diagnostik holistiki

34
PENANGANAN PENYAKIT MORBILI PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA KELUARGA INTI (NUCLEAR FAMILY) DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING KELOMPOK VI ARANI NADHIRA 1102009039 PEMBIMBING: DR. dr. ARTHA BUDI SUSILA DUARSA, MKes KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA 1

Upload: sandri-ssandri

Post on 19-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

lj/k

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnostik Holistiki

PENANGANAN PENYAKIT MORBILI PADA ANAK

DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA

KELUARGA INTI (NUCLEAR FAMILY)

DI PUSKESMAS KECAMATAN

KELAPA GADING

KELOMPOK VI

ARANI NADHIRA 1102009039

PEMBIMBING:

DR. dr. ARTHA BUDI SUSILA DUARSA, MKes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

BAGIAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

APRIL 2014

1

Page 2: Diagnostik Holistiki

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan hasil studi kasus pasien dengan judul “PENANGANAN PENYAKIT

MORBILI PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA KELUARGA

INTI (NUCLEAR FAMILY) DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING” ini

telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu

tugas dalam Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, April 2014

Pembimbing,

DR. dr. Artha Budi Susila Duarsa, MKes

2

Page 3: Diagnostik Holistiki

KATA PENGANTAR

Assalammua`alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis

sehingga Laporan hasil studi kasus pasien dengan judul “PENANGANAN PENYAKIT

MORBILI PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK PADA KELUARGA

INTI (NUCLEAR FAMILY) DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING” ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan laporan hasil studi kasus pasien ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

tugas dalam Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, periode 17 Maret – 18 April 2014. Penulis juga

berharap agar laporan ini dapat berguna sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi

pembaca, terutama pengetahuan tentang Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai penanganan

penyakit dengan pendekatan secara holistik. Pasien dalam laporan hasil studi kasus ini adalah

salah satu pasien dari Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading ketika penulis ditugaskan di

puskesmas tersebut pada periode 17–28 Maret 2014.

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf

pengajar, serta orang-orang sekitar penulis yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. dr. Artha Budi Susila Duarsa, MKes selaku dosen pembimbing dan staf

pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

YARSI.

2. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

3. dr. Dini Widianti, MKK selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

4. Rifda Wulansari, SP, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

3

Page 4: Diagnostik Holistiki

5. dr. Yusnita, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

6. dr. Erlina Wijayanti, MPH selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

7. DR. Kholis Ernawati, SSi, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

8. dr. Dian Mardhiyah, MKK selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

9. dr. Citra Dewi, MKes selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

10. dr. H. Sumedi Sudarsono, MPH selaku staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

11. dr. Siti Rachmi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.

12. dr. Lidia Cristina selaku Koordinator Pendididkan Puskesmas Kecamatan Kelapa

Gading.

13. dr. Prayudi Andriyana, dr. Maria Lydia E. Hutagalung, serta seluruh staf dan

tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang telah memberikan

bimbingan dan masukan kepada penulis demi kelancaran penulisan laporan ini.

14. Rekan sejawat Kelompok 6 Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI periode 17

Maret – 18 April 2014 yang telah sama-sama berjuang dalam penyusunan laporan

hasil studi kasus pasien.

Kesadaran bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan hasil studi

kasus pasien ini dirasakan oleh penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini

dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Wassalammu'alaikum wr. wb.

Jakarta, April 2014

Penulis

4

Page 5: Diagnostik Holistiki

BERKAS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Usia : 66 tahun

Gender : Laki – Laki

Pendidikan : SMP

Agama : Islam.

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Tanah Merah No. 77 7/7,

Tanggal periksa :

B. Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis kepada Tn. A pada tanggal 04 Juni 2014

Keluhan Utama : Sesak napas yang semakin memberat sejak 3 hari yang lalu

Keluhan Tambahan : Bengkak pada kaki

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan keluhan sesak

napas yang hilang timbul sejak 3 hari SMRS. Sesak dirasakan terutama pada saat

beraktifitas.

