pola spasial ketersediaan airtanah dangkal dan

20
Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan Pemanfaatannya di Daerah Alirah Ci Leungsi Hulu Oryza Sativa 1 , Eko Kusratmoko 2 , Tito Latif Indra 3 123 Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: 1 [email protected] Abstrak Airtanah dangkal masih menjadi sumber utama bagi masyarakat untuk memenuhi sumber daya air. Skripsi ini membahas tentang ketersediaan airtanah dangkal yang diukur dengan kedalaman muka airtanah, kualitas, dan ketersediannya sepanjang tahun. Penelitian ini melihat bagaimana hubungan ketersediaan tersebut dengan kondisi fisik dan sosial, yaitu geologi dan penggunaan tanah. Selain itu, dilihat juga bagaimana masyarakat di wilayah ini memanfaatkan airtanah tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah ketersediaan airtanah dangkal di wilayah penelitian memiliki kaitan dengan geologi pada kedalaman dan penggunaan tanah pada kualitas. Sedangkan dalam pemanfaatannya, masyarakat akan memanfaatkan airtanah sesuai dengan ketersediannya. Bila ketersediaan baik, maka masyarakat akan menggunakannya untuk semua kebutuhan. Pemanfaatan akan menurun seiring dengan menurunnya ketersediaan. Kata kunci : Geologi, ketersediaan, pemanfaatan, penggunaan tanah Spatial Patterns of Shallow Groundwater Availability and its Usage in Ci Leungsi Hulu Watershed, Kabupaten Bogor Abstract Shallow groundwater still be the main resources for society to comply water resources. Focus of this study is about shallow groundwater availability which is measured by depth of groundwater level, its quality, and its availability year around. This study observe how is correlation between groundwater availability with its physical and social condition, they are geology and landuse. Moreover, observation also about how the society in that area utilize the groundwater itself. Result of tfrom this study is groundwater availability in that area have relations with its geology in depth into groundwater and landuse in water quality. Meanwhile for its usage, society will utilize in accordance with its availability. If the availability is good, the society will utilize for all domestic usage. This usage will decrease if the availability decrease too. Key words : Geology, availability, usage, landuse PENDAHULUAN Latar Belakang Dari semua air yang kita lihat di bumi, lebih dari 98% tersembunyi di dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Sedangkan sekitar 2% sisanya terdapat di danau, sungai, dan Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan Pemanfaatannya di Daerah Alirah Ci Leungsi Hulu

Oryza Sativa1, Eko Kusratmoko2, Tito Latif Indra3

123 Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Airtanah dangkal masih menjadi sumber utama bagi masyarakat untuk memenuhi sumber daya air. Skripsi ini membahas tentang ketersediaan airtanah dangkal yang diukur dengan kedalaman muka airtanah, kualitas, dan ketersediannya sepanjang tahun. Penelitian ini melihat bagaimana hubungan ketersediaan tersebut dengan kondisi fisik dan sosial, yaitu geologi dan penggunaan tanah. Selain itu, dilihat juga bagaimana masyarakat di wilayah ini memanfaatkan airtanah tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah ketersediaan airtanah dangkal di wilayah penelitian memiliki kaitan dengan geologi pada kedalaman dan penggunaan tanah pada kualitas. Sedangkan dalam pemanfaatannya, masyarakat akan memanfaatkan airtanah sesuai dengan ketersediannya. Bila ketersediaan baik, maka masyarakat akan menggunakannya untuk semua kebutuhan. Pemanfaatan akan menurun seiring dengan menurunnya ketersediaan.

Kata kunci : Geologi, ketersediaan, pemanfaatan, penggunaan tanah

Spatial Patterns of Shallow Groundwater Availability and its Usage in Ci Leungsi Hulu Watershed, Kabupaten Bogor

Abstract

Shallow groundwater still be the main resources for society to comply water resources. Focus of this study is about shallow groundwater availability which is measured by depth of groundwater level, its quality, and its availability year around. This study observe how is correlation between groundwater availability with its physical and social condition, they are geology and landuse. Moreover, observation also about how the society in that area utilize the groundwater itself. Result of tfrom this study is groundwater availability in that area have relations with its geology in depth into groundwater and landuse in water quality. Meanwhile for its usage, society will utilize in accordance with its availability. If the availability is good, the society will utilize for all domestic usage. This usage will decrease if the availability decrease too.

Key words : Geology, availability, usage, landuse

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dari semua air yang kita lihat di bumi, lebih dari 98% tersembunyi di dalam pori-pori

batuan dan bahan-bahan butiran. Sedangkan sekitar 2% sisanya terdapat di danau, sungai, dan

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 2: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

reservoir. 98% air di bawah permukaan bumi digambarkan sebagai air yang terdapat pada

bahan yang jenuh di bawah muka airtanah yang disebut airtanah. Lalu 2% sisanya adalah

lengas tanah pada mintakat tidak jenuh di atas muka airtanah (Seyhan, 1977).

Airtanah merupakan sumber daya penting dalam penyediaan air di seluruh dunia.

