dewan perwakilan daerah republik indonesia ... · pembangunan dan akuisisi bandara-bandara di...
TRANSCRIPT
Nomor : RISALAHDPD/SIPUR-5/X/2018
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
SIDANG PARIPURNA KE-5
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2018-2019
I. KETERANGAN
1. Hari : Kamis
2. Tanggal : 18 Oktober 2018
3. Waktu : 15.30 WIB - Selesai
4. Tempat : R. Rapat Nusantara V
5. Pimpinan Rapat : 1. DR (HC) Oesman Sapta (Ketua DPD RI)
2. Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. Nono Sampono, M.Si.
(Wakil Ketua DPD RI)
3. Prof. Dr. Ir. Hj. Darmayanti Lubis (Wakil Ketua DPD RI)
4. Drs. H. Akhmad Muqowam (Wakil Ketua DPD RI)
6. Acara : 1. Laporan Pelaksanaan Tugas Alat Kelengkapan DPD RI;
2. Pengesahan Keputusan DPD RI;
3. Pidato Penutupan pada Akhir MS I TS 2018-2019.
7. Hadir : Orang
8. Tidak hadir : Orang
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 1
II. JALANNYA SIDANG:
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Sebelum memulai Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah, marilah kita
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kepada para Anggota DPD serta seluruh
hadirin dimohon untuk berdiri dan kita bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
PEMBICARA: PADUAN SUARA DAN SELURUH PESERTA SIDANG
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Di sanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negriku.
Bangsaku Rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
SIDANG DIBUKA PUKUL 15.30 WIB
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 2
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih.
Hadirin dipersilakan duduk kembali.
Berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal, sampai
saat ini telah hadir 79 anggota, tugas 2, izin 8, yang sakit 3. Artinya, telah memenuhi
kuorum. Maka dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, senantiasa memohon
rahmat dan kasih Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Sidang Paripurna ke-5 Dewan
Perwakilan Daerah ini dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Sidang Dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara, Sidang Paripurna hari ini
mempunyai 3 agenda pokok, yaitu:
1. Laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan;
2. Pengesahan keputusan DPD RI; dan
3. Pidato penutupan pada akhir Masa Sidang I Tahun Sidang 2018-2019.
Pimpinan menyampaikan permohonan maaf karena sedianya kita mulai jam 1 tadi.
Rapat Panmus cukup seru tadi, jadi ya mundur dan jam 2 baru kita selesai tadi ya waktunya.
Oleh karena itu, tidak bisa dihindari waktunya mundur dan bagi teman-teman yang terlanjur
sudah pesan tiket, kami tahu betul dan oleh karena itu waktu kita memang sangat sedikit.
Oleh karena itu, marilah kita memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya, dengan
efisien, dan juga efektif sehingga teman-teman yang terlanjur pesan tiket itu juga tidak
dirugikan ya.
Sidang Dewan yang mulia, mengawali Sidang Paripurna hari ini perlu diingatkan
kembali penugasan kepada alat kelengkapan, khusunya dalam pelaksanaan fungsi legislasi
DPD RI. Komite I diharapkan dapat secara intensif melakukan pembahasan secara tripartit
dengan DPR RI dan pemerintah terkait dengan Rancangan Undang-Undang tentang Daerah
Kepulauan yang merupakan usul inisiatif DPD RI. Nanti kita dengarkan apa yang akan
disampaikan Ketua Komite I.
Pada Sidang Paripurna ke-4 DPD RI yang lalu, Komite IV dan BAP telah menerima
penugasan untuk melakukan pembahasan terhadap Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester
I 2018. Untuk itu, diharapkan Komite IV dapat melakukan tahapan penyusunan
pertimbangan DPD RI terhadap Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester I tersebut. Slain
itu, perlu diinformasikan pula sesuai hasil rapat Panmus ke-2 telah ditetapkan bahwa
Anggota DPD RI di daerah untuk Masa Sidang I Tahun Sidang 2018-2019 ini diperpanjang,
diulangi diperpanjang, yang semula dari tanggal 19 Oktober sampai dengan 4 November, 17
hari kalender, menjadi tanggal 19 Oktober berarti sampai tanggal 11 November, artinya 24
hari kalender. Nah ini berita gembira buat kita semua, artinya ada tambahan hari mengingat
teman-teman harus selama mungkin berhubungan dengan konstituen.
Sidang Dewan yang mulia, mari kita memasuki agenda laporan perkembangan
pelaksanaan tugas Alat Kelengkapan DPD dan pengesahan keputusan DPD. Selanjutnya
akan kita dengarkan laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan yang akan
diambil keputusan terlebih dahulu. Kesempatan pertama dipersilakan kepada Komite II
menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya.
Silakan Komite II.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 3
PEMBICARA: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (KETUA KOMITE II
DPD RI)
Terima kasih, Pimpinan.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Shalom.
Yang kami hormati pimpinan DPD RI, dan yang kami hormati Pimpinan Alat
Kelengkapan, serta para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang hadir,
dan kami hormati Sekretaris Jenderal DPD RI beserta para staf Sekretariat, rekan-rekan
media, hadirin sekalian yang berbahagia.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa
Ta'ala yang telah memberikan kita nikmat sehingga bisa hadir hari ini dalam keadaan sehat
walafiat. Dan pada kesempatan ini, izinkanlah saya mewakili Komite II untuk dapat
menyampaikan secara singkat mengenai poin-poin penting dari laporan pelaksanaan tugas
Komite II pada Masa Sidang I Tahun 2018-2019.
Untuk laporan perkembangan penyusunan kedua rancangan undang-undang usul
inisiatif dari Komite II, yakni Rancangan Undang-Undang Kedaulatan Pangan dan
Rancangan Undang-Undang Pelestarian serta Pemanfaatan Sumber Daya Genetik. Saat ini
tim ahli dengan dibantu oleh staf ahli serta legal drafter telah menyelesaikan penyusunan
draf naskah akademik dan kami dari Komite II sudah melakukan finalisasi terkait
penyusunan draf Rancangan Undang-Undang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya
Genetik serta Rancangan Undang-Undang Kedaulatan Pangan di mana selanjutnya kami
laporkan pada Sidang Paripurna ini akan diserahkan kepada PPUU untuk diharmonisasi pada
masa sidang berikut. Dan, kami harapkan pada Masa Sidang II besok itu bisa selesai dan bisa
disahkan di akhir tahun ini untuk kita bisa serahkan kepada DPR RI.
Di sini juga perlu kami sampaikan bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Komite II pada Masa Sidang I Tahun Sidang 2018-2019 ini telah melaksanakan kunjungan
kerja ke lembaga pemerintah berkenaan dengan penyampaian aspirasi daerah yang menjadi
ruang lingkup tugas Komite II. Antara lain:
1. Kunjungan ke Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah atau
LKPP di mana kami mendapat beberapa rekomendasi dan mengapresiasi serta
mendukung kinerja LKPP. Salah satunya adalah kami mendorong sosialisasi dan
penggunaan e-purchasing atau e-catalogue yang diinisiasi oleh LKPP sebagai
langkah peningkatan transparansi pengadaan barang dan jasa di Indonesia.
2. Kemudian, kunjungan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan. Beberapa
rekomendasi atas pelaksanaan tugas Kementerian Kelautan dan Perikanan salah
satunya adalah Komite II mendukung inisiatif dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk melaksanakan sosialisasi, asistensi, dan penyerahan izin kapal
tangkap ikan laut yang diselenggarakan tanggal 4 sampai 6 September 2018. Jadi
kalau kemarin Menteri Susi sempat mencak-mencak karena kami mendengar
langsung dari beliau, dari jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa
memang sudah dilakukan, begitu.
3. Kemudian, kunjungan ke PT Pertamina, ada beberapa rekomendasi. Salah satunya
adalah kami dari Komite II DPD RI mendukung upaya Pertamina dalam mendorong
dan mengawasi program BBM satu harga, khususnya di daerah 3T dengan
sinergisitas antara Kementrian ESDM dan PT Pertamina. Kemudian, Komite II DPD
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 4
RI juga mendukung upaya Pertamina dalam penyediaan SPBU reguler maupun SPBU
nelayan serta pasokan BBG. Dan, Komite II DPD RI juga mengapresiasi serta terus
mendukung upaya Pertamina dalam menjaga pasokan BBM di daerah-daerah
bencana.
4. Kemudian berikutnya yang keempat, kami berkunjung ke Kementerian Pertanian di
mana ada beberapa rekomendasi atas pelaksanaan tugas Kementerian Pertanian di
tahun 2019 adalah Komite II mengapresiasi partisipasi dan kontribusi Kementerian
Pertanian dalam peningkatan sektor pertanian. Juga kami mengapresiasi berbagai
prestasi yang sudah dicapai yang disampaikan oleh Menteri Pertanian selama 3 tahun
terakhir dalam mendorong penyempurnaan regulasi dan penataan SDM serta
manajemen dalam rangka menciptakan sektor pertanian sistematis, bebas, serta bersih
pungli dan korupsi. Dan, kami juga mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian
dalam mendorong surplusnya beberapa sumber-sumber hasil pertanian yang
kemudian kita pahami bahwa masyarakat petani perlu untuk kemudian didorong agar
kesejahteraannya bisa lebih baik lagi.
5. Kemudian kunjungan ke PT PLN, ada beberapa rekomendasi di mana kami Komite II
DPD RI mendukung rencana kerja PT PLN sesuai RUPTL 2018-2027 dalam upaya
peningkatan listrik di seluruh wilayah Indonesia. Dan kemudian, kami juga
mendorong upaya pengembangan serta pemanfaatan energi baru terbarukan untuk
pembangkit listrik sehingga mencapai target bauran energi 23%. Di sini juga kami
mendesak komitmen pemerintah dalam program Indonesia Terang yang sudah
dicanangkan agar dapat terealisasi di tahun 2019.
6. Kemudian di Angkasa Pura II, ada beberapa rekomendasi yang kami dorong. Pertama
adalah kami mendukung Angkasa Pura II untuk terus melakukan inovasi dalam
peningkatan fasilitas serta standar pelayanan bandara, tidak hanya di wilayah ibu kota
negara, tetapi juga di seluruh daerah di Indonesia. Kemudian juga mendorong
transformasi yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II dalam upaya untuk melakukan
digitalisasi serta pemanfaatan teknologi sehingga program smart airport di Indonesia
dapat terwujud. Kemudian juga, Komite II DPD RI mendukung rencana
pembangunan dan akuisisi bandara-bandara di wilayah Indonesia bagian barat dan
tengah agar terjadi penguatan koneksivitas antara daerah di Indonesia.