Kelapa Gading Poliklinik Anak MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

diantar oleh kedua orangtuanya dengan keluhan panas badan sejak 3 hari yang lalu.6

Panas badan dikatakan oleh ibu pasien berlangsung sepanjang hari dan mendadak

tinggi. Pasien sudah dikompres tetapi masih panas. Keluhan panas badan disertai

dengan ruam-ruam kemerahan yang timbul di bagian wajah, kemudian menyebar ke

punggung, tangan, dan kaki. Riwayat pengobatan disangkal.

Pasien juga dikeluhkan mencret sebanyak 2x sejak tadi pagi. Mencret berupa

cairan berwarna kekuningan, ada ampas, tidak disertai lendir, dan tidak disertai

5

Page 6: Diagnostik Holistiki

darah. Menurut ibunya, pasien menjadi rewel, sulit tidur, dan nafsu makannya

menurun. Riwayat fogging nyamuk demam berdarah di wilayah rumah pasien

diakui. Riwayat penderita demam berdarah dalam anggota keluarga maupun

tetangga disangkal. Riwayat kejang disangkal. Riwayat kontak dengan anak tetangga

yang terkena campak diakui oleh ibu pasien, sekitar seminggu yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah memiliki keluhan ataupun sakit yang sama seperti ini

sebelumnya. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal. Anggota keluarga yang

menderita demam berdarah tidak ada.

4. Riwayat Pribadi

a. Riwayat Kehamilan

Selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan dan tidak

pernah sakit keras. Riwayat pemakaian obat-obatan ketika hamil disangkal.

b. Riwayat Persalinan

Pasien adalah anak pertama. Pasien lahir normal spontan dibantu bidan

di puskesmas, dikandung cukup bulan, dan langsung menangis. Pasien lahir

dengan berat badan 3200 gram. Tidak ada masalah dalam persalinan.

5. Riwayat Makanan

Pasien diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Setelah itu, pasien mulai

diberi makanan pendamping ASI, yaitu nasi tim, bubur sereal, dan buah-buahan

yang diblender/dilumatkan. Semenjak sakit, nafsu makan pasien jadi berkurang.

6. Riwayat Tumbuh–Kembang

Ibu pasien mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pasien sama

dengan anak-anak seusianya. Sekarang pasien sudah dapat merangkak dan duduk.

7. Riwayat Imunisasi

6

Page 7: Diagnostik Holistiki

Ibu pasien mengatakan pemberian imunisasi lengkap di puskesmas, kecuali

imunisasi campak karena usianya belum genap sembilan bulan.

• BCG : 1x, usia 1 bulan.

• DPT : 3x, usia 2, 3, 4 bulan.

• Polio : 4x, usia 1, 2, 3, 4 bulan.

• Hep B : 3x, usia 2, 3, 4 bulan.

8. Riwayat Sosial Ekonomi

Penghasilan Tn. S (ayah pasien) adalah Rp3.500.000,- per bulan sebagai

seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta. Tn. S mengatakan bahwa

penghasilannya tersebut dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari rumah tangga,

bahkan dapat ditabung. Dalam satu rumah ada tiga orang yang ditanggung hidupnya.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

a. Kesan Sakit : tampak sakit sedang.

b. Kesadaran : compos mentis.

2. Vital Sign

a. Tekanan darah : tidak dinilai.

b. Frekuensi nadi : 145 x/menit (N 80–160 x/menit, rata-rata 120x/menit).

c. Frekuensi napas : 36 x/menit (takipneu >50x/menit).

d. Suhu : 38,8oC.

3. Status Gizi (WHO z-scores)

a. Berat badan : 8,3 kg.

b. Panjang badan : 68 cm.

c. BB/U : 0 s/d 1 SD.

d. PB/U : -1 s/d 0 SD.

e. BB/PB : 0 s/d 1 SD.

f. BB ideal : n+9

2 =

8+92

= 8,5 kg.

g. Simpulan : gizi baik.

7

Page 8: Diagnostik Holistiki

4. Status Generalis

a. Kepala

Ubun-ubun : belum menutup, cekung (-).

Wajah : ruam makulopapular (+).

Mata : cekung, konjungtiva anemis (-), injeksi konjungtiva (+/+),

sklera ikterik (-), sekret mata (-/-).

