dhf anak ade sucipta emal

36
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) OLEH ADE SUCIPTA EMAL 144 2014 0016 CI LAHAN CI INSTITUSI (SISILIA TANDIRAPAK, S.KEP) (A. INDRA MALLAPIANG, S.KEP, NS, M.KEP) PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Upload: adi-emal

Post on 22-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

LP DHF fddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

TRANSCRIPT

Page 1: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

LAPORAN PENDAHULUANDENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

OLEH

ADE SUCIPTA EMAL144 2014 0016

CI LAHAN CI INSTITUSI

(SISILIA TANDIRAPAK, S.KEP) (A. INDRA MALLAPIANG, S.KEP, NS, M.KEP)

PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR

2015

Page 2: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

DHF  adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam dan

manifestasi perdarahan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang

mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arif. 2001).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

Demam dengue dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) Adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus

dengue dengan penularan infeksi utama yaitu melalui gigitan  Aedes

aegypti dan Aedes albopictus (Suhendro et al, 2007).

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili

Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai

empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,

tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)

Demam Dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue

haemorhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limpadenopati, trombositopenia, dan

ditesis hemorajik (Nanda NIC NOC Jilid 1, 2013)

Jadi dapat disimpulkan deman dengue/DF/DHF (Dengue haemorhagic

fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan

penularan infeksi utama yaitu melalui gigitan  Aedes aegypti dan Aedes

albopictus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri

Page 3: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

sendi yang disertai leukopenia, ruam, limpadenopati, trombositopenia, dan

ditesis hemorajik.

B. ETIOLOGI

1. Virus dengue

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui

gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ). Virus

dengue ini termasuk dalam kelompok arbovirus golongan B tergolong

dalam family Flavividae berdiameter 40 nonometer dapat berkembang

biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang

berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster

Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

(Soedarto, 1990). Dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di

Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3

dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus

dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in

aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan

serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor

yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes

polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang

kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan

menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan

tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang

lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000). Nyamuk Aedes Aegypti

maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue

dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk

Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)

sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan

dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan

Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam

Page 4: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di

lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan

genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk

betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari

terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka

ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,

sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama

tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever

(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi

virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua

kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat

infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat

imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto,

1990).

C. PATOFISIOLOGI

Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes (

Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ) masuk ke dalam tubuh ke dalam

peredaran darah. Kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan

terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi

sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan

C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan

merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel

dinding itu.

Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan

fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,

terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Page 5: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma,

terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis homoragik. Renjatan

terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma

klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia

jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Page 6: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

PATHWAYS (NANDA NIC NOC, 2013)

Arbovirus ( mll nyamuk aydes aegypty)

Hipertermi

PEG2, Hipothalamus

Beredar dlm aliran darah Infeksi Virus dengue

Membentuk & melepasakan zat C3a , C5a

Mengaktifkan sistem komplemen

Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H2O

Permeabilitas membrane meningkat

Agregasi trombosit Risiko syok hipovolemikKerusakan endotel pembuluh darah

Trombositopeni

Merangsang dan aktifkan factor pembekuan

Rejatan hipovolemik dan hipotensi

DIC

Risiko perdarahan Perdarahan

Risiko perfusi jaringan tidak efektif

Hipoksia jaringanAsidosis Metabolik

Risiko syok hipovolemikKekurangan vol. cairan Ke ekstravaskuler

AbdomenHepar Paru – paru

Efusi pleura

Ketidakefektifan pola nafas

Hepatomegali Ascites

Mual, muntah

Tekanan intraabdomen

Nyeri akut

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

keb.tubuh

Page 7: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

D. FASE PENYAKIT DHF

Fase 1 : hari ke-1 sampai ke-3

Pada fase ini terjadi demam akut yang semakin meninggi disertai gejala lain

berupa sakit kepala, badan ngilu, persendian nyeri, mual muntah, radang

tenggorok.

Fase 2 : hari ke-4 sampai ke-5

Demam mulai turun, yang sering salah dipersepsikan bahwa penyakit sudah

sembuh. Pada fase ini dapat timbul bintik merah di kulit yang jika ditekan

tidak hilang. Jika parah, dapat timbul perdarahan dari hidung atau mulut atau

gangguan kesadaran. Pada kasus yang fatal, pasien mengalami kegagalan

sirkulasi.