7. Kemudian yang ketujuh, kunjungan kami ke Kementerian Perhubungan. Beberapa
rekomendasi yang kita dapat bahwa yang pertama Komite II mengapresiasi kerja
keras dari Kementerian Perhubungan selama ini dalam membangun transportasi di
Indonesia, terutama tol laut dan terkait transportasi udara. Dan kemudian, Komite II
mendesak percepatan pembangunan infrastruktur transportasi di berbagai daerah,
terutama pelabuhan, bandara, dan terminal. Kemudian, Komite II juga mendorong
Kementerian Perhubungan untuk meningkatkan frekuensi dan kapasitas dari angkutan
perintis untuk menjaga konektivitas antara daerah.
8. Yang terakhir, kunjungan ke PT Pelindo II, beberapa rekomendasi yang kami dapat
adalah yang pertama, kita mendukung upaya PT Pelindo II untuk terus melakukan
inovasi dalam rangka meningkatkan fasilitas pelayanan pelabuhan, terutama terkait
masalah dwelling time yang selama ini dibicarakan. Komite II mendorong upaya
transformasi yang dilakukan oleh PT Pelindo II melalui pemanfaatan teknologi dan
digitalisasi dalam rangka mewujudkan target pelabuhan kelas dunia atau world class
port karena kita mengetahui selama ini keuntungan devisa yang harusnya langsung
masuk ke Indonesia ternyata lebih banyak dinikmati oleh negara tetangga kita
Singapura. Maka, kita mendorong agar Pelindo ini bisa terus maju agar kemudian
devisa yang selalu selama ini menjadi keuntungan bagi negara Singapura, itu bisa
tertarik menjadi pemasukan bagi negara kita Indonesia.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 5
Kemudian, perlu kami sampaikan pada Sidang Paripurna ini bahwa kami telah
menyelesaikan 2 pandangan pendapat rancangan undang-undang yang saat ini sedang
disusun oleh DPR RI:
1. Pandangan pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 mengenai Pertambangan
Mineral dan Batu Bara;
2. Pandangan pendapat terkait Rancangan Undang-Undang Sumber Daya Air yang saat
ini disusun oleh DPR RI.
Ada catatan yang kami ingin sampaikan di sini bahw 2 rancangan undang-undang
yang kita dimintakan untuk pandangan pendapatnya ini sebenarnya Komite II DPD RI pada
masa sidang yang lalu, pada periode yang lalu, sudah menyelesaikan 2 rancangan undang-
undang ini. Maka kami juga di Sidang Paripurna ini ingin mendorong agar apa-apa yang
pernah diselesaikan oleh DPD RI mudah-mudahan bisa diangkat kembali agar itu tidak
menjadi suatu file yang sia-sia.
Kemudian, beberapa poin terkait pandangan pendapat terhadap rancangan undang-
undang adalah sebagai berikut.
1. Terkait pandangan pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batu Bara, bahwa setelah melakukan kajian dan analisis terhadap substansi
Rancangan Undang-Undang tentang Minerba, DPD RI dengan ini menyatakan bahwa
Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral, dan Batu Bara secara umum sudah
mempertimbangan perubahan peraturan perundang-undangan, terutama Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Namun, masih ada beberapa aspek yang
belum diakomodasi di dalam Rancangan Undang-Undang Minerba ini, yaitu:
1) DPD RI memandang perlu ada ketentuan di dalam RUU Minerba untuk
memprioritaskan pengelolaan wilayah pertambangan kepada BUMN dan
BUMD sebagai bentuk nyata dari amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945. DPD berharap melalui norma hukum baru terkait pengusahaan sektor
pertambangan yang diatur dalam RUU Minerba, dapat mendorong
perekonomian nasional maupun perekonomian di daerah penghasil tambang.
2) DPD RI mendesak penambahan aturan mengenai pengawasan atas pelaksanaan
pengelolaan WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan) oleh pemegang IUP
(Izin Usaha Pertambangan). Eksplorasi batu bara yang lebih ketat, pemerintah
harus melakukan evaluasi setiap 6 bulan atas pelaksanaan IUP di mana
pemegang izin yang tidak mampu melaksanakan prinsip-prinsip usaha
pertambangan yang baik, wajib menyerahkan kembali sebagian atau seluruh
wilayah pertambangannya kepada pemerintah. Ini menjadi penting karena
beberapa IUP dianalisis telah berlaku lama sekali, tetapi belum ada kerja
tambang yang dilakukan.
3) DPD RI mendorong agar pembagian keuntungan yang tercantum pada RUU ini
diubah menjadi 2% kepada pemerintah dan 8% kepada pemerintah daerah, lalu
pemerintah provinsi mendapat bagian sebesar 1%, pemerintah kabupaten/kota
penghasil mendapat bagian 2,5%, kemudian ditambah 0,5% khusus untuk
masyarakat di wilayah tambang, dan pemerintah kota lainnya dalam provinsi
yang sama mendapat bagian 2,5%.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 6
2. Pandangan dan pendapat terhadap Rancangan Undang-Undang Sumber Daya Air,
bahwa setelah melakukan kajian dan analisis terhadap substansi RUU tentang Sumber
Daya Air, dengan ini DPD RI menyatakan bahwa ada beberapa kesimpulan:
1) DPD RI menilai Rancangan Undang-Undang Sumber Daya Air secara umum
sudah mengakomodir Rancangan Undang-Undang Sumber Daya Air usulan
DPD RI yang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air untuk
dipergunakan bagi kemakmuran rakyat dan sesuai dengan keputusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU/XI-2013 karena kita mengetahui bahwa
undang-undang sebelumnya terkait sumber daya air dibatalkan oleh MK dengan
nomor putusan yang tersebut tadi. Keputusan MK menegaskan bahwa
pemaknaan penguasaan negara terhadap bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
sebagaimana pandangan para pendiri bangsa, khususnya perumus Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai salah satu unsur
penting dalam kehidupan manusia yang menguasai hajat hidup orang banyak,
air dikuasai oleh negara. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam
penguasaan air diperlukan ada pembatasan yang sangat ketat sebagai upaya
untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan ketersediaan air. Rancangan
Undang-Undang Sumber Daya Air ini sudah sesuai dengan ketentuan keputusan
MK tersebut.
2) Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia menilai bahwa tujuan ini sudah
sangat sesuai dengan prinsip keadilan dan pembangunan yang berkelanjutan
serta mengedepankan prinsip kedaerahan. Rancangan RUU SDA memiliki
tujuan utama mengatur SDA yang bertujuan memberikan perlindungan dan
menjamin pemenuhan hak rakyat atas air, menjamin keberlangsungan,
keberlanjutan, ketersediaan air dan sumber air agar memberikan manfaat secara
adil bagi masyarakat, menjamin pelestarian fungsi air dan sumber air untuk
menunjang keberlanjutan pembangunan, menjamin terciptanya kepastian
hukum dan akses bagi pengawasan publik terhadap pemanfaatan air dan sumber
air, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pemanfaatan, menjamin
perlindungan dan pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat adat dalam
upaya konservasi air dan sumber air, dan mengendalikan daya rusak air secara
menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan.
3) DPD RI menilai putusan pidana bagi badan usaha dalam RUU Sumber Air
masih terlalu ringan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan agar ketentuan
pidana bagi badan usaha bisa diperberat.
Pimpinan DPD RI, Pimpinan Alat Kelengkapan dan Anggota DPD RI serta
Sekretariat Jenderal, sebelum kami dari Komite II menutup laporan perkembangan pada
Masa Sidang I ini, kami mohon pada Sidang Paripurna yang mulia untuk dapat mengesahkan
2 (dua) Pandangan Pendapat DPD RI, yaitu:
1. Pandangan Pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
2. Pandangan Pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang Sumber Daya
Air.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 7
Demikian, Pimpinan dan para Anggota, laporan perkembangan pelaksanaan tugas
Komite II pada Sidang Paripurna ke-5 Masa Sidang I Tahun 2018-2019 yang dapat kami
sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Atas
nama Pimpinan Komite II, kami akhiri.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Aji Mirza, Ketua Komite II sudah menyampaikan laporan dari
Komite II.
Sidang yang mulia, setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan Komite II
tentang pandangan dan pendapat DPD RI terhadap RUU tentang Sumber Daya Air; kedua,
pandangan dan pendapat DPD RI tentang RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Apakah kita dapat menyetujuinya?
Terima kasih.
KETOK 2X
Selanjutnya dipersilakan Komite III untuk menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugasnya.
PEMBICARA: DEDY ISKANDAR BATUBARA, S.Sos., S.H., M.S.P. (KETUA
KOMITE III DPD RI)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat Pimpinan DPD RI, Pimpinan Alat Kelengkapan serta Anggota DPD
RI, hadirin yang berbahagia.
Pada Sidang Paripurna yang mulia ini, perkenankan kami untuk menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI pada Masa Sidang I Tahun
Sidang 2018-2019, khususnya dalam rentang waktu tanggal 5-18 Oktober 2018. Adapun
program kegiatan yang menjadi prioritas pembahasan Komite III pada rentang waktu tersebut
adalah:
1. Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang
(Perlindungan, red.) Pekerja Migran Indonesia;
2. Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji, berkenaan terutama tentang penyelenggaraan ibadah
haji tahun 2018 dan kegiatan lainnya sebagaimana bidang tugas Komite III.
Pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017
tentang Perlindungan Pekerja Imigran Indonesia. Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk penyusunan materi pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang tersebut,
Komite III menemukan berbagai permasalahan, yaitu:
1. Pekerja Imigran Indonesia belum memenuhi kompetensi dan standardisasi yang
disyaratkan oleh pasar kerja internasional;
2. Kesiapan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja
bagi calon pekerja migran juga belum optimal;
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 8
3. Ketentuan kelengkapan dokumen bagi calon pekerja migran sesuai dengan
persyaratan masih belum sesuai dengan fakta yang ditemukan di mana masih terdapat
kasus pemalsuan dokumen kelengkapan berkas pekerja migran serta pemalsuan usia;
4. Belum semua daerah memiliki layanan terpadu satu atap bagi calon pekerja migran
dan sosialisasi tentang mekanisme prosedur penempatan pekerja migran Indonesia ke
luar negeri di kabupaten/kota sampai pada tingkat desa/kelurahan masih jauh dari
optimal;
5. Masih lemahnya kemandirian pekerja migran yang telah purna;
6. Belum optimalnya penanganan pekerja migran Indonesia nonprosedural, baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;
7. Belum diterbitkannya aturan turunan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Berdasarkan hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri, Komite III merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.