Airtanah masih menjadi favorit masyarakat sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air dan

dalam jangka panjang masih akan diharapkan keberadaannya. Di beberapa daerah,

ketergantungan pasokan air bersih dan airtanah mencapai ±70%. Airtanah mudah diperoleh

dengan teknologi yang sederhana dan jangkauannya luas walau tidak merata. Airtanah banyak

dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air domestik. Hal ini disebabkan

jaringan distribusi air bersih yang masih terbatas baik dalam cakupan daerah pelayanannya

maupun ketersediaan jumlah air yang ada, sehingga kekurangannya harus dipenuhi dengan

pengambilan dari airtanah (DPU, 1993 dalam Setiawan, 2003). Jika dilihat dari segi volume,

airtanah merupakan sumber air yang penting dan potensial dibandingkan dengan sumber air

tawar lainnya karena kapasitasnya paling besar yaitu 30,61%.

Airtanah dangkal masih menjadi sumber utama pemenuhan sumber daya air untuk

kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan, bahkan sebagian masyarakat perkotaan.

Namun, kondisi airtanah dangkal sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Ketersediannya sangat bergantung pada curah hujan. Ada wilayah yang tidak mendapat hujan

selama berbulan-bulan, airtanah dangkalnya tetap ada. Tapi ada juga daerah yang tidak hujan

seminggu sudah mengalami kekeringan. Penggunaan tanah dapat berpengaruh terhadap

kualitas airtanah dangkal. Permukiman yang dekat dengan industri akan mengalami

penurunan muka airtanah. Sedangkan permukiman yang dahulunya adalah tanah rawa, warna

airtanahnya akan keputihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan air terus bertambah seiring bertambahnya

jumlah penduduk. Pemanfaatan air juga bertambah karena kehidupan manusia terus maju.

Pemanfaatan air oleh masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut.

Penggunaan air domestik tentu tidak terlepas dari kualitas airnya. Kualitas airtanah digunakan

sebagai ukuran kelayakan untuk penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari.

Wilayah Daerah Aliran (selanutnya disebut DA) Ci Leungsi termasuk wilayah yang

strategis karena dekat dengan Ibu Kota Jakarta, Kota Bogor, dan Kota Depok. Aksesibilitas

yang mudah karena memiliki banyak akses menuju jalan tol menyebabkan perkembangan

jumlah penduduk dan juga bangunan meningkat. Bangunan yang bermunculan tidak hanya

permukiman namun juga pabrik. Beberapa tahun belakangan bermunculan pabrik-pabrik air

minum. Selain itu terdapat juga pembangunan wilayah elit seperti Sentul dan

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 3: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Hambalang.Wilayah DA Ci Leungsi juga merupakan daerah yang beragam. Di wilayah ini

terdapat pertambangan kapur. Hal ini terbukti dengan adanya dua pabrik semen nasional.

Kemudian di bagian barat daya wilayah terdapat kawasan elit Sentul. Sedangkan disekitarnya

dan kebanyakan di wilayah ini merupakan daerah permukiman kampung.

Selain penggunaan tanah yang beragam, kondisi akuifer dan litologinya pun beragam.

Mulai dari akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, akuifer dengan aliran melalui

celahan dan ruang antar butir, hingga akuifer bercelah produktifitas kecil. Penyebaran

akuifernya mulai dari luas, setempat, hingga langka. Sebagian besar akuifer pada DA Ci

Leungsi merupakan akuifer airtanah langka dengan litologi kompleks batuan sedimen

berselang-seling. Sedangkan di bagian timur laut, terdapat akuifer produktif penyebaran

setempat dengan litologi batugamping. Selain itu, di bagian lain DA Ci Leungsi terdapat

litologi kipas aluvial, aluvial sungai, dan gunung api muda. Di DA Ci Leungsi juga terdapat

banyak antiklin dan sinklin serta beberapa sesar (Peta Hidrogeologi Kementerian PU, 1990).

Keberagaman kondisi hidrogeologi DA Cileungsi tentu menyebabkan ketidakmerataan

kondisi dan penyebaran airtanah.

Pertumbuhan penduduk dan kegiatannya meningkatkan kebutuhan konsumsi air.

Keberadaan industri dan perkembangan kawasan elit di wilayah ini tentu membawa pengaruh

bagi lingkungan dan masyarakatnya. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatannya

juga dapat menurunkan kualitas air. Penelitian ini menghubungkan ketersediaan airtanah

dangkal yang merupakan sumber pemenuhan air utama bagi warga dan pemanfaatannya.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana sebaran ketersediaan airtanah dangkal di DA Ci Leungsi hulu?

2. Bagaimana hubungan antara sebaran ketersediaan airtanah dangkal dengan

pemanfaatannya oleh masyarakat di DA Ci Leungsi hulu?

Hipotesis: Di DA Ci Leungsi Hulu, ketersediaan airtanah dangkalnya kurang baik karena

setengah dari wilayahnya merupakan lapisan sedimen yang penyusun terbesarnya adalah

batugamping.

