teknis pengeboran airtanah

17
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Jl. Madukoro AA – BB No. 44 Telp. 7608203, 7610121, 7610122, Fax. 7608379 SEMARANG – 50144 TEKNIS PENGEBORAN AIR TANAH Makalah disampaikan dalam Rapat Koordinasi Kegiatan Pengawasan dan Penertiban Pengelolaan Air Tanah di Jawa Tengah Tanggal 27 Maret 2013 Oleh : Siddhi Saputro Sugeng Widada Universitas Diponegoro Semarang SEMARANG, MARET 2013

Upload: siddhi-saputro

Post on 05-Dec-2014

359 views

Category:

Documents


56 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknis pengeboran airtanah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYAMINERAL

Jl. Madukoro AA – BB No. 44 Telp. 7608203, 7610121, 7610122, Fax. 7608379

SEMARANG – 50144

TEKNIS PENGEBORAN AIR TANAH

Makalah disampaikan dalam Rapat Koordinasi Kegiatan Pengawasandan Penertiban Pengelolaan Air Tanah di Jawa Tengah

Tanggal 27 Maret 2013

Oleh :Siddhi SaputroSugeng Widada

Universitas Diponegoro Semarang

SEMARANG, MARET 2013

Page 2: Teknis pengeboran airtanah

TEKNIS PENGEBORAN AIR TANAH

Oleh :Sugeng WidadaSiddhi Saputro

Universitas Diponegoro Semarang

Saat ini pengeboran untuk mendapatkan air tanah sebagai salah satu sumber airbersih banyak dilakukan oleh penduduk, baik di desa maupun perkotaan untukmemenuhi kebutuhan air sehari-hari. Dibandingkan dengan sumber air yang lain, airtanah memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah memperolehnya, umumnya airdalam kondisi baik karena telah mengalami penyaringan oleh batuan pembawanya,dan sebarannya luas tergantung pelamparan akuifernya.

Sebetulnya ekploitasi air tanah telah dilakukan sejak zaman dahulu oleh masyarakat,yang umumnya dilakukan pengambilan air tanah pada akuifer bebas denganmembuat sumur gali ataupun kolam, sedangkan ekploitasi air tanah pada akuifertertekan umumnya dilakukan dengan pembuatan sumur bor dalam. Dalam kenyataandi lapangan, dalam suatu daerah dijumpai beberapa akuifer tertekan pada berbagaikedalaman yang dipisahkan oleh lapisan kedap air. Oleh karena itu identifikasi posisikedalaman dan ketebalan akuifer-akuifer tersebut menjadi penting untuk menentukankonstruksi sumurnya. Identifikasi kedudukan akuifer ini didasarkan pada data diskripsicutting dan data well logging. Secara garis besar konstruksi sumur terdiri daribeberapa bagian, yaitu pipa jambang, pipa buta, pipa saringan, tutup bawah, tutupatas, pipa naik, pompa, kerikil pembalut, pasangan beton (cement grout).

Dalam pelaksanaan pembuatan sumur, setelah kerikil pembalut selesai dipasangmaka dilakukan pembersihan dan penyemprunaan sumur (well development) yangdimaksudkan untuk dapat membersihkan dinding dan zona invasi akuifer serta kerikilpembalut dari partikel halus, agar seluruh pori/celah akuifr dapat terbuka penuhsehingga air tanah dapat mengalir ke dalam sumur secara bebas. Salah satu halyang tidak boleh ditinggalkan setelah kegiatan konstruksi sumur selesai adalahmelakukan pemompaan uji (pumping test) yang bermanfaat untuk menentukanbesaran kapasitas sumur dan efisiensi sumur serta menentukan parameter hidrauliksumur. Disamping itu uji kualitas air di laboratorium juga harus dilakukan untukmemastikan bahwa air tanah yang ada memenuhi syarat sebagai air minumsebagaimana disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI sesuai SK MENKES No.907/MENKES/SK/VII/2002.

Page 3: Teknis pengeboran airtanah

1. Latar Belakang

Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan di satu pihak

terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan

penduduk dan pengembangan aktivitasnya. Di lain pihak ketersediaan

sumber daya air semakin terbatas bahkan cenderung semakin langka,

terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas

air akibat pencemaran. Secara umum sumberdaya air yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber air baku terdiri dari air permukaan seperti

air sungai, danau, rawa, kolam dan lain-lain, air tanah, dan air olahan.

