dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah … · pemenuhan kebutuhan biaya penyelenggaraan...

55
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VIII DPR RI DENGAN BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V Jenis Rapat/ke- : Rapat Dengar Pendapat Komisi VIII DPR RI / ke - 25 Sifat Rapat : Terbuka Hari, Tanggal : Senin, 1 Juli 2019 Waktu : Pukul 14.00 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Gedung Nusantara II lantai 1 Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta 10270 Ketua Rapat : H. Iskan Qolba Lubis, MA Sekretaris Rapat : Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si. Acara : Efektifitas Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2019 Hadir : 1. 30 orang dari 49 orang Anggota Komisi VIII DPR RI 2. Kepala Badan Pelaksana BPKH 3. Ketua Dewan Pengawas BPKH

Upload: others

Post on 12-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VIII DPR RI DENGAN BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI

Tahun Sidang : 2018-2019

Masa Persidangan : V

Jenis Rapat/ke- : Rapat Dengar Pendapat Komisi VIII DPR RI / ke - 25

Sifat Rapat : Terbuka

Hari, Tanggal : Senin, 1 Juli 2019

Waktu : Pukul 14.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Gedung Nusantara II lantai

1 Jl. Jenderal Gatot Subroto – Jakarta 10270

Ketua Rapat : H. Iskan Qolba Lubis, MA

Sekretaris Rapat : Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si.

Acara : Efektifitas Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2019

Hadir : 1. 30 orang dari 49 orang Anggota Komisi VIII DPR RI

2. Kepala Badan Pelaksana BPKH

3. Ketua Dewan Pengawas BPKH

- 2 -

KETUA RAPAT (H. ISKAN QOLBA LUBIS, MA/F-PKS): Selamat siang, dan Salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat saudara ketua dewan pengawas BPKH dan kepala badan pelaksana BPKH beserta jajarannya. Yang terhormat saudara pimpinan anggota Komisi VIII DPR RI, hadirin yang berbahagia.

Mengawali rapat pada hari ini, pertama-tama adalah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena pada hari ini kita masih diberi kesehatan untuk dapat mengikuti Rapat Dengar Pendapat dengan ketua dewan pengawas BPKH dan ketua badan pelaksana BPKH beserta jajarannya.

Sebagaimana tulisan rapat di Komisi VIII DPR RI yaitu sebelum acara

dilanjutkan, marilah kita bersama-sama berdoa untuk kesuksesan dan kelanjutan acara kita dengan membaca ummul kitab bagi yang beragama Islam dan kepada yang beragama lain silakan berdoa sesuai dengan syariat keyakinannya masing-masing.

(BERDOA MULAI)

Hadirin yang saya hormati,

Sesuai dengan acara rapat DPR RI masa sidang ke-5 Tahun Sidang 2018-

2019 yang telah diputuskan dalam rapat konsultasi antara pimpinan DPR RI dengan pimpinan fraksi-fraksi DPR RI pengganti rapat Badan Musyawarah DPR RI tanggal 20 Maret 2019 dan rapat internal komisi VIII DPR RI tanggal. Tidak ada tanggalnya. Bulan Mei 2019, maka pada hari ini komisi VIII DPR RI akan menyelenggarakan RDP dengan agenda efektifitas rencana kerja dan anggaran tahun 2019.

Hadirin yang saya hormati,

Menurut laporan hasil Sekretariat komisi VIII DPR RI telah hadir

menandatangani 18 orang, yang 9 fraksi ya, dari 49 Anggota Komisi VIII DPR RI. Sesuai dengan tata tertib DPR RI pasal 251 Ayat (1), kuorum telah tercapai. Maka atas persetujuan Saudara dan rekan-rekan Anggota Komisi VIII DPR RI, kami buka dan kami nyatakan terbuka tertutup? Terbuka ya, terbuka ya. Terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 14:03 WIB)

Adapun acara rapat periode ini adalah sebagai berikut,

1. Pengantar Ketua Rapat, 2. Penjelasan tentang efektifitas rencana kerja dan anggaran tahun 2019 dari

kepala badan pelaksana BPKH dan ketua dewan pengawas BPKH, 3. Tanya jawab, 4. Kesimpulan, 5. Penutup.

- 3 -

Apakah dapat disetujui? setuju ya.

(RAPAT: SETUJU)

Selanjutnya rapat kita sepakati akan berakhir pukul, pukul 17.00. Ya pukul 15.00 dulu ya, pukul 15.00 ya.

(RAPAT: SETUJU)

Hadirin yang saya hormati, Rapat pada hari ini diselenggarakan berdasarkan Pasal 98 Ayat (3) berupa Undang-Undang nomor 17 Tahun 2015 yang diubah dengan Undang-Undang nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD yang menyebutkan bahwa salah satu ruang lingkup salah satu tugas komisi di bidang pengawasan adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam lingkup tugasnya. Selain itu penyelenggara rapat ini juga merujuk kepada pasal 26 ayat E, Undang-Undang no 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji yang menyebutkan bahwa BPKH wajib melaporkan pelaksanaan pengelolaan keuangan haji secara berkala setiap 6 bulan kepada menteri dan DPR. Sesuai dengan tujuan didirikannya BPKH bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji, meingkatkan rasionalitas dan efisiensi penggunaan biaya penyelenggaraan ibadah haji, serta meningkatkan manfaat bagi kemaslahatan umat. Upaya pencapaian tujuan tersebut melalui pengelolaan keuangan haji yang baik, sehingga mampu memberikan nilai manfaat atau imbal hasil optimal. Nilai manfaat atau imbal hasil dari pengelolaan keuangan haji perlu ditingkatkan baik perencanaan dan implementasinya, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan biaya penyelenggaraan ibadah haji setiap tahun, biaya operasional BPKH, dan program kemaslahatan umat. Kepala badan pelaksana BPKH dan Ketua Badan Pengawas BPKH harus menjelaskan dan menyampaikan mengenai realisasi rencana kerja dan anggaran tahun 2019, sehingga dapat menjelaskan mengenai target kinerja yang akan dicapai pada tahun 2019. Target kinerja itu sangat penting karena akan berkaitan dengan pencapaian kebutuhan biaya penyelenggaraan ibadah haji tahun 2019 dan ketersediaan anggaran untuk meningkatkan program bagi kemaslahatan umat. Selanjutnya Badan Pelaksana BPKH harus menjelaskan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan haji semester pertama tahun 2018, yang meliputi laporan kinerja dan laporan keuangan sesuai dengan amanah Undang-Undang nomor 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji. Untuk itu dalam kesempatan Rapat Dengar Pendapat ini, kepala badan BPKH dan ketua dewan pengawas BPKH dapat menjelaskan satu, bagaimana realisasi dan rencana kerja anggaran BPKH tahun 2019, 2019 pencapaian nilai manfaat keuangan haji dan laporan keuangan haji semester pertama tahun 2019? Bagaimana upaya tercapainya kebutuhan nilai manfaat untuk pemenuhan biaya penyelenggaraan

- 4 -

ibadah haji tahun 2019, 1440 Hijriyah dan kebutuhan virtual account bagi jamaah tunggu tahun 2019. Saudara Ketua Dewan Pengawas BPKH dan Kepala Badan Pelaksana BPKH yang kami hormati, Demikianlah pengantar yang kami sampaikan. Selanjutnya sesuai dengan acara yang telah kita sepakati, kami persilakan kepala badan pelaksana BPKH terlebih dahulu memberikan penjelasannya, yang selanjutnya dilanjutkan Ketua Dewan Pengawas BPKH. Silakan Pak. KEPALA PELAKSANA BPKH: Terima kasih Pak Iskan. Pimpinan Komisi VIII dan para Anggota Komisi VIII yang terhormat. Ketua dan Anggota Dewan Pengawas dan juga rekan-rekan dari anggota Badan Pelaksana BPKH.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah. Terima kasih pimpinan dan para anggota yang sudah mengundang kami dan alhamdulilah dari badan pelaksana hadir 5 orang, yang 2 sedang melaksanakan kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Nanti akan bergabung. Untuk mempersingkat waktu, saya akan minta Pak Ajar S. Broto Anggota Bidang Perencanaan untuk menyampaikan mungkin 3 hal Pak Ketua secara pendek-pendek saja. 1, pencapaian 2018, yang kedua nanti adalah realisasi 2019, yang ketiga adalah mungkin sekedar gambaran saja tahun 2020 itu akan seperti apa target-target maupun sasaran yang sudah ditetapkan dalam Renstra kami. Pak Ketua dan para Anggota,

Kami sudah menyampaikan laporan keuangan BPKH hasil audit BPK 2018

dan alhamdulilah kami memperoleh predikat opini WTP. Tentu itu adalah kerjasama dari badan pelaksana dan peng pengawas tentu juga dengan arahan dari komisi VIII DPR RI. Yang kedua, kami sudah menyampaikan juga Pak Ketua dan para anggota mengenai laporan pertanggungjawaban Tahun 2018 kemudian juga ada ... summary yang sudah kami sampaikan. Mudah-mudahan itu bisa menjadi bagian dari apa namanya referensi yang akan dipakai oleh Komisi VIII. Aaya minta Pak Ajar, Pak Ketua mohon ijin Pak Ajar S. Broto.

Silakan Pak Ajar.

BPKH (Ir. Ajar Susanto Broto MM): Baik.

- 5 -

Bismillahirrahmanirahim. Alhamdulilahirrabil ‘alamin, wassalim ala muhammad wa ala ali muhammad. Yang kami hormati Pimpinan Komisi VIII dan para Anggota Komisi VIII, dan Bapak Ketua Dewan Pengawas dan Anggota Dewan Pengawas, serta Kepala Badan Pelaksana dan Anggota Badan Pelaksana BPKH yang kami hormati.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama mari perkenankanlah kami menyampaikan pencapaian di Tahun 2018, sebagaimana telah disampaikan bapak kepala badan pelaksana bahwa BPK RI telah melakukan audit terhadap laporan keuangan BPKH Tahun 2018 pada bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2019 dan menurut opini BPK, laporan keuangan BPKH Tahun 2018 telah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Jadi mendapatkan predikat wajar tanpa pengecualian. Di dalam pencapaian Tahun 2018 dibandingkan Tahun 2017, dana kelolaan BPKH meningkat dan memenuhi target yaitu dari Tahun 2017 yang 102.051 Triliun mencapai di Tahun 2018 adalah 112,035 Triliun. Pencapaian ini adalah 109.6%. Dalam pencapaian rencana dibandingkan realisasi, rencananya adalah di Tahun 2000, rencana 2018 itu adalah 111.8 tercapai 112.35 sehingga mencapai 105, 100,5%.

Beban operasional Tahun 2018 tidak melebihi pagu 5% dari nilai manfaat

yang sebelumnya, selain itu BPKH juga mampu memenuhi likuiditas sebesar 2 kali biaya penyelenggaraan ibadah haji. Didalam pencapaian Tahun 2018 selanjutnya, rasio dana yang ditempatkan pada BPS BPIH mencapai 58% dari total dana kelolaan. Sedangkan nilai manfaat dari penempatan dana tersebut adalah 54% dari total nilai manfaat yang diperoleh. Kekayaan BPKH total sebesar 112.35 Triliun 95% didominasi oleh setoran awal jama’ah haji. Sedangkan jumlah jama’ah haji tunggu totalnya adalah 4.131 yang terdiri dari haji reguler dan haji khusus. Nilai manfaat yang didistribusikan kepada jama’ah haji tunggu pada tahun 2018 adalah sebesar 777 Miliar. Jadi ini alokasi virtual account jama’ah tunggu pada 2018 adalah sebesar 777 Miliar.

Selanjutnya dapat kami sampaikan pencapaian kelembagaan BPKH Tahun

2018 sampai dengan semester 1 Tahun 2019. Didalam kelembagaan, pelimpahan aset tunai Kemenag ke BPKH telah dilakukan mulai Bulan Februari sampai dengan berlanjut sampai masih dengan sekarang. Kemudian ISO 9001 2015 jadi BPKH telah mendapatkan sertifikasi ISO untuk kendali mutu 2000, 9001 2015 untuk lelang penempatan dan investasi. Juga telah dilakukan pelaksanakan alokasi virtual account. Kemudian juga di Tahun 2018 adalah adanya pelimpahan aset surat berharga Kemenag ke BPKH, di 2018 BPKH juga telah meletakkan pondasi dengan penerbitan 10 peraturan BPKH yang diundangkan, dan opini WTP atas hasil audat audit BPK terhadap laporan keuangan BPKH Tahun 2018.

Selanjutnya, sampai dengan semester 1 Tahun 2019 maka BPKH telah

melakukan hal-hal sebagai berikut, yang pertama adalah integrasi ... dengan Kemenag. Kemudian implementasi balance ... untuk dan penilaian pegawai, ini terkait dengan penilaian kinerja dan pencapaian target kinerja BPKH. Kemudian juga

- 6 -

penerbitan 5 peraturan BPKH dan 10 peraturan kepala untuk meningkatkan governance, dan telah dimulai sertifikasi manajemen resiko untuk seluruh karyawan dan pejabat BPKH untuk meningkatkan budaya pemahaman tentang resiko pengelolaan keuangan di BPKH dan melakukan survey identitas dimana hasilnya adalah lebih besar dari 9, 80%.

Realisasi semester 1 per 31 Mei, total aset meningkat menjadi 121.94 Triliun

dan dana setoran mencapai 111.6, dan sebagian diantaranya telah diserahkan kepada Kemenag 9,6 Triliun untuk biaya haji Tahun 2019. Nilai manfaat per instrumen. Instrumen investasi yang meliputi 48% dari dana kelolaan BPKH memberikan nilai manfaat sebesar 1,26 Triliun. Sementara di penempatan yang meliputi 52% dari dana kelolaan BPKH memiliki nilai manfaat telah mencapai 1,38 Triliun.

Penyerapan anggaran per 31 Mei 2019 mencapai 19% yaitu 44,4 Miliar,

namun apabila ditambahkan dengan pengelolaan yang mesti ditambahkan untuk 10.000 jama’ah maka mencapai 37%. Dimana untuk 10.000 jama’ah memerlukan tambahan sebesar 50 miliar dan yang belum tercapai adalah yang belum diserap adalah sebesar 66% yaitu 188 Miliar.

Instrumen dana setoran 52% saat ini instrumen dana setoran sudah

ditempatkan dalam investasi dan ini mencapai 58 Triliun dan 48% adalah di penempatan yaitu mencapai 53,6 Triliun. Realisasi dana kemaslahatan telah mencapai 5,7 Miliar namun 120 miliarnya digunakan untuk support BPIH sehingga mencapai 68%. Jadi 3% ditambah 68% sebesar 71%, sisa anggaran untuk dana kemaslahatan adalah 51,3 miliar atau 29%.

Terkait realisasi efisiensi RKAT tahun 2019, BPKH juga telah melakukan

efisiensi terhadap anggaran operasionalnya dalam rangka mendukung pembiayaan tambahan kuota jama’ah haji sebanyak 10.000 orang pada musim haji Tahun 2019 ini. Yaitu dapat disampaikan bahwa dari masing-masing bidang yaitu pengembangan dan kemaslahatan sebagaimana disetujui dalam RKAT Tahun 2019 persetujuan DPR RI pada waktu itu yaitu 7,382 namun persetujuan Dewas menjadi 7,320 miliar dan cadangannya yang yang diefisiensikan dari pengembangan dan kemaslahatan adalah 1,392 Miliar. Di bidang keuangan persetujuan DPR dan dewas sebesar 3,47 Miliar dari efisiensi yang dilakukan untuk tambahan kuota 10.000 jemaah adalah 143 Juta. Investasi memberikan dukungan efisiensi sebesar 12 setengah untuk jadi cadangan dan 4 Miliar dari kegiatan. Dari perencanaan dan manajemen resiko, dari anggaran dan Persetujuan Dewas yang sebesar 5,78 miliar dan persetujuan Dewas 5,67 diefisiensikan sebesar 320 Juta. Di bidang SDM dan pengadaan mengefisiensikan sebesar 16 Miliar dari cadangan dan dari kegiatan adalah 2,68 miliar. Dari bidang hukum kepatuhan efisiensi RKAT untuk tambahan kuota 10.000 jemaah adalah 6 miliar 80 dari cadangan dan dari kegiatan adalah 295 juta dari bidang audit internal mengefisiensikan 625.966.000 untuk efisiensi 10.000 jemaah juga. Kemudian dari sekretaris badan mengefisiensikan dari cadangan adalah 2 Miliar dan dari kegiatan 372 Juta. Sementara dari sekretaris dewan pengawas mengefisiensikan sebesar 1 190 Juta. Dari total efisiensi maka efisiensi yang dilakukan adalah sebesar 50 Miliar guna mendukung kuota jemaah haji yang 10.000 orang pada musim haji Tahun 2019.

- 7 -

Selanjutnya, salah satu sumber dana digunakan untuk memenuhi kekurangan

Indirect Cosh BPIH dalam rangka mendukung penambahan kuota tahun 2019 sebesar 10.000 jemaah haji ini adalah dari peningkatan target nilai manfaat sebesar 55 miliar. Jadi, selain dari efisiensi RKAT, maka BPKH juga menambah target nilai manfaat sebesar 55 miliar. Jadi, apabila sebagaimana RKAT perubahan disetujui bahwa nilai manfaat dari setoran awal adalah 7,06 Triliun, maka pada RKT perubahan dan untuk menambah dukungan terhadap kuota 10.000 jemaah, maka menjadi 7,12 Triliun. Sehingga total dengan nilai manfaat dana abadi umat maka total nilai manfaat yang harus dikejar BPKH dari RKAT 7,26 triliun maka menjadi 7,32 Triliun guna menambah dukungan terhadap 10.000 jemaah tadi.

Selanjutnya, dapat kami sampaikan pula Bapak-Bapak yang terhormat bahwa

mitra BPSBPIH telah mendapatkan peningkatan status pada beberapa bidang terkait dengan peningkatan kinerja yang dimiliki oleh masing-masing BPSBPIH. Jadi, semula ... yang hanya sebagai fungsi penempatan maka peningkatan statusnya ada yang menjadi fungsi penerima setoran dan fungsi manajer in mitra investasi serta beberapa peningkatan status lain yang mendukung BPKH dalam mengelola dana haji, antara lain dalam peningkatan status tersebut ada Bank Rio Korpri, Bank Jateng, BTPN Syariah, CIMB Niaga Syariah, BJB Syariah, Bank Jambi Syariah, Bank Mega Syariah, BPD Syariah, BPD DIY Syariah, Bank NTB Syariah, Bank Nagari Syariah, Bank Kalsel Syariah, Permata Bank Syariah, dan Panindo Bank Syariah.

Selain itu, telah direalisasikan beberapa kegiatan investasi pada beberapa

perusahaan, yaitu antara lain dengan sarana multi infrastruktur. Yang BUMN disini adalah selanjutnya adalah sarana multi griya financial persero. Juga dengan PLN di luar yang BUMN disini ada Bank Jateng Syariah dan MayBank untuk investasi di bidang suku korporasi dan pembiayaan PYD.

Investasi APBS SBSN asrama haji untuk gedung KUA, manasik haji dan

pendidikan islam juga telah dilakukan sepanjang Tahun 2019 dan juga realisasi kegiatan kemaslahatan antara lain, klinik umat kerja sama solo peduli, pembangunan sekolah-sekolah darurat di Palu, renovasi asrama haji di Mataram, beberapa kegiatan tanggap darurat dan mobil untuk jamaah lansia di 8 embarkasi.

Dapat kami sampaikan juga bahwa tantangan-tantangan dalam pengelolaan

haji selama ini yang pertama adalah ekspektasi dan harapan umat terhadap pengelolaan keuangan haji yang lebih pruden, transparan, dan optimal. Kedua, penetapan BPIH tahun 2018 atau ... 1439 Hijriyah masih belum mempertimbangkan rasionalitas, beban jemaah (direct cost) dan efisiensi komponen biaya oprasional BPIH. Yang ketiga, sebagai institusi baru BPKH masih perlu dilengkapi dengan regulasi dan infrastruktur organisasi, ekspektasi yang tinggi terhadap percepatan rekruitmen pegawai dan pengadaan ruang kantor belum dipenuhi sesuai kebutuhan. Yang keempat, keterbatasan penerbitan instrumen surat berharga syariah yang ada di pasar, khusus khususnya surat berharga korporasi yang layak serta belum lengkapnya regulasi investasi pada prodak pembiayaan dari BPSBPIH. Yang kelima, dapat kami sampaikan bahwa peluang untuk melakukan investasi langsung di Arab Saudi hingga saat ini masih belum ada yang benar-benar invisible dan sesuai

- 8 -

dengan rest. Rest epetait dari BPKH. Yang keenam, percepatan penambahan kuota jemaah haji belum sepenuhnya dapat di ikuti dengan percepatan peningkatan imbal hasil. Percepatan peningkatan portofolio pada instrumen investasi dari penempatan pada BPSBPIH, peningkatan percapaian nilai manfaat dan percepatan peningkatan jumlah setoran awal tabungan haji.

