diet rendah protein pada penyakit ginjal kronik
TRANSCRIPT
![Page 1: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/1.jpg)
DIET RENDAH PROTEIN PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium
I, II, III, dan IV. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat
tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis.
Umumnya pasien diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan
medikamentosa dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara
perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih
banyak dialami pasien PGK. Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren
Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik Ginjal
Hipertensi RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang. Faktor
penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang sebagai akibat
dari tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian
melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim
kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan
kepada pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas
normal, menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai
kualitas hidup yang cukup baik.
Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium
IV dengan TKK < 25 ml/mt pada dasarnya mencoba memperlambat penurunan
fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang beban kerja nephron dan
menurunkan kadar ureum darah. Standar diet pada Penyakit Ginjal Kronik Pre
Dialisis dengan terapi konservatif adalah sebagai berikut:
1. Syarat Dalam Menyusun Diet
![Page 2: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/2.jpg)
Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30
kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut:
Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori
![Page 3: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/3.jpg)
Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang
rusak sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai,
protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein
diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini
biasa disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran
protein bernilai biologi tinggi/hewani hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada
saat ini anjuran cukup 50 %. Saat ini protein hewani dapat dapat
disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan kedelai
sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 %
diutamakan lemak tidak jenuh.
Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah IWL ± 500 ml.
Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan
cairan dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara
dengan 1000-3000 mg Na/hari.
Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70
meq/hari
Fosfor yang dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari
Kalsium 1400-1600 mg/hari
2. Bahan Makanan yang Dianjurkan
Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau,
kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.
Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani
Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele,
dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang
menyukai sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan
kebutuhan protein tetap diperhitungkan. Beberapa kebaikan dan
![Page 4: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/4.jpg)
kelemahan sumber protein nabati untuk pasien penyakit ginjal kronik
akan dibahas.
Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele,
margarine rendah garam, mentega.
Sumber Vitamin dan Mineral
Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hipekalemi
perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan
khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam air hangat
selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci
kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak
menjadi stup buah/coktail buah.
3. Bahan Makanan yang Dihindari
Sumber Vitamin dan Mineral
Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami
hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam,
gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang,
durian, dan nangka.
Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema
dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam,
vetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan,
dikalengkan dan diasinkan.
![Page 5: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/5.jpg)
PEMBAHASAN
Sumber Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteos berarti yang utama atau
didahulukan. Jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien PGK pre dialisis
dalam bentuk diet Rendah Protein sangat penting untuk diperhatikan karena protein
berguna untuk mengganti jaringan yang rusak, membuat zat antibodi, enzim dan
hormon, menjaga keseimbangan asam basa, air, elektrolit, serta menyumbang
sejumlah energi tubuh. Protein dibuat dari 20 asam amino penyusun protein, 11
diantaranya dapat disintesis oleh tubuh, dan 9 sisanya disebut asam amino esensial
yang diperoleh dari bahan makanan, yaitu Leusin, Isoleusin, Valin, Triptofan,
Fenilalanin, Metionin, Treonin, Lisin dan Histidin. Dari asam amino, 8 diantaranya
dibutuhkan oleh orang dewasa, sedangkan Histidin dibutuhkan oleh anak-anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan. Bahan makanan yang mengandung semua asam
amino disebut lengkap protein, seperti telur, daging, ikan, susu, unggas, keju. Oleh
karena itu, protein hewani biasa disebut sebagai protein bernilai biologi tinggi. Bahan
makanan nabati, misalnya beras dan kacang-kacangan, mengandung asam amino
esensial yang terbatas atau tidak lengkap. Oleh karena itu, dikatakan mengandung
protein bernilai biologi rendah.
