diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai ...eprints.ums.ac.id/47942/14/naskah...

12
EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh: KARTIKO GILANG PAMUNGKAS NIM : E100150031 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: lekhanh

Post on 13-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN

PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL

DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL,

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-1

Fakultas Geografi

Oleh:

KARTIKO GILANG PAMUNGKAS

NIM : E100150031

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

i

ii

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

v

EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN

PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL DI CEKUNGAN

AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

Abstrak

Kabupaten Bantul merupakan bagian dari Cekungan Air Tanah ( CAT )

Yogyakarta-Sleman yang secara hidrogeologis terletak di bagian selatan atau bagian hilir

cekungan dan termasuk pada daerah discharge. Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten

Bantul mengalami peningkatan yang signifikan karena merupakan wilayah

perkembangan daerah urban dengan segala macam kegiatan pembangunan yang berjalan

sangat cepat. Kabupaten Bantul yang merupakan pusat kegiatan pembangunan, ekonomi,

perdagangan, industri dan pendidikan telah memicu meningkatnya kebutuhan akan air

bersih, dan sebagai akibatnya telah menunjukkan adanya dampak negatif terhadap

kondisi Air Tanah dan lingkungannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem analisa

data statistik yang diperoleh dengan berbagai formula perhitungan serta ditampilkan

dalam analisa spasial. Visualisasi kondisi dari penelitian dapat digambarkan dengan hasil

informasi interaktif dalam pemetaan pemanfaatan Air Tanah di CAT Kabupaten Bantul.

Hasil penelitian menunjukan tingkat pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bantul

dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Tingkat Pemanfaatan Air Tanah Sedang yang

berada di Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon, Banguntapan, dan Kasihan; Tingkat

Pemanfaatan Air Tanah Tinggi yang berada di Kecamatan Kretek, Pundong, dan Pleret;

dan Tingkat Pemanfaatan Air Tanah Sangat Tinggi yang berada di Kecamatan Sedayu,

Piyungan, Pandak, Sanden, Srandakan, Jetis, dan Pajangan.

Kata kunci : Cekungan Air Tanah (CAT), Pemanfaatan Air Tanah, Analisa

Spasial

Abstracts

Bantul district is part of the Basin Groundwater (CAT) Yogyakarta Sleman that

the hydro-located in the south or downstream of the basin and including the discharge

area. Utilization of Ground Water in Bantul district has increased significantly since the

development of the urban area with all kinds of development activities which runs very

fast. Bantul district which is the center of development, economy, trade, industry and

education has led to rising demand for clean water, and as a result have shown their

negative impact on the condition of Groundwater and the environment.

The method used in this research is to use statistical data analysis system obtained

with different calculation formulas and displayed in a spatial analysis. Visualization of

the condition of the research can be illustrated by the results of the use of interactive

information in the mapping of Groundwater in CAT Bantul.

The results showed the utilization rate of Groundwater in Bantul district can be

divided into three levels, namely Groundwater Utilization Rate Average residing in

Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon, Banguntapan, and pity; Groundwater

Utilization Rate High in Sub Kretek, Pundong, and Pleret; and Utilization Rate.

1

2

1. PENDAHULUAN

Kondisi Airtanah dalam segala aspek kehidupan manusia mempunyai peranan penting dalam

menyediakan kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Mengingat peranan Airtanah yang semakin

vital dan strategis, maka pemanfaatan Airtanah harus juga memperhatikan keseimbangan dan

pelestarian sumberdaya itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan Airtanah harus berwawasan

lingkungan.

Kabupaten Bantul merupakan bagian dari Cekungan Airtanah ( CAT ) Yogyakarta-Sleman

yang secara hidrogeologis terletak di bagian selatan atau bagian hilir cekungan dan termasuk pada

daerah discharge. Pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan yang

signifikan karena merupakan wilayah perkembangan daerah urban dengan segala macam kegiatan

pembangunan yang berjalan sangat cepat. Kabupaten Bantul yang merupakan pusat kegiatan

pembangunan, ekonomi, perdagangan, industri dan pendidikan telah memicu meningkatnya

kebutuhan akan air bersih, dan sebagai akibatnya telah menunjukkan adanya dampak negatif

terhadap kondisi Airtanah dan lingkungannya.

