dewan perwakilan rakyat republik indonesia rapat...

23
22 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA R I S A L A H RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PROTOKOL Tahun Sidang : 2009 - 2010 Masa Sidang : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Rapat ke : 6 Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI Hari, Tanggal : Rabu, 19 Mei 2010 Waktu : Pukul 13.40 – 14.50 WIB A c a r a : 1. Menerima masukan terhadap RUU tentang Protokol, 2. Lain - lain T e m p a t : Ruang Rapat Pansus C Gedung Nusantara II, Lt.3 Jl.Jend. Gatot Subroto-Jakarta Pimpinan Rapat : DR.H. SUBYAKTO, SH.,MH.,MM Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRITAMTOMO, SH ( KETUA ) ( F- PDI PERJUANGAN ) 2. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH ( WAKIL KETUA ) ( F - PD ) 3. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si ( WAKIL KETUA ) ( F - PG ) 4. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA ) ( F- PKS ) B. ANGGOTA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL : I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. H. HARRY WITJAKSONO, SH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si 3. DRS. UMAR ARSAL ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

22

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

R I S A L A H RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PROTOKOL

Tahun Sidang

:

2009 - 2010

Masa Sidang : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Rapat ke : 6 Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI Hari, Tanggal : Rabu, 19 Mei 2010 Waktu : Pukul 13.40 – 14.50 WIB A c a r a : 1. Menerima masukan terhadap RUU tentang Protokol,

2. Lain - lain T e m p a t : Ruang Rapat Pansus C

Gedung Nusantara II, Lt.3 Jl.Jend. Gatot Subroto-Jakarta

Pimpinan Rapat : DR.H. SUBYAKTO, SH.,MH.,MM Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN :

1. H. TRITAMTOMO, SH ( KETUA ) ( F- PDI PERJUANGAN ) 2. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH ( WAKIL KETUA ) ( F - PD ) 3. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si ( WAKIL KETUA ) ( F - PG ) 4. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA ) ( F- PKS )

B. ANGGOTA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL :

I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. H. HARRY WITJAKSONO, SH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si 3. DRS. UMAR ARSAL

ARSIP D

PR RI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

23

4. RUSMINIATI, SH 5. RUHUT SITOMPUL, SH 6. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 7. DIDI IRAWADI SYAMSUDDIN, SH.,LL.M

II. FRAKSI PARTAI GOLKAR : 1. IR. BASUKI TJAHAYA PURNAMA, M.M 2. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA 3. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH., M.Kn 4. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.S.i 5. ADITYA ANUGRAH MOHA, S.Ked

III. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN : 1. HELMI FAUZI 2. BUDIMAN SUDJATMIKO, M.Sc.,M.Phil 3. ARIF WIBOWO 4. DRS. H. SETIA PERMANA

IV. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA: 1. KH. BUKHORI YUSUF, Lc., MA 2. DRS. AL MUZZAMIL YUSUF

V. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 1. DRS. H. ACH RUBAI’E, SH., MH 2. DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si

VI. RAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN: 1 . H.A. DIMYATI NATAKUSUMA, SH., MH., M.Si 2. DRS. H. ZAINUT TAUHID SA’ADI, M.Si VII. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA :

1. DRS. H. IBNU MULTAZAM 2. DRS. H. OTONG ABDURAHMAN

VIII. FRAKSI PARTAI GERINDRA : 1. DRS. H. HARUN AL – RASYID, M.Si IX. FRAKSI PARTAI HANURA : 1. H. SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH

ARSIP D

PR RI

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

24

DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H. ( KETUA RAPAT/WAKIL KETUA PANSUS/ F- PD) Bismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama kami ucapkan selamat datang di ruangan ini, yang saya hormati Bapak Ketua Umum atau yang mewakili, Bapak Asmin Patros. Beliau yang mana? Berikutnya Bapak Seknas ADKASI, Bapak Awaludin. Tadi dari Ketua Umum ADPSI, Bapak M. Fahri, anggota, ada beliau? Tidak ada ya. Bapak R.M. Warimpa, berikutnya Sekretaris, Bapak Muflihun, Bapak Sekretaris pula Bapak Robinson, anggota Bapak Rusian. Berikutnya Bapak Seknas ADEKSI, ada beliau? Tidak hadir ya. Berikut Bapak Djoko M., ada? Pak Djoko ya? Berikutnya Bapak Endri Nugroho? Ada ya, Pak? Oh baru keluar ya. Bapak Sarjono. Terima kasih Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati, pertama-tama kami ucapkan tadi selamat datang di ruangan ini untuk panggilan Pansus Protokol dan sebelumnya rapat kami mulai terlebih dahulu kami perkenalkan dari sisi kanan kami Bapak Taufiq dari Fraksi Partai Golkar.

DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si (WAKIL KETUA/F-PG) Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Dan salam sejahtera. KETUA RAPAT:

Berikutnya, silahkan perkenalkan. F-PG (ADITYA ANUGRAH MOHA, S.Ked.): Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Aditya Anugrah Moha, Fraksi Partai Golkar. KETUA RAPAT:

Berikutnya. F- PG (IR. BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MM):

Ya, selamat siang, Saya Basuki dari Fraksi Partai Golkar. KETUA RAPAT:

Berikutnya. F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Saya Al-muzammil Yusuf dari PKS. KETUA RAPAT:

Sebelah kiri. F- PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh

Saya Harry Witjaksono dari Partai Demokrat. KETUA RAPAT: Berikutnya, Pak.

ARSIP D

PR RI

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

25

F- PD (DIDI IRAWADI SYAMSUDDIN, S.H., LLM): Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh Salam sejahtera, Saya Didi Irawadi Syamsuddin dari Fraksi Partai Demokrat.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati dan sekaligus yang berbahagia, atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa kita bisa bertemu di sini, berkumpul dalam keadaan sehat walfiat. Pertama-tama kami sampaikan bahwa rapat ini bukan untuk mengambil sebuah keputusan sehingga tidak perlu kourum, dan perlu kami sampaikan pula bahwa teman-teman di sini tidak bisa hadir secara penuh karena memang kegiatan di luar kegiatan Pansus ini sangat banyak sekali, betapa sibuknya, Bapak sekalian, teman-teman yang ada di sini tidak bisa penuh sesuai dengan jumlah Anggota Pansus Protokol. Untuk itu kami nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 13.40 WIB) Bapak/Ibu yang saya hormati dan yang berbahagia,

Bahwa perlu kami sampaikan, Bapak Ketua Pansus Protokol tidak bisa hadir karena ada acara yang lain, maka untuk itu saya sebagai Wakil Ketua, mohon maaf ini, Bapak di sini, Wakil Ketua kok di situ? Ini Pak Taufiq saja lupa saya ini. Mohon maaf, saya pikir sudah kenal dari dulu. Saya Subyakto, Pak, dari Fraksi Partai Demokrat, terima kasih atas koreksinya.

Bapak/Ibu yang saya hormati dan yang berbahagia, Bahwa pertama-tama kami mengundang Bapak-bapak sekalian yang terkait masalah Pansus tentang Protokol ini karena kami ingin mendapatkan masukan, masukan tentunya yang konstruktif, yang dinamis, maka untuk itu sebelumnya kita telah melakukan dengar pendapat, masukan yang terkait masalah undang-undang yang rencana kita bikin RUU Protokol tersebut. Bapak/Ibu yang saya hormati, Bahwa Undang-Undang Protokol ini sangat penting guna untuk sebagai dasar landasan sebagai seorang pejabat ditempatkan di posisi masyarakat termasuk hak dan kewajibannya, maka untuk itu undang-undang ini Insya Allah kalau nanti betul-betul bisa terselesaikan sesuai jadwal yang dilakukan oleh Pansus tentunya bisa berlaku secara efektif. Artinya apa? Kita ingin mendengarkan secara langsung dari Bapak-bapak sekalian apalagi yang tergabung dalam organisasi-organisasi pejabat di daerah ini bagaimana masukannya ketika masukan itu bersifat konstruktif dan positif buat kita tentu akan kami masukan dalam RUU ini. Untuk lebih jelasnya barangkali karena menyangkut waktunya, waktunya kan harusnya kita mulai pukul 13.00 Wib siang ini, tetapi karena kita tunggu teman-teman belum komplit semua namun demikian, karena apa yang sampaikan tadi tidak perlu kuorum maka untuk menyingkat waktu kita akan mulai saja sehingga kita lebih banyak mendengar. Barangkali nanti kalau teman-teman anggota Pansus ini ingin menggali lebih jauh tentang apa yang diharapkan dari hasil materi pansus ini boleh kita dialog. Ya dialog yang bersifat dua arah antara Bapak dengan kita, kita dengan Bapak, itu kira-

