diah harni.docx · web viewfenomena penggunaan jilbab di indonesia sendiri masih relatif baru....

25

Click here to load reader

Upload: doanhanh

Post on 16-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

JURNAL

PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM UNS TERHADAP JILBAB DAN CADAR DI MEDIA ALTERNATIF MOJOK.CO

(Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Kelompko Aktivis Organisasi Islam dan non Aktivis Organisasi Islam (UNS) terhadap Artikel tentang Jilbab dan

Cadar di Media Alternatif Mojok.co)

Oleh:

Diah Harni Saputri

D0212032

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM UNS TERHADAP JILBAB DAN

CADAR DI MEDIA ALTERNATIF MOJOK.CO

(Studi Deksriptif Kualitatif Persepsi Kelompok Aktivis Organisasi Islam dan

non Aktivis Organisasi Islam (UNS) terhadap Artikel tentang Jilbab dan

Cadar di Media Alternatif Mojok.co)

Diah Harni Saputri

Dwi Tiyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Mojok.co is an alternative media that present many article with many topics where several articles in it is discussing about the veil and headscarf. What’s interesting about this media is so many comments from the readers considers that the contents of the article is controversial. The purpose of this study is to see how the perception of muslims student toward the articles about headscarf and veil in Mojok.co.

This study used a qualitative approach with a descriptive as a research method. Perception theory is used in this study. There are 7 muslim students from UNS that became a speaker informants. They are divided into two group informant which is one group is come from activist muslim organizations and the other is not. Data collection in this research uses in-depth interviews method.

The validity of this research is done with triangulation of data techniques.Triangulation means using more than one method to collect data on thesame topic.

From the data and the analysis, it can be concluded that there’s some different perception from the two group informan, where activist muslim organization thought that Mojok wants to show that veiled women can doing anything like the other people. Otherwise, the other informant group thought that a veiled woma should not do things beyond their corridors as muslim women.

The difference from the two groups in receiving messages is influenced by several factor like cultural background, experience, and values espoused. Keywords: perception, veil, alternative media, muslim organization

1

Page 3: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

Pendahuluan

Bagi perempuan muslim, jilbab adalah kewajiban. Di dalam Islam

sendiri, terdapat anjuran perempuan muslim untuk berjilbab seperti yang dikutip

dalam Qur’an Surat Al-Ahzab: 59 sebagai berikut:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak digangu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Departemen Agama, 2004).

Dari ayat di atas maka dapat dijelaskan bahwa beberapa fungsi jilbab di

antaranya sebagai identitas (perempuan muslim) dan sebagai pelindung diri.

Dalam Islam, berjilbab merupakan sebuah kebutuhan agama. Perempuan dalam

Islam memiliki kedudukan terhormat di hadapan laki-laki. Sehingga, perempuan

dituntut untuk menutup auratnya dan laki-laki dituntut untuk menutupi

pandangannya.

Fenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru.

Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena

yang kompleks. Ia merupakan peristiwa yang tidak hanya membangkitkan tradisi

lokal, juga sebagai bentuk penolakan terhadap hegemoni barat dalam hal

berpakaian (Surya, 2004).

Bagi perempuan Indonesia, berani memakai jilbab maka berarti berani

membatasi diri untuk tidak bergaul bebas. Untuk bisa senantiasa menjaga norma-

norma agama di setiap tingkah laku dan tutur katanya. Dengan kata lain, dengan

berjilbab, maka perempuan Indonesia memiliki peran untuk merepresentasikan

kebenaran sesuai dengan nilai-nilai dalam Islam.

Cadar, merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab. Dalam ranah

ilmu Islam, dalil mengenai penggunaan cadar sendiri masih banyak

diperdebatkan. Namun, yang jelas, penggunaan cadar di Indonesia akan memiliki

konsekuensi yang lebih besar dari jilbab. Penggunaan cadar di Indonesia selalu

2

Page 4: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

diidentikkan dengan Islam fundamental atau penganut aliran garis keras, yang

berkaitan erat dengan aksi terorisme.

