di bawah payung slankers: studi kasus kelompok slankers ... · di dalam skripsi/karya tulis/makalah...
TRANSCRIPT
i
Di Bawah Payung Slankers: Studi Kasus Kelompok Slankers Yogyakarta
dalam Pembentukan Fantasi Kolektif
Tesis
Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Magister Humaniora (M. Hum.)
di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Oleh:
Bayu Citra Raharja
146322001
PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LENIBAR PERSETUJUAN
Tesis
Di Bawah Payung Slanhers: Studi Kasrs Keloryok Slankerc Yogyakarta
.S'ail*m',&
6 runi 201?
Dr. St. SumrdiPernbinSing 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis
Di Bawah Payrrng slankerc: studi Kasus Kelompok slankers Yogyakarta
Dalam Pernbentukan Fantasi Kolektif
: i,, ..
Tehh' dipertahankan;@an Dewan Fsngqii T€sb
Pada a@l 6tni 2or7' Dan dinlelakagl LUn,ry**rb.uhi sygmt
l.
' Tim Pengqii ,:)
Ketua
Sekretarb
Anggota
Dr. St. [.]u4rdi' ji]t' '1,. ::r. r.t
Dr. Y. Tri Subagh,i'..ii- " "*"
'',i,
"
l. Dr**h,&di,Suqqfi
2.Prof Dr. Augustinus Supratilcrqa
3. Dr. St. Surardi
Program Pascasarjanaitas Sanata Dharrna
ilt
Yoryakarta, 6hfu 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LBMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama
NIM
Program
Universitas
Bayu Citra Raharja
t46322001
Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya
Sanata Dharma
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis
Judul : Di Bawah Payung Slankers: Studi Kasus Kelompok Slankers
Yo gyakarta dalam P emb entukan Fantasi Kolektif
Pembimbing : Prof. Dr. Augustinus Supratiknya
Tanggal diuji : 6 JuJi20l7
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi/karya tulis/makalah ini tidak terdapat keseluruhan atart sebagian
tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau
meniru dalam rangkaian kilimat atau simbol yang sayang seolah-olah sebagai
tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa melakukan tindakan menyalin atau meniru
tuiisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Program Pascasarjana
Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, termasuk pencabutan gelas
Magister Humaniora (M.Hum.) yang telah saya peroleh'
Yogyakarta, 6 J:uJi 20L7
Yang memberi perrrYataan
iv
Bayu Citra Raharja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
Nama : Bayu Citra Raharja
NIM :146322001
Program : Magister Ilmu Religi dan Budaya
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Di Bawah Payung Slankers: Studi Kasus Kelompok Slankers Yogyakarta
dalam Pembentukan Fantasi Kolektif
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan narna saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di YogyakartaPada tanggal:6 JuJi2}li
N
-afbVBayu Citra Raharja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
MOTO
Salah adalah anugerah, benar adalah karunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Musik menjadi hal yang sudah umum ditemukan di berbagai daerah.
Dengan segala bentuk kelebihan yang ditemukan di dalamnya, ada satu fenomena
yang dirasa menggelitik pikiran penulis. Slankers, satu nama yang menggelitik
pikiran penulis untuk menjadikan dasar dari penulisan ini. Banyak sekali
anggapan yang mengantarkan kelomok ini menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam fenomena musik di Indonesia di era 90an hingga sekarang. Titik
awal yang menjadi dasar ketertarikan pada objek penelitian Slankers karena
kelompok ini dianggap sebagai kelompok yang suka rusuh, tidak beraturan dan
nekat menumpang kendaraan. Tetapi, dalam kenyataannya, kelompok ini juga
muncul dengan wajah yang berbeda dari padangan umum, seperti peka terhadap
sosial, alam bahkan dekat dengan penguasa saat ini.
Di samping penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, refleksi kedua yang
menjadi dasar dalam melihat kelompok Slankers adalah latar belakang penulis
sebagai penggiat seni khususnya musik. Dengan jejak inilah fenomena Slankers
bisa digabungkan dengan musik dan fenomena sosial di masyarakat. Jejak-jejak
keter tarikan ini yang akhirnya memunculkan ide untuk menulis karya tulis yang
berjudul “Di bawah Payung Slankers: Studi kasus kelompok Slankers
Yogyakarta Dalam Pembentukan fantasi Kolektif” untuk memenuhi
persyarakat mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) dan untuk menambah
kajian-kajian seni dan budaya. Saya berterimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang benar-benar menunjukkan kebesaranNYA,
banyak memberikan keajaiban sepanjang hidup saya, dan khususnya selama
masa belajar saya di Ilmu Religi dan Budaya.
2. Jalu Bagaskara (hati nurani) yang selalu membimbing saya dan tidak bosan
untuk memberikan semangat, impian, keyakinan, dan arti perjuangan.
3. Keluarga saya (Bapak, Ibu, Mbak Mega dan Nada) dan keluarga baru yang
saya temui di sini (Mas Rossi sekeluarga dan Mbak Nurul sekeluarga), karena
telah memberikan saya arti sebuah perjuangan dan doa.
4. Institut Seni Indonesia YK yang sudah memberikan saya modal besar sebagai
pelajar (mental, ketekunan dan semangat).
5. Pengajar Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma: Dr.
Albertus Budi Susanto, S.J., Dr. FX. Baskara T.Wardaya, S.J., Dr. phill. Vissia
Ita Yulianto, khususnya kepada Dr. Katrin Bandel sebagai dosen pengampu
mata kuliah bimbingan tesis, Dr. St. Sunardi sebagai pembimbing kedua yang
sudah sabar membaca dan memberikan tanggapan selama proses penulisan
tesis, Prof. Dr. Augustinus Supratiknya sebagai pembimbing pertama, Dr.
Geogorius Budi Subanar, S.J. yang selalu memberikan motivasi untuk terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
berkembang, dan kepada Dr. Y. Tri Subagya yang sudah membagikan ilmunya
dalam proses penelitian.
6. Teman-teman satu angkatan saya (IRB 2014) Mbak Linda, Mas Pinto, Mas
Kholis, Mas Angga, Mas Heri, Mas Andreo, Mas Riston, Mbak Martha, Mas
Malkon, Mas Topan, Mas Frans dan Mas Pinto, khususnya kepada teman-
teman satu almamater (ISI YK) Wawan, Mas Wahono, Mas Wisnu . Saya
ucapkan terimakasih untuk ilmu dan canda guraunya yang selalu membuat
tenang. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, ucapkan terimakasih
banyak kepada Mas abed, Mas Ben dan Mas Ajay yang sudah dengan ikhlas
dan rendah hati membantu dan membagikan ilmunya baik dalam hal penulisan
dan rohani dalam penulisan ini.
7. Teman-teman KBI 2014 yang sudah membantu memberikan ketenangan
khususnya Mas Indra dkk yang sudah rela untuk menjadi suplayer makanan
dan membagi ilmunya. Selain itu, saya ucapkan terimakasih untuk Marita
Safitri yang sudah turut begadang dalam proses pengerjaan, khususnya revisi.
8. Teman-teman senior dan junior yang memberikan tambahan amunisi semangat.
9. Segenap staff Ilmu Religi Budaya khususnya Mbak Desi, Mbak Dita, Pak Mul,
Mas Puguh, Mas Steve dan Mbak Ester yang selalu menegor dan menjadi
teman curhat.
10. Teman-teman Slankers Yogyakarta (Minoritas Slanker Jogja) atas
partisipasinya dalam penulisan ini.
11. Tempat saya mencari nafkah dan menjadi keluarga (Purwacaraka Music
Studio dan keluarga Mae) karena menjadi perantara rejeki dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Bayu Citra Raharja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. v
MOTO ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
ABASTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
1.3 Tujuan dan manfaat ........................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan ........................................................................................................ 6
1.3.2 Manfaat ...................................................................................................... 6
1.4 Tinjauan pustaka ............................................................................................... 7
1.4.1 Slankers ..................................................................................................... 7
1.4.2 Musik dan sosial ...................................................................................... 10
1.5 Kerangka Teori................................................................................................ 15
1.6 Metode penelitian ............................................................................................ 24
1.7 Sistematika Pembahasan ................................................................................. 24
BAB II SEJARAH SLANK, SLANKERS, DAN SlANKERS
YOGYAKARTA ................................................................................................. 25
2.1 Sejarah Kelompok Musik Slank ..................................................................... 25
2.2 Komunitas Slankers ........................................................................................ 30
2.3 Komunitas Slankers Yogyakarta ..................................................................... 37
2.4 Struktur Organisasi Komunitas Slankers Yogyakarta .................................... 43
BAB III SLANKERS: SEKEDAR MEMINJAM BAHASA SLANK ............ 47
3.1 Hey Bung! ....................................................................................................... 48
3.2 Slank Nggak Ada Matinya .............................................................................. 53
3.2.1 O ya mereka bahagia o ya penuh kedamaian .......................................... 53
3.2.2 Mawar merahku ....................................................................................... 56
3.2.3 Gak pake baju atau sobek-sobek: slengean sak kareppe dewe ............... 58
3.2.4 Potlot rumah kami dan Slank adalah keluarga kami ............................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
3.3 Saya Slankers tapi Tidak Tefanatik Teman-teman ......................................... 66
3.3.1 Mungkin orang lain merasa risih namun ini cara saya bersikap ............. 67
3.3.2 Merakyat dan berdiri di semua golongan ................................................ 72
3.3.3 Makan gak makan asal ngumpul (Solidaritas) ........................................ 75
3.3.4 Kalo saya gini terus ya mampus, Slank slengean karena mereka
dibayar, jika saya ikut mereka anak saya makan apa? .................................... 77
BAB IV FANTASI DALAM KELOMPOK SLANKERS ............................... 83
4.1 Konstruksi wacana Slank ................................................................................ 84
4.1.1 Bangunan Wacana Slank Terhadap Pemerintah...................................... 84
4.1.2 Wacana yang dikristalkan oleh Slank ..................................................... 90
4.2 Pengalaman Auditif, Potlot dan Slengean ....................................................... 94
4.2.1 Pengalaman Auditif ................................................................................. 95
4.2.1.1 Karya Slank memberikan keretakan dalam diri Slankers ............. 95
4.2.1.2 Indonesia yang damai .................................................................... 98
4.2.2 Potlot ..................................................................................................... 104
4.2.2.1 Potlot menghadirkan Indonesia yang damai ............................... 104
4.2.2.2 Potlot sebagai proses bertemu dengan aturan ............................. 107
4.2.3 Slengean ................................................................................................ 111
4.2.3.1 Slengean sebagai proses membedakan diri ................................. 113
4.2.3.2 Slengean sebagai ruang artikulasi ............................................... 113
4.2.3.3 Slengean keutuhan yang disingkirkan ......................................... 118
4.2.3.4 Slengean sebagai penanda kosong .............................................. 124
4.2.3.5 Slengean sebagai pengisi kekosongan dalam diri ....................... 126
4.2.3.6 Slengean pengosong isi ..................................................................... 130
4.3 Fantasi dalam kelompok Slankers ................................................................. 133
4.3.1 Fantasi kedamaian dan keharmonisan ................................................... 134
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 148
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 148
5.2 Rekomendasi ............................................................................................ 153
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 154
LAMPIRAN ....................................................................................................... 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1: Lirik Missing Person dan Naik-Naik ke Puncak Gunung ........... 85
TABEL 4.2: Komentar Slankers mengenai perbedaan komentar pemerintah 92
TABEL 4.3: Ketertarikan Slankers .................................................................. 92
TABEL 4.4: Komentar Lagu Maafkan ............................................................. 95
TABEL 4.5: Imaji Indonesia ............................................................................ 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1: Denah Musik dan Sosial ......................................................... 12
GAMBAR 1.2: Che voui? ................................................................................ 20
GAMBAR 2.3: Kaos PLUR 4all ...................................................................... 33
GAMBAR 2.4: Peresmian Minoritas Slanker Jogyakarta (MSJ) ..................... 39
GAMBAR 2.5: Bidadari Penyelamat ............................................................... 40
GAMBAR 2.6: Kartu Tanda Anggota (KTA) SFC Jogja ................................ 42
GAMBAR 2.7: Struktur Organisasi SFC Yogyakarta ..................................... 45
GAMBAR 4.8: Ritme Naik-Naik ke Puncak Gunung ..................................... 87
GAMBAR 4.9: Ritme Dasar Generasi Biroe ................................................... 88
GAMBAR 4.10: Notasi Tangga Nada Jawa dalam Lagu Bocah ................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Budaya bahasa slengean yang populer sejak tahun 1980an di Jakarta
berkuasa menumbuhkan grup musik Slank. Beberapa perubahan rejim politik
pemerintahan di Indonesia cukup kuat dipengaruhi oleh kehadiran Slank dan
Slankers; yang masing-masing pihak juga membawa ambiguitas dan ironi dalam
jejak-langkah (identitas) masing-masing sampai masa kini.
Hasrat musik slengean dalam lagu-lagu bertemakan cinta, alam, dan
kepekaan serta keadilan sosial membuat Slank berdaya selama lebih dari tiga
dasawarsa (1980an-2017) dan memudahkan pemanfaatan oleh para Slankers
untuk memayungi fantasi kolektif mereka.
Penelitian ini adalah paparan negosiasi tiga hal yang saling berkait-erat.
Pertama, status dan peran rumah ideal Potlot sebagai markas Slank di Jakarta.
Kedua, daya kuasa lagu-lagu slengean sebagai perlawanan kontestasi Slank.
Ketiga, gaya hidup pengalaman slengean mereka, membuat para Slankers - kasus
di Jogja - mampu memperkembangkan fantasi kedamaian dan keharmonisan demi
(utopia?) tatanan dunia yang lebih baik, adil dan manusiawi.
Slengean dipahami sebagai simbol ketidakberaturan yang diformulasikan
ulang dan berubah menjadi aturan. Keberlanjutan perubahan seperti dalam
konteks slengean tersebut merupakan topangan fantasi kedamaian yang dialami
para Slankers,
Kesimpulan, harapan dan sumbangan penelitian ini yaitu bahwa ruang
negosiasi Slankers yang disediakan masyarakat plural perkotaan Indonesia - studi
kasus Jogja - menjamin keberlangsungan slengean dan fantasi kolektif dalam
perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik yang digerakkan kalangan muda
dan terpinggirkan dalam masyarakat Indonesia.
Kata kunci: Slank, Slankers, Slengean, Musik dan Fantasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
The popularity of language culture of slengean since 1980’s in Jakarta was
able to grow Slank as a music group. Some changes of goverment-political regime
in Indonesia were strongly influenced by the presence of Slank and Slankers; in
which each of them brought ambiguity and irony in their identity until now.
Desire of slengean music in the songs with themes of love, nature,
sensitivity, and justice made Slank capable for more than three decades (1980’s -
2017) and facilitated some utilization by Slankers to protect their collective
fantasy as the umbrella.
This research was the explanation of negotiation of three related things.
First, status and role of Potlot as an ideal house referred to a base camp of Slank
in Jakarta. Second, the role of slengean songs as Slank’s disputed resistance.
Third, Slank’s lifestyle of slengean experience made Slankers (in some cases in
Yogyakarta) able to develop fantasy of peacefulness and harmony for the sake of
(utopia?) a better, fair, and humanity world order.
Slengean as a disorder symbol which was reformulated changed to be an
order. The continuity of change in the slengean context was a prop of fantasy of
peacefulness that Slankers experienced.
In conclusion, the hope and contribution of this research was that Slankers’
space of negotiation were prepared by plural-citizen society of Indonesia. In case
study of Yogyakarta, it guaranteed the continuity of slengean and collective
fantasy in social change, culture, economy, and politic that was moved by young
generation and marginalized in Indonesian society.
Keywords: Slank, Slankers, Fantasy, Music,and Slengean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam musik Indonesia, popularitas beberapa grup musik berdampak pada
munculnya berbagai kelompok penggemar (musik/band/genre) tertentu yang
kerap mendengarkan, menyanyikan karya idola mereka, dan mengikuti gaya dan
wacana sang idola. Hal ini dapat menjadi suatu persatuan dari berbagai golongan
masyarakat dengan bentuk yang berbeda, seperti gaya mohawk ala punk dan
rambut gimbal ala reggae. Dua kelompok tersebut merupakan kelompok yang
sudah dikenal masyarakat luas dengan corak yang ditampilkan. Fenomena
semacam ini terkait dengan pembentukan komunitas-komunitas pecinta grup
musik tertentu yang dapat ditemukan dalam dunia musik Indonesia.
Dalam musik Indonesia sendiri, dua contoh kelompok penggemar lainnya
adalah Baladewa yang mengidolakan grup musik Dewa dan OI (Orang Indonesia)
atau Fals Mania yang mengidolakan Iwan Fals. Kemunculan dua kelompok ini
disertai dengan bentuk wacana yang mengelilingi keberadan kelompok
penggemar. Contohnya, Iwan Fals, Dewa 19, Rhoma Irama, Harry Roesli, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Slank yang karyanya mengarah pada kritik pemerintah (Orde Baru).1
Slank, salah satu grup musik yang diidolakan, menghasilkan karya-karya
yang dekat dengan golongan masyarakat kelas bawah dan sekaligus penggemar
yang disebut sebagai Slankers. Slank sering menghasilkan karya-karya yang dekat
dengan golongan kelas bawah seperti petani dan buruh.2 Karya semacam ini
menjadi pembeda pertama Slank dari grup musik lain di era yang sama, seperti
Dewa 19 yang mengarah pada kelompok pop alternatif yang merepresentasikan
trend musik dunia.3 Ditambah, Slankers bersama Slank memiliki ciri khas dengan
istilah slengean yang memiliki arti sikap apa adanya dan tidak peduli pendapat
orang lain tentang diri mereka.4 Ciri khas dan istilah slengean ini adalah pembeda
kedua Slank dan Slankers dengan kelompok penggemar musik yang lain.
Slankers adalah kelompok penggemar yang mengidolakan lima orang dalam
satu kelompok musik Slank. Slank lahir pada tahun 80an yang memiliki dua
personil tetap yaitu Bimo setiawan Almachzumi (Bimbim) dan Akhadi Wira
1Di dalam buku Jeremy Wallach yang berjudul (Modern Noise, Fluid Genres Popular Musik In
Indonesia 1997-2001, The University of Wiscnsin Press, 2008, Amerika, hal 16) memberikan
penjelasakan mengenai fungsi lembaga sensor di era Soeharto. Beberapa nama kelompok musik
seperti Rhoma Irama, harry Roesli, Iwan Fals, Slank dan Dewa 19 merupakan kelompok yang
menganggap lembaga sensor tidak cukup kuat untuk menahan kreatifitas musikal mereka yang
mengarah pada kritik pemerintah di era Soeharto. 2Yogi Febrian, Skripsi Representasi Ekologi Politik Dalam Lirik lagu “Anti Nuklir” Karya Band
Slank (Studi Analisis wacana kritis Van Dijk tentang Representasi Ekologi politik Dalam Lirik
Lagu “Anti Nuklir” Karya Band Slank), Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi humas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2014, hal 7. 3Op.cit. Jeremy Wallach, hal 31. Pada bagian ini Jeremy Wallach membagi trend musik pop
Indonesia pada periode 1997-2001 menjadi empat kategori. Pertama pop nostalgia 1960-1980
(Broery Maranthika, Frankie Silahatua, Leo Kristi, dan Gombloh), pop kreatif/pop alternatif
(Cokelat, Dewa (Dewa 19), Padi, Potret, Sheila on 7, danWong), pop kelas atas (Titi DJ,
Krisdayanti, Ruth Sahanaya, and Glenn Fredly) dan urban (R&B). 4Rovi Ashari, Skripsi “Slank Adalah Aku”(Studi Eksploratoris tentang Pengidolaan yang
Mempengaruhi Gaya Hiduppada Penggemar Slank Pekalongan Slankers Club (PSC) Pekalongan),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hal xcii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Saatriaji (Kaka). Kelompok pecinta Slank atau Slankers ini berkembang di
seantero Indonesia. Munculnya kelompok Slankers yang tersebar di berbagai
tempat ini tidak hanya muncul dengan kesamaan atas kecintaan terhadap Slank
tetapi juga dipengaruhi oleh latar belakang lain, misalnya persoalan hidup yang
dirasakan Slankers.
Jejak historis dari komunitas Slankers sendiri sangat berguna untuk melihat
fenomena Slankers. Gaya yang nampak dari kelompok Slank sering diwacanakan
sebagai golongan yang mengkritik pemerintah. Munculnya wacana ini merupakan
hasil yang terbentuk dari dinamika antara rakyat dan elit politik. Jejak yang dibuat
dalam aktivitas penggemar semacam ini menimbulkan banyak hal yang nampak
dan menjadi corak bagi Slankers, contohnya adalah penggunaan pernak-pernik
Slank. Kata corak merupakan kata yang sengaja digunakan untuk memperlihatkan
bahwa ada sesuatu yang direproduksi dan dibayangkan dalam diri Slankers.
Karya-karya Slank menjadi refleksi kritik terhadap persoalan sosial dan gejolak
politik, salah satunya adalah album Mata Hati Reformasi (Juli 1998). Slank
membuat karya seperti Missing Person (Trend Orang Hilang), Naik-naik ke
Puncak Gunung dan Ketinggalan Jaman. Dalam karya ini Slank membuat karya
yang mengarah pada kritik atas gaya politik yang terjadi pada masa Orde Baru.
1998 merupakan tahun yang berarti bagi penggemar Slank di berbagai
daerah. Tahun ini adalah tahun dimana Slank membentuk divisi penggemar dalam
manajerialnya dengan nama SFC (Slanker Fans Club). Kemunculan Slankers
Yogyakarta pada tahun 1998 menimbulkan banyak spekulasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
melatarbelakangi kemunculannya. Hal ini direspon positif oleh penggemar Slank
Yogyakarta yang tadinya tidak diwadahi. Lantas mereka membentuk kelompok
Slankers dibawah SFC dengan nama “Pulau Biru”. Namun dalam perjalanannya,
kelompok ini berganti menjadi “Minoritas Slanker Jogja (MSJ)” pada tahun
2003.5
Satu ikatan yang tidak bisa dilepaskan dari fenomena Slank adalah Slank,
Slankers dan wacana slengean6. Slengean dalam konteks ini memiliki hubungan
pada gaya dan ideologi dari Slank yang mengatasnamakan kebebasan. Kebebasan
dalam hal ini menyinggung tindakan represif pemerintah pada masa Orde Baru.
Gaya yang digunakan dalam kelompok Slank ini lantas ditiru oleh Slankers selaku
penggemar Slank. Dapat dikatakan bahwa gaya yang ditampilkan oleh kelompok
Slank merupakan wadah dalam upaya untuk mengkomunikasikan sesuatu.
Struktur yang tertuang dari kejadian ini bisa menjadi semacam tanda untuk
melihat apa yang sebenarnya terjadi dalam diri Slankers. Lahan yang bisa digali
dari mekanisme ini mengarah pada tiga arena pokok yaitu pengalaman karya,
narasi, dan latar belakang Slankers bersosial.
Beberapa penjelasan yang sudah dipaparkan di atas mengantarkan pada satu
konsepsi mengenai Slankers. Kecintaan serta kemunculan Slankers dilatar
5Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 6 Penggunaan ejaan kata “slengean” merujuk pada empat karya tulis yang memiliki keserupaan
tema pembahasan tulisan. Karya tersebut adalah “Slank dan Slankers di Kota Makasar (Sebuah
Kajian etnografi)” karya dari Hery Wahyudi 2011, “Pembentukan Identitas Slankers Melalui
Pemaknaan Terhadap Simbol-Simbol Budaya Musik Slank” karya Adisty Dwi Anggraini 2008,
“Komunikasi Sosial Budaya Komunitas Slankers Club Solo dengan Masyarakat” karya Sendy
Rizky Ariefa’ie 2015 dan “Dari CikiniStone Complex hingga Slank: Sebuah Catatan Perjalanan
Slank (1983-1996)” karya Fahmi Firmansyah 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
belakangi oleh citra yang dimunculkan Slank dengan idiom slengean yang
berbentuk perlawanan terhadap pemerintah. Ditambah lagi, karya-karya Slank
merupakan simbol dari kritik terhadap penguasa (pemerintah).
Selain hubungannya dengan protes terhadap pemerintah, Slankers memiliki
jalan hidup bebas bertindak sesuka hati sebagai sebuah dunia yang. Pandangan ini
menghasilkan adanya rasa nyaman menjadi Slankers ketika banyak orang
menganggap Slankers sebagai orang-orang yang aneh. Rasa nyaman ini yang
ingin Slankers peroleh sebagai sebuah perlindungan atau payung di dalam
kehidupan bermasyarakat.
Payung dalam penelitian ini yaitu slengean karena jika dianalogikan sebagai
bentuk payung, Slengean memberikan perlindungan dari hal yang menindas
(pemerintah) dan menjanjikan kebebasan bertindak di kehidupan bermasyarakat.
Pada kenyataannya, Slankers harus bernegosiasi dalam menggunakan payung
tersebut karena perlindungan itu tidak sepenuhnya melindungi mereka. Oleh
karena itu, negosiasi antara Slankers dan penggunaan payung atau perlindungan
tersebut di analisa dalam penelitian ini.
Payung menghasilkan bayangan yang membuat subjek merasa teduh dan
nyaman, dimana bayangan ini merupakan fantasi dalam Slankers. Munculnya
fantasi ini dipengaruhi oleh cara Slankers memaknai ulang karya-karya Slank.
Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada fantasi di dalam kelompok Slankers
dimana fantasi tersebut sebagai penutup rapuhnya slengean yang mereka miliki.
Sehingga, fantasi dijadikan sebagai dasar penelitian dan penulisan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.2 Rumusan Masalah
Gerak dari keterlibatan Slankers dalam lingkup masyarakat tidak lepas dari
berbagai macam hal yang membuatnya membentuk komunitas Slankers. Lingkup
dari pertemuan antara individu ketika berhadapan dengan sistem yang
dipersonifikasikan pada sistem simbolik membentuk beberapa konsekuensi di
dalamnya. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi pada Slankers tersebut,
terdapat tiga rumusan pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah resistensi pada pemeritah merupakan dasar utama ketertarikan
Slankers pada Slank?
2. Bagaimana Slankers memaknai karya Slank (lagu, Potlot dan slengean)?
3. Fantasi seperti apakah yang ada dalam Slankers?
1.3 Tujuan dan manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan dasar utama ketertarikan Slankers.
2. Menjelaskan cara Slankers memahami hal-hal yang berhubungan dengan Slank
(lagu, Potlot dan slengean).
3. Mencari fantasi yang saat ini ada di dalam diri Slankers.
1.3.2 Manfaat
Manfaat dalam ranah kajian budaya serta kajian musik:
1. Dapat menjadi rujukan dalam penelitian serupa dalam ranah seni khususnya
musik dan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Melihat secara lebih mendalam mengenai musik sebagai sebuah simbol bagi
beberapa golongan masyarakat.
Manfaat untuk masyarakat:
1. Memahami fenomena musik dalam mempersatukan masyarakat dalam satu
golongan dengan satu ikatan (musik).
1.4 Tinjauan pustaka
Bagian ini merangkum beberapa penelitian yang memiliki keserupaan
mengenai topik, pembahasan, dan fenomena Slankers. Lima kajian yang pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan tema yang serupa digunakan sebagai
bahan perbandingan untuk mendukung penelitian ini. Berikut adalah dua ulasan
yang dibuat kedalam dua bagian meliputi kajian tersebut.
1.4.1 Slankers
Bagian pertama ini merangkum beragam penjelasan serta tulisan yang
membahas mengenai Slankers lewat sudut penjelasan yang berbeda. Di dalam
tulisan yang berjudul “Budaya Populer dan Komunikasi: Impak Kumpulan Slank
Terhadap Slankers di Indonesia” dari Rizky Hafiz Chaniago dan Fuziah Kartini
Hassan Basri, Slank merupakan wadah dari resistensi politik yang berkembang di
Indonesia. Karya Slank menyuarakan mengenai gejala negatif di masyarakat serta
menarasikan kondisi politik yang dianggap kurang baik. Slank membawa wacana
mengenai PLUR (Peace, Love, Unity dan Respect) sebagai salah satu jargon
utama kelompok Slank. Nilai yang nampak dari PLUR merupakan nilai yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dibuat oleh Slank yang mengarah pada kebersatuan, kedamaian, rasa peduli, dan
cinta yang diaktualisasikan pada sesama manusia dan alam.7
Tulisan berikutnya yang memberikan penegasan dari “Budaya Populer dan
Komunikasi: Impak Kumpulan Slank Terhadap Slankers di Indonesia” adalah
karya tulis yang berjudul “Strategi Positioning Slank dalam Menanamkan Citra
sebagai Salah Satu Grup Band di Indonesia” dari M.Ronald Reagan dan Yeni
Rosilawati yang mengangkat tema mengenai positioning8. Tulisan ini
memberikan penjabaran mengenai brand yang dijual oleh kolompok Slank dan
gaya hidup Slank yang terkesan anti kemapanan (apa adanya) dan bebas. Dua hal
ini menjadi pintu masuk bagi kelompok musik Slank dalam panggung hiburan
sehingga wacana anti kemapanan dan bebas ini diterima oleh masyarakat.9
Tulisan berikutnya yang lebih mendalam lagi adalah karya tulis yang
berjudul “Slank Adalah Aku” (Studi Eksploratoris tentang Pengidolaan yang
Mempengaruhi Gaya Hidup pada Penggemar Slank Pekalongan Slankers Clup
(PSC) Pekalongan) karya Rovi Ashari. Karya tulis ini menyajikan pijakan dalam
metodologis dan struktur penulisan yang berarah pada dinamika sosial kelompok
Slankers. Lingkup sosial ditempatkan pada wilayah yang memiliki korelasi
bersifat timbal balik. Timbal-balik disini lebih menempatkan sebagai gejolak
7Rizky Hafis Chaniago dan Fuziah Kartini Hassan Basri, Budaya Popular dan Komunikasi: Impak
Kumpulan Slank Terhadap Slankers di Indonesia, Jurnal Komunikasi, Malaysian Journal of
Communication, 2011, Universiti Kebangsaan Malaysia, Jillid 27(1): 91-100. 8 Konsep ini dalam pengertian tradisional mengatakan bahwa positioning merupaan sebuah strategi
untuk memnangi dan menguasai benak pelanggan melalui produk yang ditawarkan. 9M.Ronald Reagan dan Yeni Rosilawati, Strategi Positioning Slank dalamMenanamkan Citra
sebagai Salah Satu GrupBand di Indonesia, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 1, Juni
2009: 1-118, Universitas Atma jaya Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sosial yang menjadi bahan pengkaryaan dalam upayanya untuk media refleksi.
Karya Slank yang dianggap sebagai karya yang mengangkat isu sosial dan
solidaritas menjadi perwakilan dari generasi muda dalam mereflekikan dirinya
dan lingkungan sosial.10
Tiga karya tulis ini menjadi referensi dan titik pembeda dengan penelitian
yang dibahas dalam keseluruhan karya tulis ini. Titik pertama yang menjadi
pembeda adalah pengalaman musikal masing-masing Slankers. Pengalaman
musikal atau pengalaman estetik dalam bidang musik merupakan tonggak awal
dalam membuka yang ada di dalam diri Slankers. Titik rujukan awal mengarah
pada daya persepsi yang dikontekskan pada sisi sosial Slankers. Dalam artian, sisi
estetik dalam hal ini dibahas bersama deretan sisi kritis dalam lingkup sosial
masyarakat. Peta ini membuka beberapa hal yang menjadi modal pembeda
selanjutnya. Daya refleksi yang berkaitan dengan pengalaman musikal dan sosial
masyarakat memberikan residu yang mengarah pada fantasi.
Fantasi dalam penelitian ini merupakan pembeda dari penelitian yang sudah
disebutkan di atas. Fantasi dalam hal ini merujuk pada fantasi kolektif yang
muncul dalam komunitas Slankers. Kedua korelasi ini membangun konsepsi
mengenai keutuhan diri Slankers dari refleksi antara karya Slank, Slankers dan
masyarakat tentunya. Lingkup berikutnya memberikan ulasan mengenai resistensi
yang hadir dari Slankers itu sendiri dalam sistem masyarakat tentunya. Resistensi-
10Rovi Ashari, Skripsi “Slank Adalah Aku”(Studi Eksploratoris tentang Pengidolaan yang
Mempengaruhi Gaya Hiduppada Penggemar Slank Pekalongan Slankers Club (PSC) Pekalongan),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hal xiii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
resistensi semacam ini menjadi pembahasan yang nantinya berujung pada
pembentukan kelompok Slankers.
1.4.2 Musik dan sosial
Bagian kedua ini memberikan pandangan mengenai kerangka konseptual
yang memiliki tendesi yang serupa dengan rancangan topik penulisan ini. Karya
tulis pertama yang digunakan yaitu “What is Sociological About Music?” dari
William G. Roy dan Timothy J. Dowd.11 Tulisan ini memberikan denah mengenai
posisi karya musik yang berada di tengah-tengah masyarakat. Tulisan ini sengaja
diambil karena tulisan ini menjadi pintu masuk interaksi antara musik, sosial dan
masyarakat. Tulisan ini memberikan pemahaman pada alur pemikiran yang
berlandas pada kerangka musik dan elemen yang membentuknya dalam ranah
masyarakat sehingga bisa dikorelasikan pada penggemar. Dalam hal ini musik
diletakkan pada posisi di tengah-tengah antara bentuk sosial yang membangun
corak musik dan sosial yang dipengaruhi oleh musik itu sendiri. Sisi lainnya yang
menjadi titik tumpu adalah musik sebagai aktifitas. Namun, penjelasan ini tidak
hanya berguna dalam melihat sisi musikalitas, tetapi juga bisa melihat hal yang
lebih luas dalam karya ataupun dalam refleksi individu dalam hubungannya
dengan merituskan (berkegiatan dengan mengidentikkan Slank) serta
mengidentikkan diri dengan musik tertentu. Pemahaman mengenai interaksi antar
individu merupakan pintu yang terbuka untuk melihat gerak dari refleksi antara
penggemar dan idola. Titik kesamaan dalam hal ini mengarah pada pola interaksi
11William G. Roy dan Timothy J. Dowd, What is Sociological About Music?, Annual Review of
Sociology, Vol. 36: 183-203 (Volume publication date 11 August 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
antara individu dalam memproduksi wacana yang mengitari kelompok sehingga
muncul kecenderungan memilih satu hal yang dianggap menarik.
Satu tulisan lagi yang bisa dianggap sebagai rujukan adalah Hardcore:
Subculture American Style karya dari Susan Wilis.12 Tulisan ini memberikan
penjelasan mengenai corak-corak subkultur yang bermunculan di Amerika. Secara
konseptual, karya tulis ini memberikan rangkaian dalam melihat kelompok
subkultur pada sisi yang mengarah pada resistensi yang ada di dalam kelompok
subkultur Amerika. Resistensi yang muncul ini memberikan wujud pada gaya
subkultur. Gaya yang hadir menjadi karakter yang muncul pada kelompok
subkultur.
Pada bagian akhir ini diperlihatkan denah besar mengenai hubungan antara
musik dan sosial seperti gambar berikut:
12Susan Willis, Hardcore: Subculture American Style, Critical Inquiry, Vol. 19, No. 2 (Winter,
1993), pp. 365-383, University of Chicago Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 1.1: Denah Musik dan Sosial
Berdasarkan Gambar 1.1, runtutan dalam bagian pertama denah
menempatkan musik berada pada posisi di tengah dan diapit dengan berbagai
aspek kehidupan. Gejolak yang berada pada interaksi antara diri dan di luar diri
membuat individu perlu membuat ruang sebagai wadah bernegosiasi antara diri
dan lingkungan. Struktur yang mencakup sisi internal atau sisi eksternal dalam
musik memiliki jejak dari aspek di luar musik seperti ekonomi, sosial, dan politik.
Kekuatan dari gerak ini memberikan konstribusi pada ilmu (yang mengarah pada
pemikiran) dan gerakan sosial. Semua terlahir dari dua konsepsi mengenai musik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sebagai objek dan musik sebagai aktivitas dalam masyarakat atau komunal
tertentu. Musik sebagai aktivitas mengarah pada tindakan-tindakan menyamakan
diri atau fetis pada idola, seperti gaya berpakaian. Pada sisi objek, musik bisa
menjadi wadah yang dapat memberikan pengalaman musikal dalam diri ataupun
kolektif.
Ketertarikan penggemar dalam menyamakan diri dengan idola dan
mengkonsumsi karya tidak luput dari kapital (modal) yang mereka miliki dalam
dirinya. Struktur ini memberikan penggemar untuk mendekatkan dirinya pada
karakter tertentu dalam sebuah aktivitas musikal. Hal ini membuat penggemar
memiliki corak pembeda antara dirinya dengan berbagai macam corak yang ada di
masyarakat. Bermacam sistem yang menyelimuti kedirian penggemar
membuatnya untuk berhadapan dengan sistem-sistem yang membuat dirinya tidak
merasakan kepuasan. Alhasil apa yang dilakukan adalah bentuk negosiasi yang
berkaitan dengan lingkungan dan sisi kesejarahan dalam diri penggemar.