Telinga : serumen (-/-), keluar sekret dari telinga (-/-).

Hidung : pernapasan cuping hidung (-/-), sekret hidung (+/+).

Mulut : perioral cyanosis (-), mukosa mulut basah, Koplik’s spot (-),

Forchheimer’s sign sulit dinilai.

b. Leher : KGB tidak tampak dan tidak teraba membesar,

retraksi suprasternal (-).

c. Thorax : B/G simetris kiri = kanan, retraksi interkostal (-).

Pulmo : VBS kiri = kanan, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

Cor : bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-).

d. Abdomen

Inspeksi : datar, ruam makulopapular (+).

Auskultasi : bising usus (+) normal.

Palpasi : turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba membesar.

e. Ekstremitas

Atas : akral hangat, sianosis (-/-), capillary refill time <2 detik,

ruam makulopapular (+).

Bawah : akral hangat, sianosis (-/-), ruam makulopapular (+).

D. Usulan Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin.

IgG, IgM anti-dengue.

8

Page 9: Diagnostik Holistiki

BERKAS KELUARGA

A. Profil Keluarga

1. Karakteristik Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga (KK) : Tn. A, 67 tahun

b. Identitas Pasangan : Ny. S, 58 tahun

c. Struktur Komposisi Keluarga

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

No Nama Kedudukan Gender Usia Pendidikan Pekerjaan

1 Tn. A Kepala

Keluarga

L 67

tahun

SMP Wiraswasta

2 Ny. S Istri P 58

tahun

SD Ibu Rumah Tangga

3 An. A Anak P 8 bln - -

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

a. Lingkungan Tempat Tinggal

Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal

Status kepemilikan rumah Milik sendiri.

Daerah perumahan Padat bersih.

Karakteristik Rumah dan Lingkungan

Luas rumah: 3 x 5 m2. Kesimpulan

Jumlah penghuni: 4 (empat) orang Tn. A tinggal bersama istrinya Ny. S DI

RUMAH YANG SEDERHANA DENGAN

JUMLAH PENGHUNI 5 ORANG . Rumah

terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga

yang menjadi satu, serta memiliki dua kamar

tidur. Rumah memiliki kamar mandi dan

jamban. Dapur keluarga ini terdapat dekat

dengan kamar mandi. Sumber air keluarga ini

bersala dari air PAM

Bertingkat/tidak bertingkat: tidak

bertingkat

Lantai rumah: keramik.

Dinding rumah: tembok.

Jamban keluarga: ada.

Ketersediaan air bersih: ada.

Tempat pembuangan sampah: ada.

9

Page 10: Diagnostik Holistiki

Gambar 1. Denah Rumah Keluarga Tn. S

b. Kepemilikan Barang-Barang Berharga

Satu unit sepeda motor.

Satu unit lemari pendingin satu pintu.

Satu unit kompor gas.

Satu unit televisi 17 inchi.

Dua unit kipas angin.

Satu unit penanak nasi.

Satu unit radio

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

a. Tempat berobat : Puskesmas.

b. Jaminan kesehatan : BPJS Kesehatan.

10

Page 11: Diagnostik Holistiki

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 3. Pelayanan Kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Aksesibilitas Kendaraan pribadi

(Sepeda Motor)

Jika ada anggota keluarga yang sakit,

langsung dibawa ke puskesmas, karena

biaya gratis dan jarak dari rumah ke

Puskesmas tidak terlalu jauh sehingga

memudahkan anggota keluarga ini

untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan . Tn. A merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh

Puskesmas Johar Baru II

Tarif Gratis

Kualitas Cukup memuaskan

5. Pola Konsumsi Makan Keluarga

a. Kebiasaan makan

Keluarga Tn. A memiliki kebiasaan makan sehari tiga kali dengan menu

makanan sehari – hari keluarga ini tidak tetap. Menu makanan yang biasa

disediakan adalah makanan sederhana seperti daging, ikan , tempe, tahu, telur,

sayur berkuah, dan sesekali mengkonsumsi buah – buahan.Ny. S memasak

sendiri makanan untuk keluarganya, karena Ny. S sudah mengetahui penyakit

Tn. A pada saat memasak mengurangi konsumsi garam dan membatasi

memasak masakan yang banyak mengandung santan.