Kedelai dan hasil olahannya, yaitu tempe, tahu dan susu kedelai, mengandung
asam amino esensial walaupun ada 1 asam amino yang kurang, terbatas fungsinya
hanya untuk pemeliharaan, tidak untuk pertumbuhan (Limiting Amino Acid) yaitu
metionin. Demikian pula asam amino esensial lisin kurang pada beras dan triptopan
kurang pada jagung, akan tetapi apabila bahan makanan yang mengandung asam
amino terbatas dikonsumsi secara bersamaan dalam hidangan sehari-hari, dapat saling
melengkapi kekurangan dalam asam amino esensial. Sebagai contoh, nasi yang
terbatas lisin dimakan bersamaan dengan tempe yang terbatas pada metionin
didapatkan campuran yang memungkinkan saling melengkapi dalam asam aminonya
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
![Page 6: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/6.jpg)
Metode penilaian kualitas protein dahulu menggunakan Protein Efficiency
Ratio (PER) yang berdasarkan respon pertumbuhan pada pemberian sejumlah protein.
Saat ini, penilaian mutu protein digunakan Protein Digestibility Corrected Amino
Acid Score (PDCAAS) yang menggambarkan jumlah asam amino dari protein dan
tingkat daya cernanya pada manusia. Dengan metode ini, protein kedelai mempunyai
nilai yang sama dibandingkan dengan putih telur dan protein susu, kecuali asam
amino methionin yang harus ditambah.
Sumber protein dari kacang-kacangan dan produk kedelai, seperti tempe, tahu,
susu acang juga mengandung kalium dan fosfor yang cukup tinggi, sehingga untuk
mencegah hiperkalemia dan hiperfosfatemia tetap dibutuhkan pengikat fosfor dan
kalium yang adekuat. Produk kedelai cukup aman untuk selingan pengganti protein
hewani sebagai variasi menu dengan jumlah sesuai anjuran. Akan tetapi tidak untuk
suplemen atau tambahan sehingga melebihi kebutuhan. Susu kacang kedelai dapat
pula digunakan sebagai pengganti susu sapi. Hal positif yang didapat dari protein
nabati adalah mengandung phytoestrogen yang disebut isoflavon yang memberikan
banyak keuntungan pada PGK.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan didapatan protein dari kedelai dapat
menurunkan proteinuria, hiperfiltrasi, dan proinflamato cytokines yang diperkirakan
dapat menghambat penurunan
![Page 7: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/7.jpg)
fungsi ginjal lebuh lanjut. Penelitian lain mengenai diet dengan protein nabati
pada pasien PGK adalah dapat menurunkan ekresi urea, serum kolesterol total dan
LDL sebagai pencegah kelainan pada jantung yang sering dialami pada pasien PGK.
Pada binatang percobaan dengan penurunan fungsi ginjal yang diberi casein
dibandingkan dengan protein kedelai setelah 1-3 minggu didapatkab menunda
penurunan fungi ginjal lebih lanjut.
![Page 8: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/8.jpg)
Contoh Menu (Modifikasi)
Pasien PGK dengan terapi konservatif komposisi protein hewani:nabati = 50%:
50%. Menu dibuat untuk pasien PGK pre HD pria 62 tahun dengan BB 66 kg
dan TB 173 cm.
Nilai gizi :
Energi ± 2000
kkal, protein ±
40 g, lemak ±
58 g, KH ±
335 g. Waktu
Menu Jumlah
Gram URT*
Pagi Nasi
Tumis Tahu
Madu
Susu
Gula
100
75
40
15
13
¾ gls
1 ptg sdg
2 saset
3 sdm
1 sdm
Pk 10.00 Kue Talam
Teh
Gula
50
13
1 porsi
1 sdm
Siang Nasi
Rolade
Daging
Cap-cay
Goreng
Stup Nanas
150
50
50
100
1 gls
1 ptg sdg
½ gls
1 ptg
Pk 16.00 Kue
Mangkok
Fla Sirup
50
30
1 ptg sdg
3 sdm
![Page 9: Diet Rendah Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557201eb4979599169a29efb/html5/thumbnails/9.jpg)
Sore Nasi
Ayam
Goreng
Stup Buncis-
Wortel
Koktail
Pepaya
150
40
50
100
1 gls
1 ptg sdg
½ gls
1 ptg
*URT = ukuran rumah tangga, sdm = sendok makan, ptg = potong, gls = gelas,
sdg = sedang, btr = butir, bks = bungkus