diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh …repository.fisip-untirta.ac.id/375/1/ane -...

Download Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh …repository.fisip-untirta.ac.id/375/1/ANE - IMPLEMENTASI PROGRAM... · LAMPIRAN 6 Pedoman Umum pengelolaan Program Pamsimas…………

If you can't read please download the document

Upload: vuxuyen

Post on 06-Feb-2018

262 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI

    BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN LEBAK

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

    Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

    Oleh :

    Rachmawati Dwi Maharani

    NIM 6661100330

    PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

    2014

  • PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    Nama : Rachmawati Dwi Maharani

    NIM : 6661100330

    Judul Skripsi : Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

    Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Lebak

    Telah Diuji di Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 16 Oktober

    2014 dan dinyatakan LULUS.

    Serang, Oktober 2014

    Ketua Penguji

    (Kandung Sapto Nugroho., S.Sos., M.Si)

    NIP 197809182005011002 ..................................

    Anggota :

    (Drs. Hasuri Waseh, SE., M.Si)

    NIP 196202032000121002 ...................................

    Anggota :

    (Deden Maulana Haris, S.Sos., M.Si)

    NIP 197204072008121002 ...................................

    Mengetahui,

    Dekan Fisip Untirta Ketua Program Studi

    Ilmu Administrasi Negara

    Dr. Agus Sjafari, M.Si Rina Yulianti, SIP., M.Si

    NIP: 197108242005011002 NIP: 197407052006042011

  • ABSTRAK

    Rachmawati Dwi Maharani. NIM 1100330. Implementasi Program Penyediaan

    Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak.

    Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Rina Yulianti, S.IP.,

    M.Si dan Pembimbing II: Deden Maulana Haris, S.sos., M.Si

    Kata Kunci : Implementasi Program, Penyediaan Air Minum, Sanitasi

    Fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan

    Sanitasi Berbasis Masyarakat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari

    implementasi program tersebut dilihat dari faktor pendukung serta faktor

    penghambatnya. Program ini dibuat dengan tujuan dapat meningkatkan jumlah

    masyarakat untuk dapat mengakses air minum dan sanitasi yang layak serta

    mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat. Metode penelitian yang digunakan

    adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrument dalam penelitian

    ini adalah peneliti itu sendiri yang didasari pada indikator teori implementasi

    kebijakan menurut model Merilee S. Grindle. Indikatornya terdiri dari isi kebijakan

    dan konteks kebijakan. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah teknik analisis interaktif menurut Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian

    ini adalah dalam implementasinya belum berjalan dengan baik. Kurangnya

    profesionalitas kerja dan sanksi yang tegas, keterbatasan SDM serta kurangnya

    keikutsertaan dari masyarakat terhadap program tersebut. peneliti memberikan saran

    agar kinerja dari para pelaksana senantiasa dapat ditingkatkan lagi agar lebih

    profesional dan bertanggung jawab.

  • ABSTRACT

    Rachnawati Dwi Maharani. Nim 1100330. The Implementation of Water Supply

    and Sanitation Community-based at Lebak Regency. Public Administration

    Departement. Faculty of Social and Politic. Sultan Ageng Tirtayasa University.

    Advisor I: Rina Yulianti, S.IP. M.Si., and advisor II: Deden Maulana Haris, S.Sos.

    M.Si.,

    Keyword: Implementation Program, Water supply, Sanitation

    This research focuses on the Implementation of Water Supply and Sanitation

    Program to knowhow successful the implementation of the program see by the

    supporting and unsupporting factors. This program is made to increase total amound

    of citizen that not only can access water and sanitation but also practice clean and

    healthy living. The research method is descriptive methodology in qualitative

    approach. The instrument is the researcher herself based on the indicators of policy

    implementation theory by Merilee S. Grindle. The indicators are content of policy

    and context of policy. The data analyzing technique is interactive analysis technique

    by Miles and Huberman. The result of this research is the implementation had not

    gone well. The lack of professional work and strick sanctions, limitation of SDM, and

    the lack of participation from citizen toward this program. The researcher suggest

    that the executive should increase their performance in order to be professional and

    responsible.

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

    Alhamdulillah Puja dan Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT

    atas segala rahmat, ridho, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua.

    Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita semua Nabi

    Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan berkat rahmat,

    ridho, dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

    Adapun dalam peelitian skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul Program

    Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di

    Kabupaten Lebak. Penyusunan penelitian skripsi ini tentunya tak lepas dari

    bantuan banyak pihak yang tentunya sangat berpengaruh dalam pembuatan proposal

    skripsi ini, baik secara moril dan materil. Maka peneliti ingin mengucapkan rasa

    terima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan doa, kasih

    sayang, serta dukungan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian skripsi ini.

    Pada kesempatan ini juga peneliti akan menyampaikan ucapan terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung

  • peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. peneliti ingin menyampaikan

    terimakasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas

    Sultan Ageng Tirtayasa;

    2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

    3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

    4. Bapak Gandung Ismanto., S.Sos., MM., selaku Wakil Dekan III Fakultas

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

    5. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

    Sultan Ageng Tirtayasa, yang sekaligus menjadi dosen pembimbing I

    skripsi. Trimakasih atas kebaikan, bimbingan, waktu dan arahannya selama

    proses penyusunan penelitian skripsi ini;

    6. Bapak Anis Fuad, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

    Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

    Sultan Ageng Tirtayasa;

    7. Bapak Deden M.Haris. S.Sos., M.Si., selaku Dosen Program Studi Ilmu

    Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

    Sultan Ageng Tirtayasa, yang sekaligus menjadi dosen pembimbing II

  • skripsi. Trimakasih atas kebaikan, waktu, bimbingan dan motivasi yang

    selalu diberikan dalam penyusunan penelitian skripsi ini;

    8. Ibu Titi Setiawati, M.Si., selaku Kepala Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    9. Terimakasih yang tak terhingga untuk kedua orang tuaku tercinta, kepada

    Apih Jajuli S.Sos., dan Mamah Rd. Yani Aryani atas doa, cinta kasih dan

    motivasi yang telah diberikan tanpa henti dan tak pernah putus kepada

    peneliti dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini;

    10. Terimakasih kepada kaka tersayang Wildan Alfariza SH M.Si atas segala

    dukungannya yang telah diberikan kepada peneliti dalam penyelesaian

    proposal skripsi ini;

    11. Terimakasih kepada keluarga besar Jaka Wijaya, Keluarga besar Amar

    Bastaman, Keluarga Besar AJ, terimakasih Uwa, Om, Tante, teteh, aa

    Saudara Sepupu, dan Ponakan atas doa dan semangat yang diberikan

    kepada peneliti;

    12. Terimakasih kepada Rihat Faris Ardiansyah atas doa, semangat, motivasi,

    dan dukungan kepada penliti dalam pembuatan skripsi ini.

    13. Terimakasih kepada A Indra Pratama SE., Kang Alam, Intan Aisyah HR,

    Rista Pebriyanti, A apis, A ncha, Gita, De Vina, Oling, Coffee Break,

    Allbest, Atangers. Trimakasih atas segala bantuan dan semangatnya.

  • 14. Terimakasih untuk para sahabat terbaik Laarons, Ka Safira, Tisa, Nuke,

    Lina, Nidya, Citra, Fitra, Gita, Pita, Rurin, Njay atas doa, semangat dan

    dukungannya.

    15. Terimakasih untuk teman-teman satu angkatan 2010 baik Reguler maupun

    Non Reguler, khususnya kelas ANE A dan ANE B yang menjadi motivasi

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    16. Kepada para sahabat, Kanari Gemilang Al Ridha, Dwi Mayang Sari, Astri

    Permata Sari, Pratiwi, Emma Marlini, Ivan Setiawan, yang selalu

    mendukung dan memberikan semangat dan canda kebahagian selama

    penyusunan skripsi ini.