Evaluasi Tingkat Kerentanan Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah di wilayah CAT

Kabupaten Bantul ini dimaksudkan untuk arahan wilayah (zona) yang dapat dilakukan pengambilan

dan pemanfaatan Airtanahnya untuk keperluan tertentu (rumah tangga, rumah makan, rumah sakit,

irigasi, pendidikan, peribadatan, perikanan, peternakan, Industri dan hotel), sehingga dapat lebih

memudahkan dan mempercepat proses pertimbangan dalam rangka pemberian rekomendasi teknis

pada pemakaian maupun pengusahaan Airtanah. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan untuk

menyusun rencana lokasi pemantauan Airtanah, baik kuantitas dan kualitasnya.

Berdasarakan kondisi sebagaimana tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian

dengan judul: “Evaluasi Tingkat Kerentanan Zona Pengambilan Dan Pemanfaatan Airtanah Melalui

Analisa Spasial Di Cekungan Airtanah (CAT) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta”.

2. METODE

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Data Sekunder. Langkah yang

dilakukan dengan menggunakan Metode Kuantitatif Berjenjang. Pendekatan kuantitatif berjenjang

ini memberikan nilai yang sama untuk setiap komponen yang digunakan dalam analisisnya. Setiap

komponen diberikan harkat yang sama untuk analisisnya, dengan asumsi bahwa setiap komponen

mempunyai pengaruh yang sama pada objek yang dianalisis. Pendekatan tersebut memiliki faktor-

faktor pembatas pada setiap parameter yang menyusunnya. Pembatasnya tidak bersifat mutlak tetapi

berjenjang memiliki tingkatan-tingkatan kelas dan nilai masing-masing.

3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat pemanfaatan Airtanah di suatu daerah dapat ditentukan dengan mempertimbangkan

perbandingan antara total pemanfaatan Airtanah di daerah tersebut dengan total cadangan

Airtanahnya. Apabila jumlah pemanfaatan Airtanah lebih besar dari jumlah ketersediaan Airtanah,

sehingga menyebabkan penurunan elevasi muka Airtanah yang signifikan, maka akan terjadi

kerusakan Airtanah. Kondisi perbandingan inilah yang digunakan untuk menentukan tingkat

pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul.

3.1 Peta Tingkat Pemanfaatan Airtanah

Berdasarkan perbandingan antara pemanfaatan dan cadangan Airtanah, maka tingkat pemanfaatan

Airtanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu :

Rendah : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah ≤ 10 %

Sedang : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 10 % - ≤ 20 %

Tinggi : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 20 % - ≤ 30 %

Sangat Tinggi: perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 30 %

(Hendrayana dkk, 2011).

3.2 Peta Zona Konservasi Airtanah

Zona konservasi Airtanah merupakan zona dimana potensi Airtanah mendapat tindakan konservasi

dan pengendalian terhadap pemanfaatan Airtanah agar tidak terjadi kerusakan Airtanah.Peta Zona

Konservasi Airtanah

3.3 Peta Zona Kerentanan Airtanah

Zona kerentanan Airtanah ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu zona kerentanan Airtanah terhadap

pemompaan dan zona kerentanan Airtanah terhadap pencemaran. Zona kerentanan Airtanah terhadap

pemompaan merupakan zona dimana seberapa rentannya suatu daerah bila ada kegiatan

pengambilan dan pemanfaatan Airtanah. Sedangkan zona kerentanan Airtanah terhadap pencemaran

merupakan zona dimana seberapa rentannya atau mudah tidaknya suatu daerah tercemar oleh suatu

aktivitas di atas permukaan.