Fase 3 : hari ke-6 dan seterusnya

Jika penderita dapat melewati fase 2, kondisi pasien akan membaik ditandai

dengan nafsu makan pulih, kencing normal, gejala sakit kepala, badan tidak

nyaman serta mual muntah menghilang.

Sumber : http://www.reimie.com/2013/01/fase-fase-demam-berdarah.html

diakses tanggal 18 Februari 2015 Pukul 16.00 WITA

E. KLASIFIKASI PENYAKIT DHF

Menurut WHO tahun 1986,  Demam berdarah dengue dikelompokkan

menjadi 4 tingkatan sebagai  berikut :

1. Derajat I :  demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestsi

perdarahan pada uji turniquet positif.

2. Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit dan

perdarahan lain.

3. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya  nadi

cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau

hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah.

4. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah

yang tidak dapat diukur.

Page 8: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

Menurut Hendarwanto (2004 ) klasifikasi penyakit DHF adalah :

1.   Derajat I ( ringan )      :  Demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet

positif, kepala pusing, badan mulai pegal –

pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38° – 39° C.

2.   Derajat II ( sedang )    :  Perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung

jari dan hidung teraba dingin, gelisah, muntah,

gangguan aliran darah perifer, ganguan rasa

aman dan nyaman.

3.   Derajat III ( berat )     :  Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan

adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi

menurun ( kurang dari 20 mmHg )

atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan

lembab, gelisah.

4.   Derajat IV ( syok )      :  Anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan

darah yang tidak dapat diukur.

F. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai

dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah

dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan

derajat Demam berdarah dengue.

a. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise

muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.

b. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,

lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan

nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai,

ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada

tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular

mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer.

Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin

membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri.

Page 9: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang

nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.

Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus

berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :

a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa

sebab jelas).

b. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari

adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,

ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis,

epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.

c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).

d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang

menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun

(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan

kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

Sumber : http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-

kasus-dhf-dbd.html. diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.20 WITA

G. KOMPLIKASI

1. Sindrom Syok Dengue (SSD)

Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan

sirkulasi dengan manifestasi : 

a. Nadi yang cepat dan lemah

b. Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)

c. Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)

d. Kulit dingin dan lembab

e. Gelisah

2. Ensefalopati Dengue 

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD

yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,

Page 10: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya

ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka

kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –

otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang

menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar

darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan

dengan kegagalan hati akut.

3. Oedema paru 

Oedema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai

akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit

ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan

menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.

Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler,

apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat

penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),

pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak

mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.

 Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin

beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock

syndrome.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.   Darah

Terjadi trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) dan hemokonsentrasi

(hematocrit meningkat 20% atau lebih). Uji tourniquet yang positif. Pada

pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta

hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat,

sedangkan reserve alkali merendah.

2.   Air Seni

Mungkin ditemukan albuminaria ringan.

3.   Sumsum Tulang

Page 11: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan

gangguan maturasi.

4.   Serologi

a. Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody

antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen (PK),

uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.

b. Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody

antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue.

5.   Isolasi virus

Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup

melalui biopsi, dari pasien yang meninggal melalui otopsi

( Hendarwanto2004 ).

6. Rontgen Thorak

Efusi pleura

I. PENATALAKSANAAN

1.     Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :

a.   Tirah baring

b.   Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk

minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau

sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.

c.   Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat

diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau

diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan.

d.    Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi

sekunder.

2.    Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :

a. Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah

renjatan diatasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan

tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya

tiap 24 jam.

Page 12: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

Pada pasien DSS (Dengue Syok Syndrome ) diberi cairan intravena

yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang

dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak

tampak pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau

dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat beban dan

dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada

pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse

darah. ( Mansjoer, 2001 )

Page 13: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Pentingnya mengetahui identitas pasien karena DHF merupakan penyakit

daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa

( Effendy, 1995).