Tujuan

1. Untuk mengetahui sebaran ketersediaan airtanah dangkal di DA Ci Leungsi hulu

2. Untuk mengetahui hubungan sebaran ketersediaan airtanah dangkal dengan

pemanfaatannya oleh masyarakat di DA Ci Leungsi hulu

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 4: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Batasan Penelitian

1. Airtanah dangkal merupakan airtanah yang berada dalam akuifer tidak tertekan dengan

kedalaman kurang dari 30 meter

2. Wilayah penelitian merupakan wilayah DA Ci Leungsi hulu yang di dalamnya terdapat

lima kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Citereup, Klapanunggal,

Babakanmadang, Gunungputri, dan Sukamakmur dengan pengecualian wilayah industri

dan kawasan pemukiman elit yang menggunakan airtanah dalam

3. Ketersediaan airtanah dangkal dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek yaitu kedalaman

untuk mencapai muka airtanah (depth to groundwater), kontinuitas airtanah sepanjang

tahun, dan kualitas airtanah

4. Standar ukuran kualitas air yang digunakan mengikuti Peraturan Pemerintah No 82/2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

5. Parameter kualitas air yang digunakan dalam penelitian ini adalah parameter fisik: zat

padat terlarut (total dissolve solid) dan kekeruhan (turbidity) serta parameter kimia: besi,

nitrat, dan fosfat

6. Pemanfaatan airtanah dangkal oleh masyarakat adalah untuk kebutuhan domestik, yaitu

minum, memasak, serta mandi dan mencuci.

TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan Airtanah dan Geologi

Berdasarkan jenis batuannya, Todd (1980) membagi daerah pembentuk akuifer menjadi:

1. Batuan Aluvium atau Dataran Aluvial

a. Daerah aliran air

Daerah ini terdiri dari endapan alluvial yang terletak di kanan-kiri sungai yang

mengalir. Apabla muka air sungainya lebih tinggi daripada airtanah, maka potensi

airtanahnya lebih besar. Faktor yang menyebabkan daerah ini sangat potensial adalah

materialnya yang lepas dan air sungai yang mensuplai airtanah

b. Lembah yang terkubur

Lembah yang sudah tidak dilewati sungai. Potensi airtanahnya cukup besar. Akuifer

di sini merupakan lapisan pembawa air yang baik dan banyak mengandung air pada

musim hujan

c. Daerah dataran

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 5: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Daerah ini meliputi daerah yang luas dan material endapannya belum mengalami

konsolidasi. Di beberapa tempat, pasir dan kerikil membentuk akuifer yang penting

pada dataran ini. Pengisian umumnya didapat dari perkolasi air hujan

d. Daerah lembah antar gunung

Daerah ini merupakan lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, biasanya terdiri dari

material lepas dalam jumlah yang sangat besar. Material ini berasal dari pegunungan

atau gunung di sekitarnya. Materialnya berupa pasirm kerikil, dan akan menerima

pengisian dari atas.

2. Batuan Sedimen

a. Batugamping

Pada keadaan normal, batuan ini tidak dapat menjadi akuifer, namun bila terdapat

banyak rekahan atau lubang pelarutan akan memungkinkan batuan ini sebagai

akuifer

b. Batupasir dan konglomerat

Batuan ini merupakan bentuk perekatan dan pemadatan, maka kelolosannya

berkurang. Batupasir dapat bertindak sebagai lapisan pembawa air apabila butir-

butirnya tidak terekat terlalu rapat, sedangkan konglomerat tidak dapat bertindak

sebagai akuifer

3. Batuan Gunungapi

Gunungapi mempunyai topografi dan geografi yang sangat khas, sehingga airtanahnya

mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Kaki gunungapi dengan lereng yang menghadap arah datangnya angin, sehingga bagian

ini mempunyai curah hujan yang lebih banyak dari daerah sekitarnya dan pengisian

airnya cukup banyak

b. Fragmen-fragmen gunungapi mempunyai ruang yang banyak dan dapat dengan mudah

mengalirkan airtanah. Pada bagian ujung teras akan terbentuk akuifer yang besar dengan

mata air yang banyak

c. Pada bagian dasar aliran lava terdapat retakan-retakan dan ruang-ruang, maka airtanah

dengan mudah dapat melalui dasar sepanjang lembah itu

d. Pada bentuk padat batuan beku dan malihan, batuan ini hampir kedap air, sehingga tidak

dapat bertindak sebagai akuifer yang baik. Bila batuan tersebut terdapat di dekat

permukaan dan mengalami pelapukan, daerah tersebut dapat berkembang menjadi

sumber air kecil yang kurang berarti

1. Batuan beku dan metamorf

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 6: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Kedua jenis batuan ini relative kedap air dan merupakan akuifer yang buruk . Walaupun

dekat dengan permukaan airtanah, jenis batuan ini hanya akan menjadi sumur kecil untuk

suplai air domestik

Kualitas Air

Tabel 1. Standar Baku Mutu Air Golongan B menurut PP No 82/2001

No. Parameter Standar Baku Mutu

1. TDS < 1000 mg/L

2. Kekeruhan 1 – 5 NTU

3. Besi < 5mg/L

4. Nitrat < 45 mg/L

5. Fosfat* < 0,2 mg/L

Ket. *belum diatur Peraturan Pemerintah

METODOLOGI PENELITIAN

Alur Pikir Penelitian

Gambar 1. Alur pikir penelitian

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 7: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Variabel Penelitian