Dalam kenyataannya masing-masing sumberdaya air mempunyai nilai

kemanfaatan utama yang berlainan.

Air tanah sebagai salah satu sumber air baku paling banyak

dimanfaatkan oleh penduduk, baik di desa maupun perkotaan untuk

memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Dibandingkan dengan sumber air

yang lain, air tanah memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah

memperolehnya, umumnya air dalam kondisi baik karena telah

mengalami penyaringan oleh batuan pembawanya, dan sebarannya luas

tergantung pelamparan akuifernya. Namun demikian pada beberapa

daerah, akuifer dangkal (akuifer bebas) yang dapat diekploitasi dengan

sumur gali tidak dijumpai atau dijumpai sangat terbatas sehingga sumur

menjadi kering pada musim kemarau. Dalam kondisi demikian maka

dilakukan pemboran sumur dalam hingga mencapai akuifer dalam

(akuifer tertekan) untuk mendapatkan air tanah tersebut. Dalam hal

ekploitasi air tanah dengan sumur bor dalam, keadaanya menjadi lebih

rumit dengan biaya yang jauh lebih mahal. Dibandingkan dengan

pembuatan sumur gali. Beberapa kesulitan yang sering terjadi pada

pemboran tersebut diantaranya adalah batuan terlalu keras dan berupa

bongkah-bongkah sehingga berpotensi terjepitnya alat pemboran, adanya

rongga di bawah permukaan tanah sehingga lumpur pemboran hilang

Page 4: Teknis pengeboran airtanah

(water loose), penyumbatan saringan (clogging) setelah konstruksi

sehingga aliran air tanah dari akuifer ke dalam sumur terganggu,

bocornya pipa sumur sehingga air permukaan masuk kedalam sumur dan

lain-lain.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dalam pelaksanaan

pembuatan sumur detail konstruksi sumur yang baik menjadi sangat

penting untuk menjaga keberlangsungan pemanfaatan sumur yang

bersangkutan. Kedudukan kedalaman pipa saringan harus tepat pada

akuifer yang menjadi target ekploitasi serta dilindungi dengan gravel pack

yang baik.

2. Air Tanah

Sebelum membahas tentang konstruksi sumur bor lebih lanjut, mari kita

lihat kembali secara singkat kejadian keberadaan air tanah sehingga

diperoleh pemahaman yang menjadikan kita akan sangat berhati-hati

dalam pengambilan air tanah tersebut demi keberlanjutan

pemanfaatannya.

Yang dimaksud dengan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan

tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Keberadaan air tanah

tersebut tidak dapat dilepaskan dari siklus hidrologi sebagaimana terlihat

pada Gambar 1. Sedangkan lapisan batuan jenuh air yang dapat

menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan

ekonomis disebut sebagai akuifer.

Berdasarkan siklus tersebut terlihat bahwa masukan pada proses

tersebut adalah presipitasi (hujan) yang kemudian terbagi menjadi

sejumlah cadangan melalui serentetan peristiwa yang akhirnya

membentuk suatu hasil antara lain depresi air seperti waduk, penguapan

dan peresapan ke dalam tanah.

Page 5: Teknis pengeboran airtanah

k ond en sasi aw an

H ujanH ujan

P enguapan

L au t

tran sp irasid ari d au n p engu apan

dar i d aunp engu apand ari tan ah

en ergi sola r

m atah ari

H ujan

lap isan k ed ap a ir

W a du k

Gambar 1. Siklus Hidrologi

Hujan yang jatuh, mengalami hambatan oleh adanya vegetasi/tumbuhan

ataupun bangunan dan apabila tidak ada vegetasi/tumbuhan maka hujan

akan jatuh mengenai permukaan tanah secara langsung walaupun

peresapan masih mungkin terjadi karena adanya sampah, kotoran

maupun adanya benda lain di permukaan tanah. Air yang meresap ke

dalam tanah ditahan oleh tanah sebagai cadangan kelembaban tanah

dan penambagan cadangan air tanah, sedangkan cadangan permukaan

akan mengalir ke daerah yang lebih rendah dan sebagian akan meresap

kembali ke dalam tanah selama pengaliran. Di lain pihak air tanah yang

mengalir di dalam batuan (akuifer) dapat keluar kembali menjadi air

permukaan sebagai mata air jika akuifer tersebut terpotong oleh

kemiringan topografi permukaan tanah.