Tabel 1 Harkat Tingkat Zonasi Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah

Zona Zonasi Harkat

Z1 Zona Dapat Dimanfaatkan dengan

Pengawasan 5 – 15

Z2 Zona Tidak Disarankan untuk

Dikembangkan 16 - 26

Z3 Zona Akuifer Pantai -

4

3.4 Kepadatan Lokasi Pemanfaatan Airtanah

Kepadatan lokasi pemanfaatan Airtanah baik dari sektor komersil maupun industri dapat diketahui

dengan membandingkan antara jumlah lokasi pemanfaatan yang tersebar di tiap kecamatan di

Kabupaten Bantul dengan luas wilayah tiap kecamatan. Melalui perhitungan kepadatan lokasi

pemanfaatan per kecamatan tersebut, maka diperoleh data Jumlah Lokasi Pemanfaatan Airtanah per

km2 per Kecamatan di Kabupaten Bantul

3.5 Penurunan Muka Airtanah

Penurunan muka Airtanah merupakan proses terjadinya penurunan elevasi muka Airtanah secara

berkala yang disebabkan karena pemompaan/pemanfaatan Airtanah maupun penurunan

pembentukan Airtanah serta penurunan intensitas curah hujan.

3.6 Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah

Berdasarkan hasil analisa dari parameter-parameter zonasi pengambilan dan pemanfaatan Airtanah

di Kabupaten Bantul, maka dapat ditentukan zona pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di

Kabupaten Bantul. Dari analisa tersebut, diperoleh tiga zona pengambilan dan pemanfaatan

Airtanah, yaitu :

Zona I - Zona Dapat Dimanfaatkan dengan Pengawasan

Zona II - Zona Tidak Disarankan untuk Dikembangkan

Zona III – Zona Akuifer Pantai

5

3.7 Gambar dan Tabel

Tabel 1. Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul

N

o

.

Kecamata

n

Luas

Wilay

ah

(m2)

Tingkat

Pemanfa

atan

Airtanah

Zona

Konserva

si

Zona

Kerentan

an

Pemomp

aan

Zona

Kerenta

nan

Pencem

aaran

Kepa

datan

Lokas

i

(titik/

km2)

Fluktuasi

Zona

Pengambila

n dan

Pemanfaata

n Airtanah

1 Sedayu 31.292

.411

Sangat

Tinggi

zona

rawan

VIII A

Tinggi

Sedang Tinggi 13 Tinggi Zona II

2 Piyungan 14.157

.753

Sangat

Tinggi

zona

aman V B Sedang

Sangat

Tinggi 24 Tinggi Zona II

3 Pandak 24.691

.030

Sangat

Tinggi

zona

aman VII

Tinggi

Sedang

Sangat

Tinggi 10 Rendah Zona II

4 Sanden 23.463

.618

Sangat

Tinggi

zona

aman VII

Sangat

Tinggi Sedang 11 Rendah Zona II

5 Imogiri 7.307.

317 Sedang

zona

aman VII

Tinggi

Sedang Sedang 60 Rendah Zona I

6 Kretek 22.892

.198 Tinggi

zona

aman VII

Tinggi

Sedang Sedang 21 Rendah Zona II

7 Srandakan 21.472

.791

Sangat

Tinggi

zona

aman VII

Tinggi

Sedang Tinggi 7 Rendah Zona II

8 Pundong 15.647

.745 Tinggi

zona

aman VII

Tinggi

Sedang Sedang 15 Rendah Zona I

9 Bambangl

ipuro

22.254

.395 Sedang

zona

aman VII

Tinggi

Sedang Sedang 14 Rendah Zona I

1

0 Bantul

21.711

.985 Sedang

zona

aman V B

Tinggi

Sedang Tinggi 18 Rendah Zona I

1

1 Jetis

22.289

.018

Sangat

Tinggi

zona

aman V B

Tinggi

Sedang Sedang 16 Rendah Zona II

1

2 Pleret

10.264

.218 Tinggi

zona

aman V B Sedang Tinggi 28 Rendah Zona I

1

3 Sewon

28.345

.870 Sedang

zona

aman V B Sedang Tinggi 16 Rendah Zona I

1

4

Banguntap

an

28.751

.670 Sedang

zona

aman IV

A

Sedang Tinggi 19 Rendah Zona I

1

5 Kasihan

25.904

.194 Sedang

zona

rawan IV

B

Tinggi

Sedang Tinggi 21 Rendah Zona I

1

6 Pajangan

8.282.