Selanjutnya, dapat kami sampaikan juga gambaran dari rancangan program

dan kegiatan pada RKAT 2020. Yang pertama adalah pemuktahiran renstra 2019-2020. Dua, untuk mengikuti perkembangan terkini pelaksanaan investasi langsung terutama di Arab Saudi. Upaya PPIH 2020 yang efisien dan rasional serta optimal, kemudian yang keempat memperkuat … identity BPKH. Yang kelima, melakukan investasi lainnya, bekerja sama dengan BPSBPIH. Yang keenam, mengembangkan sistem manajemen fotopolio. Yang ketujuh adalah melakukan kebijakan pencadangan kualitas investasi. Delapan, meningkatkan dana setoran awal. Yang kesembilan adalah meningkatan layanan dan distribusi virtual account. Yang ketujuh, integrasi sistem informasi keuangan dan koordinasi haji. Yang kesebelas adalah pengembangan dan persiapan transformasi organisasi. Ke dua belas, pengembangan budaya resioko, serta tiga belas mengimplementasikan performent management system. Yang keempat belas, mereview kebijakan dan prosedur terkait dan peraturan berdasarkan kondisi terkini dan yang kelima belas, meningkatkan kualitas SDM BPKH di bidang investasi keuangan haji, manajemen resiko, pengelolaan keuangan dan kepatuhan.

Selanjutnya, dapat kami sampaikan pula gambaran sasaran keuangan RKAT

BPKH Tahun 2020, dimana target presentase imbal hasil, targetnya adalah 7-7,25% target nilai manfaat termasuk DAU adalah 7,7 sampai dengan 8 Triliun. Target jumlah jemaah haji baru mencapai 650.000 jemaah baru per tahun. Target dana kelolaan haji mencapai 130 Triliun lebih. Target indirect cost terhadap nilai manfaat adalah 70% selanjutnya adalah 5% dari target nilai manfaat ini untuk oprasional, usulan anggaran oprasional sebesar 350 Miliar dan alokasi virtual account adalah 1,5-2 Triliun yaitu 20% dari nilai manfaat dan kegiatan kemaslahatan dialokasikan sebesar 200 Miliar.

Dari kesimpulan dapat kami sampaikan bahwa pada Tahun 2018 BPKH telah meletakan fondasi kelembagaan, melakukan kerja sama dengan berbagai stake holder untuk sinkronisasi program, telah melakukan transisi kewenangan dari Kementerian Agama dan menyusun peraturan-peraturan BPKH. Di 2019, kami telah dan akan melakukan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: meningkatkan investasi keuangan haji dan nilai manfaat keuangan haji, memperkuat kepercayaan dan kredibilitas kelembagaan BPKH juga mempertahankan untuk memperoleh Wajar Tanpa Pengecualian dalam pengelolaan keuangan dan aset keuangan haji dan melaksanakan tata kelola program kemaslaatan. Dan di 2020 kami merencanakan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: melaksanakan pemuktahiran renstra 2019-2022. Melaksanakan investasi langsung melalui kerja sama investasi, selanjutnya meningkatkan sistem informasi keuangan dan peningkatan dana kelola keuangan haji dan melakukan upaya efisiensi dan rasionalisasi BPIH di tahun 2020, dan dapat kami sampaikan bahwa pemuktahiran renstra 2019-2022 dan RKAT 2020 kepada dewan pengawas pada bulan Agustus dan juga akan kami sampaikan kepada Komisi VIII DPR RI pada bulan Agustus atau September di 2019.

- 9 -

Demikian pemaparan kami. Atas perhatiannya dapat kami sampaikan banyak terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Langsung Pak Dat, tadi pas..

KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang kami hormati, Pimpinan Komisi VIII DPR RI, Pak Iskan Lubis, Yang kami hormati, Bapak dan Ibu Anggota Komisi VIII DPR RI, Yang kami hormati, teman-teman Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana, serta, Seluruh yang hadir di forum ini.

Izinkan kami menyampaikan paparan tentang pengawasan kami terhadap BPKH untuk periode 2018 berdasarkan laporan audit BPK dan juga untuk 2019 sampai dengan bulan Mei 2019.

Lanjut, kalau sebagaimana disampaikan tadi oleh Pak Kepala Badan

pelaksana dan Anggota Badan Pelaksana, Pak Anggito dan Pak Ajar. Di 2018 relatif target-target yang telah kami tetapkan di RKAT 2018 bisa tercapai dengan baik dana kelolaan tercapai 1,49% artinya melebihi target, tetapi nilai manfaat hanya tercapai 94,06% tapi bisa tumbuh dari 5,28 triliun menjadi 5,7 triliun, tumbuh tapi belum mencapai target, begitu juga tentang porsi penempatan dan porsi dan porsi investasi yang diamanahi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2018, salah satunya dikatakan bahwa penempatan itu maksimal 50% dari dana kelolaan. Nah, dalam hal ini kami laporkan bahwa yang terjadi adalah masih 58%, berarti masih melampaui target yang ditetapkan.

Namun demikian, telah terjadi penurunan yang signifikan dari 63% menjadi

58%. Walaupun ini belum memenuhi target yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah, tetapi dalam beberapa hal kami Dewan Pengawas dapat memakluminya, yaitu disebabkan karena realisasi investasi oleh Dewan Badan Pelaksana baru bisa dilakukan pada sekitar bulan Juni 2018, disebabkan menunggu laporan audit BPK pada waktu itu, sehingga implementasi investasi itu hanya efektif baru setengah tahun terakhir atau di semester kedua, begitu juga sebagaimana sering kami sampaikan disini bahwa karena BPKH hanya boleh investasi di instrumen syariah, kami masih menemukan suasana instrumen-instrumen syariah di pasar itu masih relatif terbatas.

Kemudian tentang landasan pengawasan kami untuk Tahun 2019. Kami

mengalih ke Tahun 2019, yaitu atau kami kembali dulu tadi. Kita berikan apresiasi juga kepada Badan Pelaksana yang telah memperoleh audit opini audit dari BPK dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian dan juga ada satu lagi prestasi yang

- 10 -

menurut kami sangat apresiatif ya, yaitu diperolehnya sertifikat ISO 9001 2015. Jadi, BPKH dalam beberapa hal telah memperoleh sertifikat ISO dan juga di 2019 kita juga mencanangkan ada sertifikat ISO juga untuk beberapa SOP.

Nah, sekarang kembali ke pengawasan kinerja sampai dengan Mei 2019.

Landasan utama kami di dalam pengawasan di tahun ini adalah pertama tentang limitasi-limitasi yang ada di dalam Undang-Undang, ada di dalam peraturan pemerintah khususnya, yaitu dikatakan bahwa harus ada likuidit likuiditas atau dana yang tersedia sebesar 2 kali kurang lebih, 2 kali penyelenggara ibadah haji, dan kedua sisanya untuk investasi dan penempatan dengan aturan sebagaimana yang kami tuangkan disini yaitu untuk surat berharga unlimited, penempatan di perbankan sampai Tahun 2020 itu hanya maksimal 50% setelah itu harus turun lagi menjadi 30%, emas maksimal 5%, investasi langsung maksimal 20% dan investasi lainnya sebesar maksimal 10%.

Kemudian landasan lain yang kami gunakan di dalam mengawasi BPKH itu

adalah komitmen kami dan Dewan Pengawas, maaf dan pelaksana pada saat Raker di 2018 lalu di akhir Desember pada saat kami merencanakan kegiatan Tahun 2019. Jadi di Raker tersebut ada 15 point besar yang merupakan strategic targets, target-target strategis yang akan menjadi sasaran utama, target utama bagi BPKH 2019 yang bisa dilihat disini, yang pertama adalah tentang dana kelolaan, kemudian nilai manfaat, virtual account, kemaslahatan, kerja sama kelembagaan dan seterusnya sampai pada akhirnya memperoleh opini dari audit BPK dengan Wajar Tanpa Pengecualian. Ini lah dasar bagi kami di dalam, secara strategis mengawasi badan pelaksana BPKH.

Selanjutnya, kami sampaikan kegiatan pengawasan yang kami lakukan yang

pokok-pokoknya saja disini, bidang investasi, bidang penempatan dan bidang hukum. Kami dari waktu ke waktu melakukan review atas usulan-usulan investasi dan penempatan dari badan pelaksana kepada dewan pengawas serta memonitor implementasi atau pelaksanaan dari persetujuan-persetujuan yang sudah kami berikan investasi maupun review.

F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA):

Pimpinan, mohon maaf pimpinan. Ini saya kiri kanan saya kutak kutik – kutak kutik, kok tidak ada.

KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH:

List ada Pak, yang fotocopy ya. Tolong dikasih ini.

F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA):

Oh yang ini, iya iya terima kasih, terima kasih. Lanjut Pak.

- 11 -

KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH:

Kemudian, melakukan penyusunan pedoman-pedoman ya terutama pedoman kebijakan dan penempatan investasi dan penempatan. Kemudian untuk bidang manajemen resiko yang utama adalah melakukan review terhadap kajian resiko dan usulan investasi dan penempatan dari badan pelaksana. Kemudian, B. Pengawasan terhadap resiko BPKH secara keseluruhan dengan metodologi enterprise management dan penerapan business continuity management. Kemudian bidang audit kami telah menyusun audit carter kemudian memberikan masukan-masukan atas kebijakan akuntansi dan pelaporan keuangan pada badan pelaksana, melakukan mereview atas dokumen perencanaan baik itu rumusan kebijakan, renstra dan RKAT, juga melakukan review atas laporan pertanggungjawaban BPKH dan juga pendampingan audit BPK RI.

Itulah kira-kira pokok-pokok kerja kami selama 5 bulan pertama di 2018, 2019

maaf. Dan berikutnya, saya kira ini yang paling penting adalah pokok-pokok pengawasan kami sampai dengan 31 Mei 2019. Nah, tadi dari 15 poin strategic target yang disepakati pada rapat kerja BPKH di akhir Desember 2018. Kami cantumkan tadi sudah kami jelaskan, di bagian ini kami cantumkan pula bagaimana capaiannya sampai dengan Mei 2019. Pada butir 1a tentang dana kelolaan. Posisi dana kelolaan targetnya 121,3 Triliun sampai dengan Mei tercapai 111,63 Triliun. Berarti 96% tercapai dan kalau kami proyeksikan. Ini paling kanan sekali adalah kolom proyeksi berdasarkan asumsi bahwa growth rate-nya kurang lebih sama dengan 5 bulan pertama. Maka, kami perkirakan sampai dengan akhir tahun itu hanya tercapai 98%. Ini tentu saja akan kami sampaikan lebih lanjut kepada badan pelaksana semua ini untuk menjadi perhatian, karena kalau begini terus, kira-kira selama 5 bulan pertama tidak ada peningkatan percepatan maka posisi dana kelolaan bisa hanya tercapai 98%. Kemudian butir B masih dana kelolaan tapi kita lihat dari sisi growth-nya pertumbuhan, targetnya 8,95 triliun, capaian sampai dengan Mei 8,93 Triliun berarti 99,78% dengan growth yang sama maka di akhir tahun bisa hanya mencapai 78,99%.

Kemudian nilai manfaat atau return ya, target minimal 7,32 Triliun sampai dengan Mei tercapai 2,65 Triliun atau hanya 36% yang berarti kalau diproyeksikan sampai dengan Desember 2019 hanya tercapai sekitar 87%. Yang ketiga tentang virtual account target 1,2 Triliun yang direalisasikan sampai dengan 2019 belum karena ini memang biasanya realisasinya di akhir tahun menunggu capaian tetapi ada antisipasi yang agak negatif atau pesimistik tentang ini bahwa 1,2 Triliun bisa tidak tercapai dengan indikasi-indikasi yang tadi kami katakan bahwa nilai manfaat yang berjalan itu terproyeksikan sampai dengan akhir tahun tidak tercapai. Sehingga yang terdistribusikan ke virtual account-pun bisa tidak tercapai. Kedua, ada informasi yang kami terima penggunaan sekitar 50 Miliar dari nilai manfaat atau jatah yang ditargetkan untuk virtual account itu tergunakan untuk mensubsidi jama’ah haji kuota yang tambahan 10.000 jama’ah. Sehingga kami khawatir bahwa virtual account yang 1,2 triliun itu bisa tidak tercapai. Kemaslahatan tadi sudah dilaporkan baru tercapai 5,7 Miliar dari target 177. Berarti hanya sekitar 10%, kurang dari 10% dan kalau ini terus berlangsung maka sampai dengan akhir tahun hanya tercapai 7,7% dan dari sisi komitmen memang sudah ada komitmen

- 12 -

berdasarkan laporan badan pelaksana. Kalau dilihat dari sisi komitmen itu sudah ada antisipasi penyaluran kemaslahatan sebesar 12,7.... Kalau komitmen ini bisa dilaksanakan semua sampai dengan akhir tahun itupun baru hanya akan tercapai 75%. Sementara nomor 5 dan nomor 6 kerjasama lembaga dan sosialisasi lembaga ini belum kami dapatkan laporan tapi tetap kami pantau terus. Ketujuh, tentang dashboard manajemen resiko ya sekarang dalam laporan yang kami terima sudah selesai. Berarti sampai dengan akhir tahun bisa tercapai target. Kajian sustainability juga sudah bisa dipastikan selesai. Jadi bisa dikatakan mencapai target walaupun sekarang belum ya. Kemudian ISO 9001 tentang kemaslahatan, saat ini posisi 55% kalau ini berjalan normal maka akhir tahun akan tercapai 100%. ISO 9001 tentang pembatalan juga baru capai 55% dan kami prediksi akhir tahun bisa tercapai 10, 100%. Sementara selebihnya tentang 11 itu kepatuhan, 12 turn over pegawai, kepuasan layanan, identitas BPKH, opini audit itu memang sesuatu yang akan kami ketahui di akhir tahun biasanya, atau e pada periode tahun berikutnya. Itulah kira-kira adapun selanjutnya halaman-halaman berikutnya merupakan rincian dari apa yang saya kemukakan tadi ya. Saya kira saya skip saja karena ini merupakan rincian saja. Selanjutnya ada yang kami ingin laporkan khusus untuk kewajiban kami sebagai dewan pengawas ya. Berdasarkan rapat atau RDP terakhir yang lalu yang kita laksanakan pada tanggal 28 Maret 2019, didalam kesimpulan butir 3 dikatakan bahwa kami dewan pengawas harus melaporkan persetujuan kami atas rincian RKAT perubahan 2019. Itu yang menjadi tugas kami lebih lanjut. Maka pada kesempatan ini kami laporkan kepada bapak-bapak komisi VIII bahwa kami akan segera menyampaikan itu dan kalau boleh pada forum ini juga kami sampaikan nanti di bagian akhir dokumen persetujuan rencana kerja dan anggaran perubahan Tahun 2019 yang telah kami setujui dengan sedikit catatan laporan kami sampaikan kepada bapak-bapak dan ibu, bahwa didalam persetujuan tersebut terdapat e penurunan persetujuan kami sebesar kira-kira 4 Miliar Rupiah dari yang telah disetujui oleh DPR pada masa yang lalu. Dan itu tadi sudah disebutkan oleh Pak Ajar di apa saja rinciannya yang intinya adalah kami meminta kepada dewan badan pelaksana untuk lebih menghemat lagi dalam hal-hal yang terkait dengan biaya operasional dan akhir alhamdulilah bisa ditekan sedikit lagi lebih yaitu sebesar sekitar 4 Miliar. Tepatnya 4 Miliar, 25 juta, 22 juta, 675 ribu, 502 rupiah. Itulah laporan pengawasan kami dan sekali lagi kami mohon ijin kepada bagian akhir nanti untuk menyerahkan dokumen tersebut kepada komisi VIII DPR RI. Terimakasih, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terimakasih kami ucapkan baik bapak dari badan pengawas yang intinya kita lihat tadi bahwa investasi langsung itu baru rencananya di Tahun 2020 ya Pak ya. 2020 ya, ya jadi artinya sangat mungkin kalau ongkos haji bisa naik dong ya. Kalau begini ya kalau tidak ada dana optimal yang masuk ya secara umum begitu ya. Tetap bagi teman-teman yang ingin menanggapi ini sudah baru 2 yang masuk, oke.

- 13 -

Oke, meja Pimpinan pertama Bapak Mustafa Bakri, siap-siap pak Chairul Muna ya. Silakan. F.P GOLKAR (DRS. MUSTHAFA BAKRI, MA): Bismillahirrahmanirahim. Assalamualaikum warahmaullahi wabarakatuh. Terimakasih bapak pimpinan yang berbahagia, selamat datang bapak ketua sudah hadir. Yang berbahagia para anggota komisi VIII, sahabat-sahabat yang dikasihi. Yang dihormati kepala BPKH, bapak Anggito Abimanyu beserta jajaran, dan anggota pengawas.

Ketua Pengawas ya, ijin dimaafkan. Dewan Pengawas namanya.

Landasan berpikir yang ingin saya ajukan pertama adalah Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan dana haji, kemudian peraturan Presiden RI nomor 110 Tahun 2017 dan Peraturan Pemerintah nomor 5 Tahun 2018.

Pertama adalah yang ingin saya sampaikan yang saya ingin perdalam masalah pengelolaan dana haji ini, dalam pertemuan yang lalu saya meminta kepada Bapak kepala BPKH untuk memberikan kepada kami data faktual, lengkap, dari jumlah jamaah haji, dan dana yang dikelola, berapa jumlah jamaah haji dan berapa setoran-setorannya tiap bulan, dan ini saya sudah temukan 31 bank yang berlabel syariah sampai saat ini saya belum dapat data itu. Cuman ada angka-angka jumlah yang ada, karena apa karena dana ini dana umat yang sangat besar. Lebih kurang hampir 115 Triliun yang dikelola. Makanya kemarin waktu pertemuan dengan ... haji saya sangat terkejut. Apabila Kemenag mengusulkan dana tambahan untuk bantuan dana tambahan tersebut dengan adanya kuota tambahan haji 10.000. Karena setahu saya dari informasi-informasi data ekonomi, keuntungan dan profitable daripada pengelolaan dana haji itu sebagaimana apa yang disampaikan oleh kepala BPKH dalam satu media lebih kurang hampir 7 Triliun. Jadi itulah kemarin saya bertanya data itu untuk dalam rangka hal pengawasan daripada kami dari Komisi VIII.

Yang kedua masalah investasi, sepaham saya di misi BPKH tersebut

melakukan investasi pada imbal hasil yang optimal, imbal hasil, berarti ada profitable. Profit sharing dalam hal pengelolaan dana tersebut, dengan landasan yang sudah jelas menurut Undang-Undangnya yaitu prinsip syariah melalui prinsip syariah. Berarti kelolaan dana haji itu dalam investasi harus dengan jalan prinsip syariah dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kehati-hatian, dan profesional.

- 14 -

Nah dari keuntungan-keuntungan tersebut, ada yang agak miris saya merasa kenapa tidak ada pengumuman pemerintah tentang turunnya maksudnya angka turunnya modal untuk setiap pelaksana haji diturunkan maksudnya harga per orang untuk pergi haji itu harusnya tidak seperti sebelumnya, sebelum ada BPKH ini karena pengolahannya lebih profesional. Berarti keuntungan lebih besar. Kenapa menurut Undang-Undang pasal 24 itu bahwa segala pengelolaan itu adalah untuk manfaat dan penggunaan jamaah haji dan umat. Dua jamaah haji dan umat sesuai Undang-Undang yang ada telah ditetapkan. Nah sebagai ... syariah, boleh dikatakan ini pengawas bidang syariah yaitu pengawas pengelola dana haji ini tentu personel-personel yang profesional dalam bidangnya, karena dalam beberapa kajian tidak semuanya juga yang namanya pengelolaan perbankan syariah itu menjalankan prinsip syariah. Bahkan lebih kurang hanya berbeda tipis dengan perbankan konvensional. Kenapa investasi ada sifatnya harus ada mudharabah. Kemudian investasi juga harus bersifat wakalah, yang mana keuntungan profitable itu harus halal. Wa laa talbisul haqqa bil baathili wa taktumul haqqa wa antum ta'qilun ta’lamun. Alhamdulillah. Nah ini ada PKS jangan salah sikit ni, karena pernah terjadi juga di Malaysia tabung haji. Investasi kepada perbankan syariahnya dan perbankan itu memberikan pinjaman ke suatu perusahaan yang mengelola material yang tidak halal. Nah, karena tadi saya melihat disitu ada perbankan-perbankan yang non-governance, swasta.

Kenapa ada kajian satu seorang Sarjana Mesir dan juga rektor. Beliau pernah

jadi Rektor, Prof. Dr. Mahmusafoed. Nah, jadi bahwa bila mengatakan makai memakai prinsip syariah mestilah dia udkhulu fissilmi kaffah. Jadi masuk secara keseluruhan secara kaffah, karena dia pakai prinsip syariah. Tidak hanya liable kepada nama, istilahnya kambing berbulu domba. Kenapa? Karena ada istilah namanya political economy untuk menjaring dana-dana islam yang kategori banyak dipegang oleh negara-negara islam. Dibuatlah yang namanya prinsip-prinsip syariah dalam sistem perekonomian dunia, tetapi timbal baliknya tidak memberikan kepada manfaat untuk umat itu sendiri.