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF adalah pasien mengeluh

panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan

menurun.

b. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu

makan menurun.

c. Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit terdahulu untuk mengethaui penyakit

yang diderita secara specific.

d. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat

menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan

melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti

kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti

airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

3. Pengkajian Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Pernafasan

Frekuensi pernafasan meningkat

b. Nutrisi

Gn Pasien dengan DBD mengalami anoreksia, mual dan muntah

c. Eliminasi

Page 14: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

BAK :Pada grade IV sering terjadi hemafuria

BAB : Pada grade III-IV sering terjadi melena.

d. Gerak dan aktivitas

Pergerakan yang berhubungan dengan sikap aktifitas pasien

terganggu. Nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,

menurunnya aktifitas bermain.

e. Istirahat dan Tidur

Pada tidur pasien mengalami perubahan karena hipertermia dan

pengaruh lingkungan rumah sakit. Dapat terganggu karena panas,

sakit kepala dan nyeri.

f. Kebersihan diri

Pemenuhan kebersihan dan kesehatan tubuh pasien dibantu.

g. Pengaturan Suhu Tubuh

Biasanya pasien mengalami hipertermi.

h. Rasa aman

Gejala sakit kepala mungkin akan memperburuk keadaan pasien

tampak terus terjaga, menangis/mengeluh.

i. Rasa Nyaman

Rasa nyeri yang timbul akibat penekanan intra abdomen pada

pasien hepatomegali

j. Sosialisasi dan komunikasi

k. Bekerja

l. Ibadah

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran :

Grade I : Compos mentis

Grade II : Compos mentis

Grade III : Apatis

Grade IV : Koma.

c. Tanda – tanda Vital :

TD : Menurun, Hipotensi

Page 15: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

R : Meningkat

N : Nadi cepat dan lemah.

S : Meningkat (39,4 – 41,1 0C)

d. Pemeriksaan fisik (head to toe)

Wajah : Ekspresi wajah meringis

Kulit : Adanya peteki (bintik merah), turgor kulit

menurun, hematoma, ekimosit

Kepala : Terasa nyeri

Mata : Anemis

Hidung : Kadang mengalami perdarahan

Mulut : Mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan

nyeri tekan, lidah kotor

Dada : Bentuk simetis dan kadang-kadang sesak, ronchi,

nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering

berat.

Abdomen : Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Anus & genetalia : Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.

Ekstremitas : Akral dingin, sering terjadi nyeri otot, sendi, dan

tulang, sianosis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah

2. Nyeri akut

3. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue

4. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler

5. Risiko syok (hipovolemik) b.d perdarahan yang berlebihan , pindahnya

cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun

7. Risiko perdarahan b.d penurunan factor – factor pembekuan darah

(trombositopeni)

Page 16: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

8. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme

otot – otot pernafasan ,nyeri, hipoventilasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Nyeri akut NOC :

Pain level

Pain control

Comfort level

Kriteria hasil :

Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan

teknik nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri.

Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

NIC :

Pain Management:

- Lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas, dan faktor

presipitasi.

- Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

- Teknik komunikasi

terapeutik untuk

mengetahui pengalaman

nyeri pasien.

- Kaji kultur yang

mempengaruhi respon

nyeri

- Kontrol faktor

lingkungan yang

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan,

kebisingan.

- Kurangi faktor

Page 17: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

presipitasi nyeri.

- Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologis/non

farmakologis).

- Ajarkan teknik non

farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk

mengetasi nyeri.

- Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri.

- Evaluasi tindakan

pengurang nyeri/kontrol

nyeri.

- Kolaborasi dengan

dokter bila ada

komplain tentang

pemberian analgetik

tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.

- Cek program pemberian

analogetik; jenis, dosis,

dan frekuensi.

- Cek riwayat alergi.

- Tentukan analgetik

pilihan, rute pemberian

dan dosis optimal.

- Monitor TV

- Berikan analgetik tepat

waktu terutama saat

Page 18: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

nyeri muncul.

- Evaluasi efektifitas

analgetik, tanda dan

gejala efek samping.

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasi dengan

dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak

berhasil

- Monitor peberimaan

pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic

Administration :

- Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas

dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat

- Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis

dan frekuensi

- Cek alergi

- Pilih analgesic yang

diperlukan atau

kombinasi dari

analgesic ketika

pemberian lebih dari

Satu

- Tentukan pemilihan

analgesic tergantung

Page 19: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

tipe dan beratnya nyeri

- Berikan analgesic tepat

waktu terutam saat

nyeri hebat.