Sehingga, seperti yang tertulis pada denah di atas, ada formasi sosial yang berbeda
dengan sistem umum yang ada dalam masyarakat dan pembuatan sistem baru
yang berbeda dengan sistem umumnya. Corak baru ini memiliki gaya untuk
melegitimasiakan keberadaan dirinya sendiri.
Bagian ini sarat dengan beberapa faktor penentu seperti aturan dan
kehendak bebas (hasrat). Hasrat merupakan hasil dari ketidakmampuan norma
atau sistem untuk memberikan kepuasan dalam diri subjek. Jika hal ini menjadi
bentuk yang melibatkan sistem komunal serta melibatkan banyak orang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dalamnya, pola ini mengarah pada gerakan yang memiliki kepentingan dan tujuan.
Konsep ini sangat berguna untuk melihat fenomena Slankers. Dalam posisi ini,
musik sebagai objek dan aktivitas menjadi sangat penting untuk memperlihatkan
cara Slankers menggunakan material (lagu, slengean, Slank dan Potlot) di tengah
masyarakat.
Satu hal yang tidak bisa dilepaskan dalam hubungan antara idola dan
penggemar adalah peranan teknologi (Internet). Melalui Internet, penggemar bisa
mengakses karya serta halaman idola secara cuma-cuma dan sedikit batasan.
Internet menjadikan idola semakin dekat dengan penggemar karena jangkauan
serta kemudahan yang diberikan, seperti, blog, facebook dan youtube. Melalui
internet pula, ada jalinan interaksi ketika terjadi proses mengakses karya.
Hubungan ini terjalin karena ada dua pelaku yang menguplod dan mengunduh
karya (online communities).13
Tiga hal yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu pengelaman auditif, penggunaan makna slengean, dan fantasi dalam
Slankers. Pada pengalaman auditif, penelitian ini menjelaskan ketertarikan
Slankers dan membahas sedikit tentang musikalitas. Pada penggunaan makna
slengean, penelitian ini berfokus pada penggunaan slengean dan perubahannya.
Pada fantasi dalam Slankers, fantasi dalam penelitian ini melihat frame fantasi di
dalam Slankers yang menjadi pemersatu mereka.
13 Mia Consalvo dan Charless Ess (edt), The Handbook of Internet Studies, Wiley-Blackwell,
United Kingdom, 2011, hal 440-450.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.5. Kerangka Teori
Pada penelitian ini, konsep fantasi oleh Jacques Lacan digunakan sebagai
dasar penulisan. Konsep ini berguna untuk memperlihatkan polemik dan alasan
ketertarikan Slankers pada Slank. Fantasi dalam penelitian ini adalah bentuk
visual untuk menopang keberadaan subjek simbolik.
How are we to understand the fundamental fantasy as the locus in which the subject
emerges as a consequence of the knotting together of the three orders of the Symbolic,
the imaginary, and the Real? First of all, the fundamental fantasy should be regarded
as a “compromise formation’ par excellence: indeed, it is both the consequence of and
a reaction (a defense) against the fact that the symbolic Other of the signifiers is a
structurally lacking order.14
Berdasarkar kutipan di atas, fantasi merupakan salah satu bagian yang
terdapat dalam kerangka teori psikoanalisa yang digagas oleh Lacan yang
dijelaskan melalui denah Graph of Desire. Fantasi bisa diartikan sebagai jawaban
atas tuntutan pernyataan yang keluar dalam diri dalam upayanya mempertanyakan
kembali keinginan liyan/Other. Hal ini terjadi karena dunia simbolik memiliki
kekuatan untuk mengatur subjek untuk patuh atas perintahnya. Tolak ukur yang
muncul di dalam dunia simbolik ini adalah ketika seseorang diperkenalkan dengan
bahasa dan hukum sosial (Other atau liyan).
Salah satu dampak ketika seseorang memasuki dunia simbolik adalah
munculnya kastrasi. Dalam dunia musik contohnya, pada masa Orde Baru,
lembaga sensor sangat aktif menyaring konten-konten yang berbau kritik
khususnya seni. Tujuan yang ingin dicapai adalah menyamakan satu
bahasa/aturan di masyarakat.
14 Lorenzo Chiesa, Subjectivity and Otherness, A Philosophical Reading of Lacan, The Mit Press,
London, 2007, hal 142.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Liyan memaksa seseorang untuk patuh dalam tindakan dan berbahasa sesuai
dengan aturan yang dimiliki oleh liyan. Pada tatanan ini pula subjek menemukan
celah-celah yang kosong dari liyan itu sendiri. Celah kosong yang dirasakan oleh
subjek merupakan hasil dari tranformasi ketika subjek berada pada tatanan need
(imajiner) dan menghasilkan hasrat (desire). Selain mekanisme mengenai
perubahan need dan demand, dunia simbolik juga menjadikan individu sebagai
subjek simbolik dan subjek ketidaksadaran. Ketidaksadaran yang dirasakan oleh
subjek merupakan wilayah yang muncul ketika dirinya menjadi subjek bahasa
atau bemasyarakat. Pengaruhnya terletak pada bagaimana ketidaksadaran ini
terlihat berada di dalam dan tidak keluar, namun ketidaksadaran memiliki
kecenderungan untuk keluar dalam ranah bahasa. Munculnya ketidaksadaran ini
melalui lelucon (joke), mimpi (dream) atau kesalahan berbicara (slip of tongue).
Need manusia merupakan sikap alamiah yang berkutat pada kebutuhan oral
dan anal. Namun ketika manusia memasuki wilayah simbolik semua kebutuhan
itu tidak semua bisa dilampiaskan dalam ruang kehidupan bersosial. Munculnya
dunia bahasa dengan seperangkat hukum yang ada di dalamnya membuat
sebagian kehendak dalam need tidak dapat dikenali keberadaannya. Hal ini
memiliki jejak yang muncul pada dunia simbolik melalui hasrat dalam diri.
Dunia simbolik melalui kastrasi menimbulkan keinginan yang tidak dapat
teraktualisasikan. Hal ini menimbulkan sesuatu yang hilang dalam dirinya. Hasil
yang muncul dalam bagian ini adalah subjek yang mengalamai kekosongan dalam
dirinya ($). Celah kosong yang dirasakan oleh subjek bahasa ini karena kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
ketidakmungkinan (traumatik atau real) dalam dirinya. Kata real yang dimaksud
adalah pesona dunia simbolik yang memberikan kenikmatan ternyata tidak benar
adanya. Dengan kata lain, real merupakan kondisi ketidakmungkinan dalam
mencapai posisi nikmat dalam tatanan simbolik (impossibility). Sebagai
tambahan, fenomena yang terjadi pada Slankers bisa dijadikan contoh.
Sehubungan dengan pandangan Slankers mengenai demokrasi, salah satu
dari mereka mendefinisikan demokrasi saat ini adalah demokrasi keblinger.15
Asumsi ini muncul ketika demokrasi yang dijadikan landasan untuk bebas dalam
berekspresi16 diartikan sebagai bentuk kebebasan yang tidak mengenal aturan.
Sehingga, hal ini membuat Slankers gelisah.
Slankers memang merupakan salah satu golongan masyarakat yang sering
dihubungkan dengan kebebasan. Tetapi, ketika kebebasan itu sudah nampak,
mereka merasa kebebasan yang diinginkan bukan seperti kebebasan saat ini.
Terdapat celah kosong yang mereka rasakan. Sehingga, yang dirasakan oleh
Slankers adalah ketidakpuasan karena demokrasi saat ini tidak memberikan
keinginan mereka yang utuh (impossibility).
The real emerges as that which is outside language and inassimilable to symbolization.
It is ‘that which resists symbolization absolutely' or, again, the real is ‘the domain of
whatever subsists outside symbolisation’. This theme remains a constant throughout
the rest of Lacan’s work, and leads Lacan to link the real with the concept of
impossibility. The real is ‘the impossible’ because it is impossible to imagine,
impossible to integrate into the symbolic order, and impossible to attain in any way. It
15 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 16 R. Kristiawan, Penumpang Gelap Demokrasi Kajian Liberalisasi Media di Indonesia, Aliansi
Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Jakarta, 2013, hal 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
is this character of impossibility and resistance to symbolization which lends the real
its essentially traumatic quality.17
Berdasarkan kutipan di atas, kondisi ketidakmungkinan yang dirasakan oleh
subjek mengantarkan diri subjek pada fantasi yang dirasakan oleh subjek itu
sendiri. Fantasi sendiri memiliki sifat yang mengarah pada bagaimana subjek
melihat aspek dunia simbolik ini nyatanya tidak memiliki perangkat yang cukup
untuk memuaskan subjek yang berada di dalamnya. Fantasi ini semacam frame
yang muncul dalam benak diri subjek dalam melihat dunia atau aturan yang
disajikan dalam dunia simbolik. Fantasi juga muncul ketika subjek merasakan
objek hasrat yang ada di hadapan subjek. Dengan adanya fantasi inilah seolah-
olah objek memiliki kenikmatan serta menjadi nikmat untuk selalu dikejar.
Gambaran ini bisa memperlihatkan latar yang mendasari Slankers untuk
tetap berada dalam satu wilayah. Salah satu contoh yang dapat diperlihatkan
adalah tata cara berbusana. Tata busana yang terkesan slengean, tidak rapi, dan
cuek merupakan cara yang Slankers gunakan dalam kehidupan sehari-hari.18
Walaupun banyak orang yang menganggap gaya semacam ini adalah gaya yang
kotor, Slankers tetap merasa senang ketika menggunakannya. Hal ini karena
topangan dari realitas yang dimunculkan oleh Slankers berlandaskan pada fantasi
yang berada di dalam dirinya.
While Lacan accepts Freud’s formulations on the importance of fantasy and on its
visual quality as a scenario which stages desire, he emphasizes the protective function
of fantasy. Lacan compares the fantasy Scene to a frozen image onm a cinema screen;
just as the film may be stopped at a certain point in order to avoid showing a traumatic
17 Dylan Evans, An Introductiory Dictionary of Lacanian Psychoanalysis, Routledge, London dan
New York, 1996, hal 162. 18 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
scene which follows, so also the fantasy scene is a defence which veils castration. The
fantasy is thus characterized by a fixed and immobile quality.19
Berdasarkan kutipan di atas, munculnya fantasi dalam diri memilik korelasi
pada hasrat di dalam diri dan menjadi penolak dari hadirnya kastrasi yang muncul
dalam dunia simbolik. Beragam aturan yang muncul dalam dunia simbolik
menimbulkan hasrat dalam diri subjek yang merasa tidak terpuaskan dalam dunia
simbolik. Kekangan serta hasrat dari liyan yang selalu menginginkan subjek-
subjek untuk patuh pada ketetapan yang liyan buat menimbulkan keinginan untuk
lari dari kekangan tersebut. Fantasi dalam hal ini semacam gambaran visual yang
memberikan kengerian dari liyan dan kenikmatan terhadap objek hasrat. Dengan
artian lain, fantasi sendiri juga menjadi tanda di mana subjek memiliki hasrat dan
merindukan objek yang tidak didapat dalam dunia simbolik.
The conclusion that we are here dealing with racism is further confirmed by the fact that this
'Che vuoi?' erupts most violently in the purest, so to say distilled, form of racism, in
antiSemitism: in the anti-Semitic perspective, the Jew is precisely a person about whom it is
never clear ‘what he really wants;-that is, his actions are always suspected of beign guided by
some hidden motives (the Jewish conspiracy, world domination and the moral corruption of
Gentiles, and so on). The case of anti-Semitism also illustrates perfectly why Lacan put, at the
end of the curve designating the question ‘Che vuoi?’ the formula of fantasy ($<>a): fantasy is
an all answer to this ‘che vuoi?’; it is an attempt to fill out the gap of the question with an
answer. In the case of anti-semitism, the answer to ‘What does the Jew want?' is a fantasy of
‘Jewish conspiracy’: a mysterious power of jews to manipulate events, to pull the strings behind
the scene. The crucial point that must be made here on a theoretical level is that fantasy
functions as a construction, as an imaginary scenario filling out the void, the opening of desire of the Other. By giving us a definite answer to the question ‘what does the Other want?’20
Fantasi berada pada posisi ($<>a). Makna yang terletak dalam bagian ini
adalah ketika subjek terbelah ($) berhadapan dengan objek hasrat dan mengetahui
bahwa dunia yang harusnya memberikan kenyamanan ternyata tidak. Dari bagian
ini, terlihat bahwa tatanan ini berada pada bagian yang terletak di atas garis
19 Op cit, Dylan Evans, hal 61. 20Slavoj Zizek, The Sublime Object of Ideology, Verso, London dan New York, 1989, hal 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
lintang yang ditandai dengan istilah Che vuoi? (kata ini memiliki artian apa yang
kamu inginkan?). Kronologi ini merupakan bagian yang muncul karena liyan
selalu memberikan kekangan kepada diri subjek dalam bertindak di sistem yang
dibuat oleh diri liyan itu sendiri.
Gambar 1.2: Che voui?
Gambar di atas memiliki runtuan pada fantasi yang berada dalam benak
subjek yang merasa dirinya tidak merasakan kenikmatan dari apa yang sudah
diberikan oleh master. Lantas bagaimana gerak semacam ini muncul dalam benak
subjek? Jawabannya terletak pada visualisasi yang muncul dalam benak subjek
ketika dirinya merasakan ketidaknyamanan tersebut. Dengan kata lain, fantasi
merupakan jawaban dari “Che voui?” dalam diri subjek. Dunia yang dibangun
dalam dunia simbolik memunculkan banyak hal yang dikastrasi dalam diri.
Kastrasi yang muncul merupakan hasil dari hasrat simbolik dalam mengintervensi
semua subjek yang masuk dalam simbolik. Subjek yang berada di dalamnya
memiliki perlawanan yang muncul melalui hasrat dalam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Fantasy is answer to this 'che vuoi?'It is an attempt to fill out the gap of the question with an
answer. In the case of anti-Semitism. The answer to ‘What does the Jew want?’ is a fantasy of
‘Jewish conspiracy’: a mysterious power of Jewa to manipulate events, to pull the strings behind
the scene. The crucial point that must be made here on a theoretical level is that fantasy
functions as a construction, as an imaginary scenario filling out the void, the opening of the
desire of the Other. By giving us a definite answer to the question ‘what does the Other want?’, it
enables us to evade the unbearable deadlock in which the Other wants something from us, but we
are at the same time incapable of translating this desire of the Other into a positive interpellation, into a mandate with which to identify.21
Fantasi secara tidak langsung memiliki peran yang bisa memberikan
anggapan dalam melihat kedirian subjek di tengah dunia simbolik. Posisi ini
menempatkan posisi fantasi seperti frame atau potongan gambar yang
memberikan daya refleksi pada keberadaan diri. Fantasi yang muncul bersifat
subjektif. Dengan kata lain, keberadaan fantasi ini merupakan sudut dalam
memandang dunia dengan menitikberatkan pada satu sudut tertentu.
Dalam kerangka ini, fantasi merupakan imajinasi yang muncul dalam benak
subjek ketika hasrat dari Other memberikan kekuatan untuk memberikan
kekangan pada subjek. Fantasi ini memiliki keutamaan yang mengarah pada jalan
keluar untuk tidak ingin mengikuti apa yang telah dilegitimasiakan oleh liyan.
Fantasi ini memberikan kerangka yang mengarah pada bagaimana fantasi ini
memberikan gambaran bahayanya ikut dalam cara bertindak simbolik.
Sebaliknya, fantasi memberikan gambaran begitu indahnya objek hasrat. Dalam
bagian ini, fantasi memiliki jejak pada istilah “biru” yang sering diucapkan oleh
Slankers. Biru memiliki artian sebagai bentuk kedamaian (Pulau Biru Slank) dan
biru yang diasumsikan dengan generasi biru (pergolakan). Pulau Biru yang
diandaikan tempat yang penuh dengan kedamaian dalam konteks dunia yang
berada dalam diri Slank. Di sisi lainnya biru yang berarti gerakan pemuda yang
21Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bergejolak dalam konteks pemerintah. Kedua hal ini sama-sama memiliki tendensi
untuk menopang tindakan yang dilakukan oleh Slankers yang berhubungan
dengan pemerintah dan Slank.
Bayangan-bayangan semacam ini bisa menjadi bagian yang tidak
terlepaskan ketika disangkutkan dengan dunia simbolik dan real dalam diri
subjek. Penjelasan di atas merupakan gambaran yang tepat dalam melihat
keberadaan fantasi dalam diri subjek. Tetapi, bagian yang perlu digarisbawahi
adalah bagaimana fantasi yang muncul dalam diri merupakan pertimbangan yang
memiliki korelasi pada kedirian itu sendiri.
For Lacan desire is the essence of human existence, as it was for example for Spinoza.
Actually one must be more precise, for, lacan says, in a-theological system (that pulls
man away from the center of the world) the term “man” is impossible to concerve.
Then he suggests substituting the Spinozist formula that “desire is the essence of man”
by “desire is the essence of reality”. Notwithstanding this transformation, he situates
his theory in a long tradition of thought profoundly connecting human existence to
desire. His formulation of real as the impossible objek of desire, that needs a screen (of
fantasy) in order to make itself know, implies at the pane of philosophical antropology
that we never attain the final answer to appeal that has haunted man hroughout the
ages and guides him towards his most secret dimensions: “man, know thyself’. Thus
Lacanian theory of desire distinguishes it self from three major traditions in the
conception of man.22
Pada bagian selanjutnya, fantasi disandingkan dengan hasrat yang berada
dalam diri subjek. Seperti yang sudah diterangkan pada bagian sebelumnya, denah
dalam dunia simbolik memunculkan hasrat karena banyak keberagaman hukum
yang ada dalam dunia simbolik tidak dapat memberikan apa yang diinginkan oleh
subjek. Lantas bagian yang tidak terlampiaskan tersebut ingin keluar dan ingin
memberikan celah untuk dapat masuk dan membutuhkan jembatan yang dalam
22Andre Nusselder, Interface fantasy A Lacanian Cyborg Ontology, F&N Eigen Beheer,
Amsterdam, 2006, hal 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kasus ini adalah Slank. Slank beserta beragam material (karya, slengean, figur dan
Potlot) yang dimiliki menjadi jembatan antara Slankers sebagai subjek bahasa
(simbolik) dan hasrat Slankers bersamaan dengan fantasi.
Žižek often conceives of fantasy as a kind of frame through which we see reality. This
frame offers a particular or subjective view of reality. It is permeated with desire and
desire is always 'interested', that is, it always presupposes a certain point of view. What
Žižek means by this can be understood by reference to the concept of an anamorphosis.
An anamorphosis is an image distorted in such a way that it is only recognizable from
a specific angle. It is, as Žižek states, 'the element that, when viewed straightforwardly,
remains a meaningless stain, but which, as soon as we look at the picture from a
precisely determined lateral perspective, all of a sudden acquires well-known
contours'.23
Fantasi sendiri merupakan semacam wujud imajinasi yang memiliki korelasi
pada dua bagian dalam membangun jembatan yang menghubungakan wilayah
imajiner dan wilayah simbolik. Kedua cabangan ini menempatkan fantasi pada
posisi pertama yang memiliki arahan pada konsep penolakan untuk ikut dalam
wilayah simboik. Penegasan tersebut memberikan arti objek yang ingin dikejar
dalam dirinya, sehingga kekuatan tersebut memberikan iming-iming yang besar
untuk terus dikejar. Penolakannya terletak pada bagaimana dunia simbolik tidak
menyediakan apa yang diinginkan oleh subjek. Bagian selanjutnya adalah
kerangka munculnya fantasi yang merupakan bagian untuk mengartikulasikan
keberadaan hasrat itu sendiri. Kerangka fantasi muncul dalam merasakan objek
yang selama ini diinginkan. Inti dalam gagasan fantasi ini adalah alasan kuat bagi
subjek untuk tetap berada pada satu ikatan tertentu. Walaupun sebagian orang
melihat ikatan tersebut tidak menyenangkan, namun bagi subjek yang sudah
23Tony Myers,Slavoj Žizek, Routledge, London dan New York, 2003, hal 99.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
masuk dalam ikatan tersebut, subjek tetap merasa nyaman karena ada fantasi yang
menopangnya.
1.6 Metode penelitian
Metode penelitian dalam tulisan ini diambil melalui wawancara dan
literatur. Pengambilan melalui wawancara melibatkan anggota Slankers
Yogyakarta dan pengambilan data melalui literatur menggunakan literature yang
berkaitan dengan kelompok Slank dan Slankers. Berikut penjelasan secara rinci:
Sumber data primer dilakukan melalui wawancara bersama satu ketua dan
lima anggota komunitas Slankers Yogyakarta yang disebut Slanker Fans Club
(SFC) Yogyakarta. Klasifikasi dari narasumber dibedakan sesuai dengan periode
keterlibatannya dengan SFC Yogyakarta. Pembedaan ini dianggap penting
mengingat kelompok ini mengalami dua kali perubahan periode (Pulau Biru dan
Minoritas Slanker Jogja). Narasumber dibatasi hanya enam orang Slankers yang
masuk dalam lingkup SFC Yogyakarta. Pengambilan data hanya dalam lingkup
Yogyakarta.
Data sekunder melalui literatur yang membahas mengenai Slank dan juga
kelompok Slankers. Dalam hal ini literatur yang digunakan berupa buku, majalah,
artikel dan karya tulis akademik yang memilki keserupaan dengan tema mengenai
Slank dan Slankers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
1.7 Sistematika Pembahasan
Tesis ini terdari dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan, dimana bagian ini
terdiri dari latar belakang ketertarikan penulis terhadap Slankers dan hubungannya
dengan resistensi terhadap pemerintah. Bab II menjelaskan sejarah dan wacana
yang muncul didalam lingkaran Slank dan Slankers. Bab III menjelaskan proses
Slankers memahami karya Slank (lagu, potlot, dan slengean), resistensi terhadap
pemerintah, dan kecenderungan menyingkirkan Slank. Bab IV meliputi analisa
alasan penggemar Slank menjadi Slankers dan hubungannya dengan resistensi
terhadap pemerintah, karya Slank yang dimaknai oleh Slankers, dan fantasi
didalam Slankers. Bab V berisi kesimpulan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB II
SEJARAH SLANK, SLANKERS DAN SLANKERS YOGYAKARTA
2.1 Sejarah Kelompok Musik Slank
Kemunculan komunitas Slankers yang tersebar di Indonesia ataupun yang
tersebar di luar Indonesia tidak lepas dari kemunculan kelompok musik Slank
sebagai dasar dari kesatuan komunitas Slankers. Salah satu momen yang diingat
komunitas Slankers adalah munculnya embrio kelompok Slank. Embrio dari
kelompok Slank adalah kelompok musik yang menamakan dirinya Cikini Stone
Complex (CSC) dengan formasi yang hanya menyisakan sedikit personil yang
bertahan hingga menjadi kelompok Slank. CSC tidak berdiri dalam waktu yang
lama, yaitu dalam rentang waktu 1981-1984. CSC bermula dari perkumpulan
anak-anak muda perguruan Cikini yang memiliki kesukaan terhadap musik-musik
Rolling Stone. CSC merupakan kelompok musik yang didirikan oleh Bimo
Setiawan Al Machzumi24 atau yang sering disapa dengan nama Bimbim pada saat
dirinya berkecimpung di perguruan Cikini.
Pada awalnya kelompok CSC sering sekali memainkan karya-karya dari
kelompok Rolling Stone. Repetisi karya-karya Rolling Stone yang dilakukan oleh
kelompok CSC memang beralasan sekali, karena pada saat
24 Bimo Setiawan Al Machzumi lahir pada tanggal 25 Desember 1966. Bimbim lahir dari pasangan
Sidharta Manghoeroedin dan Iffet veceha, Sidharta Manghoeroedin sempat menjalankan bisnis
kargo perkapalan (lihat Gatra, No..11 tahun XII, 28 Januari 2006, hal 80. )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
itu banyak kelompok band yang merepetisi karya band-band terkenal yang
berasal dari musik top dunia.
Setelah hengkang dan membubarkan kelompok CSC, Bimbim membuat
kelompok baru yang bernama Red Evil. Karya-karya yang dimainkan oleh
kelompok musik Red Evil mengantarkan mereka untuk menggagas satu nama
baru yaitu Slank. Titik awal perubahan nama ini diawali dengan sebutan yang
mereka terima dari para pendengar yaitu slengean. Kata ini disematkan karena
gaya penampilan dan corak musik mereka mengarah pada slengean. Penampilan
yang slengean (seenaknya), lirik lagu yang seenaknya kadang mengandung kritik-
kritik sosial, serta aliran musik yang mereka bawakan telah menjadi ciri khas yang
membedakan dengan musisi-musisi lain.25 Seperti ketika Slank konser di HUT RI
ke 70, Kaka (vokalis Slank) tampil dengan tampilan yang berkesan tidak rapi di
tempat yang seharusnya berpenamilan rapi.26 Dalam wilayah yang lain karya dari
kelompok Slank ini memiliki daya pikat karena lirik yang disajikan oleh
kelompok Slank tidak vulgar dalam mengkritik pemerintah tidak seperti Iwan
Fals.27 Tingkah yang seenaknya ini menjadi bagian yang cukup menarik orang
untuk menjadi Slankers, seperti ketika Slank memberikan marchandise alat
kontrasepsi pada album Satu-Satu tahun 2003.28 Selain itu, kemunculan kelompok
25Rovi Ashari, Skripsi “Slank Adalah Aku”(Studi Eksploratoris tentang Pengidolaan yang
Mempengaruhi Gaya Hiduppada Penggemar Slank Pekalongan Slankers Club (PSC) Pekalongan),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Serakarta, 2009, hal xiv. 26Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 27Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 28Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
musik Slank dengan mengusung ganre rock ‘n roll merupakan motor yang dapat
mengantarkannya kepuncak ketenaran. Slank sempat menggantikan selera
masyarakat Indonesia ketika dikuasai oleh musik-musik melayu Malaysia, seperti
Amy Search.29
Kekuatan jalinan yang terbentuk antar Slank dan Slankers terlihat ketika
kelompok Slank mengadakan konser di beberapa tempat dan melakukan
peresmian kelompok-kelompok komunitas Slankers yang ada di daerah yang
disinggahi. Salah satu contohnya adalah peresmian komunitas Minoritas Slankers
Jogja (MSJ). MSJ dibentuk dan didirikan atas antusias dan tuntunan dari sebagian
bekas anggota komunitas Slankers Pulau Biru Jogja, yang dulu pada tanggal 04
Desember 1998 telah diresmikan oleh Slank.30 Peresmian yang sering dilakukan
oleh Slank bukanlah satu-satunya tali perekat antara Slank dan Slankers. Bentuk
lainnya adalah terbukanya markas Slank yang bertempat di Gang Potlot sebagai
wadah untuk mejalin komunikasi antar komunitas. Tempat yang bernama Gang
Potlot ini memang bukan tempat biasa di mata Slankers. Beberapa Slankers
menganggap tempat ini merupakan tempat yang wajib dikunjungi karena Slankers
menganggap Gang Potlot adalah rumah mereka.31
Pada sisi lain, keberadaan kelompok Slank ini sering dikaitkan dengan
gerakan sosial, kemanusiaan dan kritis terhadap pemerintah. Salah satu personil
Slank, yaitu Abdee Negara juga dikenal sebagai salah satu yang getol dalam hal
29Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 30Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 31Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
ini. Abdee memang sering terlibat dalam gerakan kemanusiaan. Bersama kawan-
kawannya di dunia hiburan, ia beberapa kali menggalang dana untuk bantuan bagi
yang membutuhkan.32 Kepekaan terhadap kegiatan-kegiatan sosial semacam ini
juga tampak pada kejadian gempa bumi pada tahun 2006 di Yogyakarta. Slank
bersama Marsha Timoti datang ke Yogyakarta dalam acara SCTV pundi amal.33
Dalam sisi kritis terhadap pemerintah atau elit politik, Slank memiliki karya
dan juga tindakan yang mengarah pada hal ini. Terlihat pada suatu kesempatan
Slank dan Abdee aktif dalam gerakan mendukung Komisi Pemberantas Korupsi
(KPK), ketika sejumlah pihak dianggap hendak melemahkan lembaga itu. Pada
2012, ketika KPK (Komisi Pemberantas Korupsi) berkonflik dengan Markas
Besar Kepolisian Republik Indonesia, aktivis antikorupsi menuntut Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengatasinya. Tapi harapan ini tak segera terwujud
karena Presiden tidak segera mengambil langkah apa pun. Masyarakat yang
melihat komisi anti korupsi terancam berkumpul di bundaran hotel Indonesia. Di
sana, Abdee menyanyikan lagu Where are you Mr President?34
Munculnya Slank beserta karyanya sering dikaitkan dengan istilah slengean.
Slank selalu identik dan dianggap penjelmaan dari group musik Rolling Stones.
Aksi panggung hingga gaya hidup yang slengean menjadi sebuah trend anak
muda pada saat itu. Tidak sedikit anak muda yang mengaku Slankers dan
mengikuti gaya hidup mereka. Mulai dari rambut gondrong, pakaian compang-
32Ijar Karim, Metamorfosis Sang Gitaris, Tempo, 21 Desember 2014, hal 58. 33Diambil dari wawancara dengan Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja), pada tanggal 24 Juni
2016. 34Ijar Karim, Metamorfosis Sang Gitaris, Tempo, 21 Desember 2014, hal 58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
camping bahkan ikut menggunakan narkotika. Gaya hidup ini memang selalu
dikaitkan dengan gaya hidup barat dan musik rock pada khususnya. Slank dan
Slankersnya telah menjadi satu kekuatan yang menjadi ciri khas yang mewakili
identitas anak muda pada awal 1990-an. Slank menjadi salah satu group musik
yang cukup melegenda di tanah air.35
Kemunculan kelompok Slank sendiri dikaitkan dengan perlawanan atas
penguasa. Salah satu yang muncul adalah lirik “Anti Nuklir” yang dibuat oleh
kelompok musik Slank. Bahasa yang digunakan oleh Slank adalah medium untuk
menyuarakan kepentingannya yaitu pembangkangan terhadap sistem yang sedang
berkuasa pada saat ini. Bahasa yang Slank gunakan adalah bahasa yang digunakan
kaum miskin kota, buruh dan petani sehari-hari. Sehingga, tercipta sebuah bentuk
keterwakilan yang dirasakan oleh kaum tersebut dan akhirnya, nilai-nilai yang
disusupkan oleh Slank dalam teksnya kemudian diserap dan menjadi sebuah
simbol perlawanan yang sinkretis dengan kelas bawah pada saat ini. Pada
akhirnya, realitas yang mereka angkat menjadi pemahaman bersama (collective
understanding) bagi perlawan terhadap otoritas rezim tertentu. Lirik lagu “Anti
Nuklir” ditulis pada masa pemerintahan SBY dan ditujukan sebagai tandingan
atau bentuk perlawanan terhadap rezim. Secara tidak langsung teks ini menunjuk
pada fenomena-fenomena terdahulu, sekaligus mewakili situasi yang serupa.
Hubungan itu terjadi karena pada dasarnya teks lirik lagu “Anti Nuklir” merujuk
35Fahmi Firmansyah, Skripsi Dari Cikini Stone Complex hingga Slank: Sebuah Catatan Perjalanan
Slank (1983-1996),Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 2011, hal 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pada teks lain yang bernada hampir sama untuk melawan kekuasaan dan
otoritas.36
2.2 Komunitas Slankers
Slankers merupakan nama yang disematkan untuk menyebut penggemar
kelompok musik Slank. Slankers merupakan salah satu kelompok pengemar yang
memiliki komunitas yang tersebar di berbagai daerah. Manajemen Slank sendiri
tidak ambil diam dalam kemunculan berbagai kelompok Slankers yang ada.
Dalam manajemen Slank terdapat satu divisi yang mengurus komunitas Slankers
yang bernama divisi Slanker Fans Club (SFC). Divisi SFC pusat resmi berdiri
sejak 2 mei 2004 sebagai bagian dari manajemen Pulau Biru Production yang
menaungi penggemar Slank yang tergabung dalam wadah SFC wilayah. Divisi
SFC pusat berdiri dengan maksud menjembatani berdirinya SFC wilayah
sekaligus menampung kreatifitas dan mengkoordinir kegiatan yang dilakukan
Slankers demi terciptanya sumber daya manusia yang produktif dan aktif. Saat ini,
SFC sudah memiliki 98 wilayah cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dan
juga dua cabang di luar negeri yaitu Malaysia dan Timor Leste.37
Jumlah yang tertera ini merupakan jumlah yang tidak sedikit tentunya,
bahkan banyaknya Slankers yang muncul di tanah air ini memunculkan satu
kalimat yang menegaskan dirinya sebagai kelompok penggemar terbesar.
36Yogi Febrian, Skripsi Representasi Ekologi Politik Dalam Lirik lagu “Anti Nuklir” Karya Band
Slank (Studi Analisis wacana kritis Van Dijk tentang Representasi Ekologi politik Dalam Lirik
Lagu “Anti Nuklir” Karya Band Slank), Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi humas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2014, hal 7. 37 Zaini Hasan, Skripsi Manajemen Grup Musik “Slank” Dalam Industri Musik di Jakarta, Jurusan
pendidikan Sendratasik Fakultas bahasa dan Seni Universitas negeri Semarang, 2010, hal 63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Sebagian masyarakat mungkin familiar dengan kalimat tersebut, yaitu apapun
konsernya tetap bendera Slank pasti ada. Menurut salah satu anggota Slankers
yang diwawancarai, munculnya bendera atau atribut Slank dalam kegiatan musik
di luar Slank memiliki tujuan untuk menunjukkan bahwa di daerah itu ada
Slankers. Selain itu, munculnya fenomena ini juga ingin menunjukkan kepada
Slank untuk konser di tempat bendera Slank itu muncul.38
Dengan segala tingkah laku anak-anak muda saat itu (generasi muda ketika
Slank muncul), Slank yang anti kemapanan, urakan, seadanya, nakal, dan berani
membuat Slankers merasa suara mereka terwakilkan. Hal tersebut telah membuat
lahirnya suatu kelompok yang merasa memiliki persamaan dan senasib yaitu
sebagai penggemar grup band Slank yang menamakan dirinya sebagai Slankers.39
Fenomena ini memunculkan beberapa wacana yang hadir di sekitar kelompok
Slankers itu sendiri, seperti adanya ikatan persaudaraan tinggi ataupun wacana
mengenai loyalitas yang tinggi.
Genre musik yang disebutkan sebelumnya menjawab sebagian besar rasa
terasing yang dialami generasi muda ini, yakni kegelisahan yang tidak mau mapan
dan ingin terus bergerak dan sebagaimana musik-musik metal juga persis
menyuarakan antikemapanan dari periode Amerika dan Eropa yang birokratis.
Oleh karena itu, reaksi pemberontakan terhadap keteraturan atau apa saja yang
serba mengatur, Slankers outlet-kan (melepaskan), mereka carikan jalan keluar
kegelisahan itu dalam proses identifikasi kepada tokoh-tokoh anti kemapanan
38Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 39Rovi Ashari, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dengan musik-musik keras. Karena kekangan yang dirasa sedemikian kuat, maka
mereka pun harus berteriak dengan keras supaya dapat didengar.40 Bagian ini
memperlihatkan skema mengenai gerak Slankers yang didekatkan dengan
generasi muda yang tidak dapat bersuara dengan lantang. Tirani yang muncul di
masa itu memaksa sebagian masyarakat untuk mencari jalan keluar dari masalah
yang mereka alami.
Dalam beberapa fenomena yang terjadi dalam lingup Slankers, wacana
mengenai cinta damai muncul di permukaan dengan refleksi album PLUR. Istilah
PLUR dikenalkan pada publik ketika Slank membuat album yang berjudul PLUR
(Peace, Love, Unity dan Respect). Istilah PLUR muncul dan menjadi bagian dari
tingkah laku Slankers,seperti yang tertulis pada kutipan berikut: “PLUR, kata
lelaki 32 tahun yang biasa disapa Ateng ini, adalah semacam mantra pengingat
bahwa penggemar Slank adalah orang-orang yang cinta damai.” PLUR sejatinya
nama album Slank yang diluncurkan pada 2004. Tak aneh jika kemudian Slankers
menjadikannya sebagai prinsip berperilaku. Yudi mengatakan, dalam setiap
konser, haram bagi Slankers terlibat dalam keributan. Ketika ada keributan dalam
sebuah konser Slank, Slankers biasa berseru “PLUR” agar kericuhan tak lagi
terjadi. “kalau yang masih ricuh, itu namanya Slankers bajakan.”41
40Albert Camus, Leon Trotsky, William Philip, Stephen Spender, Barbara Rose, Nicola
Chaiaromonte, Seni, Politik, Pemberontakan, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1998, hal xi. 41Anang Zakaria, Plur, Mantra Pemersatu Slankers, Senin, 02 Desember 2013,
https://m.tempo.co/read/news/2013/12/02/112534085/plur-mantra-pemersatu-slankers, diakses
pada tanggal 1 Maret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 2.3: Kaos PLUR 4all42
Istilah PLUR memang sering disematkan dalam wacana yang tersebar di
masyarakat mengenai keberadaan Slankers. Bukan hanya istilah PLUR saja yang
muncul dalam lingkup wacana mengenai keberadaan Slankers, tetapi juga
mengenai segmentasi golongan masyarakat. Dalam beberapa wawancara bersama
anggota dari MSJ (Minoritas Slankers Jogja), istilah “berdiri di semua golongan”
menjadi bagian dari Slankers. Hal ini diwujudkan dengan kegiatan yang
melibatkan beberapa kelompok komunitas musik. MSJ mengadakan acara yang
melibatkan beberapa komunitas musik yang tersebar di provinsi Yogyakarta.
