dhf.docx

17
ASUHAN KEPERAWATAN Jumat, 07 Juni 2013 ASKEP DHF (DEMAM BERDARAH) BAB I PEMBAHASAN A. DEFINISI. Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

Upload: iqbalakbar

Post on 03-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DHF.docx

ASUHAN KEPERAWATANJumat, 07 Juni 2013

ASKEP DHF (DEMAM BERDARAH)

BAB I

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI.

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan

adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus

(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes

Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat

serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,

manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya

renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat

menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari

pertama (Soeparman; 1987; 16).

B.     ETIOLOGI.

1.      Virus Dengue.

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4

keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang

Page 2: DHF.docx

lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavovirus ini berdiameter 40

nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang

berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel

Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

2.      Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes

aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan

vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap

serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000;420).

C.     PATOFISIOLOGI.

Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi pertama kali

mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa

terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam, nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala,

dengan / tanpa rash dan limfa denopati.

Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus dengue

pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan menyebabkan

suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi

(komplek virus anti bodi) yang tinggi.

Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :

1.      Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatoksin C 3a dan C 5a,

dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat yang

menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (plasma – Leakage), dan

menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara adekuat

akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir kematian.

2.      Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami

metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia

hebat dan perdarahan.

3.      Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intra

vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen akan berubah menjadi

plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin

Degradation Product (FDP).

D.    TANDA DAN GEJALA

1.      Demam.

Page 3: DHF.docx

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju

suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik

yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri

kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2.      Perdarahan.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada

kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi

vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna

bagian atas hingga menyebabkan haematemesis (Nelson, 1993 ; 296).

Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang

hebat (Ngastiyah, 1995 ; 349).

3.      Hepatomegali.

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang

kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal

harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.

4.      Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan

tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari

kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya

menunjukan prognosis yang buruk.

E.     KLASIFIKASI.

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,

yaitu :

1.      Derajat I.

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif.

2.      Derajat II.

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,

ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

3.      Derajat III.

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt),

tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 → 120/100 → 120/110 →

90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).

4.      Derajat IV.

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt), anggota gerak teraba

dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

Page 4: DHF.docx

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG.

1.      HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.

Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.

Nilai normal    :           - HB                =          L : 12,0 – 16,8 g/dl.

                                                                              P : 11,0 – 15,5 g/dl.

-    PCV /Hm     =          L : 35 – 48 %.

                                                                              P : 34 – 45 %.

2.      Trombosit menurun  100.000 / mm3.

Nilai normal    :           L          : 150.000 – 400.000/mm3.

P          : 150.000 – 430.000/mm3.

3.      Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.

Nilai normal    :           L/P      : 4.600 – 11.400/mm3.

4.      Waktu perdarahan memanjang.

Nilai normal    :           1 – 5 menit.

5.      Waktu protombin memanjang.

Nilai normal    :           10 – 14 detik.

G.    PENATALAKSANAAN.

                           Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1.      Tirah baring atau istirahat baring.

2.      Diet makan lunak.

3.      Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita

sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

4.      Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling

sering digunakan.

5.      Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien

memburuk, observasi ketat tiap jam.

6.      Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan

asetaminopen.

7.      Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

8.      Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

9.      Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil

pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

10.  Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di

perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak

tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20  30 ml/kg

BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12  48 jam setelah

Page 5: DHF.docx

renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup

besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg

BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.

Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara

klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa

renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi

sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

a.       Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya

dehidrasi.

b.      Hematokrit yang cenderung mengikat.

H.    PENCEGAHAN.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yang tepat, yaitu :

1.      Lingkungan.

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat

pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.

2.      Biologis.

Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).

3.      Kimiawi.

Pengendalian kimiawi antara lain :

a.       Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu

tertentu.

b.      Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga,

kolam, dan lain-lain.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN.

1.      Identitas Klien.

Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak dengan usia

kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada saat  musim

hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.