1. Mendorong pemerintah daerah untuk melakukan revitalisasi balai latihan kerja atau
UPT Pelatihan Kerja dalam rangka penguatan potensi melalui penetapan kebijakan
dan program kerja yang mengarah pada penyelengaraan pendidikan dan pelatihan
kerja luar negeri sesuai dengan standar kompetensi pasar internasional. Perlengkapan
sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan sesuai dengan perkembangan
teknologi dan peningkatan alokasi anggaran.
2. Mendorong pemerintah daerah wajib melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki
kebijakan program bagi pekerja migran Indonesia melalui langkah-langkah berikut,
yaitu: 1) sosialisasi persyaratan calon pekerja migran untuk ditempatkan di luar
negeri sampai pada tingkat kelurahan; 2) menyelenggarakan layanan terpadu satu atap
di masing-masing kabupaten/kota untuk mendukung efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pelayanan dan perlindungan pekerja migran Indonesia; 3)
mendesain kebijakan pengembangan teknologi informasi untuk kemudahan akses; 4)
menyusun program kerja kewirausahaan dan memberdayakan pekerja migran, baik
dalam bentuk corporate social responsibility, pelatihan, maupun kemudahan
mengakses kredit; serta 5) meningkatkan alokasi anggaran bagi penanganan pekerja
migran Indonesia bermasalah di provinsi yang menjadi transit pengiriman atau pos
lintas batas dengan negara tetangga.
3. Mendesak pemerintah untuk proaktif melakukan hal-hal berikut, yaitu: 1)
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moratorium di kawasan Timur Tengah,
khususnya tata kelola perlindungan pekerja migran; 2) perbaikan tata kelola
penempatan dan perlindungan pekerja asing di negara penempatan dan mekanisme
penyelesaian masalah, serta 3) mempercepat pembentukan perjanjian dengan negara
tujuan pekerja migran untuk menciptakan situasi kondusif di bidang ketenagakerjaan.
4. Mendesak pemerintah agar memastikan bahwa setiap calon pekerja migran Indonesia
mendapatkan proteksi asuransi dan kemudahan dalam klaim asuransi disertai premi
yang terjangkau oleh pekerja migran Indonesia. Selain itu, diperlukan kebijakan
afirmatif untuk penanganan asuransi bagi pekerja migran Indonesia nonprosedural
agar juga dapat terlindungi melalui program asuransi dengan mempertimbangkan sisi
hak asasi manusia.
5. Mendesak pemerintah agar memprioritaskan program percepatan penyusunan
penerbitan aturan turunan amanat dari Undang-Undang Pekerja Migran Indonesia
berupa 11 (sebelas) Peraturan Pemerintah, 2 (dua) Peraturan Presiden, 12 (duabelas)
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 9
Peraturan Menteri, dan 3 (tiga) Peraturan Kepala Badan terhitung paling lama dua
tahun sejak Undang-Undang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia diundangkan.
Pimpinan, Anggota DPD, hadirin yang berbahagia, berikutnya pengawasan DPD atas
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,
berkenaan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2018. Secara umum penyelenggaraan ibadah
haji tahun 2018 berjalan cukup baik dan patut apresiasi kinerja Kementerian Agama selaku
penyelenggara ibadah haji. Meskipun kualitas penyelenggaraan ibadah haji tahun 2018 cukup
baik, namun Komite III masih menemukan beberapa catatan persoalan penyelenggaraan
ibadah haji, di antaranya:
1. Masih kurangnya kualitas dan kapasitas tim pemandu ibadah haji daerah;
2. Panitia Pembantu Penyelenggara Ibadah Haji (P3IH) yang bertugas di embarkasi
dinilai masih terlalu sedikit jumlahnya.
3. Masih banyak ditemukan di Saudi Arabia, jemaah haji yang memiliki masalah
kesehatan dan beresiko tinggi.
4. Terkait dengan manasik haji, masih ditemukan permasalahan-permasalahan dalam
pelaksanaannya, yaitu: 1) letak lokasi Kantor Urusan Agama dan Kementerian
Agama di daerah secara geografis tidak selalu dekat dengan tempat tinggal calon
jemaah haji; 2) waktu pelaksanaan manasik yang terlalu dekat dengan keberangkatan;
3) keterlambatan distribusi buku panduan haji.
5. Permasalahan yang dihadapi terkait asrama haji dan embarkasi, yaitu menyangkut
kelembagaan. Terdapat persoalan koordinasi dan sinergi antara Kepala UPT Asrama
Haji dan pihak kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi sehingga berdampak
juga pada kualitas pelayanan.
6. Terkait dengan haji furoda, terdapat keluhan berkenaan dengan keterbatasan
wewenang pemerintah untuk mengatur haji furoda, tetapi di sisi lain haji furoda yang
terlantar juga harus dan meminta bantuan kepada pemerintah.
Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka dalam hasil pengawasan atas pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Ibadah Haji berkaitan dengan pelaksanaan
ibadah haji tahun 2018 (1439 H), Komite III merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.
1. Mendorong pemerintah untuk mendesak gubernur, walikota/bupati untuk:
a. memperbaiki mekanisme rekruitmen terhadap tim pemandu haji daerah dan
melakukan integrasi sistem pola seleksi petugas haji di pusat dan daerah;
b. membuka peluang rekruitmen TPHD dari berbagai unsur organisasi
kemasyarakatan islam, guru berprestasi, serta memprioritaskan rekruitmen TPHD
yang berjenis kelamin perempuan untuk melayani jemaah haji perempuan dan
lansia yang jumlahnya lebih banyak.
2. Mendesak pemerintah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas embarkasi dengan
didukung sarana dan prasarana yang memadai, seperti peralatan X-ray dan biomatrix,
serta klinik kesehatan embarkasi yang setara dengan klinik rawat inap.
3. Mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan bimbingan manasik haji dengan
membenahi hal-hal sebagai berikut:
a. mencari solusi untuk mengatasi kendala jarak tempat tinggal jemaah dengan KUA
seperti di daerah-daerah kepulauan;
b. mengupayakan agar penyelenggaraan manasik haji tidak dilakukan berdekatan
waktunya dengan jadwal keberangkatan;
c. mempercepat pendistribusian buku panduan manasik haji serta dibedakan antara
buku manasik haji untuk jemaah dan pembimbing haji; serta
d. melakukan standardisasi dan sertifikasi pembimbing manasik haji untuk
memastikan kualiatas serta kompetensi dari pembimbing manasik.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 10
4. Mendesak pemerintah agar menyediakan peralatan medis di csetiap embarkasi dan
asrama haji secara berkualitas serta berstandar Intensive Care Unit (ICU) untuk
mengatasi calon jemaah haji yang bermasalah kesehatannya;
5. Mendorong pemerintah untuk melakukan:
a. pendekatan G to G untuk layanan penginapan lebih dekat dengan tempat ibadah,
terutama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi;
b. Pengoptimalan lobi secara intensif dengan organisasi konferensi islam terkait
dengan kuota jemaah haji agar terdapat penambahan kuota jemaah yang sudah ada;
c. Pengelompokaan kloter berdasarkan zonasi provinsi untuk memudahkan
pelayanan; serta
d. Penerbitan regulasi yang dapat menjadi pertimbangan solusi dalam mengatasi
persoalan haji furoda dan kuota secara komperehensif; dan
e. Penambahan tenda dan MCK di Armina, bekerja sama dengan pemerintah Arab
Saudi, serta penambahan petugas haji Arab Saudi yang berasal dari mukimin
(orang Indonesia yang tinggal di Saudi Arabia).
Pimpinan, Bapak, Ibu Anggota DPD RI, Hadirin yang kami hormati, berdasarkan
hasil penyusunan program pengawasan yang telah kami sampaikan di atas melalui Sidang
Paripurna yang mulia ini, Komite III meminta kepada Pimpinan serta seluruh Anggota DPD
RI yang terhormat untuk dapat memutuskan dan mengesahkan beberapa materi Komite III:
1. Pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017
tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia;
2. Pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, berkenaan penyelenggaraan ibadah haji tahun
2018.
Demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI kami
sampaikan. Perkenankanlah kami mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh Anggota
serta Pimpinan DPD RI, serta semua pihak yang telah membantu penyelenggaraan kegiatan
tugas-tugas konstitusional Komite III. Kepada Allah kita mohon senantiasa mendapatkan
bimbingan dan rida-Nya. Kepada hadirin kami sampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangan.
Wabillahitaufik walhidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih Ketua Komite III Bapak Dedi Batubara sudah menyampaikan laporan,
walaupun laporan fisiknya masih belum tanda tangan, nanti diserahkan kembali.
Sidang yang mulia, kita bersama telah mendengarkan laporan Pimpinan Komite III.
Yang pertama, hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-undang Nomor 18 Tahun
2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Yang kedua, hasil pengawasan DPD
RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji, khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2018. Apakah kita
dapat menyetujui?
Terima kasih.
KETOK 2X
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 11
Selanjutnya dipersilakan Komite IV untuk menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas.
PEMBICARA: Dr. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah, dalam hal Pimpinan Sidang
Paripurna, yang saya hormati Bapak/Ibu Anggota DPD RI, Sekretariat Jenderal beserta
seluruh jajarannya, hadirin sekalian yang sama saya hormati.
Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian sehingga dapat
menghadiri Sidang Paripurna Ke-5 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia pada hari
ini. Atas nama Pimpinan dan segenap Anggota Komite IV menyampaikan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan dan ini kesempatan kedua dalam masa sidang ini kami
menyampaikan laporan perkembangan tugas Komite IV setelah pada masa sidang, setelah
pada Sidang Paripurna ke-4 yang lalu Komite IV telah menyelesaikan tugas, yaitu
pertimbangan terhadap Rancangan Undang-Undang APBN Tahun 2019. Dan, saya kembali
mengingatkan kepada Pimpinan DPD untuk surat yang kita kirim ke DPR RI agar dikawal.
Selanjutnya, perkenankan kami menyampaikan pandangan dan pendapat terhadap
Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2016
tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Berdasarkan konstitusi dan Undang-Undang MD3 serta
Tata Tertib DPD RI, maka setelah Pimpinan DPD RI meneruskan kepada Komite IV RUU
tersebut, pada tanggal 17 Juli 2018 yang lalu Komite IV telah melakukan proses pembahasan
sebagai berikut.
1. Melaksanakan kunjungan kerja ke kantor perwakilan BPK RI dan sekaligus berdialog
dengan Anggota 6 BPK RI beserta seluruh jajaran perwakilan BPK RI di Sulawesi
Selatan.
