diagram terner sistem zat cair tiga komponen.docx

40
DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN ( AQUADES, KARBON TETRAKLORIDA DAN ASAM ASETAT) INDRIANI WISNU SUSANTO PANJAITAN 1308105028 Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Bukit Jimbaran 2014 ABSTRAK Sistem zat cair tiga komponen menggunakan diagram terner dengan membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat pada campuran cairan dan menentukan kelarutan zat dalam pelarut. Diagram terner sistem zat cair tiga komponen dengan menggunakan metode titrasi untuk memisahkan kedua campuran yang terlarut sempurna dan tidak terlarut yang akan menimbulkan kekeruhan. Percobaan dilakukan untuk mengukur kelarutan homogen dan heterogen tiga komponen dalam zat cair menggunakan diagram terner. Dua larutan saling melarutkan membentuk fase tunggal, yang tidak salingmelarutkan membentuk daerah berfase dua. Percobaan pertama menggunakan aquades dan CCl4 yang di titrasi menggunakan asam asetat sedangkan percobaan kedua menggunakan CCl 4 dan asam asetat yang di titrasi menggunakan aquades. Perbandingan dari setiap percobaan menggunakan 5 buah erlenmeyer yaitu 1:9, 3:7, 5:5, 7:3, 9:1. Dari hasil data diperoleh variasi fraksi mol yang didapat padaperbandingan A:C yaitu kelarutan A (I=24,21%, II=75,19%, III=88,10%, IV=95,04, V=97,2), Fraksi mol didapat kelarutan B (I=23,43%,

