dewan perwakilan daerah republik indonesia ... fileanggota komite ii yang pertama bapak pendeta...
TRANSCRIPT
Nomor: RISALAHDPD/KMT.II-RDPU/I/2017
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM
KOMITE II DENGAN IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA (IAGI)
MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016-2017
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
I. KETERANGAN
1. Hari : Selasa
2. Tanggal : 31 Januari 2017
3. Waktu : 13.46 WIB – 16.00 WIB
4. Tempat : R. Sidang Komite II
5. Pimpinan Rapat :
1. Parlindungan Purba, S.H., M.M. (Ketua)
2. Anna Latuconsina (Wakil Ketua)
3. Aji Muhammad Mirza Wardana, S.T. (Wakil Ketua)
6. Sekretaris Rapat :
7. Acara : Membahas Penyusunan RUU tentang Geologi dengan tema
peran geologi terbarukan dalam pembangunan insfrastruktur
di daerah.
8. Hadir : Orang
9. Tidak hadir : Orang
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 1
II. JALANNYA RAPAT :
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Para Bapak tamu narasumber, kita mulai Pak ya?
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Bapak Ibu Anggota Komite II yang saya hormati, yang terhormat Ketua Umum
Ikatan Ahli Geologi Indonesia beserta rombongan yang saya hormati. Pertama-tama kami
ucapkan selamat datang kepada Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia selaku
narasumber dalam rapat dengar pendapat umum terkait dengan penyusunan Rancangan
Undang-Undang tentang Geologi oleh Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia. RDPU kali ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan-masukan dari
stakeholder terkait dengan penyusunan rancangan undang-undang dimaksud. Adapun tema
rapat kali ini adalah peran geologi dalam pembangunan infrastuktur di daerah, yang terus
terang kalau di daerah saya tidak begitu terasa, Pak, kalau di Kaltim.
Bapak Ibu Anggota Komite II yang saya hormati, Indonesia adalah negara dengan
gugusan pulau terbesar di dunia. Saat ini akses penghubung antarpulau tersebut sebagian
besar masih menggunakan akses laut yang lebih lama dan memakan biaya yang besar
sehingga untuk menunjang kegiatan pembangunan dan perekonomian antarpulau diperlukan
adanya akselerasi pembangunan infrastruktur, seperti jalan dan jembatan. Begitu juga dengan
pembangunan infrastruktur dalam rangka memperkuat ketahanan pangan kita melalui
pembangunan bendungan, waduk, embung, dan lain lain. Wilayah Indonesia yang banyak
patahan-patahan bumi tidak mungkin kita hindari dalam pembangunan bendungan maupun
waduk. Oleh karena itu, data-data maupun informasi kegeologian sangat diperlukan dalam
rangka mengantisipasi bagaimana patahan-patahan tersebut tidak mengganggu infrastuktur
pembangunan.
Pemerintahan Presiden Jokowi sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur
untuk mengejar ketertinggalan kita dengan negara-negara lain dan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi melihat kondisi geologi maupun topografi Indonesia. Kiranya peran
geologi menjadi hal yang wajib diperhatikan dalam perencanaan pembangunan maupun
pemeliharaan infrastuktur. Selama ini geologi baru diperlukan jika terjadi bencana alam. Itu
yang selama ini terjadi yang menyebabkan kerusakan infrastuktur. Padahal, kita tahu
seharusnya geologi itu juga harus dilibatkan pada saat perencanaan pembangunan pada saat
pembangunan infrastruktur guna mengantisipasi atau mitigasi bencana yang sangat
berpengaruh terhadap konstruksi infrastruktur. Jika terantisipasi dengan baik, efek bencana
alam pada bangunan-bangunan infrastuktur dapat dicegah dan di-manage dengan baik. Jadi
pada dasarnya geologi semestinya menjadi panduan atau guidance bagi pembangunan
infrastruktur.
Bapak dan Ibu Anggota Komite II yang saya hormati, pada RDPU kali ini kita akan
mendengar pandangan dari Ikatan Ahli Geologi yang sangat berkompeten dalam bidang
RAPAT DIBUKA PUKUL 13.46 WIB
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 2
kegeologiannya sebagai bahan bagi kita untuk memperkaya muatan-muatan materi yang
nantinya diatur dalam Rancangan Undang-Undang tentang Geologi. Mungkin sebelum
dimulai Pak, izinkan saya memperkenalkan teman-teman yang hadir dari para senator yang
mewakili daerah di DPD RI. Anggota Komite II yang pertama Bapak Pendeta Marthen dari
Provinsi Sulawesi Barat, kemudian Bapak Lalu dari NTB, Bapak Anang Prihantoro dari
Lampung, kemudian Ibu Denty dari Jawa Tengah, dan Bu Permana dari Kalimantan Tengah.
Oh ya mohon maaf Pak, Pak Marhany Pua dari Sulawesi Utara, dan saya Aji Mirza
Wardhana dari Provinsi Kalimantan Timur, plus masih mewakili Kaltara Pak.
Baiklah kami persilakan kepada narasumber Bapak-bapak sekalian untuk
menyampaikan paparannya dan setelah itu nanti kita lanjutkan dengan diskusi. Silakan Pak,
waktu dan tempat kami persilakan.
Terima kasih.
PEMBICARA: Ir. SUKMANDARU PRIHATMOKO, M. ECON. GEOL.
(NARASUMBER)
Baik, terima kasih Pak.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih untuk undangan yang disampaikan kepada
kami Ikatan Ahli Geologi dari DPD. Kami juga mengucapkan apresiasi yang sangat tinggi
Pak ya tentang pembahasan Undang-Undang RUU Geologi ini karena mungkin sebagai
background saja bahwa sebenarnya Ikatan Ahli Geologi sekitar tahun 2005 juga sudah
mengajukan usulan untuk membahas atau menyusun Undang-undang Geologi ini. 2005
betul, waktu itu kita sudah sampai, bahkan kita menyurat ke presiden segala waktu itu, cuma
memang tidak terlalu mengikuti follow up-nya seperti apa. Kemudian tahun 2014 kemarin,
kita coba olah lagi, kita dorong lagi sampai kita mendapat undangan dari DPD ini yang saya
rasa bagus sekali, jadi klop. Saya tidak, kita tidak tahu apakah ini berkaitan dengan usulan
kami sebelumnya ataukah betul-betul independen tersendiri ya. Tetapi tidak masalah, yang
penting substansinya bahwa masalah kegeologian, lingkup kegeologian memang perlu
dibikinkan undang-undangnya begitu ya untuk mengatur permasalahan atau hal-hal yang
berkaitan dengan kegeologian tersebut.
Nah mungkin ada baiknya begini, jadi undangan tadi kan memang agak spesifik
tentang infrastruktur Pak ya. Jadi kita akan mulai dari yang umum dulu, apa yang waktu itu
pernah kita usulkan, mungkin tidak panjang-panjang, plus kita tambah-tambah juga dengan
masukan terkini. Kemudian nanti yang topik kedua adalah yang berkaitan dengan
infrastruktur.
Nah sebagai perkenalan juga, Pak, jadi kami sekarang hadir berenam. Yang pertama
saya sendiri Sukmandaru Prihatmoko sebagai Ketua Umum IAGI, kemudian di samping kiri
Pak Imam Sadisun sebagai Ketua Bidang Geologi Teknik dan Hidrogeologi IAGI, kemudian
di sebelah kanan saya Pak Singgih Widagdo itu sebagai Ketua Bidang Kebijakan Publik
IAGI, kemudian di sebelah kanan lagi Pak Anif Punto Utomo sebagai Ketua Bidang Humas
dan Publikasi IAGI, di samping kiri sedikit jauh ada Pak Herman Darman dari Forum
Sedimentologi Indonesia dan juga dari PP IAGI ya, satu lagi Pak Sofyadi Rozin dari PP
IAGI, ini sesepuh kita di IAGI yang sudah lama sekali berkecimpung di PP IAGI. Jadi nanti
yang sesi kedua Pak Imam Sadisun memang yang membidangi Geologi Teknik dan
Hidrogeologi yang akan memberikan paparan terkait dengan infrastruktur.
Saya akan mulai dengan yang umum dulu tentang Undang-Undang Geologi, apa yang
pernah kita usulkan sebelumnya ya. Jadi ini topiknya dua, secara umum RUU Geologi yang
pernah kita usulkan dan latar belakang serta keterlibatan IAGI waktu itu sampai sekarang,
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 3
kemudian yang kedua tentang peran geologi dalam pembangunan infrastruktur. Tadi
kayaknya diarahkan pembangunan infrastruktur daerah Pak ya. Mungkin nanti Pak Imam
bisa nambah-nambahi daerahnya Pak.
Berikutnya, nah dari yang umum dulu Pak, mungkin kita bicara tentang scope biologi
dulu Pak. Kalau kita bicara geologi, kita mesti kembali ke topik utamanya adalah bumi Pak
ya. Jadi, kenapa Pak? Jadi bumi sendiri inilah menjadi topik bahasan kita di teman-teman
kegeologian yang memang memiliki jari-jari sekitar 6.385 km. Tetapi, pada praktiknya
sebenarnya yang kita geluti secara hari ke hari lebih banyak di permukaannya, yaitu kira-kira
70 km yang lapisan permukaannya, itu yang suka kita sebut sebagai litosfer ya. Ketebalan
Litosfer itu bervariasi memang antara 20 km sampai 70 km. Di situlah kita banyak bermain.
Jadi di lapisan litosfer inilah yang kita akan banyak bermain, membicarakan atau berdiskusi
tentang geologinya sendiri.
Nah agak sedikit detail mungkin Bapak-bapak, Ibu-ibu sudah tahu juga tentang
lempeng-lempeng tektonik yang menyelubungi bumi kita. Di sinilah sebenarnya pokok
bahasan geologi tersebut, yaitu di lapisan terluar bumi yang akan selalu berhubungan dengan
kehidupan kita, kehidupan manusia. Jadi di sini akan telihat bahwa di zona-zona ini ada
gunung api, ada zona-zona penunjaman, ada gempa bumi nantinya, kemudian ada laut atau
bawah laut, potensi bawah laut, kemudian ada juga di daratnya. Di daratnya sendiri nanti ada
tanah longsor, ada macam-macam di situ ya.
Nah untuk meringkaskannya ini kira-kira, kalau di dalam kehidupan sehari-hari
geologi akan lebih banyak berbicara atau mendiskusikannya di permukaan bumi ke bawah
ya. Jadi kalau ini gambar di sini terlihat bahwa ini ada lapisan-lapisan bumi di litosfer, nah
bagian atas itu boleh dibilang sebagai nongeologi walaupun masih terkait dengan geologi ya.
Di situ ada meteorologi, klimatologi, mungkin hubungannya dengan angin, curah hujan, ini
boleh dikategorikan sebagai nongeologi. Sementara, geologi sendiri itu memang di daerah, di
zona-zona litosfer sendiri di bawah permukaan buminya. Jadi memang kita harapkan nanti
Undang-Undang Geologi akan meng-cover wilayah tersebut ya.
Nah sebelum lebih menuju ke detailnya, saya ingin, kita ingin memperkenalkan IAGI
sendiri, Pak. IAGI itu adalah ikatan ahli atau wadahnya para ahli geologi Indonesia yang
bekerja di berbagai sektor, Pak ya. Ada sektor pemerintahan, industri swasta, lembaga
penelitian, perguruan tinggi, konsultan, dan sebagainya. Saat ini anggota kita ada lebih dari
5.000 atau tepatnya 5.318 pada bulan Desember. Ini adalah sekitar sepertiga dari total lulusan
pendidikan geologi yang ada di Indonesia saat ini. Ini istimasi saja ya. IAGI tahun ini sudah
berumur 57 tahun Pak, jadi cukup lumayan tua juga untuk ukuran manusia. Nah dalam
kegiatannya kita punya anak organisasi saat ini punya 6 yang yang aktif, yaitu ada MGI
(Masyarakat Geologi Indonesia) ini mengurusi masalah Minerba. Kemudian FOSI mengurusi
sedimentology. Forum Sedimentologis kebetulan ada Pak Herman Darman yang sangat aktif
di FOSI. Kemudian ada MAGI yaitu Masyarakat Geowisata Indonesia. Kemudian ada Forum
Geosaintis Muda Indonesia, itu anak-anak muda berkumpul di sana. Kemudian ISPG itu
tempat berkumpulnya teman-teman Migas dan yang baru kita dirikan akhir tahun lalu itu
MGTI (Masyarakat Geologi Tehnik Indonesia) ini terkait dengan nanti geologi dengan
infrastruktur, jadi kita di sini kebetulan yang aktif Pak Imam Sadisun di samping saya jadi
beliau ini tokoh dari MGTI nanti bisa bicara banyak di situ. Tak kalah penting adalah KNPGI
karena kita juga sangat konsern terhadap pendidikan geologi Indonesia yang kita urus
melalui wadah yang namanya Komite Nasional Pendidikan Geologi Indonesia yang
belakangan bermetamorfose Isma menjadi Asproditegi yaitu Asosiasi Program Studi Teknik
Geologi Indonesia.
Berikutnya pak. Nah IAGI sendiri kita punya pengurus daerah 22 di seluruh
Indonesia. Jadi ini merupakan kepanjangan tangan dari PP IAGI jadi kalau ada apa-apa
kejadian di daerah kita selalu berkoordinasi atau memakai meminjam tangan teman-teman di
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 4
daerah. Ada 22 Pengda, pengurus daerah di Indonesia plus 2 perwakilan luar negeri yaitu di
Kuala Lumpur dan di Perth, di Australia. Sementara di skala yang lebih kecil kita punya 3
komisariat wilayah yaitu di Sangata, Sorowaku dan Tembaga Pura biasanya ini adalah
teman-teman yang berkumpul di tempat kerja, banyak teman-teman berkumpul disana
jadinya mereka bikin komisariat sendiri. Berikutnya. Di wilayah pengkaderan kita juga
punya yang namanya seksi mahasiswa, itu di beberapa universitas kita bikin untuk
menggerakan mahasiswa geologi disana. Saat ini kita punya 21 seksi mahasiswa tersebar di
seluruh Indonesia kecuali di Indonesia Timur belum terlalu ada walaupun kita sudah sempat
kunjung-kunjung di Papua karena Papua sebenarnya sangat penting sekali tapi kita belum
sempat bikin SM-nya atau seksi mahasiswanya. Begitu kira-kira.
Berikutnya. Pengenalan IAGI sendiri. Nah sekarang, berikutnya pak. Bagaimana
keterlibatan IAGI sendiri terhadap Undang-Undang Geologi? Tadi sudah saya sampaikan
bahwa tahun 2005 kita pernah mengusulkan rencana Undang-Undang Geologi ini waktu
bersamaan dengan usulan kita dengan pembentukan Badan Geologi Nasional atau BGN ya.
