diah harni.docx · web viewfenomena penggunaan jilbab di indonesia sendiri masih relatif baru....
TRANSCRIPT
JURNAL
PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM UNS TERHADAP JILBAB DAN CADAR DI MEDIA ALTERNATIF MOJOK.CO
(Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Kelompko Aktivis Organisasi Islam dan non Aktivis Organisasi Islam (UNS) terhadap Artikel tentang Jilbab dan
Cadar di Media Alternatif Mojok.co)
Oleh:
Diah Harni Saputri
D0212032
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM UNS TERHADAP JILBAB DAN
CADAR DI MEDIA ALTERNATIF MOJOK.CO
(Studi Deksriptif Kualitatif Persepsi Kelompok Aktivis Organisasi Islam dan
non Aktivis Organisasi Islam (UNS) terhadap Artikel tentang Jilbab dan
Cadar di Media Alternatif Mojok.co)
Diah Harni Saputri
Dwi Tiyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Mojok.co is an alternative media that present many article with many topics where several articles in it is discussing about the veil and headscarf. What’s interesting about this media is so many comments from the readers considers that the contents of the article is controversial. The purpose of this study is to see how the perception of muslims student toward the articles about headscarf and veil in Mojok.co.
This study used a qualitative approach with a descriptive as a research method. Perception theory is used in this study. There are 7 muslim students from UNS that became a speaker informants. They are divided into two group informant which is one group is come from activist muslim organizations and the other is not. Data collection in this research uses in-depth interviews method.
The validity of this research is done with triangulation of data techniques.Triangulation means using more than one method to collect data on thesame topic.
From the data and the analysis, it can be concluded that there’s some different perception from the two group informan, where activist muslim organization thought that Mojok wants to show that veiled women can doing anything like the other people. Otherwise, the other informant group thought that a veiled woma should not do things beyond their corridors as muslim women.
The difference from the two groups in receiving messages is influenced by several factor like cultural background, experience, and values espoused. Keywords: perception, veil, alternative media, muslim organization
1
Pendahuluan
Bagi perempuan muslim, jilbab adalah kewajiban. Di dalam Islam
sendiri, terdapat anjuran perempuan muslim untuk berjilbab seperti yang dikutip
dalam Qur’an Surat Al-Ahzab: 59 sebagai berikut:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak digangu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Departemen Agama, 2004).
Dari ayat di atas maka dapat dijelaskan bahwa beberapa fungsi jilbab di
antaranya sebagai identitas (perempuan muslim) dan sebagai pelindung diri.
Dalam Islam, berjilbab merupakan sebuah kebutuhan agama. Perempuan dalam
Islam memiliki kedudukan terhormat di hadapan laki-laki. Sehingga, perempuan
dituntut untuk menutup auratnya dan laki-laki dituntut untuk menutupi
pandangannya.
Fenomena penggunaan jilbab di Indonesia sendiri masih relatif baru.
Brenner dalam Washburn menjelaskan, jilbab di Indonesia merupakan fenomena
yang kompleks. Ia merupakan peristiwa yang tidak hanya membangkitkan tradisi
lokal, juga sebagai bentuk penolakan terhadap hegemoni barat dalam hal
berpakaian (Surya, 2004).
Bagi perempuan Indonesia, berani memakai jilbab maka berarti berani
membatasi diri untuk tidak bergaul bebas. Untuk bisa senantiasa menjaga norma-
norma agama di setiap tingkah laku dan tutur katanya. Dengan kata lain, dengan
berjilbab, maka perempuan Indonesia memiliki peran untuk merepresentasikan
kebenaran sesuai dengan nilai-nilai dalam Islam.
Cadar, merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab. Dalam ranah
ilmu Islam, dalil mengenai penggunaan cadar sendiri masih banyak
diperdebatkan. Namun, yang jelas, penggunaan cadar di Indonesia akan memiliki
konsekuensi yang lebih besar dari jilbab. Penggunaan cadar di Indonesia selalu
2
diidentikkan dengan Islam fundamental atau penganut aliran garis keras, yang
berkaitan erat dengan aksi terorisme.