Upload: ihsan-pranata

Post on 28-Sep-2015

994 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN( AQUADES, KARBON TETRAKLORIDA DAN ASAM ASETAT)INDRIANI WISNU SUSANTO PANJAITAN1308105028Jurusan KimiaFakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas UdayanaBukit Jimbaran2014ABSTRAKSistem zat cair tiga komponen menggunakan diagram terner dengan membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat pada campuran cairan dan menentukan kelarutan zat dalam pelarut. Diagram terner sistem zat cair tiga komponen dengan menggunakan metode titrasi untuk memisahkan kedua campuran yang terlarut sempurna dan tidak terlarut yang akan menimbulkan kekeruhan. Percobaan dilakukan untuk mengukur kelarutan homogen dan heterogen tiga komponen dalam zat cair menggunakan diagram terner.Dualarutansalingmelarutkanmembentukfasetunggal, yangtidak salingmelarutkan membentuk daerah berfasedua.Percobaan pertama menggunakan aquades dan CCl4yang di titrasi menggunakan asam asetat sedangkan percobaan kedua menggunakan CCl4dan asam asetat yang di titrasi menggunakan aquades. Perbandingan dari setiap percobaan menggunakan 5 buah erlenmeyer yaitu 1:9, 3:7, 5:5, 7:3, 9:1.Dari hasil data diperoleh variasi fraksi mol yang didapat padaperbandingan A:C yaitu kelarutan A (I=24,21%, II=75,19%, III=88,10%, IV=95,04, V=97,2), Fraksi mol didapat kelarutan B (I=23,43%, II=18,89%, III=9,06%, IV=4,59, V=1,15), Fraksi mol didapat kelarutan C (I=52,34%, II=5,90%, III=2,83%, IV=3,50, V=1,55).Dari hasil data diperoleh variasi fraksi mol yang didapat padaperbandingan B:C yaitu kelarutan A (I=55,17%, II=27,77%, III=33,33%, IV=6,66, V=74,34), Fraksi mol didapat kelarutan B (I=3,44%, II=5,55%, III=22,22%, IV=33,33, V=21,58), Fraksi mol didapat kelarutan C (I=41,37%, II=66,66%, III=44,44%, IV=60, V=4,07).Kata Kunci : Diagram terner, tiga komponen, kelarutanPENDAHULUANSistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat zat lain dalam suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh perubahan temperatur, tekanan serta konsentrasi zat tersebut sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak hanya dalam komposisi kimia dalam keadaan fisiknya. Derajat kebebasan sistem adalah bilangan terkecil dari variabel intensif yang harus dispesifikasikan untuk mengepaskan nilai dari semua variabel intensif yang tersisa (Nawazir, 2012)Dua fase dalam kesetimbangan harus selalu bertemperatur sama dan tekanan yang sama, tetapi tidak terpisah oleh dinding keras atau oleh suatu antar permukaan yang memiliki lengkung berarti. Sembarang zat yang dapat lalu-lalang dengan bebas diantara kedua fase itu harus memiliki potensial kimia yang sama didalamnya. Kriteria penting bagi kesetimbangan ini yang dinyatakan oleh sifat-sifat intensif T, p dan , langsung menuju kepada aturan fase wiiliard gibbs (Purba, 2000)Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs, jumlah terkecil perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai:V = C P + 2Dengan :V = jumlah derajat kebebasanC = jumlah komponenP = jumlah fasaKesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :V = 3 PJika dalam sistem hanya terdapat satu fasa maka V = 2 berarti untuk menyatakan suatu sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, V = 1; berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa minimum = 1), maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni.Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan, contohnya ada tiga zat cair A,B dan C. Larutan B tidak larut dalam air karena B bersifat nonpolar sedangkan untuk Latutan C sedikit larut dalam air. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling larut A dan B. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat digambarkan pada suatu diagram terner (Putranto, 2009).Campuran yang terdiri atas tiga komponen, komposisi (perbandingan masing-masing komponen) dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yang disebut dengan Diagram Terner. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga (Dogra, 2009).Konsentrasi dapat dinyatakan dengan istilah persen berat atau fraksi mol. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C=3) sesuai dengan XA + XB + XC = 1. Diagram fasa yang digambarkan segitiga sama sisi, menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah jarak ke sebuah titik di dalam segitiga itu, yang dapat diambil sebagai satuan panjang. Tiap sudut segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni.Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan) atau fraksi mol (untuk gas). Diagram tiga sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya. Untuk menentukan letak titik dalam diagram segitiga yang menggambarkan jumlah kadar dari masing- masing komponen dilakukan sebagai berikut.Gambar 2.1Titik A, B dan C menyatakan komponen murni. Titik-titik pada sisi AB, BC dan AC menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga menyatakan fraksi dari tiga komponen.Gambar 2. 2Titik P menyatakan suatu campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z. (Putranto, 2009).Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C = 50%. Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah didalam lengkungan adalah daerah dua fasa.Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini ialah dengan cara menambah zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi dua larutan konjugat terner. Suatu sistem tiga komponen mempunyai perubahan komposisi yang bebas, sebut saja X2dan X3, jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat dialurkan dalam koordinat carles dengan X2pada salah satu sumbunya dan X3pada sumbu yang lain yang dibatasi oleh garis X2+ X3= 1, karena X itu tidak simetris terdapat 3 komponen, biasanya di alurkan pada suatu segi tiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan suatu komponen murni. (Dogra, 2009).MATERIDAN METODEBahanBahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades, CCl4, dan asam asetat.PeralatanPeralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu bertutup 100 mL, labu Erlenmeyer 250 mL, buret 50 mL, neraca Westphal, thermometer (10-100).Metoda PenelitianDalam labu erlenmeyer bertutup yang bersih dan kering, dibuat lima macam campuran cairan A dan C yang saling larut dengan komposisi sebagai berikut :Labu 1 2 3 4 5mL A 1 3 5 7 9mL C 9 7 5 3 1Pengukuran volume dilakukan dengan buret. Untuk tiap labu, labu kosong ditimbang terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan cairan A dan ditimbang lagi, kemudian ditambahkan cairan C dan ditimbang sekali lagi.Tiap campuran dalam labu 1 sampai dengan 5 dititrasi dengan zat B sampai tepat timbul kekeruhan kemudian dicatat jumlah volume zat B yang digunakan. Titrasi dilakukan dengan perlahan-lahan. Kemudian setiap labu ditimbang sekali lagi untuk menentukan massa cairan B dalam setiap labu.Tahap 1 dan 2 diulangi lagi dengan penggunaan cairan B dan C dan dititrasi dengan cairan A.Keterangan:Percobaan I = A = Aquades, B = CCl4, C = Asam asetatHASIL DAN PEMBAHASANHasil pada diagram terner merupakan cerminan dari komposisi kesetimbangan dan zat cair. Diagram ini merupakan alat yang menunjukkan kemurnian suatu campuran zat. Dalam material fasa yang dinyatakan berdasarkan struktur mikro (struktur dan komposisi) yang homogen dari suatu area yang terdapat di dalam material tersebut.Praktikum kelarutan zat ini bertujuan untuk mengetahui berapa perbandingan pelarut yang harus ditambahkan sehingga dapat melarutkan suatu zat, sehingga didapatkan perbandingan komponen yang mempunyai efisiensi yang besar, baik dari segi banyaknya zat yang dibutuhkan ataupun dari segi sifat zatnya sendiri.Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam campuran. Metode yang digunakan ialah metode titrasi. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen dalam campuran tersebut. Pada praktikum dicampurkan tiga komponen berfasa cair (aquades, CCl4dan asam asetat). Ditemukan suatu kecenderungan bahwa semakin banyak volume air yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer maka semakin banyak pula volume titran (CCl4) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran asam asetat dengan air menjadi keruh. Asam asetat dapat sedikit larut dalam aquades, berbeda dengan aquades dan asam asetat, dimana CCl4tidak larut dalam air, karena bersifat nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam campuran air yang bersifat polar. Larutan CCl4berfungsi sebagai emulgator karena CCl4larut dalam asam asetat.Oleh karena itu ditambahkan CCl4yang berfungsi sebagai emulgator karena etanol larut dalam air. CCl4yang awalnya berikatan dengan asam asetat akan terpisahkan dan berikatan dengan air. Hal ini disebabkan karena sifat asam asetat yang tidak melarut dengan air sehingga asam asetat yang mulanya berikatan dengan CCl4akan terlepas dan terpisah membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh. Karena kemampuannya yang dapat melarut dengan air dan juga asam asetat, maka CCl4dikenal sebagai pelarut yang bersifat semipolar.Percobaan dibagi menjadi 2 yaitu percobaan titrasi pertama dimana titrat yang digunakan adalah aquades dan asam asetat, serta CCl4sebagai titran sedangan percobaan titrasi kedua titrat yang digunakan adalah CCl4dan asam asetat, serta aquades sebagai titran. Titik akhir titrasi telah tercapai dengan terbentuknya larutan keruh yang menandakan telah terpisahnya komponen-komponen campuran dari larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner terkonjugasi.Titrasi dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali pada masing-masing erlenmeyer, yakni mencampurkan aquades dengan CCl4dengan perbandingan yang berbeda-beda. Kecepatan kekeruhan yang timbul pada labu tidak bertahap sesuai dengan kadar air yang terkandung pada masing-masing labu. Semakin banyak asam asetat yang dicampurkan dengan aquades maka semakin banyak pula CCl4yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Jadi asam asetat dapat menaikan kelarutan CCl4dalam air. Dengan kata lain, volume aquades yang digunakan untuk mencapai titik kekeruhan mengalami kenaikan dan penurunan yang acak. Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan yang telah diperoleh semakin banyak aquades yang digunakan dan volume yang diperlukan semakin sedikit, maka aquades yang digunakan semakin sedikit.Saat penambahan larutan dengan komposisi CCl4terbanyak dan air terbanyak terjadi dua lapisan pada larutan. Lapisan atas merupakan campuran dari air dan asam asetat dan lapisan bawah adalah CCl4. Berdasarkan hasil perhitungan, untuk membuat suatu kurva kelarutan tiga komponen zat cair tersebut dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi digunakan faraksi mol. Tiap sudut segitiga itu menggambarkan suatu komponen murni. Titik yang menyatakan campuran terner dengan komposisi x% mol A, y% mol B dan z% mol C. Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut. Larutan yang mengandung dua komponen yang saling larut sempurna akan membentuk daerah berfase tunggal, misalnya pada campuran air dan asam asetat maupun CCl4, sedangkan untuk komponen yang tidak saling larut sempurna atau larut sebagian membentuk daerah dua fase yakni antara aquades dengan asam asetat.SIMPULAN DAN SARANSimpulanPada praktikum ini, diketahui bahwa dua komponen larutan yang saling melarutkan akan membentuk fase tunggal dan yang tak saling melarutkan akan membentuk daerah berfase dua. Semakin sedikit volume air dan semakin banyak volume asam asetat pada percobaan 1 maka semakin banyak volume titran (CCl4) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran tersebut. Semakin banyak volume CCl4dan semakin sedikit volume asam asetat pada percobaan 2 maka semakin sedikit volume titran (aquades) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran tersebut.Kelarutan dari zat dalam pencampuran dapat dinaikan atau diturunkan dengan melihat perbandingannya dari diagram terner. Pencampuran zat akan homogen (saling melarutkan) jika komposisinya sesuai perbandingan, apabila komposisi salah satunya melebihi maka akan terjadi pencampuran heterogen.Percobaan 1 yaitu campuran aquades, CCl4,dan asam asetat sedangkan percobaan 2 yaitu campuran CCl4,asam asetat dan aquades merupakan sistem 3 komponen yang dapat campur sebagian dan dapat digambarkan dalam diagram terner. Aquades dan asam asetat bercampur sempurna, asam asetat dan CCl4hanya tercampur sebagian saja atau bahkan tidak tercampur. Hal tersebut dikarenakan aquades bersifat polar, asam asetat bersifat semi polar, dan asam asetat bersifat non polar.Titik akhir titrasi ditandai adanya kekeruhan karena telah terjadi perbedaan fase campuran yaitu pada campuran yang menandakan kelarutan dari cairan berkurang dan menunjukkan telah terpisahnya komponen-komponen campuran larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner terkonjugasi.SaranPerlu dilakukan percobaan diagram terner sistem zat cair tiga komponen lebih lanjut dengan menggunakan zat-zat cair lainnya agar diperoleh berbagai variasi data.UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada tim laboratorium kimia fisika, asisten dosen dan semua pihak yang membantu dan terlibat dalam percobaan ini, sehingga laporan ini dapat terselesaikan.DAFTAR PUSTAKADogra. 2009.Kimia Fisik Dan Soal Soal. Bandung: Erlangga.Kanginan, Marten. 1991.Seribu Pena Fisika SMU Kelas 2. Erlangga: JakartaNawazir. 2012.Pengertian Zat Cair. Sumber :http://ilmualambercak. blogspot.com/2013/03/diagram-terner sistem-zat-cair-tiga.html, diakses tanggal 20 November 2013.Putranto, Dody. 2009.Unsur, Senyawa, Campuran, Larutan, Koloid dan Suspensi. Sumber: http:/kimia dahsyat. blogspot.com, diakses pada tanggal 20 November 2013.Purba, Michael. 2000.Kimia Kelas 2 SMU. Jakarta : Erlangga3. A. Alberty dan F. Daniels. 1983. Kimia Fisika. Erlangga: JakartaSmallsam R.E, Bishop R.J,. 2000.Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material.Erlangga: JakartaTim Laboratorium Kimia Fisika. 2014.Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Jurusan Kimia.FMIPA. Universitas Udayana: Bukit Jimbaran.

DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONENA.A Sagung Desy Dwi MartayaniJurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit JimbaranABSTRAKDiagram Terner merupakan suatu diagram fasa berbentuk segitiga sama sisi dalam satu bidang datar yang dapat menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa. Dalam percobaan ini telah dilakukan eksperimen tentang diagram terner sistem zat cair tiga komponen dari campuran air aseton dan benzene serta campuran benzene aseton dan air dengan berbagai variasi volume dalam suatu fasa cair yang dapat saling melarut. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam suatu campuran cairan tertentu. Prinsip kerja dari eksperimen ini adalah pemisahan suatu campuran yang terdiri dari dua komponen cair yang saling melarut sempurna. Eksperimen ini meliputi penentuan presentase fraksi mol suatu cairan dengan metode titrasi. Metode titrasi ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna dititrasi dengan zat yang tidak larut dengan campurantersebut.Hasilpercobaan menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan makin banyak volume titran yang diperlukan seiring meningkatnya perbandingan suatu komponen zat. Campuran akan mengalami kekeruhan jika salah satu cairan terpisah dan menyebabkan terbentuknya dua lapisan.Kata kunci: Diagram terner, fraksi mol, kepolaran, campuran tiga komponen, titrasi

PENDAHULUANSuatu fase didefinisikan sebagai bagian system yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan tidak dapat bercampur, tetapi dapat membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yanghomogen. Symbol umum untuk fase biasanya adalah P.Berbicara tentang komponen, komponen merupakan suatu hal yang biasanya terdapat didalam suatu campuran, baik cairan, padat maupun gas. Jumlah komponen-komponen dalam suatu system didefinisikan sebagai jumlah minimum dari variable bebas pilihan yang dibutuhkan untuk menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu system. Jumlah komponen didalam suatu campuran dilambangkan dengan C.Jumlah minimum variable intensif yang harus dipilih agar keberadaan variable intensif dapat ditetapkan, disebut denganDerajat Kebebasan. Jumlah minimum variable intensif dapat berupa temperature, tekanan, konsentrasi. Untuk derajat kebebasan yang invariant dilambangkan dengan V=0, bila univarian dilambangkan dengan V=1, dan bila bivarian dilambangkan dengan V=2. Namun, secara umum derajat kebebasan dilambangkan dengan V atauF.Aturan fase Gibb memberikan suatu hubungan antar derajat kebebasan dalam suatu system dengan C komponen dan P fase. Hubungan tersebut dapat dinyatakan ke dalam sebuah rumus umum, yaitu:V = C P + 2Di dalam bukuS.Dograrumus untuk derajat kebebasan Gibb dinyatakan ke dalam:F = C P + 2.Menurut aturan fase, derajat kebebasan untuk system 3 komponen diberikan dengan rumus:F = C P + 2 = 5 PDan jikalau system tersebut berada dalam suhu dan tekanan yang konstan maka persamaan tersebut akan menjadi: F = 3 PUntuk suhu dan tekanan yang tetap, system dengan 3 komponen akan memiliki jumlah derajat kebebasan Gibb maksimum = 2. Hal ini dikarenakan jumlah fase minimum yang terbentuk adalah 1 fase (saling melarutkan dan homogen). Diagram fase ini dapat kita gambarkan dalam sebuah diagram fase satu bidang. Dimana dalam menggambarkan system 3 komponen dapat dilakukan dengan mendapatkan sebuah kertas grafik segitiga atau yang kita kenal dengan istilah Diagram Terner.Konsentrasi dapat dinyatakan ke dalam % berat atau fraksi mol. Puncak-puncak dihubungkan ke titik tengah dari sisi yang berlawanan, yaitu Aa, Bb, Cc. Titik nol dimulai dari titik a, b, c dan titik-titik A, B, C menyatakan komposisi 100% atau 1. Jadi garis Aa, Bb, Cc merupakan konsentrasi dari zat A, B, dan C. Dan untuk lebih lanjut, segitiga yang terbentuk adalah segitiga sama sisi, jumlah jarak-jarak garis tegak lurus dari sembarang titik di dalam segitiga ke sisi-sisi adalah konstan dan sama panjang garis tegak lurus antara sudut dan pusat dari sisi berlawanan , yaitu 100% atau 1.Di dalam membuat diagram pase, biasanya di dalam pencampuran komponen A, B dan C ada komponen A-B dan B-C yang saling melarutkan, tetapi A-C tidak bias saling melarutkan. Ini menyebabkan pada diagram terner terdapat daerah kritis dimana kondisi titik tersebut menunjukkan bahwa suatu larutan dari tidak melarut menjadi tepat melarut dengan komponen lainnya.Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang bebas,katakanlah X2dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat dialurkan dalam koordinat cartesius dengan X2pada salah satu sumbunya, dan X3pada sumbu yang lain dengan dibatasi garis X2+X3=1.Karena X tidak simetris terhadap ketiga komponen, komposisi dialurkan pada suatu segitiga sama sisi dengan setiap sudutnya menggambarkan suatu komponenmurni.Bagisuatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik didalam segitiga ketiga sisinya sama dengan tinggi segitiga tersebut. Jarak antara setiap sudut ke tengah tengah sisi dibagi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam persen. Untuk memperoleh titik tertentu dilakukan dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi segitiga.[4]Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi mol. sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan paling banyak.Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dantemperatur.Dalameksperimen ini, metode titrasi digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna.MATERI DAN METODEBahanBahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah air (aquades), aseton, dan benzene.PeralatanPeralatan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah labu bertutup 100 ml, labu Erlenmeyer 250 ml, buret 50 ml, neraca Westphal, thermometer (10-100oC).Prosedur PengerjaanKedalam labu Erlenmeyer yang bersih, kering dan bertutup, dibuat 5 macam campuran cairan A (akuades) dan C (aseton) yang saling larut. Dengan komposisi sebagai berikut :Labuke -AquadesAseton