Jadi kita jadikan satu paket, kita usulkan, kita kirimkan ke presiden dan ke DPR, ke MPR
juga waktu itu cuma memang follow up nya tidak terlalu, belum terlalu terjadi ya. Kemudian
tahun 2014 seperti saya sampaikan tadi kita mulai dorong ulang lagi usulan tersebut yang
nampaknya disambut baik oleh DPD atau mungkin tidak ada hubungannya mungkin nanti
bisa dijelaskan. Nah dasar pemikiran utamanya adalah bahwa Indonesia itu memiliki
kerawanan terhadap bencana geologi yang sangat tinggi karena kita memang berada di
daerah-daerah ring of fire baik itu gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor
dan seterusnya ya, jadi kita perlu membangun satu sistem Mitigasi yang bagus, yang
komprehensif kemudian poin yang kedua adalah bahwa Indonesia memiliki potensi geologi
yang harus dikelola secara baik dan terpadu ya itu ada Migas, batubara, panas bumi, mineral,
air tanah dan lain-lainnya. Kemudian poin yang ketiga adalah kompleksitas masalah
lingkungan terkait dengan geologi. Jadi masalah konservasi lingkungan pun itu tidak bisa
terlepas dari masalah geologi dibawah permukaannya. Nah yang keempat iya tadi yang
hubungan dengan infrastruktur yaitu peran data dan informasi geologi itu sangat penting
sekali di dalam pembangunan infrastruktur ininanti hubungannya dengan aplikasi dari
geologi dan keteknikan. Kira-kira seperti ini jadi kita sebenarnya aslinya adalah geologi di
basic science tapi kita punya aplikasi dari geologi tersebut di 4 bundaran atau 4 kelompok
wilayah kerjaan ya, kita suka menyebutnya geo-resources itu berhubungan dengan
pengelolaan sumber daya kebumian, geo-hazard itu adalah pengelolaan mitigasi bencana
gempa bumi, dengan tanah longsor dan sebagainya. Kemudian geo-engineering berhubungan
dengan kerjaan-kerjaan keteknikan seperti tadi disinggung oleh Pak Aji bagaimana geologi
berperan di dalam pembangunan-pembangunan bangunan-bangunan fisik seperti bendungan,
seperti jalan raya dan sebagainya. Nah ini pokok pemikirannya saya kira tadi saya sempat
singgung sedikit bahwa Indonesia ini terletak di secara umum di tiga lempeng besar yang
saling bergerak, saling bertabrakan atau saling menjauh atau saling bergersekan yaitu
lempeng Asia, lempeng Pasifik, atau lempeng induk Australia. Nah ini akibatnya memang
ada dua, satu hal yang positif itu adalah menghasilkan potensi sumber daya baik energi
maupun mineral tapi negatifnya adalah berhubungan dengan bencana tadi ada gempa bumi,
tsunami. Jadi 2 wilayah tadi itu positif dan negatif tadi harus kita kelola oleh geologi dan
nantinya tentunya harus diatur juga di dalam Undang-undang RUU geologi tadi. Nah 4
aplikasi kegeologian tadi geo-resources, geo-hazard, geo-invironment sama geo-enginering
itu harus dikelola secara sinergis dan harmonis nanti mungkin Pak Imam akan menerangkan
juga tentang bagaimana kita harus selalu harmoni ya.
Nah hal yang tak kalah penting adalah bahwa data-data dan informasi geologi selama
ini itu sebenarnya harus dipakai dalam berbagai hal yang saat ini belum terkelola dengan
terintegrasi. Jadi kita mengharapkan bahwa nanti data-data geologi misalnya seperti peta
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 5
geologi, peta geokimia, peta metalogini kemudian ada zona rawan longsor itu harus
disiapkan, disediakan secara handal, realable terpercaya dan bisa melayani dengan cepat dan
dimanfaatkan dengan tepat. Nah selama ini, sejauh ini itu masalah kegeologian banyak
disinggung atau diatur oleh undang-undang atau regulasi di sektor yang lain contohnya saja
misalnya sumber daya geologi itu ada di Undang-Undang Migas, Undang-Undang Minerba,
atau Undang-Undang Panas Bumi, kemudian tata ruang dan lingkungan ada di Undang-
Undang Tata Ruang, ada di Lingkungan Hidup dan Kehutanan sementara Mitigasi Bencana
diatur oleh Undang-Undang penanggulangan bencana dan ketehnikan ini banyak sekali
teman-teman di PU , pekerjaan umum ada undang-undang keinsinyuran, undang-undang
perumahan dan permukiman, undang-undang bangunan dan gedung jalan maupun jasa
konstruksi juga yang berkaitan dengan informasi itu diatur oleh undang-undang keterbukaan
informasi publik juga informasi geo-spasial. Jadi selama ini, itu aspek-aspek kegeologian itu
banyak masuk ke tempat-tempat yang lain, makanya kita sangat mengharapkan bahwa itu
harus kita kumpulkan lagi. Ini yang menjadi dasar kenapa kita IAGI waktu itu sangat
mengusulkan dan sampai sekarang masih mengusulkan untuk adanya undang-undang
tersebut. Kita mengharapkan bahwa dengan adanya Undang-Undang Geologi ini, ini bisa
menjadi dasar hukum pengelolaan kegeologian nasional sehingga aplikasi dari 4 pilar tadi
georesources, geohazard, geo-environment, dan geo-engineering itu bisa dioptimalkan
pemanfaatannya untuk berbagai hal seperti yang saya yang kita tampilkan di sini, ada 7 poin
disisi yaitu pengelolaan sumber daya geologi, mitigasi penyandang geologi, konservasi
lingkungan, pembangunan infrastruktur, tata ruang yang berbasis geologi, penyebaran
informasi geologi dari yang positif maupun negatif maupun pengembangan ilmu geologi
sendiri secara basic.
Berikutnya pak. Nah instrumennya yang kita harapkan adalah seperti ini ada legislasi
yaitu Undang-Undang Geologi sebagai dasar hukum paling tinggi nanti untuk pengelolaan
lingkup kegeologian nasional kemudian dibawahnya ada regulasi yaitu yang memberikan
wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan menangani segala hal yang terkait dengan
kegeologian. Kelembagaan bagaimana? Ini kita ulang lagi bahwa ini usulan lama juga. Kita
memerlukan satu lembaga yang menangani lingkup kegeologian secara nasional yaitu kita
mengusulkan adanya Badan Geologi Nasional atau BGN. Sementara ini badan geologi sudah
ada tapi itu di bawah Kementrian ESDM jadi lingkupnya kecil dan banyak lembaga atau
instansi yang sebenarnya mengurus kegeologian itu ada di luar badan geologi. Jadi kalau kita
mencontoh atau melihat, membandingkan dengan negara lain misalnya kaya Amerika
mereka punya yang namanya USGS, US Geological Survey itu semua informasi semua data
geologi itu dikumpulkan atau di pull di sana sehingga kalau pemerintah atau siapapun yang
membutuhkan data tentang geologi itu tinggal lari kesana sementara kita masih terpencar-
pencar walaupun di badan geologi di ESDM sudah mulai kearah sana tapi kita sangat
mengusulkan adanya BGN yang kita harapkan nantinya dia menjadi badan tersendiri yang
lapor langsung kepada presiden.
Berikutnya. Nah ini kira-kira poin utama yang kita usulkan dalam RUU Geologi itu
ada 4 poin sorry ada 11 poin yang kita harapkan ada di dalam isi atau tubuh RUU Geologi
tersebut. Saya akan ulas satu-satu tapi agak singkat-singkat saja mungkin agak terlalu
panjang nanti. Berikutnya nomor satu adalah legislasi. Berikutnya. Nah legislasi ini kita
mengharapkan bahwa adanya Undang-Undang Geologi ini akan bisa menyatukan aturan-
aturan yang masih berpencar-pencar tadi kalau perlu bisa merevisi, menambah atau
menghilangkan regulasi terkait dengan kegeologian sesuai dengan semangat pengelolaan
geologi nasional yang baru. Kemudian poin yang kedua adalah pengembangan lembaga
kegeologian. Saya ulang lagi tadi bahwa kita sangat mengusulkan adanya Badan Geologi
Nasional. Ini sangat penting sekali untuk nanti mengeksekusi Undang-Undang Geologi
tersebut. Tadi sempat saya singgung juga bahwa lingkup kegeologian selama ini itu ditangani
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 6
oleh berbagai pihak seperti misalnya di Kementerian ESDM itu ada Badan Geologi yang
isinya ada PSDG, ada PSG ada PPMGV dan sebagainya, kemudian ada lagi BMG atau
Badan Meteorologi dan Geofisika itui masih di luar badan geologi, ada Geoteknik LIPI di
bawah LIPPI, ada BPPT, ada BATAN, ada BIG (Badan Informasi Geospasial) itu juga di
luar Badan Geologi dan ada juga BNBP yaitu untuk penanganan bencana. Berikutnya. Nah
itu tadi sementara yang ada di ESDM sendiri itu sudah cukup lengkap walaupun yang lain
masih dikumpulkan yaitu ada PSG (Pusat Survey Geologi), Pusat Sumber Daya Geologi dan
PSDAGL, kemudian ada Vulkanologi ada Balitbang nah di luar badan geologi ada PPGL
yaitu Geo-Kelautan. Jadi itu yang kita usulkan adalah bahwa ada satu Badan Geologi
Nasional, independen yang mungkin bisa berstatus Lembaga Pemerintah Non Departemen
atau LPND langsung di bawah presiden. Nah poin yang ketiga adalah pemetaan geologi
nasional, ini sangat penting sekali menurut kita karena pemetaan-pemetaan geologi dan
turunannya itu sangat penting sekali sebagai modal dasar pembangunan nasional, semuanya
data-data geologi misalnya atau data gaya berat, data geokimia, data geomorfologi itu harus
dikelola dengan baik di-update secara reguler minimal setiap tahun untuk modal sebagai
dasar mengambil keputusan atau menentukan langkah-langkah berikutnya dalam
pembangunan kita. Berikutnya. Kemudian yang ke-4 adalah faktor pengelolaan sumber daya
kebumian. Ini tadi yang kita sebut sebagai geo-resources. Itu kita perlu meng-inventory,
menginventarisasi sumber daya kebumian yang kita punya. Berapa sih kita punya migas?
Berapa besar sih kita punya sumber daya mineral di Indonesia? Harus kita kelola, harus kita
update dengan baik. Kemudian kita juga usulkan perlu digalakan survey pendahuluan sumber
daya energi dan minerba oleh pemerintah maupun bisa juga melibatkan pihak-pihak swasta.
Juga kita mendorong juga Pemda menginventarisasi sumber daya kebumian yang terkait
dengan atau sesuai dengan kewenangan Pemda sesuai undang-undang atau peraturan yang
berlaku. Berikutnya yang kelima adalah aplikasi geologi dalam pembangunan infrastruktur ,
ini nanti yang akan diterangkan lebih detail oleh Pak Imam yaitu di geo-engineering di mana
kita sangat perlu sekali data-data geologi, info-info geologi di kondisi geologi di lokasi-
lokasi tempat pembangunan bangunan infrastruktur. Infrastrukturnya bisa bermacam-macam
misalnya bendungan, jalan raya, jembatan, perumahan dan seterusnya. Kita juga
mengharapkan bahwa kajian-kajian seperti ini itu harus diikutkan di dalam Amdal ya
terhadap suatu proyek.
Berikutnya. Mitigasi bencana geologi ini juga perlu diatur di dalam undang-undang
tersebut walaupun sekarang sudah berjalan tetapi kita perlu masukan juga di undang-undang
ini. Berikutnya. Kemudian geo-environment atau penataan lingkungan geologi. Ini adalah
aspek-aspek lingkungan yang terkait kondisi geologi kita perlu masukan juga karena ini
sangat penting terutama nanti di penyusunan tata ruang atau RTRW suatu daerah atau bahkan
RTRW nasional. Itu harus kita masukan di situ. Berikutnya. Kemudian kembali ke ilmu
dasarnya sendiri kita juga mengharapkan bahwa RUU Geologi akan mengakomodasi atau
memasukkan pasal-pasal tentang bagaimana mengembangkan ilmu pengetahuan kebumian.
ita tahu bahwa Indonesia secara geologi terletak di daerah yang sangat unik sehingga banyak
sekali teori-teori baru nanti mungkin Pak Herman bisa tambahkan juga tentang kegeologian
Indonesia yang atau teori-teori baru mungkin yang bisa di adopsi, dan selama ini lebih
banyak diteliti oleh orang-orang asing sehingga kita pelu mendorong ke arah sana bahwa
pengembangan ilmu pengetahuan kebumian geologi harus dilakukan oleh teman-teman
kitadari Indonesia juga.
Berikutnya. Nah mengenai pendidikan dan pelatihan dan kompetensi ini perlu juga
kita dorong terus. Ini adalah salah satunya untuk menjaga tadi kan saya sempat bilang
tentang inventory atau inventarisasi sumber daya kebumian itu harus kita jaga kualitas dan
akurasinya sehingga perlu ahli geologi yang handal, yang terjaga kualitasnya dan
menghasilkan data yang baik karena ini akan kita pakai sebagai modal dasar pembangunan
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 7
kita. Nah kita sudah mulai salah satunya dengan membuat system competent person
Indonesia. Jadi hanya orang-orang kompeten saja di bawah IAGI, kebetulan untuk minerba
dibawah juga yang bisa mengeluarkan angka-angka sumber daya. Jadi kita ada prosedurnya
jadi tidak semua ahli geologi, atau semua lulusan geologi bisa mengeluarkan angka-angka
tentang sumber daya minerba dalam hal ini. Nah kita mengharap nanti di Migas akan ada
yang sama juga atau mungkin nanti competent person di bidang lainya juga bisa kita
kembangkan.
Berikutnya. Kemudian poin yang ke-10 itu adalah peningkatan partisipasi organisasi
profesi kebumian. Mungkin bapak-bapak sudah tahu tentang IAGI, jadi ada satu lagi
organisasi yang berkaitan dengan geo-science atau ilmu kebumian yaitu HAGI atau
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, ini adalah teman kita atau partner kita dalam
berkegiatan. HAGI sama objeknya sama dengan kita mungkin agak melebar ke atas ke arah
langit karena ada meteorologinya juga tapi dia lebih terkait dengan geo-fisika. Jadi kita
mengharapkan bahwa peran kami peran IAGI dan HAGI itu bisa lebih meningkat lagi,
ditingkatkan lagi tentunya dengan dukungan atau dorongan adanya RUU Geologi tersebut.
Kemudian poin yang terakhir ke-11 yaitu pemberdayaan usaha jasa Geologi dan Geo
Fisika Nasional ini. Sebagian teman-teman kita itu sudah memiliki atau bekerja di usaha-
usaha jasa geologi, jasa geo fisika nasional yang itu kayaknya sebagai sebangsa sebagai
anak-anak negeri kita musti kita dorong juga supaya bisa berkembang, bisa bersaing dengan
kompetitor atau usaha-usaha yang sejenis dari luar negeri jadi kita perlu masukan kita atur
juga disini. iIu kira-kira 11 poin yang kita harapkan ada atau masuk di dalam RUU Geologi
nantinya. Berikutnya. Nah kita juga membuat kira-kira kerangka regulasi bidang geologi
nanti kurang lebih seperti ini tapi ini masih subyek masih bisa dirubah-rubah, ada RUU
Geologi dibelakangnya ada Peraturan Pemerintah itu bisa RPP misalnya standart pemetaan
Geologi, konservasi lingkungan geologi, RPP, inventaris sumber daya energi dan seterusnya.
Kemudian ada peraturan menteri dan seterusnya ya. Ini bisa kita bahas lebih detail lagi
sampai katakanlah nanti diperaturan daerahnya tapi bisa kita kembangkan lagi ini tentunya.
Berikutnya. Saya kira itu mungkin bisa di klik ini pak di, bukan. Di klik disini bisa
pak ada videonya disini nggak muncul ya. Iya ini kejadian di Trenggalek baru-baru saja
bulan lalu dan hari ini tadi masih longsor lagi menimbun jalan provinsi yang sebenarnya juga
agak lama. Kita IAGI terlibat juga membantu memetakan daerah rawan longsor ini dan
kebetulan kita akan bertemu dengan PII besok sore untuk membahas ini bagaimana
melakukan mitigasinya dan mengatasinya? Saya kira itu mungkin dari saya akan dilanjutkan
oleh Pak Imam dari Ketua Bidang Geologi Teknik dan Hidrogeologi IAGI yang akan
membahas khusus tentang peran geologi di pembangunan infrastruktur.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PEMBICARA: Dr. Eng. IMAM AHMAD SADISUN (KETUA BIDANG GEOLOGI
TEKNIK DAN HIDROGEOLOGI)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nah bapak, ibu yang kami hormati.