    17. Semua dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    Terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan;

    18. Terimakasih kepada Ibu Ela Arwati dan ibu Anik Arifah bagian Kesehatan

    Lingkungan di Puskesmas Rangkasbitung dan Cibadak atas segala

    informasi dan bantuannya kepada peneliti dalam proses penyelesaian

    proposal skripsi ini;

    19. Terimakasih kepada semua informan yang telah membantu peneliti dalam

    proses pengerjaan proposal skripsi ini, terimakasih Ibu Windarti, Ibu

    Phatma, Bapak Yayat, Bapak Helmi, Bapak Dadan, warga-warga desa

    Pasir Tanjung dan desa Tambakbaya atas segala informasi dan bantuannya

    kepada peneliti dlam proses penyelesaian proposal skripsi ini;

  • Tidak lupa juga peneliti mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan

    dalam penyusunan dan penyadian skripsi ini. Peneliti mengharapkan kritik dan

    saran untuk membangun kemujuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian

    skripsi ini. Semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat berguna dan

    memberikan wawasan bagi para pembaca dan peneliti. Akhir kata peneliti

    ucapkan terimakasih.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

    Rangkasbitung, September 2014

    Rachmawati Dwi Maharani

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS. i

    LEMBAR PERSETUJUAN

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR. ii

    DAFTAR ISI vii

    DAFTAR TABEL x

    DAFTAR GAMBAR. xi

    DAFTAR LAMPIRAN xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Bekang....... 1

    1.2 Identifikasi Masalah... 15

    1.3 Batasan Masalah..... 15

    1.4 Rumusan Masalah.. 16

    1.5 Tujuan Penelitian.. 16

    1.6 Manfaat Penelitian 17

    1.7 Sistematika Penelitian.. 17

    BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Asumsi Dasar Penelitian

    2.1 Kebijakan Publik.... 24

    2.1.1 Kebijakan dalam Pembangunan.. 27

    2.1.2 Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. 30

    2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan.. 32

    2.1.4 Model-model Implementasi Kebijakan.. 34

    2.1.5 Pengertian Pembangunan... 44

    2.1.6 Administrasi Pembangunan... 47

  • 2.1.7 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan.. 49

    2.1.8 Pengertian Pembangunan Masyarakat 50

    2.2 Penelitian Terdahulu.. 51

    2.3 Kerangka Berfikir.. 54

    2.4 Asumsi Dasar. 63

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian.. 64

    3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian.... 66

    3.3 Lokasi Penelitian 66

    3.4 Variabel Penelitian 67

    3.4.1 Definisi Konsep 67

    3.4.2 Definisi Operasional. 68

    3.5 Instrumen Penelitian 69

    3.6 Informan Penelitian 70

    3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data. 73

    3.7.1 Wawancara.. 73

    3.7.2 Pedoman Wawancara... 74

    3.7.3 Observasi... 80

    3.7.4 Dokumentasi. 80

    3.7.5 Teknik Analisis Data.... 80

    3.7.6 Sumber Data. 82

    3.7.7 Pengujian Keabsahan Data.. 82

    3.8 Jadual Penelitian. 84

  • BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1 Deskripsi Objek Penelitian.. 85

    4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak... 85

    4.1.2 Gambaran Umum Desa Pasir Tanjung. 93

    4.1.3 Gambaran Umum Desa Tambakbaya.. 96

    4.2 Deskripsi Data 100

    4.2.1 Deskripsi Data Penelitian 100

    4.2.2 Daftar Informan... 105

    4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 108

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan... 141

    5.2 Saran 143

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas

    Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung. 7

    Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas

    Mandala di Desa Tambakbaya. 8

    Tabel 3.1 Informan Penelitian.. 71

    Tabel 3.2 Pedoman Wawancara.. 75

    Tabel 3.8 Jadual Penelitian. 84

    Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan jumlah Desa Di Kabupaten Lebak.. 87

    Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak 88

    Tabel 4.3 Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Kota Rangkasbitung. 89

    Tabel 4.5 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

    Di Kabupaten Lebak.. 90

    Tabel 4.6 Potensi Sumber Daya Manusia Di Desa Pasir Tanjung. 94

    Tabel 4.7 Pendidikan Di Desa Pasir Tanjung. 95

    Tabel 4.8 Mata Pencaharian Pokok Di Desa Pasir Tanjung.. 96

    Tabel 4.9 Potensi Sumber Daya Manusia Di Desa Tambakbaya 98

    Tabel 4.10 Pendidikan Di Desa Tambakbaya. 98

    Tabel 4.11 Mata Pencaharian Pokok Di Desa Tambakbaya 99

    Tabel 4.12 Daftar Informan......... 106

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Berfikir. 62

    Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Lebak.. 86

  • DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN I Dokumentasi Gambar..

    LAMPIRAN 2 Matriks Sebelum Reduksi..

    LAMPIRAN 3 Matriks Setelah Reduksi....

    LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitian...

    LAMPIRAN 5 Member Check........................................................................

    LAMPIRAN 6 Pedoman Umum pengelolaan Program Pamsimas..

    LAMPIRAN 7 Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal

    Nomor: 001/KEP/M-PDT/I/2005.

    LAMPIRAN 8 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI

    Nomor: 79/KPTS/DC/2013..

    LAMPIRAN 9 Daftar Riwayat Hidup

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kebijakan pembangunan pada hakikatnya harus bersifat adil, demokrasi, terbuka,

    partisipatif dan terintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan daerah yang ada saat

    ini dapat segera diatasi. Untuk mengatasi suatu ketertinggalan di daerah menjadi

    tanggung jawab Pemerintah Daerah itu sendiri, namun Pemerintah Pusat lebih

    berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi. Dalam pembangunan diperlukan

    pembangunan yang menyeluruh, mulai dari pembangunan sektor kecil pembangunan

    desa dengan berbagai faktor permasalahan di desa yang dilanjut ketingkatan yang

    lebih tinggi ke pembangunan Kabupaten/Kota dan Nasional.

    Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target Millenium

    Development Goals dalam bidang sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG), yaitu

    menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air

    minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015. Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia

    melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

    (Pamsimas), yaitu adalah salah satu program nasional yang diselenggarakan secara

    terstruktur oleh Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah untuk dapat

    meningkatkan akses penduduk perdesaan dari peri urban terhadap fasilitas air minum

  • dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. program Pamsimas

    dimulai padaTahun 2008, dimana sampai dengan Tahun 2012 telah berhasil

    meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan

    perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 6800 desa/kelurahan yang tersebar di 110

    Kabupaten/Kota.

    Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap

    fasilitas air minum dan sanitasu dalam rangka pencapaian target MDGs, Program

    Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016. Program

    Pamsimas II dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk

    meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang

    layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total

    Berbasis Masyarakat.

    Sebagai Pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No.32

    Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah

    menjadi urusan wajib pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan urusan wajib

    berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah.

    Untuk mendukung kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyediakan layanan air

    minum dan sanitasi yang memenuhi SPM tersebut, Program Pamsimas berperan

    dalam menyediakan dukungan financial baik investasi fisik dalam bentuk sarana dan

    prasarana, maupun investasi non fisik dalam bentuk manajemen dukungan teknis, dan

    pengembangan kapasitas.

  • Pemerintah telah menetapkan 13 (tiga sebelas) prioritas dalam Program Aksi

    Pembangunan Nasional 2010-2014 dengan misi untuk melanjutkan pembangunan

    menuju Indonesia yang sejahtera, memperkuat pilar-pilar demokrasi dan memperkuat

    dimensi keadilan di semua bidang. Ketiga belas prioritas ini dipandang mampu

    menjawab semua tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa

    mendatang, prioritas-prioritas tersebut meliputi :

    1. Program aksi bidang pendidikan

    2. Program aksi bidang kesehatan

    3. Program aksi penanggulangan kemiskinan

    4. Program aksi penciptaan lapangan kerja

    5. Program aksi pembangunan infrastruktur dasar

    6. Program aksi ketahanan pangan

    7. Program aksi ketahanan dan kemandirian energi

    8. Program aksi perbaikan dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan

    9. Program aksi penegakan pilar demokrasi

    10. Program aksi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi

    11. Program aksi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan

    12. Program aksi di bidang lingkungan hidup

    13. Program aksi pengembangan budaya

    Terkait dengan program prioritas tersebut, maka Kementrian PU melakukan

    dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

  • yang dilaksanakan salah satunya melalui program-progeam pembangunan-

    pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, dukungan

    terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil dan terisolir.

    Pembangunan yang berbasis pedesaan sangat penting dan perlu untuk

    memperkuat fondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan

    dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Sebagai solusi bagi

    perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. Pembangunan diperlukan untuk

    merubah suatu kondisi dan situasi seperti sekarang yang dirasa kurang baik kearah

    yang lebih baik lagi sesuai kebutuhan masyarakat banyak. Pembangunan desa bisa

    melalui beberapa program seperti misalnya listrik masuk desa, hotmix masuk desa,

    pembangunan jalan atau jembatan, Pamsimas, pembangunan gedung sekolah baik

    penambahan kelas dan pembangunan sarana yang lain.

    Program Pamsimas adalah salah satu bentuk aksi nyata dari pemerintah Indonesia

    baik pusat maupun daerah dalam upaya pembangunan desa dan peningkatan

    penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, dan meningkatkan kesehatan

    masyarakat dan lingkungan di desa, serta berupaya menurukan angka penyakit diare

    dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang tidak bersih.

    Adapun ruang lingkup dari kegiatan program Pamsimas adalah :

    1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal

    2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi

  • 3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum

    4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan

    5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen proyek

    Pamsimas adalah suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan.

    Pamsimas dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila berbasis pada

    masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan dan laki-laki,

    baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap

    terhadap kebutuhan masyarakat. Proyek tanggap terhadap kebutuhan masyarakat

    tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan,

    melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta

    melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

    Program Pamsimas ini adalah salah satu program Pemerintah Pusat dalam

    pembangunan yang masuk ke desa-desa untuk menyelesaikan segala permasalahan

    yang berhubungan dengan air dan lingkungan yang berbasis masyarakat. Program ini

    hadir tentu dengan tujuan awalnya adalah untuk membantu masyarakat di desa dalam

    berbagai kebutuhan air untuk aktivitas kehidupan sehari-harinya serta kesehatan

    lingkungan tempat mereka tinggal. Program ini memang tidak hanya untuk desa

    tertinggal, tetapi untuk semua desa yang memang membutuhkan sarana air ataupun

    kekurangan akses air di desa mereka guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

    desa tersebut.

