diabetes insipidus

3
Bunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.2 Edisi 8. Jakarta: EGC. DIABETES INSIPIDUS A. Pengertian Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan oleh defisiensi vasopresin yang merupakan hormon antidiuretik (ADH). Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat (polidipsia) dan pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang besar. B. Etiologi Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat trauma kepala, tumor otak atau operasi ablasi atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula terjadi bersama infeksi sistem saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor (misalnya, kelainan metastatik, limfoma dari payudara atau paru). Penyebab diabetes insipidus yang lain adalah kegagalan tubulus renal untuk bereaksi terhadap ADH; bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus dapat berkaitan dengan keadaan hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya, lithium, demeclocyclin). C. Manifestasi Klinik Tanpa kerja vasopresin pada nefron distal ginjal, maka akan terjadi pengeluaran urin yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1,001-1,005 dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat-zat yang biasa terdapat di dalamnya seperti glukosa dan albumin. Karena rasa haus yang luar biasa, pasien cenderung minum 4-40 liter per hari dengan gejala khas ingin minum air yang dingin. Pada diabetes insipidus herediter, gejala awalnya dapat berawal sejak lahir. Kalau keadaan ini terjadi pada usia dewasa, biasanya gejala poliuria mamiliki awitan yang mendadak atau bertahap (insidius). Penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan membatasi asupan cairan karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi sekalipun tidak dilakukan penggantian cairan. Upaya-upaya untuk membatasi cairan akan membuat pasien tersiksa oleh keinginan minum yang luar biasa yang tidak pernah terpuaskan disamping akan menimbulkan keadaan hipernatremia dan dehidrasi yang berat. D. Evaluasi diagnostik

Upload: wezz-lafft-hals

Post on 30-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diabetes Insipidus

Bunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.2 Edisi 8. Jakarta: EGC.

DIABETES INSIPIDUS

A. Pengertian

Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan oleh defisiensi vasopresin yang merupakan hormon antidiuretik (ADH). Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat (polidipsia) dan pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang besar.

B. Etiologi

Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat trauma kepala, tumor otak atau operasi ablasi atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula terjadi bersama infeksi sistem saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor (misalnya, kelainan metastatik, limfoma dari payudara atau paru). Penyebab diabetes insipidus yang lain adalah kegagalan tubulus renal untuk bereaksi terhadap ADH; bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus dapat berkaitan dengan keadaan hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya, lithium, demeclocyclin).

C. Manifestasi Klinik

Tanpa kerja vasopresin pada nefron distal ginjal, maka akan terjadi pengeluaran urin yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1,001-1,005 dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat-zat yang biasa terdapat di dalamnya seperti glukosa dan albumin. Karena rasa haus yang luar biasa, pasien cenderung minum 4-40 liter per hari dengan gejala khas ingin minum air yang dingin.

Pada diabetes insipidus herediter, gejala awalnya dapat berawal sejak lahir. Kalau keadaan ini terjadi pada usia dewasa, biasanya gejala poliuria mamiliki awitan yang mendadak atau bertahap (insidius).

Penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan membatasi asupan cairan karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi sekalipun tidak dilakukan penggantian cairan. Upaya-upaya untuk membatasi cairan akan membuat pasien tersiksa oleh keinginan minum yang luar biasa yang tidak pernah terpuaskan disamping akan menimbulkan keadaan hipernatremia dan dehidrasi yang berat.

D. Evaluasi diagnostik1. Tes deprivasi cairan : dilakukan dengan cara menghentikan pemberian cairan selama 8 hingga

12 jam atau sampai terjadi penurunan berat badan sebesar 3% hingga 5%. Berat badan pasien harus sering diukur selama pemberian cairan dihentikan. Pengukuran osmolalitas plasma dan urin dilakukan pada awal dan akhir tes tersebut. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat jenis dan osmolalitas urin merupakan tanda khas diabetes insipidus. Penderita diabetes insipidus akan terus mengekskresikan urin dalam jumlah besar dengan berat jenis yang rendah dan akan mengalami penurunan berat badan, kenaikan osmolalitas serum serta peningkatan kadar natrium serum. Kondisi pasien ini harus sering dipantau selama tes, dan tes tersebut dihentikan jika pasien mengalami takikardia, penurunan berat yang ekstrim atau hipotensi.

2. Prosedur diagnostik yang lain adalah pengukuran kadar vasopresin plasma yang dilakukan bersama dengan pengukuran osmolalitas plasma serta urin; uji coba dengan menggunakan desmopresin (vasopresin sintetik) dan pemberian infus larutan saline hipertonis.

Setelah diagnosa diabetes insipidus dipastikan tetapi penyebabnya tidak jelas (misalnya, cedera kepala), kondisi pasien harus dikaji dengan cermat untuk menemukan kemungkinan adanya tumor yang menyebabkan kelainan tersebut.

E. Penatalaksanaan

Page 2: Diabetes Insipidus

Tujuan terapi adalah

1. Untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat.2. Mengganti vasopresin (yang biasanya merupakan program terapeutik jangka panjang).3. Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intrakranial yang mendasari. Penyebab

nefrogenik memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.

Penggantian dengan vasopresin.Desmopresin (DDAVP) yaitu suatu preparat sintetik vasopresin yang tidak memiliki efek

vaskuler ADH alami, merupakan preparat yang sangat berguna karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan preparat lain yang pernah digunakan untuk mengobati penyakit ini. Preparat ini diberikan intranasal dengan menyemprotkan larutan obat ke dalam hidung melalui pipa plastik fleksibel yang sudah dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian per hari telah dapat mengendalikan gejala diabetes insipidus. Preparat lypressin (Diapid) merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorbsi lewat mukosa nasal ke dalam darah; namun, kerja preparat ini mungkin terlampau singkat bagi penderita diabetes insipidus yang berat. Jika kita akan menggunakan jalur intranasal dalam pemberian suatu obat, observasi kondisi pasien untuk mengetahui adanya rinofaringitis kronis.Bentuk terapi yang lain adalah penyuntikan intramuskular ADH, yaitu vasopresin tannat dalam minyak, yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak dimungkinkan. Preparat suntikan ini diberikan setiap 24 hingga 96 jam. Botol obat suntik harus dihangatkan dahulu atau diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikkan. Penyuntikan dilakukan pada malam hari agar hasil yang optimal dicapai pada saat tidur. Kram abdomen merupakan efek samping obat tersebut. Rotasi lokasi penyuntikan harus dilakukan untuk menghindari lipodistrofi. Mempertahankan cairan.

Klofibrat, yang merupakan preparat hipolipidemik, ternyata memiliki efek antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yang masih sedikit mengalami vasopresin hipotalamik. Klorpropamid (Diabenese) dan preparat tiazida juga digunakan untuk penyakit yang ringan karena kedua preparat tersebut menguatkan kerja vasopresin. Pasien yang menerima klorpropamid harus diingatkan tentang kemungkinan reaksi hipoglikemik. Penyebab Nefrogenik.Jika diabetes insipidus tersebut disebabkan oleh gangguan ginjal, terapi ini tidak akan efektif. Preparat taizida, penurunan garam yang ringan dan penyekat prostaglandin (ibuprofen, indometasin serta aspirin) digunakan untuk mengobati bentuk nefrogenik diabetes insipidus.