dewan perwakilan rakyat rapat panitia...

21
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA R I S A L A H RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PROTOKOL Tahun Sidang : 2009 - 2010 Masa Sidang : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Rapat ke : 5 Dengan : Ketua Umum APPSI, APKASI dan APEKSI Hari, Tanggal : Rabu, 19 Mei 2010 Waktu : Pukul 10.25 – 11.50 WIB A c a r a : 1. Menerima masukan terhadap RUU tentang Protokol, 2. Lain - lain T e m p a t : Ruang Rapat Pansus C Gedung Nusantara II, Lt.3 Jl.Jend. Gatot Subroto-Jakarta Pimpinan Rapat : H. TRITAMTOMO, SH Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRITAMTOMO, SH ( KETUA ) ( F- PDI PERJUANGAN ) 2. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH ( WAKIL KETUA ) ( F - PD ) 3. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si ( WAKIL KETUA ) ( F - PG ) 4. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA ) ( F- PKS ) B. ANGGOTA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL : I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. H. HARRY WITJAKSONO, SH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

R I S A L A H RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PROTOKOL

Tahun Sidang

:

2009 - 2010

Masa Sidang : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum Rapat ke : 5 Dengan : Ketua Umum APPSI, APKASI dan APEKSI Hari, Tanggal : Rabu, 19 Mei 2010 Waktu : Pukul 10.25 – 11.50 WIB A c a r a : 1. Menerima masukan terhadap RUU tentang Protokol,

2. Lain - lain T e m p a t : Ruang Rapat Pansus C

Gedung Nusantara II, Lt.3 Jl.Jend. Gatot Subroto-Jakarta

Pimpinan Rapat : H. TRITAMTOMO, SH Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRITAMTOMO, SH ( KETUA ) ( F- PDI PERJUANGAN ) 2. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH ( WAKIL KETUA ) ( F - PD ) 3. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si ( WAKIL KETUA ) ( F - PG ) 4. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA ) ( F- PKS ) B. ANGGOTA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL :

I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. H. HARRY WITJAKSONO, SH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si

ARSIP D

PR RI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

2

3. DRS. UMAR ARSAL 4. RUSMINIATI, SH 5. RUHUT SITOMPUL, SH 6. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 7. DIDI IRAWADI SYAMSUDDIN, SH.,LL.M

II. FRAKSI PARTAI GOLKAR : 1. IR. BASUKI TJAHAYA PURNAMA, M.M 2. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA 3. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH., M.Kn 4. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.S.i 5. ADITYA ANUGRAH MOHA, S.Ked

III. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN : 1. HELMI FAUZI 2. BUDIMAN SUDJATMIKO, M.Sc.,M.Phil 3. ARIF WIBOWO 4. DRS. H. SETIA PERMANA

IV. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA : 1. KH. BUKHORI YUSUF, Lc., MA 2. DRS. AL MUZZAMIL YUSUF

V. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 1. DRS. H. ACH RUBAI’E, SH., MH 2. DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si

VI. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN: 1. H.A. DIMYATI NATAKUSUMA, SH., MH., M.Si 2. DRS. H. ZAINUT TAUHID SA’ADI, M.Si.

VII. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 1. DRS. H. IBNU MULTAZAM 2. DRS. H. OTONG ABDURAHMAN

VIII. FRAKSI PARTAI GERINDRA : 1. DRS. H. HARUN AL – RASYID, M.Si

IX. FRAKSI PARTAI HANURA : 1. H. SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH

ARSIP D

PR RI

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

3

H. TRITAMTOMO, SH (KETUA RAPAT / F- PDI PERJUANGAN) Yang saya hormati Pimpinan Pansus beserta rekan-rekan Anggota Pansus yang kami hormati, Yang saya muliakan Ketua APEKSI Bapak Zulkarnain, Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera buat kita sekalian. Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Besar

karena rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal’afiat. Kita sepaham sependapat bahwa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkarnain yang telah berkenan hadir untuk memberikan masukan pandangan terhadap RUU Protokol yang perlu mendapatkan perbaikan. Oleh karena itu berdasarkan kesepakatan ini dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim rapat kami nyatakan dalam rangka dengar pendapat dibuka.

(RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama bahwa Pansus RUU Protokol adalah merupakan inisiatif dari Dewan Perwakilan rakyat dimana apa yang kita lihat dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokoler yang berisi 5 Bab dan 9 Pasal dilihat singkat kurang jelas serta bersifat umum, tidak mengakomodir perkembangan-perkembangan jaman yang tampak dari perkembangan reformasi yang lalu dimana yang kedua telah terjadi amandemen terhadap Undang-undang Dasar 1945, 4 kali yang tentunya ini membawa konsekuensi logis terhadap urutan-urutan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 tersebut.

Oleh karena itu perlu ditata dan disempurnakan karena undang-undang ini, Undang-Undang Protokol Nomor 8 Tahun 1987 nanti akan mengkait dengan Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1970 tentang Tata Cara Polri terhadap Pimpinan MPR dan lain sebagainya yang tata laksananya juga tidak jelas. Kemudian Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1999 tentang Gelar Tanda Jasa berkait dengan masalah hak dan kewajiban. Kemudian mengkait dengan Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan plus pedoman protokol negara yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri tanggal 21 Oktober 2005 yang bersifat tidak mengikat, yang tetap merujuk kepada Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1987, sedangkan Undang-Undang Protokol yang masuk di Pansus ini menyangkut 3 tahap Pak, tata tempat, tata upacara, tata penghormatan tentunya menyangkut dengan hal-hal yang lebih luas. Oleh karena itu dengan hadirnya Pak Zulkarnain sebagai yang mewakili APEKSI kami mohon dengan hormat dan sangat apa yang bapak harapkan dan apa yang menjadi kendala selama ini yang dirasakan sebagai sesuatu perlakuan yang kurang pas. Oleh karena itu untuk mempersingkat waktu kami mohn masukan dari Bapak Zulkarnain, nanti akan ditanggapi sebagai pendalaman oleh rekan-rekan kami. Waktu dan tempat kami persilahkan, silahkan, terima kasih.

DRS. H. ZULKARNAIN KARIM ( WAKIL KETUA APEKSI): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

ARSIP D

PR RI

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

4

Pimpinan Pansus dan Anggota Pansus yang kami hormati, Anggota Komisi II Saudara Basuki Tjahaya Purnama dari Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung ini Pak. Beliau itu pernah jadi Bupati Belitung Timur, saya jadi Walikota Pangkal Pinang. Bersyukur kita kepada Yang Maha Kuasa pada hari ini kita bisa berkumpul disini, saya sendiri baru mendapat undangan ini dari Direktorat Eksekutif APEKSI atau Sekretariat Jenderal APEKSI itu baru jam 9 semalam.

Saya disini mewakili Pemerintah kota seluruh Indonesia, dalam APEKSI kedudukan saya adalah Wakil Ketua I atau Wakil Ketua Bidang Pemerintah dan Otonomi Daerah. Ketua kami adalah Ir. Edi Santana Putra Magister Teknik, Walikota Palembang dan Sekretaris Jenderal atau Direktur Eksekutif itu adalah Pak Lestarimun Hadi Saputro. Jadi APEKSI ini mewakili 98 pemerintah kota seluruh Indonesia, ini adalah kesempatan yang ketiga kami diundang di Pansus DPR RI tentang pembahasan hal ini. Satu kali tentang pertanahan, kedua tentang pembahasan Rancangan Undang-undang Kementerian Negara dan kali ini tentang Protokoler Rancangan Undang-undang Tentang Protokol. Yang ketiga adalah di Komisi VII untuk pembahasan yang berkaitan dengan Undang-undang Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang juga merupakan hak inisiatif DPR RI.

Kita ingin memang lebih luas sebenarnya memberikan masukan karena apabila ini inisiatif DPR RI, saya kira yang membuat DIM adalah pihak eksekutif. Daftar Inventarisasi Masalahnya kalau yang diterapkan seperti ini. mudah-mudahan pihak-pihak Pemerintah Pusat sudah memberikan masukan cuma tidak tahu saya. Ini APEKSI mungkin sudah hadir, APKASI belum hadir ya. Sebab ada beberapa undang-undang yang inisiatif DPR RI kami nilai salah. Contohnya Pak, Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana, di tingkat Provinsi salah rumusannya, bertentangan betul. Saya khawatir eksekutif di pusat tidak memberikan masukan yang cukup kepada Dewan karena memang agak terlalu detail masukannya itu. Jadi harapan saya memang berbagai pihak perlu didengar lebih baik hasilnya.

Baik bapak-bapak, itu yang kami sampaikan sebagai awal. Kami berkesempatan semalam sampai tengah malam mempelajari draftnya ini. Ada beberapa catatan kami, pertama; penyebutan kata Pemerintah selalu mengacu kepada pengertian Pemerintah pusat, Presiden, Wakil Presiden, para Menteri, lembaga Pemerintah non departemen, pasti itu selalu. Jadi yang dimaksud Pemerintah juga dalam Undang-undang Dasar pasti seperti itu. Artinya kalau kegiatan ini, bagaimanapun undang-undang ini berlaku juga di tingkat daerah pada waktu pelaksanaan upacara acara di daerah. Oleh sebab itu saya pikir apa tidak selayaknya jangan hanya disebut Pemerintah dan lembaga negara, tapi disebut juga Pemerintah daerah sebab pengertian Pemerintah selama ini lebih banyak mengacu kepada Pemerintah pusat, itu yang pertama.