ARSIP D

PR RI

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

26

kira begitu. Tetapi kalau memang tidak perlu dibutuhkan ya barangkali materi yang Bapak sampaikan di sini nanti akan kami tampung dan sekaligus akan kami godok di dalam pansus ini. Dan tentunya masukan yang kami harapkan dari Bapak ini sangat-sangat berharga buat kita sehingga tadi saya sampaikan, sudah barang tentu protokol ini ke depannya sehingga bisa kita bedakan sebagai pejabat negara, pejabat pemerintah di daerah maupun masyarakat biasa. Ini bukan berarti kita membuat atau meninggikan seorang pejabat, bukan begitu, tetapi ini harus ada, dimanapun di dunia ini mesti ada Undang-Undang Protokol. Maka untuk itu betapa pentingnya hal tersebut. Kiranya tidak berpanjang-panjang lebar, kami persilahkan dari Bapak untuk menyampaikan beberapa materi barangkali yang terkait masalah keprotokolan ini. Kira-kira begitu ya. Jadi introduksinya dari Bapak dulu terkait masalah protokol atau ke kita, tentunya ya memang kita lebih banyak mendengar dari beliau ya? Dari mereka, Pak, ya? Jadi untuk itu dari mereka dululah, dari kita sifatnya mendengar dulu saja. Karena kalau dari ADEKSI barangkali materi yang dikirim sudah ya untuk Rancangan Undang-Undangnya Bapak sudah punya ya? Nah inilah yang kita harapkan apakah di situ ada celah-celah yang bisa Bapak sampaikan ya, kurang lebihnya kira-kira bagaimana ya. Terima kasih dari Bapak Ketua ADEKSI untuk menyampaikan materi-materi atau usulan-usulan terkait masalah Undang-undang Protokol tersebut, kami persilahkan. ASMIN PATROS ( WAKIL KETUA ADEKSI )

Baik, terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Pimpinan yang kami hormati, Anggota Pansus yang mulia,

Pertama-tama atas nama Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia kami ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Pansus yang telah mengundang Asosiasi untuk memberikan masukan sehubungan dengan pembahasan RUU tentang Protokol. Memang harapan kami selaku Pimpinan dari Asosiasi DPRD Kota, kegiatan-kegiatan semacam ini juga nanti bisa berlaku di pansus-pansus yang lain, karena memang sebagai asosiasi berhimpunnya DPRD Kota seluruh Indonesia kita berharap dapat langsung memberikan masukan kepada Pansus ketika melakukan pembahasan suatu rancangan undang-undang. Diawal pertemuan ini, izinkan kami mohon maaf bahwa Ketua Umum kami memang tidak bisa hadir sehubungan dengan persiapan menuju Kongres Demokrat. Saya sendiri Asmin Patros dari DPRD kota Batam sebagai Wakil Ketua Umum didampingi oleh Urusan Umum, Pak Rusian, ini Pimpinan DPRD dari kota Banjarmasin, kemudian Pak Fakih dari Bogor, kemudian Pak Warimpa dari Kota Tual. Kami sudah menyiapkan masukan secara tertulis dan untuk itu barangkali izinkan kami untuk menyampaikan secara lisan terlebih dahulu dan apabila nanti pada saat pendalaman diperlukan dialog pada dasarnya kami dari asosiasi siap dan apabila juga setelah pertemuan ini masih diperlukan juga diskusi atau masukan lain kami juga dari asosiasi pada dasarnya siap.

ARSIP D

PR RI

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

27

Izinkan kami membacakan secara singkat saja. KETUA RAPAT:

Silahkan, Pak. Silahkan tidak apa-apa. panjang pun tidak masalah ya, Pak, waktunya unlimit ini.

ASMIN PATROS ( WAKIL KETUA ADEKSI ) Yang terhormat Pimpinan Pansus RUU tentang Protokol di DPR RI, Perihal Pokok-pokok pikiran ADEKSI dalam Rapat Dengar Pendapat Umum RUU tentang

Protokol. Menindaklanjuti surat DPR RI Nomor: PW.001/3715/DPR/V/2010 tertanggal 17 Mei, perihal RDPU Pansus RUU tentang Protokol, bersama ini Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia atau disingkat dengan ADEKSI mengajukan beberapa pokok pikiran dan usulan berkait perihal tersebut. Sesuai dengan Musyawarah Nasional ke-3 dan Rapat Kerja IX ADEKSI serta aspirasi yang berkembang dalam masyarakat dan ide serta gagasan dibentuknya ADEKSI sesuai dengan amanat Anggota DPRD Kota seluruh Indonesia, bahwa saat ini Pemerintah khusus Kementerian Dalam Negeri sedang membahas revisi Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2004 untuk PP No. 37 Tahun 2005 juncto PP No. 21 Tahun 2007 tentang kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD sehingga menjadi momentum yang sangat baik bagi ADEKSI untuk juga memberikan masukan khususnya terkait tentang kedudukan protokoler Pimpinan dan Anggota DPRD. Bahwa sebagaimana pernah dan berulangkali ADEKSI sampaikan sejak pembahasan atau RDPU Paket Undang-Undang Politik yang salah satunya membahas tentang Susduk MPR, DPR, DPD dan DPRD dan sekarang telah menjadi Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MD3, ADEKSI telah merekomendasikan tentang status DPRD dihadapan Pansus DPR RI. ADEKSI mengawal jalannya pembahasan RUU tersebut sampai di tingkat Panitia Kerja (Panja) dan mendapat diskusi yang sangat hangat antara Panja RUU Susduk dengan mitra dari Pemerintah terkait status DPRD sebagai pejabat negara. Hasil akhirnya adalah Panja atau Pansus RUU Susduk DPR RI mengikuti atau menyetujui dalil pemerintah dan tetap menetapkan DPRD sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. Perlu ditegaskan bahwa DPRD adalah lembaga legislatif yang lahir bersama dengan DPR RI dan dari induk semang yang sama yakni partai politik. DPRD merupakan lembaga yang sangat penting kedudukannya di daerah sehingga harus mendapatkan basis legitimasi yang cukup. Status DPRD sebagai pejabat negara di daerah sebenarnya adalah sebuah keniscayaan, DPRD harus mendapatkan hak dan kewajiban sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan bukan hanya kewajiban saja yang melekat, tetapi hak-haknya dihilangkan. DPRD sebagai ujung tombak wakil rakyat di daerah sepatutnya diberi status dan tempat yang terhormat pula karena terjadi ketimpangan perlakuan antara tugas sebagai pejabat negara dengan hak yang diterima. Dengan demikian pembahasan RUU tentang Protokol harus secara eksplisit menyebutkan bahwa DPRD adalah pejabat negara di daerah dengan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

ARSIP D

PR RI

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

28

Kemudian tentang tata tempat, anggota DPRD harus mendapatkan tempat yang terhormat setara dengan Esselon II/A atau pejabat setingkat Sekretaris Daerah, sementara Ketua dan Wakil Ketua DPRD sejajar dengan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Selama ini Anggota DPRD disejajarkan dengan Kepala Badan, Kepala Dinas yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah, sehingga secara tata urutan harus dibenahi sesuai dengan urutan di atas.

Berkenaan dengan hal tersebut, berikut beberapa usulan ADEKSI terkait dengan draft RUU tentang Protokol. Jadi setelah kami dalami rancangan undang-undang ini ternyata hanya ada 3 pasal yang perlu mendapatkan perhatian dari kami secara khusus, yakni: Pertama Pasal 1 angka 9 yang berbunyi “Pejabat penyelenggara Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Bupati/Walikota serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”. Harapan kami dapat diubah menjadi “Pejabat Negara di daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)”. Sekali lagi kami mengusulkan sesuai dengan aspirasi yang berkembang mulai dari Munas ke Rakernas bahwa status Anggota DPRD perlu ditetapkan sebagai Pejabat Negara di daerah.

Huruf b, Pasal 3 huruf b kalimat “pejabat penyelenggara pemerintah” daerah diubah menjadi “pejabat negara di daerah” dan konkordan dengan pasal-pasal selanjutnya. Huruf c, Pasal 11 huruf g tentang tata tempat, menurut kami dari format draft RUU sudah sesuai karena sudah mengalami perubahan, khususnya penempatan tata tempat antara anggota DPRD sudah tidak disejajarkan lagi dengan kepala dinas tetapi sudah ditempatkan di atas daripada kepala dinas.

Demikian catatan kami, semoga menjadi masukan dan saran berarti. Atas perkenan dan perhatian Pimpinan Pansus RUU tentang Protokol dan seluruh anggota kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 19 Mei 2010

Dewan Pengurus Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) Periode 2010 - 2015

Ttd Aswin Patros, S.H., M.Hum.

Wakil ketua Umum

Rusian, S.E. Bendaraha Umum

Inilah catatan atau pokok-pokok pikiran yang bisa kami sampaikan sehubungan dengan rancangan undang-undang ini dan selanjutnya seizin Pimpinan kami akan serahkan secara tertulis setelah ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

29

Sebelumnya kita lanjutkan ada kawan kita juga hadir Anggota yang baru perkenalkan Pak Syarifuddin Sudding dari Fraksi Hanura. Silahkan berdiri Pak Sudding.