Latar yang ingin dikejar oleh acara ini adalah Slankers yang berdiri di atas semua
golongan.43
Bukan hanya refleksi mengenai pemaknaan daya refreksi antara Slank dan
Slankers saja yang nampak dari corak kelompok Slankers, dalam beberapa kasus
yang nampak, tetapi ikatan yang muncul dalam komunitas Slankers juga bisa
42Diakses melalui https://www.google.com/search?q=kaos+slank+4all&hl=in-
ID&source=android-
browser&prrnd=inv&source=Inms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj6jZ31p5nVAhXLnpQKH
XJTCwsQ_AUICSgB#imgrc=EvUQLDxD61PUyM:
diakses pada tanggal 1 Maret 2016. 43Diambil dari wawancara dengan Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja), pada tanggal 24 Juni
2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
disebut erat. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah fenomena adanya Slankers
di negara tetangga Timor Leste. Munculnya Slankers tidak hanya terjadi di
Indonesia saja atau pada satu regional tertentu saja. Transportasi dan komunikasi
telah memungkinkan terjadinya proses mobilitas yang semakin intensif dengan
gerakan orang dan imajinasi yang meninggalkan batas-batas geografis dan
kultural.44 Salah satu komunitas Slankers yang muncul di negara tersebut adalah
“Gang Potlot Dili”. Salah satu anggota dari Slankers Dili mengatakan: “Pokoknya
katong tetap satu darah. Biarpun ada perbatasan, Slankers Kupang dan Timor
Leste bersaudara,” 45 teriak Roberto dan kawan-kawan disambut teriakan “damai”
dari ratusan Slankers yang berkumpul di markas mereka. Bersama-sama mereka
mengumandangkan lagu Pulau Biru sambil mengibarkan dua bendera: bendera
Merah Putih dan bendera Timor Lestee. Kibaran dua bendera ini pula terlihat di
antara ribuan penonton yang memadati konser Slank.46
Slankers juga dikenal sebagai kelompok yang memiliki loyalitas tinggi pada
idolanya. Tidak jarang sikap ini mengantarkan kelompok Slankers pada hal yang
negatif. Slank sempat mengkonsumsi barang-barang terlarang yang ternyata
berdampak pada sisi internal Slank. Selain itu, Slankers juga melakukan hal yang
sama. Para penggemarnya meniru karena panutannya juga mengkonsumsi dan
pada saat Slank berusaha sembuh, maka dari itu mereka (penggemar) juga
44Prof. Dr. Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2006, hal 20. 45Koran Tempo, Pentas, minggu 24 Oktober 2010. 46Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
berusaha untuk sembuh. Cara hidup Slank yang slengean (semaunya) juga diikuti
sebagai pengidolaan mereka yang totalitas.47
Gaya slengean diterjemahkan oleh Slankers sebagai gaya yang cuek dan
tidak formil. Biasanya para Slankers menggunakan celana jeans dan kaus oblong,
dengan rambut tidak tertata dengan rapi dan sandal jepit atau sepatu santai. Gaya
berpakaian yang sama membuat para Slankers merasa telah menunjukkan ideologi
Slankersnya, yaitu hidup sederhana dan apa adanya.48
Selain itu, gaya bicara Slankers yang khas dengan sapaan ´Peace´ dan
panggilan ´bro´ kepada sesama Slankers adalah simbol yang dimaknai sebagai
perdamaian, saling menyayangi dan menghormati diantara sesama Slankers.
Sapaan ini adalah sebuah identitas yang dengannya orang dapat mengetahui
seseorang adalah anggota komunitas Slankers.49
Walaupun pada saat ini Slank beserta Slankers sudah meninggalkan barang-
barang terlarang, dampak dari pandangan negatif masih melekat. Kehidupan
kelam yang sempat dialami oleh kelompok Slank ini juga memberikan pengaruh
besar terhadap kehidupan penggemar fanatiknya. Salah satu yang masih terlihat
adalah apa yang terjadi pada MSJ. Bentuk implikasinya adalah sulitnya untuk
bertemu dengan ketua komunitas MSJ jika tidak ada yang kenal atau tidak ada
yang membawa serta memperkenalkan kepentingan apa yang ingin dicari. Hal ini
dikarenakan memang untuk bertemu dengan ketua MSJ sedikit dipersulit karena
47Rovi Ashari, op.cit hal lxiv. 48 Adisty Dwi Anggraini, Skripsi Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan Terhadap
Simbol-simbol Budaya Musik Slank, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2008, hal 3. 49Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tidak jarang beberapa orang yang bertemu dengannya hanya untuk menawarkan
barang-barang adiktif.50
Hubungan yang terjalin antara Slank dan Slankers memang sangat dekat
hingga apa yang Slank lakukan atau kemukakan mereka (Slankers) tiru. Pengaruh
Slank bukan hanya mempengaruhi cara dan gaya hidup pada penggemarnya,
tetapi juga mempengaruhi ke dalam kelompok tentang cara berinteraksi antar
Slankers di dalam sesama Slankers atau di luar Slankers. Tindakan mereka
berdasarkan atas suatu ideologi pengidolaan Slank.51 Hal lain yang disematkan
dalam hubungan Slank dan Slankers adalah anggapan mengenai respresentasi
anak muda. Dalam hal ini, Slank beserta karya Slank menjadi narasi yang
menggambarkan kehiduan anak muda. Para pecinta Slank ini mayoritas adalah
anak muda yang memiliki gaya hidup hura-hura. Mereka hanya memikirkan hari
ini tanpa memikirkan hari esok, mudah emosional, cepat naik darah, dan tidak
berpikir panjang. Dalam album pertama Slank, mereka banyak menyampaikan
ide-ide mengenai anak muda dengan penyampaian yang sederhana dan tidak
menggurui, bahkan mengutuk perilaku generasi muda. Beberapa lagu Slank
menggambarkan perilaku remaja dari sudut pandang remaja itu sendiri.52
2.3 Komunitas Slankers Yogyakarta
Komunitas Slankers yang ada di Yogyakarta didirikan pada tanggal 04
Desember 1998 dengan nama Pulau Biru dan pada tahun 2003 komunitas ini
50Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 51Rovi Ashari, op.cit. hal xvi. 52Fahmi Firmansyah, op. cit. hal 76.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berubah menjadi Minoritas Slankers Jogja (MSJ). Pada awalnya, komunitas
Slankers Yogyakara ini digagas oleh kumpulan anak-anak Institut Seni Indonesia
Yogyakart (ISI YK) yang bernama Mas Okak dan Mbak Eni. Kedua orang ini
merupakan mahasiswa yang berasal dari luar daerah Yogyakarta. Dalam periode
awal kemunculannya, basecamp Slankers terdapat di jalan Parangtritis km 7.53
Perubahan yang terjadi dalam komunitas Pulau Biru dan Minoritas Slankers
Jogja ini dilatarbelakangi oleh alasan kurang produktifnya komunitas Pulau Biru
dalam berkegiatan. Pada sisi lainnya, penggantian nama Pulau Biru menjadi MSJ
juga terlatarbelakangi oleh digunakannya nama Pulau Biru untuk manajemen
Slank.54 Permasalahan yang muncul dari hubungan antara sisi internal dan
eksternal yang membuat kelompok ini memindah basecamp mereka dan merubah
nama komunitas Pulau Biru menjadi komunitas MSJ. Perubahan nama serta
perubahan kepengurusan yang dialami oleh komunitas kelompok Slankers ini
bermula dari kepindahan basecamp Slankers pindah ke daerah Godean, sebelum
pindah ke Godean komunitas Slankers berada di daerah Gayam. Pindahnya
markas Slankers dari daerah Gayam ke Godean karena permasalahan ekonomi
dan bermasalah dengan masyarakat Gayam. Masalah dengan penduduk daerah
Gayam terjadi karena tindakan Slankers yang sering mabuk dan banyak anggota
wanita yang keluar sampai larut malam.55
53Wawancara bersama Mas Andi pada tanggal 15 Agustus 2016. 54Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 55Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pada saat berada di Gayam, komunitas Slankers mendapat pandangan yang
minor mengenai keberadaan komunitas Slankers ini. Masyarakat daerah tersebut
memandang komunitas Slankers ini sebagai pemuda yang sangat suka mabuk.
Atas dasar ini komunitas Slankers pindah ke daerah Godean. Namun, keberadaan
komunitas Slankers yang bertempat di Godean mengakibatkan akses untuk
bergabung terlalu jauh dari pusat kota. Atas dasar ini beberapa Slankers yang
berada di pusat kota Yogyakarta membentuk komunitas Slankers baru yang
bernama MSJ pada tahun 2002 dan diresmikan pada tahun 2003 ketika konser
Slank dan Naif dalam acara Road to Peace.56 Peresmian yang dilakukan antara
Slank dan Slankers adalah penandatanganan piagam terbentuknya komunitas yang
ditandatangani langsung oleh Slank. Piagam Pulau Biru masih berada di tempat
pengurus awal (Mas Agung dan Mas Gumara Aji), sedangkan piagam MSJ
disimpan di Mas Aat. Tidak bebas bagi Slankers untuk mengambil piagam
peresmian Slankers Pulau Biru karena ketika Slankers harus pindah basecamp
dari Parangtritis ke Godean Mas Okak menitipkan piagam ke Mas Gumara Aji
dan berpesan untuk tidak ada yang boleh mengambil kecuali mereka berdua.57
56Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 57Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
\
Gambar 2.4: Peresmian Minoritas Slanker Jogja (MSJ)58
Kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Slankers khususnya di Yogyakarta
tidak hanya berupa kegiatan-kegiatan internal komunitas saja. Dalam lingkup
sosial, komunitas Slankers Yogyakarta pernah melakukan kegiatan seperti
kegiatan yang melibatkan institusi pemerintah. Salah satu yang pernah
diselenggarakan adalah ketika komunitas MSJ mengadakan penyuluhan tentang
bahaya narkoba. Dalam acara tersebut komunitas Slankers berkerjasama dengan
BNN (Badan Narkotika Nasional) dan melibatkan beberapa pelajar.
Selain acara yang bersifat esternal, komunitas Slankers Yogyakarta juga
memiliki agenda yang bersifat internal. Kegiatan internal biasanya melibatkan
pengurus dan melibatkan komunitas Slankers ranting yang tersebar di Yogyakarta
atas naungan MSJ. Agenda semacam ini biasa dilakukan oleh kelompok dalam
jangka waktu satu kali dalam 30 hari dengan pemilihan tempat yang berpindah-
pindah antar komunitas Slankers.59 Selain kegiatan yang mengarah pada sisi
internal kelompok atau kegiatan yang melibatkan antar kelompok Slankers,
58Sumber diakses melalui http://slankfansclubjogja.blogspot.co.id/2015/09/sejarah-slank-club-
jogja.html?m=1 pada tanggal 11 Sept 2016 59Wawancara yang dilakukan bersama Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) yang
dilakukan pada tanggal 29 Maret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ternyata komunitas Slankers Yogyakarta juga memiliki agenda yang melibatkan
orang diluar komunitas.
Munculnya komunitas-komunitas Slankers yang tersebar di Indonesia dapat
membantu dalam proses pertunjukan kelompok musik Slank. Salah satu bentuk
implikasinya adalah ikut memberikan satuan pengamanan selama konser
berlangsung dengan mengerahkan Bidadari Penyelamat. Dahulunya MSJ
memiliki anggota pengaman dalam konser Slank dengan nama Bidadari
Kesiangan lantas manajerial Slank menyamakan anggota keamanan Slank seluruh
Indonesia dengan nama Bidadari Penyelamat di mana anggotanya dibatasi hanya
20 orang.60
Gambar 2.5: Bidadari Penyelamat.
Kemunculan komunitas Slankers juga dapat memberikan kemudahan bagi
komunitas-komunitas Slankers yang ingin bertemu Slank untuk meresmikan
komunitasnya. Peran dari komunitas-komunitas Slankers dalam konteks ini adalah
menjadi penghubung antara komunitas yang diresmikan dan kelompok Slank.
Dalam konteks komunitas Slankers Yogyakarta misalnya, dalam beberapa
60Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kesempatan komunitas Slankers Yogyakarta dapat membantu untuk meresmikan
komunitas yang berada di sekitar Yogyakarta.
“Seterusnya, dalam setiap tur, personel Slank selalu mengusahakan diri bertemu
dengan penggemar di sela-sela waktu kosong. Pada saat itulah biasanya Slank Fans
Clubkota itu kita resmikan. Suasana peresmian SFC ini jauh dari cara-cara resmi.
Samtai dan akrab saja.”61
Slankers Yogyakarta juga pernah menjadi tuan rumah ketika Slank
mengadakan konser dan Slankers sempat membantu komunitas yang akan
diresmikan. Munculnya komunitas Slankers Yogyakarta juga memiliki hubungan
dengan beberapa komunitas yang tersebar di daerah sekitar. Hubungan yang
terjalin antara komunitas ini dapat dilihat dari bagaimana komunitas Slankers
Yogyakarta ketika Slank melaksanakan konser di Yogyakarta. Sudah menjadi hal
yang umum ketika Slank melakukan konser dan komunitas Slankers yang berada
di tempat yang dijadikan tempat konser menjadi tuan rumah dan siap membantu
Slankers yang berdatangan.
Dalam hal proses keanggotaan, komunitas Slankers memilih pola perekrutan
anggota tidak dengan mengedarkan pengumuman melalui media publik. Alur
melalui perekrutan semacam ini memiliki dampak pada sikap keeratan yang
nantinya muncul dalam komunitas. Salah satu anggota dan pengurus Slankers
Yogyakarta mengatakan:
“Kalau organisasi di kampus-kan open recruitment dengan mengisi formulir, kalau
kita (Slankers) tu gak. Misalnya bawa temen seneng dengan Slank dan ingin tau
dengan Slank dan diajak gabung dengan komunitas. Dan nantinya tergantung
personalnya, kalo terus dan gabung nanti bisa masuk komunitas jadi kaya semacam
kekeluargaan.”62
61Bunda Iffet dan Darmawan S, Rock ‘n Roll Mom, Hikmah, Jakarta, 2010, hal 200. 62Wawancara dengan Mbak Ravi (anggota komunitas Slankers Minoritas Slankers Jogja), pada
tanggal 24 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Selain proses keanggotaan melalui alur semacam ini, komunitas Slankers juga
dibekali dengan kartu keanggotaan yang diistilahkan dengan KTA (Kartu Tanda
Anggota) Slankers. Proses pembuatan KTA Slankers sendiri dibuat oleh SFC
Pusat, di mana SFC yang berada di daerah mengirimkan data anggota.63
Gambar 2.6: Kartu Tanda Anggota (KTA) SFC Yogyakarta64
Salah satu toko yang menyediakan pernak-pernik Slank adalah toko Djatie
yang terletak di Jl. Pasar kembang No.77 Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55271 Indonesia. Pada saat penulis melakukan kunjungan di toko
tersebut, salah satu pelayan toko mengatakan: “Di sini menjual pernak-pernik
Slank, Reggae dan Rolling Stone mas.”65 Di toko ini menjual kaos, gantungan
kunci dan stiker yang bertuliskan atau bergambar Slank. Tempat ini juga menjadi
salah satu basecamp dari beberapa Slankers di Yogyakarta.
Kelompok Slankers merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
memiliki kesamaan akan satu corak musik dan idola. Kemunculannya yang
63Wawancara dengan Mbak Ravi (anggota komunitas Slankers Minoritas Slankers Jogja), pada
tanggal 24 Juni 2016. 64Diakses melalui https://www.google.com/search?q=kartu+slank+jogja&hl=in-
ID&source=android-
browser&prrnd=inmv&source=Inms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjj6PqTqpnVAhUKoJQK
HTeMCHMQ_AUICSgB#imgrc=CsWH1u36dPQVHM:
diakses pada tanggal 11 Maret 2016. 65Wawancara dengan salah satu pelayan toko Djatie pada tanggal 26 Maret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
banyak ini menjadikannya sebagai salah satu kelompok fans yang besar dan
tersebar di berbagai daerah. Dengan segala macam corak yang muncul dalam diri
Slankers membuatnya terus menjadi penggemar yang tidak lekang oleh waktu.
Konteks-konteks yang melingkari keberadaan Slankers sendiri menjadi ciri yang
bisa menjadi titik menarik untuk dilihat kembali keberadaan diri Slankers. Dalam
bagian-bagian awal yang sudah dijelaskan ini Slankers ditempatkan sebagai
wadah yang memiliki corak seperti slengean, solidaritas ataupun cinta damai.
Namun dalam perkara yang lebih dalam lagi denah ini semakin membuat daya
tarik tersendiri untuk memperlihatkan apa yang ada dalam diri Slankers.
Pernyataan seperti resistensi dan perkara lain yang mengarah pada reproduksi
makna ataupun hal yang mengarah pada ketidakpuasan terhadap pemerintah
ataupun gaya yang mereka munculkan menjadi bahasan yang dibahas jabarkan
dalam bab berikutnya. Bagian akhir ini merupakan bagian untuk gambaran umum
mengenai Slankers. Bagian akhir ini juga menjadi penutup bagian bab II dan
menjadi jembatan untuk memasuki bagian selanjutnya.
2.4 Struktur Organisasi Komunitas Slankers Yogyakarta
Dalam satu bagian yang terdapat pada komunitas khususnya komunitas
Slankers adalah struktur organisasi. Komunitas Slankers (Minoritas Slanker Jogja)
merupakan wadah komunitas yang berada di bawah divisi manajemen Slank.
Wadah yang berada di puncak kepengurusan Slankers adalah divisi fans club yang
meninjau kegiatan SFC (Slank Fans Club). Salah satu bagian yang bisa terlihat
adalah hubungan komunitas dengan Bunda Iffet dan anggota Slank sendiri. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
terlihat dari laporan kegiatan yang dilaporkan serta dikirimkan kepada manajemen
Slank.66 Wujud lain yang bisa dilihat adalah peresmian komunitas dan baju resmi
BP (Bidadari penyelamat) Slankers. Peresmian Slankers biasanya dihadiri dan
ditandatangani oleh Slank. Dalam hal ini, komunitas Slankers lain memiliki
peranan untuk menjadi media untuk mempertemukan komunitas Slankers
yangakan meresmikan diri dan Slank, seperti yang terlihat dalam peresmian
beberapa Slankers di sekitar Yogyakarta. Beberapa komunitas Slankers yang
terdapat di sekitar Yogyakarta meresmikannya di Yogyakarta ketika Slank
mengadakan konser ataupun kunjungan di Yogyakarta. Slank dalam setiap
lawatannya di berbagai daerah pasti membawa piagam Slankers. Langkah ini
diambil karena tidak jarang komunitas Slankers datang untuk meresmikan diri.67
Komunitas Slankers yang terdapat di Yogyakarta tidak hanya tersimpul
dalam satu naungan nama komunitas saja, dalam kenyataannya beberapa
komunitas Slankers yang ada di dalam regional provinsi Yogyakarta terpusat pada
satu naungan utama. Secara garis besar, struktur organisasi komunitas Slankers
yang tersebar di berbagai daerah merupakan cabangan dari satu nama komunitas
yaitu SFC dan di bawah naungan SFC pusat. Struktur yang dibuat oleh komunitas
SFC Yogyakarta terbagi menjadi struktur seperti yang tergambar di bawah ini.
66Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 67Ibid Mas Aat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 2.7: Struktur Organisasi SFC Yogyakarta
Dari struktur yang tergambar di atas, terlihat bahwa struktur Slankers yang
tersebar di beberapa daerah di Yogyakarta terpusat pada satu titik naungan yaitu
SFC Yogyakarta. Penamaan semacam ini juga berlaku bagi beberapa komunitas
SFC yang ada di Indonesia. Ketua dari SFC memiliki tanggung jawab dalam
mengkoordinir antar komunitas yang ada di bawahnya dan memiliki hubungan
langsung pada managemen Slank atau secara khusus pada Iffet veceha (Bunda
Iffet) dan Bimo Setiawan Al Machzumi (Bimbim). Kepengurusan dari SFC pusat
(provinsi) memiliki tanggung jawab untuk mengelola kegiatan dan melaporkan
agenda atau liputan kegiatan yang dijalankan dalam periode yang sudah
ditentukan.68 Dalam bagian yang sudah diperlihatkan ini, struktur kepengurusan
dari SFC Yogyakarta memiliki seksi Humas (Hubungan Masyarakat) kabupaten.
Kemunculan Humas yang tersebar di beberapa kabupaten ini menjadi pembeda
antara SFC Yogyakarta dan komunitas SFC yang lainnya. Pembagian seksi humas
yang tersebar di beberapa kabupaten ini memiliki landasan pada kecilnya regional
68Ibid Mas Aat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
provinsi Yogyakarta. Ketua SFC Yogyakarta (Minoritas Slankers Jogja)
mengatakan bahwa:
“Pada awalnya SFC pusat memberikan usulan untuk membangun SFC
Yogyakarta dalam regional perkabupaten. Usulan ini ditolak karena regional
provinsi Yogyakarta tidak memiliki area yang luas seperti Jawa Barat. Lantas
opsi yang dibuat adalah SFC tetap berdiri, namun dengan membuat seksi yang
mengurus komunitas slankers yang tersebar di daerah-daerah kecil dalam satu
provinsi.”69
69Ibid Mas Aat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB III
SLANKERS: SEKEDAR MEMINJAM BAHASA SLANK
Kelompok Slankers memiliki 98 wilayah cabang di seluruh Indonesia dan
dua cabang di luar negeri yaitu Malaysia dan Timor Leste.70 Bertemunya mereka
dengan karya dan sosok Slank sebagai idola tentunya berpengaruh pada jalan
hidup Slankers sehari-hari. Media yang Slankers gunakan berkutat pada karya
yang dapat menyentuh pengalaman dari masing-masing diri mereka sendiri. Karya
yang muncul tentu memiliki kekuatan untuk menarasikan berbagai persoalan,
seperti kritik pemerintah dan persoalan sosial. Keikutsertaan Slankers bersama
dengan lingkungan sosial lain menjadi kisah yang menarik untuk diperlihatkan.
Anggapan miring yang disematkan pada Slankers menjadi persoalan yang bisa
saja mengarah pada keterasingan mereka di lingkungan masyarakat, tetapi inilah
konsekuensi dari kenikmatan yang Slankers dapat ketika mereka menjadi
Slankers. Slankers sebagai pengagum Slank juga memiliki daya tangkapnya
masing-masing dalam merefleksi poin-poin penting di setiap narasi yang Slank
tampilkan.
Terkadang Slankers memiliki anggapan yang berbeda dengan narasi yang
ditampilkan oleh Slank. Kisah hidup Slankers dalam menjalani kehidupan tentu
70Zaini Hasan, Skripsi Manajemen Grup Musik “Slank” Dalam Industri Musik di Jakarta, Jurusan
pendidikan Sendratasik Fakultas bahasa dan Seni Universitas negeri Semarang, 2010, hal 63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mampu memaknai ulang posisi mereka sendiri. Penjelasan yang lebih mendalam
dipaparkan di bawah ini:
3.1 Hey Bung!
Pada bagian ini diperlihatkan posisi Slankers Yogyakarta dalam memahami
posisi mereka pada pemerintah. Siapa yang tidak kenal dengan Slankers? Siapa
juga yang tidak tau mengenai posisi Slankers yang berpihak pada posisi yang anti
pemerintah dan politik. Slankers Yogyakarta anti politik tidak ingin ikut dalam
kegiatan berpolitik itu posisi Slankers.71 Slankers memiliki kekuatan untuk
bersikap keras terhadap pemerintah. Jumlah mereka sangat banyak, loyal dan
mereka siap untuk turun ke jalan jika dibutuhkan untuk mengkritisi pemerintah
dan politisi.72 Apa yang menjadi dasar keresahan mereka adalah ketidakhadiran
pemerintah dalam masalah-masalah yang dihadapi oleh Slankers.73 Bukan hanya
itu saja, pemerintah juga memberikan kekangan pada Slankers dengan cara
perijinan yang dibuat berbelit-belit dan sulit untuk mendapatkan persetujuan.74
Bahkan dalam runtutan sejarahnya, kelompok Slankers ternyata sempat dicekal.75
Slankers adalah salah satu golongan masyarakat yang memiliki keyakinan
bahwa mereka adalah generasi biru, yaitu generasi yang tidak mau tunduk dengan
71Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 72Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 73 Wawancara dengan Mas Jiban pada tanggal 27 Juni 2016. 74 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 75 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
apapun yang memerintah mereka khususnya pemerintah.76 Bagi Slankers,
pemerintah adalah salah satu wujud dari penindasan. Penindasan oleh pemerintah
merupakan bentuk dominasi dan dianggap tidak memiliki akar pada rakyat.Hal ini
bertentangan dengan dasar prinsip Slankers yang prorakyat.77 Landasan semacam
ini jelas jika keberadaan kelompok Slankers ini menjadi sebuah kelompok yang
kemunculannya sarat dengan resistensi terhadap pemerintah. Sehingga, wajar
sekali jika peta awal dari kemunculannya merupakan sebuah lahan untuk
menyuarakan suara yang dibungkam oleh pemerintah.
Hal semacam ini bukan hanya muncul pada masa awal kelompok Slankers
ini terbentuk. Hubungan yang tidak terlalu harmonis ini juga nampak ketika
banyak media banyak yang memberikan acungan jempol terhadap sikap Slankers
ketika pada beberapa tahun yang lalu mendukung salah satu capres. Hubungan
yang manis antara keduanya ini merupakan kamuflase sementara. Setelah
kejadian itu, Slank dan Slankers bebas kembali mengkritisi pemerintah dan
mempertanyakan kembali janji manis yang sudah diutarakan.78 Jelas jika apa yang
menjadi dambaan bagi mereka adalah sebuah kebebasan yang benar-benar
Slankers rasakan.79 Namun, dengan sikap semacam ini muncul pertanyaan yang
mempertanyakan kembali posisi Slankers.
Pemaparan yang muncul di atas ini sebenarnya memberikan kesan pada
satu hal yang biasa dipaparkan dan dikenal oleh masyarakat. Di satu sisi, Slankers
76Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 77Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 78Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 79Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengan lantang melawan dan di sisi lainnya sebenarnya mendukung. Dalam
bagian ini, terlihat ada semacam sikap tidak konsisten dalam Slankers. Slankers
mengatakan bahwa presiden kali ini adalah presiden Slankers. Presiden kali ini
adalah seperti sosok kawan dari satu rumpun Slankers.80 Slankers secara tidak
sadar mengingkari apa yang mereka sendiri yakini. Dalam bagian ini, pula terlihat
seperti apa yang Slankers pijak selama ini hanyalah sebuah ikatan yang sangat
longgar. Permasalahan mengenai hal semacam ini akan semakin menarik ketika
memposisikan presiden Slankers saat ini sebagai sosok yang merakyat dan ada
kesamaan dengan paham dari Slankers.81 Pada sisi lainnya, ada hal yang berbeda
mengenai anggapan mengenai pemimpin di masa lalu. Rezim Orde Baru
contohnya digambarkan sebagai corak kepemimpinan yang bengis dan kejam.82
Hal senada juga terlontar ketika Slankers mengatakan sosok SBY (Susilo
Bambang Yudhoyono) sebagai sosok yang menindas.83 Hal ini menarik jika
mempertanyakan kembali apakah sebenarnya Slankers ini memang benar-benar
menentang pemerintah atau Slankers ini seperti masyarakat lainnya yang juga
mengharapkan sosok yang bersih.
Slank, khususnya Bimbim, dianggap sebagai orang yang memiliki jejak
nasionalisme. Dalam bgian ini, memang menarik dan seperti normal-normal saja
dilihatnya. Tetapi, kalimat itu tidak putus hanya di situ saja kedekatan Slank dan
Joko Widodo ini muncul atas dasar gagasan Bimbim. Ditambah, Bimbim banyak
80Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 81Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 82Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 83Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
membuat karya dengan tema pemerintahan seperti pada album “Mata hati
Reformasi”.84 Album Mata Hati Reformasi adalah salah satu album yang
diluncurkan oleh Slank dengan sudut pandang pada kekejaman salah satu rezim
Orde Baru yang berkuasa di saat itu. Karya itu muncul ketika rezim Orde Baru
lengser jika karya itu muncul bertepatan pada saat rezim Orde Baru masih
berkuasa mungkin mereka sudah ditembak atau didor.85 Menariknya adalah
konsep bapak yang dianggap oleh Slankers ini pada satu sisi memang
memberikan dampak positif tetapi dengan alasan yang terlihat berbeda dengan
yang positif itu tadi.
Slankers sangat keras sekali membicarakan mengenai kebebasan yang
selama ini diinginkan oleh dirinya sendiri. Kehidupan yang berlandaskan pada apa
yang diinginkan individu Slankers ini bertindak tanpa harus peduli terhadap
aturan. Saat ini pintu masuk dalam kebebasan itu sendiri telah terbuka melalui
sebuah reformasi melalui paham demokrasi banyak golongan masyarakat
merasakan kebebasan yang ketika masa dahulu didambakan. Tetapi, apa yang
terjadi dalam kelompok Slankers ini sangat menarik sekali ketika Slankers
menganggap demokrasi keblinger.86 Seakan-akan kelompok Slankers merindukan
kembali suasana yang penuh aturan yang dahulu pernah dirasakan, karena apa
yang bebas dalam bagian ini dianggap yang tidak beraturan. Seperti terkesan apa
yang dahulu dirobohkan pada saat ini dirindukan kembali.
84Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 85Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 86 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Apa yang menjadi bagian dalam diri mereka bukan hanya berkutat pada
permasalahan pemerintahan saja. Permasalahan berikutnya berkutat pada
persoalan sosial kemasyarakatan. Bagi Slankers, masyarakat saat ini merupakan
masyarakat yang tidak peka terhadap sesama dan tidak memiliki rasa solidaritas.87
Slankers dianggap oase yang menjadi pencerah untuk kurangnya rasa solidaritas
di masyaarkat saat ini. Slankers memiliki solidaritas yang tidak lekang oleh
waktu, membantu sesama dan alam merupakan salah satu tindakan nyata yang
bisa terlihat dalam perjalanan kelompok Slankers.88 Kepedulian Slankers terhadap
alam juga nampak seperti membuka posko bantuan ketika gempa tahun 2006 di
Yogyakarta.89 Tindakan semacam ini merupakan bentuk dari salah satu pijakan
Slankers mengenai cinta damai.90 Kedamaian menjadi salah satu ungkapan
Bimbim ketika konser di stadion Kridosono tahun 2016 ketika terjadi bentrok di
depan panggung.91
Sebenarnya kedamaian yang seperti apa yang ada di dalam diri mereka
sendiri? Kontradiksi terjadi ketika kedamaian yang dikatakan sebagai pijakan
mereka tetapi malah diawali dengan tindakan anarki. Melawan dan tidak peduli
apapun yang menghalangi mereka adalah salah satu wujud yang nampak dari
sikap Slankers yang anarkis. Seakan-akan mereka merasakan damai ketika mereka
bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Lantas apa bedanya Slankers dengan
87Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 88Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 89Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29 Maret
2016. 90 Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 91Pengalaman pribadi saat melihat konser Slank pertama kali di Stadion kridosono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Orde Baru yang dianggap keji itu? Apa ini bentuk dari solidaritas mereka?
Menarik sekali untuk membuka benang merah yang ada di dalam diri mereka.
Ada hal lain juga yang menarik dalam mengarah pada solidaritas itu sendiri.
3.2 Slank Nggak Ada Matinya
Salah satu cerita yang juga tidak kalah menariknya dalam Slankers adalah
proses keterpanggilan Slankers itu sendiri. Ada banyak cerita yang bisa dijadikan
alur narasi dalam bagian ini di mana pengalaman-pengalaman kesakitan dan
kebahagiaan dapat disentuh oleh karya-karya Slank. Apa yang dihasilkan oleh
kelompok ini tentu saja bukan hanya sekedar karya yang terdiri dari suara berupa
nada dalam lagu, tetapi juga keberadaan dari karya ini jauh melebihi alunan suara
yang dapat memunculkan imajinasi dalam beberapa karya yang didengar dalam
karya Slank. Contohnya, seperti imajinasi indahnya alam ketika mendengarkan
lagu-lagu dengan tema alam. Alur dalam bagian ini sebenarnya memperlihatan
karya Slank sebagai tanda yang menandai sesuatu dalam benak dan pengalaman
Slankers. Berikut penjabaran mengenai tema ini.
3.2.1 O ya mereka bahagia o ya penuh kedamaian
Salah satu lagu Slank yang dimaknai Slankers dengan artian sebuah
kedamaian, yaitu lagu yang berjudul Bocah, seperti baitnya “O ya
mereka bahagia o ya penuh kedamaian”. Bagi Slankers, lagu ini memiliki
kedamaian karena menggambarkan kehidupan di desa yang sejuk, hijau,
dan damai. Berikut adalah bagian dari bait lagu bocah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
“Bocah bocah kecil tiupkan nada seruling bambu dendangkan lagu dikeheningan
alam desa. Bocah-bocah kecil mandi di kali dengan penuh canda. Mainkan air di
kesejukan alam desa pandangan mata dikeheningan desa. O ya mereka bahagia
O ya penuh kedamaian. Bocah-bocah kecil gembalakan ternak susuri sawah.
Pandangan mata dikeindahan alam desa. Andaikan mereka tiupkan terompet
dalam kebisingan suasana kota. Haruskah mereka mandi di dalam kolam dalam
kesumpekan suasana kota. Haruskah mereka gembalakan ternak menyusuri jalan
raya kota.”92
Kutipan di atas ini merupakan penggalan dari salah satu karya Slank yang
berjudul “Bocah”. Karya ini merupakan salah satu dari beberapa karya Slank yang
memiliki suasana alam dan lingkungan desa. Lagu ini menceritakan sebuah kisah
anak yang bebas bermain di lingkungan yang berlandaskan suasana pedesaan
yang penuh dengan kegembiraan. Dalam video klipnya, lagu ini menampilkan
keceriaan anak-anak telanjang dada yang bermain di sawah. Unsur musiknya
sendiri juga semakin memperkuat suasana pedesaan dengan mangambil beberapa
instrumen seperti suling dan juga dibagian interlude terdengar suara-suara yang
identik dengan musik Jawa. Unsur-unsur yang sudah disebutkan ini menjadikan
karya “Bocah” kuat dalam membentuk imaji yang mengarah pada kecerian anak-
anak kecil yang hidup di desa yang berdampingan dengan alam.
Lagu ini membekas bagi salah satu Slankers yang sudah mengenal Slankers
sejak masa kecil. Pada waktu itu, si slankers kecil itu tumbuh di salah satu tempat
yang padat penduduk di daerah Lempuyangan, Yogyakarta. Di kala itu, dia
membayangkan begitu indahnya suasana kehidupan anak kecil yang
menyenangkan dalam keramahan suasana pedesaan.93 Bayangan akan indahnya
pemandangan dan suasana indah pedesaan menjadi acuan dirinya dalam menjalin
92Lirik lagu “Bocah” yang terdapat pada album Suit he-he-he pada tahun 1990. 93Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kehiduannya sebagai salah satu juru masak di rumah makan di Yogyakarta.
Keringat yang mengucur deras dalam panasnya penggorengan merupakan salah
satu upaya untuk menciptakan suasana indah itu. Lagu bocah dianggap mampu
untuk meredam emosi dan deras keringat yang mengucur demi suatu saat nanti
bisa ngaso dan bisa tinggal di desa menikmati alam dengan semua yang ada.94
Tidak ada nasi bisa makan singkong atau bisa memetik buah di kebun dan punya
rumah tidak terlalu besar tapi dipenuhi dengan tanaman. Hidup semeleh, bisa
membantu sesama, peduli terhadap alam dan bisa mengurus anak cucu di desa.95
“Kulepaskan mata memandang sawah hijau membentang. Dua ekor anjing
berkejar-kejaran menyusuri pematang…Tepi Campuhan. Kulepaskan otak
melayang ikuti semua kenyataan. Dua burung putih turun keladang mengganggu
mimpi-mimpiku. Tepi campuhan aku sendiri menahan hening redup senja ini.
tepi campuhan aku menyepi menahdan dingin kabut senja ini. Di dini aku sendiri
Di siniku saat ini menikmati sepi. Hujan turun tak juga berhenti halanggi sunset
yang kunanti. Sepasang capung menginjakkan kaku di kali lalu terbang dan
hinggap di bunga. Sembunyi diriku dalam pelukan alam hindari kenyataan.