804

Sangat

Tinggi

zona

aman V B

Tinggi

Sedang Tinggi 27 Tinggi Zona II

6

7

3.8 Kutipan dan Acuan

Hendrayana tahun 2014, berjudul “Penyusunan Materi Teknis, Strategis dan Reguasi Pada Kawasan

Konservasi Airtanah CAT Kabupaten Bantul”. Penelitian ini bertujuan : (a) Menyusun kawasan

konservasi Airtanah yang merupakan integrasi zona konservasi Airtanah, peta kerentanan Airtanah,

peta neraca Airtanah dan peta-peta tematik Airtanah lainnya guna untuk mengetahui kondisi potensi

Airtanah di Kabupaten Bantul. (b) Strategi untuk mewujudkan peningkatan upaya pengelolaan

kualitas Airtanah dan pengendalian pencemaran. (c) Strategi untuk meningkatkan upaya

pengendalian pemanfaatan sumber air/mata air, dan pengaturan prasarana dan sarana sanitasi.

Hastomo tahun 2014, berjudul “ Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau pada Cekungan

Airtanah (CAT) Semarang – Demak, Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan : (a)

Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah kegiatan , khususnya pada daerah Cekungan Airtanah

(CAT) Semarang-Demak. (b) Mengetahui kondisi kerentanan akuifer di setiap lokasi di dalam

daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (c) Mengetahui resiko kerentanan pengambilan

Airtanah di daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (d) Menentukan lokasi jaringan

sumur pantau di daerah Cekungan Airtanah CAT Semarang-Demak. Hasil penelitian ini adalah (1)

Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau. (2) Evaluasi Sistem Jaringan Sumur Pantau.

4. PENUTUP

Tingkat pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Tingkat

Pemanfaatan Airtanah Sedang yang berada di Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon,

Banguntapan, dan Kasihan; Tingkat Pemanfaatan Airtanah Tinggi yang berada di Kecamatan

Kretek, Pundong, dan Pleret; dan Tingkat Pemanfaatan Airtanah Sangat Tinggi yang berada di

Kecamatan Sedayu, Piyungan, Pandak, Sanden, Srandakan, Jetis, dan Pajangan.

Zona kerentanan pemompaan dan pencemaran Airtanah merupakan faktor yang mendominasi agihan

zona kerentanan pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di CAT Kabupaten Bantul. Hal ini

dikarenakan faktor tersebut adalah faktor yang potensial mengalami perubahan cukup drastis serta

banyak dipengaruhi kegiatan kebutuhan penggunanan Airtanah domestik dan Non Demostik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001, Laporan Akhir Pekerjaan Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah Di Zona Akuifer

Merapi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman, Kabupaten Sleman Dan

Kabupaten Bantul), Daerah Istimewa Yogyakarta, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Anonim, 2011, Pemetaan Zonasi Konservasi Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman,

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Anonim, 2012, Pemetaan Zona Kerentanan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman,

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

8

Anonim, 2013a, Penyusunan Neraca Pengambilan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman, Dinas

Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral, Yogyakarta.

Anonim, 2014, Bantul dalam angka 2014 dan daftar Hotel di Kabupaten Bantul, Badan Pusat

Statistik D.I, Yogyakarta.

Danaryanto., Kodoatie, Robert J., Hadipurwo, S., Sangkawati, S., 2008. Manajemen Airtanah

Berbasis Konservasi. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Hastomo., 2014, Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau pada Cekungan Airtanah (CAT)

Semarang – Demak, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi UGM, Yogyakarta.

Hendrayana, H., 2011a, Kondisi Sumberdaya Airtanah pada Pasca Erupsi Merapi 2010,

Disampaikan pada FGD Pengda Kagama DIY : ”Pengelolaan dan Teknik Konservasi Mata

Air Pasca Erupsi Merapi” Yogyakarta, 24 Maret 2011.

Putra, D.P.E., 2003, Integrated Water Resources Management In Merapi – Yogyakarta Basin,

Project AUNSEED-Net, UGM, Yogyakarta. (Tidak Dipublikasikan).

Soetrisno S., 1997, Pengelolaan Airtanah di Indonesia, Buletin Lingkungan Pertambangan Vol. 1

& 2 , Departemen Pertambangan dan Energi, Jakarta.

Wuryantoro. (2007). Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Untuk Menentukan Letak Dan Kedalaman

Aquifer Airtanah, Skripsi pada Program Studi Fisika. UNNES: Semarang

Website

(Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996), Pengertian Air Tanah, [online],dari:

http://siat.geologi.esdm.go.id/ [14 Juni 2016].