Yang kedua; permasalahan kita berikutnya memang ini hal-hal yang sangat teknis mudah tergelincir kita. Yang berikutnya adalah penyetaraan, apakah diperlukan penyetaraan itu. Saya berikan contoh misalnya, kalau lembaga negara, kalau pejabat negara ditentukan didalam Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang tapi ada yang ditentukan dengan PP, ditegaskan kembali dengan Peraturan Pemerintah, jadi Pejabat Negara. Kalau Pejabat Pemerintah jadinya salah nanti. Kalau

ARSIP D

PR RI

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

5

Pejabat Negara jelas sekali ada PP detail itu, siapa yang menjadi Pejabat Negara. Jadi kita menyebutnya bukan dengan Undang-Undang Dasar, bukan hanya dengan Undang-Undang Dasar, Perundangan dan Peraturan Perundangan. Kita sebut lebih baik sampai segitu tapi ini undang-undang, saya tidak tahu tata kramanya, saya bukan Sarjana Hukum, tetapi untuk ini perlu Pejabat Negara, saya yakin jelas tidak ada masalah misalnya saya Pejabat Negara, Walikota, Wakil Walikota itu Pejabat Negara.

Berikutnya, yang kita persoalkan, yang kita pikirkan berikutnya tadi penyetaraan, yang saya maksud dengan penyetaraan itu misalnya di daerah Sekda bagaimana, Komandan Korem, Panglima, Pangdam, Kapolda, para Hakim Pengadilan Tinggi, Hakim Pengadilan Agama dan sebagainya. Jadi ini salah juga kadang-kadang.

Berikutnya, kalau yang bersangkutan mewakili saya selalu menganggap bahwa kalau Kapolresta diwakili, saya selalu menyebut Kapolresta itu bukan Wakil Kapolresta tapi Kapolresta demikian juga Dandim, sebab yang hadir diundang itu adalah Kodim, Kapolresta atau Korem. Walaupun yang hadirnya pejabat mungkin seksi IV, apa boleh buat begitu. Yang berikutnya, permasalahan yang saya bilang penyetaraan tadi, diperlukankah penyetaraan itu. Saya beri contoh misalnya begini, seorang Pangdam di Sumatera Selatan waktu Bangka Belitung masih bergabung dengan Sumatera Selatan, Pangdam bertanya siapa yang akan menjadi Inspektur Upacara. Kalau Sekda saya tidak mau hadir, Sekda itu pangkatnya pada waktu itu di setiap provinsi Pak, IV/C. IV/C memang leveringnya itu masih Brigadir Jenderal, Pangdamnya adalah Mayor Jenderal. Maka digantilah kemudian yang menjadi Inspektur Upacara itu adalah pejabat dengan pangkat IV/E. IV/E itu seperti saya IV/E itu Letnan Jenderal. Pangdamnya tidak mau hadir kalau dileveringnya seperti itu.

Jadi apakah persoalan-persoalan ini jadi kendala nanti, sebab ada levering penyetaraan itu antara pejabat di ABRI/TNI maksud saya dan di Polri dengan di daerah dan sebagainya atau pejabat dalam lingkungan Pemerintah sipil begitu. Cuma keoknya kadang-kadang ini berat juga karena apa orang-orang birokratnya banyak yang pangkat tinggi sekarang. Kepala dinas saya saja sudah setara dengan Brigjen, biasa itu. Komandan Koremnya tidak Brigjen, hanya Kolonel saja. Itu hanya contoh saja. Jadi kesulitannya akan kita temuai seperti ini nanti. Kalau dibawah Undang-Undang Nomor 5 Tahun1974 dia adalah penguasa tertinggi kalau kepala daerah terlepas dari persoalan pangkat, kan begitu. Dia adalah pejabat negara, gampang kalau kepala daerahnya, tapi pejabat pemerintahannya ini yang akan jadi masalah Pak, ditempatkan dimana dan sebagainya. Jadi apakah diperlukan penyetaraan, saya sendiri tidak tahu mana yang terbaik. Ibu dan Bapak yang saya hormati, Saya melihat kalau saya baca persoalan Rancangan Undang-Undang ini sip Pak sudah. Jujur saja saya sudah sip menerima, hanya beberapa catatan yang saya sebutkan tadi. Tetapi apabila kita ingin memanfaatkan waktu ini misalnya APPSI ini kebetulan dari provinsi hadir, atau kita manfaatkan lebih luas lagi bisa kita urut pasal demi pasal sehingga bagian ini anda mau bagaimana, bagian ini anda bagaimana, kan begitu pendapatnya mungkin lebih detail kita bisa membahasnya. Saya pikir dari kami sementara itu, terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

6

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Alhamdulillah Pak kita telah kedatangan dari yang mewakili APPSI yaitu Pak Wawan Gunawan mungkin Bapak juga bisa memberikan pandangan, masukan kepada Pansus Protokol baru nanti sekaligus baru nanti masukan dari bapak kita berikan respon. Sampaikan Pak.

WAWAN GUNAWAN (APPSI) Bismillahirahmannirahim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semuanya Bapak Pimpinan Pansus dan Anggota yang saya muliakan, Pak Zulkarnain dari APEKSI,

Pertama-tama mungkin saya ingin menyampaikan gambaran, supaya kedepan dalam acara-acara semacam ini, dari setiap organisasi yang diundangan untuk menyampaikan masukan bisa optimal. Jadi undangan yang masuk ke APPSI itu baru sampai malam hari, itupun di faks Pak, hari Senin. Hari Selasa siang baru bahan-bahan yang perlu diadakan “kajian” itu kemarin siang. Ketua umum APPSI baru mendisposisikan tadi malam jam 11 malam. Saya baru dipanggil tadi siang, barusan pagi sebelum ke kantor. Jadi bisa dibayangkan kalau medianya seperti ini masukannya yang disampaikan oleh instansi terkait termasuk APPSI tidak bisa optimal Pak. Jadikan APPSI inikan Asosiasi Pemerintah Provinsi anggotanya para Gubernur, jadi untuk menyatakan sikap terhadap suatu masalah memang harus ada forumnya dulu. Jadi tidak bisa diwakili langsung oleh ketua. Jadi ketua itu hanya sebagai media supaya pertemuan itu terwujud dan agenda perlu dibahas. Tapi kalau itu sebuah pernyataan kelembagaan ya harus dibahas bersama untuk mendapatkan persetujuan bersama.

Jadi kalau toh ini memang dianggap diperlukan masukan dari APPSI kalau perlu saya seyogyanya diberikan kepada APPSI, lalu APPSI nanti mengatur dengan sistem internal ini menyampaikan kepada masing-masing anggota untuk mendapatkan masukan, setelah itu nanti dihimpun baru disampaikan oleh ketua APPSI begitu. Tapi saya kira untuk hari ini Pak, kalaupun saya menyampaikan dipaksakan, kalau bapak melihat undangan yang datang dari sini. Senin malam itu di fax, selasa bahannya baru disampaikan, Pak Fauzi Gubernur Jakarta selaku Ketua Umum APPSI baru semalam mendisposisi, saya baru tadi pagi di kantor melihat ada disposisi kira-kira begitu. Jadi kalau saya menyampaikan berarti atas nama saya sendiri, untuk itu kalau memang ingin mendapatan kelembagaan yang besar ini seyogyanya ada mekanisme yang memungkinkan itu bisa dioptimalkan. Jadi mungkin penyampaian pertama Pak. Untuk itu mungkin saya mohon tanggapan lebih lanjut bagaimana forum ini bisa lebih efektif atau ada waktu lagi yang disediakan untuk itu. Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ini mungkin Pak Zainal ada disini saya mohon maaf, beliau kemarin ada acara dengan Kementerian Dalam Negeri. Jadi kalau beliau sempat pulang ke kotanya mungkin harus kesini saya kira tidak ada kesini jangan-jangan Pak, beliau Walikota Pangkal Pinang. Kemarin ada acara dua hari

ARSIP D

PR RI

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

7

berturut-turut di Departemen, terakhir di Hotel Borobudur itu seluruh Gubernur dan seluruh Walikota, beliau sempat pulang mungkin ada undangan ini disampaikan. Baik, terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih kepada Bapak Zulkarnain maupun Pak Wawan, dari apa yang bapak sampaikan di awal tadi menyampaikan bahwa bapak-bapak baru menerima disposisi H-1 atau pada hari H. Oleh karena itu saya yang selaku mewakili Pansus menyampaikan permohonan maaf, tapi perlu diketahui oleh Bapak-bapak kita sudah mengirimkan H-3. Kita tidak mencari kambing hitam tapi kita sekedar yang penting apa yang bapak sampaikan sebagai penguatan dalam RUU Protokol inisiatif Dewan ini kita tindak lanjuti dan apa yang bapak sampaikan akan menjadi atensi buat kami, silakan Pak. Pak Wawan silakan Pak disampaikan pandangannya kalau ada.