Page 6: DHF.docx

2.      Keluhan Utama.

Panas atau demam.

3.      Riwayat Kesehatan.

a.       Riwayat penyakit sekarang.

Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos

mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah.

Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot,

serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit

b.      Riwayat penyakit yang pernah diderita.

Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.

c.       Riwayat imunisasi.

Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat

dihindarkan.

d.      Riwayat gizi.

Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun buruk

dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering

mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan

tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan

berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

e.       Kondisi lingkungan.

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih ( seperti air

yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).

4.      Acitvity Daily Life (ADL)

1)      Nutrisi                            : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.

2)      Aktivitas                        : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,

ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-hari.

3)      Istirahat, tidur                :  Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.

4)      Eliminasi                        :  Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.

5)      Personal hygiene            :  Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan diri.

5.      Pemeriksaan fisik, terdiri dari :

Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien (inspeksi

adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah

ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah

jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan

menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).

Page 7: DHF.docx

Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:

a.       Keadaan umum :

Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :

1)      Grade I            : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vital dan nadi

lemah.

2)      Grade II          : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan

petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

3)      Grade III         : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak

teratur serta tensi menurun.

4)      Grade IV         : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,

pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.

b.      Kepala dan leher.

1)      Wajah     : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotobia,

pergerakan bola mata nyeri.

2)      Mulut      : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang) sianosis.

3)      Hidung   : Epitaksis

4)      Tenggorokan                  : Hiperemia

5)      Leher      : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal posterior.

c.       Dada (Thorax).

Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.

Pada Stadium IV :

Palpasi             : Vocal – fremitus kurang bergetar.

Perkusi            : Suara paru pekak.

Auskultasi       : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.

d.      Abdomen (Perut).

Palpasi       : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit dapat

menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).

e.       Anus dan genetalia.

Eliminasi alvi                        : Diare, konstipasi, melena.

Eliminasi uri                         : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.

f.       Ekstrimitas atas dan bawah.

Stadium I              : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.

Stadium II – III    : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.

Stadium IV           : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan

dan kaki.

6.      Pemeriksaan laboratorium.

Page 8: DHF.docx

Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :

a.         Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).

b.        Trambositopenia (≤100.000/ml).

c.         Leukopenia.

d.        Ig.D. dengue positif.

e.         Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan

hiponatremia.

f.         Urium dan Ph darah mungkin meningkat.

g.        Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.

h.        SGOT/SGPT mungkin meningkat.

B.     DIAGNOSA.

Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang dapat

timbul pada klien dengan DHF adalah :

1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

Ditandai oleh :

a.       Konvulsi.

b.      Kulit kemerahan.

c.       Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

d.      Kejang.

e.       Takikardi.

f.       Takipnea.

g.      Kulit terasa hangat.

2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

a.       Perubahan status mental.

b.      Penurunan tekanan darah.

c.       Penurunan tekanan nadi.

d.      Penurunan volume nadi.

e.       Penurunan turgor kulit.

f.       Penurunan turgor lidah.

g.      Pengeluaran haluaran urine.

h.      Penurunan pengisian vena.

i.        Membrane mukosa kering.

j.        Kulit kering.

k.      Peningkatan hematokrit.

l.        Peningkatan suhu tubuh.

m.    Peningkatan frekuensi nadi.

Page 9: DHF.docx

n.      Peningkatan konsentrasi urine.

o.      Penurunan berat badan tiba-tiba.

p.      Haus.

q.      Kelemahan

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan.

a.       Kram abdomen.

b.      Nyeri abdomen.

c.       Menghindari makanan.

d.      Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.

e.       Kerapuhan kapiler.

f.       Diare.

g.      Kehilangan rambut berlebihan.

h.      Bising usus hiperaktif.

i.        Kurang makanan.

j.        Kurang informasi.

k.      Kurang minat pada makanan.

l.        Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.

m.    Kesalahan konsepsi.

n.      Kesalahan informasi.

4.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.

a.       kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.