b. Upaya penerapan pola gizi seimbang

Keluarga Tn. S tidak terlalu memperhatikan pola makan gizi seimbang

dari menu makanan sehari-hari. Menu makanan disesuaikan dengan kemauan

Tn. A yang nanti akan dimasakkan oleh istrinya.Hal ini dikafrenakan

pengetahuan yang kurang tentang makanan dengan gizi seimbang, selain itu

faktor ekonomi yang menjadi hambatan untuk keluarga ini dalam memenuhi

kebutuhan sehari – hari. Ny. S juga mengurangi konsumsi garam dan membatasi

penggunaan penyedap makanan (vetsin) saat memasak makanan untuk

keluarganya.

Tabel 4. Daftar Food recall An. A

11

Page 12: Diagnostik Holistiki

Waktu

Makan

Hari/Tanggal

Jum’at

21 Maret 2014

Sabtu

22 Maret 2014

Minggu

23 Maret 2014

PagiASI, bubur sereal,

pepaya lumat

ASI, bubur sereal,

pisang lumat

ASI, bubur sereal,

jus jeruk

Siang ASI, nasi tim ASI, nasi tim ASI, nasi tim

MalamASI, bubur sereal,

pisang lumat

ASI,

bubur serealASI

JUMLAH 852 kkal 806 kkal 796 kkal

Keterangan:

- 100 cc ASI = 100 kkal.

- 200 gram bubur sereal = 130 kkal.

- 200 gram pepaya = 46 kkal.

- 200 gram nasi tim = 166 kkal.

- 1 buah pisang mas = 80 kkal.

- 400 gram jeruk = 200 kkal.

Kebutuhan kalori anak usia sampai dengan 1 tahun adalah 100 kkal/

kgBB/hari, sehingga kebutuhan kalori An. A (8,3 kg) adalah 830 kkal/hari.

Pola makan An. A 2 hari terakhir mengandung lebih sedikit kalori daripada

sebelumnya, karena ibu pasien mengatakan bahwa pasien memang lebih rewel

dan enggan untuk makan 3 hari terakhir ini.

6. Pola Dukungan Keluarga

a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga

Pasien adalah anak pertama dan satu-satunya di keluarga ini, sehingga

setiap pasien jatuh sakit segera dibawa berobat ke puskesmas. Semenjak kecil,

pasien diasuh sendiri oleh ibunya, sehingga ibu pasien mengetahui tumbuh-

kembang pasien dengan baik. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga,

menjadikannya sangat fokus dalam mengasuh pasien.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga

12

Page 13: Diagnostik Holistiki

Ibu pasien tidak hanya harus memperhatikan pasien, tetapi juga harus

memperhatikan suami dan mengurus kebutuhan rumah tangga. Ibu pasien juga

aktif dalam kegiatan pengajian dan arisan di tingkat RW, dan terkadang

menitipkan anaknya ke tetangga jika ada urusan mendesak keluar rumah.

B. Genogram

1. Bentuk keluarga

Keluarga Tn. S terdiri dari tiga orang, yaitu Tn. S sebagai kepala keluarga;

Ny. K sebagai istrinya; dan An. A sebagai anak. Dengan demikian, keluarga ini

termasuk dalam keluarga inti (nuclear family).

2. Tahapan siklus keluarga

Menurut Carter & McGoldrick (1999), keluarga ini termasuk dalam siklus

keluarga tahap kelima, yaitu keluarga dengan anak kecil.

3. Family map

Gambar 2. Family Map

Keterangan:

13

Page 14: Diagnostik Holistiki

: pasien.

: laki-laki.

: perempuan.

: tinggal satu rumah.

: meninggal.

: hubungan pernikahan.

: garis keturunan.