Stereotype yang muncul dari masyarakat tersebut, tentunya tidak lepas
dari peran media massa yang turut membentuk framing citra teroris: Islam,
berjenggot (bagi laki-laki), dan bercadar (bagi perempuan). Dampaknya,
Indonesia masih saja bergelut dengan konflik yang megandung unsur SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Hal ini diperparah dengan era media
baru saat ini, di mana banyak sekali media-media arus utama yang sering
memberitakan berita dengan cepat tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.
Akibatnya, banyak masyarakat yang mudah tersulut amarah hanya karena berita-
berita yang belum tentu benar tersebut.
Homogenisasi konten media saat ini, menurut Idy Subandi Ibrahim
dipandang bisa berakibat melenyapkan pluralitas dan isu keberagaman bagi
tumbuhnya wacana-wacana alternatif dalam ruang media (Akhmad, 2014).
Karenanya, perkembangan media alternatif menjadi penting untuk memberikan
ruang kepada suara masyarakat yang tidak memiliki tempat di media-media
mainstream.
Dalam perkembangannya, kemunculan media alternatif juga dipandang
sebagai respon atas kapitalisasi dan dominasi arus media utama. Dalam hal ini,
media alternatif mencoba menyuarakan dialog publik dan memberi ruang bagi
kaum pinggiran di tengah arus media utama.
Salah satu media alternatif yang menarik untuk diteliti menurut peneliti
adalah Mojok.co. Mojok.co adalah salah satu situs media daring yang konten
artikelnya bukan merupakan artikel berita. Ia merupakan media yang mewadahi
tulisan-tulisan dari para penulis dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Meski terbilang masih muda, namun situs yang didirikan pada 28
Agustus 2014 ini sudah menduduki peringkat atas dibandingkan dengan situs-
situs lain yang sejenis seperti Indoprogress, Midjournal, dan JakartaBeat.
Menurut Similiar Web, saat ini Mojok.co berada di peringkat 3,613 di Indonesia
(https://www.similarweb.com/website/mojok.co#overview diakses pada 17 Maret
2016 pukul 16: 54 WIB).
3
Di dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tema agama,
khususnya bab yang membahas tentang jilbab dan cadar dalam artikel-artikel di
Mojok.co. Dari sekian banyak artikel yang ada, peneliti memilih untuk mengambil
tiga artikel yang masing-masing berjudul Sebuah Curhat Untuk Girlband Syar’i,
Menjadi Hijaber Metal adalah Hak Segala Metalhead, dan Tetaplah Bangga
dengan Cadarmu, Mbak!.
Alasan peneliti memilih ketiga artikel tersebut adalah karena ketiganya
merupakan artikel yang membahas bagaimana perempuan berjilbab dan bercadar
bisa melakukan hal-hal yang menurut kebanyakan orang-orang dianggap tabu.
Apa yang tertulis dalam ketiga artikel tersebut seolah-olah mendobrak stigma
yang ada pada masyarakat, bahwa dengan berjilbab dan bercadar, tidak akan
menghalangi aktivitas apapun yang dilakukan perempuan.
Oleh karena banyak pembaca Mojok.co yang memiliki perbedaan
persepsi dalam setiap artikel yang muncul, juga dengan dilatarbelakangi realita
bahwa masyarakat Indonesia sangat sensitif dengan tulisan yang bermuatan isu
agama, maka dalam skripsi ini, peneliti ingin meneliti bagaimana persepsi
khalayak terhadap artikel-artikel bertema jilbab dan cadar yang muncul di media
alternatif Mojok.co dari sudut pandang pembaca sebagai komunikan.
Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok informan yang akan
diteliti, yaitu kelompok informan mahasiswa aktivis organisasi Islam dan non
Organisasi Islam. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan informan yang
berasal dari kelompok mahasiswa aktivis organisasi Islam adalah mahasiswa yang
pernah/mengikuti organisasi agama Islam di UNS baik internal maupun eksternal
selama minimal satu tahun, pernah mengenyam pendidikan di sekolah Islam (baik
SD, SMP, maupun SMA), dan sudah membaca artikel-artikel di Mojok.co selama
minimal satu tahun. Sedangkan kriteria kelompok informan non aktivis organisasi
Islam adalah mahasiswa muslim UNS yang tidak pernah mengikuti organisasi
Islam selama masa kuliah, tidak pernah bersekolah di sekolah Islam, dan sudah
pernah membaca artikel di Mojok selama minimal satu tahun.
4
Alasan peneliti mengambil dua kelompok tersebut adalah karena
peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan persepsi yang ditimbulkan
terhadap artikel-artikel bertema jilbab dan cadar di Mojok.
Rumusan Masalah
Bagaimana persepsi kelompok aktivis organisasi Islam dan non aktivis organisasi
Islam Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta terhadap artikel tentang jilbab
dan cadar di media alternatif Mojok.co?
Tujuan
Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi kelompok aktivis organisasi Islam
dan non aktivis organisasi Islam Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
terhadap artikel tentang jilbab dan cadar di media alternatif Mojok.co.
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Secara sederhana, komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah
gagasan yang diolah menjadi pesan dan dikirimkan melalui media tertentu
kepada orang lain sebagai penerima. Wilbur Schramm, dalam Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan, komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan.
Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman
merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila
bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman
komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan lancar. Sebaliknya, jika
pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan
timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain (Effendy, 2003).
5
2. Teori Perbedaan Individu
Melvin De Fleur, dikutip dalam Nurudin, menjelaskan, teori
komunikasi massa audiens dibagi ke dalam tiga perspektif: individual
difference perspective, social categories perspective, dan social relation
perseptive. Ketiga perspektif ini, jika digabungkan melahirkan gambaran teori
audiens seperti yang diungkapkan Hebert:
“Masing-masing dari kita adalah anggota dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara individual. Interaksi kita dengan anggota audiens yang lain, bukan anggota atau bahkan pemimpin opini juga mempunyai dampak pada bagaimana kita merespon dan bahkan ikut menentukan reaksi umum kita (Nurudin, 2007).”
Dalam Social Categories Perspective, audiens yang mengikuti
perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai, dan
sikap. Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang sama pula
dalam merespon pesan, seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam
perkumpulan sosial. Kombinasi dari kedua perspektif ini menghasilkan
pendekatan komunikasi massa Lasswell, “who says what to whom with what
effect” (Nurudin, 2007).
3. Teori Persepsi
Desidarato, dikutip dalam Psikologi Komunikasi menjelaskan,
persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan (Rahmat, 2003). Persepsi yang terbentuk dari setiap individu tidak
selalu sama. Hal itu disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi. Dedy Mulyana dalam Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar menjelaskan, secara sederhana, faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya persepsi yaitu latar belakang budaya, pengalaman masa lalu,
nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang (Mulyana, 2007).
6
Deddy Mulyana dalam Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan,
persepsi sosal tidaklah sesederhana persepsi terhadap lingkungan fisik.
Persepsi sosial yang muncul dalam komunikasi mengandung beberapa prinsip
penting yaitu persepsi berdasar pengalaman; persepsi bersifat selektif;
persepsi bersifat dugaan; persepsi bersifat evaluatif; dan persepsi bersifat
kontekstual (Mulyana, 2007).
4. Media Alternatif
Tim O’Sullivan dalam Komunikasi dan Komodifikasi Mengkaji
Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi, mendefinisikan media
alternatif sebagai bentuk komunikasi massa yang dipandang menentang
politik yang terlembagakan (Akhmad, 2014). Karena itu, media alternatif juga
sering disebut sebagai media “radikal” karena sering bersifat kritis dan
berseberangan dengan konten berita media mainstream.