WAWAN GUNAWAN (APPSI) Saya jujur saja Pak, jadi tadi kalau saya paksakan ini lebih cenderung pada saya pribadi begitu dan saya baru tadi membaca bahan ini, ini faksnya Pak tanggal 17 Mei baru sampai dan ini pada malam hari. Hari ini kan tanggal 19 Pak, jadi hari Senin malam di fax ke sekretariat, selasa itu baru diajukan kepada Pimpinan, tadi malam baru disposisi, saya ke kantor baru mendapatkan disposisi. Jadi tentu saya kembalikan kepada Pimpinan apakah kalau dilanjutkan ini akan efektif, apa yang disampaikan akan mewakili institusi dan hasilnya mungkin bermanfaat tidak untuk kepentingan komisi, terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Baik Pak, kita lanjutkan saja Pak, kita minta pandangan dari Pak Rubai’e dari apa yang disampaikan oleh APEKSI maupun APPSI. Silakan Pak. F- PAN (DRS. H. ACH RUBAI’E, SH., MH): Terima kasih Pimpinan.

Bapak yang mewakili APPSI dan APEKSI, Saya kira sangat dipahami pandangan-pandangan tadi dan Pansus memang ingin mendapatkan masukan-masukan yang agak lengkap dan nampaknya kalau belum dibahas karena ini mewakili konsitusi, saya kira tidak komprehensif, tidak paripurna dan mungkin belum tentu mewakili. Keinginan kami sesungguhnya ingin mengakomodasi karena saya waktu rapat internal Pansus Undang-Undang Protokol itu jangan sampai memberikan akses dan beban. Toh kalau ada akses dan beban sudah diperkirakan semata-mata akses dan beban itu didalam rangka menjaga koridor martabat dan kehormatan, itu sesungguhnya sehingga dipandang penting kita mendengarkan pandangan-pandangan stakeholder yang menjadi kira-kira sasaran dan obyek daripada Undang-Undang Protokol ini, sehingga saya sependapat Bapak, kalau pertemuan hari ini adalah pertemuan permulaan, awal dan kemudian draft dan seluruh perangkat-perangkat yang menyertai barangkali bahan-bahannya diberikan kepada bapak kita. Dan kemudian secara internal mungkin bersidang, sehingga nanti betul-betul undang-undang yang diproduk oleh kami inisiatif DPR itu legitimate, tidak menimbulkan problem di belakang hari. Karena saya sering menyatakan Undang-Undang Protokol itu

ARSIP D

PR RI

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

8

adalah dipahami di daerah kadang-kadang sebuah beban, belum lagi perangkat-perangkat disiapkan, belum lagi beban financial dan sebagainya. Maka dari situ dipandang penting sehingga betul-betul Undang-Undang ini dipandang, dibahas, disosialisasi dan kemudian disadari bersama. Sehingga kalau rapat hari ini diskors begitu dan draft ini dibawa dan kemudian suatu saat modenya bisa bertemu lagi dengan lengkap atau konsep-konsepnya sudah jadi itu diberikan secara tertulis itu sama saja kepada kita.

Jadi bisa saja setelah dibahas masukan-masukannya dan saya kira memang kami mendapatkan dan mengharapkan pasal demi pasal, disisir sehingga tidak ada komplikasi diantara pasal-pasal ini. Saya di Pansus belum tentu setuju terhadap pasal-pasal ini, tetapi menurut saya pandangan-pandang dari berbagai sisi menjadi penting. Kita akan sisir satu persatu. Misalnya dalam Bab VII, sekedar bahan saja, karena kalau di pusat ini memadai tetapi bagaimana kalau di daerah misalnya. Kalau disimulasikan misalnya Presiden datang ke Pemerintah Kota misalnya, posisinya tamu Negara, tamu pemerintahan, bagaimana disambut, misalnya seperti itu, kalau disimulasi itu penting simulasinya itu. Jadi apakah harus ada tata upacara dulu, seperti itu kira-kira, itu asumsi-asumsi yang kami gambarkan kalau disimulasi seperti apa dan kalau dituangkan didalam sebuah Peraturan Perundang-Undangan seperti apa. Nampaknya soal tamu Negara itu ini diasumsikan dari luar negeri ke kita, tapi bagaimana seorang Presiden yang kita pilih, kita jaga kehormatannya berkunjung misalnya ke sebuah provinsi atau berkunjung ke sebuah kabupaten bagaimana dia disambut. Itulah itu penting. Saya juga pernah menyampaikan kalau ada musibah di kota atau diprovinsi, gempa bumi misalnya atau mungkin gunung meletus misalnya, itu betapa repotnya pejabat-pejabat daerah menyambut misalnya. Sehingga dengan demikian sering ada lagium dibawah. Selain ada gempa betulan ada gempa pejabat. Itulah, apa umpamanya kunjungan pejabat yang bertubi-tubi, sementara terikat peraturan protokoler kemudian menyiapkan perangkatnya kadang-kadang di Pemerintah kabupaten itu tidak memadai. Mungkin problem-problem inilah barangkali bapak pertajam dulu bagaimana diatur nanti mungkin dituangkan nilai itu. Karena kami diatas, kami seolah-olah jangan sampai nanti kami membuat peraturan perundangan, kemudian juga bagaimana soal anggaran atau finansial itu yang penting. Harus ada usulan juga dari kawan-kawan APEKSI supaya barangkali nanti ada DAK soal protokoler misalnya begitu. karena beban ini saya belum tanya kepada APEKSI sebagai sebuah organisasi dari Pemerintah Kota misalnya, anggaran yang diperlukan setahun diasumsikan saja kunjungan pejabat dari pusat itu berapa, gubernur juga sama kepada Pemerintah provinsi berapa habis untuk memberikan pelayanan kepada pejabat-pejabat pusat, barangkali data-data ini penting sehingga kalau kalau nanti suatu misal mau dialokasikan khusus untuk menjaga kehormatan ternyata mahal, menjaga gengsi itu ternyata ada biayanya, begitu maksud saya. Mohon nanti dituangkan. Pikiran-pikiran inilah yang barangkali hanya memperkaya kepada Bapak nanti ketika barangkali di APPSI dan APEKSI bersidang, berembuk karena jujur saja itu juga menyangkut kepentingan Bapak nanti disitu sehingga undang-undang itu akan menjadi rujukan bersama. Pimpinan

ARSIP D

PR RI

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

9

saya kira demikian usul saya, dan barangkali kawan-kawan ada sisi-sisi lain yang dijadikan dipertajam untuk dibahas di dua kawan kita yang hadir pada saat ini, terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

F – PDI PERJUANGAN (DRS. H. SETIA PERMANA): Terima kasih Pimpinan dan Anggota Pansus yang saya hormati, dan yang saya hormati pula tamu undangan baik dari APEKSI maupun dari APPSI

Kita ingin memanfaatkan meskipun terbatas Pimpinan, kehadiran dua narasumber ini walaupun tadi ada semacam kelemahan teknis dari kita soal tenggang waktu yang sampai kepada narasumber sangat terbatas, sehingga sulit untuk mengungkapkan sikap secara institusional, jadi bersifat pendapat pribadi. Kendati demikian saya kira usul kepada Pimpinan Pansus untuk mengulang hal tersebut diberitahukan berikutnya bahwa mohon dalam waktu yang tidak mepet untuk disiapkan pandangan-pandangan dari kawan-kawan narasumber ini, sehingga pada saatnya nanti kita tentukan bisa bertemu lagi untuk mendapatkan masukan yang lebih lengkap lagi seperti tadi disampaikan oleh sahabat saya Pak Rubai’e tersebut. Dan ini menurut saya adalah bagian yang harus kita benahi juga termasuk juga soal waktu Pak Ketua. Kita diberbagai kesempatan entah di Paripurna, entah apapun itu soal waktu susah kita menghargainya, dan menurut saya ini harus mendapat perhatian mudah-mudahan dari pansus inilah kita coba memperbaiki semua. Kemudian hal yang berikutnya adalah tanpa mengurangi rasa hormat kepada Pimpinan APEKSI dan APPSI, ada baiknya pada kesempatan yang berharga ini sehingga tidak mubazir terutama pada Pak Wawan, kalau Pak Zulkarnain tadi sudah menyampaikan beberapa pandangannya, dari APEKSI untuk menyampaikan secara global saja yang kemudian selalu menjadi semacam kendala semacam konstrain pada setiap berkaitan dengan protokol, entah menerima tamu dari luar, entah dari pemerintah pusat dan segala macam. Dan menurut saya ini secara garis besar harus kita manfaatkan waktu yang sempit ini. Pada Pak Wawan saya harap ada hal-hal yang karena bukan sekali ini Pak Wawan APPSI bersentuhan dengan protokol yang global saja kira-kira termasuk yang menarik tadi dari Pak Rubai’e ini soal ini jadi keluhan semua, soal anggaran.