Berdasarkan batasan dan alur pikir penelitian, variabel yang digunakan adalah

1. Kedalaman muka airtanah dangkal

2. Keadaan air sumur saat kemarau

3. Kualitas air: Zat padat terlarut, Fosfat, Nitrat, Besi, dan kekeruhan

4. Pemanfaatan airtanah dangkal oleh masyarakat

5. Geologi

6. Penggunaan Tanah

Data yang digunakan

Tabel 2. Data-data yang diperlukan

Data Cara memperoleh Alat ukur Kedalaman muka airtanah Pengukuran sumur gali warga,

ditambah dengan penelitian Wulandari, 2012 dan Hasfarila, 2014

Menggunakan tali yang diberi pemberat dg lampu diujungnya, jika terkena air lampu tersebut akan menyala

Kondisi sumur saat kemarau Wawancara warga Kuisioner Pemanfaatan airtanah oleh warga

Wawancara warga Kuisioner

Kualitas air Uji di lapangan dan laboratorium dari sampel air yg diambil dr sumur gali warga • Zat padat terlarut • Besi • Fosfat & Nitrat

• Kekeruhan Selain data hasil pengukuran sendiri untuk konsentrasi nitrat, ditambah dengan sampel penelitian Wulandari, 2012

• TDS meter • Iron High Range • Multiparameter Bench

Photometers • Turbidity Meter

Geologi Peta Geologi Lembar Bogor Edisi Kedua, 1998

Penggunaan tanah Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor, skala 1:25.000

Batas administrasi kecamatan dan desa

BIG

Sumber: Analisis kebutuhan data untuk model DRASTIC-Lu dan VLDA

Pengolahan Data

Data-data sekunder yang telah didapat dari hasil survey lapang, kemudian ditabulasi

dalam sistem database Microsoft Excel dan diolah dengan menggunakan Software ArcGIS

10.1. Pengolahan dari tiap data adalah sebagai berikut:

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 8: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

1. Data kualitas airtanah, diperoleh dari pengukuran kualitas air di laboratorium

2. Peta kedalaman airtanah dangkal, diperoleh dari penarikan garis dengan mengacu pada

hasil pengukuran pada tiap sampel, sungai, dan topografi

3. Peta kontinuitas airtanah dangkal, diperoleh dari penarikan garis dengan mengacu pada

hasil wawancara pada tiap sampel, sungai, dan topografi

4. Peta sebaran kualitas dari tiap parameter, diperoleh dari interpolasi hasil pengukuran

airtanah dari semua titik sampel menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weigted)

yang terdapat pada Extension 3D analysis dalam Software ArcGIS 10.1

5. Peta sebaran kualitas airtanah dangkal, diperoleh dari overlay intersect semua parameter

yang telah diklasifikasi

6. Zonasi pemanfaatan airtanah dangkal, diperoleh dari penarikan garis berdasarkan hasil

wawancara mengenai pemanfaatan air oleh warga, geologi, ketinggian, dan penggunaan

tanah.

Analisa Data

1. Analisis sebaran ketersediaan dan pemanfaatan airtanah dangkal secara kualitatif.

Sebelumnya itu, masing-masing parameter telah diregionkan dan diklasifikasikan

2. Analisis hubungan ketersediaan dengan geologi dan analisis hubungan ketersediaan

dengan pemanfaatan oleh masyarakat secara kualitatif dan didukung dengan peta-peta

seperti peta topografi, peta penggunaan tanah, dan peta geologi.

HASIL PENELITIAN Sebaran Kedalaman Airtanah Dangkal

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kedalaman airtanah dangkal di DA Ci Leungsi

Hulu sangat beragam. Kedalaman paling dangkal adalah 0,3 m dari muka tanah setempat (m

dmts) pada lokasi pengukuran di Desa Hambalang dan kedalaman paling dalam adalah 15,58

m dmts pada lokasi pengukuran di Desa Sumur Batu. Berdasarkan hasil pengukuran,

kedalaman airtanah dangkal diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu 0 – 3 m dmts, 3 – 6 m

dmts, 6 – 9 m dmts, dan > 9 m dmts. Persebarannya dapat dilihat pada gambar 2.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 9: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Tabel 3. Luas dan Persentase Wilayah Sebaran Kedalaman Airtanah Dangkal

Kedalaman (m dmts) Luas Km2 %

0 – 3 20,78 10,02 3 – 6 46,24 22,30 6 – 9 77,13 37,20 >9 63,19 30,47

Jumlah 207,35 100,00 Sumber : Survei lapangan dan Pengolahan data, 2014

Gambar 2. Wilayah Sebaran Kedalaman Airtanah Dangkal

Kualitas Airtanah Dangkal

Konsentrasi fosfat merupakan penentu untuk penentuan kualitas airtanahnya karena

kelebihan konsumsi fosfat dapat menjadi racun bagi tubuh serta konsumsi senyawa fosfat

yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan kanker. Konsentrasi nitrat

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 10: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

menjadi penentu berikutnya karena peningkatan nitrat pada tubuh manusia khususnya pada

bayi dapat mengakibatkan rendahnya oksigen dalam darah. Penentu berikutnya adalah

konsentrasi besi karena konsentrasi besi yang tinggi dapat air menjadi keruh, noda pada

pakaian bila dipakai untuk mencuci, dan perubahan rasa pada makanan dan minuman.