Page 6: Teknis pengeboran airtanah

Perjalanan air dari masuknya air hujan ke dalam tanah hingga mencapai

lapisan akuifer maupun keluar sebagai mata air membutuhkan waktu

yang sangat bervariasi dari orde bulanan, tahunan, puluhan tahun,

ratusan tahun, bahkan hingga ribuan tahun sebagaimana diperlihatkan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Perjalanan resapan air hujan hingga menjadi air tanah dan

muncul kembali sebagai mata air

Jumlah cadangan air tanah akan sangat ditentukan oleh kondisi

cekungan airtanahnya, yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrologeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses

pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Dengan

demikian potensi air tanah pada suatu wilayah akan sangat ditentukan

oleh :

Kondisi curah hujan serta hubungan antara air permukaan dan air

tanah

Page 7: Teknis pengeboran airtanah

Kondisi akuifer yang meliputi geometri dan sebarannya,

konduktifitas hidraulik dan litologi pada batas-batas akuifer

Kondisi daerah imbuhan air tanah, yaitu daerah resapan air yang

mampu menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air

tanah

Kondisi daerah repasan air tanah, yaitu daerah keluaran air tanah

yang berlangsung secara alamiah pada cekungan air tanah.

Secara umum terdapat dua jenis akuifer, yaitu akuifer bebas dan akuifer

tertekan (Gambar 3). Ekploitasi air tanah pada akuifer bebas biasanya

dilakukan dengan membuat sumur gali ataupun kolam, sedangkan

ekploitasi air tanah pada akuifer tertekan umumnya dilakukan dengan

pembuatan sumur bor dalam. Dalam kenyataan di lapangan, dalam

suatu daerah dijumpai beberapa akuifer tertekan pada berbagai

kedalaman yang dipisahkan oleh lapisan kedap air. Oleh karena itu

identifikasi posisi kedalaman dan ketebalan akuifer-akuifer tersebut

menjadi penting untuk menentukan konstruksi sumurnya.

Gambar 3. Jenis akuifer dan sumur untuk eksploitasinya

Page 8: Teknis pengeboran airtanah

3. Pengeboran dan Logging

Pengeboran pada prinsipnya adalah kegiatan untuk mendapatkan

lubang bor hingga mencapai kedalaman akuifer yang menjadi target

dengan diameter tertentu. Secara umum terdapat dua jenis mesin bor,

yaitu mesin bor tumbuk dan mesin bor putar. Pada saat ini mesin bor

putar merupakan pilihan yang digunakan dan pengeboran airtanah.

Sebelum kegiatan pengeboran dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan

persiapan yang berupa pembuatan bak pengendap, bak penampung,

serta saluran sirkulasinya. Pemasangan balok landasan mesin, papan

untuk saluran sirkulasi dan lantai dasar mesin. Selanjutnya dilakukan

pengesetan mesin dan pompa serta pendirian menara dan penyediaan

lumpur bor.

Secara garis besar pada setiap mesin bor terdiri dari 5 komponen

utama, yaitu : mesin penggerak, sitem-mekanisme bor, pipa/stang bor,

menara dan pompa. Mesin bor yang dewasa ini banyak digunakan

adalah mesin bor putar jenis meja putar dan spindle.

Cara kerja mesin bor putar pada prinsipnya adalah merupakan

kombinasi tekanan dan putaran mata bor atas batuan yang dibarengi

dengan penyemprotan lumpur pemboran melalui lubang-lubang yang

terdapat pada mata bor. Lumpur pemboran tersebut dipompakan

dengan tekanan ke dalam lubang melalui stang bor dan naik kembali ke

permukaan melalui rongga antara dinding lubang bor dengan stang bor

sambil membawa pecahan batuan hasil gerusan mata bor (cutting).

Pada lokasi dengan batuan yang mudah runtuh, biasanya dipasang pipa

pelindung (casing) pada lubang bor.

Pengeboran diawali dengan pengeboran awal (Pilot hole) yang

dimaksudkan untuk mengetahui litologi secara rinci. Pengeboan awal

biasanya menggunakan mata bor jenis tricone diameter 6” sampai

kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan.