Pertanyaan saya, hal ini tadi mungkin cukup panjang, sejauh mana BPKH

berinvestasi dalam prinsip syariah ini timbal baliknya untuk jamaah, khususnya jamaah haji dan umat, karena sampai kemarin juga penambahan itu kok masih memerlukan bantuan dana dari APBN. Sedangkan kelola dana data kelola keuangan BPKH itu triliunan.

Nah, yang ketiga (berdeham) sabar. Dalil untuk haiatul murakhabah syariah

ini pengawas, bagaimana sistem kerja yang dilakukan oleh hai‘aturungkhara atau syariah atau pengawas dalam pengelolaan dana ini yang menganut sistem syariah. Melekat atau tidak, atau hanya berdasarkan persetujuan. Kalau sifatnya melekat mesti semuanya melalui tata kelola analisa syariah. Contoh ada beberapa bank yang non yang boleh dikatakan tadi bank permata, ada lagi saya lihat Bank CIMB Niaga Syariah, karena salah satu dari konsultannya ini adalah teman kuliah saya. Apakah program-program perbankan tersebut, yang namanya perbankan syariah itu implementif terhadap penggunaan modal. ... bermodalkan syariah, tentu perjanjian-perjanjian permodalan tersebut harus berdasarkan syariah. Sepaham saya untuk dalam investasi permodalan syariah tidaklah begitu mudah seperti konvensional, karena harus melalui syarat dan rukun syariah tersebut. Dalam penggunaan apa

- 15 -

namanya implementasi perbankan syariah terhadap pengelolaan dana umat. Karena apakah jaminan dari perbankan tersebut menggunakan dana tersebut sesuai juga jalannya dengan prinsip syariah. Atau sementara itu saja Pak Pimpinan. Mohon nanti pengembangan dari temen-temen juga nanti saya akan tambahkan.

Akhda’wan walhamdulilah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Mustofa. Yang berikutnya Pak Choirul Muna silakan. F.P NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Nama saya Choirul Muna, fraksi partai Nasdem dapil 6 Jawa Tengah, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo. Yang kami hormati Bapak Ketua Pimpinan anggota Komisi VIII yang terhormat. Kepala Badan Pelaksana BPKH, Bapak Anggito Kepala Badan Pengawas BPKH, Pak Yuslam Semua yang hadir di tempat ini, dari BPKH yang ganteng-ganteng yang saya hormati.

Saya fraksi partai Nasdem mendukung, bahwa BPKH tidak harus dikenai pajak karena BPKH adalah sifatnya seperti BPJS. Oleh karenanya kami mohon rekan-rekan komisi VIII untuk merekomendasi supaya BPKH tidak ada pajak, sehingga tidak membebani betul terhadap BPKH.

KASET 3 (Suara Tidak Terekam) KASET 4 F.P NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA):

Untuk merekomendasi supaya BPKH tidak ada pajak. Sehingga tidak membebani betul terhadap BPKH. Yang kedua, saya melihat miris dengan paparan dari kepala badan pengawas BPKH. Bahwa Desember tahun 2019 nilai manfaat yang akan diterima hanya 6,36 triliun. Kalo begini ni nanti direct costnya akan tambah berapa? Yang kemarin saja penggunaannya minus 10.000 jemaah haji itu sudah 7,003 triliun. Kalo sekarang ini hanya di Desember itu 6,36 triliun, ini terus bagaimana sementara sudah habis semuanya. Nah, saya juga masih tanda tanya disini ini tadi tanya kesana kemari saya belum ketemu dengan total aset 121,94 triliun. Ini dimana? Karena yang dipunyai BPKH itu di tahun 2018 itu adalah 120 12,5 triliun. Kemudian, estimasi di bulan Mei ini adalah 115 triliun. Saya belum ngerti 121,94 triliun ini darimana? Saya butuh keterangan tentang ini.

- 16 -

Kemudian, saya melihat bahwa hasil optimalisasi yang ada ini, mohon maaf Ketua masih seperti saya anggap pendamping PKH-PKH. Jadi ada uang, hanya job description ini untuk beli sepatu, ini untuk beli buku. Nah ini loh ini adalah nilai manfaat untuk jamaah, ini untuk virtual account, sementara yang dihasilkan terovernya ini belum kelihatan disini. Ini sudah 2 tahun hampir ini. 2017,2018 dan sekarang 2019 belum ada. Oleh karenanya, mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya orang jawa sehingga ada dua yang harus dilakukan oleh BPKH menurut saya. Ada sesuatu apa gerakan yang luar biasa 2. Satu investasi yang betul-betul bisa kredible tetapi menghasilkan besar. Yang kedua, harus dijaga tentang hati orang lain. Mohon maaf, Pak Ketua bahwa BPKH itu satu punya pacar satu punya orang tua. Orang tuanya adalah Komisi VIII dan pacarnya adalah pihak ini ya. Tidak boleh kedua-duanya ini disakiti, mohon maaf kalo namanya salah satunya disakiti, ini pasti tidak akan bisa optimal dalam investasi. Contohnya, kita tahu peristiwa hotel ramada. Pak jika bicara apa fungsinya Pak JK disana, sehingga dari kementerian agama, wah ini gak enak kami ini kok dibegitukan. Akhirnya tidak mau untuk beli disana, gagal lah disana. Kemudian, mohon maaf ini menyinggung dan menyakiti Bapak dan pacarnya. Satu sudah disepakati antara pemerintah dan DPR bahwa indirect cost itu disepakati meggunakan termasuk salah satunya efisiensi tahun 2017, efisiensi tahun 2018. Tapi, BPKH mengatakan kami tidak sepakat dengan itu. ini menyakiti keduanya, mohon maaf. Hal yang seperti ini janganlah dilakukan lagilah kalau ingin investasi yang bagus. Karena ada dua. Satu itu harmonisasi itu memang betul-betul investasi ini layak untuk dilakukan dalam studi kelayakannya, keduanya hati juga harus di apa itu harus harus ada suatu harmonisasi. Yang ketiganya, mohon maaf, ada sesuatu yang semua yang hadir itu sakit pada saat BPKH minta untuk me melihat investasi ee proyek untuk ketring yang ada di musdalifah. Bahwa kalau namanya Komisi VIII itu kesana, sama dengan mengatakan Komisi VIII merekomendasi entah itu rugi atau untung, padahal tidak boleh rugi. Yang ketiga, hanya kalo diputer disitu dianggapnya nanti kalo ada orang yang ke KPK. Wah ini bisa-bisa, wah ini Komisi VIII kong kalikong ini dengan BPKH tentang investasi, padahal investasi adalah mutlak dilakukan oleh BPKH. Nah sehingga yang berangkat kesana, termasuk Pak Ketua luar biasa marah-marah luar biasa karena ini juga bisa jadi jebakan disana. Loh mohon maaf, yang terakhir saya kaget dengan kemarin surat yang dilayakangkan dengan BPKH pada DPR mengatakan bahwa BPK apa itu BPIH dianggap apa BPKH memandang bertentangan dengan efisiensi dan prinsip syariah. BPK menyatakan bahwa pembelian ... yang dilakukan tanpa persetujuan BPKH dan menggunakan dana BPIH dianggap tidak akuntable. BPKH memandang hal itu bertentangan dengan efisiensi dan prinsip syariah. Sudah disepakati antara PHU dan Komisi VIII bahwa ini nanti akan bermanfaat dan ini adalah sesuatu yang monumental untuk Komisi VIII di periode 2014 dan 2019 disini. Kalo toh namanya ini BPKH menyatakan, yah sudah lah yang sudah sudah tapi yang besok jangan, gitu loh. Yang besok jangan tapi ini yang seperti ini jangan dilakukan kembali, kami kok tidak di kasih persetujuan tapi kalo yang ini udah lah, selesai. Itu tidak menyakiti, kalo ini namanya wah saya tidak mau, saya tidak pernah apa itu tidak mau untuk menyetujui ini. Ini menyakiti antara bapak dan pacar ini. Oleh karenanya, mohon maaf yang demikian ini jangan dilakukan kembali.

Iya. Iya. Ini betul Pak Anggito.

- 17 -

Saya yakin kalau namanya semuanya ini nanti bisa harmonis gitu loh. Komisi VIII merasa begitu apa itu senang ketemu dengan BPKH, kemudian PHO itu juga senang bergandeng tangan dengan BPKH. Yakin BPKH, kalo namanya mau investasi gedung disana, PHO pasti akan beli, saya yakin. Kemudian, kalo namnya apa akad investasi sesuatu termasuk ketringnya ada disana itu nanti PHO juga akan membeli dari hasil dari ketring yang ada. Saya yakin disana, tapi kalo sekarang ini sudah rasanya kok keduanya itu tidak harmonis, selalu disakiti. Saya takut itu kalo nanti ketringnya yang ada di musdalifah itu kalo lebih PHO tidak mau beli.

Nah, ini persoalan-persoalan yang perlu kita cermati kedepan walaupun kami

ini tinggal 3 bulan dengan itu loh, nah iya hehe. Tapi, paling tidak saya melihat bahwa Pak Yuslam yang jelas saya melihat bahwa Pak Yuslam beserta semua dewan pengawas adalah Komisi VIII yang memilih gitu loh termasuk Mba Sarah ini dulu ini yang.

Jadi, inilah yang terus terang kami minta betul bahwa ada suatu keselarasan

harmonisasi antara PHO dan BPKH, jangan sampai sakit menyakiti sakit menyakiti. Ndak jadi lah kalo begitu kalo, ini lah mohon maaf saya yang agak terlalu apa berani bicara dengan BPKH bukan saya itu ngg apa itu ingin menyakiti, tapi bagaimana saya melihat bahwa BPKH kedepan akan lebih bagus, investasinya akan lebih apa itu berani dan bisa menghasilkan dan menjanjikan. Oleh karenanya, kedepan yang saya inginkan tidak ada sesuatu yang namanya kenaikan direct cost untuk jamaah haji di tahun 2020-2021 selanjutnya.

Terima kasih Pimpinan.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Iya, terima kasih Pak Choirul Muna. Sampai Pak Ketua bingung ini, karena dalam sekali itu menyampaikannya.

Yang berikutnya kita sampaikan. Silakan Bapak Dr. Surahman Hidayat.

F. PKS (Dr. K.H. SURAHMAN HIDAYAT, M.A.):

Terima kasih.

Bismillahirohmanirohim. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan rapat beserta Anggota Komisi VIII yang saya hormati, Ketua BPKH beserta Jajaran, Saudara. Eh Kepala BPKH serta jajaran, Saudara Ketua Badan Pengawas BPKH beserta jajarannya.

Pertama-tama tentu terima kasih atas terselenggaranya RDP ini dan saya menyampaikan apresiasi atas dua prestasi dari BPKH, yaitu: WTP ya? Kemudian

- 18 -

mendapatkan ISO berapa itu ya. Ini prestasi yang itu perlu dipelihara bahkan di tingkatkan. Nah tentu catatan Pak Muhnar tadi itu untuk keperluan prestasi itu ya Pak?

Saya yang ringan-ringan saja karena tentu banyak hal-hal yang lebih bersifat

teknis ya. BPKH ini sesuat satu mahluk yang tentu kita sangat harapkan masa depannya begitu kan tumbuh subur dan seterusnya. Ya, makhluk yang kira-kira sama di Malaysia ada yang namanya tabung haji ya, iya, gaung dan reputasinya cukup kuat begitu. Bukan untuk membandingkan karena ini kan masih bayi kan BPKH, tapi potensinya itu seperti apa, bayi yang sehat dan kuat kan begitu ya. Ini reputasi BPKH itu seperti apa lah ya. Itu yang pertama ya.

Yang kedua tentu karena tugasnya adalah investasi, nah tadi tentang investasi

langsung di luar negeri tidak hanya di Saudi Arabia tentu saja ya dimana saja ya memang. Profitability nya lebih memungkinkan ini. Sudahkah sejauh mana dilakukan visibillities tadi untuk ya untuk investasi-investasi seperti itu? begitu kan. Ya tentu dunia ini tidak sesempit Indonesia, tidak sesempit Saudi Arabia, kan begitu.

Itu untuk BPKH sedangkan untuk hari-hari kobahnya nih pengawas ya. Tentu

intinya adalah mengawasi dari sisi hal hilliyah. Memastikan ke halalannya itu pasti lah ya. Yang kedua, arib hiyyah, profitability kan itu ya. Nah yang hal hilliyah kehalalan ini pada lembaga-lembaga investasi di Indonesia di luar Indonesia yang sudah berprinsip syariah. Tapi tadi di dalam tayangan belum semua lembaga investasi dan keuangan dan bisnis syariah menjadi mitra begitu kan ya, belum semuanya. Penjelasannya seperti apa? Apakah ada kriteria yang belum terpenuhi misalnya kah? Yah dalam hal profitability ini yang jelas profitability dari sisi Pak uang, makin besar ya kan, tetapi ada sosia profitability bahkan politik ke profitability, ya kan. Keuntungan secara sosial dimana umat ini merasa bangga dengan kehadiran BPKH ya demikian juga mitra BPKH dalam hal ini Komisi VIII ya kan itu kan termasuk itu politik ke profitability, karena kita saling mendukung, disitu Pak Muna cukup dalam. Ada juga yang kemitraan, karena bentuk investasi ini dengan prinsip syariah kan berprinsip kemitraan yang semakin luas, nah ini.

Tadi beberapa yang disampaikan ada hal-hal yang kurang menggambarkan

suatu prospek ya. Seperti, disebutkan ya return untuk kemaslaatan umat ini kan tidak mencapai target ya kan. 10% bahkan turun ke 7% bahkan bisa turun lagi, nah ini kan aa tentu umat ya doa umat akan kurang kalo begitu kan. Kok ini untuk kemaslaatan turun kan begitu nah ini. Padahal kan tadi jamaah haji saja ada 4.135.000 doanya ini luar biasa, belum lagi yang antri di belakang ya kan jadi ini ya kebanggaan umat ini jangan dianggap sesuatu yang kecil ya. Kemaslaatan umat ini menjadi penting. Waktu saya ke dapil juga kemarin banyak itu pesan-pesan dari masyarakat, mana mana mana. Mereka tentu menanyakan mana itu sesuatu yang terlihat ya kan, karena kalo hitung-hitungan mereka kurang begitu tertarik. Mereka menanyakan, mana? Mana pak, katanya mana. Nanti lah saya sampaikan ke BPKH mana mananya itu biar mereka yang jawab, kan begitu ya.

Ya, tadi untuk investasi itu ada beberapa kendala bahkan konstren, waktu

mungkin kalo waktu sudah terlewati sekarang sudah ya, tapi ada konstren mungkin kriteria-kriteria yang dibuat sendiri ya kan, ya. Sehingga, terkesan BPKH agak

- 19 -

kurang berani begitu kan di dalam investasi tadi di singgung soal ketring, soal apa soal apa. Jadi, terlalu hati-hati sehingga ya ga keluar kan begitu. Kalau orang mau berusaha itu terlalu hati-hati ga jadi ya kan begitu. Nah ini tentu antara keberanian dan kehati-hatian ini perlu proporsional lah. Memang ini uang amanat, tapi kan anda sekalian itu para pakar lah ya tentu lebih berani dari pada hati-hati. Kalo hati-hati ini biasanya para ustad lebih hati-hati tapi kalo pakar itu biasanya lebih berani kan begitu ya.

Jadi untuk ya juga tadi soal apa virtual account kan tidak mencapai target juga. Per 777 enggak gampang angkanya 777, padahal rencana atau targetnya 1,2 bahkan 7T. Ini kan justru dari 7 bahkan kosong 7, ini kan bukan penurunan tapi kan anjlok banget kan begitu. Nah ini penjelasannya seperti apa kedapan ya?

Itu saja beberapa hal yang mungkin tidak terlalu pelik, tadi disinggung soal

pajak. Kan tidak di uraikan mungkin bagus juga bagaimana si beban pajak itu, apakah memang sedemikian serius sehingga ini perlu menjadi bagian dari apa namanya obrolan kita, nanti mungkin ke pemerintah kan atau itu bisa di atasi.

Demikian, terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Surahman. Yang berikutnya, Bapak terhormat Bapak Dja’far Shodiq. Silakan Pak.

F.P NASDEM (K.H. DJA'FAR SHODIQ, S.H.):

Terima kasih Pimpinan.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Kepala BPKH dan Dewan Pengawas serta seluruh staf yang saya hormati,

Yang pertama adalah kalau BPKH ini ibaratnya sebuah lembaga kita yang diharapkan menghasilkan uang. Jadi kalau di Dewan ini juga termasuk fungsi marketing adalah menetapkan pendapatan perkiraan pendapatan dari tahun ke tahun Pak. Jadi tidak sepihak, misalkan nilai manfaat BPKH untuk tahun 2019 ini dibicarakan disini, berapa hitungan bapak, berapa hitungan kami. Sehingga nanti menjadi sebuah penetapan bersama. Kalau di di provinsi Pak, artinya pajak kendaraan bermotor itu berapa ribu orang? Berapa nilai pajak? maka ditetapkan bersama antara Komisi Keuangan yang dengan pihak samsat misalnya, ini kita harus begitu. Tidak sepihak dari BPKH, ini hasilnya sekian. Nah jadi dewan juga punya hak menaikan nilai penetapan yang ditetapkan oleh Bapak tentunya lebih tinggi dengan harapan bisa membawa manfaat kepada jemaah haji lebih banyak. Itu harapan kita Pak, termasuk fungsi marketing.

- 20 -

Yang kedua adalah kalau kita hitung-hitung, saya tidak mau mengurui Bapak

tentang investasi, tapi kita berhak juga untuk meningkatkan nilai ini supaya masyarakat nanti tidak terlalu terbebani. Karena opini-opini yang ya memang ada yang hoax, tapi kita harus bisa memberikan penjelasan Pak. Sebagai Anggota Dewan kita memberikan penjelasan pertanggungjawaban, ditanya atau tidak ditanya oleh masyarakat kita pasti ditanya. Mereka ingin tahu tentang sekarang yang beredar bahwa dana BPKH dipakai untuk infrastruktur. Nah, opini ini sudah luar biasa pak. Maka diembel-embeli tidak seijin pemilik dana, ... ini. Ini kan menjadi seolah-olah kita ini orang-orang yang mengabaikan hal seperti itu. Hal-hal yang haram seakan-akan kita mengabaikan, terutama kita anggota dewan. Ini pembicaraan di grup medsos seperti itu pak, ada kyai, ada professor, ada ulama, ada doktor, ini bukan main-main. Saya kewalahan disitu menjelaskan. Oleh karena itu publik ini harus tahu dengan hal-hal yang demikian.

Tentang dana maslahat pak. Kalau kami berharap dana maslahat ini bisa dioptimalkan untuk jama’ah haji sajalah, daripada timbul fitnah sana sini. Karena faktanya orang jama’ah haji ini untuk haji itu mereka melarat pak. Mereka melarat untuk bisa mengumpulkan uang haji. Ada seorang guru mengumpulkan uang haji. Sudah terkumpul tahun ini, cukup untuk naik haji, dia tidak berangkat. Begitu tahun berikutnya, giliran dia berangkat uangnya tidak terkumpul lagi, begitu juga, ada pak. Ya kebetulan guru saya guru agama pak. Nah jadi orang-orang seperti ini kenapa? Dana maslahat ini tidak ditembakkan kesana saja, tentu saja bekerjasama dengan Dirjen PHU kan? Apa tidak bisa intervensi langsung, tapi hal-hal yang begini ini penting karena menyangkut orang-orang kepulauan pak. Apalagi sekarang dengan biometrik ini waduh MasyaAllah pak, ini tambah menderita mereka. Harus ke surabaya, harus makan waktu sekian hari harus antri. Kenapa kita tidak coba subsidi disitu sehingga mereka merasakan uang mereka itu bermanfaat untuk mereka pak. Yang terakhir tentang investasi di Mekah dan Madinah pak. Ini kenapa kok kurang berani. Saya punya rekanan orang Saudi Arabia. Mereka itu menawarkan kenapa kami juga siap menjual sapi, dam, dan lain-lain. Saya kira hitungannya gampang pak, dam itu sudah ditetapkan. Katakanlah 300 real, kita beli sapi berapa. Tinggal dihitung itu pak. Apalagi bisa menyentuh jama’ah diluar jama’ah Indonesia. Ini riil pak, penawaran ini riil. Jama’ah Indonesia saja berapa. Kalau kita untung 50 real saja dikali dengan jumlah jama’ah Indonesia. Nah ini sudah, sudah luar biasa duit yang kita miliki. Nah ini tentunya, di Saudi memang ada aturan tidak boleh orang non saudi bukan saudia untuk berbisnis, tapi nggak papa kita bekerja dengan mereka beli berapa dengan pengusaha mereka, saya kira nggak ada nggak ada halangan. Nah inilah, keberanian seperti itu yang kita dorong supaya penetapan penghasilan nilai manfaat dari BPKH bisa kita hitung di ruangan ini bersama-sama dengan anggota dewan sebagai fungsi pengawasan dan ..... (suara tidak jelas). Sekian. Terima kasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

- 21 -

KETUA RAPAT: Terima kasih. Yang berikutnya Pak Deding. Mungkin kita perpanjang dulu ya. Masih ini sampai jam 08.16. 16.30 lah ya. Silakan. F.P. GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Baik, terimakasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pak Pimpinan beserta Anggota komisi VIII yang saya hormati, baik. Bapak Kepala Badan dan Ketua Dewas beserta jajaran.