2. Melaksanakan rapat konsultasi dengan Pimpinan BPK RI yang dihadiri oleh Ketua
dan Wakil Ketua BPK RI didampingi pejabat Eselon I dan II pada tanggal 15 Oktober
yang lalu. Pada saat itu juga setelah rapat, disepahami atau disepakati awal untuk
melaksanakan MoU antara DPD RI dengan BPK RI di dalam menyusun tata cara
kelanjutan penanganan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK oleh DPD RI, apakah itu
dengan Komite IV maupun dengan BAP. Dan, kami merencanakan akan
melaksanakannya jika Pimpinan DPD telah setuju, itu pada minggu kedua Desember
tahun 2018 ini bersamaan dengan dilaksanakanya seminar nasional tentang mencari
format pengelolaan tindak lanjut LHP BPK RI.
Bapak/Ibu hadirin yang berbahagia, pokok-pokok pandangan dan pendapat DPD RI
ini kami susun setelah melalui kegiatan finalisasi dan dalam kegiatan finalisasi ini yang seru
karena ada satu/dua poin harus di-voting. Ini antara kubu partisan dan nonpartisan. Ya karena
diskusinya pada akhirnya meskipun hanya draf kita bahas, tetapi tidak bisa dihindari tidak di-
voting karena antara Bapak Prof. Jhon Pieris dengan Bapak Budiono misalnya ataupun
dengan Bapak Bambang Sadono ataupun dengan beberapa teman lainnya harus kita
mengambil kesimpulan, ya sudah kita voting saja. Kita lihat mana yang menang, nanti kita
lihat sebentar hal tersebut.
Yang pokok-pokok perubahan yang kami sepakati dan kita harapkan ditetapkan ini
adalah DPD RI memandang bahwa Rancangan Undang-Undang perubahan atas Undang-
Undang No 5 Tahun 2006 yang sedang dirancang saat ini dan sedang dibahas DPR sudah
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 12
seharusnya dibahas dan ditetapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yang kedua,
Rancangan Undang-Undang Perubahan atas Undang-Undang No 15 Tahun 2006 yang
diajukan oleh pemerintah diharapkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut, inilah
pandangan dan pendapat kita. Para konsideran mengingat memasukkan keputusan Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia tentang pandangan dan pendapat DPD RI ini di
dalam perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 2006 karena Undang-Undang BPK ini
sangat terkait langsung dengan eksistensi DPD RI. Menimbang juga kita harapkan kita
berpendapat bahwa memang undang-undang ini sangat perlu segera untuk dibahas.
b. Kewenangan BPK
Penambahan pasal yang menyatakan bahwa BPK dapat memberi mandat kepada
Anggota BPK dan/atau Pelaksana BPK di dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini
biasanya terkait dengan tindak lanjut LHP yang harus ditindaklanjuti.
c. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Masa kadaluarsa atas hasil temuan pemeriksaan yang memerlukan tindak lanjut harus
diatur dalam ketentuan peraturan perundangan ini secara jelas dan tegas karena inilah
yang banyak membuat daerah tersandung opini.
Hasil pemeriksaan BPK harus bersifat final dan mengikat sehingga tidak perlu
dilakukan pemeriksaan ulang oleh pihak-pihak lain. BPK adalah lembaga negara yang
satu-satunya dipercaya sebagai lembaga audit negara.
d. Keanggotaan BPK
Hal yang sangat substansial diusulkan oleh Komite IV, oleh kita diharapkan begitu.
1) DPR memilih calon Anggota BPK berdasarkan pertimbangan DPD RI, ini sudah
dalam undang-undang yang lama.
2) Menambah dua orang Anggota BPK RI dari internal BPK dengan
mempertimbangkan unsur profesional dan kompetensi untuk menjaga
kesinambungan tugas dan wewenang BPK. Seperti kita ketahui, Sembilan Snggota
BPK saat ini semua dari luar BPK dan belum pernah ada yang bisa lolos dari
internal BPK, sekalipun sangat profesional mereka.
3) Pemilihan Anggota BPK oleh panitia seleksi, di dalam RUU disebutkan panitia
seleksi dibentuk oleh presiden, kita berpandangan, kami berpandangan panitia
seleksi seharusnya unsur DPDR, DPD, dan pemerintah, akademisi, dan masyarakat
kalau dama RUU disebutkan panitia seleksi adalah pemerintah dibentuk oleh
presiden. Di Undang-Undang BPK 15, panitia seleksi di DPR. Karena itu, kita
mengusulkan supaya juga DPD masuk dalam panitia seleksi, panitia seleksi
administrasi dari awal.
4) Unsur Majelis Kehormatan Kode Etik BPK diharapkan lebih banyak dari unsur
BPK disebabkan Anggota BPK yang paling paham mengenai pelanggaran etika
atas pelaksanaan pemeriksaan.
e. Kemandirian BPK
BPK telah memiliki kemandirian dalam pemeriksaan, namun belum memiliki
kemandirian atas anggaran sendiri dan penerimaan tenaga sumber daya manusia yang
mempengaruhi kebebasan dari ketergantungan kebijakan pemerintah.
f. Yang menjadi perdebatan panjang yang tadi saya sebut voting, yaitu f adalah masa
atau calon Anggota BPK berapa tahun setelah tidak aktif di partai politik, 2 atau 5
tahun, dan kami sepakati 5 tahun, melalui voting. Jadi, 5 tahun setelah tidak menjadi
pengurus partai politik dapat menjadi calon Anggota BPK RI. Ini catatannya tentu
sangat sulit karena ada orang atau pihak-pihak yang merasa terhalangi masuk sebagai
calon Anggota BPK, tetapi ini sikap kita di Komite IV untuk menjaga independensi
dan keprofesionalan Anggota BPK terpilih.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 13
Bapak/Ibu serta hadirin sekalian yang kami muliakan, Pimpinan Sidang, materi lain
yang dibahas Komite IV ialah dalam masa sidang ini yang sudah selesai, yaitu usul inisiatif
Rancangan Undang-Undang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang sudah kami serahkan
kepada Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) untuk diharmonisasi yang anggaran
PPUU-nya masih diusahakan oleh Panitia Urusan Rumah Tangga bersama Pimpinan DPD
RI. Yang kedua, kami bahas dalam masa sidang ini dan belum selesai, yaitu pandangan dan
pendapat terhadap rancangan Undang-Undang Konsultan Pajak. Kedua materi tersebut akan
dilanjutkan pembahasannya pada masa sidang mendatang bersama materi lainnya yang
menjadi tema masalah kunjungan kerja atau reses Komite IV, yaitu:
1. Tindak lanjut Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2018 BPK RI. Insya
Allah akan kami selesaikan dalam Masa Sidang II.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang
RPJPN Tahun 2005-2025. Perlu diketahui saat ini pemerintah di Kementerian
Bappenas sedang merancang draf awal RPJMN 2019-2024 sekaligus dikaitkan
dengan rancangan pembangunan jangka panjang nasional.
3. Pengawasan kebijakan BUMD dan BUMDes sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 6
Tahun 2014 tentang Desa.
Bapak Pimpinan hadirin yang kami hormati, demikianlah hasil pembahasan Komite
IV yang dapat kami sampaikan dalam Sidang Paripurna yang terhormat ini. Selanjutnya,
kami minta kepada Sidang Paripurna untuk mengambil keputusan DPD RI tentang
pandangan dan pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Selanjutnya,
kami mengharapkan kepada Pimpinan DPD RI untuk mengkoordinasikan dan
mengkomunikasikan pandangan dan pendapat DPD RI yang berkaitan dengan Rancangan
Undang-Undang BPK ini. Demikian laporan pelaksanaan tugas Komite IV. Pada Bapak/Ibu
semua, selamat melaksanakan tugas kunjungan kerja dan reses di daerah pemilihan masing-
masing. Ingat kegiatan reses dan kunjungan kerja akan tentu dipantau oleh Bawaslu sebagai
bagian daripada masa kita sudah dalam masa kampanye. Jadi mari kita saling mengingatkan
ya, saling mengingatkan karena kita baca di surat kabar, Bawaslu melalui jaringannya akan
memantau masa reses anggota dewan, tentu termasuk kita.
Demikianlah dengan memohon maaf kalau ada kekurangan dalam penyampaian ini
dan terima kasih kepada Bapak/Ibu Pimpinan Anggota Komite IV yang luar biasa. Dalam
masa sidang ini, tingkat kehadiran di atas 80%, baik dalam rapat-rapat finalisasi, terutama
dalam kunjungan kerja.
Assalamualaikum warahmaullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Pimpinan Komite IV:
Saya, Ajiep Padindang.
Wakil Ketua: Bapak Ayi Hambali.
Wakil Ketua: Ibu Siska Marleni, dan
Wakil Ketua: Bapak Basri Salama.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 14
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI).
Terima kasih Ketua Komite IV Bapak Ajiep Padindang sudah menyampaikan laporan
dari Komite IV.
Sidang yang mulia, kita bersama telah mendengarkan laporan Pimpinan Komite IV.
Apakah kita dapat menyetujui pandangan dan pendapat Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang No.
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan?
Terima kasih
KETOK 2X
Selanjutnya dipersilakan kepada PPUU.
PEMBICARA: H.M. YASIN WELSON LAJAHA (KETUA PPUU DPD RI)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang
terhormat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, para hadirin yang sangat
berbahagia.
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga Sidang Paripurna pada siang
hari ini dapat terlaksana dengan baik. Sesuai dengan agenda Sidang Paripurna hari ini,
izinkanlah kami atas nama Anggota dan Pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang
menyampaikan pelaksanaan tugas Panitia Perancang Undang-Undang pada pertengahan
Masa Sidang I Tahun Sidang 2018-2019.
Sidang Paripurna yang mulia, sesuai dengan ketentuan Pasal 249 Ayat (1) Huruf i
Undang-Undang MD3, keterlibatan DPD RI dalam penyusunan Program Legislasi Nasional
diatur melalui Pasal 249 Ayat (1) Huruf i Undang-Undang MD3 sesuai bidang tugasnya yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Dalam penyusunan RUU Prolegnas Prioritas tahun 2019, PPUU juga memandang perlu
melakukan evaluasi terhadap Prolegnas Prioritas tahun 2018 untuk memperkuat landasan
penyusunan Prolegnas tahun ini. Sampai saat ini, dari 50 RUU yang telah ditetapkan sebagai
Prolegnas tahun 2018 sampai dengan pertengahan Agustus 2018 lalu, hanya 5 RUU yang
sudah ditetapkan menjadi undang-undang. Dari 5 RUU tersebut, tidak ada satu pun RUU
yang merupakan usul atau lingkup tugas DPD RI. Capaian legislasi yang minim tersebut
tentunya akan berdampak pada penyusunan Prolegnas tahun 2019, termasuk usul inisiatif
dari DPD. Sebagaimana kita ketahui bahwa terdapat 3 RUU yang menjadi Prolegnas 2018
merupakan RUU luncuran tahun 2017, sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan
pembicaraan di Tingkat I DPR RI, yaitu RUU tentang Wawasan Nusantara, RUU Ekonomi
Kreatif, dan RUU tentang Daerah Kepulauan.