C. Identifikasi Permasalahan yang Didapat dalam Keluarga

1. Masalah dalam organisasi keluarga

Dalam struktur keluarga kepala keluarga adalah suami (pasien) yang

saat ini sudah tidak bekerja dan istri pasien sebagai Ibu rumah tangga,

yang mana hanya mengandalkan dari warung kecil yang terdapat di

depan rumah pasien.Status ekonomi pasien menengah ke bawah karena

sudah tidak memiliki pekerjaan

2. Masalah dalam fungsi biologis

Pasien menderita gejala sakit morbili yang kemungkinan besar didapat dari

anak tetangganya yang sedang menderita morbili pula. Penyakit morbili dapat

menular melalui udara, berisiko ditularkan dan menularkan penyakit dari/kepada

orang-orang sekitarnya. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan.

3. Masalah dalam fungsi psikologis

Karena penyakit yang dideritanya tersebut, pasien jadi lebih rewel daripada

biasanya. Jam tidur pasien juga berkurang daripada biasanya.

14

Page 15: Diagnostik Holistiki

4. Masalah lingkungan

Rumah pasien terletak di suatu lingkungan yang padat dengan jarak antara

satu rumah dengan rumah yang lainnya rapat-rapat, tetapi lingkungan sekitarnya

cukup bersih. Jarak antar-rumah yang rapat-rapat tersebut dapat memudahkan proses

penularan morbili yang sedang diderita oleh pasien.

5. Masalah perilaku kesehatan

Ibu pasien hanya membawa pasien ke puskesmas bila sedang sakit atau ingin

imunisasi saja, tetapi tidak mempunyai catatan untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan bayinya (KMS).

D. Diagnosis Holistik

1. Aspek personal (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)

Pasien datang berobat ke puskesmas dengan menggunakan sepeda

motor bersama dengan istrinya, Ny.S, karena jarak antara rumah dan

puskesmas yang dekat dan tanpa biaya (gratis), serta kualitas pelayanan

kesehatan yang dirasakan cukup memuaskan. Keluarga pasien sangat

mengharapkan pasien dapat sembuh dari penyakitnya tersebut dengan

mengonsumsi obat-obatan yang didapat dari dokter di puskesmas.

Kekhawatiran keluarga pasien saat ini adalah penyakitnya tidak dapat

disembuhkan dan menjadi beban keluarga.

2. Aspek klinik

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja dari

pasien adalah gagal jantung.

3. Aspek risiko internal

Pasien sudah sejak usia 40 tahun sudah memiliki darah tinggi , tetapi

pasien jarang kontrol ke dokter dengan alasan keadaan kesehatan saat ini

masih baik dan tidak memerlukan penanganan khusus. Pasien juga suka sekali

mengkonsumsi makan – makanan yang tinggi garam seperti ikan asin serta

mengandung penyedap rasa (tidak menjaga pola makan sesuai untuk penderita

hipertensi).Tetapi belakangan ini pasien mengurangi konsumsi tinggi garam

serta mengurangi penggunaan penyedap makanan. Pasien hampir tidak

15

Page 16: Diagnostik Holistiki

pernah berolahraga.Hipertensi tidak hanya diderita oleh Tn. A, orang tua dari

Tn. A meninggal karena Hipertensi dan Diabetes Melitus (DM).

4. Aspek risiko eksternal/psikososial keluarga

Pasien dititipkan ke tetangga seminggu yang lalu karena ibu pasien ada

urusan keluar rumah. Ternyata di rumah tetangga, pasien bertemu kontak dengan

anak tetangga yang sedang terkena campak.

5. Aspek fungsional (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari)

Pasien termasuk dalam derajat 4, yaitu pasien terkesan lebih rewel dan

menurun nafsu makannya.

16

Page 17: Diagnostik Holistiki

E. Prognosis

Ad vitam : ad bonam.

Ad functionam : ad bonam.

Ad sanactionam : ad bonam.

17

Page 18: Diagnostik Holistiki

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil diharapkan Keterang

an

Aspek

Personal

Menjelaskan kepada

pasien tentang

penyakit gagal

jantung yang

dideritanya yang

membutuhkan

pengobatan

berkelanjutan dan

rutin

Pasien

dan

keluarg

a

Pada saat

kunjunga

n ke

Puskesma

s

Pemahaman

pasien tentang

penyakit yang

diderita pasien

dan pasien dapat

menghindari

faktor – faktor

yang dapat

memperparah

penyakit yang

diderita pasien.