  • Indikator capaian Pamsimas tahun 2008-2012:

    1. Bertambahnya 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

    mengakses air minum.

    2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat

    mengakses sanitasi.

    3. Bertambahnya 80% masyarakat stop BABS.

    4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai

    sabun.

    5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota pelaksana

    Pamsimas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan

    Pamsimas.

    6. Meningkatkan prosentase anggaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota)

    untuk pencapaian target MDGs.

    Pencapaian keberhasilan Pamsimas:

    1. Adanya keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi.

    2. Adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta

    terjadi peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.

    3. Adanya prioritas program kepada masyarakat yang miskin dan termajinalkan.

  • Seleksi dan pemilihan lokasi sasaran dari program Pamsimas untuk mendapatkan

    desa/kelurahan lokasi sasaran dilakukan tiap tahun, dan dilaksanakan pada 1 tahun

    pelaksanaan program. Jumlah desa/kelurahan yang masuk dalam daftar panjang desa

    layak (eligible longlist) sama dengan jumlah kouta lokasi sasaran per Kabupaten/Kota

    dikurangi jumlah desa/kelurahan yang telah menjadi lokasi program Pamsimas pada

    tahun-tahun sebelumnya. Untuk menentukan desa/kelurahan yang dinilai layak dan

    akan diundang dalam sosialisasi program di tingkat Kabupaten/Kota, TKK (Tim

    Koordinasi Kecamatan) membuat suatu tabel daftar panjang (longlist) desa/kelurahan

    dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut :

    No. Kriteria Lokasi Sumber Daya

    1. Indeks Kemiskinan desa/kelurahan yang tinggi BPS 2005

    2. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap

    air minum

    Potdes, PU, Dinkes

    3. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap

    sanitasi

    Potdes, PU, Dinkes

    4. Desa/Kelurahan dengan prevalensi penyakit

    diare/terkait air yang tinggi

    Dinkes/Puskesmas

    5. Desa/Kelurahan yang belum mendapatkan

    program sejenis (air minum & sanitasi) dalam

    2tahun terakhir

    Bappeda, PU, Dinkes

  • Berdasarkan daftar tersebut, TKK (Tim Teknis Kabupaten/Kota) kemudian

    membuat rangking dengan memberikan skor terhadap desa-desa ataupun kelurahan

    yang bersangkutan agar dapat menentukan prioritas desa/kelurahan yang dipilih untuk

    ikut sertadalam kegiatan pertemuan sosialisasi proyek. Jumlah desa/ kelurahan yang

    akan mengikuti pertemuan sosialisasi dapat disesuaikan dengan jumlah desa calon

    penerima proyek yang ditargetkan, dengan mempertimbankan dua hal utama sebagai

    berikut ini :

    1. Rangking desa/ kelurahan daftar calon lokasi proyek, dimana menunjukan

    prioritas suatu desa/ kelurahan untuk memperoleh bantuan dari proyek.

    2. Lokasi desa/ kelurahan, dimana lokasi-lokasi yang dipilih sebaiknya

    masih dalam satu wilayah, kecamaan, atau kecamatan yang berdekatan

    agar menunjang efektivitas dan efiiensi proses pendampingan kepada

    masyarakat.

    Di setiap Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran lokasi Program Pamsimas

    dibentuk Tim Evaluasi RKM (Rencana Kerja Masyarakat) oleh TKK (Tim

    Koordinasi Kabupaten) dan menyampaikan laporannya kepada TKK. TKK dibentuk

    berdasarkan SK Bupati/Walikota dengan diketuai oleh Kepala Bappeda setempat, dan

    beranggotakan Dinas Cipta Karya, Dinas/Instansi Pemberdayaan Masyarakat, Dinas

    Kesehatan, serta perwakilan kelompok masyarakat sipil/LSM lokal atau kelompok

    peduli dapat diundang sebagai pengamat atau partisipan. Aspek koordinasi pada

    tingkat kecamatan memiliki posisi strategis dan penting terutama terkait dengan

  • distribusi dan geografi desa/kelurahan sasaran di wilayahnya. Kecamatan sangat tepat

    untuk mengkoordinasi sekelompok desa/kelurahan sasaran Program Pamsimas.

    Tujuan Umumnya adalah Meningkatkan masyarakat berpenghasilan rendah di

    perdesaan dan pinggiran kota di lokasi Pamsimas dalam (Penggunaan sarana air

    minum dan sanitasi dan juga praktik perilaku hidup bersih da sehat), sebagai upaya

    pencapaian target WSS-MDGs. Hal ini dapat dicapai melalui pengarusutamaan

    program dan perluasan pendekatan berbasis masyarakat secara nasional.

    Indikator dari penetapan lokasi sasaran dari Program tujuan umumnya adalah (1)

    Tambahan jumlah orang yang memiliki akses sarana air minum yang sesuai. (2)

    Tambahan jumlah orang yang memiliki akses sarana sanitasi yang sesuai. Kemudian

    Intervensi dari Kegiatannya yaitu RKM I : (1)Pelatihan Manajemen administrasi dan

    keuangan. (2) Pelatihan teknis sarana air minum dan sanitasi. (3) Pembangunan

    sarana air minum umum di daerah pedesaan. (4) Pembangunan sarana sanitasi

    komunal di daerah pinggiran kota. RKM II: (1) Pembangunan sarana sanitasi di

    sekolah. (2) Pelatihan PHBS di masyarakat dan di sekolah. (3) Pelaksaaan PBHS di

    masyarakat dan sekolah. (4) Penyiapan dan pelatihan pengelola sarana air minum dan

    sanitasi.

  • Selanjutnya adalah tahapan dari Program Pamsimas adalah sebagai berikut :

    Proses pemilihan lokasi berdasarkan kriteria dengan menggunakan Metode

    Rapid Participatory Assessment (RPA), mulai dari daftar panjang (Longlist) dan

    daftar pendek (Shortlist) sampai dengan penetapan lokasi terpilih. Dari tabel diatas

    adalah pelaku program tingkat Kabupaten/Kota serta tingkat Kecamatan dan

    Desa/Kelurahan, adapun Pamsimas ini dilakukan dari tingkat Pemerintahan Pusat

    sampai dengan desa. Dimana Tim Pusat bertanggungjawab penuh dalam menjamin

    tercapainya tujuan antara indikator kinerja program sebagaimana disepakati dan

    ditetapkan dalam Financing Agreement serta dokumen proyek.

    Pelaku di Kabupaten/

    Kota

    Pelaku di Kecamatan dan

    Desa/Kelurahan

    1. TKK

    2. Bappeda

    3. DPU

    4. Dinkes

    5. PMD

    6. Bappedalda

    7. Pokja AMPL

    8. Tim Penggerak PKK

    9. DPMU

    10. Koor Fasilitator

    Kecamatan :

    1. TKKc

    2. TTKc

    3. Sanitarian Puskesmas

    4. Kasi PMD

    5. Kaurbang

    6. TFM

    Desa/Kel :

    1. Aparat Desa

    2. Lkm/Satlak Pamsimas

    3. Natural Leader

    4. Masyarakat

  • Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs

    dan Ctps Puskesmas Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung

    Jumlah

    Dusun/

    RW

    Jumlah

    KK

    Jumlah

    Rumah

    Jumlah

    Penduduk

    Sebelum Implementasi

    Kebiasaan Tempat

    BAB

    Jumlah

    Kasus

    Diare BABS Jamban

    Sabagi 339 339 1,120 1,052 68 13

    Babakan 104 104 455 381 74 -

    Sawit 159 159 480 417 63 -

    Pasir

    Nangka 152 152 569 499 70 12

    Cipancur

    Lebak 184 184 617 586 31 7

    Cipancur

    Pasir 174 174 532 509 23 9

    Cilengkeng 113 113 374 358 16 5

    Ciunut 152 152 386 319 67 8

    Jumlah

    1,377 1,377 4,533 4,121 412 54

    (Sumber: Dinas Kesehatan Rangkasbitung, 2009)

    Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program

    Pamsimas di Desa Pasir Tanjung tersebut ada sebanyak 4,121 jiwa penduduk di desa

    tersebut yang membuang air besarnya sembarangan atau BABS dan ada sebanyak 412

    jiwa penduduk yang melakukan aktivitasnya tersebut di jamban. Hal tersebut tentu

    saja menggambarkan lebih banyak masyarakat yang BABS dibandingkan dengan

  • yang menggunakan jamban bersih, kemudian adanya kasus diare yangbtimbul karena

    pola kebiasaan prilaku masyarakat sendiri sehingga di desa tersebut sebanyak 54

    penduduk yang terdata yang terkena penyakit diare. Maka dapat dikatakan bahwa

    masih banyak masyarakat di desa pasir tanjung yang masih BABS dibandingkan

    dengan yang menggunakan jamban.

    Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs

    dan Ctps Puskesmas Mandala di Desa Tambakbaya

    Jumlah Dusun/

    RW

    Jumlah

    KK

    Jumlah

    Rumah

    Jumlah

    Penduduk

    Sebelum Implementasi

    Kebiasaan Tempat

    BAB

    Jumlah

    Kasus

    Diare BABS Jamban

    Kampung Pasir

    Melati RW 01 104 98 482 251 231 3

    Kampung

    Peucangeun RW

    02 155 140 807 441 366 6

    Kampung

    Cidalung RW 02 158 116 593 190 390 4

    Kampung Pasir

    Cau RW 03 53 44 174 112 64 0

    Kampung

    Tambakbaya RW

    04 201 141 792 90 615 22

    Kampung

    Pengkolan/Bojong

    Kondang Rw 05 130 105 508 132 393 3

    Kampung Pasir

    Kadu RW 07

    56 38 207 20 170 0

  • Kampung Sempur

    Dua RW 07

    56 45 229 135 90 2

    Jumlah 913 727 3,792 1,371 2,319 40

    (Sumber: Puskesmas Mandala Kec.Cibadak, 2012).

    Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program

    Pamsimas di desa Tambakbaya pada sebelum implementasi, masyarakat yang

    melakukan BABS ada sebanyak 1,371 jiwa orang. Kemudian ada sebanyak 2,319

    jiwa orang yang melakukannya di jamban. Hal ini tentu lebih baik dari Desa Pasir

    Tanjung yang memang masyarakatnya masih banyak yang BABS, namun dilihat dari

    banyaknya masyarakat yang menggunakan jamban apakah jamban tersebut jamban

    bersih dan sehat, kemudian dalam tahap pengelolaan pembuangannya apakah

    langsung ke sungai atau apakah sudah dengan baik pengelolaannya sehingga tidak

    merusak dan mengganggu lingkungan. Pada desa Tambakbaya ada sekitar 40 jiwa

    orang yang terkena kasus diare, memang jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan

    dengan desa Pasir Tanjung.

    Dari pelaksanaan implementasi program Penyediaan Sanitasi Berbasis

    Masyarakat ini atau Pamsimas adalah program yang di keluarkan oleh Kementerian

    PU, dan pelaksana di daerahnya Dinas Cipta Karya berkoordinasi dengan Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan program Pamsimas tersebut.

    Dinas Cipta Karya sendiri tentunya sebagai pelaksana pembangunan secara fisik

    bangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat dan puskesmas sendiri

  • dibawah pengawasan Dinas Kesehatan memberikan pelayanan untuk merubah

    kebiasaan dan perilaku masyarakatnya melalui kegiatan pemicuan bukan dari fisik

    dalam pembangunannya seperti yang dilakukan Dinas Cipta Karya.

    Pada awal mula sebelum adanya program ini masuk ke desa mereka, para

    warga di desa Pasir Tanjung maupun Tambakbaya tersebut melakukan sebagaian

    aktifitas kehidupannya yang berhubungan dengan air di sungai, seperti mandi,

    membuang air besar/kecil, mencuci baju, mencuci piring. Aktivitas ataupun

    kebiasaan yang dilakukan oleh warga Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya

    tentu adalah kebiasaan yang tidak baik ataupun tidak sehat. Karena dengan aktivitas

    tersebut maka dapat menimbulkan beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh air dan

    lingkungan kotor seperti diare, dan bukan hanya itu saja lingkungan sekitarpun tentu

    akan menjadi tidak bersih dan tidak sehat atas aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat

    yang akan merugikan masyarakat itu sendiri.

    Perilaku hidup tidak sehat ini dapat ditinggalkan dan dirubah dikit demi

    sedikit dengan adanya program Program Pamsimas tersebut. Masyarakat dibuatkan

    penampungan air yang telah ditentukan titik penyimpanan penampungan air

    Pamsimasnya untuk dialirkan kerumah penduduk di desa tersebut, selain itu warga

    atau penduduk di desa dibuatkan MCK untuk mereka melakukan aktifitas

    kehidupannya untuk mengganti kebiasaan aktivitas sehari-hari masyarakat di sungai

    menjadi ke MCK tersebut.

  • Di tahun 2008-2009 di Desa Pasir Tanjung sendiri sudah ada sebanyak

    delapan titik pembangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat atau

    Pamsimas, diantaranya yaitu berada di Kampung Sabagi, Kampung Babakan,

    Kampung Sawit, Kampung Pasir Nangka, Kampung Cipancur Lebak, Kampung

    Cipancur Pasir, Kampung Cilengkeng dan Kampung Ciunut. Sedangkan di Desa

    Tambakbaya ada tujuh titik penyimpanan penampungan air ada sebanyak delapan

    titik yang tersebar diantara di Kampung Pasir Melati, Kampung Peucangeun,

    Kampung Cidalung, Kampung Pasir Cau, Kampung Tambakbaya, Kampung

    Pengkolan/Bojong Kondang, Kampung Pasir Kadu dan Kampung Sempur Dua.

    Maka dapat dijelaskan permasalahan-permasalahan yang ada di Desa Pasir

    Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak

    Kabupaten Lebak mengenai Implementasi Program Penyediaan Air Minum Sanitasi

    Berbasis Masyarakat, karena pada dasarnya permasalahan yang muncul dari kedua

    desa tersebut adalah tidak jauh berbeda. Maka dari observasi awal peneliti

    permasalahan yang muncul adalah:

    1. Kurangnya keterlibatan langsung dari masyarakat di Desa Pasir Tanjung

    dan kurang koordinasi pihak pengelolaa Pamsimas. Hal ini disampaikan

    langsung oleh Ibu Ela sebagai Sanitarian di Puskesmas Kecamatan

    Rangkasbitung, bahwa pada awal program Pamsimas ini masuk ke Desa

    Pasir Tanjung masyarakat kurang terlibat langsung dalam pembangunan

    Pamsimas karena pembangunan dilakukan oleh tukang dan bukan

  • masyarakat di desa tersebut yang membangun secara gotong royong. Serta

    adanya kurang koordinasi yang baik antara pengelola atau penyelenggara

    Pamsimas seperti dari Dinas Cipta Karya dan Puskesmas, karena

    seharusnya dinas-dinas terkait melakukan sosialisasi ataupun pemicuan

    sebelum program tersebut dilaksanakan.

    Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Anik

    sebagai sanitarian dari Puskesmas Mandala pada Desa Tambakbaya juga

    masyarakatnya kurang terlibat langsung dalam pembangunan

    penampungan airnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki yang kurang

    dalam menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang telah disediakan

    dari program tersebut. Hal tersebut dapat pula menyebabkan kurangnya

    pemeliharaan dari masyarakat tentu dapat disebabkan karena kurangnya

    partisipasi awal pada pembangunan sarana penampungan air tersebut,

    sehingga kurangnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap penampungan

    air tersebut.

    2. Penempatan penyimpanan penampungan yang kurang strategis.

    Penempatan titik penyimpanan atau penampungan air tersebut tidak di

    tempatkan di tempat yang sesuai dan strategis dengan pemukiman warga

    yang akan diairi, dalam prosesnya keputusan penempatannya di dasari

    oleh aspek politik seperti kekerabatan dan kepentingan khusus ataupun

    kepentingan pribadi. Sehingga menyebabkan penempatan yang tidak

    sesuai, tidak strategis dan tidak adil atau tidak menyeluruh bagi

  • masyarakat di desa Pasir Tanjung tersebut yang dapat mengakibatkan

    tujuan adanya program tersebut tidak dapat dirasakan secara menyeluruh

    oleh warga di Desa Pasir Tanjung dan DesaTambakbaya.

    Selain itu, penempatan kurang tepat yang menyimpan penampungan air di

    rumah keluarga Kepala Desa ataupun di rumah Kepala Desanya membuat

    warga segan dan mersa malu untuk menggunakan air tersebut. Sehingga

    warga di desa pun tidak menggunakan penampungan air tersebut dengan

    baik, dan tidak banyak dari warga yang memilih kembali ke sungai.

    Bukan hanya dari penyimpanan yang kurang stategis saja memang, karena

    pada penempatan penampungan yang kurang meratapun dirasakan

    masyarakat di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya, sehingga hal

    tersebut menyebabkan warga kembali BABS atau menjalankan aktivitas

    kesehariannya seperti sebelum adanya Program Pamsimas masuk ke desa

    mereka.

    3. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan dan kebersihan

    lingkungan hidup. Pada awal sebelum adanya program ini masuk ke Desa

    Pasir Tanjung dan Tambakbaya, aktivitas sehari-hari masyarakat di desa

    tersebut yang berhubungan dengan air adalah denga melakukannya di

    sungai ataupun di kebun-kebun sekitar desa. Seperti mencuci, mandi,

    membuang air kecil/besar, sehingga kesehatan masyarakat pun dapat

    terganggu dan kebersihan lingkungan pun dapat terganggu. Hal tersebut

    menggambarkan masyarakat di desa yang kurang memiliki kesadaran

  • akan pentingnya kesehatan dan menjaga lingkungan hidup demi

    keberlangsungan hidup mereka sendiri pula.

    Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan diatas, dapat dikatakan bahwa

    permasalahan yang terjadi pada program Pamsimas tersebut ialah pada awal program

    tersebut akan direalisasikan di Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan

    Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak adalah masih kurangnya partisipasi dan

    koordinasi yang selaras dari para pelaksana yang menjadi kendala awal dalam

    program tersebut. Serta peran masyarakat yang kurang dalam implementasi program

    ini agar dapat berjalan dengan baik dan berdayaguna. Sehingga pada pelaksanaan dan

    impelementasi program tersebut masih memiliki beberapa kendala ataupun

    permasalahan-permasalahan yang muncul dan mengganggu implementasi program

    berjalan dengan baik.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang diperoleh

    adalah sebagai berikut :

    a. Adanya penempatan penampungan air dari Program Pamsimas yang tidak

    merata di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya.

    b. Masih kurangnya peran serta langsung dari masyarakat terhadap Program

    Pamsimas di desa mereka.

    c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan

    dan kebersihan lingkungan hidup.

  • 1.3 Batasan Masalah

    Karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya yang dimiliki serta

    minat dan perhatian penulis, masalah penelitian ini dibatasi dengan

    Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

    masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak, adapun Kecamatan yang

    diambil oleh peneliti yaitu hanya Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan

    Cibadak.

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta batasan masalah diatas, maka

    rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

    a. Bagaimanakah implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

    Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?

    b. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menjadi pendukung dan penghambat

    dalam dalam pelaksanaan implementasi Program Penyediaan Air Minum dan

    Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?

  • 1.5 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini ;

    a. Untuk mengetahui sejauh manakah program pembangunan desa di

    Kabupaten Lebak dengan melalui program Pamsimas.

    b. Untuk melihat perubahan di desa Pasir Tanjung dan desa Tambakbaya

    setelah adanya program Pamsimas.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari peneletian ini, yaitu sebagai berikut :

    1. Secara Teoritis

    a. Dalam rangka pengembangan teori yang telah diperoleh selama

    perkuliahan

    b. Mengetahui prinsip pembangunan desa

    c. Dapat dijadikan sebagai bahan pemahaman yag lebih untuk peneliti.

    2. Secara Praktis

    a. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir serta

    memberikan wawasan yang luas bagi seluruh mahasiswa khususnya

    peneliti.

    b. Mengetahui secara langsung bagaimana implementasi kebijakan program

    Pamsimas.

  • c. Hasil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan masukan kepada para

    pelaksana program Pamsimas.

    1.7 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang

    akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling

    umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relevan dengan

    judul skripsi.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema atau

    judul penelitian dan dengan masalah atau variabel yang akan diteliti.

    Identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan.

    1.3 Batasan Masalah

    Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan diajukan

    dalam rumusan masalah. Pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk

    pernyataan. Selain itu pembatasan masalah juga perlu menjelaskan lokus,

    tujuan dan waktu penelitian.

  • 1.4 Rumusan Masalah

    Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah yag

    paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan masalah

    adalah mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk

    definnisi konsep dan definisi oprasional. Kalimat yang digunakan adalah

    kalimat pernyataan.

    1.5 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang igin dicapai dengan

    dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan

    rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian.

    1.7 Sistematika Penulisan

    Menjelaskan isi bab per bab yang terdapat dalam penelitian.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dan

    variabel penelitian, kemudian disusun secara teratur dan rapih yang digunakan

    untuk merumuskan masalah.

  • 2.2 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakuka oleh

    peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik

    Skripsi, Tesis, disertai Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan

    minimal 2 jurnal.

    2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

    Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

    dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai

    hipotesisnya. Kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang

    menunjukan alur piker peneliti sertakaitan antar variabel yang diteliti. Bagan

    tersebut disebut paradigm atau model penelitian.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

    Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu: survey

    (deskriptif analisis, eksplanatory, eksplanatory, eksperimental atau teknik

    kuantitatif dan kualitatif lain).

    3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

    Menjelaskan tentang substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan.

  • 3.3 Lokasi penelitian

    Menjelaskan tempat (lokus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat

    penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat diberi

    deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan.

    3.4 Variabel Penelitian

    3.4.1 Definisi Konsep

    Definisi konseptual memberikan penejalasan tentang konsep dari

    variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

    Kerangka Teori yang digunakan.

    3.4.2 Definisi Oprasional

    Definisi oprasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

    penelitiandalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel

    penelitian dilengkapi dengan tabel matriks variabel, indikator, sub

    indikator, dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

    3.5 Instrumen Penelitian

    Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang

    digunakan, pada penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

    Sehingga perlu disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam

    pengumpulan data dan observasi.

    3.6 Informan Penelitian

    Seorang informan yang baik adalah seorang yang mampu menangkap,

    memahami, dan memenuhi permintaan penelitian penelitian, memiliki

  • kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk

    wawancara, dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Pada

    penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana informan

    kunci (key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus

    penelitian. Sedangkan, pemilihan informan kedua (secondary selection)

    berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan

    partisipan secara langsung.

    3.7 Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

    data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

    tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

    jawaban yang diwawancarai.

    3.8 Jadwal Penelitian

    Menjelaskan jadwal peneliti secara rinci berserta tahapan penelitian yang akan

    dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam bentuk tabel.

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

    Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas,

    struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain

    yangberhubungan dengan obyek penelitian.

  • 4.2 Deskripsi Data

    Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

    mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

    4.3 Pembahasan

    Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pembahasan

    akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil penelitian

    orang lain yang relevan (sejenis).

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Menyimpulkan hasil peneli yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan

    sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

    5.2 Saran

    Berisi tindakan dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti

    baik secara teoritis maupun praktis.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

    PENELITIAN

    2.1 Kebijakan Publik

    Menurut Riant Nugroho (2008:54) Kebijakan Publik adalah keputusan yang

    dibuat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan

    tujuan Negara yang bersangkutan.Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar

    masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa awal, memasuki

    masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang di cita-citakan.

    Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang atau perda adalah jenis

    kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering

    diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung

    operasional antara lain kepres, inpres, kepmen, keptusan kepala daerah, keputusan

    kepala dinas. Jadi kebijakan publik dimulai dari program, ke proyek, dan kemudian

    ke dalam bentuk kegiatan.

    Kebijakan menurut Thomas R.Dye dalam Buku Budi Winarno (2012:20) adalah

    apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public

    policy is whatever governments choose to do or not to do). Maknanya adalah bahwa

  • kebijakan publik dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta. Dan

    kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh

    badan pemerintah. Menurut Robert Eystone (Winarno, 2012:20) mengatakan bahwa

    secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit

    pemerintahan dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Jeffrey L.Presman dan

    Aaron Wildavsky yang dikutip oleh Budi Winarno (2012:22) mendefinisikan

    kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan

    akibat-akibat yang bisa diramalkan.

    Menurut James Anderson (Winarno,2012:23) kebijakan publik ini mempunyai

    beberpa implikasi, yakni pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan

    publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.

    Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi

    begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor-aktor yang terlibat di dalam sistem

    politik. Kedua, kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh

    pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang

    tersendiri.

    Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan undang-

    undang mengenai suatu hal, tetapi juga keputusan-keputusan beserta dengan

    pelaksanaannya. Ketiga, kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh

    pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau

    mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah.

  • Keempat, keijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.

    Secara positif, kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas

    untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Secara negatif, kebijakan mungkin

    mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk

    mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan

    yang memerlukan keterlibatan pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah dapat

    mengambil kebijakan untuk tidak melakukan campur tangan dalam bidang-bidang

    umum maupun khusus.

    Maka kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

    pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di

    masyarakat dimana dalam penyusuannya melalui berbagai tahapan. Kebijakan publik

    merupakan suatu keputusan atau suatu pilihan keputusan untuk mengambil atau tidak

    mengambil keputusan dalam permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Kebijakan

    publik mengatur baik secara langsung atau tidak langsung mengelolaan sumberdaya

    alam, sumberdaya manusia, atau pengelolaan tatanan kenegaraan dan perekonomian

    untuk kepentingan publik atau kepentingan umum, yaitu masyarakat luas, segala

    lapisan penduduk dalam suatu negara.

  • 2.1.1 Kebijakan Dalam Pembangunan

    Kebijakan pemerintah suatu negara atau bangsa terhadap program

    pembangunan adalah suatu hal yang sangat penting keberadaannya karena sangat

    menentukan kemajuan suatu negara atau bangsa. Oleh sebab itulah hanya dengan

    program pembangunan yang dapat menciptakan kemampuan negara atau bangsa

    tersebut dalam rangka usaha untuk menetapkan suatu kebijakan di bidang

    pembangunan di mana hasil-hasilnya diharapkan dapat dinikmati seluruh warga

    negara yang bersangkutan.

    Berdasarkan pola pemikiran yang telah dikemukakan diatas, masih dapat

    dipertanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang berkaitan dengan kebijakan

    pembangunan sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam

    kehidupan masyarakat tentu juga termasuk penyelenggaraan pemerintahan dan

    pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut kita

    dapat diperjelas:

    1. Kebijakan pembangunan dalam perencanaan. Sebagaimana kita ketahui

    bahwa perencanaan adalah sebuah proses kegiatan dalam rangka

    menghasilkan rencana yang akan digunakan atau dengan kata lain sebagai

    pedoman dalam rangka melaksanakan kegiatan yang rinciannya tergambar

    dalam rencana tersebut.