Sidang Paripurna yang mulia, sebagaimana diatur pada Pasal 268 Ayat (1) Huruf a
Undang-Undang MD3, PPUU sebagai alat kelengkapan yang memiliki tugas dalam
perencanaan dan penyusunan Prolegnas, menindaklanjutinya dengan mengirimkan surat
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 15
kepada masing-masing pimpinan komite dan anggota agar mengajukan usul RUU untuk
Prolegnas Prioritas tahun 2019, dan prioritas tahun 2020 dan 2024. Hal ini ditujukan agar
setiap alat kelengkapan dan anggota secara aktif berpartisipasi dalam penyusunan Prolegnas
ini.
Dalam penyusunan Prolegnas Prioritas tahun 2019 ini, PPUU telah melakukan rapat
dengar pendapat dengan beberapa narasumber, terutama rapat dengar pendapat dengan
Badan Pembinaan Hukum Nasional. Dan dalam rapat tersebut, ada kesepahaman mengenai
usul RUU yang akan diajukan dalam Prolegnas Prioritas 2019 harus memenuhi beberapa
kriteria/syarat:
1. RUU dalam Prolegnas Prioritas tahun 2018 belum selesai pembahasannya atau
pembahasan RUU masih dalam pembicaraan di Tingkat I DPR RI;
2. RUU yang diusulkan memiliki naskah akademik dan draf RUU;
3. RUU telah disahkan dalam Sidang Paripurna DPD RI sebagai RUU Inisiatif DPD RI;
4. Judul RUU masuk dalam Prolegnas Jangka Menengah tahun 2015-2019.
Dari usulan RUU yang telah disampaikan kepada PPUU, telah dilakukan inventarisasi
dan analisa dengan hasil 6 RUU yang diusulkan menjadi Prolegnas tahun 2019 dan 3 RUU
merupakan luncuran dari Prioritas tahun 2018, yaitu RUU tentang Wawasan Nusantara, RUU
Ekonomi Kreatif, dan RUU tentang Daerah Kepulauan. Adapun 6 RUU baru yang diusulkan
dalam Prolegnas tahun 2019, yaitu:
1. RUU tentang Pengelolaan Kawasan Daerah Perbatasan yang diusulkan oleh Komite I;
2. RUU tentang Kegeologian yang diusulkan oleh Komite II;
3. RUU tentang Perlindungan Varietas Tanaman oleh Komite II;
4. RUU tentang Bahasa Daerah oleh Komite III;
5. RUU tentang Pengurusan Piutang Negara dan Piutang Daerah oleh Komite IV;
6. RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana oleh PPUU.
Selain 6 RUU tersebut, perlu kami sampaikan bahwa pada saat ini di Badan Legislasi
DPR telah dibahas RUU tentang Masyarakat Hukum Adat di Prioritas 2015-2019. RUU
tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat, berdasarkan informasi dari kegiatan
inventarisasi yang dilakukan oleh Baleg, yang mencuat dibutuhkan oleh daerah adalah
tentang hak ulayat. Oleh karena itu, PPUU memandang bahwa RUU yang diusulkan Baleg
ini secara substansi masih sangat kurang karena hanya mengatur tentang subjek daripada
masyarakat hukum adat, sedangkan objek, haknya masih minim. Sedangkan, Rancangan
Undang-Undang yang diusulkan oleh DPD, yang dihasilkan oleh DPD RI tentang RUU,
yaitu RUU tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat oleh yang diusulkan oleh Komite I
dan RUU Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat oleh PPUU. Kedua rancangan undang-
undang dari DPD RI tersebut, yaitu Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Hak
Masyarakat Adat dan Rancangan Undang-Undang tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum
Adat akan diusulkan dalam pengantar Pimpinan PPUU di dalam sidang tripartit pembahasan
Prioritas Tahun 2019. Hasil evaluasi Prolegnas TAhun 2018 yang dilakukan oleh PPUU
dapat kami sampaikan bahwa dalam penyusunan Prolegnas Prioritas Tahun 2019 ini akan
lebih berat karena pada Prolegnas Prioritas Tahun 2018 baru 5 rancangan undang-undang
yang disahkan menjadi undang-undang. Sehingga, jatah 5 rancangan undang-undang yang
telah disahkan tersebut yang akan diperebutkan oleh 3 lembaga, yaitu DPR, DPD, dan
pemerintah. Sedangkan, rancangan undang-undang yang masih dalam pembicaraan tingkat I
berjumlah 33 rancangan undang-undang, termasuk undang-undang usul dari DPD yang ada
dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2018, yaitu
1. Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara;
2. Rancangan Undang-Undang tentang Ekonomi Kreatif; dan
3. Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 16
Sidang Paripurna yang mulia, pada kesempatan ini PPUU melaporkan perkembangan
pelaksanaan tugas terkait rancangan undang-undang yang akan disusun oleh komite dan
PPUU pada tahun 2019. Dari hasil analisa PPUU, bahwa rancangan undang-undang yang
diusulkan oleh Komite dan PPUU harus senantiasa mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut.
a. Kewenangan DPD berdasarkan Pasal 22 (d) Undang-Undang Dasar 1945.
b. Analisa berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah dan
Daerah.
c. Keterkaitan dengan undang- undang lainya yang horizontal.
Hasil analisa ini telah disampaikan kepada komite terkait dalam rapat gabungan yang
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2018 kemarin. Dari hasil rapat gabungan, disepakati
rancangan undang-undang yang akan dibahas alat kelengkapan, yaitu:
a. Komite I mengusulkan:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang No. 43 Tahun
2008 tentang Wilayah Negara;
2. Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan Daya Saing Daerah.
b. Kemudian Komite II mengusulkan:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Jalan;
2. Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang No. 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran.
c. Komite III mengusulkan:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang No. 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan;
2. Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang No. 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
d. Kemudian Komite IV mengusulkan:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Penjaminan Usaha Kecil Menengah;
kemudian
2. Rancangan Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
e. PPUU mengusulkan Rancangan Undang-Undang tentang Partisipasi Masyarakat.
Melalui Sidang Paripurna yang mulia ini, kami mengharapkan bahwa usulan rancangan
undang-undang dari Komite dan PPUU tersebut dapat dijadikan sebagai rencana kerja bidang
legislasi untuk DPD RI pada tahun 2019.
Sidang Paripurna yang terhormat, sebelum menutup laporan perkembangan
pelaksanaan tugas PPUU pada Sidang Paripurna ini, perlu kami sampaikan juga bahwa
dalam rapat gabungan antara PPUU dengan Pimpinan Komite kemarin juga menyepakati
bahwa PPUU harus diberikan tambahan anggaran guna melaksanakan tugas konstitusinya,
yaitu melakukan harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi terhadap rancangan
undang-undang yang disusun oleh komite sehingga rancangan undang-undang yang telah
disusun oleh Komite dapat disahkan dalam Sidang Paripurna DPD pada masa sidang yang
akan datang.
Demikian laporan pelaksanaan tugas PPUU. Sebagai penutup laporan kami ini di
Sidang yang terhormat ini dapat menyepakati agar usul rancangan perolehan prioritas tahun
2019 sebagai keputusan DPD RI dan beberapa informasi lainnya yang penting kami
sampaikan yang ditindaklanjuti. Demikian.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 17
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang:
Prof. Dr. John Pieris, S.H., M.S. ditandatangani.
Wakil Ketua: H. Nofi Candra, S.E. ditandatangani.
Wakil Ketua: Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes. ditandatangani.
Wakil Ketua: H.M. Yasin Welson Lajaha ditandatangani.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Yasin yang telah menyampaikan laporan PPUU yang berkaitan
dengan tugas-tugas di Panitia Perancang Undang-Undang. Apakah dengan demikian kita
sepakat apa yang dilakukan oleh PPUU yang kemudian akan ditindaklanjuti di dalam proses
yang akan datang?
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Sedikit, Pimpinan, tanggapan.
PIMPINAN SIDANG: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan, Pak.
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Tadi mumpung disampaikan dari PPUU soal beberapa RUU yang sudah dibahas di
DPR, khususnya RUU tentang Wawasan Nusantara dan yang kedua Ekonomi Kreatif serta
Pemerintahan Daerah Kepulauan. Kemarin kami dapat informasi untuk RUU tentang
Ekonomi Kreatif itu DPR membahas bersama pemerintah tanpa melibatkan DPD. Padahal,
bahan RUU-nya dari DPD dan ini masih berlangsung di Komisi X DPR RI. Saya kira untuk
itu, Pimpinan, kalau bisa kita bersurat kembali kepada DPR untuk menegaskan Putusan MK
itu harus dibahas secara tripartit karena semestinya DPD yang membawakan RUU itu,
kemudian DIM-nya itu DPR dan pemerintah. Tetapi, dengan DPD yang membuat RUU-nya,
tetapi tidak dilibatkan dalam pembahasan, saya kira ini menjadi problem yuridis juga nanti
pada saatnya ketika RUU itu disahkan. Jadi sekadar catatan saja, Pimpinan, bagaimana untuk
menjaga kepastian RUU usulan DPD memang DPD dilibatkan sampai pengesahan.
Terima kasih, karena ini kemarin katanya, kemarin atau kemarin lusa ada rapat
membahas soal itu, infonya begitu.
Terima kasih.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 18
PIMPINAN SIDANG: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA DPD RI)
Baik, terima kasih Pak Pasek. Coba nanti kita cek. Sekretariat Jenderal tolong dicek
cari informasi ke DPR untuk memastikan apakah RUU tentang Ekonomi Kreatif sudah
dibahas. Kalau sudah, kita akan merespons. Kalau belum, kita juga akan merespons dengan
sesuai prosedur tripartit antara pemerintah, DPD, dan DPR.
Terima kasih, Pak Pasek.
Apakah kita setuju semua?