Pertama, tentu saya mengapresiasi dan terimakasih atas paparannya termasuk, a. prestasi yang diraih oleh BPKH, dan terimakasih kepada dewas yang telah melaksanakan fungsinya begitu. Meskipun terus terang saja, dari sisi kelembagaan ya waktu 2 tahun ini. Memang tidak bisa terlalu banyak ekspektasi kita ya. Tapi sudah bisa relatif bisa menjalankan lah. Hanya saya ada pertanyaan yang cukup mengganggu yah. Karena bagaimanapun sebuah lembaga itu harus dibedah dulu. Lembaga ini jenisnya apa, kalau kata Pak Kyai Surahman tadi ini makhluk apa gitu pak. Karena menurut saya ini agak agak banci BPKH ini pak, Pak Ketua. Kenapa? Jadi sementara harapan kita mendorong ini menjadi entitas bisnis gitu, tapi sebetulnya kita dibatasi oleh lingkup fungsinya. Disini sangat tegas sekali pak. Jadi ini pengembangan investnya tidak ada secara secara tekstual begitu rigid itu menjelaskan tentang ini.

Oleh karenanya kalau boleh saya membagi sebetulnya ini lebih ya, dalam

posisi 3 hal ya. Pertama, mengamankan dana penyelenggaraan haji agar kualitas penyelenggaraan haji ini lebih baik gitu. Terutama menyangkut inderekos ini yang sekarang ini trendnya tadi diingatkan oleh pak pak Muna begitu kan. Jadi jangan sampai, kalau kita tidak BPKH tidak bisa menjaga cadangan untuk kebutuhan peningkatan kualitas penyelenggaraan haji yang untuk pembinaan pelayanan dan perlindungan itu. Nah ini berbahaya, gitu. Karena apa? Karena DPR ini mengamanahkan kepada BPKH ini kepada pemerintah agar jangan sampai ada kenaikan biaya yang menjadi beban jama’ah kan gitu pak. Komitmennya disitu, political-nya kuat disitu DPR ini. Makanya tidak didesain BPKH ini menjadi entitas bisnis pak, BUMN nah. Jadi kalau kita banyak bicara terkait dengan didorong lembaga ini institusi ini sebagai lembaga profit center, mereka salah begitu. Kalau saya ya pandangan pribadi mudah-mudahan barangkali temen-temen bisa ini kan. Jadi menurut saya disitu, kecuali kalau memang ada perubahan Undang-Undangnya itu, dan ini ya ukurannya dari situ dan untuk itu saya rasa udah relatif memadai begitu. Hanya mungkin mekanismenya harus diperbaiki begitu, jadi kalau ada terjadi maaf tanda petik ini masih adaptasi barangkali. Disharmoni antara temen-temen BPKH dengan Kemenag, PHU ini barangkali secara internal bisa dijembatani oleh

- 22 -

Dewas begitu ya tapi saya percaya kalau ini jangan dikeluar dulu ke DPR begitu. Sehingga bola ini tidak dilempar ke DPR sebaiknya.

Inshaa Allah bisa diselesaikan semacam kemarin soal pembelian untuk

gedung di Jeddah ya. Ya itu sudah sudah bagus seperti langkah-langkah dari BPKH dengan PHU itu pak. Jadi tinggal dilanjutkan. Pertanyaannya sederhana saja, kita ke teknis saja. Ini antara dua dalam satu badan dalam satu wadah ada 2 fungsi yang saling ya check and balance dan sudah dilakukan jadi ada beberapa catatan pengawasan dilakukan dewas itu oleh pak Yuslam tadi terimakasih. Ya tentu diharapkan ini bukan sekedar ya basa-basi tapi lebih ke pengawasan yang obyektif yang jujur, yang transparan dan memang akuntabel begitu untuk diuji. Baik diuji publik, masyarakat juga menilai. Terkait dengan bahwa fungsi pengawasan itu sudah baik dan BPK berjalan karena fungsi pengawasan yang efektif begitu dan tentu DPR akan mengapresiasi itu.

Jadi pertama soal pengamanan itu, jadi jangan sampai kata pak Muna tadi

dan tentu aspirasi, aspirasi semua dan rakyat umat. Karena umat udah tahu ini pak. Umat tuh tahu ini, bahkan ada sebagian yang akan menggugat ini. Terus terang saja saya sampaikan akan menggugat. Menggugat karena selama ini dana ini tidak jelas, gimana. Nah ini mungkin juga nih catatan saja jadi BPKH ini sebaiknya juga saya pikir sosialiasi apa namanya pokoknya ini. Gimana kalau memang di televisi dan sebagainya dan .... (suara tidak jelas) ini paling gencar pak, karena simpang siur jadi menimbulkan fitnah, hoax dan sebagainya tadi itu. Nah, dan mereka juga tidak tahu bahwa DPR ini selama ini tu mereka ini diberi apa dengan indek sebesar 68 juta ya pak ya dari mereka ... (suara tidak jelas) 34 sampai 35 juta sisanya dari mana, kan lebih jelas itu.

Jadi sangat berbahagia sekali kalau jaman kita ini, tapi mereka tahu kalau

sudah dijelaskan memang uang dari ... (suara tidak jelas) dari mana? Dana optim, ya dana mereka juga. Pak Menteri Agama pernah menyampaikan bahwa ini terjadi sudah dengan maj lama tapi mana maj lama ini harus jelas fatwanya harus tertulis. Itu bisa di-publish kalau menurut saya, ada mudzakarah ulama ini penting ini. Jangan sampai kita ini meng membahas, mendiskusikan, meng... (suara tidak jelas) dan sebagainya tapi kata Pak Bakri Musthafa ini kita ini sebetulnya dalam politik pengembangan ekonomi syariah kan begitu ini. Hanya kita mulai dari setingkat entitas yang model BPJS, sehingga disitu nirlaba lo pak disini pak. Jadi bukan laba, kalau nir kan berarti non laba begitu pak, betul nggak? Disini jelas sekali itu. Jadi kalau bebannya terlalu besar kepada BPKH ini memang tidak tepat begitu.

Nah itu makanya disini tidak ada business plan tetapi rencana kerja kan, saya

tidak tahu ini mohon ada penjelasan juga pencerahan gitu. Saya baru baca sekilas aja tapi saya melihat kok memang belum nyambung begitu (berdeham) ya. Jadi katakanlah kalau memang ini ini, ya paling ada social benefit tadi dana kemaslahatan, sehingga 2 hal pertama ini fungsinya adalah bagaimana meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan tadi jangan sampai membebani jama’ah. Itu berarti direct cost itu pak.

Yang kedua terkait dengan kemaslahatan jadi kalau memang ini

diinvestasikan sebagian yang prudent, yang aman begitu, dan juga menghasilkan,

- 23 -

kembali lagi kepada umat melalui dana kemaslahatan. Jadi kalau saya catatannya seperti itu, dan ya soal lain saya rasa apakah pilihan-pilihan itu dimana umpamanya pilihan ada pikiran-pikiran kan nanti ini misalkan, pesawat misalkan ya, mengapa kita tidak sewa pesawat sendiri gitu kan dengan dana itu. Kan ujungnya kan untuk maksudnya supaya biaya haji itu murah begitu kan, kemudian ada dana yang nanti kembali ke umat kan begitu pak. Nah kemudian masuk lagi di gedung dan sebagainya, posisinya kesitu. Tetep kembalinya ke jama’ah sehingga betul-betul jama’ah itu merasa oh dana kita ini anggaplah mereka ini adalah shareholder-nya, shareholder itu memegang saham utama begitu. Nah kan, kan begitu nah mereka. Mereka akan tahu ternyata dimanfaatkan dan sebagainya. Saya rasa, saya rasa begitu.

Nah, cathering ini apakah pilihan begitu. Kenapa, misalkan kita berbagi

dengan pengusaha yang lainlah paling tidak kalau kita ini di penyediaan bahan-bahan yang selama ini memang didatangkan atau menguntungkan pengusaha-pengusaha itu atau pilihan-pilihannya seperti apalah. Mohon ada penjelasan dari e pihak badan pelaksana.

Kemudian, untuk Dewas. Nah mohon dijelaskan fungsi pengawasan ini

dijelaskan oleh Bapak dan hasilnya sudah ditayangkan tadi. Ini modelnya, mekanismenya seperti apa? Apa melalui rapat, melalui kunjungan, melalui apa dan sebagainya sehingga kita punya gambaran begitu. Gambaran seperti ini apa kita bisa sarankan bagaimana kedepannya, sementara ini memang relatif ini tetapi paling tidak ya memang Pak Anggito kita tidak bisa lebih daripada itu. Jadi tidak mungkin misalkan, kita nah per calon misalkan begini pertanyaannya nih. Kaitan dengan penyelenggaraan haji, apakah pada saat pembahasan BPIH itu apakah hadir BPKH ini? Begitu pak. Jadi, karena mereka yang keuangan sudah terpisah kalau dulu kan cukup dengan ... (suara tidak jelas) kalau sekarang tidak bisa.

Nah ini harus ada terobosan yuridis gitu ya. Yang tidak melanggar tata tertib

dari sebagainya harusnya disesuaikan karena kalau nanti lapor ini dengan BPK kemudian kita lapor lagi. Jadi, tidak tuntas disitu jadi menurut saya harus ada terobosan yang mengubah atau menambah pasal misalkan disitu sehingga bisa duduk bersama begitu. Mestinya begitu, mestinya begitu tanpa harus melanggar Undang-Undang MD3 dan tatib yang ada tapi statusnya memang masih karena ini bukan LPNK Lembaga Pemerintah Non Kementrian tapi ini ibarat badan hukum publik yang jenisnya sama dengan BPJS. Jadi tingkatnya bagian tingkat RDP seperti ini.

Terima kasih Pak Ketua.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Deding. Yang berikutnya Pak Samsu Niang. Silakan Pak.

- 24 -

F-PDIP (Drs. SAMSU NIANG, M.Pd): Ya terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang saya hormati pimpinan komisi, Anggota Komisi VIII. Yang saya hormati Badan Pengelola Keuangan Haji, Badan Pengawas dan seluruh hadirin yang saya cintai. Tadi kita sudah mendengar tentang realisasi anggaran 2018-2019, dan teman-teman komisi VIII sudah berbicara banyak tentang itu, dan saya pikir kita beri apresiasi kepada Badan Pengelola Keuangan Haji ini sudah WTP gitu kan. Sudah ISO gitu kan, sudah, artinya apalagi gelar yang sudah di semua sudah didapatkan gitu. Tugas BPKH dan Badan Pengawas dibentuk bagaimana menurut saya bagaimana melakukan dana yang sekian banyak itu untuk investasi. Intinya bagaimana menguntungkan lah ya bagaimana menguntungkan uang yang telah diberikan kepada Rakyat untuk dikelola dengan baik. Memang barangkali untuk investasi ini memang perlu ada keberanian dan perlu ada keterbukaan secara keseluruhan baik dari DPR maupun dari Kementerian Agama, ini yang selama ini saya lihat belum terjalin dengan baik. Kalau ini terkomunikasikan dengan baik antara DPR dan Kementerian Agama saya pikir apapun yang diinginkan oleh Badan Pengelola dan Badan Pengawas pasti kita dukung untuk pengembangan investasi ini karena tujuan kita adalah kepentingan Rakyat ini kepentingan umat. Jadi tinggal mungkin bagaimana mengkomunikasikan antara DPR dan Kementerian Agama, Badan Pengelola, Badan Pengawas bersinergi disitu Rapat satu kata sampaikan kepada kita, ini loh yang saya mau lakukan, saya kira Anggota DPR akan setuju Pak apa yang ini apa yang anda akan lakukan kita bantu, kita dorong karena ini kepentingan umat, ini yang selama ini yang saya lihat tidak terjalin dengan baik. Jadi tadi yang dicontohkan Pak Muna waktu di Arab Saudi saya juga ada, saya juga ada itu hari saya pun juga belum tahu bahwa tiba-tiba ada investasi seperti itu ya. Jadi kalau kita komunikasikan Pak kepada kita semua, saya sebagai Fraksi pasti saya dukung itu Pak begitu pun juga Ketua Komisi dan lain sebagainya pasti kita dukung dalam rangka untuk kepentingan itu. Jadi sekali lagi ini yang harus diperbaiki, komunikasi antara BPKH, Badan Pengawas dengan DPR, Kementerian Agama kalau ini terjalin dengan baik saya pikir karena memang Badan ini dibentuk bagaimana melakukan investasi gitu, orang bodoh lah kita ini Anggota DPR kalau mau Bapak mau investasi tidak dukung Bapak gitu, cuma memang perlu komunikasinya yang ya itu yang paling utama barangkali. Jadi penekanannya disitu bagi kami harus ada komunikasi, kalau itu terjalin Pak untuk 2020 ini kita mau gerak cepat ini 2020 ini kita gerak cepat, terbukalah kepada kita DPR bahwa BPKH mau seperti ini, investasinya seperti ini, saya kira semua DPR ini pasti dukung tidak ada yang tidak dukung, ini kepentingan umat, jadi saya kira itu. Yang kedua, ini Pak rekapitulasi perincian dana kemaslahatan tahun 2018 ini caya lihat disini Pak ini, saya cari-cari dimana Sulawesi Selatan nggak ada Sulawesi Selatan disini, nggak ada Sulawesi Selatan Pak Anggito. Jadi saya pikir apa dana kemaslahatan ini perjuangan umat juga, perjuangan umat juga, kalau Bapak

- 25 -

mengatakan mekanismenya seperti ini kami pun sebagai Anggota DPR siap untuk membantu Bapak dalam rangka untuk penyaluran dana kemaslahatan ini. Ini penting Pak, maksud saya tersebarlah di seluruh Indonesia gitu dalam rangka untuk dana kemaslahatan ini. Saya cari-cari 2018, 2019 nggak ada Sulawesi Selatan padahal disana itu gimana ini Pak Samsu Niang ini, Anggota DPR dari Sulawesi Selatan nggak mampu memperjuangkan Dapilnya gitu, Masjid saja tidak bisa, Pesantren tidak bisa padahal ini kepentingan umat, manasik juga tidak. Jadi saya pikir kedepan ini 2020 kita harus rancang baik-baik Pak ya Pak Anggito dalam rangka untuk dana kemaslahatan ini minimal terbagi dari setiap Provinsi dan kalau toh persyaratannya tidak memenuhi syarat ya misalnya Anggota DPR ya tidak boleh juga Pak, tapi kalau ada syarat-syaratnya pasti teman-teman Anggota DPR siap untuk melakukan komunikasi dalam rangka untuk bagaimana dana kemaslahatan ini bisa terbantu. Kalau saya lihat dana kemaslahatannya cukup besar Pak ada yang Rp900juta, ada yang ini cukup wah Rp50Juta saja Masjid Pak disana sudah senang sekali orang Rp50Juta Masjid itu sudah senang sekali yang selama ini kita dibantu walaupun itu Dirjen Bimas Islam juga dari BPKH itu, jadi kalau kita dibantu Masjid yang didaerah kita saya kira senang sekali. Jadi saya kira ini yang paling utama Pak, jadi kedepan ini harmonisasi harus baik dan saya kira kita tetap dukung program-program Badan Pengawas, Badan Pengelola dalam rangka untuk kepentingan-kepentingan umat. Saya kira orang bodoh lah Pak kita ini kalau kita tidak dukung Bapak, kita bentuk Bapak ini untuk berinvestasi dan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya untuk kepentingan umat. Saya kira gitu Pak, terima kasih. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Samsu Niang. Walaupun belum dapat dana maslahat tapi terpilih hebat lah ya, apa lagi. Yang terakhir Pak Ketua. KETUA KOMISI VIII DPR RI (DR.H.M. ALI TAHER, S.H.,M.Hum./F-PAN): Bismillahirrahmanirrahim. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pertama masih suasana Syawal akhir-akhir syawal Mohon Maaf Lahir Bathin, minal ‘aidin wal faizin, Taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya kariim, Mohon Maaf Lahir Bathin.

Kedua terima kasih atas presentasi ini, saya tidak panjang karena beberapa hari yang lalu BPKH dan Pelaksana dan juga Pengawas sudah Rapat bersama dengan Korkesra, jadi sudah ada mulai ada titik temu sebenarnya. Kendalanya itu adalah pada Undang-undang jadi bukan pada kinerja harian tetapi Undang-undang karena posisi Renstra tahun 2018 poin B kerja sama dengan poin C transisi kewenangan dari Kementerian Agama RI ke BPK itu belum tuntas, intinya disitu ya.

- 26 -

Diantara pandangan-pandangan teman-teman Anggota yang hadir pada kesempatan ini juga berdampak kepada Kyai Surahman tadi bahwa investasi hati-hati atau hati-hati berinvestasi itu karena kewenangan belum tuntas Pak Kyai menurut saya ini. Pertama, penempatan Undang-undang itu BPKH itu menjadi kasir bukan menjadi pengelola atau investor itu tuh posisinya Pak Anggito, jadi Pak Anggito dan teman-teman ini berusaha untuk kerja sama kerja keras tetapi memang kendalanya akhirnya Undang-undang juga. Kedua, belum ada political will dari Kementerian Agama secara ikhlas menyerahkan ini sepenuhnya. Saya terbuka ini, kita terbuka saja, saya sebagai Ketua Komisi ini kan mendengar, menghimpun, merasakan, mendapat informasi dari berbagai pihak ya memang begitu. Selimut pendek ditarik keatas bawah kelihatan, ditarik kebawah atas kelihatan jadi bukan salah pada Pak Anggito dan teman-teman Pak Yuslam bukan, karena kewenangan diberikan oleh Undang-undang ini tidaklah tuntas atau belumlah tuntas, ini nih persoalan-persoalannya itu, maka kemarin kan saya sudah menyampaikan adalah kemungkinan yang paling bisa itu kita terobos Undang-undang yaitu amandemen. Pak Musthafa tadi itu sudah menjelaskan secara baik bagaimana substansi syariah itu kan akibat, perbuatan, tapi landasan berpikir, landasan kerja ini kita kokohkan dulu supaya tidak terjadi apa yang disebut dengan vacuum recht (kekosongan hukum), saya melihat sekarang masih ada kekosongan hukum. Contoh yang paling gampang saja saya bertanya pada waktu lalu RaKer Kementerian kenapa BPKH tidak menjadi Pengawas? Kenapa tidak menjadi Pengawas, saya yang bertanya, artinya saya peduli Pak. Loh namanya Badan Pengelola yang uangnya sudah diserahkan tetapi pengawas kok nggak bisa, nah ini kan artinya dikotomi kan. Oleh karena itu setelah diberi penjelasan menurut saya yang belajar hukum tata negara boleh sebenarnya dilakukan terobosan hukum untuk pengawasan itu dalam posisi bukan regeling-nya tetapi beschiking-nya, beda dalam hukum administrasi negara antara regeling dan beschiking. Regeling itu artinya regulasi regulation regulasi, regulasi ini memerlukan keputusan-keputusan perlu dicatat adalah lembaran negara mengikat secara hukum baik kedalam maupun keluar, itu namanya regeling. Tetapi Menteri Agama bisa melakukan goodwill yaitu melakukan beschiking menetapkan aturan administratif teknis yang membolehkan posisi BPK itu sebagai pengawas haji dalam bentuk tenaga apa namanya itu seperti petugas haji, boleh jadi terobosan hukumnya tetapi yang diawasi bukan makro penyelanggaraan haji tetapi investasi yang telah diberikan oleh BPKH terhadap penyelenggaranya itu, itu yang paling pokok mendudukkan posisi manajerialnya itu. Nah saya jadi apa yang dikeluh kesahkan oleh Pak KH Choirul Muna dan Pak Samsu Niang selalu bicara soal Dapil itu bisa tercapai. Nah jadi saya kira jadi supaya tidak ada suudzon tidak ada beban perasaan yang terganjal, saya ini termasuk orang yang sangat ingin semua berbaik sangka gitu loh. Nah rupanya saya telusuri pikiran juga tiba-tiba Pak Anggito teman-teman ke Pak Fahri Hamzah kaget, teman-teman melanggar etika? Nggak itu artinya sungai sedang mencarikan jalan supaya mengalirnya deras nah saya hadir, oh rupanya setelah saya pelajari secara hukum oh rupanya ini kendalanya. Nah oleh karena itu dalam rangka jangka pendek menurut pandangan saya, saya bertanya ke Pak Kyai saya, bahwa segera kita pertemukan antara BPKH pelaksana dan pengawas kemudian dengan DPR kalau perlu dengan BPK kita bicara agak semacam FGD mencari rumusannya ini loh masalahnya, analisis situasinya, ini analisa persoalannya, ini analisa persoalan potensialnya, inilah analisa keputusannya teori problem solving. Nah kalau misal itu yang terjadi maka saya rasanya harapan Pak Kyai Surahman tadi ini dana kebanggaan umat, menjadi

- 27 -

kebahagiaan umat, menjadi harapan umat supaya dia berjalan terus secara syar’i tetapi pemanfaatan juga dapat dirasakan dengan baik oleh masyarakat. Nah oleh karena itu kesimpulannya menurut pandangan saya marilah kita kosongkan perasaan kita kembali kepada Tazkiyatun nafs kira-kira begitu ya Tazkiyatun nafs perasaan kita yang paling dalam bahwa ternyata apa yang menjadi problem sekarang ini perlu kita carikan solusi yang terbaik. Jadi saya kira itu yang menurut pandangan saya perlu kita pertemukan sehingga alur investasi dapat berjalan dengan baik. Pertama jangka pendek pengawas tahun ini kita usulkan Rapat ini supaya BPKH berangkat sebagai petugas haji tahun ini kita rekomendasikan hari ini. Tidak elok dia lahir dengan Undang-undang sementara yang bukan Undang-undang saja berangkat apalagi ini kewenangan gitu loh, ya oleh karena itu saya usul itu. Yang kedua, investasi haruslah betul-betul fokus pada Pasal 2, Pasal 3 Undang-undang 34 ini saya sudah baca tadi, Pengelolaan Keuangan Haji berasaskan prinsip syariah, kehati-hatian, manfaat, nirlaba, transparan, akuntabel. Pengelolaan Keuangan Haji bertujuan meningkatkan Penyelenggaraan Ibadah Haji, rasionalitas efisiensi penggunaan BPIH, dan juga manfaat kemaslahatan umat, sebagaimana Kyai Musthafa tadi menjelaskan itu, tapi terbatas kepada penerimaan pengeluaran kekayaan yang dilakukan. Nah oleh karena itu Saudara sekalian Pasal 5 menjadi poin penting yaitu Penerimaan Keuangan Haji sebagaimana Pasal 4 meliputi BPIH atau BPIH Khusus, nilai manfaat, dana efisiensi, DAU (Dana Abadi Umat), sumber lain yang sah, ini menjadi bagian penting menjadi bagian dari prinsip pengelolaan keuangan itu. Nah oleh karena itu masih ada waktu untuk melakukan revisi terhadap Renstra ini dengan mendudukkan aspek legalistiknya lebih kokoh lagi kalau perlu terobosan hukum kita amandemen supaya menempatkan BPKH ini berwibawa, bermartabat, memiliki kemuliaan dan juga amanah yang besar dalam rangka pengelolaan. Bayangan saya kalau tahun 2050 kita bisa punya Rp1Triliun gitu ya Rp1Triliun ya asumsinya betapa manfaat umat yang bisa dikelola dengan sebaik-baiknya itu kan harapan kita semua.

