti setiap orang mulai berobat dari sistem layanan primer dulu sehingga

menghindari penumpukkan di satu rumah sakit. Khusus untuk keadaan darurat

seperti kecelakaan atau penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer, bisa

langsung ke rumah sakit.

 Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.

Secara eksternal, pengawasan akan dilakukan oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial

Nasional) dan Lembaga pengawas independen. Dan secara internal, BPJS akan

diawasi oleh dewan pengawas satuan pengawas internal.

Page 55: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

1. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran jaminan

kesehatan sesuai dengan gaji atau upah peserta.

2. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran

sebagaimana dimaksud, BPJS Kesehatan memberitahukan secara

tertulis kepada pemberi kerja dan atau peserta selambat-lambatnya 14

(empat belas) hari sejak diterimanya iuran.

3. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan

pembayaran iuran bulan berikutnya.

 Bila peserta tidak puas terhadap pelayanan jaminan kesehatan yang

diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,

maka peserta dapat menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan

kesehatan dan atau BPJS Kesehatan. Atau dapat langsung datang ke posko BPJS

di kota dan desa. Ada juga hotline servis BPJS di nomor kontak 500-400. 

Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) mengalami

kenaikan. Kenaikan berkenaan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19

Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan.Dalam keterangannya, Perpres yang ditetapkan pada 29

Februari 2016 lalu itu menyebutkan, kenaikan iuran per bulan Jamkesda atau

Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang didaftarkan pemda dari sebelumnya sebesar

Rp 19.225 menjadi Rp 23.000 ribu.Untuk peserta mandiri, semua kelasnya pun

mengalami kenaikan besaran iuran per bulan.Untuk peserta JKN kelas I, iuran

yang sebelumnya sebesar Rp 59.500 menjadi Rp 80 ribu.

Untuk iuran per bulan peserta JKN yang memilih fasilitas kelas II, yang semula

sebesar Rp 42.500 kini menjadi Rp 51 ribu.Adapun iuran per bulan untuk peserta

JKN kelas III, sebelumnya sebesar Rp 25.500 menjadi Rp 30 ribu.

Page 56: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Tabel 4.2

Kenaikan Pembayaran

BPJS

Jenis Biaya Awal Biaya Akhir Total Kenaikan

Biaya

Iuran Per Bulan

Jamkesda

Rp 19.225 Rp 23.000 Rp 3.775

Kelas I Rp 59.500 Rp 80.000 Rp 20.500

Kelas II Rp 42.500 Rp 51.000 Rp 8.500

Kelas III Rp 25.5000 Rp 30.000 Rp 4.500

Sumber : BPJS

Setelah adanya kenaikan iuran BPJS Kesehatan per 1 April lalu, menurut

pihak BPJS hal ini telah tersosialisasikan jauh sebelumnya.

“ Kita udah banyak sosialisasi kok, mulai dari Rumah sakit, terjun ke

masyarakat langsung, di kantor dan instansi perusahaan juga sudah, sampai desa-

desa juga sudah tersebar informasi kenaikan ini. Toh juga ini karena ada perpres

juga, sifatnya kan ini subsidi silang”.(Wawancara dengan Anggun, Mei 2016).

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 19 Tahun

2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013

tentang Jaminan Kesehatan. Perubahan pertamanya dilakukan lewat Perpres No.

111 Tahun 2013. Perubahan keduanya ini berimplikasi pada pemangku

kepentingan seperti peserta. Sebab ada beberapa perubahan penting dalam revisi

Perpres. Simak saja poin-poin pentingnya pasal 1 angka 14 a Perpres mengatur

tentang kecurangan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Fraud

adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan

Page 57: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

finansial dari program JKN dalam SJSN melalui perbuatan curang yang tidak

sesuai dengan ketentuan.Berarti agar terjadi fraud ada unsur kesengajaan.

Pasal 4 ayat (2) huruf e Perpres memasukkan pimpinan dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam kategori peserta penerima upah

(PPU). Pasal 5 ayat (1) menegaskan jumlah anggota keluarga yang ditanggung

peserta kategori PPU paling banyak 5 orang yakni PPU, istri/suami yang sah, anak

kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah.