Berikutnya dari Fraksi Partai Golkar, Pak, Pak Murad. Terima kasih Bapak-bapak sekalian yang saya hormati dan sekaligus yang berbahagia, bahwa tadi apa yang disampaikan oleh Bapak Wakil Ketua Umum ADEKSI memang betul adanya, kadang-kadang pejabat pemerintah di daerah khususnya DPRD itu sangat-sangat tidak dihargai oleh pihak Eksekutif, contoh kecil disetarakan dengan dinas-dinas itu. Sebenarnya bahwa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 bahwa Pemerintah Daerah terdiri dari unsur Legislatif dan Eksekutif, mestinya begitu, tetapi kadang-kadang mereka itu berat hati atau bagaimana itu bisa begitu. Contohnya ya kalau ktia merujuk ke atas sana system Trias Politica kan dia harus hormati, kan begitu. Legislatif, Eksekutif, Yudikatif yang setara begitu, tetapi faktanya di tingkat lapangannya seperti itu maka untuk itu kita sepakat dan setujulah barangkali nanti masukan ini sangat konstruktif bagaimana menempatkan posisi kawan-kawan kita yang ada di DPRD Provinsi maupun Kabupaten. Terima kasih atas masukannya dan seterusnya kita lanjutkan dari unsur ADKASI, Pak ya? ADKASI dulu baru ADPSI. Kami persilahkan.

HENDRI NUGRAHA LAKSANA (ANGGOTA ADKASI) Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Terima kasih waktu yang diberikan kepada kami dan sebelumnya kami memintakan izin, Ketua kami Bapak A.M. Haris sebagai Ketua Umum tidak bisa hadir pada forum ini dan mewakilkan kepada kami, Hendri Nugraha Laksana, anggota ADKASI dari DPRD Kabupaten Sleman, sebagai pimpinan kami ditemani Bapak Drs. Sarjono, M.M. juga dari DPRD Kabupaten Sleman. Dan kami juga ditemani dibelakang kami Pelaksana Teknis di Kesekretariatan Nasional ADKASI yaitu Bapak Awaludin dan Bapak Djoko. Izinkan kami membacakan sebagai usulan dan masukan untuk kesempurnaan Pansus RUU Protokol. Usulan dan masukan Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia kepada Pansus RUU tentang Protokol, disampaikan pada Rapat Dengar Pendapat Umum pembahasan RUU tentang Protokol Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta 19 Mei 2010. Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia menyampaikan penghargaan dan apresiasinya atas undangan Panitia Khusus RUU tentang Protokol DPR RI yang pada kesempatan hari ini diberikan ruang untuk dapat menyampaikan usulan dan masukan dalam upaya perumusan dan pembahasan RUU tentang Protokol. ADKASI memahami bahwa proses perumusan dan penyusunan rancangan undang-undang tidaklah semudah membalikan telapak tangan, namun koordinasi yang sinergis dengan semua pihak dalam mengakomodir kepentingan menjadi bagian yang dapat mempermudah kebutuhan dan ketersumbatan informasi yang sampai saat ini masih dialami oleh perangkat kepentingan di daerah. Melalui kesempatan ini ADKASI menyampaikan beberapa usulan perubahan sekaligus mengajak seluruh anggota Pansus yang terhormat untuk mengeksplorasi bersama persoalan-

ARSIP D

PR RI

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

30

persoalan yang secara faktual muncul di daerah atas pengaturan keprotokoleran meskipun usulan dan masukan ini tidak mendetail, namun kiranya dapat berguna untuk kesempurnaan RUU tentang Protokol. Pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan angka 7 pejabat negara adalah Pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau pejabat negara yang ditentukan dengan/atau dalam undang-undang. Angka 8 pejabat pemerintah adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan. Angka 9 pejabat penyelenggara pemerintahan daerah adalah Gubernur dan Bupati/Walikota serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Argumentasi, pada Ketentuan Umum Pasal 1 khususnya angka 7 tersebut perlu ditinjau kembali penggunaan istilah pejabat negara dalam hal ini redaksional atau pejabat negara yang ditentukan dengan atau dalam undang-undang justru hal tersebut tidak konsisten dengan penyebutan dari keberadaan Gubernur, Bupati atau Walikota yang di dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang menyebut pejabat negara, berikut bunyi Pasal 11: 1. Pejabat negara terdiri atas: a. Presiden dan Wakil Presiden, b. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, c. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua Hakim pada semua badan peradilan, e. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung, f. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan, g. Menteri dan jabatan yang setingkat menteri, h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar

Biasa dan Berkuasa Penuh, i. Gubernur dan Wakil Gubernur, j. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota, dan k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

Karena dalam ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 berikut dengan penjelasannya tidak menyebutkan secara jelas dan terang apakah urutan dimaksud merujuk pada pejabat yang sekaligus sebagai pegawai negeri sipil. Sementara eksistensi DPRD baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota sampai dengan saat ini tidak jelas status dan kedudukannya mesti dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya selalu diberlakukan sebagai pejabat negara, namun tidak untuk pemenuhan atas hak-haknya. Pertanyaannya yang kami ajukan selalu merujuk kepada apakah DPRD sebagai Pejabat Negara atau sebagai pejabat penyelenggara pemerintahan daerah saja, bagaimana dengan gubernur, bupati atau walikota yang bukan merupakan Pegawai Negeri sipil maupun TNI/Polri? Pertanyaan ini diajukan sebagai alasan belum adanya percepatan atas revisi

ARSIP D

PR RI

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

31

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 meski undang-undang tersebut telah menjadi bagian dari prioritas Program Legislasi Nasional yang telah diusulkan ADKASI pada Badan Legislasi DPR RI pada paruh November 2009.

Usulan maka ADKASI mengusulkan agar Pasal 1 angka 7 diubah sebagai berikut angka 7 pejabat negara adalah Pimpinan dan Anggota Lembaga Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian redaksional pejabat negara yang ditentukan dengan atau dalan undang-undang dihilangkan.

Pasal 10 ayat (1) tata tempat dalam acara kenegaraan dan acara resmi di provinsi ditentukan dengan urutan : a. Gubernur, b. Wakil Gubernur, c. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, d. Ketua Pengadilan Tinggi semua badan peradilan, Panglima atau komandan tertinggi Tentara

Nasional Indonesia semua angkatan di provinsi, Kepala Kepolisian di provinsi, dan Kepala Kejaksaan Tinggi.

e. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, f. Konsul atau Perwakilan Negara Asing untuk Republik Indonesia, g. Pimpinan Partai Politik di provinsi yang memiliki wakil-wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, h. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, i. Kepala Perwakilan Badan Pemeriksaan Keuangan di daerah, j. Mantan Gubernur dan Wakil Gubernur, k. Kepala Kantor Perwakilan Kantor Bank Indonesia di daerah dan Pimpinan Perwakilan Lembaga

Negara yang dibentuk dengan/atau dalam undang-undang yang berkedudukan di provinsi, l. Sekretariat Daerah Provinsi, Bupati atau Walikota, m. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota, Kepala Dinas di Provinsi, Kepala

Kantor Kementerian di Provinsi, Asisten Sekretaris Daerah, Kepala Badan Provinsi dan Pejabat Esselon II/A atau yang setingkat.

n. Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan tingkat provinsi, tokoh adat dan tokoh masyarakat provinsi.

o. Wakil Bupati, Wakil Walikota dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota, p. Kepala Biro Pemerintah Daerah Provinsi dan pejabat Esselon II B setingkat, dan q. Kepala Bagian Pemerintah Daerah Provinsi dan Pejabat Esselon III A atau yang setingkat.

Argumentasi dan alasan atau usulan dari draft yang kami peroleh pada ketentuan Pasal 10 tersebut di atas belum disebutkan keberadaan Bupati atau Walikota dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupten/kota. Semoga hal ini hanya kesalahan redaksional semata maka sebagai upaya penguatan koordinatif dengan unsur pemerintahan provinsi dan menjadi bagian yang integral atas suksesnya acara-acara resmi di tingkat provinsi sebaiknya penempatan Bupati

ARSIP D

PR RI

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

32

atau Walikota, Wakil Bupati atau Wakil Walikota dan Ketua DPRD Kabupaten/kota pada ketentuan Pasal 10 dimaksud ditempatkan setelah huruf n sehingga dinyatakan sebagai berikut:

l. Sekretaris daerah provinsi, bupati atau walikota dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,

m. Bupati/Walikota dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, n. Kepala Dinas di provinsi, Kepala Kantor Kementerian di provinsi, Asisten Sekretaris Daerah

Provinsi, Kepala Badan Provinsi dan pejabat esselon II A atau yang setingkat. Demikian usulan dan masukan ini kami sampaikan, semoga dapat diterima. ADKASI akan selalu membuka diri dalam upaya-upaya untuk mendukung agenda perubahan dan perbaikan sistem maupun mekanisme penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih baik, transparan dan akuntabel.