Tadi istilahnya gempa kedatangan pejabat yang bertubi-tubi itukan bisa menguras kas, yang kemudian hari itu susah dipertanggungjawabkannya, kalau kemudian punya usulan paling nanti secara kelembagaan dan lebih komprehensif toh tidak ada salahnya kemudian diungkapkan juga hal penting tersebut, jangan sampai tadi disebutkan juga malah ini menjadi persoalan hukum dikemudian hari, dan ini kita hindari betul. Karena itulah kemudian kita juga berharap baik kepada APEKSI, APKASI, dan APPSI untuk merespon ulang, nanti ada surat ulang dari kita misalnya untuk menyiapkan lebih komprehensif lagi karena betul tadi bahwa ini juga berkait dengan kepentingan kawan-kawan di daerah juga kan, dan menurut saya ini penting untuk disampaikan karena kita berharap ada sebuah produk yang secara kualitatif bisa dipertanggungjawabkan, kira-kira begitu, bukan hanya mengejar berapa jumlah pada masa persidangan undang-undang diratifikasi.

Mudah-mudahan kita bisa mulai dari Pansus Protokol ini secara kualitatif bisa dipertanggung jawabkan. Paling tidak kita tidak mudah dipatahkan kalau kemudian direview di MK. Jadi maksud saya

ARSIP D

PR RI

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

10

jangan sampai ada penghamburan uang rakyat disini, kan begitu. Saya harapkan itu bisa dilakukan oleh Pimpinan dengan mengoreksi kembali juga tata administrasi di sistem pendukung kita. Tata usaha kita agar berbagai hal yang berkaitan dengan surat dihitung betul tenggat waktunya, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih dari penyampaian rekan-rekan perlu kami sampaikan seperti diawal tadi

Pak, dengan ketidakhadiran rekan kita dari APKASI kemudian penerimaan undangan yang begitu singkat, kemudian persiapan yang begitu mendadak tentu dengan pengharapan hasil akan optimal kurang pas. Oleh karena itu kami sependapat Pak, dari ruas waktu yang tersedia walaupun singkat mungkin ada ide gagasan yang bisa memperkuat, sehingga nanti Pak pada temu dua yang akan kita rancang, kemudian ini lebih utuh sehingga bobot dari isian pokok yang ada itu lebih berkualitas dan bisa mewadahi semua kepentingan yang berkait dengan masalah Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, apalagi DKI dia punya kekhususan luar biasa, tamunya tidak hari ini, besok pasti silih berganti datang sehingga apa yang disampaikan rekan Pak Rubai’e tadi, kira-kira menjadi atensi buat kami menjadi bahan pertimbangan.

Silakan tambahan. H. Tb. SOENMANDJAJA, SD ( WAKIL KETUA / F-PKS ) Terima kasih Pak Ketua. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi Bapak Ibu Anggota Pansus dan yang terhormat Bapak Zulkarnain dari APEKSI, Pak Wawan dari APPSI, dan teman-teman Sekretariat.

Kalau tadi menyimak dari yang disampaikan oleh Pak Zul bahwa secara pribadi Beliau menyampaikan tentang persetujuan secara global atas RUU ini Pak berupa catatan, sedangkan Pak Wawan belum mempresentasikan hal ini sebagaimana mestinya kira-kira seperti itu Pak. Oleh karena itu saya kira dua pembicaraan tadi terutama dari Bapak Rubai’e dan yang terhormat Bapak Setia Permana memang diharapkan kiranya untuk memelihara kelengkapan informasi masukan dan pandangan, juga yang kedua agar lebih komprehensif dari banyak sudut pandang kita tentu memang kita berharap ada pertemuan berikut yang diselenggarakan oleh Pansus sehingga pihak-pihak bersangkutan bisa lebih leluasa menyampaikan pandangan-pandangannya juga sekaligus mengimprove memberi masukan yang lebih detail karena bagaimanapun juga ini masalah teknis, betul kata Pak Zulkarnain tadi mengatakan ini lebih pada masalah-masalah teknis. Yang kedua, Pak Ketua tadi sudah menyampaikan permohonan maaf juga atas hal yang mungkin agak terlambat, undangan disampaikan kepada para undangan namun dari Sekretariat sudah berusaha menyampaikan melalui email dan fax begitu ya Pak Wawan, tapi lagi-lagi mungkin ada masalah birokrasi yang harus ditempuh oleh lembaga-lembaga kita sekalian, tentu ini memang menjadi salah satu kendala atau konstrain waktu yang sangat dekat. Oleh karena itu kami setuju Pak Ketua, seperti saran Pak Rubai’e tadi kita skors begitu kemudian kita membuat reschedule tetapi

ARSIP D

PR RI

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

11

dengan harapan kiranya dari yang terhormat APPSI dan APEKSI bisa mengirimkan masukan-masukannya secara tertulis lebih dahulu, demikian. Saya kira begitu Pak Ketua, terima kasih.

F- PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., MA): Terima kasih Pimpinan. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat Pimpinan dan segenap Anggota Pansus, khususnya kepada tamu kita, Pak Wawan dari APPSI dan Pak Zulkarnain dari APEKSI.

Pertama saya juga ingin merespon bahwa meskipun pada hari ini juga ada kesalahan teknis atau ada teknisi yang kurang sempurna tapi kami berharap saya setuju tadi bahwa pada hari ini sebelum diskors mungkin dari Pak Wawan sendiri bisa memberikan suatu hal-hal yang penting yang kaitannya dengan masukan-masukan kepada kita ini. Saya juga punya beberapa pertanyaaan yang barangkali nanti bisa dijawab dan bisa diberikan gambaran-gambaran dan akan lebih baik saya lebih mengusulkan pula bahwa meskipun pada hari ini tidak bisa memberikan pendapat secara kelembagaan ya Pak terkait dengan RUU Protokol ini maka kita mengharap agar nanti ada masukan secara tertulis yang pada gilirannya kita akan kaji dan tidak menutup kemungkinan kemudian pihak yang memberikan masukan tertulis akan diundang kembali. Itu yang pertama. Yang kedua, dalam perbincangan tentang RUU ini Pak, banyak disampaikan berbagai macam konsepsi tentang protocol sehingga untuk menyempurnakan konsep ini tentu kita juga ingin mendapatkan pandangan secara aplikatif, tidak hanya sekedar pandangan pengertian protokol dalam pengertian secara akademis. Sebab biasanya urusan protokol ini urusan yang mengatur hal-hal yang terkait di lapangan, jadi bukan mengatur ilmu pengetahuan sehingga tentunya kita berharap standar pengertian protokol yang akan kita tetapkan didalam RUU ini merupakan standar yang dipraktekkan, dimengerti dan applicable. Yang ketiga Pak, selama ini tentu Bapak didalam pemerintahan telah banyak melakukan berbagai macam tugas-tugas. Tugas ini tentunya ada tugas yang bersifat normal, ada yang diluar normal, yang saya maksudkan diluar normal ini adalah yang sifatnya emergency, diluar daripada kondisi, apakah dalam menjalankan tugas-tugas dalam situasi yang tidak normal, situsi emergency maka aturan-aturan protokol itu selama ini diabaikan atau tetap saja harus dilakukan karena dengan alasan untuk pengamanan, dengan alasan untuk menjaga kehormatan dan seterusnya. Ini kemudian kita juga perlu mendapatkan masukan-masukan dalam kaitan ini mengingat kalau tadi disampaikan oleh kawan-kawan terdahulu, bahwa kalau misalnya dalam situasi-situasi yang emergency, sebut saja misalnya pada waktu banjir, kehadiran pejabat itu mestinya bukan sekedar hadir secara orangnya, tapi hadir dengan segala bantuannya termasuk juga kehadiran orangnya menjadi penting karena itu memberikan dampak psikologis kepada masyarakat. Akan tetapi dampak psikologis ini akan menjadi cepat kondusif ketika kemudian disertai dengan bantuan-bantuan yang sifatnya materiil.

Mungkin boleh jadi sebagian orang berpikir, kalau kemudian pejabat terutama pejabat Negara, apalagi misalnya pejabat-pejabat yang tingkat RI 1, RI 2 ketika kehadiran ke tempat-tempat yang emergency harus membebani biaya-biaya besar boleh jadi orang berkomentar kenapa tidak saja

ARSIP D

PR RI

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

12

bahwa biaya itu sementara diabaikan untuk protokoler sehingga menggunakan pola protokoler yang bersifat emergency bukan protokoler yang sifatnya normal sehingga dana itu bisa diefektifkan, yang mestinya hanya cukup untuk pengamanan yang sifatnya dalam tanda kutip berlebihan bisa langsung dinikmati atau dirasakan oleh masyarakat, itu tentunya lebih efektif, ini boleh jadi ada pandangan seperti itu. kami mohon pandangan dari Bapak-bapak seperti apa. Kemudian yang berikutnya Pak, biasanya Pemerintah itu tentunya yang dihadapi bukan hanya sesama pejabat, tapi juga meskipun dia bukan pejabat dia mempunyai kedudukan yang sangat terhormat di masyarakat atau yang disebut sebagai tokoh masyarakat, atau tokoh agama dan seterusnya. Lalu bagaimana selama ini Pemerintah daerah mulai dari tingkat provinsi maupun di tingkat kota memperlakukan para tokoh-tokoh adat, tokoh agama, terutama didalam upacara-upacara resmi atau upacara kenegaraan agar positioning kemudian bisa lebih logis, dengan catatan bahwa didalam RUU ini tentunya semangat yang dibangun adalah semangat undang-undang pasca perubahan, artinya terjadinya suatu kekuasaaan yang Negara ini merupakan kekuasaan tertingginya ditangan rakyat, sebagai suatu sistem ada konsekuensi kepada sistem demokrasi. Apabila kemudian ini kekuasaan ditangan rakyat agar tentulah mereka mendapatkan suatu apresiasi sangat tinggi.