Sedangkan pembesaran lubang bor (Reaming) dilakukan setelah

kedudukan lapisan akuifer diketahui melalui kegiatan logging.

Page 9: Teknis pengeboran airtanah

Kegiatan Logging

Loging sumur (well logging) juga dikenal dengan borehole logging

adalah cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai

formasi geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor Dalam kegiatan

pengeboran air tanah jenis logging yang bisa digunakan adalah electrical

loging yang tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi) akuifer air,

tahap pekerjaan ini sebagai penentu konstruksi saringan (screen).

Electrical Loging dilakukan dengan menggunakan suatu alat, dimana

alat tersebut menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana eletroda arus

dimasukakan kedalam lubang bor dan elektroda yang lain ditanam

dipermukaan. Arus dimasukkan kedalam lubang elektroda yang

kemudian menyebar kedalam formasi disekitar lubang bor. Sebagian

arus kembali ke elektroda di permukaan dengan arus yang telah

mengalami penurunan. Penurunan inilah yang diukur.

Gambar 4. Pelaksanaan Logging

Page 10: Teknis pengeboran airtanah

4. Konstruksi Sumur

Pembesaran lubang dilakukan setelah selesai pelaksanaan kegiatan

logging, tujuan pembesaran lubang digunakan untuk mendapatkan

kemudahan dalam konstruksi sumur yang berupa pemasangan selubung

casing/pipa dan saringan , peletakan pipa pengantar saat pengisian

gravel dan grouting cement serta peletakan pipa piezometer.

Setelah pemboran selesai, umumnya dilakukan setelah logging untuk

mengetahui susunan lapisan batuan dan menentukan posisi kedalaman

akuifer yang akan diambil air tanahnya dengan memasang saringan

(screen) sehingga airtanah akan masuk ke sumur melalui saringan

tersebut. Sedangkan pada kedalaman lainya dipasang pipa buta.

Secara garis besar konstruksi sumur dapat dilihat pada Gambar 5, terdiri

dari beberapa bagian, yaitu pipa jambang, pipa buta, pipa saringan, tutup

bawah, tutup atas, pipa naik, pompa, kerikil pembalut, pasangan beton

(cement grout). Pipa jambang terletak pada bagian atas dengan garis

tengah yang lebih besar dari pipa buta/saringan, namun dapat juga

berukuran sama. Biasanya pipa jambang dipasang hingga 3 – 5 meter di

bawah drawdown maksimum, dengan diameter 1 inchi lebih besar dari

diameter peralatan pompa dan pipa piezometer yang akan dipasang.

Pipa buta ini diikatkan dengan lapisan batuan di sekitarnya dengan

pasangan beton agar kedudukannya stabil

Pipa buta dipasang di bawah pipa jambang dengan panjang tergantung

ketebalan lapisan yang tidak diinginkan baik kuantitas maupun

kualitasnya. Pada akuifer yang kualitas air tanahnya jelek, pemasangan

harus 0,5 m lebih panjang agar tidak terjadi kebocoran. Pipa saringan

adalah pipa berlubang yang dimaksudkan sebagai jalan masuknya air

tanah dari akuifer ke dalam sumur. Ukuran lubang, bentuk dan bahan

pipa saringan ditentukan berdasarkan distribusi ukuran butir akuifer dan

sifat kimia air tanahnya. Pipa naik merupakan pipa yang dihubungkan

Page 11: Teknis pengeboran airtanah

dengan pompa sebagai saluran untuk menaikan air dari sumur ke atas

permukaan tanah / tendon. Kerikil pembalut adalah kerikil yang bersih

berukuran butir seragam, dan bulat digunakan sebagai penyaring agar

material halus yang ada di dalam lapisan akuifer tidak masuk ke dalam

sumur. Sumbat dipasang pada ujung bawah rangkaian pipa konstruksi

sumur yang berguna untuk mencegah material yang tidak diinginkan

masuk ke dalam sumur yang nantinya dapat mengganggu pompa.