Hormat kami Dewan Pengurus, Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia, H.M. Haris, Ketua Umum, ditandatangani.

Demikian usulan dan masukan dari ADKASI, semoga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesempurnaan RUU Protokol yang saat ini dibahas Pansus DPR RI. Ada kurang lebihnya kami minta maaf.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Naskah kami serahkan.

KETUA RAPAT: Silahkan.

HENDRI NUGRAHA LAKSANA (ANGGOTA ADKASI) Baik, Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih atas penyampaian beberapa usulan dari ADKASI tentunya ini sebagai bahan masukan yang berarti buat kami bagi Anggota Pansus, Pak, ya. Sudah tentu Bapak-bapak yang ada diorganisasi ini kan masih menjabat di daerah masing-masing, Pak ya, tentunya? Itu secara organisatoris itu kalau sudah tidak menjabat berarti tidak masuk struktural pengurus, begitu kira-kira begitu?

Tidak. Masih tetap ? Oh, begitu, Pak, ya. Oh, wakil sendiri. Jadi Bapak-bapak ini nanti bermalam atau langsung pulang ke daerah masing-masing? Oh, bermalam. Makanya ini mau kita atur dalam protokol. Ini sudah barang tentu ini kan usulan inisiatif DPR, Pak. Jadi perlu diketahui DPR ini, Pak, yang usul, bukan Pemerintah loh, Pak. INTERUPSI (?) : Pak Ketua, memang mau bayarin?

KETUA RAPAT: Nanti kita atur. Berarti kalau Bapak nanti sudah anu kita atur kepergiannya, pulangannya di pesawat. Ini rencananya begitu, Pak. Rencana tapi, rencana itu, tetapi belum tentu terealisasi ya, tahapannya sangat panjang, Pak. Nanti dikonsinyer dengan pihak pemerintah ya. Jadi kalau maunya

ARSIP D

PR RI

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

33

kita sih langsung saja kita bikin, wong aturan sendiri yang menguntungkan kita sendiri kan begitu, tetapi kan itu tidak mungkin, kira-kira begitu Pak ya. Jadi terima kasih atas partisipasinya dari teman-teman yang ada di daerah. Tentunya saya berharap kami semua yang ada di sini berharap bahwa RUU ini yang nanti jadi undang-undang itu betul-betul aplikasi betul, Pak, kita bottom up dan betul-betul menyerap aspirasi dari bawah, manakala aspirasi itu betul-betul sesuai dengan kondisi yang ada. Terima kasih Pak ya dari ADKASI. Berikutnya dari ADPSI. Waduh, namanya kok mirip-mirip itu kenapa ini kok bisa tidak dibikin yang berbeda-beda begitu? Bingung kita ADPSI, ADKASI, ADEKSI, waduh, ini kan harus ngapalin semalam ini, Pak. Jadi monggo silahkan, Pak.

Ya terima kasih, silahkan. IR. H. MUHAMAD SANUSI (ANGGOTA ADPSI) Terima kasih.

Pimpinan Sidang dan Bapak-bapak dari anggota Dewan yang terhormat, Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Yang pertama izinkan saya menyampaikan kata maaf karena kebetulan Ketua ADPSI-nya tidak bisa hadir karena kebetulan juga Ketua DPRD DKI Jakarta karena besok ada Paripurna terkait persoalan Pansus yang Mbah Priok, lalu kemudian yang mewakili dari Lampung yang harusnya datang juga ternyata tidak bisa hadir, saya mewakili beliau yang diperintahkan kepada saya kebetulan saya anggota DPRD DKI Jakarta. Tadi Bapak Pimpinan belum menyebutkan nama saya Ir. H. Muhamad Sanusi, Pimpinan. Pimpinan yang terhormat, Saya menyampaikan walaupun belum ada berita acara yang ditulis, tetapi saya menyampaikan amanat dari ADPSI bahwa kita hanya comment satu pasal dimana di Pasal 10 di Ayat (1) poinnya poin b, Pimpinan, di situ dinyatakan bahwa tata tempat dalam acara kenegaraan dan acara resmi di provinsi ditentukan dengan urutan Gubernur, Wakil Gubernur, yang poin c-nya adalah Ketua DPRD. Beberapa pembicaraan waktu lalu disampaikan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 yang menyatakan diketentuan Pasal 1 Ayat (2) Ketentuan Umum bahwa penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur dan DPRD, juga diketentuan di Bab IV Pasal 19 Ayat (2) penyelenggara pemerintah daerah adalah Pemerintah Daerah, DPRD. Dan di dalam meknisme yang sudah jalan di seluruh provinsi kalau kita lihat dari plat nomor misalnya sudah ketahuan B1 itu Gubernur, B2 itu pasti Pimpinan Dewan atau Ketua Dewan, baru B3-nya Wakil Gubernur. Nah ilustrasi ini saya sampaikan bahwa beberapa waktu lalu diskusinya kita berharap sebagai masukan saja dimungkinkan kita comment-nya di Pasal 10 Ayat (1) bahwa yang a gubernur, yang b-nya seharusnya Ketua Dewan bukan Wakil Gubernur menurut pandangan kami di sini, menurut pandangan dari ADPSI, sehingga yang c-nya adalah baru Wakil Gubernur. Ini draft yang kemudian saya sampaikan, yang akan tertulis nanti akan disampaikan menyusul langsung dari pengurus ADPSI sendiri. Jadi yang lain kita given, kita sudah pelajari dan yang lain kita sangat setujui dan sangat mendukung pansus ini.

ARSIP D

PR RI

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

34

Itu saja, Pimpinan, terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Singkat, padat, jelas, Pak, ya ? Ikan sepat ikan gabus lebih cepat lebih bagus ya. Tetapi pokok substansi materinya. Artinya apa? Bahwa apa yang disampaikan Bapak ini sudah mencakup semua dari keseluruhan apa yang Bapak harapkan dari sini. Memang menjadi suatu persoalan baru tentang protokoler di sini, Pak, ya? Jadi teman-teman di daerah itu kadang-kadang memang tidak diposisikan sebagaimana mestinya ya seperti Gubernur, Wakil Gubernur, DPRD, ketua DPRD, mestinya setelah ketua DPRD, Anggota DPRD. Jadi di sini kan apakah politik ya jadi tidak bisa dipisah-pisahkan antara Ketua dengan Anggota dianggap jauh berbeda. Ini sebenarnya tidak boleh menurut saya. Maka untuk itu atas inisiasi dari DPR RI, bahkan tadi Pak Gubernur misalkan ya B1, Wakil Gubernur B3, DPRD harus sama mungkin urutannya keberapa, karena sistem pemerintahan Undang-Undang Nomor 32 itu mengatur seperti itu, Pak. Jadi kita sepakatlah, setuju, Pak, dengan kondisi yang seperti itu, maka kita teman-teman Anggota DPR RI untuk inisiasi dari RUU Protokoler di sini Pak, karena memang tidak ada kesetaraan gitu loh, meskipun sistem pemerintahannya presidensial segala sesuatu yang mengambil langkah menjalankan tugas pemerintahan adalah eksekutif tetapi di sini jangan dikecil arti itu. Beda kalau Sistem Parlementer, barangkali sangat beda sekali segala sesuatu yang mengatur adalah Parlemen. Untuk itu dalam konteks ini mari kita bersama-sama bersatu padu untuk mensejajarkan on the track sebagaimana diatur dalam undang-undang, di daerah ya berlaku pada Undang-Undang Nomor 32, berkiblatnya dari situ. Kami di pusat ini maka semangat dari teman-teman Pansus ini untuk itu, kira-kira begitu.

Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati dan yang berbahagia, Apakah ini ada tanya jawab begitu, monggo ya, mulai Bapak, nanti berikutnya dari sisi sini. Oke, kita mulai nanti, oke kita tentukan waktu dulu, Pak ya, karena ada pertemuan kembali yang kedua tadi ya. Saya mohon maaf tadi tidak tahu kalau ada jadwal berikutnya sehingga kita biar efektif ya. Pukul 16.00 Wib, Pak ya? Mengundang apa kita? INTERUPSI (?) : Pejabat DKI, Pak.

KETUA RAPAT: Oh, ini kita mengundang dari kemarin, Pak, bertubi-tubi terus. Kerja Pansus ini luar biasa. Jadi betul-betul kerja betul dan siang malam, sampai teman-teman nanti selesai akhir pertemuan ini penuh ini oleh teman-teman datang ke sini semua. Jadi karena betapa pentingnya protokoler bagi kita semua. Maka untuk itu dari teman kita ini monggo persilahkan Bapak apa yang disampaikan digali dari informasi dari Bapak-bapak sekalian ini. Terima kasih.

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Terima kasih Pimpinan.