Bagi pekerja yang belum didaftarkan pemberi kerja dalam program JKN,

sesuai ketentuan Pasal 11 ayat (3) Perpres, boleh mendaftar sendiri dengan

melampirkan dokumen yang membuktikan status ketenagakerjaannya. Ayat

selanjutnya menegaskan iuran yang dibayar pekerja yang mendaftar sendiri

besaran iurannya mengacu Perpres Jamkes. Pasal 11 ayat (5) Perpres menyebut

jika pekerja/buruh belum terdaftar pada BPJS Kesehatan, pemberi kerja wajib

bertanggung jawab pada saat pekerja membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai

manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Pasal 11 ayat (6) mengatur sanksi

untuk pemberi kerja yang belum mendaftarkan pekerjanya dalam program JKN,

sanksi berupa teguran tertulis, denda, dan/atau tidak mendapat pelayanan publik

tertentu.“Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”,

begitu bunyi pasal 11 ayat (7) Perpres Jamkes. Pasal 11 ayat (8) mengamanatkan

kepada setiap pekerja bukan penerima upah sesuai ketentuan pasal 6 ayat (3)

huruf c wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya secara sendiri-

sendiri atau berkelompok sebagai peserta JKN. Ketentuan itu juga berlaku bagi

setiap orang bukan pekerja sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (9) Perpres

Jamkes Ketentuan baru yang ditambahkan dalam Perpres Jamkes yaitu Pasal 12

ayat (2) tentang identitas peserta berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS). Identitas

paling sedikit memuat nama dan nomor identitas peserta yang terintegrasi dengan

nomor identitas kependudukan (NIK) kecuali untuk bayi baru lahir dari ibu yang

terdaftar sebagai PBI. Pasal 12 ayat (2a) menegaskan KIS diberikan kepada

peserta secara bertahap.

Page 58: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Pasal 16 ayat (3) menegaskan iuran JKN bagi PBPU dan Bukan Pekerja

(BP) dibayar oleh peserta atau pihak lain atas nama peserta. Pasal 16A ayat (1)

memaparkan kenaikan besaran iuran PBI dari Rp19.225 menjadi Rp.23.000 per

orang setiap bulan.Pasal 16A ayat (2) mengatur berlakunya iuran PBI itu sejak 1

Januari 2016.Pasal 16B ayat (1) sebagian besar tidak ada perubahan, hanya ada

penambahan frasa 'pimpinan dan anggota DPRD.'Begitu juga pasal 16B ayat (3)

huruf b ada tambahan frasa 'bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan

dan anggota DPRD.'Pasal 16D mengubah batas atas gaji atau upah per bulan yang

digunakan sebagai dasar penghitungan besaran iuran JKN bagi PPU dari 2 kali

penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dengan status kawin dengan 1 orang anak

menjadi Rp8 juta.Besaran iuran bagi PBPU naik, itu tercantum dalam pasal 16F

ayat (1). Untuk ruang perawatan kelas III Rp30.000 (sebelumnya Rp25.500),

kelas II Rp51.000 (sebelumnya Rp42.500), kelas 1 Rp80.000 (sebelumnya

Rp59.500).Pasal 16F ayat (2) mengatur kenaikan besaran iuran itu mulai berlaku

1 April 2016.

Ada satu ayat yang ditambahkan dalam pasal 16H yakni ayat (4),

menjelaskan pembayaran iuran JKN bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana

ayat (2) diawali dengan pemberian surat kuasa dari pekerja kepada pemberi kerja

untuk melakukan pemotongan tambahan iuran dan menyetorkan kepada BPJS

Kesehatan.Pasal 17A.1 berisi ketentuan yang intinya mengatur penghentian

penjaminan oleh BPJS Kesehatan bagi peserta yang terlambat membayar iuran

lebih dari sebulan sejak tanggal 10, serta denda yang dikenakan kepada peserta

yang telat membayar iuran.Pasal 21 ayat (1) huruf b nomenklatur 'imunisasi dasar'

diubah menjadi 'imunisasi rutin.Pasal 21 ayat (3) mengatur pelayanan imunisasi

rutin meliputi pemberian jenis imunisasi rutin sesuai ketentuan perundang-

undangan.Pasal 21 ayat 4 menegaskan pelayanan kontrasepsi vasektomi dan

tubektomi masuk sebagai manfaat promotif preventif.