11 ml9 ml

23 ml7 ml

35 ml5 ml

47 ml3 ml

59 ml1 ml

Tahap 1.Semua pengukuran dilakukan denganburet.Untuksetiap labu, ditimbang dengan kondisi kosong terlebih dahulu.Kemudian ditambahkan cairan A (Air) dan ditimbang lagi, kemudian ditambahkan dengan cairan C (aseton) dan ditimbang lagi. Dengan demikian, massa cairan A dan C diketahui untuk setiap labu.Tahap 2.Setiap campuran dalam labu 1 sampai dengan 5 dititrasi dengan zat B (benzene) sampai tepat timbul kekeruhan dan volume jumlah zat B yang digunakan dicatat.Titrasi dilakukan dengan perlahan-lahan.Setiap labu ditimbang sekali lagi untuk menentukan massa cairan B dalam setiap labu.Tahap 3.Tahap 1 dan 2 diulangi dengan menggunakan cairan B (benzene) dan C (aseton) dengan penambahan cairan A (air) sebagai titran.Tempat PengerjaanKeseluruhan eksperimen yang dilakukan ini dilakukan dalam Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Udayana.HASIL DAN PEMBAHASANDiagram Terner merupakan suatu diagram fasa berbentuk segitiga sama sisi dalam satu bidang datar yang dapat menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa. Pada eksperimen ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner sistem zat cair tiga komponen dengan metode titrasi.Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menggambarkan kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan tertentu. Prinsip fundamental eksperimen ini adalah pemisahan suatu campuran yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna.Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam campuran tersebut. Teknik pemisahan ini juga berkaitan dengan kepolaran dari komponen-komponen zat itu, seperti halnya prinsiplike-dissolve-like.Suhuawal dan suhu ruangan laboratorium kimia fisika universitas udayana sebesar 30oC.Analisis Data PengamatanDalam eksperimen ini dilakukan dalam dua percobaan. Percobaan pertama cairan yang digunakan adalah ampuran air (aquadest) dan aseton sebagai titrat dititrasi hingga keruh dengan benzene sebagai titran. Adapun hasil pengamatan dari percobaan 1 dapat dilihat pada tabel 1 berikut :Tabel 1. Hasil pengamatan percobaan 1Perbandinganvolume zatA : CMassa Erlenmeyer kosong(gram)Massa Erlenmeyer +Zat A (air)(gram)Massa Erlenmeyer + Zat A (air) + Zat C (aseton) (gram)Vol.Titran zat B (benzene)(ml)Massa Erlenmyer setelah titrasi(gram)

1 : 9157,75157,75165,604,60169,36

3 : 7138,54138,54144,131,60145,47

5 : 5114,15114,15123,060,40123,26

7 : 3161,06161,06163,470,50163,65

9 : 1162,87162,87163,482,40165,23

Melalui tabel 1 terlihat bahwa dilakukan variasi perbandingan volume antara air dengan aseton. Ditemukan suatu kecendrungan bahwa semakin banyak volume air yang dimasukkan kedalam Erlenmeyer maka semakin sedikit volume titran (benzene) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran air dengan aseton hingga menjadi keruh. Sedangkan semakin banyak volume aseton yang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer maka semakin banyak volume titran (benzene) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran air dengan aseton menjadi keruh.Kesetimbangan selain dipengaruhi oleh suhu dan tekanan juga dipengaruhi komposisi sistem. Dalam hal ini, air dan aseton memiliki daya saling larut yang tinggi. Hal ini disebabkan karenasifat kepolaran antara masing-masing komponen zat tersebut. Yaitu air bersifat polar dan aseton bersifat semi polar. Sesuai prinsiplike disolve likekomponen dengan sifat kepolaran serupa akan melarutkan sesamanya. Penambahan benzene yang memiliki sifat kepolaran non-polar, mengakibatkan perubahan komposisi sistem tersebut.Hasil tersebut diperoleh karena antara air (H2O) dengan aseton dapat saling berikatan.Molekul air pada bagian gugus OH membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan molekul aseton dari gugus karbonilnya. Ketika titrasi dengan benzene dilakukan, terjadi pemisahan diantara campuran air dengan aseton, hal ini dikarenakan aseton dengan benzene dapat saling berikatan. Dimana akan menyebabkan sebagian besar benzene berikatan sendiri dan akan terpisah dari campuran air dengan asam asetat serta membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh.Pada percobaan kedua cairan yang digunakan adalah campuran benzene dan aseton yang digunakan sebagai titrat dan ditrasi dengan air sebagai titran. Adapun hasil pengamatan dari percobaan 2 dapat dilihat pada tabel 2 berikut :Tabel 2. Hasil pengamatan percobaan 2Perbandinganvolume zatB : CMassa Erlenmeyer kosong(gr)Massa Erlenmeyer + benzene (gr)Massa Erlenmeyer + benzene + aseton(g)Vol.Titran (akuades)(ml)Massa Erlenmeyer setelah titrasi(g)