Jadi tadi sudah dijelaskan oleh Pak Daru bahwa salah satu peran geologi yang sangat
penting yaitu terkait dengan pembangunan infrastruktur atau saya katakan sebenarnya sangat
dekat sekali dengan teman-teman yang bekerja di teknik sipil terutama terkait dengan
rekayasa-rekayasa sipil. Baik, saya ingin mempercepat saja dengan berbagai gambar yang
cukup banyak. Nah tadi sangat menarik sebenarnya pengantar diskusi ini disebutkan bahwa
kita seringkali menyadari akan pentingnya geologi kalau sudah mendapatkan suatu kejadian
yang katakanlah tidak enak atau pahit disini ya pengalaman pahit. Only lesson came only true
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 8
better experience. Coba di klik ada satu hal yang memang seringkali menjadi pelajaran
pentingnya geologi, di dunia ini ada satu dam sudah cukup lama kejadiannya tapi banyak
ditulis di textbook yaitu San Francisquito dam di California Amerika, disini dijelaskan bahwa
dam ini sebenarnya runtuh karena tidak saja tidak ada kajian geologi sama sekali ya terutama
pada bagian fondasi di mana bagian ini sangat penting untuk menopang stabilitas Dam. Bisa
diklik, akhirnya dam itu menyisakan semacam pilar saja, di klik sekali lagi mas, silakan ya
gambarnya seperti ini dan korbannya konon di awal abad yang lalu sudah lebih dari 400 jiwa
meninggal dunia. Bisa diklik. Nah ini yang mungkin sedikit ada istilah-istilah ilmiah
menjelaskan kenapa dam itu runtuh? Ada istilah-istilah jenis batuan di sini sebenarnya yang
harus dipahami sebelum dam ini di bangun. Pertama misalnya ada tulisan ini asli oleh
peneliti salah yang waktu itu mencoba untuk forensik katakanlah kenapa sih dam ini runtuh
jadi ada istilah forensik geologi juga bukan hanya kedokteran yang menarik disini. Jadi ada
istilah laminated mikaskis disini sebenarnya salah satu jenis batuan metamof yang memang
waktu itu ya ditengarai salah satu penyebab tidak stabilnya dam ini. ada satu lagi yang biasa
juga cukup terkenal di kalangan awam adanya patahan atau sesar disini ya, yang seharusnya
di identifikasi dan hasil forensik ini memang menunjukkan tidak ada sama sekali dokumen
yang memperlihatkan kajian geologi untuk pembagunan dam ini, itu suatu kesalahan yang
fatal saya pikir.
Silakan berikutnya. Nah ini yang sangat menarik untuk di Indonesia salah satu yang
saya katakan juga kejadian yang pahit juga begitu ya dalam hal kontruksi terkait dengan
Hambalang. Saya yakin bapak, ibu sekalian sudah mengenal dan mungkin beberapa kali ke
lokasi Hambalang ini juga untuk melihat betapa merananya konstruksi yang dibangun saat
ini. Sebenarnya para ahli konstruksi sudah tahu disana ada salah satu material yang secara
geologi itu cukup menarik karena material ini walaupun batuan itu lama-lama bisa luruh dan
pecah-pecah bahkan sangat lunak kadang-kadang, kita sebut dalam geologi sebagian dari
formasi Jati Luhur. Oh maaf ini materi presentasi yang memang seringkali saya
presentasikan dalam forum-forum internasional juga jadi saya belum sempat untuk
mengubah dalam bahasa Indonesia tapi saya yakin bapak, ibu juga bisa menangkap apa yang
saya sampaikan kali ini. Baik, bisa diklik satu lagi dengan gambar yang sederhana
sebenarnya batuan di sana walaupun kita lihat secara fisik itu sebagai batuan bukan tanah tapi
lama kelamaan seperti ini dan ini bisa terjadi hanya dalam hitungan jam tapi juga bisa terjadi
dalam kurun waktu puluhan tahun ini yang harus hati-hati memang sehingga kita mengenal
saat ini Cisomang kenapa sih longsornya sekarang bukan waktu di bangun? Bisa jadi karena
proses pengurangan kekuatan atau degradasi fisik batuan dalam waktu yang relatif
membutuhkan tidak hanya setahun tapi beberapa tahun. Dalam hal ini Cisomang 12 tahun
ada yang menghitung seperti itu. Silakan diklik lagi. Nah bagi geologis itu ditantang untuk
menterjemahkan apa-apa yang dipelajari di sektor kiri ini, ini ada beberapa hal yang memang
cukup menarik ada batuan yang terlipat kemudian ada gunung api juga begitu ya, kemudian
ada semacam batuan tapi kok bentuknya baji begitu ya. Proses proses geologi yang harus
dipikirkan untuk menunjang kegiatan-kegiatan rekayasa yang dibuat di sisi kanannya. Nah
kadang-kadang memang seorang geologis harus bermuka dua begitu ya cukup kuat di area-
area yang menjadi dasar keilmuan geologi dan bisa mentrasformasi itu semua dalam kegiatan
rekayasa. Berikutnya. Nah sebenarnya konsern kalimatnya di sini. Jadi bapak, ibu sekalian
ini hanya ingin mengatakan bahwa selama konstruksi dibuat di bumi atau bahkan di bawah
begitu ya, karena kita sudah memiliki banyak rencana terowongan di Indonesia, terowongan
jalan setahu saya sudah ada lebih dari 5 terowongan yang akan dibangun nah kita harus
konsern terhadap data-data bawah permukaan selain yang di atas dan juga menggunakan
material-material yang juga dipelajari dalam geologi yaitu batuan dan tanah. Berikutnya. Nah
ini yang memang penting disadari bahwa satu kompleksitas kondisi alam itu menjadi acuan
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 9
bagaimana suatu konstruksi itu dibangun bukan hanya tipe konstruksinya sendiri tapi kondisi
alam ini menjadi tantangan dan bahkan membutuhkan satu kegiatan yang memang handal.
Klik berikutnya silakan. Nah saya meminjam satu kalimat yang memang ini
dimunculkan oleh para ahli geoteknik atau rocks mechanic ya yang mengatakan bahwa
geologi itu bermain degan dengan sesuatu yang sebenarnya tidak kelihatan ya dan ini harus
benar-benar diperhatikan ya, termasuk proses-proses yang juga kadang-kadang tidak terlihat
di bawah permukaan. Coba di klik bagian bawah. Nah untuk itu sebisa mungkin dan seakurat
mungkin itu harus didefinisikan dengan baik sebelum kegiatan konstruksi itu dilaksanakan.
Nah itulah yang sebenarnya kita sebut nanti sebagai investigasi tanah atau kadang-kadang
sebenarnya bukan hanya tanah, yang aslinya itu disebut sebagai side investigation termasuk
didalamnya geologi. Bisa diklik lagi mas. Jadi kunci dari memahami kondisi alam adalah
mungkin klik sekali lagi muncul side investigation ini.
Baik berikutnya saya akan memberikan beberapa contoh kegiatan geologi dalam
kaitannya dengan side investigation atau secara geologi khususnya untuk engineering saya
sebut sebagai Engineering Geological Investigation disini. Bagaimana bertuan ini dilihat
oleh ahli geologi secara detil dan saya katakan disini melakukan deskripsi batuan dengan
baik itu salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses engineering karena bagi
seorang geologi dengan mengetahui batuan saja kita bisa memprediksi kekuatannya sampai
pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul terhadap konstruksi nanti sebenarnya.
Nah, kita juga mengunakan mikroskop untuk melihat batuan itu bahkan bukan hanya
skala mikro tapi skala nanao saat ini, hanya untuk mengetahui batuan dan menggunakan
teknik-teknik klasifikasi secara sistematik sehingga bisa digunakan untuk mentransformasi
karakter batuan itu kedalam satu kegiatan rekayasa, termasuk batu akik. Nah, disamping
memahami karakter batuan, karena kita berada di wilayah tropis, tentunya perubahan-
perubahan batuan-batuan akibat pelapukan juga menjadi satu concern tersendiri ya dan
bagaimana kita melihat perubahan batuan karena pelapukan ini, menjadi bidang-bidang
lemah nantinya, itu juga harus dipastikan, kalau memang betuan ini menjadi salah satu
tumpuan dalam kegiatan rekayasa.
Berikutnya, nah, ini tadi juga disebutkan oleh Pak Daru salah satu juga yang menjadi
concern kami dalam kegiatan pengembangan infrastruktur adalah masalah bencana geologi.
Ada 4 yang memang menjadi kegiatan utama dalam masalah potensi-potensi bencana yaitu
gunung api, tsunami, gempa bumi, atau gempa bumi, tsunami dan gerakan tanah atau tanah
longsor. Kita harus concern tehadap itu semua karena efek-efek itu akan menjadi bagian
yang cukup penting dalam kegiatan rekayasa.
Nah, saya akan memberikan beberapa contoh, hanya memang ini saya comot secara
cepat gitu ya contoh-contoh yang saya tetap terlibat di dalam kegiatan tersebut beberapa
contoh lain masih cukup banyak, nanti bisa kita diskusikan. Pertama, Kelok Sembilan, kalau
Kelok Sembilan saya yakin Bapak Ibu sekalian juga ya sudah melintasi salah satu karya anak
bangsa, 100%, saya katakan disini ya, mau membuat jalan yang melingkar-lingkar yang
konon juga 9 juga keloknya ya, dibandingkan kelok 9 yang lalu.
Nah, sebelum Kelok Sembilan dibangun, saya mendapat kesempatan datang kesana
beberapa kali untuk memastikan apakah lereng batu-batuan ini stabil, bisa diklik salah satu
contohnya, misalnya kalau kita punya lereng batu, ini batu juga ya, tidak stabil bisa
dibayangkan Bapak Ibu sekalian akan seperti ini juga nanti lereng-lereng Kelok Sembilan
kalau kita tidak berhati-hati.
Bisa diklik bagaimana proses mengidentifikasi itu semua. Saya tidak mau detil
menjelaskan teori-teori ini untuk menjelaskan bagaimana potongan-potongan bidang lemah
dalam batuan ini menjadi concern kita untuk melihat apakah ini stabil, ini tidak stabil dan
prediksi-prediksi yang mungkin muncul nanti kedepan. Termasuk perkuatan-perkuatan yang
harus diberikan pada lereng itu sebelum kita tutup dengan beton semprot biasanya atau kita
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 10
sebut cast concrete. Jadi ada analisis yang memang dilakukan secara sistematik bahkan kita
lakukan secara analitik dengan modeling juga.
Nah, contoh satu lagi yaitu Tol Semarang – Solo, mungkin juga sebagian Bapak Ibu
sekalian, Jawa Tengah disini juga ada, pasti tahu ya bagaimana perkembangan Tol Semarang
– Solo ini hal yang terberat mirip dengan Tol Cikampek – Bandung, kita melintasi salah satu
tempat yang kita sebut sebagai existing paleo land slide atau longsoran lama, bisa diklik. Jadi
ada satu satu wilayah yang memang disisni sebenarnya bekas longsoran dan bergerak terus
sehingga ada beberapa rumah disini dan bahkan ada pengembang yang mengembangkan
rumah disini, rumahnya ditinggal begitu saja karena wilayah ini memang wilayah yang
longsor dan jalan tol melintas pada bagian ini. Bagaimana kita berusaha untuk menangani
bagian ini biar tidak bergerak dan kalau ini dibiarkan sebenarnya yang terancam juga rumah-
rumah disini semua karena aka bekembang terus ke bagian atas.
Nah, inilah yang menarik menjadi satu tantangan juga, waktu itu sampai ke DPRD
juga dipanggil beberapa kali untuk menjelaskan kenapa terjadi seperti ini dan harus
memotong sampai 7 meter timbunan jalan dan sebagainya, termasuk jembatan dengan
konstruksi khusus disini. Nah, ini menjadi suatu tantangan walaupu secara investigasi sudah
diketahui tetapi pelaksanaan rekayasanya masih membutuhkan adjustment di lapangan
karena kadang-kadang ada temuan-temuan baru saat pelaksanaanya.
Berikutnya, nah, sebenarnya ini terkait masih hal yang sama dengan yang dijumpai di
Hambalang tadi dan dijumpai di Tol Semarang – Solo, kita sebenarnya seringkali berhadapan
dengan material yang dalam istilah geologi disebut batu lempung atau teman-teman teknik
sipil menyebutnya sebagai kleasil, yang saat ini juga menjadi masalah di Cisomang, jembatan
Cisomang sehingga secara engineering sebenarnya kita sudah tahu, kita harus parameter
yang mana sebenarnya yang digunakan untuk design. Kemudian kita juga bisa menganalisis
secara detil, bagaimana sebenarnya proses itu terjadi, secara ilmiah juga bisa dijelaskan
sehingga dalam kegiatan rekayasa kalau memang ahli geologi dilibatkan sejak awal, saya
pikir proses konstruksinya itu bisa dilakukan dengan cara sebaik mungkin, seaman mungkin
dan Hambalang pun tidak seperti itu jadinya gitu ya kalau memang proses engineering
dilakukan secermat mungkin.
Nah, terakhir ya, di Jakarta, Bapak Ibu sekalian setiap hari melintasi mungkin di jalur-
jalur pembangunan MRT, kita bisa melihat bagaimana area yang elevated maupun nanti area
yang underground, jadi ini juga membutuhkan sentuhan para geologist tentunya. Terutama
bagaimana kita mulai melihat kalau sudah masuk ke bawah terutama ya, walaupun diatas
juga fondasi-fondasi itu bertumpu pada tanah dan batuan yang para ahli geologi, saya yakin
jago-jagonya disana gitu ya. Nah, ada variasi-variasi seperti ini yang memang bisa
merekonstruksi dengan baik harusnya para ahli-ahli geologi yang konon sebutan lainnya
yaitu ontorejo ya, sehingga tahu bahwa permukaan seperti apa gitu ya. Bisa memprediksi apa
yang akan dilewati oleh tanel boring machine atau mesin yang digunakan untuk pengeboran
disana. Nah, ini hasil konstruksi yang saat ini sudah hampir selesai ya.
Jadi bisa saya simpulkan, apa yang saya sampaikan cukup sederhana, saya wakili
dengan kalimat ini bahwa selama geologi itu menjadi concern dalam pembangunan, dalam
kegiatan pengembangan infrastruktur, saya pikir data dan informasi geologi harus benar-
benar dipahami dengan baik sehingga rekayasa yang dibuat itu bisa harmoni dengan alam
yang ada dimana konstruksi itu dibuat.
Saya kira itu saja dari saya tambahannya, terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 11
Ada lagi dari Bapak-bapak yang lain? Atau kita langsung diskusi saja oke. Terima
kasih Bapak-bapak Ikatan Ahli Geologi atas paparannya Pak Sumandaru dan Pak Samadikun
Pak ya. Mungkin sebelum kita mulai diskusi saya tawarkan dulu kepada teman-teman kita
sampai jam berapa? Kalau sesuai jadwal harusnya kita sampai jam 3, Pak, jam 4 ya. Sepakat
teman-teman jam 4? Ya sementara kita sepakati 3.30 ya, buat sementara kita sepakati saja
3.30.