Stereotype yang muncul dari masyarakat tersebut, tentunya tidak lepas

dari peran media massa yang turut membentuk framing citra teroris: Islam,

berjenggot (bagi laki-laki), dan bercadar (bagi perempuan). Dampaknya,

Indonesia masih saja bergelut dengan konflik yang megandung unsur SARA

(Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Hal ini diperparah dengan era media

baru saat ini, di mana banyak sekali media-media arus utama yang sering

memberitakan berita dengan cepat tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.

Akibatnya, banyak masyarakat yang mudah tersulut amarah hanya karena berita-

berita yang belum tentu benar tersebut.

Homogenisasi konten media saat ini, menurut Idy Subandi Ibrahim

dipandang bisa berakibat melenyapkan pluralitas dan isu keberagaman bagi

tumbuhnya wacana-wacana alternatif dalam ruang media (Akhmad, 2014).

Karenanya, perkembangan media alternatif menjadi penting untuk memberikan

ruang kepada suara masyarakat yang tidak memiliki tempat di media-media

mainstream.

Dalam perkembangannya, kemunculan media alternatif juga dipandang

sebagai respon atas kapitalisasi dan dominasi arus media utama. Dalam hal ini,

media alternatif mencoba menyuarakan dialog publik dan memberi ruang bagi

kaum pinggiran di tengah arus media utama.

Salah satu media alternatif yang menarik untuk diteliti menurut peneliti

adalah Mojok.co. Mojok.co adalah salah satu situs media daring yang konten

artikelnya bukan merupakan artikel berita. Ia merupakan media yang mewadahi

tulisan-tulisan dari para penulis dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Meski terbilang masih muda, namun situs yang didirikan pada 28

Agustus 2014 ini sudah menduduki peringkat atas dibandingkan dengan situs-

situs lain yang sejenis seperti Indoprogress, Midjournal, dan JakartaBeat.

Menurut Similiar Web, saat ini Mojok.co berada di peringkat 3,613 di Indonesia

(https://www.similarweb.com/website/mojok.co#overview diakses pada 17 Maret

2016 pukul 16: 54 WIB).

3

Page 5: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

Di dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tema agama,

khususnya bab yang membahas tentang jilbab dan cadar dalam artikel-artikel di

Mojok.co. Dari sekian banyak artikel yang ada, peneliti memilih untuk mengambil

tiga artikel yang masing-masing berjudul Sebuah Curhat Untuk Girlband Syar’i,

Menjadi Hijaber Metal adalah Hak Segala Metalhead, dan Tetaplah Bangga

dengan Cadarmu, Mbak!.

Alasan peneliti memilih ketiga artikel tersebut adalah karena ketiganya

merupakan artikel yang membahas bagaimana perempuan berjilbab dan bercadar

bisa melakukan hal-hal yang menurut kebanyakan orang-orang dianggap tabu.

Apa yang tertulis dalam ketiga artikel tersebut seolah-olah mendobrak stigma

yang ada pada masyarakat, bahwa dengan berjilbab dan bercadar, tidak akan

menghalangi aktivitas apapun yang dilakukan perempuan.

Oleh karena banyak pembaca Mojok.co yang memiliki perbedaan

persepsi dalam setiap artikel yang muncul, juga dengan dilatarbelakangi realita

bahwa masyarakat Indonesia sangat sensitif dengan tulisan yang bermuatan isu

agama, maka dalam skripsi ini, peneliti ingin meneliti bagaimana persepsi

khalayak terhadap artikel-artikel bertema jilbab dan cadar yang muncul di media

alternatif Mojok.co dari sudut pandang pembaca sebagai komunikan.

Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok informan yang akan

diteliti, yaitu kelompok informan mahasiswa aktivis organisasi Islam dan non

Organisasi Islam. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan informan yang

berasal dari kelompok mahasiswa aktivis organisasi Islam adalah mahasiswa yang

pernah/mengikuti organisasi agama Islam di UNS baik internal maupun eksternal

selama minimal satu tahun, pernah mengenyam pendidikan di sekolah Islam (baik

SD, SMP, maupun SMA), dan sudah membaca artikel-artikel di Mojok.co selama

minimal satu tahun. Sedangkan kriteria kelompok informan non aktivis organisasi

Islam adalah mahasiswa muslim UNS yang tidak pernah mengikuti organisasi

Islam selama masa kuliah, tidak pernah bersekolah di sekolah Islam, dan sudah

pernah membaca artikel di Mojok selama minimal satu tahun.

4

Page 6: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

Alasan peneliti mengambil dua kelompok tersebut adalah karena

peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan persepsi yang ditimbulkan

terhadap artikel-artikel bertema jilbab dan cadar di Mojok.

Rumusan Masalah

Bagaimana persepsi kelompok aktivis organisasi Islam dan non aktivis organisasi

Islam Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta terhadap artikel tentang jilbab

dan cadar di media alternatif Mojok.co?

Tujuan

Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi kelompok aktivis organisasi Islam

dan non aktivis organisasi Islam Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

terhadap artikel tentang jilbab dan cadar di media alternatif Mojok.co.

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

Secara sederhana, komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah

gagasan yang diolah menjadi pesan dan dikirimkan melalui media tertentu

kepada orang lain sebagai penerima. Wilbur Schramm, dalam Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan, komunikasi akan berhasil

apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka

acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian

(collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan.

Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman

merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila

bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman

komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan lancar. Sebaliknya, jika

pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan

timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain (Effendy, 2003).

5

Page 7: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

2. Teori Perbedaan Individu

Melvin De Fleur, dikutip dalam Nurudin, menjelaskan, teori

komunikasi massa audiens dibagi ke dalam tiga perspektif: individual

difference perspective, social categories perspective, dan social relation

perseptive. Ketiga perspektif ini, jika digabungkan melahirkan gambaran teori

audiens seperti yang diungkapkan Hebert:

“Masing-masing dari kita adalah anggota dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara individual. Interaksi kita dengan anggota audiens yang lain, bukan anggota atau bahkan pemimpin opini juga mempunyai dampak pada bagaimana kita merespon dan bahkan ikut menentukan reaksi umum kita (Nurudin, 2007).”

Dalam Social Categories Perspective, audiens yang mengikuti

perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai, dan

sikap. Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang sama pula

dalam merespon pesan, seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam

perkumpulan sosial. Kombinasi dari kedua perspektif ini menghasilkan

pendekatan komunikasi massa Lasswell, “who says what to whom with what

effect” (Nurudin, 2007).

3. Teori Persepsi

Desidarato, dikutip dalam Psikologi Komunikasi menjelaskan,

persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan (Rahmat, 2003). Persepsi yang terbentuk dari setiap individu tidak

selalu sama. Hal itu disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi. Dedy Mulyana dalam Ilmu Komunikasi: Suatu

Pengantar menjelaskan, secara sederhana, faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya persepsi yaitu latar belakang budaya, pengalaman masa lalu,

nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang (Mulyana, 2007).

6

Page 8: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

Deddy Mulyana dalam Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan,

persepsi sosal tidaklah sesederhana persepsi terhadap lingkungan fisik.

Persepsi sosial yang muncul dalam komunikasi mengandung beberapa prinsip

penting yaitu persepsi berdasar pengalaman; persepsi bersifat selektif;

persepsi bersifat dugaan; persepsi bersifat evaluatif; dan persepsi bersifat

kontekstual (Mulyana, 2007).

4. Media Alternatif

Tim O’Sullivan dalam Komunikasi dan Komodifikasi Mengkaji

Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi, mendefinisikan media

alternatif sebagai bentuk komunikasi massa yang dipandang menentang

politik yang terlembagakan (Akhmad, 2014). Karena itu, media alternatif juga

sering disebut sebagai media “radikal” karena sering bersifat kritis dan

berseberangan dengan konten berita media mainstream.