1 : 9157,69158,27164,984,40169,26

3 : 7137,55140,01145,470,90146,35

5 : 5114,89119,09122,930,30123,56

7 : 3153,84159,86162,190,40162,52

9 : 1154,6161,76162,551,30163,75

Berdasarkan tabel 2 dilakukan variasi perbandingan volume antara benzene dengan aseton seperti halnya pada percobaan 1. Ditemui suatu kecendrungan bahwa semakin banyak volume benzene dan semakin sedikit volume aseton yang dimasukkan kedalam erlenmeyer maka semakin sedikit volume titran (akuades) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran benzene dengan aseton menjadi keruh. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran yakni akuades bersifat polar sedangkan aseton bersifat semipolar. Dari percobaan, cairan B dan C mampu melarut dengan baik. Ketika titrasidilakukan, terjadi pemisahan diantara campuran benzene dengan aseton, hal ini dikarenakan aseton membentuk ikatan hidrogen yang lebih kuat dengan molekul air pada bagian OH. Hal ini menyebabkan benzene yang mulanya berikatan dengan aseton akan terlepas dan terpisah membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh. Karena kemampuannya yang dapat melarut dengan benzene dan juga air, maka aseton dikenal sebagai pelarut yang bersifat semipolar.Pengolahan DataDari hasil percobaan dapat ditentukan presentase fraksi mol ketiga komponen cairan dapat dicari dengan persamaan berikut:; ;; ;Keterangan :X = fraksi mol zat (%)n = mol zat (%)m = massa zat (gram)Mr = massa molekul zat (gram/mol).KESIMPULAN1. Campuran air aseton benzene dan campuran benzene aseton air merupakan sistem 3 komponen yang dapat campur sebagian dan dapat digambarkan dalam diagram terner.2. Tingkat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi kelarutan zat tersebut dengan zat lainnya3. Titik akhir titrasi air dan aseton dengan benzene serta titik akhir titrasi benzene dan aseton dengan air di tandai dengan timbulnya kekeruhan.4. Semakin banyak volume air dan semakin sedikit volume aseton pada percobaan 1 maka semakin sedikit volume titran (benzene) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran tersebut. Serta semakin banyak volume benzene dan semakin sedikit volume aseton pada percobaan 2 maka semakin sedikit volume titran (air) yang diperlukan untuk mentitrasi campuran tersebut.5. Penambahan benzene pada larutan air dan aseton serta penambahan air pada larutan benzene dan aseton pada komposisi yang berbeda menyebabkan perubahan daya saling larut antara kedua zat tersebut.DAFTAR PUSTAKALevine, Adam. 2011.Diagram Terner Sistem Zat Cair Tiga Komponen. London : Chapmann and HallDedi, et al. 2011.Laporan Praktikum Kimia Fisika Terapan II. Bandung: Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri BandungDogra. 2009.Kimia Fisik Dan Soal Soal. Bandung: ErlanggaFessenden andFessenden.1999.Kimia Organik. Jakarta: ErlanggaTim laboratorium Kimia Fisika. 2013.Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jurusan Kimia, FMIPA, universitas Udayana: Bukit Jimbaran

Sistem Terner Cair-Cair

I. Tujuan dan Prinsip PercobaanA. Tujuan Praktikum1. Menggambarkan diagram sistem terner cair-cair, air kloroform-asam cuka.2. Menentukan garis dasi (tie line).

B. Prinsip PercobaanPrinsip percobaan dari percobaan ini adalah didasarkan pada hubungan kelarutan dari sistem 3 komponen yaitu kloroform (CHCl3), asam asetat (CH3COOH), dan air (H2O), dengan menentukan massa jenis dari masing-masing sampel.

II. TeoriEkstraksi cair/cair (LLE) merupakan proses pemisahan fisika, yang memisahkan konstituen larutan melalui kontak dengan cairan lain yang tidak saling larut. Konstituen tersebut tidak akan berubah secara kimiawi. Penerapan ekstraksi cair/cair terutama dilakukan untuk mengolah fenol dari air limbah seperti pada industri pengilangan minyak, coke-oven, dan resin fenolik. Pelarut yang biasa digunakan antara lain benzen, toluen, isopropyl ether, dan methyl isobutyl ketone. Fenol yang telah berpindah ke fase pelarut dapat diambil lagi dengan menggunakan kostik soda (Kusumastuti, 2007)

Diagram kesetimbangan fase adalah suatu kurva yang mencatat pengaruh suhu, tekanan, komposisi dan jumlah fase yang ada dalam suatu sistem kesetimbangan. Jumlah dan jenis fase yang ada pada beberapa kondisi tergantung dari jenis dan sifat senyawa organik yang ada didalamnya. Bila kondisi tekanan konstan, atau efek tekanan dapat diabaikan, maka kesetimbangan cair-cair sistem biner dapat lebih mudah digambarkan dalam suatu diagram kelarutan, yaitu plot antara T vs x1. Kurva-kurva binodal yang ada menunjukkan adanya komposisi-komposisi dari fase yang timbul bersamaan. Komposisi pada campuran tiga komponen atau sistem terner ditampilkan dalam bentuk diagram segitiga sama sisi dengan satuan tinggi yang equivalent dengan jumlah komposisinya. Komposisi masing-masing fase dalam kesetimbangan dihubungkan dengan suatu garis yang disebut dengan tie lines atau connodals. Sistem terner tipe satu memiliki satu pasang zat yang tidak saling larut (immiscible) dan dua pasang zat yang saling larut (miscible). Untuk kesetimbangan sistem terner dari campuran water + propanoic acid + methyl ethyl ketone merupakan sistem tipe satu( Wardhono,2009)

Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, maka F = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram terner(Anonim,2003)

Untuk sistem tiga komponen, F = 5 P, sehingga variasinya dapat mencapai 4. Dengan menjaga temperatur dan tekanan tetap, masih ada dua derajat kebebasan (fraksi mol dan komponen). Salah satu cara terbaik untuk memperlihatkan variasi kesetimbangan fase dengan sistem komposisi digunakan diagram fase segitiga. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C= 3) sesuai denganXA + XB + XC = 1Diagram fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah jarak ke sebuah titik di dalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisi-sisinnya sama dengan panjang pada sisi segitiga itu yang dapat diambil sebagai satuan panjang (Atkins, 1999).