Media alternatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan media
arus utama. Perbedaan kedua media tersebut sangat bergantung pada faktor-
faktor seperti konteks sosial-ekonomi, politik, dan budaya yang menjadi latar
kemunculan sebuah media. Idi Subandy Ibrahim menjelaskan, biasanya
media arus utama memiliki karakteristik seperti; bertujuan untuk mencari
keuntungan, isu yang diangkat merupakan sebuah pandangan umum, dan
bersifat konservatif. Sebaliknya, media alternatif bersifat nonprofit, menjadi
oposisi media arus utama, dan radikal (Akhmad, 2014).
5. Jilbab dan Cadar
Secara umum, jilbab dapat diartikan sebagai pakaian yang luas dan
menutup aurat. Secara etimologis, kata jilbab berasal dari bahasa Arab
dengan bentuk jamak jalabib yang tercantum dalam Quran surat Al-Ahzab
ayat 59. (Sutiretna, 1997) Sebagian besar ulama, sepakat bahwa memakai
jilbab hukumnya wajib, hanya saja ada perbedaan pendapat soal batasan-
batasan bagian tubuh mana yang harus ditutup. Menurut Murtadha Muthahari
dalam Wanita dan Hijab, para ahli tafsir sebagian besar berpendapat bahwa
7
mengapa kaum wanita diwajibkan berjilbab karena untuk menjaga
kehormatan dirinya (Muthahari, 2003).
Cadar, merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab. Dalam
ranah ilmu Islam, dalil mengenai penggunaan cadar sendiri masih banyak
diperdebatkan.Cadar dalam bahasa arab disebut dengan niqab, yang berarti
pakaian yang menutupi wajah. Padanan kata untuk cadar beraneka ragam
yaitu hijab, niqab, burqa atau purdah. Menurut Waskito, cadar intinya adalah
selembar kain tipis yang menutupi wajah wanita saat ia berada di luar rumah
(Waskito, 2009).
Penggunaan jilbab dan cadar memungkinkan seseorang untuk
membaca status sosial dari pemakainya. Jilbab dan cadar yang digunakan
seseorang, dapat dijadikan indikator bagaimana orang lain ingin
mengimajinasikan orang tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan Davis
yang mengatakan bahwa “pakaian yang kita kenakan mengungkapkan
pernyataan (Barnard, 2011)”.
Menurut Yuyun dalam jurnal CITRA PEREMPUAN ISLAM DAN
KONTEMPORER, jilbab dapat menjadi simbol yang berkaitan dengan ruang
domestik, berkaitan erat dengan seksualitas tubuh perempuan karena
melindungi perempuan dari pelecehan seksual, juga sebagai alat untuk
mengontrol tubuh mereka.
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan upaya untuk
membangun pandangan yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, dan
memiliki gambaran holistik yang rumit (Moleung, 2009). Teknik pengambilan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling. Teknik ini merupakan teknik yang “menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal”
(Arikunto, 2010).
8
Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba meneliti dua kelompok
informan, yaitu kelompok informan aktivis organisasi Islam dan kelompok
informan non aktivis organisasi Islam dengan kriteria sesbagai berikut:
a. Kelompok aktivis organisasi Islam
1) Merupakan mahasiswa muslim UNS dari berbagai jurusan dan angkatan
2) Memiliki riwayat pendidikan bersekolah di sekolah Islam
3) Pernah/mengikuti organisasi Islam internal maupun eksternal kampus
selama minimal satu tahun.
4) Sudah pernah membaca website Mojok.co minimal satu tahun
b. Kelompok non aktivis organisasi Islam
1) Merupakan mahasiswa muslim UNS dari berbagai jurusan dan angkatan.
2) Memiliki riwayat pendidikan di sekolah biasa
3) Tidak pernah mengikuti organisasi Islam internal maupun eksternal
kampus.