Media alternatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan media

arus utama. Perbedaan kedua media tersebut sangat bergantung pada faktor-

faktor seperti konteks sosial-ekonomi, politik, dan budaya yang menjadi latar

kemunculan sebuah media. Idi Subandy Ibrahim menjelaskan, biasanya

media arus utama memiliki karakteristik seperti; bertujuan untuk mencari

keuntungan, isu yang diangkat merupakan sebuah pandangan umum, dan

bersifat konservatif. Sebaliknya, media alternatif bersifat nonprofit, menjadi

oposisi media arus utama, dan radikal (Akhmad, 2014).

5. Jilbab dan Cadar

Secara umum, jilbab dapat diartikan sebagai pakaian yang luas dan

menutup aurat. Secara etimologis, kata jilbab berasal dari bahasa Arab

dengan bentuk jamak jalabib yang tercantum dalam Quran surat Al-Ahzab

ayat 59. (Sutiretna, 1997) Sebagian besar ulama, sepakat bahwa memakai

jilbab hukumnya wajib, hanya saja ada perbedaan pendapat soal batasan-

batasan bagian tubuh mana yang harus ditutup. Menurut Murtadha Muthahari

dalam Wanita dan Hijab, para ahli tafsir sebagian besar berpendapat bahwa

7

Page 9: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

mengapa kaum wanita diwajibkan berjilbab karena untuk menjaga

kehormatan dirinya (Muthahari, 2003).

Cadar, merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab. Dalam

ranah ilmu Islam, dalil mengenai penggunaan cadar sendiri masih banyak

diperdebatkan.Cadar dalam bahasa arab disebut dengan niqab, yang berarti

pakaian yang menutupi wajah. Padanan kata untuk cadar beraneka ragam

yaitu hijab, niqab, burqa atau purdah. Menurut Waskito, cadar intinya adalah

selembar kain tipis yang menutupi wajah wanita saat ia berada di luar rumah

(Waskito, 2009).

Penggunaan jilbab dan cadar memungkinkan seseorang untuk

membaca status sosial dari pemakainya. Jilbab dan cadar yang digunakan

seseorang, dapat dijadikan indikator bagaimana orang lain ingin

mengimajinasikan orang tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan Davis

yang mengatakan bahwa “pakaian yang kita kenakan mengungkapkan

pernyataan (Barnard, 2011)”.

Menurut Yuyun dalam jurnal CITRA PEREMPUAN ISLAM DAN

KONTEMPORER, jilbab dapat menjadi simbol yang berkaitan dengan ruang

domestik, berkaitan erat dengan seksualitas tubuh perempuan karena

melindungi perempuan dari pelecehan seksual, juga sebagai alat untuk

mengontrol tubuh mereka.

Metodologi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan upaya untuk

membangun pandangan yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, dan

memiliki gambaran holistik yang rumit (Moleung, 2009). Teknik pengambilan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling. Teknik ini merupakan teknik yang “menentukan sampel dengan

pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal”

(Arikunto, 2010).

8

Page 10: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba meneliti dua kelompok

informan, yaitu kelompok informan aktivis organisasi Islam dan kelompok

informan non aktivis organisasi Islam dengan kriteria sesbagai berikut:

a. Kelompok aktivis organisasi Islam

1) Merupakan mahasiswa muslim UNS dari berbagai jurusan dan angkatan

2) Memiliki riwayat pendidikan bersekolah di sekolah Islam

3) Pernah/mengikuti organisasi Islam internal maupun eksternal kampus

selama minimal satu tahun.

4) Sudah pernah membaca website Mojok.co minimal satu tahun

b. Kelompok non aktivis organisasi Islam

1) Merupakan mahasiswa muslim UNS dari berbagai jurusan dan angkatan.

2) Memiliki riwayat pendidikan di sekolah biasa

3) Tidak pernah mengikuti organisasi Islam internal maupun eksternal

kampus.