  • 2. Kebijakan pembangunan dalam pelaksanaan. Setiap terjadinya tindakan

    manusia terdiri atas dua bagian: pertama karena digerakan oleh naluri yaitu

    suatu tindakan yang dilakukan secara refleks tanpa melalui suatu

    pertimbangan rasionalitas karena terdapat gangguan secara tiba-tiba dalam

    kehidupan manusia yang bersangkutan, hal ini sebenarnya bukan tindakan

    yang dimaksudkan dalam kebijakan pembangunan. Kedua, adalah tindakan

    yang digerakan oleh pemikiran rasional agar kegiatan yang dilakukan itu

    dapat dikerjakan secara sistematis serta dapat pula memberikan kegunaan

    dan manfaat untuk memunjang dalam rangka pemenuhan kebutuhan

    manusia, hal inilah yang sesungguhnya perlu ditetapkan atau diatur dalam

    sebuah kebijakan pembangunan.

    3. Kebijakan pembangunan dalam pengawasan. Pengawasan dibutuhkan dalam

    pelaksanaan pembangunan tentunya bertujuan untuk dapat memberikan

    hasil yang maksimal dengan meminimalisir pelanggaran agar tidak terjadi

    kerugian yang lebih besar di mana kemungkinannya menyengsengsarakan

    kepada semua pihak terutama semua anggota masyarakat.

    4. Kebijakan pembangunan dalam penyebaran hasil-hasilnya. Tujuan

    ditetapkannya suatu bentuk kebijakan terutama yang berkaitan dengan

    pembangunan dalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya

    untuk memenuhi faktor pemuas kehidupan yang dapat dicapai dengan

    melalui proses pelaksanaan pembangunan baik yang diprogramkan oleh

    pemerintah maupun diprogramkan oleh anggota masyarakat itu sendiri.

  • 5. Kebijakan pembangunan dalam peningkatan martabat manusi. Kemiskinan

    adalah salah satu kondisi yang dapat merendahkan martabat antar manusia

    dengan manusia organisasi lainnya, dan bahkan sampai kepada bangsa yang

    satu dengan bangsa yang lain.

    6. Kebijakan pembangunan dalam partisipasi masyarakat. kelancaran suatu

    program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan bahkan

    sampai kepada evaluasi atau penilaian sangat diperlukan keterlibatan atau

    dengan kata lain partisipatif bagi aktif anggota masyarakat.

    7. Kebijakan pembangunan dalam pembinaan bangsa. Sebagaimana kita

    maklumi bahwa unsur utama dari pada suatu bangsa adalah adanya wilayah

    tertentu, kekuasaan pemerintahan, dan anggota masyarakat atau sering juga

    disebut warga negara. (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;122)

    Maka memang kebijakan pemerintah suatu negara atau bangsa terhadap

    program pembangunan adalah suatu hal yang sangat penting keberadaannya karena

    sangat menentukan kemajuan suatu negara atau bangsa. Oleh sebab itu pemerintah

    membuat kebijakan yang mengatur pembangunan dari segi perencanaan

    pembangunan yang akan dilakukan baik sebelum dibuat kebijakan ataupun setelah

    kebijakan dibuat dengan ditinjau secara berkala. Kemudian kebijakan pembangunan

    dalam pelaksanaannya, kebijakan pembanguan dalam pengawasan, kebijakan

    pembangunan dalam penyebaran hasil-hasilnya tentu sangat saling berhubungan

    dalam mensukseskan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

  • Kebijakan pembangunan dalam peningkatan martabat manusia tentu sebagai

    alasan kebijakan tersebut dibuat adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

    di tegah masyarakat dan mengharapkan masyarakat dapat hidup secara sejahtera.

    Kemudian, kebijakan pembangunan dalam partisipasi masyarakat dimaksudkan

    dalam kelancaran suatu kebijakan atau program yang dilakukan oleh pemerintah tentu

    diperlukan partisipasi atau peran serta langsung dari amsyarakat untuk mensukseskan

    program yang dibuat oleh pemerintah tersebut, karena tentu pemerintah prospeknya

    adalah untuk masyarakat.

    Dalam kebijakan pembangunan dalam pembinaan bangsa unsur yang utama

    dari pada suatu bangsa adalah adanya wilayah tertentu, kekuasaan pemerintah, dang

    anggota masyarakat. Maka perlu pembinaan oleh pemerintah dan jajarannya kepada

    masyarakat untuk lebih terlibat dalam berbagai program pembangunan yang

    dilakukan oleh pemerintah.

    2.1.2 Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

    Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah salah satu usaha yang

    dilakukan oleh sebagian orang atau sekelompok orang untuk menjaga lingkungan

    alam sekitarnya agar alam dapat bersinergi dan seimbang dengan kehidupan manusia.

    lingkungan merupakan suatu sahabat hidup bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,

    misalnya dengan kerusakan lingkungan akan menciptakan bencana yang bisa

    berakibat kematian bagi manusia dan kemusnahan makhluk hidup yang lainnya.

  • Tindakan memelihara dan melestarikan lingkungan adalah suatu tindakan

    yang sangat terpuji dan patut menjadi kebanggaan suatu bangsa dan negara, karena

    pengalaman pelaksanaan pembangunan terutama bagi kasus di Indonesia lebih

    berorientasi kepada memperjelas kemiskinan dan memperjelas kekayaan bagi warga

    negara, sehingga Indonesia lahir sebagai negara yang memiliki kesenjangan yang

    sangat melebar antara orang kaya dan orang miskin, misalnya ada anggota

    masyarakat memiliki penghasilan hanya sekitar puluhan ribu dan ada yang

    berpenghasilan ratusan juta perbulan. Jika kita menyelusuri proses pembangunan

    yang berwawasan lingkungan pada dasarnya bahwa masyarakat yang memiliki

    penghasilan di atas ratusan juta itu senantiasa menginvestasi atau dengan lain

    merusak lingkungan dalam rangka mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

    Berbeda halnya dengan masyarakat yang memperoleh penghasilan yang relative kecil

    kelihatannya sangat memedulikan kelestarian lingkungan dalam proses pelaksanaan

    kegiatannya. Oleh sebab itulah peranan kebijakan pembangunan yang berwawasan

    lingkungan sangat penting. (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;129)

    1. Kelestarian lingkungan sosial.

    2. Kelestarian lingkungan pendidikan.

    3. Kelestarian lingkungan kerja.

    4. Kelestarian lingkungan alam.

    5. Kelastarian lingkungan pergaulan.

    6. Kelestarian lingkungan keluarga

  • Maka memang kita harus sadar bahwa lingkungan adalah penting dalam

    keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya yang ada di bumi ini.

    kebijakan dalam rangka pembangunan yang berwawasan lingkungan semakin

    dibutuhkan mengingat bahwa sudah semakin menurun tingkat kesadaran dan

    kepedulian masyarakat atau manusia dalam menjaga lingkungan sekitar tempat

    tinggalnya tersebut dilihat dari berbagai lingkungan, baik lingkungan sosial

    tempat mereka hidup, lingkungan sekolah tempat mereka mencari ilmu,

    lingkungan kerja dimana tempat mereka mencari nafkah, lingkungan alam tempat

    mereka tinggal, lingkungan pergaulan dimana mereka melakukan sosialisasi

    dengan sesame manusia serta lingkungan keluarga sebagai salah satu faktor yang

    dapat mempengaruhi kualitas keberlangsungan kehidupan mereka.

    2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan

    Menurut Lester dan Stewart dalam Winarno (2012:147) Implementasi

    kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses

    kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara

    luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktor,

    organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

    dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Menurut

    Ripley dan Frankin (Winarno, 2012:148) berpendapat bahwa implementasi adalah

    apa yang terjadi setalah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas

    program, kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Istilah

  • implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud

    tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat

    pemerintah. Implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan)

    oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat

    program berjalan.

    Merilee S.Grindle dalam Budi Winarno (2012:149) implementasi adalah

    membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa

    direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas

    implementasi mencakup terbentuknya a policy delivery system, dimana sarana-

    sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan

    yang diinginkan. Selanjutnya menurut Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2012:149)

    membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

    individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang

    diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-

    keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk

    mengubah keputusan-keputusan menjadi tindaka-tindakan operasional dalam kurun

    waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai

    perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan

    kebijakan.

    Maka dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah salah satu proses

    tahapan dari kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah untuk melihat sejauh

  • mana program pemerintah dilaksanakan, apakah telah sesuai dengan maksud dan

    tujuan awal apakah masih ada berbagai permasalahan atau penghambat dalam

    penerapan atau pencapaian kebijakan atau program yang dilakukan oleh pemerintah.

    Jadi implementasi adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana kebijakan dilaksanakan

    seusai dengan sasaran awal sebagai upaya penyelesaian masalah di lingkungan

    sasaran tersebut.