ARSIP D

PR RI

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

35

Para anggota yang saya hormati, serta Para narasumber dari ADEKSI, ADKASI dan ADPSI,

Saya kira masukannya sangat jelas dan terstuktural apa yang dibacakan. Saya tidak punya pertanyaan untuk para narasumber kita kecuali ADPSI tadi yang akan melengkapi dengan yang tertulis tadi. Hanya saya ingin mintakan adalah kepada Sekretariat kita untuk membuat matriks itu saja sehingga kita membaca nanti seluruh masukan berdasarkan matriks yang ada, sehingga pilihan fraksi gampang untuk pasal ini, ayat ini ada pilihan dari ADEKSI seperti ini atau pasal lainnya dari ADKASI seperti ini atau dari ADPSI tadi cuma satu pasal tadi kan seperti ini, sehingga kita bisa langsung memilih.

Dari kami, saya dari Fraksi PKS, saya kira itu saja komentar kami. Kami tidak punya pertanyaan apalagi tadi kita ada pertemuan lagi, saya kira itu yang kita butuhkan dari Sekretariat agar seluruh masukan dari narasumber kita bisa diberikan kepada kami.

Demikian Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak. Ini tolong dicatat betul, karena kedaulatan ada di tangan Anggota, apa yang diinginkan Anggota harus kita serap betul ya, berikutnya Bapak Murad.

F- PG (DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si): Terima kasih Pimpinan.

Rekan-rekan Pansus dan rekan-rekan ADEKSI, ADKASI maupun ADPSI, Apa yang telah disampaikan tadi saya cukup memberikan apresiasi yang sangat tinggi, oleh karena apa yang disampaikan ini dapat saya katakan sudah cukup lama diperjuangkan, saya sendiri bekas di DPRD Provinsi, jadi saya merasakan bahwa ini sungguh menjadi perjuangan kita dulu bagaimana status daripada Anggota DPRD itu, Pimpinan, Anggota, itu menjadi Pejabat Negara, sudah lama. Tetapi justru Pemerintah tidak memberikan sambutan yang positif. Alasanya klasik saja, apabila Anggota DPRD diberikan jabatan sebagai Pejabat Negara maka konsekuensinya adalah hak pensiun sama dengan Anggota Legislatif di tingkat pusat. Oleh karena itu, ini pernah dipraktek di Kalimantan bahwa diserahkan kepada daerah yang bersangkutan. Bahwa daerah yang memiliki kemampuan dana yang cukup tinggi bisa memberikan pensiun kepada Anggota Dewan, tetapi ternyata itu cuma berlangsung beberapa tahun, tidak lagi. Nah ini kemampuan keuangan negara yang terbatas, tetapi justru posisi Anggota DPRD itu sangat sentral di daerah. Kenapa kok seperti argumentasi DPRD tidak bisa dianggap sebagai Pejabat Negara, padahal mereka juga diminta daftar kekayaan, sampai dengan Pejabat Negara lainnya, Pak. Kenapa tidak? Memang kalau digali dari sekian ratus kabupaten, 400 lebih, tambah 33 provinsi, katakanlah sekian ribu anggota berapa triliun per bulan itu harus dibayar pensiun. Kan itu sebuah resiko, sebuah resiko pemerintah untuk memberikan penghormatan kepada Anggota DPRD, kenapa tidak?

Nah ini yang perlu kita sambut baik, saya sendiri sangat mengapresiasi dan ini perlu kita bicarakan dengan Menteri Dalam Negeri, Presiden dan sekaligus dukungan Menteri Keuangan. Saya

ARSIP D

PR RI

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

36

pikir kalau semua perkara itu bisa mungkin, dulu hanya Menteri Dalam Negeri saja sampai ke Presiden mandek, sampai ke Menteri Keuangan mandek. Oleh karena itu sampai kepada tunjangan masa bakti itu menjadi persoalan, jangankan itu PP Nomor 37 menjadi masalah di daerah. Jadi ini sesungguhnya DPRD menjadi lemah, dengan Undang-Undang Nomor 32 sebenarnya perlu dipraktisi. Ini bisa kita lihat, jangan Anggota Dewan itu sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah, sudah semi pemerintah kalau begitu, tidak berlaku Trias Politika, kita Legislatif, Eksekutif, Yudikatif. Di daerah tidak mengenal itu. Undang-Undang Nomor 32 itu memberangus Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.

Nah ini, saya pikir ini menjadi perjuangan kita bersama, oleh karena DPRD itu harus diberi penghormatan pada posisi karena dia dipilih oleh rakyat sampai dengan Anggota DPRD kita sekarang dipilih oleh rakyat, mereka juga dipilih oleh rakyat, kenapa statusnya berbeda? Apalagi kalau rapat dengan pemerintah daerah, Pak, itu sejajar, setara, tetapi begitu masuk kepada bidang fasiltias sudah jauh ketinggalan itu, DPRD ini loyo itu, apalagi dengan status sekarang tidak ada LKPJ. LKPJ tidak ada, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah tidak ada, jadi kena lagi Laporan Keterangan, Progress Report saja, Pak. Jadi DPRD hanya diberikan kewenangan untuk menilai, memberikan catatan strategis atau catatan penting. Nah catatan itu kan punya resiko politik, resiko yuridis tidak ada yang tersimpan di tong sampah, Gubernur tidak ada pusing ini, Pak, tidak ada resikonya, Pak. LKPJ justru melemahkan posisi DPRD. DPRD itu macam macan ompong saja, Pak, tidak ada apa-apanya, Pak, di daerah. Nah kalau DPR lain, Pak. Lain kalau DPR.

Nah ini saya cuma saran, supaya kita memberi perhatian bahwa usul ini diberi penguatan-penguatan politik, penguatan yuridis bahwa mereka juga sebagai pejabat negara. Nah ini menjadi perjuangan kita bersama, Bapak-bapak sekalian, saya merasakan betapa hal semacam Bapak-bapak rasakan itu saya merasakan sebagai Ketua DPRD Provinsi saya rasakan betul perjuangan-perjuangan tenggelam ditelan masa.

Baik, terima kasih, Pimpinan. KETUA RAPAT:

Terima kasih. Ini usulan Pak Murad ini sepakat semua kita, sebenarnya kita sepakat, cuma kita kadang-kadang, artinya keinginan kita sepakat bersama karena bagaimana pun juga sekarang ini kan lagi eksekutif, semua dia yang ngatur semua, kita bicara ini tertutup saja, Pak ya, tidak ada unsur eksekutif kan. Tadi usulan yang bagus karena beliau sendiri juga mengalami hal yang sama dan pernah mengalami. Jadi kadang-kadang anggota DPRD di daerah itu suka tidak dipedulikan, Pak, masuk ke bandara sudah dicuekin saja, kadang-kadang kita juga tidak menghargai diri kita sendiri karena aturan-aturan yang kita bikin tidak membuat kita dihargai gitu loh, Pak. Persoalannya di situ. Maka untuk itu, terkait dengan keluhan dari Bapak tadi, Pak Murad yang pernah juga duduk di DPRD itu sangat kita perhatikan. Coba nanti kita perjuangkan betul bagaimana posisi kedudukan orang dan waktu harus betul-betul kita perhatikan terhadap teman-teman yang ada di daerah. Mereka itu kan unsur penyelenggara pemerintah di daerah, tetapi perlakuannya di daerah itu tidak ada sama sekali,

ARSIP D

PR RI

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

37

protokolernya tidak ada sama sekali. Nah ini yang menjadi persoalan. Seperti tadi yang disampaikan Bapak tadi tentang flat nomor dan segala macam ini sudah berlaku di DPR RI namun juga belum ada judgement, justifikasi juga belum ada, misalkan kita pakai logo DPR RI makanya untuk teman-teman di daerah juga membikin logo seperti itu sehingga ketika nanti ada hal yang sangat penting yang Bapak harus kerjakan sesuai dengan jabatannya itu mestinya mendapat hak protokoler mestinya ya. Jadi di situlah supaya tidak terhambat di jalan, dilindungi hak-haknya. Ini tetapi kadang-kadang kita juga pakai logo itu juga polisi juga asal tahu, Pak, mengertilah kira-kira, tetapi ini harus kita perkuat dengan aturan dan hukum yang berlaku kitalah. Silahkan Pak Sudding.