4) Sudah pernah membaca website Mojok.co minimal satu tahun.
Sajian dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti peneliti akan memaparkan mengenai subjek
penelitian, hasil wawancara mendalam, serta analisis data yang diperoleh dari para
informan tentang persepsi mereka terhadap pesan yang disampaikan ketiga artikel
bertema jilbab dan cadar yang ada pada media alternatif Mojok.co. Informan yang
menjadi subjek dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok informan aktivis organisasi Islam dan non aktivis organisasi Islam.
Dari apa yang sudah dipaparkan oleh para informan, baik itu yang berasal
dari mahasiswa kelompok organisasi Islam maupun yang bukan, peneliti dapat
menangkap adanya perbedaan penerimaan pesan yang ditimbulkan dari kedua
kelompok informan. Kelompok informan aktivis organisasi Islam, diketahui lebih
dapat menerima isi pesan artikel Mojok secara positif. Kelompok informan ini
secara terbuka bisa menerima isi artikel dengan baik, tanpa ada pertentangan nilai-
nilai yang dianut dengan nilai-nilai yang ada di dalam artikel tersebut. Kelompok
informan ini juga menilai bahwa pesan-pesan yang ada di dalam artikel bertema
9
jilbab dan cadar membawa pesan yang baik karena ingin menunjukkan kepada
khalayak bahwa perempuan muslim yang berjilbab dan bercadar bisa menekuni
hobi dan passion tanpa terhalang jilbab dan cadar yang mereka kenakan.
Informan kelompok aktivis organisasi Islam juga mereka memiliki
kecenderungan untuk tidak mudah menghakimi terhadap fenomena yang terjadi
di dalam ketiga artikel Mojok. Kelompok ini memiliki pola pikir yang lebih
terbuka dibandingkan dengan kelompok informan yang tidak mengikuti
organisasi Islam. Hal ini terlihat dari pendapat para informan yang menganggap
bahwa berjilbab merupakan sebuah proses yang bertahap, sehingga kelompok
informan ini lebih toleran terhadap perempuan muslim yang belum berjilbab
karena alasan tuntutan agama. Selain itu, kelompok informan ini juga cenderung
untuk tidak melabeli artikel-artikel bertema jilbab dan cadar yang ada di Mojok
sebagai tulisan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Sebaliknya, kelompok informan non aktivis organisasi Islam tidak
dapat merespon isi pesan yang ada pada artikel bertema jilbab dan cadar di
Mojok dengan positif. keempat informan ini menganggap bahwa hal-hal yang
ditulis dalam tiga artikel bertema jilbab dan cadar dirasa aneh dan tidak wajar.
Menurut keempat informan, sebaiknya perempuan berjilbab dan bercadar tidak
melakukan hal-hal di luar koridor mereka sebagai perempuan muslim.
Selain itu, pada kelompok informan yang bukan berasal dari
organisasi Islam, dalam membentuk persepsi cenderung mudah
melabeli/menghakimi sesuatu. Hal itu ditunjukkan dengan pendapat para
informan yang tidak setuju dengan adanya fenomena perempuan yang berjilbab
karena alasan tren dan fashion. Menurut kelompok informan ini, seharusnya
satu-satunya alasan seorang muslimah berjilbab adalah karena tuntutan agama.
Mereka menganggap lebih baik tidak usah berjilbab jika alasannya karena tren
semata.
Begitu juga dengan pendapat mereka tentang artikel bertema jilbab
dan cadar di Mojok. Dalam membentuk persepsi terhadap pesan yang ada di
dalam artikel tersebut, para informan cenderung merasa kaget dan aneh, karena
mereka mengaku baru mengetahui fenomena tersebut. Kelompok informan ini
10
juga menganggap bahwa pesan-pesan yang ada di ketiga artikel tadi
bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Namun, mereka sendiri tidak
bisa menyebutkan alasan secara spesifik di bagian mana pada artikel tersebut
yang pesan-pesannya melanggar aturan agama Islam.