Selain ada pejabat-pejabat yang diangkat oleh rakyat, yang dipilih oleh rakyat, disana ada pejabat atau orang yang diakui oleh rakyat. Presiden dipilih oleh rakyat tetapi mungkin boleh jadi seorang ulama besar dia tidak dipilih tapi diakui, bagaimana memperlakukan orang seperti ini. Atau tokoh masyarakat yang sangat berwibawa, dia tidak dipilih tapi dia diakui sehingga keberadaannya itu dibutuhkan. Keberadaannya itu semacam mengayomi bagaimana misalnya pemerintah daerah memberlakukan orang-orang seperti ini. Yang terakhir Pak, tentunya biasanya pemerintah memberikan suatu antisipasi biasanya kalau dalam upacara-upacara tertentu, walaupun sudah membuat aturan-aturan itu yang hadir yang hanya diundang saja, tapi bisa saja terjadi suatu waktu ada yang hadir yang tidak diundang. Tetapi dia diluar daripada standar protokol, bagaimana memperlakukan orang-orang yang tidak diundang, tetapi sesungguhnya dia memiliki posisi-posisi jabatan di pemerintahan, apakah dia Pejabat Negara, atau dia Pejabat Pemerintah, atau mungkin dia adalah merupakan tokoh masyarakat. Bagaimana pola mengantisipasi atau kemudian mendudukan orang-orang seperti ini. Saya kira itu, terima kasih Pak Zul dan Pak Wawan atas kehadirannya, saya dari Fraksi PKS mengucapkan terima kasih dan untuk teman semuanya.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. F- PG (IR. BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MM):

Terima kasih, selamat pagi untuk Pak Zul, Sebetulnya kami sangat berharap dengan mengundang Bapak-bapak kesini, paling tidak untuk menyampaikan tentang biaya. Kami bingung undang-undang ini kami buat untuk biayanya apa mau diresmikan ke KPPN misalnya, pasti dari pusat juga teriak, tapi kalau kita ke daerah kita sama-sama sudah pengalaman, pejabat datang nuntut mobilnya mesti bagus, padahal mobil Bupati/Walikota saja cuma kelas Terano atau Fortuner. Dia mintanya Land Cruiser, Pak Walikota

ARSIP D

PR RI

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

13

pusing pinjam sana, pinjam sini. Kalau sewa, yang ada nodong orang kan, gara-gara itu juga banyak pengusaha, pengalaman saya tidak berani beli mobil mewah di daerah, karena sering dipinjamin untuk pejabat. Dengan beginikan mengurangi pajak daerah sebetulnya, atau mereka beli pakai nomor Jakarta, diumpatkan. Ini kan banyak hal, itu DPR yang sudah pengalaman lima tahun, kalau kami yang baru belum begitu mengerti Bapak.

Kami ingin dapat masukan seperti itu. Jadi seperti apa, kendaraan seperti apa, seyogyanya tidak terlalu baik meminjam ke swasta, membuat orang jadi kesan jadi kurang baik. Akibatnya banyak-banyak daerah yang menyediakan mobil-mobil khusus tamu, ini kan menjadi beban. Hal-hal itu yang ingin kami dengar sebetulnya dari orang yang mengalami kesusahan ketika pejabat datang. Apalagi misalnya ada oknum di DPR datang ke daerah merasa mau dihormati juga, Pak Wali tidak ada yang jemput marah-marah, repot juga itu. Kami ingin sebetulnya melalui forum ini mengapa Pak Walikota selalu wakil untuk APEKSI, karena beliau ini paling vokal ngomong apa adanya, tapi saya tidak mendengar dia ngomong apa adanya. Saya harapkan utarakan saja kira-kira provinsi dan kota apa uneg-uneg kalau pejabat datang kesusahannya apa, budget pelayanan, itu harapan kami, terima kasih.

F- PD (HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH): Terima kasih Pimpinan. Yang terhormat Pimpinan Ketua Pansus, Rekan-rekan Anggota Dewan Bapak, Ibu, Bapak Ketua APPSI dan Ketua APEKSI, Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Kami lihat memang kurang satu, tapi mungkin paling tidak anggaplah ini masukan awal dari kami kebetulan, artinya begini beberapa waktu yang lalu kami hadir di salah satu acara, karena acaranya ini adalah peresmian dari Ibu Negara mungkin bisa dikategorikan resmi. Kemudian beberapa kali saya menghadiri kabupaten atau kota kegiatan-kegiatan yang sifatnya peresmian seperti itu. Protokoler yang kami lihat dan sudah ada dan diatur, kalau kami tidak keliru adalah protokoler untuk di kabupaten/kota atau provinsi itu, tapi belum kami lihat penanganan protokoler kalau dihadiri dari pusat, artinya begini bisa saja kami dapat undangan dari acara tersebut kalau mungkin kami di wilayahnya mungkin saya adalah Anggota Dewan dari dapil yang bersangkutan sehingga kami diundang.

Didalam undangan ada nama kami, tapi begitu dalam kegiatan yang ada adalah nama-nama secara protokoler dengan kabupaten/kota, bukan dalam artian dihargai atau tidak tapi pada saat siapapun yang menerima undangan berpikir, bahwa kehadiran itu berharap menghasilkan sesuatu bagi acara tersebut. Kalau acara bencana itukan sifatnya insidentil, kehadiran kita lebih kepada kepedulian. Tapi kalau acara-acara yang memang sudah protokolernya resmi tentu kehadiran diharapkan untuk juga dapat menghasilkan sesuatu, ternyata undangan itu tidak mencerminkan bahwa kita diundang karena begitu kita datang ataupun siapapun yang diundang bingung mau ditempatkan kemana. Mungkin kalau kita-kita yang rendah hati, sudah tidak apa-apa dimana saja, tapi

ARSIP D

PR RI

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

14

itukan menimbulkan suatu polemik, itu yang menjadi keributan seolah-olah dia ingin dihargai sementara tentu seperti misalkan yang hadir Pak Robert disini dibutuhkan untuk suatu kegiatan tapi karena…..dia datang, disana seperti kayu yang tidak berguna padahal mungkin kalau Pak Robert ditempatkan sesuai, ada yang bisa dihasilkan dari pusat untuk bantu itukan ada manfaatnya, sementara misalnya kita sudah mengkansel-kansel kegiatan itu, tapi melihat ada apa.

Jadi ini mungkin masukan yang perlu sekali. Kalau memang diharapkan kehadiran dari diluar dari kota, kabupaten provinsi tapi dari pusat, dimana dia ditempatkan sebaiknya. Jangan sampai dia menggangu juga, tapi ini lebih ke arah tata urutan secara keuangan pengaruhnya tentu kita yang datang hadir ke wilayah ini sudah tidak berpikir nanti saya pakai kendaraan siapa, mungkin tidak seperti itu. Jadi mungkin tata letak atau tata urutan atau dimana tempatnya, itu yang saya belum lihat di kegiatan-kegiatan kabupaten provinsi untuk dari pusat. Mungkin sementara itu karena masih ada yang belum hadir, masih banyak berbagai hal nanti. Terima kasih atas waktunya.

Wabillahit Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh KETUA RAPAT:

Silakan Pak. F- PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Terima kasih Pak Pimpinan. Yang terhormat rekan-rekan dari Anggota Pansus Dan juga para tamu yang telah hadir,

Saya ingin menanyakan saja Pak, dalam rangka menjalin komunikasi antara daerah pemilihan yang bersangkutan dan pusat, dimana bisa jadi di daerah pemilihan tersebut ada Anggota DPR RI yang mewakili dari Fraksi manapun, saya ingin menanyakan apakah menurut pandangan Bapak-bapak perlu tidak misalnya didalam setiap pemerintahan daerah apakah itu walikota atau provinsi itu Anggota-anggota DPR maupun Parlemen pusat daftar namanya itu ada. Jadi misalnya ini untuk memudahkan misalnya pada tingkat kabupaten, kota atau provinsi artinya nama, alamat tempat tinggalnya ya Pak. Anggota Parlemen tersebut tinggal di daerah tersebut bisa saja tapi dia memakai daerah tersebut.