F-PARTAI HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH.): Ketua, anggota Pansus yang saya hormati, Para narasumber yang saya hormati, Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Saya kira apa yang disampaikan tadi dari para narasumber ini adalah merupakan suatu masukan yang sangat berarti dan juga yang merupakan pokok-pokok bahasan kita, perdebatan-perdebatan kita pada saat pembahasan rancangan undang-undang ini di Badan Legislasi. Kaitannya dengan pejabat negara saya kira memang kita memberikan suatu sikap yang fleksibel yang terhadap makna pejabat negara ini dalam Pasal 1 angka 7 ya disamping dari pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam konsitusi kita Undang-Undang Dasar 1945 juga diatur juga pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Nah undang-undang ini bisa Undang-Undang Nomor 32, bisa undang-undang lain, jadi fleksibel. Nah ketika itu masuk, definisi pejabat negara sebagaimana dalam Pasal 1 ini ya DPRD juga masuk dalam konteks pejabat negara. Ya saya kira ini bukan lagi bahan perdebatan, karena memang kita sudah pikirkan kemarin di Badan Legislasi. Jadi tidak hanya pejabat negara yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 tetapi didasarkan juga pada undang-undang yang lain. Itu satu. Yang kedua, saya ingin mendapat masukan, oke saya ingin menanggapi dari DKI tadi Pasal 10, ini juga jadi bahan perdebatan kita kemarin di Badan Legislasi, jadi, urutan-urutan ini tidak berarti dalam kegiatan-kegiatan, acara-acara kenegaraan itu sifatnya berurutan satu, dua, tiga. Tidak. Tetapi, penempatan tempat itu dalam posisi sejajar, jadi tidak berarti bahwa Gubermur di poin a, di poin b lalu Wakil Gubernur, lalu kemudian Ketua DPRD di bawah Wakil Gubernur, tidak seperti itu pemahaman kita. Jadi tidak berarti bahwa a, b, c itu diurut, tetapi itu dalam posisi sejajar. Yang jadi perdebatan kita dan saya ingin minta masukan ya? Yang saya ingin minta masukan dari para narasumber ketika saudara-saudara melakukan acara-acara resmi di daerah masing-masing ketika mengundang apakah misalnya Presiden ya, acara yang dihadiri oleh Presiden dan sudah disiapkan tempat ataukah setingkat Presiden atau katakanlah Menteri, tiba-tiba menterinya berhalangan apakah tempat duduk yang disiapkan protokoler ini diisi oleh orang lain atau tetap dikosongkan? Itu yang menjadi perdebatan juga kita kemarin di Badan Legislasi, apakah diisi oleh pejabat yang lain, misalnya, atau

ARSIP D

PR RI

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

38

yang mewakili menteri misalnya dirjennya, apakah dia pantas duduk di kursi yang disediakan untuk menteri misalnya. Itu satu. Yang kedua, ini menyangkut masalah sanksi di Pasal 35. Artinya apa? Setiap penyelenggara ada yang bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan yang dilaksanakannya dalam acara-acara kenegaraan seperti itu. Nah kita tidak menginginkan acara-acara kenegaraan seperti itu ada suatu kesalahan yang sifatnya fatal misalnya, nah siapa yang bertanggungjawab? Apakah yang bertanggungjawab itu pelaksananya, person-nya yang diberikan tugas tanggungjawab seperti itu ataukah institusinya, katakanlah Humas, Kepala Bagian Humas yang bertanggungjawab ataukah orang yang ditunjuk di situ. Ini juga masih dalam bahan perdebatan karena dalam Pasal 35 hanya diberikan sanksi administratif, apakah menurut Saudara ini perlu ditambah sanksi pidana supaya ada tanggung jawab gitu, Pak. Ini kan hanya sifatnya sanksi administrasi ini. Pasal 35-nya sifatnya sanksi administratif, artinya ya seperti kata Ketua tadi ya, dari kawan-kawan juga sebagian ada keinginan ya dari kita semua, apalagi kita menganggap diri kita selaku pejabat negara seperti itu, itu ada suatu penghormatan, dihargai, ditempatkan pada posisi kita, sama saja ketika kawan-kawan datang ke daerah misalnya dalam kunjungan reses, sebenarnya tidak terlepas dari posisinya dia sebagai pejabat negara, tetapi sama sekali tidak ada penghormatan, penghargaan.

Apalagi di pasal ini ada, di pasal ini juga saya minta masukan dari narasumber dalam Pasal 31 ya itu masih ada kaitannya dari Pasal 29 masalah penghormatan lain atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf d dapat berupa bantuan sarana dan pemberian perlindungan ketertiban dan keamanan yang diperlukan dalam acara kenegaraan dan acara resmi. Di redaksi pasal ini, ini hanya sebatas pada saat kita menghadiri acara, jadi ketika acara sudah selesai tidak ada lagi hak kita untuk mendapatkan pemberian perlindungan katakanlah seperti itu ya masalah keamanan karena di pasal ini hanya sebatas pada saat acara laksanakan. Apakah Pasal 31 ini perlu penambahan ayat menurut, Saudara? Artinya yang saya katakan tadi bahwa setiap kawan-kawan ya dari anggota Dewan Daerah misalnya, dari DPRD karena termasuk juga pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, itu tetap mendapatkan perlindungan keamanan walaupun tidak dalam konteks mengikuti acara kenegaraan, acara resmi. Kalau misalnya itu ya, saya minta masukan apakah perlu ada penambahan ayat misalnya.

Saya kira itu. Ini yang masih menjadi bahan perdebatan-perdebatan kita di Badan Legislasi, Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Bagus sekali ya. Teruskan Pak Didi, monggo.

F- PD (DIDI IRAWADI SYAMSUDDIN, S.H., LLM): Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Tadi apa yang sudah dipaparkan oleh Bapak-bapak, Saudara-saudara sekalian juga rekan saya Pak Sarifuddin itu sungguh bagus semua bahwa kita ingin meningkatkan penghormatan terhadap kita lah, selama ini kita memang kurang, kelihatannya kurang ya, jangankan DPRD daerah,

ARSIP D

PR RI

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

39

DPR RI ke daerah pun perlakuannya kalau bukan dengan mitra kerjanya dengan apa itu kurang ya. Namun ada satu hal yang harus kita ingat juga ya kita ini kan wakil rakyat, segala yang kita perjuangkan ini nantinya harus secara rinci coba kita lihat lagi ya, kita ingin meningkatkan, tetapi jangan sampai terjadi jarak ke rakyat, jangan lupa posisi kita ini wakil rakyat yang benar-benar secara penghormatan itu ya itu walaupun kita secara protokol dan sebagainya tadi akan ditingkatkan, jangan timbul kesan nanti kita jadi seperti pejabat eksekutif juga ya kalau kita wakil rakyat sedapat mungkin adalah dekat dengan rakyat. Jadi ini masukan-masukan yang demikian supaya jangan sampai ini kita perjuangkan ini karena kita mentang-mentang di Dewan, kita ingin yang maksimal, berlebihan tidak apa-apa juga, tetapi saya prinsipnya ingin penghormatan yang lebih baik karena perjalanan sejarah DPRD negeri ini memang saya rasakan kurang dan saya rasakan saya ke daerah pun saya merasa kurang. Tadi usulan Pak Sarifuddin ya mungkin ada hal-hal dan kawan-kawannya, semi perlindungan itu mungkin itu loh penekanannya perlindungan pengamanan kita pada saat kita berkiprah di masyarakat bagaimana ini bahwa kita ini sebenarnya mempunyai peran yang tidak kalah dengan eksekutif. Faktor-faktor ini mungkin yang perlu bagaimana perlindungan yang lebih baik, pengamanan juga tempat kerja kita, rumah kita dan sebagainya. Ini sisi ini harus kita lihat. Juga persoalan kita kan fungsi pengawasan ini ya, kita mendapatkan kemudahan-kemudahan misal akses kita ingin meninjau apa di daerah katakan lembaga pemasyarakatan, bukan DPR RI saja, kan di daerah, mengunjungi suatu proyek-proyek yang menjadi aspirasi masyarakat ataupun apapun mendapat akses yang lebih mudah. Jadi sekali lagi prinsipnya saya setuju sama apa yang Bapak sampaikan, rekan-rekan semua, namun nanti secara rinci, secara lebih detail itu kita rumuskan jangan sampai terkesan mentang-mentang kita DPR ingin yang berlebihan. Jadi ini menghasilkan suatu kita DPR menciptakan ini momentum sejarah yang baik juga kita pada akhirnya kita undang-undang kita lebih dihargai tetapi kita pun tidak jauh dari rakyat. Mungkin demikian. Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Didi, sangat bagus sekali, berikutnya tadi Pak Harry, dari sisi sini lalu Pak Corry. Monggo Pak Harry dulu, silakan Pak. F- PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Terima kasih.

Bapak-bapak Pimpinan dan juga para narasumber serta para anggota Pansus, Saya mungkin akan lebih sedikit memberi ilustrasi saja, Pak, sehubungan dengan hal-hal yang disampaikan oleh para narasumber. Memang saya sependapat dengan rekan saya terdahulu Saudara Didi disamping fasilitas, kalau fasilitas itu nanti jadi menjauhkan dengan rakyat. Yang penting buat kita sebenarnya adalah akses. Saya sependapat mungkin sesuai dengan tingkatannya, Pak, ya.