Oke mungkin sebelum dimulai Pak diskusi saya ingin memperkenalkan 4 anggota
yang baru hadir. Sebelah belakang ada Pak Malonda dari Sulawesi Tengah, kemudian
sbelahnya ada pak Novie Chandra dari Sumatera Barat daerah Sumbar kan tadi Kelok
Sembilan, yang di agak pojok ada Pak Abdul Azis Qahhar Mudzakkar dari Sulawesi Selatan
kemudian sebelah kiri ada Pak Mamberob dari Papua Barat. Baiklah Pak kita mulai saja
diskusi saya mulai dari sebelah kanan dulu, dari Bu Denty, silakan Bu.
PEMBICARA: Hj. DENTY EKA WIDI PRATIWI, S.E., M.H. (JATENG)
Terima kasih Pimpinan.
Saya singkat saja, mendengar paparan yang sudah disampaikan memang geologi ini
banyak terkaitannya dengan berbagai macam hal yang saya lihat ataupun yang sekarang
mungkin lebih dicermati karena mungkin sekarang ini banyak bencana ya yang secara tidak
langsung memang apakah kita yang kurang bisa membaca sinyal-sinyal alam atau bagaimana
sehingga dampaknya memang memprihatinkan bagi kita semuanya. Tentu saja ini akan
mempengaruhi berbagai macam kebijakan. Yang ingin saya lebih gali lagi sejauh mana
kebijakan, berbagai kebijakan, pada prinsipnya yaitu pada bencana itu terintegrasi dengan
hal-hal yang tadi Bapak sampaikan begitu? Dan kemudian terkait juga dengan bencana saya
pengin juga tahu apakah disitu juga ada semacam periodesasi begitu, periodesasi
bahwasanya, suatu berapa tahun akan terjadi lagi letusan gunung, berapa tahun akan terjadi
lagi longsor, mengingat ini bumi ini kalau dilihat dari umur ya tua begitu, tapi tuanya
seberapa sesuai dengan ukuran geologi ini mungkin kami masih awan begitu Bapak. Jadi
yang disebut tua yang benar-benar tua atau pun usianya sudah matang itu usia berapa begitu
karena mungkin masing-masing daerah itu berbeda-beda, lebih lagi kalau dikaitkan dengan
sumber daya alam, eksploitasi di Indonesia ini kan juga berbagai macam daerah juga
berbeda, apakah itu juga mempengaruhi daripada teori ataupun ilmu kebencanaan dalam hal
ini? Terima kasih Bapak.
Baik. Mau ditampung dulu mungkin Pak ya, kita selesaikan dulu anggota. Silakan Ibu
Permana.
PEMBICARA: Hj. PERMANA SARI, S.Si., M.M., M.B.A. (KALTENG)
Terima kasih Pimpinan, rekan-rekan Komite II, serta para narasumber dari IAGI, saya
ucapkan terima kasih banyak Pak.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa saya benar-benar agak lega ya Pak
karena tadi sudah disebutkan bahwa dari IAGI sendiri sudah memiliki Rancangan Undang
Undang Geologi. Jadi mudah-mudahan Bapak-bapak disana, kok nggak ada Ibu-ibu ya
hehehe. Mudah-mudahan Rancangan Undang-Undang yang dimiliki ini nanti bisa bersama-
sama dengan DPD. Jadi kita kalau bisa ya saling mendorong dan saling membantu saling
melengkapilah sehingga nanti Rancangan Undang-Undang nanti kedepannya benar-benar
bisa memenuhi keinginan kita dalam mencapai tujuan kita yang inilah tentang Undang-
Undang Geologi.
Tetapi ada beberapa hal Pak, yang ingin saya tanyakan. Kemarin saya ke daerah dan
saya berdiskusi dengan beberapa dinas misalnya ESDM. Pada waktu saya menyebutkan
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 12
tentang Rancangan Undang-Undang Geologi mereka, ya kalau Geologi silakan ya Bu ya
katanya karena geologi ilmu memang sangat luas dan tidak bisa dibahas satu persatu ya. Tapi
ada satu hal yang menjadi titipan dari daerah, kita kan dulu punya Undang-Undang Sumber
Daya Air Pak, yang Nomor 27 Tahun 2004 yang dibatalkan oleh MK dan sekarang setelah
dicabut kita kembali lagi ke Undang-Undang Pengairan Tahun 1974. Di daerah itu menjadi
hal yang, terus terang menyulitkan sekali karena ketiadaan peraturan yang melingkupi, bisa
memayungi mereka di dalam sumber daya air, apakah nanti dalam Rancangan Undang-
Undang Geologi ini bisa kita masukkan gitu tentang sumber daya air ini? Karena bagi daerah
itu sangat penting sekali itu yang pertama.
Yang kedua yang terkait dengan Badan Geologi Nasional ya Pak, terus terang tadi
saya melihat sendiri tapi cuma sekilas tentang regulasi yang terkait, apakah di sana juga
sudah termasuk Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika, disitu kan ada tentang geofisika. Bapak tadi menyebutkan geofisika dan
geologi itu kan dekat sekali Pak, nah jadi, apa itu, tidak juga termasuk dipertimbangan
disana? Karena berdasarkan Undang-Undang BMKG, Undang-Undang Meteorologi
Klimatalogi dan Geofisika ini sudah ada BKMG gitu kan yang bertanggung jawab langsung
kepada presiden, nah, jadi nanti kedudukan Badan Geologi Nasional dengan BKMG ini
seperti apa nantinya? Mungkin itu yang akan jadi saya minta penjelasan.
Selanjutnya, kemudian tadi dari pak Imam terkait geologi dan infrastruktur, betul Pak
benar-benar sangat penting sekali kalau menurut saya geologi. Saya dari Kalimantan Tengah
disana lahan gambut dan barusan kami tuh ya dalam berapa tahun terakhir itu banyak sekali
proyek-proyek infrastruktur yang terkendala karena kurangnya pengetahuan tentang geologi,
terutama geologi tanah itu. Kami ada PLTU yang terhambat sampai 2 tahun, karena mereka
tidak tahu disitu lahannya lahan gambut. Jadi begitu mereka bikin power plan terkendala
sampai 2 tahun gitu, jadi betul-betul sangat penting sekali. Tetapi yang ingin saya tanyakan
mungkin ini terkait juga dengan rancangan undang-undang Pak, ya terutama infrastruktur,
kalau di Kalimantan sekarang lagi dalam banyak tentang jalan, pembangunan jalan itu terkait
anggaran ini Pak, karena anggaran yang dipakai kan standar, kadang-kadang ya saya tidak
tahu mungkin Jawa atau apa, tapi begitu kita sampai ke Kalimantan terutama di daerah saya
Kalimantan Tengah lahannya kan sudah berbeda sehingga standar untuk pembangunan jalan
atau infrastruktur di daerah Kalimantan, terutama Kalimantan Tengah itu ya sudah, beda
sekali dengan mungkin di daerah Jawa. Jadi kurang mencukupi. Pertanyaan saya apakah kira-
kira nanti Rancangan Undang-Undang Geologi itu bisa tidak menyinggung kesana, sehingga
pada saat kita menganggarkan suatu proyek infrastruktur kita juga bisa memberikan acuan
anggaran terkait dengan kondisi, saya kira hanya itu saja.
PEMBICARA: Ir. WA ODE HAMSINAH BOLU, M.Sc. (SULTRA)
Terima kasih.
Saya Wa Ode Hamsinah Bolu dari Sulawesi Tenggara, terima kasih Bapak-bapak
narasumber atas pencerahannya yang betul-betul mencerahkan saya, bukan ilmu saya ya, tapi
bisa paham gitu bagus bahasanya Bapak-bapak.
Saya masih menyambung Ibu Permana, tentang infrastruktur. Bapak-bapak kami dari
daerah ya, di daerah itu pembangunan infrastruktur tuh begitu masif dan cepat ya, saya
menjadi khawatir dengan aspek-aspek, termasuk aspek geologi. Oleh karena itu pada saat
kemarin kami DPD 2 mencanangkan bahwa untuk 2017 RUU aspirasi yang kita usulkan
adalah RUU Geologi dan Energi Terbarukan, saya senang, bukan cuma saya, teman-teman
juga senang, karena kita melihat daerah masing-masing. Kalau tadi Bapak memberi contoh
pembangunan Hambalang itu kan, skalanya nasional dan juga pengawasannya itu program
nasional ya, bagaimana dengan program-program di daerah? Sekarang itu program di daerah
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 13
menyangkut program-program yang besar-besar Pak, yang masif-masif, dan mohon maaf
saya tidak underestimate terhadap saudar-saudara saya di daerah, saya juga orang daerah dan
saya merasa ini untuk aspek geologinya tidak ada yang mikirin, mohon maaf, barangkali di
daerah saya juga tidak ada yang orang geologi, kali ya, kali, jadi Sulawesi Tenggara, adapun
belum tentu dipikirkan kan Pak.
Nah, padahal ini prinsip sekali ya, belum lama Pak Ketua kita diminta pertimbangan
dari DPR membahas RUU Arsitektur ya, saya pernah ingat. Coba, saya bukan mau bilang
mana yang lebih penting, semua lebih penting, negara ini masih banyak yang harus diurus,
tapi arsitektur itu, ya apa permukaan mungkin ya make up-nya. Nah, ini rangkanya, ini
ototnya, strukturnya di geologi, sehingga banyak sekali pembangunan di daerah itu yang
menjadi itu pemborosan Pak, sia-sia, tidak terpakai, karena saya selalu bilang ini kok
membangun tidak berdamai dengan alam. Dibuatlah perumahan gitu ya, buka kawasan
perumahan, belokkanlah itu sungai dibelokan gitu, pada saat ada air bah atau banjir besar ya
sungai siapa suruh bikin disitu ya, artinya ya dia mencari jalannya, itu dia sudah takdirnya
berjalan disitu. Saya pikir hal seperti ini yang tidak berdamai dengan alam ya mungkin kita
juga manusia ya kepongahan kita ya atau ketidaktahuan, saya berpikir ketidaktahuanlah. Nah
karena tidak menghargai ilmu ini, tidak menghargai karena tidak ada yang mikirin bahwa ada
satu aspek yang harus kita pertimbangkan. Banyak Pak, saya di Sulawesi Tenggara itu
banyak kepulauan, begitu juga dengan pembangunan jembatan di pulau-pulau gitu ya, yang
menjadi tidak terbengkalai, entah karena, tidak dipikirkan semuanya.
Nah, inginnya Pak kalau menjadi suatu RUU ini bukan hanya entahlah kami hanya
meminta bantuan kepada Bapak-bapak untuk meramu RUU ini inginnya kalau menjadi suatu
Undang-Undang Geologi ini bagaimana supaya bisa menjamah kebijakan-kebijakan yang
ada di daerah juga, jadi bisa menjadi pagar ya, yang memagari pada saat katakan satu
program apa itu harus diikat oleh undang-undang ini harus memperhatikan aspek ini, kan ada
amdal, tapi saya tidak begitu paham dengan amdal. Ini Bapak-bapak geologi kayaknya belum
terlalu masuk, mungkin belum juga kan Pak, belum juga kali.
Satu lagi Pak, mohon maaf ya, di daerah itu kan ada RTRW ya Pak ya, rancangan tata
ruang dan wilayah gitu ya, nah, kami yang saya maksudkan itu bisa menjamah ke situ
termasuk disitu, sehingga pembangunan di daerah itu yang dilaksanakan oleh pemerintah-
pemerintah daerah juga mempertimbangkan, bukan juga, harus mempertimbangkan aspek
ini, yang nanti diikat dalam undang-undang yang akan kita dihasilkan. Setelah itu baru bisa
berdampak buat masyarakat, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik, terima kasih Bu, Pak Marhany silakan.
PEMBICARA: Ir. MARHANY V. P. PUA (SULUT)
Terima kasih Pimpinan.
Pertama, terima kasih banyak kami sampaikan pada Bapak-bapak dari Ikatan Ahli
Geologi Indonesia, kami mendapat masukan yang sangat penting tentang bidang geologi ini,
dan sebenarnya memang bidang ini sangat penting dalam kehidupan kita.
Dibeberapa negara maju kami lihat teknologi deteksi lapisan bumi itu untuk
kepentingan efisiensi dan efektivitas infrastruktur tapi juga energi dan early warning system
untuk bencana ini sudah sangat berkembang. Nah, di kita barangkali baru kita mau dorong,
memang bidang geologi ini agak menarik karena ada kalangan berpendapat ini ilmu yang
unpredictable, jadi sepertinya tidak bisa mendapatkan kepastian tapi tekhnologi menjawab
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 14
itu sebetulnya, cuma beberapa kendala di negara kita ini Pak, apakah memang kelemahannya
pada regulasi, ataukah memang karena ilmu ini relatif barangkali tidak terlalu kita seriusi ini.
Kami lihat misalnya kasus misalnya kasus Cisomang, itu atau memang kesalahannya
ada pada atau hitungannya itu dulu tidak memang melibatkan secara sinergi para ahli geologi
sehingga terjadi persoalan itu. Jembatan bisa, itu jarang terjadi dan kita sedih sekaligus
sebenarnya malu sebagai bangsa karena para ahli infrastruktur kita berarti tidak berhitung
bagus gitu kan. Nah, tapi jangankan Cisomang ini Pak, tahun 2014 Sulawesi Utara jalur
Manado – Tomohon itu bencana banjir dan tanah longsor, lalu PU perbaiki karena masalah
stabilitas tanah. Nah, ada lereng yang kami awam berpendapat ini mau longsor lagi, tapi
orang PU bilang sudah stabil itu, betul Pak longsor ini, 5 hari lalu, batu besar jatuh ke tengah
jalan, informasi ini juga sampai barangkali ke Bapak-bapak. Nah, kitanya yang tidak serius
atau barangkali memang kita belum perlu melakukan desain, kerangka regulasi bidang
geologi ini secara terpadu. Nah, bagaimana kita mengaturnya di dalam RUU tentang Geologi
ini.
Lalu yang kedua, cuma mohon info saja ini Pak, apa betul kan karena kalau ditelevisi
ada rubrik di salah satu televisi swasta itu, rubrik kesehatan sebenarnya tapi tentang batu,
batu gim sang yong atau apa namanya itu Pak, yang katanya mengeluarkan energi yang bisa
menyembuhkan gitu kan, karena ada ada cahaya-cahaya dan aliran-aliran tertentu, ya, betul
tidak ini ya bagi para ahli geologi ini? Ini kan artinya, betul tidak batu-batu itu Pak, ini kan,
saya coba tatap-tatap Bapak-bapak ini tidak pakai loh batu-batu itu ya, nah, katanya ada batu-
batu yang punya energi kan, kan Bapak-bapak melakukan penelitian itu ya, atau ada didalam
ya tidak kelihatan, ini cuma mohon info saja dari para ahli peneliti batu dan lapisan bumi ini,
terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Pak Tellie, silakan.
PEMBICARA: TELLIE GOZELIE, S.E. (KEP. BABEL)
Baik, terima kasih Pimpinan.
Walaupun agak terlambat tapi saya menangkap, menangkap sedikit apa yang
diungkapkan oleh ikatan ahli geologi Indonesia. Mungkin kesimpulan terburuk dari saya
adalah, geologi itu data mungkin Pak, kalau menurut saya, menurut pemikiran saya,
sependek pemikiran saya, bahwa geologi itu data. Jadi data tentang bumi, jadi, semestinya
Indonesia sudah harus punya itu, selama ini informasi tentang geologi di Indonesia itu
mungkin banyak kita dapat dari negara-negara yang maju, karena mereka punya ilmu tentang
itu, artinya mereka sudah modern dari pada kita, cuma memang kita perlu badan. Saya pikir,
geologi ini perlu badan khusus yang memang menangani data tentang geologi, tentang bumi,
ada mungkin naskah akademik yang mungkin sudah disusun oleh ikatan ahli geologi
Indonesia karena kebetulan didepan saya yang di tengah ini Bu, Pak, beliau adalah Ketua
Rancangan Undang-Undang tentang Geologi.