5.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.

a.       Perilaku hiperbola.

b.      Ketidakakuratan mengikuti perintah.

c.       Ketidakakuratan melakukan tes.

d.      Perilaku tidak tepat.

e.       Pengungkapan masalah.

C.     INTERVENSI.

Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan

yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :

1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

Tujuan Rencana Rasional  Mempertahankan suhu tubuh

normal.  KH :

a.       Ukur tanda-tanda vital (suhu).

b.      Berikan kompres hangat.

a.       Suhu 38,90C-41,10C menunjukkan proses penyakit infeksi akut.

Page 10: DHF.docx

       Suhu tubuh antara 36 – 370C.

       Membrane mukosa basah.       Nyeri otot hilang.

c.       Tingkatkan intake cairan. b.      Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi.

c.       Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

Tujuan Rencana Rasional  Kebutuhan cairan terpenuhi.  KH :

       Mata tidak cekung.       Membrane mukosa tetap

lembab.       Turgor kulit baik.

a.       Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam.

b.      Observasi dan cata intake dan output.

c.       Timbang berat badan.d.      Monitor pemberian cairan

melalui intravena setiap jam.

a.       Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia.

b.      Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya / perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi.

c.       Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal.

d.      Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan.

Tujuan Rencana Rasional  Kebutuhan nutrisi adekuat.  KH :

Berat badan stabil atau

meningkat.

a.       Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.

b.      Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap.

c.       Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.

a.       Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia.

b.      Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan.

c.       Mengawasi penurunan berat badan.

d.      Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral.

e.       Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.

Page 11: DHF.docx

d.      Pertahankan kebersihan mulut klien.

e.       Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.

4.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan Rencana Rasional  Perfusi jaringan perifer

adekuat.  KH :

       TTV stabil.

a.       Kaji dan catat tanda-tanda

vital.

b.      Nilai kemungkinan

terjadinya kematian

jaringan pada ekstremitas

seperti dingin, nyeri,

pembengkakan kaki.

a.       Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi.

b.      Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi.

5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

Tujuan Rencana Rasional

  Klien mengerti dan

memahami proses penyakit

dan pengobatan.

a.       Tentukan kemampuan dan

kemauan untuk belajar.

b.      Jelaskan rasional

pengobatan, dosis, efek

samping dan pentingnya

minum obat sesuai resep.

c.       Beri pendidikan kesehatan

mengenai penyakit DHF.

a.       Adanya keinginan untuk

belajar memudahkan

penerimaan informasi.

b.      Dapat meningkatkan

kerjasama dengan terapi

obat dan mencegah

penghentian pada obat dan

atau interkasi obat yang

merugikan.

c.       Dapat meningkatkan

pengetahuan pasien dan

dapat mengurangi

kecemasan.

D.    IMPLEMENTASI.

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).

Page 12: DHF.docx

1.      Tindakan Keperawatan Mandiri.

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri

dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat

saat klien demam.

2.      Tindakan Keperawatan Kolaboratif.

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota

perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk

mengatasi masalah klien.

E.     EVALUASI.

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat

berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah

perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa

keperawatan (Perry Potter, 2005).

Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada

pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

a.       Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.

b.      Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

c.       Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi

yang diberikan atau dibutuhkan.

d.      Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.

e.       Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.

f.       Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam

batas normal.

g.      Infeksi tidak terjadi.

h.      Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.

i.        Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses

penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

Page 13: DHF.docx

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.Diposkan oleh Faizal Surya Hakiki di 07.00 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: ASKEP DHF (DEMAM BERDARAH)

1 komentar:

1.

Royce Mononutu 29 Januari 2015 17.02

Trimakasih askepnya bagus dan benar

Balas

Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

▼  2013 (5)

o ▼  Juni (5)

ASKEP DHF (DEMAM BERDARAH)

ASKEP NYERI (GANGGUAN RASA NYAMAN)

ASKEP ISTIRAHAT TIDUR

ASKEP CEMAS (ANSIETAS)

ASKEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Mengenai Saya

Faizal Surya Hakiki Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.