Gambar 5. Konstruksi Sumur

Dalam pelaksanaan pembuatan sumur, setelah kerikil pembalut selesai

dipasang maka dilakukan pembersihan dan penyempurnaan sumur (well

development) yang dimaksudkan untuk dapat membersihkan dinding

dan zona invasi akuifer serta kerikil pembalut dari partikel halus, agar

seluruh pori/celah akuifr dapat terbuka penuh sehingga air tanah dapat

Page 12: Teknis pengeboran airtanah

mengalir ke dalam sumur secara bebas. Dengan demikian akan

dihasilkan sumur dengan efisiensi kapasitas jenis yang maksimal.

Keuntungan yang diperoleh dari well development ini antara lain adalah :

Mengurangi penyumbatan (clogging) akuifer pada dinding lubang

bor dan di pinggiran zona invasi sebagai akibat sampingan kegiatan

pemboran dan menghilangkan efek jembatan pasir.

Meningkatkan porositas dan permeabilitas akuifer di sekeliling

sumur

Menstabilkan lapisan pasir di sekeliling saringan, sehingga

pemompaan bebas dari kandungan pasir

Memaksimalkan kapasitas jenis serta umur pemanfaatan sumur

Berbagai metode dapat dilakukan pada well development ini seperti

surging, jetting, airlifting, backwashing dan overpumping. Prinsip kerja

metode surging adalah menekan air mengalir masuk dan keluar pada

interval saringan dengan menaikan dan menurunkan plunger di dalam

casing, seperti gerakan piston. Dalam metode jetting alat (jetting tool)

dimasukan ke dalam tiap-tiap interval saringan dari bawah ke atas

dengan pipa stang bor yang dihubungkan dengan pompa tekan yang

memompakan air bersih ke dalam sumur. Dalam pengoperasiannya alat

digerakan berputar-putar dengan memutar stang bor dan naik turun

sepanjang pipa saringan. Metode airlifting hampir sama dengan metode

jetting, namun yang dipompakan ke dalam sumur adalah udara. Prinsip

dasar metode backwashing adalah membuat efek surging dengan

menggunakan pompa. Cara kerjanya pompa dijalankan untuk

menimbulkan aliran aair dari akuifer masuk ke dalam sumur melalui

saringan. Begitu aliran muncul ke permukaan tanah, pompa segera

dimatikan sehingga air akan kembali turun ke bawah melalui pipa naik,

sehingga akan terjadi aliran dari sumur ke akuifer melalui saringan. Hal

ini dilakukan berulang-ulang. Sedangkan pada metode overpumping

hanya mengalirkan air dari akuifer ke dalam sumur dengan cara

Page 13: Teknis pengeboran airtanah

memompa sumur melebihi rencana kapasitas pemompoaan yang akan

dioperasikan pada tahap produksi.

5. Pumping est

Salah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan setelah kegiatan konstruksi

sumur selesai adalah menentykan keterusan akuifer. Untuk menghitung

keterusan akuifer biasanya dilakukan pemompaan uji (pumping test)

terhadap sumur yang telah dibuat. Disamping untuk mengetahui

keterusan akuifer, pemompaan uji juga untuk memperoleh parameter

akuifer yang lain seperti koefisien simpanan (Coefisien storage),

kapasitas jenis (spesific capacity), dan debit optimum.

Uji pemompaan menerus dan uji kambuh dalam rangkaian pumping test

dipakai untuk mengetahui parameter berupa tingkat kelulusan (hydraulic

conductivity, k), keterusan (transmissivity, T) dan kapasitas jenis (Sc)

pada akuifer sebuah sumur. Untuk mengetahui parameter tersebut

diatas dipakai metode Jacob pada uji pemompaan jenis menerus dan

metode Theis pada uji kambuh.

Kelulusan air adalah tingkat kemampuan batuan seluas 1m2 dalam

melalukan air, pada gradien hidrolika = 1 dalam rentang waktu satu

satuan waktu hari. Besar nilai kelulusan amat tergantung oleh ketebalan

akuifer. Besar nilai kelulusan tersebut dinyatakan sebagai keterusan.

Debit pemompaan yang dihasilkan dari suatu pemompaan sangat

dipengaruhi oleh besarnya nilai kelulusan yang dimiliki oleh akuifer.