Penentu selanjutnya adalah nilai zat padat terlarut karena nilai zat pada terlarut yang tinggi

dapat berpengaruh pada fungsi ginjal dan mempengaruhi rasa air minum. Nilai kekeruhan

pada air juga penting karena mempengaruhi warna air, namun pengolahan kembali untuk

mendapatkan air yang lebih baik masih dimungkinkan dengan waktu dan biaya yang murah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka airtanah dangkal di DA Ci Leungsi Hulu dilasifikasikan

sebagai berikut.

Tabel 4. Klasifikasi Kedalaman Airtanah Dangkal

Kelas

Parameter

Zat Padat Terlarut (mg/L)

Kekeruhan (NTU)

Besi

(mg/L)

Nitrat

(mg/L)

Fosfat

(mg/L)

I (semua parameter <baku mutu) <1000 <5 <5 <45 <0,2

II <1000 <5, 5 - 10 <5 <45 >0,2

45 - 60 <0,2

III <1000 >10 <5 <45 >0,2

45 - 60 <0,2

IV <1000

<5, 5 – 10,

>10

<5 45 – 60

>0,2

V <1000

<5, 5 – 10,

>10

<5 >60 >0,2

Sumber: Pengolahan Data, 2014

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan di atas, maka dapat dibuat Peta Kualitas

Airtanah Dangkal DA Ci Leungsi Hulu. Gambar 3 memperlihatkan wilayah sebaran dari

masing-masing kelas klasifikasi.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 11: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Tabel 5. Luas dan persentase Kuaitas Airtanah Dangkal

Klasifikasi Luas

km2 %

I 1,34 0,65

II 183,16 88,35

III 14,59 7,04

IV 4,23 2,04

V 3,99 1,93

Jumlah 207,31 100 Sumber: Survei Lapangan dan Pengolahan Data, 2014

Gambar 3. Kualitas Airtanah Dangkal

Sebaran Kontinuitas Airtanah Dangkal sepanjang Tahun

Kontinuitas airtanah dangkal sepanjang tahun diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Ada

sepanjang tahun, Kering saat kemarau pendek, dan Kering saat kemarau panjang.

Persebarannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 12: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Tabel 6. Luas dan Persentase Wilayah Kontinuitas Airtanah Dangkal

Kontinuitas Luas

km2 %

Ada sepanjang tahun 86,42 41,68

Kering saat kemarau pendek 77,68 37,46

Kering saat kemarau panjang 43,26 20,86

Jumlah 207,67 100 Sumber: Survei lapangan dan Pengolahan Data, 2014

Gambar 4. Wilayah Sebaran Kontinuitas Airtanah Dangkal

Hubungan Geologi dengan Kedalaman Muka Airtanah Dangkal Selain topografi, kedalaman muka airtanah di suatu daerah juga dipengaruhi oleh

formasi geologinya. Tabel 7 menunjukkan sebaran kedalaman muka airtanah dangkal pada

wilayah geologi. Pada lapisan batuan aluvium, nilai kedalaman lebih bervariasi daripada

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 13: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

lapisan batuan lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena lapisan ini airtanahnya melimpah

akibat dekat dengan sungai. Pada batuan sedimen formasi Tmj juga terdapat nilai kedalaman

yang bervariasi. Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena lapisan ini mengandung batupasir

dan pasiran yang memiliki nilai porositas tinggi.

Tabel 7. Tabel silang Geologi dengan Kedalaman

Batuan aluvium Batuan Gunungapi Batuan sedimen

Jumlah Qa Qav Qvk Tmj Tmk

0 – 3 9 6 1 12 0 28

3 – 6 3 9 4 8 2 26

6 – 9 3 17 1 9 0 30

>9 2 8 1 3 2 16

Jumlah 17 40 7 32 4 100 Sumber: Survei lapangan dan Pengolahan Data, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan uji chi square (lihat lampiran), nilai Asymp Sig (0,036)

< taraf signifikansi (0,05), sehingga H0 ditolak. Ini berarti terdapat hubungan antara

kedalaman dengan geologi. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh tabel 7, formasi batuan

kipas alluvium (Qav) yang tersusun atas batu pasir, kerikil, dan kerakal serta formasi Jatiluhur

(Tmj) yang tersusun atas batupasir kuarsa dan pasiran, dimana memiliki kelulusan air mudah

memiliki jumlah yang lebih banyak dari pada formasi Qa (kipas alluvium) dan Tmk (formasi

Klapanunggal) yang lebih sulit meloloskan air karena dalam komponen penyusunnya terdapat

lempung dan batugamping.