Bersedia

Aspek

Klinis

Memberikan obat

Hipertensi :

Captopril 2 x 12,5

mg dan

memberikan

rujukan kepada

pasien untuk di

bawa ke poli

jantung untuk

mendapatkan

penanganan yang

lebih baik

Pasien Pada saat

kunjunga

n ke

puskesmas

Pasien dapat

meminum obat

yang telah

diberikan secara

rutin dan tidak

terputus serta

berobat ke Poli

Jantung

Bersedia

Aspek

risiko

Internal

-Menganjurkan

pasien mengubah

pola makan yang

rendah garam dan

mengurangi

konsumsi penyedap

rasa dengan

memberitahukan

makanan apa yang

Pasien

dan

keluarg

a

Pada saat

kunjunga

n ke

rumah

pasien

Pasien

menghindari

makanan yang

dapat

meningkatkan

kadar tekanan

darah

Bersedia

18

Page 19: Diagnostik Holistiki

boleh dimakan

sesuai kebutuhan

kalori pasien

-Memberitahukan

pasien agar

membatasi

aktivitas fisik

sehari – hari

-Menganjurkan

pasien agar dapat

mengendalikan

stres

Aspek

psikologi

keluarga

-Menganjurkan

keluarga pasien

agar selalu

memberikan

dukungan kepada

pasien agar selalu

menjaga kesehatan

dan selalu

mengingatkan

pasien untuk

kontrol ke dokter

Pasien

dan

keluarg

a

Saat

kunjunga

n ke

rumah

pasien

Keluarga

memberikan

perhatian lebih

kepada pasien

Bersedia

Aspek

Fungsion

al

Menyarankan

pasien untuk

membatasi

aktivitas fisik yang

dapat memperberat

penyakit yang

diderita oleh pasien

Pasien

dan

keluarg

a

Saat

kunjunga

n ke

rumah

pasien

Kondisi tubuh

pasien lebih sehat

dan kuat

Bersedia

19

Page 20: Diagnostik Holistiki

ANALISIS KASUS

20

Page 21: Diagnostik Holistiki

Pasien An. A, perempuan berusia 8 bulan 27 hari, adalah anak tunggal dari pasangan

Tn. S (23 tahun) dan Ny. K (23 tahun). Mereka tinggal hanya bertiga dalam 1 rumah, di

kediamannya di daerah Kecamatan Koja, Jakarta Utara. An. A adalah salah satu pasien di

Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, berkunjung pada tanggal 24 Maret 2014, dibawa oleh

orangtuanya karena panas badan disertai ruam kemerahan sejak 3 hari yang lalu. Kemudian

dilakukan diagnosis holistik meliputi aspek personal, aspek klinis, aspek risiko internal, aspek

risiko eksternal, dan aspek fungsional.

Pada aspek personal ditemukan bahwa pasien datang berobat ke puskesmas diantar

kedua orangtuanya dengan kendaraan pribadi Tn. S (motor), karena jarak antara rumah dan

puskesmas yang dekat dan tanpa biaya (gratis), serta kualitas pelayanan kesehatan yang

dirasakan cukup memuaskan. Pasien dibawa berobat karena menderita panas badan disertai

dengan ruam kemerahan hampir di seluruh tubuhnya sejak 3 hari yang lalu. Keluarga pasien

sangat mengharapkan pasien dapat sembuh dari penyakitnya tersebut dengan mengonsumsi

obat-obatan yang didapat dari dokter di puskesmas. Kekhawatiran keluarga pasien saat ini

adalah pasien mengalami sakit yang serius sehingga harus dirawat inap.

Selanjutnya adalah aspek klinis. Untuk mendapatkan aspek klinis, dilakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu

pasien. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien menderita panas badan sejak 3 hari yang

lalu, disertai ruam kemerahan yang dimulai muncul dari wajah lalu ke badan dan ekstremitas.