Tatanama, sebuah ketentuan untuk penamaan, adalah hal krusial dalam ilmu pengetahuan. Penamaan bisa berlaku pada senyawa biner, komponen bisa termasuk dua macam-macam atom atau unsur. Banyak senyawa yang melebihi dari dua macam unsur. Senyawa yang mengandung tiga macam unsur yang tidak sama, biasa disebut senyawa terner(Robinson, et al, 1997).

III. Metode PraktikumA. Alat dan bahan yang digunakanAlat alat yang digunakan pada praktikum ini adalaha) Buret 50 mlb) Botol timbangc) Erlenmeyer 250 mld) Termosfate) Statif dan klemf) Batang pengadukg) Gelas ukur 10 ml 100 mlh) Gelas kimia 100 mli) Pipet tetesj) Karet isapk) Pipet volume 25 mlBahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalaha) Kloroform (CHCl3)b) Asam asetat 25, 40 dan 60 %c) Aquadesd) NaOH 0,2 Ne) Indikator phenolftalein

C.PembahasanFasa adalah bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan sub makroskopisnya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik, fasa disimbolkan dengan P. sedangkan komponen adalah jumlah minimum dari variable bebas pilihan yang dibutuhkan untuk mennggambarkan komposisi tiap fasa dari suatu sistem komponen dariberi simbol C. Pada pengamatan dengan membandingkan berat cairan dengan volume cairan, diperoleh dentitas cairan. Dentitas asam asetat, kloroform dan air secara berturut-turut adalah 0,033333 g/ml, 0,034398 g/ml, 1 g/ml. densitas atau massa jenis air, sehingga pada saat kloroform diambil dengan menggunakan pipet volume, cairan kloroform selalu ingin jatuh kebawah (keluar dari pipet volume).

Pada pengamtan terhadap pembentukan % berat asam asetat dalam air dengan % berat asetat yang berfariasi yakni 10 %, 25 %, 40 % dan 60 %, diperoleh volume kloroform yang berbeda-beda yakni 3,1 ml, 1,1 ml, 1,5 ml, dan 2,8 ml. hal ini disebabkan bahwa semakin besar % berat asam asetat yang digunakan, maka volume kloroform semakin kecil yang terpakai. Semakin besar % asam asetat yang digunakan dan volume airnya semakin sedikit, sehingga proses kekeruhan terjadi lebih lama, dan volume kloroform sebagai penitrasi yang terpakai juga semakin besar.

Pada pengamatan terhadap penentuan % berat asam setat dalam kloroform dengan berat asam asetat yang berfariasi, diperoleh volume air yangberbeda-beda pula. Hal ini menunjukan bahwa makin besar % berat asam asetat yang digunakan semakin kecil volume air yang terpakai. Begitupun juga sebaliknya, sehingga proses kekeruhan terjadi lebih lama, dan volume air sebagai penitrasi juga semakin besar. Pada pembentukan fraksi mol asam asetat dalam air, apabila % berat asam asetat ditingkatkan, fraksi mol asam asetat juga meningkat sedangkan fraksi mol air semakin menurun. Pada penentuan asam asetat dalam kloroform, pada saat % berat asam asetat ditingkatkan, fraksi mol kloroform semakin meningkat.

Pada penentuan garis dasi, dengan menggunakan % berat asam asetat, diperoleh fraksi mol kloroform berturut-turut 0,112858 , 0,094048 , 0,075238 , 0,050159 . Fraksi mol asam asetat yang diperoleh berturut-turut adalah 0,024975 , 0,062438, 0,0999 , 0,14985 . Sedangkan fraksi mol untuk air berturut-turut adalah 0,099222 , 0,083556 , 0,057444 , dan 0,146222 . Fraksi mol tersebut dihubungkan berdasarkan berat asam asetat pada diagram fasa tiga komponen sehingga garis dasi seperti pada grafik. Pada penentuan konsentrat asam asetat total, semakin besar % berat asam asetat yang digunakan, semakin sedikit juga volume yang digunakan dan semakin besar pula konsentrasi totalnya.

V. SimpulanSalah satu cara menggambarkan sistem terner cair-cair adalah dengan penggambaran diagram fasa tiga komponen. Dari diagram ini, dapat ditentukan sebuah garis dasi (tie line). Garis dasi menunjukkan keadaan dimana kesetimbangan komponen-komponen saat bercampur.

Daftar Pustaka

Anonim. 2003. Panduan Praktikum kimia Fisika, Laboratorium Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.JakartaAtkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid II Edisi Ke 4. Erlangga. Jakarta.Kusumastuti, A. 2007. Studi Komparasi Metode Ekstraksi Cair-cair dengan Metode Membran Cair Emulsi pada Pemulihan Fenol dari Air Limbah. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.Robinson, W.R.;Holtzclaw, J.D.;Holtzclaw, Jr, H.F. 1997. General chemistry Tenth edition. Houghton Mifflin Company. Boston, Newyork.Wardhono, E.Y. 2009. Liquid-Liquid Equilibrium Ternary System For Water + Propanoic Acid + Methyl. Jurusan Teknik Kimia , Fakultas Teknik, Untirta-Banten