Menggigil tubuhku sadari alam di sini aku kecil dan tak berarti.”96
Seorang Slankers mengatakan dirinya menggandrungi Slank ketika masih
duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dirinya tergerak untuk masuk dalam
Slankers karena dalam Slankers diajarkan untuk peduli terhadap sesama dan juga
peduli terhadap alam semesta. Tepi Campuhan adalah tonggak dari lahirnya
semangat peduli terhadap alam yang dirasakan oleh Slankers. Slankers
menangkap begitu indahnya pesona alam yang hadir dalam benak mereka. Bagi
Slankers, kepedulian terhadap alam merupakan bagian yang membuat terpikat.97
Bayangan akan alam yang harmonis membuat bayangan kelak anak cucu tumbuh
94Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 95Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 96Teks lagu Tepi Campuhan yang terdapat pada album PISS pada tahun 1993. 97Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dalam dunia yang damai, rukun dan tenang. Kelak keluarga akan diajarkan
paham-paham Slank seperti jangan buang sampah karena Bimbim bicara seperti
itu.98 Semacam ada keyakinan bersama dan dilema bersama muncul dalam
individu Slankers dan komunitas Slankers. Yang menjadi tanda tanya adalah
mengapa kesederhanaan yang dituju? Sebuah keinginan yang mungkin jarang
dimiliki oleh orang dalam himpitan dunia yang penuh dengan materi. Disadari
atau tidak penggalam kisah dari karya lagu Bocah dan Tepi Campuhan
memberikan penegasan pada hilangnya suasana yang identik dengan pedesaan.
Katakanlah seperti keharmonisan antar warga, keramahan, kesederhanaan dan
hijau tentunya. Bisa jadi dengan adanya hal semacam ini Slankers sebenarnya
merasakan hilangnya ke-Indonesia-an yang ramah dan identik dengan kehidupan
pedesaan.
3.2.2 Mawar merahku
Karya-karya Slank bukan hanya berkutat pada persoalan mengenai kritik
tentang pemerintah saja, tetapi juga menjadi penanda kisah sedih yang terekam
dipikiran Slankers. “Terlalu manis untuk dilupakan kenangan yang indah
bersamamu tinggallah mimpi” begitu ungkapan salah satu Slankers ketika
menceritakan karya yang berkesan dalam kehidupan. Lagu Terlalu Manis menjadi
refleksi dalam menarasikan kesedihan bagi Slankers. Kehilangan orang yang
terkasih adalah makna dibalik lagu tersebut.99 Karya lain yang menjadi penanda
kesedihan bagi Slankers juga muncul pada karya Maafkan. “Maafkanlah aku
98Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 99Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
acuhkan dirimu waktu pertama kali tersenyum padaku. Maafkan aku jejali dirimu
dengan segala kisah sumpah serapahku” begitu ungkapan Slankers ketika
menceritakan lagu yang memiliki arti pada dirinya. Kesedihan yang dialami oleh
Slankers ini karena tidak bisa membuat bahagia figur seorang ibu. Ketika di masa
lalu orang tua dari Slankers ini menuntut untuk belajar dengan rajin dan kerja
mapan, tetapi apa yang dilakukan oleh Slankers ini berbeda.100 Salah satu Slankers
ini sempat bolos ujian karena hanya ingin melihat konser Slank dan berbuat onar
di pesantren.101
Ungkapan Ibu yang tertuang dalam ucapan dari Slankers ini sebenarnya
bukan murni sosok ibu. Ibu yang dimaksud dalam bagian ini sebenarnya adalah
tuntutan norma masyarakat sebenarnya. Dengan artian lain, ibu dalam ungkapan
Slankers ini memiliki alur pada ibu simbolik perwakilan sistem sosial. Sekolah
pintar dan pekerjaan mapan adalah tuntutan lingkungan yang disematkan bagi
anggota masyarakat di dalamnya. Disadari atau tidak, ungkapan ini mengarah
pada kesedihan karena keluarnya atau tindakan gila yang dilakukan oleh Slankers
ketika keluar dari aturan yang ideal bagi masyarakat. Sehingga, karya Maafkan ini
seperti memberikan penegasan pada rasa bersalah karena telah masuk pada satu
lingkaran dengan segala macam hal yang ada di dalamnya. Hal ini ditegaskan juga
melalui ungkapan pengalaman masa lalu dirinya juga sering minum minuman
keras dan juga mengkonsumsi barang terlarang yaitu ganja. Slankers
mengkonsumsi barang-barang yang tidak boleh dikonsumsi ini karena mereka
100Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 101Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
meniru sosok idola mereka (Slank) untuk dianggap sama dengan idola mereka.102
Sehingga, dalam bagian ini, karya maafkan juga menjadi sebuah narasi mengenai
ratapan sebenarnya.
3.2.3 Gak pake baju atau sobek-sobek: slengean sak kareppe dewe
Mungkin bagi sebagian orang awam yang tidak mengerti tentang Slankers
hanya berkomentar bahwa slengean itu kotor dan tidak sedap untuk dipandang.
Pandangan miring ini tidak menjadikan Slankers berhenti berpakaian slengean.
Slengean menjadi ciri bagi Slankers dalam mengartikulasikan keberadaannya di
masyarkat dandanan yang apa adanya merupakan ciri dalam setiap langkah
kelompok Slankers, walaupun tidak semua bisa menerima keberadaan gaya yang
ditampilkan oleh Slankers ini.103 Masyarakat luas memberikan penilaian yang
minim dengan berlandaskan gaya yang urakan dan terkesan kumuh, namun bagi
Slankers inilah dirinya yang hadir tanpa perlu peduli dengan orang-orang
disekitar.104 Memang tidak ada aturan yang baku untuk menjelaskan mengenai
gaya slengean ini, yang dikaitkan dengan slengean adalah apapun yang digunakan
oleh Slank. Rantai dompet contohnya, bagi beberapa Slankers rantai dompet
adalah pernak-pernik yang tidak memiliki hubungan kuat dengan kelompok
Slankers tetapi ada Slankers yang menggunakan itu.
Bagi Slankers yang berumur 30an tahun yang dianggap sebagai titisan
Bimbim ini, rantai dompet adalah simbol slengean. Menggunakan rantai dompet
102Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 103Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 104Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
adalah salah satu jalan yang bisa membuatnya merasa nyaman dan dekat dengan
Bimbim.105 Lantas Slankers ini menambahkan ungkapan di beberapa bait lagu
yang berbunyi “Memang penampilanku juga rupaku slengean, memang cara
hidupku tak teratur pengangguran (kata orang sih!), tapi ku yakin dia bahagia
karena dia mawar merahku” begitu kata Slankers ini menceritakan narasinya. Dia
menggunakan anting dan mengkoleksi kata-kata bijak dan foto Bimbim yang
tidak menggunakan baju. Stiker Slank juga menutupi hampir seluruh badan
motornya. Tak hanya itu, jaket yang digunakan juga penuh dengan tulisan Slank
dan Slankers. Dia nyaman dan bangga menjadi satu kesatuan dari Slankers,
bahkan dengan cara inilah dia bisa merasakan hidup.106
Menjadi diri sendiri merupakan kata yang digunakan untuk memberikan
definisi pada slengean itu sendiri. Kebebasan diri dalam mengaktualisasikan apa
yang diinginkan oleh diri sendiri tanpa mempertimbangkan tatanan yang sudah
mapan di lingkungan merupakan jati diri yang nampak pada Slankers. Bebas
dalam berbusana yang kadangkala keberadaannya dianggap tidak normal oleh
masyarakat umum merupakan salah satu dari slengean dan berpakaian. “Jika
pakaian safari tidak memberikan kenyamanan, kenapa harus pakai safari? Slank
juga seperti itu sering sekali kancing baju terbuka dan terkadang telanjang dada,
bahkan ketika Slank diundang untuk konser di HUT RI tetap saja pakaiannya
slengean dan terkesan tidak rapi.107 Tetapi, Slankers juga bukan anak ingusan
yang menerima begitu saja pandangan masyarakat umum pada dirinya ini. Seperti
105Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 106Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 107Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan membawa semangat kebaharuan untuk merombak pandangan masyarakat
akan Slankers itu sendiri. Gaya Slengean dalam bagian ini seperti sebuah motor
politik dalam mengartikulasikan diri dan mendobrak sebuah tatanan yang sudah
mapan di masyarakat.
Ada sebuah misi yang diemban bagi Slankers dalam menunjukkan sisi
positif yang mereka miliki. Pernahkan terpikir di dalam benak masyarakat ada
Slankers yang berani tampil dimimbar untuk mengaji? Ada kisah yang menarik
dalam bagian ini ketika slengean dijadikan motor berpolitis mereka di masyarakat.
Suatu ketika ada kegiatan keagamaan yang digagas oleh karang taruna. Sebagian
besar orang-orang yang hadir menggunakan baju keagamaan. Pakaian rapi putih
dan berhiaskan kopiah sholat menjadi pemandangan yang umum sejauh mata
memandang. Dalam kerumunan itu, ada satu orang yang berdandanan aneh dan
berbeda dengan orang-orang di acara itu. Dengan baju apa adanya dengan
berhiaskan emblem Slank, dia duduk di mimbar dan membacakan qorik pada saat
pembukaan acara tersebut. Semua yang hadir di acara itu tertegun tak percaya
dengan apa yang mereka lihat dan rasakan sendiri. Setelah pembukaan itu selesai
ustad yang menjadi pembicara di acara tersebut bicara dengan terkagum dan
juga kecewa. Ustad tersebut berbicara “Saya baru tau ini ada orang gila
Slankers seperti ini yang bisa dan mau mengaji, kalian-kalian ini (menunjuk
pemuda) kok tidak mau mengaji. Yang bapaknya ustad kok tidak mau mengaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
malah orang gila orang Slankers malah mau mengaji apa kalian semua ini tidak
malu?”108
Keberadaan Slankers tersebut sebagai anak pesantren mengantarkan dirinya
pada pandangan bahwa keikutsertaan dirinya pada komunitas Slankers adalah
jalan untuk mengingat Tuhan dan dapat merangkul teman-teman atau orang-orang
yang kebablasan. Sebuah jalan politik yang menarik sekali di mana ketika orang
lain memandang Slankers sebagai sekumpulan orang-orang yang kotor, namun
dibalik itu ada cahaya bersinar di dalamnya. Ada hal yang menarik dalam
kaitannya dengan slengean itu sendiri. Pertama, slengean tidak memiliki acuan
khusus dalam wujudnya sehingga terasa biasa tentunya. Kedua, slengean sendiri
seperti jalan untuk meniru Slank saja, sehingga, apapun yang dianggap sama
dengan Slank itu slengean. Pada hal yang lain, memang slengean dimaknai
dengan artian apa adanya, namun, dalam benah berikutnya dimaknai secara
berbeda. Ketiga, slengean menjadi jalan politik dalam diri mereka salah satunya
seperti contoh di atas.
3.2.4 Potlot: Rumah kami dan Slank adalah keluarga kami
Gang Potlot adalah nama dari markas Slank yang berada di Jakarta.
Tempat ini memiliki reputasi sebagai salah satu tempat yang sakral bagi Slankers.
Mungkin bagi orang-orang yang tidak mengerti betul mengenai Potlot, tempat ini
hanya disukai sebagai tempat tinggal yang berwarna biru. Namun, bagi Slankers,
tempat ini jauh dari sekedar rumah saja, hingga ada ungkapan “Slankers yang
108Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
belum pernah ke Potlot itu berarti masih belum Slankers.”109 Munculnya
ungkapan seperti ini bukan berarti tempat ini hanya menjadi persinggahan atau
tempat yang tepat untuk mengabadikan kejadian tertentu dalam figura. Tempat
yang dinamakan dengan gang Potlot ini bagi Slankers berubah menjadi tempat
yang memiliki rekam jejak narasi dan juga menjadi tempat yang sangat di
sakralkan keberadaannya. Mungkin saja di tempat ini akan menjadi tempat ziarah
rutin Slankers jika ada kabar duka muncul.110
Beragam narasi muncul dalam kehidupan Slankers mengenai Potlot karena
di dalam tempat ini tersembunyi sebuah cerita mengenai cerita rintihan rasa sakit
dan gelak tawa yang ada di dalam kelompok Slank. Di dalam tempat ini juga
Slankers merasakan bertemu dengan saudara satu kupu-kupu (Slankers) yang
tersebar di berbagai tempat. Di dalam Gang Potlot, Slankers seperti menemukan
replika Indonesia dalam satu tempat yang kecil dan bisa dijangkau. Di dalam
Potlot sendiri dihadirkan tanaman yang yang tersebar dari Sabang hingga
Merauke.111 Salah satu karya lagu yang berjudul Rumah Ku merupakan karya
yang hadir untuk menceritakan ulang keberadaan Gang Potlot ini.
“Di rumahku banyak air bebas untuk digunakan dan diminum. Di rumahku
banyak anak-anak dari anak Makasar sampai anak Sunda. Oo…apa kalian gak iri
mendengar tentang ini…?Oo…apa kalian gak iri mendengar kabar ini…?. Di
rumahku banyak tanaman Kamboja, Bali sampai rambutan Aceh. Di rumahku
banyak orang-orang yang tidak pernah berkelahi dan selalu damai. Oo…apa
kalian gak ingiin hidup seperti kami…?Oo…apa kalian gak ingin
gabungbersama kami…?. Aku takut keluar rumah banyak penderitaan dan
kehancuran.”112
109Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 110Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 111Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 112Lirik lagu “Rumah ku” pada album Slankissme pada tahun 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Karya ini memang menyokong keberadaan gang Potlot ini menjadi satu
kesatuan yang utuh dalam menjabarkan situasi dari tempat ini. Satu untaian yang
bisa terlihat disini adalah adanya tanaman yang tersebar di berbagai tempat
terangkum dalam satu tempat. Bukan hanya tanaman saja yang ada menghiasi
tempat yang dinamakan Potlot ini. Melihat kembali rekam jejak gang Potlot
sendiri, di tempat ini juga tempat tinggal keluarga Bimbim sekaligus kantor Slank
dan menjadi markas dari Slankers. Dengan rekam sejarah yang semacam ini, tidak
ayal memang jika banyak orang datang ke tepat ini untuk hanya sekedar
berkumpul dan juga meresmikan kelompok mereka, seperti yang dilakukan oleh
Slankers Yogyakarta pada tahun 2002 lalu.113 Di dalam tempat ini, para Slankers
mengenal keberagaman Indonesia melalui Slankers di Potlot karena banyak dari
Slankers yang tersebar di berbagai tempat datang ke Potlot. Orang yang berasal
dari Yogyakarta bisa mengenal orang dari Bandung dan berbagai tempat lain
dengan jalan Slankers yang juga berkumpul di Potlot.114
Apa yang Slankers rasakan di sana adalah pengalaman berkumpul yang
bukan hanya berkumpul asal berjumpa sesaat saja. Kebersamaan yang mereka
dapatkan memberikan rumah baru bagi mereka contohnya “Potlot adalah rumah
Slankers dan diapapun yang datang ke sana pasti dibukakan pintu entah mau
tidur di jalan atau di selokan begitu ungkapan Slankers ketika membicarakan
tema mengenai Gang Potlot ini.115 Di Potlot Slankers menemukan keluarga baru
113Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 114Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 115Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
yang memberikan kenyamanan mengayomi dan memberikan arahan kepada
dirinya.116 Sosok Bunda Iffet adalah sosok ibu bagi para Slankers. Di dalam Potlot
sendiri tergambar semacam keluarga besar yang ada di sana ada bapak (Slank)
dan ibu (Bunda Iffet) bagi Slankers. Sebenarnya, bagian ini mengundang
pertanyaan mengenai keberadaan pandangan ini mengapa bisa Bunda Iffet dan
Slank dianggap sebagai bapak dan ibu mereka? Dari mana ujung dan pangkalnya
dianggap sebagai bapak dan ibu, padahal mereka bekas pengguna narkoba dan
slengean?
Slank dan Bunda Iffet memang bukan bapak dan ibu biologis bagi seluruh
Slankers yang ada di berbagai tempat, namun sikap dan perannya memiliki
kemiripan dengan sosok ibu dan bapak di keluarga. Ada hubungan yang terjalin
manis antara sosok bapak dan ibu yang mereka inginkan di dalam pikiran mereka
hingga menempatkan kedua sosok ini sebagai keluarga. Layaknya sebagai anak
dan bapak, sang anak (Slankers) hanya patuh dengan sosok bapak dan tidak mau
disetir oleh siapapun kecuali oleh sang bapak (Slank).117 Ketika memberikan label
pada ayah, berarti asumsi yang terbersit dalam pikiran adalah aturan yang dibuat
oleh Slank itu sendiri. Menariknya adalah sang bapak ini mengarahkan hal-hal
yang negatif menjadi positif, contohnya adalah boleh mabuk tapi jangan buat
kerusuhan.118
Hal yang berbeda muncul dalam diri Slankers ketika memberikan
penjelasan mendang ibu mereka (Bunda iffet). Layaknya sebagai sosok ibu yang
116Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 117Ibid. 118Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
memiliki kedekatan secara emosional, Bunda iffet ditempatkan sebagai sosok
yang memiliki cinta kasih dalam setiap tindakan yang dilakukan. Hubungan yang
harmonis antara Bunda Iffet, Slank dan Slankers menjadikan Potlot rumah yang
digunakan untuk berkumpulnya anak yang dalam konteks ini adalah Slankers.
Ketika Potlot dinarasikan sebagai rumah pada detik itu juga Potlot merupakan
tempat dimana anak-anak (Slankers) berkumpul. Dalam kerangka inilah sosok
dari Bunda Iffet berperan penting sebagai ibu dari Slankers. Banyaknya Slankers
yang memiliki latar belakang usia yang beragam, memungkinkan adanya Slankers
yang masih berada dalam masa-masa sekolah. Ketika Potlot didatangi oleh
Slankers yang masih berstatus pelajar atau masih anak kecil. Bunda akan
mendatangi anak itu dan memberikan nasehat untuk pulang supaya kegiatan
belajarnya tidak terganggu. Hal semacam ini dilakukan oleh Bunda Iffet sendiri
sebagai rasa tanggung jawab yang besar untuk mengatur dan membina pada
Slankers.119 Seperti layaknya ibu yang memberi nasehat jika anaknya asik
bermain dan melupakan tanggung jawab mereka sebagai pelajar. Dapat dikatakan
Bunda Iffet sebagai seorang ibu yang tidak ingin melihat anak-anaknya jatuh pada
lubang kenistaan.
Bunda Iffet juga mengambil peran yang begitu besar ketika membentuk
Slank Fans Club yang tersebar di berbagai daerah. Pesan beliau adalah agar Slank
Fans Club ini merupakan tempat di mana pada Slankers menyalurkan potensi
119Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Slankers ke arah yang positif.120 Potongan-potongan yang hadir dalam benak
Slankers ini seperti memberikan satu bayangan tertentu akan beberadaan Slank
(bapak) dan Bunda Iffet (ibu). Posisi yang nampak dalam bagian ini memiliki
perbedaan yang signifikan dalam mengartikan kedua posisi tersebut. Apa
sebenarnya yang ada di belakang mereka hingga dapat mengartikan kedua hal ini
berbeda tempat?
3.3 Saya Slankers tapi Tidak Sefanatik Teman-teman
Saya Slankers tapi tidak sefanatik teman-teman merupakan kutipan dari
seorang narasumber ketika ditanyai mengenai jalan hidup yang telah mereka
jalani selama ini dengan Slankers. Ada polemik mengenai Slankers yang
mempertanyakan kembali kediriannya dalam memaknai Slankers. Potongan demi
potongan hadir dalam merangkai sebuah cerita narasi yang menarik untuk dilihat
kembali akan sebuah proses terbentuknya Slankers ini. Sebuah perjalanan yang
nampak berikutnya adalah jalan hidup dan juga pegalaman-pengalaman mereka
setelah menjadi Slankers. Menjadi Slankers berarti siap untuk bertindak dan
bersikap berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Perbedaan yang dimaksud
ini adalah sebuah pedoman yang dijadikan landasan bagi Slankers dalam
melangkah. Mengambil keputusan untuk berbeda dengan orang-orang umum ini
bukan hanya sebagai proses pencarian akan sesuatu yang dirindukan tetapi juga
kisah pilu ketika mereka berbeda dengan yang lainnya. Ada beberapa bagian yang
120Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
bisa dituliskan dalam tema ini yang mengarah pada pandangan hidup yang mereka
yakini. Berikut penjabarannya:
3.3.1 Mungkin orang lain merasa risih namun ini cara saya bersikap
Sungguh menjadi hal yang sangat mengagumkan ketika slengean dijadikan
dasar untuk merubah nama Cikini Stone Compleks menjadi Slank. Sebuah
perubahan nama yang kelak menjadi kelompok besar selama tiga puluh tiga tahun
lamanya. Salah satu gaya Slank dalam proses kreatif karya yang kadang slengean
dan lirik lagu yang mengandung kritik-kritik sosial telah menjadi ciri khas yang
membedakannya dengan musisi-musisi lain. Hal inilah yang membuat Slank
dengan cepat mendapat penggemar.121 Sebuah perubahan nama yang juga secara
serentak merubah jalan dari berbagai orang yang mengatasnamakan dirinya
sebagai Slankers. Mungkin bagi sebagian orang slengean ini merupakan kata yang
dianggap biasa atau kata yang dianggap kurang baik. Namun, bagi Slankers kata
slengean sendiri memiliki arti yang jauh lebih tinggi dari anggapan masyarakat
dalam memahami slengean.
Dalam beberapa hal, slengean ini dimaknai dengan tindakan yang
berlandaskan semau orang bertindak tanpa memikirkan aturan yang mengikat
dirinya sendiri.122 Landasan ini jika digunakan dalam kerangka yang normatif
mengarah pada tindakan yang tidak normal, udik dan melanggar hukum tentunya.
Sesuatu yang menjijikkan memang jika sesuatu hal yang dianggap tidak normal
121Rovi Ashari, Skripsi “Slank Adalah Aku”(Studi Eksploratoris tentang Pengidolaan yang
Mempengaruhi Gaya Hiduppada Penggemar Slank Pekalongan Slankers Club (PSC) Pekalongan),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Serakarta, 2009, hal xiii. 122 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bagi masyarakat umum dijadikan jalan hidup, seperti cara Slankers ketika datang
ke tempat konser dengan menumpang angkutan dan bahkan menginap di tempat
konser. Pinggiran stadion atau lampu-lampu merah menjadi rumah sementara
mereka. Slankers memang nekat dalam perkara ini bagi mereka tidak memiliki
uang tidak apa-apa karena di sana (tempat konser) ada teman dan bisa meminta
pertolongan. Biasanya jika ada konser Slank, para Slankers yang berdatangan
bukan hanya dari satu wilayah saja tetapi wilayah lain juga datang. Bahkan ada
Slankers yang berjalan kaki dari pacitan hingga stadion Sri Wedari. Tetapi, apa
yang Slankers rasakan adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Slank. Sesakit
apapun yang dirasakan akan hilang ketika melihat Slank.123
Hal lain yang dapat terlihat adalah bendera-berdera mereka. Sepanjang
konser berlangsung banyak sekali bendera-bendera Slankers yang dipasang
dengan bambu panjang. Ternyata bendera sendiri sangat berarti karena disitu pula
identitas mereka dan menandakan kehadiran mereka.124 Ada satu lagu yang
berjudul Kamu Harus Pulang menjadi lagu pengibaran bendera Slankers.125
Tetapi, dalam posisi itu pula Slankers bukannya merasakan keanehan tetapi malah
merasakan kebanggaan dan kebahagiaan. Begitu besar rasa bangga dan
bahagianya beberapa Slankers rela untuk tidak masuk kerja lima hingga enam hari
dan rela keluar kerja hanya utuk datang ke konser Slank.126 Sebuah perjalanan
123Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 124Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 125Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 126Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
yang sangat mengandung resiko tentunya, perjalanan untuk melihat sosok
slengean hadir di depan mata.
Denah yang muncul dalam anggapan mengenai slengean rupanya mengakar
pada apa yang dianggap dengan kebebasan yang ada dalam diri. Kebebasan yang
kadang kala melompati aturan yang sudah dianggap umum di mata masyarakat.
Slengean disandingkan dengan Generasi Biru sebagai generasi yang tidak mau
dikekang dan diatur-atur. Hal ini nampak bukan hanya pada perkara mengenai
politik mereka semata tetapi juga hal-hal kecil seperti menggunakan anting, tidak
peduli lingkungan akan berpendapat seperti apa. Hal terpenting adalah
menampilkan diri sendiri tanpa harus mengganggu orang lain.127 Mereka
merupakan kelompok yang bukan kelompok pion-pion catur yang dapat diatur
begitu saja dengan yang menguasainya. Bebas dengan cara mereka sendiri
bertingkah merupakan bagian yang menjadi cerita di mana Slankers berada.
Tetapi, cerita mengenai slengean dan kebebasaan ini bukan mengalir mulus
tanpa adanya halangan tentunya. Keikutsertaan mereka sebagai masyarakat umum
ternyata menjadi salah satu ujian dari slengean itu sendiri yang berujung
gunjingan bahkan penolakan oleh masyarakat. Slankers Yogyakarta sempat
mendapat penolakan oleh masyarakat yang berada di Gayam ketika nama
komunitas Slankers ini masih Pulau Biru. Bentuk yang terlihat jelas adalah tempat
basecamp Slankers tidak dapat diperpanjang masa kontraknnya. Masalah
keuangan bukan satu-satunya kendala yang dirasakan oleh Slankers, penolakan
127Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
masyarakat sekitar karena dianggap sebagai kelompok yang sangat bebas menjadi
masalah tersendiri di kala itu.128 Hingga pada akhirnya Slankers menemukan
tempat yang cocok bagi mereka yaitu di toko pernak-pernik Djatie (Rolling Stone,
Reggae dan Slank).
Pada bagian lainnya, gunjingan mengenai keberadaan Slankers ini sendiri
menyebar bukan hanya penolakan yang mengarah pada tempat Slankers
berkumpul saja. Bahkan dalam ruang yang lain sikap penolakan masyarakat juga
muncul dalam bentuk larangan untuk bergabung dengan Slankers. Ada omongan
yang menyebar di masyarakat untuk tidak ikut dalam lingkaran Slankers karena
mereka adalah kelompok orang-orang yang tidak baik. Beberapa cara mereka
ngumpul seperti minum-minuman keras juga menjadi anggapan miring
masyarakat umum.129 Lantas apa yang mereka perbuat adalah cuek dengan
anggapan yang sudah kuat di masyarakat. Dengan berlandaskan pada tidak
mengganggu orang, Slankers akan tetap santai menerima. Jika ikut bergabung,
Slankers akan membukakan pintu namun jika tidak Slankers tetap tidak
menggubris anggapan masyarakat umum semacam ini.130 Tetapi, dalam bagian ini
pula Slankers menampilkan slengean sebagai sikap bijak yang muncul dalam
dirinya sebagai respon negatif dari masyarakat. Slankers menganggap
masyaraksat umum tidak tahu menau tentang sisi positif yang dimiliki oleh
Slankers itu sendiri. Slankers juga tampil di barisan depan dalam persoalan sosial
128Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 129Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 130Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tentunya, posko-posko yang pernah mereka buat ketika gunung Merapi meletus
adalah salah satu saksi bisu bagaimana mereka tampil sebagai sebuah kelompok
yang jauh dari anggapan miring.131
Ada sebuah kisah yang muncul dari Slankers ketika mereka mencoba untuk
menjabarkan mengenai slengean itu sendiri. Dikisahkan dalam bagian ini,
slengean merupakan sikap yang aneh namun aneh yang memiliki nilai positif.
Salah satu narasumber mengatakan bahwa slengean adalah tidak menyakiti orang
lain, salah satu Slankers yang sudah mengenal Slank dari bangku sekolah dasar.
Dikatakan bahwa slengean adalah sebuah sikap dimana keluar dari hal-hal yang
negatif untuk menuju sebuah kedamaian. Slankers memberikan contoh kisah yang
mencerminkan slengean sebagai jalan kedamaian. Ada seorang pemuda yang
bernama Udin yang tinggal di suatu daerah yang bernama Pulau Kuning. Suatu
ketika, Udin berjalan di trotoar jalan dan melihat ada kegaduhan yang melibatkan
banyak orang. Rasa ingin tahu Udin memerintahkan dirinya untuk pergi ke
kegaduhan tersebut dengan tujuan mengetahui apa yang terjadi. Betapa kagetnya
Udin ternyata yang terjadi adalah perkelahian antar kampung dan sialnya lagi
yang berkelahi adalah kampung Udin itu sendiri. Teriakan terdegar dari keributan
itu untuk mengajak Udin bergabung dalam perkelahian yang sengit itu. Para
pemuda mengajaknya untuk ikut masuk dalam perkelahian tersebut karena
menyangkut harga diri kampung halaman. Namun Udin tetap diam, sikap
diamnya Udin karena ada sesuatu yang berbicara kepada dirinya bahwa
131Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
perkelahian adalah bukan jalan kedamaian dan bertentangan dengan tiga belas
manifesto Slank yang salah duanya adalah kritis dan cintai alam.132 Lantas Udin
memilih untuk tidak ikut campur dalam perkelahian tersebut. Udin berlari ke
rumahnya yang hanya terletak lima puluh meter dari keramaian tersebut. Lantas
apa yang dilakukan Udin sungguh mengejutkan. Udin membuka berkas film
pornonya dan onani di saat itu juga. Sikap ini diambil karena tindakan ini tidak
merugikan orang banyak dan juga mungkin banyak orang-orang disekitar merasa
risih dan aneh pada tindakan Udin. Perkelahian bukan jalan kedamaian manifesto
Slank namun dengan cara inilah Udin merasa tindakannya sebagai slengean.
Sebuah sikap yang tidak merugikan orang banyak.133
3.3.2 Merakyat dan berdiri di semua golongan
Ada banyak memang pengaruh Slank yang namapak pada kehidupan dari
Slankers sendiri. Salah satu wujud yang hadir dalam tindakan dari kelompok
Slankers sendiri adalah berdiri di semua golongan. Salah satu strategi dalam
menciptakan ruang kebersatuan segala umat dengan satu bahasa Slankers. Seperti
sudah diketahui banyak orang apapun konsernya pasti ada bendera Slank. Bahkan
suatu ketika ada acara keagamaan yang dipimpin Habib Syah di sana ada Slankers
yang menggunakan pernak-pernik Slank.134 Sebanarnya bukan cerita yang baru
lagi jika Slankers ini ada diberbagai acara. Tetapi, bukan ini kisah yang
sebenarnya ingin diceritakan dalam bagian ini. Berdiri di semua golongan
132 Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 133 Ibid. 134Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
memang bukan hanya sebatas omongan saja. Slankers mengetahui dengan jelas
bagaimana cara mempersatukan berbagai golongan yang ada di masyarakat ini
menjadi satu tanpa ada perasaan sentimen.
Jogja Nasional Museum adalah saksi bisu semangat berdiri di semua
golongan yang dimiliki oleh Slankers. Komunitas Slankers bahkan
mengumpulkan beberapa komunitas musik lainnya yang berbeda genre dengan
Slankers. Tercatat lebih dari tiga kelompok musik berbeda hadir di acara tersebut
tanpa ada gesekan walau dengan bendera yang berbeda-beda.135 Bukan hanya
pada kegiatan itu bahkan dalam acara yang tidak resmi, kelomok-kelompok di
luar Slankers ini bisa bersatu. Dalam acara konser Slank atau acara Slankers pun
komunitas seperti Vespa, Punk dan Reggae hadir menjadi satu.136 Yang menarik
dalam bagian ini adalah kelompok-kelompok yang bersatu adalah kelompok yang
memiliki basis yang memiliki kesamaan seperti Slankers. Sebuah kelompok
minoritas yang timbul dengan bendera yang berbeda-beda menjadi satu golongan
dalam rumpun yang sama.137 Hal ini muncul karena Slank sendiri sangat senang
dengan Vespa, Reggae dan Punk. Dalam bagian ini, Slank rupanya bukan hanya
pemersatu bagi Slankers saja tetapi juga bagi golongan di luar Slankers. Slank
memang suka dengan Vespa, bahkan sesekali Kaka pernah mengendarai Vespa
keliling kota Yogyakarta. Pada sisi lainnya juga Kaka pernah digimbal rambutnya
135Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 136Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016. 137Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dengan salah satu tokoh Reggae di Yogyakarta.138 Dalam bagian ini pula ada
bagian yang terlihat bahwa ada hal lain yang juga mempengaruhi berkumpulnya
golongan-golongan ini menjadi satu.
Dalam bagian berikutnya, karya Slank sendiri menjadi penanda akan
kesatuan yang sudah tidak terlalu nampak dalam kehidupan. Ritus-ritus yang
dilakukan oleh berbagai golongan dan elemen masyarakat membuat karya dari
kelompok Slank ini seperti pemersatu dengan kunci yang sama yaitu karya Slank.
Berbagai tempat dan berbagai golongan dengan sangat mudah dapat merepetisi
dari karya Slank. Dalam bagian ini, karya Slank seperti memberikan tali untuk
bersatunya masyarakat dalam satu-kesatuan yang utuh. Pengamen, anak jalanan,
anak muda, dewasa dan berbagai genre bisa memainkan karya dari Slank. Dengan
kata lain, karya dari Slank ini seperti lagu sejuta umat dan dapat mewakili
berbagai golongan masyarakat. Sehingga peta yang didapat dalam bagian ini
adalah karya dari Slank yang menandakan bahasa yang sama dan menjadi
pemersatu dari berbagai golongan masyarakat.139 Ada bayangan mengenai satu
kesatuan yang membayangi Slankers sebenarnya dari anggapan-anggapan
semacam ini. Beragam golongan masyarakat dapat bermain dan menyanyikan
karya Slank. Dengan jembatan inilah karya Slank menjadi satu pemersatu bagi
berbagai golongan masyarakat. Secara eksplisit hal semacam ini juga nampak
pada Slankers yang lainnya yang menganggap masyarakat saat ini tidak berpijak
138Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 139Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pada Pancasila.140 Dalam bagian ini pula sebenarnya secara tidak langsung
mengarah pada kebhinekaaan atau persatuan dari Indonesia itu sendiri. Dan hal ini
juga ditegaskan oleh Slankers bahwa di Indonesia sendiri rentan akan gesekan
antar satu golongan dan golongan lainnya.141
3.3.3 Makan gak makan asal ngumpul (Solidaritas)
Makan gak makan asal kumpul adalah nyanyian yang pernah dibuat oleh
Slank atas dasar rasa solidaritas yang terjalin antar manusia. Solidaritas
merupakan salah satu bagian lain yang juga tidak bisa dilepaskan dalam kerangka
kekeberadaan Slankers itu sendiri. Solidaritas adalah persoalan hidup yang
Slankers lihat di berbagai golongan masyarakat yang semakin jauh dari solidaritas
itu sendiri. Hilangnya solidaritas yang ada di masyarakat ini menjadikan Slankers
membangun dunia mereka atas dasar solidaritas itu sendiri. Siapa yang
menyangka bahwa Slankers pernah turun jalan hanya untuk membersihkan pantai
dari sampah dan membantu penghijauan di daerah Merapi.142 “Kenapa harus
tunggu bencana baru kita percaya kebesaran Tuhan. Mengapa harus tunggu
bencana tentara datang untuk kemanusiaan. Mengapa harus tunggu bencana kita
rela sisihkan harta untuk sesama. Mengapa harus tunggu bencana baru kita
bersahabat dengan alam. Aku menangis lihat hari ini tapi tersenyum tatap masa
depan.” (lirik lagu Solidaritas)
140Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 141Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 142Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kutipan di atas merupakan potongan lirik dari salah satu karya Slank yang
berjudul Solidaritas. Slank sering disalahpahami sebagai pemberontak walaupun
sebenarnya memiliki solidaritas yang tinggi. Hal ini terlihat dari kutipan “Kenapa
orang-orang sekarang tidak memiliki solidaritas di dalam dirinya, mereka hanya
mementingkan urusan mereka sendiri.” Banyak yang menganggap Slank sebagai
pemberontak tetapi apa yang ada di belakang Slank dan Slankers adalah sangat
peka terhadap permasalahan sosial khususnya solidaritas”143 ujar Slanky
(Slankers wanita). Slankers benar-benar menunjukkan besarnya rasa solidaritas
yang mereka pegang dalam pedoman hidupnnya, bukan hanya pada tatanan
sesama tetapi ketika ada banyak orang yang memiliki tatapan kosong dijalanan
Slankers datang untuk membantu. Hal ini bukan mengenai pencitraan saja tetapi
sebagian dari Slankers juga pernah merasakan pahitnya hidup di jalan.144
Ada bagian lain dalam diri Slankers sendiri ketika mereka sudah
menjadikan Slankers sebagai jalan hidup mereka. Keberpihakan mereka pada
rakyat adalah salah satu bagian yang selalu mendikte langkah dari setiap tindakan
Slankers. Rakyat kecil dianggap sebagai bagian dari sebuah sistem yang perlu
untuk dibela. Orang-orang kecil yang tergerus oleh sistem yang tidak bisa
bersuara karena keterbatasan diri mereka dalam menyuarakan sebuah masalah
sosial yang hadir dalam kehidupan.