Page 59: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Pasal 21 ayat 4a mengatur pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi

bagi peserta JKN di fasilitas kesehatan (faskes) diatur dengan Peraturan Kepala

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).“Vaksin

untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” begitu paparan pasal 21

ayat (5) Perpres Jamkes.Pasal 22 ayat (1) menghapus pelayanan transfusi darah di

faskes tingkat pertama (FKTP).Untuk pelayanan di faskes tingkat lanjutan

(FKRTL) ada yang ditambah yaitu pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

dasar (ayat (1) huruf b angka 2); pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi

spesialistik (ayat (1) huruf b angka 3); dan pelayanan keluarga berencana (ayat (1)

huruf b angka 11).Pasal 22 ayat (2) menjelaskan pelayanan kesehatan yang

dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 2 hanya berlaku untuk pelayanan di unit

gawat darurat.Pasal 22 ayat (3) mengatur pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 11 tidak termasuk keluarga berencana yang

telah dibiayai pemerintah.Selain mendapat pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pasal 22 ayat (1) mengacu pasal 22 ayat (4) peserta juga berhak

mendapat pelayanan berupa alat kesehatan. Ditegaskan pasal 22 ayat (5) alat

kesehatan yang dimaksud termasuk alat bantu kesehatan.

Pasal 22A memberi kewenangan kepada Menteri untuk menetapkan

pelayanan kesehatan lain yang dijamin berdasarkan penilaian teknologi kesehatan

(health technology assessment) dengan memperhitungkan kecukupan iuran setelah

berkoordinasi dengan mentri keuangan. Berikutnya, Pasal 23 huruf b angka 4

memasukan PPU selain angka 1 sampai 3 dan pegawai pemerintah non PNS

dengan gaji sampai Rp4 juta mendapat ruang perawatan kelas II. Kelas I untuk

pimpinan dan anggota DPRD beserta anggota keluarganya (Pasal 23 huruf c

angka 2).Ruang perawatan kelas I juga diperoleh peserta PPU selain angka 1

sampai 5 dan pegawai pemerintah non PNS dengan gaji di atas Rp4-Rp8 juta

(Pasal 23 huruf c angka 8).

Page 60: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Dibanding peraturan sebelumnya, Perpres Jamkes mengatur lebih rinci

peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya.Itu

diatur dalam Pasal 24 yang terdiri dari empat ayat.Ada beberapa ketentuan baru

dalam Pasal 25 yang mengatur tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin

BPJS Kesehatan.Misalnya, Pasal 25 ayat (1) huruf c menjelaskan BPJS Kesehatan

tidak menjamin pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program Jaminan

Kecelakaan Kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau

hubungan kerja.

Pada Pasal 29 ayat (2a), (2b) dan (2c) diatur bahwa BPJS Kesehatan bisa

memindahkan peserta dari satu FKTP ke FKTP lain. Pasal 32 ayat (3) memasukan

BKKBN sebagai salah satu unsur dalam Komite Nasional.Pasal 32A ayat (1) dan

(2) menegaskan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah atas

ketersediaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan

ketentuang peraturan perundang-undangan. Pasal 36 ayat (4a) mengatur

keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pelaksanaan kerja sama BPJS

Kesehatan dengan faskes.Pasal 36A terdiri dari tiga ayat yang intinya melarang

faskes menarik biaya kepada peserta selama pelayanan yang diberikan sesuai

dengan manfaat yang berhak diterima peserta. Pasal 38 ayat (1) huruf b dan c

menegaskan batas waktu pembayaran klaim BPJS Kesehatan kepada faskes paling

lambat 15 hari kerja. Pasal 38A mengatur daluarsa pengajuan klaim oleh faskes

kepada BPJS Kesehatan yakni dua tahun sejak pelayanan kesehatan diberikan.

Pasal 39 ayat (1a) menegaskan pengaturan pembayaran kapitasi kepada

FKTP milik pemerintah pusat mengikuti ketentuan di bidang keuangan negara.

Pasal 39 ayat (5) mengamanatkan agar evaluasi tarif kapitasi dan INA-CBGs

dilakukan dengan menghitung kecukupan iuran dan kesinambungan program

sampai dua tahun ke depan. Pasal 39A ayat (1) dan (2) membolehkan BPJS

Kesehatan meminta rekam medis peserta kepada faskes.Pasal 43A ayat (1), (2)

dan (3) mengatur pengembangan teknis operasionalisasi sistem pelayanan

kesehatan, kendali mutu pelayanan dan pembayaran pelayanan kesehatan dalam

JKN.Pasal 45 ayat (2) menjelaskan peserta dan faskes bisa mengadu kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Menteri jika tidak

Page 61: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

mendapat pelayanan yang baik dari BPJS Kesehatan. Pasal 46 ayat (1a)

memperjelas peran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau

Badan Pengawas Rumah Sakit (RS) dalam penyelesaian sengketa pelayanan

kesehatan pada program JKN.

Pemerintah menyelaraskan Perpres Jamkes dengan Permenkes No. 36

Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (fraud) Dalam Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan.Itu terlihat dari adanya BAB khusus terkait fraud di pasal 46A

ayat (1)-(5) Perpres Jamkes.