laporan fisik Sistem TernerI. JUDUL PERCOBAANSistem Tiga Komponen Diagram Fase Sistem TernerII. TUJUAN PERCOBAAN1. Menggambarkan diagram fase system terner. System terner yang dimaksud adalah system yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur sebagian yaitu campuran klorofom-air dan asam asetat.2. Memperhatikan menentukan letak pleit point atau titik jalin pada diagram fasenya.III. LANDASAN TEORIUntuk sitem tiga komponen, derajat kebebasan, F = 3 P + 2 = 5 P. Untuk P = 1, ada 4 derajat kebebsan. Tak mungkin menyatakan system seperti ini dalam bentuk grafik yang lengkap dalam tiga dimensi,apalagi dalam dua dimensi. Oleh karena itu biasanya system dinyatakan pada sugu dan tekanan yang tetap, dan derajat kebebasan menjadi F = 3 P, jadi derajat kebebasannya paling banyak adalah dua, dan dapat dinyatakan dalam suatu bidang. Pada suhu dan tekanan tetap, variable yang dapat digunakan unutk menyatakan keadaan system tinggal yaitu Xa, Xb dan Xc yang dihubungkan melalui Xa + Xb + Xc =1. Komposisi salah satu komponen sudah tertentu jika dua komponen lainnya diketahui(Mulyani.2001.404)Untuk fasa tunggal bagi system tiga komponen terdapat 4 derajat kebebasan.F = C - D + 2= 3 - 1 + 2= 4(tempeatur dan tekanan susunan 2 dan 3 komponen)System tiga komponen sebenarnya banyak kemungkinannya dan yang paling umum. System 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang sebagian saling campur System tiga komponen yang terdiri atas dua komponene padat dan satu komponen cair (Sukardjo.1997.,274)Cara terbaik untuk menggambarkan system tiga komponen adalah dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dapat dinyatakan dengan istilah % berat atau fraksi mol. Puncak-puncak dihubungkan dengan titik tengah dari sisi yang berlawanan yaitu Aa, Bb, Cc. titik nol dimulai dari a, b ,c dan titk tengah A, B, C menyatakan komposisi adalah 100% atau 1. Jadi garis-garis Aa, Bb, Cc merupakan konsentrasi komponen A, B, dan C. Lebih lanjut segitiga adalah samasisi jumlah jarak-jarak garis tegak lurus dari sembarang titik dengan segitiga ke sisi-sisi adalah konstan dan sama dengan panjang garis tegak lurus antara sudut dan pusat dari sisi yang berlawanan, yaitu 100% atau satu(Dogra.2008.473).Pada ekstraksi dimana eluen maupun solven sedikit larut maka baik komponen dieluen maupun solven terdapat dikedua fase, yaitu fase ekstrak dan rafinat. Oleh karena itu data kesetimbangan harus menunjukkan hubungan ketiga komponen dikedua fase tersebut, atau dikenal dengan diagram terner(Anonim.2010).Dua fase dalam kesetimbangan harus selalu bertemperatur sama. Lebih dari itu harus bertekanan sama, asalkan tidak terpisah oleh dinding keras atau oleh suatu antar permukaan yang memiliki lengkung berarti. Akhirnya sembarang zat yang dapat lalu-lalang dengan bebas diantara kedua fase itu harus memiliki potensial kimia yang sama didalamnya. Kriteria penting bagi kesetimbangan ini yang dinyatakan oleh sifat-sifat intensip T, p dan , langsung menuju kepada aturan fase wiiliard gibbs (Konnerth.1993.157)Diagram fase merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Contoh khas diagram fase tiga komponen air, kloroform dan asam asetat. Dalam diagram fase bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk maupun keluar dari system ini (Anonim.2010).Asam asetat lebih suka pada air dibandingkan kloroform oleh karenanya bertambahnya kelarutan kloroform dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform. Penambahan asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa system bergerak kedaerah atau satu fase (fase tunggal). Namun demikian saat komposisi mencapai titik a3, ternyata masih ada dua lapisan maupun sedikit. Setelah penambahan asam asetat diteruskan, pada saat akan menjadi satu fase yaitu pada titik P. titik P disebut pleit point atau titik jalin yaitu semacam titik kritis (Tim Dosen.2010.14-15).IV. ALAT DAN BAHAN1. Alata. Buret 50 mL 2 buahb. Statif dan klem 2 buahc. Erlenmeyer 250 mL 5 buahd. Gelas ukur 5 mLe. Botol semprotf. Batang pengadukg. Neraca analitikh. Bunsen.i. Piknometer 100 mL2. Bahana) Kloroform (CH3COOH)b) Asam asetat glacial (CH3COOH)c) Aquadesd) TissueV. PROSEDUR KERJAa. Pengukuran massa jenis1. Membersihkan piknometer dan mengeringkannya dalam oven2. Mengukur berat kosong piknometer.3. Memasukkan air dalam piknometer sampai penuh dan kemudian menimbangnya.4. Mengulangi kegiatan diatas dengan mengganti air dengan kloroform dan asam asetat glassial.b. System tiga komponen1. Menyediakan buret yang bersih dan mongering (2 buah), mengisi masing-masing dengan aquades dan asam asetat glasial.2. Menyediakan labu Erlenmeyer 5 buah, masing-masing diisi dengan 3 mL, 4 mL, 6 mL, dan 7 mL kloroform mengerjakan satu persatu mengingat kloroform menguap dan toksik.3. Menambahkan masing-masing 5 mL aquades, mengocok sebentar, campuran akan membentuk dua lapisan.4. Menitrasi dengan asam asetat glacial sampai ke-2 lapisan membentuk satu fasa. Mencatat volume asam asetat glasial yang ditambahkan Menitrasi sebanyak 3 kali .5. Mengulangi untuk laba erlenmenyer kedua dan seterusnya.6. Membuat diagram fasa terner .VI. HASIL PENGAMATANSuhu kamar 30o C = 303 KMassa jenis air = 0,9991 g/mLMassa jenis kloroform = 1,4474Massa jenis as-asetat = 1,0463Zat Cair Volume (mL)I II III IV VKloroform 3 4 5 6 7Aquades 5 5 5 5 5CH3COOH 9,0 10,0 11,0 12,0 13,0