Jadi jujur saja kami mengundang Bapak ke sini mungkin dengan itu, jadi mungkin
ada kolaborasi antara ikatan ahli geologi Indonesia dengan kami karena memang sesuai
dengan Undang-Undang 1945, bahwa memang DPD ikut mengusulkan tentang Rancangan
Undang-Undang tertentu dan kita mulai dari DPD. Kolaborasi antar ikatan geologi Indonesia
dengan kami di DPD RI sangat menunjang sekali terutama tentang informasi-informasi itu.
Jadi badan yang mungkin ada dalam geologi ini itu ibarat restoran mungkin, menunya
mungkin tentang iklim, menunya mungkin tentang air, menunya mungkin tentang kandungan
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 15
kimia tanah, menunya mungkin tentang mineral-mineral yang ada didalam bumi. Jadi yang
seperti itu, jadi ibaratnya kita butuh payung hukum yang payung hukum ini itu bisa
memayungi undang-undang yang ada dibawahnya, seperti Undang-Undang tentang Mineral
Batu bara.
Berdasarkan info dari geologi itu mungkin bisa kita salurkan ke, bisa kita undang-
undang yang dibawahnya itu bisa melihat undang-undang yang lebih atas, atau lex specialis
ceritanya. Jadi kami berharap ada informasi-informasi yang begitu bagus dari ikatan ahli
geologi Indonesia ini agar Indonesia bisa mengetahui isi bumi yang ada di Indonesia ini
dengan baik. Jadi saya terhadap mungkin sekali lagi kolaborasi antara ikatan geologi
Indonesia dengan kami di DPD ini lebih akrab lagi.
Terima kasih, mungkin bukan pertanyaan tapi pernyataan dari saya. Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Silakan Pak Novi.
PEMBICARA: H. NOVI CANDRA, S.E. (SUMBAR)
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waktu kawan-kawan mengusulkan bahwa kita Komite II perlunya Rancangan
Undang-Undang tentang Geologi, pertama kami bertanya apa itu yang dimaksud dengan
geologi. Setelah dari beberapa paparan dari kawan-kawan ditambah dengan paparan yang
disampaikan oleh beberapa narasumber ternyata kita memang menyadari bahwa pentingnya
Rancangan Undang-Undang Geologi itu segera kita wujudkan karena itu menyangkut dengan
istilahnya manajemen bumi. Bagaimana cara pengolahan bumi, dan semua itu ada kaitannya
seperti sekarang kita lihat orang itu untuk melakukan sebuah pembukaan tambang tapi dia
tidak pernah memikirkan dimana posisi letak dari limbah tambang itu sendiri, terus juga
malah yang terkecil kita ada orang bikin, memanfaatkan sumber mata air dari satu daerah
tapi dia tidak pernah memikirkan kapan ketebalan tanah keretakan tanah itu sampai kapan air
itu bisa mereka harus sedot dengan sendirinya dan juga terkait dengan kesadaran masyarakat
terhadap potensi bencana alam dan yang lain sebagainya.
Jadi dari beberapa paparan itu terus terang kita sangat berharap Rancangan Undang-
Undang Geologi ini bisa wujudkan dan saya yakin itu menjadi manfaat yang sangat luar
biasa, terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Pak Abdul Aziz? Lewat. Silakan Pak, Pak Anang.
PEMBICARA: Ir. ANANG PRIHANTORO (LAMPUNG)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua.
Pimpinan Komite II, Bapak Ibu Anggota dan para geologis ya, ikatan ahi geologi
Indonesia Pak Sukamdaru Prihatmoko, dan rekan-rekan.
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 16
Waktunya tidak perlu banyak memang tapi saya ingin memberikan apresiasi ketemu
expert ini semuanya saya kira ada beberapa hal yang ingin saya konfirmasi Pak. Yang
pertama tentang ruang lingkup ruang lingkup, katakanlah pikiran atau usulan yang sudah
dikerjakan oleh Bapak-bapak dari IAGI ya, ada sebelas ya tadi pak ya, kalau boleh Pak di
cluster gitu kira-kira menjadi berapa Pak gitu. Saya tadi melihat sepertinya terkait dengan
profesi kok cukup banyak gitu. Pertanyaan saya mana yang jauh lebih urgen oke kalau pun
ada terkait dengan lebih pada pemanfaatan gitu ya, atau yang lain saya mohon dijawab nanti.
Yang kedua, kan apa namanya, sering juga kita mendengar bahwa di perut bumi
Indonesia ini kan terkandung banyak mineral ya Pak ya, mineral bermacam-macam. Ada
tidak sekarang Pak teknologi yang bisa dipakai untuk membaca ya menjadi database lah ya,
mungkin jadi data geofasial lah, terkait dengan kandungan mineral tertentu di seluruh ruang
bumi Indonesia gitu ya, teknologinya Pak gitu, ya. Kemudian proyek-proyek katakanlah
penambangan emas di dalam kawasan hutan, di bawah tanah, itu kan mestinya secara
ekologis mestinya tidak diperkenankan tapi kan sekarang kalau tidak salah ada putusan MK
atau apa yang memungkinkan, apa namanya penambangan di dalam perut bumi itu bisa
dilakukan di dalam atau di bawah kawasan hutan lindung sekalipun. Nah pertanyaan saya,
bagaimana kajian para ahli geologi terkait dengan hal itu karena kalau itu lebih pada
pembenaran ya, “mengabaikan keselamatan ekologi” gitu, saya kira teman-teman teman-
teman ikatan ahli geologi harus bicara jujur dan benar sesuai dengan ilmunya gitu.
Yang terakhir tentang Jakarta Pak, kan informasi awam begitu, tahun tertentu Jakarta
akan tenggelam, begitu ya. Nah kalau kalau ini kalau logika ini bisa, kajian geologinya
seperti apa ya Pak ya, apakah ini sebab karena pengambilan air tanah yang tidak bijaksana
begitu atau karena faktor lain sehingga daya dukung Jakarta tidak memungkinkan sehingga
untuk tahun tertentu katakanlah mungkin Ahli Geologi punya estimasi atau kajian, tahun
sekian Jakarta ini kayaknya akan tenggelam.
Mohon Pak beberapa hal tadi bisa disampaikan kepada kita untuk memperkaya kita
dan memastikan kita, meyakinkan kita bahwa ternyata ahli geologi ini ternyata urgen sekali
untuk kita kerjakan.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik. Pak Lalu silakan.
PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMY ISMY (NTB)
Terima kasih Pak.
Saya sedikit ingin pertama mengapresiasi dan terima kasih atas penjelasan Bapak,
yang kemudian kita simpulkan betapa pentingnya Undang-Undang geologi ini ke depan
dalam rangka untuk ke memelihara begitu ya, untuk menjaga kelestarian alam dan juga bumi
kita. Saya ingin menanyakan Pak, tadi kalau kita lihat ada beberapa organisasi yang bergerak
di bidang geologi Pak, apakah ada peran atau tindakan yang pernah dilakukan oleh berbagai
organisasi tadi Pak, terkait dengan seperti tadi Pak Anang sampaikan, penambangan liar Pak
ya, sekarang ini ya katakanlah di tempat saya pak di NTB itu ada banyak gunung sekarang
yang sudah tidak berbentuk lagi Pak. Orang menambang emas tetapi ilegal, nah ini mungkin
salah satu penyebabnya adalah karena kita tidak punya regulasi yang jelas ya untuk
mengantisipasi atau menindak kegiatan nah penambangan ilegal itu, nah oleh karena itu
sekali lagi perlu untuk kita lanjutkan rencana kita untuk mengajukan rancangan Undang-
Undang ini, nah untuk itu tentu kemitraan kita seperti kata teman-teman tadi itu terus kita
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 17
harapkan untuk bisa berlanjut Pak, tetapi sekali lagi karena ini sudah juga terjadi di daerah
seperti tadi saya sampaikan, apakah ada gitu Pak, perhatian dari berbagi organisasi tadi ada
setidak-tidaknya ada enam kalau tidak salah Pak, anaknya di organisasi Bapak ini, yang
kemudian memberi masukan atau apa pertimbangan kepada daerah Pak untuk ke
penambangan liar itu jangan terus berlanjut Pak karena betul-betul merusak lingkungan.
Saya kira itu saja Pak.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik Pak Mamberob silakan, terima kasih.
PEMBICARA: MAMBEROB YOSEPHUS RUMAKIEK, S. Si., M. Kesos. (PAPUA
BARAT)
Terima kasih Pimpinan. Terima kasih untuk Bapak-Bapak narasumber dari Ikatan
Ahli Geologi Indonesia.
Saya Mamberob Rumakiek dari Papua Barat. Ada beberapa hal yang ingin saya
diskusikan terkait dengan ya rencana DPD RI terutama Komite II untuk mengusulkan
Undang-Undang, Rancangan Undang-Undang Geologi. Dari penjelasan paparan yang baru
saja kami dengar ikuti bersama ini menjadi geologi menjadi sesuatu yang sangat penting,
mendesak untuk harus dilakukan atau harus dimiliki, dalam bentuk undang-undang atau
regulasi yang pasti. Nah beberapa anggota yang tadi sudah menyampaikan gagasan atau
pikirannya juga sama tentang pertanyaan kita oleh posisi Badan Geologi Nasional, di
beberapa lembaga-lembaga instansi pemerintah yang lain juga sudah ada beberapa badan
yang juga punya hubungan dengan geologi. Kira-kira posisi Badan Geologi Nasional ketika
terbentuk atau kita memang mengharapkan itu akan terbentuk akan memayungi atau seperti
apa posisinya dengan badan-badan yang lain, katakanlah Amdal, pemerintah daerah atau
pembangunan sarana prasarana maupun infrastruktur, jalan dan macam-macam itu hanya
cukup dengan kajian Amdal yang kemudian dalam waktu yang tidak terlalu lama terjadi
bencana alam dan mendatangkan bencana untuk manusia atau penduduk di sekitarnya.
Mungkinkah karena kurangnya keterlibatan dari badan geologi ini sendiri atau seperti apa.
Ini salah satu contoh dari beberapa kasus-kasus terkait dengan lingkungan hidup, atau
bencana alam yang disebabkan oleh tindakan manusia sehingga posisi Badan Geologi
Nasional ini menjadi penting dan kira-kira seperti apa dengan apakah kerja sama atau bentuk
setelah ini dibentuk nanti posisinya seperti apa sehingga tidak ada bertabrakan, baik secara
aturan regulasi maupun undang-undang ini kemudian jadi untuk bisa memainkan ini semua.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik, Pak Pdt. Marthen.
PEMBICARA: Pdt. MARTHEN, M.Th. (SULBAR)
Terima kasih Pak Ketua.
Selamat sore Ibu Bapak yang saya hormati.
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 18
Terima kasih penjelasan yang begitu baik, membuat saya di satu sisi gembira karena
ada penjelasan itu, tetapi juga di sisi lain saya malah menjadi takut. Mengapa takut? Karena,
melihat contoh-contoh yang dipaparkan, Hambalang, kemudian jalan tol, dua jalan tol yang
baik yang sudah selesai yang sudah bermasalah maupun yang belum selesai dan saya pikir
ada ratusan bahkan ribuan proyek yang mungkin lebih buruk dari itu. Mengerikannya karena
kalau toh asumsi saya bahwa teman-teman ahli geologi tidak dilibatkan dalam perencanaan
pembangunan yang strategis, itu berarti bahwa sebenarnya kita sementara membuat bencana
berkepanjangan bagi bangsa ini pembangunan konstruksi, saya orang yang tidak ngerti
geologi, pembangunan konstruksi dengan tanpa melibatkan teman-teman ahli geologi
menurut saya ini sebuah kecelakaan besar. Karena, kalau begitu mengerikannya dampak dari
itu DAM tadi itu kalau ada ratusan atau ribuan DAM di Indonesia yang sudah dibangun dan
sementara dibangun tidak mempertimbangkan masukan ahli geologi, menurut saya ini
sesuatu hal yang fatal. Saya waktu di Mekkah tahun ’90-an kami pernah tidak tertidur
semalam karena ada isu beredar DAM Bili-Bili di Kabupaten Gowa itu akan jebol, padahal
itu kan buatan kalau saya tidak salah, Jepang. Di daerah saya, daerah yang rawan longsor,
saya baru sadar benar setelah penjelasan tadi, saya diskusi dengan kepala Baleg jalan besar
Sulawesi Selatan dan Barat, tahun lalu dia katakan bahwa susah membangun daerahmu. Saya
tidak ngerti, lalu saya pertanyakan kenapa, daerahmu itu terlalu rawan longsor, tapi herannya,
karena toh pemerintah terus membangun jalan di situ, habis dibangun tidak lebih dari satu
bulan longsor lagi dan susah dilewati. Saya baru mengerti dengan penjelasan yang tadi.
Pertanyaan yang agak bodoh sebenarnya ialah pertama, apa apakah di Indonesia ini
ada data geologi yang dipedomani oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
melakukan perencanaan pembangunan terutama konstruksi jalan dan pembangunan-
pembangunan kantor dan macam-macam? Yang kedua, ini juga pertanyaan bodoh kedua, ya
Allah, apa sejauh apakah Bapak Ibu Bapak-Bapak ahli Geologi selama ini dilibatkan secara
sungguh-sungguh dan kalau dilibatkan itu apakah betul-betul diperhatikan usulannya atau
hanya menjadi tukang stempel supaya tetap jalan saja? Buktinya bahwa saya tidak percaya
bahwa Hambalang itu tidak melibatkan ahli geologi, tapi kalau memang tidak melibatkan
ahli geologi itu sebuah kebodohan luar biasa. Tapi jangan sampai juga ada, ada tetapi toh
tidak dipedulikan, artinya bangsa ini sebenarnya tidak mengerti tentang bahaya dalam
membangun bangsa ini. Kalau toh itu dilibatkan dan ada pertimbangannya pertanyaan-
pertanyaan yang ya saya katakan tadi pertanyaan yang bodoh, tapi hal-hal seperti itu bagi
saya penting untuk perencanaan pembangunan ke depan.
Terima kasih dan selamat sore.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik, terima kasih Bapak dan Ibu sekalian. Mungkin izin Pak saya juga ada
pertanyaan penting menurut saya bahwa kita memahami harapannya undang-undang ini atau
rancangan undang-undang ini menjadi lex specialis tadi seperti yang dikatakan kawan kami.
Artinya, mungkin dia undang-undang yang baru, tapi harapannya dia memayungi segala
sesuatu yang terkait dengan geologi, ini penting. Oleh sebab itu, butuh argumentasi-
argumentasi yang kuat agar kemudian ke depannya bisa lancar masuk prolegnas dan
sebagainya.
Kemudian juga kalau tadi misalnya Pak Anang menanyakan apakah dari 11 poin tadi
bisa di-cluster lagi? Kalau saya menanyakan apakah sudah ada konsep terkait reward dan
punishment karena penting juga dia menjadi undang-undang lex specialis, tetapi tidak ada
konsep reward dan punishment di dalamnya apabila ada pelanggaran atau apabila justru ada
masyarakat yang justru menjaga dan sebagainya. Jadi harus apakah ada itu sudah konsep
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 19
reward dan punishment. Dan, penting juga memahami bahwa jika kita memang ingin
undang-undang ini nanti satu badan yang menjadi leading dalam menjalankan regulasinya,
yaitu Badan Geologi Nasional, maka dia menjadi leading terkait semua hal terkait geologi.