Saya kira ini saja mungkin agak berlebihan tapi itulah pandangan saya dan

hasil Rapat kemarin dengan Pak Fahri Hamzah itu kami rangkum dalam bentuk laporan singkat dan juga notulen Rapat supaya kita bisa ikuti. Kemungkinan arah ke amandemen sangat kuat supaya jangan ada kesan bahwa BPKH itu sebagai kasir tetapi equal terhadap kedudukan dengan bagian keuangan atau dengan Menteri Kementerian Agama karena ini mengelola dana umat. Saya kira itu Pak Kyai Ishak yang saya hormati teman-teman sekalian semua pikiran tadi itu saya rangkum dalam pemikiran marilah kita pasang niat untuk melakukan yang terbaik meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan dengan sebaik-baiknya, saya kira ini saja. Adapun menyangkut RDP atau tidak RDP itu dalam Undang-undang ini kita memang dikasih posisi RDP Pak berdasarkan Pasal 243 Ayat(1) Peraturan DPR Tata Tertib, Pasal 20 Undang-undang 34/2014 kemudian yang lain sebagainya bahwa posisi Rapat DPR dengan BPKH itu adalah posisi RDP bukan Rapat Kerja karena posisinya tidak selevel Menteri. Nah itu dalam pengertiannya dia adalah Pasal 20 Pengelolaan Keuangan Haji adalah dia disini ada Pasal 20 BPKH sebagaimana dimaksud Ayat(2) merupakan Badan Hukum Publik. Nah didalam Pasal ini mengatakan BPKH itu posisinya adalah RDP sudah dikaji Pak kami tanya tadi pagi ini sebelum Rapat kami kaji, tetapi kalau seandainya ada kesepakatan kita ubah menjadi Raker juga tidak ada masalah, bagi saya Raker, RDP bukan sebuah hal yang perlu diperdebatkan tetapi produknya itulah yang perlu kita sepakati secara bersama-sama sebagai

- 28 -

sebuah komitmen bersama. Saya kira ini saja, mohon maaf tapi semangat Saudara untuk meningkatkan pengelolaan sebaik-baiknya mendapat atensi, perhatian juga simpati dan empati dari DPR tetapi sekaligus saya tidak terlalu bangga WTP sekarang karena uangnya belum banyak yang dikeluarkan. Tapi nanti kalau sudah tahun ke-3, ke-4, ke-5 ketika beban kerja semakin tinggi Saudara WTP nah itu baru prestasi, sekarang masih wajar saja uangnya belum banyak yang keluar tetapi bagaimanapun juga sudah WTP baguslah gitu ya. Hitungan saya pribadi 5 tahun sejak ketika transisi nah itu baru sudah mulai gambaran bahwa settle atau tidaknya BPKH ini berjalan itu tahun ke-5 starting point, take off-nya tahun ke-6 baru kita akan lihat bahwa BPKH memiliki kemandirian profesionalitas, kamu integritas meningkatkan kinerja itu akan teruji pada tahun ke-6 saya pribadi. Mudah-mudahan kita ketemu lagi dan saya mohon maaf bahwa terakhir saya menjadi Ketua Komisi VIII tetapi tetap saja menjadi Anggota Komisi VIII pada waktunya, yang paling penting masih bisa mengabdi bersama Saudara.

Nasrun minallah wa fathun qarib wa bassyiril mu'minin. Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Jangan dalam-dalam kali Pak Ketua. ANGGOTA…: Jadi yang ini yang calon Menterinya itu, Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq-nya itu Pak. KETUA RAPAT: Ya sebelum ini ada satu lagi terakhir, Pak H. Anda ya silakan Pak. F-P.GERINDRA (H. ANDA, SE, MM): Terima kasih. Yang terhormat Ketua dan Pimpinan serta Anggota Komisi VIII, Yang terhormat Ketua atau Kepala Badan BPKH dan juga Pengawas BPKH, Pertama saya memberikan apresiasi dengan kehadirannya BPKH yang semakin hari berjalan semakin baik sistem pengawasan atau sistem kegiatan serta rencana yang kerja yang dilakukannya. Nah tadi dibicarakan sama Pimpinan bahwa BPKH ini disinggung sebagai kasir gitu kan, ya saya rasa kalau kasir mungkin berbeda jadi bukan kasir ya kalau kasir kan juru bayar, judulnya saja kan Badan Pengelola Keuangan jadi bukan juru bayar bukan kasir. Jadi yang namanya Pengelola Keuangan berarti kan punya decision punya kekuasaan, kalau juru bayar kan diperintah langsung bayar, jadi saya rasa sesuai dengan amanat Undang-undang bahwa ini adalah Badan, jadi BPKH itu kan Badan Pengelola Keuangan. Yang tadi disinggung sebagai kasirnya dari Kementerian Agama saya rasa bukan

- 29 -

juga gitu nah jadi untuk itu bagaimana tujuan kita awal bahwa dengan kehadiran BPKH ini bisa memberikan hasil yang lebih baik didalam pelaksanaan proses Haji terutama biaya bisa ditekan atau minimal ya tidak menambah besar dengan adanya Badan Pengelola Keuangan Haji yang kemarin sebelum ada BPKH keuangan haji ini kan ibaratnya ngumpet terus jadi tidak transparan tidak jelas jumlah total alokasi semuanya tidak transparan sehingga berapa untungnya pun mungkin kita hampir nggak tahu. Nah dengan adanya BPKH namanya juga Badan Pengelola Keuangan nah kita berharap ngelola uang ini berarti kan ada lebihnya, ada hasilnya, ada untungnya yang bisa dimanfaatkan oleh yang punya duit, siapa yang punya duitnya? Adalah calon Jamaah Haji. Nah kita berharap nanti kedepan saya khawatir nih, yang khawatirnya begini pembagian keuntungan atau dikasih tahu didalam tabungan kalau nggak salah kemarin seperti itu Pak Anggito ya? nah sehingga misalkan saya berangkat 20 tahun apakah keuntungan itu sudah bisa meng-cover? Jadi beda dengan kemarin. Kalau kemarin calon Jamaah Haji tidak pernah mendapatkan keuntungan dari mungkin setoran hajinya, yang mereka dapat adalah sekaligus bahwa pada saat pelaksanaan haji mereka tidak nambah yang harusnya Rp60Juta cukup bayar Rp30Juta. Tapi sekarang modelnya beda, setiap tahun ditabungan mereka akan menambah keuntungan yang akan dibagikan oleh BPKH nah apakah keuntungan itu nantinya sekali lagi tidak akan menjadi beban pelaksana atau BPKH pada saat akan setor haji karena sudah dibagikan, satu sisi subsidi yang seperti sekarang dia bayarnya harusnya Rp60Juta jadi bayar Rp30Juta saja, nah Rp30Juta-nya dari mana? itu urusan BPKH mendapatkan keuntungan dari dan kiri-kanan pengelolaannya. Nah kalau uang tiap tahun ini dibagikan keuntungannya, kira-kira begitu. Nah ini masih bisa seperti sekarang nggak, satu sisi saya untung dapat. Pada saat mau berangkat haji duitnya saya masih ada sisa. Harusnya misalkan tadi setor saya 35 juta, pada saat mau berangkat ternyata masih ada sisa 5 juta buat saya. Kenaikan ongkos haji juga tidak seperti tadi ongkos 60 tidak dibebankan kepada kita, tetapi pada saat kita dapat uang saku ya 3,5 juta sisa di tabungan kita dapat beban bunga misalkan 5 juta. Kalau dijumlahkan jadi 8,5 juta. Nah, apakah nanti mungkin 10 tahun, 15 tahun yang akan datang seperti itu? Orang yang sekarang setor haji. Yang kedua, bagaimana BPKH ini sekali lagi masyarakat masih banyak yang nggak tahu sekarang awam. Setor haji udah aja, tidak digemborkan artinya nilai manfaat yang mereka setor kalau mereka melunasin mungkin akan hasilnya lebih banyak yang akan dapatkan untuk ongkos mereka atau untuk uang saku mereka pada saat pelaksanaan haji. Sehingga harapan kita, masyarakat ini berlomba-lomba untuk melunasi bukan lagi 25 juta tetapi 35 juta atau misalkan 40 juta. Sehingga pada saat dia mau berangkat haji uang dia udah lebih daripada cukup. Nah sekarang masih banyak masyarakat yang enggan untuk melunasin, karena tadi nilai manfaat yang didapatkan oleh mereka masyarakat awam, masyarakat kamu itu belum banyak yang tahu. Cukup 25 juta yaudah 25 juta aja, pada saat mereka ini punya duit enggak mau tunggu lunasin. Coba kalau dilunasin lah, rata-rata maksudnya 35 juta saya lunasin aja. Toh manfaatnya akan didapatkan lebih besar juga tiap bulan kita dapat. Sehingga kita berharap pada saat berangkat haji, dia tabungannya juga dapat. Uang saku hajinya juga dapat sehingga nilai manfaat yang

- 30 -

dirasakan oleh calon jama’ah haji ini dengan kehadiran BPKH sangat manfaat sekali. Jadi kalau BPKH ini ada, sama aja dengan Kementerian Agama kemarin. Nah nilai manfaatnya berarti kan tidak ada nilai tambah. Nah dengan kehadiran kemandirian BPKH mengelola keuangan kita berharap namanya juga Badan Pengelola Keuangan berharap mendapatkan profit yang sebesar-besarnya yang bisa dapat dirasakan manfaatnya oleh pemilik modal atau pemilik uang dari calon-calon jama’ah haji kita. Sekian terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Walaikumsalam, Terima kasih. Saya sedikit masukan pak ya. Mungkin sebelum, pertama di waktu pendalaman rencana kerja anggaran 2018 pada 11 Desember. Saya lihat prioritas program disana ada investasi portofolio dan surat berharga itu jalan nggak pak ya kenapa dia tidak itu 2018 ya. Kemudian di 2019, di kesimpulan yang ada ini di sebelum terakhir kan ada kesimpulannya. Kalau saya lihat 2019 itu belum ada rencana investasi langsung, tapi dari laporan dari itu di halaman enggak pakai halaman sih yaudah. Yang ini ada gambar-gambar asrama haji ya. Disitu kan sudah ada investasi sarana multi infrastruktur mungkin ini yang banyak dipermasalahkan masyarakat. Oh berarti dana haji dipakai infrastruktur ya kan. Nah ini, ini mohon dijawab pak supaya jelas. Itu bentuknya agaknya seperti apa gitu ya? Dan berapa jumlahnya, di 2019 investasi langsung itu berapa jumlahnya biar kita tahu ya karena saya lihat mungkin agak, agak lambat juga investasi.

Terus yang terakhir, kita mungkin di BPK ini ada semacam mengaktifkan lagi humas ya karena banyak pertanyaan di medsos dimana itu jadi kita di dilemparin sampai kita menjelaskannya juga sangat rinci. Mungkin kalau BPK menjelaskan kan lebih sederhana ya. Termasuk ungkapan Pak Anggito yang dibilang, dana juga sudah terbatas. Nah itu orang menganggap itu udah habis dana jama’ah haji gitu ya. Dia nggak ngerti apa setoran, ada apa dana optimalisasi itu sangat-sangat teknis, jadi mungkin dibutuhkan apa nih Humas ya humas dari BPK untuk menjelaskan itu ya, jadi kita ini Pak.

Terakhir mungkin kalau ada kendala, saya tidak ngerti ya kalau di Amerika itu

kan dalam memutuskan perusahaan keputusan itu umpamanya berapa jumlah yang setuju investasi di perusahaan ini. Pengawasnya berapa, karena saya lihat kalau umpamanya pengawasnya berapa 7 ya? Kalau 7 orang itu harus setuju yang investasi juga 7 harus setuju, ya saya yakin nggak akan jalan gitu ya. Jadi apa itu kan pilihan, ya pilihan ya. Coba nanti gimana supaya optimalisasi ini masyarakat ini yang bener ini. Sekedar pertanyaan sedikit saja.

- 31 -

Silakan Pak dijawab barangkali. Silakan.

F-P.GOLKAR (DRS. MUSTHAFA BAKRI, MA): Ijin pimpinan, ada tambahan sedikit dari saya. Tinggal 2 hal saja. Pertama, ingin saya mempertanyakan presentase deviden pengelolaan dana haji ini berapa persen. Persentase devidennya, karena ini sudah menyangkut penggunaan dan pengelolaan dana yang bersifat bisnis. Yang kedua ijin pimpinan, saya telah mempelajari bahan Undang-Undang tentang pembentukan BPKH ini baik putusan presiden, peraturan pemerintah, dan Undang-Undangnya. Ada kesenjangan dan realitas daripada Undang-Undang yang dibentuk ini dan peraturan pemerintah. Jadi saya mengusulkan kepada komisi VIII untuk membuat jadwal khusus pembahasan yang tadi disampaikan oleh Bapak Ketua amandemen Undang-Undang tersebut. Kenapa? Sepaham kita, Undang-Undang itu lebih tinggi dari peraturan pemerintah, tapi implementasi yang dilakukan disini adalah peraturan pemerintahnya dan pelaksanaan untuk secara legalitas membenarkan terbentuknya badan seperti BPKH. Maka saya terkejut tadi pak kyai menanyakan jenis makhluk apa ini kan gitu. Nah kalau suatu badan yang kita sepaham tentang Undang-Undang ekonomi bahwa apabila 1 lembaga atau badan tertentu yang ber berafiliasi kepada kegiatan ekonomi apakah itu investasi ataukah menyangkut tentang laba keuntungan save profit, kemudian economy development, view, berarti lembaga itu sudah dikatakan lembaga korporasi tetapi Undang-Undang ini yang dibuat pada tahun 2014 ini. Ini bukan Undang-Undang yang menyangkut tentang korporasi. Jadi BPKH ini boleh saya katakan ilegal melaksanakan investasi. Karena dia bukan badan, badan yang bertugas dalam rangka yang ... dalam sifat yang bersifat economic. Pengelolaan adalah dalam arti kata manajerial, manajerial bukan pengelolaan yang bersifat external economic development-nya. Tetapi internal kepada makanya hubungan PHU tadi Kemenag seperti pak ketua tadi sampaikan tidak sepenuh hati melepas pengelolaan dana haji ini. Jadi peraturan pemerintah dan Undang-Undang ini sedikit banyak lari, boleh kita katakan pertama. Pak muna tadi menyatakan tentang pajak, saya ingin langsung ke Pak Anggito. Ini saya indirect speech ya, ada pertanyaan boleh didengar saja, ada pertanyaan yang bersifat understanding words. Apakah BPKH ini lembaga nirlaba? Kalau lembaga nirlaba berarti tidak masuk kedalam yang namanya penetapan pajak dalam Undang-Undang perpajakan, tetapi bila la bila dikatakan nirlaba lembaga ini tidak boleh melakukan investasi keuangan karena yang namanya investasi keuangan mesti ada profitable. Maka saya tanyakan devidennya tadi, contoh kan katakan ada keuntungan daripada pengelolaan tersebut ada virtual account, virtual account itu juga ada menyangkut profitable. Berarti ada keuntungan harus kena pajak sesuai dengan Undang-Undang pajak kita, kalau nirlaba berarti tidak melakukan investasi. Nah makanya tadi yang dikatakan oleh pak ketua perlu kita acu kepada legal standing-nya untuk BPKH itu melakukan operasional kerja dalam pengelolaan dana haji tersebut.

- 32 -

Makanya saya tadi udah tanya ini korporasi keuangan atau hanya lembaga internal dari Kemenag. Ternyata dalam Undang-Undang terpisah dari Kemenag. Nah makanya saya bingung legalitasnya bagaimana BPKH ini? Maka kemarin saya berkonsultasi dengan salah satu seorang teman dari BPK. BPK … yang tentang kemen lama tentang legal standing pengelolaan dana haji ini yang mana? BPKH nya melakukan investasi di berbagai tempat, dan juga bank. Kan gitu, yang namanya investasi pasti ada deviden, profitable daripada investasi itu. Makanya saya mengusulkan kepada dewan terhormat melalui pimpinan dan anggota untuk ada pembahasan khusus mengamandemen Undang-Undang ini dan itu akan dimajukan kembali kepada pemerintah tentang kedudukan dan cara tata kelola BPKH ini. Kenapa saya dari kemarin mencari-cari dan bertanya bahkan sudah bertanya langsung ke Pak Anggito. Tentang data faktual dana haji tersebut, berapa totalnya 2018, 2019, kemudian setor dana haji tersebut dari peserta jama’ah karena tidak sama jumlah jama’ah 2018 dan jama’ah yang 2019. Sedangkan setoran untuk jama’ah haji ini continuing tidak terputus sampai dia sempurna. Nah itu saja pak pimpinan, jadi pertanyaan tadi devidennya berapa persen yang diberikan kepada jama’ah terhadap dana tersebut. Terima kasih. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. KETUA RAPAT: Silakan Pak. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Sebentar pak sebentar, begini ini kan masalah sangat mendasar tetapi sebetulnya kita sudah berjalan 2 tahun nah nggak papa maksudnya tinggal barangkali begini. Nanti tolong dijelaskan dari sini kan bapak didampingi juga ada legal officer-nya kan. Nah, beliau tahu soal ini bagaimana sebetulnya kita masuk investasi ini cantolannya dimana. Apakah di pengembangan, diksi apa pengembangan atau dimana begitu. Tolong juga bisa clear juga disini Pak. KETUA RAPAT: Ya kalau terlalu dalem nanti kita buat FGD kali ya supaya tuntas lah ya. Nah silakan, dari siapa dulu. Dari kepala pelaksana ya, silakan. KETUA PELAKSANA BPKH: Baik, terima kasih. Pak Pimpinan dan para Anggota atas masukan dan saran-sarannya. Ada 7 penanya dan juga dilengkapi oleh pak Ketua Komisi dan juga Pak Iskan mengenai beberapa hal. Ada 2 hal barangkali yang 1 adalah hal yang mendasar dan ada hal yang sifatnya operasional. Mungkin saya termasuk pelaku sejarah pembuat Undang-