Maksud saya begini, kalau itu dibuat list artinya Pemerintah Daerah itu mengenal wakilnya, sewaktu-waktu ada acara-acara mereka bisa diundang. Bahwasanya mereka hadir atau tidak itu urusan kedua tapi yang jelas mereka harus selalu diundang, ini maksudnya bukan sekedar seremony tapi ada komunikasi antara pusat dan daerah. Pentingnya ada wakil dari daerah tersebut paling tidak titipan-titipan ke pusat bisa melalui Anggota Parlemennya. Saya menanyakan perlu tidak dalam tata cara protokoler ini daftar nama itu disebut, dibuat daftar listnya di pemerintah daerah tersebut sehingga ketika ada upacara-upacara atau seremoni mereka sekaligus bisa ditempatkan dimana.

Saya tidak terlalu interest pada soal penempatan tapi paling tidak kalau daftar list anggota perlemen itu ada memudahkan pemerintah daerah untuk mengundang mengikuti tata protokol yang ada. Begitu Pak, saya ingin mendalami dari pihak APEKSI dan APPSI. Terima kasih Pak.

ARSIP D

PR RI

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

15

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih masukan dari rekan-rekan Anggota Pansus, kepada APPSI maupun APEKSI, Pak Zul, Pak Wawan kami rasa sudah cukup jelas Pak. Apa yang bapak rasakan Pak Zul maupun Pak Wawan, Kami juga pernah merasakan karena kita sama-sama pernah menjabat di daerah, saya selaku Pangdam I Bukit Barisan, bagaimana dengan provinsi tamu kalau dari pusat datang acara resmi ke daerah kita lintang pukang Pak. Bapak lihat apalagi menyangkut beliau sampaikan anggaran dan persiapan kendaraan, ini luar biasa Pak. Sehingga dari masukan rekan-rekan kami mungkin ada clossing dari Bapak, untuk tahapan berikutnya kita akan rancang waktu sehingga apa yang bapak berikan pada siang hari ini sedikit memberikan gambaran bagi kita sekalian dalam rangka penguatan, karena kalau sifatnya protokoler itu sifatnya teknis aplikatif, dan sekaligus demonstratif Pak karena disitu ingin memperlihatkan ketertiban didalam pelaksanaan itu yang bisa dirasakan oleh orang, aman, nyaman, tertib sehingga memberikan kepuasan kepada siapapun yang hadir. Waktu pertama kami sampaikan kepada Pak Zul, silakan.

DRS. H. ZULKARNAIN KARIM ( WAKIL KETUA APEKSI): Terima kasih, Saya tadi sudah menyebutkan bahwa ada Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana Hak Inisiatif DPR RI salah, itu betul langsung kita ketahui. Dan saya katakan kok jadi begini, tapi kesalahannya pasti dari kalau inisiatif DPR RI berarti DIMnya, daftar inventarisir masalahnya yang akan timbul harus dibuat oleh eksekutif. Berarti eksekutifnya kurang tanggap sampai tidak jelas, sampai bisa salah itu rumusah undang-undang. Banyak lagi yang seperti itu termasuk Undang-Undang Nomor 4 yang empat tahun sekali ini, Undang-undang tentang Mineral dan Batu Bara salahnya banyak sekali. Kita berharap sebaiknya jangan salah ini undang-undang nanti susah kita kalau salah. Baik Pak, kita inventarisasi saja kalau salahnya paling tidak tadi, jadi sudah terinventarisir banyak masalah. Emergency kunjungan tentang pada waktu bencana dan sebagainya, bagaimana kalau upacara Presiden misalnya, saya pernah jadi tuan rumah. Pak SBY memperingati Isra dan Mi’raj di Pangkal Pinang. Baru pertama kalinya di Pangkal Pinang beliau langsung datang, Peringatan Isra dan Mi’raj Nasional. Protokolernya kami sebisa-bisanya begitu kira-kira. Pengamanan Presiden juga bagaimana sudah diatur tetapi memang agak lain disana karena kami tahu situasi, misalnya Pak SBY langsung di tengah-tengah orang-orang beliau tidak khawatir tapi saya yang kalang kabut, harus berdekatan betul dengan Presiden menjaga semuanya, begitu kira-kira. Itu contohnya. Demikian juga pada bencana pak. Tadi dibicarakan tentang biaya, saya ingin bukakan kita memang ada biaya untuk itu tapi biasanya sangat terbatas. Oleh sebab itu memang partisipasi masyarakat benarlah kata Pak Basuki kalau Walikota itu mobilnya cuma Terano, tapi kalau Presiden datang masa kita kasih Terano. Dan masalah ini dibicarakan dalam lingkungan APEKSI Pak. Pada waktu peristiwa Sipadan dan Ligitan, Ketua APEKSI ini adalah Pak Yusuf Serang Khasim, Walikota Tarakan. Provinsi ini jauh Pak, provinsinya di Samarinda, yang habis itu adalah Pak Yusuf walikota, karena apa? Anggarannya berapa ratus juta amblas saja, sebentar-bentar tamu pejabat dari pusat, peristiwa Sipadan dan Ligitan

ARSIP D

PR RI

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

16

karena yang paling dekat itu Tarakan. Itu memang jadi masalah, tapi dalam hal-hal tertentu juga tidak jadi masalah. Kalau Pangkal Pinang misalnya Ibukota Provinsi kita bisa nekan provinsi, kita pura-pura tidak sibuk ngurusnya, biar provinsi saja yang mengurus. Tapi kalau Pak Yusuf pada waktu itu langsung di kabupatennya, di kotanya yang jauh dari ibukota provinsi mau tidak mau beliau harus selesaikannya. Itu contoh soal Pak. Jadi kalau yang Ibukota Provinsi yang seperti kami, mungkin kami bisa bekerjasama dengan provinsi. Biayanya besar, sudah tentu gubernurnya lebih takut lagi kalau urusannya tidak beres. Jadi kita bukan kerjaannya saja Pak. lebih banyak biaya urusan provinsi itu, kadang saya tidak mau bekerja, biarlah provinsi kamu urusannya, begitu lagi kita. Ini soal biaya. Memang susah ngomongnya pak, soal biaya ini terus terang saja cuma partisipasi, hubungan memang menjadi perhatian. Cuma saya berkaitan dengan rekan-rekan dari daerah pemilihan, kami setuju pak selalu diundang kalau kami bukan hanya dari DPR RI tetapi juga DPD kami selalu mengundang pada acara-acara yang kami laksanakan, misalnya pada hari ulang tahun kota, peringatan-peringatan apa selalu mereka datang, dan menempatkan mereka itu di tempat yang cukup layak, hari jadi provinsi Pak Basuki tahu, itu tetap diundang semuanya pak. Cuma pada tidak terlalu sering setahun atau berapa kali, cuma yang mereka kunjungan ini jadi persoalan juga kan kadang-kadang. Mengenai tokoh masyarakat pak, tidak ada permasalahan biasanya tokoh masyarakat. Saya ingin memberikan gambaran orang-orang seperti ini tidak terlalu protokoler, karena kita tidak terlalu protokoler, jadi harus kita sendiri yang harus tahu bagaimana. Misalnya ketua MUI kami tidak terlalu protokoler, malah pulangnya pun naik sepeda, beliau tanya sepeda akhirnya saya belikan sepeda motor, kasihan karena tidak terlalu minta. Dipikir pakaiannya pun beliau kalau tidak diakali tidak mau dibikin pakaian, terpaksa diajak jalan-jalan kemudian masuk ke tukang jahit pak. Kalau tidak begitu yakin tidak akan mau, kita berikan langsung kesana mau, Itu contohnya pak, mereka tidak terlalu protokoler cuma hati kecil kita ihlas menghormati mereka-mereka itu. Hati kecil kita ihlas menempatkan di tempat yang semestinya. Jadi biarlah lebih bebaslah dalam urusan-urusan ini, jangan terlalu banyak diatur, kalau terlalu banyak diatur lebih susah. Kemudian saya ingin mengemukakan satu hal lagi dalam protokoler ini, saya artinya kota Pangkal Pinang itu mempunyai sister school pertama dengan Sekolah Rendah Kebangsaan Taman Megah Petaling Jaya Selangor Malaysia. Lalu penandatanganan itu dilakukan di Petaling Jaya langsung. Kemudian kita dan walikota hadir, karena hubungan luar negeri tidak termasuk pusat, yang masuk pusat itu politik luar negeri. Hubungan luar negeri ini bukan politik luar negeri yang kita tidak masuk urusan pusat, kan begitu jadi kita bisa saja.

Kemudian saya sudah berapa kali mengadakan pertemuan resmi dengan Gubernur Provinsi Guang Zhoo dan Walikota Tangling. Jadi kita bertemu seperti dua kepala Negara bertemu, diterima saya disana seperti itu karena kami sudah menjalin sister school itu dengan 17 sekolah di Provinsi Nanxing. Ini protokolernya, saya lihat biasa-biasa saja mereka, mereka menghormati kok. Penduduknya 4 juta, penduduk saya tidak sampai 200 ribu tapi walikota Nanxingnya begitu

ARSIP D

PR RI

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

17

menghormati kita, cuma kita menggunakan Bahasa Indonesia dan terjemahannya. Ini soal protokolernya juga yang ngatur disana.