Adanya perbedaan penerimaan pesan yang ditimbulkan dari kedua
kelompok informan ini dapat dikaitkan dengan teori social categories
perspective milik De Fleur. De Fleur menjelaskan, bahwa audiens yang
mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai,
dan sikap. Masing-masing individu ini juga memiliki kecenderungan yang sama
pula dalam merespon pesan (Nurudin, 2007). Oleh karena itu, masing-masing
anggota kelompok informan memiliki kecenderungan yang sama dalam
menerima isi pesan artikel di Mojok satu sama lain.
Persepsi yang terbentuk dari kedua kelompok informan di atas juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor latar belakang
budaya, pengalaman, pandangan dunia (stereotype) dan nilai-nilai yang dianut
dari masing kelompok. Misalnya, pada kelompok akvitis organisasi Islam.
Kelompok informan ini memiliki latar belakang kehidupan yang dapat dikatakan
religius, berada di lingkungan di mana individunya dekat dengan agama,
Sehingga, mereka bisa memahami fenomena-fenomena yang terjadi di kalangan
perempuan muslim yang berjilbab maupun bercadar. Oleh karena itu juga, ketika
dihadapkan pada artikel yang membahas tentang jilbab dan cadar di Mojok,
mereka tidak merasa heran dan kaget dengan fenomena yang tertulis di dalam
artikel tersebut. Sedangkan jika ditinjau dari faktor pengalaman dan nilai-nilai
yang mereka anut, peneliti melihat bahwa karena ketiganya merupakan aktivis
organisasi Islam, mereka sering terlibat di dalam diskusi-diskusi keagamaan,
yang secara tidak langsung akan menambah pengetahuan mereka tentang agama,
juga tentang bagaimana nilai-nilai yang tertanam di dalam diri mereka.
Sehingga, pada saat mempersepsi isi pesan, para informan tidak hanya
menyatakan sepakat dengan isi artikel, tetapi juga mereka bisa menjelaskan
secara rinci alasan mengapa mereka sepakat dengan isi artikel tersebut dengan
mengatkannya dengan nilai-nilai agama yang mereka anut.
11
Sedangkan pada kelompok non aktivis organisasi Islam, persepsi yang
terbentuk dari jawaban-jawaban para informan dapat dikategorikan ke dalam
jenis persepsi bersifat dugaan. Deddy Mulyana menjelaskan, persepsi bersifat
dugaan merupakan jenis persepsi di mana persepsi yang dibentuk, dilakukan
secara intuitif untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks. Pada kasus ini,
pembentukan persepsi yang dilakukan oleh kelompok non aktivis organisasi
Islam di atas didasarkan pada steretype bahwa perempuan berjilbab dan bercadar
selalu diidentikkan dengan hal-hal yang berbau religius, sehingga ketika mereka
menemui fenomena perempuan bercadar menonton konser metal, mereka akan
menganggap bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang salah dan keliru.
Selain itu, faktor lain yang membentuk persepsi kelompok non aktivis
organisasi Islam ini adalah faktor latar belakang budaya. Ditinjau dari latar
belakang pendidikan, lingkungan keluarga, dan pergaulan dari keempat
informan, diketahui keempat informan ini hidup di lingkungan yang jauh dari
orang-orang yang religius, membuat mereka memiliki pandangan yang berbeda
terhadap perempuan berjilbab dan bercadar. Sehingga, apa yang mereka
persepsikan tentang perempuan berjilbab dan bercadar hanya berdasarkan intuisi
tanpa bergaul langsung dengan perempuan berjilbab dan bercadar tersebut. Hal
ini juga diperkuat dengan pandangan dari keempat informan yang sebagian besar
dari mereka menganggap bahwa orang-orang yang mengikuti organisasi Islam
cenderung memiliki pemikiran yang radikal dan kaku.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan teori persepsi, maka dapat diketahui bahwa kelompok informan
aktivis organisasi Islam memberikan respon positif terhadap artikel bertema jilbab
dan cadar yang ada pada media alternatif Mojok.co. Mereka menilai bahwa pesan-
pesan yang ada di dalam artikel bertema jilbab dan cadar membawa pesan yang
baik karena ingin menunjukkan kepada khalayak bahwa perempuan muslim yang
berjilbab dan bercadar bisa menekuni hobi dan passion tanpa terhalang jilbab dan
cadar yang mereka kenakan. Sedangkan kelompok informan non aktivis
12
organisasi Islam tidak dapat merespon isi pesan yang ada pada artikel bertema
jilbab dan cadar di Mojok dengan positif. Menurut mereka sebaiknya perempuan
berjilbab dan bercadar tidak melakukan hal-hal di luar koridor mereka sebagai
perempuan muslim.