4) Sudah pernah membaca website Mojok.co minimal satu tahun.

Sajian dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti peneliti akan memaparkan mengenai subjek

penelitian, hasil wawancara mendalam, serta analisis data yang diperoleh dari para

informan tentang persepsi mereka terhadap pesan yang disampaikan ketiga artikel

bertema jilbab dan cadar yang ada pada media alternatif Mojok.co. Informan yang

menjadi subjek dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu

kelompok informan aktivis organisasi Islam dan non aktivis organisasi Islam.

Dari apa yang sudah dipaparkan oleh para informan, baik itu yang berasal

dari mahasiswa kelompok organisasi Islam maupun yang bukan, peneliti dapat

menangkap adanya perbedaan penerimaan pesan yang ditimbulkan dari kedua

kelompok informan. Kelompok informan aktivis organisasi Islam, diketahui lebih

dapat menerima isi pesan artikel Mojok secara positif. Kelompok informan ini

secara terbuka bisa menerima isi artikel dengan baik, tanpa ada pertentangan nilai-

nilai yang dianut dengan nilai-nilai yang ada di dalam artikel tersebut. Kelompok

informan ini juga menilai bahwa pesan-pesan yang ada di dalam artikel bertema

9

Page 11: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

jilbab dan cadar membawa pesan yang baik karena ingin menunjukkan kepada

khalayak bahwa perempuan muslim yang berjilbab dan bercadar bisa menekuni

hobi dan passion tanpa terhalang jilbab dan cadar yang mereka kenakan.

Informan kelompok aktivis organisasi Islam juga mereka memiliki

kecenderungan untuk tidak mudah menghakimi terhadap fenomena yang terjadi

di dalam ketiga artikel Mojok. Kelompok ini memiliki pola pikir yang lebih

terbuka dibandingkan dengan kelompok informan yang tidak mengikuti

organisasi Islam. Hal ini terlihat dari pendapat para informan yang menganggap

bahwa berjilbab merupakan sebuah proses yang bertahap, sehingga kelompok

informan ini lebih toleran terhadap perempuan muslim yang belum berjilbab

karena alasan tuntutan agama. Selain itu, kelompok informan ini juga cenderung

untuk tidak melabeli artikel-artikel bertema jilbab dan cadar yang ada di Mojok

sebagai tulisan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Sebaliknya, kelompok informan non aktivis organisasi Islam tidak

dapat merespon isi pesan yang ada pada artikel bertema jilbab dan cadar di

Mojok dengan positif. keempat informan ini menganggap bahwa hal-hal yang

ditulis dalam tiga artikel bertema jilbab dan cadar dirasa aneh dan tidak wajar.

Menurut keempat informan, sebaiknya perempuan berjilbab dan bercadar tidak

melakukan hal-hal di luar koridor mereka sebagai perempuan muslim.

Selain itu, pada kelompok informan yang bukan berasal dari

organisasi Islam, dalam membentuk persepsi cenderung mudah

melabeli/menghakimi sesuatu. Hal itu ditunjukkan dengan pendapat para

informan yang tidak setuju dengan adanya fenomena perempuan yang berjilbab

karena alasan tren dan fashion. Menurut kelompok informan ini, seharusnya

satu-satunya alasan seorang muslimah berjilbab adalah karena tuntutan agama.

Mereka menganggap lebih baik tidak usah berjilbab jika alasannya karena tren

semata.

Begitu juga dengan pendapat mereka tentang artikel bertema jilbab

dan cadar di Mojok. Dalam membentuk persepsi terhadap pesan yang ada di

dalam artikel tersebut, para informan cenderung merasa kaget dan aneh, karena

mereka mengaku baru mengetahui fenomena tersebut. Kelompok informan ini

10

Page 12: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

juga menganggap bahwa pesan-pesan yang ada di ketiga artikel tadi

bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Namun, mereka sendiri tidak

bisa menyebutkan alasan secara spesifik di bagian mana pada artikel tersebut

yang pesan-pesannya melanggar aturan agama Islam.