Mau itu data lapangan, mau itu terkait pendidikan pelatihan, pendidikan mungkin bisa jadi
RMB R and D-nya dia me-leading di situ, mendorong universitas-universitas gitu kan.
Saya dulu banyak berteman dengan anak geologi di kampus saya Trisakti. Kerjaan
mereka memang kebanyakan naik gunung saja Pak, doyan naik gunung. Saya dan apa ikatan
pecinta alam Trisakti itu isinya orang-orang geologi, anak geologi. Gubernur Jakarta
sekarang ini kan alumni geologi Trisakti, dan saya memahami mereka kepada saya bahwa
ilmu geologi ini ilmu tua katanya, belum ada matematika, belum ada fisika, sudah ada. Jadi
ini kita bagaimana mengembangkan R and D terkait geologi tadi ada sedikit disinggung sama
Bapak, mengembangkan ilmu pengetahuan kebumian itu penting. Bagaimana Indonesia ini
alam yang begitu kaya terkait geologi, tapi justru pengembangan R and D-nya ketinggalan.
Jadi leading di situ bisa apa tidak. Kemudian, sosialisasi undang-undang ini juga mendorong
Badan Geologi Nasional, kemudian mendorong pemerintah daerah setempat menyosialisasi.
Saya agak pesimis kalau misalnya geologi ini hanya diketahui oleh ahli atau expert. Geologi
ini harus diketahui walaupun secara umum tidak secara detail oleh masyarakat yang tinggal
misalnya di pinggiran Gunung Bromo. Jadi konsep-konsep sosialisasi mengetahui
masyarakat setempat mengetahui kondisi geologi di mana mereka tinggal itu juga harus
masuk pada perencanaan pemerintah daerah setempat, artinya kita dorong di undang-undang
ini bahwa pembuatan RPJMD, pembuatan RPJMN, perencanaan pembangunan nasional itu
mutlak harus melibatkan geologi.
Itu mungkin sedikit tambahan dari saya karena dulu saya ingat di daerah saya
Kalimantan Timur, zaman penjajahan Belanda pertambangan itu diambil dengan terowongan
menggali ke bawah, sekarang dengan lobang-lobang yang meninggalkan kawah-kawah
besar. Luar biasa kerusakan alam ini ditinggalkan, padahal uangnya tidak ada, tidak ada yang
ke daerah maksudnya, semua ke pusat. Iitu mungkin Pak sedikit tambahan pertanyaan dari
saya. Mungkin mohon dijawab se-detail yang bisa. Apabila mungkin nanti ada yang kurang
boleh via email atau biar Sekretariat.
Terima kasih saya, waktu dan tempat saya persilakan.
PEMBICARA: Ir. SUKMANDARU PRIHATMOKO, M. ECON. GEOL.
(NARASUMBER)
Baik, terima kasih. Cukup banyak tadi dari sebelas penanya ini Pak ya, banyak sekali.
Mungkin nanti saya berbagi sajalah, kalau nanti saya ada yang kelewat mohon dilengkapi ya.
Jadi dari yang pertama mungkin agak umum tadi Bu Denty tentang kebijakan atau regulasi
tadi. Seperti yang saya presentasikan tadi bahwa selama ini sebelum ada Undang-Undang
Geologi, aspek kegeologian atau lingkup kegeologian itu diatur oleh undang-undang yang
lain. Tadi banyak saya sebut di situ, ada Undang-Undang Tata Ruang, Undang-Undang
Migas, Undang-Undang Minerba, dan sebagainya. Tetapi kelemahan dari itu, itu adalah
bahwa karena undang-undang tersebut disusun spesifik untuk kasus tersebut ya atau aspek
tersebut, jadi ada hal yang terlewatkan. Jadi kita berharap bahwa Undang-Undang Geologi
itu nanti bisa melengkapi, bisa menjahit segala macam aspek yang berkaitan dengan geologi
tadi, itu merangkumnya menjadi satu. Kalau memang di sana ada yang kurang, kita lengkapi,
atau ada yang kebablasan, kita kurangi gitu ya. Jadi itu yang kita harapkan. Saya tidak tahu
mekanisme legislasinya seperti apa, kan undang-undang tidak bisa membatalkan undang-
undang yang lain kan. Jadi silakan mungkin Bapak-Bapak di sini lebih paham, tapi kita
mengharapkan begitu Pak. Adanya Undang-Undang Geologi itu nanti bisa memayungi, bisa
menjahit kanan kiri semuanya, semua aspek kegeologian yang ada.
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 20
Kemudian masih dari Bu Denty tadi, periodisasi apa tadi kejadian-kejadian bencana
alam tadi ya, itu memang betul sekali. Sampai saat ini pun kalau masalah bencana alam kalau
ditanya waktunya kita tidak akan bisa tahu tepatnya ya. Tapi, belajar dari pengalaman-
pengalaman sebelumnya kita bisa pelajari data, katakanlah sampai 100 tahun sebelumnya,
sampai 500 tahun sebelumnya kita bisa memperkirakan di situ, tapi itu pun tidak akan bisa
menyebut angkanya atau waktunya. Jadi kalau agak lebih detailnya misalnya rawan longsor
gitu ya, itu tadi Pak Imam juga sebutkan kita bisa pelajari daerah ini ada tanda-tanda longsor,
kemungkinan akan akan longsor. Tapi kalau ditanya kapan, tidak akan bisa juga. Contoh
kasus kemarin saya di Trenggalek juga begitu, kita coba analisa ada 8 titik poin. Waktu Pak
Bupati bertanya kapan longsornya, kita tidak bisa tahu. Tapi begitu saya pergi, besoknya
longsor betulan itu. Jadi belum ada teknologi ke sana, tetapi memang mitigasi mungkin
menjawab beberapa yang di bawah tadi, itu teknologinya sudah mulai dikembangkan. Kalau
untuk longsor ada yang namanya early warning system itu dengan apa namanya Pak Imam,
ekstensometer dan sebagainya, itu bisa di-insole. Itu sudah dikembangkan, dalam negeri
sudah dikembangkan, ITB mengembangkan, LIPI mengembangkan, UGM mengembangkan,
sehingga itu bisa diterapkan. Cuma kesuksesannya perlu kita kaji ulang lagi karena longsoran
agak susah pemetaannya.
Kemudian dari Ibu Permana yang kedua, tadi kita saling mendukung untuk RUU
Geologi, kita sangat sepakat sekali Bu, nanti kita kita ke arah sana berkolaborasi. Tadi
disebut juga tentang Undang-Undang Air. Kalau tadi di pendahuluan saya menyebut bahwa
sebenarnya ada 4 pilar masalah geologi, yaitu georesources, geohazard, itu bencana,
geoenvironment, sama geoengineering. Air itu masuk di-resources sebenarnya, jadi sudah
ada di situ kita masukkan. Kita kita paham betul waktu Undang-Undang tentang sumber daya
air dicabut memang itu membuat susah semuanya. Saya kira itu perlu kita masukkan juga
karena itu menjadi bab atau topik yang harus kita masukkan di dalam RUU tersebut.
Kemudian BGN sendiri tadi dipertanyakan bagaimana statusnya dengan meteorologi
dan geofisika. Tadi salah satu slide saya menyebut bahwa di mana sih wilayah kita geologi
itu yang di bawah permukaan. Kalau yang non-geologi atau lebih simpelnya di atas
permukaan itu wilayahnya MKG ya meteorology, klimatologi, dan geofisika di situ. Jadi ke
arah sana walaupun sebenarnya ada saling overlap-nya karena kalau kita bicara geologi kita
bisa saja jadi bicara agak ke atas sedikit. Kalau mereka bicara di atas permukaan, dia akan
lari ke bawah juga. Jadi ada saling overlap-nya di situ. Jadi saya kira tidak saling bertabrakan
karena yang di atas tanah, di atas permukaan sudah diatur, tapi yang di bawah malah belum
begitu ya.
Kemudian undang-undang dengan infrastruktur mungkin nanti Pak Imam barangkali
bisa melengkapi.
Yang ketiga dari Ibu Waode dari Sultra ya tadi ya. Concern tentang geologi di
Sulawesi Tenggara sebenarnya tadi kalau Ibu perhatikan ya kita sebenarnya ada pengda di
sana bu, pengda IAGI Sultra di Kendari. Kita beberapa kali mengadakan kegiatan di sana,
ada di UHO, di Halu Oleo ada juga jurusan geologi juga, kita sering berkomunikasi sehingga
kalau kita ada apa-apa ke sanalah kita berkomunikasi. Saya kira perlu digalakkan lagi
mungkin komunikasi pengda di sana dengan pemerintah daerah setempat atau DPRD di sana
barangkali ya. Mereka cukup aktif kok selama ini, mungkin komunikasi kurang perlu kita
kembangkan lagi nantinya ya.
Nah mengenai pertanyaan tentang geologi kaitannya dengan amdal nanti kami
menjawab beberapa penanya setelah ini juga, itu betul sekali Bu. Jadi bahwa di dalam proses
amdal suatu proyek atau suatu kegiatan, kalau itu berkaitan dengan bumi harus melibatkan
ada geologinya di situ. Jadi saya tidak terlalu paham di regulasi yang mana, tapi nanti kita
mengharapkan di RUU geologi itu harus lebih jelas lebih tegas di atur di situ. Tapi
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 21
pengalaman saya kerja, maksudnya kerja benaran di luar IAGI sebagai profesi, kita ngerjain
amdal itu kita libatkan, harus dilibatkan di situ karena kalau tidak, nanti bisa ditolak juga itu.
Kemudian RTRW, yang harus mempertimbangkan geologi betul sekali, tadi salah
satu konsen kita di geoenvironment itu ada RTRW juga, rencana tata ruang dan wilayah di
situ, itu harus menjadi bahan pertimbangan. Jadi ada 4 pilar tadi salah satunya
geoenvironment ke arah sana ke arah tata ruang nantinya ya.
Kemudian dari ada penanya dari Pak yang pojok tadi ya, Pak Sani, Pak Marhany ya.
Tentang teknologi pak ya, teknologi sebenarnya kita teman-teman IAGI juga kita ngikutin
Pak teknologi itu. Memang kebanyakan masih dari luar negeri nanti mungkin Pak Imam yang
jago teknologi bisa lebih menjelaskan lagi bagaimana survei tentang migas, tentang dan lain-
lainnya itu banyak sekali, dan saya yakin badan geologi yang sekarang di bawah ESDM pun
juga ke arah sana walaupun mungkin tidak se-advance yang dilakukan oleh teman-teman di
perusahaan eksplorasi yang benar ya. Itu banyak sekali tool atau alat-alat untuk melakukan
kajian-kajian geologi di sana. Nah saya kira saya tidak tahu dimasukan di RUU-nya seperti
apa, tapi itu juga menjadi subjek dari undang-undang tersebut.
Mengenai pertanyaan tentang bagaimana nanti memperkirakan kaitan dengan
Cisomang, hubungannya denga regulasi, mungkin nanti Pak Imam bisa menjelaskan lebih
detail lagi. Satu hal yang tadi agak menarik dipertanyakan tentang batu tadi Pak, batu energi
tadi ya. Gini Pak, mungkin agak sedikit kita bagi dua Pak, kebetulan saya, saya bukan ahli
batu mulia Pak ya, tapi saya belajar juga, pernah baca-baca juga, bahwa ya betul bumi atau
ya tanah kita tersusun dari batuan dan itu komposisinya macam-macam. Kalau kita bicara
energi itu tergantung dari komposisi batu tersebut ya. Memang ada komposisi mineral yang
ada energinya, misalnya kalau itu ada kalau dalam istilah geologi ada magnetiknya ya itu
kemungkinan nanti ada energi juga yang bisa terpancar di sana, tapi itu lebih ke energi
magnetik statis gitu ya, kalau kita bicara energi. Tapi kalau energinya nanti sudah bercampur
misalnya dengan energi-energi mistis Pak ya, mistis wah ini agak susah. Ada teman yang
menerangkan sebenarnya. Mungkin sampai di situ dulu Pak, kalau mistis bukan keahlian kita
barangkali Pak ya.
Kemudian, dari Bapak penanya kelima tadi, geologi adalah data tentang bumi, itu
betul sekali Pak. Jadi saya ulang lagi mungkin kembali lagi bahwa ada 4 pilar tadi, semua
tentang data itu. Geologi itu ilmu murni, kemudian terapannya ada di 4 pilar tadi,
georesources, geo-engineering, geohazard, sama geo-environment. Jadi data-data yang
dikumpulkan di bulatan yang di tengah tadi itu kita pakai untuk keluar-keluar di samping-
samping kiri kanannya tadi, jadi seperti itu. Kalau kita bicara bicara tentang ilmu murninya
ya sudah gimana ilmu geologinya saja bagaimana batuan terbentuk, bagaimana mineral
terbentuk. Tapi begitu kita aplikasikan, nah itu masuk ke 4 pilar yang tadi itu.
Sepakat Pak bahwa nanti RUU Geologi perlu dikolaborasikan. Cuma mungkin perlu
kita sebagai, ini pemberitahuan juga, jadi pada saat kami mengusulkan waktu itu, kita masih
mengusulkan dalam bentuk pointer-pointer saja, kita belum sampai ke naskah akademik. Jadi
kita mengharapkan memang nanti bisa berkolaborasi kalau memang mau dibikin naskah
akademik yang lebih komprehensif ya. Tapi kita ada pointer-pointer-nya lebih detail dari
yang saya presentasikan tadi, itu bisa disambungan lagi barangkali nanti.
Kemudian dari Pak Novi ya, komentar saja tadi RUU Geologi segera diwujudkan.
Sepakat sekali Pak.
Kemudian dari Pak Anang, tentang 11 poin. Yang 11 poin tadi Pak, yang perlu kita
prioritaskan sebenarnya ada kalau boleh saya bilang tadi ada lima. Jadi 4 yang pertama
adalah 4 pilarnya geologi tadi, georesources, geo-enginering, geo-environment, sama
geohazard plus yang sangat penting adalah pengumpulan data-data tadi, Jadi ada pemetaan
geologi kalau tidak salah nomor, nomor berapa tadi, nomor 4 atau nomor 5, itu karena
pemetaan tadi itu sangat penting sekali di mana kita bisa mengumpulkan data, baik data
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 22
geologi, data geokimia, data migas, data metalogi, dan sebagainya di situ. Jadi ke arah sana
kalau mau di, tetapi yang lainnya pun saya kira harus tetap dikemukakan karena tadi seperti
pendidikan geologi, pelatihan, kompetensi itu juga tidak boleh ditinggalkan karena kita tidak
bisa mengeluarkan data yang boleh dikata dalam tanda kutip sembarangan kan. Jadi kita
harus keluarkan data yang baik artinya itu harus kita kumpulkan dengan cara yang benar,
dengan prosedur yang benar sehingga data bisa dipakai dengan baik.
Kemudian tadi tentang pertanyaan teknologi untuk membaca kandungan mineral Pak
ya. Sejauh yang saya tahu sih tidak ada kalau itu dari ruang angkasa misalnya ya. Iya, yang
bisa kita tahu adalah kita menginterpetasi dari citra satelit tersebut kondisi geologinya. Tapi
kalau kita misalnya oh di sana ada emasnya itu belum ada, sampai sekarang tidak ada. Kalau
ada mungkin kami semua pensiun Pak, tidak perlu lagi barangkali. Jadi yang ada adalah itu
memotret bumi mungkin bisa mempenetrasi sampai kedalaman tertentu pun itu tidak akan
dalam-dalam karena yang dalam nanti pakai geofisika dan itu harus disurvei beneran di
permukaannya. Kalau dari satelit ya cuma permukaannya saja. Nah dari situ kita bisa melihat
warna-warni, tekstur, struktur yang ada di permukaan bumi. Nah baru kita sebagai ahli
geologi kita interpretasi di situ, di itu kira-kira ada apa. Nanti setelah ada tanda-tanda, kita
kombinasi misalnya, oh kemungkinan batuannya a, b, c, kemungkinan patahannya seperti ini,
baru kita harus kirim geologist datang ke sana, kita cek, benar tidak gitu loh. Bisa betul bisa
salah kenyataannya ini loh, itulah tugas kami di ahli geologi untuk mengecek ke arah sana.