Hubungan Geologi dengan Kualitas Airtanah Dangkal

Selain dapat mempengaruhi kedalaman, formasi geologi juga dapat mempengaruhi

kualitas air. Tabel 8 menunjukkan sebaran kualitas airtanah dangkal pada wilayah geologi.

Lapisan batuan sedimen memiliki semua klasifikasi kualitas, berbeda dengan lapisan batuan

gunungapi yang hanya memiliki satu jenis kelas kualitas.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 14: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Tabel 8. Tabel silang Geologi dengan Kualitas

Batuan Aluvium Batuan Gunungapi Batuan sedimen

Jumlah Qa Qav Qvk Tmj Tmk

I 1 1 0 1 0 3

II 3 12 3 14 3 35

III 1 0 0 2 0 3

IV 1 0 0 0 0 1

V 0 1 0 1 0 2

Jumlah 6 14 3 18 3 44 Sumber: Survei lapangan dan Pengolahan Data, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan uji chi square (lihat lampiran), nilai Asymp Sig (0,731)

> taraf signifikansi (0,05), sehingga H0 diterima. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara

geologi dengan kualitas airtanah dangkal. Seperti yang terlihat pada lapisan batuan sedimen

yang sulit meloloskan air memiliki kelas klasifikasi lebih bervariasi dibandingkan dengan

lapisan batuan aluvium yang mudah meloloskan dan menyimpan air serta lapisan batuan

gunungapi yang lebih dapat meloloskan air dibandingkan sedimen memiliki kelas klasifikasi

yang kurang bervariasi.

Hubungan Geologi dengan Kontinuitas Airtanah Dangkal Sepanjang Tahun Kontinuitas air sepanjang tahun juga dipengaruhi oleh formasi geologi. Tabel 9

menunjukkan sebaran kontinuitas dalam wilayah geologi. Wilayah dengan kontinuitas air

sepanjang tahun umumnya berada pada lapisan batuan aluvium karena wilayah aluvium

memang memiliki keterdapatan airtanah yang besar. Wilayh dengan kontinuitas airtanah yang

kering saat kemarau panjang terdapat pada wilayah batuan sedimen formasi Tmj. Hal ini

dapat dipeerkitakan karena adanya batuan kapus pada formasi ini. Batuan kapur tidak dapat

menyimpan air.

Tabel 9. Tabel silang Geologi dengan Kontinuitas Airtanah Dangkal

Batuan Aluvium Batuan Gunungapi Batuan Sedimen

Jumlah Qa Qav Qvk Tmj Tmk

Ada sepanjang tahun 3 6 2 7 1 19

Kering saat kemarau pendek 3 6 0 3 1 13

Kering saat kemarau panjang 0 2 1 8 1 12

Jumlah 6 14 3 18 3 44 Sumber: Survei lapangan dan Pengolahan Data, 2014

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 15: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Berdasarkan hasil perhitungan uji chi square (lihat lampiran), nilai Asymp Sig (0,366)

> taraf signifikansi (0,05), sehingga H0 diterima. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara

geologi dengan kontinuitas airtanah dangkal. Seperti yang terlihat pada lapisan batuan

sedimen yang sulit meloloskan air memiliki wilayah yang paling luas dalam keberadaan air

sepanjang tahun dibandingkan dengan lapisan batuan aluvium yang mudah meloloskan dan

menyimpan air serta lapisan batuan gunungapi yang lebih dapat meloloskan air dibandingkan

sedimen.

Analisis Spasial Kualitas Airtanah Dangkal

Bila peta-peta parameter kualitas air (zat padat terlarut, kekeruhan, fosfat, nitrat, dan besi)

dioverlay dengan Peta Geologi dan Peta Penggunaan Tanah, maka akan terlihat sebaran

wilayah dari masing-masing parameter pada wilayah geologi dan penggunaan tanah.

Konsentrasi zat padat terlarut pada daerah penelitian berada dibawah baku mutu. Wilayah

dengan konsentrasi nilai zat padat terlarut tertinggi, yaitu >300mg/L. Wilayah ini dapat

ditemui pada lapisan batuan aluvium di bagian timur dan barat daerah penelitian dengan

dominasi penggunaan tanah adlah permukiman, industri, dan persawahan.

Konsentrasi nilai kekeruhan jauh di atas baku mutu (>10 NTU) berada pada litologi

batuan Formasi Jatiluhur dengan dominan penggunaan tanahnya adalah kebun/perkebunan

dan persawahan.

Konsentrasi nilai besi pada daerah penelitian juga berada dibawah baku mutu. Wilayah

dengan nilai konsentrasi besi tertinggi (>1 mg/L) berada pada lapisan batuan aluvium dan

Formasi Klapanunggal dengan dominan penggunaan tanahnya adalah kebun/perkebunan,

permukiman, serta dekat dengan industri.