Pasien dikeluhkan pula mencret sebanyak 2x sejak tadi pagi. Mencret berupa cairan berwarna

kekuningan, ada ampas, tidak ada lendir dan darah. Menurut ibunya, pasien menjadi rewel,

sulit tidur, dan nafsu makannya menurun. Riwayat penyakit demam berdarah di lingkungan

pasien tidak ditemukan. Riwayat kontak dengan anak tetangga yang terkena campak diakui

oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu febris, status gizi baik, mata cekung

dengan konjungtivitis, sekret hidung positif, bising usus meningkat, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening, ruam makulopapular di bagian wajah, tubuh, dan ekstremitas (atas dan

bawah).

Berdasarkan data-data tersebut, diagnosis kerja pasien adalah morbili dengan

komplikasi enteritis. Penyakit lain dengan gejala serupa morbili/rubeola adalah

rubella, roseola, dan demam berdarah. Pada rubella/german measles, didapati

Forchheimer's sign (papula kemerahan di sekitar palatum molle) dan adanya

pembesaran kelenjar getah bening. Pada roseola infantum, ruam kemerahan muncul

ketika panas badan mulai turun. Pada demam berdarah, didapati trombositopenia dan

peningkatan hematokrit (dibutuhkan pemeriksaan laboratorium).

21

Page 22: Diagnostik Holistiki

Pada aspek risiko internal, pasien ternyata belum mendapatkan imunisasi campak

karena usianya belum genap 9 bulan. Walaupun sudah terkena campak, pasien tetap harus

diimunisasi campak 6 bulan setelah sembuh untuk memperkuat antibodi yang telah dibuat

oleh tubuh ketika terkena campak. Pada aspek risiko eksternal, pasien bertemu kontak dengan

anak tetangga yang sedang terkena campak. Pasien dititipkan ke tetangga seminggu yang lalu

karena ibu pasien sedang ada urusan keluar rumah. Pada aspek fungsional, pasien termasuk

dalam derajat 5 yang mana pasien tidak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari.

Rencana penatalaksanaan ditujukan untuk individu pasien, keluarga pasien, dan

komunitas di lingkungan sekitar pasien. Penatalaksanaan medis bertujuan untuk mengurangi/

menghilangkan gejala yang dialami pasien, karena morbili termasuk dalam self-limiting

disease yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pemberian cairan dan nutrisi bermaksud untuk

menjaga status hidrasi, mengingat pasien mengalami morbili dengan komplikasi enteritis.

Parasetamol diberikan untuk menurunkan panas (obat simptomatik). Vitamin A diberikan

untuk re-epitalisasi dari mukosa kulit dan mata (konjungtivitis)

Kepada keluarga pasien dijelaskan tentang penyakit morbili dan cara penularannya

saat kunjungan rumah. Kepada ibu pasien mungkin lebih ditekankan untuk berhati-hati ketika

menitipkan pasien ke tangan orang lain, karena pasien masih berusia hampir 9 bulan sehingga

masih rentan tertular penyakit. Selain itu dijelaskan pula tentang warning sign dan gejala dari

komplikasi untuk kembali ke puskesmas atau layanan kesehatan terdekat, yaitu jika panas

badan menetap tinggi setelah 5 hari, muntah dan diare berdarah, pasien terlihat sesak napas,

tidak mau makan ataupun menetek/minum sama sekali, serta kejang. Setelah itu diharapkan

pasien dapat dicegah untuk tidak jatuh ke dalam fase penyakit yang lebih parah.

Saat kunjungan rumah, perlu dijelaskan pula mengenai cara penularan dari penyakit

morbili dan pencegahannya kepada masyarakat sekitar keluarga pasien. Morbili disebabkan

oleh paramyxovirus yang dapat ditularkan melalui udara, kontak langsung dengan sekresi

hidung atau tenggorokan, sehingga dengan menghindari kontak dengan pasien campak dapat

menjadi salah satu pencegahan tertularnya penyakit. Imunisasi campak juga penting

diberikan untuk mencegah terkena penyakit campak Imunisasi diberikan kepada anak saat

berusia 9 bulan. Dengan demikian diharapkan mata rantai penularan penyakit campak ini

dapat dihentikan sehingga masyarakat terutama anak-anak dapat terlindungi dari penyakit

campak.

22

Page 23: Diagnostik Holistiki

TINJAUAN PUSTAKA

23