- 33 -

Undang ini Pak. Jadi memang Undang-Undang ini dibuat oleh pemerintah. BPKH adalah pelaksana Undang-Undang pak jadi nanti kalau ada pikiran mengenai FGD yang disampaikan oleh pak ketua mengenai apa namanya analog apa namanya anatomi dari Undang-Undang ini dan sebagainya mungkin bisa kita bahas di FGD, dan juga kebetulan Pak Musthafa ini dengan adanya LHP BPK ini sebetulnya masalah hubungan kelembagaan itu sudah terjelaskan dengan baik pak, sebetulnya. Jadi jelaslah disebutkan bahwa terhadap transfer dana dari BPKH kepada pihak ... itu menjadi entitas akuntansinya BPKH pak. Itu jelas sekali, maka kami … hal-hal yang ada di laporan ini. Dan tadi pak muna sudah menyampaikan bahwa sebetulnya memang pembelian aset oleh BPIH itu dianggap tidak akuntabel itu bukan statement saya pak tapi statement dari BPK. Makanya waktu itu sudah ada titik temu bahwa kita akan mendiskusikan beberapa hal yang memang sudah menjadi temuan dari BPK dan harus ditindaklanjuti oleh kedua belah pihak. Jadi nanti kalau untuk yang masalah badan hukum, lembaga, kedudukan hukum, kelembagaan barangkali kita bisa bikin FGD pak dengan mengikutsertakan BPK saya kira itu sangat bagus sekali. Dan komunikasi kami dengan pihak ... sih alhamdulilah lancar kok pak. Besok pagi saya juga bertemu dengan mereka. Memang dalam banyak hal perlu … (suara tidak jelas) di diskusikan mengenai kedudukan hukumnya ini seperti apa. Namun demikian kami optimis pak sebetulnya dari waktu ke waktu hubungan kelembagaan ini khususnya dengan adanya apa namanya LHP BPK 2018 ini beberapa sudah terselesaikan. Hanya mungkin nanti eksekusinya perlu ada mediasi dari DPR itu saya kira akan sangat bijaksana sekali pak. Kami ingin menyampaikan begini pak jadi 2018 seperti yang disampaikan termasuk oleh Pak Ketua Dewas, memang investasi kami itu baru mulai pada pertengahan bulan Juni 2018. Jadi makanya tadi Pak Ketua Dewas kan kami juga mengakui bahwa pencapaian nilai manfaat itu 94% pak. Itu kami akui sebagai satu indikator yang tidak mencapai target, tetapi secara over all 2018 dan itu dinyatakan juga oleh BPK sebagian besar mencapai target Pak. Baik dana kelolaan apa indikatif .... kemudian apa namanya, jumlah jama’ah, kemudian brand identity dan sebagainya itu. Nah sekarang pertanyaannya apakah tadi pak ketua dewas mengatakan ada keraguan bahwa nilai manfaat 2019 tidak tercapai. Nanti mungkin saya minta Pak Beni, kami optimis pak nilai manfaat 2019 tercapai. Nanti mohon Pak Beni bisa menjelaskan. Memang kalau saya lihat dari apa proyeksi dari Pak Ketua Dewas tadi Januari, Mei itu 36% lalu dibawah 100% sampai dengan Desember. Padahal ada beberapa prospek nilai manfaat yang akan terjadi di bulan-bulan yang akan datang. Jadi nanti mungkin saya minta Pak Beni menjelaskan seluruh proyeksi kami dan kami ingin meyakinkan bapak-bapak sekalian bahwa nilai manfaat 2019 insyaallah pak insyaallah dengan doa bapak ibu sekalian bisa tercapai. Jadi itu satu mengenai investasi. Bapak/Ibu sekalian, Dimana investasi kita, memang investasi kami ini sampai dengan 2009 itu sebagian besar di surat berharga. Tetapi Bapak/Ibu sekalian dimana sebetulnya, kami sudah mengatakan bahwa investasi surat berharga itu dipakai pak. Dipakai dimana? Bapak-Bapak kalau melihat di asrama haji kalau melihat di pendidikan

- 34 -

Islam, itu adalah dana yang berasal dari investasi kami pak. Iya SBSN, jadi bapak nggak usah cari itulah investasi dari BPKH pak. Termasuk pembangunan gedung-gedung manasik haji itu adalah investasi yang berasal tapi tidak langsung. Ke pemerintah dulu, pemerintah digunakan di earmarking pak karena akadnya adalah PBS ya pak beni ya. Project By Sukuk jadi sebetulnya sukuk kami itu underline-nya adalah project pemerintah yaitu proyek-proyek pemerintah di Kementerian Agama pak. Itu jelas pak, itu tangible sekali. Nah yang lain, itu ada investasi dalam bentuk sukuk juga di korporasi di SMI, di SMF, di PLN, itu ada Pak bentuknya adalah project base juga ada proyeknya tapi kami tidak melakukan investasi langsung, tidak ada investasi langsung kepada infrastruktur tapi menggunakan instrumen Surat Berharga Syariah Korporasi nanti saya minta Pak Beny, itu yang pertama Pak yang mungkin kami ingin sampaikan. Yang kedua kami ingin menyampaikan nanti Pak Acep untuk menjelaskan mengenai beberapa yang terkait dengan laporan keuangan kami Pak, tadi ada beberapa pertanyaan mengenai aset Pak Acep ya. Kemudian mengenai bagaimana sih masa transisi ini apakah aset-asetnya sudah diserahkan semua atau belum? Memang secara tunai sudah Pak SBSN sudah diserahkan bulan Juni 2018 makanya investasi di bidang Surat Berharga itu terlambat karena memang penyerahan BAST-nya itu terlambat Pak, tapi itu sudah terjadi Pak jadi kami juga tidak mempermasalahkan lagi. Kemudian tadi Pak Muna juga mengatakan kenapa kok ada efisiensi yang nggak bisa dipakai? Boleh Pak, tetapi menurut ketentuan efisiensi itu harus masuk dalam Kas Haji dulu baru dipakai dengan persetujuan DPR dan kami tidak ada masalah Pak, sekarang pun itu dipakai efisiensi itu Pak cuma kami hanya mendudukkan prosedurnya itu yang tepat bagaimana, jadi semuanya nggak ada masalah Pak. Hanya yang terakhir ini yang kami sampaikan mengenai aset tadi Pak ya untuk yang pembelian yang sudah dilakukan dengan menggunakan BPIH, BPK mengatakan bahwa itu tidak akuntabel Pak. Nah DPR sudah mengatakan silakan konsultasi dengan BPK ini yang kami sedang lakukan sekarang Pak dengan PHU, yang kedua mengenai pembelian tanah dan gedung kami juga sudah meminta mediasi dari BPKP Pak sekarang ini. Tim BPKP akan berangkat ke Arab Saudi untuk mengecek semuanya apakah prosedurnya sudah dilakukan dengan benar tetapi tanggung jawab itu ada di PHU Pak bukan di kami karena itu masih dalam lingkupnya BPIH Pak bukan lingkupnya dana efisiensi. Kami sudah menawarkan pada waktu Rapat dengan Bapak juga bagaimana kalau investasi? Tapi PHU lebih memilih menggunakan dana RKA-nya BPIH ya silakan monggo tapi itu tanggung jawab mutlak mereka, kami hanya minta mohon nanti ada pihak BPKP yang melakukan review terhadap nilai pembelian aset tanah dan gedung tersebut dan itu seluruhnya kami sampaikan kepada mereka. Yang terakhir nanti Pak Acep saya minta tolong untuk menyampaikan mengenai beberapa hal yang terkait dengan keuangan. Pak jadi kami ini sekarang 44% di penempatan Pak, 55% di investasi Pak, investasi sudah keluar uangnya Pak investasi dan itu mendapatkan nilai manfaat, nilai manfaatnya berapa? kami kumpulkan setiap bulan kami laporkan kepada Dewan Pengawas dan pada waktu pertama kali menetapkan nilai manfaat itu sudah Pak Dja’far sudah dengan persetujuan DPR kami sudah menyampaikan bahwa target kami segini. Kemudian target itu di eksekusi dan alhamdulillah hari ini oleh Pak Pimpinan dan para Anggota di monitor, kami secara internal di Badan Pelaksana kami optimis bahwa nilai

- 35 -

manfaat itu akan tercapai jadi tidak mengorbankan hal-hal yang lain. Kemudian yang terakhir Pak mengenai kami berkomitmen untuk mendukung tambahan kuota Haji 10000 Jamaah dan itu sudah kami sampaikan tidak ada uang APBN itu sudah pasti Pak ya kami sudah sepakat. Ada 2 hal yang kami lakukan:

1. Menambah nilai manfaat. Nanti Pak Beny bisa menjelaskan, bisa nggak kami? insyaaAllah bisa Pak menambah nilai manfaat Rp55.000.000.000,- Pak Beny ya? Rp55.000.000.000,- dan

2. Saya minta Pak Ajar ini untuk melakukan efisiensi Pak. Jadi kami ini memotong anggaran Pak sekarang Pak untuk mendukung program 10000 tambahan Jamaah Haji tersebut, nah itu adalah yang kami lakukan.

Nah untuk investasi diluar negeri memang sampai sekarang belum ada hasilnya Pak, bukan berarti kami tidak melakukan kami sekarang sudah melakukan penjajakan Pak termasuk yang waktu itu ada salah paham mengenai calon investasi catering di Arab Saudi, kami sudah mulai menjajaki. Waktu itu kami sudah beri surat kepada DPR kepada Komisi VIII kalau mau ditinjau silakan tapi kan jawabannya tidak ada jadi mohon maaf kalau itu memang ada kesalahpahaman tapi sebenarnya kami ingin menunjukkan bahwa kami berminat untuk melakukan investasi catering di Muassasah dan itu siapa yang menggunakan? Jamaah Haji di seluruh dunia Pak sebetulnya itu karena itu ready meals yang nantinya mulai 2020 akan dilaksanakan. Yang terakhir Pak mengenai kemaslahatan, jadi terima kasih Pak Samsu Niang, Pak Muna, dan tadi Pak Anda juga sudah menyampaikan Pak Dja’far sudah menyampaikan bahwa tahun ini Pak 2018 oleh BPK tidak diakui Pak seluruhnya, semuanya dialihkan ke 2019. Jadi yang sekarang sudah ada 60 penerima manfaat, ada 5 mitra kemaslahatan dari Lazismu, Lazisnu, kemudian dari Solo Peduli dan sebagainya itu sebagai mitra sudah menerima alhamdulillahi sudah 60 tapi Rp120Miliar dipakai untuk membantu Jamaah BPIH Pak. Jadi memang Rp120Miliar jadi sekarang ini masih ada Rp51Miliar yang belum teralokasi, insyaaAllah nanti dengan peraturan yang baru Pak kami sudah sampaikan kami mohon maaf kepada Pak Muna peraturannya sangat ketat Pak Anda juga waktu itu komplain mengenai peraturan, kami sekarang sudah merubah peraturannya Pak jadi mudah-mudahan setelah ini kami lebih baik didalam melakukan tata kelola terhadap kemaslahatan. Dan oleh Pak Ajar di akan di nilai ISO-nya Pak ISO kemaslahatan mudah-mudahan setelah ISO keluar kami baru melakukan suatu tahapan yang mungkin lebih baik dari sisi tata kelola. Mungkin Pak Beny bisa disampaikan. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Pimpinan, mohon maaf Pimpinan. Pak Anggito tolong diterangkan tentang pajak. KEPALA PELAKSANA BPKH: Begini Pak jadi sebetulnya dari sisi karena Badan Hukum kami itu adalah nirlaba terhadap PPh Badannya tidak dikenakan pajak Pak PPh Badan, tetapi yang masih dikenakan adalah PPh with holding-nya Pak. Jadi kalau kita menyimpan uangnya itu di Bank itu masih dikenakan 20% kalau di Sukuk masih kena berapa

- 36 -

Pak Beny 15% ya 15% meskipun kami sekarang punya escape-nya dengan melakukan menyekolahkan dia itu ke Reksa Dana Pak, nanti Pak Beny juga bisa menjelaskan. Tapi kami sudah mengusulkan dan beberapa kali FGD dengan Menteri Keuangan kami minta supaya kami diberlakukan pengecualian pajaknya seperti juga bpjstk maupun Taspen karena dia adalah nirlaba meskipun korporasi nih Pak kami ini Pak, korporasi nirlaba. Kalau ada Surplus tidak boleh dipakai oleh pengurusnya Pak tapi boleh dikembalikan kepada Jamaah Haji sebagai suatu dukungan kepada penyelenggaraan ibadah haji, jadi itu bentuk hukumnya Pak. Saya kira ini Pak Beny silakan untuk menyampaikan mengenai target nilai manfaat dan hal-hal yang berkaitan dengan investasi. BENY (BPKH): Baik, terima kasih Pak Kepala BPKH. Pak Ketua Rapat yang saya hormati, serta Bapak-Ibu Anggota DPR Komisi VIII yang saya hormati, Menyambung apa yang sudah disampaikan Pak Kepala tadi. Yang pertama kami menyampaikan bahwa pencapaian sampai dengan Mei untuk nilai manfaat itu adalah sekitar Rp2,65Triliun atau sekitar 36% mengapa demikian? Kami memang start investasi yang jumlahnya besar itu baru dilakukan kurang lebih 1,5 bulan terakhir. Mengapa demikian? Kami melihat timing yang tepat untuk bisa melakukan investasi besar itu adalah timing yang ada disitu. Terbesar memang kami masukkan kepada surat berharga yaitu SBSN, mengapa SBSN? Tentunya kita tahu bahwa risk appetite BPKH ini adalah medium tulo. Medium tulo maknanya adalah bahwa kita belum bisa masuk kepada area risiko yang lebih tinggi lagi, kenapa risk appetite-nya medium tulo itu adalah kesepakatan dari Dewan Pengawas dengan Badan Pelaksana sementara demikian. KETUA RAPAT: ... (suara rekaman tidak terdengar jelas) Pak ya, yang investasi langsung diluar SBSN berapa nilainya? BENY (BPKH): Investasi langsung diluar SBSN hanya ada di Bank Muamalat Pak, Bank Muamalat itu pun tinggalan dari Kementerian Agama waktu itu Rp22Miliar Pak. KETUA RAPAT: Yang di SBSN itu dia Sukuk juga ya? BENY (BPKH): Itu Sukuk semua Pak, SMI Sukuk, semua Sukuk Pak.

- 37 -

KETUA RAPAT: Oh Sukuk semua. Kalau Sukuk itu nggak dianggap investasi langsung kan? Nggak. BENY (BPKH): Bukan Pak, Surat Berharga Pak. KETUA RAPAT: Berarti investasi langsung belum masih ... (suara rekaman tidak jelas). Silakan, silakan. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Nilainya tadi dua koma berapa T Pak? KETUA RAPAT: Rp20Miliar kan kecil. BENY (BPKH): Rp20Miliar Pak. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Ini yang Bank Muamalat kan? BENY (BPKH): Di Bank Muamalat. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Yang SBSN itu? BENY (BPKH): Yang SBSN totalnya Pak sebagaimana sudah disampaikan tadi kan kita secara prosentase adalah 54% Pak. KETUA RAPAT: Berarti hampir Rp60Triliun ya?

- 38 -

BENY (BPKH): Iya dikalikan seratus dua belas tadi. KETUA RAPAT: Kalau SBSN itu kan sama, Kementerian Agama juga sudah melakukan. Jadi teman-teman ingin melihat yang investasi langsung supaya punya pengaruh ke optimalisasi itu Pak ya. BENY (BPKH): Iya betul, bedanya kami dengan Kementerian Agama dulu Kementerian Agama mayoritas ada di SDHI Pak Sukuk Dana Haji Indonesia tidak tradable. Yang kami lakukan ini adalah project based Sukuk dimana Sukuknya ini kita beli dari apa namanya private prisman dan memiliki kesempatan apabila kita butuh likuiditas kita bisa jual di pasar, itu bedanya disitu Pak. Nah tadi untuk menjelaskan bagaimana cara kami bisa mencapai angka dua enam lima Triliun menjadi akhir tahun menjadi tujuh koma tiga itu kami akan lakukan optimalisasi dari return yang semula SBSN tadi itu memiliki beban pajak 15% kami akan masukkan di Reksa Dana Terproteksi dimana Reksa Dana itu sesuai ketentuan OJK boleh dimasukkan dana hanya khusus untuk SBSN. Kemudian ini akan di apa namanya karena Reksa Dana maka hanya kena pajak 5% Pak dari efisiensi pajak kami bisa dapat, satu. Yang kedua karena kami membeli itu juga harganya bagus Pak dibanding sekarang ini turun Pak, kami membeli agak diatas selisihnya itu kami bisa bukukan sebagai nilai manfaat didepan sehingga perkiraan kami target tujuh koma tiga, sebenarnya tujuh koma dua Pak asal muasal bahkan pertama Rp7Triliun, naik terus Pak, tujuh, kemudian Pak Anggito menetapkan menjadi tujuh koma dua, kami sanggupi insyaaAllah sanggup dan kemudian ditutup menjadi tujuh koma tiga, kenapa? karena tambahan dari 10000 Jamaah jadi kita harus berkontribusi tambahan. Nah kami sedang melakukan eksekusi settlement terhadap Reksa Dana Terproteksi bertahap insyaaAllah kami bisa selesaikan dalam minggu kedua bulan Juli ini sehingga kami akan lebih cepat lagi Pak memperoleh nilai manfaat itu untuk mengejar ketertinggalan. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Pimpinan mohon maaf Pimpinan sedikit. Kalau begitu masih defisit dong hitungannya? Kalau namanya sekarang ini penggunaan untuk indirect cost itu tujuh koma kosong kosong tiga ditambah dengan Rp350Miliar yang tambahan 10000 ditambah lagi dengan besok kalau namanya ada tambahan kuota lagi yang kemarin dijanjikan oleh Dubes Arab Saudi untuk Indonesia tahun depan akan ditambah lagi berarti itu bisa nanti di tahun 2020 kuota haji itu adalah yang reguler 224. Kalau 224 yakin limit yang akan digunakan adalah tujuh koma lima lebih, nah kalau tujuh koma lima lebih dari mana ini kalau namanya estimasi yang akan ada itu hanya tujuh koma tiga. Terima kasih Pimpinan.

- 39 -

KEPALA PELAKSANA BPKH: Yang tahun 2019 itu ada akumulasi nilai manfaat tahun-tahun sebelumnya 1T Pak dipakai itu sudah dibukukan, jadi sebetulnya total nilai manfaat itu 8T. Tadi kami sudah menyampaikan 2020 meskipun kami belum ke Dewan Pengawas Pak mohon izin Pak Yuslam ya kami memang mentargetkan Rp8Triliun Pak. Lah iya Pak itu kami sudah sampaikan dan kami sudah menyampaikan kepada ini 2 Anggota yang bertanggung jawab untuk nilai manfaat Pak Beny untuk yang investasi dan Pak Iskandar untuk penempatan mohon dapat dijadikan sebagai referensi pada waktu kami akan menyampaikan kepada Dewan Pengawas kami Pak. BENY (BPKH): Iya. Kami melanjutkan lagi Pak tadi karena Pak Kyai Muna sudah menanyakan mengenai pajak. Hitung-hitungan kami Pak tahun lalu BPKH itu membayar pajak sekitar Rp1,1Triliun Pak, BPKH membayar pajak Deposito dan Surat Berharga itu sekitar Rp1,1Triliun. Tadi kalau Bapak sampaikan kami harus tambahkan menjadi Rp8Triliun kurang lebih kurang nambah cuma tujuh ratus, kalau pajaknya dibebaskan saja Pak sampai Pak target itu, mohon maaf dikecualikan Pak pajaknya dikecualikan mohon maaf nih bukan dibebaskan dikecualikan. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Apa sudah ada penjelasan untuk bahwa kita tidak dikenai pajak karena dikecualikan lah dikecualikan itu dasarnya apa dan semuanya? BENY (BPKH): Ya kalau secara persyaratan Pak insyaaAllah moga-moga saya nggak salah. Yang pertama karena kita nirlaba Pak. Yang kedua kita ini beroperasi adalah menggunakan dasar-dasar pelayanan agama Pak, pelayanan Rukun Islam jadi bagian dari itu seperti juga Baznas, kemudian yang Badan Wakaf itu juga, kemudian yang Se-saudara dengan kita BPJSTK itu juga sudah bebas pajak Pak ... (suara rekaman tidak terdengar jelas) sosial. Jadi ini pas sekali kalau tadi Pak Kepala menyampaikan Pak Ketua menyampaikan bahwa akan ditinjau Undang-undangnya, kami sudah membahas sebenarnya dengan Departemen Keuangan mereka tidak bisa kalau tidak ada cantolan Undang-undangnya. Jadi ketika itu Undang-undang BPJS dibuat sudah ada bahwa mereka akan bebas pajak gitu nah Undang-undang 34/2014 ini tidak ada Pasal mengenai itu, jadi seandainya dicantumkan insyaaAllah itu akan memudahkan kita mengurus kepada Kementerian ini. Kami proyeksikan satu koma satu itu tahun ini 2019 akan naik satu koma tiga pajaknya, nah tahun depan bisa dihitung lagi kalau itu kena terus itu bisa dialokasikan kepada yang manfaat insyaaAllah nggak sulit kita. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA): Izin Pimpinan, interupsi sebentar. Interupsi Pak.