Adanya perbedaan penerimaan pesan yang ditimbulkan dari kedua

kelompok informan ini dapat dikaitkan dengan teori social categories

perspective milik De Fleur. De Fleur menjelaskan, bahwa audiens yang

mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai,

dan sikap. Masing-masing individu ini juga memiliki kecenderungan yang sama

pula dalam merespon pesan (Nurudin, 2007). Oleh karena itu, masing-masing

anggota kelompok informan memiliki kecenderungan yang sama dalam

menerima isi pesan artikel di Mojok satu sama lain.

Persepsi yang terbentuk dari kedua kelompok informan di atas juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor latar belakang

budaya, pengalaman, pandangan dunia (stereotype) dan nilai-nilai yang dianut

dari masing kelompok. Misalnya, pada kelompok akvitis organisasi Islam.

Kelompok informan ini memiliki latar belakang kehidupan yang dapat dikatakan

religius, berada di lingkungan di mana individunya dekat dengan agama,

Sehingga, mereka bisa memahami fenomena-fenomena yang terjadi di kalangan

perempuan muslim yang berjilbab maupun bercadar. Oleh karena itu juga, ketika

dihadapkan pada artikel yang membahas tentang jilbab dan cadar di Mojok,

mereka tidak merasa heran dan kaget dengan fenomena yang tertulis di dalam

artikel tersebut. Sedangkan jika ditinjau dari faktor pengalaman dan nilai-nilai

yang mereka anut, peneliti melihat bahwa karena ketiganya merupakan aktivis

organisasi Islam, mereka sering terlibat di dalam diskusi-diskusi keagamaan,

yang secara tidak langsung akan menambah pengetahuan mereka tentang agama,

juga tentang bagaimana nilai-nilai yang tertanam di dalam diri mereka.

Sehingga, pada saat mempersepsi isi pesan, para informan tidak hanya

menyatakan sepakat dengan isi artikel, tetapi juga mereka bisa menjelaskan

secara rinci alasan mengapa mereka sepakat dengan isi artikel tersebut dengan

mengatkannya dengan nilai-nilai agama yang mereka anut.

11

Page 13: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

Sedangkan pada kelompok non aktivis organisasi Islam, persepsi yang

terbentuk dari jawaban-jawaban para informan dapat dikategorikan ke dalam

jenis persepsi bersifat dugaan. Deddy Mulyana menjelaskan, persepsi bersifat

dugaan merupakan jenis persepsi di mana persepsi yang dibentuk, dilakukan

secara intuitif untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks. Pada kasus ini,

pembentukan persepsi yang dilakukan oleh kelompok non aktivis organisasi

Islam di atas didasarkan pada steretype bahwa perempuan berjilbab dan bercadar

selalu diidentikkan dengan hal-hal yang berbau religius, sehingga ketika mereka

menemui fenomena perempuan bercadar menonton konser metal, mereka akan

menganggap bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang salah dan keliru.

Selain itu, faktor lain yang membentuk persepsi kelompok non aktivis

organisasi Islam ini adalah faktor latar belakang budaya. Ditinjau dari latar

belakang pendidikan, lingkungan keluarga, dan pergaulan dari keempat

informan, diketahui keempat informan ini hidup di lingkungan yang jauh dari

orang-orang yang religius, membuat mereka memiliki pandangan yang berbeda

terhadap perempuan berjilbab dan bercadar. Sehingga, apa yang mereka

persepsikan tentang perempuan berjilbab dan bercadar hanya berdasarkan intuisi

tanpa bergaul langsung dengan perempuan berjilbab dan bercadar tersebut. Hal

ini juga diperkuat dengan pandangan dari keempat informan yang sebagian besar

dari mereka menganggap bahwa orang-orang yang mengikuti organisasi Islam

cenderung memiliki pemikiran yang radikal dan kaku.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

pendekatan teori persepsi, maka dapat diketahui bahwa kelompok informan

aktivis organisasi Islam memberikan respon positif terhadap artikel bertema jilbab