ARSIP D

PR RI

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

40

Nah kemarin saya ambil ilustrasi ketika kita, Komisi III, berkunjung ke Mabes Polri untuk menemui Pak Susno Duadji, ini sekedar ilustrasi saja, kita begitu sulit masuk ke dalam. Jadi menggunakan Bus DPR pun mereka masih tanya, penjagaan di depan itu tanya. Ini ilustrasi bagi kita semua, Pak, ya. Jadi kita turun, Pak. Pak Sudding tidak ikut waktu itu ya? Jadi kita turun, Sekretariat sudah turun menghampiri pos penjagaan masih juga belum dibuka itu palang, padahal ada bus DPR. Nah tidak tahu lagi deh. Saya berpikir, Pak, tentunya Sekretariat yang turun juga menunjukan sesuatu kan, sudah tentu pasti ini juga ada tulisan tulisan DPR-nya kan, ini tidak ada keterbukaan akses. Nah ketika kita sudah masuk itu melalui suatu perdebatan sehingga kita bisa masuk. Sebenarnya ini yang saya maksud dengan akses. Jadi harusnya diberikan akses dalam rangka tugas-tugasnya sebagai Anggota Dewan itu lebih penting. Kalau penghormatan, rata-rata ya itu sesuaikanlah dengan protokoler yang ada, tetapi kalau akses itu lebih penting Pak, sebab akses itu kan dalam rangka menjalankan fungsi atau tugasnya. Saya pikir DPRD mungkin demikian juga, dalam halnya DPRD ingin meninjau suatu peralatan rumah sakit atau kesehatan, Dinas Kesehatan juga harus memberi akses dong kepada DPRD, misalnya begitu kan. Nah ini saya pikir kita harus penekannnya ke sana. Nah kalau kaitannya dengan posisi DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan saya setuju memang penyelenggara pemerintahan di tingkat daerah kan bersama-sama dengan pemerintah daerah, jadi artinya tanpa DPRD juga eksekutif daerah juga tidak bisa berjalan kan, Pak. Jadi saya pikir adalah tepat kalau juga diberikan akses kepada DPRD untuk sesuai dengan tingkatannya, Pak ya, untuk di daerah tentunya misalnya kabupaten, ya seluruh kabupaten itu diberikan akses untuk anggota-anggota wakil rakyat untuk di tingkat daerah tersebut. Nah kalau melintas di daerah tersebut ya lain lagi ketentuannya kan. Tetapi kalau DPR itu harus bisa kemana saja. Nah ini yang menjadi inspirasi atau pemikiran kita nanti supaya dalam penyusunan undang-undang ini demikian. Saya hanya berkomentar ilustrasi, silahkan Bapak mau memberikan tanggapan juga boleh, tidak juga tidak apa-apa. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Harry, cukup bagus, Monggo silahkan Pak Bukhori. F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., MA): Terima kasih Pimpinan. Segenap anggota Pansus yang saya hormati dan para tamu dari ADPSI, kemudian ADKASI dan ADEKSI, Terima kasih, saya begitu melihat-lihat masukan ini, saya kira masukan cukup bagus, tertulis ini, dan karenanya saya juga mau merekomendasikan kepada Sekretariat Pansus untuk nanti dimasukan dalam cluster-cluster yang pas ya supaya, nah kalau istilahnya Pak Muzamil tadi matriks ya, bisa juga matriks atau cluster, jadi cluster masukan, nah ini pilihan-pilihan itu menjadi mudah untuk kita pilih. Yang kedua, pertanyaan saya, Pak, karena ruang ini atau pertemuan ini dalam rangka untuk meminta masukan-masukan, maka sebenarnya salah satu isu yang menjadi perdebatan di dalam

ARSIP D

PR RI

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

41

sejak melakukan proses penyusunan ini sejak waktu di Panja bahkan sebelum dipanjakan ketika kita masih dalam bentuk sinkronisasi, harmonisasi dan pemantapan itu juga muncul berbagai macam isu-isu yang cukup sentral yang sesungguhnya sebenarnya sudah sebagian disebut di sini yang antara lain adalah mem-positioning-kan secara tepat dalam posisi DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota, memang perlu diposisikan cuma pertanyaan kami adalah masihkah ada satu ini barangkali solusi yang tepat ya solusi yang bersifat konstitusional, argumen-argumen konstitusional yang lebih merujuk kepada undang-undang dan juga Undang-Undang Dasar. Sebenarnya salah satu dasar kita atau yang melatarbelakangi menempatkan posisi anggota DPR dan juga DPRD Provinsi dan kabupaten/kota … (terpotong interupsi).

F- PARTAI HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH.): Interupsi, Ketua, Saya mohon izin dulu ikut Pansus Tindak Pidana Pencucian Uang.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak, terima kasih, Pak, selamat bertugas ya, silahkan Pak Bukhori.

F- PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., MA): Baik, saya lanjutkan. Salah satu isu yang cukup mencuat dan menjadi sentral perdebatan kita adalah memang positioning DPR ini, dan yang ingin saya tanyakan adalah apakah misalkan dari Bapak-bapak telah melakukan satu kajian mendalam tentang positioning itu sehingga ada solusi, jadi tidak sekedar memposisikan tetapi solusi. Kalau memposisikan sebenarnya upaya RUU Protokol ini sudah menarik sedemikian rupa gitu loh dengan sedikit memejamkan mata beberapa Undang-Undang dan PP yang kemudian terkait, yang kira-kira kemudian memang membuat posisi DPRD-DPRD, membuat posisi DPRD dan DPRD Kota dan kabupaten itu menjadi confuse, tetapi kemudian dicoba diangkat. Sebagai dasar kita adalah bahwa semangat Undang-Undang Dasar kita sejak setelah perubahan yang ke-4 ini kita dapati semangat berbangsa, bernegara, kita ini menggunakan Sistem Demokrasi. Dalam Sistem Demokrasi itu tentunya adalah yang paling diberikan kewenangan terbesar itu adalah rakyat. Karena itu pejabat-pejabat atau siapapun yang kemudian dilegitimasi dan dipilih rakyat terutama secara langsung, maka tentunya di situ harus mendapatkan suatu penghargaan tersendiri, penghargaan secara khusus sebagai penghargaan atau sebagai bentuk dari konsekuensi Negara Demokrasi. Nah itulah yang kemudian menjadi semangat kejiwaan yang kemudian menuangkan posisi DPRD dan DPR Kota ini, Pak. Tetapi kemudian kita ingin bahwa boleh jadi ada argumen-argumen lainnya yang lebih memperkuat, Pak, apakah itu PP, apakah itu Perda atau apa saja yang kemudian bisa memperkuat positioning itu sehingga perdebatan-perdebatan ini semakin akan bisa terselesaikan dengan baik melalui aturan-aturan kita, melalui undang-undang kita dan juga konstitusi kita. Itu yang pertama. Ini kita bisa mendapatkan satu solusi yang bersifat konstitusional begitu. Yang kedua ini, Pak, masih berkait dengan itu, aturan-aturan apa saja yang sebenarnya juga membuat atau menyebabkan adanya posisi DPRD itu terlegitimasi, maksud saya tidak sampai sedemikian ekstrim, maksud saya aturan-aturan apa saja atau yang kemudian perlakuan seperti apa saja yang kemudian bisa dikesankan bahwa DPRD provinsi dan DPRD kota ini ya kok makin tidak