KETOK 2X
Baik, Ibu/Bapak sekalian, selanjutnya kita akan dengarkan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas dari alkel (alat kelengkapan, red.) yang tidak mengambil keputusan. Ini
waktunya sudah jam 6 kurang 2 setengah jam, jam 6 kurang seperempat Waktu Indonesia
Bagian Timur. Oleh karena itu, ini masih ada empat, apakah free memory tidak mungkin,
tetapi paling tidak diserahkanlah, paling tidak itu. Sehingga, ikan sepat ikan gabus, jika
diperkenankan cara seperti itu barangkali lebih efektif.
Silakan dari Komite I. Iya silakan, Pak Jacob Esau Komigi. Jadi kalau ke Afrika
Selatan tidak pernah ke sana, lihat dia sudah seperti presidennya sudah.
PEMBICARA: JACOB ESAU KOMIGI, S.H., M.M (WAKIL KETUA KOMITE I
DPD RI)
Laporan pelaksanaan tugas Komite I DPD RI Masa Sidang I Tahun Sidang 2018-
2019 pada Sidang Paripurna Ke-5 DPD RI hari ini Kamis 18 Oktober 2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Pimpinan DPD RI dan rekan-rekan Anggota DPD RI yang terhormat, hadirin serta
undangan yang berbahagia, dan seluruh rakyat Indonesia yang kami cintai. Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena atas limpahan karunia-Nya kita dapat
hadir semua dalam Sidang Paripurna hari ini.
Pada Masa Sidang I Tahun 2018-2019 ini Komite I telah melakukan rangkaian
program dan kegiatan dalam pelaksanaan tugas konstitusional yang kami emban. Tentunya
keseluruhan program tersebut didasarkan pada kebutuhan dan aspirasi yang berkembang di
daerah. Hal ini didasarkan pada komitmen DPD, khususnya Komite I untuk berjuang
bersama-sama bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat di daerah.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang terhormat, Sidang Dewan yang kami muliakan.
Perlu kami sampaikan dalam Sidang yang mulia ini, bahwa bentuk konkret pemihakan DPD
RI atas kepentingan daerah dapat terlihat dari serangkaian program yang telah dilaksanakan,
baik dalam rangka pelaksanaan kewenangan di bidang legislasi maupun pelaksanaan
pengawasan undang-undang sebagaimana yang telah kami laporkan dalam masa Paripurna
sebelumnya.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 19
Dalam pelaksanaan fungsi legislasi, Komite I telah menyusun rancangan undang-
undang yang kami sebut dengan nama Trisula Rancangan Undang-Undang yang berpihak
kepada daerah, yakni:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Pemerataan Pembangunan Daerah;
2. Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan; dan
3. Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Perbatasan.
Ketiga rancangan undang-undang tersebut sebagai bukti nyata keberpihakan DPD RI dalam
membela kepentingan daerah.
Demikian halnya dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan, Komite I telah
melaksanakan serangkaian kegiatan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang.
Pengawasan tersebut juga didasarkan pada realita dan dipotret langsung oleh DPD RI pada
saat reses maupun kegiatan-kegiatan DPD RI di daerah. Atas aspirasi masyarakat di daerah
tersebut, dalam Rapat Pleno Komite I, kemudian memutuskan untuk memfokuskan
pengawasan terhadap:
1. Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Aceh, yakni Undang-
Undang No. 11 Tahun 2016;
2. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Papua No. 21 Tahun 2001; dan
3. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Papua Barat No. 35 Tahun 2008.
Pemberian otonomi khusus bagi Papua sudah berjalan kurang lebih 17 tahun.
Demikian juga di Provinsi Aceh kurang lebih 12 tahun dan di Papua Barat kurang lebih 10
tahun. Dana otsus ini akan berakhir pada tahun 2017 untuk Provinsi Aceh dan 2021 bagi
Provinsi Papua dan Papua Barat. DPD RI memberikan perhatian khusus, terutama bagi
kesiapan ketiga provinsi tersebut serta arah kebijakan pemerintah pusat pascaberakhirnya
alokasi anggaran dana otsus tersebut.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang terhormat, selain fungsi legislasi dan fungsi
pengawasan, Komite I juga telah melakukan beberapa kegiatan advokasi dan audiens terkait
dengan aspirasi:
1. Adalah aspirasi pembentukan daerah otonomi baru yang hingga kini belum ada titik
terang kebijakan pemerintah. Padahal desakan aspirasi daerah sangat besar, terutama
melalui DPD RI. DPD RI sangat menyayangkan hingga saat ini peraturan mengenai
penataan daerah dan juga desain besar penataan daerah tak kunjung disahkan oleh
pemerintah.
2. Pada hari Rabu tanggal 17 Oktober 2018 Komite I melakukan audiensi dengan
menerima delegasi dari DPRD Kabupaten Manggarai Timur, membahas percepatan
penyelesaian batas wilayah pemerintahan antara Kabupaten Manggarai Timur dan
Kabupaten Ngada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Komite I akan menindaklanjuti
permasalahan batas wilayah pemerintahan antara dua kabupaten tersebut melalui
forum rapat dengar pendapat antara Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai
Timur dengan Kementerian Dalam Negeri.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang kami hormati, dalam kesempatan Sidang
Paripurna ini kami akan menyampaikan beberapa perkembangan pelaksanaan tugas Komite I
DPD RI pada Masa Sidang I Tahun Sidang 2018-2019 sebagai berikut.
A. Pembahasan tripartit terkait Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan.
Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan merupakan RUU inisiatif
DPD RI yang akan dibahas secara tripartit antara DPD, DPR, dan pemerintah. Hari
Senin, 8 Oktober 2018, Komite I memenuhi undangan dari pansus terkait Rapat Kerja
Pansus RUU tentang Daerah Kepulauan oleh DPR dan pemerintah. Adapun agenda
yang dibahas dalam rapat kerja tersebut: 1) keterangan DPD RI terhadap rancangan
tentang Daerah Kepulauan; 2) keterangan pemerintah terhadap Rancangan Undang-
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 20
Undang tentang Daerah Kepulauan; 3) pandangan fraksi-fraksi DPR RI terhadap
Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan; dan 4) pengesahan
mekanisme kerja dan jadwal acara rapat pembahasan Rancangan Undang-Undang
tentang Daerah Kepulauan. Dari 10 fraksi di DPR yang memberikan pandangan
terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan inisiatif DPR RI ini,
Alhamdulillah puji Tuhan seluruh fraksi mengapresiasi Rancangan Undang-Undang
tentang Daerah Kepulauan inisiatif DPR RI dan memberikan persetujuan untuk
dilanjutkan pembahasan dalam tingkat pertama. Namun demikian, yang menjadi
catatan DPD, dari pemerintah masih belum memberikan pandangan yang utuh
mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Kepulauan dan meminta waktu
melakukan konsolidasi, memberikan pandangan, serta Daftar Inventarisasi Masalah
atau DIM.
B. Penyusunan Rancangan Undang-Undang Pemerataan Pembangunan dan Daerah.
Perlu kami sampaikan dalam forum yang terhormat ini bahwa progress penyusunan
Rancangan Undang-Undang Pemerataan Daerah telah selesai dalam tahap uji sahih
yang telah dilaksanakan di empat perguruan tinggi, yakni Universitas Mitra Indonesia
di Provinsi Lampung, Universitas Terbuka Kota Ternate di Maluku Utara, Universitas
Pendidikan Muhammadyah Sorong Uni Muda di Sorong Papua Barat, Universitas
Sumatera Utara di Sumatera Utara. Harapannya adalah masa sidang berikutnya akan
menjadi prioritas Program Legislasi Nasional 2019 usulan DPD RI selain Rancangan
Undang-Undang tentang Pengelolaan Terpadu Kawasan Megapolitan Jakarta-Bogor-
Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur atau Jabodetabekjur dan Rancangan Undang-
Undang tentang Pemerataan Pembangunan Daerah.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang terhormat, terkait dengan komitmen perjuangan
DPD untuk mendorong lahirnya daerah otonom baru, maka Komite I telah menggelar rapat
dengar pendapat dengan pemerintah yang diwakili oleh Dirjen Otonomi Daerah Kementerian
Dalam Negeri, Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri yang juga Ketua Des Papua
Kemenko Pohulkam dan Deputi IV Kantor Staf Presiden. Selain itu, Komite I juga menerima
audiensi dari Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nasional (Forkonas) percepatan calon
daerah otonom baru, yang kemudian dilanjutkan dengan rapat konsultasi dengan Deputi V
Kantor Staf Presiden yang pada intinya ingin agar pemerintah segera menerbitkan Peraturan
Pemerintah tentang Penataan Daerah dan Peraturan Pemerintah tentang Desain Besar
Penataan Daerah.
Perlu kami sampaikan juga bahwa Komite I bersama Pimpinan DPD RI pada hari
Rabu pada tanggal 10 Oktober 2018 yang lalu melakukan rapat kerja dengan KPK RI yang
dihadiri langsung oleh Ketua KPK RI. Inti dari pertemuan rapat tersebut adalah: 1) secara
kelembagaan, DPD RI sepakat untuk membangun kerja sama sinergi dengan KPK RI dalam
rangka melakukan pencegahan korupsi di daerah; 2) DPD RI mendukung kerja-kerja
pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK, namun demikian harus dioptimalisasi
dengan program-program edukasi dan pencegahan korupsi sejak dini; 3) DPD RI
mengapresiasi dan mendukung perlibatan masyarakat dalam melakukan pencegahan
pemberantasan korupsi yang dipayungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat. Namun, DPD memberikan catatan
perlu diperhatikan untuk tetap memberikan perlindungan hukum dan keamanan penuh bagi
sang pelapor.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang terhormat dan Dewan yang saya muliakan,
demikian laporan pelaksanaan tugas Komite I pada Masa Sidang I Tahun 2018-2019.
Semoga apa yang telah kita kerjakan membawa keselamatan untuk seluruh rakyat Indonesia
bagi bangsa dan negara kita cintai. Atas perhatian kami sampaikan terima kasih.
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 21
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera.
Shalom
Om shanti shanti shanti om.
Jakarta 18 Oktober 2018.
Pimpinan Komite I:
Ketua: Benny Ramdani tertanda tangan.
Wakil Ketua: Fachrul Razi tertanda tangan.
Wakil Ketua: Fahira Idris tertanda tangan.
Wakil Ketua: Jacob Esau Komigi sudah tanda tangan.