Berarti kita harus tunduk juga kepada aturan-aturan Negara kita, saya tidak akan menggunakan Bahasa Cina atau Mandarin, saya langsung pakai Bahasa Indonesia walaupun saya bisa sedikit-sedikit Bahasa Mandarin, kacau nanti. Jadi persoalan ini apakah akan mau diatur ? Oleh sebab itu apa bila saya mengungkapkan hal ini sebetulnya persoalannya apakah banyak hal mau diatur disini, semua kegiatan protokoler mau diatur, nyaho pak terus terang pak kalau banyak soal teknis. Artinya diberikan kewenangan, diberi pelimpahan kepada daerah, diberikan pelimpahan kepada instansi dalam bentuk PP dan sebagainya untuk mengatur kegiatan protokolernya yang acara-acaranya di daerah, dengan berpedoman pada pokok-pokok yang disini, kalau tidak sudah kita Pak. Tercover semuanya, terlalu berat bagi kita, ini saran kami. Perihal ada pertemuan ulang kami pikir baik itu saya ketok, kita jangan terlalu terburu-buru daripada bikin undang-undang kacau, lebih baik bikin undang-undang agak lambat Pak. Agak lambat tapi tidak kacau, tidak rusak.

Maksud saya dari lingkungan APEKSI, kami memang ada sistemnya Pak untuk urusan ini walaupun ini memang emergency, kalau tidak emergency kami hanya perlu mendengar 6 Komwil. Jadi 6 Komwil ini biasanya kita hubungan via telepon setelah kita fax draftnya, kami mendengar pendapat dari Ketua-ketua Komwil. Komwil ini ada 6, jadi Komwil di Sumatera ada 2 Komwil, dan di Kalimantan ada 1, kita cukup mendengarkan dari Komwil. Komwil-komwil ini biasanya hubungannya langsung, percakapan kita langsung dalam bidang-bidang pembangunan. Itu yang kita lakukan, Saya ini belum sempat menghubungi Komwil karena baru semalam jam 9 malam itu saya baru terima ini. Tapi harus saya hadapi persoalan ini dan baru nanti saya akan memberikan masukan kepada rekan-rekan. Saya pikir masukan atau pertimbangan atau apa dari kami demikian, sehingga kita cenderung memang kita menginventarisir masalahnya, persoalan-persoalannya di brainstorming dahulu, baru kemudian ini kita antisipasi. Jadi daftar inventarisir masalah kita buat sama-samalah pada kesempatan ini, terima kasih.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Pak Wawan mungkin ada, kalau ada silakan sampaikan sedikit tapi akan bermanfaat Pak, karena daerah Bapak sama dengan daerah kami waktu di Kasgar di Jaya ribet Pak. Dari pengalaman di Kasgar kita bawa ke Kodam, agak ringan sedikit Pak disampaikan.

WAWAN GUNAWAN (APPSI) Baik, terima kasih Bapak Pimpinan dan Anggota Pansus yang saya muliakan,

Hanya langsung merespon forum ini saja, nanti yang berkaitan dengan persoalan mengatur protokoler tamu negara Pak atau Pejabat Tingkat Pusat ke Kabupaten, atau Tingkat Pejabat Tingkat Pusat ke Provinsi. Ini memang diperlukan tadi saya katakan pendapat dari semua Anggota Asosiasi. Jadi tidak bisa dilihat dari satu sisi provinsi tertentu, misalkan begini, kunjungan tamu Negara atau Pejabat Pemerintah Pusat ke satu Provinsi itu memang tidak dirasakan beratnya oleh semua provinsi tapi untuk provinsi-provinsi tertentu yang dianggap unggulan untuk event-event nasional dan

ARSIP D

PR RI

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

18

internasional Pak, itu menjerit cuma mungkin dia tidak menjerit, katakanlah seperti Bali Pak, Riau, Sumatera Utara itu kan provinsi-provinsi unggulan Pak. Misalkan yang berkait tadi disinggung soal anggaran, itu hanya melihat acara protokolernya supaya berjalan dengan aman, tertib semua substansi terjaga, pejabat terkait yang ada didalamnya menjaga juga kehormatannya tapi unsur pokok yang soal anggarannya itu tidak pernah dibicarakan. Sampai mohon maaf ya, mungkin sedikit saja Pak, sekarang kunjungan Presiden dalam satu acara, bapak hitung sendiri saja petugas pengamanannya dari mulai pengamanan pusatnya, dan semua instansi yang terkait Pak yang terlibat dalam pengamanan nanti jatuhnya pada siapa, nanti pasti jatuhnya pada Gubernur. Dan itu bukan kecil Pak, ini room satu kehadirannya hanya 2 jam-3 jam itukan persiapannya berapa hari untuk pengamanannya itu dan sesudahnya. Ini rombongan pusat, instansi terkait di tingkat daerah, itu pada akhirnya nanti kepada Gubernur anggaran itu. Kembali saya katakan itu tidak kecil, mungkin Bapak lebih mengetahui. Nah dalam keadaan pengetatan sistem anggaran yang proporsional pada era sekarang ini kan tidak bisa seperti dulu belanja terus saja, orang tidak mau menanggung resiko. Dan ini perlu diatur misalkan kalau kunjungan tamu negara datang ke daerah, begitu juga kunjungan dari aparat pemerintah pusat ke daerah, itu anggarannya harus dijelaskan itu menjadi anggaran misalkan tingkat pusat, lalu dalam klasifikasi materi substansinya itu masuk ke institusi mana anggaran, sehingga tidak setelah pelaksanaan lalu saling melempar. Dan biasanya daerah untuk menjaga kehormatan suatu acara yang telah dibebankan kepada daerah untuk menjaga kehormatan acara itu melakukan apa saja, Pak. Bapak bisa bayangkan kalau melakukan apa saja anggarannya juga dari mana gitu. Ini kan tidak bisa kita teruskan berjalan seperti itu. Terutama kembali, Pak, untuk daerah-daerah tertentu yang menjadi primadona untuk kegiatan-kegiatan internasional dan nasional. Andaikan itu dialokir di kegiatan APBD sementara itu kan kegiatannya substansi nasional, terkadang juga program di tingkat nasional itu tidak terbaca oleh daerah kapan dilaksanakan dalam satu tahun ini,itu yang repot. Saat ini saya hanya menyampaikan, Pak. Jadi hal-hal yang seperti itu mungkin perlu diperhatikan. Lalu yang berkaitan dengan upacara bendara misalkan, saya menyampaikan umum saja, Pak, kita harapkan subtansi setiap upacara bendera itu kan bisa terangkat dan masuk ke ruh setiap insan yang terlibat dalam upacara itu, maka itu diatur tata upacara sedemikian rupa. Kalau mau jujur sekarang, Pak, di Pemda itu setiap bulan terus orang bolak-balik upacara, dan semua dari mulai Pembacaan Naskah Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang sangat menjenuhkan.

Jadi kalau sudah upacara, “yah upacara lagi”. Bapak bisa bayangkan ini acara yang kita harapkan bisa memberikan suatu makna yang dalam, memberikan semangat kebangsaan, semangat kerja, tetapi karena terus rutin dia terjebak pada rutinitas. Jadi memang diperlukan ini, Pak. Itu saja gitu. Jadi begitu ada upacara, “lah upacara lagi”, jadi upacara itu menjadi beban. Substansi tadi menjadi kabur, Pak, karena terus diikat oleh hal-hal yang sifatnya protokoler. Saya ambil contoh misalkan di daerah ini kan kalau kita lihat di acara hanya acara Proklamasi RI, acara kelahiran sebuah provinsi, hanya beberapa, Pak, tetapi prakteknya satu provinsi itu banyak sekali acara yang terus

ARSIP D

PR RI

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

19

dilakukan, dan kalau sudah upacara bisa dibayangkan sekian tenaga dan pikiran kan harus bertumpuan dengan itu, belum lagi biaya.

F- PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Kegiatan operasional berhenti, Pak.