ARSIP D

PR RI

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

42

jelas kelaminnya gitu loh, ini pejabat negara atau pejabat pemerintah? Kalau di dalam Undang-undang No. 32 dia disebut sebagai salah satu unsur penyelenggaran pemerintahan daerah, tetapi kemudian kalau kita merujuk semangat Undang-undang Dasar sebenarnya DPRD adalah pejabat negara, nah jadi karena itu misalnya mohon barangkali Bapak-bapak bisa menambahkan kepada kami ini apakah khususnya yang terkait dengan Rancangan Undang-Undang Protokol ini atau kemudian nanti bisa digunakan untuk masukan dalam merancang undang-undang lain yang bisa mem-positioning-kan tentang posisi DPRD Provinsi dan Kota/Kabupaten ini menjadi lebih tepat grading-nya. Yang terakhir, Pak, bagaimana yang selama ini dirasakan oleh Bapak-bapak atas perlakuan pemerintah terutama di dalam acara-acara resmi dan dalam kaitannya sebagai pejabat, saya tidak menyebut Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintahan, yang jelas DPRD pasti pejabat ya, karena terkait dengan tadi itu. Jadi dengan demikian bagaimana sebenarnya sih perlakuan yang dirasakan oleh teman-teman DPRD dan DPRD Kota dan Kabupaten ini terhadap apa yang dirasakan itu, sehingga kita bisa menangkap sebenarnya tempatnya yang paling pas itu seperti apa, bagaimana seharusnya kita kemudian menyempurnakan tentang posisi ini, dan karena itu pertanyaan adalah apakah posisi sebagaimana disebutkan dalam beberapa pasal seperti Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 posisi DPR Provinsi, Kota, Kabupaten itu sudah tepat ataukah belum? Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Terima kasih, ada lagi barangkali? Kalau cukup berarti menurut hemat kami begini, Bapak untuk menanggapi secara makro dulu tetapi lebih substantif nanti ketika Bapak pulang dari ruangan ini bicarakan dengan teman-teman, karena Bapak ini mewakili organisasi tidak bisa memutuskan suatu kebijakan sendiri. Itu menurut hemat kami begitu. Silahkan kalau Bapak mau menanggapi, sedikit-sedikit barangkali bisa dalam forum ini. Tetapi lebih kami harapkan nanti Bapak setelah pulang dari ruangan ini, tadi kan Bapak sudah catat semua barangkali apa yang diharapkan dari teman-teman Anggota Pansus ini, ini dibicarakan dulu dengan teman-teman Anggota yang lain, bagaimana ini mengenai …(tidak jelas)…, kira-kira begitu. Monggo silahkan. ASMIN PATROS ( WAKIL KETUA ADEKSI ) Terima kasih Pimpinan. Saya kira kami sepakat dengan usul Pimpinan, karena yang kami bisa sampaikan adalah yang tertulis, karena itu keputusan organisasi, di luar itu lebih kepada pendapat pribadi dan itu terlalu subjektif saya kira nanti. Mungkin saya akan mempertegas tentang status Pejabat Negara yang tadi teman-teman Anggota yang terhormat telah menyampaikan pemikirannya. Pada dasarnya bukan status ini untuk menegaskan bahwa kami ingin mendapatkan pendapatan yang lebih, sebenarnya substansinya bukan itu, tetapi memang akses kedudukan protokoler ini ternyata ada pengaruh terhadap akses tadi, perlakuan terhadap Aparat Pemerintah Daerah kepada Anggota Dewan. Kalau dia tidak ada gunanya

ARSIP D

PR RI

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

43

walau pun dikasih Pejabat Negara perlakuannya tetap seperti hari ini tidak ada manfaatnya. Itu pertama. Kedua, kami ingin katakan bahwa memang perjuangan ini cukup lama, termasuk sekarang kita juga memberikan masukan kepada Pemerintah untuk mendapat revisi Undang-Undang Nomor 32, kita juga minta ini ditegaskan. Tetapi ada satu yang luar biasa saya baru tahu, maaf teman-teman asosiasi, kalau undang-undang ini adalah inisiatornya adalah DPR tentang Protokoler ini, dengan kata lain kalau ini insiator DPR maka kami titipkan nasib kami kepada Bapak-bapak yang ada di sini yang ada di Pansus, kenapa? Karena lagi-lagi bahwa pemberlakuan tentang status ini, ini akan membuka akses dan tadi untuk meneruskan apa yang disampaikan Pak Sarifuddin tadi menanyakan tentang penghormatan lain, menurut kami tetap diperlukan sampai kepengamanan dan perlindungan pada saat kita melaksanakan tugas, contoh ketika kerusuhan …(tidak jelas)… di Batam, ada orang India yang kemudian bermasalah, ketika anggota DPRD masuk ke lokasi itu memang tidak kena dan untung masih ada Anggota Dewan yang pakai vest tetapi kan ada Anggota Dewan yang tidak menggunakan vets-nya sehingga tidak dikenali, mungkin dianggap ini penyusup dan lain sebagainya. Nah di situ sebetulnya dibutuhkan perlindungan lain bahwa serta merta aparat keamanan bersama dengan kita. Karena kepala daerah kalau datang walikota langsung dikawal masuk situ, Pak, tetapi kalau DPRD tidak, masuk begitu saja. Nah ini mungkin, Pak, mungkin bisa disampaikan masukan kami perlindungannya termasuk perlindungan yang lain tadi itu. Mungkin izin, Pak Pimpinan, mengenai tempat duduk diwakili, memang di daerah kita sering mengalami, kalau kita undang Walikota di Paripurna, Walikota paling tidak diwakilinya sama Wakil Walikota, kalau sampai harus diwakili, kalau pengesahan perda pasti dia harus datang, sampai paling parah memang Sekda, tetapi kalau sampai ke level-level, kita level bawah tidak. Nah persoalannya kalau acara-acara resmi kalau tidak boleh ditempati tempat duduknya, tempat duduknya pilihannya ada dua, kosong atau kursinya yang diambil. Nah seringkali di daerah menjadi dilema kalau Asisten datang bawa sambutan tertulis Walikota maka dia menempati tempat duduk Walikota karena dia bertindak untuk atas nama Walikota, tetapi persoalan yang mewakili ini hanya Satpol PP yang mewakili Walikota kemudian ditempatkan duduk di situ ada Dandim, ada Danlanal yang Kolonel, Letkol semua di situ. Ini yang menjadi persoalan terjadi jomplang yang diutus gitu. Jadi memang kami bisa memahami kalau di dalam rancangan undang-undang ini disebutkan bahwa tempat duduk bagi yang tidak hadir tidak boleh ditempati, di sini kan di RUU ini rancangannya seperti itu. Sebetulnya kami melihat kalau saya ditugaskan mewakili Pimpinan DPRD maka saya menempati tempat duduk Pimpinan DPRD, tetapi kami juga mengalami hal yang sama ketika ada seorang, maaf ini lagi-lagi tidak bermaksud berbicara jenjang kepangkatan, seorang perwira muda ditugaskan mewakili Komandan Danlantamal, sementara dia duduk di situ, di situ ada komandan yang lain Panglima yang bintang dua, bintang satu, itu menjadi persoalan, kikuk dia juga sendiri. Jadi mungkin itu, Pimpinan, dan saya secara pribadi mohon maaf saya harus kembali ke Batam untuk pesawat pukul 17.00 Wib setelah ini saya izin untuk meninggalkan tempat, dan teman-

ARSIP D

PR RI

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064819-8280.pdf · Dengan : Ketua Umum ADPSI, ADKASI dan ADEKSI ... yang saya hormati

44

teman saya akan melanjutkan ini karena kami sedang Pilkada, Pak. Jadi mohon maaf saya harus melanjutkan tugas, Pak Basuki, karena calon kita besok kampanye. Saya kira ini. Terima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT: Jadi begini, Pak, tadi sudah kami tegaskan Bapak pulang diskusikan dengan teman-teman anggota pengurus ADEKSI tadi dengan teman-teman yang lain untuk diformulasikan, folder dalam bentuk tertulis sehingga nanti segera dikirim ke Sekretariat Baleg, nanti bisa kita lihat mana yang perlu esensinya, Pansus, maaf Pansus, jadi begitu Pak ya. Jadi sangat-sangat bagus itu masukannya karena memang akses penting, Pak. Jadi pandangan selaku pejabat negara atau pejabat daerah punya fungsi tiga legislasi, pengawasan, legislasi dan anggaran. Pengawasan inilah yang harus dibuka aksesnya sehingga kerjaannya mestinya 24 jam itu. Suatu saat mengawasi proyek dimana, ada penyimpangan-penyimpangan, itulah tugas fungsi wakil rakyat gitu loh. Kira-kira begitu, Pak, ada lagi yang lain? Monggo, dari ADKASI atau ADPSI, ada barangkali? Kalau tidak ada nanti Bapak berikan masukan kepada kami tertulis secepatnya setelah keluar dari ruangan ini karena untuk kepentingan kita semua bukan kepentingan untuk kita meningkatkan diri kita, bukan, tetapi untuk posisi yang sesungguhnya dan sepatutnya karena selaku Pejabat Negara atau Pejabat Pemerintah di daerah. Ya begitu, Pak, ya? Jam sudah menunjukan pukul 14.50 WIB, sebentar lagi kita break ada lagi acara yang berikutnya yang dari Pemda DKI Jakarta untuk juga hal yang sama kita ingin mendapatkan masukan-masukan yang terkait masalah RUU tentang Protokol, begitu kira-kira. Jadi teman-teman nanti jangan pulang dulu nanti ada lagi acara. Oh, balik lagi ya. Jadi inilah kira-kira begitu, Pak. Saya terima kasih atas keberkenannya hadir di sini, di ruangan ini memberikan masukan-masukan konstruktif, ini sangat berharga sekali buat kami selaku Anggota Pansus. Mudah-mudahan apa yang menjadi harapan kita semua ini bisa sesuai dengan harapan kita semua dan atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa kita diberikan kemudahan, kenikmatan, kesehatan bisa hadir di sini dalam keadaan sehat wal’afiat. Demikian, jika ada tutur kata yang kurang berkenan di hati Bapak, saya selaku Pimpinan Pansus atas nama Pimpinan Pansus pula saya mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. (RAPAT DITUTUP PADA PUKUL 14.50 WIB)

( KETOK PALU 3 X ) Jakarta, 19 Mei 2010 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT, ttd

DRS. BUDI KUNTARYO NIP. 19630122 199103 1 001

ARSIP D

PR RI