Rakyat bagi Slankers adalah sebuah teriakan orang-orang yang berada pada
golongan minoritas. Satu anggapan yang dirasakan oleh Slankers adalah rakyat
143Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016. 144Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(orang kecil) memiliki nilai yang sama dengan yang lainnya. Pandangan ini
dianggap sebuah gerakan sosial yang menuntut kesetaraan tanpa ada batas.
Slankers tetap berdiri dengan gerakan mereka yang tetap akan menolah apapun
yang dianggap tidak prorakyat.145 Ada sebuah kehidupan yang tidak memandang
lagi status sosial orang, orang kecil dapat setara dan hidup layak tanpa ada
gunjingan serta kebebasan dalam diri. Tukang becak, pengemis dan pemulung
suatu saat akan menjadi berguna dan tetap setara dengan yang lainnya. Hidup
rukun dan damai dalam satu kehidupan harmonis di sebuah pulau yang dinamakan
dengan “Pulau Biru”.146 Minoritas Slankers Yogyakarta merupakan sebuah
jembatan yang dapat memobolitasi keinginan mereka dan melandasi adanya
bayang mereka akan situasi dunia kelak.
3.3.4 Kalo saya gini terus ya mampus, Slank slengean karena mereka
dibayar, jika saya ikut mereka anak saya makan apa?
Ada perjalanan sunyi yang Slankers tempuh dalam keikutsertaan mereka
dalam satu seragam Slankers. Sekuat apapun Slankers ikut dalam Slankers tetap
saja akan merasakan keresahan dalam dirinya. Tindakan gila yang sempat mereka
lakukan demi keikutsertaan mereka dengan Slankers terasa hambar ketika
Slankers harus berhadapan dengan kebutuhannya sendiri. Ada beberapa Slankers
yang ternyata memiliki kegelisahan dengan diri mereka sendiri sebagai Slankers.
Satu sisi Slankers bangga dengan dirinya sendiri sebagai Slankers. Tetapi, pada
145Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 146Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sisi lainnya Slankers merasakan keanehan dalam diri mereka sendiri ketika
mereka harus dihadapkan dengan realitas kehidupan itu sendiri.
Gaya dandanan slengean yang kadang kala dianggap kumuh, kotor dan
gelandangan itu sebenarnya bukan slengean. Slengean merupakan sebuah proses
menemukan jadi diri dan mengerti tata cara berperilaku di lingkungan sosial
masyarakat. Rasa peduli terhadap sesama atau lingkungan ataupun tidak
bertingkah sembarangan itu adalah slengean. Tindakan kritis yang sering
diucapkan oleh Slankers rupanya bukan sebuah tindakan yang di dasarkan oleh
slengean. Slankers itu normal-normal saja, tidak perlu terlalu kritis dan tidak gila
hormat dan bertingkah berlebihan.147 Sebuah pandangan yang berbeda ternyata
muncul dalam diri Slankers yang biasanya sangat total dalam pengidolaannnya
rupa-rupanya ada juga yang bertindak berbeda dengan tata cara Slankers pada
umumnya. Ada semacam ruang berjarak yang muncul dalam diri Slankers ini
ketika dirinya dihadapkan dengan penilaian akan diri mereka sendiri.
Bukan hanya nampak dalam ruang pemahaman saja, beberapa Slankers
merasa berbeda dan seperti merasa ada yang ganjil dalam diri mereka sendiri.
Seperti ada sesuatu yang berusaha untuk menilai kembali keberadaan diri Slankers
itu sendiri. Kegilaan-kegilaan yang sering dilakukan oleh Slankers dianggap
sebagai salah satu kehidupan yang sudah usang. Ada rasa dimana mereka sendiri
jengah terhadap Slank dan Slankers dengan segala corak yang dimiliki oleh
Slankers. Tanpa ada rasa segan Slank yang dipuja oleh banyaknya orang dipanggil
147Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dengan lima orang gila.148 Gaya yang Slank tampilkan di hadapan publik adalah
gaya yang muncul dan abadi karena mereka dibayar atau sebuah gaya yang abadi
karena ada uang yang melandasi hal itu. Atau dengan artian bahwa Slank bisa
berindak seperti itu karena dibayar.149 Kehidupan Slankers yang terkesan kurang
baik di mata masyarakat ini rupa-rupanya juga masuk dalam diri beberapa
Slankers. Kehidupan Slankers yang nampak seperti seperti saat ini merupakan
salah satu kesenangan saja masa belum dewasa. Hidup tetap berjalan dan masa
depan harus tetap dikejar, masa depan harus tetap diraih.150
Ada keresahan yang muncul dalam diri Slankers ketika mereka
menemukan titik-titik dimana ada kejanggalan ketika mereka ikut dalam satu
bagian di dalam Slankers itu sendiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ditangani oleh
Slank dan Slankers dalam kehidupan masing-masing anggota. Anggapan
semacam ini terlihat jelas ketika ada komentar Slankers memang memikirkan
Slank, tetapi apakah Slank memikirkan kita?151 Sebuah tanda tanya yang
menggugahkan sebenarnya ada berapa perkara yang tidak dapat diobati dalam
Slankers. Seperti sebuah daerah gurun panas dan melihat adanya air yang
bergerak. Namun itu hanyalah ilusi atau fatamorgana yang ada di panasnya dunia.
Apa yang dihadirkan ternyata kekosongan yang ada di dalamnya.
Siapa yang menyangka bahwa ada keretakan di dalam kelompok Slankers
itu sendiri. Permasalahan yang berkutat pada identitas mereka sendiri mengenai
148Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 149Ibid. 150Ibid. 151Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
siapa Slankers sejati dan idealnya Slankers? Ini menarik sebenarnya ketika satu
corak Slankers bertemu dengan beberapa Slankers yang memiliki jalan lain dalam
memahami Slankers itu sendiri. Nama-nama seperti Slankers jalanan, Slankers
nebeng dan Slankers musiman menjadi salah satu bagian yang hadir dalam istilah-
istilah penyebutan Slankers. Ketua komunitas Slankers memberikan tanggapan
yang menarik ketika disinggung mengenai Slankers yang berada di jalanan.
Dijelaskan oleh dirinya bahwa ada berbagai macam bentuk Slankers seperti
Slankers bendera dan Slankers musiman. Slankers musiman adalah Slankers yang
cuma datang sewaktu kegiatan besar seperti konser. Slankers musiman juga
digunakan untuk Slankers yang cuma ingin dapat KTA (Kartu Tanda Anggota)
Slankers dan foto bersama Slank tapi kegiatan Slankers tidak ikut. Slankers
Bendera digunakan untuk Slankers yang maniak Slank tapi jika ada konser
kelompok lain mereka juga ikut dan menggunakan pernak-pernik kelompok itu.152
Masalah lain yang ada di dalam kelompok Slankers adalah adanya
bentrokan antar Slankers, seperti Slankers Mandala dan SFC yang berdampak
pada keluarnya Slankers Mandala dari lingkup SFC.153 Ternyata dari gambar ini
pula terlihat apa yang dianggap utuh ternyata juga mengalami keretakan. Sesuatu
yang dianggap mapan dan kompak ternyata ada keretakan di dalamnya. Ada
banyak Slankers bendera yang hanya datang ketika konser Slank saja. Ternyata
hal sepele semacam ini juga berdampak pada regenerasi dari komunitas Slankers
situ sendiri. Ketua Slankers Yogyakarta pada saat ini merupakan ketua yang
152Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 153 Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
terlama durasi waktu dalam menjabat sebagai ketua. Beberapa Slankers sempat
berujar bahwa belum ada yang bisa menggantikan ketua Slankers (SFC)
Yogyakarta saat ini. Masalah ini muncul karena belum ada Slankers yang dapat
merangkul.154 Banyak sekali pengorbanan dari ketua Slankers ini untuk
mempertahankan dan membangkitkan semangat untuk bersama. Beberapa yang
bisa dilihat adalah menggadaikan motor ketika kekuarangan dana ketika konser
serta meninggalkan pekerjaan awalnya (pekerja proyek) demi komunitas
Slankers.155 Pengorbanan semacam ini dirasa tidak ditemukan di Slankers saat ini
yang hanya ikut hura-hura, nongkrong dan dianggap sebagai soksoan.156
Ternyata, Slankers punya banyak masalah yang kadang kala tidak banyak
orang yang mengetahui masalah ini. Masalah-masalah mengenai kedirian Slankers
sendiri juga nampak pada penilaian Slankers jalanan. Slankers resmi
mempertanyakan posisi Slankers yang berada di luar Slankers resmi ini. Ada yang
bilang sebenarnya Slankers yang ada dijalanan itu Slankers yang tidak mengerti
Slank seperti apa. Mereka masih labil dan masih anak-anak tapi mau seperti apa
lagi memang seperti itu keadaannya.157 Satu narasumber juga memberikan
pandangan image Slankers yang mabuk-mabukan dan juga rusuh itu karena
Slankers yang nebeng nama saja, jika Slankers resmi tidak mungkin mereka
154 Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016. 155Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 156 Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016. 157Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
rusuh.158 Jadi memang ada perkara yang muncul dalam bagian ini yang
sebenarnya mempertanyakan kembali seperti apa Slankers itu sebenarnya.
158Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB IV
FANTASI DALAM KELOMPOK SLANKERS
Perjalanan Slankers dijadikan dasar dalam melihat apa yang
melatarbelakangi keberadaan mereka di tengah masyarakat yang telah dibahas
pada Bab III. Posisi Slankers di masyarakat ini turut menyumbangkan berbagai
persoalan yang menjadi salah satu latar terbentuknya Slankers. Keberadaan
mereka di lingkungan masyarakat menyatu dalam wujud sebagai Slankers yang
memiliki satu harapan dan satu gambaran dunia yang mereka inginkan. Dengan
harapan dan gambaran dunia ini, terkadang Slankers tidak sadar keberadaan
mereka terlihat aneh bagi masyarakat umum.
Pandangan masyarakat mengenai Slankers paling tidak mempengaruhi
keberadaan dan keinginan mereka bertahan sebagai Slankers. Keberadaan mereka
dengan sikap tidak peduli pendapat orang lain dan bebas dalam bertindak adalah
contoh fenomena yang menarik untuk dibahas. Ditambah, dasar ketertarikan
mereka menjadi Slankers juga bagian yang penting dianalisa di pembahasan ini.
Oleh karena itu, terdapat tiga inti pembahasan yang dibahas pada bab ini. Pertama
adalah analisa mengenai konstruksi wacana mengenai alasan dasar penggemar
Slank sebagai Slankers. Kedua adalah analisa tentang pengalaman auditif atau
karya dalam bentuk lagu-lagu Slank, Potlot, dan slengean. Terakhir adalah analisa
tentang fantasi yang ada di dalam Slankers. Berikut adalah pembahasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4.1 Konstruksi wacana Slank
4.1.1 Bangunan Wacana Slank Terhadap Pemerintah
Bagian pertama ini merangkum pembahasan mengenai anggapan yang
mengarah pada kritik pemerintah khususnya masa Orde Baru. Kritik terhadap
pemerintah yang hubungannya dengan sosial dan musisi telah dilakukan oleh
Harry Roesly sebelumnya dengan lagu Si Cantik. Di masa Orde Baru inilah, kritik
yang ia lakukan tujuannya untuk menyindir cucu dari Soeharto yang
menggunakan barang terlarang berupa pil ekstasi.159
Sehubungan dengan kritik terhadap pemerintah, Slank juga membuat karya
dalam album Mata Hati Reformasi yang bertujuan untuk mengkritik Orde Baru.160
Slank bersama dengan Slankers mengecam masa kepemimpinan Soeharto yang
dianggap diktator. Slank bersama Slankers telah muncul sejak masa Orde Baru,
yang mana gaya kepemimpinan Soeharto dianggap sebagai gaya
berkepemimpinan yang represif. Ditambah, kepemimpinan yang menghasilkan
ketakutan didor (tembak) menjadi persoalan tersendiri bagi Slankers ketika berada
dalam lingkaran Orde Baru.161
Slank menyalurkan wacana yang ingin dibangun mengenai kekejaman Orde
Baru melalui karya (album Mata Hati Reformasi pada Juli 1998).162 Slank beserta
159 Jeremy Wallach. Modern Noise, Fluid Genres Popular Musik In Indonesia 1997-2001, The
University of Wiscnsin Press, 2008, Amerika, hal 88. 160 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 161 Ibid. 162Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
karyanya seperti Missing Person (trend orang hilang) dan Naik-Naik ke Puncak
Gunung memberikan menarasikan kritiknya pada Orde Baru.
Judul Lagu Lirik
Missing Person (trend orang hilang)
(Album Mata Hati Reformsi 1998)
Culik menculik lagi jaman culik-culikan.Hilang
menghilang lagi, nge-trend orang yang hilang. Di mana
nasib mereka? Gimana nasib mereka? Ngumpet takut apa
diumpetin? Ada di sel apa udah mati? Lepas-lepas-in
sebab-sebab sekaliian jelasin. Bebas-bebasin kalau
memang di dalam bui. Nggak ada kabar berita? Jangan –
jangan mereka disiksa? Koko pada diam mulut
membungkam (apa dibungkam)? Lepas-lepasin bebas-
bebasin balik-balikin walau cuma tubuh yang mati. Lepas-
lepasin bebas-bebasin balik-balikin rasa aman biar tentram
Naik-Naik ke Puncak Gunung Naik-naik ke puncak gunung gunung. Penguasa tertinggi
di puncak gunung. Lihat kiri lihat ke kanan. Tutup mulut
mata rakyat sengsara. Naik-naik ke puncak gunung.
Duduk di atas gak mau turun. Lihat kiri lihat ke kanan.
Rakyat susah lo cuek aja. Udah paling tinggi pingin naik
lagi. Harusnya pension gak mau diganti. Naik-naik ke
puncak gunung. Besar pasak dari pada tiang. Lihat kiri
lihat ke kanan. Pinjamnya getol bayarnya ogah. Naik-naik
ke puncak gunung Besar pasak dari pada tiang. Lihat kiri
lihat ke kanan. Kakek yang ngutang yang bayar siapa.
Naik terus gak pernah turun. Utang melulu gak bisa bayar.
Tabel 4.1 : Lirik Missing Person dan Naik-Naik ke Puncak Gunung
Karya Naik-Naik ke Puncak Gunung menggambarkan peminjaman dana
yang terjadi pada masa Orde Baru, namun ditutup dengan kesulitan dan
penanggungan dana yang diberikan pada generasi setelahnya. Pada karya Missing
person (trend orang hilang), Slank bersuara mengenai banyaknya orang yang
hilang tanpa ada sebab yang jelas di masa Orde Baru.
Pada taun 1983-1985, di masa Orde Baru, muncul istilah Petrus. Petrus
merupakan singkatan dari penembak misterius yang misinya untuk menembak
siapapun yang dianggap kriminal tanpa melalui proses pengadilan.163 Dalam hal
163 David Bourchier dan Vedi R. Hadiz, Indonesian Politics and Society a Reader (edt), Routledge
Curzon, 2003, London dan New York, hal 138. (Petrus refers to... in 1983-5.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
ini, ada dua korelasi yang nampak dari tindakan petrus ini. Yang pertama
mengarah pada adanya ketakutan yang ada di dalam diri masyarakat. Dalam hal
ini, terdapat fantasi mengarah pada kekejaman pemerintah untuk mengatur
masyarakat. Kedua mengarah pada bentuk loyalitas yang ada di dalam
pemerintahan Soeharto.164
Dua karya Slank di dalam album Mata Hati Reformasi tersebut di atas
merupakan karya yang mencerminkan kondisi politik dan sosial di era Soeharto.
Dua karya ini memiliki ciri musikal yang cenderung terkesan urakan, walaupun
dengan sistem musik popular. Medium yang digunakan dalam membangun
konsepsi ini adalah musik rock yang secara kesejarahannya dekat dengan
perlawanan subkultur,165 aksen (tekanan), pola yang diulang (minim
pengembangan) dan ritme yang tebal.166 Corak semacam ini ditemukan pada
karya Naik-naik ke Puncak Gunung yang di gambarkan melalui ritme berikut.
164 David Bourchier dan Vedi R. Hadiz, Indonesian Politics and Society a Reader (edt), Routledge
Curzon, 2003, London dan New York, hal 135. (For this reason, ... so forth.) 165Roy Shuker dalam bukunya Understanding Popular Music(Routledge, London dan New York,
2001, hal 21) menuliskan istilah ‘consciencerock’ dengan tendensi yang mengarah pada sisi politik
dari musik rock. Sisi politik musik rock membangun simbol perlawanan kaum subkultur.
Perlawanannya disimbolkan dalam bentuk lirik lagu. 166Di dalam buku Chris McDonald Rush Rock Music and The Middle Class Dreaming in
Middletown (Indiana University Press, Bloomington dan Indianapolis, 2009, hal 36) menuliskan
karakter musik rock dengan beberapa karakter. Karakter pertama full rhythm section, faster
rhythmic motion, thematic or motivic melodies dan denser texture. Ritme tebal yang ditulis pada
bagian ini memiliki artian pada full rhytm section (instrumen ritmikal) dimainkan dengan porsi
yang tinggi (volume dan aksen) dan pola ritmikal diulang mengarah pada tema dan motif melodi
yang dimainkan dalam satu pola dasar atau minim pengembangan tema. Gambar 8 merupakan
bentuk gerak ritme (rhymic motion) yang dimainkan bersamaan (drum, gitar, bass dan vokal).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 4.8: Ritme Naik-naik ke Puncak Gunung
Berdasarkan gambar ritme diatas, secara harmoni, karya Slank ini
merupakan bentuk dari karya musik populer167 dengan menggunakan bentuk tema
yang diulang dan menggunakan akord dalam satu tangga nada.168 Karya Slank
menjadi suara perlawanan ketika dimainkan dengan teriakan, penekanan dan
ritme. Slank cenderung mengeksplorasi ritme dengan berbagai bentuk melodi dan
corak suara yang diwakilkan oleh berbagai instrumen.
Ritme yang ada di dalam karya merupakan material yang penting dalam
hubungannya dengan karakter yang ada di dalam lagu dan terkoneksi pada tubuh
untuk merespon gerak ritmikal tersebut.169 Seperti penggunakan pola up tempo170
yang menjadi dasar dan diulang dengan warna yang berbeda, seperti dalam karya
Generasi Biroe yang digambarkan dalam ritme dasar Generasi Biroe berikut ini.
167Lihat musik populer prof. Dr. Dieter Marck Apresiasi Musik Musik Populer 1995 hal 18-19. 168 Naik-naik kepuncak gunung A minor (Am, C dan G), Pacarku ketinggalan jaman D mayor
(G,A,G dan C) dan Missing person (trend orang hilang) 169 Alison Stone dalam bukunya The Value of Popular Music An Approach from Post-Kantian
Aesthetics (Palgrave Macmillan, Lancaster UK, 2016, hal 163-164 ) menjelaskan hubungan antara
beat dan gerakan tubuh. Ia membahas gerakan tubuh pendengar musik yang berbeda-beda (seperti
punk, metal dan pop). Gagasan utama yang dilihat dalam tulisan ini adalah gestur diam atau jeda
di dalam musik. Jeda atau diam antara satu notasi atau dalam satu ritme memiliki fungsi untuk
memberikan gerakan (musikal) titik jatuhnya suara di tempat yang tidak terduga (singkup atau up
tempo). Jatuhnya suara di tempat yang tidak terduga ini mengundang gerakan tubuh untuk
merespon bergerak. Tetapi di posisi lainnya, tubuh juga merespon gerakan yang sifatnya teratur
(Down beat). Sehingga jika digabungkan antara pola down dan up beat maka gerakan yang muncul
adalah tidak teratur, karena keduanya memberikan energi untuk bergerak. Dalam konteks ini Slank
memiliki kekuatan dalam hal ini. Dalam notasi Generasi Biroe bercamur antara posisi down tempo
(1D+2D,4D+1D,3D,4D,1D+2D dan 4D+4ketuk) dan up tempo (2U+3,1U+2,2U+3) dengan
adanya pola ini dalam satu lagu akan memberikan energi dari masing-masing pola yang
berdampak pada gerakan yang tidak beraturan. 170Penggunaan up tempo merupakan salah satu idiom yang dimiliki oleh musik rock. Ada tiga hal
yang relefan dengan karakter musik rock pertama uptempo dancer number, the anthem dan
romantic ballad (dikutip dari John Encarnacao dalam buku Punk Aesthetics and new Folkway
down the old Plank RoadBurlington, Asgate Publishing Limitted, 2013, hal 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 4.9: Ritme dasar Generasi Biroe
Pada masa Orde Baru, militer yang diasumsikan sebagai oknum yang
mengayomi dan memunculkan rasa aman bagi setiap warga negara Indonesia
berubah menjadi teror yang justru menakutkan. Dengan segala macam bentuk
larangan orang-orang yang berada dalam lingkup sistem tidak bebas bertindak dan
mendapatkan yang diinginkan.171 Satu hal yang bisa dilihat dalam peranan militer
sendiri di kala Orde Baru adalah memberikan ketakutan kepada masyarakat.
Ketakutan adalah kenyataan yang didapat ketika hubungan antara simbolik dan
dunia imajiner yang tidak menemukan satu kesepakatan karena tidak semua dapat
tersimbolkan dalam dunia simbolik.172
Pada level politik, pembunuhan hak-hak politik demi stabilitas keamanan
hanya melahirkan rakyat yang apatis dan budaya politik yang tidak demokratis
pada seluruh lapisan sosial. Kekuasaan negara telah berubah menjadi sebuah
kekuasaan yang sangat personal dengan sosok tunggal seorang presiden diktator
171 Slavoj Zizek dalam bukunya The Sublime Object of Ideology (Verzo, London dan New York,
1989, hal 175) memberikan penjelasakan mengenai kastrasi (castration). Kastarasi merupakan hal
yang dimiliki oleh dunia simbolik yang memiliki penanda (signifier) dan hukum masyarakat.
Proses dari bertemunya subjek dengan penanda/aturan, akan menghasilkan kekurangan (lack)
dalam dirinya atas objek yang memiliki kekuatan libidinal. Hal ini karena signifier sebagai sebuah
penanda utama (S1) mewakili subjek untuk beberapa signifier yang laninnya (S2). Meski begitu,
tidak ada signifier yang dapat menandai subjek itu (lihat Dylan Evan, An Introductory Dictionary
of Lacanian Psychoanalysis ( Routledge, London dan New York, 1996, hal 189, Lacan difines...
the subject). 172Lihat trauma (Sean Homer, Jacques Lacan, Routledge, London dan New York , 2005, hal 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
(Soeharto). Dapat dicermati juga bagaimana kabinet di era Orde Baru dijabat oleh
orang-orang yang tidak memiliki komitmen pada kemakmuran warga negara,
melainkan monster-monter politik yang berasal dari institusi ABRI dan
teknokrat.173
Gaya kepemimpinan yang diktator bukanlah satu-satunya permasalahan
yang dikritisi Slankers. Problematika lainnya adalah masalah korupsi. Bagi
Slankers, para elit politik yang berada di balik meja adalah orang-orang yang
nebeng numpang nama dan mereka hanya suka menggrogoti uang rakyat dan
Slankers siap turun ke jalan untuk mengkritisi ketimpangan itu.174 Slankers
menempatkan dirinya sebagai rakyat bawah yang menjadi sapi perah bagi elit
politik. Menariknya masalah korupsi ini diletakkan pada masa kepemimpinan
SBY (Susilo Bambang Yudhoyono).
Melihat kembali pada masa itu, di setiap pemilihan (nasional dan daerah)
hampir setiap calon kepala daerah dan kepala negara, serta hampir setiap partai
politik, mengusung nilai-nilai keadilan sosial, persamaan dan kebebasan.
Misalnya, pada Pemilu 2009 lalu. Megawati-Prabowo mengusung agenda
kebijakan “ekonomi kerakyatan”, sementara pesaingnya, SBY-Boediono
mengusung slogan “bekerja untuk rakyat”. Semua pihak merasa berhak
menyandang kata “prorakyat” kendatipun dalam program dan praktiknya rakyat
justru hanya terlihat samar-samar.175
173Hikmat Budiman, Lubang Hitam Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal 145. 174Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 175Jurnal Sosial Demokrasi, Perkumpulan Sosdem Indonesia, Jakarta, Vol. 11 > 4 >, April - Juli
2011, hal 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Persamaan dan persatuan untuk membebaskan diri dari penindas
(pemerintah dan Orde Baru) dilakukan oleh para generasi muda termasuk
Slankers sebagai hasil pembetukkan fantasi kolektif Slankers. Tindakan ini
dilakukan dalam rangka menginginkan sebuah revolusi (perubahan) yang
diharapkan mampu menyelamatkan Indonesia dari penindasan. Fenomena yang
terjadi dalam Slankers ini memperlihatkan bahwa mereka terlihat sebagai
pahlawan dari masyarakat yang menginginkan perubahan. Mengingat proklamasi
Indonesia muncul karena desakan pemuda.176
Sehingga, para pemuda dimasa itu menemukan liyan baru yang bisa
menyalurkan hasrat mereka, yaitu Slank. Dengan kata lain, muncul lah identitas
baru yang dinamakan Slankers. Mereka memiliki persamaan dan persatuan dalam
menuntut dan mempertahankan kebebasan dari pemerintah yang menindas.
Kesamaan dan kesatuan ini lah yang membentuk fantasi kolektif dari Slankers.
4.1.2 Wacana yang dikristalkan oleh Slank
Potongan yang sudah dijelaskan pada bagian di atas merupakan lika-liku
yang secara umum dilihat dalam kelompok Slankers. Tetapi, potongan-potongan
yang sudah dijelaskan ini merupakan sebuah fenomena yang tidak murni berada
pada wilayah grass root (Slankers). Bagian yang sudah dijelaskan di atas ini
merupakan sebuah alur yang sengaja dibangun oleh Slank itu sendiri, atau dengan
kata lain anggapan ini merupakan anggapan yang dibentuk oleh Slank.
176 Saya Sasaki Shiraishi, Pahlwan-pahlawan Belia Keluarga Indonesia dalam Politik, Kepustakaan
Populer Gramedia, Jakarta, 2001, hal 51-77.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Ketika Slankers mengatakan bahwa mereka beroposisi dengan Orde Baru
ataupun dengan pemerintah, yang tidak terlihat adalah Slankers dan Orde Baru
ataupun pemerintah sebenarnya tidak ada masalah apa-apa.177 Kemunculan
Slankers dengan Orde Baru tidak ada hubungannya sejauh ini. Slankers tetap
aman jika harus bersinggungan dengan Orde Baru. Anggapan Slankers yang
muncul dalam persoalan protes, kritik, dan resistensi terhadap pemerintah pada
dasarnya terletak pada proses di mana Slankers menganggap hanya sebagai
pakaian dari Slank dalam konteks. Hal ini ternyata senada dengan alasan
ketertarikan Slankers pada kelompok Slank yaitu bukan pada resistensi terhadap
pemerintah seperti komentar-komentar Slankers berikut.
Slankers Keterangan
Mbak Ravi -Awal pertama suka Slank ketika ingin mencari simbol pemberontak, ada dua
yang muncul Slank dan OI. Lantas mencari buku dan menghasilkan satu
pemahaman jangan mau dibohongi politik. (simbol pemberontak)
+Karya yang disukai dan cerita mengenai Slankers berbicara dalam wilayah
solidaritas. (Lagu yang disukai yang bertema sosial bukan pada protes
pemerintah)
Mas Pras -Slank Sempat membuat album Mata Hati Reformasi setelah Soeharto turun,
kalau Slank membuat album itu sewaktu Soeharto berkuasa mungkin sudah
diculik. (takut pada Orde Baru)
+Slankers membantu kampanye Jokowi dan setelah itu bebas mau mengkritik
lagi. (bergabung dengan pemerintah)
Mas Udin -Menggunakan karya Slank untuk berbicara mengenai protes pemerintah seperti
SBY dan Hey Bung. (menggunakan karya sebagai simbol)
+Lagu yang disukai Maafkan. (Karya yang disukai bertema kehilangan orang)
Mas Andi -Kemunculan Slankers tidak terpengaruh dengan Orde Baru dan hubungan
Slankers dengan pemerintah baik-baik saja (aman).
+ Slankers tidak perlu kritis
Tabel 4.2: Komentar Slankers mengenai perbedaan komentar pemerintah
177Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Dalam kronologi yang sudah dipaparkan ini, terdapat satu wilayah yang
menandai bangunan konstruksi wacana yang nampak ketika memasuki wilayah
kritik ataupun resisten terhadap pemerintah. Sehingga, dalam proses berikutnya,
Slankers menjadikan musik sebagai aktifitas yang mengarah pada resistensi
pemerintah, melalui adanya transformasi pengetahuan dari Slank yang masuk ke
dalam Slankers.178 Menariknya dalam hal ini adalah Slankers tidak melihat sisi
protes atau resistensi pemerintah sebagai pemikat Slankers.
Slankers Keterangan
Mas Andi -Pertama kali saya suka pas di televisi. Senang suka dari yang simple dari cara
berpakaian pakai jeans tidak mengikuti moda dan gaya. Pokoknya saya suka dan
kebetulan ada basecamp itu.
Mas Pras -Itu pas tahun 1993. Masih tvri. Nah band ini kok bisa Slengean banget dan lucu.
-Kalau aku sendiri jujur aku suka lagu-lagu Slank. banyak kisah di situ, seperti
kisah saya sendiri dan cewek ku. Contohnya karya “terlalu manis”, itu lagu pertama
kali aku nembak cewek dan sama mantan ku kedua karya “ku tak bisa” putus. Lagu
itu punyak maknanya sendiri dalam kehidupan ku sendiri. Ada kenangannya
Mas Udin -saya tu suka dan gila Slank itu tahun 2000 pas kelas 4 SD. Itu sudah kenal saya.
Pertama kali saya tau Slank itu pas tahun 1997 di RCTI jadul pas konser di
palangkaraya pas itu mereka membawakan lagu “Balikin”. Itu pas transisi masa
penyembuhan narkoba, naik-naik denger-denger trus denger lagu “Virus” itu mulai
ini kok Slank,
-pertama kali itu lirik balikin. Itu kaya buat cewek ternyata bukan itu banyak
filosofinya sendiri. karena waktu itu mereka ngedrug dan gak bisa manggung dan
mereka membuat karya itu. kalo saya gini terus ya mampus.
Tabel 4.3: ketertarikan Slankers
Tabel di atas memberikan penjelasan pada alur ketertarikan Slankers pada
Slank. Slankers melihat hal yang membuat tertarik adalah gaya slengean dan
representasi anak muda khususnya dalam kisah cinta. Slank tentu mengambil
178Rupert Till dalam bukunya yang berjudul Pop Cult: Religion and Popular Music (Londong &
New York: Continuum International Publishing Group, 2010) memberikan penjabaran mengenai
repetisi karya. Dalam karya yang dinyanyikan dalam penggemar karena adanya kandungan pesan
yang terdapat di dalam karya. Pesan yang terdapat di dalam karya adalah pesan yang disusun oleh
pembuat dari karya tersebut, sehingga ada semacam transformasi ilmu di situ. (There ... music) hal
8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
peranan yang penting dalam membangun makna yang muncul dalam pikiran
Slankers. Tatapan yang selalu dilakukan oleh Slankers pada gaya Slank
merupakan wadah yang tepat untuk menamakan gaya tersebut menjadi trend.
Gaya slengean adalah wadah untuk membangun komunikasi antara Slank dan
subjek-subjek yang melihat gaya tersebut. Cara ini merupakan bentuk dari ide
untuk menarasiakan kepentingan tertentu, dengan mengambil idiom-idiom yang
memiliki jejak historis, lalu diubah menjadi bentuk yang baru.179 Gaya slengean
dipandang sebagai gaya yang acuh, bahkan ketika masa Orde Baru gaya tersebut
dilarang.180 Tetapi Slank muncul untuk memberikan arti lain atau makna lain.
Gaya slengean yang dianggap acuh dan kotor dirubah menjadi simbol kebebasan
(sesuka hati) yang tidak berarti negatif tetapi lebih merujuk pada identitas
remaja.181 Sementara, sikap Slankers yang tidak peduli terhadap aturan
masyarakat merupakan masalah yang mendasar. Masalah yang mendasar dalam
Slankers terletak pada sikap yang ada di dalam Slankers yang tidak peduli
terhadap aturan bermasyarakat.182
Dalam peta berikutnya, gerakan revolusi yang dituntut Slankers tidak
terwujud. Hal ini dikarenakan pemerintah yang dituntut terlalu kuat dan tidak
merespon tindakan Slankers. Sehingga, yang terjadi hanya fatamorgana
179Roland Barthes, Mythologies, The Noonday Press, New York, 1972, hal 107. Di dalam buku ini
Roland Barthes memberikan penjelasan pada alur mitos dengan memainkan bentuk baru dari
bahasa. Penanda atau wujud yang nampak di permukaan bisa disandingkan dengan petanda baru
sesuai dengan kepentingan pengguna bahasa. 180Fahmi Firmansyah, op.cit. hal 18. 181Fahmi Firmansyah, Skripsi Dari Cikini Stone Complex hingga Slank: Sebuah Catatan Perjalanan
Slank (1983-1996),Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok, 2011, hal 17. 182Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(kekosongan). Dengan kata lain, Slankers mengisi kekosongan itu dengan gaya
hidup anak-anak muda. Gaya hidup tersebut yaitu kisah cinta, pengalaman hidup,
dan hidup bersosial.
4.2 Pengalaman Auditif, Potlot dan Slengean
Karya serta ideologi yang Slank bangun memiliki kekuatan untuk
mempersatukan berbagai golongan masyarakat untuk masuk dalam Slankers.
Tentu asumsi dasar yang dapat diperlihatkan dalam bagian ini adalah Slank
memiliki objek yang diinginkan oleh Slankers, objek hasrat yang masuk dalam
tatanan simbolik dan berhasil tidak direpresi. Objek hasrat yang ada di dalam
Slank ini menjadi titik pembeda di antara kelompok-kelompok musik lainnya dan
jejak ini hanya dirasakan oleh Slankers itu sendiri. Lingkup ini masuk pada
wilayah estetik yang dirasakan oleh Slankers.
Pada bagian ini dibahas titik pijakan (musik, slengean dan Potlot) yang
Slankers rasakan. Penjelasan dalam bagian ini mengarah pada proses memaknai
material yang disediakan Slank, berikut penjelasannya:
4.2.1 Pengalaman Auditif
4.2.1.1 Karya Slank memberikan keretakan dalam diri Slankers
Slank tidak bisa dipisahkan dengan karya yang menjadi bagian dari dirinya.
Slankers sebagai pendengar memiliki beragam sudut pandang dalam memahami
karya musik Slank. Dari banyaknya karya Slank yang sudah dikenal publik, ada
beberapa karya yang begitu memikat bagi Slankers. Lagu seperti Maafkan, Ku
Tak Bisa, Tepi Campuhan, Bocah dan Solidaritas menjadi karya yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
bagi narasumber. Karya Slank dalam bagian ini memiliki makna untuk
menghadirkan wujud yang dalam ruang realitas tidak didapatkan.
Slankers Keterangan
Mas
Udin
ada mas yang paling kena itu lagu maafkan. Maafkan itu kan untuk cewekya kaka. Tapi saya itu
kaya sama ibu saya. Karena saya dididik dari SD sampe saya gede tapi saya belum bisa apa-apa.
Intinya lagu itu memang emosional sekali, kalo dengar itu apa lagi masih melodi yang dulu.
Meskipun itu buat cewek tapi itu untuk ibu saya. Kalo saya denger lagu maafkan itu ya gitu
saya dengan ibu kan jauh. Ibu saya mengharapkan saya untuk intelektual yang kerjanya yang
pake pena tapi saya gak bisa. Nah maafkan jejali diriku dengan sumpah serapah. Buk saya
besok gini gini tapi saya gak bisa. Liriknya itu saya merasa bersalah dengan ibu saya. Walaupun
sakit saya pasti dengerin kaya di negeri orang. Kayak merantau walau gak di luar negeri. Jauh
dari orang tua. Bersabar menuggu itu lagu yang juga membuat saya kerinduan dengan ibu dan
keluarga muncul pahitnya kayak apa itu saya denger. Lagu yang buat menangis itu anyer 10
maret. walaupun saya sekarang sudah saya aplikasikan pada yang lebih baik gak seperti dulu.
Masak saya harus mengikuti lima orang edan itu. Saya punya masa depan kok. Mereka itu
dibayar kalau sata tidak. Kalau saya ngetotke mereka anak saya dimakani apa?
Tabel 4.4: Komentar lagu Maafkan
Salah satu karya yang bisa memberikan arti bagi Slankers adalah karya yang
berjudul Maafkan. Di masa lalu orang tua (representasi norma sosial) dari
Slankers menuntut untuk belajar dengan rajin dan kerja mapan, tetapi apa yang
dilakukan oleh Slankers ini berbeda.183 Dasar dari ungkapan ini terletak dari rasa
sakit ketika Slankers merasa kehilangan dan terluka.Simtom yang nampak pada
posisi ini adalah sosok ibu. Hal yang menarik dalam bagian ini dalah posisi
Slankers yang merasakan ada luka ketika Slankers jauh dari aturan norma sosial.