Kemudian masih dari Pak Anang tentang penambangan di hutan lindung, kita
prinsipnya begini Pak bahwa semua yang dilarang oleh undang-undang kita tidak akan setuju
dan kita pernah melakukan siaran pers juga, tapi sebatas itu saja kita ya, sebatas karena kita
juga tidak punya power apa pun di sana. Jadi kita akan bilang bahwa kalau ada yang
melanggar aturan, melanggar regulasi ya itu tidak betul gitu ya. Jadi tentang penambangan di
hutan lindung, kalau secara resmi sebenarnya yang saya paham itu boleh asal underground
Pak ya, asal dia punya IUP, punya tapi bukan yang liar, kalau liar tetap saja tapi tidak bisa
gitu.
Kemudian tentang Jakarta yang kemungkinan tenggelam, barangkali nanti Pak Imam
bisa menjelaskan Pak ya. Soalnya kita pernah melakukan workshop atau seminar bareng
tentang Jakarta ini tahun lalu Pak. Itu membahas faktor-faktor apa saja yang kemungkinan
menyebabkan Jakarta ambles, itu seingat saya ada 4, tapi nanti biar Pak Imam saja
menjelaskan lebih detail 4 hal itu apa saja.
Kemudian Pak Lalu dari NTB. Peran organisasi betul Pak. Tadi kita punya anak
organisasi 6 atau 7 dengan yang pendidikan tadi. Salah satunya adalah mengurus tentang
minerba, mineral dan batu bara, yaitu MGEI (Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia).
Sama dengan induknya IAGI Pak, kita juga mereka juga akan tidak setuju. Jadi kalau kita
bikin siaran pers, kita bikin usul-usulan mengarah ke sana juga, tetapi yang mengeksekusi
tentunya kan dari pemerintah juga kan. Jadi sebagai organisasi profesi kita akan memberikan
rekomendasi, ini tidak betul, begitu loh. Kebetulan saya juga berapa kali juga Pak di
Sumbawa, di Lombok, melihat terutama di Lombok, yang Lombok Selatan yang parah sekali
itu. Mungkin kembali ke pemerintah setempat barangkali itu yang harus mengeksekusinya.
Kalau memang sudah tidak ada izinnya ya diselesaikan barangkali Pak.
Baik, kemudian Pak dari Papua Barat, Pak Mamberob. Posisi BGN di daerah Pak, ini
sebenarnya usulan kita sudah agak lama yang tadinya akhirnya diwujudkan oleh pemerintah
menjadi badan geologi di bawah ESDM Pak ya. Tadinya waktu kita mengusulkan 2005
belum ada badan geologi itu, jadi masih terpencar-pencar sub-subnya, ada PSG, PSDG, dan
sebagainya. Kemudian pemerintah mem-follow-up menindaklanjuti usulan kita dibentuklah
badan geologi, tetapi tidak independent langsung ke presiden, tapi di bawah ESDM. Artinya
selama ini ya seperti itu, karena di bawah ESDM dia ikutnya ke dinas-dinas ESDM provinsi
dan dinas ESDM kabupaten tentunya. Walaupun secara fisik mungkin tidak ada badan
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 23
geologi level cabang di kabupaten ya, tetapi fungsi dan tugasnya kayaknya dirangkap oleh
ESDM tingkat daerah. Nah sekarang yang kita ikuti bahwa ESDM tingkat kabupaten juga
dihapus juga kan, jadi kita jadi naik semuanya ke ke provinsi, memang kayaknya agak
merepotkan jadinya.
Nah nanti kita ya kita harapkan bahwa BGN atau Badan Geologi Nasional itu sifatnya
adalah seperti tadi dari Bapak yang di sebelah sana tadi itu menjadi Pusat Sumber Data
Geologi Indonesia semuanya. Jadi kalau kita mau mencari informasi tentang geologi
misalnya sumber daya mineral, sumber daya migas, atau sonasi-sonasi tanah daerah rawan
longsor dan rawan gempa larinya ke sana ke Badan Geologi Nasional. Sekarang sebagian
sudah dikerjakan oleh badan geologi, tapi itu belum komprehensif atau perlu disempurnakan
lagi.
Saya kira itu. Kemudian dari Pak Marthen, betul sekali Pak, bahwa geologi itu sangat
penting sekali untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan itu basic-nya karena
sebelum mulai membangun ya kita harus tahu, harus tahu batuan dasar atau kondisi dasar
geologi di bawah permukaannya. Kita sebenarnya diuntungkan juga saat ini karena kebetulan
Pak Menteri PUPR-nya yang mengurus infrastruktur itu adalah ahli geologi, jadi paham
sekali, kita beberapa kali bertemu. Waktu itu kita sempat agak mempernyatakan juga waktu
mau peresmian Waduk Jati Gede, tetapi Pak Menteri sudah sangat menjamin dan yakin betul
bahwa faktor geologinya sudah dipelajari semuanya dan alhamdulillah sampai sekarang pun
juga masih baik-baik saja gitu ya. Kita harapkan untuk proyek-proyek yang lain juga harus
dilakukan hal yang sama. Nanti tentang Cisomang mungkin Pak Imam bisa jelaskan lebih
detail ya.
Saya kita itu mungkin dari saya. Nanti biar teman-teman yang lain-lain Pak Imam dan
Pak Herman, Pak Singgih maupun Pak Anif dan Pak Sof bisa menambahkan. Silakan Pak.
PEMBICARA: Dr. Eng. IMAM AHMAD SADISUN (KETUA BIDANG GEOLOGI
TEKNIK DAN HIDROGEOLOGI)
Ya, cukup banyak pertanyaan yang terkait dengan infrastruktur dan mungkin yang
bencana saya bisa menambahkan. Jadi Bapak-ibu sekalian mungkin ada beberapa pertanyaan
yang bisa terjawab dalam sekali ini ya jawaban. Terkait dengan bencana memang banyak ahli
geologi yang juga mencermati bagaimana bencana itu menjadi satu fenomena yang siklus
atau berulang gitu ya. Pada prinsipnya memang itu diakui sebagai satu yang secara periodik
bisa dicermati dari berbagai metode. Namun sekali lagi kita akan kesulitan menempatkan
kapan kejadian berikutnya, apalagi dengan skala menit ataupun detik itu yang menjadi
kesulitan. Yang paling penting adalah dari katakanlah kalau gempa bumi kita menayangkan
sejarah gempa bumi atau historical seismic city. Kita bisa memprediksi kejadian yang paling
besar sebelumnya itu berapa dan itu bisa dijadikan acuan untuk ke depan, ya, karena dengan
cara itu kita bisa melakukan antisipasi misalnya dalam membuat gedung, jembatan, DAM
dan sebagainya.
Jadi para ahli kontruksi itu butuh informasi itu sehingga ada skenario yang biasa kita
sebut sebagai maksimum magnitude, jadi kejadian gempa terbesar yang akan terjadi itu, itu
berapa, harus diantisipasi dulu. Ya memang kadang-kadang dengan seperti itu jadi kita
melakukan atau membuat kontruski mejadi mahal. Mau tidak mau harus seperti itu ya,
karena kita berada di daerah dengan potensi gempa bumi yang lebih tinggi dibandingkan
daerah-daerah lain atau negara-negara lain di Asia Tenggara. Ya, jadi itu yang harus disadari
sehingga Bapak-ibu sekalian jangan terlalu istilahnya kalau satu jembatan membutuhkan
anggaran yang besar dan itu memang dilakukan atas dasar justifikasi, periode ulang gempa
yang sangat besar atau maksimum magnitude yang besar itu wajar-wajar saja dibandingkan
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 24
misalnya kita membuat jembatan di daerah Kalimantan Tengah yang mungkin gempanya
sedikit tapi ketemu gambut, lain lagi nanti biaya lain lagi ya.
Nah memang satu hal yang menarik di sini ke kompleksitas kondisi geologi atau
kesulitan kondisi geologi juga akan mempengaruhi anggaran nanti, dalam rancangan satu
infrastruktur entah dam, jembatan, bendungan, gedung dan sebagainya, ya. Jadi biayanya
kadang-kadang semakin mahal. Nah saya ingin memberi contoh misalnya Hambalang.
Hambalang seharusnya secara alamiah itu kita katakan sakit jantung mungkin waktu itu
geologi ada yang mengatakan oh itu sakit kepala saja itu kan sehingga tidak butuh itu obat-
obat untuk mengobati penyakit jantung diterapkan di sana. Nah itu bisa menjadi satu
kesalahan ya, sehingga dana yang digelontorkan untuk kontruksi terlalu kecil, karena dikira
untuk obat sakit kepala saja gitu ya. Bisa jadi ada satu kesalahan interpretasi juga yang
dilakukan. Nah untuk itu para ahli geologi juga di sini sudah mulai merancang adanya
sertifikasi, atau kompeten person yang menjaga dan juga tentunya melindungi praktik praktik
para ahli geologi di dalamnya, itu yang penting, dan dalam IAGI kita punya kode etik,
tentunya terkait dengan punishment juga itu bisa diterapkan. Apalagi kalau misalnya kita
mengacu pada Undang-undang penanggungan bencana, informasi bencana itu tidak bisa di
perkarakan, kalau informasi itu salah, ya, tidak betul dan tidak dilandasi satu mungkin kajian
yang bisa dibuktikan secara ilmiah, dendanya bisa sampai 2 milyar itu Pak, ya, dalam sanksi
kalau tidak salah di Undang-indang itu di bagian akhir itu bisa dibaca, cukup berat
sebenarnya.
Kalau memang kita mengetahui seseorang menginformasikan, terkait dengan
bencana alam dan informasinya itu ya sekarang yang tren hoax gitu misalnya, ya, itu berat,
ya. Kalau ya bisa dibuktikan dengan ilmiah, ya, karena metode ilmiah itu juga ada betul
salahnya juga gitu ya, tidak 100% betul, tapi memang ada landasannya itu oke bisa diterima.
Kemudian, ya yang menarik sebenarnya kita juga mengembangkan standar-standar untuk
melakukan itu semua, sehingga dengan standar ini diharapkan memang kalau saya katakan
apakah sebenarnya sudah tersedia informasi data dari formasi geologi untuk melakukan
kegiatan pengembangan infrastruktur saya katakan belum, badan geologi baru mengeluarkan
skala dengan skala 1:50.000 itu pun masih tahap pertama, karena masih mengandung banyak
kesalahan yang akan diperbaiki sampai 3 tahap lagi nanti ke depan.
Nah untuk keperluan konstruksi Ibu-bapak sekalian harus pahami bahwa konstruksi
itu bermain di skala sangat detail, sehingga dalam standar-standar konstruksi kita biasanya
bermain dengan peta 1:100 atau bahkan lebih besar dari itu, sehingga data geologi yang ada
itu tidak mencukupi kalau digunakan begitu saja. Nah itulah pentingnya investigasi geologi,
data gertak awal bisa digunakan untuk mengatakan misalnya dari Amdal pun itu harusnya
bisa mengeluarkan bahwa di sana membutuhkan analisis lebih lanjut terkait dengan geologi
karena ada bahaya-bahaya geologi yang mungkin membutuhkan satu kajian-kajian yang
sangat detil, sehingga kalau Amdal mengatakan ada fenomena geologi yang cukup penting
dan tidak bisa hanya dijawab dengan dokumen Amdal saja, nah itu saya katakan lebih baik,
dan saya lihat geologi juga terlibat di dalamnya harusnya bisa mengatakan seperti itu, dan
saya pikir yang terakhir dari saya, terkait dengan Jakarta, Bapak-ibu sekalian ini yang
menarik juga Jakarta itu, ya memang dari dulu dikatakan memang ada fenomena penurunan
tanah dan ada 4 hal. Yang pertama, bisa saya sebutkan dari yang regional dulu, secara
geologi memang ada patahan-patahan yang juga mungkin mengontrol penurunan tanah di
Jakarta. Kemudian yang kedua, ada pembebanan dari gedung-gedung yang secara kolektif
bukan individu gedung ya, secara kolektif juga bisa mengakibatkan tambahan beban yang
cukup signifikan. Kemudian, secara alamiah sendiri sebenarnya tanah di Jakarta itu masih
mengalami proses konsolidasi atau pemampatan, ya, yang sebenarnya lambat laun juga akan
mengakibatkan penurunan tanah di Jakarta, tapi adanya proses pengambilan air tanah yang
mungkin bisa dikatakan berlebih itu juga akan mempercepat proses itu.
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 25
Nah ada kejadian-kejadian yang setempat memang yang juga mempengaruhi
misalnya ada kondisi lahan yang banyak organik juga di beberapa tempat di Jakarta yang
juga kadang-kadang disebut prosesnya sebagai kompak hydrocompaction atau memang
penyedotan air lahan-lahan yang mengandung material organik, akan lebih besar lagi
penurunannya. Nah, itu semua saat ini masih terus dicari walaupun keempatnya sudah diakui
sebagai penyebab, hanya berapa persen sih yang memang dipengaruhi oleh pengambilan air,
berapa persen yang struktur geologi, berapa persen yang alamiah. Beberapa ahli masih
berdebat di situ dan sudah di pasang juga yang ekstensometer untuk mengukur berapa sih
kecepatan di bawah permukaan, kalau di permukaan sudah dengan GPS, beberapa ahli sudah
bisa ngukur, tapi bawah permukaan yang belum memastikan. Itu yang sampai sekarang
masih gagal terus saya lihat datanya belum akurat, nah disitu yang sebenarnya minimal
gambaran sekarang bisa dijadikan dasar kebijakan untuk Jakarta ke depan. Tetapi memang
para ahli geologi saya lihat banyak dilibatkan, nah paling tidak kita menggunakan skenario.
Skenario yang ada itu bisa biasanya nanti diimplementasikan dalam faktor keamanan untuk
bangunan, entah gempa, entah lereng, entah jembatan dan sebagainya.
PEMBICARA: Ir. ANANG PRIHANTORO (LAMPUNG)
Interupsi sedikit pimpinan. Ya, kalau boleh digambarkan estimasi ya namanya,
berapa mili atau senti per sepuluh tahun atau per tahun, pertahun?
PEMBICARA: Dr. Eng. IMAM AHMAD SADISUN (KETUA BIDANG GEOLOGI
TEKNIK DAN HIDROGEOLOGI)
Sekarang paling cepat itu ada yang 15 senti, ya. Salah satu titik di Jakarta, ada yang
mengatakan 20 senti. Ya, jadi itu paling cepat Pak, paling cepat ya ada yang mengatakan
lebih dari 20 senti per tahun, tapi ada yang mengatakan oh 15 sebenarnya yang terjadi. Ya,
tergantung dia benchmark-nya atau titik ikatnya mana, ya, tapi satu tempat dengan tempat
yang lain bervariasi Pak ya, tidak sama semuanya gitu ya, ada yang lebih cepat, ada juga
yang relatif stabil tentunya.