Adanya perbedaan persepsi dari kedua kelompok informan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti latar belakang, pengalaman, dan pandangan dunia.
Kondisi latar belakang kelompok informan aktivis organisasi Islam yang berada di
lingkungan agamis dan memiliki banyak pengetahuan tentang agama, membuat
kelompok informan ini dapat menjelaskan pandangan mereka terhadap artikel
dengan menggunakan sudut pandang hukum serta aturan dalam agama Islam.
Sedangkan jika ditinjau dari faktor pengalaman, diskusi isu-isu keagamaan yang
sering dilakukan aktivis organisasi Islam membuat mereka memilki pemikiran
yang lebih terbuka dan dapat memandang sebuah masalah dari berbagai sudut
pandang.
Faktor yang paling mempengaruhi kelompok informan non aktivis
organisasi Islam dalam mempersepsi adalah pandangan dunia (setereotip) atau
persepsi yang bersifat dugaan, di mana persepsi yang terbentuk dilakukan secara
intuitif untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks. Sehingga persepsi yang
terbentuk bergantung pada nilai-nilai yang mereka anut dan pandangan dunia
terhadap perempuan berjilbab
Saran
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk penelitian
selanjutnya, diharapkan terdapat penelitian yang membandingkan persepsi dari
berbagai kelompok yang memiliki kriteria informan yang lebih spesifik, sehingga
persepsi dari kedua kelompok dapat dibandingkan dengan jelas. Selain itu
persepsi yang dibentuk oleh informan dalam penelitian ini bersifat kualitatif,
sehingga tidak bisa mewakili populasi. Diharapkan pada penelitian selanjutnya
terdapat penelitian yang membandingkan persepsi dua kelompok informan dengan
menggunakan metode kuantitatif. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik dengan
persepsi organisasi Islam internal maupun eksternal kampus, diharapkan dapat
13
menggali lebih spesifik organisasi mana yang akan diteliti, sebab masing-masing
organisasi memiliki karakteristik tersendiri, sehingga hasil penelitian juga menjadi
lebih jelas.
Daftar Pustaka
A.A, Waskito (2009). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Wahyu Media Akhmad, I. S. (2014). Komunikasi dan Komodifikasi Mengkaji Media dan Budaya
dalam Dinamika Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. Barnard, M. (2011). Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan
Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta: Jalasutra. Departeman Agama RI. (2004). Alquran dan Terjemahannya. Semarang: CV. Al
Waah. https://www.similarweb.com/website/mojok.co#overview diakses pada 17 Maret
2016 pukul 16: 54 WIB Moleung, L. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja RosdakaryaMulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Muthahari, M. (2003). Wanita dan Hijab. Jakarta: Lentera.Nurudin, (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo
PersadaSurya, Y. W. (2004). CITRA PEREMPUAN ISLAM KONTEMPORER:
Representasi Perempuan Islam dalam Sinetron Ramadhan. Journal Komunikasi Vol. 17/ No. 4, 67-81.
Sutiretna, N. (1997). Anggun Berjilbab. Bandung: Al-Bayan
14