Konsentrasi nilai nitrat jauh di atas baku mutu (>45mg/L) berada pada lapisan batuan

aluvium dan lapisan batuan Breksi dan lava serta Formasi Jatiluhur dengan dominan

penggunaan tanahnya adalah permukiman, industri, dan tegalan.

Konsentrasi nilai fosfat jauh di atas baku mutu (>0,6mg/L) berada pada lapisan batuan

Formasi Jatiluhur, Breksi dan lava Gunung Kencana, dan lapisan Aluvium dengan dominasi

penggunaan tanah adalah kebun/perkebunan, persawahan, dan industri.

Kemudian semua parameter diatas dioverlay untuk mendapatkan Peta Kualitas Airtanah

Dangkal. Kualitas Airtanah Dangkal yang paling buruk/tercemar terdapat pada lapisan batuan

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 16: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

batuan aluvium dan lapisan batuan Breksi dan lava serta Formasi Jatiluhur dengan dominan

penggunaan tanahnya adalah permukiman, industri, dan tegalan.

Pemanfaatan Airtanah Dangkal oleh Masyarakat

Dari hasil wawancara kepada masyarakat di DA Ci Leungsi diketahui bahwa tidak semua

masyarakat memanfaatkan airtanah dangkal sebagai sumber air utama. Masyarakat yang

tinggal di bagian selatan daerah penelitian banyak yang memanfaatkan mata air sebagai

sumber air utama. Hal ini dikarenakan daerah ini memiliki ketinggian yang lebih tinggi

sehingga dibutuhkan kedalaman yang lebih untuk mendapatkan air sumur. Walaupun ada

beberapa rumah yang memiliki sumur gali, sumber air utamanya tetap menggunakan mata air

karena penggunaannya yang mudah. Air sumur hanya digunakan ketika mata air sedang

kering. Wilayah tersebut terdapat di sebagian Kecamatan Sukamakmur dan sedikit di

Kecamatan Babakanmadang.

Pemanfaatan airtanah dangkal itu sendiri pun beragam, tidak semua masyarakat di

wilayah penelitian menggunakan airtanah dangkal untuk semua kebutuhan domestik.

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, pemanfaatan airtanah dangkal oleh masyarakat

diklasifikasi menjadi lima kelas, yaitu (Gambar 8):

I. Pemanfaatan untuk semua kebutuhan domestik

Wilayah ini berada dibagian timur daerah penelitian, seperti sebagian Kecamatan

Gunungputri, sebagian Kecamatan Citereup, dan sedikit wilayah di Kecamatan

Babakanmadang. Sebagian besar wilayah ini juga merupakan wilayah dengan kualitas air

I (semua parameter di bawah baku mutu), sehingga masyarakat menggunakan airtanah di

wilayah ini untuk semua kebutuhan domestiknya. Kontinuitas air di wilayah ini juga

sebagian besar tersedia sepanjang tahun, sehingga masyarakat menggunakan airtanah

untuk semua kebutuhan. Masyarakat di wilayah ini tidak perlu repot-repot membeli air

minum kemasan atau mengambil air di sungai saat kemarau

II. Pemanfaatan untuk semua kebutuhan domestik kecuali minum

Wilayah ini hanya terdapat di utara daerah penelitian seperti di sebagian Kecamatan

Gunungputri dan sedikit di Bukit Hambalang, Kecamatan Citereup. Pada daerah di Bukit

Hambalang, masyarakatnya tidak menggunakan airtanah untuk minum karena lebih

praktis menggunakan air kemasan. Sedangkan di Kecamatan Gunungputri,

masyarakatnya lebih memilih untuk menggunakan air minum kemasan karena kualitas

airtanahnya yang kurang baik karena daerah ini dekat dengan jalan utama penghubung

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 17: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

kabupaten. Selain itu, kontinuitas air yang kering saat kemarau pendek juga menjadi

alasan bagi warga untuk tidak menggunakan airtanah sebagai air minum.

III. Pemanfaatan dominan untuk mandi dan mencuci

Pada wilayah ini, masyarakatnya tidak menggunakan airtanah dangkal untuk minum dan

memasak karena kualitasnya buruk, berwarna dan keruh sehingga masyarakat hanya

menggunakannya untuk mandi dan mencuci. Menurut msyarakat, airtanah di daerah ini

berwarna dan keruh disebabkan oleh penggunaan tanah daerah ini yang dahulunya adalah

persawahan.

Gambar 5. Kenampakan air pada penggunaan tanah bekas sawah

IV. Pemanfaatan dominan untuk minum dan memasak

Pada daerah ini, masyarakatnya memilih untuk mandi dan mencuci dengan menggunakan

mata air karena lebih praktis. Masyarakat hanya menggunakan airtanah untuk minum dan

memasak karena kualitasnya lebih bagus dibandingkan dengan kualitas air mata air.