    2.1.4 Model-model Implementasi Kebijakan.

    2.1.4.1 Model Van Meter dan Van Horn

    Model van Meter dan van Horn dalam Budi Winarno (2012:158) mempunyai

    enam variabel yang membentuk kaitan (linkage) antara kebijakan dan kinerja

    (performance). Model ini tidak hanya menentukan hubungan-hubungan antara

    variabel-variabel bebas dan variabel terikat mengenai kepentingan-kepentingan,

    tetapi juga menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas. Variabel

    tersebut dijelaskan oleh van Meter dan van Horn sebagai berikut :

    1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan-Tujuan Kebijakan

    Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang

    menentukan kinerja kebijakan. Menurut van Meter dan van Horn, identifikasi

    indikator-indikator kinerja merupakan tahap yang krusial dalam analisis

    implementasi kebijakan. Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana

    ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-

  • ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna dalam menguraikan tujuan-tujuan

    keputusan kebijakan secara menyeluruh.

    2. Sumber-sumber kebijakan

    Sumber-sumber yang tersedia dianggap perlu mendapatkan perhatian dalam

    proses implementasi kebijakan. Sumber-sumber layak mendapatkan perhatian

    karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, sumber-sumber yang

    dimaksud mencakup dana atau perangsang (insentive) lain yang mendorong

    dan mempelancar implementasi yang efektif.

    3. Komunikasi antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan

    Implementasi akan berjalan dengan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-

    tujuan dipahami oleh individu-individu yang bertanggung jawab dalam

    kinerja kebijakan. Dengan begitu, sangat penting untuk memberi perhatian

    yang besar kepada kejelasan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan

    kebijakan.

    4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana

    Struktur birokrasi diartikan sebagaikarakteristik-karakteristik, norma-norma,

    dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan

    eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan

    apa yang mereka miliki dengan menajalankan kebijakan. Van Meter dan Horn

    mengetengahkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu

    organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan :

  • 1) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan;

    2) Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan

    proses-proses dalam badan pelaksana;

    3) Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan di antara

    anggota-anggota legislatif dan eksekutif).

    4) Vitalitas suatu organisasi;

    5) Tingkatkomunikasi-komunikasi terbuka, yang didefinisikansebagai

    jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertical secara bebas serta

    tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan

    invividu-individu di luar organisasi;

    6) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan pembuat

    keputusan atau pelaksana keputusan.

    5. Kondisi-kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik

    Dampak kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik pada kebijakan publik

    merupakan pusat perhatian yang besar selama dasawarsa yang lalu. Para

    peminat perbandingan politik dan kebijakan publik secara khusus tertarik

    dalam mengidentifikasikan pengaruh variabel-variabel lingkungan pada hasil-

    hasil kebijakan.

    6. Kecenderungan Pelaksana (Implementator)

    Arah kecenderungan-kecenderungan pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar

    dan tujuan-tujuan juga merupakan suatu hal yang sangat pentig. Para

    pelaksana mungkin gagal dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan denga

  • tepat karena mereka menolak tujuan-tujuan yang terkandung dalam kebijakan-

    kebijakan tersebut.

    7. Kaitan antara Komponen-Komponen Model

    Implementasi merupakan proses yang dinamis, faktor-faktor yang mungkin

    mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan dalam tahap-tahap awal mungkin

    akan mempunyai konsekuensi yang kecil dalam tahap selanjutnya.

    8. Masalah kapasitas

    Kapasitas sebagai faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan.

    Menurut van Meter dan Horn, implementasi yang berhasil juga merupakan

    fungsi dari kemampuan organisasi pelaksana untuk melakukan apa yang

    diharapkan untuk dikerjakan.

    2.1.4.2 Model George C. Edwards

    Menurut Edwards (Winarno,2012:177), studi implementasi kebijakan adalah

    krusial bagi public administration dan public policy. Implementasi kebijakan adalah

    salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-

    konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Edward memberikan

    empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan publik, faktor

    tersebut adalah sebagai berikut :

  • 1. Komunikasi

    Secara umum Edward membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi

    kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Jika kebijakan-

    kebijakan ingin diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka petunjuk-

    petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan petunjuk-

    petunjuk tersebut harus dikomunikasikan secara jelas.

    2. Sumber-sumber

    Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas, dan

    konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang

    diperluan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan maka implementasipun

    cenderung tidak efektif. Dengan demikian, sumber-sumber dapat merupakan

    faktor yang penting dalam melasanakan kebijakan publik.

    3. Kecenderungan-kecenderungan

    Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang

    mempunyai konsekuensi penting bagi implementasikebijakan yang efektif.

    Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dna hal

    ini berarti danya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan

    kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan awal.

    4. Struktur Birokrasi

    Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara

    keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi baik secara sadar atau

  • tidak sadar memilih bentuk-bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif,

    dalam rangka memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern.

    2.1.4.3 Model Mazmanian dan Sabatier

    Model implementasi kebijakan publik yang ditawarkan oleh Daniel Mazmanian

    dan Paul Sabatier dalam buku Leo Agustino (2012,144). Model yang ditawarkan

    mereka disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Kedua ahli

    ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah

    kemampuan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercpainya

    tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan, variabel-variabel

    yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

    1. Mudah atau Tidaknya yang akan Digarap, meliputi:

    1. Kesukaran-kesukaran Teknis

    Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada

    sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan untuk

    mengembangkan indikator-indikator pengukur prestaserai kerja yang tidak

    terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal

    yang mempengaruhi masalah. Disamping itu tingkat keberhasilan suatu

    kebijakan dipengaruhi juga oleh tersedianya atau telah dikembangkannya

    teknik-tekik tertentu.

  • 2. Keberagaman Perilaku yang Diatur

    Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam

    pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat

    peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian semakin besar

    kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat dan pelaksana

    (administrator atau birokrat) di lapangan.

    3. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran

    Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan

    diubah (melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang

    untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan

    dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.

    4. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang Dikehendaki

    Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh

    kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh

    implementasi yang berhasil. Artinya, ada sejumlah masalah yang jauh

    lebih dapat kita kendalikan bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang

    dikehendaki tidaklah terlalu besar.

    2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Cepat

    Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk

    menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

    a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang

    akan dicapai.

  • b. Keterkendalaan teori kausalitas yang diperlukan.

    c. Ketetapan alokasi sumberdana.

    d. Keterpaduan hierarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-

    lembaga atau instansi-instansi pelaksana.

    e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

    f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam

    undang-undang.

    g. Akses formal pihak-pihak luar.

    3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi Implementasi.

    a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi.

    b. Dukungan publik.

    c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat.

    d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

    2.1.4.4 Model Grindle

    Model Grindle yang dikemukakan oleh Wibawa dalam Buku Riant Nugroho

    (2012:690), model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

    implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan,

    barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat

    implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal

    berikut :

  • 1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan.

    2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

    3. Derajat perubahan yang diinginkan.

    4. Kedudukan pembuat kebijakan.

    5. (siapa) pelaksana program.

    6. Sumber daya yang dikerahkan.

    Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

    1. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat.

    2. Karakteristik lembaga dan penguasa.

    3. Kepatuhan dan daya tanggap.

    Namun demikian, jika kita yang menyangkut dengan implementator, penerima

    implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara para aktor

    implementasi, serta kondisi mencermati model Grindle, kita dapat memahami bahwa

    keunikan model Grindle teletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks

    kebijakan, khususnya -kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.

  • 2.1.4.5 Model Hogwood dan Gunn

    Model Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn (Riant Nugroho, 2009:630)

    yang dalam pemetaan kita beri label MS yang terletak di kuadran puncak ke

    bawah dan berada di mekanisme paksa dan mekanisme pasar. Menurut kedua

    pakar tersebut untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat,

    yaitu :

    1. Syarat pertama adalah, jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh

    lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.

    2. Syarat kedua adalah, apakah untuk melaksanakan tersedia sumber daya yang

    memadai, termasuk sumber daya waktu.

    3. Syarat ketiga adalah, perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

    ada.

    4. Syarat keempat, apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari

    hubungan kausal yang andal.

    5. Syarat kelima adalah, seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi.

    6. Syarat keenam adalah, apakah hubungan saling kebergantungan kecil.

    7. Syarat ketujuh adalah, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap

    tujuan.

    8. Syarat kedelapan adalah, bahwa tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan

    dalam urutan yang benar.

  • 2.1.4.6 Model Elmore, dkk.

    (Richard Elmore, Michael Lipsky, Benny Hjern & David Oportor)

    Model yang disususn oleh Richard Elmore, Benny Hjern dan David OPorter

    dalam Riant Nugroho (2002:635) model ini diberi lebel RE, dkk yang terletak di

    kuadran bawah ke puncak dan berada di mekanisme pasar. Model ini dimulai

    dari identifikasi jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan

    kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka

    miliki.model implementasi ini didasarkan pada jeniskebijakan publik yang

    mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakan atau tetap

    melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah.

    2.1.5 Pengertian Pembangunan

    Saul M. Katz (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;34) mendefinisikan

    pembangunan sebagai perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat dan

    bukan sekedar pada sektor ekonomi saja melainkan sektor lainnya seperti perubahan

    pendapatan perkapita atau perubahan pada grafiktenaga kerja dan lainnya.

