konsep dhf

28
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE HEMORRAGIC FEVER (DHF) I. DEFINISI DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes (Soedarto, 1990 ; 36). Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). 1

Upload: ina-karania-widhi

Post on 19-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN DENGUE HEMORRAGIC FEVER (DHF)

I. DEFINISIDHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341).Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes (Soedarto, 1990 ; 36).Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit infeksi yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue tipe I-IV dengan gejala demam akut disertai manifestasi perdrahan dan bertendensi menimbulkan syok, nyeri otot dan sendi.

II. INSIDENIndonesia dalam peta wabah DHF ada di posisi yang memprihatinkan dalam jumlah angka kesakitan (morbidity rate) dan kematian (mortality rate), DHF di Asis Tenggara, selama kurun waktu 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah Thailand (WHO,2004). Di Indonesia tercatat angka penderita DHF terendah 10.362 di tahun 1989 dengan angka kematian terendah 42 orang pada tahun 1999. Pada tahun 2005, jumlah kasus DHF di seluruh Indonesia sampai dengan Februari 2005 sebanyak 5.064 kasus dengan 113 kematian (Depkes, 2005).

III. ETIOLOGI Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel Aedes albopictus (Soedarto, 1990; 36) VektorNyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah maupun yang terdapat di luar rumah, di lubang-lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari (Soedarto, 1990 ; 37).

IV. KLASIFIKASIWHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :1) Derajat IDemam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.2) Derajat IISama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.3) Derajat IIIDitandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit ( 120 mmhg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0)4) Derajat IVNadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

V. FAKTOR RISIKOSampai saat ini mekanisme respon imun pada infeksi oleh virus dengue masih belum jelas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DHF, antara lain faktor host, lingkungan (environment), dan faktor virusnya sendiri (agent). Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), dan kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, social ekonomi penduduk). Jenis yamuk sebagai vector penular penyakit juga ikut berpengaruh. Factor agent yaitu sifat virus dengue yanghingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotype yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4.

VI. MANIFESTASI KLINISa. DemamDemam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya (Soedarto, 1990 ; 39).b. PerdarahanPerdarahan biasanya terjadi pada hari ke-2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis (Nelson, 1993; 296). Perdarahan gastrointestinal biasanya didahului dengan nyeri perut yang hebat. c. HepatomegaliPada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.d. Renjatan (Syok)Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (Soedarto ; 39)e. Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang (Soedarto, 1995 ; 39).

VII. PATOFISIOLOGI (terlampir)

VIII. KOMPLIKASI1. Ensefalopati Dengue Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DHF yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DHF bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID).2. Gagal Ginjal Akut Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.3. Edema Paru Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat berlebihan pemberian cairan. Pemberian cairan pada hari ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan edema paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Akan tetapi apabila pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstra, apabila cairan masih diberikan (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit) pasien akan mengalami distres pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan tampak adanya gambaran edema paru pada foto dada.4. Komplikasi iatrogenikKomplikasi ini terjadi akibat infeksi pada tubuh pasien yang diakibatkan karena keteledoran tenaga kesehatan dalam teknik steril, sehingga menimbulkan infeksi. Perawatan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah komplikasi iatrogenik dalm pengobatan DHF. Komplikasi ini termasuk sepsis, pneumonia, infeksi luka dan dehidrasi berlebihan. Penggunaan jalur intravena terkontaminasi dapat menyebabkan sepsis gram negatif yang disertai dengan demam, syok, dan perdarahan berat. 5. Perdarahan LuasPecahnya pembuluh darah kapiler di kulit, terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat dan luas, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.6. Syok dan penurunan kesadaranDimulai dengan penurunan suhu tubuh secara tiba-tiba, akral dingin, nadi lemah, tekanan darah sangat rendah, dan kebiruan pada bibir akan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran kemudian akan menjadi syok atau renjatan.

7. Efusi PleuraPenumpukan cairan di daerah paru-paru dapat mengakibatkan terkumpulnya cairan di rongga pleura sehingga dapat menimbulkan efusi pleura.

IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKDiagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis:1. Demam tinggi mendadak tanpa diketahui penyebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. 2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:a. Uji tourniquet positifb.Ptekie, ekimosis, purpurac.Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusid. Hematemesis dan atau melena3. Pembesaran hati 4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.Kriteria Laboratoris adalah:1. Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) 2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit 20% atau lebihDua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DHF. Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DHF.

Diagnosis LaboratorisDiagnosis defenitif infeksi virus dengue hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen virus atau RNA dalam serum atau jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum pasien.

Diagnosis SerologisDikenal 5 jenis uji serologis yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu: 1. Uji hemaglutinasi inhibisiUji hemaglutinasi inhibisi adalah uji serologis yang dianjurkan dan paling sering dipakai dan dipergunakan sebagai gold standard pada pemeriksaan serologis. 2. Uji komplemenUji komplemen fiksasi jarang dipergunakan sebagai uji diagnostik secara rutin, oleh karena selain cara pemeriksaan agak rumit prosedurnya juga memerlukan tenaga pemeriksa yang berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi komplemen fiksasi hanya bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).3. Uji neutralisasiUji neutralisasi adalah uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Saat antibodi neutralisasi dapat dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan HI antibodi tetapi lebih cepat dari antibodi komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun). Uji ini juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak dipakai secara rutin.4. IgM ElisaUji ini pada tahun terakhir merupakan uji serologi yang banyak dipakai. Uji ini mempunyai sensitifitas sedikit di bawah uji HI, dengan kelebihan yaitu hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifisitas yang sama dengan uji HI.5. IgG ElisaUji IgG Elisa sebanding dengan uji HI, hanya sedikit lebih spesifik.

X. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan DHF sebaiknya berdasarkan pada berat ringannya penyakit yang ditemukan, antar lain:1. Kasus DHF yang diperkenankan berobat jalanPenderita diperkenankan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan obat panas paracetamol 10-15 mg/kgBB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata di atas 38,50C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus DHF yang berobat jalan ini adalah kasus DHF yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya. Apabila penderita DHF ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvulsi sebaiknya dianjurkan untuk dirawat inap. 2. Kasus DBD derajat I & II Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita disarankan diinfus cairan kristaloid dengan tetesan berdasarkan tatanan 7, 5, 3. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga normal, merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan ssebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam.Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin, nyeri perut dan produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dan hematokrit yang tinggi harus dirawat di rumah sakit untuk segera memperoleh cairan pengganti.Volume dan macam cairan pengganti penderita DBD sama dengan seperti yang digunakan pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-10% kekurangan cairan) tetapi tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan kembali dalam waktu 203 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma terjadi. Pemeriksaan hematokrit ecara seri ditentukan setiap 4-6 jam dan mencatat data vital dianjurkan setiap saat untuk menentukan atau mengatur agar memperoleh jumlah cairan pengganti yang cuykup dan cegah pemberian transfusi berulang. Perhitungan secara kasar sebagai berikut :(ml/jam) = ( tetesan / menit ) x 3

Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan pengganti yang cukup untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif selama periode kebocoran (24-48 jam), pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan kegagalan faal pernafasan (efusi pleura dan asites), menumpuknya cairan dalam jaringan paru yang berakhir dengan edema.Kebutuhan CairanTabel 1. Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedangBerat waktu masuk (kg)Jumlah cairan ml/kg BB per hari

< 7220

7 11165

12 18132

> 1888

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak yang gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari tabel berikut.Tabel 2. Kebutuhan cairan rumatanBerat badan (kg)Jumlah cairan (ml)

10100 per kg BB

10 201000 + 50 x kg (diatas 10 kg)