Saya kira itu mudah-mudahan sudah banyak menjawab dari apa yang ditanyakan
oleh. Terkait dengan Cisomang dan Hambalang, apakah tidak melibatkan ahli geologi pada
saat pembangunan nya, saya sendiri tidak berani menjawab, waktu Hambalang saya memang
terus terang menjadi narasumber KPK juga selama 4 bulan saya diminta KPK untuk
membawa membaca seluruh dokumen yang ada. Saya lihat dan saya simpulkan waktu itu
boleh dibuka mungkin sekarang ya, informasinya jadi informasi terkait dengan investigasi
geologi tidak mencukupi saya katakana. Satu, peta geologi yang ada belum pernah dibuat
sama sekali sesuai dengan standard peta untuk kebutuhan kontruksi yang ada di SNI
sebenarnya, sudah ada Standar Nasional Indonesia nya. Kemudian yang kedua adanya
material-material yang saya katakan tadi yang membutuhkan treatment tertentu, ya, saya
katakan sakit jantung gitu ya, itu tidak pernah dituliskan dalam dokumen investigasi, atau
katakanlah di situ disebut sebagai investigasi tanah saat itu, ya, sehingga semua desain
konstruksi yang dilakukan baik pondasi lereng dan sebagainya itu tidak pernah
mempertimbangkan aspek geologi yang sebenarnya ada di sana.
Nah waktu itu saya ditanya KPK berapa kerugian negara yang bisa ditimbulkan oleh
itu, ya saya bilang ya sepakat dengan Bapak-ibu semuanya kalau bahwa permukaan sudah
salah atasnya salah semua saya katakan rugi semuanya sebenarnya gitu ya, tapi tetap ada
treatment-treatment untuk memperkuat pondasi ada saya kira itu Pak. Cisomang juga, sama
halnya, ya bisa identik dengan itu, karena Cisomang saya tidak langsung berhadapan pada
seluruh dokumen yang ada. Ya, saat ini memang saya terlibat dalam penanganan Cisomang
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 26
hingga 31 Maret nanti, mudah-mudahan bisa diselamatkan dan bisa dilalui oleh semua jenis
kendaraan. Jadi memang setiap minggu kita koordinasi untuk mempercepat proses
penyelesaian Cisomang dan sekian kondisi terburuk sudah dibuat jalan lintas untuk keluar
Cisomang di KM 99 dan KM 107, nanti ada ruas 7 Km terpaksa ke luar kalau memang
Cisomang harus roboh misalnya. Saya kira itu kondisi worst case-nya,.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik, baik, mungkin sebelum kita lanjutkan tadi kita sudah sepakat jam 15.30 ini
sudah lewat, jauh. Kita lanjutkan atau kita sepakati pas kan jam 16.00 ya. Sepakat semua ya,
kita sepakati pas kan jam 16.00 apabila masih ada yang belum terjawab kita mohon kan
kepada narasumber karena ini akan berlanjut terus Pak sampai rancangan undang-undang ini
kita akan komunikasi dan mudah-mudahan dari Bapak-bapak sekalian tidak keberatan gitu
ya, diganggu oleh teman-teman dari Komite II untuk terkait rancangan undang-undang ini,
terima kasih, silakan Pak.
PEMBICARA: Ir. SINGGIH WIDAGDO, M.H. (NARASUMBER)
Terima kasih, Pak Ketua juga anggota DPD lainnya, tadi sudah dijelaskan oleh Mas
Daru Sadisun. Saya cuma mau menambahkan sebetulnya bagaimana pentingnya, karena
sebetulnya di kita sendiri kita tahu bahwa disaat Undang-undang listrik ada kita pun baru
Undang-undang energi belum ada saat itu. Demikian sekarang Undang-undang Minerba pun
ada Undang-undang geologi belum ada, bahkan kita IAGI dan Perhapi sekarang kita sedang
diminta untuk membuat kebijakan pertambangan nasional. Kita sama sekali kebijakan
mineral pertambangan itu belum ada, sehingga bersama Perhapi IAGI Perhapi kita sedang
membuat diharapkan tiga bulan ini draft selesai, dan kita sudah mempertimbangkan
overlapping dengan road map apa yang ada di pihak departemen lainnya termasuk
perindustrian, sehingga kebutuhan-kebutuhan mineral dan lainnya sudah kita masukkan.
Sehingga ini penting kita memang waktu itu kita beberapa kali sudah berpikir bagaimana
BGN Badan Geologi Nasional harus ada, karena masalahnya bukan saja masalah ekonomi
atau masalah hasa Pak Daru sampaikan tapi ada masalah ketahanan nasional.
Ini kita sampaikan karena mungkin bagi DPD melihat seperti salah satu contohnya
batu bara. Itu adalah satu kita juga mengingatkan, bahwa kita mempunyai batu bara kita
mempunyai peta produksi melalui ruen katakana, sekarang menjadi Badan Energi Nasional
tetapi kita terus terang mungkin data Bapak-bapak dari DPD justru harus diberi kepentingan
di situ termasuk salah satu di Undang-undang pasal 5 di Undang-undang Minerba misalnya
masalah pengendalian, eksport dan produksi, dan ini peran geologi ini penting dalam
memintakan seberapa jauh suhunya saya bicara dari aspek ketahanan tadi tidak disinggung,
seberapa jauh aspek energi ini harus muncul, karena kita selalu kalau orang tidak tahu detail
mungkin yang terbaca adalah satu di angka nasionalnya, sehingga mustahil kalau kita melihat
secara detail adalah satu bagaimana pemetaan satu kegeologian batu bara yang ada di
Sumatera, tidak mungkin mem-back up untuk di Kalimantan, di Kalimantan tidak mungkin
untuk mem-back up di Sumatera Utara dalam sisi fungsional bagaimana mengoptimalisasi
kebutuhan energi dari batu bara. Sehingga menurut saya memang Undang-undang geologi itu
kita harapkan segera keluar bukan saja dari sisi aspek enginering, ekonomi atau hasa tapi ada
juga masalah ketahanan termasuk bagaimana kegeologian radio aktif, tanah jarah ya, pak
Andaru, ini perlu kita dorong.
Karena badan geologi sendiri sekarang sumber dayanya sekitar 1.400 mungkin PHD
nya sudah 67 masternya sudah 300 sehingga dari sisi SDM nya kuat sekali cuma karena dia
kepada ESDM report-nya ke ESDM sehingga menurut saya optimalisasi dalam arti sampai
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 27
ketahanan itu menjadi berkurang begitu. Sehingga menurut saya memang mau saya
sampaikan adalah satu bagaimana Undang-undang geologi secepatnya secara akademis,
sebetulnya tahun 2007 sudah ada dalam akademis tapi masih mengacu Undang-undang 11/67
tapi mungkin melalui di saat ini dan seterusnya bisa lebih cepat. Menyambung NTB Pak
kebetulan bolak balik kita saya juga ke NTB, mengenai masalah pertambangan memang ada
satu kadang kita juga melihat ilegal mining satu juga memang tambang yang sebetulnya legal
juga tapi kecil, karena memang report-nya di dalam Undang-undang itu perorangan juga bisa
satu hektar kelompok lima hektar dan koperasi sepuluh hektar. Tapi yang jadi masalah kita
lebih kepada memberikan batasan-batasan luasan tapi bukan batasan-batasan jumlah
strukturnya, peralatanya. Kalau kita di South Africa batasan-batasan tambang kecil itu bukan
saja luasan tapi kepada peralatan sehingga maksimum operasi harus 2000 megawatt eh 2000
watt, peralatan diesel maksimum sekian, dozer sekian, listrik sekian, ada batasan-batasan
bukan sekadar sumber daya dan luasan tapi kepada peralatan penggunaan kepada penambang
itu juga dibatasi.
Nah itu, kita tidak punya Pak, sampai ke perbatasan-perbatasan itu kita memang
belum punya, ini tambahan saja Pak, sedikit di luar ilegal kalau memang ilegal memang lain
lagi ya, dan ini memang kita juga harus keras di situ kalau ilegal di situ, tapi memang banyak
tambang kecil juga yang sebetulnya dioperasikan bukan orang di daerah tapi orang Jakarta
yang peralatannya sendiri sama sekali jauh dari semestinya untuk sebuah wilayah kecil di
dalam industri pertambangan. Itu tambahan dari saya terima kasih.
PEMBICARA: HERMAN DARMAN (NARASUMBER)
Tadi saya ingin sedikit menambahi tentang teknologi pak ya, jadi berdasarkan
pengamatan saya di Indonesia kita memang banyak melakukan usaha-usaha untuk
mengembangkan teknologi baru, tapi pada kenyataannya sampai sekarang teknologi kan
lebih banyak dari Jepang karena mereka punya budget ya, di Eropa, di Amerika. Meskipun
kita punya tendensi ke arah saya terus terang pengamatan saya kita masih agak terbelakang,
tapi sebetulnya ada hal lain yang di luar teknologi itu sendiri yang sangat penting buat para
geologis dan bagi kita semua, yaitu adalah integrasi, integrasi data. Nah sekarang datanya
kan sudah ada di tangan kita tapi kita belum pintar istilahnya dan mengelola data ya, data itu
masih terpecah-pecah setiap institusi bahkan kadang-kadang setiap universitas mempunyai
data yang sama.
Jadi kita sering tumpang tindih, jadi data yang sudah ada kita pikir belum ada jadi
kita ulang penelitiannya. Padahal mungkin kalau kita integrasikan dengan badan geologi
nasional, kita bisa menghindari pemulangan kegiatan-kegiatan itu yang artinya juga
mengkonsumsi biaya ya. Itu satu hal. Terus yang satu hal lagi tentang saya bukan di ahli di
bidang enginering tapi saya tahu pengalaman saya di kampus dan saya juga ada beberapa
kampus di sini yang minta masukan. Dalam pendidikan ilmu sipil mereka pasti dapat ilmu
geologi, tapi sedikit ya, jadi paling tidak orang-orang pembangunan -pembangunan di daerah
yang melibatkan ilmu sipil seharusnya seharusnya paling tidak mereka tahu sedikit tentang
geologi. Nah nanti misalnya kalau dalam skala besar tentang Hambalang dan Cisomang. Nah
itu perlu melibatkan ahli yang lebih dalam, tapi yang untuk basic-basic pembuatan gedung
prinsip-prinsip mestinya sudah dapat pendidikan ilmu geologi dasar nah, karena dulu saya
pernah ngajar ya.
Terus kemudian kembali lagi tentang teknologi tentang satelit segala macam
sebetulnya tadi Pak Darus sudah menjelaskan itukan ada geologi itu mencakup skala ya. Jadi
skala lempeng, skala dunia sampai radius 12.000 km sampai skala mikroskop, ya. Jadi
mikroskop dan setiap skala geologi ini mempunyai ahli tersendiri, mempunyai teknologi
sendiri, jadi yang penting itu kita harus mendudukkan di mana posisi kita. Jadi kalau mencari
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 28
mineral dalam skala lapangan, agak sulit kalau dilihat dari satelit, dan kalau yang kita lihat
harus dari mikroskop juga alatnya berbeda ahlinya juga berbeda, jadi kita harus
menempatkan dalam skala geologi. Mungkin dari saya sekian saja dulu pak, mungkin kalau
ada yang lain.
PEMBICARA: Ir. ANIF PUNTO UTOMO (NARASUMBER)
Oke, jadi dari kami sebenarnya sudah dijelaskan bahwa tahun 2004 itu sudah mulai
kemudian 2007 sudah mulai kita lanjutkan lagi. Kemudian surut dan kita lanjutkan yang
sekarang semoga dengan DPD ini kita bisa terealisasilah keinginan kita untuk memiliki
Undang-undang geologi dan mendirikan Badan Geologi Nasional, karena negara Indonesia
ini kan selain negara pusat dan negara yang sarat dengan peristiwa geologi. Jadi antara
musibah dengan berkah itu batasannya sangat tipis tadi sudah diungkapkan ya. Jadi kita perlu
memiliki Undang-undang yang ada di negara yang peristiwa geologinya sedikit seperti
Malaysia, Thailand pun sudah memiliki undang-undang serupa jadi kita memang sudah
saatnya dan saya kira nanti kita bisa lanjutkan pertemuan berikutnya untuk segera
merealisasikan ini. Terima kasih Pak.
PEMBICARA: Ir. SOFYADI ROZIN (NARASUMBER)
Terima kasih Bapak, saya mau menambahkan satu mengenai Jakarta ini, tadi Bapak-
bapak menanyakan bagaimana amblesnya Jakarta. Sebetulnya Pemda DKI itu sudah punya
kebijaksanaan yaitu tiap rumah itu harus ada sumur resapan, ini kebanyakan yang bagus
sekali yang dikaitkan dengan IMB, maksudnya supaya air hujan itu tidak seluruhnya
mengalir ke laut tapi sebagian masuk ke dalam tanah ya. Ini selain mencegah banjir juga
untuk mengurangi pengambilan air tanah Pak, mengkompensasi pengambilan air tanah. Tapi
yang tidak ada itu pengawasannya Pak, jadi coba bapak lihat ibu-ibu di banyak rumah-rumah
di Jakarta ini yang halamannya semuanya di semen, tidak ada sedikit juga apa semua resapan
itu. Dulu saya ini adalah kebijakan yang bagus sekali tetapi tidak diimplementasikan yang
baik, itu saja Pak, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Baik, terima kasih bapak-bapak sebagaimana tadi hal disampaikan itu semua nanti
kita coba rumuskan dalam rancangan undang-undang, terkait ketahanan lapangan juga kalau
bahasa yang kemarin sebelum satu minggu yang lalu kita berdiskusi dengan Pak Surono Pak,
sama Pak Surono, dia juga menyampaikan hal yang sama bahwa tidak semua daerah di
Indonesia itu bisa subur padinya gitu. Jadi artinya terkait juga ketahanan pangan, terkait juga
bagaimana perumahan dan sebagainya, artinya kita rumuskan semua, dan kami juga meminta
kepada Bapak-bapak dari ikatan ahli geologi nanti, memberikan masukan-masukan kita
berkabolarsi dalam rancangan undang-undang ini apa ada tambahan dari Bapak-ibu sekalian.
Bu ya, Pak Ya silakan.
PEMBICARA: TELLIE GOZELIE, S.E. (KEP. BABEL)
Sedikit saja pak, kebetulan tadi sudah diungkapkan masalah Jakarta, dari hasil
paparan Bapak yang terakhir tadi memang kalau misalnya balai ini betul-betul ada, balai ini
punya kekuatan untuk menekan pemerintah. Ya, ya, itu sudah tadi, ya sudah. Ya, menekan
pemerintah kalau misalnya sumber daya alam emas misalnya yang di Papua dikeruk terus,
RDPU KOMITE II DPD RI DENGAN IAGI MS III TS 2016-2017
SELASA, 31 JANUARI 2017 29
balai punya kekuatan dan menekan energi, selesaikan. Tidak boleh dieksplorasi atau
eksploitasi lagi. Mungkin begitu saja pak, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (WAKIL KETUA
KOMITE II DPD RI)
Ini tadi ada yang belum saya kenalkan Pak, Bu Rubaeti dari Kalimantan Barat, ya.
Baik kita kita cukupkan Rapat Dengar Pendapat Umum Komite II dengan Ikatan Ahli
Geologi Indonesia dan semoga apa ini yang disampaikan kali ini bisa menambah masukan
dan masih kurang Pak sebenarnya kalau menurut kami. Kami butuh masukan lebih banyak
dan kami sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak-bapak sekalian dan
kehadiran Bapak dan Ibu sekalian saya tutup dengan mengucapkan hamdalah.
Alhamdulillahirrabil’alamin.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
RAPAT DITUTUP PUKUL 16.00 WIB