VII. ANALISIS DATADik Bj air = 0,9991 g/mLBj kloroform = 1,4474 g/mLBj as-asetat = 1,0463 g/mLMm air = 18 g/molMm kloroform = 119,5 g/molMm as-asetat = 60 g/moln=Xn=n air == 0,2775 mol1. Titrasi 1 (V kloro=3 mL dan V asam asetat =9,0 mL)n kloro= = 0,0363 moln asetat= = 0,1569 molntot= 0,2775 mol + 0,0363 mol + 0,1569 mol = 0,4707 molX air = = 0,5895X kloro = = 0,0770X asetat = = 0,33352. Titrasi II (V kloro=4 mL dan V asam asetat =10,0 mL)n kloro= = 0,0484 moln asetat= = 0,1744 molntot= 0,2775 mol + 0,0484 mol + 0,1744 mol = 0,5003 molX air = = 0,5547X kloro = = 0,0967X asetat = = 0,34863. Titrasi III (V kloro=5 mL dan V asam asetat =11,0 mL)n kloro= = 0,0616 moln asetat= = 0,1900 molntot= 0,2775 mol + 0,0616 mol + 0,1900 mol = 0,5291molX air = = 0, 5245X kloro = = 0, 1164X asetat = = 0, 35914. Titrasi 1 (V kloro=6 mL dan V asam asetat =12,0 mL)n kloro= = 0,0727 moln asetat= = 0,2072 molntot= 0,2775 mol + 0,0727 mol + 0,2072 mol = 0,5574 molX air = = 0,4974X kloro = = 0,1304X asetat = = 0,37175. Titrasi 1 (V kloro=7 mL dan V asam asetat =13,0 mL)n kloro= = 0,0847 moln asetat= = 0,2267 molntot= 0,2775 mol + 0,0847 mol + 0,2267 mol = 0,5889 molX air = = 0,4710X kloro = = 0,1438X asetat = = 0,3850Table fraksi molTitrasi X air X kloro X asetat1 0,5895 0,0770 0,33742 0,5547 0,0967 0,34863 0,5245 0,1164 0,35014 0,4974 0,1304 0,37175 0.4710 0,1438 0,3850

VIII. PEMBAHASANa. Penentuan massa jenisAlat yang digunakan untuk mengukur massa jenis dari larutan adalah piknometer. Piknometer ini dikeringkan untuk menghilangkan semua zat yang masih terdapat dalam piknometer. Apabila sudah benar-benar kering dan kosong, ditimbang berat kosongnya dan larutan yang akan diukur massa jenisnya dimasukkan dalam piknometer dan ditimbang massanya. Massa jenis dapat dihitung dari selisih massa setelah pengisian larutan dengan sebelum pengisisan larutan dibagi dengan volume piknometer. Dari hasil pengamatan diperoleh massa jenis air=0,991 g/mL, kloroform=1,4474 g/mL, asam asetat= 1,046 g/mL. dan suhu kamar pada saat itu 303 K. sedangakn menurut teori massa jenis air=0,0998 g/mL, kloroform= 1,4479, asam asetat= 1,047 pada suhu 298 K. perbedaan ini dapat disebabkan oleh suhu tempat mengukur dan kurang ketelitian dalam mengukur massa dari piknometer yang telah diisi larutan.b. System tiga komponenDalam system tiga komponen digunakan tiga jenis larutan yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, air(polar), Kloroform (nonpolar), dan asam asetat yang bersifat semipolar.ketiga zat ini digunakan karena hanya akan bercampur sebagian (menurut teori) sehingga digunakan bahan ini untuk membuktikan teori tersebut. Kloroform diukur dengan menggunakan pipet volume karena apabila menggunakan buret maka sebagian dari kloroform akan menguap, karena sifat dari kloroform yang sangat mudah menguap. Penambahan air dilakukan dengan menggunakan buret agar dapat dilakukan dengan teliti. Setelah larutan dicampur terbentuk dua lapisan yaitu air yang sifatnya polar pada bagian atas karena memiliki massa jenis yang lebih rendah (0,9991 g/mL) sedangkan kloroform yang bersifat nonpolar berada pada bagian bawah karena massa jenisnya lebih besar dari air yaitu 1,4474 g/mL.Campuran ini kemudian dititrasi dengan asam asetat glassial agar larutan ini menjadi satu fasa, karena asam asetat glassial bersifat semipolar sehingga dapat mencampurkan dua jenis larutan yang berbeda sifat menjadi satu fasa. Titrasi dihentikan saat larutan telah menjadi satu fase yang ditandai dengan dua lapisan tadi telah menjadfi satu/saling menyatu.Dari hasil analisis data diperoleh fraksi mol air,kloroform dan asam asetat dengan volume masing masing:Titrasi X airVolume X klorovolume X asetatvolume1 0,5895(5mL) 0,0770(3mL) 0,3374(9mL)2 0,5547(5mL) 0,0967(4mL) 0,3486(10mL)3 0,5245(5mL) 0,1164(5mL) 0,3501(11mL)4 0,4974(5mL) 0,1304(6mL) 0,3717(12mL)5 0.4710(5mL) 0,1438(7mL) 0,3850(13mL)Dari grafik terlihat bahwa fraksi mol aior menurun dengan meningkatnya volume kloroform yang digunakan dan berakibat pula pada penggunaan asam asetat yang semakin banyak. Hal ini menyebabkan fraksi mol Dario asam asetat dan kloroform yang semakin meningkat. Dari grafik terlihat bahwa titik plat point terdapat pada fraksi mol air 0,4710 kloroform 0,3850 dan air 0,1438 pada labu ke-5 (titrasi ke-5).IX. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan1) Titik plat point terjadi pada labu ke-5 dengan fraksi mol air 0,4710 kloroform 0,3850 dan air 0,14382) Massa jenis air pada suhu 303 K=0,9991g/ml3) Massa jenis kloroform pada suhu 303 K=1,4474g/ml4) Massa jenis asam asetat pada suhu 303 K=1,0364g/ml2. SaranSebaiknya mahasiswa harus teliti dalam mengukur massa piknometer dan menitrasi dan menitrasi larutan asam asetat glassial.

Daftar pustaka

Anonin.2010.Kesetimbangan Fasa dan Diagram Fasa.http://chem-is-try.comDogra.2008.Kimia Fisik Dan Soal-Soal.Erlangga.Bandung.Konneth.1993.Prinsip-Prisip Kesetimbangan Kimia Edisi Keempat.UI-press Jakarta.Mulyani,Sri.2004.Kimia Fisik I.UPI.JakartaSukardjo.1997.Kimia Fisika.Bineka Cipta.JogyakartaTim Dosen.2010.Penuntun praktikum Kimia Fisika I. FMIPA UNM.Makassar.