Demikian, terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih Senator Jacob Esau Komigi yang sudah menyampaikan laporan dari
Komite I. Berikutnya BAP.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Pimpinan Rapat, Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, para
Pimpinan Alat Kelengkapan, beserta rekan-rekan senator, Anggota Dewan di seluruh
Indonesia dan para pejabat, hadirin, hadirat yang berbahagia. Dengan memanjatkan puji
syukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala Tuhan Yang Maha Esa, kami atas nama Badan
Akuntabilitas Publik Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sesuai dengan perintah
dari tata tertib dan hasil rapat-rapat yang memberikan kesempatan untuk menyampaikan
laporan kegiatan BAP.
Bapak dan Ibu yang kami hormati, berdasarkan tata tertib yang diberikan kepada
BAP, maka dari hasil Paripurna beberapa waktu yang lalu telah diserahkan oleh Pimpinan
kepada BAP hasil pemeriksaan BPK, LHP BPK, namun kami belum dapat melakukan secara
konkret karena menyangkut dukungan dana yang memang sudah tidak memungkinkan untuk
dilakukan. Oleh karena itu, menindaklanjuti hasil temuan BPK yang terindikasi merugikan
negara belum dapat dilaksanakan oleh BAP karena tidak tersedianya pagu anggaran. Kedua,
oleh karena itu dilakukan dengan kreativitas yang akan kami lakukan pertemuan internal
antara BAP dengan BPK RI, terutama aspirasi masyarakat terhadap subsidi listrik tahun 2016
dan 2017 serta proyeksi ke depan untuk menjadi perhatian oleh DPD kepada aspirasi yang
disampaikan oleh masyarakat. Namun, hal ini juga direncanakan tanggal 11 Oktober, tetapi
kebetulan Anggota BPK yang membidangi pemeriksaan hasil subsidi listrik tersebut masih
berada di luar negeri, maka akan ditunda dengan waktu yang akan kita sepakati.
Bapak dan Ibu yang kami hormati, BAP telah mendapatkan beberapa pengaduan dari
masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepada BAP dari tiga sumber.
Pertama, dari masyarakat secara langsung menyampaikan kepada DPD, baik secara langsung
maupun secara tertulis. Yang kedua, hasil disampaikan oleh Anggota BAP sesuai dengan
daerah yang diwakili melalui hasil reses dan masih langsung disampaikan kepada BAP.
Ketiga, dari suratnya langsung sampaikan oleh masyarakat kepada lembaga DPD dan
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 22
disposisi oleh pimpinan kepada BAP. Ini sumbernya tiga. Oleh karena itu, BAP selaku alat
kelengkapan di DPD melaksanakan fungsi tersebut sesuai dengan tata tertib berlaku. Yang
perlu dimaklumi, BAP bukan teknis dan bukan membuat undang-undang, tetapi
menyelesaikan persoalan-persoalan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat. Oleh karena
itu, berdasarkan evaluasi kita bahwa masyarakat merasa keberadaan DPD merasa eksis dan
merasa berpihak kepada masyarakat karena dari Papua sampai ke Aceh kita telah menerima
berbagai laporan-laporan pengaduan masyarakat yang Insya Allah telah dapat kita
komunikasikan dengan instansi terkait, dengan badan lembaga terkait, karena BAP
memegang fungsi pertama. Jika terjadi masalah itu bisa diselesaikan dengan dua kebijakan:
satu, kebijaksanaan; dua, dengan kebijakan. Kebijakan adalah ada rule of the game, ada
aturan-aturan yang ditetapkan. Tetapi melalui kebijaksanaan, selama tidak melanggar aturan,
maka itu bisa kita selesaikan. Sehingga dengan komunikasi kita yang intens dengan Menko
Perekonomian terhadap kasus yang terjadi di tengah masyarakat kita telah dapat mendorong
untuk terbitnya Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak
Sosial Kemasyarakatan dalam rangka penyediaan tanah untuk pembangunan nasional. Ini
bukan karena diproses oleh BAP, tetapi karena komunikasi BAP dengan pemerintah dengan
tidak ada aturan yang memayungi, maka kita sarankan ada payung untuk tidak melanggar
aturan, maka terbitlah Peraturan Presiden Nomor 62.
Selanjutnya kepada Bapak dan Ibu yang kami hormati, laporan-laporan yang telah
sampai kepada kita sampai hari ini dapat kita selesaikan 12 laporan pengaduan masyarakat
dengan cara melakukan RDP dengan melakukan kerja sama, terutama kita telah melakukan
kerja sama dengan Kepala Staf Presiden Republik Indonesia karena persoalan ini telah
menyangkut masalah-masalah yang prinsip secara berjenjang naik bertangga turun. Sehingga
berjenjang naik bertangga turun, kita memerlukan kebijakan dari Kepala Negara, maka
Alhamdulillah kita telah melakukan kerja sama dengan Kepala Staf Kepresidenan. Insya
Allah informasi-informasi masalah yang prinsip-prinsip yang memerlukan penanganan yang
secara sungguh-sungguh hadirnya negara, hadirnya pemerintah kepada masyarakat secara
langsung atau tidak langsung, Insya Allah ini telah mendapatkan komunikasi dan suatu
respons yang sangat positif. Namun, karena ini memerlukan langkah-langkah sehingga
tanggal 17 Oktober kemarin belum dapat mengambil keputusan karena pihak staf presiden
akan memanggil menteri-menteri yang terkait terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut grondkaart karena tidak ada satu pun yang dapat memberikan keaslian dari
grondkaart dan dasar hukum apa yang dipakai dalam undang-undang yang berlaku di negara
Republik Indonesia ini, maka ada satu saran agar kita dapat melihat aslinya grondkaart
tersebut serta implementasinya di negara-negara yang pernah dijajah oleh Belanda. Oleh
karena itu, hasil rapat keputusan BAP mengharapkan kiranya jika memang dukungan ada,
dukungan dana memungkinkan, maka kita perlu melihat aslinya grondkaart tersebut di
Belanda serta implementasi di negara-negara yang pernah dijajah oleh Belanda. Namun, ini
juga tergantung kepada dukungan dana. Jika dukungan dana tidak memungkinkan, adalah
sesuatu yang perlu juga kita renungkan secara bersama dan pengertian kita BAP cukup
sebagai lembaga yang sanggup menyelesaikan persoalan masyarakat, kenapa tidak mampu
menyelesaikan persoalan kita sendiri. Jika memang dana tidak memungkinkan, tidak ada
suatu desakan-desakan. Cuma BAP menyatakan bukan kekurangan dana, tetapi meminta
dana yang dilakukan oleh kegiatan BAP, jadi bukan minta tambahan dana. Supaya kita
memaklumi, BAP tidak pernah meminta tambahan dana, tetapi BAP minta didukung dana
untuk kegiatan yang real yang akan dilaksanakan.
Demikian, Bapak Pimpinan, yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini, jika
terdapat kekurangan dan kelemahan. 12 laporan masyarakat telah dapat kita selesaikan
dengan kreativitas tanpa menggunakan dana dengan melakukan rapat-rapat. Namun
demikian, masyarakat tidak merasa maksimal jika tidak kita temui secara konkret. Jika
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 23
terdapat kelemahan dan kekurangan dari laporan ini, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Secara lengkap dan konkret akan kami sampaikan kepada Pimpinan Badan
Akuntabilitas Publik Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Tertanda:
Ketua: Abdul Gafar Usman.
Wakil Ketua: H. Muhammad Idris.
Wakil Ketua: Mamberob Y. Rumakiek, S.Si., M.Kesos.
Wakil Ketua: H. Ahmad Nawardi, S.Ag
Demikian, Bapak dan Ibu yang kami hormati, jika terdapat kekurangan kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih Ketua BAP Bapak Abdul Gafar Usman sudah membacakan laporan dari
BAP. Berikutnya dipersilakan Badan Kehormatan (BK).
PEMBICARA: Ir. H. ABDUL JABBAR TOBA (WAKIL KETUA BADAN
KEHORMATAN/BK DPD RI)
Assalamualaikkum warrahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pimpinan DPD RI, yang saya hormati Pimpinan Alat
Kelengkapan serta seluruh Anggota DPD RI, yang saya hormati adalah pelaksana Sekretaris
Jenderal beserta seluruh jajarannya. Sebelum saya bacakan ini, mari saya ingin mengajak
mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala karena sore hari ini kita
masih diberikan kesehatan sehingga kita melaksanakan Sidang Paripurna yang ke-5, mudah-
mudahan Sidang Paripurna ini diberkahi oleh Allah Subhanahu Wataala.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati, pada Sidang Paripurna Ke-5 DPD RI ini
Badan Kehormatan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas yang telah dilakukan
sampai dengan akhir Masa Sidang I Tahun 2018-2019. Pada Rapat Pleno yang ke-4 Badan
Kehormatan tanggal 15 Oktober 2018 menyepakati:
1. Memutuskan kepada Anggota DPD RI asal Provinsi Sulawesi Sumatera Barat atas
Nama Jeffrie Geovanie terkait minimnya tingkat kehadiran pada rapat Alat
Kelengkapan sebagai berikut.
1) Memberhentikan sementara, saya ulangi, memberhentikan sementara Saudara
Jeffrie Geovanie dari keanggotaan DPD RI terhitung mulai tanggal 15 Oktober
2018 sampai dengan sidang etik Badan Kehormatan berikutnya.
2) Saudara Jeffrie Geovanie wajib menghadiri sidang etik berikutnya seperti yang
dimaksud pada angka pertama.
3) Saudara Jeffrie Geovanie dikenakan sanksi tambahan berupa:
a. Larangan untuk mengikuti kegiatan alat kelengkapan, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
b. Larangan untk mengikuti perjalan dinas.
2. Memutuskan terkait terkait dengan pengaduan dan temuan terhadap nggota yang
laporannya sudah masuk ke kepolisian, Badan Kehormatan menyepakati untuk
menunggu proses hukum yang sedang berjalan.
3. Terkait dengan anggota yang status tersangka dalam tingkat pidana khusus, Badan
kehormatan memberikan rekomendasi kepada Sekretaris Jenderal DPD RI untuk
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 24
membayarkan hak-hak keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak
membayarkan kegiatan dalam, saya ulangi, dan tidak membayarkan kegiatan dalam
negeri maupun reses.