Lantas simtom (ibu) muncul sebagai penanda yang nampak dalam realitas sebagai
tanda atau isyarat mengenai objek hasrat yang masih terpendam dalam dirinya.
Simtom kiranya perlu bagi subjek untuk upayanya dalam mendapatkan sebuah
kenikmatan yang kaitannya pada objek hasrat yang tetap berada dalam dirinya.
Simtom adalah cara orang mendapat kenikmatan dalam batasan toleransi sosial
183Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dan munculnya bersamaan saat orang melakukan represi serta simtom biasanya
melalui rasa sakit.
Hal yang menarik dalam ungkapan di atas adalah adanya jejak yang
mengarah pada hasrat Slankers pada aturan masyarakat. Ibu yang diungkapkan
oleh Mas Udin merupakan tanda yang membuat Mas Udin untuk melihat
kediriannya sendiri. Menariknya Mas Udin mengatakan “Masak saya harus
mengikuti lima wong edan (Slank) itu. Saya punya masa depan kok. Mereka gitu
ada yag bayar, kalau saya tidak. Kalau saya mengikuti mereka, anak saya
dimakani apa?”184 dari ungkapan ini menandai bahwa Slankers sendiri tidak utuh
keberadaannya. Slank beserta wacana besarnya membuat Slankers merasa jauh
dengan aturan masyarakat. Slank menjadi liyan. Represi yang muncul adalah
represi yang mengakibatkan adanya jarak antara objek yang diinginkan dan
keberadaan subjek itu sendiri. Jarak di sini adalah relasi yang terbangun antara
objek dan subjek, namun keberadaan objek terlihat jauh karena ada kastrasi yang
membuat objek tersebut jauh.185 Begitu jauh dan kuatnya dunia simbolik
memberikan larangan, maka objek hasrat tersebut tetap tidak bisa dicapai.
Slankers tetaplah subjek yang memiliki keterbelahan di dalam dirinya ketika
mereka dipaksa untuk tunduk oleh larangan dalam dunia simbolik. Subjek
184 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 185Marc De Kesel dalam karya bukunya Eros and Ethics Reading Jacques Lacan’s Seminar
VII(Suny Press, New York, 2009, hal 282) menuliskan istilah distance. (One should... Bouvet)
Distance memiliki hubungan pada objek hasrat yang memiliki residu dari imajiner. Relasi yang
nampak dalam hal ini adalah ketika hasrat ada di dalam subjek, dengan asumsi bahwa subjek
berada dalam dunia simbolik. Masuk pada simbolik berari berhadapan dengan bapak yang menjadi
simbol kastrasi (lihat Dylan Evan, An Introductory Dictionary of Lacanian Psychoanalysis (
Routledge, London dan New York, 1996, hal 63, the real father). Kastrasi membuat subjek
berjarak pada objek libidinal dalam wilayah imajiner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
terbelah kehilangan dirinya sendiri karena terpisah oleh objek yang dulunya
bersatu dengan dirinya sendiri. Proses di mana subjek dapat berusaha untuk
menikmati keterbelahannya ini muncul karena ada fantasi yang berusaha
menutupi rasa sakit dengan kenikmatan melalui derita ketika terlepas dari
tubuhnya sendiri.186 Subjek hanya dapat membayangkan dan melihat yang
diinginkannya dalam bentuk pikiran mereka sendiri, walaupun kenyataannya yang
diinginkannya tidak benar-benar ada.
Ibu dalam ungkapan Slankers ini memiliki tendensi untuk menutupi luka
yang dirasakan oleh Slankers. Slank dan corak gaya yang menjadi titik pemikat
bagi Slankers membuat dirinya retak ketika melihat kembali kediriannya. Slank
menjadi simbol liyan dan corak/gaya Slank adalah bahasa yang harus digunakan
Slankers dalam kehidupannya. Ketidakmungkinan (real) yang dirasakan Slankers
ketika menyadari tidak bisa mendapatkan hal yang diinginkan membuat ada rasa
sakit (dalam wilayah subjek Slankers) yang perlu ditutupi. Ibu merupakan simtom
yang nampak untuk menutupi luka tersebut dengan representasi norma sosial.
Sehingga potongan ini menyiratkan adanya kemungkinan hasrat Slankers berubah.
4.2.1.2 Indonesia yang damai
Melalui lagu-lagu Slank, Slankers memiliki kesamaan tujuan meski dengan
lagu yang berbeda. Tujuan tersebut yaitu keinginan untuk mendapatkan suatu
186Marc De Kesel dalam bukunya Eros and Ethics Reading Jacques Lacan’s Seminar VII(Suny
Press, New York, 2009, hal 122) menuliskan (In the first six seminars, ... pleasure economy) Dari
kalimat ini dipahami bahwa fantasi yang ada di dalam diri subjek merupakan wujud dari subjek
kehilangan objek yang melekat pada dirinya (imajiner). Objek lepas itu secara nyata melepas tapi
bisa juga hadir dalam dirinya melalui phantasmatically untuk menutupi kekosongan yang ada di
dalam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kedamaian. Persamaan ini didasari oleh fantasi kolektif Slankers yang rupanya
terwakilkan lewat lima lagu Slank, yaitu Solidaritas, Tepi Campuan, Bocah, Ku
Tak Bisa, dan Piss.187 Pernyataan Slankers mengenai keinginan dalam
memperoleh dunia yang damai ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Slankers Keterangan
Mbak
Ravi
Buat saya, saya senang lagu Slank yang tentang sosial yang liriknya “kenapa harus
menunggu bencana” itu menurut saya itu Slank sekali, kenapa Slank pemberontak! Itu
dimulai dari situ. Kenapa harus menunggu bencana baru keadaan membaik. Saya tidak
lihat dari lagu-lagu yang lain, yang Bidadari penyelamat yang menceritakan hidup mereka.
Bidadari penyelamat itu menceritakan perjuangan mereka terbebas dari drug, itu
menceritakan diri mereka sendiri. Untuk yang politik saya lebih “krisis BBM” yang liriknya
kenapa harus ada bencana, itu lagu favorit saya ketimbang lagu-lagu yang lainnya karena
konteks sosialnya dapat, kemanusiaannya juga dapat, toleransi dapat.
Mas
Jiban
Saya kelahiran 93, Saya SD itu tahun 99 atau 2000, tapi saya dulu tidak tau, saya taunya dulu
cuma Slank karena saya tertarik sama Slank karena video clipnya, dulu itu ada video klipnya
Bocah.Vidio klipnya itu di desa. Bocah itu di album tahun 91 atau 90 an. Formasi yang dulu
yang sekarang sudah jadi BIP. Karena itu di desa, seperti rumah pakde saya di desa. Bisa
lihat kerbau, kangen. Ada lagu yang seperti suasana pedesaan. Terus lama-lama dengar lagu
yang lain dan akhirnya suka. Gini mas inikan yag diwawancara saya dan katakanlah ini
imajinasiku selama ini. saya sekarang kerja ya sibuk macam-macam seperti anak muda saat
ini. jadi saya itu mengerjakan sesuatu itu mumpung masih muda tapi saya suatu saat bisa
ngaso, semisal rumah yang cukup kecil di desa kalau lapar di sana ada ketela banyak
kebun. Di sna anak istri makan di sana, bisa pagi-pagi bisa momong cucu. Cukup itu
sudah bahagia. Masa tua saya sudah cukup bahagia. Slank banyak menyadarkan orang untuk
sederhana. Kalau saya bisa hidup ngaso tidak bakalan mengganggu orang malah saling
memberi. Mungkin ini dasarnya sedang dalam pencarian seperti kegelisahan saat ini seperti
ini, tercapai cita-cita Indonesia yang lebih baik, ketika bahagia ini bahagia memiliki apapun
lebih dari yang kamu usahakan ketika muda mau kamu perklakukan seperti apapun itu hak
kamu, tapi kalau sudah tua ya ngaso tidak usah mengejar lagi, saling memberi kamu punya
tetangga kamu uga punya ya saling memberi, yang semeleh lah. Lingkungannya juga
baik, kalau di desa, saya tidak bisa beli beras di sana adanya ketela ya saya merawat ketela.
Saya bertimbal balik dengan alam saya jadi ya yang semende mungkin itu bagian dari Blues.
Mas
Udin Slank itu merekayat, dia itu berdiri di semua golongan karena dia tau karena anak-anak
jalanan itu seperti gini, pejabat itu gini, orang yang punya itu kayak gini jadi kalo saya pribadi
karya-karya Slank itu ibarat menggambarkan perjalanan hidup saya. Contohnya itu seperti
galau, pas lagi susah, lagi rindu dengan seseorang itu ada semua, ada juga waktunya untuk
kerja keras, atau mengingatkan mencintai sesama entah itu alam atau apa disitu ada.
Contohnya kalo kerja keras itu seperti mars Slankers, Jurus tandur (album biru), kalo
yang lama-lama itu namanya albumnya itu tepi campuan itu album piss.
Mas Pras itu pas tahun 1993. Masih tvri. Nah band ini kok bisa Slengean bgt, lucu-lucuan unik dan
terkesan pertama ku ini pertama sair lagunya yang album ketiga yang piss. “terjadi salah
paham kadang gak pake otak, langsung maen fisik” jaman segitu sudah pake lirik seperti
187Lagu Solidaritas terdapat pada album Slankkissme (2006), Tepi Campuhan dan lagu Piss
terdapat pada album PISS (1993), lagu Bocah pada album Suit-Suit...He..He.. Gadis Sexy (1990),
dan Ku Tak Bisa pada album PLUR (2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
itu. Dulu itu sejamannya itu paling gigi, dewa ya antara itu dah. Di era itu sudah boom. Kalo
aku sendiri jujur aku suka lagu-lagu Slank. banyak kisah di situ, seperti kisah saya sendiri dan
cewek ku. Contohnya karya “terlalu manis”, itu lagu pertama kali aku nembak cewek dan
sama mantan ku kedua karya “ku tak bisa” putus. Lagu itu punyak maknanya sendiri dalam
kehidupan ku sendiri. Ada kenangannya.
Tabel 4.5: Imaji Indonesia
Tabel di atas menunjukkan bahwa Slankers memiliki kesamaan dalam
menginginkan dunia yang damai yang terwakilkan lewat lima lagu dari Slank.
Lagu pertama yang berjudul Solidaritas menggambarkan kehidupan yang damai
jika ditopang dengan toleransi dan tidak menunggu bencana untuk saling
membantu. Lagu kedua dengan judul Bocah menggambarkan kehidupan di desa
yang hijau, sejuk, dan damai yang mana kehidupan tersebut adalah sebuah impian
hingga masa tua yang bahagia bersama dengan keluarga. Lagu ketiga dengan
judul Tepi Campuan pun mewakili Slankers dalam gambaran dunia yang damai.
Lagu keempat yaitu Ku Tak Bisa yang menggambarkan kisah cinta yang tidak
bisa jauh dari seseorang yang disayangi. Lagu terakhir yang berjudul Piss
menjelaskan bahwa dunia butuh kedamaian dengan tidak mudah melakukan
kekerasan melainkan dengan berkompromi atau berkomunikasi dengan baik.
Lima lagu Slank ini dimaknai dengan begitu dalam oleh Slankers dan
mereka terwakilkan lewat lagu-lagu tersebut. Slankers menginginkan kedamaian
yang memiliki tendensi pada Indonesia yang damai. Gagasan ini mengarah pada
adanya fantasi kolektif yang nampak dari proses menikmati karya Slank. Fantasi
ini terbentuk dari hubungan antara keterbatasan simbolik dalam memberikan
kenyamanan dan menutupi keterbatasan dunia simbolik. Ideologi dan keterbatasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dunia simbolik mengakar pada narasi keindahan Indonesia yang artinya Indonesia
yang damai beserta corak-corak masyarakat yang ada di dalamnya. Kekuatan
mengenai keindahan Indonesia beserta corak masyarakat yang sering dinarasikan,
rupanya ditemukan dalam beberapa karya Slank. Karya seperti Tepi Campuhan
dan Bocah188. Di dalam lagu Bocah Slank menggunakan synthesizer dengan suara
suling bambu yang membuat karya ini terasa “gayeng”189. Karya Tepi campuhan
dan Bocah secara umum menggunakan idiom musikal yang mengambil corak
musik Jawa dan bertempo lambat.
Gambar 4.10 : Notasi Tangga Nada Jawa Dalam Lagu Bocah
Wacana yang terbangun di dalam Indonesia mengenai masyarakat yang
toleransi dan kondisi alam yang hijau mulai berjarak dengan adanya
permasalahan. Sikap tidak peduli terhadap sesama manusia seperti dalam lagu
Solidaritas, alam, dan sistem demokrasi keblinger menjadikan Indonesia yang
difantasikan menjadi menjauh. Demokrasi saat ini adalah demokrasi yang
keblinger, tidak beraturan dan muncul gesekan di mana-mana.190 Hal ini tertuang
dalam lagu yang berjudul Piss. Munculnya sistem seperti demokrasi, kebebasaan
dan kapitalisme bukan mendekatkan wacana dengan fantasi Indonesia, tetapi
188Lagu Tepi campuhan adalah salah satu karya yang terdapat pada album PISS tahun 1993, lagu
Bocah merupakan salah satu karya yang dibuat pada tahun 1990 pada album Suit-suit…He..He..
(Gadis Sexy) sedangkan lagu Solidaritas terdapat pada album Slankkissme pada tahun 2005. 189Lihat gayeng (Marc Benamou,Rasa Affect and Intuition in Javanese Musical Aesthetics,Oxford
Press, New York, 2010, hal 186). 190Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
hubungannya justru berbalik. Narasi mengenai keindahan alam beserta keramahan
masyarakat menjadi hubungan kuat yang mengakibatkan adanya fantasi yang
mengantarkan subjek pada satu konsepsi tertentu (hasrat).
“Bocah bocah kecil tiupkan nada seruling bambu dendangkan lagu dikeheningan
alam desa. Bocah-bocah kecil mandi dikali dengan penuh canda. Mainkan air di
kesejukan alam desa pandangan mata dikeheningan desa. O ya mereka bahagia O ya
penuh kedamaian. Bocah-bocah kecil gembalakan ternak susuri sawah. Pandangan
mata dikeindahan alam desa. Andaikan mereka tiupkan terompet dalam kebisingan
suasana kota. Haruskah mereka mandi di dalam kolam dalam kesumpekan suasana
kota. Haruskah mereka gembalakan ternak menyusuri jalan raya kota.”191
Berdasarkan lirik lagu Bocah tersebut, lirik ini mengarah pada pesan moral
untuk tetap menjaga nuansa keharmonisan desa. Bagian awal dari lirik lagu ini
memberikan imajinasi mengenai betapa indahnya kehidupan anak kecil desa yang
harmonis dan damai dengan melakukan aktifitas pedesaan. Pada bagian akhir,
karya ini memiliki maksud menolak adanya perubahan yang terjadi di pedesaan
beserta aktifitas yang biasa di lakukan di pedesaan.
Ada proses di mana Slankers ingin membentuk dan menolak lingkungan
yang berada di lingkarannya. Lagu “Bocah” dianggap mampu untuk meredam
emosi dan deras keringat yang mengucur demi suatu saat bisa ngaso dan bisa
tinggal di desa menikmati alam dengan semua yang ada.192 Tidak ada nasi bisa
makan singkong atau bisa memetik buah di kebun dan punya rumah tidak terlalu
besar tapi dipenuhi dengan tanaman. Hidup semeleh, bisa membantu sesama,
peduli terhadap alam dan bisa ngurus anak cucu di desa.193
191 Lirik lagu Bocah 192Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 193Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Fantasi yang muncul dalam karya Slank ini merupakan tempat di mana
Slankers dapat bertahan di dunia simbolik dan juga sebuah upaya yang kuat untuk
membentuk fantasi tersebut. Struktur yang nampak dalam hal ini adalah ketika
fantasi dan hasrat muncul dan mengakibatkan adanya dorongan kuat untuk
berupaya mengejar apa yang sudah menjadi titik yang dihasratkan bagi Slankers.
Dengan adanya fantasi itu, Slankers berupaya untuk selalu mengejar objek hasrat
yang ada didalam diri mereka.194 Dengan artian bahwa Slankers membentuk
realitas sesuai dengan fantasi yang ada di dalam diri mereka. Slankers berada pada
posisi di mana dirinya sudah terpengaruh oleh dorongan (drive) yang selalu
memiliki kekuatan untuk mengejar tetapi tidak pernah mencapai apa yang
diinginkan atau yang dihasratkan itu sendiri. Jika dilihat kembali pada tindakan
Slankers yang meningalkan pekerjaaannya berhari-hari demi Slank195, menanam
pohon di Merapi196 dan aksi jalan kaki yang biasa dilakukan oleh Slankers197 ini
merupakan sebuah cara yang dilakukan Slankers untuk mewujudkan apa yang
difantasikan dalam diri mereka. Dengan adanya fantasi itu, Slankers berupaya
untuk selalu mengejar objek hasrat yang ada didalam diri mereka.198 membentuk
sebuah realitas.
194 Yannis Stavrakakis, Lacan and The Political, Routledge, London & New York, 1999, hal 46.
(in a last... neutralisation) 195 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 196 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 197Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 198 Yannis Stavrakakis, Lacan and The Political, Routledge, London & New York, 1999, hal 46.
(in a last... neutralisation)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.2.2 Potlot
4.2.2.1 Potlot menghadirkan Indonesia yang damai
Bagian ini mengarah pada proses bertemunya Slankers dengan apa yang
difantasikan hadir di hadapan mereka melalui material di Gang potlot. Potlot
dalam hal ini dipahami sebagai tempat yang menghadirkan penanda ke-Indonesia-
an dalam satu tempat. Dalam rekam jejaknya, Potlot adalah rumah dari berbagai
Slankers yang muncul di berbagai tempat. Potlot mengandung narasi dan fantasi
yang menjadi daya untuk mempersatukan Slankers yang berdampak pada Potlot
sebagai tempat ziarah rutin bagi Slankers.199 Tempat ziarah dalam hal ini adalah
tempat yang wajib untuk dikunjungi oleh Slankers.
Slankers memaknai Potlot sebagai rumah mereka,200 namun rumah yang
muncul dalam ucapan Slankers ini adalah sebuah penanda yang mewakili fantasi
mereka dalam mengartikan rumah itu sendiri. Rumah dalam artian ini merujuk
artian pada kebhinekaan Indonesia dalam satu tempat dengan menghilangkan
batasan antara satu dan lainnya. Anggapan dari pernyataan ini memiliki pangkal
pada banyaknya gesekan yang muncul dalam realitas karena perbedaan dan
kebebasan. Slankers menganggap bahwa demokrasi saat ini adalah demokrasi
keblinger bebas yang tidak memiliki aturan dan banyak gesekan yang nampak
karena ada satu konsepsi ini.201
199Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 200 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 201Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Gesekan yang terjadi dalam realitas saat ini adalah jarak yang membuat
batasan antara fantasi kebersatuan dan realitas di lingkungan. Seperti yang sudah
diketahui oleh banyak orang bahwa dalam landasan bernegara ada sebuah ideologi
yang menopang kebersatuan dari Indonesia yaitu Pancasila. Sering sekali
ungkapan mengenai Pancasila ini dihubungakan dengan persatuan golongan
masyarakat dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam posisi ini, Pancasila
dengan kebhinekaannya bukan hanya omong kosong yang hanya menjadi
penghias tembok kelas, tetapi juga pijakan bagi seluruh masyarakat Indonesia tak
terkecuali Slankers.
Jejak dari kebhinekaan rupanya ditemukan dalam Slank itu sendiri, beragam
golongan masyarakat dapat bermain dan menyanyikan karya Slank.202 Dengan
jembatan inilah karya Slank menjadi pemersatu bagi berbagai golongan
masyarakat. Secara eksplisit, hal semacam ini juga nampak pada Slankers yang
lainnya yang menganggap masyarakat saat ini tidak berpijak pada Pancasila.203
Dalam bagian ini pula sebenarnya secara tidak langsung mengarah pada
kebhinekaaan atau persatuan dari Indonesia itu sendiri. Selain itu, hal ini juga
ditegaskan oleh Slankers bahwa di Indonesia sendiri rentan akan gesekan antar
satu golongan dan golongan lainnya.204
Dalam ungkapan yang terlihat di atas, terjadi permasalahan yang mengarah
pada imajinasi dari ideologi itu yang tidak ditemukan, atau dengan kata lain,
hasrat dan fantasi tidak bertemu. Pancasila beserta Bhineka Tunggal Ika yang ada
202Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 203Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 204Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
di dalamnya ditempatkan sebagai wujud yang memiliki jejak pada obek hasrat
yang dimiliki setiap masyarakat Indonesia. Keberadaannya yang selalu diulang-
ulang merupakan salah satu langkah yang menegaskan corak kehidupan yang
ideal dengan berdasar pada Pancasila. Pancasila akan terasa hampa jika tidak ada
trauma yang dirasakan bagi segenap warga Indonesia. Pancasila berhasil menjadi
pijakan bagi segenap warga Indonesia, jika ditopang oleh fantasi yang
memberikan jaminan pemuas untuk menarik masyarakat. Tetapi dalam
kenyataannya ideologi Pancasila dengan fantasi bersatunya berbagai golongan
masyarakat tidak ditemukan dalam realitas. Pertemuan masyarakat dengan
berbagai sistem yang ada di dalamnya menimbulkan kekurangan dan masyarakat
merasa bahwa kebersatuan itu tercoreng. Fantasi merupakan semuan gambaran
imajinasi di dalam subjek yang merepresentasikan kepenuhan dalam dirinya di
dalam berbagai distorsi yang muncul.205
Ketika distorsi itu muncul dan melukai fantasi mengenai imaji mengenai
kenikmatan itu, para subjek yang sudah terdorong untuk selalu mencari
pandangan-pandangan baru ini menemukan satu wadah yang dinamakan dengan
Slank. Slank dirasa memiliki kemiripan antara ideologi dan fantasi dari sebagian
masyarakat Indonesia. Terlihat ketika Slankers memberikan komentar mengenai
karya Slank yang di anggap simbol dari kebersatuan berbagai umat/golongan
205Lihat Sean Homer (Jacques Lacan, Routledge, London dan New York , 2005, hal 85), “Fantasy
is an imagined scene in which the subject is a protagonist, and always represents the fulfilment of
a wish (in the last analysis, an unconscious wish) in a manner that is distorted to a greater or
lesser extent by defensive processes.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
masyarakat.206Slankers yang menemukan kebersatuan masyarakat dalam satu
tempat yang dinamakan dengan Potlot. Beragam narasi mengenai Potlot yang
hadir karena di dalam tempat ini menyembunyikan sebuah cerita mengenai cerita
rintihan rasa sakit dan gelak tawa yang ada di dalam kelompok Slank. Unsur-
unsur yang nampak seperti PLUR (Peace, Love, Unity dan Respect) dan slengean
merupakan ideologi yang ada di dalam Slank. Kesederhanaan dan kebersatuan
dari berbagai golongan masyarakat adalah imaji yang diinginkan oleh Slankers itu
sendiri, di Potlotlah tempat di mana ideologi dan fantasi itu nampak. Potlot
menghadirkan unsur kebhinekaan ada di dalamnya seperti dihadirkan tanaman
yang yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.207 Dalam Potlot Slankers
merasakan bertemu dengan saudara satu kupu-kupu (Slankers) yang tersebar di
berbagai tempat. Orang yang berasal dari Yogyakarta bisa mengenal orang dari
Bandung dan berbagai tempat lain dengan jalan Slankers yang juga berkumpul di
Potlot.208
Sehingga dalam penjabaran di atas, terlihat bahwa Potlot bukanlah tempat
yang murni menghasilkan bahasa baru. Hal ini dikarenakan Potlot hanya
mengambil poin-poin ke-ndonesia-an seperti tanaman-tanaman yang terdapat di
Potlot. Potlot mengundang kedatangan Slankers untuk masuk dalam pelukan
Potlot dengan cara menghadirkan penanda utama yaitu Indonesia. Kedatangan
Slankers ke Potlot menandai bahwa mereka bertemu dengan liyan barunya yaitu
206 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 207 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 208 Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang
dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Slank sebagai keluarga. Pertemuan ini di bahas dengan lebih jelas pada bagian
berikut ini.
4.2.2.2 Potlot sebagai pertemuan dengan aturan
Ungkapan Slankers mengenai kebebasan tidaklah murni kebebasan
melainkan kebalikannya, yaitu aturan. Kebebasan dianggap hal yang mengerikan
yang nampak di depan mata Slankers. Ini dikarenakan kebebasan yang tanpa
aturan bukanlah hal yang mereka inginkan tetapi kebebasan yang tidak
mengganggu orang lain. Slankers tetap ingin diatur yang mana aturan tersebut
masih mampu disesuaikan dengan diri mereka. Bertemunya Slankers dengan
sebuah keluarga yakni Slank memunculkan aturan dan larangan untuk mereka.
Slankers memaknai Potlot sebagai rumah yang di dalamnya ada keluarga, di
mana Slank adalah bapak, Bunda Iffet adalah ibu, dan Slankers adalah anak.
Keluarga yang dimaksud dalam ungkapan Slankers ini memiliki tendensi pada
aturan dan larangan. Ibu dan bapak dalam artian ini adalah orang tua yang
memiliki aturan dan larangan.
Dasar yang dapat dilihat dalam anggapan ini adalah ketika Potlot didatangi
oleh Slankers yang masih berstatus pelajar atau masih anak kecil. Bunda akan
mendatangi anak itu dan memberikan nasehat atau memarahi untuk pulang supaya
kegiatan belajarnya tidak terganggu. Hal semacam ini dilakukan oleh Bunda Iffet
sendiri sebagai rasa tanggung jawab yang besar untuk mengatur dan membina
Slankers.209 Slankers Yogyakarta sempat disurati langsung oleh Bunda dan
209Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Bimbim agar tidak lagi menggunakan drug karena begitu bebas dan kuatnya
dibayangan Slankers itu bahwa Bimbim adalah simbol dari kebebasan.210 Bimbim
merupakan salah satu yang memiliki kemampuan untuk mengatur seluruh
Slankers yang ada.
Slank sendiri adalah bentuk dari larangan dari aturan itu sendiri. Slankers
memberikan ungkapan mereka mengenai Slank dengan hal-hal yang negatif
menjadi positif, contohnya adalah boleh mabuk tapi jangan buat kerusuhan.211
Kecenderungan yang muncul dalam Slankers ketika memahami Potlot adalah
rumah mereka memiliki tendensi pada perlindungan. Proses ini memperlihatkan
bahwa Slank menjadi bapak (simbolik) yang bisa melindungi. Slank tidak mutlak
merdeka dan berdiri sendiri tanpa intervensi sistem lainnya. Slank memberikan
larangan dan juga ancaman bagi Slankers yang menggunakan drug. Persoalan
yang nampak dalam posisi ini adalah simbol dari kebebasan itu sendiri.
Menariknya dalam hal ini adalah Slank sendiri menentang apa yang dirinya
sendiri lakukan. Ketika Slank menjadikan drug sebagai salah satu simbol dari
kebebasan, aturan di masyarakat menekan Slank dengan memberikan larangan.
Ketika Slankers banyak yang mengikuti jalan dari Slank, Slank berubah menjadi
aturan yang melarang Slankers.
Kebebasan yang diucapkan oleh Slankers hanyalah fatamorgana untuk
sejenak merasakan nikmat. Kebebasan merupakan pijakan awal yang senantiasa
direpetisi oleh Slankers, namun apa yang terjadi dalam posisi ini adalah
210Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 211Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
kebebasan merupakan pijakan yang tidak mengarah pada kebebasan itu sendiri.
Apa yang Slankers ungkapkan ketika memahami Potlot adalah sebuah aturan yang
dirindukan oleh dirinya sendiri. Konteks yang bisa diperlihatkan dalam hal ini
adalah adanya tendensi pada hasrat pada aturan itu sendiri. Seperti yang bisa
dilihat dalam bagian di awal bagian ini yang nemempatkan kegelisahan Slankers
pada masyarakat saat ini yang bebas namun bebas yang tidak beraturan.
Jika melihat kembali pada awal kemunculannya kelompok Slank dan
Slankers berbicara lantang mengenai kebebasan ketika pada saat itu masih
berhubungan dengan tirani yang kuat dalam konteks era Orde Baru. Pada titik
awalnya, Slank muncul dengan gaya dan corak bermusik yang jauh berbeda dari
beberapa kelompok lainnya pada masa itu. Slank adalah salah satu kelompok
musik pop alternatif yang berani mengkritik rezim Soeharto.212 Celana jeans
sobek dan terkesan tidak rapi (slengean) dan lirik lagu yang nyeleneh menjadi
pembeda dan disukai oleh banyak anak muda di kala itu.213
Pada awal kemunculannya, Slank dan Slankers seakan-akan ingin
memberikan penawaran baru atas sistem yang sudah mapan. Slank dan Slankers
merupakan produk alternatif dari satu sistem dominan. Sistem yang dominan
adalah pemerintah dengan kekuatannya untuk mengatur dan memberikan
larangan. Slank memiliki keberanian untuk bersuara dan dihargai sama dengan
yang lainnya. Strategi ini cukup membuat banyaknya orang-orang yang memiliki
penderitaan yang sama masuk dalam satu bagian dalam wadah Slankers. Kekuatan
212 Lihat halaman 2. 213Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
ini menjadikan Slank sebagai simbol kebebasan. Ketika pada awal
kemunculannya mereka menyuarakan bagian-bagian yang seharusnya tidak
dikatakan, namun dengan adanya Slank apa yang terbungkam menjadi keluar.
Kebebasan memang menjadi ciri yang nampak pada Slank dan Slankers,
melalui karya yang mereka usung serta gaya yang mereka usung menjadi karakter
dalam diri mereka mengenai salah satu golongan masyarakat yang menghasratkan
kebebasan. Kebebasan yang selama ini dicari oleh Slankers rupa-rupanya sudah
beralih kepada aturan yang dihasratkan oleh Slankers. Slank muncul atas
momentum berpolitik dan sosial dibawah tekanan yang sangat kuat dari penguasa.
Tekanan yang dihadirkan oleh penguasa adalah batasan-batasan yang kuat untuk
mengatur serta membuat kokoh wacana yang dibangun oleh penguasa itu sendiri.
Kekokohan dari situasi semacam ini akhirnya tumbang dan apa yang dihasratkan
bagi Slankers itu mulai didapatkan dalam bentuk yang nyata, tetapi tidak benar-
benar didapatkan.
Dengan tidak adanya batasan yang mengatur segala macam tindakan yang
ada di masyarakat setelah era reformasi membuat Slankers merasa kosong. Liyan
yang dulunya ditolak dan dipertentangkan dalam konteks ini adalah aturan yang
kuat dirindukan kembali keberadaannya. Apa yang dihasaratkan oleh Slankers
bukanlah sebuah kebebasan, tetapi yang nampak dalam posisi ini adalah objek
yang membuat mereka berhasrat bukan lagi kebebasan tetapi aturan itu sendiri.
Kebebasan yang berubah menjadi aturan ini seperti menandakan bahwa tidak
adanya kepuasan yang Slankers rasakan selama keikutsertaan mereka dalam satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
bendera Slankers. Hal ini seperti menandakan bahwa apa yang mereka hasratkan
selalu berubah sesuai dengan apa yang membuat Slankers merasa kurang dalam
hidupnya.
Aturan dalam bentuk larangan yang Slankers inginkan mempersatukan
mereka sebagai bentuk fantasi kolektif. Pembentukan fantasi kolektif Slankers ini
terwujud oleh kesamaan dan kesatuan mereka dalam menginginkan aturan. Dulu,
Slankers menginginkan kebebasan sedang sekarang mereka menginginkan
larangan karena yang bisa mempersatukan mereka adalah aturan. Aturan ini
terdapat di Potlot yang saat ini telah tertib.214 Ditambah, Slankers bertemu dengan
Slank215 sebagai bapak yang memberikan aturan dalam keluarga di dalam rumah
yaitu Potlot.216
4.2.3 Slengean
Dalam penelitian ini, slengean adalah payung sebagai pelindung yang
digunakan Slankers untuk melindungi mereka dari penindas (pemerintah) dan
masyarakat. Slengean mengarah pada bebas bertindak yang meliputi sikap tidak
peduli pendapat orang lain dan hidup apa adanya dalam menampilkan diri mereka
di khalayak umum. Perilaku ini bukanlah sikap anarkis umumnya, dimana pelaku
merugikan orang lain dan melakukan tindakan yang merusak karena Slankers
berpedoman pada tindakan yang bebas, tidak teratur, tapi positif.217 Perilaku
214 Wawancara dengan Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja), pada tanggal 24 Juni 2016. 215 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 216 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 217Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
slengean ini digunakan sebagai jalan hidup ketika Slankers bersosial ditengah
masyarakat. Itu mengapa, slengean dijadikan payung atau pelindung oleh
Slankers.
Penggunaan payung sebagai pelindung merupakan bentuk fantasi kolektif
Slankers lainnya. Slengean menjadi jati diri Slankers yang terwakilkan dengan
penampilan Slank. Kebanggaan tersendiri bagi Slankers untuk bertindak apa
adanya tanpa perduli pendapat orang lain. Hal ini karena Slankers menggunakan
slengean tersebut sebagai pelindungnya dalam melakukan beberapa hal seperti
penggunaan anting.218
Hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah Slankers tetap
menggunakan payung (slengean) tersebut meskipun ada kensekuensi-kensekuensi
yang harus mereka terima. Konsekuensi itu ialah mereka harus menerima bahwa
hidup slengean (bebas dan tidak beratur) tidak bisa menjamin hidup yang lebih
baik. Sehingga, muncul negosiasi untuk memaknai ulang payung ini dan diri
mereka sendiri.
Dalam keberadaan Slankers di masyarakat, ada negosiasi yang dilakukan
mereka. Negosiasi ini memiliki hubungan dengan slengean yang menghasilkan
enam hal di dalam kehidupan mereka. Pertama, slengean sebagai proses
membedakan diri. Kedua, slengean sebagai ruang artikulasi. Ketiga, slengean
keutuhan yang disingkirkan. Keempat, slengean sebagai penanda kosong. Kelima,
218 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
slengean sebagai pengisi kekosongan dalam diri. Terakhir, slengean sebagai
pengosong isi. Posisi-posisi ini dijelaskan lebih dalam sebagai berikut.
4.2.3.1 Slengean sebagai proses membedakan diri
Dalam bagian ini, kerangka berfikir yang digunakan adalah penghadiran
ideologi yang selalu menjadi pijakan bagi Slankers. Seperti yang sudah diketahui
oleh banyak orang, Slankers identik dengan satu ungkapan mengenai slengean
yang terus direpetisi dan dijadikan dasar tindakan dari Slankers. Slengean sering
dipahami dengan kebebasan dalam bertindak, tindakan yang murni muncul dalam
diri Slankers tanpa peduli dengan lingkungan sekitar. Tetapi dalam kenyataannya
slengean sendiri adalah bentuk dari kekosongan, slengean adalah penanda yang
sangat mungkin untuk diartikan dengan banyak makna oleh Slankers.
Seperti yang sudah diungkapkan pada bagian sebelumnya, kebebasan adalah
hal yang mengerikan bagi Slankers. Ketika slengean dihubungkan dengan tata
busana yang terkesan tidak rapi, hal itu pada dasarnya hanya sebuah proses di
mana Slankers ingin berjarak dan membedakan diri dengan corak yang umum,
walau dalam kenyataannya perbedaan itu biasa. Sehingga, dalam potongan ini
slengean adalah bahasa yang digunakan bagi Slankers untuk mengisi kekosongan
dengan tendensi utama bukan pada makna slengean itu sendiri. Berikut
penjabaran mengenai makna slengean menurut Slankers.
4.2.3.2 Slengean sebagai ruang artikulasi
Slengean memang sudah menjadi karakter khas dari Slankers, melalui gaya
berpakaian dan sikap yang nampak di permukaan. Slengean bagi Slankers seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mutiara yang ditemukan di dalam dunia simbolik, yang di dalamnya dapat
memberikan daya pikat untuk subjek menemukan objek hasrat yang dibungkus
oleh berbagai wujud. Slank merupakan liyan yang ada di dalam ruang simbolik
yang memiliki massa yang setia mengikuti liyan itu sendiri. Banyak ungkapan
dari Slankers yang mengatakan bahwa slengean memiliki artian pada kebebasan,
tindakan yang tidak melanggar hukum ataupun pada gaya berpakaian. Banyak
makna yang muncul di balik slengean itu sendiri dengan segala macam bentuk
kepentingan dalam diri subjek.219 Namun dengan banyaknya ungkapan yang
muncul dari Slankers muncul tanda tanya besar mengenai slengean itu sendiri.
Mengapa slengean yang menjadi titik tumpuan dari slank? Mengapa slengean
yang menjadi hal yang diulang-ulang, walaupun banyak hal lain yang bisa
diulang-ulang oleh Slankers? Apa yang menjadi karakter khusus dari slengean?
Dengan beragam ungkapan yang diungkapkan oleh Slankers, rupa-rupanya akar
dari ungkapan yang selalu diulang-ulang teresebut mengakar pada proses di mana
subjek bisa mengartikulasikan dirinya sendiri atau subjek menemukan dirinya
sendiri dalam slengean.