- Evaluasi efektivitas

analgesic, tanda dan

gejala

Kekurangan Volume

Cairan

NOC:

Fluid balance

Hydration

Nutritional status: Food

and Fluid intake

Kriteria hasil:

Mempertahankan urine

output sesuai dengan

usia, BB, BJ urine

normal, HT normal

Tekanan darah, Nadi,

suhu tubuh dalam batas

normal

Tidak ada tanda

dehidrasi, elastisitas

turgor kulit baik,

membrane mukosa

lembab, tidak ada rasa

haus berlebih

NIC:

Fluid management

- Timbang pembalut

jika diperlukan

- Pertahankan catatan

intake dan output

yang akurat

- Monitor status

hidrasi

( kelembaban

membrane mukosa,

nadi adekuat,

tekanan darah

ortostatik), jika

diperlukan

- Monitor vital sign

- Monitor masukan

makanan/ cairan dan

hitung intake kalori

harian

- Kolaborasi

pemberian cairan IV

- Monitor status

Page 20: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

nutrisi

- Dorong masukan

oral

- Dorong keluarga

untuk membantu

pasien makan

- Tawarkan makanan

ringan

- Kolaborasi dengan

dokter

- Atur kemingkinan

transfuse

- Persiapan untuk

transfuse

Hypopolemia Management:

- Monitor status

cairan termasuk

intake dan output

cairan

- Monitor tingkat Hb

dan Ht

- Monitor tanda vital

sign

- Monitor respon

pasien terhadap

penambahan cairan

- Monitor berat badan

- Dorong pasien

untuk menambah

intake oral

- Pemberian cairan IV

Page 21: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

monitor adanya

tanda dan gejala

kelebihan volume

cairan

Monitor adanya tanda gagal

ginjal

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

NOC

Tissue perfusion : peripheal

Kriteria hasil :

- Menunjukkan

keseimbangan cairan

- Menunjukkkan integritas

jaringan: kulit dan

membran mukosa jaringan

- Menunjukkan perfusi

jaringan: perifer

NIC

Peripheral Sensation Management (manajemen Sensasi Perifer)

- Monitor adanya daerah

tertentu yang hanya

peka terhadap

panas/dingin/tajam/tum

pul

- Monitor adanya

paretese

- Instruksikan keluarga

buntuk mengobservasi

kulit jika ada isi atau

laserasi

- Gunakan sarung tangan

untuk proteksi

- Batasi gerakan pada

kepala, leher dan

punggung

- Monitor kemampuan

BAB

- Kolaborasi pemberian

analgetik

- Monitor adanya

Page 22: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

tromboplebitis

- Diskusi mengenai

penyebab perubahan

sensasi

Hipertermia NOC:

Thermoregulation

Kriteria Hasil

Suhu tubuh dalam rentang

normal

Nadi dan RR dalam

rentang normal

Tidak ada perubahan warna

kulit dan tidak ada pusing

NIC:

Fever treatment:

- Monitor suhu sesering

mungkin

- Monitor IWL

- Monitor waarna dan

suhu kulit

- Monitor tekanan darah,

nadi dan RR

- Monitor penurunan

tingkat kesadaran

- Monitor WBC, Hb, dan

Hct

- Monitor intake dan

output

- Berikan antipiretik

- Berikan pengobatan

untuk mengatasi

penyebab demam

- Selimuti pasien

- Lakukan tapid sponge

Page 23: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

- Kolaborasi pemberian

intravena

- Kompres pasien pada

lipat paha dan aksila

- Tingkatkan sirkulasi

udara

- Berikan pengobatan

untuk mencegah

terjadinya menggigil

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: Dhf Anak Ade Sucipta Emal

Anonym. 2013. Asuhan Keperawatan pada Kasus DHF.

http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-kasus-dhf-dbd.html.

diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.20 WITA

Anonym. 2013. Fase-fase Demam Berdarah. http://www.reimie.com/2013/01/fase-fase-

demam-berdarah.html diakses tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.00 WITA

Antoe. 2007. Delta Medika Seputar Layanan Kesehatan Indonesia. Diakses pada tanggal9

Juni 2014 Pukul 16.27 WITA

Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyaraka Edisi 2. EGC:

Jakarta

Hendarwanto.2004. Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi ketiga. FKUI ; Jakarta.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2001. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas

Kedokteran UI. Jakarta : Media Aescullapius.

NANDA NIC-NOC. 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.

Yogyakarta : Mediaction Publisher

Suhendro, Nainggolan L, Chen K, danPohan HT. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Cetakan ke-2.Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sulianti, Saroso. 2007. Filariasis. http://www.infeksi.com. Diakses tanggal 9 Juni 2014

Pukul 16.28 WITA.

Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto.

Jakarta.

WHO.1986. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www. depkes. go. Id /773-

http://www.sehatgroup.web.id. kasus-demam-berdarah-dengue-diindonesia.html.

diakses pada tanggal 09 Juni 2014 pukul 16.10 WITA.

Page 25: Dhf Anak Ade Sucipta Emal