- 40 -

KETUA RAPAT: Silakan Pak Musthafa. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA): Tadi Bapak mau mengajukan BPKH mau mengajukan pengecualian pajak? Baik. Kedua, dalam pengajuan-pengajuan pajak itu juga maka saya katakan tadi pembahasan perlu dilakukan oleh Komisi VIII terhadap penataan, pengelolaan tentang BPKH ini untuk legal standing-nya karena ini tadi perlu amandeman, ada yang bertentangan dengan peraturan Pemerintah dengan Undang-undang. Tadi yang Pak Anggito sampaikan masalah investasi diluar negara ya toh, diluar negara, betul Pak Anggito? Di Arab Saudi, baik. Aturan ekonomi tentang perundang-undangan penggunaan dana dari salah satu negara setelah terjadi ini tahun 90 ada amandemen Undang-undang di PBB tentang aliran dana dunia dalam arti kata penggunaan nilai kurs Lembaga atau Negara tersebut yang melakukan transaksional atau barter economic terhadap satu negara, salah satu contoh kita ambil perkecil BPKH investasi di Arab Saudi, kita menggunakan Rupiah atau Riyal atau Dollar? Penggunaan uangnya, dananya. KEPALA PELAKSANA BPKH: Kalau di Arab Saudi ya pakai Riyal Pak. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA): Baik. Kalau Bapak katakan Riyal coba baca Pasal 50 Undang-undang nomor 34 ini. BPKH dalam pengelolaan keuangan haji menggunakan satuan hitung mata uang Rupiah, satuan hitung mata uang Rupiah ini berarti semua bila melakukan investasi Lembaga luar atau Negara luar pun membeli Rupiah ke kita baru gunakan transaksional investasi, tidak boleh menggunakan mata uang asing kan bertentangan dengan Undang-undang. Maka saya katakan kalau ini Lembaga korporasi mesti Undang-undangnya Undang-undang korporasi, ini Undang-undang Lembaga biasa seperti tadi dikatakan Pak Muna dan teman saya dari Golkar Pak Deding ini seperti Lembaga yang seperti mitra atau apa yang berdekatan, BPJS ini Undang-undangnya sudah saya baca beberapa kali tak saya temukan didalam rangka Undang-undang itu Pasal-pasalnya legal standing untuk korporasi terhadap BPKH ini. Maka saya secara pribadi masih saat ini karena saya sedang berkonsultasi dengan beberapa pihak, apa yang dilakukan oleh BPKH sebelum ini sampai sekarang yang menjurus kepada tentang ekonomi terutama tentang bidang keuangan dan investasi bertentangan dengan Undang-undang tersebut, itu hanya Lembaga Korporasi yang bisa atau Lembaga Keuangan yang dibentuk khusus sedangkan ini hanya Lembaga Pengelolaan, jadi bila sesuatu tidak ada landasan dasar hukumnya yang kuat maka batal secara hukum. Contoh dia katakan tadi investasi keluar bertentangan dengan Pasal 50-nya, dan kalau melakukan invetasi keluar bagaimana koordinasinya dengan lembaga tinggi keuangan kita contoh Bank Indonesia, Kementerian Ekonomi, Kementerian Luar Negeri, bukan bisa main

- 41 -

langsung, beda dengan Kemenag karena Departemen ke Lembaga Kementerian, ini kan Lembaga Non Kementerian. Apa sejajar Pak Ketua BPKH dengan Kementerian? Tidak, nah itu yang saya tadi maksudkan. Makanya dari kemarin saya meminta dari Pak Anggito data dan fakta tentang keuangan BPKH ini masukannya, pengeluarannya, paling tidak kita sebagai Anggota Dewan disini bisa membaca korporasi atau tidak ini Lembaga. Kalau hanya Lembaga yang dikatakan dibentuk satu Lembaga untuk efektivitas pendayagunaan dan pengelolaan dana haji tersebut dikeluarkan dari Kemenag atau Departemen Agama dibentuk Lembaga baru, dianulir satu Undang-undang untuk keberadaan Lembaga ini, ini baru sebatas ini, maka Pak Ketua katakan belum 100% perpindahan itu, tapi Pak Anggito tadi menyampaikan masalah Keuangannya sudah 100% Pak ya ditransfer semua untuk BPKH. Tetapi dalam operasional manajemen taksis pengelolaan itu belum sepenuhnya, masih menyangkut kepada Bimas Islam, PHU, investasi menyangkut kemana ini BPKH? Apa dasar Undang-undangnya dia berinvestasi? Sangat lemah saya lihat, karena banyak interpretasi dari Undang-undang yang dibuat ini Pasal demi Pasal. Nah kalau ada satu Lembaga atau perorangan menggugat ini, agak sulit kita menjawabnya karena Pak Anggito sebagai Kepala BPKH tidak juga bisa semaunya membuat program investasi sesuka hati. Makanya saya tanyakan tadi Bapak izin dividennya karena stakeholder-nya itu adalah Jamaah, kan Bapak mengelola uang orang ini tadi uang orang. Kalau dalam biro jasa berarti kan Bapak dapat jasa dalam pengelolaan ini seperti perbankan, tapi ini bukan Bank, kan bukan Bank, nah makanya saya lihat tadi bertentangan. Mohon izin Pak Ketua perlu dilakukan amandemen Undang-undang ini karena ini menyangkut dana umat yang besar Triliunan, maka saya dasar saya berpikir menggali ini dalam beberapa tahun ini sejak berdirinya BPKH bekerjasama dengan sahabat saya Syafii Antonio dan Agustianto bidang Kelembagaan Ekonomi Syariah tidak saya temukan. Contoh tadi Reksa Dana Pak, Bapak pembeli ya toh? Membeli pakai uang mana, uang siapa yang Bapak gunakan? Bapak kan Lembaga gunakan satu keuangan yang dasarnya datang dari luar masuk untuk dikelola Bapak beli. Saya ingin tegaskan Reksa Dana yang mana Bapak beli? Reksa Dana Syariah? Izin Pak, Reksa Dana Syariah? KEPALA PELAKSANA BPKH: Reksa Dana Terproteksi Syariah. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA):

Baik, berarti betul sesuai dengan Pasal 49. Nah sekarang terjadi transaksi jual-beli, Bapak kan sudah ekonomis, dimana nirlabanya Bapak yang katakan tadi nirlaba? Nah itu Pak jadi bertentangan, mohon izin agak bertentangan. Saya bukan pakar ekonomi tidak, tapi coba saya mendekatkan dasar landasan hukum terhadap aktivitas pengelolaan tadi. Pak ada jual-beli tidak ada laba Pak? pasti ada, untung dan rugi, profitable atau future, direct cost atau cost direct, nah bagaimana Bapak mau mengajukan pengecualian pajak sedangkan terjadi transaksi jual-beli dari berbagai pihak yang BPKH lakukan. Tidak fair nanti Lembaga ekonomi lain juga minta seperti itu. Terima kasih Pak Ketua, izin Pak Ketua sebatas pencerahan. Terima kasih.

- 42 -

F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Pak Ketua saya melanjutkan sedikit saja karena ini memang harus, ini soal pajak itu tadi Pak. Jadi kan 2018 dikenai pajak ya itu sebesar Rp1Triliun ya itu karena itu pajak untuk Badan kan, Deposito dan Surat-suratnya. KEPALA PELAKSANA BPKH: Deposito dan Sukuk Pak. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Deposito dan Sukuk, oke clear itu. Jadi memang ini Pak Ketua sudah tadi menyisir sebetulnya kesimpulan kita disitu Pak. Jadi memang pertama perlu amandemen, penjelasannya cukup komprehensif secara teknis operasional begitu tapi memang ada masih menggantung gitu terkait dengan rujukan dan payung hukumnya, jadi payung hukumnya memang belum menjangkau dan multi tafsir itu. Ada kata diksi disitu pengembangan Pak, jadi dan pengembangan, nah pengembangan ini bisa dimaknai mungkin salah satunya dari investasi dan profit ini digunakan teminologi manfaat barangkali begitu lah. Jadi ini memang harus ada diskusi Pak ya soal ini Pak. Terima kasih Pak Ketua. KEPALA PELAKSANA BPKH: Mungkin sedikit saja Pak Ketua. Mungkin di Pak Musthafa mungkin bisa melihat merujuk pada Pasal 10 butir C Pak bahwa BPKH itu bisa melakukan penempatan dan investasi Keuangan Haji. Kemudian satu lagi kalau Bapak tanya mengenai dudukan hukumnya, BPKH itu dilakukan secara korporatif dan nirlaba itu sebetulnya sudah menjawab apa yang Bapak tanyakan tadi, begitu Pak. Kalau untuk pajak Pak sebetulnya, F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA): Izin Pak Anggito. Sudah jelas saya membaca itu tentang nirlaba, masalah nirlaba sudah saya gali kembali. KEPALA PELAKSANA BPKH: Korporatifnya Pak. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA): Iya, kan korporasi tadi kan?

- 43 -

KEPALA PELAKSANA BPKH: Bukan Pak korporatif. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA):

Bukan, korporatif itu kan untuk soal nirlaba atau tidak? KEPALA PELAKSANA BPKH: Bukan Pak, bukan Pak. Korporatif itu adalah kalau prinsip pengelolaan keuangan yang tidak salah pada pola pengusahaan sebagaimana dilakukan oleh Perusahaan atau Korporat dengan mengutamakan efisiensi dan efektivitas dan penggunaan Sumber Daya. Jadi prilakunya korporatif, boleh memberikan Surplus tapi Surplus-nya karena dia sifatnya nirlaba tidak dibagikan kepada pengurusnya atau anggota Badan Pelaksana maupun Dewan Pengawas, dikembalikan kepada Jamaah Haji Pak sebagai Pemilik sah dari dana kita. F-P.GOLKAR (Drs. MUSTHAFA BAKRI, MA): Makanya saya tanyakan di presentase dividennya? KEPALA PELAKSANA BPKH: Semuanya dikembalikan kepada Jamaah Haji Pak, kami tidak memungut dividen sama sekali. Akuntansi tidak ada dividen, semua hasil nilai manfaat itu dikembalikan kepada Jamaah Haji dalam bentuk nilai manfaat, indirect cost dalam bentuk kemaslahatan, tidak ada sama sekali yang dimanfaatkan oleh kami sama sekali tidak ada Pak. F-P.GOLKAR (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.M.): Pak Anggito sebentar ini ditunjuk saja Pasal 10 Undang-undang? KEPALA PELAKSANA BPKH: Iya Pak, 34 Pak. Tadi Pak Ketua sudah menjelaskan mengenai dudukan hukum korporasi dan nirlaba tadi. Nah terkait dengan pajak tadi sebetulnya yang perlu dilakukan amandemen adalah Undang-undang PPh-nya Pak bukan Undang-undang 34, Undang-undang PPh Pasal 4 kalau nggak salah itu mengenai pengecualian pajak. Sebetulnya dari sisi sifatnya BPKH sudah memenuhi ketentuan Pasal 4 mengenai pengecualian tersebut tetapi memang untuk Lembaga-lembaga itu disebutkan, BPJSTK disebutkan, Taspen disebutkan, Baznas disebutkan. Nah kami minta supaya juga disebutkan supaya memenuhi ketentuan pengecualian pajak dalam Undang-undang PPh tersebut Pak. Mungkin Pak Beny bisa diteruskan sedikit.

- 44 -

KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Oke, masih ada lagi silakan Pak Beny. Kita putuskan dulu sampai jam 17.00 WIB ya?

(RAPAT : SETUJU) BENY (BPKH): Saya lanjutkan mengenai tadi dipertanyakan tentang dividen ya, kita hitungnya nilai manfaat Pak persentasenya kalau dihitung tahun 2017 itu kami secara percentage gross kita sebut net Pak ya net itu 5,78% kalau di gross a 6,96. 2018 itu 5,42, kenapa ini turun karena memang nilai dana yang dikelola lebih tinggi Pak sedangkan Rupiah kita naik dari lima koma sekian menjadi enam koma eh 5,7. Nah kalau ini diperbandingkan dengan 2 Saudara kita di Taspen maupun di BPJS, kami berada di tengah-tengah Pak kami lebih baik sedikit daripada Taspen tapi tidak lebih baik daripada BPJS belum lebih baik daripada BPJS nah karena memang kami baru start memulai Pak investasi tadi. Jadi kedepan kalau kemudian kita bisa diberikan kesempatan untuk lebih berkembang lebih lanjut beberapa alternatif investasi itu bisa kita perbaiki return-nya yang tadi Pak. Saya pikir sudah Pak yang dari saya. Terima kasih. KEPALA PELAKSANA BPKH: Lanjut sedikit saja Pak mengenai laporan keuangan tadi Pak Acep silakan Pak Acep. ACEP (BPKH): Bismillahirrahmanirrahim. Saya langsung saja ya Bapak-bapak dan Ibu Anggota Dewan yang terhormat. Pertama seperti disampaikan tadi oleh Pak Anggito dan Pak Ajar kita sudah mendapat WTP Pak ya dari BPK itu berarti tidak ada yang kita langgar dalam hal ketentuan perundang-undangan Pak kira-kira seperti itu, termasuk yang Rupiah itu Pak. Jadi disebutkan disini bahwa pada saat kita menulis laporan keuangan itu harus dalam mata uang Rupiah arahnya kesana Pak, jadi yang Bapak sampaikan tadi itu kira-kira penjelasannya seperti itu. Yang kedua saya langsung saja Pak Kyai Muna Pak soal aset 121 Pak. Jadi begini Pak sedikit mundur Pak ya, jadi WTP ini kan sebenarnya dengan sebuah penekanan Pak bahwa harus ada pengalihan dari aset PHU itu Pak kegiatan operasional Haji itu kepada BPKH yang disebut oleh Pak Anggito sebagai entitas akuntansi tadi Pak. Nah jadi di masa lalu Pak ini perjanjiannya itu yang tahun 2018 awalnya adalah bahwa kami kirim kesana Rp14Triliun itu nah lawannya adalah surat pertanggung jawaban mutlak Pak seperti itu, nanti itu diperiksa oleh BPK ditetapkan

- 45 -

berapa sebenarnya sesungguhnya oleh BPK plus efisiensinya berapa barulah dikurangkan kepada dana tadi Pak. Nah sehingga sebelum ada pemeriksaan BPK maka kita mencatatnya di neraca sebagai uang muka Pak, jadi didalam Rp121Triliun ini pada akhir Mei itu ada uang sudah kita transfer ke Kemenag Rp9,6Triliun sebagai uang muka Pak, nah nanti kalau ini sudah selesai Haji ini Pak Kemenag membuat laporan keuangan diperiksa BPK kemudian di integrasikan kepada laporan keuangan BPKH barulah terjadi offset disitu Pak, barulah dia berkurang. Jadi ini besarnya karena memang ada uang muka yang sebenarnya belum bisa kita bukukan sebagai biaya Pak sementara ya itu karena dia belum mempertanggungjawabkan. Itu saja Pak penjelasannya Pak mengapa begitu. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Pimpinan. Jadi sebetulnya begini, persoalannya disini BPK menyatakan bahwa pembelian aset yang dilakukan tanpa persetujuan BPKH dan menggunakan dana BPIH dianggap tidak akuntabel disini kan begitu. Jadi karena hal itu sudah terlanjur antara PHU dengan DPR kan ini kan apa itu 3 komponen ini kalau namanya semuanya menyetujui itu dianggap akuntabel karena BPKH ini menyetujui, kalau namanya sekarang ini BPKH menyatakan kami keberatan itu berarti tidak akuntabel karena BPKH tidak dilibatkan dalam hal menyetujui dalam pembelian itu gitu loh. Jadi sebetulnya itu betul hanya saja secara nurani mengatakan ini sudah disetujui DPR sih mbok ya iya begitu kalau namanya ini sudah disetujui ketiga-tiganya kan disebut dengan akuntabel, nah persoalan yang akan datang bagaimana supaya tidak terjadi seperti ini lagi harus ada kehati-hatian antara PHU, DPR dengan BPKH tetapi yang sudah terjadi itu dianggapnya nanti menyakiti hati persoalannya. Saya persoalannya masalah hati, jadi kalau namanya nanti PHU itu kok disakiti lagi besok nggak mau beli BPKH kan kacau persoalannya disini inilah. Kami ini terus terang disitu karena kemarin sering-sering kita waktu di daker, wah ini kok begini persoalan ini kami malas lah kalau namanya apa itu suruh beli BPKH orang BPKH selalu dengan kita itu nggak mau kompromi dengan baik, loh persoalannya kadang-kadang bagaimana ini. Nah karena apa? pada saat itu mohon maaf saat peristiwa Hotel Ramadi ya, iya? Itu dulu awal-awal itu pada saat Pak JK bicara tentang investasi awal disana, nah itu kan tahun 2017 itu kita mau penyisiran tentang BPKH disana mengatakan itu. Kemudian juga pada saat mau Hotel yang ada di Madinah Pak Anggito kami akan kontrak jangka panjang di Madinah gitu loh, kemudian dari PHU mengatakan ya asal baik-baikan kemudian satu, harganya jangan lebih dari yang ada, kedua-nya juga syukur-syukur bisa lebih murah daripada yang ada sehingga kami kalau namanya beli itu agak lebih efisien disitu. Nah inilah yang ada sehingga saya takutkan kalau namanya ada sesuatu yang menjadikan ganjalan antara PHU dengan BPKH ini jadi hanya persoalan hati saja Pak Anggito itu, nah ini persoalannya. Mohon maaf, terima kasih.

- 46 -

KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Jadi yang diperlukan itu antara BPKH dengan PHU itu adalah hubungan hukum, hubungan kerja, jangan hubungan emosional, like and dislike itu nggak boleh jadi posisinya itu sebenarnya begitu Pak. Jadi makanya perlu kita harus cermat lah, makanya saya gelisah juga ini kok seolah-olah kok nggak ikhlas gitu kayak akad itu antara suka dan tidak suka itu nggak jelas itu. Silakan Pak Anggito. KEPALA PELAKSANA BPKH: Saya tadi ingin menambahkan begini Pak Muna. Jadi sebetulnya Bapak dalam memberikan kesimpulan sudah betul yaitu mengatakan persetujuan setelah DJPHU berkonsultasi dengan BPK itu sudah benar Pak dan BPK mengatakan bahwa pembelian itu nggak akuntabel. Bukan Pak, bukan Pak, kami itu tidak pernah diinformasikan sama sekali, kami hanya tahu dari laporan BPK kok Pak, kami nggak tahu sama sekali Pak. Bahkan kami hanya membaca bahwa DPR sudah benar silakan konsultasi dengan BPK, BPK mengatakan tidak akuntabel, lah kami kan hanya bilang Pak itu artinya itu nggak boleh sebetulnya membeli aset dari BPIH itu nggak boleh, alternatifnya cuma 2 Pak KPPN atau investasi kami sampaikan itu Pak. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Jadi kaitan dengan substansi kerja seperti itu perlu dipertemukan irisannya, maka duduk bareng itu menjadi sangat penting bagi saya itu. Jadi saya tawarkan Pak Kyai Pak Muna jadi apa yang disampaikan teman-teman DPR semuanya ini berkeinginan untuk kinerjanya semakin hari semakin baik. Kalau saya melihat definisi kinerja itu kan kata kinerja itu kan lebih kepada performance rugi-laba ya? istilah itu kemudian ditarik jadi istilah sosiologis seolah-olah itu prestasi kerja padahal istilah kinerja itu performance rugi-laba pada awalnya ketika saya membaca referensi. Nah oleh karena itu menurut saya ya masing-masing kita mulai lah bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diperintah oleh Undang-undang, jika ada irisan yang perlu dipertemukan maka pinjam tangan DPR gitu loh Pak jadi kan DPR pada posisinya legislasi, anggaran, dan juga pengawasan. ... (aspekteri - suara rekaman tidak jelas) silakan saja, maksud saya antara PHU ya Pak Kyai ya PHU dengan BPKH ini jangan saling menafikkan peran dan fungsi kan masing-masing Lembaga Negara, nah oleh karena itu menurut saya kita duduk kembali lah dalam bentuk FGD saya ini. Pak Muna saya perlu FGD itu satu, DPR, Komisi VIII, kalau perlu ada keynote speech-nya mungkin nanti dari Ketua DPR nggak apa-apa kita panjang yang paling penting ini jalan loh ini loh ini menyelamatkan uang jangka panjang ini perlu bersama-sama satu Visi, satu Misi. Yang kedua itu faktor kelembagaan musti harus duduk jelas ini, kalau tadi Pak Musthafa berkali-kali menanyakan sebenarnya kaitan dengan investasi itu sudah ada pada PP nomor 26 itu mestinya kita baca Undang-undangnya baca PP nomor 5 tahun 2018 itu kaitan investasi dijelaskan dengan baik Pasal 26 itu. Jadi nggak bisa kita hanya merujuk Undang-undang saja ini kan lex generalis, ada lex spesialisnya itu loh. Nah ini mesti kita baca urut makan duduk bareng itu: 1. DPR; 2. BPKH; 3. Kementerian PHU; kemudian kalau perlu BPK, Keuangan boleh, kemudian juga lembaga stakeolder yang terkait ini, semuanya masalah niatnya bagus ini.