Slengean menjadi ciri Slankers dalam mengartikulasikan keberadaannya di
masyarkat.Gaya busana yang apa adanya merupakan ciri dalam setiap langkah
kelompok Slankers, walaupun tidak semua bisa menerima keberadaan gaya yang
ditampilkan oleh Slankers ini.220 Masyarakat luas memberikan penilaian yang
minim dengan berlandaskan gaya yang urakan dan terkesan kumuh, namun bagi
219Khusus untuk bagian ini akan dibahas dalam susbab yang berbeda 220Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Slankers inilah dirinya yang hadir tanpa perlu peduli dengan orang-orang
disekitar.221 Memang tidak ada aturan yang baku untuk menjelaskan mengenai
gaya slengean ini, yang dikaitkan dengan slengean adalah apapun yang digunakan
oleh Slank. Rantai dompet contohnya, bagi beberapa Slankers rantai dompet
adalah pernak-pernik yang tidak memiliki hubungan kuat, namun Slankers
memahaminya demikian.222
Ada citra pertama yang dibawa oleh Slank yang membuat para Slankers ini
menjadi tertarik pada satu konsepsi mengenai slengean. Ketika awal
kemunculannya Slank menampilkan gaya yang sering sekali menggunakan jeans,
rambut gondrong dan celanan sobek-sobek.223 Daya pikat pertama yang muncul
dalam bagian ini merupakan sebuah hasrat yang memiliki tumpuan awal bukan
pada lirik dan musiknya, tetapi melalui pandangan (scopic). Citra yang muncul
pertama kali dalam gaya Slank dilingkari oleh berbagai penanda, seperti
gondrong, jeans, rantai, dan celana sobek-sobek, Slankers menangkap gaya
tersebut sebagai daya pikat awal dari ketertarikan awal Slankers.224 Tindakan
Slankers yang merepetisi terjadi karena objek hasrat yang berada di balik gaya
slengean yang seolah-olah memanggil dan menatap. Objek hasrat seolah-olah
bersembunyi dalam citra yang nampak, semakin dilihat maka objek hasrat seolah-
221Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 222Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 223Diambil dari seluruh narasumber 224Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
olah menatap kembali.225 Indikasi yang nampak adalah Slankers selalu
mengulang-ulang bahasa yang berkutat pada pakaian, seperti ungkapan Slankers
yang ketika disinggung mengenai slengean yang keluar pertama kali adalah
slengean itu terserah diri sendiri, seperti di acara resmi tidak pakai baju resmi.
Jika memang tidak nyaman ya jangan digunakan, seperti Slank yang tambil di
HUT RI Slank tampil slengean (kancing baju dibuka) slengean sesuka hati
bertindak.226 Dari ungkapan ini terlihat bahwa Slankers terdikte oleh objek hasrat
yang nampak dalam gaya busana Slank itu sendiri.
Dari penjabaran yang sudah dikemukakan di atas, muncul proses
membedakan diri antara Slankers sendiri dan di luar dari Slankers. Ada upaya
yang nampak sekali terlihat ketika Slankers menghadirkan objek hasrat yang
berada dalam berpakaian itu muncul dalam tubuh mereka sendiri. Slankers yang
mengenakan pakaian yang memiliki embel-embel pada Slank atau yang slengean
merupakan bentuk fetis mereka pada satu objek tertentu. Apa yang ingin mereka
dapatkan adalah keutuhan. Keutuhan yang dapat terlihat dalam hal ini adalah rasa
bangga yang dirasakan ketika menggunakan atribut Slank walaupun kaos, jaket,
mengoleksi foto, menggunakan foto Slank sebagai avatar diri, telfon seluler, tubuh
dan motor dipenuhi dengan pernak-pernik Slank.227
225Dylan Evans dalam bukunya An Introductory Dictionary of Lacanian Psychoanalysis (
Routledge, London dan New York, 1996, hal 7) memberikan penjelasan mengenai konsep gaze.
Dalam penjabarannnya, subjek dianalogikan tertarik untuk terus menatap objek karena seakan-
akan ditatap oleh objek.“When the subject looks at an object, the object is always
already gazing back at the subject, but from a point at which the subject cannot see it.” 226Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 227Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Bahkan dalam bagian berikutnya bukan hanya proses merasakan keutuhan
semata yang nampak, tetapi mengeksklusifkan diri di tengah-tengah masyarakat.
Bagian yang terlihat dalam hal ini adalah kisah Slankers yang menampilkan gaya
slengean di tengah-tengah acara keagamaan tanpa ada negosiasi bahasa (cara
berpakaian).228 Slankers berani untuk melakukan hal tersebut karena unsur
keutuhan dan perwakilan dari golongan yang besar. Keutuhan yang Slankers
rasakan dalam hal ini karena Slankers menghadirkan simbol-simbol yang
difetiskan dalam kehidupan mereka. Dengan menghadirkan simbol-simbol
tersebut subjek merasa dirinya bisa menutup lubang yang ada di dalam dirinya
sendiri, sehingga simbol-simbol yang ada seakan-akan membuat utuh.229
Pada bagian lainnya, Slankers merasa bahwa dirinya bagian dari golongan
yang besar (dominan). Slankers melihat bahwa Slankers merupakan representasi
dari golongan yang dominan dan berjumlah banyak. Hal ini diperkuat dengan tali
persaudaraan Slankers yang kuat, sehinga terbentuk struktur dominasi tertentu
yang membuat Slankers merasa aman dan dominan. Tetapi kedua landasan ini
belum cukup memperlihatkan eksklusifitas Slankers itu sendiri. Di dalam
kelompok, Slankers memproduksi wacana “berdiri di semua golongan”, atau
adanya wacana di masyarakat yang berbunyi “apapun konsernya pasti ada bendera
Slank”. Bahkan suatu ketika ada acara keagamaan yang dipimpin Habib Syah di
sana ada Slankers yang menggunakan pernak-pernik Slank.230 Bukan cerita yang
228Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 229Lihat fetishismwhereas the… castration (Dylan Evans, An Introductory Dictionary of Lacanian
Psychoanalysis, Routledge, London dan New York, 1996, hal 64). 230Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
baru jika Slankers ini ada diberbagai acara, tetapi bukan itu kisah yang sebenarnya
ingin diceritakan dalam bagian ini. Yang terlihat dalam bagian ini adalah
kurangnya negosiasi antara satu bahasa dan bahasa lainnya. Kemunculan dari
kurangnya negosiasi dalam hal ini terjadi ketika Slankers menganggap diri mereka
dominan. Topangan ini juga diperkuat dengan landasan ideologi Slankers
mengenai berdiri di semua golongan, sehingga Slankers tidak perlu melepaskan
atribut mereka untuk bisa masuk ke berbagai sistem sosial lainnya.
4.2.3.3 Slengean sebagai keutuhan yang disingkirkan
Gaya slengean bukan berarti corak yang utuh dan mampu bersatu dengan
berbagai golongan di masyarakat. Kehadiran Slankers di tengah masyarakat
rupanya bukan bentuk dari golongan masyarakat yang dominan. Slankers
dihadapkan dengan sistem yang jauh lebih dominan dan berkuasa atas diri
Slankers sendiri. Jalan hidup slengean yang digunakan oleh Slankers berujung
penolakan oleh masyarakat Jalan hidup slengean tidak memberi jaminan
kenikmatan di tengah masyarakat. Dengan kata lain, keutuhan slengean berubah
menjadi kekosongan. Simbol-simbol yang digunakan serta rasa penuh yang dirasa
mampu untuk menjadi bahasa di tengah masyarakat dianggap sebagai golongan
yang perversif. Hal ini terlihat ketika Slankers Yogyakarta harus memindahkan
markas mereka karena ditolak oleh lingkungan daerah markas Slankers
tersebut.231 Bahkan ketika Slankers dipancing untuk menceritakan tanggapan
masyarakat luar mengenai Slankers, seperti hampir semua sepakat jika banyak
231Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
gunjingan dan pandangan negatif. Dalam ruang yang lain, sikap penolakan
masyarakat juga muncul dalam bentuk larangan untuk bergabung dengan
Slankers. Ada omongan yang menyebar di masyarakat untuk tidak ikut dalam
lingkaran Slankers karena mereka kelompok orang yang tidak baik. Beberapa cara
mereka ngumpul seperti minum-minuman keras juga menjadi anggapan miring
masyarakat umum.232 Lantas apa yang mereka perbuat adalah cuek dengan
anggapan yang sudah kuat di masyarakat. Sikap cuek yang muncul dalam
Slankers ini seperti menganggap diri mereka kuat, namun pada dasarnya lemah.
Atas dasar ini Slankers memerlukan langkah untuk merubah slengean agar
posisinya tetap aman tetapi mereka juga tidak menolak slengean yang sudah
melekat dalam diri mereka sendiri.
Slengean merupakan gaya yang tidak memiliki aturan baku untuk
menjelaskan seperti apa gaya slengean, salah satunya menggunakan rantai
dompet.233 Namun, hal ini berbanding terbalik dengan ungkapan dari salah satu
Slankers yang mengatakan rantai dompet bukan yang menjadi trend. Tetapi, yang
menjadi trendnya adalah tato dan tas.234 Tidak adanya patokan pasti dalam gaya
slengean karena dasar dari slengean adalah menjadi diri sendiri. Namun, dalam
bagian yang lebih dalam lagi dasar menjadi diri sendiri berdampak blunder karena
dengan sikap itu hukum yang ada di masyarakat dapat mengintervensi Slankers itu
sendiri. Gaya dandanan yang slengean yang kadang kala dianggap kumuh, kotor
dan gelandangan itu sebenarnya bukan slengean, tetapi proses menemukan jati
232Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 233Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 234 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
diri dan mengerti tata cara berperilaku di lingkungan sosial masyarakat. Rasa
peduli terhadap sesama atau lingkungan ataupun tidak bertingkah sembarangan itu
adalah slengean.235 Tindakan kritis yang sering diucapkan oleh Slankers rupanya
bukan sebuah tindakan yang didasarkan oleh slengean, Slankers itu normal-
normal saja dan tidak gila hormat dan bertingkah berlebihan.236
Anggapan mengenai gaya slengean muncul pertama kali ketika Slank hadir
dalam era Orde Baru dengan membawa citra rambut gondrong, jeans sobek-sobek
dan anting.237 Citra yang Slank tampilkan dianggap sebagai salah satu hal yang
dianggap keluar dari tatanan pada saat itu. Namun posisinya justru menjadi
magnet bagi kebanyakan orang di kala itu. Tidak sedikit anak muda yang
mengaku Slankers dan mengikuti gaya hidup Slank. Mulai rambut gondrong,
pakaian compang-camping, bahkan ikut menggunakan narkotika. Slank dan
Slankersnya telah menjadi satu kekuatan dan menjadi ciri khas yang mewakili
identitas anak pada awal 1990an.238 Pada masa itu, rambut gondrong menjadi
salah satu masalah pada masa Orde Baru. Gondrong dianggap sebagai representasi
orang-orang yang acuh. Bahkan di jalan-jalan besar terdapat razia rambut
gondrong oleh aparat pemerintah.239 Kaitannya dalam hal ini adalah Slankers dan
Slank bersikap perversif, mereka tahu ada aturan namun seakan-akan menyangkal.
235Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 236Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 237Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 238Fahmi Firmansyah, loc.cit. 239Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Hukum pada masa Orde Baru sangat kuat mengatur dan memberikan
larangan pada setiap masyarakat sehingga dalam konsep ini wajar jika kenikmatan
kebebasan yang tidak mau diatur oleh pemerintah adalah hal yang wajar.
Kebebasan menjadi harga yang mahal saat itu, tetapi pada saat ini ada hal lain
yang memaksa Slankers untuk merubah ulang gaya slengean dan kebebasannya.
Liyan yang menjadi pusat dari aturan masyarakat ikut berubah, perubahan ini juga
disertai dengan perubahan hasrat dalam Slankers dan masyarakat. Liyan yang
dahulunya tidak memberikan kebebasan sudah tumbang dengan gerakan
reformasi, kebebasan yang dulu dihasratkan sudah nampak dan dirasakan
keberadaannya saat ini. Rantai tanda yang sudah disebutkan ini merupakan
tindakan-tindakan yang memiliki tendensi pada upaya Slankers yang
menginginkan satu tujuan bersama yaitu kebebasan. Slank selaku motor dari
tindakan mereka merupakan simbol dari subjek yang memiliki kebebasan mutlak
atas dirinya sendiri. Kekuatan yang ada ini menjadikan Slankers selalu merepetisi
serta berupaya untuk terus mengelilingi kebebasan yang dihasratkan tersebut.
Kegilaan-kegilaan yang dahulu sering dilakukan oleh Slankers, saat ini
dianggap sebagai salah satu kehidupan yang sudah usang. Dahulu Slankers begitu
meniru Slank, seperti mengkonsumsi drug.240 Slengean dan kebebasan dirubah
menjadi dasar-dasar moralistik dan mengikuti aturan masyarakat (the name of
culture). Saat ini slengean dirubah menjadi pijakan Slankers yang mengakar
bukan pada kebebasan bertindak tetapi letaknya berada pada keterikatan pada
240Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
sistem bermasyarakat. Slengean yang dahulunya memberikan rasa penuh dan
memberikan kebanggaan, pada saat ini Slankers menentang hal tersebut.
Beberapa Slankers menganggap gaya slengean dengan artian kebebasan
dianggap sebagai karakter atau identitas lain di luar Slankers. Slankers sendiri
mengatakan bahwa dandanan slengean (kacau) identik dengan anak jalanan.
Slengean berubah menjadi rasa peduli terhadap sesama dan lingkungan, slengean
adalah tahu tatacara bertingkah laku di dalam masyarakat dan diterima di
masyarakat.241 Dalam potongan ini terlihat bahwa gaya slengean yang identik
dengan kebebasan dianggap merusak tujuan dan hasrat Slankers saat ini.Hasrat
Slankers saat ini bukanlah kebebasan lagi tetapi sebuah aturan. Aturan yang
muncul dari Slankers ini didapat dari adanya kenyataan bahwa kebebasan sangat
mengerikan.
Kesadaran yang muncul dari dalam diri Slankers ini karena ada sistem yang
lebih nyata melalui etika dan norma (perkawinan, kedewasaan dan tanggung
jawab) masyarakat. Bahasa yang ada di dalam Slank seperti tidak memberikan
bahasa baru yang berbeda dari sistem yang umum, serta keberadaan bahasa Slank
tidak menjamin kenyamanan bagi Slankers untuk tetap hidup. Hal ini terlihat
ketika Slankers mengatakan untuk tidak ingin ikut dalam bahasa Slank karena jika
mengikuti terus menerus gaya Slank maka dampaknya keluarga tidak bisa
dinafkahi dan menjadi gila, hidup tetap berjalan dan masa depan harus tetap
241Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dikejar, masa depan harus tetap diraih.242 Ketidakberdayaan gaya slengean untuk
memberikan jaminan kenikmatan rupanya terlihat karena gaya slengean hanya
kedok keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi yang dimaksud ini adalah
slengean hanya trend dari Slank untuk mengambil keuntungan secara
ekonomis.243 Kenyataan bahwa Slank menggunakan slengean sebagai trademark
komoditi bertujuan untuk menimbulkan kesadaran palsu bagi Slankers. Celah
yang digunakan oleh Slankers untuk melihat kesadaran palsu tersebut ketika
Slankers berjarak dengan Slank. Berjarak yang dimaksud dalam hal ini adalah
ketika Slankers harus mengikuti sistem atau aturan dengan liyan yang berbeda,
realitas dan liyan yang berbeda adalah sistem di masyarakat itu sendiri.
Hal lainnya juga muncul ketika Slank sebagai liyan menyalahkan tindakan-
tindakan Slankers yang meniru Slank. Bimbim pernah mengucapkan “yang bego
itu mereka (Slankers), emang dalam diri saya tidak ada sisi positifnya apa? kok
yang diambil sisi negatifnya.”244 Dari bagian ini Slank memang tidak bisa dan
tidak memiliki perangkat yang kuat untuk memberi jaminan kenikmatan dalam
Slankers. Liyan (Slank) angkat tangan dalam tindakan-tindakan Slankers yang
berusaha merepetisi Slank (slengean). Jaminan-jaminan menyenangkan dan
kenikmatan itu sendiri berubah menjadi larangan dan hilangnya jalinan
kenikmatan. Posisi ini menarik sekali ketika Slank selaku pemilik bahasa
slengean menertawakan serta menyalahkan Slankers yang mungkin saja
menganggap slengean sebagai dasar mereka. Dalam beberapa hal slengean ini
242Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 243Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 244Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dimaknai dengan tindakan yang berlandaskan semau orang bertindak tanpa
memikirkan aturan yang mengikat dirinya sendiri.245 Tidak bisa dipungkiri
memang jika slengean sendiri disandingkan dengan kebebasan dalam bersikap.
Slankers memiliki hasrat baru ketika melihat kenyataan bahwa yang
Slankers jalani selama ini hanyalah kekosongan dan ketidakkonsistenan dari
Slank. Slengean dan kebebasannya sudah menjadi kekosongan, sebaliknya
Slankers menghasratkan kebalikan dari kebebasan yaitu keteraturan. Terlihat
sekali Slankers mengulang-ulang kebebasan namun dengan koridor aturan. Liyan
yang dahulunya ditentang pada saat ini dirindukan kembali keberadaannya.
Terlihat juga pada fenomena saat ini dimana Slankers memilih untuk menjadi
partisipan dalam politik dalam konteks Joko Widodo.246 Ketertarikan Slankers
pada bagian ini bukan terletak pada sosok dari Joko Widodo, tetapi melihat
kembali pada hasrat mereka yang sudah berubah karena kebebasan sudah menjadi
kekosongan dan berusaha untuk disingkirkan.
4.2.3.4 Slengean sebagai penanda kosong
Kebebasan merupakan selimut yang terlihat menutupi apa yang ada di
dalam artian slengean. Slengean adalah bebas namun bebas yang bersyarat, asal
tidak merugikan orang lain seperti tidak menghina dan melanggar hukum.247 Dari
ungkapan ini terlihat bagian yang menempatkan slengean pada satu bentuk baru
mengenai kebebasan dan aturan. Aturan yang nampak adalah aturan yang ada di
245Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 246Lihat wawancara Abdhee Negara di majalah Tempo, “Abdhee Negara Jokowi Mesti Bekerja
Benar”, 21 Desember 2014 hal 69. 247Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
masyarakat. Penegasan akan hal ini diungkap oleh Slankers yang mengatakan
perkelahian bukanlah salah satu dari wujud slengean. Seperti yang diungkapkan
oleh Slankers yang pernah mengatakan lebih baik menyakiti atau asik dengan diri
sendiri dari pada harus merugikan orang lain.248 Ungkapan lain mengatakan
slengean adalah cara orang untuk menjadi dirinya sendiri tanpa harus peduli
dengan tanggapan orang lain dan juga tatanan norma masyarakat,seperti
menggunakan anting dan tato.249
Slankers sendiri memiliki kepentingan untuk mengisi makna dari
keterbukaan ideologi. Seperti halnya para Slankers yang mengartikulasikan
slengean melalui cara bertindak bebas yang mengarah pada tindakan anarkis,
beberapa Slankers yang lain mengatakan itu bukan slengean. Atau yang lebih
umum lagi seperti fenomena nebeng atau ngegembel, itu juga bukan slengean.
Beberapa Slankers juga mengomentari bahwa itu bukan Slankers dan tindakan
para Slankers seperti dua contoh di atas itu sebagai Slankers yang tidak mengenal
Slank itu seperti apa.250 Bukan hanya itu saja beberapa Slankers juga
mengungkapan bahwa slengean yang mengarah pada dua hal di atas ini adalah
penyebab dari menjauh dan mencibir keberadaan Slankers.251
Dengan banyaknya ungkapan yang muncul dari Slankers, menandakan
bahwa ideologi yang sudah dipijak oleh Slankers memiliki arti yang sangat
terbuka dan dengan bebasnya Slankers dapat memberikan makna di dalamnya.
248Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 249Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 250Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 251Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Makna yang nampak dari ideologi sendiri merupakan makna yang muncul dari
artikulasi dalam proses hegemoni dari masing-masing kelompok.252
4.2.3.5 Slengean sebagai pengisi kekosongan dalam diri
Konten pertama dalam bagian ini adalah proses awal ketertarikan Slankers
untuk masuk dalam lingkaran ideologi slengean. Slank dan Slankers sama-sama
menggunakan dasar slengean dalam setiap langkah mereka. Slengean merupakan
saja celana jeans sobek, pakaian compang-camping, rambut gondrong, narkoba
dan lirik karya yang bebas mengkritik pemerintah yang diktator ataupun masalah
korupsi. Slank tampil dengan menggunakan medium-medium yang letaknya
berada di wilayah represi. Slank menampilkan hal yang terlarang menjadi hal
yang menyenangkan bagi diri mereka. Slengean merupakan wacana yang
dibangun dalam lingkaran Slank. Nama Slank merupakan salah satu bentuk dari
wacana slengean yang dibangun. Slank berhasil menggunakan yang dilarang atau
yang tabu menjadi jalan hidup mereka. Keberhasilan Slank dalam membangun
pijakan ini salah satunya terletak pada Kaka (vokalis Slank). Kaka bukan orang
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tetapi kaka berhasil mencapai
puncak (umroh, memiliki yayasan, studio, rumah dan mobil ) tanpa ada
ijazah.253Dari dasar ini Slank seakan-akan memunculkan jaminan mencapai
puncak melalui jalan-jalan yang sebenarnya dilarang dalam kontes sosial
masyarakat. Slank bersikap perversif dengan cara tidak ingin diatur soleh aturan-
252Lihat Slavoj Zizek Mapping Ideology, ideology…articulation (Verzo, London dan New York,
1994, hal 12). 253Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
aturan yang sudah disepakati bersama di masyarakat. Dengan dasar ini Slank
berhasil memberikan alternatif baru yang posisinya terletak pada kebebasan dalam
bersikap dan menjadi hal yang berbeda dari kebanyakan orang. Dasar yang
digunakan oleh Slank adalah dasar yang mengarahkan masyarakat sanggup
melihat serta menolak liyan. Karya Slank memberikan narasi mengenai sisi
kurang yang dimiliki oleh liyan, seperti karya “Mata Hati Reformasi”, “SBY
(Sosial betawi Yoi)”, “Krisis BBM” serta “Solidaritas”.
Slengean hadir dengan membawa berbagai macam iming-iming kenikmatan
yang tidak dapat dirasakan dalam sistem-sistem yang sudah ada (contohnya:
negara dan kapitalisme). Slankers merasakan bahwa sistem yang sudah ada
menghadirkan trauma dalam dirinya sendiri. Ada keterbatasan yang nampak
ketika Slankers harus menerima bahwa sistem yang mereka jalani selama ini tidak
membuat Slankers jatuh pada kenyamanan dalam diri mereka sendiri. Dalam
konteks bernegara Slankers mendapatkan ketakutan dan ketidakadilan, pada sisi
kapitalisme Slankers merasa banyak orang yang hidupnya tidak peduli terhadap
sesama serta mementingkan kepentingan pribadi.
Iming-iming yang muncul dalam kelompok Slankers berada pada posisi
yang jauh berbeda. Slankers memiliki solidaritas yang tidak lekang oleh waktu,
membantu sesama dan alam merupakan salah satu tindakan nyata yang bisa
terlihat dalam perjalanan kelompok Slankers.254 Slankers sempat mengadakan
kegiatan berkumpul berbagai penggemar genre musik berbeda di Jogja Nasional
254Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Museum. Tercatat lebih dari tiga kelompok musik berbeda hadir di acara tersebut
tanpa ada gesekan walau dengan bendera yang berbeda-beda.255 Bukan hanya
pada kegiatan itu saja bahkan bukan dalam acara rersmi saja berkumpulnya
kelompok-kelompok di luar Slankers ini menjadi satu. Dalam acara konser Slank
atau acara Slankers pun komunitas seperti Vespa, Punk dan Reaggae hadir
menjadi satu.256 Sehingga, ada rasa kebersatuan yang kuat dan kokoh ketika
masuk dalam wadah yang dinamakan Slankers.
Dengan paham slengean yang Slankers pijak, banyak golongan bersatu
dalam satu wadah tanpa mengenal batasan di dalamnya. Seakan-akan komunitas
Slankers memunculkan ruang yang guyup, aman dan damai serta menjadi
penolong ketika di luar lingkaran mereka banyak sekali ketakutan dengan kedok
kebebasan (demokrasi keblinger). Keikutsertaan subjek dalam satu wadah
Slankers ini memberikan penegasan bahwa kebebasan yang diinginkan seperti
yang di Slankers bukan yang seperti lingkungan di luar Slankers.
4.2.3.6 Slengean sebagai pengosong isi
Slengean menjadi pemuas bagi Slankers, namun memberikan kekosongan
serta memberikan rasa sakit yang mendalam di dalam Slankers. Kekosongan yang
nampak dalam hal ini adalah kekosongan yang muncul ketika Slankers
mengaplikasikan ideologi slengean itu sendiri dalam kehidupan keseharian
mereka sendiri. Alih-alih Slankers bisa mendapatkan bahasa baru yang murni
255Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 256Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
dapat menghidupkan mereka, yang Slankers dapat adalah rasa sakit dan keinginan
untuk keluar dari slengean itu sendiri. Kekosongan ini menunjukkan bahwa
slengean hanyalah ilusi yang tidak dapat memberikan jaminan akan kehiduan
mereka sendiri dalam bermasyarakat. Sistem yang berada di masyarakat
(kedewasaan, pernikahan dan keluarga) menjadi pembuktian betapa tidak
cukupnya slengean ini menjadi dasar mereka. Tindakan gila yang pernah
dilakukan Slankers adalah tindakan yang mengantarkan Slankers pada trauma.
Meninggalkan ujian sekolah hanya demi menonton Slank, melawan orang tua
hingga mengetahui bahwa slengean adalah harga jual kelompok Slank untuk
mendapatkan keuntungan.257
Trauma yang mendasar dalam posisi ini adalah rasa penyesalan ketika
Slankers harus perversif terhadap hukum masyarakat. Slengean bukanlah bahasa
baru untuk menjadi satu pijakan utama dalam mengarungi kehidupan bagi
Slankers. Slank dan slengeannya bukanlah sebagai liyan yang bisa mencapai
puncak jalan yang berbeda dari sistem yang ada. Slankers masih berkompromi
dengan bahasa dan sistem yang sudah ada, sehingga slengean bukanlah penanda
baru yang bisa membentuk Slankers.Walaupun sakit, mereka masih bisa
menikmati kesakitan itu. Dengan hal semacam ini, Slankers tetap ingin mencari
bentuk-bentuk bapak (liyan) baru yang bisa menjaga mereka agar tetap nyaman.
Slankers bukan memilih untuk tetap berada dalam lingkup Slank dan slengeannya
257Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
tetapi Slankers mencari bapak baru yang berlandas pada lingkungan masyarakat
itu sendiri.
Kebebasan yang sudah dibangun sudah menemui titik batasannya dan
menjadikan slengean sendiri sebagai bentuk yang mengambang dengan mencari
makna baru untuk mengartikan slengean. Hal ini dilakukan oleh Slankers supaya
posisi mereka tetap nyaman, drive mereka selalu mengitari apa yang mereka
sendiri hasratkan. Objek hasrat mereka tetap menjadi titik pencarian yang terus
menerus dicari, sekalipun Slank tidak mampu menampungnya. Jika objek hasrat
yang Slankers inginkan sudah didapatkan tentu yang terjadi adalah tidak ada lagi
Slankers.
Slankers memberikan pemahaman baru untuk mengisi kekosongan yang ada
di dalam slengean dengan cara menamai slengean dengan nama yang baru.
Konsepsi ini merupakan penegasan bahwa slengean adalah penanda yang dengan
bebas bisa diartikan dengan beragam keperluan dari Slankers sendiri. Ketika pada
posisi awal slengean diartikan sebagai kebebasan, pada tatanan yang lain slengean
berubah menjadi sebuah aturan masyarakat. Hal ini muncul karena subjek bukan
berada di luar dari rantai penanda (signifier chain), tetapi subjek berada di dalam
rantai tersebut dengan membawa ketidaksadaran yang dimasukkan untuk
memahami penanda itu sendiri.258 Elemen yang muncul dalam posisi ini adalah
adanya perubahan hasrat yang nampak dalam kelompok Slankers. Slankers
melihat ada batasan yang dimiliki oleh slengean itu sendiri.
258 Lihat Sean Homer, Jacques Lacan, ‘This is the very…taking place, (Routledge, London dan
New York , 2005, hal 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Kebebasan yang nampak pada slengean rupanya bukan jaminan akan
kenyamanan yang dimiliki. Kekosongan dari kebebasan itu menyakitkan sehingga
perlu ada transformasi untuk membuat Slankers tetap bisa hidup di dalamnya.
Lantas Slankers menemukan hasrat baru dalam dirinya, aturan menjadi dasar yang
muncul pada bagian ini. Ada hubungan yang terjalin antara batasan sosial dan
wacana yang diikuti oleh Slankers, dengan adanya polemik yang muncul dari
hubungan ini mengakibatkan pada penanda utama dari Slankers tidak murni kekal
dalam satu hubungan pemahaman saja, tetapi keberadaannya tetap berubah.
Slengean merupakan beberapa penanda yang ada di sekitar Slank dan
keberadaannya sangat terbuka. Slankers menganggap slengean adalah jalan hidup
bagi mereka, jalan hidup yang dibentuk oleh dirinya sendiri. Terbuka yang
dimaksud pada posisi ini adalah Slankers yang memberikan makna slengean itu
sendiri. Makna yang nampak dari ideologi sendiri merupakan makna yang muncul
dari artikulasi dalam proses hegemoni dari masing-masing golongan.259 Hegemoni
dari masing-masing golongan ini mengarah pada sebuah pemahaman yang
dihasilkan dari refleksi antara subjek dan lingkungan subjek itu sendiri. Dengan
begitu terbukanya pandangan mengenai slengean yang sudah mapan dalam
lingkaran Slankers ini rupanya menghadirkan konflik antar sesama identitas
mereka sendiri.
Mayoritas Slankers memberikan penegasan bahwa slengean adalah
kebebasan yang tidak mengenal aturan dan yang terpenting bahwa Slankers bisa
259Lihat Mapping Ideology, an ideology…articulation ( Editor Slavoj Zizek, verso, London dan
New York, 1994, hal 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
mencapai apa yang menyenangkan bagi dirinya sendiri. Pada kubu yang lainnya
menganggap bahwa slengean adalah upaya mencapai kenyamanan (kebebasan)
namun dengan batasan tidak lari menjauh dari hukum simbolik yang berlaku di
masyarakat. Perbedaan yang muncul ini juga berdampak pada pertarungan yang
ada di dalam kubu Slankers itu sendiri. Seperti nama-nama Slankers bendera,
Slankers musiman atau Slankers jalanan.260 Bagi anggota Slankers yang bernaung
dalam SFC (Slank Fans Club) para Slankers yang melakukan aksi jalan kaki,
nebeng dan ngegembel bukanlah salah satu dari paham mereka mengenai
slengean. Menariknya, dalam posisi ini baik Slankers resmi atupun yang tidak
resmi semua pernah melakukan hal yang sama yaitu keluar dari tatanan hukum
norma yang ada di masyarakat. Ada yang bilang sebenarnya Slankers yang ada di
jalanan itu Slankers yang tidak mengerti Slank seperti apa. Mereka masih labil
dan masih anak-anak tapi mau seperti apa lagi memang seperti itu keadaannya.261
Dalam hal ini, semacam ada pertarungan wacana dan ada proses
pembangunan makna kembali dari pijakan yang sudah ditransformasikan pada
bentuk yang lain. Transformasi yang nampak dalam hal ini berpijak pada hasrat
yang memang sudah berubah dari berbagai kelompok Slankers. Slankers yang
memahami ulang slengean dengan aturan membenci segala hal yang berada di
luar bangunan ideologi mereka. Slankers yang berhasil mentrasformasikan
slengean ini ingin memberikan wacana baru di dalam kelompok Slankers itu
sendiri.
260Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 261Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Kesamaan dan kesatuan yang membentuk fantasi kolektif pada Slankers di
bagian ini yaitu penggunaan slengean sebagai payung. Slankers memiliki
kesepakatan dalam menggunakan slengean sebagai pelindung dan bernegosiasi
ketika menggunakannya. Negosisasi yang diperoleh yaitu ketika terdapat
keretakan pada slengean tersebut dengan cara merubah makna slengean menjadi
hal yang dibutuhkan oleh Slankers, yaitu hidup yang lebih teratur. Keteraturan ini
dilandasi oleh fantasi yang ada di dalam diri Slankers. Pembahasan mengenai
fantasi ini dibahas pada bagian berikut ini.
4.3 Fantasi dalam Kelompok Slankers
Fantasi dalam artian ini adalah fantasi yang berada dalam diri komunal
Slankers yang membuat mereka tetap bertahan dalam satu bentuk yang sama.
Slank adalah liyan yang memiliki harga jual dalam mengikat berbagai golongan
masyarakat untuk menjadi satu bagian dalam sebuah ikatan yang dinamakan
dengan Slankers. Ikatan yang menjadi nilai jual dari kelompok Slankers terletak
pada slengean. Slengean ini memiliki fantasi yang berhasil membuat Slankers
terpikat dalam satu ikatan.
Dasar yang nampak dari berbagai gejala dalam tulisan ini mengarah kepada
fantasi yang ada di dalam dirinya sendiri. Munculnya fantasi ini dikarenakan
adanya perubahan hasrat dari dalam diri Slankers. Hal ini karena ada kesadaran
dalam dirinya ketika Slankers hidup di tengah-tengah masyarakat luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
4.3.1 Fantasi kedamaian dan keharmonisan
Fantasi yang ada di dalam Slankers adalah fantasi kedamaian dan
keharmonisan. Fantasi ini memiliki dasar untuk merasa tetap bisa menjalani
aturan simbolik masyarakat yang mengakibatkan adanya rasa sakit yang ada di
dalamnya. Munculnya fantasi kedamaian dan keharmonisan ini memiliki
hubungan yang melibatkan tiga unsur yang ada dalam lingkungan Slankers.
Pertama meliputi perubahan dalam memaknai slengean. Kedua mengenai aturan
masyarakat. Ketiga meliputi keretakan dalam Slank.
Pertama, dalam perubahan makna slengean, slengean, sebagai ciri khas
Slankers dan Slank, mengalami perubahan dalam pemaknaannya. Dahulunya,
slengean diidentikkan dengan kebebasan untuk menjadi diri sendiri tanpa harus
memikirkan aturan-aturan yang ada dalam lingkup Slankers. Slengean adalah
tindakan menolak kerusuhan dan lebih memilih untuk asyik sendiri dengan segala
sisi positif dan negatif yang akan diterima. Kerusuhan bukan jalan kedamaian
manifesto Slank. Namun, dengan cara inilah Slankers merasa tindakan slengean
adalah sebuah sikap yang tidak merugikan orang banyak.262 Slankers menganggap
bahwa kebanyakan masyarakat saat ini bebas bertindak tanpa aturan. Oleh karena
itu, keinginan Slankers terhadap kebebasan mulai berubah.
Sehubungan dengan berubahnya keinginan Slankers tersebut, hasrat
Slankers mengenai kebebasan menemukan titik buntu, yang mana hasrat ini
adalah elemen penting untuk membuat subjek tergerak untuk mencari kepenuhan
262Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
atas diri. Hubungan yang nampak dalam bagian ini adalah jouissance, yaitu
sebuah momen ketika subjek menemukan apa yang membuat subjek merasakan
penuh atas dirinya sendiri, walau dengan rasa sakit yang diterima.263 Hubungan
antara keinginan dan kebebasan yang Slankers inginkan ini menunjukkan
kekurangan pada mereka.
Berdasarkan kekurangan ini, dunia yang bebas adalah dasar menjadi
Slankers. Tetapi, yang ada di hadapan mereka tidak sesuai dengan yang mereka
inginkan. Pada saat ini, perubahan muncul diiringi oleh dasar-dasar yang berbeda,
seperti perubahan wacana yang muncul pada masyarakat saat ini (demokrasi).
Demokrasi dengan segala kebebasan dan kelonggaran yang ada di dalamnya
bukan menjadikan Slankers nyaman. Tetapi, demokrasi yang muncul terlalu bebas
dan menimbulkan kerusuhan.264 Fantasi yang muncul dalam kelompok Slankers
ini memang memberikan Slankers proses untuk merasakan nikmat dalam rasa
sakit.
Ketika Slankers menggunakan hal-hal yang memiliki tendensi pada gaya
dan cara-cara slengean, terjadi keterbelahan dalam diri mereka. Hubungan yang
terbangun dalam posisi ini adalah adanya objek yang membuat para Slankers ini
merasakan penuh atas dirinya sendiri, namun rupanya tidak demikian. Bayang-
bayang kenikmatan dengan rasa sakit (jouissance) yang ada di depan subjek terasa
kosong. Apa yang ada dalam benaknya rupanya berbeda dengan apa yang terjadi.