Semakin besar nilai kelulusan dan ketebalan akuifer, maka debit yang

dihasilkan akan semakin besar, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini

dapat dijelaskan dari persamaan di bawah ini (metoda Jacob

berdasarkan persamaan Theis):

SKD

Q 30.2

2atau

S

QKD

.2

.3.2

T=KD

Page 14: Teknis pengeboran airtanah

Dimana :

Q : debit

K : kelulusan

D : ketebalan akuifer

S : perbedaan penurunan

T : keterusan

Hampir sama dengan uji pemompaan menerus, pada uji kambuh harga

Q dapat ditentukan dengan rumus (Theis):

)/(.4

30.2

QSKD

Dimana :

ΔS : perbedaan kenaikan muka airtanah.

Aktivitas pemompaan sumur akan selalu diikuti oleh penurunan muka

airtanah. Debit air yang dapat diperoleh pada setiap penurunan muka

airtanah, sepanjang satu satuan panjang pada akhir periode

pemompaan disebut sebagai debit jenis atau kapasitas jenis (spesific

capasity, Sc). Hubungan antara kapasitas jenis, debit pemompaan dan

besarnya penurunan muka airtanah dapat dinyatakan sebagai berikut :

S

QSc

Dimana:

Sc : kapasitas jenis

Q : debit

S : penurunan muka airtanah

Untuk mendapatkan debit optimum atau debit aman (save yield) akuifer

pada suatu sumur, maka penghitungan debit dapat ditempuh dengan

memperhatikan faktor koreksi sebesar 60%.

Page 15: Teknis pengeboran airtanah

Contoh sederhana hasil pumping test terlihat seperti pada Gambar

berikut ini.

DRAWDOWN TEST

Average Pump Rate (lt/dt)7,35

Duration (min)420

Transmisivity (m2/day)264.34

Uji Pemompaan Sumur 1 KLI

16

17

18

19

20

1 10 100 1000

Time (min)

Dra

wd

ow

n(m

)

Page 16: Teknis pengeboran airtanah

Uji Kambuh Sumur 1 PT KLI

12

13

14

15

16

1 10 100 1000

t/t'

Re

sid

ua

lD

raw

do

wn

RECOVERY TEST

Average Pump Rate (lt/dt)7,35

Duration (min)140

Transmisivity (m2/day)214.77

Disamping itu uji kualitas air di laboratorium juga harus dilakukan untuk

memastikan bahwa air tanah yang ada memenuhi syarat sebagai air

minum sebagaimana disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI sesuai

SK MENKES No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

Page 17: Teknis pengeboran airtanah

6. Penutup

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disarikan beberapa hal antara

lain :

Keberadaan air tanah pada suatu lokai sangat ditentukan oleh kondisi

geologi dan geohidrologi setempat. Tidak semua daerah sekaligus

mempunyai akuifer dangkal dan dalam yang secara kuantitas dan

kualitas menguntungkan untuk dieksploitasi.

Keberadaan lapisan akuifer pada suatu daerah harus diketahui untuk

dijadikan dasar dalam pelaksanaan konstruksi sumur. Konstruksi

sumur yang benar akan menghasilkan kapasitas sumur dan umur

pemanfaatan sumur yang optimal

Kualitas air tanah sangat ditentukan oleh jenis batuan yang dilalui air

mulai dari peresapan hingga sampai ke sistem akuifer. Untuk dapat

dijadikan sebagai air minum, kualitas air tanah harus memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sesuai

SK MENKES No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

Referensi :

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Cipta Karya,1990. Pedoman Teknis

Pengawasan Pelaksanaan Pemboran Airtanah Untuk Sistem Air

Bersih. Jakarta.

Chow, V.T. 1964. Hand Book of Applied Hydrology. Mc Graw-Hill Book Co.Inc. New York.

Fetter C.W. 1996. Applied Hydrogeology. Prentice Hall Inc. Englewood Cliff,New Jersey.

Fletcher G. Driscoll. 1986. Groundwater and Wells.Johnson Filtration Systems

Inc. St. Paul, Minnesota.

Freeze R.A. and Cherry J.A. 1990. Groundwater. Prentice Hall Inc.Englewood Cliff. New Jersey.

Hendri Setiadi, 2009. Pengelolaan Daerah Imbuhan Airtanah. Makalah

disampaikan dalam sosialisasi Pengelolaan Airtanag bagi Pengguna

tanggal 29 Juni 2009 di Ungaran Jawa Tengah.

Todd, D.K. 1980. Grounwater Hydrology, 2nd Ed. John Wiley & Sons, New

York.