WAWAN GUNAWAN (APPSI) Berhenti, Pak, berhenti. Dari itu tadi, Pak. Orang sudah datang ke upacara, Pak, begitu selesai upacara itu pun libur dan mereka lelah ya pulang itu. Itu kan tidak menjadi produktif. Jadi mungkin hal-hal yang semacam itu juga perlu diatur acara protokol, diatur tertib, kehormatan terjaga, substansi dia bisa masuk karena memang event itu diselenggarakan untuk kepentingan itu. Ya, Pancasila lagi, jadi Pancasila di depan menyebutkan, Pak, ini yang ikut upacara itu sudah mendengarnya sudah enek itu dan kadang-kadang diplesetkan. Sehingga beliau mungkin mengalami hal ini, seringkali begitu pejabatnya terlambat, kadang sudah dari pagi, Pak, disiapkan lagi, disiapkan lagi, ternyata Bupatinya atau Walikota atau Gubernurnya karena ada acara agak terlambat, Pak. Ya itu udah begitu datang sorak semua, Pak. Yang kayak semacam itu kan bukan apa-apa terlalu banyak sekali agenda-agenda upacara yang tata cara pengaturannya begitu ketat dan sangat menjenuhkan, sehingga nilai-nilai sakral pancasila, nilai-nilai pembukaan menjadi hilang dan jelek, Pak, itu. Nah mungkin hal-hal yang semacam ini. Yang lainnya mengenai tata tempat, Pak, tata tempat saya kurang tahu persis mengenai tempat para pejabat itu terutama untuk pejabat karier apakah itu pendekatannya eselonering ataukah pendekatannya kepada substansi dari tugas institusi. Saya berikan contoh misalkan mengenai Sekretaris Daerah, Pak, saya ambil contoh saja ini saya melompat-lompat ya, Sekretaris Daerah itu adalah pejabat karier tertinggi di provinsi, Pak, kalau untuk tingkat provinsi itu esselonnya esselon IB dan sekaligus pejabat yang menentukan pembinaan karier semua pegawai yang ada di provinsi itu. Tetapi terkadang diacara protokoler ya begitu juga saya lihat di sini misalkan Sekretaris Daerah itu ditempatkan posisinya di bawah Kepada Badan Pemeriksa Keuangan misalkan, di bawah Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah, tetapi kalau memang acara itu penuh Sekda duduknya di belakang padahal yang bersangkutan itu Eselon I gitu, tadi yang mewakili bank itu esselon II/A. Ini juga mungkin tolong dipikirkan apakah pendekatan eselonering atau karena kepala perwakilan itu adalah wakil dari institusi yang vertikal sehingga dia harus di depan. Nah kalau kita menjaga penghormatan tentu menjaga perasaan. Terkadang banyak juga Sekda dalam satu acara dia pejabat yang paling tertinggi, Pak, Sekda itu. Jadi Baperjab penentuan jabatan itu adanya di situ. Jadi gubernur tentunya hanya menyetujui apa yang sudah diolah oleh Sekretaris Daerah. Untuk itu dalam acara-acara seremonial duduknya di belakang dia, Pak. Mungkin hal-hal yang semacam itu juga perlu menjadi bahan perhatian yang sangat mendalam, tidak hanya sekedar menempatkan tetapi kita harus melihat konsekuensi yang terjadi pada saat pelaksanaannya. Dan apakah yang dimaksudkan pengamanan kehormatan itu juga pengamanan kehormatan terhadap perasaan pejabat yang bersangkutan.

ARSIP D

PR RI

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

20

Mungkin masih banyak, Pak, ya cuma saya kalau dalam forum semacam ini sifatnya parsial, tetapi itu memberikan gambaran banyak, memang yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai substansi dari ketentuan yang ada di sini. Saya berkeyakinan bahwa nanti ini kan akan dilanjutkan dengan PP, Pak, dan pengaturan-pengaturan di daerah tentunya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Dan bahkan nanti pemerintah pusat setelah ada PP dan sudah diatur dalam peraturan daerah memang harus ada semacam pengarahan-pengarahan khusus kepada para pejabat protokoler yang melakukan di semua lini terkait sehingga punya persepsi pemahaman dan pelaksanaan yang sama. Seperti contoh tadi, yang disampaikan Anggota DPR atau Anggota DPD dari satu daerah dilibatkan dalam satu acara memang tadi, Pak, kalau dilibatkan di semua acara saya kira nanti tidak kerja, Pak, acara-acara di daerah ini banyak sekali, nanti makanya perlu ada pengaturan-pengaturan katakan Anggota DPR dari daerah pemilihan provinsi A Anggota DPD itu dilibatkan dalam acara-acara itu, acara-acara seperti apa yang memang punya keterkaitan secara substansi dengan posisinya itu, Pak.

F- PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Interupsi, Pak. Maksudnya bukan diundang dalam setiap event, Pak. Mohon maaf melalui Pimpinan, saya hanya usul, di daerah, di Pemda tersebut dibuat daftar list Anggota Dewan tetapi tidak harus diundang dalam setiap event. Jadi kalau eventnya ada keterkaitannya dengan nasional atau pusat bolehlah, tetapi kalau sifatnya hanya …(tidak dilanjutkan)… tetapi kalau hari jadi daerah tersebut, saya pikir perlu diundang, tetapi kalau cuma sifatnya tidak terlalu ini, jangan diundang. Jadi maksud saya dengan daftar itu maksudnya biar jelas kapan mereka diundang dan tidak ada alasan untuk tidak mengundang karena Anggota Dewan dari daerah tersebut kan merupakan representasi juga, dari Fraksi manapun ya, artinya bisa jadi dari Fraksi Demokrat tidak ada sama sekali tetapi dari Fraksi lain kan ada, itu harus diundang sebaiknya, terima kasih Pak.

WAWAN GUNAWAN (APPSI) Betul apa yang dimaksudkan, Pak, jadi supaya nanti pengaturan lebih lanjut untuk kepentingan pelaksanaan di daerah itu diakomodasi di dalam peraturan daerah, sehingga dalam peraturan daerah itu bisa mengakomodasi kepada hal yang tadi itu, Pak, semuanya. Selama ini di DKI Jakarta tentunya untuk event-event yang berkait dengan tugas Anggota DPD atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari daerah pemilihan di lingkup DKI itu akan diundang. Tetapi ada baiknya kalau itu tidak hanya sekedar pertimbangan-pertimbangan dari petugas protokol Pak, tetapi itu memang diatur di dalam acara protokolnya, kira-kira semacam itu. Barangkali itu Bapak Pimpinan dan Anggota yang saya muliakan, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih banyak atas masukan dari Bapak-bapak. Sebagai informasi kepada Pak Zul maupun Pak Wawan bahwa draft yang dibuat oleh DPR sudah diserahkan kepada Pemerintah kemudian oleh Pemerintah ditindaklanjuti, ada tiga kementerian yang bertanggungjawab dalam hal ini yang ditugasi oleh Presiden yaitu Kementerian Luar Negeri,

ARSIP D

PR RI

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RAPAT PANITIA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170428-064702...2017/04/28  · (RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.25) Kemudian perlu kita pahami bersama

21

Departemen Dalam Negeri, kemudian Kumham yang saat ini sudah dibahas oleh mereka dan saat ini ada di Sekretariat Negara. Kita melakukan K3-I komunikasi, koordinasi yang terus menerus dengan beliaunya yang tadi Bapak Zul sampaikan mereka sedang melakukan pengisian terhadap DIM yang nanti akan kita lakukan pada waktu raker kita bicara dengan Pemerintah, tentu sebelum itu minta masukan dari rekan-rekan sekalian. Nah tentu di sini kita dalam rangka tadi tata tempat merujuk kepada Undang-Undang RI No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan dari No. 8 Tahun 1974 tentang Kepegawaian, nah di sini kita melihat yang tadi Pak Wawan sampaikan bahwa memang belum ada satu pemahaman yang utuh menyeluruh di tingkat daerah. Tentang BI karena di sini dengan adanya perubahan itu ada 7 lembaga yang langsung statusnya sebagai lembaga negara, dia bukan perwakilan, tetapi dia perwakilan lembaga negara yang ada di daerah yaitu antara lain BI, Komnas HAM, KPK, PBI, kemudian LPSK, KPU, PPATK dan lain sebagainya ini, tujuh komponen.

Nah oleh karena itu, dari informasi timbal balik yang diberikan oleh rekan-rekan pada Bapak-bapak sekalian, kemudian dari Bapak-bapak sekalian menyampaikan masukan kepada kami tentunya dalam pelaksanaan pada hari ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Zul maupun Pak Wawan sebagai yang kami undang dengan ikhlas hadir serta rekan-rekan Pimpinan, anggota Pansus yang kami hormati, rapat pada hari ini yang sifatnya lobbying dan sounding semata namun penuh makna, mengapa demikian? Karena ada timbal balik informasi, ini banyak hal-hal yang kita bisa serap dimana dari pandangan dan pendapat serta masukan Bapak kiranya akan memenuhi apa yang Bapak inginkan sehingga RUU Protokol ini tidak pabaliut kasarannya, Pak.

Oleh karena itu kami selaku Pimpinan Rapat sekali lagi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Zulkarnaen maupun Pak Wawan selaku yang mewakili APEKSI maupun APPSI bilamana di dalam penyelenggaraan ini ada hal-hal yang merampas, sekali lagi pertemuan ini sifatnya yang tadi kami sebutkan lobbying dan sounding dan akan kita tindak lanjuti pada waktu yang akan diatur kemudian. Dan terima kasih pula kepada rekan-rekan Anggota Pansus atas kebersamaan, kesabaran serta ketekunannya dalam mengikuti rapat pada hari ini.

Dengan ini saya mengucapkan alhamdulillahirrabilalamin rapat kami nyatakan ditutup. Terima kasih Pak.

(RAPAT DITUTUP PADA PUKUL : 11.50 WIB) ( KETOK PALU 3 X )

Jakarta, 19 Mei 2010 a.n. KETUA PANSUS

RUU TENTANG PROTOKOL SEKRETARIS RAPAT,

ttd DRS. BUDI KUNTARYO.

NIP. 19630122 199103 1 001

ARSIP D

PR RI