V. Tidak menggunakan airtanah dangkal sebagai sumber air utama

Wilayah ini berada pada ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah

pemanfaatan sebelumnya, sehingga kedalaman muka airtanahnya lebih dalam .Di wilayah

ini terdapat mata air dai gunung-gunung sekitarnya. Masyarakat lebih memilih

menggunakan mata air karena lebih praktis atau tidak perlu menimba air sumur. Namun,

ada beberapa masyarakat yang mempunyai sumur dirumhanya. Airtanahnya digunakan

jika mata air sedang kering akibat kemarau atau sedang keruh akibat hujan, seperti yang

terlihat pada gambar 24. Mata air dialirkan dari tempat tampungan ke rumah-rumah

warga seperti yang terlihat pada gambar 25.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 18: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Gambar 6. Penggunaan mata air dan air sumur

Gambar 7. Metode pengaliran mata air ke rumah warga

Gambar 8. Wilayah Pemanfaatan Airtanah Dangkal

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 19: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

Pengaruh Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Airtanah Dangkal

Penggunaan tanah oleh manusia dapat berpengaruh pada kualitas airnya. Tabel 10

menunjukkan penggunaan tanah sekitar pada tiap-tiap klasifikasi kualitas. Pada klasifikasi

kualitas I yang semua parameter di bawah baku mutu, penggunaan tanahnya mayoritas

permukiman, hanya terdapat industri-industri kecil dan sawah sehingga airtanahnya memiliki

kualitas yang baik karena penggunaan tanah disekitarnya sedikit industri dan sawah. Pada

kualitas klasifkasi II yang nilai fosfat atau nitratnya dan kekeruhan lebih tinggi dibandingkan

dengan klasifikasi I, penggunaan tanah sekitarnya di dominasi oleh sawah dan kebun

sehingga kandungan fosfat atau nitrat dan kekeruhan lebih tinggi. Pada klasifikasi V yang

nilai fosfat dan nitratnya tinggi, penggunaan tanah sekitarnya didominasi oleh permukiman

dan industri. Adanya permukiman dan industri yang luas diperkirakan sebagai penyebab nilai

fosfat dan nitratnya tinggi.

Tabel 10. Tabel Hubungan Kualitas dan Penggunaan Tanah Sekitar

Klasifikasi Kualitas Penggunaan Tanah Sekitar I Mayoritas pemukiman, sedikit industri dan sawah II Sedikit permukiman, mayoritas sawah dan kebun III Mayoritas sawah dan kebun IV Mayoritas permukiman dan industri V Mayoritas permukiman dan industri

KESIMPULAN

Pola ketersediaan airtanah dangkal di DA Ci Leungsi Hulu secara spasial tidak

menunjukkan keteraturan. Ketersediaan dari sisi kedalaman mencapai muka airtanah memiliki

kaitan dengan faktor geologi, sedangkan ketersediaan air dari sisi kualitas dan kontinuitas

sepanjang tahun tidak memiliki kaitan dengan faktor geologi. Hipotesis juga tidak terbukti.

Walaupun sebagian besar wilayah DA Ci Leungsi Hulu merupakan lapisan sedimen yang

merupakan akuifer yang buruk, ketersediaan airtanahnya cukup baik.

Pada wilayah ketersediaan airtanah baik, masyarakat menggunakannya untuk semua

kebutuhan domestik dan pemanfaatan tersebut akan terus berkurang seiring dengan

menurunnya ketersediaan.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016

Page 20: Pola Spasial Ketersediaan Airtanah Dangkal dan

DAFTAR PUSTAKA

Hasfarila, Hasfaratul. 2014. Perubahan Fluktuasi Permukaan Airtanah di Daerah Aliran Ci

Leungsi Hulu Jawa Barat. Depok: Departemen Geografi.

Hem. John D. 1985. Study and Interpretation of the Chemical Characteristics of Natural

Water. Alexandria: United States Government Printing Office.

Peraturan Pemerintah No 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

http://penataanruang.pu.go.id/taru/nspm/PP_No20-1990.pdf. Diunduh pada 5

September 2014.

Setiawan, Awal. 2003. Persebaran Permukiman sehubungan dengan Ketersediaan Airtanah

Dangkal di Daerah antara Ci Leungsi Hulu dan Ci Pamingkis, Jawa Barat. Depok:

Departemen Geografi.

Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.

Sosrodarsono, Suyono & Kensaku Takeda. 1993. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT

Pradnya Paramita.

Sudadi, Purwanto. Penentuan Kualitas Airtanah melalui Analisis Unsur Kimia Terpilih.

Buletin Geologi Tata Lingkungan, Vol. 13 No. 2, September 2003: 81-89.

Sunarti, Rahmatiah. 2009. Sebaran Konsentrasi Nitrat pada Airtanah Dangkal di dataran

Rendah Bekasi. Depok: Departemen Geografi.

Todd, David Keith. 1980. Groundwater Hydrology. New York: Library of Congress

Cataloging in the Publication Data.

Wulandari, Dian Wahyu. 2012. Pola Wilayah Kerentanan Airtanah Dangkal terhadap

Pencemaran di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Depok: Departemen Geografi.

Pola spasial ..., Oryza Sativa, FMIPA UI, 2016