> 201500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

3. Kasus DBD derajat III & IVDengue Shock Syndrome (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat.Biasanya dijumpai kelaian asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan gaam isotonik (Ringer Laktat, 5% Dekstrose dalam larutan Ringer Laktat atau 5% Dekstrose dalam larutan Ringer Asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam atau pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x).Jika syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faal atau plasma) dapat diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.Selanjutnya pemberian cairan infus dilanjutkan dengan tetesan yang diatur sesuai dengan plasma yang hilang dan sebagai petunjuk digunakan harga hematokrit dan tanda-tanda vital yang ditemukan selama kurun waktu 24-48 jam. Pemasangan cetral venous pressure dan kateter urinal penting untuk penatalaksanaan penderita DBD yang sangat berat dan sukar diatasi. Cairan koloidal diindikasikan pada kasus dengan kebocoran plasma yang banyak sekali yang telah memperoleh cairan kristaloid yang cukup banyak.Pada kasus bayi, dianjurkan 5% dekstrose di dalam setengah larutan normal garam faali (5% dekstrose NSS) dipakai pada awal memperbaiki keadaan penderita dan 5% dekstrose di dalam 1/3 larutan normal garam faali boleh diberikan pada bayi dibawah 1 tahun, jika kadar natrium dalam darah normal. Infus dapat dihentikan bila hematokrit turun sampai 40% dengan tanda vital stabil dan normal. Produksi urine baik merupakan indikasi sirkulasi dalam ginjal cukup baik. Nafsu makan yang meningkat menjadi normal dan produksi urine yang cukup merupakan tanda penyembuhan.Pada umumnya 48 jam sesudah terjadi kebocoran atau renjatan tidak lagi membutuhkan cairan. Reabsorbsi plasma yang telah keluar dari pembuluh darah membutuhkan waktu 1-2 hari sesudahnya. Jika pemberian cairan berkelebihan dapat terjadi hipervolemi, kegagalan faal jantung dan edema baru. Dalam hal ini hematokrit yang menurun pada saat reabsorbsi jangan diintepretasikan sebagai perdarahan dalam organ. Pada fase reabsorbsi ini tekanan nadi kuat (20 mmHg) dan produksi urine cukup dengan tanda-tanda vital yang baik.ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIANA. IDENTITASDHF dapat terjadi pada siapa saja dari anak-anak sampai orang dewasa dan pada semua jenis kelamin, kebanyakan penyakit ini ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Rampengan, 1997). Tempat atau daerah yang bisa terjangkit adalah disemua tempat baik dikota ataupun didesa, biasanya nyamuk pembawa vector banyak ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.B. RIWAYAT KEPERAWATAN1. Keluhan Utama : Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, nyeri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi.2. Riwayat Penyakit SekarangSering menunjukan sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, panas, sakit saat menelan, lemah, nyeri uluhati (epigastrium), mual, muntah, nafsu makan menurun.3. Riwayat Penyakit DahuluAda kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang perna diderita dahulu.4. Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.5. Riwayat Kesehatan LingkunganDaerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas. Tempat-tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan.6. Riwayat Tumbuh KembangTeori Kepribadian anak Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud: Kepribadian ialah hasil perpaduan antara pengaruh lingkungan dan bawaan, kualitas total prilaku individu yang tampak dalam menyesuaikan diri secara unit dengan lingkungannya.Teori kepribadian yang dikemukakan oleh ahli psikoanlisa Sigmund freud (1856 - 1939) meliputi tahap-tahap :a) Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahunb) Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahunc) Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahund) Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahune) Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun7. Pemeriksaan Fisik (persistem)a) Sistem pernafasanBila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak nafas, pernafasan dangkal, cepat, perdarahan melaui hidung.b) Sistem persyarafanKondisi lanjut bisa terjadi penurunan kesadaran, gelisah, kejang.c) Sistem kardiovaskulerPerdarahan pada kulit, hidung, gusi, hematemesis dan atau melena, Tachicardia, trombositopeni, leukopenia, hipotensi, syok, mengeluh akral dingin, Hemokonsentrasi ( peningkatan nilai hematokret > 20 % ), pusing.d) Sistem pencernaanSelaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang.e) Sistem musculoskeletalNyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas.f) Sistem urinaryAnuri / disuri, peningkatan Bj plasmag) Sistem integumentKulit kering, turgor menurun, panas / kedinginan.II. DIAGNOSA1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi penyakit (viremia)2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan di vaskuler3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan (penurunan trombosit)4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, nyeri telan.5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

III. PERENCANAAN1. Diagnosa: Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi penyakit (viremia).Tujuan : tidak terjadi penigkatan suhu tubuhKriteria hasil: suhu dalam batas normal (36-370C)Intervensi :a. Kaji saat timbulnya demamR/ dapat didentifikasi pola/ tingkat demam b. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jamR/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum kienc. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuhR/ penjelasan tentang kondisi yang dialamai k;ein dapat membantu mengurangi kecemasan kliend. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan R/ untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih kooperatife. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukanR/ keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di rumah sakitf. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter/hari dan jelaskan manfaatnyaR/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimabngi dengan asupan cairan yang banyakg. Berikan kompres dingin (pada axila dan lipat paha) dan anjurkan memakai pakaian yang tipisR/ kompres dingin akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuhh. Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter R/ antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal.

2. Diagnosa: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan di vaskulerTujuan: Tidak terjadi devisit voume cairanKriteria Hasil:Input dan output seimbang, vital sign dalam batas normal, tidak ada tanda presyok, akral hangat, capilarry refill < 3 detikIntervensi :a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih seringR/ Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskulerb. Observasi capillary RefillR/ Indikasi keadekuatan sirkulasi periferc. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJR/ Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml/hari (sesuai toleransi)R/ Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh perorale. Kolaborasi: Pemberian cairan intravenaR/ Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

3. Diagnosa: Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan (penurunan trombosit)Tujuan: tidak terjadi syok hipovolemikKriteria hasil: tanda vital dalam batas normal, trombosit normal (150-450x103/mm3)Intervensi:a. Monitor keadaan umum pasienR/ Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syokb. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebihR/ Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syokc. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahanR/ Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravenaR/ Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, tromboR/ Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 4. Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, nyeri telan.Tujuan: tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisiKriteria hasil: tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menunjukkan berat badan yang seimbang.Intervensi :a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukaiR/ Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensib. Observasi dan catat masukan makanan pasien R/ Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makananc. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )R/ Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makanR/ Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.e. Berikan dan Bantu oral hygiene.R/ Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroralf. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.R/ Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

5. Diagnosa: Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)Tujuan : Tidak terjadi perdarahanKriteria hasil : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkatIntervensi : a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.R/ Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptekie.b. Monitor trombosit setiap hariR/ Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )R/ Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksisR/ Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.R/ Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

6. Diagnosa: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan: klien dan keluarga memahami tentang penyakit yang diderita klienKriteria hasil: klien dan keluarga dapat menjelaskan penyakit yang diderita klienIntervensi:a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit klienR/ sebagai dasar menentukan materi penyuluhan kepada klien/keluargab. Kaji latar belakang pendidikan/pengalaman klien/keluargaR/ sebagai dasar teknik menyampaikan materi seputar tindakan keperawatan bagi klien/keluargac. Terangkan manajemen keperawatan klien dengan sederhanaR/ meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya klien dan keluarga serta meningkatkan sikap kooperatif klien/keluargad. Terangkan tindakan/peran yang dapat dilakukan klien/keluarga utuk mengatasi masalah klienR/ meningkatkan sikap kooperatif serta peran perawatan partiale. Terangkan tujuan dari setiap prosedur tindakan yang dilakukan pada klienR/ mengurangi kecemasan terhadap prosedur tindakanf. Berikan umpan balik positif pada pemahaman dan kooperatif klien/keluargaR/ menguatkan rasa percaya dan sikap kooperatif

IV. EVALUASI Proses infeksi penyakit akibat virus tidak menimbulkan komplikasi Peningkatan intake nutrisi yang optimal Tidak terjadi kekurangan volume cairan Tidak terjadi syok hipovolemik Tidak terjadi perdarahan Klien dan keluarga memahami tentang penyakit yang diderita klien

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Jual. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC Effendi, C. 1995. Perawatan klien DHF. Jakarta: EGC. Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperwatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGCNgastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.Rampengan, TH & laurentz, LR. 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. Jakarta: EGC. Tim pengajar perawatan Anak. 1999. Diktat Kuliah PSIK Perawatan Anak.

16