Tingkat kepatuhan pembayaran BPJS Kesehatan untuk wilayah Jember,

Kepatuhan Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dari

mandiri di Jember membayar iuran premi, sangat rendah. Padahal iuran bulanan

sangat penting untuk membantu peserta BPJS lainnya yang membutuhkan

pengobatan di rumah sakit.

"Kami menyayangkan hal itu. Sebab tingkat kepatuhan masih di bawah

50 persen. Sehingga saat mendaftar lalu setelah berobat, maka peserta tidak lagi

membayar iuran," urai Kepala Humas BPJS Kesehatan Jember. (Wawancara

dengan Anggun, Mei 2016).

Pihaknya berharap tahun 2016, peserta mandiri lebih bijak untuk tetap

membayar premi sebagai bentuk tolong menolong sesama.

"Memang banyak yang menjadi alasan peserta menunggak membayar.

Salah satunya bank yang ditunjuk lokasinya jauh sehingga membutuhkan biaya

tambahan saat hendak membayar iuran bulanan,".(Wawancara dengan Anggun,

Mei 2016).

Maka untuk mempermudah pembayaran iuran mulai tahun 2016 ini,

BPJS Kesehatan memperluas layanan sistem pembayaran iuran kepada para

peserta sehingga bisa melakukan pembayaran iuran di seluruh gerai Indomaret,

Alfamart dan kantor pos serta cabangnya.

Page 62: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Sementara itu Kepala BPJS Jember, Tania Rahayu Pringgowati

menyatakan hal sama juga terjadi bagi peserta BPJS mandiri di Kota Jember.

Berbeda dengan peserta dari pemerintah daerah (Pemda), TNI dan Polri,

perusahaan kepatuhan membayar premi sudah baik. 

“Untuk yang lainnya sudah seratus persen, hanya peserta mandiri ini

yang kesadaran masih rendah untuk bayar iuran bulanan,” urainya. (Wawancara

dengan Anggun, Mei 2016).

Sementara menurut peserta BPJS Kesehatan yang mengklaim dirinya

selalu patuh membayar iuran meskipun dirinya peserta mandiri, beranggapan

bahwasanya dirinya sangat membutuhkan menjadi peserta BPJS Kesehatan

mengingat kesehatan baginya sangat penting.

“Gak papa meskipun naik, nanti yang penting pelayanannya bisa kita

rasakan bedanya, Ya harus lebih baik, kalau ga lebih baik saya ya gak mau ikut

jadi peserta lagi, Ini juga kan nolongin orang.” (Wawancara dengan Asih, Mei

2016).

Meskipun demikian masih saja ada yang tidak patuh hingga menyentuh

lebih dari 50% setelah kenaikan iuran BPJS Kesehatan ada yang tidak mau

membayar. Seperti yang dituturkan Ahmadi.

“Ngapain saya bayar lagi, wong saya makek juga jarang, jarang sakit,

lagian juga kalau gak pernah dipakai juga uang saya gak bias diminta. Ya

berhemat aja, biar kalaupun sakit langsung puskesmas kan tetep terjangkau,

daripada buat bulanan iurannya juga naik, mending saya stop”. (Wawancara

dengan Ahmadi, Mei 2016).

Dengan demikian dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwasanya

Implementasi dari perpres nomor 19 tahun 2016 ini sangat erat kaitannya dengan

tingkat kepatuhan membayar para peserta BPJS Kesehatan mandiri yang ada di

wilayah kota Jember khususnya. Yang disebabkan kurangnya rasa kepedulian.

Page 63: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian, maka penulis dapat memberikan

kesimpulan atas penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemkab Jember di dalam menghadapi kenaikan iuran BPJS sangat

menyayangkan sekali dikarenakn masyarakat sebelum adanya

kenaikan iuran kurang kesadarannya membayar apalagi iuran

dinaikkan maka untuk mendorong kesadarannya dalam membayar

iuran pemkab jember mengadakan penyuluhan ke desa-desa, ke

puskesmas, ke PKK bahkan mewajibkan setiap perusahaan

mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS.Sedangkan orang atau

keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri

dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik

iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga

miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan

Iuran. Meskipun warga jember sendiri banyak yang mengeluh atas

adanya perubahan mengenai peraturan Presiden no 19 tahun 2016

tentang kenaikan iuran.

2. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan atas

iuran bulanan yang di tetapkan oleh presiden tahun 2016 masih sangat

minim terutama para pengguna yang jarang menggunakan fasilitas

jaminan kesehatan. Tingkat kepatuhan pembayaran BPJS Kesehatan

untuk wilayah Jember, Kepatuhan Peserta Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dari mandiri di Jember membayar

iuran premi, sangat rendah. Padahal iuran bulanan sangat penting

untuk membantu peserta BPJS lainnya yang membutuhkan pengobatan

di rumah sakit. Oleh karena itu untuk mempermudah pembayaran iuran

Page 64: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

mulai tahun 2016 ini, BPJS Kesehatan memperluas layanan sistem

pembayaran iuran kepada para peserta sehingga bisa melakukan

pembayaran iuran di seluruh gerai Indomaret, Alfamart dan kantor pos

serta cabangnya. Meskipun demikian masih saja ada yang tidak patuh

hingga menyentuh lebih dari 50 % setelah kenaikan iuran BPJS

kesehatan ada yang tidak mau membayar, bahkan ada masyarakat yang

diwaktu penyuluhan ke desa-desa yang ada di daerah Jember berkata

“ngapai saya membayar iuran mahal-mahal wong saya jarang pakek

BPJS soalnya jarang sakit, lagian kalau tidak dipakai uang saya tidak

bisa diminta mending disimpen aja uangnya biar kalau sakit langsung

ke puskesmas lebih terjangkau dari pada bayar iuran yang selalu naik

mending saya setop aja.

Bagi peserta BPJS mandiri di Kota Jember, berbeda dengan peserta

dari pemerintah daerah (Pemda), TNI dan Polri, perusahaan kepatuhan

membayar premi sudah baik.

5.2 SARAN

1. Perlu adanya pengkajian ulang dalam penerapan Peraturan Presiden

nomor 19 tahun 2016 tentang kenaikan tarif BPJS Kesehatan bagi non

Penerima Bantuan Iuran.

2. Perlu dilakukan diskusi dengan masyarakat tentang kebijakan Perpres

nomor 19 tahun 2016

3. Kegiatan sosialisasi lebih diperluas dan ditingkatkan pada khalayak

4. Bagi pihak rumah sakit hendakya bisa mempertahankan atau bahkan

bisa meningkatkan kualitas pelayanan, baik bagi segi pelayanan

administrasi, pelayanan medis baik rawat jalan maupun rawat inap,

serta kelengkapan sarana dan prasarana.

5. Pihak rumah sakit hendaknya memperbanyak pelatihan-pelatihan dan

pendidikan tentang pelayanan bermutu mulai dari pengetahuan maupun

keterampilan sehari-hari

Page 65: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E.1979. Public Policy Making. Second Edition.New York :

University of Houston.

Amirin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian, Rajawali Press Jakarta.

Asih Eka Putri. 2014. Buku Saku Paham BPJS Kesehatan. Jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Ekowati Retaningsih. Akses Layanan Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada,.

Friedrich, Carl J, 1963. Man and His Government, McGraw-Hill, New York.

Good, Carter V. (1959) Dictionary Of Education, New York: Mc. Graw-Hill Book Company

Juliantara, Dadang. 2000. Menggeser Pembangunan, Memperkuat Rakyat. Lapera Pustaka Utama. Jogyakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Edisi Keempat). 2008. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kartono, Kartini. 1993. Pemerintahan dan Kepemimpinan. Rajawali Press. Jakarta.

Lukman, Sampara. 1999. Manajemen Kualitas Pelayanan. STIA LAN Press. Jakarta.

Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penenlitian Kualitatif. P.T. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muhammad, Arni. 2006. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Mustofa, Bisri (2009). Pedoman Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Panji Pustaka.

Novi Nur Kusuma Wardani 2015. Kapitasi dan Persepsi Kecukupan Kapitasi Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Skripsi

Ningsih Suria, Dkk. 2013. Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Artikel

Page 66: digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/.../umj-1x-andrianas-440…  · Web viewABSTRAK. Penelitian in. i bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Presiden

Sinambela, Lijan P dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1984. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.Syarif. Bandung.

---------- 2011, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif,dan R&D. CV Alfabeta, Bandung.

Suryani Amaliah Risqy, 2014. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja

Setelah TransFormasi Kelembagaan Jamsostek Menjadi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Skripsi

Roesli. 1991. Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bina Aksara. Bandung.

DOKUMEN :

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Panduan layanan bagi peserta

BPJS Kesehatan, Jakarta : BPJS Kesehatan Pusat

Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, 2014

Peraturan Presiden nomor 19 tahun 2016