    Menurut Sondang P.Siagian (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;35),

    mengemukakan arti pembangunan adalah :

  • a) Seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata

    kehidupan sebagai suatu bangsa, dalam berbagai aspek kehidupan bangsa

    tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

    sebelumnya.

    b) Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana

    yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,

    menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nation Building).

    Maka pembangunan adalah melakukan perubahan secara sadar kearah yang lebih

    baik lagi dengan tujuan memperbaiki kondisi ataupun situasi yang ada sekarang

    menjadi kesituasi yang lebih baik lagi yang lebih ideal dan berbasis kepada

    kebutuhan atau kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan awal dari suatu

    pembangunan tersebut.

    2.1.5.1 Prinsip-prinsip Pembangunan

    1. Prinsip Pembangunan

    Beberapa prinsip dan proses pembangunan yang penting antara lain (Adam

    Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;50):

    a. kesemestaan.

    b. Partisipasi masyarakat.

    c. Keseimbangan.

    d. Kesinambungan.

  • e. kekuatan sendiri.

    f. Kesisteman.

    g. Strategi jelas.

    h. Skala prioritas.

    i. Kelestarian ekologis.

    j. Pemerataan dan pertumbuhan.

    2. Proses Pembangunan

    a. Konseptualisasi.

    b. Motivasi (Felt needs).

    c. Keputusan Politik.

    d. Dasar hukum.

    e. Rencana Pembangunan.

    f. Programming.

    g. Proyek.

    h. Pelaksanaan.

    i. Evaluasi dan monitoring.

    j. Feed back.

    k. Politik.

    l. Sosial budaya.

    m. Hankam.

    n. Teknologi.

    o. Agama

  • Pembangunan daerah adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan

    perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus,

    berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan

    kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan

    perkembangan keadaan daerah, nasional, dan global. Maka semua point atau prinsip-

    prinsip pembangunan dan proses pembangunan adalah satu kesatuan yang saling

    berhubungan dan berkesinambungan dalam melakukan suatu pembangunan wilayah.

    2.1.6 Administrasi Pembangunan

    Menurut Mustopadidjaya (dalam Afifuddin 2010:51) mengatakan administrasi

    pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem

    administrasi yang mampu menyelenggarakan berbagai fungsi pemerintahan dan

    pembangunan secara efektif dan efisien.

    Menurut Montgomery dan Esman (dalam Afifuddin (2010: 53) dalam

    Development Administration In Malaysia mengemukakan Administrasi

    pembangunan meliputi perbaikan aparatur serta pelaksanaan dari pemerintaan (The

    Development of Administration) dan juga berarti perbaikan dan pelaksanaan usaha

    pembangunan (Administration of The Development).

    Menurut Thompson (Afifuddin 2010:52) seperti dikutip Bintoro

    Tjokroamidjojo dalam bukunya Pengantar Admiistrasi Pembangunan menyebutkan

  • bahwa Administrasi pembangunan melawati kemampuan organisasi untuk melakukan

    pembaharuan.

    Menurut Fred W. Riggs (Afifuddin 2010:52) Administrasi Pembangunan

    menunjuk pada berbagai usaha yang diorganisasikan untuk melaksanakan program-

    program , atau proyek-proyek terkait guna mencapai sasaran pembangunan.

    Menurut Sondang P.Siagan (Afifuddin 2010:52) Administrasi Pembangunan

    adalah rangkaian usaha dalam mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara

    terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa atau negara untuk mencapai

    modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

    Administrasi pembangunan adalah administrasi negara dan publik yang

    berperan sebagai agen perubahan dengan tujuan menyukseskan pembangunan dalam

    berbagai aspeknya, melalui perencanaan yang berorientasi pada pelaksanaan, transfer

    teknologi,transformasi sosial, pengembangan kapasitas, dan partisipasi masyarakat

    serta pemerataan hasil pembangunan. (Weidner, Unites Nation, Gaiden, Naomi,

    Wildawsky dan Aaron dalam buku Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;24)

    Jadi administrasi pembangunan adalah suatu proses merubah bentuk kearah

    yang lebih baik atau memperbaiki bentuk atau susunan yang lama menjadi susunan

    yang baru sesuai dengan kebutuhan ataupun kondisi yang diperlukan secara efektif

    dan efisien serta berdaya guna. Maka melakukan perubahan atas permintaan

  • masyarakat ataupun desakan lingkungan mengenai memenuhi kebutuhan yang

    diinginkan dengan proses yang administratif.

    2.1.7 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

    Mengenai ruang lingkup Administrasi Pembangunan, Bintoro Tjokroamidjojo

    (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;31) mengemukakan bahwa Administrasi

    Pembangunan mempunyai tiga fungsi yaitu :

    a) Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan Administrasi Negara yang

    meliputi upaya penyempurnaan organisasi, pembinaan lembaga yang

    diperlukan, kepegawaian dan pengurusan sarana-sarana Administrasi lainnya.

    Ini disebut the development of administration yang kemudian lebih dikenal

    dengan istilah administrative reform.

    b) Perumusan kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan di

    berbagai serta, pelaksanaannya secara efektif. Ini disebut the administration of

    development.

    Administrasi untuk pembangunan (the development of administration) dapat

    dibagi dua, yaitu:

    a) Perumusan kebijakan pembangunan, perumusan kebijakan-kebijakan

    pemerintah/negara, sekarang masuk wilayah administrasi negara. Oleh karena

    itu, mekanisme dan tata kerja dalam proses analisis perumusan dan

    pengambilan keputusan mengenai kebijakan-kebijakan dan program-program

  • pembangunan harus disempurnakan. Hal-hal tersebut termasuk ke dalam

    wilayah penyempurnaan administrasi yang diperlukan dalam proses

    perumusan kebijakan.

    b) Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan secara efektif, untuk ini diperlukan

    penyusunan instrument-instrumen yang baik, seperti kepemimpinan,

    koordinasi, pengawasan, dn fungsi-fungsi administrasi yang lain sebagai

    unsur pembaharuan, dan administrasi fungsional dalam arti sempit seperti:

    kepegawaian, pembiayaan pembangunan dan lain-lain sebagai sarana

    pencapaian tujuan kebijakan dan program-program pembangunan.

    c) Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak mungkin terlaksana dari hasil

    kegiatan pemeritahan saja. Oleh karena itu, ada fungsi lain yang penting

    dalam administrasi pembangunan yaitu membangun partisipasi masyarakat.

    2.1.8 Pengertian Pembangunan Masyarakat

    Menurut PBB, pembangunan masyarakat atau Pembangunan Komunitas

    adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan

    pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut

    Sanders, Pembangunan Masyarkat dapat dipaang pada:

    1. Proses

    2. Program

    3. Gerakan

  • 4. Metode

    Maka pembangunan masyarakat adalah berorientasi kepada perubahan aktivitas

    manusia yang tidak baik menjadi aktivas yang lebih baik, seperti merubah kebiasaan

    masyarakat yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan, Buang Air

    Besar Sembarangan, dan hal-hal lainnya aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat yang

    buruk ataupun tidak baik diharapkan dapat berubah kearah yang lebih baik lagi.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul Judul Implementasi Program

    Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Di Desa

    Cileles Kecatamatan Jatinangor Sumedang oleh Vina Eka Yuliani dari Universitas

    Padjajaran.

    Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana implementasi

    Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Di

    Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Berdasarkan latar

    belakang yang memuat beberapa permasalahan diantaranya kurang koordinasi antara

    unit-unit terkait serta kurang optimalnya proses sosialisasi dan partisipasi dari

    masyarakat, sehingga maksud dan tujuan dari program tersebut belum tersampaikan

    secara merata keseluruh lapisan masyarakat.

  • Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode

    penelitian deduktif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi

    kepustakan dan studi lapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

    Teknik penentu informan menggunakan purposive sampling dengan jumlah informan

    sebanyak 10 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model

    analisis data dari Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan

    conclusion drawing/verification. Peneliti menggunakan teori implementasi dari

    Charles O. Jones yang di dalamnya terdapat aspke-aspek kegiatan implementasi

    program yaitu organisasi, interpretasi, dan aplikasi, sebagai pedoman peneliti dalam

    melakukan penelitian.

    Maka dapat disimpulkan jika secara umum implementasi program Pamsimas

    dapat dinilai belum cukup efektif mencapai tujuan formalnya. Beberapa hal yang

    harus diperhatikan agar program ini dapat mencapai tujuannya dengan baik adalah

    penetapan sasaran program yang tepat dan konsisten dilaksanakan sesuai ketentuan,

    pengelolaan yang transparan dan akuntabel oleh pihak pelaksana di desa dan

    pelaksanaan pengawasan yang tepat dan rutin untuk mencegah terjadinya

    penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan program di lapangan.

    Sedangkan penelitian terdahulu dari BarkahWelli Sanjaya dengan judul Evaluasi

    Pelaksanaan Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

    Masyarakat) Tahun 2009-2010 Di Kabupaten Grobogan program Pamsimas

  • merupakan program pemerintah p