Ketika tidak ada objek yang bisa menyediakan kepenuhan atas kekosongan dalam
263Lihat Yannis Stavrakakis, Lacan and the Political, Routlesge, Desire, the elemen… the quasi-
imaginaryobjet petit a, the field of fantasy(New York dan London, 1999, hal 45). 264 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
diri subjek, maka objek yang tadinya berada dalam satu tempat akan digantikan
dengan objek lainnya. Upaya yang nampak dalam bagian ini adalah adanya fantasi
baru yang muncul untuk menopang kekurangan dari dunia simbolik.265
Slengean tetap menjadi hal yang menarik bagi Slankers meskipun posisinya
sudah berubah. Ketika Slankers melihat bahwa kebebasan sudah bukan lagi
menjadi hal yang dihasaratkan bagi Slankers, maka ada proses eliminasi dalam
wacana besar mengenai kebebasan itu sendiri. Eliminasi dari hal yang dianggap
melenceng (disorder) mulai ditinggalkan karena hasil dari trauma. Tujuan dari
pengeliminasian hal-hal yang melenceng (disorder) bukan karena memiliki tujuan
untuk mencapai kenikmatan yang abadi, tetapi melanjutkan hasrat yang terus ada
dan tidak terpuaskan.266 Terlihat ada perubahan ketika Slankers mengungkapkan
bahwa slengean merupakan sebuah proses menemukan jadi diri dan mengerti tata
cara berperilaku di lingkungan sosial masyarakat. Rasa peduli terhadap sesama
atau lingkungan ataupun tidak bertingkah sembarangan itu adalah slengean.
Tindakan kritis yang sering diucapkan oleh Slankers rupanya bukan sebuah
tindakan yang didasarkan oleh slengean. Slankers itu normal-normal saja, tidak
perlu terlalu kritis dan tidak gila hormat dan bertingkah berlebihan.267 Atau kisah
lainnya adalah ketika Slankers menganggap keikutsertaan pada komunitas
Slankers adalah jalan untuk mengingat Tuhan dan dapat merangkul teman-teman
265Ibid. 266Lihat Yannis Stavrakakis, Lacan and the Political, first, their…holocausts (Routlesge, New
York dan London, 1999, hal 101). 267Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
atau orang-orang yang kebablasan.268 Pernyataan Slankers ini menjelaskan bahwa
ada proses mengeliminasi hal-hal yang berbau kebebasan dan corak-corak bebas
menjadi keteraturan.
Kebebasan mulai beralih pada keteraturan dan aturan demi satu fantasi
mereka yang mengarah pada kedamaian dan keharmonisan. Slankers juga
berupaya untuk mewujudkan fantasi mereka ini. Salah satu upaya dalam
mewujudkan fantasi kedamaian dan keharmonisan yaitu dengan peduli
lingkungan dan mempersatukan berbagai kelompok musik dan beberapa
kelompok diluar musik (Vespa, Punk dan Reggae).269
Fantasi mengenai kedamaian dan keharmonisan ini digambarkan melalui
representasi Pulau Biru yang ada di dalam benak Slankers. Pulau Biru
digambarkan sebagai pulau yang tidak ada penjahat, polisi, alam yang hijau dan
sederhana.270 Pulau biru adalah salah satu lagu yang terdapat pada album
Kampungan pada tahun 1991. Karya ini menjadi penting dalam membuat
konsepsi Slankers mengenai kondisi dunia yang damai.
Ada yang harus ku ungkapkan tentang mimpiku. Bercerita soal kehidupan di atas
pulau biru. Pulau yang indah bagai surga, manusia bijaksana hidup penuh dengan
kesenangan nggak pernah salah paham. Bicara kita hanya cinta dan cinta, satu cinta
hilangkan naluri saling menghancurkan. Selamat datang di atas pulauku selamat
datang di atas pulau biru. Nggak ada hakim dan terdakwa jauh dari kriminal nggak
ada penjajah dan yang dijajah segala soal selesaikan dengan bicara.ngaak perlu
senjata, berkhianat, curiga, penjara, nggak ada penjahatnya, nggak perlu berperang,
menentang, menyerang memakai kekerasan Nggak perlu. (lirik Pulau Biru)
268Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 269Wawancara bersama Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Juni 2016. 270Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Lirik dari karya ini menarasikan tempat yang diasumsikan sebagai tempat
yang sudah tidak ada lagi kejahatan dan pertentangan di dalamnya. Dunia yang
dinarasikan dalam karya ini terasa utopis jika harus melihat kondisi pada saat ini
yang masih penuh dengan pertentangan di dalamnya. Fantasi diini tidak lepas dari
objek hasrat yang memunculkan fantasi mengenai imajinasi kepenuhan yang
berada dalam dirinya, sehingga subjek tidak merasakan adanya kekosongan dalam
dirinya.271
Melalui pikiran dan kekosongan yang dirasakan oleh Slankers, mereka
menarasikan fantasi kedamaian lewat lagu Pulau Biru. Lagu ini memiliki dua bait.
Bait pertama lagu ini memiliki tema seperti mantra yang dibungkus dengan nada-
nada minor (F#m) yang mewakili suara ratapan. Bagian ini mengambil medium
dari isu-isu sosial (hakim, terdakwa, senjata, perang pertentangan, penjajah dan
dijajah). Kemudian, bait kedua dengan suasana nada-nada mayor (E,D,E,G,D)
berisi sisi yang hilang dari realitas. Sedangkan, bagian kedua ini memperkenalkan
sisi yang jauh dari hal yang sudah dijelaskan pada bagian pertama yaitu cinta.
Sehingga, dari gambaran lagu Pulau Biru inilah Slankers menarasikan fantasi
kedamaian.
Gejala yang muncul dari fantasi yang ada di dalam Slankers ini merupakan
fantasi yang nampak dari simtom dalam lingkaran dunia simbolik. Simtom yang
nampak dari kelompok Slankers adalah hal-hal yang selalu diulang di dalam
dirinya sendiri melalui ucapan serta gaya yang Slankers gunakan. Fantasi menjadi
271Lihat Jan Jagodzinski, Youth Fantasies: The Perverse landscape of the Media,The objet…our
egos(Palgrave Macmillan, New York dan England, 2004, hal 39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
dasar dalam membentuk realitas yang membungkus kondisi kekosongan (Real).272
Fantasi memang diperlukan bagi subjek untuk berhasrat pada sesuatu hal yang
membuat perhatiannya terpana pada satu titik tertentu.
Kedua, mengenai aturan masyarakat, munculnya fantasi mengenai
kedamaian dan keharmonisan tentu tidak lepas dari keikutsertaan masyarakat
dalam membentuk fantasi tersebut. Di masyarakat sendiri, posisi Slankers berada
pada posisi yang membingungkan keberadaannya. Ketika subjek masuk dalam
satu sistem yang baru (Slankers) maka subjek berusaha untuk mengidentikkan diri
dengan bahasa-bahasa yang sudah menjadi aturan bagi sistem yang baru. Seperti
yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahasa dari Slankers sendiri
mengantarkan mereka pada tindakan-tindakan yang perversif, di mana hal yang
paling fatal adalah disingkirkan oleh lingkungan. Dalam pengkucilan tersebut,
Slankers bisa merasakan nikmat atas adanya objek hasrat yang seakan-akan
didapatkan. Tetapi, dengan adanya ketidakkonsistenan dalam diri Slank dan
situasi yang selalu berubah membuat Slankers menerima dirinya sebagai subjek
yang terbelah kembali. Posisi Slankers yang sudah di kucilkan di masyarakat
ditambah lagi dengan ketidakkonsistean yang ada di dalam Slankers
memunculkan adanya perubahan dari hasrat Slankers itu sendiri.
Keberadaan masyarakat sendiri menjadikan Slankers harus berjarak dengan
dirinya sendiri, sehingga tercipta ruang untuk melihat kembali keberadaan dirinya
sendiri. Hal yang membuat Slank berjarak dengan Slankers adalah pernikahan dan
272Lihat Slavoj Zizek, The Sublime Object of Ideology, It is exactly… real kernel (Verzo, London
dan New York, 1989, hal 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
kedewasaan yang harus diterima oleh Slankers. Slankers dituntut untuk
bertanggung jawab dalam dua hal ini yang berbanding terbalik dengan kehidupan
mereka sebagai Slankers. Di dalam dunia Slankers, mereka berada pada gaya
remaja yang belum mengarah pada tanggung jawab seperti kehidupan berumah
tangga. Sementara, kehidupan ke arah tanggung jawab seperti pernikahan adalah
hal yang pasti dan ini telah disadari oleh Slankers. Slankers menegaskan bahwa
kebiasaan seperti menonton konser dengan berjalan kaki dengan jarak yang jauh
tanpa membawa uang yang cukup (nekat) dianggap hal yang sudah usang.273
Kebiasaan ini pun merupakan tindakan labil yang hanya dilakukan oleh anak-anak
yang belum menemukan jati diri.274
Ketiga, mengenai keretakan Slank, terdapat tiga hal yang membuat adanya
keretakan pada Slank di mata Slankers. Pertama, gaya dan ideologi yang Slank
bawa hanyalah ciptaan industri. Kedua, beberapa tempat yang dijadikan sebagai
lahan untuk berkreasi tidak memberikan ruang bagi Slankers berkreasi. Terahir,
tindakan mendukung elit politik (Joko Widodo) yang dilakukan oleh Slank.
Yang pertama yaitu kenyataan bahwa Slank beserta ideologinya adalah
ciptaan industri. Ini berarti bahwa Slank hanyalah komoditas (perdangan) yang
tandanya hal-hal yang berhubungan dengan Slank seperti gaya Slank tidak bisa
diikuti oleh Slankers. Ini karena gaya tersebut muncul bertujuan untuk menarik
massa dan Slank memperoleh keuntungan finalsial.275 Slank memanfaatkan hasrat
273Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 274 Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 275 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
dari Slankers yang menggunakan wacana mengenai slengean untuk keuntungan
material. Slankers melihat ini sebagai luka dan truma yang mengarah pada hasrat
mereka yang berbalut loyalitas tinggi berbuah dengan kepentingan ekonomis dari
pihak Slank.
Dalam bagian ini, Slankers merasa bahwa ada ketimpangan dan
ketidakberdayaan Slank sebagai pusat dari keberlangsungan bahasa Slank.
Slankers melihat ada ancaman dari kubu Slank itu sendiri. Slankers melihat bahwa
slengean adalah logika pasar dan Slank pada dasarnya tidak memikirkan
Slankers.276 Posisi ini menandakan ada keretakan di dalam Slankers. Slankers
melihat bahwa tidak ada lagi jaminan yang bisa dilihat dalam celah berbahasa
Slank tersebut. Ketidakkonsistenan yang muncul dalam diri Slank ini memberikan
celah pada Slankers untuk mencari hal lain yang memuaskan bagi Slankers.
Yang kedua yaitu Slank memiliki Potlot yang dijadikan tempat
berkumpulnya Slankers di berbagai daerah. Tentu dengan adanya perkara ini
Slank membuat satu tempat di dalam Potlot yang memiliki fungsi untuk menjual
beberapa pernak-pernik Slank. Namun, ada hal yang ditutupi dalam hal ini, yaitu
barang yang dijual di dalam Potlot merupakan hasil kerja sama Slank dengan
Daniel Minanta bukan hasil dari kreasi Slankers.277 Jika harus melihat kebelakang
Slank, Bunda Iffet membentuk Slankers (SFC) untuk menyalurkan kreatifitas
Slankers ke arah yang positif.278 Tetapi, Slank dan lingkaran di dalamnya tidak
276Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 277 Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang
dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2016. 278Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
konsisten dalam memobilitasi potensi yang muncul dari kelompok Slankers.
Sementara, bagi Slankers, harga mahal produk yang dibandrol disetiap barang
yang dipasarkan bukan menjadi persoalan. Harga mahal yang perlu dikeluarkan
bagi Slankers tidak sebanding dengan rasa bangga yang didapat.279
Yang terakhir yaitu tindakan Slank yang mendukung elit politik (Joko
Widodo) mengecewakan Slankers. Beberapa Slankers menegaskan bahwa mereka
tidak setuju dengan sikap Slank yang mendukung dan masuk ke dunia Politik. Hal
ini dikarenakan bagi Slankers, dunia politik hanya memecahbelah mereka.280 Hal
yang tidak disukai oleh Slankers adalah ketika harus membahas perbedaan dalam
pilihan politik mereka ketika mereka berkumpul. Namun, ada juga beberapa
Slankers yang pro pada politik selama mengarah pada kedamaian. Contohnya,
ketika ada masalah, Slankers bisa berdiskusi karena mereka mengganggap
presiden atau pemerintah yang didukung adalah Slankers.281 Selain itu, ketika
mereka pro pada pada politik, bagi mereka, objek yang didukung memiliki
kesamaan ideologi dengan mereka.282
Dari penjelasan ini atas, dapat disimpulkan bahwa Slankers menginginkan
kedamaian meski mereka berbeda dalam memandang politik. Selama tetap
mengarah pada kedamaian, baik pro maupun kontra pada politik tidak menjadi
279Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2016. 280 Diambil dari wawancara dengan Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja), pada tanggal 24 Juni
2016. 281 Wawancara dengan Mas Jiban pada tanggal 27 Juni 2016. 282 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
masalah yang besar untuk Slankers. Hal ini membuktikan bahwa mereka memiliki
fantasi kedamaian dan keharmonisan.
Fantasi mengenai keharmonisan dan kedamaian menjadi titik di mana
Slankers tetap bisa bertahan dalam lingkungan simbolik yang menyakitkan
tersebut. Ada dua hal yang penting dalam posisi ini, pertama ada hal yang
mengarah pada pemerintah dan juga ideologi yang dianggap mampu memenuhi
kekosongan dari Slankers. Terdapat wacana baru yang muncul dalam ingkaran
Slankers, wacana tersebut adalah PLUR (Peace, Love, Unity dan Respect).
Walaupun posisi Slankers yang dikucilkan di tengah-tengah masyarakat, Slankers
tetap bergeming bahwa dalam Slankersmereka bisa terhindar dari kengerian di
luar mereka. Asumsi dari fantasi mengenai kedamaian dan keharmonisan ini
menjadi topangan dalam melihat hal-hal yang ada di dalam kelompok Slank.
Warna biru yang identik dengan Slank dipahami oleh Slankers sebagai simbol dari
kebebasan, apapun yang berhubungan dengan warna biru pada Slank adalah
kedamaian bagi Slankers.283 Dengan adanya kekuatan dari fantasi kedamaian
inilah Slankers bisa bertahan dalam kekurangan dan kekosongan yang Slankers
rasakan dalam hubungan antara Slank dan masyarakat. Mereka mendapatkan
objek jouissance mereka walaupun dengan konsekuensi bahwa mereka tetap
terluka.
Dalam hal lainnya, ada penyelamat yang memberikan pertolongan pada
Slankers untuk tetap berada dalam lingkaran masyarakat. Satu momentum yang
283Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
bisa dilihat dalam posisi ini adalah revolusi cinta (Slank) dan revolusi mental
(Joko Widodo) ketika pemilihan umum pada tahun 2014. Idiom yang digunakan
juga sama-sama memiliki kesamaan, seperti dua jari (damai) dan juga revolusi.
Hubungan yang muncul dalam posisi ini adalah adanya hal yang mengarah pada
kesamaan mengenai arti kedamaian. Ungkapan ini nantinya bisa mengarah pada
sosok-sosok yang dianggap merusak fantasi mereka mengenai kedamaian
tersebut. Pemerintah dianggap memiliki alur yang merujuk pada fantasi
kedamaian ketika harus menyebutkan Pancasila. Pancasila tetap menjadi pijakan
Slankers dalam bersikap dengan asumsi bahwa jika berpegang dengan Pancasila
akan mendapat satu konsepsi pada fantasi Slankers. Masalah yang terbesar dalam
hal ini adalah ketika banyak masyarakat yang tidak berpegang pada Pancasila itu
sendiri.284
Narasi yang sering diulang ketika menyebut Indonesia adalah
keharmonisan, indahnya alam dan juga kedamaian yang ada di dalamnya. Pulau
Biru adalah representasi dari dunia buatan yang dibuat langsung oleh para
Slankers berhubungan dengan fantasi mengenai kedamaian dan keharmonisan.
Kedamaian dan keharmonisan disini merupakan situasi dimana mereka
menginginkan kehidupan yang ideal dimana manusia sebagai mahluk yang hidup
didunia ini saling membantu, mencintai satu sama lain, dan tidak saling
menyakiti. Gerakan perubahan ini juga ada dalam benak Slankers dengan
upayanya untuk mewujudkan fantasi itu. Slank memiliki keinginan untuk
284Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
membangun dunia yang benar-benar damai dengan tidak ada penjahat dan polisi,
semua bisa hidup rukun dan damai.285 Dengan asumsi bahwa Slankers ingin
merubah sistem masyarakat. Upaya Slankers ini merupakan upaya mereka untuk
menutupi kekurangan yang ada pada diri dan lingkungan mereka sendiri. Dalam
bentuk fantasi, $<>a, subjek terbelah ($)menatap (<>) objek hasrat (a). Dengan
demikian,fantasi melindungi subjek agar tidak terperangkap di dalam kurungan
ketidakbermaknaan di landasan eksistensi manusia.286
Fantasi ini juga memunculkan topangan dalam bentuk norma sesuai dengan
fantasi yang adadalam diri Slankers. Dalam hal ini, poin-poin kebebasan (tidak
memperdulikan aturan masyarakat) disingkirkan dan diganti dengan topangan
yang mendukung fantasi keharmonisan dan kedamaian. Beberapa poin yang
muncul seperti tidak anarki, memiliki solidaritas, dan mencintai alam. Hal ini
terjadi karena upaya Slankers untuk mewujudkan fantasi kedamaian dan
keharmonisan.
Berdasarkan hasil penelitian, pembentukan fantasi kolektif Slankers
terwujud oleh kesamaan dan kesatuan mereka dalam keinginan dan perjuangan
terhadap keharmonisan dan kedamaian. Slankers menginginkan dan
memperjuangkan keharmonisan dan kedamaian di masyarakat. Meski keinginan
dan perjuangan yang sama, Slankers memaknai keharmonisan dan kedamaian
tersebut dengan berbagai cara. Cara pertama yaitu dengan menyingkirkan
285Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016. 286Mark Bracher, Jacques Lacan, Diskursus dan Perubahan Sosial: pengantar Kritik-Budaya
psikoanalisis, Trj Gunawan Admiranto, Jala Sutra, Yogyakarta, 2009, hal 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
kerusuhan.287 Cara kedua yaitu dengan saling membantu sesama dan
meningkatkan daya kreatifitas.288 Cara yang lain yaitu dengan hidup tenang dan
damai seperti kehidupan di desa.289 Cara yang selanjutnya yaitu dengan hidup
tanpa diskriminasi.290 Cara yang lain yaitu dengan hidup saling tolong menolong.
291 Cara lainnya yaitu dengan hidup tanpa penjahat dan kerusuhun meskipun ada
perselisihan seperti dalam lagu Pulau Biru.292
287 Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016. 288 Wawancara dengan Mas Andi (Slankers Pulau biru dan Minoritas Slanker Jogja) yang
dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2016. 289 Wawancara dengan Mas Jiban (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 27 Juni 2016. 290 Wawancara dengan Mas Aat (Ketua Komunitas Minoritas Slankers Jogja) pada tanggal 29
Maret 2016. 291 Diambil dari wawancara dengan Mbak Ravi (Minoritas Slanker Jogja), pada tanggal 24 Juni
2016. 292 Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bagian ini merupakan kesimpulan dan bagian akhir dari fantasi dalam
Slankers yang kemunculannya hadir karena adanya relasi-relasi sosial dalam
Slankers. Relasi sosial dalam Slankers sendiri memiliki hubungan dengan adanya
pertentangan dan hasrat dalam diri Slankers. Ada tiga bagian dalam relasi sosial
yang membuat kelompok Slankers ini tetap menjadi alternatif dalam membentuk
kelompok-kelompok masyarakat. Bagian pertama adalah penemuan hal yang
menarik dari Slank, bagian kedua adalah penggunaan tiga idiom Slank dalam
kehidupan, dan bagian ketiga adalah kemunculan fantasi yang mendasari Slankers
tetap bertahan dalam satu kelompok Slankers.
Di bagian pertama, hal yang menarik dari Slank adalah seringnya Slank dan
Slankers dihubungkan dengan kritik terhadap pemerintah. Fenomena ini menarik
karena kemunculan Slankers tidak bisa dilepaskan dari jejak sejarah berdirinya
kelompok Slankers. Slankers muncul pada tahun 1998 yang disertai pula dengan
masa berakhirnya Orde Baru. Slank muncul sebagai kelompok yang menyinggung
era Orde Baru dan bahasa yang Slank buat adalah bahasa yang digunakan kaum
miskin kota, buruh dan petani. Oleh karena itu, ada sebuah bentuk keterwakilan
yang dirasakan oleh Slankers sehingga akhirnya nilai-nilai yang disisipkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Slank dalam teksnya kemudian diserap dan menjadi sebuah simbol
perlawanan yang sinkretis dengan kelas bawah.293
Dalam konteks resistensi yang berhubungan dengan pemerintah, Slankers
memberikan perhatian khusus pada Orde Baru dan era SBY (Susilo Bambang
Yudhyono). Era Orde Baru dianggap sebagai era yang otoriter yang berdampak
pada rasa ketakutan dalam masyarakat. Era SBY (Susilo Bambang Yudhyono)
dianggap sebagai era yang menjunjung tinggi rakyat namun pada kenyataannya
rakyat tetap tertindas. Secara garis besar refleksi yang nampak dalam sikap
resistensi Slankers adalah adanya bayang-bayang elit politik yang mencuri uang
rakyat.294 Sisi lain dalam pergolakan Slankers adalah persoalan mengenai
hilangnya moralitas dalam satu sistem kebebasan (demokrasi). Adanya perubahan
yang ada di dalam Slankers ini ditandai juga dengan adanya perubahan hasrat
Slankers.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari narasumber, pandangan
mengenai ketertarikan Slankers yang berdasar pada kritik, protes, dan resistensi
terhadap pemerintah tidak ditemukan keberadaannya. Slankers menegaskan
bahwa ketertarikkan pada Slank terletak dari gaya slengean dan karya lagu yang
bertemakan cinta, alam, dan sosial yang Slank tampilkan. Sementara, yang
mengarah pada resistensi terhdap pemerintah adalah konstruksi kepentingan yang
dibuat Slank.
293Yogi Febrian, Skripsi Representasi Ekologi Politik Dalam Lirik lagu “Anti Nuklir” Karya Band
Slank (Studi Analisis wacana kritis Van Dijk tentang Representasi Ekologi politik Dalam Lirik
Lagu “Anti Nuklir” Karya Band Slank), Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi humas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2014, hal 7. 294Wawancara dengan Mas Udin (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Bagian kedua, tiga idiom yang memiliki hubungan yang erat dengan Slank
yang di maknai oleh Slankers adalah karya (lagu), Potlot dan slengean. Di dalam
lagu, Slankers menandai kehidupan mereka seperti melihat kembali kedirian
mereka sebagai Slankers dan hubungannya dengan realitas kehidupan. Sementara,
melalui adanya Potlot, Slankers memaknainya dengan dua sisi yaitu Indonesia
sebagai rumah ideal yang diharapkan Slankers dan aturan yang harus ditaati
mereka karena Slank adalah liyan dalam kehidupan. Yang terkahir, slengeanyang
juga sebagai payung atau pelindung dimaknai dengan beberapa peran dalam
kehidupan Slankers. Pertama sebagai posisi membedakan diri dengan corak
masyakarat secara umum. Kedua sebagai jalan hidup yang dalam momen tertentu,
Slankers melihat bahwa slengean tidak menjamin kenikmatan mereka, sehingga
ada keinginan untuk merubah slengean sebagai bentuk keteraturan (mengikuti
norma sosial). Perubahan yang terjadi didalam slengean sebagai payung ini
didasari oleh fantasi kedamaian dan keharmonisan yang ada di dalam diri
Slankers.Mesikupun konsekuensi yang harus Slankers terima adalah slengean
bukan sebuah jaminan untuk hidup yang lebih baik, mereka tetap menggunakan
payung ini sebagai pelindung.Sehingga, muncul negosiasi untuk memaknai ulang
payung ini dan diri mereka sendiri.
Dalam pengkaryaan, karya-karya Slank muncul sebagai karya yang dapat
memberikan ruang negosiasi ketika mereka menemukan ketidakkonsistenan
simbolik. Dengan artian bahwa melalui karya Slank inilah Slankers dapat
menemukan isi dari kekosongan simbolik. Karya seperti culik-menculik, Generasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Biroe dan Hey Bung adalah karya yang menggunakan ritme-ritmeup tempo yang
dapat menggerakkan tubuh dan memberi energi. Ritme-ritme yang diulang-ulang
dan dimainkan secara bersamaan (unisono) mengantarkan Slankers pada satu
momen untuk mengeluarkan energi dan emosi.
Sementara, mengenai Potlot, Gang Potlot merupakan tempat dimana
persatuan yang sering diwacanakan dalam berwarga Indonesia ditemukan di
tempat tersebut. Slankers merasakan persatuan dengan berbagai masyarakat yang
berbeda. Gang Potlot menggunakan penanda Indonesia untuk mengukuhkan
dirinya sebagai rumah bagi Slankers. Dalam lingkup karya Slank dianggap
sebagai sosok yang nasionalis dengan menghadirkan karya yang bertemakan
negara dan pemerintah.295 Karya Slank yang mengangkat tema mengenai alam
menjadi titik bertemunya wujud dan imajinasi mengenai Indonesia. Karya seperti
Tepi campuhan dan bocah memiliki kekuatan untuk membangun imaji Indonesia
yang ramah tamah muncul dalam benak Slankers. Dengan pandangan semacam
ini Slankers memaknai Slank sebagai Indonesia yang dibayangkan melalui karya-
karya.
Yang terkhir, mengenai slengean, cara Slankers bertindak atas dasar
slengean adalah mutiara yang menjadi nilai jual bagi diri mereka. Berangkat dari
keinginan untuk bebas bersikap tanpa ada penghalang dari lingkungan adalah satu
titik pijakan awal adanya Slankers. Kebebasan yang dibungkus dengan
295Wawancara dengan Mas Pras (Minoritas Slanker Jogja) pada tanggal 24 Agustus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
slengeanmenjadi satu ungkapan ketika Slankers melihat adanya ketidakberesan
dalam ruang simbolik (bermasyarakat).
Bagian ketiga, fantasi yang mendasari Slankers tetap bertahan dalam satu
kelompok Slankers adalah kedamaian dan keharmonisan. Kedamaian dan
keharmonisan adalah topangan Slankers ketika mereka merasakan sakit dalam
dunia simbolik. Ketika Slankers harus berhadapan dengan relasi sosial antara
dirinya dan sistem yang berada di masyarakat, Slankers menggunakan fantasi ini
untuk tetap berada dalam ruang simbolik. Fantasi ini penting digunakan untuk
tetap merasakan penuh ketika berhadapan dengan kekosongan. Kekosongan dalam
hal ini jika dirujuk pada bagian sebelumnya adalah masalah ketidakadilan dan
ketimpangan di masyarakat, baik dalam konteks politik ataupun sosial.
Fantasi ini pulalah yang membantu Slankers tetap bisa menerima identitas
mereka sebagai Slankers yang pada kenyataannya menyakitkan. Menyakitkan
disini muncul ketika adanya pengucilan dari masyarakat dan mengetahui bahwa
Slank adalah simbolik. Pengucilan yang ada di masyarakat ini berhubungan pada
gaya slengean yang Slankers munculkan di masyarakat. Pada awalnya slengean
menjadi hal yang menggiurkan, corak dari salah satu kelompok besar (Slankers)
dan cara membedakan diri ternyata kosong. Kedekatan Slank dan elit politik saat
ini turut membantu untuk membentuk rasa dominan dari Slankers yang merasa
dirinya kecil dan pro rakyat kecil. Dengan anggapan bahwa elit politik yang saat
ini dekat dengan Slank dan Slankers adalah salah satu aktor yang dapat
membangun fantasi mengenai kedamaian dan keharmonisan yang difantasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Jalinan yang sudah dipaparkan mengenai fantasi kedamaian dan
keharmonisan ini juga dipengaruhi oleh karya Slank yang menghadirkan fantasi
tersebut. Salah satu idiom yang digunakan oleh Slank seperti penggunaan tangga
nada dan alat musik tiup kayu atau alat musik tradisional menjadi salah satu
alasan karakter bangunan fantasi kedamaian ini muncul. Secara bentuk, karya
Slank populer dan biasa didengarkan, tetapi khusus dalam konteks ini, Slankers
menangkap adanya kedamaian dalam karya Bocah dan Tepi Campuhan. Dalam
bagian ini, Slankers representasikan keindahan keharmonisan dan kedamian
dalam bentuk suara yang sudah disebutkan di atas. Karakter yang nampak antara
bangunan karya yang mengarah pada pergolakan dan kedamaian ini jauh berbeda
bentuknya (tempo, ritme dan cara menyanyikan). Konteks karya yang mengarah
pada kedamaian lebih lambat, ritme tidak terlalu padat dan cara menyanyikan
tidak menggunakan teriakan. Sehingga dalam konteks ini bangunan mengenai
fantasi kedamaian dan keharmonisan juga dipengaruhi oleh pengalaman
musikalitas yang dapat menyatukan masyarakat dan membentuk fantasi tertentu.
5.2 Rekomendasi
Penelitian ini berfokus pada fantasi di dalam kelompok Slankers. Bagian
musikalitas pada penelitian ini tidak secara rinci dibahas. Oleh karena itu,
direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya yang memiliki kesamaan topik
dengan penelitian ini untuk melakukan penelitian pada bagian musikalitas dengan
lebih rinci. Rekomendasi lainnya yaitu kajian budaya dan musikalitas bisa
dihubungkan melalui karya-karya yang dijadikan pijakan oleh Slankers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2006.
Anggraini, Adisty D. “Pembentukan Identitas Slankers Melalui Pemaknaan
Terhadap Simbol-simbol Budaya Musik Slank.” Skripsi. Bogor: Program
Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, 2008.
Ariefa’ie, Sendy R. “Komunikasi Sosial Budaya Komunitas Slankers Club Solo
dengan Masyarakat.” Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Indonesia Sebelas Maret, 2015.
Ashari, Rovi. “Slank Adalah Aku (Studi Eksploratoris tentang Pengidolaan yang
Mempengaruhi Gaya Hiduppada Penggemar Slank Pekalongan Slankers
Club (PSC) Pekalongan).” Skripsi.Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.
Benamou, Marc. Rasa Affect and Intuition in Javanese Musical Aesthetics, New
York: Oxford University Press, 2010.
Bracher, Mark. Jacques Lacan, Diskursus dan Perubahan Sosial: pengantar
Kritik-Budaya psikoanalisis, Trj Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Jala
Sutra. 2009.
Budiman, Hikmat. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius 2002.
Camus. Albert, Trotsky. Leon, Philip. William, Spender. Stephen, Rose. Barbara,
dan Chaiaromonte. Nicola. Seni, Politik, Pemberontakan. Yogyakarta:
Yayasan Bentang Budaya. 1998.
Chaniago, Rizky H dan Basri, Fuziah K H. Budaya Popular dan Komunikasi:
Impak Kumpulan Slank Terhadap Slankers di Indonesia, Jurnal
Komunikasi, Malaysian Journal of Communication, 2011, Universiti
Kebangsaan Malaysia, Jillid 27(1): 91-100.
Chiesa, Lorenzo. Subjectivity and Otherness, A Philosophical Reading of Lacan.
London: The Mit Press. 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Consalvo, Mia dan Ess, Charless (edt), The Handbook of Internet Studies, United
Kingdom,Wiley-Blackwell, 2011.
Encarnacao, John. Punk Aesthetics and new Folk way down the old Plank Road
Burlington: Asgate Publishing Limitted. 2013.
Evans, Dylan. An Introductiory Dictionary of Lacanian Psychoanalysis.
Routledge: London dan New York, 1996.
Febrian, Yogi. "Representasi Ekologi Politik Dalam Lirik lagu “Anti Nuklir”
Karya Band Slank (Studi Analisis wacana kritis Van Dijk tentang
Representasi Ekologi politik Dalam Lirik Lagu “Anti Nuklir” Karya Band
Slank)." Skripsi. Bandung: Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi
humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia, 2014.
Firmansyah, Fahmi. “Dari Cikini Stone Complex hingga Slank: Sebuah Catatan
Perjalanan Slank (1983-1996).” Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia, 2011.
Hasan, Zaini. “Manajemen Grup Musik “Slank” Dalam Industri Musik di
Jakarta.” Skripsi. Semarang: Jurusan pendidikan Sendratasik Fakultas
bahasa dan Seni Universitas negeri Semarang. 2010.
Homer, Sean. Jacques Lacan. London dan New York: Routledge. 2005.
Iffet dan Darmawan S. Rock ‘n Roll Mom. Jakarta: Hikmah. 2010.
Jagodzinski, Jan. Youth Fantasies: The Perverse landscape of the Media. New
York dan England: Palgrave Macmillan. 2004.
Karim, Ijar. Metamorfosis Sang Gitaris, Tempo, 21 Desember 2014.
Kesel, Marc De. Eros and Ethics Reading Jacques Lacan’s Seminar VII. New
York: Suny Press. 2009.
Nusselder, Andre. Interface fantasy A Lacanian Cyborg Ontology. Amsterdam:
F&N Eigen Beheer. 2006.
Reagan, M. Ronald dan Rosilawati, Yeni. Strategi Positioning Slank dalam
Menanamkan Citra sebagai Salah Satu Grup Band di Indonesia, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2009: 1-118.Yogyakarta:
Universitas Atma jaya Yogyakarta, 2009.
Roy, William G. dan Dowd, Timothy J. “What is Sociological About Music?”
Annual Review of Sociology, Vol. 36: 183-203 (Volume publication date 11
August 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Shiraishi, Saya. Sasaki. Pahlwan-pahlawan Belia Keluarga Indonesia dalam
Politik. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2001.
Shuker, Roy. Understanding Popular Music. London dan New York: Routledge.
2001.
Stavrakakis, Yannis. Lacan and the Political. New York dan London: Routlesge.
1999.
Stone, Alison. The Value of Popular Music An Approach from Post-Kantian
Aesthetics. UK: Palgrave Macmillan, Lancaster. 2016.
Till, Rupert. Pop Cult: Religion and Popular Music. London & New York:
Continuum International Publishing Group. 2010.
Wahyudi, Hery. “Slank dan Slankers di Kota Makasar (Sebuah Kajian etnografi).”
Skripsi. Makasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasannudin,
2011.
Wallach, Jeremy. Fluid Genres Popular Musik In Indonesia 1997-2001. America:
The university of Wiscnsin Press. 2008.
Willis, Susan. Hardcore: Subculture American Style, Critical Inquiry, Vol. 19,
No. 2 (Winter, 1993), pp. 365-383. Chicago: University of Chicago Press.
Zakaria, Anang. Plur, Mantra Pemersatu Slankers, Senin, 02 Desember 2013,
Zizek, Slavoj. The Sublime Object of Ideology. London dan New York: Verso.
1989.
SUMBER MEDIA
Aat. Wawancara pribadi. 29 Maret 2016.
Andi. Wawancara pribadi. 12 Agustus 2016.
Gatra, No.11 tahun XII, 28 Januari 2006.
Jiban. Wawancara pribadi. 27 Juni 2016.
Manurung, Martin. Jurnal Sosial Demokrasi, Perkumpulan Sosdem Indonesia,
Jakarta, Vol. 11 > 4 >, April - Juli 2011. Jakarta: Perkumpulan Sosdem
Indonesia.
Pras. Wawancara pribadi. 24 Agustus 2016.
Ravi. Wawancara pribadi. 24 Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Slank. “Bocah.” Suit he-he-he (Gadis Seksi), 1990.
Slank. “Tepi Campuan.” PISS, 1993.
Slank. “Solidaritas.” Slankkissme, 2005.
Slank. “Ku Tak Bisa.” PLUR, 2004.
Slank. “Rumah ku.” Slankkissme, 2005.
Slank. “Missing Person (trend orang hilang).” Mata Hati Reformsi, 1998.
Tempo. “Pentas.” 24 Oktober 2010.
Udin. Wawancara pribadi. 5 September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Pedoman Wawancara
1. DASAR UTAMA MENJADI SLANKERS
a) Ketertarikan:
i) Slank
ii) Slankers
b) Pengetahuan
i) Slank
ii) Slankers
iii) BP
iv) KTA
c) Latar belakang muncul Slankers
i) Perlawanan pemerintah
ii) Kritis
iii) Memahami masyarakat
iv) Politik
2. PEMAKNAAN KARYA
a) Memahami Karya
i) Lagu
ii) Potlot
iii) Slengean
iv) Sosok Slank
3. FANTASI
a) Refleksi dari karya Slank
b) Pengalaman menjadi Slankers
i) Imitasi
ii) Pandangan umum
iii) Menikmati menjadi Slankers
iv) Tindakan/kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI