dhafin ganteng final

45
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehubungan dengan adanya berbagai peralatan disekitar kita yang memerlukan ukuran yang lebih teliti. Maka dari itu kami melakukan praktikum fisika mengenai pengukuran panjang dengan menggunakan bermacam-macam alat ukur ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak aktivitas yang menggunakan pengukuran panjang seperti mengukur gambar, mengukur tanah, menghitung tebal-tipis logam, mengukur bangunan. Pada dasarnya semua pengukuran tadi menggunakan alat ukur yang membutuhkan ketelitian dalam penggunaannya. Dalam pengaplikasian ilmu fisika tentu saja tidak bisa dilepaskan dari sebuah pengukuran menggunakan alat-alat. Ketepatan hasil ukur menjadi alasan mengapa menggunakan alat ukur yang

Upload: ahmad-alghozali-dossantos-aveiro

Post on 25-Sep-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

32

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehubungan dengan adanya berbagai peralatan disekitar kita yang memerlukan ukuran yang lebih teliti. Maka dari itu kami melakukan praktikum fisika mengenai pengukuran panjang dengan menggunakan bermacam-macam alat ukur ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak aktivitas yang menggunakan pengukuran panjang seperti mengukur gambar, mengukur tanah, menghitung tebal-tipis logam, mengukur bangunan. Pada dasarnya semua pengukuran tadi menggunakan alat ukur yang membutuhkan ketelitian dalam penggunaannya.

Dalam pengaplikasian ilmu fisika tentu saja tidak bisa dilepaskan dari sebuah pengukuran menggunakan alat-alat. Ketepatan hasil ukur menjadi alasan mengapa menggunakan alat ukur yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, ketelitian hasil ukur yang diharapkan, ukuran yang diukur, dan bentuk benda tersebut juga menjadi factor lain yang dipertimbangkan dalam penggunaan alat pengukuran

Mengukur dapat disebut sebagai salah satu syarat untuk mendeskripsikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara matematis dan kuantitatif. Dan apabila kita kaitkan dengan langkah-langkah penelitian atau sekedar hipotesis maka pengukuran menjadi salah satu cara untuk mencari kumpulan data yang mendukung sebuah penelitian atau hanya sekedar penulisan karya ilmiah.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum adalah sebagai berikut.

1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.

2. Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur (neraca timbangan)

3. Mengukur besaran volume dengan berbagai cara.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran

Pengukuran adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran yang diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan. Misalnya: Mengukur ketebalan logam, panjang kertas, tinggi bangunan, dll (Anashir,2013)

Adapun macam-macam pengukuran adalah sebagai berikut.

1. Pengukuran Panjang

Dalam pengukuran panjang, kita dapat menggunakan alat sederhana seperti pensil atau bagian dari tubuh kita seperti tangan. Selain itu juga dapat menggunakan alat yang umumnya digunakan untuk mengukur contohnya : mistar, meteran, jangka sorong, micrometer sekrup dll (Anonim, 2014).

a. Mistar

Ketika menggunakan mistar posisi mata kita lurus dengan benda yang kita ukur. Hal ini meningkatkan ketelitian dalam mengukur benda ketika menggunakan mistar. Pandangan yang tidak lurus dengan benda menyebabkan pembacaan skala yang salah. Kesalahan ini disebut kesalahan paralaks.(Anonim, 2014).

Gambar 2.1 Pengukuran dengan mistar

b. Jangka Sorong

Jangka sorong memiliki 2 skala. Skala panjang yang terdapat di rahang tetap merupakan skala utama. Skala tersebut memiliki panjang satuan dalam cm dan mm. Skala pendek yang letaknya dirahang geser disebut skala nonius atau vernier. Skala tersebut memiliki panjang 9 mm(Anonim,2014).

Gambar 2.2 Jangka sorong

c. Mikrometer Sekrup

Alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yangpaling tinggi yaitu 0,01 mm. Mikrometer sekrup seringdigunakan untuk mengukur benda yang sangat tipis, Sepertitebal kertas. Cara kerjanya adalah jika selubung luar dengan skala 50 diputar satu kali maka rahang geser dan selubung akan bergerak maju atau mundur. Jarak maju mundurnya rahang geser sejauh 0,5 mm/50 menghasilkan tingkat ketelitian sebesar 0,01 mm (Rosintya Roudhotul Zahirah,2012).

Gambar 2.3 Mikrometer sekrup

2. Pengukuran Massa

Pengukuran massa adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran massa yang diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan massa. Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran massa pada suatu benda adalah neraca. (Memet Mulyadi,2012).

Berdasarkan cara kerjanya dan ketelitian neraca dibagi sebagai berikut.

a. Neraca Digital

Neraca yang bekerja dengan sistem digital. Tingkat ketelitiannya 0,01 g (Memet Mulyadi,2012).

Gambar 2.4 Neraca digital

b. Neraca O'Hauss

Neraca kompleks yang memiliki tingkat ketelitian mencapai 0.01 g (Memet Mulyadi,2012)

Gambar 2.5 Neraca Ohauss

c. Neraca Sama Lengan

Neraca dengan tingkat ketelitian mencapai 1 mg atau 0,001 g.

Gambar 2.6 Neraca sama lengan

3. Pengukuran Volume

Pengukuran volume adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran volume yang diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan volume (Memet Mulyadi,2012).

Pengukuran volume menggunakan alat-alat :

a. Gelas Ukur

Gelas ukur adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur volume sebuah benda secara langsung. Gelas ukur dapat digunakan untuk mengukur volume benda yang bentuknya teratur dan tidak teratur (Hidayanti,2014).

Langkah-langkah mengukur volume dalam gelas ukur adalah senbagai berikut.

1) Masukkan sejumlah air ke dalam gelas ukur, kemudian catatlah berapa volume awal air (V1).

Gambar 2.7 Keadaan volume awal pada gelas ukur

2) Masukkanlah benda yang ingin dihitung besar volumenya kedalam gelas ukur. Kemudian catatlah volume setelah benda tersebut dimasukan (V2)

Gambar 2.8 Keadaan volume setelah dimasukkan benda

3) Hitung volume benda tersebut dengan cara mengurangkan volume akhir dengan volume awal (V2-V1)

b. Gelas Pancuran

Mengukur volume suatu benda dengan menggunakan gelas pancuran haruslah menggunakan gelas ukur juga sebagai alat bantu ukurnya (Hidayanti,2014).

Langkah-langkah mengukur dengan gelas pancuran :

1) Masukan sejumlah air kedalam gelas pancuran sampai air mendekati tepi lubang pancurannya.

2) Letakkan gelas ukur tepat di bagian bawah pancurannya. Kemudian

masukkan benda yang akan diukur volumenya.

3) Air yang ada dalam gelas pancuran akan secara otomatis tumpah ke gelas ukur yang ada didepan lubang pancuran. Hitunglah volume air tumpah didalam gelas ukur. Volume air didalam gelas ukur akan sama dengan volume benda

Gambar 2.8 Mengukur volume dengan gelas pancuran

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan

1. Mengukur Panjang

a. Mistar centimeter

Gambar 3.1 Mistar centimeter

b. Jangka sorong

Gambar 3.2 Jangka sorong

c. Balok (batang) besi

Gambar 3.3 Balok (batang) besi

d. Kertas

Gambar 3.4 Kertas

e. Neraca pegas

Gambar 3.5 Neraca

f. Koin

Gambar 3.6 Koin

g.Kawat tembaga

Gambar 3.7 Kawat tembaga

h.Gelas ukur

Gambar 3.8 Gelas ukur

i. Kelereng

Gambar 3.9 Kelereng

j. Batu kerikil

Gambar 3.10 Batu kerikil

B. Prosedur Praktikum

1.Mengukur Panjang

a. Mengukur panjang batang (papan) kayu

1).Mengukur panjang batang kayu dengan mistar centimeter

2). Melakukan pengukuran.

3). Mengulangi dengan 5 kali pengukuran

4). Menuliskan data yang didapat kedalam tabel pengamatan

5). Menggantilah mistar centimeter dengan mistar millimeter lalu ulangi langkah 1 sampai 4.

b. Mengukur Diameter Manik-manik

1). Mengukur diameter manik-manik dengan mikrometer sekrup

2). Melakukan pengukuran dengan orang yang berbeda

3). Melakukan 5 kali pengukuran

4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data

5). Mengulangi langkah 1 sampai 4 dengan menggunakan Jangka

sorong.

c. Mengukur Tebal Kertas

1). Mengukur tebal kertas dengan micrometer sekrup

2). Melakukan pengukuran dengan orang yang berbeda

3). Melakukan 5 kali pengukuran

4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data

5). Mengulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong

2.Mengukur Massa

a. Mengukur massa dengan neraca pegas

1). Menimbang massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada

neraca pegas.

2). Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada

tabel pengamatan

3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda

4). Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

b. Mengukur massa dengan neraca lengan

1). Menimbang massa benda/ koin dengan cara meletakan pada

neraca pegas.

2). Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada tabel pengamatan.

3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.

4). Mengulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

3.Mengukur Volume

a. Mengukur volume kelereng secara matematis.

1) Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong, lakukan oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali pengulangan.

2) Menghitung Volume kelereng dengan menggunakan rumus

volume benda.

3) Menulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.

b. Mengukur volume kelereng menggunakan gelas ukur

1) Menuangkan air kedalam gelas ukur kira-kira 50 ml

2) Memasukan kelereng kedalam gelas ukur, kemudian catat volume air sekarang. Hitunglah selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah kelereng dicelupkan. Selisih volume air tersebut adalah volume kelereng

3) Mencatat pada tabel data pengamatan, ulangi sampai 5 kali

pengulangan.

c. Mengukur volume kerikil menggunakan gelas ukur

1) Menuangkan air kedalam gelas ukur kira-kira 50 ml

2) Memasukan kerikil kedalam gelas ukur, kemudian catat volume air sekarang. Hitunglah selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah kerikil dicelupkan. Selisih volume air tersebut adalah volume kerikil.

3) Mencatat pada tabel data pengamatan, ulangi sampai 5 kali pengulangan.

IV. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data

1. Hasil Pengukuran Panjang Batang Besi (L)

Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran panjang batang besi

Pengukuran ke

Dengan mistar centimeter

(L L) Cm

Dengan mistar milimeter

(L L) mm

1

0,1 cm

10 mm

2

0,1 cm

10 mm

3

0,1 cm

10 mm

4

0,1 cm

10 mm

5

0,1 cm

10 mm

Rata-rata

0,98 %

10

Ketidakpastian pengukuran

0,032

0

Error

3,26

0

2. Hasil Pengukuran Tebal Kertas (T)

Tabel 4.2 Hasil pengukuran tebal kertas

Pengukuran ke

Dengan Mistar

(T T) Cm

Dengan Jangka Sorong

(T T) mm

1

0,1 mm

2

0,1 mm

3

0,1 mm

4

0,1 mm

5

0,1 mm

Rata-rata

0

Ketidakpastian pengukuran

0

Error

0 %

3. Hasil Pengukuran Massa Benda Dengan Neraca Pegas

Tabel 4.3 Hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas

Pengukuran ke

Benda/koin

(m m) gr

Kawat tembaga

(m m) gr

Kertas

(m m) gr

1

0,1 gr

0,5 gr

0,1 gr

2

0,2 gr

0,4 gr

0,1 gr

3

0,1 gr

0,5 gr

0,1 gr

4

0,1 gr

0,4 gr

0,1 gr

5

0,1 gr

0,4 gr

Rata-rata

0,1

0,44

0,1

Ketidakpastian pengukuran

0

0,048

0

Error

0 %

10 %

0 %

4. Hasil Pengukuran Kelereng Dengan Jangka Sorong

Tabel 4.4 Hasil pengukuran kelereng dengan jangka sorong

Pengukuran ke

Diameter

(D D) mm

Volume (

(V V) mm

1

16,325 mm

836,315 mm

2

16,2 mm

824,061 mm

3

16,3 mm

834,226 mm

4

16,15 mm

818,982 mm

5

16,2 mm

824,061 mm

Rata-rata

16,234

827,529

Ketidakpastian pengukuran

0,06

6,193

Error

0,3 %

0,74 %

5. Hasil pengukuran volume kelereng dengan air

Tabel 4.5 Hasil pengukuran volume kelereng dengan air

Pengukuran ke

Vair semula

(V V) gr

Vair sesudah

(V V) gr

Volume V

(Vair sesudah- Vair semula)

(V V) gr

1

50 ml

51 ml

1 ml

2

50 ml

51 ml

1 ml

3

50 ml

51 ml

1 ml

4

50 ml

51 ml

1 ml

5

50 ml

51 ml

1 ml

Rata-rata

50 ml

51 ml

1

Ketidakpastian pengukuran

0 ml

0 ml

0

Error

0 %

0 %

0%

6. Hasil pengukuran volume kerikil dengan air

Tabel 4.6 Hasil pengukuran volume kerikil dengan air

Pengukuran ke

Vair semula

(V V) gr

Vair sesudah

(V V) gr

Volume V

(Vair sesudah- Vair semula)

(V V) gr

1

40 ml

51 ml

1 ml

2

50 ml

51 ml

1 ml

3

60 ml

51 ml

1 ml

4

70 ml

51 ml

1 ml

5

80 ml

51 ml

1 ml

Rata-rata

60 ml

64 ml

4

Ketidakpastian pengukuran

0 ml

0 ml

0

Error

0 %

0 %

0%

B. Pembahasan

1. Pengukuran Panjang

Pada pengukuran panjang diaplikasikan pada balok dan tebal kertas dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali pengukuran dan dilakukan oleh orang yang berbeda dan diperoleh hasil sebagai berikut

a. Pengukuran pada balok besi

Pengukuran balok menggunakan mistar centimeter sebanyak 5 kali pada sisi balok yang sama secara berulang. Dalam mengukur balok terdapat sebuah kesulitan, yaitu membaca nilai yang kecil. Karena ukuran balok tersebut sangat kecil dan panjangnya sekitar 1 cm. Pada tabel 4.1 didapatkan hasil pengukuran balok menggunakan mistar centimeter pada percobaan pertama adalah 0,9 cm dan kemudian panjangnya 1 cm. Dengan nilai rata-rata adalah 0,98 cm dan memiliki nilai ketidakpastian 0,032 serta didapat nilai error 3,26%. Dengan demikian dapat disimpulkan, kesalahan dalam percobaan ini hanya 3,26 %. Ketidaksamaan dalam pengukuran ini dapat disebabkan karena kesalahan pada saat praktikum dan juga dapat disebabkan karena penggaris dengan skala centimeter memiliki suatu jarak yang besar yaitu dalam cm.

Sedangkan pengukuran menggunakan mistar milimeter didapatkan hasil yang sama dalam 5 kali percobaan yaitu berturut-turut 10 mm. Nilai rata-ratanya adalah 10 mm dan memiliki nilai ketidakpastian sebesar 0, kemudian didapat angka error 0%. Pada pengukuran dengan mistar milimeter tidak ditemukan kesalahan sama sekali, dalam hal ini praktikan mampu membaca nilai pada mistar dengan akurat tanpa kesalahan. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan nilai error yaitu 0% yang dapat diartikan sebagai tidak ada kesalahan pengukuran pada saat praktikum pengukuran pada balok besi menggunakan penggaris mm.

Dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan menggunakan mistar milimeter memiliki ketilitian yang lebih tinggi dan lebih akurat dibandingkan mista centimeter karena mistar milimeter memiliki ketilitian yang lebih teliti dibandingkan mistar centimeter.

b. Pengukuran tebal kertas

Setelah melakukan pengukuran pada balok, pengukuran selanjutnya adalah mengukur ketebalan dari sehelai kertas. Pertama tebal kertas harus diukur dengan menggunakan mistar yang memiliki skala centimeter (cm). Pada saat pengukuran praktikan mengalami kesulitan dalam mengukur ketebalan kertas dikarenakan kertas yang akan diukur sangat tipis sedangkan alat ukur yang digunakan tidak memiliki kesesuaian dengan ketelitian yang dibutuhkan untuk mengukur ketebalan sehelai kertas.

Pada tabel 4.2 pengukuran tebal kertas dengan menggunakan mistar didapatkan hasil yang sama pada 5 kali percobaan yaitu berturut-turut 0,01 cm. Nilai rata rata yang didapat adalah 0,01 dan memiliki angka ketidakpastian 0, Kemudian didapat angka error adalah 0,%.. Hal ini terjadi karena ketebalan yang dimiliki kertas sangat kecil yang tidak sesuai dengan ketelitian mistar, sehinggga praktikan hanya mampu membaca pada mistar centimeter sebesar 0,01 cm.

Selanjutnya praktikan mengukur ketebalan sehelai kertas dengan menggunakan mistar, Kemudian praktikan mengukur ketebalan kertas dengan meggunakan jangka sorong. Mengukur ketebalan dengan sebuah jangka sorong memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding dengan menggunakan mistar..

Kemudian didapatkan ketebalan kertas yang diukur berturut-turut 5 kali menunjukan nilai yang besarnya sama yaitu 0,1 mm dengan nilai rata-rata sebesar 0,1 yang memiliki nilai ketidakpastian sebesar 0. Kemudian didapat nilai error sebesar 0%.

Setelah didapatkan semua hasil diatas dapat ditarik kesimpulan pengukuran menggunakan jangka sorong memiliki ketelitian yang lebih tinggi dan memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan mistar karena jangka sorong mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mistar yang hanya berskala centimeter.

2. Pengukuran Massa

Dalam praktikum pengukuran panjang praktikan melakukan pengukuran massa menggunakan neraca pegas menggunakan koin, kawat tembaga dan sehelai kertas sebagai obyek yang digunakan diukur massanya dan dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran.

a. pengukuran koin

Dalam pengukuran massa pengukuran massa koin dengan neraca pegas dilakukan dengan cara menggantungkan koin pada neraca pegas kemudian praktikan membaca nilai pada neraca pegas tersebut. Sebelum praktikan melakukan pengukuran, Akan lebih baik jika praktikan memeriksa keadaan neraca pegas karena apabila neraca pegas tidak berfungsi dengan normal seperti seharusnya maka data yang akan diapat nantinya tidak akan akurat dengan keadaan yang sesungguhnya.

Dari 5 kali percobaan pada koin didapatkan hasil yang sama yaitu 0,1 gram pada percobaan berturut-turut dengan nilai rata-rata adalah 0,1 gram dan nilai ketidakpastian sebesar 0, serta nilai error yaitu 0%. Hal ini dapat terjadi karena ketelitian praktikan dalam membaca nilai dengan tepat dan akurat dan juga alat yang masih berfungsi dengan normal.dalam pengukuran massa dengan neraca pegas perlu diperhatikan hal-hal seperti pengecekan neraca pegas dalam kondisi normal atau tidak, pembacaan nilai pada neraaca pegas dengan teliti, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan akan mengakibatkan perbedaan nilai pengukuran Neraca pegas merupakan alat ukur yang teliti.

b. Pengukuran kawat tembaga

Tidak hanya berhenti di pengukuran massa koin praktikan juga melakukan pengukuran massa kawat tembaga dengan menggunakan neraca pegas yang sama. Sama halnya dengan pengukuran massa koin bahwa sebelum melakukan pengukuran, Sebelum praktikan melakukan pengukuran, Akan lebih baik jika praktikan memeriksa keadaan neraca pegas terlebih dahulu karena apabila neraca pegas tidak berfungsi dengan normal seperti seharusnya maka data yang akan diapat nantinya akan menjadi tidak akurat dengan ukuran yang sebenarnya.

Kemudian dilanjutkan pengukuran massa kawat tembaga sebanyak 5 kali berturut turut dan didapatkan data 0,5 gram , 0,4 gram , 0,5 gram , 0,4 gram , 0,4 gram. Sejenak jika dilihat kembali terdapat perbedaan pada percobaan pengukuran pertama dan ketiga. Sedangkan didapat perbedaan dengan massa koin cukup jauh karena tembaga merupakan objek yang lebih berat massnya dibandingkan dengan massa koin. Rata-rata massa kawat tembaga sebesar 0,44 gram dengan nilai ketidakpastian sebesar 0,048 dan didapat nilai error sebesar 10%.. Dari data tersebut dapat diketahui kesalahan pengukuran terjadi relatif cukup tinggi yaitu 10%. Hal ini disebabkan karena perbedaan massa kawat tembaga ketika diukur menggunakan neraca pegas. perbedaan nilai ini disebabkan karena adanya beberapa penyebab. Contohnya faktor dari ketidaktelitian praktikan dalam membaca nilai pada neraca pegas karena pada pengukuran sebelumnya didapatkan hasil yang besarnya sama pada 5 kali percobaan. Praktikan mengalami sedikit kesulitan ketika membaca dan menerjemahkan nilai dari neraca pegas karena ketelitian neraca pegas yang digunakan tidak terlalu akurat.

c. Pengukuran kertas

Pengukuran massa yang ketiga adalah pengukuran pada kawat tembaga, selanjutnya obyeknya diganti dengan kertas. Pengukuran massa yang dimiliki kertas menggunakan neraca pegas tidaklah mendapatkan hasil yang valid sepenuhnya. Dikarenakan massa kertas yang kecil tidaklah sesuai dengan ketelitian yang dimiliki oleh neraca pegas.

Setelah dilakukan pengukuran kertas dengan neraca pegas sebanyak 5 kali berturut-turut dengan orang yang berbeda didapatkan data 0,1 gram, 0,1 gram, 0,1 gram, 0,1 gram, 0,1 gram. Tidak ada perbedaan besaran hasil pengukuran dalam 5 kali pengamatan. Kemudian didapat nilai rata-rata 0,1 , memiliki nilai ketidakpastian 0, serta besarnya nilai error adalah 0 %. Dari kelima data yang telah diolah tersebut didapatkan hasil yang sama besar dan error yang terjadi selama pengukuran massa kertas. Dapat disimpulkan praktikum pengukuran massa kertas menggunakan neraca pegas tepat dan teliti.

3. Pengukuran Volume

Pengukuran volume benda dilakukan menggunakan perhitungan dan gelas ukur. Benda yang diukur adalah kelereng dan benda tak beraturan seperti batu kerikil. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali.

a. Pengukuran kelereng menggunakan jangka sorong

Pengukuran praktikum volume yang dilakukan pertama kali adalah pengukuran kelereng dengan perhitungan. Besar volume kelereng dapat diukur dengan mengggunakan rumaus (D).

Untuk mendapatkan hasil pengukuran, tahap yang pertama praktikan harus mengetahui diameter dari kelereng. Diameter kelereng akan didapat dari pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Didapat data pada 5 kali percobaan dengan orang yang berbeda adalah sebagai berikut. 16,32 mm, 16,2 mm, 16,3 mm, 16,15 mm, 16,2 mm.

Perbedaan tidak terlalu terlihat berbeda dalam pengukurannya. Hal ini dikarenakan praktikan mengukur dengan menggunakan jangka sorong yang memiliki ketelitian yang sangat teliti. Satuan pengukuran yang dipakai adalah milimeter. Dari data yang didapat, nilai rata-ratanya 16,23 mm dan nilai ketidakpastian nya 0,06 serta nilai errornya sebesar 0,3%. Dapat disimpulkan ketelitian praktikan melakukan pengamatan pada jangka sorong hampir akurat karena nilai error atau kesalahan yang terjadi hanya 0,3%.

Setelah didapat diameter dari kelerang selanjutnya volume kelereng dapat dihitung dengan rumus (D). Setelah dilakukan perhitungan didapat hasil sebagai berikut: 836,315 mm, 824,061 mm, 834,266 mm, 818,982 mm, 824,061 mm dengan rata-rata 827,529 mm dan nilai ketidakpastian 6,193 serta nilai error 0,74%. Hasil yang didapat dari 5 kali percobaan didapat hasil yang tidak berbeda jauh. Karena perbedan pada pengukuran diameter sebelumnya mempengaaruhi nilai dari volume dari kelereng.

b. Pengukuran kelereng dengan gelas ukur

Mencari besar volume kelereng juga dapat diukur dengan cara lain. Yaitu menghitung volume kelereng menggunakan gelas ukur. Pertama-tama praktikan mengisi gelas ukur dengan volume yang telah ditentukan yaitu 50 ml, Lalu praktikan memasukan kelereng kedalam gelas ukur dan melihat perubahan nilai yang tertera pada gelas ukur, lalu mengurangi volume air sesudah dengan volume air semula dan didapatkan hasil volume dari kelereng. Rumus pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur dapat dituliskan sebagai berikut.

V= Vsesudah Vsemula

Kemudian pengukuran selanjutnya setelah dilakukan 5 kali pengukuran dengan menggunakan gelas ukur praktikan mendapatkan hasil yang besarnya sama pada setiap pengukuran yaitu 1 ml. Dengan nilai rata-rata 1 ml dan ketidakpastian 0 serta nilai error 0%..

Kemudian dapat disimpulkan. Pengukuran volume benda dengan menggunakan gelas ukur memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding menggunakan jangka sorong dan perhitungannya. Hal ini dilihat dari nilai kesalahan atau error dengan menggunakan gelas ukur adalah 0 % sedangkan dengan mekanisme perhitungannya adalah 0,74 %.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum adalah sebagai berikut.

1. Mengukur sangatlah penting untuk sebuah penelitian atau menulis karya ilmiah

dikarenakan pengukuran merupakan langkah awal dalam mengolah sebuah data

2. Dalam praktikum pengukuran panjang, alat yang paling teliti dan akurasinya paling tinggi adalah jangka sorong. Jangka sorong paling tinggi akurasi dan ketelitiannya karena memiliki hasil error yang paling kecil disbanding dengan alat lainnya.

3. Dalam praktikum pengukuran massa, alat yang paling teliti dan akurasinya paling tinggi adalah neraca pegas yang memiliki tingkat ketidakpastian pengukuran dan tingkat error yang paling kecil dibandingkan alat yang lainnya

4. Dalam praktikum pengukuran volume, alat yang paling teliti dan akurasinya paling tinggi adalah gelas ukur yang lebih akurat dibandingkan dengan mengukur volume secara matematis.

5. Pengukuran dengan data yang sama pada 5 kali percobaan akan menghasilkan

nilai ketidakpastian yang pasti akan menghasilkan nilai nol (0).

B. SARAN

Adapun saran yang diberikan setelah melakukan praktikum adalah sebagai berikut.

1. Praktikum pengukuran seharusnya menggunakan alat ukur yang memiliki kualitas yang lebih tinggi agar tidak cepat rusak.

2. Pada praktikum selanjutnya, sebaiknya alat-alat dan bahan-bahan yang dipakai siperiksa terlebih dahulu dan pastikan alat dalam kondisi yang baik sebelum kegiatan praktikum dimulai.

3. Dalam praktikum pengukuran diharuskan lebih teliti dalam menerjemahkan dan membaca alat ukur agar tidak terjadi perbedaan data dalam praktikum.

4. Setelah kegiatan praktikum dilaksanakan sebaiknya peralatan yang telah dipakai dibersihkan kembali, kemudian diletakkan ditempat yang jauh dari resiko yang menimbulkan kerusakan.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Anashir, 2013, Alat Ukur Mistar Jangka Sorong. Dapat diunduh di http://edu.anashir.com/2013/11/alat-ukur-panjang-mistar-jangka-sorong.html. diakses pada 13 April 2015, pada pukul 14.00 WIB.

Anonim, 2014. Alat Ukur Massa Panjang dan Waktu. Dapat diunduh di http://www.zonasiswa.com/2014/08/alat-ukur-massa-panjangwak tu.html. diakses pada 14 april 2015, jam 16.30 WIB.

Hidayanti, 2014. Pengukuran Besaran Turunan Volume. Dapat diunduh di http://mafia.mafiaol.com/2012/08/pengukuran-besaran-turunanvo lume.html. diakses pada 14 april 2015, jam 16.30 WIB.

Mulyadi, Memet 21 juli, 2012, Pengukuran besaran dan satuan. Dapat diunduh d http://memetmulyadi.blogspot.com/2012/07/pengukuran-besaran-dan-satuan.html, diakses pada 14 april 2015 jam 16.30 WIB.

Zahirah, Rosintya Roudhotul januari, 2012. Pengukuran Besaran dan Satuan. Dapat diunduh di http://rosintya9e28.blogspot.com/. diakses pada 14 april 2015 jam 16.30 WIB.