dan cadar yang ada pada media alternatif Mojok.co. Mereka menilai bahwa pesan-

pesan yang ada di dalam artikel bertema jilbab dan cadar membawa pesan yang

baik karena ingin menunjukkan kepada khalayak bahwa perempuan muslim yang

berjilbab dan bercadar bisa menekuni hobi dan passion tanpa terhalang jilbab dan

cadar yang mereka kenakan. Sedangkan kelompok informan non aktivis

12

Page 14: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

organisasi Islam tidak dapat merespon isi pesan yang ada pada artikel bertema

jilbab dan cadar di Mojok dengan positif. Menurut mereka sebaiknya perempuan

berjilbab dan bercadar tidak melakukan hal-hal di luar koridor mereka sebagai

perempuan muslim.

Adanya perbedaan persepsi dari kedua kelompok informan ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti latar belakang, pengalaman, dan pandangan dunia.

Kondisi latar belakang kelompok informan aktivis organisasi Islam yang berada di

lingkungan agamis dan memiliki banyak pengetahuan tentang agama, membuat

kelompok informan ini dapat menjelaskan pandangan mereka terhadap artikel

dengan menggunakan sudut pandang hukum serta aturan dalam agama Islam.

Sedangkan jika ditinjau dari faktor pengalaman, diskusi isu-isu keagamaan yang

sering dilakukan aktivis organisasi Islam membuat mereka memilki pemikiran

yang lebih terbuka dan dapat memandang sebuah masalah dari berbagai sudut

pandang.

Faktor yang paling mempengaruhi kelompok informan non aktivis

organisasi Islam dalam mempersepsi adalah pandangan dunia (setereotip) atau

persepsi yang bersifat dugaan, di mana persepsi yang terbentuk dilakukan secara

intuitif untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks. Sehingga persepsi yang

terbentuk bergantung pada nilai-nilai yang mereka anut dan pandangan dunia

terhadap perempuan berjilbab

Saran

Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk penelitian

selanjutnya, diharapkan terdapat penelitian yang membandingkan persepsi dari

berbagai kelompok yang memiliki kriteria informan yang lebih spesifik, sehingga

persepsi dari kedua kelompok dapat dibandingkan dengan jelas. Selain itu

persepsi yang dibentuk oleh informan dalam penelitian ini bersifat kualitatif,

sehingga tidak bisa mewakili populasi. Diharapkan pada penelitian selanjutnya

terdapat penelitian yang membandingkan persepsi dua kelompok informan dengan

menggunakan metode kuantitatif. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik dengan

persepsi organisasi Islam internal maupun eksternal kampus, diharapkan dapat

13

Page 15: diah harni.docx · Web viewFenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru. Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks

menggali lebih spesifik organisasi mana yang akan diteliti, sebab masing-masing

organisasi memiliki karakteristik tersendiri, sehingga hasil penelitian juga menjadi

lebih jelas.

Daftar Pustaka

A.A, Waskito (2009). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Wahyu Media Akhmad, I. S. (2014). Komunikasi dan Komodifikasi Mengkaji Media dan Budaya

dalam Dinamika Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. Barnard, M. (2011). Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan

Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta: Jalasutra. Departeman Agama RI. (2004). Alquran dan Terjemahannya. Semarang: CV. Al

Waah. https://www.similarweb.com/website/mojok.co#overview diakses pada 17 Maret

2016 pukul 16: 54 WIB Moleung, L. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT Remaja RosdakaryaMulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.Muthahari, M. (2003). Wanita dan Hijab. Jakarta: Lentera.Nurudin, (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo

PersadaSurya, Y. W. (2004). CITRA PEREMPUAN ISLAM KONTEMPORER:

Representasi Perempuan Islam dalam Sinetron Ramadhan. Journal Komunikasi Vol. 17/ No. 4, 67-81.

Sutiretna, N. (1997). Anggun Berjilbab. Bandung: Al-Bayan

14