- 47 -

Pertama, dalam teori NEC itu saya baca New Economic Concept itu kan ada 3 yang dikerjakan:

1. Visi-Misi mesti jelas; 2. Networking-nya juga mesti jelas; 3. Trust ini kepercayaan. Kepercayaan menambahkan 2 lagi, kepercayaan itu

perlu tetapi sustainablity-nya juga perlu; 4. Modal ini terjaga. Kalau saya melihat, saya ini orang hukum cuma senangnya

baca-baca ekonomi pembangunan. Jadi saya kira ini penting saudara, maka menurut saya kalau setuju kita

sepakati hari ini Pak Muna ini Pak Kyai Surahman ya kalau perlu kita merumuskan hari ini kita merekomendasikan ada amandemen Undang-undang, kalau saya ya, kalau saya. Kalau perlu hari ini lah hari ini sejarah menentukan jadi asumsi saya bahwa tahun 2000 tahun ke-6 bekerjaan BPKH ini faktor legislasi sudah selesai ini Pak Beny, Pak Acep sudah selesai ini, Pak Yuslam sudah selesai, jadi tinggal perjalanan kemudian mencari irisan yang belum ketemu saja. Jadi saya kira antara Das Sollen dan Das Sein-nya kita pertemukan dalam konteks morghen dalam pengertian istilah hukum itu bisa supaya tidak terjadi vakum, saya kasihan Pak Anggito mondar mandir nggak ketemu Pak yakin lah nggak ketemu karena Undang-undangnya nggak sampai. Kebetulan saya datang itu Undang-undang sudah jadi ya saya juga kelabakan aduh Pak Anggito waduh luar biasa tapi itulah kepingin maju tetapi regulasinya nggak siap, begitu dia maju terus temuan kan jadi serba salah, karena itulah faktor kehati-hatian. Jadi saya kira hati-hati perlu tapi kata Pak Kyai Surahman tadi proporsional tadi menjadi sangat penting.

Saya kira ini saja, terima kasih atas kehadiran Saudara-saudara sekalian.

Marilah kita rumuskan bersama keputusan Rapat, tambah kurang silakan, saya kepingin hari ini kita akan membedah langsung pikiran-pikiran irisan tadi mempertemukan istilah jangan sampai terjadi recht vacuum istilahnya kekosongan. Silakan. Ini kita diskusikan bersama-sama. Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi VIII DPR dengan Ketua Dewan Pengawas dan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji membahas efektivitas rencana Kerja dan Anggaran tahun 2019 disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Komisi VIII DPR RI mengapresiasi pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diraih oleh BPKH dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan tahun 2018 dan sertifikasi ISO 9001:2015; benar ya? ya itu betul rumusannya?

2. Komisi VIII DPR RI mendukung BPKH mengajukan usulan pengecualian pajak dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi pola keuangan Haji;

3. Komisi VIII DPR RI mempertimbangkan untuk, mempertimbangkan atau mendorong? Mempertimbangkan ya? kalau mempertimbangkan timbang doang, dorong mendorong ya, atau mendesak?

KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Pak, kan amandemen pun bisa inisiatif DPR juga kan Pak? jadi memprakarsai kan bisa juga.

- 48 -

KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Bisa, makanya. Jadi artinya bahwa, okelah begini sajalah, Komisi VIII DPR RI mendorong untuk mengamandemen Undang-undang 34 tahun 2014 yang berkaitan dengan kedudukan dan kelembagaan BPKH, nggak usah begitu nanti pasti mentah lagi, ditambah ini, berkaitan dengan. Komisi VIII DPR RI mempertimbangkan untuk mengamandemen Undang-undang 34 tahun 2014 yang berkaitan dengan BPKH karena tidak sejalan lagi dengan perkembangan hukum. Kalau saya, tidak sejalan lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum, kalau saya ya saya orang hukum nih. Nggak, betul nggak apa-apa walaupun prematur tapi selamat, jadi kayak disidang, tahu-tahu Menteri Agama saja. loh hari ini baju biru coba saya tanya tegur beliau kok pakai biru? Ya karena sekarang sudah koalisi katanya sudah tidak lagi 01, 02, pokoknya yang sudah Presiden Republik Indonesia begitulah, lanjut, bagaimana coba baca lagi ya.

3. Komisi VIII DPR RI mendorong untuk mengamandemen Undang-undang 34

tahun 2014 yang berkaitan dengan BPKH karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum.

Itu yang paling pas kalau menurut saya, silakan. Nanti isinya macam-macam, nanti isinya tergantung nanti kita FGD, macam-macam berkali-kali gitu.

4. Komisi VIII DPR RI mendesak Dewan Pengawas dan Kepala Badan Pelaksana BPKH agar dalam pengelolaan RKAT 2019 dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan menindaklanjuti pandangan Anggota DPR sebagai berikut:

a. Melakukan harmonisasi hubungan kelembagaan dengan Kementerian Agama RI dan Komisi VIII. Nggak usah lah, melakukan harmonisasi hubungan kelembagaan dengan stakeholder saja, nggak usah spesifik begitu nanti dianggapnya kita tidak enak. Melakukan harmonisasi hubungan kelembagaan dengan stakeholder yang terkait dengan pengelolaan Keuangan Haji. Kayak gitu saja cukup nggak apa-apa.

b. Meningkatkan optimalisasi pengelolaan keuangan Haji agar direct cost biaya penyelenggaraan ibadah haji tidak mengalami kenaikan pada tahun berikutnya.

Begini, saya kemarin mendapatkan pencerahan juga kan, real cost kita haji ini kan Rp72Juta, kemudian yang kita putuskan Rp35Juta. Dari perspektif politik DPR itu bagus saja, menjadi tidak rasional ketika kita konkordansikan dalam kebutuhan anggaran dan inilah yang kemudian perlu kita pertemukan bersama. Nah itu yang saya maksudkan supaya ya kalau rasionalitas yang paling dekat itu berapa nanti perlu kita bicara bersama, tapi naiknya jangan terlalu progresif untuk Rakyat itu, DPR kualahan. Kenapa kemarin kita putus Rp35Juta itu kan kebutuhan politik bukan kebutuhan anggaran, paham, terus terang saja saya terbuka saja, semakin kecil DPR semakin punya nama tapi itu fakta begitu Pak Beny. Jadi oleh karena itu mohon dipertimbangkan tinggal lah sekarang momentum politik terkait dengan isu konfigurasi politik sudah berubah, sekarang 1-2 tahun ini Saudara putuskan rasionalitas yang alternatif 1, 2, 3, yang paling mungkin mana, jadi berikan alternatif 1, 2, 3, jangan 1 alternatif.

- 49 -

F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Pimpinan. Sebetulnya kan begini, orang itu kan melihat bahwa kami ini berangkat itu tahun 2012 setoran awal di tahun ini. Tahun ini itu 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019, 7 tahun saya itu investasi Rp25Juta kan begitu loh. Jadi hitungannya disana, kemudian yang akan datang itu juga masih 2012 karena 2012 ini sangat membengkak luar biasa panjangnya. Nah oleh karenanya jadi kalau menurut saya kemarin sebetulnya saya nggak begitu setuju tanpa ada suatu kenaikan, paling tidak ada kenaikan tiga puluh enam delapan ratus itu ideal kemarin itu sudah tetapi tetap memaksa untuk menghabiskan efisiensi 2017/2018 karena itu hitungan politik ya saya ikut-ikut saja mendorong dengan itu tapi inilah dampak yang ada. Tapi oleh karenanya kami mohonkan tetap kayak apapun BPKH saya harapkan untuk lebih arif untuk persoalan direct yang akan datang itu kalau namanya ada kenaikan itu yang kira-kira korelasinya tidak terlalu jomplang dengan persoalan itu. Terima kasih Pimpinan. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Saya ingat Pak Kyai dulu pernah mengusulkan setoran ONH dua puluh lima, naik menjadi berapa? dulu pernah saya dengar Pak Kyai menawarkan Rp30.000.000,-. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Bukan saya, bukan saya yang menawarkan. Ada yang lain yang menawarkan lebih dari itu. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Kedepan itu tolong buat tingkat rasionalitas yang fixed, cost-nya berapa 41 hari Rp72.000.000,- itu masuk akal. Sekarang Umrah saja sudah Rp30.000.000,- rata-rata 9 hari dengan terbatas dan itu tolong rasionalitas itu perlu dipublikasikan supaya mendapatkan umpan balik dari masyarakat supaya kita cari solusi. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Pimpinan. Saya kemarin ke Surabaya terus terang, saya ke Surabaya orang terperanjat setelah saya mengatakan paparan Jamaah pengajian bahwa Haji tahun ini itu adalah kisaran Rp70Juta lebih, orang terperanjat, apakah betul? Iya. Kita hitung yang namanya dana optimalisasi yang digunakan untuk indirect cost itu sekian ditambah lagi dengan biaya-biaya yang pakai APBN itu saya kira Rp72.000.000,-. Setelah kita kasih paparan yang seperti itu, orang mengatakan oh murah sekali ditempat kita.

- 50 -

KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Sudah gitu dapat uang lagi. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Lah itu diluar persoalannya. Makanya butuh sekarang ini sosialisasi tentang Haji yang akan datang bahwa penggunaan indirect itu yang sekarang sudah tidak rasional lagi kedepan kan begitu. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Tapi ini kan perlu melibatkan semua orang lah supaya kita ingin terbuka lah ya pada waktu supaya ketika bicara angka-angka itu menjadi sangat menjadi konsumsi publik dan kita tidak merasa terpenjara karena kita naik turun terlalu apa, tidak rasional itu. Saya kira itu saja, lanjut kita baca lagi nomor 4. KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Pak Ketua boleh saya komen sedikit tentang 4b tadi. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): 4. b. Meningkatkan optimalisasi pengelolaan keuangan Haji agar direct cost biaya penyelenggaraan ibadah haji tidak mengalami kenaikan pada tahun berikutnya. KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Iya dengan perkembangan diskusi kita barusan sebetulnya ada pesan Undang-undang kepada kita itu untuk meningkatkan rasionalitas. Jadi mohon izin alih-alih disini Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana BPKH itu meningkatkan optimalisasi dalam rangka tidak naiknya setoran Jamaah bagaimana kalau bunyinya dibuat “Kami BPKH segera membuat kajian rasionalitas untuk segera disampaikan kepada DPR dalam rangka apa begitu ya, pembahasan BPIH” KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): BPKH segera membuat kajian untuk rasionalitas ya, BPKH segera membuat kajian rasionalitas Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) untuk mendapatkan persetujuan DPR, ya begitu ya? untuk mendapat persetujuan DPR. KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Iya saya kira demikian.

- 51 -

KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Nggak usah Komisi lagi, DPR saja, langsung DPR ya. Tentu saja ini dibuat, jangan satu Pak Yuslam jadi nanti 1, 2, 3 alternatif Pak, jadi alternatif 1, 2, 3 supaya kita tidak apa mempunyai alternatif untuk mendalami bersama mana yang lebih mungkin ya setelah mempertimbangkan analisa situasi, analisa persoalan, analisa persoalan potensial, baru kita putuskan dalam teori decision making itu. Saya kira itu ya, silakan ada lagi? Sudah.

c. BPKH segera membuat, sudah kan? Sudah nggak lagi. c coret dengan sendirinya.

Saya kira itu ya. Silakan tambah lagi boleh.

KEPALA PELAKSANA BPKH: Tadi kan Pak Ketua punya ide briliant itu untuk membuat FGD. Kalau boleh ada komitmen itu diatas Pak Ketua jadi nanti kita bisa jadwalkan, lalu kita bisa rencanakan, kita bisa informasikan, iya. Atau yang tadi diatas Pak, nggak yang diatas tadi mengenai amandemen tadi itu setelah gitu loh. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Komisi VIII DPR RI mendorong untuk mengamandemen Undang-undang nomor 34/2014 yang berkaitan dengan BPKH karena, KEPALA PELAKSANA BPKH: Dengan terlebih dahulu melakukan apa FGD. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum. Terlebih dahulu dilakukan, koma, koma koma, masih rangkaian, dengan terlebih dahulu melakukan FGD dengan berbagai pihak yang terkait. KEPALA PELAKSANA BPKH: Iya begitu saja Pak. Yang akan dijadwalkan dalam misal Masa Sidang, supaya kita punya, iya Pak. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Iya, boleh-boleh, iya nggak apa-apa. Kalau ini kan yang paling penting Pak Fahri Hamzah kemarin sebagai Kokesra sudah memberikan peluang ya. KEPALA PELAKSANA BPKH: Satu lagi Pak Ketua nomor 4 itu, Dewan Pengawas dan Kepalanya mohon

- 52 -

dicoret Pak kalau itu kan saya sendiri nanti Pak Ketua itu nomro 4. Dewan Pengawas dan Badan pelaksana saja Pak. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Dewan Pengawas dan Badan pelaksana ya. KEPALA PELAKSANA BPKH: Kalau Kepala jangan saya sendiri Pak, nanti yang lain nggak kerja gitu Pak. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Iya, 2 Kepala yang berbeda walaupun satu tubuh. Oke gitu ya? ada lagi yang lain? Kalau tidak ada lagi saya kira ini rumusan-rumusan yang sangat akomodatif ya, sangat akomodatif dan solutif. Jadi begini loh Pak, cara berpikir kami DPR terutama saya pribadi tidak ada yang tidak mungkin dalam kaitan dengan hubungan Lembaga Negara Eksekutif dan DPR, karena selalu ada 4C disitu dalam teori politiknya:

1. Corporation; 2. Coalition; 3. Competition; 4. Conflict.

Ini selalu terjadi Pak, yang kita perlukan akomodasi politiknya itu. Saya kira itu yang disebut dengan sociological jurisprudence dalam konteks kebutuhan hukum kita. Saya kira inilah saya sampaikan, mana Pak Kyai ini? dia Pimpinan Sidang ini bagi tugas Pak Kyai. KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Pak Pimpinan. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN):

Silakan Pak Yuslam. KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Baik. Tadi di bagian awal kami Dewan Pengawas menyampaikan informasi bahwa kewajiban kami untuk menyetujui RKAT perubahan itu sudah kami lakukan dan itu merupakan kesimpulan RDP kita yang lalu. Dan dalam kesimpulan itu pun dikatakan telah kami lakukan kajian, kami setujui dan kemudian kami sampaikan kepada DPR kepada Komisi VIII, nah tadi kami sampaikan mohon izin dalam forum ini juga forum RDP ini kami serahkan dokumen tersebut kepada Pimpinan, kepada Bapak. Apakah itu nanti saja atau kita simbolisasi sedikit disimbolkan bagaimana?

- 53 -

KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Boleh-boleh, begini sekarang saja kalau nanti diluar keputusan itu. Bukan begini-begini saya jelaskan dulu, DPR Komisi VIII sekarang ini sudah punya Lapsing (Laporan Singkat) iya, rupanya selama ini itu laporan singkat tidak dibuat Pak. Jadi Laporan Singkat ini seluruh proses dari awal hingga akhir Rapat satu kesatuan hukum yang tidak terpisahkan, salah satu keluarnya namanya kesimpulan Rapat. Kesimpulan Rapat itu adalah salah satu dari Laporan Singkat Pak, jika ada persoalan hukum kemudian hari satu kesatuan ini yang tak terpisahkan menjadi alat bukti Pak. Jadi kalau nanti menyerahkan nanti itu diluar Rapat gitu loh jadi itu sudah pada posisi itu, contohnya mohon maaf ... (suara rekaman terputus). Setelah itu kami akan buat surat lagi prinsip-prinsip keputusan yang mesti ditindaklanjuti Pak akan dibuat lagi, jadi untuk menegakkan clean and clear government itu. Saya kira niat baik saja, niat baik, tidak itupun tidak apa-apa tapi karena ini nanti Pak Kyai masuk di ini adalah bagian dari in-recycle kekuasaan sebab beliau nanti akan melapor ... (suara rekaman tidak jelas). Oke serahkan sekarang pak Yuslam ya, iya sekarang ya. Saya undang Pak Kyai Muna mendampingi, Pak Kyai Muna, Bu Endang dengan Bu Wenny mendampingi. Belum tutup ini, loh ini kan bagian dari Lapsing ini. Iya terima kasih mungkin ada kata singkat penutup dari Pak Anggito maupun Pak Yuslam, silakan yang pendek-pendek saja nggak apa-apa. KETUA DEWAN PENGAWAS BPKH: Baik, terima kasih Pak Pimpinan. Saya kira pembahasan yang sangat efektif, efisien pada hari ini RDP kita. Kami dari Dewan Pengawas mengucapkan terima kasih kepada Bapak-bapak Komisi VIII, Bapak Pimpinan dan seluruh Anggota dan Ibu atas dukungan yang selama ini tadi nampak sekali komitmen Bapak-bapak untuk mendukung kami, mendorong untuk dilakukan amandemen itu luar biasa. Jadi memang sangat jelas kami merasakan bahwa dudukan Undang-undang yang ada itu tidak cukup kuat bagi BPKH untuk mencapai tujuannya sendiri karena tujuan BPKH itu disebutkan dalam Pasal 3 itu kan meningkatkan efisiensi, bagaimana kami meningkatkan efisiensi kalau kami tidak punya akses sama sekali didalam persoalan-persoalan perhajian. Kedua, meningkatkan rasionalitas dan pengawasan betul. Jadi dengan adanya amandeman insyaaAllah periode kami ini 5 tahun pertama bisa memberikan kontribusi memperkuat dudukan-dudukan hukum untuk periode-periode berikutnya paling tidak itu, jadi kami sangat bersemangat untuk mem-followup itu, men-support, menindaklanjutinya dan itu terima kasih sekali itu dukungan dari Bapak-bapak.

Dan yang lainnya juga saya kira masukan-masukan yang tadi maupun

pertanyaan walaupun tidak semuanya sempat kami bahas karena waktu yang sudah terbatas semuanya kami ucapkan terima kasih dan insyaaAllah segera kita bisa kami bisa follow-up kita bisa follow-up bersama kesimpulan-kesimpulan Rapat kita pada hari ini.

- 54 -

Saya kira demikian Pak Pimpinan Pak Ali Taher, Bapak-bapak dan Ibu semua. Billahi taufiq wal hidayah. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA KOMISI VIII DPR RI (Dr. H.M. ALI TAHER, S.H., M.Hum/F-PAN): Wa'alaikumsalam. Pak Anggito cukup? Cukup. Saudara, ketika hijrah yang ke-4. Hijrahnya Nabi yang pertama tanpa Nabi itu di Habasyah 12 orang. Hijrah yang ke-2 di Habasyah 84 orang 12 wanita sisanya laki-laki, kemudian itu adalah permulaan perdebatan ideologi dengan Raja Habasyah. Yang ke-3 adalah meletakkan dasar ideologi selanjutnya di Thaif kemudian dilempari batu. Hijrah yang ke-4 pada tanggal 2 Juni 622 Miladiah sebagian orang mengatakan 23 September, itu Nabi meletakkan pokok-pokok niat kita. Pada saat itu dalam perjalanan ada seorang sahabat yang masih muda bernama Al-Khawais, dalam perjalanan itu kemudian dia hijrahnya itu bukan karena Allah dan Rasul-Nya tapi karena seorang wanita yang sangat cantik yang kaya raya, maka Allah melalui Nabinya menegur Umar Bin Khattab, “Hai Umar, Innamal a’malu binniyyat Wa innama likum liimriin Maa nawa, Famankana Hijratuhu ilallahi Wa Rasulihi Fahijratuhu ilallah Wa Rasulihi, Famankana Hijratuhu iladdunya Yushibuha Au Imraatin Yankikhuha Fahijratuhu ila Ma Hajara Ilaihi” . Niat sangat tergantung pada amalnya, amal sangat tergantung pada niat. Niatnya karena Allah dan Rasul-Nya maka dia akan mendapat Allah dan Rasul-Nya, kalau niatnya karena wanita dan harta bendanya maka dia hanya mendapatkan dunia itu saja. Perspektif BPKH adalah niatnya adalah Allah dan Rasul-Nya menegakkan sendi-sendi peradaban Islam ya. Oleh karena itu kesungguhan, niat baik, ikhtiar untuk mencapai 2 hal: kemaslahatan dan kemanfaatan bagi umat adalah titik akhir dari cita-cita bersama. Fondasi BPKH sekarang adalah fondasi legalistik yang mesti kita dorong supaya dia memiliki basic kerja yang baik untuk kita letakkan pada generasi yang akan datang. Saya selalu berazam Kementerian Agama harus menjadi pengawal rohani bangsa, BPKH menjadi bagian terpenting dalam mengawal rohani bangsa itu. Oleh karena itu Haji adalah bagian dari pembangunan peradaban yang mesti mendapatkan efektivitas, efisiensi, dan berdampak pada jaminan dan perlindungan hukum bagi pada Jamaah dan kita semua. Nah oleh karena itu ikhtiar kita merubah amandemen ini adalah menuju kepada BPKH yang mandiri, profesional, berkualitas, tetapi juga berperadaban. Saya kira ini adalah prinsip-prinsip dasar alam pikiran saya selalu itu dan saya selalu minta pada Allah khoirunnas anfa’uhum linnas, kalimat ini mulai populer ketika Harun Al-Rasyid lahir pada tahun 764 Miladiah wafat pada tahun 809, dia mengatakan sehebat apapun saya saya bercita-cita khoirunnas anfa’uhum linnas. Kita hari ini menuju pada perbuatan amal sholeh itu, Wa’amaluu fasayarallahu ‘amalakum Wallahulu warasul Walmu’minuuna, Wasaturadduuna ila ‘aalimilghoybi wasysyahaadati, bekerjalah kami niscaya Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan menyaksikan pekerjaanmu itu.

- 55 -

Selamat bekerja Saudaraku, umat menunggu, peradaban menanti kita, jangan sampai kita meninggalkan sejarah sekaligus kita meninggalkan ideologi, hari ini kita retas peradaban. Terima kasih. Nasrun minallah wa fathun qarib, wa bassyiril mu’minin. Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq. Billahi fii sabililhaq. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 17.23 WIB)