Hadirin yang saya hormati, sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Kehormatan dalam
rangka harkat, markat, martabat lembaga terkait kedisiplinan, Badan Kehormatan akan
memformulasikan reward dan punishment terkait tingkat kehadiran Anggota DPD RI dalam
rapat atau sidang setiap alat kelengkapan yang bekerja sama dengan alat kelengkapan
masing-masing. Hal ini kami lakukan untuk menjaga kedisiplinan masing-masing anggota di
mana rapat dan sidang merupakan sebuah jembatan bagi kepentingan konstituen dan daerah
yang diamanatkan kepada Anggota DPD RI. Badan Kehormatan telah melakukan verifikasi,
rekapitulasi kehadiran anggota dengan semua Kepala Bagian Alat Kelengkapan DPD RI
untuk memverifikasi hasil rekapitulasi kehadiran anggota. Dari hasil verifikasi tersebut,
Badan Kehormatan telah memutuskan untuk memberikan teguran lisan dan teguran tertulis
kepada anggota yang tingkat kehadirannya sangat kurang sekali dalam bulan Januari sampai
dengan saat ini. Kami memberikan aspirasi, saya ulangi, kami memberikan apresiasi kepada
anggota yang rajin di dalam rapat kelengkapan dan juga kami mengimbau kepada anggota
yang masih kurang kehadirannya dalam rapat agar dapat meningkatkan kehadirannya dalam
rapat dikarenakan karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban kita semua.
Hadirin yang berbahagia, demikianlah apa yang kami laporkan pada sidang hari ini.
Mudah-mudahan ada manfaatnya. Sekian.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Pimpinan Badan Kehormatan:
Mervin S. Komber sebagai Ketua.
Oni Suwarman Wakil Ketua.
Hendri Zainuddin sebagai Wakil Ketua.
Abdul Jabbar Toba sebagai Wakil Ketua.
Semuanya ditandatangani.
Demikian, terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Abdul Gafar, ulangi, Pak Abdul Jabbar Toba ya sudah membacakan
laporan dari BK.
Sidang Dewan yang mulia, sebelum kita mulai dengan agenda berikutnya, yaitu
laporan dari PURT, maka apakah disetujui untuk laporan dari PURT tertutup? Setuju
tertutup.
KETOK 2X
Mohon untuk para hadirin yang bukan anggota dipersilakan untuk, selanjutnya
dipersilakan Pimpinan PURT untuk menyampaikan laporan.
[LAPORAN PURT]
SIDANG TERTUTUP
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 25
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Ahmad Budiono sudah menyampaikan laporan dari PURT.
Sidang Dewan yang mulia, selanjutnya saya buka kembali sidang ini secara terbuka
untuk umum.
KETOK 2X
Sidang Dewan yang mulia, sebelum menutup Sidang Paripurna kali ini dan sebelum
kita semua kembali ke daerah, diminta untuk seluruh anggota agar lebih peka dalam
menyikapi berbagai kondisi yang berkembang di masyarakat dalam kurun waktu akhir-akhir
ini. Pada masa kegiatan anggota di daerah kali ini, diminta agar seluruh anggota agar dapat
memberikan lebih perhatian terhadap berbagai fenomena bencana alam yang terjadi di
berbagai wilayah Indonesia dan gejolak sosial di tahun politik ini, termasuk yang tadi
diingatkan Ketua Komite IV. Karena kita juga ikut di dalamnya, tentu pelaksanaan pemilihan
umum Bawaslu terutama akan selalu mengawasi segala kegiatan kita.
Bencana gempa dan tsunami yang baru saja terjadi di berbagai daerah, seperti
Provinsi Sulawesi Tengah, Palu, Sigi, dan Donggala, maupun Provinsi NTB, Lombok, dan
Provinsi Jawa Timur, Situbondo yang telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-
luka, serta kerugian harta benda yang perlu diberikan perhatian khusus. Terutama, upaya-
upaya pascapemulihan bencana. Untuk itu, kami berharap khususnya provinsi-provinsi yang
daerahnya ditimpa musibah bencana gempa, tsunami, banjir, longsor kiranya dapat
memberikan bantuan semaksimal mungkin sekaligus melakukan pengawasan terhadap proses
penyaluran bantuan korban, serta upaya recovery pascabencana.
Ini ada laporan kebetulan dari Ibu Baiq saudara kita dari NTB, ada info misalnya ada
bantuan dari pemerintah, dari lembaga-lembaga, baik dalam maupun luar negeri maupun dari
masyarakat. Nah yang terakhir ini ada kasus, misalnya masyarakat sudah diberikan buku
tabungan 50 juta, tetapi tidak bisa dicairkan. Nah ini mungkin tolong nanti ini bagian catatan
kita, terutama teman-teman yang ada di daerah bencana.
DPD RI juga memandang perlu bahwa upaya-upaya litigasi bencana sudah diterapkan
lebih awal sebelum bencana itu datang mengingat kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
tersebut tidaklah sedikit. Di samping itu, DPD RI juga meminta kepada pemerintah dan DPR
untuk secara serius menindaklanjuti RUU perubahan tentang Penanggulangan Bencana yang
pernah diusulkan oleh DPD RI pada tahun 2017 yang lalu.
Menyambut masa kampanye Pilpres 2019, DPD RI juga mengimbau kepada semua
pihak agar tidak menyampaikan berita-berita hoax yang justru hanya memecah-belah
persatuan dan kesatuan bangsa. Elite-elite politik hendaknya dapat memberikan pendidikan
politik yang santun dan beretika kepada masyarakat bahwa ajang pemilihan presiden 2019
dan Pemilu yang damai dan penuh dengan semangat kekeluargaan dalam rangka membangun
bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini. Semoga tidak ada lagi hal-hal negatif yang
dialamatkan ke masing-masing kontestan maupun pendukung. Untuk itu, kepada Anggota
DPD RI yang akan turun ke daerah masing-masing diharapkan dapat memberikan pendidikan
politik juga kepada masyarakat, sekaligus memberikan advokasi agar pesta demokrasi dapat
berjalan dengan aman, damai, dan tertib karena stabilitas daerah juga dapat menopang
stabilitas nasional yang akan berdampak pula pada stabilitas ekonomi nasional. Oleh karena
SIDANG TERBUKA
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 26
itu, DPD RI berharap agar semua daerah dapat menjaga situasi tetap kondusif sehingga tidak
mengganggu kehidupan masyarakat, khusunya di daerah.
Menyikapi perkembangan ekonomi global saat ini, DPD RI juga meminta kepada
pemerintah untuk menyiapkan langkah strategis dalam meredam dampak bagi masyarakat,
khususnya di daerah. Keterpurukan ekonomi global yang berimbas terhadap kenaikan dolar
tentu dapat berpengaruh kepada perkembangan ekonomi nasional, khususnya bagi pengusaha
kecil dan menengah. Untuk itu, DPD RI meminta pemerintah agar secara simultan dapat
terus menyusun kebijakan yang mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi kecil
menengah. Langkah pengembangan sentraproduksi secara khusus di masing-masing daerah
dapat dijadikan strategi awal pengembangan ekonomi daerah.
Sidang Dewan yang mulia, pada Rapat Panmus tadi pagi telah disepakati jadawal
Masa Sidang II Tahun Sidang 2018-2019 akan dimulai pada tanggal 12 November 2018 dan
akan berakhir pada tanggal 20 Desember 2018. Apabila kita mencermati betapa singkatnya
masa sidang tersebut, maka kami mengimbau kepada seluruh anggota, baik secara
perseorangan maupun kerja-kerja di alat kelengkapan agar lebih fokus dalam melaksanakan
fungsi legislasi, pengawasan, maupun representasi sehingga seluruh agenda dapat
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Para Anggota Sidang Dewan yang mulia, sekali lagi kami dari meja Pimpinan
mengucapkan selamat menjalankan tugas di daerah. Semoga amanah yang kita emban dapat
dilaksanakan sesuai dengan harapan masyarakat dan daerah, serta senantiasa berada dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT. Kami informasikan bahwa pelaksanaan
Sidang Paripurna ke-6 dengan agenda pembukaan Masa Sidang II Tahun Sidang 2018-2019
dan laporan kegiatan Anggota DPD RI di daerah pemilihan akan dilaksanakan pada tanggal
12 November 2018.
Demikianlah kita telah melalui seluruh rangkaian agenda persidangan hari ini.
Sebagai penutup, marilah kita berdoa bersama agar dalam pelaksanaan tugas kita ke depan
dapat berjalan dengan baik dan lancar serta mendapat rida Allah SWT Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Berkenaan dengan hal tersebut, dimohon kesediaan saudara H. M.
Yasin Welson Lajaha dari Provinsi Sulawesi Tenggara untuk memandu dengan doa. Di
persilakan.
PEMBICARA: H. M. YASIN WELSON LAJAHA (SULAWESI TENGGARA)
Bismillahirrahmanirrahim
Hadirin Sidang Paripurna yang mulia, marilah sejenak kita menghubungkan pikiran,
perasaan, hati, dan nurani kita kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Semoga pelaksanaan sidang
paripurna ini dan kegiatan selanjutnya mendapatkan berkah dan bimbingan dari Allah SWT.
aamiin.
[MEMBACA AL-FATIHA]
Wahai Zat yang seluruh jiwa raga kami dalam kekuasaan-Mu, Wahai Zat yang
seluruh kegiatan kami dalam kendali-Mu, Wahai Zat Yang Maha Agung, Yang Maha Dari
Segala Maha, kumohon kepada-Mu berkatilah acara ini dan berikanlah selimutan cahaya
kasih sayang-Mu, cahaya kekuatan, cahaya kesehatan untuk mengiringi langkah kami dalam
melaksanakan tugas kami ke depan, yakni reses. Semoga negeri ini senantiasa dalam
perlindungan-Mu, semoga masyarakat Indonesia senantiasa dalam kedamaian. Engkaulah
segalanya dalam hidup kami, Engkaulah nafas kami, Engkaulah pikiran kami, Engkaulah
perasaan kami, Engkaulah hidup kami dan segalanya dalam hidup kami adalah Engkau,
Engkaulah pengendali dari segala pengendali. Kumohon sekali lagi Wahai Tuhan Yang
SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2018-2019
KAMIS, 18 OKTOBER 2018 27
Mahakuasa, berikanlah limpahan berkat dan rahmat-Mu kepada negeri kami, berikan rahmat
dan berkat kepada seluruh masyarakat Indonesia, dan berikanlah lindungan dan selimutan
kasih sayang-Mu ke dalam jiwa kami.
[DOA DALAM BAHASA ARAB]
Terima kasih.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Purn). Dr. NONO SAMPONO, M.Si. (WAKIL
KETUA DPD RI)
Terima kasih saudara H.M. Yasin Welson Lajaha yang sudah memandu kita dengan
doa. Akhirnya dengan mengucapkan Alhamdulillah, Sidang Paripurna ke-5 kami tutup.
Wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Shalom.
Om shanti shanti shanti om.
Namo buddhaya.
KETOK 3X
SIDANG DITUTUP PUKUL 17.18 WIB